Perkembangan Anak Usia Dini Pendidikan Anak : Perkembangan Anak Usia Dini
Perkembangan Anak Usia Dini sangat penting dipelajari oleh setiaporang tua agar kelak pertumbuhan anak-anak mereka bisa maksimalbaik secara fisik maupun secara psikologi. Berikut ini artikelpendidikan anak tentang Perkembangan Anak Usia Dini yang disusunoleh Ernawulan Syaodih
Karakteristik AnakBatasan tentang masa anak cukup bervariasi, istilah anak usiadini adalah anak yang berkisar antara usia 0-8 tahun. Namun biladilihat dari jenjang pendidikan yang berlaku di Indonesia, makayang termasuk dalam kelompok anak usia dini adalah anak usia SDkelas rendah (kelas 1-3), Taman Kanak-kanak, Kelompok Bermain dananak masa sebelumnya (masa bayi). Masa usia dini merupakan masa yang penting yang perlu mendapatpenanganan sedini mungkin. Beberapa ahli pendidikan berpendapatbahwa masa anak usia dini merupakan masa perkembangan yang sangatpesat dan fundamental bagi kehidupan selanjutnya. Anak memilikidunia dan karakteristik tersendiri yang jauh berbeda dari duniadan karakteristik orang dewasa. Anak sangat aktif, dinamis,antusias dan hampir selalu ingin tahu terhadap apa yang dilihatdan didengarnya, seolah-olah tak pernah berhenti untuk belajar.
Pertumbuhan dan Perkembangan AnakPertumbuhan dapat diartikan sebagai perubahan yang bersifatkuantitatif atau mengandung arti adanya perubahan dalam ukurandan struktur tubuh sehingga lebih banyak menyangkut perubahanfisik. Selain itu, pertumbuhan dipandang pula sebagai perubahansecara fisiologis sebagai hasil dari proses pematangan fungsi-fungsi fisik Hasil dari pertumbuhan ini berupa bertambah panjangtulang-tulang terutama lengan dan tungkai, bertambah tinggi danberat badan serta makin bertambah sempurnanya susunan tulang danjaringan syaraf. Pertumbuhan ini akan terhenti setelah adanyamaturasi atau kematangan pada diri individu.
Berbeda dengan pertumbuhan, perkembangan adalah suatu perubahanyang bersifat kualitatif yaitu berfungsi tidaknya organ-organtubuh. Perkembangan dapat juga dikatakan sebagai suatu urutanperubahan yang bersifat saling mempengaruhi antara aspek-aspekfisik dan psikis dan merupakan satu kesatuan yang harmonis.Contoh, anak diperkenalkan bagaimana cara memegang pensil,membuat huruf-huruf dan diberi latihan oleh orang tuanya.Kemampuan belajar menulis akan mudah dan cepat dikuasai anakapabila proses latihan diberikan pada saat otot-ototnya telahtumbuh dengan sempurna, dan saat untuk memahami bentuk huruftelah diperoleh.
Dengan demikian anak akan mampu memegang pensil danmembaca bentuk huruf. Melalui belajar anak akan berkembang, danakan mampu mempelajari hal-hal yang baru. Perkembangan akandicapai karena adanya proses belajar, sehingga anak memperolehpengalaman baru dan menimbulkan perilaku baru.Dalam masa perkembangan, anak diharapkan dapat menguasaikankemampuan sebagai berikut.
1. Belajar keterampilan fisik yang diperlukan dalam permainan.Anak pada masa ini senang sekali bermain, untuk itudiperlukan keterampilan-keterampilan fisik sepertimenangkap, melempar, menendang bola, berenang, ataumengendarai sepeda.
2. Pengembangan sikap yang menyeluruh terhadap diri sendirisebagai individu yang sedang berkembang. Pada masa ini anakdituntut untuk mengenal dan dapat memelihara kepentingan dankesejahteraan dirinya. Dapat memelihara kesehatan dankeselamatan diri, menyayangi diri, senang berolah raga sertaberekreasi untuk menjaga kesehatan dirinya.
3. Belajar berkawan dengan teman sebaya. Pada masa ini anakdituntut untuk mampu bergaul, bekerjasama dan membinahubungan baik dengan teman sebaya, saling menolong danmembentuk kepribadian sosial
4. Belajar menguasai keterampilan-keterampilan intelektualdasar yaitu membaca, menulis dan berhitung. Untukmelaksanakan tugasnya di sekolah dan perkembangan belajarnyalebih lanjut, anak pada awal masa ini belajar menguasaikemampuan membaca, menulis dan berhitung.
5. Pengembangan konsep-konsep yang diperlukan dalam kehidupansehari-hari. Agar dapat menyesuaikan diri dan berperilakusesuai dengan tuntutan dari lingkungannya, anak dituntuttelah memiliki konsep yang diperlukan dalam kehidupansehari-hari
6. Pengembangan moral, nilai dan hati nurani. Pada masa inianak dituntut telah mampu menghargai perbuatan yang sesuaidengan moral dan dapat melakukan kontrol terhadapperilakunya sesuai dengan moral.
7. Memiliki kemerdekaan pribadi. Secara berangsur-angsur padamasa ini anak dituntut memiliki kemerdekaan pribadi. Anakmampu memilih, merencanakan, dan melakukan pekerjaan ataukegiatan tanpa tergantung pada orang tua atau orang dewasalain.
8. Pengembangan sikap terhadap lembaga dan kelompok sosial.Anak diharapkan telah memiliki sikap yang tepat terhadaplembaga dan unit atau kelompok sosial yang ada dalammasyarakat.
Aspek Perkembangan Anak 1. Perkembangan motorikSeiring dengan perkembangan fisik yang beranjak matang,perkembangan motorik anak sudah dapat terkoordinasi dengan baik.Setiap gerakannya sudah selaras dengan kebutuhan atau minatnya.Masa ini ditandai dengan kelebihan gerak atau aktivitas. Anakcenderung menunjukkan gerakan-gerakan motorik yang cukup gesitdan lincah. Oleh karena itu, usia ini merupakan masa yang idealuntuk belajar keterampilan yang berkaitan dengan motorik, sepertimenulis, menggambar, melukis, berenang, main bola atau atletik.Perkembangan fisik yang normal merupakan salah satu faktorpenentu kelancaran proses belajar, baik dalam bidang pengetahuanmaupun keterampilan. Dengan kata lain, perkembangan motorik
sangat menunjang keberhasilan belajar anak. 2. Perkembangan berfikir/kognitifDi dalam kehidupan, anak dihadapkan kepada persoalan yangmenuntut adanya pemecahan. Menyelesaikan suatu persoalanmerupakan langkah yang lebih kompleks pada diri anak. Sebelumanak mampu menyelesaikan persoalan, anak perlu memiliki kemampuanuntuk mencari cara penyelesaiannya. Faktor kognitif mempunyaiperanan penting bagi keberhasilan anak dalam belajar, karenasebahagian besar aktivitas dalam belajar selalu berhubungan dengan masalah mengingat dan berfikir.
3. Perkembangan BahasaBahasa merupakan sarana berkomunikasi dengan orang lain. Melaluibahasa, seseorang dapat menyatakan pikiran dan perasaan dalambentuk tulisan, lisan, isyarat atau gerak. Pada usia 1 tahun,selaput otak untuk pendengaran membentuk kata-kata, mulai salingberhubungan. Anak sejak usia 2 tahun sudah banyak mendengar kata-kata atau memiliki kosa kata yang luas. Gangguan pendengarandapat membuat kemampuan anak untuk mencocokkan suara dengan hurufmenjadi terlambat. Bahasa anak mulai menjadi bahasa orang dewasasetelah anak mencapai usia 3 tahun. Pada saat itu ia sudahmengetahui perbedaan antara ”saya”, ”kamu” dan ”kita”.
Pada usia 4-6 tahun kemampuan berbahasa anak akan berkembangsejalan dengan rasa ingin tahu serta sikap antusias yang tinggi,sehingga timbul pertanyaan-pertanyaan dari anak dengan kemampuanbahasanya. Kemampuan berbahasa juga akan terus berkembang sejalandengan intensitas anak pada teman sebayanya.
Dengan memperlihatkan suatu minat yang meningkat terhadap aspek-aspek bahasa tulis, ia senang mengenal kata-kata yang menarikbaginya dan mencoba menulis kata yang sering ditemukan. Anak jugasenang belajar menulis namanya sendiri atau kata-kata yangberhubungan dengan sesuatu yang bermakna baginya. Antara usia 4dan 5 tahun, kalimat anak sudah terdiri dari empat sampai limakata. Mereka juga mampu menggunakan kata depan seperti ”dibawah”, ”di dalam”, ”di atas” dan ”di samping”. Antara 5 dan 6tahun, kalimat anak sudah terdiri dari enam sampai delapan kata.
Mereka juga sudah dapat menjelaskan arti kata-kata yangsederhana, dan juga mengetahui lawan kata. Mereka juga dapatmenggunakan kata penghubung, kata depan dan kata sandang.
4. Perkembangan SosialPerilaku sosial merupakan aktivitas dalam berhubungan denganorang lain, baik dengan teman sebaya, orang tua maupun saudara-saudaranya. Sejak kecil anak telah belajar cara berperilakusosial sesuai dengan harapan orang-orang yang paling dekatdengannya, yaitu dengan ibu, ayah, saudara, dan anggota keluarga yang lain. Apa yang telah dipelajari anak dari lingkungankeluarga turut mempengaruhi pembentukan perilaku sosialnya. Adaempat faktor yang berpengaruh pada kemampuan anak bersosialisasi,yaitu :
Adanya kesempatan untuk bergaul dengan orang-orang disekitarnya dari berbagai usia dan latar belakang.
Adanya minat dan motivasi untuk bergaul Adanya bimbingan dan pengajaran dari orang lain, yang
biasanya menjadi “model” bagi anak. Adanya kemampuan berkomunikasi yang baik yang dimiliki anak.
Menjadi orang yang mampu bersosialisasi memerlukan tiga prosesyaitu :
Belajar berperilaku yang dapat diterima secara sosial. Memainkan peran sosial yang dapat diterima. Perkembangan sikap sosial.
5. Perkembangan EmosiEmosi merupakan suatu keadaan atau perasaan yang bergejolak padadiri seseorang yang disadari dan diungkapkan melalui wajah atautindakan, yang berfungsi sebagai inner adjustment (penyesuaiandari dalam) terhadap lingkungan untuk mencapai kesejahteraan dankeselamatan. Kemampuan untuk bereaksi secara emosional sudah adasejak bayi dilahirkan. Gejala pertama perilaku emosional dapatdilihat dari keterangsangan umum terhadap suatu stimulasi yangkuat. Misalnya bila bayi merasa senang, maka ia akan menghentak-hentakkan kakinya. Sebaliknya bila ia tidak senang, maka bayibereaksi dengan cara menangis.
Dengan meningkatnya usia anak, reaksi emosional anak mulai kurangmenyebar, dan dapat lebih dibedakan. Misalnya, anak menunjukkanreaksi ketidaksenangan hanya dengan menjerit dan menangis,kemudian reaksi mereka berkembang menjadi perlawanan, melemparbenda, mengejangkan tubuh, lari menghindar, bersembunyi danmengeluarkan kata-kata. Dengan bertambahnya usia, reaksiemosional yang berwujud kata-kata semakin meningkat, sedangkanreaksi gerakan otot mulai berkurang. Emosi anak memiliki karakteristik sebagai berikut :
a. Emosi yang kuat Anak kecil bereaksi terhadap suatu stimulusidengan intensitas yang sama, baik terhadap situasi yang remehmaupun yang sulit. Anak belum mampu menunjukkan reaksi emosionalyang sebanding terhadap stimulasi yang dialaminya. b. Emosi seringkali tampak Anak-anak seringkali tidak mampu menahanemosinya, cenderung emosi anak nampak dan bahkan berlebihan. c. Emosi bersifat sementara Emosi anak cenderung lebih bersifatsementara, artinya dalam waktu yang relatif singkat emosi anakdapat berubah dari marah kemudian tersenyum, dari ceria berubahmenjadi murung. d. Reaksi emosi mencerminkan individualitas Semasa bayi, reaksi emosiyang ditunjukkan anak relatif sama. Secara bertahap, denganadanya pengaruh faktor belajar dan lingkungan, perilaku yangmenyertai berbagai emosi anak semakin diindividualisasikan.Seorang anak akan berlari ke luar dari ruangan jika merekaketakutan, sedangkan anak lainnya mungkin akan menangis ataumenjerit. e. Emosi berubah kekuatannya Dengan meningkatnya usia, emosi anakpada usia tertentu berubah kekuatannya. Emosi anak yang tadinyakuat berubah menjadi lemah, sementara yang tadinya lemah berubahmenjadi emosi yang kuat.
f. Emosi dapat diketahui melalui gejala perilaku Emosi yang dialami anakdapat pula dilihat dari gejala perilaku anak seperti : melamun,gelisah, menangis, sukar berbicara atau dari tingkah laku yanggugup seperti menggigit kuku atau menghisap jempol Pada usia 2-4tahun, karakteristik emosi anak muncul pada ledakan marahnyaUntuk menampilkan rasa tidak senang, anak melakukan tindakan yangberlebihan, misalnya menangis, menjerit-jerit, melemparkan benda,bergulingguling, atau memukul ibunya. Pada usia ini anak tidakmemperdulikan akibat dari perbuatannya, apakah merugikan oranglain atau tidak. Pada usia 5-6 tahun, emosi anak mulai matang.Pada usia ini anak mulai menyadari akibat-akibat dari tampilanemosinya. Anak mulai memahami perasaan orang lain, misalnyabagaimana perasaan orang lain bila disakiti, maka anak belajarmengendalikan emosinya. Ekspresi emosi pada anak mudah berubahdengan cepat dari satu bentuk ekspresi ke bentuk ekspresi emosiyang lain. Anak dalam keadaan gembira secara tiba-tiba dapatlangsung berubah menjadi marah karena ada sesuatu yang dirasakantidak menyenangkan, sebaliknya apabila anak dalam keadaan marah,melalui bujukan dengan sesuatu yang menyenangkan bisa berubah menjadi riang. Daftar PustakaHadis, F.A. (1996). Psikologi Perkembangan Anak. Jakarta : Proyek PendidikanTenaga Guru Ditjen Dikti Depdikbud.
Helms, D. B & Turner, J.S. (1983). Exploring Child Behavior. New York : HoltRinehartand Winston.
Hurlock, Elizabeth. B. (1978). Child Development, Sixth Edition.New York : Mc.Graw Hill, Inc. Maxim, George. W. (1985). The Very Young Guiding Children from Infancy throughthe Early Years, Second Edition.California : Wodsworth Publishing Company. Santrock, J.W, & Yussen, S.R. (1992). Child Development, 5 th Ed. Dubuque, IA,Wm, C.Brown.
Artikel Terkait
Ditulis Oleh : muhammad risal // 1:50 PMKategori: Perkembangan Anak Usia Dini
Newer Post Older Post Home
Jean Piaget (Santrock, 2002)
menekankan bahwa anak-anak
membangun secara aktif dunia
kognitif mereka sendiri;
informasi tidak sekedar
dituangkan ke dalam pikiran
mereka dari lingkungan.
Piaget yakin bahwa anak-anak
menyesuaikan pemikiran mereka
untuk mencakup gagasan-
gagasan baru, karena
informasi tambahan memajukan
pemahaman. Dalam pandangan
Piaget, dua proses yanng
mendasari perkembangan dunia
individu ialah
pengorganisasian dan
penyesuaian, setiap individu
menyesuaikan diri dengan dua
cara yaitu asimilasi dan
akomodasi.
Asimilasi terjadi ketika
individu menggabungkan
informasi baru ke dalam
pengetahuan mereka yang sudah
ada. Sedangkan akomodasi
terjadi ketika individu
menyesuaikan diri dengan
informasi baru. Piaget
berpikir bahwa asimilasi dan
akomodasi berlangsung sejak
kehidupan bayi yang masih
sangat kecil. Bayi yang baru
lahir secara refleks mengisap
segala sesuatu yang menyentuh
bibirnya (asimilasi), tetapi
setelah beberapa bulan
pengalaman, mereka membangun
pemahaman mereka tentang
dunia secara berbeda.
Beberapa objek, seperti jari
dan susu ibu, dapat diisap,
dan objek lain seperti
selimut sebaiknya tidak
diisap (akomodasi).
Piaget memiliki keyakinan
bahwa manusia melampaui empat
tahapan dalam memahami dunia,
yaitu tahap sensorimotor,
praoperasional, operasional
konkret, dan operasional
formal. Berikut akan
dipaparkan secara lebih
mendalam mengenai ke-empat
tahapan tersebut.
1. Tahap sensorimotor
Tahap ini berlangsung dari
kelahiran hingga usia 2
tahun. Pada tahap ini, bayi
membangun suatu pemahaman
tentang dunia dengan
mengkoordinasikan pengalaman-
pengalaman sensor (seperti
melihat dan mendengar) dengan
tindakan-tindakan motorik
fisik. Pada permulaan tahap
ini, bayi yang baru lahir
memiliki sedikit lebih banyak
pola-pola refleks. Pada akhir
tahap, anak berusia 2 tahun
memiliki pola-pola
sensorimotor yang kompleks
dan mulai beroperasi dengan
simbol-simbol primitif.
Menurut Piaget (Dariyo, 2007)
masa sensori-motorik
merupakan suatu proses yang
berlangsung melalui 6
tahapan, yakni: skema
reflektif, reaksi sirkular
primer, reaksi sirkuler
sekunder, koordinasi reaksi
sirkular sekunder, reaksi
sirkular tersier,
representasi mental.
a. Skema reflektif
Setelah lahir bayi belum
dapat melakukan suatu
aktivitas yang terencana,
sehingga otak (syaraf pusat)
belum berfungsi dengan baik
karena belum mencapai
kematangan. Jadi seluruh
aktivitas yang dilakukan
dapat terjadi karena faktor
gerakan refleks yang bersifat
otomatis. Apapun yang bayi
lakukan lebih banyak didorong
oleh faktor kebutuhan
fisiologis, seperti makan
(lapar), minum (haus),
menangis (sakit, panas,
dingin, terkejut)
b. Reaksi sirkuler primer
Pada tahap ini, bayi mulai
dapat belajar untuk melakukan
aktivitas penyesuaian diri
yang pertama, yang ditandai
dengan pola aktivitas yang
berulang-ulang untuk
memperoleh kepuasan hatinya.
Maka saat ini, seorang bayi
akan mengembangkan kebiasaan
perilaku motorik yang
bersifat sederhana, seperti
membuka dan menutup tangan,
mengepal tangan, menggerakan
jari-jari kaki/ tangan.
Selain itu ketika merasa
haus, bayi akan segera
membuka mulutnya untuk
merespon puting susu ibu yang
telah berada didekatnya.
c. Reaksi sirkuler sekunder
Pada masa ini seorang bayi
telah mampu melakukan
keterampilan motorik guna
berhubungan dengan lingkungan
hidupnya. Ia telah mampu
melakukan reaksi terhadap
objek-objek benda yang ada di
sekitarnya, misalnya berusaha
meraih, memegang boneka
mainan, mobil-mobilan. Namun
kadang-kadang, anak melakukan
aktivitas gerakan
manipulatif, artinya
menggerakan tangan untuk
meraih sesuatu, padahal
didepannya tak ada objek
benda-benda. Perlu diketahui
bahwa anak belum mampu
melakukan gerakan/ perilaku
tiruan terhadap perilaku yang
dikenali maupun perilaku yang
sulit dikenali.
Reaksi sirkuler sekunder
ditandai dengan kemampuan
melakukan sesuatu kegiatan
yang bermanfaat untuk
mencapai satu tujuan
tertentu, sehingga dapat
memberi pengalaman baru bagi
bayi. Bayi melakukan kegiatan
yang berhubungan dengan
menggunakan suatu objek benda
tertentu.
d. Koordinasi reaksi sirkular
sekunder
Pada masa ini, anak secara
sadar telah mampu melakukan
koordinasi gerakan untuk
memperoleh tujuan yang
diinginkannya. Ia mampu
mengenal benda dengan baik
yang terlihat maupun itu
disembunyikan, dan ada upaya
untuk mencari bendaitu.
Dengan demikian, anak telah
mencapai permanensi objek,
yakni kemampuan untuk
memahami letak posisi semula
dan tidak dipindahkan ke
tempat lain. Bila benda
tersebut dipindahkan ke
tempat lain, kemungkinan
besar anak akan sering
melakukan kesalahan dalam
mencarinya. Hal inilah, oleh
Piaget, disebut AB search
error, yakni kesalahan yang
dilakukan oleh anak dalam
mencari objek benda yang
dipindahkan oleh orang lain
ke tempat lain. Hal ini
terjadi karena anak belum
mampu membayangkan letak
benda.
Hal yang paling menonjol
dalam masa ini, ialah
kemampuan bayi untuk
melakukan proses peniruan
terhadap suatu perilaku yang
dilihatnya, baik
suara/ucapan, perilaku.
Disini, anak mulai aktif
belajar untuk menambah
kemampuan/ pengalaman dengan
proses imitasi yang dilakukan
secara aktif
e. Reaksi sirkular tersier
Reaksi ini merupakan
kemampuan anak untuk
melakukan suatu kegiatan yang
berdampak pada satu atau
beberapa akibat tertentu.
Kemampuan ini dimiliki oleh
anak, setelah melalui
pengalaman reaksi sekunder.
Pada masa ini, anak maju satu
lankah dengan masa
sebelumnya. Bila masa
sebelumnya, anak tak mampu
mencari benda yang
dipindahkan, maka kini ia
telah mampu mencarinya sampai
berhasil. Selain itu, anak
telah memiliki kemampuan
inisiatif untuk melakukan
koordinasi suatu kegiatan. Ia
ingin mencoba mencipta
(berkreasi) suatu aktivitas
baik yang telah dikenali
maupun perilaku yang belum
dikenali.
Dengan bekal pengalaman
kemampuan reaksi sirkular
sekunder, maka daya imajinasi
anak berkembang dengan cepat.
Anak tidak hanya mampu
membayangkan satu kegiatan
yang berdampak pada akibat-
akibat tertentu, tetapi ia
juga mulai membayangkan suatu
kegiatan yang mungkin
memiliki dampak berbeda-beda.
f. Representasi mental
Representasi mental adalah
kemampuan untuk menghadirkan
suatu pengalaman-pengalaman
diri sendiri maupun orang
lain dalam konteks interaksi
sosial sehingga dapat
dipahami oleh diri sendiri
maupun orang lain. Seorang
anak telah mampu
mengembangkan kapasitas
kognitifnya dengan
membayangkan suatu objek
benda walaupun benda itu
tidak ada di depannya. Dengan
kemam[puan representasi
mental, seorang anak akan
dapat melakukansuatu proses
imajinasi terhadap
pengalaman-pengalaman
perilaku masa lalu maupun
rencana pengalaman perilaku
di masa yang akan datang.
Selain itu, anak juga dapat
melakukan imitasi pengalaman
perilaku orang lain.
Bentuk perilaku representasi
mental ditandai dengan
kemampuan untuk menirukan
kembali bentuk-bentuk
perilaku pengalaman sendiri
di masa lalu amaupun
menirukan pengalaman dari
orang lain yang pernah
diobservasinya
2. Tahap operasional
Berlangsung kira-kira dari
usia 2 hingga 7 tahun, anak-
anak mulai melukiskan dunia
dengan kata-kata dan gambar-
gambar. Pemikiran simbolis
melampaui hubungan sederhana
antara informasi sensor dan
tindakan fisik. Akan tetapi
walaupun anak dapat secara
simbolis melukiskan dunia,
menurut Piaget, mereka belum
mampu untuk melaksanakan apa
yang Piaget sebut “operasi”-
tindakan mental yang
diinternalisasikan yang
memungkinkan anak-anak
melakukan secara mental apa
yang sebelumnya dilakukan
secara fisik.
Pada tahap ini konsep yang
stabil dibentuk, penalaran
mental muncul, egosentrisme
mulai kuat dan kemudian
lemah, serta keyakinan
terhadap hal yang magis
terbentuk. pemikiran
praoperasional ialah awal
kemampuan untuk
merekonstruksi pada tingkat
pemikiran apa yang telah
dilakukan di dalam perilaku.
Pemikiran praoperasional juga
mencakup peralihan penggunaan
simbol dari yang primitif
kepada yang lebih canggih.
Pemikiran praoperasional
dibagi ke dalam dua subtahap;
sub tahap fungsi simbolis dan
sub tahap pemikiran intuitif.
a. Sub tahap fungsi simbolis
Sub tahap fungsi simbolis
ialah sub tahap pertama
pemikiran praoperasional yang
terjadi kira-kira antara usia
2-4 tahun. pada sub tahap ini
anak-anak mengembangkan
kemampuan untuk membayangkan
secara mental suatu objek
yang tidak ada. Kemampuan
untuk berpikir simbolis
semacam itu disebut “fungsi
simbolis” dan kemampuan itu
mengembangkan secara cepat
dunia mental anak. anak-anak
kecil menggunakan disain
coret-coret untuk
menggambarkan manusia, rumah,
mobil, awan dan lain-lain
b. Sub tahap fungsi intuitif
Sub tahap intuitif terjadi
pada usia 4 sampai 7 tahun.
anak-anak mulai menggunakan
penalaran primitif dan ingin
tahu jawaban atas semua
bentuk pertanyaan. Piaget
mengemukakan bahwa anak pada
tahap ini begitu yakin
tentang pengetahuan dan
pemahaman mereka, tetapi
belum sadar bagaimana mereka
tahu apa yang mereka ketahui
itu. Maksudnya, mereka
mengatakan mengetahui
sesuatu, tetapi mengetahuinya
tanpa menggunakan pemikiran
rasional. Suatu contoh
kemampuan anak kecil ialah
kesulitan menaruh benda-benda
ke dalam kategori yang tepat.
Dihadapkan pada sekumpulan
objek acak yang dapat
dikelompokan bersama atas
dasar dua atau lebih sifat,
anak-anak praoperasional
jarang dapat menggunakan
sifat ini secara konsisten
untuk menyortir objek ke
dalam kelompok-kelompok yang
tepat. Hal tersebut
menunjukan karakteristik
pemikiran praoperasional yang
disebut dengan centration,
yaitu pemusatan perhatian
terhadap satu karakteristik
yang mengesampingkan semua
karakteristik yang lain.
Centration terbukti pada
anak-anak kecil yang
kekurangan conservation,
suatu keyakinan akan
keabadian atribut objek atau
situasi tertentu terlepas
dari perubahan yang bersifat
dangkal.
Karakteristik lain anak-anak
praoperasional ialah mereka
menanyakan serentetan
pertanyaan. Pertanyaan-
pertanyaan anak-anak yang
paling awal tampak kira-kira
pada usia 3 tahun.
pertanyaan-pertanyaan mereka
memberi petunjuk akan
perkembangan mental mereka
dan mencerminkan rasa ingin
tahu intelektual. Pertanyaan-
pertanyaan ini menandai
munculnya minat anak-anak
akan penalaran dan
penggambaran mengapa sesuatu
seperti itu.
3. Tahap operasional konkret
Tahap ini berlangsung kira-
kira dari usia 7 hingga 11
tahun, pada tahap ini anak-
anak dapat melakukan operasi
dan penalaran logis
menggunakan pemikiran
intuitif sejauh pemikiran
dapat diterapkan ke dalam
contoh-contoh yang spesifik
dan konkret. Misalnya,
pemikir operasional konkret
tidak dapat membayangkan
langkah-langkah yang
diperlukan untuk
menyelesaikan suatu persamaan
aljabar, yang terlalu abstrak
untuk dipikirkan pada tahap
perkembangan ini.
4. Operasional formal
Tahap ini tampak dari usia
11-15 tahun. pada tahap ini,
individu melampaui dunia
nyata, pengalaman-pengalaman
konkret dan berpikir secara
abstrak dan lebih logis.
Sebagai bagian dari pemikiran
yang lebih abstrak, anak-anak
remaja mengembangkan gambaran
keadaaan yang ideal. Dalam
memecahkan masalah, pemikir
operasional formal ini lebih
sistematis, mengembangkan
hipotesis tentang mengapa
sesuatu terjadi seperti itu,
kemudian menguji hipotesis
ini dengan cara deduktif.Erik Erikson Erikson (Sujiono, 2011)
berkonsentrasi untuk memahami
tentang perkembangan dari ego-
suatu perasaan terhadap diri.
Erikson memandang perkembangan
identitas anak sebagai cerminan
dari hubungan dengan orangtua dan
keluarga di dalam konteks yang
lebih luas tentang masyarakat.
Adapun tahapan-tahapan
perkembangan psikologis menurut
Erikson, antara lain:
1. Dasar kepercayaan vs dasar
ketidakpercayaan (usia satu
tahun)
Pengalaman dan sensai yang
memberi bayi suatu perasaan
tentang keakraban dan kepastian
dalam menyediakan suatu perasaan
dari dirinya sendiri. Ia
merasakan bahwa dunia adalah baik
hati atau sedikitnya dapat
dipercaya, dan ia juga dapat
mempercayai dirinya sendiri dan
kemampuan dirinya sendiri. Ia
telah menetapkan dasar suatu
kepercayaan. Jika seorang
individu mengembangkan suatu
dasar ketidakpercayaan maka ia
boleh bersikap dengan cara tidak
rasional atau untuk menarik diri
mereka sendiri ke dalam keadaan
shizofrenia atau menekan perasaan
mereka sendiri di dalam kehidupan
yang akan datang
2. Otonomi vs malu dan meragukan
(usia dua tahun)
Sepanjang tahun kedua dalam
kehidupan seorang bayi
mengembangkan kendali terhadap
berotot, dia menggerak-gerakan
tubuhnya dan mulai dilatih untuk
ke kamar kecil. Dia membutuhkan
suatu keadaan yang tetap, sebagai
perlindungan dalam melawan
dorongan hatinya sendiri yang
potensial. Perasaaan diri dari
pengendalian diri ini (otonomi)
yang dinaiki pada langkah ini
memimpin ke arah suatu perasaan
yang tetap tentang kehendak yang
baik dan kebanggaan terhadap
pribadi diri sendiri. Suatu
kegagalan untuk mencapai otonomi
yang dengan baik dipandu dapat
mengarah pada suatu keadaan sakit
saraf, suatu perasaan yang
menyebar tentang rasa malu
terhadap dunia, dan keraguan yang
memaksa diri sendiri dan juga
orang lain.
3. Inisiatif vs rasa bersalah
(usia prasekolah)
Sepanjang usia prasekolah anak
memberi tanda-tanda kepada
tentang persediaan energi yang
tidak terbatas di dalam diri
mereka, yang mana hal tersebut
mengizinkan dia belajar mengenai
bermacam-macam aktivitas dan
gagasan dengan cepat dan tepat.
Anak akan berorientasi pada
kesuksesan dan bukan pada
kegagalan, dan mengerjakan
berbagai hal untuk kesenangan
yang sederhana yang dapat
ditimbulkan dari kegiatan
tersebut. anak berusaha untuk
menjadi dirinya sendiri. Bahaya
yang mungkin dalam periode ini
adalah adanya penaklukan dan
eksplorasi yang agresif dan yang
dilakukan dengan gembira yang
mungkin akan membawa anak ke
dalam keadaan frustasi. Kekuatan
mental dan fisiknya mendorong
ambisi yang akan disalurkan lewat
kemampuan-kemampuannya, ia
kadang-kadang akan gagal atau
dikalahkan. Kecuali jika ia dapat
mencapai suatu keadaan yang
mungkin diliputi oleh pengunduran
diri, rasa bersalah dan
ketertarikan.
4. Rasa percaya diri vs sifat
rendah diri (usia pertengahan
anak usia dini)
Bangunan dengan otonomi
kepercayaan yang sebelumnya
dikembangkan secara diam-diam,
dan inisiatif, maka anak akan
dapat mencapai suatu perasaan
tentang rasa percaya diri. Di
sekolah anak belajar keterampilan
dasar menulis dan kerjasama yang
akan memungkinkan dirinya sendiri
untuk menjadi suatu anggota yang
produktif di dalam masyarakat,
dan kebutuhan akan prestasi
menjadi lebih penting bagi
dirinya sendiri. Anak belajar
tentang kepuasan dari melakukan
tugas sesuai dengan harapan orang
lain dan dirinya sendiri.
Besarnya bahaya yang dapat timbul
dari periode ini adalah dua kali
lipat. Di satu sisi anak belajar
untuk menghargai bahwa prestasi
bekerja adalah lebih penting di
hal yang lain; anak dapat
mengasingkan teman-teman
sebayanya karena adanya kompetisi
di antara mereka. Pada sisi lain
anak dapat merasakan
ketidakmampuannya dalam
melaksanakan tugas yang
diperlukan dan juga mengembangkan
suatu perasaan rendah diri yang
mencegah anak untuk berusaha.Sigmund Freud Freud (Sujiono, 2010)
mengungkapkan bahwa anak-anak
bergerak melalui langkah-langkah
yang berbeda dengan tujuan untuk
mencapai kepuasan yang berasal
dari sumber berbeda, dimana
mereka juga harus menyeimbangkan
keadaan tersebut dengan harapan
orangtua. Konflik yang timbul
antara kebutuhan dan kepuasan dan
penindasan dapat berguna untuk
memuaskan dan juga menciptakan
ketertarikan. Mekanismen
pertahanan diri diciptakan untuk
tujuan agar dapat berhubungan
dengan ketertarikan. Kebanyakan
orang belajar untuk mengendalikan
perasaan mereka dan juga berusaha
agar dapat diterima di dalam
lingkungan sosial serta untuk
mengintegrasikan diri mereka.
Freud memandang manusia sebagai
mahluk biologi yang kompleks,
baik dalam hal sosial, emosional
dan juga sebagai suatu organisme
yang dapat berpikir.
Sigmund Freud (Dariyo, 2007)
mengajukan 5 tahap perkembangan
psikoseksual manusia yaitu:
1. Masa oral (0-1,5 tahun)
Masa oral ialah masa perkembangan
bayi yang ditandai dengan
kecendrungan perilaku untuk
memusatkan kepuasan fisiologis
pada bagian mulut (oral). Anak
biasanya senang mengisap ibu
jari, menggigit dan merusak
dengan mulut. Yang menjadi
sasaran pemuasan pada masa ini
adalah mulut sendiri dan memilih
benda-benda ke mulut, selain iu
digigit dengan keras.
2. Masa anal (1,5-3 tahun)
Masa perkembangan anak usia 1,5-3
tahun yang ditandai dengan
kecenderungan perilaku untuk
memusatkan kepuasan fisiologis
pada bagian anus (dubur). Anak
senanng memeriksa dan memainkan
duburnya serta memperlihat
duburnya. Sasaran pemuasan pada
masa anak adalah memilih beda dan
menyentuhnya/ memasukan ke dalam
duburnya.
3. Masa phalic (3-5 tahun)
Ditandai dengan kecenderungan
perilaku anak usia 3-5 tahun
untuk mencari kedekatan emosional
dengan orangtua lawan jenisnya
dan menjauhi orangtua yang sesama
jenisnya. Anak laki-laki akan
mencari perhatian, perlindungan
dan kasih sayang dari ibunya dan
menjauhi ayahnya, hal ini dikenal
dengan istilah kompleks oidipus.
Anak wanita akan mencari kasih
sayang dari ayah dan menjauhi
ibunya. Hal ini dinamakan
kompleks elekstra. Pada masa ini
anak senang menyentuh, memegang,
melihat dan menunjukan alat
kelaminnya. Sasaran dari pemuasan
masa ini adalah ditujukan pada
orangtuanya.
4. Masa latency (6-12 tahun)
Masa ini ditandai dengan
kecenderungan perilaku menekan
dorongan libido seksual ke dalam
alam bawah sadar dan meningkatkan
keterampilan-keterampilan
kognitif dan keterampilan sosial
agar dapat menyesuaikan diri
dengan lingkungan hidupnya. Cara
pemuasan dalam masa ini adalah
represi, reaksi-formasi,
sublimasi dan kecenderungan kasih
sayang
5. Masa genital (13 tahun ke
atas)
Masa remaja yang ditandai dengan
kecenderungan perilaku untuk
memusatkan perhatian pada
kepuasan genital. Cara pemuasan
pada masa ini adalah mengurangi
cara-cara waktu masa kanak-kanak
dan munculnya cara orang dewasa
dalam memperoleh pemuasan.
Sementara itu sasaran dalam
pemuasan masa ini adalah
menyenangi diri sendiri (narcism)
atau oedipus object choice nya.
Yang menjadi objek pemuasan
mungkin diri sendiri, sejenis dan
homosexual.Vygotsky Lev Vygotsky terkenal dengan
konsep zona perkembangan proximal
(zone of proximal development), yaitu
istilah vygotsky untuk tugas-
tugas yang terlalu sulit untuk
dikuasai sendiri oleh anak-anak,
tetapi yang dapat dikuasai dengan
bimbingan dan bantuan dari orang-
orang dewasa atau anak-anak yang
lebih terampil. Oleh sebab itu,
batas ZPD yang lebih rendah ialah
level pemecahan masalah yang
dicapai oleh seorang anak yang
bekerja secara mandiri. Batas
yang lebih tinggi ialah level
tanggung jawab tambahan yang
dapat diterima oleh anak dengan
bantuan seorang instruktur yang
mampu. Penekanan vygotsky pada
ZPD menegaskan keyakinannya
tentang pentingnya pengaruh-
pengaruh sosial terhadap
perkembangan kognitif dan peran
pengajaran dalam perkembangan
anak. Menurut Vygostsky, tidak
tepat mengatakan bahwa anak
memiliki suatu ZPD, yang tepat
ialah anak berbagi ZPD dengan
instrukturnya.
Pengajaran praktis yang terlibat
di dalam ZPD mulai ke arah batas
zona yang lebih tinggi, dimana
anak hanya bisa mencapai tujuan
melalui kerjasama yang erat
dengan instrukturnya. Dengan
pembelajaran dan praktek
berkelanjutan yang memadai, anak
mengorganisasikan dan menguasai
urutan-urutan perilaku yang
diperlukan untuk menguasai
keterampilan yang ditargetkan.
Ketika pembelajaran berlanjut,
penguasaan keterampilan tersebut
ditransfer dari instruktur ke
anak seiring instruktur itu
secara bertahap mengurangi
penjelasan, petunjuk dan
pendemontrasian sampai anak
secara memadai dapat mencapainya
sendiri. Pembelajaran oleh anak-
anak kecil yang baru belajar
berjalan memberi contoh bagaimana
ZPD bekerja. Anak-anak kecil yang
baru berjalan itu harus
dimotivasi dan harus dilibatkan
dalam kegiatan-kegiatan yang
menuntut keterampilan yang
memiliki tingkat kesulitas yang
cukup tinggi – yaitu menuju zona
yang paling tinggi.
Dalam pandangan vygostsky,
struktur mental atau kognitif
anak terbentuk dari hubungan
diantara fungsi-fungsi mental.
Vygotsky mengatakan bahwa bahasa
dan pemikiran pada mulanya
berkembang sendiri-sendiri,
tetapi pada akhirnya bersatu.
Terdapat dua prinsip yang
mempengaruhi penyatuan pemikiran
dan bahasa. Pertama, semua fungsi
mental memiliki asal-usul
eksternal dan sosial. Anak-anak
harus menggunakan bahasa dan
mengkomunikasikannya kepada orang
lain sebelum mereka berfokus ke
dalam proses-proses mental mereka
sendiri. Kedua, anak-anak harus
berkomunikasi secara eksternal
dan menggunakan bahasa selama
periode waktu yang lama sebelum
transisi dari kemampuan bicara
secara kesternal ke internal
berlangsung. Bila ini terjadi,
anak-anak telah
menginternalisasikan pembicaraan
mereka yang egosentris dalam
bentuk berbicara sendiri, yang
menjadi pemikiran anak. vygotsky
yakin bahwa anak-anak yang
terlibat dalam sejumlah besar
pembicaraan pribadi lebih
berkompeten secara sosial
ketimbang anak-anak yang tidak
menggunakannya secara ekstensif.
Ia memberi alasan bahwa
pembicaraan pribadi merupakan
suatu transisi awal untuk lebih
dapat berkomunikasi secara
sosial.Skinner Skinner merupakah seorang pakar
psikologi yang mencetuskan teori
behaviorisme. Skinner (Dariyo,
2007) beranggapan bahwa manusia
dilahirkan dengan disertai
kemampuan atau kapasitas untuk
belajar dari pengalaman hidupnya.
Bayi belajar melalui penglihatan,
pendengaran, penciuman, pembauan,
merasakan maupun sentuhan yang
ditemui dalam lingkungannya.
1. Memory bayi
Asumsi dasar pendekatan
behaviorisme ialah bahwa bayi
dilahirkan dalam keadaan normal,
artinya mempunyai kapasitas otak
yang bekerja normal. Dengan
kemampuan ini, maka seorang bayi
dapat mengingat (proses memory),
karena mengingat merupakan
kapasitas dasar individu untuk
dapat belajar dan mempelajari
sesuatu. Dalam penelitian dengan
teknik operant conditioning, ditemukan
bahwa bayi usia 2-6 bulan dapat
mengingat suatu stimulus yang
dapat direspons dengan suatu
aktivitas sehingga mendatangkan
perasaan menyenangkan.
2. Proses rekognisi
Bayi juga dapat melakukan upaya
untuk memanggil informasi yang
tersimpan dalam memorinya
(rekognisi). Ia dapat melakukan
penundaan (encoding) sesuatu hal
yang pernah dilihatnya dan
dipelajarinya. William Damon Empati merupakan kemampuan untuk
bereaksi terhadap perasaan orang
lain dengan respon emosional yang
mirip dengan perasaan orang lain
tersebut. Menurut analisis ahli
perkembangan anak William Damon
(1988), perubahan empati terjadi
pada masa bayi, pada usia 1-2
tahun, pada masa kanak-kanak
awal, pada usia 10-12 tahun.
Periode
usia
Empati
Masa
bayi
awal
Dikarakteristikan
dengan empati global,
respons empatis bayi
tidak dibedakan antara
perasaan dan kebutuhan
diri sendiri maupun
orang lainUsia 1-
2 tahun
Perasaan tidak nyaman
pada orang lain
berkembang menjadi
perhatian yang lebih
genuine, tetapi bayi
belum dapat
menerjemahkan perasaan
ketidakbahagiaan orang
lain ini menjadi
perilaku yang efektifKanak-
kanak
awal
Anak sadar bahwa
perspektif setiap orang
bersifat unik dan orang
yang berbeda dapat
memberikan reaksi yang
berbeda terhadap
situasi tertentu.
Kesadaran ini
memungkinkan anak untuk
merespon dengan lebih
sesuai terhadap
kesulitan orang lain10-12
tahun
Anak mengembangkan
orientasi empati pada
orang yang kurang
beruntung. Pada masa
remaja, sensitifitas
yang baru terbentuk ini
dapat memberikan
pengaruh humanitarian
terhadap pandangan
ideologis dan politis
seseorang
William damon (1988)
menggambarkan bahwa kebanyakan
perilaku berbagai selama 3 tahun
pertama kehidupan didasari oleh
alasan nonempatik. Hal ini
terjadi karena anak meniru orang
lain atau karena dengan berbagi
mereka bisa merasakan kesenangan
dalam permainan sosial. Lalu,
ketika berusia 4 tahun, kombinasi
dari kesadaran empatik dan
dorongan dari orang dewasa
menghasilkan rasa kewajiban dalam
diri anak untuk berbagi dengan
orang lain
Lewis Lewis (2002) membagi emosi ke
dalam 2 bagian, yaitu:
1. Emosi primer, yang muncul pada
manusia dan binatang. Yang
termasuk emosi primer ini adalah
terkejut (surprise), tertarik
(interest), senang (joy), marah
(anger), sedih (sadness), takut
(fear) dan jijik (disgust). Semua
emosi ini muncul pada 6 bulan
pertama
2. Emosi yang disadari (self
conscious emotions), yang memerlukan
kognisi, terutama kesadaran diri.
Yang termasuk jenis emosi ini
adalah empati, cemburu
(jealousy), dan kebingungan
(embarassment) yang muncul pada 1
½ tahun pertama (setelah
timbulnya kesadaran diri), selain
itu ada juga bangga (pride), malu
(shame), dan rasa bersalah
(guilt) yang mulai muncul pada 2
½ tahun pertama . dalam
mengembangkan set kedua dari
emosi yang disadari ini (biasanya
disebut emosi evaluatif yang
disadari) anak-anak memperoleh
dan dapat menggunakan standar dan
aturan sosial untuk mengevaluasi
perilaku mereka.
Perkembangan otak sangat pesat saat usia anak 1-5 tahun, selain faktor
keturunan, lingkungan juga sangat berperan penting. Kombinasi keduanya
menjadikan kemapuan anak luar biasa. Pengembangan kecerdasan anak hendaknya
dilakukan sedini mungkin. Karena otak merupakan organ pengatur seluruh bagian
dalam tubuh. Seperti gerakan motorik, pengaturan suhu tubuh, pengaturan
tekanan darah, sekresi hormon, pernafasan dan pengaturan emosi.
Pertumbuhaan perkembangan otak anak sesuai usia, petumbuhan fisik anak
dibarengi dengan proses perkembangan kognitif, bahasa, sosial dan emosional,
ada beberapa tahap-tahap perkembangan dari usia 1-5 tahun yaitu:
1. Perkembangan Anak Usia 1 Tahun
1) Fisik dan motorik kasar. Mampu berjalan dititah pada satu tangan,
berjalan beberapa langkah.
2) Fisik dan motorik halus. Mampu menggenggam dengan lebih baik, dapat
melepaskan genggaman bila diminta.
3) Kognitif dan bahasa. Punya kosa kata lebih selain mama dan papa.
4) Sosial dan emosional. Dapat menyesuaikan diri saat mengenakan
pakaian.
2. Perkembangan Anak Usia 2 Tahun
1) Fisik dan motorik kasar. Mampu berlari dengan jarak dekat dengan baik,
berjalan mundur tanpa kehilangan keseimbangan, mampu menendang bola
tanpa jatuh, mampu berdiri dan menangkap bola, mampu meloncat-loncat
ditempat, naik turun tangga selangkah demi selangkah, berdiri dengan
satu kaki tanpa kehilangan keseimbangan.
2) Fisik dan motorik halus. Mampu menumpuk 7 kubus, meniru
garishorizontal, melipat kertas.
3) Kognitif dan bahasa. Mampu membuat kalimat dengan subjek, predikat dan
objek.
4) Sosial dan emosional. Mampu memegang sendok dengan baik, bercerita
pengalam baru, membantu melepaskan pakaian, mendengarkan cerita dengan
gambar.
3. Perkembangan Usia 3 Tahun
1) Fisik dan motorik kasar. Mampu mengendarai sepeda roda 3, mampu
melompat, berlari maju mundur.
2) Fisik dan motorik halus. Mampu menumpuk 10 kardus, meniru kontruksi
kubus, membuat lingkaran, bisa main puzzle.
3) Kognitif dan bahasa. Mengetahui usia dan jenis klamin, mampu
menghitung objek dengan benar, mengulang sebuah kalimat yang terdiri 6
suku kata.
4) Sosial dan emosional. Mampu bermain mainan sederhana, mampu
mengenakan pakaian sendiri memakai sepatu dan mencuci tangan.
4. Perkembangan Anak Usia 4 Tahun
1) Fisik dan motorik kasar. Mampu melompat dengan satu kaki, melempar
bola dari atas kepala, memanjat, mampu naik turun meja dengan satu kaki
dimeja dan satu kaki dilantai.
2) Fisik dan motorik halus. Mampu menggunakan gunting untuk memotong
gambar,mengambar orang 2-4 bagian tubuh selain kepala, serta mampu
memilih garis yang lebih panjang diantara 2 garis.
3) Kognitif dan bahasa. Mampu menghitung 4 koin dengan benar dan mampu
bercerita.
4) Sosial dan emosional. Dapat bermain dengan beberapa anak dan mulai
intraksi sosial, bermain peran dan ketoilet sendiri.
5. Perkembangan Anak Usia 5 Tahun
1) Fisik dan motorik kasar. Mampu melakukan lmpat tali dan berlomba lari
2) Fisik dan motorik halus. Mampu mengampar segitiga, mengetahui
perbedaan berat benda mampu membuat bangunan dari balok.
3) Kognitif dan bahasa. Mampu berinterasi secara langsung dan bicara apa
saja
4) Sosial dan emosional. Sudah dapat membedakan mana yang baik dan buruk
dan gampang meniru apa yang dilihat.[1]
Top Related