implementasi kebijakan pengembangan pariwisata ...

49
IMPLEMENTASI KEBIJAKAN PENGEMBANGAN PARIWISATA KABUPATEN GUNUNGKIDUL TESIS Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Mencapai Derajat Magister pada Program Studi Ilmu Pemerintahan Konsentrasi Pemerintahan Daerah Diajukan Oleh : SUDARYANTO 17610033 PROGRAM MAGISTER ILMU PEMERINTAHAN SEKOLAH TINGGI PEMBANGUNAN MASYARAKAT DESA “APMD” YOGYAKARTA 2019

Transcript of implementasi kebijakan pengembangan pariwisata ...

IMPLEMENTASI KEBIJAKAN PENGEMBANGAN PARIWISATA

KABUPATEN GUNUNGKIDUL

TESIS

Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Mencapai Derajat Magister

pada Program Studi Ilmu Pemerintahan

Konsentrasi Pemerintahan Daerah

Diajukan Oleh :

SUDARYANTO

17610033

PROGRAM MAGISTER ILMU PEMERINTAHAN

SEKOLAH TINGGI PEMBANGUNAN MASYARAKAT DESA “APMD”

YOGYAKARTA

2019

i

IMPLEMENTASI KEBIJAKAN PENGEMBANGAN PARIWISATA

KABUPATEN GUNUNGKIDUL

TESIS

Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Mencapai Derajat Magister

pada Program Studi Ilmu Pemerintahan

Konsentrasi Pemerintahan Daerah

Diajukan Oleh :

SUDARYANTO

17610033

PROGRAM MAGISTER ILMU PEMERINTAHAN

SEKOLAH TINGGI PEMBANGUNAN MASYARAKAT DESA “APMD”

YOGYAKARTA

2019

iii

SURAT PERNYATAAN

Yang bertanda tangan dibawah ini, saya:

Nama : Sudaryanto

Nomor Mahasiswa : 17610033

Menyatakan dengan sesungguhnya, bahwa tesis berjudul Implementasi

Pengembangan Pariwisata Kabupaten Gunungkidul adalah betul-betul karya saya

sendiri. hal-hal yang bukan karya saya sendiri dalam tesis tersebut telah

disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam daftar pustaka.

Apabila dikemudian hari terbukti pernyataan saya ini tidak benar, maka saya

bersedia menerima sanksi akademik berupa pencabutan tesis dan gelar yang saya

peroleh dari tesis tersebut.

Yogyakarta, 22 Maret 2019

Yang membuat pernyataan

Sudaryanto

iv

KATA PENGANTAR

Syukur alhamdulillah, Penulis panjatkan kehadiran Allah SWT atas segala

limpahan karunia dan hidayah yang diberikan kepada hambanya, sehingga penulis

dapat menyelesaikan tesis dengan judul “Implementasi Pengembangan

Pariwisata Kabupaten Gunungkidul”. Tesis ini disusun untuk memenuhi salah satu

persyaratan memperoleh gelar Magister Ilmu Pemerintahan (M.IP) pada Program

Studi Ilmu Pemerintahan Sekolah Tinggi Pembangunan Masyarakat Desa “APMD”

Banyak tantangan maupun kendala dalam penulisan tesis ini. Namun

dalam kesempatan ini dengan segala kerendahan hati dan limpahan rasa hormat,

penulis mengucapkan terima kasih yang tak terhingga kepada:

1. Bapak Dr. Supardal, M.Si selaku Direktur Program Magister Ilmu

Pemerintahan Sekolah Tinggi Pembangunan Masyarakat Desa “APMD”

Yogyakartya yang turut membantu penulis untuk memenuhi persyaratan

administrasi demi kelancaran dalam menyelesaikan pembuatan tesis.

2. Bapak Dr. E. W. Tri Nugroho selaku dosen pembimbing 1 (satu) dan Bapak

Drs. Suharyanto, MM selaku pembimbing 2 (dua) yang telah meluangkan

banyak waktu untuk memberikan bimbingan, petunjuk, arahan, dorongan,

semangat, kritik dan saran yang sangat berarti sehingga dapat

menumbuhkan pengetahuan penulis dalam menyelesaikan penulisan tesis

ini.

3. Bapak Ir. Muhammad Barori, M.Si selaku penguji II yang telah memberikan

arahan dan bimbingan dalam memperbaiki tesis ini.

4. Kepala Dinas Pariwisata Kabupaten Gunungkidul Ibu Ir. Asti Wijayanti, MA,

Kepala bidang Industri dan Kelembagaan Bapak Elly Martono, SIP, MPP.

M.Eng, Kepala Bidang Pengembangan Destinasi Bapak Supartono, St,

v

MT. Kepala Bidang Pemasaran Ibu Yuni hartini, SP, MSi. Beserta

jajarannya yang tidak bisa penulis sebutkan satu persatu yang telah

bersedia membantu penulis dalam mengumpulkan data.

5. Keluarga penulis yang telah memberikan semangat dan sahabat serta

teman-teman seperjuangan penulis semoga kita selalu sukses dalam

meraih masa depan.

Dalam penyusunan tesis ini, penulis menyadari bahwa tesis ini bukan

merupakan suatu hal yang instan, tetapi buah dari suatu proses yang relatif

panjang dengan menyita segenap tenaga dan pikiran, namun atas bantuan dan

dorongan yang diberikan berbagai pihak, maka penulis dapat menyelesaikan tesis

ini.

Yogyakarta, 22 Maret 2019 Penulis

Sudaryanto

vi

MOTO DAN PERSEMBAHAN

“TUNTUTLAH ILMU, TETAPI TIDAK MELUPAKAN IBADAH. DAN

KERJAKANLAH IBADAH, TETAPI TIDAK MELUPAKAN ILMU.”

( HASAN AL-BASHRI )

Tesis ini kupersembahkan untuk :

Kedua orang tua penulis Iman Saryanto dan Martinem yang

telah membesarkan dan mendidik penulis, penulis sangat berterima

kasih kepada beliau. Karena dengan dukungan beliau pula penulis

dapat melanjutkan pendidikan ke jenjang magister. Penulis

menyadari begitu banyak pengorbanan yang telah beliau berikan

dari kecil hingga dewasa, terima kasih atas segala pengorbanan dan

doa serta kasih sayangnya baik materi dan moral secara rohani dan

jasmani.

vii

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ……………………………………………………………………...i

PENGESAHAN ………………………………………………………………………...ii

PERNYATAAN …………………………………..……………………………………iii

KATA PENGANTAR ……………...…………………………………………...……..iv

MOTO DAN PERSEMBAHAN ………………………………………………………vi

DAFTAR ISI .....…………………………………………………………………vii

DAFTAR TABEL ………...……...………………………………………………...ix

DAFTAR GAMBAR …………………...............……………………………………..x

INTISARI ………………………………………………………………………………xi

ABSTRACT …………………………………………………………………………...xii

BAB I PENDAHULUAN …...………………...……………………………………….1

A. Latar belakang Masalah …...………………....…………………………..1

B. Fokus Penelitian …...……………………………............………………..7

C. Rumusan Masalah ..…………………………….........…………………..8

D. Tujuan Penelitian ……………………...……...…………………………..8

E. Manfaat Penelitian ...……………………………………………………....8

F. Kerangka Konseptual ..……………………………………...………...…..8

1. Kebijakan Publik ..……………............………………………………..8

2. Implementasi Kebijakan ..……………………....………………...….11

3. Pengembangan Pariwisata ……...….……..……..………………….12

4. Destinasi Pariwisata …………………………………………………..19

5. Kebijakan Pengembangan Pariwisata Kabupaten Gunungkidul .....20

G. Metode Penelitian …......………..…………………………………………23

1. Jenis Penelitian ......………………………………..…………………23

2. Obyek Penelitian ……………………………………………………...24

3. Lokasi Penelitian ……………………………………...………………24

4. Teknik Pemilihan Subyek Penelitian ………………………………. 24

5. Teknik Pengumpulan Data ………………………........…………….27

6. Teknik Analisis Data……………………………………………………28

viii

BAB II GAMBARAN KAWASAN DAN DINAS PARIWISATA KABUPATEN

GUNUNGKIDUL ……….………………………………………..…………31

A. Kondisi Umum …………………………………………………………..31

B. Topografi ………………………………………………………………..35

C. Pemerintahan …………………………………………………………..36

D. Potensi …………………………………………………………………..38

1. Kawasan Strategis Pariwisata Gunungkidul ……………………...40

2. Daya Tarik Wisata Gunungkidul …………………………………...43

a) Daya Tarik Wisata Alam ………………………………….…….43

b) Desa Wisata …………………………………..…………………46

c) Kelompok Sadar Wisata ……………….………………………47

E. Dinas Pariwisata Kabupaten Gunungkidul ………………..……….. 49

1. Struktur Organisasi Dinas Pariwisata Kabupaten Gunungkidul ....49

2. Tugas, Fungsi dan Struktur Orgaisasi Dinas Pariwisata Kabupaten

Gunungkidul ………………………………………………………….51

3. Tugas dan Fungsi Bidang Pemasaran dan Bina Usaha ……......54

4. Tugas dan Fungsi Bidang Pengembangan Destinasi ………......55

5. Tugas dan Fungsi Bidang Industri dan Kelembagaan ….......... 56

6. Sumber Daya Dinas Pariwisata Kabupaten Gunungkidul …....….57

BAB III ANALISIS IMPLEMENTASI KEBIJAKAN PENGEMBANGAN

PARIWISATA KABUPATEN GUNUNGKIDUL………......................60

1. Pengembangan Pariwisata Melalui Pembangunan Destinasi

Wisata...........................................................................................63

2. Pengembangan Pariwisata melalui Pemasaran Pariwisata

……………………………………………………………………….....73

3. Pengembangan Pariwisata melalui Industri dan kelembagaan

Pariwisata …………………………………………………………..77

BAB IV KESIMPULAN DAN SARAN ………………….....…………….….....….86

1. Kesimpulan …………………………………………………………….86

2. Saran …………………………………………………………………….89

DAFTAR PUSTAKA ………………………………………………………………...92

LAMPIRAN

ix

DAFTAR TABEL

Tabel 1.1 Jumlah Kunjungan Wisatawan Gunungkidul tahun 2013-2017..............3

Tabel 1.2 Nama dan Identitas Informan ……………………………………………25

Tabel 2.1 Luas Kecamatan di Kabupaten Gunungkidul Tahun 2017 …………...32

Tabel 2.2 Jumlah Kujungan Wisatawan Mancanegara dan Domestik Tahun 2012-

2017 …………..……………….………………………………………..39

Tabel 2.3 Wisata Pendidikan di Gunungkidul ……………………………………..46

Tabel 2.4 Daftar Kelompok Sadar Wisata Non Pantai di Gunungkidul ………..48

Tabel 2.5 Daftar Kelompok Sadar Wisata Pantai di Gunungkidul ……………...49

Tabel 2.6 Data Jumlah Pegawai Berdasarkan Kepangkatan, Golongan, Jenis

Kelamin pada Dinas Pariwisata Gunungkidul ……………………… 57

Tabel 2.7 Jumlah Pegawai Dinas Pariwisata Berdasarkan Tingkat Pendidikan…58

Tabel 2.8 Jumlah Pegawai Dinas Pariwisata Berdasarkan Tingkat Eselon ...…..58

Tabel 2.9 Sarana dan Prasarana Dinas Pariwisata Kabupaten Gunungkidul …..59

Tabel 3.1 Kegiatan Promosi Kabupaten Gunungkidul Tahun 2017-2018 ……….74

x

DAFTAR GAMBAR

Gambar 2.1 Peta Administrasi Kabupaten Gunungkidul …………………………32

Gambar 2.2 Peta Persebaran Penduduk Kabupaten Gunungkidul ……………...33

Gambar 2.3 Peta Curah Hujan Kabupaten Gunungkidul …………………………34

Gambar 2.4 Struktur organisasi Dinas Pariwisata Kabupaten Gunungkidul……..50

Gambar 3.1 Jalan Menuju Mulut Goa Pindul ……………………………………….67

Gambar 3.2 Pamflet Promosi Wisata Kabupaten Gunungkidul ………………….75

xi

INTISARI

Implementasi kebijakan pengembangan pariwisata Kabupaten Gunungkidul melalui Peraturan Daerah Kabupaten Gunungkidul No 3 Tahun 2014 tentang rencana Induk Pengembangan Pariwisata Daerah (RIPARDA) Kabupaten Gunungkidul tahun 2014-2025. Peraturan daerah ini 5 komponen pengembangan pariwisata yakni: pembangunan infrastruktur pariwisata, pemberdayaan masyarakat, pemasaran pariwisata, industri pariwisata, dan kelembagaan pariwisata. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui bagaimana implementasi kebijakan pengembangan pariwisata Kabupaten Gunungkidul dan kendala yang menghambat pengembangannya.

Metode penelitian ini menggunakan metode deskriptif kualitatif yakni mengungkapkan fakta atau realita sosial tertentu yang ada dilapangan sehingga mampu memberikan gambaran yang objektif terhadap permasalahannya, kemudian didukung dengan data kualitatif yang diungkapkan dalam bentuk kata kata yang telah dianalisis sehingga mampu menerangkan suatu fenomena/permasalahan yang dihadapi. Teknik penentuan subjek penelitian menggunakan teknik purposive sejumlah 18 informan, yakni 4 pejabat dilingkungan Dinas Pariwisata Kabupaten Gunungkidul, 10 masyarakat sekitar destinasi, dan 4 wisatawan yang berkunjung ke destinasi.

Implementasi kebijakan pengembangan pariwisata Kabupaten Gunungkidul melalui pembangunan destinasi sudah cukup baik (contohnya di pantai Krakal) tetapi pembangunannya masih belum merata, pemasaran wisata melalui promosi sudah dilaksanakan melalui media cetak, elektronik, even, travel dialog, dan pameran pariwisata, melalui industri dan kelembagaan ini ditandai dengan antusiame masyarakat dalam mengelola destinasi mereka (banyak bermunculan Pokdarwis), dan keikutsertaan masyarakat dalam menyediakan produk yang dibutuhkan oleh wisatawan. Kendala yang menghambat pengembangan pariwisata Gunungkidul ialah ketidakmerataan fasilitas umum atau sarana pariwisata (jalan/akses, kantong parkir, toilet, sanitasi dan air bersih, serta sampah), tata kelola tempat usaha yang belum baik, konflik pengelolaan, internal organisasi (mengenai lama menjajabat) dan anggaran yang terbatas mempengaruhi berbagai hal selain pembangunan destinasi juga promosi wisata yang belum bisa ke luar negeri.

Kata kunci : Implementasi, Kebijakan, Pariwisata.

xii

ABSTRACT

Implementation of Gunungkidul Regency tourism development policy through Gunungkidul District Regulation No. 3 of 2014 concerning the Gunungkidul District Regional Tourism Development Plan (RIPARDA) 2014-2025. These regional regulations are 5 components of tourism development namely: tourism infrastructure development, community empowerment, tourism marketing, tourism industry, and tourism institutions. This study aims to find out how the implementation of Gunungkidul Regency tourism development policies and constraints hamper its development.

This research method uses descriptive qualitative method that is expressing facts or certain social realities that exist in the field so as to be able to provide an objective picture of the problem, then supported by qualitative data expressed in the form of words that have been analyzed so as to explain a phenomenon / problem faced. The technique of determining research subjects using a purposive technique of 18 informants, namely 4 officials in the Gunungkidul District Tourism Office environment, 10 people around the destination, and 4 tourists visiting the destination.

The implementation of Gunungkidul Regency tourism development policy through the construction of destinations has been quite good (for example on Krakal beach) but its development is still not evenly distributed, tourism marketing through promotion has been carried out through print, electronic media, events, travel dialogues, and tourism exhibitions, through these industries and institutions marked by the enthusiasm of the community in managing their destinations (many Pokdarwis sprung up), and community participation in providing products needed by tourists. Constraints that hinder Gunungkidul tourism development are the inequality of public facilities or tourism facilities (roads / access, parking bags, toilets, sanitation and clean water, and garbage), unfavorable business governance, management conflicts, internal organization (regarding length of time) and a limited budget affects various things besides the construction of destinations as well as tourism promotions that have not been able to go abroad.

Keywords: Implementation, Policy, Tourism.

1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Pariwisata merupakan berbagai macam kegiatan wisata dan didukung

berbagai fasilitas serta layanan yang disediakan oleh masyarakat, pengusaha,

pemerintah, dan pemerintah daerah menurut Undang Undang No 10 Tahun

2009 tentang Kepariwisataan. Penyelenggaraan kepariwisataan diarahkan

untuk peningkatan kesejahteraan dan kemakmuran rakyat melalui peningkatan

devisa, perluasan dan pemerataan kesempatan usaha dan lapangan kerja,

mendorong pembangunan daerah, memperkaya kebudayaan nasional dengan

tetap melestarikan kepribadian bangsa dan terpeliharanya nilai-nilai agama.

Selain itu sektor pariwisata juga mampu mempererat persahabatan antar

bangsa, memupuk rasa cinta tanah air, memperhatikan kelestarian fungsi dan

mutu lingkungan serta mendorong pengembangan, pemasaran, dan

pemberdayaan produk nasional melalui pemanfaatan segala potensi sumber

daya alam maupun sumber daya manusia.

Pembangunan Pariwisata Indonesia diatur dalam Peraturan

Pemerintah No 50 Tahun 2011 tentang Rencana Induk Pembangunan

Pariwisata Nasional (RIPPARNAS) 2010-2025, yang didalamnya terdapat 4

poin penting pembangunan pariwisata di Indonesia, yaitu: a). pembangunan

Destinasi Pariwisata b).Pemasaran Pariwisata c). Industri Pariwisata d).

Kelembagaan Pariwisata. Peraturan ini dengan jelas telah mengatur setiap

komponen penting dalam pembangunan pariwisata untuk mencapai

kesejahteraan sosial masyarakat, maka dari itu setiap Provinsi wajib

menjadikannya sebagai pedoman dalam membuat kebijakan pengembangan

2

pariwisatanya, begitu juga pemerintah Kabupaten/Kota berpedoman pada

peraturan Pemerintah diatasnya/Provinsi dan RIPPARNAS.

Memasuki era otonomi daerah hampir semua Kabupaten/Kota berkutat

dalam hitung-hitungan pendapatan asli daerah (PAD). Daerah diberikan

kewenangan untuk mengelola sumberdaya nasional yang tersedia di

wilayahnya dan bertanggungjawab memelihara kelestarian lingkungan sesuai

dengan peraturan perundang-undangan. Hal ini berarti bahwa daerah dapat

menggunakan sumberdaya alamnya yang ada untuk membiayai daerahnya.

Keikutsertaan masyarakat akan otonomi daerah juga harus ditingkatkan oleh

Pemimpin daerah dengan tujuan masyarakat sadar akan potensi daerahnya

sendiri, sehingga mampu mendorong pembangunan daerah yang lebih merata

dan kesejahteraan dapat tercapai. Pengembagan potensi daerah yang paling

mudah untuk dikembangkan oleh suatu daerah adalah pariwisata, selain

murah juga berdampak langsung kepada masyarakat sekitar

Gunungkidul sebagai salah satu Kabupaten di Daerah Istimewa

Yogyakarta (DIY) dalam beberapa tahun terakhir sedang giat-giatnya untuk

menggali potensi daerahnya terutama sektor pariwisata. Hal ini didukung pula

dengan ditetapkannya Kabupaten Gunungkidul sebagai salah satu bagian dari

situs Geopark Gunung Sewu Oleh lembaga internasional UNESCO (United

Nations Educational, Scientific and Cultural Organization) pada tahun 2015.

Gunungkidul mempunyai karakteristik wilayah perbukitan karst, lembah,

lereng, serta berbatasan langsung dengan Samudera Hindia di bagian selatan,

kondisi inilah yang membuat bermunculannya destinasi-destiansi wisata baru

di Gunungkidul hasil dari kerjasama masyarakat setempat bersama

Pemerintah. Berikut ini adalah tabel kunjungan wisatawan di tahun 2013-2017:

3

Tabel 1.1

Jumlah Kunjungan wisatawan (domestik dan mancanegara)

Gunungkidul Tahun 2013-2017

TAHUN TARGET PAD REALISASI JUMLAH WISATAWAN

2013 Rp 5.118.296.425 Rp 6.118.756.000 1.337.438

2014 Rp 7.609.500.100 Rp 15.420.475.427 1.955.817

2015 Rp 17.495.365.500 Rp 20.980.945.431 2.642.759

2016 Rp 23.156.381.500 Rp 24.247.748.425 2.992.897

2017 Rp 25.667.728.750 Rp 26.929.198.233 3.258.013

Sumber: Dinas Pariwisata dan BPS Kabupaten Gunungkidul 2017

Tabel tersebut menggambarkan kondisi perkembangan pariwisata di

Gunungkidul dari tahun 2013 sampai tahun 2017 yang mengalami kenaikan

kunjungan wisatawan, yang berdampak pula paka kenaikan PAD dari sektor

pariwisata. Dampak yang berlanjut dengan adanya perkembangan pariwisata

di Gunungkidul yaitu mampu menurunkan angka kemiskinan Kabupaten

Gunungkidul sebesar 2,3% pada tahun 2016 seperti yang diungkapkan Bapak

Sumarwiyanto selaku Kepala Badan Pusat Statistik Gunungkidul, sebagai

berikut:

“Penurunan kemiskinan di Gunungkidul paling tinggi di DIY karena

mencapai 2,3%. Dalam Susenas 2015 lalu, angka kemiskinan di

Gunungkidul 21,73% , angka tersebut menjadi yang tertinggi di DIY

atau dibawah Kabupaten Kulon Progo. Namun demikian, hal

mengejutkan terjadi pada Susenas tahun 2016 untuk DIY semua

kabupaten atau kota mengalami penurunan. Hanya saja penurunan

Gunungkidul Mencatatkan prestasi atas penurunan yang cukup

tajam yakni menjadi 19,3% . Dugaan kami penurunan itu terjadi

karena perkembangan sektor pariwisata yang cukup besar sesuai

dengan capture lapangan.” (sumber: www.cnnindonesia.com )

4

Dari hasil wawancara tersebut dapat dilihat betapa besar

perkembangan pariwisata di Gunungkidul yang mampu menurunkan angka

kemiskinan di Gunungkidul. Semakin banyak destinasi wisata yang dikelola

masyarakat secara langsung oleh masyarakat menimbulkan dampak yang

baik bagi perekonomian sehingga masyarakat menerima pendapatan

langsung dari pariwisata. Dengan perkembangan pariwisata di Gunungkidul

tidak heran bahwa hal tersebut menjadi salah satu kebijakan Kepala daerah

Gunungkidul dalam melakukan percepatan pembangunan di Kabupaten

Gunungkidul.

Kebijakan (policy) merupakan arah atau tuntutan dalam pelaksanaan

suatu kegiatan oleh pemerintah yang diekspresikan dalam sebuah pernyataan

umum mengenai tujuan yang ingin dicapai, yang menuntut tindakan dari para

pelaksana, baik pemerintah maupun diluar pemerintahan, dalam mewujudkan

harapan yang telah ditetapkan tersebut menurut Richadson dan Fluker

(Pengantar Ilmu Pariwisata, 2009:105). Pengembangan pariwisata menurut

Swarbrooke (http://www.scribd.com) merupakan suatu rangkaian upaya untuk

mewujudkan keterpaduan dalam penggunaan berbagai sumber daya

pariwisata dan mengintegrasikan segala bentuk aspek di luar pariwisata yang

berkaitan secara langsung maupun tidak langsung akan kelangsungan

pengembangan pariwisata. Startegi dalam pengembangan pariwisata dalam

rangka mewujudkan kesjahteraan masyarakat yaitu melalui kegiatan

kepariwisataan sesuai dengan sifat dan karakteristik pariwisata suatu daerah

yang dikombinasikan dengan kearifan lokal, meliputi budaya, bahasa, adat

istiadat, dan lain-lain.

5

Kebijakan pengembangan pariwisata Gunungkidul terdapat dalam

Perda No 4 tahun 2016 tentang RPJMD (Rencana Pembangunan Jangka

Menengah Daerah) Tahun 2016-2021. Visi Dinas Pariwisata Kabupaten

Gunungkidul sesuai Peraturan tersebut yaitu “Mewujudkan Gunungkidul

sebagai daerah tujuan wisata yang terkemuka dan berbudaya menuju

masyarakat yang berdaya saing maju, mandiri, dan sejahtera tahun 2021” dan

misi yang akan dijalankan yaitu “Memantapkan Pengelolaan pariwisata yang

professional”. Selain mengacu pada RPJMD 2016-2021 Kebijakan

pengembangan pariwisata di Gunungkidul juga mengacu pada Perda

Kabupaten Gunungkidul No 3 Tahun 2014 tentang Rencana Pembangunan

Kepariwisataan Daerah (RIPARDA) Kabupaten Gunungkidul tahun 2014-

2025. Peraturan ini menjelaskan pengembangan pariwisata di Gunungkidul

dilakukan dengan 1). Pembangunan infrastruktur pariwisata, 2).

Pemberdayaan masyarakat, 3). Pemasaran Pariwisata, 4). Industri Pariwisata,

5). Kelembagaan Pariwisata.

Kendala-kendala yang ada dilapangan dalam kebijakan

pengembangan pariwisata di Gunungkidul yakni masalah ketidakmerataan

infrastruktur penunjang pariwisata atau fasilitas umum (jalan/akses, kantong

parkir, pos kesehatan, kamar mandi, pengelolaan sampah), masalah

sumberdaya manusia yang perlu sertifikasi guna peningkatan pelayanan

berwisata, kelembagaan destinasi wisata yang masih buruk ditunjukan dengan

adanya konflik di destinasi wisata (Goa Pindul), pemasaran produk lokal guna

pemberdayaan masyarakat yang kalah menarik dengan produk swasta.

Pentingnya Kebijakan pengembangan pariwisata di Gunungkidul adalah untuk

6

mewujudkan pariwisata yang unggul dan terkenal sehingga visi dan misi

kabupaten Gunungkidul dapat terwujud.

Penelitian terdahulu oleh Nuri Hartono (2017) program studi

Pendidikan Kewarganegaraan Universitas Negeri Yogyakarta, berjudul

“Kebijakan Pengembangan kawasan Zona Utara Kabupaten Gunungkidul oleh

Pemerintah daerah melalaui Objek Wisata Embung Batara Sriten. Penelitian

ini menggunakan metode penelitian deskriptif dengan pendekatan kualitatif,

teknik penentuan subjek menggunakan teknik purposive. Hasil penelitian

menunjukkan bahwa : 1) kebijakan yang diterapkan oleh pemerintah daerah

dalam pengembangan kawasan wisata zona utara melalui objek wisata

Embung Batara Sriten difokuskan pada 4 hal yaitu pengembangan daya tarik

wisata, pengembangan sarana dan prasarana, pembangunan aksesibilitas

dan transoportasi serta pemberdayaan masyarakat. Empat hal ini menjadi

prioritas utama mengingat banyaknya hal yang tidak bisa diupayakan dalam

waktu dekat ini karena pariwisata adalah multiefek player. Yakni sebuah sektor

yang berpengaruh pada banyak sektor yang lain. 2). Kendala yang dihadapi

oleh pemerintah daerah dalam pelaksanaan kebijakan pengembangan wisata

zona utara Kabupaten Gunungkidul melalui objek wisata Embung Batara

Sriten yaitu aksesibilitas atau jalan yang rusak dan belum layak menjadi

penghalang dan momok bagi para wisatawan dan masyarakat Sriten untuk

melakukan mobilitas. Kendala yang lain yaitu masih minim dan rendahnya

pengetahuan serta skill tentang kegiatan dan tata kelola kepariwisataan yang

dimiliki oleh pengelola maupun masyarakat di kawasan utara Kabupaten

Gunungkidul. Hal ini berdampak pada tingkat kemajuan pengembangan wisata

7

di objek wisata Embung Batara Sriten ataupun di kawasan wisata zona utara.

(https://eprints.uny.ac.id/52972/)

Dari uraian tersebut belum menjelaskan secara mendalam mengenai

pimplementasi kebijakan pengembangan pariwisata yang dilakukan oleh aktor-

aktor Pemerintah/ Dinas Pariwisata, sejauhmana pengembangan yang telah

dilakukan meliputi pengembangan daya tarik wisata, pengembangan sarana

dan prasarana, pembangunan aksesibilitas dan transoportasi serta

pemberdayaan masyarakat. Maka dari itu penulis akan meneliti Implementasi

Kebijakan Pengembangan Pariwisata di Kabupaten Gunungkidul

menggunakan 5 (lima) komponen tersebut yang diadopsi dari Kebijakan yang

telah dibuat oleh Pemerintah Kabupaten Gunungkidul yakni Peraturan Daerah

No 3 Tahun 2014 tentang Rencana Induk Pembangunan Pariwisata Daerah

(RIPARDA) Kabupaten Gunungkidul 2014-2025, selanjutnya dianalisis sejauh

mana kebijakan pengembangan pariwisata di Kabupaten Gunungkidul telah

dilaksanakan dan kendala-kendala yang dihadapinya, sehingga mampu untuk

mengevaluasi kinerja dan penetuan langkah yang tepat kedepannya.

B. Fokus Penelitian

Fokus penelitian ini adalah:

1. Implementasi Kebijakan Pengembangan Pariwisata di Kabupaten

Gunungkidul.

2. Kendala dalam Mengimplementasikan Kebijakan Pengembangan

Pariwisata di Kabupaten Gunungkidul.

8

C. Rumusan Masalah

Dari latar belakang tersebut maka rumusan masalah penelitiannya adalah:

Bagaimana Implementasi Kebijakan Pengembangan Pariwisata di Kabupaten

Gunungkidul?

D. Tujuan Penelitian

Tujuan penelitian ini adalah:

1. Untuk mendeskripsikan Implementasi Kebijakan Pengembangan

Pariwisata di Kabupaten Gunungkidul.

2. Untuk mengetahui kendala yang dihadapi dalam Implementasi kebijakan

Pengembangan Pariwisata di Kabupaten Gunungkidul.

E. Manfaat Penelitian

Manfaat penelitian ini adalah :

1. Menjadi sumbangan pemikiran dan bahan pertimbangan dalam

pengambilan keputusan dalam pengelolaan kepariwisataan baik

Kabupaten Gunungkidul ataupun daerah lain.

2. Menambah pengetahuan baru bagi pengembangan ilmu Pemerintahan.

F. Kerangka Konseptual

1. Kebijakan Publik

Kebijakan publik dalam Pemerintahan Republik Indonesia syarat

dengan kepentingan masyarakat yang mana kebijakan ini menentukan apa

langkah pemerintah dalam mengatasi masalah publik. Dengan adanya

kebijakan publik sudah cukup banyak masalah-masalah diselesaikan oleh

pemerintah pusat maupun daerah. Kenyataan kebijakan publik saat ini

tidak hanya bertujuan untuk menyelesaikan kepentingan publik namun juga

ada juga kepentingan kelompok-kelompok birokrasi didalamnya.

9

Pengertian dari kebijakan dikemukakan oleh Anderson (Wahab,

2017:8) sebagai langkah tindakan yang secara sengaja dilakukan oleh

seorang aktor atau sejumlah aktor berkenaan dengan adanya masalah

atau persoalan tertentu yang dihadapi. Konsep tersebut membedakan

secara tegas antara kebijakan (policy) dan keputusan (decision), yang

mengandung arti pemilihan di antara sejumlah alternatif yang tersedia.

Dalam pembahasan kebijakan publik semua pembuatan kebijakan

pemeritah dapat dilakukan berbagai cara sesuai dengan tujuan pemerintah

itu sendiri, menururt Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) (Wahab, 2017:9),

kebijakan diartikan sebagai pedoman untuk bertindak. Pedoman itu boleh

jadi amat sederhana atau kompleks, bersifat umum atau khusus, luas atau

sempit, kabur atau jelas, longgar atau sempit, bersifat kualitatif atau

kuantitatif, publik atau privat. Kebijakan dalam maknanya seperti ini

mengkin berupa suatu deklarasi mengenai suatu dasar pedoman

bertindak, suatu arah tindakan tertentu, suatu program mengenai aktivitas-

aktivitas tertentu atau suatu rencana.Menurut Thomas R dye (Wahab,

2017:14) kebijakan publik pada umumnya mengandung pengertian

mengenai ‘whatever government choose to do or not to do.’ Artinya,

kebijakan publik adalah apa saja yang dipilih oleh pemerintah untuk

dilakukan atau tidak dilakukan’. Walaupun batasan yang diberikan oleh

Dye dianggap hampir tepat namun batasan ini cukup memberi perbedaan

yang jelas apa yang diputuskan oleh Pemerintah untuk dilakukan dan apa

yang sebenarnya dilakukan oleh pemerintah.

Kebijakan publik menunjuk pada istilah atau konsep untuk

menjelaskan pilihan-pilihan tindakan tertentu dalam sektor-sektor fasilitas

10

umum, transportasi, pendidikan, kesehatan, perumahan atau

kesejahteraan. Urusan –urusan yang menyangkut kelistrikan, jalan raya,

sekolah, rumah-sakit, perumahan rakyat, lembaga-lembaga rehabilitas

merupakan beberapa contoh yang termasuk dalam bidang kebijakan

publik. Lebih lanjut Richard Rose (Winarno, 2012:20) menyarankan bahwa

kebijakan hendaknya dipahami sebagai serangkaian kegiatan yang sedikit

banyak berhubungan beserta konsekuensi-konsekuensinya bagi mereka

yang bersangkutan daripada sebagai suatu keputusan tersendiri.

Berdasarkan definisi ini Rose menegaskan bahwa kebijakan dipahami

sebagai arah atau pola kegiatan dan bukan sekedar suatu keputusan untuk

melakukan sesuatu. (http://digilib.unila.ac.id )

Dari pendapat para ahli tersebut dapat disimpulkan bahwa

kebijakan merupakan semua tindakan oleh sebagian atau seluruhnya

digagas, dikembangkan ,dirumuskan , atau dibuat oleh instansi-instansi ,

serta melibatkan (langsung atau tak langsung) pejabat-pejabat Pemerintah

yang secara sengaja dibuat untuk mengatasi masalah-masalah publik dan

juga dapat dijadikan sebagai penentu arah/tujuan/pedoman dalam

melaksanakan rencana dengan aktivitas-aktivitas yang telah diatur

didalamnya untuk mencapai kesejahteraan masyarakat.

2. Implementasi Kebijakan

Implementasi kebijakan merupakan tahapan yang sangat penting

dalam sebuah kebijakan publik, dimana dalam implementasi terdapat

komponen seperti sumber daya manusia, sumber dana, dan tindakan-

tindakan yang harus diambil untuk mencapai tujuan kebijakan publik.

Ripley dan Franklin (dalam Budi Winarno 2013:148) berpendapat bahwa

11

Implementasi adalah apa yang terjadi setelah undang-undang ditetapkan

yang memberikan otoritas program, kebijakan, keuntungan (benefit), atau

suatu jenis keluaran yang nyata (tangible output). Istilah Implementasi

menunjuk pada sejumlah kegiatan yang mengikuti pernyataan maksud

tentang tujuan-tujuan program dan hasil hasil yang diinginkan oleh para

pejabat pemerintah, implementasi mencakup tindakan-tindakan (tanpa

tindakan-tindakan) oleh berbagai aktor, khususnya birokrat, yang

dimaksud untuk membuat program berjalan.

Sementara itu, Grindle (dalam Budi Winarno 2013:149) juga

memberikan pandangannya tentang implementasi dengan mengatakan

bahwa secara umum, tugas implementasi adalah membentuk suatu kaitan

(linkage) yang memudahkan tujuan-tujuan kebijakan bisa direalisasikan

sebagai dampak dari suatu kegiatan pemerintah. Implementasi kebijakan

publik berupa sasaran-sasaran yang kemudian dituangkan kedalam

program-program/tindakan-tindakan yang bisa dituangkan kedalam

proyek-proyek spesifik untuk dikelola. Maksud dari program-program

tindakan dan proyek proyek adalah untuk mendatangkan suatu perubahan

dalam lingkungan kebijakan, suatu perubahan yang bisa diartikan sebagai

dampak dari suatu program.

Menurut Van Meter dan Van Horn (dalam Budi WInarno 2013:149)

yang membatasi implementasi kebijakan sebagai tindakan yang dilakukan

oleh individu-individu (atau kelompok-kelompok) pemerintah maupun

swasta yang diarahkan untuk mencapai tujuan-tujuan yang telah

ditetapkan dalam keputusan-keputusan kebijakan sebelumnya. Tindakan-

tindakan ini mencakup usaha-usaha untuk mengubah keputusan-

12

keputusan menjadi tindakan-tindakan operasional dalam kurun waktu

tertentu maupun dalam rangka melanjutkan usaha-usaha untuk mencapai

perubahan-perubahan besar dan kecil yang ditetapkan oleh keputusan-

keputusan kebijakan. Yang perlu ditekankan disini adalah tahapan

implementasi kebijakan tidak akan dimulai sebelum tujuan-tujuan dan

saran-saran ditetapkan atau diidentifikasi oleh keputusan-keputusan

kebijakan. Dengan demikian, tahap implementasi terjadi hanya setelah

undang-undang ditetapkan dan dana disediakan untuk membiayai

implementasi kebijakan tersebut.

Dari beberapa pendapat ahli tersebut dapat disimpulkan bahwa

implementasi kebijakan merupakan tindakan oleh aktor

pemerintah/birokrat baik individu maupun kelompok, tindakan tersebut

berupa program-program yang dilaksanakan dalam kurun waktu tertentu

dan biaya tertentu sesuai dengan keputusan atau peraturan perundang-

undangan yang telah ditetapkan sebelumnya sebagai sebuah tujuan

kebijakan.

3. Pengembangan Pariwisata

Penyelenggaraan kepariwisataan ditujukan untuk meningkatkan

pendapatan nasional, memperluas dan memeratakan kesempatan

berusaha dan lapangan kerja, mendorong pembangunan daerah,

memperkenalkan dan mendayagunakan daya tarik wisata dan destinasi di

Indonesia, serta memupuk rasa cinta tanah air dan mempererat

persahabatan antar bangsa.

13

Pembangunan kepariwisataan dikembangkan dengan pendekatan

pertumbuhan dan pemerataan ekonomi untuk kesejahteraan rakyat dan

pembangunan yang berorientasi pada pengembangan wilayah, bertumpu

kepada masyarakat, dan bersifat memberdayakan masyarakat yang

mencakupi berbagai aspek, seperti sumber daya manusia, pemasaran,

destinasi, ilmu pengetahuan dan teknologi, keterkaitan lintas sektor, kerja

sama antarnegara, pemberdayaan usaha kecil, serta tanggung jawab

dalam pemanfaatan sumber kekayaan alam dan budaya.

Sebagai sektor yang sangat mudah dikembangkan, sektor ini

sangat dekat dengan masyarakat lokal yang mana mampu mendongkrak

pertumbuhan ekonomi suatu daerah. Pentingnya pengembangan

pariwisata bertujuan agar wisatawan yang berkunjung mendapat

pengalaman baru dan mampu mendorong kunjungan wisatan-wisatawan

lain dengan daya tarik destinasi wisata suatu daerah. Pengembangan

destinasi wisata dapat burap fisik (fasilitas umum, dsb) maupun non fisik

(atraksi budaya, kelembagaan, dll).

Menurut Undang-undang Nomor 10 Tahun 2009 Tentang

Kepariwisataan disebutkan bahwa Pariwisata adalah berbagai macam

kegiatan wisata dan didukung berbagai fasilitas serta layanan yang

disediakan oleh masyarakat, pengusaha, Pemerintah, dan Pemerintah

Daerah. Berdasarkan Undang-undang tersebut dapat diketahui seberapa

penting penunjang atau komponen pariwisata dalam mendukung

kelancaran kegiatan pariwisata yang tidak hanya dukungan dari

pemerintah itu sendiri namun juga dari masyarakat serta tersedianya

fasilitas yang memadai. Dalam perkembangannya menurut Swarbrooke

14

pengembangan pariwisata (http://www.scribd.com) merupakan suatu

rangkaian upaya untuk mewujudkan keterpaduan dalam penggunaan

berbagai sumber daya pariwisata dan mengintegrasikan segala bentuk

aspek di luar pariwisata yang berkaitan secara langsung maupun tidak

langsung akan kelangsungan pengembangan pariwisata. Startegi dalam

pengembangan pariwisata dalam rangka mewujudkan kesjahteraan

masyarakat yaitu melalui kegiatan kepariwisataan sesuai dengan sifat dan

karakteristik pariwisata suatu daerah yang dikombinasikan dengan

kearifan lokal, meliputi budaya, bahasa, adat istiadat, dan lain-lain.

Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (2014:201)

pengembangan lebih ke dalam sebuah proses untuk memperbaharui

sesuatu menjadi lebih baik (upgrade), yakni proses, cara, perbuatan

pengembangan, atau sebagai suatu proses, cara, perbuatan

mengembangkan sesuatu menjadi lebih baik, maju, sempurna dan

berguna. Jadi dalam hal ini pengembangan pariwisata diartikan sebagai

suatu cara untuk mengembangkan destinasi, kawasan wisata dan daya

tarik wisata menjadi lebih baik dan memberikan dampak positif bagi

masyarakat, pemerintah, industri pariwisata dan wisatawan.

Beberapa pengertian diatas telah membahas bagaimana

pengembangan pariwisata dalam lingkup yang cukup luas bahwa

pengembangan pariwisata adalah hubungan keterkaitan antara komponen

didalamnya guna mencapai keberhasilan pariwisata, menurut Sunaryo

(2014:25-31) keberhasilan pengembangan pariwisata daerah adalah

dimulai dari pengembangan destinasi wisata itu sendiri. Beberapa hal yang

penting dan perlu dalam sebuah destinasi wisata yaitu: atraksi dan daya

15

tarik wisata, amenitas dan akomodasi, aksesbilitas dan transportasi,

infrastruktur pendukung, fasilitas pendkung wisata lainya, serta

kelembagaan dan sumberdaya manusia.

a) Atraksi dan daya tarik wisata

Atraksi dan daya tarik wisata biasanya diklasifikasikan kedalam

jenis dn themanya yang dibagi menjadi tiga jenis thema daya tarik wisata

sebagai berikut: daya tarik wisata alam, daya tarik wisata budaya, dan

daya tarik wisata minat khusus. Berbagai jenis atraksi dan daya tarik

wisata tersebut mempunyai kedudukan yang sangat penting pada sisi

produk wisatauntuk menarik kunjungan wisatawan ke destinasi tersebut.

1) Daya tarik wisata alam

Daya tarik wisata alam adalah daya tarik wisata yang

dikembangkan dengan lebih banyak berbasis pada anugeah

keindahan dan keunikan yang sudah tersedia oleh alam diantaranya,

pantai dengan deburan ombak, pasir putih serta akses pandangan

matahari pada saat terbit dan terbenam, laut dengan

keanekaragaman terumbu karang maupun lainnya, serta gunung,

danau, sungai, hutan, dan air terjun.

2) Daya tarik wisata budaya

Daya tarik wisata budaya adalah daya tarik wisata yang

dikembangkan dengan berbasis pada hasil karya dan hasil cipta

manusia baik dalam bentuk peninggalan budaya (situs/heritage)

maupun nilai budaya yang masih hidup (the living culture) didalam

kehidupan masyarakat yang dapat berupa, upacara/ritual, adat-

istiadat, seni pertunujukan, seni karya, seni satra, seni rupa maupun

16

keunikan kehidupan sehari-hari yang berada dalam lingkungna

masyarakat.

3) Daya tarik wisata minat khusus

Daya tarik wisata minat khusus (special interest) adalah

daya tarik wisata yang dikembangkan dengan berbasis pada

aktivitas untuk pemenuhan keinginan wisatawan seecara spesifik,

seperti pengamatan satwa tertentu (birds watching), memancing

(fishing), berbelanja (shopping), kesehatan dan penyegaran

badan (spa and rejouvenation), arung jeram, golf, wisata agro,

MICE (meeting, insentive, conference, and exhebition) dll yang

terkait dengan hobi atau kegemaran wisatawan.

Disamping itu daya tarik wisata dalam suatu destinasi

wisata merupakan salah satu faktor penting untuk mengundang

para wisatawan agar tetap mengunjungi destinasi tersebut, maka

harus memenuhi 3 syarat utama, yaitu:

a) Destinasi tersebut harus mempunyai apa yang disebut dengan

“something to see” artinya dalam destinasi harus mempunyai

daya tarik khusus yang dapat dilihat oleh wisatawan.

b) Destinasi tersebut harus mempunyai apa yang disebut

“something to do” artinya selain melihat daya tarik di destinasi

tersebut, maka perlu juga disediakan beberapa fasilitas

rekreasi atau amusement dan tempat atau wahana yang dapat

digunakan oleh wisatawan untuk beraktifitas agar wisatawan

menjadi senang dan berlama-lama.

17

c) Destinasi tersebut juga harus mempunyai apa yang disebut

“something to buy” artinya di destinasi tersebut harus

disediakan barang-barang cendramata (souvenir) dari

kerajinan masyarakat setempat yang dapat dibeli dan dibawa

plang sebagai oleh-oleh ketempat asal wisatawan.

b. Amenitas atau Akomodasi

Amenitas atau akomodasi merupakan hal yang sangat penting

dan juga harus diperhatikan dalam pengembangan destinasi pariwisata.

Hal ini dikarenakan amenitas atau akomodasi merupakan berbagai jenis

fasilitas dan berbagai perlengkapan yang dapat digunakan oleh para

wisatawan untuk beristirahat dan bersantai dengan nyaman serta

menginap selama melakukan kunjungna pada destinasi wisata tersebut,

seperti: homestay, Hotel/penginapan, cottage, dll.

c. Aksesbilitas dan transportasi

Aksesbilitas dan transportasi adalah fasilitas dan mode angkutan

yang memungkinkan dan memudahkan serta nyaman bagi para

wisatawan untuk mengunjungi destinasi tersebut, yaitu berupa

transportasi darat, transportasi peyeberangan, transportasi laut

termasuk kapal pesiar dan transportasi udara berupa penerbangan

komersial ataupun carteran yang kesemuanya adalah berfungsi sebagai

sarana dan fasilitas pendukung pergerakan paa wisatawan dari

destinasi yang satu ke lainnya.

d. Infrastruktur pendukung

Infrastruktur pendukung disini adalah keseluruhan jenis fasilitas

umum berupa prasarana fisik yang berkaitan dengan komponen

18

pendukung perhubungan seperti jalan, bandara, pelabuhan, jaringan

telekomunikasi, jaringan listrik, jaringan air bersih, toilet, dan lain-lain.

e. Fasilitas pendukung wisata lainya

Hal ini berkaitan dengan berbagai jenis fasilitas pendukung

kepariwisataan yang berfungsi memberikan kemudahan dan

kenyamanan bagi wisatawan selama melakukan kunjungan dalam

suatu destinasi diantaranya: keamanan, rumah makan, biro perjalanan,

toko cinderamata, pusat informasi wisata, rambu wisata, fasilitas

pembelanjaan, hiburan malam, fasilitas perbankan dan beberapa

kebijakan khusu yang diadakan untuk mendukung kenyamanan bagi

wisatawan di destinasi wisata tersebut.

f. Kelembagaan dan Sumber daya manusia

Kelembagaan dan sumber daya manusia pariwisata yaitu

berkaitan erat dengan keseluruhan unsur organisasi atau institusi

pengelola kepariwisataan termasuk sumber daya manusia sebagai

pendukungnya, yang terkait dengan manajemen pengelola didalam

destinasi tersebut baik unsur pemerintah, swasta dan masyarakat.

Dari pengertian para ahli tersebut dapat ditarik benang merah

bahwa pengembangan pariwisata adalah segala bentuk upaya baik dalam

aspek pariwisata itu sendiri maupun diluar aspek pariwisata yang mampu

berkontribusi dan menjadi satu kesatuan terhadap kemajuan industri

pariwisata sehingga pariwisata itu memberikan pengalaman yang baik bagi

wisatawan dan kesejahteraan masyarakat melalui industri pariwisata.

19

4. Destinasi Pariwisata

Pariwisata tidak lepas dengan adanya sebuah destinasi, yang

mana destinasi sering diartikan sebagai tujuan berwisata. Menurut

Undang-Undang Kepariwisataan No. 10. Tahun 2009 (pasal 1 ayat 6)

menyatakan bahwa daerah tujuan pariwisata yang selanjutnya disebut

Destinasi Pariwisata adalah kawasan geografis yang berada dalam satu

atau lebih wilayah administratif fasilitas umum, fasilitas pariwisata,

aksesibilitas, serta masyarakat yang saling terkait dan melengkapi

terwujudnya pariwisata.

Menurut Pitana dan I Ketut Surya Diarta (2009:126) destinasi

adalah tempat yang dikunjungi dengan waktu yang signifikan selama

perjalanan seseorang dibandingkan dengan tempat lain yang dilalui

selama perjalanan (misalnya daerah transit). Menurut Penggolongan

destinasi menurut Kusudianto dalam Pitana & Diarta (2009) adalah seperti

berikut : 1. Destinasi sumber daya alam seperti iklim, pantai, hutan; 2.

Destinasi sumber daya budaya seperti tempat bersejarah, museum,

teater, dan masyarakat lokal; 3. Fasilitas rekreasi seperti taman hiburan.

4. Event seperti Pesta Kesenian , pasar malam dan sebagainya. Ditinjau

dari askpek fisik, pariwsata Gunungkidul termasuk destinasi wisata

berwujud sumber daya alam dengan beberapa destinasi jga menyuguhkan

budaya masyarakat Gunungkidul.

Disebutkan dalam Undang-Undang Nomor 10 tentang

Kepariwisataan bahwa unsur produk wisata atau destinasi setidaknya ada

3 yaitu : Atraksi/ daya tarik wisata, Ammenities dan Aksebilities biasa

20

disingkat 3 A pariwisata. Pengembangan destinasi wisata pada tingkatan

tapak lahan setidaknya memperhitungkan 3 poin kunci tersebut.

Dari penjelasan tersebut dapat diketahui bahwa destinasi

merupakan sebuah daerah tujuan wisata dimana wisatawan singgah dalam

waktu yang signifikan untuk menikmati keindahan alam, budaya maupun

keindahan buatan yang tersedia disuatu daerah. Destiiansi Pariwisata

Kabupaten Gunungkidul sendiri sebagian besar adalah destinasi

pariwisata yang memanfaatkan sumber daya alamnya seperti : pantai

mulai dari pantai Baron hingga ketimur Pantai Sadeng, pemandangan

pegunungab (green village Gedangsari, gunung api purpa Nglanggeran),

goa (jomblang, rancang kencono,dll), wisata buatan embung (Batara sriten

dan Nglanggeran dll), dan wisata budaya seperti rasulan, cokekan, dll.

5. Kebijakan Pengembangan Pariwisata di Kabupaten Gunungkidul

Pembangunan kepariwisataan nasional tercermin pada Undang-

Undang Nomor 10 Tahun 2009 (dalam KEMENPAR No 10 Tahun 2016),

yang menyatakan bahwa pembangunan kepariwisataan nasional

diselenggarakan berdasarkan Rencana Induk Pembangunan

Kepariwisataan yang meliputi perencanaan pembangunan industri

pariwisata, destinasi pariwisata, pemasaran pariwisata, dan kelembagaan

kepariwisataan, dan terdiri atas:

1. Rencana Induk Pembangunan Kepariwisataan Nasional (RIPPARNAS);

2. Rencana Induk Pembangunan Kepariwisataan Provinsi

(RIPPARPROV);dan

3. Rencana Induk Pembangunan Kepariwisataan Kabupaten/Kota

(RIPPAR-KAB/KOTA).

21

Perkembangan pariwisata di Gunungkidul semakin banyak mulai

dari wisata pantai, wisata goa, desa wisata, wisata sungai, dan masih

banyak lagi. Keadaan mendorong pemerintah Kabupaten Gunngkidul

untuk membuat kebijakan yang strategis dan menciptakan pembangunan

daerah. Berpedoman pada Peraturan Pemerintah No 50 Tahun 2011

tentang RIPPARNAS dan Keputusan Menteri Pariwisata No 10 Tahun

2016 Tentang Pedoman rencana Induk Penyusunan RIPPAR-

Provinsi/Kabupaten/Kota maka Kabupaten Gunungkidul mengeluarkan

Perda No 3 Tahun 2014 tentang Rencana Induk Pembangunan Pariwisata

Daerah (RIPPDA) Kabupaten Gunungkidul Tahun 2014-2025. Sesuai

Perda No 3 tahun 2014 Bupati Kabupaten Gunungkidul mengeluarkan

Perda No 4 Tahun 2016 yang merupakan Rencana Pembangunan Jangka

menengah daerah tentang Pengembangan Pariwisata Kabupaten

Gunungkidul Tahun 2016-2021. Pengembangan pariwisata di Kabupaten

Gunungkidul mempunyai 5 Komponen yang sangat penting, yaitu:

a) Pembangunan infrastruktur pariwisata

semua fasilitas yang memungkinkan semua proses dan

kegiatan Kepariwisataan dapat berjalan dengan lancar sedemikian

rupa, sehingga dapat memudahkan Wisatawan memenuhi

kebutuhannya.

b) Pemberdayaan masyarakat,

Pemberdayaan Masyarakat adalah upaya untuk meningkatkan

kesadaran, kapasitas, akses, dan peran masyarakat, baik secara

individu maupun kelompok, dalam memajukan kualitas hidup,

kemandirian, dan kesejahteraan melalui kegiatan Kepariwisataan.

22

c) Pemasaran Pariwisata,

Pemasaran Pariwisata adalah serangkaian proses untuk

menciptakan, mengkomunikasikan, menyampaikan Daya Tarik Wisata

dan mengelola relasi dengan Wisatawan untuk mengembangkan

Kepariwisataan dan seluruh pemangku kepentingannya.

d) Industri Pariwisata,

Industri Pariwisata adalah kumpulan usaha Pariwisata yang

saling terkait dalam rangka menghasilkan barang dan/atau jasa bagi

pemenuhan kebutuhan Wisatawan dalam penyelenggaraan

Pariwisata.

e) Kelembagaan Pariwisata.

Kelembagaan Kepariwisataan adalah kesatuan unsur beserta

jaringannya yang dikembangkan secara terorganisasi, meliputi

Pemerintah, Pemerintah Daerah, swasta dan masyarakat, sumber

daya manusia, regulasi dan mekanisme operasional, yang secara

berkesinambungan guna menghasilkan perubahan ke arah pencapaian

tujuan di bidang Kepariwisataan.

Dengan berpedoman peraturan tersebut penulis akan menganailis

sajauhmana kebijakan tersebut telah diimplementasikan oleh Dinas-Dinas

Terkait dalam periode 2016-2017 dengan menggunakan tolak ukur dalam

Perda No 3 tahun 2014 tersebut. Jadi yang dimaksud dengan implementasi

kebijakan pengembangan pariwisata Kabupaten Gunungkidul dalam

penelitian ini meliputi 3 aspek berikut ini yaitu:

1. Pembangunan destinasi

2. Pemasaran pariwisata

23

3. Pengembangan melalui industri dan kelembagaan pariwisata

G. Metode Penelitian

1) Jenis Penelitian

Penelitian ini merupakan penelitian Deskriptif dengan didukung

data kualitatif, dimana peneliti ini berusaha untuk mengungkapkan suatu

fakta atau realita fenomena sosial tertentu sebagaimana adanya dan

memberikan gambaran secara objektif tentang keadaan atau

permasalahan yang mungkin dihadapai. Menurut Lexy J. Moloeng (2000:6)

penelitian kualitatif adalah penelitian yang bermaksud untuk memahami

fenomena tentang apa yang dialami oleh subjek penelitian misalnya

perilaku, persepsi, motivasi, tindakan dan lain-lain dan dengan cara

deskripsi kualitatif dalam kata-kata dan bahasa pada suatu konteks khusus

yang alamiah dengan memanfatkan berbagai metode ilmiah. Jenis

penelitian deskripsi kualitatif dimaksudkan untuk menerangkan,

menggambarkan, dan melukiskan suatu fenomena yang ada untuk

memecahkan suatu masalah.

Dalam penelitian ini, penulis berusaha mendeskripsikan

Implementasi Kebijakan Pengembangan Pariwisata di Kabupaten

Gunungkidul periode tahun 2016-2017 yang dilakukan oleh Dinas-Dinas

terkait dengan menggunakan beberapa aspek yaitu: 1). Pembangunan

infrastruktur, 2).Pemberdayaan masyarakat, 3). Pemasaran pariwisata, 4).

Industri pariwisata, 5). Kelembagaan pariwisata. Sebagian besar data

berupa kata-kata, namun disajikan pula data yang berupa angka. Data-

data yang terkumpul ini dipaparkan dan dianalisis sesuai dengan apa yang

ditemui di lapangan.

24

2) Obyek Penelitian

Penelitian ini dilakukan khususnya di Kantor Dinas Pariwisata

terkait dengan Implementasi Kebijakan Pengembangan Pariwisata di

Kabupaten Gunungkidul.

3) Lokasi Penelitian

Lokasi penelitian ini berada di Kabupaten Gunungkidul Daerah

Istimewa Yogyakarta, Kabupaten Gunungkidul memiliki 18 Kecamatan dan

sebagian besar wilayahnya berupa perbukitan dan pegunungan kapur,

yakni bagian dari Pegunungan Sewu. Gunungkidul dikenal sebagai daerah

tandus dan sering mengalami kekeringan di musim kemarau, namun

menyimpan kekhasan sejarah yang unik, selain budaya, dan kuliner,

potensi pariwisata di Kabupaten Gunungkidul cukup banyak dan bervariasi

muali dari wisata pantai, sungai, goa, embung/danau buatan, gunung

purba, dan pemandangan alam. Beberapa destinasi wisata yang dipilih

peneliti dalam mencari informan yaitu:

a) Goa Pindul, Desa Bejiharjo Kecamatan Karang Mojo.

b) Pantai Indrayanti, Desa Tepus Kecamatan Tepus.

c) Pantai Krakal, Desa Ngestirejo Kecamatan Tanjungsari.

d) Air Terjun Sri Gethuk, Desa Bleberan Kecamatan Playen.

4) Teknik Pemilihan Subyek Penelitian

Penentuan informan/narasumber disini menggunakan teknik

Purpossive, yakni teknik untuk memilih informan/narasumber yang

dianggap mengetahui informasi dan permasalahan secara mendalam dan

dapat dipercaya untuk menjadi sumber data yang dipercaya (HB Sutopo,

2002:56). Pemilihan sampel ini diarahkan pada informan yang dipandang

25

memilki data yang penting yang berkaitan dengan permasalahan yang

diteliti. Dalam penelitian ini yang menjadi narasumber (informan) adalah

pihak-pihak yang mengetahui informasi yang dibutuhkan

, dan dalam penelitian ini informan terdiri dari sembilan belas informan yang

dipilih oleh peneliti berdasarkan jenis kelamin, usia, pendidikan, dan

jabatan dalam Implementasi Kebijakan Pengembangan Pariwisata

Kabupaten Gunungkidul. Adapun nama-nama informan tersusun sebagai

berikut:

Tabel 1.2 Identitas Informan

No Nama L/P Umur Pendidikan Jabatan

1 Ir. Asti Wijayanti,

MA

P 54 S2 Kepala Dinas

Pariwisata Kabupaten

Gunungkidul

2 Eli martono, SIP,

MPP, MEng

L 46 S2 Kepala Bidang Industri

dan Kelembagaan

3 Supartono, ST, MT L 49 S2 Kepala Bidang

Pengembangan

Destinasi

4 Yuni Hartini P 47 S2 Kepala Bidang

Pemasaran

5 Tri Wahyudiyati P 57 SMA Penjual makanan di

Goa Pindul

6 Susilo L 54 SMP Staff BUMDes Goa

Pindul (ticketing)

7 Warindi L 48 SD Pengurus Ban/

Pemandu wisata Goa

Pindul

8 Trimanto L 36 SD Pengurus Ban/

Pemandu wisata Goa

Pindul

26

9 Faris Yustian, SPd L 23 S1 Wisatawan Goa Pindul

10 Siti P 34 SMA Pemilik Warung Makan

di Pantai Indrayanti

11 Suradal L 52 SD Juru Parkir

12 Miya P 70 SD Penjual sandal di

Pantai Indrayanti

13 Heru Susanto L 27 SMA Penjual Oleh-oleh dan

Pencari rumput laut

Pantai Krakal

14 Eva Soviana, SH P 24 S1 Wisatawan Pantai

Indrayanti

15 Taromi P 49 SD Penjual Makanan di Air

Terjun Sri Gethuk

16 Zamhari L 51 SD Anggota Tirta Mas Sri

Gethuk

17 Akrom Mu’tashim L 24 SMA Wisatawan Air Terjun

Sri Gethuk

18 Gabriel Angki L 27 D3 Wisatawan dari Jogja

(sumber: Data Informan diolah, 2018)

Dalam tabel 1.2 dapat diketahui bahwa informan terdiri dari unsur

Pemerintahan yakni: Kepala Dinas Pariwisata (Asti Wijayanti), Kepala bidang

industri dan kelembagaan (Eli Martono), Kepala bidang pengembangan

destinasi (Supartono), dan Kepala bidang pemasaran (Yuni Hartini). Dari unsur

masyarakat lokal yang terlibat dalam destinasi wisata yaitu: Tri wahyudiyati,

Susilo, Warindi, Trimanto, Siti, Suradal, Miya, Heru Susanto, Taromi, , dan

Zamhari. Dari wisatawan yang berkunjung yakni: faris Yustian, Eva Soviana,

dan Akrom Mu’tashim dan gbriel Angki.

Dilihat dari tingkat pendidikan informan penelitian, terdiri atas: Magister

(S-2) sebanyak 4 orang, Diploma 3 (D3) satu orang, (S-1) sebanyak 3 orang,

27

SLTA sederajat sebanyak 4 orang, SMP atau sederajat ada 1 orang, dan SD

sebanyak 7 orang. Adapun dilihat dari usia informan penelitian, yang berusia

21-30 tahun sebanyak 4 orang, berusia 31-40 sebanyak 2 orang, berusia 41-50

sebanyak 5 orang, berusia 51-60 sebanyak 5 orang dan berusia 61-70

sebanyak 1 orang.

5) Teknik Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data yang digunakam dalam penelitian ini adalah

wawancara, dokumentasi, dan observasi. Berikut ini akan dijelaskan teknik

pengumpulan data yang digunakan oleh peneliti sebagai berikut :

a) Teknik Wawancara

Menurut Esterberg dalam Sugiyono (2013:231) wawancara

merupakan pertemuan dua orang untuk bertukar informasi dan ide

melalui tanya jawab, sehingga dapat dikontruksikan makna dalam

suatu topik tertentu. Teknik wawancara ini tidak dilakukan dengan

stuktur yang ketat dan formal agar informasi yang dikumpulkan memiliki

kapasitas yang cukup, hanya saja untuk memberikan pedoman dalam

rangka wawancara maka penulis membuat pedoman wawancara.

Wawancara dalam penelitian Kebijakan Pengembangan Pariwisata ini

dilakukan sesuai dengan informan yang telah ditentukan sebelumnya.

b) Teknik Pengamatan/Observasi

Sutrisno Hadi dalam Sugiyono (2013:145) mengemukakan

bahwa, observasi merupakan suatu proses yang kompleks, suatu

proses yang tersusun dari berbagai proses biologis dan psikhologis.

Dua di antara yang terpenting adalah proses-proses pengamatan dan

ingatan. Teknik observasi ini berarti data diperoleh dengan cara

28

memandang, melihat dan mengamati objek, sehingga dengan itu

peneliti memperoleh pengetahuan apa yang dibutuhkan. Penulis

melakukan observasi dilapangan (destinasi wisata) terkait dengan

pengembangan di destinasi tersebut.

c) Teknik Dokumentasi

Menurut Sugiyono (2013:240) dokumen merupakan catatan

peristiwa yang sudah berlalu. Dokumen bisa berbentuk tulisan,

gambar, atau karya-karya monumental dari seorang. Dokumen yang

berbentuk tulisan misalnya catatan harian, sejarah kehidupan (life

histories), ceritera, biografi, peraturan, kebijakan. Dokumen yang

berbentuk gambar misalnya foto, gambar hidup, sketsa dan lain-lain.

Dokumen yang berbentuk karya misalnya karya seni, yang dapat

berupa gambar, patung, film dan lain-lain. Studi dokumen merupakan

pelengkap dari penggunaan metode observasi dan wawancara dalam

penelitian kualitatif. Contoh dokumen yang akan dipergunakan dalam

penelitian ini adalah data pembangunan sarana/infrastruktur

pariwisata, data kunjungan wisatawan, dan data-data/dokumen yang

berkaitan dengan pengembangan pariwisata.

6) Teknik Analisis Data

Analisis data menurut Bogdan & Biklen (dalam Lexy J. Moleong,

2012:248) adalah upaya yang dilakukan dengan jalan bekerja dengan data,

mengorganisasikan data, memilah-milahnya menjadi satuan yang dapat

dikelola, mensintesiskannya, mencari dan menemukan pola, menemukan

apa yang penting dan apa yang dipelajari, dan memutuskan apa yang

dapat diceriterakan kepada orang lain. Teknik analisis data yang digunakan

29

peneliti adalah reduksi data, saian data, dan penarikan kesimpulan, seperti

pada penjelasan berikut ini:

a) Reduksi Data

Mereduksi data berarti merangkum, memilih hal-hal yang

pokok, memfokuskan pada hal-hal yang penting, dicari tema dan

polanya. Dengan demikian data yang telah direduksi akan memberikan

gambaran yang lebih jelas, dan mempermudah peneliti untuk

melakukan pengumpulan data selanjutnya, dan mencarinya bila

diperlukan (Sugiyono, 2008:247). Dalam penelitan ini setelah

melakukan pengumpulan data, data-data yang terkait dengan

implementasi Kebijakan Pengembangan Pariwisata Kabupaten

Gunungkidul direduksi untuk digolongkan kedalam tiap permasalahan

sehingga data dapat ditarik kesimpulan-kesimpulannya.

b) Sajian Data

Setelah data direduksi, maka langkah selanjutnya adalah

mendisplaykan data. Dalam penyajian data, maka data

terorganisasikan, tersusun dalam pola hubungan, sehingga akan

semakin mudah dipahami. Display data, maka akan memudahkan

untuk memahami apa yang terjadi, merencanakan kerja selanjutnya

berdasarkan apa yang telah dipahami tersebut (Sugiyono, 2008:249).

Penyajian data dilakukan untuk mempermudah peneliti untuk dapat

mendeskripsikan data sehingga akan lebih mudah dipahami mengenai

implementasi kebijakan pengembangan pariwisata Kabupaten

Gunungkidul.

30

c) Penarikan Simpulan

Kesimpulan awal yang dikemukakan masih bersifat sementara,

dan akan berubah bila tidak ditemukan bukti-bukti yang kuat yang

mendukung pada tahap pengumpulan data berikutnya (Sugiyono,

2008:252). Pada penelitian ini, kesimpulan awal yang dikemukakan

oleh peneliti akan didukung oleh data-data yang diperoleh peneliti di

lapangan. Jawaban dari hasil penelitian akan memberikan penjelasan

dan kesimpulan atas permasalahan penelitian yang diteliti dalam

penelitian ini.

31

BAB II

GAMBARAN KAWASAN DAN DINAS PARIWISATA KABUPATEN

GUNUNGKIDUL

A. Kondisi Umum

Kabupaten Gunungkidul adalah salah satu kabupaten yang ada di

Daerah Istimewa Yogyakarta, dengan Ibukota Wonosari. Luas wilayah

Kabupaten Gunungkidul 1.485,36 km2 atau sekitar 46,63 % dari luas wilayah

Propinsi Daerah Istimewa Yogyakarta. Kota Wonosari terletak di sebelah

tenggara kota Yogyakarta (Ibukota Daerah Istimewa Yogyakarta), dengan

jarak ± 39 km. Wilayah Kabupaten Gunungkidul dibagi menjadi 18

Kecamatan, yaitu Wonosari, Playen, Paliyan, Saptosari, Panggang,

Purwosari, Tanjungsari, Tepus, Rongkop, Girisubo, Semanu, Ponjong,

Karangmojo, Semin, Ngawen, Nglipar, Gedangsari dan Patuk. Kabupaten

Gunungkidul terbagi menjadi 144 desa, yang terdiri dari 16 desa termasuk

dalam desa swasembada dan 128 masih swadaya (Sumber : Gunungkidul

Dalam Angka 2015). Batas administrasi wilayah Kabupaten Gunungkidul

sebagai berikut:

Sebelah Barat : Kabupaten Bantul dan Sleman

Sebelah Utara : Kabupaten Klaten dan Sukoharjo ( Propinsi

Jateng )

Sebelah Timur : Kabupaten Wonogiri (Propinsi Jateng)

Sebelah Selatan : Samudera Hindia

32

Gambar 2.1 Peta administrasi Kabupaten Gunungkidul

Sumber: http://www.gunungkidulkab.go.id

Tabel 2.1 Luas Kecamatan di Kabupaten Gunungkidul Tahun 2017

No Kecamatan Luas Area (Km2)

1 Panggang 99,80

2 Purwosari 71,76

3 Paliyan 58,07

4 Saptosari 87,83

5 Tepus 104,91

6 Tanjungsari 71,63

7 Rongkop 83,46

8 Girisubo 94,57

9 Semanu 108,39

10 Ponjong 104,49

11 Karangmojo 80,12

12 Wonosari 75,51

13 Playen 105,26

14 Patuk 72,04

15 Gedangsari 68,14

16 Nglipar 73,87

17 Ngawen 46,59

18 Semin 78,92

Total 1.485,36

Sumber: http://www.gunungkidulkab.go.id

33

Jumlah penduduk Kabupaten Gunungkidul tahun 2016 berdasarkan

hasil Estimasi Sensus Penduduk 2010-2035, berjumlah 722.479 jiwa yang

terdiri dari laki-laki sebanyak 373 654 jiwa dan perempuan sebanyak 348 825

jiwa dan tersebar di 18 kecamatan dan 144 desa, dengan jumlah penduduk

terbanyak yaitu Kecamatan Wonosari dengan 84.257 jiwa. Dengan luas

wilayah 148.536 Ha yang didiami 722.479 jiwa maka rata-rata kepadatan

penduduk Gunungkidul adalah sebesar 486 jiwa/km2, dengan rata-rata laju

pertambahan penduduk setiap kecamatan di Kabupaten Gunungkidul sebesar

1,01% pertahun. Berdasar dokumen Gunungkidul dalam Angka 2017 jumlah

angkatan kerja adalah sebanyak 397 984 orang, sedangkan tingkat

pengangguran pada tahun yang sama adalah sebesar 2,9% atau sekitar

11.542 orang.

Gambar 2.2 Peta Persebaran Penduduk Kabupaten Gunungkidul

Keterangan: Sumber: http://www.gunungkidulkab.go.id

< 400 jiwa/km2

400 – 600 jiwa/km2

600 – 1000 jiwa/km2

> 1000 jiwa/km2

34

Wilayah Kabupaten Gunungkidul termasuk daerah beriklim tropis,

dengan topografi wilayah yang didominasi dengan daerah kawasan

perbukitan karst. Wilayah selatan didominasi oleh kawasan perbukitan karst

yang banyak terdapat goa-goa alam dan juga sungai bawah tanah yang

mengalir. Dengan kondisi tersebut menyebabkan kondisi lahan di kawasan

selatan kurang subur yang berakibat budidaya pertanian di kawasan ini

kurang optimal. Kondisi klimatologi Kabupaten Gunungkidul secara umum

menunjukkan kondisi sebagai berikut:

Curah hujan rata-rata pada Tahun 2016 sebesar 4,098 mm/tahun

dengan jumlah hari hujan rata-rata 225 hari/ tahun. Wilayah Kabupaten

Gunungkidul sebelah utara merupakan wilayah yang memiliki curah hujan

paling tinggi dibanding wilayah tengah dan selatan. Wilayah Gunungkidul

wilayah selatan mempunyai awal hujan paling akhir. Suhu udara rata-rata

harian 27,7° C, suhu minimum 23,2°C dan suhu maksimum 32,4°C.

Kelembaban nisbi berkisar antara 80 % - 85 %, tidak terlalu dipengaruhi oleh

tinggi tempat, tetapi lebih dipengaruhi oleh musim. (https://id.wikipedia.org)

Gambar 2.3. Peta Curah Hujan Kabupaten Gunungkidul

Sumber: http://www.gunungkidulkab.go.id

35

B. Topografi

Berdasarkan kondisi topografi Kabupaten Gunungkidul dibagi menjadi

3 (tiga) zona pengembangan, yaitu :

1) Zona Utara

disebut wilayah Batur Agung dengan ketinggian 200 m - 700 m di

atas permukaan laut. Keadaannya berbukit-bukit, terdapat sumbersumber

air tanah kedalaman 6m-12m dari permukaan tanah. Jenis tanah

didominasi latosol dengan bataun induk vulkanik dan sedimen taufan.

Wilayah ini meliputi Kecamatan Patuk, Gedangsari, Nglipar, Ngawen,

Semin, dan Kecamatan Ponjong bagian utara.

2) Zona Tengah

disebut wilayah pengembangan Ledok Wonosari, dengan

ketinggian 150m - 200 mdpl. Jenis tanah didominasi oleh asosiasi

mediteran merah dan grumosol hitam dengan bahan induk batu kapur.

Sehingga meskipun musim kemarau panjang, partikel-partikel air masih

mampu bertahan. Terdapat sungai di atas tanah, tetapi dimusim kemarau

kering. Kedalaman air tanah berkisar antara 60 m - 120 m dibawah

permukaan tanah. Wilayah ini meliputi Kecamatan Playen, Wonosari,

Karangmojo, Ponjong bagian tengah dan Kecamatan Semanu bagian

utara.

36

3) Zona Selatan

Disebut wilayah pengembangan Gunung Seribu (Duizon gebergton

atau Zuider gebergton), dengan ketinggian 0 m - 300 mdpl. Batuan dasar

pembentuknya adalah batu kapur dengan ciri khas bukitbukit kerucut

(Conical limestone) dan merupakan kawasan karst. Pada wilayah ini

banyak dijumpai sungai bawah tanah. Zone Selatan ini meliputi Kecamatan

Saptosari, Paliyan, Girisubo, Tanjungsari, Tepus, Rongkop, Purwosari,

Panggang, Ponjong bagian selatan, dan Kecamatan Semanu bagian

selatan.

C. Pemerintahan

Secara yuridis, status Kabupaten Gunungkidul sebagai salah satu

daerah kabupaten yang berhak mengatur dan mengurus rumah tangganya

sendiri dalam lingkungan Daerah Istimewa Yogyakarta ditetapkan pada

tanggal 15 Agustus 1950 dengan UU no 15 Tahun 1950 jo Peraturan

Pemerintah No 32 tahun 1950 pada saat Gunungkidul dipimpin oleh KRT

Labaningrat.

Berdasarkan Peraturan Daerah No 6 Tahun 2016 tentang Urusan

Pemerintahan Daerah, di Kabupaten Gunungkidul urusan pemerintahan

daerah terdiri atas urusan pemerintahan konkruen, dan urusan pemerintahan

umum. Urusan Pemerintahan Konkruen terdiri atas urusan pemerintahan

wajib ( urusan pemerintahan wajib yang berkaitan dengan pelayanan dasar

dan urusan pemerintahan wajib yang tidak berkaitan dengan pelayanan

dasar) dan Urusan pemerintahan pilihan. Dalam Peraturan Daerah No 7

Tahun 2016 tentang Pembentukan dan Susunan Perangkat Daerah