PENINGKATAN KETERAMPILAN MENGEKSPRESIKAN ...
-
Upload
khangminh22 -
Category
Documents
-
view
0 -
download
0
Transcript of PENINGKATAN KETERAMPILAN MENGEKSPRESIKAN ...
i
PENINGKATAN KETERAMPILAN MENGEKSPRESIKAN PIKIRAN DAN
PERASAAN MELALUI KEGIATAN BERCERITA DENGAN
MENGGUNAKAN METODE PROBLEM SOLVING INSTRUCTION PADA
KELAS VII.D SMP NEGERI 3 BUNGORO
SKRIPSI
Diajukan Untuk Memenuhi Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana
Jurusan Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia
Universitas Muhammadiyah Makassar
Makassar
Oleh:
RISWAN SALLE
10533766814
JURUSAN PENDIDIKAN BAHASA DAN SASTRA INDONESIA
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MAKASSAR
2019
ii
Motto
Orang terkuat bukan mereka yang selalu menang, tetapi mereka yang tetap
tegar ketika mereka terjatuh (Khalil Gibran).
Kupersembahkan Karya Ini:
Kepada Kedua Orang Tuaku Tercinta,
Saudaraku, Semua Keluargaku, sahabatku di Asrama Tabaria, dan semua
teman-teman yang tidak sempat kusebutkan satu-persatu
Atas Keik hlasan dan Doanya dalam Mendukungku
Mewujudkan Segala Asa Menjadi Nyata…
vii
ABSTRAK
Riswan Salle. 2019. Peningkatan Keterampilan Mengekspresikan Pikiran dan
Perasaan Melalui Kegiatan Bercerita Dengan Menggunakan Metode Problem
Solving Instuction Pada Siswa Kelas VII.D SMP Negeri 3 Bungoro. Skripsi. Jurusan
Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan
Universitas Muhammadiyah Makassar. Pembimbing I Muhammad Akhir dan
Pembimbing II Indramini.
Penelitian ini bertujuan untuk meningkatkan keterampilan berbicara siswa
kelas VII.D SMP Negeri 3 Bungoro. Jenis penelitian ini adalah penelitian tindakan
kelas (Class Action Reaserch) yang terdiri dari dua siklus dimana setiap siklus
dilaksanakan sebanyak dua kali pertemuan. Prosedur penelitian meliputi perencanaan,
pelaksanaan tindakan, observasi dan refleksi. Subjek dalam penelitian ini adalah
murid kelas VII.D SMP Negeri 3 Bungoro sebanyak 26 orang.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa peningkatan keterampilan berbicara dari
siklus 1 dan siklus 2 dapat dijelaskan bahwa kemampuan siswa pada setiap aspek
penilaian berbicara meningkat. Nilai rata-rata yang dicapai pada siklus 1 sebesar
63,65 sedangkan pada siklus 2 nilai rata-rata yang dicapai sebesar 82,69. Hal ini
menunjukkan bahwa siswa mengalami peningkatan dari siklus 1 ke siklus 2 sebanyak
19,04 %.
Berdasarkan hasil penelitian di atas, dapat disimpulkan bahwa keterampilan
berbicara siswa kelas VII.D SMP Negeri 3 Bungoro melalui kegiatan bercerita
dengan metode problem solving instruction mengalami peningkatan.
Kata kunci : Keterampilan Berbicara, Metode Problem Solving Instruction.
viii
KATA PENGANTAR
Bismillahirrahmanirrahim
Puja dan puji syukur Alhamdulillah kehadirat Allah SWT, atas rahmat serta
kekuatan yang diberikan kepada penulis sehingga penulis dapat menyelesaikan
penulisan skripsi dengan judul ”Peningkatan keterampilan mengekspresikan pikiran
dan perasaan melalui kegiatan bercerita dengan menggunakan metode problem
solving instruction pada kelas VII.D SMP Negeri 3 Bungoro”. Sebagai salah satu
syarat guna Meraih Gelar Sarjana Jurusan Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia
FKIP Universitas Muhammadiyah Makassar.
Penulis menyadari bahwa dalam penulisan skripsi penelitian ini tidak lepas
dari bantuan serta dukungan dari berbagai pihak. Untuk itu penulis mohon untuk
mengucapkan terima kasih kepada :
1. Ayahanda Yemba Dg. Masalle dan Ibunda A. Nurwana atas cinta dan kasih
sayang yang dicurahkan serta segala pengorbanannya dan iringan doa yang
tak henti diberikan kepada penulis selama mengikuti pendidikan.
2. Dr. Munirah, M.Pd. Ketua Jurusan Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia
FKIP Universitas Unismuh Makassar.
3. Dr. Muh. Akhir, M.Pd. selaku pembimbing I yang telah banyak memberikan
dukungan dan sumbangan pikiran yang sangat berharga bagi penulis.
4. Indramini, S.Pd., M.Pd. selaku Pembimbing II yang telah banyak memberikan
dukungan dan sumbangan pikiran yang sangat berharga bagi penulis.
ix
5. Seluruh sahabat dan teman seperjuangan khususnya kelas C Jurusan
Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia, terima kasih buat dukungan serta
doanya.
Penulis menyadari sepenuhnya bahwa skripsi ini tidak luput dari
kekurangan baik dari segi penulisan maupun pembahasannya. Untuk itu, penulis
sangat mengharapkan saran dan kritik yang sifat konstruktif demi penyempurnaan
skripsi ini.
Semoga Allah SWT berkenaan membalas semua kebaikan yang telah
diberikan dengan harapan semoga skripsi ini bermanfaat bagi penulis maupun orang
lain.
Amin Ya Rabbil Alamin
Makassar, Juli 2019
Penulis
x
DAFTAR ISI
SAMPUL .................................................................................................................. i
MOTTO ................................................................................................................... ii
ABSTRAK ............................................................................................................... iii
KATA PENGANTAR ............................................................................................. iv
DAFTAR ISI ............................................................................................................ vi
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang .............................................................................................. 1
B. Rumusan Masalah ......................................................................................... 3
C. Tujuan Penelitian .......................................................................................... 3
D. Manfaat Penelitian ......................................................................................... 3
BAB II KAJIAN TEORI DAN KERANGKA PIKIR
A. Penelitian Relevan .......................................................................................... 5
B. Kajian Teori .................................................................................................. 7
1. Pembelajaran Bahasa Indonesia di SMP/MTs ........................................ 7
2. Aspek keterampilan berbahasa ................................................................ 8
a. Keterampilan Menyimak ..................................................................... 9
b. Keterampilan Berbicara ...................................................................... 11
c. Keterampilan Menulis ......................................................................... 23
d. Keterampilan Membaca ...................................................................... 24
3. Metode pembelajaran problem solving instruction .................................. 24
xi
C. Kerangka Pikir ............................................................................................... 26
BAB III METODE PENELITIAN
A. Jenis Penelitian .............................................................................................. 28
B. Lokasi dan Subjek Penelitian ........................................................................ 29
C. Faktor yang diselidiki ..................................................................................... 29
D. Prosedur Penelitian ........................................................................................ 29
E. Instrumen Penelitian ...................................................................................... 32
F. Teknik Pengumpulan Data ............................................................................ 33
G. Teknik Analisis Data ..................................................................................... 34
H. Indikator Keberhasilan .................................................................................. 36
BAB VI HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A. Hasil Penelitian ............................................................................................. 37
1. Hasil Pratindakan ...................................................................................... 37
2. Siklus I ...................................................................................................... 41
3. Siklus II ..................................................................................................... 46
B. Pembahasan ................................................................................................... 50
BAB V SIMPULAN DAN SARAN
A. Simpulan .......................................................................................................... 57
B. Saran ................................................................................................................ 58
DAFTAR PUSTAKA ............................................................................................... 59
xii
DAFTAR TABEL
Tabel Halaman
Tabel 1. Pedoman Penilaian Keterampilan Berbicara Siswa ............................ 35
Tabel 2. Perhitungan Untuk Mencari Mean (rata-rata) Nilai Pretest................ 39
Tabel 3. Perhitungan Untuk Mencari Mean (rata-rata) Nilai Siklus 1 ............. 44
Tabel 4. Perhitungan Untuk Mencari Mean (rata-rata) Nilai Siklus 2 ............. 48
xiii
DAFTAR GAMBAR
Gambar Halaman
Gambar 1. Gambar Bagan Kerangka Pikir ....................................................... 27
Gambar 2. Dokumentasi Suasana Pembelajaran ...............................................
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Pada era globalisasi dan modernisasi sekarang ini, upaya
meningkatkan kualitas sumber daya manusia menuntut sistem pembelajaran
dan pengajaran yang dapat mengarahkan peserta didik memperoleh
kemampuan untuk mengembangkan potensi-potensi yang terdapat dalam
dirinya secara optimal. Oleh karena itu, perlu adanya upaya maksimal dalam
membentuk peserta didik yang berkualitas.
Peserta didik membutuhkan pemikiran yang kritis, sistematis, logis
dan kreatif yang efektif untuk dapat memperoleh, memilih dan mengelola
informasi untuk bertahan pada keadaan yang selalu berubah dan kompetitif.
Dalam Mata pelajaran Bahasa Indonesia membutuhkan peserta didik yang
demikian, yang dimana sebagian peserta didik menganggap bahwa Bahasa
Indonesia itu hanya sekadar kumpulan kosakata yang dipelajari setiap hari.
Banyaknya konsep Bahasa Indonesia yang bersifat dinamis yang harus diserap
peserta didik dalam waktu yang relative terbatas menjadikan Bahasa Indonesia
merupakan salah satu mata pelajaran yang cukup banyak diminati bagi peserta
didik saat ini. Padahal Bahasa Indonesia jika dikaji lebih jauh, maka
didalamnya terkandung konsep dan teori yang berkaitan dengan kehidupan
sehari-hari.
Berdasarkan informasi yang penulis dapatkan dari sekolah pada saat
magang I dan II menyatakan bahwa hasil belajar yang dicapai oleh peserta
2
didik dipengaruhi oleh model pembelajaran yang digunakan selama proses
mengajar. Salah satu metode pembelajaran yang dapat diterapkan dalam proses
pembelajaran adalah metode pembelajaran problem solving instruction.
Metode pembelajaran problem solving instruction, yaitu petunjuk pemecahan
masalah dimana guru memberikan soal kepada peserta didik, kemudian peserta
didik menjawab soal dengan menggunakan metode pembelajaran problem
solving instruction.
Metode pembelajaran problem solving instruction ini digunakan bagi
peserta didik untuk memecahkan permasalahan dengan petunjuk yang
diberikan oleh guru. Dengan pendekatan ini peserta didik belajar lebih
berorientasi pada bimbingan dan petunjuk dari guru hingga peserta didik dapat
memahami konsep – konsep pembelajaran.
Dalam pengalaman magang 3 penulis mendapatkan banyak
permasalahan yang bisa di angkat ke judul yaitu mengenai rasa ingin tahu
siswa yang sangat kurang sehingga kurangnya motivasi untuk belajar.
Metode pengajaran yang dominan adalah metode ceramah dan diskusi
biasa dimana pembelajaran masih didominasi oleh guru serta siswa yang lebih
mampu di dalam masing-masing kelompok sehingga interaksi antar subyek
belajar kurang intensif. Guru lebih aktif dalam pembelajaran dan dianggap
sebagai satu-satunya sumber belajar bagi siswa serta kurangnya alam sekitar
yang di jadikan sumber belajar, walaupun sering berinteraksi dan ditemui
dalam kehidupan, akibatnya siswa cenderung pasif, bosan sehingga kurang
mengasah cara berpikir kritis dan kemampuan memecahkan masalah.
3
Berdasarkan hal tersebut, maka diangkat judul “Peningkatan keterampilan
berbicara dengan menggunakan metode problem soving instruction pada
siswa kelas VIII SMP Negeri 3 Bungoro”.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan uraian pada latar belakang, maka rumusan masalah
pada penelitian ini adalah bagaimanakah peningkatan keterampilan
Mengekspresikan pikiran dan perasaan melalui kegiatan bercerita dengan
menggunakan metode problem solving instruction pada siswa kelas VII SMP
Negeri 3 Bungoro?
C. Tujuan penelitian
Berdasarkan rumusan masalah, maka tujuan pada penelitian ini
adalah bagaimanakah peningkatan keterampilan Mengekspresikan pikiran
dan perasaan melalui kegiatan bercerita dengan menggunakan metode
problem solving instruction pada siswa kelas VII SMP Negeri 3 Bungoro?
D. Manfaat Penelitian
Manfaat yang di harapkan dari penelitian ini adalah :
1. Bagi peserta didik, dapat menumbuhkan sikap saling bekerja sama dan saling
menghargai peserta didik lain yang berkemampuan dan berlatar belakang
berbeda, dan memungkinkan peserta didik lebih bersemangat belajar Bahasa
Indonesia sehingga hasil belajar peserta didik akan meningkat.
2. Bagi guru, memberikan masukan kepada guru bahwa penggunaan model
pembelajaran sangat berpengaruh dalam meningkatkan hasil belajar peserta
didik.
4
3. Bagi peneliti, dapat menambah pengetahuan dan memberikan gambaran pada
peneliti sebagai calon guru tentang bagaimana sistem pembelajaran yang baik
di sekolah.
4. Bagi sekolah, hasil penelitian ini dapat dijadikan sebagai perbandingan dari
model pembelajaran yang sebelumnya digunakan untuk perbaikan
pembelajaran khususnya pada pelajaran Bahasa Indonesia.
5
BAB II
KAJIAN TEORI DAN KERANGKA PIKIR
A. Penelitian Relevan
Kajian hasil penelitian yang relevan adalah untuk mengkaji
beberapa penelitian yang relevan dengan penelitian ini.
1. Penelitian dari Fitri Cahyo Arini, Universitas Pendidikan Indonesia,
dengan judul penerapan metode bercerita untuk meningkatkan kemampuan
menyimak dan berbicara Siswa Kelas V Sekolah Dasar Negeri Bukanagara
pada Mata Pelajaran Bahasa Indonesia tahun 2010/2011. Pada
keterampilan menyimak dan berbicara siswa masih rendah. Hal ini karena
adanya hambatan yang cukup signifikan, yaitu permasalahan yang terpusat
pada ketidakmampuan siswa dalam menentukan unsur-unsur cerita dan
menjelaskan kembali isi cerita yang disimak. Hal ini dapat dilihat secara
umum nilai yang dapat dicapai oleh siswa belum memuaskan dimana
masih banyak siswa yang mendapatkan nilai di bawah rata-rata Kriteria
Ketuntasan Minimal (KKM). Nilai 70 sekitar 8%, nilai 60 sekitar 23%,
nilai 50 sekitar 19%, dan nilai 40 sekitar 50%. Untuk menangani masalah
tersebut, peneliti menggunakan metode bercerita. Melalui metode ini,
siswa dapat berbicara dengan memperhatikan aspek kebahasaan dan non
kebahasaan. Dengan menggunakan metode ini, nilai untuk keterampilan
berbicara siswa kelas V meningkat.
6
Dari kajian penelitian yang relevan tersebut, yang berbeda adalah
penelitian ini membahas tentang metode bercerita untuk meningkatkan
keterampilan menyimak dan berbicara.
2. Penelitian yang dilakukan oleh Citra Aulia Wulandari (2014) yang berjudul
“Peningkatan kemampuan berbicara melalui metode bermain peran pada
siswa.” Persamaan proposal ini dengan penelitian Citra Aulia Wulandari
yaitu sama-sama menilai kemampuan berbicara siswa. akan tetapi,
perbedaannya terletak pada treatment yang digunakan dalam
pembelajaran. Peneliti menggunakan metode pembelajaran problem
solving instruction, sedangkan Citra Aulia Wulandari menggunakan
musikalisasi metode bermain peran dalam pembelajaran.
3. penelitian yang dilakukan oleh Idah Saidah Fikriah (2014) yang berjudul
“Peningkatan kemampuan berbicara melalui teknik bermain peran di kelas
V MI Ath-Toiyybiyya, Kalideres, Jakarta Barat. Tahun pelajaran
2013/2014.” Persamaan proposal ini dengan penelitian Idah Saidah Fikriah
adalah sama-sama menggunakan keterampilan berbicara sebagai subjek
penelitian. Akan tetapi, perbedaannya terletak pada metode yang
digunakan. Peneliti menggunakan metode pembelajaran problem solving
instruction untuk meningkatkan keterampilan berbicara siswa, sedangkan
Idah Saidah Fikriah menggunakan metode bermain peran untuk
meningkatkan kemampuan berbicara siswa.
7
B. Kajian Teori
Untuk menghindari terjadinya salah satu penafsiran pada judul, maka
kajian pustaka digunakan sebagai pedoman dalam penulisan dan sangat
berperan dalam pengembangan dan acuan penulisan. Adapun kajian pustaka
yang digunakan adalah sebagai berikut:
1. Pembelajaran Bahasa Indonesia di SMP/MTs
Pembelajaran merupakan upaya membelajarkan siswa (Degeng,
1989). Kegiatan pengupayaan ini mengakibatkan siswa dapat mempelajari
sesuatu dengan cara yang efektif dan efisien. Upaya-upaya yang dilakukan
dapat berupa analisis tujuan dan karakteristik studi dan siswa, analisis sumber
belajar, menetapkan strategi pengorganisasian, isi pembelajaran, menetapkan
strategi penyampaian pembelajaran, menetapkan strategi pengelolaan
pembelajaran, dan menetapkan prosedur pengukuran hasil pembelajaran.
Oleh karena itu, setiap pengajar harus memiliki keterampilan dalam memilih
strategi pembelajaran untuk setiap jenis kegiatan pembelajaran. Dengan
demikian, dengan memilih strategi pembelajaran yang tepat dalam setiap
jenis kegiatan pembelajaran diharapkan pencapaian tujuan belajar dapat
terpenuhi. Gilstrap dan Martin (1975) juga menyatakan bahwa peran pengajar
lebih erat kaitannya dengan keberhasilan pembelajaran, terutama berkenaan
dengan kemampuan pengajar dalam menetapkan strategi pembelajaran.
Menurut Basiran (1999) tujuan pembelajaran bahasa adalah
keterampilan komunikasi dalam berbagai konteks komunikasi. Kemampuan
yang dikembangkan adalah daya tangkap makna, peran, daya tafsir, dan
8
mengekspresikan diri dengan berbahasa. Kesemuanya itu dikelompokkan
menjadi kebahasaan, pemahaman, dan penggunaan. Siswa menghargai dan
membanggakan bahasa Indonesia sebagai bahasa persatuan (nasional) dan
bahasa negara.
Untuk mencapai tujuan di atas, pembelajaran bahasa harus
mengetahui prinsip-prinsip belajar bahasa yang kemudian diwujudkan dalam
kegiatan pembelajarannya, serta menjadikan aspek-aspek tersebut sebagai
petunjuk dalam kegiatan pembelajarannya. Prinsip-prinsip belajar bahasa
tersebut yaitu pelajar akan belajar bahasa dengan baik bila:
a. Diperlakukan sebagai individu yang memiliki kebutuhan dan minat
b. Diberi kesempatan berpartisipasi dalam penggunaan bahasa secara
komunikatif dalam berbagai macam aktivitas.
c. Bila ia secara sengaja memfokuskan pembelajaran kepada bentuk,
keterampilan, dan strategi untuk mendukung proses pemerolehan bahasa.
d. Ia disebarkan dalam data sosiokultural dan pengalaman langsung dengan
budaya menjadi bagian dari bahasa sasaran.
e. Jika menyadari akan peran dan hakikat bahasa dan budaya.
f. Jika diberi umpan balik yang tepat menyangkut kemajuan mereka.
g. Jika diberi kesempatan untuk mengatur pembelajaran mereka sendiri
2. Aspek Keterampilan Berbahasa
Keterampilan berbahasa merupakan hal yang penting bagi seorang
pelajar karena dengan menguasai keterampilan berbahasa maka seseorang
akan lebih mudah dalam menangkap pelajaran dan memahami suatu maksud.
9
Keterampilan berbahasa merupakan sesuatu yang penting untuk dikuasai
oleh setiap orang. Dalam suatu masyarakat, setiap orang saling berhubungan
dengan orang lain dengan cara berkomunikasi. Tidak dapat dipungkiri bahwa
keterampilan berbahasa adalah salah satu unsur penting yang menentukan
kesuksesan mereka dalam berkomunikasi. Pengirim pesan aktif memilih
pesan yang akan disampaikan, memformulasikannya dalam wujud lambang-
lambang berupa bunyi atau tulisan. Proses itu disebut proses encoding.
Kemudian, lambang-lambang berupa bunyi atau tulisan tersebut disampaikan
kepada penerima. Selanjutnya, si penerima pesan aktif akan menerjemahkan
lambang-lambang berupa bunyi atau tulisan menjadi makna sehingga pesan
tersebut dapat diterima secara utuh. Proses tersebut disebut decoding. Jadi,
kedua belah pihak yang terlibat dalam komunikasi tersebut harus sama-sama
memiliki keterampilan, yaitu si penerima memiliki keterampilan memilih
lambang-lambang (bunyi atau tulisan) guna menyampaikan pesan dan si
penerima harus terampil memberi makna terhadap lambang-lambang (bunyi
atau tulisan) yang berisi pesan yang disampaikan. Ada empat aspek dalam
keterampilan berbahasa tersebut, yaitu:
a. Keterampilan menyimak
Menyimak adalah kegiatan mendengarkan lambang-lambang lisan
yang dilakukan dengan sengaja, penuh perhatian yang disertai dengan
pemahaman, apresiasi dan interpretasi untuk memeroleh pesan, informasi,
memahami makna komunikasi, dan merespon yang terkandung dalam
lambang lisan yang disimak (Ramadhani, 2016).
10
Tarigan (1994:28) menyatakan bahwa menyimak merupakan suatu
proses kegiatan mendengarkan lambang lisan dengan penuh perhatian,
pemahaman, apresiasi, serta interpretasi untuk memeroleh informasi,
menangkap isi atau pesan serta memahami makna komunikasi yang telah
disampaikan oleh pembicara melalui ujaran atau bahasa lisan.
Menurut Logan (dalam Tarigan 1994:56) tujuan menyimak beraneka
ragam, antara lain sebagai berikut:
1. Menyimak untuk belajar, yaitu menyimak dengan tujuan utama agar iadapat
memerolehpengetahuan dari bahan ujaran pembicara.
2. Menyimak untuk memeroleh keindahan audial, yaitu menyimak dengan
penekanan pada penikmatan terhadap sesuatu dari materi yang diujarkan atau
yang diperdengarkan (terutama dalam bidang seni).
3. Menyimak untuk mengevaluasi, yaitu menyimak dengan maksud agar si
penyimak dapat menilai apa-apa yang disimak itu.
4. Menyimak untuk mengapresiasi simakan, yaitu menyimak dengan maksud
agar si penyimak dapat menikmati serta menghargai apa-apa saja yang
disimaknya.
5. Menyimak untuk mengomunikasikan ide-idenya sendiri, yaitu menyimak
dengan maksud agar si penyimak dapat mengomunikasikan ide-ide, gagasan-
gagasan, maupun perasaan-perasaannya kepada orang lain dengan lancar dan
tepat.
6. Menyimak untuk membedakan bunyi-bunyi, yaitu menyimak dengan maksud
dan tujuan agar si penyimak dapat membedakan bunyi-bunyi dengan tepat.
11
Mana bunyi yang membedakan arti (distingtif) dan mana bunyi yang tidak
membedakan arti.
7. Menyimak untuk memecahkan masalah secara kreatif dan analisis, sebab dari
sang pembicara dia mungkin memperbolehkan banyak masukan berharga.
8. Menyimak untuk meyakinkan, yaitu menyimak untuk meyakinkan dirinya
terhadap suatu masalah atau pendapat yang selama ini diragukan oleh si
penyimak.
b. Keterampilan berbicara
Berbicara adalah aktivitas berbahasa kedua yang dilaksanakan
manusia dalam kegiatan berbahasa setelah aktivitas menyimak. Berdasarkan
bunyi-bunyi (bahasa) yang didengarkan itulah kemudian manusia belajar
mengucapkan dan akhirnya mampu untuk berbicara dalam suatu bahasa yang
baik. Selain itu, diperlukan juga penguasaan masalah atau gagasan yang akan
disampaikan, serta kemampuan memahami bahasa lawan bicara
(Nurgiyantoro, 1995: 276).
Berbicara adalah salah satu keterampilan berbahasa ragam lisan yang
bersifat produktif. Keterampilan berbicara mensyaratkan adanya pemahaman
minimal dari pembicara dalam membentuk sebuah kalimat. Keterampilan
berbicara pada hakikatnya merupakan keterampilan memproduksi arus sistem
bunyi artikulasi untuk menyampaikan kehendak, perasaan, dan keinginan
kepada orang lain.
Dengan demikian, berbicara itu lebih daripada hanya sekadar
pengucapan bunyi-bunyi atau kata-kata. Berbicara adalah suatu alat untuk
12
mengomunikasikan gagasan-gagasan yang disusun serta dikembangkan
sesuai dengan kebutuhan-kebutuhan sang pendengar atau penyimak. Jadi,
berbicara itu sebenarnya merupakan suatu proses bukan kemampuan, yaitu
proses penyampaian pikiran, ide, gagasan dengan bahasa lisan kepada
komunikan (orang lain ata diri sendiri). Dalam berbicara atau berkomunikasi
dengan pihalain diperlukan adanya beberapa unsur, diantaranya adalah
sebagai berikut:
1. Pembicara
2. Lawan bicara
3. Lambang (bahasa lisan)
4. Pesan, maksud, gagasan, tau ide.
Menurut Tarigan (1990), tujuan utama dari berbicara adalah untuk
berkomunikasi. Agar dapat menyampaikan pikiran secara kreatif, maka
seharusnya pembicara memahami makna segala hal yang ingin
dikomunikasikan. Pada dasarnya, berbicara itu memiliki tiga maskud utama,
yaitu:
1. Memberitahukan, melaporkan (to inform)
2. Menjamu, menghibur (to intertein)
3. Membujuk, mengajak, mendesak, meyakinkan (to persuade)
Menurut Ramadhani (2016), berbicara merupakan salah satu
kebutuhan mutlak manusia untuk dapat hidup bermasyarakat secara baik.
Sebagian besar kehidupan kita setiap harinya banyak didominasi oleh
kegiatan berbicara. Berbicara dalam kehidupan dapat berfungsi sebagai:
13
1. Alat komunikasi untuk berbagai urusan atau keperluan
2. Ekspresi sikap dan nilai demokrasi
3. Alat pengembangan dan penyebarluasan ide/pengetahuan
4. Peredam ketegangan, kecemasan dan kesedihan
a. Keterampilan berbicara
Keterampilan berbicara adalah tingkah laku manusia yang paling
distingtif dan berarti (Djago Tarigan, 1992: 146). Tingkah laku ini harus
dipelajari, baru dapat dikuasai. Anak – anak Sekolah harus belajar dari
manusia di sekitarnya, anggota keluarga, teman sepermainan, teman satu
sekolah, dan guru di sekolah. Semua pihak turut membantu anak belajar
keterampilan berbicara.
Sejalan dengan itu, St. Y. Slamet (2008: 35) menyatakan bahwa
keterampilan berbicara merupakan keterampilan yang mekanistis. Dari
pendapat ini dapat dijelaskan bahwa semakin banyak berlatih, semakin
dikuasai dan terampil seseorang dalam berbicara. Tidak ada orang yang
langsung terampil berbicara tanpa melalui proses berlatih. Di dalam berlatih
berbicara, seseorang perlu dilatih di antaranya dari segi pelafalan,
pengucapan, intonasi, pemilihan kata (diksi), dan penggunaan bahasa secara
baik dan benar.
Keterampilan berbicara merupakan keterampilan produktif yang
bersifat terpadu. Prodektif artinya pada waktu bicara orang menggunakan
Bahasa lisan untuk menghasilkan sesuatu (pembicaraan). Disebut terpadu
14
artinya pada pembicaraan itu terjadi karena penggabungan sejumlah
kemampuan yang menjadi komponen berbicara, penguasaan isi pembicaraan
dan penguasaan teknik, serta penampilan berbicara.
Dari uraian di atas dapat disimpulkan bahwa pengertian keterampilan
berbicara adalah kemampuan seseorang dalam mengungkapkan ide atau
gagasan secara lisan bersifat produktif dan mekanistis, yang hanya dapat
dikuasai dengan berlatih berbicara dan merupakan bagian tingkah laku hidup
manusia yang sangat penting sebagai alat komunikasi kepada orang lain.
keterampilan berbicara merupakan sebuah keterampilan menyampaikan
gagasan, informasi atau pesan kepada orang lain dengan menggunakan media
yang berupa simbol-simbol fonetis.
b. Tujuan Berbicara
Setiap kegiatan atau usaha tidak akan lepas dari tujuan, artinya setiap
kegiatan atau usaha tersebut pasti ingin mencapai suatu tujuan tertentu.
Dalam berbicara juga ditetapkan tujuan yang ingin dicapai setelah kegiatan
berbicara selesai. Menurut Faizah (2009), “tujuan utama berbicara adalah
untuk berkomuniasi secara langsung antara pembicara dan pendengar.”
Kemudian O’loghlin (dalam Faizah, 2011:8) menyatakan bahwa tujuan
berbicara adalah untuk mencari informasi agar pendengar bisa mengambil
dan mempergunakan informasi tersebut atau mereka menginginkannya
sebagai gambaran dari cerminan hidup mereka.”
Menurut Tarigan (2008: 16), “tujuan utama dari berbicara adalah
untuk berkomunikasi. Agar dapat menyampaikan pikiran secara efektif,
15
seyogyanyalah sang pembicara memahami makna segala sesuatu yang ingin
dikomunikasikan. Pembicara harus mampu mengevaluasi efek
komunikasinya terhadap (para) pendengarnya dan harus mengetahui prinsip-
prinsip yang mendasari segala situasi pembicaraan, baik secara umum
maupun perorangan.” Apakah sebagai alat sosial (social tool) ataupun sebagai
alat perusahaan maupun profesional (business or professional tool), maka
pada dasarnya berbicara mempunyai tiga maksud umum, yaitu:
a. Memberitahukan dan melaporkan (to inform).
b. Menjamu dan menghibur (to entertain).
c. Membujuk, mengajak, mendesak, dan meyakinkan (to persuade).
Menurut Iskandarwassid (dalam Sriwahyuni, 2013: 8), tujuan
keterampilan berbicara akan mencakup pencapaian hal-hal sebagai berikut:
1. Kemudahan Berbicara
Siswa harus mendapat kesempatan yang besar untuk melatih berbicara
sampai mereka mengembangkan keterampilan ini secara wajar, lancar,
tenang.
2. Kejelasan
Siswa berbicara dengan tepat dan jelas, baik artikulasi maupun
diksi kalimat-kalimatnya.
16
3. Bertanggung Jawab
Latihan berbicara yang baik menekankan pembicara untuk
bertanggung jawab agar berbicara secara tepat, dan dipikirkan sungguh-
sungguh.
4. Membentuk Pendengaran Kritis
Latihan berbicara mengembangkan keterampilan menyimak secara
cepat dan kritis juga menjadi tujuan utama berbicara.
5. Membentuk Kebiasaan
Kebiasaan berbicara tidak dapat dicapai tanpa kebiasaan berinteraksi
dalam bahasa yang dipelajari atau bahkan dalam bahasa ibu.
Sedangkan menurut Mudini dan Purba (2009: 4), tujuan umum
berbicara sebagai berikut:
a) Mendorong dan menstimulasi, apabila pembicara berusaha memberi
semangat dan gairah hidup kepada pendengar. Reaksi yang diharapkan adalah
menimbulkan inspirasi atau membangkitkan emosi para pendengar.
b) Meyakinkan, apabila pembicara berusaha mempengaruhi keyakinan, pendapat
atau sikap para pendengar. Alat yang paling penting dalam uraian itu adalah
argumentasi. Reaksi yang diharapkan adalah adanya persesuaian keyakinan,
pendapat atau sikap atas persoalan yang disampaikan.
c) Menggerakkan, apabila pembicara menghendaki adanya tindakan atau
perbuatan dari para pendengar.
d) Menginformasikan, apabila pembicara ingin menginformasikan tentang
sesuatu agar para pendengar dapat mengerti dan memahaminya.
17
e) Menghibur, apabila pembicara bermaksud menggembirakan atau
menyenangkan para pendengarnya. Reaksi atau respon yang diharapkan
adalah timbulnya rasa gembira, senang, dan bahagia pada hati pendengar.
Dari pendapat beberapa ahli di atas, dapat disimpulkan bahwa tujuan
berbicara adalah sebagai alat untuk memudahkan komunikasi antara
pembicara dengan pendengar dalam menyampaikan maksud pembicaraan
secara jelas dan bertanggung jawab.
c. Jenis-jenis berbicara
a. Berdasarkan situasi
Berdasarkan lingkup situasinya, ada dua macam kegiatan berbicara
di depan umum, yaitu lingkup resmi (formal) dan lingkup tidak resmi
(informal).
1) Kegiatan berbicara formal, meliputi ceramah, perencanaan dan penilaian,
interview, prosedur, perlementer, dan bercerita.
2) Kegiatan berbicara informal, meliputi: tukar pengalaman, percakapan,
penyampaian berita, pengumuman, bertelepon dan memberikan petunjuk
(Logan dkk dalam Tarigan, 1990:1976).
b. Berdasarkan tujuan
Menurut tujuannya, maka kegiatan berbicara terbagi menjadi lima
jenis, yaitu:
1. Berbicara menghibur
2. Berbicara menginformasikan
3. Berbicara menstimulasi
18
4. Berbicara meyakinkan
5. Berbicara menggerakkan
c. Berdasarkan metode penyampaian
Ada empat cara yang bisa digunakan seseorang dalam menyampaikan
pembicaraanya, yaitu:
1. Penyampaian secara mendadak
2. Penyampaian berdasarkan catatan kecil
3. Penyampaian berdasarkan hafalan
4. Penyampaian berdasarkan naskah
d. Berdasarkan jumlah penyimak
Berdasarkan jumlah penyimak, berbicara dapat dibagi atas tiga jenis,
yaitu:
1. Berbicara antarpribadi
2. Berbicara dalam kelompok kecil
3. Berbicara dalam kelompok besar
e. Berdasarkan peristiwa khusus
Menurut Logan dkk. (dalam Tarigan, 1986:56), berdasarkan peristiwa
khusus berbicara atau pidato dapat digolongkan atas enam jenis, yaitu;
1. Pidato presentasi
2. Pidato penyampaian
3. Pidato perpisahan
4. Pidato perjamuan
19
5. Pidato perkenalan
6. Pidato nominasi
d. Ciri-ciri pembicara ideal
Rusmiati (2002:30) mengemukakan bahwa terdapat sejumlah ciri-ciri
pembicara yang baik untuk dikenal, dipahami, dan dihayati, serta dapat
diterapkan dalam berbicara. Ciri-ciri tersebut meliputi hal-hal di bawah ini:
1) Memilih topik yang tepat. Pembicara yang baik selalu dapat memilih materi atau topik
pembicaraan yang menarik, aktual dan bermanfaat bagi para pendengarnya, juga
selalu mempertimbangkan minat, kemampuan, dan kebutuhan pendengamya.
2) Menguasai materi. Pembicara yang baik selalu berusaha mempelajari, memahami,
menghayati, dan menguasai materi yang akan disampaikannya.
3) Memahami latar belakang pendengar. Sebelum pembicaraan berlangsung, pembicara
yang baik bemsaha mengumpulkan informasi tentang pendengamya.
4) Mengetahui situasi. Mengidentifikasi mengenai ruangan, waktu, peralatan
penunjang berbicara, dan suasana.
5) Tujuan jelas. Pembicara yang baik dapat merumuskan tujuan pembicaranya
yang tegas, jelas, dam gambling.
6) Kontak dengan pendengar. Pembicara berusaha memahami reaksi emosi, dan
perasaan mereka, berusaha mengadakan kontak batin dengan pendengamya, melalui
pandangan mata, perhatian, anggukan, atau senyuman.
7) Kemampuan linguistiknya tinggi. Pembicara dapat memilih dan menggunakan
kata, ungkapan, dan kalimat yang tepat untuk menggambarkan jalan pikirannya,
20
dapat menyajikan materi dalam bahasa yang efektif, sederhana, dan mudah
dipahami.
8) Menguasai pendengar. Pembicara yang baik harus pandai menarik perhatian
pendengamya, dapat mengarahkan dan menggerakkan pendengamya ke arah
pembicaraannya.
9) Memanfaatkan alat bantu.
10) Penampilannya meyakinkan.
11) Berencana.
e. Hambatan dalam kegiatan berbicara
Tidak semua orang memiliki kemahiran dalam berbicara di depan umum.
Namun, kemampuan ini dapat dimiliki oleh semua orang melalui proses belajar
dan latihan secara berkesinambungan dan sistematis. Terkadang dalam proses
belajar mengajar belum bisa mendapatkan hasil yang memuaskan. Hal ini
disebabkan oleh beberapa hal yang merupakan hambatan dalam kegiatan
berbicara.
Rusmiati (Isah Cahyani dan Hodijah, 2007: 63), mengemukakan
hambatan tersebut terdiri atas hambatan yang datang dari pembicara sendiri
(internal) dan hambatan yang datang dari luar pembicara (eksternal).
a. Hambatan internal
Hambatan internal adalah hambatan yang muncul dari dalam diri
pembicara. Hal–hal yang dapat menghambat kegiatan berbicara adalah sebagai
berikut:
21
1. KetidakSempurnaan Alat Ucap
Ketidaksempurnaan pada alat ucap manusia menyebabkan terjadinya
gangguan berbicara, yakni Bahasa yang keluar dari alat ucap manusia menjadi
kurang dimengerti. Gangguan berbicara dapat disebabkan oleh faktor resonansi
menyebabkan suara yang dihasilkan menjadi bersengau, misalnya pada orang
sumbing. Pada orang sumbing suaranya menjadi bersengau karena rongga
mulut dan rongga hidung yang digunakan untuk berkomunikasi melalui defek
di langit-langit keras, sehingga resonansi yang seharusnya berjalan baik
menjadi terganggu. Kesalahan yang diakibatkan kurang sempurnanya alat ucap
akan mempengaruhi keefektifan dalam berbicara, pendengar akan salah
menafsirkan maksud pembicara.
2. Lafal dan Intonasi
Lafal adalah suatu cara seseorang atau sekelompok orang dalam
mengucapkan bunyi Bahasa. Sedangkan intonasi adalah naik turunnya lagu
kalimat. Intonasi berfungsi sebagai pembentuk makna kalimat. Seorang
pembicara harus mampu menggunakan lafal dan intonasi dengan benar supaya
tidak salah penafsiran dari para pendengar.
3. Pilihan Kata / Diksi
Pilihan kata / diksi adalah pemilihan kata-kata yang sesuai dengan apa
yang hendak kita ungkapkan. Diksi atau pilihan kata menuntun seorang
pembicara mampu memilih dan menggunakan kata-kata dengan tepat.
22
4. Struktur Bahasa
Bahasa tersusun atas beberapa struktur yaitu wacana, kalimat, kata,
fonem dan morfem. Seorang pembicara harus tahu bagaimana bagian-bagian
dari struktur bahasa tersebut yang berhubungan satu dengan lain atau
bagaimana sesuatu tersebut disatukan.
5. Gaya Bahasa
Gaya Bahasa merupakan Bahasa yang diberi gaya dengan menggunakan
ragam Bahasa yang khas dan dapat diidentifikasi melalui pemakaian Bahasa
yang menyimpang dari penggunaan bahasa sehari-hari atau yang lebih dikenal
dengan Bahasa khas. Seorang pembicara harus memiliki ciri khas tersendiri
dalam menyampaikan sesuatu untuk menarik perhatian para pendengarnya.
b. Hambatan Eksternal
Selain hambatan internal, pembicara akan menghadapi hambatan yang
datang dari luar dirinya. Hambatan itu kadang-kadang muncul dan tidak
disadari sebelumnya oleh pembicara. Hambatan eksternal meliputi:
1. Suara atau Bunyi
Hendaknya pembicara harus berani dan siap mental dalam menghadapi
suara-suara sumbang dari para pendengar yang bisa membuat mental turun.
2. Kondisi Ruangan
Kegaduhan, keributan-keributan kecil yang terjadi di ruangan bisa sedikit
membuat konsentrasi buyar. Pembicara harus fokus pada apa yang
dibawakannya, harus bisa mengondisikan pendengar supaya tetap tenang dan
tertib.
23
3. Media
Dalam menyampaikan berita, pembicara harus menyiapkan media-media
pendukung supaya komunikasi berjalan lancar tanpa hambatan.
4. Pengetahuan Pendengar
Pembicara yang baik adalah pembicara yang mampu mengetahui sejauh
mana pengetahuan yang dimiliki para pendengarnya, sehingga apa yang
disampaikannya bisa dipahami para pendengarnya dan juga tidak terjadi salah
komunikasi.
Hambatan dalam kegiatan berbicara dapat disebabkan dari faktor
pembicara sendiri dan faktor diluar pembicara. Faktor hambatan dalam diri
pembicara, misalnya gugup (demam panggung), kurangnya penguasaan materi
pembicaraan, dan kurangnya penguasaan terhadap aspek kebiasaan.
Faktor hambatan yang berasal dari luar pembicara dapat berupa kondisi
ruang, tidak adanya media dan pengetahuan pendengar yang tidak homogen.
c. Sikap mental dalam berbicara
Sikap mental yang harus dimiliki dan dibina oleh seorang pembicara
yaitu sebagai berikut:
1) Rasa komunikasi
2) Rasa humor
3) Rasa percaya diri
4) Rasa kepemimpinan
24
c. Keterampilan menulis
Dalam menulis semua unsur keterampilan berbahasa harus
dikonsentrasikan secara penuh agar mendapat hasil yang benar-benar baik.
Tarigan (1986: 15) mengatakan bahwa menulis dapat diartikan sebagai
kegiatan menuangkan ide/gagasan dengan menggunakan bahasa tulis
sebagai media penyampai.
Menulis dapat dianggap sebagai suatu proses maupun suatu hasil.
Menulis merupakan kegiatan yang dilakukan oleh seseorang untuk
menghasilkan sebuah tulisan. Mengetahui tujuan menulis sangat penting,
sebelum memulai menulis harus mengajukan pertanyaan kepada diri sendiri.
d. Keterampilan membaca
Membaca adalah adalah suatu proses yang dilakukan serta
digunakan oleh pembaca untuk memeroleh pesan yang disampaikan penulis
melalui media bahasa tulis (Tarigan, 1984:7). Pengertian lain dari membaca
adalah suatu kegiatan atau cara dalam mengupayakan pembinaan daya nalar
(Tampubolon, 1987:6). Dengan membaca, seseorang secara tidak langsung
sudah mengumpulkan kata demi kata dalam mengaitkan maksud dan arah
bacaannya yang pada akhirnya pembaca dapat menyimpulkan suatu hal
dengan nalar yang dimiliki.
Menurut Hidayah (2012:5) membaca merupakan kegiatan yang
dapat mengembangkan pemikiran dan menjernihkan cara berpikiran
seseorang. Ketika membaca, maka pengetahuan seseorang akan bertambah.
Seiring dengan bertambahnya pengetahuan yang didapatkan dari membaca,
25
maka hal ini akan meningkatkan kemampuan memori dan pemahaman
seseorang.
4. Metode Pembelajaran Problem solving instruction
Metode problem solving dikembangkan oleh John Dewey (1913)
dengan menitikberatkan pada pemecahan masalah secara rasional, logis,
benar dan tepat dengan penentuan alternatif yang berguna. Sebuah metode
dengan landasan berpikir reklektif atau berpikir kritis. Model pembelajaran
ini banyak menumbuhkan aktivitas belajar siswa baik secara individual
maupun secara kelompok. Metode problem solving bukan sekadar metode
mengajar melainkan metode berpikir karena metode ini bisa dipadukan
dengan metode lain seperti metode diskusi, inkuiri, discoveri dan lain-lain.
a. Pengertian metode problem solving
Metode problem solving adalah cara penyajian bahan pelajaran
dengan menjadikan masalah sebagai titik tolak pembahasan untuk dianalisis
dan disintesis dalam usaha untuk mencari pemecahan atau jawabannya oleh
siswa (Sudirman, dkk, 1987: 146).
Sedangkan menurut Azhar (1993:96), metode problem solving
merupakan sebuah metode pemecahan secara rasional, logis, benar, dan
tepat dengan pemecahan alternatif yang berguna.
b. Langkah-langkah metode problem solving instruction
1) Merumuskan Masalah
2) Menelaah Masalah
3) Membuat dan merumuskan masalah
26
4) Menghimpun dan Mengelompokkan data sebagai bahan pembuktian
hipotesis
5) Menentukan pilihan pemecahan masalah dan keputusan
c. Kelebihan dan kekurangan metode problem solving instruction
Kelebihan metode problem solving instruction antara lain sebagai berikut:
1) Metode ini dapat membuat pendidikan di sekolah lebih relevan dengan
kehidupan, khususnya dunia kerja.
2) Membiasakan siswa berpikir logis dan sistematis dalam pemecahan
masalah.
3) Siswa dapat belajar dari berbagai sumber, baik tertulis maupun tidak tertulis
sehingga mendapat wawasan yang lebih kaya.
4) Proses pembelajaran dengan pemecahan masalah dapat membiasakan siswa
menghadapi dan memecahkan masalah secara terarah dan terampil apabila
menghadapi permasalahan dalam kehidupan keluarga, bekerja, dan
masyarakat luas.
5) Metode ini merangsang pengembangan kemampuan berpikir siswa secara
kreatif dan menyeluruh.
Kekurangan model pembelajaran dengan metode problem solving
instruction diantaranya sebagai berikut:
1) Menuntut sumber-sumber dan sarana belajar yang cukup banyak, termasuk
waktu untuk kegiatan siswa.
27
2) Sulit untuk dapat menentukan masalah yang tingkat kesulitannya sesuai
dengan tingkat berpikir siswa yang beragam, tingkat sekolah, kelas
pengetahuan.
3) Apabila masalah tidak berbobot, maka usaha para siswa asal-asalan saja.
C. Kerangka Pikir
Model pembelajaran problem solving instruction, maka diharapkan
upaya pendidikan untuk memperoleh hasil yang lebih baik dapat
terlaksana dengan baik. Pendekatan keterampilan berbicara diharapkan
dapat memotivasi peserta didik dalam kegiatan belajar mengajar. Dengan
kata lain, peserta didik diarahkan dengan situasi nyata atau keterkaitan
dengan masalah sehari-hari dalam mentransfer ilmu. Dengan mengaitkan
materi dengan suasana nyata maka sangat diharapkan peserta didik tidak
mudah melupakan materi yang telah diterima.
Pendekatan konvensional. Hal ini dapat dilihat dari hasil belajar
yang diperoleh peserta didik.
28
Pembelajaran Bahasa Indonesia di SMP/MTs
Menyimak Berbicara Membaca Menulis
Mengekspresikan pikiran dan perasaan melalui kegiatan bercerita
Metode Problem Solving Instruction
Siklus PTK
Refleksi Pelaksanaan Perencanaan
Temuan/Hasil
Analisis
K13
29
BAB III
METODE PENELITIAN
A. Jenis Penelitian
Jenis penelitian ini adalah Penelitian Tindakan Kelas (PTK) atau
Classroom Action Research. Jenis PTK yang digunakan pada penelitian ini
adalah jenis PTK partisipan. Hopkin (dalam Emzir: 2017) mengemukakan
bahwa penelitian tindakan (action research), menghadirkan suatu
perkembangan bidang penelitian pendidikan yang mengarahkan
pengidentifikasian karakteristik kebutuhan prakmatis dari praktisi bidang
pendidikan untuk mengorganisasi penyelidikan reflektif ke dalam pengajaran
di kelas. Penelitian tindakan adalah suatu proses yang dirancang untuk
memberdayakan semua partisipan dalam proses (siswa, guru, dan peserta
lainnya) dengan maksud untuk meningkatkan praktik yang diselenggarakan di
dalam pengalaman pendidikan. PTK jenis ini menuntut keterlibatan peneliti
secara langsung dan terus menerus sejak awal sampai berakhirnya penelitian.
Suatu penelitian tindakan kelas yang dikatakan partisipan adalah apabila
orang yang akan melakukan atau melaksanakan penelitian tersebut terlibat
langsung dalam proses penelitian sejak awal sampai hasil penelitian berupa
laporan. Dengan demikian, sejak perencanaan penelitian, peneliti senantiasa
terlibat, selanjutnya peneliti memantau, mencatat, dan mengumpulkan data,
lalu menganalisa data serta berakhir dengan melaporkan hasil penelitiannya.
Menurut Arikunto (2008:74) bahwa PTK terdiri atas rangkaian empat
kegiatan yang dilakukan dalam siklus berulang. Empat kegiatan utama yang
30
ada pada setiap siklus yaitu, perencanaan (planing), pelaksanaan (acting),
pengamatan (observing), dan refleksi (reflecting).
B. Lokasi dan Subjek Penelitian
Penelitian ini dilakukan di kelas VII.D SMP Negeri 3 Bungoro
semester genap tahun pelajaran 2019, yang beralamat di Jalan Bontorannu.
Subjek penelitian adalah siswa kelas VII.D SMP Negeri 3 Bungoro dengan
jumlah siswa 26 orang.
C. Faktor yang diselidiki
Pada penelitian ini ada beberapa faktor yang ingin diselidiki,
diantaranya sebagai berikut:
1. Faktor proses, yaitu melihat kehadiran serta bagaimana keaktifan siswa dalam
proses pembelajaran melalui metode Problem solving instruction.
2. Faktor hasil, yaitu bagaimana ketuntasan belajar siswa setelah dilaksanakan
pembelajaran dengan menggunakan metode Problem solving instruction.
D. Prosedur Penelitian
Di dalam penelitian ini, prosedur penelitian dilaksanakan dengan
menggunakan siklus-siklus tindakan (daur ulang). Daur ulang dalam
penelitian diawali dengan perencanaan (planning), tindakan (action),
mengobservasi (observation), melakukan refleksi (reflection), dan seterusnya
sampai adanya peningkatan yang diharapkan tercapai, Hopkins dalam
Arikunto (2008:14). Berikut bagan siklus penelitian.
31
1. Siklus I
a. Tahap Perencanaan
Kegiatan perencanaan dilakukan oleh peneliti bersama guru
Bahasa Indonesia kelas VII.D melalui kegiatan diskusi. Hasil dari diskusi
tersebut adalah menyusun langkah-langkah penelitian yang akan
dilaksanakan selama tiga kali pertemuan. Langkah-langkah yang
dilakukan dalam tahap perencanaan adalah sebagai berikut:
1.) Merumuskan masalah yang dihadapi siswa dalam pembelajaran.
2.) Mempersiapkan tindakan yang akan dilakukan, antara lain sebagai
berikut:
a.) Berdiskusi dengan guru untuk mengidentifikasi permasalahan yang
muncul terkait dengaan kemampuan berbicara siswa.
b.) Melakukan observasi untuk mengetahui kemampuan berbicara siswa.
Perencanaan Tindakan
Observasi Refleksi
SIKLUS I
Perencanaan Tindakan
Observasi Refleksi
SIKLUS II
Hasil
32
c.) Menyusun lembar wawancara sebelum tindakan untuk mengetahui
seberapa jauh kemampuan siswa dalam berbicara.
d.) Menyusun strategi untuk memecahkan permasalahan keterampilan
berbicara dengan menggunakan metode Problem solving instruction.
e.) Menyiapkan instrumen penelitian yang digunakan.
f.) Melaksanakan praktik berbicara untuk mengetahui kemampuan awal
berbicara siswa.
b. Tahap tindakan
Tindakan yang dilakukan dalam penelitian ini adalah
penggunaan metode Problem solving instruction dalam meningkatkan
keterampilan berbicara siswa. Penelitian ini melibatkan peneliti, guru,
dan siswa. Guru berperan sebagai pengajar yang bekerjasama dengan
peneliti untuk mengimplementasikan metode Problem solving instruction
dalam pembelajaran.
c. Observasi
Observasi dilakukan untuk memantau kegiatan tindakan yang
dilakukan kepada siswa. Observasi meliputi dua hal, yaitu observasi
proses dan observasi hasil. Observasi proses meliputi seluruh proses
pembelajaran berbicara dalam setiap siklus, sedangkan observasi hasil
adalah peningkatan keterampilan berbicara sebelum dan sesudah
pelaksanaan tindakan.
d. Refleksi
33
Refleksi dilakukan setelah berakhirnya tindakan pada siklus I
dan II. Hal ini dilakukan untuk mengetahui kelebihan dan kelemahan
tindakan yang dilakukan untuk memeroleh perbaikan pada tindakan yang
kurang baik. Hasil refleksi akan didiskusikan dan dicari solusinya
sebagai panduan pada siklus berikutnya.
2. Siklus II
Pada prinsipnya kegiatan dalam siklus II ini adalah pengulangan
langkah kerja siklus sebelumnya yang telah mengalami perbaikan dan
pengembangan yang disesuaikan dengan hasil refleksi dari siklus I.
Kegiatan-kegiatan dalam siklus ini dilakukan secara spiral yang
memungkinkan terjadinya siklus-siklus yang lebih kecil yang mana tiap
siklus kecil tersebut adalah perbaikan dari siklus sebelumnya. Siklus
kedua berlangsung selama tiga kali pertemuan, dengan rincian:
pertemuan pertama dan kedua penyajian materi, sedangkan pada
pertemuan ketiga dilakukan tes akhir siklus II.
E. Instrumen Penelitian
Instrumen penelitian yang digunakan untuk mengumpulkan data
dalam penelitian ini yaitu sebagai berikut:
1. Lembar observasi
Lembar observasi digunakan untuk mendapatkan data-data
sebelum dilakukannya tindakan. Tujuannya agar peneliti mengetahui
situasi dan kondisi dari subjek dan objek penelitian.
2. Pedoman wawancara
34
Pedoman wawancara digunakan untuk mengetahui situasi dan
subjek penelitian secara lisan. Pertanyaan-pertanyaan yang disusun
berupa pertanyaan yang ditujukan untuk mengetahui kemampuan dan
kebiasaan siswa dalam proses pembelajaran.
3. Tes hasil belajar keterampilan berbicara
Tes hasil keterampilan berbicara berupa soal bacaan. Soal tersebut
disusun sesuai dengan kisi-kisi yang telah ditentukan dan akan diujikan
di akhir siklus.
4. Dokumentasi
Dokumentasi dilakukan dengan alat bantu berupa kamera.
Dokumentasi digunakan untuk merekam perilaku siswa baik di dalam
maupun di luar kelas.
F. Teknik Pengumpulan Data
Teknik pengumpulan data yang digunakan peneliti pada penelitian ini
adalah:
1. Teknik wawancara
Wawancara adalah proses memeroleh keterangan untuk penelitian
dengan cara tanya jawab sambil bertatap muka antara pewawancara dengan
narasumber. Hal ini dilakukan untuk mendapatkan data yang detail dan valid.
Selain itu, teknik wawancara dilakukan untuk mengumpulkan data awal
sebagai acuan atau gambaran awal dalam penelitian.
35
2. Teknik observasi
Observasi adalah kegiatan pengumpulan data melalui pengamatan atas
gejala, fenomena, dan fakta empiris yang terkait dengan masalah penelitian.
Dengan teknik ini peneliti bisa mengamati kegiatan siswa selama proses
pembelajaran di dalam kelas.
3. Teknik tes
Tes adalah teknik yang digunakan untuk mengukur bakat, minat, dan
keterampilan. Dengan teknik ini peneliti bisa mengetahui bakat, minat, serta
keterampilan siswa.
4. Dokumentasi
Dokumentasi digunakan untuk memperkuat data yang diperoleh
dalam observasi. Dokumentasi yang digunakan berupa tes bacaan siswa,
daftar nilai siswa, lembar observasi, dan foto saat melakukan kegiatan
penelitian.
G. Teknik Analisis Data
Data yang terkumpul selanjutnya dianalisis secara kuantitatif dan
kualitatif. Data mengenai hasil belajar siswa dianalisis dengan menggunakan
analisis deskriptif yang terdiri atas rata-rata (mean), rentang (range), median,
standar deviasi, nilai maksimum, dan nilai minimum yang diperoleh siswa
pada tiap siklus. Sedangkan hasil observasi akan dianalisis secara kualitatif
dengan menggunakan data kategori. Kriteria yang digunakan untuk
menentukan kategori keberhasilan dalam penilaian mengacu pada teknik
kategori nilai hasil belajar menurut Direktorat Jendral Pendidikan.
36
Pada metode Problem solving instruction dikaitkan dengan ketuntasan
belajar siswa yang mendapatkan nilai rata-rata 80,31 dan kategori
keberhasilan 70-95 persen, maka metode Problem solving instruction ini
dapat dikatakan berhasil.
Tabel 1. Pedoman penilaian keterampilan berbicara siswa
No Aspek yang dinilai Tingkatan Skala
1. Keakuratan informasi (sangat buruk --- akurat
sepenuhnya)
1 2 3 4
2. Hubungan antarinformasi (sangat sedikit ---
berhubungan dengan sepenuhnya)
1 2 3 4
3. Ketepatan struktur dan kosakata (tidak tepat ---
tepat sekali)
1 2 3 4
4. Kelancaran (terbata-bata --- lancer sekali) 1 2 3 4
5. Kewajaran urutan wacana (tidak normal ---
normal)
1 2 3 4
6. Gaya pengucapan (kaku --- wajar) 1 2 3 4
Jumlah skor …….
Dikutip dari Nurgiyantoro (1995) dengan penyesuaian oleh penulis
Prosedur dalam analisis kuantitatif ini menggunakan rumus sebagai
berikut:
37
Keterangan:
X = nilai rata-rata (mean)
∑N = Jumlah seluruh skor
N = Banyaknya subjek
H. Indikator keberhasilan
Indikator keberhasilan penelitian tindakan kelas ini adalah sebagai
berikut:
1. Apabila jumlah siswa yang mencapai ketuntasan belajar mengalami
peningkatan. Berdasarkan ketuntasan Depdiknas (Syakir, 2010) siswa
dikatakan tuntas belajar apabila memeroleh skor minimal 7,0 dari skor ideal
10.
2. Apabila aktivitas siswa dalam pembelajaran minimal 75% yang diukur
dengan melihat lembar observasi siswa.
38
BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A. Hasil Penelitian
1. Hasil Pratindakan
Pratindakan adalah kegiatan yang dilakukan peneliti sebelum
memulai siklus I dan selanjutnya. Peneliti melakukan pratindakan
terlebih dahulu kepada siswa untuk mengetahui kemampuan berbicara
siswa. Dalam hal ini peneliti tidak menggunakan metode problem
solving instruction. Akan tetapi, peneliti langsung menerapkan materi
keterampilan berbicara.
a. Perencanaan Pratindakan
Tahap pertama yang dilakukan peneliti sebelum memulai
pratindakan adalah menentukan tujuan pembelajaran, membuat
rencana pembelajaran, menyusun lembar kegiatan siswa, dan
membuat lembar observasi. Penelitian ini dilakukan di kelas VII.D
dengan jumlah siswa sebanyak 26 orang. Penelitian yang pertama
dilakukan tanpa menggunakan metode problem solving instruction.
b. Tahap Pelaksanaan
Pelaksanaan pratindakan ini dilakukan pada hari selasa, 19
februari 2019 pada pukul 08.00-09.20 WITA. Sebelum memulai
pembelajaran, peneliti mengucapkan salam dilanjutkan dengan
membaca doa, kemudian mengecek kehadiran siswa. Saat
pelajaran akan dimulai beberapa siswa masih mengobrol, tetapi hal
39
itu tidak menjadi kendala. Setelah peneliti mulai mengondisikan
kesiapan siswa dan suasana kelas mulai tenang barulah peneliti
menjelaskan tujuan pembelajaran keterampilan berbicara. peneliti
mulai menjelaskan materi itu dari kesulitan-kesulitan yang
dihadapi semua siswa saat berbicara dan siswa sangat antusias
memperhatikan penjelasan dari peneliti. Beberapa siswa bahkan
menyampaikan keluhannya tentang kesulitan yang dialami pada
saat berbicara. Setelah peneliti selesai menyampaikan materi
pembelajaran, peneliti membagi siswa menjadi 2 kelompok,
kemudian siswa diajak untuk mengikuti tes sederhana. Tes ini
dilakukan untuk mengetahui kemampuan awal siswa tentang
materi keterampilan berbicara.
Siswa diberikan artikel yang harus dibaca dan dipahami
dalam waktu 5 menit, kemudian siswa diharuskan menjawab
beberapa pertanyaan tanpa melihat kembali artikel yang telah
dibaca dan dipahami selama 5 menit. Beberapa siswa mampu
menjawab pertanyaan dari test tersebut dalam waktu 10 menit.
Setelah selesai mengerjakan test sederhana tersebut, guru
mengumpulkan jawaban siswa. Sebelum pembelajaran usai,
peneliti menyimpulkan hasil pembelajaran dan kemudian menutup
pembelajaran dengan mengucapkan salam.
40
c. Observasi
Kegiatan observasi dilakukan selama pelaksanaan tindakan
sebagai upaya mengetahui jalannya pembelajaran. Observasi
dilaksanakan oleh peneliti yang sekaligus bertindak sebagai guru.
Aspek yang diamati dalam observasi meliputi perilaku siswa, baik
positif maupun negatif yang muncul selama pembelajaran
berlangsung.
Tabel 2. Perhitungan untuk mencari mean (rata-rata) nilai Pretest
X N
25 1
25
30 4 120
35 2 70
40 2 80
45 1 45
50 1 50
55 1 65
65 4 260
70 1 70
75 2 150
80 4 320
85 1 85
90 1 90
95 1 95
Jumlah 26 1.525
Dari data diatas dapat diketahui bahwa nilai dari = 1.525
sedangkan nilai dari N sendiri adalah 26. Oleh karena itu, dapat
diperoleh nilai rata-rata (mean) sebagai berikut:
41
=
= 58,65
Berdasarkan hasil analisis data pratindakan dapat diketahui
bahwa nilai rata-rata pratindakan sebelum dilakukan metode
problem solving instruction adalah 58,65. Rata-rata tersebut
didapatkan dengan menggunakan rumus yang terdapat pada bab
III.
Keterangan :
X = Nilai rata-rata (mean)
∑N = Jumlah seluruh skor
N = Banyaknya subjek
Dari perhitungan nilai pratindakan di atas, diperoleh nilai
58,65 dengan keterangan kurang. Oleh karena itu, dapat diambil
kesimpulan nilai pratindakan tersebut kurang berhasil dalam
pembelajaran keterampilan berbicara.
d. Refleksi
Dari hasil perhitungan nilai rata-rata tersebut, dapat diperoleh
hasil bahwa rata-rata kemampuan berbicara siswa kelas VII.D
SMP Negeri 3 Bungoro pada pratindakan yaitu 58,65. Nilai siswa
𝑋
𝑁
42
dalam pratindakan rata-rata tidak mencapai KKM. karena itu, nilai
para siswa harus ditingkatkan lagi agar mencapai KKM atau
melebihi KKM. Hasil pratindakan tersebut kurang berhasil,
sehingga tindakan siklus I harus dilakukan untuk memperbaiki
nilai siswa dalam pratindakan.
2. Siklus I
a. Perencanaan Tindakan
Tahap perencanaan siklus I peneliti membuka pelajaran
dengan mengucapkan salam dilanjutkan dengan doa, kemudian
peneliti mengecek kehadiran siswa, dan menjelaskan tujuan
pembelajaran keterampilan berbicara. peneliti pun menanyakan
kembali materi keterampilan berbicara yang telah dijelaskan pada
tahap pratindakan. Kemudian peneliti menjelaskan materi
keterampilan berbicara dengan metode problem solving
instruction. Siswa dibagi menjadi 2 kelompok belajar. Kemudian
masing-masing kelompok di berikan berikan tes berupa kuisoner.
Tindakan terakhir, peneliti menutup pelajaran dengan memberikan
kesimpulan, agar siswa lebih paham tentang materi yang diajarkan
dan memberikan penguatan. Kelas pun diakhiri, setelah peneliti
mengucapkan salam.
b. Tahap Pelaksanaan
Siklus I dilaksanakan pada Selasa, 05 februari 2019 pukul
08.00 sampai 09.20 WITA. peneliti membuka pelajaran dengan
43
mengucapkan salam dilanjutkan dengan doa. Selanjutnya peneliti
menjelaskan kembali materi keterampilan berbicara dengan metode
problem solving instruction.
Seperti pertemuan sebelumnya, Siswa sangat antusias
mengikuti pembelajaran hari itu. Setelah peneliti menjelaskan
materi, siswa ditugaskan untuk membaca artikel yang telah
disediakan dengan menggunakan metode problem solving
instruction dan menyimpulkan isi artikel tesebut. Siswa hanya
diberi waktu 5 menit untuk memahami isi artikel, kemudian siswa
harus mengerjakan artikel dengan menggunakan metode problem
solving instruction.
Selanjutnya, siswa dibagi menjadi 2 kelompok. Masing-
masing kelompok diberikan tes berupa kuisoner. Perkelompok
diberi waktu 20 menit untuk mengerjakan tes tanpa melihat artikel
yang telah dibaca sebelumnya. Saat mengerjakan tes siswa terlihat
sangat antusias, tetapi ada juga yang terlihat gugup. peneliti pun
berusaha membuat siswa mengerjakan tes dengan santai. Setelah
siswa selesai mengerjakan tes, peneliti selanjutnya menyimpulkan
pembelajaran, serta memberikan penguatan dan menutup
pembelajaran dengan mengucapkan salam.
c. Observasi
Observasi dilakukan dengan cara mengamati kegiatan dan
tingkah laku siswa selama pembelajaran berlangsung. Peneliti
44
bertindak sebagai guru sekaligus observer yang mencatat lembar
pengamatan pada pedoman observasi. Pada siklus I semua siswa
terlihat sangat antusias mengikuti kegiatan belajar mengajar.
Ketika diperkenalkan dengan metode problem solving instruction,
siswa merasa tertarik dan mengajukan beberapa pertanyaan.
Siswa mengakui bahwa mereka masih kesulitan untuk
berbicara di depan kelas. Selama pembelajaran berlangsung guru
mengetahui apa yang menjadi kesulitan siswa saat membaca dan
berbicara di depan kelas. Saat diterapkan kegiatan keterampilan
berbicara dengan menggunakan metode problem solving
instruction, siswa juga merasa sangat antusias. Cara berbicara
siswa tidak diragukan lagi, karena selama lima menit mereka sudah
selesai membaca. Namun saat diberikan tes, hanya sedikit yang
mampu menjawab pertanyaan dengan baik dan benar.
Tabel 3. Perhitungan untuk mencari mean (rata-rata) nilai siklus 1
X N
40 4 160
45 2 90
50 3 150
55 2 110
65 4 260
70 1 70
75 2 150
80 4 320
85 3 255
90 1 90
Jumlah 26 1.655
45
Dari data diatas dapat diketahui bahwa nilai dari = 1.655
sedangkan nilai dari N sendiri adalah 26. Oleh karena itu, dapat
diperoleh nilai rata-rata (mean) sebagai berikut:
=
= 63,65
Berdasarkan hasil analisis data siklus I dapat diketahui bahwa
nilai rata-rata pada siklus I dengan menggunakan metode problem
solving instruction adalah 63,65 dengan keterangan cukup. Rata-rata
tersebut didapatkan dengan menggunakan rumus yang terdapat pada
bab III.
Keterangan:
X = Nilai rata-rata (mean)
∑N = Jumlah seluruh skor
N = Banyaknya subjek
Dari perhitungan nilai siklus I di atas, dipereroleh nilai rata-
rata 63,65 dengan keterangan cukup. Nilai siswa pada siklus I
mengalami kenaikan yang cukup baik, beberapa siswa bahkan
sudah mencapai KKM, yaitu 70. Meskipun terdapat peningkatan
𝑋
𝑁
46
nilai rata-rata dari 58,65 menjadi 63,65 , tetapi nilai tersebut masih
di bawah KKM. Oleh karena itu, peneliti perlu melakukan tindakan
dalam siklus II.
d. Refleksi
Setelah pelaksanaan tindakan dan observasi, langkah
selanjutnya adalah melakukan refleksi. Refleksi merupakan suatu
kegiatan yang dilakukan dengan cara mengkaji, melihat, dan
mempertimbangkan hasil atau dampak dari tindakan yang telah
dilakukan. Dalam tahap refleksi, peneliti akan melakukan analisis
terhadap hasil tes dan nontes siklus I. Jika hasil tes belum
memenuhi nilai target yang ditentukan maka akan dilakukan
tindakan siklus II. Berdasarkan hasil refleksi ini, peneliti dapat
melakukan revisi terhadap rencana kegiatan siklus II.
Setelah melihat hasil dari siklus I, ternyata nilai siswa masih
di bawah nilai KKM (70) yaitu 63,65. Oleh karena itu, nilai para
siswa harus ditingkatkan lagi agar mencapai KKM atau melebihi
nilai KKM. Berdasarkan pengamatan di atas, tindakan dalam siklus
II harus dilakukan agar memperbaiki nilai siswa dalam siklus I.
Penggunaan metode problem solving instruction berjalan cukup
baik, meskipun nilai siswa belum mencapai KKM. Namun,
peningkatan nilai yang diperoleh siswa lebih baik dari pratindakan.
47
3. Siklus II
a. Tahap Perencanaan
Tahap perencanaan siklus II, peneliti mengucapkan salam
dilanjutkan dengan doa, kemudian mengecek kehadiran siswa.
Setelah itu peneliti membuka pelajaran dengan menjelaskan tujuan
pembelajaran. Kemudian, peneliti menanyakan kembali materi
keterampilan berbicara yang telah dijelaskan pada pertemuan di
siklus I. Setelah itu, peneliti menunjuk siswa dan memberikan
beberapa pertanyaan mengenai materi keterampilan berbicara
dengan metode problem solving instruction dan dilanjutkan dengan
memberikan tes kepada siswa. Tindakan terakhir, guru menutup
pembelajaran dengan memberikan kesimpulan dan penguatan.
b. Tahap Pelaksanaan
Pertemuan selanjutnya dalam siklus II ini dilaksanakan pada
hari Selasa, 12 maret 2019 pukul 08.00-09.20 WITA. peneliti
mengucapkan salam dilanjutkan dengan doa, kemudian peneliti
mengecek kehadiran siswa dan menjelaskan tujuan pembelajaran
keterampilan berbicara dengan metode problem solving
instruction. Suasana kelas lebih gaduh dari biasanya, kemudian
peneliti berusaha menenangkan siswa. Saat suasana kelas sudah
kondusif, peneliti mulai menjelaskan materi keterampilan berbicara
dengan metode problem solving instruction.
48
Pada siklus II siswa banyak mengajukan pertanyaan, peneliti
pun menjawab dengan antusias. Setelah selesai menjelaskan
pertanyaan, peneliti memberikan artikel untuk dibaca dalam waktu
lima menit. Siswa pun membaca dengan tenang artikel yang telah
diberikan dan mencoba berbicara di depan kelas. Setelah waktu
yang diberikan telah habis, maka siswa harus menyimpan artikel
yang telah dibaca, lalu mengisi tes dalam waktu 20 menit. Pada
siklus II, siswa terlihat lebih percaya diri untuk menjawab
pertanyaan. Tidak terlihat lagi ketegangan saat menjawab tes
tersebut, beberapa siswa bahkan mengumpulkan jawaban sebelum
waktu selesai.
Setelah semua siswa selesai mengerjakan tes, peneliti pun
memberikan kesimpulan dan penguatan tentang pembelajaran hari
itu. Peneliti pun menyatakan pendapat siswa tentang pembelajaran
keterampilan berbicara dengan metode problem solving instruction
melalui angket dan wawancara. Pembelajaran yang berlangsung
selama 90 menit pun usai, peneliti mengucapkan terima kasih
kepada siswa kelas VII.D SMP Negeri 3 Bungoro yang telah
membantu pelaksanaan penelitian tindakan kelas tersebut. Peneliti
menutup pembelajaran dengan mengucapkan salam.
c. Observasi
Tahap observasi berlangsung bersamaan dengan proses
belajar mengajar. Pada pertemuan ini, peneliti melihat siswa lebih
49
gaduh dari biasanya. Namun proses belajar mengajar hari itu lebih
baik dari siklus I dan pretest. Hal ini dapat dilihat bagaimana
keseriusan siswa memperhatikan penjelasan guru dan mengerjakan
tes.
Tabel 4. Perhitungan untuk mencari mean (rata-rata) nilai siklus 2
X N
65 1 65
70 2 140
75 5 375
80 4 320
85 5 420
90 5 450
95 4 380
Jumlah 26 2.150
Dari data diatas dapat diketahui bahwa nilai dari =
2.150 sedangkan nilai dari N sendiri adalah 26. Oleh karena itu,
dapat diperoleh nilai rata-rata (mean) sebagai berikut:
=
= 82,69
Berdasarkan hasil analisis data siklus II dapat diketahui
bahwa nilai rata-rata pada siklus II mengalami peningkatan yang
sangat tinggi dari siklus I. Nilai rata-rata siklus II adalah 82,69
dengan keterangan baik sekali, sedangkan nilai rata-rata pada
siklus I hanya 63,65 dengan keterangan cukup. Dengan kemajuan
50
tersebut, dapat dibuktikan bahwa peningkatan keterampilan
berbicara dengan metode problem solving instruction sangat
berhasil. Nilai rata-rata tersebut didapatkan dengan menggunakan
rumus yang terdapat di bab III.
Keterangan :
X = Nilai rata-rata (mean)
∑N = Jumlah seluruh skor
N = Banyaknya subjek
Dari perhitungan nilai siklus II di atas, diperoleh nilai rata-
rata 82,69 dengan keterangan baik sekali. Nilai siswa pada siklus II
mengalami kenaikan yang sangat tinggi. Nilai ini telah melampaui
nilai KKM yang telah ditetapkan yaitu 70. Oleh karena itu, peneliti
tidak perlu melakukan tindakan pada siklus III.
d. Refleksi
Pada siklus II, peneliti mendapatkan hasil yang sangat baik
dari siklus I dan pratindakan. Seluruh siswa dapat meningkatkan
keterampilan berbicara dengan metode problem solving
instruction. Peneliti dapat mengambil kesimpulan bahwa
keterampilan berbicara siswa meningkat dengan metode problem
solving instruction. Oleh karena itu penelitian dihentikan pada
siklus II ini.
⬚
𝑋 𝑁
𝑁
51
B. Pembahasan
Problem solving instruction merupakan metode untuk
mengembangkan keterampilan berbicara dan meningkatkan kecerdasan
siswa. Metode ini memiliki empat tahapan yang terdiri dari classifyng,
outlining, summarizing, dan synthesizing. Keempat tahapan ini dapat
membantu peserta didik untuk memahami, berpikir, dan berinteraksi
dengan wacana atau bacaan mulai dari makna tersurat sampai kepada
interpretasi dan reaksi terhadap pesan informasi dalam wacana/bacaan
tersebut.
Penelitian yang relevan adalah penelitian yang berjudul Penelitian
dari Fitri Cahyo Arini, Universitas Pendidikan Indonesia, dengan judul
penerapan metode bercerita untuk meningkatkan kemampuan menyimak
dan berbicara Siswa Kelas V Sekolah Dasar Negeri Bukanagara pada Mata
Pelajaran Bahasa Indonesia tahun 2010/2011. Pada keterampilan
menyimak dan berbicara siswa masih rendah. Hal ini karena adanya
hambatan yang cukup signifikan, yaitu permasalahan yang terpusat pada
ketidakmampuan siswa dalam menentukan unsur-unsur cerita dan
menjelaskan kembali isi cerita yang disimak. Hal ini dapat dilihat secara
umum nilai yang dapat dicapai oleh siswa belum memuaskan dimana
masih banyak siswa yang mendapatkan nilai di bawah rata-rata Kriteria
Ketuntasan Minimal (KKM). Nilai 70 sekitar 8%, nilai 60 sekitar 23%,
nilai 50 sekitar 19%, dan nilai 40 sekitar 50%. Untuk menangani masalah
tersebut, peneliti menggunakan metode bercerita. Melalui metode ini,
52
siswa dapat berbicara dengan memperhatikan aspek kebahasaan dan non
kebahasaan. Dengan menggunakan metode ini, nilai untuk keterampilan
berbicara siswa kelas V meningkat.
Dari kajian penelitian yang relevan tersebut, yang berbeda adalah
penelitian ini membahas tentang metode bercerita untuk meningkatkan
keterampilan menyimak dan berbicara.
Perbandingan dengan penelitian yang ada sebelumnya dapat
digunakan untuk mengukur keberhasilan implementasi metode problem
solving instruction dalam meningkatkan kemampuan berbicara. Pada
penelitian ini, peningkatan ditunjukkan siswa baik dari segi proses maupun
hasil. Keberhasilan dari segi proses ditunjukkan melalui keaktifan siswa
selama kegiatan pembelajaran. Siswa antusias mendiskusikan pokok
informasi dari teks bacaan.
Guru juga menunjukkan sikap positif terhadap metode ini. Pada
saat peneliti menjelaskan mengenai kategori-kategori yang ada dalam
metode problem solving instruction, guru membenarkan bahwa metode
tersebut tepat untuk diterapkan kepada siswa.
Keberhasilan dari segi hasil dapat dilihat dari skor tes keterampilan
berbicara siswa. Skor tes diambil dari kegiatan pratindakan, siklus I, dan
siklus II. Pada kegiatan pratindakan, siswa yang mencapai nilai KKM
sebanyak 11 orang. Pada implementasi siklus I, siswa yang mencapai nilai
KKM sebanyak 11 orang. Pada implementasi siklus II, siswa yang
53
mencapai nilai KKM sebanyak 25 orang. Jumlah siswa yang mencapai
nilai KKM meningkat dari siklus I ke siklus II.
Keberhasilan penilitian tindakan kelas dilihat dari segi proses dan
hasil. Keberhasilan dari segi proses dan hasil dilihat dari adanya
peningkatan dari kedua segi tersebut.
a. Peningkatan Kualitas Proses
Pada penelitian tindakan kali ini, siswa melalui tindakan siklus
I pertemuan pertama, siklus I pertemuan kedua, dan siklus II. Sebelum
implementasi siklus, diadakan kegiatan pratindakan. Pratindakan
berfungsi untuk mengetahui kemampuan siswa sebelum diadakannya
tindakan. Perilaku siswa pada saat pratindakan menjadi gambaran
dilaksanakannya tindakan pada siklus I. Hasil analisa dari kegiatan
pratindakan menjadi acuan untuk pelaksanaan siklus I. Implementasi
siklus ini digunakan dengan tujuan untuk memperbaiki kualitas belajar
siswa. Metode problem solving instruction digunakan dalam kegiatan
inti pembelajaran.
Setelah melaksanakan siklus I, banyak yang perlu dikoreksi.
Metode problem solving instruction yang dilakukan melalui empat
tahap kurang maksimal penerapannya. Pada tahap classifying dan
outlining, siswa dapat mengikuti instruksi dengan baik. Namun, pada
saat pelaksanaan tahap ketiga yaitu summarizing, siswa merasa
kesulitan untuk berdiri di depan kelas. Begitu pula pada tahap
synthesizing, siswa tidak dapat berbicara di depan kelas.
54
Kekurangan yang ada pada siklus I menjadi dasar
dilaksanakannya siklus II. Implementasi siklus II terarah pada empat
tahap metode problem solving instruction. Siswa diarahkan untuk
fokus pada dua tahap terakhir yaitu summarizing dan synthesizing.
Peneliti dan guru kolaborator memberikan solusi untuk kedua tahap
tersebut. Kedua tahap dilakukan secara bersama. Siswa berdiri di
depan kelas dan berbicara tentang kegiatan sehari-hari yang
dikerjakan. Solusi yang dipilih berjalan dengan efektif dan dapat
meningkatkan antusias siswa dalam mengikuti kegiatan pembelajaran.
Implementasi tindakan yang dilaksanakan pada siklus I dan
siklus II menunjukkan peningkatan yang positif. Tindakan yang
kurang optimal pada siklus I diperbaiki di siklus II. Hasilnya, siswa
menjadi lebih aktif dalam kegiatan pembelajaran.
b. Peningkatan Kualitas Hasil
Kualitas hasil diuji melalui soal tes keterampilan berbicara.
Soal tes berbentuk pidato atau bercerita. Soal tersebut diberikan
kepada siswa pada kegiatan pratindakan dan setiap siklus.
Perolehan skor tes kemampuan berbicara siswa pada kegiatan
pratindakan, siklus I, dan siklus II mengalami peningkatan yang
signifikan. KKM yang ditentukan oleh pihak sekolah menjadi acuan
keberhasilan peneliti dalam melakukan tindakan. KKM mata pelajaran
Bahasa Indonesia yang ditetapkan sebesar 70. Pada kegiatan
pratindakan, siswa yang mencapai KKM sebanyak 11 orang. Pada
55
kegiatan siklus I, siswa yang mencapai KKM sebanyak 11 orang. Pada
siklus II, siswa yang mencapai KKM sebanyak 25 orang.
Dalam suatu kegiatan belajar mengajar, guru berperan sebagai
penyampai informasi kepada siswa. Guru dipandang sebagai teladan
bagi siswa dalam segi apapun. Oleh karena itu, dalam kegiatan
mengajar guru memerlukan ide-ide yang baru atau inovasi agar siswa
tidak merasa bosan dengan pembelajaran. Salah satu inovasi yang
dapat dilakukan adalah adanya implementasi metode dalam setiap
kegiatan pembelajaran. Strategi berfungsi untuk mengembangkan
kemampuan guru dan memberikan variasi jalannya pembelajaran bagi
siswa. Pada penelitian ini, peneliti menggunakan metode problem
solving instruction untuk meningkatkan kemampuan berbicara siswa
kelas VII.D SMP Negeri 3 Bungoro.
Penerapan metode problem solving instruction dalam kegiatan
keterampilan berbicara dilakukan oleh peneliti yang telah
berkoordinasi bersama guru kolaborator untuk merancang kegiatan
pembelajaran. Metode problem solving instruction diterapkan pada inti
pembelajaran. Sebelumnya, peneliti telah mendapat informasi dari
guru kolaborator mengenai permasalahan siswa, salah satunya adalah
masalah membaca intensif siswa yang kurang. Peneliti dan guru
kolaborator sepakat untuk mengatasi masalah tersebut dengan
menerapkan metode problem solving instruction. Guru kolaborator
menunjukkan SK KD pembelajaran membaca sesuai dengan
56
kurikulum K13. Hal tersebut juga telah peneliti lakukan ketika
merancang proposal.
Setelah peneliti menjelaskan tahap-tahap dalam metode problem
solving instruction, guru kolaborator berkomentar positif. Metode
tersebut membangun siswa untuk aktif dalam kegiatan berbicara.
Pendapat guru tersebut dibuktikan dengan implementasi tindakan pada
siklus I dan siklus II yang mengalami peningkatan pada tiap siklusnya.
Pada kegiatan pratindakan, siswa yang memperoleh skor
mencapai KKM hanya 11 dari 26 siswa. Pada siklus I, siswa yang
memperoleh skor mencapai KKM meningkat menjadi 11 dari 26
siswa. Pada siklus II, siswa yang memperoleh skor mencapai KKM
meningkat menjadi 25 dari 26 siswa.
Siswa merupakan subjek dari penelitian ini. Siswa merupakan
pihak yang memiliki masalah. Masalah tersebut yang kemudian diatasi
dengan penerapan metode problem solving instruction pada kegiatan
pembelajaran keterampilan berbicara. Hal tersebut dilakukan agar
siswa mengalami peningkatan khususnya kemampuan berbicara siswa.
Perilaku siswa menunjukkan peningkatan positif dari siklus I ke
siklus II. Pada implementasi siklus I, siswa mengikuti dengan baik
kegiatan pembelajaran. Namun, pada saat tahap summarizing dan
synthesizing, siswa mengalami penurunan partisipasi. Siswa
mengantuk dan bosan selama kegiatan pembelajaran.
57
Pada implementasi siklus II, siswa lebih diarahkan untuk aktif.
Pada tahap summarizing dan shynthesizing dilakukan secara bersama.
Siswa berdiri di depan kelas dan berbicara tentang kegiatan sehari-hari
yang dikerjakan. Hal tersebut membuat suasana kelas menjadi lebih
hidup dan partisipasi siswa meningkat.
Respon siswa yang menunjukkan perilaku baik dari setiap
siklus, memperkuat kesimpulan bahwa ada peningkatan kemampuan
berbicara siswa. Selain bukti secara perilaku, bukti lain yang
menguatkan adanya peningkatan ialah hasil tes siswa yang mengalami
peningkatan dari setiap siklus seperti yang telah dijelaskan pada
pembahasan sebelumnya.
58
BAB V
SIMPULAN DAN SARAN
A. Simpulan
Berdasarkan hasil analisis data yang diperoleh di SMP Negeri 3
Bungoro, dapat disimpulkan bahwa terdapat peningkatan keterampilan
berbicara dengan menggunakan metode problem solving instruction pada
siswa kelas VII.D SMP Negeri 3 Bungoro. Hal ini dapat dibuktikan dengan
analisis data yang diperoleh dari siklus I dan siklus II yang sangat meningkat
dibandingkan pratindakan.
Nilai rata-rata yang diperoleh saat pretest adalah 58,65. Nilai yang
didapat belum mencapai KKM, kemudian dilakukan tindakan pada siklus I
dengan menggunakan metode problem solving instruction sehingga nilai rata-
rata yang didapat lebih tinggi dari nilai rata-rata pratindakan yaitu 63,65.
Nilai rata-rata pada siklus I belum mencapai KKM, tetapi pada siklus II nilai
rata-rata siswa berhasil mencapaik KKM dengan nilai rata-rata 82,69.
Respon siswa terhadap pembelajaran keterampilan berbicara
dengan menggunakan metode problem solving instruction sangat baik,
terbukti dari hasil yang didapat siswa selama pratindakan, siklus I, dan siklus
II selalu mengalami peningkatan. Dengan demikian, metode problem solving
instruction dapat digunakan untuk meningkatkan keterampilan berbicara
siswa dalam proses pembelajaran.
59
B. Saran
Berdasarkan simpulan yang telah dipaparkan, saran yang diajukan
oleh peneliti adalah hasil pembelajaran di atas telah membuktikan bahwa
metode problem solving instruction dapat meningkatkan keterampilan
berbicara siswa. Oleh karena itu, guru dapat menerapkan metode problem
solving instruction dalam materi keterampilan berbicara di SMP Negeri 3
Bungoro.
60
DAFTAR PUSTAKA
Arikunto, Suharsimi. 2008. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek.
Jakarta: PT Rineka Cipta.
Basiran, Mokh. 1999. Apakah yang Dituntut GBPP Bahasa Indonesia Kurikulum
1994?. Yogyakarta: Dedikbud. Hal.6
Burhan, Nurgiyanto. 1995. Penilaian dalam Pengajaran Bahasa dan Sastra
Indonesia. Yogyakarta: BPFE.
Faizah, Hasnah. 2009. Mata Kuliah Dasar Umum Bahasa Indonesia. Pekanbaru:
Cendikia Insani.
Gilstrap dan Martin. (1975). Current strategies for teachers. California: Goodyear
Publishing Company, Inc. Hal.5
Isah Cahyani dan Hodijah. 2007. Kemampuan Berbahasa Indonesia di SD. UPI
Pers: Bandung.
Nana, Syaodih Sukmadinata. 1997. Pengembangan Kurikulum: Teori dan Praktik.
Bandung: P.T. Remaja Rosdakarya. Hal. 8
Purba, Salamat Murdini. 2009. Pembelajaran Berbicara Modul Suplemen KKG
Bermutu (online) http: id.scribb.com.
Ramadhani, Ucy. 2016. Makalah Bahasa Indonesia tentang Menyimak.
http://myucy.blogspot.co.id. Diakses pada tanggal 18 Oktober 2018.
Rusmiati, Nepi. 2002. Model Show Case dalam Pembelajaran Keterampilan
Berbicara. Bandung: Alfa.
Sora, (16 maret 2017), “Kurikulum sebagai Pedoman dalam Pembelajaran di
Sekolah (Online),” available:http://www.kurikulum./2018/10/kurikulum-
sebagai-pedoman-dalam-pembelajaran-di-sekolah.html.
Sudana, Degeng. 1989. Ilmu Pengajaran Taksonomi Variabel. Jakarta: Direktorat
Jenderal Pendidikan Tinggi, Depdikbud. Hal.5
Tarigan, Djago. 1990. Pendidikan Bahasa Indonesia. Jakarta: Universitas
Terbuka.
Tarigan, Henry Guntur. 1984. Prinsip-Prinsip Dasar Sastra. Bandung: Angkasa.
61
Tarigan, Henry Guntur. 1986. Berbicara sebagai suatu Keterampilan Berbahasa.
Bandung: Angkasa.
Tarigan, Henry Guntur. 1994. Menyimak sebagai suatu Pengantar Keterampilan
Berbahasa. Bandung: Angkasa.
Tarigan, Henry Guntur. 2008. Menulis sebagai suatu Keterampilan Berbahasa.
Bandung: Angkasa.
63
Lampiran 1
RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN
(RPP)
Sekolah : SMP NEGERI 3 BUNGORO
Mata Pelajaran : Bahasa Indonesia
Kelas/Semester : VII/1
Standar Kompetensi : Berbicara
6. Mengekspresikan pikiran dan perasaan melalui
kegiatan bercerita
Kompetensi dasar : 6.1. Bercerita dengan urutan yang baik, suara,
lafal,intonasi, gesture, dan mimik yang tepat
Alokasi Waktu : 6x 40 menit ( 3x Pertemuan )
A. Tujuan Pembelajaran :
Pertemuan pertama
Peserta didik mampu bercerita dengan urutan yang baik,suara,lafal,
intonasi, gesture dan mimik yang tepat
Pertemuan Kedua
Peserta didik berlatih cara bercerita yang baik sesuai dengan pelafalan
intonasi, gesture,dan mimik yang tepat
Pertemuan Ketiga
Peserta didik dapat bercerita menarik
Karakter siswa yang diharapkan : Dapat dipercaya ( Trustworthines)
Rasa hormat dan perhatian ( respect )
Tekun ( diligence )
Tanggung jawab ( responsibility )
Berani ( courage )
Ketulusan ( Honesty )
64
B. Materi Pokok
1. Penyampaian cerita
C. Metode Pembelajaran
1. Pemodelan
2. Tanya Jawab
3. Inkuiri
4. Demonstrasi
D. Kegiatan Pembelajaran
Langkah-langkah kegiatan Pembelajaran :
Pertemuan pertama
1. Kegiatan Awal
Apersepsi :
1. Peserta didik secara berkelompok menentukan cerita yang menarik
berdasarkan persediaaan buku di perpustakaan
Motivasi :
1. Peserta didik dan guru bertanya jawab tentang cerita yang menarik
2. Kegiatan Inti
Eksplorasi
Dalam kegiatan eksplorasi, guru:
mampu bercerita dengan urutan yang baik,suara,lafal, intonasi,
gesture dan mimik yang tepat
melibatkan peserta didik mencari informasi yang luas dan dalam
tentang topik/tema materi yang akan dipelajari dengan menerapkan
prinsip alam takambang jadi guru dan belajar dari aneka sumber;
menggunakan beragam pendekatan pembelajaran, media
pembelajaran, dan sumber belajar lain;
memfasilitasi terjadinya interaksi antarpeserta didik serta antara
peserta didik dengan guru, lingkungan, dan sumber belajar lainnya;
melibatkan peserta didik secara aktif dalam setiap kegiatan
pembelajaran; dan
memfasilitasi peserta didik mampu bercerita dengan urutan yang
baik,suara,lafal, intonasi, gesture dan mimik yang tepat.
65
Elaborasi
Dalam kegiatan elaborasi, guru:
memfasilitasi peserta didik melalui pemberian tugas, diskusi, dan
lain-lain untuk memunculkan gagasan baru baik secara lisan
maupun tertulis;
memberi kesempatan untuk berpikir, menganalisis, menyelesaikan
masalah, dan bertindak tanpa rasa takut;
memfasilitasi peserta didik dalam pembelajaran kooperatif dan
kolaboratif;
Peserta didik membaca cerita
Peserta didik memilih cerita yang menarik
Peserta didik secara berkelompok menentukan pokok-pokok cerita
Peserta didik secara berkelompok merangkai pokok-pokok cerita
menjadi urutan cerita yang baik dan menarik
memfasilitasi peserta didik berkompetisi secara sehat untuk
meningkatkan prestasi belajar;
memfasilitasi peserta didik membuat laporan eksplorasi yang
dilakukan baik lisan maupun tertulis, secara individual maupun
kelompok;
memfasilitasi peserta didik untuk menyajikan hasil kerja individual
maupun kelompok;
memfasilitasi peserta didik melakukan pameran, turnamen, festival,
serta produk yang dihasilkan;
memfasilitasi peserta didik melakukan kegiatan yang
menumbuhkan kebanggaan dan rasa percaya diri peserta didik.
Konfirmasi
Dalam kegiatan konfirmasi, guru:
memberikan umpan balik positif dan penguatan dalam bentuk lisan,
tulisan, isyarat, maupun hadiah terhadap keberhasilan peserta didik,
memberikan konfirmasi terhadap hasil eksplorasi dan elaborasi
peserta didik melalui berbagai sumber,
memfasilitasi peserta didik melakukan refleksi untuk memperoleh
pengalaman belajar yang telah dilakukan,
memfasilitasi peserta didik untuk memperoleh pengalaman yang
bermakna dalam mencapai kompetensi dasar:
berfungsi sebagai narasumber dan fasilitator dalam menjawab
pertanyaan peserta didik yang menghadapi kesulitan, dengan
menggunakan bahasa yang baku dan benar;
membantu menyelesaikan masalah;
66
memberi acuan agar peserta didik dapat melakukan pengecekan
hasil eksplorasi;
memberi informasi untuk bereksplorasi lebih jauh;
memberikan motivasi kepada peserta didik yang kurang atau
belum berpartisipasi aktif.
3. Kegiatan Penutup
Dalam kegiatan penutup, guru:
bersama-sama dengan peserta didik dan/atau sendiri membuat
rangkuman/simpulan pelajaran;
melakukan penilaian dan/atau refleksi terhadap kegiatan yang sudah
dilaksanakan secara konsisten dan terprogram;
memberikan umpan balik terhadap proses dan hasil pembelajaran;
merencanakan kegiatan tindak lanjut dalam bentuk pembelajaran
remedi, program pengayaan, layanan konseling dan/atau
memberikan tugas baik tugas individual maupun kelompok sesuai
dengan hasil belajar peserta didik;
menyampaikan rencana pembelajaran pada pertemuan berikutnya.
Peserta didik mendapat tugas u ntuk berlatih bercerita
Pertemuan kedua
1. Kegiatan Awal
Apersepsi :
Peserta didik bertanya jawab dengan guru tentang cara bercerita yang
baik sesuai dengan pelafalan intonasi, gesture,dan mimik yang tepat
Motivasi :
Peserta didik mendapat tugas cara bercerita yang baik
2. Kegiatan Inti
Eksplorasi
Dalam kegiatan eksplorasi, guru:
mampu bercerita dengan urutan yang baik,suara,lafal, intonasi,
gesture dan mimik yang tepat
melibatkan peserta didik mencari informasi yang luas dan dalam
tentang topik/tema materi yang akan dipelajari dengan menerapkan
prinsip alam takambang jadi guru dan belajar dari aneka sumber;
67
menggunakan beragam pendekatan pembelajaran, media
pembelajaran, dan sumber belajar lain;
memfasilitasi terjadinya interaksi antarpeserta didik serta antara
peserta didik dengan guru, lingkungan, dan sumber belajar lainnya;
melibatkan peserta didik secara aktif dalam setiap kegiatan
pembelajaran; dan
memfasilitasi peserta didik berlatih cara bercerita yang baik sesuai
dengan pelafalan intonasi, gesture,dan mimik yang tepat.
Elaborasi
Dalam kegiatan elaborasi, guru:
Peserta didik berlatih bercerita
Peserta didik berceria dengan urutan yang baik, lafal,intonasi,
gesture, dan mimic yang tepat
memfasilitasi peserta didik melalui pemberian tugas, diskusi, dan
lain-lain untuk memunculkan gagasan baru baik secara lisan
maupun tertulis;
memberi kesempatan untuk berpikir, menganalisis, menyelesaikan
masalah, dan bertindak tanpa rasa takut;
memfasilitasi peserta didik dalam pembelajaran kooperatif dan
kolaboratif;
memfasilitasi peserta didik berkompetisi secara sehat untuk
meningkatkan prestasi belajar;
memfasilitasi peserta didik membuat laporan eksplorasi yang
dilakukan baik lisan maupun tertulis, secara individual maupun
kelompok;
memfasilitasi peserta didik untuk menyajikan hasil kerja individual
maupun kelompok;
memfasilitasi peserta didik melakukan pameran, turnamen, festival,
serta produk yang dihasilkan;
memfasilitasi peserta didik melakukan kegiatan yang
menumbuhkan kebanggaan dan rasa percaya diri peserta didik.
Konfirmasi
Dalam kegiatan konfirmasi, guru:
memberikan umpan balik positif dan penguatan dalam bentuk lisan,
tulisan, isyarat, maupun hadiah terhadap keberhasilan peserta didik,
memberikan konfirmasi terhadap hasil eksplorasi dan elaborasi
peserta didik melalui berbagai sumber,
memfasilitasi peserta didik melakukan refleksi untuk memperoleh
pengalaman belajar yang telah dilakukan,
68
memfasilitasi peserta didik untuk memperoleh pengalaman yang
bermakna dalam mencapai kompetensi dasar:
berfungsi sebagai narasumber dan fasilitator dalam menjawab
pertanyaan peserta didik yang menghadapi kesulitan, dengan
menggunakan bahasa yang baku dan benar;
membantu menyelesaikan masalah;
memberi acuan agar peserta didik dapat melakukan pengecekan
hasil eksplorasi;
memberi informasi untuk bereksplorasi lebih jauh;
memberikan motivasi kepada peserta didik yang kurang atau
belum berpartisipasi aktif.
3.Kegiatan Penutup
Dalam kegiatan penutup, guru:
bersama-sama dengan peserta didik dan/atau sendiri membuat
rangkuman/simpulan pelajaran;
melakukan penilaian dan/atau refleksi terhadap kegiatan yang sudah
dilaksanakan secara konsisten dan terprogram;
memberikan umpan balik terhadap proses dan hasil pembelajaran;
merencanakan kegiatan tindak lanjut dalam bentuk pembelajaran
remedi, program pengayaan, layanan konseling dan/atau
memberikan tugas baik tugas individual maupun kelompok sesuai
dengan hasil belajar peserta didik;
menyampaikan rencana pembelajaran pada pertemuan berikutnya.
Peserta didik mendapat tugas membaca buku yang lain
Pertemuan ketiga
1. Kegiatan Awal
Apersepsi :
1. Peserta didik memilih cerita lain yang menarik
Motivasi :
2. Menentukan cerita lain yang menarik
2. Kegiatan Akhir
Eksplorasi
Dalam kegiatan eksplorasi, guru:
69
mampu bercerita dengan urutan yang baik,suara,lafal, intonasi,
gesture dan mimik yang tepat
melibatkan peserta didik mencari informasi yang luas dan dalam
tentang topik/tema materi yang akan dipelajari dengan menerapkan
prinsip alam takambang jadi guru dan belajar dari aneka sumber;
menggunakan beragam pendekatan pembelajaran, media
pembelajaran, dan sumber belajar lain;
memfasilitasi terjadinya interaksi antarpeserta didik serta antara
peserta didik dengan guru, lingkungan, dan sumber belajar lainnya;
melibatkan peserta didik secara aktif dalam setiap kegiatan
pembelajaran; dan
memfasilitasi peserta didik berlatih dapat bercerita menarik.
Elaborasi
Dalam kegiatan elaborasi, guru:
memfasilitasi peserta didik melalui pemberian tugas, diskusi, dan
lain-lain untuk memunculkan gagasan baru baik secara lisan
maupun tertulis;
memberi kesempatan untuk berpikir, menganalisis, menyelesaikan
masalah, dan bertindak tanpa rasa takut;
Peserta didik membaca cerita lain yang menarik
Peserta didik secara berkelompok menentukan pokok-pokok cerita
Peserta didik secara berkelompok merangkai pokok-pokok cerita
menjadi cerita yang baik dan menarik
memfasilitasi peserta didik dalam pembelajaran kooperatif dan
kolaboratif;
memfasilitasi peserta didik berkompetisi secara sehat untuk
meningkatkan prestasi belajar;
memfasilitasi peserta didik membuat laporan eksplorasi yang
dilakukan baik lisan maupun tertulis, secara individual maupun
kelompok;
memfasilitasi peserta didik untuk menyajikan hasil kerja individual
maupun kelompok;
memfasilitasi peserta didik melakukan pameran, turnamen, festival, serta produk yang dihasilkan;
memfasilitasi peserta didik melakukan kegiatan yang
menumbuhkan kebanggaan dan rasa percaya diri peserta didik.
70
Konfirmasi
Dalam kegiatan konfirmasi, guru:
memberikan umpan balik positif dan penguatan dalam bentuk lisan,
tulisan, isyarat, maupun hadiah terhadap keberhasilan peserta didik,
memberikan konfirmasi terhadap hasil eksplorasi dan elaborasi
peserta didik melalui berbagai sumber,
memfasilitasi peserta didik melakukan refleksi untuk memperoleh
pengalaman belajar yang telah dilakukan,
memfasilitasi peserta didik untuk memperoleh pengalaman yang
bermakna dalam mencapai kompetensi dasar:
berfungsi sebagai narasumber dan fasilitator dalam menjawab
pertanyaan peserta didik yang menghadapi kesulitan, dengan
menggunakan bahasa yang baku dan benar;
membantu menyelesaikan masalah;
memberi acuan agar peserta didik dapat melakukan pengecekan
hasil eksplorasi;
memberi informasi untuk bereksplorasi lebih jauh;
memberikan motivasi kepada peserta didik yang kurang atau
belum berpartisipasi aktif.
3.Kegiatan Penutup
Dalam kegiatan penutup, guru:
bersama-sama dengan peserta didik dan/atau sendiri membuat
rangkuman/simpulan pelajaran;
melakukan penilaian dan/atau refleksi terhadap kegiatan yang sudah
dilaksanakan secara konsisten dan terprogram;
memberikan umpan balik terhadap proses dan hasil pembelajaran;
merencanakan kegiatan tindak lanjut dalam bentuk pembelajaran
remedi, program pengayaan, layanan konseling dan/atau
memberikan tugas baik tugas individual maupun kelompok sesuai
dengan hasil belajar peserta didik;
menyampaikan rencana pembelajaran pada pertemuan berikutnya.
E. Sumber belajar
1. Perpustakaan
2. Buku-buku yang berisi cerita
3. Buku teks
71
4. Alat peraga
F. Penilaian
Indikator Pencapaian
Kompetensi
Penilaian
Teknik
Penilaian
Bentuk
Penilaian Instrumen
Mampu menentukan
pokok-pokok cerita
Mampu merangkai pokok-pokok cerita
menjadi urutan cerita
yang baik dan menarik
Mampu bercerita dengan urutan yang
baik, suara, lafal,
intonasi, gestur, dan
mimik yang tepat
Tes
tertulis
Tes
praktik/ki
nerja
Uraian
Uji petik
kerja
Tulislah pokok-pokok
cerita yang terdapat di
dalam buku cerita yang
kamu baca!
Rangkailah pokok-pokok
cerita itu menjadi urutan
cerita!
Berceritalah dengan urutan yang baik serta
suara, lafal, intonasi,
gestur, dan mimik yang
tepat!
1. Tentukan pokok-pokok cerita yang terdapat dalam cerica ini !
No Kegiatan Skor
1
2
Peserta didik dapat menentukan unsure instrinsik cerita :
a. Tokoh utama dalam ceria
b. Watak tokoh utama
c. Tokoh antagonis dalam cerita
d. Watak tokoh utama pendukung
e. Alur cerita
f. Setting cerita 3 tempat )
Rangkaikanlah pokok-pokok cerita menjadi urutan cerita :
a. Peserta didik dapat merangkaikan pokok-pokok cerita
1
1
1
1
1
2
5
72
menjadi urutan cerita yang baik dan menarik
b. Peserta didik dapat merangkaikan dengan bahas yang
menarik tetapi urutannya kurang baik
c. Peserta didik dapat merangkaikan cerita tetapi urutannya
kurang baik dan bahasanya kurang menarik
d. Peserta didik dapat merangkaikan cerita tetapi tidak
lengkap
e. Peserta didik tidak mengerjakan
4
3
2
0
73
1. Berceritalah dengan urutan yang baik serta
suara,lafal,intonasi,gesture,dan mimic yang tepat !
No Aspek Deskriptor 1 2 3 4
1
2
3
4
5
Kesesuaian isi
Kesesuaian
visualisasi
Pelafalan
Jeda dan
intonasi
Gerak/mimik
Isi cerita sesuai dengan pokok-pokok
cerita
Visualisasi mendukung isi cerita
Pelafalan kata secara jelas dan tepat
Pengaturan jeda, tinggi rendahnya,
keras lemah suara, cepat, lambatnya
cerita
Keserasian antara ekspresi,wajah,
gerak, sikap, dan ucapan
Nilai Maksimal : No. 1 = 5
No. 2 = 5
No. 3 = 25
No. 4 = 25
Jumlah = 60
Penghitungan nilai terakhir dalam skala 0 – 100 adalah sbb. :
Nilai akhir : Skor yang diperoleh
X 100
Skor maksimal
74
Mengetahui,
Kepala Sekolah
Drs. ALIMUDDIN, M.Pd
NIP. 19690404 199412 1 005
Bungoro, Februari 2019
Guru Mapel Bhs Indonesia
ANDI NURLENA, S.Pd
NIP.
75
RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN
(RPP)
Sekolah : SMP NEGERI 3 BUNGORO
Mata Pelajaran : Bahasa Indonesia
Kelas/Semester : VII.D/1
Standar Kompetensi : Berbicara
6. Mengekspresikan pikiran dan perasaan melalui
kegiatan bercerita
Kompetensi dasar : 6.2. Bercerita dengan menggunakan metode
problem solving instruction
Alokasi Waktu : 4 x 40 menit ( 2x Pertemuan )
A. Tujuan Pembelajaran :
Pertemuan pertama
Peserta didik mampu bercerita
Pertemuan kedua :
Peserta didik mampu bercerita dengan menggunakan metode problem
solving instruction
Karakter siswa yang diharapkan : Dapat dipercaya ( Trustworthines)
Rasa hormat dan perhatian ( respect )
Tekun ( diligence )
Tanggung jawab ( responsibility )
Berani ( courage )
76
B. Materi Pokok
1. Penyampaian cerita dengan metode problem solving instruction
C. Metode Pembelajaran
1. Pemodelan problem solving instruction
2. Tanya Jawab
3. Inkuiri
4. Demonstrasi
D. Kegiatan Pembelajaran
Langkah-langkah kegiatan Pembelajaran :
Pertemuan pertama
1. Kegiatan Awal
Apersepsi :
1. Peserta didik secara berkelompok menentukan cerita yang menarik
berdasarkan persediaaan buku di perpustakaan
Motivasi :
2. Peserta didik dan guru bertanya jawab tentang cerita yang menarik.
2. Kegiatan Inti
Eksplorasi
Dalam kegiatan eksplorasi, guru:
mampu bercerita dengan urutan yang baik,suara,lafal, intonasi,
gesture dan mimik yang tepat
melibatkan peserta didik mencari informasi yang luas dan dalam
tentang topik/tema materi yang akan dipelajari dengan menerapkan
prinsip alam takambang jadi guru dan belajar dari aneka sumber;
menggunakan beragam pendekatan pembelajaran, media
pembelajaran, dan sumber belajar lain;
memfasilitasi terjadinya interaksi antarpeserta didik serta antara
peserta didik dengan guru, lingkungan, dan sumber belajar lainnya;
melibatkan peserta didik secara aktif dalam setiap kegiatan
pembelajaran; dan
memfasilitasi peserta didik mampu bercerita dengan urutan yang
baik,suara,lafal, intonasi, gesture dan mimik yang tepat.
77
Elaborasi
Dalam kegiatan elaborasi, guru:
memfasilitasi peserta didik melalui pemberian tugas, diskusi, dan
lain-lain untuk memunculkan gagasan baru baik secara lisan
maupun tertulis;
memberi kesempatan untuk berpikir, menganalisis, menyelesaikan
masalah, dan bertindak tanpa rasa takut;
memfasilitasi peserta didik dalam pembelajaran kooperatif dan
kolaboratif;
Peserta didik mampu bercerita
memfasilitasi peserta didik berkompetisi secara sehat untuk
meningkatkan prestasi belajar;
memfasilitasi peserta didik membuat laporan eksplorasi yang
dilakukan baik lisan maupun tertulis, secara individual maupun
kelompok;
memfasilitasi peserta didik untuk menyajikan hasil kerja individual
maupun kelompok;
memfasilitasi peserta didik melakukan pameran, turnamen, festival,
serta produk yang dihasilkan;
memfasilitasi peserta didik melakukan kegiatan yang
menumbuhkan kebanggaan dan rasa percaya diri peserta didik.
Konfirmasi
Dalam kegiatan konfirmasi, guru:
memberikan umpan balik positif dan penguatan dalam bentuk lisan,
tulisan, isyarat, maupun hadiah terhadap keberhasilan peserta didik,
memberikan konfirmasi terhadap hasil eksplorasi dan elaborasi
peserta didik melalui berbagai sumber,
memfasilitasi peserta didik melakukan refleksi untuk memperoleh
pengalaman belajar yang telah dilakukan,
memfasilitasi peserta didik untuk memperoleh pengalaman yang
bermakna dalam mencapai kompetensi dasar:
berfungsi sebagai narasumber dan fasilitator dalam menjawab
pertanyaan peserta didik yang menghadapi kesulitan, dengan
menggunakan bahasa yang baku dan benar;
membantu menyelesaikan masalah;
memberi acuan agar peserta didik dapat melakukan pengecekan
hasil eksplorasi;
memberi informasi untuk bereksplorasi lebih jauh;
memberikan motivasi kepada peserta didik yang kurang atau
belum berpartisipasi aktif.
78
3. Kegiatan Penutup
Dalam kegiatan penutup, guru:
bersama-sama dengan peserta didik dan/atau sendiri membuat
rangkuman/simpulan pelajaran;
melakukan penilaian dan/atau refleksi terhadap kegiatan yang sudah
dilaksanakan secara konsisten dan terprogram;
memberikan umpan balik terhadap proses dan hasil pembelajaran;
merencanakan kegiatan tindak lanjut dalam bentuk pembelajaran
remedi, program pengayaan, layanan konseling dan/atau
memberikan tugas baik tugas individual maupun kelompok sesuai
dengan hasil belajar peserta didik;
menyampaikan rencana pembelajaran pada pertemuan berikutnya.
Pertemuan kedua
1. Kegiatan Awal
Apersepsi :
Peserta didik bertanya jawab dengan guru tentang cara bercerita yang
baik sesuai dengan pelafalan intonasi, gesture,dan mimik yang tepat
Motivasi :
Peserta didik mendapat tugas cara bercerita yang baik
2. Kegiatan Inti
Eksplorasi
Dalam kegiatan eksplorasi, guru:
mampu bercerita dengan urutan yang baik,suara,lafal, intonasi,
gesture dan mimik yang tepat
melibatkan peserta didik mencari informasi yang luas dan dalam
tentang topik/tema materi yang akan dipelajari dengan menerapkan
prinsip alam takambang jadi guru dan belajar dari aneka sumber;
menggunakan beragam pendekatan pembelajaran, media
pembelajaran, dan sumber belajar lain;
memfasilitasi terjadinya interaksi antarpeserta didik serta antara
peserta didik dengan guru, lingkungan, dan sumber belajar lainnya;
melibatkan peserta didik secara aktif dalam setiap kegiatan
pembelajaran; dan
79
memfasilitasi peserta didik berlatih cara bercerita yang baik sesuai
dengan pelafalan intonasi, gesture,dan mimik yang tepat.
Elaborasi
Dalam kegiatan elaborasi, guru:
Peserta didik mampu bercerita dengan alat peraga
memfasilitasi peserta didik melalui pemberian tugas, diskusi, dan
lain-lain untuk memunculkan gagasan baru baik secara lisan
maupun tertulis;
memberi kesempatan untuk berpikir, menganalisis, menyelesaikan
masalah, dan bertindak tanpa rasa takut;
memfasilitasi peserta didik dalam pembelajaran kooperatif dan
kolaboratif;
memfasilitasi peserta didik berkompetisi secara sehat untuk
meningkatkan prestasi belajar;
memfasilitasi peserta didik membuat laporan eksplorasi yang
dilakukan baik lisan maupun tertulis, secara individual maupun
kelompok;
memfasilitasi peserta didik untuk menyajikan hasil kerja individual
maupun kelompok;
memfasilitasi peserta didik melakukan pameran, turnamen, festival,
serta produk yang dihasilkan;
memfasilitasi peserta didik melakukan kegiatan yang
menumbuhkan kebanggaan dan rasa percaya diri peserta didik.
Konfirmasi
Dalam kegiatan konfirmasi, guru:
memberikan umpan balik positif dan penguatan dalam bentuk lisan,
tulisan, isyarat, maupun hadiah terhadap keberhasilan peserta didik,
memberikan konfirmasi terhadap hasil eksplorasi dan elaborasi
peserta didik melalui berbagai sumber,
memfasilitasi peserta didik melakukan refleksi untuk memperoleh
pengalaman belajar yang telah dilakukan,
memfasilitasi peserta didik untuk memperoleh pengalaman yang
bermakna dalam mencapai kompetensi dasar:
berfungsi sebagai narasumber dan fasilitator dalam menjawab
pertanyaan peserta didik yang menghadapi kesulitan, dengan
menggunakan bahasa yang baku dan benar;
membantu menyelesaikan masalah;
memberi acuan agar peserta didik dapat melakukan pengecekan
hasil eksplorasi;
80
memberi informasi untuk bereksplorasi lebih jauh;
memberikan motivasi kepada peserta didik yang kurang atau
belum berpartisipasi aktif.
3.Kegiatan Penutup
Dalam kegiatan penutup, guru:
bersama-sama dengan peserta didik dan/atau sendiri membuat
rangkuman/simpulan pelajaran;
melakukan penilaian dan/atau refleksi terhadap kegiatan yang sudah
dilaksanakan secara konsisten dan terprogram;
memberikan umpan balik terhadap proses dan hasil pembelajaran;
merencanakan kegiatan tindak lanjut dalam bentuk pembelajaran
remedi, program pengayaan, layanan konseling dan/atau
memberikan tugas baik tugas individual maupun kelompok sesuai
dengan hasil belajar peserta didik;
menyampaikan rencana pembelajaran pada pertemuan berikutnya.
Peserta didik mendapat tugas membaca buku yang lain
E. Sumber belajar
1. Perpustakaan
2. Buku-buku yang berisi cerita
3. Buku teks
4. Alat peraga
F. Penilaian
Indikator Pencapaian
Kompetensi
Penilaian
Teknik
Penilaian
Bentuk
Penilaian Instrumen
Mampu menentukan
pokok-pokok cerita
Mampu merangkai pokok-pokok cerita
menjadi kerangka
Tes
tertulis
Uraian
Tulislah pokok-pokok
cerita yang terdapat di
dalam teks cerita yang
kamu baca!
Rangkailah pokok-pokok
81
cerita yang menarik
Mampu bercerita
dengan menggunakan
alat peraga berdasarkan
kerangka cerita
cerita itu menjadi
kerangka cerita!
Berceritalah dengan
dukungan alat peraga!
1. Tentukan pokok-pokok cerita yang terdapat dalam cerica ini !
No Kegiatan Skor
1
2
Peserta didik dapat menentukan unsure instrinsik cerita :
a. Tokoh utama dalam ceria
b. Watak tokoh utama
c. Tokoh antagonis dalam cerita
d. Watak tokoh utama pendukung
e. Alur cerita
f. Setting cerita 3 tempat )
Rangkaikanlah pokok-pokok cerita menjadi urutan cerita :
a. Peserta didik dapat merangkaikan pokok-pokok
cerita menjadi urutan cerita yang baik dan menarik
b. Peserta didik dapat merangkaikan dengan bahas
yang menarik tetapi urutannya kurang baik
c. Peserta didik dapat merangkaikan cerita tetapi
urutannya kurang baik dan bahasanya kurang
menarik
d. Peserta didik dapat merangkaikan cerita tetapi tidak
lengkap
e. Peserta didik tidak mengerjakan
1
1
1
1
1
2
5
4
3
2
0
82
2. Berceritalah dengan urutan yang baik serta
suara,lafal,intonasi,gesture,dan mimic yang tepat !
No Aspek Deskriptor 1 2 3 4
1
2
3
4
5
Kesesuaian isi
Kesesuaian
visualisasi
Pelafalan
Jeda dan
intonasi
Gerak/mimik
Isi cerita sesuai dengan pokok-pokok
cerita
Visualisasi mendukung isi cerita
Pelafalan kata secara jelas dan tepat
Pengaturan jeda, tinggi rendahnya,
keras lemah suara, cepat, lambatnya
cerita
Keserasian antara ekspresi,wajah,
gerak, sikap, dan ucapan
Nilai Maksimal : No. 1 = 5
No. 2 = 5
No. 3 = 25
No. 4 = 25
Jumlah = 60
Penghitungan nilai terakhir dalam skala 0 – 100 adalah sbb. :
Nilai akhir : Skor yang diperoleh
X 100
Skor maksimal
83
Mengetahui,
Kepala Sekolah
Drs. ALIMUDDIN, M.Pd
NIP. 19690404 199412 1 005
Bungoro, Februari 2019
Guru Mapel Bhs Indonesia
ANDI NURLENA, S.Pd
NIP. -
92
Lampiran 4
LEMBAR OBSERVASI GURU
No Kegiatan Pelaksanaan
Ya Tidak
1. Merumuskan Masalah
2. Menelaah Masalah
3. Membuat dan merumuskan masalah
4. Menghimpun dan Mengelompokkan data sebagai
bahan pembuktian hipotesis
5. Menentukan pilihan pemecahan masalah dan
keputusan
93
Lampiran 5
LEMBAR OBSERVASI SISWA
Sekolah / Kelas : SMP Negeri 3 Bungoro
Hari / Tanggal :
Nama Guru :
Nama Observer :
Tujuan :
Siswa mampu mengekspresikan pikiran dan perasaan melalui kegiatan bercerita
Petunjuk :
Observer harus berada pada posisi yang tidak mengganggu pembelajaran tetapi
tetap dapat memantau setiap kegiatan yang dilakukan siswa.
No Aktivitas belajar siswa Pelaksanaan
Ya tidak
A. Pengetahuan dialami, dipelajari,
dan ditemukan oleh siswa
1. Melakukan pengamatan atau
penyelidikan
2. Menjawab pertanyaan dengan
aktif
3. Berbicara dengan aktif
B. Siswa melakukan sesuatu untuk
memahami materi pelajaran
94
(membangun pemahaman)
1. Berpikir kreatif (misalnya
mencoba memecahkan masalah-
masalah pada pada latihan soal
yang mempunyai variasi berbeda
dengan contoh yang diberikan)
2. Berpikir kritis (misalnya mampu
menemukan kejanggalan,
kelemahan atau kesalahan yang
dilakukan orang lain dalam
menyelesaikan soal atau tugas)
95
RIWAYAT HIDUP
Riswan Salle di lahirkan di Pangkajene, pada tanggal 25 Januari
1996. Penulis merupakan anak pertama dari 4 bersaudara anak
dari pasangan ayah yang bernama Yemba, S.Pd. dan Ibu yang
bernama A. Nurwana.
Penulis mengawali pendidikan informal pada tahun 2001 di TK. Ranting
Labakkang Kabupaten Pangkep. Kemudian pendidikan formal pada tahun 2002 di
SDN 1 Labakkang dan tamat pada tahun 2008. Pada tahun yang sama, penulis
melanjutkan pendidikan ke SMP Negeri 1 Labakkang dan tamat tahun 2011. Pada
tahun yang sama pula, penulis melanjutkan pendidikan ke SMA Negeri 1 Bungoro
yang telah berganti nama menjadi SMA Negeri 3 Pangkep dan tamat pada tahun
2014. Pada tahun 2014 penulis melanjutkan pendidikan di Universitas
Muhammadiyah Makassar pada Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan (FKIP)
Jurusan Bahasa dan Sastra Indonesia program S-1 dan selesai tahun 2019. Berkat
rahmat tuhan yang maha kuasa dan iringan doa dari orang tua dan saudara, serta
rekan-rekan seperjuangan di bangku kuliah, terutama mahasiswa serta dosen
jurusan Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia, perjuangan panjang penulis
dalam mengikuti perguruan tinggi dapat berhasil dengan tersusunnya skripsi yang
berjudul “Peningkatan Keterampilan mengekspresikan Pikiran dan Perasaan
Melalui Kegiatan Bercerita Dengan Menggunakan Metode Problom Solving
Instruction Pada Siswa Kelas VII.D SMP Negeri 3 Bungoro. Tahun Pelajaran
2018-2019.
semoga skripsi ini bermanfaat bagi pembaca.