Makalah dan Laporan Kunjungan ke DPR RI (Mata Kuliah Kebijakan Publik dalam Pendidikan dan Kinerja...

33
BAB I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kunjungan Kebijakan publik (public policy) merupakan bagian kewenangan yang dimiliki negara untuk mengatur warganya dalam mencapai tujuan negara. Salah satu tujuan negara di bidang pendidikan yang termaktub dalam konstitusi Indonesia adalah mencerdaskan kehidupan bangsa, selain upaya menciptakan keadilan dan kesejahteraan yang merata. Posisi kebijakan publik menjadi sangat penting disebabkan beberapa alasan, pertama, dengan kebijakan ini, negara (baca: pemerintah) dapat mengikat semua elemen masyarakat untuk berjalan sesuai dengan aturan main (the rule of the game) yang dibuat oleh pemerintah tanpa diskriminasi. Kedua, negara secara resmi (official) mengambil satu pilihan dari sekian banyak pilihan yang lain untuk tujan yang diinginkan. Pilihan resmi yang diambil ini memastikan upaya yang seragam untuk mencapai satu tujuan. Ketiga, kebijakan publik digunakan sebagai sikap politik negara dalam Denny Kodrat | Laporan Kunjungan ke DPR RI 1

Transcript of Makalah dan Laporan Kunjungan ke DPR RI (Mata Kuliah Kebijakan Publik dalam Pendidikan dan Kinerja...

BAB I. PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Kunjungan

Kebijakan publik (public policy) merupakan bagian

kewenangan yang dimiliki negara untuk mengatur warganya

dalam mencapai tujuan negara. Salah satu tujuan negara di

bidang pendidikan yang termaktub dalam konstitusi Indonesia

adalah mencerdaskan kehidupan bangsa, selain upaya

menciptakan keadilan dan kesejahteraan yang merata. Posisi

kebijakan publik menjadi sangat penting disebabkan beberapa

alasan, pertama, dengan kebijakan ini, negara (baca:

pemerintah) dapat mengikat semua elemen masyarakat untuk

berjalan sesuai dengan aturan main (the rule of the game) yang

dibuat oleh pemerintah tanpa diskriminasi. Kedua, negara

secara resmi (official) mengambil satu pilihan dari sekian

banyak pilihan yang lain untuk tujan yang diinginkan.

Pilihan resmi yang diambil ini memastikan upaya yang

seragam untuk mencapai satu tujuan. Ketiga, kebijakan

publik digunakan sebagai sikap politik negara dalam

Denny Kodrat | Laporan Kunjungan ke DPR RI 1

merespon berbagai macam masukan, dinamika yang terjadi di

masyarakat.

Pelaku dalam kebijakan publik, sebagaimana yang

dikemukakan oleh Hough (1984) adalah pelaku-pelaku resmi

(official actors) yang tercakup di dalamnya adalah: kepala

negara, para menteri, dan seluruh organ eksekutif. Selain

itu, organ eksekutif dan yudikatif pun menjadi pelaku resmi

dalam menghasilkan kebijakan. Undang-undang yang

dikeluarkan di negara ini seja

tinya diinisiasi oleh eksekutif dan legislatif. Kedua ranah

ini memiliki kewenangan untuk membuat undang-undang, dan

legislatif mensahkan undang-undang atas persetujuan

eksekutif, dan juga sebaliknya. Perundang-undangan

turunannya pun dapat dikeluarkan oleh eksekutif guna

mengoperasionalkan undang-undang yang dibuat.

Pelaku tidak resmi (non-official actors) dapat berfungsi

untuk membuat berbagai isu yang nantinya direspons oleh

pemerintah dan DPR dalam bentuk peraturan atau perundang-

undangan. Keberadaan pelaku tidak resmi ini difungsikan

Denny Kodrat | Laporan Kunjungan ke DPR RI 2

sebagai bagian dari saling mengontrol (check and balance)

antara lembaga negara yang diwakili oleh eksekutif dan

legislatif dan masyarakat yang bisa diwakili oleh Non

Governmental Organization (NGO). Dalam kebijakan demokrasi, check

and balance ini menjadi sesuatu yang penting, mengingat

secara filosofis, tidak boleh ada satu lembaga negara yang

berjalan tanpa adanya pengawasan. Oleh karenanya, hubungan

antara pemerintah, legislatif, yudikatif dan masyarakat

menjadi bagian yang saling mengontrol.

Dalam konteks kebijakan publik, adalah penting untuk

mengetahui bagaimana sebuah proses hukum itu digodok bagi

para mahasiswa program S-3 Ilmu Pendidikan, agar kajian

teoritis dan ilmiah yang dilakukan di dalam kelas menjadi

lebih bernilai dan tidak kehilangan ruh kekinian dan

kontekstual. Atas dasar itulah maka, dengan bimbingan

langsung Prof. Dr. Hj. Cornelia Jane Beny, M.Pd, mahasiswa

S-3 Ilmu Pendidikan Universitas Islam Nusantara mengadakan

kunjungan dan audiensi kepada Ketua DPR RI periode 2009-

2014, Dr. Marzuki Alie pada hari Rabu, 26 Februari 2014

Denny Kodrat | Laporan Kunjungan ke DPR RI 3

Dari hasil kunjungan ini, didapat berbagai macam pengayaan

pengetahuan dari pelaku pembuat kebijakan publik di bidang

pendidikan.

1.2 Tujuan Kunjungan

Sebagai bagian dari perkuliahan dan kegiatan akademik,

kunjungan ke DPR RI ini memiliki tujuan umum dan tujuan

khusus bagi mahasiswa, yaitu sebagai berikut.

A. Tujuan Umum

1. Untuk mengetahui bagaimana sebuah kebijakan publik

dibuat.

2. Untuk mengetahui berbagai landasan, kepentingan dan

alasan yang melandasi sebuah kebijakan.

B. Tujuan Khusus

1. Sebagai bagian agenda perkuliahan mata kuliah

Kebijakan Publik dan Kinerja Birokrasi Pendidikan

dalam Kompleksitas Perkembangan.

2. Sebagai sarana berkomunikasi dan mengeluarkan gagasan

hasil kajian di mata kuliah Kebijakan Publik dan

Denny Kodrat | Laporan Kunjungan ke DPR RI 4

Kinerja Birokrasi Pendidikan dalam Kompleksitas

Perkembangan.

3. Sebagai sarana memperkenalkan institusi Universitas

Islam Nusantara, khususnya program Pascasarjana Ilmu

Pendidikan

1.3 Manfaat Kunjungan

Kunjungan ke DPR RI ini memiliki manfaat yang besar baik

bagi mahasiswa dan juga bagi program studi Ilmu Pendidikan

Uninus. Manfaatnya adalah sebagai berikut.

A. Bagi Mahasiswa

1. mendapatkan pengayaan informasi dari salah satu

pembuat kebijakan publik.

2. mendapatkan berbagai macam informasi aktual dan isu-

isu kekinian yang terkait dengan informasi politik

serta pembuatan kebijakan.

3. mendapatkan gambaran praktis pertimbangan-

pertimbangan saat kebijakan publik dibuat.

Denny Kodrat | Laporan Kunjungan ke DPR RI 5

B. Bagi Prodi Ilmu Pendidikan Uninus

1. mendapatkan pengayaan informasi seputar kebijakan-

kebijakan negara di bidang pendidikan, khususnya

pendidikan tinggi.

2. pemutakhiran kajian dan teori kebijakan publik

dilihat dari sisi praktis.

1.4 Pelaksanaan Kunjungan

Kegiatan ini dilaksanakan pada hari Rabu, 26 Februari

2014, dari mulai pukul 16.00 hingga 18.00 WIB bertempat di

ruangan ketua DPR RI, gedung Nusantara II, DPR RI, jalan

Senayan, Jakarta Pusat. Peserta kunjungan terdiri atas 30

mahasiswa program Doktor (S-3) Ilmu Pendidikan, dibimbing

oleh Prof. Dr. Hj. Cornelia Jane Beny, M.Pd. Peserta

berangkat dari kampus sekitar pukul 10.00 Wib, tiba di

gedung DPR RI, Senayan Jakarta Pusat, pukul 13.00,

dilanjutkan dengan pengurusan administrasi dan kelengkapan.

Setelah itu, peserta menunggu kedatangan Ketua DPR RI, Dr.

Denny Kodrat | Laporan Kunjungan ke DPR RI 6

Marzuki Alie, yang sedang memimpin rapat mengenai

permasalahan agraria. Tepat pukul 16.30, beliau menerima

peserta. Prof. Dr. Hj. Cornelia Jane Beny, M.Pd, memberikan

pengantar seputar latar belakang kunjungan dan tujuan

kunjungan ini, setelah itu, ketua DPR memberikan sedikit

kuliah singkat dilanjutkan dengan sesi Tanya jawab.

Sebanyak 3 (tiga) pertanyaan disampaikan oleh perwakilan

mahasiswa, yang beberapa diantaranya menanyakan mengenai

kebijakan pendidikan dalam era otonomi daerah dan

pengambilalihan pendidikan oleh kementerian riset dan

teknologi. Setelah ketua DPR memberikan jawaban secara

lengkap dan panjang lebar, kegiatan berikutnya adalah foto

bersama dan kembali ke kampus. Peserta tiba kembali di

kampus Uninus sekitar pukul 23.30 WIB dengan selamat.

Denny Kodrat | Laporan Kunjungan ke DPR RI 7

BAB II. GAMBARAN UMUM LEMBAGA

2.1. Profil

Perubahan terhadap Undang-Undang Dasar Republik

Indonesia Tahun 1945, khususnya Pasal 20 ayat (1)

dimaksudkan untuk memperkuat DPR RI sebagai Lembaga

Legislatif yang memiliki kekuasaan membentuk undang-undang.

Selain itu, UUD RI Tahun 1945 juga memberikan hak kepada

Anggota DPR RI untuk mengajukan Usul Rancangan Undang-

Undang (RUU). Pergeseran kekuasaan membentuk undang-undang

dari Presiden kepada DPR RI merupakan langkah

konstitusional untuk memposisikan fungsi lembaga negara

secara tepat sesuai bidang tugas masing-masing, yakni DPR

RI sebagai lembaga pembentuk undang-undang (kekuasaan

legislatif) dan Presiden sebagai pelaksana undang-undang

Denny Kodrat | Laporan Kunjungan ke DPR RI 8

(kekuasaan eksekutif). Pergeseran kekuasaan untuk membentuk

undang-undang tersebut pada hakekatnya merepresentasikan

perubahan pendekatan pembagian kekuasaan (distribution of power)

dengan prinsip supremasi menjadi pemisahan kekuasaan

(separation of power) dengan prinsip saling mengawasi dan

mengimbangi sebagai ciri khas yang melekat.

Sesuai dengan amanat UUD RI Tahun 1945 Pasal 20A ayat

(1), DPR RI memiliki fungsi legislasi, anggaran, dan

pengawasan. Dalam menjalankan fungsinya, DPR RI memiliki

hak interpelasi, hak angket, dan hak menyatakan pendapat.

Disamping itu, setiap Anggota DPR RI mempunyai hak

mengajukan Rancangan Undang-undang, hak interpelasi, hak

angket, dan hak menyatakan pendapat serta hak-hak lainnya

yang diatur oleh UU.

Fungsi legislasi mempertegas kedudukan DPR RI sebagai

lembaga legislatif yang menjalankan kekuasaan membentuk UU.

Fungsi anggaran mempertegas kedudukan DPR RI untuk

membahas, termasuk mengubah RAPBN dan menetapkan APBN yang

ditujukan bagi kesejahteraan rakyat. Kedudukan DPR RI dalam

Denny Kodrat | Laporan Kunjungan ke DPR RI 9

hal penetapan APBN menjadi sentral, oleh karena apabila DPR

RI tidak menyetujui RAPBN yang diusulkan Presiden,

Pemerintah menjalankan APBN tahun yang lalu. Sedangkan

fungsi pengawasan adalah fungsi DPR RI dalam melakukan

pengawasan terhadap pelaksanaan Undang-Undang, pelaksanaan

anggaran dan pelaksanaan kebijakan pemerintahan dan

pembangunan oleh Pemerintah. Penegasan fungsi dan hak DPR

RI serta hak Anggota dalam UUD RI Tahun 1945 sangat

mendukung pelaksanaan tugas DPR RI sesuai harapan dan

tuntutan rakyat.

A. Latar Belakang Pendidikan

Dari seluruh Anggota Dewan, 265 orang atau 47,7%

diantaranya berpendidikan S1, 194 orang atau 35,0%

berpendidikan S2, dan berpendidikan S3 sebanyak 43 orang

atau 7,7%. Dengan demikian, komposisi tingkat pendidikan

Anggota Dewan periode 2009-2014 memiliki kualifikasi yang

lebih baik dibanding periode sebelumnya. Untuk tingkatan

pendidikan lainnya, yaitu lulusan SMA dan sederajat

sebanyak 33 orang atau 5,9% dan lulusan diploma sebanyak 13

Denny Kodrat | Laporan Kunjungan ke DPR RI 1

orang atau 2,3%. Terdapat 7 orang Anggota Dewan yang tidak

menyebutkan pendidikan terakhir yang ditempuh. Secara garis

besar, Anggota Dewan berpendidikan S1 dan lebih tinggi

mendominasi komposisi menurut tingkat pendidikan.

B. Representasi Perempuan

Pada periode DPR RI 2009-2014 terdapat 98 orang

perempuan menjadi Anggota Dewan atau sekitar 17,7% dari

jumlah Anggota Dewan. Jika dibandingkan dengan periode

sebelumnya, di mana representasi perempuan masa itu hanya

11%, maka pada periode ini terjadi peningkatan partisipasi

perempuan di DPR RI. Hal tersebut dapat mengindikasikan

bahwasanya permasalahan kaum perempuan akan lebih

memperoleh perhatian. Namun jika dibandingkan dengan

proporsi penduduk Indonesia secara umum, maka representasi

perempuan pada lembaga perwakilan perlu ditingkatkan.

C. Domisili

Hampir separuh, yaitu 47,2% atau 262 orang Anggota

Dewan bertempat tinggal di Jakarta dan 116 orang atau 20,9%

bertempat tinggal wilayah Jawa Barat. Jika digabungkan,

Denny Kodrat | Laporan Kunjungan ke DPR RI 1

maka lebih dari 2/3 Anggota Dewan berasal dari Jakarta dan

Jawa Barat. Jika didasarkan tempat tinggal di wilayah

provinsi, maka 81,46% Anggota Dewan bertempat tinggal di

Pulau Jawa. Walaupun gambaran tersebut belum

mempertimbangkan tempat tinggal Anggota Dewan yang pada

periode sebelumnya telah menjabat sebagai Anggota DPR RI,

namun dapat mengindikasikan bahwasanya representasi Anggota

Dewan belum proporsional terhadap distribusi penduduk

Indonesia. Jika dibandingkan distribusi penduduk di

Indonesia, maka konsentrasi penduduk di Pulau Jawa tercatat

sekitar 55% dari penduduk Nasional. Oleh karenanya,

representasi berdasarkan tempat asal perlu lebih merata

untuk dapat menyerap aspirasi dari seluruh daerah di

Indonesia.

D. Pekerjaan Awal

Menurut data KPU, Anggota Dewan pada periode ini yang

berasal dari DPR RI periode sebelumnya adalah sekitar 165

orang atau 29,7%. Artinya, sekitar 70% Anggota Dewan

periode 2009-2014 adalah anggota baru. Diantara anggota

Denny Kodrat | Laporan Kunjungan ke DPR RI 1

baru tersebut, 183 atau 33% menyatakan pekerjaan awalnya

sebagai pegawai swasta, 13% adalah wirausahawan, dan 8%

merupakan PNS. Kelompok lain sebanyak 52 orang berprofesi

sebagai dokter, pimpinan pesantren, dan profesi lainnya.

E. Usia

Profil Anggota DPR RI dari komposisi kelompok umur sebagian

besar atau 41% berusia 41-50 tahun. Jika diasumsikan bahwa

Anggota Dewan menjalani karir politiknya sejak bergelar

sarjana, maka sebagian besar merupakan politisi kelompok

usia menengah. Sedang 38% Anggota lainnya berusia lebih

dari 50 tahun. Dengan demikian Anggota DPR RI didominasi

oleh politisi usia menengah dan dewasa.

F. Unsur Pendukung

Untuk mendukung kelancaran pelaksanaan tugas DPR RI

dibentuk Sekretariat Jenderal yang ditetapkan melalui

Peraturan Presiden No. 23 Tahun 2005 tentang Sekretariat

Jenderal Dewan Perwakilan Rakyat Republik Indonesia.

Denny Kodrat | Laporan Kunjungan ke DPR RI 1

Sekretariat Jenderal DPR RI adalah aparatur pemerintah yang

tugas dan fungsinya berada di bawah dan bertanggung jawab

langsung kepada Pimpinan DPR RI. Tugas Sekretariat Jenderal

DPR RI adalah menyelenggarakan dukungan teknis,

administratif dan keahlian kepada Dewan. Dukungan keahlian

Sekretariat Jenderal DPR RI disesuaikan dengan kebutuhan

pelaksanaan tugas DPR RI di bidang legislasi, anggaran, dan

pengawasan. Selama ini dukungan tersebut tercermin dari

kegiatan yang dilaksanakan kedeputian sesuai tugas dan

tanggung jawab masing-masing. Dukungan keahlian

dioptimalkan melalui berbagai jenis data dan informasi

pendukung sebagai bahan masukan dalam rapat-rapat AKD,

kegiatan pengiriman tim kunjungan kerja DPR dan Anggota,

pengiriman delegasi ke berbagai forum internasional,

penerimaan dan penyaluran delegasi masyarakat, penanganan

surat-surat pengaduan, serta pendampingan dalam pembahasan

RUU dan kegiatan DPR lainnya, penyediaan bentuk bantuan

keahlian lainnya, dan penyediaan prasarana dan sarana untuk

menunjang pelaksanaan fungsi Dewan.

Denny Kodrat | Laporan Kunjungan ke DPR RI 1

Pada periode 2004-2009 Sekretariat Jenderal DPR RI

berupaya meningkatkan dukungan kepada pelaksanaan 3 (tiga)

fungsi Dewan; dalam pembahasan seluruh RUU dan membentuk

sistem unit pendukung yang secara khusus melakukan kegiatan

di bidang penyusunan RUU Usul Inisiatif DPR dengan

mengembangkan jabatan fungsional perancang UU. Dukungan

keahlian tersebut berupa penyusunan draft RUU dan naskah

akademik hingga uji material UU (judicial review) pada

persidangan MK. Sekretariat Jenderal DPR RI juga mengadakan

seminar, penelitian dan pengkajian, kunjungan ke daerah,

dan kerjasama dengan berbagai perguruan tinggi/universitas

dalam rangka penyusunan draft RUU dan naskah akademiknya.

Dalam proses pembahasan RUU, Sekretariat Jenderal DPR RI

memberikan dukungan fasilitas seluruh kegiatan DPR antara

lain: persiapan rapat, penyiapan data dan informasi,

penyusunan konsep kesimpulan dan notulensi rapat,

penggandaan dan distribusi hasil-hasil rapat, dan

sosialisasi RUU yang akan dibahas.

Denny Kodrat | Laporan Kunjungan ke DPR RI 1

Untuk memfasilitasi kegiatan Dewan di bidang anggaran,

Sekretariat Jenderal DPR RI memberikan dukungan teknis,

administratif dan keahlian kepada DPR RI, termasuk

koordinasi antar-unit kerja Sekretariat Jenderal DPR RI,

Sekretariat BURT, Sekretariat BANGGAR, dan instansi-

instansi pasangan kerja komisi-komisi terkait. Dukungan

juga dilakukan melalui kegiatan penelitian, pengkajian dan

analisis, pengumpulan data dan informasi bagi pembahasan

APBN, kegiatan pemantauan penggunaan dana perimbangan

keuangan antara pusat dan daerah, serta pengumpulan data

dan informasi dalam bentuk database BUMN dan perkembangan

APBN. Pada periode 2010-2014, Sekretariat Jenderal DPR RI

juga merintis pembentukan jabatan fungsional analis

anggaran , menyusun prosedur kerja koordinasi dengan unit

kerja lain atau Komisi terkait dalam rapat-rapat pembahasan

APBN.

Di bidang pengawasan, Sekretariat Jenderal DPR RI

mendukung pelaksanaan tugas DPR RI melalui raker, RDP, RDPU

dan berbagai pertemuan konsultasi. Di samping itu,

Denny Kodrat | Laporan Kunjungan ke DPR RI 1

Sekretariat Jenderal DPR RI juga membantu kegiatan DPR RI

dalam kunjungan lapangan dan kunjungan kerja ke berbagai

provinsi serta menyusun laporan yang akan dibahas dengan

Kementerian atau instansi terkait. Terkait peningkatan

kualitas pelayanan kepada DPR RI, Sekretariat Jenderal

berpartisipasi aktif dalam forum yang mewadahi para pejabat

Sekretariat Jenderal di tingkat regional dan internasional,

yaitu Association of Secretary

Jumlah PegawaiSekretariat

Jenderal DPR RINo.

Status Kepegawaian Jumlah (Orang)

1. Pegawai Negeri Sipil (termasuk 96 CPNS)

1443

2. Honorer Perumahan 523. Honorer Gedung dan

Tamu (Dungtam) 20

4. Honorer Pengamanan dan Pengendalian (Pamdal)

53

5. Tenaga Kontrak (outsource)

300

Jumlah 1868

Jumlah TenagaFungsionalSekretariat

Jenderal DPR RINo.

Penugasan Jumlah (Orang)

Denny Kodrat | Laporan Kunjungan ke DPR RI 1

1. Medis dan Paramedis 332. Arsiparis 193. Pustakawan 74. Pranata Komputer 185. Peneliti 816. Calon Perancang RUU 27

Jumlah 185

Jumlah TenagaAhli DPR RI

Periode 2009-2014 No.

Penugasan Jumlah (Orang)

1. Tenaga Ahli Anggota 5602. Tenaga Ahli AK Dewana. Komisi 60b. Badan 45c. Pimpinan 183. Fraksi 76

Jumlah 759

2.2. Visi dan Misi

Sesuai dengan kedudukan Rencana Strategis sebagai

pedoman antara untuk mengarahkan pencapaian tujuan jangka

panjang pelaksanaan tugas konstitusional Dewan Perwakilan

Rakyat RI, maka Rencana Strategis memuat Visi1 dan Misi2

jangka panjang sebagai landasan dalam menyiapkan arah

kebijakan 5 (lima) tahun ke depan. Visi DPR RI yang menjadi

acuan dalam penyusunan Rencana Strategis 2010 – 2014

adalah:

Denny Kodrat | Laporan Kunjungan ke DPR RI 1

Terwujudnya DPR RI sebagai Lembaga Perwakilan yang kredibel dalam

mengemban tanggung jawab mewujudkan masyarakat yang adil dan

makmur

Lembaga Perwakilan yang kredibel, merupakan nilai dasar dalam

pelaksanaan tanggungjawab perwakilan rakyat yang efektif,

akuntabel, transparan, aspiratif, responsif dan akomodatif.

Masyarakat adil dan makmur, merupakan tujuan ideal

pembangunan masyarakat madani yang berkualitas, sejahtera

lahir dan batin, dan demokratis dalam karsa dan karya

pembangunan Republik Indonesia.

Misi DPR RI pada hakekatnya merupakan upaya penjabaran Visi

DPR RI agar lebih fokus dan terarah dengan mempertimbangkan

kondisi dan perkembangan kebijakan, peraturan perundang-

undangan, tanggungjawab pokok, dan kelembagaan DPR RI yang

berlangsung selama ini.

Misi DPR RI merupakan landasan perumusan strategi,

kebijakan, dan program kelembagaan DPR RI, terutama dalam

kerangka sistem perencanaan jangka panjang, jangka menengah

Denny Kodrat | Laporan Kunjungan ke DPR RI 1

yang diwakili Rencana Strategis, dan rencana kerja tahunan.

Oleh karena itu, penetapan Misi DPR RI menjadi penting

untuk mengarahkan kegiatan selama lima tahun ke depan,

penetapan prioritas, dan menjaga keberlanjutan kegiatan DPR

RI.

Prinsip yang dianut dalam perumusan Misi DPR RI 2010 –

2014 adalah :

1) Visi DPR RI menjadi basis untuk perumusan Misi DPR RI

dan perumusan strategi dan kebijakan, program, dan

indikator kinerja program DPR RI.

2) Misi DPR RI mengacu kepada tuntutan kinerja pelaksanaan

tugas-tugas pokok

lembaga perwakilan.

3) Misi DPR RI mengakomodasikan potensi dan kendala secara

substantif yang

dihadapi lembaga perwakilan.

Dengan pertimbangan tersebut di atas, maka Misi DPR RI

dirumuskan menjadi :

Denny Kodrat | Laporan Kunjungan ke DPR RI 2

1. Mewujudkan penyelenggaraan fungsi legislasi yang efisien

dan efektif.

2. Mewujudkan penyelenggaraan fungsi penganggaran negara

yang akuntabel dan transparan.

3. Mewujudkan penyelenggaraan fungsi pengawasan yang

transparan dan efektif.

4. Mewujudkan kelembagaan DPR RI yang kuat, aspiratif, responsif dan

akomodatif

dengan pemaknaan sebagai berikut :

1. Mewujudkan penyelenggaraan fungsi legislasi yang

efisien dan efektif, yakni membangun dan memperkuat

tata kelola dalam pembentukan Undang-Undang melalui

pola dukungan yang profesional, cermat dan akurat.

2. Mewujudkan penyelenggaraan fungsi penganggaran negara

yang akuntabel dan transparan, yakni meningkatkan

akuntabilitas dan ketepatan alokasi anggaran negara

untuk sebesar-besarnya kemakmuran rakyat.

3. Mewujudkan penyelenggaraan fungsi pengawasan yang

transparan dan efektif, yakni membangun keterbukaan

Denny Kodrat | Laporan Kunjungan ke DPR RI 2

dan akses bagi masyarakat dalam pengawasan pelaksanaan

Undang-Undang, pemerintahan, penggunaan anggaran

pembangunan, dan kebijakan Pemerintah.

4. Mewujudkan kelembagaan DPR RI yang kuat, aspiratif,

responsif dan akomodatif, yakni membangun lembaga

perwakilan yang kuat dalam memperjuangkan aspirasi

masyarakat dan meningkatkan akses dalam penyerapan

aspirasi masyarakat melalui pola dukungan keahlian

serta prasarana dan sarana komunikasi yang lengkap,

akurat, dan menjangkau masyarakat.

2.3. Struktur Organisasi DPR Menurut UUD 1945 dan Sekretariat

Jenderal

Undang-undang Dasar 1945 hasil amandemen telah mengamanatkan

susunan struktur lembaga negara, dengan menambahkan lembaga

Denny Kodrat | Laporan Kunjungan ke DPR RI 2

Dewan Perwakilan Daerah (DPD), Mahkamah Konstitusi (MK) dan

Komisi Yudisial (KY), sebagaimana yang terlihat dalam gambar 2.1

berikut:

Sebagaimana yang nampak dalam gambar di atas, dapat terlihat

bahwa posisi DPR sejajar dengan lembaga kepresidenan, BPK, MPR,

DPD, MA, MK dan KY. Di dalam tubuh DPR sendiri terdapat fraksi-

fraksi dan komisi-komisi. Untuk menunjang kinerja DPR, maka

disediakanlah sekretariat jenderal yang dipimpin oleh pejabat

esalon I (sekretaris jenderal) bersama wakil, sebagaimana gambar

2.2 berikut ini.

Denny Kodrat | Laporan Kunjungan ke DPR RI 2

Sekretariat jenderal berfungsi untuk mendukung kinerja

anggota dewan. Sekretaris jenderal membawahi 9 biro dengan

tugas pokok dan fungsinya. Sumber daya manusia dalam

secretariat jenderal ini terdiri atas pegawai negeri sipil,

honor dan tenaga alih daya (outsourcing).

Denny Kodrat | Laporan Kunjungan ke DPR RI 2

BAB III. HASIL KUNJUNGAN

Beberapa topik yang dibahas dalam pertemuan dengan Ketua

DPR RI, Dr. Marzuki Alie adalah sebagai berikut. Pertama,

isu mengenai pengelolaan otonomi daerah yang penuh dengan

kesemrawutan. Dalam hal ini, Marzuki Alie menyatakan bahwa

otonomi daerah di Indonesia merupakan kebijakan yang hanya

ada di Indonesia, tidak ada contohnya di negara lain. Oleh

karenanya, adalah wajar apabila disebut sebagai otonomi

daerah setengah hati. Kebijakan otonomi daerah di bidang

pendidikan terlihat menjauh dari cita-cita awal semangat

otonomi daerah sendiri. Disparitas kualitas pendidikan yang

teramat tajam diantara setiap daerah, mengakibatkan

Denny Kodrat | Laporan Kunjungan ke DPR RI 2

pemerintah pusat tidak hanya memberikan standar-standar

minimal yang harus dicapai oleh satuan pendidikan, namun

juga sudah memberikan kebijakan yang praktis, padahal

kebijakan praktis dan operasional itu merupakan domain

kewenangan daerah.

Tidak hanya itu, kepala daerah yang dipilih oleh

rakyat, memainkan kekuasaan politisnya untuk menarik

pegawai negeri sipil (PNS) dan para guru untuk berkompetisi

secara politik. Wajar yang terjadi apabila PNS yang dekat

dengan sumbu kekuasaan akan cepat naik pangkat, maka

sebaliknya, bila PNS tidak ikut serta berkompetisi secara

politis, maka meski ia memiliki kemampuan yang unggul, ia

tidak akan menduduki tempat sesuai kemampuannya. Contoh

yang sangat jelas adalah fenomena ujian nasional (UN). Saat

nilai UN diklaim sebagai ukuran kesuksesan pembangunan,

maka kepala daerah akan menekan kepala dinas, kepala

sekolah dan guru. Ujung-ujungnya, disetiap level birokrasi

terjadi apa yang disebut sebagai “tujuan menghalalkan

segala cara” (The end justifies a mean). Tidak hanya itu,

Denny Kodrat | Laporan Kunjungan ke DPR RI 2

persebaran guru pun menjadi masalah tersendiri. Dalam

hitungan pusat, rasio guru dan siswa sudah ideal. Namun di

lapangan, daerah masih kekurangan guru. Ternyata ini

diakibatkan sebaran guru yang tidak merata, akibat tidak

tegasnya daerah dalam mendistribusikan sumber daya guru.

Masalah lainnya dalam otonomi daerah adalah disebabkan

rakyat dapat memilih langsung kepala daerahnya, maka yang

terjadi adalah kepemimpinan di pusat, provinsi dan daerah,

cenderung tidak sama, beragam. Konsekuensinya, mimpi

presiden, tidaklah sama dengan mimpi gubernur dan mimpi

walikota/bupati. Ini diakibatkan para pemimpin pusat dan

daerah ini berasal dari partai yang berbeda, yang menjadi

rival dalam pemilihan umum dan pemilihan kepala daerah.

Sehingga, visi Indonesia akan seperti apa nampak tidak

seragam dan sinergis. Beberapa hal yang patut

dipertimbangkan dalam mengatasi otonomi daerah ini adalah

dengan mendorong adanya revisi kajian undang-undang

pemerintah daerah. Selain itu, dalam konteks peningkatan

mutu pendidikan, Marzuki Alie mendorong adanya pembuatan

Denny Kodrat | Laporan Kunjungan ke DPR RI 2

standarisasi guru, untuk melengkapi kompetensi-kompetensi

minimal yang harus dimiliki guru.

Kedua, isu mengenai kepemimpinan. Marzuki Alie

mensyaratkan seorang pemimpin harus mengetahui persoalan

bangsa secara detail, tidak hanya melihat masalah dari

kulitnya. Marzuki Alie menyitir ASEAN Community 2015 yang

sama sekali tidak nampak direspons oleh kementerian

pendidikan dan kebudayaan, padahal ASEAN Community ini

sesungguhnya menjadi ancaman bagi warga Indonesia disaat

publik Indonesia tidak siap dalam menghadapi ASEAN

Community ini. Bisa dibayangkan, siswa-siswa Indonesia yang

tidak dilengkapi sertifikasi keahlian, akan dikalahkan oleh

siswa-siswa dari negara-negara tetangga yang tidak hanya

memiliki kemampuan keterampilan, tetapi juga dilengkapi

dengan sertifikasi.

Ketiga, Marzuki Alie mengkritisi kebijakan Menteri

Pendidikan dan Kebudayaan, Prof. Dr. M. Nuh, yang

dianggapnya terlalu kaku dan cenderung berorientasi kepada

perguruan tinggi negeri. Aturan mengenai penyelenggaraan

Denny Kodrat | Laporan Kunjungan ke DPR RI 2

pendidikan, sesungguhnya tidak lagi membedakan sekolah

negeri dan swasta. Keduanya adalah sama, tanpa

diskriminasi. Apalagi perguruan tinggi swasta yang

berjumlah sekitar 3100 ini menyumbang 80% dalam

penghitungan Indeks Pembangunan Manusia, sisanya 93 PTN

hanya menyumbang 20% saja. Mendikbud seringkali membuat

kebijakan yang berkiblat kepada perguruan tinggi negeri,

tidak mampu mengubah mindset bahwa negara seharusnya

mendukung masyarakat yang mendirikan sekolah atau perguruan

tinggi. Misalnya, peraturan menteri yang membatasi usia

dosen tetap non pns (dosen tetap yayasan) di usia 50 tahun,

yang menutup kemungkinan dosen-dosen pns saat pensiun

bekerja sebagai dosen tetap di swasta. Padahal pengalaman

para dosen yang senior ini sangat membantu bagi perguruan

tinggi swasta, meski mereka sudah pensiun. Dengan kata

lain, birokrasi Indonesia ini masih menjalankan tugasnya

berdasarkan kebiasaan, bukan berdasarkan hukum. Oleh

karenanya, perlu suatu saat, menteri pendidikan dan

kebudayaan ini diangkat dari dosen perguruan tinggi swasta.

Denny Kodrat | Laporan Kunjungan ke DPR RI 2

Ketiga, isu mengenai Kementerian Riset dan Teknologi

yang diberi wewenang untuk menjalankan perguruan tinggi,

Marzuki Alie menyebutkan bahwa setiap perubahan nomenklatur

kementerian beserta tugas pokok dan fungsinya, harus

sepersetujuan dewan, dengan mekanisme rapat-rapat komisi

dan disahkan dalam rapat paripurna. Sebagai contoh, saat

terjadi reshuffle kabinet dan perubahan beberapa nomenklatur

kementerian, seperti pariwisata dan industri kreatif,

pendidikan dan kebudayaan, SBY segera menghubungi ketua DPR

untuk diminta persetujuannya. Disebabkan pengumuman reshuffle

ini akan segera disampaikan kepada rakyat besok harinya,

maka dewan melakukan rapat secara marathon, hingga kemudian

persetujuan dari dewan dapat dikeluarkan. Oleh karenanya,

wacana mengenai pemindahan wewenang pengelolaan dan

tanggung jawab pendidikan tinggi dari Kementerian

Pendidikan dan Kebudayaan, dalam hal ini Direktrorat

Pendidikan Tinggi, ke Kementerian Riset dan Teknologi,

sejauh ini tidak diwacanakan oleh eksekutif kepada

legislatif. Sehingga nampaknya, hal ini tidak akan terjadi.

Denny Kodrat | Laporan Kunjungan ke DPR RI 3

Pada bagian akhir, Marzukie Alie menyatakan bahwa

sebagai pemimpin yang negarawan, kesesuaian antara

kebijakan dan fakta yang terjadi di lapangan sangatlah

penting, apalagi Indonesia memiliki sejumlah potensi

masalah yang membutuhkan pemikiran dan pertimbangan yang

mendalam untuk memecahkannya.

BAB IV. PENUTUP

Pada bagian ini akan dikemukakan kesimpulan dan rekomendasi

hasil kunjungan ke DPR RI.

4.1 Kesimpulan

Berdasarkan hasil pertemuan dengan Ketua DPR RI, Dr.

Marzuki Alie, dapat dikemukakan beberapa kesimpulan sebagai

berikut.

1. Kebijakan otonomi daerah yang dikeluarkan pada tahun

1999 masih jauh dari apa yang dicita-citakan,

khususnya dalam bidang kebijakan pendidikan.

Denny Kodrat | Laporan Kunjungan ke DPR RI 3

2. Pemerintah selaku pembuat dan pelaksana kebijakan

seharusnya bersikap adil, tidak diskriminatif,

terhadap perguruan tinggi swasta yang bersama-sama

berkontribusi mewujudkan amanah konstitusi dalam

mencerdaskan kehidupan bangsa.

3. Pemerintah seharusnya memiliki visi yang sama baik

dari pusat hingga ke daerah, terlebih lagi dalam

merespons ASEAN-China Community pada tahun 2015

mendatang.

4. Pemerintah bersama-sama dewan melakukan fungsi dan

kewenangannya untuk tujuan menciptakan masyarakat yang

berkeadilan di segala aspek kehidupan.

4.2 Rekomendasi

Adapun rekomendasi terkait dengan tindak lanjut kunjungan

ini adalah sebagai berikut.

1. Kegiatan kunjungan yang serupa perlu dilakukan kepada

kementerian pendidikan dan kebudayaan atau direktorat

Denny Kodrat | Laporan Kunjungan ke DPR RI 3

jenderal (pejabat esalon I) sebagai sarana memberikan

gagasan hasil kajian kebijakan publik dalam pendidikan

mahasiswa program S-3 Ilmu pendidikan.

2. Hasil kunjungan ini bisa dijadikan sebagai referensi

dan bahan untuk penelitian desertasi mahasiswa yang

tertarik dalam kajian kebijakan publik, manajemen

birokrasi pendidikan.

Denny Kodrat | Laporan Kunjungan ke DPR RI 3