PENINGKATAN KETERAMPILAN MEMBACA PEMAHAMAN ...
-
Upload
khangminh22 -
Category
Documents
-
view
1 -
download
0
Transcript of PENINGKATAN KETERAMPILAN MEMBACA PEMAHAMAN ...
PENINGKATAN KETERAMPILAN MEMBACA PEMAHAMAN TEKS
BIOGRAFI MELALUI MODEL TEAM GAMES TOURNAMENT SISWA
KELAS VIII MUHAMMADIYAH 5 MAKASSAR.
SKRIPSI
Diajukan untuk Memenuhi salah Satu Syarat guna Memperoleh Gelar
Sarjana Pendidikan pada jurusan Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia
Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Muhammadiyah Makassar
OLEH
ASTUTI
NIM : 10533 7084 12
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MAKASSAR
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BAHASA DAN SASTRA INDONESIA
2016
TNIVERSITAS MT]HAMMADIYAH MAKASSARFAKULTAS KEGURUAN DAI{ ILMU PE]\DIDIKAN
PERSETUJUAN PEMBIMBING
Judul skripsi : peningkatan Keteramp,an Membaca pemahamar Teks Biografi
Meralui Moder Team Games Tournament siswa Kelas ,III sMp
Mlhammadiyah 5 Makassar
Narna :Asfuti ..
l'rim : 10s337ffif l
-gProgram Studi , ffiqkgn gahasa dan Sastra Indonesia
Fakultas : Fpffitrgq& .thnu pendidikan
s€telah -ffriksa dg#irti, skripsi',jigrerah memequa i persyararan unrukdru:r&n.
Disetqfui oleir
Pembirnbihg II
Dr. H. Andi l[h. 'o"o*'."*''" Muhammad Akhir, S. pd., M. pd,
Diketahui oleh
Makassar. 15 November 2A16
;+Fcryf#€g!fl*
, tu**"^urt'lo
b'r:tr5;-\Bi{:8
amsuri, M.I{um.
Jurusan Pendidikan
;Ye'$*:i,fti'''k;roY","'.;?'ts*fr
TNTVERSITAS MUHAMMADIYAH MAKASSARWYRuanv nAI\ ILMu PEt{DrDrKaN
LEMBAR PENGESAHAN
skripsi aras Nama ASTurI, NiM: r 053370g412diterirna dan disahkanoleh Panitia Ujian skripsi berdasarka, Surat Keputusan Rektor t,niversitas\{nharnmadiyah Makassar Nomor. r 17 Tahun t43g wz0r6. Tanggal jYovember 2016 NI, sebagai sarah satu syarat guna memperoleh gelar sarjanaPendidikan pada Jurusan Pe*didikan Bahasa dan Sastra Indonesia Fakultas
Kegurmn dan Irmu pendidikan universiras Muhammadiyah Makassar pada hariSabru tanggal I4 November 2016.
ryWgr, 25if,,*anam'B 1438 H.d, q"* 26 o}#iber ir zotowt
1. renQas@nun
2. ret,u € TE "4^3 t.*""r{Q4. Penguji q
PANITTA UJ[{N
: Dr. H. AbdulRah:nan R.airim, S. 8., M" fu{.
: Dr" H. Andi Sukri S3rarnsuri, M" FIum.
: Khaeruddin, S. pd., M. pd.
: t.- Dr. H. Andi Sukri Syamsuri, M. Hurn
2. Dr. Sitti Aida Azis, M. pd.
3. Dr. M. Agtrs, M. pd.
4. Syekh Adiwijaya Latief S. pd., M. pd.
Makassar
H
/8s862s
----
vi
MOTTO DAN PERSEMBAHAN
Orang-orang bercerai berai karena diantara
mereka saling melupakan
Tetapi orang-orang tetap bersatu karena mereka
saling memaafkan satu sama lain
Berpikirlah positif atas semua keadaan karena
kebahagiaan itu bukan di luar diri tapi ada
dalam diri dan tetap memberikan senyum
terindah (semangat)
ku persembahkan karya tulis ini
Khusus buat kedua orang tua Ayahanda dan ibunda tercinta
Atas segala doa, dorongan, motivator dan pengorbanan yang tiada henti.
Kepada saudara-saudara yang menyayangi
Beserta keluarga besar atas segala perhatian,
vii
ABSTRAK
Astuti . 2016. Skripsi. “ Peningkatan Keterampilan Membaca Pemahaman Teks
Biografi Melalui Model Team Games Tournament Siswa kelas VIII.B SMP
Muhammadiyah 5 Makassar”. Jurusan Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia,
Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan (FKIP) Universitas Muhammadiyah
Makassar. Pembimbing H. Andis Sukri Syamsuri dan Muh. Akhir.
Penelitian ini adalah penelitian tindakan kelas (Classroom Action
Research) yang bertujuan untuk meningkatkan kemampuan membaca
pemahaman teks biografi melalui model Team Games Tournament pada siswa
kelas VIII.B SMP Muhammadiyah 5 Makassar. Subjek penelitian ini adalah siswa
kelas VIII.B SMP Muhammadiyah 5 Makassar tahun ajaran 2016/2017 sebanyak
37 siswa. Penelitian ini dilaksanakan dalam dua siklus, masing-masing siklus
dilaksanakan sebanyak 4 kali pertemuan termasuk pada setiap akhir siklus.
Pengumpulan data dilaksanakan dengan menggunakan tes akhir belajar
pada setiap akhir siklus, observasi yang dilakukan pada saat proses pembelajaran
berlangsung. Data yang terkumpul terdiri dari data kuantitatif dan kualitatif yang
dianalisis dengan menggunakan analisis deskriptif kuantitatif dan deskriptif
kualitatif.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa pada siklus I yang tuntas secara
individual dari 37 siswa hanya 21 siswa atau 56,75. Sedangkan 16 siswa yang
belum tuntas atau 43,24, Secara klasikal belum terpenuhi karena nilai rata-rata
kelas diperoleh sebesar 67,84%. Pada siklus II, dari 37 siswa terdapat 34 siswa
atau 91,89% yang tuntas dan 3 siswa yang belum mencapi ketuntasan atau 8,10%
secara klasikal sudah terpenuhi yaitu nilai rata-rata yang diperoleh sebesar 79,18%
atau berada dalam kategori tinggi.
Berdasarkan hasil penelitian tersebut, dapat disimpulkan Kemampuan
Membaca Pemahaman teks biografi Siswa Kelas VIII.B SMP Muhammadiyah 5
Makassar melalui Model Team Games Tournament mengalami peningkatan.
Kata kunci : Keterampilam Membaca Pemahaman, Team Games Tournament.
KATA PENGANTAR
Alhamdulillah, puji dan syukur atas izin dan petunjuk Allah Swt, sehingga
skripsi dengan Judul : “Peningkatan Keterampilan Membaca Pemahaman
Teks Biografi melalui Model Team Games Tournament Siswa Kelas VIII B
SMP Muhammadiyah 5 Makassar ” dapat diselesaikan. Pernyataan rasa syukur
kepada Allah Swt atas apa yang diberikan kepada penulis dalam menyelesaikan
karya ini yang tidak dapat diucapkan dengan kata-kata dan dituliskan dengan
kalimat apapun. Tak lupa juga penulis panjatkan shalawat dan salam atas
junjungan Nabi Muhammad Saw, beserta keluarga, sahabat, dan orang-orang yang
senantiasa berada dalam panutan beliau untuk mencari kemaslahatan hingga akhir
zaman.
Teristimewa dan terutama penulis sampaikan ucapan terima kasih kepada
kedua orang tuaku Ambo Dg Nusu dan Jamila yang tiada batas masa memberi
harapan, semangat, perhatian, kasih sayang dan doa tulus tak berpamrih, saudara-
saudaraku yang senantiasa mendukung dan memberikan semangat hingga akhir
studi ini. Seluruh keluarga besar atas segala pengorbanan, dukungan dan doa restu
yang telah diberikan demi keberhasilan penulis dalam menuntut ilmu. Semoga apa
yang telah mereka berikan kepada penulis menjadi ibadah dan cahaya penerang
kehidupan di dunia dan di akhirat.
Begitu pula penghargaan yang setinggi-tingginya dan ucapan terima kasih
disampaikan dengan hormat kepada :
1. Bapak Prof. Dr. Abdul Rahman Rahim, M.Hum, Rektor Universitas
Muhammadiyah Makassar.
2. Bapak Dr. Andi Sukri Syamsuri,M.Hum., Dekan Fakultas Keguruan dan Ilmu
Pendidikan Universitas Muhammadiyah Makassar.
3. Ibu Dr. Munirah, M.Pd., Ketua Program Studi Pendidikan Matematika
Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Muhammadiyah
Makassar.
4. Bapak Syekh Adiwijaya Latief, S.Pd, M.Pd., Sekretaris Program Studi
Pendidikan Matematika Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas
Muhammadiyah Makassar.
5. Ibu Dr. Siti Swadah Rimang, M.Hum, sebagai Penasehat Akademik yang telah
membimbing selama perkuliahan.
6. Bapak Dr. H. Andis Sukri Syamsuri, M.Pd., sebagai Pembimbing I dan Bapak
Muh. Akhir, S.Pd, M.Pd., sebagai Pembimbing II yang telah meluangkan
waktunya untuk memberikan arahan dan petunjuk serta koreksi dalam
penyusunan skripsi, sejak awal hingga akhir penyusunan skripsi ini.
7. Seluruh Bapak dan Ibu dosen di Program Studi Bahasa dan Sastra Indonesia,
yang telah memberikan ilmu dan berbagi pengalaman selama penulis
menimba ilmu di Jurusan Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia Universitas
Muhammadiyah Makassar.
8. Ibu Sabia, S.Pd., sebagai kepala Sekolah SMP Muhammadiyah 5 Makassar
yang telah memberikan kesempatan kepada penulis untuk melakukan
penelitian di sekolah.
9. Ibu Naheria, BA sebagai guru bidang studi bahasa indonesia yang telah
membimbing dan membantu penulis selama mengadakan penelitian di
sekolah.
10. Bapak/Ibu Guru serta seluruh staf tata usaha SMP Muhammadiyah 5
Makassar yang telah memberikan bantuan dan petunjuk selama penulis
melakukan penelitian di sekolah.
11. Siswa-siswi SMP Muhammadiyah 5 Makassar, khususnya kelas VIII.B atas
kerjasama, motivasi serta semangatnya dalam mengikuti pelajaran.
12. Rekan seperjuangan Program Studi Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia
angkatan 2012 terkhusus kelas D 2012 Universitas Muhammadiyah Makassar,
terima kasih atas solidaritas yang diberikan selama menjalani perkuliahan,
semoga keakraban dan kebersamaan kita tidak berakhir sampai disini.
13. Semua pihak yang telah memberikan bantuan yang tidak sempat disebutkan
satu persatu semoga menjadi ibadah dan mendapat imbalan dari-Nya.
Akhirnya, tak ada makhluk yang sempurna. Demikian pula dalam
penulisan skripsi ini, masih terdapat kekurangan yang tentunya membutuhkan
perbaikan. Oleh karena itu, penulis mengharapkan saran, kritik, dan umpan balik
yang bersifat membangun dari pembaca.
Tiada imbalan yang dapat diberikan oleh penulis, hanya kepada Allah Swt
penulis menyerahkan segalanya dan semoga bantuan yang diberikan selama ini
bernilai ibadah disisi-Nya, Amin.
Makassar, 2016
Penulis
xi
DAFTAR ISI
Halaman
HALAMAN JUDUL ....................................................................................... i
LEMBAR PENGESAHAN ........................................................................... ii
PERSETUJUAN PEMBIMBING ............................................................ iiin
SURAT PERNYATAAN .............................................................................. iv
SURAT PERJANJIAN .................................................................................. v
MOTTO DAN PERSEMBAHAN ............................................................... vi
ABSTRAK ................................................................................................... vii
KATA PENGANTAR ................................................................................. viii
DAFTAR ISI .................................................................................................. xi
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah ...................................................................... 1
B. Rumusan Masalah ............................................................................... 5
C. Tujuan Penelitian ................................................................................ 6
D. Manfaat Penelitian .............................................................................. 6
BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN KERANGKA PIKIR
A. Kajian Pustaka ..................................................................................... 8
1. Hakikat Membaca ......................................................................... 8
2. Tujuan Membaca .......................................................................... 10
3. Jenis-jenis Membaca .................................................................... 13
4. Hakikat Membaca Pemahaman .................................................... 19
5. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Membaca.............................. 25
xii
6. Model Pembelajaran Kooperatif................................................... 26
7. Uraian tentang Materi Pelajaran.................................................... 31
B. Kerangka Pikir ................................................................................... 34
BAB III METODE PENELITIAN
A. Jenis Penelitian ................................................................................... 37
B. Lokasi dan Subjek Penelitian ............................................................. 38
C. Prosedur Penelitian............................................................................. 39
D. Teknik Pengumpulan Data ................................................................. 44
E. Teknik Analisis Data .......................................................................... 45
F. Indikator Keberhasilan ....................................................................... 45
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A. Deskripsi Hasil Penelitian .................................................................. 47
1. Hasil Analisis Kuantitatif............................................................. 48
2. Hasil Analisis Kualitatif............................................................... 55
B. Pembahasan dan Hasil Penelitian....................................................... 62
1. Analisis Tes Hasil Belajar............................................................. 62
2. Analisis Lembar Observasi Aktivitas Siswa................................. 63
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan .........................................................................................66
B. Saran ................................................................................................... 67
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN-LAMPIRAN
RIWAYAT HIDUP
1
BAB 1
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Bahasa Indonesia merupakan sarana komunikasi, dan sastra merupakan
salah satu hasil budaya yang menggunakan bahasa sebagai sarana kreativitas.
Bahasa dan sastra Indonesia seharusnya diajarkan kepada siswa melalui
pendekatan yang sesuai dengan hakikat dan fungsinya. Pendekatan pembelajaran
bahasa yang menekankan aspek kinerja atau keterampilan berbahasa dan fungsi
bahasa adalah pendekatan kumunikatif, sedangkan pendekatan pembelajaran
sastra yang menekankan apresiasi sastra adalah pendekatan apresiatif. Bahasa
merupakan alat komunikasi yang menyatukan antara semua suku dalam sebuah
bangsa. Misalnya di Negara Indonesia, memiliki beragam suku bangsa dan
dengan sendirinya memiliki beragam bahasa yang dipakai untuk menyatukan suku
bangsa itu maka dipakailah Bahasa Nasional (bahasa pemersatu).
Ada empat komponen yang tercakup dalam keterampilan berbahasa, yaitu:
keterampilan menyimak, keterampilan berbicara, keterampilan membaca, dan
keterampilan menulis. Dalam praktiknya, keempat keterampilan tersebut saling
berkaitan dan membentuk suatu catur tunggal. Salah satu komponen pengajaran
bahasa, yaitu pengajaran membaca. Pengajaran membaca perlu ditingkatkan
karena kenyataannya pengajaran membaca di sekolah-sekolah tidak terlalu
diminati oleh siswa karena faktor kemalasan. Banyak sekali peneliti
mengungkapakan bahwa kemauan membaca siswa masih sangan minim. Sejalan
dengan uraian tersebut dapat dinilai bahwa pengajaran saat ini sangat tidak
1
2
sistematis. Buktinya siswa tidak mampu memahami yang mereka baca. Dengan
demikian, melalui proses pembelajaran membaca pemahaman siswa yang
memiliki kemampuan pada tingkat membaca terutama membaca pemahaman
memiliki kemampuan untuk menginterpretasikan bacaannya dan akhirnya
menumbuhkan minat yang besar dalam membaca. Jadi, sangat penting membaca
pemahaman untuk meningkatkan kualitas dan minat siswa dalam menganalisis
bahan baca.
Membaca adalah proses pemberian makna terhadap tulisan (Emeral V.
Dechat dalam Zuchdi 2008: 21). Frank Smith (dalam Zuchdi 2008: 21)
mendefinisikan membaca sebagai proses komunikasi yang berupa pemerolehan
informasi dari penulis oleh pembaca. Miles A Tinker dan Contasc M Mc
Cullough (dalam Zuchdi 2008: 21-22), membaca melibatkan proses identifikasi
dan proses mengingat suatu bahan bacaan yang disajikan sebagai rangsangan
untuk membangkitkan pengalaman dan membentuk pengertian baru melalui
konsep-konsep yang relevan yang telah dimiliki oleh pembaca. Keberhasilan
seseorang dalam membaca bergantung pada kondisi atau situasi, baik dari
pembaca, bahan bacaan, maupun dari lingkungan tempat aktivitas itu berlangsung
(Nuriadi, 2008: 1).
Bahan bacaan harus memperhatikan kebermaknaan dan kemenarikan teks
bacaan, isi budaya dalam penegertian yang luas, derajat kesulitan teks dengan
jenjang pengetahuan pembaca (Parera, 1996: 136). Teks (tulisan) berfungsi
sebagai media interaksi antara penulis dengan pembaca. Untuk dapat memahami
isi teks (tulisan), pembaca harus melakukan serangkaian kegiatan secara bertahap
3
dan berkesinambungan karena membaca merupakan kunci ke gudang ilmu. Ilmu
yang terkandung dalam teks harus dicari melalui kegiatan membaca.
Membaca merupakan salah satu jenis pembelajaran keterampilan bahasa
Indonesia yang diajarkan di sekolah sesuai dengan kurikulum/pedoman mengajar,
salah satu dari jenis kegiatan pembelajaran membaca yaitu membaca pemahaman.
Komprehensi membaca merupakan suatu proses yang hambatannya serupa
dengan hambatan dalam mengingat dan memecahkan masalah (Zuchdi, 2008: 22-
23). Johnson dan Pearson (dalam Zuchdi: 23), pemahaman membaca melibatkan
bahasa, motivasi, persepsi, pengembangan konsep, bahkan keseluruhan
pengalaman karena selama membaca kita memberikan tanggapan kepada
rangsangan yang bersifat simbolik yakni kata-kata yang ada dalam bacaan. Dalam
kurikulum tingkat satuan pendidikan (KTSP) kemampuan membaca yang harus
dimiliki oleh siswa SMP salah satunya adalah membaca pemahaman. Membaca
pemahaman yang dimaksudkan di sini adalah jenis membaca yang bertujuan
untuk (1) memahami standar-standar/norma-norma kesastraan; (2) memahami
resensi kritis; (3) memahami drama tulis, (4) pola-pola fiksi (Tarigan, 2008: 58).
Pembelajaran membaca yang berlangsung di sekolah masih menggunakan
model pembelajaran lama atau tradisional. Siswa diberi tugas untuk membaca,
kemudian mengerjakan soal yang sudah dipersiapkan sebelumnya, tanpa
menganalisis pokok-pokok cerita yang terdapat dalam bacaan, terutama pada
pembelajaran membaca pemahaman sehingga pemahaman akan materi yang
diajarkan oleh guru tidak sepenuhnya dapat dipahami siswa. Agar siswa dapat
memahami benar-benar apa yang dibacanya, maka pembelajaran memerlukan
4
teknik agar siswa dapat memahami bacaannya dengan baik siswa dan tidak
terpaku dengan teknik lama atau tradisional.
Berdasarkan survey yang dilakukan di SMP Negeri 2 Sungguminasa
Makassar tepatnya kelas 2 diperoleh berbagai problem dalam pembelajaran
membaca di sekolah. Dalam hal ini pembelajaran tentang keterampilan siswa
dalam membaca. Siswa kurang memperhatikan pembelajaran dan cenderung
malas untuk membaca. hal ini dikarenakan banyak sisa yang cenderung lebih
malas, hanya sebagian siswa yang mau membaca di dalam kelas. Selain itu kurang
dikemasnya model pembelajaran mampu merangsang keterampilan membaca
siswa menjadi kendala dalam pembelajaran membaca ini. Akibatnya,
keterampilan membaca siswa jauh dari maksimal.
Bertemali dengan kondisi tersebut, diperlukan serangkaian upaya guna
meningkatkan kualitas pembelajaran membaca di sekolah. Salah satu upaya
tersebut adalah dengan memperkenalkan berbagai model pembelajaran membaca
yang mampu mengembangkan keterampilan membaca, khususnya kemampuan
meningkatkan hasil belajar siswa dalam membaca. Salah satu model pembelajaran
yang perlu dikembangkan dalam pembelajaran membaca di sekolah, yakni dengan
model Team Games Tournament.
Model TGT (Team Games Tournament) adalah salah satu tipe
pmbelajaran kooperatif yang menempatkan siswa dalam kelompok-kelompok
belajar yang beraggotakan 5 sampai 6 orang siswa yang memiiki kemampuan,
jenis kelamin dan suku atau ras yang berbeda. Guru menyajikan materi, dan siswa
bekerja dalam kelompok mereka masing-masing. Teknik ini dapat mengurangi
5
ketergantungan siswa kepada guru, mengembangkan kemampuan,
mengungkapkan ide dan gagasan, membantu memberdayakan siswa lebih
bertanggung jawab dalam belajar, meningkatkan keaktifan belajar siswa.
Meskipun penelitian mengenai keterampilan berbicara telah banyak dilakukan,
peneliti tetap menganggap bahwa penelitian sejenis masih perlu dilakukan untuk
menemukan bebagai alternatif teknik dalam membelajarkan keterampilan
membaca kepada siswa. Hal ini mengingat kenyataan bahwa keterampilan
membaca siswa masih rendah, belum memuaskan, dan masih perlu dicarikan
teknik-teknik yang efektif untuk membelajarkan keterampilan membaca kepada
siswa.
Berdasarkan pemaparan tersebut, peneliti memiliki acuan bahwa
penggunaan model yang diterapkan oleh guru belum maksimal, sehingga dapat
mempengaruhi hasil belajar siswa di sekolah. Hal inilah yang mendorong
penelitian untuk melakukan suatu penelitian yang berjudul “Peningkatan
Keterampilan Membaca Pemahaman Teks Biografi Melalui Model Team
Games Tournament Siswa kelas VIII Muhammadiyah 5 Makassar.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah di atas dapat disumpulkan Rumusan
Masalah sebagai berikut :
1. Bagaimana peningkatan kemampuan membaca pemahaman teks biografi
dengan menggunakan model Team Games Tournament siswa kelas VIII
SMP Muhammadiyah 5 makassar?
6
2. Apakah model Team Games Tournamen efektif untuk meningkatkan
pembelajaran membaca pemahaman teks biografi siswa kelas VIII SMP
Muhammadiyah 5 Makassar.
C. Tujuan Penelitian
Berdasarkan identifikasi dan rumusan masalah yang telah dikemukakaan
di atas, maka tujuan dari penelitian ini, yaitu:
1. Mengetahui peningkatan kemampuan membaca pemahaman teks biografi
melalui model Team Games Tournament siswa kelas VIII SMP
Muhammadiyah 5 Makassar.
2. Mengetahui keefektifan pembelajaran membaca pemahaman teks biografi
dengan menggunakan model Team Games Tournament siswa kelas VIII SMP
Muhammadiya 5 Makassar.
D. Manfaat Penelitian
Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat baik secara
praktis maupun teoritis.
1. Manfaat Teoretis
a. Diharapkan dapat digunakan sebagai pengembangan teoritik pembelajaran
bahasa, khususnya pada teknik pembelajaran membaca pemahaman;
b. Dapat menambah referensi guru/pendidik terkait dengan pembelajaran
membaca pemahaman
7
2. Manfaat Praktis
a. Untuk guru
Manfaat khususnya bagi guru Bahasa Indonesia, akan memperoleh
informasi tentang bagaimana cara -cara untuk mengupayakan peningkatan
belajar melalui model Team Games Tournament dalam membaca pemahaman
teks biografi. Guru juga dapat mengembangkan model tersebut sesuai dengan
kebutuhan peserta didik untuk meningkatkan kualitas pembelajaran.
b. Untuk siswa
1. Meningkatkan kemampuan membaca pemahaman siswa;
2. Meningkatkan motivasi belajar membaca pemahaman dengan cara yang
variatif, menyenangkan, dan inovatif.
c. Untuk sekolah
Penelitian ini akan bermanfaat bagi sekolah berkaitan dengan adanya
teknik inovatif yang dapat digunakan dalam proses pembelajaran membaca
pemahaman sehingga diharapkan dapat memajukan kualitas pendidikan di
sekolah tersebut.
d. Untuk peneliti
Penelitian ini dapat menambah wawasan tentang teknik pembelajaran
yang dapat diterapkan pada siswa, dapat dijadikan bekal kelak untuk menjadi
guru yang inovatif dan kreatif. Selain itu, peneliti juga menambah
pengalaman dalam hal melakukan suatu penelitian.
8
BAB II
KAJIAN PUSTAKA DAN KERANGKA PIKIR
A. Kajian Pustaka
Kajian pustaka yang diuraikan dalam penelitian ini pada dasarnya dapat
dijadikan acuan untuk mendukung dan memperjelas penelitian ini. Oleh karena
itu, teori disajikan secara sistematis dengan menguntip berbagai pendapat dan
pandangan para ahli yang relevan terhadap pembelajaran membaca, dalam hal ini
kemampuan meningkatkan hasil belajar siswa dalam membaca menggunakan
model team Games tournament.
1. Hakikat Membaca
Membaca merupakan salah satu keterampilan yang berkaitan erat dengan
keterampilan dasar terpenting manusia yaitu berbahasa. Kegiatan membaca
bersifat reseptif, sebuah bentuk penyerapan yang aktif. Dalam kegiatan membaca
pikiran dan mental dilibatkan secara aktif, tidak hanya aktivitas fisik saja artinya,
bahwa kegiatan membaca tidak hanya sekedar membaca tetapi harus melibatkan
seluruh indera agar pembaca mengetahui isi dan maksud dari wacana yang dibaca.
Soedarso (2010: 4) mendefinisikan bahwa membaca adalah aktivitas yang
kompleks dengan mengerahkan sejumlah besar tindakan yang terpisah-pisah,
yang meliputi penggunaan pengertian dan khayalan, mengamati serta mengingat-
ingat. Senada dengan pengertian di atas Miles A Tinker dan Contasc M Mc
Cullough dalam Zuchdi (2008: 21-22) dan menyatakan membaca melibatkan
proses identifikasi dan proses mengingat suatu bahan bacaan yang disajikan
9
8
9
sebagai rangsangan untuk membangkitkan pengalaman dan membentuk
pengertian baru melalui konsep-konsep yang relevan yang telah dimiliki oleh
pembaca.
Menurut Tarigan (2008: 7), membaca adalah proses yang dilakukan serta
dipergunakan oleh seseorang untuk memeroleh pesan yang hendak disampaikan
oleh penulis melalui media kata-kata atau media tulis. Sedangkan Rahim (2008: 2)
yang menyatakan bahwa membaca pada hakikatnya merupakan suatu yang rumit
yang melibatkan banyak hal, tidak hanya menghafal tulisan, tetapi juga aktivitas
visual, berfikir psikolinguistik, dan metakognitif. Menurut pandangan tersebut,
proses penglihatan membaca, yaitu proses menerjemahkan simbol tulis (huruf) ke
dalam kata-kata lisan.
Proses berfikir yaitu membaca mencakup aktivitas penegnalan kata,
pemahaman literal, intepretasi, membaca kritis (critical reading), dan pemahaman
kreatif. Membaca sebagai proses psikolinguistik, yaitu bahwa ketika membaca,
skemata pembaca membantunya membangun makna, sedangkan fonologis,
semantik dan fitur sintaksis membantunya mengomunikasikan dan
menginterprestasikan pesan-pesan, sedangkan pada proses metakognitif
melibatkan perencanaan, pembetulan suatu strategi, pemonitoran, dan
pengevaluasian (Rahim 2008: 3)
Menurut Sudjana (2009:5) Membaca merupakan proses kegiatan yang
dilakukan secara sadar dan mempunyai tujuan. Membaca bukanlah kegiatan
memandangi lambang-lambang tertulis saja, namun lambang-lambang itu akan
menjadi bermakana untuk segera dipahami oleh pembaca. Dari pengertian di atas,
10
aktivitas membaca lebih mengarah pada proses. Proses memahami makna
lambang tertulis yang melibatkan berbagai aktivitas. Pernyataan tersebut tepat
karena pada dasarnya membaca adalah suatu kegiatan untuk mengucap
lambang/kode sesuai lafal untuk dipecahkan sehingga pembaca dapat menerima
pesan dari lambang-lambang tersebut.
2. Tujuan Membaca
Tujuan merupakan dasar dari setiap kegiatan dan motivasi yang paling
kuat dalam melakukan suatu tindakan. Tujuan membaca secara singkat, yaitu
menangkap maksud orang lain dalam bentuk tulisan. Menentukan tujuan dalam
setiap membaca merupakan hal yang sangat penting bagi pembaca karena dapat
mengarahkan pembaca dalam menentukan taraf pemahaman wacana, cara, serta
waktu yang digunakan dalam membaca. Diterapkannya tujuan membaca, akan
lebih memotivasi pembaca agar menjadi pembaca yang kritis sehingga akan
diperoleh hasil maksimal. Aderson lewat Tarigan (2008: 9-10) menyatakan bahwa
“tujuan membaca yaitu (1) untuk memperoleh perincian-perincian atau fakta-
fakta, (2) untuk memperoleh ide-ide utama, (3) untuk mengetahui urutan atau
susunan organisasi cerita, (4) untuk menyimpulkan, membaca inferensi, (5) untuk
mengelompokkan atau mengklasifikan, (6) untuk menilai, membaca,
mengevaluasi, dan (7) untuk memperbandingkan atau mempertentangkan”.
Tujuan membaca juga dikemukakan oleh Paul D. Leedy dalam Soedarso (2010:
120) yang menyatakan bahwa membaca mempunyai beberapa tujuan di antaranya:
1. Untuk mengerti ide pokoknya;
2. Meningkatkan kekayaan pengetahuan umum;
11
3. Untuk memahami fakta dan detail khusus;
4. Untuk memecahkan suatu masalah;
5. Untuk membentuk opini;
6. Untuk apresiasi pandangan orang lain;
7. Untuk menambah perbendaharaan kata.
Burn dkk, dalam Rahim (2008: 11-12) mengemukakan beberapa tujuan
membaca yang senada dengan pendapat di atas yaitu:
1. Kesenangan;
2. Menyempurnakan membaca nyaring;
3. Menggunakan strategi tertentu;
4. Mengetahi pengetahuan-pengetahuan tentang suatu topik;
5. Mengaitkan informasi baru dengan informasi yang telah diketahui;
6. Mengaitkan informasi untuk laporan lisan atau tulis;
7. Mengkonfirmasikan atau mengolah prediksi;
8. Menampilkan suatu eksperimen atau mengaplikasikan informasi yang
diperoleh dari suatu teks dalam beberapa cara lain dan mempelajari tentang
struktur teks;
9. Menjawab pertanyaan-pertanyaan yang spesifik.
Pramila dan Ahuja (2004 : 15) mengemukakan tujuan membaca:Orang
membaca dengan tujuan berbeda dan pada waktu yang berbeda pula. Bila kita
bertanya kepada para pembaca yang baik, “kenapa Anda membaca?” maka
setidaknya memberikan Sembilan alasan tersebut adalah sebagai berikut:
12
1. Untuk tertawa.
2. Untuk menghidupkan kembali pengalaman-pengalaman umum sehari-hari.
3. Untuk melarikan diri dari kehidupan nyata (idealisme romantis).
4. Untuk menikmati kehidupan emosional dengan orang lain (cinta romantis).
5. Untuk memuaskan kepenasaran, khususnya kenapa orang berbuat sesuatu
dengan cara mereka.
6. Untuk menikmati situasi dramatik seolah-olah mengalami sendiri.
7. Untuk memperoleh informasi tentang dunia yang kita tempati.
8. Untuk merasakan kehadiran orang dan menikmati tempat-tempat yang belum
pernah kita lihat.
9. Untuk mengetahui seberapa cerdas kita menebak, memecahkan sebuah teka-
teki dari pengarang.
Berdasarkan uraian para ahli di atas, pada hakikatnya tujuan membaca
adalah untuk memahami suatu wacana dan memperkaya pengetahuan yang
dimiliki. Tujuan membaca setiap orang berbeda-beda disesuaikan dengan
kebutuhannya, tetapi tujuannya sama, yaitu untuk memperoleh pemahaman
terhadap suatu wacana. Pencapaian tujuan membaca dipengaruhi oleh faktor
intrinsik dan ekstrinsik. Faktor intrinsik, meliputi kemampuan linguistik
(kebahasaan), minat, motivasi, dan kemampuan membaca. Faktor ekstrinsik,
meliputi unsur-unsur bacaan dan lingkungan membaca. Membaca merupakan
usaha untuk memperoleh makna sebuah informasi. Apabila faktor intrinsik dan
ekstrinsik dapat terpenuhi, maka siswa dapat mencapai tujuan membaca, yaitu
memperoleh makna yang terdapat dalam suatu bacaan.
13
3. Jenis – Jenis Membaca
Jenis-jenis membaca menurut Harras (2009: 8) terbagi dalam beberapa
macam, yaitu:
a. Membaca Nyaring.
Harras (2009: 8) berpendapat bahwa membaca nyaring sering kali disebut
membaca bersuara. Disebut demikian karena pembaca mengeluarkan suara
secara nyaring pada saat membaca. Pada tataran yang paling rendah membaca
nyaring merupakan aktivitas membaca sebatas melafalkan lambang-lambang
bunyi bahasa dengan suara yang cukup keras, sedangkan pada tataran yang lebih
tinggi membaca nyaring merupakan proses mengomunikasikan isi wacana atau
bacaan (dengan nyaring) kepada orang lain. Dalam hal ini yang perlu mendapat
perhatian guru adalah lafal kata, intonasi frasa, intonasi kalimat, serta isi bacaan
itu sendiri. Di samping itu, tanda baca dalam tata tulis bahasa Indonesia tidak
boleh diabaikan. Para siswa harus dapat membedakan intonasi kalimat tanya,
kalimat berita, kalimat seru, dan sebagainya. Juga lagu kalimat orang yang
sedang marah, susah, gembira, dan sebagainya.
Pembelajaran membaca nyaring ini mencakup dua hal, yaitu pelajaran
membaca dan pelajaran membacakan. Pembelajaran membaca yang dimaksud
yaitu kegiatan tersebut untuk kepentingan siswa itu sendiri dan untuk pihak lain,
misalnya guru atau kawan-kawan lainnya. Si pembaca bertanggung jawab dalam
hal lafal kata, lagu dan intonasi kalimat, serta kandungan isi yang ada di
dalamnya. Pembelajaran yang tergolong membacakan yaitu si pembaca
melakukan aktivitas tersebut lebih banyak ditujukan untuk orang lain. Pembaca
14
bertanggung jawab atas lagu kalimat, lafal kata, kesenyapan, ketepatan tekanan,
suara dan sebagainya. Bagi pendengar, lebih bertanggung jawab terhadap isi
bacaan, karena mereka ini dipihak yang berkepentingan dengan kegiatan
membaca.
b. Membaca dalam Hati
Harras (2009: 9) berpendapat bahwa membaca dalam hati merupakan
proses membaca tanpa mengeluarkan suara. Pada kegiatan membaca dalam hati
yang aktif bekerja hanya mata dan otak. Hal yang perlu diperhatikan pada saat
membaca dalam hati adalah:
a) Mata kita gunakan untuk melihat dan menyapu halaman-halaman bacaan,
b) Ingatan berperan sebagai penyimpan dan penyaring isi bacaan yang kita
tangkap lewat mata.
Selanjutnya, Harras (2009: 9) membagi membaca dalam hati ke dalam dua
bagian yaitu:
1) Membaca ekstensif.
Menurut Harras (2009: 18) membaca ekstensif adalah membaca untuk
kesenangan dengan penekanan secara umum. Dalam program membaca ekstensif
seseorang dituntut untuk dapat mengakses sebanyak mungkin judul
buku/artikel/berita dengan topik-topik yang sudah popular. Dalam program
membaca ekstensif kemauan dan kemampuan membaca seseorang diamati
secara teratur baik dengan catatan formal maupun tidak formal oleh pembaca
sendiri.
15
Harras (2009: 19) menambahkan bahwa membaca ekstensif dilakukan
dalam rangka menumbuhkan kesenangan dan kemauan membaca beragam
wacana tulis dalam bahasa target (bahasa yang sedang dipelajari). Dengan
membaca ekstensif seseorang dapat meningkatkan kemampuan dan minat
bacanya. Dari pengertian tersebut dapat disimpulkan bahwa membaca ekstensif
adalah membaca teks secara luas untuk mendapatkan kesenangan dan kemauan
dalam membaca dengan waktu yang sesingkat-singkatnya.
Membaca ekstensif adalah membaca yang bersifat jangkauan luas.
Membaca ekstensif berarti ketika membaca suatu informasi hendaknya
pandangan mata kita menyeluruh ke bidang bacaan. Dalam suatu teks terdapat
dua informasi yaitu fakta dan opini (http://anditubiru blog frienster.com)
Tujuan membaca ekstensif adalah sekadar memahami isi yang penting dari
bahan bacaan dengan waktu yang cepat dan singkat. Sebagai ilustrasi, ketika
seseorang membaca koran, ia tentu tidak hanya terpaku pada satu berita saja. Hal
yang dilakukan mungkin membaca banyak berita dan iklan. Tindakan yang
dilakukan tersebut termasuk membaca ekstensif. Begitu juga ketika sesorang
mengunjungi perpustakaan atau toko buku, tentu tidak hanya terpaku pada satu
buku. Yang dilakukan mungkin membuka buku-buku, membaca sampul, dan
daftar isi, kemudian berpindah pada buku lainnya. Jadi, kegiatan membaca
ekstensif itu tidak lepas dari kehidupan kita sehari-hari.
Langkah-langkah membaca ekstensif yang dipaparkan dalam
(http://anditubiru blog frienster.com) sebagai berikut:
1) Menemukan topik bacaan,
16
2) Mencari sumber lain dengan tema yang sama,
3) Tentukan pokok pikiran tiap paragraf,
4) Berupa fakta dan opini, dan
5) Rangkumlah dalam beberapa kalimat.
Membaca ekstensif terbagi dalam tiga jenis yaitu membaca survei,
membaca sekilas (skimming), dan membaca dangkal. Membaca survei adalah
kegiatan membaca yang bertujuan untuk mengetahui gambaran umum isi dan
ruang lingkup bacaan. Membaca sekilas adalah membaca yang membuat mata
kita bergerak cepat melihat dan memperhatikan bahan tertulis untuk mencari dan
mendapatkan informasi secara cepat. Sedangkan membaca dangkal adalah
kegiatan membaca untuk memperoleh pemahaman yang dangkal dari bahan
bacaan yang kita baca.
Membaca sekilas atau skimming merupakan salah satu teknik membaca
cepat. Membaca dengan teknik skimming berarti secara cepat membaca sekilas
teks untuk menentukan ide-ide penting dalam teks. Pada waktu melakukan
skimming, secara cepat mata bergerak ke seluruh teks untuk memperoleh
gambaran umum mengenai teks. Pembacaan cara ini boleh melewati bagian-
bagian tertentu yang dianggap kurang penting.
Harras (2009: 22) mengemukakan bahwa membaca sekilas bukan sekadar
menyapa teks bacaan, melainkan suatu keterampilan membaca yang diatur
secara sistematis untuk mendapatkan hasil yang efisien, untuk mendapatkan
berbagai tujuan, misalnya:
17
1) Mengenai topik bacaan;
2) Mengetahui pendapat orang;
3) Mendapatkan bagian penting yang diperlukan tanpa membaca seluruhnya;
4) Mengetahui organisasi tulisan, urutan ide pokok;
5) Penyegaran.
Langkah-langkah membaca sekilas yang dipaparkan oleh Harras (2009:
22) adalah sebagai berikut:
1) Menyiapkan pertanyaan, “Apa yang akan dicari?”
2) Jika sebuah buku, baca daftar isi dan kata pengantar.
3) Telusuri dengan kecepatan membaca.
4) Berhenti ketika Anda menemukan bagian yang dicari.
5) Baca dengan kecepatan normal dan pahami.
Selanjutnya, Harras (2009: 23) mengemukakan cara melakukan skimming
yaitu:
1) Memahami dan menentukan bagian-bagian dari suatu bacaan yang memuat
informasi penting (misalnya memahami dan menentukan letak ide pokok
dalam paragraf, memahami dan menentukan letak informasi yang penting dari
suatu bacaan),
2) Membaca sekilas dan melompati bagian-bagian yang tidak penting dari suatu
bacaan,
3) Detail khusus yang penting (nama, tanggal) perlu dilihat sepintas tanpa
menatap lama-lama,
18
4) Paragraf pertama dan terakhir dari suatu wacana perlu dibaca dengan
kecepatan rata-rata karena umumnya berisi ringkasan bacaan yang
dibicarakan,
5) Membaca skimming dapat dilakukan dengan membaca paragraf awal,
subjudul, dan paragraf akhir seseorang mencoba memahami hal-hal penting
dari teks.
2) Membaca intensif
Membaca intensif merupakan studi bersama, telaah teliti, serta pemahaman
terinci terhadap suatu bacaan sehingga timbul pemahaman yang tinggi. Menurut
Nurgiantoro (1995: 95) membaca intensif adalah perbuatan membaca yang
dilakukan secara teliti dan berbagai cara membaca lambat.
Harras (2009: 95) mengemukakan bahwa membaca intensif adalah
membaca secara cermat untuk memahami suatu teks secara tepat dan akurat.
Kemampuan membaca intensif adalah kemampuan memahami detail secara
akurat, lengkap, dan kritis terhadap fakta, konsep, gagasan, pendapat,
pengalaman, pesan, dan perasaan yang ada pada wacana tulis. Dalam membaca
ini, para siswa hanya membaca satu, dari beberapa pilihan bahan bacaan yang
ada dan bertujuan untuk menumbuhkan serta mengasah kemampuan membaca
secara kritis.
Secara garis besar membaca intensif terbagi dua, yakni pertama, membaca
telaah isi, yaitu jenis membaca intensif yang difokuskan pada isi bacaan. Kedua,
membaca telaah bahasa, yaitu jenis membaca intensif yang difokuskan pada
penggunaan bahasa dalam bacaan
19
c. Membaca pemahaman.
Membaca bergantung pada pengalaman, jika suatu kata tidak mempunyai
hubungan dengan pengalaman, maka hal itu perlu diterjemahkan kedalam kata
yang sudah diketahui. Selain itu, kemampuan mental atau intelegensi
mempunyai pengaruh terhadap proses pemahaman dalam membaca pada setiap
jenjang pendidikan.
Keterampilan pemahaman merupakan keterampilan mengembangkan
kemampuan bahasa. Kemampuan membaca juga lebih banyak dikembangkan
melalui bahasa tertulis, tetap itidak bisa disangkal juga pengembangan
keterampilan bahasa dalam pemakaian bahasa lisan.
4. Hakikat Membaca Pemahaman.
Keterampilan pemahaman merupakan keterampila mengembangkan
kemampuan bahasa. Kemampuan membaca juga lebih banyak dikembangkan
melalui bahasa tertulis, tetap itidak bisa disangkal juga pengembangan
keterampilan bahasa dalam pemakaian bahasa lisan.
Wiryodijoyo (1989: 15) mengenai penelitian pemahaman, ada beberapa
pendapat yang satu dengan yang lainnya saling melengkapi, yaitu:
a. Untuk menilai pemahaman harfiah dalam membaca, digunakan pertanyaan
mengenai teks. Dipakai juga teks penyimpulan isi bacaan, karena yang
terakhir ini merupakan pusat dari proses pemahaman.
b. Tes lisan dan pilihan ganda dapat mengukur keterampilan-keterampilan yang
sama. Untuk mengukur pemahaman, pelaksanaan teks pemahaman berbeda-
beda sesuai dengan tuntutan pelajaran yang dites.
20
Membaca memahami merupakan kegiatan membaca sesungguhnya,
yang ditunjukkan kepada kemampuan memahami bacaan secara tepat dan
cepat. Dalam proses membacaini, terlihat aspek-aspek berpikir seperti
mengingat, memahami, membandingkan, menemukan, mengorganisasikan,
dan pada akhirnya merupakan sesuatu yang terkandung dalam bacaan.
1. Prinsip-prinsip membaca pemahaman.
Beberapa peneliti memperlihatkan bahwa banyak faktor yang
memengaruhi keberhasilan membaca. Menurut Mclaughlin dan Allen(dalam
bukunya Rahiem 2008: 3), prinsip-prinsip membaca yang didasarkan pada
penelitian yang paling memengaruhi pemahaman membaca ialah seperti yang
dikemukakan berikut ini:
a. Pemahaman merupakan proses kontruktivis sosial.
b. Keseimbangan kemahiraksaraan adalah kerangka kerja kurikulum yang
membantu perkembangan pemahaman.
c. Guru membaca yang professional (unggul) memengaruhi belajar siswa.
d. Pembaca yang baik memegang peranan yang strategis dan berperan aktif
dalam proses membaca.
e. Membaca hendaknya terjadi dalam konteks yang bermakna.
f. Siswa menemukan manfaat membaca yang berasal dari berbagai teks pada
berbagai tingkat kelas.
g. Perkembangan kosakata dan pembelajaran memengaruhi pemahaman
membaca.
h. Pengikutsertaan adalah suatu faktor kunci pada proses pemahaman.
21
i. Strategi dan keterampilan membaca bisa diajarkan.
j. Asesmen yang dinamis menginformasikan pembelajaran membaca
pemahaman.
2. Keterampilan memahami
Smith dan Dechant (dalam bukunya Pramila dan Ahuja 2004: 50)
menyatakan, bahwa penulis menyarankan bahwa kemampuan-kemampuan di
bawah ini merupakan dasar atau pondasi untuk memahami dan dapat
disebut”keterampilan memahami”:
a. Kemampuan mengaitkan makna dengan simbol grafis
b. Kemampuan memahami konteks kata dan kemampuan memilih makna yang
sesuai dengan konteks tersebut dan memenuhinya.
c. Kemampuan membaca dalam satuan-satuan pemikiran.
d. Kemampuan memahami satuan-satuan ukuran yang bertingkat-tingkat:
frase, klausa, kalimat, paragraf.
e. Kemampuan menyerap makna suatu kata.
f. Kemampuan memilih dan memahami gagasan utama.
g. Kemampuan mengikuti alur pemikiran.
h. Kemampuan menarik kesimpulan.
i. Kemampuan memahami cara penulis mengorganisasi pemikirannya.
j. Kemampuan menilai atau mengerti apa yang dibaca: mengenal perangkat-
perangkat literer dan mengindentifikasi nada, suasana dan tujuan penulis.
k. Kemampuan mencerap dan menyimpan gagasan.
22
l. Kemampuan menerapkan gagasan dan mengintegrasikannya dengan
pengalaman masa lalu.
Stauffer (Pramila 2004: 51) menyatakan bahwa kemampuan pemahaman
anak-anak tersebar di sepanjang garis kontinum yang panjang: di satu titik
ekstrem adalah anak-anak yang semata-mata mereproduksi gagasan eksak
dalam buku teks, dan di titik ekstrem lainnya adalah anak-anak yang mampu
memproduksi bangunan mental (baru) secara kreatif dan orisinal.
Zintz (dalam bukunya Pramila dan Ahuja 2004: 51) menggolongkan
keterampilan memahami menjadi dua: harfiah (literal) dan tafsiriah
(interpretif). Dia melihat kemampuan kritis membaca sebagai “penerapan
keterampilan-keterampilan tersebut dalam membaca dan menerapkan
keterampilan-keterampilan menimbang, mengevaluasi dan menyeleksi saat
membaca”.
Pemahaman harfiah berarti keterampilan mendapatkan makna pokok
(primer), langsung, harfiah dari suatu kata, gagasan atau kalimat dan
konteksnya. Tidak ada kedalaman dalam jenis membaca ini. Dapat disebut
anak tangga paling rendah pada tangga “proses memperoleh makna”.
Walaupun demikian, ini merupakan anak tangga yang sebagian besar
dipraktekkan oleh guru-guru masa lalu. Penafsiran atau interprestasi adalah
usaha mencari kedalaman yang lebih besar. Ia berkaitan dengan proses
memasok makna implisit (tak langsung) sebuah teks. Dalam penafsiran,
pembaca harus memikir ulang lambang-lambang bahasa dan menarik makna
yang implisit ada pada lambang itu. Membaca kritis adalah level tertinggi
23
dalam hierarki keterampilan membaca untuk memaknai. Ia tidak
hanyamelibatkan pemahaman harfiah dan interprestasi, tetapi juga evaluasi,
penilaian dan timbangan pribadi atas kualitas, nilai, ketepatan dan kebenaran
dari yang dibacanya.
Salah satu kritik yang paling sering dilontarkan oleh riset mengenai
pemahaman adalah bahwa ia lebih menggunakan produk daripada memproses
ukuran; maksudnya, pemahaman mengandalkan pada ukuran yang diperoleh
setelah membaca, yang bergantung pada memori, membuat kesimpulan tentang
proses yang terjadi selama membaca (1 dan 14). Masalah ini menjadi gawat
jika kita ingin mengkaji kontrol pembaca atas aktivitas yang terlibat dalam
pemahaman.
3. Tingkat Pemahaman Bacaan
Burns dkk. (1996: 208) membedakan tingkatan pemahaman bacaan
dalam dua tipe pemahaaman. Tipe pertama disebut pemahaman literal dan tipe
yang kedua disebut pemahaman tingkat tinggi. Untuk tipe pemahaman tingkat
tinggi, mereka memilahnya lagi memjadi tipe pembaca. Ketiga tipe pembaca
yang dimaksud ialah membaca interpretatif, membaca kritis, dan membaca
kreatif. Dengan demikian, berdasarkan pendapat tersebut dapat dinyatakan
bahwa membaca pemahaman dapat dikategorikan dalam empat tingkatan
pemahaman, yaitu pemahaman literal, pemahaman interpretative, pemahaman
kritis, dan pemahaman kreatif.
a. Pemahaman Literal.
24
Pemahaman literal merupakan tingkatan pemahaman yang paling
rendah di antara tingkatan-tingkatan pemahaman yang dikemukakan oleh para
ahli bahasa. Pada tingkat pemahaman tersebut, pembaca cukup melihat dalam
bacaan. Artinya, pembaca tidak perlu menghubungkan sesuatu yang terdapat
dalam bacaan dengan sesuatu di luar bacaan.
b. Pemahaman Interpretatif .
Pemahaman interpretatif adalah membaca antar baris untuk membuat
interferensi. Secara garis besar untuk keterampilan ini meliputi pembuatan
kesimpulan dan analisis bacaaan. Kesimpulan bacaan, misalnya berbentuk
gagasan utama, hubungan sebab akibat, dan menginterpretasikan bahan
figuratif. Sementara itu, bentuk analisis bacaan, misalnya menentukan tujuan
pengarang dalam menulis teks.
c. Pemahaman Kritis.
Menurut Burns dkk. (1996: 278), membaca kritis adalah mengevaluasi
materi tertulis, yakni membandingkan gagasan yang tercakup dalaam materi
dengan standar yang diketahui dan menarik kesimpulan tentang keakuratan,
kesesuaian, dan garis waktu. Pembaca kritis hendaknya menjadi pembaca yang
aktif, bertanya, meneliti fakta-fakta dan menunda penilaiannya sampai
mempertimbangkan isi bacaan keseluruhan.
d. Pemahaman Kreatif.
Pemahaman kreatif adalah membaca yang melibatkan pencarian makna
di balik materi yang dinyatakan oleh pengarang. Membaca kreatif melibatkan
tingkat pemahaman yang paling tinggi. Seperti halnya membaca kritis,
25
membaca kreatif menuntut pembaca berpikir dan menggunakan imajinasi
ketika dia sedang membaca. Dengan membaca seperti itulah, pembaca akan
menghasilkan bentuk gagasan-gagasan baru
5. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Membaca
Pemahaman Keberhasilan seseorang dalam memahami bacaan dipengaruhi
oleh banyak faktor. Johson dan Dearson (via Zuchdi, 2008: 23) menyatakan
bahwa factor-faktor yang mempengaruhi komprehensi/ pemahaman bacaan dapat
dibedakan menjadi dua macam, yaitu yang ada di dalam diri dan di luar pembaca.
Faktor-faktor yang ada dalam diri pembaca meliputi kemampuan linguistik
(kebahasaan), minat (seberapa kepedulian pembaca terhadap bacaan yang
dihadapinya), motivasi (seberapa kepedulian pembaca terhadap tugas membaca
atau perasaan umum mengenai membaca dan sekolah), dan kumpulan
kemampuan membaca (seberapa baik pembaca dapat membaca). Faktor-faktor di
luar pembaca dibedakan menjadi dua kategori yaitu unsure-unsur bacaan dan
lingkungan membaca. Unsur-unsur pada bacaan dan ciri-ciri tekstual meliputi
kebahasaan teks (kesulitan bahan bacaan) dan organisasi teks (jenis pertolongan
yang tersedia berupa bab, dan subbab, susunan tulisan,dsb). Kualitas setelah
pelajaran membaca guna menolong murid memahami teks; cara murid
menanggapi teks; dan suasana umum penyeleseian tugas (hambatan, dorongan,
dsb.) semua faktor ini tidak saling terpisah, tetapi saling berhubungan.
Kemampuan tiap orang dalam memahami bacaan berbeda-beda. Hal ini
tergantung pada perbendaharaan kata yang dimiliki, minat, jangkauan mata,
kecepatan interprestasi, latar belakang pengalaman sebelumnya, kemampuan
26
intelektual, keakraban dengan ide yang dibaca, tujuan membaca, dan keluwesan
mengatur kecepatan (Soedarso, 2010: 58-59).
Berdasarkan pendapat diatas, dapat disimpulkan bahwa keberhasilan
pembaca dalam memahami suatu bacaan dipengaruhi oleh beberapa hal baik
dalam diri pembaca maupun di luar pembaca. Secara umum faktor-faktor dari
dalam diri pembaca yang mempengaruhi tingkat pemahaman pembaca adalah
minat, motivasi dan kemampuan membaca yang dimiliki, sedangkan faktor dari
luar pembaca meliputi teks bacaan dan lingkungan membaca.
6. Model Pembelajaran Kooperatif (Kooperatif Learning)
Model pembelajaran kooperatif merupakan suatu model pembelajaran
yang mengutamakan adanya kelompok-kelompok. Setiap siswa yang ada dalam
kelompok mempunyai tingkat kemampuan yang berbeda-beda (tinggi, sedang,
rendah) dan jika memungkinkan anggota kelompok berasal dari ras, budaya, suku
yang berbeda. Model pembelajaran kooperatif mengutamakan kerjasama dalam
menyelesaikan permasalahan untuk menerapkan pengetahuan dan keterampilan
dalam rangka mencapai tujuan pembelajaran.
Slavin (2009:34) mengemukakan perspektif motivasional pada
pembelajaran kooperatif terutama bertujuan untuk menciptakan situasi dimana
satu-satunya cara anggota kelompok bisa meraih tujuan pribadi mereka adalah
jika kelompok mereka bisa sukses. Oleh karna itu, untuk meraih tujuan personal
mereka, anggota kelompok harus membantu teman satu teamnya untuk
melakukan apapun guna membuat kelompok mereka berhasil,dan mungkin yang
lebih penting, mendorong anggota kelompoknya melakukan usaha maksimal.
27
Dengan kata lain, penghargaan kelompok (penjumlahan dari kinerja individual)
menciptakan struktur penghargaan interpersonal dimana anggota kelompok akan
merespon atau memberikan usaha-usaha yang berhubungan dengan tugas
kelompoknya.
Tukiran (2011:56) mengemukakan bahwa:“Pada dasarnya cooperative
learning mengandung pengertian sebagai suatu sikap atau prilaku bersama dalam
bekerja atau membantu sesama dalam struktur kerjasama yang teratur dalam
kelompok, yang terdiri dari beberapa orang dimana keberhasilan kerja sangat
dipengaruhi oleh keterlibatan dari setiap anggota kelompok itu sendiri”.
Huda (2015:32) mengemukakan bahwa pembelajaran kooperatif adalah
pembelajaran yang dilakukan secara berkelompok, siswa dalam satu kelas
dijadikan kelompok–kelompok kecil yang terdiri dari 4 sampai 5 orang untuk
memahami konsep yang difasilitasi oleh guru. Model pembelajaran kooperatif
memiliki ciri-ciri:
a. Untuk menuntaskan materi belajarnya, siswa belajar dalam kelompok secara
kooperatif,
b. Kelompok dibentuk dari siswa-siswa yang memiliki kemampuan tinggi,
sedang,dan rendah,
c. Jika dalam kelas terdapat siswa-siswa yang terdiri dari beberapa ras, suku,
budaya dan jenis kelamin yang berbeda, maka diupayakan agar dalam tiap
kelompok terdiri dari ras, suku, budaya, jenis kelamin yang berbeda pula, dan
d. Penghargaan lebih diutamakan pada kerja kelompok daripada perorangan.
28
Tabel 2.1 Langkah-langkah Pembelajaran Kooperatif
Tahap Tingkah Laku Guru
Tahap 1:
Menyampaikan tujuan
dan memotivasi siswa
Guru menyampaikan tujuan pelajaran yang akan
dicapai pada kegiatan pelajaran dan menekankan
pentingnya topik yang akan dipelajari dan
memotivasi siswa belajar.
Tahap 2:
Menyajikan informasi
Guru menyajikan informasi atau materi kepada
siswa dengan jalan demonstrasi atau melalui
bahan bacaan.
Tahap 3:
Mengorganisasikan
siswa ke dalam
kelompok-kelompok
belajar
Guru menjelaskan kepada siswa bagaimana
caranya membentuk kelompok belajar dan
membimbing setiap kelompok agar melakukan
transisi secara efektif dan efisien.
Tahap 4:
Membimbing
kelompok bekerja dan
belajar
Guru membimbing kelompok-kelompok belajar
pada saat mereka mengerjakan tugas mereka.
Tahap 5:
Evaluasi
Guru mengevaluasi hasil belajar tentang materi
yang telah dipelajari atau masing-masing
kelompok mempresentasikan hasil kerjanya.
Tahap 6:
Memberikan
penghargaan
Guru mencari cara-cara untuk menghargai baik
upaya maupun hasil belajar individu dan
kelompok.
Sumber: (Rusman, 2012: 211)
a. Model TGT (Team Games Tournament)
TGT (Team Games Tournament) adalah salah satu tipe pembelajaran
kooperatif yang menempatkan siswa dalam kelompok-kelompok belajar yang
beranggotakan 4 sampai 5 orang siswa yang memiliki kemampuan, jenis kelamin,
29
suku atau ras yang berbeda. Menurut Slavin ( 2009:163) menyatakan bahwa Team
Games Tournament (TGT) menggunakan turnamen akademik, dan menggunakan
kuis–kuis dan sistem skor kemajuan individu, dimana para siswa berlomba
sebagai wakil tim mereka dengan menggunakan anggota tim lain yang kinerja
akademik sebelumnya setara seperti mereka.
Dalam metode ini, siswa setelah belajar dalam kelompoknya masing–
masing anggota kelompok yang setingkat kemampuannya akan dipertemukan
dalam suatu pertandingan atau turnamen yang dikenal dengan “tournament table”
yang diadakan tiap akhir unit pokok bahasan atau akhir pekan. Skor yang didapat
akan memberikan kontribusi rata-rata skor kelompok.
Sintaks Model Pembelajaran Kooperatif tipe Team Games Tournament
(TGT) menurut Slavin (2009:170) yaitu sebagai berikut :
1) Penyajian Kelas (Class Pressentation)
Penyajian kelas dalam Pembelajaran Kooperatif tipe TGT (Team Games
Tournament) tidak berbeda dengan pengajaran biasa atau pengajaran klasikal oleh
guru, hanya pengajaraan lebih difokuskan pada materi yang sedang dibahas saja.
Ketika penyajian materi berlangsung mereka sudah berada dalam kelompoknya
masing-masing.Pada fase ini, guru menyampaikan tujuan pembelajaran, pokok
materi dan penjelasan singkat tentang LKS yang dibagikan pada kelompok.
2) Kelompok (Team)
Kelompok disusun dengan beranggotakan 4 sampai 5 orang yang
mewakili pencampuran dari berbagai keragaman dalam kelas seperti kemampuan
akademik, jenis kelamin, ras atau etnik. Fungsi utama dari pengelompokan ini
30
adalah anggota-anggota kelompok saling meyakinkan bahwa mereka dapat
bekerja sama dalam belajar dan mengerjakan game atau lembar kerja atau lebih
khusus lagi untuk menyiapkan semua anggota dalam menghadapi kompetisi.
3) Permainan (Game)
Gamenya terdiri atas pertanyaan-pertanyaan yang kontennya relevan
dengan dirancang untuk menguji pengetahuan siswa yang diperolehnya dari
presentasi dikelas dan pelaksanaan kerja tim. Game tersebut dimainkan diatas
meja dengan tiga orang siswa, yang masing-masing mewakili tim yang berbeda.
Kebanyakan game hanya berupa nomor-nomor pertanyaan yang ditulis pada
lembar yang sama. Seorang siswa mengambil kartu yang bernomor dan harus
menjawab pertanyaan yang sesuai dengan nomor yang tertera pada kartu tersebut.
Sebuah aturan tentang penantang memperbolehkan para pemain saling menantang
jawaban masing-masing.
4) Kompetisi / Turnamen (Tournament)
Turnamen adalah sebuah struktur dimana game berlangsung. Biasanya
berlangsung pada akhir minggu atau akhir unit, setelah guru memberikan
persentasi dikelas dan tim telah melaksanakan kerja kelompok terhadap lembar
kegiatan. Pada turnamen pertama, guru menunjuk siswa untuk berada pada meja
turnamen tiga siswa berprestasi tinggi sebelumnya pada meja 1, tiga berikutnya
pada meja 2, dan seterusnya.
31
5) Penghargaan Kelompok (Team Recognition)
Pengakuan kelompok dilakukan dengan memberi penghargaan atas usaha
yang telah dilakukan kelompok selama belajar sehingga mencapai kriteria yang
telah disepakati bersama.
Ada tiga panghargaan yang dapat diberikan dalam penghargaan tim yaitu
baik, sangat baik,dantim super. Kriteria ini merupakan suatu rangkaian sehingga
untuk menjadi tim sangat baik sebagian besar anggota tim harus memiliki skor
diatas awal mereka, dan untuk menjadi tim super sebagian besar anggota tim
harus memiliki setidaknya sepuluh poin diatas skor dasar mereka. Kriteria ini
dapat diubah jika kita menginginkannya.
7. Uraian tentang materi pelajaran yang diberikan
a) Pengertian biografi
Biografi berasal dari bahasa Yunani, yaitu bios yang berarti hidup, dab
graphien yang berarti tulis. Dengan kata lain biografi merupakan tulisan tentang
kehidupan seseorang. Biografi, secara sederhana dapat dikatakan sebagai sebuah
kisah riwayat hidup seseorang. Biografi dapat berbentuk beberapa baris kalimat
saja, namun juga dapat berupa lebih dari satu buku
Biografi menganalisa dan menerangkan kejadian-kejadian dalam hidup
seseorang. Lewat biografi, akan ditemukan hubungan, keterangan arti dari
tindakan tertentu atau misteri yang melingkupi hidup seseorang, serta penjelasan
mengenai tindakan dan perilaku hidupnya. Biografi biasanya dapat bercerita
tentang kehidupan seorang tokoh terkenal atau tidak terkenal, namun demikian,
biografi tentang orang biasa akan menceritakan mengenai satu atau lebih tempat
32
atau masa tertentu. Biografi seringkali bercerita mengenai seorang tokoh sejarah,
namun tak jarang juga tentang orang yang masih hidup. Banyak biografi ditulis
secara kronologis. Beberapa periode waktu tersebut dapat dikelompokkan
berdasar tema-tema utama tertentu (misalnya "masa-masa awal yang susah" atau
"ambisi dan pencapaian"). Walau begitu, beberapa yang lain berfokus pada topik-
topik atau pencapaian tertentu.
Biografi memerlukan bahan-bahan utama dan bahan pendukung. Bahan
utama dapat berupa benda-benda seperti surat-surat, buku harian, atau kliping
koran. Sedangkan bahan-bahan pendukung biasanya berupa biografi lain, buku-
buku referensi atau sejarah yang memaparkan peranan subyek biografi itu.
Biografi adalah suatu kisah atau keterangan tentang kehidupan seseorang
yang bersumber pada subjek rekaan (non-fiction / kisah nyata). Sebuah biografi
lebih kompleks daripada sekadar daftar tangga lahir atau mati dan data-data
pekerjaan seseorang,tetapi juga menceritakan tentang perasaan yang terlibat dalam
mengalami kejadian-kejadian tersebut yang menonjolkan perbedaan perwatakan
termasuk pengalaman pribadi.
b) Macam-macam Biografi :
1) Berdasarkan Sisi Penuli
1. Autobiografi.
Ditulis sendiri oleh tokoh yang tercatat perjalanan hidupnya
2. Biografi.
Ditulis oleh orang lain, berdasarkan izin penulisan dibagi atas :
33
a) Authorized biography, yaitu biografi yang penulisannya seizin atau
sepengetahuam tokoh didalamnya.
b) Unauthorized biography, yaitu ditulis seseorang tanpa sepengetahuan atau
izin dari tokoh di dalamnya (biasanya karena telah wafat).
2) Berdasarkan Isinya
a) Biografi Perjalanan Hidup, Isinya berupa perjalanan hidup lengkap atau
sebagian paling berkesan.
b) Biografi Perjalanan Karir, Isinya berupa perjalanan karir dari awal karir
hingga karir terbaru, atau sebagian perjalanan karir dalam mencapai sukses
tertentu.
3) Berdasarkan Persoalan Yang Dibahas.
a. Biografi Politik.
Yaitu penulisan tokoh-tokoh di negeri ini dari sudut politik. Dalam
biografi semacam ini bahan-bahan dikumpulkan biasanya melalui riset.
Namun, biografi semacam ini kadang kala tidak lepas dari kepentingan
penulis ataupun sosok yang ditulisnya.
b. Intelektual biografi
Yang juga disusun melalui riset dan segenap temuan
dituangkanpenulisnya dalam gaya penulisan ilmiah.
c. Biografi Jurnalistik ataupun Biografi Sastra
Yaitu materi penulisan biasanya diperoleh dari hasil wawancara
terhadap tokoh yang akan ditulis maupun yang menjadi rujukan sebagai
34
pendukung penulisan. Ini lebih ringan karena Cuma keterampilan dan
wawancara.
4) Berdasarkan Penerbitannya
a. Buku Sendiri
Penerbitan buku kategori ini dilakukan atas inisiatif penerbit
dengan seluruh biaya penulisan, percetakan, danpemasaran ditanggung
oleh produsen. Biografi jenis ini biasanya memuat kisah hidup tokoh-
tokoh yang diperkirakan akan menarik perhatian publik.
b. Buku Subdisi
Ongkos pembuatan buku jenis ini sebagian dibiayai oleh sponsor.
Biasanya pola ini dilakukan pada buku-buku yang diperkirakan dari segi
komersial tidak akan laku atau kalaupun bisa dijual harganya sangat
tinggi sehingga tidak terjangkau.
B. Kerangka Pikir
Pembelajaran membaca pemahaman khususnya teks biografi yang selama
ini dilaksanakan di sekolah belum berjalan secara maksimal. Siswa diminta untuk
membaca teks kemudian menjawab pertanyaan-pertanyaan yang sudah
disediakan. Pembelajaran membaca cenderung bersifat tradisional, sehingga siswa
merasa bosan dan malas. Pembelajaran membaca yang saat ini membuat
kemampuan membaca pemahaman siswa tidak berkembang dan tidak
menumbuhkan motivasi dan minat siswa untuk gemar membaca. Padahal
membaca merupakan kunci untuk mendapatkan ilmu pengetahuan.
35
Untuk mengatasi permasalahan ini, diperlukan model pembelajaran sebagai
variasi dalam membaca pemahaman khusunya teks biografi. Salah satu model
pembelajaran yang dapat digunakan untuk meningkatkan kemampuan membaca
pemahaman teks biografi adalah model Team Games Tournament.
TGT (Team Games Tournament) adalah salah satu tipe pembelajaran
kooperatif yang menempatkan siswa dalam kelompok-kelompok belajar yang
beranggotakan 4 sampai 5 orang siswa yang memiliki kemampuan, jenis kelamin,
suku atau ras yang berbeda. Dalam metode ini, siswa setelah belajar dalam
kelompoknya masing–masing anggota kelompok yang setingkat kemampuannya
akan dipertemukan dalam suatu pertandingan atau turnamen yang dikenal dengan
“tournament table” yang diadakan tiap akhir unit pokok bahasan atau akhir pekan.
Skor yang didapat akan memberikan kontribusi rata-rata skor kelompok.
Hal ini bertujuan agar siswa dan guru selalu dekat dan siap membantu
dalam pembelajaran. Sintaks model pembelajaran kooperatif TGT (Team Games
Tournament) yaitu penyajian kelompok, kelompok team, permainan game,
kompetisi/turnament (tournament), dan penghargaan kelompok (Team
Recognition). Model TGT (Team Games Tournament) dapat dilihat dari prestasi
membaca pemahaman setelah dilakukan pengukuran pada siswa berupa tes
pemahaman bacaan teks biografi. Tes dilaksanakan dua kali yaitu tes awal dan tes
akhir. Model TGT (Team Games Tournament) dikatakan efektif penerapanya
apabila prestasi membaca pemahaman siswa khusunya teks biografi melalui
Model TGT (Team Games Tournament) berhasil dilakukan.
36
Berdasarkan kerangka pikir tersebut, maka dapat dituangkan dalam bagan
sebagai beriku:
.
Bagan kerangka pikir
Pengajaran Bahasa Kurikulum 2013
(K.13)
Membaca Menulis Berbicara Menyimak
Membaca Pemahaman Teks
Boigrafi
Analisis
TGT
(Team Games Tournament)
Temuan
37
BAB III
METODE PENELITIAN
A. Jenis Penelitian
peelitian yang digunakan adalah jenis penelitian tindakan kelas (classroom
action research) yang bertujuan untuk meningkatkan hasil belajar bahasa Indonsia
melalui model pembelajaran TGT pada siswa SMP Muhammadiyah 5 Makassar
dengan metode secara langsung.
Penelitian tindakan kelas merupakan suatu penelitian tindakan yang
permasalahannya berasal dari kelas, menyangkut proses pembelajaran dan
dirasakan langsung oleh guru yang bersangkutan. Dalam PTK, penelitian atau
guru dapat melihat sendiri praktek pembelajaran atau bersama guru lain, penlitian
atau guru dapat melakukan penelitian terhadap siswa dilihat dari berbagai aspek
interaksinya dalam proses pembelajaran.
Penelitian tindakan kelas menekankan kepada kegiatan (tindakan) dengan
menguji coba suatu ide ke dalam praktik tau situasi nyata dalam skala mikro yang
diharapkan kegiatan tersebut mampu memperbaiki dan meningkatkan kualitas
proses belajar mengajar. PTK setidaknya memiliki karakteristik antara lain:
1. Didasarkan pada masalah yang dihadapi guru dan interuksional
2. Adanya kolaborasi dalam pelaksanaannya
3. Penelitian sekaligus sebagai praktisi yang melakukan refleksi
4. Bertujuan memperbaiki atau meningkatkan kualitas praktik instruksional
37
38
Dilaksanakan dalam rangkaian langkah dengan beberapa siklus. PTK
terdiri atas rangkaian empat kegiatan yang dilakukan dalam siklus berulang.
Menurut suhardjono (2006), keempat kegiatan yang ada pada setiap siklus yaitu:
1. Perencanaan
2. Tindakan
3. Pengamatan
4. Refleksi
B. Lokasi dan Subjek Penelitian
Pada penelitian tindakan kelas tidak lagi mengenal populasi dan sampel
karena dampak perlakuan hanya berlaku bagi subjek yang dikenai tindakan saja.
Dari penjelasan ini, maka penelitian menetapkan siswa kelas VIII SMP
Muhammadiyah 5 Makassar sebagai subjek yang dikenai tindakan dalam
penelitian. Adapun tempat penelitian dilaksanakan di SMP Muhammadiyah 5
Makassar sebagai lokasi penelitian. Penelitian ini dilakukan pada semester ganjil
tahun ajaran 2016/2017.
Penelitian dilaksanakan karena hasil belajar siswa di kelas tersebut berada
dalam kategori yang rendah sehingga mendorong peneliti untuk melakukan
penelitian dengan tujuan untuk memperbaiki dan meningkatkan hasil belajar
siswa di kelas tersebut.
39
C. Prosedur Penelitian
Penelitian ini berbasis kolaboratif, sehingga dalam pelaksanaannya
penelitian dilakukan melalui kerja sama dengan guru bidang studi bahasa Indonesia
yang selalu berupaya untuk memperoleh hasil yang optimal melalui cara dan
prosedur yang efektif, sehingga dimungkinkan adanya tindakan yang berulang
revisi untuk meningkatkan hasil belajar siswa terhadap mata pelajaran bahasa
Indonesia.
Penelitian berperan sebagai guru untuk melakukan tindakan pembelajaran
sesuai perencanaan tindakan yang dibuat. Penelitian selalu bekerja sama dengan
guru bidang studi bahasa Indonesia mulai dari dialog awal, perencanaan tindakan,
pelaksanaan tindakan, pemantauan (observasi), perenungan (refleksi) pada setiap
tindakan yang dilakukan penyimpulan hasil berupa pengertian dan pemahaman
(evaluasi).
Penelitian ini mengarah pada model penelitian tindakan kelas (PTK) yang
dapat didefinisikan sebagai salah satu bentuk penelitian yang bersifat reflektif
dengan alasan melakukan tindakan tertentu agar dapat meningkatkan kualitas
proses pembelajaran di kelas. Model penelitian tindakan kelas merupakan
penelitian bersiklus yang terdiri dari rencana, aksi atau tindakan, observasi, dan
refleksi yang dilakukan secara berulang.
40
Siklus I
Siklus II
Bagan 2. Siklus Penelitian Tindakan Kelas
Rancangan penelitian disusun menggunakan prosedur sebagai berikut:
1. Dialog Awal
Dialog awal dilakukan dengan mengadakan pertemuan penelitian dengan
guru yang bermaksud mendiskusian maksud dan tujuan penelitian sehingga
peneliti yang akan melakukan tindakan benar-benar mengerti permasalahan
yang dihadapi oleh guru di kelas.
2. Perencanaan Tindakan
a. Menelaah silabus mata pelajaran bahasa Indonesia siswa kelas VIII SMP
Muhammadiyah 5 Makassar, dengan tujuan untuk mengalokasikan waktu yang
akan digunakan.
Perencanaan
tindakan I
Permasalahan
nn
Refleksi I
Pelaksanaan
tindakan I
Pengamatan/
pengumpulan data I
Pelaksaan
tindakan II
Permasalahan baru
hasil refleksi
Perencanaan
tindakan II
Refleksi II
Apabila permasalahan
belum terselesaikan
Pengamatan/
pengumpulan data II Dilanjutkan
kesiklus
selanjutnya
41
b. Mengidentifikasi kebutuhan dan keadaan siswa berupa kesiapan belajarnya
dengan materi sehubungan dengan pokok bahasan yang akan dipelajari dengan
penerapan model pembelajaran TGT.
c. Membuat skenario atau rencana tindakan (RPP) untuk mengefektifkan
pembelajaran di kelas yang meliputi: standar kompetensi, kompetensi dasar,
indikator, alokasi waktu, materi pembelajaran, strategi, kegiatan inti, dan
kegiatan akhir pada proses pembelajaran bahasa Indonesia.
3. Pelakasanaan Tindakan
Pada tahap pelaksanaan tindakan, peneliti bersama guru melakukan
pembelajaran sesuai dengan perencanaan yang telah dibuat. Peneliti
melakasanakan pembelajaran kooperatif tipe TGT dalam usaha ke arah
perbaikan. Dalam pelaksanaan tindakan, peneliti berperan sebagai guru,
sedangkan guru berperan sebagai observer.
a. Guru menyampaikan tujuan pembelajaran, memotivasi siswa agar terlibat
pada aktifitas pembelajaran, kemudian membagikan modul materi pokok
bahasa Indonesia dan mempersentasikan inti dari materi pelajaran bahasa
Indonesia.
b. Guru membagi siswa menjadi 6 kelompok (tim) yang masing-masing terdiri
dari 5 siswa (anggota tim heterogen).
c. Guru memberi kesempatan siswa untuk membaca materi pelajaran serta
berdiskusi dengan timnya mengenai materi. Siswa dipersilahkan mengajukan
pertanyaan kepada tim sebelum bertanya pada guru dan memberi umpan balik
terhadap ide yang dikemukakan anggota-anggota satu tim. Setiap tim
42
bertanggung jawab terhadap anggota timnya, sehingga semua tim dapat
memahami materi sebagai persiapan untuk menghadapi turnamen.
d. Guru mempersiapkan turnamen dengan menata kartu permainan dilengkapi
nomor, skor, pertanyaan, dan jawaban mengenai materi pada meja turnamen.
e. Tahap permainan/pertandingan (game/turnamen)
1) Tiap kelompok (tim) mendapat kesempatan untuk memilih kartu bernomor
yang bersedia pada meja turnamen dan mencoba menjawab pertanyaan yang
muncul.
2) Apabila tiap anggota dalam suatu tim tidak bisa mencoba pertanyaannya,
maka pertanyaan tersebut dilempat kepada kelompok lain, searah jarum jam.
3) Tim yang bisa menjawab dengan benar pertanyaan itu akan mendapat skor
yang telah terterah di balik nomor tersebut. Skor ini yang nantinya
dikumpulkan tim untuk menentukan skor akhir tim.
4) Pemilihan kartu bernomor akan digilir pada tiap-tiap tim secara bergantian
searah jarum jam, sampai habis jata nomornya.
5) Setelah selesai tindakan pengisian angket oleh siswa dan post-test (pemberian
tes akhir semua materi ) yang bertujuan untuk mengetahui ada tidaknya
peningkatan hasil belajar.
4. Observasi dan Monitoring
Observasi dan monitoring dilakukan bersama ketika pembelajaran
(pelaksanaan tindakan) berlangsung. Pengamatan ini tidak dilakukan oleh
peneliti sendiri yang bertindak sebagai guru tetapi bekerja sama dengan guru
bidang studu bahasa Indonesia.
43
5. Refleksi
Data dari hasil observasi dapat berupa data kuantitatif yang berupa
penguasaan materi (nilai post-test) dan tanggapan proses pembelajaran yang
dilaksanakan oleh guru. Proses refleksi ini memegang peran yang sangat penting
dalam menentukan suatu keberhasilan penelitian tindakan kelas. Karena dengan
adanya suatu refleksi yang tajam dan terpercaya akan didapatkan suatu masukan
yang sangat berharga dan akurat bagi penentu langkah tindakan selanjutnya.
Komponen-komponen refleksi dapat digambarkan sebagai berikut:
Tindak lanjut-penimpuan-penjelasan-pemaknaan-analisis. Data yang
diperoleh dari hasil observasi, selanjutnya didiskusikan antara guru bidang studi
dengan peneliti untuk mengetahui:
a. Apakah tindakan yang dilakukan sesuai dengan rencana?
b. Kemajuan apa yang dicapai siswa terutama dalam hal peningkatan hasil
belajar siswa.
6. Evaluasi
Tahap ini merupakan proses mengumpulkan, mengelola, dan menyajikan
informasi sehingga bermanfaat untuk pengambilan keputusan di antara dialog
awal, perencanaan tindakan, observasi, dan refleksi yang merupakan proses yang
terkait secara sistematis dan berkesinambungan. Evaluasi ditujuakan kepada
penemuan bukti adanya peningkatan hasil belajar bahasa Indonesia melalui
model TGT siswa SMP Muhammadiyah 5 Makassar.
44
D. Teknik Pengumpulan Data
Pada penelitian ini data diperoleh melalui beberapa cara, yaitu:
1. Dokumentasi, digunakan untuk memperoleh data mengenai daftar nama siswa
SMP Muhammadiyah 5 Makassar yang akan menjadi objek penelitian
sebelum dilakukan tindakan.
2. Wawancara, merupakan bentuk komunikasi verbal antara peneliti dengan guru
bidang studi, semacam percakapan untuk memperoleh informasi. Pada
penelitian ini dilakukan cara bebas tanpa terikat pertanyaan tertulis agar dapat
berlangsung lues dengan arah yang tebuka.
Adapun instrumen wawancara yang peneliti laksanakan adalah :
a. Bagaimana minat belajar siswa terhadap pelajaran bahasa Indonesia.
b. Bagaimana hasil belajar siswa terhadap pelajaran bahasa Indonesia.
c. Kendala apa yang siswa alami dalam proses belajar mengajar.
d. Metode/model pembelajaran apa yang sering diberikan kepada siswa.
e. Apakah metode/model pembelajaran yang dilaksanakan hanya satu
metode/model ataukah disesuaikan pada materi pelajaran.
f. Metode/model apakah yang siswa sukai.
g. Apakah model pembelajaran TGT (Teams Games Tournamen) pernah
dilasaknakan pada pelajaran bahasa Indonesia.
3. Observasi, digunakan untuk memperoleh data hasil belajar siswa (aspek
afektif) dalam kegiatan pembelajaran di kelas. Pengambilan data dilakukan
dengan pengamatan langsung di kelas mengenai kondisi siswa. Hasil
45
observasi dicatat pada lembar pengamatan yang berupa sistem penilaian
afektif siswa.
4. Tes, digunakan untuk memperoleh data hasil belajar siswa (aspek kognitif)
yang dilakukan setelah tindakan dengan model pembelajaran koperatif tipe
TGT (Team Games Tournament). Teknik pengumpulan data ini dengan cara
melakukan post-test di akhir pembelajaran melalui tes tertulis.
5. Catatan lapangan, digunakan sebagai sumber yang sangat penting dalam
penelitian karena catatan lapangan merupakan catatan tertulis tentang apa
yang didengar, dilihat, diamati, dan dipikirkan dalam rangka mengumpulkan
data dan refleksi data dalam penelitian kualitatif.
E. Teknik Analisis Data
Teknik analisis yang digunakan dalam penelitian adalah analisis deskriptif
kualitatif karena analisis ini bertalian dengan uraian deskriptif tentang
perkembangan proses pembelajaran. Teknik tersebut mencakup kegiatan
mengungkapkan kelebihan dan kelemahan kinerja siswa dan guru dalam proses
belajar mengajar. Hasil analisis tersebut nantinya akan digunakan sebagai dasar
untuk menyusun perencanaan tindakan untuk tahap berikutnya (Zainal, 2008).
F. Indikator Keberhasilan
Yang menjadi indikator keberhasilan penelitian ini adalah:
a. Apabila telah terdapat 85% siswa yag memperoleh skor minimal 65 dari hasil
tes akhir, maka kelas tersebut dianggap tuntas.
47
BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
Pada bab ini membahas tentang hasil-hasil penelitian yang menunjukkan
kemampuan membaca pemahaman teks biografi melalui model Team Games
Tournament siswa kelas VIII B SMP Muhammadiyah 5 Makassar. Adapun data
yang dianalisis adalah skor hasil belajar siswa yang diberikan setiap akhir siklus
secara deskriptif, data mengenai perubahan sikap siswa yang diambil dari
pengamatan dan tanggapan serta refleksi yang diberikan oleh siswa baik yang
tertulis maupun komentar secara lisan. Hasil dan pembahasan yang diperoleh dari
dua siklus pelaksanaan penelitian ini dapat diuraikan sebagai berikut
A. Deskriptif Hasil Penelitian
1. Hasil Analisis Kuantitatif
a. Tahap Perencanaan
Kegiatan-kegiatan yang dilakukan pada tahap perencanaan ini adalah
1) Membuat skenario pembelajaran melalui metode pembelajaran team games
tournament untuk pertemuan pertama sampai pertemuan ke tiga.
2) Mempersiapkan lembar observasi untuk mencatat aktivitas dan perubahan
tingkah laku siswa selama proses pembelajaran berlangsung pada pelaksanaan
tindakan siklus I.
3) Mempersiapkan angket respon siswa untuk mengetahui pendapat siswa
terhadap tindakan yang dilakukan, yang akan diberikan pada akhir siklus I.
48
4) Mempersiapkan lembar kerja siswa (LKS) yang dikerjakan secara individu
pada setiap pertemuan.
5) Mempersiapkan alat evaluasi berupa soal tes siklus I.
6) Mempersiapkan lembar jawaban yang akan digunakan siswa untuk menjawab
soal tes siklus I.
b. Tahap Pelaksanaan Tindakan
Adapun pelakasanaan tindakan pada siklus I ini berlangsung selam 4 kali
pertemuan dengan lama waktu setiap pertemuan adalah 2x45 menit pelajaran.
Pertemuan I sampai pertemuan III diisi dengan kegiatan belajar mengajar dengan
menerapkan model team games tournament dan pertemuan IV diisi dengan
pemberian tes siklus I, dengan pokok bahasan membaca pemahaman teks biografi.
Adapun langkah-langkahnya adalah sebagai berikut:
Pertemuan I
pada pertemuan pertama ini dilaksanakan pada hari senin tanggal
08/08/2016 dengan materi yang akan dibahas adalah menjelaskan pengertian
membaca pemahaman teks biografi.
Pada kegiatan awal, guru membuka pelajaran, memotivasi siswa dan
menyampaikan tujuan pembelajaran yang akan dicapai, mengecek kehadiran
siswa, menyampaikan judul materi pokok pembahasan, dan menjelaskan sambil
memberikan motivasi belajar, mengingatkan kembali tentang materi dengan
mengaitkannya dengan kehidupan sehari-hari. Selanjutnya, pada kegiatan inti
guru menyajikan informasi tentang materi yang akan diajarkan dengan
menggunakan alat peraga seperti kertas yang dibentuk sesuai dengan materi yang
49
dibahas, guru memberikan permasalahan berupa LKS kepada siswa, guru
membimbing pelatihan kepada siswa sampai benar-benar menguasai konsep yang
dipelajari. Sebelum mengakhiri kegiatan pembelajaran pada pertemuan ini, siswa
dan guru mengingatkan kepada siswa untuk mempelajari materi yang kan dibahas
pada pertemuan berikutnya.
Pertemuan II
Pertemuan kedua ini dilaksanakan pada hari selasa tanggal 09/08/2016
dengan materi yang dibahas adalah menjelaskan tentang tahap membaca
pemahaman teks biografi. Secara umum, langkah-langkah yang dilakukan pada
pertemuan kedua hampir sama dengan kegiatan pertemuan sebelumnya, karena
mengacu pada langkah-langkah kegiatan yang telah direncanakan pada RPP
dengan model pembelajaran team games tournament.
Hal-hal yang lebih khusus pada pertemuan kedua antara lain :
a. Siswa mengingat kembali matei yang akan dibahas pada pertemuan I dan guru
menyampaikan hasil LKS pertemuan lalu guna memotivasi siswa untuk lanjut
ke pembahasan berikutnya.
b. Kegiatan pembelajaran mengacu pada RPP, dan LKS.
Pertemuan III
Pertemuan ketiga ini, dilaksanakan pada hari rabu tanggal 10/08/2016
dengan materi yang dibahas adalah menjelaskan tujian membaca pemahaman teks
biografi.
50
Pertemuan III ini, pada dasarnya hampir sama dengan pertemuan I dan II,
hanyan saja nilai dari tugas yang dikerjakan siswa masih berada pada kategori
rendah dan sedang. Hal ini disebabkan karena mereka masih malu bertanya pada
guru sehingga mempengaruhi nilai mereka. Oleh karena itu, guru melakukan
perbaikan berupa menjalin keakraban yang lebih pada siswa.
Pertemuan IV
Pada pertemuan IV ini dilaksanakan pada hari senin tanggal 15/08/2016
tes siklus I ini bertujuan untuk mengetahui sejauh mana kemampuan siswa dalam
belajar dengan model team games tournament yang dilaksanakan pada hari senin
tanggal 09 Agustus 2016 dengan alokasi waktu yang digunakan dama dengan
pembelajaran biasanya yaitu 2x45 menit pelajaran.
c. Tahap Observasi dan Evaluasi
Pada siklus I tercatat aktivitas siswa yang terjadi selama proses
pembelajaran berlangsung. Aktivitas tersebut diperoleh dari lembar observasi
yang dapat diliahat pada tabel berikut ini.
4.1 Statistik skor hasil belajar kemampuan membaca pemahaman teks
biografi bahasa Indonesia kelas VIII B SMP Muhammadiyah 5
Makassar pada akhir siklus I
Statistik Nilai statistik
Jumlah siswa
Skor ideal
Nilai maksimum
Nilai minimum
Rentang skor
Skor rata-rata
Standar deviasi
37
100,00
85,00
45,00
40,00
67,84
11,99
51
Berdasarkan analisis deskriptif yang terangkum diperoleh informasi bahwa
skor rata-rata hasil belajar siswa kelas VIII B SMP Muhammadiyah 5 Makassar
setelah proses belajar mengajar dengan melalui model team games tournament
yang dilaksanakan pada siklus I adalah 67,84% dengan standar deviasi 11,99%
dari skor ideal yang mungkindicapai 100. Ini menunjukkan bahwa secara rata-rata
kelas, tingkat penguasaan terhadap sub pokok bahasa Indonesia yang diajar pada
siklus I sebesar 67,84% dari seluruh materi yang diberikan.
Sedangkan secara individual, skor yang dicapai responden tersebut dari
skor minimum 45 dari skor yang mungkin dicapai 0 sampai dengan skor
maksimum 85 dari skor ideal yang mungkin dicapai 100. Dengan rentang skor
yang diperoleh mengindikasikan bahwa skor perolehan responden tersebut dari
skor yang sangat rendah sampai skor yang sangat tinggi.
Jika skor hasil belajar bahasa Indonesia pada siklus I dikelompokkan
kedalam lima kategori, maka diperoleh distribusi frekuensi dan persentase skor
seperti disajikan pada tabel 4.2 berikut:
Tabel 4.2 Distribusi Frekuensi dan Persentase Skor Hasil Belajar
kemampaun membaca pemahaman teks biografi bahasa
Indonesia Siswa Kelas VIII B SMP Muhammadiyah 5
Makassar pada siklus I
Skor Kategori Frekuensi Persentase (%)
0 – 54
55 – 64
65 – 79
80 – 89
90 – 100
Sangat rendah
Rendah
Sedang
Tinggi
Sangat tinggi
8
3
17
9
0
21,62
8,11
45,95
24,32
0
Jumlah 37 100
52
Berdasarkan skor rata-rata hasil belajar siswa yang diperoleh setelah
proses belajar mengajar selama siklus I berlangsung yaitu sebesar 67,84 setelah
dikategorikan berdasarkan tabel di atas, diketahui bahwa tingkat penguasaan
siswa kelas VIII SMP Muhammadiyah 5 Makassar berada pada kategori tinggi 9
atau 24,32% orang siswa. Hal tersebut belum mencapai kriteria indikator
keberhasilan tindakan.
Selanjutnya Pada siklus I tercatat aktifitas siswa yang terjadi selama proses
pembelajaran berlangsung. Aktifitas tersebut diperoleh dari lembar observasi yang
dapat diliahat pada tabel berikut ini.
Tabel 4.3 Hasil Observasi Aktifitas Siswa pada Siklus I
No Komponen yang di amati Siklus I
Persentase
(%)
I II III IV
1
Siswa yang hadir pada saat
proses pembelajaran
berlangsung
32 33 35
T
E
S
S
I
K
L
U
S
I
90,09
2
Siswa yang mendengar atau
memperhatikan penjelasan guru
pada saat proses pembelajaran
berlangsung
24 26 28 70,27
3
Siswa yang mengajukan
pertanyaan kepada guru pada
saat proses pembelajaran
berlangsung
9 9 11 26,12
4
Siswa yang menjawab
pertanyaan, baik dari guru
maupun dari siswa lain pada
saat proses pembelajarang
berlangsung
12 12 15 35,13
5 Siswa yang aktif mengerjakan
LKS 30 30 33 83,78
6
Siswa yang melakukan kegiatan
lain (ribu, bermain, tidur, dll)
pada saat proses pembelajaran
berlangsung
8 6 4 16,21
53
Berdasarkan tabel 4.3 di atas bahwa terdapat beberapa komponen yang
diamati dalam mengobservasi aktivitas siswa pada siklus I diantaranya:
1. Siswa yang hadir pada saat proses pembelajaran berlangsung di pertemuan I
siklus I 32 siswa, pertemuan II siklus I berjumlah 33 siswa, pertemuan III
siklus I berjumlah 35 siswa dan presentase keseluruhan adalah 9O, 09 %.
2. Siswa yang mendengarkan atau memperhatikan penjelasan guru pada saat
proses pembelajaran berlangsung di pertemuan I siklus I berjumlah 24 siswa,
pertemuan II siklus I berjumblah 26 siswa, pertemuan III siklus I berjumlah 28
siswa dan presentase keseluruhannya adalah 70,27 %.
3. Siswa yang mengajukan pertanyaan kepada guru pada saat proses
pembelajaran berlangsung di pertemuan I siklus I berjumlah 9 siswa,
pertemuan II siklus I berjumlah 9 siswa, pertemuan III siklus I berjumlah 11
siswa dan persentase keseluruhannya adalah 26,12%.
4. Siswa yang menjawab pertanyaan, baik dari guru maupun dari siswa lain pada
saat proses pembelajaran berlangsung di pertemuan I siklus I berjumlah 12
siswa, pertemuan II siklus I berjumblah 12 siswa, pertemuan III siklus I
berjumlah 15 siswa dan persentase keseluruhannya adalah 35,13%
5. Siswa yang aktif mengerjakan LKS di pertemuan I siklus I berjumlah 30 siswa,
pertemuan II siklus I berjumblah 30 siswa, pertemuan III siklus I berjumlah 33
siswa dan persentase keseluruhannya adalah 83,78%.
6. Siswa yang melakukan kegiatan lain (ribut, bermain, tidur dll) pada saat proses
pembelajaran berlangsung di pertemuan I siklus I berjumlah 8 siswa,
pertemuan II siklus I berjumlah 6 siswa, pertemuan III siklus I berjumlah 4
54
siswa dan persentase keseluruhannya adalah 16,21%. Hal tersebut belum
mencapai kriteria indikator keberhasilan tindakan.
Oleh karena itu, kegiatan ini masih perlu dilanjutkan dengan mengadakan
perbaikan-perbaikan tertentu dalam pelaksanaan proses pembelajaran berdasarkan
hasil analisis data dalam pelaksanaan pembelajaran, adalah beberapa hal yang
harus diperbaiki dalam proses pembelajaran, agar siswa dapat belajar dengan baik.
Perbaikan yang dimaksud adalah :
1. Menekankan pada siswa menggunakan materi pelajaran membaca pemahaman
teks biografi untuk memecahkan masalah-masalah yang ada.
2. Membuat rangkuman jawaban mengenai pertanyaan-pertanyaan yang telah
mereka ajukan.
d. Refleksi
1) Umumnya siswa menunjukkan antusias belajar yang positif, seperti
menanggapi pertanyaan, keberanian mengajukan pertanyaan atau tanggapan
pada guru, dan keingi nan untuk menyelesaikan LKS. Namun karena siswa
belum terbiasa dengan tindakan yang diberikan maka kelas menjadi agak
gaduh sehingga pengelolahan kelas lebih ditekankan pada siklus II.
2) Masih ada beberapa siswa yang sulit dalam menyelesaikan LKS komunikasi
dengan teman kelompoknya. Untuk itu, guru harus membimbing siswa
tersebut.
3) Dari hasil tes siklus I, masih terdapat beberapa siswa yang mendapatkan nilai
di bawah KKM. Hal ini disebabkan karena dalam kegiatan pembelajaran
selama 3 pertemuan sebelumnya, beberapa siswa tersebut kurang aktif dalam
55
pembelajaran, tidak memperhatikan pelajaran dan tidak hadir dalam beberapa
pertemuan.
e. Keputusan
Hasil belajar siswa pada siklus I belum mencapai indikator keberhasilan
yang telah ditetapkan yaitu tuntas individu jika memperoleh skor 65 dan tuntas
klasikal apabila mencapai lebih atau sama dengan 85% dari jumlah siswa yang
tuntas belajar, sehingga pelaksanaan tindakan masih dilanjutkan pada siklus II
dengan berbagai perbaikan berdasarkan pada refleksi siklus I.
2 . Hasil Analisis Kualitatif
a. Tahap Perencanaan
Kegiatan-kegiatan yang dilakukan pada tahap perencanaan ini adalah:
1) Membuat skenario pembelajaran melalui strategi Team Games Tournament
untuk pertemuan pertama sampai pertemuan ketiga. Di mana skenario
pembelajaran ini sedikit berbeda dengan siklus I yakni penggunaan alat peraga
lebih ditekankan untuk menghindari kegaduhan di kelas serta komunikasi
antara guru dan siswa lebih lancar sehingga materi lebih mudah dipahami dan
dapat meningkatkan hasil belajar yang diperoleh.
2) Mempersiapkan lembar observasi untuk mencatat aktivitas dan perubahan
tingkah laku siswa selama belajar mengajar berlangsung pada pelaksanaan
tindakan siklus II
3) Mempersiapkan lembar kerja siswa (LKS) yang dikerjakan secara individu
pada setiap pertemuan.
4) Mempersiapkan alat evaluasi berupa soal tes siklus II.
56
5) Mempersiapkan lembar jawaban yang akan digunakan siswa untuk menjawab
soal tes siklus II.
b. Tahap Pelaksanaan Tindakan
Pertemuan I
Pertemuan pertama pada siklus II ini dilaksanakan pada hari selasa tanggal
16/08/2016 dengan materi yang akan dibahas adalah memahami isi bacaan teks
biografi. Secara umum, langkah-langkah kegiatan yang dilakukan pada siklus II
hampir sama dengan kegiatan siklus sebelumnya, karena mangacu pada langkah-
langkah kegiatan yang telah direncanakan pada RPP dengan strategi pembelajaran
team games tournament. Hal-hal yang lebih khusus pada siklus kedua ini adalah
guru lebih sering mendatangi siswa yang selalu malu dan enggan bertanya
ataupun menjawab pertanyaan.
Pertemuan II
Pertemuan kedua pada siklus II ini dilaksanakan pada hari senin tanggal
22/08/2016 dengan materi yang akan dibahas adalah memahami struktur teks
biografi yang terdapat dalam teks tersebut.
Pada pertemuan kedua siklus II ini, motivasi dan minat siswa untuk belajar
bahasa Indonesia mulai meningkat. Hal ini ditandai dengan bertambahnya jumlah
siswa yang aktif dalam mengajukan pertanyaan, semakin banyak siswa yang
menjawab pertanyaan dan meningkatnya jumlah siswa yang mengerjakan lembar
kerja siswa (LKS). Hal ini menandakan bahwa siswa mulai mempunyai
kesungguhan dalam belajar bahasa Indonesia.
57
Pertemuan III
Memasuki pertemuan terakhir penelitian pada siklus II ini, terlihat bahwa
proses belajar mengajar telah menemukan strategi yang tepat dan sesuai yang
diharapkan. Setiap siswa terbiasa dengan kegiatan yang dilakukan di kelas dengan
melalui strategi team games tournament.
Pada siklus II ini, siswa sudah dapat mengerjakan soal-soal bahasa
Indonesia dalam LKS secara individu. Selain itu terlihat keseriusan siswa dalam
memperhatikan pelajaran dan mengerjakan soal-soal yang diberikan. Hasil belajar
mereka dengan siklus I skor rata-rata 67,84
Dan pada siklus II skor rata-rata meningkat . secara umum dapat dikatakan
bahwa seluru kegiatan pada siklus II ini mengalami peningkatan dibanding pada
siklus I. Hal ini terlihat pada keseriusan siswa memperhatikan pelajaran, minat,
sikap dan motivasi siswa, serta kehadiran siswa meningkat.
c. Tahap Observasi dan Evaluasi
Pada siklus II ini, dilaksanakan tes hasil belajar seperti pada siklus I.
Adapun data skor hasil belajar pada siklus II dapat dilihat pada tabel berikut:
Tabel 4.4 Statistik Skor Hasil Belajar
Statistik Nilai statistik
Jumlah siswa
Skor ideal
Nilai maksimum
Nilai minimum
Rentang skor
Skor rata-rata
Standar deviasi
37
100,00
95,00
55,00
40,00
79,18
9,24
58
Berdasarkan tabel 4.4 di atas bahwa subjek yang diteliti adalah 37, skor
ideal yang diharapkan adalah 100, skor maksimum yang dicapai adalah 95, skor
minimumnya adalah 55, rentang skornya adalah 40, skor rata-rata yang dicapai
adalah 79,18, dan standar deviasinya adalah 9,24.
Jika skor hasil belajar bahasa Indonesia tersebut dikelompokkan ke dalam
lima kategori, maka diperoleh distribusi frekuensi dan presentase seperti disajikan
pada tabel 4.5 berikut:
Tabel 4.5 Distribusi Frekuensi dan Persentase Skor Hasil Belajar
kemampaun membaca pemahaman teks biografi bahasa
Indonesia Siswa Kelas VIII B SMP Muhammadiyah 5
Makassar pada siklus II
Skor Kategori Frekuensi Persentase (%)
0 – 54
55 – 64
65 – 79
80 – 89
90 – 100
Sangat rendah
Rendah
Sedang
Tinggi
Sangat tinggi
0
3
11
18
5
0
8,11
29,73
48,65
13,51
Jumlah 37 100
Berdasarkan tabel 4.5 di atas, dapat dinyatakan bahwa dari 37 siswa yang
menjadi subjek penelitian, 0 siswa yang berada pada kategori sangat rendah, 3
siswa yang berada pada kategori rendah, 11 siswa yang berada pada kategori
sedang, 18 siswa yang berada pada kategori tinggi, dan 5 siswa yang berada pada
kategori sangat tinggi.
Selanjutnya pada siklus II juga tercatat aktivitas siswa yang terjadi selama
proses pembelajaran berlangsung. Aktivitas tersebut diperoleh dari lembar
observasi yang dapat dilihat pada tabel berikut ini:
59
Tabel 4.6 Hasil Observasi Aktifitas Siswa pada Siklus II
No Komponen yang di amati Siklus II
Persentase
(%)
I II III IV
1
Siswa yang hadir pada saat
proses pembelajaran
berlangsung
35 36 35
T
E
S
S
I
K
L
U
S
I
95,49
2
Siswa yang mendengar atau
memperhatikan penjelasan guru
pada saat proses pembelajaran
berlangsung
34 35 35 93,69
3
Siswa yang mengajukan
pertanyaan kepada guru pada
saat proses pembelajaran
berlangsung
13 15 15 38,74
4
Siswa yang menjawab
pertanyaan, baik dari guru
maupun dari siswa lain pada
saat proses pembelajarang
berlangsung
15 17 17 44,14
5 Siswa yang aktif mengerjakan
LKS 35 36 35 95,49
6
Siswa yang melakukan kegiatan
lain (ribu, bermain, tidur, dll)
pada saat proses pembelajaran
berlangsung
3 2 2 6,31
Berdasarkan tabel 4.6 di atas bahwa terdapat beberapa komponen yang
diamati dalam mengobservasi aktivitas siswa pada siklus II diantaranya:
1. Siswa yang hadir pada saat proses pembelajaran berlangsung di pertemuan I
siklus II 35 siswa, pertemuan II siklus II berjumlah 36 siswa, pertemuan III
siklus II berjumlah 35 siswa dan presentase keseluruhan adalah 95, 49 %.
2. Siswa yang mendengarkan atau memperhatikan penjelasan guru pada saat
proses pembelajaran berlangsung di pertemuan I siklus II berjumlah 34 siswa,
60
pertemuan II siklus II berjumlah 35 siswa, pertemuan III siklus II berjumlah 35
siswa dan presentase keseluruhannya adalah 93,69 %.
3. Siswa yang mengajukan pertanyaan kepada guru pada saat proses
pembelajaran berlangsung di pertemuan I siklus II berjumlah 13 siswa,
pertemuan II siklus II berjumlah 15 siswa, pertemuan III siklus II berjumlah 15
siswa dan persentase keseluruhannya adalah 38,74%.
4. Siswa yang menjawab pertanyaan, baik dari guru maupun dari siswa lain pada
saat proses pembelajaran berlangsung di pertemuan I siklus II berjumlah 15
siswa, pertemuan II siklus II berjumlah 17 siswa, pertemuan III siklus II
berjumlah 17 siswa dan persentase keseluruhannya adalah 44,14%
5. Siswa yang aktif mengerjakan LKS di pertemuan I siklus II berjumlah 35
siswa, pertemuan II siklus II berjumlah 36 siswa, pertemuan III siklus II
berjumlah 35 siswa dan persentase keseluruhannya adalah 95,49%.
6. Siswa yang melakukan kegiatan lain (ribut, bermain, tidur dll) pada saat proses
pembelajaran berlangsung di pertemuan I siklus II berjumlah 3 siswa,
pertemuan II siklus II berjumlah 2 siswa, pertemuan III siklus II berjumlah 2
siswa dan persentase keseluruhannya adalah 6,13%.
Untuk melihat tingkat kemampuan membaca pemahaman teks biografi
melalui model team games tournament berdasarkan hasil tes untuk setiap siklus
yang akan disajikan secara sederhana pada tabel berikut ini:
61
Tabel 4.7 Gambaran peningkatan hasil belajar siswa kelas VIII B SMP
Muhammadiyah 5 Makassar
No Hasil
Tes
Subjek
Skor
Rentang
skor Iedal Tertinggi Terendah Rerata
1 Siklus
I
37 100 85 45 67,84 40
2 Siklus
II
37 100 95 55 79,18 40
Dari tabel 4.7 di atas, dapat dilihat bahwa skor rata-rata hasil belajar
bahasa Indonesia siswa kelas VIII B SMP Muhammadiyah 5 Makassar yang
dilaksanakan dalam II siklus mengalami peningkatan dari rata-rata skor siklus I
sebesar 67,84 menjadi 79,18 pada siklus II dari skor ideal 100 yang telah dicapai.
Dari hasil ini menunjukan adanya peningkatan skor rata-rata kemampuan
membaca pemahaman teks biografi siswa kelas VIII B SMP Muhammadiyah 5
Makassar melalui model team games tournament dari presentase kategori sangat
tinggi semakin meningkat, yakni siklus I 0% sehingga menjadi 13,51% pada
siklus II.
d. Refleksi
Upaya yang dilakukan untuk meningkatkan kemampuan membaca
pemahaman teks biografi bahasa Indonesia dengan menggunakan strategi team
games tournament siswa kelas VIII B SMP Muhammadiyah 5 Makassar, guru
selaku peneliti tidak terlepas dari perhatian dan perubahan sikap siswa dalam
proses pembelajaran. Hal ini dapat dilihat pada lembar observasi yang dilakukan
selama pelaksanaan tindakan.
62
Kegiatn siswa pada siklus II, semangat dan perhatian siswa selama proses
pembelajaran meningkat. Hal ini tampak dari perhatian siswa dalam
memperhatikan materi dan siswa yang mengajukan pertanyaan. Pada saat guru
memantau siswa dalam mempelajari materi pada umumnya aktif. Selain itu, siswa
yang melakukan kegiatan yang tidak relevan dengan pembelajaran mengalami
penurunan.
Berdasarkan hasil observasi yang mempengaruhi semangat belajar
meningkat, yaitu: (1) guru memberikan penguatan dan memberikan motivasi pada
siswa, (2) guru mengubah struktur dan variasi kelompok yaitu dengan
memasukkan satu atau lebih tutor yang bisa membimbing teman kelompoknya
agar setiap siswa mampu menulis teks dengan baik, (3) guru menampilkan media
yang menarik sesuai dengan konteks dan kebiasaan anak, (4) guru memberikan
penilaian secara proposional terhadap tugas yang dikerjakan oleh siswa.
B. Pembahasan dan Hasil Penelitian
Seperti yang dijelaskan sebelumnya bahwa data yang diperoleh dari hasil
tes belajar dianalisis dengan menggunakan statistik deskriptif dengan bantuan
komputer (SPSS 16,0 for Windos) sedangkan hasil observasi siswa dianalisis
secara kualitatif. Adapun untuk menentukan kategori adalah dengan
menggunakan teknik kategorisasi standar berdasarkan Ketetapan Kementrian
Pendidikan Nasional.
1. Analisis Tes Hasil Belajar
Dalam penelitian ini dilaksanakan tes hasil belajar yang diberikan pada
setiap akhir siklus, baik siklus I dan siklus II. Adapun analisis deskriptif skor
63
perolehan siswa setelah diterapkan model team games tournamnet dapat dilihat
pada kemampuan membaca pemahaman teks biografi bahasa Indonesia pada
siklus I dan siklus II sebagai berikut:
Nilai perolehan dari 37 siswa pada siklus I, nilai maksimum mencapai 85
dan meningkat pada siklus II mencapai 95. Nilai minimum pada siklus I 45 dan
meningkat pada siklus II mencapai 55. Nilai rata-rata pada siklus I 67,84 dan
meningkat pada siklus II mencapai 79,18. Standar deviasi pada siklus I 11,99 dan
siklus II 9,24. Siswa yang tuntas belajar pada siklus I 20 siswa dan meningkat
pada siklus II mencapai 34 siswa. Siswa yang tidak tuntas pada siklus I 16 siswa
dan menurun pada siklus II mencapai 3 siswa.
2. Analisis Lembar Observasi Aktivitas Siswa
Data aktivitas siswa pada siklus I dan II diperoleh melalui hasil observasi
selama pembelajaran berlangsung di setiap pertemuan. Adapun perbandingan
deskriptif aktivitas siswa pada siklus I dan siklus II dapat dilihat sebagai
berikut:
a. Siswa yang hadir pada saat proses pembelajaran berlangsung pada siklus I
adalah 90,09% dan meningkat pada siklus II 95,49%.
b. Siswa yang mendengarkan atau memperhatikan penjelasan guru pada saat
proses pembelajaran berlangsung pada siklus I adalah 70,27% dan meningkat
pada siklus II 93,69%.
c. Siswa yang mengajukan pertanyaan kepada guru pada saat proses
pembelajaran berlangsung pada siklus I adalah 26,12% dan meningkat pada
siklus II 38,74%.
64
d. Siswa yang menjawab pertanyaan, baik dari guru maupun dari siswa lain pada
saat preses pembelajaran berlangsung pada siklus I adalah 35,13% dan
meningkat pada siklus II 44,14%.
e. Siswa yang aktif mengerjakan LKS pada siklus I adalah 83,78% dan meningkat
pada siklus II 95,49%.
f. Siswa yang melakukan kegiatan lain (ribut, bermain, tidur, dll) pda saat proses
pembelajaran berlangsung pada siklus I 16,21% dan menurun pada siklus II
6,31%.
Dari hasil tersebut, menunjukkan adanya peningkatan dalam proses
pembelajaran pada saat tindakan berlangsung. Di samping adanya peningkatan
penguasaan materi pelajaran bahasa Indonesia dengan model team games
Tournament juga ditemukan hal-hal lain diantaranya:
1. Semangat atau Antusias
Dari pengamatan yang dilakukan peneliti selama dua siklus pengajaran
melalui proses belajar mengajar melalui model team games tournament,
terlihat peningkatan hasil belajar bahasa Indonesia dan juga semangat siswa
dalam mengikuti proses belajar mengajar. Hal ini dapat dilihat dari
peningkatan keterampilan membaca pemahaman teks biografi.
2. Motivasi dan Minat
Selama penelitian dilaksanakan motivasi dan minat belajar siswa terhadap
pelajaran bahasa Indonesia semakin meningkat, hal ini semakin kurangnya
siswa yang melakukan kegiatan lain selama proses belajar mengajar
berlangsung. Bahkan siswa berlomba untuk bertanya dan menjawab
65
pertanyaan. Mereka merasa senang belajar bahasa Indonesia dengan materi
yang diberikan sesuai dengan model pembelajaran yang diterapkan.
3. Percaya Diri
Demikian juga dengan halnya percaya diri siswa meningkat selama
mengikuti dua siklus dalam proses belajar mengajar melalui model team games
tournament. Pada umumnya siswa-siswa mempunyai pendapat bahwa mereka
kurang berminat dalam hal kegiatan membaca. Akan tetapi dengan adanya
dorongan dan motivasi selama pelaksanaan tindakan pandangan siswa yang
demikian semakin berkurang. Hal ini terlihat semakin meningkatnya siswa
yang memberikan pertanyaan dan menjawab pertanyaan tersebut.
4. Interaksi Siswa dengan Siswa, Siswa dengan Guru
Dari pengamatan yang dilakukan peneliti selama dua siklus pengajaran
saat proses belajar mengajar melalui model team games tournament, terlihat
bahwa yang diberikan kesempatan kepada siswa lain untuk memberikan
tanggapan dan jawaban temannya, dan memberikan kesempatan bantuan
kepada temannya yang masih kurang, maka tercapailah interaksi antara siswa
dengan siswa yang lainnya.
Sedangkan kepercayaan diri yang sudah dimiliki oleh siswa menimbulkan
keberanian untuk bertanya pada hal-hal yang kurang dimengerti, bahkan ada
siswa yang kurang mampu menanggapi jawaban sudah mampu memberikan
pendapat.
66
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan
Berdasarkan hasil-hasil yang diperoleh dalam penelitian ini, dapat ditarik
kesimpulan sebagai berikut:
1. Pembelajaran dengan model team games tournament dapat meningkatkan hasil
belajar bahasa Indonesia siswa kelas VIII B SMP Muhammadiyah 5 Makassar.
Hal ini ditunjukkan dengan terjadinya peningkatan skor rata-rata hasil belajar
dari siklus I ke siklus II yaitu 67,84% meningkat menjadi 79,18%. Demikian
juga terjadinya peningkatan pencapaian ketuntasan belajar siklus I ke siklus II
yaitu 56,76% meningkat menjadi 91,89%.
2. Terjadi perubahan aktivitas atau sikap siswa saat penerapan dalam model team
games tournament dalam pembelajaran yang dilihat kehadiran siswa dari siklus
I 90,09 % meningkat pada siklus II 95,49%, keaktifan dalam memperhatikan
materi yang dijelaskan oleh guru dari siklus I 70,27% meningkat pada siklus II
93,69%, siswa yang mengajukan pertanyaan dari siklus I 26,12% meningkat
pada siklus II 38,74%, siswa yang menjawab pertanyaan dari siklus I 35,13%
meningkat pada siklus II 44,14%, siswa yang mengerjakan LKS dari siklus I
83,78% meningkat pada siklus II 95,49%. Pembelajaran dengan model team
games tournament sebagian besar dari siswa yang menjadi subjek
penelitiannya mengalami peningkatan penguasaan materi pelajaran bahasa
Indonesia dalam proses belajar mengajar juga ditemukan hal-hal lain
67
diantaranya semangat atau antusias, motivasi dan minat, percaya diri, serta
interaksi siswa dengan siswa, begitu juga dengan guru.
B. Saran
1. Sebagai seorang guru, hendaknya harus mengetahui macam-macam model
pembelajaran dan mampu menyesuaikan model-model tersebut dengan topik-
topik yang akan diajarkan sehingga dalam menyampaikan materi akan lebih
bervariasi dan siswa tidak merasa bosan.
2. Diharapkan kepada para pengajar agar supaya siswa harus dilibatkan dalam
proses pembelajaran sehingga tercipta kemandirian dalam memecahkan
masalah, sehingga pembelajaran dengan model team games tournament
merupakan salah satu model alternatif.
3. Diharapkan kepada para pengajar bidang studi bahasa Indonesia agar
memberikan latihan yang cukup dan berulang, baik berupa soal-soal latihan
yang dikerjakan di sekolah maupun dikerjakan di rumah dengan membuat soal
secara bertahap mulai dari mudah ke yang sulit agar siswa lebih terlatih dan
memiliki kepandaian dalam menyelesaikan soal-soal bahasa Indonesia.
4. Diharapkan kepada peneliti lain dalam bidang kependidikan khususnya
pendidikan bahasa Indonesia dapat meneliti lebih lanjut tentang cara atau
strategi yang efektif dan efisien untuk mengatasi kesulitan siswa dalam
mempelajari bahasa Indonesia.
5. Diharapkan kepada pemerintah agar memberikan kontribusi atau perhatian
khusus kepada peneliti agar kiranya pendidikan di Indonesia lebih meningkat.
DAFTAR HADIR KELAS VIII B
SMP MUHAMMADIYAH 5 MAKASSAR
No NAMA L/P PERTEMUAN
1 4 5 6 7 8
1. Marzuki L A
2. Adelia P
3. Ainun Fathu P
4. Alif Nugraha L I
5. Andrian Fitriani, S P
6. Asriani, M P A
7. Bau Nadia Mangnga’rangi P
8. Chaidir L
9. Elly Kasim P
10. Ema Hasfar P I
11. Feby Febriyanti Tnajung P
12. Fery Ardiyansyah L
13. Fiki Saputra L A A
14. Fikran Pradani L
15. Haslinda P
16. Hendra L A
17. Julianti P
18. Kamaruddin L
19. Kiran Devi Anggreni P I I
20. M. Yuslan Fajar Juanda L
21. Mey Fasari P
22. Muh. Afdal L I
23. Muh. Rafly Septya P. A L
24. Muh. Rifky Anugrah L
25. Muhammad Yusran Syam L
26. Muh. Resky Hartono L
27. Nur Ismail P I
28. Pitri P I
29. Ramadhan Nurmang L
30. Saparuddin L
31. Syaefullah L I
32. Sitti Asiyah Ophier P
33 Wahyu L
34 Zahrani P
35 Darwansyah L I
DAFTAR NILAI SISWA
KELAS VIII B
NO NAMA SISWA NILAI
Siklus I Siklus II
1 Marzuki 50 70
2 Adelia 80 90
3 Ainun Fathu 75 80
4 Alif Nugraha 80 95
5 Andrian Fitriani. S 75 85
6 Asriani M 60 70
7 Bau Nadia Mangngarangi 85 95
8 Chaidir 45 60
9 Elly Kasim 75 80
10 Ema Hasfar 80 90
11 Feby Febrianti Tanjung 65 85
12 Fery Ardiansyah 70 75
13 Fiki Saputra 50 80
14 Fikran Pradani 80 85
15 Haslinda 85 85
16 Hendra 50 60
17 Julianti 75 85
18 Kamaruddin 50 75
19 Kiran Devi Anggreni 50 75
20 M. Yuslan Fajar Juanda 65 80
21 Mey Fasari 80 85
22 Muh. Afdal 75 80
23 Muh. Rafly Septya P. A 50 55
24 Muh. Rifki Anugrah 50 85
25 Muhammad Yusran Syam 55 75
26 Muh. Resky Hartono 70 75
27 Nur Ismail 75 80
28 Pitri 80 85
29 Ramadhan Nurmang 65 75
30 Saparuddin 75 80
31 Syaefullah 75 80
32 Sitti Asiyah Ophier 80 95
33 Wahyu 60 75
34 Zahrani 75 80
35 Darwansyah 65 70
36 Surip Suparno S 65 70
37 Nadia Bulan Saputri 70 85
PENINGKATAN KETERAMPILAN MEMBACA PEMAHAMAN TEKS
BIOGRAFI MELALUI MODEL TEAM GAMES TOURNAMENT SISWA
KELAS VIII.B SMP MUHAMMADIYAH 5 MAKASSAR
ASTUTI
NIM. 10533 7084 12
Pembimbing I : Dr. H. Andis Sukri Samsuri, M.Hum.
Pembimbing II : Muh. Akhir, S.Pd., M.Pd.
Jurusan : Pendidikan Bahasa dan Sastra
Indonesia
Fakultas : Keguruan dan Ilmu Pendidikan
Universitas : Muhammadiyah Makassar
Email :
ABSTRAK
Astuti . 2016. Skripsi. “ Peningkatan Keterampilan Membaca Pemahaman Teks
Biografi Melalui Model Team Games Tournament Siswa kelas VIII.B SMP
Muhammadiyah 5 Makassar”. Jurusan Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia,
Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan (FKIP) Universitas Muhammadiyah
Makassar. Pembimbing H. Andis Sukri Syamsuri dan Muh. Akhir.
Penelitian ini adalah penelitian tindakan kelas (Classroom Action
Research) yang bertujuan untuk meningkatkan kemampuan membaca
pemahaman teks biografi melalui model Team Games Tournament pada siswa
kelas VIII.B SMP Muhammadiyah 5 Makassar. Subjek penelitian ini adalah siswa
kelas VIII.B SMP Muhammadiyah 5 Makassar tahun ajaran 2016/2017 sebanyak
37 siswa. Penelitian ini dilaksanakan dalam dua siklus, masing-masing siklus
dilaksanakan sebanyak 4 kali pertemuan termasuk pada setiap akhir siklus.
Pengumpulan data dilaksanakan dengan menggunakan tes akhir belajar
pada setiap akhir siklus, observasi yang dilakukan pada saat proses pembelajaran
berlangsung. Data yang terkumpul terdiri dari data kuantitatif dan kualitatif yang
dianalisis dengan menggunakan analisis deskriptif kuantitatif dan deskriptif
kualitatif.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa pada siklus I yang tuntas secara
individual dari 37 siswa hanya 21 siswa atau 56,75. Sedangkan 16 siswa yang
belum tuntas atau 43,24, Secara klasikal belum terpenuhi karena nilai rata-rata
kelas diperoleh sebesar 67,84%. Pada siklus II, dari 37 siswa terdapat 34 siswa
atau 91,89% yang tuntas dan 3 siswa yang belum mencapi ketuntasan atau 8,10%
secara klasikal sudah terpenuhi yaitu nilai rata-rata yang diperoleh sebesar 79,18%
atau berada dalam kategori tinggi.
Berdasarkan hasil penelitian tersebut, dapat disimpulkan Kemampuan
Membaca Pemahaman teks biografi Siswa Kelas VIII.B SMP Muhammadiyah 5
Makassar melalui Model Team Games Tournament mengalami peningkatan.
Kata kunci : Keterampilam Membaca Pemahaman, Team Games Tournament.
PENDAHULUAN
Bahasa Indonesia merupakan sarana komunikasi, dan sastra merupakan
salah satu hasil budaya yang menggunakan bahasa sebagai sarana kreativitas. Ada
empat komponen yang tercakup dalam keterampilan berbahasa, yaitu:
keterampilan menyimak, keterampilan berbicara, keterampilan membaca, dan
keterampilan menulis. Dalam praktiknya, keempat keterampilan tersebut saling
berkaitan dan membentuk suatu catur tunggal. Salah satu komponen pengajaran
bahasa, yaitu pengajaran membaca. Pengajaran membaca perlu ditingkatkan
karena kenyataannya pengajaran membaca di sekolah-sekolah tidak terlalu
diminati oleh siswa karena faktor kemalasan.
Keberhasilan seseorang dalam membaca bergantung pada kondisi atau
situasi, baik dari pembaca, bahan bacaan, maupun dari lingkungan tempat
aktivitas itu berlangsung (Nuriadi, 2008: 1).
Bahan bacaan harus memperhatikan kebermaknaan dan kemenarikan teks
bacaan, isi budaya dalam penegertian yang luas, derajat kesulitan teks dengan
jenjang pengetahuan pembaca (Parera, 1996: 136).
Pembelajaran membaca yang berlangsung di sekolah masih menggunakan
model pembelajaran lama atau tradisional. Siswa diberi tugas untuk membaca,
kemudian mengerjakan soal yang sudah dipersiapkan sebelumnya, tanpa
menganalisis pokok-pokok cerita yang terdapat dalam bacaan, terutama pada
pembelajaran membaca pemahaman sehingga pemahaman akan materi yang
diajarkan oleh guru tidak sepenuhnya dapat dipahami siswa. Agar siswa dapat
memahami benar-benar apa yang dibacanya, maka pembelajaran memerlukan
teknik agar siswa dapat memahami bacaannya dengan baik siswa dan tidak
terpaku dengan teknik lama atau tradisional.
Berdasarkan survey yang dilakukan di SMP Negeri 2 Sungguminasa
Makassar tepatnya kelas 2 diperoleh berbagai problem dalam pembelajaran
membaca di sekolah. Dalam hal ini pembelajaran tentang keterampilan siswa
dalam membaca. Siswa kurang memperhatikan pembelajaran dan cenderung
malas untuk membaca. Bertemali dengan kondisi tersebut, diperlukan serangkaian
upaya guna meningkatkan kualitas pembelajaran membaca di sekolah. Salah satu
upaya tersebut adalah dengan memperkenalkan berbagai model pembelajaran
membaca yang mampu mengembangkan keterampilan membaca, khususnya
kemampuan meningkatkan hasil belajar siswa dalam membaca. Salah satu model
pembelajaran yang perlu dikembangkan dalam pembelajaran membaca di sekolah,
yakni dengan model Team Games Tournament.
Model TGT (Team Games Tournament) adalah salah satu tipe
pmbelajaran kooperatif yang menempatkan siswa dalam kelompok-kelompok
belajar yang beraggotakan 5 sampai 6 orang siswa yang memiiki kemampuan,
jenis kelamin dan suku atau ras yang berbedaHal ini mengingat kenyataan bahwa
keterampilan membaca siswa masih rendah, belum memuaskan, dan masih perlu
dicarikan teknik-teknik yang efektif untuk membelajarkan keterampilan membaca
kepada siswa.
Berdasarkan pemaparan tersebut, peneliti memiliki acuan bahwa
penggunaan model yang diterapkan oleh guru belum maksimal, sehingga dapat
mempengaruhi hasil belajar siswa di sekolah. Hal inilah yang mendorong
penelitian untuk melakukan suatu penelitian yang berjudul “Peningkatan
Keterampilan Membaca Pemahaman Teks Biografi Melalui Model Team
Games Tournament Siswa kelas VIII Muhammadiyah 5 Makassar.
LANDASAN TEORI
1. Hakikat Membaca
Membaca merupakan salah satu keterampilan yang berkaitan erat dengan
keterampilan dasar terpenting manusia yaitu berbahasa. Kegiatan membaca
bersifat reseptif, sebuah bentuk penyerapan yang aktif. Dalam kegiatan membaca
pikiran dan mental dilibatkan secara aktif, tidak hanya aktivitas fisik saja artinya,
bahwa kegiatan membaca tidak hanya sekedar membaca tetapi harus melibatkan
seluruh indera agar pembaca mengetahui isi dan maksud dari wacana yang dibaca.
2. Tujuan Membaca
9
Aderson lewat Tarigan (2008: 9-10) menyatakan bahwa “tujuan membaca
yaitu (1) untuk memperoleh perincian-perincian atau fakta-fakta, (2) untuk
memperoleh ide-ide utama, (3) untuk mengetahui urutan atau susunan organisasi
cerita, (4) untuk menyimpulkan, membaca inferensi, (5) untuk mengelompokkan
atau mengklasifikan, (6) untuk menilai, membaca, mengevaluasi, dan (7) untuk
memperbandingkan atau mempertentangkan
3. Jenis-jenis Membaca
a. Membaca Nyaring
b. Membaca dalam Hati
c. Membaca pemahaman.
4. Hakikat Membaca Pemahaman.
Membaca memahami merupakan kegiatan membaca sesungguhnya, yang
ditunjukkan kepada kemampuan memahami bacaan secara tepat dan cepat. Dalam
proses membacaini, terlihat aspek-aspek berpikir seperti mengingat, memahami,
membandingkan, menemukan, mengorganisasikan, dan pada akhirnya merupakan
sesuatu yang terkandung dalam bacaan.
5. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Membaca
Secara umum faktor-faktor dari dalam diri pembaca yang mempengaruhi
tingkat pemahaman pembaca adalah minat, motivasi dan kemampuan membaca
yang dimiliki, sedangkan faktor dari luar pembaca meliputi teks bacaan dan
lingkungan membaca.
6. Model Pembelajaran Kooperatif (Kooperatif Learning)
Model pembelajaran kooperatif merupakan suatu model pembelajaran
yang mengutamakan adanya kelompok-kelompok. Setiap siswa yang ada dalam
kelompok mempunyai tingkat kemampuan yang berbeda-beda (tinggi, sedang,
rendah) dan jika memungkinkan anggota kelompok berasal dari ras, budaya, suku
yang berbeda. Model pembelajaran kooperatif mengutamakan kerjasama dalam
menyelesaikan permasalahan untuk menerapkan pengetahuan dan keterampilan
dalam rangka mencapai tujuan pembelajaran.
a. Model TGT (Team Games Tournament)
TGT (Team Games Tournament) adalah salah satu tipe pembelajaran
kooperatif yang menempatkan siswa dalam kelompok-kelompok belajar yang
beranggotakan 4 sampai 5 orang siswa yang memiliki kemampuan, jenis kelamin,
suku atau ras yang berbeda.
Sintaks Model Pembelajaran Kooperatif tipe Team Games Tournament
(TGT) menurut Slavin (2009:170) yaitu sebagai berikut :
1) Penyajian Kelas (Class Pressentation)
2) Kelompok (Team)
3) Permainan (Game)
4) Kompetisi / Turnamen (Tournament)
5) Penghargaan Kelompok (Team Recognition)
7. Uraian tentang materi pelajaran yang diberikan
a) Pengertian biografi
Biografi, secara sederhana dapat dikatakan sebagai sebuah kisah riwayat
hidup seseorang. Biografi menganalisa dan menerangkan kejadian-kejadian dalam
hidup seseorang. Biografi seringkali bercerita mengenai seorang tokoh sejarah,
namun tak jarang juga tentang orang yang masih hidup. Banyak biografi ditulis
secara kronologis.
b. Macam-macam Biografi :
1) Berdasarkan Sisi Penuli
2) Berdasarkan Isinya
3) Berdasarkan Persoalan Yang Dibahas.
4) Berdasarkan Penerbitannya.
METODE PENELITIAN
A. Jenis Penelitian
peelitian yang digunakan adalah jenis penelitian tindakan kelas (classroom
action research) yang bertujuan untuk meningkatkan hasil belajar bahasa Indonsia
melalui model pembelajaran TGT pada siswa SMP Muhammadiyah 5 Makassar
dengan metode secara langsung.
Penelitian tindakan kelas merupakan suatu penelitian tindakan yang
permasalahannya berasal dari kelas, menyangkut proses pembelajaran dan
dirasakan langsung oleh guru yang bersangkutan. Dalam PTK, penelitian atau
guru dapat melihat sendiri praktek pembelajaran atau bersama guru lain, penlitian
atau guru dapat melakukan penelitian terhadap siswa dilihat dari berbagai aspek
interaksinya dalam proses pembelajaran.
Menurut suhardjono (2006), keempat kegiatan yang ada pada setiap siklus
yaitu:
1. Perencanaan
2. Tindakan
3. Pengamatan
4. Refleksi
B. Lokasi dan Subjek Penelitian
Penelitian menetapkan siswa kelas VIII SMP Muhammadiyah 5 Makassar
sebagai subjek yang dikenai tindakan dalam penelitian. Adapun tempat penelitian
dilaksanakan di SMP Muhammadiyah 5 Makassar sebagai lokasi penelitian.
Penelitian ini dilakukan pada semester ganjil tahun ajaran 2016/2017.
C. Prosedur Penelitian
Penelitian ini berbasis kolaboratif, sehingga dalam pelaksanaannya
penelitian dilakukan melalui kerja sama dengan guru bidang studi bahasa
Indonesia yang selalu berupaya untuk memperoleh hasil yang optimal melalui
cara dan prosedur yang efektif, sehingga dimungkinkan adanya tindakan yang
berulang revisi untuk meningkatkan hasil belajar siswa terhadap mata pelajaran
bahasa Indonesia.
Penelitian ini mengarah pada model penelitian tindakan kelas (PTK) yang
dapat didefinisikan sebagai salah satu bentuk penelitian yang bersifat reflektif
dengan alasan melakukan tindakan tertentu agar dapat meningkatkan kualitas
proses pembelajaran di kelas. Model penelitian tindakan kelas merupakan
penelitian bersiklus yang terdiri dari rencana, aksi atau tindakan, observasi, dan
refleksi yang dilakukan secara berulang.
Rancangan penelitian disusun menggunakan prosedur sebagai berikut:
1. Dialog Awal
Dialog awal dilakukan dengan mengadakan pertemuan penelitian dengan
guru yang bermaksud mendiskusian maksud dan tujuan penelitian sehingga
peneliti yang akan melakukan tindakan benar-benar mengerti permasalahan
yang dihadapi oleh guru di kelas.
2. Perencanaan Tindakan
a. Menelaah silabus mata pelajaran bahasa Indonesia siswa kelas VIII SMP
Muhammadiyah 5 Makassar, dengan tujuan untuk mengalokasikan waktu yang
akan digunakan.
b. Mengidentifikasi kebutuhan dan keadaan siswa berupa kesiapan belajarnya
dengan materi sehubungan dengan pokok bahasan yang akan dipelajari dengan
penerapan model pembelajaran TGT.
c. Membuat skenario atau rencana tindakan (RPP) untuk mengefektifkan
pembelajaran di kelas yang meliputi: standar kompetensi, kompetensi dasar,
indikator, alokasi waktu, materi pembelajaran, strategi, kegiatan inti, dan
kegiatan akhir pada proses pembelajaran bahasa Indonesia.
3. Pelakasanaan Tindakan
Pada tahap pelaksanaan tindakan, peneliti bersama guru melakukan
pembelajaran sesuai dengan perencanaan yang telah dibuat. Peneliti
melakasanakan pembelajaran kooperatif tipe TGT dalam usaha ke arah
perbaikan. Dalam pelaksanaan tindakan, peneliti berperan sebagai guru,
sedangkan guru berperan sebagai observer.
4. Observasi dan Monitoring
Observasi dan monitoring dilakukan bersama ketika pembelajaran
(pelaksanaan tindakan) berlangsung. Pengamatan ini tidak dilakukan oleh peneliti
sendiri yang bertindak sebagai guru tetapi bekerja sama dengan guru bidang studu
bahasa Indonesia.
5. Refleksi
Komponen-komponen refleksi dapat digambarkan sebagai berikut:
Tindak lanjut-penimpuan-penjelasan-pemaknaan-analisis. Data yang
diperoleh dari hasil observasi, selanjutnya didiskusikan antara guru bidang studi
dengan peneliti untuk mengetahui:
a. Apakah tindakan yang dilakukan sesuai dengan rencana?
b. Kemajuan apa yang dicapai siswa terutama dalam hal peningkatan hasil belajar
siswa.
6. Evaluasi
Tahap ini merupakan proses mengumpulkan, mengelola, dan menyajikan
informasi sehingga bermanfaat untuk pengambilan keputusan di antara dialog
awal, perencanaan tindakan, observasi, dan refleksi yang merupakan proses yang
terkait secara sistematis dan berkesinambungan. Evaluasi ditujuakan kepada
penemuan bukti adanya peningkatan hasil belajar bahasa Indonesia melalui model
TGT siswa SMP Muhammadiyah 5 Makassar.
D. Teknik Pengumpulan Data
Pada penelitian ini data diperoleh melalui beberapa cara, yaitu:
1. Dokumentasi
2. Wawancara
3. Observasi,
4. Tes,
E. Teknik Analisis Data
Teknik analisis yang digunakan dalam penelitian adalah analisis deskriptif
kualitatif dan kuantitatif karena analisis ini bertalian dengan uraian deskriptif
tentang perkembangan proses pembelajaran. Teknik tersebut mencakup kegiatan
mengungkapkan kelebihan dan kelemahan kinerja siswa dan guru dalam proses
belajar mengajar. Hasil analisis tersebut nantinya akan digunakan sebagai dasar
untuk menyusun perencanaan tindakan untuk tahap berikutnya (Zainal, 2008).
F. Indikator Keberhasilan
Yang menjadi indikator keberhasilan penelitian ini adalah:
a. Apabila telah terdapat 85% siswa yag memperoleh skor minimal 65 dari hasil
tes akhir, maka kelas tersebut dianggap tuntas.
b. Meningkatkan perhatian siswa terhadap pelajaran dan antusiasinya dalam
mengukuti pelajaran.
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
Pada bab ini membahas tentang hasil-hasil penelitian yang menunjukkan
kemampuan membaca pemahaman teks biografi melalui model Team Games
Tournament siswa kelas VIII B SMP Muhammadiyah 5 Makassar. Adapun data
yang dianalisis adalah skor hasil belajar siswa yang diberikan setiap akhir siklus
secara deskriptif, data mengenai perubahan sikap siswa yang diambil dari
pengamatan dan tanggapan serta refleksi yang diberikan oleh siswa baik yang
tertulis maupun komentar secara lisan
1. Hasil Analisis Kuantitatif
4.1 Statistik skor hasil belajar kemampuan membaca pemahaman teks
biografi bahasa Indonesia kelas VIII B SMP Muhammadiyah 5
Makassar pada akhir siklus I
Statistik Nilai statistik
Jumlah siswa
Skor ideal
Nilai maksimum
Nilai minimum
Rentang skor
Skor rata-rata
Standar deviasi
37
100,00
85,00
45,00
40,00
67,84
11,99
Berdasarkan analisis deskriptif yang terangkum diperoleh informasi bahwa
skor rata-rata hasil belajar siswa kelas VIII B SMP Muhammadiyah 5 Makassar
setelah proses belajar mengajar dengan melalui model team games tournament
yang dilaksanakan pada siklus I adalah 67,84% dengan standar deviasi 11,99%
dari skor ideal yang mungkindicapai 100. Ini menunjukkan bahwa secara rata-rata
kelas, tingkat penguasaan terhadap sub pokok bahasa Indonesia yang diajar pada
siklus I sebesar 67,84% dari seluruh materi yang diberikan.
Sedangkan secara individual, skor yang dicapai responden tersebut dari
skor minimum 45 dari skor yang mungkin dicapai 0 sampai dengan skor
maksimum 85 dari skor ideal yang mungkin dicapai 100. Dengan rentang skor
yang diperoleh mengindikasikan bahwa skor perolehan responden tersebut dari
skor yang sangat rendah sampai skor yang sangat tinggi.
Jika skor hasil belajar bahasa Indonesia pada siklus I dikelompokkan
kedalam lima kategori, maka diperoleh distribusi frekuensi dan persentase skor
seperti disajikan pada tabel 4.2 berikut:
Tabel 4.2 Distribusi Frekuensi dan Persentase Skor Hasil Belajar
kemampaun membaca pemahaman teks biografi bahasa
Indonesia Siswa Kelas VIII B SMP Muhammadiyah 5
Makassar pada siklus I
Skor Kategori Frekuensi Persentase (%)
0 – 54
55 – 64
65 – 79
80 – 89
90 – 100
Sangat rendah
Rendah
Sedang
Tinggi
Sangat tinggi
8
3
17
9
0
21,62
8,11
45,95
24,32
0
Jumlah 37 100
Berdasarkan skor rata-rata hasil belajar siswa yang diperoleh setelah
proses belajar mengajar selama siklus I berlangsung yaitu sebesar 67,84 setelah
dikategorikan berdasarkan tabel di atas, diketahui bahwa tingkat penguasaan
siswa kelas VIII SMP Muhammadiyah 5 Makassar berada pada kategori tinggi 9
atau 24,32% orang siswa. Hal tersebut belum mencapai kriteria indikator
keberhasilan tindakan.
Selanjutnya Pada siklus I tercatat aktifitas siswa yang terjadi selama proses
pembelajaran berlangsung. Aktifitas tersebut diperoleh dari lembar observasi yang
dapat diliahat pada tabel berikut ini.
Tabel 4.3 Hasil Observasi Aktifitas Siswa pada Siklus I
No Komponen yang di amati Siklus I
Persentase
(%)
I II III IV
1
Siswa yang hadir pada saat
proses pembelajaran
berlangsung
32 33 35
T
E
S
S
I
K
L
U
S
I
90,09
2
Siswa yang mendengar atau
memperhatikan penjelasan guru
pada saat proses pembelajaran
berlangsung
24 26 28 70,27
3
Siswa yang mengajukan
pertanyaan kepada guru pada
saat proses pembelajaran
berlangsung
9 9 11 26,12
4
Siswa yang menjawab
pertanyaan, baik dari guru
maupun dari siswa lain pada
saat proses pembelajarang
berlangsung
12 12 15 35,13
5 Siswa yang aktif mengerjakan
LKS 30 30 33 83,78
6
Siswa yang melakukan kegiatan
lain (ribu, bermain, tidur, dll)
pada saat proses pembelajaran
berlangsung
8 6 4 16,21
Berdasarkan tabel 4.3 di atas bahwa terdapat beberapa komponen yang
diamati dalam mengobservasi aktivitas siswa pada siklus I diantaranya:
1. Siswa yang hadir pada saat proses pembelajaran berlangsung di pertemuan I
siklus I 32 siswa, pertemuan II siklus I berjumlah 33 siswa, pertemuan III
siklus I berjumlah 35 siswa dan presentase keseluruhan adalah 9O, 09 %.
2. Siswa yang mendengarkan atau memperhatikan penjelasan guru pada saat
proses pembelajaran berlangsung di pertemuan I siklus I berjumlah 24 siswa,
pertemuan II siklus I berjumblah 26 siswa, pertemuan III siklus I berjumlah 28
siswa dan presentase keseluruhannya adalah 70,27 %.
3. Siswa yang mengajukan pertanyaan kepada guru pada saat proses
pembelajaran berlangsung di pertemuan I siklus I berjumlah 9 siswa,
pertemuan II siklus I berjumlah 9 siswa, pertemuan III siklus I berjumlah 11
siswa dan persentase keseluruhannya adalah 26,12%.
4. Siswa yang menjawab pertanyaan, baik dari guru maupun dari siswa lain pada
saat proses pembelajaran berlangsung di pertemuan I siklus I berjumlah 12
siswa, pertemuan II siklus I berjumblah 12 siswa, pertemuan III siklus I
berjumlah 15 siswa dan persentase keseluruhannya adalah 35,13%
5. Siswa yang aktif mengerjakan LKS di pertemuan I siklus I berjumlah 30 siswa,
pertemuan II siklus I berjumblah 30 siswa, pertemuan III siklus I berjumlah 33
siswa dan persentase keseluruhannya adalah 83,78%.
6. Siswa yang melakukan kegiatan lain (ribut, bermain, tidur dll) pada saat proses
pembelajaran berlangsung di pertemuan I siklus I berjumlah 8 siswa,
pertemuan II siklus I berjumlah 6 siswa, pertemuan III siklus I berjumlah 4
siswa dan persentase keseluruhannya adalah 16,21%.
2. Hasil Analisis Kualitatif
Tabel 4.4 Statistik Skor Hasil Belajar Siklus II
Statistik Nilai statistik
Jumlah siswa
Skor ideal
Nilai maksimum
Nilai minimum
Rentang skor
Skor rata-rata
Standar deviasi
37
100,00
95,00
55,00
40,00
79,18
9,24
Berdasarkan tabel 4.4 di atas bahwa subjek yang diteliti adalah 37, skor
ideal yang diharapkan adalah 100, skor maksimum yang dicapai adalah 95, skor
minimumnya adalah 55, rentang skornya adalah 40, skor rata-rata yang dicapai
adalah 79,18, dan standar deviasinya adalah 9,24.
Jika skor hasil belajar bahasa Indonesia tersebut dikelompokkan ke dalam
lima kategori, maka diperoleh distribusi frekuensi dan presentase seperti disajikan
pada tabel 4.5 berikut:
Tabel 4.5 Distribusi Frekuensi dan Persentase Skor Hasil Belajar
kemampaun membaca pemahaman teks biografi bahasa
Indonesia Siswa Kelas VIII B SMP Muhammadiyah 5
Makassar pada siklus II
Skor Kategori Frekuensi Persentase (%)
0 – 54
55 – 64
65 – 79
80 – 89
90 – 100
Sangat rendah
Rendah
Sedang
Tinggi
Sangat tinggi
0
3
11
18
5
0
8,11
29,73
48,65
13,51
Jumlah 37 100
Berdasarkan tabel 4.5 di atas, dapat dinyatakan bahwa dari 37 siswa yang
menjadi subjek penelitian, 0 siswa yang berada pada kategori sangat rendah, 3
siswa yang berada pada kategori rendah, 11 siswa yang berada pada kategori
sedang, 18 siswa yang berada pada kategori tinggi, dan 5 siswa yang berada pada
kategori sangat tinggi.
Selanjutnya pada siklus II juga tercatat aktivitas siswa yang terjadi selama
proses pembelajaran berlangsung. Aktivitas tersebut diperoleh dari lembar
observasi yang dapat dilihat pada tabel berikut ini:
Tabel 4.6 Hasil Observasi Aktifitas Siswa pada Siklus II
No Komponen yang di amati Siklus II
Persentase
(%)
I II III IV
1
Siswa yang hadir pada saat
proses pembelajaran
berlangsung
35 36 35
T
E
S
S
I
K
L
U
S
I
95,49
2
Siswa yang mendengar atau
memperhatikan penjelasan guru
pada saat proses pembelajaran
berlangsung
34 35 35 93,69
3
Siswa yang mengajukan
pertanyaan kepada guru pada
saat proses pembelajaran
berlangsung
13 15 15 38,74
4
Siswa yang menjawab
pertanyaan, baik dari guru
maupun dari siswa lain pada
saat proses pembelajarang
berlangsung
15 17 17 44,14
5 Siswa yang aktif mengerjakan
LKS 35 36 35 95,49
6
Siswa yang melakukan kegiatan
lain (ribu, bermain, tidur, dll)
pada saat proses pembelajaran
3 2 2 6,31
berlangsung
Berdasarkan tabel 4.6 di atas bahwa terdapat beberapa komponen yang
diamati dalam mengobservasi aktivitas siswa pada siklus II diantaranya:
1. Siswa yang hadir pada saat proses pembelajaran berlangsung di pertemuan I
siklus II 35 siswa, pertemuan II siklus II berjumlah 36 siswa, pertemuan III
siklus II berjumlah 35 siswa dan presentase keseluruhan adalah 95, 49 %.
2. Siswa yang mendengarkan atau memperhatikan penjelasan guru pada saat
proses pembelajaran berlangsung di pertemuan I siklus II berjumlah 34 siswa,
pertemuan II siklus II berjumlah 35 siswa, pertemuan III siklus II berjumlah 35
siswa dan presentase keseluruhannya adalah 93,69 %.
3. Siswa yang mengajukan pertanyaan kepada guru pada saat proses
pembelajaran berlangsung di pertemuan I siklus II berjumlah 13 siswa,
pertemuan II siklus II berjumlah 15 siswa, pertemuan III siklus II berjumlah 15
siswa dan persentase keseluruhannya adalah 38,74%.
4. Siswa yang menjawab pertanyaan, baik dari guru maupun dari siswa lain pada
saat proses pembelajaran berlangsung di pertemuan I siklus II berjumlah 15
siswa, pertemuan II siklus II berjumlah 17 siswa, pertemuan III siklus II
berjumlah 17 siswa dan persentase keseluruhannya adalah 44,14%
5. Siswa yang aktif mengerjakan LKS di pertemuan I siklus II berjumlah 35
siswa, pertemuan II siklus II berjumlah 36 siswa, pertemuan III siklus II
berjumlah 35 siswa dan persentase keseluruhannya adalah 95,49%.
6. Siswa yang melakukan kegiatan lain (ribut, bermain, tidur dll) pada saat proses
pembelajaran berlangsung di pertemuan I siklus II berjumlah 3 siswa,
pertemuan II siklus II berjumlah 2 siswa, pertemuan III siklus II berjumlah 2
siswa dan persentase keseluruhannya adalah 6,13%.
Tabel 4.7 Gambaran peningkatan hasil belajar siswa kelas VIII B SMP
Muhammadiyah 5 Makassar
No Hasil
Tes
Subjek
Skor
Rentang
skor Iedal Tertinggi Terendah Rerata
1 Siklus
I
37 100 85 45 67,84 40
2 Siklus
II
37 100 95 55 79,18 40
Dari tabel 4.7 di atas, dapat dilihat bahwa skor rata-rata hasil belajar
bahasa Indonesia siswa kelas VIII B SMP Muhammadiyah 5 Makassar yang
dilaksanakan dalam II siklus mengalami peningkatan dari rata-rata skor siklus I
sebesar 67,84 menjadi 79,18 pada siklus II dari skor ideal 100 yang telah dicapai.
Dari hasil ini menunjukan adanya peningkatan skor rata-rata kemampuan
membaca pemahaman teks biografi siswa kelas VIII B SMP Muhammadiyah 5
Makassar melalui model team games tournament dari presentase kategori sangat
tinggi semakin meningkat, yakni siklus I 0% sehingga menjadi 13,51% pada
siklus II.
a. Analisis Tes Hasil Belajar
Adapun analisis deskriptif skor perolehan siswa setelah diterapkan model
team games tournamnet dapat dilihat pada kemampuan membaca pemahaman
teks biografi bahasa Indonesia pada siklus I dan siklus II sebagai berikut:
Nilai perolehan dari 37 siswa pada siklus I, nilai maksimum mencapai 85
dan meningkat pada siklus II mencapai 95. Nilai minimum pada siklus I 45 dan
meningkat pada siklus II mencapai 55. Nilai rata-rata pada siklus I 67,84 dan
meningkat pada siklus II mencapai 79,18. Standar deviasi pada siklus I 11,99 dan
siklus II 9,24. Siswa yang tuntas belajar pada siklus I 20 siswa dan meningkat
pada siklus II mencapai 34 siswa. Siswa yang tidak tuntas pada siklus I 16 siswa
dan menurun pada siklus II mencapai 3 siswa.
b. Analisis Lembar Observasi Aktivitas Siswa
Data aktivitas siswa pada siklus I dan II diperoleh melalui hasil observasi
selama pembelajaran berlangsung di setiap pertemuan. Adapun perbandingan
deskriptif aktivitas siswa pada siklus I dan siklus II dapat dilihat sebagai berikut:
a. Siswa yang hadir pada saat proses pembelajaran berlangsung pada siklus I
adalah 90,09% dan meningkat pada siklus II 95,49%.
b. Siswa yang mendengarkan atau memperhatikan penjelasan guru pada saat
proses pembelajaran berlangsung pada siklus I adalah 70,27% dan meningkat
pada siklus II 93,69%.
c. Siswa yang mengajukan pertanyaan kepada guru pada saat proses
pembelajaran berlangsung pada siklus I adalah 26,12% dan meningkat pada
siklus II 38,74%.
d. Siswa yang menjawab pertanyaan, baik dari guru maupun dari siswa lain pada
saat preses pembelajaran berlangsung pada siklus I adalah 35,13% dan
meningkat pada siklus II 44,14%.
e. Siswa yang aktif mengerjakan LKS pada siklus I adalah 83,78% dan meningkat
pada siklus II 95,49%.
f. Siswa yang melakukan kegiatan lain (ribut, bermain, tidur, dll) pda saat proses
pembelajaran berlangsung pada siklus I 16,21% dan menurun pada siklus II
6,31%.
Dari hasil tersebut, menunjukkan adanya peningkatan dalam proses
pembelajaran pada saat tindakan berlangsung. Di samping adanya peningkatan
penguasaan materi pelajaran bahasa Indonesia dengan model team games
Tournament juga ditemukan hal-hal lain diantaranya:
KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan
1. Pembelajaran dengan model team games tournament dapat meningkatkan hasil
belajar bahasa Indonesia siswa kelas VIII B SMP Muhammadiyah 5 Makassar.
Hal ini ditunjukkan dengan terjadinya peningkatan skor rata-rata hasil belajar
dari siklus I ke siklus II yaitu 67,84% meningkat menjadi 79,18%. Demikian
juga terjadinya peningkatan pencapaian ketuntasan belajar siklus I ke siklus II
yaitu 56,76% meningkat menjadi 91,89%.
2. Terjadi perubahan aktivitas atau sikap siswa saat penerapan dalam model team
games tournament dalam pembelajaran yang dilihat kehadiran siswa dari siklus
I 90,09 % meningkat pada siklus II 95,49%, keaktifan dalam memperhatikan
materi yang dijelaskan oleh guru dari siklus I 70,27% meningkat pada siklus II
93,69%, siswa yang mengajukan pertanyaan dari siklus I 26,12% meningkat
pada siklus II 38,74%, siswa yang menjawab pertanyaan dari siklus I 35,13%
meningkat pada siklus II 44,14%, siswa yang mengerjakan LKS dari siklus I
83,78% meningkat pada siklus II 95,49%.
B. Saran
1. Sebagai seorang guru, hendaknya harus mengetahui macam-macam model
pembelajaran dan mampu menyesuaikan model-model tersebut dengan topik-
topik yang akan diajarkan sehingga dalam menyampaikan materi akan lebih
bervariasi dan siswa tidak merasa bosan.
2. Diharapkan kepada para pengajar agar supaya siswa harus dilibatkan dalam
proses pembelajaran sehingga tercipta kemandirian dalam memecahkan
masalah, sehingga pembelajaran dengan model team games tournament
merupakan salah satu model alternatif.
3. Diharapkan kepada para pengajar bidang studi bahasa Indonesia agar
memberikan latihan yang cukup dan berulang, baik berupa soal-soal latihan
yang dikerjakan di sekolah maupun dikerjakan di rumah dengan membuat soal
secara bertahap mulai dari mudah ke yang sulit agar siswa lebih terlatih dan
memiliki kepandaian dalam menyelesaikan soal-soal bahasa Indonesia.
4. Diharapkan kepada peneliti lain dalam bidang kependidikan khususnya
pendidikan bahasa Indonesia dapat meneliti lebih lanjut tentang cara atau
strategi yang efektif dan efisien untuk mengatasi kesulitan siswa dalam
mempelajari bahasa Indonesia.
5. Diharapkan kepada pemerintah agar memberikan kontribusi atau perhatian
khusus kepada peneliti agar kiranya pendidikan di Indonesia lebih meningkat.
LEMBAR OBSERVASI
AKTIVITAS SISWA DALAM PEMBELAJARAN
BAHASA INDONESIA
Sekolah : SMP Muhammadiyah 5 Makassar
Mata Pelajaran : Bahasa Indonesia
Semester : Ganjil
Jumlah siswa : 37
A. Petunjuk
Amatilah hal-hal yang menyangkut aktivitas siswa selama kegiatan
pembelajaran berlangsung, kemudian isilah lembar pengamatan dengan prosedur
sebagai berikut:
1. Pengamatan dilakukan terhadap aktivitas siswa selama proses pembelajaran
berlangsung mulai dari kegiatan awal sampai dengan akhir pembelajaran.
2. Kategori pengamatan ditulis secara berurutan sesuai dengan kejadian yang
dilakukan siswa dan ditulis dalam kolom tersedia.
B. Lembar Pengamatan
No Komponen yang di amati Siklus I
Persentase
(%)
I II III IV
1
Siswa yang hadir pada saat
proses pembelajaran
berlangsung
T
E
S
S
I
K
L
U
S
2
Siswa yang mendengar atau
memperhatikan penjelasan guru
pada saat proses pembelajaran
berlangsung
3
Siswa yang mengajukan
pertanyaan kepada guru pada
saat proses pembelajaran
berlangsung
4
Siswa yang menjawab
pertanyaan, baik dari guru
maupun dari siswa lain pada
saat proses pembelajarang
berlangsung
I 5
Siswa yang aktif mengerjakan
LKS
6
Siswa yang melakukan kegiatan
lain (ribu, bermain, tidur, dll)
pada saat proses pembelajaran
berlangsung
Makassar, 2016
Guru Bidang Studi Peneliti
(. . . . . . . . . . . . . . .) (. . . . . . . . . . . . . . . )
Teks biografi KI Hajar Dewantara
Nama kecil KI Hajar Dewantara adalah Raden Mas Soewardi
Soeyaninggrat. Ia lahir di Yogyakarta pada tanggal 2 Mey 1889. Ia berasal dari
lingkungan keluarga keraton Yogyakarta. Meskipun demikian, ia sangat
sederhana dan ingin dekat dengan rakyatnya. Ketika berusia 40 tahun menurut
hitungan tahun caka, Raden Mas Soeryaninggrat berganti nama menjadi Ki Hajar
Dewantara. Tujuannya berganti nama adalah agar ia dapat bebas dengan
rakyatnya
Perjalanan hidup Ki Hajar Dewantara benar-benar ditandai dengan
perjuangan dan penagbdian pada kepentingan bangsa dan negara. KI Hajar
Dewantara menamatkan sekolah dasar di EELS (sekolah dasar Belanda),
kemudian melanjutkan pendidikannya ke STOVIA (sekolah dokter bumi putra). Ia
tidak dapat menamatkan pendidikan di sekolah tersebut karena sakit. Setelah itu,
ia bekerja sebagai wartawan di beberapa surat kabar, seperti sedyotomo, Vidden
Java, D Ekspress, Oetoesan Hindia, Kaoem Moeda, Tjahaja Timoer, dan Poesara.
Tulisan-tulisannya sangat komunikatif, tajam, dan patriotik sehingga mampu
membangkitkan semangat antikolonial bagi pembacanya.
KI Hajar dewantara juga aktif dalam organisasi sosial dan poltik. Pada
tahun 1908 ia aktif di seksi propaganda Boedi Oetomo untuk menyosialisasikan
dan menggugah kesadaran masyarakat Indonesia. Ia selalu menyampaikan tentang
pentinggnya persatuan dan kesatuan dalam berbangsa dan bernegara. Pada tanggal
25 Desember 1912, ia mendirikan Indische Partic (partai politik pertama yang
beraliran nasionalisme Indonesia) bersama dengan Doues Dekker (Dr. Danudirdja
Setyabudhi) dan Dr. Ciptomangonkoesoemo. Akan tetapi, organisasi ini ditolak
oleh pemerintahan Belanda karena dianggap dapat membangikkan rasa
nasionalisme rakyat dan menggerakkan kesatuan untuk menentang pemerinta
kolonial Belanda.
Semangat KI Hajar Dewantara terus menggebu. Pada bulan November
1913 ia membentuk komite Bumipoetra. Komite Bumipoetra melancarkan kritik
terhadap pemerintah Belanda yang ingin merayakan seratus tahun kebebsan
Belanda dari penjajahan Prancis dengan menarik uang dari rakyat jajahannya. KI
Hajar Dewantara juga mengecam rencana perayaan itu melalui tulisannya yang
berjudul Alls Ik Eens Nederlander Was (seandainya aku seorang Belanda) dan
Eenvoor Allen Maar Ook Allen Voor En (satu untuk semua, tetapi semua untuk
satu juga). Akibat karangannya itu, pemerintah kolonial belanda melalui gubernur
Jendral Idenburg menjatuhkan hukum buang ( internering) ke pulau bangka tanpa
proses pengadilan. Kemudia, ia dibuang ke negara Belanda bersama kedua
rekannya dan kembali ke tanah air pada tahun 1918 setelah memperoleh
Europpesche Akte.
Pada tanggal 3 Juli 1922 KI Hajar Dewantara bersama dengan rekan-rekan
seperjuangannya mendirikan perguruan yang bercorak nasional, yaitu, Nationaal
Onderwices Instituut taman siswa (perguruan nasional taman siswa). Melalui
taman perguruan taman siswa dan tulisan-tulisannya yang berjumblah ratusan, KI
Hajae Dewantara berhasil menetapkan dasar-dasar pendidkan nasional bagi
bangsa Indonesia. KI Hajar Dewantara pernah menjabat sebagai menteri
pendidikan, pengajar, dan kebudayaan yang pertama. KI Hajar Dewantara tidak
hanya dianggap sebagai tokoh dan pahlawan pendidikan yang tanggal
kelahirannya 2 Mey dijadikan hari pendidikan nasional, tetapi juga ditetapkan
sebagai pahlaawan pergerakan nasional melalui surat keputusan presiden RI
No.305 tahun 1959, tanggal 28 November 1959. KI Hajar Dewantara meninggal
dunia pada tanggal 28 April 1959 di Yogyakarta. Untuk melestarikan nilai dan
semangat perjuangan Ki Hajar Dewantara, penerus taman siswa mendirikan
museum Dewantara Kirti Griya di Yogyakarta.
Sebagai pahlawan yang dijuluki bapak pendidikan Indonesia, semangat
dan jasa KI Hajar Dewantara sepantasnya dikenang dan tidak dilupakan semoga
apa yang dilakuknnya itu dapat mengispirasi rakyat Indonesia menuju masa depan
yang lebih baik.
Teks Biografi R.A Kartini
Raden Ajeng Kartini atau lebih dikenal ibu Kartini meruppakan keturunan
keluarga terpandang jawa. Dia lahir 21 April 1879, di mana adat istiadat masih
kukuh dipegang oleh masyarakat, termaksud keluarganya. Satu hal yang
diwariskan dari keluarganya adalah pendidikian. Ya, Kartini pernah merasakan
bangku sekolah hingga tamat pendidikan dasar. Karakternya yang haus akan ilmu
pengetahuan membuatnya ingin terus melanjutkan sekolah ke jenjang yang lebih
tinggi. Sayangnya, ayahnya tidak memberikan izin Kartini melanjutkan sekolah.
Mengetahui sikap ayahnya, Kartini sebenarnya sedih. Namun, dia tidak bisa
mengubah keputusan itu, sebeb, dia adalah anak pada zamannya yang masih
terbelenggu oleh keadaan.
Justru Kartini tidak boleh lagi keluar dari rumah sampai waktunya
menikah. Istilahnya dipingit. Demi menghilangkan rasa bosan dan suntuk berada
dalam rumah terus, Kartini menghabiskan sebagian besar waktunya untuk
membaca buku ilmu pengetahuan. Kesukaannya membaca ini berubah menjadi
rutinitas harian. Bahkan, dia tidak segan untuk bertanya kepada ayahnya bila ada
hal yang tidak dimengertinya. Lambat laun pengetahuannya bertambah dan
wawasannya pun meluas.
Banyak karya dan pemikiran wanita Eropa yang dikaguminya. Terlebih
kebebasan mereka untuk bisa terus bersekolah. Rasa kagum itu menginspirasinya
untuk memajukan wanita Indonesia. Dalam pandangannya, wanita tidak hanya
harus bisa urusan “belakang” rumah tangga saja. Lebih dari itu, wanita juga harus
bisa dan punya wawasana ilmu yang luas. Dia pun mulai bergerak mengumpulkan
teman-teman wanitanya untuk diajari baca tulis dan pengetahuan lainnya. Makin
hari, Kartini semakin disibukkan dengan aktivitas membaca dan mengajarnya.
Dia juga punya banyak teman di Belanda dan sering berkomunikasi
dengan mereka. Bahkan, dia sempat memohon kepada Mr. J.H. Abendanon untuk
memberinya beasiswa sekolah di Belanda. Belum sempat permohonan tersebut
dikabulkan dia dinikahkan oleh Adipati Rambang bernama Raden Adipati
Oyodiningrat. Berdasrkan data sejarah, R.A Kartini ikut dengan suaminya ke
remban setelah menikah. Walau begitu api cita-citanya tidak padam. Beruntung
Kartini memiliki suami yang mendukung cita-citanya. Berkat kegigihan serta
dukungan sang suami, Kartini mendirikan sekolah wanita diberbagai daerah.
Seperti Semarang, Surabaya, Yogyakarta, Malang, Madiun, Cirebon, dan
sebagainya. Sekoalah wanita itu dikenal dengan sekolah Kartini.
Kartini merupakan seorang wanita jawa yang memilki pandangan melebihi
zamannya. Meski dia sendiri terbelenggu oleh zaman yang mengikatnya dengan
adat istiadat. Pada 17 September 1904, Kartini menghembuskan nafat terakhir di
usia 25 Tahun, setelah melahirkan anak pertama dan satu-satunya. Dia salah satu
wanita yang menjadi pelopor emansipasi wanita di tanah Jawa. Suar-surat
korespondensinya dengan teman-temannya di Belanda kemudian dibukukan oleh
Aben Danon dengan judul Door Duisternis Toot Licht (habis gelap terbitlah
terang). Buku ini banyak mengispirasi wanita, tidak saja, wanita di zamannya tapi
juga wanita kini dan masa depan.
Sesuai keppres no. 108 Tahun 1964 pada 2 Mey 1964, Kartini resmi
digelari pahlawan nasional oleh pemerintah Indonesia. Keppres ini juga
menetapkan tanggal 21 April sebagai hari Kartini. Namanya kini diabadikan
sebagai nama jalan. Tidak hanya di kota-kota di Indonesia saja, melainkan di
kota-kota di Belanda. Seperti kota Utercht, Venlo, Amsterdam, dan Haleem. Wr.
Supratman bahkan membuatkan lagu berjudul ibu kita Kartini untuk mengenang
jasa-jasanya.
RIWAYAT HIDUP
Astuti, lahir di Matube Sulawesi Tengah Riswang, pada 16 April 1992.
Penulis adalah anak kedua dari 6 bersaudara, buah kasih sayang pasangan
Ayahanda Ambo, Dg. Nusu dan Ibunda Jamila. Pada tahun 1999, penulis mulai
mengenyam pendidikan dasar di SDN I Bungku Utara kabupaten Morowali dan
tamat tahun 2005. Pada tahun yang sama penulis melanjutkan pendidikan di SMP
Satu Atap Satu I Bungku Utara Kabupaten Morowali dan tamat pada tahun 2008.
Penulis melanjutkan pendidikan ke jenjang menengah atas pada tahun 2008 di
SMA Negeri 1 Petasia, Kabupaten Morowali dan menyelesaikan studi pada tahun
2011.
Selama menempuh pendidikan di jenjang Sekolah Menengah, penulis
terlibat aktif di beberapa kegiatan kesiswaan, seperti pramuka, porseni, dan
kegiatan lainnya. Selanjutnya, Tahun 2012 penulis melanjutkan pendidikan di
Universitas Muhammadiyah Makassar pada program studi pendidikan Bahasa dan
Sastra Indonesia Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan. Selama mejadi
mahasiswa di Program Studi Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia, penulis
mendapatkan banyak ilmu maupun pengalaman yang bermanfaat kiranya dapat
dijadikan bekal untuk masa yang akan datang.