PENINGKATAN KETERAMPILAN MEMBACA PEMAHAMAN ...

117
PENINGKATAN KETERAMPILAN MEMBACA PEMAHAMAN TEKS BIOGRAFI MELALUI MODEL TEAM GAMES TOURNAMENT SISWA KELAS VIII MUHAMMADIYAH 5 MAKASSAR. SKRIPSI Diajukan untuk Memenuhi salah Satu Syarat guna Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan pada jurusan Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Muhammadiyah Makassar OLEH ASTUTI NIM : 10533 7084 12 UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MAKASSAR FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BAHASA DAN SASTRA INDONESIA 2016

Transcript of PENINGKATAN KETERAMPILAN MEMBACA PEMAHAMAN ...

PENINGKATAN KETERAMPILAN MEMBACA PEMAHAMAN TEKS

BIOGRAFI MELALUI MODEL TEAM GAMES TOURNAMENT SISWA

KELAS VIII MUHAMMADIYAH 5 MAKASSAR.

SKRIPSI

Diajukan untuk Memenuhi salah Satu Syarat guna Memperoleh Gelar

Sarjana Pendidikan pada jurusan Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia

Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Muhammadiyah Makassar

OLEH

ASTUTI

NIM : 10533 7084 12

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MAKASSAR

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BAHASA DAN SASTRA INDONESIA

2016

TNIVERSITAS MT]HAMMADIYAH MAKASSARFAKULTAS KEGURUAN DAI{ ILMU PE]\DIDIKAN

PERSETUJUAN PEMBIMBING

Judul skripsi : peningkatan Keteramp,an Membaca pemahamar Teks Biografi

Meralui Moder Team Games Tournament siswa Kelas ,III sMp

Mlhammadiyah 5 Makassar

Narna :Asfuti ..

l'rim : 10s337ffif l

-gProgram Studi , ffiqkgn gahasa dan Sastra Indonesia

Fakultas : Fpffitrgq& .thnu pendidikan

s€telah -ffriksa dg#irti, skripsi',jigrerah memequa i persyararan unrukdru:r&n.

Disetqfui oleir

Pembirnbihg II

Dr. H. Andi l[h. 'o"o*'."*''" Muhammad Akhir, S. pd., M. pd,

Diketahui oleh

Makassar. 15 November 2A16

;+Fcryf#€g!fl*

, tu**"^urt'lo

b'r:tr5;-\Bi{:8

amsuri, M.I{um.

Jurusan Pendidikan

;Ye'$*:i,fti'''k;roY","'.;?'ts*fr

TNTVERSITAS MUHAMMADIYAH MAKASSARWYRuanv nAI\ ILMu PEt{DrDrKaN

LEMBAR PENGESAHAN

skripsi aras Nama ASTurI, NiM: r 053370g412diterirna dan disahkanoleh Panitia Ujian skripsi berdasarka, Surat Keputusan Rektor t,niversitas\{nharnmadiyah Makassar Nomor. r 17 Tahun t43g wz0r6. Tanggal jYovember 2016 NI, sebagai sarah satu syarat guna memperoleh gelar sarjanaPendidikan pada Jurusan Pe*didikan Bahasa dan Sastra Indonesia Fakultas

Kegurmn dan Irmu pendidikan universiras Muhammadiyah Makassar pada hariSabru tanggal I4 November 2016.

ryWgr, 25if,,*anam'B 1438 H.d, q"* 26 o}#iber ir zotowt

1. renQas@nun

2. ret,u € TE "4^3 t.*""r{Q4. Penguji q

PANITTA UJ[{N

: Dr. H. AbdulRah:nan R.airim, S. 8., M" fu{.

: Dr" H. Andi Sukri S3rarnsuri, M" FIum.

: Khaeruddin, S. pd., M. pd.

: t.- Dr. H. Andi Sukri Syamsuri, M. Hurn

2. Dr. Sitti Aida Azis, M. pd.

3. Dr. M. Agtrs, M. pd.

4. Syekh Adiwijaya Latief S. pd., M. pd.

Makassar

H

/8s862s

----

vi

MOTTO DAN PERSEMBAHAN

Orang-orang bercerai berai karena diantara

mereka saling melupakan

Tetapi orang-orang tetap bersatu karena mereka

saling memaafkan satu sama lain

Berpikirlah positif atas semua keadaan karena

kebahagiaan itu bukan di luar diri tapi ada

dalam diri dan tetap memberikan senyum

terindah (semangat)

ku persembahkan karya tulis ini

Khusus buat kedua orang tua Ayahanda dan ibunda tercinta

Atas segala doa, dorongan, motivator dan pengorbanan yang tiada henti.

Kepada saudara-saudara yang menyayangi

Beserta keluarga besar atas segala perhatian,

vi

Dukungan, semangat dan doanya yang selalu menyemangati penulis

vii

ABSTRAK

Astuti . 2016. Skripsi. “ Peningkatan Keterampilan Membaca Pemahaman Teks

Biografi Melalui Model Team Games Tournament Siswa kelas VIII.B SMP

Muhammadiyah 5 Makassar”. Jurusan Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia,

Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan (FKIP) Universitas Muhammadiyah

Makassar. Pembimbing H. Andis Sukri Syamsuri dan Muh. Akhir.

Penelitian ini adalah penelitian tindakan kelas (Classroom Action

Research) yang bertujuan untuk meningkatkan kemampuan membaca

pemahaman teks biografi melalui model Team Games Tournament pada siswa

kelas VIII.B SMP Muhammadiyah 5 Makassar. Subjek penelitian ini adalah siswa

kelas VIII.B SMP Muhammadiyah 5 Makassar tahun ajaran 2016/2017 sebanyak

37 siswa. Penelitian ini dilaksanakan dalam dua siklus, masing-masing siklus

dilaksanakan sebanyak 4 kali pertemuan termasuk pada setiap akhir siklus.

Pengumpulan data dilaksanakan dengan menggunakan tes akhir belajar

pada setiap akhir siklus, observasi yang dilakukan pada saat proses pembelajaran

berlangsung. Data yang terkumpul terdiri dari data kuantitatif dan kualitatif yang

dianalisis dengan menggunakan analisis deskriptif kuantitatif dan deskriptif

kualitatif.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa pada siklus I yang tuntas secara

individual dari 37 siswa hanya 21 siswa atau 56,75. Sedangkan 16 siswa yang

belum tuntas atau 43,24, Secara klasikal belum terpenuhi karena nilai rata-rata

kelas diperoleh sebesar 67,84%. Pada siklus II, dari 37 siswa terdapat 34 siswa

atau 91,89% yang tuntas dan 3 siswa yang belum mencapi ketuntasan atau 8,10%

secara klasikal sudah terpenuhi yaitu nilai rata-rata yang diperoleh sebesar 79,18%

atau berada dalam kategori tinggi.

Berdasarkan hasil penelitian tersebut, dapat disimpulkan Kemampuan

Membaca Pemahaman teks biografi Siswa Kelas VIII.B SMP Muhammadiyah 5

Makassar melalui Model Team Games Tournament mengalami peningkatan.

Kata kunci : Keterampilam Membaca Pemahaman, Team Games Tournament.

KATA PENGANTAR

Alhamdulillah, puji dan syukur atas izin dan petunjuk Allah Swt, sehingga

skripsi dengan Judul : “Peningkatan Keterampilan Membaca Pemahaman

Teks Biografi melalui Model Team Games Tournament Siswa Kelas VIII B

SMP Muhammadiyah 5 Makassar ” dapat diselesaikan. Pernyataan rasa syukur

kepada Allah Swt atas apa yang diberikan kepada penulis dalam menyelesaikan

karya ini yang tidak dapat diucapkan dengan kata-kata dan dituliskan dengan

kalimat apapun. Tak lupa juga penulis panjatkan shalawat dan salam atas

junjungan Nabi Muhammad Saw, beserta keluarga, sahabat, dan orang-orang yang

senantiasa berada dalam panutan beliau untuk mencari kemaslahatan hingga akhir

zaman.

Teristimewa dan terutama penulis sampaikan ucapan terima kasih kepada

kedua orang tuaku Ambo Dg Nusu dan Jamila yang tiada batas masa memberi

harapan, semangat, perhatian, kasih sayang dan doa tulus tak berpamrih, saudara-

saudaraku yang senantiasa mendukung dan memberikan semangat hingga akhir

studi ini. Seluruh keluarga besar atas segala pengorbanan, dukungan dan doa restu

yang telah diberikan demi keberhasilan penulis dalam menuntut ilmu. Semoga apa

yang telah mereka berikan kepada penulis menjadi ibadah dan cahaya penerang

kehidupan di dunia dan di akhirat.

Begitu pula penghargaan yang setinggi-tingginya dan ucapan terima kasih

disampaikan dengan hormat kepada :

1. Bapak Prof. Dr. Abdul Rahman Rahim, M.Hum, Rektor Universitas

Muhammadiyah Makassar.

2. Bapak Dr. Andi Sukri Syamsuri,M.Hum., Dekan Fakultas Keguruan dan Ilmu

Pendidikan Universitas Muhammadiyah Makassar.

3. Ibu Dr. Munirah, M.Pd., Ketua Program Studi Pendidikan Matematika

Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Muhammadiyah

Makassar.

4. Bapak Syekh Adiwijaya Latief, S.Pd, M.Pd., Sekretaris Program Studi

Pendidikan Matematika Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas

Muhammadiyah Makassar.

5. Ibu Dr. Siti Swadah Rimang, M.Hum, sebagai Penasehat Akademik yang telah

membimbing selama perkuliahan.

6. Bapak Dr. H. Andis Sukri Syamsuri, M.Pd., sebagai Pembimbing I dan Bapak

Muh. Akhir, S.Pd, M.Pd., sebagai Pembimbing II yang telah meluangkan

waktunya untuk memberikan arahan dan petunjuk serta koreksi dalam

penyusunan skripsi, sejak awal hingga akhir penyusunan skripsi ini.

7. Seluruh Bapak dan Ibu dosen di Program Studi Bahasa dan Sastra Indonesia,

yang telah memberikan ilmu dan berbagi pengalaman selama penulis

menimba ilmu di Jurusan Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia Universitas

Muhammadiyah Makassar.

8. Ibu Sabia, S.Pd., sebagai kepala Sekolah SMP Muhammadiyah 5 Makassar

yang telah memberikan kesempatan kepada penulis untuk melakukan

penelitian di sekolah.

9. Ibu Naheria, BA sebagai guru bidang studi bahasa indonesia yang telah

membimbing dan membantu penulis selama mengadakan penelitian di

sekolah.

10. Bapak/Ibu Guru serta seluruh staf tata usaha SMP Muhammadiyah 5

Makassar yang telah memberikan bantuan dan petunjuk selama penulis

melakukan penelitian di sekolah.

11. Siswa-siswi SMP Muhammadiyah 5 Makassar, khususnya kelas VIII.B atas

kerjasama, motivasi serta semangatnya dalam mengikuti pelajaran.

12. Rekan seperjuangan Program Studi Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia

angkatan 2012 terkhusus kelas D 2012 Universitas Muhammadiyah Makassar,

terima kasih atas solidaritas yang diberikan selama menjalani perkuliahan,

semoga keakraban dan kebersamaan kita tidak berakhir sampai disini.

13. Semua pihak yang telah memberikan bantuan yang tidak sempat disebutkan

satu persatu semoga menjadi ibadah dan mendapat imbalan dari-Nya.

Akhirnya, tak ada makhluk yang sempurna. Demikian pula dalam

penulisan skripsi ini, masih terdapat kekurangan yang tentunya membutuhkan

perbaikan. Oleh karena itu, penulis mengharapkan saran, kritik, dan umpan balik

yang bersifat membangun dari pembaca.

Tiada imbalan yang dapat diberikan oleh penulis, hanya kepada Allah Swt

penulis menyerahkan segalanya dan semoga bantuan yang diberikan selama ini

bernilai ibadah disisi-Nya, Amin.

Makassar, 2016

Penulis

xi

DAFTAR ISI

Halaman

HALAMAN JUDUL ....................................................................................... i

LEMBAR PENGESAHAN ........................................................................... ii

PERSETUJUAN PEMBIMBING ............................................................ iiin

SURAT PERNYATAAN .............................................................................. iv

SURAT PERJANJIAN .................................................................................. v

MOTTO DAN PERSEMBAHAN ............................................................... vi

ABSTRAK ................................................................................................... vii

KATA PENGANTAR ................................................................................. viii

DAFTAR ISI .................................................................................................. xi

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah ...................................................................... 1

B. Rumusan Masalah ............................................................................... 5

C. Tujuan Penelitian ................................................................................ 6

D. Manfaat Penelitian .............................................................................. 6

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN KERANGKA PIKIR

A. Kajian Pustaka ..................................................................................... 8

1. Hakikat Membaca ......................................................................... 8

2. Tujuan Membaca .......................................................................... 10

3. Jenis-jenis Membaca .................................................................... 13

4. Hakikat Membaca Pemahaman .................................................... 19

5. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Membaca.............................. 25

xii

6. Model Pembelajaran Kooperatif................................................... 26

7. Uraian tentang Materi Pelajaran.................................................... 31

B. Kerangka Pikir ................................................................................... 34

BAB III METODE PENELITIAN

A. Jenis Penelitian ................................................................................... 37

B. Lokasi dan Subjek Penelitian ............................................................. 38

C. Prosedur Penelitian............................................................................. 39

D. Teknik Pengumpulan Data ................................................................. 44

E. Teknik Analisis Data .......................................................................... 45

F. Indikator Keberhasilan ....................................................................... 45

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A. Deskripsi Hasil Penelitian .................................................................. 47

1. Hasil Analisis Kuantitatif............................................................. 48

2. Hasil Analisis Kualitatif............................................................... 55

B. Pembahasan dan Hasil Penelitian....................................................... 62

1. Analisis Tes Hasil Belajar............................................................. 62

2. Analisis Lembar Observasi Aktivitas Siswa................................. 63

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan .........................................................................................66

B. Saran ................................................................................................... 67

DAFTAR PUSTAKA

LAMPIRAN-LAMPIRAN

RIWAYAT HIDUP

1

BAB 1

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Bahasa Indonesia merupakan sarana komunikasi, dan sastra merupakan

salah satu hasil budaya yang menggunakan bahasa sebagai sarana kreativitas.

Bahasa dan sastra Indonesia seharusnya diajarkan kepada siswa melalui

pendekatan yang sesuai dengan hakikat dan fungsinya. Pendekatan pembelajaran

bahasa yang menekankan aspek kinerja atau keterampilan berbahasa dan fungsi

bahasa adalah pendekatan kumunikatif, sedangkan pendekatan pembelajaran

sastra yang menekankan apresiasi sastra adalah pendekatan apresiatif. Bahasa

merupakan alat komunikasi yang menyatukan antara semua suku dalam sebuah

bangsa. Misalnya di Negara Indonesia, memiliki beragam suku bangsa dan

dengan sendirinya memiliki beragam bahasa yang dipakai untuk menyatukan suku

bangsa itu maka dipakailah Bahasa Nasional (bahasa pemersatu).

Ada empat komponen yang tercakup dalam keterampilan berbahasa, yaitu:

keterampilan menyimak, keterampilan berbicara, keterampilan membaca, dan

keterampilan menulis. Dalam praktiknya, keempat keterampilan tersebut saling

berkaitan dan membentuk suatu catur tunggal. Salah satu komponen pengajaran

bahasa, yaitu pengajaran membaca. Pengajaran membaca perlu ditingkatkan

karena kenyataannya pengajaran membaca di sekolah-sekolah tidak terlalu

diminati oleh siswa karena faktor kemalasan. Banyak sekali peneliti

mengungkapakan bahwa kemauan membaca siswa masih sangan minim. Sejalan

dengan uraian tersebut dapat dinilai bahwa pengajaran saat ini sangat tidak

1

2

sistematis. Buktinya siswa tidak mampu memahami yang mereka baca. Dengan

demikian, melalui proses pembelajaran membaca pemahaman siswa yang

memiliki kemampuan pada tingkat membaca terutama membaca pemahaman

memiliki kemampuan untuk menginterpretasikan bacaannya dan akhirnya

menumbuhkan minat yang besar dalam membaca. Jadi, sangat penting membaca

pemahaman untuk meningkatkan kualitas dan minat siswa dalam menganalisis

bahan baca.

Membaca adalah proses pemberian makna terhadap tulisan (Emeral V.

Dechat dalam Zuchdi 2008: 21). Frank Smith (dalam Zuchdi 2008: 21)

mendefinisikan membaca sebagai proses komunikasi yang berupa pemerolehan

informasi dari penulis oleh pembaca. Miles A Tinker dan Contasc M Mc

Cullough (dalam Zuchdi 2008: 21-22), membaca melibatkan proses identifikasi

dan proses mengingat suatu bahan bacaan yang disajikan sebagai rangsangan

untuk membangkitkan pengalaman dan membentuk pengertian baru melalui

konsep-konsep yang relevan yang telah dimiliki oleh pembaca. Keberhasilan

seseorang dalam membaca bergantung pada kondisi atau situasi, baik dari

pembaca, bahan bacaan, maupun dari lingkungan tempat aktivitas itu berlangsung

(Nuriadi, 2008: 1).

Bahan bacaan harus memperhatikan kebermaknaan dan kemenarikan teks

bacaan, isi budaya dalam penegertian yang luas, derajat kesulitan teks dengan

jenjang pengetahuan pembaca (Parera, 1996: 136). Teks (tulisan) berfungsi

sebagai media interaksi antara penulis dengan pembaca. Untuk dapat memahami

isi teks (tulisan), pembaca harus melakukan serangkaian kegiatan secara bertahap

3

dan berkesinambungan karena membaca merupakan kunci ke gudang ilmu. Ilmu

yang terkandung dalam teks harus dicari melalui kegiatan membaca.

Membaca merupakan salah satu jenis pembelajaran keterampilan bahasa

Indonesia yang diajarkan di sekolah sesuai dengan kurikulum/pedoman mengajar,

salah satu dari jenis kegiatan pembelajaran membaca yaitu membaca pemahaman.

Komprehensi membaca merupakan suatu proses yang hambatannya serupa

dengan hambatan dalam mengingat dan memecahkan masalah (Zuchdi, 2008: 22-

23). Johnson dan Pearson (dalam Zuchdi: 23), pemahaman membaca melibatkan

bahasa, motivasi, persepsi, pengembangan konsep, bahkan keseluruhan

pengalaman karena selama membaca kita memberikan tanggapan kepada

rangsangan yang bersifat simbolik yakni kata-kata yang ada dalam bacaan. Dalam

kurikulum tingkat satuan pendidikan (KTSP) kemampuan membaca yang harus

dimiliki oleh siswa SMP salah satunya adalah membaca pemahaman. Membaca

pemahaman yang dimaksudkan di sini adalah jenis membaca yang bertujuan

untuk (1) memahami standar-standar/norma-norma kesastraan; (2) memahami

resensi kritis; (3) memahami drama tulis, (4) pola-pola fiksi (Tarigan, 2008: 58).

Pembelajaran membaca yang berlangsung di sekolah masih menggunakan

model pembelajaran lama atau tradisional. Siswa diberi tugas untuk membaca,

kemudian mengerjakan soal yang sudah dipersiapkan sebelumnya, tanpa

menganalisis pokok-pokok cerita yang terdapat dalam bacaan, terutama pada

pembelajaran membaca pemahaman sehingga pemahaman akan materi yang

diajarkan oleh guru tidak sepenuhnya dapat dipahami siswa. Agar siswa dapat

memahami benar-benar apa yang dibacanya, maka pembelajaran memerlukan

4

teknik agar siswa dapat memahami bacaannya dengan baik siswa dan tidak

terpaku dengan teknik lama atau tradisional.

Berdasarkan survey yang dilakukan di SMP Negeri 2 Sungguminasa

Makassar tepatnya kelas 2 diperoleh berbagai problem dalam pembelajaran

membaca di sekolah. Dalam hal ini pembelajaran tentang keterampilan siswa

dalam membaca. Siswa kurang memperhatikan pembelajaran dan cenderung

malas untuk membaca. hal ini dikarenakan banyak sisa yang cenderung lebih

malas, hanya sebagian siswa yang mau membaca di dalam kelas. Selain itu kurang

dikemasnya model pembelajaran mampu merangsang keterampilan membaca

siswa menjadi kendala dalam pembelajaran membaca ini. Akibatnya,

keterampilan membaca siswa jauh dari maksimal.

Bertemali dengan kondisi tersebut, diperlukan serangkaian upaya guna

meningkatkan kualitas pembelajaran membaca di sekolah. Salah satu upaya

tersebut adalah dengan memperkenalkan berbagai model pembelajaran membaca

yang mampu mengembangkan keterampilan membaca, khususnya kemampuan

meningkatkan hasil belajar siswa dalam membaca. Salah satu model pembelajaran

yang perlu dikembangkan dalam pembelajaran membaca di sekolah, yakni dengan

model Team Games Tournament.

Model TGT (Team Games Tournament) adalah salah satu tipe

pmbelajaran kooperatif yang menempatkan siswa dalam kelompok-kelompok

belajar yang beraggotakan 5 sampai 6 orang siswa yang memiiki kemampuan,

jenis kelamin dan suku atau ras yang berbeda. Guru menyajikan materi, dan siswa

bekerja dalam kelompok mereka masing-masing. Teknik ini dapat mengurangi

5

ketergantungan siswa kepada guru, mengembangkan kemampuan,

mengungkapkan ide dan gagasan, membantu memberdayakan siswa lebih

bertanggung jawab dalam belajar, meningkatkan keaktifan belajar siswa.

Meskipun penelitian mengenai keterampilan berbicara telah banyak dilakukan,

peneliti tetap menganggap bahwa penelitian sejenis masih perlu dilakukan untuk

menemukan bebagai alternatif teknik dalam membelajarkan keterampilan

membaca kepada siswa. Hal ini mengingat kenyataan bahwa keterampilan

membaca siswa masih rendah, belum memuaskan, dan masih perlu dicarikan

teknik-teknik yang efektif untuk membelajarkan keterampilan membaca kepada

siswa.

Berdasarkan pemaparan tersebut, peneliti memiliki acuan bahwa

penggunaan model yang diterapkan oleh guru belum maksimal, sehingga dapat

mempengaruhi hasil belajar siswa di sekolah. Hal inilah yang mendorong

penelitian untuk melakukan suatu penelitian yang berjudul “Peningkatan

Keterampilan Membaca Pemahaman Teks Biografi Melalui Model Team

Games Tournament Siswa kelas VIII Muhammadiyah 5 Makassar.

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah di atas dapat disumpulkan Rumusan

Masalah sebagai berikut :

1. Bagaimana peningkatan kemampuan membaca pemahaman teks biografi

dengan menggunakan model Team Games Tournament siswa kelas VIII

SMP Muhammadiyah 5 makassar?

6

2. Apakah model Team Games Tournamen efektif untuk meningkatkan

pembelajaran membaca pemahaman teks biografi siswa kelas VIII SMP

Muhammadiyah 5 Makassar.

C. Tujuan Penelitian

Berdasarkan identifikasi dan rumusan masalah yang telah dikemukakaan

di atas, maka tujuan dari penelitian ini, yaitu:

1. Mengetahui peningkatan kemampuan membaca pemahaman teks biografi

melalui model Team Games Tournament siswa kelas VIII SMP

Muhammadiyah 5 Makassar.

2. Mengetahui keefektifan pembelajaran membaca pemahaman teks biografi

dengan menggunakan model Team Games Tournament siswa kelas VIII SMP

Muhammadiya 5 Makassar.

D. Manfaat Penelitian

Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat baik secara

praktis maupun teoritis.

1. Manfaat Teoretis

a. Diharapkan dapat digunakan sebagai pengembangan teoritik pembelajaran

bahasa, khususnya pada teknik pembelajaran membaca pemahaman;

b. Dapat menambah referensi guru/pendidik terkait dengan pembelajaran

membaca pemahaman

7

2. Manfaat Praktis

a. Untuk guru

Manfaat khususnya bagi guru Bahasa Indonesia, akan memperoleh

informasi tentang bagaimana cara -cara untuk mengupayakan peningkatan

belajar melalui model Team Games Tournament dalam membaca pemahaman

teks biografi. Guru juga dapat mengembangkan model tersebut sesuai dengan

kebutuhan peserta didik untuk meningkatkan kualitas pembelajaran.

b. Untuk siswa

1. Meningkatkan kemampuan membaca pemahaman siswa;

2. Meningkatkan motivasi belajar membaca pemahaman dengan cara yang

variatif, menyenangkan, dan inovatif.

c. Untuk sekolah

Penelitian ini akan bermanfaat bagi sekolah berkaitan dengan adanya

teknik inovatif yang dapat digunakan dalam proses pembelajaran membaca

pemahaman sehingga diharapkan dapat memajukan kualitas pendidikan di

sekolah tersebut.

d. Untuk peneliti

Penelitian ini dapat menambah wawasan tentang teknik pembelajaran

yang dapat diterapkan pada siswa, dapat dijadikan bekal kelak untuk menjadi

guru yang inovatif dan kreatif. Selain itu, peneliti juga menambah

pengalaman dalam hal melakukan suatu penelitian.

8

BAB II

KAJIAN PUSTAKA DAN KERANGKA PIKIR

A. Kajian Pustaka

Kajian pustaka yang diuraikan dalam penelitian ini pada dasarnya dapat

dijadikan acuan untuk mendukung dan memperjelas penelitian ini. Oleh karena

itu, teori disajikan secara sistematis dengan menguntip berbagai pendapat dan

pandangan para ahli yang relevan terhadap pembelajaran membaca, dalam hal ini

kemampuan meningkatkan hasil belajar siswa dalam membaca menggunakan

model team Games tournament.

1. Hakikat Membaca

Membaca merupakan salah satu keterampilan yang berkaitan erat dengan

keterampilan dasar terpenting manusia yaitu berbahasa. Kegiatan membaca

bersifat reseptif, sebuah bentuk penyerapan yang aktif. Dalam kegiatan membaca

pikiran dan mental dilibatkan secara aktif, tidak hanya aktivitas fisik saja artinya,

bahwa kegiatan membaca tidak hanya sekedar membaca tetapi harus melibatkan

seluruh indera agar pembaca mengetahui isi dan maksud dari wacana yang dibaca.

Soedarso (2010: 4) mendefinisikan bahwa membaca adalah aktivitas yang

kompleks dengan mengerahkan sejumlah besar tindakan yang terpisah-pisah,

yang meliputi penggunaan pengertian dan khayalan, mengamati serta mengingat-

ingat. Senada dengan pengertian di atas Miles A Tinker dan Contasc M Mc

Cullough dalam Zuchdi (2008: 21-22) dan menyatakan membaca melibatkan

proses identifikasi dan proses mengingat suatu bahan bacaan yang disajikan

9

8

9

sebagai rangsangan untuk membangkitkan pengalaman dan membentuk

pengertian baru melalui konsep-konsep yang relevan yang telah dimiliki oleh

pembaca.

Menurut Tarigan (2008: 7), membaca adalah proses yang dilakukan serta

dipergunakan oleh seseorang untuk memeroleh pesan yang hendak disampaikan

oleh penulis melalui media kata-kata atau media tulis. Sedangkan Rahim (2008: 2)

yang menyatakan bahwa membaca pada hakikatnya merupakan suatu yang rumit

yang melibatkan banyak hal, tidak hanya menghafal tulisan, tetapi juga aktivitas

visual, berfikir psikolinguistik, dan metakognitif. Menurut pandangan tersebut,

proses penglihatan membaca, yaitu proses menerjemahkan simbol tulis (huruf) ke

dalam kata-kata lisan.

Proses berfikir yaitu membaca mencakup aktivitas penegnalan kata,

pemahaman literal, intepretasi, membaca kritis (critical reading), dan pemahaman

kreatif. Membaca sebagai proses psikolinguistik, yaitu bahwa ketika membaca,

skemata pembaca membantunya membangun makna, sedangkan fonologis,

semantik dan fitur sintaksis membantunya mengomunikasikan dan

menginterprestasikan pesan-pesan, sedangkan pada proses metakognitif

melibatkan perencanaan, pembetulan suatu strategi, pemonitoran, dan

pengevaluasian (Rahim 2008: 3)

Menurut Sudjana (2009:5) Membaca merupakan proses kegiatan yang

dilakukan secara sadar dan mempunyai tujuan. Membaca bukanlah kegiatan

memandangi lambang-lambang tertulis saja, namun lambang-lambang itu akan

menjadi bermakana untuk segera dipahami oleh pembaca. Dari pengertian di atas,

10

aktivitas membaca lebih mengarah pada proses. Proses memahami makna

lambang tertulis yang melibatkan berbagai aktivitas. Pernyataan tersebut tepat

karena pada dasarnya membaca adalah suatu kegiatan untuk mengucap

lambang/kode sesuai lafal untuk dipecahkan sehingga pembaca dapat menerima

pesan dari lambang-lambang tersebut.

2. Tujuan Membaca

Tujuan merupakan dasar dari setiap kegiatan dan motivasi yang paling

kuat dalam melakukan suatu tindakan. Tujuan membaca secara singkat, yaitu

menangkap maksud orang lain dalam bentuk tulisan. Menentukan tujuan dalam

setiap membaca merupakan hal yang sangat penting bagi pembaca karena dapat

mengarahkan pembaca dalam menentukan taraf pemahaman wacana, cara, serta

waktu yang digunakan dalam membaca. Diterapkannya tujuan membaca, akan

lebih memotivasi pembaca agar menjadi pembaca yang kritis sehingga akan

diperoleh hasil maksimal. Aderson lewat Tarigan (2008: 9-10) menyatakan bahwa

“tujuan membaca yaitu (1) untuk memperoleh perincian-perincian atau fakta-

fakta, (2) untuk memperoleh ide-ide utama, (3) untuk mengetahui urutan atau

susunan organisasi cerita, (4) untuk menyimpulkan, membaca inferensi, (5) untuk

mengelompokkan atau mengklasifikan, (6) untuk menilai, membaca,

mengevaluasi, dan (7) untuk memperbandingkan atau mempertentangkan”.

Tujuan membaca juga dikemukakan oleh Paul D. Leedy dalam Soedarso (2010:

120) yang menyatakan bahwa membaca mempunyai beberapa tujuan di antaranya:

1. Untuk mengerti ide pokoknya;

2. Meningkatkan kekayaan pengetahuan umum;

11

3. Untuk memahami fakta dan detail khusus;

4. Untuk memecahkan suatu masalah;

5. Untuk membentuk opini;

6. Untuk apresiasi pandangan orang lain;

7. Untuk menambah perbendaharaan kata.

Burn dkk, dalam Rahim (2008: 11-12) mengemukakan beberapa tujuan

membaca yang senada dengan pendapat di atas yaitu:

1. Kesenangan;

2. Menyempurnakan membaca nyaring;

3. Menggunakan strategi tertentu;

4. Mengetahi pengetahuan-pengetahuan tentang suatu topik;

5. Mengaitkan informasi baru dengan informasi yang telah diketahui;

6. Mengaitkan informasi untuk laporan lisan atau tulis;

7. Mengkonfirmasikan atau mengolah prediksi;

8. Menampilkan suatu eksperimen atau mengaplikasikan informasi yang

diperoleh dari suatu teks dalam beberapa cara lain dan mempelajari tentang

struktur teks;

9. Menjawab pertanyaan-pertanyaan yang spesifik.

Pramila dan Ahuja (2004 : 15) mengemukakan tujuan membaca:Orang

membaca dengan tujuan berbeda dan pada waktu yang berbeda pula. Bila kita

bertanya kepada para pembaca yang baik, “kenapa Anda membaca?” maka

setidaknya memberikan Sembilan alasan tersebut adalah sebagai berikut:

12

1. Untuk tertawa.

2. Untuk menghidupkan kembali pengalaman-pengalaman umum sehari-hari.

3. Untuk melarikan diri dari kehidupan nyata (idealisme romantis).

4. Untuk menikmati kehidupan emosional dengan orang lain (cinta romantis).

5. Untuk memuaskan kepenasaran, khususnya kenapa orang berbuat sesuatu

dengan cara mereka.

6. Untuk menikmati situasi dramatik seolah-olah mengalami sendiri.

7. Untuk memperoleh informasi tentang dunia yang kita tempati.

8. Untuk merasakan kehadiran orang dan menikmati tempat-tempat yang belum

pernah kita lihat.

9. Untuk mengetahui seberapa cerdas kita menebak, memecahkan sebuah teka-

teki dari pengarang.

Berdasarkan uraian para ahli di atas, pada hakikatnya tujuan membaca

adalah untuk memahami suatu wacana dan memperkaya pengetahuan yang

dimiliki. Tujuan membaca setiap orang berbeda-beda disesuaikan dengan

kebutuhannya, tetapi tujuannya sama, yaitu untuk memperoleh pemahaman

terhadap suatu wacana. Pencapaian tujuan membaca dipengaruhi oleh faktor

intrinsik dan ekstrinsik. Faktor intrinsik, meliputi kemampuan linguistik

(kebahasaan), minat, motivasi, dan kemampuan membaca. Faktor ekstrinsik,

meliputi unsur-unsur bacaan dan lingkungan membaca. Membaca merupakan

usaha untuk memperoleh makna sebuah informasi. Apabila faktor intrinsik dan

ekstrinsik dapat terpenuhi, maka siswa dapat mencapai tujuan membaca, yaitu

memperoleh makna yang terdapat dalam suatu bacaan.

13

3. Jenis – Jenis Membaca

Jenis-jenis membaca menurut Harras (2009: 8) terbagi dalam beberapa

macam, yaitu:

a. Membaca Nyaring.

Harras (2009: 8) berpendapat bahwa membaca nyaring sering kali disebut

membaca bersuara. Disebut demikian karena pembaca mengeluarkan suara

secara nyaring pada saat membaca. Pada tataran yang paling rendah membaca

nyaring merupakan aktivitas membaca sebatas melafalkan lambang-lambang

bunyi bahasa dengan suara yang cukup keras, sedangkan pada tataran yang lebih

tinggi membaca nyaring merupakan proses mengomunikasikan isi wacana atau

bacaan (dengan nyaring) kepada orang lain. Dalam hal ini yang perlu mendapat

perhatian guru adalah lafal kata, intonasi frasa, intonasi kalimat, serta isi bacaan

itu sendiri. Di samping itu, tanda baca dalam tata tulis bahasa Indonesia tidak

boleh diabaikan. Para siswa harus dapat membedakan intonasi kalimat tanya,

kalimat berita, kalimat seru, dan sebagainya. Juga lagu kalimat orang yang

sedang marah, susah, gembira, dan sebagainya.

Pembelajaran membaca nyaring ini mencakup dua hal, yaitu pelajaran

membaca dan pelajaran membacakan. Pembelajaran membaca yang dimaksud

yaitu kegiatan tersebut untuk kepentingan siswa itu sendiri dan untuk pihak lain,

misalnya guru atau kawan-kawan lainnya. Si pembaca bertanggung jawab dalam

hal lafal kata, lagu dan intonasi kalimat, serta kandungan isi yang ada di

dalamnya. Pembelajaran yang tergolong membacakan yaitu si pembaca

melakukan aktivitas tersebut lebih banyak ditujukan untuk orang lain. Pembaca

14

bertanggung jawab atas lagu kalimat, lafal kata, kesenyapan, ketepatan tekanan,

suara dan sebagainya. Bagi pendengar, lebih bertanggung jawab terhadap isi

bacaan, karena mereka ini dipihak yang berkepentingan dengan kegiatan

membaca.

b. Membaca dalam Hati

Harras (2009: 9) berpendapat bahwa membaca dalam hati merupakan

proses membaca tanpa mengeluarkan suara. Pada kegiatan membaca dalam hati

yang aktif bekerja hanya mata dan otak. Hal yang perlu diperhatikan pada saat

membaca dalam hati adalah:

a) Mata kita gunakan untuk melihat dan menyapu halaman-halaman bacaan,

b) Ingatan berperan sebagai penyimpan dan penyaring isi bacaan yang kita

tangkap lewat mata.

Selanjutnya, Harras (2009: 9) membagi membaca dalam hati ke dalam dua

bagian yaitu:

1) Membaca ekstensif.

Menurut Harras (2009: 18) membaca ekstensif adalah membaca untuk

kesenangan dengan penekanan secara umum. Dalam program membaca ekstensif

seseorang dituntut untuk dapat mengakses sebanyak mungkin judul

buku/artikel/berita dengan topik-topik yang sudah popular. Dalam program

membaca ekstensif kemauan dan kemampuan membaca seseorang diamati

secara teratur baik dengan catatan formal maupun tidak formal oleh pembaca

sendiri.

15

Harras (2009: 19) menambahkan bahwa membaca ekstensif dilakukan

dalam rangka menumbuhkan kesenangan dan kemauan membaca beragam

wacana tulis dalam bahasa target (bahasa yang sedang dipelajari). Dengan

membaca ekstensif seseorang dapat meningkatkan kemampuan dan minat

bacanya. Dari pengertian tersebut dapat disimpulkan bahwa membaca ekstensif

adalah membaca teks secara luas untuk mendapatkan kesenangan dan kemauan

dalam membaca dengan waktu yang sesingkat-singkatnya.

Membaca ekstensif adalah membaca yang bersifat jangkauan luas.

Membaca ekstensif berarti ketika membaca suatu informasi hendaknya

pandangan mata kita menyeluruh ke bidang bacaan. Dalam suatu teks terdapat

dua informasi yaitu fakta dan opini (http://anditubiru blog frienster.com)

Tujuan membaca ekstensif adalah sekadar memahami isi yang penting dari

bahan bacaan dengan waktu yang cepat dan singkat. Sebagai ilustrasi, ketika

seseorang membaca koran, ia tentu tidak hanya terpaku pada satu berita saja. Hal

yang dilakukan mungkin membaca banyak berita dan iklan. Tindakan yang

dilakukan tersebut termasuk membaca ekstensif. Begitu juga ketika sesorang

mengunjungi perpustakaan atau toko buku, tentu tidak hanya terpaku pada satu

buku. Yang dilakukan mungkin membuka buku-buku, membaca sampul, dan

daftar isi, kemudian berpindah pada buku lainnya. Jadi, kegiatan membaca

ekstensif itu tidak lepas dari kehidupan kita sehari-hari.

Langkah-langkah membaca ekstensif yang dipaparkan dalam

(http://anditubiru blog frienster.com) sebagai berikut:

1) Menemukan topik bacaan,

16

2) Mencari sumber lain dengan tema yang sama,

3) Tentukan pokok pikiran tiap paragraf,

4) Berupa fakta dan opini, dan

5) Rangkumlah dalam beberapa kalimat.

Membaca ekstensif terbagi dalam tiga jenis yaitu membaca survei,

membaca sekilas (skimming), dan membaca dangkal. Membaca survei adalah

kegiatan membaca yang bertujuan untuk mengetahui gambaran umum isi dan

ruang lingkup bacaan. Membaca sekilas adalah membaca yang membuat mata

kita bergerak cepat melihat dan memperhatikan bahan tertulis untuk mencari dan

mendapatkan informasi secara cepat. Sedangkan membaca dangkal adalah

kegiatan membaca untuk memperoleh pemahaman yang dangkal dari bahan

bacaan yang kita baca.

Membaca sekilas atau skimming merupakan salah satu teknik membaca

cepat. Membaca dengan teknik skimming berarti secara cepat membaca sekilas

teks untuk menentukan ide-ide penting dalam teks. Pada waktu melakukan

skimming, secara cepat mata bergerak ke seluruh teks untuk memperoleh

gambaran umum mengenai teks. Pembacaan cara ini boleh melewati bagian-

bagian tertentu yang dianggap kurang penting.

Harras (2009: 22) mengemukakan bahwa membaca sekilas bukan sekadar

menyapa teks bacaan, melainkan suatu keterampilan membaca yang diatur

secara sistematis untuk mendapatkan hasil yang efisien, untuk mendapatkan

berbagai tujuan, misalnya:

17

1) Mengenai topik bacaan;

2) Mengetahui pendapat orang;

3) Mendapatkan bagian penting yang diperlukan tanpa membaca seluruhnya;

4) Mengetahui organisasi tulisan, urutan ide pokok;

5) Penyegaran.

Langkah-langkah membaca sekilas yang dipaparkan oleh Harras (2009:

22) adalah sebagai berikut:

1) Menyiapkan pertanyaan, “Apa yang akan dicari?”

2) Jika sebuah buku, baca daftar isi dan kata pengantar.

3) Telusuri dengan kecepatan membaca.

4) Berhenti ketika Anda menemukan bagian yang dicari.

5) Baca dengan kecepatan normal dan pahami.

Selanjutnya, Harras (2009: 23) mengemukakan cara melakukan skimming

yaitu:

1) Memahami dan menentukan bagian-bagian dari suatu bacaan yang memuat

informasi penting (misalnya memahami dan menentukan letak ide pokok

dalam paragraf, memahami dan menentukan letak informasi yang penting dari

suatu bacaan),

2) Membaca sekilas dan melompati bagian-bagian yang tidak penting dari suatu

bacaan,

3) Detail khusus yang penting (nama, tanggal) perlu dilihat sepintas tanpa

menatap lama-lama,

18

4) Paragraf pertama dan terakhir dari suatu wacana perlu dibaca dengan

kecepatan rata-rata karena umumnya berisi ringkasan bacaan yang

dibicarakan,

5) Membaca skimming dapat dilakukan dengan membaca paragraf awal,

subjudul, dan paragraf akhir seseorang mencoba memahami hal-hal penting

dari teks.

2) Membaca intensif

Membaca intensif merupakan studi bersama, telaah teliti, serta pemahaman

terinci terhadap suatu bacaan sehingga timbul pemahaman yang tinggi. Menurut

Nurgiantoro (1995: 95) membaca intensif adalah perbuatan membaca yang

dilakukan secara teliti dan berbagai cara membaca lambat.

Harras (2009: 95) mengemukakan bahwa membaca intensif adalah

membaca secara cermat untuk memahami suatu teks secara tepat dan akurat.

Kemampuan membaca intensif adalah kemampuan memahami detail secara

akurat, lengkap, dan kritis terhadap fakta, konsep, gagasan, pendapat,

pengalaman, pesan, dan perasaan yang ada pada wacana tulis. Dalam membaca

ini, para siswa hanya membaca satu, dari beberapa pilihan bahan bacaan yang

ada dan bertujuan untuk menumbuhkan serta mengasah kemampuan membaca

secara kritis.

Secara garis besar membaca intensif terbagi dua, yakni pertama, membaca

telaah isi, yaitu jenis membaca intensif yang difokuskan pada isi bacaan. Kedua,

membaca telaah bahasa, yaitu jenis membaca intensif yang difokuskan pada

penggunaan bahasa dalam bacaan

19

c. Membaca pemahaman.

Membaca bergantung pada pengalaman, jika suatu kata tidak mempunyai

hubungan dengan pengalaman, maka hal itu perlu diterjemahkan kedalam kata

yang sudah diketahui. Selain itu, kemampuan mental atau intelegensi

mempunyai pengaruh terhadap proses pemahaman dalam membaca pada setiap

jenjang pendidikan.

Keterampilan pemahaman merupakan keterampilan mengembangkan

kemampuan bahasa. Kemampuan membaca juga lebih banyak dikembangkan

melalui bahasa tertulis, tetap itidak bisa disangkal juga pengembangan

keterampilan bahasa dalam pemakaian bahasa lisan.

4. Hakikat Membaca Pemahaman.

Keterampilan pemahaman merupakan keterampila mengembangkan

kemampuan bahasa. Kemampuan membaca juga lebih banyak dikembangkan

melalui bahasa tertulis, tetap itidak bisa disangkal juga pengembangan

keterampilan bahasa dalam pemakaian bahasa lisan.

Wiryodijoyo (1989: 15) mengenai penelitian pemahaman, ada beberapa

pendapat yang satu dengan yang lainnya saling melengkapi, yaitu:

a. Untuk menilai pemahaman harfiah dalam membaca, digunakan pertanyaan

mengenai teks. Dipakai juga teks penyimpulan isi bacaan, karena yang

terakhir ini merupakan pusat dari proses pemahaman.

b. Tes lisan dan pilihan ganda dapat mengukur keterampilan-keterampilan yang

sama. Untuk mengukur pemahaman, pelaksanaan teks pemahaman berbeda-

beda sesuai dengan tuntutan pelajaran yang dites.

20

Membaca memahami merupakan kegiatan membaca sesungguhnya,

yang ditunjukkan kepada kemampuan memahami bacaan secara tepat dan

cepat. Dalam proses membacaini, terlihat aspek-aspek berpikir seperti

mengingat, memahami, membandingkan, menemukan, mengorganisasikan,

dan pada akhirnya merupakan sesuatu yang terkandung dalam bacaan.

1. Prinsip-prinsip membaca pemahaman.

Beberapa peneliti memperlihatkan bahwa banyak faktor yang

memengaruhi keberhasilan membaca. Menurut Mclaughlin dan Allen(dalam

bukunya Rahiem 2008: 3), prinsip-prinsip membaca yang didasarkan pada

penelitian yang paling memengaruhi pemahaman membaca ialah seperti yang

dikemukakan berikut ini:

a. Pemahaman merupakan proses kontruktivis sosial.

b. Keseimbangan kemahiraksaraan adalah kerangka kerja kurikulum yang

membantu perkembangan pemahaman.

c. Guru membaca yang professional (unggul) memengaruhi belajar siswa.

d. Pembaca yang baik memegang peranan yang strategis dan berperan aktif

dalam proses membaca.

e. Membaca hendaknya terjadi dalam konteks yang bermakna.

f. Siswa menemukan manfaat membaca yang berasal dari berbagai teks pada

berbagai tingkat kelas.

g. Perkembangan kosakata dan pembelajaran memengaruhi pemahaman

membaca.

h. Pengikutsertaan adalah suatu faktor kunci pada proses pemahaman.

21

i. Strategi dan keterampilan membaca bisa diajarkan.

j. Asesmen yang dinamis menginformasikan pembelajaran membaca

pemahaman.

2. Keterampilan memahami

Smith dan Dechant (dalam bukunya Pramila dan Ahuja 2004: 50)

menyatakan, bahwa penulis menyarankan bahwa kemampuan-kemampuan di

bawah ini merupakan dasar atau pondasi untuk memahami dan dapat

disebut”keterampilan memahami”:

a. Kemampuan mengaitkan makna dengan simbol grafis

b. Kemampuan memahami konteks kata dan kemampuan memilih makna yang

sesuai dengan konteks tersebut dan memenuhinya.

c. Kemampuan membaca dalam satuan-satuan pemikiran.

d. Kemampuan memahami satuan-satuan ukuran yang bertingkat-tingkat:

frase, klausa, kalimat, paragraf.

e. Kemampuan menyerap makna suatu kata.

f. Kemampuan memilih dan memahami gagasan utama.

g. Kemampuan mengikuti alur pemikiran.

h. Kemampuan menarik kesimpulan.

i. Kemampuan memahami cara penulis mengorganisasi pemikirannya.

j. Kemampuan menilai atau mengerti apa yang dibaca: mengenal perangkat-

perangkat literer dan mengindentifikasi nada, suasana dan tujuan penulis.

k. Kemampuan mencerap dan menyimpan gagasan.

22

l. Kemampuan menerapkan gagasan dan mengintegrasikannya dengan

pengalaman masa lalu.

Stauffer (Pramila 2004: 51) menyatakan bahwa kemampuan pemahaman

anak-anak tersebar di sepanjang garis kontinum yang panjang: di satu titik

ekstrem adalah anak-anak yang semata-mata mereproduksi gagasan eksak

dalam buku teks, dan di titik ekstrem lainnya adalah anak-anak yang mampu

memproduksi bangunan mental (baru) secara kreatif dan orisinal.

Zintz (dalam bukunya Pramila dan Ahuja 2004: 51) menggolongkan

keterampilan memahami menjadi dua: harfiah (literal) dan tafsiriah

(interpretif). Dia melihat kemampuan kritis membaca sebagai “penerapan

keterampilan-keterampilan tersebut dalam membaca dan menerapkan

keterampilan-keterampilan menimbang, mengevaluasi dan menyeleksi saat

membaca”.

Pemahaman harfiah berarti keterampilan mendapatkan makna pokok

(primer), langsung, harfiah dari suatu kata, gagasan atau kalimat dan

konteksnya. Tidak ada kedalaman dalam jenis membaca ini. Dapat disebut

anak tangga paling rendah pada tangga “proses memperoleh makna”.

Walaupun demikian, ini merupakan anak tangga yang sebagian besar

dipraktekkan oleh guru-guru masa lalu. Penafsiran atau interprestasi adalah

usaha mencari kedalaman yang lebih besar. Ia berkaitan dengan proses

memasok makna implisit (tak langsung) sebuah teks. Dalam penafsiran,

pembaca harus memikir ulang lambang-lambang bahasa dan menarik makna

yang implisit ada pada lambang itu. Membaca kritis adalah level tertinggi

23

dalam hierarki keterampilan membaca untuk memaknai. Ia tidak

hanyamelibatkan pemahaman harfiah dan interprestasi, tetapi juga evaluasi,

penilaian dan timbangan pribadi atas kualitas, nilai, ketepatan dan kebenaran

dari yang dibacanya.

Salah satu kritik yang paling sering dilontarkan oleh riset mengenai

pemahaman adalah bahwa ia lebih menggunakan produk daripada memproses

ukuran; maksudnya, pemahaman mengandalkan pada ukuran yang diperoleh

setelah membaca, yang bergantung pada memori, membuat kesimpulan tentang

proses yang terjadi selama membaca (1 dan 14). Masalah ini menjadi gawat

jika kita ingin mengkaji kontrol pembaca atas aktivitas yang terlibat dalam

pemahaman.

3. Tingkat Pemahaman Bacaan

Burns dkk. (1996: 208) membedakan tingkatan pemahaman bacaan

dalam dua tipe pemahaaman. Tipe pertama disebut pemahaman literal dan tipe

yang kedua disebut pemahaman tingkat tinggi. Untuk tipe pemahaman tingkat

tinggi, mereka memilahnya lagi memjadi tipe pembaca. Ketiga tipe pembaca

yang dimaksud ialah membaca interpretatif, membaca kritis, dan membaca

kreatif. Dengan demikian, berdasarkan pendapat tersebut dapat dinyatakan

bahwa membaca pemahaman dapat dikategorikan dalam empat tingkatan

pemahaman, yaitu pemahaman literal, pemahaman interpretative, pemahaman

kritis, dan pemahaman kreatif.

a. Pemahaman Literal.

24

Pemahaman literal merupakan tingkatan pemahaman yang paling

rendah di antara tingkatan-tingkatan pemahaman yang dikemukakan oleh para

ahli bahasa. Pada tingkat pemahaman tersebut, pembaca cukup melihat dalam

bacaan. Artinya, pembaca tidak perlu menghubungkan sesuatu yang terdapat

dalam bacaan dengan sesuatu di luar bacaan.

b. Pemahaman Interpretatif .

Pemahaman interpretatif adalah membaca antar baris untuk membuat

interferensi. Secara garis besar untuk keterampilan ini meliputi pembuatan

kesimpulan dan analisis bacaaan. Kesimpulan bacaan, misalnya berbentuk

gagasan utama, hubungan sebab akibat, dan menginterpretasikan bahan

figuratif. Sementara itu, bentuk analisis bacaan, misalnya menentukan tujuan

pengarang dalam menulis teks.

c. Pemahaman Kritis.

Menurut Burns dkk. (1996: 278), membaca kritis adalah mengevaluasi

materi tertulis, yakni membandingkan gagasan yang tercakup dalaam materi

dengan standar yang diketahui dan menarik kesimpulan tentang keakuratan,

kesesuaian, dan garis waktu. Pembaca kritis hendaknya menjadi pembaca yang

aktif, bertanya, meneliti fakta-fakta dan menunda penilaiannya sampai

mempertimbangkan isi bacaan keseluruhan.

d. Pemahaman Kreatif.

Pemahaman kreatif adalah membaca yang melibatkan pencarian makna

di balik materi yang dinyatakan oleh pengarang. Membaca kreatif melibatkan

tingkat pemahaman yang paling tinggi. Seperti halnya membaca kritis,

25

membaca kreatif menuntut pembaca berpikir dan menggunakan imajinasi

ketika dia sedang membaca. Dengan membaca seperti itulah, pembaca akan

menghasilkan bentuk gagasan-gagasan baru

5. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Membaca

Pemahaman Keberhasilan seseorang dalam memahami bacaan dipengaruhi

oleh banyak faktor. Johson dan Dearson (via Zuchdi, 2008: 23) menyatakan

bahwa factor-faktor yang mempengaruhi komprehensi/ pemahaman bacaan dapat

dibedakan menjadi dua macam, yaitu yang ada di dalam diri dan di luar pembaca.

Faktor-faktor yang ada dalam diri pembaca meliputi kemampuan linguistik

(kebahasaan), minat (seberapa kepedulian pembaca terhadap bacaan yang

dihadapinya), motivasi (seberapa kepedulian pembaca terhadap tugas membaca

atau perasaan umum mengenai membaca dan sekolah), dan kumpulan

kemampuan membaca (seberapa baik pembaca dapat membaca). Faktor-faktor di

luar pembaca dibedakan menjadi dua kategori yaitu unsure-unsur bacaan dan

lingkungan membaca. Unsur-unsur pada bacaan dan ciri-ciri tekstual meliputi

kebahasaan teks (kesulitan bahan bacaan) dan organisasi teks (jenis pertolongan

yang tersedia berupa bab, dan subbab, susunan tulisan,dsb). Kualitas setelah

pelajaran membaca guna menolong murid memahami teks; cara murid

menanggapi teks; dan suasana umum penyeleseian tugas (hambatan, dorongan,

dsb.) semua faktor ini tidak saling terpisah, tetapi saling berhubungan.

Kemampuan tiap orang dalam memahami bacaan berbeda-beda. Hal ini

tergantung pada perbendaharaan kata yang dimiliki, minat, jangkauan mata,

kecepatan interprestasi, latar belakang pengalaman sebelumnya, kemampuan

26

intelektual, keakraban dengan ide yang dibaca, tujuan membaca, dan keluwesan

mengatur kecepatan (Soedarso, 2010: 58-59).

Berdasarkan pendapat diatas, dapat disimpulkan bahwa keberhasilan

pembaca dalam memahami suatu bacaan dipengaruhi oleh beberapa hal baik

dalam diri pembaca maupun di luar pembaca. Secara umum faktor-faktor dari

dalam diri pembaca yang mempengaruhi tingkat pemahaman pembaca adalah

minat, motivasi dan kemampuan membaca yang dimiliki, sedangkan faktor dari

luar pembaca meliputi teks bacaan dan lingkungan membaca.

6. Model Pembelajaran Kooperatif (Kooperatif Learning)

Model pembelajaran kooperatif merupakan suatu model pembelajaran

yang mengutamakan adanya kelompok-kelompok. Setiap siswa yang ada dalam

kelompok mempunyai tingkat kemampuan yang berbeda-beda (tinggi, sedang,

rendah) dan jika memungkinkan anggota kelompok berasal dari ras, budaya, suku

yang berbeda. Model pembelajaran kooperatif mengutamakan kerjasama dalam

menyelesaikan permasalahan untuk menerapkan pengetahuan dan keterampilan

dalam rangka mencapai tujuan pembelajaran.

Slavin (2009:34) mengemukakan perspektif motivasional pada

pembelajaran kooperatif terutama bertujuan untuk menciptakan situasi dimana

satu-satunya cara anggota kelompok bisa meraih tujuan pribadi mereka adalah

jika kelompok mereka bisa sukses. Oleh karna itu, untuk meraih tujuan personal

mereka, anggota kelompok harus membantu teman satu teamnya untuk

melakukan apapun guna membuat kelompok mereka berhasil,dan mungkin yang

lebih penting, mendorong anggota kelompoknya melakukan usaha maksimal.

27

Dengan kata lain, penghargaan kelompok (penjumlahan dari kinerja individual)

menciptakan struktur penghargaan interpersonal dimana anggota kelompok akan

merespon atau memberikan usaha-usaha yang berhubungan dengan tugas

kelompoknya.

Tukiran (2011:56) mengemukakan bahwa:“Pada dasarnya cooperative

learning mengandung pengertian sebagai suatu sikap atau prilaku bersama dalam

bekerja atau membantu sesama dalam struktur kerjasama yang teratur dalam

kelompok, yang terdiri dari beberapa orang dimana keberhasilan kerja sangat

dipengaruhi oleh keterlibatan dari setiap anggota kelompok itu sendiri”.

Huda (2015:32) mengemukakan bahwa pembelajaran kooperatif adalah

pembelajaran yang dilakukan secara berkelompok, siswa dalam satu kelas

dijadikan kelompok–kelompok kecil yang terdiri dari 4 sampai 5 orang untuk

memahami konsep yang difasilitasi oleh guru. Model pembelajaran kooperatif

memiliki ciri-ciri:

a. Untuk menuntaskan materi belajarnya, siswa belajar dalam kelompok secara

kooperatif,

b. Kelompok dibentuk dari siswa-siswa yang memiliki kemampuan tinggi,

sedang,dan rendah,

c. Jika dalam kelas terdapat siswa-siswa yang terdiri dari beberapa ras, suku,

budaya dan jenis kelamin yang berbeda, maka diupayakan agar dalam tiap

kelompok terdiri dari ras, suku, budaya, jenis kelamin yang berbeda pula, dan

d. Penghargaan lebih diutamakan pada kerja kelompok daripada perorangan.

28

Tabel 2.1 Langkah-langkah Pembelajaran Kooperatif

Tahap Tingkah Laku Guru

Tahap 1:

Menyampaikan tujuan

dan memotivasi siswa

Guru menyampaikan tujuan pelajaran yang akan

dicapai pada kegiatan pelajaran dan menekankan

pentingnya topik yang akan dipelajari dan

memotivasi siswa belajar.

Tahap 2:

Menyajikan informasi

Guru menyajikan informasi atau materi kepada

siswa dengan jalan demonstrasi atau melalui

bahan bacaan.

Tahap 3:

Mengorganisasikan

siswa ke dalam

kelompok-kelompok

belajar

Guru menjelaskan kepada siswa bagaimana

caranya membentuk kelompok belajar dan

membimbing setiap kelompok agar melakukan

transisi secara efektif dan efisien.

Tahap 4:

Membimbing

kelompok bekerja dan

belajar

Guru membimbing kelompok-kelompok belajar

pada saat mereka mengerjakan tugas mereka.

Tahap 5:

Evaluasi

Guru mengevaluasi hasil belajar tentang materi

yang telah dipelajari atau masing-masing

kelompok mempresentasikan hasil kerjanya.

Tahap 6:

Memberikan

penghargaan

Guru mencari cara-cara untuk menghargai baik

upaya maupun hasil belajar individu dan

kelompok.

Sumber: (Rusman, 2012: 211)

a. Model TGT (Team Games Tournament)

TGT (Team Games Tournament) adalah salah satu tipe pembelajaran

kooperatif yang menempatkan siswa dalam kelompok-kelompok belajar yang

beranggotakan 4 sampai 5 orang siswa yang memiliki kemampuan, jenis kelamin,

29

suku atau ras yang berbeda. Menurut Slavin ( 2009:163) menyatakan bahwa Team

Games Tournament (TGT) menggunakan turnamen akademik, dan menggunakan

kuis–kuis dan sistem skor kemajuan individu, dimana para siswa berlomba

sebagai wakil tim mereka dengan menggunakan anggota tim lain yang kinerja

akademik sebelumnya setara seperti mereka.

Dalam metode ini, siswa setelah belajar dalam kelompoknya masing–

masing anggota kelompok yang setingkat kemampuannya akan dipertemukan

dalam suatu pertandingan atau turnamen yang dikenal dengan “tournament table”

yang diadakan tiap akhir unit pokok bahasan atau akhir pekan. Skor yang didapat

akan memberikan kontribusi rata-rata skor kelompok.

Sintaks Model Pembelajaran Kooperatif tipe Team Games Tournament

(TGT) menurut Slavin (2009:170) yaitu sebagai berikut :

1) Penyajian Kelas (Class Pressentation)

Penyajian kelas dalam Pembelajaran Kooperatif tipe TGT (Team Games

Tournament) tidak berbeda dengan pengajaran biasa atau pengajaran klasikal oleh

guru, hanya pengajaraan lebih difokuskan pada materi yang sedang dibahas saja.

Ketika penyajian materi berlangsung mereka sudah berada dalam kelompoknya

masing-masing.Pada fase ini, guru menyampaikan tujuan pembelajaran, pokok

materi dan penjelasan singkat tentang LKS yang dibagikan pada kelompok.

2) Kelompok (Team)

Kelompok disusun dengan beranggotakan 4 sampai 5 orang yang

mewakili pencampuran dari berbagai keragaman dalam kelas seperti kemampuan

akademik, jenis kelamin, ras atau etnik. Fungsi utama dari pengelompokan ini

30

adalah anggota-anggota kelompok saling meyakinkan bahwa mereka dapat

bekerja sama dalam belajar dan mengerjakan game atau lembar kerja atau lebih

khusus lagi untuk menyiapkan semua anggota dalam menghadapi kompetisi.

3) Permainan (Game)

Gamenya terdiri atas pertanyaan-pertanyaan yang kontennya relevan

dengan dirancang untuk menguji pengetahuan siswa yang diperolehnya dari

presentasi dikelas dan pelaksanaan kerja tim. Game tersebut dimainkan diatas

meja dengan tiga orang siswa, yang masing-masing mewakili tim yang berbeda.

Kebanyakan game hanya berupa nomor-nomor pertanyaan yang ditulis pada

lembar yang sama. Seorang siswa mengambil kartu yang bernomor dan harus

menjawab pertanyaan yang sesuai dengan nomor yang tertera pada kartu tersebut.

Sebuah aturan tentang penantang memperbolehkan para pemain saling menantang

jawaban masing-masing.

4) Kompetisi / Turnamen (Tournament)

Turnamen adalah sebuah struktur dimana game berlangsung. Biasanya

berlangsung pada akhir minggu atau akhir unit, setelah guru memberikan

persentasi dikelas dan tim telah melaksanakan kerja kelompok terhadap lembar

kegiatan. Pada turnamen pertama, guru menunjuk siswa untuk berada pada meja

turnamen tiga siswa berprestasi tinggi sebelumnya pada meja 1, tiga berikutnya

pada meja 2, dan seterusnya.

31

5) Penghargaan Kelompok (Team Recognition)

Pengakuan kelompok dilakukan dengan memberi penghargaan atas usaha

yang telah dilakukan kelompok selama belajar sehingga mencapai kriteria yang

telah disepakati bersama.

Ada tiga panghargaan yang dapat diberikan dalam penghargaan tim yaitu

baik, sangat baik,dantim super. Kriteria ini merupakan suatu rangkaian sehingga

untuk menjadi tim sangat baik sebagian besar anggota tim harus memiliki skor

diatas awal mereka, dan untuk menjadi tim super sebagian besar anggota tim

harus memiliki setidaknya sepuluh poin diatas skor dasar mereka. Kriteria ini

dapat diubah jika kita menginginkannya.

7. Uraian tentang materi pelajaran yang diberikan

a) Pengertian biografi

Biografi berasal dari bahasa Yunani, yaitu bios yang berarti hidup, dab

graphien yang berarti tulis. Dengan kata lain biografi merupakan tulisan tentang

kehidupan seseorang. Biografi, secara sederhana dapat dikatakan sebagai sebuah

kisah riwayat hidup seseorang. Biografi dapat berbentuk beberapa baris kalimat

saja, namun juga dapat berupa lebih dari satu buku

Biografi menganalisa dan menerangkan kejadian-kejadian dalam hidup

seseorang. Lewat biografi, akan ditemukan hubungan, keterangan arti dari

tindakan tertentu atau misteri yang melingkupi hidup seseorang, serta penjelasan

mengenai tindakan dan perilaku hidupnya. Biografi biasanya dapat bercerita

tentang kehidupan seorang tokoh terkenal atau tidak terkenal, namun demikian,

biografi tentang orang biasa akan menceritakan mengenai satu atau lebih tempat

32

atau masa tertentu. Biografi seringkali bercerita mengenai seorang tokoh sejarah,

namun tak jarang juga tentang orang yang masih hidup. Banyak biografi ditulis

secara kronologis. Beberapa periode waktu tersebut dapat dikelompokkan

berdasar tema-tema utama tertentu (misalnya "masa-masa awal yang susah" atau

"ambisi dan pencapaian"). Walau begitu, beberapa yang lain berfokus pada topik-

topik atau pencapaian tertentu.

Biografi memerlukan bahan-bahan utama dan bahan pendukung. Bahan

utama dapat berupa benda-benda seperti surat-surat, buku harian, atau kliping

koran. Sedangkan bahan-bahan pendukung biasanya berupa biografi lain, buku-

buku referensi atau sejarah yang memaparkan peranan subyek biografi itu.

Biografi adalah suatu kisah atau keterangan tentang kehidupan seseorang

yang bersumber pada subjek rekaan (non-fiction / kisah nyata). Sebuah biografi

lebih kompleks daripada sekadar daftar tangga lahir atau mati dan data-data

pekerjaan seseorang,tetapi juga menceritakan tentang perasaan yang terlibat dalam

mengalami kejadian-kejadian tersebut yang menonjolkan perbedaan perwatakan

termasuk pengalaman pribadi.

b) Macam-macam Biografi :

1) Berdasarkan Sisi Penuli

1. Autobiografi.

Ditulis sendiri oleh tokoh yang tercatat perjalanan hidupnya

2. Biografi.

Ditulis oleh orang lain, berdasarkan izin penulisan dibagi atas :

33

a) Authorized biography, yaitu biografi yang penulisannya seizin atau

sepengetahuam tokoh didalamnya.

b) Unauthorized biography, yaitu ditulis seseorang tanpa sepengetahuan atau

izin dari tokoh di dalamnya (biasanya karena telah wafat).

2) Berdasarkan Isinya

a) Biografi Perjalanan Hidup, Isinya berupa perjalanan hidup lengkap atau

sebagian paling berkesan.

b) Biografi Perjalanan Karir, Isinya berupa perjalanan karir dari awal karir

hingga karir terbaru, atau sebagian perjalanan karir dalam mencapai sukses

tertentu.

3) Berdasarkan Persoalan Yang Dibahas.

a. Biografi Politik.

Yaitu penulisan tokoh-tokoh di negeri ini dari sudut politik. Dalam

biografi semacam ini bahan-bahan dikumpulkan biasanya melalui riset.

Namun, biografi semacam ini kadang kala tidak lepas dari kepentingan

penulis ataupun sosok yang ditulisnya.

b. Intelektual biografi

Yang juga disusun melalui riset dan segenap temuan

dituangkanpenulisnya dalam gaya penulisan ilmiah.

c. Biografi Jurnalistik ataupun Biografi Sastra

Yaitu materi penulisan biasanya diperoleh dari hasil wawancara

terhadap tokoh yang akan ditulis maupun yang menjadi rujukan sebagai

34

pendukung penulisan. Ini lebih ringan karena Cuma keterampilan dan

wawancara.

4) Berdasarkan Penerbitannya

a. Buku Sendiri

Penerbitan buku kategori ini dilakukan atas inisiatif penerbit

dengan seluruh biaya penulisan, percetakan, danpemasaran ditanggung

oleh produsen. Biografi jenis ini biasanya memuat kisah hidup tokoh-

tokoh yang diperkirakan akan menarik perhatian publik.

b. Buku Subdisi

Ongkos pembuatan buku jenis ini sebagian dibiayai oleh sponsor.

Biasanya pola ini dilakukan pada buku-buku yang diperkirakan dari segi

komersial tidak akan laku atau kalaupun bisa dijual harganya sangat

tinggi sehingga tidak terjangkau.

B. Kerangka Pikir

Pembelajaran membaca pemahaman khususnya teks biografi yang selama

ini dilaksanakan di sekolah belum berjalan secara maksimal. Siswa diminta untuk

membaca teks kemudian menjawab pertanyaan-pertanyaan yang sudah

disediakan. Pembelajaran membaca cenderung bersifat tradisional, sehingga siswa

merasa bosan dan malas. Pembelajaran membaca yang saat ini membuat

kemampuan membaca pemahaman siswa tidak berkembang dan tidak

menumbuhkan motivasi dan minat siswa untuk gemar membaca. Padahal

membaca merupakan kunci untuk mendapatkan ilmu pengetahuan.

35

Untuk mengatasi permasalahan ini, diperlukan model pembelajaran sebagai

variasi dalam membaca pemahaman khusunya teks biografi. Salah satu model

pembelajaran yang dapat digunakan untuk meningkatkan kemampuan membaca

pemahaman teks biografi adalah model Team Games Tournament.

TGT (Team Games Tournament) adalah salah satu tipe pembelajaran

kooperatif yang menempatkan siswa dalam kelompok-kelompok belajar yang

beranggotakan 4 sampai 5 orang siswa yang memiliki kemampuan, jenis kelamin,

suku atau ras yang berbeda. Dalam metode ini, siswa setelah belajar dalam

kelompoknya masing–masing anggota kelompok yang setingkat kemampuannya

akan dipertemukan dalam suatu pertandingan atau turnamen yang dikenal dengan

“tournament table” yang diadakan tiap akhir unit pokok bahasan atau akhir pekan.

Skor yang didapat akan memberikan kontribusi rata-rata skor kelompok.

Hal ini bertujuan agar siswa dan guru selalu dekat dan siap membantu

dalam pembelajaran. Sintaks model pembelajaran kooperatif TGT (Team Games

Tournament) yaitu penyajian kelompok, kelompok team, permainan game,

kompetisi/turnament (tournament), dan penghargaan kelompok (Team

Recognition). Model TGT (Team Games Tournament) dapat dilihat dari prestasi

membaca pemahaman setelah dilakukan pengukuran pada siswa berupa tes

pemahaman bacaan teks biografi. Tes dilaksanakan dua kali yaitu tes awal dan tes

akhir. Model TGT (Team Games Tournament) dikatakan efektif penerapanya

apabila prestasi membaca pemahaman siswa khusunya teks biografi melalui

Model TGT (Team Games Tournament) berhasil dilakukan.

36

Berdasarkan kerangka pikir tersebut, maka dapat dituangkan dalam bagan

sebagai beriku:

.

Bagan kerangka pikir

Pengajaran Bahasa Kurikulum 2013

(K.13)

Membaca Menulis Berbicara Menyimak

Membaca Pemahaman Teks

Boigrafi

Analisis

TGT

(Team Games Tournament)

Temuan

37

BAB III

METODE PENELITIAN

A. Jenis Penelitian

peelitian yang digunakan adalah jenis penelitian tindakan kelas (classroom

action research) yang bertujuan untuk meningkatkan hasil belajar bahasa Indonsia

melalui model pembelajaran TGT pada siswa SMP Muhammadiyah 5 Makassar

dengan metode secara langsung.

Penelitian tindakan kelas merupakan suatu penelitian tindakan yang

permasalahannya berasal dari kelas, menyangkut proses pembelajaran dan

dirasakan langsung oleh guru yang bersangkutan. Dalam PTK, penelitian atau

guru dapat melihat sendiri praktek pembelajaran atau bersama guru lain, penlitian

atau guru dapat melakukan penelitian terhadap siswa dilihat dari berbagai aspek

interaksinya dalam proses pembelajaran.

Penelitian tindakan kelas menekankan kepada kegiatan (tindakan) dengan

menguji coba suatu ide ke dalam praktik tau situasi nyata dalam skala mikro yang

diharapkan kegiatan tersebut mampu memperbaiki dan meningkatkan kualitas

proses belajar mengajar. PTK setidaknya memiliki karakteristik antara lain:

1. Didasarkan pada masalah yang dihadapi guru dan interuksional

2. Adanya kolaborasi dalam pelaksanaannya

3. Penelitian sekaligus sebagai praktisi yang melakukan refleksi

4. Bertujuan memperbaiki atau meningkatkan kualitas praktik instruksional

37

38

Dilaksanakan dalam rangkaian langkah dengan beberapa siklus. PTK

terdiri atas rangkaian empat kegiatan yang dilakukan dalam siklus berulang.

Menurut suhardjono (2006), keempat kegiatan yang ada pada setiap siklus yaitu:

1. Perencanaan

2. Tindakan

3. Pengamatan

4. Refleksi

B. Lokasi dan Subjek Penelitian

Pada penelitian tindakan kelas tidak lagi mengenal populasi dan sampel

karena dampak perlakuan hanya berlaku bagi subjek yang dikenai tindakan saja.

Dari penjelasan ini, maka penelitian menetapkan siswa kelas VIII SMP

Muhammadiyah 5 Makassar sebagai subjek yang dikenai tindakan dalam

penelitian. Adapun tempat penelitian dilaksanakan di SMP Muhammadiyah 5

Makassar sebagai lokasi penelitian. Penelitian ini dilakukan pada semester ganjil

tahun ajaran 2016/2017.

Penelitian dilaksanakan karena hasil belajar siswa di kelas tersebut berada

dalam kategori yang rendah sehingga mendorong peneliti untuk melakukan

penelitian dengan tujuan untuk memperbaiki dan meningkatkan hasil belajar

siswa di kelas tersebut.

39

C. Prosedur Penelitian

Penelitian ini berbasis kolaboratif, sehingga dalam pelaksanaannya

penelitian dilakukan melalui kerja sama dengan guru bidang studi bahasa Indonesia

yang selalu berupaya untuk memperoleh hasil yang optimal melalui cara dan

prosedur yang efektif, sehingga dimungkinkan adanya tindakan yang berulang

revisi untuk meningkatkan hasil belajar siswa terhadap mata pelajaran bahasa

Indonesia.

Penelitian berperan sebagai guru untuk melakukan tindakan pembelajaran

sesuai perencanaan tindakan yang dibuat. Penelitian selalu bekerja sama dengan

guru bidang studi bahasa Indonesia mulai dari dialog awal, perencanaan tindakan,

pelaksanaan tindakan, pemantauan (observasi), perenungan (refleksi) pada setiap

tindakan yang dilakukan penyimpulan hasil berupa pengertian dan pemahaman

(evaluasi).

Penelitian ini mengarah pada model penelitian tindakan kelas (PTK) yang

dapat didefinisikan sebagai salah satu bentuk penelitian yang bersifat reflektif

dengan alasan melakukan tindakan tertentu agar dapat meningkatkan kualitas

proses pembelajaran di kelas. Model penelitian tindakan kelas merupakan

penelitian bersiklus yang terdiri dari rencana, aksi atau tindakan, observasi, dan

refleksi yang dilakukan secara berulang.

40

Siklus I

Siklus II

Bagan 2. Siklus Penelitian Tindakan Kelas

Rancangan penelitian disusun menggunakan prosedur sebagai berikut:

1. Dialog Awal

Dialog awal dilakukan dengan mengadakan pertemuan penelitian dengan

guru yang bermaksud mendiskusian maksud dan tujuan penelitian sehingga

peneliti yang akan melakukan tindakan benar-benar mengerti permasalahan

yang dihadapi oleh guru di kelas.

2. Perencanaan Tindakan

a. Menelaah silabus mata pelajaran bahasa Indonesia siswa kelas VIII SMP

Muhammadiyah 5 Makassar, dengan tujuan untuk mengalokasikan waktu yang

akan digunakan.

Perencanaan

tindakan I

Permasalahan

nn

Refleksi I

Pelaksanaan

tindakan I

Pengamatan/

pengumpulan data I

Pelaksaan

tindakan II

Permasalahan baru

hasil refleksi

Perencanaan

tindakan II

Refleksi II

Apabila permasalahan

belum terselesaikan

Pengamatan/

pengumpulan data II Dilanjutkan

kesiklus

selanjutnya

41

b. Mengidentifikasi kebutuhan dan keadaan siswa berupa kesiapan belajarnya

dengan materi sehubungan dengan pokok bahasan yang akan dipelajari dengan

penerapan model pembelajaran TGT.

c. Membuat skenario atau rencana tindakan (RPP) untuk mengefektifkan

pembelajaran di kelas yang meliputi: standar kompetensi, kompetensi dasar,

indikator, alokasi waktu, materi pembelajaran, strategi, kegiatan inti, dan

kegiatan akhir pada proses pembelajaran bahasa Indonesia.

3. Pelakasanaan Tindakan

Pada tahap pelaksanaan tindakan, peneliti bersama guru melakukan

pembelajaran sesuai dengan perencanaan yang telah dibuat. Peneliti

melakasanakan pembelajaran kooperatif tipe TGT dalam usaha ke arah

perbaikan. Dalam pelaksanaan tindakan, peneliti berperan sebagai guru,

sedangkan guru berperan sebagai observer.

a. Guru menyampaikan tujuan pembelajaran, memotivasi siswa agar terlibat

pada aktifitas pembelajaran, kemudian membagikan modul materi pokok

bahasa Indonesia dan mempersentasikan inti dari materi pelajaran bahasa

Indonesia.

b. Guru membagi siswa menjadi 6 kelompok (tim) yang masing-masing terdiri

dari 5 siswa (anggota tim heterogen).

c. Guru memberi kesempatan siswa untuk membaca materi pelajaran serta

berdiskusi dengan timnya mengenai materi. Siswa dipersilahkan mengajukan

pertanyaan kepada tim sebelum bertanya pada guru dan memberi umpan balik

terhadap ide yang dikemukakan anggota-anggota satu tim. Setiap tim

42

bertanggung jawab terhadap anggota timnya, sehingga semua tim dapat

memahami materi sebagai persiapan untuk menghadapi turnamen.

d. Guru mempersiapkan turnamen dengan menata kartu permainan dilengkapi

nomor, skor, pertanyaan, dan jawaban mengenai materi pada meja turnamen.

e. Tahap permainan/pertandingan (game/turnamen)

1) Tiap kelompok (tim) mendapat kesempatan untuk memilih kartu bernomor

yang bersedia pada meja turnamen dan mencoba menjawab pertanyaan yang

muncul.

2) Apabila tiap anggota dalam suatu tim tidak bisa mencoba pertanyaannya,

maka pertanyaan tersebut dilempat kepada kelompok lain, searah jarum jam.

3) Tim yang bisa menjawab dengan benar pertanyaan itu akan mendapat skor

yang telah terterah di balik nomor tersebut. Skor ini yang nantinya

dikumpulkan tim untuk menentukan skor akhir tim.

4) Pemilihan kartu bernomor akan digilir pada tiap-tiap tim secara bergantian

searah jarum jam, sampai habis jata nomornya.

5) Setelah selesai tindakan pengisian angket oleh siswa dan post-test (pemberian

tes akhir semua materi ) yang bertujuan untuk mengetahui ada tidaknya

peningkatan hasil belajar.

4. Observasi dan Monitoring

Observasi dan monitoring dilakukan bersama ketika pembelajaran

(pelaksanaan tindakan) berlangsung. Pengamatan ini tidak dilakukan oleh

peneliti sendiri yang bertindak sebagai guru tetapi bekerja sama dengan guru

bidang studu bahasa Indonesia.

43

5. Refleksi

Data dari hasil observasi dapat berupa data kuantitatif yang berupa

penguasaan materi (nilai post-test) dan tanggapan proses pembelajaran yang

dilaksanakan oleh guru. Proses refleksi ini memegang peran yang sangat penting

dalam menentukan suatu keberhasilan penelitian tindakan kelas. Karena dengan

adanya suatu refleksi yang tajam dan terpercaya akan didapatkan suatu masukan

yang sangat berharga dan akurat bagi penentu langkah tindakan selanjutnya.

Komponen-komponen refleksi dapat digambarkan sebagai berikut:

Tindak lanjut-penimpuan-penjelasan-pemaknaan-analisis. Data yang

diperoleh dari hasil observasi, selanjutnya didiskusikan antara guru bidang studi

dengan peneliti untuk mengetahui:

a. Apakah tindakan yang dilakukan sesuai dengan rencana?

b. Kemajuan apa yang dicapai siswa terutama dalam hal peningkatan hasil

belajar siswa.

6. Evaluasi

Tahap ini merupakan proses mengumpulkan, mengelola, dan menyajikan

informasi sehingga bermanfaat untuk pengambilan keputusan di antara dialog

awal, perencanaan tindakan, observasi, dan refleksi yang merupakan proses yang

terkait secara sistematis dan berkesinambungan. Evaluasi ditujuakan kepada

penemuan bukti adanya peningkatan hasil belajar bahasa Indonesia melalui

model TGT siswa SMP Muhammadiyah 5 Makassar.

44

D. Teknik Pengumpulan Data

Pada penelitian ini data diperoleh melalui beberapa cara, yaitu:

1. Dokumentasi, digunakan untuk memperoleh data mengenai daftar nama siswa

SMP Muhammadiyah 5 Makassar yang akan menjadi objek penelitian

sebelum dilakukan tindakan.

2. Wawancara, merupakan bentuk komunikasi verbal antara peneliti dengan guru

bidang studi, semacam percakapan untuk memperoleh informasi. Pada

penelitian ini dilakukan cara bebas tanpa terikat pertanyaan tertulis agar dapat

berlangsung lues dengan arah yang tebuka.

Adapun instrumen wawancara yang peneliti laksanakan adalah :

a. Bagaimana minat belajar siswa terhadap pelajaran bahasa Indonesia.

b. Bagaimana hasil belajar siswa terhadap pelajaran bahasa Indonesia.

c. Kendala apa yang siswa alami dalam proses belajar mengajar.

d. Metode/model pembelajaran apa yang sering diberikan kepada siswa.

e. Apakah metode/model pembelajaran yang dilaksanakan hanya satu

metode/model ataukah disesuaikan pada materi pelajaran.

f. Metode/model apakah yang siswa sukai.

g. Apakah model pembelajaran TGT (Teams Games Tournamen) pernah

dilasaknakan pada pelajaran bahasa Indonesia.

3. Observasi, digunakan untuk memperoleh data hasil belajar siswa (aspek

afektif) dalam kegiatan pembelajaran di kelas. Pengambilan data dilakukan

dengan pengamatan langsung di kelas mengenai kondisi siswa. Hasil

45

observasi dicatat pada lembar pengamatan yang berupa sistem penilaian

afektif siswa.

4. Tes, digunakan untuk memperoleh data hasil belajar siswa (aspek kognitif)

yang dilakukan setelah tindakan dengan model pembelajaran koperatif tipe

TGT (Team Games Tournament). Teknik pengumpulan data ini dengan cara

melakukan post-test di akhir pembelajaran melalui tes tertulis.

5. Catatan lapangan, digunakan sebagai sumber yang sangat penting dalam

penelitian karena catatan lapangan merupakan catatan tertulis tentang apa

yang didengar, dilihat, diamati, dan dipikirkan dalam rangka mengumpulkan

data dan refleksi data dalam penelitian kualitatif.

E. Teknik Analisis Data

Teknik analisis yang digunakan dalam penelitian adalah analisis deskriptif

kualitatif karena analisis ini bertalian dengan uraian deskriptif tentang

perkembangan proses pembelajaran. Teknik tersebut mencakup kegiatan

mengungkapkan kelebihan dan kelemahan kinerja siswa dan guru dalam proses

belajar mengajar. Hasil analisis tersebut nantinya akan digunakan sebagai dasar

untuk menyusun perencanaan tindakan untuk tahap berikutnya (Zainal, 2008).

F. Indikator Keberhasilan

Yang menjadi indikator keberhasilan penelitian ini adalah:

a. Apabila telah terdapat 85% siswa yag memperoleh skor minimal 65 dari hasil

tes akhir, maka kelas tersebut dianggap tuntas.

46

b. Meningkatkan perhatian siswa terhadap pelajaran dan antusiasinya dalam

mengukuti pelajaran.

47

BAB IV

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

Pada bab ini membahas tentang hasil-hasil penelitian yang menunjukkan

kemampuan membaca pemahaman teks biografi melalui model Team Games

Tournament siswa kelas VIII B SMP Muhammadiyah 5 Makassar. Adapun data

yang dianalisis adalah skor hasil belajar siswa yang diberikan setiap akhir siklus

secara deskriptif, data mengenai perubahan sikap siswa yang diambil dari

pengamatan dan tanggapan serta refleksi yang diberikan oleh siswa baik yang

tertulis maupun komentar secara lisan. Hasil dan pembahasan yang diperoleh dari

dua siklus pelaksanaan penelitian ini dapat diuraikan sebagai berikut

A. Deskriptif Hasil Penelitian

1. Hasil Analisis Kuantitatif

a. Tahap Perencanaan

Kegiatan-kegiatan yang dilakukan pada tahap perencanaan ini adalah

1) Membuat skenario pembelajaran melalui metode pembelajaran team games

tournament untuk pertemuan pertama sampai pertemuan ke tiga.

2) Mempersiapkan lembar observasi untuk mencatat aktivitas dan perubahan

tingkah laku siswa selama proses pembelajaran berlangsung pada pelaksanaan

tindakan siklus I.

3) Mempersiapkan angket respon siswa untuk mengetahui pendapat siswa

terhadap tindakan yang dilakukan, yang akan diberikan pada akhir siklus I.

48

4) Mempersiapkan lembar kerja siswa (LKS) yang dikerjakan secara individu

pada setiap pertemuan.

5) Mempersiapkan alat evaluasi berupa soal tes siklus I.

6) Mempersiapkan lembar jawaban yang akan digunakan siswa untuk menjawab

soal tes siklus I.

b. Tahap Pelaksanaan Tindakan

Adapun pelakasanaan tindakan pada siklus I ini berlangsung selam 4 kali

pertemuan dengan lama waktu setiap pertemuan adalah 2x45 menit pelajaran.

Pertemuan I sampai pertemuan III diisi dengan kegiatan belajar mengajar dengan

menerapkan model team games tournament dan pertemuan IV diisi dengan

pemberian tes siklus I, dengan pokok bahasan membaca pemahaman teks biografi.

Adapun langkah-langkahnya adalah sebagai berikut:

Pertemuan I

pada pertemuan pertama ini dilaksanakan pada hari senin tanggal

08/08/2016 dengan materi yang akan dibahas adalah menjelaskan pengertian

membaca pemahaman teks biografi.

Pada kegiatan awal, guru membuka pelajaran, memotivasi siswa dan

menyampaikan tujuan pembelajaran yang akan dicapai, mengecek kehadiran

siswa, menyampaikan judul materi pokok pembahasan, dan menjelaskan sambil

memberikan motivasi belajar, mengingatkan kembali tentang materi dengan

mengaitkannya dengan kehidupan sehari-hari. Selanjutnya, pada kegiatan inti

guru menyajikan informasi tentang materi yang akan diajarkan dengan

menggunakan alat peraga seperti kertas yang dibentuk sesuai dengan materi yang

49

dibahas, guru memberikan permasalahan berupa LKS kepada siswa, guru

membimbing pelatihan kepada siswa sampai benar-benar menguasai konsep yang

dipelajari. Sebelum mengakhiri kegiatan pembelajaran pada pertemuan ini, siswa

dan guru mengingatkan kepada siswa untuk mempelajari materi yang kan dibahas

pada pertemuan berikutnya.

Pertemuan II

Pertemuan kedua ini dilaksanakan pada hari selasa tanggal 09/08/2016

dengan materi yang dibahas adalah menjelaskan tentang tahap membaca

pemahaman teks biografi. Secara umum, langkah-langkah yang dilakukan pada

pertemuan kedua hampir sama dengan kegiatan pertemuan sebelumnya, karena

mengacu pada langkah-langkah kegiatan yang telah direncanakan pada RPP

dengan model pembelajaran team games tournament.

Hal-hal yang lebih khusus pada pertemuan kedua antara lain :

a. Siswa mengingat kembali matei yang akan dibahas pada pertemuan I dan guru

menyampaikan hasil LKS pertemuan lalu guna memotivasi siswa untuk lanjut

ke pembahasan berikutnya.

b. Kegiatan pembelajaran mengacu pada RPP, dan LKS.

Pertemuan III

Pertemuan ketiga ini, dilaksanakan pada hari rabu tanggal 10/08/2016

dengan materi yang dibahas adalah menjelaskan tujian membaca pemahaman teks

biografi.

50

Pertemuan III ini, pada dasarnya hampir sama dengan pertemuan I dan II,

hanyan saja nilai dari tugas yang dikerjakan siswa masih berada pada kategori

rendah dan sedang. Hal ini disebabkan karena mereka masih malu bertanya pada

guru sehingga mempengaruhi nilai mereka. Oleh karena itu, guru melakukan

perbaikan berupa menjalin keakraban yang lebih pada siswa.

Pertemuan IV

Pada pertemuan IV ini dilaksanakan pada hari senin tanggal 15/08/2016

tes siklus I ini bertujuan untuk mengetahui sejauh mana kemampuan siswa dalam

belajar dengan model team games tournament yang dilaksanakan pada hari senin

tanggal 09 Agustus 2016 dengan alokasi waktu yang digunakan dama dengan

pembelajaran biasanya yaitu 2x45 menit pelajaran.

c. Tahap Observasi dan Evaluasi

Pada siklus I tercatat aktivitas siswa yang terjadi selama proses

pembelajaran berlangsung. Aktivitas tersebut diperoleh dari lembar observasi

yang dapat diliahat pada tabel berikut ini.

4.1 Statistik skor hasil belajar kemampuan membaca pemahaman teks

biografi bahasa Indonesia kelas VIII B SMP Muhammadiyah 5

Makassar pada akhir siklus I

Statistik Nilai statistik

Jumlah siswa

Skor ideal

Nilai maksimum

Nilai minimum

Rentang skor

Skor rata-rata

Standar deviasi

37

100,00

85,00

45,00

40,00

67,84

11,99

51

Berdasarkan analisis deskriptif yang terangkum diperoleh informasi bahwa

skor rata-rata hasil belajar siswa kelas VIII B SMP Muhammadiyah 5 Makassar

setelah proses belajar mengajar dengan melalui model team games tournament

yang dilaksanakan pada siklus I adalah 67,84% dengan standar deviasi 11,99%

dari skor ideal yang mungkindicapai 100. Ini menunjukkan bahwa secara rata-rata

kelas, tingkat penguasaan terhadap sub pokok bahasa Indonesia yang diajar pada

siklus I sebesar 67,84% dari seluruh materi yang diberikan.

Sedangkan secara individual, skor yang dicapai responden tersebut dari

skor minimum 45 dari skor yang mungkin dicapai 0 sampai dengan skor

maksimum 85 dari skor ideal yang mungkin dicapai 100. Dengan rentang skor

yang diperoleh mengindikasikan bahwa skor perolehan responden tersebut dari

skor yang sangat rendah sampai skor yang sangat tinggi.

Jika skor hasil belajar bahasa Indonesia pada siklus I dikelompokkan

kedalam lima kategori, maka diperoleh distribusi frekuensi dan persentase skor

seperti disajikan pada tabel 4.2 berikut:

Tabel 4.2 Distribusi Frekuensi dan Persentase Skor Hasil Belajar

kemampaun membaca pemahaman teks biografi bahasa

Indonesia Siswa Kelas VIII B SMP Muhammadiyah 5

Makassar pada siklus I

Skor Kategori Frekuensi Persentase (%)

0 – 54

55 – 64

65 – 79

80 – 89

90 – 100

Sangat rendah

Rendah

Sedang

Tinggi

Sangat tinggi

8

3

17

9

0

21,62

8,11

45,95

24,32

0

Jumlah 37 100

52

Berdasarkan skor rata-rata hasil belajar siswa yang diperoleh setelah

proses belajar mengajar selama siklus I berlangsung yaitu sebesar 67,84 setelah

dikategorikan berdasarkan tabel di atas, diketahui bahwa tingkat penguasaan

siswa kelas VIII SMP Muhammadiyah 5 Makassar berada pada kategori tinggi 9

atau 24,32% orang siswa. Hal tersebut belum mencapai kriteria indikator

keberhasilan tindakan.

Selanjutnya Pada siklus I tercatat aktifitas siswa yang terjadi selama proses

pembelajaran berlangsung. Aktifitas tersebut diperoleh dari lembar observasi yang

dapat diliahat pada tabel berikut ini.

Tabel 4.3 Hasil Observasi Aktifitas Siswa pada Siklus I

No Komponen yang di amati Siklus I

Persentase

(%)

I II III IV

1

Siswa yang hadir pada saat

proses pembelajaran

berlangsung

32 33 35

T

E

S

S

I

K

L

U

S

I

90,09

2

Siswa yang mendengar atau

memperhatikan penjelasan guru

pada saat proses pembelajaran

berlangsung

24 26 28 70,27

3

Siswa yang mengajukan

pertanyaan kepada guru pada

saat proses pembelajaran

berlangsung

9 9 11 26,12

4

Siswa yang menjawab

pertanyaan, baik dari guru

maupun dari siswa lain pada

saat proses pembelajarang

berlangsung

12 12 15 35,13

5 Siswa yang aktif mengerjakan

LKS 30 30 33 83,78

6

Siswa yang melakukan kegiatan

lain (ribu, bermain, tidur, dll)

pada saat proses pembelajaran

berlangsung

8 6 4 16,21

53

Berdasarkan tabel 4.3 di atas bahwa terdapat beberapa komponen yang

diamati dalam mengobservasi aktivitas siswa pada siklus I diantaranya:

1. Siswa yang hadir pada saat proses pembelajaran berlangsung di pertemuan I

siklus I 32 siswa, pertemuan II siklus I berjumlah 33 siswa, pertemuan III

siklus I berjumlah 35 siswa dan presentase keseluruhan adalah 9O, 09 %.

2. Siswa yang mendengarkan atau memperhatikan penjelasan guru pada saat

proses pembelajaran berlangsung di pertemuan I siklus I berjumlah 24 siswa,

pertemuan II siklus I berjumblah 26 siswa, pertemuan III siklus I berjumlah 28

siswa dan presentase keseluruhannya adalah 70,27 %.

3. Siswa yang mengajukan pertanyaan kepada guru pada saat proses

pembelajaran berlangsung di pertemuan I siklus I berjumlah 9 siswa,

pertemuan II siklus I berjumlah 9 siswa, pertemuan III siklus I berjumlah 11

siswa dan persentase keseluruhannya adalah 26,12%.

4. Siswa yang menjawab pertanyaan, baik dari guru maupun dari siswa lain pada

saat proses pembelajaran berlangsung di pertemuan I siklus I berjumlah 12

siswa, pertemuan II siklus I berjumblah 12 siswa, pertemuan III siklus I

berjumlah 15 siswa dan persentase keseluruhannya adalah 35,13%

5. Siswa yang aktif mengerjakan LKS di pertemuan I siklus I berjumlah 30 siswa,

pertemuan II siklus I berjumblah 30 siswa, pertemuan III siklus I berjumlah 33

siswa dan persentase keseluruhannya adalah 83,78%.

6. Siswa yang melakukan kegiatan lain (ribut, bermain, tidur dll) pada saat proses

pembelajaran berlangsung di pertemuan I siklus I berjumlah 8 siswa,

pertemuan II siklus I berjumlah 6 siswa, pertemuan III siklus I berjumlah 4

54

siswa dan persentase keseluruhannya adalah 16,21%. Hal tersebut belum

mencapai kriteria indikator keberhasilan tindakan.

Oleh karena itu, kegiatan ini masih perlu dilanjutkan dengan mengadakan

perbaikan-perbaikan tertentu dalam pelaksanaan proses pembelajaran berdasarkan

hasil analisis data dalam pelaksanaan pembelajaran, adalah beberapa hal yang

harus diperbaiki dalam proses pembelajaran, agar siswa dapat belajar dengan baik.

Perbaikan yang dimaksud adalah :

1. Menekankan pada siswa menggunakan materi pelajaran membaca pemahaman

teks biografi untuk memecahkan masalah-masalah yang ada.

2. Membuat rangkuman jawaban mengenai pertanyaan-pertanyaan yang telah

mereka ajukan.

d. Refleksi

1) Umumnya siswa menunjukkan antusias belajar yang positif, seperti

menanggapi pertanyaan, keberanian mengajukan pertanyaan atau tanggapan

pada guru, dan keingi nan untuk menyelesaikan LKS. Namun karena siswa

belum terbiasa dengan tindakan yang diberikan maka kelas menjadi agak

gaduh sehingga pengelolahan kelas lebih ditekankan pada siklus II.

2) Masih ada beberapa siswa yang sulit dalam menyelesaikan LKS komunikasi

dengan teman kelompoknya. Untuk itu, guru harus membimbing siswa

tersebut.

3) Dari hasil tes siklus I, masih terdapat beberapa siswa yang mendapatkan nilai

di bawah KKM. Hal ini disebabkan karena dalam kegiatan pembelajaran

selama 3 pertemuan sebelumnya, beberapa siswa tersebut kurang aktif dalam

55

pembelajaran, tidak memperhatikan pelajaran dan tidak hadir dalam beberapa

pertemuan.

e. Keputusan

Hasil belajar siswa pada siklus I belum mencapai indikator keberhasilan

yang telah ditetapkan yaitu tuntas individu jika memperoleh skor 65 dan tuntas

klasikal apabila mencapai lebih atau sama dengan 85% dari jumlah siswa yang

tuntas belajar, sehingga pelaksanaan tindakan masih dilanjutkan pada siklus II

dengan berbagai perbaikan berdasarkan pada refleksi siklus I.

2 . Hasil Analisis Kualitatif

a. Tahap Perencanaan

Kegiatan-kegiatan yang dilakukan pada tahap perencanaan ini adalah:

1) Membuat skenario pembelajaran melalui strategi Team Games Tournament

untuk pertemuan pertama sampai pertemuan ketiga. Di mana skenario

pembelajaran ini sedikit berbeda dengan siklus I yakni penggunaan alat peraga

lebih ditekankan untuk menghindari kegaduhan di kelas serta komunikasi

antara guru dan siswa lebih lancar sehingga materi lebih mudah dipahami dan

dapat meningkatkan hasil belajar yang diperoleh.

2) Mempersiapkan lembar observasi untuk mencatat aktivitas dan perubahan

tingkah laku siswa selama belajar mengajar berlangsung pada pelaksanaan

tindakan siklus II

3) Mempersiapkan lembar kerja siswa (LKS) yang dikerjakan secara individu

pada setiap pertemuan.

4) Mempersiapkan alat evaluasi berupa soal tes siklus II.

56

5) Mempersiapkan lembar jawaban yang akan digunakan siswa untuk menjawab

soal tes siklus II.

b. Tahap Pelaksanaan Tindakan

Pertemuan I

Pertemuan pertama pada siklus II ini dilaksanakan pada hari selasa tanggal

16/08/2016 dengan materi yang akan dibahas adalah memahami isi bacaan teks

biografi. Secara umum, langkah-langkah kegiatan yang dilakukan pada siklus II

hampir sama dengan kegiatan siklus sebelumnya, karena mangacu pada langkah-

langkah kegiatan yang telah direncanakan pada RPP dengan strategi pembelajaran

team games tournament. Hal-hal yang lebih khusus pada siklus kedua ini adalah

guru lebih sering mendatangi siswa yang selalu malu dan enggan bertanya

ataupun menjawab pertanyaan.

Pertemuan II

Pertemuan kedua pada siklus II ini dilaksanakan pada hari senin tanggal

22/08/2016 dengan materi yang akan dibahas adalah memahami struktur teks

biografi yang terdapat dalam teks tersebut.

Pada pertemuan kedua siklus II ini, motivasi dan minat siswa untuk belajar

bahasa Indonesia mulai meningkat. Hal ini ditandai dengan bertambahnya jumlah

siswa yang aktif dalam mengajukan pertanyaan, semakin banyak siswa yang

menjawab pertanyaan dan meningkatnya jumlah siswa yang mengerjakan lembar

kerja siswa (LKS). Hal ini menandakan bahwa siswa mulai mempunyai

kesungguhan dalam belajar bahasa Indonesia.

57

Pertemuan III

Memasuki pertemuan terakhir penelitian pada siklus II ini, terlihat bahwa

proses belajar mengajar telah menemukan strategi yang tepat dan sesuai yang

diharapkan. Setiap siswa terbiasa dengan kegiatan yang dilakukan di kelas dengan

melalui strategi team games tournament.

Pada siklus II ini, siswa sudah dapat mengerjakan soal-soal bahasa

Indonesia dalam LKS secara individu. Selain itu terlihat keseriusan siswa dalam

memperhatikan pelajaran dan mengerjakan soal-soal yang diberikan. Hasil belajar

mereka dengan siklus I skor rata-rata 67,84

Dan pada siklus II skor rata-rata meningkat . secara umum dapat dikatakan

bahwa seluru kegiatan pada siklus II ini mengalami peningkatan dibanding pada

siklus I. Hal ini terlihat pada keseriusan siswa memperhatikan pelajaran, minat,

sikap dan motivasi siswa, serta kehadiran siswa meningkat.

c. Tahap Observasi dan Evaluasi

Pada siklus II ini, dilaksanakan tes hasil belajar seperti pada siklus I.

Adapun data skor hasil belajar pada siklus II dapat dilihat pada tabel berikut:

Tabel 4.4 Statistik Skor Hasil Belajar

Statistik Nilai statistik

Jumlah siswa

Skor ideal

Nilai maksimum

Nilai minimum

Rentang skor

Skor rata-rata

Standar deviasi

37

100,00

95,00

55,00

40,00

79,18

9,24

58

Berdasarkan tabel 4.4 di atas bahwa subjek yang diteliti adalah 37, skor

ideal yang diharapkan adalah 100, skor maksimum yang dicapai adalah 95, skor

minimumnya adalah 55, rentang skornya adalah 40, skor rata-rata yang dicapai

adalah 79,18, dan standar deviasinya adalah 9,24.

Jika skor hasil belajar bahasa Indonesia tersebut dikelompokkan ke dalam

lima kategori, maka diperoleh distribusi frekuensi dan presentase seperti disajikan

pada tabel 4.5 berikut:

Tabel 4.5 Distribusi Frekuensi dan Persentase Skor Hasil Belajar

kemampaun membaca pemahaman teks biografi bahasa

Indonesia Siswa Kelas VIII B SMP Muhammadiyah 5

Makassar pada siklus II

Skor Kategori Frekuensi Persentase (%)

0 – 54

55 – 64

65 – 79

80 – 89

90 – 100

Sangat rendah

Rendah

Sedang

Tinggi

Sangat tinggi

0

3

11

18

5

0

8,11

29,73

48,65

13,51

Jumlah 37 100

Berdasarkan tabel 4.5 di atas, dapat dinyatakan bahwa dari 37 siswa yang

menjadi subjek penelitian, 0 siswa yang berada pada kategori sangat rendah, 3

siswa yang berada pada kategori rendah, 11 siswa yang berada pada kategori

sedang, 18 siswa yang berada pada kategori tinggi, dan 5 siswa yang berada pada

kategori sangat tinggi.

Selanjutnya pada siklus II juga tercatat aktivitas siswa yang terjadi selama

proses pembelajaran berlangsung. Aktivitas tersebut diperoleh dari lembar

observasi yang dapat dilihat pada tabel berikut ini:

59

Tabel 4.6 Hasil Observasi Aktifitas Siswa pada Siklus II

No Komponen yang di amati Siklus II

Persentase

(%)

I II III IV

1

Siswa yang hadir pada saat

proses pembelajaran

berlangsung

35 36 35

T

E

S

S

I

K

L

U

S

I

95,49

2

Siswa yang mendengar atau

memperhatikan penjelasan guru

pada saat proses pembelajaran

berlangsung

34 35 35 93,69

3

Siswa yang mengajukan

pertanyaan kepada guru pada

saat proses pembelajaran

berlangsung

13 15 15 38,74

4

Siswa yang menjawab

pertanyaan, baik dari guru

maupun dari siswa lain pada

saat proses pembelajarang

berlangsung

15 17 17 44,14

5 Siswa yang aktif mengerjakan

LKS 35 36 35 95,49

6

Siswa yang melakukan kegiatan

lain (ribu, bermain, tidur, dll)

pada saat proses pembelajaran

berlangsung

3 2 2 6,31

Berdasarkan tabel 4.6 di atas bahwa terdapat beberapa komponen yang

diamati dalam mengobservasi aktivitas siswa pada siklus II diantaranya:

1. Siswa yang hadir pada saat proses pembelajaran berlangsung di pertemuan I

siklus II 35 siswa, pertemuan II siklus II berjumlah 36 siswa, pertemuan III

siklus II berjumlah 35 siswa dan presentase keseluruhan adalah 95, 49 %.

2. Siswa yang mendengarkan atau memperhatikan penjelasan guru pada saat

proses pembelajaran berlangsung di pertemuan I siklus II berjumlah 34 siswa,

60

pertemuan II siklus II berjumlah 35 siswa, pertemuan III siklus II berjumlah 35

siswa dan presentase keseluruhannya adalah 93,69 %.

3. Siswa yang mengajukan pertanyaan kepada guru pada saat proses

pembelajaran berlangsung di pertemuan I siklus II berjumlah 13 siswa,

pertemuan II siklus II berjumlah 15 siswa, pertemuan III siklus II berjumlah 15

siswa dan persentase keseluruhannya adalah 38,74%.

4. Siswa yang menjawab pertanyaan, baik dari guru maupun dari siswa lain pada

saat proses pembelajaran berlangsung di pertemuan I siklus II berjumlah 15

siswa, pertemuan II siklus II berjumlah 17 siswa, pertemuan III siklus II

berjumlah 17 siswa dan persentase keseluruhannya adalah 44,14%

5. Siswa yang aktif mengerjakan LKS di pertemuan I siklus II berjumlah 35

siswa, pertemuan II siklus II berjumlah 36 siswa, pertemuan III siklus II

berjumlah 35 siswa dan persentase keseluruhannya adalah 95,49%.

6. Siswa yang melakukan kegiatan lain (ribut, bermain, tidur dll) pada saat proses

pembelajaran berlangsung di pertemuan I siklus II berjumlah 3 siswa,

pertemuan II siklus II berjumlah 2 siswa, pertemuan III siklus II berjumlah 2

siswa dan persentase keseluruhannya adalah 6,13%.

Untuk melihat tingkat kemampuan membaca pemahaman teks biografi

melalui model team games tournament berdasarkan hasil tes untuk setiap siklus

yang akan disajikan secara sederhana pada tabel berikut ini:

61

Tabel 4.7 Gambaran peningkatan hasil belajar siswa kelas VIII B SMP

Muhammadiyah 5 Makassar

No Hasil

Tes

Subjek

Skor

Rentang

skor Iedal Tertinggi Terendah Rerata

1 Siklus

I

37 100 85 45 67,84 40

2 Siklus

II

37 100 95 55 79,18 40

Dari tabel 4.7 di atas, dapat dilihat bahwa skor rata-rata hasil belajar

bahasa Indonesia siswa kelas VIII B SMP Muhammadiyah 5 Makassar yang

dilaksanakan dalam II siklus mengalami peningkatan dari rata-rata skor siklus I

sebesar 67,84 menjadi 79,18 pada siklus II dari skor ideal 100 yang telah dicapai.

Dari hasil ini menunjukan adanya peningkatan skor rata-rata kemampuan

membaca pemahaman teks biografi siswa kelas VIII B SMP Muhammadiyah 5

Makassar melalui model team games tournament dari presentase kategori sangat

tinggi semakin meningkat, yakni siklus I 0% sehingga menjadi 13,51% pada

siklus II.

d. Refleksi

Upaya yang dilakukan untuk meningkatkan kemampuan membaca

pemahaman teks biografi bahasa Indonesia dengan menggunakan strategi team

games tournament siswa kelas VIII B SMP Muhammadiyah 5 Makassar, guru

selaku peneliti tidak terlepas dari perhatian dan perubahan sikap siswa dalam

proses pembelajaran. Hal ini dapat dilihat pada lembar observasi yang dilakukan

selama pelaksanaan tindakan.

62

Kegiatn siswa pada siklus II, semangat dan perhatian siswa selama proses

pembelajaran meningkat. Hal ini tampak dari perhatian siswa dalam

memperhatikan materi dan siswa yang mengajukan pertanyaan. Pada saat guru

memantau siswa dalam mempelajari materi pada umumnya aktif. Selain itu, siswa

yang melakukan kegiatan yang tidak relevan dengan pembelajaran mengalami

penurunan.

Berdasarkan hasil observasi yang mempengaruhi semangat belajar

meningkat, yaitu: (1) guru memberikan penguatan dan memberikan motivasi pada

siswa, (2) guru mengubah struktur dan variasi kelompok yaitu dengan

memasukkan satu atau lebih tutor yang bisa membimbing teman kelompoknya

agar setiap siswa mampu menulis teks dengan baik, (3) guru menampilkan media

yang menarik sesuai dengan konteks dan kebiasaan anak, (4) guru memberikan

penilaian secara proposional terhadap tugas yang dikerjakan oleh siswa.

B. Pembahasan dan Hasil Penelitian

Seperti yang dijelaskan sebelumnya bahwa data yang diperoleh dari hasil

tes belajar dianalisis dengan menggunakan statistik deskriptif dengan bantuan

komputer (SPSS 16,0 for Windos) sedangkan hasil observasi siswa dianalisis

secara kualitatif. Adapun untuk menentukan kategori adalah dengan

menggunakan teknik kategorisasi standar berdasarkan Ketetapan Kementrian

Pendidikan Nasional.

1. Analisis Tes Hasil Belajar

Dalam penelitian ini dilaksanakan tes hasil belajar yang diberikan pada

setiap akhir siklus, baik siklus I dan siklus II. Adapun analisis deskriptif skor

63

perolehan siswa setelah diterapkan model team games tournamnet dapat dilihat

pada kemampuan membaca pemahaman teks biografi bahasa Indonesia pada

siklus I dan siklus II sebagai berikut:

Nilai perolehan dari 37 siswa pada siklus I, nilai maksimum mencapai 85

dan meningkat pada siklus II mencapai 95. Nilai minimum pada siklus I 45 dan

meningkat pada siklus II mencapai 55. Nilai rata-rata pada siklus I 67,84 dan

meningkat pada siklus II mencapai 79,18. Standar deviasi pada siklus I 11,99 dan

siklus II 9,24. Siswa yang tuntas belajar pada siklus I 20 siswa dan meningkat

pada siklus II mencapai 34 siswa. Siswa yang tidak tuntas pada siklus I 16 siswa

dan menurun pada siklus II mencapai 3 siswa.

2. Analisis Lembar Observasi Aktivitas Siswa

Data aktivitas siswa pada siklus I dan II diperoleh melalui hasil observasi

selama pembelajaran berlangsung di setiap pertemuan. Adapun perbandingan

deskriptif aktivitas siswa pada siklus I dan siklus II dapat dilihat sebagai

berikut:

a. Siswa yang hadir pada saat proses pembelajaran berlangsung pada siklus I

adalah 90,09% dan meningkat pada siklus II 95,49%.

b. Siswa yang mendengarkan atau memperhatikan penjelasan guru pada saat

proses pembelajaran berlangsung pada siklus I adalah 70,27% dan meningkat

pada siklus II 93,69%.

c. Siswa yang mengajukan pertanyaan kepada guru pada saat proses

pembelajaran berlangsung pada siklus I adalah 26,12% dan meningkat pada

siklus II 38,74%.

64

d. Siswa yang menjawab pertanyaan, baik dari guru maupun dari siswa lain pada

saat preses pembelajaran berlangsung pada siklus I adalah 35,13% dan

meningkat pada siklus II 44,14%.

e. Siswa yang aktif mengerjakan LKS pada siklus I adalah 83,78% dan meningkat

pada siklus II 95,49%.

f. Siswa yang melakukan kegiatan lain (ribut, bermain, tidur, dll) pda saat proses

pembelajaran berlangsung pada siklus I 16,21% dan menurun pada siklus II

6,31%.

Dari hasil tersebut, menunjukkan adanya peningkatan dalam proses

pembelajaran pada saat tindakan berlangsung. Di samping adanya peningkatan

penguasaan materi pelajaran bahasa Indonesia dengan model team games

Tournament juga ditemukan hal-hal lain diantaranya:

1. Semangat atau Antusias

Dari pengamatan yang dilakukan peneliti selama dua siklus pengajaran

melalui proses belajar mengajar melalui model team games tournament,

terlihat peningkatan hasil belajar bahasa Indonesia dan juga semangat siswa

dalam mengikuti proses belajar mengajar. Hal ini dapat dilihat dari

peningkatan keterampilan membaca pemahaman teks biografi.

2. Motivasi dan Minat

Selama penelitian dilaksanakan motivasi dan minat belajar siswa terhadap

pelajaran bahasa Indonesia semakin meningkat, hal ini semakin kurangnya

siswa yang melakukan kegiatan lain selama proses belajar mengajar

berlangsung. Bahkan siswa berlomba untuk bertanya dan menjawab

65

pertanyaan. Mereka merasa senang belajar bahasa Indonesia dengan materi

yang diberikan sesuai dengan model pembelajaran yang diterapkan.

3. Percaya Diri

Demikian juga dengan halnya percaya diri siswa meningkat selama

mengikuti dua siklus dalam proses belajar mengajar melalui model team games

tournament. Pada umumnya siswa-siswa mempunyai pendapat bahwa mereka

kurang berminat dalam hal kegiatan membaca. Akan tetapi dengan adanya

dorongan dan motivasi selama pelaksanaan tindakan pandangan siswa yang

demikian semakin berkurang. Hal ini terlihat semakin meningkatnya siswa

yang memberikan pertanyaan dan menjawab pertanyaan tersebut.

4. Interaksi Siswa dengan Siswa, Siswa dengan Guru

Dari pengamatan yang dilakukan peneliti selama dua siklus pengajaran

saat proses belajar mengajar melalui model team games tournament, terlihat

bahwa yang diberikan kesempatan kepada siswa lain untuk memberikan

tanggapan dan jawaban temannya, dan memberikan kesempatan bantuan

kepada temannya yang masih kurang, maka tercapailah interaksi antara siswa

dengan siswa yang lainnya.

Sedangkan kepercayaan diri yang sudah dimiliki oleh siswa menimbulkan

keberanian untuk bertanya pada hal-hal yang kurang dimengerti, bahkan ada

siswa yang kurang mampu menanggapi jawaban sudah mampu memberikan

pendapat.

66

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

Berdasarkan hasil-hasil yang diperoleh dalam penelitian ini, dapat ditarik

kesimpulan sebagai berikut:

1. Pembelajaran dengan model team games tournament dapat meningkatkan hasil

belajar bahasa Indonesia siswa kelas VIII B SMP Muhammadiyah 5 Makassar.

Hal ini ditunjukkan dengan terjadinya peningkatan skor rata-rata hasil belajar

dari siklus I ke siklus II yaitu 67,84% meningkat menjadi 79,18%. Demikian

juga terjadinya peningkatan pencapaian ketuntasan belajar siklus I ke siklus II

yaitu 56,76% meningkat menjadi 91,89%.

2. Terjadi perubahan aktivitas atau sikap siswa saat penerapan dalam model team

games tournament dalam pembelajaran yang dilihat kehadiran siswa dari siklus

I 90,09 % meningkat pada siklus II 95,49%, keaktifan dalam memperhatikan

materi yang dijelaskan oleh guru dari siklus I 70,27% meningkat pada siklus II

93,69%, siswa yang mengajukan pertanyaan dari siklus I 26,12% meningkat

pada siklus II 38,74%, siswa yang menjawab pertanyaan dari siklus I 35,13%

meningkat pada siklus II 44,14%, siswa yang mengerjakan LKS dari siklus I

83,78% meningkat pada siklus II 95,49%. Pembelajaran dengan model team

games tournament sebagian besar dari siswa yang menjadi subjek

penelitiannya mengalami peningkatan penguasaan materi pelajaran bahasa

Indonesia dalam proses belajar mengajar juga ditemukan hal-hal lain

67

diantaranya semangat atau antusias, motivasi dan minat, percaya diri, serta

interaksi siswa dengan siswa, begitu juga dengan guru.

B. Saran

1. Sebagai seorang guru, hendaknya harus mengetahui macam-macam model

pembelajaran dan mampu menyesuaikan model-model tersebut dengan topik-

topik yang akan diajarkan sehingga dalam menyampaikan materi akan lebih

bervariasi dan siswa tidak merasa bosan.

2. Diharapkan kepada para pengajar agar supaya siswa harus dilibatkan dalam

proses pembelajaran sehingga tercipta kemandirian dalam memecahkan

masalah, sehingga pembelajaran dengan model team games tournament

merupakan salah satu model alternatif.

3. Diharapkan kepada para pengajar bidang studi bahasa Indonesia agar

memberikan latihan yang cukup dan berulang, baik berupa soal-soal latihan

yang dikerjakan di sekolah maupun dikerjakan di rumah dengan membuat soal

secara bertahap mulai dari mudah ke yang sulit agar siswa lebih terlatih dan

memiliki kepandaian dalam menyelesaikan soal-soal bahasa Indonesia.

4. Diharapkan kepada peneliti lain dalam bidang kependidikan khususnya

pendidikan bahasa Indonesia dapat meneliti lebih lanjut tentang cara atau

strategi yang efektif dan efisien untuk mengatasi kesulitan siswa dalam

mempelajari bahasa Indonesia.

5. Diharapkan kepada pemerintah agar memberikan kontribusi atau perhatian

khusus kepada peneliti agar kiranya pendidikan di Indonesia lebih meningkat.

DAFTAR HADIR KELAS VIII B

SMP MUHAMMADIYAH 5 MAKASSAR

No NAMA L/P PERTEMUAN

1 4 5 6 7 8

1. Marzuki L A

2. Adelia P

3. Ainun Fathu P

4. Alif Nugraha L I

5. Andrian Fitriani, S P

6. Asriani, M P A

7. Bau Nadia Mangnga’rangi P

8. Chaidir L

9. Elly Kasim P

10. Ema Hasfar P I

11. Feby Febriyanti Tnajung P

12. Fery Ardiyansyah L

13. Fiki Saputra L A A

14. Fikran Pradani L

15. Haslinda P

16. Hendra L A

17. Julianti P

18. Kamaruddin L

19. Kiran Devi Anggreni P I I

20. M. Yuslan Fajar Juanda L

21. Mey Fasari P

22. Muh. Afdal L I

23. Muh. Rafly Septya P. A L

24. Muh. Rifky Anugrah L

25. Muhammad Yusran Syam L

26. Muh. Resky Hartono L

27. Nur Ismail P I

28. Pitri P I

29. Ramadhan Nurmang L

30. Saparuddin L

31. Syaefullah L I

32. Sitti Asiyah Ophier P

33 Wahyu L

34 Zahrani P

35 Darwansyah L I

36 Surip Suparno S L A A

37 Nadia Bulan Saputri P

DAFTAR NILAI SISWA

KELAS VIII B

NO NAMA SISWA NILAI

Siklus I Siklus II

1 Marzuki 50 70

2 Adelia 80 90

3 Ainun Fathu 75 80

4 Alif Nugraha 80 95

5 Andrian Fitriani. S 75 85

6 Asriani M 60 70

7 Bau Nadia Mangngarangi 85 95

8 Chaidir 45 60

9 Elly Kasim 75 80

10 Ema Hasfar 80 90

11 Feby Febrianti Tanjung 65 85

12 Fery Ardiansyah 70 75

13 Fiki Saputra 50 80

14 Fikran Pradani 80 85

15 Haslinda 85 85

16 Hendra 50 60

17 Julianti 75 85

18 Kamaruddin 50 75

19 Kiran Devi Anggreni 50 75

20 M. Yuslan Fajar Juanda 65 80

21 Mey Fasari 80 85

22 Muh. Afdal 75 80

23 Muh. Rafly Septya P. A 50 55

24 Muh. Rifki Anugrah 50 85

25 Muhammad Yusran Syam 55 75

26 Muh. Resky Hartono 70 75

27 Nur Ismail 75 80

28 Pitri 80 85

29 Ramadhan Nurmang 65 75

30 Saparuddin 75 80

31 Syaefullah 75 80

32 Sitti Asiyah Ophier 80 95

33 Wahyu 60 75

34 Zahrani 75 80

35 Darwansyah 65 70

36 Surip Suparno S 65 70

37 Nadia Bulan Saputri 70 85

L A M P I R A N

DOKUMENTASI

PENINGKATAN KETERAMPILAN MEMBACA PEMAHAMAN TEKS

BIOGRAFI MELALUI MODEL TEAM GAMES TOURNAMENT SISWA

KELAS VIII.B SMP MUHAMMADIYAH 5 MAKASSAR

ASTUTI

NIM. 10533 7084 12

Pembimbing I : Dr. H. Andis Sukri Samsuri, M.Hum.

Pembimbing II : Muh. Akhir, S.Pd., M.Pd.

Jurusan : Pendidikan Bahasa dan Sastra

Indonesia

Fakultas : Keguruan dan Ilmu Pendidikan

Universitas : Muhammadiyah Makassar

Email :

ABSTRAK

Astuti . 2016. Skripsi. “ Peningkatan Keterampilan Membaca Pemahaman Teks

Biografi Melalui Model Team Games Tournament Siswa kelas VIII.B SMP

Muhammadiyah 5 Makassar”. Jurusan Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia,

Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan (FKIP) Universitas Muhammadiyah

Makassar. Pembimbing H. Andis Sukri Syamsuri dan Muh. Akhir.

Penelitian ini adalah penelitian tindakan kelas (Classroom Action

Research) yang bertujuan untuk meningkatkan kemampuan membaca

pemahaman teks biografi melalui model Team Games Tournament pada siswa

kelas VIII.B SMP Muhammadiyah 5 Makassar. Subjek penelitian ini adalah siswa

kelas VIII.B SMP Muhammadiyah 5 Makassar tahun ajaran 2016/2017 sebanyak

37 siswa. Penelitian ini dilaksanakan dalam dua siklus, masing-masing siklus

dilaksanakan sebanyak 4 kali pertemuan termasuk pada setiap akhir siklus.

Pengumpulan data dilaksanakan dengan menggunakan tes akhir belajar

pada setiap akhir siklus, observasi yang dilakukan pada saat proses pembelajaran

berlangsung. Data yang terkumpul terdiri dari data kuantitatif dan kualitatif yang

dianalisis dengan menggunakan analisis deskriptif kuantitatif dan deskriptif

kualitatif.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa pada siklus I yang tuntas secara

individual dari 37 siswa hanya 21 siswa atau 56,75. Sedangkan 16 siswa yang

belum tuntas atau 43,24, Secara klasikal belum terpenuhi karena nilai rata-rata

kelas diperoleh sebesar 67,84%. Pada siklus II, dari 37 siswa terdapat 34 siswa

atau 91,89% yang tuntas dan 3 siswa yang belum mencapi ketuntasan atau 8,10%

secara klasikal sudah terpenuhi yaitu nilai rata-rata yang diperoleh sebesar 79,18%

atau berada dalam kategori tinggi.

Berdasarkan hasil penelitian tersebut, dapat disimpulkan Kemampuan

Membaca Pemahaman teks biografi Siswa Kelas VIII.B SMP Muhammadiyah 5

Makassar melalui Model Team Games Tournament mengalami peningkatan.

Kata kunci : Keterampilam Membaca Pemahaman, Team Games Tournament.

PENDAHULUAN

Bahasa Indonesia merupakan sarana komunikasi, dan sastra merupakan

salah satu hasil budaya yang menggunakan bahasa sebagai sarana kreativitas. Ada

empat komponen yang tercakup dalam keterampilan berbahasa, yaitu:

keterampilan menyimak, keterampilan berbicara, keterampilan membaca, dan

keterampilan menulis. Dalam praktiknya, keempat keterampilan tersebut saling

berkaitan dan membentuk suatu catur tunggal. Salah satu komponen pengajaran

bahasa, yaitu pengajaran membaca. Pengajaran membaca perlu ditingkatkan

karena kenyataannya pengajaran membaca di sekolah-sekolah tidak terlalu

diminati oleh siswa karena faktor kemalasan.

Keberhasilan seseorang dalam membaca bergantung pada kondisi atau

situasi, baik dari pembaca, bahan bacaan, maupun dari lingkungan tempat

aktivitas itu berlangsung (Nuriadi, 2008: 1).

Bahan bacaan harus memperhatikan kebermaknaan dan kemenarikan teks

bacaan, isi budaya dalam penegertian yang luas, derajat kesulitan teks dengan

jenjang pengetahuan pembaca (Parera, 1996: 136).

Pembelajaran membaca yang berlangsung di sekolah masih menggunakan

model pembelajaran lama atau tradisional. Siswa diberi tugas untuk membaca,

kemudian mengerjakan soal yang sudah dipersiapkan sebelumnya, tanpa

menganalisis pokok-pokok cerita yang terdapat dalam bacaan, terutama pada

pembelajaran membaca pemahaman sehingga pemahaman akan materi yang

diajarkan oleh guru tidak sepenuhnya dapat dipahami siswa. Agar siswa dapat

memahami benar-benar apa yang dibacanya, maka pembelajaran memerlukan

teknik agar siswa dapat memahami bacaannya dengan baik siswa dan tidak

terpaku dengan teknik lama atau tradisional.

Berdasarkan survey yang dilakukan di SMP Negeri 2 Sungguminasa

Makassar tepatnya kelas 2 diperoleh berbagai problem dalam pembelajaran

membaca di sekolah. Dalam hal ini pembelajaran tentang keterampilan siswa

dalam membaca. Siswa kurang memperhatikan pembelajaran dan cenderung

malas untuk membaca. Bertemali dengan kondisi tersebut, diperlukan serangkaian

upaya guna meningkatkan kualitas pembelajaran membaca di sekolah. Salah satu

upaya tersebut adalah dengan memperkenalkan berbagai model pembelajaran

membaca yang mampu mengembangkan keterampilan membaca, khususnya

kemampuan meningkatkan hasil belajar siswa dalam membaca. Salah satu model

pembelajaran yang perlu dikembangkan dalam pembelajaran membaca di sekolah,

yakni dengan model Team Games Tournament.

Model TGT (Team Games Tournament) adalah salah satu tipe

pmbelajaran kooperatif yang menempatkan siswa dalam kelompok-kelompok

belajar yang beraggotakan 5 sampai 6 orang siswa yang memiiki kemampuan,

jenis kelamin dan suku atau ras yang berbedaHal ini mengingat kenyataan bahwa

keterampilan membaca siswa masih rendah, belum memuaskan, dan masih perlu

dicarikan teknik-teknik yang efektif untuk membelajarkan keterampilan membaca

kepada siswa.

Berdasarkan pemaparan tersebut, peneliti memiliki acuan bahwa

penggunaan model yang diterapkan oleh guru belum maksimal, sehingga dapat

mempengaruhi hasil belajar siswa di sekolah. Hal inilah yang mendorong

penelitian untuk melakukan suatu penelitian yang berjudul “Peningkatan

Keterampilan Membaca Pemahaman Teks Biografi Melalui Model Team

Games Tournament Siswa kelas VIII Muhammadiyah 5 Makassar.

LANDASAN TEORI

1. Hakikat Membaca

Membaca merupakan salah satu keterampilan yang berkaitan erat dengan

keterampilan dasar terpenting manusia yaitu berbahasa. Kegiatan membaca

bersifat reseptif, sebuah bentuk penyerapan yang aktif. Dalam kegiatan membaca

pikiran dan mental dilibatkan secara aktif, tidak hanya aktivitas fisik saja artinya,

bahwa kegiatan membaca tidak hanya sekedar membaca tetapi harus melibatkan

seluruh indera agar pembaca mengetahui isi dan maksud dari wacana yang dibaca.

2. Tujuan Membaca

9

Aderson lewat Tarigan (2008: 9-10) menyatakan bahwa “tujuan membaca

yaitu (1) untuk memperoleh perincian-perincian atau fakta-fakta, (2) untuk

memperoleh ide-ide utama, (3) untuk mengetahui urutan atau susunan organisasi

cerita, (4) untuk menyimpulkan, membaca inferensi, (5) untuk mengelompokkan

atau mengklasifikan, (6) untuk menilai, membaca, mengevaluasi, dan (7) untuk

memperbandingkan atau mempertentangkan

3. Jenis-jenis Membaca

a. Membaca Nyaring

b. Membaca dalam Hati

c. Membaca pemahaman.

4. Hakikat Membaca Pemahaman.

Membaca memahami merupakan kegiatan membaca sesungguhnya, yang

ditunjukkan kepada kemampuan memahami bacaan secara tepat dan cepat. Dalam

proses membacaini, terlihat aspek-aspek berpikir seperti mengingat, memahami,

membandingkan, menemukan, mengorganisasikan, dan pada akhirnya merupakan

sesuatu yang terkandung dalam bacaan.

5. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Membaca

Secara umum faktor-faktor dari dalam diri pembaca yang mempengaruhi

tingkat pemahaman pembaca adalah minat, motivasi dan kemampuan membaca

yang dimiliki, sedangkan faktor dari luar pembaca meliputi teks bacaan dan

lingkungan membaca.

6. Model Pembelajaran Kooperatif (Kooperatif Learning)

Model pembelajaran kooperatif merupakan suatu model pembelajaran

yang mengutamakan adanya kelompok-kelompok. Setiap siswa yang ada dalam

kelompok mempunyai tingkat kemampuan yang berbeda-beda (tinggi, sedang,

rendah) dan jika memungkinkan anggota kelompok berasal dari ras, budaya, suku

yang berbeda. Model pembelajaran kooperatif mengutamakan kerjasama dalam

menyelesaikan permasalahan untuk menerapkan pengetahuan dan keterampilan

dalam rangka mencapai tujuan pembelajaran.

a. Model TGT (Team Games Tournament)

TGT (Team Games Tournament) adalah salah satu tipe pembelajaran

kooperatif yang menempatkan siswa dalam kelompok-kelompok belajar yang

beranggotakan 4 sampai 5 orang siswa yang memiliki kemampuan, jenis kelamin,

suku atau ras yang berbeda.

Sintaks Model Pembelajaran Kooperatif tipe Team Games Tournament

(TGT) menurut Slavin (2009:170) yaitu sebagai berikut :

1) Penyajian Kelas (Class Pressentation)

2) Kelompok (Team)

3) Permainan (Game)

4) Kompetisi / Turnamen (Tournament)

5) Penghargaan Kelompok (Team Recognition)

7. Uraian tentang materi pelajaran yang diberikan

a) Pengertian biografi

Biografi, secara sederhana dapat dikatakan sebagai sebuah kisah riwayat

hidup seseorang. Biografi menganalisa dan menerangkan kejadian-kejadian dalam

hidup seseorang. Biografi seringkali bercerita mengenai seorang tokoh sejarah,

namun tak jarang juga tentang orang yang masih hidup. Banyak biografi ditulis

secara kronologis.

b. Macam-macam Biografi :

1) Berdasarkan Sisi Penuli

2) Berdasarkan Isinya

3) Berdasarkan Persoalan Yang Dibahas.

4) Berdasarkan Penerbitannya.

METODE PENELITIAN

A. Jenis Penelitian

peelitian yang digunakan adalah jenis penelitian tindakan kelas (classroom

action research) yang bertujuan untuk meningkatkan hasil belajar bahasa Indonsia

melalui model pembelajaran TGT pada siswa SMP Muhammadiyah 5 Makassar

dengan metode secara langsung.

Penelitian tindakan kelas merupakan suatu penelitian tindakan yang

permasalahannya berasal dari kelas, menyangkut proses pembelajaran dan

dirasakan langsung oleh guru yang bersangkutan. Dalam PTK, penelitian atau

guru dapat melihat sendiri praktek pembelajaran atau bersama guru lain, penlitian

atau guru dapat melakukan penelitian terhadap siswa dilihat dari berbagai aspek

interaksinya dalam proses pembelajaran.

Menurut suhardjono (2006), keempat kegiatan yang ada pada setiap siklus

yaitu:

1. Perencanaan

2. Tindakan

3. Pengamatan

4. Refleksi

B. Lokasi dan Subjek Penelitian

Penelitian menetapkan siswa kelas VIII SMP Muhammadiyah 5 Makassar

sebagai subjek yang dikenai tindakan dalam penelitian. Adapun tempat penelitian

dilaksanakan di SMP Muhammadiyah 5 Makassar sebagai lokasi penelitian.

Penelitian ini dilakukan pada semester ganjil tahun ajaran 2016/2017.

C. Prosedur Penelitian

Penelitian ini berbasis kolaboratif, sehingga dalam pelaksanaannya

penelitian dilakukan melalui kerja sama dengan guru bidang studi bahasa

Indonesia yang selalu berupaya untuk memperoleh hasil yang optimal melalui

cara dan prosedur yang efektif, sehingga dimungkinkan adanya tindakan yang

berulang revisi untuk meningkatkan hasil belajar siswa terhadap mata pelajaran

bahasa Indonesia.

Penelitian ini mengarah pada model penelitian tindakan kelas (PTK) yang

dapat didefinisikan sebagai salah satu bentuk penelitian yang bersifat reflektif

dengan alasan melakukan tindakan tertentu agar dapat meningkatkan kualitas

proses pembelajaran di kelas. Model penelitian tindakan kelas merupakan

penelitian bersiklus yang terdiri dari rencana, aksi atau tindakan, observasi, dan

refleksi yang dilakukan secara berulang.

Rancangan penelitian disusun menggunakan prosedur sebagai berikut:

1. Dialog Awal

Dialog awal dilakukan dengan mengadakan pertemuan penelitian dengan

guru yang bermaksud mendiskusian maksud dan tujuan penelitian sehingga

peneliti yang akan melakukan tindakan benar-benar mengerti permasalahan

yang dihadapi oleh guru di kelas.

2. Perencanaan Tindakan

a. Menelaah silabus mata pelajaran bahasa Indonesia siswa kelas VIII SMP

Muhammadiyah 5 Makassar, dengan tujuan untuk mengalokasikan waktu yang

akan digunakan.

b. Mengidentifikasi kebutuhan dan keadaan siswa berupa kesiapan belajarnya

dengan materi sehubungan dengan pokok bahasan yang akan dipelajari dengan

penerapan model pembelajaran TGT.

c. Membuat skenario atau rencana tindakan (RPP) untuk mengefektifkan

pembelajaran di kelas yang meliputi: standar kompetensi, kompetensi dasar,

indikator, alokasi waktu, materi pembelajaran, strategi, kegiatan inti, dan

kegiatan akhir pada proses pembelajaran bahasa Indonesia.

3. Pelakasanaan Tindakan

Pada tahap pelaksanaan tindakan, peneliti bersama guru melakukan

pembelajaran sesuai dengan perencanaan yang telah dibuat. Peneliti

melakasanakan pembelajaran kooperatif tipe TGT dalam usaha ke arah

perbaikan. Dalam pelaksanaan tindakan, peneliti berperan sebagai guru,

sedangkan guru berperan sebagai observer.

4. Observasi dan Monitoring

Observasi dan monitoring dilakukan bersama ketika pembelajaran

(pelaksanaan tindakan) berlangsung. Pengamatan ini tidak dilakukan oleh peneliti

sendiri yang bertindak sebagai guru tetapi bekerja sama dengan guru bidang studu

bahasa Indonesia.

5. Refleksi

Komponen-komponen refleksi dapat digambarkan sebagai berikut:

Tindak lanjut-penimpuan-penjelasan-pemaknaan-analisis. Data yang

diperoleh dari hasil observasi, selanjutnya didiskusikan antara guru bidang studi

dengan peneliti untuk mengetahui:

a. Apakah tindakan yang dilakukan sesuai dengan rencana?

b. Kemajuan apa yang dicapai siswa terutama dalam hal peningkatan hasil belajar

siswa.

6. Evaluasi

Tahap ini merupakan proses mengumpulkan, mengelola, dan menyajikan

informasi sehingga bermanfaat untuk pengambilan keputusan di antara dialog

awal, perencanaan tindakan, observasi, dan refleksi yang merupakan proses yang

terkait secara sistematis dan berkesinambungan. Evaluasi ditujuakan kepada

penemuan bukti adanya peningkatan hasil belajar bahasa Indonesia melalui model

TGT siswa SMP Muhammadiyah 5 Makassar.

D. Teknik Pengumpulan Data

Pada penelitian ini data diperoleh melalui beberapa cara, yaitu:

1. Dokumentasi

2. Wawancara

3. Observasi,

4. Tes,

E. Teknik Analisis Data

Teknik analisis yang digunakan dalam penelitian adalah analisis deskriptif

kualitatif dan kuantitatif karena analisis ini bertalian dengan uraian deskriptif

tentang perkembangan proses pembelajaran. Teknik tersebut mencakup kegiatan

mengungkapkan kelebihan dan kelemahan kinerja siswa dan guru dalam proses

belajar mengajar. Hasil analisis tersebut nantinya akan digunakan sebagai dasar

untuk menyusun perencanaan tindakan untuk tahap berikutnya (Zainal, 2008).

F. Indikator Keberhasilan

Yang menjadi indikator keberhasilan penelitian ini adalah:

a. Apabila telah terdapat 85% siswa yag memperoleh skor minimal 65 dari hasil

tes akhir, maka kelas tersebut dianggap tuntas.

b. Meningkatkan perhatian siswa terhadap pelajaran dan antusiasinya dalam

mengukuti pelajaran.

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

Pada bab ini membahas tentang hasil-hasil penelitian yang menunjukkan

kemampuan membaca pemahaman teks biografi melalui model Team Games

Tournament siswa kelas VIII B SMP Muhammadiyah 5 Makassar. Adapun data

yang dianalisis adalah skor hasil belajar siswa yang diberikan setiap akhir siklus

secara deskriptif, data mengenai perubahan sikap siswa yang diambil dari

pengamatan dan tanggapan serta refleksi yang diberikan oleh siswa baik yang

tertulis maupun komentar secara lisan

1. Hasil Analisis Kuantitatif

4.1 Statistik skor hasil belajar kemampuan membaca pemahaman teks

biografi bahasa Indonesia kelas VIII B SMP Muhammadiyah 5

Makassar pada akhir siklus I

Statistik Nilai statistik

Jumlah siswa

Skor ideal

Nilai maksimum

Nilai minimum

Rentang skor

Skor rata-rata

Standar deviasi

37

100,00

85,00

45,00

40,00

67,84

11,99

Berdasarkan analisis deskriptif yang terangkum diperoleh informasi bahwa

skor rata-rata hasil belajar siswa kelas VIII B SMP Muhammadiyah 5 Makassar

setelah proses belajar mengajar dengan melalui model team games tournament

yang dilaksanakan pada siklus I adalah 67,84% dengan standar deviasi 11,99%

dari skor ideal yang mungkindicapai 100. Ini menunjukkan bahwa secara rata-rata

kelas, tingkat penguasaan terhadap sub pokok bahasa Indonesia yang diajar pada

siklus I sebesar 67,84% dari seluruh materi yang diberikan.

Sedangkan secara individual, skor yang dicapai responden tersebut dari

skor minimum 45 dari skor yang mungkin dicapai 0 sampai dengan skor

maksimum 85 dari skor ideal yang mungkin dicapai 100. Dengan rentang skor

yang diperoleh mengindikasikan bahwa skor perolehan responden tersebut dari

skor yang sangat rendah sampai skor yang sangat tinggi.

Jika skor hasil belajar bahasa Indonesia pada siklus I dikelompokkan

kedalam lima kategori, maka diperoleh distribusi frekuensi dan persentase skor

seperti disajikan pada tabel 4.2 berikut:

Tabel 4.2 Distribusi Frekuensi dan Persentase Skor Hasil Belajar

kemampaun membaca pemahaman teks biografi bahasa

Indonesia Siswa Kelas VIII B SMP Muhammadiyah 5

Makassar pada siklus I

Skor Kategori Frekuensi Persentase (%)

0 – 54

55 – 64

65 – 79

80 – 89

90 – 100

Sangat rendah

Rendah

Sedang

Tinggi

Sangat tinggi

8

3

17

9

0

21,62

8,11

45,95

24,32

0

Jumlah 37 100

Berdasarkan skor rata-rata hasil belajar siswa yang diperoleh setelah

proses belajar mengajar selama siklus I berlangsung yaitu sebesar 67,84 setelah

dikategorikan berdasarkan tabel di atas, diketahui bahwa tingkat penguasaan

siswa kelas VIII SMP Muhammadiyah 5 Makassar berada pada kategori tinggi 9

atau 24,32% orang siswa. Hal tersebut belum mencapai kriteria indikator

keberhasilan tindakan.

Selanjutnya Pada siklus I tercatat aktifitas siswa yang terjadi selama proses

pembelajaran berlangsung. Aktifitas tersebut diperoleh dari lembar observasi yang

dapat diliahat pada tabel berikut ini.

Tabel 4.3 Hasil Observasi Aktifitas Siswa pada Siklus I

No Komponen yang di amati Siklus I

Persentase

(%)

I II III IV

1

Siswa yang hadir pada saat

proses pembelajaran

berlangsung

32 33 35

T

E

S

S

I

K

L

U

S

I

90,09

2

Siswa yang mendengar atau

memperhatikan penjelasan guru

pada saat proses pembelajaran

berlangsung

24 26 28 70,27

3

Siswa yang mengajukan

pertanyaan kepada guru pada

saat proses pembelajaran

berlangsung

9 9 11 26,12

4

Siswa yang menjawab

pertanyaan, baik dari guru

maupun dari siswa lain pada

saat proses pembelajarang

berlangsung

12 12 15 35,13

5 Siswa yang aktif mengerjakan

LKS 30 30 33 83,78

6

Siswa yang melakukan kegiatan

lain (ribu, bermain, tidur, dll)

pada saat proses pembelajaran

berlangsung

8 6 4 16,21

Berdasarkan tabel 4.3 di atas bahwa terdapat beberapa komponen yang

diamati dalam mengobservasi aktivitas siswa pada siklus I diantaranya:

1. Siswa yang hadir pada saat proses pembelajaran berlangsung di pertemuan I

siklus I 32 siswa, pertemuan II siklus I berjumlah 33 siswa, pertemuan III

siklus I berjumlah 35 siswa dan presentase keseluruhan adalah 9O, 09 %.

2. Siswa yang mendengarkan atau memperhatikan penjelasan guru pada saat

proses pembelajaran berlangsung di pertemuan I siklus I berjumlah 24 siswa,

pertemuan II siklus I berjumblah 26 siswa, pertemuan III siklus I berjumlah 28

siswa dan presentase keseluruhannya adalah 70,27 %.

3. Siswa yang mengajukan pertanyaan kepada guru pada saat proses

pembelajaran berlangsung di pertemuan I siklus I berjumlah 9 siswa,

pertemuan II siklus I berjumlah 9 siswa, pertemuan III siklus I berjumlah 11

siswa dan persentase keseluruhannya adalah 26,12%.

4. Siswa yang menjawab pertanyaan, baik dari guru maupun dari siswa lain pada

saat proses pembelajaran berlangsung di pertemuan I siklus I berjumlah 12

siswa, pertemuan II siklus I berjumblah 12 siswa, pertemuan III siklus I

berjumlah 15 siswa dan persentase keseluruhannya adalah 35,13%

5. Siswa yang aktif mengerjakan LKS di pertemuan I siklus I berjumlah 30 siswa,

pertemuan II siklus I berjumblah 30 siswa, pertemuan III siklus I berjumlah 33

siswa dan persentase keseluruhannya adalah 83,78%.

6. Siswa yang melakukan kegiatan lain (ribut, bermain, tidur dll) pada saat proses

pembelajaran berlangsung di pertemuan I siklus I berjumlah 8 siswa,

pertemuan II siklus I berjumlah 6 siswa, pertemuan III siklus I berjumlah 4

siswa dan persentase keseluruhannya adalah 16,21%.

2. Hasil Analisis Kualitatif

Tabel 4.4 Statistik Skor Hasil Belajar Siklus II

Statistik Nilai statistik

Jumlah siswa

Skor ideal

Nilai maksimum

Nilai minimum

Rentang skor

Skor rata-rata

Standar deviasi

37

100,00

95,00

55,00

40,00

79,18

9,24

Berdasarkan tabel 4.4 di atas bahwa subjek yang diteliti adalah 37, skor

ideal yang diharapkan adalah 100, skor maksimum yang dicapai adalah 95, skor

minimumnya adalah 55, rentang skornya adalah 40, skor rata-rata yang dicapai

adalah 79,18, dan standar deviasinya adalah 9,24.

Jika skor hasil belajar bahasa Indonesia tersebut dikelompokkan ke dalam

lima kategori, maka diperoleh distribusi frekuensi dan presentase seperti disajikan

pada tabel 4.5 berikut:

Tabel 4.5 Distribusi Frekuensi dan Persentase Skor Hasil Belajar

kemampaun membaca pemahaman teks biografi bahasa

Indonesia Siswa Kelas VIII B SMP Muhammadiyah 5

Makassar pada siklus II

Skor Kategori Frekuensi Persentase (%)

0 – 54

55 – 64

65 – 79

80 – 89

90 – 100

Sangat rendah

Rendah

Sedang

Tinggi

Sangat tinggi

0

3

11

18

5

0

8,11

29,73

48,65

13,51

Jumlah 37 100

Berdasarkan tabel 4.5 di atas, dapat dinyatakan bahwa dari 37 siswa yang

menjadi subjek penelitian, 0 siswa yang berada pada kategori sangat rendah, 3

siswa yang berada pada kategori rendah, 11 siswa yang berada pada kategori

sedang, 18 siswa yang berada pada kategori tinggi, dan 5 siswa yang berada pada

kategori sangat tinggi.

Selanjutnya pada siklus II juga tercatat aktivitas siswa yang terjadi selama

proses pembelajaran berlangsung. Aktivitas tersebut diperoleh dari lembar

observasi yang dapat dilihat pada tabel berikut ini:

Tabel 4.6 Hasil Observasi Aktifitas Siswa pada Siklus II

No Komponen yang di amati Siklus II

Persentase

(%)

I II III IV

1

Siswa yang hadir pada saat

proses pembelajaran

berlangsung

35 36 35

T

E

S

S

I

K

L

U

S

I

95,49

2

Siswa yang mendengar atau

memperhatikan penjelasan guru

pada saat proses pembelajaran

berlangsung

34 35 35 93,69

3

Siswa yang mengajukan

pertanyaan kepada guru pada

saat proses pembelajaran

berlangsung

13 15 15 38,74

4

Siswa yang menjawab

pertanyaan, baik dari guru

maupun dari siswa lain pada

saat proses pembelajarang

berlangsung

15 17 17 44,14

5 Siswa yang aktif mengerjakan

LKS 35 36 35 95,49

6

Siswa yang melakukan kegiatan

lain (ribu, bermain, tidur, dll)

pada saat proses pembelajaran

3 2 2 6,31

berlangsung

Berdasarkan tabel 4.6 di atas bahwa terdapat beberapa komponen yang

diamati dalam mengobservasi aktivitas siswa pada siklus II diantaranya:

1. Siswa yang hadir pada saat proses pembelajaran berlangsung di pertemuan I

siklus II 35 siswa, pertemuan II siklus II berjumlah 36 siswa, pertemuan III

siklus II berjumlah 35 siswa dan presentase keseluruhan adalah 95, 49 %.

2. Siswa yang mendengarkan atau memperhatikan penjelasan guru pada saat

proses pembelajaran berlangsung di pertemuan I siklus II berjumlah 34 siswa,

pertemuan II siklus II berjumlah 35 siswa, pertemuan III siklus II berjumlah 35

siswa dan presentase keseluruhannya adalah 93,69 %.

3. Siswa yang mengajukan pertanyaan kepada guru pada saat proses

pembelajaran berlangsung di pertemuan I siklus II berjumlah 13 siswa,

pertemuan II siklus II berjumlah 15 siswa, pertemuan III siklus II berjumlah 15

siswa dan persentase keseluruhannya adalah 38,74%.

4. Siswa yang menjawab pertanyaan, baik dari guru maupun dari siswa lain pada

saat proses pembelajaran berlangsung di pertemuan I siklus II berjumlah 15

siswa, pertemuan II siklus II berjumlah 17 siswa, pertemuan III siklus II

berjumlah 17 siswa dan persentase keseluruhannya adalah 44,14%

5. Siswa yang aktif mengerjakan LKS di pertemuan I siklus II berjumlah 35

siswa, pertemuan II siklus II berjumlah 36 siswa, pertemuan III siklus II

berjumlah 35 siswa dan persentase keseluruhannya adalah 95,49%.

6. Siswa yang melakukan kegiatan lain (ribut, bermain, tidur dll) pada saat proses

pembelajaran berlangsung di pertemuan I siklus II berjumlah 3 siswa,

pertemuan II siklus II berjumlah 2 siswa, pertemuan III siklus II berjumlah 2

siswa dan persentase keseluruhannya adalah 6,13%.

Tabel 4.7 Gambaran peningkatan hasil belajar siswa kelas VIII B SMP

Muhammadiyah 5 Makassar

No Hasil

Tes

Subjek

Skor

Rentang

skor Iedal Tertinggi Terendah Rerata

1 Siklus

I

37 100 85 45 67,84 40

2 Siklus

II

37 100 95 55 79,18 40

Dari tabel 4.7 di atas, dapat dilihat bahwa skor rata-rata hasil belajar

bahasa Indonesia siswa kelas VIII B SMP Muhammadiyah 5 Makassar yang

dilaksanakan dalam II siklus mengalami peningkatan dari rata-rata skor siklus I

sebesar 67,84 menjadi 79,18 pada siklus II dari skor ideal 100 yang telah dicapai.

Dari hasil ini menunjukan adanya peningkatan skor rata-rata kemampuan

membaca pemahaman teks biografi siswa kelas VIII B SMP Muhammadiyah 5

Makassar melalui model team games tournament dari presentase kategori sangat

tinggi semakin meningkat, yakni siklus I 0% sehingga menjadi 13,51% pada

siklus II.

a. Analisis Tes Hasil Belajar

Adapun analisis deskriptif skor perolehan siswa setelah diterapkan model

team games tournamnet dapat dilihat pada kemampuan membaca pemahaman

teks biografi bahasa Indonesia pada siklus I dan siklus II sebagai berikut:

Nilai perolehan dari 37 siswa pada siklus I, nilai maksimum mencapai 85

dan meningkat pada siklus II mencapai 95. Nilai minimum pada siklus I 45 dan

meningkat pada siklus II mencapai 55. Nilai rata-rata pada siklus I 67,84 dan

meningkat pada siklus II mencapai 79,18. Standar deviasi pada siklus I 11,99 dan

siklus II 9,24. Siswa yang tuntas belajar pada siklus I 20 siswa dan meningkat

pada siklus II mencapai 34 siswa. Siswa yang tidak tuntas pada siklus I 16 siswa

dan menurun pada siklus II mencapai 3 siswa.

b. Analisis Lembar Observasi Aktivitas Siswa

Data aktivitas siswa pada siklus I dan II diperoleh melalui hasil observasi

selama pembelajaran berlangsung di setiap pertemuan. Adapun perbandingan

deskriptif aktivitas siswa pada siklus I dan siklus II dapat dilihat sebagai berikut:

a. Siswa yang hadir pada saat proses pembelajaran berlangsung pada siklus I

adalah 90,09% dan meningkat pada siklus II 95,49%.

b. Siswa yang mendengarkan atau memperhatikan penjelasan guru pada saat

proses pembelajaran berlangsung pada siklus I adalah 70,27% dan meningkat

pada siklus II 93,69%.

c. Siswa yang mengajukan pertanyaan kepada guru pada saat proses

pembelajaran berlangsung pada siklus I adalah 26,12% dan meningkat pada

siklus II 38,74%.

d. Siswa yang menjawab pertanyaan, baik dari guru maupun dari siswa lain pada

saat preses pembelajaran berlangsung pada siklus I adalah 35,13% dan

meningkat pada siklus II 44,14%.

e. Siswa yang aktif mengerjakan LKS pada siklus I adalah 83,78% dan meningkat

pada siklus II 95,49%.

f. Siswa yang melakukan kegiatan lain (ribut, bermain, tidur, dll) pda saat proses

pembelajaran berlangsung pada siklus I 16,21% dan menurun pada siklus II

6,31%.

Dari hasil tersebut, menunjukkan adanya peningkatan dalam proses

pembelajaran pada saat tindakan berlangsung. Di samping adanya peningkatan

penguasaan materi pelajaran bahasa Indonesia dengan model team games

Tournament juga ditemukan hal-hal lain diantaranya:

KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

1. Pembelajaran dengan model team games tournament dapat meningkatkan hasil

belajar bahasa Indonesia siswa kelas VIII B SMP Muhammadiyah 5 Makassar.

Hal ini ditunjukkan dengan terjadinya peningkatan skor rata-rata hasil belajar

dari siklus I ke siklus II yaitu 67,84% meningkat menjadi 79,18%. Demikian

juga terjadinya peningkatan pencapaian ketuntasan belajar siklus I ke siklus II

yaitu 56,76% meningkat menjadi 91,89%.

2. Terjadi perubahan aktivitas atau sikap siswa saat penerapan dalam model team

games tournament dalam pembelajaran yang dilihat kehadiran siswa dari siklus

I 90,09 % meningkat pada siklus II 95,49%, keaktifan dalam memperhatikan

materi yang dijelaskan oleh guru dari siklus I 70,27% meningkat pada siklus II

93,69%, siswa yang mengajukan pertanyaan dari siklus I 26,12% meningkat

pada siklus II 38,74%, siswa yang menjawab pertanyaan dari siklus I 35,13%

meningkat pada siklus II 44,14%, siswa yang mengerjakan LKS dari siklus I

83,78% meningkat pada siklus II 95,49%.

B. Saran

1. Sebagai seorang guru, hendaknya harus mengetahui macam-macam model

pembelajaran dan mampu menyesuaikan model-model tersebut dengan topik-

topik yang akan diajarkan sehingga dalam menyampaikan materi akan lebih

bervariasi dan siswa tidak merasa bosan.

2. Diharapkan kepada para pengajar agar supaya siswa harus dilibatkan dalam

proses pembelajaran sehingga tercipta kemandirian dalam memecahkan

masalah, sehingga pembelajaran dengan model team games tournament

merupakan salah satu model alternatif.

3. Diharapkan kepada para pengajar bidang studi bahasa Indonesia agar

memberikan latihan yang cukup dan berulang, baik berupa soal-soal latihan

yang dikerjakan di sekolah maupun dikerjakan di rumah dengan membuat soal

secara bertahap mulai dari mudah ke yang sulit agar siswa lebih terlatih dan

memiliki kepandaian dalam menyelesaikan soal-soal bahasa Indonesia.

4. Diharapkan kepada peneliti lain dalam bidang kependidikan khususnya

pendidikan bahasa Indonesia dapat meneliti lebih lanjut tentang cara atau

strategi yang efektif dan efisien untuk mengatasi kesulitan siswa dalam

mempelajari bahasa Indonesia.

5. Diharapkan kepada pemerintah agar memberikan kontribusi atau perhatian

khusus kepada peneliti agar kiranya pendidikan di Indonesia lebih meningkat.

LEMBAR OBSERVASI

AKTIVITAS SISWA DALAM PEMBELAJARAN

BAHASA INDONESIA

Sekolah : SMP Muhammadiyah 5 Makassar

Mata Pelajaran : Bahasa Indonesia

Semester : Ganjil

Jumlah siswa : 37

A. Petunjuk

Amatilah hal-hal yang menyangkut aktivitas siswa selama kegiatan

pembelajaran berlangsung, kemudian isilah lembar pengamatan dengan prosedur

sebagai berikut:

1. Pengamatan dilakukan terhadap aktivitas siswa selama proses pembelajaran

berlangsung mulai dari kegiatan awal sampai dengan akhir pembelajaran.

2. Kategori pengamatan ditulis secara berurutan sesuai dengan kejadian yang

dilakukan siswa dan ditulis dalam kolom tersedia.

B. Lembar Pengamatan

No Komponen yang di amati Siklus I

Persentase

(%)

I II III IV

1

Siswa yang hadir pada saat

proses pembelajaran

berlangsung

T

E

S

S

I

K

L

U

S

2

Siswa yang mendengar atau

memperhatikan penjelasan guru

pada saat proses pembelajaran

berlangsung

3

Siswa yang mengajukan

pertanyaan kepada guru pada

saat proses pembelajaran

berlangsung

4

Siswa yang menjawab

pertanyaan, baik dari guru

maupun dari siswa lain pada

saat proses pembelajarang

berlangsung

I 5

Siswa yang aktif mengerjakan

LKS

6

Siswa yang melakukan kegiatan

lain (ribu, bermain, tidur, dll)

pada saat proses pembelajaran

berlangsung

Makassar, 2016

Guru Bidang Studi Peneliti

(. . . . . . . . . . . . . . .) (. . . . . . . . . . . . . . . )

Teks biografi KI Hajar Dewantara

Nama kecil KI Hajar Dewantara adalah Raden Mas Soewardi

Soeyaninggrat. Ia lahir di Yogyakarta pada tanggal 2 Mey 1889. Ia berasal dari

lingkungan keluarga keraton Yogyakarta. Meskipun demikian, ia sangat

sederhana dan ingin dekat dengan rakyatnya. Ketika berusia 40 tahun menurut

hitungan tahun caka, Raden Mas Soeryaninggrat berganti nama menjadi Ki Hajar

Dewantara. Tujuannya berganti nama adalah agar ia dapat bebas dengan

rakyatnya

Perjalanan hidup Ki Hajar Dewantara benar-benar ditandai dengan

perjuangan dan penagbdian pada kepentingan bangsa dan negara. KI Hajar

Dewantara menamatkan sekolah dasar di EELS (sekolah dasar Belanda),

kemudian melanjutkan pendidikannya ke STOVIA (sekolah dokter bumi putra). Ia

tidak dapat menamatkan pendidikan di sekolah tersebut karena sakit. Setelah itu,

ia bekerja sebagai wartawan di beberapa surat kabar, seperti sedyotomo, Vidden

Java, D Ekspress, Oetoesan Hindia, Kaoem Moeda, Tjahaja Timoer, dan Poesara.

Tulisan-tulisannya sangat komunikatif, tajam, dan patriotik sehingga mampu

membangkitkan semangat antikolonial bagi pembacanya.

KI Hajar dewantara juga aktif dalam organisasi sosial dan poltik. Pada

tahun 1908 ia aktif di seksi propaganda Boedi Oetomo untuk menyosialisasikan

dan menggugah kesadaran masyarakat Indonesia. Ia selalu menyampaikan tentang

pentinggnya persatuan dan kesatuan dalam berbangsa dan bernegara. Pada tanggal

25 Desember 1912, ia mendirikan Indische Partic (partai politik pertama yang

beraliran nasionalisme Indonesia) bersama dengan Doues Dekker (Dr. Danudirdja

Setyabudhi) dan Dr. Ciptomangonkoesoemo. Akan tetapi, organisasi ini ditolak

oleh pemerintahan Belanda karena dianggap dapat membangikkan rasa

nasionalisme rakyat dan menggerakkan kesatuan untuk menentang pemerinta

kolonial Belanda.

Semangat KI Hajar Dewantara terus menggebu. Pada bulan November

1913 ia membentuk komite Bumipoetra. Komite Bumipoetra melancarkan kritik

terhadap pemerintah Belanda yang ingin merayakan seratus tahun kebebsan

Belanda dari penjajahan Prancis dengan menarik uang dari rakyat jajahannya. KI

Hajar Dewantara juga mengecam rencana perayaan itu melalui tulisannya yang

berjudul Alls Ik Eens Nederlander Was (seandainya aku seorang Belanda) dan

Eenvoor Allen Maar Ook Allen Voor En (satu untuk semua, tetapi semua untuk

satu juga). Akibat karangannya itu, pemerintah kolonial belanda melalui gubernur

Jendral Idenburg menjatuhkan hukum buang ( internering) ke pulau bangka tanpa

proses pengadilan. Kemudia, ia dibuang ke negara Belanda bersama kedua

rekannya dan kembali ke tanah air pada tahun 1918 setelah memperoleh

Europpesche Akte.

Pada tanggal 3 Juli 1922 KI Hajar Dewantara bersama dengan rekan-rekan

seperjuangannya mendirikan perguruan yang bercorak nasional, yaitu, Nationaal

Onderwices Instituut taman siswa (perguruan nasional taman siswa). Melalui

taman perguruan taman siswa dan tulisan-tulisannya yang berjumblah ratusan, KI

Hajae Dewantara berhasil menetapkan dasar-dasar pendidkan nasional bagi

bangsa Indonesia. KI Hajar Dewantara pernah menjabat sebagai menteri

pendidikan, pengajar, dan kebudayaan yang pertama. KI Hajar Dewantara tidak

hanya dianggap sebagai tokoh dan pahlawan pendidikan yang tanggal

kelahirannya 2 Mey dijadikan hari pendidikan nasional, tetapi juga ditetapkan

sebagai pahlaawan pergerakan nasional melalui surat keputusan presiden RI

No.305 tahun 1959, tanggal 28 November 1959. KI Hajar Dewantara meninggal

dunia pada tanggal 28 April 1959 di Yogyakarta. Untuk melestarikan nilai dan

semangat perjuangan Ki Hajar Dewantara, penerus taman siswa mendirikan

museum Dewantara Kirti Griya di Yogyakarta.

Sebagai pahlawan yang dijuluki bapak pendidikan Indonesia, semangat

dan jasa KI Hajar Dewantara sepantasnya dikenang dan tidak dilupakan semoga

apa yang dilakuknnya itu dapat mengispirasi rakyat Indonesia menuju masa depan

yang lebih baik.

Teks Biografi R.A Kartini

Raden Ajeng Kartini atau lebih dikenal ibu Kartini meruppakan keturunan

keluarga terpandang jawa. Dia lahir 21 April 1879, di mana adat istiadat masih

kukuh dipegang oleh masyarakat, termaksud keluarganya. Satu hal yang

diwariskan dari keluarganya adalah pendidikian. Ya, Kartini pernah merasakan

bangku sekolah hingga tamat pendidikan dasar. Karakternya yang haus akan ilmu

pengetahuan membuatnya ingin terus melanjutkan sekolah ke jenjang yang lebih

tinggi. Sayangnya, ayahnya tidak memberikan izin Kartini melanjutkan sekolah.

Mengetahui sikap ayahnya, Kartini sebenarnya sedih. Namun, dia tidak bisa

mengubah keputusan itu, sebeb, dia adalah anak pada zamannya yang masih

terbelenggu oleh keadaan.

Justru Kartini tidak boleh lagi keluar dari rumah sampai waktunya

menikah. Istilahnya dipingit. Demi menghilangkan rasa bosan dan suntuk berada

dalam rumah terus, Kartini menghabiskan sebagian besar waktunya untuk

membaca buku ilmu pengetahuan. Kesukaannya membaca ini berubah menjadi

rutinitas harian. Bahkan, dia tidak segan untuk bertanya kepada ayahnya bila ada

hal yang tidak dimengertinya. Lambat laun pengetahuannya bertambah dan

wawasannya pun meluas.

Banyak karya dan pemikiran wanita Eropa yang dikaguminya. Terlebih

kebebasan mereka untuk bisa terus bersekolah. Rasa kagum itu menginspirasinya

untuk memajukan wanita Indonesia. Dalam pandangannya, wanita tidak hanya

harus bisa urusan “belakang” rumah tangga saja. Lebih dari itu, wanita juga harus

bisa dan punya wawasana ilmu yang luas. Dia pun mulai bergerak mengumpulkan

teman-teman wanitanya untuk diajari baca tulis dan pengetahuan lainnya. Makin

hari, Kartini semakin disibukkan dengan aktivitas membaca dan mengajarnya.

Dia juga punya banyak teman di Belanda dan sering berkomunikasi

dengan mereka. Bahkan, dia sempat memohon kepada Mr. J.H. Abendanon untuk

memberinya beasiswa sekolah di Belanda. Belum sempat permohonan tersebut

dikabulkan dia dinikahkan oleh Adipati Rambang bernama Raden Adipati

Oyodiningrat. Berdasrkan data sejarah, R.A Kartini ikut dengan suaminya ke

remban setelah menikah. Walau begitu api cita-citanya tidak padam. Beruntung

Kartini memiliki suami yang mendukung cita-citanya. Berkat kegigihan serta

dukungan sang suami, Kartini mendirikan sekolah wanita diberbagai daerah.

Seperti Semarang, Surabaya, Yogyakarta, Malang, Madiun, Cirebon, dan

sebagainya. Sekoalah wanita itu dikenal dengan sekolah Kartini.

Kartini merupakan seorang wanita jawa yang memilki pandangan melebihi

zamannya. Meski dia sendiri terbelenggu oleh zaman yang mengikatnya dengan

adat istiadat. Pada 17 September 1904, Kartini menghembuskan nafat terakhir di

usia 25 Tahun, setelah melahirkan anak pertama dan satu-satunya. Dia salah satu

wanita yang menjadi pelopor emansipasi wanita di tanah Jawa. Suar-surat

korespondensinya dengan teman-temannya di Belanda kemudian dibukukan oleh

Aben Danon dengan judul Door Duisternis Toot Licht (habis gelap terbitlah

terang). Buku ini banyak mengispirasi wanita, tidak saja, wanita di zamannya tapi

juga wanita kini dan masa depan.

Sesuai keppres no. 108 Tahun 1964 pada 2 Mey 1964, Kartini resmi

digelari pahlawan nasional oleh pemerintah Indonesia. Keppres ini juga

menetapkan tanggal 21 April sebagai hari Kartini. Namanya kini diabadikan

sebagai nama jalan. Tidak hanya di kota-kota di Indonesia saja, melainkan di

kota-kota di Belanda. Seperti kota Utercht, Venlo, Amsterdam, dan Haleem. Wr.

Supratman bahkan membuatkan lagu berjudul ibu kita Kartini untuk mengenang

jasa-jasanya.

RIWAYAT HIDUP

Astuti, lahir di Matube Sulawesi Tengah Riswang, pada 16 April 1992.

Penulis adalah anak kedua dari 6 bersaudara, buah kasih sayang pasangan

Ayahanda Ambo, Dg. Nusu dan Ibunda Jamila. Pada tahun 1999, penulis mulai

mengenyam pendidikan dasar di SDN I Bungku Utara kabupaten Morowali dan

tamat tahun 2005. Pada tahun yang sama penulis melanjutkan pendidikan di SMP

Satu Atap Satu I Bungku Utara Kabupaten Morowali dan tamat pada tahun 2008.

Penulis melanjutkan pendidikan ke jenjang menengah atas pada tahun 2008 di

SMA Negeri 1 Petasia, Kabupaten Morowali dan menyelesaikan studi pada tahun

2011.

Selama menempuh pendidikan di jenjang Sekolah Menengah, penulis

terlibat aktif di beberapa kegiatan kesiswaan, seperti pramuka, porseni, dan

kegiatan lainnya. Selanjutnya, Tahun 2012 penulis melanjutkan pendidikan di

Universitas Muhammadiyah Makassar pada program studi pendidikan Bahasa dan

Sastra Indonesia Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan. Selama mejadi

mahasiswa di Program Studi Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia, penulis

mendapatkan banyak ilmu maupun pengalaman yang bermanfaat kiranya dapat

dijadikan bekal untuk masa yang akan datang.