Pengendalian Limbah Industri : INSTALASI BIOGAS SEDERHANA DARI LIMBAH CAIR INDUSTRI TAHU
Transcript of Pengendalian Limbah Industri : INSTALASI BIOGAS SEDERHANA DARI LIMBAH CAIR INDUSTRI TAHU
BAB I
PENDAHULUAN
A. Judul Praktikum
Judul praktikum Pengendalian Limbah Industri acara 1
ini adalah Produksi Biogas dari Limbah Industri.
B. Tujuan Praktikum
1. Mahasiswa mengetahui sumber limbah industri yang
potensial sebagai bahan baku produksi biogas.
2. Mahasiswa memahami proses dan desain produksi
biogas dari limbah industri.
3. Mahasiswa mampu menghitung nilai tambah dari
produksi biogas.
C. Manfaat Praktikum
1. Praktikan mengetahui sumber limbah yang potensial
untuk dijadikan bahan baku biogas.
2. Praktikan mengetahui proses pembuatan biogas.
3. Praktikan dapat menghitung nilai tambah dari
produksi biogas.
BAB II
DASAR TEORI
Limbah cair dan padat yang dihasilkan dari
perkotaan dan industri termasuk pemotongan hewan,
penyamakan kulit, dan lain-lain menyebabkan masalah
lingkungan yang serius. Limbah padat umumnya
dikumpulkan dan dibuang di lubang-lubang dan kemudian
terbawa ke tempat pembuangan akhir sehingga memicu
dampak lingkungan primer, sekunder, dan tersier
termasuk emisi gas rumah kaca hijau untuk lingkungan.
Selain itu, sumber daya yang memiliki potensi besar
untuk pembangkit energi menjadi terbuang. Lumpur yang
dihasilkan dari limbah-limbah tersebut memiliki potensi
besar untuk biomethanation. Potensi generasi biogas
dari limbah padat rumah potong hewan sangat besar
karena kandungan organik tinggi tanpa zat beracun.
Residu dari pabrik biogas, yang akan kaya nutrisi, akan
dikeringkan dan dapat digunakan sebagai pupuk. Dengan
demikian akan memungkinkan untuk menggunakan kedua
limbah padat dan cair dan hal ini menguntungkan untuk
menghasilkan energi (Singh, 2003).
Energi berperan penting dalam hampir seluruh
aktivitas manusia dan tidak dapat dilepaskan dalam
kehidupan manusia. Pemanfaatan energi yang tidak dapat
diperbaharui secara berlebihan dapat menimbulkan
masalah krisis energi. Salah satu gejala krisis energi
saat ini adalah kelangkaan bahan bakar minyak terutama
minyak tanah, bensin, dan solar, akibat terjadinya
peningkatan kebutuhan setiap tahunnya. Untuk mengurangi
konsumsi energi tersebut, maka dikembangkanlah program
biogas sebagai sumber energi baru pengganti dari bahan
bakar minyak bumi (Rahayu, 2012).
Biogas adalah salah satu sumber energi terbarukan
yang bisa menjawab kebutuhan akan energi sekaligus
dapat menyediakan kebutuhan hara tanah dan merupakan
salah satu solusi untuk mengatasi kesulitan masyarakat
akibat kenaikan harga bahan bakar minyak, teknologi ini
bisa segera diaplikasikan terutama untuk kalangan
petani/peternak. Energi biogas dapat diperoleh dari air
limbah rumah tangga; kotoran cair dari peternakan ayam,
sapi, babi; sampah organik dari pasar; industri makanan
dan sebagainya. Pemanfaatan energi biogas
dengan digester biogas memiliki banyak keuntungan,
yaitu mengurangi efek gas rumah kaca, mengurangi bau
yang tidak sedap, mencegah penyebaran penyakit,
menghasilkan panas dan daya (mekanis/listrik) serta
hasil samping berupa pupuk padat dan cair (Hozairi,
2012).
Prinsip pembuatan biogas adalah menciptakan proses
fermentasi bahan organik secara anaerobik (dalam ruang
kedap udara disebut alat pencerna atau digester). Dalam
proses tersebut terjadi interaksi yang kompleks dari
sejumlah bakteri yang berbeda-beda, diantaranya bakteri
Methanobacterium, dan Methanobacillus. Adanya gas metan
(CH4) dalam biogas menyebabkan biogas dapat dibakar.
Energi yang terkandung dalam biogas tergantung dari
konsentrasi gas metan tersebut. Semakin tinggi
kandungan gas metan maka semakin besar kandungan energi
(nilai kalor) pada biogas, dan sebaliknya semakin kecil
kandungan metana semakin kecil nilai kalor. (Moenir,
2011).
Produksi metana oleh bakteri metanogenik terjadi
dengan baik pada kisaran pH 5,5-8,3. Apabila pH limbah
dalam reaktor anaerobik kurang dari 5,5 maka aktivitas
mikrobia dalam mendegradasi bahan organik dan mengubah
menjadi biogas kurang optimum. Oleh karena itu bila
limbah yang diolah terlalu asam maka dinaikkan dahulu
pHnya dengan larutan kapur pada permukaannya saja
sampai kondisi steady state, setelah itu biasanya pH akan
stabil (Wagiman, 2007).
Kualitas biogas dapat ditingkatkan dengan
memperlakukan beberapa parameter yaitu menghilangkan
hidrogen sulphur, kandungan air dan karbondioksida
(CO2). Pembentukan biogas dilakukan oleh mikroba pada
situasi anaerob yang meliputi tiga tahap yaitu tahap
hidrolisis, tahap pengasaman dan tahap metanogenik.
Bakteri anaerob membutuhkan nutrisi sebagai sumber
energi. Level nutrisi harus lebih dari konsentrasi
optimal yang dibutuhkan oleh bakteri metanogenik,
karena apabila terjadi kekurangan nutrisi akan menjadi
penghambat bagi pertumbuhan bakteri. Penambahan nutrisi
dengan bahan yang sederhana seperti glukosa, buangan
industri, dan sisa tanaman terkadang diberikan dengan
tujuan untuk menambah pertumbuhan di dalam digester
(Padang, 2011).
Biogas dibuat di dalam digester. Limbah kotoran
ternak yang dicampur dengan potongan-potongan kecil
sisa tanaman, seperti jerami, sekam, dicampur dengan
air yang cukup banyak. Campuran tersebut selalu
ditambah setiap hari dan sesekali diaduk. Waktu yang
dibutuhkan untuk membentuk gas awal kurang lebih dua
minggu sampai satu bulan. Campuran yang telah diolah
dikeluarkan melalui saluran pengeluaran. Sisa dari
limbah yang telah dicerna oleh bakteri metana atau
bakteri biogas, yang disebut slurry atau lumpur,
memiliki kandungan hara yang sama dengan pupuk organik
yang telah matang sehingga langsung digunakan untuk
memupuk tanaman, atau jika akan disimpan atau
diperjualbelikan dapat dikeringkan di bawah sinar
matahari sebelum dimasukkan ke dalam karung
(Abdurahman, 2008).
Prinsip pembuatan biogas adalah adanya dekomposisi
bahan organik secara anaerobik (tertutup dari udara
bebas) untuk menghasilkan suatu gas yang sebagian besar
berupa metan (yang memiliki sifat mudah terbakar) dan
karbon dioksida. Gas yang terbentuk disebut gas rawa
atau biogas. Proses dekomposisi anaerobik dibantu oleh
sejumlah mikroorganisme, terutama bakteri metan. Suhu
yang baik untuk proses fermentasi adalah 30O-55O C.
Pada suhu tersebut mikroorganisme dapat bekerja secara
optimal merombak bahan-bahan organik (Simamora, 2006).
Anaerobik sangat cocok untuk mengolah limbah cair
yang mengandung bahan organik kompleks seperti limbah
dari industri makanan, minuman, bahan kimia, dan obat-
obatan. Bahan organik tersebut dapat didegradasi
menjadi senyawa sederhana dan stabil melalui empat
tahap yaitu hidrolisis, asidogenesis, asetogenesis, dan
methanogenesis. Metana merupakan hasil akhir proses
anaerobik sehingga dapat digunakan sebagai parameter
atau indikator keberhasilan proses tersebut (Wagiman,
2014).
Biogas merupakan gas bersih yang diproduksi oleh
proses dekomposisi bahan organik yang dilakukan oleh
mikroba. Tidak ada bahan kimia tambahan maupun katalis
yang digunakan dalam pembuatan biogas. Bahan bakar dari
biogas memiliki beberapa keuntungan dibandingkan bahan
bakar lain, yaitu memberikan efek positif untuk
kesehatan, sanitasi, dan keamanan, memberikan
keuntungan bagi pertanian dan penggunaan lahan yang
berkelanjutan karena lumpur yang mengandung biogas
merupakan nutrien yang sangat baik untuk meningkatkan
kesuburan tanah, memberikan keuntungan bagi lingkungan
dengan mengurangi penggundulan hutan sehingga secara
tidak langsung akan membantu menjaga keseimbangan
ekosistem, serta memberikan keuntungan sosial karena
dalam proses pengolahan biogas memerlukan banyak tenaga
kerja yang memiliki skill tinggi sehingga masyarakat
bisa mendapatkan pekerjaan dan uang dari proses
produksi biogas ini (Chhetri, 2008).
BAB III
METODOLOGI PRAKTIKUM
A. Alat dan Bahan
1. Jerigen 1 buah
2. Selang +/- 30 cm
3. Gelas ukur
4. Malam
5. Limbah industri ( 18 liter )
6. Sayuran dan buah-buahan busu ( 1 kg )
B. Prosedur Praktikum
PROSEDUR HASIL1. Menyiapkan limbah cair dan
starter.
2. Mengukur pH limbah cair.
3. Memasukkan limbah cair
(jika perlu limbah diencerkan
terlebih dahulu) ke dalam
jerigen (20 L) sampai volume
17,1 L.
Limbah cair dan
starter siap
digunakan.
Limbah cair telah
diketahui pHnya.
Limbah cair berada
dalam jerigen.
Starter tercampur
dalam jerigen berisi
4. Menambahkan starter
sebanyak 0,9 L.
5. Menyusun instalasi
produksi biogas seperti pada
gambar di modul praktikum.
6. Melakukan pengamatan
secara periodik dan
menentukan kapas gas mulai
muncul.
7. Mencatat produksi biogas
selama 7 hari sejak
kemunculan gas pertama kali.
8. Menghitung laju produksi
biogas, jumlah biogas yang
dihasilkan, besar energi yang
dihasilkan, dan menganalisis
potensi ekonomisnya.
limbah cair.
Instalasi produksi
biogas tersusuk
seperti pada gambar
dalam modul
praktikum.
Waktu munculnya gas
diketahui.
Produksi biogas
selama 7 hari
diketahui.
Besar laju produksi
biogas, jumlah
biogas yang
dihasilkan, besar
energi yang
dihasilkan, dan
potensi ekonomis
dari biogas telah
diketahui.
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
A. Hasil Praktikum
1. Tabel data pengamatan volume biogas
NO Tanggal
Volumecairan
dalam gelasukur (ml)
Volumekenaikangas (ml)
Minggu
Volume permingg
u(ml)
1 Selasa, 18 Maret 2014 32,00 0,00
Ming
gu k
e-1
4,00
2 Rabu, 19 Maret 2014 33,00 1,00
3 Kamis, 20 Maret 2014 33,50 0,50
4 Jumat, 21 Maret 2014 35,00 1,50
5 Sabtu, 22 Maret 2014 35,00 0,00
6 Minggu, 23 Maret 2014 35,50 0,50
7 Senin, 24 Maret 2014 36,00 0,50
8 Selasa, 25 Maret 2014 36,00 0,00
Minggu k
e-2
2,50
9 Rabu, 26 Maret 2014 36,50 0,50
10 Kamis, 27 Maret 2014 38,00 1,50
11 Jumat, 28 Maret 2014 38,00 0,00
12 Sabtu, 29 Maret 2014 38,00 0,00
13 Minggu, 30 Maret 2014 38,50 0,50
14 Senin, 31 Maret 2014 38,50 0,00
15 Selasa, 1 April 2014
38,50 0,00
Ming gu
3,50
ke-3
16 Rabu., 2 April 2014 39,00 0,50
17 Kamis, 3 April 2014 39,00 0,00
18 Jumat, 4 April 2014 40,00 1,00
19 Sabtu, 5 April 2014 40,50 0,50
20 Minggu, 6 April 2014 41,00 0,50
21 Senin, 7 April 2014 42,00 1,00
22 Selasa, 8 April 2014 42,00 0,00
Ming
gu k
e-4
0,50
23 Rabu, 9 April 2014 42,00 0,00
24 Kamis, 10 April 2014 42,00 0,00
25 Jumat, 11 April 2014 42,00 0,00
26 Sabtu, 12 April 2014 42,50 0,50
27 Minggu, 13 April 2014 42,50 0,00
TOTAL VOLUME (ml) 10,50 RATA-RATA VOLUME (ml) 0,39
2. Grafik pertambahan volume biogas yang terbentuk
a. Grafik volume gas yang terbentuk per hari
1 2 3 4 5 6 7 8 9 1011121314151617181920212223242526270.00
0.20
0.40
0.60
0.80
1.00
1.20
1.40
1.60
Hari ke-
Volu
me gas
(ml
)
b. Grafik volume gas yang terbentuk per minggu
1 2 3 40.0
0.5
1.0
1.5
2.0
2.5
3.0
3.5
4.0
4.5
Minggu ke-
Volume gas (ml)
B. Analisa dan Pembahasan
Biogas merupakan hasil akhir dari proses
anaerobik dengan komponen utama CH4 dan CO2, H2, N2,
dan gas lain seperti H2S (Wagiman, 2006). Biogas
adalah gas yang dihasilkan oleh aktivitas anaerobik
atau fermentasi dari bahan-bahan organik termasuk
diantaranya kotoran manusia dan hewan, limbah
domestik (rumah tangga), sampah biodegradable atau
setiap limbah organik yang biodegradable dalam
kondisi anaerobik (Rosdi, 2011).
Komponen yang terdapat dalam biogas ditunjukkan
pada tabel berikut (Simamora, 2006) :
Prinsip pembuatan biogas adalah adanya
dekomposisi bahan organik secara anaerobik
(tertutup dari udara bebas) untuk menghasilkan
suatu gas yang sebagian besar berupa metan (yang
memiliki sifat mudah terbakar) dan karbon dioksida
(Simamora, 2006). Berikut adalah proses pembentukan
biogas secara umum (Wahyuni, 2011) :
mikroorganisme anaerobikBahan organik CH4 + CO2 + H2 + NH3
+ H2S
Pembentukan biogas dilakukan oleh mikroba pada
situasi anaerob yang meliputi tiga tahap yaitu
tahap hidrolisis, tahap pengasaman dan tahap
metanogenik (Padang, 2011). Berikut ini merupakan
tahapan dalam proses pembentukan biogas (Krisno,
2011) :
a. Hidrolisis
Hidrolisis merupakan penguraian senyawa
kompleks atau senyawa rantai panjang menjadi
senyawa yang sederhana. Pada tahap ini, bahan-
bahan organik seperti karbohidrat, lipid, dan
protein didegradasi menjadi senyawa dengan
rantai pendek, seperti peptida, asam amino, dan
gula sederhana. Kelompok bakteri hidrolisa,
seperti Steptococci, Bacteriodes, dan beberapa
jenis Enterobactericeae yang melakukan proses ini.
b. Asidogenesis
Asidogenesis adalah pembentukan asam dari
senyawa sederhana. Bakteri asidogen,
Desulfovibrio, pada tahap ini memproses senyawa
terlarut pada hidrolisis menjadi asam-asam
lemak rantai pendek yang umumnya asam asetat
dan asam format.
c. Metanogenesis
Metanogenesis ialah proses pembentukan gas
metan dengan bantuan bakteri pembentuk gas
metan seperti Methanobacterium, Methanobacillus,
Methanosacaria, dan Methanococcus. Tahap ini
mengubah asam-asam lemak rantai pendek menjadi
H2, CO2, dan asetat. Asetat akan mengalami
dekarboksilasi dan reduksi CO2, kemudian
bersama-sama dengan H2 dan CO2 menghasilkan
produk akhir, yaitu metan (CH4) dan
karbondioksida (CO2).
Bahan yang dapat dijadikan biogas biasanya
merupakan limbah organik. Limbah organik ini dapat
berupa limbah padat maupun limbah cair. Bahan
organik tersebut contohnya kotoran hewan ternak,
limbah pertanian, sisa dapur, dan sampah organik
(Simamora, 2006). Sampah organik yang biasa
digunakan adalah sisa konsumsi rumah tangga, rumah
makan, maupun supermarket seperti sampah sayur-
sayuran, buah-buahan, nasi, daging, ikan, serta
hasil konsumsi rumah tangga lainnya (Saragih,
2010). Kotoran ternak yang paling umum digunakan
adalah feses dan urine sapi (Simamora, 2006).
Limbah industri yang biasa digunakan untuk bahan
pembuat biogas antara lain limbah cair industri
tapioka, industri nata de coco, industri kecap, dan
industri tahu (Dirjen IKM, 2007). Limbah lain yang
berpotensi untuk dijadikan biogas adalah limbah
yang didapatkan dari Pabrik Kelapa Sawit (PKS),
yang mengolah Tandan Buah Segar (TBS) Kelapa Sawit
menjadi Crude Palm Oil (CPO). Dalam proses
pengolahannya, PKS menghasilkan limbah biomassa
dengan jumlah yang cukup besar dalam bentuk limbah
organik berupa tandan kosong kelapa sawit (Tankos),
cangkang dan sabut, serta limbah cair (palm oil
mill effluent/POME) (Wibowo, 2013).
Proses yang terjadi selama pembentukan biogas
terbagi dalam 3 tahap yaitu hidrolisis,
asidogenesis atau pengasaman, dan metanogenesis.
Proses yang terjadi pada masing-masing tahapan
adalah sebagai berikut (Wahyuni, 2011) :
a. Pada tahap hidrolisis, reaksi yang terjadi
adalah penguraian bahan-bahan organik kompleks
yang mudah larutatau senyawa rantai panjang
seperti lemak, protein, dan karbohidrat menjadi
senyawa yang lebih sederhana. Tahap hidrolisis
merupakan perubahan struktur bentuk polimer
menjadi bentuk monomer di antaranya senyawa asam
organik, glukosa, etanol, CO2, dan hidrokarbon.
Reaksi kimia pada tahap hidrolisis adalah :
(C6H10O5)n + nH2O n(C6H12O6)
b. Pada tahap pengasaman atau asidogenesis,
senyawa monomer yang terbentuk dari tahap
hidrolisis dijadikan sumber energi bagi bakteri
pembentuk asam. Bakteri tersebut menghasilkan
senyawa asam seperti asam asetat, asam propionat,
asam butirat, dan asam laktat, serta produk
sampingan berupa alkohol, CO2, hidrogen, dan
amonia. Reaksi kimia yang terjadi adalah :
c. Proses terakhir adalah pembentukan gas metan
yang terjadi pada tahap metanogenesis. Bakteri
metanogen seperti Methanococcus, Methanosarcina, dan
Methanobacterium mengubah produk lanjutan dari
tahap pengasaman menjadi metan, karbondioksida,
dan air yang merupakan komponen penyusun biogas.
Berikut adalah reaksi yang terjadi pada tahap
metanogenesis :
Biogas mempunyai peranan penting dalam
pengendalian limbah industri. Selain dapat
mengurangi limbah yang dibuang ke lingkungan,
biogas juga dapat dijadikan sumber energi
alternatif. Dengan pengolahan limbah menjadi
biogas, maka jumlah limbah dapat dikurangi karena
sebagian besar digunakan untuk bahan baku pembuat
biogas.
Dalam pengendalian limbah industri, biogas
memiliki beberapa kekurangan dan kelebihan.
Kelebihan penggunaan biogas antara lain :
1. Sebagai bahan bakar pengganti.
2. Tempat selalu bersih, tidak seperti penggunaan
kayu bakar yang selalu menghasilkan abu dan
asap.
3. Menghemat biaya produksi pertanian karena sudah
tersedia pupuk organik yang lebih baik.
4. Tidak merusak lingkungan karena limbah yang
dihasilkan masih dapat dimanfaatkan.
5. Biogas memberi perlawanan terhadap efek rumah
kaca melalui 3 cara yaitu:
a) Biogas memberikan subtitusi atau pengganti
dari bahan bakar fosil untuk penerangan,
kelistrikan, memasak dan pemanasan.
b) Methana (CH4) yang dihasilkan secara alami
oleh kotoran yang menumpuk merupakan gas
penyumbang terbesar pada efek rumah kaca,
bahkan lebih besar dibandingkan CO2.
Pembakaran methana pada Biogas mengubahnya
menjadi CO2 sehingga mengurangi jumlah methana
di udara.
Sedangkan, kekurangan biogas adalah biogas
hanya dapat dimanfaatkan untuk beberapara kegiatan
rumah tanggan sehingga bentuknya tidak dapat
diturunkan ke bentuk yang lebih banyak lagi. Selain
itu, perlunya suatu pengendalian khusus untuk
mencegah terjadinya kemungkinan resiko bahaya
akibat kerusakan instalasi biogas.
Langkah-langkah yang dilakukan dalam pembuatan
biogas pada praktikum pengendalian limbah industri
ini adalah sebagai berikut. Pertama limbah cair
berupa limbah nata de coco sebanyak 18 liter dan
starter berupa buah-buahan serta sayur-sayuran
busuk sebanyak 1 kg disiapkan. Sebelum dilakukan
proses selanjutnya, pH limbah cair diukur yang
bertujuan untuk menentukan kondisi optimum di dalam
pembuatan biogas. Pengukuran pH dilakukan sebanyak
3 kali pengulangan dengan hasil 5,5 ; 5,6 ; dan 5,7
sehingga dirata-rata menjadi 5,6. Hal ini berarti
limbah dalam kondisi asam. Produksi metana oleh
bakteri metanogenik terjadi dengan baik pada
kisaran pH 5,5-8,3. Apabila pH limbah dalam reaktor
anaerobik kurang dari 5,5 maka aktivitas mikrobia
dalam mendegradasi bahan organik dan mengubah
menjadi biogas kurang optimum (Wagiman, 2006).
Karena limbah sudah berbentuk cair, maka limbah
sebanyak 17,1 L dimasukkan ke dalam jerigen.
Kemudian, starter sebanyak 0,9 L juga dimasukkan ke
dalam jerigen sebanyak 0,9 L sehingga volume total
bahan biogas adalah sebanyak 18 L. Sebelumnya, buah
dan sayuran busuk dicacah-cacah hingga mencapai
ukuran yang sekecil mungkin. Tujuan pencacahan agar
reaksi yang terjadi menjadi semakin mudah karena
ukurannya yang kecil. Volume jerigen yang digunakan
adalah 20 L, sedangkan volume bahan biogas adalah
18 L, dengan begitu terdapat sisa ruang kosong
sebanyak 2 L untuk tempat terbentuknya gas.
Selanjutnya adalah melakukan penyusunan
instalasi produksi biogas. Penyusunan dilakukan
dengan bahan dan alat yang telah disediakan.
Peratan utama yang digunakan dalam instalasi biogas
ini adalah jerigen yang berisi bahan isian biogas
tadi, ember berisi air, gelas ukur sebagai tempat
melihat kenaikan volume gas, kemudian selang
sebagai penghubung antara ember dengan jerigen
berisi bahan biogas, dan plastisin yang berfungsi
untuk menutup celah antara selang dengan lubang
pada tutup jerigen. Lubang sekecil apapun harus
ditutup agar tidak ada udara luar yang
mengintervensi proses pembentukan biogas.
Setelah instalasi selesai maka dapat mulai
dilakukan pengamatan secara periodik. Pengamatan
setiap hari dimulai dari waktu pertama munculnya
gas dimana waktu pengamatan yang konstan bertujuan
agar hasil yang didapatkan valid. Selanjutnya,
dilakukan analisis dengan menghitung laju produksi
biogas, jumlah biogas yang dihasilkan, dan energi
yang dihasilkan.
Dari hasil praktikum yang sudah dilakukan
selama 27 hari, diperoleh hasil total volume biogas
sebanyak 10,50 ml sehingga jika dirata-rata
produksi gas per harinya adalah 0,39 ml. Untuk
minggu pertama, volume yang dihasilkan adalah 4,0
ml, minggu kedua sebanyak 2,5 ml, minggu ketiga
sebanyak 3,5 ml, dan minggu terakhir sebanyak 0,5
ml. Pada minggu keempat ini hanya terjadi
penambahan volume sebanyak 1 kali yaitu pada hari
kelima sebanyak 0,5 ml. Kecepatan produksi gas
tergantung pada kinerja bakteri metanogen yang
dipengaruhi oleh pH, suhu, kandungan nutrien,
keberadaan faktor penghambat dan waktu retensi
(Wagiman, 2006).
Dari grafik perubahan volume biogas (waktu vs
volume) dapat dilihat bahwa penambahan volume
biogas yang terjadi cukup fluktuatif. Sebanyak 13
kali pengamatan menunjukkan bahwa tidak ada
pernambahan volume gas, sementara pengamatan lain
menunjukkan angka penambahan volume di atas 0,4 ml
bahkan ada yang mencapai penambahan sebanyak 1,5
ml. Untuk minggu keempat hanya terjadi penambahan
sebanyak 1 kali saja (pada grafik ditunjukkan di
hari ke-26). Tidak adanya penambahan volume di
hari-hari terakhir ini kemungkinan dikarenakan
mikrobia yang melakukan proses fermentasi di
dalamnya sudah kekurangan nutrisi.
Penerapan dari instalasi biogas dalam kehidupan
nyatanya adalah dalam rangka pemenuhan keperluan
energi rumah tangga khususnya di perdesaan maka
perlu dilakukan upaya yang sistematis untuk
menerapkan berbagai alternatif energi yang layak
bagi masyarakat. Sehubungan dengan hal tersebut
maka salah satu upaya terobosan yang dilakukan
adalah melaksanakan program Bio Energi Perdesaan
(BEP),yaitu suatu Program BEP-Biogas Skala Rumah
Tangga. Upaya pemenuhan energi secara swadaya (self
production) oleh masyarakat khususnya di perdesaan,
termasuk bagi masyarakat di desa-desa terpencil
seperti di daerah pedalaman dan kepulauan.
Pelaksanaan program BEP juga terkait dengan upaya-
upaya pengembangan agribisnis dalam rangka
peningkatan kesejahteraan masyarakat secara
berkelanjutan dan ramah lingkungan. Secara garis
besar tujuan program BEP adalah berkembangnya
swadaya masyarakat dalam penyediaan dan penggunaan
bio energi (biogas, bio massa, dan bio fuel) bagi
keperluan rumah tangga termasuk untuk kegiatan
usaha industri rumah tangga khususnya di pedesaan.
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan
1. Sumber yang potensial sebagai bahan baku produksi
biogas adalah bahan organik seperti kotoran hewan
ternak, limbah pertanian, sisa dapur, dan sampah
organik. Sumber limbah industri yang potensial
untuk dijadikan biogas adalah limbah cair
industri tapioka, industri nata de coco, industri
kecap, industri tahu, dan industri pengolahan
kelapa sawit.
2. Proses produksi biogas terdiri dari 3 tahap yaitu
hidrolisis, asidogenesis, dan metanogenesis.
Pembentukan gas metan oleh bakteri anaeronik
terjadi pada tahapan metanogenesis.
3. Dalam waktu 27 hari, didapat volume biogas
sebanyak 10,50 ml sehingga jika dirata-rata,
volume biogas per hari yang diperoleh adalah 0,39
ml.
B. Saran
Jenis starter yang digunakan berbeda untuk tiap
kelompoknya agar hasil yang didapat lebih
bervariasi.
DAFTAR PUSTAKA
Abdurahman, Deden. 2006. Biologi Kelompok Pertanian dan
Kesehatan untuk Sekolah Menengah Kejuruan Kelas
XI. Jakarta: Grafindo Media Pratama.
Chhetri, A.B., dan M. Rafiqul Islam. 2008. Inherently-
sustainable Technology Development. Nova
Publishers. Canada.
Dirjen Industri Kecil dan Menengah. 2007. Pemanfaatan
Limbah Menjadi Biogas. Dalam
http://majalahenergi.com/forum/energi-baru-dan-
terbarukan/bioenergy/pengolahan-limbah-tahu-
menjadi-biogas/ diakses pada 15 April 2014 pukul
18.15 WIB.
Hozairi, dkk. 2012. Pemanfaatan Kotoran Hewan Menjadi
Energi Biogas Untuk Mendukung Pertumbuhan UMKM di
Kabupaten Pamekasan. Dalam Prosiding InSINas Lembaga
Penelitian dan Pengabdian Kepada Masyarakat. Universitas
Islam Madura. Pamekasan.
Krisno, Agus. 2011. Biogas Secara Umum. Dalam
http://aguskrisno.blogspot.com/ diakses pada 15
April 2014 pukul 18.17 WIB.
Moenir, Misbachul dan Rustiana Yuliasni. 2011.
Penerapan Teknologi Bio-Desulfurisasi Gas Hidrogen
Sulfida (H2s) Pada Ipal Industri Tahu Sebagai
Upaya Pengambilan Kembali ( Recovery ) Sulfur . Dalam
Jurnal Riset Teknologi Pencegahan Pencemaran Industri, Vol 1,
No. 4: 244-250.
Padang, Yesung Allo, dkk. 2011. Meningkatkan Kualitas
Biogas dengan Penambahan Gula. Dalam Jurnal Teknik
REKAYASA, Vol 12 No. 1: 54-62.
Simamora, Suhut, dkk. 2006. Membuat Biogas Pengganti
Bahan Bakar Minyak dan Gas dari Kotoran Ternak.
Jakarta: AgroMedia Pustaka.
Singh, Vijay P., dan Ram Narayan Yadava. 2003.
Wastewater Treatment and Waste Management. Allied
Publishers Pvt. New Delhi.
Wagiman. 2007. Identifikasi Potensi Produksi Biogas dari
Limbah Cair Tahu Dengan Reaktor Upflow Anaerobic
Sludge Blanket (UASB) . Dalam Jurnal Bioteknologi, Vol 4
No.2: 41-45.
Wagiman. 2014. Modul Praktikum Pengendalian Limbah
Industri Program Studi Strata I. Jurusan Teknologi
Industri Pertanian. Universitas Gadjah Mada.
Yogyakarta.
Wahyuni, Sri. 2011. Menghasilkan Biogas Dari Aneka
Limbah. Jakarta: PT Agromedia Pustaka.
Wibowo, Ari. 2013. Potensi Biogas adari Limbah Cair
Kelapa Sawit. Dalam
http://test.lpp.ac.id/wordpress/potensi-biogas-dari-
pengolahan-limbah-cair-kelapa-sawit/ diakses pada
15 April 2014 pukul 19.00 WIB.