tesis implementasi kebijakan peningkatan kualitas ...

180
TESIS IMPLEMENTASI KEBIJAKAN PENINGKATAN KUALITAS PERMUKIMAN KUMUH DI KELURAHAN JAYA KECAMATAN WATANG SAWITTO KABUPATEN PINRANG Andi Asriyadi Iskandar NPM. 2015.04.019 KONSENTRASI ADMINISTRASI KEBIJAKAN PUBLIK PROGRAM MAGISTER ILMU ADMINISTRASI SEKOLAH TINGGI ILMU ADMINISTRASI LEMBAGA ADMINISTRASI NEGARA MAKASSAR 2019

Transcript of tesis implementasi kebijakan peningkatan kualitas ...

TESIS

IMPLEMENTASI KEBIJAKAN PENINGKATAN KUALITAS PERMUKIMAN KUMUH DI KELURAHAN

JAYA KECAMATAN WATANG SAWITTO KABUPATEN PINRANG

Andi Asriyadi Iskandar NPM. 2015.04.019

KONSENTRASI

ADMINISTRASI KEBIJAKAN PUBLIK

PROGRAM MAGISTER ILMU ADMINISTRASI

SEKOLAH TINGGI ILMU ADMINISTRASI LEMBAGA ADMINISTRASI NEGARA

MAKASSAR 2019

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT atas

Berkat dan rahmat-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan

penulisan tesis dengan judul : Implementasi Kebijakan Peningkatan

Kualitas Pada Pemukiman Kumuh Di Kelurahan Jaya Kecamatan

Watang Sawitto Kabupaten Pinrang.

Penyusunan tesis ini merupakan salah satu persyaratan dalam

menyelesaikan Program Magister Ilmu Administrasi Sekolah Tinggi

Ilmu Administrasi Lembaga Administrasi Negara Makassar.

Kami sangat berterimakasih atas bimbingan, arahan dan

motivasi dari Bapak Prof. Amir Imbaruddin, MDA, Ph.D dan Dr, Muh.

Syarif Ahmad, S.Sos, M.Pd, penulis sangat yakin tanpa batuan bapak

dan ibu tesis ini tidak mungkin selesai.

Serta berbagai pihak atas bantuan dan dukungan yang secara

langsung, maupun tidak langsung yang telah Kami terima, oleh

karena itu penulis ingin mengucapkan terima kasih yang sebesar –

besarnya kepada :

1. Bapak Prof. Amir Imbaruddin, MDA, Ph.D atas bimbingan,

arahan dan waktu yang telah diluangkan kepada penulis.

2. Bapak Dr, Muh. Syarif Ahmad, S.Sos, M.Pd, yang telah

memberikan masukan dan saran kepada penulis.

3. Kedua Orang tua tercinta kami Ir. H. Iskandar dan Dra. Hj.

Andi Sisu, yang mendidik dengan penuh rasa kasih sayang

dan senantiasa memberi semangat dan dorongan kepada

penulis.

4. Istri tercinta dr. Hj. Anandha Mardhia Prefitri Sp.OG, M.Kes

dan Anak tersayang Andi Mikhail Yadina, yang telah

mendukung setulus hati dalam menyelesaikan studi program

Pascasarjana.

5. Bapak H. Machmud Bancing, AP, MH selaku Camat Watang

Sawitto, Bapak Andi Pahlevi Fahrun, ST selaku kepala

Bidang Perumahan dan Permukiman PUPR, Bapak Bachrum

Syah, S.STP Kepala Bidang Fisik dan Prasarana Bappeda

Kabupaten Pinrang, yang telah memberikan bantuan,

menyediakan waktu dan kesempatan untuk penulisan tesis

ini.

6. Seluruh Bapak/Ibu dosen dan pegawai akademik, keuangan

yang secara langsung maupun tidak langsung yang telah

menunjang dalam penyelesaian tesis ini.

7. Seluruh Pegawai Kelurahan Jaya Kabupaten Pinrang, yang

telah memberikan bantuan, menyediakan waktu dan

kesempatan untuk penulisan tesis ini.

8. Rekan rekan mahasiswa Program Magister Ilmu Administrasi

Konsentrasi Administrasi Kebijakan Publik 2015.04

9. Serta semua pihak yang namanya tidak dapat disebutkan

satu-persatu.

Dengan segala kemampuan yang ada serta mengingat

terbatasnya pengalaman dan pengetahuan, kami sepenuhnya

menyadari bahwa tesis ini masih jauh dari sempurna, baik dalam

pengungkapan, pokok pikiran, tata bahasa maupun kelengkapan

pembahasannya. Semoga dengan hasil dari penelitian tesis ini dapat

berguna bagi yang membutuhkan.

Pinrang, Januari 2020

Penulis

IMPLEMENTASI KEBIJAKAN PENINGKATAN KUALITAS PADA PEMUKIMAN KUMUH DI KELURAHAN JAYA

KECAMATAN WATANG SAWITTO KABUPATEN PINRANG

Andi Asriyadi Iskandar1, Amir Imbaruddin2 dan Muh. Syarif Ahmad3

1 Kelurahan Jaya Kecamatan Watang Sawitto Kabupaten Pinrang e-mail: [email protected]

2Sekolah Tinggi Ilmu Administrasi-Lembaga Administrasi Negara, Makassar e-mail: [email protected]

3Sekolah Tinggi Ilmu Administrasi-Lembaga Administrasi Negara, Makassar website:https://stialanmakassar.ac.id

Intisari

Permasalahan yang dibahas dalam penelitian ini adalah bagaimana implementasi Kebijakan Peningkatan Kualitas Pemukiman Kumuh di Kelurahan Jaya Kecamatan Watang Sawitto Kabupaten Pinrang. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui sejauh mana penerapan Kebijakan Peningkatan Kualitas Pada Permukiman Kumuh sesuai dengan Kebijakan Peraturan Menteri Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat Republik Indonesia Nomor 02/PRT/MTahun2016 Tentang Peningkatan Kualitas Terhadap Perumahan Kumuh Dan Permukiman Kumuh.

Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode kualitatif sumber data adalah dari beberapa Instansi terkait yaitu Badan Perencanaan Pembangunan Daerah, Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat, Pegawai kecamatan Watang Sawitto, Pegawai Kelurahan Jaya serta masyarakat Kelurahan Jaya. Teknik pengumpulan data dengan menggunakan wawancara, observasi dan telaah dokumen.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa implementasi Kebijakan peningkatan kualitas pada permukiman kumuh di Kelurahan Jaya telah berjalan dengan baik namun masih ada beberapa yang perlu di benahi, diantaranya faktor Kriteria Perumahan Kumuh dan Permukiman Kumuh, dalam melakukan penentuan Kriteria perumahan kumuh tidak melibatkan Kelompok Swadaya Masyarakat (KSM). Faktor perencanaan penanganan, dalam membuat perencanaan penanganan tidak memisahkan anatara perencanaa penanganan jangka pendek, perencanaan pananganan jangka menengah, dan perencanaan penanganan jangka panjang, selanjutnya faktor peran masyarakat yang menjadi faktor penting, tidak berjalan dengan baik, semua faktor harus melibatkan masyarakat, untuk itu pemerintah Kabupaten Pinrang sebaiknya meningkatkan Peran Masyarakat dalam Peningkatan Kualitas Terhadap Permikiman Kumuh.

Berdasarkan pada uraian dan analisis data maka diperoleh kesimpulan bahwa faktor-faktor yang mempengaruhi Implementasi Kebijakan Peningkatan Kualitas Terhadap Pemukiman Kumuh Di Kelurahan Jaya Kecamatan Watang Sawitto Kabupaten Pinrang yang meliputi Kriteria Perumahan Kumuh dan Permukiman Kumuh, Tipologi Perumahan Kumuh dan Permukiman Kumuh, Penetapan lokasi dan perencanaan penanganan, Perencanaan Penanganan, Pengelolaan secara berkelanjutan, Pola kemitraan, serta Peran masyarakat masih perlu perbaikan khususnya peningkatan Peran Masyarakat disumua faktor khususnya dalam menjaga dan mengelolah secara bekerlanjutan pemukiman kumuh tersebut melalui pembentukan dan pemberdayaan Kelompok Swadaya Masyarakat (KSM), serta melakukan rapat koordinasi minimal satu kali dalam tiga bulan.

ABSTRACT

IMPLEMENTATION OF QUALITY IMPROVEMENT POLICY IN

SLUMS AT JAVA VILLAGE WATANG SAWITTO SUB-DISTRICT

PINRANG REGENCY

Author : Andi Asriyadi Iskandar

Supervisors : Amir Imbaruddin

Muh. Syarif Ahmad

The main problem investigated in this study how was the

implement of quality improvement policy for slums in Jaya Village,

Watang Sawitto Sub-District, Pinrang Regency. The objective of the

study was to understand how was of the implementation of the

Quality Improvement Policy for Slums in accordance with Public

Works and Public Housing (Pekerjaan Umum dan Perumahan

Rakyat/PUPR) Ministerial Regulation Policy Number 02/PRT/M/2016

concerning Quality Improvement of Slums Housing and Slums

Settlements.

The study applied a qualitative method. Data sources were

employees at the Public Works and Public Housing Office of Pinrang

Regency, employees of the Regional Planning and Development

Agency of Pinrang Regency, employees of Watang Sawitto Sub-

District, employees of Jaya Village and the community. Data

collected through interviews, observation and document review.

The study showed that the implementation of the Quality

Improvement Policy for Slums has been going well, but there are still

some things that need to be addressed, including the Slums Housing

and Slums Settlement Criteria Factors, determining the criteria for

slum housing was not involve Civil Society Groups (Kelompok

Swadaya Masyarakat/KSM), Handling Planning Factors In making

the handling plan, it was not separate between short-term, medium-

term and long-term handling planning. Furthermore, the role of the

community is not going well. Based on the description and analysis

of the data, it is concluded that the factors that influence the

implementation of the Quality Improvement Policy for Slum

Settlements in Jaya Village include the Criteria for Slum Housing and

Slum Settlements, Typology of Slum Housing and Slum Settlements,

Location Determination and treatment planning. Management

planning, sustainable management, partnership patterns, and

community roles still need improvement, especially increasing the

role of the community in all factors, especially in maintaining and

sustainably managing these slum settlements through the formation

and empowerment of Community Self-Help Groups (KSM), as well

as conducting minimal coordination meetings at last once every three

months.

Keywords: Quality Improvement, Slums, Java Village

j

DAFTAR ISI

HALAMAN SAMPUL ............................................................................... i

LEMBAR PENGESAHAN ........................................................................ ii

KATA PENGANTAR ............................................................................... iii

INTI SARI .................................................................................................. iv

DAFTAR ISI ............................................................................................. v

DAFTAR TABEL ...................................................................................... vi

DAFTAR GAMBAR ................................................................................. vii

BAB I PENDAHULUAN ......................................................................... 1

A. Latar Belakang Masalah ....................................................... 1

B. Rumusan Masalah ................................................................ 12

C. Tujuan Penelitian .................................................................. 12

D. Manfaat Penelitian ................................................................ 13

BAB II TINJAUAN PUSTAKA ................................................................ 14

A. Tinjauan Teori ....................................................................... 14

1. Administrasi Publik ........................................................... 14

2. Kebijakan Publik ............................................................... 17

3. Implementasi Kebijakan ................................................... 25

4. Penataan Kawasan ........................................................... 35

5. Pemukiman Kumuh ......................................................... 46

B. Hasil Penelitian Yang Relevan ............................................. 53

C. Deskripsi Fokus Penelitian (Kualitatif) .................................. 54

D. Model Penelitian .................................................................... 55

E. Pertanyaan Penelitian ........................................................... 57

BAB III DESAIN DAN PROSEDUR PENELITIAN .................................. 58

A. Pendekatan Penelitian .......................................................... 58

B. Desain Penelitian .................................................................. 58

C. Unit Analisis dan Sumber Data ............................................. 59

D. Teknik dan Instrumen Pengumpulan Data ........................... 59

E. Teknik Penggolahan dan Analisis Data................................ 61

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN............................... 62

A. Deskripsi Singkat Lokus/Objek Penelitian ............................ 62

B. Hasil Penelitian dan Pembahasan …………………………….85

1. Kriteria Perumahan Kumuh dan Pemukiman Kumuh. ..... 86

2. Tipologi ……………………………………………………… 96

3. Penetapan …………………………………………………... 98

4. Perencanaan Penanganan ………………………………...

102

5. Pengelolaan ………………………………………………….

107

6. Pola Kemitraan ………………………………………………

115

7. Peran Masyarakat ………………………………………….. 119

BAB V PENUTUP .................................................................................... 123

A. Kesimpulan ........................................................................... 123

B. Saran ..................................................................................... 126

DAFTAR PUSTAKA................................................................................. 128

Lampiran Dokumentasi, Wawancara, Telaah Dokumen, Observasi

Pertanyaan Penelitian

Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 1 Tahun 2011

Peraturan Menteri Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat Republik Indonesia Nomor 02/PRT/M/2016

Surat Keputusan Bupati Pinrang Nomor 600/211/2014

Daftar Riwayat Hidup

DAFTAR TABEL

Tabel 1 Rangkaian Implementasi Kebijakan ......................................... 26

Tabel 2 Metode Penelitian ...................................................................... 56

Tabel 3 Rencana Jadwal Tahapan Kegiatan Penelitian........................ 58

Tabel 4 Struktur Organisasi Kelurahan Jaya Kecataman Watang Sawitto

Kabupaten Pinrang .................................................................... 67

Tabel 5 Kawasan Kumuh Sesuai Surat Keputusan Bupati Pinrang ..... 69

Tabel 6 Potensi dan Permasalahan Permukiman Kumuh di Kelurahan Jaya Kecamatan Watang Sawitto Kabupaten Pinrang ............ 71

Tabel 7 Strategi Penanganan dan Program Penanganan Kawasan

Permukiman Kelurahan Jaya Kecataman Watang Sawitto

Kabupaten Pinrang .................................................................... 72

Tabel 8 Kriteria dan Indikator Kawasan Permukiman Kumuh Kelurahan Jaya Kecamatan Watang Sawitto Kabupaten Pinrang ............ 73-76

Tabel 9 Formula Penilaian Dalam Penentuan Skala Prioritas Penanganan Permukiman Kumuh di Kelurahan Jaya Kecamatan Watang Sawitto Kabupaten Pinrang ......................................... 76

Tabel 10 Program Kegiatan Penanganan Fisik Kawasan Permukiman

Kumuh Kelurahan Jaya Kecataman Watang Sawitto Kabupaten

Pinrang ...................................................................................... 80

Tabel 11 Program Kegiatan Penanganan Non-Fisik Kawasan Permukiman

Kumuh Kelurahan Jaya Kecataman Watang Sawitto Kabupaten

Pinrang ...................................................................................... 84

DAFTAR GAMBAR

Gambar 1 Peta Kawasan Kepadatan Permukiman Kumuh di Kelurahan Jaya Kecamatan Watang Sawitto Kabupaten Pinrang ...... 70

Gambar 2 Kondisi Bangunan di Lingkungan Permukiman Kelurahan Jaya Kecamatan Watang Sawitto Kabupaten Pinrang ...... 87

Gambar 3 Kondisi Jalan di Lingkungan Permukiman Kelurahan Jaya Kecamatan Watang Sawitto Kabupaten Pinrang............... 88

Gambar 4 Kondisi Drainase di Lingkungan Permukiman Kelurahan Jaya Kecamatan Watang Sawitto Kabupaten Pinrang ...... 88

Gambar 5 Kondisi Penyediaan Air Minum di Lingkungan Permukiman Kelurahan Jaya Kecamatan Watang Sawitto Kabupaten Pinrang ................................................................................ 89

Gambar 6 Sistem Sanitasi Pengolahan Air Limbah di Lingkungan Permukiman Kelurahan Jaya Kecamatan Watang Sawitto Kabupaten Pinrang ............................................................. 90

Gambar 7 Sistem Pengolahan Persampahan di Lingkungan Permukiman Kelurahan Jaya Kecamatan Watang Sawitto Kabupaten Pinrang ............................................................. 90

Gambar 8 Pasokan Air Yang Bisa Dimanfaatkan Sebagai Air Untuk Pemadam Kebakaran di Lingkungan Permukiman Kelurahan Jaya Kecamatan Watang Sawitto Kabupaten Pinrang ...... 91

Gambar 9 Jalan di Lingkungan Yang Tidak Bisa di Lalui Mobil Pemadam Kebakaran di Lingkungan Permukiman Kelurahan Jaya Kecamatan Watang Sawitto Kabupaten Pinrang ...... 91

1

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Kawasan kumuh yang identik dengan kemiskinan tidak hanya

memperburuk citra dan wajah kota namun juga menimbulkan masalah

kemanusiaan, sosial dan lingkungan. Permasalahan ini bukan saja

menjadi perhatian pemerintah Indonesia, namun juga dunia sejalan

dengan tumbuh masifnya berbagai kawasan perkotaan untuk

menunjang gaya hidup modern. Dunia tak henti-hentinya menghimbau

dan mengirimkan pesan agar semua negara peduli terhadap

penghapusan kemiskinan dan kawasan kumuh perkotaan melalui

perencanaan kota yang baik dan tetap berpihak kepada masyarakat

yang berpenghasilan rendah.

Pemukiman kumuh merupakan masalah yang dihadapi oleh

hampir semua kota- kota besar di Indonesia bahkan kota-kota besar di

negara berkembang lainnya. Pengkajian tentang permukiman kumuh

(slum), pada umumnya mencakup tiga segi, pertama kondisi fisiknya,

kedua kondisi sosial ekonomi budaya komunitas yang bermukim di

pemukiman tersebut, dan ketiga dampak oleh kedua kondisi tersebut.

Kondisi fisik tersebut antara lain tampak dari kondisi bangunannya yang

sangat rapat dengan kualitas konstruksi rendah, jaringan jalan tidak

berpola dan tidak diperkeras, sanitasi umum dan drainase tidak

berfungsi serta sampah belum dikelola dengan baik.

2

Kawasan permukiman kumuh dianggap sebagai penyakit kota

yang harus diatasi. Pertumbuhan penduduk merupakan faktor utama

yang mendorong pertumbuhan permukiman. Sedangkan kondisi sosial

ekonomi masyarakat dan kemampuan pengelola kota akan

menentukan kualitas permukiman yang terwujud. Permukiman kumuh

adalah produk pertumbuhan penduduk kemiskinan dan kurangnya

pemerintah dalam mengendalikan pertumbuhan dan menyediakan

pelayanan kota yang memadai.

Kawasan kumuh adalah sebuah kawasan dengan tingkat

kepadatan populasi tinggi di sebuah kota yang umumnya dihuni oleh

masyarakat miskin. Kawasan kumuh dapat ditemui di berbagai kota

besar di dunia. Kawasan kumuh juga menjadi pusat masalah kesehatan

karena kondisinya yang tidak higienis. Di berbagai kawasan kumuh,

khususnya di negara-negara miskin, penduduk tinggal di kawasan yang

sangat berdekatan sehingga sangat sulit untuk dilewati kendaraan

seperti ambulans dan pemadam kebakaran. Beberapa indikator yang

dapat dipakai untuk mengetahui apakah sebuah kawasan tergolong

kumuh atau tidak adalah diantaranya dengan melihat tingkat kepadatan

kawasan. Kurangnya pelayanan pembuangan sampah juga

mengakibatkan sampah yang bertumpuk-tumpuk kepemilikan lahan

dan bangunan serta kualitas sarana dan prasarana yang ada dalam

kawasan tersebut.

Masalah kota besar terutama bagaimana melengkapi sarana-

sarana kota untuk melayani warganya secara memuaskan yaitu mulai

3

dari perumahan yang memadai, lapangan kerja yang cukup,

transportasi, komunikasi, tempat rekreasi dan segala fasilitas

penunjang lainnya sesuai dengan tuntutan kebutuhan kota modern

dalam lalu lintas nasional maupun internasional.

Di lain pihak kota belum siap dengan rencana sistem perkotaan

guna mengakomodasi perkembangan kegiatan perkotaan dalam

sistem rencana tata ruang kota dengan berbagai aspek dan

implikasinya termasuk di dalamnya menerima, mengatur dan

mendayagunakan pendatang. Akibatnya terjadi aktivitas yang sangat

heterogen dan tidak dalam kesatuan sistem kegiatan perkotaan yang

terencana, yang mengakibatkan terjadinya kantong-kantong kegiatan

yang tidak saling menunjang, termasuk dengan munculnya

permukiman yang berkembang di luar rencana sehingga terbentuklah

permukiman-permukiman kumuh.

Terbatasnya dana yang dimiliki pemerintah untuk penataan dan

pengelolaan kota dalam menghadapi masalah kependudukan tersebut

di atas juga telah menyebabkan fasilitas perumahan dan permukiman

menjadi terbatas dan mahal pembiayaannya. Di daerah perkotaan,

warga yang paling tidak terpenuhi kebutuhan fasilitas perumahan dan

permukimannya secara memadai adalah mereka yang tergolong

berpenghasilan rendah dan atau dengan kata lain orang miskin. Jika

dilihat dari segi prioritas maka waktu seseorang dihadapkan pada

sebuah masalah mengenai pengeluaran yang harus dilakukan untuk

pemenuhan kebutuhan-kebutuhan hidupnya, makan, berpakaian, dan

4

pengobatan untuk kesehatan, yang menjadi prioritas. Yang pertama

dikorbankan adalah pengeluaran untuk rumah dan tempat tinggalnya.

Masalahnya, bagi mereka masyarakat miskin yang berpenghasilan

rendah, tidak dapat mengabaikan begitu saja kebutuhan akan rumah

dan tempat tinggal karena masalah ini penting dalam dan bagi

kehidupan mereka, tetapi di satu sisi mereka juga tidak mampu untuk

mengeluarkan biaya prioritas bagi pengembangan dan pemeliharaan

rumah dan lingkungan permukimannya agar layak untuk dihuni.

Semakin kecil bagian dari penghasilan yang dapat disisihkan guna

pembiayaan pemeliharaan rumah dan fasilitas permukiman, semakin

kumuh pula kondisi permukimannya.

Permasalahan permukiman kumuh perkotaan sering kali

menjadi salah satu isu utama yang cukup kompleks, baik dari sisi

fisik/lingkungan, ekonomi, sosial, serta sarana dan prasarananya.

Determinan Faktor dalam konteks penanganan kawasan permukiman

kumuh sangat signifikan dipengaruhi oleh kondisi sosial, budaya,

ekonomi dan politik. Dalam prosesnya kemudian berdampak pada

kondisi kawasan perkotaan secara umum dan di identifikasi akan

memerlukan penanganan dari waktu ke waktu secara berkelanjutan.

Secara khusus dampak permukiman kumuh perkotaan berimplikasi

terhadap paradigma buruk terhadap penyelenggaraan pemerintah,

dengan memberikan citra negatif akan ketidakberdayaan dan

ketidakmampuan pemerintah dalam pengaturan pelayanan kehidupan

dan penghidupan warganya. Pada sisi yang lain khususnya terkait

5

dengan tatanan sosial budaya masyarakat, dan komunitas yang

bermukim pada lingkungan permukiman kumuh, mengindikasikan

bahwa secara ekonomi termasuk kategori masyarakat miskin dan

berpenghasilan rendah, yang merekondisi penyebab terjadinya

degradasi tatanan kehidupan masyarakat, baik pada tingkat struktur

sosial, sistem sosial, dinamika sosial, pola kultural, konflik sosial dan

fenomena urban crime.

Sebagai salah satu instansi pemerintah daerah sesuai dengan

bidang tugasnya melaksanakan pusat pemerintahan pembangunan

dan kemasyarakatan di tingkat Kelurahan.

Kelurahan Jaya adalah salah satu kelurahan dari 39 kelurahan

yang ada di Kabupaten Pinrang khususnya Kecamatan Watang Sawitto

yang merupakan kecamatan ibukota kabupaten Pinrang. Kelurahan ini

merupakan pemekaran dari kelurahan Sawitto sejak tahun 1992,

berdasarkan surat Gubernur provinsi Sulawesi Selatan nomor

1323/IX/1992 tentang persetujuan pemekaran desa dan kelurahan.

Kelurahan Jaya memiliki dua Lingkungan yaitu Lingkungan Jaya

dan Lingkungan Pisang dengan batas wilayah:

Sebelah Utara Kelurahan Penrang

Sebelah Timur Kelurahan Sawitto dan Benteng Sawitto

Sebelah Selatan Kelurahan Macorawalie

Sebelah Barat Kelurahan Macorawalie dan Kelurahan Salo.

6

Luas wilayah Kelurahan Jaya adalah 51,82 Ha dan terbagi atas

wilayah untuk bangunan, lapangan, tempat ibadah, pemukiman,

perkantoran, perdagangan, persawahan, dan sebagainya. Kelurahan

Jaya terkenal merupakan kawasan perdagangan kota Pinrang yang

letaknya sangat stategis karena terletak di tengah kota Pinrang.

Perkembangan jumlah penduduk di Kelurahan Jaya Kecamatan

Watang Sawitto pada tahun 2017 laki-laki sebanyak 3179 jiwa dan

perempuan 3366 jiwa. Masyarakat di Kelurahan Jaya merupakan

masyarakat yang Heterogen dan terdiri dari beberapa suku, suku

Bugis merupakan suku yang mendominasi di kelurahan ini, selain itu

terdapat juga suku Toraja, suku Jawa, dan beberapa suku lainnya yang

menjadi pendatang. Tempat ibadah yang tersebar di kelurahan

Jaya antara lain, 6 (enam) Masjid dan Gereja berjumlah 4 (empat).

Untuk sarana pendidikan yang ada di kelurahan Jaya terdiri dari

sebuah TK swasta dan empat Sekolah Dasar, yang terdiri dari dua SD

Negeri, yaitu SDN 286 di Jaya dan SDN 187 Pinrang di Jl. DR.W.

Sudirohusodo dan dua sekolah swasta, salah satunya Madrasah

Ibtidaiyah, DDI Kampung Jaya di Jaya Timur. Serta sarana kesehatan

di kelurahan Jaya, antara lain 7 posyandu yang aktif, dan dilaksanakan

di rumah warga atau dibawah kolong rumah kayu.

Penyebab terjadinya wilayah permukiman kumuh di kelurahan

Jaya khususnya di Lingkungan Jaya akibat kondisi bangunan sebagian

kecil tidak memiliki keteraturan penataan bangunan yang dapat

mengurangi lahan penghijauan wilayah sehingga tidak adanya resapan,

7

kondisi jalan yang rusak, drainase yang sebagian besar tidak berfungsi

secara optimal, kualitas air yang belum memenuhi standar kesehatan

akibat sumber air sumur yang berbau, dan kawasan permukiman tidak

terdapat sarana dan prasarana proteksi kebakaran.

Kondisi Fisik Kawasan Kumuh di lingkungan Jaya

a) Kondisi Bangunan

▪ Bangunan di lingkungan permukiman, sebagian kecil tidak

memiliki keteraturan, dan tidak memenuhi standar teknis,

▪ Bangunan di lingkungan permukiman terdiri dari bangunan

temporer, semipermanen dan permanen. Lokasi

permukiman terdapat di pinggiran sungai dan pinggiran

lahan pertanian.

b) Kondisi Jalan Lingkungan

▪ Pelayanan jalan di lingkungan permukiman sudah

mencakup keseluruhan kawasan permukiman.

▪ Kondisi jalan di lingkungan pemukiman, sebagian kecil

mengalami kerusakan. Konstruksi Jalan lingkungan

permukiman terdiri dari; sebagian jalan aspal dan

Perkerasan.

c) Kondisi Drainase Lingkungan

▪ Sistem drainase di lingkungan permukiman belum mampu

mengatasi genangan pada musim hujan.

▪ Drainase di lingkungan permukiman terdiri dari; drainase

primer, sekunder dan tersier.

8

▪ Kondisi drainase di lingkungan permukiman sebagian

besar tidak berfungsi secara optimal, akibat terjadi

sedimentasi.

d) Kondisi Penyediaan Air Minum

▪ Sumber air minum di lingkungan permukiman, berasal dari

PDAM, Sumur tanah dalam dan sumur tanah dangkal.

▪ Kuwalitas air minum di lingkungan permukiman sebagian

kecil, belum memenuhi standar kesehatan. Karena

kualitas air yang keruh dan berbauh (Sumur tanah dalam

dan tanah dangkal).

e) Kondisi Pengelolahan Air Limbah

▪ Sistem pengelolahan air limbah rumah tangga di

lingkungan permukiman, belum memenuhi standar teknis.

Masyarakat di lingkungan permukiman, masih

memanfaatkan sungai dan drainase lingkungan sebagai

wadah pembuangan air limbah rumah tangga.

▪ Sistem pengelolahan limbah tinja di lingkungan

permukiman, sebagian besar sudah tersalurkan ke

penampungan septic tank.

f) Kondisi Pengelolahan Persampahan

▪ Pengelolahan persampahan di lingkungan permukiman,

telah tersedia tong sampah di sebagian kecil kawasan

9

permukiman. Namun sebagian kecil masyarakat masih

memanfaatkan lahan kosong dan drainase sebagai

tempat pembuangan sampah.

▪ Penyediaan tong sampah belum mencakup keseluruhan

kawasan lingkungan permukiman.

g) Kondisi Pengamanan Kebakaran

▪ Sebagian besar kawasan permukiman memiliki pasokan

air yang cukup memadai. Karena kawasan permukiman

dekat dengan aliran sungai.

▪ Sebagian kecil luasan jalan lingkungan tidak memadai

untuk di lewati kendaraan pemadam kebakaran.

▪ Di seluruh kawasan permukiman tidak terdapat sarana

dan prasarana proteksi kebakaran

Jika pertumbuhan lingkungan permukiman kumuh di Kelurahan

Jaya Kecamatan Watang Sawitto Kabupaten Pinrang di biarkan, maka

derajat kualitas hidup masyarakat miskin akan tetap rendah. Akan

mudah menyebabkan kebakaran, memberi peluang tindakan

kriminalitas, terganggunya norma tata susila, tidak teraturnya tata guna

tanah dan sering menimbulkan banjir yang akhirnya menimbulkan

degradasi lingkungan yang semakin parah. Penggusuran pada

pemukiman kampong kota yang kumuh oleh pihak-pihak terkait tidak

sepenuhnya menyelesaikan masalah, selain dengan cara seperti ini

yang tidak manusiawi sehingga para pemukim kembali menyerobot

10

tanah terbuka lainnya maka hilang satu akan tumbuh dua atau bahkan

lebih permukiman kumuh yang baru lagi.

Pola penanganan permukiman kumuh yang sesuai dengan

amanat Undang Undang Republik Indonesia No 1 Tahun 2011 tentang

Perumahan dan Kawasan Permukiman, pada pasal 13 disebutkan

bahwa Pemerintah disamping mempunyai tugas merumuskan dan

menetapkan kebijakan dan strategi bidang perumahan dan kawasan

permukiman, juga memfasilitasi pelaksanaan kebijakan dan strategi

pada tingkat nasional. Penanganan kawasan permukiman kumuh

dilakukan melalui penyiapan infrastruktur permukiman dengan

pendekatan pengembangan berbasis masyarakat (community based

development). Kebutuhan infrastruktur pendukung yang diperlukan di

sebuah kawasan diidentifikasi bersama warga dengan pola

pendampingan, dan pendekatan ini dianggap efektif karena selain

mengarahkan program penanganan sekaligus menumbuhkan

kesadaran dan kepedulian masyarakat terhadap lingkungan.

Penanganan berbasis masyarakat ini harus dilakukan bersamaan

dengan penanganan sektor lainnya. Untuk itu diperlukan sebuah wadah

koordinasi dalam tataran implementasi ditingkat masyarakat. Upaya

penguatan Badan Keswadayaan Masyarakat (BKM) sebagai wadah

koordinasi di tingkat masyarakat adalah wadah yang harus diperkuat

dengan pendekatan pendampingan masyarakat juga (community

empowering). Untuk kawasan kumuh yang sudah sangat sulit

ditingkatkan kualitasnya, baik karena alasan kepadatan atau

11

keselamatan lingkungan dan warga, maka diperlukan upaya untuk

merumahkan penduduk ke tempat hunian yang lebih layak. Upaya

merumahkan inipun perlu dilakukan dengan pendampingan terhadap

masyarakat karena terkait dengan pola hidup dan konsekuensi biaya.

Sedangkan untuk mewujudkan lingkungan yang lebih layak, dilakukan

dengan penyediaan infrastruktur pendukung pada kawasan tersebut,

sehingga akses masyarakat terhadap infrastruktur menjadi lebih

mudah.

Lebih jauh ditegaskan dalam Peraturan Menteri Pekerjaan

Umum dan Perumahan Rakyat (PUPR) Nomor 02/PRT/M/2016

Tentang Peningkatan Kualitas Terhadap Perumahan Kumuh dan

Permukiman Kumuh. Upaya peningkatan kualitas terhadap perumahan

kumuh dan permukiman kumuh, Pemerintah dan/atau Pemerintah

Daerah menetapkan kebijakan, strategi, serta pola-pola penanganan

yang manusiawi, berbudaya, berkeadilan, dan ekonomis. Dan dalam

meningkatkan mutu kehidupan dan penghidupan masyarakat melalui

perumahan dan permukiman yang sehat, aman, serasi, dan teratur

dibutuhkan peningkatan kualitas terhadap perumahan kumuh dan

permukiman kumuh.

Salah satu usaha pemerintah untuk melaksanakan kegiatan

pembangunan kaitannya dengan pembangunan kawasan permukiman

guna memenuhi tuntutan kebutuhan dasar masyarakat akan

perumahan dan kawasan permukiman adalah mengupayakan

tersedianya lahan di daerah perkotaan pada saat dibutuhkan. Sehingga

12

akan disesuaikan dengan kondisi dan karakteristik serta kebutuhan

masyarakat yang berlokasi pada kawasan permukiman kumuh

perkotaan Kabupaten Pinrang untuk segera mendapatkan penanganan

baik dari segi fisik, sosial, ekonomi dll. Kawasan permukiman kumuh

yang perlu mendapat prioritas penanganan di Kabupaten Pinrang,

adalah mengacu pada Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW)

Kabupaten Pinrang.

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan analisis uraian dalam latar belakang di atas, maka

dapat di kemukakan rumusan masalah sebagai berikut :

Bagaimanakah Implementasi kebijakan peningkatan kualitas

pada pemukiman kumuh di Kelurahan Jaya Kecamatan Watang Sawitto

Kabupaten Pinrang?

C. Tujuan Penelitian

Untuk mengetahui dan menganalisis Implementasi kebijakan

peningkatan kualitas pada pemukiman kumuh di Kelurahan Jaya

Kecamatan Watang Sawitto Kabupaten Pinrang?

D. Manfaat penelitian ini adalah:

1. Manfaat Teoritis, bahwa hasil dari penelitian ini diharapkan akan

dapat bermanfaat sebagai sumber kepustakaan dalam

pengembangan ilmu administrasi pada konsentrasi Administrasi

Kebijakan Publik.

13

2. Manfaat Praktis, bahwa hasil dari penelitian ini diharapkan dapat

menjadi bahan masukan atau sumbangan masukan bagi Pemerintah

Kabupaten Pinrang agar kedepannya lebih baik dalam meningkatkan

kebijakan penataan kawasan pemukiman kumuh di Kabupaten

Pinrang.

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Tinjauan Teori

1. Administrasi Publik

14

Secara umum, terdapat banyak teori tentang administrasi

yang dikemukakan oleh sejumlah pakar. Beberapa diantaranya

yaitu administrasi adalah keseluruhan proses pelaksanaan

keputusan-keputusan yang telah diambil dan diselenggarakan oleh

dua orang atau lebih untuk mencapai tujuan yang telah ditentukan

sebelumnya (Siagian, 2000:4).

Secara elementer menurut LAN RI (1997:1) Administrasi

terjadi apabila terdapat dua orang atau lebih, yang bekerja sama

melakukan kegiatan tertentu dengan sarana tertentu untuk

mencapai tujuan bersama tertentu.

Sedangkan menurut Ulbert (Umar, 2004:2) mengatakan

bahwa :

Administrasi secara sempit didefinisikan sebagai penyusunan dan pencatatan data dan informasi secara sistematis baik internal maupun eksternal dengan maksud menyediakan keterangan serta memudahkan untuk memperolehnya kembali baik sebagian maupun menyeluruh.

Adapun pengertian administrasi menurut beberapa para ahli

dalam Syafiie (2003:3-5) antara lain :

a. Menurut Simon administrasi adalah suatu proses yang umum ada pada setiap usaha kelompok-kelompok, naik pemerintah maupun swasta, baik sipil maupun militer, baik dalam ukuran besar maupun kecil.

b. Menurut Gulick administrasi berkenaan dengan penyelesaian hal apa yang hendak dikerjakan, dengan tercapainya tujuan-tujuan yang telah ditetapkan.

c. Menurut Gie administrasi adalah segenap rangkaian kegiatan penataan terhadap pekerjaan pokok yang dilakukan oleh sekelompok orang dalam kerja sama mencapai tujuan tertentu.

d. Menurut Nawawi administrasi adalah kegiatan atau rangkaian kegiatan sebagai proses pengendalian usaha

15

kerja sama sekelompok manusia untuk mencapai tujuan bersama yang telah ditetapkan sebelumnya”.

Selanjutnya, Atmosudirjo (1982:272) mengemukakan bahwa

administrasi publik dapat dirumuskan sebagai administrasi negara

sebagai organisasi dan administrasi yang mengejar tercapainya

tujuan-tujuan yang bersifat kenegaraan.

Adapun Pfifner dan Presthus (Syafiie, 2003:31) mengatakan

bahwa :

Administrasi Negara adalah suatu proses yang bersangkutan dengan pelaksanaan kebijaksanaan-kebijaksanaan pemerintah, pengarahan kecakapan dan teknik-teknik yang tidak terhingga jumlahnya, memberikan arah dan maksud terhadap usaha sejumlah orang.

Dalam Syafiie (2003:32-33) menerangkan pengertian

administrasi Negara menurut beberapa ahli, antara lain:

a. Menurut Abdulrachman administrasi Negara adalah ilmu yang mempelajari pelaksanaan dari politik Negara.

b. Menurut Litchfield Administrasi Negara adalah suatu studi mengenai bagaimana bermacam-macam pemerintah diorganisir, diperlengkapi dengan tenaga-tenaganya, dibiayai, digerakkan dan dipimpin

c. Menurut Waldo Administrasi Negara adalah manajemen dan organisasi dari manusia dan peralatannya guna mencapai tujuan pemerintah

d. Menurut Dimock, Administrasi Negara adalah kegiatan pemerintah di dalam melaksanakan kekuasaan politiknya

e. Menurut Gordon Administrasi Negara dapat dirumuskan sebagai seluruh proses baik yang dilakukan organisasi maupun perseorangan yang berkaitan dengan penerapan atau pelaksanaan hukum dan peraturan yang dikeluarkan oleh badan legislative, eksekutif serta peradilan

imon (1998:68-69) mengemukakan beberapa prinsip

administrasi yang diakui, yaitu :

16

a. Efisiensi administrasi ditingkatkan melalui suatu spesialisasi tugas di kalangan kelompok.

b. Efisiensi administrasi ditingkatkan dengan mengatur anggota-anggota kelompok di dalam suatu hirarki wewenang yang pasti.

c. Efisiensi administrasi ditingkatkan dengan membatasi jarak pengawasan pada setiap sektor di dalam organisasi sehingga jumlahnya menjadi kecil.

d. Efisiensi administrasi ditingkatkan dengan mengelompok pekerjaan, untuk maksud-maksud pengawasan, berdasarkan (a) tujuan, (b) proses, (c) langganan atau (d) tempat. (Ini sebenarnya adalah uraian daripada prinsip pertama, namun ia memerlukan diskusi yang terpisah).

Terdapat fungsi dasar Administrasi Negara yang diungkapkan

Haryono (Umar, 2004:6) sebagai berikut :

a. Merumuskan kebijakan publik, di antaranya pemerataan, pertumbuhan ekonomi, dan keamanan melalui proses, seperti: analisis situasi pada suatu waktu tertentu, alternatif perubahan di masa mendatang, penyusunan strategi dan program, dan evaluasi penilaian strategi dan program.

b. Pengendalian perilaku organisasi dan organisasi publik, yang meliputi: struktur organisasi, kepegawaian, keuangan, perbekalan, tatausaha kantor, dan hubungan masyarakat.

c. Penggunaan teknologi manajemen publik, yang meliputi: kepemimpinan, komunikasi, koordinasi, dan pengawasan.

Dari beberapa teori tentang administrasi publik yang

dikemukakan oleh sejumlah pakar, penulis dapat menyimpulkan

bahwa administrasi publik adalah suatu ilmu sosial yang

mempelajari tentang bagaimana pengelolaan suatu organisasi

publik, jika organisasi publik tersebut dikaitkan dengan bernegara

maka ada tiga elemen penting didalamnya yaitu meliputi

lembaga legislatif, yudikatif, dan eksekutif serta hal-hal yang

berkaitan dengan publik yang meliputi kebijakan publik, manajemen

17

publik, administrasi pembangunan, tujuan negara, dan etika yang

mengatur penyelenggara negara.

2. Kebijakan Publik

Chandier & Piano (Tangkilisan, 2003:1) berpendapat bahwa

kebijakan publik adalah pemanfaatan yang srategis terhadap

sumberdaya-sumberdaya yang ada untuk memecahkan masalah-

masalah publik atau pemerintah. Dalam kenyataannya, Kebijakan

tersebut telah banyak membantu para pelaksana pada tingkat

birokrasi pemerintah maupun para politisi untuk memecahkan

masalah-masalah publik.

Menurut Aswad (2010:9) secara teoritis, suatu kebijakan

dibuat dan dikeluarkan karena ada kebutuhan atau dibutuhkan atau

yang sering diistilahkan dengan kepentingan umum.

Adapun Easton (Tangkilisan, 2003:2) memberikan pengertian

kebijakan publik, yakni :

Pengalokasian nilai-nilai kekuasaan untuk seluruh masyarakat yang keberadaannya mengikat. Sehingga cukup pemerintah yang dapat melakukan sesuatu tindakan kepada masyarakat dan tindakan tersebut merupakan bentuk dan sesuatu yang dipilih oleh pemerintah yang merupakan bentuk dan pengalokasian nilai-nilai kepada masyarakat.

Sedangkan Anderson (Tangkilisan, 2003:2) memberikan

definisi kebijakan publik sebagai kebijakan-kebijakan yang

dibangun oleh badan-badan dan pejabat-pejabat pemerintah,

dimana implikasi dan kebijakan itu adalah:

18

a. kebijakan publik selalu mempunyai tujuan tertentu atau mempunyai tindakan-tindakan yang berorientasi pada tujuan;

b. kebijakan publik berisi tindakan-tindakan pemerintah; c. kebijakan publik merupakan apa yang benar-benar

dilakukan oleh pemerintah, jadi bukan merupakan apa yang masih dimaksudkan untuk dilakukan;

d. kebijakan publik yang diambil bisa bersifat positif dalam arti merupakan tindakan pemerintah mengenai segala sesuatu masalah tertentu, atau bersifat negatif dalam arti merupakan keputusan pemerintah untuk tidak melakukan sesuatu;

e. kebijakan pemerintah setidak-tidaknya dalam arti yang positif didasarkan pada peraturan perundangan yang bersifat mengikat danm memaksa.

Eulau dan Prewitt (Agustino, 2008:6-7) dalam perspektif

mereka mendefinisikan kebijakan publik sebagai “keputusan tetap

yang dicirikan dengan konsistensi dan pengulangan (repitisi)

tingkahlaku dari mereka yang membuat dan dari mereka yang

mematuhi keputusan tersebut”.

Adapun definisi kebijakan publik menurut beberapa para ahli

dalam Nawawi (2007:7-8) antara lain:

a. Menurut Dewey Kebijakan Publik menitik-beratkan pada publik dan problem-problemnya. Kebijakan Publik membahas soal bagaimana isu-isu dan persoalan-persoalan publik disusun (constructed) dan didefinisikn serta bagaimana ke semua itu diletakkan dalam agenda kebijakan dan agenda politik

b. Menurut Carl J. Frederick, Man and His Government adalah suatu arah tindakan yang diusulkan seseorang, kelompok atau pemerintah dalam suatu lingkungan tertentu yang memberikan hambatan-hambatan dan kesempatan-kesempatan terhadap kebijakan yang diusulkan untuk menggunakan dang mengatasi dalam rangka mencapai suatu tujuan atau merealisasikan suatu sasaran atau suatu maksud tertentu

c. Menurut Richard Rose, serangkaian kegiatan yang sedikit banyak berhubungan beserta konsekuensi-

19

konsekuensinya bagi mereka yang bersangkutan dari pada sebagai suatu keputusan tersendiri.

d. Menurut Robert Estone, hubungan suatu unit pemerintah dengan lingkungannya

e. Menurut Heinz Eulau & Kennet Prewitt, keputusan tetap yang dicirikan dengan konsistensi dan pengulangan (reputasi) tingkah laku dari mereka yang membuat dan dari mereka yang mematuhi keputusan tersebut

f. Menurut Thomas R. Dye, adapun yang dipilih oleh pemerintah untuk dilakukan dan tidak dilakukan

Menurut Bridgman dan Glyn Davis (Nawawi, 2009:8-9) adalah

banyaknya definisi kebijakan publik menjadikan kita sulit untuk

menentukan secara tepat sebuah definisi kebijakan publik. Oleh

karenanya, untuk memudahkan pemahaman kita terhadap

kebijakan publik, kita dapat meninjaunya dari 5 karakteristik

Kebijakan Publik yaitu :

a. Memiliki tujuan yang didesain untuk dicapai atau tujuan yang dipahamai.

b. Melibatkan keputusan beserta dengan konsekuensinya c. Terstruktur dan tersusun menurut aturan tertentu d. Pada hakikatnya adalah politis e. Bersifat dinamis

Agustino (2008:8-9) menyimpulkan karateristik utama dari

beberapa definisi Kebijakan Publik, yakni :

a. Pada umumnya kebijakan publik perhatiannya ditujukan pada tindakan yang mempunyai maksud atau tujuan tertentu daripada perilaku yang berubah atau acak.

b. Kebijakan publik pada dasarnya mengandung bagian atau pola kegiatan yang dilakukan oleh pejabat pemeritah daripada keputusan yang terpisah-pisah

c. Kebijakan publik merupakan apa yang sesungguhnya dikerjakan oleh pemerintah dalam mengatur perdagangan, mengontrol inflasi, atau menawarkan perumahan rakyat, bukan maksud apa yang dikerjakan atau yang akan dikerjakan.

d. Kebijakan publik dapat berbentuk positif maupun negative.

20

e. Kebijakan publik, paling tidak secara positif, didasarkan pada hukum dan merupakan tindakan yang bersifat memerintah.

Menurut Luankali (2007:6-35) mengungkapkan tahapan-

tahapan pembuatan kebijakan, yakni :

a. Tahap Penyusunan agenda dan Perumusan Masalah 1) Penyusunan Agenda (Agenda Setting) 2) Metode Perumusan Masalah Dalam Tahap

Penyusunan Agenda b. Tahap formulasi Kebijakan dan Peramalan

1) Tahap Formulasi 2) Metode Peramalan masa depan kebijakan dalam tahap

formulasi kebijakan c. Tahap Adopsi atau penetapan Kebijakan dan

Rekomendasi 1) Tahap Adopsi (adopting) atau penyusunan atau

penetapan 2) Tahap Rekomendasi 3) Rekomendasi Aksi-Aksi Kebijakan Dalam Tahap

Adopsi atau Penetapan Kebijakan d. Tahap Implementasi Kebijakan dan Pemantauan

1) Tahap Implementasi 2) Tahap Pemantauan

Adapun pendapat Almond dan Powell (Luankali, 2007:3-4)

bahwa kebijakan publik dapat diklasifikasikan dalam 4 (empat)

kategori, yaitu :

a. Kebiajkan Publik dalam hal penarikan sumber daya manusia (extractions) mengacu pada sumber daya, baik sumber daya manusia maupun sumber daya alam yang ditarik oleh sistem politik dari masyarakat dalam bentuk pajak, retribusi, wajib militer dan sebagainya.

b. Kebijakan Publik dalam hal pengaturan (regulations) mengacu pada berbagai bentuk pengaturan pemerintah agar tata kehidupan pemerintah dan masyarakat dapat mencapai tingkat harmonis.

c. Kebijakan Publik dalam hal pembagian (allocations) artinya pemerintah mengeluarkan berbagai kebijakan publik untuk melakukan distribusi biaya, barang, pelayanan, kehormatan, status penghargaan, kesempatan kepada masyarakat.

21

d. Kebiajkan Publik dalam hal pengaturan lambing (symbols) artinya pemerintah mengeluarkan berbagai peraturan yang mengatur secara khusus tentang penetapan simbol dan lambing sebagai kesetiaan kepada Negara.

Menurut Dunn (1999:1), analisis kebijakan adalah “aktivitas

menciptakan pengetahuan tentang proses pembuatan kebijakan”.

Dunn (1999:97) mengatakan bahwa Analisis kebijakan dapat diharapkan untuk menghasilkan informasi dan argumen-argumen yang masuk akal mengenai tiga macam pertanyaan: (1) nilai yang pencapaiannya merupakan tolok ukur utama untuk melihat apakah masalah telah teratasi, (2) fakta yang keberadaannya dapat membatasi atau meningkatkan pencapaian nilai-nilai, dan (3) tindakan yang penerapannya dapat menghasilkan pencapaian nilai-nilai.

Senada dengan Dunn, Badjuri dan Yuwono (2002:65)

mendefinisikan Analisis Kebijakan adalah “sebuah seni di dalam

memahami sebuah rencana kebijakan publik yang akan diterapkan

oleh sebuah otoritas publik”.

Dari kedua definisi analisis kebijakan yang ada diatas, penulis

menyimpulkan bahwa analisis kebijakan itu merupakan kegiatan

untuk mengetahui dan memahami proses pembuatan kebijakan

publik yang akan diterapkan oleh otoritas publik.

Dunn (1999:234-241) menerangkan kategori model kebijakan

sebagai berikut :

a. Model Deskripsi, model kebijakan dapat dibandingkan dan dikontraskan dari berbagai dimensi, yang paling penting di antaranya adalah membantu membedakan tujuan, bentuk ekspresi dan fungsi metodologi dari model.

b. Model Normatif, di antara beberapa jenis model normatif membantu menentukan tingkat kapasitas pelayanan yang optimum, pengaturan volume waktu yang optimum.

c. Model Verbal, model ini diekspresikan dalam bahasa sehari-hari secara komunikatif, bukan bahasa logika simbolis dan matematika.

22

d. Model simbolis, model ini menggunkaan simbol-simbol matematisuntuk menerangkan hubungan di antara variable-variabel kunci yang dipercaya sebagai ciri suatu masalah.

e. Model Prosedural, model ini menampilkan hubungan dinamis di antara variable yang diyakini jadi ciri suatu masalah kebijakan.

f. Model sebagai Pengganti dan Perspektif, model pengganti (surrogate model) diasumsikan sebagai pengganti dari masalah-masalah subtantif. Model pengganti dimulai, disadari atau tidak, dari asumsi bahwa masalah formal adalah representasi yang sah dari masalah substantif. Sebaliknya, model perspektis (perspective models) dipandang sebagai satu dari banyak cara lain yang dapat digunakan untuk merumuskan masalah substantif. Model perspektif didasarkan pada asumsi bahwa masalah formal tidak pernah sepenuhnya mewakili secara sah masalah substantif.

Selain itu, Agustino (2008:11-15) menjelaskan bahwa

ilmuwan sosial dan politik membagi teori pengambilan keputusan

(decision making) atas 3 (tiga) teori, yaitu :

a. Teori Rasional-Komprehensif Teori pengambilan keputusan yang paling dikenal dan yang banyak diterima mungkin adalah teori rasional-komprehensif. Biasanya didalamnya terdapat unsur-unsur sebagai berikut : a. Pembuat keputusan dihadapkan pada suatu

permasalahan tertentu yang dapat dipisahkan dari masalah-masalah laninnya atau paling tidak dipertimbangkan secara mendalam kalau dibandingkan dengan masalah lainnya

b. Tujuan-tujuan, nilai-nilai, atau sasaran yang menjadi pedoman pengambil keputusan dijelaskan dan diranking menurut kepentingannya

c. Bermacam-macam alternatif yang berhubungan dengan masalahnya diteliti secara seksama

d. Konsekuensi (biaya dan manfaatnya) yang akan ditimbulkan oleh setiap alternatif diteliti

e. Masing-masing alternatif dan akibat yang menyertainya dibandingkan dengan alternatif lainnya

f. Pembuat keputusan akan memilih alternatif, dan konsekuensinya yang mendorong pencapaian tujuan, nilai, atau objeknya

b. Teori inkremental

23

Teori inkremental atau teori perevisian pada pengambilan keputusan, dibuat sebagai upaya menyederhanakan teori keputusan yang mengabaikan banyak masalah teori rasional-komprehensif, dan dalam waktu yang sama, lebih bersifat deskriptif dimana sesungguhnya pejabat publik yang membuat keputusan.

c. Mixed-scanning theory Dalam mixed-scanning theory pengambil keputusan dimungkinkan menggunakan baik teori rasional-komprehensif maupun teori incremental dalam keadaan yang berbeda. Mixed-scanning theory juga memperhitungkan kemampuan pembuat keputusan yang berbeda-beda. Biasanya, semakin tinggi kemampuan pembuat keputusan dalam memberikan kekuasaan untuk melaksanakan keputusannya, maka semakin banyak scanning yang secara realisasi diikutsertakan; dan semakin banyak cakupan yang di-scanning, maka pembuat keputusan akan semakin efektif.

Lebih lanjut Agustino (2008:19-26) menuliskan pendekatan

teoritis dalam analisis kebijakan publik, yakni :

a. Teori Sistem (System Theory) Dimana dalam teori ini, kebijakan dipandang sebagai reaksi sistem politik untuk kebutuhan yang timbul dari lilngkungan sekitarnya

b. Teori Kelompok (Group Theory) Teori kelompok mempunyai anggapan bahwa interaksi dan perjuangan diantara kelompok merupakan kenyataan dari kehidupan politik.

c. Teori Elite (Elite Theory) Dari sudut pandang teori elite, kebijakan publik dapat dianggap sebagai nilai dan pilihan elite pemerintah semata.

d. Teori Proses Fungsional (Functoinal Process Theory) Cara lain untuk memahami studi pembentukan kebijakan adalah melihat pada bermacam-macam aktifitas fungsional yang terjadi dalam proses kebijakan.

e. Teori Kelembagaan (Institutionalism) Secara tradisional, pendekatan kelembagaan menitikberatkan pada penjelasan lembaga pemerintah dengan aspek yang lebih formal dan legal yang meliputi organisasi formal, kekuasaan legal, aturan procedural, dan fungsi atau aktifitasnya.

24

Anderson (Nawawi, 2009:15-16) sebagai pakar kebijakan

publik menetapkan proses kebijakan publik sebagai berikut :

a. Formulasi masalah (problem formulation) b. Apa masalahnya? Apa yang membuat masalah tersebut

menjadi rapat dalam agenda pemerintah? c. Fomulasi kebijakan (formulation) d. Bagaimana mengembangkan pilihan-pilihan atau

alternatif-alternatif untuk memecahkan masalah tersebut? Siapa saja yang berpartisipasi dalam formulasi kebijakan?

e. Penentuan kebijakan (adoption) : Bagaimana alternatif ditetapkan? Persyaratan/kriteria seperti apa yang harus di penuhi? Siapa yang akan melaksanakan kebijakan? Bagaimana proses atau strategi untuk melaksanakan kebijakan? Apa isi dari kebijakan yang telah ditetapkan?

f. Implementasi (implementation) : Siapa yang terlibat dalam implementasi kebijakan? Apa yang mereka kerjakan? Apa dampak dari isi kebijakan?

g. Evaluasi (evaluation) : bagaimana tingkat keberhasilan atau dampak kebijakan diukur? Siapa yang mengevaluasi kebijakan? Apa konsekuensi dari adanya evaluasi kebijakan? Adakah tuntutan untuk melakukan perubahan atau pembatalan?

Berhasil tidaknya suatu kebijakan dapat diketahui melalui

evaluasi kebijakan dengan yang memiliki fungsi menurut Dunn

(1999:609-610) sebagai berikut :

a. Memberi informasi yang valid dan dapat dipercaya mengenai kinerja kebijakan yaitu seberapa jauh kebutuhan, nilai dan kesempatan telah dapat dicapai melalui tindakan publik.

b. Memberi sumbangan pada klarifikasi dan kritik terhadap nilai-nilai yang mendasari pemikiran tujuan dan target.

c. Memberi sumbangan pada aplikasi dan metode analisis kebijakan lainnya, temasuk perumusan masalah dan rekomendasi.

Dari beberapa teori tentang kebijakan publik yang

dikemukakan oleh sejumlah pakar, penulis dapat menyimpulkan

bahwa kebijakan publik adalah suatu regulasi yang dibuat oleh

25

pemerintah untuk mengatasi suatu masalah atau bukan yang

mengatur kehidupan bersama yang harus ditaati dan berlaku

mengikat seluruh warganya, setiap pelanggaran akan diberi sanksi

sesuai dengan bobot pelanggaran yang dilakukan dan sanksi

dijatuhkan didepan masyarakat oleh lembaga yang mempunyai

tugas menjatuhkan sanksi.

3. Implementasi Kebijakan

Dalam studi kebijakan publik, dikatakan bahwa Implementasi

bukan hanya sekedar bersangkut paut dengan mekanisme

pengambilan keputusan-keputusan politik ke dalam prosedur rutin

melalui saluran-saluran birokrasi, implementasi menyangkut

masalah konflik, kepentingan dari siapa yang menjadi apa dari

suatu kebijakan. Implementasi kebijakan pada prinsipnya adalah

cara agar sebuah kebijakan dapat mencapai tujuannya dengan baik

sesuai dengan apa yang di cita-citakan dari awalnya. Selain itu,

adanya persepsi bahwa implementasi adalah bagian yang

terpisahkan dari perencanaan kebijakan padahal kesuksesan

implementasi kebijakan juga sangat dipengaruhi oleh bagaimana

sebuah desain kebijakan mampu merumuskan secara baik aspek

pelaksanaan dan metode evaluasi yang akan dilaksanakan.

Jenkins (Parsons, 2006:463) mengatakan “studi implementasi adalah studi perubahan: bagaimana perubahan terjadi, bagaimana kemungkinan perubahan bisa dimunculkan. Ia juga merupakan studi tentang mikrostruktur dari kehidupan politik; bagaimana organisasi di luar dan di dalam sistem politik menjalankan urusan mereka dan berinteraksi satu sama lain; apa motivasi-motivasi mereka bertindak seperti itu, dan apa

26

motivasi lain yang mungkin membuat mereka bertindak secara berbeda.

Nugroho (2009:495) mengatakan bahwa :

untuk mengimplementasikan kebijakan publik ada dua pilihan langkah, yakni (a) Langsung mengimplementasikan kebijakan publik dalam bentuk program; (b)Melalui formulasi kebijakjan derivate atau turunan dari kebijakan publik tersebut

Kebijakan Publik dalam bentuk Undang-Undang atau Perda

adalah jenis kebijakan publik yang memerlukan kebijakan publik

penjelas atau sering disebut Peraturan pelaksana.

Tabel 1. Rangkaian Implementasi Kebijakan

Sumber : Nugroho, Riant. 2009:495

Jones (1991:78) selanjutnya menggaris bawahi bahwa

implementasi pada dasarnya adalah suatu aktifitas yang

dimaksudkan untuk mengoperasikan suatu program. Menurutnya

ada tiga aktifitas yang merupakan pilar implementasi, yaitu:

a. Pengorganisasian, pembentukan atau penataan kembali sumberdaya unit-unit serta metode untuk menjalankan program.

b. Implementasi yakni aktifitas menafsirkan agar program menjadi rencana yang tepat dan dapat diterima serta dilaksanakan

c. Aplikasi, penyediaan perlengkapan rutin untuk memberikan pelayanan, pemberdayaan atau sejenis yang disesuaikan dengan tujuan program.

Kebijakan Publik

Kebijakan Publik Penjelas Program

(Peraturan Pelaksana) Proyek

Kegiatan

Pemanfaatan

27

Pressman dan Wildavsky (1978:116) mengemukakan bahwa:

Implementasi dapat dipandang sebagai proses interaksi antara penentuan tujuan dengan tindakan yang disesuaikan. Untuk mempercepat tujuan atau kemampuan kaitan-kaitan tindakan dalam suatu mata rantai sebab akibat guna mencapai hasil yang diinginkan. Atau implementasi adalah merupakan suatu proses pelaksanaan administrasi dalam arti luas yang dapat dipahami pada tingkat yang lebih khusus dalam suatu program. Tugas implementasi adalah menjalin hubungan yang memungkinkan pencapaian tujuan kebijaksanaan pemerintah dapat direalisasikan dengan meningkatkan daya cipta terhadap pelayanan untuk mencapai tujuan. Dengan demikian proses implementasi hanya dapat dilakukan setelah tujuan dan sasaran ditetapkan, program kegiatan telah tersusun, dana telah siap dan disalurkan untuk mencapai sasaran tersebut.

Tahapan Implementasi sebuah kebijakan merupakan tahapan

krusial, karena tahapan ini menentukan keberhasilan sebuah

kebijakan. Tahapan implementasi perlu dipersiapkan dengan baik

pada tahapan perumusan dan pembuatan kebijakan.

Adapun makna implementasi menurut Mazmanian dan

Sabatier (Wahab, 2008:65), mengatakan bahwa:

Implementasi adalah memahami apa yang senyatanya terjadi sesudah suatu program dinyatakan berlaku atau dirumuskan merupakan fokus perhatian implementasi kebijaksanaan yakni kejadian-kejadian dan kegiatan-kegiatan yang timbul sesudah disahkannya pedoman-pedoman kebijaksanaan Negara yang mencakup baik usaha-usaha untuk mengadministrasikannya maupun untuk menimbulkan akibat/dampak nyata pada masyarakat atau kejadian-kejadian.

Ripley dan Franklin (Parsons, 2006:482) mengatakan bahwa

“keberhasilan implementasi relative tidak sulit apabila

kebijakakannya bersifat distributive, kebijakan regulatifnya

moderat, dan kebijakan redistibutifnya rendah”.

28

Terdapat beberapa teori dari beberapa ahli mengenai

implementasi kebijakan, yaitu:

a. Teori Edward III

Edward III (Subarsono, 2011: 90-92) berpandangan

bahwa implementasi kebijakan dipengaruhi oleh empat

variabel, yaitu:

1) Komunikasi, yaitu keberhasilan implementasi kebijakan mensyaratkan agar implementor mengetahui apa yang harus dilakukan, dimana yang menjadi tujuan dan sasaran kebijakan harus ditransmisikan kepada kelompok sasaran (target group), sehingga akan mengurangi distorsi implementasi.

2) Sumberdaya, meskipun isi kebijakan telah dikomunikasikan secara jelas dan konsisten, tetapi apabila implementor kekurangan sumberdaya untuk melaksanakan, maka implementasi tidak akan berjalan efektif. Sumber daya tersebut dapat berwujud sumber daya manusia, misalnya kompetensi implementor dan sumber daya finansial.

3) Disposisi, adalah watak dan karakteristik yang dimiliki oleh implementor, seperti komitmen, kejujuran, sifat demokratis. Apabila implementor memiliki disposisi yang baik, maka implementor tersebut dapat menjalankan kebijakan dengan baik seperti apa yang diinginkan oleh pembuat kebijakan. Ketika implementor memiliki sikap atau perspektif yang berbeda dengan pembuat kebijakan, maka proses implementasi kebijakan juga menjadi tidak efektif.

4) Struktur Birokrasi, Struktur organisasi yang bertugas mengimplementasikan kebijakan memiliki pengaruh yang signifikan terhadap implementasi kebijakan. Aspek dari struktur organisasi adalah Standard Operating Procedure (SOP) dan fragmentasi. Struktur organisasi yang terlalu panjang akan cenderung melemahkan pengawasan dan menimbulkan red-tape, yakni prosedur birokrasi yang rumit dan kompleks, yang menjadikan aktivitas organisasi tidak fleksibel.

b. Teori Grindle

29

Keberhasilan implementasi menurut Merilee S. Grindle

(Subarsono, 2011: 93):

Dipengaruhi oleh dua variabel besar, yakni isi kebijakan (content of policy) dan lingkungan implementasi (context of implementation). Variabel tersebut mencakup: sejauhmana kepentingan kelompok sasaran atau target group termuat dalam isi kebijakan, jenis manfaat yang diterima oleh target group, sejauhmana perubahan yang diinginkan dari sebuah kebijakan, apakah letak sebuah program sudah tepat, apakah sebuah kebijakan telah menyebutkan implementornya dengan rinci, dan apakah sebuah program didukung oleh sumberdaya yang memadai.

c. Teori Mazmanian dan Sabatier

Mazmanian dan Sabatier (Subarsono, 2011: 94)

mengatakan ada tiga kelompok variabel yang mempengaruhi

keberhasilan implementasi, yakni :

Karakteristik dari masalah (tractability of the problems), karakteristik kebijakan/undang-undang (ability of statute to structure implementation) dan variabel lingkungan (nonstatutory variables affecting implementation)”.

d. Teori Metter dan Horn

Model pendekatan implementasi kebijakan yang

dirumuskan Van Meter dan Van Horn disebut dengan A Model

of the Policy Implementation (1975). Proses implementasi ini

merupakan sebuah abstraksi atau performansi suatu

pengejewantahan kebijakan yang pada dasarnya secara

sengaja dilakukan untuk meraih kinerja implementasi kebijakan

yang tinggi yang berlangsung dalam hubungan berbagai

30

variabel. Model ini mengandaikan bahwa implementasi

kebijakan berjalan secara linear dari keputusan politik,

pelaksana dan kinerja kebijakan publik. Model ini menjelaskan

bahwa kinerja kebijakan dipengaruhi oleh beberapa variabel

yang saling berkaitan, variable-variabel tersebut yaitu:

1) Standar dan sasaran kebijakan/ukuran dan tujuan

kebijakan

2) Sumber daya

3) Karakteristik organisasi pelaksana

4) Sikap para pelaksana

5) Komunikasi antar organisasi terkait dan kegiatan-kegiatan

pelaksanaan

6) Lingkungan sosial, ekonomi dan politik

Berdasarkan model implementasi kebijakan Van Metter

dan Van Horn tersebut pada proses implementasi kebijakan

Peningkatan Kualitas Pada Pemukiman Kumuh di Kelurahan

Jaya Kecamatan Watang Sawitto Kabupaten Pinrang,

kebijakan tersebut telah diterapkan akan diamati proses

implementasinya untuk dilihat sejauh mana kebijakan yang

dilaksanakan telah mencapai tujuan. Dalam menganalisis

proses implementasi kebijakan ini peneliti memiliki fokus

penelitian pada analisis pelaksanaan kebijakan dengan

menggunakan aspek implementasi kebijakan. Pada aspek ini

analisis berusaha untuk mencari jawaban tentang bagaimana

31

kebijakan tersebut dilaksanakan, apa faktor-faktor yang

mempengaruhinya, bagaimana mempengaruhinya dan

bagaimana kinerja dari kebijakan tersebut. Aspek ini

merupakan proses lanjutan dari tahap formulasi kebijakan.

Pada tahap formulasi ditetapkan strategi dan tujuan-tujuan

kebijakan sedangkan pada tahap implementasi kebijakan

ditetapkan tindakan (action) dalam mencapai tujuan.

Undang Undang Republik Indonesia Nomor 1 Tahun

2011 Tentang Perumahan dan Kawasan Permukiman,

menjelaskan kebijakan umum pembangunan perumahan

diarahkan untuk :

a. Memenuhi kebutuhan perumahan yang layak dan terjangkau dalam lingkungan yang sehat dan aman yang didukung prasarana, sarana, dan utilitas umum secara berkelanjutan serta yang mampu mencerminkan kehidupan masyarakat yang berkepribadian Indonesia;

b. Ketersediaan dana murah jangka panjang yang berkelanjutan untuk pemenuhan kebutuhan rumah, perumahan, permukiman, serta lingkungan hunian perkotaan dan perdesaan;

c. Mewujudkan perumahan yang serasi dan seimbang sesuai dengan tata ruang serta tata guna tanah yang berdaya guna dan berhasil guna;

d. Memberikan hak pakai dengan tidak mengorbankan kedaulatan negara; dan

e. Mendorong iklim investasi asing.

Sejalan dengan arah kebijakan umum tersebut,

penyelenggaraan perumahan dan permukiman, baik di daerah

perkotaan yang berpenduduk padat maupun di daerah perdesaan

32

yang ketersediaan lahannya lebih luas perlu diwujudkan adanya

ketertiban dan kepastian hukum dalam pengelolaannya.

Pemerintah dan pemerintah daerah perlu memberikan

kemudahan perolehan rumah bagi masyarakat berpenghasilan

rendah melalui program perencanaan pembangunan perumahan

secara bertahap dalam bentuk pemberian kemudahan

pembiayaan dan/atau pembangunan prasarana, sarana, dan

utilitas umum di lingkungan hunian.

Pada tahap ini, ditentukan kriteria-kriteria yang menjadi

dasar untuk menilai apakah kebijakan telah diselenggarakan

sesuai tujuan yang diinginkan. Berdasarkan konsideran

Peraturan Menteri Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat

Republik Indonesia Nomor 2/Prt/M/2016 Tentang Peningkatan

Kualitas Terhadap Perumahan Kumuh dan Permukiman

Kumuh, Adapun tujuan dari Peraturan Presiden tersebut

adalah:

1) Peraturan menteri ini dimaksudkan sebagai acuan bagi

Pemerintah, Pemerintah daerah, dan setiap orang

dalam penyelenggaraan peningkatan kualitas terhadap

perumahan kumuh dan permukiman kumuh.

2) Peraturan menteri ini bertujuan untuk meningkatkan

mutu kehidupan dan penghidupan masyarakat penghuni

perumahan kumuh dan permukiman kumuh

33

Kriteria-kriteria yang menjadi dasar untuk menilai

apakah kebijakan kebijakan Penyelenggaraan Kebijakan

Penataan Kawasan Pemukiman Kumuh di Kelurahan Jaya

Kecamatan Watang Sawitto Kabupaten Pinrang telah

dilaksanakan sesuai tujuan yang diinginkan sangat dipengaruhi

oleh beberapa indikator. Dalam kebijakan publik, indikator

merupakan instrumen penting untuk menganalisis kinerja suatu

implementasi kebijakan. Dengan adanya indikator maka

peneliti dapat mengetahui keberhasilan atau kegagalan

implementasi suatu kebijakan, program atau proyek.

Lebih lanjut Badjuri dan Yuwono (2002:117-119)

mengungkapkan beberapa kondisi yang mempengaruhi

kesuksesan sebuah implementasi kebijakan, yaitu :

a. Ada tidaknya keterbatasan-keterbatasan eksternal yang parah.

b. Ketersediaan waktu dan sumber daya yang cukup. c. Adanya dukungan berbagai kombinasi sumber daya yang

cukup dalam setiap tahapan implementasi kebijakan. d. Analisis kausalitas akan banyak mempengaruhi

keberhasilan implementasi kebijakan. e. Perlunya sebuah lembaga coordinator, yang diperlukan

untuk lebih dominan mengelola tahapan-tahapan implementasi kebijakan.

f. Dalam tahapan awal implementasi, harus ada kejelasan dan kesepakatan mengenai tujuan dan sasaran apakah yang akan dituju.

g. Adanya pembagian kerja yang jelas dalam setiap tahapan implementasi sehingga menghasilkan kejelaasan hak dan tanggung jawab dari masing-masing lembaga pelaksana tersebut.

h. Kepatuhan terhadap kesepakatan dan tujuan yang telah ditetapkan dalam koordinasi implementasi tersebut, berpengaruh positif terhadap kesuksesan implementasi kebijakan.

34

Walaupun sebuah kebijakan telah dipersiapkan dan

mungkin telah dilakukan koordinasi, namun bisa saja

menghasilkan kegagalan dalam implementasi. Ada beberapa

hal yang mempengaruhi tingkat kegagalan dari implementasi

kebijakan publik menurut Badjuri dan Yuwono (2002:123-126),

yakni :

a. Spesifikasi kebijakan yang tidak lengkap. b. Instansi yang tidak cocok. c. Tujuan yang saling berlawanan d. Insentif tidak memadai. e. Ketidakjelasan arah implementasi. f. Keterbatasan Keahlian. g. Sumberdaya administrasi yang terbatas. h. Kegagalan Komunikasi.

Carter et.al (Parsons, 2006:477) menunjukkan bahwa

sistem implementasi yang sukses melibatkan empat tipe

kontrol:

a. Koordinasi sepanjjang waktu; b. Koordinasi pada waktu tertentu; c. Detail logistic dan penjadwalan; d. Penjagaan dan pemeliharaan batasan struktural.

Dari beberapa teori tentang implementasi kebijakan

yang dikemukakan oleh sejumlah pakar, penulis dapat

menyimpulkan bahwa implementasi kebijakan adalah suatu

kegiatan dalam pelaksanaan kebijakan sehingga pada akhirnya

akan mendapatkan suatu hasil yang sesuai dengan tujuan atau

sasaran kebijakan itu sendiri.

4. Penataan Kawasan

35

Mochtar Koesoemaatmadja mengonstatir/membenarkan

suatu peristiwa bahwa tujuan pokok penerapan hukum apabila

hendak direduksi pada satu hal saja adalah ketertiban (order).

Ketertiban adalah tujuan pokok dan pertama dari segala hukum,

kebutuhan akan ketertiban ini, merupakan syarat pokok

(fundamental) bagi adanya masyarakat teratur: di samping itu

tujuan lainnya adalah tercapainya keadilan yang berbeda-beda isi

dan ukurannya, menurut masyarakat pada zamannya.

Menurut Juniarso Ridwan (2008:23) konsep dasar hukum

penataan ruang/kawasan, tertuang di dalam pembukaan UUD 1945

alinea ke 4 yang berbunyi:

”melindungi segenap bangsa Indonesia dan seluruh tumpah

darah Indonesia dan untuk memajukan kesejahteraan umum,

mencerdaskan kehidupan bangsa, dan ikut serta

melaksanakan ketertiban dunia…”

Selanjutnya dalam Pasal 33 ayat (3) UUD 1945 amandemen

ke empat, berbunyi: “Bumi dan air dan kekayaan alam yang

terkandung di dalamnya dikuasai oleh negara dan dipergunakan

untuk sebesar-besarnya kemakmuran rakyat.”

Menurut M. Daud Silalahi (2001 : 78-79) salah satu konsep

dasar pemikiran tata ruang menurut hukum Indonesia terdapat

dalam UUPA No. 5 Tahun 1960. Sesuai dengan Pasal 33 ayat 3

UUD 1945, tentang pengertian hak menguasai dari negara

36

terhadap konsep tata ruang, Pasal 2 UUPA memuat wewenang

untuk:

(1) Mengatur dan menyelenggarakan peruntukan penggunaan, persediaan, dan pemeliharaan bumi, air dan ruang angkasa.

(2) Menentukan dan mengatur hubungan-hubungan hukum antara orang dengan bumi, air, dan ruang angkasa.

(3) Menentukan dan mengatur hubungan-hubungan hukum antara orang dan perbuatan-perbuatan hukum yang mengenai bumi, air dan ruang angkasa. Konsep tata ruang dalam tiga dimensi tersebut di atas terkait

dengan mekanisme kelembagaan dan untuk perencanannya diatur

dalam Pasal 14 yang mengatakan:

(1) Pemerintah dalam rangka membuat suatu rencana umum mengenai persediaan, peruntukan, dan penggunaan bumi, air dan ruang angkasa, dan

(2) Berdasarkan rencana umum tersebut Pemda mengatur persediaan, peruntukkan dan penggunaan bumi, air, dan ruang angkasa.

Selanjutnya, Pasal 15 mengatur tentang pemeliharaan

tanah, termasuk mengambah kesuburannya serta mencegah kerusakannya yang merupakan kewajiban setiap orang, badan hukum, atau instansi yang mempunyai hubungan hukum dengan tanah itu dengan memperhatikan pihak ekonomi lemah. Ketentuan tersebut memberikan hak penguasan kepada negara atas seluruh sumber daya alam Indonesia, dan memberikan kewajiban kepada negara untuk menggunakan sebesar-besarnya bagi kemakmuran rakyat. Kalimat tersebut mengandung makna, negara mempunyai kewenangan untuk melakukan pengelolaan, mengambil dan memanfaatkan sumber daya alam guna terlaksananya kesejahteraan rakyat yang dikehendaki. Untuk dapat mewujudkan tujuan negara tersebut, khususnya untuk meningkatkan kesejahteraan umum dan mencerdaskan kehidupan bangsa berarti negara harus dapat melaksanakan pembangunan sebagai penunjang dalam tercapainya tujuan tadi dengan suatu perencanaan yang cermat dan terarah. Apabila dicermati dengan seksama, kekayaan alam yang ada dan dimiliki oleh negara, yang kesemuanya itu memiliki suatu nilai ekonomis, maka dalam pemanfaatannya pun harus diatur dan dikembangkan dalam pola tata ruang yang terkoordinasi, sehingga tidak akan adanya perusakan terhadap lingkungan hidup.

37

Undang Undang Republik Indonesia Nomor 1 Tahun 2011

Tentang Perumahan Dan Kawasan Permukiman, Pasal 56 :

(1) Penyelenggaraan kawasan permukiman dilakukan untuk

mewujudkan wilayah yang berfungsi sebagai lingkungan

hunian dan tempat kegiatan yang mendukung perikehidupan

dan penghidupan yang terencana, menyeluruh, terpadu, dan

berkelanjutan sesuai dengan rencana tata ruang.

(2) Penyelenggaraan kawasan permukiman sebagaimana

dimaksud pada ayat (1) bertujuan untuk memenuhi hak warga

negara atas tempat tinggal yang layak dalam lingkungan yang

sehat, aman, serasi, dan teratur serta menjamin kepastian

bermukim.

menurut Juniarso Ridwan (2008:23) Upaya pelaksanaan

perencanaan penataan ruang yang bijaksana adalah kunci dalam

pelaksanaan tata ruang agar tidak merusak lingkungan hidup,

dalam konteks penguasaan negara atas dasar sumber daya alam,

melekat di dalam kewajiban negara untuk melindungi, melestarikan

dan memulihkan lingkungan hidup secara utuh. Artinya, aktivitas

pembangunan yang dihasilkan dari perencanaan tata ruang pada

umumnya bernuansa pemanfaatan sumber daya alam tanpa

merusak lingkungan. Untuk lebih mengoptimalkan konsep

penataan ruang, maka peraturan-peraturan peundang-undangan

telah banyak diterbitkan oleh pihak pemerintah, dimana salah satu

peraturan perundang-undangan yang mengatur penataan ruang

adalah Undang-undang No. 26 Tahun 2007 tentang Penataan

Ruang.

38

Undang-undang No. 26 Tahun 2007 merupakan undang-

undang pokok yang mengatur tentang pelaksanaan penataan

ruang. Keberadaan undang-undang tersebut diharapkan selain

sebagai konsep dasar hukum dalam melaksanakan perencanaan

tata ruang, juga diharapkan dapat digunakan sebagai bahan acuan

pemerintah dalam penataan dan pelestarian lingkungan hidup.

Menurut Herman Hermit (2008: 68) sebagaimana asas

hukum yang paling utama yaitu keadilan, maka arah dan kerangka

pemikiran serta pendekatan-pendekatan dalam pengaturan

(substansi peraturan perundang-undangan) apa pun, termasuk UU

Penataan Ruang, wajib dijiwai oleh asas keadilan”.

Adapun asas penataan ruang menurut Undang-undang Nomor 26 Tahun 2007 tentang Penataan Ruang adalah:

Dalam kerangka Negara Kesatuan Republik Indonesia, penataan ruang diselenggarakan berdasarkan asas: a. keterpaduan; b. keserasian, keselarasan, dan keseimbangan; c. keberlanjutan; d. keberdayagunaan dan keberhasilgunaan; e. keterbukaan . . . f. kebersamaan dan kemitraan; g. pelindungan kepentingan umum; h. kepastian hukum dan keadilan; dan i. akuntabilitas. (Pasal 2)

Kesembilan asas penyelenggaraan penataan ruang tersebut

pada intinya merupakan norma-norma yang diambil untuk

memayungi semua kaidah-kaidah pengaturan penataan ruang.

Adapun tujuan penataan ruang menurut Undang-undang

Nomor 26 Tahun 2007 adalah:

Penyelenggaraan penataan ruang bertujuan untuk mewujudkan ruang wilayah nasional yang aman, nyaman,

39

produktif, dan berkelanjutan berlandaskan Wawasan Nusantara dan Ketahanan Nasional dengan: a. terwujudnya keharmonisan antara lingkungan alam dan

lingkungan buatan; b. terwujudnya keterpaduan dalam penggunaan sumber

daya alam dan sumber daya buatan dengan memperhatikan sumber daya manusia; dan

c. terwujudnya pelindungan fungsi ruang dan pencegahan dampak negatif terhadap lingkungan akibat pemanfaatan ruang.(Pasal 3)

Dari pasal tersebut dapat dipahami bahwa rumusan tujuan

(pengaturan penataan ruang) merupakan penerapan bagaimana

konsep asas-asas penyelenggaran penataan ruang mengendalikan

arah dan sasaran yang hendak dituju oleh suatu pengaturan UU

Penataan Ruang ini.

Menurut Hermit (2008: 69) klasifikasi penataan ruang bukan

merupakan hal baru dalam pengaturan sistem penataan ruang kita.

Untuk mewujudkan amanat Pasal 33 ayat (3) Undang-Undang

Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 tersebut, Undang-

Undang tentang Penataan Ruang ini menyatakan bahwa negara

menyelenggarakan penataan ruang, yang pelaksanaan

wewenangnya dilakukan oleh Pemerintah dan Pemerintah Daerah

dengan tetap menghormati hak yang dimiliki oleh setiap orang.

Menurut Undang-undang No. 26 Tahun 2007 tentang

Penataan Ruang, klasifikasi penataan ruang adalah:

Pasal 4 Penataan ruang diklasifikasikan berdasarkan sistem, fungsi

utama kawasan, wilayah administratif, kegiatan kawasan, dan nilai strategis kawasan. Pasal 5

40

(1) Penataan ruang berdasarkan sistem terdiri atas sistem wilayah dan sistem internal perkotaan.

(2) Penataan ruang berdasarkan fungsi utama kawasan terdiri atas kawasan lindung dan kawasan budi daya.

(3) Penataan ruang berdasarkan wilayah administratif terdiri atas penataan ruang wilayah nasional, penataan ruang wilayah provinsi, dan penataan ruang wilayah kabupaten/kota.

(4) Penataan ruang berdasarkan kegiatan kawasan terdiri atas penataan ruang kawasan perkotaan dan penataan ruang kawasan perdesaan.

(5) Penataan ruang berdasarkan nilai strategis kawasan terdiri atas penataan ruang kawasan strategis nasional, penataan ruang kawasan strategis provinsi, dan penataan ruang kawasan strategis kabupaten/kota.

Pasal 6 (1) Penataan ruang diselenggarakan dengan memperhatikan:

a. kondisi fisik wilayah Negara Kesatuan Republik Indonesia yang rentan terhadap bencana;

b. potensi sumber daya alam, sumber daya manusia, dan sumber daya buatan; kondisi ekonomi, sosial, budaya, politik, hukum, pertahanan keamanan, lingkungan hidup, serta ilmu pengetahuan dan teknologi sebagai satu kesatuan; dan

c. geostrategi, geopolitik, dan geoekonomi. (2) Penataan ruang wilayah nasional, penataan ruang wilayah

provinsi, dan penataan ruang wilayah kabupaten/kota dilakukan secara berjenjang dan komplementer.

(3) Penataan ruang wilayah nasional meliputi ruang wilayah yurisdiksi dan wilayah kedaulatan nasional yang mencakup ruang darat, ruang laut, dan ruang udara, termasuk ruang di dalam bumi sebagai satu kesatuan.

(4) Penataan ruang wilayah provinsi dan kabupaten/kota meliputi ruang darat, ruang laut, dan ruang udara, termasuk ruang di dalam bumi sesuai dengan ketentuan peraturan perundangundangan.

(5) Ruang laut dan ruang udara, pengelolaannya diatur dengan undang-undang tersendiri.

Selanjutnya pada Pasal 58 UU Nomor 1 Tahun 2011,

mengatakan bahwa : (1) Penyelenggaraan kawasan permukiman sebagaimana

dimaksud dalam Pasal 57 wajib dilaksanakan sesuai dengan arahan pengembangan kawasan permukiman yang terpadu dan berkelanjutan.

(2) Arahan pengembangan kawasan permukiman sebagaimana dimaksud pada ayat (1) meliputi:

41

a) hubungan antarkawasan fungsional sebagai bagian

lingkungan hidup di luar kawasan lindung;

b) keterkaitan lingkungan hunian perkotaan dengan

lingkungan hunian perdesaan;

c) keterkaitan antara pengembangan lingkungan hunian

perkotaan dan pengembangan kawasan perkotaan

d) keterkaitan antara pengembangan lingkungan

hunian perdesaan dan pengembangan kawasan

perdesaan;

e) keserasian tata kehidupan manusia dengan lingkungan hidup;

f) keseimbangan antara kepentingan publik dan kepentingan setiap orang; dan

g) lembaga yang mengoordinasikan pengembangan kawasan permukiman.

Dari pasal-pasal tersebut telah jelas klasifikasi penataan

ruang baik berdasarkan sistem, fungsi utama kawasan-kawasan,

wilayah administratif, kegiatan kawasan, dan nilai strategi kawasan.

Makin tinggi taraf hidup manusia, makin bertambah pula

macam dan ragam kebutuhannya. Hal ini ditambah pula dengan

tersedianya ilmu dan teknologi yang memungkinkan ragam dan

macam kebutuhan itu dipenuhi. Upaya untuk memenuhi kebutuhan

di atas dilakukan dengan memanfaatkan berbagai sumber daya

alam yang tersedia di sekitarnya dengan melakukan berbagai

macam kegiatan, baik langsung maupun tidak. Kegiatan tersebut

memerlukan ruang atau tempat.

Pada umumnya, suatu ruang tertentu dapat digunakan untuk

berbagai alternatif kegiatan, seperti pemukiman, industri, pertanian

dan sebagainya. Apabila suatu kegiatan tertentu telah dilakukan di

suatu ruang tertentu, pada waktu yang sama tidak dapat dilakukan

42

suatu kegiatan lain. Karena itu, dapat terjadi persaingan. Bahkan,

terjadi konflik dalam pemanfaatan ruang antara berbagai macam

kegiatan, yang dapat menghambat kelancaran kegiatan itu. Hak

guna usaha, misalnya kegiatan pertanian, yang terdapat dalam

suatu ruang dapat terjadi tumpang tindih dengan kegiatan

pertambangan berdasarkan hak kuasa pertambangan.

Di samping itu, suatu kegiatan dapat mengganggu atau

merugikan kegiatan lain yang berada di dekatnya, seperti pengaruh

kebisingan, asap tebal dan debu pada tempat

kediaman/pemukiman. Bahkan, suatu kegiatan wilayah meskipun

jaraknya cukup jauh, misalnya pengaruh industri di hulu sungai

terhadap pemukiman atau penggundulan hutan terhadap

pemukiman di bawahnya karena erosi dan menurunnya air bawah

tanah.

Menurut M. Dauh Silalahi (2001: 79) perubahan terhadap

peruntukan lahan yang tidak disertai dengan perencanaan yang

matang dapat menimbulkan dampak yang merugikan dan konflik-

konflik yang mengganggu lancarnya kegiatan pembangunan.

Sebagai contoh konkret mengenai hal ini timbulnya masalah tata

ruang di kawasan tersebut. Sebagai objek wisata yang banyak

dikunjungi orang, di daerah ini banyak pembangunan fasilitas

seperti bungalau, restoran yang tidak cocok untuk itu. Hal ini tidak

saja menimbulkan konflik-konflik dalam berbagai pemanfaatan

43

yang berbeda, tetapi juga dapat mengancam rusaknya keindahan

alam yang menjadi objek utama dari para wisatawan.

Masalah tata ruang di kota-kota besar seperti di Jakarta,

Surabaya, Bandung, dan Medan merupakan contoh yang dapat

disaksikan setiap hari. Berbaurnya kegiatan primer dan kegiatan

sekunder sekiat pusat kota menyebabkan campur baurnya lalu-

lintas antar kota dengan lalu-lintas menimbulkan kemacetan dan

berbagai gangguan kegiatan lainnya.

Oleh karena itu, kebijakan penataan ulang yang dilakukan

oleh Pemerintah Daerah harus memperhatikan aspek lingkungan

hidup, sebagaimana Mochtar Kusumaatmadja di dalam buku M.

Daud Silalahi (2001:79) mengemukakan :

“karena pemerintah merupakan pengemban dan penjaga

kepentingan umum masyarakat, maka melalui

pemerintahannya, masyarakat harus menuntut agar ongkos-

ongkos sosial ini diperhitungkan dengan seksama dan

ditentukan pula siapa-siapa saja yang harus membayar

ongkos-ongkos sosial ini”.

Selanjutnya M. Daud Silalahi mengatakan agar hal ini dapat

terintegrasi dalam suatu proses keputusan yang berwawasan

lingkungan, beberpa hal perlu dipertimbangkan, antara lain,

sebagai berikut

1. Kuantitas dan kualitas sumber kekayaan alam yang diketahui dan diperlukan;

44

2. akibat-akibat dari pengambilan sumber kekayaan alam, di darat maupun di laut, termasuk kekayaan hayati laut, dan habisnya deposit dan stok;

3. alternatif cara pengambilan kekayaan hayati laut dan akibatnya terhadap keadaan sumber kekayaan itu;

4. ada tidaknya teknologi pengganti; 5. kemungkinan perkembangan teknologi-teknologi

pengganti termasuk biayanya masing-masing; 6. adanya lokasi lain yang sama baiknya atau lebih baik; 7. kadar pencemaran air dan udara, kalau ada; 8. adanya tempat pembuatan zat sisa dan kotoran serta

pengolahannya kembali (recycling) sebagai bahan mentah; dan

9. pengaruh proyek pada lingkungan, kecepatan dan sifat pemburukan lingkungan, kemungkinan penghentian proses pemburukan lingkungan dan biaya alternatif lainnya.

Karena mengingat kenyataan bahwa di negara yang sedang

berkembang sebagian besar kegiatan pembangunan berada di

bawah penguasaan dan bimbingan pemerintah, sudah selayaknya

bahwa masalah perlindungan lingkungan ini diintegrasikan ke

dalam proses perencanaan pembangunan. Salah satu alat

perlindungan dan pelestarian lingkungan dalam rencana

pembangunan adalah keharusan untuk melakukan analisis

mengenai dampak lingkungan (Amdal) yang merupakan konsep

pengaturan hukum di bidang hukum.

Berkaitan dengan kebijakan penataan ruang Handiman Rico

dalam makalahnya mengatakan:

Dalam rangka menerapkan penataan ruang untuk pada

akhirnya mewujudkan pengembangan wilayah seperti yang

diharapkan, maka terdapat paradigma yang harus

dikembangkan sebagai berikut:

45

· Otonomi Daerah (UU No.22/1999)/( UU 32/2004),

mengatur kewenangan Pemerintah Daerah dalam

pembangunan Globalisasi

· Pembangunan wilayah tidak terlepas dari pembangunan

dunia, investor akan menanamkan modalnya di daerah

yang memiliki kondisi politik yang stabil dan didukung

sumberdaya yang memadai

· Pemberdayaan masyarakat

· Pendekatan pemberdayaan masyarakat merupakan

tuntutan yang harus dipenuhi Good Governance

· Iklim dan kinerja yang baik dalam pembangunan perlu

dijalankan. Karakteristiknya adalah partisipasi

masyarakat, transparasi, responsif dan akuntabilitas.

5. Permukiman Kumuh

Kumuh adalah kesan atau gambaran secara umum tentang

sikap dan tingkah laku yang rendah dilihat dari standar hidup dan

penghasilan kelas menengah. Dengan kata lain, kumuh dapat

diartikan sebagai tanda atau cap yang diberikan golongan atas

yang sudah mapan kepada golongan bawah yang belum mapan.

Menurut kamus ilmu-ilmu sosial Slum’s diartikan sebagai suatu

daerah yang kotor yang bangunan-bangunannya sangat tidak

memenuhi syarat. Jadi daerah slum’s dapat diartikan sebagai

daerah yang ditempati oleh penduduk dengan status ekonomi

rendah dan bangunan-bangunan perumahannya tidak memenuhi

46

syarat untuk disebut sebagai perumahan yang sehat. Slum’s

merupakan lingkungan hunian yang legal tetapi kondisinya tidak

layak huni atau tidak memenuhi persyaratan sebagai tempat

permukiman (Utomo Is Hadri, 2000). Slum’s yaitu permukiman

diatas lahan yang sah yang sudah sangat merosot (kumuh) baik

perumahan maupun permukimannya (Herlianto, 1985). Dalam

kamus sosiologi Slum’s yaitu diartikan sebagai daerah penduduk

yang berstatus ekonomi rendah dengan gedung-gedung yang tidak

memenuhi syarat kesehatan. (Sukamto Soerjono, 1985).

Diana Puspitasari dari Dinas Tata Ruang dan Permukiman

(Distarkim) Kota Depok mengatakan, definisi permukiman kumuh

berdasarkan karakteristiknya adalah suatu lingkungan permukiman

yang telah mengalami penurunan kualitas. Dengan kata lain

memburuk baik secara fisik, sosial ekonomi maupun sosial budaya.

Dan tidak memungkinkan dicapainya kehidupan yang layak bahkan

cenderung membahayakan bagi penghuninya. Menurut Diana, ciri

permukiman kumuh merupakan permukiman dengan tingkat

hunian dan kepadatan bangunan yang sangat tinggi, bangunan

tidak teratur, kualitas rumah yang sangat rendah. Selain itu tidak

memadainya prasarana dan sarana dasar seperti air minum, jalan,

air limbah dan sampah. Kawasan kumuh adalah kawasan dimana

rumah dan kondisi hunian masyarakat di kawasan tersebut sangat

buruk. Rumah maupun sarana dan prasarana yang ada tidak

sesuai dengan standar yang berlaku, baik standar kebutuhan,

47

kepadatan bangunan, persyaratan rumah sehat, kebutuhan sarana

air bersih, sanitasi maupun persyaratan kelengkapan prasarana

jalan, ruang terbuka, serta kelengkapan fasilitas sosial lainnya.

Ciri-ciri pemukiman kumuh, seperti yang diungkapkan oleh

Prof. DR. Parsudi Suparlan adalah :

1. Fasilitas umum yang kondisinya kurang atau tidak memadai.

2. Kondisi hunian rumah dan pemukiman serta penggunaan

ruangnya mencerminkan penghuninya yang kurang mampu

atau miskin.

3. Adanya tingkat frekuensi dan kepadatan volume yang tinggi

dalam penggunaan ruang-ruang yang ada di pemukiman

kumuh sehingga mencerminkan adanya kesemrawutan tata

ruang dan ketidakberdayaan ekonomi penghuninya.

4. Pemukiman kumuh merupakan suatu satuan-satuan komuniti

yang hidup secara tersendiri dengan batas-batas kebudayaan

dan sosial yang jelas, yaitu terwujud sebagai :

a. Sebuah komuniti tunggal, berada di tanah milik negara,

dan karena itu dapat digolongkan sebagai hunian liar.

b. Satuan komuniti tunggal yang merupakan bagian dari

sebuah RT atau sebuah RW.

c. Sebuah satuan komuniti tunggal yang terwujud sebagai

sebuah RT atau RW atau bahkan terwujud sebagai

sebuah Kelurahan, dan bukan hunian liar.

48

5. Penghuni pemukiman kumuh secara sosial dan ekonomi tidak

homogen, warganya mempunyai mata pencaharian dan tingkat

kepadatan yang beranekaragam, begitu juga asal muasalnya.

Dalam masyarakat pemukiman kumuh juga dikenal adanya

pelapisan sosial berdasarkan atas kemampuan ekonomi

mereka yang berbeda-beda tersebut.

6. Sebagian besar penghuni pemukiman kumuh adalah mereka

yang bekerja di sektor informal atau mempunyai mata

pencaharian tambahan di sektor informil.

Berdasarkan salah satu ciri diatas, disebutkan bahwa

permukiman kumuh memiliki ciri “kondisi hunian rumah dan pemukiman

serta penggunaan ruangnya mencerminkan penghuninya yang kurang

mampu atau miskin”. Penggunaan ruang tersebut berada pada suatu

ruang yang tidak sesuai dengan fungsi aslinya sehingga berubah

menjadi fungsi permukiman, seperti muncul pada daerah sempadan

untuk kebutuhan Ruang Terbuka Hijau. Keadaan demikian menunjukan

bahwa penghuninya yang kurang mampu untuk membeli atau menyewa

rumah di daerah perkotaan dengan harga lahan/bangunan yang tinggi,

sedangkan lahan kosong di daerah perkotaan sudah tidak ada.

Permukiman tersebut muncul dengan sarana dan prasarana yang

kurang memadai, kondisi rumah yang kurang baik dengan kepadatan

yang tinggi serta mengancam kondisi kesehatan penghuni. Dengan

begitu, permukiman yang berada pada kawasan SUTET, semapadan

49

sungai, semapadan rel kereta api, dan sempadan situ/danau

merupakan kawasan permukiman kumuh.

Menurut Ditjen Bangda Depdagri, ciri-ciri permukiman atau

daerah perkampungan kumuh dan miskin dipandang dari segi sosial

ekonomi adalah sebagai berikut :

1. Sebagian besar penduduknya berpenghasilan dan berpendidikan

rendah, serta memiliki sistem sosial yang rentan.

2. Sebagaian besar penduduknya berusaha atau bekerja di sektor

informal Lingkungan permukiman, rumah, fasilitas dan prasarananya

di bawah standar minimal sebagai tempat bermukim, misalnya

memiliki:

a. Kepadatan penduduk yang tinggi > 200 jiwa/km2

b. Kepadatan bangunan > 110 bangunan/Ha.

c. Kondisi prasarana buruk (jalan, air bersih, sanitasi, drainase, dan

persampahan).

d. Kondisi fasilitas lingkungan terbatas dan buruk, terbangun <20%

dari luas persampahan.

e. Kondisi bangunan rumah tidak permanen dan tidak memenuhi

syarat minimal untuk tempat tinggal.

f. Permukiman rawan terhadap banjir, kebakaran, penyakit dan

keamanan.

g. Kawasan permukiman dapat atau berpotensi menimbulkan

ancaman (fisik dan non fisik ) bagi manusia dan lingkungannya.

50

Menurut Khomarudin, 1997 penyebab utama tumbuhnya

permukiman kumuh adalah sebagai berikut :

1) Urbanisasi dan migrasi yang tinggi terutama bagi kelompok

masyarakat berpenghasilan rendah,

2) Sulit mencari pekerjaan,

3) Sulitnya mencicil atau menyewa rumah,

4) Kurang tegasnya pelaksanaan perundang-undangan,

5) Perbaikan lingkungan yang hanya dinikmati oleh para pemilik

rumah serta disiplin warga yang rendah,

6) Semakin sempitnya lahan permukiman dan tingginya harga

tanah.

Menurut Arawinda Nawagamuwa dan Nils Viking (2003:3-5)

penyebab adanya permukiman kumuh adalah:

1) Karakter bangunan yaitu umur bangunan yang sudah terlalu tua,

tidak terorganisasi, ventilasi, pencahayaan dan sanitasi yang

tidak memenuhi syarat,

2) Karakter lingkungan yaitu tidak ada open space (ruang terbuka

hijau) dan tidak tersedia fasilitas untuk rekreasi keluarga,

kepadatan penduduk yang tinggi, sarana prasarana yang tidak

terencana dengan baik. Menurut mereka keadaan kumuh

tersebut dapat mencerminkan keadaan ekonomi, sosial, budaya

para penghuni permukiman tersebut.

Adapun ciri-ciri kawasan permukiman kumuh dapat tercermin

dari :

51

1) Penampilan fisik bangunannya yang makin kontruksi, yaitu

banyaknya bangunan-bangunan temporer yang berdiri serta

nampak tak terurus maupun tanpa perawatan,

2) Pendapatan yang rendah mencerminkan status ekonomi mereka,

biasanya masyarakat kawasan kumuh berpenghasilan rendah,

3) Kepadatan bangunan yang tinggi, dapat terlihat tidak adanya

jarak antara bangunan maupun siteplan yang tidak terencana,

4) Kepadatan penduduk yang tinggi dan masyarakatnya yang

heterogen,

5) Sistem sanitasi yang miskin atau tidak dalam kondisi yang baik,

6) Kondisi sosial yang tidak dapat baik dilihat dengan banyaknya

tindakan kejahatan maupun kriminal,

7) Banyaknya masyarakat pendatang yang bertempat tinggal

dengan menyewah rumah.

Karakteristik permukiman kumuh, (Silas,1996) adalah sebagai

berikut :

1) Keadaan rumah pada permukiman kumuh terpaksa dibawah

standar, rata-rata 6 m²/orang. Sedangkan fasilitas kekotaan

secara langsung tidak terlayani karena tidak tersedia. Namun

karena lokasinya dekat dengan permukiman yang ada, maka

fasilitas lingkungan tersebut tak sulit mendapatkannya.

2) Permukiman ini secara fisik memberikan manfaat pokok, yaitu

dekat tempat mencari nafkah (opportunity value) dan harga

52

rumah juga murah (asas keterjangkauan) baik membeli atau

menyewa.

3) Manfaat permukiman disamping pertimbangan lapangan kerja

dan harga murah adalah kesempatan mendapatkannya atau

aksesibilitas tinggi.

Dalam perkembangannya pertumbuhan permukiman kumuh ini

dapat disebabkan oleh beberapa faktor. Menurut Constantinos

A.Doxiadis (1968), disebutkan bahwa pertumbuhan permukiman kumuh

dipengaruhi oleh beberapa faktor yaitu :

1) Growth of density (pertambahan penduduk) Dengan adanya

pertambahan jumlah penduduk yaitu dari kelahiran dan adanya

pertambahan jumlah keluarga, maka akan membawa masalah baru.

Secara manusiawi mereka ingin menempati rumah milik mereka

sendiri. Dengan demikian semakin bertambahlah jumlah hunian

yang ada di kawasan permukiman tersebut yang menyebabkan

pertumbuhan perumahan permukiman.

2) Urbanization (Urbanisasi) Dengan adanya daya tarik pusat kota

maka akan menyebabkan arus migrasi desa ke kota maupun dari

luar kota ke pusat kota. Kaum urbanisasi yang bekerja di pusat kota

ataupun masyarakat yang membuka usaha di pusat kota, tentu saja

memiliki untuk tinggal di permukiman di sekitar pusat kota. Hal ini

juga akan menyebabkan pertumbuhan perumahan permukiman di

kawasan pusat kota.

B. Hasil Penelitian Yang Relevan

53

Penelitian yang sudah pernah dilakukan sebelumnya dan

relevan dengan penelitian ini adalah penelitian yang berjudul

“Pengendalian Permukiman Kumuh di Sekitar Tanggul

Sungai Je’neberang Kelurahan Sungguminasa Kabupaten Gowa” oleh

Sri Haryati Atjo Andi Latanratu, Fakultas Sains Dan Teknologi

Universitas Islam Negeri Alauddin Makassar.

Peneliti menyimpulkan bahwa Faktor yang menjadi penyebab

tumbuhnya permukiman kumuh adalah faktor penghasilan dan faktor

jenis pekerjaan. Tingkat kekumuhan permukiman termasuk pada

kategori kumuh ringan selajutanya Konsep pengendalian permukiman

kumuh di sekitar tanggul Sungai Je’neberang dibagi menjadi

Pengendalian permukiman kumuh di sempadan sungai dan

Pengendalian permukiman kumuh di luar sempadan sungai

C. Deskripsi Fokus Penelitian (Kualitatif)

1. Kriteria Perumahan Kumuh dan Permukiman Kumuh Implementasi

pada Peningkatan Kualitas Pada Pemukiman Kumuh di Kelurahan

Jaya Kecamatan Watang Sawitto Kabupaten Pinrang

2. Tipologi Perumahan Kumuh dan Permukiman Kumuh pada

Peningkatan Kualitas Pada Pemukiman Kumuh di Kelurahan Jaya

Kecamatan Watang Sawitto Kabupaten Pinrang

3. Penetapan lokasi dan perencanaan penanganan pada

Peningkatan Kualitas Pada Kawasan Pemukiman Kumuh di

Kelurahan Jaya Kecamatan Watang Sawitto Kabupaten Pinrang

54

4. Perencanaan Penanganan pada Peningkatan Kualitas Pada

Pemukiman Kumuh di Kelurahan Jaya Kecamatan Watang Sawitto

Kabupaten Pinrang

5. Pengelolaan untuk mempertahankan dan menjaga kualitas

perumahan dan permukiman secara berkelanjutan pada

Peningkatan Kualitas Pada Pemukiman Kumuh di Kelurahan Jaya

Kecamatan Watang Sawitto Kabupaten Pinrang

6. Pola kemitraan antar pemangku kepentingan yang dapat

dikembangkan dalam upaya penatan perumahan kumuh dan

permukiman kumuh pada Peningkatan Kualitas Pada Pemukiman

Kumuh di Kelurahan Jaya Kecamatan Watang Sawitto Kabupaten

Pinrang peran masyarakat, dan

7. Peran masyarakat dalam penataan perumahan kumuh dan

permukiman kumuh pada Peningkatan Kualitas Pada Pemukiman

Kumuh di Kelurahan Jaya Kecamatan Watang Sawitto Kabupaten

Pinrang

D. Model Penelitian

Pemberlakuan kebijakan perumahan kumuh dan permukiman

kumuh pada Peningkatan Kualitas Pada Pemukiman Kumuh di

Kelurahan Jaya Kecamatan Watang Sawitto Kabupaten Pinrang pada

dasarnya bertujuan untuk meningkatkan mutu kehidupan dan

penghidupan masyarakat penghuni perumahan kumuh dan

permukiman kumuh Perkotaan di Kelurahan Jaya Kecamatan Watang

Sawitto Kabupaten Pinrang.

55

Adapun indikator tercapainya tujuan kebijakan peningkatan

kualitas terhadap Pemukiman Kumuh di Kelurahan Jaya Kecamatan

Watang Sawitto Kabupaten Pinrang adalah:

1. Kriteria Perumahan Kumuh dan Permukiman Kumuh

2. Tipologi Perumahan Kumuh dan Permukiman Kumuh

3. Penetapan lokasi dan perencanaan penanganan;

4. Perencanaan Penanganan

5. Pengelolaan secara berkelanjutan

6. Pola kemitraan,

7. Peran masyarakat

Berdasarkan pemaparan seperti tersebut diatas, maka

pelaksanaan suatu kebijakan dalam ruang lingkup pemerintahan

menjadi faktor penentu dalam menilai sukses atau gagalnya tujuan

kebijakan tersebut. Oleh karena itu indikator yang baik sangat

mempengaruhi penilaian impelementasi kebijakan peningkatan kualitas

terhadap pemukiman kumuh di Kelurahan Jaya Kecamatan Watang

Sawitto Kabupaten Pinrang sebagai implementator kebijakan.

Tabel. 2 Model Penelitian

Implementasi

Kebijakan

Peningkatan

Kualitas

Terhadap

Pemukiman

Kumuh di

Kelurahan

Jaya

Kecamatan

Watang

Sawitto

Kabupaten

Pinrang

Optimalnya

Kebijakan

Peraturan

Menteri PUPR

Nomor

02/PRT/M/2016

tentang

Peningkatan

Kualitas

Terhadap

Perumahan

Kumuh dan

Permukiman

Kumuh

Kriteria Perumahan Kumuh dan Permukiman Kumuh

Tipologi Perumahan Kumuh dan Permukiman Kumuh

Penetapan lokasi dan perencanaan penanganan

Perencanaan Penanganan

Pengelolaan secara berkelanjutan

Pola kemitraan,

Peran masyarakat

56

E. Pertanyaan Penelitian

1) Apa Kriteria Perumahan Kumuh dan Permukiman Kumuh

Implementasi pada Peningkatan Kualitas Pada Pemukiman Kumuh

di Kelurahan Jaya Kecamatan Watang Sawitto Kabupaten Pinrang?

2) Apa Tipologi Perumahan Kumuh dan Permukiman Kumuh pada

Peningkatan Kualitas Pada Pemukiman Kumuh di Kelurahan Jaya

Kecamatan Watang Sawitto Kabupaten Pinrang?

3) Bagaimana penetapan lokasi dan perencanaan penanganan pada

Kawasan Pemukiman Kumuh di Kelurahan Jaya Kecamatan Watang

Sawitto Kabupaten Pinrang?

4) Bagaimana Perencanaan Penanganan pada Peningkatan Kualitas

Pada Pemukiman Kumuh di Kelurahan Jaya Kecamatan Watang

Sawitto Kabupaten Pinrang?

5) Bagaimana pengelolaan untuk mempertahankan dan menjaga

kualitas perumahan dan permukiman secara berkelanjutan pada

Peningkatan Kualitas Pada Pemukiman Kumuh di Kelurahan Jaya

Kecamatan Watang Sawitto Kabupaten Pinrang?

6) Bagaimana Pola kemitraan antar pemangku kepentingan yang dapat

dikembangkan dalam upaya peningkatan kualitas pada pemukiman

Dasar : Peraturan Menteri Pekerjaan Umum Dan Perumahan Rakyat Republik Indonesia Nomor02/PRT/M/2016 tentang

Kualitas Terhadap Perumahan Kumuh dan Permukiman Kumuh

57

kumuh di Kelurahan Jaya Kecamatan Watang Sawitto Kabupaten

Pinrang peran masyarakat?

7) Bagaimana peran masyarakat dalam peningkatan kualitas pada

pemukiman kumuh di Kelurahan Jaya Kecamatan Watang Sawitto

Kabupaten Pinrang?

BAB III

DESAIN DAN PROSEDUR PENELITIAN

A. Pendekatan Penelitian

Metode penelitian yang digunakan adalah deskriptif-kualitatif.

Pendekatan kualitatif ini, peneliti menggambarkan fenomena dalam

kata-kata sebagai ganti angka atau pengukuran. Penelitian kualitatif

sebagai prosedur penelitian yang menghasilkan data deskriptif berupa

kata-kata tertulis atau lisan dari orang-orang dan perilaku yang dapat

diamati.

B. Desain Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan di Kelurahan Jaya Kecamatan Watang

Sawitto Kabupaten Pinrang dan penelitian ini laksanakan pada bulan

Juli 2019 sampai dengan bulan Januari tahun 2020.

Adapun tahapan kegiatan penelitian adalah sebagai berikut:

Tabel 3 Rencana Jadwal Tahapan Kegiatan Penelitian

NO TAHAPAN JADWAL

1 Penyusunan rencana penelitian (proposal) Bab I, II, dan III

Bulan Januari s/d Oktober 2018

2 Seminar Proposal penelitian Minggu ke-2 Bulan Oktober 2019

3 Menyempurnakan proposal penelitian berdasarkan hasil seminar

Minggu ke-3 Bulan Oktober 2019

58

C. Unit Analisis dan Sumber Data

Unit analisis pada tahap awal memasuki lapangan dipilih

Kelurahan Jaya Kecamatan Watang Sawitto Kabupaten Pinrang selaku

implementor Peraturan Menteri ini sehingga mampu memberi

kemudahan kepada peneliti untuk mengumpulkan data.

Adapun yang menjadi sumber data dalam penelitian ini

adalah:

1. Seorang Kepala Bidang Pemukiman, Fisik dan Prasarana Bappeda

Kabupaten Pinrang.

2. Seorang Kepala Bidang Perumahan dan Pemukiman Pekerjaan

Umum Kabupaten Pinrang.

3. Seorang Camat Kecamatan Watang Sawitto Kabupaten Pinrang.

4. Seorang Lurah Kelurahan Jaya Kecamatan Watang Sawitto

Kabupaten Pinrang.

5. Tokoh Masyarakat Kelurahan Jaya Kecamatan Watang Sawitto

Kabupaten Pinrang.

D. Teknik dan Instrumen Pengumpulan Data

Langkah yang ditempuh oleh peneliti dalam pengumpulan

data penelitian implementasi Kebijakan Peningkatan Kualitas Pada

4 Melakukan penelitian dan menulis tesis

Bulan Januari s/d Oktober 2019

5 Ujian Laporan hasil penelitian (tesis) Minggu ke-3 Januari 2020

6 Menyempurnakan/memperbaiki laporan hasil penelitian (tesis)

Minggu ke-3 Januari 2020

7 Ujian tutup laporan hasil penelitian (tesis)

Minggu ke-4 Januari 2020

8 Menyempurnakan/memperbaiki laporan hasil penelitian (tesis)

Minggu ke-4 Januari 2020

59

Pemukiman Kumuh di Kelurahan Jaya Kecamatan Watang Sawitto

Kabupaten Pinrang yaitu :

1. Wawancara

Untuk mendapatkan informan yang sesuai, mendatangi beberapa

pihak yang terkait dengan fokus penelitian sampai memperoleh

penerimaan dari orang-orang atau informan yang didekati melalui

wawancara. Informan yang dibutuhkan dalam penelitian ini

sejumlah 5 (lima) orang. Yaitu Kepala Bidang Pemukiman, Fisik

dan Prasarana Bappeda Kabupaten Pinrang, Kepala Bidang

Perumahan dan Pemukiman Pekerjaan Umum (PU) Kabupaten

Pinrang, Camat Watang sawitto, Lurah Kelurahan Jaya Kecamatan

Watang Sawitto Kabupaten Pinrang, Kepala Lingkungan Jaya

Kelurahan Jaya Kecamatan Watang Sawitto Kabupaten Pinrang.

2. Pengamatan langsung di lapangan (Observasi)

Pada tahap ini, setelah mendapatkan informan yang tepat maka

peneliti berusaha melakukan pengamatan langsung di lapangan

untuk memperoleh data yang akurat.

3. Telaah Dokumen

Selanjutnya di tahap ini peneliti mengumpulkan dokumen-dokumen

yang akan dijadikan bahan penelitian

Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini yaitu :

1. Pedoman Wawancara

60

Wawancara dilaksanakan dengan cara berpedoman dengan model

teori yang peneliti gunakan kepada informan yang sudah ditentukan

oleh peneliti.

2. Pedoman pengamatan langsung di lapangan (Observasi)

Teknik observasi adalah kegiatan pengamatan langsung terhadap

obyek penelitian untuk memperoleh keterangan dan informasi

sebagai data yang akurat tentang hal-hal yang diteliti serta untuk

mengetahui relevansi antara dokumen, hasil wawancara dengan

kenyataan yang ada

3. Pedoman Telaah Dokumen

Mempelajari dokumen-dokumen yang terkait dengan implementasi

Kebijakan Peningkatan Kualitas Pemukiman Kumuh di Kelurahan

Jaya Kecamatan Watang Sawitto Kabupaten Pinrang.

E. Teknik Pengolahan dan Analisis Data

Data yang diperoleh dari penelusuran dengan menggunakan

wawancara, observasi dan telaah dokumen akan diolah dengan

menggunakan langkah-langkah sebagai berikut :

1. Reduksi Data, yaitu memilih data sehingga hanya data yang sesuai

dengan keperluan yang akan dianalisa

2. Penerapan data sesuai dengan pendekatan penelitian, yaitu

menganalisa data sesuai dengan metode penelitian dan

pendekatan penelitian yang peneliti tetapkan.

61

3. Interpretasi data, yaitu kegiatan guna mencari makna dan arti yang

lebih luas dari data yang ada, menghubungkannya dengan ilmu

pengetahuan dan fenomena yang ada.

4. Penarikan kesimpulan dan verifikasi, yaitu menarik kesimpulan

terhadap data yang diperoleh dan melakukan pemeriksaan

terhadap kesimpulan yang ada.

BAB IV

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A. Deskripsi Singkat Lokus / Objek Penelitian

Kelurahan Jaya adalah salah satu kelurahan dari 8 kelurahan

yang terdapat dalam wilayah kerja Kecamatan Watang Sawitto dan dari

39 Kelurahan yang ada di Kabupaten Pinrang,yang secara geografis

terletak pada koordinat antara 3’19’13” sampai 4’10’30” lintang selatan

dan 119’26’30” sampai 119’47’20” bujur timur yang berada pada

ketinggian 0-2.600 meter dari permukaan laut, serta jarak dari Ibukota

Provinsi Sulawesi Selatan kota Makasar yaitu 197 km.

Kelurahan ini merupakan pemekaran dari kelurahan Sawitto

Sebagai salah satu instansi Pemerintah Daerah sesuai dengan bidang

tugasnya melaksanakan pusat pemerintahan pembangunan dan

kemasyarakatan.sejak tahun 1992, berdasarkan surat Gubernur

provinsi Sulawesi Selatan nomor 1323/IX/1992 tentang persetujuan

pemekaran desa dan kelurahan.

Dengan Lurah pertama Drs. Aswadi Haruna yang diangkat

berdasarkan Keputusan Bupati Kepala Daerah Tingkat II Pinrang No.02

62

Tahun 1993 tanggal 18 Januari 1993. Seperti halnya instansi

pemerintahan yang lain, kelurahan Jaya juga mengalami pergantian

tambuk pemerintahan mulai dari Drs. Aswadi Haruna yang berakhir

pada 10 April 2002 dan digantikan oleh Drs. Arzis Suttara hingga tahun

2008, pada tahun 2008 kelurahan Jaya dinahkodai oleh H.A.

Muh Nasir selanjutnya digantikan oleh Sahrir Pawettoi pada

tahun 2009 dan diteruskan oleh H.A. Fahruddin. S, Sos. M.Si sampai

pada tahun 2012. Tahun 2012 sampai tahun 2015 oleh Andi Kaliabo,

S. Sos dan 2015 sampai Januari 2019 dipimpin oleh Andi Asriyadi

Iskandar, SE dan saat ini dipimpin oleh Pelaksana Tugas Lurah.

Kelurahan Jaya memiliki dua lingkungan yaitu lingkungan jaya

dan lingkungan pisang dengan batas wilayah:

Sebelah utara kelurahan penrang

Sebelah timur kelurahan sawitto dan benteng sawitto

Sebelah selatan kelurahan macorawalie

Sebelah barat kelurahan macorawalie dan kelurahan salo

Luas wilayah kelurahan Jaya adalah 51,82 Ha dan terbagi atas

wilayah untuk bangunan, lapangan, tempat ibadah, pemukiman,

perkantoran, perdangan, persawahan, dan sebagainya. Kelurahan

Jaya terkenal merupakan kawasan perdagangan kota Pinrang yang

letaknya sangat stategis karena terletak di tengah kota Pinrang.

Masyarakat di kelurahan Jaya yang beragama Islam sebanyak

7.240 jiwa, Katholik 343 jiwa, Protestan 394 jiwa, dan agama

Hindu/Budha 72 jiwa.

63

Perkembangan jumlah penduduk di Kelurahan Jaya Kecamatan

Watang Sawitto tahun 2017 laki-laki sebanyak 3179 jiwa dan

perempuan 3366 jiwa, dan lokasi kawasan kumuh terletak di lingkungan

Jaya tepatnya disebelah barat Kelurahan Jaya yang berpenduduk

1.681 jiwa, sebanyak 243 Kepala Keluarga.

Masyarakat kelurahan Jaya merupakan masyarakat yang

heterogen dan terdiri dari beberapa suku. Suku Bugis merupakan suku

yang mendominasi di kelurahan ini, selain itu terdapat juga suku

Toraja, Jawa, dan beberapa suku lain yang menjadi pendatang.

Sebagai salah satu kelurahan yang terletak di tengah

perkotaan, kelurahan Jaya kecamatan Watang Sawitto, rata-rata

penduduknya berprofesi sebagai pedagang, pegawai swasta maupun

pegawai negeri.Masyarakat di kelurahan Jaya merupakan masyarakat

yang memiliki religi yang tinggi dan tentu masih menganut berbagai

kepercayaan dan budaya yang berkaitan dengan budaya Bugis

Pinrang.

Tempat ibadah yang tersebar di kelurahan Jaya antara lain, 6

masjid yaitu:

1. Masjid Nurul Ikhlas di Jl. Martadinata

2. Masjid Nurul Yaqin di Jl. Dr.W. Sudirohusodo

3. Masjid Jihad di Jl. Lamini

4. Masjid Babul Jannah di Jl. Kakatua

5. Masjid Nurul Amin di Jl. A. Abdullah

64

Gereja berjumlah 4 buah, yaitu :

1. Gereja Jamaat Toraja di Jl. Jend. Sudirman

2. Gereja KibaitToraja yang berada di Jl. Lamini.

3. Gereja Pante Kosta,dan

4. Gereja Maranata yang berada di Jaya Timur

Sarana pendidikan yang ada di kelurahan Jaya terdiri dari

sebuah TK swasta dan empat Sekolah Dasar, yang terdiri dari dua SD

Negeri, yaitu SDN 286 di Jaya Timur dan SDN 187 Pinrang di Jl. DR.W.

Sudirohusodo dan dua sekolah swasta, salah satunya Madrasah

Ibtidaiyah, DDI Kampung Jaya.

Sarana kesehatan yang tercatat dalam data BPS di kelurahan

Jaya, akhir tahun 2011, antara lain 7 buah posyandu yang aktif, dan

dilaksanakan di rumah warga, yaitu:

1. Posyandu Pisang I di sekitar lapangan Lasinrang

2. Posyandu Pisang II di lingkungan Pisang

3. Posyandu Pisang III di lingkungan Pisang

4. Posyandu Jaya Leha

5. Posyandu Jaya Timur

6. Posyandu Jaya Nur

7. Posyandu dekat MI DDI kampung Jaya

Selain posyandu terdapat pula sebuah klinik, sebuah BKIA (Balai

Kesehatan Ibu dan Anak), dan lima buah apotek.

65

Kelurahan Jaya yang terletak di pusat kota Pinrang memiliki dua

buah pasar yang merupakan tempat utama masyarakat melakukan

kegiatan jual beli. Pasar Sore atau yang juga dikenal dengan Pasar

Kampung Jaya adalah salah satu contohnya.Pasar ini buka di sore hari

sekitar pukul 15.00 WITA. Dan Lapangan Lasinrang yang menjadi

landmark Kabupaten Pinrang tempat Warga Kota melakukan kegiatan

berolah raga dan aktifitas lain.

Kantor Kelurahan Jaya sebagai sarana utama dalam pelayanan

kepada Warga Masyarakat di bidang Pemerintahan, Kemasyarakatan,

Pembangunan dan Pemberdayaan serta Ketentraman dan Ketertiban

berdasarkan Peraturan Daerah kabupaten Pinrang Nomor 6 tahun 2008

tentang Organisasi dan Tata Kerja Kelurahan di Kabupaten Pinrang dan

Peraturan Daerah Nomor 6 Tahun 2006 tantang Kelurahan terletak di

Jl. Lajale RW 4 Lingkungan Jaya yang memiliki 9 orang PNS, dan

tenaga sukarela 5 orang Aparat Kelurahan, 2 orang Kepala

LIngkungan.

Pemangku Jabatan Fungsional lainnya yang membantu Lurah

dan aparat Kelurahan dalam penyuluhan, pembinaan, pengendalian

dan pengawasan dalam wilayah kerja dan berkoordinasi dan kerja

sama dengan stakeholder eksternal yang terdiri dari Babinsa 1 Orang,

Bhabinkamtibmas 1 Orang, PLKB 1 Orang, Bidan Kelurahan 1 Orang

dan PPLP 1 Orang. Organisasi Kemasyarakatan yang berada di

Kelurahan adalah PKK, LKK, KPMD/K, BKMT, Pokja Sehat, Remaja

66

Masjid, Remaja Gereja dan Karang Taruna serta kelompok Dasa

Wisma.Berikut Struktur Organisasi Kelurahan Jaya:

Tabel 4 Struktur Kelurahan Jaya Kecamatan Watang Sawitto

Kabupaten Pinrang

Visi Kelurahan Jaya :“MewujudkanMasyarakat Kelurahan

Jaya Yang Maju, Mandiri Melalui Peningkatan Kreatifitas Dan

Parsipatif Disegala Bidang “

LURAH JAYA

SEKRETARIS LURAH

KASI PEMBANGUNAN

KASI KESMAS

KEPALA LINGKUNGAN PISANG

KEPALA LINGKUNGAN JAYA

KASI PEMERINTAHAN, TRANTIB

PARA STAF

KELOMPOK FUNGSIONAL

Sumber : Kelurahan Jaya Kecamatan Watang Sawitto Kabupaten Pinrang

67

Visi tersebut mengandung makna adanya keinginan untuk

mewujudkan pelayanan yang cepat, profesional dan

bertanggungjawab dengan maksud agar tercipta penghargaan dari

masyarakat kepada pemerintah Kelurahan sehingga dapat

menumbuhkan partisipasi masyarakat dalam pembangunan.

Adapun Misi Kelurahan Jaya adalah sebagai berikut:

• Mengoptimalkan Pelayanan di Bidang Pemerintahan,

Pembangunan dan Kemasyarakatan.

• Memberikan Peluang yang sama kepada semua Warga

Masyarakat untuk berperan aktif dalam setiap kegiatan

Pembangunan

• Meningkatkan Pengamalan nilai-nilai Keagamaan, Sikap Gotong

Royong dan Toleransi antar Ummat Beragama

• Menciptakan Keamanan dan Ketertiban Masyarakat

• Mengupayakan Penyediaan sarana dan Prasarana di Bidang

Pendidikan,Sosial Budaya dan Ekonomi.

• Membuka Hubungan Kerja sama dengan Semua Pihak untuk

Membangun Kemitraan di Berbagai Bidang.

Setelah menjabarkan deskripsi singkat Kelurahan Jaya, maka

masalah yang dihadapi oleh Kelurahan Jaya adalah di Lingkungan

Jaya yang menjadi salah satu wilayah Permukiman Kumuh yang ada

di perkotaan, sehingga di Kelurahan Jaya khususnya di Lingkungan

Jaya di tetapkan sebagai Kawasan Permukiman Kumuh Perkotaan.

Berdasarkan Surat Keputusan Bupati Pinrang Nomor: 600/311/2014

68

tahun 2014. Tentang Penetapan Lokasi Perumahan Kumuh dan

Permukiman Kumuh di Kabupaten Pinrang. Dari hasil penetapan

tersebut, maka kawasan permukiman kumuh di Kelurahan Jaya

seluas 15,36 Ha.

Dengan memperhatikan berbagai hal, seperti kondisi

topografi, ketersediaan sumber air bersih, daerah rawan bencana

alam, sempadan sungai/pantai, penggunaan lahan perkotaan saat

ini, daya dukung prasarana dan sarana dasar/utilitas lingkungan

permukiman, serta tingkat kepadatan bangunan hunian yang

dipersyaratkan, maka pengembangan permukiman perkotaan lebih

diarahkan dengan pola memusat (concentric) untuk permukiman di

kawasan perkotaan. Hal ini diupayakan guna mengoptimalkan dan

mengefektifkan pemanfaatan lahan-lahan di kawasan perkotaan.

Disamping itu, arahan pemusatan permukiman perkotaan

akan lebih mengefisienkan investasi prasarana dan sarana

Tabel 5. Kawasan Kumuh sesuai Surat Keputusan Bupati

Pinrang Tahun 2015

No Nama Lokasi

Luas

(Ha)

Lingkup Administrasi

RT/RW Kel/Desa Kec/Distrik

1 Ling. Jaya

Barat 15,36

Ling. Jaya

Barat Jaya

Wattang

Sawitto

Jumlah 15,36

Sumber : Badan Perencanaan dan Pembangunan Daerah Kabupaten Pinrang

69

dasar/utilitas lingkungan permukiman, dengan tetap optimal

memberikan pelayanan kepada masyarakat perkotaan. Dengan

demikian pula, kawasan perkotaan menjadi kawasan yang nyaman

untuk dihuni, sehingga kualitas hidup masyarakatnya, terutama dari

sisi ketersediaan pelayanan prasarana dan sarana permukiman

menjadi lebih meningkat. Kawasan yang diarahkan dengan tingkat

intensitas permukiman tinggi yakni maksimum 50 unit rumah/ha

(rumah tidak bersusun).

Gambar 1. Peta Kawasan Kepadatan Permukiman Kumuh di

Kelurahan Jaya Kecamatan Watang Sawitto

Kabupaten Pinrang

70

Penentuan konsep dan strategi penanganan permukiman

kumuh di Kelurahan Jaya Kecamatan Watang Sawitto Kabupaten

Pinrang mengacu pada kondisi eksisting kawasan permukiman

kumuh perkotaan. Adapun penentuan konsep ditetapkan setelah

melakukan identifikasi potensi dan permasalahan yang ada pada

kawasan permukiman kumuh di Kelurahan Jaya Kecamatan Watang

Sawitto Kabupaten Pinrang.

Sumber : Badan Perencanaan dan Pembangunan Daerah Kabupaten Pinrang

Tabel 6. Potensi dan Permasalahan Permukiman Kumuh di

Kelurahan Jaya Kecamatan Watang Sawitto

Kabupaten Pinrang

71

No Potensi Permasalahan

1 • Berada pada fungsional perkotaan Kota Pinrang.

• Berada pada fungsional kawasan lahan pangan pertanian.

• Memiliki infrastruktur pendukung aktifitas kegiatan

• sebagian kecil jalan lingkungan mengalami kerusakan

• jaringan drainase lingkungan belum mampu mengatasi genangan pada musim hujan

• jaringan drainase lingkungan sebagian besar tidak befungsi optimal karena mengalami sedimentasi.

• kualitas air minum belum memenuhi standar kesehatan disebagian kecil lingkungan permukiman.

• merupakan daerah rawan banjir.

• sarana persampahan belum mencakup seluruh kawasan permukiman.

• belum tersedian sarana prsarana pemadam kebakaran.

2 • Kondisi bangunan lingkungan • Bangunan pada permukiman sebagian kecil tidak teratur.

3 • Telah terbentuk kelembagaan masyarakat

• Fungsi dan peran kelembagaan masyarakat belum optimal

72

Dalam Tahapan Pelaksanaan kegiatan Kawasan

Permukiman Kumuh Perkotaan di Kelurahan Jaya Kecamatan

Watang Sawitto Kabupaten Pinrang, maka di perlukan adanya suatu

strategi pencapaian kegiatan untuk mencapai kawasan perkotaan

Kabupaten Pinrang bebas kumuh. Capaian kegiatan yang

dilaksanakan di antaranya;

Tabel 7. Strategi Penanganan dan Program Penanganan

Kawasan Permukiman Kelurahan Jaya Kecamatan

Watang Sawitto Kabupaten Pinrang.

No Strategi Penanganan Program

Penanganan

Fisik

(√)

Non

Fisik

(√)

Kawasan

• Peningkatan infrastruktur jalan di lingkungan permukiman agar dapat menunjang aktifitas masyarakat antara kawasan permukiman

Pengembang

an

Permukiman

Lingkungan

Jaya Barat

• Pembangunan dan peningkatan kualitas

Sumber : Badan Perencanaan dan Pembangunan Daerah Kabupaten Pinrang

73

1 drainase di lingkungan permukiman

Penyehatan

Lingkungan

• Pengadaan sarana persampahan di sebagian kawasan permukiman yang belum terakses oleh sarana persampahan

Penyehatan

Lingkungan

• Pemberdayaan masyarakat dalam Pola Hidup Bersih dan Sehat (PHBS)

Bina

Lingkungan

• Peningkatan kapasitas organisasi kelembagaan masyarakat di lingkungan permukiman

Bina Sosial

• Pelatihan kewirausahawan agar dapat meningkatkan perekonomian masyarakat di lingkungan permukiman

Bina

Ekonomi

Sumber : Badan Perencanaan dan Pembangunan Daerah Kabupaten Pinrang

Kawasan prioritas pembangunan ditentukan dari hasil

penilaian pada tabel kriteria dan indikator yang telah dirumuskan dan

ditetapkan. Adapun perumusan dan penetapan tabel kriteria

indikator berdasarkan pada kondisi fisik dan non fisik kawasan

permukiman kumuh di Kelurahan Jaya Kecamatan Watang Sawitto

Kabupaten Pinrang.

74

Penilaian Terhadap Kriteria Dan Indikator Kawasan

Permukiman Kumuh Kelurahan Jaya Kecamatan Watang Sawitto

Kabupaten Pinrang :

Tabel 8. Kriteria dan Indikator Kawasan Permukiman Kumuh di

Kelurahan Jaya Kecamatan Watang Sawitto

Kabupaten Pinrang

No Variabel Kriteria Indikator Nilai

1 2 3 4 6

Aspek Infrastruktur

1 Kondisi

infrastruktur Jalan

a. Fungsi jalan

• Nilai 1 apabila memiliki akses langsung ke jalan utama, nilai 3 apabila memiliki akses langsung ke jalan lingkungan, nilai 5 jika tidak memiliki akses keduanya

1

b. Lebar jalan

• Nilai 1 apabila lebar jalan >4 m, nilai 3 apabila lebar jalan =4 m, kategori nilai 5 apabila lebar jalan <4 m

3

c. Jenis konstruksi

• Nilai 1 jika seluruh jalan lingkungan menggunakan konstruksi aspal/ rabat beton/ paving, nilai 3jika di jalan lingkungan masih terdapat konstruksi perkerasan , nilai 5 apabila menggunakan kontrusksi tanah

1

2 Kondisi

Infrastruktur

drainase

a. Fungsi drainase

• Nilai 1 apabila memiliki hirarki jaringan (tersier-sekunder-primer), nilai 3 apabila memiliki hirarki (tersier-sekunder), nilai 5 apabila tidak berhirarki

5

b. Kualitas konstruksi drainase

• Nilai 1 apabila konstruksi drainase menggunakan pasangan batu, nilai 3 apabila menggunakan drainase temporer atau galian tanah, Nilai 5 apabila tidak memiliki drainase

3

c. Tidak terpeliharanya drainase

• Nilai 1 apabila saluran drainase mengalirkan limpasan air dengan baik, Nilai 3 apabila saluran drainase mengalami sedimentasi tetapi tidak menimbulkan genangan selama >2 jam, Nilai 5 apabila saluran drainase mengalami sedimentasi dan menimbulkan genangan selama > 2 jam

5

d. Ketersediaan lahan

• Nilai 5 apabila masih memiliki ketersediaan lahan untuk pengembangan, nilai 3 apabila memiliki ketersediaan lahan

3

75

yang cukup untuk pengembangan, nilai 1 apabila tidak memiliki ketersediaan lahan untuk pengembangan

3 Penyediaan air

minum

a. Ketersediaan akses air minum

• Nilai 1 apabila masyarakat pada lokasi permukiman kumuh menggunakan PDAM sebagai sumber air minum, Nilai 3 apabila masyarakat pada lokasi permukiman kumuh menggunakan PDAM dan sumur air tanah dalam sebagai sumber air minum, dan nilai 5 apabila masyarakat menggunakan sumur air tanah dangkal sebagai sumber air minum

1

b. Tidak terpenuhinya kebutuhan air minum

• Nilai 1 apabila 25% - 50% populasi tidak terpenuhi kebutuhan air minum minimalnya, Nilai 3 apabila 51% - 75% populasi tidak terpenuhi kebutuhan air minum minimalnya, Nilai 5 apabila 76% - 100% populasi tidak terpenuhi kebutuhan air minum minimalnya

1

4 Pegelolaan air

limbah

a. Sistem pengelolaan air limbah

• Nilai 1 apabila menggunakan kloset leher angsa yang terhubung dengan septick tank, Nilai 3 apabila tempat pembuangan limbah padat sebagian terhubung dengan septik tank dan sebagian tidak terhubung dengan septik tank, dan nilai 5 apabila limbah padat langsung dibuang ke sungai/laut

1

5 Pengelolaan

Persampahan

a. Ketersediaan sarana persampahan

• Nilai 1 apabila pada lokasi permukiman kumuh telah memiliki sarana persampahan berupa bak sampah, gerobak sampah atau motor sampah, dan countainer; Nilai 3 apabila pada lokasi permukiman kumuh hanya terdapat countainer di beberapa titik; Nilai 5 apabila pada lokasi permukiman kumuh tidak memiliki sarana persampahan

1

b. Sistem pengolahan persampahan

• Nilai 1 apabila sudah menerapkan pola 3R, nilai 3 apabila pengelolaan sampah hanya ditampung TPS dan diangkut ke TPA, nilai 5 apabila menggunakan sistem konvensional

5

6 Proteksi

kebakaran

a. Ketersediaan sarana proteksi kebakaran

• Nilai 1 apabila memiliki sarana proteksi kebakaran berupa mobil pemadam kebakaran, pos/stasiun pemadam kebakaran, dan hydran air; nilai 3 apabila hanya memiliki mobil pemadam kebakaran atau stasiun/pos pemadam

5

76

kebakaran, nilai 5 apabila tidak memiliki sarana pemadam kebakaran

b. Ketersediaan Prasarana kebakaran

• Nilai 1 apabila memiliki pasokan air dan lebar jalan lingkungan ≥4 m, Nilai 3 apabila memiliki pasokan air dan lebar jalan lingkungan = 3 m, nilai 5 apabila tidak memiliki pasokan air dan lebar jalan lingkungan <3 m

3

Aspek Pertimbangan Lain

7 Aspek ekonomi a. Tingkat kesejahteraan masyarakat

• Nilai 5 apabila kawasan permukiman kumuh dihuni oleh dominan masyarakat berpenghasilan rendah; Nilai 3 apabila kawasan permukiman kumuh dihuni oleh dominan masyarakat berpenghasilan cukup; Nilai 1 apabila kawasan permukiman kumuh dihuni oleh masyarakat berpenghasilan tinggi

3

8 Aspek soaial a. Hubungan kekerabatan masyarakat

• Nilai 5 apabila 25% - 50 % hubungan kekerabatan dalam masyarakat baik, Nilai 3 apabila 51% - 75% hubungan kekerabatan masyarakat baik, nilai 1 apabila 76% - 100% hubungan keekrabatan masyarakat baik

5

9 Aspek legalitas

lahan

c. Kejelasan status lahan

• Nilai 5 apabila 25% - 50% lokasi memiliki kejelasan status penguasaan lahan, nilai 3 apabila 51% - 75% lokasi memiliki kejelasan status penguasaan lahan, nilai 1 apabila 76% - 100% lokasi memiliki kejelasan status penguasaan lahan

1

NILAI 47

Sumber : Badan Perencanaan dan Pembangunan Daerah Kabupaten Pinrang

Dari Hasil penilaian yang telah dilakukan berdasarkan kriteria,

indikator dan parameter kekumuhan Kawasan Kelurahan Jaya

Kecamatan Watang Sawitto Kabupaten Pinrang, maka kawasan

permukiman kumuh Kelurahan Jaya Kecamatan Watang Sawitto

kabupaten Pinrang dapat dikelompokkan berdasarkan formula

penilaian dalam penentuan skala prioritas penanganan Kawasan

77

Permukiman Kumuh Perkotaan Kabupaten Pinrang sebagaimana

diuraikan pada tabel dibawah ini:

Tabel 9. Formula Penilaian Dalam Penentuan Skala Prioritas

Penanganan Kawasan Permukiman Kumuh Kelurahan

Jaya Kecamatan Watang Sawitto Kabupaten Pinrang.

Nilai Keterangan

Berbagai Kemungkinan Klasifikasi

A

1

A

2

A

3

A

4

A

5

A

6

B

1

B

2

B

3

B

4

B

5

B

6

C

1

C

2

C

3

C

4

C

5

C

6

Tingkat Kekumuhan (Total

Nilai A)

71 – 95 Kumuh Berat x x x x x x

45 - 70 Kumuh Sedang x x x x x x

19 – 44 Kumuh Ringan x x x x x X

Pertimbangan Lain (Total

Nilai B)

7 – 9 Pertimbangan

Lain Tinggi x x x x x x

4 – 6 Pertimbangan

Lain Sedang x x x x x x

1- 3 Pertimbangan

Lain Rendah x x x x x X

Legalitas Lahan (Total Nilai

C)

(+) Status Lahan

Legal x x x x x x x x x

(-) Status Lahan

Tidak Legal x x x x x x x x x

Skala Prioritas Penanganan 1 1 4 4 7 7 2 2 5 5 8 8 3 3 6 6 9 9

Sumber : Badan Perencanaan dan Pembangunan Daerah Kabupaten Pinrang

Dari hasil Formula Penilaian Lokasi Berdasarkan Kriteria,

Indikator dan Parameter Kekumuhan pada tabel di atas maka

78

kawasan permukiman Kelurahan Jaya Kecamatan Watang Sawitto

Kabupaten Pinrang mempunyai nilai sebagai berikut ;

▪ Tingkat Kekumuhan : Kumuh Sedang dengan Nilai 47

▪ Pertimbangan Lain : Tinggi dengan Nilai 7

▪ Status Lahan : Legal (+)

Kawasan prioritas pembangunan ditentukan dari hasil

penilaian pada tabel kriteria dan indikator kawasan permukiman

kumuh di Kelurahan Jaya Kecamatan Watang Sawitto Kabupaten

Pinrang, maka dari itu konsep dan rencana penanganan kawasan

pembangunan untuk pengembangan permukiman dan penataan

bangunan sebagai berikut :

a. Peningkatan kualitas badan jalan dari perkerasan ke aspal,

Panjang 200 M, Lebar 4 M. berlokasi di Jalan Belakang Panti

Asuhan Yayasan Baramuli.

b. Peningkatan badan jalan dari perkerasan ke aspal, Panjang: 400

M, Lebar: 4 M. berlokasi di Jalan Garuda

c. Peningkatan kulitas badan jalan dari perkerasan ke rabat beton.

Panjang: 200 M, Lebar: 5 M. berlokasi di Jalan Garuda

d. Peningkatan kulitas badan jalan dari perkerasan ke rabat beton,

Panjang: 400 M, Lebar: 4 M. berlokasi di Jalan Dekat Pertamina

e. Peningkatan kualitas badan jalan dari perkerasan ke rabat beton,

Panjang: 350 M, Lebar: 4 M. berlokasi di Jalan Kakatua

79

f. Pembangunan jalan rabat beton, Panjang: 372 M, Lebar: 4 M.

berlokasi di Jalan Merak

g. Peningkatan kualitas badan jalan perkerasan ke rabat beton.

Panjang : 524 M, Lebar: 4 M. berlokasi di Jalan Merak

h. Pembangunan jalan, Panjang: 345 M, Lebar: 4,70 M. berlokasi di

Jalan Lingkungan Jaya Barat

Penyehatan Lingkungan Permukiman dan Pengembangan Air

Minum

a. Pembangunan drainase sekunder dari 0,90 M menjadi 1,20 M

dengan Panjang : 1170 M Lebar atas: 1,20 M, Lebar bawah: 1 M,

Struktur: 0,30 M dan Tinggi: 0,80 M. berlokasi di Jalan Merpati

Program Kegiatan Non Fisik

a. Pelatihan organisasi kelembagaan masyarakat tentang

pengelolahan permukiman serta

b. sosialisasi Pemberdayaan Masyarakat dalam pola hidup bersih

dan sehat (PHBS).

Penanganan kawasan kumuh di Kelurahan Jaya Kecamatan

Watang Sawitto Kabupaten Pinrang Tahap 2016, dengan

menggunakan pola rehabilitasi dimana pola penanganan rehabilitasi

merupakan jenis penanganan yang bertujuan untuk mengembalikan

kondisi komponen fisik kawasan permukiman yang telah mengalami

80

kemunduran kondisi atau degradasi, sehingga dapat berfungsi

kembali secara semula, misalnya perbaikan prasarana jalan, saluran

air bersih, drainase, dan infrastruktur lainnya. Merujuk pada pola

penanganan rehabilitasi maka Penanganan kawasan permukiman

kumuh Lingkungan Jaya Kelurahan Jaya Kecamatan Watang Sawitto

kabupaten Pinrang diarahakan pada program fisik dan non fisik.

Tabel 10. Program Kegiatan Penanganan Fisik Kawasan

Permukiman Kumuh Kelurahan Jaya Kecamatan

Watang Sawitto Kabupaten Pinrang.

N

o

Program Kegiatan Volume

Tahun Pelaksana

Pelaku Sumber

Dana Lokasi 20

16

20

17

20

18

20

19

A. Belanja Modal

1 Pengembangan

Kawasan

Permukiman

Peningkatan

kualitas

bangunan

dan jalan

dari

perkerasan

ke aspal

P = 200

M

L = 4 m

X Kementerian PU

Dan Perumahan

Rakyat

DirektoratJende

ral Cipta Karya,

Direktorat

Pengembangan

Permukiman

APBN Jln.

Belakang

Panti

Asuhan

Kawasan

Kumuh

Jaya

barat

81

dan Penataan

Bangunan

2 Pengembangan

Kawasan

Permukiman

Peningkatan

badan jalan

dari

perkerasan

ke aspal

P = 400

M

L = 4 M

X Kementerian PU

Dan Perumahan

Rakyat

DirektoratJende

ral Cipta Karya,

Direktorat

Pengembangan

Permukiman

dan Penataan

Bangunan

APBN Jln.

Garuda

Kawasan

Kumuh

Jaya

Barat

3 Pengembangan

Kawasan

Permukiman

Peningkatan

kualitas

badan jalan

dari

perkerasan

ke beton

P = 400

M

L = 4 M

X Kementerian PU

Dan Perumahan

Rakyat

Direktorat

Jenderal Cipta

Karya,

Direktorat

Pengembangan

Permukiman

dan Penataan

Bangunan

APBN Jln.

Belakang

pertamin

a

Kawasan

Kumuh

Jaya

Barat

4 Pengembangan

Kawasan

permukiman

Peningkatan

kulitas

badan jalan

perkerasan

ke beton

P= 200 m

L= 5 m

X Kementerian PU

Dan Perumahan

Rakyat

Direktorat

Jenderal Cipta

Karya,

Direktorat

Pengembangan

Permukiman

dan Penataan

Bangunan

APBN Jln.

Garuda

Kawasan

Kumuh

Jaya

Barat

5 Penyehatan

Lingkungan

Permukiman

Pembangun

an

drainasesek

under

P = 1.170

M

L a= 1,20

M

Lb = 1 M

S = 0,30

M

X Kementerian PU

Dan Perumahan

Rakyat

Direktorat

Jenderal Cipta

Karya,

Direktorat

Penyehatan

Lingkungan

Permukiman

APBN Jln.

Merpati

Kawasan

Kumuh

Jaya

Barat

82

T = 0,80

M

6 Pengembangan

Kawasan

permukiman

Peningkatan

kualitas

badan jalan

dari

perkerasan

ke beton

P = 350

M

L = 4 M

X Kementerian PU

Dan Perumahan

Rakyat

DirektoratJende

ral Cipta Karya,

Direktorat

Pengembangan

Permukiman &

Penataan

Bangunan

APBN Jln.

Kakatua

kawasan

Kumuh

Jaya

barat

7 Pengembangan

Kawasan

permukiman

Pembangun

an jalan

beton

P = 372

M

L = 4 M

X Kementerian PU

Dan Perumahan

Rakyat

DirektoratJende

ral Cipta Karya,

Direktorat

Pengembangan

Permukiman &

Penataan

Bangunan

APBN Jln.

Merak

Kawasan

Kumuh

Jaya

barat

8 Pengembangan

Kawasan

Permukiman

Peningkatan

kualitas

badan jalan

perkerasan

ke beton

P = 524

M

L = 4 M

X Kementerian PU

Dan Perumahan

Rakyat

DirektoratJende

ral Cipta Karya,

Direktorat

Pengembangan

Permukiman

dan Penataan

Bangunan

APBN Jln.

Merak

Kawasan

Kumuh

Jaya

barat

9 Pengembangan

Kawasan

Permukiman

Pembangun

an Jalan

tanah Ke

beton

P = 354

M

L = 4,70

M

X Kementerian PU

Dan Perumahan

Rakyat

DirektoratJende

ral Cipta Karya,

Direktorat

Pengembangan

Permukiman

dan Penataan

Bangunan

Jln. Lingk

Jaya

Barat

Kawasan

Kumuh

Jaya

Barat

83

1

0

Pengembangan

Kawasan

Permukiman

Peningkatan

kualitas

badan jalan

ke beton

P= 340 m

L= 4 m

X Kementerian PU

Dan Perumahan

Rakyat

DirektoratJende

ral Cipta Karya,

Direktorat

Pengembangan

Permukiman

dan Penataan

Bangunan

APBN Jln.

Bagau

Baru

Kawasan

Kuimuh

Jaya

Barat

1

1

Mitigasi

Bencana Banjir

Pembangun

an Talut

Sungai

P= 340 m X Kementerian PU

dan Perumahan

Rakyat

Direktorat

Jenderal

Pengelolaan

Sumber Daya

Air (PSDA)

APBN Kawasan

Kumuh

Jaya

Barat

1

2

Penetaan Ruang

Terbuka Hiajau

Penyediaan

Jalur Hijau

Sungai

P= 340 m X Kementerian PU

dan Perumahan

Rakyat

Direktorat

Jenderal

Pengelolaan

Sumber Daya

Air (PSDA)

APBN Kawasan

Kumuh

Jaya

Barat

B. BelanjaSosial

1

3

Pengembangan

Kawasan

Permukiman

Peningkatan

kulitas

badan jalan

+ketinggian

0,20 m

P= 100 m

L= 2,5 m

X Kementerian PU

Dan Perumahan

Rakyat

DirektoratJende

ral Cipta Karya,

Direktorat

Pengembangan

Permukiman

dan Penataan

Bangunan

APBN Jln. DR.

Wahidin/

Lorong

dpan SD,

Kawasan

Permuki

man

Kumuh

Jaya

Barat

1

4

Penyehatan

Lingkungan

Permukiman

Pembangun

an drainase

tersier sisi

kiri

P= 340 m

La= 0,5

m

Lb= 0,4

X Kementerian PU

Dan Perumahan

Rakyat

Direktorat

Jenderal Cipta

Karya,

Direktorat

APBN Jln.

Bangau

Kawasan

Kumuh

84

St= 0,15

m

T= 0,4 m

Penyehatan

Lingkungan

Permukiman

Jaya

Barat

1

5

Penyehatan

Lingkungan

Permukiman

Normalisasi

saluran

drainase

P=

1536,83

m

X

Kementerian PU

Dan Perumahan

Rakyat

Direktorat

Jenderal Cipta

Karya,

Direktorat

Penyehatan

Lingkungan

Permukiman

APBN Jln.

Merak

Kawasan

Permuki

man

kumuh

jaya

Barat

1

6

Pengembangan

Kawasan

Permukiman

Pembangun

an jalan

P= 150 m

L= 3 m

X Kementerian PU

Dan Perumahan

Rakyat

DirektoratJende

ral Cipta Karya,

Direktorat

Pengembangan

Permukiman

dan Penataan

Bangunan

APBN Jln. Lingk

Jaya

Barat

Kawasan

Kumuh

Jaya

Barat

Sumber : Badan Perencanaan dan Pembangunan Daerah Kabupaten Pinrang

Tabel 11. Program Kegiatan Penanganan Non Fisik Kawasan

Permukiman Kumuh Kelurahan Jaya Kecamatan

Watang Sawitto Kabupaten Pinrang.

Program Kegiatan Sasaran TahunPelaksana Pelaku Lokasi

85

N

o

20

16

20

17

20

18

20

19

Sumber

Dana

BelanjaSosial

1 Peningkatan

organisasi

kelembagaan

Sosialisasi

Peran BKS

&KSM

Dalam

Pengelolaan

Kawasan

Permukiman

Kumuh

Masyara

kat di

lingkung

an

permuki

man

X Dinas

Kebersihan,

Pertamanan

dan Kebakaran

Kabupaten

Pinrang

APBD II Kawasan

Kumuh

Jaya

Barat

2 Sosialisasi Pola

Hidup Bersih

dan Sehat

Sosialisasi

Kesehatan

Lingkungan

Masyara

kat di

lingkung

an

permuki

man

X Dinas

Kesehatan

Kabupaten

Pinrang

APBD II Kawasan

Kumuh

Jaya

Barat

Sumber : Badan Perencanaan dan Pembangunan Daerah Kabupaten Pinrang B. Hasil Penelitian dan Pembahasan

Implementasi kebijakan Peraturan Menteri PUPR nomor

02/PRT/M/2016 tentang Peningkatan Kualitas Terhadap Perumahan

86

Kumuh dan Permukiman Kumuh di Kabupaten Pinrang merupakan

salah satu faktor penting yang berpengaruh terhadap keberhasilan

suatu kebijakan didalam memecahkan persoalan-persoalan publik

sosial kemasyarakatan. Selain itu juga merupakan suatu kegiatan dari

proses penyelenggaraan suatu program yang sah oleh suatu

organisasi dengan menggunakan sumber daya serta strategi tertentu

untuk mencapai tujuan yang diinginkan.

Kebijakan Peraturan Menteri PUPR nomor 02/PRT/M/2016

tentang Peningkatan Kualitas Terhadap Perumahan Kumuh dan

Permukiman Kumuh sangat penting dalam menata lingkungan

perkotaan yang penuh dengan masalah-masalah sosial, budaya, pola

pikir, kemasyarakatan, kesehatan pribadi, keluarga dan lingkungan,

ketentraman dan ketertiban serta kenyamanan bagi Warga sekitar dan

Masyarakat yang memanfaatkan fasilitas yang telah dan akan di

bangun oleh Pemerintah Daerah yang dalam hal ini Pemerintah

Kelurahan Jaya sebagai pemberi pelayanan utama dalam

menyelesaikan dan memberi solusi penyelesaian masalah Warganya.

Adapaun indicator tercapainya tujuan kebijakan program perumahan

kumuh dan permukiman kumuh di kabupaten Pinrang adalah :

1. Kriteria perumahan kumuh dan permukiman kumuh.

2. Tipologi perumahan kumuh dan permukiman kumuh.

3. Penetapan lokasi dan pengelolaan penanganan.

4. Perencanaan penanganan.

5. Pengelolaan secara berkelanjutan.

87

6. Pola kemitraan.

7. Peran Masyarakat.

1. Kriteria perumahan kumuh dan permukiman kumuh

Berdasarkan Peraturan Menteri PUPR nomor 02/PRT/M/2016

tentang Peningkatan Kualitas Terhadap Perumahan Kumuh dan

Permukiman Kumuh sangat penting dan strategis, khususnya

percepatan dan peningkatan taraf hidup masyarakat yang

memanfaatkan sarana dan prasarana secara riil agar masyarakatnya

dapat meningkatkan mutu penghidupannya. Dalam pasal 4 ayat 1

(satu) Peraturan Menteri PUPR nomor 02/PRT/M/2016 tentang

Peningkatan Kualitas Terhadap Perumahan Kumuh dan Permukiman

Kumuh merupakan kriteria atau acuan untuk menentukan kondisi

kekumuhan suatu wilayah dan di ayat 2(dua) kriteria kekumuhan

meliputi :

1. Bangunan gedung

• Bagunan di lingkungan permukiman, sebagian kecil tidak

memiliki keteraturan.

• Sebagian kecil bangunan di lingkungan permukiman tidak

memenuhi standar teknis.

• Bangunan di lingkungan permukiman terdiri dari bangunan

temporer, semipermanen dan permanen. Lokasi permukiman

terdapat di pinggiran sungai dan pinggiran lahan pertanian.

• Jumlah bangunan di lingkungan permukiman 324 unit dengan

tingkat kepadatan bangunan 21 Unit/Ha.

Gambar 2. Kondisi Bangunan di Lingkungan Permukiman

Kelurahan Jaya Kecamatan Watang Sawitto

Kabupaten Pinrang

88

2. Jalan lingkungan

• Pelayanan jalan di lingkungan permukiman sudah mencakup

keseluruhan kawasan permukiman.

• Konstruksi Jalan lingkungan permukiman terdiri dari; jalan

aspal, rabat beton dan Perkerasan.

• Panjang jalan di lingkungan permukiman; aspal 1.064 m, rabat

beton 1.373 m dan perkerasan 789 m.

• Kondisi jalan di lingkungan permukiman, sebagian kecil

mengalami kerusakan

Gambar: 3. Kondisi Jalan di Lingkungan Permukiman Kelurahan Jaya

Kecamatan Watang Sawitto Kabupaten Pinrang.

Sumber : Kelurahan Jaya Kecamatan Watang Sawitto Kabupaten Pinrang

89

3. Drainase lingkungan

• Sistem drainase di lingkungan permukiman belum mampu

mengatasi genangan pada musim hujan.

• Drainase di lingkungan permukiman terdiri dari; drainase

primer, sekunder dan tersier.

• Panjang drainase di lingkungan permukiman; drainase primer

358,18 m, drainase sekunder 334,51 m dan drainase tersier

1536,83 m.

• Kondisi drainase di lingkungan permukiman sebagian besar

tidak berfungsi secara optimal, akibat terjadi sedimentasi

4. Penyediaan air minum

• Sumber air minum di lingkungan permukiman, berasal dari

PDAM, Sumur tanah dalam dan sumur tanah dangkal.

• Penyediaan air minum yang terdapat di lingkungan

peremukiman, sudah memadai di sebagian besar kawasan

permukiman.

Gambar: 4. Kondisi Drainase di Lingkungan Permukiman Kelurahan

Jaya Kecamatan Watang Sawitto Kabupaten Pinrang

Sumber : Kelurahan Jaya Kecamatan Watang Sawitto Kabupaten Pinrang

Sumber : Kelurahan Jaya Kecamatan Watang Sawitto Kabupaten Pinrang

90

• Kwalitas air minum di lingkungan permukiman sebagian kecil,

belum memenuhi standar kesehatan. Karena kualitas air yang

keruh dan berbauh (Sumur tanah dalam dan tanah dangkal).

5. Pengelolaan air limbah

• Sistem pengelolahan air limbah rumah tangga di lingkungan

permukiman, belum memenuhi standar teknis. Masyarakat di

lingkungan permukiman, masih memanfaatkan sungai dan

drainase lingkungan sebagai wadah pembuangan air limbah

rumah tangga.

• Sistem pengelolahan limbah tinja di lingkungan permukiman,

sebagian besar sudah tersalurkan ke penampungan septic

tank.

Gambar: 5 Kondisi Penyediaan Air Minum di Lingkungan Permukiman

Kelurahan Jaya Kecamatan Watang Sawitto Kabupaten

Pinrang.

Sumber : Kelurahan Jaya Kecamatan Watang Sawitto Kabupaten Pinrang

Gambar: 6. Sistem Sanitasi Pengolahan Air Limbah di Lingkungan

Permukiman Kelurahan Jaya Kecamatan Watang

Sawitto Kabupaten Pinrang.

91

6. Pengelolaan persampahan

• Pengelolahan persampahan di lingkungan permukiman, telah

tersedia tong sampah di sebagian kecil kawasan permukiman.

Namun sebagian kecil masyarakat masih memanfaatkan

lahan kosong dan drainase sebagai tempat pembuangan

sampah.

• Penyediaan tong sampah belum mencakup keseluruhan

kawasan lingkungan permukiman

7. Proteksi kebakaran.

• Sebagian besar kawasan permukiman memiliki pasokan air

yang cukup memadai. Karena kawasan permukiman dekat

dengan aliran sungai.

• Sebagian kecil luasan jalan lingkungan tidak memadai untuk

di lewati kendaraan pemadam kebakaran.

Sumber : Kelurahan Jaya Kecamatan Watang Sawitto Kabupaten Pinrang

Gambar:7. Sistem Pengelolaan Persampahan di Lingkungan

Permukiman Kelurahan Jaya Kecamatan Watang

Sawitto Kabupaten Pinrang.

Sumber : Kelurahan Jaya Kecamatan Watang Sawitto Kabupaten Pinrang

92

• Di seluruh kawasan permukiman tidak terdapat sarana dan

prasarana proteksi kebakaran

Dalam pasal 5 ketidakteraturan bangunan, tingkat kepadatan

bangunan yang tinggi tidak sesuai ketentuan dan kualitas bangunan

yang tidak memenuhi syarat teknis seperti pengendalian dampak

lingkungan, pembangunan bangunan gedung diatas dan/atau

dibawah tanah, diatas dan/atau dibawah air, diatas dan/atau dibawah

Gambar:8. Pasokan Air di Lingkungan Permukiman Kelurahan Jaya

Kecamatan Watang Sawitto Kabupaten Pinrang.

Sumber : Kelurahan Jaya Kecamatan Watang Sawitto Kabupaten Pinrang

Gambar:9. Jalan Lingkungan Yang Tidak Bisa Dilalui Mobil Pemadam

Kebakaran Kelurahan Jaya Kecamatan Watang Sawitto

Kabupaten Pinrang.

Sumber : Kelurahan Jaya Kecamatan Watang Sawitto Kabupaten Pinrang

93

prasarana/sarana umum. Keselamatan bangunan gedung. Kesehatan

bangunan gedung. Kenyamanan bangunan gedung dan kemudahan

bangunan gedung.

Pasal 7 jaringan jalan lingkungan tidak melayani seluruh

lingkungan perumahan atau permukiman, dan/atau kualitas

permukaan jalan lingkungan buruk. Di pasal 9 kriteria kekumuhan

ditinjau dari drainase lingkungan tidak mampu mengairkan limpasan

air hujan sehingga menimbulkan genangan, ketersediaan drainase,

tidak terhubung dengan drainase perkotaan, tidak dipelihara sehingga

terjadi akumulasi limbah padat dan cair didalamnya, kualitas

konstruksi drainase lingkungan buruk.

Berdasarkan wawancara dengan Kepala Bidang Fisik dan

prasarana Bappeda Kabupaten Pinrang Bahrun Syah, S. STP dan

Kepala Bidang Perumahan dan Permukiman Pekerjaan Umum dan

Perumahan Rakyat menerangkan sesuai Peraturan Menteri PUPR

nomor 02/PRT/M/2016 tentang Peningkatan Kualitas Terhadap

Perumahan Kumuh dan Permukiman Kumuh dalam pelaksanaan

program kawasan perumahan kumuh dan permukiman kumuh yang

dilaksanakan di RW 3 Lingkungan Jaya Kelurahan Jaya

menggunakan Rencana Kawasan Permukiman Kumuh Perkotaan

(RKP-KP) Kabupaten Pinrang, dan kriteria yang digunakan

sebagaimana Peraturan Menteri PUPR nomor 02/PRT/M/2016

94

tentang Peningkatan Kualitas Terhadap Perumahan Kumuh dan

Permukiman Kumuh sesuai lokasi RW 3 Lingkungan Jaya, yaitu

1. Bangunan gedung

2. Jalan lingkungan

3. Drainase lingkungan

4. Penyediaan air minum

5. Pengelolaan air limbah

6. Pengelolaan persampahan

7. Dan proteksi kebakaran

Keterangan selanjutnya dalam wawancara dengan Andi Pahlevi, ST.

Kepala Bidang Perumahan dan Permukiman Dinas Pekerjaan Umum

dan Perumahan Rakyat Kabupaten Pinrang juga menggunakan

Peraturan Menteri PUPR nomor 02/PRT/M/2016 tentang Peningkatan

Kualitas Terhadap Perumahan Kumuh dan Permukiman Kumuh

dalam membuat Rencana Detil Tata Ruang (RDTR) yang sementara

disusun dan Rencana Tata Bangunan dan Lingkungan (RTBL)

bernuansa kearifan lokal Kota Kabupaten Pinrang yang bernama

“Addatuang Sawitto” baru sebatas draft rancangan belum dijadikan

Peraturan Daerah Kabupaten Pinrang. Peraturan Menteri PUPR

nomor 02/PRT/M/2016 tentang Peningkatan Kualitas Terhadap

Perumahan Kumuh dan Permukiman Kumuh menitikberatkan kepada

Pemerintah Kabupaten untuk melaksanakan program kawasan

permukiman kumuh dengan berpedoman kepada kriteria dalam

Peraturan Menteri PUPR nomor 02/PRT/M/2016 tentang Peningkatan

95

Kualitas Terhadap Perumahan Kumuh dan Permukiman Kumuh.

Sesuai kriteria dan indikator RW 3 Lingkungan Jaya tersebut

kekumuhannya termasuk kumuh sedang.

Selanjutnya tanggapan dari pihak Kecamatan Watang Sawitto

yang hal ini disampaikan oleh Bapak Camat Watang Sawitto tentang

kriteria perumahan kumuh dan permukiman kumuh di Kelurahan

Jaya Lingkungan Jaya tentang kondisi sosial dan kesehatan yang

belum memenuhi syarat bersih serta perekonomian warganya yang

berpenghasilan menengah ke bawah. Dengan pertumbuhan

penduduk yang cukup tinggi sehingga pada akhirnya berdampak

pada tingginya kebutuhan akan penyediaan lahan untuk

pembangunan hunian warganya tidak memenuhi kriteria letak dan

tata ruang wilayah yang berakibat bangunan tidak teratur dan padat

serta kumuh sehingga sarana pendukung lingkungan tidak ada.

Dengan kondisi tersebut dari segi lingkungan terlihat kotor selokan

yang mampet, berbau, sampah berserakan karena tidak ada akses

kendaraan pengangkut sampah yang mengambil sampah rumah

tangga, berawa-rawa,

Selanjutnya keterangan dari pihak Kelurahan Jaya

Kecamatan Watang Sawitto yang hal ini disampaikan oleh Bapak

Lurah Jaya Andi Asriyadi Iskandar, SE tentang perekonomian

warganya yang berpenghasilan menengah ke bawah karena

sebagian besar warga memiliki pekerjaan dari industri rumah tangga

dan jasa yang memanfaatkan kondisi di mana Kelurahan Jaya

96

terletak di tengah Kota Pinrang, melanjutkan keterangannya

mengenai kriteria perumahan kumuh dan permukiman kumuh di

Kelurahan Jaya Lingkungan Jaya tentang kondisi sosial dan

kesehatan yang belum memenuhi syarat bersih. Dengan

pertumbuhan penduduk yang datang dari Kelurahan/Desa lain dan

menetap untuk mencari pekerjaan dan membawa keluarganya

sehingga pada akhirnya berdampak pada tingginya kebutuhan akan

penyediaan lahan untuk pembangunan hunian warganya tidak

memenuhi kriteria letak dan tata ruang wilayah yang berakibat

bangunan tidak teratur dan padat serta kumuh sehingga sarana

pendukung lingkungan dan terbuka hijau tidak ada. Dengan kondisi

tersebut dari segi lingkungan terlihat kotor selokan yang tersumbat

oleh bahan material bangunan warga yang sedang membangun

bangunan, berbau, sampah berserakan karena tidak ada akses

kendaraan pengangkut sampah yang mengambil sampah rumah

tangga, tidak ada ventilasi tiap rumah terutama kamar tidur dan tidak

ada lahan untuk tempat jemur pakaian.

Dan dari hasil wawancara tersebut Pemerintah Kabupaten

Pinrang secara umum memang melaksanakan program kawasan

permukiman kumuh dengan mengacu pada kriteria yang telah

dicantumkan dalam Peraturan Menteri PUPR nomor 02/PRT/M/2016

tentang Peningkatan Kualitas Terhadap Perumahan Kumuh dan

Permukiman Kumuh.

2. Tipologi

97

Berdasarkan Peraturan Menteri Pekerjaan Umum dan

Perumahan Rakyat Republik Indonesia nomor 02/PRT/M/2016

tentang Peningkatan Kualitas Terhadap Perumahan Kumuh dan

Permukiman Kumuh pasal 13 Tipologi perumahan kumuh dan

permukiman kumuh merupakan pengelompokan perumahan kumuh

dan permukiman kumuh berdasarkan letak lokasi secara geografis

seperti diatas air, ditepi air, didataran rendah, perbukitan dan didaerah

rawan bencana.

Menurut Bahrun Syah, S. STP Kepala Bidang Infraswil

Bappeda Kabupaten Pinrang tipologi perumahan kumuh dan

permukiman kumuh yang menjadi titik pelaksanaan di Kelurahan Jaya

Kecamatan Watang Sawitto berada di dataran rendah tepi saluran

irigasi Saddang yang melewati tengah Kota Pinrang.

Dan menurut Kepala Bidang Perumahan dan Permukiman

Dinas PUPR Kabupaten Pinrang A. Pahlevi, ST titik pelaksanaan

program perumahan kumuh dan permukiman kumuh di Kelurahaan

Jaya tersebut berada ditepi air dan dataran rendah (dibawah

permukaan laut).

Lanjut keterangan Bapak H.A.Machmud Bancing.AP,MH

selaku Camat Watang Sawitto tentang tipologi perumahan kumuh di

Kelurahan Jaya terletak di dataran rendah ditepian saluran aliran

irigasi dan dekat dengan pusat kegiatan sosial ekonomi

perdaganagan serta industri rumah tangga.Keterangan selanjutnya

tentang penetapan lokasi telah tepat sasaran sesuai kriteria

98

perumahan kumuh dan permukiman kumuh dalam Peraturan Menteri

PUPR, penetapan lokasi permukiman kumuh yang terjadi di

Kelurahan Jaya telah melalui tahap proses pendataan yang dilakukan

oleh Tim Teknis dari beberapa stakeholder dengan melibatkan peran

serta Masyarakat.

Keterangan selanjutnya dari Bapak Andi Asriyadi Iskandar, SE

Lurah Jaya tentang tipologi perumahan kumuh di Kelurahan Jaya

terletak di dataran rendah ditepian saluran aliran irigasi dan dekat

dengan pusat kegiatan sosial ekonomi perdaganagan serta industri

rumah tangga. Selanjutnya tentang penetapan lokasi telah tepat

sasaran sesuai kriteria perumahan kumuh dan permukiman kumuh

dalam Peraturan Menteri PUPR, penetapan lokasi permukiman

kumuh yang terjadi di Kelurahan Jaya telah melalui tahap proses

pendataan yang dilakukan oleh Tim Teknis dari beberapa stakeholder

Kecamatan Watang Sawitto, Pemerintah Kabupaten dengan

melibatkan peran serta Masyarakat.

Menurut hasil penelitian Tipologi perumahan kumuh dan

permukiman kumuh Kelurahan Jaya yang dilaksanakan tersebut

masuk kategori yang tercantum dalam pasal 13 poin b dan c ditepi air

dan didataran rendah.

3. Penetapan

Berdasarkan Peraturan Menteri Pekerjaan Umum dan

Perumahan Rakyat Republik Indonesia nomor 02/PRT/M/2016

tentang Peningkatan Kualitas Terhadap Perumahan Kumuh dan

99

Permukiman Kumuh pasal 15 ayat (1) penetapan lokasi perumahan

kumuh dan permukiman kumuh wajib didahului proses pendataan

yang dilakukan oleh Pemerintah Daerah dengan melibatkan peran

masyarakat. Pasal (2) Proses pendataan meliputi identifikasi loksi dan

penilaian lokasi.

Untuk itu tahap yang dilakukan adalah Pemerintah Kelurahan

Jaya sesuai keterangan A. Asriyadi Iskandar, SE selaku Lurah Jaya

melakukan identifikasi lokasi yang dilanjutkan memperhadapkan,

konsultasi dan koordinasi kepada Pemerintah Kecamatan Watang

Sawitto. Yang ditindaklanjuti ke Pemerintah Kabupaten Pinrang untuk

membahas masalah yang dihadapi oleh Lurah Jaya dan aparatnya

dalam melayani Warganya untuk meningkatkan kualitas hidup

terhadap perumahan kumuh dan permukiman kumuh yang termasuk

daerah kumuh sedang.

Lanjut komentarnya Bachrum Syah, S. STP Kepala Bidang

Fisik dan Prasarana Bappeda Kabupaten Pinrang menerangkan

bahwa Pemerintah Kabupaten Pinrang setelah mendengar dan

menerima laporan dari Pemerintah Kecamatan Watang Sawitto dan

berkoordinasi dengan Dinas PUPR Kabupaten melanjutkan dengan

identifikasi lokasi dan penilaian lokasi serta membawa hasil laporan

tersebut kepada Bupati Pinrang untuk menyetujui dan membuat

Keputusan Bupati Pinrang sesuai Peraturan Menteri Pekerjaan Umum

dan Perumahan Rakyat Republik Indonesia nomor 02/PRT/M/2016

tentang Peningkatan Kualitas Terhadap Perumahan Kumuh dan

100

Permukiman Kumuh. Dengan disetujui dan ditandatanganinya Surat

Keputusan Bupati tentang Penetapan Kelurahan Jaya SK Bupati

nomor 600/311/2014 Tahun 2014, maka program pelaksanaan

perumahan kumuh dan permukiman kumuh yang akan dilaksanakan

di Keluahan Jaya akan terlaksana. Penetapan perumahan kumuh dan

permukiman kumuh yang dilaksanakan oleh Pemerintah Kabupaten

Pinrang merupakan hasil dari proses pendataan yang berkonsultasi

dan berkoordinasi dengan konsultan serta melibatkan Masyarakat

Kelurahan Jaya. Kepala Bidang Fisik dan Prasarana Bappeda

Kabupaten Pinrang juga menambahakan bahwa proses

terlaksananya program perumahan kumuh dan permukiman kumuh di

Kelurahan Jaya diawali dengan adanya identifikasi lokasi dan

penilaian lokasi kondisi kekumuhan yang sangat kompleks dan

terindikasi sebagai perumahan kumuh dan permukiman kumuh,

legalitas penguasaan tanah dan kesesuaian dengan rencana tata

ruangbahwa di RW 3 Lingkungan Jaya Kelurahan Jaya

peruntukannya sebagai daerah perumahan dan permukiman dan

akibatnya kepadatan penduduk tinggi sesuai klasifikasi yang

tercantum dalam pasal 21 serta potensi sosial tingkat partispasi

masyarakat dalam mendukung pembangunan, potensi ekonomi

adanya kegiatan ekonomi Warga bagi Masyarakat Kelurahan Jaya

khususnya dan Kabupaten Pinrang umumnya sehingga penilaian

lokasi berdasarkan aspek kondisi kekumuhan sedang yang terjadi di

wilayah ini dalam sesuai Surat Keterangan Rencana Kabupaten

101

(SKRK) karena sesuai dengan Peraturan Menteri Pekerjaan Umum

dan Perumahan Rakyat Republik Indonesia nomor 02/PRT/M/2016

tentang Peningkatan Kualitas Terhadap Perumahan Kumuh dan

Permukiman Kumuh, Pemerintah Daerah harus mengikuti alur proses

pengajuan program kawasan perumahan kumuh dan permukiman

kumuh yang telah ditetapkan dalam Peraturan Menteri Pekerjaan

Umum dan Perumahan Rakyat Republik Indonesia nomor

02/PRT/M/2016 tentang Peningkatan Kualitas Terhadap Perumahan

Kumuh dan Permukiman Kumuh yang didalamnya Pemerintah

Daerah Kabupaten Pinrang juga melaksanakan perencanaan

penanganan perumahan kumuh dan permukiman kumuh dalam

bentuk dokumen perencanaan dan penanganannya.

Keterangan selanjutnya yang dibeikan oleh Bapak Camat

Watang Sawitto H.A.Mahmud Bancing.AP,MH menerangkan bahwa

tentang penetapan lokasi di RW 3 Lingkungan Jaya telah sesuai

prosedur dan acuan dari Peraturan Menteri Pekerjaan Umum dan

Perumahan Rakyat Republik Indonesia nomor 02/PRT/M/2016

tentang Peningkatan Kualitas Terhadap Perumahan Kumuh dan

Permukiman Kumuh yang mengharuskan Pemerintah Kabupaten

yang melaksanakan program perumahan kumuh dan permukiman

kumuh melibatkan beberapa stakeholder mulai dari Bappeda, Dinas

PUPR, Kecamatan Watang Sawitto, Pemerintah Kelurahan Jaya,

tokoh masyarakat dan warga sekitar Kelurahan Jaya.

102

Wawancara selanjutnya yang terakhir dilakukan dengan

Tokoh Masyarakat Chaerul. MC mengatakan tentang program

perumahan kumuh dan permukiman kumuh yang dilaksanakan oleh

Bapak Lurah Jaya di Kelurahan Jaya tentunya melibatkan Kami dalam

proses pendataan, identifikasi titik permukiman kumuh yang ada di

RW 3 dengan melaksanakan pertemuan di Kantor Kelurahan, di

rumah Kepala Lingkungan dan di rumah warga yang berdomisili di RW

3, sebagai warga yang akan menikmati hasil program permukiman

kumuh Kami ikut berperan serta agar proses pengerjaan proyek

tersebut bernilai baik, berdaya guna untuk warga sekitar dan

Pemerintah Kelurahan.

Dari hasil wawancara yang dilakukan kepada Bappade, Dinas

PUPR. Kecamatan Watang Sawitto dan Bapak Chaerul. MC dapat

diambil kesimpulan bahwa program yang dilaksanakan oleh

Pemerintah Kabupaten dalam program perumahan kumuh dan

permukiman kumuh yang dilaksanakan di Kelurahan Jaya Lingkungan

Jaya RW 3 pada Tahun 2017 telah sesuai Peraturan Menteri

Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat Republik Indonesia nomor

02/PRT/M/2016 tentang Peningkatan Kualitas Terhadap Perumahan

Kumuh dan Permukiman KumuH.

4. Perencanaan penanganan

Berdasarkan Peraturan Menteri Pekerjaan Umum dan

Perumahan Rakyat Republik Indonesia nomor 02/PRT/M/2016

tentang Peningkatan Kualitas Terhadap Perumahan Kumuh dan

103

Permukiman Kumuh Pasal 25 a. persiapan, b. survey, c. penyusunan

data dan fakta, d. analisis, e. penyusunan konsep penanganan, f.

penyusunan rencana penanganan

Dalam dokumen perencanaan dan penanganan perumahan

kumuh dan permukiman kumuh yang dibuat oleh Pemerintah

Kabupaten Pinrang dalam hal ini stakeholder Bappeda yang dikatakan

oleh Bachrum, S. STP Kepala Bidang Infraswil Bappeda sebagai

penyusun dokumen yang dibantu Dinas PUPR memuat tahap-tahap:

1. Persiapan

Sebagai Aparatur paling dekat dengan Warganya yang

mengetahui kondisi riil perumahan kumuh dan permukiman

kumuh.Lurah Jaya memantau kondisi wilayah kerjanya bersama

Aparatnya dan ditemani oleh Sekretaris LKK dan Warga sekitar

RW 3 Lingkungan Jaya.

2. Survey

Sesuai laporan Lurah Jaya kepada Camat Watang Sawitto dan

ditindak lanjuti kepada Bupati Pinrang yang memerintahkan

Instansi terkait PUPR dan berkoordinasi dengan Bappeda

dengan permasalahan perumahan kumuh dan permukiman

kumuh yang terjadi di RW 3 Lingkungan Jaya Kelurahan Jaya

yang dilaporkan Lurah Jaya. Maka Instansi terkait melakukan

survey lokasi yang dimaksud Lurah Jaya diantar oleh aparat

Kelurahan dan disaksikan oleh Warga RW 3 Lingkungan Jaya

104

untuk mengetahui secara langsung dan melaporkan kepada

Bupati Pinrang.

3. Penyusunan data dan fakta

Dari hasil survey lokasi yang telah dilaksanakan maka yang

dilaksanakan selanjutnya adalah penyusunan data dan

mengumpulkan fakta lokasi perumahan kumuh dan permukiman

kumuh di RW 3 Lingkungan Jaya.

4. Analisis

Penyusunan data dilakukan untuk menganalisis penilaian lokasi

sesuai klasifikasi kondisi kekumuhan sedang.

5. Penyusunan konsep penanganan

Penanganan yang dilakukan dengan mempertimbangkan sesuai

tipologi Kelurahan Jaya di tepi saluran irigasi Saddang, pola

penanganan yang akan digunakan adalah peremajaan sesuai

Peraturan Menteri Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat

Republik Indonesia nomor 02/PRT/M/2016 tentang Peningkatan

Kualitas Terhadap Perumahan Kumuh dan Permukiman Kumuh.

6. Penyusunan rencana penanganan

Sesuai konsep penanganan awal dalam hal penentuan lokasi

yang memiliki klasifikasi kekumuhan sedang dengan status

tanah legal, maka pola penanganan yang dilakukan adalah

peremajaan.

Dokumen perencanaan dan penanganan perumahan kumuh

dan permukiman kumuh tersebut yang memuat pola-pola dalam hal

105

lokasi termasuk dalam tipologi perumahan kumuh dan permukiman

kumuh di tepi air, maka penanganan yang dilakukan harus

memperhatikan karakteristik daya dukung tanah tepi air, pasang surut

air serta kelestarian air dan tanah sesuai kondisi di Kelurahan Jaya

yang ditepi saluran irigasi Saddang. Tindak lanjut dari program

kawasan perumahan kumuh dan permukiman kumuh di Kelurahan

Jaya adalah dengan membuat dokumen perencanaan RP2KPKP.

Pemerintah Kabupaten Pinrang sangat berperan dengan

menganggarkan APBD untuk menangani kawasan kumuh dalam

pengelolaan untuk mempertahankan dan menjaga kualitas

perumahan kumuh dan permukiman kumuh di Kelurahan Jaya secara

berkelanjutan.

Wawancara selanjutnya dengan Andi Pahlevi, ST Kepala

Bidang Perumahan dan Permukiman Dinas Pekerjaan Umum dan

Perumahan Rakyat. Kabupaten Pinrang telah memiliki RKP-KP

Selanjutnya keterangan dari Andi Pahlevi, ST Kepala Bidang

Perumahan dan Permukiman tipologi perumahan kumuh dan

permukiman kumuh Kelurahan Jaya Lingkungan Jaya RW 3 berada

ditepi air dan dataran rendah dibawah permukaan laut.Dan sesuai

tingkat kekumuhannya sedang RW 3 Lingkungan Jaya Kelurahan

Jaya ditetapkan dalam penetapan lokasi perumahan kumuh dan

permukiman kumuh dalam SK Bupati nomor 600/311/2014 Tahun

2014. Keterangan selanjutnya menyatakan bahwa identifikasi dan

penilaian lokasi telah sesuai dengan Peraturan Menteri Pekerjaan

106

Umum dan Perumahan Rakyat Republik Indonesia nomor

02/PRT/M/2016 tentang Peningkatan Kualitas Terhadap Perumahan

Kumuh dan Permukiman Kumuh untuk menetapkan RW 3 Lingkungan

Jaya Kelurahan Jaya sebagai penerima program peningkatan kualitas

terhadap perumahan kumuh dan permukiman kumuh. Penetapan

hasil dari identifikasi lokasi dan penilaian lokasi ditindaklanjuti dengan

perencanaan penanganan perumahan kumuh dan permukiman

kumuh, yang meliputi : persiapan, survey, penyusunan data dan fakta,

analisis, penyusunan konsep penanganan dan penyusunan rencana

penanganan.

Lanjut keterangan Andi Pahlevi, ST tahap-tahap perencanaan

penanganan melalui penyusunan profil kawasan permukiman kumuh

wilayah Kabupaten Pinrang dan dokumen RP2KPKP dan penanganan

fisiknya oleh Satker.Pengembangan kawasan permukiman Provinsi

Sul-Sel T.A. 2016 (APBD I) dan oleh Bidang Perumahan dan

Permukiman Dinas PUPR Kab.Pinrang T.A. 2018 (APBD

II).Sedangkan pola-pola penanganan secara berkelanjutan melalui

peran aktif dan sinergitas Pemerintah Daerah dalam memberikan

anggaran untuk penanganan kawasan kumuh perkotaan. Adanya

pengelolaan yang dilakukan atau wacana secara berkelanjutan dalam

program kawasan perumahan kumuh dan permukiman kumuh di

Kelurahan Jaya dan telah disiapkannya konsep penanganan kawasan

kumuh dalam bentuk dokumen RP2KPKP.Penanganan dan

pengelolaan kawasan perumahan dan permukiman kumuh di

107

Kelurahan Jaya melalui pengusulan dalam forum Musrenbang agar

Warga terdampak juga ikut berperan aktif.

Keterangan Bapak H.A.Machmud Baancing.AP,MH mengenai

perencanaan penanganan yang masuk kategori peremajaan

perumahan kumuh dan permukiman kumuh yang dilaksanakan di

Kelurahan Jaya dengan pembangunan jalan lingkungan dan penataan

lingkungan agar Warga sekitar dapat melakukan aktifitasnya dengan

lancar. Dalam pelaksanaan program perumahan kumuh dan

permukiman kumuh di Kelurahan Jaya stakeholder yang terlibat

Pemerintah Kabupaten dalam hal ini PUPR, Cipta Karya, DLH,

Pemerintah Kecamatan dan Pemerintah Kelurahan serta Masyarakat

Kelurahan Jaya terutama Warga RW 3 Lingkungan Jaya.

Keterangan selanjutnya dari Bapak Andi Asriyadi Iskandar, SE

Lurah Jaya mengenai perencanaan penanganan yang masuk kategori

peremajaan perumahan kumuh dan permukiman kumuh yang

dilaksanakan di Kelurahan Jaya dengan pembangunan jalan

lingkungan dan penataan lingkungan agar Warga sekitar dapat

merasakan pembangunan untuk melakukan aktifitasnya dengan

lancar. Dalam pelaksanaan program perumahan kumuh dan

permukiman kumuh di Kelurahan Jaya stakeholder yang terlibat

Pemerintah Kabupaten, Pemerintah Kecamatan dan Pemerintah

Kelurahan serta Masyarakat Kelurahan Jaya terutama Warga RW 3

Lingkungan Jaya.

108

Kesimpulan hasil dari wawancara yang telah dilakukan kepada

Bappeda, Dinas PUPR, Kecamatan Watang Sawitto pengelolaan

penanganan program perumahan kumuh dan permukiman kumuh

yang dilaksanakan oleh Pemerintah Kabupaten Pinrang di titik RW 3

Lingkungan Jaya Kelurahan Jaya Kecamatan Watang Sawitto telah

sesuai dengan acuan Peraturan Menteri Pekerjaan Umum dan

Perumahan Rakyat Republik Indonesia nomor 02/PRT/M/2016

tentang Peningkatan Kualitas Terhadap Perumahan Kumuh dan

Permukiman Kumuh yang dikeluarkan oelh Kemen PUPR Republik

Indonesia.

5. Pengelolaan

Berdasarkan Peraturan Menteri PUPR nomor 02/PRT/M/2016

tentang Peningkatan Kualitas Terhadap Perumahan Kumuh dan

Permukiman Kumuh pasal 36 (1) Pasca peningkatan kualitas

terhadap perumahan kumuh dan permukiman kumuh dilakukan

pengelolaan untuk mempertahankan dan menjaga kualitas

perumahan dan permukiman secara berkelanjutan. (2) Pengelolaan

sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilakukan oleh masyarakat

secara swadaya. (3) Pengelolaan dapat difasilitasi oleh pemerintah

daerah untuk meningkatkan keswadayaan masyarakat dalam

pengelolaan perumahan dan permukiman layak huni.

Selain wujud peran Pemerintah dalam kawasan kumuh dalam

pengelolaan untuk mempertahankan dan menjaga kualitas

perumahan kumuh dan permukiman kumuh di Kelurahan Jaya secara

109

berkelanjutan, Warga Kelurahan Jaya yang berada dalam kawasan

program perumahan kumuh dan permukiman kumuh Masyarakat

telah sadar bahwa kualitas hidup berawal dari terciptanya lingkungan

yang rapi, indah dan tertata dengan baik dengan dukungan dan peran

serta Tokoh Masyarakat, Agama dan Pemuda sesuai keterangan

Bapak Lurah Jaya A. Asriyadi Iskandar, SE.

Dalam tahap pengelolaan perumahan dan permukiman hasil

peningkatan kualitas terhadap perumahan kumuh dan permukiman

kumuh peran masyarakat sebagai warga terdampakyang berada di

RW 3 Lingkungan Jaya aktif pada berbagai program pemerintah

daerah dalam pemeliharaan dan perbaikan di lokasi perumahan

kumuh dan permukiman kumuh yang telah tertangani di RW 3

Lingkungan Jaya. Ikut berpartisipasi secara aktif swadaya dan/atau

dalam kelompok swadaya masyarakat pada upaya pemeliharaan dan

perbaikan baik berupa dana, tenaga maupun material ikut menjaga

ketertiban dalam pemeliharaan dan perbaikan rumah serta prasarana,

sarana, dan utilitas umum di perumahan dan permukiman serta

mencegah perbuatan yang dapat menghambat atau menghalangi

proses pelaksanaan pemeliharaan dan perbaikan dan/atau apabila

perlu melaporkan perbuatan kepada instansi berwenang seperti

Kepala Lingkungan, Babinsa dan Bhabinkamtibmas Kelurahan Jaya

agar proses pemeliharaan dan perbaikan dapat berjalan lancar.Selain

keterlibatan perseorangan ada juga pelibatan kelompok seperti

110

KPMD/K, Dasa Wisma, Pokja Sehat, PKK, LKK dan Karang Taruna

Kelurahan Jaya yang dibentuk melalui musyawarah Kelurahan.

Peningkatan kualitas perumahan kumuh dan permukiman

kumuh dilakukan dengan mempertimbangkan kearifan lokal yang

berlaku pada Warga terdampak di RW 3 Lingkungan Jaya dengan

tidak bertentangan dengan peraturan perundang-undangan daerah

kabupaten Pinrang.

Adanya pengelolaan yang dilakukan atau wacana secara

berkelanjutan dalam program kawasan perumahan kumuh dan

permukiman kumuh di Kelurahan Jaya dan telah disiapkannya konsep

penanganan kawasan kumuh dalam bentuk dokumen RP2KPKP.

Penanganan dan pengelolaan kawasan perumahan dan permukiman

kumuh di Kelurahan Jaya melalui pengusulan dalam forum

Musrenbang agar Warga terdampak juga ikut berperan aktif. Lanjut

penuturan Bapak Camat Watang Sawitto terkait belum ada tindak

lanjut atau wacana melakukan pengelolaan untuk mempertahankan

dan menjaga kualitas perumahan dan permukiman secara

berkelanjutan di Kelurahan Jaya. Pernyataan beliau selanjutnya

tentang peran Pemerintah dalam pengelolaan untuk mempertahankan

dan menjaga kualitas perumahan dan permukiman secara

berkelanjutan di Kelurahan Jaya adalah dengan mengkordinasikan

kepada Instansi terkait Dinas Kesehatan Kabupaten Pinrang dalam

hal ini Puskesmas setempat yang bersentuhan langsung terhadap

Warga setempat untuk memberikan penyuluhan kesehatan

111

lingkungan dan kesehatan perorangan. Dinas Lingkungan hidup yang

memberikan pelayanan pengangkutan sampah rumah tangga dan

lingkungan. Pemerintah Kelurahan juga ikut dalam memberikan

himbauan penyuluhan ke Warga di setiap acara Keagamaan dan

kesempatan bertemu dengan Warga dan Tokoh Masyarakat. Serta

kordinasi lainnya dari tingkat Kelurahan sampai ke Kabupaten.

Selanjutnya peran Masyarakat dalam pengelolaan untuk menjaga

kualitas lingkungan permukiman ikut membersihkan pekarangan

masing-masing dan atau bekerja sama dengan Aparat Kelurahan,

Dinas Lingkungan Hidup Kabupaten Pinrang, Babinsa dan

Bhabinkamtibmas serta kelompok Tani bergotong royong

membersihkan lingkungan secara berkala.

Keterangan berikutnya dari Bapak Camat Watang Sawitto

tentang pola kemitraan belum ada modelnya di Kelurahan Jaya.

Keterangan selanjutnya tentang keterlibatan Masyarakat ikut

terlibat dan berperan aktif dalam penetapan lokasi dan perencanaan

penanganan program perumahan kumuh dan permukiman kumuh di

Kelurahan Jaya. Masyarakat telah sadar betapa pentingnya

kebersihan dan kesehatan lingkungan serta ikut menjaga

lingkungannya tetap bersih. Peran masyarakat dalam menjaga

peningkatan kualitas perumahan kumuh dan permukiman kumuh

dengan ikut bergotong royong membersihkan lingkungannya dan

pekarangannya masing-masing. Tentang pelibatan kelompok

swadaya masyarakat, dalam hal ini sebagai pendamping bertujuan

112

memberikan informasi untuk meningkatkan pengetahuan dan

kesadaran masyarakat untuk pencegahan tumbuh dan

berkembangnya permukiman kumuh baru.

Lanjut penuturan Bapak Camat Watang Sawitto terkait adanya

tindak lanjut atau wacana melakukan pengelolaan untuk

mempertahankan dan menjaga kualitas perumahan dan permukiman

secara berkelanjutan di Kelurahan Jaya dengan melibatkan kelompok

swdaya masyarakat. Pernyataan beliau selanjutnya tentang peran

Pemerintah dalam pengelolaan untuk mempertahankan dan menjaga

kualitas perumahan dan permukiman secara berkelanjutan di

Kelurahan Jaya adalah dengan mengkordinasikan kepada Instansi

terkait Dinas Kesehatan Kabupaten Pinrang dalam hal ini Puskesmas

setempat yang bersentuhan langsung terhadap Warga setempat

untuk memberikan penyuluhan kesehatan lingkungan dan kesehatan

perorangan. Dinas Lingkungan hidup yang memberikan pelayanan

pengangkutan sampah rumah tangga dan lingkungan. Pemerintah

Kelurahan juga ikut dalam memberikan himbauan penyuluhan ke

Warga di setiap acara Keagamaan dan kesempatan bertemu dengan

Warga dan Tokoh Masyarakat. Serta kordinasi lainnya dari tingkat

Kelurahan sampai ke Kabupaten. Selanjutnya peran Masyarakat

dalam pengelolaan untuk menjaga kualitas lingkungan permukiman

ikut membersihkan pekarangan masing-masing dan atau bekerja

sama dengan Aparat Kelurahan, Dinas Lingkungan Hidup Kabupaten

113

Pinrang, Babinsa dan Bhabinkamtibmas serta kelompok Tani

bergotong royong membersihkan lingkungan secara berkala.

Selanjutnya keterangan dari pihak Kelurahan Jaya Kecamatan

Watang Sawitto yang hal ini disampaikan oleh Bapak Lurah Jaya Andi

Asriyadi Iskandar, SE tentang perekonomian warganya yang

berpenghasilan menengah ke bawah karena sebagian besar warga

memiliki pekerjaan dari industri rumah tangga dan jasa yang

memanfaatkan kondisi di mana Kelurahan Jaya terletak di tengah

Kota Pinrang, melanjutkan keterangannya mengenai kriteria

perumahan kumuh dan permukiman kumuh di Kelurahan Jaya

Lingkungan Jaya tentang kondisi sosial dan kesehatan yang belum

memenuhi syarat bersih. Dengan pertumbuhan penduduk yang dating

dan menetap untuk mencari pekerjaan dan membawa keluarganya

sehingga pada akhirnya berdampak pada tingginya kebutuhan akan

penyediaan lahan untuk pembangunan hunian warganya tidak

memenuhi kriteria letak dan tata ruang wilayah yang berakibat

bangunan tidak teratur dan padat serta kumuh sehingga sarana

pendukung lingkungan dan terbuka hijau tidak ada. Dengan kondisi

tersebut dari segi lingkungan terlihat kotor selokan yang tersumbat

oleh bahan material bangunan warga yang sedang membangun

bangunan, berbau, sampah berserakan karena tidak ada akses

kendaraan pengangkut sampah yang mengambil sampah rumah

tangga, tidak ada ventilasi tiap rumah terutama kamar tidur dan tidak

ada lahan untuk tempat jemur pakaian.

114

Keterangan selanjutnya dari Bapak Andi Asriyadi Iskandar, SE

Lurah Jaya tentang tipologi perumahan kumuh di Kelurahan Jaya

terletak di dataran rendah ditepian saluran aliran irigasi dan dekat

dengan pusat kegiatan sosial ekonomi perdaganagan serta industri

rumah tangga. Selanjutnya tentang penetapan lokasi telah tepat

sasaran sesuai kriteria perumahan kumuh dan permukiman kumuh

dalam Peraturan Menteri PUPR, penetapan lokasi permukiman

kumuh yang terjadi di Kelurahan Jaya telah melalui tahap proses

pendataan yang dilakukan oleh Tim Teknis dari beberapa stakeholder

Kecamatan Watang Sawitto, Pemerintah Kabupaten dengan

melibatkan peran serta Masyarakat.

Keterangan selanjutnya dari Bapak Andi Asriyadi Iskandar, SE

Lurah Jaya mengenai perencanaan penanganan yang masuk kategori

peremajaan perumahan kumuh dan permukiman kumuh yang

dilaksanakan di Kelurahan Jaya dengan pembangunan jalan

lingkungan dan penataan lingkungan agar Warga sekitar dapat

merasakan pembangunan untuk melakukan aktifitasnya dengan

lancar. Dalam pelaksanaan program perumahan kumuh dan

permukiman kumuh di Kelurahan Jaya stakeholder yang terlibat

Pemerintah Kabupaten, Pemerintah Kecamatan dan Pemerintah

Kelurahan serta Masyarakat Kelurahan Jaya terutama Warga RW 3

Lingkungan Jaya.

115

Keterangan berikutnya dari Bapak Lurah Jaya tentang adanya

pola kemitraan modelnya bersama kelompok swadaya masyarakat di

Kelurahan Jaya.

Keterangan selanjutnya tentang keterlibatan Masyarakat ikut

terlibat dan berperan aktif dalam penetapan lokasi dan perencanaan

penanganan program perumahan kumuh dan permukiman kumuh di

Kelurahan Jaya. Peran Masyarakat telah sadar betapa pentingnya

kebersihan dan kesehatan lingkungan serta ikut menjaga

lingkungannya tetap bersih dalam menjaga peningkatan kualitas

perumahan kumuh dan permukiman kumuh dengan ikut bergotong

royong membersihkan lingkungannya dan pekarangannya masing-

masing. Masyarakat telah sadar betapa pentingnya kebersihan dan

kesehatan lingkungan serta ikut menjaga lingkungannya tetap bersih.

Tentang pelibatan kelompok swadaya masyarakat, dalam hal ini

sebagai pendamping bertujuan memberikan informasi untuk

meningkatkan pengetahuan dan kesadaran masyarakat untuk

pencegahan tumbuh dan berkembangnya permukiman kumuh baru.

6. Pola kemitraan

Pola kemitraan antar pemangku kepentingan yang dapat

dikembangkan dalam upaya peningkatan kualitas terhadap

perumahan kumuh dan permukiman kumuh di Kelurahan Jaya belum

ada.

116

Lanjut keterangannya tentang peran masyarakat dalam

peningkatan kualitas terhadap perumahan kumuh dan permukiman

kumuh dilakukan pada penetapan lokasi dan perencanaan

penanganan perumahan kumuh dan permukiman kumuh di Kelurahan

Jaya belum ada, belum tersentuh program Kementerian PUPR

mengenai penanganan kawasan kumuh perkotaan (KOTAKU) yang

melibatkan peran keswadayaan Masyarakat.

Peran Masyarakat dalam peningkatan kualitas terhadap

perumahan kumuh dan permukiman kumuh belum ada dilakukan

pada peningkatan kualitas terhadap perumahan kumuh dan

permukiman kumuh di Kelurahan Jaya.Selanjutnya belum ada peran

Masyarakat di Kelurahan Jaya dalam peningkatan kualitas terhadap

perumahan kumuh dan permukiman kumuh yang dilakukan pada

pengelolaan perumahan dan permukiman hasil peningkatan kualitas

terhadap perumahan kumuh dan permukiman kumuh. Belum ada

pelibatan kelompok swadaya masyarakat sebagai upaya untuk

mengoptimalkan peran Masyarakat dan belum ada pembentukan

kelompok swadaya Masyarakat dalam peningkatan kualitas terhadap

perumahan kumuh dan permukiman kumuh di Kelurahan Jaya,

tambahnya Andi Pahlevi, ST.

Keterangan selanjutnya dalam peningkatan kualitas terhadap

perumahan kumuh dan permukiman kumuh di RW 3 Lingkungan Jaya

pelaksanaannya mempertimbangkan dan menitikberatkan pada peran

Masyarakat untuk berpartisipsi dalam peningkatan kualitas terhadap

117

perumahan kumuh dan permukiman kumuh belum ada. Dan ditanya

tentang pelibatan kelompok swadaya Masyarakat sebagai upaya

untuk mengoptimalkan peran Masyarakat dalam peningkatan kualitas

terhadap perumahan kumuh dan permukiman kumuh di Kelurahan

Jaya belum ada katanya, jadi kelompok swadaya Masyarakat belum

ada mulai dari proses pembentukan hingga partisipasi peran serta

Masyarakat setempat.

Lanjut penuturan Bapak Camat Watang Sawitto terkait belum

ada tindak lanjut atau wacana melakukan pengelolaan untuk

mempertahankan dan menjaga kualitas perumahan dan permukiman

secara berkelanjutan di Kelurahan Jaya. Pernyataan beliau

selanjutnya tentang peran Pemerintah dalam pengelolaan untuk

mempertahankan dan menjaga kualitas perumahan dan permukiman

secara berkelanjutan di Kelurahan Jaya adalah dengan

mengkordinasikan kepada Instansi terkait Dinas Kesehatan

Kabupaten Pinrang dalam hal ini Puskesmas setempat yang

bersentuhan langsung terhadap Warga setempat untuk memberikan

penyuluhan kesehatan lingkungan dan kesehatan perorangan. Dinas

Lingkungan hidup yang memberikan pelayanan pengangkutan

sampah rumah tangga dan lingkungan. Pemerintah Kelurahan juga

ikut dalam memberikan himbauan penyuluhan ke Warga di setiap

acara Keagamaan dan kesempatan bertemu dengan Warga dan

Tokoh Masyarakat. Serta kordinasi lainnya dari tingkat Kelurahan

sampai ke Kabupaten. Selanjutnya peran Masyarakat dalam

118

pengelolaan untuk menjaga kualitas lingkungan permukiman ikut

membersihkan pekarangan masing-masing dan atau bekerja sama

dengan Aparat Kelurahan, Dinas Lingkungan Hidup Kabupaten

Pinrang, Babinsa dan Bhabinkamtibmas serta kelompok Tani

bergotong royong membersihkan lingkungan secara berkala.

Keterangan berikutnya dari Bapak Camat Watang Sawitto

tentang pola kemitraan belum ada modelnya di Kelurahan Jaya.

Keterangan selanjutnya tentang keterlibatan Masyarakat ikut

terlibat dan berperan aktif dalam penetapan lokasi dan perencanaan

penanganan program perumahan kumuh dan permukiman kumuh di

Kelurahan Jaya. Masyarakat telah sadar betapa pentingnya

kebersihan dan kesehatan lingkungan serta ikut menjaga

lingkungannya tetap bersih. Peran masyarakat dalam menjaga

peningkatan kualitas perumahan kumuh dan permukiman kumuh

dengan ikut bergotong royong membersihkan lingkungannya dan

pekarangannya masing-masing. Tentang pelibatan kelompok

swadaya masyarakat, dalam hal ini sebagai pendamping bertujuan

memberikan informasi untuk meningkatkan pengetahuan dan

kesadaran masyarakat untuk pencegahan tumbuh dan

berkembangnya permukiman kumuh baru.

Lanjut penuturan Bapak Camat Watang Sawitto terkait adanya

tindak lanjut atau wacana melakukan pengelolaan untuk

mempertahankan dan menjaga kualitas perumahan dan permukiman

secara berkelanjutan di Kelurahan Jaya dengan melibatkan kelompok

119

swdaya masyarakat. Pernyataan beliau selanjutnya tentang peran

Pemerintah dalam pengelolaan untuk mempertahankan dan menjaga

kualitas perumahan dan permukiman secara berkelanjutan di

Kelurahan Jaya adalah dengan mengkordinasikan kepada Instansi

terkait Dinas Kesehatan Kabupaten Pinrang dalam hal ini Puskesmas

setempat yang bersentuhan langsung terhadap Warga setempat

untuk memberikan penyuluhan kesehatan lingkungan dan kesehatan

perorangan. Dinas Lingkungan hidup yang memberikan pelayanan

pengangkutan sampah rumah tangga dan lingkungan. Pemerintah

Kelurahan juga ikut dalam memberikan himbauan penyuluhan ke

Warga di setiap acara Keagamaan dan kesempatan bertemu dengan

Warga dan Tokoh Masyarakat. Serta kordinasi lainnya dari tingkat

Kelurahan sampai ke Kabupaten. Selanjutnya peran Masyarakat

dalam pengelolaan untuk menjaga kualitas lingkungan permukiman

ikut membersihkan pekarangan masing-masing dan atau bekerja

sama dengan Aparat Kelurahan, Dinas Lingkungan Hidup Kabupaten

Pinrang, Babinsa dan Bhabinkamtibmas serta kelompok Tani

bergotong royong membersihkan lingkungan secara berkala.

Keterangan berikutnya dari Bapak Lurah Jaya tentang adanya

pola kemitraan modelnya bersama kelompok swadaya masyarakat di

Kelurahan Jaya. Keterangan selanjutnya tentang keterlibatan

Masyarakat ikut terlibat dan berperan aktif dalam penetapan lokasi

dan perencanaan penanganan program perumahan kumuh dan

permukiman kumuh di Kelurahan Jaya. Peran Masyarakat telah sadar

120

betapa pentingnya kebersihan dan kesehatan lingkungan serta ikut

menjaga lingkungannya tetap bersih. dalam menjaga peningkatan

kualitas perumahan kumuh dan permukiman kumuh dengan ikut

bergotong royong membersihkan lingkungannya dan pekarangannya

masing-masing. Masyarakat telah sadar betapa pentingnya

kebersihan dan kesehatan lingkungan serta ikut menjaga

lingkungannya tetap bersih. Tentang pelibatan kelompok swadaya

masyarakat, dalam hal ini sebagai pendamping bertujuan memberikan

informasi untuk meningkatkan pengetahuan dan kesadaran

masyarakat untuk pencegahan tumbuh dan berkembangnya

permukiman kumuh baru akibat bertambahnya penduduk yang pindah

datang, pasangan yang baru menikah untuk membentuk sebuah

keluarga baru dan kelahiran penduduk.

7. Peran masyarakat

Berdasarkan Peraturan Menteri PUPR nomor 02/PRT/M/2016

tentang Peningkatan Kualitas Terhadap Perumahan Kumuh dan

Permukiman Kumuh pasal 43 Pola kemitraan antar pemangku

kepentingan yang dapat dikembangkan dalam upaya peningkatan

kualitas terhadap perumahan kumuh dan permukiman kumuh yaitu

kemitraan antara Pemerintah dan/atau pemerintah daerah dengan

setiap orang. Pasal 44 Lingkup peran masyarakat dalam peningkatan

kualitas terhadap perumahan kumuh dan permukiman kumuh dilakukan

pada tahap: a. penetapan lokasi dan perencanaan penanganan

perumahan kumuh dan permukiman kumuh; b. peningkatan kualitas

121

terhadap perumahan kumuh dan permukiman kumuh; dan c.

pengelolaan perumahan dan permukiman hasil peningkatan kualitas

terhadap perumahan kumuh dan permukiman kumuh.

Keterangan dari A. Pahlevi, ST tentang peran serta

masyarakat dalam peningkatan kualitas terhadap perumahan kumuh

dan permukiman kumuh dalam penetapan lokasi ada peran

masyarakat namun belum tersentuh program Kementerian PUPR

mengenai penanganan Kawasan Kumuh Perkotaan (KOTAKU) yang

melibatkan peran keswadayaan masyarakat di Kelurahan Jaya.

Melanjutkan keterangannya tentang peran masyarakat dalam

peningkatan dan pengelolaan kualitas terhadap perumahan kumuh

dan permukiman kumuh belum ada perannya masyarakat, lanjut

keterangan beliau belum adanya pelibatan kelompok swadaya

masyarakat sebagai upaya untuk mengoptimalkan terhadap kualitas

permukiman kumuh yang ada di Kelurahan Jaya.

Keterangan dari Bapak H.A.Mahmud Bancing.AP,MH selaku

Camat Watang Sawitto sebagai induk organiasasi yang membawahi

8(delapan) kelurahan, salah satunya adalah Kelurahan Jaya harus

aktif dan terlibat untuk mengetahui perkembangan yang ada terutama

peran masyarakat dalam proses sosialisasi kriteria, penetapan,

perencanaan, pengelolaan berkelanjutan program perumahan kumuh

dan permukiman kumuh yang ada di RW 3 sangat aktif untuk

mensukseskan program kerja Pemerintahan Kelurahan Jaya dalam

122

meningkatkan taraf penghidupan warga di wilayah tersebut sebagai

pendukung visi dan misi pembangunan Kecamatan Watang Sawitto.

Keterangan dari Bapak Lurah Jaya A. Asriyadi Iskandar, SE

keterlibatan dan peran Masyarakat dalam penetapan lokasi yang

ada di RW 3 sangat aktif untuk mensukseskan program kerja

Pemerintahan Kelurahan Jaya dalam meningkatkan taraf

penghidupan warga di wilayah tersebut sebagai pendukung ekonomi

wilayah perkotaan. Mengenai pengelolaan untuk menjaga kualitas

lingkungan permukiman ikut membersihkan pekarangan masing-

masing dan atau bekerja sama dengan Aparat Kelurahan, Dinas

Lingkungan Hidup Kabupaten Pinrang, Kelomopk swadaya

masyarakat, Babinsa dan Bhabinkamtibmas serta kelompok Tani

bergotong royong membersihkan lingkungan secara berkala.

Keterangan selanjutnya tentang keterlibatan Masyarakat ikut

terlibat dan berperan aktif dalam penetapan lokasi dan perencanaan

penanganan program perumahan kumuh dan permukiman kumuh di

Kelurahan Jaya. Masyarakat telah sadar betapa pentingnya

kebersihan dan kesehatan lingkungan serta ikut menjaga

lingkungannya tetap bersih. Peran masyarakat dalam menjaga

peningkatan kualitas perumahan kumuh dan permukiman kumuh

dengan ikut bergotong royong membersihkan lingkungannya dan

pekarangannya masing-masing. Tentang pelibatan kelompok

swadaya masyarakat, dalam hal ini sebagai pendamping bertujuan

memberikan informasi untuk meningkatkan pengetahuan dan

123

kesadaran masyarakat untuk pencegahan tumbuh dan

berkembangnya permukiman kumuh baru.

Kesimpulan yang didapat dari keterangan beberapa

stakeholder tentang adanya peran masyarakat yang ikut terlibat

secara langsung dan tidak langsung dalam program perumahan

kumuh dan permukiman kumuh di RW 3 Lingkungan Jaya Kelurahan

Jaya Kecamatan Watang Sawitto Kabupaten Pinrang memang ada

sebagai wujud sinergitas dan saling mendukung antara Pemerintah,

Pemuka Agama dan Tokoh masyarakat dalam meningkatkan taraf

penghidupan yang lebih baik.

124

BAB V

PENUTUP

A. Kesimpulan

Berdasarkan pembahasan hasil penelitian, maka peneliti menarik

kesimpulan bahwa Implementasi Kebijakan Penataan Kawasan

Pemukiman Kumuh Perkotaan di Kelurahan Jaya Kecamatan Watang

Sawitto Kabupaten Pinrang telah berjalan secara optimal, dengan uraian

sebagai berikut:

1. Kriteria perumahan kumuh dan permukiman kumuh pada Penataan

Kawasan Pemukiman Kumuh Perkotaan di Kelurahan Jaya Kecamatan

Watang Sawitto Kabupaten Pinrang pada dasarnya telah berjalan

sesuai dengan Peraturan Menteri Pekerjaan Umum dan Perumahan

Rakyat Republik Indonesia Nomor 2/Prt/M/2016 Tentang Peningkatan

Kualitas Pada Perumahan Kumuh dan Permukiman Kumuh, dimana

dalam penetepannya meliputi kriteria kekumuhan ditinjau dari

bangunan gedung, jalan lingkungan, penyediaan air minum, drainase

125

lingkungan, pengelolaan air limbah, pengelolaan persampahan, dan

proteksi kebakaran.

2. Tipologi perumahan kumuh dan permukiman kumuh pada Penataan

Kawasan Pemukiman Kumuh Perkotaan di Kelurahan Jaya Kecamatan

Watang Sawitto Kabupaten Pinrang sesuai dengan petunjuk Peraturan

Menteri Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat Republik Indonesia

Nomor 2/Prt/M/2016 Tentang Peningkatan Kualitas Pada Perumahan

Kumuh dan Permukiman Kumuh, dengan menentukan tipologi

perumahan kumuh dan permukiman kumuh berdasarkan kriteria di

atas air, di tepi air, di dataran rendah, di perbukitan, dan di daerah

rawan bencana, khusus untuk pemukiman kumuh di kelurahan jaya

masuk pada tipologi tepi air dan dataran rendah.

3. Penetapan lokasi dan pengelolaan penanganan Pemukiman Kumuh

Perkotaan di Kelurahan Jaya Kecamatan Watang Sawitto Kabupaten

Pinrang sesuai dengan petunjuk Peraturan Menteri Pekerjaan Umum

dan Perumahan Rakyat Republik Indonesia Nomor 2/Prt/M/2016

Tentang Peningkatan Kualitas Terhadap Perumahan Kumuh dan

Permukiman Kumuh, yaitu melalui proses pendataan dengan

melakukan identifikasi dan penilaian lokasi sesuai dengan prosedur

pendataan identifikasi lokasi yaitu dengan melibatkan peran

masyarakat pada lokasi yang terindikasi sebagai perumahan kumuh

dan permukiman kumuh dengan memperhatikan kondisi kekumuhan,

legalitas tanah dan pertimbangan lainnya seperti nilai strategis lokasi,

kependudukan dan kondisi sosial, ekonomi, dan budaya.

126

4. Perencanaan penanganan Pemukiman Kumuh di Kelurahan Jaya

Kecamatan Watang Sawitto Kabupaten Pinrang sesuai dengan

petunjuk Peraturan Menteri Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat

Republik Indonesia Nomor 2/Prt/M/2016 Tentang Peningkatan Kualitas

Terhadap Perumahan Kumuh dan Permukiman Kumuh, dengan

penyusunan konsep perencanaan penanganan beserta

pembiayaannya melalui Surat Keptusan Bupati Pinrang Tahun 2014.

5. Pengelolaan secara berkelanjutan terhadap Pemukiman Kumuh

Perkotaan di Kelurahan Jaya Kecamatan Watang Sawitto Kabupaten

Pinrang belum optimal sesuai dengan petunjuk Peraturan Menteri

Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat Republik Indonesia Nomor

2/Prt/M/2016 Tentang Peningkatan Kualitas Terhadap Perumahan

Kumuh dan Permukiman Kumuh yaitu dengan pembentukan kelompok

swadaya masyarakat sebagai upaya untuk mengoptimalkan peran

masyarakat dalam mengelola Perumahan dan Permukiman layak huni

secara berkelanjutan hanya pemerintah belum memfasilitasi Kelompok

Swadaya Masyarakat yang telah dibentuk berupa penyediaan dan

sosialisasi norma, standar, pedoman, dan kriteria serta pemberian

bimbingan, pelatihan/penyuluhan, supervisi, konsultasi dan

pengembangan sistem informasi dan komunikasi.

6. Pola kemitraan pada Pemukiman Kumuh Perkotaan di Kelurahan Jaya

Kecamatan Watang Sawitto Kabupaten Pinrang sesuai dengan

petunjuk Peraturan Menteri Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat

Republik Indonesia Nomor 2/Prt/M/2016 Tentang Peningkatan Kualitas

127

Terhadap Perumahan Kumuh dan Permukiman Kumuh yaitu dengan

membentuk Pola kemitraan antar pemangku kepentingan yang dapat

dikembangkan dalam upaya peningkatan kualitas terhadap perumahan

kumuh dan permukiman kumuh yaitu kemitraan dengan pihak

Puskesmas dalam rangka peningkatan kulitas kesehatan dan

Kemitraan dengan Babinsa dengan Bhabinkamtibmas serta kelompok

tani untuk kegiatan sosial khususnya kerja bakti.

7. Peran Masyarakat pada Pemukiman Kumuh Perkotaan di Kelurahan

Jaya Kecamatan Watang Sawitto Kabupaten Pinrang belum berjalan

optimal sesuai dengan petunjuk Peraturan Menteri Pekerjaan Umum

dan Perumahan Rakyat Republik Indonesia Nomor 2/Prt/M/2016

Tentang Peningkatan Kualitas Terhadap Perumahan Kumuh dan

Permukiman Kumuh, dengan hanya membentuk Kelompok Swadaya

Masyarakat (KSM) tanpa memberi fasilitas sehingga KSM yang di

bentuk tidak berjalan secara optimal dan passif.

B. Saran

Berdasarkan pengamatan dan hasil wawancara maka peneliti

dapat memberikan saran sebagai berikut :

1. Dalam melakukan penentuan Kriteria perumahan kumuh dan

permukiman kumuh harusnya melibatkan Kelompok Swadaya

Masyarakat (KSM) yang mengerti dan paham tentan pemukiman

kumuh khususnya KSM yang bergerak dalam bidang Lingkungan

Hidup dan Kesehatan serta peningkatan kesejahteraan masyarakat.

128

2. Sebaiknya Pemerintah daerah berkeja sama dengan pertanahan

untuk memberikan solusi atas legalitas tanah pada masyarakat

karena banyak permukiman kumuh terkendala dari aspek legalitas

tanah.

3. Dalam Penetapan lokasi dan pengelolaan penanganan terhadap

pemukiman kumuh sebaiknya melakukan sosialisasi di tingkat

kabupaten dengan melibatkan semua stake holder yang terkait

pemukiman kumuh khususnya Kelompok Swadaya Masyarakat.

4. Perencanaan penanganan sebaiknya dibuat terpisah antara

perencanaan penanganan jangka pendek, perencanaan

penanganan jangka menengah, dan perencanaan penanganan

jangka panjang.

5. Dalam pengelolaan secara berkelanjutan sebaiknya melibatkan

Kelompok Swadaya Masyarakat (KSM) dan memberi fasilitas

terhadap Kelompok Swadaya Masyarakat (KSM) tersebut agar dapat

bekerja secara optimal.

6. Dalam setiap program Pemerintah harus secepatnya di kordinasikan

dari tingkat paling bawah sampai pimpinan instansi, agar

pelaksanaan program-program Pemerintah dengan cepat bisa di

sosialisasikan kepada masyarakat.

7. Agar lebih meningkatkan Peran Masyarakat dalam menjaga dan

mengelolah secara berkelanjutan permukiman kumuh tersebut

melalui pembentukan dan pemberdayaan Kelompok Swadaya

129

Masyarakat (KSM) serta melakukan rapat kordinasi minilmal satu kali

dalam tiga bulan.

DAFTAR PUSTAKA

Abdul Wahab, Solichin.2008. Analisis Kebijakan : Dari Formulasi ke Implementasi

Kebijakan Negara Edisi Kedua. Bumi Aksara. Jakarta.

Abidin, Z.S., 2010, Kebijakan Publik, Jakarta, Yayasan Pancur Siwah.

Achmad Santosa, Mas. 2001. Good Governance dan Hukum Lingkungan, ICEL,

Jakarta

AG. SubarsoNomor 2011. Analisis Kebijakan Publik (konsep. teori dan aplikasi).

Pustaka Pelajar. Yogyakarta.

Agustino, Leo, 2008, Dasar-Dasar Kebijakan Publik, Bandung, CV. Alfabeta.

Aswad, Muhammad, 2010, Jurnal Administrasi Publik (Volume VI No.3),

Makassar, Pusat Kajian dan Pendidikan dan Pelatihan Aparatur II

Lembaga Administrasi Negara.

Atep Adya Barata, Dasar-Dasar Pelayanan Prima, (Jakarta : PT Elex Media

Komputindo, Cet. II, 2004), 10

Atik,dan ratminto. 2005. Manajemen Pelayanan, disertai dengan pengembangan

model konseptual, penerapan citizen’s charter dan standar pelayanan

minimal. Yogyakarta: Pustaka Pelajar

Atmosudirjo, P., 1982, Administrasi dan Manajemen Umum, Jakarta, Ghalia

Indonesia.

Badjuri dan Yuwono, Teguh, 2002, Kebijakan Publik: Konsep dan Strategi.

Semarang: Universitas Diponegoro

Dunn, William N,. 2000. Analisis Kebijakan Publik. Gadjah Mada University Press,

Yogyakarta.

Edwards III, George C. 1980. Implementing Public Policy. Washington:

Congressional Quarterly Press

Fandy Tjiptono, Manajemen Jasa, (Yogyakarta: Andi, Ed. I, Cet,III, 2004), 94

Fisher, B. Aubrey, 1986, Teori-teori Komunikasi. Penyunting: Jalaluddin

Rakhmat, Penerjemah: Soejono Trimo. Remaja Rosdakarya, Bandung

Ghozali, Imam 2011. Aplikasi Analisis Multivariate Dengan Program SPSS.

Universitas Diponegoro, Semarang

J. Supranto, 2003, Statistik Teori dan Aplikasi, Edisi Lima, Penerbit Erlangga.

Jakarta

J. Supranto, 2006, Pengukuran Tingkat Kepuasan Pelanggan : Untuk Menaikkan

Pangsa Pasar, Jakarta, Rineka Cipta

Jones, Charles O. 1991. Pengantar Kebijakan Publik. Penerjemah Ricky Istamto.

Jakarta, Rajawali.

Koalisi untuk Kebebasan Informasi,2003. Kebebasan Informasi di Berbagai

Negara, (Jakarta: Koalisi untuk Kebebasan Informasi)

Kotler. Philip. 1997. Prinsip-prinsip Pemasaran. Edisi Ketiga. PT.

Prehallindo.Jakarta.

KriyantoNomor Rachmat, 2006. Teknik Praktik Riset Komunikasi, Kencana

Prenada Media Group Jakarta

Kuswartojo, Tjuk. 2005. Perumahan dan Permukiman di Indonesia. Bandung:

Penerbit ITB.

Luankali, Bernadus. 2007. Analisis Kebijakan Publik dalam Proses Pengambilan

Keputusan. Jakarta: Amelia Press

Mendel, Toby. 2004. Kebebasan Memperoleh Informasi, Sebuah Survei

Perbandingan Hukum, Judul Asli: Freedom of Information: A

Comparative Legal Survey, Penerjemah: Tim Kawantama, UNESCO

Jakarta

Moenir, 2006, Manajemen Pelayanan Umum di Indonesia, Jakarta: Bumi Aksara

Nazir, Moh. 2014. Metode Penelitian Cetakan 9. Ghalia Indonesia. Bogor

Nugroho, 2009,Public Policy (Edisi Revisi) Jakarta, PT, Elex Media Komputindo

Pressman dan Wildavsky,(1978), “implimentation as to carry out, accomplish, fullfil, produce, complete”

Rakhmat, Jalaluddin, 2009. Metode Penelitian Komunikasi, Remaja Rosdakarya,

Bandung

Republik Indonesia, 2008, Undang-undang Nomor 14 Tahun 2008, tentang

Keterbukaan Informasi Publik, Sekretariat Negara, Jakarta

Silas. J (1996), dalam Syaiful. A (2002).” Kampung Surabaya Menuju

Metropolitan”, Permukiman Marjinal amat Liar.

Sinambela, Lijan Poltak. 2008. Reformasi Pelayanan Publik Teori, Kebijakan,

dan Implementasi. Jakarta : PT Bumi Aksara

Singarimbun, Masri. 1995. Metode Penelitian Survei, LP3S. Jakarta

Sinulingga. B.D (1999), dalam Syaiful. A (2002).” “ Pembangunan Kota” Tinjauan

Regional dan Lokal. Pustaka Sinar Harapan, Jakarta.

Subagyo, Henri. dkk, 2009. Anotasi Undang-undang Nomor 14 Tahun 2008

tentang Keterbukaan Informasi Publik, Edisi Pertama. Komisi Informasi

Pusat Republik Indonesia, Jakarta

Sufren dan Natanael, Yonathan. 2014. Belajar Otodidak SPSS Pasti Bisa, Elex

Media Komputindo, Jakarta

Sugiyono, 2011, Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif dan R&D, Alfabeta,

Bandung

Sutedi, Adrian. 2010. Hukum Perizinan Dalam Sektor Pelayanan Publik, Sinar

Grafika, Jakarta.

Tjiptono, Fandy. 2007. Manajemen Jasa, Andi Publisher, Yogyakarta

Yudohusodo, Siswono. 1991. Rumah Untuk Seluruh Rakyat. Jakarta: Bharakerta

DOKUMEN

Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2011 tentang Perumahan dan Kawasan

Permukiman

Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014 tentang Pemerintahan Daerah

Undang-Undang Nomor 9 Tahun 2015 tentang Perubahan Kedua Atas Undang-

Undang Nomor 23 Tahun 2014 tentang Pemerintahan Daerah

Peraturan Pemerintah Nomor 36 Tahun 2005 tentang Peraturan Pelaksanaan

Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2002 tentang Bangunan Gedung

Peraturan Menteri Pekerjaan Umum Dan Perumahan Rakyat Republik Indonesia

Nomor 02/Prt/M/2016 Tentang Peningkatan Kualitas Terhadap

Perumahan Kumuh dan Permukiman Kumuh

SUMBER INTERNET

Sri Haryati Atjo Andi Latanratu, 2012 Pengendalian Permukiman Kumuh di Sekitar Tanggul Sungai Je’neberang Kelurahan Sungguminasa Kabupaten Gowa” oleh, Fakultas Sains

Dan Teknologi Universitas Islam Negeri Alauddin Makassar, (http://repositori.uin-alauddin.ac.id/8283/1/Sri%20Haryati%20Atjo%20Andi%20Lantanratu%2C%20pdf.pdf) diakses

PEDOMAN WAWANCARA

1. Persiapan wawancara

Pada tahap ini, perencanaan melakukan wawancara dilakukan seoptimal

mungkin. Secara normatif, persiapan wawancara meliputi

pembuatan interview guide atau panduan wawancara, menulis daftar

informan yang potensial, termasuk nomor kontaknya jika ada, membuat janji

dengan calon informan, dan mempersiapkan peralatan serta dokumen yang

dibutuhkan untuk wawancara, seperti alat rekam, surat ijin penelitian, proposal

atau apapun yang diperlukan.

2. Proses wawancara

Setelah persiapan matang dan waktu wawancara telah tiba, memastikan

sudah ada di tempat sebelum informan datang. Tentunya jika interview

tidak dilakukan di rumah informan. Memulai wawancara perlu dengan sikap

luwes seolah peneliti adalah seorang wartawan senior yang kaya dan terkenal.

3. Evaluasi wawancara

Setelah wawancara selesai, akan menyampaikan pesan pada partisipan

bahwa apabila ada yang kurang akan di hubungi lagi. Tentunya bila partisipan

tidak keberatan untuk dihubungi lagi. Pesan ini disampaikan untuk jaga-jaga

saja kalau-kalau ada data yang dibutuhkan yang tidak ada dalam daftar

pertanyaan/kuesioner yang telah disusun. Hasil wawancara aka diperiksa

kemabali apakah seluruh pertanyaan telah terjawab atau adakah yang

terlewat. Pemeriksaan tidak hanya pada aspek kuantitas tapi juga kualitas.

KUESIONER WAWANCARA

Untuk Kepala Bidang Fisik dan Prasarana Bappeda Kabupaten Pinrang

A. Identitas informan

1. NAMA : Bachrum Syah, S.STP

2. Jabatan : Kepala Bidang Fisik dan Prasarana Bappeda

Kabupaten Pinrang

3. Waktu Wawancara : November 2019

4. Lama wawancara : 45 Menit

B. Tangapan INFORMAN

8. Kriteria Perumahan Kumuh dan Permukiman Kumuh

a) Apakan Kabupaten Pinrang telah memiliki Rencana Kawasan Permukiman

Kumuh Perkotaan (RKP-KP)?

Iya, Kabupaten Pinrang memiliki (3) Kelurahan yang masuk kriteria Kawasan

Permukiman Kumuh Perkotaan. Tetapi dari ketiga (3) Kelurahan tersebut

hanya kelurahan Jaya yang betul-betul memiliki semua kriteria yang menjadi

acuan sebagai kawasan permukiman kumuh perkotaan. Dan kriteria yang

digunakan sebagaimana Peraturan Menteri PUPR nomor 02/PRT/M/2016

tentang Peningkatan Kualitas Terhadap Perumahan Kumuh dan

Permukiman Kumuh sesuai dengan lokasi di RW 3 Lingkungan Jaya

Kelurahan Jaya, yaitu

8. Bangunan gedung

9. Jalan lingkungan

10. Drainase lingkungan

11. Penyediaan air minum

12. Pengelolaan air limbah

13. Pengelolaan persampahan

14. Proteksi kebakaran

b) Apakah Kabupaten Pinrang telah memiliki Rencana Detil Tata Ruang (RDTR)

dan Rencana Tata Bangunan dan Lingkungan (RTBL)?

Iya ada, Peraturan Daerah Kabupaten Pinrang Nomor 14 Tahun 2012 Tentang

Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten Pinrang dan baru sebatas Draft

Peraturan Bupati Tahun 2016 tentang Rencana Tata Bangunan dan

Lingkungan (RTBL)

c) Apakah ada Kriteria perumahan kumuh dan permukiman kumuh yang

digunakan untuk menentukan kondisi kekumuhan pada perumahan kumuh

dan permukiman kumuh?

Iya ada, Kriteria kawasan peruntukan permukiman kumuh adalah sebagai

berikut :

▪ topografi datar sampai bergelombang

▪ tersedia sumber air, baik air tanah maupun air yang diolah oleh

penyelenggara dengan jumlah yang cukup.

▪ tidak berada pada daerah rawan bencana (banjir, erosi, longsor),

▪ drainase baik sampai sedang,

▪ tidak berada pada wilayah sempadan sungai,

▪ tidak berada pada kawasan lindung,

▪ tidak terletak pada kawasan budidaya pertanian/penyangga,

▪ menghindari sawah irigasi teknis.

d) Bagaiamana kondisi bangunan gedung, jalan lingkungan, penyediaan air

minum, drainase lingkungan, pengelolaan air limbah, pengelolaan

persampahan dan proteksi kebakaran pada lingkungan jaya kelurahan jaya

sehingga ditetapkan sebagai pemukiman kumuh?

▪ Penetapan Kelurahan Jaya sebagai kawasan kumuh perkotaan di nilai dari

kondisi bangunannya yang sebagian kecil tidak memiliki keteraturan, tidak

memenuhi standar teknis.

▪ Jalanan Lingkungan pemukiman yang sebagian kecil mengalami

kerusakan.

▪ Penyediaan air minum Kwalitas air minum di lingkungan permukiman

sebagian kecil, belum memenuhi standar kesehatan. Karena kualitas air

yang keruh dan berbauh (Sumur tanah dalam dan tanah dangkal).

▪ Sistem drainase di lingkungan permukiman belum mampu mengatasi

genangan pada musim hujan dan sebagian besar tidak berfungsi secara

optimal, akibat terjadi sedimentasi.

▪ Sistem pengelolahan air limbah rumah tangga di lingkungan permukiman,

belum memenuhi standar teknis. Masyarakat di lingkungan permukiman,

masih memanfaatkan sungai dan drainase lingkungan sebagai wadah

pembuangan air limbah rumah tangga. ▪ Pengelolahan persampahan di lingkungan permukiman, telah tersedia tong

sampah di sebagian kecil kawasan permukiman. Namun sebagian kecil

masyarakat masih memanfaatkan lahan kosong dan drainase sebagai

tempat pembuangan sampah.

▪ Di seluruh kawasan permukiman tidak terdapat sarana dan prasarana

proteksi kebakaran.

9. Tipologi Perumahan Kumuh dan Permukiman Kumuh

a) Bagaiamana Tipologi perumahan kumuh apakah berada di atas air, di tepi air,

di dataran rendah atau di daerah rawan bencana?

Tipologi perumahan kumuh dan permukiman kumuh yang menjadi titik

pelaksanaan di Kelurahan Jaya Kecamatan Watang Sawitto berada di dataran

rendah tepi saluran irigasi Saddang yang melewati tengah Kota Pinrang.

10. Penetapan lokasi dan perencanaan penanganan;

a) Apakah sudah ada Penetapan lokasi perumahan kumuh dan permukiman

kumuh?

Setelah mendengar dan menerima laporan dari Pemerintah Kecamatan

Watang Sawitto dan berkoordinasi dengan Dinas PUPR Kabupaten

melanjutkan dengan identifikasi lokasi dan penilaian lokasi serta membawa

hasil laporan tersebut kepada Bupati Pinrang untuk menyetujui dan membuat

Keputusan Bupati Pinrang sesuai Peraturan Menteri Pekerjaan Umum dan

Perumahan Rakyat Republik Indonesia nomor 02/PRT/M/2016 tentang

Peningkatan Kualitas Terhadap Perumahan Kumuh dan Permukiman

Kumuh. Dengan disetujui dan ditandatanganinya Surat Keputusan Bupati

tentang Penetapan Kelurahan Jaya SK Bupati nomor 600/311/2014 Tahun

2014, maka program pelaksanaan perumahan kumuh dan permukiman

kumuh yang akan dilaksanakan di Keluahan Jaya akan terlaksana.

b) Apakah Kelurahan jaya masuk sebagai salah satu yang ditetapkan sebagai

lokasi perumahan kumuh dan permukiman kumuh?

Berdasarkan Surat Keputusan Bupati Pinrang Nomor: 600/311/2014 tahun

2014. Tentang Penetapan Lokasi Perumahan Kumuh dan Permukiman

Kumuh di Kabupaten Pinrang. Dari hasil penetapan tersebut, maka kawasan

permukiman kumuh di Kabupaten Pinrang di bagi menjadi 5 (lima) Lokasi,

antara lain; Pacongang 02, Pacongang 01, Lingkungan Jaya Barat,

Lingkungan Baru dan Sekkang Ruba. Kelima lokasi tersebut tersebar di 2

(Dua) Kecamatan.

c) Apakah dalam penetapan lokasi perumahan kumuh dan permukiman kumuh

didahului proses pendataan yang dilakukan oleh pemerintah daerah dengan

melibatkan peran masyarakat?

Penetapan perumahan kumuh dan permukiman kumuh yang dilaksanakan

oleh Pemerintah Kabupaten Pinrang merupakan hasil dari proses pendataan

yang berkonsultasi dan berkoordinasi dengan konsultan serta melibatkan

Masyarakat Kelurahan Jaya.

d) Apakah dalam penetapan lokasi perumahan kumuh dan permukiman kumuh

dimulai dari identifikasi lokasi dan penilaian lokasi sesuai kriteria yang telah

ditetapkan?

Menurut Kepala Bidang Fisik dan Prasarana Bappeda Kabupaten Pinrang

bahwa proses terlaksananya program perumahan kumuh dan permukiman

kumuh di Kelurahan Jaya diawali dengan adanya identifikasi lokasi dan

penilaian lokasi kondisi kekumuhan yang sangat kompleks dan terindikasi

sebagai perumahan kumuh dan permukiman kumuh, legalitas penguasaan

tanah dan kesesuaian dengan rencana tata ruangbahwa di RW 3 Lingkungan

Jaya Kelurahan Jaya peruntukannya sebagai daerah perumahan dan

permukiman dan akibatnya kepadatan penduduk tinggi sesuai klasifikasi

yang tercantum dalam pasal 21 serta potensi sosial tingkat partispasi

masyarakat dalam mendukung pembangunan, potensi ekonomi adanya

kegiatan ekonomi Warga bagi Masyarakat Kelurahan Jaya khususnya dan

Kabupaten Pinrang umumnya sehingga penilaian lokasi berdasarkan aspek

kondisi kekumuhan sedang yang terjadi di wilayah ini dalam sesuai Surat

Keterangan Rencana Kabupaten (SKRK) karena sesuai dengan Peraturan

Menteri Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat Republik Indonesia nomor

02/PRT/M/2016 tentang Peningkatan Kualitas Terhadap Perumahan Kumuh

dan Permukiman Kumuh.

e) Apakah Penetapan lokasi ditindaklanjuti dengan perencanaan penanganan

perumahan kumuh dan permukiman kumuh?

Pilihan penetapan kawasan permukiman kumuh pada kawasan perkotaan

Kabupaten Pinrang pada dasarnya ditujukan untuk meningkatkan pelayanan

dasar masyarakat dan akses terhadap sumber daya reproduksi ruang

sebagai upaya pengurangan disparitas pelayanan antar kawasan perkotaan.

11. Perencanaan Penanganan

a) Bagaimana Tahap-tahap Perencanaan penanganan perumahan kumuh dan

permukiman kumuh yang telah dilakukan pada kelurahan Jaya?

Kepala Bidang Infraswil Bappeda sebagai penyusun dokumen yang dibantu

Dinas PUPR memuat tahap-tahap:

7. Persiapan

Sebagai Aparatur paling dekat dengan Warganya yang mengetahui kondisi

riil perumahan kumuh dan permukiman kumuh.Lurah Jaya memantau

kondisi wilayah kerjanya bersama Aparatnya dan ditemani oleh Sekretaris

LKK dan Warga sekitar RW 3 Lingkungan Jaya.

8. Survey

Sesuai laporan Lurah Jaya kepada Camat Watang Sawitto dan ditindak

lanjuti kepada Bupati Pinrang yang memerintahkan Instansi terkait PUPR

dan berkoordinasi dengan Bappeda dengan permasalahan perumahan

kumuh dan permukiman kumuh yang terjadi di RW 3 Lingkungan Jaya

Kelurahan Jaya yang dilaporkan Lurah Jaya. Maka Instansi terkait

melakukan survey lokasi yang dimaksud Lurah Jaya diantar oleh aparat

Kelurahan dan disaksikan oleh Warga RW 3 Lingkungan Jaya untuk

mengetahui secara langsung dan melaporkan kepada Bupati Pinrang.

9. Penyusunan data dan fakta

Dari hasil survey lokasi yang telah dilaksanakan maka yang dilaksanakan

selanjutnya adalah penyusunan data dan mengumpulkan fakta lokasi

perumahan kumuh dan permukiman kumuh di RW 3 Lingkungan Jaya.

10. Analisis

Penyusunan data dilakukan untuk menganalisis penilaian lokasi sesuai

klasifikasi kondisi kekumuhan sedang.

11. Penyusunan konsep penanganan

Penanganan yang dilakukan dengan mempertimbangkan sesuai tipologi

Kelurahan Jaya di tepi saluran irigasi Saddang, pola penanganan yang

akan digunakan adalah peremajaan sesuai Peraturan Menteri Pekerjaan

Umum dan Perumahan Rakyat Republik Indonesia nomor 02/PRT/M/2016

tentang Peningkatan Kualitas Terhadap Perumahan Kumuh dan

Permukiman Kumuh.

12. Penyusunan rencana penanganan

Sesuai konsep penanganan awal dalam hal penentuan lokasi yang memiliki

klasifikasi kekumuhan sedang dengan status tanah legal, maka pola

penanganan yang dilakukan adalah peremajaan. b) Bagaimana pola-pola penanganan sebagai upaya peningkatan kualitas

terhadap perumahan kumuh dan permukiman kumuh di Keluarahan Jaya?

Pola penanganan permukiman kumuh yang sesuai dengan amanat UU No 1

Tahun 2011 tentang Perumahan dan Kawasan Permukiman, pada pasal 13

disebutkan bahwa Pemerintah disamping mempunyai tugas merumuskan

dan menetapkan kebijakan dan strategi bidang perumahan dan kawasan

permukiman, juga memfasilitasi pelaksanaan kebijakan dan strategi pada

tingkat nasional. Penanganan kawasan permukiman kumuh dilakukan

melalui penyiapan infrastruktur permukiman dengan pendekatan

pengembangan berbasis masyarakat.

12. Pengelolaan secara berkelanjutan

a) Apakah telah dilakukan atau ada wancana untuk melakukan pengelolaan

untuk mempertahankan dan menjaga kualitas perumahan dan permukiman

secara berkelanjutan di Kelurahan Jaya?

Menurut Kabid Fispra Bappeda Kabupaten Pinrang, untuk pengelolaan

sarana dan prasarana yang terbangun dengan memampukan dan

menumbuhkan kepedulian masyarakat untuk memelihara dan menjaga

lingkungan huniannya.

b) Bagaiamana Peran Pemerintah dalam pengelolaan untuk mempertahankan

dan menjaga kualitas permukiman secara berkelanjutan di Kelurahan Jaya?

Selalu memberikan program-program dalam berbagai hal yang sifatnya

edukasi terhadap lingkungan, yang secara langsung dapat menjaga kualitas-

kualitas bangunan yang sudah dilaksanakan dalam kawasan pemukiman

kumuh di Kelurahan Jaya.

c) Bagaiamana Peran Masyarakat dalam pengelolaan untuk mempertahankan

dan menjaga kualitas perumahan dan permukiman secara berkelanjutan di

Kelurahan Jaya?

Peran masyarakat sebagai warga terdampak yang berada di RW 3

Lingkungan Jaya, aktif pada berbagai program pemerintah daerah dalam

pemeliharaan dan perbaikan di lokasi perumahan kumuh dan permukiman

kumuh yang telah tertangani di RW 3 Lingkungan Jaya.

13. Pola kemitraan

a) Apakah ada Pola kemitraan antar pemangku kepentingan yang dapat

dikembangkan dalam upaya peningkatan kualitas terhadap perumahan

kumuh dan permukiman kumuh di Kelurahan Jaya, Bagaimana Modelnya?

Belum ada, dan baru akan melibatkan Badan Usaha untuk membantu

penanganan kawasan kumuh melalui bantuan-bantuannya.

14. Peran masyarakat

a) Bagaiamana peran masyarakat dalam peningkatan kualitas terhadap

perumahan kumuh dan permukiman kumuh dilakukan pada penetapan lokasi

dan perencanaan penanganan perumahan kumuh dan permukiman kumuh

di Keluarahan Jaya ?

Membantu menjaga ketertiban bangunan yang sudah dikerjakan di kawasan

kumuh.

b) Apakah ada Pelibatan kelompok swadaya masyarakat sebagai upaya untuk

mengoptimalkan peran masyarakat dalam peningkatan kualitas terhadap

perumahan kumuh dan permukiman kumuh di Kelurahan Jaya?

Tentang peran masyarakat dalam peningkatan dan pengelolaan kualitas

terhadap perumahan kumuh dan permukiman kumuh belum ada perannya

masyarakat untuk mengoptimalkan terhadap kualitas permukiman kumuh

yang ada di Kelurahan Jaya.

c) Bagaiamana Proses Pembentukan kelompok swadaya masyarakat untuk

peningkatan kualitas terhadap perumahan kumuh dan permukiman kumuh di

Keluarahan Jaya?

Dibentuk melalui proses dari masyarakat di lingkungan jaya, dan belum ada

kelompok swadaya yang memberikan edukasi terhadap peningkatan

kualitas.

KUESIONER WAWANCARA

Untuk Kepala Bidang

A. Identitas informan

5. NAMA : Andi Pahlevi Fachrun, ST

6. Jabatan : Kepala Bidang Perumahan dan Permukiman PUPR

Kabupaten Pinrang

7. Waktu Wawancara : November 2019

8. Lama wawancara : 35 Menit

B. Tangapan INFORMAN

15. Kriteria Perumahan Kumuh dan Permukiman Kumuh

e) Apakah Kabupaten Pinrang telah memiliki Rencana Kawasan Permukiman

Kumuh Perkotaan (RKP-KP)?

Iya, Kami melakukan pendampingan terhadap penyusunan Dokumen Rencana

Kawasan Permukiman Kumuh Perkotaan (RKP-KP) melalui keterpaduan program

semua sektor ke-Cipta Karya-an, sebagai acuan pelaksanaan penanganan kawasan

kumuh perkotaan bagi seluruh pelaku (stakeholders) yang bersifat menyeluruh,

tuntas, dan berkelanjutan (konsep delivery system).

f) Apakah Kabupaten Pinrang telah memiliki Rencana Detil Tata Ruang (RDTR)

dan Rencana Tata Bangunan dan Lingkungan (RTBL)?

Iya sementara disusun dan Rencana Tata Bangunan dan Lingkungan (RTBL)

bernuansa kearifan lokal Kota Kabupaten Pinrang yang bernama “Addatuang

Sawitto” baru sebatas draft rancangan belum dijadikan Peraturan Daerah Kabupaten

Pinrang.

g) Apakah ada Kriteria perumahan kumuh dan permukiman kumuh yang

digunakan untuk menentukan kondisi kekumuhan pada perumahan kumuh

dan permukiman kumuh?

Menurut Andi Pahlevi kriteria itu memang ada agar menjadi bahan

pertimbangan untuk dijadikan kawasan kumuh perkotaan.

h) Bagaiamana kondisi bangunan gedung, jalan lingkungan, penyediaan air

minum, drainase lingkungan, pengelolaan air limbah, pengelolaan

persampahan dan proteksi kebakaran pada lingkungan jaya kelurahan jaya

sehingga ditetapkan sebagai pemukiman kumuh?

Kondisi ini diperparah dengan berkurangnya kapasitas dan daya tampung

sungai dan saluran drainase akibat berbagai hal seperti

penutupan/penyempitan parit, pembangunan di bantaran sungai/saluran,

pendangkalan akibat sedimentasi yang tinggi serta perilaku masyarakat yang

tidak memperhatikan lingkungan seperti membuang sampah di saluran dan

sungai dapat menghambat aliran air.

16. Tipologi Perumahan Kumuh dan Permukiman Kumuh

b) Bagaimana Tipologi perumahan kumuh apakah berada di atas air, di tepi air,

di dataran rendah atau di daerah rawan bencana?

Titik pelaksanaan program perumahan kumuh dan permukiman kumuh di

Kelurahaan Jaya tersebut berada ditepi air dan dataran rendah (dibawah

permukaan laut).

17. Penetapan lokasi dan perencanaan penanganan;

f) Apakah sudah ada Penetapan lokasi perumahan kumuh dan permukiman

kumuh?

Sudah ada, setelah tim dari memantau langsung kondisi pemukiman di

Kelurahan Jaya

g) Apakah Keluarahan jaya masuk sebagai salah satu yang ditetapkan sebagai

lokasi perumahan kumuh dan permukiman kumuh?

Iya, dari awalnya di nilai ada lima (5) Kelurahan yang termasuk kawasan

kumuh, tetapi Kelurahan Jaya yang hampir secara keselurahan menjadi

pemukiman kumuh khususnya di lingkungan jaya.

h) Apakah dalam penetapan lokasi perumahan kumuh dan permukiman kumuh

didahului proses pendataan yang dilakukan oleh pemerintah daerah dengan

melibatkan peran masyarakat?

Iya, kami melakukan pendataan secara langsung dengan mengukur

kawasan yang termasuk pemukiman kumuh, baik secara Satelit maupun

langsung di lapangan.

i) Apakah dalam penetapan lokasi perumahan kumuh dan permukiman kumuh

dimulai dari identifikasi lokasi dan penilaian lokasi sesuai kriteria yang telah

ditetapkan?

Iya, semua penilaian sesuai kriteria yang telah ditetapkan untuk menunjuk

Kelurahan Jaya di lingkungan jaya.

j) Apakah Penetapan lokasi ditindaklanjuti dengan perencanaan penanganan

perumahan kumuh dan permukiman kumuh?

Iya, semua harus ada perencanaan dari Bappeda dan Kami di PUPR yang

menindaklanjuti serta penanganannya langsung.

18. Perencanaan Penanganan

c) Bagaimana tahap-tahap perencanaan penanganan perumahan kumuh dan

permukiman kumuh yang telah dilakukan pada Kelurahan Jaya?

Tahapan identifikasi awal kawasan permukiman kumuh secara fisik

d) Bagaimana pola-pola penanganan sebagai upaya peningkatan kualitas

terhadap perumahan kumuh dan permukiman kumuh di Keluarahan Jaya?

Pola pendampingan, dan pendekatan ini dianggap efektif karena selain

mengarahkan program penanganan sekaligus menumbuhkan kesadaran

dan kepedulian masyarakat terhadap lingkungan.

19. Pengelolaan secara berkelanjutan

d) Apakah telah dilakukan atau ada wacana untuk melakukan pengelolaan

untuk mempertahankan dan menjaga kualitas perumahan dan permukiman

secara berkelanjutan di Kelurahan Jaya?

Ada wacananya untuk peningkatan kualitas

e) Bagaimana peran pemerintah dalam pengelolaan untuk mempertahankan

dan menjaga kualitas permukiman secara berkelanjutan di Kelurahan Jaya?

Memberikan pemahaman kepada masyarakat pentingnya menjaga wilayah

tersebut dan membantu menumbuhkan kesadaran masyarakat.

f) Bagaiaman Peran Masyarakat dalam pengelolaan untuk mempertahankan

dan menjaga kualitas perumahan dan permukiman secara berkelanjutan di

Kelurahan Jaya?

20. Pola kemitraan

b) Apakah ada Pola kemitraan antar pemangku kepentingan yang dapat

dikembangkan dalam upaya peningkatan kualitas terhadap perumahan

kumuh dan permukiman kumuh di Kelurahan Jaya, Bagaimana Modelnya?

Belum ada pola kemitraan antar pemangku kepentingan.

21. Peran masyarakat

d) Bagaimana peran masyarakat dalam peningkatan kualitas terhadap

perumahan kumuh dan permukiman kumuh dilakukan pada penetapan,

peningkatan, pengelolaan lokasi dan perencanaan penanganan perumahan

kumuh dan permukiman kumuh di Keluarahan Jaya?

Belum ada pelibatan kelompok swadaya masyarakat sebagai upaya untuk

mengoptimalkan peran Masyarakat dan belum ada pembentukan kelompok

swadaya Masyarakat dalam peningkatan kualitas terhadap perumahan

kumuh dan permukiman kumuh di Kelurahan Jaya,

e) Apakah ada Pelibatan kelompok swadaya masyarakat sebagai upaya untuk

mengoptimalkan peran masyarakat dalam peningkatan kualitas terhadap

perumahan kumuh dan permukiman kumuh di Keluarahan Jaya?

Belum ada.

f) Bagaimana Proses Pembentukan kelompok swadaya masyarakat untuk

peningkatan kualitas terhadap perumahan kumuh dan permukiman kumuh di

Keluarahan Jaya?

Prosesnya pembentukan kelompok swadaya masyarakat melaui masyarakat

di kawasan itu sendiri, dan belum ada kerja kelompok swadaya masyarakat

untuk peningkatan kualitas.

KUESIONER WAWANCARA

Untuk Kepala Camat watang sawitto Kabupaten Pinrang

A. Identitas informan

9. NAMA : H. A. Machmud Bancing, AP, MH

10. Jabatan : Camat Watang Sawitto Kabupaten Pinrang

11. Waktu Wawancara : November 2019

12. Lama wawancara : 30 Menit

B. Tangapan INFORMAN

22. Kriteria Perumahan Kumuh dan Permukiman Kumuh

i) Apakah Kabupaten Pinrang telah memiliki Rencana Kawasan Permukiman

Kumuh Perkotaan (RKP-KP)?

Iya ada dari tahun 2106. j) Apakah Kabupaten Pinrang telah memiliki Rencana Detil Tata Ruang (RDTR)

dan Rencana Tata Bangunan dan Lingkungan (RTBL)?

Iya ada, Peraturan Daerah Kabupaten Pinrang Nomor 14 Tahun 2012 Tentang

Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten Pinrang dan baru sebatas Draft

Peraturan Bupati Tahun 2016 tentang Rencana Tata Bangunan dan

Lingkungan (RTBL)

k) Apakah ada Kriteria perumahan kumuh dan permukiman kumuh yang

digunakan untuk menentukan kondisi kekumuhan pada perumahan kumuh

dan permukiman kumuh?

Iya ada, tentang kondisi sosial dan kesehatan yang belum memenuhi syarat

bersih serta perekonomian warganya yang berpenghasilan menengah ke

bawah.

l) Bagaiamana kondisi bangunan gedung, jalan lingkungan, penyediaan air

minum, drainase lingkungan, pengelolaan air limbah, pengelolaan

persampahan dan proteksi kebakaran pada lingkungan jaya kelurahan jaya

sehingga ditetapkan sebagai pemukiman kumuh?

Dengan kondisi tersebut dari segi lingkungan terlihat kotor selokan yang

tersumbat, berbau, sampah berserakan karena tidak ada akses kendaraan

pengangkut sampah yang mengambil sampah rumah tangga, berawa-rawa.

23. Tipologi Perumahan Kumuh dan Permukiman Kumuh

c) Bagaimana Tipologi perumahan kumuh apakah berada di atas air, di tepi air,

di dataran rendah atau di daerah rawan bencana?

Terletak di dataran rendah ditepian saluran aliran irigasi

24. Penetapan lokasi dan perencanaan penanganan;

k) Apakah sudah ada Penetapan lokasi perumahan kumuh dan permukiman

kumuh?

Iya ada. l) Apakah Kelurahan jaya masuk sebagai salah satu yang ditetapkan sebagai

lokasi perumahan kumuh dan permukiman kumuh?

Tentang penetapan lokasi di RW 3 Lingkungan Jaya telah sesuai prosedur

dan acuan dari Peraturan Menteri Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat

Republik Indonesia nomor 02/PRT/M/2016 tentang Peningkatan Kualitas

Terhadap Perumahan Kumuh dan Permukiman Kumuh

m) Apakah dalam penetapan lokasi perumahan kumuh dan permukiman kumuh

didahului proses pendataan yang dilakukan oleh pemerintah daerah dengan

melibatkan peran masyarakat?

Pemerintah Kabupaten yang melaksanakan program perumahan kumuh dan

permukiman kumuh melibatkan beberapa stakeholder mulai dari Bappeda,

Dinas PUPR, Kecamatan Watang Sawitto, Pemerintah Kelurahan Jaya,

tokoh masyarakat dan warga sekitar Kelurahan Jaya.

n) Apakah dalam penetapan lokasi perumahan kumuh dan permukiman kumuh

dimulai dari identifikasi lokasi dan penilaian lokasi sesuai kriteria yang telah

ditetapkan?

Iya, dimulai dari identifikasi sampai tehnis kegiatan yang tetap dilaporkan ke

kecamatan.

o) Apakah Penetapan lokasi ditindaklanjuti dengan perencanaan penanganan

perumahan kumuh dan permukiman kumuh?

Iya menurut tim tehnis kegiatan.

25. Perencanaan Penanganan

e) Bagaimana tahap-tahap perencanaan penanganan perumahan kumuh dan

permukiman kumuh yang telah dilakukan pada kelurahan Jaya?

Persiapan lokasi, Survey, penyusunan data, analisis konsep penaganan dan

rencana penanganan.

f) Bagaimana pola-pola penanganan sebagai upaya peningkatan kualitas

terhadap perumahan kumuh dan permukiman kumuh di Keluarahan Jaya?

Sesuai konsep penanganan awal dalam hal penentuan lokasi yang memiliki

klasifikasi kekumuhan sedang dengan status tanah legal, maka pola

penanganan yang dilakukan adalah peremajaan.

26. Pengelolaan secara berkelanjutan

g) Apakah telah dilakukan atau ada wancana untuk melakukan pengelolaan

untuk mempertahankan dan menjaga kualitas perumahan dan permukiman

secara berkelanjutan di Kelurahan Jaya?

belum ada tindak lanjut atau wacana melakukan pengelolaan untuk

mempertahankan dan menjaga kualitas perumahan dan permukiman secara

berkelanjutan di Kelurahan Jaya.

h) Bagaiamana Peran Pemerintah dalam pengelolaan untuk mempertahankan

dan menjaga kualitas permukiman secara berkelanjutan di Kelurahan Jaya?

Berkordinasi dengan beberapa instansi terkait dengan lingkungan,

kesehatan sampai keagaamaan.

i) Bagaiamana Peran Masyarakat dalam pengelolaan untuk mempertahankan

dan menjaga kualitas perumahan dan permukiman secara berkelanjutan di

Kelurahan Jaya?

Kami dari kecamatan hanya menghimbau setiap minggunya kepada seluruh

masyarakat yang termasuk di wilayah kekumuhan.

27. Pola kemitraan

c) Apakah ada Pola kemitraan antar pemangku kepentingan yang dapat

dikembangkan dalam upaya peningkatan kualitas terhadap perumahan

kumuh dan permukiman kumuh di Kelurahan Jaya, Bagaimana Modelnya?

Belum ada modelnya di Kelurahan Jaya.

28. Peran masyarakat

g) Bagaimana peran masyarakat dalam peningkatan kualitas terhadap

perumahan kumuh dan permukiman kumuh dilakukan pada penetapan lokasi

dan perencanaan penanganan perumahan kumuh dan permukiman kumuh

di Keluarahan Jaya ?

Sangat aktif dan ingin selalu terlibat langsung untuk mengetahui

perkembangan wilayahnya.

h) Apakah ada Pelibatan kelompok swadaya masyarakat sebagai upaya untuk

mengoptimalkan peran masyarakat dalam peningkatan kualitas terhadap

perumahan kumuh dan permukiman kumuh di Kelurahan Jaya?

Iya ada pelibatan kelompok swadaya masyarakat yang telah terbentuk.

i) Bagaiamana Proses Pembentukan kelompok swadaya masyarakat untuk

peningkatan kualitas terhadap perumahan kumuh dan permukiman kumuh di

Keluarahan Jaya?

Dibentuk melalui masyarakat di kawasan tersebut itu sendiri.

KUESIONER WAWANCARA

Untuk Lurah Jaya Kecamatan Watang Sawitto Kabupaten Pinrang

A. Identitas informan

13. NAMA : Andi Asriyadi Iskandar, SE

14. Jabatan : Lurah Jaya

15. Waktu Wawancara : November 2019

16. Lama wawancara : 30 menit

B. Tangapan INFORMAN

29. Kriteria Perumahan Kumuh dan Permukiman Kumuh

m) Apakah warga di kelurahan Jaya khususnya di lingkungan Jaya penghasilan

penghuninya rendah?

Perekonomian warga yang berpenghasilan menengah ke bawah karena

sebagian besar warga memiliki pekerjaan dari industri rumah tangga dan jasa

yang memanfaatkan kondisi.

n) Apakah rumah-rumah yang berada di Kelurahan Jaya berada di lokasi tidak

legal?

Rumah di lokasi kawasan permukiman kumuh perkotaan ini berada di lokasi

yang legal.

o) Bagaimana kondisi kesehatan para warga di Kelurahan Jaya khususnya di

Lingkungan Jaya?

Kondisi yang kumuh di wilayah permukiman tersebut.

30. Tipologi Perumahan Kumuh dan Permukiman Kumuh

d) Bagaimana Tipologi perumahan kumuh di kelurahan Jaya, apakah

pemukiman berada dekat dengan pusat kegiatan sosial ekonomi?

Iya dekat dari pusat kegiatan social ekonomi, contohnya pasar.

31. Penetapan lokasi dan perencanaan penanganan;

p) Apakah sudah tepat sasaran Penetapan lokasi perumahan kumuh dan

permukiman kumuh?

Telah tepat sasaran sesuai kriteria perumahan kumuh dan permukiman

kumuh.

q) Apakah Kelurahan jaya masuk sebagai salah satu yang ditetapkan sebagai

lokasi perumahan kumuh dan permukiman kumuh?

Iya dari lima (5) Kelurahan di Kabupaten Pinrang terpilih Kelurahan Jaya.

r) Apakah didalam penetapan lokasi kawasan pemukiman kumuh sudah

dilakukan Musyawarah antar warga?

Iya sudah dilakukan musyawarah sesuai dengan penilaian tim tehnis dari

PUPR.

32. Perencanaan Penanganan

g) Apa sajakah yang masuk kategori perencanaan penanganan Kawasan

pemukiman kumuh di Kelurahan Jaya?

Letak bangunan yang kurang teratur dan yang paling utama adalah jalan dan

saluran yang tidak memadai.

h) Siapa sajakah yang terlibat dalam perencanaan penanganan Kawasan

kumuh di kelurahan Jaya?

Dari masyarakat, kelurahan, kecamatan sampai instansi tehnis dan

perencanaan yaitu Bappeda Kabupaten Pinrang.

33. Pengelolaan secara berkelanjutan

j) Apakah telah dilakukan atau ada wacana untuk melakukan pengelolaan

untuk mempertahankan dan menjaga kualitas perumahan dan permukiman

secara berkelanjutan di Kelurahan Jaya?

Iya telah dilakukan. peran masyarakat sebagai warga terdampak yang

berada di RW 3 Lingkungan Jaya aktif pada berbagai program pemerintah

daerah dalam pemeliharaan dan perbaikan di lokasi perumahan kumuh dan

permukiman kumuh yang telah tertangani di RW 3 Lingkungan Jaya.

k) Bagaimana Peran Pemerintah dalam pengelolaan untuk mempertahankan

dan menjaga kualitas perumahan dan permukiman secara berkelanjutan di

Kelurahan Jaya?

Selalu memberikan sosialisasi terhadap lingkungan dan memberikan

pelayanan kesehatan di setiap wilayah Kelurahan Jaya.

l) Bagaimana Peran Masyarakat dalam pengelolaan untuk mempertahankan

dan menjaga kualitas permukiman secara berkelanjutan di Kelurahan Jaya?

Ikut berpartisipasi secara aktif swadaya dan/atau dalam kelompok swadaya

masyarakat pada upaya pemeliharaan dan perbaikan baik berupa dana,

tenaga maupun material.

34. Pola kemitraan

d) Apakah ada Pola kemitraan antar pemangku kepentingan yang dapat

dikembangkan dalam upaya peningkatan kualitas terhadap perumahan

kumuh dan permukiman kumuh di Kelurahan Jaya, Bagaimana Modelnya?

Belum ada.

35. Peran masyarakat

j) Bagaimana peran masyarakat dalam peningkatan kualitas terhadap

perumahan kumuh dan permukiman kumuh dilakukan pada penetapan,

peningkatan, pengelolaan, lokasi dan perencanaan penanganan perumahan

kumuh dan permukiman kumuh di Keluarahan Jaya?

Masyarakat telah sadar betapa pentingnya kebersihan dan kesehatan

lingkungan serta ikut menjaga lingkungannya tetap bersih. Peran masyarakat

dalam menjaga peningkatan kualitas perumahan kumuh dan permukiman

kumuh dengan ikut bergotong royong membersihkan lingkungannya dan

pekarangannya masing-masing.

k) Apakah ada Pelibatan kelompok swadaya masyarakat sebagai upaya untuk

mengoptimalkan peran masyarakat dalam peningkatan kualitas terhadap

perumahan kumuh dan permukiman kumuh di Keluarahan Jaya?

Belum ada upaya untuk mengoptimalkan peningkatan kualitas wilayah

kekumuhan tersebut.

l) Bagaimana Proses Pembentukan kelompok swadaya masyarakat untuk

peningkatan kualitas terhadap perumahan kumuh dan permukiman kumuh di

Keluarahan Jaya?

Sesuai dengan hasil musyawarah masyarakat yang telah dilakukan sebelum

kegiatan perbaikan wilayah kekumuhan di Lngkungan Jaya.

KUESIONER WAWANCARA

Untuk Masyarakat Kelurahan Jaya Kecamatan WAtang Sawitto

Kabupaten Pinrang

A. Identitas informan

17. NAMA : Chaerul MC

18. Jabatan : Tokoh Masyarakat Kelurahan Jaya

19. Waktu Wawancara : November 2019

20. Lama wawancara : 35 menit

B. Tangapan INFORMAN

36. Kriteria Perumahan Kumuh dan Permukiman Kumuh

p) Apakah warga di kelurahan Jaya khususnya di lingkungan Jaya penghasilan

penghuninya rendah?

Iya hampir setengah dari warga yang di lingkungan jaya ini.

q) Apakah rumah-rumah yang berada di Kelurahan Jaya berada di lokasi tidak

legal?

Semua rumah-rumah di wilayah kekumuhan termasuk lokasi Legal

r) Bagaimana kondisi kesehatan para warga di Kelurahan Jaya khususnya di

Lingkungan Jaya?

Kondisi kesehatan sampai saat ini Alhamdulillah masih baik2, tetapi bila

datangnya musim hujan akan banyak sumber-sumber penyakit.

37. Tipologi Perumahan Kumuh dan Permukiman Kumuh

e) Bagaimana Tipologi perumahan kumuh di kelurahan Jaya, apakah

pemukiman berada dekat dengan pusat kegiatan sosial ekonomi?

Iya sangat dekat dari area pusat kegiatan social ekonomi.

38. Penetapan lokasi dan perencanaan penanganan;

s) Apakah sudah tepat sasaran Penetapan lokasi perumahan kumuh dan

permukiman kumuh?

Sangat tepat sasaran untuk permukiman kumuh perkotaan.

t) Apakah Kelurahan jaya masuk sebagai salah satu yang ditetapkan sebagai

lokasi perumahan kumuh dan permukiman kumuh?

Iya betul.

u) Apakah didalam penetapan lokasi kawasan pemukiman kumuh sudah

dilakukan Musyawarah antar warga?

Sudah dilakukan secara terbuka dan transparan antar warga yang masuk di

permukiman kumuh perkotaan.

39. Perencanaan Penanganan

i) Apa sajakah yang masuk kategori perencanaan penanganan Kawasan

pemukiman kumuh di kelurahan Jaya?

Memulai dari tahap penilaian lokasi sampat penetapannya.

j) Siapa sajakah yang terlibat dalam perencanaan penanganan Kawasan

kumuh di kelurahan Jaya?

Bapak Lurah, Kecamatan, PUPR, Bappeda dan tim tehnis dari Cipta Karya

Provinsi.

40. Pengelolaan secara berkelanjutan

m) Apakah telah dilakukan atau ada wacana untuk melakukan pengelolaan

untuk mempertahankan dan menjaga kualitas perumahan dan permukiman

secara berkelanjutan di Kelurahan Jaya?

Ada wacana untuk pengelolaannya

n) Bagaimana Peran Pemerintah dalam pengelolaan untuk mempertahankan

dan menjaga kualitas perumahan dan permukiman secara berkelanjutan di

Kelurahan Jaya?

Selaukan memberikan pelajaran tentang kesehatan dan sosialisasi

lingkungan yang baik.

o) Bagaimana Peran Masyarakat dalam pengelolaan untuk mempertahankan

dan menjaga kualitas permukiman secara berkelanjutan di Kelurahan Jaya?

Bersama-sama menjaga kualitas dan permukiman yang telah dikerjakan oleh

Pemerintah.

41. Pola kemitraan

e) Apakah ada Pola kemitraan antar pemangku kepentingan yang dapat

dikembangkan dalam upaya peningkatan kualitas terhadap perumahan

kumuh dan permukiman kumuh di Kelurahan Jaya, Bagaimana Modelnya?

Belum ada.

42. Peran masyarakat

m) Bagaimana peran masyarakat dalam peningkatan kualitas terhadap

perumahan kumuh dan permukiman kumuh dilakukan pada penetapan,

peningkatan,pengelolaan lokasi dan perencanaan penanganan perumahan

kumuh dan permukiman kumuh di Keluarahan Jaya?

Tetap selalu membantu apa saja program-program pemerintah yang

memberikan kebaikan untuk kawasan ini.

n) Apakah ada Pelibatan kelompok swadaya masyarakat sebagai upaya untuk

mengoptimalkan peran masyarakat dalam peningkatan kualitas terhadap

perumahan kumuh dan permukiman kumuh di Keluarahan Jaya?

Belum ada perannya masyarakat

o) Bagaimana Proses Pembentukan kelompok swadaya masyarakat untuk

peningkatan kualitas terhadap perumahan kumuh dan permukiman kumuh di

Keluarahan Jaya?

Membentuk secara musyawarah untuk kelompok swadaya masyarakat dan

untuk menjaga kualitas permukiman secara bersama-sama.

PEDOMAN TELAAH DOKUMEN

Dalam telaah dokumen yang dilakukan adalah dokumen yang

berhubungan dengan Implementasi kebijakan peningkatan kualitas pada

pemukiman kumuh di Kelurahan Jaya Kecamatan Watang Sawitto Kabupaten

Pinrang.

meliputi:

a. Tujuan :

Untuk memperoleh informasi dan data terkait Implementasi kebijakan

peningkatan kualitas terhadap pemukiman kumuh di Kelurahan Jaya

Kecamatan Watang Sawitto Kabupaten Pinrang.

b. Dokumen yang di telaah terkait aspek :

1) Kriteria Perumahan Kumuh dan Permukiman Kumuh

2) Tipologi Perumahan Kumuh dan Permukiman Kumuh

3) Penetapan lokasi dan perencanaan penanganan;

4) Perencanaan Penanganan

5) Pengelolaan secara berkelanjutan

6) Pola kemitraan,

7) Peran masyarakat

Lampiran Dokumen :

1. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 1 Tahun 2011

2. Peraturan Menteri Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat

Republik Indonesia Nomor 02/PRT/M/2016

3. Surat Keputusan Bupati Pinrang Nomor 600/211/2014

PEDOMAN OBSERVASI

Dalam pengamatan (observasi) yang dilakukan adalah mengamati

Implementasi kebijakan peningkatan kualitas terhadap pemukiman kumuh di

Kelurahan Jaya Kecamatan Watang Sawitto Kabupaten Pinrang

meliputi:

a. Tujuan :

Untuk memperoleh informasi dan data baik mengenai kondisi fisik maupun

non fisik terkait pelaksanaan Implementasi kebijakan peningkatan kualitas

terhadap pemukiman kumuh di Kelurahan Jaya Kecamatan Watang

Sawitto Kabupaten Pinrang.

b. Aspek yang diamati :

2) Kriteria Perumahan Kumuh dan Permukiman Kumuh

3) Tipologi Perumahan Kumuh dan Permukiman Kumuh

4) Penetapan lokasi dan perencanaan penanganan;

5) Perencanaan Penanganan

6) Pengelolaan secara berkelanjutan

7) Pola kemitraan,

8) Peran masyarakat

Lampiran Observasi :

Peninjauan Kawasan Permukiman Bersama Bapak Lurah Jaya, Masyarakat,

dan Tim Teknis dari Cipta Karya PUPR Kabupaten Pinrang

Peninjauan Permukiman Kumuh di Kelurahan Jaya Bersama Bapak Lurah

Jaya, Masyarakat, dan Tim Teknis dari Cipta Karya PUPR Kabupaten

Pinrang

Kondisi Jalan permukiman di lingkungan sebelum pekerjaan Permukiman

Kumuh Perkotaan di Kelurahan Jaya Kecamatan Watang Sawitto Kabupaten

Pinrang

Kondisi drainase saluran Permukiman Kumuh Perkotaan di Kelurahan Jaya

Kecamatan Watang Sawitto Kabupaten Pinrang.

Kondisi permukiman di lingkungan akibat drainase saluran permukiman

tersumbat, sebelum pekerjaan Permukiman Kumuh Perkotaan di Kelurahan

Jaya Kecamatan Watang Sawitto Kabupaten Pinrang.

Drainase yang telah tersentuh oleh kegiatan Permukiman Kumuh Perkotaan

di Kelurahan Jaya Kecamatan Watang Sawitto Kabupaten Pinrang.

K

Kondisi Jalan permukiman di lingkungan sebelum pekerjaan Permukiman

Kumuh Perkotaan di Kelurahan Jaya Kecamatan Watang Sawitto Kabupaten

Pinrang.

Jalanan umum masyarakat dan anak sekolah setelah pekerjaan kegiatan

Permukiman Kumuh Perkotaan di Kelurahan Jaya Kecamatan Watang

Sawitto Kabupaten Pinrang.

BIODATA PENULIS

Andi Asriyadi Iskandar adalah nama penulis Tesis ini. Penulis

lahir dari Orang Tua Ir. H. Iskandar dan Dra. Hj. Andi Sisu

sebagai anak Pertama dari Tiga bersaudara Laki-laki. Penulis

dilahirkan di Makassar, Sulawesi Selatan pada tanggal 25 Juni

1983. Penulis menempuh pendidikan dimulai dari SDN Inpres

Katangka Kabupaten Gowa (lulus tahun 1995), melanjutkan ke

SMP Negeri 3 Makasaar (lulus tahun 1998), melanjutkan ke

SMA Negeri 2 Makassar (lulus tahun 2001), dan STIE Indonesia Makassar untuk jenjang

Strata 1 (satu) (lulus tahun 2008).

Hingga kini penulis aktif sebagai Aparatur Sipil Negara di Kabupaten Pinrang, Sulawesi

Selatan, di Instansi Kecamatan Watang Sawitto sebagai Sekertaris Camat Watang

Sawitto Kabupaten Pinrang.

Dengan ketekunan, motivasi tinggi untuk terus belajar dan berusaha walaupun penulis

adalah mahasiswa pascasarjana yang terlama diantara angkatan Administrasi Kebijakan

Publik 2015.04, tetapi penulis telah berhasil menyelesaikan pengerjaan tugas akhir Tesis

ini. Semoga dengan penulisan tugas akhir Tesis ini mampu memberikan kontribusi positif

untuk Kabupaten Pinrang dan khususnya bagi dunia pendidikan.

Akhir kata penulis mengucapkan rasa syukur yang sebesar-besarnya atas

terselesaikannya Tesis yang berjudul “Implementasi Kebijakan Peningkatan Kualitas

Permukiman Kumuh di Kelurahan Jaya Kecamatan Watang Sawitto Kabupaten

Pinrang”.