Dini motorik

44
Perkembangan Anak Usia Dini Pendidikan Anak : Perkembangan Anak Usia Dini Perkembangan Anak Usia Dini sangat penting dipelajari oleh setiap orang tua agar kelak pertumbuhan anak-anak mereka bisa maksimal baik secara fisik maupun secara psikologi. Berikut ini artikel pendidikan anak tentang Perkembangan Anak Usia Dini yang disusun oleh Ernawulan Syaodih Karakteristik Anak Batasan tentang masa anak cukup bervariasi, istilah anak usia dini adalah anak yang berkisar antara usia 0-8 tahun. Namun bila dilihat dari jenjang pendidikan yang berlaku di Indonesia, maka yang termasuk dalam kelompok anak usia dini adalah anak usia SD kelas rendah (kelas 1-3), Taman Kanak-kanak, Kelompok Bermain dan anak masa sebelumnya (masa bayi). Masa usia dini merupakan masa yang penting yang perlu mendapat penanganan sedini mungkin. Beberapa ahli pendidikan berpendapat bahwa masa anak usia dini merupakan masa perkembangan yang sangat pesat dan fundamental bagi kehidupan selanjutnya. Anak memiliki dunia dan karakteristik tersendiri yang jauh berbeda dari dunia dan karakteristik orang dewasa. Anak sangat aktif, dinamis, antusias dan hampir selalu ingin tahu terhadap apa yang dilihat dan didengarnya, seolah-olah tak pernah berhenti untuk belajar. Pertumbuhan dan Perkembangan Anak Pertumbuhan dapat diartikan sebagai perubahan yang bersifat kuantitatif atau mengandung arti adanya perubahan dalam ukuran dan struktur tubuh sehingga lebih banyak menyangkut perubahan fisik. Selain itu, pertumbuhan dipandang pula sebagai perubahan secara fisiologis sebagai hasil dari proses pematangan fungsi- fungsi fisik Hasil dari pertumbuhan ini berupa bertambah panjang tulang-tulang terutama lengan dan tungkai, bertambah tinggi dan berat badan serta makin bertambah sempurnanya susunan tulang dan jaringan syaraf. Pertumbuhan ini akan terhenti setelah adanya maturasi atau kematangan pada diri individu.

Transcript of Dini motorik

Perkembangan Anak Usia Dini Pendidikan Anak : Perkembangan Anak Usia Dini 

Perkembangan Anak Usia Dini sangat penting dipelajari oleh setiaporang tua agar kelak pertumbuhan anak-anak mereka bisa maksimalbaik secara fisik maupun secara psikologi. Berikut ini artikelpendidikan anak tentang Perkembangan Anak Usia Dini  yang disusunoleh Ernawulan Syaodih

Karakteristik AnakBatasan tentang masa anak cukup bervariasi, istilah anak usiadini adalah anak yang  berkisar antara usia 0-8 tahun. Namun biladilihat dari jenjang pendidikan yang berlaku di Indonesia, makayang termasuk dalam kelompok anak usia dini adalah anak usia SDkelas rendah (kelas 1-3), Taman Kanak-kanak, Kelompok Bermain dananak masa sebelumnya (masa bayi). Masa usia dini merupakan masa yang penting yang perlu mendapatpenanganan  sedini mungkin. Beberapa ahli pendidikan berpendapatbahwa masa anak usia dini merupakan masa perkembangan yang sangatpesat dan fundamental bagi kehidupan selanjutnya. Anak memilikidunia dan karakteristik tersendiri yang jauh berbeda dari duniadan karakteristik orang dewasa. Anak sangat aktif, dinamis,antusias dan hampir selalu ingin tahu terhadap apa yang dilihatdan didengarnya, seolah-olah tak pernah berhenti untuk belajar.

Pertumbuhan dan Perkembangan AnakPertumbuhan dapat diartikan sebagai perubahan yang bersifatkuantitatif atau  mengandung arti adanya perubahan dalam ukurandan struktur tubuh sehingga lebih banyak menyangkut perubahanfisik. Selain itu, pertumbuhan dipandang pula sebagai perubahansecara fisiologis sebagai hasil dari proses pematangan fungsi-fungsi fisik Hasil dari pertumbuhan ini berupa  bertambah panjangtulang-tulang terutama lengan dan tungkai, bertambah tinggi danberat badan serta makin bertambah sempurnanya susunan tulang danjaringan  syaraf. Pertumbuhan ini akan terhenti setelah adanyamaturasi atau kematangan pada diri individu.

Berbeda dengan pertumbuhan, perkembangan adalah suatu perubahanyang bersifat kualitatif yaitu berfungsi tidaknya organ-organtubuh. Perkembangan dapat juga dikatakan sebagai suatu urutanperubahan yang bersifat saling mempengaruhi antara aspek-aspekfisik dan psikis dan merupakan satu kesatuan yang harmonis.Contoh, anak diperkenalkan bagaimana cara memegang pensil,membuat huruf-huruf dan diberi latihan oleh orang tuanya.Kemampuan belajar menulis akan mudah dan cepat dikuasai anakapabila proses latihan diberikan pada saat otot-ototnya telahtumbuh dengan sempurna, dan saat untuk memahami bentuk huruftelah diperoleh.

Dengan demikian anak akan mampu memegang pensil danmembaca bentuk huruf. Melalui belajar anak akan berkembang, danakan mampu mempelajari hal-hal yang baru. Perkembangan akandicapai karena adanya proses belajar, sehingga anak memperolehpengalaman baru dan menimbulkan perilaku baru.Dalam masa perkembangan, anak diharapkan dapat menguasaikankemampuan  sebagai berikut.

1. Belajar keterampilan fisik yang diperlukan dalam permainan.Anak pada masa ini senang sekali bermain, untuk itudiperlukan keterampilan-keterampilan fisik sepertimenangkap, melempar, menendang bola, berenang, ataumengendarai sepeda.

2. Pengembangan sikap yang menyeluruh terhadap diri sendirisebagai individu yang sedang berkembang. Pada masa ini anakdituntut untuk mengenal dan dapat memelihara kepentingan dankesejahteraan dirinya. Dapat memelihara kesehatan dankeselamatan diri, menyayangi diri, senang berolah raga sertaberekreasi untuk menjaga kesehatan dirinya. 

3. Belajar berkawan dengan teman sebaya. Pada masa ini anakdituntut untuk mampu bergaul, bekerjasama dan membinahubungan baik dengan teman sebaya, saling menolong danmembentuk kepribadian sosial

4. Belajar menguasai keterampilan-keterampilan intelektualdasar yaitu membaca, menulis dan berhitung. Untukmelaksanakan tugasnya di sekolah dan perkembangan belajarnyalebih lanjut, anak pada awal masa ini belajar menguasaikemampuan membaca, menulis dan berhitung.

5. Pengembangan konsep-konsep yang diperlukan dalam kehidupansehari-hari. Agar dapat menyesuaikan diri dan berperilakusesuai dengan tuntutan dari lingkungannya, anak dituntuttelah memiliki konsep yang diperlukan dalam kehidupansehari-hari 

6. Pengembangan moral, nilai dan hati nurani. Pada masa inianak dituntut telah mampu menghargai perbuatan yang sesuaidengan moral dan dapat melakukan kontrol terhadapperilakunya sesuai dengan moral.

7. Memiliki kemerdekaan pribadi. Secara berangsur-angsur padamasa ini anak dituntut memiliki kemerdekaan pribadi. Anakmampu memilih, merencanakan, dan melakukan pekerjaan ataukegiatan tanpa tergantung pada orang tua atau orang dewasalain.

8. Pengembangan sikap terhadap lembaga dan kelompok sosial.Anak diharapkan telah memiliki sikap yang tepat terhadaplembaga dan unit atau kelompok sosial yang ada dalammasyarakat.

Aspek Perkembangan Anak 1. Perkembangan motorikSeiring dengan perkembangan fisik yang beranjak matang,perkembangan   motorik anak sudah dapat terkoordinasi dengan baik.Setiap gerakannya sudah selaras dengan kebutuhan atau minatnya.Masa ini ditandai dengan kelebihan gerak atau aktivitas. Anakcenderung menunjukkan gerakan-gerakan motorik yang cukup gesitdan lincah. Oleh karena itu, usia ini merupakan masa yang idealuntuk belajar keterampilan yang berkaitan dengan motorik, sepertimenulis, menggambar, melukis, berenang, main bola atau atletik.Perkembangan fisik yang normal merupakan salah satu faktorpenentu kelancaran proses belajar, baik dalam bidang pengetahuanmaupun keterampilan. Dengan kata lain, perkembangan motorik

sangat menunjang keberhasilan belajar anak. 2. Perkembangan berfikir/kognitifDi dalam kehidupan, anak dihadapkan kepada persoalan yangmenuntut adanya  pemecahan. Menyelesaikan suatu persoalanmerupakan langkah yang lebih kompleks pada diri anak. Sebelumanak mampu menyelesaikan persoalan, anak perlu memiliki kemampuanuntuk mencari cara penyelesaiannya. Faktor kognitif mempunyaiperanan penting bagi keberhasilan anak dalam belajar, karenasebahagian besar aktivitas dalam belajar selalu berhubungan dengan masalah mengingat dan berfikir.

3. Perkembangan BahasaBahasa merupakan sarana berkomunikasi dengan orang lain. Melaluibahasa,  seseorang dapat menyatakan pikiran dan perasaan dalambentuk tulisan, lisan, isyarat atau gerak.  Pada usia 1 tahun,selaput otak untuk pendengaran membentuk kata-kata, mulai salingberhubungan. Anak sejak usia 2 tahun sudah banyak mendengar kata-kata atau memiliki kosa kata yang luas. Gangguan pendengarandapat membuat kemampuan anak untuk mencocokkan suara dengan hurufmenjadi terlambat. Bahasa anak mulai menjadi bahasa orang dewasasetelah anak mencapai usia 3 tahun. Pada saat itu ia sudahmengetahui perbedaan antara ”saya”, ”kamu” dan ”kita”.

Pada usia 4-6 tahun kemampuan berbahasa anak akan berkembangsejalan  dengan rasa ingin tahu serta sikap antusias yang tinggi,sehingga timbul pertanyaan-pertanyaan dari anak dengan kemampuanbahasanya. Kemampuan berbahasa juga akan terus berkembang sejalandengan intensitas anak pada teman sebayanya.

Dengan memperlihatkan suatu minat yang meningkat terhadap aspek-aspek  bahasa tulis, ia senang mengenal kata-kata yang menarikbaginya dan mencoba menulis kata yang sering ditemukan. Anak jugasenang belajar menulis namanya sendiri atau kata-kata yangberhubungan dengan sesuatu yang bermakna baginya. Antara usia 4dan 5 tahun, kalimat anak sudah terdiri dari empat sampai limakata. Mereka juga mampu menggunakan kata depan seperti ”dibawah”, ”di dalam”, ”di atas” dan ”di samping”.  Antara 5 dan 6tahun, kalimat anak sudah terdiri dari enam sampai delapan kata.

Mereka juga sudah dapat menjelaskan arti kata-kata yangsederhana, dan juga mengetahui lawan kata. Mereka juga dapatmenggunakan kata penghubung, kata depan dan kata sandang.

4. Perkembangan SosialPerilaku sosial merupakan aktivitas dalam berhubungan denganorang lain, baik  dengan teman sebaya, orang tua maupun saudara-saudaranya. Sejak kecil anak telah belajar cara berperilakusosial sesuai dengan harapan orang-orang yang paling dekatdengannya, yaitu dengan ibu, ayah, saudara, dan anggota keluarga  yang lain. Apa yang telah dipelajari anak dari lingkungankeluarga turut mempengaruhi pembentukan perilaku sosialnya.  Adaempat faktor yang berpengaruh pada kemampuan anak bersosialisasi,yaitu :

Adanya kesempatan untuk bergaul dengan orang-orang disekitarnya dari berbagai usia dan latar belakang.

Adanya minat dan motivasi untuk bergaul Adanya bimbingan dan pengajaran dari orang lain, yang

biasanya menjadi “model” bagi anak. Adanya kemampuan berkomunikasi yang baik yang dimiliki anak.

Menjadi orang yang mampu bersosialisasi memerlukan tiga prosesyaitu :

Belajar berperilaku yang dapat diterima secara sosial.  Memainkan peran sosial yang dapat diterima. Perkembangan sikap sosial.

5. Perkembangan EmosiEmosi merupakan suatu keadaan atau perasaan yang bergejolak padadiri seseorang yang disadari dan diungkapkan melalui wajah atautindakan, yang berfungsi sebagai inner adjustment (penyesuaiandari dalam) terhadap lingkungan untuk mencapai kesejahteraan dankeselamatan. Kemampuan untuk bereaksi secara emosional sudah adasejak bayi dilahirkan. Gejala pertama perilaku emosional dapatdilihat dari keterangsangan umum terhadap suatu stimulasi yangkuat. Misalnya bila bayi merasa senang, maka ia akan menghentak-hentakkan kakinya. Sebaliknya bila ia tidak senang, maka bayibereaksi dengan cara menangis.

Dengan meningkatnya usia anak, reaksi emosional anak mulai kurangmenyebar, dan dapat lebih dibedakan. Misalnya, anak menunjukkanreaksi ketidaksenangan hanya dengan menjerit dan menangis,kemudian reaksi mereka berkembang menjadi perlawanan, melemparbenda, mengejangkan tubuh, lari menghindar, bersembunyi danmengeluarkan kata-kata. Dengan bertambahnya usia, reaksiemosional yang berwujud kata-kata semakin meningkat, sedangkanreaksi gerakan otot mulai berkurang. Emosi anak memiliki karakteristik sebagai berikut :

a. Emosi yang kuat Anak kecil bereaksi terhadap suatu stimulusidengan intensitas yang sama, baik terhadap situasi yang remehmaupun yang sulit. Anak belum mampu menunjukkan reaksi emosionalyang sebanding terhadap stimulasi yang dialaminya. b. Emosi seringkali tampak Anak-anak seringkali tidak mampu menahanemosinya, cenderung emosi anak nampak dan bahkan berlebihan. c. Emosi bersifat sementara Emosi anak cenderung lebih bersifatsementara, artinya dalam waktu yang relatif singkat emosi anakdapat berubah dari marah kemudian tersenyum, dari ceria berubahmenjadi murung. d. Reaksi emosi mencerminkan individualitas Semasa bayi, reaksi emosiyang ditunjukkan anak relatif sama. Secara bertahap, denganadanya pengaruh faktor belajar dan lingkungan, perilaku yangmenyertai berbagai emosi anak semakin diindividualisasikan.Seorang anak akan berlari ke luar dari ruangan jika merekaketakutan, sedangkan anak  lainnya mungkin akan menangis ataumenjerit. e. Emosi berubah kekuatannya Dengan meningkatnya usia, emosi anakpada usia tertentu berubah kekuatannya. Emosi anak yang tadinyakuat berubah menjadi lemah, sementara yang tadinya lemah berubahmenjadi emosi yang kuat. 

f. Emosi dapat diketahui melalui gejala perilaku Emosi yang dialami anakdapat pula dilihat dari gejala perilaku anak seperti : melamun,gelisah, menangis, sukar berbicara atau dari tingkah laku yanggugup seperti menggigit kuku atau menghisap jempol Pada usia 2-4tahun, karakteristik emosi anak muncul pada ledakan marahnyaUntuk menampilkan rasa tidak senang, anak melakukan tindakan yangberlebihan, misalnya menangis, menjerit-jerit, melemparkan benda,bergulingguling, atau memukul ibunya. Pada usia ini anak tidakmemperdulikan akibat dari perbuatannya, apakah merugikan oranglain atau tidak. Pada usia 5-6 tahun, emosi anak mulai matang.Pada usia ini anak mulai menyadari akibat-akibat dari tampilanemosinya. Anak mulai memahami perasaan orang lain, misalnyabagaimana perasaan orang lain bila disakiti, maka anak belajarmengendalikan emosinya. Ekspresi emosi pada anak mudah berubahdengan cepat dari satu bentuk ekspresi ke bentuk ekspresi emosiyang lain. Anak dalam keadaan gembira secara tiba-tiba dapatlangsung berubah menjadi marah karena ada sesuatu yang dirasakantidak menyenangkan, sebaliknya apabila anak dalam keadaan marah,melalui bujukan dengan sesuatu yang menyenangkan bisa berubah menjadi riang. Daftar PustakaHadis, F.A. (1996). Psikologi Perkembangan Anak. Jakarta : Proyek PendidikanTenaga Guru Ditjen Dikti Depdikbud.

Helms, D. B & Turner, J.S. (1983). Exploring Child Behavior. New York : HoltRinehartand Winston.

Hurlock, Elizabeth. B. (1978). Child Development, Sixth Edition.New York : Mc.Graw Hill, Inc. Maxim, George. W. (1985). The Very Young Guiding Children from Infancy throughthe Early Years, Second Edition.California : Wodsworth Publishing Company. Santrock, J.W, & Yussen, S.R. (1992). Child Development, 5 th Ed. Dubuque, IA,Wm, C.Brown.

Artikel Terkait

Ditulis Oleh : muhammad risal // 1:50 PMKategori: Perkembangan Anak Usia Dini

Newer Post Older Post Home

Jean Piaget (Santrock, 2002)

menekankan bahwa anak-anak

membangun secara aktif dunia

kognitif mereka sendiri;

informasi tidak sekedar

dituangkan ke dalam pikiran

mereka dari lingkungan.

Piaget yakin bahwa anak-anak

menyesuaikan pemikiran mereka

untuk mencakup gagasan-

gagasan baru, karena

informasi tambahan memajukan

pemahaman. Dalam pandangan

Piaget, dua proses yanng

mendasari perkembangan dunia

individu ialah

pengorganisasian dan

penyesuaian, setiap individu

menyesuaikan diri dengan dua

cara yaitu asimilasi dan

akomodasi.

Asimilasi terjadi ketika

individu menggabungkan

informasi baru ke dalam

pengetahuan mereka yang sudah

ada. Sedangkan akomodasi

terjadi ketika individu

menyesuaikan diri dengan

informasi baru. Piaget

berpikir bahwa asimilasi dan

akomodasi berlangsung sejak

kehidupan bayi yang masih

sangat kecil. Bayi yang baru

lahir secara refleks mengisap

segala sesuatu yang menyentuh

bibirnya (asimilasi), tetapi

setelah beberapa bulan

pengalaman, mereka membangun

pemahaman mereka tentang

dunia secara berbeda.

Beberapa objek, seperti jari

dan susu ibu, dapat diisap,

dan objek lain seperti

selimut sebaiknya tidak

diisap (akomodasi).

Piaget memiliki keyakinan

bahwa manusia melampaui empat

tahapan dalam memahami dunia,

yaitu tahap sensorimotor,

praoperasional, operasional

konkret, dan operasional

formal. Berikut akan

dipaparkan secara lebih

mendalam mengenai ke-empat

tahapan tersebut.

1.      Tahap sensorimotor

Tahap ini berlangsung dari

kelahiran hingga usia 2

tahun. Pada tahap ini, bayi

membangun suatu pemahaman

tentang dunia dengan

mengkoordinasikan pengalaman-

pengalaman sensor (seperti

melihat dan mendengar) dengan

tindakan-tindakan motorik

fisik. Pada permulaan tahap

ini, bayi yang baru lahir

memiliki sedikit lebih banyak

pola-pola refleks. Pada akhir

tahap, anak berusia 2 tahun

memiliki pola-pola

sensorimotor yang kompleks

dan mulai beroperasi dengan

simbol-simbol primitif.

Menurut Piaget (Dariyo, 2007)

masa sensori-motorik

merupakan suatu proses yang

berlangsung melalui 6

tahapan, yakni: skema

reflektif, reaksi sirkular

primer, reaksi sirkuler

sekunder, koordinasi reaksi

sirkular sekunder, reaksi

sirkular tersier,

representasi mental.

a.       Skema reflektif

Setelah lahir bayi belum

dapat melakukan suatu

aktivitas yang terencana,

sehingga otak (syaraf pusat)

belum berfungsi dengan baik

karena belum mencapai

kematangan. Jadi seluruh

aktivitas yang dilakukan

dapat terjadi karena faktor

gerakan refleks yang bersifat

otomatis. Apapun yang bayi

lakukan lebih banyak didorong

oleh faktor kebutuhan

fisiologis, seperti makan

(lapar), minum (haus),

menangis (sakit, panas,

dingin, terkejut)

b.      Reaksi sirkuler primer

Pada tahap ini, bayi mulai

dapat belajar untuk melakukan

aktivitas penyesuaian diri

yang pertama, yang ditandai

dengan pola aktivitas yang

berulang-ulang untuk

memperoleh kepuasan hatinya.

Maka saat ini, seorang bayi

akan mengembangkan kebiasaan

perilaku motorik yang

bersifat sederhana, seperti

membuka dan menutup tangan,

mengepal tangan, menggerakan

jari-jari kaki/ tangan.

Selain itu ketika merasa

haus, bayi akan segera

membuka mulutnya untuk

merespon puting susu ibu yang

telah berada didekatnya.

c.       Reaksi sirkuler sekunder

Pada masa ini seorang bayi

telah mampu melakukan

keterampilan motorik guna

berhubungan dengan lingkungan

hidupnya. Ia telah mampu

melakukan reaksi terhadap

objek-objek benda yang ada di

sekitarnya, misalnya berusaha

meraih, memegang boneka

mainan, mobil-mobilan. Namun

kadang-kadang, anak melakukan

aktivitas gerakan

manipulatif, artinya

menggerakan tangan untuk

meraih sesuatu, padahal

didepannya tak ada objek

benda-benda. Perlu diketahui

bahwa anak belum mampu

melakukan gerakan/ perilaku

tiruan terhadap perilaku yang

dikenali maupun perilaku yang

sulit dikenali.

Reaksi sirkuler sekunder

ditandai dengan kemampuan

melakukan sesuatu kegiatan

yang bermanfaat untuk

mencapai satu tujuan

tertentu, sehingga dapat

memberi pengalaman baru bagi

bayi. Bayi melakukan kegiatan

yang berhubungan dengan

menggunakan suatu objek benda

tertentu.

d.      Koordinasi reaksi sirkular

sekunder

Pada masa ini, anak secara

sadar telah mampu melakukan

koordinasi gerakan untuk

memperoleh tujuan yang

diinginkannya. Ia mampu

mengenal benda dengan baik

yang terlihat maupun itu

disembunyikan, dan ada upaya

untuk mencari bendaitu.

Dengan demikian, anak telah

mencapai permanensi objek,

yakni kemampuan untuk

memahami letak posisi semula

dan tidak dipindahkan ke

tempat lain. Bila benda

tersebut dipindahkan ke

tempat lain, kemungkinan

besar anak akan sering

melakukan kesalahan dalam

mencarinya. Hal inilah, oleh

Piaget, disebut AB search

error, yakni kesalahan yang

dilakukan oleh anak dalam

mencari objek benda yang

dipindahkan oleh orang lain

ke tempat lain. Hal ini

terjadi karena anak belum

mampu membayangkan letak

benda.

Hal yang paling menonjol

dalam masa ini, ialah

kemampuan bayi untuk

melakukan proses peniruan

terhadap suatu perilaku yang

dilihatnya, baik

suara/ucapan, perilaku.

Disini, anak mulai aktif

belajar untuk menambah

kemampuan/ pengalaman dengan

proses imitasi yang dilakukan

secara aktif

e.       Reaksi sirkular tersier

Reaksi ini merupakan

kemampuan anak untuk

melakukan suatu kegiatan yang

berdampak pada satu atau

beberapa akibat tertentu.

Kemampuan ini dimiliki oleh

anak, setelah melalui

pengalaman reaksi sekunder.

Pada masa ini, anak maju satu

lankah dengan masa

sebelumnya. Bila masa

sebelumnya, anak tak mampu

mencari benda yang

dipindahkan, maka kini ia

telah mampu mencarinya sampai

berhasil. Selain itu, anak

telah memiliki kemampuan

inisiatif untuk melakukan

koordinasi suatu kegiatan. Ia

ingin mencoba mencipta

(berkreasi) suatu aktivitas

baik yang telah dikenali

maupun perilaku yang belum

dikenali.

Dengan bekal pengalaman

kemampuan reaksi sirkular

sekunder, maka daya imajinasi

anak berkembang dengan cepat.

Anak tidak hanya mampu

membayangkan satu kegiatan

yang berdampak pada akibat-

akibat tertentu, tetapi ia

juga mulai membayangkan suatu

kegiatan yang mungkin

memiliki dampak berbeda-beda.

f.       Representasi mental

Representasi mental adalah

kemampuan untuk menghadirkan

suatu pengalaman-pengalaman

diri sendiri maupun orang

lain dalam konteks interaksi

sosial sehingga dapat

dipahami oleh diri sendiri

maupun orang lain. Seorang

anak telah mampu

mengembangkan kapasitas

kognitifnya dengan

membayangkan suatu objek

benda walaupun benda itu

tidak ada di depannya. Dengan

kemam[puan representasi

mental, seorang anak akan

dapat melakukansuatu proses

imajinasi terhadap

pengalaman-pengalaman

perilaku masa lalu maupun

rencana pengalaman perilaku

di masa yang akan datang.

Selain itu, anak juga dapat

melakukan imitasi pengalaman

perilaku orang lain.

Bentuk perilaku representasi

mental ditandai dengan

kemampuan untuk menirukan

kembali bentuk-bentuk

perilaku pengalaman sendiri

di masa lalu amaupun

menirukan pengalaman dari

orang lain yang pernah

diobservasinya

2.      Tahap operasional

Berlangsung kira-kira dari

usia 2 hingga 7 tahun, anak-

anak mulai melukiskan dunia

dengan kata-kata dan gambar-

gambar. Pemikiran simbolis

melampaui hubungan sederhana

antara informasi sensor dan

tindakan fisik. Akan tetapi

walaupun anak dapat secara

simbolis melukiskan dunia,

menurut Piaget, mereka belum

mampu untuk melaksanakan apa

yang Piaget sebut “operasi”-

tindakan mental yang

diinternalisasikan yang

memungkinkan anak-anak

melakukan secara mental apa

yang sebelumnya dilakukan

secara fisik.

Pada tahap ini konsep yang

stabil dibentuk, penalaran

mental muncul, egosentrisme

mulai kuat dan kemudian

lemah, serta keyakinan

terhadap hal yang magis

terbentuk. pemikiran

praoperasional ialah awal

kemampuan untuk

merekonstruksi pada tingkat

pemikiran apa yang telah

dilakukan di dalam perilaku.

Pemikiran praoperasional juga

mencakup peralihan penggunaan

simbol dari yang primitif

kepada yang lebih canggih.

Pemikiran praoperasional

dibagi ke dalam dua subtahap;

sub tahap fungsi simbolis dan

sub tahap pemikiran intuitif.

a.       Sub tahap fungsi simbolis

Sub tahap fungsi simbolis

ialah sub tahap pertama

pemikiran praoperasional yang

terjadi kira-kira antara usia

2-4 tahun. pada sub tahap ini

anak-anak mengembangkan

kemampuan untuk membayangkan

secara mental suatu objek

yang tidak ada. Kemampuan

untuk berpikir simbolis

semacam itu disebut “fungsi

simbolis” dan kemampuan itu

mengembangkan secara cepat

dunia mental anak. anak-anak

kecil menggunakan disain

coret-coret untuk

menggambarkan manusia, rumah,

mobil, awan dan lain-lain

b.      Sub tahap fungsi intuitif

Sub tahap intuitif terjadi

pada usia 4 sampai 7 tahun.

anak-anak mulai menggunakan

penalaran primitif dan ingin

tahu jawaban atas semua

bentuk pertanyaan. Piaget

mengemukakan bahwa anak pada

tahap ini begitu yakin

tentang pengetahuan dan

pemahaman mereka, tetapi

belum sadar bagaimana mereka

tahu apa yang mereka ketahui

itu. Maksudnya, mereka

mengatakan mengetahui

sesuatu, tetapi mengetahuinya

tanpa menggunakan pemikiran

rasional. Suatu contoh

kemampuan anak kecil ialah

kesulitan menaruh benda-benda

ke dalam kategori yang tepat.

Dihadapkan pada sekumpulan

objek acak yang dapat

dikelompokan bersama atas

dasar dua atau lebih sifat,

anak-anak praoperasional

jarang dapat menggunakan

sifat ini secara konsisten

untuk menyortir objek ke

dalam kelompok-kelompok yang

tepat. Hal tersebut

menunjukan karakteristik

pemikiran praoperasional yang

disebut dengan centration,

yaitu pemusatan perhatian

terhadap satu karakteristik

yang mengesampingkan semua

karakteristik yang lain.

Centration terbukti pada

anak-anak kecil yang

kekurangan conservation,

suatu keyakinan akan

keabadian atribut objek atau

situasi tertentu terlepas

dari perubahan yang bersifat

dangkal.

Karakteristik lain anak-anak

praoperasional ialah mereka

menanyakan serentetan

pertanyaan. Pertanyaan-

pertanyaan anak-anak yang

paling awal tampak kira-kira

pada usia 3 tahun.

pertanyaan-pertanyaan mereka

memberi petunjuk akan

perkembangan mental mereka

dan mencerminkan rasa ingin

tahu intelektual. Pertanyaan-

pertanyaan ini menandai

munculnya minat anak-anak

akan penalaran dan

penggambaran mengapa sesuatu

seperti itu.

3.      Tahap operasional konkret

Tahap ini berlangsung kira-

kira dari usia 7 hingga 11

tahun, pada tahap ini anak-

anak dapat melakukan operasi

dan penalaran logis

menggunakan pemikiran

intuitif sejauh pemikiran

dapat diterapkan ke dalam

contoh-contoh yang spesifik

dan konkret. Misalnya,

pemikir operasional konkret

tidak dapat membayangkan

langkah-langkah yang

diperlukan untuk

menyelesaikan suatu persamaan

aljabar, yang terlalu abstrak

untuk dipikirkan pada tahap

perkembangan ini.

4.      Operasional formal

Tahap ini tampak dari usia

11-15 tahun. pada tahap ini,

individu melampaui dunia

nyata, pengalaman-pengalaman

konkret dan berpikir secara

abstrak dan lebih logis.

Sebagai bagian dari pemikiran

yang lebih abstrak, anak-anak

remaja mengembangkan gambaran

keadaaan yang ideal. Dalam

memecahkan masalah, pemikir

operasional formal ini lebih

sistematis, mengembangkan

hipotesis tentang mengapa

sesuatu terjadi seperti itu,

kemudian menguji hipotesis

ini dengan cara deduktif.Erik Erikson Erikson (Sujiono, 2011)

berkonsentrasi untuk memahami

tentang perkembangan dari ego-

suatu perasaan terhadap diri.

Erikson memandang perkembangan

identitas anak sebagai cerminan

dari hubungan dengan orangtua dan

keluarga di dalam konteks yang

lebih luas tentang masyarakat.

Adapun tahapan-tahapan

perkembangan psikologis menurut

Erikson, antara lain:

1.      Dasar kepercayaan vs dasar

ketidakpercayaan (usia satu

tahun)

Pengalaman dan sensai yang

memberi bayi suatu perasaan

tentang keakraban dan kepastian

dalam menyediakan suatu perasaan

dari dirinya sendiri. Ia

merasakan bahwa dunia adalah baik

hati atau sedikitnya dapat

dipercaya, dan ia juga dapat

mempercayai dirinya sendiri dan

kemampuan dirinya sendiri. Ia

telah menetapkan dasar suatu

kepercayaan. Jika seorang

individu mengembangkan suatu

dasar ketidakpercayaan maka ia

boleh bersikap dengan cara tidak

rasional atau untuk menarik diri

mereka sendiri ke dalam keadaan

shizofrenia atau menekan perasaan

mereka sendiri di dalam kehidupan

yang akan datang

2.      Otonomi vs malu dan meragukan

(usia dua tahun)

Sepanjang tahun kedua dalam

kehidupan seorang bayi

mengembangkan kendali terhadap

berotot, dia menggerak-gerakan

tubuhnya dan mulai dilatih untuk

ke kamar kecil. Dia membutuhkan

suatu keadaan yang tetap, sebagai

perlindungan dalam melawan

dorongan hatinya sendiri yang

potensial. Perasaaan diri dari

pengendalian diri ini (otonomi)

yang dinaiki pada langkah ini

memimpin ke arah suatu perasaan

yang tetap tentang kehendak yang

baik dan kebanggaan terhadap

pribadi diri sendiri. Suatu

kegagalan untuk mencapai otonomi

yang dengan baik dipandu dapat

mengarah pada suatu keadaan sakit

saraf, suatu perasaan yang

menyebar tentang rasa malu

terhadap dunia, dan keraguan yang

memaksa diri sendiri dan juga

orang lain.

3.      Inisiatif vs rasa bersalah

(usia prasekolah)

Sepanjang usia prasekolah anak

memberi tanda-tanda kepada

tentang persediaan energi yang

tidak terbatas di dalam diri

mereka, yang mana hal tersebut

mengizinkan dia belajar mengenai

bermacam-macam aktivitas dan

gagasan dengan cepat dan tepat.

Anak akan berorientasi pada

kesuksesan dan bukan pada

kegagalan, dan mengerjakan

berbagai hal untuk kesenangan

yang sederhana yang dapat

ditimbulkan dari kegiatan

tersebut. anak berusaha untuk

menjadi dirinya sendiri. Bahaya

yang mungkin dalam periode ini

adalah adanya penaklukan dan

eksplorasi yang agresif dan yang

dilakukan dengan gembira yang

mungkin akan membawa anak ke

dalam keadaan frustasi. Kekuatan

mental dan fisiknya mendorong

ambisi yang akan disalurkan lewat

kemampuan-kemampuannya, ia

kadang-kadang akan gagal atau

dikalahkan. Kecuali jika ia dapat

mencapai suatu keadaan yang

mungkin diliputi oleh pengunduran

diri, rasa bersalah dan

ketertarikan.

4.      Rasa percaya diri vs sifat

rendah diri (usia pertengahan

anak usia dini)

Bangunan dengan otonomi

kepercayaan yang sebelumnya

dikembangkan secara diam-diam,

dan inisiatif, maka anak akan

dapat mencapai suatu perasaan

tentang rasa percaya diri. Di

sekolah anak belajar keterampilan

dasar menulis dan kerjasama yang

akan memungkinkan dirinya sendiri

untuk menjadi suatu anggota yang

produktif di dalam masyarakat,

dan kebutuhan akan prestasi

menjadi lebih penting bagi

dirinya sendiri. Anak belajar

tentang kepuasan dari melakukan

tugas sesuai dengan harapan orang

lain dan dirinya sendiri.

Besarnya bahaya yang dapat timbul

dari periode ini adalah dua kali

lipat. Di satu sisi anak belajar

untuk menghargai bahwa prestasi

bekerja adalah lebih penting di

hal yang lain; anak dapat

mengasingkan teman-teman

sebayanya karena adanya kompetisi

di antara mereka. Pada sisi lain

anak dapat merasakan

ketidakmampuannya dalam

melaksanakan tugas yang

diperlukan dan juga mengembangkan

suatu perasaan rendah diri yang

mencegah anak untuk berusaha.Sigmund Freud Freud (Sujiono, 2010)

mengungkapkan bahwa anak-anak

bergerak melalui langkah-langkah

yang berbeda dengan tujuan untuk

mencapai kepuasan yang berasal

dari sumber berbeda, dimana

mereka juga harus menyeimbangkan

keadaan tersebut dengan harapan

orangtua. Konflik yang timbul

antara kebutuhan dan kepuasan dan

penindasan dapat berguna untuk

memuaskan dan juga menciptakan

ketertarikan. Mekanismen

pertahanan diri diciptakan untuk

tujuan agar dapat berhubungan

dengan ketertarikan. Kebanyakan

orang belajar untuk mengendalikan

perasaan mereka dan juga berusaha

agar dapat diterima di dalam

lingkungan sosial serta untuk

mengintegrasikan diri mereka.

Freud memandang manusia sebagai

mahluk biologi yang kompleks,

baik dalam hal sosial, emosional

dan juga sebagai suatu organisme

yang dapat berpikir.

Sigmund Freud (Dariyo, 2007)

mengajukan 5 tahap perkembangan

psikoseksual manusia yaitu:

1.      Masa oral (0-1,5 tahun)

Masa oral ialah masa perkembangan

bayi yang ditandai dengan

kecendrungan perilaku untuk

memusatkan kepuasan fisiologis

pada bagian mulut (oral). Anak

biasanya senang mengisap ibu

jari, menggigit dan merusak

dengan mulut. Yang menjadi

sasaran pemuasan pada masa ini

adalah mulut sendiri dan memilih

benda-benda ke mulut, selain iu

digigit dengan keras.

2.      Masa anal (1,5-3 tahun)

Masa perkembangan anak usia 1,5-3

tahun yang ditandai dengan

kecenderungan perilaku untuk

memusatkan kepuasan fisiologis

pada bagian anus (dubur). Anak

senanng memeriksa dan memainkan

duburnya serta memperlihat

duburnya. Sasaran pemuasan pada

masa anak adalah memilih beda dan

menyentuhnya/ memasukan ke dalam

duburnya.

3.      Masa phalic (3-5 tahun)

Ditandai dengan kecenderungan

perilaku anak usia 3-5 tahun

untuk mencari kedekatan emosional

dengan orangtua lawan jenisnya

dan menjauhi orangtua yang sesama

jenisnya. Anak laki-laki akan

mencari perhatian, perlindungan

dan kasih sayang dari ibunya dan

menjauhi ayahnya, hal ini dikenal

dengan istilah kompleks oidipus.

Anak wanita akan mencari kasih

sayang dari ayah dan menjauhi

ibunya. Hal ini dinamakan

kompleks elekstra. Pada masa ini

anak senang menyentuh, memegang,

melihat dan menunjukan alat

kelaminnya. Sasaran dari pemuasan

masa ini adalah ditujukan pada

orangtuanya.

4.      Masa latency (6-12 tahun)

Masa ini ditandai dengan

kecenderungan perilaku menekan

dorongan libido seksual ke dalam

alam bawah sadar dan meningkatkan

keterampilan-keterampilan

kognitif dan keterampilan sosial

agar dapat menyesuaikan diri

dengan lingkungan hidupnya. Cara

pemuasan dalam masa ini adalah

represi, reaksi-formasi,

sublimasi dan kecenderungan kasih

sayang

5.      Masa genital (13 tahun ke

atas)

Masa remaja yang ditandai dengan

kecenderungan perilaku untuk

memusatkan perhatian pada

kepuasan genital. Cara pemuasan

pada masa ini adalah mengurangi

cara-cara waktu masa kanak-kanak

dan munculnya cara orang dewasa

dalam memperoleh pemuasan.

Sementara itu sasaran dalam

pemuasan masa ini adalah

menyenangi diri sendiri (narcism)

atau oedipus object choice nya.

Yang menjadi objek pemuasan

mungkin diri sendiri, sejenis dan

homosexual.Vygotsky Lev Vygotsky terkenal dengan

konsep zona perkembangan proximal

(zone of proximal development), yaitu

istilah vygotsky untuk tugas-

tugas yang terlalu sulit untuk

dikuasai sendiri oleh anak-anak,

tetapi yang dapat dikuasai dengan

bimbingan dan bantuan dari orang-

orang dewasa atau anak-anak yang

lebih terampil. Oleh sebab itu,

batas ZPD yang lebih rendah ialah

level pemecahan masalah yang

dicapai oleh seorang anak yang

bekerja secara mandiri. Batas

yang lebih tinggi ialah level

tanggung jawab tambahan yang

dapat diterima oleh anak dengan

bantuan seorang instruktur yang

mampu. Penekanan vygotsky pada

ZPD menegaskan keyakinannya

tentang pentingnya pengaruh-

pengaruh sosial terhadap

perkembangan kognitif dan peran

pengajaran dalam perkembangan

anak. Menurut Vygostsky, tidak

tepat mengatakan bahwa anak

memiliki suatu ZPD, yang tepat

ialah anak berbagi ZPD dengan

instrukturnya.

Pengajaran praktis yang terlibat

di dalam ZPD mulai ke arah batas

zona yang lebih tinggi, dimana

anak hanya bisa mencapai tujuan

melalui kerjasama yang erat

dengan instrukturnya. Dengan

pembelajaran dan praktek

berkelanjutan yang memadai, anak

mengorganisasikan dan menguasai

urutan-urutan perilaku yang

diperlukan untuk menguasai

keterampilan yang ditargetkan.

Ketika pembelajaran berlanjut,

penguasaan keterampilan tersebut

ditransfer dari instruktur ke

anak seiring instruktur itu

secara bertahap mengurangi

penjelasan, petunjuk dan

pendemontrasian sampai anak

secara memadai dapat mencapainya

sendiri. Pembelajaran oleh anak-

anak kecil yang baru belajar

berjalan memberi contoh bagaimana

ZPD bekerja. Anak-anak kecil yang

baru berjalan itu harus

dimotivasi dan harus dilibatkan

dalam kegiatan-kegiatan yang

menuntut keterampilan yang

memiliki tingkat kesulitas yang

cukup tinggi – yaitu menuju zona

yang paling tinggi.

Dalam pandangan vygostsky,

struktur mental atau kognitif

anak terbentuk dari hubungan

diantara fungsi-fungsi mental.

Vygotsky mengatakan bahwa bahasa

dan pemikiran pada mulanya

berkembang sendiri-sendiri,

tetapi pada akhirnya bersatu.

Terdapat dua prinsip yang

mempengaruhi penyatuan pemikiran

dan bahasa. Pertama, semua fungsi

mental memiliki asal-usul

eksternal dan sosial. Anak-anak

harus menggunakan bahasa dan

mengkomunikasikannya kepada orang

lain sebelum mereka berfokus ke

dalam proses-proses mental mereka

sendiri. Kedua, anak-anak harus

berkomunikasi secara eksternal

dan menggunakan bahasa selama

periode waktu yang lama sebelum

transisi dari kemampuan bicara

secara kesternal ke internal

berlangsung. Bila ini terjadi,

anak-anak telah

menginternalisasikan pembicaraan

mereka yang egosentris dalam

bentuk berbicara sendiri, yang

menjadi pemikiran anak. vygotsky

yakin bahwa anak-anak yang

terlibat dalam sejumlah besar

pembicaraan pribadi lebih

berkompeten secara sosial

ketimbang anak-anak yang tidak

menggunakannya secara ekstensif.

Ia memberi alasan bahwa

pembicaraan pribadi merupakan

suatu transisi awal untuk lebih

dapat berkomunikasi secara

sosial.Skinner Skinner merupakah seorang pakar

psikologi yang mencetuskan teori

behaviorisme. Skinner (Dariyo,

2007) beranggapan bahwa manusia

dilahirkan dengan disertai

kemampuan atau kapasitas untuk

belajar dari pengalaman hidupnya.

Bayi belajar melalui penglihatan,

pendengaran, penciuman, pembauan,

merasakan maupun sentuhan yang

ditemui dalam lingkungannya.

1.      Memory bayi

Asumsi dasar pendekatan

behaviorisme ialah bahwa bayi

dilahirkan dalam keadaan normal,

artinya mempunyai kapasitas otak

yang bekerja normal. Dengan

kemampuan ini, maka seorang bayi

dapat mengingat (proses memory),

karena mengingat merupakan

kapasitas dasar individu untuk

dapat belajar dan mempelajari

sesuatu. Dalam penelitian dengan

teknik operant conditioning, ditemukan

bahwa bayi usia 2-6 bulan dapat

mengingat suatu stimulus yang

dapat direspons dengan suatu

aktivitas sehingga mendatangkan

perasaan menyenangkan.

2.      Proses rekognisi

Bayi juga dapat melakukan upaya

untuk memanggil informasi yang

tersimpan dalam memorinya

(rekognisi). Ia dapat melakukan

penundaan (encoding) sesuatu hal

yang pernah dilihatnya dan

dipelajarinya. William Damon Empati  merupakan kemampuan untuk

bereaksi terhadap perasaan orang

lain dengan respon emosional yang

mirip dengan perasaan orang lain

tersebut. Menurut analisis ahli

perkembangan anak William Damon

(1988), perubahan empati terjadi

pada masa bayi, pada usia 1-2

tahun, pada masa kanak-kanak

awal, pada usia 10-12 tahun.

Periode

usia

Empati

Masa

bayi

awal

Dikarakteristikan

dengan empati global,

respons empatis bayi

tidak dibedakan antara

perasaan dan kebutuhan

diri sendiri maupun

orang lainUsia 1-

2 tahun

Perasaan tidak nyaman

pada orang lain

berkembang menjadi

perhatian yang lebih

genuine, tetapi bayi

belum dapat

menerjemahkan perasaan

ketidakbahagiaan orang

lain ini menjadi

perilaku yang efektifKanak-

kanak

awal

Anak sadar bahwa

perspektif setiap orang

bersifat unik dan orang

yang berbeda dapat

memberikan reaksi yang

berbeda terhadap

situasi tertentu.

Kesadaran ini

memungkinkan anak untuk

merespon dengan lebih

sesuai  terhadap

kesulitan orang lain10-12

tahun

Anak mengembangkan

orientasi empati pada

orang yang kurang

beruntung. Pada masa

remaja, sensitifitas

yang baru terbentuk ini

dapat memberikan

pengaruh humanitarian

terhadap pandangan

ideologis dan politis

seseorang

William damon (1988)

menggambarkan bahwa kebanyakan

perilaku berbagai selama 3 tahun

pertama kehidupan didasari oleh

alasan nonempatik. Hal ini

terjadi karena anak meniru orang

lain atau karena dengan berbagi

mereka bisa merasakan kesenangan

dalam permainan sosial. Lalu,

ketika berusia 4 tahun, kombinasi

dari kesadaran empatik dan

dorongan dari orang dewasa

menghasilkan rasa kewajiban dalam

diri anak untuk berbagi dengan

orang lain

Lewis Lewis (2002) membagi emosi ke

dalam 2 bagian, yaitu:

1.      Emosi primer, yang muncul pada

manusia dan binatang. Yang

termasuk emosi primer ini adalah

terkejut (surprise), tertarik

(interest), senang (joy), marah

(anger), sedih (sadness), takut

(fear) dan jijik (disgust). Semua

emosi ini muncul pada 6 bulan

pertama

2.      Emosi yang disadari (self

conscious emotions), yang memerlukan

kognisi, terutama kesadaran diri.

Yang termasuk jenis emosi ini

adalah empati, cemburu

(jealousy), dan kebingungan

(embarassment) yang muncul pada 1

½ tahun pertama (setelah

timbulnya kesadaran diri), selain

itu ada juga bangga (pride), malu

(shame), dan rasa bersalah

(guilt) yang mulai muncul pada 2

½ tahun pertama . dalam

mengembangkan set kedua dari

emosi yang disadari ini (biasanya

disebut emosi evaluatif yang

disadari) anak-anak memperoleh

dan dapat menggunakan standar dan

aturan sosial untuk mengevaluasi

perilaku mereka.

Perkembangan otak sangat pesat saat usia anak 1-5 tahun, selain faktor

keturunan, lingkungan juga sangat berperan penting. Kombinasi keduanya

menjadikan kemapuan anak luar biasa. Pengembangan kecerdasan anak hendaknya

dilakukan sedini mungkin. Karena otak merupakan organ pengatur seluruh bagian

dalam tubuh. Seperti gerakan motorik, pengaturan suhu tubuh, pengaturan

tekanan darah, sekresi hormon, pernafasan dan pengaturan emosi.

Pertumbuhaan perkembangan otak anak sesuai usia, petumbuhan fisik anak

dibarengi dengan proses perkembangan kognitif, bahasa, sosial dan emosional,

ada beberapa tahap-tahap perkembangan dari usia 1-5 tahun yaitu:

1.    Perkembangan Anak Usia 1 Tahun

1)    Fisik dan motorik kasar. Mampu berjalan dititah pada satu tangan,

berjalan beberapa langkah.

2)    Fisik dan motorik halus. Mampu menggenggam dengan lebih baik, dapat

melepaskan genggaman bila diminta.

3)    Kognitif dan bahasa. Punya kosa kata lebih selain mama dan papa.

4)    Sosial dan emosional. Dapat menyesuaikan diri saat mengenakan

pakaian.

2.    Perkembangan Anak Usia 2 Tahun

1)    Fisik dan motorik kasar. Mampu berlari dengan jarak dekat dengan baik,

berjalan mundur tanpa kehilangan keseimbangan, mampu menendang bola

tanpa jatuh, mampu berdiri dan menangkap bola, mampu meloncat-loncat

ditempat, naik turun tangga selangkah demi selangkah, berdiri dengan

satu kaki tanpa kehilangan keseimbangan.

2)    Fisik dan motorik halus. Mampu menumpuk 7 kubus, meniru

garishorizontal, melipat kertas.

3)    Kognitif dan bahasa. Mampu membuat kalimat dengan subjek, predikat dan

objek.

4)    Sosial dan emosional. Mampu memegang sendok dengan baik, bercerita

pengalam baru, membantu melepaskan pakaian, mendengarkan cerita dengan

gambar.

3.    Perkembangan Usia 3 Tahun

1)    Fisik dan motorik kasar. Mampu mengendarai sepeda roda 3, mampu

melompat, berlari maju mundur.

2)    Fisik dan motorik halus. Mampu menumpuk 10 kardus, meniru kontruksi

kubus, membuat lingkaran, bisa main puzzle.

3)    Kognitif dan bahasa. Mengetahui usia dan jenis klamin, mampu

menghitung objek dengan benar, mengulang sebuah kalimat yang terdiri 6

suku kata.

4)    Sosial dan emosional. Mampu bermain mainan sederhana, mampu

mengenakan pakaian sendiri memakai sepatu dan mencuci tangan.

4.    Perkembangan Anak Usia 4 Tahun

1)    Fisik dan motorik kasar. Mampu melompat dengan satu kaki, melempar

bola dari atas kepala, memanjat, mampu naik turun meja dengan satu kaki

dimeja dan satu kaki dilantai.

2)    Fisik dan motorik halus. Mampu menggunakan gunting untuk memotong

gambar,mengambar orang 2-4 bagian tubuh selain kepala, serta mampu

memilih garis yang lebih panjang diantara 2 garis.

3)    Kognitif dan bahasa. Mampu menghitung 4 koin dengan benar dan mampu

bercerita.

4)    Sosial dan emosional. Dapat bermain dengan beberapa anak dan mulai

intraksi sosial, bermain peran dan ketoilet sendiri.

5.    Perkembangan Anak Usia 5 Tahun

1)    Fisik dan motorik kasar. Mampu melakukan lmpat tali dan berlomba lari

2)    Fisik dan motorik halus. Mampu mengampar segitiga, mengetahui

perbedaan berat benda mampu membuat bangunan dari balok.

3)    Kognitif dan bahasa. Mampu berinterasi secara langsung dan bicara apa

saja

4)    Sosial dan emosional. Sudah dapat membedakan mana yang baik dan buruk

dan gampang meniru apa yang dilihat.[1]