PENINGKATAN KETERAMPILAN MENGEKSPRESIKAN ...

108
PENINGKATAN KETERAMPILAN MENGEKSPRESIKAN PIKIRAN DAN PERASAAN MELALUI KEGIATAN BERCERITA DENGAN MENGGUNAKAN METODE PROBLEM SOLVING INSTRUCTION PADA KELAS VII.D SMP NEGERI 3 BUNGORO SKRIPSI Diajukan Untuk Memenuhi Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Jurusan Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia Universitas Muhammadiyah Makassar Makassar Oleh: RISWAN SALLE 10533766814 JURUSAN PENDIDIKAN BAHASA DAN SASTRA INDONESIA FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MAKASSAR 2019

Transcript of PENINGKATAN KETERAMPILAN MENGEKSPRESIKAN ...

i

PENINGKATAN KETERAMPILAN MENGEKSPRESIKAN PIKIRAN DAN

PERASAAN MELALUI KEGIATAN BERCERITA DENGAN

MENGGUNAKAN METODE PROBLEM SOLVING INSTRUCTION PADA

KELAS VII.D SMP NEGERI 3 BUNGORO

SKRIPSI

Diajukan Untuk Memenuhi Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana

Jurusan Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia

Universitas Muhammadiyah Makassar

Makassar

Oleh:

RISWAN SALLE

10533766814

JURUSAN PENDIDIKAN BAHASA DAN SASTRA INDONESIA

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MAKASSAR

2019

ii

Motto

Orang terkuat bukan mereka yang selalu menang, tetapi mereka yang tetap

tegar ketika mereka terjatuh (Khalil Gibran).

Kupersembahkan Karya Ini:

Kepada Kedua Orang Tuaku Tercinta,

Saudaraku, Semua Keluargaku, sahabatku di Asrama Tabaria, dan semua

teman-teman yang tidak sempat kusebutkan satu-persatu

Atas Keik hlasan dan Doanya dalam Mendukungku

Mewujudkan Segala Asa Menjadi Nyata…

iii

iv

v

vi

vii

ABSTRAK

Riswan Salle. 2019. Peningkatan Keterampilan Mengekspresikan Pikiran dan

Perasaan Melalui Kegiatan Bercerita Dengan Menggunakan Metode Problem

Solving Instuction Pada Siswa Kelas VII.D SMP Negeri 3 Bungoro. Skripsi. Jurusan

Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan

Universitas Muhammadiyah Makassar. Pembimbing I Muhammad Akhir dan

Pembimbing II Indramini.

Penelitian ini bertujuan untuk meningkatkan keterampilan berbicara siswa

kelas VII.D SMP Negeri 3 Bungoro. Jenis penelitian ini adalah penelitian tindakan

kelas (Class Action Reaserch) yang terdiri dari dua siklus dimana setiap siklus

dilaksanakan sebanyak dua kali pertemuan. Prosedur penelitian meliputi perencanaan,

pelaksanaan tindakan, observasi dan refleksi. Subjek dalam penelitian ini adalah

murid kelas VII.D SMP Negeri 3 Bungoro sebanyak 26 orang.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa peningkatan keterampilan berbicara dari

siklus 1 dan siklus 2 dapat dijelaskan bahwa kemampuan siswa pada setiap aspek

penilaian berbicara meningkat. Nilai rata-rata yang dicapai pada siklus 1 sebesar

63,65 sedangkan pada siklus 2 nilai rata-rata yang dicapai sebesar 82,69. Hal ini

menunjukkan bahwa siswa mengalami peningkatan dari siklus 1 ke siklus 2 sebanyak

19,04 %.

Berdasarkan hasil penelitian di atas, dapat disimpulkan bahwa keterampilan

berbicara siswa kelas VII.D SMP Negeri 3 Bungoro melalui kegiatan bercerita

dengan metode problem solving instruction mengalami peningkatan.

Kata kunci : Keterampilan Berbicara, Metode Problem Solving Instruction.

viii

KATA PENGANTAR

Bismillahirrahmanirrahim

Puja dan puji syukur Alhamdulillah kehadirat Allah SWT, atas rahmat serta

kekuatan yang diberikan kepada penulis sehingga penulis dapat menyelesaikan

penulisan skripsi dengan judul ”Peningkatan keterampilan mengekspresikan pikiran

dan perasaan melalui kegiatan bercerita dengan menggunakan metode problem

solving instruction pada kelas VII.D SMP Negeri 3 Bungoro”. Sebagai salah satu

syarat guna Meraih Gelar Sarjana Jurusan Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia

FKIP Universitas Muhammadiyah Makassar.

Penulis menyadari bahwa dalam penulisan skripsi penelitian ini tidak lepas

dari bantuan serta dukungan dari berbagai pihak. Untuk itu penulis mohon untuk

mengucapkan terima kasih kepada :

1. Ayahanda Yemba Dg. Masalle dan Ibunda A. Nurwana atas cinta dan kasih

sayang yang dicurahkan serta segala pengorbanannya dan iringan doa yang

tak henti diberikan kepada penulis selama mengikuti pendidikan.

2. Dr. Munirah, M.Pd. Ketua Jurusan Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia

FKIP Universitas Unismuh Makassar.

3. Dr. Muh. Akhir, M.Pd. selaku pembimbing I yang telah banyak memberikan

dukungan dan sumbangan pikiran yang sangat berharga bagi penulis.

4. Indramini, S.Pd., M.Pd. selaku Pembimbing II yang telah banyak memberikan

dukungan dan sumbangan pikiran yang sangat berharga bagi penulis.

ix

5. Seluruh sahabat dan teman seperjuangan khususnya kelas C Jurusan

Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia, terima kasih buat dukungan serta

doanya.

Penulis menyadari sepenuhnya bahwa skripsi ini tidak luput dari

kekurangan baik dari segi penulisan maupun pembahasannya. Untuk itu, penulis

sangat mengharapkan saran dan kritik yang sifat konstruktif demi penyempurnaan

skripsi ini.

Semoga Allah SWT berkenaan membalas semua kebaikan yang telah

diberikan dengan harapan semoga skripsi ini bermanfaat bagi penulis maupun orang

lain.

Amin Ya Rabbil Alamin

Makassar, Juli 2019

Penulis

x

DAFTAR ISI

SAMPUL .................................................................................................................. i

MOTTO ................................................................................................................... ii

ABSTRAK ............................................................................................................... iii

KATA PENGANTAR ............................................................................................. iv

DAFTAR ISI ............................................................................................................ vi

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang .............................................................................................. 1

B. Rumusan Masalah ......................................................................................... 3

C. Tujuan Penelitian .......................................................................................... 3

D. Manfaat Penelitian ......................................................................................... 3

BAB II KAJIAN TEORI DAN KERANGKA PIKIR

A. Penelitian Relevan .......................................................................................... 5

B. Kajian Teori .................................................................................................. 7

1. Pembelajaran Bahasa Indonesia di SMP/MTs ........................................ 7

2. Aspek keterampilan berbahasa ................................................................ 8

a. Keterampilan Menyimak ..................................................................... 9

b. Keterampilan Berbicara ...................................................................... 11

c. Keterampilan Menulis ......................................................................... 23

d. Keterampilan Membaca ...................................................................... 24

3. Metode pembelajaran problem solving instruction .................................. 24

xi

C. Kerangka Pikir ............................................................................................... 26

BAB III METODE PENELITIAN

A. Jenis Penelitian .............................................................................................. 28

B. Lokasi dan Subjek Penelitian ........................................................................ 29

C. Faktor yang diselidiki ..................................................................................... 29

D. Prosedur Penelitian ........................................................................................ 29

E. Instrumen Penelitian ...................................................................................... 32

F. Teknik Pengumpulan Data ............................................................................ 33

G. Teknik Analisis Data ..................................................................................... 34

H. Indikator Keberhasilan .................................................................................. 36

BAB VI HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A. Hasil Penelitian ............................................................................................. 37

1. Hasil Pratindakan ...................................................................................... 37

2. Siklus I ...................................................................................................... 41

3. Siklus II ..................................................................................................... 46

B. Pembahasan ................................................................................................... 50

BAB V SIMPULAN DAN SARAN

A. Simpulan .......................................................................................................... 57

B. Saran ................................................................................................................ 58

DAFTAR PUSTAKA ............................................................................................... 59

xii

DAFTAR TABEL

Tabel Halaman

Tabel 1. Pedoman Penilaian Keterampilan Berbicara Siswa ............................ 35

Tabel 2. Perhitungan Untuk Mencari Mean (rata-rata) Nilai Pretest................ 39

Tabel 3. Perhitungan Untuk Mencari Mean (rata-rata) Nilai Siklus 1 ............. 44

Tabel 4. Perhitungan Untuk Mencari Mean (rata-rata) Nilai Siklus 2 ............. 48

xiii

DAFTAR GAMBAR

Gambar Halaman

Gambar 1. Gambar Bagan Kerangka Pikir ....................................................... 27

Gambar 2. Dokumentasi Suasana Pembelajaran ...............................................

1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Pada era globalisasi dan modernisasi sekarang ini, upaya

meningkatkan kualitas sumber daya manusia menuntut sistem pembelajaran

dan pengajaran yang dapat mengarahkan peserta didik memperoleh

kemampuan untuk mengembangkan potensi-potensi yang terdapat dalam

dirinya secara optimal. Oleh karena itu, perlu adanya upaya maksimal dalam

membentuk peserta didik yang berkualitas.

Peserta didik membutuhkan pemikiran yang kritis, sistematis, logis

dan kreatif yang efektif untuk dapat memperoleh, memilih dan mengelola

informasi untuk bertahan pada keadaan yang selalu berubah dan kompetitif.

Dalam Mata pelajaran Bahasa Indonesia membutuhkan peserta didik yang

demikian, yang dimana sebagian peserta didik menganggap bahwa Bahasa

Indonesia itu hanya sekadar kumpulan kosakata yang dipelajari setiap hari.

Banyaknya konsep Bahasa Indonesia yang bersifat dinamis yang harus diserap

peserta didik dalam waktu yang relative terbatas menjadikan Bahasa Indonesia

merupakan salah satu mata pelajaran yang cukup banyak diminati bagi peserta

didik saat ini. Padahal Bahasa Indonesia jika dikaji lebih jauh, maka

didalamnya terkandung konsep dan teori yang berkaitan dengan kehidupan

sehari-hari.

Berdasarkan informasi yang penulis dapatkan dari sekolah pada saat

magang I dan II menyatakan bahwa hasil belajar yang dicapai oleh peserta

2

didik dipengaruhi oleh model pembelajaran yang digunakan selama proses

mengajar. Salah satu metode pembelajaran yang dapat diterapkan dalam proses

pembelajaran adalah metode pembelajaran problem solving instruction.

Metode pembelajaran problem solving instruction, yaitu petunjuk pemecahan

masalah dimana guru memberikan soal kepada peserta didik, kemudian peserta

didik menjawab soal dengan menggunakan metode pembelajaran problem

solving instruction.

Metode pembelajaran problem solving instruction ini digunakan bagi

peserta didik untuk memecahkan permasalahan dengan petunjuk yang

diberikan oleh guru. Dengan pendekatan ini peserta didik belajar lebih

berorientasi pada bimbingan dan petunjuk dari guru hingga peserta didik dapat

memahami konsep – konsep pembelajaran.

Dalam pengalaman magang 3 penulis mendapatkan banyak

permasalahan yang bisa di angkat ke judul yaitu mengenai rasa ingin tahu

siswa yang sangat kurang sehingga kurangnya motivasi untuk belajar.

Metode pengajaran yang dominan adalah metode ceramah dan diskusi

biasa dimana pembelajaran masih didominasi oleh guru serta siswa yang lebih

mampu di dalam masing-masing kelompok sehingga interaksi antar subyek

belajar kurang intensif. Guru lebih aktif dalam pembelajaran dan dianggap

sebagai satu-satunya sumber belajar bagi siswa serta kurangnya alam sekitar

yang di jadikan sumber belajar, walaupun sering berinteraksi dan ditemui

dalam kehidupan, akibatnya siswa cenderung pasif, bosan sehingga kurang

mengasah cara berpikir kritis dan kemampuan memecahkan masalah.

3

Berdasarkan hal tersebut, maka diangkat judul “Peningkatan keterampilan

berbicara dengan menggunakan metode problem soving instruction pada

siswa kelas VIII SMP Negeri 3 Bungoro”.

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan uraian pada latar belakang, maka rumusan masalah

pada penelitian ini adalah bagaimanakah peningkatan keterampilan

Mengekspresikan pikiran dan perasaan melalui kegiatan bercerita dengan

menggunakan metode problem solving instruction pada siswa kelas VII SMP

Negeri 3 Bungoro?

C. Tujuan penelitian

Berdasarkan rumusan masalah, maka tujuan pada penelitian ini

adalah bagaimanakah peningkatan keterampilan Mengekspresikan pikiran

dan perasaan melalui kegiatan bercerita dengan menggunakan metode

problem solving instruction pada siswa kelas VII SMP Negeri 3 Bungoro?

D. Manfaat Penelitian

Manfaat yang di harapkan dari penelitian ini adalah :

1. Bagi peserta didik, dapat menumbuhkan sikap saling bekerja sama dan saling

menghargai peserta didik lain yang berkemampuan dan berlatar belakang

berbeda, dan memungkinkan peserta didik lebih bersemangat belajar Bahasa

Indonesia sehingga hasil belajar peserta didik akan meningkat.

2. Bagi guru, memberikan masukan kepada guru bahwa penggunaan model

pembelajaran sangat berpengaruh dalam meningkatkan hasil belajar peserta

didik.

4

3. Bagi peneliti, dapat menambah pengetahuan dan memberikan gambaran pada

peneliti sebagai calon guru tentang bagaimana sistem pembelajaran yang baik

di sekolah.

4. Bagi sekolah, hasil penelitian ini dapat dijadikan sebagai perbandingan dari

model pembelajaran yang sebelumnya digunakan untuk perbaikan

pembelajaran khususnya pada pelajaran Bahasa Indonesia.

5

BAB II

KAJIAN TEORI DAN KERANGKA PIKIR

A. Penelitian Relevan

Kajian hasil penelitian yang relevan adalah untuk mengkaji

beberapa penelitian yang relevan dengan penelitian ini.

1. Penelitian dari Fitri Cahyo Arini, Universitas Pendidikan Indonesia,

dengan judul penerapan metode bercerita untuk meningkatkan kemampuan

menyimak dan berbicara Siswa Kelas V Sekolah Dasar Negeri Bukanagara

pada Mata Pelajaran Bahasa Indonesia tahun 2010/2011. Pada

keterampilan menyimak dan berbicara siswa masih rendah. Hal ini karena

adanya hambatan yang cukup signifikan, yaitu permasalahan yang terpusat

pada ketidakmampuan siswa dalam menentukan unsur-unsur cerita dan

menjelaskan kembali isi cerita yang disimak. Hal ini dapat dilihat secara

umum nilai yang dapat dicapai oleh siswa belum memuaskan dimana

masih banyak siswa yang mendapatkan nilai di bawah rata-rata Kriteria

Ketuntasan Minimal (KKM). Nilai 70 sekitar 8%, nilai 60 sekitar 23%,

nilai 50 sekitar 19%, dan nilai 40 sekitar 50%. Untuk menangani masalah

tersebut, peneliti menggunakan metode bercerita. Melalui metode ini,

siswa dapat berbicara dengan memperhatikan aspek kebahasaan dan non

kebahasaan. Dengan menggunakan metode ini, nilai untuk keterampilan

berbicara siswa kelas V meningkat.

6

Dari kajian penelitian yang relevan tersebut, yang berbeda adalah

penelitian ini membahas tentang metode bercerita untuk meningkatkan

keterampilan menyimak dan berbicara.

2. Penelitian yang dilakukan oleh Citra Aulia Wulandari (2014) yang berjudul

“Peningkatan kemampuan berbicara melalui metode bermain peran pada

siswa.” Persamaan proposal ini dengan penelitian Citra Aulia Wulandari

yaitu sama-sama menilai kemampuan berbicara siswa. akan tetapi,

perbedaannya terletak pada treatment yang digunakan dalam

pembelajaran. Peneliti menggunakan metode pembelajaran problem

solving instruction, sedangkan Citra Aulia Wulandari menggunakan

musikalisasi metode bermain peran dalam pembelajaran.

3. penelitian yang dilakukan oleh Idah Saidah Fikriah (2014) yang berjudul

“Peningkatan kemampuan berbicara melalui teknik bermain peran di kelas

V MI Ath-Toiyybiyya, Kalideres, Jakarta Barat. Tahun pelajaran

2013/2014.” Persamaan proposal ini dengan penelitian Idah Saidah Fikriah

adalah sama-sama menggunakan keterampilan berbicara sebagai subjek

penelitian. Akan tetapi, perbedaannya terletak pada metode yang

digunakan. Peneliti menggunakan metode pembelajaran problem solving

instruction untuk meningkatkan keterampilan berbicara siswa, sedangkan

Idah Saidah Fikriah menggunakan metode bermain peran untuk

meningkatkan kemampuan berbicara siswa.

7

B. Kajian Teori

Untuk menghindari terjadinya salah satu penafsiran pada judul, maka

kajian pustaka digunakan sebagai pedoman dalam penulisan dan sangat

berperan dalam pengembangan dan acuan penulisan. Adapun kajian pustaka

yang digunakan adalah sebagai berikut:

1. Pembelajaran Bahasa Indonesia di SMP/MTs

Pembelajaran merupakan upaya membelajarkan siswa (Degeng,

1989). Kegiatan pengupayaan ini mengakibatkan siswa dapat mempelajari

sesuatu dengan cara yang efektif dan efisien. Upaya-upaya yang dilakukan

dapat berupa analisis tujuan dan karakteristik studi dan siswa, analisis sumber

belajar, menetapkan strategi pengorganisasian, isi pembelajaran, menetapkan

strategi penyampaian pembelajaran, menetapkan strategi pengelolaan

pembelajaran, dan menetapkan prosedur pengukuran hasil pembelajaran.

Oleh karena itu, setiap pengajar harus memiliki keterampilan dalam memilih

strategi pembelajaran untuk setiap jenis kegiatan pembelajaran. Dengan

demikian, dengan memilih strategi pembelajaran yang tepat dalam setiap

jenis kegiatan pembelajaran diharapkan pencapaian tujuan belajar dapat

terpenuhi. Gilstrap dan Martin (1975) juga menyatakan bahwa peran pengajar

lebih erat kaitannya dengan keberhasilan pembelajaran, terutama berkenaan

dengan kemampuan pengajar dalam menetapkan strategi pembelajaran.

Menurut Basiran (1999) tujuan pembelajaran bahasa adalah

keterampilan komunikasi dalam berbagai konteks komunikasi. Kemampuan

yang dikembangkan adalah daya tangkap makna, peran, daya tafsir, dan

8

mengekspresikan diri dengan berbahasa. Kesemuanya itu dikelompokkan

menjadi kebahasaan, pemahaman, dan penggunaan. Siswa menghargai dan

membanggakan bahasa Indonesia sebagai bahasa persatuan (nasional) dan

bahasa negara.

Untuk mencapai tujuan di atas, pembelajaran bahasa harus

mengetahui prinsip-prinsip belajar bahasa yang kemudian diwujudkan dalam

kegiatan pembelajarannya, serta menjadikan aspek-aspek tersebut sebagai

petunjuk dalam kegiatan pembelajarannya. Prinsip-prinsip belajar bahasa

tersebut yaitu pelajar akan belajar bahasa dengan baik bila:

a. Diperlakukan sebagai individu yang memiliki kebutuhan dan minat

b. Diberi kesempatan berpartisipasi dalam penggunaan bahasa secara

komunikatif dalam berbagai macam aktivitas.

c. Bila ia secara sengaja memfokuskan pembelajaran kepada bentuk,

keterampilan, dan strategi untuk mendukung proses pemerolehan bahasa.

d. Ia disebarkan dalam data sosiokultural dan pengalaman langsung dengan

budaya menjadi bagian dari bahasa sasaran.

e. Jika menyadari akan peran dan hakikat bahasa dan budaya.

f. Jika diberi umpan balik yang tepat menyangkut kemajuan mereka.

g. Jika diberi kesempatan untuk mengatur pembelajaran mereka sendiri

2. Aspek Keterampilan Berbahasa

Keterampilan berbahasa merupakan hal yang penting bagi seorang

pelajar karena dengan menguasai keterampilan berbahasa maka seseorang

akan lebih mudah dalam menangkap pelajaran dan memahami suatu maksud.

9

Keterampilan berbahasa merupakan sesuatu yang penting untuk dikuasai

oleh setiap orang. Dalam suatu masyarakat, setiap orang saling berhubungan

dengan orang lain dengan cara berkomunikasi. Tidak dapat dipungkiri bahwa

keterampilan berbahasa adalah salah satu unsur penting yang menentukan

kesuksesan mereka dalam berkomunikasi. Pengirim pesan aktif memilih

pesan yang akan disampaikan, memformulasikannya dalam wujud lambang-

lambang berupa bunyi atau tulisan. Proses itu disebut proses encoding.

Kemudian, lambang-lambang berupa bunyi atau tulisan tersebut disampaikan

kepada penerima. Selanjutnya, si penerima pesan aktif akan menerjemahkan

lambang-lambang berupa bunyi atau tulisan menjadi makna sehingga pesan

tersebut dapat diterima secara utuh. Proses tersebut disebut decoding. Jadi,

kedua belah pihak yang terlibat dalam komunikasi tersebut harus sama-sama

memiliki keterampilan, yaitu si penerima memiliki keterampilan memilih

lambang-lambang (bunyi atau tulisan) guna menyampaikan pesan dan si

penerima harus terampil memberi makna terhadap lambang-lambang (bunyi

atau tulisan) yang berisi pesan yang disampaikan. Ada empat aspek dalam

keterampilan berbahasa tersebut, yaitu:

a. Keterampilan menyimak

Menyimak adalah kegiatan mendengarkan lambang-lambang lisan

yang dilakukan dengan sengaja, penuh perhatian yang disertai dengan

pemahaman, apresiasi dan interpretasi untuk memeroleh pesan, informasi,

memahami makna komunikasi, dan merespon yang terkandung dalam

lambang lisan yang disimak (Ramadhani, 2016).

10

Tarigan (1994:28) menyatakan bahwa menyimak merupakan suatu

proses kegiatan mendengarkan lambang lisan dengan penuh perhatian,

pemahaman, apresiasi, serta interpretasi untuk memeroleh informasi,

menangkap isi atau pesan serta memahami makna komunikasi yang telah

disampaikan oleh pembicara melalui ujaran atau bahasa lisan.

Menurut Logan (dalam Tarigan 1994:56) tujuan menyimak beraneka

ragam, antara lain sebagai berikut:

1. Menyimak untuk belajar, yaitu menyimak dengan tujuan utama agar iadapat

memerolehpengetahuan dari bahan ujaran pembicara.

2. Menyimak untuk memeroleh keindahan audial, yaitu menyimak dengan

penekanan pada penikmatan terhadap sesuatu dari materi yang diujarkan atau

yang diperdengarkan (terutama dalam bidang seni).

3. Menyimak untuk mengevaluasi, yaitu menyimak dengan maksud agar si

penyimak dapat menilai apa-apa yang disimak itu.

4. Menyimak untuk mengapresiasi simakan, yaitu menyimak dengan maksud

agar si penyimak dapat menikmati serta menghargai apa-apa saja yang

disimaknya.

5. Menyimak untuk mengomunikasikan ide-idenya sendiri, yaitu menyimak

dengan maksud agar si penyimak dapat mengomunikasikan ide-ide, gagasan-

gagasan, maupun perasaan-perasaannya kepada orang lain dengan lancar dan

tepat.

6. Menyimak untuk membedakan bunyi-bunyi, yaitu menyimak dengan maksud

dan tujuan agar si penyimak dapat membedakan bunyi-bunyi dengan tepat.

11

Mana bunyi yang membedakan arti (distingtif) dan mana bunyi yang tidak

membedakan arti.

7. Menyimak untuk memecahkan masalah secara kreatif dan analisis, sebab dari

sang pembicara dia mungkin memperbolehkan banyak masukan berharga.

8. Menyimak untuk meyakinkan, yaitu menyimak untuk meyakinkan dirinya

terhadap suatu masalah atau pendapat yang selama ini diragukan oleh si

penyimak.

b. Keterampilan berbicara

Berbicara adalah aktivitas berbahasa kedua yang dilaksanakan

manusia dalam kegiatan berbahasa setelah aktivitas menyimak. Berdasarkan

bunyi-bunyi (bahasa) yang didengarkan itulah kemudian manusia belajar

mengucapkan dan akhirnya mampu untuk berbicara dalam suatu bahasa yang

baik. Selain itu, diperlukan juga penguasaan masalah atau gagasan yang akan

disampaikan, serta kemampuan memahami bahasa lawan bicara

(Nurgiyantoro, 1995: 276).

Berbicara adalah salah satu keterampilan berbahasa ragam lisan yang

bersifat produktif. Keterampilan berbicara mensyaratkan adanya pemahaman

minimal dari pembicara dalam membentuk sebuah kalimat. Keterampilan

berbicara pada hakikatnya merupakan keterampilan memproduksi arus sistem

bunyi artikulasi untuk menyampaikan kehendak, perasaan, dan keinginan

kepada orang lain.

Dengan demikian, berbicara itu lebih daripada hanya sekadar

pengucapan bunyi-bunyi atau kata-kata. Berbicara adalah suatu alat untuk

12

mengomunikasikan gagasan-gagasan yang disusun serta dikembangkan

sesuai dengan kebutuhan-kebutuhan sang pendengar atau penyimak. Jadi,

berbicara itu sebenarnya merupakan suatu proses bukan kemampuan, yaitu

proses penyampaian pikiran, ide, gagasan dengan bahasa lisan kepada

komunikan (orang lain ata diri sendiri). Dalam berbicara atau berkomunikasi

dengan pihalain diperlukan adanya beberapa unsur, diantaranya adalah

sebagai berikut:

1. Pembicara

2. Lawan bicara

3. Lambang (bahasa lisan)

4. Pesan, maksud, gagasan, tau ide.

Menurut Tarigan (1990), tujuan utama dari berbicara adalah untuk

berkomunikasi. Agar dapat menyampaikan pikiran secara kreatif, maka

seharusnya pembicara memahami makna segala hal yang ingin

dikomunikasikan. Pada dasarnya, berbicara itu memiliki tiga maskud utama,

yaitu:

1. Memberitahukan, melaporkan (to inform)

2. Menjamu, menghibur (to intertein)

3. Membujuk, mengajak, mendesak, meyakinkan (to persuade)

Menurut Ramadhani (2016), berbicara merupakan salah satu

kebutuhan mutlak manusia untuk dapat hidup bermasyarakat secara baik.

Sebagian besar kehidupan kita setiap harinya banyak didominasi oleh

kegiatan berbicara. Berbicara dalam kehidupan dapat berfungsi sebagai:

13

1. Alat komunikasi untuk berbagai urusan atau keperluan

2. Ekspresi sikap dan nilai demokrasi

3. Alat pengembangan dan penyebarluasan ide/pengetahuan

4. Peredam ketegangan, kecemasan dan kesedihan

a. Keterampilan berbicara

Keterampilan berbicara adalah tingkah laku manusia yang paling

distingtif dan berarti (Djago Tarigan, 1992: 146). Tingkah laku ini harus

dipelajari, baru dapat dikuasai. Anak – anak Sekolah harus belajar dari

manusia di sekitarnya, anggota keluarga, teman sepermainan, teman satu

sekolah, dan guru di sekolah. Semua pihak turut membantu anak belajar

keterampilan berbicara.

Sejalan dengan itu, St. Y. Slamet (2008: 35) menyatakan bahwa

keterampilan berbicara merupakan keterampilan yang mekanistis. Dari

pendapat ini dapat dijelaskan bahwa semakin banyak berlatih, semakin

dikuasai dan terampil seseorang dalam berbicara. Tidak ada orang yang

langsung terampil berbicara tanpa melalui proses berlatih. Di dalam berlatih

berbicara, seseorang perlu dilatih di antaranya dari segi pelafalan,

pengucapan, intonasi, pemilihan kata (diksi), dan penggunaan bahasa secara

baik dan benar.

Keterampilan berbicara merupakan keterampilan produktif yang

bersifat terpadu. Prodektif artinya pada waktu bicara orang menggunakan

Bahasa lisan untuk menghasilkan sesuatu (pembicaraan). Disebut terpadu

14

artinya pada pembicaraan itu terjadi karena penggabungan sejumlah

kemampuan yang menjadi komponen berbicara, penguasaan isi pembicaraan

dan penguasaan teknik, serta penampilan berbicara.

Dari uraian di atas dapat disimpulkan bahwa pengertian keterampilan

berbicara adalah kemampuan seseorang dalam mengungkapkan ide atau

gagasan secara lisan bersifat produktif dan mekanistis, yang hanya dapat

dikuasai dengan berlatih berbicara dan merupakan bagian tingkah laku hidup

manusia yang sangat penting sebagai alat komunikasi kepada orang lain.

keterampilan berbicara merupakan sebuah keterampilan menyampaikan

gagasan, informasi atau pesan kepada orang lain dengan menggunakan media

yang berupa simbol-simbol fonetis.

b. Tujuan Berbicara

Setiap kegiatan atau usaha tidak akan lepas dari tujuan, artinya setiap

kegiatan atau usaha tersebut pasti ingin mencapai suatu tujuan tertentu.

Dalam berbicara juga ditetapkan tujuan yang ingin dicapai setelah kegiatan

berbicara selesai. Menurut Faizah (2009), “tujuan utama berbicara adalah

untuk berkomuniasi secara langsung antara pembicara dan pendengar.”

Kemudian O’loghlin (dalam Faizah, 2011:8) menyatakan bahwa tujuan

berbicara adalah untuk mencari informasi agar pendengar bisa mengambil

dan mempergunakan informasi tersebut atau mereka menginginkannya

sebagai gambaran dari cerminan hidup mereka.”

Menurut Tarigan (2008: 16), “tujuan utama dari berbicara adalah

untuk berkomunikasi. Agar dapat menyampaikan pikiran secara efektif,

15

seyogyanyalah sang pembicara memahami makna segala sesuatu yang ingin

dikomunikasikan. Pembicara harus mampu mengevaluasi efek

komunikasinya terhadap (para) pendengarnya dan harus mengetahui prinsip-

prinsip yang mendasari segala situasi pembicaraan, baik secara umum

maupun perorangan.” Apakah sebagai alat sosial (social tool) ataupun sebagai

alat perusahaan maupun profesional (business or professional tool), maka

pada dasarnya berbicara mempunyai tiga maksud umum, yaitu:

a. Memberitahukan dan melaporkan (to inform).

b. Menjamu dan menghibur (to entertain).

c. Membujuk, mengajak, mendesak, dan meyakinkan (to persuade).

Menurut Iskandarwassid (dalam Sriwahyuni, 2013: 8), tujuan

keterampilan berbicara akan mencakup pencapaian hal-hal sebagai berikut:

1. Kemudahan Berbicara

Siswa harus mendapat kesempatan yang besar untuk melatih berbicara

sampai mereka mengembangkan keterampilan ini secara wajar, lancar,

tenang.

2. Kejelasan

Siswa berbicara dengan tepat dan jelas, baik artikulasi maupun

diksi kalimat-kalimatnya.

16

3. Bertanggung Jawab

Latihan berbicara yang baik menekankan pembicara untuk

bertanggung jawab agar berbicara secara tepat, dan dipikirkan sungguh-

sungguh.

4. Membentuk Pendengaran Kritis

Latihan berbicara mengembangkan keterampilan menyimak secara

cepat dan kritis juga menjadi tujuan utama berbicara.

5. Membentuk Kebiasaan

Kebiasaan berbicara tidak dapat dicapai tanpa kebiasaan berinteraksi

dalam bahasa yang dipelajari atau bahkan dalam bahasa ibu.

Sedangkan menurut Mudini dan Purba (2009: 4), tujuan umum

berbicara sebagai berikut:

a) Mendorong dan menstimulasi, apabila pembicara berusaha memberi

semangat dan gairah hidup kepada pendengar. Reaksi yang diharapkan adalah

menimbulkan inspirasi atau membangkitkan emosi para pendengar.

b) Meyakinkan, apabila pembicara berusaha mempengaruhi keyakinan, pendapat

atau sikap para pendengar. Alat yang paling penting dalam uraian itu adalah

argumentasi. Reaksi yang diharapkan adalah adanya persesuaian keyakinan,

pendapat atau sikap atas persoalan yang disampaikan.

c) Menggerakkan, apabila pembicara menghendaki adanya tindakan atau

perbuatan dari para pendengar.

d) Menginformasikan, apabila pembicara ingin menginformasikan tentang

sesuatu agar para pendengar dapat mengerti dan memahaminya.

17

e) Menghibur, apabila pembicara bermaksud menggembirakan atau

menyenangkan para pendengarnya. Reaksi atau respon yang diharapkan

adalah timbulnya rasa gembira, senang, dan bahagia pada hati pendengar.

Dari pendapat beberapa ahli di atas, dapat disimpulkan bahwa tujuan

berbicara adalah sebagai alat untuk memudahkan komunikasi antara

pembicara dengan pendengar dalam menyampaikan maksud pembicaraan

secara jelas dan bertanggung jawab.

c. Jenis-jenis berbicara

a. Berdasarkan situasi

Berdasarkan lingkup situasinya, ada dua macam kegiatan berbicara

di depan umum, yaitu lingkup resmi (formal) dan lingkup tidak resmi

(informal).

1) Kegiatan berbicara formal, meliputi ceramah, perencanaan dan penilaian,

interview, prosedur, perlementer, dan bercerita.

2) Kegiatan berbicara informal, meliputi: tukar pengalaman, percakapan,

penyampaian berita, pengumuman, bertelepon dan memberikan petunjuk

(Logan dkk dalam Tarigan, 1990:1976).

b. Berdasarkan tujuan

Menurut tujuannya, maka kegiatan berbicara terbagi menjadi lima

jenis, yaitu:

1. Berbicara menghibur

2. Berbicara menginformasikan

3. Berbicara menstimulasi

18

4. Berbicara meyakinkan

5. Berbicara menggerakkan

c. Berdasarkan metode penyampaian

Ada empat cara yang bisa digunakan seseorang dalam menyampaikan

pembicaraanya, yaitu:

1. Penyampaian secara mendadak

2. Penyampaian berdasarkan catatan kecil

3. Penyampaian berdasarkan hafalan

4. Penyampaian berdasarkan naskah

d. Berdasarkan jumlah penyimak

Berdasarkan jumlah penyimak, berbicara dapat dibagi atas tiga jenis,

yaitu:

1. Berbicara antarpribadi

2. Berbicara dalam kelompok kecil

3. Berbicara dalam kelompok besar

e. Berdasarkan peristiwa khusus

Menurut Logan dkk. (dalam Tarigan, 1986:56), berdasarkan peristiwa

khusus berbicara atau pidato dapat digolongkan atas enam jenis, yaitu;

1. Pidato presentasi

2. Pidato penyampaian

3. Pidato perpisahan

4. Pidato perjamuan

19

5. Pidato perkenalan

6. Pidato nominasi

d. Ciri-ciri pembicara ideal

Rusmiati (2002:30) mengemukakan bahwa terdapat sejumlah ciri-ciri

pembicara yang baik untuk dikenal, dipahami, dan dihayati, serta dapat

diterapkan dalam berbicara. Ciri-ciri tersebut meliputi hal-hal di bawah ini:

1) Memilih topik yang tepat. Pembicara yang baik selalu dapat memilih materi atau topik

pembicaraan yang menarik, aktual dan bermanfaat bagi para pendengarnya, juga

selalu mempertimbangkan minat, kemampuan, dan kebutuhan pendengamya.

2) Menguasai materi. Pembicara yang baik selalu berusaha mempelajari, memahami,

menghayati, dan menguasai materi yang akan disampaikannya.

3) Memahami latar belakang pendengar. Sebelum pembicaraan berlangsung, pembicara

yang baik bemsaha mengumpulkan informasi tentang pendengamya.

4) Mengetahui situasi. Mengidentifikasi mengenai ruangan, waktu, peralatan

penunjang berbicara, dan suasana.

5) Tujuan jelas. Pembicara yang baik dapat merumuskan tujuan pembicaranya

yang tegas, jelas, dam gambling.

6) Kontak dengan pendengar. Pembicara berusaha memahami reaksi emosi, dan

perasaan mereka, berusaha mengadakan kontak batin dengan pendengamya, melalui

pandangan mata, perhatian, anggukan, atau senyuman.

7) Kemampuan linguistiknya tinggi. Pembicara dapat memilih dan menggunakan

kata, ungkapan, dan kalimat yang tepat untuk menggambarkan jalan pikirannya,

20

dapat menyajikan materi dalam bahasa yang efektif, sederhana, dan mudah

dipahami.

8) Menguasai pendengar. Pembicara yang baik harus pandai menarik perhatian

pendengamya, dapat mengarahkan dan menggerakkan pendengamya ke arah

pembicaraannya.

9) Memanfaatkan alat bantu.

10) Penampilannya meyakinkan.

11) Berencana.

e. Hambatan dalam kegiatan berbicara

Tidak semua orang memiliki kemahiran dalam berbicara di depan umum.

Namun, kemampuan ini dapat dimiliki oleh semua orang melalui proses belajar

dan latihan secara berkesinambungan dan sistematis. Terkadang dalam proses

belajar mengajar belum bisa mendapatkan hasil yang memuaskan. Hal ini

disebabkan oleh beberapa hal yang merupakan hambatan dalam kegiatan

berbicara.

Rusmiati (Isah Cahyani dan Hodijah, 2007: 63), mengemukakan

hambatan tersebut terdiri atas hambatan yang datang dari pembicara sendiri

(internal) dan hambatan yang datang dari luar pembicara (eksternal).

a. Hambatan internal

Hambatan internal adalah hambatan yang muncul dari dalam diri

pembicara. Hal–hal yang dapat menghambat kegiatan berbicara adalah sebagai

berikut:

21

1. KetidakSempurnaan Alat Ucap

Ketidaksempurnaan pada alat ucap manusia menyebabkan terjadinya

gangguan berbicara, yakni Bahasa yang keluar dari alat ucap manusia menjadi

kurang dimengerti. Gangguan berbicara dapat disebabkan oleh faktor resonansi

menyebabkan suara yang dihasilkan menjadi bersengau, misalnya pada orang

sumbing. Pada orang sumbing suaranya menjadi bersengau karena rongga

mulut dan rongga hidung yang digunakan untuk berkomunikasi melalui defek

di langit-langit keras, sehingga resonansi yang seharusnya berjalan baik

menjadi terganggu. Kesalahan yang diakibatkan kurang sempurnanya alat ucap

akan mempengaruhi keefektifan dalam berbicara, pendengar akan salah

menafsirkan maksud pembicara.

2. Lafal dan Intonasi

Lafal adalah suatu cara seseorang atau sekelompok orang dalam

mengucapkan bunyi Bahasa. Sedangkan intonasi adalah naik turunnya lagu

kalimat. Intonasi berfungsi sebagai pembentuk makna kalimat. Seorang

pembicara harus mampu menggunakan lafal dan intonasi dengan benar supaya

tidak salah penafsiran dari para pendengar.

3. Pilihan Kata / Diksi

Pilihan kata / diksi adalah pemilihan kata-kata yang sesuai dengan apa

yang hendak kita ungkapkan. Diksi atau pilihan kata menuntun seorang

pembicara mampu memilih dan menggunakan kata-kata dengan tepat.

22

4. Struktur Bahasa

Bahasa tersusun atas beberapa struktur yaitu wacana, kalimat, kata,

fonem dan morfem. Seorang pembicara harus tahu bagaimana bagian-bagian

dari struktur bahasa tersebut yang berhubungan satu dengan lain atau

bagaimana sesuatu tersebut disatukan.

5. Gaya Bahasa

Gaya Bahasa merupakan Bahasa yang diberi gaya dengan menggunakan

ragam Bahasa yang khas dan dapat diidentifikasi melalui pemakaian Bahasa

yang menyimpang dari penggunaan bahasa sehari-hari atau yang lebih dikenal

dengan Bahasa khas. Seorang pembicara harus memiliki ciri khas tersendiri

dalam menyampaikan sesuatu untuk menarik perhatian para pendengarnya.

b. Hambatan Eksternal

Selain hambatan internal, pembicara akan menghadapi hambatan yang

datang dari luar dirinya. Hambatan itu kadang-kadang muncul dan tidak

disadari sebelumnya oleh pembicara. Hambatan eksternal meliputi:

1. Suara atau Bunyi

Hendaknya pembicara harus berani dan siap mental dalam menghadapi

suara-suara sumbang dari para pendengar yang bisa membuat mental turun.

2. Kondisi Ruangan

Kegaduhan, keributan-keributan kecil yang terjadi di ruangan bisa sedikit

membuat konsentrasi buyar. Pembicara harus fokus pada apa yang

dibawakannya, harus bisa mengondisikan pendengar supaya tetap tenang dan

tertib.

23

3. Media

Dalam menyampaikan berita, pembicara harus menyiapkan media-media

pendukung supaya komunikasi berjalan lancar tanpa hambatan.

4. Pengetahuan Pendengar

Pembicara yang baik adalah pembicara yang mampu mengetahui sejauh

mana pengetahuan yang dimiliki para pendengarnya, sehingga apa yang

disampaikannya bisa dipahami para pendengarnya dan juga tidak terjadi salah

komunikasi.

Hambatan dalam kegiatan berbicara dapat disebabkan dari faktor

pembicara sendiri dan faktor diluar pembicara. Faktor hambatan dalam diri

pembicara, misalnya gugup (demam panggung), kurangnya penguasaan materi

pembicaraan, dan kurangnya penguasaan terhadap aspek kebiasaan.

Faktor hambatan yang berasal dari luar pembicara dapat berupa kondisi

ruang, tidak adanya media dan pengetahuan pendengar yang tidak homogen.

c. Sikap mental dalam berbicara

Sikap mental yang harus dimiliki dan dibina oleh seorang pembicara

yaitu sebagai berikut:

1) Rasa komunikasi

2) Rasa humor

3) Rasa percaya diri

4) Rasa kepemimpinan

24

c. Keterampilan menulis

Dalam menulis semua unsur keterampilan berbahasa harus

dikonsentrasikan secara penuh agar mendapat hasil yang benar-benar baik.

Tarigan (1986: 15) mengatakan bahwa menulis dapat diartikan sebagai

kegiatan menuangkan ide/gagasan dengan menggunakan bahasa tulis

sebagai media penyampai.

Menulis dapat dianggap sebagai suatu proses maupun suatu hasil.

Menulis merupakan kegiatan yang dilakukan oleh seseorang untuk

menghasilkan sebuah tulisan. Mengetahui tujuan menulis sangat penting,

sebelum memulai menulis harus mengajukan pertanyaan kepada diri sendiri.

d. Keterampilan membaca

Membaca adalah adalah suatu proses yang dilakukan serta

digunakan oleh pembaca untuk memeroleh pesan yang disampaikan penulis

melalui media bahasa tulis (Tarigan, 1984:7). Pengertian lain dari membaca

adalah suatu kegiatan atau cara dalam mengupayakan pembinaan daya nalar

(Tampubolon, 1987:6). Dengan membaca, seseorang secara tidak langsung

sudah mengumpulkan kata demi kata dalam mengaitkan maksud dan arah

bacaannya yang pada akhirnya pembaca dapat menyimpulkan suatu hal

dengan nalar yang dimiliki.

Menurut Hidayah (2012:5) membaca merupakan kegiatan yang

dapat mengembangkan pemikiran dan menjernihkan cara berpikiran

seseorang. Ketika membaca, maka pengetahuan seseorang akan bertambah.

Seiring dengan bertambahnya pengetahuan yang didapatkan dari membaca,

25

maka hal ini akan meningkatkan kemampuan memori dan pemahaman

seseorang.

4. Metode Pembelajaran Problem solving instruction

Metode problem solving dikembangkan oleh John Dewey (1913)

dengan menitikberatkan pada pemecahan masalah secara rasional, logis,

benar dan tepat dengan penentuan alternatif yang berguna. Sebuah metode

dengan landasan berpikir reklektif atau berpikir kritis. Model pembelajaran

ini banyak menumbuhkan aktivitas belajar siswa baik secara individual

maupun secara kelompok. Metode problem solving bukan sekadar metode

mengajar melainkan metode berpikir karena metode ini bisa dipadukan

dengan metode lain seperti metode diskusi, inkuiri, discoveri dan lain-lain.

a. Pengertian metode problem solving

Metode problem solving adalah cara penyajian bahan pelajaran

dengan menjadikan masalah sebagai titik tolak pembahasan untuk dianalisis

dan disintesis dalam usaha untuk mencari pemecahan atau jawabannya oleh

siswa (Sudirman, dkk, 1987: 146).

Sedangkan menurut Azhar (1993:96), metode problem solving

merupakan sebuah metode pemecahan secara rasional, logis, benar, dan

tepat dengan pemecahan alternatif yang berguna.

b. Langkah-langkah metode problem solving instruction

1) Merumuskan Masalah

2) Menelaah Masalah

3) Membuat dan merumuskan masalah

26

4) Menghimpun dan Mengelompokkan data sebagai bahan pembuktian

hipotesis

5) Menentukan pilihan pemecahan masalah dan keputusan

c. Kelebihan dan kekurangan metode problem solving instruction

Kelebihan metode problem solving instruction antara lain sebagai berikut:

1) Metode ini dapat membuat pendidikan di sekolah lebih relevan dengan

kehidupan, khususnya dunia kerja.

2) Membiasakan siswa berpikir logis dan sistematis dalam pemecahan

masalah.

3) Siswa dapat belajar dari berbagai sumber, baik tertulis maupun tidak tertulis

sehingga mendapat wawasan yang lebih kaya.

4) Proses pembelajaran dengan pemecahan masalah dapat membiasakan siswa

menghadapi dan memecahkan masalah secara terarah dan terampil apabila

menghadapi permasalahan dalam kehidupan keluarga, bekerja, dan

masyarakat luas.

5) Metode ini merangsang pengembangan kemampuan berpikir siswa secara

kreatif dan menyeluruh.

Kekurangan model pembelajaran dengan metode problem solving

instruction diantaranya sebagai berikut:

1) Menuntut sumber-sumber dan sarana belajar yang cukup banyak, termasuk

waktu untuk kegiatan siswa.

27

2) Sulit untuk dapat menentukan masalah yang tingkat kesulitannya sesuai

dengan tingkat berpikir siswa yang beragam, tingkat sekolah, kelas

pengetahuan.

3) Apabila masalah tidak berbobot, maka usaha para siswa asal-asalan saja.

C. Kerangka Pikir

Model pembelajaran problem solving instruction, maka diharapkan

upaya pendidikan untuk memperoleh hasil yang lebih baik dapat

terlaksana dengan baik. Pendekatan keterampilan berbicara diharapkan

dapat memotivasi peserta didik dalam kegiatan belajar mengajar. Dengan

kata lain, peserta didik diarahkan dengan situasi nyata atau keterkaitan

dengan masalah sehari-hari dalam mentransfer ilmu. Dengan mengaitkan

materi dengan suasana nyata maka sangat diharapkan peserta didik tidak

mudah melupakan materi yang telah diterima.

Pendekatan konvensional. Hal ini dapat dilihat dari hasil belajar

yang diperoleh peserta didik.

28

Pembelajaran Bahasa Indonesia di SMP/MTs

Menyimak Berbicara Membaca Menulis

Mengekspresikan pikiran dan perasaan melalui kegiatan bercerita

Metode Problem Solving Instruction

Siklus PTK

Refleksi Pelaksanaan Perencanaan

Temuan/Hasil

Analisis

K13

29

BAB III

METODE PENELITIAN

A. Jenis Penelitian

Jenis penelitian ini adalah Penelitian Tindakan Kelas (PTK) atau

Classroom Action Research. Jenis PTK yang digunakan pada penelitian ini

adalah jenis PTK partisipan. Hopkin (dalam Emzir: 2017) mengemukakan

bahwa penelitian tindakan (action research), menghadirkan suatu

perkembangan bidang penelitian pendidikan yang mengarahkan

pengidentifikasian karakteristik kebutuhan prakmatis dari praktisi bidang

pendidikan untuk mengorganisasi penyelidikan reflektif ke dalam pengajaran

di kelas. Penelitian tindakan adalah suatu proses yang dirancang untuk

memberdayakan semua partisipan dalam proses (siswa, guru, dan peserta

lainnya) dengan maksud untuk meningkatkan praktik yang diselenggarakan di

dalam pengalaman pendidikan. PTK jenis ini menuntut keterlibatan peneliti

secara langsung dan terus menerus sejak awal sampai berakhirnya penelitian.

Suatu penelitian tindakan kelas yang dikatakan partisipan adalah apabila

orang yang akan melakukan atau melaksanakan penelitian tersebut terlibat

langsung dalam proses penelitian sejak awal sampai hasil penelitian berupa

laporan. Dengan demikian, sejak perencanaan penelitian, peneliti senantiasa

terlibat, selanjutnya peneliti memantau, mencatat, dan mengumpulkan data,

lalu menganalisa data serta berakhir dengan melaporkan hasil penelitiannya.

Menurut Arikunto (2008:74) bahwa PTK terdiri atas rangkaian empat

kegiatan yang dilakukan dalam siklus berulang. Empat kegiatan utama yang

30

ada pada setiap siklus yaitu, perencanaan (planing), pelaksanaan (acting),

pengamatan (observing), dan refleksi (reflecting).

B. Lokasi dan Subjek Penelitian

Penelitian ini dilakukan di kelas VII.D SMP Negeri 3 Bungoro

semester genap tahun pelajaran 2019, yang beralamat di Jalan Bontorannu.

Subjek penelitian adalah siswa kelas VII.D SMP Negeri 3 Bungoro dengan

jumlah siswa 26 orang.

C. Faktor yang diselidiki

Pada penelitian ini ada beberapa faktor yang ingin diselidiki,

diantaranya sebagai berikut:

1. Faktor proses, yaitu melihat kehadiran serta bagaimana keaktifan siswa dalam

proses pembelajaran melalui metode Problem solving instruction.

2. Faktor hasil, yaitu bagaimana ketuntasan belajar siswa setelah dilaksanakan

pembelajaran dengan menggunakan metode Problem solving instruction.

D. Prosedur Penelitian

Di dalam penelitian ini, prosedur penelitian dilaksanakan dengan

menggunakan siklus-siklus tindakan (daur ulang). Daur ulang dalam

penelitian diawali dengan perencanaan (planning), tindakan (action),

mengobservasi (observation), melakukan refleksi (reflection), dan seterusnya

sampai adanya peningkatan yang diharapkan tercapai, Hopkins dalam

Arikunto (2008:14). Berikut bagan siklus penelitian.

31

1. Siklus I

a. Tahap Perencanaan

Kegiatan perencanaan dilakukan oleh peneliti bersama guru

Bahasa Indonesia kelas VII.D melalui kegiatan diskusi. Hasil dari diskusi

tersebut adalah menyusun langkah-langkah penelitian yang akan

dilaksanakan selama tiga kali pertemuan. Langkah-langkah yang

dilakukan dalam tahap perencanaan adalah sebagai berikut:

1.) Merumuskan masalah yang dihadapi siswa dalam pembelajaran.

2.) Mempersiapkan tindakan yang akan dilakukan, antara lain sebagai

berikut:

a.) Berdiskusi dengan guru untuk mengidentifikasi permasalahan yang

muncul terkait dengaan kemampuan berbicara siswa.

b.) Melakukan observasi untuk mengetahui kemampuan berbicara siswa.

Perencanaan Tindakan

Observasi Refleksi

SIKLUS I

Perencanaan Tindakan

Observasi Refleksi

SIKLUS II

Hasil

32

c.) Menyusun lembar wawancara sebelum tindakan untuk mengetahui

seberapa jauh kemampuan siswa dalam berbicara.

d.) Menyusun strategi untuk memecahkan permasalahan keterampilan

berbicara dengan menggunakan metode Problem solving instruction.

e.) Menyiapkan instrumen penelitian yang digunakan.

f.) Melaksanakan praktik berbicara untuk mengetahui kemampuan awal

berbicara siswa.

b. Tahap tindakan

Tindakan yang dilakukan dalam penelitian ini adalah

penggunaan metode Problem solving instruction dalam meningkatkan

keterampilan berbicara siswa. Penelitian ini melibatkan peneliti, guru,

dan siswa. Guru berperan sebagai pengajar yang bekerjasama dengan

peneliti untuk mengimplementasikan metode Problem solving instruction

dalam pembelajaran.

c. Observasi

Observasi dilakukan untuk memantau kegiatan tindakan yang

dilakukan kepada siswa. Observasi meliputi dua hal, yaitu observasi

proses dan observasi hasil. Observasi proses meliputi seluruh proses

pembelajaran berbicara dalam setiap siklus, sedangkan observasi hasil

adalah peningkatan keterampilan berbicara sebelum dan sesudah

pelaksanaan tindakan.

d. Refleksi

33

Refleksi dilakukan setelah berakhirnya tindakan pada siklus I

dan II. Hal ini dilakukan untuk mengetahui kelebihan dan kelemahan

tindakan yang dilakukan untuk memeroleh perbaikan pada tindakan yang

kurang baik. Hasil refleksi akan didiskusikan dan dicari solusinya

sebagai panduan pada siklus berikutnya.

2. Siklus II

Pada prinsipnya kegiatan dalam siklus II ini adalah pengulangan

langkah kerja siklus sebelumnya yang telah mengalami perbaikan dan

pengembangan yang disesuaikan dengan hasil refleksi dari siklus I.

Kegiatan-kegiatan dalam siklus ini dilakukan secara spiral yang

memungkinkan terjadinya siklus-siklus yang lebih kecil yang mana tiap

siklus kecil tersebut adalah perbaikan dari siklus sebelumnya. Siklus

kedua berlangsung selama tiga kali pertemuan, dengan rincian:

pertemuan pertama dan kedua penyajian materi, sedangkan pada

pertemuan ketiga dilakukan tes akhir siklus II.

E. Instrumen Penelitian

Instrumen penelitian yang digunakan untuk mengumpulkan data

dalam penelitian ini yaitu sebagai berikut:

1. Lembar observasi

Lembar observasi digunakan untuk mendapatkan data-data

sebelum dilakukannya tindakan. Tujuannya agar peneliti mengetahui

situasi dan kondisi dari subjek dan objek penelitian.

2. Pedoman wawancara

34

Pedoman wawancara digunakan untuk mengetahui situasi dan

subjek penelitian secara lisan. Pertanyaan-pertanyaan yang disusun

berupa pertanyaan yang ditujukan untuk mengetahui kemampuan dan

kebiasaan siswa dalam proses pembelajaran.

3. Tes hasil belajar keterampilan berbicara

Tes hasil keterampilan berbicara berupa soal bacaan. Soal tersebut

disusun sesuai dengan kisi-kisi yang telah ditentukan dan akan diujikan

di akhir siklus.

4. Dokumentasi

Dokumentasi dilakukan dengan alat bantu berupa kamera.

Dokumentasi digunakan untuk merekam perilaku siswa baik di dalam

maupun di luar kelas.

F. Teknik Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data yang digunakan peneliti pada penelitian ini

adalah:

1. Teknik wawancara

Wawancara adalah proses memeroleh keterangan untuk penelitian

dengan cara tanya jawab sambil bertatap muka antara pewawancara dengan

narasumber. Hal ini dilakukan untuk mendapatkan data yang detail dan valid.

Selain itu, teknik wawancara dilakukan untuk mengumpulkan data awal

sebagai acuan atau gambaran awal dalam penelitian.

35

2. Teknik observasi

Observasi adalah kegiatan pengumpulan data melalui pengamatan atas

gejala, fenomena, dan fakta empiris yang terkait dengan masalah penelitian.

Dengan teknik ini peneliti bisa mengamati kegiatan siswa selama proses

pembelajaran di dalam kelas.

3. Teknik tes

Tes adalah teknik yang digunakan untuk mengukur bakat, minat, dan

keterampilan. Dengan teknik ini peneliti bisa mengetahui bakat, minat, serta

keterampilan siswa.

4. Dokumentasi

Dokumentasi digunakan untuk memperkuat data yang diperoleh

dalam observasi. Dokumentasi yang digunakan berupa tes bacaan siswa,

daftar nilai siswa, lembar observasi, dan foto saat melakukan kegiatan

penelitian.

G. Teknik Analisis Data

Data yang terkumpul selanjutnya dianalisis secara kuantitatif dan

kualitatif. Data mengenai hasil belajar siswa dianalisis dengan menggunakan

analisis deskriptif yang terdiri atas rata-rata (mean), rentang (range), median,

standar deviasi, nilai maksimum, dan nilai minimum yang diperoleh siswa

pada tiap siklus. Sedangkan hasil observasi akan dianalisis secara kualitatif

dengan menggunakan data kategori. Kriteria yang digunakan untuk

menentukan kategori keberhasilan dalam penilaian mengacu pada teknik

kategori nilai hasil belajar menurut Direktorat Jendral Pendidikan.

36

Pada metode Problem solving instruction dikaitkan dengan ketuntasan

belajar siswa yang mendapatkan nilai rata-rata 80,31 dan kategori

keberhasilan 70-95 persen, maka metode Problem solving instruction ini

dapat dikatakan berhasil.

Tabel 1. Pedoman penilaian keterampilan berbicara siswa

No Aspek yang dinilai Tingkatan Skala

1. Keakuratan informasi (sangat buruk --- akurat

sepenuhnya)

1 2 3 4

2. Hubungan antarinformasi (sangat sedikit ---

berhubungan dengan sepenuhnya)

1 2 3 4

3. Ketepatan struktur dan kosakata (tidak tepat ---

tepat sekali)

1 2 3 4

4. Kelancaran (terbata-bata --- lancer sekali) 1 2 3 4

5. Kewajaran urutan wacana (tidak normal ---

normal)

1 2 3 4

6. Gaya pengucapan (kaku --- wajar) 1 2 3 4

Jumlah skor …….

Dikutip dari Nurgiyantoro (1995) dengan penyesuaian oleh penulis

Prosedur dalam analisis kuantitatif ini menggunakan rumus sebagai

berikut:

37

Keterangan:

X = nilai rata-rata (mean)

∑N = Jumlah seluruh skor

N = Banyaknya subjek

H. Indikator keberhasilan

Indikator keberhasilan penelitian tindakan kelas ini adalah sebagai

berikut:

1. Apabila jumlah siswa yang mencapai ketuntasan belajar mengalami

peningkatan. Berdasarkan ketuntasan Depdiknas (Syakir, 2010) siswa

dikatakan tuntas belajar apabila memeroleh skor minimal 7,0 dari skor ideal

10.

2. Apabila aktivitas siswa dalam pembelajaran minimal 75% yang diukur

dengan melihat lembar observasi siswa.

38

BAB IV

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A. Hasil Penelitian

1. Hasil Pratindakan

Pratindakan adalah kegiatan yang dilakukan peneliti sebelum

memulai siklus I dan selanjutnya. Peneliti melakukan pratindakan

terlebih dahulu kepada siswa untuk mengetahui kemampuan berbicara

siswa. Dalam hal ini peneliti tidak menggunakan metode problem

solving instruction. Akan tetapi, peneliti langsung menerapkan materi

keterampilan berbicara.

a. Perencanaan Pratindakan

Tahap pertama yang dilakukan peneliti sebelum memulai

pratindakan adalah menentukan tujuan pembelajaran, membuat

rencana pembelajaran, menyusun lembar kegiatan siswa, dan

membuat lembar observasi. Penelitian ini dilakukan di kelas VII.D

dengan jumlah siswa sebanyak 26 orang. Penelitian yang pertama

dilakukan tanpa menggunakan metode problem solving instruction.

b. Tahap Pelaksanaan

Pelaksanaan pratindakan ini dilakukan pada hari selasa, 19

februari 2019 pada pukul 08.00-09.20 WITA. Sebelum memulai

pembelajaran, peneliti mengucapkan salam dilanjutkan dengan

membaca doa, kemudian mengecek kehadiran siswa. Saat

pelajaran akan dimulai beberapa siswa masih mengobrol, tetapi hal

39

itu tidak menjadi kendala. Setelah peneliti mulai mengondisikan

kesiapan siswa dan suasana kelas mulai tenang barulah peneliti

menjelaskan tujuan pembelajaran keterampilan berbicara. peneliti

mulai menjelaskan materi itu dari kesulitan-kesulitan yang

dihadapi semua siswa saat berbicara dan siswa sangat antusias

memperhatikan penjelasan dari peneliti. Beberapa siswa bahkan

menyampaikan keluhannya tentang kesulitan yang dialami pada

saat berbicara. Setelah peneliti selesai menyampaikan materi

pembelajaran, peneliti membagi siswa menjadi 2 kelompok,

kemudian siswa diajak untuk mengikuti tes sederhana. Tes ini

dilakukan untuk mengetahui kemampuan awal siswa tentang

materi keterampilan berbicara.

Siswa diberikan artikel yang harus dibaca dan dipahami

dalam waktu 5 menit, kemudian siswa diharuskan menjawab

beberapa pertanyaan tanpa melihat kembali artikel yang telah

dibaca dan dipahami selama 5 menit. Beberapa siswa mampu

menjawab pertanyaan dari test tersebut dalam waktu 10 menit.

Setelah selesai mengerjakan test sederhana tersebut, guru

mengumpulkan jawaban siswa. Sebelum pembelajaran usai,

peneliti menyimpulkan hasil pembelajaran dan kemudian menutup

pembelajaran dengan mengucapkan salam.

40

c. Observasi

Kegiatan observasi dilakukan selama pelaksanaan tindakan

sebagai upaya mengetahui jalannya pembelajaran. Observasi

dilaksanakan oleh peneliti yang sekaligus bertindak sebagai guru.

Aspek yang diamati dalam observasi meliputi perilaku siswa, baik

positif maupun negatif yang muncul selama pembelajaran

berlangsung.

Tabel 2. Perhitungan untuk mencari mean (rata-rata) nilai Pretest

X N

25 1

25

30 4 120

35 2 70

40 2 80

45 1 45

50 1 50

55 1 65

65 4 260

70 1 70

75 2 150

80 4 320

85 1 85

90 1 90

95 1 95

Jumlah 26 1.525

Dari data diatas dapat diketahui bahwa nilai dari = 1.525

sedangkan nilai dari N sendiri adalah 26. Oleh karena itu, dapat

diperoleh nilai rata-rata (mean) sebagai berikut:

41

=

= 58,65

Berdasarkan hasil analisis data pratindakan dapat diketahui

bahwa nilai rata-rata pratindakan sebelum dilakukan metode

problem solving instruction adalah 58,65. Rata-rata tersebut

didapatkan dengan menggunakan rumus yang terdapat pada bab

III.

Keterangan :

X = Nilai rata-rata (mean)

∑N = Jumlah seluruh skor

N = Banyaknya subjek

Dari perhitungan nilai pratindakan di atas, diperoleh nilai

58,65 dengan keterangan kurang. Oleh karena itu, dapat diambil

kesimpulan nilai pratindakan tersebut kurang berhasil dalam

pembelajaran keterampilan berbicara.

d. Refleksi

Dari hasil perhitungan nilai rata-rata tersebut, dapat diperoleh

hasil bahwa rata-rata kemampuan berbicara siswa kelas VII.D

SMP Negeri 3 Bungoro pada pratindakan yaitu 58,65. Nilai siswa

𝑋

𝑁

42

dalam pratindakan rata-rata tidak mencapai KKM. karena itu, nilai

para siswa harus ditingkatkan lagi agar mencapai KKM atau

melebihi KKM. Hasil pratindakan tersebut kurang berhasil,

sehingga tindakan siklus I harus dilakukan untuk memperbaiki

nilai siswa dalam pratindakan.

2. Siklus I

a. Perencanaan Tindakan

Tahap perencanaan siklus I peneliti membuka pelajaran

dengan mengucapkan salam dilanjutkan dengan doa, kemudian

peneliti mengecek kehadiran siswa, dan menjelaskan tujuan

pembelajaran keterampilan berbicara. peneliti pun menanyakan

kembali materi keterampilan berbicara yang telah dijelaskan pada

tahap pratindakan. Kemudian peneliti menjelaskan materi

keterampilan berbicara dengan metode problem solving

instruction. Siswa dibagi menjadi 2 kelompok belajar. Kemudian

masing-masing kelompok di berikan berikan tes berupa kuisoner.

Tindakan terakhir, peneliti menutup pelajaran dengan memberikan

kesimpulan, agar siswa lebih paham tentang materi yang diajarkan

dan memberikan penguatan. Kelas pun diakhiri, setelah peneliti

mengucapkan salam.

b. Tahap Pelaksanaan

Siklus I dilaksanakan pada Selasa, 05 februari 2019 pukul

08.00 sampai 09.20 WITA. peneliti membuka pelajaran dengan

43

mengucapkan salam dilanjutkan dengan doa. Selanjutnya peneliti

menjelaskan kembali materi keterampilan berbicara dengan metode

problem solving instruction.

Seperti pertemuan sebelumnya, Siswa sangat antusias

mengikuti pembelajaran hari itu. Setelah peneliti menjelaskan

materi, siswa ditugaskan untuk membaca artikel yang telah

disediakan dengan menggunakan metode problem solving

instruction dan menyimpulkan isi artikel tesebut. Siswa hanya

diberi waktu 5 menit untuk memahami isi artikel, kemudian siswa

harus mengerjakan artikel dengan menggunakan metode problem

solving instruction.

Selanjutnya, siswa dibagi menjadi 2 kelompok. Masing-

masing kelompok diberikan tes berupa kuisoner. Perkelompok

diberi waktu 20 menit untuk mengerjakan tes tanpa melihat artikel

yang telah dibaca sebelumnya. Saat mengerjakan tes siswa terlihat

sangat antusias, tetapi ada juga yang terlihat gugup. peneliti pun

berusaha membuat siswa mengerjakan tes dengan santai. Setelah

siswa selesai mengerjakan tes, peneliti selanjutnya menyimpulkan

pembelajaran, serta memberikan penguatan dan menutup

pembelajaran dengan mengucapkan salam.

c. Observasi

Observasi dilakukan dengan cara mengamati kegiatan dan

tingkah laku siswa selama pembelajaran berlangsung. Peneliti

44

bertindak sebagai guru sekaligus observer yang mencatat lembar

pengamatan pada pedoman observasi. Pada siklus I semua siswa

terlihat sangat antusias mengikuti kegiatan belajar mengajar.

Ketika diperkenalkan dengan metode problem solving instruction,

siswa merasa tertarik dan mengajukan beberapa pertanyaan.

Siswa mengakui bahwa mereka masih kesulitan untuk

berbicara di depan kelas. Selama pembelajaran berlangsung guru

mengetahui apa yang menjadi kesulitan siswa saat membaca dan

berbicara di depan kelas. Saat diterapkan kegiatan keterampilan

berbicara dengan menggunakan metode problem solving

instruction, siswa juga merasa sangat antusias. Cara berbicara

siswa tidak diragukan lagi, karena selama lima menit mereka sudah

selesai membaca. Namun saat diberikan tes, hanya sedikit yang

mampu menjawab pertanyaan dengan baik dan benar.

Tabel 3. Perhitungan untuk mencari mean (rata-rata) nilai siklus 1

X N

40 4 160

45 2 90

50 3 150

55 2 110

65 4 260

70 1 70

75 2 150

80 4 320

85 3 255

90 1 90

Jumlah 26 1.655

45

Dari data diatas dapat diketahui bahwa nilai dari = 1.655

sedangkan nilai dari N sendiri adalah 26. Oleh karena itu, dapat

diperoleh nilai rata-rata (mean) sebagai berikut:

=

= 63,65

Berdasarkan hasil analisis data siklus I dapat diketahui bahwa

nilai rata-rata pada siklus I dengan menggunakan metode problem

solving instruction adalah 63,65 dengan keterangan cukup. Rata-rata

tersebut didapatkan dengan menggunakan rumus yang terdapat pada

bab III.

Keterangan:

X = Nilai rata-rata (mean)

∑N = Jumlah seluruh skor

N = Banyaknya subjek

Dari perhitungan nilai siklus I di atas, dipereroleh nilai rata-

rata 63,65 dengan keterangan cukup. Nilai siswa pada siklus I

mengalami kenaikan yang cukup baik, beberapa siswa bahkan

sudah mencapai KKM, yaitu 70. Meskipun terdapat peningkatan

𝑋

𝑁

46

nilai rata-rata dari 58,65 menjadi 63,65 , tetapi nilai tersebut masih

di bawah KKM. Oleh karena itu, peneliti perlu melakukan tindakan

dalam siklus II.

d. Refleksi

Setelah pelaksanaan tindakan dan observasi, langkah

selanjutnya adalah melakukan refleksi. Refleksi merupakan suatu

kegiatan yang dilakukan dengan cara mengkaji, melihat, dan

mempertimbangkan hasil atau dampak dari tindakan yang telah

dilakukan. Dalam tahap refleksi, peneliti akan melakukan analisis

terhadap hasil tes dan nontes siklus I. Jika hasil tes belum

memenuhi nilai target yang ditentukan maka akan dilakukan

tindakan siklus II. Berdasarkan hasil refleksi ini, peneliti dapat

melakukan revisi terhadap rencana kegiatan siklus II.

Setelah melihat hasil dari siklus I, ternyata nilai siswa masih

di bawah nilai KKM (70) yaitu 63,65. Oleh karena itu, nilai para

siswa harus ditingkatkan lagi agar mencapai KKM atau melebihi

nilai KKM. Berdasarkan pengamatan di atas, tindakan dalam siklus

II harus dilakukan agar memperbaiki nilai siswa dalam siklus I.

Penggunaan metode problem solving instruction berjalan cukup

baik, meskipun nilai siswa belum mencapai KKM. Namun,

peningkatan nilai yang diperoleh siswa lebih baik dari pratindakan.

47

3. Siklus II

a. Tahap Perencanaan

Tahap perencanaan siklus II, peneliti mengucapkan salam

dilanjutkan dengan doa, kemudian mengecek kehadiran siswa.

Setelah itu peneliti membuka pelajaran dengan menjelaskan tujuan

pembelajaran. Kemudian, peneliti menanyakan kembali materi

keterampilan berbicara yang telah dijelaskan pada pertemuan di

siklus I. Setelah itu, peneliti menunjuk siswa dan memberikan

beberapa pertanyaan mengenai materi keterampilan berbicara

dengan metode problem solving instruction dan dilanjutkan dengan

memberikan tes kepada siswa. Tindakan terakhir, guru menutup

pembelajaran dengan memberikan kesimpulan dan penguatan.

b. Tahap Pelaksanaan

Pertemuan selanjutnya dalam siklus II ini dilaksanakan pada

hari Selasa, 12 maret 2019 pukul 08.00-09.20 WITA. peneliti

mengucapkan salam dilanjutkan dengan doa, kemudian peneliti

mengecek kehadiran siswa dan menjelaskan tujuan pembelajaran

keterampilan berbicara dengan metode problem solving

instruction. Suasana kelas lebih gaduh dari biasanya, kemudian

peneliti berusaha menenangkan siswa. Saat suasana kelas sudah

kondusif, peneliti mulai menjelaskan materi keterampilan berbicara

dengan metode problem solving instruction.

48

Pada siklus II siswa banyak mengajukan pertanyaan, peneliti

pun menjawab dengan antusias. Setelah selesai menjelaskan

pertanyaan, peneliti memberikan artikel untuk dibaca dalam waktu

lima menit. Siswa pun membaca dengan tenang artikel yang telah

diberikan dan mencoba berbicara di depan kelas. Setelah waktu

yang diberikan telah habis, maka siswa harus menyimpan artikel

yang telah dibaca, lalu mengisi tes dalam waktu 20 menit. Pada

siklus II, siswa terlihat lebih percaya diri untuk menjawab

pertanyaan. Tidak terlihat lagi ketegangan saat menjawab tes

tersebut, beberapa siswa bahkan mengumpulkan jawaban sebelum

waktu selesai.

Setelah semua siswa selesai mengerjakan tes, peneliti pun

memberikan kesimpulan dan penguatan tentang pembelajaran hari

itu. Peneliti pun menyatakan pendapat siswa tentang pembelajaran

keterampilan berbicara dengan metode problem solving instruction

melalui angket dan wawancara. Pembelajaran yang berlangsung

selama 90 menit pun usai, peneliti mengucapkan terima kasih

kepada siswa kelas VII.D SMP Negeri 3 Bungoro yang telah

membantu pelaksanaan penelitian tindakan kelas tersebut. Peneliti

menutup pembelajaran dengan mengucapkan salam.

c. Observasi

Tahap observasi berlangsung bersamaan dengan proses

belajar mengajar. Pada pertemuan ini, peneliti melihat siswa lebih

49

gaduh dari biasanya. Namun proses belajar mengajar hari itu lebih

baik dari siklus I dan pretest. Hal ini dapat dilihat bagaimana

keseriusan siswa memperhatikan penjelasan guru dan mengerjakan

tes.

Tabel 4. Perhitungan untuk mencari mean (rata-rata) nilai siklus 2

X N

65 1 65

70 2 140

75 5 375

80 4 320

85 5 420

90 5 450

95 4 380

Jumlah 26 2.150

Dari data diatas dapat diketahui bahwa nilai dari =

2.150 sedangkan nilai dari N sendiri adalah 26. Oleh karena itu,

dapat diperoleh nilai rata-rata (mean) sebagai berikut:

=

= 82,69

Berdasarkan hasil analisis data siklus II dapat diketahui

bahwa nilai rata-rata pada siklus II mengalami peningkatan yang

sangat tinggi dari siklus I. Nilai rata-rata siklus II adalah 82,69

dengan keterangan baik sekali, sedangkan nilai rata-rata pada

siklus I hanya 63,65 dengan keterangan cukup. Dengan kemajuan

50

tersebut, dapat dibuktikan bahwa peningkatan keterampilan

berbicara dengan metode problem solving instruction sangat

berhasil. Nilai rata-rata tersebut didapatkan dengan menggunakan

rumus yang terdapat di bab III.

Keterangan :

X = Nilai rata-rata (mean)

∑N = Jumlah seluruh skor

N = Banyaknya subjek

Dari perhitungan nilai siklus II di atas, diperoleh nilai rata-

rata 82,69 dengan keterangan baik sekali. Nilai siswa pada siklus II

mengalami kenaikan yang sangat tinggi. Nilai ini telah melampaui

nilai KKM yang telah ditetapkan yaitu 70. Oleh karena itu, peneliti

tidak perlu melakukan tindakan pada siklus III.

d. Refleksi

Pada siklus II, peneliti mendapatkan hasil yang sangat baik

dari siklus I dan pratindakan. Seluruh siswa dapat meningkatkan

keterampilan berbicara dengan metode problem solving

instruction. Peneliti dapat mengambil kesimpulan bahwa

keterampilan berbicara siswa meningkat dengan metode problem

solving instruction. Oleh karena itu penelitian dihentikan pada

siklus II ini.

𝑋 𝑁

𝑁

51

B. Pembahasan

Problem solving instruction merupakan metode untuk

mengembangkan keterampilan berbicara dan meningkatkan kecerdasan

siswa. Metode ini memiliki empat tahapan yang terdiri dari classifyng,

outlining, summarizing, dan synthesizing. Keempat tahapan ini dapat

membantu peserta didik untuk memahami, berpikir, dan berinteraksi

dengan wacana atau bacaan mulai dari makna tersurat sampai kepada

interpretasi dan reaksi terhadap pesan informasi dalam wacana/bacaan

tersebut.

Penelitian yang relevan adalah penelitian yang berjudul Penelitian

dari Fitri Cahyo Arini, Universitas Pendidikan Indonesia, dengan judul

penerapan metode bercerita untuk meningkatkan kemampuan menyimak

dan berbicara Siswa Kelas V Sekolah Dasar Negeri Bukanagara pada Mata

Pelajaran Bahasa Indonesia tahun 2010/2011. Pada keterampilan

menyimak dan berbicara siswa masih rendah. Hal ini karena adanya

hambatan yang cukup signifikan, yaitu permasalahan yang terpusat pada

ketidakmampuan siswa dalam menentukan unsur-unsur cerita dan

menjelaskan kembali isi cerita yang disimak. Hal ini dapat dilihat secara

umum nilai yang dapat dicapai oleh siswa belum memuaskan dimana

masih banyak siswa yang mendapatkan nilai di bawah rata-rata Kriteria

Ketuntasan Minimal (KKM). Nilai 70 sekitar 8%, nilai 60 sekitar 23%,

nilai 50 sekitar 19%, dan nilai 40 sekitar 50%. Untuk menangani masalah

tersebut, peneliti menggunakan metode bercerita. Melalui metode ini,

52

siswa dapat berbicara dengan memperhatikan aspek kebahasaan dan non

kebahasaan. Dengan menggunakan metode ini, nilai untuk keterampilan

berbicara siswa kelas V meningkat.

Dari kajian penelitian yang relevan tersebut, yang berbeda adalah

penelitian ini membahas tentang metode bercerita untuk meningkatkan

keterampilan menyimak dan berbicara.

Perbandingan dengan penelitian yang ada sebelumnya dapat

digunakan untuk mengukur keberhasilan implementasi metode problem

solving instruction dalam meningkatkan kemampuan berbicara. Pada

penelitian ini, peningkatan ditunjukkan siswa baik dari segi proses maupun

hasil. Keberhasilan dari segi proses ditunjukkan melalui keaktifan siswa

selama kegiatan pembelajaran. Siswa antusias mendiskusikan pokok

informasi dari teks bacaan.

Guru juga menunjukkan sikap positif terhadap metode ini. Pada

saat peneliti menjelaskan mengenai kategori-kategori yang ada dalam

metode problem solving instruction, guru membenarkan bahwa metode

tersebut tepat untuk diterapkan kepada siswa.

Keberhasilan dari segi hasil dapat dilihat dari skor tes keterampilan

berbicara siswa. Skor tes diambil dari kegiatan pratindakan, siklus I, dan

siklus II. Pada kegiatan pratindakan, siswa yang mencapai nilai KKM

sebanyak 11 orang. Pada implementasi siklus I, siswa yang mencapai nilai

KKM sebanyak 11 orang. Pada implementasi siklus II, siswa yang

53

mencapai nilai KKM sebanyak 25 orang. Jumlah siswa yang mencapai

nilai KKM meningkat dari siklus I ke siklus II.

Keberhasilan penilitian tindakan kelas dilihat dari segi proses dan

hasil. Keberhasilan dari segi proses dan hasil dilihat dari adanya

peningkatan dari kedua segi tersebut.

a. Peningkatan Kualitas Proses

Pada penelitian tindakan kali ini, siswa melalui tindakan siklus

I pertemuan pertama, siklus I pertemuan kedua, dan siklus II. Sebelum

implementasi siklus, diadakan kegiatan pratindakan. Pratindakan

berfungsi untuk mengetahui kemampuan siswa sebelum diadakannya

tindakan. Perilaku siswa pada saat pratindakan menjadi gambaran

dilaksanakannya tindakan pada siklus I. Hasil analisa dari kegiatan

pratindakan menjadi acuan untuk pelaksanaan siklus I. Implementasi

siklus ini digunakan dengan tujuan untuk memperbaiki kualitas belajar

siswa. Metode problem solving instruction digunakan dalam kegiatan

inti pembelajaran.

Setelah melaksanakan siklus I, banyak yang perlu dikoreksi.

Metode problem solving instruction yang dilakukan melalui empat

tahap kurang maksimal penerapannya. Pada tahap classifying dan

outlining, siswa dapat mengikuti instruksi dengan baik. Namun, pada

saat pelaksanaan tahap ketiga yaitu summarizing, siswa merasa

kesulitan untuk berdiri di depan kelas. Begitu pula pada tahap

synthesizing, siswa tidak dapat berbicara di depan kelas.

54

Kekurangan yang ada pada siklus I menjadi dasar

dilaksanakannya siklus II. Implementasi siklus II terarah pada empat

tahap metode problem solving instruction. Siswa diarahkan untuk

fokus pada dua tahap terakhir yaitu summarizing dan synthesizing.

Peneliti dan guru kolaborator memberikan solusi untuk kedua tahap

tersebut. Kedua tahap dilakukan secara bersama. Siswa berdiri di

depan kelas dan berbicara tentang kegiatan sehari-hari yang

dikerjakan. Solusi yang dipilih berjalan dengan efektif dan dapat

meningkatkan antusias siswa dalam mengikuti kegiatan pembelajaran.

Implementasi tindakan yang dilaksanakan pada siklus I dan

siklus II menunjukkan peningkatan yang positif. Tindakan yang

kurang optimal pada siklus I diperbaiki di siklus II. Hasilnya, siswa

menjadi lebih aktif dalam kegiatan pembelajaran.

b. Peningkatan Kualitas Hasil

Kualitas hasil diuji melalui soal tes keterampilan berbicara.

Soal tes berbentuk pidato atau bercerita. Soal tersebut diberikan

kepada siswa pada kegiatan pratindakan dan setiap siklus.

Perolehan skor tes kemampuan berbicara siswa pada kegiatan

pratindakan, siklus I, dan siklus II mengalami peningkatan yang

signifikan. KKM yang ditentukan oleh pihak sekolah menjadi acuan

keberhasilan peneliti dalam melakukan tindakan. KKM mata pelajaran

Bahasa Indonesia yang ditetapkan sebesar 70. Pada kegiatan

pratindakan, siswa yang mencapai KKM sebanyak 11 orang. Pada

55

kegiatan siklus I, siswa yang mencapai KKM sebanyak 11 orang. Pada

siklus II, siswa yang mencapai KKM sebanyak 25 orang.

Dalam suatu kegiatan belajar mengajar, guru berperan sebagai

penyampai informasi kepada siswa. Guru dipandang sebagai teladan

bagi siswa dalam segi apapun. Oleh karena itu, dalam kegiatan

mengajar guru memerlukan ide-ide yang baru atau inovasi agar siswa

tidak merasa bosan dengan pembelajaran. Salah satu inovasi yang

dapat dilakukan adalah adanya implementasi metode dalam setiap

kegiatan pembelajaran. Strategi berfungsi untuk mengembangkan

kemampuan guru dan memberikan variasi jalannya pembelajaran bagi

siswa. Pada penelitian ini, peneliti menggunakan metode problem

solving instruction untuk meningkatkan kemampuan berbicara siswa

kelas VII.D SMP Negeri 3 Bungoro.

Penerapan metode problem solving instruction dalam kegiatan

keterampilan berbicara dilakukan oleh peneliti yang telah

berkoordinasi bersama guru kolaborator untuk merancang kegiatan

pembelajaran. Metode problem solving instruction diterapkan pada inti

pembelajaran. Sebelumnya, peneliti telah mendapat informasi dari

guru kolaborator mengenai permasalahan siswa, salah satunya adalah

masalah membaca intensif siswa yang kurang. Peneliti dan guru

kolaborator sepakat untuk mengatasi masalah tersebut dengan

menerapkan metode problem solving instruction. Guru kolaborator

menunjukkan SK KD pembelajaran membaca sesuai dengan

56

kurikulum K13. Hal tersebut juga telah peneliti lakukan ketika

merancang proposal.

Setelah peneliti menjelaskan tahap-tahap dalam metode problem

solving instruction, guru kolaborator berkomentar positif. Metode

tersebut membangun siswa untuk aktif dalam kegiatan berbicara.

Pendapat guru tersebut dibuktikan dengan implementasi tindakan pada

siklus I dan siklus II yang mengalami peningkatan pada tiap siklusnya.

Pada kegiatan pratindakan, siswa yang memperoleh skor

mencapai KKM hanya 11 dari 26 siswa. Pada siklus I, siswa yang

memperoleh skor mencapai KKM meningkat menjadi 11 dari 26

siswa. Pada siklus II, siswa yang memperoleh skor mencapai KKM

meningkat menjadi 25 dari 26 siswa.

Siswa merupakan subjek dari penelitian ini. Siswa merupakan

pihak yang memiliki masalah. Masalah tersebut yang kemudian diatasi

dengan penerapan metode problem solving instruction pada kegiatan

pembelajaran keterampilan berbicara. Hal tersebut dilakukan agar

siswa mengalami peningkatan khususnya kemampuan berbicara siswa.

Perilaku siswa menunjukkan peningkatan positif dari siklus I ke

siklus II. Pada implementasi siklus I, siswa mengikuti dengan baik

kegiatan pembelajaran. Namun, pada saat tahap summarizing dan

synthesizing, siswa mengalami penurunan partisipasi. Siswa

mengantuk dan bosan selama kegiatan pembelajaran.

57

Pada implementasi siklus II, siswa lebih diarahkan untuk aktif.

Pada tahap summarizing dan shynthesizing dilakukan secara bersama.

Siswa berdiri di depan kelas dan berbicara tentang kegiatan sehari-hari

yang dikerjakan. Hal tersebut membuat suasana kelas menjadi lebih

hidup dan partisipasi siswa meningkat.

Respon siswa yang menunjukkan perilaku baik dari setiap

siklus, memperkuat kesimpulan bahwa ada peningkatan kemampuan

berbicara siswa. Selain bukti secara perilaku, bukti lain yang

menguatkan adanya peningkatan ialah hasil tes siswa yang mengalami

peningkatan dari setiap siklus seperti yang telah dijelaskan pada

pembahasan sebelumnya.

58

BAB V

SIMPULAN DAN SARAN

A. Simpulan

Berdasarkan hasil analisis data yang diperoleh di SMP Negeri 3

Bungoro, dapat disimpulkan bahwa terdapat peningkatan keterampilan

berbicara dengan menggunakan metode problem solving instruction pada

siswa kelas VII.D SMP Negeri 3 Bungoro. Hal ini dapat dibuktikan dengan

analisis data yang diperoleh dari siklus I dan siklus II yang sangat meningkat

dibandingkan pratindakan.

Nilai rata-rata yang diperoleh saat pretest adalah 58,65. Nilai yang

didapat belum mencapai KKM, kemudian dilakukan tindakan pada siklus I

dengan menggunakan metode problem solving instruction sehingga nilai rata-

rata yang didapat lebih tinggi dari nilai rata-rata pratindakan yaitu 63,65.

Nilai rata-rata pada siklus I belum mencapai KKM, tetapi pada siklus II nilai

rata-rata siswa berhasil mencapaik KKM dengan nilai rata-rata 82,69.

Respon siswa terhadap pembelajaran keterampilan berbicara

dengan menggunakan metode problem solving instruction sangat baik,

terbukti dari hasil yang didapat siswa selama pratindakan, siklus I, dan siklus

II selalu mengalami peningkatan. Dengan demikian, metode problem solving

instruction dapat digunakan untuk meningkatkan keterampilan berbicara

siswa dalam proses pembelajaran.

59

B. Saran

Berdasarkan simpulan yang telah dipaparkan, saran yang diajukan

oleh peneliti adalah hasil pembelajaran di atas telah membuktikan bahwa

metode problem solving instruction dapat meningkatkan keterampilan

berbicara siswa. Oleh karena itu, guru dapat menerapkan metode problem

solving instruction dalam materi keterampilan berbicara di SMP Negeri 3

Bungoro.

60

DAFTAR PUSTAKA

Arikunto, Suharsimi. 2008. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek.

Jakarta: PT Rineka Cipta.

Basiran, Mokh. 1999. Apakah yang Dituntut GBPP Bahasa Indonesia Kurikulum

1994?. Yogyakarta: Dedikbud. Hal.6

Burhan, Nurgiyanto. 1995. Penilaian dalam Pengajaran Bahasa dan Sastra

Indonesia. Yogyakarta: BPFE.

Faizah, Hasnah. 2009. Mata Kuliah Dasar Umum Bahasa Indonesia. Pekanbaru:

Cendikia Insani.

Gilstrap dan Martin. (1975). Current strategies for teachers. California: Goodyear

Publishing Company, Inc. Hal.5

Isah Cahyani dan Hodijah. 2007. Kemampuan Berbahasa Indonesia di SD. UPI

Pers: Bandung.

Nana, Syaodih Sukmadinata. 1997. Pengembangan Kurikulum: Teori dan Praktik.

Bandung: P.T. Remaja Rosdakarya. Hal. 8

Purba, Salamat Murdini. 2009. Pembelajaran Berbicara Modul Suplemen KKG

Bermutu (online) http: id.scribb.com.

Ramadhani, Ucy. 2016. Makalah Bahasa Indonesia tentang Menyimak.

http://myucy.blogspot.co.id. Diakses pada tanggal 18 Oktober 2018.

Rusmiati, Nepi. 2002. Model Show Case dalam Pembelajaran Keterampilan

Berbicara. Bandung: Alfa.

Sora, (16 maret 2017), “Kurikulum sebagai Pedoman dalam Pembelajaran di

Sekolah (Online),” available:http://www.kurikulum./2018/10/kurikulum-

sebagai-pedoman-dalam-pembelajaran-di-sekolah.html.

Sudana, Degeng. 1989. Ilmu Pengajaran Taksonomi Variabel. Jakarta: Direktorat

Jenderal Pendidikan Tinggi, Depdikbud. Hal.5

Tarigan, Djago. 1990. Pendidikan Bahasa Indonesia. Jakarta: Universitas

Terbuka.

Tarigan, Henry Guntur. 1984. Prinsip-Prinsip Dasar Sastra. Bandung: Angkasa.

61

Tarigan, Henry Guntur. 1986. Berbicara sebagai suatu Keterampilan Berbahasa.

Bandung: Angkasa.

Tarigan, Henry Guntur. 1994. Menyimak sebagai suatu Pengantar Keterampilan

Berbahasa. Bandung: Angkasa.

Tarigan, Henry Guntur. 2008. Menulis sebagai suatu Keterampilan Berbahasa.

Bandung: Angkasa.

62

L

A

M

P

I

R

A

N

63

Lampiran 1

RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN

(RPP)

Sekolah : SMP NEGERI 3 BUNGORO

Mata Pelajaran : Bahasa Indonesia

Kelas/Semester : VII/1

Standar Kompetensi : Berbicara

6. Mengekspresikan pikiran dan perasaan melalui

kegiatan bercerita

Kompetensi dasar : 6.1. Bercerita dengan urutan yang baik, suara,

lafal,intonasi, gesture, dan mimik yang tepat

Alokasi Waktu : 6x 40 menit ( 3x Pertemuan )

A. Tujuan Pembelajaran :

Pertemuan pertama

Peserta didik mampu bercerita dengan urutan yang baik,suara,lafal,

intonasi, gesture dan mimik yang tepat

Pertemuan Kedua

Peserta didik berlatih cara bercerita yang baik sesuai dengan pelafalan

intonasi, gesture,dan mimik yang tepat

Pertemuan Ketiga

Peserta didik dapat bercerita menarik

Karakter siswa yang diharapkan : Dapat dipercaya ( Trustworthines)

Rasa hormat dan perhatian ( respect )

Tekun ( diligence )

Tanggung jawab ( responsibility )

Berani ( courage )

Ketulusan ( Honesty )

64

B. Materi Pokok

1. Penyampaian cerita

C. Metode Pembelajaran

1. Pemodelan

2. Tanya Jawab

3. Inkuiri

4. Demonstrasi

D. Kegiatan Pembelajaran

Langkah-langkah kegiatan Pembelajaran :

Pertemuan pertama

1. Kegiatan Awal

Apersepsi :

1. Peserta didik secara berkelompok menentukan cerita yang menarik

berdasarkan persediaaan buku di perpustakaan

Motivasi :

1. Peserta didik dan guru bertanya jawab tentang cerita yang menarik

2. Kegiatan Inti

Eksplorasi

Dalam kegiatan eksplorasi, guru:

mampu bercerita dengan urutan yang baik,suara,lafal, intonasi,

gesture dan mimik yang tepat

melibatkan peserta didik mencari informasi yang luas dan dalam

tentang topik/tema materi yang akan dipelajari dengan menerapkan

prinsip alam takambang jadi guru dan belajar dari aneka sumber;

menggunakan beragam pendekatan pembelajaran, media

pembelajaran, dan sumber belajar lain;

memfasilitasi terjadinya interaksi antarpeserta didik serta antara

peserta didik dengan guru, lingkungan, dan sumber belajar lainnya;

melibatkan peserta didik secara aktif dalam setiap kegiatan

pembelajaran; dan

memfasilitasi peserta didik mampu bercerita dengan urutan yang

baik,suara,lafal, intonasi, gesture dan mimik yang tepat.

65

Elaborasi

Dalam kegiatan elaborasi, guru:

memfasilitasi peserta didik melalui pemberian tugas, diskusi, dan

lain-lain untuk memunculkan gagasan baru baik secara lisan

maupun tertulis;

memberi kesempatan untuk berpikir, menganalisis, menyelesaikan

masalah, dan bertindak tanpa rasa takut;

memfasilitasi peserta didik dalam pembelajaran kooperatif dan

kolaboratif;

Peserta didik membaca cerita

Peserta didik memilih cerita yang menarik

Peserta didik secara berkelompok menentukan pokok-pokok cerita

Peserta didik secara berkelompok merangkai pokok-pokok cerita

menjadi urutan cerita yang baik dan menarik

memfasilitasi peserta didik berkompetisi secara sehat untuk

meningkatkan prestasi belajar;

memfasilitasi peserta didik membuat laporan eksplorasi yang

dilakukan baik lisan maupun tertulis, secara individual maupun

kelompok;

memfasilitasi peserta didik untuk menyajikan hasil kerja individual

maupun kelompok;

memfasilitasi peserta didik melakukan pameran, turnamen, festival,

serta produk yang dihasilkan;

memfasilitasi peserta didik melakukan kegiatan yang

menumbuhkan kebanggaan dan rasa percaya diri peserta didik.

Konfirmasi

Dalam kegiatan konfirmasi, guru:

memberikan umpan balik positif dan penguatan dalam bentuk lisan,

tulisan, isyarat, maupun hadiah terhadap keberhasilan peserta didik,

memberikan konfirmasi terhadap hasil eksplorasi dan elaborasi

peserta didik melalui berbagai sumber,

memfasilitasi peserta didik melakukan refleksi untuk memperoleh

pengalaman belajar yang telah dilakukan,

memfasilitasi peserta didik untuk memperoleh pengalaman yang

bermakna dalam mencapai kompetensi dasar:

berfungsi sebagai narasumber dan fasilitator dalam menjawab

pertanyaan peserta didik yang menghadapi kesulitan, dengan

menggunakan bahasa yang baku dan benar;

membantu menyelesaikan masalah;

66

memberi acuan agar peserta didik dapat melakukan pengecekan

hasil eksplorasi;

memberi informasi untuk bereksplorasi lebih jauh;

memberikan motivasi kepada peserta didik yang kurang atau

belum berpartisipasi aktif.

3. Kegiatan Penutup

Dalam kegiatan penutup, guru:

bersama-sama dengan peserta didik dan/atau sendiri membuat

rangkuman/simpulan pelajaran;

melakukan penilaian dan/atau refleksi terhadap kegiatan yang sudah

dilaksanakan secara konsisten dan terprogram;

memberikan umpan balik terhadap proses dan hasil pembelajaran;

merencanakan kegiatan tindak lanjut dalam bentuk pembelajaran

remedi, program pengayaan, layanan konseling dan/atau

memberikan tugas baik tugas individual maupun kelompok sesuai

dengan hasil belajar peserta didik;

menyampaikan rencana pembelajaran pada pertemuan berikutnya.

Peserta didik mendapat tugas u ntuk berlatih bercerita

Pertemuan kedua

1. Kegiatan Awal

Apersepsi :

Peserta didik bertanya jawab dengan guru tentang cara bercerita yang

baik sesuai dengan pelafalan intonasi, gesture,dan mimik yang tepat

Motivasi :

Peserta didik mendapat tugas cara bercerita yang baik

2. Kegiatan Inti

Eksplorasi

Dalam kegiatan eksplorasi, guru:

mampu bercerita dengan urutan yang baik,suara,lafal, intonasi,

gesture dan mimik yang tepat

melibatkan peserta didik mencari informasi yang luas dan dalam

tentang topik/tema materi yang akan dipelajari dengan menerapkan

prinsip alam takambang jadi guru dan belajar dari aneka sumber;

67

menggunakan beragam pendekatan pembelajaran, media

pembelajaran, dan sumber belajar lain;

memfasilitasi terjadinya interaksi antarpeserta didik serta antara

peserta didik dengan guru, lingkungan, dan sumber belajar lainnya;

melibatkan peserta didik secara aktif dalam setiap kegiatan

pembelajaran; dan

memfasilitasi peserta didik berlatih cara bercerita yang baik sesuai

dengan pelafalan intonasi, gesture,dan mimik yang tepat.

Elaborasi

Dalam kegiatan elaborasi, guru:

Peserta didik berlatih bercerita

Peserta didik berceria dengan urutan yang baik, lafal,intonasi,

gesture, dan mimic yang tepat

memfasilitasi peserta didik melalui pemberian tugas, diskusi, dan

lain-lain untuk memunculkan gagasan baru baik secara lisan

maupun tertulis;

memberi kesempatan untuk berpikir, menganalisis, menyelesaikan

masalah, dan bertindak tanpa rasa takut;

memfasilitasi peserta didik dalam pembelajaran kooperatif dan

kolaboratif;

memfasilitasi peserta didik berkompetisi secara sehat untuk

meningkatkan prestasi belajar;

memfasilitasi peserta didik membuat laporan eksplorasi yang

dilakukan baik lisan maupun tertulis, secara individual maupun

kelompok;

memfasilitasi peserta didik untuk menyajikan hasil kerja individual

maupun kelompok;

memfasilitasi peserta didik melakukan pameran, turnamen, festival,

serta produk yang dihasilkan;

memfasilitasi peserta didik melakukan kegiatan yang

menumbuhkan kebanggaan dan rasa percaya diri peserta didik.

Konfirmasi

Dalam kegiatan konfirmasi, guru:

memberikan umpan balik positif dan penguatan dalam bentuk lisan,

tulisan, isyarat, maupun hadiah terhadap keberhasilan peserta didik,

memberikan konfirmasi terhadap hasil eksplorasi dan elaborasi

peserta didik melalui berbagai sumber,

memfasilitasi peserta didik melakukan refleksi untuk memperoleh

pengalaman belajar yang telah dilakukan,

68

memfasilitasi peserta didik untuk memperoleh pengalaman yang

bermakna dalam mencapai kompetensi dasar:

berfungsi sebagai narasumber dan fasilitator dalam menjawab

pertanyaan peserta didik yang menghadapi kesulitan, dengan

menggunakan bahasa yang baku dan benar;

membantu menyelesaikan masalah;

memberi acuan agar peserta didik dapat melakukan pengecekan

hasil eksplorasi;

memberi informasi untuk bereksplorasi lebih jauh;

memberikan motivasi kepada peserta didik yang kurang atau

belum berpartisipasi aktif.

3.Kegiatan Penutup

Dalam kegiatan penutup, guru:

bersama-sama dengan peserta didik dan/atau sendiri membuat

rangkuman/simpulan pelajaran;

melakukan penilaian dan/atau refleksi terhadap kegiatan yang sudah

dilaksanakan secara konsisten dan terprogram;

memberikan umpan balik terhadap proses dan hasil pembelajaran;

merencanakan kegiatan tindak lanjut dalam bentuk pembelajaran

remedi, program pengayaan, layanan konseling dan/atau

memberikan tugas baik tugas individual maupun kelompok sesuai

dengan hasil belajar peserta didik;

menyampaikan rencana pembelajaran pada pertemuan berikutnya.

Peserta didik mendapat tugas membaca buku yang lain

Pertemuan ketiga

1. Kegiatan Awal

Apersepsi :

1. Peserta didik memilih cerita lain yang menarik

Motivasi :

2. Menentukan cerita lain yang menarik

2. Kegiatan Akhir

Eksplorasi

Dalam kegiatan eksplorasi, guru:

69

mampu bercerita dengan urutan yang baik,suara,lafal, intonasi,

gesture dan mimik yang tepat

melibatkan peserta didik mencari informasi yang luas dan dalam

tentang topik/tema materi yang akan dipelajari dengan menerapkan

prinsip alam takambang jadi guru dan belajar dari aneka sumber;

menggunakan beragam pendekatan pembelajaran, media

pembelajaran, dan sumber belajar lain;

memfasilitasi terjadinya interaksi antarpeserta didik serta antara

peserta didik dengan guru, lingkungan, dan sumber belajar lainnya;

melibatkan peserta didik secara aktif dalam setiap kegiatan

pembelajaran; dan

memfasilitasi peserta didik berlatih dapat bercerita menarik.

Elaborasi

Dalam kegiatan elaborasi, guru:

memfasilitasi peserta didik melalui pemberian tugas, diskusi, dan

lain-lain untuk memunculkan gagasan baru baik secara lisan

maupun tertulis;

memberi kesempatan untuk berpikir, menganalisis, menyelesaikan

masalah, dan bertindak tanpa rasa takut;

Peserta didik membaca cerita lain yang menarik

Peserta didik secara berkelompok menentukan pokok-pokok cerita

Peserta didik secara berkelompok merangkai pokok-pokok cerita

menjadi cerita yang baik dan menarik

memfasilitasi peserta didik dalam pembelajaran kooperatif dan

kolaboratif;

memfasilitasi peserta didik berkompetisi secara sehat untuk

meningkatkan prestasi belajar;

memfasilitasi peserta didik membuat laporan eksplorasi yang

dilakukan baik lisan maupun tertulis, secara individual maupun

kelompok;

memfasilitasi peserta didik untuk menyajikan hasil kerja individual

maupun kelompok;

memfasilitasi peserta didik melakukan pameran, turnamen, festival, serta produk yang dihasilkan;

memfasilitasi peserta didik melakukan kegiatan yang

menumbuhkan kebanggaan dan rasa percaya diri peserta didik.

70

Konfirmasi

Dalam kegiatan konfirmasi, guru:

memberikan umpan balik positif dan penguatan dalam bentuk lisan,

tulisan, isyarat, maupun hadiah terhadap keberhasilan peserta didik,

memberikan konfirmasi terhadap hasil eksplorasi dan elaborasi

peserta didik melalui berbagai sumber,

memfasilitasi peserta didik melakukan refleksi untuk memperoleh

pengalaman belajar yang telah dilakukan,

memfasilitasi peserta didik untuk memperoleh pengalaman yang

bermakna dalam mencapai kompetensi dasar:

berfungsi sebagai narasumber dan fasilitator dalam menjawab

pertanyaan peserta didik yang menghadapi kesulitan, dengan

menggunakan bahasa yang baku dan benar;

membantu menyelesaikan masalah;

memberi acuan agar peserta didik dapat melakukan pengecekan

hasil eksplorasi;

memberi informasi untuk bereksplorasi lebih jauh;

memberikan motivasi kepada peserta didik yang kurang atau

belum berpartisipasi aktif.

3.Kegiatan Penutup

Dalam kegiatan penutup, guru:

bersama-sama dengan peserta didik dan/atau sendiri membuat

rangkuman/simpulan pelajaran;

melakukan penilaian dan/atau refleksi terhadap kegiatan yang sudah

dilaksanakan secara konsisten dan terprogram;

memberikan umpan balik terhadap proses dan hasil pembelajaran;

merencanakan kegiatan tindak lanjut dalam bentuk pembelajaran

remedi, program pengayaan, layanan konseling dan/atau

memberikan tugas baik tugas individual maupun kelompok sesuai

dengan hasil belajar peserta didik;

menyampaikan rencana pembelajaran pada pertemuan berikutnya.

E. Sumber belajar

1. Perpustakaan

2. Buku-buku yang berisi cerita

3. Buku teks

71

4. Alat peraga

F. Penilaian

Indikator Pencapaian

Kompetensi

Penilaian

Teknik

Penilaian

Bentuk

Penilaian Instrumen

Mampu menentukan

pokok-pokok cerita

Mampu merangkai pokok-pokok cerita

menjadi urutan cerita

yang baik dan menarik

Mampu bercerita dengan urutan yang

baik, suara, lafal,

intonasi, gestur, dan

mimik yang tepat

Tes

tertulis

Tes

praktik/ki

nerja

Uraian

Uji petik

kerja

Tulislah pokok-pokok

cerita yang terdapat di

dalam buku cerita yang

kamu baca!

Rangkailah pokok-pokok

cerita itu menjadi urutan

cerita!

Berceritalah dengan urutan yang baik serta

suara, lafal, intonasi,

gestur, dan mimik yang

tepat!

1. Tentukan pokok-pokok cerita yang terdapat dalam cerica ini !

No Kegiatan Skor

1

2

Peserta didik dapat menentukan unsure instrinsik cerita :

a. Tokoh utama dalam ceria

b. Watak tokoh utama

c. Tokoh antagonis dalam cerita

d. Watak tokoh utama pendukung

e. Alur cerita

f. Setting cerita 3 tempat )

Rangkaikanlah pokok-pokok cerita menjadi urutan cerita :

a. Peserta didik dapat merangkaikan pokok-pokok cerita

1

1

1

1

1

2

5

72

menjadi urutan cerita yang baik dan menarik

b. Peserta didik dapat merangkaikan dengan bahas yang

menarik tetapi urutannya kurang baik

c. Peserta didik dapat merangkaikan cerita tetapi urutannya

kurang baik dan bahasanya kurang menarik

d. Peserta didik dapat merangkaikan cerita tetapi tidak

lengkap

e. Peserta didik tidak mengerjakan

4

3

2

0

73

1. Berceritalah dengan urutan yang baik serta

suara,lafal,intonasi,gesture,dan mimic yang tepat !

No Aspek Deskriptor 1 2 3 4

1

2

3

4

5

Kesesuaian isi

Kesesuaian

visualisasi

Pelafalan

Jeda dan

intonasi

Gerak/mimik

Isi cerita sesuai dengan pokok-pokok

cerita

Visualisasi mendukung isi cerita

Pelafalan kata secara jelas dan tepat

Pengaturan jeda, tinggi rendahnya,

keras lemah suara, cepat, lambatnya

cerita

Keserasian antara ekspresi,wajah,

gerak, sikap, dan ucapan

Nilai Maksimal : No. 1 = 5

No. 2 = 5

No. 3 = 25

No. 4 = 25

Jumlah = 60

Penghitungan nilai terakhir dalam skala 0 – 100 adalah sbb. :

Nilai akhir : Skor yang diperoleh

X 100

Skor maksimal

74

Mengetahui,

Kepala Sekolah

Drs. ALIMUDDIN, M.Pd

NIP. 19690404 199412 1 005

Bungoro, Februari 2019

Guru Mapel Bhs Indonesia

ANDI NURLENA, S.Pd

NIP.

75

RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN

(RPP)

Sekolah : SMP NEGERI 3 BUNGORO

Mata Pelajaran : Bahasa Indonesia

Kelas/Semester : VII.D/1

Standar Kompetensi : Berbicara

6. Mengekspresikan pikiran dan perasaan melalui

kegiatan bercerita

Kompetensi dasar : 6.2. Bercerita dengan menggunakan metode

problem solving instruction

Alokasi Waktu : 4 x 40 menit ( 2x Pertemuan )

A. Tujuan Pembelajaran :

Pertemuan pertama

Peserta didik mampu bercerita

Pertemuan kedua :

Peserta didik mampu bercerita dengan menggunakan metode problem

solving instruction

Karakter siswa yang diharapkan : Dapat dipercaya ( Trustworthines)

Rasa hormat dan perhatian ( respect )

Tekun ( diligence )

Tanggung jawab ( responsibility )

Berani ( courage )

76

B. Materi Pokok

1. Penyampaian cerita dengan metode problem solving instruction

C. Metode Pembelajaran

1. Pemodelan problem solving instruction

2. Tanya Jawab

3. Inkuiri

4. Demonstrasi

D. Kegiatan Pembelajaran

Langkah-langkah kegiatan Pembelajaran :

Pertemuan pertama

1. Kegiatan Awal

Apersepsi :

1. Peserta didik secara berkelompok menentukan cerita yang menarik

berdasarkan persediaaan buku di perpustakaan

Motivasi :

2. Peserta didik dan guru bertanya jawab tentang cerita yang menarik.

2. Kegiatan Inti

Eksplorasi

Dalam kegiatan eksplorasi, guru:

mampu bercerita dengan urutan yang baik,suara,lafal, intonasi,

gesture dan mimik yang tepat

melibatkan peserta didik mencari informasi yang luas dan dalam

tentang topik/tema materi yang akan dipelajari dengan menerapkan

prinsip alam takambang jadi guru dan belajar dari aneka sumber;

menggunakan beragam pendekatan pembelajaran, media

pembelajaran, dan sumber belajar lain;

memfasilitasi terjadinya interaksi antarpeserta didik serta antara

peserta didik dengan guru, lingkungan, dan sumber belajar lainnya;

melibatkan peserta didik secara aktif dalam setiap kegiatan

pembelajaran; dan

memfasilitasi peserta didik mampu bercerita dengan urutan yang

baik,suara,lafal, intonasi, gesture dan mimik yang tepat.

77

Elaborasi

Dalam kegiatan elaborasi, guru:

memfasilitasi peserta didik melalui pemberian tugas, diskusi, dan

lain-lain untuk memunculkan gagasan baru baik secara lisan

maupun tertulis;

memberi kesempatan untuk berpikir, menganalisis, menyelesaikan

masalah, dan bertindak tanpa rasa takut;

memfasilitasi peserta didik dalam pembelajaran kooperatif dan

kolaboratif;

Peserta didik mampu bercerita

memfasilitasi peserta didik berkompetisi secara sehat untuk

meningkatkan prestasi belajar;

memfasilitasi peserta didik membuat laporan eksplorasi yang

dilakukan baik lisan maupun tertulis, secara individual maupun

kelompok;

memfasilitasi peserta didik untuk menyajikan hasil kerja individual

maupun kelompok;

memfasilitasi peserta didik melakukan pameran, turnamen, festival,

serta produk yang dihasilkan;

memfasilitasi peserta didik melakukan kegiatan yang

menumbuhkan kebanggaan dan rasa percaya diri peserta didik.

Konfirmasi

Dalam kegiatan konfirmasi, guru:

memberikan umpan balik positif dan penguatan dalam bentuk lisan,

tulisan, isyarat, maupun hadiah terhadap keberhasilan peserta didik,

memberikan konfirmasi terhadap hasil eksplorasi dan elaborasi

peserta didik melalui berbagai sumber,

memfasilitasi peserta didik melakukan refleksi untuk memperoleh

pengalaman belajar yang telah dilakukan,

memfasilitasi peserta didik untuk memperoleh pengalaman yang

bermakna dalam mencapai kompetensi dasar:

berfungsi sebagai narasumber dan fasilitator dalam menjawab

pertanyaan peserta didik yang menghadapi kesulitan, dengan

menggunakan bahasa yang baku dan benar;

membantu menyelesaikan masalah;

memberi acuan agar peserta didik dapat melakukan pengecekan

hasil eksplorasi;

memberi informasi untuk bereksplorasi lebih jauh;

memberikan motivasi kepada peserta didik yang kurang atau

belum berpartisipasi aktif.

78

3. Kegiatan Penutup

Dalam kegiatan penutup, guru:

bersama-sama dengan peserta didik dan/atau sendiri membuat

rangkuman/simpulan pelajaran;

melakukan penilaian dan/atau refleksi terhadap kegiatan yang sudah

dilaksanakan secara konsisten dan terprogram;

memberikan umpan balik terhadap proses dan hasil pembelajaran;

merencanakan kegiatan tindak lanjut dalam bentuk pembelajaran

remedi, program pengayaan, layanan konseling dan/atau

memberikan tugas baik tugas individual maupun kelompok sesuai

dengan hasil belajar peserta didik;

menyampaikan rencana pembelajaran pada pertemuan berikutnya.

Pertemuan kedua

1. Kegiatan Awal

Apersepsi :

Peserta didik bertanya jawab dengan guru tentang cara bercerita yang

baik sesuai dengan pelafalan intonasi, gesture,dan mimik yang tepat

Motivasi :

Peserta didik mendapat tugas cara bercerita yang baik

2. Kegiatan Inti

Eksplorasi

Dalam kegiatan eksplorasi, guru:

mampu bercerita dengan urutan yang baik,suara,lafal, intonasi,

gesture dan mimik yang tepat

melibatkan peserta didik mencari informasi yang luas dan dalam

tentang topik/tema materi yang akan dipelajari dengan menerapkan

prinsip alam takambang jadi guru dan belajar dari aneka sumber;

menggunakan beragam pendekatan pembelajaran, media

pembelajaran, dan sumber belajar lain;

memfasilitasi terjadinya interaksi antarpeserta didik serta antara

peserta didik dengan guru, lingkungan, dan sumber belajar lainnya;

melibatkan peserta didik secara aktif dalam setiap kegiatan

pembelajaran; dan

79

memfasilitasi peserta didik berlatih cara bercerita yang baik sesuai

dengan pelafalan intonasi, gesture,dan mimik yang tepat.

Elaborasi

Dalam kegiatan elaborasi, guru:

Peserta didik mampu bercerita dengan alat peraga

memfasilitasi peserta didik melalui pemberian tugas, diskusi, dan

lain-lain untuk memunculkan gagasan baru baik secara lisan

maupun tertulis;

memberi kesempatan untuk berpikir, menganalisis, menyelesaikan

masalah, dan bertindak tanpa rasa takut;

memfasilitasi peserta didik dalam pembelajaran kooperatif dan

kolaboratif;

memfasilitasi peserta didik berkompetisi secara sehat untuk

meningkatkan prestasi belajar;

memfasilitasi peserta didik membuat laporan eksplorasi yang

dilakukan baik lisan maupun tertulis, secara individual maupun

kelompok;

memfasilitasi peserta didik untuk menyajikan hasil kerja individual

maupun kelompok;

memfasilitasi peserta didik melakukan pameran, turnamen, festival,

serta produk yang dihasilkan;

memfasilitasi peserta didik melakukan kegiatan yang

menumbuhkan kebanggaan dan rasa percaya diri peserta didik.

Konfirmasi

Dalam kegiatan konfirmasi, guru:

memberikan umpan balik positif dan penguatan dalam bentuk lisan,

tulisan, isyarat, maupun hadiah terhadap keberhasilan peserta didik,

memberikan konfirmasi terhadap hasil eksplorasi dan elaborasi

peserta didik melalui berbagai sumber,

memfasilitasi peserta didik melakukan refleksi untuk memperoleh

pengalaman belajar yang telah dilakukan,

memfasilitasi peserta didik untuk memperoleh pengalaman yang

bermakna dalam mencapai kompetensi dasar:

berfungsi sebagai narasumber dan fasilitator dalam menjawab

pertanyaan peserta didik yang menghadapi kesulitan, dengan

menggunakan bahasa yang baku dan benar;

membantu menyelesaikan masalah;

memberi acuan agar peserta didik dapat melakukan pengecekan

hasil eksplorasi;

80

memberi informasi untuk bereksplorasi lebih jauh;

memberikan motivasi kepada peserta didik yang kurang atau

belum berpartisipasi aktif.

3.Kegiatan Penutup

Dalam kegiatan penutup, guru:

bersama-sama dengan peserta didik dan/atau sendiri membuat

rangkuman/simpulan pelajaran;

melakukan penilaian dan/atau refleksi terhadap kegiatan yang sudah

dilaksanakan secara konsisten dan terprogram;

memberikan umpan balik terhadap proses dan hasil pembelajaran;

merencanakan kegiatan tindak lanjut dalam bentuk pembelajaran

remedi, program pengayaan, layanan konseling dan/atau

memberikan tugas baik tugas individual maupun kelompok sesuai

dengan hasil belajar peserta didik;

menyampaikan rencana pembelajaran pada pertemuan berikutnya.

Peserta didik mendapat tugas membaca buku yang lain

E. Sumber belajar

1. Perpustakaan

2. Buku-buku yang berisi cerita

3. Buku teks

4. Alat peraga

F. Penilaian

Indikator Pencapaian

Kompetensi

Penilaian

Teknik

Penilaian

Bentuk

Penilaian Instrumen

Mampu menentukan

pokok-pokok cerita

Mampu merangkai pokok-pokok cerita

menjadi kerangka

Tes

tertulis

Uraian

Tulislah pokok-pokok

cerita yang terdapat di

dalam teks cerita yang

kamu baca!

Rangkailah pokok-pokok

81

cerita yang menarik

Mampu bercerita

dengan menggunakan

alat peraga berdasarkan

kerangka cerita

cerita itu menjadi

kerangka cerita!

Berceritalah dengan

dukungan alat peraga!

1. Tentukan pokok-pokok cerita yang terdapat dalam cerica ini !

No Kegiatan Skor

1

2

Peserta didik dapat menentukan unsure instrinsik cerita :

a. Tokoh utama dalam ceria

b. Watak tokoh utama

c. Tokoh antagonis dalam cerita

d. Watak tokoh utama pendukung

e. Alur cerita

f. Setting cerita 3 tempat )

Rangkaikanlah pokok-pokok cerita menjadi urutan cerita :

a. Peserta didik dapat merangkaikan pokok-pokok

cerita menjadi urutan cerita yang baik dan menarik

b. Peserta didik dapat merangkaikan dengan bahas

yang menarik tetapi urutannya kurang baik

c. Peserta didik dapat merangkaikan cerita tetapi

urutannya kurang baik dan bahasanya kurang

menarik

d. Peserta didik dapat merangkaikan cerita tetapi tidak

lengkap

e. Peserta didik tidak mengerjakan

1

1

1

1

1

2

5

4

3

2

0

82

2. Berceritalah dengan urutan yang baik serta

suara,lafal,intonasi,gesture,dan mimic yang tepat !

No Aspek Deskriptor 1 2 3 4

1

2

3

4

5

Kesesuaian isi

Kesesuaian

visualisasi

Pelafalan

Jeda dan

intonasi

Gerak/mimik

Isi cerita sesuai dengan pokok-pokok

cerita

Visualisasi mendukung isi cerita

Pelafalan kata secara jelas dan tepat

Pengaturan jeda, tinggi rendahnya,

keras lemah suara, cepat, lambatnya

cerita

Keserasian antara ekspresi,wajah,

gerak, sikap, dan ucapan

Nilai Maksimal : No. 1 = 5

No. 2 = 5

No. 3 = 25

No. 4 = 25

Jumlah = 60

Penghitungan nilai terakhir dalam skala 0 – 100 adalah sbb. :

Nilai akhir : Skor yang diperoleh

X 100

Skor maksimal

83

Mengetahui,

Kepala Sekolah

Drs. ALIMUDDIN, M.Pd

NIP. 19690404 199412 1 005

Bungoro, Februari 2019

Guru Mapel Bhs Indonesia

ANDI NURLENA, S.Pd

NIP. -

84

Lampiran 2

Proses Pembelajaran di Kelas

85

86

Guru Sedang Mengajar

87

88

Lampiran 3

Hasil Siklus 1

89

90

Hasil Siklus 2

91

92

Lampiran 4

LEMBAR OBSERVASI GURU

No Kegiatan Pelaksanaan

Ya Tidak

1. Merumuskan Masalah

2. Menelaah Masalah

3. Membuat dan merumuskan masalah

4. Menghimpun dan Mengelompokkan data sebagai

bahan pembuktian hipotesis

5. Menentukan pilihan pemecahan masalah dan

keputusan

93

Lampiran 5

LEMBAR OBSERVASI SISWA

Sekolah / Kelas : SMP Negeri 3 Bungoro

Hari / Tanggal :

Nama Guru :

Nama Observer :

Tujuan :

Siswa mampu mengekspresikan pikiran dan perasaan melalui kegiatan bercerita

Petunjuk :

Observer harus berada pada posisi yang tidak mengganggu pembelajaran tetapi

tetap dapat memantau setiap kegiatan yang dilakukan siswa.

No Aktivitas belajar siswa Pelaksanaan

Ya tidak

A. Pengetahuan dialami, dipelajari,

dan ditemukan oleh siswa

1. Melakukan pengamatan atau

penyelidikan

2. Menjawab pertanyaan dengan

aktif

3. Berbicara dengan aktif

B. Siswa melakukan sesuatu untuk

memahami materi pelajaran

94

(membangun pemahaman)

1. Berpikir kreatif (misalnya

mencoba memecahkan masalah-

masalah pada pada latihan soal

yang mempunyai variasi berbeda

dengan contoh yang diberikan)

2. Berpikir kritis (misalnya mampu

menemukan kejanggalan,

kelemahan atau kesalahan yang

dilakukan orang lain dalam

menyelesaikan soal atau tugas)

95

RIWAYAT HIDUP

Riswan Salle di lahirkan di Pangkajene, pada tanggal 25 Januari

1996. Penulis merupakan anak pertama dari 4 bersaudara anak

dari pasangan ayah yang bernama Yemba, S.Pd. dan Ibu yang

bernama A. Nurwana.

Penulis mengawali pendidikan informal pada tahun 2001 di TK. Ranting

Labakkang Kabupaten Pangkep. Kemudian pendidikan formal pada tahun 2002 di

SDN 1 Labakkang dan tamat pada tahun 2008. Pada tahun yang sama, penulis

melanjutkan pendidikan ke SMP Negeri 1 Labakkang dan tamat tahun 2011. Pada

tahun yang sama pula, penulis melanjutkan pendidikan ke SMA Negeri 1 Bungoro

yang telah berganti nama menjadi SMA Negeri 3 Pangkep dan tamat pada tahun

2014. Pada tahun 2014 penulis melanjutkan pendidikan di Universitas

Muhammadiyah Makassar pada Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan (FKIP)

Jurusan Bahasa dan Sastra Indonesia program S-1 dan selesai tahun 2019. Berkat

rahmat tuhan yang maha kuasa dan iringan doa dari orang tua dan saudara, serta

rekan-rekan seperjuangan di bangku kuliah, terutama mahasiswa serta dosen

jurusan Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia, perjuangan panjang penulis

dalam mengikuti perguruan tinggi dapat berhasil dengan tersusunnya skripsi yang

berjudul “Peningkatan Keterampilan mengekspresikan Pikiran dan Perasaan

Melalui Kegiatan Bercerita Dengan Menggunakan Metode Problom Solving

Instruction Pada Siswa Kelas VII.D SMP Negeri 3 Bungoro. Tahun Pelajaran

2018-2019.

semoga skripsi ini bermanfaat bagi pembaca.