peningkatan keterampilan motorik halus melalui kegiatan ...

205
PENINGKATAN KETERAMPILAN MOTORIK HALUS MELALUI KEGIATAN BERMAIN SLIME DI KELOMPOK A PAUD MUBINA BEKASI TAHUN 2018/2019 SKRIPSI Diajukan kepada Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan Untuk Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan (S.Pd) Oleh : RAFIATUL JANNAH NIM. 11140184000020 JURUSAN PENDIDIKAN ISLAM ANAK USIA DINI (PIAUD) FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA 2018/2019

Transcript of peningkatan keterampilan motorik halus melalui kegiatan ...

PENINGKATAN KETERAMPILAN MOTORIK HALUS

MELALUI KEGIATAN BERMAIN SLIME DI KELOMPOK A

PAUD MUBINA BEKASI TAHUN 2018/2019

SKRIPSI

Diajukan kepada Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan Untuk Memperoleh Gelar

Sarjana Pendidikan (S.Pd)

Oleh :

RAFIATUL JANNAH

NIM. 11140184000020

JURUSAN PENDIDIKAN ISLAM ANAK USIA DINI (PIAUD)

FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN

UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA

2018/2019

i

PENINGNKATAN KETERAMPILAN MOTORIK HALUS MELALUI

KEGIATAN BERMAIN SLIME DI KELOMPOK A PAUD MUBINA BEKASI

TAHUN 2018/2019

Oleh :

Rafiatul Jannah (11140184000020)

Abstrak

Penelitian tindakan kelas ini bertujuan untuk meningkatkan keterampilan

motorik halus anak melalui kegiatan bermain slime pada kelompok A PAUD

MUBINA Bekasi. Jenis penelitian yang digunakan adalah penelitian tindakan kelas

kolaboratif dengan menggunakan Model Kemmis dan Mc Taggart, penelitian selama

II siklus. Subjek penelitian adalah anak didik kelompok A PAUD Mubina Bekasi,

yang berjumlah 12 anak. Objek penelitian ini adalah keterampilan motorik halus anak

melalui kegiatan bermain slime. Metode pengumpulan data yang digunakan adalah

observasi. Instrument yang digunakan adalah pedoman observasi. Teknik analisis

data dilakukan secara deskriptif kualitatif dan kuantitatif. Indikator keberhasilan yang

ditetapkan yaitu jika minimal 75% dari 12 anak yang keterampilan motorik halus

melalui kegiatan bermain slime dengan kriteria sangat baik.

Hasil penelitian menunjukkan adanya peningkatan bertahap pada

keterampilan motorik halus melalui kegiatan bermain slime. Peningkatan

keterampilan motorik halus terlihat dari indikator yang diambil dari aspek motorik

halus, koordinasi bilateral, koordinasi mata-tangan, dan keterampilan manipulasi.

Keterampilan motorik halus anak pada pra tindakan 26,21%, dan pada siklus I

meningkat menjadi 57,29%. Karena masih kurang dari tingkat keberhasilan maka

dilakukannya siklus II, pada siklus II meningkat sangat baik dengan mendapatkan

presentase 76%. Dengan perolehan tersebut maka penelitian dihentikan karena telah

mencapai kriteria keberhasilan.

Kata kunci : keterampilan motorik halus, kegiatan bermain, media slime.

ii

KATA PENGANTAR

Bismillahirrahmanirrahim.

Syukur Alhamdulilah kehadirat Allah SWT, karena atas rahmat dan

hidayah-Nya penulis dapat menyelesaikan skripsi ini. Shalawat beserta salam

selalu tercurah kepada nabi Muhammad SAW.

Terimakasih teramat banyak penulis haturkan kepada kedua orang tua

tercinta Ayahanda Syamsul Huda dan Ibunda Siti Rofiqoh, atas segala doa

dan pengorbanannya telah mendidik penulis dengan penuh kasih sayang, you

are my everything.

Dalam pembuatan dan penulisan skripsi ini tak lepas dari dukungan

dan dorongan semua pihak. Penulis menyadari selama pembuatan skripsi ini

banyak terdapat hambatan dan kendala yang dihadapi baik yang bersifat

materil maupun moril. Oleh karena itu, dalam kesempatan ini penulis

mengucapkan terimakasih kepada:

1. Prof. Dr. Ahmad Thib Raya, MA. selaku Dekan Fakultas Ilmu Tarbiyah

dan keguruan Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.

2. Siti Khadijah, MA, selaku Ketua Jurusan Pendidikan Islam Anak Usia

Dini UIN Syarif Hidayatullah Jakarta sekaligus

3. Miratul Hayati, M.Pd selaku Dosen Pembimbing I, atas bimbingan dan

semangat yang tiada henti yang diberikan selama proses penyusunan

skripsi dan persetujuan dilaksanakannya sidang ujian skripsi.

4. Mas Roro Diah Wahyu Lestari, M.Pd selaku Dosen Pembimbing II, yang

telah memberikan bimbingan dan arahan selama penulisan skripsi.

5. Dra. Eni Rosda Syarbaini, M.Psi selaku Dosen Pembimbing Akademik

yang telah memberikan bimbingan, arahan, dan motivasi selama saya

iii

kuliah sampai selesainya proses penulisan skripsi.

6. Segenap dosen Jurusan Pendidikan Islam Anak Usia Dini yang telah

menyampaikan ilmunya kepada penulis.

7. Kepala Sekolah PAUD MUBINA Bekasi, beserta pendidik dan anak didik

yang telah membantu pengambilan data dalam penyusunan skripsi ini.

8. Ibu Sri selaku guru kelompok A PAUD MUBINA, yang selalu

memberikan semangat dan membantu untuk menyelesaikan kegiatan

selama penelitian.

9. Kakak ku tersayang Iqlim Amaliya dan Adik tersayang Muhamad Aditya

Yudantara, dan seluruh keluarga besar yang tidak henti-hentinya

memberikan do’a, dukungan baik moril maupun materi, kasih sayang yang

tak ternilai harganya.

10. The best partner Agus Rahmat Fadilah yang selalu memberikan do’a,

dukungan, semangat dan motivasi dalam proses saya menyusun skripsi ini.

11. Seluruh teman-teman Cabay Syariah (Irpa, Fita, Nadia, Irfa, Tadia, Rizka,

Ody, Mira, Jihan, Evi A, Evi Ros, Huda, Selfi dan Ae), kak Ibnu dan

teman teman PIAUD 2014 yang selalu kompak untuk saling mendukung,

memberikan semangat dan motivasi dalam proses saya menyusun skripsi

ini.

12. Seluruh teman-teman Distrik PIAUD UIN Jakarta yang telah mendukung

dan memberikan semangat dalam proses saya menyusun skripsi ini.

13. Seluruh Pengurus HMJ PIAUD 2017 UIN Jakarta yang selalu memberikan

do’a, dukungan, semangat dan motivasi dalam proses saya menyusun

skripsi ini.

14. Adik-adikku angkatan 2015, 2016, 2017 dan 2018 PIAUD UIN Jakarta

iv

yang selalu memberikan do’a, dukungan, semangat dan motivasi dalam

proses saya menyusun skripsi ini.

15. Dan untuk semua pihak yang berjasa pada penulis baik yang disadari

ataupun tidak sehingga penulis dapat menyelesaikan kuliah dan skripsi ini

dengan baik

Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih banyak kekurangannya. Oleh

karena itu, penulis mengharapkan berbagai saran dan kritik sehingga dapat

memperbaiki kekurangan-kekurangan yang ditemukan dalam penelitian ini.

Demikian, semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi semua pihak terutama

bagi para pengembang produk pendidikan.

Jakarta, 27 November 2018

Rafiatul Jannah

v

DAFTAR ISI

ABSTRAK ........................................................................................................... i

KATA PENGANTAR ......................................................................................... ii

DAFTAR ISI ........................................................................................................ v

DAFTAR TABEL ................................................................................................. x

DAFTAR GAMBAR ............................................................................................ xii

DAFTAR LAMPIRAN ......................................................................................... xiv

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah ........................................................................... 1

B. Pembatas Fokus Penelitian ....................................................................... 7

C. Rumusan Masalah Penelitian ................................................................... 7

D. Tujuan Penelitian ..................................................................................... 8

E. Kegunaan Penelitian ................................................................................. 8

BAB II KAJIAN TEORITIS

A. Acuan Teori Area dan Fokus yang Diteliti

1. Konsep Penelitian Tindakan ........................................................... 11

a. Definisi Penelitian Tindakan Kelas .......................................... 11

2. Karakteristik Penelitian Tindakan .................................................. 13

3. Model-Model Penelitian Tindakan .................................................. 16

B. Konsep Model Tindakan

1. Keterampilan Motorik Halus .......................................................... 21

a. Hakikat Keterampilan ............................................................ 21

b. Keterampilan Motorik Halus ................................................. 21

c. Aspek-Aspek Motorik Halus .................................................. 26

d. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Motorik Halus ................ 28

e. Tingkat Pencapaian Perkembangan Motorik Halus ............... 28

vi

f. Tahap Perkembangan Anak Usia Dini ................................... 29

2. Teori Bermain

a. Hakikat Bermain .................................................................... 30

b. Karakteristik Bermain Untuk Anak Usia Dini ....................... 33

c. Manfaat Bermain Bagi Anak Usia Dini .................................. 34

d. Jenis Permainan ....................................................................... 35

C. Kaitan Antara Slime dengan Bermain ...................................................... 37

D. Sejarah Slime ............................................................................................ 38

E. Jenis-Jenis Slime ........................................................................................ 39

F. Bahan-Bahan Pembuatan Slime dan Cara Bermain Slime ........................ 40

G. Penelitian Relevan .................................................................................... 40

H. Kerangka Teoritik ..................................................................................... 42

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

A. Tempat dan Waktu Penelitian .................................................................. 44

1. Tempat ............................................................................................. 44

2. Waktu ............................................................................................... 44

B. Metodelogi Penelitian .............................................................................. 45

C. Prosedur Penelitian Tindakan .................................................................... 46

1. Observasi Awal ............................................................................... 47

2. Perencanaan Tindakan .................................................................... 48

a. Tahap Perencanaan ..................................................................... 48

b. Pelaksanaan Tindakan ................................................................. 49

3. Pengamatan ..................................................................................... 54

4. Refleksi ........................................................................................... 54

D. Kriteria Keberhasilan Tindakan ............................................................... 54

E. Data dan Sumber Data ............................................................................... 55

a. Pengamatan Observasi ........................................................................ 55

b. Wawancara ....................................................................................... 55

vii

F. Teknik Pengumpulan Data ......................................................................... 56

1. Jenis Instrumen ............................................................................... 56

a. Observasi ................................................................................ 56

b. Daftar Cek (Check List) ......................................................... 57

c. Studi Dokumentasi ................................................................ 57

G. Variabel Penelitian ...................................................................................... 57

a. Definisi Konseptual ............................................................................... 57

b. Definisi Operasional .............................................................................. 57

c. Kisi-Kisi Instrumen ............................................................................. 58

H. Validasi Instrumen ...................................................................................... 66

I. Validasi Data ............................................................................................. 67

1.Triangulasi ............................................................................................... 67

2. Member Check ........................................................................................ 68

J. Analisis Data .............................................................................................. 68

1. Analisis Data Kuantitatif ....................................................................... 68

2. Analisis Data Kualitatif ......................................................................... 69

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A. Deskripsi Hasil Penelitian

1. Deskripsi Umum ................................................................................ 70

2. Deskripsi Khusus ............................................................................... 71

a. Deskripsi Data dan Pra Penelitian (Pra Siklus) ............................. 71

1. Hasil Pertama Observasi ........................................................ 73

2. Hasil Kedua Observasi ........................................................... 74

3. Hasil Ketiga Observasi ........................................................... 75

4. Hasil Keempat Observasi ....................................................... 76

a. Analisis Gambaran Awal Pembelajaran............................ 77

b. Refleksi Gambaran Awal Pembelajaran .......................... 78

viii

b. Deskripsi Data dan Hasil Intervensi Tindakan ............................. 79

1. Perencanaan Tindakan Siklus I ............................................... 79

2. Tindakan Siklus I ................................................................... 81

3. Pengamatan ............................................................................ 91

4. Refleksi .................................................................................. 96

c. Deskripsi Siklus II ........................................................................ 97

1. Perencanaan ............................................................................ 97

2. Tindakan Siklus II .................................................................. 100

3. Pengamatan ............................................................................ 107

B. Analisis Data ............................................................................................ 112

a. Analisis Data Kuantitatif ..................................................................... 112

b. Analisis Daata Kualtatif ...................................................................... 115

C. Reduksi Data ............................................................................................ 116

1. Aspek Koordinasi Billateral ................................................................ 116

a. Reduksi Data ................................................................................ 116

b. Display Data ................................................................................. 117

c. Verifikasi (Penarik Kesimpulan) .................................................. 117

2. Aspek Koordinasi Mata-Tangan ........................................................ 118

a. Reduksi Data ................................................................................ 118

b. Display Data ................................................................................. 118

c. Verifikasi (Penarik Kesimpulan) .................................................. 119

3. Keterampilan Manipulasi .................................................................... 119

a. Reduksi Data ................................................................................ 119

b. Display Data ................................................................................. 120

c. Verifikasi (Penarik Kesimpulan) .................................................. 120

D. Keterbatasan Penelitian ........................................................................... 121

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

ix

A. Kesimpulan .............................................................................................. 122

B. Implikasi ................................................................................................... 123

C. Saran ......................................................................................................... 123

DAFTAR PUSTAKA

LAMPIRAN

x

DAFTAR TABEL

TABEL 2.1 Tindakan Pencapaian Perkembangan Anak ............................................ 28

TABEL 2.2 Tahap Perkembangan Anak .................................................................... 29

TABEL 3.1 Jadwal Pelaksanaan Penelitian ................................................................ 45

TABEL 3.2 Perencanaan Tindakan Siklus I ............................................................... 48

TABEL 3.3 Perencanaan Tindakan Siklus II .............................................................. 49

TABEL 3.4 Pelaksanaan Siklus I ................................................................................. 50

TABEL 3.5 Pelaksanaan Siklus II .............................................................................. 52

TABEL 3.6 Sumber Data ............................................................................................ 56

TABEL 3.7 Kisi-Kisi Instrumen .................................................................................. 58

TABEL 3.8 Instrumen Pengamatan ............................................................................ 60

TABEL 3.9 Rubrik Penilaian Keterampilan Motorik Halus ....................................... 60

TABEL 4.1 Keadaan Siswa PAUD MUBINA ........................................................... 71

TABEL 4.2 Nama Tenaga Kependidikan PAUD MUBINA ...................................... 71

TABEL 4.3 Nama Anak Kelompok A PAUD MUBINA ........................................... 72

TABEL 4.4 Gambaran Penilaian Awal Pra Penelitian ............................................... 78

TABEL 4.5 Desain Pelaksanaan Tindakan Siklus I.................................................... 79

TABEL 4.6 Data Kegiatan Pembelajaran Siklus I ..................................................... 92

TABEL 4.7 Wawancara Kegiatan Pra Penelitian dan Siklus I .................................. 94

TABEL 4.8 Point Kenaikan Pra Penelitian dan Siklus I ............................................ 95

TABEL 4.9 Rencana Pelaksanaan Siklus II ............................................................... 98

TABEL 4.10 Rencana Pelaksanaan Siklus II ............................................................... 98

TABEL 4.11 Data Kegiatan Pembelajaran Siklus II .................................................. 108

xi

TABEL 4.12 Data Perbandingan Skor dan Presentase ................................................ 110

TABEL 4.13 Data Hasil Pra Penelitian dari Akhir Tindakan ...................................... 113

xii

DAFTAR GAMBAR

GAMBAR 2.1 Model Kurt Lewin ............................................................................... 17

GAMBAR 2.2 Model AR Kemmis Taggart ............................................................... 18

GAMBAR 2.3 Model AR Ebbut .................................................................................. 19

GAMBAR 2.4 Model AR McKernan .......................................................................... 20

GAMBAR 3.1 Tahapan Penelitian .............................................................................. 46

GAMBAR 3.2 Analisis Data Kualitatif ....................................................................... 69

GAMBAR 4.1 Kondisi PAUD MUBINA ................................................................... 70

GAMBAR 4.2 Anak Melakukan Kegiatan Menulis ................................................... 75

GAMBAR 4.3 Kegiatan Makan dan Senam Bersama ................................................ 76

GAMBAR 4.4 Kegiatan Menempel Stick Ice Cream .................................................. 77

GAMBAR 4.5 Hasil Membuat Bentuk Lingkaran dengan Menggunakan slime ........ 83

GAMBAR 4.6 Hasil Karya Anak Bermain Slime Membentuk Segitiga .................... 85

GAMBAR 4.7 Kegiatan Bermain Slime Membentuk Setengah Lingkaran ................. 87

GAMBAR 4.8 Kegiatan Bermain Slime Membentuk Persegi ..................................... 89

GAMBAR 4.9 Kegiatan Bermain Slime Membentuk Persegi Panjang ....................... 90

GAMBAR 4.10 Perbandingan Keterampilan Motorik Halus ..................................... 96

GAMBAR 4.11 Kegiatan Bermain Slime Membentuk Pohon .................................... 101

GAMBAR 4.12 Kegiatan Bermain Slime Membentuk Bunga .................................... 102

GAMBAR 4.13 Kegiatan Bermain Slime Membentuk Rumah ................................... 104

GAMBAR 4.14 Kegiatan Bermain Slime Membentuk Rumah dan Awan .................. 105

GAMBAR 4.15 Kegiatan Bermain Slime Membentuk Rumah, Awan dan Pohon ...... 106

GAMBAR 4.16 Presentase Peningkatan Keterampilan Motorik Halus ..................... 111

xiii

GAMBAR 4.17 Peningkatan Keterampilan Motorik Halus dari Assesment Awal

Sampai Assesment Akhir ........................................................................................... 112

GAMBAR 4.18 Kenaikan Presentase Peningkatan Keterampilan Motorik Halus

dari Assesment Awal Sampai Assesment Akhir ........................................................ 114

xiv

1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Anak usia dini adalah sosok individu yang sedang mengalami suatu proses

perkembangan dengan pesat dan fundamental bagi kehidupan selanjutnya.1 Baik

dalam segi perkembangan kognitif, emosi, bahasa maupun fisik motorik (yaitu

motorik halus dan motorik kasar). Perkembangan setiap anak mengalami fase

perkembangan yang berbeda beda satu dengan yang lainnya. Perkembangan anak

dapat berkembang dengan baik apabila anak mendapatkan stimulus yang tepat

sesuai dengan tahapannya. Salah satunya adalah keterampilan motorik halus.

Menurut Sujiono bahwa masa lima tahun pertama adalah masa pesatnya

perkembangan motorik anak.2 Pada masa itu perlu adanya stimulus dan

rangsangan yang sesuai dengan tahapan usia pada anak agar dapat meningkatkan

keterampilan motorik halus pada anak dengan baik dan optimal.

Sedangkan Maxim menyatakan bahwa aktivitas fisik akan meningkatkan rasa

keingintahuan anak dan membuat anak-anak akan memperhatikan benda-benda,

menangkapnya, mengocok-ngocoknya, dan meletakan kembali benda-benda ke

dalam tempatnya.3 Dengan demikian sering pula para ahli menekankan bahwa

kegiatan fisik anak akan dapat meningkatkan keterampilan intelektual. Dengan

kata lain jika keadaan fisik anak baik dan sehat akan dapat beraktivitas dengan

baik.

Pendapat di atas diperkuat oleh Semiawan, yang menyatakan keterampilan

fisik dan mental anak yang baik merupakan dasar untuk membangun pengetahuan

yang lebih tinggi dan luas.4 Ketika seorang anak memiliki keterampilan motorik

atau keadaan fisik yang baik dan sehat maka anak itu juga akan mendapatkan

pengetahuan yang baik dan juga luas.

1 Yuliani Nurani, Konsep Dasar Pendidikan Anak Usia Dini, (Jakarta : PT Indeks 2013), 6.

2 Bambang Sujiono, Metode Pengembangan Fisik, (Jakarta : Universitas Terbuka 2009), h 1.3.

3 Bambang Sujiono, Ibid, h 1.7.

4 Bambang Sujiono, Ibid, h 1.8.

2

Menurut Undang Undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan

Nasional Bab 1 Pasal 1 butir 14.5 menyatakan bahwa Undang-undang ini

mengamanatkan pendidikan harus dipersiapkan secara terencana dan bersifat

holistik sebagai dasar anak memasuki pendidikan lebih lanjut, pemberian stimulus

atas semua aspek perkembangan anak yang meliputi kognitif, bahasa, sosial

emosional dan fisik motorik. Keterampilan motorik halus pada anak sangat

penting untuk dikembangkan, karna kegiatan yang dilakukan sehari-hari

menggunakan gerak, baik gerakan kecil seperti menulis ataupun gerakan besar

seperi berlari. Mengembangkan aspek motorik halus pada anak sejak dini dapat

membatu anak diberbagai aspek perkembangan lainnya.

Menurut pendapat Gallahue dalam Samsudin6 Pada gerak motorik sangat

memerlukan kekuatan dari setiap bagian anggota tubuhnya baik itu psikis maupun

fisik yang dapat mengendalikan dalam suatu gerakannya. Semakin baiknya

gerakan motorik halus anak membuat anak dapat berekreasi, seperti menggunting

kertas dengan hasil guntingan yang lurus, menggambar gambar sederhana dan

mewarnai, menggunakan klip untuk menyatukan dua lembar kertas, menjahit,

menganyam kertas serta menajamkan pensil dengan rautan pensil. 7

Namun, tidak

semua anak memiliki kematangan untuk mneguasai keterampilan ini pada tahapan

yang sama.

Menurut pendapat Edwards dalam Santrock mengungkapkan bisa saja terdapat

efek negatif jangka panjang bagi anak-anak yang gagal mengembangkan

keterampilan motorik dasar.8 Jika aspek perkembangan motorik dasar pada anak

tidak dikembangan dengan baik dan sesuai dengan tahapan perkembangannya

dapat mengakibatkan dampak negatif bagi perkembangan anak selanjutnya. Baik

pada perkembangan kognitif anak dan juga kesehatan jasmani anak.

Sedangkan Hurlock menyatakan bahwa keterampilan yang dimiliki seorang

anak pada umumnya akan mengarah kepada perbaikan seperti tingkat kecepatan,

5 Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia, (No 146, tahun 2014), h 13.

6 Samsudin, Pembelajaran Motorik di Taman Kanak – Kanak (Jakarta: Prenada Media Group,

2007), h 10. 7 Bambang Sujiono, Op, Cit, h 1.14.

8 John W. Santrock, Masa Perkembangan Anak Edisi 11 – Buku 2 Terj Vera Watypakpahan,

(Jakarta : Salemba Humanika, 2011), h 14.

3

akurasi kekuatan dan aspek efisien gerak. Keterampilan motorik halus yang paling

cenderung memperlihatkan perbaikan yang terbesar adalah keterampilan yang

dipelajari di sekolah.9 Keterampilan yang dilakukan di sekolah seperti

menggenggam pensil, menggunting dan aktivitas lain yang diajarkan di sekolah.

Kegiatan yang dilakukan di sekolah dapat meningkatkan keterampilan motorik

pada anak.

Anak diberikan stimulus atau rangsangan yang sesuai dengan tahapannya agar

perkembangan motorik dapat berkembang dengan baik sesuai dengan harapan.

Anak juga dapat menggunakan media yang dapat meningkatkan keterampilan

motorik halusnya. Peningkatan yang dapat dilakukan oleh guru atau pihak sekolah

juga bisa dilakukan dengan bermain.

Bermain menggunakan media merupakan kegiatan yang dilakukan oleh anak.

Dengan adanya media anak dapat membuat pembelajaran menjadi lebih bervariasi

dan menyenangkan terutaman dalam bermain. Bermain dan anak satu kesatuan

yang tidak dapat dipisahkan. Aktivitas bermain dilakukan anak dan aktivitas anak

selalu menunjukkan kegiatan bermain. Bermain dan anak sangat erat kaitannya,

dalam situasi bermain anak akan dapat menunjukkan bakat, fantasi, dan

kecenderungan-kecenderungannya.

Bermain merupakan salah satu sarana untuk mengukur keterampilan dan

potensi diri anak. Anak akan menguasai berbagai macam benda, memahami sifat-

sifatnya maupun peristiwa yang berlangsung di dalam lingkungannya. Bermain

bagi anak mempunyai beberapa fungsi dalam proses tumbuh kembang anak.

Fungsi bermain terhadap sensoris motoris anak penting untuk mengembangkan

otot-otonya dan energi yang ada.

Solehuddin menyatakan bahwa bermain dapat dipandang sebagai suatu

kegiatan yang bersifat spontan, terfokus pada proses, memberi ganjaran secara

intrinstik, menyenagkan dan fleksibel. Selain itu, bermain bagi anak merupakan

upaya memenuhi tiga kebutuhan sekaligus yaitu kebutuhan fisik, emosi, dan

9 Elizabeth B. Hurlock, Perkembangan Anak Jilid VI, Alih Bahasa Meitasari, et all (Jakarta :

Erlangga, 2009), h 158

4

stimulusasi/pendidikan.10

Kegiatan bermain selain menyenangkan untuk anak,

Kegiatan bermain juga bisa menstimulus kebutuhan fisik, emosi dan juga

pendidikan pada anak.

Seorang tokoh filsafat, Karl Gross mengatakan bahwa anak bermain untuk

mempertahankan kehidupannya, menurut Gross, awalnya kegiatan bermain tidak

memiliki tujuan namun kemudian memiliki tujuan dan sangat berguna untuk

memperoleh dan melatih keterampilan tertentu dan sangat penting fungsinya bagi

mereka pada saat dewasa kelas, contoh, bayi yang menggerak-gerakan tangan,

jari, kaki dan berceloteh merupakan kegiatan bermain yang bertujuan untuk

mengembangkan fungsi motorik dan bahasa agar dapat digunakan dimasa

datang.11

Kegiatan bermain yang tanpa disadari memiliki tujuan yang sangat

pentin, yaitu yang berkaitan dengan segala aspek perkembangan pada anak, salah

satunya adalah aspek motorik dan bahasa.

Frobel lebih menekankan pentingnya bermain dalam belajar karna

berdasarkan pengalamannya sebagai guru dia menyadari bahwa kegiatan bermain

maupun mainan yang dinikmati anak dapat digunakan untuk menarik perhatian

dan mengembangkan pengetahuan anak.12

Kegiatan bermain ataupun alat

permainannya yang menyenangkan bagi anak tanpa disadari dapat

mengembangkan pengetahuan anak.

Pendapat lain dikemukakan oleh Catron dan Allen bahwa kesempatan yang

luas untuk bergerak, pengalaman belajar untuk menemukan, aktivitas sensori

motor yang meliputi penggunaan otot-otot besar dan kecil memungkinkan anak

untuk memenuhi perkembangan perseptual motorik.13

Bahwa pengalaman belajar

sangat berpengruh terhadap perkembangan motorik halus pada anak. Catron dan

Allen berpendapat bahwa Bermain dapat mengacu perkembangan persepsual

motorik pada beberapa area, yaitu : (1) koordinasi mata-tangan atau mata-kaki,

seperti saat menggambar, menulis, manipulasi objek, mencari jejak secara visual,

10

Ahmad Susanto, Op. Cit. h 98-99. 11

Martha Cristianti, Op. Cit, h 3. 12

Diana Mutiah, Psikologi Bermain Anak Usia Dini, ( Jakarta : KENCANA MEDIA GROUP,

2010), h 92. 13

Yuliani Nuraini Sujiono,Op Cit, h 63.

5

melempar, menangkap, menenndang; (2) keterampilan motorik kasar seperti gerak

tubuh ketika berjalan, melompat, berbaris, meloncat, berlari, berjingkat,

berguling-guling, merayap, dan merangkak; (3) keterampilan bukan motorik kasar

(statis) seperti menekuk, meraih, bergiliran, memutar, merenggangkan tubuh,

jongkok, duduk, berdiri, bergoyang, (4) manajemen tubuh dan kontrol seperti

menunjukkan kepekaan tubuh, kepekaan akan tempat; keseimbangan;

keterampilan untuk memulai; berhenti; mengubah petunjuk14

Suyanto mengatakan bahwa permainan memang baik untuk mendidik anak,

tetapi permainan tersebut harus diberi muatan pendidikan sehingga anak dapat

belajar. Hal ini juga lebih lanjut ditekankan dalam Permendikbud Nomor 146

Tahun 2014 Pasal 5 yang menjelaskan program pendidikan PAUD diberikan

melalui rangsangan pendidikan yang dilakukan oleh pendidik dalam kegiatan

belajar melalui suasana bermain. 15

Oleh karena itu, belajar melalui bermain

merupakan suatu kegiatan belajar terhadap anak yang dilakukan dengan suasana

dan aneka kegiatan bermain.

Akan tetapi, kenyataan yang terjadi di lapangan, di PAUD MUBINA, masih

ada beberapa beberapa anak yang belum terkoordinasi dengan baik gerak

motoriknya. Berdasarkan pengalaman yang peneliti lakukan selama observasi di

PAUD MUBINA, peneliti melihat ada 7 dari 12 anak pada usia 4-5 tahun masih

belum dapat menggunakan motorik halusnya dengan baik seperti memegang

pensil dengan benar, belum mau menulis sesuai dengan yang dicontohkan guru

sehingga masih sangat membutuhkan bantuan dan bimbingan dari guru kelasnya

dalam menyelesaikan kegiatan yang diberikan.16

Kebanyakan anak didik tidak

terlalu termotivasi dalam kegiatan yang menyangkut dengan motorik halusnya.17

Hal ini mungkin dikarenakan otot kecil anak tidak dibiasakan untuk bergerak

secara bebas dan aktif saat melakukan kegiatan.

Kegiatan pembelajaran di PAUD MUBINA ini lebih fokus pada kegiatan

menempel dan menulis dan media untuk meningkatkan keterampilan motorik

14

Yuliani Nuraini Sujiono, Op. Cit, h 64. 15

Ahmad Susanto, Pendidikan Anak Usia Dini, (Jakarta : PT Bumi Aksara) h 97 – 98. 16

Catatan Foto, No 1. 17

Hasil Observasi di PAUD MUBINA,Bekasi.

6

halus juga kurang pada PAUD MUBINA ini, Jadi proses yang diterapkan di

PAUD MUBINA ini kurang menstimulus motorik halus anak. Hal ini dikarenakan

kurangnya pengetahuan seorang guru terhadap kegiatan yang digunakan dalam

proses pembelajaran di kelas, guru kurang kreatif untuk memilih suatu media

dalam pembelajaran yang mengakibatkan motorik halus pada anak kurang

stimulus dan berkembang dengan baik.

Ada beberapa faktor yang membuat anak tidak terlalu tertarik dalam

melakukan kegiatan yang menyangkut dengan motorik halusnya yaitu menulis,

menggunting dan menempel, salah satu penyebabnya adalah anak merasa malas

dan bosan dalam menggerakan jari-jemarinya. Keterampilan motorik halus dapat

dikembangkan melalui pemberian stimulus dan rangsangan dengan baik agar

pertumbuhan selanjutnya juga dapat berkembang dengan baik. Apabila pemberian

stimulus dan rangsangan terhadap anak kurang dioptimalkan dengan baik maka

akan mengganggu pertumbuhan anak di tahap selanjutnya. Untuk itu peneliti

tertarik untuk melakukan permainan sensorimotor menggunakan slime dalam

meningkatkan keterampilan motorik halus anak.

Kondisi demikian mendorong peneliti untuk meningkatkan dan menstimulus

motorik halus anak agar dapat lebih maksimal atau berkembang lebih baik. dan

dari itu peneliti perlu mengadakan penelitian lebih lanjut mengenai upaya

meningkatkan keterampilan motorik halus anak melalui kegiatan bermain slime.

Slime adalah permainan yang bahan dasarnya terbuat dari lem fox serta beberapa

bahan campuran lainnya. yang membuat tekstur slime menjadi lebih lembut dan

mudah dibentuk. Dan slime ini dapat diletakan di dalam wadah kemudian anak

memainkannya dengan meremas remas dan membuat berbagai bentuk

menggunakan media slime.

Oleh karena itu peneliti memaparkan bagaimana kegiatan bermain slime

dalam pembelajaran anak dapat menstimulus dan meningkatkan keterampilan

motorik halus pada anak, seperti membuat berbagai macam bentuk dengan slime,

dan melatih kelenturan jari-jari dengan menggunakan media slime. Agar kegiatan

melatih motorik halus anak dengan penggunaan media bermain slime dapat

menyenangkan dan menarik minat anak dalam mengembangkan keterampilan

7

motorik halus. Untuk itu peneliti ingin memberikan pembelajaran yang berbeda

agar dapat melatih motorik halus anak usia 4-5 tahun di PAUD MUBINA.

Peneliti berharap dengan menggunakan media bermain slime dapat

mengembangkan keterampilan motorik halus anak lebih baik.

B. Pembatasan Fokus Penelitian

Penelitian tindakan kelas ini memfokuskan pada upaya meningkatkan

keterampilan motorik halus yaitu koordinasi antara mata dengan tangan pada anak

usia 4-5 tahun melalui kegiatan bermain slime di PAUD MUBINA. Peningkatan

yang dimakasud adalah agar berkembangnya keterampilan motrik halus anak usia

4-5 tahun di PAUD MUBINA. Fokus penelitiannya adalah agar anak dapat

melakukan kegiatan pembelajaran yang berkaitan dengan koordinasi mata dengan

tangan, koordinasi Bilateral, dan keterampilan manipulasi.

Adapun media yang salah satunya dapat digunakan dalam meningkatkan

keterampilan dalam motorik halus anak yaitu dengan menggunakan media slime.

Kegiatan motorik halus dengan mengunakan media slime ini dapat dilakukan anak

melalui aktivitas belajar sambil bermain sesuai dengan yang diminati oleh anak.

Keterampilan motorik halus merupakan keterampilan yang memerlukan

koordinasi antara mata dengan tangan dan menggunakan otot-otot kecil pada anak

dalam setiap melakukan kegiatan-kegiatannya. Kegiatan yang dapat dilakukan

oleh anak adalah dengan bermain slime seperti, meremas-remas slime membuat

bentuk dengan menggunakan slime, sehingga kegiatan ini dapat mengembangkan

keterampilan motorik halus pada anak.

C. Rumusan Masalah Penelitian

Berdasarkan latar belakang masalah yang telah diuraikan di atas maka

permasalahan pokok yang akan dipaparkan dan dirumuskan melalui beberapa

pertanyaan penelitian untuk meningkatkan keterampilan motorik halus anak

melalui kegiatan bermain slime adalah sebagai berikut :

8

1. Bagaimana Penerapan Metode Bermain dengan Media Slime dalam

Meningkatkan Keterampilan Motorik Halus Anak Usia Dini di PAUD

MUBINA?

2. Bagaimana Peningkatan keterampilan motorik halus anak setelah

diterapkannya Metode Bermain dengan Media Slime di PAUD MUBINA?

D. Tujuan Penelitian

Menjawab dari rumusan masalah diatas, tujuan peneliti melakukan penelitian

ini adalah :

1. Bermain slime dapat meningkatkan keterampilan motorik halus di PAUD

MUBINA.

2. Peningkatkan keterampilan motorik halus di PAUD MUBINA melalui

kegiatan bermain slime.

E. Kegunaan Penelitian

Penelitian ini diharapkan dapat berguna baik secara teoritis maupun secara

praktis

1. Manfaat Teoretis

Secara teoritis, penelitian ini diharapkan berguna sebagai acuan

terhadap perkembangan khasanak keilmuan, khususnya terkait tentang

keterampilan motorik halus usia 4-5 tahun melalui kegiatan bermain slime.

2. Manfaat Praktis

Berdasarkan tujuan penelitian yang hendak dicapai maka penelitian ini

diharapkan mempunyai kegunaan dalam pendidikan, adapun kegunaan

penelitian ini adalah sebagai berikut :

a. Bagi anak usia 4-5 tahun

Hasil penelitian ini diharapkan meningkatkan keterampilan

koordinasi gerak otot-otot halus anak, anak dapat lebih teliti dan

terampil, anak senang terhadap kegiatan yang berkaitan dengan

motorik.

9

b. Bagi Guru

Penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat dalam menambah

pengetahuan, keterampilan atau kegiatan guru dalam menggunakan

metode dan alat pembelajaran yang tepat dalam mengajar di Taman

Kanak-kanak.

1) Guru di PAUD MUBINA dapat mengetahui cara

mengembangkan keterampilan motorik halus anak dengan

menggunakan media bermain slime.

2) Guru dapat mengetahui pembelajaran yang menarik melalui

penggunaan media slime.

c. Bagi Sekolah

Hasil penelitian ini dapat dijadikan rujukan kegiatan bermain,

terutama dalam meningkatkan keterampilan motorik halus pada anak

dalam proses pembelajaran sehingga tercapai perkembangan anak yang

optimal dan sesuai dengan harapan. Dan juga bagi sekolah agar lebih

menambahkan media untuk meningkatkan keterampilan motorik halus

pada anak.

d. Bagi Orang Tua

Menjadi bahan masukan dan informasi bagi orang tua untuk lebih

memahami perannya dalam meningkatkan keterampilan motorik halus

anak usia 4-5 tahun sekaligus mitra pendidikan dengan memanfaatkan

kegiatan bermain slime sebagai cara untuk meningkatkan keterampilan

motorik halus pada anak.

e. Bagi Mahasiswa atau Peneliti

Hasil penelitian ini diharapkan dapat dijadikan masukan dalam

melakukan penelitian selanjutnya, khususnya yang terkait dengan

peningkatan keterampilan motorik halus anak usia 4-5 tahun melalui

kegiatan bermain slime di PAUD MUBINA. Dan dengan

dilaksanakannya penelitian ini maka diharapkan dapat menambah

pengetahuan dan pengalaman dibidang pendidikan anak usia dini

10

terutama dalam meningkatkan keterampilan motorik halus anak usia 4-

5 tahun melalui kegiatan bermain slime.

11

BAB II

KAJIAN TEORETIK

A. Acuan Teori Area dan Fokus yang Diteliti

1. Konsep Penelitian Tindakan

a. Definisi Penelitian Tindak Kelas (Action Research)

Secara harfiah, penelitian tindakan kelas berasal dari bahasa inggris, yaitu

classroom Action Research, yang berarti action research (penelitian dengan

tindakan) yang dilakukan di kelas.18

Penelitian tindak kelas adalah penelitian

tindakan (action research) yang dilaksanakan oleh guru di dalam kelas. Penelitian

tindakan pada hakikatnya merupakan rangkaian “riset-tindakan-riset-tindakan

yang dilakukan secara spesifik dalam rangka memecahkan masalah, sampai

masalah itu terpecahkan.

Menurut Hopkins, sebagaimana yang dikutip oleh Ekawarna, PTK adalah

penelitian yang mengkombinasikan prosedur penelitian dengan tindakan

substansif, suatu tindakan yang dilakukan dalam disiplin inquiri, atau suatu usaha

seseorang untuk memahami apa yang sedang terjadi, sambil terlibat dalam sebuah

proses perbaikan dan perubahan.19

Penelitian yang dilakukan untuk memahami

apa yang sedang terjadi dengan cara mengikuti segala kegiatan yang ada di

dalamnya.

Pendapat senada juga dijelaskan oleh Rapoport, sebagaimana yang dikutip

oleh Ekawarna PTK adalah penelitian untuk membantu seseorang dalam

mengatasi secara praktis persoalan yang dihadapi dalam situasi darurat dan

membantu pencapaian tujuan ilmu sosial dengan kerjasama dalam kerangka etika

yang disepakati bersama.20

Bahwa PTK merupakan suatu kegiatan yang dilakukan

dengan kerja sama untuk menghadapi segala persoalan secara lebih praktis.

Sedangkan menurut Arikuntoro yang menjelaskan PTK secara lebih

sistematis, sebagai berikut :

18

Suyadi, Panduan Penelitian Tindakan Kelas, (Jogjakarta : Diva Press, 2010), h 17. 19

Ekawarna, Penelitian Tindakan Kelas, (Jakarta : Gaung Persada, 2010), h 4. 20

Ekawarna, Ibid, h 4-5.

12

a. Penelitian adalah kegiatan mencermati suatu objek dengan menggunakan

cara dan aturan atau metodologi tertentu untuk menemukan data akurat

tentang hal-hal yang dapat meningkatkan mutu objek yang diamati.

b. Tindakan adalah gerakan yang dilakukan dengan sengaja dan terencana

dengan tujuan tertentu. Dalam PTK, gerakan ini dikenal dengan siklus-siklus

kegiatan untuk peserta didik.

c. Kelas adalah tempat dimana terdapat sekelompok peserta didik yang dalam

waktu bersamaan menerima pelajaran dari guru yang sama.

Dari ketiga pengertian di atas, yakni penelitian, tindakan, dan kelas, dapat

disimpulkan bahwa yang dimaksud dengan Penelitian Tindakan Kelas (PTK)

adalah pencermatan dalam bentuk tindakan terhadap kegiatan belajar yang sengaja

dimunculkan dan terjadi dalam sebuah kelas secara bersamaan.21

Pendapat lain dikemukakan oleh McNiff, bahwa PTK merupakan bentuk

penelitian reflektif yang dilakukan oleh guru sendiri, yang hasilnya dapat

dimanfaatkan sebagai alat untuk pengembangan kurikulum, pengembangan

sekolah, pengembangan keahlian mengajar, dan sebagainya.22

Kegiatan penelitian

ini juga bisa dilakukan oleh guru itu sendiri baik untuk meningkat kurikulum,

pengembangan sekolah dan kegiatan dalam belajar dan pengajaran.

Sementara French Dan Bell dalam Arifin mendifinisikan penelitian

tindakan dari dua segi, yaitu : (1) dari segi proses, penelitian tindakan adalah

pengumpulan data penelitian yang dilakukan secara sistematis tentang suatu

sistem yang sedang berjalan yang berhubungan dengan beberapa sasaran, tujuan

atau kebutuhan sistem; melakukan tindakan-tindakan dengan mengubah variable

yang dipilih dalam sistem tersebut berdasarkan data dan hipotesis; dan menilai

hasil tindakan dengan mengumpulkan banyak data; dan (2) dari segi pendekatan,

penelitian tindakan adalah aplikasi penelitian ilmiah untuk menemukan fakta dan

21

Suyadi, Op, Cit, h 18. 22

Suroso, Penelitian Tindak Kelas, (Yogyakarta : Pararaton Yogyakarta, 2010), h 29.

13

ekperimentasi masalah-masalah praktis yang membutuhkan solusi dan melibatkan

kolaborasi dan kerjasama ilmuwan, praktisi dan pihak lain yang berkepentingan.23

Pendapat lain dikemukakan oleh Agung, sebagaimana dikutip oleh Trianto

PTK merupakan penelitian yang bersifat aplikasi (terapan), terbatas, segera, dan

hasilnya untuk memperbaiki dan meyempurnakan program pembelajaran yang

sedang berjalan. Menurut pendapat Wardhi & Wihardit, penelitian tindakan kelas

adalah penelitian yang dilakukan oleh guru di dalam kelasnya sendiri melalui

refleksi diri, dengan tujuan untuk memperbaiki kinerjanya sebagai guru, sehingga

hasil belajar anak menjadi meningkat.

Masih terkait dengan jenis penelitian tindakan kelas menurut Suharsimi,

sebagaimana dikutip oleh Sudiasih PTK merupakan suatu pencermatan terhadap

kegiatan belajar berupa tindakan, yang sengaja dimunculkan dan terjadi dalam

sebuah kelas secara bersama.24

Berdasarkan definisi di atas, dapat disimpulkan

bahwa penelitian tindakan kelas adalah suatu tindakan atau kegiatan yang

dilakukan di dalam kelas untuk memperbaiki kegiatan pembelajaran guna

meningkatkan mutu pembelajaran.

Berdasarkan pendapat di atas, menjelaskan bahwa dilakukannya penelitian

tindakan kelas dalam rangka guru bersedia untuk memperbaiki, mengevaluasi

bagaimana sistem kegiatan pengejaran di kelas berlangsung, sehingga

keterampilan seorang guru dapat lebih menjadi profesional dalam mengajar.

Sehingga diharapkannya ketika keterampilan guru dalam mengajar meningkat,

akan meningkatkan juga keterampilan siswa baik dalam segi intelektual, sikap dan

perilaku siswa.

2. Karakteristik Penelitian Tindak Kelas

Dari beberapa definisi di atas, dapat dikemukakan beberapa karakteristik

penelitian tindakan kelas sebagai berikut :

23

Trianto, Panduan Lengkap Penelitian Tindakan Kelas, (Jakarta : Prestasi Pustakarya, 2011), h

14. 24

Ni Wayan Sudiasih, Penerapan Metode Pemberian Tugas Berbantuan Playdough untuk

Meningkatkan Keterampilan Motorik Halus, Singaraja : PG-PAUD, 2014, Vol 2, h 5.

14

a. Bersifat siklis atau berulang

Artinya dalam PTK terdapat siklus-siklus atau perulangan mulai dari

perenacanaan, pemberian tindakan, pengamatan dan refleksi, sebagai

prosedur baku PTK

a. Bersifat jangka panjang atau longitudinal

Artinya PTK harus berlangsung dalam jangka waktu lama yang

tertentu (misalnya 2-3 bulan) secara kontinu untuk memperoleh data yang

diperlukan, bukan “sekali tembak” selesai pelaksanaannya.

b. Bersifat partikular-spesifik

Artinya tidak bermaksud melakukan generalisasi dalam rangka

menguji atau menemukan teori-teori. Hasilnyapun tidak untuk

digenarilasasi meskipun mungkin diterapkan oleh orang lain, ditempat lain

yang konteksnya mirip.

c. Bersifat partisipatoris

Artinya guru sebagai peneliti sekaligus pelaku perubahan dan sasaran

yang perlu diubah. Ini berarti guru berperan ganda, yakni sebagai orang

yang meneliti sekaligus yang diteiliti pula.

d. Bersifat emik (bukan etik)

Artinya PTK memandang pembelajaran menurut sudut pandang orang

dalam yang tidak berjarak dengan yang diteliti; bukan menurut sudut

pandang orang luar yang berjarak dengan hal yang diteliti.

e. Bersifat kolaboratif atau kooperatif

Artinya dalam pelaksanaan PTK selalu terjadi kerja sama atau kerja

bersama antara peneliti (guru/dosen) dan pihak lain demi keabsahan dan

tercapainya tujuan penelitian.

f. Bersifat kasuistik

Artinya PTK menggarap kasus-kasus spesifik atau khusus dalam

pembelajaran yang sifatnya nyata dan terjangkau oleh guru, menggarap

masalah-masalah yang dimiliki urgensi tinggi.

15

g. Menggunakan konteks alamiah kelas

Artinya kelas sebagai ajang pelaksanaan PTK tidak perlu dimanipulasi

dan atau direkayasa demi kebutuhan, kepentingan dan tercapainya tujuan

penelitian.

h. Mengutamakan adanya kecukupan data yang diperlukan untuk mencapai

tujuan penelitian, bukan kerepresentasifan (keterwakilan jumlah) sampel

secara kuantitatif. Sebab itu, PTK hanya menuntut penggunaan statsitik

yang sederhana, bukan yang rumit.

i. Bermaksud mengubah kenyataan, dan situasi pembelajaran menjadi lebih

baik dan memenuhi harapan, bukan bermaksud membangun teori dan

menguji hipotesis.

Sedangkan menurut Richart25

ada enam karakterikstik PTK, yaitu:

1. Kritik Refleksi

Yaitu adanya upaya refleksi terhadap hasil observasi mengenai latar

dan kegiatan suatu aksi. Hanya saja di dalam PTK yang dimaksud

dengan refleksi ialah suatu upaya evaluasi atau penilaian, dan refleksi ini

perlu adanya upaya kritik sehingga dimungkinkan pada taraf evaluasi

terhadap perubahan-perubahan.

2. Kritik Dialektis

Dengan adanya kritik Dialektis diharapkan peneliti bersedia

melakukan kritik terhadap fenomena yang ditelitinya.

3. Kolaboratif

Di dalam PTK diperlukan hadirnya suatu kerja sama dengan pihak-

pihak lain seperti atasan, sejawat atau kolega, mahasiswa, dan dosen

misalnya.

4. Resiko

Ciri resiko diharapkan dan dituntut agar peneliti berani menggambil

resiko, terutama pada waktu proses penelitian berlangsung.

25

Ekawarna, Op, Cit, h 6.

16

5. Susunan Jamak

PTK memiliki struktur jamak karena jelas penelitian ini bersifat

dialektis, reflektif, partisipatif atau kolaboratif. Susunan jamak ini

berkaitan dengan pandangan bahwa fenomena yang diteliti harus

mencakup sesuai komponen pokok supaya bersifat komprehensiif.

6. Internaslisasi Teori dan Praktik

Di dalam PTK keberadaan antara teori dan praktik bukan merupakan

dua dunia yang berlainan. Akan tetapi, keduanya merupakan dua tahap

yang berbeda, yang saling bergantung, dan keduanya berfungsi untuk

mendukung tranformasi.26

3. Model Penelitian Tindak Kelas

Pada PTK tersedia model-model yang dapat dijadikan acuan dalam

membuat desain PTK. Pada kesempatan ini dikemukakan 4 diantaranya,

yaitu (1) Kurt Lewin, (2) Kemmis dan Taggart, (3) Ebbut (4) Mc Kennan

a. Rancangan Model Penelitian Tindakan Kelas Menurut Kurt

Lewin

Model rancangan Kurt Lewin yang sering dijadikan acuan pokok

atau dasar dari berbagai model penelitian tindakan (action Research),

terutama PTK. Konsep pokok Action Reasearch menurut Kurt Lewin

terdiri dari empat komponen, yaitu 1). perencanaan (planning), 2).

Tindakan (acting,) 3). Pengamatan (observing), dan 4). Refleksi

(reflecting). Hubungan keempat komponen itu dipandang sebagai satu

siklus yang digambarkan sebagai berikut.27

26

Ekawarna, Op, Cit, h 6-10. 27

Ekawarna, Op, Cit, h 15.

17

action

observing

reflecting

planning

Gambar 2.1

Model Action Research Kurt Lewin

b. Rancangan Model Penelitian Tindakan Kelas Model Kemmis dan

Mc Taggart

Model yang merupakan pengembangan dari konsep dasar yang

diperkenalkan Kurt Lewin seperti yang diuraikan di atas. Pada model

Kemmis dan Tagart komponen acting dan observing dijadikan satu

kesatuan karena keduanya merupakan tindakan yang tidak terpisahkan,

terjadi dalam waktu yang sama. Secara mendetail Kemmis dan Teggart

menjelaskan tahap-tahap penelitian tindakan yang dilakukannya.

Permasalahan penelitian difokuskan kepada strategi bertanya kepada

siswa dalam pembelajaran sains. Keputusan ini timbul dari

pengamatan tahap awal yang menunjukkan bahwa siswa belajar sains

dengan cara menghafal dan bukan dalam proses inkuiri. Dalam diskusi

dipikirkan cara untuk mendorong inkuiri siswa. Akhirnya diputuskan

untuk menyusun strategi bertanya. Maka dirancanglah strategi

bertanya untuk mendorong siswa untuk menjawab pertanyaan sendiri.

Semua kegiatan ini dilakukan pada tahap perencanaan (plan).

Pada kotak tindakan (act), mulai diajukan pertanyaan-pertanyaan

kepada siswa untuk mendorong mereka mengatakan apa yang mereka

pahami, dan apa yang mereka minati. Pada kotak pengamatan

(observe), pertanyaan-pertanyaan dan jawaban-jawaban siswa dicatat

atau direkam untuk melihat apa yang sedang terjadi. Pengamat juga

membuat catatan dalam buku hariannya. Dalam kotak Refleksi

18

(reflect), ternyata kontrol kelas yang terlalu ketat menyebabkan tanya

jawab kurang lancar dilakukan sehingga tidak menghasilkan yang

baik dan perlu diperbaiki.28

Gambar 2.2

Model AR Kemmis dan Mac Taggart

c. Rancangan Model Penelitian Tindakan Kelas Menurut Ebbutt

Model ini menunjukkan bentuk alur kegiatan penelitian. Dimulai

dengan pemikiran awal penelitian yang dilanjutkan dengan

reconnaissance. Bagian ini, menurut Ebbutt, cara yang tepat untuk

memahami proses penelitian tindakan ialah dengan memikirkan

sebagai suatu dari siklus yang berturut-turut, dengan setiap siklus

28

Rochiati Wiratmaja, Metode Penelitian Tindakan Kelas, (Bandung : Remaja Rosdakarya,

2009), h 66-67.

19

mencakup kemungkinan masukan balik informasi di dalam dan di

antara siklus. Deksripsi ini mungkin tidak begitu rapih dibandingkan

dengan membayangkan proses itu sebagai spiral, atau dengan bagan

representasi. Bagaimanapun menurut Ebbutt proses penelitian tindakan

yang ideal adalah seperti yang digambarkannya.

Gambar 2.3

Model AR Ebbut

20

d. Rancangan Model Penelitian Tindakan Kelas Menurut McKernan

McKernan lebih menekankan model penelitian dengan “proses

waktu”, dalam arti bahwa dalam penelitian tindakan yang penting

janganlah dilakukan dengan terlalu kaku dalam soal waktu. Hal ini

mencakup menentukan fokus permasalahan, penyelesaian masalah

yang rasional, dan kepemilikan penelitian yang demokratis.29

Gambar 2.4

Model AR McKernan

29

Rochiati Wiratmaja, Op, Cit, h 68-70.

21

B. Konsep Model Tindakan

1. Keterampilan Motorik Halus

a. Hakikat Keterampilan

Menurut Decaprio yang dikutip oleh Hajarwati, keterampilan adalah semua

gerakan yang dilakukan manusia dalam kehidupan sehari-hari, seperti berjalan,

berlari, menarik, mengulur, dan menendang yang dihasilkan dari pembelajaran

motorik30

semua kegiatan dalam kehidupan manusia tidak terlepas dari

keterampilan.

Pendapat lain juga dikemukakan oleh Rahyubi yang dikutip oleh Pratiwi,

keterampilan merupakan gambaran keterampilan motorik seseorang yang

ditunjukan melalui penguasaan suatu gerakan.31

Ketika seseorang yang

mempunyai keterampilan yang baik maka seseorang itu juga mempunyai

keterampilan motorik dan gerak yang baik.

Pendapat berbeda dikemukakan oleh Tria yang dikutip oleh Diana,

menyatakan keterampilan adalah keterampilan untuk melakukan sesuatu dengan

baik, cepat, dan tepat.32

Seseorang yang dengan baik ketika melakukan segala

sesuatu dengan cepat dan baik, menandakan bahwa orang itu memiliki

keterampilan yang baik.

b. Keterampilan Motorik Halus

Keterampilan motorik halus (fine motor skills) adalah aktivitas-aktivitas yang

memerlukan pemakaian otot-otot kecil pada tangan. Aktivitas ini termaksud

memegang benda-benda kecil seperti manik-manik, butiran kalung, memegang

pensil dengan benar, menggunting, mengikat tali sepatu, mengancing, dan

menarik resleting. Sangat gampang melihat betapa pentingnya keterampilan

motorik halus pada setiap area kehidupan anak.33

Bahwa kegiatan yang dilakukan

oleh anak sehari-hari sangat mudah kita amati bahwa di dalam kegiatan anak

30

Diyah Hajarwati, Peningkatan Keterampilan Motorik Halus Melalui Kegiatan Mebuat Gambar

dengan Teknik Mozaik, (Sragen : 2014), h 4. 31

Niken Pratiwi, Upaya Meningkatkan Keterampilan Motorik Halus Melalui Playdough,

(Surakarta : 2014), h 2. 32

Mega Nur Diana, Penerapan Kegiatan Membentuk Benda Geometri Untuk Meningkatkan

Keterampilan Motorik Halus, (Wonogiri: 2014), h 2. 33

Imas Kurniasih, Pendidikan Anak Usia Dini, (Jakarta : Edukasia ), h 29-30.

22

tersebut sudah banyak kegiatan yang melibatkan keterampilan motorik halus pada

anak.

Menurut hadits yang diriwayatkan oleh Syu‟bu Al Iman Li Al Baihaqi, Hadits

ke 8137:2856 yang berbunyi

Hadits diatas menjelaskan bahwa hak anak atas orang tuanya adalah yang

salah satunya mengajarkan anak untuk tulis menulis, berenang dan juga memanah

kegiatan tersebut menggunakan keterampilan motorik pada anak.

Definisi lain diberikan oleh Sujiono, yang dikutip oleh Hartono

mengungkapkan pengertian motorik halus adalah gerakan yang hanya melibatkan

bagian-bagian tubuh tertentu saja dan jari-jemari tangan dan gerakan pergelangan

tangan.34

Kegiatan yang menggunakan gerak tubuh yang tidak dilakukan secara

keseluruhan dan hanya menggunakan bagian-bagian tubuh tertentu saja serta

gerakan ini tidak banyak memerlukan tenaga, namun hanya memerlukan

koordinasi mata dan tangan yang cermat.

Pendapat lain dikemukakan oleh Pekerti, yang dikutip oleh Diana menyatakan

bahwa motorik halus adalah gerakan yang melibatkan fungsi jari-jemari saat

melakukan kegiatan, seperti menggunting, membentuk, menggambar, mewarnai,

melipat, menganyam, menulis dan lain-lain.35

Oleh karna itu. Koordinasi mata

dengan tangan menjadi sangat penting untuk dikuasai oleh anak agar anak

menjadi lebih terampil dalam setiap kegiatannya.

Berbeda dengan pendapat di atas, yang dikutip oleh Setiyowati dari Santrock

bahwa motorik halus adalah gerakan yang menggunakan otot-otot halus atau

34

Hartono, Penerapan Model Kontestual Melalui Kegiatan Cooking Class, Ngawi : 2014, h 3. 35

Mega Nur Diana, Op, Cit, h 1.

23

sebagian anggota tubuh tertentu yang dipengaruhi oleh kesempatan untuk belajar

dan berlatih. Misalnya keterampilan memindahkan benda dari tangan, mencoret-

coret, menyusun balok menggunting, menulis dan sebagainya. Keterampilan

tersebut sangat penting agar anak bisa berkembang dengan optimal.36

Bahwa

perkembangan motorik halus anak dapat berkembang dengan baik apabila anak

diberi kesempatan untuk belajar dan diberi kesempatan untuk berlatih, maka

dengan sendirinya perkembangan motorik halus anak dapat berkembang dengan

baik.

Pendapat lain juga dikemukakan oleh Moeslichatoen sebagaimana yang

dikutip oleh Sulastri, motorik halus merupakan kegiatan yang menggunakan otot

halus pada kaki dan tangan.37

Kegiatan yang melibatkan keterampilan otot-otot

halus pada kaki dan tangan yang dilakukan oleh anak adalah kegiatan motorik

halus.

Berbeda dengan pendapat diatas, sebagaimana dikutip oleh Made Sulastri,

Hurlock menjelaskan pengertian motorik yaitu keterampilan mengendalikan

gerakan jasmaniah melalui kegiatan pusat syaraf, urat syaraf, dan otot yang

terkoordinasi yang berasal dari perkembangan refleksi dan kegiatan yang ada pada

waktu lahir. Kegiatan fisik motorik diberikan sejak dini karena mereka dalam

masa pertumbuhan dan perkembangan. Pada masa ini keinginan anak untuk

bergerak lebih banyak, sehingga perlu diarahkan dan dibina38

Pendapat lain juga diungkapkan oleh Departemen Kesehatan Republik

Indonesia, sebagaimana yang dikutip oleh Tanti Darmati, motorik halus anak

adalah aspek yang berhubungan dengan keterampilan anak melakukan gerakan

yang melibatkan bagian-bagian tubuh tertentu dan dilakukan oleh otot-otot kecil.39

Sedangkan menurut Saputra dan Rusdyanto sebagaimana yang dikutip oleh

Lathifatul Toharoh, berpendapat bahwa motorik halus adalah keterampilan anak

36

Nur Setiyowati, Analisis Kebutuhan Perkembangan Fisik Motorik Halus Melalui Penerapan

Kegiatan Kolase, Ponorogo : 2016, h 118. 37

Made Sulastri, Penerapan Metode Pemberian Tugas Berbantuan Media Playdough Untuk

Meningkatkan Keterampilan Motorik Halus, (Universitas Pendidikan Ganesha : 2014, vol 2 no 1),

h 2. 38

Made Sulastri, Op, Cit, h 2. 39

Tanti Darmastuti, Meningkatkan Keterampilan Motorik Halus Anak Dalam Kegiatan Meronce

Dengan Manik-Manik Melalui Metode Demonstrasi, (Surabaya : 2014, vol 01 no 01 ) h 4.

24

beraktivitas dengan menggunakan otot-otot halus (kecil) seperti menulis,

meremes, menggenggam, menggambar, menyusun dan lain sebagainya, motorik

halus pada anak perlu dikembangkan karena motorik halus sangat diperlukan anak

agar mereka dapat tumbuh dan berkembang secara optimal.40

Definisi lain diberikan oleh Gunarti, dkk sebagaimana dikutip oleh Kartika,

Motorik halus adalah keterampilan anak untuk melakukan kegiatan yang

melibatkan koordinasi antara mata, tangan dan otot-otot kecil pada jari-jari,

pergelangan tangan, lengan yang digunakan untuk aktivitas seni, seperti

menggunting, melukis dan mewarnai.41

Sedangkan menurut Suyanto sebagaimana dikutip oleh Oktaviana bahwa

perkembangan motorik halus meliputi perkembangan otot halus dan fungsinya.

Otot ini befungsi untuk melakukan gerakan-gerakan bagian-bagian tubuh yang

lebih spesifik, seperti melipat, menulis, merangkai, mengancingkan baju,

mengikat tali sepatu, dan menggunting.42

Ketika melakukan kegiatan yang

berkaitan dengan motorik halus maka perkembangan otot-otot halus juga

berfungsi untuk melakukan gerakan.

Berdasarkan beberapa definisi yang dikemukakan di atas maka pengertian

motorik halus adalah aktivitas yang melibatkan bagian-bagian tubuh tertentu saja

yang diatur oleh otot-otot kecil pada tubuh seperti pergelangan tangan, jari-jemari

agar melatih kelincahan, ketelitian dan koordinasi mata-tangan berfungsi dengan

baik dan perkembangan motorik halus juga dapat distimulus dengan cara seperti

menulis, meremas, menggenggam dan menggunting.

c. Aspek-Aspek Motorik Halus

Pengembangan keterampilan motorik halus anak dalam kegiatan pendidikan

diarahkan pada aspek-aspek pengembangan. Pada aspek pengembangan motorik

halus kompetensi dan hasil belajar yang ingin dicapai adalah keterampilan

40

Lathifatul Toharoh, Pengaruh Kolase Daun Terhadap Keterampilan Motorik Halus Anak,

(Semarang Barat : 2017), h 99. 41

Uci Kartika, Meningkatkan Motorik Halus Melalui Kegiatan Memasak Pada Siswa Kelompok B

TK Kartika, (Demak : 2014), h 79. 42

Riski Oktaviana, Upaya Meningkatkan Motorik Halus Anak Melalui Kegiatan Meronce,

(Semarang : 2016), h 36.

25

mengelola dan keterampilan tubuh. Dalam hal ini termasuk gerakan-gerakan yang

mengontrol gerakan tubuh, gerakan halus dan kasar serta menerima rangsangan

sensorik alat pancaindra. Keterampilan motorik halus ada bermacam-macam,

diantaranya adalah :

a. Koordinasi Bilateral (Bilateral Hand Use)

Koordinasi bilateral adalah keterampilan untuk menggunakan kedua sisi tubuh

pada saat yang bersamaan dengan cara yang terkendali dan terorganisir. Ini berarti

bisa menggunakan kedua sisi untuk melakukan hal yang sama, seperti mendorong

pin bergulir, menggunakan gerakan bergantian seperti kapan berjalan, atau

menggunakan gerakan yang berbeda disetiap sisi, seperti saat memotong gunting

sambil memegang dan mengendalikan kertas dengan tangan yang lain.

Mampu mengoordinasikan kedua sisi tubuh adalah indikasi bahwa kedua sisi

otak berkomunikasi dan berbagi informasi satu sama lain. Memiliki koordinasi

bilateral yang baik memungkinkan tangan dan kaki bekerja dengan baik bersama.

Ini penting untuk menyelesaikan banyak kegiatan sehari-hari seperti berjalan,

menaiki tangga, memainkan alat musik, mengaduk makanan dalam mangkuk,

menggunakan alat itu membutuhkan dua tangan dan memiliki kesadara visual

penuh terhadap lingkungan. Seorang anak dengan kurang koordinasi kedua sisi

tubuh mungkin mengalami kesulitan mengendalikan satu tangan sementara tangan

yang lain melakukan sesuatu yang lain. Mungkin ada fokus yang tidak rata seperti

ketika memotong, berkonsentrasi pada tangan yang menggunakan gunting dan

tidak menyadari sisi lain yang harus mengendalikan dan memindahkan kertas

secara bersamaan.

b. Koordinasi Mata dan Tangan (Eye Hand Coordination)

Ini adalah keterampilan untuk mengendalikan gerakan tangan yang dipadukan

oleh visi. Area skill yang terpengaruh dalam domain ini sangat luas. Tangan mata

koordinasi mempengaruhi keterampilan kita untuk mewarnai, menggambar dasar,

memecahkan labirin, menulis dengan tangan, menangkap bola, memukul bola,

membuat seni, ikat sepatu, dan menggunakan gunting. Keterampilan motorik

dapat ditingkatkan melalui banyak latihan dalam aktivitas itu sendiri. Ini juga

26

diatasi dengan memecah aktivitas menjadi bagian-bagian komponen untuk

meningkatkan keterampilan motorik halus.

c. Keterampilan Manipulasi (In Hand Manipulation Skills)

In-hand manipulation skills mengacu pada keterampilan bergerak dan posisi

objek dalam satu tangan tanpa bantuan sisi lain. Keterampilan manipulasi tangan

adalah keterampilan untuk memindahkan dan menempatkan benda ditangan tanpa

menggunakan sisi lain. Ini mungkin, keterampilan motorik halus yang paling

rumit ada tiga jenis keterampilan telah diidentifikasi sebagai komponen penting

manipulasi tagan. Ini adalah terjemahan, pergeseran, dan rotasi. Terjemahan

adalah pergerakan benda diantara telapak tangan ke ujung jari untuk

menempatkannya ke dalam slot mesin penjual otomatis. Pergeseran melibatkan

objek bergerak diantara jari-jari, rotasi adalah memutar objek disekitar

menggunakan bantalan jari-jari. Semua komponen ini diperlukan untuk

mendapatkan orientasi objek agar tepat dalam menggunakannya.

Anak-anak yang mengalami kesulitan dengan manipulasi tangan mungkin

perlu menggunakan kedua tangan dalam kegiatan yang biasanya hanya

membutuhkan satu tangan. Banyak kegiatan sehari-hari yang membutuhkan

keterampilan tangan tingkat tinggi ini, contohnya termasuk menyesuaikan

pegangan di atas kertas saat memotong dengan gunting, menggunakan garpu dan

pisau, pemosisian kancing, resleting dan tali untuk berpakaian melibatkan gerakan

tangan yang halus ini. Menangani mur dan baur, memutar obeng, semuanya

melibatkan kemapuan manipulasi pada tangan.43

d. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Motorik Halus

Ada lima faktor yang mempengaruhi perkembangan fisik motorik pada anak

usia dini, antara lain :

1. Faktor makanan

Pemberian makanan yang bergizi oleh orang tua kepada anak usia dini

sangat penting untuk memberikan energi pada anak yang sangat aktif di usia

43

Mindy K. Buckner, TherapyStreetForKids, 2018, (www.TherapyStreetForKids.com).

27

dini. Pemberian gizi atau nutrisi yang cukup dapat merangsang pertumbuhan

dan perkembangan organ-organ tubuh manusia. mengingat akan adanya

pengaruh pemberian makanan yang bergizi terhadap perkembangan fisik

manusia.

2. Faktor Pemberian Stimulus

Pemberian stimulasi seperti dengan mengajak anak untuk melakukan

kegiatan bermain, khususnya kegiatan bermain yang melibatkan gerak fisik

anak usia dini juga sangat berpengaruh terhadap perkembangan fisik-motorik

mereka. Kegiatan bermain yang melibatkan keterampilan motorik jika

dilakukan secara rutin ataupun berulang-ulang dapat meningkatkan kekuatan

fisik dan kelenturan otot.

3. Kesiapan Fisik

Pada usia 0-2 tahun perkembangan keterampilan motorik kasar dan

motorik halus seorang anak terlihat dengan pesat dan luar biasa. Tadinya

seorang bayi tidak berdaya dan tidak mampu mengendalikan gerakannya.

Dalam waktu 12 bulan mereka mengembangkan keterampilan fisik-motorik

yang luar biasa. Kuncinya terletak pada kematangan fisik dan syaraf-

syarafnya.

4. Faktor Jenis Kelamin

Faktor jenis kelamin juga tidak dapat diabaikan pengaruhnya dalam

perkembangan fisik-motorik anak usia dini. Jika kita perhatikan dengan

seksama, anak perempuan lebih suka melakukan aktivitas yang melibatkan

motorik halusnya sedangkan anak laki-laki cenderung suka melakukan

aktivitas yang melibatkan keterampilan motorik kasarnya dan tentu saja hal itu

dapat mempengaruhi perkembangan fisik-motorik mereka.

5. Faktor Budaya

Budaya masyarakat kita yang patriarki juga ikut berpengaruh dalam

perkembangan fisik-motorik anak. Pada masa anak usia dini, faktor budaya

yang patriarki menjadikan anak laki-laki bermain dengan anak laki-laki

lainnya dengan melakukan kegiatan yang sesuai dengan budaya mereka.

Mereka didorong untuk melakukan berbagai kegiatan bermain dan dilarang

28

untuk melakukan kegiatan bermain yang lazim dilakukan oleh anak

perempuan, seperti bermain boneka, masak-masakan, dan lainnya.44

e. Tingkat Pencapaian Perkembangan Motorik Halus Anak

Menurut peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Republik

Indonesia Nomor 137 Tahun 2014 tentang Standar Nasional Pendidikan Anak

Usia Dini mengungkapkan tentang tingkat pencapaian perkembangan motorik

halus anak usia 4-6 tahun, sebagai berikut :45

Tabel 2.1

Tingkat Pencapaian Perkembangan Anak

Lingkup

Perkembangan

Tingkat Pencapaian Perkembangan Anak

Usia 4-5 tahun Usia 5-6 tahun

Motorik Halus 1. Membuat garis

vertikal, horizontal,

lengkung kiri/kanan,

miring kiri/kanan, dan

lingkaran

2. Menjiplak bentuk

3. Mengkoordinasikan

mata dan tangan yang

rumit

4. Untuk melakukan

gerakan manipulatif

untuk menghasilkan

suatu bentuk dengan

menggunakan

berbagai media

5. Mengekspresikan diri

dengan berkarya seni

menggunakan

berbagai media

6. Mengontrol gerakan

tangan yang

menggunakan otot

halus (menjumput,

mengelus, mencolek,

mengepal,

memelintir, memilin,

1. Menggambar sesuai

gagasannya

2. Meniru bentuk

3. Melakukan

eksplorasi dengan

berbagai media dan

kegiatan

4. Menggunakan alat

tulis dan alat makan

dengan benar

5. Menggunting sesuai

dengan pola

6. Menempel gambar

dengan tepat

7. Mengekspesikan

diri melalui gerakan

menggambar secara

rinci.

44

Novan Ardy, Psikologi Perkembangan Anak Usia Dini, (Jakarta : Gava Media, 2015), h 38-41. 45

Kementrian Pendidikan dan Kebudayaan Tahun 2014.

29

memeras)

f. Tahap Perkembangan Anak Usia Dini

Perkembangan fisik berlangsung secarak teratur, tidak secara acak.

Perkembangan bayi ditandai dengan adanya perubahan dari aktivitas yang

tidak terkendali menjadi suatu aktivitas yang terkendali. Pergerakan yang

dilakukan secara sengaja dan terkendali juga akan terorganisir kedalam pola,

seperti melepaskan tangannya dan menggerakan kakinya untuk berjalan. Pola-

pola ini kemudian berubah menjadi gerkan-gerakan anak dalam melakukan

respon terhadap berbagai stimulasi yang berbeda. Berikut adalah tahapan

perkembangan motorik halus pada anak usia dini.46

Tabel 2.2

Tahap Perkembengan Anak Usia Dini

Kelahiran sampai

usia tiga tahun

Usia tiga sampai

empat tahun

Usia lima sampai

enam tahun

Perkembangan

fisik

- Keterampilan

fisik berkembang

dengan cepat

- Duduk dan

merayap;merangk

ak

- Keterampilan

motorik yang

berkembang

dengan baik dapat

mengambi objek

yang kecil dari

dalam tumpukan

- Mengatur sendok

atau garpu untuk

memberi makan

- Mulai dapat

menggenggam

dan melepaskan

suatu objek

- Peningkatan

keterampilan fisik

- Dapat melepaskan

pakaian dan juga

berpakaian sendiri

- Menangkap bola

dengan

menggunakan

lengan

- Memegang krayon

dengan jari

- Melakukan lemparan

dengan wajar dan

teliti

- Menangkap bola

dengan menggunakan

tangan

- Mengambil bagian di

dalam permainan

yang menuntun

keterampilan fisik

- Adanya peningkatan

perkembangan otot

kecil, koordinasi

antara mata dan

tangan yang

berkembang dengan

baik

- Peningkatan dalam

penguasaan motorik

halus dapat

menggunakan palu,

pensil, gunting dan

lain-lain

46

Yuliani Nurani, Konsep Dasar Pendidikan Anak Usia Dini, (Jakarta : 2013, Indeks), h 64-65.

30

- Dapat menjiplak

gambar geometris

- Memotong pada garis

- Mencetak beberapa

surat

- Pekerjaan

keterampilan tangan

yang semakin baik

- Dapat bermain pasta

dan lem

2. Teori Bermain

a. Hakikat Bermain

Bermain adalah kegiatan yang sangat penting bagi pertumbuhan dan

perkembangan anak. Bermain harus dilakukan atas inisiatif anak dan atas

keputusan anak itu sendiri, bermain harus dilakukan dengan rasa senang, sehingga

semua kegiatan bermain yang menyenangkan akan menghasilkan proses belajar

pada anak.

Pengertian bermain menurut konsep Association for Childhood Education

International (ACEI) adalah “a dynamic, active and constructive behavior is

necessary and integral part of childhood, infancy through adolescence” dalam

konsep ACEI, bermain dimaknai sebagai perubahan yang membangun, aktif dan

dinamis dalam perkembangan, serta pertumbuhan yang penting bagi anak untuk

menuju dewasa. Sementara itu, Bruner dalam Martuti, memberikan penekanan

pada fungsi bermain, sebagai sarana untuk mengembangkan kreativitas dan

fleksibilitas.

Ahli lainnya yang memberikan definisi bermain adalah Vygotsky, seorang

psikolog berkebangsaan Rusia, ia mengemukakan bermain merupakan “play is an

excellent setting for cognitive development.” He was especially interested in the a

horse. Fox young children, the imaginary situasion is real. Parent should

encourage creative thought. Jadi, menurut Vygotsky bermain mempunyai peran

langsung terhadap perkembangan kognitif seseorang. Dengan bermain, daya pikir

dan perkembangan otak anak akan semakin memperoleh saat-saat bermain maka

akan tertinggal dan terlihat minder dan merasa rendah diri.47

47

Ahmad Susanto, Pendidikan Anak Usia Dini, (Jakarta : PT Bumi Aksara, 2017), h 98.

31

Bermain adalah aktivitas yang dipilih sendiri oleh anak karena menyenangkan,

bukan karena hadiah atau pujian. Melalui bermain, semua aspek perkembangan

anak dapat dikaitkan. Dengan bermain secara bebas anak dapat bereksplorasi

untuk memperkuat hal-hal yang sudah diketahui dan menemukan hal-hal baru.

Melalui bermain, anak juga dapat mengembangkan semua potensinya secara

optimal, baik potensi fisik maupun mental intelektual dan spiritual.48

Bermain

bagi anak adalah kegiatan yang menyenangkan dan dilakukannya bukan karena

paksaan dan ketika bermain pula ada beberapa aspek perkembangan pada anak

yang dapat dikembangkan dengan baik.

Pendapat di atas diperkuat oleh Santrock, permainan ialah kegiatan yang

menyenangkan yang dilaksanakan untuk kepentingan kegiatan itu sendiri,

menurutnya, permainan memungkinkan anak melepaskan energi yang berlebihan

dan membebaskan perasaan yang terpendam, dengan bermain ini perasaan anak

akan menjadi bahagia, sehingga akan mengalami kenyamanan dalam melakukan

serangkaian kegiatan pembelajaran.49

Pendapat senada dikemukakan oleh Plato, Aristoteles, Frobel dalam Wahyuni,

mengganggap bermain adalah sebagai kegiatan yang mempunyai nilai praktis,

artinya bermain digunakan sebagai media untuk meningkatkan keterampilan dan

kemampuan tertentu pada anak.50

Ketika anak melakukan kegiatan bermain ada

keterampilan dan kemampuan anak yang ikut berkembang.

Pendapat lain dikemukakan oleh Bettelheim, kegiatan bermain adalah kegiatan

yang tidak mempunyai peraturan lain kecuali yang ditetapkan pemain sendiri dan

tidak ada hasil akhir yang dimaksudkan realitas luar.51

Dalam kegiatan bermain

anak tidak mementingkan bagaimana hasil akhirnya karna yang anak cari adalah

tentang kesenangan.

Bermain merupakan peluang bagi anak untuk melakukan berbagai hal, situasi

itulah yang membuat anak belajar. Dengan demikian, bermain merupakan cara

48

Ahmad Zaini, Bermain Sebagai Metode Perkembangan Anak Usia Dini, (Kudus , 2015, Vol 3),

h 120. 49

M. Fadillah, Edutainment Pendidikan Anak Usia Dini, (Jakarta : Kencana, 2014), h 26. 50

Wahyuni, Upaya Meningkatkan Keterampilan Visual Spasial Anak Melalui Bermain Sentra,

(Semarang : 2016), h 100. 51

M. Fadillah, Op, Cit, h 27.

32

anak belajar, belajar tentang apa saja. Belajar tentang objek, kejadian, situasi, dan

konsep (misalnya halus, kasar dan lain-lain). Anak juga berlatih koordinasi

berbagai otot gerak misalnya otot jari, selain itu melalui bermain anak berlatih

mengekspresikan perasaan dan berusaha mendapatkan sesuatu.52

Kegiatan

bermain sekaligus belajar adalah kegiatan yang memadukan antara materi

kegiatan belajar dengan kegiatan bermain.

Salah satu kegiatan bermain yang dapat digunakan dalam pembelajaran adalah

permainan sensorimotor. Permainan sensorimotor ialah permainan yang

menggabungkan antara koordinasi sensoris dan motorik seperti fungsi mata,

telinga, dan otot-otot.

Menurut pendapat Martika & Subagya yang dikutip oleh Indra Setyaningsih,

melalui kegiatan sensorimotor, anak akan merasa senang dalam bermain, siswa

tidak menyadari bahwa dalam bermain tersebut sebenarnya mereka mempelajari

sesuatu.53

Dalam kegiatan bermain sensorimotor anak tidak menyadari bahwa

mereka selain sedang melakukan kegiatan bermain sekaligus melakukan kegiatan

belajar.

Pendapat lain dikemukakan oleh Assjari & Sopariah yang dikutip oleh Indra

Setyaningsih, permainan sensorimotor dapat berupa permainan visual, taktil,

vestibular, preprioseptif, auditoris dan kinestetik.54

Permainan sensorial kegiatan

bermain yang melibatkan gerak dan serta kegiatan yang melakukan sentuhan dan

juga rabaan yang dapat menstimulus keterampilan motorik halus dengan baik.

Pendapat lain dikemukakan oleh Bettelheim, kegiatan bermain adalah kegiatan

yang tidak mempunyai peraturan lain kecuali yang ditetapkan pemain sendiri dan

tidak ada hasil akhir yang dimaksudkan realitas luar.55

Dalam kegiatan bermain

anak tidak mementingkan bagaimana hasil akhirnya karena yang anak cari adalah

tentang kesenangan.

52

Ratna Wahyu Pusari, Upaya Meningkatan Keterampilan Motorik Halus Pada AUD Melalui

Kegiatan Bermain Konstruksi Plastisin, (Semarang : 2016), h 36. 53

Indra Setyaningsih, Metode Permainan Sensorimotor Untuk Meningkatkan Konsentrasi Belajar

Anak dengan Hambatan Kecerdasan Kategori Sedang, (Yogyakarta, vol 6 no 6 : 2017) h 2 54

Indra Setyaningsih, Ibid, h 2 55

M. Fadillah, Op, Cit, h 27.

33

Dari beberapa pendapat diatas dapat disimpulkan bahwa bermain adalah suatu

kegiatan yang sangat berkaitan erat dengan kehidupan anak dan bermain juga

sebagai peluang untuk anak dalam belajar dan mengembangkan segala aspek

perkembangan pada anak ketika bermain anak tidak mementingkan terhadap hasil

akhir dan bermain juga dilakukan anak dengan senang hati tanpa adanya paksaan.

b. Karakteristik Bermain Untuk Anak Usia Dini

Agar kegiatan bermain dapat terlaksana dengan baik, Jeffree, Mc Conkey, dan

Hewson berpendapat bahwa terdapat enam karakteristik kegiatan bermain pada

anak yang perlu dipahami oleh stimulator, sebagai berikut :

1. Bermain datang dari dalam diri anak artinya, keinginan bermain harus muncul

dari dalam diri anak sehingga anak dapat menikmati dan bermain sesuai

dengan caranya sendiri. Itu artinya bermain dilakukan dengan kesukarelaan,

bukan paksaan.

2. Bermain harus terbebas dari aturan yang mengikat, karena bermain adalah

suatu kegiatan untuk dinikmati, anak memiliki cara bermainnya sendiri,

karena itulah bermain pada anak selalu menyenangkan, mengasyikan, dan

menggairahkan.

3. Bermain adalah aktivitas nyata atau sesungguhnya, oleh karenanya bermain

melibatkan partisipasi aktif baik secara fisik maupun mental, seperti saat anak

bereksplorasi dengan bermain air.

4. Bermain fokus pada prosess dari pada hasil artinya, dalam bermain anak

mengenal dan mengetahui apa yang ia mainkan dan mendapatkan

keterampilan baru.

5. Bermain fokus pada proses dari pada hasil, artinya dalam bermain anak

mengenal dan mengetahui apa yang ia mainkan dan mendapatkan

keterampilan baru.

6. Bermain melibatkan pemain secara aktif, artinya anak sebagai pemain harus

terjun langsung dalam bermain. Jika anak pasif dalam bermain maka ia tidak

akan memperoleh pengalaman baru karena bagi anak bermain adalah bekerja

untuk mendapatkan pengetahuan dan keterampilan baru.

34

Berdasarkan paparan diatas maka dapat disimpulkan bahwa fungsi bemain

pada anak adalah suatu kegiatan yang dapat mengembangkan berbagai potensi

pada anak, baik potensi fisik, kognitif, bahasa, sosial, emosi, kreativitas, dan pada

akhirnya prestasi akademik.56

c. Manfaat Bermain Bagi Anak Usia Dini

Bermain bagi anak usia dini dapat mempelajari dan belajar banyak hal, dapat

mengenal aturan, bersosialisasi, menempakan diri, menata emosi, toleransi, kerja

sama, dan menjunjung tinggi sportivitas. Oleh karena itu bermain merupakan

kegiatan pembelajaran yang sangat penting. Berikut beberapa manfaat bermain

bagi anak usia dini :

a. Manfaat motorik

Yaitu manfaat yang berhubungan dengan nilai-nilai positif mainan yang

terjadi pada jasmani anak. Misalnya, unsur-unsur kesehatan, keterampilan,

ketangkasan, maupun keterampilan fisik tertentu.

b. Manfaat afeksi

Yaitu manfaat permainan yang berhubungan dengan perkembangan

psikologis anak. Misalnya, naluri/insting, perasaan, emosi, sifat, karakter,

watak, maupun kepribadian seseorang.

c. Manfaat kognitif

Yaitu manfaat mainan untuk perkembangan kecerdasan anak, yang

meliputi keterampilan imajinatif, pembentukkan nalar, logika, maupun

pengetahuan-pengetahuan sistematis.

d. Manfaat spiritual

Yaitu manfaat mainan yang menjadi dasar pembentukan nilai-nilai

kesucian maupun keluhuran manusia.

e. Manfaat keseimbangan

Yaitu manfaat yang berfungsi melatih dan mengembangkan panduan

antara nilai-nilai positif dari suatu mainan.

56

Yuliani Nurani, Bermain Kreatif Berbasis Kecerdasan Jamak, (Jakarta : 2010, Indeks), h 37.

35

Selain itu ada beberapa pengaruh bermain bagi perkembangan anak, sebagai

berikut:

a. Perkembangan fisik, bermain aktif penting bagi anak untuk

mengembangkan otot dan melatih seluruh bagian tubuhnya.

b. Dorongan berkomunikasi, bermain yang dilakukan bersama anak-anak lain

secara tidak langsung akan dapat membantu anak untuk berkomunikasi

secara baik.

c. Penyaluran bagi energi emosional yang terpendam. Bermain berpengaruh

sebagai sarana bagi anak untuk menyalurkan ketegangan yang disebabkan

oleh pembatasan lingkungan terhadap perilaku.

d. Penyaluran bagi kebutuhan dan keinginan, bermain dapat berfungsi sebagai

penyalur kebutuhan dan keinginan yang tidak terpenuhi dalam keseharian.

e. Sumber belajar, bermain memberi kesempatan untuk mempelajari berbagai

hal melalui buku, televisi atau menjelajahi lingkungan yang tidak diperoleh

anak dari belajar di rumah atau di sekolah.

f. Rangsangan bagi kreativitas, bermain dengan permainan tertentu akan

dapat merangsang kreativitas anak. Baik permainan yang sifatnya mandiri

maupun kelompok.

g. Standar moral, dalam bermain, anak akan belajar untuk mengikuti aturan-

aturan dalam permainan tersebut yang telah ditentukan. Hal ini, akan

memberi gambaran tentang bagaimana menaati sebuah aturan yang telah

dibuatnya, baik menyangkut hubungan dengan Allah SWT maupun orang

lain.

d. Jenis Permainan

Terdapat banyak jenis permainan yang dapat digunakan dalam pembelajaran

anak usia dini. Menurut Rahmat, permainan itu dapat dibagi menjadi lima jenis,

diantaranya:

36

1. Permainan Fungsi atau gerak

Yaitu permainan yang dilakukan dengan gerakan dalam rangka melatih

kekuatan otot sang anak.

2. Permainan membentuk

Yaitu berupa permainan memberi atau membuat bentuk-bentuk pada suatu

benda agar lebih menarik.

3. Permainan ilusi

Yaitu permainan yang digambarkan sebagai bentuk ilusi fantasi bagi

anak, sehingga seolah-olah hal itu menyerupai sungguhan.

4. Permainan menerima (reseptif)

Yaitu bentuk permainan dimana anak hanya menerima saja tanpa

melakukan aktivitas.

5. Permainan sukses

Merupakan bentuk permainan menyelesaikan suatu tantangan tertentu.

Hurlock juga menggolongkan permainan menjadi dua macam, yaitu:

1. Bermain aktif

Ialah bermain yang kegembiraannya timbul dari apa yang dilakukan

anak itu sendiri. Kebanyakan anak melakukan berbagai bentuk bermain

aktif, tetapi banyaknya waktu yang digunakan dan banyaknya

kegembiraan yang akan diperoleh dari setiap permainan sangat bervariasi.

Dalam hal ini, kesenangn anak timbul dari apa yang dilakukan individu,

apakah dalam bentuk kesenangan berlari atau membuat sesuatu dengan

lilin atau cat.

2. Bermain pasif

Yaitu permainan yang bersifat hiburan semata. Artinya, anak tidak

ikut secara aktif dalam proses permainan. Dalam hal ini, kegembiraan

anak diperoleh dengan memerhatikan aktivitas orang lain.57

57

M. Fadillah, Op, Cit, h 32-37.

37

C. Kaitan Antara Slime dengan Bermain

Ketika anak sedang bermain, sesungguhnya mereka sedang belajar,

menurut Montessori, sebagaimana dikutip oleh Sudono, ketika anak sedang

bermain, anak akan menyerap segala sesuatu yang terjadi di lingkungan

sekitarnya. Anak yang bermain sebenarnya telah menyerap berbagai hal baru yang

ada disekitarnya. Proses penyerapan inilah yang disebut Montessori sebagai

aktivitas belajar.

Disinilah pentingnya orang tua dan guru memilih dan menentukan jenis

permainan yang cocok dengan perkembangan anak. Pemilihan dan menentukan

jenis permainan ini sama persis dengan pemilihan materi pelajaran oleh guru yang

sesuai dengan perkembangan peserta didik. Pemilihan jenis permainan yang

sesuai dengan perkembangan anak ini perlu dilakukan agar pesan edukatif dalam

setiap permainan dapat ditangkap anak dengan mudah dan menyenangkan.

Pemilihan permainan yang selaras dengan perkembangan anak akan

mengembangkan aspek kecerdasan tertentu dan bukan bermain untuk mainan itu

senidiri.

Kegiatan bermain juga bisa dilakukan dengan menggunakan alat atau

tanpa alat. Menurut pendapat Wolgfang bahwa merekomendasikan agar guru

menyiapkan bahan-bahan bermain anak yang beragam. Bahan dan alat bermain ini

sangat penting diperhatikan karena dengan alat atau bahan bermain ini sering kali

sangat menantang bagi anak untuk menguasai dan mengontrolnya. Dengan

menyediakan bahan yang beragam, diharapkan anak akan mengembangkan

perasaan mampu menguasai beragam tantangan yang mereka hadapi, serta akan

membantu anak dalam membangun pemikiran simboliknya.58

Kegiatan bermain

anak sangat dianjurkan untuk guru dalam memilih alat bermain untuk anak, karna

akan menambah rasa ketertarikan untuk melakukan kegiatan bermain tersebut.

Bahan cair meliputi air dan aksesoris permainan air, seperangkat alat

permainan air berbusa, cat air, pasir dengan aksesoris permainan pasir, cat lukis,

tanah basah, tanah liat atau playdough, krayon, dan pensil warna. Anak anak

58

Ahmad Susanto, Op, Cit, h 111.

38

menggunakan dan mengeksplorasi bahan-bahan cair dalam permainan

sensorimotor. Dalam menggunakan alat-alat permainan dengan bahan-bahan ini,

anak akan bergerak dalam tahapan-tahapan perkembangan mulai dari

sensorimotor hingga perkembangan simbolik dan permainan konstruksi.

Kegiatan bermain untuk meningkatkan keterampilan motorik halus bisa

dilakukan dengan bermain slime. Permainan Slime adalah permainan yang cara

bermain dan medianya hampir sama dengan play Dough, menurut Einon tentang

permainan cerdas untuk anak usia 2-6 tahun, playdough sangat cocok untuk anak-

anak kecil cukup lembut untuk diremas, namun cukup elastis untuk dibuat sebuah

bentuk. Kegiatan bermain slime ini mengajarkan anak bahwa mereka dapat

membuat sesuatu, meningkatkan pengendalian jari tangan, dan koordinasi tangan

dan mata, selain itu, kegiatan ini membuat mereka mampu mengekspersikan diri

melalui kesenian.59

Hal ini didukung oleh pendapat Wolfgang yang menyatakan

“fluids materials have high sensorimotor quality and easily transform their shape

and generally gave little or no form.”60

Peryantaan tersebut artinya bahan-bahan

zat cair memiliki sifat sensorimotor yang tinggi dan dapat dengan mudah berubah

bentuk dan pada umumnya sedikit berbentuk atau tidak berbentuk sama sekali.

D. Sejarah Slime

Slime pertama kali dipelajari pada awal abad 20 saat itu polimer sintesis

ditetapkan, pada tahun 1920 Hermann Staudinger menetapkan dasar dan

pemahaman tentang ilmu polimer. Ia menyarankan model molekul baru untuk

polimer dimana molekulnya membentuk suatu rantai. Pada tahun 1928, model

molekul tersebut akhirnya dikonfirmasi oleh dua orang ilmuwan Mayer dan Mark.

Mayer dan Mark mempelajari model molekul tersebut sehingga pada akhirnya

pada tahun 1930, model molekul Staudinger diterima oleh masyarakat dan mulai

diterapkan, inilah masa penggunaan polimer sintesis dalam kehidupan sehari-hari.

59

Mita Agustina, Meningkatkan Keterampilan Motorik Halus Anak Melalui Bermain Playdough

di Play Group, (Surabaya :2015), h 2. 60

Charles H Wolfgangand Mary Wolfgang, School for Young Children Developmentaly

Appropriate Praticies, (Needham Heigh : Alin and Bacon, 1992), h 31.

39

Banyak pabrik yang menjual mainan berbahan polimer seperti slime selama

bertahun-tahun. Mainan tersebut tidak hanya diketahui sebagai hiburan untuk

anak-anak maupun orang dewasa. Tetapi juga dapat diketahui membantu

mengembangkan ketangkasan dan kreatifitas. Awalnya mainan ini hanya

berbentuk seperti tanah liat yang dapat dibentuk. Bentuk dari mainan ini terus

berubah dan dimodifikasi seiring berjalannya waktu, seperti penemuan Silly Puty

pada tahun 1950. Pada tahun 1980 bermacam-macam mainan slime mulai

dipasarkan.

E. Jenis-Jenis Slime

1. Basic Slime

Basic Slime adalah slime yang paling dasar atau simple. Mudah dibuatnya dan

nyaman untuk dimainkan.

2. Milky Slime

Slime ini yang paling banyak digemari oleh anak-anak karena bentuknya yang

sangat lentur, lembut dan menggunakan resep yang sudah dimodifikasi dengan

tambahan lotion, pelembut, pewangi buah, pewarna dan lain-lain.

3. Clear Slime

Slime ini biasanya untuk dikoleksi karena bentuknya yang sangat jernih akan

keruh jika dimainkan, tetapi slime ini dapat bening kembali jika didiamkan

selama kurang lebih 1-2 hari setelah dimainkan.

4. Metallic Slime

Slime ini terlihat mewah dan menawan, untuk membuat slime ini sama

caranya seperti saat membuat clear slime, namun untuk slme ini harus

ditambahkan bubuk metalik/ bubuk mika sehingga akan terlihat mengkilat

seperti metalik.

5. Galaxy Slime

Mirip metallic slime, hanya saja penggunaan bubuk mika diganti dengan cat

dan gliter serta manik-manik atau sejenisnya.

40

6. Clay Slime

Slime ini ditambahkan dengan clay.61

F. Bahan-Bahan Pembuatan Slime dan Cara Bermainnya.

Bermain slime dapat meningkatkan keterampilan motorik halus pada anak

karena cara bermain slime hampir sama dengan cara bermain playdough. Bahan-

bahan yang dibutuhkan untuk membuat slime sangat mudah didapat dengan harga

yang murah dan mudah didapat karena tersedia di lingkungan sekitar. Selain

bahan-bahannya mudah didapat bahan-bahan tersebut juga tidak membahayakan

untuk kegiatan bermain untuk anak. Adapaun bahan-bahannya untuk membuat

slime yaitu : (1) lem fox, (2) sabun cair, (3) tepung, (4) air, dan (5) pewarna

makananan.

Bermain Slime sangat menyenangkan bagi anak, karena bentuk dan

warnanya yang menarik. Kegiatan bermain slime juga dapat membantu anak

untuk dapat mengembangkan keterampilan motorik halus anak. Cara bermain

slime juga sangat mudah. Slime dapat dimainkan dengan cara meremas-remasnya

terlebih dahulu. Bentuk awal yang sangat lunak. Slime dapat digenggam dan di

remas-remas. Slime yang sudah agak mengeras dapat dibentuk menjadi berbagai

bentuk.

G. Penelitian Relevan

Penelitian relevan disini dimaksudkan untuk peneliti agar tidak hanya

meniru tetapi juga dapat mengambil masukan untuk peneliti selanjutnya.

No Judul Penulis Perbedaan

1. Upaya Meningkatkan

Keterampilan Motorik Halus

Anak Usia 4-5 Tahun Melalui

Penggunaan Media Tepung

(Penelitian Tindakan Kelas di

TK Islam Al – Mutaqqin) 62

Yuli, Fitrah

Ningsih

Keterampilan Motorik

halus anak salah

satunya dapat

dikembangkan dengan

menggunakan media

tepung. Selain itu

kegiatan ini juga

menarik dan

menyenangkan bagi

61

https://m.kaskus.co.id/thread/slime 62

Yuli Fitrah Ningsih, Upaya Meningkatkan Keterampilan Motorik Halus Anak Usia 4-5 Tahun

Melalui Penggunaan Media Tepung (Penelitian Tindakan Kelas di TK Islam Al – Mutaqqin),

(Jakarta, Universitas Muhammadiyah Jakarta, 2017), h 5.

41

anak.

2. Pengembangan Motorik Halus

Melalui Kegiatan Melipat

Kertas Pada Anak Didik

Kelompok B TK Dharma

Wanita Twangrajo Tahun

Pelajaran 2015.63

Maruah,

Siti

Aktivitas melipat

kertas memiliki

kelebihan terutama

melatih

motorik anak

diantaranya untuk

kehidupan sehari-hari,

seperti

keterampilan

memegang,

menggenggam,

meremas dan

membentuk.

3. Pengaruh Bermain Playdough

terhadap Keterampilan

Motorik Halus Anak di TK

Pertiwi Talakbroto, Simo,

Boyolali Tahun 2013/2014.64

Waldi,

Maksum

Eka

playdough dapat

menekankan

keterampilan motorik

halus anak. Dengan

playdough anak dapat

bermain bentuk, warna,

teksur, melatih

kelincahan, kelenturan

jari-jari tangan dan

koordinasi antara mata

dan tangan. Misal

dengan cara anak

memahami dan

mempraktekkan

tahapan-tahapan

pembuatan playdough.

Hal ini dapat dikatakan

bermain sambil belajar

karena anak dapat

bermain mencampur

tepung dan warna,

selain itu anak dapat

belajar cara membuat

bentuk dengan

playdough. Dengan

bermain playdough

63

Siti Maruah, Pengembangan Motorik Halus Melalui Kegiatan Melipat Kertas Pada Anak Didik

Kelompok B TK Dharma Wanita Twangrajo Tahun Pelajaran 2015, (Surakarta, Universitas

Muhammadiyah Surakarta, 2015), h 3. 64

Maksum Eka, Pengaruh B ermain Playdough terhadap Keterampilan Motorik Halus Anak di TK

Pertiwi Talakbroto, Simo, Boyolali Tahun 2013/2014,(Surakarta, Universitas Muhammadiyah

Surakarta : 2014), h 5.

42

dapat melatih

kelenturan pergelangan

otot-otot tangan dan

koordinasi mata tangan

4. Keterkaitan Bermain Slime

dengan Keterampilan Motorik

Halus Pada Anak Uisa 4-5

tahun

Dede,

Feriyanti

Metode yang

digunakan adalah studi

pustaka dan penelitian

ini hanya

menggunakan single

subjek.

H. Kerangka Teoretik

Kegiatan bermain slime adalah kegiatan bermain yang dapat dilakukan untuk

meningkatkan keterampilan motorik halus pada anak. Kegiatan bermain slime

dapat dilakukan individu atau kelompok. Kegiatan bermain slime juga termaksud

permainan yang sedang sangat digemari oleh anak pada era sekarang ini. Kegiatan

bermain slime selain menyenangkan juga dapat meningkatkan keterampilan

motorik halus anak.

Terdapat beberapa langkah dalam melakukan kegiatan bermain slime. Hal

yang harus diperhatikan pertama kali adalah membuat kondisi atau situasi hati

anak baik. Agar ketika bermain slime anak merasa senang. Lalu peneliti

menjelaskan bagaimana cara bermain slime serta aturan bagaimana cara bermain

slime.

Kedua, peneliti menyiapkan bahan apa saja yang diperlukan ketika ingin

bermain slime dan penelitti juga memperkenalkan tentang slime pada anak.

Dengan cara memberi contoh bagaimana cara bermain slime, sehingga semakin

membuat anak tertarik untuk bermainnya.

Selanjutnya, ketiga menjelaskan peraturan bagaimana cara bermain slime agar

anak dapat belajar mengenal tentang aturan, seperti melipat lengan baju sebelum

bermain, mencuci tangan sebelum bermain, tidak memainkan slime milik

temannya dan tidak memasukan slime kedalam mulunya. Lalu mulailah dengan

cara menjelaskan bagaimana cara bermain slime

1. Cuci tangan, serta meggulung lengan baju agar tidak terkena slime.

43

2. Duduk sedikit berjarak dengan teman, agar tidak terganggung ketika sedang

bermain slime dengan teman yang lainnya.

3. Setelah itu peneliti memberikan contoh gambar apa yang ingin dibentuk.

Biasanya sesuai dengan kegiatan pembelajaran yang sedang dilakukan.

4. Setelah selesai membentuk dengan menggunakan slime hasilnya akan di

dokumentasikan oleh peneliti

5. Sesekali peneliti juga memberikan bintang kepada beberapa anak yang

menyelesaikan permainannya dengan baik.

44

BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

A. Tempat dan Waktu Penelitian

1. Tempat

Kegiatan penelitian ini dilaksanakan di PAUD MUBINA yang terletak di

Bekasi, Pondok Gede. Subjek yang menjadi pusat perhatian dalam penelitian ini

adalah anak usia dini (4-5 tahun) di PAUD MUBINA Bekasi, Pondok Gede.

Anak-anak yang menjadi penelitian adalah anak kelompok A berjumlah 12 anak,

yaitu terdiri dari 5 anak laki-laki dan 7 anak perempuan. Alasan memilih waktu

ini dikarenakan :

a. Adannya permasalahan pada keterampilan motorik halus sehingga akan

mempengaruhi pada aspek perkembangan yang lainnya, sepertin kognitif.

b. penggunaan metode untuk meningkatkan keterampilan motorik halus pada

anak kurang bervariasi.

c. lokasi atau tempat penelitian ini terjangkau.

2. Waktu

Penelitian ini akan dilaksanakan pada bulan Februari-Juni. Waktu penelitian

mengacu kepada kalender pendidikan di sekolah.penelitian ini dilaksanakan untuk

meningkatkan keterampilan motorik halus pada anak kelompok A. penelitian ini

juga diberi persetujuan oleh kepala sekolah dan juga guru-guru kelas. Pada bulan

mei-juni tahun ajaran 20018/2019 Pada penelitian ini akan dilaksanakan I siklus,

jika pada siklus I belum mencapai target, maka akan dilanjutkan pada siklus ke II.

Pada setiap siklus dilakukan 5 kali pertemuan.

45

Table 3.1

Jadwal Pelaksanaan Penelitian

No Kegiatan Februari Maret April Mei Juni Juli

1 Pra observasi

2 Penyusunan

proposal

3 Seminar

proposal

4 Pelaksanaan

siklus I

5 Pelaksanaan

siklus II

6 Penyusunan

laporan

7 Ujian

B. Metodologi Penelitian

Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode penelitian

Tindakan Kelas (Action Research) yang diperkenalkan oleh Kemmis dan Mc

Taggart. Penelitian tindakan merupakan penelitian yang dilakukan oleh peneliti

untuk mencari alternatif pemecahan masalah yang dihadapi dalam lingkungan

kerja. Pada hakikatnya penelitian ini merupakan sebuah siklus dari perencanaan

(planning), pelaksanaan tindakan (acting), pengamatan (observing), dan refleksi.

Sehubungan dengan tujuan untuk mengatasi suatu permasalahan di dalam kelas.

Penelitian ini tentang meningkatkan keterampilan motorik halus anak melalui

kegiatan bermain slime dengan subjek penelitian anak usia 4-5 tahun yaitu

kelompok A pada tahun ajaran 2018/2019 pada semester II. Pada pengamatan

awal akan terlihat beberapa anak mengalami kesulitan dalam kemampuan motorik

46

halus, dan disini peran penulis mengamati kegiatan pembelajaran secara langsung

yaitu motorik halus anak dalam memegang pensil yang sesuai, kemudian

membuat perencanaan tindakan selanjutnya.

Peneliti berperan aktif dalam kegiatan ini dan secara langsung mengumpulkan

data, agar data lebih akurat dan nyata. Kemudian hasil dari pengamatan tersebut

dilakukannya evaluasi. Dalam pelaksanaan penelitian ini dilaksanakan melalui

proses yang terdiri dari 4 tahap yaitu : perencanaan (planning), pelaksanaan

tindakan (acting), pengamatan (observing), dan refleksi, dapat digambarkan

sebagai berikut :

Gambar 3.1

Tahapan Penelitian

C. Prosedur Penelitian Tindakan

Untuk meningkatkan keterampilan motorik halus anak agar dapat berkembang

dengan baik. maka prosedur penelitian yang akan dilaksanakan mengacu pada

tahap kegiatan penelitian tindak kelas menurut Kemmis dan Mc Taggart, yang

melalui empat tahap, yaitu : (1) perencanaan (planning). (2) Tindakan (action), (3)

Observasi (observing), (4) refleksi (reflection). Dan akan dilakukan perbaikan

47

pada siklus II jika diperlukan. Dimana pada masing-masing siklus mempunyai

langkah-langkah sebagai berikut :

1. Observasi Awal

Sebelum penelitian dilakukan peneliti melakukan pencarian tempat penelitian

yang ingin diteliti, setelah mendapatkannya, peneliti melanjutkan ke tahap

meminta izin untuk melaksanakan sebuah penelitian di PAUD MUBINA. Peneliti

melakukan pengamtan terlebih dahulu terhadap proses pembelajaran di PAUD

MUBINA. Penelitian melakukan berdasarkan hasil pengamatan terhadap

permasalahan yang muncul.

Posisi peneliti dalam penelitian ini sebagai partisipan aktif, dimana tingkat

keikutsertaan peneliti berperan aktif sebagai pengamat. Kemudian hasil

pengamatan tersebut dievaluasi serta hasil pengamatan dan refleksi digunakan

sebagai bahan evaluasi selanjutnya. Kegiatan yang dilakukan peneliti diantaranya

melakukan berbagai persiapan pra penelitian seperti membuat perizinan

penelitian, menentukan waktu penelitian dan menentukan subjek penelitian.

Peneliti melakukan observasi di kelompok A yang berjumlah 12 anak yang

terdiri dari 5 anak laki-laki dan 7 anak perempuan, menurut hasil lapangan yang

didapatkan melalui observasi atau pengamatan secara langsung yang dilakukan

kurang lebih satu minggu yang dilakukan secara berturut-turut.

Pada kegiatan observasi ini peneliti mendapatkan ada beberapa anak yang

kesulitan dalam mengerjakan kegiatan yang berkaitan dengan keterampilan

motorik halus. Kegiatan yang dilakukan adalah ketika menulis, memegang

krayon, serta kesulitan dalam memegang gunting. Kesulitan ketika menulis

membuat hasil dari kegiatan tersebut tidak sesuai dengan yang diharapkan oleh

guru, dan juga ketika memegang krayon anak tidak mewarnai sesuai garis yang

telah ditentukan dan pewarnaan pada gambar tidak full terwarnai. Begitu juga

dengan memegang gunting, ada beberapa anak yang kebingungan untuk

memasukan jari-jarinya ke lubang pegangan gunting, dan ketika mengoperasikan

guntingnya pun masih membutuhkan bantuan guru kelas.

48

Menurut hasil pengamatan peneliti, kegiatan di dalam kelas yang melibatkan

keterampilan motorik halus juga sangat terlalu membosankan bagi anak. Kegiatan

yang dilakukan sehari-hari hampir sama, yaitu menempel, mewarnai dan menulis.

Kegiatan tersebut akan sangat terasa membosankan bagi anak.

2. Perencanaan Tindakan

Kegiatan perencanaan tindakan dilakukan agar kegiatan peneliti tersusun

dengan rapih dan perencanaan dibutuhkan ketika hendak melakukan sesuatu

kegiatan. Pada kegiatan penelitian ini, peneliti membuat rencana untuk dua siklus.

Siklus kedua dilakukan apabila pada siklus pertama tidak menemukan

keberhasilan dalam meningkatkan keterampilan motorik halus anak. Tahap-tahap

yang akan dilakukan oleh peneliti, sebagai berikut :

a. Tahap Perencanaan

Membuat RPPH sesuai dengan RPPM yang telah ditentukan oleh pihak

sekolah pada siklus I ini mendapatkan tema tentang bangun datar, setelah

menentukan RPPH, tema dan sub tema. Selanjutnya membuat peraturan dalam

bermain slime.

Tabel 3.2

Perencanaan Tindakan Siklus I

Pertemuan

ke- Kegiatan Tema Catatan

Satu (1) Membentuk lingkaran

dengan slime

Bangun

Datar C.D 1

Dua (2) Membentuk segitiga

dengan slime

Bangun

Datar C.D 2

Tiga (3) Membentuk setengah

lingkaran dengan slime

Bangun

Datar C.D 3

Empat (4) Membentuk persegi

dengan slime

Bangun

Datar C.D 4

Lima (5) Membentuk persegi

panjang dengan slime

Bangun

Datar C.D 5

49

Pada siklus II ini, peneliti memberikan warna pada slimenya. Untuk laki-

laki berwarna hijau dan untuk perempuan berwarna merah muda. Sehingga anak-

anak tidak merasa bosan hanya dengan bermain slime berwarna putih.

Tabel 3.3

Perencanaan Tindakan Siklus II

b. Pelaksanaan Tindakan

Tahap pelaksanaan tindakan ini adalah proses selanjutnya dari tahap

perencanaan yang telah dibuat sebelumnya. Pada tahap ini dimana kegiatan

belajar mengajar dilaksanakan dalam lima kali untuk siklus I dan lima kali

pertemuan untuk siklus ke II.

Sebelum dilakukannya tindakan di PAUD MUBINA ini peneliti melakukan

beberapa tes untuk mengetahui keterampilan motorik halus anak sebelum

dilakukannya kegiatan bermain slime ini. Peneliti melakukan kegiatan tes

sebanyak tiga kali, yaitu ketika sebelum ke siklus satu, setelah melakukan siklus

satu dan setelah melakukan siklus dua. Pada siklus pertama agar peneliti

mengetahui di mana kelebihan serta kekurangan di dalam siklus satu agar dapat

diperbaiki pada siklus dua

Pertemuan ke- Kegiatan Tema Catatan

Enam (6) Membentuk pohon

dengan menggunakan

slime

Tumbuhan C.D 6

Tujuh (7) Membentuk bunga

dengan slime Tumbuhan C.D 7

delapan (8) Membentuk Rumah

dengan menggunakan

slime

Rumah C.D 8

sembilan (9) Membentuk Rumah dan

awan dengan slime Rumah C.D 9

Sepuluh (10) Membentuk rumah,

awan dan pohon dengan

slime

Rumah C.D 10

50

Table 3.4

Pelaksanaan siklus I

No. Tindakan Kegiatan awal Kegiatan Inti Kegiatan Akhir Media Tema

1. Bermain slime

dengan

membentuk

lingkaran

- Guru

mengucapkan

salam dan

dijawab oleh

anak-anak

-

- Guru

mengajak

anak untuk

bernyanyi-

nyanyi

- Guru

menjelaskan

tentang

bangun datar

- Guru

menjelaskan

peraturan,

cara bermain

serta

bahayanya

jika tidak

mengikuti

peraturan

tentang cara

bermain slime

- Guru

membagikan

slime sesuai

dengan wadah

yang telah

diberi nama

- Guru

memberikan

contoh

membentuk

lingkaran

dengan

menggunakan

slime

- Guru

mendokumenta

sikan hasi

karya anak

- Mencuci

tangan

- berdoa

slime

Bangun datar

2. Bermain slime

dengan

membentuk

segitiga

- Guru

mengucapkan

salam dan

dijawab oleh

anak-anak

- Guru

membimbing

anak-anak

untuk

membaca doa

sehari-hari

- Guru

menjelaskan

tentang

bangun datar

- Guru

menjelaskan

peraturan,

cara bermain

serta

bahayanya

jika tidak

mengikuti

- Guru

mendokumenta

sikan hasi

karya anak

- Mencuci

tangan

- Guru

melakukan

Tanya jawab

- Berdoa

Slime Bangun datar

51

peraturan

tentang cara

bermain slime

- Guru

membagikan

slime sesuai

dengan wadah

yang telah

diberi nama

- Guru mebrikan

contoh

membentuk

segitiga

dengan slime

3. Bermain slime

membentuk

setengah

lingkaran

- Guru

mengucapkan

salam dan

dijawab oleh

anak-anak

- Berdoa

sebelum

belajar

- Guru

mengajak

anak untuk

bernyanyi-

nyanyi

- Guru

mengajak

anak untuk

senam

- Guru

menjelaskan

tentang

bangun datar

- Guru

mencontohkan

membuat

bentuk segitiga

dengan

menggunakan

slime

- Guru

mendokumenta

sikan hasi

karya anak

- Mencuci

tangan

- Guru

memberikan

reward

(bintang

ditangan )

- Berdoa setelah

selesai belajar

Slime Bangun datar

4. bermain slime

membentuk

persegi

panjang

- Guru dan

anak-anak

melakukan

doa sebelum

belajar

bersama-

sama

- Guru

membimbing

a anak untuk

membaca

surah pendek

- Dan guru

membimbing

anak

- Guru

menjelaskan

bangun datar

- Guru

mencontohkan

membuat

persegi

panjang

dengan

menggunakan

slime

- Guru

mendokument

asikan hasil

karya anak

- Guru

melakukan

Tanya jawab

- Guru

memberikan

apresiasi

- Berdoa setelah

selesai belajar

Slime Bangun datar

52

membaca doa

sehari-hari

5. bermain slime

membentuk

persegi

- Guru dan

anak-anak

melakukan

doa bersama

sebelum

belajar

- Guru

mengucapka

n salam

- Guru mulai

memainkan

sebuah

permainan

- Anak-anak

praktik sholat

- Guru

menjelaskan

tentang

bangun datar

- Guru

mencontohkan

membuat

persegi

dengan

menggunakan

slime

- Guru

mendokumenta

sikan hasil

karya anak

- Memberikan

reward bintang

di tangan

- Guru

melakukan

Tanya jawab

- Berdoa setelah

selesai belajar

Slime Bangun datar

Table 3.5

Pelaksanaan siklus II

No Tindakan Awal Inti Penutup Media Tema

1. Bermain slime

membentuk

pohon

- Guru dan anak-

anak

mengucapkan

salam

- Guru

membimbing

anak untuk

membaca doa

sebelum belajar

- Guru mengajak

anak untuk

bernyanyi

- Guru

membagikan

slime yang telah

diberi pewarna

- Guru melakukan

tanya jawab

tentang pohon

- Guru

memberikan

contoh

membentuk

pohon dengan

slime

- Guru

Mendokumentas

ikan hasil karya

anak

- Memberikan

apresiasi

- Membaca doa

setelah belajar

Slime Tanaman

2. Bermain slime

membentuk

bunga

- Guru dan anak-

anak

mengucapkan

salam

- Guru

membimbing

anak untuk

membaca doa

sebelum belajar

- Guru melakukan

tanya jawab

tentang bunga

- Guru

memberikan

contoh

membentuk

Bunga

menggunakan

- Guru

mendokumenta

sikan hasil

karya anak

- Guru

memberika

apresiasi

- Membaca doa

setelah belajar

Slime Tanaman

53

- Guru membuat

sebuah

permainan

slime

3. Bermain slime

mebentuk

rumah

- Guru dan anak-

anak

mengucapkan

salam

- Guru

membimbing

anak untuk

membaca doa

sebelum belajar

- Guru dan anak

membaca doa

sehari-hari

- Guru mengajak

anak untuk

senam

- Guru melakukan

tanya jawab

tentang rumah

- Guru

memberikan

contoh

membentuk

rumah dengan

menggunakan

slime

- Guru

mendokumenta

sikan hasil

karya anak

- Guru

memberikan

bintang

- Guru dan anak

membaca doa

setelah selesai

belajar

Slime Rumah ku

4. Bermain slime

membentuk

rumah dan

awan

- Guru dan anak-

anak

mengucapkan

salam

- Guru

membimbing

anak untuk

membaca doa

sebelum belajar

- Guru dan anak

bermain kosa

kata bahasa

arab dan

inggris

- Guru

memberikan

buku tugas anak

- Guru

mencontohkan

membentuk

pohon dengan

menggunakan

slime

- Guru

mendokumenta

sikan hasil

karya anak

- Guru

memberikan

apresiasi

- Membaca doa

setelah selesai

belajar

Slime Rumah ku

5. Bermain slime

membentuk

rumah, awan

dan pohon

- Guru dan anak-

anak

mengucapkan

salam

- Guru

membimbing

anak untuk

membaca doa

sebelum belajar

- Guru dan anak

berlatih kosa

kata bahasa

arab dan

inggris

- Guru melakukan

tanya jawab

tentan rumah

- Guru

mencontohkan

membuat rumah,

awan dan pohon

menggunakan

slime

- Guru

mendokumenta

sikan hasil

karya anak

- Guru

memberikan

apresiasi

- Membaca doa

setelah belajar.

Slime Rumah ku

54

3. pengamatan

Observasi dapat dilakukan sendiri oleh peneliti atau kolabolator, yang

memang diberi tugas untuk hal itu. Pada saat monitoring pengamat haruslah

mencatat semua peristiwa atau hal yang terjadi di kelas penelitian.65

Kegiatan

observasi ini digunakan juga untuk mengetahui kelebihan dan kekurangan

kegiatan tersebut.

Pelaksanaan observasi dilakukan pada saat proses pembelajaran berlangsung

dengan pedoman pada lembar observasi yang telah dibuat oleh peneliti. Hal yang

harus diamati oleh observer adalah aktivitas anak selama berlangsungnya proses

pembelajaran, keterampilan motorik halus pada anak, dan aktivitas guru dalam

meningkatkan keterampilan motorik halus pada anak.

4. Refleksi

Pada prinsipnya yang dimaksud dengan relfeksi ialah perbuatan merenung

atau memikirkan sesuatu atau upaya evaluasi yang dilakukan oleh para

kolaborator atau partisipan yang terkait dengan suatu PTK yang dilaksanakannya.

Refleksi ini dilakukan dengan kolaboratif, yaitu adanya diskusi terhadap berbagai

masalah yang terjadi di kelas penelitian, berdasarkan refleksi ini pula suatu

perbaikan tindakan (replanning) selanjutnya dilakukan.66

Pada tindakan refleksi ini adalah tahap terakhir dalam pelaksanaan PTK. Pada

tahap ini bisa mengetahui kelebihan dan kekurangan pada siklus kegiatan pertama

dan juga sebagai penentu apakah kegiatan siklus berikutnya perlu dilakukannya

modifikasi.

D. Kriteria Keberhasilan Tindakan

Penelitian tindakan kelas diasumsikan berhasil bila dilakukan tindakan

perbaikan kualitas pembelajaran, maka akan berdampak terhadap perbaikan

65

Wijaya Kusuma, Mengenal Penelitian Tindakan Kelas, (Jakarta : PT Indeks, 2012), h 40. 66

Wijaya Kusuma, Op, Cit, h 40.

- Guru dan anak

membaca doa

sehari-hari

55

perilaku siswa dan hasil belajar. Urutan indikator secara logika/ilmiah disusun

kembali menjadi:

1. Indikator keberhasilan kualitas proses pembelajaran minimal „baik‟

(indikator ini tujuan umum dari penelitian)

2. Indikator keberhasilan perbaikan perilaku siswa(misalnya aspek motivasi

belajar, minat belajar, kekatifan anak, kerjasama, dan lain-lain

3. Indikator keberhasilan hasil belajar secara klasikal minimal 75% dari

jumlah anak yang mencapai nilai yang ditetapkan.67

E. Data dan Sumber Data

Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut :

a. Pengamatan/observasi

Pengamatan atau observasi adalah proses pengambilan data dalam penelitian

dimana peneliti atau pengamat melihat situasi penelitian. Observasi sangat sesuai

digunakan dalam penelitian yang berhubungan dengan kondisi/interaksi belajar-

mengajar, tingkah laku, dan interaksi kelompok. Untuk mencapai tujuan

pengamatan, diperlukan adanya pedoman pengamatan.68

b. Wawancara

Wawancara adalah metode pengumpulan data dengan mengajukan pertanyaan

secara lisan kepada subjek yang diteliti. Wawancara memiliki sifat yang luwes,

pertanyaan yang diberikan dapat disesuaikan dengan subjek, sehingga segala

sesuatu yang ingin diungkapkan dapat digali dengan baik.69

Data yang digunakan adalah data yang dapat menggambarkan bagaimana

kondisi awal dan bagaimana keberhasilan dan ketidakberhasilan penelitian ini,

yang menjadi fokus peneliti adalah peningkatan keterampilan motorik halus anak

melalui bermain slime. Untuk dapat mengetahui apakah kegiatan bermain slime

dapat meningkatkan keterampilan motorik halus anak maka data yang dibutuhkan

67

Saur Tampubolo, Penelitian Tindakan Kelas, (Jakarta : Erlangga 2014) h 56. 68

Wijaya Kusuma, Op, Cit, h 66. 69

Wijaya Kusuma, Op, Cit, h 77.

56

adalah hasil karya anak ketika sedang bermain bentuk dengan menggunakan slime

yang didokumentasikan oleh peneliti.

sumber data pada penelitian ini diperoleh dari Kelompok A dengan jumlah

12 anak. Untuk mengetahui sejauh mana peningkatan keterampilan motorik halus

melalui kegiatan bermain slime dengan teknik observasi, wawancara dan

pelaksanaan tindakan :

Tabel 3.6

Sumber Data

No Jenis Data Sumber Data Teknik

1 Motorik Halus Guru

Anak

Observasi

Wawancara

Pelaksanaan

Tindakan

2 Kegiatan bermain slime Guru

Anak

Observasi

Wawancara

Pelaksanaan

Tindakan

F. Teknik Pengumpulan Data

Peneliti harus dapat mengumpulkan data selama melaksanakan penelitian.

Data itu diperoleh melalui berbagai cara untuk mengetahui jenis data yang

diteliti. Jenis data yang akan dikumpulkan dan akan digunakan sebagai dasar

untuk menilai keberhasilan atau ketidakberhasilan tindakan perbaikan

pembelajaran yang dicobakan.

1. Jenis Instrumen

Instrumen penelitian ini digunakan untuk menggali seluruh data yang

diperlukan untuk memecahkan suatu masalah dalam kegiatan penelitian

dengan menggunakan berbagai metode penelitian. Instrumen yang digunakan

dalam penelitian tindakan kelas ini adalah :

a. Observasi (Observation)

Sebenarnya observasi merupakan suatu proses yang alami, di mana kita

semua sering melakukannya. Baik secara sadar maupun tidak sadar di dalam

57

kehidupan sehari-hari. Observasi merupakan teknik pengumpulan data yang

dilakukan dengan jalan pengamatan dan pencatatan secara sistematis, logis,

objektif dan rasional mengenai berbagai fenomena, untuk mencapai tujuan.

b. Daftar Cek (Check List)

Daftar cek adalah suatu daftar yang berisi subjek dan aspek-aspek yang akan

diamati. Melalui daftar cek memungkinkan seseorang mencatat tiap-tiap kejadian

(betapapun kecilnya), tetapi dianggap penting. Ada bermacam-macam aspek

perbuatan yang biasanya dicantumkan dalam daftar cek (v) pada tiap-tiap aspek

tersebut sesuai dengan hasil pengamatannya.

c. Studi Dokumentasi

Dokumen artinya bahan-bahan tertulis. Studi dokumentasi adalah teknik

untuk mempelajari dan menganalisis bahan-bahan tertulis kantor atau sekolah,

seperti : silabus, program tahunan, program bulanan, rencana pelaksanaan

pembelajaran (RPP) dan lain-lain.70

G. Variabel Penelitian

a. Definisi Konseptual

Keterampilan motorik halus anak usia 4-5 tahun mencakup gerakan

tubuh dengan otot kecil yang terkoordinasi antara mata dan tangan,

koordinasi bilateral, keterampilan manipulasi tangan.

b. Definisi Operasional

Motorik halus adalah aktivitas yang melibatkan bagian-bagian tubuh

tertentu saja yang diatur oleh otot-otot kecil pada tubuh seperti pergelangan

tangan, jari jemari, agar melatih kelincahan, ketelitian, dan koordinasi

mata-tangan berfungsi dengan baik. Keteranpilan motorik halus dapat

diukur dengan daftar cek (Check List) yang diturunkan dari RPP yang

memuat indikator pencapaian perkembangan anak yang sudah ditetapkan

sebelumnya dengan penjabaran berikut :

70

Zainal Arifin, Penelitian Pendidikan, (Bandung : PT Remaja Rosda Karya 2011), h 230-243.

58

BB : Belum Berkembang

MB : Mulai Berkembang

BSH : Berkembang Sesuai Harapan

BSB : Berkembang Sangat Baik

1. Belum Berkembang (MB) dengan skor 1 bila anak belum menguasai

indikator yang diberikan atau sama sekali belum menguasai dan

menyelesaikan kurang dari 24 % kegiatan yang dilakukan.

2. Mulai Berkembang (MB) dengan skor 2 bila anak mampu menguasai

indikator yang diberikan dengan sedikit kesulitan dan menyelesaikan 25%

sampai 49% kegiatan yang dilakukan.

3. Berkembang Sesuai Harapan (BSH) dengan skor 3 bila anak mampu

menguasi indikator yang diberikan dengan sedikit bantuan dan

menyelesaikan hampir 50% sampai 74% kegiatan yang dilakukan.

4. Berkembang Sangat Baik (BSB) dengan skor 4 bila anak mampu

menguasai indikator yang diberikan dengan baik dan menyelesaikan 75%

sampai 100% kegiatan yang dilakukan.

c. Kisi - Kisi Instrumen

Instrumen merupakan komponen kunci dalam suatu penelitian.

Mutu istrumen akan menentukan mutu data yang digunakan dalam

penelitian.

Tabel 3.7

Kisi-Kisi Instrumen

Variabel Aspek Indikator

Instrument

1 2 3 4

BB MB BSH BSB

Motorik Halus Koordinasi

Bilateral

(Bilateral Hand

Use)

- Merobek kertas

dengan

menggunakan dua

tangan

59

Koordinasi Mata

dan Tangan (Eye

Hand Use)

Keterampilan

Manipulasi

- Menangkap dengan

dua tangan

- Mengeluarkan slime

dari cup

- Membentuk bangun

datar dengan slime

- Membuka serta

menutup tutup botol

- Menggunting

berbagai media

dengan pola lurus,

lengkung, segitiga,

miring

- Meronce dengan

sedotan sesuai pola

- Memasang dan

melepas kancing

- Meremas slime

- Menarik slime

- membuat berbagai

bentuk dari slime

- Membentuk

gambar yang

dicontohkan guru

60

Table 3.8

Instrumen Pengamatan

No Indikator

Instrument

1 2 3 4

BB MB BSH BSB

1. Merobek kertas dengan menggunakan dua tangan

2. Menangkap dengan dua tangan

3. Mengeluarkan slime dari cup

4. Membentuk bangun datar dengan slime

5. Membuka serta menutup tutup botol

6. Menggunting berbagai media dengan pola lurus,

lengkung, segitiga, miring

7. Meronce dengan sedotan sesuai pola

8. Memasang dan melepas kancing

9. Meremas slime

10. Menarik slime

11. membuat berbagai bentuk dari slime

12. Membentuk gambar yang dicontohkan guru

Table 3.9

Rubrik Penilaian Keterampilan Motorik Halus

1. Indikator : merobek kertas dengan menggunakan dua tangan

Penjelasan :

Anak dapat merobek kertas dengan dua tangan.

Penilaian butir ini dilakukan dengan memperhatikan deskriptor, yaitu kegiatan

pengembangan :

b. Anak mampu memegang kertas dengan dua tangan

c. Anak mampu merobek ketas

61

d. Anak mengerjakan tanpa bantuan guru

2. Indikator : menangkap bola dengan dua tangan

Penjelasan :

Anak dapat menangkap bola dengan dua tangan.

Penilaian butir ini dilakukan dengan memperhatikan deskriptor, yaitu kegiatan

pengembangan :

a. Anak mampu menangkap bola

b. Anak menagkap bola dengan dua tangan

c. Anak menangkap bola tanpa bantuan guru

Skala penilaian Penjelasan

1 Tidak satupun deskriptor yang nampak

2 Satu deskriptor yang nampak

3 Dua deskriptor yang Nampak

4 Semua deskriptor yang nampak

3. Indikator : mengeluarkan slime dari cup

Penjelasan :

Anak mengeluarkan slime dari cup dengan bersih

Penilaian butir ini dilakukan dengan memperhatikan deskriptor, yaitu kegiatan

pengembangan :

a. Anak menggunakan dua tangan untuk mengeluarkan slime

b. Seluruh slime keluar dari cup tanpa tersisa

c. Mengeluarkan slime tidak dibantu dengan guru

Skala penilaian Penjelasan

1 Tidak satupun deskriptor yang nampak

2 Satu deskriptor yang nampak

3 Dua deskriptor yang Nampak

4 Semua deskriptor yang nampak

62

Skala penilaian Penjelasan

1 Tidak satupun deskriptor yang nampak

2 Satu deskriptor yang nampak

3 Dua deskriptor yang Nampak

4 Semua deskriptor yang nampak

4. Indikator : meniru membentuk bangun datar dengan slime

Penjelasan :

Anak menirukan bentuk bangun datar dengan menggunakan slime.

Penilaian butir ini dilakukan dengan memperhatikan deskriptor, yaitu kegiatan

pengembangan :

a. Anak mampu membentuk bangun datar sesuai dengan yang dicontohkan

b. Anak menggunakan dua tangan

c. Anak mampu mengerjakan tanpa bantuan guru

Skala penilaian Penjelasan

1 Tidak satupun deskriptor yang nampak

2 Satu deskriptor yang nampak

3 Dua deskriptor yang Nampak

4 Semua deskriptor yang nampak

5. Indikator : membuka serta menutup tutup botol

Penjelasan :

Anak membuka dan menutup tutup botol.

Penilaian butir ini dilakukan dengan memperhatikan deskriptor, yaitu kegiatan

pengembangan :

a. Anak mampu memegang botol dengan dua tangan

b. Anak mampu mrmbuka botol dengan satu tangan

c. Anak mampu membuka dan menutup tutup botol tanpa bantuan guru

63

6. Indikator : menggunting dengan berbagai media dengan pola lurus,

lengkukng, segitiga dan miring.

Penjelasan :

Anak dapat memegang gunting dan menggunting.

Penilaian butir ini dilakukan dengan memperhatikan deskriptor, yaitu kegiatan

pengembangan :

a. Anak mampu memasukan jari kedalam lubang gunting dengan benar

b. Anak mampu menggunting pola

c. Anak menggunting tanpa bantuan guru

7. Indikator : meronce dengan sedotan sesuai pola

Penjelasan :

Anak memasukan sedotan kedalam tali sesuai pola

Penilaian butir ini dilakukan dengan memperhatikan deskriptor, yaitu kegiatan

pengembangan :

a. Anak mampu memasukkan sedotan kedalam tali

b. Anak mampu melakukan meronce dengan dua tangan

c. Anak mampu mengerjakan tanpa bantuan guru

Skala penilaian Penjelasan

1 Tidak satupun deskriptor yang nampak

2 Satu deskriptor yang nampak

3 Dua deskriptor yang Nampak

4 Semua deskriptor yang nampak

Skala penilaian Penjelasan

1 Tidak satupun deskriptor yang nampak

2 Satu deskriptor yang nampak

3 Dua deskriptor yang Nampak

4 Semua deskriptor yang nampak

64

8. Indikator : memasang dan melepas kancing baju

Penjelasan :

Anak memasang dan melepas kancing pada baju

Penilaian butir ini dilakukan dengan memperhatikan deskriptor, yaitu kegiatan

pengembangan :

a. Anak mampu memasang kancing dengan dua tangan

b. Anak mampu melepas kancing dengan dua tangan

c. Anak mampu melakukan tanpa bantuan guru

9. Indikator : meremas slime

Penjelasan :

Anak meremas slime dengan seluruh jari menggenggam slime

Penilaian butir ini dilakukan dengan memperhatikan deskriptor, yaitu kegiatan

pengembangan :

a. Anak mampu menggenggam slime penuh di tangan

b. Anak mampu melepaskan slime yang ada ditangan setelah meremas

c. Anak meremas tanpa bantuan guru

Skala penilaian Penjelasan

1 Tidak satupun deskriptor yang nampak

2 Satu deskriptor yang nampak

3 Dua deskriptor yang Nampak

4 Semua deskriptor yang nampak

Skala penilaian Penjelasan

1 Tidak satupun deskriptor yang nampak

2 Satu deskriptor yang nampak

3 Dua deskriptor yang Nampak

4 Semua deskriptor yang nampak

65

10. Indikator : menarik slime

Penjelasan :

Anak menarik slime dengan dua tangan.

Penilaian butir ini dilakukan dengan memperhatikan deskriptor, yaitu kegiatan

pengembangan :

a. Anak

b. Anak menggunakan dua tangan ketika menarik slime

c. Anak melakukan tanpa bantuan guru

11. Indikator : membuat berbagai bentuk dengan slime

Penjelasan :

Anak membuat berbagai bentuk dengan jelas menggunakan slime.

Penilaian butir ini dilakukan dengan memperhatikan deskriptor, yaitu kegiatan

pengembangan :

a. Anak membuat bentuk dengan slime

b. Anak membuat bentuk dengan jelas dengan slime

c. Anak mengerjakan tanpa bantuan guru

Skala penilaian Penjelasan

1 Tidak satupun deskriptor yang nampak

2 Satu deskriptor yang nampak

3 Dua deskriptor yang Nampak

4 Semua deskriptor yang nampak

Skala penilaian Penjelasan

1 Tidak satupun deskriptor yang nampak

2 Satu deskriptor yang nampak

3 Dua deskriptor yang Nampak

4 Semua deskriptor yang nampak

66

12. Indikator : anak membentuk gambar yang dicontohkan guru dengan slime

Penjelasan :

Anak membentuuk gambar yang telah dicontohkan guru dengan slime.

Penilaian butir ini dilakukan dengan memperhatikan deskriptor, yaitu kegiatan

pengembangan :

a. Anak mampu menirukan sesuai dengan perintah

b. Anak mampu menggunakan dua tangan

c. Anak melakukan tanpa bantuan guru

H. Validasi Instrumen

Dalam metode ilmiah, validitas menempati posisi yang menentukan, karena

hal ini terkait dengan nilai kebenaran atau dapat dipercaya dari suatu klaim

pengetahuan serta dengan objektivitas hasilnya.71

Validitas adalah suatu ukuran

yang menunjukkan tingkat-tingkat kevalidan atau kesahihan sesuatu instrumen.

Suatu instrumen yang valid atau sahih mempunyai validasi tinggi. Sebaliknya,

71

Uhar Suharsaputra, Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitataif, dan Tindakan, (Bandung : 2014),

h 272.

Skala penilaian Penjelasan

1 Tidak satupun deskriptor yang nampak

2 Satu deskriptor yang nampak

3 Dua deskriptor yang Nampak

4 Semua deskriptor yang nampak

Skala penilaian Penjelasan

1 Tidak satupun deskriptor yang nampak

2 Satu deskriptor yang nampak

3 Dua deskriptor yang Nampak

4 Semua deskriptor yang nampak

67

instrument yang kurang valid berarti memiliki validitas rendah.72

Validitas yang

digunakan dalam instrumen ini adalah :

1. Expert Judgement

Expert Judgement dalam pengertian praktisnya adalah pertimbangan/

pendapat ahli/ orang yang berpengalaman. Dalam hal ini, expert Judgement

adalah pendapat orang yang berpengalaman/ ahli dilakukan melalui : (1)

diskusi kelompok (group discussion), dan (2) teknik Delphi. Metode

pengambilan subjek penelitian kali ini menggunakan teknik expert Judgement

melalui Group Discussion, adalah suatu proses diskusi yang melibatkan para

pakar (ahli) untuk mengidentifikasi masalah analisis penyebab masalah,

menentukan cara-cara penyelesaian masalah, dan mengusulkan berbagai

alternativ pemecahan masalah dengan mempertimbangkan sumber daya yang

tersedia.73

I. Validasi Data

Validitas adalah derajat yang menunjukan sejauh mana hasil tersebut berguna

(relavan) sebagai petunjuk untuk guru tertentu, serta kekuatannya untuk memberi

informasi dan argumen tentang meningkatkan praktik pendidikan di masyakarakat

professional yang lebih luas.74

1. Triangulasi

Triangulasi adalah membandingkan persepsi sumber data/informan yang

satu dengan yang lain di dalam/mengenai situasi yang sama : misal : persepsi

situasi mengajar ditinjau dari (1) guru, (2) siswa, (3) pengamat.

72

Suharsimi Arikuntoro, Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik, (Rineka Cipta : Jakarta

2014 ), h 211. 73

I Gede Sudirtha, Pengembangan Instrumen Asesmen Kinerja Dasar Tata Rias, JPTK,

UNDIKSHA, Vol 11, No 2, Juli 2014, h. 68. 74

Wijaya Kusuma, Op, Cit, h 85.

68

2. Member Check

Yaitu memeriksa kembali keterangan-keterangan atau informasi daya yang

diperoleh selama observasi atau wawancara dan narasumber yang relavan

dengan PTK. Dalam hal ini, dilakukan guna menguji seberapa besar

kebenaran yang ada di dalam data penelitian dan guru di TK tersebut. 75

J. Analisis Data

Analisis data dalam penelitian tindakan secara umum sama dengan

penelitian lainnya dalam menerapkannya, baik itu menggunakan analisis data

kuantitaif maupun analisis data kualitatif atau bahkan kombinasi dari kedua

cara tersebut.76

1. Analisis Data Kuantitatif

Analisis data merupakan kegiatan setelah data dari seluruh responden

atau sumber data lain terkumpul. Analisis data merupakan salah satu cara

menganalisiis data selama mengadakan penelitian. Penelitian ini

termaksuk penelitian kuantitatif dan kualitatif. Secara kuantitatif data

yang terkumpul dianalisa secara deskriptif presentase. Tingkat perubahan

yang terjadi diukur dengan persen. Jumlah anak yang mampu mencapai

indikator keberhasilan dibagi jumlah seluruh anak yang diteliti dikalikan

seratus persen. Maka diketahui presentase dari tingkat keberhasilan

tindakan. Hal tersebut dapat diketahui dengan rumus :

P = F x 100%

N

F = Frekuensi yang sedang dicari presentasenya.

N = Number of Cases (jumlah frekuensi /banyaknya individu).

P = Angka presentase.

Sedangkan secara kualitatif menerangkan anak dan guru yang diperoleh

melalui observasi, wawancara dan tugas kerja secara penelitian berlangsung.77

75

Wijaya Kusuma, Op, Cit, h 83. 76

Uhar Suharsaputra, Op, Cit, h 272. 77

Daroah, Bercerita Dengan Media Audio Visual Di Kelompok B1 RA PERWANIDA O2 Slawi.

(Semarang : 2013), h 49.

69

2. Analisis Data Kualitatif

Analisis data dalam penelitian kualitatif, dilakukan pada saat pengumpulan

data berlangsung, dan setelah selesai pengumpulan data dalam periode tertentu.

Pada saat wawancara, peneliti sudah melakukan analisis terhadap jawaban yang

diwawancarai. Bila jawaban yang diwawancarai setelah dianalisis terasa belum

memuaskan, maka peneliti akan melanjutkan pertanyaan lagi, sampai tahap

tertentu, diperoleh data yang dianggap kredibel. Menurut Miles and Huberman

yang dikutip oleh Sugiyono, mengemukakan bahwa aktivitas dalam analisis data

kualitatif dilakukan secara interaktif dan berlangsung secara terus menerus sampai

tuntas. Langakah-langkah analisis ditunjukkan pada gambar dibawah :

Gambar 3.2

Analisis Data Kualitatif

Berdasarkan gambar tersebut terlihat bahwa, setelah peneliti melakukan

pengumpulan data, maka peneliti melakukan antisipatory sebelum melakukan

reduksi data. Anticipatory data reduction is accouring as the research decides

(often without full awareness) which conceptual frame work, which sites, which

research question, which data collection approaches to choose.78

78

Sugiono, Metode Penellitian Kuantitatif Kualitatif dan R & D, (Bandung : ALFABETA CV

2012), h 246.

70

BAB IV

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A. Deskripsi Hasil Penelitian

1. Deskripsi Umum

Berawal dari kebutuhan akan pendidikan anak pra sekolah yang dianggap

sangat penting untuk didapatkan oleh setiap anak sebelum memasuki pendidikan

dasar. Akan tetapi masyarakat merasa berat untuk memasukkan buah hati

mereka ke Taman Kanak-Kanak dikarenakan biaya yang cukup mahal. Maka

dari itu dari Yayasan Mubina berinisiatif dan merencanakan untuk mendirikan

suatu lembaga pendidikan untuk anak-anak usia dini khususnya yang berada

dilingkungan Jl. Swadaya ini.

Bermodalkan lahan seluas 30 m2

Milik Ibu Hj. Romlah yang tidak terpakai,

maka kami mendirikan tadika (Taman Pendidikan Anak) yang tepatnya berdiri

pada 5 mei 2010. Pada awalnya pendidikan ini dilakukan pada sore hari dengan

jumlah murid sekitar 60 orang anak. Seiring berjalannya waktu, Tadika Mubina

ini beralih nama pada tahun 2012 menjadi PAUD MUBINA yang pelaksanaan

sekolahnyapun dilaksanakan pada pagi hari. PAUD MUBINA ini asalnya

sekolah yang didirikan untuk kamu Dhuafa dan gratis.

Gambar 4.1

Kondisi PAUD Mubina Bekasi

71

Adapun kondisi keadaan anak-anak pada tahun ajaran 2018/2019

sebagaimana tertera pada tabel dibawah ini.

Tabel 4.1

Keadaan Siswa PAUD MUBINA bekasi Tahun 2018/2019

Kelompok Jumlah Siswa Total

Laki-Laki Perempuan

A 5 7 12

B 7 9 16

Play Group 3 3 6

Jumlah 15 19 34

Tabel 4.2

Nama Tenaga Kependidikan (Guru) PAUD MUBINA Tahun

2018/2019

No Nama Kelas Mengajar

1. Uriyah S Pd.i Kepala Sekolah

2. Nani Nurhayati, A.Md Guru

3. Sri Handayani Guru

4. Sri Mulyani Guru

5. Parti Guru

6. Dewi Quraisy, A.Md Guru

7. Eva N. A Kejora, S Pd.I Guru

2. Deksripsi Khusus

a. Deksripsi Data dan Pra Penelitian (Pra Siklus)

Setelah peneliti mendapatkan infomasi tentang bagaimana keadaan di

PAUD MUBINA baik keadaan anak-anaknya maupun keadaan guru secara

keseluruhan, maka peneliti menentukan subjek penelitian (sampel) yakni anak

usia 4-5 tahun yang akan dijadikan sasaran dalam penelitian ini. Peneliti

melakukan penelitian pada kelompok A karna sesuai dengan tahapan usia yang

72

sudah direncanakan oleh peneliti. Kelompok A berjumlah 12 anak. Berikut

sampel anak yang dijadikan subjek penelitian.

Tabel 4.3

Nama Anak Kelompok A PAUD Mubina

No Nama Siswa Usia Alamat

1. ANZ 5 Tahun Jl. Swadaya raya

2. AK 5 Tahun Jl. Swaday V

3. AR 5 Tahun Jl. Cempaka

4. DZR 5 Tahun Jl. Swadaya Raya

5. EW 5 Tahun Jl. Swadaya Raya

6. EPS 5 Tahun Jl. Swadaya III

7. SR 5 Tahun Jl. Swadaya 1

8. NNM 5 Tahun Jl. Swadaya Raya

9. NMS 5 Tahun Jl. Swadaya IV

10. RAA 5 Tahun Jl. Swadaya 1A

11. SJN 5 Tahun Jl. Melati III

12. SPA 5 Tahun Jl. Cemerlang 2

Data awal tentang keterampilan motorik halus anak kelompok A PAUD

MUBINA diperoleh dengan melakuan observasi awal. Observasi awal dilakukan

pada tanggal 1-4 Oktober 2018. Peneliti kolaboratif dengan guru kelas untuk

melakukan assessmen pada awal melakukan observasi tentang keterampilan

motorik halus anak pada pra-intervensi yang dilakukan pada tanggal 5 Oktober

2018.

Pengumpulan data dilakukan melalui wawancara dengan guru kelompok A

PAUD Mubina, kegiatan wawancara ini dilakukan untuk mengetahui sejauh mana

proses pembelajaran yang berkaitan dengan motorik halus pada anak. Setelah

melakukan kegiatan wawancara, hasil wawancara dapat dilihan pada lampiran

(CW-1). Setelah melakukan wawancara, peneliti melakukan kolaborasi dengan

guru kelompok A untuk melakukan assesmen perkembangan motorik halus anak

pada pra-intervensi dalam rangka mengetahui kondisi awal keterampilan motorik

73

halus anak. Kegiatan pra-intervensi ini melibatkan seluruh anak pada kelompok A

yang berjumlah 12 anak.

Pada kegiatan pra-intervensi ini dilakukan menggunakan instrumen yang

mengukur sejauh mana keterampilan motorik halus anak dengan 12 butir

pernyataan yang terkait dengan keterampilan motorik halus. Penilaian anak

dibagi menjadi 4 penilaian yang menunjukkan keterampilan motorik anak, yaitu

jika anak sangat terampil dapat menunjukkan keterampilan motorik halus dengan

baik (tanpa bimbingan/bantuan sama sekali) maka anak diberikan skor 4,

terampil jika anak dapat menunjukkan keterampilan motorik halus dengan sedikit

bimbingan/bantuan maka akan diberi skor 3, selanjutnya cukup terampil jika

anak sudah mulai dapat menunjukkan keterampilan motorik halusnya hanya

masih membutuhkan bimbingan/bantuan maka diberi skor 2, kurang terampil jika

anak sama sekali belum dapat menunjukkan keterampilan motorik halusnya

(sangat membutuhkan bimbingan/bantuan) maka diberi skor 1.

Setelah mendapatkan data dan subjek penelitian, maka peneliti

melakukan observasi dan pra penelitian dikelompok A selama 5 hari yaitu senin,

selasa, rabu, kamis dan jumat. Peneliti mempersiapkan instrumen penelitiannya

dan juga skornya untuk setiap aspek keterampilan motorik halus anak.

1) Hasil Pertama Observasi

Pada hari pertama observasi peneliti melakukan peneliti melakukan

kunjangan ke PAUD untuk memperkenalkan diri dan menjelaskan tujuan

kunjungan kepada bagian Tata Usaha sekaligus meminta izin untuk mengadakan

penelitian di PAUD Mubina kepada Kepala Sekolah. Peneliti menemui ibu

Kepala Sekolah yaitu Ibu Uriyah S Pd.i. kemudian peneliti menjelaskan maksud

dan tujuan kedatangan peneliti untuk mengadakan penelitian di Kelompok A.

Kepala sekolah merespon dengan sangat baik atas izin yang diajukan oleh

peneliti. Kepala sekolah bersedia untuk mengizinkan peneliti untuk melakukan

penelitiannya di PAUD Mubina yaitu pada kelompok A. kegiatan observasi tidak

dilakukan pada hari Senin, karna adanya kegiatan pemeriksaan dari Pos Yandu.

Kegiatan peneliti pada hari pertama observasi dilakukan di luar lingkungan

sekolah. Dan untuk kegiatan esok hari dilakukan di dalam kelas kelompok A.

74

2) Hasil Kedua Observasi

Peneliti datang lebih awal dari waktu yang telah ditentukan, agar peneliti bisa

mengobservasi lagi dengan sangat baik. kepala sekolah memperkenalkan peneliti

kepada guru kelompok A, selanjutnya peneliti memperkenalkan diri kepada guru

kelompok A dan menjelaskan maksud dan tujuan peneliti datang kesekolah.

Setelah berkenalan peneliti diberi izin untuk memulai kegiatan observsasi.

peneliti mengamati anak-anak dari sebelum masuk kelas hingga pulang

sekolah. Setiap pagi guru-guru menyambut anak di depan gerbang sekolah dan

anak-anak mengucapkan salam dan bersalaman kepada guru-guru sebelum

masuk kedalam kelas. Setelah anak-anak masuk kedalam kelas, anak-anak

menaruh tas di loker yang telah disediakan dan mengambil botol minum di dalam

tas untuk diletakan di loker yang telah disediakan. Ada beberapa anak-anak yang

setelah menaruh tas diloker lalu kembali keluar kelas untuk bermain dan ada juga

yang bermain di dalam kelas. Bel telah berbunyi yang menandakan waktu masuk

kelas. Ibu Sri guru kelompok A mengajak anak-anak untuk masuk kedalam kelas.

Kegiatan pertama di dalam kelas diawali dengan membaca doa sebelum

belajar, membaca surat-surat pendek Al-Quran dan membaca hadits-hadits

sederhana. Setelah membaca doa Ibu Sri mengajak anak-anak untuk bernyanyi

dan bermain sebelum masuk pada kegiatan inti.

Lalu Ibu Sri memperkenalkan peneliti kepada anak-anak. Dan memberi

kesempatan peneliti untuk memperkenalkan dirinya kepada anak-anak dan

meminta izin kepada anak-anak kelompok A untuk ikut belajar dan bermain

bersama. Dan anak-anak menjawab “boleh” dengan malu-malu. Kegiatan

selanjutnya yaitu menulis di buku latihan anak, kegiatan ini dilakukan bersama-

sama dengan Ibu Sri guru kelompok A.

75

Gambar 4.2

Anak Melakukan Kegiatan Menulis

Dari kegiatan menulis yang dilakukan peneliti mengamati dan menemukan

banyak anak ketika sedang melakukan kegiatan menulis ada anak yang belum

benar dalam memegang pensil. Ada yang masih menggenggam dengan semua

jari seperti pada gambar di atas. Dan ada anak yang tidak mau untuk melakukan

kegiatan menulis. Selesai kegiatan menulis pukul 10.00, sebagian anak-anak ada

yang bermain diluar kelas dan ada juga yang makan, tepat pukul 10.30 Ibu Sri

menyiapkan anak-anak untuk pulang sekolah, anak-anak bersiap pulang sekolah

dengan membaca surat Al-Ashr dan doa penutup majilis, setelah selesai anak-

anak bersalaman dengan guru dan peneliti.

3) Hasil Ketiga Observasi

Hari ketiga observasi peneliti mengamati anak-anak dari sebelum masuk

kelas hingga pulang sekolah. Setiap pagi guru-guru menyambut anak didepan

gerbang sekolah dan anak-anak mengucapkan salam dan bersalaman kepada

guru-guru sebelum masuk kedalam kelas. Setelah anak-anak masuk kedalam

kelas, anak-anak menaruh tas di loker yang telah disediakan dan mengambil

botol minum didalam tas untuk diletakan di loker yang telah disediakan. Ada

beberapa anak-anak yang setelah menaruh tas diloker kembali keluar kelas untuk

bermain dan ada juga yang bermain didalam kelas. Bel telah berbunyi yang

menandakan waktu masuk kelas.

76

Kegiatan pada hari rabu ini diawali dengan senam pagi bersama dan juga

kegiatan makan bersama yang dilakukan di pendopo. kegiatan senam diikuti oleh

seluruh kelompok A, B dan PG serta guru-guru PAUD Mubina. Setelah kegiatan

senam di lanjutkan dengan kegiatan makan bersama juga yang dilakukan

dipendopo.

Gambar 4.3

Kegiatan Senam dan Makan Bersama

Pada kegiatan makan bersama ini peneliti juga mengamati bahwa ada

beberapa anak kelompok A yang belum mampu dalam memegang sendok makan

dengan benar. Kegiatan makan bersama selesai dan anak-anak diarahkan untuk

mencuci tangan dan piringnya masing-masing sebelum kembali kekelasnya.

Mengakiri hari ini Ibu Sri mengajak anak untuk berdoa setelah belajar, dan

membaca surat Al-Ashr serta membaca hadits-hadits bersama. Kegiatan ini

dilakukan didalam kelas kelompok A.

4) Hasil Observasi Ke Empat

Hari ke empat observasi peneliti mengamati anak-anak dari sebelum

masuk kelas hingga pulang sekolah. Setiap pagi guru-guru menyambut anak

didepan gerbang sekolah dan anak-anak mengucapkan salam dan bersalaman

kepada guru-guru sebelum masuk kedalam kelas. Setelah anak-anak masuk

kedalam kelas, anak-anak menaruh tas di loker yang telah disediakan dan

mengambil botol minum didalam tas untuk diletakan di loker yang telah

disediakan. Ada beberapa anak-anak yang setelah menaruh tas diloker kembali

keluar kelas untuk bermain dan ada juga yang bermain didalam kelas. Bel telah

77

berbunyi yang menandakan waktu masuk kelas. Ibu Sri guru kelompok A

mengajak anak-anak untuk masuk kedalam kelas.

Kegiatan hari ini Ibu Sri mengajak anak-anak untuk bernyanyi “rumah” dan

tanya jawab tentang ada apa saja di dalam rumah. Dan anak-anak menjawab

pertanyaan yang diajukan oleh Ibu Sri. Kegiatan selanjutnya adalah menempelkan

stik ice cream untuk membentuk gambar rumah dan juga pagar.

Gambar 4.4

Anak Melakukan Kegiatan Menempel Stik ice cream Untuk Membentuk Rumah

Ada anak yang tidak mau untuk memegang stik ice cream dan lem dan

ada juga yang kebingungan ketika harus menggunakan kedua tangannya untuk

memegang stik dan memberi lem pada stik serta menempelnya, sesuai dengan

yang ada pada gambar di atas. Pembelajaran hari ini berakhir sampai pukul

10.30 dengan diselingi istirahat dan makan selama 30 menit.

a. Analisis Gambaran Awal Pembelajaran di Kelompok A

Berdasarkan hasil observasi yang peneliti lakukan selama 4 hari, dan

berdasarkan bukti foto dan bagaimana gambaran pembelajaran sebagaimana

diuraikan pada deskripsi diatas, diperoleh gambaran umum bahwa

pengembangan keterampilan motorik halus anak pada kelompok A perlu

dikembangkan dengan kegiatan bermain yang lebih menyenangkan dan

membuat anak merasa senang ketika melakukan kegiatan yang berkaitan dengan

keterampilan motorik halus anak.

78

Berdasarkan hasil yang diperoleh melalui kegiatan observasi dapat

disimpulkan bahwa keterampilan motorik halus anak perlu ditingkatkan lagi

dengan memberikan stimulus yang menyenangkan yang membuat anak merasa

senang ketika sedang bermain dan memberikan media pembelajaran yang baru

untuk anak agar potensi yang dimiliki anak dapat berkembang dengan maksimal.

b. Refleksi Gambaran Awal Pembelajaran

Berdasarkan hasil analisis yang diperoleh melalui kegiatan observasi

terhadap pemberlajaran yang dilakukan di PAUD Mubina Kelompok A. bahwa

masih ada kekurangan yang perlu diperbaiki. Anak-anak kurang semangat ketika

melakukan pembelajaran seperti menulis, melem yang berkaitan untuk

meningkatkan keterampilan motorik halus. Oleh karena itu, perbaikan yang

dilakukan antara lain adalah merancang kegiatan pembelajaran yang mendorong

anak untuk mampu mengembangkan keterampilan motorik halus dengan

kegiatan yang menyenangkan sambil bermain.

Untuk mengetahui kondisi keterampilan motorik halus, peneliti melakukan

pra penelitian yang dilakukan berdasarkan instrument yang telah diuji coba

kepada anak-anak. Kegiatan mengamati dilakukan oleh guru dan peneliti pada

saat kegiatan belajar mengajar. Berdasarkan hasil observasi dan pra tindakan

yang dilakukan kepada anak-anak kelompok A yang berjumlah 12 anak, maka

hasil keterampilan motorik halus anak kelompok A PAUD Mubina adalah

sebagai berikut :

Tabel 4.4

Gambaran Penilaian Awal Pra Penelitian

No Nama Siswa Total Presentase (%)

1. ANZ 14 29%

2. AK 12 25%

3. AR 12 25%

4. DZR 13 27%

5. EW 14 29%

79

6. EPS 12 25%

7. SR 12 25%

8. NNM 12 25%

9. NMS 12 25%

10. RAA 12 25%

11. SJN 13 27%

12. SPA 12 25%

b. Deskripsi Data dan Hasil Intervensi Tindakan

1. Perencanaan Tindakan Siklus 1

Pada siklus I tindakan yang dilakukan secara bertahap selama lima kali

pertemuan dimulai dari tanggal 08 oktober 2018 pada hari senin sampai

dengan 12 oktober 2018 pada hari jum‟at. Sebelum melakukan tindakan,

peneliti dan kolaborator mendiskusikan program tindakan yang akan

dilakukan. Selain itu, peneliti menyiapkan alat dokumentasi berupa kamera.

Peneliti mengadakan penelitian dengan perencanaan sebagai berikut :

1. Membuat satuan perencanaan tindakan yang akan diberikan kepada

anak yang telah disusun terlebih dahulu dan didiskusikan bersama

kolabolator. Pemberian kegiatan ditekankan untuk meningkatkan

keterampilan motorik halus anak usia 4-5 tahun melalui kegiatan

bermain slime

2. Membuat RPPH dengan mengintergrasikan kegiatan yang menstimulus

keterampilan motorik halus

3. Menyiapkan alat dokumentasi berupa foto dan video

Table 4.5

Desain Pelaksanaan Tindakan Siklus 1

No Tindakan Tema Awal Inti Akhir Kode

Cataan

1 Bermain

slime

membentuk

lingkaran

Bangun

data

Berdoa

bersama,

mengucapkan

salam,

Guru

menjelaskan

tentang

macam-

Mendokumentasikan

hasil karya anak dan

melakukan tanya

jawab

CL.01

80

apresiasi macam

bangun datar

Guru

menunjukkan

gambar

lingkaran

Guru

mencontohkan

membentuk

lingkaran

dengan slime

2 Bermain

slime

membentuk

segitiga

Bangun

datar

Berdoa

berssama,

mengucapkan

salam dan

bernyanyi

Guru

menjelaskan

tentang

macam-

macam

bangun datar

Guru

menunjukkan

gambar

segitiga

Guru

mencontohkan

membentuk

segtiga

dengan slime

Mendokumentasikan

hasil karya anak,

memberikan

apresiasi dan

melakukan tanya

jawab

CL.02

3. Bermain

slime

membentuk

setengah

lingkaran

Bangun

datar

Berdoa

bersama,

mengucapkan

sama dan

bernyanyi

serta senam

Guru

menjelaskan

tentang

macam-

macam

bangun datar

Guru

menunjukkan

gambar

setengah

lingkaran

Guru

mencontohkan

membuat

Mendokumentasikan

hasil karya anak,

memberikan

apresiasi dan

melakukan tanya

jawab

CL.03

81

bentuk

setengah

lingkaran

dengan slime

4 Bermain

slime

membentuk

persegi

panjang

Bangun

datar

Mengucapkan

sala, bedoa

sebelum

belajar dan

bernyanyi

serta bermain

Guru

menjelaslkan

macam-

macam

bangun datar

Guru

menunjukkan

gambar

persegi

panjang

Guru

mencontohkan

membuat

persegi

panjang

dengan slime

Mendokumentasikan

hasil karya anak,

memberikan

apresiasi, dan

melakukan tanya

jawab

CL.04

5 Bermain

slime

membentuk

persegi

Bangun

datar

Mengucapkan

salam, berdoa

sebelum

belajar dan

bernyanyi,

Praktik sholat

Guru

menunjukkan

gambar

persegi

Guru

mencontohkan

bentuk persegi

dengan slime

Mendokumentsikan

hasil karya anak,

melakukan tanya

jawab

CL.05

2. Tindakan Siklus 1

a. Pertemuan 1

Pertemuan 1 berlangsung pada hari senin 08 oktober 2018 pada pukul

08.30-10.30. peneliti bersama guru PAUD yang lain mengikuti kegiatan upacara

bersama anak-anak dilapangan PAUD MUBINA, setelah selesai kegiatan

upacara, peneliti bersama Ibu Sri yaitu guru kelas memasuki ruangan

kelas.(CL.1) Ibu Sri mengkondisikan kelas agar menjadi tertib dan peneliti

82

menyiapkan media yang akan digunakan untuk kegiatan pembelajaran. Peneliti

bersama bu Sri mengucapkan salam kepada anak anak.(CL.1)

“Assalamualaikum anak-anak”

“walaikumsallam bu guru”

Lalu peneliti bersama Ibu Sri beserta anak-anak berdoa sebelum kegiatan

pembelajaran. Lalu Ibu Sri memberi tahu kepada anak anak bahwa hari ini akan

ada kegiatan bermain bersama kakak Fia. Peneliti dipersilahkan untuk memberi

tahu kegiatan bermain apa yang akan dilakukan. Pada kegiatan hari ini peneliti

mengajak anak-anak untuk bereksplorasi terlebih dahulu dengan bermain slime

lalu dilanjutkan dengan membuat bentuk lingkaran menggunakan slime.(CL.1)

Guru memulai kegiatan pembelajaran dengan mengerjakan buku kegiatan

yang sebelumnya telah diisi, setelah kegaitan mengisi buku kegiatan selesai, guru

kelas memberikan waktu kepada peneliti untuk melakukan kegiatan bermain

slime. Sebelumnya peneliti mengajak anak untuk bernyanyi “tangan kanan dan

kiri”, anak anak mengikutinya dengan sangat antusias. Setelah kegiatan

bernyanyi, peneliti memberikan Tanya jawab kepada anak anak.(CL.1)

“ tadi kita bernyanyi apa ya ?”

“nyanyi tangan ka”

“iyah betul, kita tadi bernyanyi tangan kanan dan tangan kiri, coba sekarang

kakak mau tau, coba tangan kanan diangkat keatas”

Lalu semua anak- anak mengangkat tangannya

“pinter semua, sekarang coba tangan kirinya diangkat”

Lalu semua anak-anak mengangkat tangannya. Lalu peneliti menanyakan

“siapa yang tau ya tangan kanan digunakan untuk apa?”

“ untuk makan ka, untuk menulis, untuk menggambar ka, untuk cebok ka”

83

“Alhamdulillah pinter semua, tapi kalau tangan kiri fungsinya untuk

membersihkan kotoran?”

“Boleh ga kalau tangan kita gunakan untuk mencubit, memukul dan mendorong

teman?”

“tidak boleh ka” (CL.1)

Lalu peneliti menjelaskan tentang siapa yang menciptakan tangan kita dan

bagaimana kita merawat tangan kita. Lalu peneliti menerangkan bahwa fungsi

tangan juga untuk membentuk, bisa membentuk apa saja dengan menggunakan

apa saja juga. Salah satunya adalah dengan menggunakan slime. Peneliti

menjelaskan beberapa peraturan ketika bermain slime yaitu lengan baju harus

digulung agar slime tidak mengenai pakaian, tidak boleh cuci tangan ketika

sedang bermain slime, tidak memasukan slime kedalam mulut, tidak membuka

tutup cup sebelum semua teman mendapatkan slime, bermain dialas yang telah

disediakan, dan tidak menggangu slime milik temannya. Lalu anak-anak

memahami tentang peraturan yang telah dibuat. (CL.1)

Lalu peneliti membagikan alat dan bahan untuk bermain slime yaitu (1) alas

untuk bermain slime, (2) cup yang berisi slime. Pada kegiatan hari ini yaitu

membuat lingkaran dengan menggunakan slime, peneliti memberikan contoh

slime yang telah dibentuk lingkaran lalu anak-anak mengikuti kegiatan

membentuk lingkaran dengan menggunakan slime.(CL.1)

Gambar 4.5

Hasil membuat bentuk lingkaran dengan menggunakan slime

84

Kegiatan bermain dengan menggunakan slime berakhir. Anak-anak

diajarkan untuk menaruh kembali slime yang telah digunakan kedalam cup seperti

semula dan diajarkan untuk mencuci tangan secara bergaantian. Setelah pukul

10.00 guru mempersilahkan anak-anak untuk mengambil bekal makanannya.

Menjelang pukul 10.30 guru mempersiapkan anak-anak untuk pulang kerumah,

sebelumnya guru melakukan Tanya jawab tentang kegiatan hari ini yang

dilakukan, selanjutnya kegiatan pembelajaran ditutup dengan membaca doa

setelah makan dan minum serta QS. Al-Ashr dan doa selesai belajar.(CL.1)

b. Pertemuan 2

Hari kedua berlangsung pada tanggal 09 okt 2018 pada hari selasa, pukul

08.30-10.30. kegiatan pembelajaran hari ini dilakukan tidak didalam kelas, yaitu

di pendopo. Ibu Sri bersama peneliti mengajak anak-anak untuk belajar di

pendopo, anak-anak bersiap serta membawa tas dan juga botol minum masing

masing, Ibu Sri membawa media untuk kegiatan pembelajaran begitu juga dengan

peneliti yang membawa media untuk kegiatan bermain slime.(CL.2) Sesampainya

dipendopo anak-anak melakukan kegiatan circle time dipandu oleh Ibu Sri,

kegiatan circle time diisi dengan kegiatan berdoa bersama, dan bernyanyi bersama

sebelum masuk pada kegiatan inti.(CL.2)

Kegiatan bermain slime pada hari ini adalah membuat bentuk segitiga

diatas alas yang sudah digambar segitiga sebelumnya oleh peneliti. Kegiatan

pembelajaran pertama di isi oleh Ibu Sri dengan melakukan kegiatan bermain

kartu huruf, anak anak menebak huruf apa yang akan muncul dikartu, setelah

kegiatan selesai anak-anak diarahkan untuk melakukan kegiatan menggosok gigi,

Ibu Sri menyiapkan peralatan untuk melakukan kegiatan gosok gigi, sedangkan

peneliti membantu untuk mengkondisikan pendopo agar tetap tertib. Selesai

melakukan kegiatan menggosok gigi, anak anak dipersilahkan untuk makan siang

yaitu pada pukul 10.00. setelah selesai makan siang, anak-anak diajak untuk

melakukan kegiatan bermain slime. Anak-anak sangat antusias dengan bermain

slime. (CL.2)

85

Sebelum melakukan kegiatan bermain slime peneliti menunjukkan dan

menanyakan tentang bentuk apa yang dipegang oleh peneliti. Lalu anak-anak

menjawab,

“segitiga ka, kaya pizza”

“pinter semuanya, segitiga bisa kita gambar jadi apa ya?”

“jadi pizza, jadi kolam berenang ka”

“iyah betul, segitiga bisa kita gunakan untuk menggambar atap rumah”(CL.2)

Setelah melakukan kegiatan Tanya jawab seputar segitiga. Peneliti memberikan

pertanyaan tentang peraturan apa saja ketika bermain slime. Alhamdulillah anak-

anak masih ada beberapa yang ingat. Peneliti membagikan media pendukung

bermain slime yaitu, alas bermain slime dan juga cup yang berisi slime. Peneliti

menunjukkan hasil slime yang telah jadi dibentuk segitiga mengikuti ruang yang

sudah digaris dan menunjukkan bagaimana cara mengerjakannya. (CL.2)

Gambar 4.6

Hasil karya anak bermain slime membentuk segitiga

Kegiatan bermain slime pada hari ini selesai, anak-anak dibiasakana

menaruh kembali slime kedalam cup seperti semula. Dan anak-anak juga

mencuci tangan dengan sabun setelah bermain slime. Menjelang pukul 10.30

guru mempersiapkan anak-anak untuk pulang sekolah. Guru melakukan kegiatan

evaluasi dengan Tanya jawab kepada anak-anak tentang kegiatan apa saja yang

sudah dilakukan hari ini. Selanjutnya kegiatan ditutup dengan bersama-sama

86

membaca doa QS. Al-Ashr dan doa selesai belajar serta bernyanyi

sayonara.(CL.2)

c. Pertemuan 3

Hari ketiga berlangsung pada tanggal 10 oktober 2018 pada hari selasa,

berlangsung pada pukul 08.30-10.30. kegiatan yang dilakukan pada pertemuan

ketiga adalah bermain slime dengan membentuk setengah llingkaran. Dalam

kegiatan ini akan melatih keterampilan motorik halus pada anak (koordinasi mata

dengan tanga, keterampilan memanipulasi dan keterampilan menggunakan

tangan kanan dan tangan kiri secara seimbang.(CL.3)

Kegiatan pertama diawali dengan kegiatan circle time dengan kegaitan

rutin yaitu berdoa bersama sebelum melakukan kegiatan hari ini, kegiatan kedua

yaitu senam pagi yang dilakukan oleh seluruh anak-anak PAUD Mubina beserta

guru dan juga peneliti. Setelah kegaitan senam selesai kegiatan selanjutnya

adalah kegiatan makan bersama.(CL.3)

Kegiatan makan bersama dilakukan di pendopo, kegiatan itu diikuti oleh

seluruh anak-anak PAUD Mubina beserta dengan seluruh guru, kegiatan makan

bersama dilakukan setiap hari rabu. Dari pukul 09.35-10.38. setelah kegiatan

makan bersama selesai, anak-anak dibiasakan untuk mencuci alat makannya

masing-masing yang telah digunakan serta cuci tangan setelah makan.(CL.3)

Setelah selesai kegiatan makan bersama, anak-anak diajak untuk masuk

keruangan kelas untuk melanjutkan kegiatan selanjutnya, yaitu bermain

slime.(CL.3)

Peneliti mengajak anak-anak untuk bernyanyi teko kecil terlebih dahulu

untuk membuat anak-anak semangat. Setelah bernyanyi teko kecil peneliti

menanyakan kepada anak-anak.(CL.3)

“bentuk apa ini?” sambil menunjukkan gambar lingkaran, lalu anak-anak

menjawab

“lingkaran ka”

87

“alhamduliah pinter, kalau ini bentuk apa?” sambil menunjukkan gambar bentuk

setengah lingkaran. Lalu anak-anak terdiam

“ini namanya bentuk setengah lingkaran, bentuk apa sayang?”

“setengah lingkaran ka” dan dilakukan beberapa kali.(CL.3)

Setelah anak-anak mulai mengetahui bentuk setengah lingkaran, peneliti

mengajak anak-anak untuk membuat bentuk setengah lingkaran dengan

menggunakan slime. Peneliti mulai membagikan alat untuk bermain slime, dan

peneliti juga menanyakan kembali peraturan apa saja yang harus ditaati ketika

sedang bermain slime.(CL.3) Peneliti mulai membagikan alas untuk bermain

slime dan juga cup yang berisi slime. Peneliti juga memberikan contoh

bagaimana cara mengeluarkan slime dan membuat setengah lingkaran.(CL.3)

Gambar 4.7

Hasil kegiatan bermain slime membentuk setengah lingkaran

Kegiatan bermain slime pada hari ini selesai, anak-anak dibiasakana

menaruh kembali slime kedalam cup seperti semula. Dan anak-anak juga

mencuci tangan dengan sabun setelah bermain slime. Menjelang pukul 10.30

guru mempersiapkan anak-anak untuk pulang sekolah. Guru melakukan kegiatan

evaluasi dengan Tanya jawab kepada anak-anak tentang kegiatan apa saja yang

sudah dilakukan hari ini. Selanjutnya kegiatan ditutup dengan bersama-sama

membaca doa QS. Al-Ashr dan doa selesai belajar serta bernyanyi

sayonara.(CL.3)

88

d. Pertemuan 4

Pertemuan ke-4 berlangsung pada hari kamis, 11 oktober 2018 pada pukul

08.30-10.30. kegiatan pembelajaran hari ini dilakukan di pendopo. Anak-anak

menuju pendopo dengan membawa tas serta botol minum masing-masing,

peneliti membawa media untuk bermain dan media pembelajaran bersama

dengan Ibu Sri.(CL.4) Sesampainya di pendopo, guru dan peneliti mengajak

anak-anak untuk circle time untuk membaca doa sebelum belajar, berlatih

menghitung angka 1-10 dan juga bernyanyi bersama.(CL.4)

Kegiatan bermain slime hari ini adalah anak membuat bentuk segi empat

di atas alas yang sudah disediakan oleh peneliti. Sebelum melakukan kegiatan,

peneliti menanyakan kegiatan kemarin bermain slime bagaimana dan membentuk

apa, dan anak-anak menjawabnya. Kegiatan pertama anak-anak dilatih untuk

menulis angka 1-10 pada buku lembar kegiatan yang dicontohkan oleh Ibu

Sri.(CL.4) Setelah anak-anak selesai melakukan kegiatan menulis angka, anak-

anak dipersilahkan untuk mencuci tangan karna ingin makan siang. Anak-anak

berbaris untuk mencuci tangan, setelah itu anak-anak mengambil bekalnya

masing-masing dan saling berbagi makanan kepada temannya yang tidak

membawa makanan. Setelah kegiatan makan selesai anak-anak dibiasakan cuci

tangan setelah makan dan berdoa sesudah makan.(CL.4)

Kegiatan selanjutnya adalah bermain slime membentuk persegi,

sebelumnya peneliti menggambarkan macam-macam bentuk yang sudah dibuat

dengan media slime lalu anak-anak menyebutkannya dengan sangat antusias.

Lalu peneliti menggambarkan bentuk selanjutnya yang hari ini akan digambar,

yaitu persegi.(CL.4) Peneliti membagikan alas untuk bermain slime dan cup yang

berisi slime, lalu peneliti menanyakan peraturan apa saja yang harus dilakukan

ketika sedang bermain slime dan anak anak menjawab satu persatu. Setelah

selesai membagikan alas, peneliti mempersilahkan mengeluarkan slime dari cup

dan mulai membentuk persegi dengan menggunakan slime. Peneliti juga

memberi contoh bagaimana cara membuat bentuk persegi.(CL.4)

89

Gambar 4.8

Hasil kegiatan bermain slime membentuk persegi

Kegiatan bermain slime pada hari ini selesai, anak-anak dibiasakana

menaruh kembali slime kedalam cup seperti semula. Dan anak-anak juga

mencuci tangan dengan sabun setelah bermain slime. Menjelang pukul 10.30

guru mempersiapkan anak-anak untuk pulang sekolah. Guru melakukan kegiatan

evaluasi dengan Tanya jawab kepada anak-anak tentang kegiatan apa saja yang

sudah dilakukan hari ini. Selanjutnya kegiatan ditutup dengan bersama-sama

membaca doa QS. Al-Ashr dan doa selesai belajar serta bernyanyi

sayonara.(CL.4)

e. Pertemuan 5

Pertemuan kelima berlangsung pada hari jumat tanggal 12 oktober 2018

pada pukul 08.30-10.30. pembelajaran hari ini dilakukan di pendopo, karna

setiap hari jumat diadakannya praktik sholat dan membaca hadits serta surat

pendek yang diikuti oleh kelompok A dan B serta didampingi oleh guru kelas

masing-masing kelompok.(CL.5)

Kegiatan ibadah dilakukan pukul 08.45-09.30. setelah kegiatan ibadah

selesai, kelompok B kembali kekelasnya masing-masing dan didampingi guru

kelasnya. Kelompok A tetap dipendopo karna akan melakukan kegiatan

pembelajaran dan bermain di pendopo.(CL.5) Tepat pukul 09.40 anak-anak

bersiap untuk makan, anak-anak mulai diarahkan berbaris keluar pendopo untuk

cuci tangan sebelum makan. Pukul 09.55 kegiatan makan selesai dan anak-anak

mencuci tangan dna merapihkan peralatan makannya setelah makan. Ibu Sri

90

membantu anak-anak untuk mencuci tangan dan peneliti menyiapkan alat dan

bahan untuk bermain slime.(CL.5)

Kegiatan hari ini adalah bermain slime membentuk persegi panjang.

Peneliti menyiapkan alat dan bahan. Dan anak-anak dipersilahkan untuk duduk

ditempatnya masing-masing. Lalu peneliti membagian alas yang telah diberi

gambar persegi kepada anak-anak.(CL.5) Peneliti juga tidak lupa menanyakan

peraturan apa saja yang harus ditaati ketika sedang bermain slime. Dan anak-

anak menjawab dengan satu persatu. Setelah peneliti membagikan alas dan juga

cup yang berisi slime, peneliti memberikan contoh gambar persegi panjang yang

telah jadi dengan menggunakan slime dan menunjukkan bagaimana cara

membuatnya.(CL.5)

Gambar 4.9

Hasil Kegiatan Bermain Slime Membentuk Persegi Panjang

Kegiatan bermain slime pada hari ini selesai, anak-anak

dibiasakana menaruh kembali slime kedalam cup seperti semula. Dan anak-anak

juga mencuci tangan dengan sabun setelah bermain slime. peneliti tidak lupa

untuk mengabadikan hasil karya anak-anak pada hari ini, Menjelang pukul 10.30

guru mempersiapkan anak-anak untuk pulang sekolah. Guru melakukan kegiatan

evaluasi dengan Tanya jawab kepada anak-anak tentang kegiatan apa saja yang

sudah dilakukan hari ini. Selanjutnya kegiatan ditutup dengan bersama-sama

membaca doa QS. Al-Ashr dan doa selesai belajar serta bernyanyi

sayonara.(CL.5)

91

c. Pengamatan

Pengamatan sangat diperlukan dalam penelitan ini, termasuk pengamatan atas

kinerja guru di lapangan. Pengamatan dilakukan saat pelaksanaan tindakan di

kelas oleh kolabolator dengan menggunakan lembar instrument pemantau

tindakan. Peneliti dan kolabolator melakukan analisis proses sejauh mana

aktivitas guru dalam melakukan tindakan dan aktivitas anak selama proses

pembelajaran terlaksana sesuai dengan perencanaan tindakan yang telah dibuat.

Hasil untuk tiap kali tindakan digambarkan menjadi dua penjelasan, yaitu secara

kualitatif dan kuantitatif.

1) Hasil Pengamatan Secara Kualitatif

Dari hasil yang dilakukan selama 5 kali pertemuan dalam satu minggu, dapat

disimpulkan bahwa keterampilan motorik halus anak melalui kegiatan bermain

slime pada siklus I mengalami peningkatan yang cukup baik dari sebelum yang

dilakukan dengan tindakan bermain slime. Seperti pada aspek Koordinasi

Billateral (penggunaan dua tangan secara seimbang) sebelum dilakukannya

tindakan, anak-anak lebih cenderung melakukan kegiatan yang menggunakan

dua tangan secara seimbang dengan bantuan guru, dan belum terbiasa

menggunakan kedua tangan dalam melakukan semua kegiatan termasuk kegiatan

menggambar dan kegiatan yang berkaitan dengan motorik. Setelah diberikan

tindakan selama 5 kali pertemuan, 6 anak terampil menggunakan kedua

tangannya dalam melakukan kegiatan yang berhubungan dengan motorik seperti,

menulis, menggunting dan memegang. 3 anak termasuk pada kategori cukup

terampil dalam melakukan kegiatan ini. Dan 3 orang anak mampu melakukan

kegiatan ini dengan bantuan guru. Berbeda sebelum dilakukannya tindakan,

hanya ada dua anak yaitu ANZ dan EW yang berada pada kategori cukup dalam

melakukan kegiatan ini.

Pada aspek hand eye coordination (Koordinasi Mata-Tangan), ada 7 anak

yang terampil melakukan kegiatan ini, ada 3 anak yang cukup terampil dalam

melakukan kegiatan ini dan ada 2 anak yang mampu melakukan kegiatan ini

dengan bantuan guru.

92

aspek hand skill manipulation (keterampilan manipulasi) pada aspek ini

terdapat 2 anak yang mandiri melakukan kegiatan dan sudah cukup baik dalam

melakukan kegiatan yang berhubungan dengan kegiatan manipulasi. Dan ada 8

anak yang cukup terampil dalam melakukan kegiatan yang berhubungan dengan

kegiatan manipulasi, da nada 2 anak yang melakukan kegiatan keterampilan

manipulasi ini dengan bantuan guru.

Untuk proses pembelajaran yang dilakukan di dalam kelas, guru bersama

peneliti melakukan kegiatan pengamatan terhadap kegiatan dari awal sampai

akhir kegiatan. Berikut ini merupakan tabel mengenai data kegiatan

pembelajaran pada siklus I

Tabel 4.6

Data Kegiatan Pembelajaran Siklus I

Aspek yang diamati Ya Tidak Keterangan

I Pra pembelajaran

1. Menyiapkan ruangan

untuk pembelajaran

v Setiap pertemuan sebelum

kegiatan dimulai, guru selalu

menyiapkan ruangan untuk

melakukan kegiatan

2. Menyiapkan media, alat

bermain dan

pembelajaran

V Setiap pertemuan, setelah

menyiapkan ruangan guru

selalu menyiapkan media alat

dan bahan untuk melakukan

kegiatan pembelajaran dan

bermain slime.

3. Melihat kesiapan anak V Setiap hari sebelum

melakukan kegiatan guru

selalu melihat kesiapan anak

sebelum melakukan kegiatan

pembelajaran

4. Pengelola Kelas V Mengatur posisi duduk anak

93

sebelum melakukan kegiatan

pembelajaran

II Membuka

Pembelajaran

1. Melakukan kegiatan

awal

V Guru mendampingi

melakukan kegiatan

awal,salam sapa dan doa

2. Memberikan penjelasan

yang berkaitan dengan

kegiatan bermain slime

V Guru memberikan penjelasan

mengenai kegiatan bermain

dengan menggunakan bahan

dan media yang sudah

disediakan oleh peneliti

III Kegiatan Inti

1. guru menguasai materi

kegiatan yang akan

dilakukan

V Guru menyampaikan materi

yang berhubungan dengan

aspek yang akan diamati

2. Melaksanakan kegiatan

bermain slime

v Guru dan anak melakukan

kegiatan sesuai dengan

perencanaan yang telah

disusun oleh peneliti

3. Guru memberikan

keleluasaan kepada anak

untuk membentuk sesuai

dengan yang diinginkan

anak

V Dalam bermain slime, anak

diberika kebebasan untuk

membentuk apa saja, namun

ketika selesai melakukan

kegiatan yang telah

direncanakan oleh peneliti

dan tetap mengarah kepada

aspek-aspek yang telah

ditentukan

4. Mengalokasikan waktu V Menggunakan waktu secara

94

dalam kegiatan bermain

slime sesuai dengan

rencana yang telah

disusun oleh peneliti

efektif dan seefesien

mungkin, sehingga anak

memiliki waktu yang cukup

dalam melakukan kegiatan

bermain slime.

Pada kegiatan yang telah dilakukan pada siklus I selama lima kali pertemuan,

peneliti melakukan wawancara terhadap guru mengenai kegiatan pembelajaran

bermian slime dan media serta alat dan bahan yang digunakan untuk bermain

slime,sebagai berikut.

Tabel 4.7

Wawancara Kegiatan Bermain Slime Pada Siklus I

Yang Diwawancarai : Ibu Sri

No Pertanyaan Jawaban

1. Bagaimanakah pendapat Ibu ketika sudah

diberikannya kegiatan bermain slime selama 5

kali pertemuan, pada kelompok A?

Alhamdulillah, setelah kegiatan bermain

slime, beberapa keterampilan motorik

halus anak mulai kelihatan meningkat

dengan baik. misalnya AR sudah mampu

memegang lem dan objek dengan kedua

tangannya. Dan anak menyukai bermain

slime karena itu kegiatan yang jarang

dilakukan anak dan juga menyenangkan.

2. Pada penelitian selanjutnya yaitu pada siklus ke

II, apakah ibu mempunyai masukan/saran agar

pada penelitian selanjutnya dapat berjalan

dengan maksimal?

Pada proses pembelajaran dan kegiatan

bermain kakak Fia saya rasa sudah

cukup, mungkin sebelum kegiatan

bermain slimenya, bisa diajukan

beberapa perjanjian agar permainan tetap

kondusif.

95

Berdasarkan deskripsi tersebut di atas, dapat dilihat bahwa ada beberapa anak

yang masih kurang terampil dalam beberapa aspek keterampilan motorik halus,

namun rata-rata anak sudah mengalami peningkatan dari setiap aspek seotelah

dilakukannya tindakan pada siklus I. untuk proses pembelajaran pada siklus I guru

dan peneliti melakukan pengamatan terhadap pembelajaran yang dilakukan

didalam kelas, dari awal pembelajaran hingga akhir pembelajaran.

2) Hasil Pengamatan Secara Kuantitatif

Hasil pengamatan secara kuantitatif pada keterampilan motorik halus

kelompok A PAUD Mubina melalui kegiatan bermain slime adalah :

Tabel 4.8

Point Kenaikan Pra Penelitian dan Siklus I

No Nama Skor

Pratindakan

% Skor Siklus

I

% Kenaikan Skor Kenaikan %

1 ANZ 14 29.1 32 66.6 18 37.5

2 AK 12 25 24 50 12 25

3 AR 12 25 17 35.4 5 10.4

4 DZR 13 27 30 62.5 17 35.4

5 EW 14 29.1 33 68.7 19 39.5

6 EPS 12 25 28 58.3 16 33.3

7 SR 12 25 29 60.4 17 35.4

8 NNM 12 25 23 47.9 11 22.9

9 NMS 13 27 28 58.3 15 31.25

10 RAA 12 25 28 58.3 16 33.3

11 SJN 13 27 29 60.4 16 33.3

12 SPA 12 25 29 60.4 17 35.4

Jumlah 151 26.2 330 57.2 179 31

Pada table tesebut, terlihat bahwa keterampilan motorik halus anak melalui

kegiatan bermain slime menunjukkan peningkatan. Skor total semua anak sebelum

dilakukannya tindakan berjumlah 151 dengan rata-rata skor presentase skor adalah

26% namun setelah dilakukannya tindakan pada siklus I skor keterampilan

motorik halus anak menjadi 330 dengan rata-rata presentase keterampilan motorik

halus adalah 57,2%. Kenaikan skor sebelumnya mencapai 179 dengan rata-rata

96

presentase 31%. Jika tabel tersebut digambarkan dalam diagram dapat dilihat

sebagai berikut :

Gambar 4.10

Perbandingan Keterampilan Motorik Halus Anak Melalui Kegiatan Bermain

Slime pada Pra Penelitian dan Siklus I

d. Refleksi

Berdasarkan hasil pengamatan siklus I dan melakukan evaluasi bersama

kolabolator kemudian diukur tingkat kemajuan dan keberhasilan anak melalui

kegiatan belajar mengajar, maka dengan perlunya kegiatan belajar mengajar yang

mampu meningkatkan keterampilan motorik malus anak. Berdasarkan pada

pengamatan siklus I maka dapat dibuat analisis sebagai berikut :

1. Pada aspek Billateral hand use (koordinasi Billateral) penggunaan tangan

kanan dan tangan kiri secara berimbang, terdapat 6 anak terampil dalam

melakukan kegiatan yang berhubungan dengan keterampilan bilateral,

terdapat 3 anak cukup terampil dalam mennggunakan tangan kanan dan

tangan kiri secara seimbang dan 3 anak juga cukup terampil dan masih

membutuhkan bantuan guru dalam melakukan kegiatan ini.

0

5

10

15

20

25

30

35

PRA PENELITIAN

SIKLUS I

97

2. Pada aspek hand aye coordination (koordinasi mata-tangan), ada 7 anak yang

terampil dalam melakukan kegiatan yang berhubungan dengan koordinasi

mata-tangan, 3 anak cukup terampil dan 2 anak yang mampu dengan

bimbingan guru .

3. Pada aspek hand skill manipulation (keterampilan manipulasi) pada aspek

ini terdapat 2 anak yang mandiri melakukan kegiatan dan sudah cukup baik

dalam melakukan kegiatan yang berhubungan dengan kegiatan manipulasi.

Dan ada 8 anak yang cukup terampil dalam melakukan kegiatan yang

berhubungan dengan kegiatan manipulasi, da nada 2 anak yang melakukan

kegiatan keterampilan manipulasi ini dengan bantuan guru.

Berdasarkan hasil wawancara yang telah dilakukan tentang kegiatan

bermain slime maka pada tindakan refleksi ini peneliti perlu melakukan

perubahan pada media slime karna pada siklus I sebagian anak-anak sudah

merasa mulai cepat bosan dengan kegiatan bermain slime.

Berdasarkan hasil refleksi yang dilakukan melalui kegiatan pengamatan

maka diputuskan bahwa penelitian ini perlu dilanjutkan ke siklus II agar

keterampilan motorik halus anak melalui kegiatan bermain slime dapat

meningkat dengan target yang diharapkan oleh peneliti.

c. Deskripsi Siklus II

Setelah melakuan refleksi berkenaan dengan tindakan pada siklus I, maka

peneliti dan kolabolator melanjutkan tindakan pada siklus berikutnya, yaitu

siklus II. Tindakan yang akan dilakukan pada siklus II ini adalah sebanyak 5 kali

pertemuan dengan tahapan-tahapan sebagai berikut :

1. Perencanaan

Dari hasil refleksi pada siklus I, peneliti menyusun perencanaan

pembelajaran berkaitan dengan pelaksanaan tindakan pada siklus II. Adapun

yang dilakukan pada tahap perencanaan diantaranya adalah menyusun program

pembelajaran, mengalokasikan waktu untuk kegiatan tindakan, mendiskusikan

fokus pelaksanaan serta mempersiapkan bahan bermain slime yang digunakan

98

dalam proses meningkatkan keterampilan motorik halus anak kelompok A

PAUD Mubina. Adapun jadwal pelaksanaan siklus II sebagai berikut :

Tabel 4.9

Rencana Pelaksanaan Siklus II Kelompok A PAUD Mubina

Adapun pelaksanaannya tercantum dalam tabel 4.10 Berikut ini :

Tabel 4.10

Rencana Pelaksanaan Siklus II

Pertemuan ke- Kegiatan Waktu Kegiatan

Enam (6) Membentuk pohon

dengan menggunakan

slime

Senin, 15 Oktober 2018

Tujuh (7) Membentuk bunga

dengan slime

Selasa, 16 Oktober 2018

delapan (8) Membentuk Rumah

dengan menggunakan

slime

Rabu,17 Oktober 2018

sembilan (9) Membentuk Rumah dan

awan dengan slime

Kamis, 18 Oktober 2018

Sepuluh (10) Membentuk rumah,

awan dan pohon dengan

slime

Jumat, 19 Oktober 2018

No Tindakan Awal Inti Penutup Media Tema

1. Bermain slime

membentuk

pohon

- Guru dan anak-

anak

mengucapkan

salam

- Guru

membimbing

anak untuk

membaca doa

sebelum belajar

- Guru mengajak

anak untuk

bernyanyi

- Guru

membagikan

slime yang telah

diberi pewarna

- Guru melakukan

tanya jawab

tentang pohon

- Guru

memberikan

contoh

membentuk

pohon dengan

slime

- Guru

Mendokumentas

ikan hasil karya

anak

- Memberikan

apresiasi

- Membaca doa

setelah belajar

Slime Tanaman

2. Bermain slime

membentuk

bunga

- Guru dan anak-

anak

mengucapkan

salam

- Guru

membimbing

- Guru melakukan

tanya jawab

tentang bunga

- Guru

memberikan

contoh

- Guru

mendokumenta

sikan hasil

karya anak

- Guru

memberika

Slime Tanaman

99

anak untuk

membaca doa

sebelum belajar

- Guru membuat

sebuah

permainan

membentuk

Bunga

menggunakan

slime

apresiasi

- Membaca doa

setelah belajar

3. Bermain slime

mebentuk

rumah

- Guru dan anak-

anak

mengucapkan

salam

- Guru

membimbing

anak untuk

membaca doa

sebelum belajar

- Guru dan anak

membaca doa

sehari-hari

- Guru mengajak

anak untuk

senam

- Guru melakukan

tanya jawab

tentang rumah

- Guru

memberikan

contoh

membentuk

rumah dengan

menggunakan

slime

- Guru

mendokumenta

sikan hasil

karya anak

- Guru

memberikan

bintang

- Guru dan anak

membaca doa

setelah selesai

belajar

Slime Rumah ku

4. Bermain slime

membentuk

rumah dan

awan

- Guru dan anak-

anak

mengucapkan

salam

- Guru

membimbing

anak untuk

membaca doa

sebelum belajar

- Guru dan anak

bermain kosa

kata bahasa

arab dan

inggris

- Guru

memberikan

buku tugas anak

- Guru

mencontohkan

membentuk

pohon dengan

menggunakan

slime

- Guru

mendokumenta

sikan hasil

karya anak

- Guru

memberikan

apresiasi

- Membaca doa

setelah selesai

belajar

Slime Rumah ku

5. Bermain slime

membentuk

rumah, awan

dan pohon

- Guru dan anak-

anak

mengucapkan

salam

- Guru

membimbing

anak untuk

membaca doa

sebelum belajar

- Guru dan anak

berlatih kosa

- Guru melakukan

tanya jawab

tentan rumah

- Guru

mencontohkan

membuat rumah,

awan dan pohon

menggunakan

slime

- Guru

mendokumenta

sikan hasil

karya anak

- Guru

memberikan

apresiasi

- Membaca doa

setelah belajar.

Slime Rumah ku

100

2. Tindakan Siklus II

Pada tahap ini, peneliti bersama guru kelas melaksanakan tindakan dalam

rangka meningkatkan keterampilan motorik halus anak kelompok A dengan

kegiatan bermain slime. Deskripsi pelaksanaan tindakan pada siklus II dilakukan

selama 5 kali pertemuan adalah sebagai berikut.

a. Pertemuan ke-1

Pertemuan ke 1 dilakukan pada hari senin tanggal 15 oktober 2018. Pada

pertemuan kali ini, peneliti bersama guru mengajak anak untuk baris dilapangan

untuk mengadakan upacara pada hari senin. Anak-anak mengikuti upacara

dengan baik. setelah selesai upacara, anak-anak masuk kedalam kelas dengan

pemeriksaan kuku dan juga rambut secara bergantian.(CL.6)

Anak-anak masuk kelas dan duduk di kursinya masing-masing. Sebelum

melakukan kegiatan pembelajaran anak-anak bersama guru dan peneliti berdoa

sebelum belajar. Kegiatan pertama guru mengajak anak untuk bermain flash

card. Setelah itu guru mengajak anak untuk menulis beberapa huruf.(CL.6)

Ketika kegiatan mengenal huruf selesai, anak-anak diarahkan untuk makan

siang, sebelum kegiatan makan, anak-anak dibiasakan untuk cuci tangan dan

berdoa sebelum makan dan minum. Setelah kegiatan makan selesai anak-anak

dibiasakan untuk merapihkan bekal makanannya masing-masing.(CL.6) Setelah

kegiatan makan selesai peneliti dan guru mengajak anak untuk bermain diluar

yaitu di pendopo untuk bermain slime.(CL.6)

Kegiatan hari ini membuat bentuk pohon dengan menggunakan slime. peneliti

mengajak anak untuk bernyanyi “pohon mangga”, anak-anak bernyanyi dan

menari dengan sangat antusias. Peneliti juga menjelaskan tentang pohon, siapa

yang menciptakan pohon, bagaimana menjaga dan merawat pohon serta

kata bahasa

arab dan

inggris

- Guru dan anak

membaca doa

sehari-hari

101

bagaimana pohon itu hidup, peneliti menjelaskannya secara singkat. Setelah

menjelaskan tentang pohon secara singkat peneliti mulai menyiapkan alat dan

bahan untuk bermain slime. peneliti tidak lupa menanyakan peraturan tentang

bermain slime dan anak-anak menjawab dengan bergantian. Peneliti membagikan

alat bermain slime dan peneliti juga menunjukkan dan memberi contoh bagaimana

cara membuat bentuk pohon dengan menggunakan slime.(CL.6)

Gambar 4.11

Hasil Kegiatan Bermain Slime Membentuk Pohon

Kegiatan bermain slime pada hari ini selesai, anak-anak dibiasakana

menaruh kembali slime kedalam cup seperti semula. Dan anak-anak juga mencuci

tangan dengan sabun setelah bermain slime. Menjelang pukul 10.30 guru

mempersiapkan anak-anak untuk pulang sekolah. Guru melakukan kegiatan

evaluasi dengan Tanya jawab kepada anak-anak tentang kegiatan apa saja yang

sudah dilakukan hari ini. Selanjutnya kegiatan ditutup dengan bersama-sama

membaca doa QS. Al-Ashr dan doa selesai belajar serta bernyanyi

sayonara.(CL.6)

b. Pertemuan ke-2

Pertemuan kedua pada siklus kedua ini bertepatan pada hari selasa 16 oktober

2018. Kegiatan awal diawali dengan menyambut anak pada depan gerbang

sekolah yang dilakukan oleh guru dan peneliti. Anak masuk kedalam kelas dan

menaruh tas serta botol minum pada loker yang telah disediakan, ada sebagaian

anak-anak yang bermain di dalam kelas dan ada juga yang bermain di tempat

bermain.(CL.7) Ketika bel telah berbunyi, guru dan peneliti mengajak anak untuk

masuk kedalam kelas dan berdoa serta bernyanyi sebelum kegiatan pembelajaran

102

dimulai. Kegiatan ini dilakukan untuk menambah semangat anak-anak dan

membuat suasana hati anak-anak gembira agar siap untuk menerima

pembelajaran.(CL.7)

Kegiatan pertama dipimpin oleh Ibu Sri, yaitu bermain flash card. Kegiatan ini

dilakukan agar anak mulai mengenal huruf abjad dan mampu menulis namanya

dengan benar. Setelah kegiatan flash card dilakukan, guru mengajak anak untuk

menulis, guru dan peneliti membagikan buku dan pensil kepada anak untuk

melakukan kegiatan menulis. Guru dan peneliti membantu anak-anak yang

kesulitan dalam menulis.(CL.7) Setelah kegiatan menulis selesai, guru mengajak

anak untuk cuci tangan setelah melakukan kegiatan pembelajaran, karna kegiatan

selanjutnya adalah makan siang. Anak dibiasakan untuk cuci tangan setelah

melakukan kegiatan dan sebelum makan agar anak terbiasa untuk hidup bersih

dan sehat.(CL.7)

Kegiatan makan telah selesai. Guru mengajak anak untuk cuci tangan setelah

makan. Setelah kegiatan makan peneliti mengajak anak untuk bernyanyi “pohon

mangga” dan “rumah ku”. Semua anak-anak mengikuti dengan sangat gembira.

Setelah bernyanyi peneliti meminta anak-anak untuk duduk dikursinya masing-

masing dan peneliti mulai menjelaskan kegiatan apa selanjutnya yang akan

dilakukan. Kegiatan selanjutnya adalah membentuk bunga dengan slime. (CL.7)

peneliti sebelumnya menjelaskan sedikit tentang bunga dan melakukan tanya

jawab tentang bunga. Peneliti menunjukkan bagaimana cara membuat bunga

dengan slime. setelah selesai memberikan contoh, peneliti membagikan alat dan

bahan untuk bermain slime. Peneliti juga tidak lupa menanyakan tentan peraturan

saat bermain slime. (CL.7)

Gambar 4.12

Kegiatan Bermain slime Membentuk Bunga

103

Kegiatan bermain slime berakhir, anak-anak mencuci tangan yang

didampingi oleh Ibu Sri secara bergantian. Menjelang pukul 10.30 guru

mempersiapkan anak-anak untuk pulang sekolah. Guru melakukan kegiatan tanya

jawab tentang kegiatan hari ini. Anak menjawab pertanyaan guru, selanjutnya

kegiatan ditutup dengan bersama-sama membaca QS. Al-Ashr dan doa selesai

belajar. (CL.7)

c. Pertemuan ke-3

Pertemuan ketiga pada siklus II berlangsung pada tanggal 17 oktober 2018

pada hari rabu. Pagi ini guru dan peneliti menyambut anak-anak digerbang

sekolah. Anak-anak bersalaman dengan guru dan peneliti, lalu anak-anak masuk

kedalam kelas dan menaruh tas dan botol minum di loker yang telah disediakan.

Setelah bel masuk. Kegaiatan pertama pada hari rabu pagi adalah senam pagi.

Kegiatan dilakukan di npendopo. Kelompok PG, A dan B melakukan kegiatan

senam bersama dengan guru dan juga peneliti.(CL.8)

Setelah kegaiatan senam selesai, anak-anak diajak untuk masuk kedalam

ruangan kelas. Anak-anak diberi waktu untuk istirahat sebelum kegiatan

pembelajaran dimulai. Setelah istirahat dimulai, guru mulai melakukan kegiatan

tanya jawab tentang rumah, anak-anak menjawab dengan sesama. Peneliti dan

guru mengajak anak untuk bernyanyi dan menari tentan “rumah ku” semua anak-

anak mengikutinya dengan sangat gembira. (CL.8)

Kegiatan selanjutnya adalah membuat bentuk rumah dengan menggunakan

slime. peneliti dan guru menanyakan tentang peraturan saat bermain slime.dan

anak anak menjawabnya dengan bergantian, peneliti membagikan alat dan bahan

untuk bermain slime dan anak-anak duduk ditempatnya masing-masing.

Sebelumnya peneliti memberikan contoh bagaimana cara membuat rumah dengan

menggunakan slime.

104

Gambar 4.13

Kegiatan Bermain Slime Membentuk Rumah

Kegiatan bermain slime berakhir, anak-anak mencuci tangan yang

didampingi oleh Ibu Sri secara bergantian. Menjelang pukul 10.30 guru

mempersiapkan anak-anak untuk pulang sekolah. Guru melakukan kegiatan tanya

jawab tentang kegiatan hari ini. Anak menjawab pertanyaan guru, selanjutnya

kegiatan ditutup dengan bersama-sama membaca QS. Al-Ashr dan doa selesai

belajar. (CL.8)

d. Pertemuan ke-4

Pertemuan ke empat pada siklus II berlangsung pada tanggal 18 oktober 2018

pada hari kamis. Kegiatan hari ini dilakukan dari pukul 08.30-10.30. pada pukul

08.30 anak-anak masuk kedalam kelas dan duduk dikursinya masing-masing.

Seperti biasa kegiatan pertama yang dilakukan adalah membaca doa sebelum

belajar, membaca hadits-hadits dan membaca surat-surat pendek pada Al-Qur‟an,

setelah kegaiatan membaca doa, hadits-hadits dan surat pendek pada Al-Qur‟an

guru mengajak anak untuk bernyanyi dan bermain sebelum melakukan kegiatan

pembelajaran.(CL.9)

Guru melanjutkan kegiatan hari ini dengan mengisi buku kegiatan anak-anak.

Kegiatan mengisi buku kegiatan dilakukan bersama-sama. Diawali dengan hal

17-20. Semua anak-anak mengikutinya dengan baik. dan guru juga

mencontohkannya dan menjelaskannya juga dengan sangat baik. peneliti dan

guru membantu anak-anak yang belum mampu untuk menulis angka 4-7.(CL.9)

Kegiatan bermain slime hari ini adalah membuat bentuk rumah dan juga

awan diatas alas yang telah digambar oleh peneliti. Sebelumnya guru

105

menjelasnya tentang bagian-bagian pada rumah dan masing-masing fungsi

ruangan dan isi pada setiap ruangan. Pembelajaran berlangsung dengan sangat

komunikatif. Guru juga menjelaskan bagaimana cara masuk kedalam rumah dan

bagaimana cara bertamu yang baik. membelajaran berlangsung dengan tanya

jawab dan anak-anak antusias mendengarkannya.(CL.9)

Kegiatan selanjutnya adalah bermain slime dengan membentuk rumah dan

awan. Peneliti menyiapkan alat dan bahan yang dibutuhkan untuk kegiatan

bermain slime. guru mengajak anak untuk bernyanyi “rumah ku” dan

menanyakan kembali tentang peraturan bermain slime dan anak-anak menjawab

dengan bergantian.

Gambar 4.14

Kegiatan Bermain Slime Membentuk Rumah dan Awan

Kegiatan bermain slime berakhir, anak-anak mencuci tangan yang

didampingi oleh Ibu Sri secara bergantian. Menjelang pukul 10.30 guru

mempersiapkan anak-anak untuk pulang sekolah. Guru melakukan kegiatan tanya

jawab tentang kegiatan hari ini. Anak menjawab pertanyaan guru, selanjutnya

kegiatan ditutup dengan bersama-sama membaca QS. Al-Ashr dan doa selesai

belajar. (CL.9)

e. Pertemuan ke-5

Pertemuan ke-5 bertepatan dengan hari Jumat, 19 oktober 2018, sesuai

dengan jaadwal yang telah ditentukan oleh sekolah, kegiatan hari jum‟at diawali

106

dengan praktik sholat dan hafalan-hafalan hadits dan doa sehari-hari, yang diikuti

oleh seluruh anak murid dan didampingi oleh guru kelas. (CL.10) Kegiatan

praktik sholat dilakukan pada pukul 08.30-10.00, kegiatan dilakukan di pendopo.

Setelah kegiatan dipendopo, anak-anak diajak untuk masuk kedalam kelasnya

masing-masing dan diikuti oleh guru dan peneliti. (CL.10)

Kegiatan bermain slime hari ini adalah membentuk rumah, pohon dan juga

awan, sebelum kegiatan bermain slime peneliti mengajak anak-anak untuk makan

bersama sebelum kegiatan bermain slime. setelah kegiatan makan bersama,

peneliti dan guru mengajak anak mencuci tangan setelah selesai makan. Peneliti

menyiapkan alat dan bahan yang diperlukan untuk bermain slime. (CL.10)

Kemudian guru menjelaskan apa saja bagian rumah dan mengajukan

pertanyaan kepada anak-anak. “siapa yang dirumahnya ditanami pohon” lalu

anak-anak menjawab “saya bu, ada pohon mangga” dan beberapa anak juga

menjawab dengan sangat antusias. Lalu guru juga menjelaskan siapa yang

menciptakan pohon, dan siapa yang menciptakan awan. (CL.10)

Kemudian lanjut pada kegiatan bermain, guru dan peneliti menyiapkan alat

dan bahan sebelum kegiatan bermain. Dan guru juga menunjukkan bagaimana

cara membentuk bagian rumah, pohon dan awan dengan slime. kemudian anak-

anak memahami bagaimana cara membentuknya

Gambar 4.15

Kegiatan Bermain Slime Membentuk Rumah, Awan dan Pohon

107

Kegiatan bermain slime berakhir, anak-anak mencuci tangan yang

didampingi oleh Ibu Sri secara bergantian. Menjelang pukul 10.30 guru

mempersiapkan anak-anak untuk pulang sekolah. Guru melakukan kegiatan

tanya jawab tentang kegiatan hari ini. Anak menjawab pertanyaan guru,

selanjutnya kegiatan ditutup dengan bersama-sama membaca QS. Al-Ashr dan

doa selesai belajar. (CL.10)

3. Pengamatan/Observasi

Dalam siklus II, peneliti mengamati jalannya kegiatan untuk melihat

peningkatan keterampilan motorik halus anak dengan kegiatan bermain slime.

hasil pengamatan peneliti menunjukkan bahwa pelaksanaan tindakan yang

dilakukan pada siklus II ini sudah berjalan sesuai dengan rencana yang telah

disusun oleh peneliti. Keterampilan motorik halus anak kelompok A sampai

dengan pertemuan kelima cenderung menunjukkan peningkatan yang lebih baik.

hasil untuk setiap tindakan digambarkan menjadi dua penjelasan, yaitu secara

kualitatif dan kuantitatif.

1. Hasil Pengamatan Secara Kualitatif

Dari hasil pengamatan siklus II yang dilakukan selama 5 kali pertemuan,

dapat disimpulkan bahwa keterampilan motorik halus anak pada kelompok A

mengalami peningkatan dari siklus I. seperti pada aspek bilateral hand use

(Koordinasi bilateral) pada kegiatan ini dapat dikatakan 9 anak sudah mulai

terampil dalam menggunakan kedua tangan dalam melakukan semua kegiatan

yang berkaitan dengan keterampilan motorik halus. Dan 3 orang anak termasuk

pada kategori cukup terampil ddalam melakukan kegiatan ini, pada 3 orang anak

ini sudah bisa melakukan kegiatan yang berhubungan dengan koordinasi bilateral

tanpa bantuan guru.

Dalam aspek hand aye coordination (koordinasi mata-tangan) semua anak

sudah terampil dalam melakukan kegiatan yang berhubungan denngan koordinasi

mata-tangan seperti mebuat garis segitiga, lingkaran dan persegi dan dalam

kegiatan menulis. Hal ini akan membanntu anak dalam kegiatan yang berkaitan

dengan motorik halus pada anak.

108

Dalam aspek hand skill manipulation ( keterampilan manipulasi) pada

aspek ini hampir semua anak sudah dapat melakukannya dengan baik. anak sudah

mampu membentuk lingkarang, segitiga dan persegi dengan menggunakan jari

tangan mereka. Dan anak-anak juga dapat melakukan kegiatan lainnya yang

berhubungan dengan keterampilan manipulasi.

Untuk proses pembelajaran yang dilakuakn di dalam kelas, guru bersama

peneliti melakukan pengamatan terhadap kegiatan dari awal sampai akhir

kegiatan, berikut ini merupakan tabel mengenai data kegiatan pembelajaran pada

siklus II

Tabel 4.11

Data Kegiatan Pembelajaran Siklus II

Aspek yang diamati Ya Tidak Keterangan

I Pra pembelajaran

1. Menyiapkan ruangan

untuk pembelajaran

v Setiap pertemuan sebelum

kegiatan dimulai, guru selalu

menyiapkan ruangan untuk

melakukan kegiatan

2. Menyiapkan media, alat

bermain dan

pembelajaran

V Setiap pertemuan, setelah

menyiapkan ruangan guru

selalu menyiapkan media alat

dan bahan untuk melakukan

kegiatan pembelajaran dan

bermain slime.

3. Melihat kesiapan anak V Setiap hari sebelum

melakukan kegiatan guru

selalu melihat kesiapan anak

sebelum melakukan kegiatan

pembelajaran

4. Pengelola Kelas V Mengatur posisi duduk anak

sebelum melakukan kegiatan

109

pembelajaran

II Membuka

Pembelajaran

1. Melakukan kegiatan

awal

V Guru mendampingi

melakukan kegiatan

awal,salam sapa dan doa

2. Memberikan penjelasan

yang berkaitan dengan

kegiatan bermain slime

V Guru memberikan penjelasan

mengenai kegiatan bermain

dengan menggunakan bahan

dan media yang sudah

disediakan oleh peneliti

III Kegiatan Inti

1. guru menguasai materi

kegiatan yang akan

dilakukan

V Guru menyampaikan materi

yang berhubungan dengan

aspek yang akan diamati

2. Melaksanakan kegiatan

bermain slime

v Guru dan anak melakukan

kegiatan sesuai dengan

perencanaan yang telah

disusun oleh peneliti

3. Guru memberikan

keleluasaan kepada anak

untuk membentuk sesuai

dengan yang diinginkan

anak

V Dalam bermain slime, anak

diberika kebebasan untuk

membentuk apa saja, namun

ketika selesai melakukan

kegiatan yang telah

direncanakan oleh peneliti

dan tetap mengarah kepada

aspek-aspek yang telah

ditentukan

4. Mengalokasikan waktu

dalam kegiatan bermain

V Menggunakan waktu secara

efektif dan seefesien

110

slime sesuai dengan

rencana yang telah

disusun oleh peneliti

mungkin, sehingga anak

memiliki waktu yang cukup

dalam melakukan kegiatan

bermain slime.

2. Hasil Pengamatan Secara Kuantitatif

Secara kuanttatif pelaksanaan siklus II dijelaskan sebagai berikut :

Tabel 4.12

Data Perbandingan Skor dan Presentase Keterampilan Motorik Halus Anak

Subjek Pra-Penelitian Siklus I Siklus II

No Nama skor % Skor % Skor %

1 ANZ 14 29.1 32 66.6 37 77

2 AK 12 25 24 50 37 77

3 AR 12 25 17 35.4 36 75

4 DZR 13 27 30 62.5 37 77

5 EW 14 29.1 33 68.7 39 81.2

6 EPS 12 25 28 58.3 33 68.7

7 SR 12 25 29 60.4 37 77

8 NNM 12 25 23 47.9 36 75

9 NMS 13 27 28 58.3 36 75

10 RAA 12 25 28 58.3 39 81.2

11 SJN 13 27 29 60.4 36 75

12 SPA 12 25 29 60.4 36 75

Jumlah 151 26.2 330 57.2

439 76.2

Tabel tersebut menunjukkan bahwa keterampilan motorik halus anak

kelompok A dengan kegiatan bermain slime dari sebelum dilakukannya tindakan

sampai dilakukan tindakan pada siklus II terjadi peningkatan sesuai dengan target

yang telah ditentukan oleh peneliti. Peningkatan keterampilan motorik halus anak

terlihat pada skor total semua anak sebelum dilakukan tindakan adalah 151

dengan rata-rata presentase keterampilan motorik halus anak bermain slime adalah

26%. Berbeda ketika dilakukan tindakan pada siklus I skor total keseluruhan anak

111

meningkat menjadi 330 dengan rata-rata presentase 57% . ketika dilakukannya

tindakan lagi pada siklus II, mengalami peningkatan skor menjadi 439 dengan

rata-rata presentase keterampilan motorik halus anak dalam bermain slime

menjadi 76%. Adapun diagram yang menggambarkan presentase peningkatan

keterampilan motorik halus anak sebelum dilakukannya tindakan sampai

dilakukan tindakan pada siklus II adalah sebebagai berikut.

Gambar 4.16

Presentase Peningkatan Keterampilan Motorik Halus Anak Melalui

Kegiataan Bermain Slime

Pada diagram tersebut dapat dilihat bahwa adanya peningkatan

keterammpilan motorik halus anak dengan kegiatan bermain slime. hal tersebut

dapat dilihat dari presentase rata-rata keterampilan anak pada tahap pra siklus

berjumlah 26% dan setelah diberikan tindakan pada siklus rata-rata kemudian

meningkat pada siklus I mencapai 57% selanjutnya dilakukan tindakan pada

siklus II dan meningkat menjadi 76%. Peningkatan presentase keterampilan

motorik halus anak dapat digambarkan dalam grafik sebagai berikut.

0

10

20

30

40

50

60

70

80

90

PERBANDINGAN PRA PENELITIAN, SIKLUS I DAN SIKLUS II

pra penelitian

SIKLUS I

SIKLUS II

112

26,21527778

57,29166667

76,21527778

0

10

20

30

40

50

60

70

80

90

1 2 3

Chart Title

Gambar 4.17

Peningkatan Keterampilan Motorik Halus Anak Melalui Kegiatan Bermain

Slime dari Assesmen Awal Sampai Assesmen Akhir

Kenaikan presentase tersebut menunjukkan bahwa dengan dilakukannya

tindakan pada siklus II, maka keterampilan motorik halus anak kelompok A

mengalami peningkatan yang signifikan dan lebih baik. oleh karena itu, peneliti

tidak perlu melakukan siklus berikutnya karena tujuan peneliti sudah terjawab

dengan keterampilan motorik halus anak dapat meningkat dengan melakukan

kegiatan bermain slime.

B. Analisis Data

Observasi hasil tindakan yang dilakukan selama proses pelaksanaan tindakan

sanget diperlukan dalam melakukan analisis data secara kualitatif dan kuantitatif.

Observasi dilakukan dengan menggunakan instrument observasi, pedoman

observasi yang berisikan indikator, pengamatan proses pembelajaran, catatan

lapangan, dokumentasi dan wawancara.

a. Analisis Data Kuantitatif

Analisis data kuantitatif didapatkan dari hasil pelaksanaan penelitian dari pra-

tindakan sampai pada siklus I dan siklus II secara kuantitatif hasil data-data

pengamatan terhadap keterampilan motorik halus anak yang dapat dilihat sebagai

berikut :

113

Tabel 4.13

Data Hasil Pra-Tindakan dan Akhir Tindakan Keterampilan Motorik

Halus Anak Kelompok A

Subjek Pra-Tindakan Siklus I Point Siklus II Point

No Nama Skor % Skor % Kenaikan % Skor % Kenaikan %

1 ANZ 14 29 32 66 18 37 37 77 5 11

2 AK 12 25 24 50 12 25 37 77 13 27

3 AR 12 25 17 35 5 10 36 75 19 40

4 DZR 13 27 30 62.5 17 35.5 37 77 7 14.5

5 EW 14 29 33 68.75 19 39.75 39 81.25 6 12.5

6 EPS 12 25 28 58 16 33 33 68.75 5 10.75

7 SR 12 25 29 60,4 17 35,4 37 77 8 16,6

8 NNM 12 25 23 47,9 11 22,9 36 75 13 27

9 NMS 13 27 28 58,3 15 31.25 36 75 8 16,6

10 RAA 12 25 28 58,3 16 33,3 39 81.25 11 22

11 SJN 13 27 29 60,4 16 33,3 36 75 7 14,5

12 SPA 12 25 29 60,4 17 35,4 36 75 7 14,5

Jumlah

151 26,16 330 57,2 179 30.2 439 76.1 109 20.5

Total tersebut menunjukkan bahwa kemampuan anak dari pra tindakan

sampai pada siklus II mengalami peningatan yang lebih baik. keteramplan anak

meningkat setelah diadakan siklus I dengan rata-rata peningkatan kemampuan

anak sekitar 30,2% dari sebelum tindakan. Kemudian rata-rata kemampuan anak

meningkat lagi setelah diadakannya siklus II dengan rata-rata kenaikan sebanyak

20,5% dari siklus I. hasil tersebut, jika divisualisasikan dalam diagram dapat

digambarkan sebagai berikut.

114

0

5

10

15

20

25

30

35

40

45

Series1

Series2

Gambar 4.18

Kenaikan Presentase Peningkatan Keterampilan Motorik Halus Anak Dari

Assesmen Awal Sampai Assesmen Akhir

Dari diagram diatas terlihat bahwa adanya peningkatan keterampilan

motorik halus anak setelah diadakan tindakan siklus I dan siklus II. Responden I

mengalami peningkatan 375% dari siklus I, kemudian meningkat 11% pada siklus

II . Responden 2 mengalami peningkatan 25% dari siklus I, kemudian meningkat

27% pada siklus II. Responden 3 mengalami peningkatan 10% dari siklus I,

kemudian meningkat 40% pada siklus II. Responden 4 mengalami peningkatan

35,5% dari siklus I, kemudian meningkat 14,5% pada siklus II. Responden 5

mengalami peningkatan 39,7% dari siklus I, kemudian meningkat 12,5% pada

siklus II. Responden 6 mengalami peningkatan 33% dari siklus I, kemudian

meningkat 10,75% pada siklus II. Responden 7 mengalami peningkatan 35,4 dari

siklus I, kemudian meningkat 16,6% pada siklus II. Responden 8 mengalami

peningkatan 22,9% dari siklus I, kemudian meningkat 27% pada siklus II.

Responden 9 mengalami peningkatan 31,25% dari siklus I, kemudian meningkat

16,6% pada siklus II. Responden 10 mengalami peningkatan 33,3% dari siklus I,

kemudian meningkat 22% pada siklus II. Responden 11 mengalami peningkatan

33,3% dari siklus I, kemudian meningkat 14,5% pada siklus II. Responden 12

mengalami peningkatan 35,4% dari siklus I, kemudian meningkat 14,5% pada

siklus II. Peningkatan presentase dari pra-tindakan sampai pada siklus II tersebut

115

menunjukkan bahwa dengan kegiatan bermain slime dapat meningkatkan

keterampilan motorik halus pada anak kelompok A.

Indikator keberhasilan dari tindakan dalam penelitian ini terjadi dengan

adanya peningkatan keterampilan motorik halus anak denngan kegiatan bermain

slime pada kelompok A. hasil dari penelitian ini menunjukan bahwa dengan

kegiatan bermain slime dapat meningkatkan keterampilan motorik halus anak

kelompok A. keterampilan motorik halus anak mengalami peningkatan tersebut

ditandai dengan skor yang telah diperoleh semua anak pada observasi II yakni

semua responden telah tuntas pada keterampilan motorik halus . hal tersebut dapat

dilihat pada presentase responden paling rendah 10% meningkat sebesar 40%

sehingga presentase keterampilan motorik halus anak mencapai 76% pada siklus

II.

b. Analisis data Kualitatif

Berdasarkan hasil pengematan selama pelaksanaan tindakan maka data

kualitatif yang didapat dalam penelitian ini adalah sebagai berikut :

1. Proses pembelajaran

a. Guru; guru melakukan pembelajaran yang sesuai dengan perencanaan

dan mampu menggunakan kegiatan bermain slime untuk meningkatkan

keterampilan motorik halus anak dengan baik.

b. Anak; anak sangat tampak gembira dan sangat antusias dalam

mengikuti kegiatan pembelajaran dan anak lebih termotivasi dalam

mengikuti kegiatan pembelajaran.

c. Pelaksanaan kegiatan bermain slime terdiri dari kegiatan awal yang

meliputi, berdoa, bernyanyi sambil menari dan melakukan permainan-

permainan. Kegiatan pembelajaran membentuk berbagai bentuk dengan

slime.

2. Media Pembelajaran

Media pembelajaran dirancang dengan kebutuhan anka terutama anak

kelompok A yaitu, alas mika, baby oil, dan alat-alat yang berkaitan dengan

permainan secara langsung yang menarik perhatian anak.

3. Keterampilan motorik halus anak

116

Berdasarkan hasil pengematan menunjukkan peningkatan keterampilan

motorik halus yang meliputi aspek koordinasi bilateral, koordinasi mata-tangan,

dan keterampilan manipulasi. Hal ini ditujukan melalui hasil pengamatan dalam

proses pembelajaran. Keterampilan motorik haus anak terdapat pada foto,

rekaman, catatan lapangan dan juga catatan wawancara.

C. Reduksi Data

Data mengenai keterampilan motorik halus diperoleh berdasarkan catatan

lapangan, catatan wawancara dan catatan dokumentasi. Berikut adalah reduksi

data berdasarkan aspek mengenai keterampilan motorik halus anak melalui

kegiatan bermain slime.

1. Aspek Koordinasi Billateral

a. Reduksi Data

Data mengenai keterampilan motorik halus anak PAUD Mubina Kelompok A

diperoleh berdasarkan catatan lapangan, catatan wawancara, dan catatan

dokumentasi. Berikut ini adalah reduksi data mengenal keterampilan motorik

halus anak pada aspek koordinasi bilateral. Pada aspek ini mulai terlihat pada

pertemuan keempat, dimana anak sudah mampu menunjukan keterampilannya

dalam menggunakan tangan kanan dan tangan kiri secara seimbang dalam setiap

kegiatan, ada pada kegiatan (CL.1 k8, CL.2 k14, CL.3 k7, CL.4 k10, CL.5 k8)

beberapa anak juga terlihat belum terampil dalam melakukan kegiatan yang

berhubungan dengan koordinasi bilateral, terdapat pada (CL.5 k14). Setelah

seselai kegiatan, anak-anak terbiasa untuk mencuci tangan dengan baik dan

bersih (CL.6-CL.10).

Hasil dari kegiatan anak yang berkaitan dengan aspek ini dapat terlihat pada

catatan dokumen. Kegiatan membentuk berbagai macam bentuk dengan

menggunakan slime membentuk lingkaran (CD.01), membentuk segitiga

(CD.02), membentuk setengah lingkaran (CD.03), membentuk persegi (CD.04),

membentuk persegi panjang (CD.05), membentuk pohon (CD 06), membentuk

bunga (CD.07), membentuk rumah (CD.08), membentuk rumah, awan (CD.09),

membentuk rumah, awan dan pohon (CD.10).

117

b. Display Data

Berdasarkan hasil pengamatan, catatan dokumentasi dan catatan wawancara

peneliti dengan guru kelas, dapat diketahui bawa anak sudah menunjukkan

keterampilan motorik halus pada aspek peggunaan dua tangan secara seimbang

melalui penyajian data dalam bentuk bagan sebagai berikut.

Display data di atas menggambarkan perkembangan keterampilan motorik

halus anak pada aspek koordinasi bilateral berupa catatan lapangan, catatan

wawancara, dan dokumentasi merupakan satu kesatuan yang menjelaskan bahwa

keterampilan motorik halus anak terkait dengan aspek koordinasi bilateral.

c. Verifikasi (Penarikan Kesimpulan)

Keterampilan dalam menggunakan dua tangan secara seimbang anak

kelompok A PAUD Mubina, terstimulus dan terbentuk melalui kegiatan bermain

slime dengan membentuk berbagai macam bentuk dengan kedua tangannya.

Diawal pertemuan ada beberapa anak yang sudah terampil dalam melakukan

kegiatan yang berhubungan dengan aspek koordinasi bilateral ini, dan juga ada

beberapa anak yang masih dibantu oleh guru dalam melakukan kegiatan ini,

CW

CW 1, CW 2, CW 3

CL

CL.1 k8,

CL.2 k14,

CL.3 k7,

CL.4 k10,

CL.5k8

CL.5 k14

CL.6-CL.10

CD

CD.01 CD.02

CD.03 CD.04

CD.05 CD 06 CD.07

CD.08

CD.09 CD.10

KOORDINASI

BILLATERAL

118

setelah dilakukannya tindakan pada siklus I dan siklus II anak-anak mulai terampil

dalam melakukan kegiatan yang berhubungan dengan koordinasi bilateral.

2. Aspek Koordinasi Mata-Tangan

a. Reduksi Data

Data mengenai keterampilan motorik halus anak kelompok A PAUD

Mubina diperoleh berdasarkan catatan lapangan, catatan wawancara, dan catatan

dokumentasi. Berikut inni adalah reduksi data mengenai keterampilan motorik

halus anak pada aspek koordinasi mata-tangan pada saat dibeikannya tindakan,

keterampilan koordinasi mata-tangan suda terlihat di pertemuan kelima, dimana

anak sudah mampu menunjukkan keterampilan dengan melaakukan kegiatan

meremas-remas slime dan meronce dengan sedotan. (CL.4) dalam kegiatan

meronce ini ada beberapa anak yang kesulitan dalam memasukan sedotan

kedalam benang (CL.4 k…)

Pada siklus II terlihat bahawa saat anak melakukan kegiatan bermain

slime dalam membentuk berbagai macam bentuk, menarik serta meremas slime

(CL.1-CL.10) pada kegiatan ini ada beberapa anak yang sudahh terampil dalam

melakukan kegiatan ini dan juga ada anak-anak yang masih membutuhkan

bantuan dalam melakukan kegiatan yang berhubungan dengan koordinasi mata-

tangan.

Hasil dari kegiatan anak yang berkaitan dengan aspek ini dapat terlihat

pada catatan dokumen. Kegiatan menarik slime (CD.03 CD.08-10), kegiatan

meremas slime (CD.03), dan kegiatan meronce (CD.07)

b. Display Data

Berdasarkan hasil pengamatan, catatan dokumentasi dan catatan wawancara

peneliti dengan guru kelas, dapat diketahui bahwa anak sudah menunjukkan

keterampilan motorik halus pada aspek koordinasi mata-tangan melalui

oenyajian data dalam bentuk bagan sebagai berikut.

119

Display data di atas menggambarkan perkembangan keterampilan motorik

halus anak pada aspke koordinasi mata-tangan. Catatan lapangan, wawancara dan

dokumentasi merupakan satu kesatuan yang mendeskripsikan bahwa keterampilan

motorik halus anak terkait dengan aspek koordinasi mata-tangan. Anak memiliki

keterampilan seperti meremas slime dan meronce dengan sedotan.

c. Verifikasi (Penarikan Kesimpulan)

Anak kelompok A PAUD Mubina pada aspek koordinasi mata-tangan

terbentuk melalui kegiatan bermain lime dengan cara membentuk macam-macam

bangun datar, membentuk bentuk abstrak seperti pohon, bunga, rumah, awan dan

juga pohon. Dengan kegiatan ini aspek koordinasi mata-tangan anak pada

kelompok A dapat melakukannya dengan terampil.

3. Keterampilan Manipulasi

a. Reduksi Data

Data mengenai keterampilan motorik halus anak pada kelompok A PAUD

Mubina diperoleh berdasarkan catatan lapangan, catatan wawancara, dan catatan

dokumentasi. Berikut ini adalah reduksi data mengenai keterampilan motorik

halus anak pada aspek keterampilan manipulasi. Pada saat diberikan tindakan,

keterampilan manipuasi anak sudah mulai terlihat di pertemuan keempat. Pada

keterampilan manipulasi ini terdapat pada kegiatan (CL.1 k8, CL.2 k6 k14, CL.3

CW

CW 1, CW 2, CW 3

CL

CL.4

CL.1-CL.10

CD

CD.03

CD.07 CD.08

CD.09 CD.10

KOORDINASI

MATA-TANGAN

120

k6 k7, CL. 4 k7 k10, CL. 5 k8 dst) kegiatan ini hampir dilakukan pada setiap

kegiatan yang dilakukan oleh anak pada siklus I maupun siklus II.

Hasil dari kegiatan anak yang berkaitan dengan aspek ini dapat terlihat pada

catatan dokumen. Kegiatan bermain membentuk dengan slime membentuk

lingkaran (CD.01), membentuk segitiga (CD.02), membentuk setengah lingkaran

(CD.03), membentuk persegi (CD.04), membentuk persegi panjang (CD.05),

membentuk pohon (CD 06), membentuk bunga (CD.07), membentuk rumah

(CD.08), membentuk rumah, awan (CD.09), membentuk rumah, awan dan pohon

(CD.10).

b. Display Data

Berdasarkan hasil pengamatan, catatan dokumen, dan hasil wawancara

dengan guru kelas, dapat diketahui bahwa anak suda menunjukkann keterampilan

motorik halus anak pada aspek keterampilan manipulasi, melalui penyajian data

dalam bentuk bagan sebagai berikut.

c. Verifikasi (Penarik Kesimpulan)

Anak kelompok A PAUD Mubina dalam keterampilan motorik halus

pada aspek keterampilan manipulasi terbentuk melalui kegiatan membentuk

CW

CW 1, CW 2, CW 3

CL

CL.1 k8,

CL.2 k6 k14,

CL.3 k6 k7,

CL. 4 k7 k10,

CL. 5 k8

CD

CD.01 CD.02

CD.03 CD.04 CD.05

CD 06 CD.07 CD.08

CD.09

CD.10

KETERAMPILAN

MANIPULASI

121

berbagai macam bangun datar dan juga bentuk abstrak, membentuk bangun datar

dengan mengguakan jari tangan dan dilakukan hampir setiap kali pertemuan baik

pada siklus I maupun pada siklus II.

Pada siklus I masih ada beberapa anak yang terlihat kaku dalam

melakukan kegiatan yang berhubungan dengan keterampilan manipulasi, pada

siklus II anak mulai terampil dalam melakukan kegiatan yang berhubungan

dengan keterampilan manipulasi.

D. Keterbatasan Penelitian

Peneliti ini memiliki banyak keterbatasan, seperti berikut :

Keterbatasan dalam penelitian saya adalah kurangnya variasi dalam

kegiatan bermain bentuk dengan menggunakan slime agar kreativitas anak dapat

lebih berkembang dengan baik. saya berharap semoga peneliti selanjutnya dapat

melengkapi keterbatasan saya selaku peneliti.

122

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan yang telah dikalkukan, dapat

disimpulkan bahwa kegiatan bermain slime dapat meningkatkat keterampilan

motorik halus pada anak kelompok A PAUD Mubina. Dengan dilakukannya

kegiatan bermain slime ini keterampilan motorik halus dalam melakukan kegiatan

yang behubungan dengan aspek motorik halus, yaitu koordinasi bilateral,

koordinasi mata-tangan dan keterampilan manipulasi pada anak menjadi lebi

terampil. Suasana belajar menjadi lebih interaktif dan menyenangkan sehingga

anak suka dan tertarik dalam kegiatan yang melibatkan keterampilan motorik

halus.

Pada kegiatan bermain slime anak melakukannya kegiatan bermain dengan

cara meremas-remas slime, menarik slime, membentuk bentuk bangun datar

dengan slime serta membentuk bentuk abstrak dengan slime. pada kegiatan

bermain slime ini anak melakukannya per individu, ketika kegiatan yang

ditargetkan oleh peneliti pada satu hari telah diselesaikan, anak-anak bisa

memainkan slime dan membentuk slime dengan tingkat kreatifitas anak masing-

masing. Pada kegiatan bermain slime juga melibatkan pembelajaran yang

menyenangkan, kreatifitas anak dan membuat anak merasa ingin selalu belajar

dan bermain.

Meningkatnya keterampilan motorik halus anak dapat dilihat berdasarkan

dari hasil analisis data peningkatan nilai keterampilan motorik halus anak. Hasil

tersebut berdasarkan rata-rata keterampilan motorik halus anak pada pratindakan

sebesar 26,21%, pada siklus I meningkat sebesar 57,29% dan pada siklus II

meningkat 76,21%. Berdasarkan data tersebut dapat dikatakan signifikan karena

terus meningkat. Dengan demikian dapat dinyatakan bahwa melalui kegiatan

bermain slime dapat meningkatkan keterampilan motorik halus anak pada

kelompok A PAUD Mubina.

123

B. Implikasi

Implikasi dalam penelitian ini dapat terlihat bahwa keterampilan motorik

halus anak usia dini dikembangkan dengan berbagai macam kegiatan yang

menarik dan menyenangkan, keterampilan motorik halus dapat ditingkatkan

dengan kegiatan bermain slime, dapat memberikan pengalaman pembelajaran

yang menyenangkan, selain itu juga agar kreatifitas anak dapat lebih tersalurkan

dengan melakukan kegiatan bermain slime. anak juga dapat meminta bantuan

ketika ada kegiatan yang tidak dapat dilakukannya sendiri, dan dapat melatih

daya konsentrasi pada anak.

C. Saran

Berdasarkan kesimpulan dan implikasi yang telah dikemukakan, maka

peneliti mencoba mengemukakan saran-saran sebagai berikut:

1. Saran untuk guru yaitu untuk kegiatan meningkatkan keterampilan

motorik halus melalui kegiatan bermain slime dapat menjadi solusi

alternative untuk meningkatkan keterampilan motorik halus pada anak.

Selain meningkatkan motorik halus, kegiatan ini juga dapat memberikan

pengalaman bermain sambil belajar yang berkesan menyenangkan.

2. Saran untuk sekolah agar dapat meningkatkan keterampilan motorik halus

anak sebagai salah satu cara yang dapat diterapkan disekolah PAUD.

Tidak hanya untuk kelompok anak usia 4-5 tahun saja dengan

memperhatikan tahapan perkembangan anak dalam rangka meningkatkan

kualitas pendidikan untuk kegiatan pembelajaran di sekolah PAUD

3. Saran untuk orang tua agar dapat membantu pihak sekolah dalam

meningkatkan keterampilan motorik halus anak dengan cara bermain

slime, hal ini dibutuhkan kerjasama yang baik antara pihak sekolah dan

orangtua.

4. Bagi peneliti selanjutnya diharapkan dapat mengembangkan hasil dari

penelitian ini sehingga peneliti ini dapat menjadi lebih baik dan

bermanfaat bagi semua orang dan bagi Pendidikan Islam Anak Usia Dini.

124

DAFTAR PUSTAKA

Sujiono Bambang, Metode Pengembangan Fisik,Jakarta : Universitas

Terbuka 2009.

Samsudin, Pembelajaran Motorik di Taman Kanak – Kanak, Jakarta:

Prenada Media Group, 2007.

Santrock John W., Masa Perkembangan Anak Edisi 11 – Buku 2, Jakarta :

Salemba Humanika, 2011.

B Hurlock Elizabeth., Perkembangan Anak Jilid VI, Alih Bahasa

Meitasari, et all, Jakarta : Erlangga, 2009.

Mutiah Diana, Psikoloi Bermain Anak Usia Dini, Jakarta : KENCANA

MEDIA GROUP, 2010.

Yuliani Nuraini, Konsep Dasar Pendidikan Anak Usia Dini, Jakarta : PT

Indeks,2013.

Susanto Ahmad, Pendidikan Anak Usia Dini, Jakarta : PT Bumi Aksara

2017

Suyadi, Panduan Penelitian Tindakan Kelas,Jogjakarta : Diva Press, 2010.

Ekawarna, Penelitian Tindakan Kelas, Jakarta : Gaung Persada, 2010.

Suroso, Penelitian Tindak Kelas,Yogyakarta : Pararaton Yogyakarta, 2010.

Trianto, Panduan Lengkap Penelitian Tindakan Kelas, Jakarta : Prestasi

Pustakarya, 2011.

Wiratmaja Rochiati, Metode Penelitian Tindakan Kelas, Bandung :

Remaja Rosdakarya, 2009.

Imas Kurniasih, Pendidikan Anak Usia Dini, Jakarta : Edukasia

125

Ardy Novan, Psikologi Perkembangan Anak Usia Dini, Jakarta : Gava

Media, 2015.

Fadillah, Edutainment Pendidikan Anak Usia Dini, Jakarta : Kencana, 2014.

Yuliani Nurani, Bermain Kreatif Berbasis Kecerdasan Jamak, Jakarta :

Indeks 2010.

Kusuma Wijaya, Mengenal Penelitian Tindakan Kelas, Jakarta : PT

Indeks, 2012.

Tampubolo Saur, Penelitian Tindakan Kelas, Jakarta : Erlangga

Suharsaputra Uhar, Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitataif, dan

Tindakan, Bandung : 2014.

Arikuntoro, Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik, Jakarta :

Rineka Cipta 2014.

Sugiono, Metode Penellitian Kuantitatif Kualitatif dan R & D, Bandung :

ALFABETA CV 2012.

Ni Sudiasih Wayan, Penerapan Metode Pemberian Tugas Berbantuan

Playdough untuk Meningkatkan Keterampilan Motorik Halus, Vol 2 Singaraja :

PG-PAUD, 2014

Hajarwati Diyah, Peningkatan Keterampilan Motorik Halus Melalui

Kegiatan Mebuat Gambar dengan Teknik Mozaik, Sragen : 2014.

Pratiwi Niken, Upaya Meningkatkan Keterampilan Motorik Halus Melalui

Playdough, Surakarta : 2014.

Mega Diana Nur, Penerapan Kegiatan Membentuk Benda Geometri Untuk

Meningkatkan Keterampilan Motorik Halus, Wonogiri: 2014.

Hartono, Penerapan Model Kontestual Melalui Kegiatan Cooking Class,

Ngawi : 2014

126

Setiyowati Nur, Analisis Kebutuhan Perkembangan Fisik Motorik Halus

Melalui Penerapan Kegiatan Kolase, Ponorogo : 2016.

Sulastri Made, Penerapan Metode Pemberian Tugas Berbantuan Media

Playdough Untuk Meningkatkan Keterampilan Motorik Halus, vol 2 no 1

Universitas Pendidikan Ganesha : 2014.

Darmastuti Tanti, Meningkatkan Keterampilan Motorik Halus Anak

Dalam Kegiatan Meronce Dengan Manik-Manik Melalui Metode Demonstrasi,

vol 01 no 01 Surabaya : 2014.

Toharoh Lathifatul, Pengaruh Kolase Daun Terhadap Keterampilan

Motorik Halus Anak, Semarang Barat : 2017

Kartika Uci, Meningkatkan Motorik Halus Melalui Kegiatan Memasak

Pada Siswa Kelompok B TK Kartika, Demak : 2014

Oktaviana Riski, Upaya meningkatkan Motorik Halus Anak Melalui

Kegiatan Meronce, Semarang : 2016

Zaini Ahmad, Bermain Sebagai Metode Perkembangan Anak Usia Dini,

Vol 3 Kudus,2015.

Wahyuni, Upaya Meningkatkan Keterampilan Visual Spasial Anak

Melalui Bemain Sentra, Semarang : 2016.

Ratna Pusari Wahyu, Upaya Meningkatan Keterampilan Motorik Halus

Pada AUD Melalui Kegiatan Bermain Konstruksi Plastisin, Semarang : 2016.

Agustina Mita, Meningkatkan Keterampilan Motorik Halus Anak Melalui

Bermain Playdough di Play Group, Surabaya :2015.

Charles H Wolfgangand Mary Wolfgang, School for Young Children

Developmentaly Appropriate Praticies, Needham Heigh : Alin and Bacon, 1992.

127

Eka Maksum,Pengaruh Bermain Playdough terhadap Keterampilan

Motorik Halus Anak di TK Pertiwi Talakbroto, Simo, Boyolali Tahun

2013/2014,Surakarta, Universitas Muhammadiyah Surakarta : 2014.

Sudirtha Gede, Pengembangan Instrumen Asesmen Kinerja Dasar Tata

Rias, Vol 11, No 2 JPTK, UNDIKSHA, Juli 2014.

Daroah, Bercerita Dengan Media Audio Visual Di Kelompok B1 RA

PERWANIDA O2 Slawi, Semarang : 2013.

Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia, No

146, tahun 2014

Kementrian Pendidikan dan Kebudayaan Tahun 2014

Mindy K. Buckner, TherapyStreetForKids, 2018,

(www.TherapyStreetForKids.com).

Format Wawancara 3

Hari/Tanggal : Jumat/19 Oktober 2018

Yang Diwawancarai : Ibu Sri

Waktu : 09.00- selesai

Tempat : PAUD Mubina

No Pertanyaan Jawaban

1. Bagaimana pendapat ibu setelah saya

melakukan penelitian siklus I dan siklus II,

sebanyak 10 kali pertemuan, apakah terdapat

perkembangan pada keterampilan motorik

halus anak kelompok A?

Saya perhatikan, bahwa selama

dilakukannya kegiatan bermain slime

keterampilan motorik halus pada

kelompok A sudah berkembang dengan

baik, ada AR yang tadinya tidak bisa

mengelem objek sekarang sudah mampu

menggunakan kedua tangannya untuk

mengelem, begitu juga dengan NMS dan

NNM tadinya belum mampu untuk

menirukan tulisan yang saya contohkan,

sekarang perlahan sudah mampu untuk

menirukan tulisan yang saya contohkan,

dan SJN,ANZ,SR sudah mampu untuk

memakai sepatu dan membuka tutup

botol sendiri, dan juga kegiatan menulis

dan mewarnai anak semakin makin

setelah dilakukannya kegiatan bermain

slime. walaupun tekadang masih

membutuhkan bantuan guru untuk

melakukan kegiatan yang berhubungan

dengan keterampilan motorik halus.

Lampiran 2

1. Kegiatan Upacara di PAUD MUBINA

2. Kegiatan Olahraga

3. Kegiatan Makan Bersama

4. Kegiatan Menggosok Gigi

5. Kegiatan Menulis

6. Kegiatan Bermain Slime

7. Dokumentasi Kegiatan

Lampiran 3

Tabel 3.7

Kisi-Kisi Instrumen

Variabel Aspek Indikator

Instrument

1 2 3 4

BB MB BSH BSB

Motorik Halus Koordinasi

Bilateral

(Bilateral Hand

Use)

Koordinasi Mata

dan Tangan (Eye

Hand Use)

- Merobek kertas

dengan

menggunakan dua

tangan

- Menangkap dengan

dua tangan

- Mengeluarkan slime

dari cup

- Membentuk bangun

datar dengan slime

- Membuka serta

menutup tutup botol

- Menggunting

berbagai media

dengan pola lurus,

lengkung, segitiga,

miring

- Meronce dengan

sedotan sesuai pola

- Memasang dan

melepas kancing

- Meremas slime

- Menarik slime

Keterampilan

Manipulasi

- membuat berbagai

bentuk dari slime

- Membentuk

gambar yang

dicontohkan guru

Table 3.8

Instrumen Pengamatan

No Indikator

Instrument

1 2 3 4

BB MB BSH BSB

1. Merobek kertas dengan menggunakan dua tangan

2. Menangkap dengan dua tangan

3. Mengeluarkan slime dari cup

4. Membentuk bangun datar dengan slime

5. Membuka serta menutup tutup botol

6. Menggunting berbagai media dengan pola lurus,

lengkung, segitiga, miring

7. Meronce dengan sedotan sesuai pola

8. Memasang dan melepas kancing

9. Meremas slime

10. Menarik slime

11. membuat berbagai bentuk dari slime

12. Membentuk gambar yang dicontohkan guru

Table 3.9

Rubrik Penilaian Keterampilan Motorik Halus

1. Indikator : merobek kertas dengan menggunakan dua tangan

Penjelasan :

Anak dapat merobek kertas dengan dua tangan.

Penilaian butir ini dilakukan dengan memperhatikan deskriptor, yaitu kegiatan

pengembangan :

a. Anak mampu memegang kertas dengan dua tangan

b. Anak mampu merobek ketas

c. Anak mengerjakan tanpa bantuan guru

2. Indikator : menangkap bola dengan dua tangan

Penjelasan :

Anak dapat menangkap bola dengan dua tangan.

Penilaian butir ini dilakukan dengan memperhatikan deskriptor, yaitu kegiatan

pengembangan :

a. Anak mampu menangkap bola

b. Anak menagkap bola dengan dua tangan

c. Anak menangkap bola tanpa bantuan guru

Skala penilaian Penjelasan

1 Tidak satupun deskriptor yang nampak

2 Satu deskriptor yang nampak

3 Dua deskriptor yang nampak

4 Semua deskriptor yang nampak

Skala penilaian Penjelasan

1 Tidak satupun deskriptor yang nampak

2 Satu deskriptor yang nampak

3 Dua deskriptor yang nampak

4 Semua deskriptor yang nampak

3. Indikator : mengeluarkan slime dari cup

Penjelasan :

Anak mengeluarkan slime dari cup dengan bersih

Penilaian butir ini dilakukan dengan memperhatikan deskriptor, yaitu kegiatan

pengembangan :

a. Anak menggunakan dua tangan untuk mengeluarkan slime

b. Seluruh slime keluar dari cup tanpa tersisa

c. Mengeluarkan slime tidak dibantu dengan guru

Skala penilaian Penjelasan

1 Tidak satupun deskriptor yang nampak

2 Satu deskriptor yang nampak

3 Dua deskriptor yang nampak

4 Semua deskriptor yang nampak

4. Indikator : meniru membentuk bangun datar dengan slime

Penjelasan :

Anak menirukan bentuk bangun datar dengan menggunakan slime.

Penilaian butir ini dilakukan dengan memperhatikan deskriptor, yaitu kegiatan

pengembangan :

a. Anak mampu membentuk bangun datar sesuai dengan yang dicontohkan

b. Anak menggunakan dua tangan

c. Anak mampu mengerjakan tanpa bantuan guru

Skala penilaian Penjelasan

1 Tidak satupun deskriptor yang nampak

2 Satu deskriptor yang nampak

3 Dua deskriptor yang nampak

4 Semua deskriptor yang nampak

5. Indikator : membuka serta menutup tutup botol

Penjelasan :

Anak membuka dan menutup tutup botol.

Penilaian butir ini dilakukan dengan memperhatikan deskriptor, yaitu kegiatan

pengembangan :

a. Anak mampu memegang botol dengan dua tangan

b. Anak mampu mrmbuka botol dengan satu tangan

c. Anak mampu membuka dan menutup tutup botol tanpa bantuan guru

6. Indikator : menggunting dengan berbagai media dengan pola lurus, lengkukng, segitiga dan

miring.

Penjelasan :

Anak dapat memegang gunting dan menggunting.

Penilaian butir ini dilakukan dengan memperhatikan deskriptor, yaitu kegiatan

pengembangan :

a. Anak mampu memasukan jari kedalam lubang gunting dengan benar

b. Anak mampu menggunting pola

c. Anak menggunting tanpa bantuan guru

Skala penilaian Penjelasan

1 Tidak satupun deskriptor yang nampak

2 Satu deskriptor yang nampak

3 Dua deskriptor yang nampak

4 Semua deskriptor yang nampak

Skala penilaian Penjelasan

1 Tidak satupun deskriptor yang nampak

2 Satu deskriptor yang nampak

3 Dua deskriptor yang nampak

4 Semua deskriptor yang nampak

7. Indikator : meronce dengan sedotan sesuai pola

Penjelasan :

Anak memasukan sedotan kedalam tali sesuai pola

Penilaian butir ini dilakukan dengan memperhatikan deskriptor, yaitu kegiatan

pengembangan :

a. Anak mampu memasukkan sedotan kedalam tali

b. Anak mampu melakukan meronce dengan dua tangan

c. Anak mampu mengerjakan tanpa bantuan guru

8. Indikator : memasang dan melepas kancing baju

Penjelasan :

Anak memasang dan melepas kancing pada baju

Penilaian butir ini dilakukan dengan memperhatikan deskriptor, yaitu kegiatan

pengembangan :

a. Anak mampu memasang kancing dengan dua tangan

b. Anak mampu melepas kancing dengan dua tangan

c. Anak mampu melakukan tanpa bantuan guru

Skala penilaian Penjelasan

1 Tidak satupun deskriptor yang nampak

2 Satu deskriptor yang nampak

3 Dua deskriptor yang nampak

4 Semua deskriptor yang nampak

Skala penilaian Penjelasan

1 Tidak satupun deskriptor yang nampak

2 Satu deskriptor yang nampak

3 Dua deskriptor yang nampak

4 Semua deskriptor yang nampak

9. Indikator : meremas slime

Penjelasan :

Anak meremas slime dengan seluruh jari menggenggam slime

Penilaian butir ini dilakukan dengan memperhatikan deskriptor, yaitu kegiatan

pengembangan :

a. Anak mampu menggenggam slime penuh di tangan

b. Anak mampu melepaskan slime yang ada ditangan setelah meremas

c. Anak meremas tanpa bantuan guru

10. Indikator : menarik slime

Penjelasan :

Anak menarik slime dengan dua tangan.

Penilaian butir ini dilakukan dengan memperhatikan deskriptor, yaitu kegiatan

pengembangan :

a. Anak

b. Anak menggunakan dua tangan ketika menarik slime

c. Anak melakukan tanpa bantuan guru

Skala penilaian Penjelasan

1 Tidak satupun deskriptor yang nampak

2 Satu deskriptor yang nampak

3 Dua deskriptor yang nampak

4 Semua deskriptor yang nampak

Skala penilaian Penjelasan

1 Tidak satupun deskriptor yang nampak

2 Satu deskriptor yang nampak

3 Dua deskriptor yang nampak

4 Semua deskriptor yang nampak

11. Indikator : membuat berbagai bentuk dengan slime

Penjelasan :

Anak membuat berbagai bentuk dengan jelas menggunakan slime.

Penilaian butir ini dilakukan dengan memperhatikan deskriptor, yaitu kegiatan

pengembangan :

a. Anak membuat bentuk dengan slime

b. Anak membuat bentuk dengan jelas dengan slime

c. Anak mengerjakan tanpa bantuan guru

12. Indikator : anak membentuk gambar yang dicontohkan guru dengan slime

Penjelasan :

Anak membentuuk gambar yang telah dicontohkan guru dengan slime.

Penilaian butir ini dilakukan dengan memperhatikan deskriptor, yaitu kegiatan

pengembangan :

a. Anak mampu menirukan sesuai dengan perintah

b. Anak mampu menggunakan dua tangan

c. Anak melakukan tanpa bantuan guru

Skala penilaian Penjelasan

1 Tidak satupun deskriptor yang nampak

2 Satu deskriptor yang nampak

3 Dua deskriptor yang nampak

4 Semua deskriptor yang nampak

Skala penilaian Penjelasan

1 Tidak satupun deskriptor yang nampak

2 Satu deskriptor yang nampak

3 Dua deskriptor yang nampak

4 Semua deskriptor yang nampak

Lampiran 4

Hasil Penilaian Instrumen Pra Penelitian

Keterampilan Motorik Halus Melalui Kegiatan Bermain Slime

No Nama Butir Σ % Kategori

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12

1 ANZ 1 1 1 1 2 1 1 1 1 2 1 1 14 29.16 Rendah

2 AK 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 12 25 Rendah

3 AR 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 12 25 Rendah

4 DZR 1 1 1 1 1 1 1 1 2 1 1 1 13 27.8 Rendah

5 EW 1 2 1 1 1 1 2 1 1 1 1 1 14 29.16 Rendah

6 EPS 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 12 25 Rendah

7 SR 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 12 25 Rendah

8 NNM 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 12 25 Rendah

9 NMS 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 12 25 Rendah

10 RAA 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 12 25 Rendah

11 SJN 1 1 1 1 1 1 2 1 1 1 1 1 13 27.8 Rendah

12 SPA 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 12 25 Rendah

ZK 150 312.5

Rata-Rata 12.5 26.04

Keterangan Tidak Tuntas Tidak Tuntas

Keterangan

Aspek 1

Aspek 2

Aspek 3

Lampiran 5

Penilaian Instrumen Penelitian Siklus I

Keterampilan Motorik Halus Melalui Kegiatan Bermain Slime

No Nama Butir Σ % Kategori 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12

1 ANZ 2 2 3 3 3 2 2 3 3 3 3 3 32 66.66

2 AK 2 2 2 2 2 2 1 2 2 3 2 2 24 50

3 AR 1 2 1 1 2 1 1 2 2 2 1 1 17 35.41

4 DZR 3 2 3 2 3 3 2 2 3 2 2 3 30 62.5

5 EW 3 2 3 3 2 2 2 3 3 4 3 3 33 68.75

6 EPS 2 3 3 2 2 2 2 2 3 3 2 2 28 58.33

7 SR 2 2 3 2 3 2 2 3 3 2 3 2 29 60.41

8 NNM 2 2 2 1 1 2 2 2 2 2 3 2 23 47.91

9 NMS 2 2 3 2 2 3 2 3 2 2 3 2 28 58.33

10 RAA 2 2 3 2 2 2 3 3 2 2 2 3 28 58.33

11 SJN 3 2 2 3 2 3 2 2 2 3 2 3 29 60.41

12 SPA 3 2 3 2 2 2 3 3 2 2 2 3 29 60.41

ZK 330 687.5

Rata-Rata 27.5 57.29

Keterangan

Keterangan

Aspek 1

Aspek 2

Aspek 3

Lampiran 6

Nama : ANZ Tempat : PAUD MUBINA

keterangan : 4. Berkembang Sangat Baik (BSB) 3. Berkembang Sesuai Harapan (BSH) 2. Mulai Berkembang (MB) 1. Belum Berkembang (MB)

No Indikator

Aspek Penilaian BSB (4) BSH(3) BSB (2) MB(1)

1 Merobek kertas dengan menggunakan dua tangan 2 Menangkap dengan dua tangan 3 Mengeluarkan slime dari cup 4 Membentuk bangun datar dengan slime 5 Membuka serta menutup tutup botol 6 Menggunting berbagai media dengan pola lurus, lengkung, segitiga, miring 7 Meronce dengan sedotan sesuai pola 8 Memasang dan melepas kancing 9 Meremas slime 10 Menarik slime 11 membuat berbagai bentuk dari slime 12 Membentuk gambar yang dicontohkan guru Jumlah 32

Nama : AK Tempat : PAUD MUBINA

keterangan : 4. Berkembang Sangat Baik (BSB) 3. Berkembang Sesuai Harapan (BSH) 2. Mulai Berkembang (MB) 1. Belum Berkembang (MB)

No Indikator

Aspek Penilaian BSB (4) BSH(3) BSB (2) MB(1) 1 Merobek kertas dengan menggunakan dua tangan 2 Menangkap dengan dua tangan 3 Mengeluarkan slime dari cup 4 Membentuk bangun datar dengan slime 5 Membuka serta menutup tutup botol 6 Menggunting berbagai media dengan pola lurus, lengkung, segitiga, miring 7 Meronce dengan sedotan sesuai pola 8 Memasang dan melepas kancing 9 Meremas slime 10 Menarik slime 11 membuat berbagai bentuk dari slime 12 Membentuk gambar yang dicontohkan guru Jumlah 24

Nama : AR Tempat : PAUD MUBINA

keterangan : 4. Berkembang Sangat Baik (BSB) 3. Berkembang Sesuai Harapan (BSH) 2. Mulai Berkembang (MB) 1. Belum Berkembang (MB)

No Indikator

Aspek Penilaian BSB (4) BSH(3) BSB (2) MB(1) 1 Merobek kertas dengan menggunakan dua tangan 2 Menangkap dengan dua tangan 3 Mengeluarkan slime dari cup 4 Membentuk bangun datar dengan slime 5 Membuka serta menutup tutup botol 6 Menggunting berbagai media dengan pola lurus, lengkung, segitiga, miring 7 Meronce dengan sedotan sesuai pola 8 Memasang dan melepas kancing 9 Meremas slime 10 Menarik slime 11 membuat berbagai bentuk dari slime 12 Membentuk gambar yang dicontohkan guru Jumlah 17

Nama : DZR Tempat : PAUD MUBINA

keterangan : 4. Berkembang Sangat Baik (BSB) 3. Berkembang Sesuai Harapan (BSH) 2. Mulai Berkembang (MB) 1. Belum Berkembang (MB)

No Indikator

Aspek Penilaian BSB (4) BSH(3) BSB (2) MB(1) 1 Merobek kertas dengan menggunakan dua tangan 2 Menangkap dengan dua tangan 3 Mengeluarkan slime dari cup 4 Membentuk bangun datar dengan slime 5 Membuka serta menutup tutup botol 6 Menggunting berbagai media dengan pola lurus, lengkung, segitiga, miring 7 Meronce dengan sedotan sesuai pola 8 Memasang dan melepas kancing 9 Meremas slime 10 Menarik slime 11 membuat berbagai bentuk dari slime 12 Membentuk gambar yang dicontohkan guru Jumlah 30

Nama : EW Tempat : PAUD MUBINA

keterangan : 4. Berkembang Sangat Baik (BSB) 3. Berkembang Sesuai Harapan (BSH) 2. Mulai Berkembang (MB) 1. Belum Berkembang (MB)

No Indikator

Aspek Penilaian BSB (4) BSH(3) BSB (2) MB(1) 1 Merobek kertas dengan menggunakan dua tangan 2 Menangkap dengan dua tangan 3 Mengeluarkan slime dari cup 4 Membentuk bangun datar dengan slime 5 Membuka serta menutup tutup botol 6 Menggunting berbagai media dengan pola lurus, lengkung, segitiga, miring 7 Meronce dengan sedotan sesuai pola 8 Memasang dan melepas kancing 9 Meremas slime 10 Menarik slime 11 membuat berbagai bentuk dari slime 12 Membentuk gambar yang dicontohkan guru Jumlah 33

Nama : EPS Tempat : PAUD MUBINA

keterangan : 4. Berkembang Sangat Baik (BSB) 3. Berkembang Sesuai Harapan (BSH) 2. Mulai Berkembang (MB) 1. Belum Berkembang (MB)

No Indikator

Aspek Penilaian BSB (4) BSH(3) BSB (2) MB(1) 1 Merobek kertas dengan menggunakan dua tangan 2 Menangkap dengan dua tangan 3 Mengeluarkan slime dari cup 4 Membentuk bangun datar dengan slime 5 Membuka serta menutup tutup botol 6 Menggunting berbagai media dengan pola lurus, lengkung, segitiga, miring 7 Meronce dengan sedotan sesuai pola 8 Memasang dan melepas kancing 9 Meremas slime 10 Menarik slime 11 membuat berbagai bentuk dari slime 12 Membentuk gambar yang dicontohkan guru Jumlah 28

Nama : SR Tempat : PAUD MUBINA

keterangan : 4. Berkembang Sangat Baik (BSB) 3. Berkembang Sesuai Harapan (BSH) 2. Mulai Berkembang (MB) 1. Belum Berkembang (MB)

No Indikator

Aspek Penilaian BSB (4) BSH(3) BSB (2) MB(1) 1 Merobek kertas dengan menggunakan dua tangan 2 Menangkap dengan dua tangan 3 Mengeluarkan slime dari cup 4 Membentuk bangun datar dengan slime 5 Membuka serta menutup tutup botol 6 Menggunting berbagai media dengan pola lurus, lengkung, segitiga, miring 7 Meronce dengan sedotan sesuai pola 8 Memasang dan melepas kancing 9 Meremas slime 10 Menarik slime 11 membuat berbagai bentuk dari slime 12 Membentuk gambar yang dicontohkan guru Jumlah 29

Nama :NNM Tempat : PAUD MUBINA

keterangan : 4. Berkembang Sangat Baik (BSB) 3. Berkembang Sesuai Harapan (BSH) 2. Mulai Berkembang (MB) 1. Belum Berkembang (MB)

No Indikator

Aspek Penilaian BSB (4) BSH(3) BSB (2) MB(1) 1 Merobek kertas dengan menggunakan dua tangan 2 Menangkap dengan dua tangan 3 Mengeluarkan slime dari cup 4 Membentuk bangun datar dengan slime 5 Membuka serta menutup tutup botol 6 Menggunting berbagai media dengan pola lurus, lengkung, segitiga, miring 7 Meronce dengan sedotan sesuai pola 8 Memasang dan melepas kancing 9 Meremas slime 10 Menarik slime 11 membuat berbagai bentuk dari slime 12 Membentuk gambar yang dicontohkan guru Jumlah 23

Nama : NMS Tempat : PAUD MUBINA

keterangan : 4. Berkembang Sangat Baik (BSB) 3. Berkembang Sesuai Harapan (BSH) 2. Mulai Berkembang (MB) 1. Belum Berkembang (MB)

No Indikator

Aspek Penilaian BSB (4) BSH(3) BSB (2) MB(1) 1 Merobek kertas dengan menggunakan dua tangan 2 Menangkap dengan dua tangan 3 Mengeluarkan slime dari cup 4 Membentuk bangun datar dengan slime 5 Membuka serta menutup tutup botol 6 Menggunting berbagai media dengan pola lurus, lengkung, segitiga, miring 7 Meronce dengan sedotan sesuai pola 8 Memasang dan melepas kancing 9 Meremas slime 10 Menarik slime 11 membuat berbagai bentuk dari slime 12 Membentuk gambar yang dicontohkan guru Jumlah 28

Nama : RAA Tempat : PAUD MUBINA

keterangan : 4. Berkembang Sangat Baik (BSB) 3. Berkembang Sesuai Harapan (BSH) 2. Mulai Berkembang (MB) 1. Belum Berkembang (MB)

No Indikator

Aspek Penilaian BSB (4) BSH(3) BSB (2) MB(1) 1 Merobek kertas dengan menggunakan dua tangan 2 Menangkap dengan dua tangan 3 Mengeluarkan slime dari cup 4 Membentuk bangun datar dengan slime 5 Membuka serta menutup tutup botol 6 Menggunting berbagai media dengan pola lurus, lengkung, segitiga, miring 7 Meronce dengan sedotan sesuai pola 8 Memasang dan melepas kancing 9 Meremas slime 10 Menarik slime 11 membuat berbagai bentuk dari slime 12 Membentuk gambar yang dicontohkan guru Jumlah 28

Nama : SJN Tempat : PAUD MUBINA

keterangan : 4. Berkembang Sangat Baik (BSB) 3. Berkembang Sesuai Harapan (BSH) 2. Mulai Berkembang (MB) 1. Belum Berkembang (MB)

No Indikator

Aspek Penilaian BSB (4) BSH(3) BSB (2) MB(1) 1 Merobek kertas dengan menggunakan dua tangan 2 Menangkap dengan dua tangan 3 Mengeluarkan slime dari cup 4 Membentuk bangun datar dengan slime 5 Membuka serta menutup tutup botol 6 Menggunting berbagai media dengan pola lurus, lengkung, segitiga, miring 7 Meronce dengan sedotan sesuai pola 8 Memasang dan melepas kancing 9 Meremas slime 10 Menarik slime 11 membuat berbagai bentuk dari slime 12 Membentuk gambar yang dicontohkan guru Jumlah 29

Nama : SPA Tempat : PAUD MUBINA

keterangan : 4. Berkembang Sangat Baik (BSB) 3. Berkembang Sesuai Harapan (BSH) 2. Mulai Berkembang (MB) 1. Belum Berkembang (MB)

No Indikator

Aspek Penilaian BSB (4) BSH(3) BSB (2) MB(1) 1 Merobek kertas dengan menggunakan dua tangan 2 Menangkap dengan dua tangan 3 Mengeluarkan slime dari cup 4 Membentuk bangun datar dengan slime 5 Membuka serta menutup tutup botol 6 Menggunting berbagai media dengan pola lurus, lengkung, segitiga, miring 7 Meronce dengan sedotan sesuai pola 8 Memasang dan melepas kancing 9 Meremas slime 10 Menarik slime 11 membuat berbagai bentuk dari slime 12 Membentuk gambar yang dicontohkan guru Jumlah 29

Lampiran 7

Penilaian Instrumen Penelitian Siklus II

Keterampilan Motorik Halus Melalui Kegiatan Bermain Slime

No Nama Butir

Σ %

Kategori 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12

1 ANZ 3 3 3 3 3 3 2 3 3 3 4 4 37 77.08

2 AK 3 3 3 3 3 3 3 3 3 4 3 3 37 77.08

3 AR 3 3 3 3 3 3 2 3 4 4 2 3 36 75

4 DZR 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 4 37 77.08

5 EW 3 3 3 3 3 3 3 3 4 4 3 4 39 81.25

6 EPS 3 3 3 2 3 2 3 2 3 3 3 3 33 68.75

7 SR 3 3 4 3 3 2 3 3 3 3 3 4 37 77.08

8 NNM 3 3 4 3 3 2 2 3 2 3 4 4 36 75

9 NMS 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 36 75

10 RAA 3 4 3 3 3 3 3 4 3 3 3 4 39 81.25

11 SJN 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 4 37 77.08

12 SPA 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 36 75

ZK 440 916.66

Rata-Rata 36.66667 76.388889

Keterangan

Keterangan

Aspek 1

Aspek 2

Aspek 3

Lampiran 8

Nama : ANZ Tempat : PAUD MUBINA

keterangan : 4. Berkembang Sangat Baik (BSB) 3. Berkembang Sesuai Harapan (BSH) 2. Mulai Berkembang (MB) 1. Belum Berkembang (MB)

No Indikator

Aspek Penilaian BSB (4) BSH(3) BSB (2) MB(1)

1 Merobek kertas dengan menggunakan dua tangan 2 Menangkap dengan dua tangan 3 Mengeluarkan slime dari cup 4 Membentuk bangun datar dengan slime 5 Membuka serta menutup tutup botol

6 Menggunting berbagai media dengan pola lurus, lengkung, segitiga,

miring 7 Meronce dengan sedotan sesuai pola 8 Memasang dan melepas kancing 9 Meremas slime 10 Menarik slime 11 membuat berbagai bentuk dari slime 12 Membentuk gambar yang dicontohkan guru Jumlah 37

Nama : AK Tempat : PAUD MUBINA

keterangan : 4. Berkembang Sangat Baik (BSB) 3. Berkembang Sesuai Harapan (BSH) 2. Mulai Berkembang (MB) 1. Belum Berkembang (MB)

No Indikator

Aspek Penilaian BSB (4) BSH(3) BSB (2) MB(1) 1 Merobek kertas dengan menggunakan dua tangan 2 Menangkap dengan dua tangan 3 Mengeluarkan slime dari cup 4 Membentuk bangun datar dengan slime 5 Membuka serta menutup tutup botol

6 Menggunting berbagai media dengan pola lurus, lengkung, segitiga,

miring 7 Meronce dengan sedotan sesuai pola 8 Memasang dan melepas kancing 9 Meremas slime 10 Menarik slime 11 membuat berbagai bentuk dari slime 12 Membentuk gambar yang dicontohkan guru Jumlah 37

Nama : AR Tempat : PAUD MUBINA

keterangan : 4. Berkembang Sangat Baik (BSB) 3. Berkembang Sesuai Harapan (BSH) 2. Mulai Berkembang (MB) 1. Belum Berkembang (MB)

No Indikator

Aspek Penilaian BSB (4) BSH(3) BSB (2) MB(1) 1 Merobek kertas dengan menggunakan dua tangan 2 Menangkap dengan dua tangan 3 Mengeluarkan slime dari cup 4 Membentuk bangun datar dengan slime 5 Membuka serta menutup tutup botol

6 Menggunting berbagai media dengan pola lurus, lengkung, segitiga,

miring 7 Meronce dengan sedotan sesuai pola 8 Memasang dan melepas kancing 9 Meremas slime 10 Menarik slime 11 membuat berbagai bentuk dari slime 12 Membentuk gambar yang dicontohkan guru Jumlah 36

Nama : DZR Tempat : PAUD MUBINA

keterangan : 4. Berkembang Sangat Baik (BSB) 3. Berkembang Sesuai Harapan (BSH) 2. Mulai Berkembang (MB) 1. Belum Berkembang (MB)

No Indikator

Aspek Penilaian BSB (4) BSH(3) BSB (2) MB(1) 1 Merobek kertas dengan menggunakan dua tangan 2 Menangkap dengan dua tangan 3 Mengeluarkan slime dari cup 4 Membentuk bangun datar dengan slime 5 Membuka serta menutup tutup botol

6 Menggunting berbagai media dengan pola lurus, lengkung, segitiga,

miring 7 Meronce dengan sedotan sesuai pola 8 Memasang dan melepas kancing 9 Meremas slime 10 Menarik slime 11 membuat berbagai bentuk dari slime 12 Membentuk gambar yang dicontohkan guru Jumlah 37

Nama : EW Tempat : PAUD MUBINA

keterangan : 4. Berkembang Sangat Baik (BSB) 3. Berkembang Sesuai Harapan (BSH) 2. Mulai Berkembang (MB) 1. Belum Berkembang (MB)

No Indikator

Aspek Penilaian BSB (4) BSH(3) BSB (2) MB(1) 1 Merobek kertas dengan menggunakan dua tangan 2 Menangkap dengan dua tangan 3 Mengeluarkan slime dari cup 4 Membentuk bangun datar dengan slime 5 Membuka serta menutup tutup botol

6 Menggunting berbagai media dengan pola lurus, lengkung, segitiga,

miring 7 Meronce dengan sedotan sesuai pola 8 Memasang dan melepas kancing 9 Meremas slime 10 Menarik slime 11 membuat berbagai bentuk dari slime 12 Membentuk gambar yang dicontohkan guru Jumlah 39

Nama : EPS Tempat : PAUD MUBINA

keterangan : 4. Berkembang Sangat Baik (BSB) 3. Berkembang Sesuai Harapan (BSH) 2. Mulai Berkembang (MB) 1. Belum Berkembang (MB)

No Indikator

Aspek Penilaian BSB (4) BSH(3) BSB (2) MB(1) 1 Merobek kertas dengan menggunakan dua tangan 2 Menangkap dengan dua tangan 3 Mengeluarkan slime dari cup 4 Membentuk bangun datar dengan slime 5 Membuka serta menutup tutup botol

6 Menggunting berbagai media dengan pola lurus, lengkung, segitiga,

miring 7 Meronce dengan sedotan sesuai pola 8 Memasang dan melepas kancing 9 Meremas slime 10 Menarik slime 11 membuat berbagai bentuk dari slime 12 Membentuk gambar yang dicontohkan guru Jumlah 33

Nama : SR Tempat : PAUD MUBINA

keterangan : 4. Berkembang Sangat Baik (BSB) 3. Berkembang Sesuai Harapan (BSH) 2. Mulai Berkembang (MB) 1. Belum Berkembang (MB)

No Indikator

Aspek Penilaian BSB (4) BSH(3) BSB (2) MB(1) 1 Merobek kertas dengan menggunakan dua tangan 2 Menangkap dengan dua tangan 3 Mengeluarkan slime dari cup 4 Membentuk bangun datar dengan slime 5 Membuka serta menutup tutup botol

6 Menggunting berbagai media dengan pola lurus, lengkung, segitiga,

miring 7 Meronce dengan sedotan sesuai pola 8 Memasang dan melepas kancing 9 Meremas slime 10 Menarik slime 11 membuat berbagai bentuk dari slime 12 Membentuk gambar yang dicontohkan guru Jumlah 37

Nama :NNM Tempat : PAUD MUBINA

keterangan : 4. Berkembang Sangat Baik (BSB) 3. Berkembang Sesuai Harapan (BSH) 2. Mulai Berkembang (MB) 1. Belum Berkembang (MB)

No Indikator

Aspek Penilaian BSB (4) BSH(3) BSB (2) MB(1) 1 Merobek kertas dengan menggunakan dua tangan 2 Menangkap dengan dua tangan 3 Mengeluarkan slime dari cup 4 Membentuk bangun datar dengan slime 5 Membuka serta menutup tutup botol

6 Menggunting berbagai media dengan pola lurus, lengkung, segitiga,

miring 7 Meronce dengan sedotan sesuai pola 8 Memasang dan melepas kancing 9 Meremas slime 10 Menarik slime 11 membuat berbagai bentuk dari slime 12 Membentuk gambar yang dicontohkan guru Jumlah 36

Nama : NMS Tempat : PAUD MUBINA

keterangan : 4. Berkembang Sangat Baik (BSB) 3. Berkembang Sesuai Harapan (BSH) 2. Mulai Berkembang (MB) 1. Belum Berkembang (MB)

No Indikator

Aspek Penilaian BSB (4) BSH(3) BSB (2) MB(1) 1 Merobek kertas dengan menggunakan dua tangan 2 Menangkap dengan dua tangan 3 Mengeluarkan slime dari cup 4 Membentuk bangun datar dengan slime 5 Membuka serta menutup tutup botol

6 Menggunting berbagai media dengan pola lurus, lengkung, segitiga,

miring 7 Meronce dengan sedotan sesuai pola 8 Memasang dan melepas kancing 9 Meremas slime 10 Menarik slime 11 membuat berbagai bentuk dari slime 12 Membentuk gambar yang dicontohkan guru Jumlah 36

Nama : RAA Tempat : PAUD MUBINA

keterangan : 4. Berkembang Sangat Baik (BSB) 3. Berkembang Sesuai Harapan (BSH) 2. Mulai Berkembang (MB) 1. Belum Berkembang (MB)

No Indikator

Aspek Penilaian BSB (4) BSH(3) BSB (2) MB(1) 1 Merobek kertas dengan menggunakan dua tangan 2 Menangkap dengan dua tangan 3 Mengeluarkan slime dari cup 4 Membentuk bangun datar dengan slime 5 Membuka serta menutup tutup botol

6 Menggunting berbagai media dengan pola lurus, lengkung, segitiga,

miring 7 Meronce dengan sedotan sesuai pola 8 Memasang dan melepas kancing 9 Meremas slime 10 Menarik slime 11 membuat berbagai bentuk dari slime 12 Membentuk gambar yang dicontohkan guru Jumlah 39

Nama : SJN Tempat : PAUD MUBINA

keterangan : 4. Berkembang Sangat Baik (BSB) 3. Berkembang Sesuai Harapan (BSH) 2. Mulai Berkembang (MB) 1. Belum Berkembang (MB)

No Indikator

Aspek Penilaian BSB (4) BSH(3) BSB (2) MB(1) 1 Merobek kertas dengan menggunakan dua tangan 2 Menangkap dengan dua tangan 3 Mengeluarkan slime dari cup 4 Membentuk bangun datar dengan slime 5 Membuka serta menutup tutup botol

6 Menggunting berbagai media dengan pola lurus, lengkung, segitiga,

miring 7 Meronce dengan sedotan sesuai pola 8 Memasang dan melepas kancing 9 Meremas slime 10 Menarik slime 11 membuat berbagai bentuk dari slime 12 Membentuk gambar yang dicontohkan guru Jumlah 36

Nama : SPA Tempat : PAUD MUBINA

keterangan : 4. Berkembang Sangat Baik (BSB) 3. Berkembang Sesuai Harapan (BSH) 2. Mulai Berkembang (MB) 1. Belum Berkembang (MB)

No Indikator

Aspek Penilaian BSB (4) BSH(3) BSB (2) MB(1) 1 Merobek kertas dengan menggunakan dua tangan 2 Menangkap dengan dua tangan 3 Mengeluarkan slime dari cup 4 Membentuk bangun datar dengan slime 5 Membuka serta menutup tutup botol

6 Menggunting berbagai media dengan pola lurus, lengkung, segitiga,

miring 7 Meronce dengan sedotan sesuai pola 8 Memasang dan melepas kancing 9 Meremas slime 10 Menarik slime 11 membuat berbagai bentuk dari slime 12 Membentuk gambar yang dicontohkan guru Jumlah 36

Lampiran 9

Pelaksanaan siklus I

No. Tindakan Kegiatan awal Kegiatan Inti Kegiatan Akhir Media Tema

1. Bermain slime

dengan

membentuk

lingkaran

- Guru

mengucapkan

salam dan

dijawab oleh

anak-anak

-

- Guru

mengajak

anak untuk

bernyanyi-

nyanyi

- Guru

menjelaskan

tentang

bangun datar

- Guru

menjelaskan

peraturan,

cara bermain

serta

bahayanya

jika tidak

mengikuti

peraturan

tentang cara

bermain slime

- Guru

membagikan

slime sesuai

dengan wadah

yang telah

diberi nama

- Guru

memberikan

contoh

membentuk

lingkaran

dengan

- Guru

mendokumenta

sikan hasi

karya anak

- Mencuci

tangan

- berdoa

slime

Bangun datar

menggunakan

slime

2. Bermain slime

dengan

membentuk

segitiga

- Guru

mengucapkan

salam dan

dijawab oleh

anak-anak

- Guru

membimbing

anak-anak

untuk

membaca doa

sehari-hari

- Guru

menjelaskan

tentang

bangun datar

- Guru

menjelaskan

peraturan,

cara bermain

serta

bahayanya

jika tidak

mengikuti

peraturan

tentang cara

bermain slime

- Guru

membagikan

slime sesuai

dengan wadah

yang telah

- Guru

mendokumenta

sikan hasi

karya anak

- Mencuci

tangan

- Guru

melakukan

Tanya jawab

- Berdoa

Slime Bangun datar

diberi nama

- Guru mebrikan

contoh

membentuk

segitiga

dengan slime

3. Bermain slime

membentuk

setengah

lingkaran

- Guru

mengucapkan

salam dan

dijawab oleh

anak-anak

- Berdoa

sebelum

belajar

- Guru

mengajak

anak untuk

bernyanyi-

nyanyi

- Guru

mengajak

anak untuk

senam

- Guru

menjelaskan

tentang

bangun datar

- Guru

mencontohkan

membuat

bentuk segitiga

dengan

menggunakan

slime

- Guru

mendokumenta

sikan hasi

karya anak

- Mencuci

tangan

- Guru

memberikan

reward

(bintang

ditangan )

- Berdoa setelah

selesai belajar

Slime Bangun datar

4. bermain slime

membentuk

persegi

panjang

- Guru dan

anak-anak

melakukan

doa sebelum

belajar

bersama-

sama

- Guru

membimbing

a anak untuk

- Guru

menjelaskan

bangun datar

- Guru

mencontohkan

membuat

persegi

panjang

dengan

menggunakan

- Guru

mendokument

asikan hasil

karya anak

- Guru

melakukan

Tanya jawab

- Guru

memberikan

apresiasi

Slime Bangun datar

membaca

surah pendek

- Dan guru

membimbing

anak

membaca doa

sehari-hari

slime - Berdoa setelah

selesai belajar

5. bermain slime

membentuk

persegi

- Guru dan

anak-anak

melakukan

doa bersama

sebelum

belajar

- Guru

mengucapka

n salam

- Guru mulai

memainkan

sebuah

permainan

- Anak-anak

praktik sholat

- Guru

menjelaskan

tentang

bangun datar

- Guru

mencontohkan

membuat

persegi

dengan

menggunakan

slime

- Guru

mendokumenta

sikan hasil

karya anak

- Memberikan

reward bintang

di tangan

- Guru

melakukan

Tanya jawab

- Berdoa setelah

selesai belajar

Slime Bangun datar

Pelaksanaan siklus II

No Tindakan Awal Inti Penutup Media Tema

1. Bermain slime

membentuk

pohon

- Guru dan anak-

anak

mengucapkan

salam

- Guru

- Guru

membagikan

slime yang telah

diberi pewarna

- Guru melakukan

- Guru

Mendokumentas

ikan hasil karya

anak

- Memberikan

Slime Tanaman

membimbing

anak untuk

membaca doa

sebelum belajar

- Guru mengajak

anak untuk

bernyanyi

tanya jawab

tentang pohon

- Guru

memberikan

contoh

membentuk

pohon dengan

slime

apresiasi

- Membaca doa

setelah belajar

2. Bermain slime

membentuk

bunga

- Guru dan anak-

anak

mengucapkan

salam

- Guru

membimbing

anak untuk

membaca doa

sebelum belajar

- Guru membuat

sebuah

permainan

- Guru melakukan

tanya jawab

tentang bunga

- Guru

memberikan

contoh

membentuk

Bunga

menggunakan

slime

- Guru

mendokumenta

sikan hasil

karya anak

- Guru

memberika

apresiasi

- Membaca doa

setelah belajar

Slime Tanaman

3. Bermain slime

mebentuk

rumah

- Guru dan anak-

anak

mengucapkan

salam

- Guru

membimbing

anak untuk

membaca doa

sebelum belajar

- Guru dan anak

membaca doa

sehari-hari

- Guru mengajak

- Guru melakukan

tanya jawab

tentang rumah

- Guru

memberikan

contoh

membentuk

rumah dengan

menggunakan

slime

- Guru

mendokumenta

sikan hasil

karya anak

- Guru

memberikan

bintang

- Guru dan anak

membaca doa

setelah selesai

belajar

Slime Rumah ku

anak untuk

senam

4. Bermain slime

membentuk

rumah dan

awan

- Guru dan anak-

anak

mengucapkan

salam

- Guru

membimbing

anak untuk

membaca doa

sebelum belajar

- Guru dan anak

bermain kosa

kata bahasa

arab dan

inggris

- Guru

memberikan

buku tugas anak

- Guru

mencontohkan

membentuk

pohon dengan

menggunakan

slime

- Guru

mendokumenta

sikan hasil

karya anak

- Guru

memberikan

apresiasi

- Membaca doa

setelah selesai

belajar

Slime Rumah ku

5. Bermain slime

membentuk

rumah, awan

dan pohon

- Guru dan anak-

anak

mengucapkan

salam

- Guru

membimbing

anak untuk

membaca doa

sebelum belajar

- Guru dan anak

berlatih kosa

kata bahasa

arab dan

inggris

- Guru dan anak

membaca doa

sehari-hari

- Guru melakukan

tanya jawab

tentan rumah

- Guru

mencontohkan

membuat rumah,

awan dan pohon

menggunakan

slime

- Guru

mendokumenta

sikan hasil

karya anak

- Guru

memberikan

apresiasi

- Membaca doa

setelah belajar.

Slime Rumah ku