Industri & Kebijakan

21
PEMBANGUNAN INDUSTRI DAN KEBIJAKANNYA Pendahuluan Dalam menghadapi era persaingan global tidak ada pilihan selain meningkatkan daya saing nasional. Untuk mempertahankan dan meningkatkan daya saing nasional dalam rangka mewujudkan pembangunan yang berkesinambungan diperlukan suatu arah kebijakan pembangunan nasional dengan paradigma baru. Era reformasi yang berkembang sejak 1998 telah membawa banyak perubahan di berbagai bidang. Pemusatan kekuatan ekonomi nasional pada sekelompok tertentu telah surut seiring dengan terjadinya krisis ekonomi dan moneter. Paradigma pembangunan ekonomi yang semula lebih berorientasi pada pertumbuhan industri berskala besar telah bergeser kepada pembangunan ekonomi yang lebih ditekankan pada ekonomi kerakyatan. Perubahan paradigma tersebut telah berpengaruh terhadap proses pemulihan ekonomi yang tercermin dari beberapa indikator ekonomi. Berdasarkan data BPS, PDB pada tahun 2000 tumbuh sebesar 4.77% bila dibandingkan dengan tahun 1999. Tingkat inflasi tahun 2000 sebesar 9.35%. Dalam APBN 2000, pertumbuhan ekonomi Indonesia diperkirakan 3.8%, inflasi 4.8%, harga minyak mentah US$20 per barrel dan nilai tukar Rupiah sebesar Rp.7.000,- per dollar. Meskipun keadaan perekonomian menunjukkan perbaikan, namun Indonesia masih dihadapkan pada tantangan dasar, yaitu belum pulihnya kondisi ekonomi sebagaimana sebelum krisis, 1

Transcript of Industri & Kebijakan

PEMBANGUNAN INDUSTRI DAN KEBIJAKANNYA

Pendahuluan

Dalam menghadapi era persaingan global tidak ada pilihan

selain meningkatkan daya saing nasional. Untuk mempertahankan

dan meningkatkan daya saing nasional dalam rangka mewujudkan

pembangunan yang berkesinambungan diperlukan suatu arah

kebijakan pembangunan nasional dengan paradigma baru. Era

reformasi yang berkembang sejak 1998 telah membawa banyak

perubahan di berbagai bidang. Pemusatan kekuatan ekonomi

nasional pada sekelompok tertentu telah surut seiring dengan

terjadinya krisis ekonomi dan moneter. Paradigma pembangunan

ekonomi yang semula lebih berorientasi pada pertumbuhan

industri berskala besar telah bergeser kepada pembangunan

ekonomi yang lebih ditekankan pada ekonomi kerakyatan.

Perubahan paradigma tersebut telah berpengaruh terhadap proses

pemulihan ekonomi yang tercermin dari beberapa indikator

ekonomi.

Berdasarkan data BPS, PDB pada tahun 2000 tumbuh sebesar

4.77% bila dibandingkan dengan tahun 1999. Tingkat inflasi

tahun 2000 sebesar 9.35%. Dalam APBN 2000, pertumbuhan ekonomi

Indonesia diperkirakan 3.8%, inflasi 4.8%, harga minyak mentah

US$20 per barrel dan nilai tukar Rupiah sebesar Rp.7.000,- per

dollar. Meskipun keadaan perekonomian menunjukkan perbaikan,

namun Indonesia masih dihadapkan pada tantangan dasar, yaitu

belum pulihnya kondisi ekonomi sebagaimana sebelum krisis,

1

sehingga perlu diupayakan kebijakan ekonomi dan politik yang

saling mendukung.

Pengembangan industri berkeunggulan kompetitif sangat

penting untuk menghadapi persaingan ketat, baik di pasar dalam

negeri maupun pasar ekspor dalam era globalisasi dan

liberalisasi perdagangan dunia. Berkaitan dengan itu maka

perlu ditingkatkan jaminan mutu dan layanan produk dalam

negeri melalui kemampuan penguasaan teknologi, efisiensi

melalui peningkatan produktivitas, serta pengembangan jaringan

usaha terkait guna mendukung proses ke arah spesialisasi

kegiatan. Sementara itu, untuk mewujudkan struktur produksi

dan distribusi yang kukuh dan berkelanjutan, maka pengembangan

industri mencakup pengembangan seluruh mata rantai kegiatan

produksi dan distribusi dari sektor penyedia bahan baku,

pengolahan, hingga sektor jasa (primer, sekunder, dan

tersier). Sehubungan itu, seluruh basis produksi dan

distribusi perlu ditata kembali secara terpadu dan

dikembangkan secara sinergis dengan memanfaatkan secara

optimal keunggulan komparatif. Dalam rangka mengkonsolidasikan

pembangunan sektor primer, sekunder, dan tersier termasuk

keseimbangan persebaran pembangunannya ditempuh pendekatan

klaster industri. Melalui pendekatan ini diharapkan pola

keterkaitan antar kegiatan, baik di sektor industri sendiri

(keterkaitan horisontal) maupun antar sektor industri dengan

seluruh jaringan produksi dan distribusi terkait (keterkaitan

vertikal_ akan dapat secara responsif menjawab tantangan

persaingan global yang semakin ketat.

2

Dengan mengacu kepada GBHN dan Propenas tahun 2000-2004,

pembangunan industri dan perdagangan dilaksanakan dengan visi,

yaitu pada tahun 2020 Indonesia telah menjadi negara industri

baru yang bertumpu pada potensi nasional bangsa niaga yang

tangguh. Sebagai negara industri baru yang bertumpu pada

potensi nasional diharapkan Indonesia mempunyai struktur

industri yang kokoh dan seimbang, berdaya saing tinggi,

bertumpu pada sumber daya alam yang tersedia dan sumber daya

manusia industrial yang berkualitas, serta mampu meningkatkan

pemanfaatan dan pengembangan teknologi tinggi. Sebagai bangsa

niaga yang tangguh, Indonesia harus mampu menciptakan peluang

pada kondisi global sehingga mampu bersaing baik di pasar

dalam maupun di luar negeri.

1. Pembangunan Industri

Industrialisasi adalah suatu proses yang mampu

menghadapi masyarakat agraris yang statis menjadi masyarakat

industri yang lebih dinamis. Biasanya proses tersebut

dianggap sebagai syarat perlu untuk mencapai pertumbuhan

ekonomi yang tinggi, menciptakan kesempatan kerja yang lebih

besar, menyediakan kebutuhan dasar manusia untuk mencapai

pertumbuhan ekonomi yang tinggi, mengubah struktur ekonomi

menjadi lebih seimbang serta menjadikan sebagai suatu wahana

agar terjadi perubahan sosial psikologis dan kelembagaan ke

arah yang lebih baik.

Pembangunan industri merupakan bagian dari pembangunan

nasional, sehingga derap pembangunan industri harus mampu

3

memberikan sumbangan yang berarti terhadap pembangunan

ekonomi, budaya maupun sosial politik. Oleh karenanya, dalam

penentuan tujuan pembangunan sektor industri, bukan hanya

ditujukan untuk mengatasi permasalahan dan kelemahan di

sektor industri saja, tetapi sekaligus juga harus mampu

turut mengatasi permasalahan nasional.

Masalah Nasional yang sedang mengemuka di antaranya:

tingginya angka pengangguran dan kemiskinan, rendahnya

pertumbuhan ekonomi, melambatnya perkembangan ekspor

Indonesia, lemahnya sektor infrastruktur, dan tertinggalnya

kemampuan nasional di bidang penguasaan teknologi.

Berbagai masalah pokok yang sedang dihadapi oleh

sektor industri yaitu:

1. Ketergantungan yang tinggi terhadap impor baik berupa

bahan baku, bahan penolong, barang setengah jadi dan

komponen.

2. Keterkaitan antara sektor industri dan sektor industri

dengan sektor ekonomi lainnya relatif masih lemah.

3. Struktur industri hanya didominasi oleh beberapa cabang

industri yang tahapan proses industrinya pendek.

4. Ekspor produk industri didominasi oleh hanya beberapa

cabang industri.

5. Lebih dari 60% kegiatan sektor industri terletak di Pulau

Jawa.

6. Masih lemahnya peranan kelompok industri kecil dan

menengah (IKM) dalam sektor perekonomian.

4

2. Arah Pembangunan

a. Pembangunan Industri Jangka Menengah

Arah kebijakan pembangunan industri nasional

mengacu kepada agenda dan prioritas pembangunan nasional

Kabinet Indonesia Bersatu dalam kerangka Rencana

Pembangunan Jangka Menengah Nasional (RPJMN) tahun 2004-

2009 (Peraturan Presiden No.7 Tahun 2005), yakni :

(1) Mewujudkan Indonesia yang Aman dan Damai,

(2) Mewujudkan Indonesia yang Adil dan Demokratis, dan

(3) Mewujudkan Indonesia yang Lebih Sejahtera.

Khususnya arah pembangunan industri tertuang dalam

RPJMN Bab 18 Peningkatan Daya Saing Industri Manufaktur.

Di samping itu, pembangunan industri harus mengacu kepada

amanat pembangunan bangsa yang termuat dalam konstitusi,

dengan menganut azas-azas yang diletakkan untuk menjamin

terpenuhinya aspirasi kemajuan ekonomi, budaya, teknologi

dan keamanan, demi keberlanjutan eksistensi bangsa, dan

kemajuan kesejahteraan rakyat, dan generasi bangsa di

masa depan.

b. Pembangunan Industri Jangka Panjang

Dalam jangka panjang, pembangunan industri harus

mampu memberikan sumbangan sebagai berikut :

a. Pembangunan industri nasional harus mampu memberikan

sumbangan nyata dalam peningkatan kesejahteraan

masyarakat luas secara adil dan merata ;

5

b. Pembangunan industri harus mampu ikut membangun

karakter budaya bangsa yang kondusif terhadap proses

industrialisasi menuju terwujudnya masyarakat modern,

dengan tetap berpegang kepada nilai-nilai luhur bangsa

;

c. Pembangunan industri harus mampu menjadi wahana

peningkatan kemampuan inovasi dan wirausaha bangsa di

bidang teknologi industri dan manajemen, sebagai ujung

tombak pembentukan daya saing industri nasional

menghadapi era globalisasi/liberalisasi ekonomi

dunia ;

d. Pembangunan industri harus mampu ikut menunjang

pembentukan kemampuan bangsa dalam pertahanan diri

dalam menjaga eksistensi dan keselamatan bangsa, serta

ikut menunjang penciptaan rasa aman dan tenteram bagi

masyarakat.

Keseluruhan aspek tersebut akan menunjang

terciptanya reputasi dan wibawa bangsa dan negara dalam

percaturan politik dan pergaulan antar-bangsa di dunia.

Bertitik-tolak dari amanat tersebut, pembangunan sektor

industri akan mengacu kepada Azas-azas Pembangunan

sebagai berikut: a) Keberlanjutan pembangunan dan

kelestarian lingkungan hidup; b) Optimalisasi

pendayagunaan sumber daya nasional yang terdapat di dalam

negeri; c) Kemandirian dalam arti memperkecil

ketergantungan strategis terhadap kekuatan luar; d)

Keadilan dalam pemberian peran, perlakuan dan kesempatan

6

berusaha, serta dalam memetik hasil usaha; e) Pengutamaan

peran prakarsa dan partisipasi masyarakat luas, agar

menunjang terwujudnya kegiatan ekonomi yang lebih

berorientasi kepada kepentingan rakyat banyak; f)

Kerjasama dan sinergi antar potensi nasional menghadapi

persaingan global; g) Pengutamaan kepentingan dan

kemanfaatan nasional di atas kepentingan sektoral dan

kedaerahan; h) Kemitraan ekonomi global yang saling

menguntungkan, tanpa mengorbankan kepentingan dan

kedaulatan nasional; i) Efisiensi dan produktivitas, atau

penghematan sumber daya untuk mencapai manfaat

pembangunan yang sebesar-besarnya; j) Kompetensi,

profesionalisme, dan semangat kompetisi dan pembaruan.

3. Sasaran Pembangunan Industri

Sasaran pembangunan sektor industri ditempuh melalui 2

tahapan pembangunan jangka menengah dan jangka panjang,

sebagai berikut :

7

Tabel 1Sasaran Pembangunan Industri Jangka Menengah & Panjang

Jangka Menengah 2004-2009 Output yang Diharapkan

1. Tumbuhnya industri yangmampu menciptakan lapangankerja yang besar.

1. Teratasinya masalahpengangguran di sektorindustri.

2. Selesainya programrevitalisasi, konsolidasidan restrukturisasiIndustri.

2. Pulihnya kehidupan industriyang semula terpuruk akibatkrisis.

3. Teroptimalkannya pasardalam negeri dalam rangkapembangunan industrikomponen lokal dan industripengolahan sumber daya alamlainnya.

3. Meningkatnya kandunganlokal, khususnya penggunaanbahan baku dan komponen.

4. Semakin meningkatnya dayasaing industri berorientasiekspor.

4. Meningkatnya ekspor secarasignifikan.

5. Tumbuhnya industri-industripotensial yang akan menjadikekuatan penggerakpertumbuhan industri dimasa depan.

5. Terbangunnya pilar-pilarindustri masa depan.

6. Tumbuh berkembangnya IKM,khususnya industri menengahsekitar tiga kali lebihcepat daripada industrikecil.

6. Semakin kuatnya strukturindustri.

Jangka Panjang 2010-2025 Output yang Diharapkan

1. Kuatnya basis industrimanufaktur sehingga menjadiWorld Class Industry.

Indonesia menjadi NegaraIndustri Maju Baru dengankonsep industri berkelanjutan.

2. Kuatnya industri penggerakpertumbuhan ekonomi.

3. Meningkatnya sumbangan IKMterhadap PDB dibandingkan

8

dengan sumbangan industribesar.

4. Kuatnya jaringan kerja sama(networking) antara IKM danindustri besar.

Adapun sasaran kuantitatif pembangunan sektor industri

(menurut kelompok ISIC 2 digit) selama periode 2004-2009

ditetapkan sebagai berikut :

Tabel 2

Laju Pertumbuhan dan Penyerapan Tenaga Kerja Sektor Industri

2005-2009

Industri (dalam ISIC 2 digit)

Pertumbuhan(%)

JumlahTenaga Kerja

(orang)1. Makanan, Minuman danTembakau

4.59 514.557

2. Tekstil, Barang Kulit, danAlas Kaki

6.65 485.955

3. Barang Kayu dan Hasil Hutan 4.91 133.1194. Kertas dan Barang Cetakan 7.82 42.5955. Pupuk, Kimia dan Barang dariKaret

10.63 143.273

6. Semen dan Galian Non Logam 10.13 5.9187. Logam Dasar, Besi dan Baja 3.94 341.3888. Alat Angkut, Mesin danPeralatan

12.46 96.510

9. Barang lainnya 10.20 887.853Total 8.56 2.635.690

9

4. Strategi Pembangunan Industri

Strategi pembangunan sektor industri, dibagi menjadi

dua yaitu : strategi pokok dan strategi operasional.

a. Strategi Pokok

- Memperkuat keterkaitan pada semua tingkatan rantai

nilai (value chain) dari industri termasuk kegiatan dari

industri pendukung (supporting industries), industri

terkait (related industries), industri penyedia

infrastruktur, dan industri jasa penunjang lainnya.

Keterkaitan ini dikembangkan sebagai upaya untuk

membangun jaringan industri (networking) dan meningkatkan

daya saing yang mendorong inovasi ;

- Meningkatkan nilai tambah sepanjang rantai nilai

dengan membangun kompetensi inti ;

- Meningkatkan produktivitas, efisiensi dan jenis sumber

daya yang digunakan dalam industri, dan memfokuskan

pada penggunaan sumber-sumber daya terbarukan (green

product);

- Pengembangan Industri Kecil dan Menengah melalui (a)

skema pencadangan usaha serta bimbingan teknis dan

manajemen serta pemberian fasilitas khusus agar dapat

tumbuh secara ekspansif dan andal bersaing

dibidangnya. (b) mendorong sinergi IKM dengan industri

besar melalui pola kemitraan (aliansi), dan (c)

membangun lingkungan usaha IKM yang menunjang.

b. Strategi Operasional

10

1) Pengembangan Lingkungan Bisnis yang nyaman dan

kondusif

• Bekerjasama dengan instansi terkait untuk

mengembangkan Prasarana dan Sarana fisik di daerah-

daerah yang prospek industrinya potensial

ditumbuhkan, antara lain jalan, jembatan,

pelabuhan, jaringan tenaga listrik, bahan bakar,

jasa angkutan, pergudangan, telekomunikasi, air

bersih.

• Mendorong pengembangan SDM Industri, khususnya di

bidang Teknik Produksi dan Manajemen Bisnis.

• Mendorong pengembangan usaha jasa prasarana &

sarana bisnis penunjang industri, antara lain

Kawasan Industri, Jasa R & D, Jasa Pengujian Mutu,

Jasa Rekayasa/Rancang bangun dan Konstruksi, Jasa

Inspeksi Teknis, Jasa Audit, Jasa Konsultansi

Industri, Jasa Pemeliharaan & Perbaikan, Jasa

Pengamanan/Security, Jasa Pengolahan/Pembuangan

Limbah, Jasa Kalibrasi, dan sebagainya.

• Mengembangkan kebijakan sistem insentif yang

efektif, edukatif, selektif, dan atraktif.

• Menyempurnakan instrumen hukum untuk pengaturan

kehidupan industri yang kondusif, yang memenuhi

kriteria :

o Lebih menjamin kepastian usaha/kepastian hukum,

termasuk penegakan hukum yang konsisten

11

o Aturan-main berusaha yang jelas dan tidak

menyulitkan

o Mengurangi sekecil mungkin intervensi pemerintah

terhadap pasar

o Menghormati kebebasan usaha pelaku industri

o Kejelasan hak dan kewajiban pelaku industri

o Terjaminnya dan tidak terganggunya kepentingan

publik, termasuk gangguan keselamatan,

kesehatan, nilai budaya dan kelestarian

lingkungan hidup.

• Sinkronisasi kebijakan sektor terkait, seperti

kebijakan bidang Investasi dan sektor Perdagangan.

• Aparat Pembina yang bersih, profesional, dan pro-

bisnis dalam membina dan memberikan pelayanan

fasilitatif kepada dunia usaha, melalui ketentuan

administratif yang sederhana/mudah, dapat mencegah

kecurangan dan manipulasi yang merugikan negara dan

masyarakat, dengan dampak beban yang tidak

memberatkan pelaku industri (administrative compliance

cost yang minimal).

2) Fokus pengembangan industri dilakukan dengan mendorong

pertumbuhan klaster industri prioritas

Penentuan industri prioritas, dilakukan melalui

analisis daya saing internasional serta pertimbangan

besarnya potensi Indonesia yang dapat digunakan dalam

rangka menumbuhkan industri. Dalam jangka panjang

12

pengembangan industri diarahkan pada penguatan,

pendalaman dan penumbuhan klaster pada kelompok

industri : 1) Industri Agro; 2) Industri Alat Angkut;

3) Industri Telematika; 4) Basis Industri Manufaktur;

dan 5) Industri Kecil dan Menengah Tertentu.

Berdasarkan permasalahan mendesak1 yang

dihadapi; fokus pembangunan industri pada jangka

menengah (2004-2009) adalah penguatan dan penumbuhan

klaster-klaster industri inti, yaitu : 1) Industri

makanan dan minuman; 2) Industri pengolahan hasil

laut; 3) Industri tekstil dan produk tekstil; 4)

Industri alas kaki; 5) Industri kelapa sawit; 6)

Industri barang kayu (termasuk rotan dan bambu); 7)

Industri karet dan barang karet; 8) Industri Pulp dan

kertas; 9) Industri mesin listrik dan peralatan

listrik; dan 10) Industri petrokimia.

Pengembangan 10 klaster industri inti tersebut,

secara komprehensif dan integratif, ditunjang industri

terkait (related industries) dan industri pendukung (supporting

industries).

Secara lengkap, prioritas pengembangan industri

nasional baik jangka menengah maupun jangka panjang

tersaji pada Gambar 1

1 Permasalahan mendesak yang dihadapi saat ini yaitu penyerapan tenagakerja, pemenuhan kebutuhan dasar dalam negeri, pengolahan hasil pertaniandalam arti luas dan sumber daya alam negeri, dan memiliki potensipengembangan ekspor yang tinggi.

13

NoSkala Industri Indsutri

Andalan MasaDepan

Industri Besar, Menengah &Kecil (IB, IM, IK) IKM

INDUST

RI PRI

ORIT

AS (2004

-202

5)

I. Fokus Industri Inti (2004-2009)

1. Makanan dan Minuman A. Industri Agro Pengolahan

Kakao &Cokelat

Pengolahantembakau

Makanan Ringan

PengolahanBuah

Pengolahan Kopi

Garam Rakyat

PengolahanKelapa

Pengolahan Gula

2. Pengolahan Hasil Laut

3. Tekstil dan Produk Tekstil4. Alas Kaki5. Pengolahan Kelapa Sawit

6. Barang Kayu (Termasuk Rotandan Bambu)

7. Pengolahan Karet

8. Pulp & Kertas9. Petrokimia10. Mesin listrik & Peralatan

Listrik

II. Fo

kus

Indust

ri T

erkait

dan

Penu

njan

g

11. Baja 17. MinyakAtsiri

B.Industri AlatAngkut

12. Mesin, Peralatan Pabrik,Konstruksi dan Pertambangan

18. Kerajinandan BarangSeni

Otomotif PerkapalanKedirgantaraanPerkeretaapian

13. Alat/MesinPertanian

19. Batu MuliadanPerhiasan

14. Semen 20. Gerabah/KeramikHias

15. Elektronika Konsumsi C.IndustriTelematika

16. Keramik

Gambar 1Prioritas Pembangunan Industri Nasional

3) Penetapan prioritas persebaran pembangunan industri ke

daerah-daerah mendekati sumber bahan baku agar efisien

14

yang kegiatan industrinya belum banyak berkembang, di

daerah luar Pulau Jawa khususnya di Kawasan Timur

Indonesia dan daerah perbatasan (prioritas eco-regional).

4) Pengembangan kemampuan inovasi khususnya di bidang

Teknologi Industri dan manajemen, antara lain melalui

kegiatan Penelitian dan Pengembangan Industri (R&D),

baik di bidang teknologi proses maupun teknologi

produk, serta teknologi yang terkait erat dengan

kegiatan industri (design, engineering, plant construction,

equipment fabrication).

5. Arah Kebijakan Pembangunan Industri

Kebijakan dalam pembangunan industri manufaktur

diarahkan untuk menjawab tantangan globalisasi ekonomi dunia

serta mampu mengantisipasi perkembangan perubahan lingkungan

yang cepat. Persaingan internasional merupakan suatu

perspektif baru bagi semua negara, sehingga fokus dari

strategi pembangunan industri di masa depan adalah membangun

daya saing industri manufaktur yang berkelanjutan di pasar

internasional.

Untuk membangun daya saing yang berkelanjutan, upaya

pemanfaatan seluruh potensi sumber daya yang dimiliki bangsa

serta kemampuan untuk memanfaatkan peluang-peluang yang ada

di luar maupun di dalam negeri harus dilakukan secara

optimal. Oleh karena esensi daya saing yang berkelanjutan

tersebut terletak pada upaya menggerakkan dan

mengorganisasikan seluruh potensi sumber daya produktif,

15

untuk menghasilkan produk innovative yang lebih murah, lebih

baik, lebih mudah di dapat dalam rangka pemenuhan kebutuhan

dan permintaan pasar.

Strategi pembangunan industri manufaktur ke depan,

mengadaptasi pemikiran-pemikiran terbaru yang berkembang

saat ini, yaitu pengembangan industri melalui pendekatan

klaster dalam rangka membangun daya saing industri yang

berkelanjutan.

Dalam jangka menengah, peningkatan daya saing industri

dilakukan dengan membangun dan mengembangkan klaster-klaster

industri prioritas sedangkan dalam jangka panjang lebih

dititik beratkan pada pengintegrasian pendekatan klaster

dengan upaya untuk mengelola permintaan (management demand)

dan membangun kompetensi inti pada setiap klaster. Untuk

mewujudkan hal tersebut, perlu didukung dengan mengelola

jejaring (management network) baik untuk klaster di dalam

negeri maupun dengan perusahaan asing (MNC) dan atau klaster

di luar negeri.

Industri masa depan adalah industri-industri yang

mempunyai daya saing tinggi, yang didasarkan tidak hanya

kepada besarnya potensi Indonesia, (luas bentang wilayah,

besarnya jumlah penduduk serta ketersediaan sumber daya

alam), tetapi juga berdasarkan kemampuan atau daya kreasi

dan ketrampilan serta profesionalisme SDM.

Berdasarkan proses tersebut, maka bangun sektor industri

yang disusun, diharapkan menjadi motor penggerak utama

perekonomian nasional, dan menjadi tulang punggung ketahanan

16

perekonomian nasional di masa yang akan datang yang di

dalamnya telah dipertimbangkan segala aspek sumber daya

nasional yang ada, sehingga diharapkan memiliki struktur

keterkaitan dan kedalaman yang kuat serta memiliki daya

saing yang berkelanjutan dan tangguh di pasar internasional.

Industri masa depan yang meliputi: (a) Industri

berbasis agro; (b) Industri alat-angkut; (c) Industri

teknologi informasi dan peralatan telekomunikasi

(telematika); merupakan industri-industri yang

diprioritaskan pengembangannya di masa yang akan datang.

Kelompok industri ini memiliki karakteristik industri

berkelanjutan karena lebih mengandalkan pada sumber daya

manusia berpengetahuan dan terampil, sumber daya alam yang

terbarukan serta kemampuan penguasaan teknologi.

Pembangunan industri di masa depan diperlukan dukungan

dari sektor-sektor terkait, secara garis besar meliputi: a)

mengembangkan lingkungan bisnis yang nyaman dan kondusif

serta pengembangan kemampuan inovasi; b) memperkuat

keterkaitan pada semua tingkatan rantai nilai pada Klaster

industri yang bersangkutan; c) meningkatkan kemampuan sumber

daya yang digunakan industri dalam rangka membangun

kompetensi inti; d) Penetapan prioritas persebaran industri,

dan e) mengembangkan industri kecil dan menengah.

Dalam menjawab persaingan di pasar internasional yang

semakin ketat, dalam jangka panjang fokus pengembangan akan

diarahkan pada peningkatan daya saing internasional melalui

peningkatan kemampuan penelitian dan pengembangan serta

17

peningkatan keterampilan dan keahlian sumber daya manusia

dalam rangka kegiatan-kegiatan inovasi produk. Dalam

pelaksanaannya pengembangan sektor industri akan dilakukan

secara sinergi dan terintegrasi dengan pengembangan sektor-

sektor ekonomi lain seperti pertanian, energi, sumber daya

mineral, kehutanan, kelautan, pendidikan, riset dan

teknologi serta perdagangan. Di samping itu, sinergi dengan

seluruh pelaku usaha, serta seluruh daerah yaitu kabupaten-

kabupaten/kota merupakan hal yang sangat penting. Untuk itu

dukungan dari sektor lain berikut dengan pengukuran tugas

dan fungsi pembangunan industri baik secara sektoral maupun

spasial antara pusat dan daerah secara nasional akan

menentukan sukses atau gagalnya pembangunan sektor industri

yang di masa depan.

18

Latihan

Untuk memperdalam pemahaman Anda mengenai materi di atas,

silahkan Anda mengerjakan latihan berikut ini.

1. Jelaskan arah pembangunan industri dalam jangka panjang yang

mengacu pada Peraturan Presiden No. 7 Tahun 2005!

2. Jelaskan strategi pokok dalam pembangunan sektor industri!

3. Jelaskan arah kebijakan industri dalam jangka menengah!

Petunjuk Jawaban Latihan

1. Arah pembangunan industri jangka panjang sesuai dengan

Peraturan Presiden No. 7 Tahun 2005 adalah :

a. Pembangunan industri nasional harus mampu memberikan

sumbangan nyata dalam peningkatan kesejahteraan

masyarakat luas secara adil dan merata ;

b. Pembangunan industri harus mampu ikut membangun

karakter budaya bangsa yang kondusif terhadap proses

industrialisasi menuju terwujudnya masyarakat modern,

dengan tetap berpegang kepada nilai-nilai luhur bangsa

;

c. Pembangunan industri harus mampu menjadi wahana

peningkatan kemampuan inovasi dan wirausaha bangsa di

bidang teknologi industri dan manajemen, sebagai ujung

tombak pembentukan daya saing industri nasional

menghadapi era globalisasi/liberalisasi ekonomi

dunia ;

d. Pembangunan industri harus mampu ikut menunjang

pembentukan kemampuan bangsa dalam pertahanan diri

19

dalam menjaga eksistensi dan keselamatan bangsa, serta

ikut menunjang penciptaan rasa aman dan tenteram bagi

masyarakat.

2. Strategi pokok pembangunan sektor industri adalah :

- Memperkuat keterkaitan pada semua tingkatan rantai nilai

(value chain) dari industri termasuk kegiatan dari industri

pendukung (supporting industries), industri terkait (related

industries), industri penyedia infrastruktur, dan industri

jasa penunjang lainnya. Keterkaitan ini dikembangkan

sebagai upaya untuk membangun jaringan industri

(networking) dan meningkatkan daya saing yang mendorong

inovasi ;

- Meningkatkan nilai tambah sepanjang rantai nilai dengan

membangun kompetensi inti ;

- Meningkatkan produktivitas, efisiensi dan jenis sumber

daya yang digunakan dalam industri, dan memfokuskan pada

penggunaan sumber-sumber daya terbarukan (green product);

- Pengembangan Industri Kecil dan Menengah melalui (a)

skema pencadangan usaha serta bimbingan teknis dan

manajemen serta pemberian fasilitas khusus agar dapat

tumbuh secara ekspansif dan andal bersaing dibidangnya.

(b) mendorong sinergi IKM dengan industri besar melalui

pola kemitraan (aliansi), dan (c) membangun lingkungan

usaha IKM yang menunjang.

3. Arah pembangunan industri dalam jangka menengah adalah :

20

Dalam jangka menengah, peningkatan daya saing industri

dilakukan dengan membangun dan mengembangkan klaster-klaster

industri prioritas sedangkan dalam jangka panjang lebih

dititik beratkan pada pengintegrasian pendekatan klaster

dengan upaya untuk mengelola permintaan (management demand)

dan membangun kompetensi inti pada setiap klaster. Untuk

mewujudkan hal tersebut, perlu didukung dengan mengelola

jejaring (management network) baik untuk klaster di dalam

negeri maupun dengan perusahaan asing (MNC) dan atau klaster

di luar negeri.

21