MAKALAH EKONOMI MONETER
Transcript of MAKALAH EKONOMI MONETER
EKONOMI MONETER
TEORI EKONOMI MONETER KEYNES, SETELAH KEYNES & MILTON
D
I
S
U
S
U
N
OLEH:
SITI MUKAROMAH
7132141039
C REGULER PENDIDIKAN EKONOMI 2013
FAKULTAS EKONOMI
UNIVERSITAS NEGERI MEDAN
2015
KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa yang telah
memberikan kita berbagai macam nikmat, sehingga aktifitas
hidup yang kita jalani ini akan selalu membawa keberkahan,
baik kehidupan di alam dunia ini, lebih-lebih lagi pada
kehidupan akhirat kelak, sehingga semua cita-cita serta
harapan yang ingin kita capai menjadi lebih mudah dan penuh
manfaat.
Terima kasih sebelum dan sesudahnya penulis ucapkan
kepada Dosen serta teman-teman sekalian yang telah membantu,
baik bantuan berupa moriil maupun materil, sehingga makalah
ini terselesaikan dalam waktu yang telah ditentukan. Penulis
menyadari sekali, didalam penyusunan makalah ini masih jauh
dari kesempurnaan serta banyak kekurangan-kekurangnya, baik
dari segi tata bahasa maupun dalam hal pengkonsolidasian
kepada dosen serta teman-teman sekalian, yang kadangkala hanya
menturuti egoisme pribadi, untuk itu besar harapan penulis
jika ada kritik dan saran yang membangun untuk lebih
menyempurnakan makalah ini dilain waktu.
Harapan yang paling besar dari penyusunan makalah ini
ialah, mudah-mudahan apa yang penulis susun ini penuh manfaat,
baik untuk pribadi, teman-teman, serta orang lain yang ingin
mengambil atau menyempurnakan lagi atau mengambil hikmah dari
judul ini ( teori moneter Keynes dan Milton ) sebagai tambahan
dalam menambah referensi yang telah ada.
Medan, April 2015
Penyusun
Siti Mukarromah
7132141039
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Dalam setiap pembahasan mengenai permintaan uang perlu
diperjelas mengenai definisi uang. Hal ini mengingat adanya
banyak definisi mengenai uang. Dalam hal ini, uang
didefinisikan sebagai alat tukar (medium of exchange), yaitu
suatu barang atau kekayaan riil yang secara umum dapat
diperima sebagai pembayaran. Uang juga dipergunakan sebagai
penyimpan nilai dan sebagai alat pengukur, atau secara
ringkasnya biasa dinyatakan dalam satuan uang.
Jumlah uang yang diminta dalam suatu perekonomian,
termasuk berbagai jenis kekayaan moneter lain, sangat
dipengaruhi oleh kondisi kelembagaan, peraturan pemerintah dan
perkembangan teknologi. Teori permintaan uang sebenarnya dapat
dijelaskan dengan menggunakan teori tentang alokasi sumber-
sumber ekonomi yang sifatnya terbatas, manusia haruslah
memilih alokasi yang memberikan kepuasan sebesar-besarnya.
Salah satu bentuk kekayaan seseorang adalah uang. Semakin
banyak uang yang dipegang maka semakin kaya. Selain uang,
kekayaan juga dapat diwujudkan dalam bentuk surat berharga,
deposito atau barang. Namun kebanyakan orang lebih banyak
memilih kekayaan dalam bentuk uang daripada dirupakan menjadi
surat berharga atau deposito berjangka.
B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana pengertian tentang teori moneter menurut
pendapat Keynes?
2. Bagaimana pengertian tentang teori moneter menurut
pendapat Keynes setelah Keynes?
3. Bagaimana pengertian tentang teori moneter menurut Milton
Friedman?
C. Tujuan
1. Memahami pengertian dari teori moneter menurut pendapat
Keynes.
2. Memahami pengertian dari teori moneter menurut pendapat
Keynes setelah Keynes.
3. Memahami pengertian dan teori moneter menurut Milton
Friedman.
BAB II
PEMBAHASAN
A. Teori Permintaan Uang Keynes
Keynes menerangkan mengapa seseorang memegang uang kas
berdasarkan kegunaan uang. Dalam teorinya tentang permintaan
akan uang kas, Keynes membedakan antara motif transaksi (dan
berjaga-jaga) serta spekulasi. Seseorang memerlukan uang
karena dia akan melakukan transaksi dan untuk berjaga-jaga
(kalau sakit, terkena musibah dan sebagainya yang pada
akhirnya merupakan kegiatan transaksi). Selain itu orang mau
memegang uang karena motif spekulasi, dalam hal ini dilakukan
bertujuan untuk memperoleh hasil dari uang yang dipegang
maksimum, dengan cara mengkombinasikan uang yang dipegang
dengan bentuk kekayaan lainnya.
Meskipun bisa dikatakan bahwa teori uang Keynes adalah teori
yang bersumber dari teori Cambridge, tetapi Keynes
mengemukakan sesuatu yang berbeda dengan teori moneter tradisi
klasik. Pada hakekatnya perbedaan ini terletak pada penekanan
pada fungsi uang yang lain, yaitu sebagai store of value dan
bukan hanya sebagai means of exchange. Teori ini kemudian
dikenal dengan nama teori Liquidity Preference.
1. Motif permintaan uang untuk tujuan transaksi
Individu atau perusahaan memerlukan uang kas untuk
melakukan transaksi. Transaksi ini sering terjadi tidak
bersamaan waktunya dengan penerimaan uang. Pengeluaran ini
sering kali tidak bisa diperkirakan terlebih dahulu, sehingga
sangat diperlukan adanya uang kas di tangan. Meskipun
seandainya pengeluaran dan penerimaan itu dapat diperkirakan
dengan tepat, namun uang kas di tangan tetap diperlukan. Sebab
penerimaan yang diharapkan mungkin tidak jadi di terima, atau
pengeluaran untuk transaksi yang sangat penting untuk
dilakukan sebelum waktu penerimaan datang, atau mungkin suatu
transaksi yang memberikan keuntungan besar sangat menarik
untuk dilakukan sebelum penerimaan datang dan sebagainya.
Keynes mengatakan bahwa permintaan uang kas untuk tujuan
transaksi ini tergantung dari pendapatan. Semakin tinggi
pendapatan seseorang, semakin besar keinginan akan uang kas
untuk transaksi. Masyarakat yang tingkat pendapatannya tinggi,
biasanya melakukan transaksi yang lebih banyak dibanding
masyarakat yang pendapatannya lebih rendah.
Orang memegang uang guna memenuhi dan melancarkan
transaksinya, dan permintaan akan uang dari masyarakat untuk
tujuan ini sangat dipengaruhi oleh tingkat pendapatan nasional
dan tingkat bunga. Semakin tinggi tingkat pendapatan semakin
besar volume transaksi dan semakin besar pula kebutuhan uang
untuk tujuan transaksi. Permintaan uang untuk tujuan transaksi
ini pun tidak merupakan suatu proporsi yang selalu konstan,
tetapi dipengaruhi pula oleh tinggi rendahnya tingkat bunga.
Hanya saja faktor tingkat bunga untuk permintaan transaksi
untuk uang ini tidak ditekankan oleh Keynes, akan tetapi
tingkat bunga ditekankan pada permintaan uang untuk tujuan
spekulasi.
2. Motif berjaga-jaga (Precautionary Motive)
Orang akan mendapat manfaat dari memegang uang untuk
menghadapi keadaan-keadaan yang tidak terduga, karena sifat
uang yang liquid, yaitu mudah ditukarkan dengan barang-barang
lain. Menurut Keynes permintaan uang untuk tujuan berjaga-jaga
ini dipengaruhi oleh faktor-faktor yang sama dengan faktor
yang mempengaruhi permintaan uang untuk transaksi, yaitu
terutama dipengaruhi pula oleh tingkat penghasilan orang
tersebut, dan mungkin dipengaruhi pula oleh tingkat bunga
(meskipun tidak kuat pengaruhnya). Motif memegang uang untuk
berjaga-jaga ini muncul karena adanya ketidakpastian mengenai
masa datang. Motif transaksi dan motif berjaga-jaga merupakan
fungsi positif dari tingkat pendapatan.
3. Motif permintaan uang untuk tujuan spekulasi
Sesuai dengan namanya, motif dari memegang uang ini
adalah terutama untuk tujuan memperoleh keuntungan yang bisa
diperoleh dari seandainya si pemegang uang tersebut meramal
apa yang akan terjadi dengan benar. Pada teori Cambridge
faktor ketidaktentuan masa depan (uncertainly) dan faktor
harapan (expectations) dari pemilik kekayaan bisa mempengaruhi
permintaan akan uang dari pemilik kekayaan tersebut. Namun
teori seperti itu tidak pernah membakukan faktor-faktor
tersebut ke dalam perumusan teori moneter mereka. Perumusan
permintaan uang untuk motif spekulasi dari Keynes merupakan
langkah “formalisasi” dari faktor-faktor tertentu dalam teori
moneter.
Keynes tidak membicarakan faktor “uncertainly” dan
“expectations” secara umum, seperti teori Cambridge. Tetapi ia
membatasi “uncertainly” dan “expectations” mengenai satu
variable yaitu tingkat bunga. Pada garis besarnya teori Keynes
membatasi pada keadaan dimana pemilik kekayaan bisa memilih
memegang kekayaannya dalam bentuk uang tunai atau obligasi
(bond). Uang tunai dianggap tidak memberikan penghasilan,
sedangkan obligasi dianggap memberikan berupa sejumlah uang
tertentu setiap periode. Dalam teori Keynes dibicarakan khusus
obligasi yang memberikan suatu penghasilan berupa sejumlah
uang tertentu setiap periode selama waktu yang tak terbatas
(perpetuity).
Secara umum bisa ditulis dengan persamaan sebagai berikut:
K = R.P
dimana K adalah hasil per tahun yang diterima, R adalah
tingkat bunga, dan P adalah harga pasar atau nilai sekarang
dalam obligasi “perpetuity” tersebut. Persamaan tersebut bisa
juga ditulis sebagai berikut:
P = K/R
yang menunjukkan bahwa (karena K adalah konstan) harga pasar
obligasi (P) berbanding terbalik dengan tingkat bunga R.
Apabila tingkat bunga turun, maka harga pasar obligasi naik,
dan sebaliknya apabila tingkat bunga naik maka harga pasar
obligasi turun, atau dengan kata lain semakin tinggi tingkat
suku bunga semakin rendah permintaan uang kas oleh seseorang
atau masyarakat. Karena, semakin tinggi tingkat suku bunga,
maka semakin besar ongkos memegang uang tunai sehingga
seseorang atau masyarakat lebih baik membeli obligasi.
Sebaliknya apabila tingkat suku bunga semakin rendah maka
semakin rendah pula ongkos memegang uang tunai dan semakin
besar seseorang atau masyarakat untuk menyimpan uang tunai.
Suatu hal yang perlu dicatat mengenai mekanisme
permintaan akan uang untuk motif spekulasi seperti yang
dikemukakan di sini adalah bahwa semuanya berkisar
pada harapan mengenai perubahan tingkat bunga di masa
mendatang. Apa yang menetukan harapan seseorang akan gerak
dari tingkat bunga? Mengenai hal ini Keynes mengatakan bahwa
pada suatu waktu seseorang mempunyai pendapat mengenai tingkat
bunga yang ia anggap “normal”. Bila pada suatu waktu tingkat
bunga yang berlaku lebih tinggi dari tingkat bunga yang ia
anggap normal, maka ia akan mengharapkan bahwa tingkat bunga
akan turun di masa mendatang.
Teori Keynes tentang Tingkat Suku
Bunga
Gambar (a) menunjukkan uang kas diperlukan untuk setiap
tingkat pendapatan, berapapun tingkat suku bunga yang berlaku
nilai MT dan MP tidak elastis terhadap perubahan tingkat suku
bunga. Pada gambar (b) permintaan uang untuk spekulasi
ditentukan oleh tingkat bunga, yaitu:
Apabila tingkat bunga tinggi permintaan rendah karena orang
lebih suka memegang surat berharga seperti obligasi daripada
memegang uang.
Sebagai contoh, pada r0 permintaan uang pada spekulasi adalah
sebanyak MS1 semakin menurun tingkat bunga semakin banyak
permintaan uang untuk spekulasi karena orang lebih suka
memegang uang daripada obligasi. Sebaliknya MSp elastis
terhadap perubahan tingkat suku bunga dan mempunyai hubungan
yang negatif.
Sebagaimana sudah dikemukakan pada bagian terdahulu,
hubungan antara tingkat suku bunga dan tingkat harga
berbanding terbalik. Jika tingkat suku bunga meningkat, maka
surat-surat berharga akan turun demikian pula sebaliknya.
Karena itu pada tingkat suku bunga yang sangat rendah, orang
akan cenderung memegang uang kas daripada surat-surat
berharga. Seandainya jumlah uang beredar bertambah besar,
orang akan cenderung tetap memilih memegang uang kas. Keadaan
seperti ini disebut perangkap liquiditas (liquidity trap)
sebab semua uang kas terperangkap ditangan untuk menghindari
kerugian dan tidak akan beredar sebagai uang aktif.
Teori permintaan akan uang dari Keynes mempunyai implikasi
bahwa permintaan uang adalah fungsi yang tidak stabil, dalam
arti bahwa fungsi ini bisa bergeser dan berubah posisi dengan
cepat dari waktu ke waktu. Hal ini disebabkan karena Keynes
menekankan peranan faktor uncertaity dan expectation dalam
menetukan posisi permintaan uang untuk tujuan spekulasi.
B. Teori Keynes Setelah Keynes
Teori permintaan uang Keynes mendasarkan pada adanya dua
motif memegang uang kas, yakni motif transaksi dan spekulasi.
Motif transaksi tergantung dari pendapatan. Sedang motif
spekulasi tergantung dari tingkat bunga. Perkembangan
selanjutnya dari teori Keynes ini didasarkan atas dua
pembagian tersebut, yang masing-masing dilakukan oleh William
J. Baumol dan James Tobin. Dalam menganalisa permintaan uang,
keduanya menggunakan pendekatan yang berbeda, antara lain:
1. Permintaan Uang Untuk Tujuan Transaksi
Teori ini diperkembangkan oleh Baumol (1952) dan juga Tobin
(1956) yang masing-masing menjelaskan beberapa faktor yang
mempengaruhi permintaan uang untuk tujuan transaksi.
a. Baumol menggunakan pendekatan teori penentuan persediaaan
barang yang biasa dipakai dalam dunia perusahaan. Baumol
menganalisa tingkah laku individu, dan menganggap bahwa
pendapatan mereka diterima sekali (misalnya tiap bulan).
Namun, individu tersebut harus membelanjakannnya
sepanjang waktu (satu bulan). Hal ini mengingatkan bahwa
kekayaan individu tersebut selain berupa uang kas dapat
berupa surat berharga yang menghasilkan bunga, serta
adanya ongkos atau biaya unruk memerlukan surat berharga
tersebut dengan uang kas.
b. Elastisitas permintaan uang kas untuk tujuan transaksi
terhadap tingkat bunga. Baumol telah menunjukkan bahwa
permintaan uang kas untuk tujuan transaksi itu tergantung
juga terhadap tingkat bunga. Menurut James Tobin,
ketidakbersamaan antara pengeluaran dengan penerimaan
penghasilan memaksa individu untuk menyediakan alat
pembayar guna membiayai transaksinya. Namun tidak berarti
bahwa alat pembayar ini harus berupa uang kas. Dapat
sebagian berupa surat berharga yang memberikan bunga.
Hal ini tergantung besarnya surat berharga tersebut.
Apabila tingkat bunga tinggi (dibanding dengan biaya
transaksi) maka individu akan mengurangi pembayaran
berupa uang kas dan akan mengurangi surat-surat berharga.
Sebaliknya apabila surat berharga rendah (dibandingkan
dengan biaya transaksi) maka individu tersebut akan
memperbanyak uang kas untuk transaksi dan tingkat bunga.
2. Permintaan Uang Untuk Tujuan Spekulasi
Selain dikembangkan oleh Keynes, teori ini juga
dikembangkan oleh James Tobin dalam tulisannya yang berjudul “
Liquidity Preference as Behavior Towards Risk “. Review of
Economic Studies, February 1958. Pokok-pokok teorinya adalah
sebagai berikut: kekayaan seseorang dapat diwujudkan dalam
bentuk uang kas dan obligasi (pembagian ini sejalan dengan
Keynes). Uang kas tidak menghasilkan apa-apa. Sedangkan
obligasi dapat menghasilkan pendapatan yang berupa bunga serta
perubahan harga obligasi sebagai akibat terjadinya perubahan
tingkat bunga.
Dipandang dari seorang pemilik kekayaan (bukan pengusaha)
teori tentang permintaan uang dapat disamakan dengan teori
permintaan akan barang konsumsi. Sehingga permintaan terhadap
uang kas tergantung pada tiga faktor utama, yaitu:
Jumlah total kekayaan
Harga dan pendapatan
Selera dan kesukaan dari pemilik kekayaan
C. Teori Moneter Milton Friedman
Kepakaran Friedman dalam bidang ekonomi tak ada yang
meragukan. Ia disebut-sebut sebagai orang kedua yang paling
berpengaruh sepanjang sejarah ekonomi setelah Adam Smith. Yang
lain mengatakan, setelah John Maynard Keynes, tak ada lagi
ekonom yang sanggup mengubah cara berpikir dan bagaimana
menggunakan perangkat ilmu ekonomi selain Friedman. Puncaknya,
pada 1976, ia dianugerahi hadiah nobel ekonomi dari pemerintah
Swedia. Dalam pernyataan ketika mengantar kemenangan Friedman,
panitia Nobel mengatakan, Friedman adalah “salah satu ekonom,
komentator politik, dan esais yang paling berpengaruh pada
abad ini. Milton mungkin adalah ekonom yang diketahui hidup
dengan makmur.”
Dua tema pokok dalam karya Friedman adalah pentingnya arti
uang dan kebebasan.
Tiga aspek pemikiran Friedman adalah:
1. Study tentang fungsi konsumsi.
2. Argumennya tentang kesulitan dan permasalahan dalam
penerapan kebijakan stabilitas.
3. Kontribusinya pada teori dan sejarah moneter.
Teori konsumsi sederhana, yang dikemukakan Keynes, menyatakan
bahwa pengeluaran konsumsi terutama dipengaruhi oleh
penghasilan saat sekarang. Sedangkan menurut Friedman, yang
dikemukakan dikenal dengan hipotesa pendapatan
permanen, berpendapat bahwa konsumsi menyesuaikan pengeluaran
mereka dengan ekspektasinya tentang pendapatan selama periode
yang lebih lama.
Berlawanan dengan penekanan kebijakan fiscal yang
dilakukan oleh ahli ekonomi Keynesian, Friedman menyatakan
bahwa uang dan kebijakan moneter berperan penting dalam
menentukan aktifitas ekonomi. Argumennya tentang pentingnya
arti uang berasal dari teori uang kuantitatif (MV=PQ), yang
berarti bahwa jumlah uang dalam perekonomian (M) dikalikan
jumlah waktu yang digunakan tiap dolar dalam satu tahun untuk
membeli barang (V) harus sama dengan output ekonomi yang
terjual tahun itu (PQ).
Friedman berpendapat bahwa kecepatan ini tergantung pada
faktor ekonomi seperti suku bunga dan perkiraan inflasi.
Selain itu Friedman mengakui bahwa daripada membeli barang
orang-orang lebih suka memegang uang karena alas an lain yaitu
karena keamanan atau karena mereka berpikir bahwa harga
persedian dan harga aset-aset yang lain mungkin akn turun.
Namun studi empiris yang dilakukan Friedman menemukan bahwa
faktor-faktor ekonomi ini hanya berdampak kecil pada keceptan
dan dampaknya ini cenderung menurun dari waktu ke waktu.
Karena kecepatan uang relative stabil, maka jumlah uanglah
yang terutama berdampak pada tingkat aktivitas ekonomi.
Friedman menyatakan bahwa ketika mungkin uang berpengaruh
pada aktivitas ekonomi dalam jangka pendek, dalam jangka
panjang uang bisa nertal dan bisa tidak memiliki dampak
ekonomis. Ketika ahli ekonomi secara tradisional membedakan
inflasi karana dorongan biaya dengan inflasi karena dorongan
permintaan, Friedman justru menyatakan bahwa semua inflasi
berasal dari terlalu banyaknya permintaan barang ketika
terlalu banyak uang yang diciptakan. Karena inflasi menurut
Friedman adalah semata-mata fenomena moneter, satu-satunya
solusi masalah inflasi adalah harus mengendalikan pertumbuhan
persediaan uang. Friedman menunjukan bahwa otoritas moneter
dapat menciptakan depresi, inflasi dan hasil-hasil ekonomi
yang tidak diharapkan melalui kesalahan mereka dalam mengelola
persediaan uang. Menurut Friedman, karena bank sentral tidak
dapat dipercaya untuk mengambil kebijakan yang tepat, maka
bank sentral seharusnya dipaksa mengikuti aturan moneter
daripada dibiarkan melakukan mismanajemen dalam persediaan
uang. Kebijakan moneter sering salah, kata Friedman, karena
penjangnya variable penundaan atau kelambanan atar masalah
ekonomi saat ini dan ketika perubahan dalam persediaan uang
akan mempengaruhai persediaan uang. Frieaman mengidentifikasi
ketiga penundaan tersebut. Friedman menyatakan bahwa otoritas
moneter terlalu dipengaruhi oleh otoritas fiskal dan
Departemen Keuangan Negara.
Aliran monetaris pada prinsipnya menekankan bahwa
perkembangan moneter merupakan unsur penting dalam
perkembangan produksi, kesempatan kerja dan harga – harga.
Pertumbuhan jumlah uang beredar merupakan unsur yang paling
dapat diandalkan dalam perkembangan moneter dan bahwa perilaku
otoritas moneter menentukan jumlah uang beredar. Kelompok
monetaris berasumsi bahwa mekanisme pasar di dalam
perekonomian dapat berjalan secara otomatis sehingga harga –
harga dapat segera menyesuaikan (naik atau turun) apabila
terjadi perbedaan (lebih besat atau lebih kecil) antara
permintaan dan penawaran pasar.Kelompok monetaris berpendapat
bahwa uang hanya berpengaruuh pada tingkat inflasi dan tidak
pada pertumbuhan ekonomi. Implikasinya adalah bahwa kebijakan
moneter tersebut perlu dilakukan dengan rules yang dibakukan
dan diarahkan untuk mengendalikan inflasi.
Kebijakan moneter tidak dapat dipergunakan secara aktif
mempengaruhi kegiatan ekonomi riil, dalam arti dapat
dilonggarkakn apabila sektor riil sedang lesu dan diketatkan
apabila terjadi peningkatan kegiatan ekonomi secara
berlebihan. Tokoh aliran monetaris Milton Friedman menekankan
bahwa perilaku dalam pertumbuhan jumlah uang beredar sangat
mempengaruhi aktivitas – aktivotas ekonomi. Stok jumlah uang
beredar dalam perekonomian akan menentukan laju inflasi dalam
jangka panjang. Ada keterkaitan antara perubahan dalam jumlah
uang beredar dengan perubahan tingkat aktivitas ekonomi.
Fluktuasi ekonomi yang terjadi menuruut pandangan Friedman
lebih disebabkan oleh perubahan jumlah uang beredar, dan yakin
bahwa gangguan moneter merupakan faktor penting yang
menyebabkan perubahan – perubahan dalam tingkat aktivitas
ekonomi. Ketidakstabilan laju pertumbuhan jumlah uang beredar
akan tercermin pada berbagai aktivitas ekonomi.
Pemerintah perlu memperhatikan naik turunnya laju pertumbuhan
uang beredar. Karena pergerakan laju pertumbuhan uang beredar
mempunyai pengaruh penting terhadap jalannya perekonomian di
masa depan. Laju pertumbuhan uang beredar yang tidak menentu
akan menghasilkan laju pertumbuhan ekonomi yang tidak menentu
pula. Secara umum laju pertumbuhan uang beredar yang tinggi
akan menyebabkan terjadinya boom inflasi. Sedangkan laju
pertumbuhan jumlah uang beredar yang rendah akan mendorong
terjadinya resesi. Friedman menyarankan agar jumlah uang
beredar tidak boleh bertambah cepat dari seharusnya. Pedoman
moneter yang dianjurkan Friedman untuk mengatasi hal ini
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Perkembangan teori permintaan uang ternyata
semakin pesat. Berbagai studi empiris telah dilakukan untuk
mendukung perkembangan teori di atas. Perkembangan teori
Keynes menunjukkan bahwa motif permintaan uang untuk transaksi
juga dipengaruhi oleh tingkat bunga. Beberapa catatan mengenai
model permintaan uang menyangkut masalah ketidakpastian, model
antar generasi, kendala cash in advance dan jangka waktu.
Selain permasalahan di atas, perkembangan teknologi transaksi
dan institusi yang menjadi latar belakang studi masih
memberikan alternatif tantangan studi model permintaan uang.
Kesimpulan-kesimpulan dari hasil studi empiris model
permintaan uang masih selalu bersifat tentatif. Berbagai
permasalahan ini menunjukkan bahwa studi tentang model
permintaan uang belum berakhir dan masih tetap menarik.
B. Saran
Semoga dengan adanya makalah mengenai Teori Ekonomi
Moneter ini, dapat menambah wawasan kita semua tentang teori
moneter dalam perekonomian.
Makalah ini jauh dari kesempurnaan, maka dari itu saya
mohon saran yang dapat meningkatkan dan membangun dalam
DAFTAR PUSTAKA
Boediono. 1985. Pengantar Ilmu Ekonomi: Ekonomi
Moneter. Yogyakarta : BPFE.
Deliarnov. 2014. Perkembangan Pemikiran Ekonomi Edisi Ketiga.
Jakarta : Raja Grafindo Persada.
Putong, Iskandar. Andjaswati, Nuring Dyah. 2010. Pengantar
Ekonomi Makro, Edisi Kedua. Jakarta : Mitra Wacana Media.
http://elearning.gunadarma.ac.id/docmodul/ekonomi_uang_dan_bank/
bab_3_permintaan_uang.pdf (diakses pada tanggal 25 April 2015).
http://thawonk.blogspot.com/2014/10/permintaan-akan-uang-perkembangan-
teori.html (diakses pada 25 April 2015)