Peningkatan Kualitas Literatur Akuntansi Forensik di Indonesia
tesis implementasi kebijakan peningkatan kualitas ...
-
Upload
khangminh22 -
Category
Documents
-
view
0 -
download
0
Transcript of tesis implementasi kebijakan peningkatan kualitas ...
TESIS
IMPLEMENTASI KEBIJAKAN PENINGKATAN KUALITAS PERMUKIMAN KUMUH DI KELURAHAN
JAYA KECAMATAN WATANG SAWITTO KABUPATEN PINRANG
Andi Asriyadi Iskandar NPM. 2015.04.019
KONSENTRASI
ADMINISTRASI KEBIJAKAN PUBLIK
PROGRAM MAGISTER ILMU ADMINISTRASI
SEKOLAH TINGGI ILMU ADMINISTRASI LEMBAGA ADMINISTRASI NEGARA
MAKASSAR 2019
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT atas
Berkat dan rahmat-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan
penulisan tesis dengan judul : Implementasi Kebijakan Peningkatan
Kualitas Pada Pemukiman Kumuh Di Kelurahan Jaya Kecamatan
Watang Sawitto Kabupaten Pinrang.
Penyusunan tesis ini merupakan salah satu persyaratan dalam
menyelesaikan Program Magister Ilmu Administrasi Sekolah Tinggi
Ilmu Administrasi Lembaga Administrasi Negara Makassar.
Kami sangat berterimakasih atas bimbingan, arahan dan
motivasi dari Bapak Prof. Amir Imbaruddin, MDA, Ph.D dan Dr, Muh.
Syarif Ahmad, S.Sos, M.Pd, penulis sangat yakin tanpa batuan bapak
dan ibu tesis ini tidak mungkin selesai.
Serta berbagai pihak atas bantuan dan dukungan yang secara
langsung, maupun tidak langsung yang telah Kami terima, oleh
karena itu penulis ingin mengucapkan terima kasih yang sebesar –
besarnya kepada :
1. Bapak Prof. Amir Imbaruddin, MDA, Ph.D atas bimbingan,
arahan dan waktu yang telah diluangkan kepada penulis.
2. Bapak Dr, Muh. Syarif Ahmad, S.Sos, M.Pd, yang telah
memberikan masukan dan saran kepada penulis.
3. Kedua Orang tua tercinta kami Ir. H. Iskandar dan Dra. Hj.
Andi Sisu, yang mendidik dengan penuh rasa kasih sayang
dan senantiasa memberi semangat dan dorongan kepada
penulis.
4. Istri tercinta dr. Hj. Anandha Mardhia Prefitri Sp.OG, M.Kes
dan Anak tersayang Andi Mikhail Yadina, yang telah
mendukung setulus hati dalam menyelesaikan studi program
Pascasarjana.
5. Bapak H. Machmud Bancing, AP, MH selaku Camat Watang
Sawitto, Bapak Andi Pahlevi Fahrun, ST selaku kepala
Bidang Perumahan dan Permukiman PUPR, Bapak Bachrum
Syah, S.STP Kepala Bidang Fisik dan Prasarana Bappeda
Kabupaten Pinrang, yang telah memberikan bantuan,
menyediakan waktu dan kesempatan untuk penulisan tesis
ini.
6. Seluruh Bapak/Ibu dosen dan pegawai akademik, keuangan
yang secara langsung maupun tidak langsung yang telah
menunjang dalam penyelesaian tesis ini.
7. Seluruh Pegawai Kelurahan Jaya Kabupaten Pinrang, yang
telah memberikan bantuan, menyediakan waktu dan
kesempatan untuk penulisan tesis ini.
8. Rekan rekan mahasiswa Program Magister Ilmu Administrasi
Konsentrasi Administrasi Kebijakan Publik 2015.04
9. Serta semua pihak yang namanya tidak dapat disebutkan
satu-persatu.
Dengan segala kemampuan yang ada serta mengingat
terbatasnya pengalaman dan pengetahuan, kami sepenuhnya
menyadari bahwa tesis ini masih jauh dari sempurna, baik dalam
pengungkapan, pokok pikiran, tata bahasa maupun kelengkapan
pembahasannya. Semoga dengan hasil dari penelitian tesis ini dapat
berguna bagi yang membutuhkan.
Pinrang, Januari 2020
Penulis
IMPLEMENTASI KEBIJAKAN PENINGKATAN KUALITAS PADA PEMUKIMAN KUMUH DI KELURAHAN JAYA
KECAMATAN WATANG SAWITTO KABUPATEN PINRANG
Andi Asriyadi Iskandar1, Amir Imbaruddin2 dan Muh. Syarif Ahmad3
1 Kelurahan Jaya Kecamatan Watang Sawitto Kabupaten Pinrang e-mail: [email protected]
2Sekolah Tinggi Ilmu Administrasi-Lembaga Administrasi Negara, Makassar e-mail: [email protected]
3Sekolah Tinggi Ilmu Administrasi-Lembaga Administrasi Negara, Makassar website:https://stialanmakassar.ac.id
Intisari
Permasalahan yang dibahas dalam penelitian ini adalah bagaimana implementasi Kebijakan Peningkatan Kualitas Pemukiman Kumuh di Kelurahan Jaya Kecamatan Watang Sawitto Kabupaten Pinrang. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui sejauh mana penerapan Kebijakan Peningkatan Kualitas Pada Permukiman Kumuh sesuai dengan Kebijakan Peraturan Menteri Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat Republik Indonesia Nomor 02/PRT/MTahun2016 Tentang Peningkatan Kualitas Terhadap Perumahan Kumuh Dan Permukiman Kumuh.
Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode kualitatif sumber data adalah dari beberapa Instansi terkait yaitu Badan Perencanaan Pembangunan Daerah, Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat, Pegawai kecamatan Watang Sawitto, Pegawai Kelurahan Jaya serta masyarakat Kelurahan Jaya. Teknik pengumpulan data dengan menggunakan wawancara, observasi dan telaah dokumen.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa implementasi Kebijakan peningkatan kualitas pada permukiman kumuh di Kelurahan Jaya telah berjalan dengan baik namun masih ada beberapa yang perlu di benahi, diantaranya faktor Kriteria Perumahan Kumuh dan Permukiman Kumuh, dalam melakukan penentuan Kriteria perumahan kumuh tidak melibatkan Kelompok Swadaya Masyarakat (KSM). Faktor perencanaan penanganan, dalam membuat perencanaan penanganan tidak memisahkan anatara perencanaa penanganan jangka pendek, perencanaan pananganan jangka menengah, dan perencanaan penanganan jangka panjang, selanjutnya faktor peran masyarakat yang menjadi faktor penting, tidak berjalan dengan baik, semua faktor harus melibatkan masyarakat, untuk itu pemerintah Kabupaten Pinrang sebaiknya meningkatkan Peran Masyarakat dalam Peningkatan Kualitas Terhadap Permikiman Kumuh.
Berdasarkan pada uraian dan analisis data maka diperoleh kesimpulan bahwa faktor-faktor yang mempengaruhi Implementasi Kebijakan Peningkatan Kualitas Terhadap Pemukiman Kumuh Di Kelurahan Jaya Kecamatan Watang Sawitto Kabupaten Pinrang yang meliputi Kriteria Perumahan Kumuh dan Permukiman Kumuh, Tipologi Perumahan Kumuh dan Permukiman Kumuh, Penetapan lokasi dan perencanaan penanganan, Perencanaan Penanganan, Pengelolaan secara berkelanjutan, Pola kemitraan, serta Peran masyarakat masih perlu perbaikan khususnya peningkatan Peran Masyarakat disumua faktor khususnya dalam menjaga dan mengelolah secara bekerlanjutan pemukiman kumuh tersebut melalui pembentukan dan pemberdayaan Kelompok Swadaya Masyarakat (KSM), serta melakukan rapat koordinasi minimal satu kali dalam tiga bulan.
ABSTRACT
IMPLEMENTATION OF QUALITY IMPROVEMENT POLICY IN
SLUMS AT JAVA VILLAGE WATANG SAWITTO SUB-DISTRICT
PINRANG REGENCY
Author : Andi Asriyadi Iskandar
Supervisors : Amir Imbaruddin
Muh. Syarif Ahmad
The main problem investigated in this study how was the
implement of quality improvement policy for slums in Jaya Village,
Watang Sawitto Sub-District, Pinrang Regency. The objective of the
study was to understand how was of the implementation of the
Quality Improvement Policy for Slums in accordance with Public
Works and Public Housing (Pekerjaan Umum dan Perumahan
Rakyat/PUPR) Ministerial Regulation Policy Number 02/PRT/M/2016
concerning Quality Improvement of Slums Housing and Slums
Settlements.
The study applied a qualitative method. Data sources were
employees at the Public Works and Public Housing Office of Pinrang
Regency, employees of the Regional Planning and Development
Agency of Pinrang Regency, employees of Watang Sawitto Sub-
District, employees of Jaya Village and the community. Data
collected through interviews, observation and document review.
The study showed that the implementation of the Quality
Improvement Policy for Slums has been going well, but there are still
some things that need to be addressed, including the Slums Housing
and Slums Settlement Criteria Factors, determining the criteria for
slum housing was not involve Civil Society Groups (Kelompok
Swadaya Masyarakat/KSM), Handling Planning Factors In making
the handling plan, it was not separate between short-term, medium-
term and long-term handling planning. Furthermore, the role of the
community is not going well. Based on the description and analysis
of the data, it is concluded that the factors that influence the
implementation of the Quality Improvement Policy for Slum
Settlements in Jaya Village include the Criteria for Slum Housing and
Slum Settlements, Typology of Slum Housing and Slum Settlements,
Location Determination and treatment planning. Management
planning, sustainable management, partnership patterns, and
community roles still need improvement, especially increasing the
role of the community in all factors, especially in maintaining and
sustainably managing these slum settlements through the formation
and empowerment of Community Self-Help Groups (KSM), as well
as conducting minimal coordination meetings at last once every three
months.
Keywords: Quality Improvement, Slums, Java Village
j
DAFTAR ISI
HALAMAN SAMPUL ............................................................................... i
LEMBAR PENGESAHAN ........................................................................ ii
KATA PENGANTAR ............................................................................... iii
INTI SARI .................................................................................................. iv
DAFTAR ISI ............................................................................................. v
DAFTAR TABEL ...................................................................................... vi
DAFTAR GAMBAR ................................................................................. vii
BAB I PENDAHULUAN ......................................................................... 1
A. Latar Belakang Masalah ....................................................... 1
B. Rumusan Masalah ................................................................ 12
C. Tujuan Penelitian .................................................................. 12
D. Manfaat Penelitian ................................................................ 13
BAB II TINJAUAN PUSTAKA ................................................................ 14
A. Tinjauan Teori ....................................................................... 14
1. Administrasi Publik ........................................................... 14
2. Kebijakan Publik ............................................................... 17
3. Implementasi Kebijakan ................................................... 25
4. Penataan Kawasan ........................................................... 35
5. Pemukiman Kumuh ......................................................... 46
B. Hasil Penelitian Yang Relevan ............................................. 53
C. Deskripsi Fokus Penelitian (Kualitatif) .................................. 54
D. Model Penelitian .................................................................... 55
E. Pertanyaan Penelitian ........................................................... 57
BAB III DESAIN DAN PROSEDUR PENELITIAN .................................. 58
A. Pendekatan Penelitian .......................................................... 58
B. Desain Penelitian .................................................................. 58
C. Unit Analisis dan Sumber Data ............................................. 59
D. Teknik dan Instrumen Pengumpulan Data ........................... 59
E. Teknik Penggolahan dan Analisis Data................................ 61
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN............................... 62
A. Deskripsi Singkat Lokus/Objek Penelitian ............................ 62
B. Hasil Penelitian dan Pembahasan …………………………….85
1. Kriteria Perumahan Kumuh dan Pemukiman Kumuh. ..... 86
2. Tipologi ……………………………………………………… 96
3. Penetapan …………………………………………………... 98
4. Perencanaan Penanganan ………………………………...
102
5. Pengelolaan ………………………………………………….
107
6. Pola Kemitraan ………………………………………………
115
7. Peran Masyarakat ………………………………………….. 119
BAB V PENUTUP .................................................................................... 123
A. Kesimpulan ........................................................................... 123
B. Saran ..................................................................................... 126
DAFTAR PUSTAKA................................................................................. 128
Lampiran Dokumentasi, Wawancara, Telaah Dokumen, Observasi
Pertanyaan Penelitian
Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 1 Tahun 2011
Peraturan Menteri Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat Republik Indonesia Nomor 02/PRT/M/2016
Surat Keputusan Bupati Pinrang Nomor 600/211/2014
Daftar Riwayat Hidup
DAFTAR TABEL
Tabel 1 Rangkaian Implementasi Kebijakan ......................................... 26
Tabel 2 Metode Penelitian ...................................................................... 56
Tabel 3 Rencana Jadwal Tahapan Kegiatan Penelitian........................ 58
Tabel 4 Struktur Organisasi Kelurahan Jaya Kecataman Watang Sawitto
Kabupaten Pinrang .................................................................... 67
Tabel 5 Kawasan Kumuh Sesuai Surat Keputusan Bupati Pinrang ..... 69
Tabel 6 Potensi dan Permasalahan Permukiman Kumuh di Kelurahan Jaya Kecamatan Watang Sawitto Kabupaten Pinrang ............ 71
Tabel 7 Strategi Penanganan dan Program Penanganan Kawasan
Permukiman Kelurahan Jaya Kecataman Watang Sawitto
Kabupaten Pinrang .................................................................... 72
Tabel 8 Kriteria dan Indikator Kawasan Permukiman Kumuh Kelurahan Jaya Kecamatan Watang Sawitto Kabupaten Pinrang ............ 73-76
Tabel 9 Formula Penilaian Dalam Penentuan Skala Prioritas Penanganan Permukiman Kumuh di Kelurahan Jaya Kecamatan Watang Sawitto Kabupaten Pinrang ......................................... 76
Tabel 10 Program Kegiatan Penanganan Fisik Kawasan Permukiman
Kumuh Kelurahan Jaya Kecataman Watang Sawitto Kabupaten
Pinrang ...................................................................................... 80
Tabel 11 Program Kegiatan Penanganan Non-Fisik Kawasan Permukiman
Kumuh Kelurahan Jaya Kecataman Watang Sawitto Kabupaten
Pinrang ...................................................................................... 84
DAFTAR GAMBAR
Gambar 1 Peta Kawasan Kepadatan Permukiman Kumuh di Kelurahan Jaya Kecamatan Watang Sawitto Kabupaten Pinrang ...... 70
Gambar 2 Kondisi Bangunan di Lingkungan Permukiman Kelurahan Jaya Kecamatan Watang Sawitto Kabupaten Pinrang ...... 87
Gambar 3 Kondisi Jalan di Lingkungan Permukiman Kelurahan Jaya Kecamatan Watang Sawitto Kabupaten Pinrang............... 88
Gambar 4 Kondisi Drainase di Lingkungan Permukiman Kelurahan Jaya Kecamatan Watang Sawitto Kabupaten Pinrang ...... 88
Gambar 5 Kondisi Penyediaan Air Minum di Lingkungan Permukiman Kelurahan Jaya Kecamatan Watang Sawitto Kabupaten Pinrang ................................................................................ 89
Gambar 6 Sistem Sanitasi Pengolahan Air Limbah di Lingkungan Permukiman Kelurahan Jaya Kecamatan Watang Sawitto Kabupaten Pinrang ............................................................. 90
Gambar 7 Sistem Pengolahan Persampahan di Lingkungan Permukiman Kelurahan Jaya Kecamatan Watang Sawitto Kabupaten Pinrang ............................................................. 90
Gambar 8 Pasokan Air Yang Bisa Dimanfaatkan Sebagai Air Untuk Pemadam Kebakaran di Lingkungan Permukiman Kelurahan Jaya Kecamatan Watang Sawitto Kabupaten Pinrang ...... 91
Gambar 9 Jalan di Lingkungan Yang Tidak Bisa di Lalui Mobil Pemadam Kebakaran di Lingkungan Permukiman Kelurahan Jaya Kecamatan Watang Sawitto Kabupaten Pinrang ...... 91
1
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Kawasan kumuh yang identik dengan kemiskinan tidak hanya
memperburuk citra dan wajah kota namun juga menimbulkan masalah
kemanusiaan, sosial dan lingkungan. Permasalahan ini bukan saja
menjadi perhatian pemerintah Indonesia, namun juga dunia sejalan
dengan tumbuh masifnya berbagai kawasan perkotaan untuk
menunjang gaya hidup modern. Dunia tak henti-hentinya menghimbau
dan mengirimkan pesan agar semua negara peduli terhadap
penghapusan kemiskinan dan kawasan kumuh perkotaan melalui
perencanaan kota yang baik dan tetap berpihak kepada masyarakat
yang berpenghasilan rendah.
Pemukiman kumuh merupakan masalah yang dihadapi oleh
hampir semua kota- kota besar di Indonesia bahkan kota-kota besar di
negara berkembang lainnya. Pengkajian tentang permukiman kumuh
(slum), pada umumnya mencakup tiga segi, pertama kondisi fisiknya,
kedua kondisi sosial ekonomi budaya komunitas yang bermukim di
pemukiman tersebut, dan ketiga dampak oleh kedua kondisi tersebut.
Kondisi fisik tersebut antara lain tampak dari kondisi bangunannya yang
sangat rapat dengan kualitas konstruksi rendah, jaringan jalan tidak
berpola dan tidak diperkeras, sanitasi umum dan drainase tidak
berfungsi serta sampah belum dikelola dengan baik.
2
Kawasan permukiman kumuh dianggap sebagai penyakit kota
yang harus diatasi. Pertumbuhan penduduk merupakan faktor utama
yang mendorong pertumbuhan permukiman. Sedangkan kondisi sosial
ekonomi masyarakat dan kemampuan pengelola kota akan
menentukan kualitas permukiman yang terwujud. Permukiman kumuh
adalah produk pertumbuhan penduduk kemiskinan dan kurangnya
pemerintah dalam mengendalikan pertumbuhan dan menyediakan
pelayanan kota yang memadai.
Kawasan kumuh adalah sebuah kawasan dengan tingkat
kepadatan populasi tinggi di sebuah kota yang umumnya dihuni oleh
masyarakat miskin. Kawasan kumuh dapat ditemui di berbagai kota
besar di dunia. Kawasan kumuh juga menjadi pusat masalah kesehatan
karena kondisinya yang tidak higienis. Di berbagai kawasan kumuh,
khususnya di negara-negara miskin, penduduk tinggal di kawasan yang
sangat berdekatan sehingga sangat sulit untuk dilewati kendaraan
seperti ambulans dan pemadam kebakaran. Beberapa indikator yang
dapat dipakai untuk mengetahui apakah sebuah kawasan tergolong
kumuh atau tidak adalah diantaranya dengan melihat tingkat kepadatan
kawasan. Kurangnya pelayanan pembuangan sampah juga
mengakibatkan sampah yang bertumpuk-tumpuk kepemilikan lahan
dan bangunan serta kualitas sarana dan prasarana yang ada dalam
kawasan tersebut.
Masalah kota besar terutama bagaimana melengkapi sarana-
sarana kota untuk melayani warganya secara memuaskan yaitu mulai
3
dari perumahan yang memadai, lapangan kerja yang cukup,
transportasi, komunikasi, tempat rekreasi dan segala fasilitas
penunjang lainnya sesuai dengan tuntutan kebutuhan kota modern
dalam lalu lintas nasional maupun internasional.
Di lain pihak kota belum siap dengan rencana sistem perkotaan
guna mengakomodasi perkembangan kegiatan perkotaan dalam
sistem rencana tata ruang kota dengan berbagai aspek dan
implikasinya termasuk di dalamnya menerima, mengatur dan
mendayagunakan pendatang. Akibatnya terjadi aktivitas yang sangat
heterogen dan tidak dalam kesatuan sistem kegiatan perkotaan yang
terencana, yang mengakibatkan terjadinya kantong-kantong kegiatan
yang tidak saling menunjang, termasuk dengan munculnya
permukiman yang berkembang di luar rencana sehingga terbentuklah
permukiman-permukiman kumuh.
Terbatasnya dana yang dimiliki pemerintah untuk penataan dan
pengelolaan kota dalam menghadapi masalah kependudukan tersebut
di atas juga telah menyebabkan fasilitas perumahan dan permukiman
menjadi terbatas dan mahal pembiayaannya. Di daerah perkotaan,
warga yang paling tidak terpenuhi kebutuhan fasilitas perumahan dan
permukimannya secara memadai adalah mereka yang tergolong
berpenghasilan rendah dan atau dengan kata lain orang miskin. Jika
dilihat dari segi prioritas maka waktu seseorang dihadapkan pada
sebuah masalah mengenai pengeluaran yang harus dilakukan untuk
pemenuhan kebutuhan-kebutuhan hidupnya, makan, berpakaian, dan
4
pengobatan untuk kesehatan, yang menjadi prioritas. Yang pertama
dikorbankan adalah pengeluaran untuk rumah dan tempat tinggalnya.
Masalahnya, bagi mereka masyarakat miskin yang berpenghasilan
rendah, tidak dapat mengabaikan begitu saja kebutuhan akan rumah
dan tempat tinggal karena masalah ini penting dalam dan bagi
kehidupan mereka, tetapi di satu sisi mereka juga tidak mampu untuk
mengeluarkan biaya prioritas bagi pengembangan dan pemeliharaan
rumah dan lingkungan permukimannya agar layak untuk dihuni.
Semakin kecil bagian dari penghasilan yang dapat disisihkan guna
pembiayaan pemeliharaan rumah dan fasilitas permukiman, semakin
kumuh pula kondisi permukimannya.
Permasalahan permukiman kumuh perkotaan sering kali
menjadi salah satu isu utama yang cukup kompleks, baik dari sisi
fisik/lingkungan, ekonomi, sosial, serta sarana dan prasarananya.
Determinan Faktor dalam konteks penanganan kawasan permukiman
kumuh sangat signifikan dipengaruhi oleh kondisi sosial, budaya,
ekonomi dan politik. Dalam prosesnya kemudian berdampak pada
kondisi kawasan perkotaan secara umum dan di identifikasi akan
memerlukan penanganan dari waktu ke waktu secara berkelanjutan.
Secara khusus dampak permukiman kumuh perkotaan berimplikasi
terhadap paradigma buruk terhadap penyelenggaraan pemerintah,
dengan memberikan citra negatif akan ketidakberdayaan dan
ketidakmampuan pemerintah dalam pengaturan pelayanan kehidupan
dan penghidupan warganya. Pada sisi yang lain khususnya terkait
5
dengan tatanan sosial budaya masyarakat, dan komunitas yang
bermukim pada lingkungan permukiman kumuh, mengindikasikan
bahwa secara ekonomi termasuk kategori masyarakat miskin dan
berpenghasilan rendah, yang merekondisi penyebab terjadinya
degradasi tatanan kehidupan masyarakat, baik pada tingkat struktur
sosial, sistem sosial, dinamika sosial, pola kultural, konflik sosial dan
fenomena urban crime.
Sebagai salah satu instansi pemerintah daerah sesuai dengan
bidang tugasnya melaksanakan pusat pemerintahan pembangunan
dan kemasyarakatan di tingkat Kelurahan.
Kelurahan Jaya adalah salah satu kelurahan dari 39 kelurahan
yang ada di Kabupaten Pinrang khususnya Kecamatan Watang Sawitto
yang merupakan kecamatan ibukota kabupaten Pinrang. Kelurahan ini
merupakan pemekaran dari kelurahan Sawitto sejak tahun 1992,
berdasarkan surat Gubernur provinsi Sulawesi Selatan nomor
1323/IX/1992 tentang persetujuan pemekaran desa dan kelurahan.
Kelurahan Jaya memiliki dua Lingkungan yaitu Lingkungan Jaya
dan Lingkungan Pisang dengan batas wilayah:
Sebelah Utara Kelurahan Penrang
Sebelah Timur Kelurahan Sawitto dan Benteng Sawitto
Sebelah Selatan Kelurahan Macorawalie
Sebelah Barat Kelurahan Macorawalie dan Kelurahan Salo.
6
Luas wilayah Kelurahan Jaya adalah 51,82 Ha dan terbagi atas
wilayah untuk bangunan, lapangan, tempat ibadah, pemukiman,
perkantoran, perdagangan, persawahan, dan sebagainya. Kelurahan
Jaya terkenal merupakan kawasan perdagangan kota Pinrang yang
letaknya sangat stategis karena terletak di tengah kota Pinrang.
Perkembangan jumlah penduduk di Kelurahan Jaya Kecamatan
Watang Sawitto pada tahun 2017 laki-laki sebanyak 3179 jiwa dan
perempuan 3366 jiwa. Masyarakat di Kelurahan Jaya merupakan
masyarakat yang Heterogen dan terdiri dari beberapa suku, suku
Bugis merupakan suku yang mendominasi di kelurahan ini, selain itu
terdapat juga suku Toraja, suku Jawa, dan beberapa suku lainnya yang
menjadi pendatang. Tempat ibadah yang tersebar di kelurahan
Jaya antara lain, 6 (enam) Masjid dan Gereja berjumlah 4 (empat).
Untuk sarana pendidikan yang ada di kelurahan Jaya terdiri dari
sebuah TK swasta dan empat Sekolah Dasar, yang terdiri dari dua SD
Negeri, yaitu SDN 286 di Jaya dan SDN 187 Pinrang di Jl. DR.W.
Sudirohusodo dan dua sekolah swasta, salah satunya Madrasah
Ibtidaiyah, DDI Kampung Jaya di Jaya Timur. Serta sarana kesehatan
di kelurahan Jaya, antara lain 7 posyandu yang aktif, dan dilaksanakan
di rumah warga atau dibawah kolong rumah kayu.
Penyebab terjadinya wilayah permukiman kumuh di kelurahan
Jaya khususnya di Lingkungan Jaya akibat kondisi bangunan sebagian
kecil tidak memiliki keteraturan penataan bangunan yang dapat
mengurangi lahan penghijauan wilayah sehingga tidak adanya resapan,
7
kondisi jalan yang rusak, drainase yang sebagian besar tidak berfungsi
secara optimal, kualitas air yang belum memenuhi standar kesehatan
akibat sumber air sumur yang berbau, dan kawasan permukiman tidak
terdapat sarana dan prasarana proteksi kebakaran.
Kondisi Fisik Kawasan Kumuh di lingkungan Jaya
a) Kondisi Bangunan
▪ Bangunan di lingkungan permukiman, sebagian kecil tidak
memiliki keteraturan, dan tidak memenuhi standar teknis,
▪ Bangunan di lingkungan permukiman terdiri dari bangunan
temporer, semipermanen dan permanen. Lokasi
permukiman terdapat di pinggiran sungai dan pinggiran
lahan pertanian.
b) Kondisi Jalan Lingkungan
▪ Pelayanan jalan di lingkungan permukiman sudah
mencakup keseluruhan kawasan permukiman.
▪ Kondisi jalan di lingkungan pemukiman, sebagian kecil
mengalami kerusakan. Konstruksi Jalan lingkungan
permukiman terdiri dari; sebagian jalan aspal dan
Perkerasan.
c) Kondisi Drainase Lingkungan
▪ Sistem drainase di lingkungan permukiman belum mampu
mengatasi genangan pada musim hujan.
▪ Drainase di lingkungan permukiman terdiri dari; drainase
primer, sekunder dan tersier.
8
▪ Kondisi drainase di lingkungan permukiman sebagian
besar tidak berfungsi secara optimal, akibat terjadi
sedimentasi.
d) Kondisi Penyediaan Air Minum
▪ Sumber air minum di lingkungan permukiman, berasal dari
PDAM, Sumur tanah dalam dan sumur tanah dangkal.
▪ Kuwalitas air minum di lingkungan permukiman sebagian
kecil, belum memenuhi standar kesehatan. Karena
kualitas air yang keruh dan berbauh (Sumur tanah dalam
dan tanah dangkal).
e) Kondisi Pengelolahan Air Limbah
▪ Sistem pengelolahan air limbah rumah tangga di
lingkungan permukiman, belum memenuhi standar teknis.
Masyarakat di lingkungan permukiman, masih
memanfaatkan sungai dan drainase lingkungan sebagai
wadah pembuangan air limbah rumah tangga.
▪ Sistem pengelolahan limbah tinja di lingkungan
permukiman, sebagian besar sudah tersalurkan ke
penampungan septic tank.
f) Kondisi Pengelolahan Persampahan
▪ Pengelolahan persampahan di lingkungan permukiman,
telah tersedia tong sampah di sebagian kecil kawasan
9
permukiman. Namun sebagian kecil masyarakat masih
memanfaatkan lahan kosong dan drainase sebagai
tempat pembuangan sampah.
▪ Penyediaan tong sampah belum mencakup keseluruhan
kawasan lingkungan permukiman.
g) Kondisi Pengamanan Kebakaran
▪ Sebagian besar kawasan permukiman memiliki pasokan
air yang cukup memadai. Karena kawasan permukiman
dekat dengan aliran sungai.
▪ Sebagian kecil luasan jalan lingkungan tidak memadai
untuk di lewati kendaraan pemadam kebakaran.
▪ Di seluruh kawasan permukiman tidak terdapat sarana
dan prasarana proteksi kebakaran
Jika pertumbuhan lingkungan permukiman kumuh di Kelurahan
Jaya Kecamatan Watang Sawitto Kabupaten Pinrang di biarkan, maka
derajat kualitas hidup masyarakat miskin akan tetap rendah. Akan
mudah menyebabkan kebakaran, memberi peluang tindakan
kriminalitas, terganggunya norma tata susila, tidak teraturnya tata guna
tanah dan sering menimbulkan banjir yang akhirnya menimbulkan
degradasi lingkungan yang semakin parah. Penggusuran pada
pemukiman kampong kota yang kumuh oleh pihak-pihak terkait tidak
sepenuhnya menyelesaikan masalah, selain dengan cara seperti ini
yang tidak manusiawi sehingga para pemukim kembali menyerobot
10
tanah terbuka lainnya maka hilang satu akan tumbuh dua atau bahkan
lebih permukiman kumuh yang baru lagi.
Pola penanganan permukiman kumuh yang sesuai dengan
amanat Undang Undang Republik Indonesia No 1 Tahun 2011 tentang
Perumahan dan Kawasan Permukiman, pada pasal 13 disebutkan
bahwa Pemerintah disamping mempunyai tugas merumuskan dan
menetapkan kebijakan dan strategi bidang perumahan dan kawasan
permukiman, juga memfasilitasi pelaksanaan kebijakan dan strategi
pada tingkat nasional. Penanganan kawasan permukiman kumuh
dilakukan melalui penyiapan infrastruktur permukiman dengan
pendekatan pengembangan berbasis masyarakat (community based
development). Kebutuhan infrastruktur pendukung yang diperlukan di
sebuah kawasan diidentifikasi bersama warga dengan pola
pendampingan, dan pendekatan ini dianggap efektif karena selain
mengarahkan program penanganan sekaligus menumbuhkan
kesadaran dan kepedulian masyarakat terhadap lingkungan.
Penanganan berbasis masyarakat ini harus dilakukan bersamaan
dengan penanganan sektor lainnya. Untuk itu diperlukan sebuah wadah
koordinasi dalam tataran implementasi ditingkat masyarakat. Upaya
penguatan Badan Keswadayaan Masyarakat (BKM) sebagai wadah
koordinasi di tingkat masyarakat adalah wadah yang harus diperkuat
dengan pendekatan pendampingan masyarakat juga (community
empowering). Untuk kawasan kumuh yang sudah sangat sulit
ditingkatkan kualitasnya, baik karena alasan kepadatan atau
11
keselamatan lingkungan dan warga, maka diperlukan upaya untuk
merumahkan penduduk ke tempat hunian yang lebih layak. Upaya
merumahkan inipun perlu dilakukan dengan pendampingan terhadap
masyarakat karena terkait dengan pola hidup dan konsekuensi biaya.
Sedangkan untuk mewujudkan lingkungan yang lebih layak, dilakukan
dengan penyediaan infrastruktur pendukung pada kawasan tersebut,
sehingga akses masyarakat terhadap infrastruktur menjadi lebih
mudah.
Lebih jauh ditegaskan dalam Peraturan Menteri Pekerjaan
Umum dan Perumahan Rakyat (PUPR) Nomor 02/PRT/M/2016
Tentang Peningkatan Kualitas Terhadap Perumahan Kumuh dan
Permukiman Kumuh. Upaya peningkatan kualitas terhadap perumahan
kumuh dan permukiman kumuh, Pemerintah dan/atau Pemerintah
Daerah menetapkan kebijakan, strategi, serta pola-pola penanganan
yang manusiawi, berbudaya, berkeadilan, dan ekonomis. Dan dalam
meningkatkan mutu kehidupan dan penghidupan masyarakat melalui
perumahan dan permukiman yang sehat, aman, serasi, dan teratur
dibutuhkan peningkatan kualitas terhadap perumahan kumuh dan
permukiman kumuh.
Salah satu usaha pemerintah untuk melaksanakan kegiatan
pembangunan kaitannya dengan pembangunan kawasan permukiman
guna memenuhi tuntutan kebutuhan dasar masyarakat akan
perumahan dan kawasan permukiman adalah mengupayakan
tersedianya lahan di daerah perkotaan pada saat dibutuhkan. Sehingga
12
akan disesuaikan dengan kondisi dan karakteristik serta kebutuhan
masyarakat yang berlokasi pada kawasan permukiman kumuh
perkotaan Kabupaten Pinrang untuk segera mendapatkan penanganan
baik dari segi fisik, sosial, ekonomi dll. Kawasan permukiman kumuh
yang perlu mendapat prioritas penanganan di Kabupaten Pinrang,
adalah mengacu pada Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW)
Kabupaten Pinrang.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan analisis uraian dalam latar belakang di atas, maka
dapat di kemukakan rumusan masalah sebagai berikut :
Bagaimanakah Implementasi kebijakan peningkatan kualitas
pada pemukiman kumuh di Kelurahan Jaya Kecamatan Watang Sawitto
Kabupaten Pinrang?
C. Tujuan Penelitian
Untuk mengetahui dan menganalisis Implementasi kebijakan
peningkatan kualitas pada pemukiman kumuh di Kelurahan Jaya
Kecamatan Watang Sawitto Kabupaten Pinrang?
D. Manfaat penelitian ini adalah:
1. Manfaat Teoritis, bahwa hasil dari penelitian ini diharapkan akan
dapat bermanfaat sebagai sumber kepustakaan dalam
pengembangan ilmu administrasi pada konsentrasi Administrasi
Kebijakan Publik.
13
2. Manfaat Praktis, bahwa hasil dari penelitian ini diharapkan dapat
menjadi bahan masukan atau sumbangan masukan bagi Pemerintah
Kabupaten Pinrang agar kedepannya lebih baik dalam meningkatkan
kebijakan penataan kawasan pemukiman kumuh di Kabupaten
Pinrang.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Tinjauan Teori
1. Administrasi Publik
14
Secara umum, terdapat banyak teori tentang administrasi
yang dikemukakan oleh sejumlah pakar. Beberapa diantaranya
yaitu administrasi adalah keseluruhan proses pelaksanaan
keputusan-keputusan yang telah diambil dan diselenggarakan oleh
dua orang atau lebih untuk mencapai tujuan yang telah ditentukan
sebelumnya (Siagian, 2000:4).
Secara elementer menurut LAN RI (1997:1) Administrasi
terjadi apabila terdapat dua orang atau lebih, yang bekerja sama
melakukan kegiatan tertentu dengan sarana tertentu untuk
mencapai tujuan bersama tertentu.
Sedangkan menurut Ulbert (Umar, 2004:2) mengatakan
bahwa :
Administrasi secara sempit didefinisikan sebagai penyusunan dan pencatatan data dan informasi secara sistematis baik internal maupun eksternal dengan maksud menyediakan keterangan serta memudahkan untuk memperolehnya kembali baik sebagian maupun menyeluruh.
Adapun pengertian administrasi menurut beberapa para ahli
dalam Syafiie (2003:3-5) antara lain :
a. Menurut Simon administrasi adalah suatu proses yang umum ada pada setiap usaha kelompok-kelompok, naik pemerintah maupun swasta, baik sipil maupun militer, baik dalam ukuran besar maupun kecil.
b. Menurut Gulick administrasi berkenaan dengan penyelesaian hal apa yang hendak dikerjakan, dengan tercapainya tujuan-tujuan yang telah ditetapkan.
c. Menurut Gie administrasi adalah segenap rangkaian kegiatan penataan terhadap pekerjaan pokok yang dilakukan oleh sekelompok orang dalam kerja sama mencapai tujuan tertentu.
d. Menurut Nawawi administrasi adalah kegiatan atau rangkaian kegiatan sebagai proses pengendalian usaha
15
kerja sama sekelompok manusia untuk mencapai tujuan bersama yang telah ditetapkan sebelumnya”.
Selanjutnya, Atmosudirjo (1982:272) mengemukakan bahwa
administrasi publik dapat dirumuskan sebagai administrasi negara
sebagai organisasi dan administrasi yang mengejar tercapainya
tujuan-tujuan yang bersifat kenegaraan.
Adapun Pfifner dan Presthus (Syafiie, 2003:31) mengatakan
bahwa :
Administrasi Negara adalah suatu proses yang bersangkutan dengan pelaksanaan kebijaksanaan-kebijaksanaan pemerintah, pengarahan kecakapan dan teknik-teknik yang tidak terhingga jumlahnya, memberikan arah dan maksud terhadap usaha sejumlah orang.
Dalam Syafiie (2003:32-33) menerangkan pengertian
administrasi Negara menurut beberapa ahli, antara lain:
a. Menurut Abdulrachman administrasi Negara adalah ilmu yang mempelajari pelaksanaan dari politik Negara.
b. Menurut Litchfield Administrasi Negara adalah suatu studi mengenai bagaimana bermacam-macam pemerintah diorganisir, diperlengkapi dengan tenaga-tenaganya, dibiayai, digerakkan dan dipimpin
c. Menurut Waldo Administrasi Negara adalah manajemen dan organisasi dari manusia dan peralatannya guna mencapai tujuan pemerintah
d. Menurut Dimock, Administrasi Negara adalah kegiatan pemerintah di dalam melaksanakan kekuasaan politiknya
e. Menurut Gordon Administrasi Negara dapat dirumuskan sebagai seluruh proses baik yang dilakukan organisasi maupun perseorangan yang berkaitan dengan penerapan atau pelaksanaan hukum dan peraturan yang dikeluarkan oleh badan legislative, eksekutif serta peradilan
imon (1998:68-69) mengemukakan beberapa prinsip
administrasi yang diakui, yaitu :
16
a. Efisiensi administrasi ditingkatkan melalui suatu spesialisasi tugas di kalangan kelompok.
b. Efisiensi administrasi ditingkatkan dengan mengatur anggota-anggota kelompok di dalam suatu hirarki wewenang yang pasti.
c. Efisiensi administrasi ditingkatkan dengan membatasi jarak pengawasan pada setiap sektor di dalam organisasi sehingga jumlahnya menjadi kecil.
d. Efisiensi administrasi ditingkatkan dengan mengelompok pekerjaan, untuk maksud-maksud pengawasan, berdasarkan (a) tujuan, (b) proses, (c) langganan atau (d) tempat. (Ini sebenarnya adalah uraian daripada prinsip pertama, namun ia memerlukan diskusi yang terpisah).
Terdapat fungsi dasar Administrasi Negara yang diungkapkan
Haryono (Umar, 2004:6) sebagai berikut :
a. Merumuskan kebijakan publik, di antaranya pemerataan, pertumbuhan ekonomi, dan keamanan melalui proses, seperti: analisis situasi pada suatu waktu tertentu, alternatif perubahan di masa mendatang, penyusunan strategi dan program, dan evaluasi penilaian strategi dan program.
b. Pengendalian perilaku organisasi dan organisasi publik, yang meliputi: struktur organisasi, kepegawaian, keuangan, perbekalan, tatausaha kantor, dan hubungan masyarakat.
c. Penggunaan teknologi manajemen publik, yang meliputi: kepemimpinan, komunikasi, koordinasi, dan pengawasan.
Dari beberapa teori tentang administrasi publik yang
dikemukakan oleh sejumlah pakar, penulis dapat menyimpulkan
bahwa administrasi publik adalah suatu ilmu sosial yang
mempelajari tentang bagaimana pengelolaan suatu organisasi
publik, jika organisasi publik tersebut dikaitkan dengan bernegara
maka ada tiga elemen penting didalamnya yaitu meliputi
lembaga legislatif, yudikatif, dan eksekutif serta hal-hal yang
berkaitan dengan publik yang meliputi kebijakan publik, manajemen
17
publik, administrasi pembangunan, tujuan negara, dan etika yang
mengatur penyelenggara negara.
2. Kebijakan Publik
Chandier & Piano (Tangkilisan, 2003:1) berpendapat bahwa
kebijakan publik adalah pemanfaatan yang srategis terhadap
sumberdaya-sumberdaya yang ada untuk memecahkan masalah-
masalah publik atau pemerintah. Dalam kenyataannya, Kebijakan
tersebut telah banyak membantu para pelaksana pada tingkat
birokrasi pemerintah maupun para politisi untuk memecahkan
masalah-masalah publik.
Menurut Aswad (2010:9) secara teoritis, suatu kebijakan
dibuat dan dikeluarkan karena ada kebutuhan atau dibutuhkan atau
yang sering diistilahkan dengan kepentingan umum.
Adapun Easton (Tangkilisan, 2003:2) memberikan pengertian
kebijakan publik, yakni :
Pengalokasian nilai-nilai kekuasaan untuk seluruh masyarakat yang keberadaannya mengikat. Sehingga cukup pemerintah yang dapat melakukan sesuatu tindakan kepada masyarakat dan tindakan tersebut merupakan bentuk dan sesuatu yang dipilih oleh pemerintah yang merupakan bentuk dan pengalokasian nilai-nilai kepada masyarakat.
Sedangkan Anderson (Tangkilisan, 2003:2) memberikan
definisi kebijakan publik sebagai kebijakan-kebijakan yang
dibangun oleh badan-badan dan pejabat-pejabat pemerintah,
dimana implikasi dan kebijakan itu adalah:
18
a. kebijakan publik selalu mempunyai tujuan tertentu atau mempunyai tindakan-tindakan yang berorientasi pada tujuan;
b. kebijakan publik berisi tindakan-tindakan pemerintah; c. kebijakan publik merupakan apa yang benar-benar
dilakukan oleh pemerintah, jadi bukan merupakan apa yang masih dimaksudkan untuk dilakukan;
d. kebijakan publik yang diambil bisa bersifat positif dalam arti merupakan tindakan pemerintah mengenai segala sesuatu masalah tertentu, atau bersifat negatif dalam arti merupakan keputusan pemerintah untuk tidak melakukan sesuatu;
e. kebijakan pemerintah setidak-tidaknya dalam arti yang positif didasarkan pada peraturan perundangan yang bersifat mengikat danm memaksa.
Eulau dan Prewitt (Agustino, 2008:6-7) dalam perspektif
mereka mendefinisikan kebijakan publik sebagai “keputusan tetap
yang dicirikan dengan konsistensi dan pengulangan (repitisi)
tingkahlaku dari mereka yang membuat dan dari mereka yang
mematuhi keputusan tersebut”.
Adapun definisi kebijakan publik menurut beberapa para ahli
dalam Nawawi (2007:7-8) antara lain:
a. Menurut Dewey Kebijakan Publik menitik-beratkan pada publik dan problem-problemnya. Kebijakan Publik membahas soal bagaimana isu-isu dan persoalan-persoalan publik disusun (constructed) dan didefinisikn serta bagaimana ke semua itu diletakkan dalam agenda kebijakan dan agenda politik
b. Menurut Carl J. Frederick, Man and His Government adalah suatu arah tindakan yang diusulkan seseorang, kelompok atau pemerintah dalam suatu lingkungan tertentu yang memberikan hambatan-hambatan dan kesempatan-kesempatan terhadap kebijakan yang diusulkan untuk menggunakan dang mengatasi dalam rangka mencapai suatu tujuan atau merealisasikan suatu sasaran atau suatu maksud tertentu
c. Menurut Richard Rose, serangkaian kegiatan yang sedikit banyak berhubungan beserta konsekuensi-
19
konsekuensinya bagi mereka yang bersangkutan dari pada sebagai suatu keputusan tersendiri.
d. Menurut Robert Estone, hubungan suatu unit pemerintah dengan lingkungannya
e. Menurut Heinz Eulau & Kennet Prewitt, keputusan tetap yang dicirikan dengan konsistensi dan pengulangan (reputasi) tingkah laku dari mereka yang membuat dan dari mereka yang mematuhi keputusan tersebut
f. Menurut Thomas R. Dye, adapun yang dipilih oleh pemerintah untuk dilakukan dan tidak dilakukan
Menurut Bridgman dan Glyn Davis (Nawawi, 2009:8-9) adalah
banyaknya definisi kebijakan publik menjadikan kita sulit untuk
menentukan secara tepat sebuah definisi kebijakan publik. Oleh
karenanya, untuk memudahkan pemahaman kita terhadap
kebijakan publik, kita dapat meninjaunya dari 5 karakteristik
Kebijakan Publik yaitu :
a. Memiliki tujuan yang didesain untuk dicapai atau tujuan yang dipahamai.
b. Melibatkan keputusan beserta dengan konsekuensinya c. Terstruktur dan tersusun menurut aturan tertentu d. Pada hakikatnya adalah politis e. Bersifat dinamis
Agustino (2008:8-9) menyimpulkan karateristik utama dari
beberapa definisi Kebijakan Publik, yakni :
a. Pada umumnya kebijakan publik perhatiannya ditujukan pada tindakan yang mempunyai maksud atau tujuan tertentu daripada perilaku yang berubah atau acak.
b. Kebijakan publik pada dasarnya mengandung bagian atau pola kegiatan yang dilakukan oleh pejabat pemeritah daripada keputusan yang terpisah-pisah
c. Kebijakan publik merupakan apa yang sesungguhnya dikerjakan oleh pemerintah dalam mengatur perdagangan, mengontrol inflasi, atau menawarkan perumahan rakyat, bukan maksud apa yang dikerjakan atau yang akan dikerjakan.
d. Kebijakan publik dapat berbentuk positif maupun negative.
20
e. Kebijakan publik, paling tidak secara positif, didasarkan pada hukum dan merupakan tindakan yang bersifat memerintah.
Menurut Luankali (2007:6-35) mengungkapkan tahapan-
tahapan pembuatan kebijakan, yakni :
a. Tahap Penyusunan agenda dan Perumusan Masalah 1) Penyusunan Agenda (Agenda Setting) 2) Metode Perumusan Masalah Dalam Tahap
Penyusunan Agenda b. Tahap formulasi Kebijakan dan Peramalan
1) Tahap Formulasi 2) Metode Peramalan masa depan kebijakan dalam tahap
formulasi kebijakan c. Tahap Adopsi atau penetapan Kebijakan dan
Rekomendasi 1) Tahap Adopsi (adopting) atau penyusunan atau
penetapan 2) Tahap Rekomendasi 3) Rekomendasi Aksi-Aksi Kebijakan Dalam Tahap
Adopsi atau Penetapan Kebijakan d. Tahap Implementasi Kebijakan dan Pemantauan
1) Tahap Implementasi 2) Tahap Pemantauan
Adapun pendapat Almond dan Powell (Luankali, 2007:3-4)
bahwa kebijakan publik dapat diklasifikasikan dalam 4 (empat)
kategori, yaitu :
a. Kebiajkan Publik dalam hal penarikan sumber daya manusia (extractions) mengacu pada sumber daya, baik sumber daya manusia maupun sumber daya alam yang ditarik oleh sistem politik dari masyarakat dalam bentuk pajak, retribusi, wajib militer dan sebagainya.
b. Kebijakan Publik dalam hal pengaturan (regulations) mengacu pada berbagai bentuk pengaturan pemerintah agar tata kehidupan pemerintah dan masyarakat dapat mencapai tingkat harmonis.
c. Kebijakan Publik dalam hal pembagian (allocations) artinya pemerintah mengeluarkan berbagai kebijakan publik untuk melakukan distribusi biaya, barang, pelayanan, kehormatan, status penghargaan, kesempatan kepada masyarakat.
21
d. Kebiajkan Publik dalam hal pengaturan lambing (symbols) artinya pemerintah mengeluarkan berbagai peraturan yang mengatur secara khusus tentang penetapan simbol dan lambing sebagai kesetiaan kepada Negara.
Menurut Dunn (1999:1), analisis kebijakan adalah “aktivitas
menciptakan pengetahuan tentang proses pembuatan kebijakan”.
Dunn (1999:97) mengatakan bahwa Analisis kebijakan dapat diharapkan untuk menghasilkan informasi dan argumen-argumen yang masuk akal mengenai tiga macam pertanyaan: (1) nilai yang pencapaiannya merupakan tolok ukur utama untuk melihat apakah masalah telah teratasi, (2) fakta yang keberadaannya dapat membatasi atau meningkatkan pencapaian nilai-nilai, dan (3) tindakan yang penerapannya dapat menghasilkan pencapaian nilai-nilai.
Senada dengan Dunn, Badjuri dan Yuwono (2002:65)
mendefinisikan Analisis Kebijakan adalah “sebuah seni di dalam
memahami sebuah rencana kebijakan publik yang akan diterapkan
oleh sebuah otoritas publik”.
Dari kedua definisi analisis kebijakan yang ada diatas, penulis
menyimpulkan bahwa analisis kebijakan itu merupakan kegiatan
untuk mengetahui dan memahami proses pembuatan kebijakan
publik yang akan diterapkan oleh otoritas publik.
Dunn (1999:234-241) menerangkan kategori model kebijakan
sebagai berikut :
a. Model Deskripsi, model kebijakan dapat dibandingkan dan dikontraskan dari berbagai dimensi, yang paling penting di antaranya adalah membantu membedakan tujuan, bentuk ekspresi dan fungsi metodologi dari model.
b. Model Normatif, di antara beberapa jenis model normatif membantu menentukan tingkat kapasitas pelayanan yang optimum, pengaturan volume waktu yang optimum.
c. Model Verbal, model ini diekspresikan dalam bahasa sehari-hari secara komunikatif, bukan bahasa logika simbolis dan matematika.
22
d. Model simbolis, model ini menggunkaan simbol-simbol matematisuntuk menerangkan hubungan di antara variable-variabel kunci yang dipercaya sebagai ciri suatu masalah.
e. Model Prosedural, model ini menampilkan hubungan dinamis di antara variable yang diyakini jadi ciri suatu masalah kebijakan.
f. Model sebagai Pengganti dan Perspektif, model pengganti (surrogate model) diasumsikan sebagai pengganti dari masalah-masalah subtantif. Model pengganti dimulai, disadari atau tidak, dari asumsi bahwa masalah formal adalah representasi yang sah dari masalah substantif. Sebaliknya, model perspektis (perspective models) dipandang sebagai satu dari banyak cara lain yang dapat digunakan untuk merumuskan masalah substantif. Model perspektif didasarkan pada asumsi bahwa masalah formal tidak pernah sepenuhnya mewakili secara sah masalah substantif.
Selain itu, Agustino (2008:11-15) menjelaskan bahwa
ilmuwan sosial dan politik membagi teori pengambilan keputusan
(decision making) atas 3 (tiga) teori, yaitu :
a. Teori Rasional-Komprehensif Teori pengambilan keputusan yang paling dikenal dan yang banyak diterima mungkin adalah teori rasional-komprehensif. Biasanya didalamnya terdapat unsur-unsur sebagai berikut : a. Pembuat keputusan dihadapkan pada suatu
permasalahan tertentu yang dapat dipisahkan dari masalah-masalah laninnya atau paling tidak dipertimbangkan secara mendalam kalau dibandingkan dengan masalah lainnya
b. Tujuan-tujuan, nilai-nilai, atau sasaran yang menjadi pedoman pengambil keputusan dijelaskan dan diranking menurut kepentingannya
c. Bermacam-macam alternatif yang berhubungan dengan masalahnya diteliti secara seksama
d. Konsekuensi (biaya dan manfaatnya) yang akan ditimbulkan oleh setiap alternatif diteliti
e. Masing-masing alternatif dan akibat yang menyertainya dibandingkan dengan alternatif lainnya
f. Pembuat keputusan akan memilih alternatif, dan konsekuensinya yang mendorong pencapaian tujuan, nilai, atau objeknya
b. Teori inkremental
23
Teori inkremental atau teori perevisian pada pengambilan keputusan, dibuat sebagai upaya menyederhanakan teori keputusan yang mengabaikan banyak masalah teori rasional-komprehensif, dan dalam waktu yang sama, lebih bersifat deskriptif dimana sesungguhnya pejabat publik yang membuat keputusan.
c. Mixed-scanning theory Dalam mixed-scanning theory pengambil keputusan dimungkinkan menggunakan baik teori rasional-komprehensif maupun teori incremental dalam keadaan yang berbeda. Mixed-scanning theory juga memperhitungkan kemampuan pembuat keputusan yang berbeda-beda. Biasanya, semakin tinggi kemampuan pembuat keputusan dalam memberikan kekuasaan untuk melaksanakan keputusannya, maka semakin banyak scanning yang secara realisasi diikutsertakan; dan semakin banyak cakupan yang di-scanning, maka pembuat keputusan akan semakin efektif.
Lebih lanjut Agustino (2008:19-26) menuliskan pendekatan
teoritis dalam analisis kebijakan publik, yakni :
a. Teori Sistem (System Theory) Dimana dalam teori ini, kebijakan dipandang sebagai reaksi sistem politik untuk kebutuhan yang timbul dari lilngkungan sekitarnya
b. Teori Kelompok (Group Theory) Teori kelompok mempunyai anggapan bahwa interaksi dan perjuangan diantara kelompok merupakan kenyataan dari kehidupan politik.
c. Teori Elite (Elite Theory) Dari sudut pandang teori elite, kebijakan publik dapat dianggap sebagai nilai dan pilihan elite pemerintah semata.
d. Teori Proses Fungsional (Functoinal Process Theory) Cara lain untuk memahami studi pembentukan kebijakan adalah melihat pada bermacam-macam aktifitas fungsional yang terjadi dalam proses kebijakan.
e. Teori Kelembagaan (Institutionalism) Secara tradisional, pendekatan kelembagaan menitikberatkan pada penjelasan lembaga pemerintah dengan aspek yang lebih formal dan legal yang meliputi organisasi formal, kekuasaan legal, aturan procedural, dan fungsi atau aktifitasnya.
24
Anderson (Nawawi, 2009:15-16) sebagai pakar kebijakan
publik menetapkan proses kebijakan publik sebagai berikut :
a. Formulasi masalah (problem formulation) b. Apa masalahnya? Apa yang membuat masalah tersebut
menjadi rapat dalam agenda pemerintah? c. Fomulasi kebijakan (formulation) d. Bagaimana mengembangkan pilihan-pilihan atau
alternatif-alternatif untuk memecahkan masalah tersebut? Siapa saja yang berpartisipasi dalam formulasi kebijakan?
e. Penentuan kebijakan (adoption) : Bagaimana alternatif ditetapkan? Persyaratan/kriteria seperti apa yang harus di penuhi? Siapa yang akan melaksanakan kebijakan? Bagaimana proses atau strategi untuk melaksanakan kebijakan? Apa isi dari kebijakan yang telah ditetapkan?
f. Implementasi (implementation) : Siapa yang terlibat dalam implementasi kebijakan? Apa yang mereka kerjakan? Apa dampak dari isi kebijakan?
g. Evaluasi (evaluation) : bagaimana tingkat keberhasilan atau dampak kebijakan diukur? Siapa yang mengevaluasi kebijakan? Apa konsekuensi dari adanya evaluasi kebijakan? Adakah tuntutan untuk melakukan perubahan atau pembatalan?
Berhasil tidaknya suatu kebijakan dapat diketahui melalui
evaluasi kebijakan dengan yang memiliki fungsi menurut Dunn
(1999:609-610) sebagai berikut :
a. Memberi informasi yang valid dan dapat dipercaya mengenai kinerja kebijakan yaitu seberapa jauh kebutuhan, nilai dan kesempatan telah dapat dicapai melalui tindakan publik.
b. Memberi sumbangan pada klarifikasi dan kritik terhadap nilai-nilai yang mendasari pemikiran tujuan dan target.
c. Memberi sumbangan pada aplikasi dan metode analisis kebijakan lainnya, temasuk perumusan masalah dan rekomendasi.
Dari beberapa teori tentang kebijakan publik yang
dikemukakan oleh sejumlah pakar, penulis dapat menyimpulkan
bahwa kebijakan publik adalah suatu regulasi yang dibuat oleh
25
pemerintah untuk mengatasi suatu masalah atau bukan yang
mengatur kehidupan bersama yang harus ditaati dan berlaku
mengikat seluruh warganya, setiap pelanggaran akan diberi sanksi
sesuai dengan bobot pelanggaran yang dilakukan dan sanksi
dijatuhkan didepan masyarakat oleh lembaga yang mempunyai
tugas menjatuhkan sanksi.
3. Implementasi Kebijakan
Dalam studi kebijakan publik, dikatakan bahwa Implementasi
bukan hanya sekedar bersangkut paut dengan mekanisme
pengambilan keputusan-keputusan politik ke dalam prosedur rutin
melalui saluran-saluran birokrasi, implementasi menyangkut
masalah konflik, kepentingan dari siapa yang menjadi apa dari
suatu kebijakan. Implementasi kebijakan pada prinsipnya adalah
cara agar sebuah kebijakan dapat mencapai tujuannya dengan baik
sesuai dengan apa yang di cita-citakan dari awalnya. Selain itu,
adanya persepsi bahwa implementasi adalah bagian yang
terpisahkan dari perencanaan kebijakan padahal kesuksesan
implementasi kebijakan juga sangat dipengaruhi oleh bagaimana
sebuah desain kebijakan mampu merumuskan secara baik aspek
pelaksanaan dan metode evaluasi yang akan dilaksanakan.
Jenkins (Parsons, 2006:463) mengatakan “studi implementasi adalah studi perubahan: bagaimana perubahan terjadi, bagaimana kemungkinan perubahan bisa dimunculkan. Ia juga merupakan studi tentang mikrostruktur dari kehidupan politik; bagaimana organisasi di luar dan di dalam sistem politik menjalankan urusan mereka dan berinteraksi satu sama lain; apa motivasi-motivasi mereka bertindak seperti itu, dan apa
26
motivasi lain yang mungkin membuat mereka bertindak secara berbeda.
Nugroho (2009:495) mengatakan bahwa :
untuk mengimplementasikan kebijakan publik ada dua pilihan langkah, yakni (a) Langsung mengimplementasikan kebijakan publik dalam bentuk program; (b)Melalui formulasi kebijakjan derivate atau turunan dari kebijakan publik tersebut
Kebijakan Publik dalam bentuk Undang-Undang atau Perda
adalah jenis kebijakan publik yang memerlukan kebijakan publik
penjelas atau sering disebut Peraturan pelaksana.
Tabel 1. Rangkaian Implementasi Kebijakan
Sumber : Nugroho, Riant. 2009:495
Jones (1991:78) selanjutnya menggaris bawahi bahwa
implementasi pada dasarnya adalah suatu aktifitas yang
dimaksudkan untuk mengoperasikan suatu program. Menurutnya
ada tiga aktifitas yang merupakan pilar implementasi, yaitu:
a. Pengorganisasian, pembentukan atau penataan kembali sumberdaya unit-unit serta metode untuk menjalankan program.
b. Implementasi yakni aktifitas menafsirkan agar program menjadi rencana yang tepat dan dapat diterima serta dilaksanakan
c. Aplikasi, penyediaan perlengkapan rutin untuk memberikan pelayanan, pemberdayaan atau sejenis yang disesuaikan dengan tujuan program.
Kebijakan Publik
Kebijakan Publik Penjelas Program
(Peraturan Pelaksana) Proyek
Kegiatan
Pemanfaatan
27
Pressman dan Wildavsky (1978:116) mengemukakan bahwa:
Implementasi dapat dipandang sebagai proses interaksi antara penentuan tujuan dengan tindakan yang disesuaikan. Untuk mempercepat tujuan atau kemampuan kaitan-kaitan tindakan dalam suatu mata rantai sebab akibat guna mencapai hasil yang diinginkan. Atau implementasi adalah merupakan suatu proses pelaksanaan administrasi dalam arti luas yang dapat dipahami pada tingkat yang lebih khusus dalam suatu program. Tugas implementasi adalah menjalin hubungan yang memungkinkan pencapaian tujuan kebijaksanaan pemerintah dapat direalisasikan dengan meningkatkan daya cipta terhadap pelayanan untuk mencapai tujuan. Dengan demikian proses implementasi hanya dapat dilakukan setelah tujuan dan sasaran ditetapkan, program kegiatan telah tersusun, dana telah siap dan disalurkan untuk mencapai sasaran tersebut.
Tahapan Implementasi sebuah kebijakan merupakan tahapan
krusial, karena tahapan ini menentukan keberhasilan sebuah
kebijakan. Tahapan implementasi perlu dipersiapkan dengan baik
pada tahapan perumusan dan pembuatan kebijakan.
Adapun makna implementasi menurut Mazmanian dan
Sabatier (Wahab, 2008:65), mengatakan bahwa:
Implementasi adalah memahami apa yang senyatanya terjadi sesudah suatu program dinyatakan berlaku atau dirumuskan merupakan fokus perhatian implementasi kebijaksanaan yakni kejadian-kejadian dan kegiatan-kegiatan yang timbul sesudah disahkannya pedoman-pedoman kebijaksanaan Negara yang mencakup baik usaha-usaha untuk mengadministrasikannya maupun untuk menimbulkan akibat/dampak nyata pada masyarakat atau kejadian-kejadian.
Ripley dan Franklin (Parsons, 2006:482) mengatakan bahwa
“keberhasilan implementasi relative tidak sulit apabila
kebijakakannya bersifat distributive, kebijakan regulatifnya
moderat, dan kebijakan redistibutifnya rendah”.
28
Terdapat beberapa teori dari beberapa ahli mengenai
implementasi kebijakan, yaitu:
a. Teori Edward III
Edward III (Subarsono, 2011: 90-92) berpandangan
bahwa implementasi kebijakan dipengaruhi oleh empat
variabel, yaitu:
1) Komunikasi, yaitu keberhasilan implementasi kebijakan mensyaratkan agar implementor mengetahui apa yang harus dilakukan, dimana yang menjadi tujuan dan sasaran kebijakan harus ditransmisikan kepada kelompok sasaran (target group), sehingga akan mengurangi distorsi implementasi.
2) Sumberdaya, meskipun isi kebijakan telah dikomunikasikan secara jelas dan konsisten, tetapi apabila implementor kekurangan sumberdaya untuk melaksanakan, maka implementasi tidak akan berjalan efektif. Sumber daya tersebut dapat berwujud sumber daya manusia, misalnya kompetensi implementor dan sumber daya finansial.
3) Disposisi, adalah watak dan karakteristik yang dimiliki oleh implementor, seperti komitmen, kejujuran, sifat demokratis. Apabila implementor memiliki disposisi yang baik, maka implementor tersebut dapat menjalankan kebijakan dengan baik seperti apa yang diinginkan oleh pembuat kebijakan. Ketika implementor memiliki sikap atau perspektif yang berbeda dengan pembuat kebijakan, maka proses implementasi kebijakan juga menjadi tidak efektif.
4) Struktur Birokrasi, Struktur organisasi yang bertugas mengimplementasikan kebijakan memiliki pengaruh yang signifikan terhadap implementasi kebijakan. Aspek dari struktur organisasi adalah Standard Operating Procedure (SOP) dan fragmentasi. Struktur organisasi yang terlalu panjang akan cenderung melemahkan pengawasan dan menimbulkan red-tape, yakni prosedur birokrasi yang rumit dan kompleks, yang menjadikan aktivitas organisasi tidak fleksibel.
b. Teori Grindle
29
Keberhasilan implementasi menurut Merilee S. Grindle
(Subarsono, 2011: 93):
Dipengaruhi oleh dua variabel besar, yakni isi kebijakan (content of policy) dan lingkungan implementasi (context of implementation). Variabel tersebut mencakup: sejauhmana kepentingan kelompok sasaran atau target group termuat dalam isi kebijakan, jenis manfaat yang diterima oleh target group, sejauhmana perubahan yang diinginkan dari sebuah kebijakan, apakah letak sebuah program sudah tepat, apakah sebuah kebijakan telah menyebutkan implementornya dengan rinci, dan apakah sebuah program didukung oleh sumberdaya yang memadai.
c. Teori Mazmanian dan Sabatier
Mazmanian dan Sabatier (Subarsono, 2011: 94)
mengatakan ada tiga kelompok variabel yang mempengaruhi
keberhasilan implementasi, yakni :
Karakteristik dari masalah (tractability of the problems), karakteristik kebijakan/undang-undang (ability of statute to structure implementation) dan variabel lingkungan (nonstatutory variables affecting implementation)”.
d. Teori Metter dan Horn
Model pendekatan implementasi kebijakan yang
dirumuskan Van Meter dan Van Horn disebut dengan A Model
of the Policy Implementation (1975). Proses implementasi ini
merupakan sebuah abstraksi atau performansi suatu
pengejewantahan kebijakan yang pada dasarnya secara
sengaja dilakukan untuk meraih kinerja implementasi kebijakan
yang tinggi yang berlangsung dalam hubungan berbagai
30
variabel. Model ini mengandaikan bahwa implementasi
kebijakan berjalan secara linear dari keputusan politik,
pelaksana dan kinerja kebijakan publik. Model ini menjelaskan
bahwa kinerja kebijakan dipengaruhi oleh beberapa variabel
yang saling berkaitan, variable-variabel tersebut yaitu:
1) Standar dan sasaran kebijakan/ukuran dan tujuan
kebijakan
2) Sumber daya
3) Karakteristik organisasi pelaksana
4) Sikap para pelaksana
5) Komunikasi antar organisasi terkait dan kegiatan-kegiatan
pelaksanaan
6) Lingkungan sosial, ekonomi dan politik
Berdasarkan model implementasi kebijakan Van Metter
dan Van Horn tersebut pada proses implementasi kebijakan
Peningkatan Kualitas Pada Pemukiman Kumuh di Kelurahan
Jaya Kecamatan Watang Sawitto Kabupaten Pinrang,
kebijakan tersebut telah diterapkan akan diamati proses
implementasinya untuk dilihat sejauh mana kebijakan yang
dilaksanakan telah mencapai tujuan. Dalam menganalisis
proses implementasi kebijakan ini peneliti memiliki fokus
penelitian pada analisis pelaksanaan kebijakan dengan
menggunakan aspek implementasi kebijakan. Pada aspek ini
analisis berusaha untuk mencari jawaban tentang bagaimana
31
kebijakan tersebut dilaksanakan, apa faktor-faktor yang
mempengaruhinya, bagaimana mempengaruhinya dan
bagaimana kinerja dari kebijakan tersebut. Aspek ini
merupakan proses lanjutan dari tahap formulasi kebijakan.
Pada tahap formulasi ditetapkan strategi dan tujuan-tujuan
kebijakan sedangkan pada tahap implementasi kebijakan
ditetapkan tindakan (action) dalam mencapai tujuan.
Undang Undang Republik Indonesia Nomor 1 Tahun
2011 Tentang Perumahan dan Kawasan Permukiman,
menjelaskan kebijakan umum pembangunan perumahan
diarahkan untuk :
a. Memenuhi kebutuhan perumahan yang layak dan terjangkau dalam lingkungan yang sehat dan aman yang didukung prasarana, sarana, dan utilitas umum secara berkelanjutan serta yang mampu mencerminkan kehidupan masyarakat yang berkepribadian Indonesia;
b. Ketersediaan dana murah jangka panjang yang berkelanjutan untuk pemenuhan kebutuhan rumah, perumahan, permukiman, serta lingkungan hunian perkotaan dan perdesaan;
c. Mewujudkan perumahan yang serasi dan seimbang sesuai dengan tata ruang serta tata guna tanah yang berdaya guna dan berhasil guna;
d. Memberikan hak pakai dengan tidak mengorbankan kedaulatan negara; dan
e. Mendorong iklim investasi asing.
Sejalan dengan arah kebijakan umum tersebut,
penyelenggaraan perumahan dan permukiman, baik di daerah
perkotaan yang berpenduduk padat maupun di daerah perdesaan
32
yang ketersediaan lahannya lebih luas perlu diwujudkan adanya
ketertiban dan kepastian hukum dalam pengelolaannya.
Pemerintah dan pemerintah daerah perlu memberikan
kemudahan perolehan rumah bagi masyarakat berpenghasilan
rendah melalui program perencanaan pembangunan perumahan
secara bertahap dalam bentuk pemberian kemudahan
pembiayaan dan/atau pembangunan prasarana, sarana, dan
utilitas umum di lingkungan hunian.
Pada tahap ini, ditentukan kriteria-kriteria yang menjadi
dasar untuk menilai apakah kebijakan telah diselenggarakan
sesuai tujuan yang diinginkan. Berdasarkan konsideran
Peraturan Menteri Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat
Republik Indonesia Nomor 2/Prt/M/2016 Tentang Peningkatan
Kualitas Terhadap Perumahan Kumuh dan Permukiman
Kumuh, Adapun tujuan dari Peraturan Presiden tersebut
adalah:
1) Peraturan menteri ini dimaksudkan sebagai acuan bagi
Pemerintah, Pemerintah daerah, dan setiap orang
dalam penyelenggaraan peningkatan kualitas terhadap
perumahan kumuh dan permukiman kumuh.
2) Peraturan menteri ini bertujuan untuk meningkatkan
mutu kehidupan dan penghidupan masyarakat penghuni
perumahan kumuh dan permukiman kumuh
33
Kriteria-kriteria yang menjadi dasar untuk menilai
apakah kebijakan kebijakan Penyelenggaraan Kebijakan
Penataan Kawasan Pemukiman Kumuh di Kelurahan Jaya
Kecamatan Watang Sawitto Kabupaten Pinrang telah
dilaksanakan sesuai tujuan yang diinginkan sangat dipengaruhi
oleh beberapa indikator. Dalam kebijakan publik, indikator
merupakan instrumen penting untuk menganalisis kinerja suatu
implementasi kebijakan. Dengan adanya indikator maka
peneliti dapat mengetahui keberhasilan atau kegagalan
implementasi suatu kebijakan, program atau proyek.
Lebih lanjut Badjuri dan Yuwono (2002:117-119)
mengungkapkan beberapa kondisi yang mempengaruhi
kesuksesan sebuah implementasi kebijakan, yaitu :
a. Ada tidaknya keterbatasan-keterbatasan eksternal yang parah.
b. Ketersediaan waktu dan sumber daya yang cukup. c. Adanya dukungan berbagai kombinasi sumber daya yang
cukup dalam setiap tahapan implementasi kebijakan. d. Analisis kausalitas akan banyak mempengaruhi
keberhasilan implementasi kebijakan. e. Perlunya sebuah lembaga coordinator, yang diperlukan
untuk lebih dominan mengelola tahapan-tahapan implementasi kebijakan.
f. Dalam tahapan awal implementasi, harus ada kejelasan dan kesepakatan mengenai tujuan dan sasaran apakah yang akan dituju.
g. Adanya pembagian kerja yang jelas dalam setiap tahapan implementasi sehingga menghasilkan kejelaasan hak dan tanggung jawab dari masing-masing lembaga pelaksana tersebut.
h. Kepatuhan terhadap kesepakatan dan tujuan yang telah ditetapkan dalam koordinasi implementasi tersebut, berpengaruh positif terhadap kesuksesan implementasi kebijakan.
34
Walaupun sebuah kebijakan telah dipersiapkan dan
mungkin telah dilakukan koordinasi, namun bisa saja
menghasilkan kegagalan dalam implementasi. Ada beberapa
hal yang mempengaruhi tingkat kegagalan dari implementasi
kebijakan publik menurut Badjuri dan Yuwono (2002:123-126),
yakni :
a. Spesifikasi kebijakan yang tidak lengkap. b. Instansi yang tidak cocok. c. Tujuan yang saling berlawanan d. Insentif tidak memadai. e. Ketidakjelasan arah implementasi. f. Keterbatasan Keahlian. g. Sumberdaya administrasi yang terbatas. h. Kegagalan Komunikasi.
Carter et.al (Parsons, 2006:477) menunjukkan bahwa
sistem implementasi yang sukses melibatkan empat tipe
kontrol:
a. Koordinasi sepanjjang waktu; b. Koordinasi pada waktu tertentu; c. Detail logistic dan penjadwalan; d. Penjagaan dan pemeliharaan batasan struktural.
Dari beberapa teori tentang implementasi kebijakan
yang dikemukakan oleh sejumlah pakar, penulis dapat
menyimpulkan bahwa implementasi kebijakan adalah suatu
kegiatan dalam pelaksanaan kebijakan sehingga pada akhirnya
akan mendapatkan suatu hasil yang sesuai dengan tujuan atau
sasaran kebijakan itu sendiri.
4. Penataan Kawasan
35
Mochtar Koesoemaatmadja mengonstatir/membenarkan
suatu peristiwa bahwa tujuan pokok penerapan hukum apabila
hendak direduksi pada satu hal saja adalah ketertiban (order).
Ketertiban adalah tujuan pokok dan pertama dari segala hukum,
kebutuhan akan ketertiban ini, merupakan syarat pokok
(fundamental) bagi adanya masyarakat teratur: di samping itu
tujuan lainnya adalah tercapainya keadilan yang berbeda-beda isi
dan ukurannya, menurut masyarakat pada zamannya.
Menurut Juniarso Ridwan (2008:23) konsep dasar hukum
penataan ruang/kawasan, tertuang di dalam pembukaan UUD 1945
alinea ke 4 yang berbunyi:
”melindungi segenap bangsa Indonesia dan seluruh tumpah
darah Indonesia dan untuk memajukan kesejahteraan umum,
mencerdaskan kehidupan bangsa, dan ikut serta
melaksanakan ketertiban dunia…”
Selanjutnya dalam Pasal 33 ayat (3) UUD 1945 amandemen
ke empat, berbunyi: “Bumi dan air dan kekayaan alam yang
terkandung di dalamnya dikuasai oleh negara dan dipergunakan
untuk sebesar-besarnya kemakmuran rakyat.”
Menurut M. Daud Silalahi (2001 : 78-79) salah satu konsep
dasar pemikiran tata ruang menurut hukum Indonesia terdapat
dalam UUPA No. 5 Tahun 1960. Sesuai dengan Pasal 33 ayat 3
UUD 1945, tentang pengertian hak menguasai dari negara
36
terhadap konsep tata ruang, Pasal 2 UUPA memuat wewenang
untuk:
(1) Mengatur dan menyelenggarakan peruntukan penggunaan, persediaan, dan pemeliharaan bumi, air dan ruang angkasa.
(2) Menentukan dan mengatur hubungan-hubungan hukum antara orang dengan bumi, air, dan ruang angkasa.
(3) Menentukan dan mengatur hubungan-hubungan hukum antara orang dan perbuatan-perbuatan hukum yang mengenai bumi, air dan ruang angkasa. Konsep tata ruang dalam tiga dimensi tersebut di atas terkait
dengan mekanisme kelembagaan dan untuk perencanannya diatur
dalam Pasal 14 yang mengatakan:
(1) Pemerintah dalam rangka membuat suatu rencana umum mengenai persediaan, peruntukan, dan penggunaan bumi, air dan ruang angkasa, dan
(2) Berdasarkan rencana umum tersebut Pemda mengatur persediaan, peruntukkan dan penggunaan bumi, air, dan ruang angkasa.
Selanjutnya, Pasal 15 mengatur tentang pemeliharaan
tanah, termasuk mengambah kesuburannya serta mencegah kerusakannya yang merupakan kewajiban setiap orang, badan hukum, atau instansi yang mempunyai hubungan hukum dengan tanah itu dengan memperhatikan pihak ekonomi lemah. Ketentuan tersebut memberikan hak penguasan kepada negara atas seluruh sumber daya alam Indonesia, dan memberikan kewajiban kepada negara untuk menggunakan sebesar-besarnya bagi kemakmuran rakyat. Kalimat tersebut mengandung makna, negara mempunyai kewenangan untuk melakukan pengelolaan, mengambil dan memanfaatkan sumber daya alam guna terlaksananya kesejahteraan rakyat yang dikehendaki. Untuk dapat mewujudkan tujuan negara tersebut, khususnya untuk meningkatkan kesejahteraan umum dan mencerdaskan kehidupan bangsa berarti negara harus dapat melaksanakan pembangunan sebagai penunjang dalam tercapainya tujuan tadi dengan suatu perencanaan yang cermat dan terarah. Apabila dicermati dengan seksama, kekayaan alam yang ada dan dimiliki oleh negara, yang kesemuanya itu memiliki suatu nilai ekonomis, maka dalam pemanfaatannya pun harus diatur dan dikembangkan dalam pola tata ruang yang terkoordinasi, sehingga tidak akan adanya perusakan terhadap lingkungan hidup.
37
Undang Undang Republik Indonesia Nomor 1 Tahun 2011
Tentang Perumahan Dan Kawasan Permukiman, Pasal 56 :
(1) Penyelenggaraan kawasan permukiman dilakukan untuk
mewujudkan wilayah yang berfungsi sebagai lingkungan
hunian dan tempat kegiatan yang mendukung perikehidupan
dan penghidupan yang terencana, menyeluruh, terpadu, dan
berkelanjutan sesuai dengan rencana tata ruang.
(2) Penyelenggaraan kawasan permukiman sebagaimana
dimaksud pada ayat (1) bertujuan untuk memenuhi hak warga
negara atas tempat tinggal yang layak dalam lingkungan yang
sehat, aman, serasi, dan teratur serta menjamin kepastian
bermukim.
menurut Juniarso Ridwan (2008:23) Upaya pelaksanaan
perencanaan penataan ruang yang bijaksana adalah kunci dalam
pelaksanaan tata ruang agar tidak merusak lingkungan hidup,
dalam konteks penguasaan negara atas dasar sumber daya alam,
melekat di dalam kewajiban negara untuk melindungi, melestarikan
dan memulihkan lingkungan hidup secara utuh. Artinya, aktivitas
pembangunan yang dihasilkan dari perencanaan tata ruang pada
umumnya bernuansa pemanfaatan sumber daya alam tanpa
merusak lingkungan. Untuk lebih mengoptimalkan konsep
penataan ruang, maka peraturan-peraturan peundang-undangan
telah banyak diterbitkan oleh pihak pemerintah, dimana salah satu
peraturan perundang-undangan yang mengatur penataan ruang
adalah Undang-undang No. 26 Tahun 2007 tentang Penataan
Ruang.
38
Undang-undang No. 26 Tahun 2007 merupakan undang-
undang pokok yang mengatur tentang pelaksanaan penataan
ruang. Keberadaan undang-undang tersebut diharapkan selain
sebagai konsep dasar hukum dalam melaksanakan perencanaan
tata ruang, juga diharapkan dapat digunakan sebagai bahan acuan
pemerintah dalam penataan dan pelestarian lingkungan hidup.
Menurut Herman Hermit (2008: 68) sebagaimana asas
hukum yang paling utama yaitu keadilan, maka arah dan kerangka
pemikiran serta pendekatan-pendekatan dalam pengaturan
(substansi peraturan perundang-undangan) apa pun, termasuk UU
Penataan Ruang, wajib dijiwai oleh asas keadilan”.
Adapun asas penataan ruang menurut Undang-undang Nomor 26 Tahun 2007 tentang Penataan Ruang adalah:
Dalam kerangka Negara Kesatuan Republik Indonesia, penataan ruang diselenggarakan berdasarkan asas: a. keterpaduan; b. keserasian, keselarasan, dan keseimbangan; c. keberlanjutan; d. keberdayagunaan dan keberhasilgunaan; e. keterbukaan . . . f. kebersamaan dan kemitraan; g. pelindungan kepentingan umum; h. kepastian hukum dan keadilan; dan i. akuntabilitas. (Pasal 2)
Kesembilan asas penyelenggaraan penataan ruang tersebut
pada intinya merupakan norma-norma yang diambil untuk
memayungi semua kaidah-kaidah pengaturan penataan ruang.
Adapun tujuan penataan ruang menurut Undang-undang
Nomor 26 Tahun 2007 adalah:
Penyelenggaraan penataan ruang bertujuan untuk mewujudkan ruang wilayah nasional yang aman, nyaman,
39
produktif, dan berkelanjutan berlandaskan Wawasan Nusantara dan Ketahanan Nasional dengan: a. terwujudnya keharmonisan antara lingkungan alam dan
lingkungan buatan; b. terwujudnya keterpaduan dalam penggunaan sumber
daya alam dan sumber daya buatan dengan memperhatikan sumber daya manusia; dan
c. terwujudnya pelindungan fungsi ruang dan pencegahan dampak negatif terhadap lingkungan akibat pemanfaatan ruang.(Pasal 3)
Dari pasal tersebut dapat dipahami bahwa rumusan tujuan
(pengaturan penataan ruang) merupakan penerapan bagaimana
konsep asas-asas penyelenggaran penataan ruang mengendalikan
arah dan sasaran yang hendak dituju oleh suatu pengaturan UU
Penataan Ruang ini.
Menurut Hermit (2008: 69) klasifikasi penataan ruang bukan
merupakan hal baru dalam pengaturan sistem penataan ruang kita.
Untuk mewujudkan amanat Pasal 33 ayat (3) Undang-Undang
Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 tersebut, Undang-
Undang tentang Penataan Ruang ini menyatakan bahwa negara
menyelenggarakan penataan ruang, yang pelaksanaan
wewenangnya dilakukan oleh Pemerintah dan Pemerintah Daerah
dengan tetap menghormati hak yang dimiliki oleh setiap orang.
Menurut Undang-undang No. 26 Tahun 2007 tentang
Penataan Ruang, klasifikasi penataan ruang adalah:
Pasal 4 Penataan ruang diklasifikasikan berdasarkan sistem, fungsi
utama kawasan, wilayah administratif, kegiatan kawasan, dan nilai strategis kawasan. Pasal 5
40
(1) Penataan ruang berdasarkan sistem terdiri atas sistem wilayah dan sistem internal perkotaan.
(2) Penataan ruang berdasarkan fungsi utama kawasan terdiri atas kawasan lindung dan kawasan budi daya.
(3) Penataan ruang berdasarkan wilayah administratif terdiri atas penataan ruang wilayah nasional, penataan ruang wilayah provinsi, dan penataan ruang wilayah kabupaten/kota.
(4) Penataan ruang berdasarkan kegiatan kawasan terdiri atas penataan ruang kawasan perkotaan dan penataan ruang kawasan perdesaan.
(5) Penataan ruang berdasarkan nilai strategis kawasan terdiri atas penataan ruang kawasan strategis nasional, penataan ruang kawasan strategis provinsi, dan penataan ruang kawasan strategis kabupaten/kota.
Pasal 6 (1) Penataan ruang diselenggarakan dengan memperhatikan:
a. kondisi fisik wilayah Negara Kesatuan Republik Indonesia yang rentan terhadap bencana;
b. potensi sumber daya alam, sumber daya manusia, dan sumber daya buatan; kondisi ekonomi, sosial, budaya, politik, hukum, pertahanan keamanan, lingkungan hidup, serta ilmu pengetahuan dan teknologi sebagai satu kesatuan; dan
c. geostrategi, geopolitik, dan geoekonomi. (2) Penataan ruang wilayah nasional, penataan ruang wilayah
provinsi, dan penataan ruang wilayah kabupaten/kota dilakukan secara berjenjang dan komplementer.
(3) Penataan ruang wilayah nasional meliputi ruang wilayah yurisdiksi dan wilayah kedaulatan nasional yang mencakup ruang darat, ruang laut, dan ruang udara, termasuk ruang di dalam bumi sebagai satu kesatuan.
(4) Penataan ruang wilayah provinsi dan kabupaten/kota meliputi ruang darat, ruang laut, dan ruang udara, termasuk ruang di dalam bumi sesuai dengan ketentuan peraturan perundangundangan.
(5) Ruang laut dan ruang udara, pengelolaannya diatur dengan undang-undang tersendiri.
Selanjutnya pada Pasal 58 UU Nomor 1 Tahun 2011,
mengatakan bahwa : (1) Penyelenggaraan kawasan permukiman sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 57 wajib dilaksanakan sesuai dengan arahan pengembangan kawasan permukiman yang terpadu dan berkelanjutan.
(2) Arahan pengembangan kawasan permukiman sebagaimana dimaksud pada ayat (1) meliputi:
41
a) hubungan antarkawasan fungsional sebagai bagian
lingkungan hidup di luar kawasan lindung;
b) keterkaitan lingkungan hunian perkotaan dengan
lingkungan hunian perdesaan;
c) keterkaitan antara pengembangan lingkungan hunian
perkotaan dan pengembangan kawasan perkotaan
d) keterkaitan antara pengembangan lingkungan
hunian perdesaan dan pengembangan kawasan
perdesaan;
e) keserasian tata kehidupan manusia dengan lingkungan hidup;
f) keseimbangan antara kepentingan publik dan kepentingan setiap orang; dan
g) lembaga yang mengoordinasikan pengembangan kawasan permukiman.
Dari pasal-pasal tersebut telah jelas klasifikasi penataan
ruang baik berdasarkan sistem, fungsi utama kawasan-kawasan,
wilayah administratif, kegiatan kawasan, dan nilai strategi kawasan.
Makin tinggi taraf hidup manusia, makin bertambah pula
macam dan ragam kebutuhannya. Hal ini ditambah pula dengan
tersedianya ilmu dan teknologi yang memungkinkan ragam dan
macam kebutuhan itu dipenuhi. Upaya untuk memenuhi kebutuhan
di atas dilakukan dengan memanfaatkan berbagai sumber daya
alam yang tersedia di sekitarnya dengan melakukan berbagai
macam kegiatan, baik langsung maupun tidak. Kegiatan tersebut
memerlukan ruang atau tempat.
Pada umumnya, suatu ruang tertentu dapat digunakan untuk
berbagai alternatif kegiatan, seperti pemukiman, industri, pertanian
dan sebagainya. Apabila suatu kegiatan tertentu telah dilakukan di
suatu ruang tertentu, pada waktu yang sama tidak dapat dilakukan
42
suatu kegiatan lain. Karena itu, dapat terjadi persaingan. Bahkan,
terjadi konflik dalam pemanfaatan ruang antara berbagai macam
kegiatan, yang dapat menghambat kelancaran kegiatan itu. Hak
guna usaha, misalnya kegiatan pertanian, yang terdapat dalam
suatu ruang dapat terjadi tumpang tindih dengan kegiatan
pertambangan berdasarkan hak kuasa pertambangan.
Di samping itu, suatu kegiatan dapat mengganggu atau
merugikan kegiatan lain yang berada di dekatnya, seperti pengaruh
kebisingan, asap tebal dan debu pada tempat
kediaman/pemukiman. Bahkan, suatu kegiatan wilayah meskipun
jaraknya cukup jauh, misalnya pengaruh industri di hulu sungai
terhadap pemukiman atau penggundulan hutan terhadap
pemukiman di bawahnya karena erosi dan menurunnya air bawah
tanah.
Menurut M. Dauh Silalahi (2001: 79) perubahan terhadap
peruntukan lahan yang tidak disertai dengan perencanaan yang
matang dapat menimbulkan dampak yang merugikan dan konflik-
konflik yang mengganggu lancarnya kegiatan pembangunan.
Sebagai contoh konkret mengenai hal ini timbulnya masalah tata
ruang di kawasan tersebut. Sebagai objek wisata yang banyak
dikunjungi orang, di daerah ini banyak pembangunan fasilitas
seperti bungalau, restoran yang tidak cocok untuk itu. Hal ini tidak
saja menimbulkan konflik-konflik dalam berbagai pemanfaatan
43
yang berbeda, tetapi juga dapat mengancam rusaknya keindahan
alam yang menjadi objek utama dari para wisatawan.
Masalah tata ruang di kota-kota besar seperti di Jakarta,
Surabaya, Bandung, dan Medan merupakan contoh yang dapat
disaksikan setiap hari. Berbaurnya kegiatan primer dan kegiatan
sekunder sekiat pusat kota menyebabkan campur baurnya lalu-
lintas antar kota dengan lalu-lintas menimbulkan kemacetan dan
berbagai gangguan kegiatan lainnya.
Oleh karena itu, kebijakan penataan ulang yang dilakukan
oleh Pemerintah Daerah harus memperhatikan aspek lingkungan
hidup, sebagaimana Mochtar Kusumaatmadja di dalam buku M.
Daud Silalahi (2001:79) mengemukakan :
“karena pemerintah merupakan pengemban dan penjaga
kepentingan umum masyarakat, maka melalui
pemerintahannya, masyarakat harus menuntut agar ongkos-
ongkos sosial ini diperhitungkan dengan seksama dan
ditentukan pula siapa-siapa saja yang harus membayar
ongkos-ongkos sosial ini”.
Selanjutnya M. Daud Silalahi mengatakan agar hal ini dapat
terintegrasi dalam suatu proses keputusan yang berwawasan
lingkungan, beberpa hal perlu dipertimbangkan, antara lain,
sebagai berikut
1. Kuantitas dan kualitas sumber kekayaan alam yang diketahui dan diperlukan;
44
2. akibat-akibat dari pengambilan sumber kekayaan alam, di darat maupun di laut, termasuk kekayaan hayati laut, dan habisnya deposit dan stok;
3. alternatif cara pengambilan kekayaan hayati laut dan akibatnya terhadap keadaan sumber kekayaan itu;
4. ada tidaknya teknologi pengganti; 5. kemungkinan perkembangan teknologi-teknologi
pengganti termasuk biayanya masing-masing; 6. adanya lokasi lain yang sama baiknya atau lebih baik; 7. kadar pencemaran air dan udara, kalau ada; 8. adanya tempat pembuatan zat sisa dan kotoran serta
pengolahannya kembali (recycling) sebagai bahan mentah; dan
9. pengaruh proyek pada lingkungan, kecepatan dan sifat pemburukan lingkungan, kemungkinan penghentian proses pemburukan lingkungan dan biaya alternatif lainnya.
Karena mengingat kenyataan bahwa di negara yang sedang
berkembang sebagian besar kegiatan pembangunan berada di
bawah penguasaan dan bimbingan pemerintah, sudah selayaknya
bahwa masalah perlindungan lingkungan ini diintegrasikan ke
dalam proses perencanaan pembangunan. Salah satu alat
perlindungan dan pelestarian lingkungan dalam rencana
pembangunan adalah keharusan untuk melakukan analisis
mengenai dampak lingkungan (Amdal) yang merupakan konsep
pengaturan hukum di bidang hukum.
Berkaitan dengan kebijakan penataan ruang Handiman Rico
dalam makalahnya mengatakan:
Dalam rangka menerapkan penataan ruang untuk pada
akhirnya mewujudkan pengembangan wilayah seperti yang
diharapkan, maka terdapat paradigma yang harus
dikembangkan sebagai berikut:
45
· Otonomi Daerah (UU No.22/1999)/( UU 32/2004),
mengatur kewenangan Pemerintah Daerah dalam
pembangunan Globalisasi
· Pembangunan wilayah tidak terlepas dari pembangunan
dunia, investor akan menanamkan modalnya di daerah
yang memiliki kondisi politik yang stabil dan didukung
sumberdaya yang memadai
· Pemberdayaan masyarakat
· Pendekatan pemberdayaan masyarakat merupakan
tuntutan yang harus dipenuhi Good Governance
· Iklim dan kinerja yang baik dalam pembangunan perlu
dijalankan. Karakteristiknya adalah partisipasi
masyarakat, transparasi, responsif dan akuntabilitas.
5. Permukiman Kumuh
Kumuh adalah kesan atau gambaran secara umum tentang
sikap dan tingkah laku yang rendah dilihat dari standar hidup dan
penghasilan kelas menengah. Dengan kata lain, kumuh dapat
diartikan sebagai tanda atau cap yang diberikan golongan atas
yang sudah mapan kepada golongan bawah yang belum mapan.
Menurut kamus ilmu-ilmu sosial Slum’s diartikan sebagai suatu
daerah yang kotor yang bangunan-bangunannya sangat tidak
memenuhi syarat. Jadi daerah slum’s dapat diartikan sebagai
daerah yang ditempati oleh penduduk dengan status ekonomi
rendah dan bangunan-bangunan perumahannya tidak memenuhi
46
syarat untuk disebut sebagai perumahan yang sehat. Slum’s
merupakan lingkungan hunian yang legal tetapi kondisinya tidak
layak huni atau tidak memenuhi persyaratan sebagai tempat
permukiman (Utomo Is Hadri, 2000). Slum’s yaitu permukiman
diatas lahan yang sah yang sudah sangat merosot (kumuh) baik
perumahan maupun permukimannya (Herlianto, 1985). Dalam
kamus sosiologi Slum’s yaitu diartikan sebagai daerah penduduk
yang berstatus ekonomi rendah dengan gedung-gedung yang tidak
memenuhi syarat kesehatan. (Sukamto Soerjono, 1985).
Diana Puspitasari dari Dinas Tata Ruang dan Permukiman
(Distarkim) Kota Depok mengatakan, definisi permukiman kumuh
berdasarkan karakteristiknya adalah suatu lingkungan permukiman
yang telah mengalami penurunan kualitas. Dengan kata lain
memburuk baik secara fisik, sosial ekonomi maupun sosial budaya.
Dan tidak memungkinkan dicapainya kehidupan yang layak bahkan
cenderung membahayakan bagi penghuninya. Menurut Diana, ciri
permukiman kumuh merupakan permukiman dengan tingkat
hunian dan kepadatan bangunan yang sangat tinggi, bangunan
tidak teratur, kualitas rumah yang sangat rendah. Selain itu tidak
memadainya prasarana dan sarana dasar seperti air minum, jalan,
air limbah dan sampah. Kawasan kumuh adalah kawasan dimana
rumah dan kondisi hunian masyarakat di kawasan tersebut sangat
buruk. Rumah maupun sarana dan prasarana yang ada tidak
sesuai dengan standar yang berlaku, baik standar kebutuhan,
47
kepadatan bangunan, persyaratan rumah sehat, kebutuhan sarana
air bersih, sanitasi maupun persyaratan kelengkapan prasarana
jalan, ruang terbuka, serta kelengkapan fasilitas sosial lainnya.
Ciri-ciri pemukiman kumuh, seperti yang diungkapkan oleh
Prof. DR. Parsudi Suparlan adalah :
1. Fasilitas umum yang kondisinya kurang atau tidak memadai.
2. Kondisi hunian rumah dan pemukiman serta penggunaan
ruangnya mencerminkan penghuninya yang kurang mampu
atau miskin.
3. Adanya tingkat frekuensi dan kepadatan volume yang tinggi
dalam penggunaan ruang-ruang yang ada di pemukiman
kumuh sehingga mencerminkan adanya kesemrawutan tata
ruang dan ketidakberdayaan ekonomi penghuninya.
4. Pemukiman kumuh merupakan suatu satuan-satuan komuniti
yang hidup secara tersendiri dengan batas-batas kebudayaan
dan sosial yang jelas, yaitu terwujud sebagai :
a. Sebuah komuniti tunggal, berada di tanah milik negara,
dan karena itu dapat digolongkan sebagai hunian liar.
b. Satuan komuniti tunggal yang merupakan bagian dari
sebuah RT atau sebuah RW.
c. Sebuah satuan komuniti tunggal yang terwujud sebagai
sebuah RT atau RW atau bahkan terwujud sebagai
sebuah Kelurahan, dan bukan hunian liar.
48
5. Penghuni pemukiman kumuh secara sosial dan ekonomi tidak
homogen, warganya mempunyai mata pencaharian dan tingkat
kepadatan yang beranekaragam, begitu juga asal muasalnya.
Dalam masyarakat pemukiman kumuh juga dikenal adanya
pelapisan sosial berdasarkan atas kemampuan ekonomi
mereka yang berbeda-beda tersebut.
6. Sebagian besar penghuni pemukiman kumuh adalah mereka
yang bekerja di sektor informal atau mempunyai mata
pencaharian tambahan di sektor informil.
Berdasarkan salah satu ciri diatas, disebutkan bahwa
permukiman kumuh memiliki ciri “kondisi hunian rumah dan pemukiman
serta penggunaan ruangnya mencerminkan penghuninya yang kurang
mampu atau miskin”. Penggunaan ruang tersebut berada pada suatu
ruang yang tidak sesuai dengan fungsi aslinya sehingga berubah
menjadi fungsi permukiman, seperti muncul pada daerah sempadan
untuk kebutuhan Ruang Terbuka Hijau. Keadaan demikian menunjukan
bahwa penghuninya yang kurang mampu untuk membeli atau menyewa
rumah di daerah perkotaan dengan harga lahan/bangunan yang tinggi,
sedangkan lahan kosong di daerah perkotaan sudah tidak ada.
Permukiman tersebut muncul dengan sarana dan prasarana yang
kurang memadai, kondisi rumah yang kurang baik dengan kepadatan
yang tinggi serta mengancam kondisi kesehatan penghuni. Dengan
begitu, permukiman yang berada pada kawasan SUTET, semapadan
49
sungai, semapadan rel kereta api, dan sempadan situ/danau
merupakan kawasan permukiman kumuh.
Menurut Ditjen Bangda Depdagri, ciri-ciri permukiman atau
daerah perkampungan kumuh dan miskin dipandang dari segi sosial
ekonomi adalah sebagai berikut :
1. Sebagian besar penduduknya berpenghasilan dan berpendidikan
rendah, serta memiliki sistem sosial yang rentan.
2. Sebagaian besar penduduknya berusaha atau bekerja di sektor
informal Lingkungan permukiman, rumah, fasilitas dan prasarananya
di bawah standar minimal sebagai tempat bermukim, misalnya
memiliki:
a. Kepadatan penduduk yang tinggi > 200 jiwa/km2
b. Kepadatan bangunan > 110 bangunan/Ha.
c. Kondisi prasarana buruk (jalan, air bersih, sanitasi, drainase, dan
persampahan).
d. Kondisi fasilitas lingkungan terbatas dan buruk, terbangun <20%
dari luas persampahan.
e. Kondisi bangunan rumah tidak permanen dan tidak memenuhi
syarat minimal untuk tempat tinggal.
f. Permukiman rawan terhadap banjir, kebakaran, penyakit dan
keamanan.
g. Kawasan permukiman dapat atau berpotensi menimbulkan
ancaman (fisik dan non fisik ) bagi manusia dan lingkungannya.
50
Menurut Khomarudin, 1997 penyebab utama tumbuhnya
permukiman kumuh adalah sebagai berikut :
1) Urbanisasi dan migrasi yang tinggi terutama bagi kelompok
masyarakat berpenghasilan rendah,
2) Sulit mencari pekerjaan,
3) Sulitnya mencicil atau menyewa rumah,
4) Kurang tegasnya pelaksanaan perundang-undangan,
5) Perbaikan lingkungan yang hanya dinikmati oleh para pemilik
rumah serta disiplin warga yang rendah,
6) Semakin sempitnya lahan permukiman dan tingginya harga
tanah.
Menurut Arawinda Nawagamuwa dan Nils Viking (2003:3-5)
penyebab adanya permukiman kumuh adalah:
1) Karakter bangunan yaitu umur bangunan yang sudah terlalu tua,
tidak terorganisasi, ventilasi, pencahayaan dan sanitasi yang
tidak memenuhi syarat,
2) Karakter lingkungan yaitu tidak ada open space (ruang terbuka
hijau) dan tidak tersedia fasilitas untuk rekreasi keluarga,
kepadatan penduduk yang tinggi, sarana prasarana yang tidak
terencana dengan baik. Menurut mereka keadaan kumuh
tersebut dapat mencerminkan keadaan ekonomi, sosial, budaya
para penghuni permukiman tersebut.
Adapun ciri-ciri kawasan permukiman kumuh dapat tercermin
dari :
51
1) Penampilan fisik bangunannya yang makin kontruksi, yaitu
banyaknya bangunan-bangunan temporer yang berdiri serta
nampak tak terurus maupun tanpa perawatan,
2) Pendapatan yang rendah mencerminkan status ekonomi mereka,
biasanya masyarakat kawasan kumuh berpenghasilan rendah,
3) Kepadatan bangunan yang tinggi, dapat terlihat tidak adanya
jarak antara bangunan maupun siteplan yang tidak terencana,
4) Kepadatan penduduk yang tinggi dan masyarakatnya yang
heterogen,
5) Sistem sanitasi yang miskin atau tidak dalam kondisi yang baik,
6) Kondisi sosial yang tidak dapat baik dilihat dengan banyaknya
tindakan kejahatan maupun kriminal,
7) Banyaknya masyarakat pendatang yang bertempat tinggal
dengan menyewah rumah.
Karakteristik permukiman kumuh, (Silas,1996) adalah sebagai
berikut :
1) Keadaan rumah pada permukiman kumuh terpaksa dibawah
standar, rata-rata 6 m²/orang. Sedangkan fasilitas kekotaan
secara langsung tidak terlayani karena tidak tersedia. Namun
karena lokasinya dekat dengan permukiman yang ada, maka
fasilitas lingkungan tersebut tak sulit mendapatkannya.
2) Permukiman ini secara fisik memberikan manfaat pokok, yaitu
dekat tempat mencari nafkah (opportunity value) dan harga
52
rumah juga murah (asas keterjangkauan) baik membeli atau
menyewa.
3) Manfaat permukiman disamping pertimbangan lapangan kerja
dan harga murah adalah kesempatan mendapatkannya atau
aksesibilitas tinggi.
Dalam perkembangannya pertumbuhan permukiman kumuh ini
dapat disebabkan oleh beberapa faktor. Menurut Constantinos
A.Doxiadis (1968), disebutkan bahwa pertumbuhan permukiman kumuh
dipengaruhi oleh beberapa faktor yaitu :
1) Growth of density (pertambahan penduduk) Dengan adanya
pertambahan jumlah penduduk yaitu dari kelahiran dan adanya
pertambahan jumlah keluarga, maka akan membawa masalah baru.
Secara manusiawi mereka ingin menempati rumah milik mereka
sendiri. Dengan demikian semakin bertambahlah jumlah hunian
yang ada di kawasan permukiman tersebut yang menyebabkan
pertumbuhan perumahan permukiman.
2) Urbanization (Urbanisasi) Dengan adanya daya tarik pusat kota
maka akan menyebabkan arus migrasi desa ke kota maupun dari
luar kota ke pusat kota. Kaum urbanisasi yang bekerja di pusat kota
ataupun masyarakat yang membuka usaha di pusat kota, tentu saja
memiliki untuk tinggal di permukiman di sekitar pusat kota. Hal ini
juga akan menyebabkan pertumbuhan perumahan permukiman di
kawasan pusat kota.
B. Hasil Penelitian Yang Relevan
53
Penelitian yang sudah pernah dilakukan sebelumnya dan
relevan dengan penelitian ini adalah penelitian yang berjudul
“Pengendalian Permukiman Kumuh di Sekitar Tanggul
Sungai Je’neberang Kelurahan Sungguminasa Kabupaten Gowa” oleh
Sri Haryati Atjo Andi Latanratu, Fakultas Sains Dan Teknologi
Universitas Islam Negeri Alauddin Makassar.
Peneliti menyimpulkan bahwa Faktor yang menjadi penyebab
tumbuhnya permukiman kumuh adalah faktor penghasilan dan faktor
jenis pekerjaan. Tingkat kekumuhan permukiman termasuk pada
kategori kumuh ringan selajutanya Konsep pengendalian permukiman
kumuh di sekitar tanggul Sungai Je’neberang dibagi menjadi
Pengendalian permukiman kumuh di sempadan sungai dan
Pengendalian permukiman kumuh di luar sempadan sungai
C. Deskripsi Fokus Penelitian (Kualitatif)
1. Kriteria Perumahan Kumuh dan Permukiman Kumuh Implementasi
pada Peningkatan Kualitas Pada Pemukiman Kumuh di Kelurahan
Jaya Kecamatan Watang Sawitto Kabupaten Pinrang
2. Tipologi Perumahan Kumuh dan Permukiman Kumuh pada
Peningkatan Kualitas Pada Pemukiman Kumuh di Kelurahan Jaya
Kecamatan Watang Sawitto Kabupaten Pinrang
3. Penetapan lokasi dan perencanaan penanganan pada
Peningkatan Kualitas Pada Kawasan Pemukiman Kumuh di
Kelurahan Jaya Kecamatan Watang Sawitto Kabupaten Pinrang
54
4. Perencanaan Penanganan pada Peningkatan Kualitas Pada
Pemukiman Kumuh di Kelurahan Jaya Kecamatan Watang Sawitto
Kabupaten Pinrang
5. Pengelolaan untuk mempertahankan dan menjaga kualitas
perumahan dan permukiman secara berkelanjutan pada
Peningkatan Kualitas Pada Pemukiman Kumuh di Kelurahan Jaya
Kecamatan Watang Sawitto Kabupaten Pinrang
6. Pola kemitraan antar pemangku kepentingan yang dapat
dikembangkan dalam upaya penatan perumahan kumuh dan
permukiman kumuh pada Peningkatan Kualitas Pada Pemukiman
Kumuh di Kelurahan Jaya Kecamatan Watang Sawitto Kabupaten
Pinrang peran masyarakat, dan
7. Peran masyarakat dalam penataan perumahan kumuh dan
permukiman kumuh pada Peningkatan Kualitas Pada Pemukiman
Kumuh di Kelurahan Jaya Kecamatan Watang Sawitto Kabupaten
Pinrang
D. Model Penelitian
Pemberlakuan kebijakan perumahan kumuh dan permukiman
kumuh pada Peningkatan Kualitas Pada Pemukiman Kumuh di
Kelurahan Jaya Kecamatan Watang Sawitto Kabupaten Pinrang pada
dasarnya bertujuan untuk meningkatkan mutu kehidupan dan
penghidupan masyarakat penghuni perumahan kumuh dan
permukiman kumuh Perkotaan di Kelurahan Jaya Kecamatan Watang
Sawitto Kabupaten Pinrang.
55
Adapun indikator tercapainya tujuan kebijakan peningkatan
kualitas terhadap Pemukiman Kumuh di Kelurahan Jaya Kecamatan
Watang Sawitto Kabupaten Pinrang adalah:
1. Kriteria Perumahan Kumuh dan Permukiman Kumuh
2. Tipologi Perumahan Kumuh dan Permukiman Kumuh
3. Penetapan lokasi dan perencanaan penanganan;
4. Perencanaan Penanganan
5. Pengelolaan secara berkelanjutan
6. Pola kemitraan,
7. Peran masyarakat
Berdasarkan pemaparan seperti tersebut diatas, maka
pelaksanaan suatu kebijakan dalam ruang lingkup pemerintahan
menjadi faktor penentu dalam menilai sukses atau gagalnya tujuan
kebijakan tersebut. Oleh karena itu indikator yang baik sangat
mempengaruhi penilaian impelementasi kebijakan peningkatan kualitas
terhadap pemukiman kumuh di Kelurahan Jaya Kecamatan Watang
Sawitto Kabupaten Pinrang sebagai implementator kebijakan.
Tabel. 2 Model Penelitian
Implementasi
Kebijakan
Peningkatan
Kualitas
Terhadap
Pemukiman
Kumuh di
Kelurahan
Jaya
Kecamatan
Watang
Sawitto
Kabupaten
Pinrang
Optimalnya
Kebijakan
Peraturan
Menteri PUPR
Nomor
02/PRT/M/2016
tentang
Peningkatan
Kualitas
Terhadap
Perumahan
Kumuh dan
Permukiman
Kumuh
Kriteria Perumahan Kumuh dan Permukiman Kumuh
Tipologi Perumahan Kumuh dan Permukiman Kumuh
Penetapan lokasi dan perencanaan penanganan
Perencanaan Penanganan
Pengelolaan secara berkelanjutan
Pola kemitraan,
Peran masyarakat
56
E. Pertanyaan Penelitian
1) Apa Kriteria Perumahan Kumuh dan Permukiman Kumuh
Implementasi pada Peningkatan Kualitas Pada Pemukiman Kumuh
di Kelurahan Jaya Kecamatan Watang Sawitto Kabupaten Pinrang?
2) Apa Tipologi Perumahan Kumuh dan Permukiman Kumuh pada
Peningkatan Kualitas Pada Pemukiman Kumuh di Kelurahan Jaya
Kecamatan Watang Sawitto Kabupaten Pinrang?
3) Bagaimana penetapan lokasi dan perencanaan penanganan pada
Kawasan Pemukiman Kumuh di Kelurahan Jaya Kecamatan Watang
Sawitto Kabupaten Pinrang?
4) Bagaimana Perencanaan Penanganan pada Peningkatan Kualitas
Pada Pemukiman Kumuh di Kelurahan Jaya Kecamatan Watang
Sawitto Kabupaten Pinrang?
5) Bagaimana pengelolaan untuk mempertahankan dan menjaga
kualitas perumahan dan permukiman secara berkelanjutan pada
Peningkatan Kualitas Pada Pemukiman Kumuh di Kelurahan Jaya
Kecamatan Watang Sawitto Kabupaten Pinrang?
6) Bagaimana Pola kemitraan antar pemangku kepentingan yang dapat
dikembangkan dalam upaya peningkatan kualitas pada pemukiman
Dasar : Peraturan Menteri Pekerjaan Umum Dan Perumahan Rakyat Republik Indonesia Nomor02/PRT/M/2016 tentang
Kualitas Terhadap Perumahan Kumuh dan Permukiman Kumuh
57
kumuh di Kelurahan Jaya Kecamatan Watang Sawitto Kabupaten
Pinrang peran masyarakat?
7) Bagaimana peran masyarakat dalam peningkatan kualitas pada
pemukiman kumuh di Kelurahan Jaya Kecamatan Watang Sawitto
Kabupaten Pinrang?
BAB III
DESAIN DAN PROSEDUR PENELITIAN
A. Pendekatan Penelitian
Metode penelitian yang digunakan adalah deskriptif-kualitatif.
Pendekatan kualitatif ini, peneliti menggambarkan fenomena dalam
kata-kata sebagai ganti angka atau pengukuran. Penelitian kualitatif
sebagai prosedur penelitian yang menghasilkan data deskriptif berupa
kata-kata tertulis atau lisan dari orang-orang dan perilaku yang dapat
diamati.
B. Desain Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan di Kelurahan Jaya Kecamatan Watang
Sawitto Kabupaten Pinrang dan penelitian ini laksanakan pada bulan
Juli 2019 sampai dengan bulan Januari tahun 2020.
Adapun tahapan kegiatan penelitian adalah sebagai berikut:
Tabel 3 Rencana Jadwal Tahapan Kegiatan Penelitian
NO TAHAPAN JADWAL
1 Penyusunan rencana penelitian (proposal) Bab I, II, dan III
Bulan Januari s/d Oktober 2018
2 Seminar Proposal penelitian Minggu ke-2 Bulan Oktober 2019
3 Menyempurnakan proposal penelitian berdasarkan hasil seminar
Minggu ke-3 Bulan Oktober 2019
58
C. Unit Analisis dan Sumber Data
Unit analisis pada tahap awal memasuki lapangan dipilih
Kelurahan Jaya Kecamatan Watang Sawitto Kabupaten Pinrang selaku
implementor Peraturan Menteri ini sehingga mampu memberi
kemudahan kepada peneliti untuk mengumpulkan data.
Adapun yang menjadi sumber data dalam penelitian ini
adalah:
1. Seorang Kepala Bidang Pemukiman, Fisik dan Prasarana Bappeda
Kabupaten Pinrang.
2. Seorang Kepala Bidang Perumahan dan Pemukiman Pekerjaan
Umum Kabupaten Pinrang.
3. Seorang Camat Kecamatan Watang Sawitto Kabupaten Pinrang.
4. Seorang Lurah Kelurahan Jaya Kecamatan Watang Sawitto
Kabupaten Pinrang.
5. Tokoh Masyarakat Kelurahan Jaya Kecamatan Watang Sawitto
Kabupaten Pinrang.
D. Teknik dan Instrumen Pengumpulan Data
Langkah yang ditempuh oleh peneliti dalam pengumpulan
data penelitian implementasi Kebijakan Peningkatan Kualitas Pada
4 Melakukan penelitian dan menulis tesis
Bulan Januari s/d Oktober 2019
5 Ujian Laporan hasil penelitian (tesis) Minggu ke-3 Januari 2020
6 Menyempurnakan/memperbaiki laporan hasil penelitian (tesis)
Minggu ke-3 Januari 2020
7 Ujian tutup laporan hasil penelitian (tesis)
Minggu ke-4 Januari 2020
8 Menyempurnakan/memperbaiki laporan hasil penelitian (tesis)
Minggu ke-4 Januari 2020
59
Pemukiman Kumuh di Kelurahan Jaya Kecamatan Watang Sawitto
Kabupaten Pinrang yaitu :
1. Wawancara
Untuk mendapatkan informan yang sesuai, mendatangi beberapa
pihak yang terkait dengan fokus penelitian sampai memperoleh
penerimaan dari orang-orang atau informan yang didekati melalui
wawancara. Informan yang dibutuhkan dalam penelitian ini
sejumlah 5 (lima) orang. Yaitu Kepala Bidang Pemukiman, Fisik
dan Prasarana Bappeda Kabupaten Pinrang, Kepala Bidang
Perumahan dan Pemukiman Pekerjaan Umum (PU) Kabupaten
Pinrang, Camat Watang sawitto, Lurah Kelurahan Jaya Kecamatan
Watang Sawitto Kabupaten Pinrang, Kepala Lingkungan Jaya
Kelurahan Jaya Kecamatan Watang Sawitto Kabupaten Pinrang.
2. Pengamatan langsung di lapangan (Observasi)
Pada tahap ini, setelah mendapatkan informan yang tepat maka
peneliti berusaha melakukan pengamatan langsung di lapangan
untuk memperoleh data yang akurat.
3. Telaah Dokumen
Selanjutnya di tahap ini peneliti mengumpulkan dokumen-dokumen
yang akan dijadikan bahan penelitian
Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini yaitu :
1. Pedoman Wawancara
60
Wawancara dilaksanakan dengan cara berpedoman dengan model
teori yang peneliti gunakan kepada informan yang sudah ditentukan
oleh peneliti.
2. Pedoman pengamatan langsung di lapangan (Observasi)
Teknik observasi adalah kegiatan pengamatan langsung terhadap
obyek penelitian untuk memperoleh keterangan dan informasi
sebagai data yang akurat tentang hal-hal yang diteliti serta untuk
mengetahui relevansi antara dokumen, hasil wawancara dengan
kenyataan yang ada
3. Pedoman Telaah Dokumen
Mempelajari dokumen-dokumen yang terkait dengan implementasi
Kebijakan Peningkatan Kualitas Pemukiman Kumuh di Kelurahan
Jaya Kecamatan Watang Sawitto Kabupaten Pinrang.
E. Teknik Pengolahan dan Analisis Data
Data yang diperoleh dari penelusuran dengan menggunakan
wawancara, observasi dan telaah dokumen akan diolah dengan
menggunakan langkah-langkah sebagai berikut :
1. Reduksi Data, yaitu memilih data sehingga hanya data yang sesuai
dengan keperluan yang akan dianalisa
2. Penerapan data sesuai dengan pendekatan penelitian, yaitu
menganalisa data sesuai dengan metode penelitian dan
pendekatan penelitian yang peneliti tetapkan.
61
3. Interpretasi data, yaitu kegiatan guna mencari makna dan arti yang
lebih luas dari data yang ada, menghubungkannya dengan ilmu
pengetahuan dan fenomena yang ada.
4. Penarikan kesimpulan dan verifikasi, yaitu menarik kesimpulan
terhadap data yang diperoleh dan melakukan pemeriksaan
terhadap kesimpulan yang ada.
BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A. Deskripsi Singkat Lokus / Objek Penelitian
Kelurahan Jaya adalah salah satu kelurahan dari 8 kelurahan
yang terdapat dalam wilayah kerja Kecamatan Watang Sawitto dan dari
39 Kelurahan yang ada di Kabupaten Pinrang,yang secara geografis
terletak pada koordinat antara 3’19’13” sampai 4’10’30” lintang selatan
dan 119’26’30” sampai 119’47’20” bujur timur yang berada pada
ketinggian 0-2.600 meter dari permukaan laut, serta jarak dari Ibukota
Provinsi Sulawesi Selatan kota Makasar yaitu 197 km.
Kelurahan ini merupakan pemekaran dari kelurahan Sawitto
Sebagai salah satu instansi Pemerintah Daerah sesuai dengan bidang
tugasnya melaksanakan pusat pemerintahan pembangunan dan
kemasyarakatan.sejak tahun 1992, berdasarkan surat Gubernur
provinsi Sulawesi Selatan nomor 1323/IX/1992 tentang persetujuan
pemekaran desa dan kelurahan.
Dengan Lurah pertama Drs. Aswadi Haruna yang diangkat
berdasarkan Keputusan Bupati Kepala Daerah Tingkat II Pinrang No.02
62
Tahun 1993 tanggal 18 Januari 1993. Seperti halnya instansi
pemerintahan yang lain, kelurahan Jaya juga mengalami pergantian
tambuk pemerintahan mulai dari Drs. Aswadi Haruna yang berakhir
pada 10 April 2002 dan digantikan oleh Drs. Arzis Suttara hingga tahun
2008, pada tahun 2008 kelurahan Jaya dinahkodai oleh H.A.
Muh Nasir selanjutnya digantikan oleh Sahrir Pawettoi pada
tahun 2009 dan diteruskan oleh H.A. Fahruddin. S, Sos. M.Si sampai
pada tahun 2012. Tahun 2012 sampai tahun 2015 oleh Andi Kaliabo,
S. Sos dan 2015 sampai Januari 2019 dipimpin oleh Andi Asriyadi
Iskandar, SE dan saat ini dipimpin oleh Pelaksana Tugas Lurah.
Kelurahan Jaya memiliki dua lingkungan yaitu lingkungan jaya
dan lingkungan pisang dengan batas wilayah:
Sebelah utara kelurahan penrang
Sebelah timur kelurahan sawitto dan benteng sawitto
Sebelah selatan kelurahan macorawalie
Sebelah barat kelurahan macorawalie dan kelurahan salo
Luas wilayah kelurahan Jaya adalah 51,82 Ha dan terbagi atas
wilayah untuk bangunan, lapangan, tempat ibadah, pemukiman,
perkantoran, perdangan, persawahan, dan sebagainya. Kelurahan
Jaya terkenal merupakan kawasan perdagangan kota Pinrang yang
letaknya sangat stategis karena terletak di tengah kota Pinrang.
Masyarakat di kelurahan Jaya yang beragama Islam sebanyak
7.240 jiwa, Katholik 343 jiwa, Protestan 394 jiwa, dan agama
Hindu/Budha 72 jiwa.
63
Perkembangan jumlah penduduk di Kelurahan Jaya Kecamatan
Watang Sawitto tahun 2017 laki-laki sebanyak 3179 jiwa dan
perempuan 3366 jiwa, dan lokasi kawasan kumuh terletak di lingkungan
Jaya tepatnya disebelah barat Kelurahan Jaya yang berpenduduk
1.681 jiwa, sebanyak 243 Kepala Keluarga.
Masyarakat kelurahan Jaya merupakan masyarakat yang
heterogen dan terdiri dari beberapa suku. Suku Bugis merupakan suku
yang mendominasi di kelurahan ini, selain itu terdapat juga suku
Toraja, Jawa, dan beberapa suku lain yang menjadi pendatang.
Sebagai salah satu kelurahan yang terletak di tengah
perkotaan, kelurahan Jaya kecamatan Watang Sawitto, rata-rata
penduduknya berprofesi sebagai pedagang, pegawai swasta maupun
pegawai negeri.Masyarakat di kelurahan Jaya merupakan masyarakat
yang memiliki religi yang tinggi dan tentu masih menganut berbagai
kepercayaan dan budaya yang berkaitan dengan budaya Bugis
Pinrang.
Tempat ibadah yang tersebar di kelurahan Jaya antara lain, 6
masjid yaitu:
1. Masjid Nurul Ikhlas di Jl. Martadinata
2. Masjid Nurul Yaqin di Jl. Dr.W. Sudirohusodo
3. Masjid Jihad di Jl. Lamini
4. Masjid Babul Jannah di Jl. Kakatua
5. Masjid Nurul Amin di Jl. A. Abdullah
64
Gereja berjumlah 4 buah, yaitu :
1. Gereja Jamaat Toraja di Jl. Jend. Sudirman
2. Gereja KibaitToraja yang berada di Jl. Lamini.
3. Gereja Pante Kosta,dan
4. Gereja Maranata yang berada di Jaya Timur
Sarana pendidikan yang ada di kelurahan Jaya terdiri dari
sebuah TK swasta dan empat Sekolah Dasar, yang terdiri dari dua SD
Negeri, yaitu SDN 286 di Jaya Timur dan SDN 187 Pinrang di Jl. DR.W.
Sudirohusodo dan dua sekolah swasta, salah satunya Madrasah
Ibtidaiyah, DDI Kampung Jaya.
Sarana kesehatan yang tercatat dalam data BPS di kelurahan
Jaya, akhir tahun 2011, antara lain 7 buah posyandu yang aktif, dan
dilaksanakan di rumah warga, yaitu:
1. Posyandu Pisang I di sekitar lapangan Lasinrang
2. Posyandu Pisang II di lingkungan Pisang
3. Posyandu Pisang III di lingkungan Pisang
4. Posyandu Jaya Leha
5. Posyandu Jaya Timur
6. Posyandu Jaya Nur
7. Posyandu dekat MI DDI kampung Jaya
Selain posyandu terdapat pula sebuah klinik, sebuah BKIA (Balai
Kesehatan Ibu dan Anak), dan lima buah apotek.
65
Kelurahan Jaya yang terletak di pusat kota Pinrang memiliki dua
buah pasar yang merupakan tempat utama masyarakat melakukan
kegiatan jual beli. Pasar Sore atau yang juga dikenal dengan Pasar
Kampung Jaya adalah salah satu contohnya.Pasar ini buka di sore hari
sekitar pukul 15.00 WITA. Dan Lapangan Lasinrang yang menjadi
landmark Kabupaten Pinrang tempat Warga Kota melakukan kegiatan
berolah raga dan aktifitas lain.
Kantor Kelurahan Jaya sebagai sarana utama dalam pelayanan
kepada Warga Masyarakat di bidang Pemerintahan, Kemasyarakatan,
Pembangunan dan Pemberdayaan serta Ketentraman dan Ketertiban
berdasarkan Peraturan Daerah kabupaten Pinrang Nomor 6 tahun 2008
tentang Organisasi dan Tata Kerja Kelurahan di Kabupaten Pinrang dan
Peraturan Daerah Nomor 6 Tahun 2006 tantang Kelurahan terletak di
Jl. Lajale RW 4 Lingkungan Jaya yang memiliki 9 orang PNS, dan
tenaga sukarela 5 orang Aparat Kelurahan, 2 orang Kepala
LIngkungan.
Pemangku Jabatan Fungsional lainnya yang membantu Lurah
dan aparat Kelurahan dalam penyuluhan, pembinaan, pengendalian
dan pengawasan dalam wilayah kerja dan berkoordinasi dan kerja
sama dengan stakeholder eksternal yang terdiri dari Babinsa 1 Orang,
Bhabinkamtibmas 1 Orang, PLKB 1 Orang, Bidan Kelurahan 1 Orang
dan PPLP 1 Orang. Organisasi Kemasyarakatan yang berada di
Kelurahan adalah PKK, LKK, KPMD/K, BKMT, Pokja Sehat, Remaja
66
Masjid, Remaja Gereja dan Karang Taruna serta kelompok Dasa
Wisma.Berikut Struktur Organisasi Kelurahan Jaya:
Tabel 4 Struktur Kelurahan Jaya Kecamatan Watang Sawitto
Kabupaten Pinrang
Visi Kelurahan Jaya :“MewujudkanMasyarakat Kelurahan
Jaya Yang Maju, Mandiri Melalui Peningkatan Kreatifitas Dan
Parsipatif Disegala Bidang “
LURAH JAYA
SEKRETARIS LURAH
KASI PEMBANGUNAN
KASI KESMAS
KEPALA LINGKUNGAN PISANG
KEPALA LINGKUNGAN JAYA
KASI PEMERINTAHAN, TRANTIB
PARA STAF
KELOMPOK FUNGSIONAL
Sumber : Kelurahan Jaya Kecamatan Watang Sawitto Kabupaten Pinrang
67
Visi tersebut mengandung makna adanya keinginan untuk
mewujudkan pelayanan yang cepat, profesional dan
bertanggungjawab dengan maksud agar tercipta penghargaan dari
masyarakat kepada pemerintah Kelurahan sehingga dapat
menumbuhkan partisipasi masyarakat dalam pembangunan.
Adapun Misi Kelurahan Jaya adalah sebagai berikut:
• Mengoptimalkan Pelayanan di Bidang Pemerintahan,
Pembangunan dan Kemasyarakatan.
• Memberikan Peluang yang sama kepada semua Warga
Masyarakat untuk berperan aktif dalam setiap kegiatan
Pembangunan
• Meningkatkan Pengamalan nilai-nilai Keagamaan, Sikap Gotong
Royong dan Toleransi antar Ummat Beragama
• Menciptakan Keamanan dan Ketertiban Masyarakat
• Mengupayakan Penyediaan sarana dan Prasarana di Bidang
Pendidikan,Sosial Budaya dan Ekonomi.
• Membuka Hubungan Kerja sama dengan Semua Pihak untuk
Membangun Kemitraan di Berbagai Bidang.
Setelah menjabarkan deskripsi singkat Kelurahan Jaya, maka
masalah yang dihadapi oleh Kelurahan Jaya adalah di Lingkungan
Jaya yang menjadi salah satu wilayah Permukiman Kumuh yang ada
di perkotaan, sehingga di Kelurahan Jaya khususnya di Lingkungan
Jaya di tetapkan sebagai Kawasan Permukiman Kumuh Perkotaan.
Berdasarkan Surat Keputusan Bupati Pinrang Nomor: 600/311/2014
68
tahun 2014. Tentang Penetapan Lokasi Perumahan Kumuh dan
Permukiman Kumuh di Kabupaten Pinrang. Dari hasil penetapan
tersebut, maka kawasan permukiman kumuh di Kelurahan Jaya
seluas 15,36 Ha.
Dengan memperhatikan berbagai hal, seperti kondisi
topografi, ketersediaan sumber air bersih, daerah rawan bencana
alam, sempadan sungai/pantai, penggunaan lahan perkotaan saat
ini, daya dukung prasarana dan sarana dasar/utilitas lingkungan
permukiman, serta tingkat kepadatan bangunan hunian yang
dipersyaratkan, maka pengembangan permukiman perkotaan lebih
diarahkan dengan pola memusat (concentric) untuk permukiman di
kawasan perkotaan. Hal ini diupayakan guna mengoptimalkan dan
mengefektifkan pemanfaatan lahan-lahan di kawasan perkotaan.
Disamping itu, arahan pemusatan permukiman perkotaan
akan lebih mengefisienkan investasi prasarana dan sarana
Tabel 5. Kawasan Kumuh sesuai Surat Keputusan Bupati
Pinrang Tahun 2015
No Nama Lokasi
Luas
(Ha)
Lingkup Administrasi
RT/RW Kel/Desa Kec/Distrik
1 Ling. Jaya
Barat 15,36
Ling. Jaya
Barat Jaya
Wattang
Sawitto
Jumlah 15,36
Sumber : Badan Perencanaan dan Pembangunan Daerah Kabupaten Pinrang
69
dasar/utilitas lingkungan permukiman, dengan tetap optimal
memberikan pelayanan kepada masyarakat perkotaan. Dengan
demikian pula, kawasan perkotaan menjadi kawasan yang nyaman
untuk dihuni, sehingga kualitas hidup masyarakatnya, terutama dari
sisi ketersediaan pelayanan prasarana dan sarana permukiman
menjadi lebih meningkat. Kawasan yang diarahkan dengan tingkat
intensitas permukiman tinggi yakni maksimum 50 unit rumah/ha
(rumah tidak bersusun).
Gambar 1. Peta Kawasan Kepadatan Permukiman Kumuh di
Kelurahan Jaya Kecamatan Watang Sawitto
Kabupaten Pinrang
70
Penentuan konsep dan strategi penanganan permukiman
kumuh di Kelurahan Jaya Kecamatan Watang Sawitto Kabupaten
Pinrang mengacu pada kondisi eksisting kawasan permukiman
kumuh perkotaan. Adapun penentuan konsep ditetapkan setelah
melakukan identifikasi potensi dan permasalahan yang ada pada
kawasan permukiman kumuh di Kelurahan Jaya Kecamatan Watang
Sawitto Kabupaten Pinrang.
Sumber : Badan Perencanaan dan Pembangunan Daerah Kabupaten Pinrang
Tabel 6. Potensi dan Permasalahan Permukiman Kumuh di
Kelurahan Jaya Kecamatan Watang Sawitto
Kabupaten Pinrang
71
No Potensi Permasalahan
1 • Berada pada fungsional perkotaan Kota Pinrang.
• Berada pada fungsional kawasan lahan pangan pertanian.
• Memiliki infrastruktur pendukung aktifitas kegiatan
• sebagian kecil jalan lingkungan mengalami kerusakan
• jaringan drainase lingkungan belum mampu mengatasi genangan pada musim hujan
• jaringan drainase lingkungan sebagian besar tidak befungsi optimal karena mengalami sedimentasi.
• kualitas air minum belum memenuhi standar kesehatan disebagian kecil lingkungan permukiman.
• merupakan daerah rawan banjir.
• sarana persampahan belum mencakup seluruh kawasan permukiman.
• belum tersedian sarana prsarana pemadam kebakaran.
2 • Kondisi bangunan lingkungan • Bangunan pada permukiman sebagian kecil tidak teratur.
3 • Telah terbentuk kelembagaan masyarakat
• Fungsi dan peran kelembagaan masyarakat belum optimal
72
Dalam Tahapan Pelaksanaan kegiatan Kawasan
Permukiman Kumuh Perkotaan di Kelurahan Jaya Kecamatan
Watang Sawitto Kabupaten Pinrang, maka di perlukan adanya suatu
strategi pencapaian kegiatan untuk mencapai kawasan perkotaan
Kabupaten Pinrang bebas kumuh. Capaian kegiatan yang
dilaksanakan di antaranya;
Tabel 7. Strategi Penanganan dan Program Penanganan
Kawasan Permukiman Kelurahan Jaya Kecamatan
Watang Sawitto Kabupaten Pinrang.
No Strategi Penanganan Program
Penanganan
Fisik
(√)
Non
Fisik
(√)
Kawasan
• Peningkatan infrastruktur jalan di lingkungan permukiman agar dapat menunjang aktifitas masyarakat antara kawasan permukiman
Pengembang
an
Permukiman
√
Lingkungan
Jaya Barat
• Pembangunan dan peningkatan kualitas
Sumber : Badan Perencanaan dan Pembangunan Daerah Kabupaten Pinrang
73
1 drainase di lingkungan permukiman
Penyehatan
Lingkungan
√
• Pengadaan sarana persampahan di sebagian kawasan permukiman yang belum terakses oleh sarana persampahan
Penyehatan
Lingkungan
√
• Pemberdayaan masyarakat dalam Pola Hidup Bersih dan Sehat (PHBS)
Bina
Lingkungan
√
• Peningkatan kapasitas organisasi kelembagaan masyarakat di lingkungan permukiman
Bina Sosial
√
• Pelatihan kewirausahawan agar dapat meningkatkan perekonomian masyarakat di lingkungan permukiman
Bina
Ekonomi
√
Sumber : Badan Perencanaan dan Pembangunan Daerah Kabupaten Pinrang
Kawasan prioritas pembangunan ditentukan dari hasil
penilaian pada tabel kriteria dan indikator yang telah dirumuskan dan
ditetapkan. Adapun perumusan dan penetapan tabel kriteria
indikator berdasarkan pada kondisi fisik dan non fisik kawasan
permukiman kumuh di Kelurahan Jaya Kecamatan Watang Sawitto
Kabupaten Pinrang.
74
Penilaian Terhadap Kriteria Dan Indikator Kawasan
Permukiman Kumuh Kelurahan Jaya Kecamatan Watang Sawitto
Kabupaten Pinrang :
Tabel 8. Kriteria dan Indikator Kawasan Permukiman Kumuh di
Kelurahan Jaya Kecamatan Watang Sawitto
Kabupaten Pinrang
No Variabel Kriteria Indikator Nilai
1 2 3 4 6
Aspek Infrastruktur
1 Kondisi
infrastruktur Jalan
a. Fungsi jalan
• Nilai 1 apabila memiliki akses langsung ke jalan utama, nilai 3 apabila memiliki akses langsung ke jalan lingkungan, nilai 5 jika tidak memiliki akses keduanya
1
b. Lebar jalan
• Nilai 1 apabila lebar jalan >4 m, nilai 3 apabila lebar jalan =4 m, kategori nilai 5 apabila lebar jalan <4 m
3
c. Jenis konstruksi
• Nilai 1 jika seluruh jalan lingkungan menggunakan konstruksi aspal/ rabat beton/ paving, nilai 3jika di jalan lingkungan masih terdapat konstruksi perkerasan , nilai 5 apabila menggunakan kontrusksi tanah
1
2 Kondisi
Infrastruktur
drainase
a. Fungsi drainase
• Nilai 1 apabila memiliki hirarki jaringan (tersier-sekunder-primer), nilai 3 apabila memiliki hirarki (tersier-sekunder), nilai 5 apabila tidak berhirarki
5
b. Kualitas konstruksi drainase
• Nilai 1 apabila konstruksi drainase menggunakan pasangan batu, nilai 3 apabila menggunakan drainase temporer atau galian tanah, Nilai 5 apabila tidak memiliki drainase
3
c. Tidak terpeliharanya drainase
• Nilai 1 apabila saluran drainase mengalirkan limpasan air dengan baik, Nilai 3 apabila saluran drainase mengalami sedimentasi tetapi tidak menimbulkan genangan selama >2 jam, Nilai 5 apabila saluran drainase mengalami sedimentasi dan menimbulkan genangan selama > 2 jam
5
d. Ketersediaan lahan
• Nilai 5 apabila masih memiliki ketersediaan lahan untuk pengembangan, nilai 3 apabila memiliki ketersediaan lahan
3
75
yang cukup untuk pengembangan, nilai 1 apabila tidak memiliki ketersediaan lahan untuk pengembangan
3 Penyediaan air
minum
a. Ketersediaan akses air minum
• Nilai 1 apabila masyarakat pada lokasi permukiman kumuh menggunakan PDAM sebagai sumber air minum, Nilai 3 apabila masyarakat pada lokasi permukiman kumuh menggunakan PDAM dan sumur air tanah dalam sebagai sumber air minum, dan nilai 5 apabila masyarakat menggunakan sumur air tanah dangkal sebagai sumber air minum
1
b. Tidak terpenuhinya kebutuhan air minum
• Nilai 1 apabila 25% - 50% populasi tidak terpenuhi kebutuhan air minum minimalnya, Nilai 3 apabila 51% - 75% populasi tidak terpenuhi kebutuhan air minum minimalnya, Nilai 5 apabila 76% - 100% populasi tidak terpenuhi kebutuhan air minum minimalnya
1
4 Pegelolaan air
limbah
a. Sistem pengelolaan air limbah
• Nilai 1 apabila menggunakan kloset leher angsa yang terhubung dengan septick tank, Nilai 3 apabila tempat pembuangan limbah padat sebagian terhubung dengan septik tank dan sebagian tidak terhubung dengan septik tank, dan nilai 5 apabila limbah padat langsung dibuang ke sungai/laut
1
5 Pengelolaan
Persampahan
a. Ketersediaan sarana persampahan
• Nilai 1 apabila pada lokasi permukiman kumuh telah memiliki sarana persampahan berupa bak sampah, gerobak sampah atau motor sampah, dan countainer; Nilai 3 apabila pada lokasi permukiman kumuh hanya terdapat countainer di beberapa titik; Nilai 5 apabila pada lokasi permukiman kumuh tidak memiliki sarana persampahan
1
b. Sistem pengolahan persampahan
• Nilai 1 apabila sudah menerapkan pola 3R, nilai 3 apabila pengelolaan sampah hanya ditampung TPS dan diangkut ke TPA, nilai 5 apabila menggunakan sistem konvensional
5
6 Proteksi
kebakaran
a. Ketersediaan sarana proteksi kebakaran
• Nilai 1 apabila memiliki sarana proteksi kebakaran berupa mobil pemadam kebakaran, pos/stasiun pemadam kebakaran, dan hydran air; nilai 3 apabila hanya memiliki mobil pemadam kebakaran atau stasiun/pos pemadam
5
76
kebakaran, nilai 5 apabila tidak memiliki sarana pemadam kebakaran
b. Ketersediaan Prasarana kebakaran
• Nilai 1 apabila memiliki pasokan air dan lebar jalan lingkungan ≥4 m, Nilai 3 apabila memiliki pasokan air dan lebar jalan lingkungan = 3 m, nilai 5 apabila tidak memiliki pasokan air dan lebar jalan lingkungan <3 m
3
Aspek Pertimbangan Lain
7 Aspek ekonomi a. Tingkat kesejahteraan masyarakat
• Nilai 5 apabila kawasan permukiman kumuh dihuni oleh dominan masyarakat berpenghasilan rendah; Nilai 3 apabila kawasan permukiman kumuh dihuni oleh dominan masyarakat berpenghasilan cukup; Nilai 1 apabila kawasan permukiman kumuh dihuni oleh masyarakat berpenghasilan tinggi
3
8 Aspek soaial a. Hubungan kekerabatan masyarakat
• Nilai 5 apabila 25% - 50 % hubungan kekerabatan dalam masyarakat baik, Nilai 3 apabila 51% - 75% hubungan kekerabatan masyarakat baik, nilai 1 apabila 76% - 100% hubungan keekrabatan masyarakat baik
5
9 Aspek legalitas
lahan
c. Kejelasan status lahan
• Nilai 5 apabila 25% - 50% lokasi memiliki kejelasan status penguasaan lahan, nilai 3 apabila 51% - 75% lokasi memiliki kejelasan status penguasaan lahan, nilai 1 apabila 76% - 100% lokasi memiliki kejelasan status penguasaan lahan
1
NILAI 47
Sumber : Badan Perencanaan dan Pembangunan Daerah Kabupaten Pinrang
Dari Hasil penilaian yang telah dilakukan berdasarkan kriteria,
indikator dan parameter kekumuhan Kawasan Kelurahan Jaya
Kecamatan Watang Sawitto Kabupaten Pinrang, maka kawasan
permukiman kumuh Kelurahan Jaya Kecamatan Watang Sawitto
kabupaten Pinrang dapat dikelompokkan berdasarkan formula
penilaian dalam penentuan skala prioritas penanganan Kawasan
77
Permukiman Kumuh Perkotaan Kabupaten Pinrang sebagaimana
diuraikan pada tabel dibawah ini:
Tabel 9. Formula Penilaian Dalam Penentuan Skala Prioritas
Penanganan Kawasan Permukiman Kumuh Kelurahan
Jaya Kecamatan Watang Sawitto Kabupaten Pinrang.
Nilai Keterangan
Berbagai Kemungkinan Klasifikasi
A
1
A
2
A
3
A
4
A
5
A
6
B
1
B
2
B
3
B
4
B
5
B
6
C
1
C
2
C
3
C
4
C
5
C
6
Tingkat Kekumuhan (Total
Nilai A)
71 – 95 Kumuh Berat x x x x x x
45 - 70 Kumuh Sedang x x x x x x
19 – 44 Kumuh Ringan x x x x x X
Pertimbangan Lain (Total
Nilai B)
7 – 9 Pertimbangan
Lain Tinggi x x x x x x
4 – 6 Pertimbangan
Lain Sedang x x x x x x
1- 3 Pertimbangan
Lain Rendah x x x x x X
Legalitas Lahan (Total Nilai
C)
(+) Status Lahan
Legal x x x x x x x x x
(-) Status Lahan
Tidak Legal x x x x x x x x x
Skala Prioritas Penanganan 1 1 4 4 7 7 2 2 5 5 8 8 3 3 6 6 9 9
Sumber : Badan Perencanaan dan Pembangunan Daerah Kabupaten Pinrang
Dari hasil Formula Penilaian Lokasi Berdasarkan Kriteria,
Indikator dan Parameter Kekumuhan pada tabel di atas maka
78
kawasan permukiman Kelurahan Jaya Kecamatan Watang Sawitto
Kabupaten Pinrang mempunyai nilai sebagai berikut ;
▪ Tingkat Kekumuhan : Kumuh Sedang dengan Nilai 47
▪ Pertimbangan Lain : Tinggi dengan Nilai 7
▪ Status Lahan : Legal (+)
Kawasan prioritas pembangunan ditentukan dari hasil
penilaian pada tabel kriteria dan indikator kawasan permukiman
kumuh di Kelurahan Jaya Kecamatan Watang Sawitto Kabupaten
Pinrang, maka dari itu konsep dan rencana penanganan kawasan
pembangunan untuk pengembangan permukiman dan penataan
bangunan sebagai berikut :
a. Peningkatan kualitas badan jalan dari perkerasan ke aspal,
Panjang 200 M, Lebar 4 M. berlokasi di Jalan Belakang Panti
Asuhan Yayasan Baramuli.
b. Peningkatan badan jalan dari perkerasan ke aspal, Panjang: 400
M, Lebar: 4 M. berlokasi di Jalan Garuda
c. Peningkatan kulitas badan jalan dari perkerasan ke rabat beton.
Panjang: 200 M, Lebar: 5 M. berlokasi di Jalan Garuda
d. Peningkatan kulitas badan jalan dari perkerasan ke rabat beton,
Panjang: 400 M, Lebar: 4 M. berlokasi di Jalan Dekat Pertamina
e. Peningkatan kualitas badan jalan dari perkerasan ke rabat beton,
Panjang: 350 M, Lebar: 4 M. berlokasi di Jalan Kakatua
79
f. Pembangunan jalan rabat beton, Panjang: 372 M, Lebar: 4 M.
berlokasi di Jalan Merak
g. Peningkatan kualitas badan jalan perkerasan ke rabat beton.
Panjang : 524 M, Lebar: 4 M. berlokasi di Jalan Merak
h. Pembangunan jalan, Panjang: 345 M, Lebar: 4,70 M. berlokasi di
Jalan Lingkungan Jaya Barat
Penyehatan Lingkungan Permukiman dan Pengembangan Air
Minum
a. Pembangunan drainase sekunder dari 0,90 M menjadi 1,20 M
dengan Panjang : 1170 M Lebar atas: 1,20 M, Lebar bawah: 1 M,
Struktur: 0,30 M dan Tinggi: 0,80 M. berlokasi di Jalan Merpati
Program Kegiatan Non Fisik
a. Pelatihan organisasi kelembagaan masyarakat tentang
pengelolahan permukiman serta
b. sosialisasi Pemberdayaan Masyarakat dalam pola hidup bersih
dan sehat (PHBS).
Penanganan kawasan kumuh di Kelurahan Jaya Kecamatan
Watang Sawitto Kabupaten Pinrang Tahap 2016, dengan
menggunakan pola rehabilitasi dimana pola penanganan rehabilitasi
merupakan jenis penanganan yang bertujuan untuk mengembalikan
kondisi komponen fisik kawasan permukiman yang telah mengalami
80
kemunduran kondisi atau degradasi, sehingga dapat berfungsi
kembali secara semula, misalnya perbaikan prasarana jalan, saluran
air bersih, drainase, dan infrastruktur lainnya. Merujuk pada pola
penanganan rehabilitasi maka Penanganan kawasan permukiman
kumuh Lingkungan Jaya Kelurahan Jaya Kecamatan Watang Sawitto
kabupaten Pinrang diarahakan pada program fisik dan non fisik.
Tabel 10. Program Kegiatan Penanganan Fisik Kawasan
Permukiman Kumuh Kelurahan Jaya Kecamatan
Watang Sawitto Kabupaten Pinrang.
N
o
Program Kegiatan Volume
Tahun Pelaksana
Pelaku Sumber
Dana Lokasi 20
16
20
17
20
18
20
19
A. Belanja Modal
1 Pengembangan
Kawasan
Permukiman
Peningkatan
kualitas
bangunan
dan jalan
dari
perkerasan
ke aspal
P = 200
M
L = 4 m
X Kementerian PU
Dan Perumahan
Rakyat
DirektoratJende
ral Cipta Karya,
Direktorat
Pengembangan
Permukiman
APBN Jln.
Belakang
Panti
Asuhan
Kawasan
Kumuh
Jaya
barat
81
dan Penataan
Bangunan
2 Pengembangan
Kawasan
Permukiman
Peningkatan
badan jalan
dari
perkerasan
ke aspal
P = 400
M
L = 4 M
X Kementerian PU
Dan Perumahan
Rakyat
DirektoratJende
ral Cipta Karya,
Direktorat
Pengembangan
Permukiman
dan Penataan
Bangunan
APBN Jln.
Garuda
Kawasan
Kumuh
Jaya
Barat
3 Pengembangan
Kawasan
Permukiman
Peningkatan
kualitas
badan jalan
dari
perkerasan
ke beton
P = 400
M
L = 4 M
X Kementerian PU
Dan Perumahan
Rakyat
Direktorat
Jenderal Cipta
Karya,
Direktorat
Pengembangan
Permukiman
dan Penataan
Bangunan
APBN Jln.
Belakang
pertamin
a
Kawasan
Kumuh
Jaya
Barat
4 Pengembangan
Kawasan
permukiman
Peningkatan
kulitas
badan jalan
perkerasan
ke beton
P= 200 m
L= 5 m
X Kementerian PU
Dan Perumahan
Rakyat
Direktorat
Jenderal Cipta
Karya,
Direktorat
Pengembangan
Permukiman
dan Penataan
Bangunan
APBN Jln.
Garuda
Kawasan
Kumuh
Jaya
Barat
5 Penyehatan
Lingkungan
Permukiman
Pembangun
an
drainasesek
under
P = 1.170
M
L a= 1,20
M
Lb = 1 M
S = 0,30
M
X Kementerian PU
Dan Perumahan
Rakyat
Direktorat
Jenderal Cipta
Karya,
Direktorat
Penyehatan
Lingkungan
Permukiman
APBN Jln.
Merpati
Kawasan
Kumuh
Jaya
Barat
82
T = 0,80
M
6 Pengembangan
Kawasan
permukiman
Peningkatan
kualitas
badan jalan
dari
perkerasan
ke beton
P = 350
M
L = 4 M
X Kementerian PU
Dan Perumahan
Rakyat
DirektoratJende
ral Cipta Karya,
Direktorat
Pengembangan
Permukiman &
Penataan
Bangunan
APBN Jln.
Kakatua
kawasan
Kumuh
Jaya
barat
7 Pengembangan
Kawasan
permukiman
Pembangun
an jalan
beton
P = 372
M
L = 4 M
X Kementerian PU
Dan Perumahan
Rakyat
DirektoratJende
ral Cipta Karya,
Direktorat
Pengembangan
Permukiman &
Penataan
Bangunan
APBN Jln.
Merak
Kawasan
Kumuh
Jaya
barat
8 Pengembangan
Kawasan
Permukiman
Peningkatan
kualitas
badan jalan
perkerasan
ke beton
P = 524
M
L = 4 M
X Kementerian PU
Dan Perumahan
Rakyat
DirektoratJende
ral Cipta Karya,
Direktorat
Pengembangan
Permukiman
dan Penataan
Bangunan
APBN Jln.
Merak
Kawasan
Kumuh
Jaya
barat
9 Pengembangan
Kawasan
Permukiman
Pembangun
an Jalan
tanah Ke
beton
P = 354
M
L = 4,70
M
X Kementerian PU
Dan Perumahan
Rakyat
DirektoratJende
ral Cipta Karya,
Direktorat
Pengembangan
Permukiman
dan Penataan
Bangunan
Jln. Lingk
Jaya
Barat
Kawasan
Kumuh
Jaya
Barat
83
1
0
Pengembangan
Kawasan
Permukiman
Peningkatan
kualitas
badan jalan
ke beton
P= 340 m
L= 4 m
X Kementerian PU
Dan Perumahan
Rakyat
DirektoratJende
ral Cipta Karya,
Direktorat
Pengembangan
Permukiman
dan Penataan
Bangunan
APBN Jln.
Bagau
Baru
Kawasan
Kuimuh
Jaya
Barat
1
1
Mitigasi
Bencana Banjir
Pembangun
an Talut
Sungai
P= 340 m X Kementerian PU
dan Perumahan
Rakyat
Direktorat
Jenderal
Pengelolaan
Sumber Daya
Air (PSDA)
APBN Kawasan
Kumuh
Jaya
Barat
1
2
Penetaan Ruang
Terbuka Hiajau
Penyediaan
Jalur Hijau
Sungai
P= 340 m X Kementerian PU
dan Perumahan
Rakyat
Direktorat
Jenderal
Pengelolaan
Sumber Daya
Air (PSDA)
APBN Kawasan
Kumuh
Jaya
Barat
B. BelanjaSosial
1
3
Pengembangan
Kawasan
Permukiman
Peningkatan
kulitas
badan jalan
+ketinggian
0,20 m
P= 100 m
L= 2,5 m
X Kementerian PU
Dan Perumahan
Rakyat
DirektoratJende
ral Cipta Karya,
Direktorat
Pengembangan
Permukiman
dan Penataan
Bangunan
APBN Jln. DR.
Wahidin/
Lorong
dpan SD,
Kawasan
Permuki
man
Kumuh
Jaya
Barat
1
4
Penyehatan
Lingkungan
Permukiman
Pembangun
an drainase
tersier sisi
kiri
P= 340 m
La= 0,5
m
Lb= 0,4
X Kementerian PU
Dan Perumahan
Rakyat
Direktorat
Jenderal Cipta
Karya,
Direktorat
APBN Jln.
Bangau
Kawasan
Kumuh
84
St= 0,15
m
T= 0,4 m
Penyehatan
Lingkungan
Permukiman
Jaya
Barat
1
5
Penyehatan
Lingkungan
Permukiman
Normalisasi
saluran
drainase
P=
1536,83
m
X
Kementerian PU
Dan Perumahan
Rakyat
Direktorat
Jenderal Cipta
Karya,
Direktorat
Penyehatan
Lingkungan
Permukiman
APBN Jln.
Merak
Kawasan
Permuki
man
kumuh
jaya
Barat
1
6
Pengembangan
Kawasan
Permukiman
Pembangun
an jalan
P= 150 m
L= 3 m
X Kementerian PU
Dan Perumahan
Rakyat
DirektoratJende
ral Cipta Karya,
Direktorat
Pengembangan
Permukiman
dan Penataan
Bangunan
APBN Jln. Lingk
Jaya
Barat
Kawasan
Kumuh
Jaya
Barat
Sumber : Badan Perencanaan dan Pembangunan Daerah Kabupaten Pinrang
Tabel 11. Program Kegiatan Penanganan Non Fisik Kawasan
Permukiman Kumuh Kelurahan Jaya Kecamatan
Watang Sawitto Kabupaten Pinrang.
Program Kegiatan Sasaran TahunPelaksana Pelaku Lokasi
85
N
o
20
16
20
17
20
18
20
19
Sumber
Dana
BelanjaSosial
1 Peningkatan
organisasi
kelembagaan
Sosialisasi
Peran BKS
&KSM
Dalam
Pengelolaan
Kawasan
Permukiman
Kumuh
Masyara
kat di
lingkung
an
permuki
man
X Dinas
Kebersihan,
Pertamanan
dan Kebakaran
Kabupaten
Pinrang
APBD II Kawasan
Kumuh
Jaya
Barat
2 Sosialisasi Pola
Hidup Bersih
dan Sehat
Sosialisasi
Kesehatan
Lingkungan
Masyara
kat di
lingkung
an
permuki
man
X Dinas
Kesehatan
Kabupaten
Pinrang
APBD II Kawasan
Kumuh
Jaya
Barat
Sumber : Badan Perencanaan dan Pembangunan Daerah Kabupaten Pinrang B. Hasil Penelitian dan Pembahasan
Implementasi kebijakan Peraturan Menteri PUPR nomor
02/PRT/M/2016 tentang Peningkatan Kualitas Terhadap Perumahan
86
Kumuh dan Permukiman Kumuh di Kabupaten Pinrang merupakan
salah satu faktor penting yang berpengaruh terhadap keberhasilan
suatu kebijakan didalam memecahkan persoalan-persoalan publik
sosial kemasyarakatan. Selain itu juga merupakan suatu kegiatan dari
proses penyelenggaraan suatu program yang sah oleh suatu
organisasi dengan menggunakan sumber daya serta strategi tertentu
untuk mencapai tujuan yang diinginkan.
Kebijakan Peraturan Menteri PUPR nomor 02/PRT/M/2016
tentang Peningkatan Kualitas Terhadap Perumahan Kumuh dan
Permukiman Kumuh sangat penting dalam menata lingkungan
perkotaan yang penuh dengan masalah-masalah sosial, budaya, pola
pikir, kemasyarakatan, kesehatan pribadi, keluarga dan lingkungan,
ketentraman dan ketertiban serta kenyamanan bagi Warga sekitar dan
Masyarakat yang memanfaatkan fasilitas yang telah dan akan di
bangun oleh Pemerintah Daerah yang dalam hal ini Pemerintah
Kelurahan Jaya sebagai pemberi pelayanan utama dalam
menyelesaikan dan memberi solusi penyelesaian masalah Warganya.
Adapaun indicator tercapainya tujuan kebijakan program perumahan
kumuh dan permukiman kumuh di kabupaten Pinrang adalah :
1. Kriteria perumahan kumuh dan permukiman kumuh.
2. Tipologi perumahan kumuh dan permukiman kumuh.
3. Penetapan lokasi dan pengelolaan penanganan.
4. Perencanaan penanganan.
5. Pengelolaan secara berkelanjutan.
87
6. Pola kemitraan.
7. Peran Masyarakat.
1. Kriteria perumahan kumuh dan permukiman kumuh
Berdasarkan Peraturan Menteri PUPR nomor 02/PRT/M/2016
tentang Peningkatan Kualitas Terhadap Perumahan Kumuh dan
Permukiman Kumuh sangat penting dan strategis, khususnya
percepatan dan peningkatan taraf hidup masyarakat yang
memanfaatkan sarana dan prasarana secara riil agar masyarakatnya
dapat meningkatkan mutu penghidupannya. Dalam pasal 4 ayat 1
(satu) Peraturan Menteri PUPR nomor 02/PRT/M/2016 tentang
Peningkatan Kualitas Terhadap Perumahan Kumuh dan Permukiman
Kumuh merupakan kriteria atau acuan untuk menentukan kondisi
kekumuhan suatu wilayah dan di ayat 2(dua) kriteria kekumuhan
meliputi :
1. Bangunan gedung
• Bagunan di lingkungan permukiman, sebagian kecil tidak
memiliki keteraturan.
• Sebagian kecil bangunan di lingkungan permukiman tidak
memenuhi standar teknis.
• Bangunan di lingkungan permukiman terdiri dari bangunan
temporer, semipermanen dan permanen. Lokasi permukiman
terdapat di pinggiran sungai dan pinggiran lahan pertanian.
• Jumlah bangunan di lingkungan permukiman 324 unit dengan
tingkat kepadatan bangunan 21 Unit/Ha.
Gambar 2. Kondisi Bangunan di Lingkungan Permukiman
Kelurahan Jaya Kecamatan Watang Sawitto
Kabupaten Pinrang
88
2. Jalan lingkungan
• Pelayanan jalan di lingkungan permukiman sudah mencakup
keseluruhan kawasan permukiman.
• Konstruksi Jalan lingkungan permukiman terdiri dari; jalan
aspal, rabat beton dan Perkerasan.
• Panjang jalan di lingkungan permukiman; aspal 1.064 m, rabat
beton 1.373 m dan perkerasan 789 m.
• Kondisi jalan di lingkungan permukiman, sebagian kecil
mengalami kerusakan
Gambar: 3. Kondisi Jalan di Lingkungan Permukiman Kelurahan Jaya
Kecamatan Watang Sawitto Kabupaten Pinrang.
Sumber : Kelurahan Jaya Kecamatan Watang Sawitto Kabupaten Pinrang
89
3. Drainase lingkungan
• Sistem drainase di lingkungan permukiman belum mampu
mengatasi genangan pada musim hujan.
• Drainase di lingkungan permukiman terdiri dari; drainase
primer, sekunder dan tersier.
• Panjang drainase di lingkungan permukiman; drainase primer
358,18 m, drainase sekunder 334,51 m dan drainase tersier
1536,83 m.
• Kondisi drainase di lingkungan permukiman sebagian besar
tidak berfungsi secara optimal, akibat terjadi sedimentasi
4. Penyediaan air minum
• Sumber air minum di lingkungan permukiman, berasal dari
PDAM, Sumur tanah dalam dan sumur tanah dangkal.
• Penyediaan air minum yang terdapat di lingkungan
peremukiman, sudah memadai di sebagian besar kawasan
permukiman.
Gambar: 4. Kondisi Drainase di Lingkungan Permukiman Kelurahan
Jaya Kecamatan Watang Sawitto Kabupaten Pinrang
Sumber : Kelurahan Jaya Kecamatan Watang Sawitto Kabupaten Pinrang
Sumber : Kelurahan Jaya Kecamatan Watang Sawitto Kabupaten Pinrang
90
• Kwalitas air minum di lingkungan permukiman sebagian kecil,
belum memenuhi standar kesehatan. Karena kualitas air yang
keruh dan berbauh (Sumur tanah dalam dan tanah dangkal).
5. Pengelolaan air limbah
• Sistem pengelolahan air limbah rumah tangga di lingkungan
permukiman, belum memenuhi standar teknis. Masyarakat di
lingkungan permukiman, masih memanfaatkan sungai dan
drainase lingkungan sebagai wadah pembuangan air limbah
rumah tangga.
• Sistem pengelolahan limbah tinja di lingkungan permukiman,
sebagian besar sudah tersalurkan ke penampungan septic
tank.
Gambar: 5 Kondisi Penyediaan Air Minum di Lingkungan Permukiman
Kelurahan Jaya Kecamatan Watang Sawitto Kabupaten
Pinrang.
Sumber : Kelurahan Jaya Kecamatan Watang Sawitto Kabupaten Pinrang
Gambar: 6. Sistem Sanitasi Pengolahan Air Limbah di Lingkungan
Permukiman Kelurahan Jaya Kecamatan Watang
Sawitto Kabupaten Pinrang.
91
6. Pengelolaan persampahan
• Pengelolahan persampahan di lingkungan permukiman, telah
tersedia tong sampah di sebagian kecil kawasan permukiman.
Namun sebagian kecil masyarakat masih memanfaatkan
lahan kosong dan drainase sebagai tempat pembuangan
sampah.
• Penyediaan tong sampah belum mencakup keseluruhan
kawasan lingkungan permukiman
7. Proteksi kebakaran.
• Sebagian besar kawasan permukiman memiliki pasokan air
yang cukup memadai. Karena kawasan permukiman dekat
dengan aliran sungai.
• Sebagian kecil luasan jalan lingkungan tidak memadai untuk
di lewati kendaraan pemadam kebakaran.
Sumber : Kelurahan Jaya Kecamatan Watang Sawitto Kabupaten Pinrang
Gambar:7. Sistem Pengelolaan Persampahan di Lingkungan
Permukiman Kelurahan Jaya Kecamatan Watang
Sawitto Kabupaten Pinrang.
Sumber : Kelurahan Jaya Kecamatan Watang Sawitto Kabupaten Pinrang
92
• Di seluruh kawasan permukiman tidak terdapat sarana dan
prasarana proteksi kebakaran
Dalam pasal 5 ketidakteraturan bangunan, tingkat kepadatan
bangunan yang tinggi tidak sesuai ketentuan dan kualitas bangunan
yang tidak memenuhi syarat teknis seperti pengendalian dampak
lingkungan, pembangunan bangunan gedung diatas dan/atau
dibawah tanah, diatas dan/atau dibawah air, diatas dan/atau dibawah
Gambar:8. Pasokan Air di Lingkungan Permukiman Kelurahan Jaya
Kecamatan Watang Sawitto Kabupaten Pinrang.
Sumber : Kelurahan Jaya Kecamatan Watang Sawitto Kabupaten Pinrang
Gambar:9. Jalan Lingkungan Yang Tidak Bisa Dilalui Mobil Pemadam
Kebakaran Kelurahan Jaya Kecamatan Watang Sawitto
Kabupaten Pinrang.
Sumber : Kelurahan Jaya Kecamatan Watang Sawitto Kabupaten Pinrang
93
prasarana/sarana umum. Keselamatan bangunan gedung. Kesehatan
bangunan gedung. Kenyamanan bangunan gedung dan kemudahan
bangunan gedung.
Pasal 7 jaringan jalan lingkungan tidak melayani seluruh
lingkungan perumahan atau permukiman, dan/atau kualitas
permukaan jalan lingkungan buruk. Di pasal 9 kriteria kekumuhan
ditinjau dari drainase lingkungan tidak mampu mengairkan limpasan
air hujan sehingga menimbulkan genangan, ketersediaan drainase,
tidak terhubung dengan drainase perkotaan, tidak dipelihara sehingga
terjadi akumulasi limbah padat dan cair didalamnya, kualitas
konstruksi drainase lingkungan buruk.
Berdasarkan wawancara dengan Kepala Bidang Fisik dan
prasarana Bappeda Kabupaten Pinrang Bahrun Syah, S. STP dan
Kepala Bidang Perumahan dan Permukiman Pekerjaan Umum dan
Perumahan Rakyat menerangkan sesuai Peraturan Menteri PUPR
nomor 02/PRT/M/2016 tentang Peningkatan Kualitas Terhadap
Perumahan Kumuh dan Permukiman Kumuh dalam pelaksanaan
program kawasan perumahan kumuh dan permukiman kumuh yang
dilaksanakan di RW 3 Lingkungan Jaya Kelurahan Jaya
menggunakan Rencana Kawasan Permukiman Kumuh Perkotaan
(RKP-KP) Kabupaten Pinrang, dan kriteria yang digunakan
sebagaimana Peraturan Menteri PUPR nomor 02/PRT/M/2016
94
tentang Peningkatan Kualitas Terhadap Perumahan Kumuh dan
Permukiman Kumuh sesuai lokasi RW 3 Lingkungan Jaya, yaitu
1. Bangunan gedung
2. Jalan lingkungan
3. Drainase lingkungan
4. Penyediaan air minum
5. Pengelolaan air limbah
6. Pengelolaan persampahan
7. Dan proteksi kebakaran
Keterangan selanjutnya dalam wawancara dengan Andi Pahlevi, ST.
Kepala Bidang Perumahan dan Permukiman Dinas Pekerjaan Umum
dan Perumahan Rakyat Kabupaten Pinrang juga menggunakan
Peraturan Menteri PUPR nomor 02/PRT/M/2016 tentang Peningkatan
Kualitas Terhadap Perumahan Kumuh dan Permukiman Kumuh
dalam membuat Rencana Detil Tata Ruang (RDTR) yang sementara
disusun dan Rencana Tata Bangunan dan Lingkungan (RTBL)
bernuansa kearifan lokal Kota Kabupaten Pinrang yang bernama
“Addatuang Sawitto” baru sebatas draft rancangan belum dijadikan
Peraturan Daerah Kabupaten Pinrang. Peraturan Menteri PUPR
nomor 02/PRT/M/2016 tentang Peningkatan Kualitas Terhadap
Perumahan Kumuh dan Permukiman Kumuh menitikberatkan kepada
Pemerintah Kabupaten untuk melaksanakan program kawasan
permukiman kumuh dengan berpedoman kepada kriteria dalam
Peraturan Menteri PUPR nomor 02/PRT/M/2016 tentang Peningkatan
95
Kualitas Terhadap Perumahan Kumuh dan Permukiman Kumuh.
Sesuai kriteria dan indikator RW 3 Lingkungan Jaya tersebut
kekumuhannya termasuk kumuh sedang.
Selanjutnya tanggapan dari pihak Kecamatan Watang Sawitto
yang hal ini disampaikan oleh Bapak Camat Watang Sawitto tentang
kriteria perumahan kumuh dan permukiman kumuh di Kelurahan
Jaya Lingkungan Jaya tentang kondisi sosial dan kesehatan yang
belum memenuhi syarat bersih serta perekonomian warganya yang
berpenghasilan menengah ke bawah. Dengan pertumbuhan
penduduk yang cukup tinggi sehingga pada akhirnya berdampak
pada tingginya kebutuhan akan penyediaan lahan untuk
pembangunan hunian warganya tidak memenuhi kriteria letak dan
tata ruang wilayah yang berakibat bangunan tidak teratur dan padat
serta kumuh sehingga sarana pendukung lingkungan tidak ada.
Dengan kondisi tersebut dari segi lingkungan terlihat kotor selokan
yang mampet, berbau, sampah berserakan karena tidak ada akses
kendaraan pengangkut sampah yang mengambil sampah rumah
tangga, berawa-rawa,
Selanjutnya keterangan dari pihak Kelurahan Jaya
Kecamatan Watang Sawitto yang hal ini disampaikan oleh Bapak
Lurah Jaya Andi Asriyadi Iskandar, SE tentang perekonomian
warganya yang berpenghasilan menengah ke bawah karena
sebagian besar warga memiliki pekerjaan dari industri rumah tangga
dan jasa yang memanfaatkan kondisi di mana Kelurahan Jaya
96
terletak di tengah Kota Pinrang, melanjutkan keterangannya
mengenai kriteria perumahan kumuh dan permukiman kumuh di
Kelurahan Jaya Lingkungan Jaya tentang kondisi sosial dan
kesehatan yang belum memenuhi syarat bersih. Dengan
pertumbuhan penduduk yang datang dari Kelurahan/Desa lain dan
menetap untuk mencari pekerjaan dan membawa keluarganya
sehingga pada akhirnya berdampak pada tingginya kebutuhan akan
penyediaan lahan untuk pembangunan hunian warganya tidak
memenuhi kriteria letak dan tata ruang wilayah yang berakibat
bangunan tidak teratur dan padat serta kumuh sehingga sarana
pendukung lingkungan dan terbuka hijau tidak ada. Dengan kondisi
tersebut dari segi lingkungan terlihat kotor selokan yang tersumbat
oleh bahan material bangunan warga yang sedang membangun
bangunan, berbau, sampah berserakan karena tidak ada akses
kendaraan pengangkut sampah yang mengambil sampah rumah
tangga, tidak ada ventilasi tiap rumah terutama kamar tidur dan tidak
ada lahan untuk tempat jemur pakaian.
Dan dari hasil wawancara tersebut Pemerintah Kabupaten
Pinrang secara umum memang melaksanakan program kawasan
permukiman kumuh dengan mengacu pada kriteria yang telah
dicantumkan dalam Peraturan Menteri PUPR nomor 02/PRT/M/2016
tentang Peningkatan Kualitas Terhadap Perumahan Kumuh dan
Permukiman Kumuh.
2. Tipologi
97
Berdasarkan Peraturan Menteri Pekerjaan Umum dan
Perumahan Rakyat Republik Indonesia nomor 02/PRT/M/2016
tentang Peningkatan Kualitas Terhadap Perumahan Kumuh dan
Permukiman Kumuh pasal 13 Tipologi perumahan kumuh dan
permukiman kumuh merupakan pengelompokan perumahan kumuh
dan permukiman kumuh berdasarkan letak lokasi secara geografis
seperti diatas air, ditepi air, didataran rendah, perbukitan dan didaerah
rawan bencana.
Menurut Bahrun Syah, S. STP Kepala Bidang Infraswil
Bappeda Kabupaten Pinrang tipologi perumahan kumuh dan
permukiman kumuh yang menjadi titik pelaksanaan di Kelurahan Jaya
Kecamatan Watang Sawitto berada di dataran rendah tepi saluran
irigasi Saddang yang melewati tengah Kota Pinrang.
Dan menurut Kepala Bidang Perumahan dan Permukiman
Dinas PUPR Kabupaten Pinrang A. Pahlevi, ST titik pelaksanaan
program perumahan kumuh dan permukiman kumuh di Kelurahaan
Jaya tersebut berada ditepi air dan dataran rendah (dibawah
permukaan laut).
Lanjut keterangan Bapak H.A.Machmud Bancing.AP,MH
selaku Camat Watang Sawitto tentang tipologi perumahan kumuh di
Kelurahan Jaya terletak di dataran rendah ditepian saluran aliran
irigasi dan dekat dengan pusat kegiatan sosial ekonomi
perdaganagan serta industri rumah tangga.Keterangan selanjutnya
tentang penetapan lokasi telah tepat sasaran sesuai kriteria
98
perumahan kumuh dan permukiman kumuh dalam Peraturan Menteri
PUPR, penetapan lokasi permukiman kumuh yang terjadi di
Kelurahan Jaya telah melalui tahap proses pendataan yang dilakukan
oleh Tim Teknis dari beberapa stakeholder dengan melibatkan peran
serta Masyarakat.
Keterangan selanjutnya dari Bapak Andi Asriyadi Iskandar, SE
Lurah Jaya tentang tipologi perumahan kumuh di Kelurahan Jaya
terletak di dataran rendah ditepian saluran aliran irigasi dan dekat
dengan pusat kegiatan sosial ekonomi perdaganagan serta industri
rumah tangga. Selanjutnya tentang penetapan lokasi telah tepat
sasaran sesuai kriteria perumahan kumuh dan permukiman kumuh
dalam Peraturan Menteri PUPR, penetapan lokasi permukiman
kumuh yang terjadi di Kelurahan Jaya telah melalui tahap proses
pendataan yang dilakukan oleh Tim Teknis dari beberapa stakeholder
Kecamatan Watang Sawitto, Pemerintah Kabupaten dengan
melibatkan peran serta Masyarakat.
Menurut hasil penelitian Tipologi perumahan kumuh dan
permukiman kumuh Kelurahan Jaya yang dilaksanakan tersebut
masuk kategori yang tercantum dalam pasal 13 poin b dan c ditepi air
dan didataran rendah.
3. Penetapan
Berdasarkan Peraturan Menteri Pekerjaan Umum dan
Perumahan Rakyat Republik Indonesia nomor 02/PRT/M/2016
tentang Peningkatan Kualitas Terhadap Perumahan Kumuh dan
99
Permukiman Kumuh pasal 15 ayat (1) penetapan lokasi perumahan
kumuh dan permukiman kumuh wajib didahului proses pendataan
yang dilakukan oleh Pemerintah Daerah dengan melibatkan peran
masyarakat. Pasal (2) Proses pendataan meliputi identifikasi loksi dan
penilaian lokasi.
Untuk itu tahap yang dilakukan adalah Pemerintah Kelurahan
Jaya sesuai keterangan A. Asriyadi Iskandar, SE selaku Lurah Jaya
melakukan identifikasi lokasi yang dilanjutkan memperhadapkan,
konsultasi dan koordinasi kepada Pemerintah Kecamatan Watang
Sawitto. Yang ditindaklanjuti ke Pemerintah Kabupaten Pinrang untuk
membahas masalah yang dihadapi oleh Lurah Jaya dan aparatnya
dalam melayani Warganya untuk meningkatkan kualitas hidup
terhadap perumahan kumuh dan permukiman kumuh yang termasuk
daerah kumuh sedang.
Lanjut komentarnya Bachrum Syah, S. STP Kepala Bidang
Fisik dan Prasarana Bappeda Kabupaten Pinrang menerangkan
bahwa Pemerintah Kabupaten Pinrang setelah mendengar dan
menerima laporan dari Pemerintah Kecamatan Watang Sawitto dan
berkoordinasi dengan Dinas PUPR Kabupaten melanjutkan dengan
identifikasi lokasi dan penilaian lokasi serta membawa hasil laporan
tersebut kepada Bupati Pinrang untuk menyetujui dan membuat
Keputusan Bupati Pinrang sesuai Peraturan Menteri Pekerjaan Umum
dan Perumahan Rakyat Republik Indonesia nomor 02/PRT/M/2016
tentang Peningkatan Kualitas Terhadap Perumahan Kumuh dan
100
Permukiman Kumuh. Dengan disetujui dan ditandatanganinya Surat
Keputusan Bupati tentang Penetapan Kelurahan Jaya SK Bupati
nomor 600/311/2014 Tahun 2014, maka program pelaksanaan
perumahan kumuh dan permukiman kumuh yang akan dilaksanakan
di Keluahan Jaya akan terlaksana. Penetapan perumahan kumuh dan
permukiman kumuh yang dilaksanakan oleh Pemerintah Kabupaten
Pinrang merupakan hasil dari proses pendataan yang berkonsultasi
dan berkoordinasi dengan konsultan serta melibatkan Masyarakat
Kelurahan Jaya. Kepala Bidang Fisik dan Prasarana Bappeda
Kabupaten Pinrang juga menambahakan bahwa proses
terlaksananya program perumahan kumuh dan permukiman kumuh di
Kelurahan Jaya diawali dengan adanya identifikasi lokasi dan
penilaian lokasi kondisi kekumuhan yang sangat kompleks dan
terindikasi sebagai perumahan kumuh dan permukiman kumuh,
legalitas penguasaan tanah dan kesesuaian dengan rencana tata
ruangbahwa di RW 3 Lingkungan Jaya Kelurahan Jaya
peruntukannya sebagai daerah perumahan dan permukiman dan
akibatnya kepadatan penduduk tinggi sesuai klasifikasi yang
tercantum dalam pasal 21 serta potensi sosial tingkat partispasi
masyarakat dalam mendukung pembangunan, potensi ekonomi
adanya kegiatan ekonomi Warga bagi Masyarakat Kelurahan Jaya
khususnya dan Kabupaten Pinrang umumnya sehingga penilaian
lokasi berdasarkan aspek kondisi kekumuhan sedang yang terjadi di
wilayah ini dalam sesuai Surat Keterangan Rencana Kabupaten
101
(SKRK) karena sesuai dengan Peraturan Menteri Pekerjaan Umum
dan Perumahan Rakyat Republik Indonesia nomor 02/PRT/M/2016
tentang Peningkatan Kualitas Terhadap Perumahan Kumuh dan
Permukiman Kumuh, Pemerintah Daerah harus mengikuti alur proses
pengajuan program kawasan perumahan kumuh dan permukiman
kumuh yang telah ditetapkan dalam Peraturan Menteri Pekerjaan
Umum dan Perumahan Rakyat Republik Indonesia nomor
02/PRT/M/2016 tentang Peningkatan Kualitas Terhadap Perumahan
Kumuh dan Permukiman Kumuh yang didalamnya Pemerintah
Daerah Kabupaten Pinrang juga melaksanakan perencanaan
penanganan perumahan kumuh dan permukiman kumuh dalam
bentuk dokumen perencanaan dan penanganannya.
Keterangan selanjutnya yang dibeikan oleh Bapak Camat
Watang Sawitto H.A.Mahmud Bancing.AP,MH menerangkan bahwa
tentang penetapan lokasi di RW 3 Lingkungan Jaya telah sesuai
prosedur dan acuan dari Peraturan Menteri Pekerjaan Umum dan
Perumahan Rakyat Republik Indonesia nomor 02/PRT/M/2016
tentang Peningkatan Kualitas Terhadap Perumahan Kumuh dan
Permukiman Kumuh yang mengharuskan Pemerintah Kabupaten
yang melaksanakan program perumahan kumuh dan permukiman
kumuh melibatkan beberapa stakeholder mulai dari Bappeda, Dinas
PUPR, Kecamatan Watang Sawitto, Pemerintah Kelurahan Jaya,
tokoh masyarakat dan warga sekitar Kelurahan Jaya.
102
Wawancara selanjutnya yang terakhir dilakukan dengan
Tokoh Masyarakat Chaerul. MC mengatakan tentang program
perumahan kumuh dan permukiman kumuh yang dilaksanakan oleh
Bapak Lurah Jaya di Kelurahan Jaya tentunya melibatkan Kami dalam
proses pendataan, identifikasi titik permukiman kumuh yang ada di
RW 3 dengan melaksanakan pertemuan di Kantor Kelurahan, di
rumah Kepala Lingkungan dan di rumah warga yang berdomisili di RW
3, sebagai warga yang akan menikmati hasil program permukiman
kumuh Kami ikut berperan serta agar proses pengerjaan proyek
tersebut bernilai baik, berdaya guna untuk warga sekitar dan
Pemerintah Kelurahan.
Dari hasil wawancara yang dilakukan kepada Bappade, Dinas
PUPR. Kecamatan Watang Sawitto dan Bapak Chaerul. MC dapat
diambil kesimpulan bahwa program yang dilaksanakan oleh
Pemerintah Kabupaten dalam program perumahan kumuh dan
permukiman kumuh yang dilaksanakan di Kelurahan Jaya Lingkungan
Jaya RW 3 pada Tahun 2017 telah sesuai Peraturan Menteri
Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat Republik Indonesia nomor
02/PRT/M/2016 tentang Peningkatan Kualitas Terhadap Perumahan
Kumuh dan Permukiman KumuH.
4. Perencanaan penanganan
Berdasarkan Peraturan Menteri Pekerjaan Umum dan
Perumahan Rakyat Republik Indonesia nomor 02/PRT/M/2016
tentang Peningkatan Kualitas Terhadap Perumahan Kumuh dan
103
Permukiman Kumuh Pasal 25 a. persiapan, b. survey, c. penyusunan
data dan fakta, d. analisis, e. penyusunan konsep penanganan, f.
penyusunan rencana penanganan
Dalam dokumen perencanaan dan penanganan perumahan
kumuh dan permukiman kumuh yang dibuat oleh Pemerintah
Kabupaten Pinrang dalam hal ini stakeholder Bappeda yang dikatakan
oleh Bachrum, S. STP Kepala Bidang Infraswil Bappeda sebagai
penyusun dokumen yang dibantu Dinas PUPR memuat tahap-tahap:
1. Persiapan
Sebagai Aparatur paling dekat dengan Warganya yang
mengetahui kondisi riil perumahan kumuh dan permukiman
kumuh.Lurah Jaya memantau kondisi wilayah kerjanya bersama
Aparatnya dan ditemani oleh Sekretaris LKK dan Warga sekitar
RW 3 Lingkungan Jaya.
2. Survey
Sesuai laporan Lurah Jaya kepada Camat Watang Sawitto dan
ditindak lanjuti kepada Bupati Pinrang yang memerintahkan
Instansi terkait PUPR dan berkoordinasi dengan Bappeda
dengan permasalahan perumahan kumuh dan permukiman
kumuh yang terjadi di RW 3 Lingkungan Jaya Kelurahan Jaya
yang dilaporkan Lurah Jaya. Maka Instansi terkait melakukan
survey lokasi yang dimaksud Lurah Jaya diantar oleh aparat
Kelurahan dan disaksikan oleh Warga RW 3 Lingkungan Jaya
104
untuk mengetahui secara langsung dan melaporkan kepada
Bupati Pinrang.
3. Penyusunan data dan fakta
Dari hasil survey lokasi yang telah dilaksanakan maka yang
dilaksanakan selanjutnya adalah penyusunan data dan
mengumpulkan fakta lokasi perumahan kumuh dan permukiman
kumuh di RW 3 Lingkungan Jaya.
4. Analisis
Penyusunan data dilakukan untuk menganalisis penilaian lokasi
sesuai klasifikasi kondisi kekumuhan sedang.
5. Penyusunan konsep penanganan
Penanganan yang dilakukan dengan mempertimbangkan sesuai
tipologi Kelurahan Jaya di tepi saluran irigasi Saddang, pola
penanganan yang akan digunakan adalah peremajaan sesuai
Peraturan Menteri Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat
Republik Indonesia nomor 02/PRT/M/2016 tentang Peningkatan
Kualitas Terhadap Perumahan Kumuh dan Permukiman Kumuh.
6. Penyusunan rencana penanganan
Sesuai konsep penanganan awal dalam hal penentuan lokasi
yang memiliki klasifikasi kekumuhan sedang dengan status
tanah legal, maka pola penanganan yang dilakukan adalah
peremajaan.
Dokumen perencanaan dan penanganan perumahan kumuh
dan permukiman kumuh tersebut yang memuat pola-pola dalam hal
105
lokasi termasuk dalam tipologi perumahan kumuh dan permukiman
kumuh di tepi air, maka penanganan yang dilakukan harus
memperhatikan karakteristik daya dukung tanah tepi air, pasang surut
air serta kelestarian air dan tanah sesuai kondisi di Kelurahan Jaya
yang ditepi saluran irigasi Saddang. Tindak lanjut dari program
kawasan perumahan kumuh dan permukiman kumuh di Kelurahan
Jaya adalah dengan membuat dokumen perencanaan RP2KPKP.
Pemerintah Kabupaten Pinrang sangat berperan dengan
menganggarkan APBD untuk menangani kawasan kumuh dalam
pengelolaan untuk mempertahankan dan menjaga kualitas
perumahan kumuh dan permukiman kumuh di Kelurahan Jaya secara
berkelanjutan.
Wawancara selanjutnya dengan Andi Pahlevi, ST Kepala
Bidang Perumahan dan Permukiman Dinas Pekerjaan Umum dan
Perumahan Rakyat. Kabupaten Pinrang telah memiliki RKP-KP
Selanjutnya keterangan dari Andi Pahlevi, ST Kepala Bidang
Perumahan dan Permukiman tipologi perumahan kumuh dan
permukiman kumuh Kelurahan Jaya Lingkungan Jaya RW 3 berada
ditepi air dan dataran rendah dibawah permukaan laut.Dan sesuai
tingkat kekumuhannya sedang RW 3 Lingkungan Jaya Kelurahan
Jaya ditetapkan dalam penetapan lokasi perumahan kumuh dan
permukiman kumuh dalam SK Bupati nomor 600/311/2014 Tahun
2014. Keterangan selanjutnya menyatakan bahwa identifikasi dan
penilaian lokasi telah sesuai dengan Peraturan Menteri Pekerjaan
106
Umum dan Perumahan Rakyat Republik Indonesia nomor
02/PRT/M/2016 tentang Peningkatan Kualitas Terhadap Perumahan
Kumuh dan Permukiman Kumuh untuk menetapkan RW 3 Lingkungan
Jaya Kelurahan Jaya sebagai penerima program peningkatan kualitas
terhadap perumahan kumuh dan permukiman kumuh. Penetapan
hasil dari identifikasi lokasi dan penilaian lokasi ditindaklanjuti dengan
perencanaan penanganan perumahan kumuh dan permukiman
kumuh, yang meliputi : persiapan, survey, penyusunan data dan fakta,
analisis, penyusunan konsep penanganan dan penyusunan rencana
penanganan.
Lanjut keterangan Andi Pahlevi, ST tahap-tahap perencanaan
penanganan melalui penyusunan profil kawasan permukiman kumuh
wilayah Kabupaten Pinrang dan dokumen RP2KPKP dan penanganan
fisiknya oleh Satker.Pengembangan kawasan permukiman Provinsi
Sul-Sel T.A. 2016 (APBD I) dan oleh Bidang Perumahan dan
Permukiman Dinas PUPR Kab.Pinrang T.A. 2018 (APBD
II).Sedangkan pola-pola penanganan secara berkelanjutan melalui
peran aktif dan sinergitas Pemerintah Daerah dalam memberikan
anggaran untuk penanganan kawasan kumuh perkotaan. Adanya
pengelolaan yang dilakukan atau wacana secara berkelanjutan dalam
program kawasan perumahan kumuh dan permukiman kumuh di
Kelurahan Jaya dan telah disiapkannya konsep penanganan kawasan
kumuh dalam bentuk dokumen RP2KPKP.Penanganan dan
pengelolaan kawasan perumahan dan permukiman kumuh di
107
Kelurahan Jaya melalui pengusulan dalam forum Musrenbang agar
Warga terdampak juga ikut berperan aktif.
Keterangan Bapak H.A.Machmud Baancing.AP,MH mengenai
perencanaan penanganan yang masuk kategori peremajaan
perumahan kumuh dan permukiman kumuh yang dilaksanakan di
Kelurahan Jaya dengan pembangunan jalan lingkungan dan penataan
lingkungan agar Warga sekitar dapat melakukan aktifitasnya dengan
lancar. Dalam pelaksanaan program perumahan kumuh dan
permukiman kumuh di Kelurahan Jaya stakeholder yang terlibat
Pemerintah Kabupaten dalam hal ini PUPR, Cipta Karya, DLH,
Pemerintah Kecamatan dan Pemerintah Kelurahan serta Masyarakat
Kelurahan Jaya terutama Warga RW 3 Lingkungan Jaya.
Keterangan selanjutnya dari Bapak Andi Asriyadi Iskandar, SE
Lurah Jaya mengenai perencanaan penanganan yang masuk kategori
peremajaan perumahan kumuh dan permukiman kumuh yang
dilaksanakan di Kelurahan Jaya dengan pembangunan jalan
lingkungan dan penataan lingkungan agar Warga sekitar dapat
merasakan pembangunan untuk melakukan aktifitasnya dengan
lancar. Dalam pelaksanaan program perumahan kumuh dan
permukiman kumuh di Kelurahan Jaya stakeholder yang terlibat
Pemerintah Kabupaten, Pemerintah Kecamatan dan Pemerintah
Kelurahan serta Masyarakat Kelurahan Jaya terutama Warga RW 3
Lingkungan Jaya.
108
Kesimpulan hasil dari wawancara yang telah dilakukan kepada
Bappeda, Dinas PUPR, Kecamatan Watang Sawitto pengelolaan
penanganan program perumahan kumuh dan permukiman kumuh
yang dilaksanakan oleh Pemerintah Kabupaten Pinrang di titik RW 3
Lingkungan Jaya Kelurahan Jaya Kecamatan Watang Sawitto telah
sesuai dengan acuan Peraturan Menteri Pekerjaan Umum dan
Perumahan Rakyat Republik Indonesia nomor 02/PRT/M/2016
tentang Peningkatan Kualitas Terhadap Perumahan Kumuh dan
Permukiman Kumuh yang dikeluarkan oelh Kemen PUPR Republik
Indonesia.
5. Pengelolaan
Berdasarkan Peraturan Menteri PUPR nomor 02/PRT/M/2016
tentang Peningkatan Kualitas Terhadap Perumahan Kumuh dan
Permukiman Kumuh pasal 36 (1) Pasca peningkatan kualitas
terhadap perumahan kumuh dan permukiman kumuh dilakukan
pengelolaan untuk mempertahankan dan menjaga kualitas
perumahan dan permukiman secara berkelanjutan. (2) Pengelolaan
sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilakukan oleh masyarakat
secara swadaya. (3) Pengelolaan dapat difasilitasi oleh pemerintah
daerah untuk meningkatkan keswadayaan masyarakat dalam
pengelolaan perumahan dan permukiman layak huni.
Selain wujud peran Pemerintah dalam kawasan kumuh dalam
pengelolaan untuk mempertahankan dan menjaga kualitas
perumahan kumuh dan permukiman kumuh di Kelurahan Jaya secara
109
berkelanjutan, Warga Kelurahan Jaya yang berada dalam kawasan
program perumahan kumuh dan permukiman kumuh Masyarakat
telah sadar bahwa kualitas hidup berawal dari terciptanya lingkungan
yang rapi, indah dan tertata dengan baik dengan dukungan dan peran
serta Tokoh Masyarakat, Agama dan Pemuda sesuai keterangan
Bapak Lurah Jaya A. Asriyadi Iskandar, SE.
Dalam tahap pengelolaan perumahan dan permukiman hasil
peningkatan kualitas terhadap perumahan kumuh dan permukiman
kumuh peran masyarakat sebagai warga terdampakyang berada di
RW 3 Lingkungan Jaya aktif pada berbagai program pemerintah
daerah dalam pemeliharaan dan perbaikan di lokasi perumahan
kumuh dan permukiman kumuh yang telah tertangani di RW 3
Lingkungan Jaya. Ikut berpartisipasi secara aktif swadaya dan/atau
dalam kelompok swadaya masyarakat pada upaya pemeliharaan dan
perbaikan baik berupa dana, tenaga maupun material ikut menjaga
ketertiban dalam pemeliharaan dan perbaikan rumah serta prasarana,
sarana, dan utilitas umum di perumahan dan permukiman serta
mencegah perbuatan yang dapat menghambat atau menghalangi
proses pelaksanaan pemeliharaan dan perbaikan dan/atau apabila
perlu melaporkan perbuatan kepada instansi berwenang seperti
Kepala Lingkungan, Babinsa dan Bhabinkamtibmas Kelurahan Jaya
agar proses pemeliharaan dan perbaikan dapat berjalan lancar.Selain
keterlibatan perseorangan ada juga pelibatan kelompok seperti
110
KPMD/K, Dasa Wisma, Pokja Sehat, PKK, LKK dan Karang Taruna
Kelurahan Jaya yang dibentuk melalui musyawarah Kelurahan.
Peningkatan kualitas perumahan kumuh dan permukiman
kumuh dilakukan dengan mempertimbangkan kearifan lokal yang
berlaku pada Warga terdampak di RW 3 Lingkungan Jaya dengan
tidak bertentangan dengan peraturan perundang-undangan daerah
kabupaten Pinrang.
Adanya pengelolaan yang dilakukan atau wacana secara
berkelanjutan dalam program kawasan perumahan kumuh dan
permukiman kumuh di Kelurahan Jaya dan telah disiapkannya konsep
penanganan kawasan kumuh dalam bentuk dokumen RP2KPKP.
Penanganan dan pengelolaan kawasan perumahan dan permukiman
kumuh di Kelurahan Jaya melalui pengusulan dalam forum
Musrenbang agar Warga terdampak juga ikut berperan aktif. Lanjut
penuturan Bapak Camat Watang Sawitto terkait belum ada tindak
lanjut atau wacana melakukan pengelolaan untuk mempertahankan
dan menjaga kualitas perumahan dan permukiman secara
berkelanjutan di Kelurahan Jaya. Pernyataan beliau selanjutnya
tentang peran Pemerintah dalam pengelolaan untuk mempertahankan
dan menjaga kualitas perumahan dan permukiman secara
berkelanjutan di Kelurahan Jaya adalah dengan mengkordinasikan
kepada Instansi terkait Dinas Kesehatan Kabupaten Pinrang dalam
hal ini Puskesmas setempat yang bersentuhan langsung terhadap
Warga setempat untuk memberikan penyuluhan kesehatan
111
lingkungan dan kesehatan perorangan. Dinas Lingkungan hidup yang
memberikan pelayanan pengangkutan sampah rumah tangga dan
lingkungan. Pemerintah Kelurahan juga ikut dalam memberikan
himbauan penyuluhan ke Warga di setiap acara Keagamaan dan
kesempatan bertemu dengan Warga dan Tokoh Masyarakat. Serta
kordinasi lainnya dari tingkat Kelurahan sampai ke Kabupaten.
Selanjutnya peran Masyarakat dalam pengelolaan untuk menjaga
kualitas lingkungan permukiman ikut membersihkan pekarangan
masing-masing dan atau bekerja sama dengan Aparat Kelurahan,
Dinas Lingkungan Hidup Kabupaten Pinrang, Babinsa dan
Bhabinkamtibmas serta kelompok Tani bergotong royong
membersihkan lingkungan secara berkala.
Keterangan berikutnya dari Bapak Camat Watang Sawitto
tentang pola kemitraan belum ada modelnya di Kelurahan Jaya.
Keterangan selanjutnya tentang keterlibatan Masyarakat ikut
terlibat dan berperan aktif dalam penetapan lokasi dan perencanaan
penanganan program perumahan kumuh dan permukiman kumuh di
Kelurahan Jaya. Masyarakat telah sadar betapa pentingnya
kebersihan dan kesehatan lingkungan serta ikut menjaga
lingkungannya tetap bersih. Peran masyarakat dalam menjaga
peningkatan kualitas perumahan kumuh dan permukiman kumuh
dengan ikut bergotong royong membersihkan lingkungannya dan
pekarangannya masing-masing. Tentang pelibatan kelompok
swadaya masyarakat, dalam hal ini sebagai pendamping bertujuan
112
memberikan informasi untuk meningkatkan pengetahuan dan
kesadaran masyarakat untuk pencegahan tumbuh dan
berkembangnya permukiman kumuh baru.
Lanjut penuturan Bapak Camat Watang Sawitto terkait adanya
tindak lanjut atau wacana melakukan pengelolaan untuk
mempertahankan dan menjaga kualitas perumahan dan permukiman
secara berkelanjutan di Kelurahan Jaya dengan melibatkan kelompok
swdaya masyarakat. Pernyataan beliau selanjutnya tentang peran
Pemerintah dalam pengelolaan untuk mempertahankan dan menjaga
kualitas perumahan dan permukiman secara berkelanjutan di
Kelurahan Jaya adalah dengan mengkordinasikan kepada Instansi
terkait Dinas Kesehatan Kabupaten Pinrang dalam hal ini Puskesmas
setempat yang bersentuhan langsung terhadap Warga setempat
untuk memberikan penyuluhan kesehatan lingkungan dan kesehatan
perorangan. Dinas Lingkungan hidup yang memberikan pelayanan
pengangkutan sampah rumah tangga dan lingkungan. Pemerintah
Kelurahan juga ikut dalam memberikan himbauan penyuluhan ke
Warga di setiap acara Keagamaan dan kesempatan bertemu dengan
Warga dan Tokoh Masyarakat. Serta kordinasi lainnya dari tingkat
Kelurahan sampai ke Kabupaten. Selanjutnya peran Masyarakat
dalam pengelolaan untuk menjaga kualitas lingkungan permukiman
ikut membersihkan pekarangan masing-masing dan atau bekerja
sama dengan Aparat Kelurahan, Dinas Lingkungan Hidup Kabupaten
113
Pinrang, Babinsa dan Bhabinkamtibmas serta kelompok Tani
bergotong royong membersihkan lingkungan secara berkala.
Selanjutnya keterangan dari pihak Kelurahan Jaya Kecamatan
Watang Sawitto yang hal ini disampaikan oleh Bapak Lurah Jaya Andi
Asriyadi Iskandar, SE tentang perekonomian warganya yang
berpenghasilan menengah ke bawah karena sebagian besar warga
memiliki pekerjaan dari industri rumah tangga dan jasa yang
memanfaatkan kondisi di mana Kelurahan Jaya terletak di tengah
Kota Pinrang, melanjutkan keterangannya mengenai kriteria
perumahan kumuh dan permukiman kumuh di Kelurahan Jaya
Lingkungan Jaya tentang kondisi sosial dan kesehatan yang belum
memenuhi syarat bersih. Dengan pertumbuhan penduduk yang dating
dan menetap untuk mencari pekerjaan dan membawa keluarganya
sehingga pada akhirnya berdampak pada tingginya kebutuhan akan
penyediaan lahan untuk pembangunan hunian warganya tidak
memenuhi kriteria letak dan tata ruang wilayah yang berakibat
bangunan tidak teratur dan padat serta kumuh sehingga sarana
pendukung lingkungan dan terbuka hijau tidak ada. Dengan kondisi
tersebut dari segi lingkungan terlihat kotor selokan yang tersumbat
oleh bahan material bangunan warga yang sedang membangun
bangunan, berbau, sampah berserakan karena tidak ada akses
kendaraan pengangkut sampah yang mengambil sampah rumah
tangga, tidak ada ventilasi tiap rumah terutama kamar tidur dan tidak
ada lahan untuk tempat jemur pakaian.
114
Keterangan selanjutnya dari Bapak Andi Asriyadi Iskandar, SE
Lurah Jaya tentang tipologi perumahan kumuh di Kelurahan Jaya
terletak di dataran rendah ditepian saluran aliran irigasi dan dekat
dengan pusat kegiatan sosial ekonomi perdaganagan serta industri
rumah tangga. Selanjutnya tentang penetapan lokasi telah tepat
sasaran sesuai kriteria perumahan kumuh dan permukiman kumuh
dalam Peraturan Menteri PUPR, penetapan lokasi permukiman
kumuh yang terjadi di Kelurahan Jaya telah melalui tahap proses
pendataan yang dilakukan oleh Tim Teknis dari beberapa stakeholder
Kecamatan Watang Sawitto, Pemerintah Kabupaten dengan
melibatkan peran serta Masyarakat.
Keterangan selanjutnya dari Bapak Andi Asriyadi Iskandar, SE
Lurah Jaya mengenai perencanaan penanganan yang masuk kategori
peremajaan perumahan kumuh dan permukiman kumuh yang
dilaksanakan di Kelurahan Jaya dengan pembangunan jalan
lingkungan dan penataan lingkungan agar Warga sekitar dapat
merasakan pembangunan untuk melakukan aktifitasnya dengan
lancar. Dalam pelaksanaan program perumahan kumuh dan
permukiman kumuh di Kelurahan Jaya stakeholder yang terlibat
Pemerintah Kabupaten, Pemerintah Kecamatan dan Pemerintah
Kelurahan serta Masyarakat Kelurahan Jaya terutama Warga RW 3
Lingkungan Jaya.
115
Keterangan berikutnya dari Bapak Lurah Jaya tentang adanya
pola kemitraan modelnya bersama kelompok swadaya masyarakat di
Kelurahan Jaya.
Keterangan selanjutnya tentang keterlibatan Masyarakat ikut
terlibat dan berperan aktif dalam penetapan lokasi dan perencanaan
penanganan program perumahan kumuh dan permukiman kumuh di
Kelurahan Jaya. Peran Masyarakat telah sadar betapa pentingnya
kebersihan dan kesehatan lingkungan serta ikut menjaga
lingkungannya tetap bersih dalam menjaga peningkatan kualitas
perumahan kumuh dan permukiman kumuh dengan ikut bergotong
royong membersihkan lingkungannya dan pekarangannya masing-
masing. Masyarakat telah sadar betapa pentingnya kebersihan dan
kesehatan lingkungan serta ikut menjaga lingkungannya tetap bersih.
Tentang pelibatan kelompok swadaya masyarakat, dalam hal ini
sebagai pendamping bertujuan memberikan informasi untuk
meningkatkan pengetahuan dan kesadaran masyarakat untuk
pencegahan tumbuh dan berkembangnya permukiman kumuh baru.
6. Pola kemitraan
Pola kemitraan antar pemangku kepentingan yang dapat
dikembangkan dalam upaya peningkatan kualitas terhadap
perumahan kumuh dan permukiman kumuh di Kelurahan Jaya belum
ada.
116
Lanjut keterangannya tentang peran masyarakat dalam
peningkatan kualitas terhadap perumahan kumuh dan permukiman
kumuh dilakukan pada penetapan lokasi dan perencanaan
penanganan perumahan kumuh dan permukiman kumuh di Kelurahan
Jaya belum ada, belum tersentuh program Kementerian PUPR
mengenai penanganan kawasan kumuh perkotaan (KOTAKU) yang
melibatkan peran keswadayaan Masyarakat.
Peran Masyarakat dalam peningkatan kualitas terhadap
perumahan kumuh dan permukiman kumuh belum ada dilakukan
pada peningkatan kualitas terhadap perumahan kumuh dan
permukiman kumuh di Kelurahan Jaya.Selanjutnya belum ada peran
Masyarakat di Kelurahan Jaya dalam peningkatan kualitas terhadap
perumahan kumuh dan permukiman kumuh yang dilakukan pada
pengelolaan perumahan dan permukiman hasil peningkatan kualitas
terhadap perumahan kumuh dan permukiman kumuh. Belum ada
pelibatan kelompok swadaya masyarakat sebagai upaya untuk
mengoptimalkan peran Masyarakat dan belum ada pembentukan
kelompok swadaya Masyarakat dalam peningkatan kualitas terhadap
perumahan kumuh dan permukiman kumuh di Kelurahan Jaya,
tambahnya Andi Pahlevi, ST.
Keterangan selanjutnya dalam peningkatan kualitas terhadap
perumahan kumuh dan permukiman kumuh di RW 3 Lingkungan Jaya
pelaksanaannya mempertimbangkan dan menitikberatkan pada peran
Masyarakat untuk berpartisipsi dalam peningkatan kualitas terhadap
117
perumahan kumuh dan permukiman kumuh belum ada. Dan ditanya
tentang pelibatan kelompok swadaya Masyarakat sebagai upaya
untuk mengoptimalkan peran Masyarakat dalam peningkatan kualitas
terhadap perumahan kumuh dan permukiman kumuh di Kelurahan
Jaya belum ada katanya, jadi kelompok swadaya Masyarakat belum
ada mulai dari proses pembentukan hingga partisipasi peran serta
Masyarakat setempat.
Lanjut penuturan Bapak Camat Watang Sawitto terkait belum
ada tindak lanjut atau wacana melakukan pengelolaan untuk
mempertahankan dan menjaga kualitas perumahan dan permukiman
secara berkelanjutan di Kelurahan Jaya. Pernyataan beliau
selanjutnya tentang peran Pemerintah dalam pengelolaan untuk
mempertahankan dan menjaga kualitas perumahan dan permukiman
secara berkelanjutan di Kelurahan Jaya adalah dengan
mengkordinasikan kepada Instansi terkait Dinas Kesehatan
Kabupaten Pinrang dalam hal ini Puskesmas setempat yang
bersentuhan langsung terhadap Warga setempat untuk memberikan
penyuluhan kesehatan lingkungan dan kesehatan perorangan. Dinas
Lingkungan hidup yang memberikan pelayanan pengangkutan
sampah rumah tangga dan lingkungan. Pemerintah Kelurahan juga
ikut dalam memberikan himbauan penyuluhan ke Warga di setiap
acara Keagamaan dan kesempatan bertemu dengan Warga dan
Tokoh Masyarakat. Serta kordinasi lainnya dari tingkat Kelurahan
sampai ke Kabupaten. Selanjutnya peran Masyarakat dalam
118
pengelolaan untuk menjaga kualitas lingkungan permukiman ikut
membersihkan pekarangan masing-masing dan atau bekerja sama
dengan Aparat Kelurahan, Dinas Lingkungan Hidup Kabupaten
Pinrang, Babinsa dan Bhabinkamtibmas serta kelompok Tani
bergotong royong membersihkan lingkungan secara berkala.
Keterangan berikutnya dari Bapak Camat Watang Sawitto
tentang pola kemitraan belum ada modelnya di Kelurahan Jaya.
Keterangan selanjutnya tentang keterlibatan Masyarakat ikut
terlibat dan berperan aktif dalam penetapan lokasi dan perencanaan
penanganan program perumahan kumuh dan permukiman kumuh di
Kelurahan Jaya. Masyarakat telah sadar betapa pentingnya
kebersihan dan kesehatan lingkungan serta ikut menjaga
lingkungannya tetap bersih. Peran masyarakat dalam menjaga
peningkatan kualitas perumahan kumuh dan permukiman kumuh
dengan ikut bergotong royong membersihkan lingkungannya dan
pekarangannya masing-masing. Tentang pelibatan kelompok
swadaya masyarakat, dalam hal ini sebagai pendamping bertujuan
memberikan informasi untuk meningkatkan pengetahuan dan
kesadaran masyarakat untuk pencegahan tumbuh dan
berkembangnya permukiman kumuh baru.
Lanjut penuturan Bapak Camat Watang Sawitto terkait adanya
tindak lanjut atau wacana melakukan pengelolaan untuk
mempertahankan dan menjaga kualitas perumahan dan permukiman
secara berkelanjutan di Kelurahan Jaya dengan melibatkan kelompok
119
swdaya masyarakat. Pernyataan beliau selanjutnya tentang peran
Pemerintah dalam pengelolaan untuk mempertahankan dan menjaga
kualitas perumahan dan permukiman secara berkelanjutan di
Kelurahan Jaya adalah dengan mengkordinasikan kepada Instansi
terkait Dinas Kesehatan Kabupaten Pinrang dalam hal ini Puskesmas
setempat yang bersentuhan langsung terhadap Warga setempat
untuk memberikan penyuluhan kesehatan lingkungan dan kesehatan
perorangan. Dinas Lingkungan hidup yang memberikan pelayanan
pengangkutan sampah rumah tangga dan lingkungan. Pemerintah
Kelurahan juga ikut dalam memberikan himbauan penyuluhan ke
Warga di setiap acara Keagamaan dan kesempatan bertemu dengan
Warga dan Tokoh Masyarakat. Serta kordinasi lainnya dari tingkat
Kelurahan sampai ke Kabupaten. Selanjutnya peran Masyarakat
dalam pengelolaan untuk menjaga kualitas lingkungan permukiman
ikut membersihkan pekarangan masing-masing dan atau bekerja
sama dengan Aparat Kelurahan, Dinas Lingkungan Hidup Kabupaten
Pinrang, Babinsa dan Bhabinkamtibmas serta kelompok Tani
bergotong royong membersihkan lingkungan secara berkala.
Keterangan berikutnya dari Bapak Lurah Jaya tentang adanya
pola kemitraan modelnya bersama kelompok swadaya masyarakat di
Kelurahan Jaya. Keterangan selanjutnya tentang keterlibatan
Masyarakat ikut terlibat dan berperan aktif dalam penetapan lokasi
dan perencanaan penanganan program perumahan kumuh dan
permukiman kumuh di Kelurahan Jaya. Peran Masyarakat telah sadar
120
betapa pentingnya kebersihan dan kesehatan lingkungan serta ikut
menjaga lingkungannya tetap bersih. dalam menjaga peningkatan
kualitas perumahan kumuh dan permukiman kumuh dengan ikut
bergotong royong membersihkan lingkungannya dan pekarangannya
masing-masing. Masyarakat telah sadar betapa pentingnya
kebersihan dan kesehatan lingkungan serta ikut menjaga
lingkungannya tetap bersih. Tentang pelibatan kelompok swadaya
masyarakat, dalam hal ini sebagai pendamping bertujuan memberikan
informasi untuk meningkatkan pengetahuan dan kesadaran
masyarakat untuk pencegahan tumbuh dan berkembangnya
permukiman kumuh baru akibat bertambahnya penduduk yang pindah
datang, pasangan yang baru menikah untuk membentuk sebuah
keluarga baru dan kelahiran penduduk.
7. Peran masyarakat
Berdasarkan Peraturan Menteri PUPR nomor 02/PRT/M/2016
tentang Peningkatan Kualitas Terhadap Perumahan Kumuh dan
Permukiman Kumuh pasal 43 Pola kemitraan antar pemangku
kepentingan yang dapat dikembangkan dalam upaya peningkatan
kualitas terhadap perumahan kumuh dan permukiman kumuh yaitu
kemitraan antara Pemerintah dan/atau pemerintah daerah dengan
setiap orang. Pasal 44 Lingkup peran masyarakat dalam peningkatan
kualitas terhadap perumahan kumuh dan permukiman kumuh dilakukan
pada tahap: a. penetapan lokasi dan perencanaan penanganan
perumahan kumuh dan permukiman kumuh; b. peningkatan kualitas
121
terhadap perumahan kumuh dan permukiman kumuh; dan c.
pengelolaan perumahan dan permukiman hasil peningkatan kualitas
terhadap perumahan kumuh dan permukiman kumuh.
Keterangan dari A. Pahlevi, ST tentang peran serta
masyarakat dalam peningkatan kualitas terhadap perumahan kumuh
dan permukiman kumuh dalam penetapan lokasi ada peran
masyarakat namun belum tersentuh program Kementerian PUPR
mengenai penanganan Kawasan Kumuh Perkotaan (KOTAKU) yang
melibatkan peran keswadayaan masyarakat di Kelurahan Jaya.
Melanjutkan keterangannya tentang peran masyarakat dalam
peningkatan dan pengelolaan kualitas terhadap perumahan kumuh
dan permukiman kumuh belum ada perannya masyarakat, lanjut
keterangan beliau belum adanya pelibatan kelompok swadaya
masyarakat sebagai upaya untuk mengoptimalkan terhadap kualitas
permukiman kumuh yang ada di Kelurahan Jaya.
Keterangan dari Bapak H.A.Mahmud Bancing.AP,MH selaku
Camat Watang Sawitto sebagai induk organiasasi yang membawahi
8(delapan) kelurahan, salah satunya adalah Kelurahan Jaya harus
aktif dan terlibat untuk mengetahui perkembangan yang ada terutama
peran masyarakat dalam proses sosialisasi kriteria, penetapan,
perencanaan, pengelolaan berkelanjutan program perumahan kumuh
dan permukiman kumuh yang ada di RW 3 sangat aktif untuk
mensukseskan program kerja Pemerintahan Kelurahan Jaya dalam
122
meningkatkan taraf penghidupan warga di wilayah tersebut sebagai
pendukung visi dan misi pembangunan Kecamatan Watang Sawitto.
Keterangan dari Bapak Lurah Jaya A. Asriyadi Iskandar, SE
keterlibatan dan peran Masyarakat dalam penetapan lokasi yang
ada di RW 3 sangat aktif untuk mensukseskan program kerja
Pemerintahan Kelurahan Jaya dalam meningkatkan taraf
penghidupan warga di wilayah tersebut sebagai pendukung ekonomi
wilayah perkotaan. Mengenai pengelolaan untuk menjaga kualitas
lingkungan permukiman ikut membersihkan pekarangan masing-
masing dan atau bekerja sama dengan Aparat Kelurahan, Dinas
Lingkungan Hidup Kabupaten Pinrang, Kelomopk swadaya
masyarakat, Babinsa dan Bhabinkamtibmas serta kelompok Tani
bergotong royong membersihkan lingkungan secara berkala.
Keterangan selanjutnya tentang keterlibatan Masyarakat ikut
terlibat dan berperan aktif dalam penetapan lokasi dan perencanaan
penanganan program perumahan kumuh dan permukiman kumuh di
Kelurahan Jaya. Masyarakat telah sadar betapa pentingnya
kebersihan dan kesehatan lingkungan serta ikut menjaga
lingkungannya tetap bersih. Peran masyarakat dalam menjaga
peningkatan kualitas perumahan kumuh dan permukiman kumuh
dengan ikut bergotong royong membersihkan lingkungannya dan
pekarangannya masing-masing. Tentang pelibatan kelompok
swadaya masyarakat, dalam hal ini sebagai pendamping bertujuan
memberikan informasi untuk meningkatkan pengetahuan dan
123
kesadaran masyarakat untuk pencegahan tumbuh dan
berkembangnya permukiman kumuh baru.
Kesimpulan yang didapat dari keterangan beberapa
stakeholder tentang adanya peran masyarakat yang ikut terlibat
secara langsung dan tidak langsung dalam program perumahan
kumuh dan permukiman kumuh di RW 3 Lingkungan Jaya Kelurahan
Jaya Kecamatan Watang Sawitto Kabupaten Pinrang memang ada
sebagai wujud sinergitas dan saling mendukung antara Pemerintah,
Pemuka Agama dan Tokoh masyarakat dalam meningkatkan taraf
penghidupan yang lebih baik.
124
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
Berdasarkan pembahasan hasil penelitian, maka peneliti menarik
kesimpulan bahwa Implementasi Kebijakan Penataan Kawasan
Pemukiman Kumuh Perkotaan di Kelurahan Jaya Kecamatan Watang
Sawitto Kabupaten Pinrang telah berjalan secara optimal, dengan uraian
sebagai berikut:
1. Kriteria perumahan kumuh dan permukiman kumuh pada Penataan
Kawasan Pemukiman Kumuh Perkotaan di Kelurahan Jaya Kecamatan
Watang Sawitto Kabupaten Pinrang pada dasarnya telah berjalan
sesuai dengan Peraturan Menteri Pekerjaan Umum dan Perumahan
Rakyat Republik Indonesia Nomor 2/Prt/M/2016 Tentang Peningkatan
Kualitas Pada Perumahan Kumuh dan Permukiman Kumuh, dimana
dalam penetepannya meliputi kriteria kekumuhan ditinjau dari
bangunan gedung, jalan lingkungan, penyediaan air minum, drainase
125
lingkungan, pengelolaan air limbah, pengelolaan persampahan, dan
proteksi kebakaran.
2. Tipologi perumahan kumuh dan permukiman kumuh pada Penataan
Kawasan Pemukiman Kumuh Perkotaan di Kelurahan Jaya Kecamatan
Watang Sawitto Kabupaten Pinrang sesuai dengan petunjuk Peraturan
Menteri Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat Republik Indonesia
Nomor 2/Prt/M/2016 Tentang Peningkatan Kualitas Pada Perumahan
Kumuh dan Permukiman Kumuh, dengan menentukan tipologi
perumahan kumuh dan permukiman kumuh berdasarkan kriteria di
atas air, di tepi air, di dataran rendah, di perbukitan, dan di daerah
rawan bencana, khusus untuk pemukiman kumuh di kelurahan jaya
masuk pada tipologi tepi air dan dataran rendah.
3. Penetapan lokasi dan pengelolaan penanganan Pemukiman Kumuh
Perkotaan di Kelurahan Jaya Kecamatan Watang Sawitto Kabupaten
Pinrang sesuai dengan petunjuk Peraturan Menteri Pekerjaan Umum
dan Perumahan Rakyat Republik Indonesia Nomor 2/Prt/M/2016
Tentang Peningkatan Kualitas Terhadap Perumahan Kumuh dan
Permukiman Kumuh, yaitu melalui proses pendataan dengan
melakukan identifikasi dan penilaian lokasi sesuai dengan prosedur
pendataan identifikasi lokasi yaitu dengan melibatkan peran
masyarakat pada lokasi yang terindikasi sebagai perumahan kumuh
dan permukiman kumuh dengan memperhatikan kondisi kekumuhan,
legalitas tanah dan pertimbangan lainnya seperti nilai strategis lokasi,
kependudukan dan kondisi sosial, ekonomi, dan budaya.
126
4. Perencanaan penanganan Pemukiman Kumuh di Kelurahan Jaya
Kecamatan Watang Sawitto Kabupaten Pinrang sesuai dengan
petunjuk Peraturan Menteri Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat
Republik Indonesia Nomor 2/Prt/M/2016 Tentang Peningkatan Kualitas
Terhadap Perumahan Kumuh dan Permukiman Kumuh, dengan
penyusunan konsep perencanaan penanganan beserta
pembiayaannya melalui Surat Keptusan Bupati Pinrang Tahun 2014.
5. Pengelolaan secara berkelanjutan terhadap Pemukiman Kumuh
Perkotaan di Kelurahan Jaya Kecamatan Watang Sawitto Kabupaten
Pinrang belum optimal sesuai dengan petunjuk Peraturan Menteri
Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat Republik Indonesia Nomor
2/Prt/M/2016 Tentang Peningkatan Kualitas Terhadap Perumahan
Kumuh dan Permukiman Kumuh yaitu dengan pembentukan kelompok
swadaya masyarakat sebagai upaya untuk mengoptimalkan peran
masyarakat dalam mengelola Perumahan dan Permukiman layak huni
secara berkelanjutan hanya pemerintah belum memfasilitasi Kelompok
Swadaya Masyarakat yang telah dibentuk berupa penyediaan dan
sosialisasi norma, standar, pedoman, dan kriteria serta pemberian
bimbingan, pelatihan/penyuluhan, supervisi, konsultasi dan
pengembangan sistem informasi dan komunikasi.
6. Pola kemitraan pada Pemukiman Kumuh Perkotaan di Kelurahan Jaya
Kecamatan Watang Sawitto Kabupaten Pinrang sesuai dengan
petunjuk Peraturan Menteri Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat
Republik Indonesia Nomor 2/Prt/M/2016 Tentang Peningkatan Kualitas
127
Terhadap Perumahan Kumuh dan Permukiman Kumuh yaitu dengan
membentuk Pola kemitraan antar pemangku kepentingan yang dapat
dikembangkan dalam upaya peningkatan kualitas terhadap perumahan
kumuh dan permukiman kumuh yaitu kemitraan dengan pihak
Puskesmas dalam rangka peningkatan kulitas kesehatan dan
Kemitraan dengan Babinsa dengan Bhabinkamtibmas serta kelompok
tani untuk kegiatan sosial khususnya kerja bakti.
7. Peran Masyarakat pada Pemukiman Kumuh Perkotaan di Kelurahan
Jaya Kecamatan Watang Sawitto Kabupaten Pinrang belum berjalan
optimal sesuai dengan petunjuk Peraturan Menteri Pekerjaan Umum
dan Perumahan Rakyat Republik Indonesia Nomor 2/Prt/M/2016
Tentang Peningkatan Kualitas Terhadap Perumahan Kumuh dan
Permukiman Kumuh, dengan hanya membentuk Kelompok Swadaya
Masyarakat (KSM) tanpa memberi fasilitas sehingga KSM yang di
bentuk tidak berjalan secara optimal dan passif.
B. Saran
Berdasarkan pengamatan dan hasil wawancara maka peneliti
dapat memberikan saran sebagai berikut :
1. Dalam melakukan penentuan Kriteria perumahan kumuh dan
permukiman kumuh harusnya melibatkan Kelompok Swadaya
Masyarakat (KSM) yang mengerti dan paham tentan pemukiman
kumuh khususnya KSM yang bergerak dalam bidang Lingkungan
Hidup dan Kesehatan serta peningkatan kesejahteraan masyarakat.
128
2. Sebaiknya Pemerintah daerah berkeja sama dengan pertanahan
untuk memberikan solusi atas legalitas tanah pada masyarakat
karena banyak permukiman kumuh terkendala dari aspek legalitas
tanah.
3. Dalam Penetapan lokasi dan pengelolaan penanganan terhadap
pemukiman kumuh sebaiknya melakukan sosialisasi di tingkat
kabupaten dengan melibatkan semua stake holder yang terkait
pemukiman kumuh khususnya Kelompok Swadaya Masyarakat.
4. Perencanaan penanganan sebaiknya dibuat terpisah antara
perencanaan penanganan jangka pendek, perencanaan
penanganan jangka menengah, dan perencanaan penanganan
jangka panjang.
5. Dalam pengelolaan secara berkelanjutan sebaiknya melibatkan
Kelompok Swadaya Masyarakat (KSM) dan memberi fasilitas
terhadap Kelompok Swadaya Masyarakat (KSM) tersebut agar dapat
bekerja secara optimal.
6. Dalam setiap program Pemerintah harus secepatnya di kordinasikan
dari tingkat paling bawah sampai pimpinan instansi, agar
pelaksanaan program-program Pemerintah dengan cepat bisa di
sosialisasikan kepada masyarakat.
7. Agar lebih meningkatkan Peran Masyarakat dalam menjaga dan
mengelolah secara berkelanjutan permukiman kumuh tersebut
melalui pembentukan dan pemberdayaan Kelompok Swadaya
DAFTAR PUSTAKA
Abdul Wahab, Solichin.2008. Analisis Kebijakan : Dari Formulasi ke Implementasi
Kebijakan Negara Edisi Kedua. Bumi Aksara. Jakarta.
Abidin, Z.S., 2010, Kebijakan Publik, Jakarta, Yayasan Pancur Siwah.
Achmad Santosa, Mas. 2001. Good Governance dan Hukum Lingkungan, ICEL,
Jakarta
AG. SubarsoNomor 2011. Analisis Kebijakan Publik (konsep. teori dan aplikasi).
Pustaka Pelajar. Yogyakarta.
Agustino, Leo, 2008, Dasar-Dasar Kebijakan Publik, Bandung, CV. Alfabeta.
Aswad, Muhammad, 2010, Jurnal Administrasi Publik (Volume VI No.3),
Makassar, Pusat Kajian dan Pendidikan dan Pelatihan Aparatur II
Lembaga Administrasi Negara.
Atep Adya Barata, Dasar-Dasar Pelayanan Prima, (Jakarta : PT Elex Media
Komputindo, Cet. II, 2004), 10
Atik,dan ratminto. 2005. Manajemen Pelayanan, disertai dengan pengembangan
model konseptual, penerapan citizen’s charter dan standar pelayanan
minimal. Yogyakarta: Pustaka Pelajar
Atmosudirjo, P., 1982, Administrasi dan Manajemen Umum, Jakarta, Ghalia
Indonesia.
Badjuri dan Yuwono, Teguh, 2002, Kebijakan Publik: Konsep dan Strategi.
Semarang: Universitas Diponegoro
Dunn, William N,. 2000. Analisis Kebijakan Publik. Gadjah Mada University Press,
Yogyakarta.
Edwards III, George C. 1980. Implementing Public Policy. Washington:
Congressional Quarterly Press
Fandy Tjiptono, Manajemen Jasa, (Yogyakarta: Andi, Ed. I, Cet,III, 2004), 94
Fisher, B. Aubrey, 1986, Teori-teori Komunikasi. Penyunting: Jalaluddin
Rakhmat, Penerjemah: Soejono Trimo. Remaja Rosdakarya, Bandung
Ghozali, Imam 2011. Aplikasi Analisis Multivariate Dengan Program SPSS.
Universitas Diponegoro, Semarang
J. Supranto, 2003, Statistik Teori dan Aplikasi, Edisi Lima, Penerbit Erlangga.
Jakarta
J. Supranto, 2006, Pengukuran Tingkat Kepuasan Pelanggan : Untuk Menaikkan
Pangsa Pasar, Jakarta, Rineka Cipta
Jones, Charles O. 1991. Pengantar Kebijakan Publik. Penerjemah Ricky Istamto.
Jakarta, Rajawali.
Koalisi untuk Kebebasan Informasi,2003. Kebebasan Informasi di Berbagai
Negara, (Jakarta: Koalisi untuk Kebebasan Informasi)
Kotler. Philip. 1997. Prinsip-prinsip Pemasaran. Edisi Ketiga. PT.
Prehallindo.Jakarta.
KriyantoNomor Rachmat, 2006. Teknik Praktik Riset Komunikasi, Kencana
Prenada Media Group Jakarta
Kuswartojo, Tjuk. 2005. Perumahan dan Permukiman di Indonesia. Bandung:
Penerbit ITB.
Luankali, Bernadus. 2007. Analisis Kebijakan Publik dalam Proses Pengambilan
Keputusan. Jakarta: Amelia Press
Mendel, Toby. 2004. Kebebasan Memperoleh Informasi, Sebuah Survei
Perbandingan Hukum, Judul Asli: Freedom of Information: A
Comparative Legal Survey, Penerjemah: Tim Kawantama, UNESCO
Jakarta
Moenir, 2006, Manajemen Pelayanan Umum di Indonesia, Jakarta: Bumi Aksara
Nazir, Moh. 2014. Metode Penelitian Cetakan 9. Ghalia Indonesia. Bogor
Nugroho, 2009,Public Policy (Edisi Revisi) Jakarta, PT, Elex Media Komputindo
Pressman dan Wildavsky,(1978), “implimentation as to carry out, accomplish, fullfil, produce, complete”
Rakhmat, Jalaluddin, 2009. Metode Penelitian Komunikasi, Remaja Rosdakarya,
Bandung
Republik Indonesia, 2008, Undang-undang Nomor 14 Tahun 2008, tentang
Keterbukaan Informasi Publik, Sekretariat Negara, Jakarta
Silas. J (1996), dalam Syaiful. A (2002).” Kampung Surabaya Menuju
Metropolitan”, Permukiman Marjinal amat Liar.
Sinambela, Lijan Poltak. 2008. Reformasi Pelayanan Publik Teori, Kebijakan,
dan Implementasi. Jakarta : PT Bumi Aksara
Singarimbun, Masri. 1995. Metode Penelitian Survei, LP3S. Jakarta
Sinulingga. B.D (1999), dalam Syaiful. A (2002).” “ Pembangunan Kota” Tinjauan
Regional dan Lokal. Pustaka Sinar Harapan, Jakarta.
Subagyo, Henri. dkk, 2009. Anotasi Undang-undang Nomor 14 Tahun 2008
tentang Keterbukaan Informasi Publik, Edisi Pertama. Komisi Informasi
Pusat Republik Indonesia, Jakarta
Sufren dan Natanael, Yonathan. 2014. Belajar Otodidak SPSS Pasti Bisa, Elex
Media Komputindo, Jakarta
Sugiyono, 2011, Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif dan R&D, Alfabeta,
Bandung
Sutedi, Adrian. 2010. Hukum Perizinan Dalam Sektor Pelayanan Publik, Sinar
Grafika, Jakarta.
Tjiptono, Fandy. 2007. Manajemen Jasa, Andi Publisher, Yogyakarta
Yudohusodo, Siswono. 1991. Rumah Untuk Seluruh Rakyat. Jakarta: Bharakerta
DOKUMEN
Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2011 tentang Perumahan dan Kawasan
Permukiman
Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014 tentang Pemerintahan Daerah
Undang-Undang Nomor 9 Tahun 2015 tentang Perubahan Kedua Atas Undang-
Undang Nomor 23 Tahun 2014 tentang Pemerintahan Daerah
Peraturan Pemerintah Nomor 36 Tahun 2005 tentang Peraturan Pelaksanaan
Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2002 tentang Bangunan Gedung
Peraturan Menteri Pekerjaan Umum Dan Perumahan Rakyat Republik Indonesia
Nomor 02/Prt/M/2016 Tentang Peningkatan Kualitas Terhadap
Perumahan Kumuh dan Permukiman Kumuh
SUMBER INTERNET
Sri Haryati Atjo Andi Latanratu, 2012 Pengendalian Permukiman Kumuh di Sekitar Tanggul Sungai Je’neberang Kelurahan Sungguminasa Kabupaten Gowa” oleh, Fakultas Sains
Dan Teknologi Universitas Islam Negeri Alauddin Makassar, (http://repositori.uin-alauddin.ac.id/8283/1/Sri%20Haryati%20Atjo%20Andi%20Lantanratu%2C%20pdf.pdf) diakses
PEDOMAN WAWANCARA
1. Persiapan wawancara
Pada tahap ini, perencanaan melakukan wawancara dilakukan seoptimal
mungkin. Secara normatif, persiapan wawancara meliputi
pembuatan interview guide atau panduan wawancara, menulis daftar
informan yang potensial, termasuk nomor kontaknya jika ada, membuat janji
dengan calon informan, dan mempersiapkan peralatan serta dokumen yang
dibutuhkan untuk wawancara, seperti alat rekam, surat ijin penelitian, proposal
atau apapun yang diperlukan.
2. Proses wawancara
Setelah persiapan matang dan waktu wawancara telah tiba, memastikan
sudah ada di tempat sebelum informan datang. Tentunya jika interview
tidak dilakukan di rumah informan. Memulai wawancara perlu dengan sikap
luwes seolah peneliti adalah seorang wartawan senior yang kaya dan terkenal.
3. Evaluasi wawancara
Setelah wawancara selesai, akan menyampaikan pesan pada partisipan
bahwa apabila ada yang kurang akan di hubungi lagi. Tentunya bila partisipan
tidak keberatan untuk dihubungi lagi. Pesan ini disampaikan untuk jaga-jaga
saja kalau-kalau ada data yang dibutuhkan yang tidak ada dalam daftar
pertanyaan/kuesioner yang telah disusun. Hasil wawancara aka diperiksa
kemabali apakah seluruh pertanyaan telah terjawab atau adakah yang
terlewat. Pemeriksaan tidak hanya pada aspek kuantitas tapi juga kualitas.
KUESIONER WAWANCARA
Untuk Kepala Bidang Fisik dan Prasarana Bappeda Kabupaten Pinrang
A. Identitas informan
1. NAMA : Bachrum Syah, S.STP
2. Jabatan : Kepala Bidang Fisik dan Prasarana Bappeda
Kabupaten Pinrang
3. Waktu Wawancara : November 2019
4. Lama wawancara : 45 Menit
B. Tangapan INFORMAN
8. Kriteria Perumahan Kumuh dan Permukiman Kumuh
a) Apakan Kabupaten Pinrang telah memiliki Rencana Kawasan Permukiman
Kumuh Perkotaan (RKP-KP)?
Iya, Kabupaten Pinrang memiliki (3) Kelurahan yang masuk kriteria Kawasan
Permukiman Kumuh Perkotaan. Tetapi dari ketiga (3) Kelurahan tersebut
hanya kelurahan Jaya yang betul-betul memiliki semua kriteria yang menjadi
acuan sebagai kawasan permukiman kumuh perkotaan. Dan kriteria yang
digunakan sebagaimana Peraturan Menteri PUPR nomor 02/PRT/M/2016
tentang Peningkatan Kualitas Terhadap Perumahan Kumuh dan
Permukiman Kumuh sesuai dengan lokasi di RW 3 Lingkungan Jaya
Kelurahan Jaya, yaitu
8. Bangunan gedung
9. Jalan lingkungan
10. Drainase lingkungan
11. Penyediaan air minum
12. Pengelolaan air limbah
13. Pengelolaan persampahan
14. Proteksi kebakaran
b) Apakah Kabupaten Pinrang telah memiliki Rencana Detil Tata Ruang (RDTR)
dan Rencana Tata Bangunan dan Lingkungan (RTBL)?
Iya ada, Peraturan Daerah Kabupaten Pinrang Nomor 14 Tahun 2012 Tentang
Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten Pinrang dan baru sebatas Draft
Peraturan Bupati Tahun 2016 tentang Rencana Tata Bangunan dan
Lingkungan (RTBL)
c) Apakah ada Kriteria perumahan kumuh dan permukiman kumuh yang
digunakan untuk menentukan kondisi kekumuhan pada perumahan kumuh
dan permukiman kumuh?
Iya ada, Kriteria kawasan peruntukan permukiman kumuh adalah sebagai
berikut :
▪ topografi datar sampai bergelombang
▪ tersedia sumber air, baik air tanah maupun air yang diolah oleh
penyelenggara dengan jumlah yang cukup.
▪ tidak berada pada daerah rawan bencana (banjir, erosi, longsor),
▪ drainase baik sampai sedang,
▪ tidak berada pada wilayah sempadan sungai,
▪ tidak berada pada kawasan lindung,
▪ tidak terletak pada kawasan budidaya pertanian/penyangga,
▪ menghindari sawah irigasi teknis.
d) Bagaiamana kondisi bangunan gedung, jalan lingkungan, penyediaan air
minum, drainase lingkungan, pengelolaan air limbah, pengelolaan
persampahan dan proteksi kebakaran pada lingkungan jaya kelurahan jaya
sehingga ditetapkan sebagai pemukiman kumuh?
▪ Penetapan Kelurahan Jaya sebagai kawasan kumuh perkotaan di nilai dari
kondisi bangunannya yang sebagian kecil tidak memiliki keteraturan, tidak
memenuhi standar teknis.
▪ Jalanan Lingkungan pemukiman yang sebagian kecil mengalami
kerusakan.
▪ Penyediaan air minum Kwalitas air minum di lingkungan permukiman
sebagian kecil, belum memenuhi standar kesehatan. Karena kualitas air
yang keruh dan berbauh (Sumur tanah dalam dan tanah dangkal).
▪ Sistem drainase di lingkungan permukiman belum mampu mengatasi
genangan pada musim hujan dan sebagian besar tidak berfungsi secara
optimal, akibat terjadi sedimentasi.
▪ Sistem pengelolahan air limbah rumah tangga di lingkungan permukiman,
belum memenuhi standar teknis. Masyarakat di lingkungan permukiman,
masih memanfaatkan sungai dan drainase lingkungan sebagai wadah
pembuangan air limbah rumah tangga. ▪ Pengelolahan persampahan di lingkungan permukiman, telah tersedia tong
sampah di sebagian kecil kawasan permukiman. Namun sebagian kecil
masyarakat masih memanfaatkan lahan kosong dan drainase sebagai
tempat pembuangan sampah.
▪ Di seluruh kawasan permukiman tidak terdapat sarana dan prasarana
proteksi kebakaran.
9. Tipologi Perumahan Kumuh dan Permukiman Kumuh
a) Bagaiamana Tipologi perumahan kumuh apakah berada di atas air, di tepi air,
di dataran rendah atau di daerah rawan bencana?
Tipologi perumahan kumuh dan permukiman kumuh yang menjadi titik
pelaksanaan di Kelurahan Jaya Kecamatan Watang Sawitto berada di dataran
rendah tepi saluran irigasi Saddang yang melewati tengah Kota Pinrang.
10. Penetapan lokasi dan perencanaan penanganan;
a) Apakah sudah ada Penetapan lokasi perumahan kumuh dan permukiman
kumuh?
Setelah mendengar dan menerima laporan dari Pemerintah Kecamatan
Watang Sawitto dan berkoordinasi dengan Dinas PUPR Kabupaten
melanjutkan dengan identifikasi lokasi dan penilaian lokasi serta membawa
hasil laporan tersebut kepada Bupati Pinrang untuk menyetujui dan membuat
Keputusan Bupati Pinrang sesuai Peraturan Menteri Pekerjaan Umum dan
Perumahan Rakyat Republik Indonesia nomor 02/PRT/M/2016 tentang
Peningkatan Kualitas Terhadap Perumahan Kumuh dan Permukiman
Kumuh. Dengan disetujui dan ditandatanganinya Surat Keputusan Bupati
tentang Penetapan Kelurahan Jaya SK Bupati nomor 600/311/2014 Tahun
2014, maka program pelaksanaan perumahan kumuh dan permukiman
kumuh yang akan dilaksanakan di Keluahan Jaya akan terlaksana.
b) Apakah Kelurahan jaya masuk sebagai salah satu yang ditetapkan sebagai
lokasi perumahan kumuh dan permukiman kumuh?
Berdasarkan Surat Keputusan Bupati Pinrang Nomor: 600/311/2014 tahun
2014. Tentang Penetapan Lokasi Perumahan Kumuh dan Permukiman
Kumuh di Kabupaten Pinrang. Dari hasil penetapan tersebut, maka kawasan
permukiman kumuh di Kabupaten Pinrang di bagi menjadi 5 (lima) Lokasi,
antara lain; Pacongang 02, Pacongang 01, Lingkungan Jaya Barat,
Lingkungan Baru dan Sekkang Ruba. Kelima lokasi tersebut tersebar di 2
(Dua) Kecamatan.
c) Apakah dalam penetapan lokasi perumahan kumuh dan permukiman kumuh
didahului proses pendataan yang dilakukan oleh pemerintah daerah dengan
melibatkan peran masyarakat?
Penetapan perumahan kumuh dan permukiman kumuh yang dilaksanakan
oleh Pemerintah Kabupaten Pinrang merupakan hasil dari proses pendataan
yang berkonsultasi dan berkoordinasi dengan konsultan serta melibatkan
Masyarakat Kelurahan Jaya.
d) Apakah dalam penetapan lokasi perumahan kumuh dan permukiman kumuh
dimulai dari identifikasi lokasi dan penilaian lokasi sesuai kriteria yang telah
ditetapkan?
Menurut Kepala Bidang Fisik dan Prasarana Bappeda Kabupaten Pinrang
bahwa proses terlaksananya program perumahan kumuh dan permukiman
kumuh di Kelurahan Jaya diawali dengan adanya identifikasi lokasi dan
penilaian lokasi kondisi kekumuhan yang sangat kompleks dan terindikasi
sebagai perumahan kumuh dan permukiman kumuh, legalitas penguasaan
tanah dan kesesuaian dengan rencana tata ruangbahwa di RW 3 Lingkungan
Jaya Kelurahan Jaya peruntukannya sebagai daerah perumahan dan
permukiman dan akibatnya kepadatan penduduk tinggi sesuai klasifikasi
yang tercantum dalam pasal 21 serta potensi sosial tingkat partispasi
masyarakat dalam mendukung pembangunan, potensi ekonomi adanya
kegiatan ekonomi Warga bagi Masyarakat Kelurahan Jaya khususnya dan
Kabupaten Pinrang umumnya sehingga penilaian lokasi berdasarkan aspek
kondisi kekumuhan sedang yang terjadi di wilayah ini dalam sesuai Surat
Keterangan Rencana Kabupaten (SKRK) karena sesuai dengan Peraturan
Menteri Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat Republik Indonesia nomor
02/PRT/M/2016 tentang Peningkatan Kualitas Terhadap Perumahan Kumuh
dan Permukiman Kumuh.
e) Apakah Penetapan lokasi ditindaklanjuti dengan perencanaan penanganan
perumahan kumuh dan permukiman kumuh?
Pilihan penetapan kawasan permukiman kumuh pada kawasan perkotaan
Kabupaten Pinrang pada dasarnya ditujukan untuk meningkatkan pelayanan
dasar masyarakat dan akses terhadap sumber daya reproduksi ruang
sebagai upaya pengurangan disparitas pelayanan antar kawasan perkotaan.
11. Perencanaan Penanganan
a) Bagaimana Tahap-tahap Perencanaan penanganan perumahan kumuh dan
permukiman kumuh yang telah dilakukan pada kelurahan Jaya?
Kepala Bidang Infraswil Bappeda sebagai penyusun dokumen yang dibantu
Dinas PUPR memuat tahap-tahap:
7. Persiapan
Sebagai Aparatur paling dekat dengan Warganya yang mengetahui kondisi
riil perumahan kumuh dan permukiman kumuh.Lurah Jaya memantau
kondisi wilayah kerjanya bersama Aparatnya dan ditemani oleh Sekretaris
LKK dan Warga sekitar RW 3 Lingkungan Jaya.
8. Survey
Sesuai laporan Lurah Jaya kepada Camat Watang Sawitto dan ditindak
lanjuti kepada Bupati Pinrang yang memerintahkan Instansi terkait PUPR
dan berkoordinasi dengan Bappeda dengan permasalahan perumahan
kumuh dan permukiman kumuh yang terjadi di RW 3 Lingkungan Jaya
Kelurahan Jaya yang dilaporkan Lurah Jaya. Maka Instansi terkait
melakukan survey lokasi yang dimaksud Lurah Jaya diantar oleh aparat
Kelurahan dan disaksikan oleh Warga RW 3 Lingkungan Jaya untuk
mengetahui secara langsung dan melaporkan kepada Bupati Pinrang.
9. Penyusunan data dan fakta
Dari hasil survey lokasi yang telah dilaksanakan maka yang dilaksanakan
selanjutnya adalah penyusunan data dan mengumpulkan fakta lokasi
perumahan kumuh dan permukiman kumuh di RW 3 Lingkungan Jaya.
10. Analisis
Penyusunan data dilakukan untuk menganalisis penilaian lokasi sesuai
klasifikasi kondisi kekumuhan sedang.
11. Penyusunan konsep penanganan
Penanganan yang dilakukan dengan mempertimbangkan sesuai tipologi
Kelurahan Jaya di tepi saluran irigasi Saddang, pola penanganan yang
akan digunakan adalah peremajaan sesuai Peraturan Menteri Pekerjaan
Umum dan Perumahan Rakyat Republik Indonesia nomor 02/PRT/M/2016
tentang Peningkatan Kualitas Terhadap Perumahan Kumuh dan
Permukiman Kumuh.
12. Penyusunan rencana penanganan
Sesuai konsep penanganan awal dalam hal penentuan lokasi yang memiliki
klasifikasi kekumuhan sedang dengan status tanah legal, maka pola
penanganan yang dilakukan adalah peremajaan. b) Bagaimana pola-pola penanganan sebagai upaya peningkatan kualitas
terhadap perumahan kumuh dan permukiman kumuh di Keluarahan Jaya?
Pola penanganan permukiman kumuh yang sesuai dengan amanat UU No 1
Tahun 2011 tentang Perumahan dan Kawasan Permukiman, pada pasal 13
disebutkan bahwa Pemerintah disamping mempunyai tugas merumuskan
dan menetapkan kebijakan dan strategi bidang perumahan dan kawasan
permukiman, juga memfasilitasi pelaksanaan kebijakan dan strategi pada
tingkat nasional. Penanganan kawasan permukiman kumuh dilakukan
melalui penyiapan infrastruktur permukiman dengan pendekatan
pengembangan berbasis masyarakat.
12. Pengelolaan secara berkelanjutan
a) Apakah telah dilakukan atau ada wancana untuk melakukan pengelolaan
untuk mempertahankan dan menjaga kualitas perumahan dan permukiman
secara berkelanjutan di Kelurahan Jaya?
Menurut Kabid Fispra Bappeda Kabupaten Pinrang, untuk pengelolaan
sarana dan prasarana yang terbangun dengan memampukan dan
menumbuhkan kepedulian masyarakat untuk memelihara dan menjaga
lingkungan huniannya.
b) Bagaiamana Peran Pemerintah dalam pengelolaan untuk mempertahankan
dan menjaga kualitas permukiman secara berkelanjutan di Kelurahan Jaya?
Selalu memberikan program-program dalam berbagai hal yang sifatnya
edukasi terhadap lingkungan, yang secara langsung dapat menjaga kualitas-
kualitas bangunan yang sudah dilaksanakan dalam kawasan pemukiman
kumuh di Kelurahan Jaya.
c) Bagaiamana Peran Masyarakat dalam pengelolaan untuk mempertahankan
dan menjaga kualitas perumahan dan permukiman secara berkelanjutan di
Kelurahan Jaya?
Peran masyarakat sebagai warga terdampak yang berada di RW 3
Lingkungan Jaya, aktif pada berbagai program pemerintah daerah dalam
pemeliharaan dan perbaikan di lokasi perumahan kumuh dan permukiman
kumuh yang telah tertangani di RW 3 Lingkungan Jaya.
13. Pola kemitraan
a) Apakah ada Pola kemitraan antar pemangku kepentingan yang dapat
dikembangkan dalam upaya peningkatan kualitas terhadap perumahan
kumuh dan permukiman kumuh di Kelurahan Jaya, Bagaimana Modelnya?
Belum ada, dan baru akan melibatkan Badan Usaha untuk membantu
penanganan kawasan kumuh melalui bantuan-bantuannya.
14. Peran masyarakat
a) Bagaiamana peran masyarakat dalam peningkatan kualitas terhadap
perumahan kumuh dan permukiman kumuh dilakukan pada penetapan lokasi
dan perencanaan penanganan perumahan kumuh dan permukiman kumuh
di Keluarahan Jaya ?
Membantu menjaga ketertiban bangunan yang sudah dikerjakan di kawasan
kumuh.
b) Apakah ada Pelibatan kelompok swadaya masyarakat sebagai upaya untuk
mengoptimalkan peran masyarakat dalam peningkatan kualitas terhadap
perumahan kumuh dan permukiman kumuh di Kelurahan Jaya?
Tentang peran masyarakat dalam peningkatan dan pengelolaan kualitas
terhadap perumahan kumuh dan permukiman kumuh belum ada perannya
masyarakat untuk mengoptimalkan terhadap kualitas permukiman kumuh
yang ada di Kelurahan Jaya.
c) Bagaiamana Proses Pembentukan kelompok swadaya masyarakat untuk
peningkatan kualitas terhadap perumahan kumuh dan permukiman kumuh di
Keluarahan Jaya?
Dibentuk melalui proses dari masyarakat di lingkungan jaya, dan belum ada
kelompok swadaya yang memberikan edukasi terhadap peningkatan
kualitas.
KUESIONER WAWANCARA
Untuk Kepala Bidang
A. Identitas informan
5. NAMA : Andi Pahlevi Fachrun, ST
6. Jabatan : Kepala Bidang Perumahan dan Permukiman PUPR
Kabupaten Pinrang
7. Waktu Wawancara : November 2019
8. Lama wawancara : 35 Menit
B. Tangapan INFORMAN
15. Kriteria Perumahan Kumuh dan Permukiman Kumuh
e) Apakah Kabupaten Pinrang telah memiliki Rencana Kawasan Permukiman
Kumuh Perkotaan (RKP-KP)?
Iya, Kami melakukan pendampingan terhadap penyusunan Dokumen Rencana
Kawasan Permukiman Kumuh Perkotaan (RKP-KP) melalui keterpaduan program
semua sektor ke-Cipta Karya-an, sebagai acuan pelaksanaan penanganan kawasan
kumuh perkotaan bagi seluruh pelaku (stakeholders) yang bersifat menyeluruh,
tuntas, dan berkelanjutan (konsep delivery system).
f) Apakah Kabupaten Pinrang telah memiliki Rencana Detil Tata Ruang (RDTR)
dan Rencana Tata Bangunan dan Lingkungan (RTBL)?
Iya sementara disusun dan Rencana Tata Bangunan dan Lingkungan (RTBL)
bernuansa kearifan lokal Kota Kabupaten Pinrang yang bernama “Addatuang
Sawitto” baru sebatas draft rancangan belum dijadikan Peraturan Daerah Kabupaten
Pinrang.
g) Apakah ada Kriteria perumahan kumuh dan permukiman kumuh yang
digunakan untuk menentukan kondisi kekumuhan pada perumahan kumuh
dan permukiman kumuh?
Menurut Andi Pahlevi kriteria itu memang ada agar menjadi bahan
pertimbangan untuk dijadikan kawasan kumuh perkotaan.
h) Bagaiamana kondisi bangunan gedung, jalan lingkungan, penyediaan air
minum, drainase lingkungan, pengelolaan air limbah, pengelolaan
persampahan dan proteksi kebakaran pada lingkungan jaya kelurahan jaya
sehingga ditetapkan sebagai pemukiman kumuh?
Kondisi ini diperparah dengan berkurangnya kapasitas dan daya tampung
sungai dan saluran drainase akibat berbagai hal seperti
penutupan/penyempitan parit, pembangunan di bantaran sungai/saluran,
pendangkalan akibat sedimentasi yang tinggi serta perilaku masyarakat yang
tidak memperhatikan lingkungan seperti membuang sampah di saluran dan
sungai dapat menghambat aliran air.
16. Tipologi Perumahan Kumuh dan Permukiman Kumuh
b) Bagaimana Tipologi perumahan kumuh apakah berada di atas air, di tepi air,
di dataran rendah atau di daerah rawan bencana?
Titik pelaksanaan program perumahan kumuh dan permukiman kumuh di
Kelurahaan Jaya tersebut berada ditepi air dan dataran rendah (dibawah
permukaan laut).
17. Penetapan lokasi dan perencanaan penanganan;
f) Apakah sudah ada Penetapan lokasi perumahan kumuh dan permukiman
kumuh?
Sudah ada, setelah tim dari memantau langsung kondisi pemukiman di
Kelurahan Jaya
g) Apakah Keluarahan jaya masuk sebagai salah satu yang ditetapkan sebagai
lokasi perumahan kumuh dan permukiman kumuh?
Iya, dari awalnya di nilai ada lima (5) Kelurahan yang termasuk kawasan
kumuh, tetapi Kelurahan Jaya yang hampir secara keselurahan menjadi
pemukiman kumuh khususnya di lingkungan jaya.
h) Apakah dalam penetapan lokasi perumahan kumuh dan permukiman kumuh
didahului proses pendataan yang dilakukan oleh pemerintah daerah dengan
melibatkan peran masyarakat?
Iya, kami melakukan pendataan secara langsung dengan mengukur
kawasan yang termasuk pemukiman kumuh, baik secara Satelit maupun
langsung di lapangan.
i) Apakah dalam penetapan lokasi perumahan kumuh dan permukiman kumuh
dimulai dari identifikasi lokasi dan penilaian lokasi sesuai kriteria yang telah
ditetapkan?
Iya, semua penilaian sesuai kriteria yang telah ditetapkan untuk menunjuk
Kelurahan Jaya di lingkungan jaya.
j) Apakah Penetapan lokasi ditindaklanjuti dengan perencanaan penanganan
perumahan kumuh dan permukiman kumuh?
Iya, semua harus ada perencanaan dari Bappeda dan Kami di PUPR yang
menindaklanjuti serta penanganannya langsung.
18. Perencanaan Penanganan
c) Bagaimana tahap-tahap perencanaan penanganan perumahan kumuh dan
permukiman kumuh yang telah dilakukan pada Kelurahan Jaya?
Tahapan identifikasi awal kawasan permukiman kumuh secara fisik
d) Bagaimana pola-pola penanganan sebagai upaya peningkatan kualitas
terhadap perumahan kumuh dan permukiman kumuh di Keluarahan Jaya?
Pola pendampingan, dan pendekatan ini dianggap efektif karena selain
mengarahkan program penanganan sekaligus menumbuhkan kesadaran
dan kepedulian masyarakat terhadap lingkungan.
19. Pengelolaan secara berkelanjutan
d) Apakah telah dilakukan atau ada wacana untuk melakukan pengelolaan
untuk mempertahankan dan menjaga kualitas perumahan dan permukiman
secara berkelanjutan di Kelurahan Jaya?
Ada wacananya untuk peningkatan kualitas
e) Bagaimana peran pemerintah dalam pengelolaan untuk mempertahankan
dan menjaga kualitas permukiman secara berkelanjutan di Kelurahan Jaya?
Memberikan pemahaman kepada masyarakat pentingnya menjaga wilayah
tersebut dan membantu menumbuhkan kesadaran masyarakat.
f) Bagaiaman Peran Masyarakat dalam pengelolaan untuk mempertahankan
dan menjaga kualitas perumahan dan permukiman secara berkelanjutan di
Kelurahan Jaya?
20. Pola kemitraan
b) Apakah ada Pola kemitraan antar pemangku kepentingan yang dapat
dikembangkan dalam upaya peningkatan kualitas terhadap perumahan
kumuh dan permukiman kumuh di Kelurahan Jaya, Bagaimana Modelnya?
Belum ada pola kemitraan antar pemangku kepentingan.
21. Peran masyarakat
d) Bagaimana peran masyarakat dalam peningkatan kualitas terhadap
perumahan kumuh dan permukiman kumuh dilakukan pada penetapan,
peningkatan, pengelolaan lokasi dan perencanaan penanganan perumahan
kumuh dan permukiman kumuh di Keluarahan Jaya?
Belum ada pelibatan kelompok swadaya masyarakat sebagai upaya untuk
mengoptimalkan peran Masyarakat dan belum ada pembentukan kelompok
swadaya Masyarakat dalam peningkatan kualitas terhadap perumahan
kumuh dan permukiman kumuh di Kelurahan Jaya,
e) Apakah ada Pelibatan kelompok swadaya masyarakat sebagai upaya untuk
mengoptimalkan peran masyarakat dalam peningkatan kualitas terhadap
perumahan kumuh dan permukiman kumuh di Keluarahan Jaya?
Belum ada.
f) Bagaimana Proses Pembentukan kelompok swadaya masyarakat untuk
peningkatan kualitas terhadap perumahan kumuh dan permukiman kumuh di
Keluarahan Jaya?
Prosesnya pembentukan kelompok swadaya masyarakat melaui masyarakat
di kawasan itu sendiri, dan belum ada kerja kelompok swadaya masyarakat
untuk peningkatan kualitas.
KUESIONER WAWANCARA
Untuk Kepala Camat watang sawitto Kabupaten Pinrang
A. Identitas informan
9. NAMA : H. A. Machmud Bancing, AP, MH
10. Jabatan : Camat Watang Sawitto Kabupaten Pinrang
11. Waktu Wawancara : November 2019
12. Lama wawancara : 30 Menit
B. Tangapan INFORMAN
22. Kriteria Perumahan Kumuh dan Permukiman Kumuh
i) Apakah Kabupaten Pinrang telah memiliki Rencana Kawasan Permukiman
Kumuh Perkotaan (RKP-KP)?
Iya ada dari tahun 2106. j) Apakah Kabupaten Pinrang telah memiliki Rencana Detil Tata Ruang (RDTR)
dan Rencana Tata Bangunan dan Lingkungan (RTBL)?
Iya ada, Peraturan Daerah Kabupaten Pinrang Nomor 14 Tahun 2012 Tentang
Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten Pinrang dan baru sebatas Draft
Peraturan Bupati Tahun 2016 tentang Rencana Tata Bangunan dan
Lingkungan (RTBL)
k) Apakah ada Kriteria perumahan kumuh dan permukiman kumuh yang
digunakan untuk menentukan kondisi kekumuhan pada perumahan kumuh
dan permukiman kumuh?
Iya ada, tentang kondisi sosial dan kesehatan yang belum memenuhi syarat
bersih serta perekonomian warganya yang berpenghasilan menengah ke
bawah.
l) Bagaiamana kondisi bangunan gedung, jalan lingkungan, penyediaan air
minum, drainase lingkungan, pengelolaan air limbah, pengelolaan
persampahan dan proteksi kebakaran pada lingkungan jaya kelurahan jaya
sehingga ditetapkan sebagai pemukiman kumuh?
Dengan kondisi tersebut dari segi lingkungan terlihat kotor selokan yang
tersumbat, berbau, sampah berserakan karena tidak ada akses kendaraan
pengangkut sampah yang mengambil sampah rumah tangga, berawa-rawa.
23. Tipologi Perumahan Kumuh dan Permukiman Kumuh
c) Bagaimana Tipologi perumahan kumuh apakah berada di atas air, di tepi air,
di dataran rendah atau di daerah rawan bencana?
Terletak di dataran rendah ditepian saluran aliran irigasi
24. Penetapan lokasi dan perencanaan penanganan;
k) Apakah sudah ada Penetapan lokasi perumahan kumuh dan permukiman
kumuh?
Iya ada. l) Apakah Kelurahan jaya masuk sebagai salah satu yang ditetapkan sebagai
lokasi perumahan kumuh dan permukiman kumuh?
Tentang penetapan lokasi di RW 3 Lingkungan Jaya telah sesuai prosedur
dan acuan dari Peraturan Menteri Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat
Republik Indonesia nomor 02/PRT/M/2016 tentang Peningkatan Kualitas
Terhadap Perumahan Kumuh dan Permukiman Kumuh
m) Apakah dalam penetapan lokasi perumahan kumuh dan permukiman kumuh
didahului proses pendataan yang dilakukan oleh pemerintah daerah dengan
melibatkan peran masyarakat?
Pemerintah Kabupaten yang melaksanakan program perumahan kumuh dan
permukiman kumuh melibatkan beberapa stakeholder mulai dari Bappeda,
Dinas PUPR, Kecamatan Watang Sawitto, Pemerintah Kelurahan Jaya,
tokoh masyarakat dan warga sekitar Kelurahan Jaya.
n) Apakah dalam penetapan lokasi perumahan kumuh dan permukiman kumuh
dimulai dari identifikasi lokasi dan penilaian lokasi sesuai kriteria yang telah
ditetapkan?
Iya, dimulai dari identifikasi sampai tehnis kegiatan yang tetap dilaporkan ke
kecamatan.
o) Apakah Penetapan lokasi ditindaklanjuti dengan perencanaan penanganan
perumahan kumuh dan permukiman kumuh?
Iya menurut tim tehnis kegiatan.
25. Perencanaan Penanganan
e) Bagaimana tahap-tahap perencanaan penanganan perumahan kumuh dan
permukiman kumuh yang telah dilakukan pada kelurahan Jaya?
Persiapan lokasi, Survey, penyusunan data, analisis konsep penaganan dan
rencana penanganan.
f) Bagaimana pola-pola penanganan sebagai upaya peningkatan kualitas
terhadap perumahan kumuh dan permukiman kumuh di Keluarahan Jaya?
Sesuai konsep penanganan awal dalam hal penentuan lokasi yang memiliki
klasifikasi kekumuhan sedang dengan status tanah legal, maka pola
penanganan yang dilakukan adalah peremajaan.
26. Pengelolaan secara berkelanjutan
g) Apakah telah dilakukan atau ada wancana untuk melakukan pengelolaan
untuk mempertahankan dan menjaga kualitas perumahan dan permukiman
secara berkelanjutan di Kelurahan Jaya?
belum ada tindak lanjut atau wacana melakukan pengelolaan untuk
mempertahankan dan menjaga kualitas perumahan dan permukiman secara
berkelanjutan di Kelurahan Jaya.
h) Bagaiamana Peran Pemerintah dalam pengelolaan untuk mempertahankan
dan menjaga kualitas permukiman secara berkelanjutan di Kelurahan Jaya?
Berkordinasi dengan beberapa instansi terkait dengan lingkungan,
kesehatan sampai keagaamaan.
i) Bagaiamana Peran Masyarakat dalam pengelolaan untuk mempertahankan
dan menjaga kualitas perumahan dan permukiman secara berkelanjutan di
Kelurahan Jaya?
Kami dari kecamatan hanya menghimbau setiap minggunya kepada seluruh
masyarakat yang termasuk di wilayah kekumuhan.
27. Pola kemitraan
c) Apakah ada Pola kemitraan antar pemangku kepentingan yang dapat
dikembangkan dalam upaya peningkatan kualitas terhadap perumahan
kumuh dan permukiman kumuh di Kelurahan Jaya, Bagaimana Modelnya?
Belum ada modelnya di Kelurahan Jaya.
28. Peran masyarakat
g) Bagaimana peran masyarakat dalam peningkatan kualitas terhadap
perumahan kumuh dan permukiman kumuh dilakukan pada penetapan lokasi
dan perencanaan penanganan perumahan kumuh dan permukiman kumuh
di Keluarahan Jaya ?
Sangat aktif dan ingin selalu terlibat langsung untuk mengetahui
perkembangan wilayahnya.
h) Apakah ada Pelibatan kelompok swadaya masyarakat sebagai upaya untuk
mengoptimalkan peran masyarakat dalam peningkatan kualitas terhadap
perumahan kumuh dan permukiman kumuh di Kelurahan Jaya?
Iya ada pelibatan kelompok swadaya masyarakat yang telah terbentuk.
i) Bagaiamana Proses Pembentukan kelompok swadaya masyarakat untuk
peningkatan kualitas terhadap perumahan kumuh dan permukiman kumuh di
Keluarahan Jaya?
Dibentuk melalui masyarakat di kawasan tersebut itu sendiri.
KUESIONER WAWANCARA
Untuk Lurah Jaya Kecamatan Watang Sawitto Kabupaten Pinrang
A. Identitas informan
13. NAMA : Andi Asriyadi Iskandar, SE
14. Jabatan : Lurah Jaya
15. Waktu Wawancara : November 2019
16. Lama wawancara : 30 menit
B. Tangapan INFORMAN
29. Kriteria Perumahan Kumuh dan Permukiman Kumuh
m) Apakah warga di kelurahan Jaya khususnya di lingkungan Jaya penghasilan
penghuninya rendah?
Perekonomian warga yang berpenghasilan menengah ke bawah karena
sebagian besar warga memiliki pekerjaan dari industri rumah tangga dan jasa
yang memanfaatkan kondisi.
n) Apakah rumah-rumah yang berada di Kelurahan Jaya berada di lokasi tidak
legal?
Rumah di lokasi kawasan permukiman kumuh perkotaan ini berada di lokasi
yang legal.
o) Bagaimana kondisi kesehatan para warga di Kelurahan Jaya khususnya di
Lingkungan Jaya?
Kondisi yang kumuh di wilayah permukiman tersebut.
30. Tipologi Perumahan Kumuh dan Permukiman Kumuh
d) Bagaimana Tipologi perumahan kumuh di kelurahan Jaya, apakah
pemukiman berada dekat dengan pusat kegiatan sosial ekonomi?
Iya dekat dari pusat kegiatan social ekonomi, contohnya pasar.
31. Penetapan lokasi dan perencanaan penanganan;
p) Apakah sudah tepat sasaran Penetapan lokasi perumahan kumuh dan
permukiman kumuh?
Telah tepat sasaran sesuai kriteria perumahan kumuh dan permukiman
kumuh.
q) Apakah Kelurahan jaya masuk sebagai salah satu yang ditetapkan sebagai
lokasi perumahan kumuh dan permukiman kumuh?
Iya dari lima (5) Kelurahan di Kabupaten Pinrang terpilih Kelurahan Jaya.
r) Apakah didalam penetapan lokasi kawasan pemukiman kumuh sudah
dilakukan Musyawarah antar warga?
Iya sudah dilakukan musyawarah sesuai dengan penilaian tim tehnis dari
PUPR.
32. Perencanaan Penanganan
g) Apa sajakah yang masuk kategori perencanaan penanganan Kawasan
pemukiman kumuh di Kelurahan Jaya?
Letak bangunan yang kurang teratur dan yang paling utama adalah jalan dan
saluran yang tidak memadai.
h) Siapa sajakah yang terlibat dalam perencanaan penanganan Kawasan
kumuh di kelurahan Jaya?
Dari masyarakat, kelurahan, kecamatan sampai instansi tehnis dan
perencanaan yaitu Bappeda Kabupaten Pinrang.
33. Pengelolaan secara berkelanjutan
j) Apakah telah dilakukan atau ada wacana untuk melakukan pengelolaan
untuk mempertahankan dan menjaga kualitas perumahan dan permukiman
secara berkelanjutan di Kelurahan Jaya?
Iya telah dilakukan. peran masyarakat sebagai warga terdampak yang
berada di RW 3 Lingkungan Jaya aktif pada berbagai program pemerintah
daerah dalam pemeliharaan dan perbaikan di lokasi perumahan kumuh dan
permukiman kumuh yang telah tertangani di RW 3 Lingkungan Jaya.
k) Bagaimana Peran Pemerintah dalam pengelolaan untuk mempertahankan
dan menjaga kualitas perumahan dan permukiman secara berkelanjutan di
Kelurahan Jaya?
Selalu memberikan sosialisasi terhadap lingkungan dan memberikan
pelayanan kesehatan di setiap wilayah Kelurahan Jaya.
l) Bagaimana Peran Masyarakat dalam pengelolaan untuk mempertahankan
dan menjaga kualitas permukiman secara berkelanjutan di Kelurahan Jaya?
Ikut berpartisipasi secara aktif swadaya dan/atau dalam kelompok swadaya
masyarakat pada upaya pemeliharaan dan perbaikan baik berupa dana,
tenaga maupun material.
34. Pola kemitraan
d) Apakah ada Pola kemitraan antar pemangku kepentingan yang dapat
dikembangkan dalam upaya peningkatan kualitas terhadap perumahan
kumuh dan permukiman kumuh di Kelurahan Jaya, Bagaimana Modelnya?
Belum ada.
35. Peran masyarakat
j) Bagaimana peran masyarakat dalam peningkatan kualitas terhadap
perumahan kumuh dan permukiman kumuh dilakukan pada penetapan,
peningkatan, pengelolaan, lokasi dan perencanaan penanganan perumahan
kumuh dan permukiman kumuh di Keluarahan Jaya?
Masyarakat telah sadar betapa pentingnya kebersihan dan kesehatan
lingkungan serta ikut menjaga lingkungannya tetap bersih. Peran masyarakat
dalam menjaga peningkatan kualitas perumahan kumuh dan permukiman
kumuh dengan ikut bergotong royong membersihkan lingkungannya dan
pekarangannya masing-masing.
k) Apakah ada Pelibatan kelompok swadaya masyarakat sebagai upaya untuk
mengoptimalkan peran masyarakat dalam peningkatan kualitas terhadap
perumahan kumuh dan permukiman kumuh di Keluarahan Jaya?
Belum ada upaya untuk mengoptimalkan peningkatan kualitas wilayah
kekumuhan tersebut.
l) Bagaimana Proses Pembentukan kelompok swadaya masyarakat untuk
peningkatan kualitas terhadap perumahan kumuh dan permukiman kumuh di
Keluarahan Jaya?
Sesuai dengan hasil musyawarah masyarakat yang telah dilakukan sebelum
kegiatan perbaikan wilayah kekumuhan di Lngkungan Jaya.
KUESIONER WAWANCARA
Untuk Masyarakat Kelurahan Jaya Kecamatan WAtang Sawitto
Kabupaten Pinrang
A. Identitas informan
17. NAMA : Chaerul MC
18. Jabatan : Tokoh Masyarakat Kelurahan Jaya
19. Waktu Wawancara : November 2019
20. Lama wawancara : 35 menit
B. Tangapan INFORMAN
36. Kriteria Perumahan Kumuh dan Permukiman Kumuh
p) Apakah warga di kelurahan Jaya khususnya di lingkungan Jaya penghasilan
penghuninya rendah?
Iya hampir setengah dari warga yang di lingkungan jaya ini.
q) Apakah rumah-rumah yang berada di Kelurahan Jaya berada di lokasi tidak
legal?
Semua rumah-rumah di wilayah kekumuhan termasuk lokasi Legal
r) Bagaimana kondisi kesehatan para warga di Kelurahan Jaya khususnya di
Lingkungan Jaya?
Kondisi kesehatan sampai saat ini Alhamdulillah masih baik2, tetapi bila
datangnya musim hujan akan banyak sumber-sumber penyakit.
37. Tipologi Perumahan Kumuh dan Permukiman Kumuh
e) Bagaimana Tipologi perumahan kumuh di kelurahan Jaya, apakah
pemukiman berada dekat dengan pusat kegiatan sosial ekonomi?
Iya sangat dekat dari area pusat kegiatan social ekonomi.
38. Penetapan lokasi dan perencanaan penanganan;
s) Apakah sudah tepat sasaran Penetapan lokasi perumahan kumuh dan
permukiman kumuh?
Sangat tepat sasaran untuk permukiman kumuh perkotaan.
t) Apakah Kelurahan jaya masuk sebagai salah satu yang ditetapkan sebagai
lokasi perumahan kumuh dan permukiman kumuh?
Iya betul.
u) Apakah didalam penetapan lokasi kawasan pemukiman kumuh sudah
dilakukan Musyawarah antar warga?
Sudah dilakukan secara terbuka dan transparan antar warga yang masuk di
permukiman kumuh perkotaan.
39. Perencanaan Penanganan
i) Apa sajakah yang masuk kategori perencanaan penanganan Kawasan
pemukiman kumuh di kelurahan Jaya?
Memulai dari tahap penilaian lokasi sampat penetapannya.
j) Siapa sajakah yang terlibat dalam perencanaan penanganan Kawasan
kumuh di kelurahan Jaya?
Bapak Lurah, Kecamatan, PUPR, Bappeda dan tim tehnis dari Cipta Karya
Provinsi.
40. Pengelolaan secara berkelanjutan
m) Apakah telah dilakukan atau ada wacana untuk melakukan pengelolaan
untuk mempertahankan dan menjaga kualitas perumahan dan permukiman
secara berkelanjutan di Kelurahan Jaya?
Ada wacana untuk pengelolaannya
n) Bagaimana Peran Pemerintah dalam pengelolaan untuk mempertahankan
dan menjaga kualitas perumahan dan permukiman secara berkelanjutan di
Kelurahan Jaya?
Selaukan memberikan pelajaran tentang kesehatan dan sosialisasi
lingkungan yang baik.
o) Bagaimana Peran Masyarakat dalam pengelolaan untuk mempertahankan
dan menjaga kualitas permukiman secara berkelanjutan di Kelurahan Jaya?
Bersama-sama menjaga kualitas dan permukiman yang telah dikerjakan oleh
Pemerintah.
41. Pola kemitraan
e) Apakah ada Pola kemitraan antar pemangku kepentingan yang dapat
dikembangkan dalam upaya peningkatan kualitas terhadap perumahan
kumuh dan permukiman kumuh di Kelurahan Jaya, Bagaimana Modelnya?
Belum ada.
42. Peran masyarakat
m) Bagaimana peran masyarakat dalam peningkatan kualitas terhadap
perumahan kumuh dan permukiman kumuh dilakukan pada penetapan,
peningkatan,pengelolaan lokasi dan perencanaan penanganan perumahan
kumuh dan permukiman kumuh di Keluarahan Jaya?
Tetap selalu membantu apa saja program-program pemerintah yang
memberikan kebaikan untuk kawasan ini.
n) Apakah ada Pelibatan kelompok swadaya masyarakat sebagai upaya untuk
mengoptimalkan peran masyarakat dalam peningkatan kualitas terhadap
perumahan kumuh dan permukiman kumuh di Keluarahan Jaya?
Belum ada perannya masyarakat
o) Bagaimana Proses Pembentukan kelompok swadaya masyarakat untuk
peningkatan kualitas terhadap perumahan kumuh dan permukiman kumuh di
Keluarahan Jaya?
Membentuk secara musyawarah untuk kelompok swadaya masyarakat dan
untuk menjaga kualitas permukiman secara bersama-sama.
PEDOMAN TELAAH DOKUMEN
Dalam telaah dokumen yang dilakukan adalah dokumen yang
berhubungan dengan Implementasi kebijakan peningkatan kualitas pada
pemukiman kumuh di Kelurahan Jaya Kecamatan Watang Sawitto Kabupaten
Pinrang.
meliputi:
a. Tujuan :
Untuk memperoleh informasi dan data terkait Implementasi kebijakan
peningkatan kualitas terhadap pemukiman kumuh di Kelurahan Jaya
Kecamatan Watang Sawitto Kabupaten Pinrang.
b. Dokumen yang di telaah terkait aspek :
1) Kriteria Perumahan Kumuh dan Permukiman Kumuh
2) Tipologi Perumahan Kumuh dan Permukiman Kumuh
3) Penetapan lokasi dan perencanaan penanganan;
4) Perencanaan Penanganan
5) Pengelolaan secara berkelanjutan
6) Pola kemitraan,
7) Peran masyarakat
Lampiran Dokumen :
1. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 1 Tahun 2011
2. Peraturan Menteri Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat
Republik Indonesia Nomor 02/PRT/M/2016
3. Surat Keputusan Bupati Pinrang Nomor 600/211/2014
PEDOMAN OBSERVASI
Dalam pengamatan (observasi) yang dilakukan adalah mengamati
Implementasi kebijakan peningkatan kualitas terhadap pemukiman kumuh di
Kelurahan Jaya Kecamatan Watang Sawitto Kabupaten Pinrang
meliputi:
a. Tujuan :
Untuk memperoleh informasi dan data baik mengenai kondisi fisik maupun
non fisik terkait pelaksanaan Implementasi kebijakan peningkatan kualitas
terhadap pemukiman kumuh di Kelurahan Jaya Kecamatan Watang
Sawitto Kabupaten Pinrang.
b. Aspek yang diamati :
2) Kriteria Perumahan Kumuh dan Permukiman Kumuh
3) Tipologi Perumahan Kumuh dan Permukiman Kumuh
4) Penetapan lokasi dan perencanaan penanganan;
5) Perencanaan Penanganan
6) Pengelolaan secara berkelanjutan
7) Pola kemitraan,
8) Peran masyarakat
Lampiran Observasi :
Peninjauan Kawasan Permukiman Bersama Bapak Lurah Jaya, Masyarakat,
dan Tim Teknis dari Cipta Karya PUPR Kabupaten Pinrang
Peninjauan Permukiman Kumuh di Kelurahan Jaya Bersama Bapak Lurah
Jaya, Masyarakat, dan Tim Teknis dari Cipta Karya PUPR Kabupaten
Pinrang
Kondisi Jalan permukiman di lingkungan sebelum pekerjaan Permukiman
Kumuh Perkotaan di Kelurahan Jaya Kecamatan Watang Sawitto Kabupaten
Pinrang
Kondisi drainase saluran Permukiman Kumuh Perkotaan di Kelurahan Jaya
Kecamatan Watang Sawitto Kabupaten Pinrang.
Kondisi permukiman di lingkungan akibat drainase saluran permukiman
tersumbat, sebelum pekerjaan Permukiman Kumuh Perkotaan di Kelurahan
Jaya Kecamatan Watang Sawitto Kabupaten Pinrang.
Drainase yang telah tersentuh oleh kegiatan Permukiman Kumuh Perkotaan
di Kelurahan Jaya Kecamatan Watang Sawitto Kabupaten Pinrang.
K
Kondisi Jalan permukiman di lingkungan sebelum pekerjaan Permukiman
Kumuh Perkotaan di Kelurahan Jaya Kecamatan Watang Sawitto Kabupaten
Pinrang.
Jalanan umum masyarakat dan anak sekolah setelah pekerjaan kegiatan
Permukiman Kumuh Perkotaan di Kelurahan Jaya Kecamatan Watang
Sawitto Kabupaten Pinrang.
BIODATA PENULIS
Andi Asriyadi Iskandar adalah nama penulis Tesis ini. Penulis
lahir dari Orang Tua Ir. H. Iskandar dan Dra. Hj. Andi Sisu
sebagai anak Pertama dari Tiga bersaudara Laki-laki. Penulis
dilahirkan di Makassar, Sulawesi Selatan pada tanggal 25 Juni
1983. Penulis menempuh pendidikan dimulai dari SDN Inpres
Katangka Kabupaten Gowa (lulus tahun 1995), melanjutkan ke
SMP Negeri 3 Makasaar (lulus tahun 1998), melanjutkan ke
SMA Negeri 2 Makassar (lulus tahun 2001), dan STIE Indonesia Makassar untuk jenjang
Strata 1 (satu) (lulus tahun 2008).
Hingga kini penulis aktif sebagai Aparatur Sipil Negara di Kabupaten Pinrang, Sulawesi
Selatan, di Instansi Kecamatan Watang Sawitto sebagai Sekertaris Camat Watang
Sawitto Kabupaten Pinrang.
Dengan ketekunan, motivasi tinggi untuk terus belajar dan berusaha walaupun penulis
adalah mahasiswa pascasarjana yang terlama diantara angkatan Administrasi Kebijakan
Publik 2015.04, tetapi penulis telah berhasil menyelesaikan pengerjaan tugas akhir Tesis
ini. Semoga dengan penulisan tugas akhir Tesis ini mampu memberikan kontribusi positif
untuk Kabupaten Pinrang dan khususnya bagi dunia pendidikan.
Akhir kata penulis mengucapkan rasa syukur yang sebesar-besarnya atas
terselesaikannya Tesis yang berjudul “Implementasi Kebijakan Peningkatan Kualitas
Permukiman Kumuh di Kelurahan Jaya Kecamatan Watang Sawitto Kabupaten
Pinrang”.