rekomendasi design space fotografi untuk wisatawan di tugu jogja
Rekomendasi Kebijakan Pengarusutamaan Pemuda dan Olahraga
-
Upload
independent -
Category
Documents
-
view
1 -
download
0
Transcript of Rekomendasi Kebijakan Pengarusutamaan Pemuda dan Olahraga
Kajian Kebijakan
Kajian Kebijakan
Pengarusutamaan Pemuda dan OlahragaDalam Rangka Meningkatkan Partisipasi Pemuda dalam Pembangunan
serta Prestasi dan Budaya Berolahraga di Masyarakat
2
Ringkasan EksekutifKebijakan Pengarusutamaan Pemuda dan Olahraga menjadi strategis dalamrangka mewujudkan peningkatan kualitas sumberdaya manusia Indonesiadengan harapan dapat diraihnya tujuan pembangunan kepemudaan yaitupembentukan karakter, pembentukan kapasitas, dan daya saing pemuda sertamewujudkan masyarakat Indonesia yang bugar, sehat, dan berprestasi dibidang olahraga. Untuk itu diperlukan kerjasama serta komitmen berbagaipihak, baik dari unsur pemerintah, swasta maupun pemuda itu sendiridalam berupaya agar pembangunan kepemudaan dan keolahragaan dapattercapai secara maksimal. Langkah-langkah strategis yang mendorongimplementasi kebijakan ini perlu disusun agar seluruh pihak dapatterbuka dan melaksanakannya.Rekomendasi yang dihasilkan dalam kajiankebijakan ini adalah sebagai berikut:1. Pembangunan kepemudaan dan keolahragaan dilakukan sinergis antaraunsur pemerintah, swasta, dan masyarakat dengan menjunjung tinggiprinsip-prinsip good governance dan tidak mengedepankan unsur-unsur Suku,Agama, Ras, dan Antar-golongan (SARA).2. Pengarusutamaan Pemuda dan Olahraga perlu diposisikan ke dalampembangunan yang diprioritaskan pada RPJMN 2015-2019.3. Menciptakan iklim yang kondusif bagi pemuda untuk berpartisipasidalam proses pembangunan dengan membuka selebar-lebarnya pintukomunikasi, informasi dan edukasi dalam penyusunan program-programpembangunan kepemudaan.4. Pelibatan pemuda dalam proses pembangunan dilakukan melalui mekanismeproses Musyawarah Perencanaan Pembangunan (Musrenbang) khusus pemuda.5. Perlunya penyusunan database kepemudaan dan keolahragaan. 6. Perlunya dirancang indikator/alat ukur untuk mengevaluasi keefektivanprogram pembangunan kepemudaan yang selama ini sudah berjalan.7. Penyusunan program dan anggaran KL mengedepankan kepentingan dankeberpihakan terhadap pemuda dan olahraga.8. Dalam penyusunan program pembangunan kepemudaan, instansi/KL didoronguntuk memprioritaskan masalah-masalah seperti yang tertuang dalam WorldProgramme of Action for Youth (WPAY). 9. Mendorong instansi/KL untuk melakukan koordinasi dan sinergi dalamperencanaan, pelaksanaan dan monitoring dan evaluasi pembangunankepemudaan dan keolahragaan melalu pembentukan kelompok kerja khususyang menangani pengarusutamaan pemuda dan olahraga .10. Terwujudnya peningkatan kemitraan masyarakat dan sektor swastadalam pembangunan kepemudaan.11. Penguatan fungsi instansi yang mengelola pemuda dan olahraga didaerah. 12. Semua pihak baik masyarakat, swasta maupun pemerintah didoronguntuk mengembangkan industri olahraga.
3
13. Mendorong semua pihak untuk memasyarakatkan kembali olahraga.14. Adanya koordinasi yang baik antara Kemenpora (Dinas Pemuda danOlahraga di daerah), Depdikbud (Dinas Pendidikan), KONI, dan BAPOPI agarsaling mendukung dalam pembangunan olahraga dan tidak terjadi tumpangtindih program dan perencanaan.15. Pemerintah perlu mendukung penelitian dan pengembangan dalambidang olahraga, khususnya untuk peningkatan prestasi.16. Fungsi Kemenpora sebagai leading sector dan koordinator pembangunankepemudaan dan keolahragaan harus lebih diperkuat melalui sinergi dankerjasama intensif dengan pihak-pihak terkait, sesuai amanat UU no39/2008.
4
Latar BelakangJumlah pemuda Indonesia tahun 2013 menurut Badan Pusat
Statistik (BPS) diproyeksikan sebesar 62.6 juta orang, yaitu
mencapai 25,2 persen dari total penduduk Indonesia. Menurut
Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB), jumlah pemuda di seluruh
dunia mencapai angka 1,2 milyar. Dari jumlah tersebut,
sekitar 87 persen (± 1 milyar) berada di negara-negara
berkembang, serta 8 dari 10 orang pemuda berada di wilayah
Afrika dan Asia. Data juga menunjukkan hampir sekitar 50
persen dari penduduk negara-negara berkembang adalah pemuda
dan anak-anak.
Angka ini merupakan potensi besar jika dapat dimanfaatkan
seoptimal mungkin. Namun sebaliknya, apabila potensi
tersebut tidak dikelola dengan baik justru akan berdampak
negatif terhadap proses pembangunan yang sedang berlangsung.
Oleh karena itu untuk memastikan agar potensi pemuda dapat
tersalurkan untuk menghasilkan manfaat semaksimal mungkin,
pemuda perlu dilibatkan dalam proses-proses pembangunan.
Keterlibatan ini menjadi penting, karena apabila pemuda
berada di luar lingkaran proses pembangunan potensinya
cenderung akan menjadi faktor penghambat pembangunan dan
pemuda akan termarjinalisasi. Apalagi mengingat pemuda
merupakan segmen yang memiliki energi besar serta inovasi
5
yang tinggi, sehingga apabila mereka terpinggirkan akan
melahirkan masalah-masalah sosial lainnya.
Pengarusutamaan pemuda dapat dimaknai sebagai strategi yang
dilakukan secara sistematis untuk meningkatkan peran serta
pemuda dalam seluruh aspek kehidupan manusia dan
memperhatikan serta melibatkan pemuda ke dalam perencanaan,
pelaksanaan, pemantauan dan evaluasi dari seluruh kebijakan
dan program di berbagai bidang kehidupan dan pembangunan
(Kajian Staf Ahli Menpora, 2010).
Dengan bahasa yang hampir sama Wahyudini (2010) merumuskan
konsep kebijakan pengarusutamaan pemuda sebagai “Suatu
strategi yang mengikat setiap pihak untuk berkomitmen dalam
memprioritaskan pembangunan kepemudaan dalam setiap proses
pembangunan yang dimulai dari perencanaan, pelaksanaan
sampai kepada monitoring dan evaluasi, yang dilakukan secara
koordinatif, sinergi, dan harmonis”.
Menurut ECOSOC Agreed Conclusions 1997/2, Pengarusutamaan Pemuda
merupakan suatu proses mengukur implikasi (bagi pemuda) dari
setiap tindakan yang direncanakan, termasuk perundang-
undangan, kebijakan atau program, di semua bidang dan pada
semua tingkatan.
Ini merupakan suatu strategi untuk menjadikan perhatian dan
pengalaman tentang masalah kepemudaan sebagai sebuah dimensi
integral mulai dari desain, pelaksanaan, pemantauan dan
evaluasi kebijakan dan program, di semua bidang politik,
Faktor yg turut berpengaruh: sosial-ekonomi, nilai dan perilaku, budaya institusi, hubungan kekuasaan
6
ekonomi dan sosial agar pemuda mendapatkan manfaat yang
setara.
Beberapa pokok pemikiran yang melandasi praktek kebijakan
pengarusutamaan pemuda antara lain:
• Memperhitungkan kebutuhan dan aspirasi kaum muda.
• Memberikan kesempatan bagi kaum muda untuk mengambil
tanggung jawab yang lebih besar, misalnya dengan cara
mengembangkan kemitraan.
• Membantu peningkatan kapasitas dan memberdayakan kaum
muda.
• Meningkatkan partisipasi aktif pemuda dalam semua tahap
desain program, pelaksanaan dan evaluasi.
• Upaya-upaya bersama didorong oleh mobilisasi stakeholder.
Adapun kerangka Pengarusutamaan pemuda dapat dilihat sebagai
berikut:
intervensi
7
PEM UDAForm ulasi aturan & kebijakan yg sensitif terhadap kepentingan
pem uda
M onitoring dan evaluasi
Desain program dan intervensi
Riset dan konsultasi dengan stakeholder
Pelibatanpem udasebagaipartner bukanhanyasebagaiobjek
Pem udaterintegrasidalam proses m onev
Pem udahrsberperanaktifdalam pendataandanproses-proses konsultasi
Faktoryang turutberpengaruh: sosial-ekonom i, nilaidanperilaku, budayainstitusi, hubungankekuasaan
Gambar 1. Kerangka Pengarusutamaan Pemuda
Sumber: ECOSOC Agreed Conclusions 1997/2
Olahraga telah menjadi fenomena global dan diakui
kedudukannya oleh PBB sebagai instrumen pembangunan dan
perdamaian. Oleh karena itu, pemerintah Indonesia juga
memandang penting pembangunan olahraga karena olahraga
diyakini merupakan wahana yang strategis dan efektif dalam
meningkatkan kualitas sumber daya manusia untuk membentuk
watak dan karakter bangsa (nation and character building). Dengan
demikian pembinaan dan pengembangan olahraga perlu terus
ditingkatkan secara terarah, sistematis dan berkesinambungan
intervensiPelibatan pemuda sbg partner bukanhanya sbg objek
8
agar selaras dengan tujuan pembangunan nasional khususnya
dalam meningkatkan kesejahteraan rakyat
Tantangan dalam bidang olahraga ke depan adalah peningkatan
pembudayaan dan pembinaan prestasi olahraga yang didukung
oleh pendanaan keolahragaan, prasarana dan sarana olahraga,
penghargaan keolahragaan, serta optimalisasi sistem
manajemen keolahragaan nasional dalam rangka pembangunan
olahraga pendidikan, olahraga rekreasi, dan olahraga
prestasi (Renstra Kemenpora 2010-2014).
Dalam Kajian Staf Ahli Menpora (2010), Pengarusutamaan
Olahraga dimaknai sebagai strategi yang sistematis untuk
meningkatkan komitmen semua pihak untuk meningkatkan
kualitas hidup manusia Indonesia sebagai manusia bugar,
sehat, dan berprestasi dengan memasukkan unsur
kebutuhan olahraga ke dalam kebijakan dan program
dalam perencanaan, pelaksanaan, pemantauan dan evaluasi dari
seluruh kebijakan dan program di berbagai bidang kehidupan
dan pembangunan. Kebijakan pengarusutamaan olahraga
ditujukan untuk membangkitkan prestasi olahraga dan
menjadikan olahraga sebagai gaya hidup, budaya masyarakat
dan wahana memosisikan kemartabatan dan keberadaban bangsa
Indonesia dalam berbagai ajang olahraga internasional.
Kebijakan Pengarusutamaan Pemuda dan Olahraga ini menjadi
strategis dalam rangka mewujudkan peningkatan kualitas
9
sumberdaya manusia Indonesia dengan harapan dapat diraihnya
tujuan pembangunan kepemudaan yaitu pembentukan karakter,
pembentukan kapasitas, dan daya saing pemuda serta
mewujudkan masyarakat Indonesia yang bugar, sehat, dan
berprestasi di bidang olahraga. Untuk itu diperlukan
kerjasama serta komitmen berbagai pihak, baik dari unsur
pemerintah, swasta maupun pemuda itu sendiri dalam berupaya
agar pembangunan kepemudaan dan keolahragaan dapat tercapai
secara maksimal. Langkah-langkah strategis yang mendorong
implementasi kebijakan ini perlu disusun agar seluruh pihak
dapat terbuka dan melaksanakannya.
10
Maksud dan TujuanMaksud pembuatan kajian ini adalah untuk menyusun rancangan
panduan pelaksanaan kebijakan pengarusutamaan pemuda dan
olahraga. Adapun tujuannya adalah:
1. Memperoleh gambaran tentang kondisi pembangunan
kepemudaan dan keolahragaan di daerah dari stakeholder
pemuda dan olahraga.
2. Memperoleh masukan dari stakeholder pemuda dan olahraga
tentang rancangan kebijakan pengarusutamaan pemuda dan
olahraga.
3. Membuat rekomendasi dalam menyusun rancangan panduan
pelaksanaan kebijakan Pengarusutamaan Pemuda dan
Olahraga.
Dasar Hukum
1. UU Nomor 3 Tahun 2005 Tentang Sistem Keolahragaan
Nasional
2. UU Nomor 40 Tahun 2009 Tentang Kepemudaan
3. UU Nomor 24 Tahun 2010 Tentang Gerakan Pramuka
4. Perpres No. 5 Tahun 2010 tentang RPJMN 2010-2014
5. Rencana Strategis Kementerian Pemuda dan Olahraga
6. Rencana Kegiatan Staf Ahli Menpora Bidang
Pengarusutamaan Pemuda dan Olahraga.
11
Pelaksanaan KegiatanPembuatan rancangan panduan pelaksanaan kebijakan
Pengarusutamaan Pemuda dan Olahraga ini diawali dengan
melakukan diskusi bersama stakeholder pemuda dan olahraga yang
ada di beberapa daerah. Hasil diskusi kemudian disarikan
untuk dibuat rekomendasi bagi panduan kebijakan
pengarusutamaan pemuda dan olahraga. Adapun diskusi diadakan
di kota Banjarmasin, Solo, Jakarta, Serang, dan Samarinda.
12
Hasil Kegiatan
Hasil kegiatan terangkum seperti di bawah ini:
Kapasitas Pemuda
o Organisasi kepemudaan (OKP) sebagai salah satu wadah
peningkatan kapasitas pemuda masih menghadapi kendala
dalam hal kaderisasi pengurus maupun anggota, yaitu
dalam menyesuaikan dengan UU No. 40 Tahun 2009
mengenai batas usia pemuda, karena pengurus organisasi
kepemudaan masih banyak yang usianya melebihi batasan
yang disebutkan dalam Undang-undang tersebut. Hal ini
mencerminkan lemahnya kaderisasi dan kepemimpinan
dalam organisasi kepemudaan yang harus diperbaiki
untuk meningkatkan kapasitas pemuda melalui
keterlibatan di dalam organisasi kepemudaan.
o Ketertiban administrasi organisasi kepemudaan masih
perlu ditingkatkan. Hal ini berkaitan dengan kapasitas
pemuda yang masih rendah dalam mengelola organisasi
dan kurangnya ketertiban dalam melaporkan kegiatan
organisasi kepada pemerintah terkait.
o Pendanaan yang terbatas untuk kegiatan-kegiatan
kepemudaan mengakibatkan rendahnya peningkatan
skill/keterampilan pemuda karena jarangnya dilakukan
pelatihan-pelatihan maupun pembinaan kepemudaan.
13
o Apresiasi masyarakat terhadap prestasi yang dicapai
oleh pemuda minim masih dan kegiatan pemuda masih
kurang didukung oleh lingkungan sekitarnya karena
kegiatan kepemudaan dianggap hanya membuang waktu dan
yang lebih diutamakan adalah mencari uang daripada
berorganisasi.
o Fungsi Komite Nasional Pemuda Indonesia (KNPI) sebagai
wadah berhimpunnya organisasi kepemudaan masih belum
maksimal. KNPI hanya dianggap sebagai ajang bergaul
dan mendapatkan teman, sementara organisasi kepemudaan
yang berada di bawah naungannya juga masih terbatas
jenisnya dan tidak berkembang serta masih dianggap
terlalu berafiliasi kepada pemerintah.
o Walaupun organisasi kepemudaan yang tergabung di KNPI
mendapat dana untuk kegiatan-kegiatan kepemudaan,
jumlah yang diterima masih sangat terbatas sehingga
OKP tidak dapat leluasa dalam mengelolanya.
o Gerakan Pramuka perlu dihidupkan kembali di kalangan
generasi muda sebagai wadah pembentukan karakter dan
kegiatan positif untuk mencegah kenakalan remaja.
o Sarana dan prasarana untuk mendukung peningkatan
kapasitas pemuda seperti Gelanggang Pemuda masih harus
ditingkatkan baik dari segi jumlah, fasilitas, maupun
pemeliharaannya.
Keterlibatan dan Partisipasi Pemuda
14
o Keterlibatan dan partisipasi pemuda dalam program
pembangunan masih sebatas pada kepesertaan atau objek
sasaran penerima manfaat, belum dilibatkan dalam
perencanan terlebih lagi dalam tahap penganggaran,
monitoring dan evaluasi. Hal ini lebih banyak
disebabkan ketidaktahuan mereka terhadap tahapan
pembangunan serta belum adanya kepercayaan dari pihak
pengelola program/pemerintah untuk melibatkan pemuda.
Pemerintah juga belum terbiasa untuk transparan dan
akuntabel dalam melakukan perencanaan, pelaksanaan,
penganggaran, maupun monitoring dan evaluasi program.
o Perlunya dibangun suatu mekanisme agar suara pemuda
didengar dan pemuda diikutsertakan dalam proses
pembangunan.
o Sosialisasi kegiatan kepemudaan masih perlu
ditingkatkan untuk menyebarluaskan dampak positif dari
kegiatan kepemudaan agar mendapat dukungan dari
seluruh elemen masyarakat.
o Partisipasi pemuda dalam pembangunan perlu didukung
oleh kebijakan pemerintah salah satunya seperti yang
dilakukan oleh Pemerintah Daerah DKI Jakarta yang
sedang menggodok Perda Kepemudaan untuk mendorong
partisipasi pemuda.
o Tidak adanya indikator/alat ukur khusus untuk menilai
keberhasilan program kepemudaan menyebabkan program
15
sulit untuk dievaluasi secara efektif, terlebih lagi
oleh pihak luar seperti pemuda.
Peran Stakeholder Kepemudaan
o Masih lemahnya pemahaman aparatur negara baik di
birokrasi maupun legislator terhadap pentingnya
pembangunan kepemudaan. Selain itu bidang kepemudaan
tidak diprioritaskan karena bukan merupakan tugas
pokok dan fungsi/
tupoksi dari lembaga/instansi terkait.
o Masih belum maksimalnya peran sektor swasta dan BUMN
dalam pemberdayaan dan pengembangan potensi pemuda
akibat kurangnya pemahaman dan pengetahuan mereka
tentang penyadaran, pemberdayaan, dan pengembangan
pemuda.
o Aksi-aksi untuk mengatasi masalah kepemudaan sudah
dilakukan melalui kerjasama antara KNPI dan
pemerintah, tapi situasi ini tidak berlangsung merata
di setiap daerah karena hubungan antara pemerintah dan
OKP tidak selamanya selalu berjalan dengan mulus.
o Agar pembangunan kepemudaan dapat dilakukan oleh semua
pihak secara terintegrasi, perlu dibentuk semacam
forum lintas sektor bidang kepemudaan yang mencakup
pihak-pihak yang berkepentingan baik pelaku
pembangunan maupun stakeholder pemuda lainnya. Hal ini
juga untuk mencegah terjadinya tumpang tindih sasaran
16
dan kegiatan kepemudaan sehingga sinergi antar pihak
dapat ditingkatkan.
o Minimnya riset dan database kepemudaan menyebabkan
perencanaan program tidak dilakukan berbasis data
sehingga keefektifannya masih harus dipertanyakan.
o Komitmen terhadap pembangunan kepemudaan dapat
ditunjukkan salah satunya dengan peningkatan anggaran
seperti yang dilakukan di DKI Jakarta dimana sudah ada
SK Gubernur tentang kewajiban 18 SKPD untuk membuat
dan menganggarkan program kepemudaan.
o Adanya harapan dari stakeholder kepemudaan agar
Kementerian Pemuda dan Olahraga dapat berperan lebih
aktif sebagai koordinator dan leading sector pembangunan
kepemudaan.
o Diharapkan adanya penguatan kelembagaan yang menjadi
motor penggerak pembangunan kepemudaan di daerah, baik
dari segi dana, fasilitas, maupun sumberdaya manusia.
Olahraga Pendidikan
o Masih dibutuhkan pemahaman yang menyeluruh dari
berbagai pihak tentang penting berolahraga semenjak
dini mulai dari usia sekolah mengingat banyaknya
manfaat yang diperoleh dengan berolahraga, apalagi
mengingat budaya berolahraga semakin tenggelam dan
digantikan dengan kecenderungan akan permainan
berbasis teknologi. Dengan demikian akan terbuka
17
pemikiran bahwa kualitas sumberdaya manusia tidak
melulu hanya dilihat dari prestasi akademis di sekolah
melainkan salah satunya ditentukan oleh kebugaran
fisik.
o Pembinaan olahraga di tingkat sekolah dilakukan oleh
Dinas Pendidikan dengan mengadakan berbagai ajang
pertandingan olahraga bagi siswa, namun masih memiliki
banyak kendala antara lain kurangnya dukungan
orangtua, minimnya lahan maupun sarana dan prasarana
lainnya untuk berolahraga di sekolah, kualitas guru
olahraga yang masih perlu ditingkatkan, serta dukungan
pendanaan untuk keberlangsungan pelaksanaan kompetisi.
o Perlunya dukungan pemerintah terhadap inisiatif-
inisiatif yang muncul dalam rangka memajukan olahraga
pendidikan seperti yang dilakukan di Serang dimana
atlet yang tidak terfasilitasi dalam penerimaan
sebagai pegawai negeri berinisiatif memiliki siswa
didik sekitar 700 orang dan berwirausaha secara
mandiri memajukan industri olahraga. Selain itu juga
memanfaatkan dana Dekon untuk memajukan klub olahraga
sekolah dan sekarang sudah ada 20 klub olahraga
sekolah.
Olahraga Prestasi
o Belum terlihat keterkaiatan yang sistematis satu sama
lain antara rekrutmen calon atlet, pembibitan,
18
pembinaan pada cabang olahraga, sampai pada
peningkatan prestasi yang berakibat belum
signifikannya peningkatan prestasi olahraga yang
diperoleh.
o Dalam melakukan pembinaan, di beberapa daerah masih
terdapat kesulitan koordinasi antara Pemerintah dengan
Komite Nasional Olahraga Indonesia (KONI), walaupun
ada yang bisa bersinkronisasi dengan baik. Kesulitan
koordinasi ini salah satunya disebabkan oleh pendanaan
yang langsung turun ke KONI, tidak melalui Pemerintah
Daerah.
o Masih minimnya database tentang keolahragaan, seperti
data atlet, kejuaraan, pelatih, serta penelitian-
penelitian dan inovasi yang bersifat mendukung
peningkatan prestasi di bidang olahraga. Komitmen
pemerintah dibutuhkan salah satunya dengan
mengalokasikan dana untuk penelitian dan pengembangan
serta perapihan database bidang olahraga.
o Perlunya dukungan bantuan hukum bagi KONI karena
kasus-kasus hukum yang sangat beragam, misalnya
perpindahan atlet, masalah kontrak dan sebagainya.
o Sistem rekrutmen atlet mulai dari tingkat kecamatan
masih perlu pembenahan, misalnya dengan penguatan
kelembagaan yang sudah ada seperti Bapopsi.
19
o Penghargaan bagi atlet berprestasi, terutama untuk
menjamin masa depannya masih perlu peningkatan,
seperti pengangkatan menjadi PNS. Selain itu juga
perlu dipikirkan tentang masa depan pelatih yang perlu
diupayakan oleh pemerintah salah satunya dengan
Jabatan Fungsional Pelatih.
o Perlunya peningkatan kualitas sumberdaya manusia yang
menangani keolahragaan, dalam hal ini pelatih, wasit,
maupun guru olahraga. Hal ini terkait pula dengan
kualitas sistem pendidikan tinggi di bidang olahraga.
Kualitas pembina maupun pelatih olahraga yang baik
diharapkan dapat menghasilkan prestasi yang
membanggakan bagi dunia olahraga. Tentunya hal ini
berhubungan baik langsung maupun tidak dengan
apresiasi yang diberikan pemerintah terhadap wasit,
pelatih, maupun atlet yang berprestasi sehingga
meningkatkan motivasi mereka untuk meningkatkan
kualitas dirinya.
Olahraga Rekreasi
o Olahraga rekreasi umumnya diminati dengan antusias
oleh masyarakat, terbukti dengan semakin berkembangnya
komunitas-komunitas olahraga baru seperti olahraga
tradisional dan olahraga ekstrim.
20
o Sarana dan prasarana olahraga masyarakat masih
perlunya peningkatan baik dari segi jumlah maupun
kualitas dan pemeliharaannya.
o Perlu dipikirkan untuk membangun sport center di tingkat
provinsi mengingat olahraga merupakan penyaluran
aktivitas yang positif.
o Federasi Olahraga Rekreasi Masyarakat Indonesia
(FORMI) yang sudah terbentuk di daerah masih perlu
penguatan terutama masalah pendanaan dan sumberdaya
manusia.
o Perlu menggalakkan kembali movement culture atau
kebiasaan berolahraga masyarakat agar kualitas hidup
masyarakat meningkat.
o Perlunya partisipasi swasta dalam pengembangan sarana
prasarana olahraga masyarakat seperti fasilitas
sapras di perumahan-perumahan.
o
21
Rekomendasi
1. Pembangunan kepemudaan dan keolahragaan dilakukan
sinergis antara unsur pemerintah, swasta, dan masyarakat
dengan menjunjung tinggi prinsip-prinsip good governance,
yaitu akuntabilitas, pengawasan, daya tanggap,
profesionalisme, efisiensi dan efektivitas,
transparansi, kesetaraan, wawasan ke depan, partisipasi,
dan penegakan hukum.
2. Pembangunan kepemudaan dan keolahragaan dilakukan secara
setara dengan tidak mempertimbangkan unsur-unsur Suku,
Agama, Ras, dan Antar-golongan (SARA).
3. Pengarusutamaan Pemuda dan Olahraga perlu diposisikan ke
dalam pembangunan yang diprioritaskan pada RPJMN 2015-
2019.
4. Menciptakan iklim yang kondusif bagi pemuda untuk
berpartisipasi dalam proses pembangunan dengan membuka
selebar-lebarnya pintu komunikasi, informasi dan edukasi
dalam penyusunan program-program pembangunan kepemudaan.
5. Pelibatan pemuda dalam proses pembangunan dilakukan
melalui mekanisme proses Musyawarah Perencanaan
Pembangunan (Musrenbang) khusus pemuda.
6. Perlunya penyusunan database kepemudaan dan keolahragaan
yang dilakukan melalui penelitian dan pengembangan dan
diwujudkan melalui komitmen anggaran untuk penelitian
22
pengembangan dan digunakan sebagai dasar bagi
perencanaan program-program kepemudaan dan keolahragaan.
7. Perlunya dirancang indikator/alat ukur untuk
mengevaluasi keefektivan program pembangunan kepemudaan
yang selama ini sudah berjalan.
8. Komitmen instansi/Kementerian-Lembaga (KL) terhadap
pentingnya pembangunan kepemudaan diwujudkan dalam
bentuk penyusunan program dan anggaran yang
mengedepankan kepentingan dan keberpihakan terhadap
pemuda dan olahraga.
9. Dalam penyusunan program pembangunan kepemudaan,
instansi/KL didorong untuk memprioritaskan masalah-
masalah sebagai berikut: pendidikan, lapangan kerja,
kelaparan dan kemiskinan, kesehatan, lingkungan,
penyalahgunaan obat-obatan, kenakalan remaja, aktivitas
waktu senggang, perempuan, partisipasi, globalisasi,
informasi dan teknologi, HIV AIDS, pemuda dan pencegahan
konflik, serta hubungan intergenerasi.
10. Mendorong instansi/KL untuk melakukan koordinasi dan
sinergi dalam perencanaan, pelaksanaan dan monitoring
dan evaluasi pembangunan kepemudaan dan keolahragaan
melalu pembentukan kelompok kerja khusus yang menangani
pengarusutamaan pemuda dan olahraga .
11. Terwujudnya peningkatan kemitraan masyarakat dan sektor
swasta dalam pembangunan kepemudaan dan keolahragaan
23
dalam bentuk pengadaan sarana prasarana, dan sinergi
kegiatan-kegiatan yang melibatkan pemuda dan olahraga.
12. Penguatan fungsi instansi yang mengelola pemuda dan
olahraga di daerah dilakukan dengan peningkatan kualitas
sumberdaya manusia, pendanaan dan sarana prasarana,
dengan berkoordinasi dengan Pemerintah Daerah/Provinsi.
13. Mengingat dewasa ini bidang olahraga semakin maju, maka
semua pihak baik masyarakat, swasta maupun pemerintah
didorong untuk mengembangkan industri olahraga melalui
penegakan aturan dan kebijakan yang mendukung serta
memberikan kemudahan bagi munculnya inisiatif-inisiatif
baru.
14. Mendorong semua pihak untuk memasyarakatkan kembali
olahraga dengan menghidupkan movement culture melalui
gerakan nasional berolahraga yang diinisiasi oleh
pemerintah.
15. Kementerian Pemuda dan Olahraga (Dinas Pemuda dan
Olahraga di daerah), Departemen Pendidikan dan
Kebudayaan (Dinas Pendidikan), Komite Olahraga Nasional
Indonesia (KONI), dan Badan Pembina Olahraga Profesional
Indonesia (BAPOPI) harus saling berintegrasi dan
berkoordinasi dengan baik agar saling mendukung dan
tidak terjadi tumpang tindih program dan perencanaan
pembangunan keolahragaan.
24
16. Pemerintah perlu mendukung penelitian dan pengembangan
dalam bidang olahraga, khususnya untuk peningkatan
prestasi, dalam bentuk peningkatan kualitas sumberdaya
manusia dan anggaran yang memadai.
17. Fungsi Kemenpora sebagai leading sector dan koordinator
pembangunan kepemudaan dan keolahragaan harus lebih
diperkuat melalui sinergi dan kerjasama intensif dengan
pihak-pihak terkait, sesuai amanat UU no 39/2008 dimana
Kementerian Pemuda dan Olahraga (Kemenpora) memiliki
kewenangan dalam hal urusan pemerintahan dalam rangka
penajaman, koordinasi, dan sinkronisasi program
pemerintah.