kebijakan moneter dan redenominasi

35
BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang Perekonomian merupakan satu segi yang sangat penting bagi suatu negara. Keadaan perekonomian sangat cepat berubah dari waktu ke waktu. Perekonomian tidak selamanya mewujudkan penggunaan tenaga kerja penuh, kestabilan harga dan pertumbuhan perekomomian. Muncul masalah masalah pengganguran, kenaikan harga dan perumbuhan ekonomi yang tidak teguh yang menyebabkan berkurangnya kemakmuran masyarakat. Untuk mengatasi masalah perekomomian maka pemerintah pun menerapkan kebijakan-kebijakan untuk mengatasi masalah perekonomian yaitu kebijakan fiskal, moneter dan segi penawaran. Dalam makalah ini akan dibahas salah satu kebijakan pemerintah yaitu kebijakan moneter. Kebijakan moneter adalah semua upaya atau tindakan bank sentral untuk mempengaruhi perkembangan moneter (uang beredar, suku bunga, kredit dan nilai tukar). Kebijakan moneter yang saat ini digagas oleh pemerintah adalah melakukan redenominasi rupiah. Rupiah yang dianggap terlalu banyak digit dan tidak efisien sehingga harus disederhanakan. Pemerintah pun mulai 1

Transcript of kebijakan moneter dan redenominasi

BAB I

PENDAHULUAN

I.1. Latar Belakang

Perekonomian merupakan satu segi yang sangat

penting bagi suatu negara. Keadaan perekonomian sangat

cepat berubah dari waktu ke waktu. Perekonomian tidak

selamanya mewujudkan penggunaan tenaga kerja penuh,

kestabilan harga dan pertumbuhan perekomomian. Muncul

masalah masalah pengganguran, kenaikan harga dan

perumbuhan ekonomi yang tidak teguh yang menyebabkan

berkurangnya kemakmuran masyarakat.

Untuk mengatasi masalah perekomomian maka

pemerintah pun menerapkan kebijakan-kebijakan untuk

mengatasi masalah perekonomian yaitu kebijakan fiskal,

moneter dan segi penawaran. Dalam makalah ini akan

dibahas salah satu kebijakan pemerintah yaitu kebijakan

moneter. Kebijakan moneter adalah semua upaya atau

tindakan bank sentral untuk mempengaruhi perkembangan

moneter (uang beredar, suku bunga, kredit dan nilai

tukar).

Kebijakan moneter yang saat ini digagas oleh

pemerintah adalah melakukan redenominasi rupiah. Rupiah

yang dianggap terlalu banyak digit dan tidak efisien

sehingga harus disederhanakan. Pemerintah pun mulai1

melakukan sosialisasi redenominasi secara bertahap agar

redenominasi bisa diterapkan di Indonesia.

I.2 Permasalahan

1. Tahun 2022 pemerintah akan melaksanakan

redenominasi rupiah secara penuh.

2. Akankah redenominasi rupiah berhasil seperti

negara yang melakukan hal serupa kebijakan yang

serupa.

BAB II

LANDASAN TEORI

II.1 PENGERTIAN KEBIJAKAN MONETER

II.1.1Pandangan umum kebijakan moneter:

Kebijakan moneter didefinisikan dengan rencana dan

tindakan otoritas moneter yang terkoordinasi untuk

menjaga keseimbangan moneter, dan kestabilan nilai

uang, mendorong kelancaran produksi dan pembangunan,

serta memperluas kesempatan kerja guna meningkatkan

taraf hidup rakyat.

II.1.2 kebijakan moneter menurut ahli:

2

Menurut Wikipedia Kebijakan moneter  adalah proses

mengatur persediaan uang sebuah negara untuk mencapai

tujuan tertentu; seperti menahan inflasi,

mencapai pekerja penuh atau lebih sejahtera.

Menurut Nopirin kebijakan moneter adalah tindakan

yang dilakukan oleh penguasa moneter (biasanya bank

sentral) untuk mempengaruhi jumlah uang beredar dan

kredit yang pada gilirannya akan mempengaruhi kegiatan

ekonomi masyarakat

Menurut Iswardono kebijakan moneter merupakan

salah satu bagian integral dari kebijakan ekonomi

makro. Kebijakan moneter ditujukan untuk mendukung

tercapainya sasaran ekonomi makro, yaitu pertumbuhan

ekonomi yang tinggi, stabilitas harga, pemerataan

pembangunan, dan keseimbangan neraca pembayaran

II.1.3 Kesimpulan pengertian kebijakan moneter:

Kebijakan moneter adalah semua upaya atau tindakan

bank sentral untuk mempengaruhi perkembangan moneter

(uang beredar, suku bunga, kredit dan nilai tukar)

untuk mencapai tujuan ekonomi tertentu.

II.2 TUJUAN KEBIJAKAN MONETER

3

1. Mengedarkan mata uang sebagai alat pertukaran

(medium of exchange) dalam perekonomian.

2. Mempertahankan keseimbangan antara kebutuhan

likuiditas perekonomian dan stabilitas tingkat

harga.

3. Distribusi likuiditas yang optimal dalam rangka

mencapai pertumbuhan ekonomi yang diinginkan pada

berbagai sektor ekonomi.

4. Membantu pemerintah melaksanakan kewajibannya yang

tidak dapat terealisasi melalui sumber penerimaan

yang normal.

5. Menjaga kestabilan Ekonomi. Artinya pertumbuhan

arus barang dan jasa seimbang dengan pertumbuhan

arus barang dan jasa yang tersedia.

6. Menjaga kestabilan Harga. Harga suatu barang

merupakan hasil interaksi antara jumlah uang yang

beredar dengan jumlah uang yang tersedia di pasar.

7. Meningkatkan kesempatan kerja. Pada saat

perekonomian stabil pengusaha akan mengadakan

investasi untuk menambah jumlah barang dan jasa

sehingga adanya investasi akan membuka lapangan

kerja baru sehingga memperluas kesempatan kerja

masyarakat

4

8. Memperbaiki neraca Perdagangan Kerja Masyarakat.

Dengan jalan meningkatkan ekspor dan mengurangi

impor dari luar negeri yang masuk ke dalam negeri

atau sebaliknya.

II.3 UKURAN KEBERHASILAN KEBIJAKAN MONETER

1. Kesempatan Kerja

Semakin besar gairah untuk berusaha, maka akan

mengakibatkan peningkatan produksi. Peningkatan

produksi ini akan diikuti dengan kebutuhan tenaga

kerja. Hal ini berarti akan terjadinya peningkatan

kesempatan kerja dan kesehjateraan karyawan.

2. Kestabilan harga

Apabila kestablian harga tercapai maka akan

menimbulkan kepercyaan di masyarakat. Masyarakat

percaya bahwa barang yang mereka beli sekarang akan

sama dengan harga yang akan masa depan.

3. Neraca Pembayaran Internasional

Neraca pembayaran internasional yang seimbang

menunjukkan stabilisasi ekonomi di suatu Negara. Agar

neraca pembayaran internasional seimbang, maka

pemerintah sering melakukan kebijakan-kebijakan

moneter.

II.4 SYARAT KEBIJAKAN MONETER

5

1. Indepensi Bank Sentral.

Sebenarnya tak ada Bank Sentral yang bisa bersifat

benar-benar independen tanpa campur tangan dari

pemerintah. Namun demikian, ada instrumen kebijakan

yang tidak dipengaruhi oleh pemerintah, misalnya

melalui kebijakan fiskal.

2. Fokus terhadap sasaran.

Pengendalian inflasi hanyalah salah satu di antara

beberapa sasaran lain yang hendak dicapai oleh Bank

Sentral. Sasaran-sasaran lain kadang-kadang

bertentangan dengan sasaran pengendalian inflasi,

misalnya sasaran pertumbuhan ekonomi, kesempatan kerja,

neraca pembayaran, dan kurs. Oleh karena itu,

seharusnya bank Sentral tidak menetapkan sasaran lain

dan berfokus pada sasaran utama pengendalian inflasi.

3. Capacity to forecast inflation.

Bank Sentral mutlak harus mempunyai kemampuan

untuk memprediksi inflasi secara akurat, sehingga dapat

menetapkan target inflasi yang hendak dicapai.

4. Pengawasan instrumen

Bank Sentral harus memiliki kemampuan untuk

mengawasi instrumen-instrumen kebijakan moneter.

5. Pelaksanaan secara konsisten dan transparan.

Dengan pelaksanaan target inflasi secara konsisten

dan transparan, maka kepercayaan masyarakat terhadap

kebijakan yang ditetapkan semakin meningkat.

6

II.5 JENIS KEBIJAKAN MONETER

II.5.1 Kebijakan moneter ketat (tight money policy)

Kebijakan moneter untuk mengurangi/membatasi jumlah

uang beredar. Kebijakan ini dilakukan pada saat

perekonomian mengalami inflasi.

kebijakan ini dapat dilakukan berupa

a. Peningkatan suku bunga (politik diskonto)

b. Penjualan surat berharga (SBI) (politik pasar

terbuka)

c. Peningkatan cadangan kas (politik cash ratio)

d. Pengetatan pemberian kredit (politik kredit

selektif)

II.5.2 Kebijakan moneter longgar (easy money policy)

Kebijakan moneter untuk menambah jumlah uang

beredar. Kebijakan ini dilakukan untuk mengatasi

pengangguran dan meningkatkan daya beli masyarakat

(permintaan masyarakat) pada saat perekonomian

mengalami resesi atau depresi. kebijakan ini dapat

dilakukan berupa:

a. Penurunan tingkat suku bunga (politik diskonto).

7

b. Pembelian surat-surat berharga: saham dan obligasi

(politik pasar terbuka).

c. Penurunan cadangan kas (politik cash ratio).

d. Pemberian kredit longgar.

II.6 GOLONGAN KEBIJAKAN MONETER

II.6.1 Kebijakan moneter Kuantitatif

Kebijakan moneter kuantitatif adalah kebijakan

moneter yang dijalankan oleh bank sentral, yang

bertujuan untuk mempengaruhi penawaran uang atau suku

bunga dan perubahan tersebut di harapkan dapat

mempengaruhi kegiatan ekonomi.

Instrumen kebijakan moneter Kuantitatif

1. Discount policy (politik diskonto)

Politik diskonto artinya kebijakan untuk menaikkan

atau menurunkan suku bunga bank dalam rangka

memperlancar likuiditas sehari-hari. Bank sentral dalam

menjalankan tugasnya mengawasi kegiatan bank umum,

dapat mengubah tingkat bunga yang berlaku. Jika dalam

kondisi kegiatan ekonomi masih berada di bawah tingkat

kegiatan yang diharapkan, bank sentral dapat menurunkan

tingkat diskonto/suku bunga, sehingga masyarakat

melakukan pinjaman dan banyak investasi yang ada di

masyarakat.8

2. Open market policy (politik pasar terbuka atau

operasi pasar terbuka).

Operasi pasar terbuka adalah cara mengendalikan

uang yang beredar dengan menjual atau membeli surat

berharga pemerintah (government securities).  Agar

operasi terbuka ini menjadi sukses, haruslah ada dua

keadaan dalam perekonomian.  Keadaan-keadaan tersebut

adalah:

Bank-bank perdagangan tidak memiliki kelebihan

cadangan.

Tersedia cukup banyak surat-surat berharga yang

dapat diperjualbelikan.

3. Cash Receive Ratio (politik cadangan kas atau giro

wajib minimum)

Politik cadangan kas artinya kebijakan untuk

menaikkan atau menurunkan cadangan kas yang harus ada

di bank-bank umum.

Apabila kondisi perekonomian terjadi kenaikan harga

(inflasi), maka bank sentral dapat menaikkan cadangan

kas minimumnya sehingga uang yang beredar dapat

dikurangi. Sebaliknya jika kondisi perekonomian sedang

lesu, maka pemerintah dapat menurunkan cadangan kas

minimumnya, sehingga uang yang beredar bertambah karena

banyaknya pinjaman yang diberikan kepada masyarakat.

9

Akibat dari naiknya cadangan kas, maka kemampuan

bank umum untuk memberikan pinjaman berkurang atau bank

umum tidak mampu memberikan pinjaman dan sekaligus dana

yang menganggur di bank semakin bertambah.

II.6.2 Kebijakan moneter Kualitaitif

Kebijakan yang dijalankan bank sentral, yang

bertujuan mempengaruhi kegiatan dalam sektor-sektor

tertentu dan dilakukan melalui peraturan atau melalui

perbincangan langsung dengan institusi keuangan.

Instrumen kebijakan moneter Kuantitatif

1. Plafon credit policy (politik pagu kredit)

Politik pagu kredit artinya kebijakan untuk

memperketat atau mempermudah dalam pemberian pinjaman

kepada masyarakat. Untuk mengatur kegiatan ekonomi agar

lebih tumbuh dengan baik, maka pemerintah (Bank

Indonesia) dapat melakukan pengawasan pinjaman secara

selektif dengan tujuan untuk memastikan bahwa bank umum

memberikan pinjaman-pinjaman dan melakukan investasi-

investasi sesuai dengan yang diinginkan pemerintah.

2. Moral persuation policy (politik pembujukan moral)

Politik pembujuan moral artinya Bank Indonesia

menghimbau kepada bank-bank umum untuk mempertimbangkan

kondisi ekonomi secara makro agar arus uang dapat10

berjalan dengan lancar. Kebijakan ini dijalankan

pemerintah dengan menetapkan hal-hal yang harus

dilakukan oleh bank umum dalam bentuk tertulis, melalui

pertemuan dengan pimpinan bank-bank tersebut. Dalam

pertemuan itu bank sentral menjelaskan

kebijakankebijakan yang sedang dijalankan pemerintah

dan bantuan-bantuan yang diinginkan dari bank-bank umum

untuk mensukseskan kebijakan tersebut.

II.7 EFEKTIVITAS KEBIJAKAN MONETER

1. Elastisitas pengeluaran investasi terhadap tingkat

bunga.

Artinya pengaruh perubahan tingkat bunga

terhadap tingkat investasi. Makin elastis

pengeluaran investasi terhadap tingkat bunga, maka

kebijakan moneter makin efektif, sebab turunnya

tingkat bunga akan menambah investasi yang cukup

besar. Sehingga hubungan antara tingkat bunga

dengan tingkat investasi dapat dikatakan

berbanding terbalik, maksudnya makin rendah

tingkat bunga, akan semakin besar tingkat

investasinya dan makin tinggi tingkat bunga, akan

semakin kecil tingkat investasinya.

2. Elastisitas permintaan uang terhadap tingkat

bunga.11

Artinya pengaruh perubahan tingkat bunga

terhadap permintaan uang. Makin elastis permintaan

uang terhadap tingkat bunga, kebijakan moneter

makin tidak efektif, dan sebaliknya makin tidak

elastis permintaan uang terhadap tingkat bunga,

kebijakan moneter makin efektif.

BAB III

PEMBAHASAN

III.1 TAHUN 2022 PEMERINTAH AKAN MELAKSANAKAN

REDENOMINASI RUPIAH SECARA PENUH.

III.1.1 Pengertian Redenominasi Rupiah

12

Redenominasi Rupiah adalah menyederhanakan

denominasi (pecahan) mata uang Rupiah menjadi pecahan

lebih sedikit dengan cara mengurangi digit (angka nol)

tanpa mengurangi nilai mata uang tersebut.

III.1.2 Latar Belakang Redenominasi Rupiah.

1. Uang pecahan Indonesia yang terbesar saat ini

adalah Rp 100.000,- yang merupakan pecahan

terbesar kedua di dunia setelah mata uang Vietnam

yang pernah mencetak 500.000 Dong. Namun tidak

memperhitungkan negara Zimbabwe yang pernah

mencetak 100 miliar dolar Zimbabwe dalam satu

lembar mata uang.

2. Munculnya keresahan atas status rupiah yang

terlalu rendah ketimbang mata uang lainnya,

misalnya terhadap dolar, euro, dan uang global

lainnya, bukan soal substansi tapi soal identitas

karena kekuatan mata uang kita relatif stabil,

cadangan devisa juga aman, inflasi terjaga (satu

digit), investasi juga tidak ada persoalan,

kinerja ekonomi kita baik.

3. Pecahan uang Indonesia yang selalu besar akan

menimbulkan ketidakefisienan dan ketidaknyamanan

dalam melakukan transaksi, karena diperlukan waktu

yang banyak untuk mencatat, menghitung dan membawa

13

uang untuk melakukan transaksi sehingga terjadi

ketidakefisienan dalam transaksi ekonomi.

4. Untuk mempersiapkan kesetaraan ekonomi Indonesia

dengan kawasan ASEAN dalam memasuki era Masyarakat

Ekonomi Asean pada tahun 2015.

5. Untuk menghilangkan kesan bahwa nilai nominal uang

yang terlalu besar seolah – olah mencerminkan

bahwa di masa lalu, suatu negara pernah mengalami

inflasi yang tinggi atau pernah mengalami kondisi

fundamental ekonomi yang kurang baik.

III.1.3 Pencetus Redenominasi Rupiah

Rencana kebijakan ini dilontarkan oleh Bank

Indonesia pada awal Mei 2010 dan dikonfirmasikan oleh

Gubernur BI terpilih, Darmin Nasution, pada 31 Juli

2010.

III.1.4 Syarat Redenominasi Rupiah

Pertama adalah penjelasan kepada masyarakat bahwa

redenominasi adalah bukan sanering atau memotong nilai

uang.

Kedua, wacana, usulan dan pelaksanaan redenominasi

harus dikomunikasikan dan dikoordinasikan dengan baik

bersama pemerintah, perbankan, dan dunia usaha.

14

Ketiga, pemerintah dan Bank Indonesia harus

menjamin bahwa masyarakat tidak dirugikan dengan

program redenominasi.

Keempat, redenominasi tidak dilakukan pada saat

sekarang, melainkan pada masa yang akan datang.

Kelima, yang harus diwaspadai dan dikendalikan

adalah risiko kemungkinan potensi keadaan seperti ini

dimanfaatkan orang untuk spekulasi dan menyebar rumor

yang tidak benar

III.1.5 Perbedaan Redenominasi dengan Sanering

Parameter Redenominasi Sanering

Aksi Penyederhanaan

denominasi (pecahan)

mata uang menjadi

pecahan lebih sedikit

dengan cara

mengurangi digit

(angka 0) tanpa

mengurangi nilai mata

uang tersebut

Pemotongan daya

beli masyarakat

melalui pemotongan

nilai uang

Pengaruh

terhadap

harga

Berpengaruh Tidak Berpengaruh

15

barang

Daya beli

Tetap TurunNilai uang

terhadap

barang

Kerugian Tidak Ya

Tujuan

Mengefisienkan dan

menyamankan transaksiMengurangi jumlah

uang beredarMenyetarakan ekonomi

dengan negara

regional

Kondisi

saat

pelaksanaan

Makrekonomi stabil,

ekonomi bertumbuh,

inflasi terkontrol

Makroekonomi labil,

hiperinflasi

Momentum

pelaksanaa

n

Bertahap, persiapan

matang dan terukur

Mendadak, tanpa

persiapan

III.1.6 Tahapan Redenominasi Rupiah

Tahap pertama adalah persiapan yang dimulai tahun

2013. Agenda pokoknya, antara lain, adalah pembahasan

Rancangan Undang-Undang Redenominasi, konsultasi

16

publik, rencana pencetakan uang dan distribusinya,

serta penyesuaian infrastruktur dan teknologi informasi

sistem pembayaran dan akuntansi.

Tahap kedua adalah masa transisi. Pada masa ini,

BI akan mulai mengedarkan pecahan rupiah baru ke pasar

dan berangsur-angsur menarik pecahan rupiah yang lama

dari peredaran. Jadi, akan ada dua pecahan rupiah yang

beredar pada masa ini, yakni rupiah baru dan lama.

Pecahan baru adalah pecahan yang sudah dihilangkan tiga

digit terakhirnya. Semisal saat ini pecahan Rp 100.000

nantinya ada pecahan baru Rp 100.

Tahap ketiga adalah saat pecahan rupiah baru

disebut menjadi rupiah. Ini mengandaikan seluruh uang

beredar di pasar adalah pecahan baru. Dengan demikian,

tidak ada lagi rupiah baru dan lama, tetapi rupiah

hasil redenominasi. Seluruh proses di luar tahap

persiapan diperkirakan memerlukan waktu enam tahun.

III.2 AKANKAH REDENOMINASI RUPIAH BERHASIL SEPERTI

NEGARA YANG MELAKUKAN KEBIJAKAN YANG SERUPA.

III.2.1 Dampak Redenominasi Rupiah

1. Efisiensi sistem pembayaran akan tercapai dimana

harga barang yang tercantum menjadi lebih

sederhana, proses pencatatan, penyimpanan,

pengelolaan, dan pelaporan data dalam laporan

17

keuangan/statistik menjadi lebih pendek, cepat

serta dapat disajikan dalam angka penuh.

2. Dalam teknologi informasi, redenominasi akan

mengurangi penyesuaian software dan hardware

tersebut dalam mengakomodir digit angka yang

semakin besar. Saat ini, kemampuan komputer hanya

dapat mengakomodir 15 digit angka saja. Padahal

nilai APBN Indonesia telah mencapai 16 digit.

3. Redenominasi juga dapat mengurangi hambatan dan

kendala teknis berupa kemungkinan kesalahan

manusia dalam proses pembukuan transaksi atau

kegiatan statistik lainnya.

4. Persepsi atau kepercayaan masyarakat lebih tinggi

terhadap uang Rupiah dikarenakan harga berubah

pada kisaran yang sempit

5. Mengurangi risiko currency substitution yang

selanjutnya mendukung nilai Rupiah yang lebih

stabil.

6. Mendukung kesetaraan ekonomi dengan kawasan dalam

era Masyarakat Ekonomi ASEAN 2015

III.2.2 Negara yang Sukses melakukan Redenominasi

Turki melakukan redenominasi karena laju inflasi

yang terus meninggi sejak tahun 1970. Inflasi yang

tinggi tersebut menyebabkan nilai ekonomi di negara

18

tersebut mencapai hitungan triliun, bahkan

kuadriliun. Turki meredenominasi mata uang secara

bertahap dengan memperhatikan stabilitas perekonomian

dalam negerinya. Proses redenominasi mata uang Lira

menghabiskan waktu selama 7 tahun, dimulai tahun 2005

Rumania Setelah rezim komunis jatuh pada tahun

1989, negara ini mengalami ketidakstabilan ekonomi.

Tahun 2000 Rumania mampu menytabilkan ekonomi makronya

dengan ciri-ciri: pertumbuhan ekonomi tinggi, tingkat

pengangguran rendah. Namun inflasi terus melambung

mengakibatkan turunnya nilai uang Lei. Tuntutan ekonomi

sehat semakin besar setelah negara ini bergabung dengan

Uni Eropa di tahun 2002[2]. Terinspirasi kesuksesan

Redenominasi Turki, Gubernur Bank Nasional Rumania,

Mugur Isarescu merancang program yang sama.

Polandiaberhasil menghilangkan 4 angka nol dalam 1

kali operasi pada tahun 1995

Ukraina berhasil melaksanakan redenomisasi yang

menghilangkan 5 angka nol dalam 1 kali operasi pada

tahun 1996.

BulgariaLev Bulgaria  pernah

di redenominasi akibat inflasi yang tinggi, sehingga100

lev (lama) setara dengan 1 lev (baru.).

Brazil termasuk negara yang paling sering

melakukan redenominasi.  Tercatat negara ini telah

19

melakukan 6 kali operasi redenomisasi, yaitu tahun

1967, 1970, 1986, 1989, 1993 dan 1994.

III.2.3 Negara yang Gagal Melakukan Redenominasi

Rusia sudah melakukan 3 kali redenominasi, yaitu

tahun 1947, 1961 dan 1998.  Tahun 1998 inflasi Rusia

mencapai 28%, akhirnya pemerintah kembali menetapkan

kebijakan redenominasi Rubel dengan menghilangkan 3

digit nol. Sayang redenominasi Rubel tahun 1998 tidak

berhasil. Masyarakat Rusia mengangap kebijakan tersebut

sebagai  sebagai instrumen bagi pemerintah merampok

kekayaan rakyat

Argentina menghilangkan 13 angka nol melalui 4

kali operasi pada 1970, 1983, 1985, 1992

Zimbabwe menghilangkan 3 angka nol

Korea Utara pada akhir tahun 2009 melakukan

redenominasi 100 won menjadi 1 won. Namun, saat warga

hendak menggantikan uang lama won ke uang baru, stok

uang baru tidak tersedia. Saat chaos terjadi, muncul

pasar gelap yang mengambil kesempatan. Pasar gelap ini

menprasaranai masyarakat yang menyelamatkanuangnya ke

Yuan dan US$. Hal ini didasari kepanikan publik,

khawatir won-nya sama sekali kehilangan nilai.

 Afghanistan Kekisruhan redenominasi Korea Utara

terjadi juga di Afghanistan. Tahun 2002, pemerintah20

Afghanistan memberlakukan pemotongan 3 digit nol mata

uang Afghani. Sayangnya, masyarakat tidak cukup

mempercayai pemerintah yang meminta agar proses

konversi berjalan natural. Kelangkaan mata uang baru

terjadi setelah masyarakat berbondong-bondong memborong

mata uang baru

Belanda Ketika Euro disepakati sebagai mata uang

bersama Uni Eropa, otomatis mata uang lama dari negara-

negara Eropa pemakai euro, seperti Gulden Belanda, juga

mengalami redenominasi. Belanda juga saat terjadi

penyesuaian Gulden menjadi Euro cukup mengalami

masalah. Pedagang tidak menyikapi perubahan mata uang

dengan nilai konversi yang baru, karena konversi Gulden

menajdi Euro tidak berupa bilangan bulat kelipatan 10.

III.2.4 Pendapat Ekonom di Indonesia Tentang Redenominasi Rupiah.

Wakil Presiden Boediono menghimbau semua pihak

untuk menjaga ketenangan dan kestabilan situasi ekonomi

dan moneter. Menurut Wapres, redenominasi bukan berarti

menandakan perekonomian memburuk. Redenominasi justru

dilakukan pada saat perekonomian dalam kondisi yang

baik.

Menteri Keuangan Agus Martowardojo mengatakan

bahwa meskipun belum dikonsultasikan oleh pemerintah,

namun kajian redenominasi rupiah yang akan dilakukan

21

Bank Indonesia (BI) diyakini tidak berdampak buruk bagi

perekonomian Indonesia.

Kepala Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM)

Gita Wiryawan mendukung ide redenominasi yang sedang

digulirkan Bank Indonesia. Ide simplifikasi nominal

rupiah ini diyakini akan mempermudah hidupnya. "Saya

oke-oke saja dengan ide redenominasi," kata Gita.

Ekonom Standard Chartered Bank, Fauzi Ichsan

mengatakan bahwa kebijakan redenominasi mata uang

rupiah yang direncanakan oleh Bank Indonesia (BI)

memang harus dilakukan karena kondisi perekonomian

Indonesia yang semakin membaik. Kebijakan ini bisa

membuat perekonomian makin praktis.

Analis PT Samuel Sekuritas Muhammad Alfatih dan VP

Research & Analys PT Valbury Asia Securities Nico Omer

Jonckheere mengatakan bahwa redenominasi atau

pengurangan nominal rupiah hanya memberikan efek

psikologis ke pasar saham. Jika rencana itu

tersosialisasi dengan baik, maka semestinya pasar saham

tidak terpengaruh dan bisa bergerak dengan normal lagi.

22

BAB IV

PENUTUP

IV.1 Kesimpulan

1. Redenominasi rupiah adalah penyederhanaan mata

uang rupiah bukan pemotongan nilai mata uang

rupiah. Redenominasi rupiah bertujuan efisiensi

nilai mata uang rupiah. Redenominasi rupiah

dilakukan secara pelahan dan memelukan waktu yang

cukup panjang untuk menerapkan redenominasi

melalui sejumlah tahapan.

2. Redenominasi rupiah diharapkan minimbulkan efek

positif seperti dengan negara-negara yang sukses

melakukan redenominasi dan para ekonom juga

mengharapkan efek positif dari redenominasi

rupiah.

IV.2 Saran

1. Pemerintah diharapkan bisa aktif dan kontinyu

dalam melakukan sosialisasi redenominasi rupiah

agar redenominasi tidak berakhir hanya sebagai

wacana yang tidak terealisasi.

23

2. Masyarakat juga ikut serta dalam menyukseskan

realisasi redenominasi rupiah di Indonesia agar

harapan redenominasi rupiah bisa tercapai dan bisa

mermberi dampak positif.

3. Pemerintah dan masyarakat dapat bekerja sama dalam

mencapai realisasi redenominasi rupiah.

DAFTAR PUSTAKA

Adiningsih, Sri. 2000. Perkembangan Moneter PerbankanIndonesia. Jakarta: PT. Gramedia.

Adji Wahyu. 2007. Ekonomi Jilid.1.Jakarta : Erlangga.

Samuelson,Paul A. 1985. Ekonomi.Ed-12. Jakarta: Erlangga.

Sukirno, Sadono. 1999. Pengantar Teori Makro edisi kedua.Jakarta: PT Raja grafindo persada.

Sukirno, Sadono. 2004. Teori Pengantar Makro Ekonomi edisiketiga. Jakarta: Raja grafindo Persada.

www.id.wikipedia.com

24

www.pdf-search.com

www.pdf-world.com

www.google.com

LAMPIRAN

MATA UANG Meringkas Rupiah (Redenominasi)Selasa, 29 Januari 2013 | 10:10 WIB

25

KOMPAS.com - Anda tentu sudah jamak menemukan harga-harga yang diringkas pada menu minuman-makanan di kafe atau restoran. Harga satu porsi daging panggang Rp 95.000, misalnya, ditulis Rp 95, atau harga secangkir kopi Rp 25.000 ditulis Rp 25.

Dan tahukah Anda, ternyata pedagang dan pembeli di pasar-pasar tradisional hewan di Jawa Tengah sudah jauhhari meringkas rupiah. Jika pedagang menyebut harga seekor kambing Rp 2.000, itu maksudnya adalah Rp 2 juta. Sebaliknya, jika calon pembeli menawar Rp 1.500, itu artinya ia mengajukan penawaran Rp 1.500.000.

Dalam daftar menu kafe, rupiah ditulis ringkas. Di pasar hewan, rupiah diucapkan ringkas. Penulisan ataupun pengucapan rupiah secara ringkas tersebut dalambeberapa hal sejatinya adalah bentuk penyederhanaan digit rupiah yang hari-hari ini diserukan oleh Kementerian Keuangan (Kemkeu) dan Bank Indonesia (BI) sebagai redenominasi.

Konsep redenominasi yang digagas Kemkeu dan BI adalah menghapuskan tiga digit terakhir rupiah tanpa menurunkan nilai tukar mata uang yang digunakan. Latar

26

belakangnya adalah digit rupiah yang sudah terlalu banyak dipandang tidak efisien. Apalagi, volume rupiah akan semakin berlipat seiring tumbuhnya kegiatan ekonomi masyarakat.

Dari sisi nilai tukar terhadap mata uang asing seperti dollar AS, rupiah adalah yang terendah di Asia Tenggarasetelah dong dari Vietnam. Padahal, produk domestik bruto (PDB) Indonesia merupakan yang terbesar di kawasan Asia Tenggara. Artinya, rupiah dinilai terlalu rendah dibandingkan skala ekonomi Indonesia.

Guna mencapai tujuan, redenominasi dibagi menjadi tiga tahap. Tahap pertama adalah persiapan yang dimulai tahun ini. Agenda pokoknya, antara lain, adalah pembahasan Rancangan Undang-Undang Redenominasi, konsultasi publik, rencana pencetakan uang dan distribusinya, serta penyesuaian infrastruktur dan teknologi informasi sistem pembayaran dan akuntansi.

Tahap kedua adalah masa transisi. Pada masa ini, BI akan mulai mengedarkan pecahan rupiah baru ke pasar danberangsur-angsur menarik pecahan rupiah yang lama dari peredaran. Jadi, akan ada dua pecahan rupiah yang beredar pada masa ini, yakni rupiah baru dan lama. Pecahan baru adalah pecahan yang sudah dihilangkan tigadigit terakhirnya. Semisal saat ini pecahan Rp 100.000 nantinya ada pecahan baru Rp 100.

Nilai antara pecahan lama dan pecahan baru yang menggantikan adalah sama. Contoh, nilai pecahan lama Rp100.000 sama dengan nilai pecahan baru Rp 100. Jadi, jika pecahan Rp 100.000 bisa digunakan untuk membeli dua gelas jus mangga, maka Rp 100 pecahan baru juga bisa membeli barang sama.

Pada masa transisi ini, pedagang diwajibkan mencantumkan dua harga sekaligus, yakni harga versi

27

pecahan lama dan harga versi pecahan baru. Ini untuk menghindari pembulatan ke atas secara berlebihan.

Tahap ketiga adalah saat pecahan rupiah baru disebut menjadi rupiah. Ini mengandaikan seluruh uang beredar di pasar adalah pecahan baru. Dengan demikian, tidak ada lagi rupiah baru dan lama, tetapi rupiah hasil redenominasi. Seluruh proses di luar tahap persiapan diperkirakan memerlukan waktu enam tahun.

Risiko yang berpotensi timbul selama proses redenominasi setidaknya adalah pembulatan harga ke atasyang bisa memicu inflasi, penolakan karena ketidakpahaman, dan perselisihan perhitungan. Antisipasi yang jitu bakal membawa kesuksesan program maupun ekonomi.

Jika terjadi hal sebaliknya, berarti mohon maaf, BI danKemkeu kalah canggih daripada pasar hewan. (FX Laksana Agung Saputra)

http://bisniskeuangan.kompas.com/read/2013/01/29/10104098/Meringkas.Rupiah?utm_source=WP&utm_medium=Ktpidx&utm_campaign=

Redenominasi Bukan Memotong Nilai RupiahPenulis : Harry Susilo | Minggu, 27 Januari 2013 | 18:57 WIB KOMPAS/IWAN SETIYAWAN

SIDOARJO, KOMPAS.com — Menteri Koordinator PerekonomianHatta Rajasa menyatakan, sosialisasi redenominasi atau penyederhanaan nilai pecahan rupiah harus matang karenabanyak warga belum paham.            

"Masih banyak masyarakat kita yang belum memahami apa itu redenominasi. Jangan sampai dianggap sebagai

28

sanering atau pemotongan nilai uang. Itu tidak baik karena dapat menimbulkan distorsi," kata Hatta, di Sidoarjo, Jawa Timur, Minggu (27/1/2013).

Hatta mengatakan, pemerintah tidak akan gegabah meluncurkan program redenominasi tanpa disertai sosialisasi matang. Sebab, jika redenominasi gagal, halitu dapat memunculkan dampak inflasi.            

"Ada negara yang sukses melaksanakan (penyederhanaan) ini, tetapi ada juga negara yang gagal dan malah menimbulkan inflasi. Kita tentu tidak ingin gagal, olehsebab itu harus hati-hati," ucap Hatta.

Redenominasi yang digagas pemerintah dan Bank Indonesiaadalah penyederhanaan pecahan rupiah dengan menghilangkan tiga digit terakhir tanpa mengubah nilai tukar mata uang tersebut. Sebagai contoh, pecahan Rp 10.000 akan diganti Rp 10.

http://bisniskeuangan.kompas.com/read/

2013/01/27/18570321/

Redenominasi.Bukan.Memotong.Nilai.Rupiah

29

Apa Manfaat Redenominasi Rupiah?Penulis : Didik Purwanto | Rabu, 30 Januari 2013 | 15:02 WIB

JAKARTA, KOMPAS.com — Kepala Ekonom Bank Mandiri DestryDamayanti mengatakan, redenominasi atau penyederhanaan nilai nominal rupiah mempunyai beberapa manfaat, di antaranya kebanggaan sebagai bangsa. Menurut dia, dengan nilai tukar rupiah terhadap dollar AS masih besar,  terdapat penilaian bahwa perekonomian Indonesiamasih terbelakang.

"Indonesia itu nilai tukarnya masih besar, jadi ada persepsi bahwa negara yang memiliki nilai tukar masih besar memiliki perekonomian terbelakang. Apalagi, nilaitukar yang masih besar-besar ini dipersepsikan sebagai negara berkembang," kata Destry kepada Kompas.com saat ditemui di Hotel Four Seasons, Jakarta, Rabu (30/1/2013).

Ia menilai kebijakan redenominasi akan memberikan manfaat ekonomis kepada masyarakat. Manfaat paling utama adalah kebanggaan (pride).

Jika dapat melakukan redenominasi, nilai tukar rupiah terhadap dollar AS yang saat ini Rp 9.680 per dollar ASmenjadi hanya Rp 9,6 per dollar AS. Kondisi ini akan sebanding dengan nilai ringgit Malaysia terhadap dollarAS sebesar 3,05 ringgit, peso Filipina yang sebesar 41,92 peso, baht Thailand sebesar 30,52 baht, dan dollar Singapura sebesar 1,23 dollar Singapura.

"Jangan sampai seperti Zimbabwe yang masih memiliki lembaran senilai 1 juta. Mereka kan inflasinya juga tinggi," tuturnya.

30

Dengan kondisi tersebut, bank sentral dinilai memang harus segera menerapkan wacana redenominasi ini dengan sebaik-baiknya. Untuk mempercepat informasi, bank sentral juga harus segera mengedukasi masyarakat agar mereka tahu manfaat redenomasi secara utuh.

Kekhawatiran yang muncul, menurut Destry, adalah kesiapan perbankan ataupun institusi keuangan yang harus mengeluarkan biaya investasi untuk sistem elektronik nilai tukarnya, misalnya dari Rp 10.000 menjadi Rp 10. Nantinya, pihak bank juga harus mengeluarkan investasi sistem di jaringan anjungan tunai mandiri (ATM).

"ATM nanti juga harus bisa mengambil dua-duanya, jangansampai hilang salah satu. Nantinya ATM ini juga bisa mengambil uang dalam denominasi baru ataupun lama," katanya.

http://bisniskeuangan.kompas.com/read/

2013/01/30/15025056/Apa.Manfaat.Redenominasi.Rupiah?

utm_source=WP&utm_medium=Ktpidx&utm_campaign=

Sesi Tanya Jawab

Apa akibat dari cadangan kas yang tinggi? (Eclesia

Elisabeth)

Akibat dari tingginya cadangan kas, maka kemampuan

bank umum untuk memberikan pinjaman berkurang atau bank

umum tidak mampu memberikan pinjaman dan sekaligus dana

yang menganggur di bank semakin bertambah.

31

Apa penyebab gagalnya redenominasi? (Maria Indah

Sari)

Beberapa penyebab utama kegagalan redenominasi dari

berbagai negara tersebut adalah tingkat kestabilan

ekonomi yang belum mantap, laju inflasi yang tidak

menentu, kurangnya sosialisi dari pemerintah, rendahnya

kepercayaan masyarakat terhadap kebijakan pemerintah,

dan dilakukan tanpa perencanaan yang tepat. 

Contoh kestabilan mata uang? ( Henny Purnamasari)

Sistem kestabilan mata uang mampu mengalokasikan

sumber dana dan menyerap kejutan (shock) yang

terjadi sehingga dapat mencegah gangguan terhadap

kegiatan sektor riil dan sistem keuangan.

Sistem kestabilan mata uang adalah sistem keuangan

yang kuat dan tahan terhadap berbagai gangguan

ekonomi sehingga tetap mampu melakukan fungsi

intermediasi, melaksanakan pembayaran dan menyebar

risiko secara baik.

kestabilan mata uang adalah suatu kondisi dimana

mekanisme ekonomi dalam penetapan harga, alokasi

dana dan pengelolaan risiko berfungsi secara baik

dan mendukung pertumbuhan ekonomi.

32

Apakah dulu sanering di Indonesia termasuk

berhasil atau gagal? (Diki Setiawan)

Berdasarkan buku sejarah BI, keputusan itu

didasarkan pada Undang-Undang (UU) No. 2 Prp. tahun

1959. Isinya, pemerintah melakukan sanering uang pada 25

Agustus 1959 dengan menurunkan nilai uang pecahan Rp500

dan Rp 1.000 menjadi Rp50 dan Rp100. Langkah ini

dilakukan untuk menangani laju inflasi yang terus

berlangsung hingga awal 1960-an. Kebijakan ini justru

meningkatkan beban pemerintah, jumlah uang beredar, dan

inflasi. Defisit anggaran justru semakin meningkat.

Pada 1961, pemerintah mengalami defisit anggaran hingga

29,7 persen, lalu 38,7 persen (1962), 50,8 persen

(1963), 58,4 persen (1964), dan 63,4 persen (1965).

Jelaskan mengapa kebijakan moneter bisa

meningkatkan kesejahteraan? (Erni)

Tercipta Stabilisasi ekonomi merupakan suatu keadaan

yang menunjukkan pertumbuhan ekonomi berlangsung secara

terkendali dan berkelanjutan Jika terjadi stabilitas

ekonomi, maka kegiatan usaha atau kegiatan produksi

33

meningkat. Peningkatan produksi akan diikuti dengan

terbukanya kesempatan kerja, pendapatan masyarakat

meningkat sehingga dapat meningkatkan taraf hidup

masyarakat, kondisi ekonomi yang baik akan ditandai

dengan tingkat harga barang yang stabil. Harga barang

yang terjangkau oleh masyarakat sehingga daya beli

masyarakat meningkat dan kesejahteraan meningkat.

Apakah redenominasi akan berhasil di Indonesia?

(Yuliani Octavia)

Belum tahu, kebijakan redenominasi Rupiah baru

dapat dilaksanakan setelah tercapai komitmen nasional

dan berbagai syarat untuk stabilisasi ekonomi, seperti

defisit fiskal yang terkendali dilaksanakan. Syarat

keberhasilan lainnya adalah persepsi dan pemahaman

masyarakat yang mendukung yang didasarkan akan

kebutuhan riil masyarakat. Sehingga diperlukan

sosialisasi yang tepat serta persiapan dalam waktu

cukup lama dan matang untuk mencegah adanya gejolak

ekonomi dalam masyarakat karena tidak mudah untuk

mensosialisasikan hal ini kepada jutaan masyarakat

Indonesia yang beragam dan tidak semua masyarakat mampu

menerima kebijakan baru dengan mudah dan cepat. Serta

harus disertai kontrol publik agar pelaksanaan

redenominasi tidak mengacaukan kondisi perekonomian di34

masyarakat. Apabila proses sosialisasi ini tidak

dilaksanakan secara baik dan matang malah akan

menimbulkan persepsi keliru (monetary misperception) di

kalangan masyarakat, mereka yang khawatir nilai uangnya

terpotong nantinya menukarkan Rupiah ke mata uang yang

relatif kuat seperti dolar AS, dolar Singapura, Euro,

ataupun Yuan.

35