DAMPAK INVESTASI SEKTOR PERTANIAN TERHADAP PEREKONOMIAN SUMATERA UTARA (PENDEKATAN ANALISIS INPUT...

149
DAMPAK INVESTASI SEKTOR PERTANIAN TERHADAP PEREKONOMIAN SUMATERA UTARA (PENDEKATAN ANALISIS INPUT -OUTPUT) TESIS Oleh DESI NOVITA 077018031/EP SEKOLAH PASCASARJANA UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN 2009

Transcript of DAMPAK INVESTASI SEKTOR PERTANIAN TERHADAP PEREKONOMIAN SUMATERA UTARA (PENDEKATAN ANALISIS INPUT...

DAMPAK INVESTASI SEKTOR PERTANIAN

TERHADAP PEREKONOMIAN SUMATERA UTARA

(PENDEKATAN ANALISIS INPUT -OUTPUT)

TESIS

Oleh

DESI NOVITA

077018031/EP

SEKOLAH PASCASARJANA

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN

2009

DAMPAK INVESTASI SEKTOR PERTANIAN

TERHADAP PEREKONOMIAN SUMATERA UTARA

(PENDEKATAN ANALISIS INPUT -OUTPUT)

TESIS

Diajukan sebagai salah satu syaratuntuk Memperoleh Gelar Magister Sains

dalam Program Studi Magister Ekonomi Pembangunanpada Sekolah Pascasarjana Universitas Sumatera Utara

DESI NOVITA

077018031/EP

SEKOLAH PASCASARJANA

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN

2009

Judul Tesis : DAMPAK INVESTASI SEKTOR PERTANIANTERHADAP PEREKONOMIAN SUMATERAUTARA ( PENDEKATAN ANALISIS INPUT -OUTPUT)

Nama Mahasiswa : Desi NovitaNomor Pokok : 077018031Program Studi : Ekonomi Pembangunan

Menyetujui

Komisi Pembimbing

(Dr. Rahmanta, M.Si.) (Kasyful Mahalli, S.E,M.Si.) Ketua A nggota

Ketua Program Studi Direktur

( Dr.Murni Daulay,M.Si.) (Prof.Dr.Ir. T. Chairun Nisa B, M.Sc. )

Tanggal lulus : 18 Juni 2009

Telah diuji pada

Tanggal : 18 Juni 2009

PANITIA PENGUJI TESIS

Ketua : Dr. Rahmanta, M.Si.Anggota : 1. Kasyful Mahalli, S.E., M.Si.

2. Dr. Murni Daulay, M.Si. 3. Irsyad Lubis, M.Soc.Sc, Ph.D

4. Drs. Rujiman, M.A.

ABSTRAK

Tujuan penelitian ini adalah untuk (1) menganalisis peranan sektor pertanianterhadap perkenomian daerah dalam pembentukan struktur permintaan danpenawaran, konsumsi, ekspor-impor, investasi, nilai tambah, dan output sektoral, (2)menganalisis tingkat keterkaitan ke depan dan ke belakang sektor pertanian dengansektor ekonomi lainnya, (3) menentukan sektor dalam pertanian yang termasuk dalamsektor kunci pada perekonomian Sumatera Utara, (4)menganalisis dampak investasisektor pertanian terhadap pembentukan output, pendapatan, dan tenaga kerja, serta (5)menganalisis dampak perubahan investasi sektor pertanian terhadap pembentukoutput, pendapatan, dan tenaga kerja di Sumatera Utara.

Data dalam penelitian ini adalah data Input -Output Propinsi Sumatera UtaraTahun 2007 Atasa Dasar Harga Produsen yang di Updating dengan Metode RAS.Data tersebut diolah dan diperoleh dari Badan Pusat Statistik (BPS) Sumatera Utara.Data dianalisis dengan menggunakan analisis kontribusi ( share), analisis keterkaitan,analisis indeks daya penyebaran dan derajat kepekaan, serta analisis dampak yangberdasarkan konsep analisis input -output.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa p eranan sektor pertanian dalamperekonomian Sumatera utara dalam pembentukan struktur perekonom ian meliputipembentukan struktur permintaan dan penawaran (16,15%), struktur konsumsiRumaha Tangga (15,32%), struktur eksp or (4,94%), struktur Impor (2,11%), strukturPenanaman Modal Tetap Bruto (0,22%), struktur perbahan Stok (12,19%) ataustruktur investasi (0.89%), struktur Nilai Tambah (26,69%), dan struktur Output (16,15%). Sektor Coklat, Karet, dan kelapa Sawit meru pakan sektor yang memilikiKeterkaitan Langsung Ke Depan dan Keterkaitan Langsung dan tidak Langsung KeDepan terbesar diantara sektor lainnya dalam pertanian. Disisi lain, Sektor Unggas,karet, dan sektor Perikanan merupakan sektor yang memiliki keterkaitan langsung KeBelakang dan keterkaitan langsung dan tidak langsung Ke Belakang terbesar diantarasektor lainnya dalam pertanian . Seluruh sektor yang terdapat dalam bidang pertaniantidak termasuk ke dalam sektor kunci (Sektor dengan Prioritas I) melainkan masukdalam Prioritas II yakni sektor karet, Coklat dan Kelapa Sawit .Dampak investasisektor pertanian terbesar terhadap pembentukan o utput adalah sektor Unggas danPeternakan Lainnya. Dampak investasi sektor pertanian terbesar terhadappembentukan pendapatan adalah sektor Karet, serta terhadap pembentukan tenagakerja terbesar terjadi pada sektor Kelapa Sawit. Dengan melakukan beberapa simulasiterhadap perubahan investasi sektor pertanian terlihat bahwa simulasi realokasiinvestasi sebesar 10% dari sektor bangunan ke sektor pertanian mampu menciptakankontribusi terbesar bagi sektor pertanian terhadap pembentukan output, pendapatan,dan tenaga kerja bagi perekonomian Sumatera Utara.

Keywords : Input-Output, Pertanian, Kontribusi, Keterkaitan,Dampak Investasi

ABSTRACT

This research objective are (1) to analyze the contribution of agriculturesector on regional economy specially in the construction of demand and supply,consumption, export-import, investment, value added, and sectoral output structure,(2) to analyze the forward and backward linkage between agriculture sector ad othereconomy sector, (3) to find the key sector in the ag riculture sector in the NorthSumatera region, (4) to analyze the impact of invesment in agriculture sector on theconstruction of output, income and labor, (5) to analyze the impact of chanceinvestment in the agriculture sector on the construction of the output, income, andlabor in the North Sumatera economy.

Data of this research is Input -Output Data in North Sumatera for 2007, thatbased on the producer price index updated with the RAS Method. The data is takenfrom Badan Pusat Statistik (BPS) fo Nort h Sumatera province.

The result of this research show the contribution of agriculture sectoral in theconstruction of economic structure include the demand and supply (16,15%),household consumption (15,32%), export (4,94%), import (2,11%), PMTB (0,22%),Residual Stock (12,19%), or investment (0,89%), value added (26,69%), and outputstructure (16,15%). Cocoa, rubber and palm sectors are the sector that have thehighest direct forward linkage and total forward linkage among other agriculturesector. In other side, birds, rubber and fishery sectors are the sectors that have thehighest direct backward linkage and total backward linkage among of the agriculturesector.All sector in agriculture sector is not include in first priority sector but includein the second priority sector. The investment of agriculture sector have the greatestimpact on output construction is birds sector. The investment of agriculture sectorhave greatest impact on income construction is rubber sector. And the investment ofagriculture secotr harve greatest impact on labor construction is palm sector. Withmany simulation that have done, it can be concluded the investment realocation fromconstruction sector to agriculture sector can make optimum contribute of agricultuersector on the construction output, income, and labor in the North Sumatera Economy.

Keywords : Input-Output, Agriculture, Contribution , Linkage, Impact of Investment

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis panjatkan ke hadirat Allah S WT yang terlah

melimpahkan rahmat dan hidayah-Nya sehingga penulis berhasil menyelesaikan tesis

yang berjudul ”Dampak Investasi Sektor pertanian terhadap Perekonomian

Sumatera Utara ( Pendekatan Analisis Input -Output)”. Tak lupa pula shalawat

dan salam penulis tujukan kepada Nabi Besar Muhammad SAW yang telah berjuang

membawa umat manusia kepada fitrah yang benar dan jalan yang diridhoi -Nya.

Tesis ini disusun untuk memenuhi salah satu syarat untuk meraih gelas Master

pada Sekolah Pascasarjana Magister Ekonomi Pembangunan Universi tas Sumatera

Utara. Dengan selesainya penulisan tesis ini, penulis mengucapkan terima kasih yang

sebesar-besarnya kepada Ibunda Delisar dan Ayahanda Jasrul Saleh yang telah

mendidik dan membesarkan penulis dengan kasih sayang yang tiada hingga.

Demikian juga kepada suami tercinta, Chairil Nazardi Sitompul, yang telah

memberikan dukungan dan motivasi yang begitu besar, serta ananda Fayza Hilwatu

Naura Sitompul yang menjadi motivator bagi penulis.

Dalam kesempatan ini penulis menyampaikan terimah kasih yang sebesar-

besarnya kepada Bapak Dr. Rahmanta, M.Si, selaku ketua komisi pembimbing yang

telah memberikan begitu banyak sumbangan tenaga, waktu dan pikirin bagi penulis

dalam penyusunan tesis ini. Terima kasih tak terhingga juga penulis sampaikan

kepada Bapak Kasyful Mahalli, S.E, M.Si. selaku anggota komisi pembimbing yang

yang telah memberikan ber ikan berbagai saran dan masukan serta kemudahan

kepada penulis dalam menyelesaikan tesis ini. Demikian pula ucapan terima kasih

kepada semua pihak yang telah memba ntu memberikan berbagai bentuk kontribusi

bagi penulis, khususnya :

1. Bapak Prof. Chairuddin P. Lubis, D.M.T.&H., Sp.A (K). Selaku Rektor

Universitas Sumatera Utara

2. Ibu Prof. Dr. Ir. T. Chairun Nisa B, M.Sc. selaku Direktur Sekolah

Pascasarjana Universitas Sumatera Utara

3. Ibu Dr. Murni Daulay, M.Si. selaku Ketua Program Studi Magister Ekonomi

Pembangunan Universitas Sumatera Utara sekaligus pemband ing/ penguji

bagi tesis peneliti

4. Bapak Irsyad Lubis, M.Soc.Sc.Ph.D. dan Drs. Rujiman,M.A. selaku dosen

pembanding dan dosen penguji bagi tesis peneliti

5. Bapak/Ibu dosen yang telah menyumbangkan ilmunya., semoga berguna bagi

penulis dan amal ibadahnya diterima oleh Allah SWT

6. Bapak /Ibu Mertua, Nasrun Sitompul dan Munizar Malay, yang selalu

mendukung dan mendoakan peneli ti dalam menyelesaikan tesis ini

7. Rekan-rekan Mahasiswa Program Studi Magister Ekonomi Pembangunan

angkatan 13 yang telah memberi warna dan pelajaran dalam kehidupan

penulis selama di kampus

8. Semua pihak yang tidak bisa disebutkan satu persatu, semoga Allah membalas

kebaikan dengan berlipat ganda

Medan, Juni 2009

Penulis

Desi Novita

RIWAYAT HIDUP

Nama : Desi Novita

Tempat/ Tanggal Lahir : Medan / 2 November 1980

Alamat : Jl. Karya Sastra no.45 Psr X Tembung

Pekerjaan : PNS

Status : Menikah, 1 anak

Nama Suami : Chairil Nazardi Sitompul

Nama Anak : Fayza Hilwatu Naura Sitompul

Nama Orang Tua

Ayah : Jasrul saleh

Ibu : Delisar

Nama Mertua

Ayah : Nasrun Sitompul

Ibu : Munizar Malay

Riwayat Pendidikan : 1.SDN 101767 Tembung

2.SMP Negeri 1 Tembung

3.SMU N 1 Medan

4.Program Studi Manajemen Agribisnis, Institut

Pertanian Bogor (IPB)

DAFTAR ISI

Halaman

ABSTRAK ................................ ................................ ................................ . i

ABSTRACT ................................ ................................ ................................ ii

KATA PENGANTAR ................................ ................................ ............... iii

RIWAYAT HIDUP ................................ ................................ ................... v

DAFTAR ISI................................ ................................ .............................. vi

DAFTAR TABEL ................................ ................................ ..................... x

DAFTAR GAMBAR ................................ ................................ ................. xiii

DAFTAR LAMPIRAN ................................ ................................ ............. xiv

BAB I. PENDAHULUAN ................................ ................................ .............. 1

1.1. Latar Belakang ................................ ................................ ..................... 1

1.2. Perumusan Masalah ................................ ................................ ............. 8

1.3. Tujuan Penelitian ................................ ................................ ................. 9

1.4. Manfaat Penelitian ................................ ................................ ............... 10

BAB II. TINJAUAN PUSTAKA................................ ................................ ... 11

2.1. Investasi ................................ ................................ .............................. 11

2.2. Sektor Pertanian ................................ ................................ .................. 17

2.2.1. Keterkaitan dalam Sektor Pertanian ................................ ......... 21

2.3. Investasi di Sektor Pertanian ................................ ............................... 22

2.4. Analisis Input-Output................................ ................................ .......... 25

2.4.1. Manfaat/Kegunaan Analisis Input-Output ............................... 26

2.4.2. Tabel Dasar Transaksi dalam Metode Input -Output ................ 27

2.5. Penelitian Terdahulu ................................ ................................ .......... 29

2.6. Kerangka Pemikiran ................................ ................................ ............ 32

2.7. Hipotesis Penelitian................................ ................................ ............. 34

BAB III. METODE PENELITIAN ................................ .............................. 35

3.1. Tempat Penelitian................................ ................................ .............. 35

3.2. Jenis dan Sumber Data ................................ ................................ ....... 35

3.3. Metode Analisa Data ................................ ................................ .......... 35

3.3.1. Metode RAS ................................ ................................ ............. 36

3.3.2. Analisa Kontribusi ................................ ................................ ... 37

3.3.3. Indeks Keterkaitan ................................ ................................ ... 38

3.3.4. Analisis Penentuan sektor/Subsektor Kunci (Prioritas) ........... 40

3.3.5. Dampak Investasi ................................ ................................ ..... 42

3.3.6. Analisis Simulasi ................................ ................................ ...... 43

3.4. Definisi Variabel Operasional Penelitian................................ ........... 44

BAB IV. DESKRIPSI DAERAH PENELITIAN ................................ ........ 46

4.1. Gambaran Umum Wilayah Sumatera Utara ................................ ....... 46

4.2. Penduduk dan Tenaga Kerja Propinsi Sumatera Utara ....................... 47

4.3. Kondisi Sektor Pertanian Propinsi Sumatera Utara ............................ 49

BAB V. HASIL DAN PEMBAHASAN ................................ ........................ 52

5.1. Peranan Sektor Pertanian terhadap Pembentukan Struktur Perekonomian Sumatera Utara................................ ............................. 52

5.1.1. Struktur Permintaan dan Penawaran ................................ .......... 52

5.1.2. Struktur Konsumsi ................................ ................................ ..... 59

5.1.3. Struktur Ekspor -Impor ................................ ............................... 62

5.1.4. Struktur Investasi ................................ ................................ ....... 65

5.1.5. Struktur Nilai Tambah ................................ ............................... 67

5.1.6. Struktur Output ................................ ................................ .......... 69

5.2. Keterkaitan Sektor Pertanian dengan Sektor -sektor Ekonomi Lainnya 72

5.2.1. Analisis Keterkaitan Ke Depan ................................ .................. 73

5.2.2. Analisis Keterkaitan Ke Belakang ................................ ............. 77

5.3. Analisis Indeks Daya Penyebaran (Pd) dan Indeks DerajatKepekaan(Ps) ................................ ................................ ....................... 81

5.3.1. Indeks Daya Penyebaran (Pd) ................................ .................... 82

5.3.2. Indeks Derajat Kepekaan (Ds) ................................ ................... 84

5.4. Penentuan Sektor Kunci (Key Sector) dalam Perekonomian Sumatera Utara ................................ ................................ ..................... 86

5.5. Dampak Investasi Sektor Pertanian terhadap Pembentukan Output, Pendapatan, dan Tenaga Kerja ................................ ............................. 91

5.5.1. Dampak Investasi Sektor Padi ................................ .................... 91

5.5.2. Dampak Investasi Sektor Jagung ................................ ................ 93

5.5.3. Dampak Investasi Sektor Tanaman Bahan Makanan Lainnya ... 94

5.5.4. Dampak Investasi Sektor Karet ................................ ................... 96

5.5.5. Dampak Investasi Sektor Coklat ................................ ................. 98

5.5.6. Dampak Investasi Sektor Kelapa ................................ ................ 100

5.5.7. Dampak Investasi Sektor Kelapa Sawit ................................ ...... 102

5.5.8. Dampak Investasi Sektor Kopi................................ .................... 104

5.5.9. Dampak Investasi Sektor Tanaman Perkebunan Lainnya ........... 106

5.5.10.Dampak Investasi S ektor Ternak dan Lainnya .......................... 108

5.5.11.Dampak Investasi Sektor Unggas dan Peternakan Lain nya....... 109

5.5.12.Dampak Investasi Sektor Perikanan................................ ........... 111

5.6. Dampak Perubahan Investasi Sektor Pertanian terhadap PembentukanOutput, Pendapatan, dan Tenaga Kerja ................................ ................ 117

5.6.1. Dampak Perubahan Investasi Sektor Pertanian terhadap Pembentukan Output Sektoral ................................ .................. 117

5.6.2. Dampak Perubahan Investasi Sektor Pertanian terhadap Pembentukan Pendapatan Sektoral ................................ ............ 120

5.6.3. Dampak Perubahan Investasi Sektor Pertanian terhadap

Pembentukan Tenaga Kerja Sektoral ................................ ......... 121

BAB VI. KESIMPULAN DAN SARAN................................ ....................... 124

6.1. Kesimpulan ................................ ................................ ......................... 124

6.2. Saran................................ ................................ ................................ .... 125

DAFTAR PUSTAKA ................................ ................................ ..................... 127

DAFTAR TABEL

Nomor Judul Halaman

1.1. Nilai Investasi PMDN Indonesia Menurut Sektor (Milyar Rp) ............. 3

1.2. Nilai Investasi PMA Indonesia Menurut Sektor (000 US $) ................. 4

1.3. Distribusi PDRB Sumatera Utara Atas Dasar harga Konstan ................ 5

1.4. Laju Pertumbuhan PDRB Sumatera Utara Atas Dasar Harga Kosntan . 6

1.5. Alokasi Tenaga Kerja Berdasarkan sektor Ekonomi 2003-2006........... 7

2.1. Format Dasar Tabel Transaksi Input -Output ................................ ......... 28

3.1. Kriteria Penentuan Peringkat Sektor Kunci/Prioritas ............................ 40

5.1. Struktur Permintaan dalam Perekonomian propinsi Sumatera Utara Tahun 2007 (Juta Rp)................................ ................................ ............. 55

5.2. Struktur Penawaran dalam Perekonomian propinsi Sumatera UtaraTahun 2007 (Juta Rp)................................ ................................ ............. 58

5.3. Struktur Konsumsi dalam Perekonomian propinsi Sumatera Utara Tahun 2007 (Juta Rp)................................ ................................ ............. 61

5.4. Struktur ekspor – Impor dalam Perekonomian propinsi SumateraUtara Tahun 2007 (Juta Rp) ................................ ................................ ... 64

5.5. Struktur Investasi dalam Perekonomian propinsi SumateraUtara Tahun 2007 (Juta Rp) ................................ ................................ ... 66

5.6. Struktur Nilai Tambah dalam Perekonomian propinsi SumateraUtara Tahun 2007 (Juta Rp) ................................ ................................ ... 68

5.7. Struktur Output dalam Perekonomian propinsi SumateraUtara Tahun 2007 (Juta Rp) ................................ ................................ ... 71

5.8. Nilai Keterkaitan Langsung Ke Depan Klasifikasi 25 Sektor ............... 74

5.9. Nilai Keterkaitan Langsung dan Tidak Langsung Ke DepanKlasifikasi 25 Sektor Tahun 2007................................ .......................... 76

5.10.Nilai Keterkaitan Langsung Ke Belakang Klasifikasi 25 Sektor Tahun 2007 ................................ ................................ ........................... 78

5.11.Nilai Keterkaitan Langsung dan Ti dak Langsung Ke Belakang Klasifikasi 25 Sektor Tahun 2007 ................................ ......................... 80

5.12. Indeks Daya Penyebaran dalam Perekonomian propinsi SumateraUtara Tahun 2007................................ ................................ ................. 83

5.13. Indeks Derajat Kepekaan dalam Perekonomian propinsi SumateraUtara Tahun 2007................................ ................................ ................. 85

5.14. Peringkat prioritas Sektor Kunci dalam Perekonomian propinsiSumatera Utara Tahun 2007................................ ................................ . 88

5.15. Dampak Investasi Sektor Padi Sebesar Rp 3.466 juta terhadap Pembetukan Output, Pendapatan, dan Tenaga Kerja Tahun 2007 ....... 92

5.16. Dampak Investasi Sektor Jagung Sebesar Rp 383 juta terhadap Pembetukan Output, Pendapatan, dan Tenaga Kerja Tahun 2007 ....... 94

5.17. Dampak Investasi Sektor Tanaman Bahan Makanan SebesarRp 12 juta terhadap Pembetukan Output, Pendapatan, danTenaga Kerja Tahun 2007 ................................ ................................ .... 95

5.18. Dampak Investasi Sektor Karet Sebesar Rp 78.183 juta terhadapPembetukan Output, Pendapatan, dan Tenaga Kerja Tahun 2007 ....... 97

5.19. Dampak Investasi Sektor Coklat Sebesar Rp 32 juta terhadapPembetukan Output, Pendapatan, dan Tenaga Kerja Tahun 2007 ....... 99

5.20. Dampak Investasi Sektor Kelapa Sebesar Rp 38 juta terhadapPembetukan Output, Pendapatan, dan Tenaga Kerja Tahun 2007 ....... 101

5.21. Dampak Investasi Sektor Kelapa Sawit Sebesar Rp 141.837 jutaterhadap Pembetukan Output, Pendapatan, dan Tenaga KerjaTahun 2007 ................................ ................................ .......................... 103

5.22. Dampak Investasi Sektor Kopi Sebesar Rp 99 juta terhadapPembetukan Output, Pendapatan, dan Tenaga Kerja Tahun 2007 ....... 105

5.23. Dampak Investasi Tanaman Perkebunan Lainnya Sebesar Rp 10 juta terhadap Pembetukan Output, Pendapatan, dan Tenaga Kerja

Tahun 2007 ................................ ................................ .......................... 1075.24. Dampak Investasi Sektor Ternak dan Hasilnya Sebesar Rp 65.586

juta terhadap Pembetukan Output, Pendapatan, dan Tenaga KerjaTahun 2007 ................................ ................................ .......................... 109

5.25. Dampak Investasi Sektor Unggas dan Peternakan Lai nnya SebesarRp 495 juta terhadap Pembetukan Output, Pendapatan, danTenaga Kerja Tahun 2007 ................................ ................................ .... 111

5.26. Dampak Investasi Sektor Perikanan Sebesar Rp 343juta terhadapPembetukan Output, Pendapatan, dan Tenaga Kerja Tahun 2007 ....... 112

5.27. Dampak Investasi Sektor Pertanian terhadap Pembentukan Output .... 113

5.28. Dampak Investasi Sektor Pertanian terhadap PembentukanPendapatan ................................ ................................ .......................... 115

5.29. Dampak Investasi Sektor Pertanian terhadap Pembentukan Tenaga Kerja ................................ ................................ ........................ 116

5.30. Dampak Perubahan Investasi terhadap Pembentukan Output Sektoral (%) ................................ ................................ ........................ 119

5.31. Dampak Perubahan Investasi terhadap Pembentukan Pendapatan Sektoral (%) ................................ ................................ ........................ 121

5.32. Dampak Perubahan Investasi terhadap Pembentukan Tenaga Kerja Sektoral (%) ................................ ................................ ........................ 123

DAFTAR GAMBAR

Nomor Judul Halaman

2.1. Kurva Permintaan Investasi ................................ ................................ ... 14

2.2. Keterkaitan Sektor Pertanian dalam Perekonomian Nasional ............... 22

2.3. Kerangka Pemikiran ................................ ................................ ............... 33

4.1. Perkembangan Jumlah Penduduk Sumatera Utara ................................ 48

5.1. Nilai Keterkaitan Langsung dan Tidak Langsung Ke Depan ................ 77

5.2. Nilai Keterkaitan Langsung dan Tidak Langsung Ke Belakang ............ 81

5.3. Posisi Masing-Masing Sektor Berdasarkan Prioritas sektoral ............... 90

5.4. Dampak Investasi Sektor Pertanian t erhadap Pembentukan Output ...... 114

5.5. Dampak Investasi Sektor Pertanian terh adap Pembentukan Pendapatn 115

5.6. Dampak Investasi Sektor Pertanian terhadap Pembentukan Tenaga Kerja ................................ ................................ .......................... 117

5.7. Dampak Perubahan Investasi Sektor Pertanian terhadap Pembentukan Output, Pendapatan, dan Tenaga Kerja ................................ .................. 122

DAFTAR LAMPIRAN

Nomor Judul Halaman

1. Agregasi Klasifikasi Sektoral ................................ ................................ .... 130

2. Tabel Input-Output Propinsi Sumatera Utara Tahun 2007 Atas Dasar Harga Produsen (Updating) ................................ ................................ ...... 132

3. Agregasi Tabel Input-Output Tahun 2007 (25x25) ................................ ... 138

4. Koefisien Input Atas Dasar Harga Produsen (25x25)................................ 144

5. Matriks Koefisien Input (A) Sektor Produksi ................................ ............ 148

6. Matriks I-A Sektor Produksi ................................ ................................ ...... 149

7. Matriks Kebalikan (I – A)`................................ ................................ ......... 150

8. Matriks Koefisien Teknik Tenaga Kerja (Wj=tenaga kerja/input) ............ 151

9. Dampak Investasi Sektor Pertanian terhadap Output Sektoral .................. 152

10. Dampak Investasi terhadap Pembentukan Pendapatan Berdasarkan Tahun Dasar 2007 ................................ ................................ ..................... 153

11. Dampak Investasi sektor Pertanian terh adap Pembentukan Lapangan Kerja Berdasarkan Tahun Dasar 2007 ................................ ...... 154

12. Dampak berdasarkan Nilai Dasar................................ .............................. 155

13. Dampak berdasarkan Simulasi 1 (Realokasi 10% dari sektor Industri) .... 156

14. Dampak berdasarkan Simulasi 2 (Realokasi 10% dari sektor Bangunan ) 157

15. Dampak berdasarkan Simulasi 3 (Injeksi 10% terhadap sektor Pertanian) ................................ ................................ ................................ .. 158

16. Dampak berdasarkan Simulasi 4 (Injeksi 10% terhadap sektor Tanaman Pangan)................................ ................................ ...................... 159

17. Dampak berdasarkan Simulasi 5 (Injeksi 10% terhadap sektor Perkebunan)................................ ................................ ................................ 160

18. Dampak berdasarkan Simulasi 6 (Injeksi 10% terhadap sektor Peternakan)................................ ................................ ................................ . 161

19. Dampak berdasarkan Simulasi 7 (Injeksi 10% terhadap sektorKehutanan) ................................ ................................ ................................ . 162

20. Dampak berdasarkan Simulasi 8 (Injeksi 10% terhadap sektor Perikanan) ................................ ................................ ................................ .. 163

21. Dampak berdasarkan Simulasi 9 (Injeksi 50% terhadap sektorPertanian) ................................ ................................ ................................ ... 164

BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Pembentukan dan pengumpulan modal atau investasi dipandang sebagai salah

satu faktor dan sekaligus faktor utama di dalam pembangunan ekonomi. Hal ini

disebabkan pembentukan modal akan membawa kepada pemanfaatan penu h sumber-

sumber yang ada. Sehingga dengan pembentukan modal akan menghasilkan kenaikan

besarnya output nasional. Investasi tidak saja hanya meningkatkan output nasional

tetapi juga kesempatan kerja. Pembentukan modal akan menghasilkan kemajuan

teknik yang menunjang tercapainya ekonomi produksi skala luas dan meningkatkan

spesialisasi. Pembentukan modal memberikan mesin, alat, dan perlengkapan bagi

tenaga kerja yang semakin meningkat. Selain itu, pembentukan modal juga akan

mempengaruhi kesejahteraan ekonomi suatu bangsa. Ia akan membantu memenuhi

segala sesuatu yang dibutuhkan oleh penduduk yang jumlahnya semakin meningkat.

Dengan demikian investasi menyebabkan penggunaan sumber daya alam secara tepat,

pendirian berbagai macam jenis industri, maka memberikan kesempatan kerja,

standar hidup meningkat yang akhirnya berdampak pada kesejahteraan ekonomi.

Indonesia, sebagai salah satu negara berkembang dengan sektor pertanian

sebagai sumber mata pencaharian utama dari penduduknya. Kenyataan yang terjadi

bahwa sebagian besar lahan di wilayah Indonesia diperuntukkan sebagai lahan

pertanian dan hampir 50% dari total angkatan kerja masih menggantungkan nasibnya

bekerja di sektor pertanian (Dillon, 2004). Selain itu, sektor pertanian merupakan

salah satu sektor yang menghasilkan input atau bahan baku bagi proses

industrialisasi. Keadaan seperti ini menuntut bahwa pembangunan ekonomi di

Indonesia harus dilandaskan pada pembangunan pertanian yang berkelanjutan.

Selama ini, investasi di sektor pertanian dianggap kurang me mberikan

keuntungan baik serta merupakan suatu kegiatan yang dianggap masih dan terus akan

bersifat tradisional. Oleh sebagian pihak, pembangunan di sektor pertanian dianggap

kurang dapat mempercepat kemajuan suatu negara. Sektor industrilah yang dianggap

sebagai sektor yang paling potensial dalam menghasilkan keuntungan serta

mempercepat pertumbuhan ekonomi dan kemajuan suatu negara. Padahal, sektor

industri akan berjalan dengan baik, ketika sektor pertanian sebagai sektor dasar bagi

perekonomian Indonesia tumbuh dan berkembang dengan tangguh. Hal ini

disebabkan bahwa sektor pertanian memiliki keterkaitan yang sangat luas dengan

sektor-sektor lain dalam perekonomian Indonesia.

Berdasarkan Tabel 1.1. dan 1.2., terlihat bahwa nilai investasi dalam sektor

pertanian selama kurun waktu 2003-2006 mendapatkan proporsi yang sangat kecil

dari total investasi baik yang berasal dari dalam negeri maupun luar negeri, yaitu

hanya sekitar 1-9%. Padahal seperti yang diketahui, bahwa sektor pertanian pada

masa krisis, tahun 1998, merupakan sektor yang tetap eksis dan penyelamat bagi

perekonomian Indonesia. Sehingga seharusnya semua pihak, khususnya pemerintah

sebagai pihak yang berkewajiban memberikan sosialisasi dan promosi investasi bagi

investor di Indonesia serta sebagai pihak yang memberikan persetujuan terhadap

Nilai % Nilai % Nilai % Nilai %

Pertanian 2.057,9 4,11 1.847,9 4,98 4.493,6 8,88 8.767,8 5,39

Pertambangan 988,0 1,97 662,4 1,78 982,3 1,94 437,4 0,27

Industri Pengolahan 40.927,4 81,71 20.644,5 55,59 26.807,5 53,00 131.753,3 80,95

Listrik, gas & Air Bersih 608,4 1,21 8.798,1 23,69 6.276,1 12,41 7.232,4 4,44

Konstruksi 2.061,9 4,12 1.473,0 3,97 1.537,9 3,04 3.028,4 1,86

Perdagangan,hotel,restoran 1.301,8 2,60 764,1 2,06 4.652,9 9,20 9.413,2 5,78

Transportasi 2.023,4 4,04 1.887,1 5,08 2.375,1 4,70 1.930,3 1,19

Lembaga Keuangan & jasa Perusahaan 0,0 0,00 0,0 0,00 0,0 0,00 1,0 0,00

Jasa masyarakat,sosial,perorangan 122,4 0,24 1.063,3 2,86 3.451,0 6,82 203,4 0,12

TOTAL PMDN 50.091,2 100,0 37.140,4 100,0 50.576,4 100,0 162.767,2 100

SEKTOR2003 2004 20062005

Tahun

investasi baik PMDN maupun PMA harus memberikan perhatian khusus terhadap

pembangunan pertanian ke arah pertanian yang lebih maju. Salah satunya dengan

meningkatkan investasi di sektor pertanian.

Tabel 1.1. Nilai Investasi PMDN Indonesia Menurut Sektor (Milyar Rp)

Sumber : BKPM dalam Laporan Perekonomian Indonesia (2007)

Nilai % Nilai % Nilai % Nilai %

Pertanian 179,2 1,32 329,7 3,21 606,0 4,47 963,5 6,17

Pertambangan 17,9 0,13 66,3 0,64 775,9 5,73 325,7 2,08

Industri Pengolahan 6.574,1 48,35 6.336,4 61,64 6.028,0 44,51 8.307,4 53,17

Listrik, gas & Air Bersih 362,9 2,67 275,5 2,68 22,5 0,17 1.180,1 7,55

Konstruksi 857,6 6,31 954,0 9,28 1.772,2 13,08 2.561,3 16,39

Perdagangan,hotel,restoran 971,9 7,15 1.179,0 11,47 884,6 6,53 1.427,7 9,14

Transportasi 4.340,5 31,92 586,5 5,71 3.097,0 22,87 294,0 1,88

Lembaga Keuangan & jasa Perusahaan 10,4 0,08 339,6 3,30 124,8 0,92 57,2 0,37

Jasa masyarakat,sosial,perorangan 281,9 2,07 212,8 2,07 233,0 1,72 507,1 3,25

TOTAL PMA 13.596,4 100,0 10.279,8 100,0 13.544,0 100,0 15.624,0 100,0

SEKTOR 20062005

Tahun

2003 2004

Tabel 1.2. Nilai Investasi PMA Indonesia Menurut Sektor (000 US $)

Sumber : BKPM dalam Laporan Perekonomian Indonesia (2007)

Investasi pada sektor pertanian memegang peranan yang sangat penting dalam

pencapaian target-target perekonomian Indonesia. Hal ini mengingat bahwa sektor

pertanian merupakan sektor andalan bagi perekonomian Indonesi a yang memiliki

fungsi yang sangat fundamental bagi pembangunan di Indonesia yaitu (1) mencukupi

pangan dalam negeri dengan jumlah penduduk yang sangat besar, (2) penyediaan

lapangan kerja dan berusaha bagi penduduknya, (3) penyedia bahan baku industri,

serta (4) sebagai salah satu penghasil devisa bagi negara. Seperti yang dinyatakan

oleh Rostow (1960) dalam Kalangi (2006), bahwa sektor pertanian yang handal

Persen (%)

2002 2003 2004 2004 20061. Pertanian 26,84 26,25 25,76 25,25 24,332. Pertambangan & Penggalian 1,52 1,43 1,21 1,22 1,203. Industri Pengolahan 24,61 24,49 24,41 24,24 24,084. Listrik, gas dan Air Brsih 0,83 0,84 0,82 0,81 0,795. Bangunan 5,69 5,76 5,86 6,28 6,526. perdagangan, Hotel & restoran 18,55 18,21 18,28 18,19 18,327. Pengangkutan & Komunikasi 7,11 7,49 8,04 8,40 8,858.Keuangan, Persewaan, & Jasa Perusahaan 5,91 6,03 6,09 6,19 6,409. Jasa-jasa 8,92 9,49 9,53 9,43 9,51

TOTAL PDRB 100,00 100,00 100,00 100,00 100,00

SEKTORTAHUN

merupakan prasyarat bagi pembangunan sektor industri dan jasa. Pengamatan empiris

menunjukkan bahwa sebagian besar negara hanya dapat mencapai tahapan tinggal

landas menuju pembangunan ekonomi berkelanjutan yang digerakkan oleh sektor

industri dan jasa setelah didahului oleh kemajuan di sektor pertanian.

Struktur perekonomian Sumatera Utara diketahui d idominasi oleh sektor

pertanian dan sektor industri. Kontribusi sektor pertanian terhadap pembentukan

PDRB masih lebih besar dibandingkan dengan sektor industri. Pada Tabel 1.3.

terlihat bahwa lebih dari 25% dari total PDRB Sumatera Utara berasal dari sekt or

pertanian. Hal ini berarti bahwa sektor pertanian merupakan salah satu sektor andalan

yang tetap harus diperhatikan bagi perekonomian Sumatera Utara.

Tabel 1.3. Distribusi PDRB Sumatera Utara Atas Dasar Harga Konstan

Sumber : BPS (2007)

2002 2003 2004 2005 20061. Pertanian 2,53 2,51 3,75 3,38 2,322. Pertambangan & Penggalian -0,50 -1,35 -10,68 6,42 4,173. Industri Pengolahan 5,03 4,29 5,38 4,76 5,474. Listrik, gas dan Air Brsih 7,03 5,42 3,09 5,15 3,085. Bangunan 4,64 6,01 7,65 12,96 10,336. perdagangan, Hotel & restoran 4,95 2,88 6,11 4,95 6,957. Pengangkutan & Komunikasi 12,14 10,45 13,49 10,11 11,918.Keuangan, Persewaan 5,59 6,84 6,90 7,15 9,879. Jasa-jasa 3,04 11,55 6,16 4,36 7,09

Pertumbuhan PDRB 4,56 4,81 5,74 5,48 6,18

TAHUNSEKTOR

Bila dilihat berdasarkan tingkat pertumbuhan sektoral terhadap PDRB

Sumatera Utara dalam kurun waktu tahun 2002 -2006 (Tabel 1.4.), terlihat bahwa laju

pertumbuhan rata-rata yang terjadi pada sektor pertanian adalah 2,90%. Angka ini

masih dibawah laju pertumbuhan rata-rata PDRB Sumatera Utara yaitu 5,35%. Laju

pertumbuhan sektor pertanian di Sumatera Utara berada pada level terendah selain

sektor pertambangan. Hal ini menunjukkan bahwa sektor pertanian berjalan lambat

dibandingkan sektor-sektor lainnya. Kondisi ini tidak boleh terus terjadi mengingat

bahwa sektor pertanian masih menjadi sektor andalan bagi pembangunan

perekonomian Sumatera Utara. Hal ini berarti masih perlu dilakukan pembenahan -

pembenahan strategi dalam sektor pertanian. Salah satu aspek y ang perlu diperhatikan

adalah investasi.

Tabel 1.4.Laju Pertumbuhan PDRB Sumatera Utara Atas Dasar Harga Konstan

Sumber : BPS (2007)

Tabel 1.5. Alokasi Tenaga Kerja Berdasarkan Sektor Ekonomi 2003-2006Persen (%)

Sektor 2003 2004 2005 2006Pertanian 56,03 51,60 55,73 49,64

Pertambangan 0,33 0,62 0,02 0,24

Industri Pengolahan 6,00 8,07 6,87 7,08

Listrik, Gas,dan Air Bersih 0,30 0,25 0,37 0,33

Bangunan 3,56 4,11 4,92 3,75

Perdagangan,hotel & Restoran 16,69 17,18 14,86 19,25

Pengangkutan & Komunikasi 5,77 6,28 6,47 6,60

Keuangan, Persewaan 0,98 1,00 0,78 1,35

Jasa-Jasa 10,24 10,78 9,97 11,81

Lainnya 0,09 0,11 0,00 0,00

Sumber : Sumut dalam Angka (BPS), berbagai Terbitan

Investasi dilakukan untuk membentuk faktor produksi kapital, dimana sebagian

digunakan untuk pengadaan barang yang menunjang kegiatan usaha. Melalui

investasi, kapasitas produksi dapat ditingkatkan yang kemudian akan mampu

meningkatkan output, dan akhirnya juga akan meningkatkan pendapatan daerah serta

percepatan pertumbuhan perekonomian daerah. Selain itu , investasi dapat

menciptakan lapangan kerja baru, yang berarti bahwa tingkat pengangguran

berkurang.

Investasi di sektor pertanian dalam perekonomian Sumatera Utara merupakan

suatu hal yang penting yang harus dilakukan. Hal ini disebabkan bahwa sektor

termasuk salah satu program prioritas pembangunan daerah yang telah ditetapkan

oleh pemerintahan daerah Sumatera Utara. Selain itu, mengingat bahwa sektor

pertanian telah menyediakan lapangan kerja yang besar bagi angkatan kerja yang

tersedia di Sumatera Utara. Seperti yang ditunjukkan pada Tabel 1.5.

Investasi di sektor pertanian akan memberikan kontribusi yang besar terhadap

perekonomian daerah baik dalam hal PDRB, kesempatan kerja maupun pemerataan

pendapatan. Menurut Sinaga (2003), meskipun Sumatera Utara memiliki kekayaan

potensi sumber daya alam dan sumber daya manusia maupun letak geografis yang

strategis, namun tanpa adanya sumber daya fisik (penanaman modal) maka

pembangunan Sumatera Utara akan tetap lambat. Penanaman modal (investasi) a kan

mendorong kenaikan daya beli masyarakat Sumatera Utara sebab bertambahnya

penciptaan kesempatan kerja.

1.2. Perumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang, maka dirumuskan beberapa permasalahan yang

akan diteliti yaitu :

1. Bagaimana peranan sektor perta nian di Sumatera Utara terhadap

perekonomian daerah dalam pembentukan struktur permintaan dan

penawaran, konsumsi, ekspor-impor, investasi, nilai tambah dan output

sektoral ?

2. Bagaimana keterkaitan kebelakang dan ke depan (Backward and forward

linkage) sektor pertanian dengan sektor ekonom i lainnya ?

3. Apakah seluruh subsektor dalam sektor pertanian termasuk sektor kunci

dalam perekonomian Sumatera Utara ?

4. Bagaimana dampak investasi sektor pertanian terhadap pembentukan output ,

pendapatan dan tenaga kerja ?

5. Bagaimana dampak perubahan investasi sektor pertanian terhadap

pembentukan output, pendapatan, dan tenaga kerja ?

1.3. Tujuan Penelitian

Sesuai dengan latar belakang dan perumusan masalah, maka tujuan penelitian

adalah :

1. Menganalisis peranan sektor pertani an di Sumatera Utara terhadap

perekonomian daerah dalam pembentukan struktur permintaan dan

penawaran, konsumsi, ekspor -impor, investasi, nilai tambah dan output

sektoral

2. Menganalisis tingkat keterkaitan kebelakang dan ke depan ( Backward and

forward linkage) sektor pertanian dengan sektor ekonomi lainnya di Sumatera

Utara.

3. Menentukan sektor dalam sektor pertanian yang termasuk dalam sektor kunci

pada perekonomian Sumatera Utara.

4. Menganalisis dampak investasi sektor pertanian terhadap pembentukan

output, pendapatan, dan tenaga kerja.

5. Menganalisis dampak perubahan investasi sektor pertanian terhadap

pembentukan output, pendapatan, dan tenaga kerja.

1.4. Manfaat Penelitian

Manfaat penelitian ini adalah :

1. sebagai sebuah proses pembelajaran bagi peneliti men genai disiplin ilmu yang

diteliti.

2. Sebagai bahan masukan bagi para pembuat kebijakan dan pengambil

keputusan dalam merumuskan dan merencanakan arah kegiatan pembangunan

daerah umumnya dan pertanian khususnya di Sumatera Utara serta sebagai

bahan pertimbangan untuk kegiatan penanaman modal di sektor pertanian.

3. Sebagai bahan referensi bagi penelitian selanjutnya

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Investasi

Teori Investasi adalah teori permintaan modal. Investasi adalah arus

pengeluaran yang menambah stok modal fisik atau dengan kata lain investasi adalah

jumlah yang dibelanjakan sektor usaha untuk menambah stok modal dalam periode

tertentu. Investasi biasanya menempati proporsi yang relatif sedikit dari permintaan

agregat, akan tetapi fluktuasi inves tasi menempati sebagian besar pergerakan siklus

bisnis dalam PDB. Salah satu alasan mengapa negara -negara dengan pertumbuhan

tinggi merupakan negara-negara dengan pertumbuhan tinggi ialah karena mereka

mencurahkan bagian substansial dari output mereka ke d alam investasi (dornbush,

2004). Bank Indonesia dan Badat Pusat Statistik mengartikan investasi sebagai suatu

kegiatan penanaman modal pada berbagai kegiatan ekonomi dengan harapan untuk

memperoleh keuntungan (benefit) pada masa-masa yang akan datang.

Investasi merupakan unsur PDB yang paling sering berubah. Ada tiga bentuk

pengeluaran investasi yaitu investasi tetap bisnis, investasi tetap residensial, dan

investasi persediaan. Investasi tetap bisnis adalah pembelian pabrik dan peralatan

baru oleh perusahaan, investasi residensial adalah pembelian rumah baru oleh rumah

tangga dan tuan tanah. Investasi persediaan adalah peningkatan dalam persediaan

barang perusahaan (Mankiw, 2003). Selain ini, investasi dapat dibedakan atas

investasi finansial dan investasi non-finansial. Investasi finansial lebih ditujukan

kepada investasi dalam bentuk pemilikan instrumen finansial seperti penyertaan,

pemilikan saham, obligasi, dan sejenisnya. Sedangkan investasi non -finansial dalam

bentuk investasi fisik (kapital dan baran g modal), termasuk pula inventori

(persediaan).

Menurut Sukirno, S (1999) mengartikan bahwa investasi adalah sebagai

pengeluaran atau pembelanjaan penanam -penanam modal atau perusahaan untuk

membeli barang-barang modal dan perlengkapan -perlengkapan produksi untuk

menambah kemampuan memproduksi barang -barang dan jasa – jasa yang tersedia

dalam perekonomian. Pertambahan jumlah barang modal ini menunjukkan

perekonomian tersebut menghasilkan lebih banyak barang dan jasa di masa yang akan

datang. Adakalanya penanaman modal dilakukan untuk menggantikan barang -barang

modal yang lama yang telah haus dan perlu di depresiasikan.

Nanga, M (2005), investasi (investment) dapat didefenisikan sebagai

tambahan bersih terhadap stok kapital yang ada ( net addition to existing capital

stock). Istilah lain dari investasi adalah pemupukan modal ( capital formation) atau

akumulasi modal (capital accumulation). Dengan demikian di dalam makroekonomi

pengertian investasi tidak sama dengan modal ( capital). Dalam Makroekonomi,

investasi memiliki arti yang lebih sempit, yang secara teknis berarti arus pengeluaran

yang menambah stok modal fisik. Investasi merupakan jumlah yang dibelanjakan

sektor bisnis untuk menambah stok modal dalam periode tertentu.

a. Teori Investasi dari Keynes

John Maynard Keynes mendasarkan teori tentang permintaan investasi atas

konsep efisiensi marjinal kapital (Marginal Efficiency of Capital atau MEC ). Sebagai

suatu defenisi kerja, MEC dapat didefenisikan sebagai tingkat perolehan bersih yang

diharapkan (Expected net rate of return ) atau pengeluaran kapital

tambahan.Tepatnya, MEC adalah tingkat diskonto yang menyamakan aliran

perolehan yang diharapkan dimasa yang akan datang dengan biaya sekarang dari

kapital tambahan. Secara matematis, MEC dapat dinyatakan dala m bentuk formula

sebagai berikut :

R1 + R2 + ... + Rn

Ck = ………………(2.1) (1 + MEC)1 (1 + MEC)2 (1 + MEC)3

Dimana R adalah perolehan yang diharapkan (expected return) dari suatu proyek, dan

Ck adalah biaya sekarang (current cost) dari modal tambahan.

Apakah suatu investasi itu dilakukan atau tidak, sangat bergantung pada

perbandingan antara present value (PV) di satu pihak dan Current Cost of Additional

Capital (Ck) di lain pihak. Kalau PV > Ck, maka diputuskan investasi dilakukan,

sebaliknya kalau PV < Ck diputuskan investasi tidak dilakukan. Sedangkan hubungan

permintaan investasi dan tingkat bunga (r) dengan MEC tertentu , oleh keynes

dinyatakan dalam bentuk fungsi sebagai berikut :

I = f (i) (given MEC) .......................................................... (2.2)

Secara grafik, hubungan antara investasi dan tingkat bunga dapat digambarkan

sebagai berikut :

Tingkat bunga (i)

i1

i2

0 I = I (i)

Investasi (I)

Sumber : Nanga, M (2005)

Gambar 2.1. Kurva Permintaan Investasi

b. Teori Akselerator

Teori akselerator ini memusatkan perhatiannya pada hubungan antara

permintaan akan barang modal (capital goods) dan permintaan akan produk akhir

(final product), dimana permintaan akan barang modal dilihat sebagai permintaan

turunan (derived demand) dari permintaan akan barang atau produk akhir. Teori ini

mulai dengan mengasumsikan adanya capital-output ratio (COR) tertentu, yang

ditentukan oleh kondisi teknis produksi. Hubungan antara kapital dan output ( COR)

tersebut secara matematis dapat dinyatakan sebagai berikut :

K= k ............................................................. ................ (2.3)

Y

Dimana K adalah jumlah kapital yang digunakan, Y adalah tingkat output

agregat, k adalah rasio kapital -output yang tetap (fixed capital output ratio ). Hal

diatas menjelaskan bahwa untuk me ngahsilkan tingkat output Yt pada periode waktu

t, membutuhkan jumlah kapital sebesar Kt yang besarnya sama dengan k.Yt. Dari hal

diatas, persamaan tersebut dapat ditulis kembali menjadi :

Kt = k . Yt ......................... ..................................................( 2.4)

Kt-1 = k . Yt-1 ...........................................................................( 2.5)

Karena investasi bersih (net investment ) pada kurun waktu t, It :

It = Kt - Kt-1

= k (Yt – Yt-1)

= k. Δ Yt ....................................................................( 2.6)

Persamaan diatas menunjukkan bahwa investasi netto ( It) adalah sama dengan

koefisien akselerator (k) dikali dengan perubahan dalam output agregat selama kurun

waktu t (Yt). Oleh karena k diasumsikan konstan, maka investasi netto dengan

sendirinya menjadi fungsi dari perubahan di dalam output agregat. Kalau output

agregat meningkat, maka investasi netto akan positif. Jika output agregat meningkat

dengan jumlah yang semakin besar, maka investasi netto akan meningkat dengan

jumlah yang lebih besar lagi.

c. Teori Dana Internal

Teori dana internal tentang invest asi (internal funds theory of investment )

mengatakan bahwa stok kapital dan investasi yang diinginkan, bergantung pada

tingkat keuntungan. Teori ini salah satunya didukung oleh Jan Tinbergen yang

mengatakan bahwa keuntungan yang terjadi secara akurat meref leksikan keuntungan

yang diharapkan. Karena investasi bergantung pada keuntungan yang diharapkan,

maka investasi memiliki hubungan positif dengan keuntungan yang terjadi.

d. Teori Neoklasik

Teori Neoklasik tentang investasi merupakan teori tentang akumul asi kapital

optimal. Stok kapital yang diinginkan ditentukan oleh output dan harga dari jasa

kapital relatif terhadap harga output. Harga jasa kapital pada gilirannya bergantung

pada harga barang-barang modal, tingkat bunga, dan perlakuan pajak atas pendap atan

perusahaan. Menurut teori ini, perubahan di dalam output atau harga dari jasa kapital

relatif terhadap harga output akan mengubah atau mempengaruhi, baik stok kapital

maupun investasi yang diinginkan.

e. Teori q dari Tobin

Teori ini menyatakan bahwa stok kapital dan investasi yang diingikan

berhubungan positif dengan q, yaitu rasio antara nilai pasar (market value) dari modal

terpasang perusahaan dengan biaya penggantian (replacement cost) modal terpasang

perusahaan. Teori investasi q Tobin dapat diny atakan :

I = I (q) ........................................... .......................................(2.7)

Dimana kalau q meningkat, maka I akan meningkat pula. Selanjutnya hubungan q

dengan nilai pasar dari perusahaan dan biaya p enggantian dari aset

perusahaan,dinyatakan :

Nilai Pasar dari modal terpasang q = ....................(2.8)

Biaya Penggantian dari modal terpasang

2.2. Sektor Pertanian

Mengutip pernyataan Gunnar Mirdal dalam Todaro (2004) yang menyatakan

bahwa dalam sektor pertanianlah ditentukan berhasil atau tidaknya upaya -upaya

pembangunan ekonomi jangka panjang. Jika s uatu negara menghendaki

pembangunan yang lancar dan berkesinambungan maka negara itu harus memulainya

dari sektor pertanian khususnya. Intisari yang terkandung dalam masalah kemiskinan

yang terus meluas, ketimpangan distribusi pendapatan yang semakin parah , laju

pertumbuhan penduduk yang semakin cepat, serta terus melonjaknya tingkat

pengangguran pada awalnya tercipta dari stagnasi serta terlalu seringnya kemunduran

kehidupan perekonomian di sektor pertanian.

Secara tradisional, peranan sektor pertanian da lam pembangunan ekonomi

hanya dipandang pasif dan sebagai unsur penunjang semata. Berdasarkan pengalaman

historis dari negara-negara barat, apa yang disebut sebagai pembangu nan ekonomi

identik dengan transformasi struktural yang cepat terhadap perekonomian , yakni

perekonomian yang bertumpu pada kegiatan pertanian menjadi industri modern dan

pelayanan masyarakat yang lebih kompleks. Dengan demikian, peran utama pertanian

hanya dianggap sebagai sumber tenaga kerja dan bahan -bahan pangan yang murah

demi berkembangnya sektor-sektor industri yang dinobatkan sebagai “sektor

unggulan” dinamis dalam strategi pembangunan ekonomi secara keseluruhan

Dewasa ini, nampak jelas bahwa para pakar ilmu ekonomi pembangunan

mulai kurang berminat untuk memberikan perhatian yan g besar pada upaya

industrialisasi secara cepat. Nampaknya mereka mulai menyadari bahwa daerah

pedesaan umumnya, dan sektor pertanian khususnya, ternyata tidak bersifat pasif,

tetapi jauh lebih penting dari sekedar penunjang dalam proses pembangunan ekonom i

secara keseluruhan. Keduanya harus ditempatkan pada kedudukan sebenarnya, yakni

sebagai unsur atau elemen unggulan yang sangat penting, dinamis, dan bahkan sangat

menentukan dalam strategi-strategi pembangunan secara keseluruhan.

Suatu strategi pembangunan ekonomi yang dilandaskan pada prioritas

pertanian dan ketenagakerjaan paling tidak memerlukan tiga unsur pelengkap dasar,

yakni : (1) percepatan pertumbuhan output melalui serangkaian penyesuaian

teknologi, institusional, dan insentif harga yang khusu s dirancang untuk

meningkatkan produktivitas para petani kecil, (2) peningkatan permintaan domestik

terhadap output pertanian yang dihasilkan dari strategi pembangunan perkotaan yang

beroirentasi pada upaya pembinaan ketenagakerjaan, (3)diversifikasi kegia tan

pembangunan daerah yang bersifat padat karya, yaitu nonpertanian, yang secara

langsung dan tidak langsung akan menunjang dan ditunjang oleh masyarakat

pertanian. Karena itu, pada skala yang lebih luas, pembangunan sektor pertanian kini

diyakini sebagai intisari pembangunan nasional secara keseluruhan oleh banyak

pihak. Harus diingat bahwa tanpa pembangunan daerah pedesaan/pertanian yang

integratif, pertumbuhan industri tidak akan berjalan dengan lancar, dan kalaupun bisa

berjalan, pertumbuhan industri t ersebut akan menciptakan berbagai ketimpangan

internal yang sangat parah dalam perekonomian yang bersangkutan Pada gilirannya,

segenap ketimpangan tersebut akan memperparah masalah -masalah kemiskinan,

ketimpangan pendapatan, dan pengangguran. (Todaro, 2004 ).

Menurut Analis klasik dari Kuznets (1964) dalam Tambunan.T (2003),

pertanian di Negara-negara sedang berkembang (NSB) merupakan suatu sektor

ekonomi yang sangat potensial dalam empat bentuk kontribusinya terhadap

pertumbuhan dan pembangunan ekonomi na sional, yaitu sebagai berikut :

1) Ekspansi dari sektor-sektor ekonomi nonpertanian sangat bergantung pada

produk-produk dari sektor pertanian, bukan saja untuk kelangsungan

pertumbuhan suplai makanan, tetapi juga untuk penyediaan bahan -bahan baku

untuk keperluan kegiatan produksi di sektor -sektor nonpertanian tersebut,

terutama industri pengolahan, seperti industri -industri makanan dan minuman,

tekstil dan pakaian jadi, barang-barang dari kulit, dan farmasi. Hal ini

kemudian disebut sebagai kontribusi produk.

2) Karena kuatnya bias agraris dari ekonomi selama bertahap -tahap awal

pembangunan, maka populasi di sektor pertanian (daerah pedesaan)

membentuk suatu bagian yang sangat besar dari pasar (permintaan) domestik

terhadap produk-produk dari industri dan sektor lain di dalam negeri, baik

untuk barang-barang produsen maupun barang -barang konsumen. Yang

kemudian disebut sebagai kontribusi Pasar

3) Karena relatif pentingnya pertanian (dilihat dari sumbangan output -nya

terhadap pembentukan PDB dan andilnya terhadap peny erapan ternaga kerja)

tanpa bisa dihindari menurun dengan pertumbuhan atau semakin tingginya

tingkat pembangunan ekonomi, sektor ini dilihat sebagai suatu sumber modal

untuk investasi di dalam ekonomi. Jadi pembangunan ekonomi melibatkan

transfer surplus modal dari sektor pertanian ke sektor -sektor nonpertanian.

Hal ini disebut sebagai kontribusi faktor-faktor produksi.

4) Sektor pertanian mampu berperan sebagai salah satu sumber penting bagi

surplus neraca perdagangan atau neraca pembayaran (sumber devisa), b aik

lewat ekspor hasil-hasil pertanian atau peningkatan produksi komoditi -

komoditi pertanian menggantikan impor (substitusi impor). Hal ini disebut

sebagai kontribusi devisa. Menurut Tambunan. T (2003), kontribusi sektor

pertanian di suatu negara terhadap pendapatan devisa adalah lewat

pertumbuhan ekspor dan/atau pengurangan impor negara tersebut atas

komoditi-komoditi pertanian. Tentu, kontribusi sektor pertanian terhadap

ekspor juga bisa bersifat tidak langsung, misalnya lewat peningkatan ekspor

atau pengurangan impor produk-produk berbasis pertanian, seperti makanan

dan minuman, tekstil, dan produk -profuknya

2.2.1. Keterkaitan dalam Sektor Pertanian

Kemampuan sektor pertanian sebagai lokomotif penarif pertumbuhan output

di sektor-sektor ekonomi lainnya tidak hanya melalui keterkaitan produksi seperti

dalam pandangan Hirschman, tetapi juga melalui keterkaitan konsumsi atau

pendapatan dan pada banyak kasus juga melalui keterkaitan investasi. Dalam bentuk -

bentuk keterkaitan ekonomi tersebut, sektor pertania n mempunyai tiga fungsi utama.

Pertama, sebagai sumber investasi di sektor -sektor non-pertanian : surplus uang (MS)

di sektor pertanian menjadi sumber dana investasi di sektor -sektor lain, kedua,

sebagai sumber bahan baku atau input bagi sektor -sektor lainnya, khususnya

agroindustri dan sektor perdagangan, ketiga, melalui peningkatan permintaan di pasar

output, sebagai sumber diversifikasi produksi di sektor -sektor ekonomi lainnya.

(Tambunan. T, 2003)

Menurut Tambunan. T (2003), keterkaitan produksi menunj ukkan

ketergantungan dalam proses produk si antara satu sektor dengan sek tor-sektor

lain.Gambaran keterkaitan sektor pertanian dengan sektor -sektor ekonomi lain terlihat

pada Gambar 2.2.

Keterkaitan Ke Belakang : Industri/Sektor

Tidak langsung

Langsung

Pusat Pertumbuhan

Keterkaitan Ke Depan:

Langsung

Tidak Langsung

Sumber : Tambunan, T (2003)

Gambar 2.2. Keterkaitan Sektor Pertanian dalam Perekonomi an Nasional

Keterangan :1-3 : sektor yang outputnya merupakan input bagi sektor pertanian contohnya bibit, pupuk, alsintan4-9 : sektor hulu yang outputnya merupakan input bagi sektor 1 -310-12 : sektor yang inputnya berasal dari sektor pertania n,contohnya Pabrik kelapa sawit, industri pembuatan kopi,dan lainnya13-18 : sektor yang inputnya berasal dari sektor 10 -12,contohnya industri minyak goreng,keuangan,dan lainnya

2.3. Investasi di Sektor Pertanian

Sektor pertanian masih memegang peranan penting bagi perekonomian

nasional. Setidaknya ada empat hal yang dapat dijadikan alasan. Pertama, Indonesia

merupakan negara berkembang yang masih relatif tertinggal dalam penguasaan Iptek

Sektor Pertanian

1 2 3

4 5 6 7 8 9

10

181413

1211

171615

muktahir serta masih menghadapi kendala keterbatasan modal, jelas belum memiliki

keunggulan komparatif (comparative advantage) pada sektor ekonomi yang berbasis

Iptek dan padat modal. Oleh karena itu pembangunan ekonomi Indonesia sudah

selayaknya dititikberatkan pada pembangunan sekto r-sektor ekonomi yang berbasis

pada sumberdaya alam, padat tenaga kerja, dan berorientasi pada pasar domestik.

Dalam hal ini, sektor pertanianlah yang paling memenuhi persyaratan.

Kedua, menurut proyeksi penduduk yang dilakukan oleh BPS penduduk

Indonesia diperkirakan sekitar 228-248 juta jiwa pada tahun 2008-2015. Kondisi ini

merupakan tantangan berat sekaligus potensi yang sangat besar, baik dilihat dari sisi

penawaran produk (produksi) maupun dari sisi permintaan produk (pasar) khususnya

yang terkait dengan kebutuhan pangan. Selain itu ketersedian sumber daya alam

berupa lahan dengan kondisi agroklimat yang cukup potensial untuk dieksplorasi dan

dikembangkan sebagai usaha pertanian produktif merupakan daya tarik tersendiri

bagi para investor untuk menanamkan modalnya.

Ketiga, sektor pertanian tetap merupakan salah satu sumber pertumbuhan

output nasional yang penting. Keempat, sektor pertanian memiliki karakteristik yang

unik khususnya dalam hal ketahanan sektor ini terhadap guncangan stru ktural dari

perekonomian makro. Mengingat pentingnya peranan sektor pertanian dalam

perekonomian nasional tersebut sudah seharusnya kebijakan -kebijakan negara berupa

kebijakan fiskal, kebijakan moneter, serta kebijakan perdagangan tidak mengabaikan

potensi sektor pertanian. Bahkan dalam beberapa kesempatan Presiden Susilo

Bambang Yudhoyono menyampaikan pentingnya sektor pertanian dengan

menempatkan revitalisasi pertanian sebagai satu dari strategi tiga jalur (triple track

strategy) untuk memulihkan dan membangun kembali ekonomi Indonesia. Salah satu

tantangan utama dalam menggerakan kinerja dan memanfaatkan sektor pertanian ini

adalah modal atau investasi. Pengembangan investasi di sektor pertanian diperlukan

untuk dapat memacu pertumbuhan ekonomi, meningkatkan kesempatan kerja dan

pendapatan petani, serta pengembangan wilayah khususnya wilayah perdesaan.(Indra,

2008)

Menurut Soetrisno dan Kalangi (2006) menyatakan bahwa sektor pertanian

hanya akan mampu mengangkat kesejahteraan petani kalau produktivitas pertanian

ditingkatkan. Produktivitas bukan semata pada output fisik/ satuan input, akan tetapi

pada nilai tambah. Untuk itu diperluakan beberapa hal, yaitu : (1) peningkatan

kepadatan investasi per satuan luas atau unit usaha pertanian, (2) mengadakan

restrukturisasi usaha pertanian menuju skala yang kompetitif dan mendukung

kemandirian ekonomi dan dapat dijalankan dalam skala individual dan

kelompok/koperasi/ perusahaan, (3) kembalikan pola pertanian dengan model

kesatuan yang terkait dengan industri pengolahan dan ekspo r, dan (4) perlu adanya

reorientasi kebijakan bahwa tujuan pembangunan pertanian adalah kesejahteraan

petani.

Indonesia yang dikenal sebagai negara agraris. Oleh karena itu, mayoritas

penduduknya bergantung pada sektor pertanian. Sehingga untuk pengembang an

pertanian secara menyeluruh tentu dibutuhkan jumlah investasi yang besar. Tanpa

adanya investasi yang besar dalam pengembangan infrastruktur penunjang serta

peningkatan kualitas produk pertanian maka akan sulit bagi Indonesia untuk bersaing

dengan negara lain di sektor ini.

2.4. Analisis Input-Output

Alat analisis Input-Output pertama kali dikembangkan oleh Wassily Leontief

pada tahun 1930-an. Idenya sangat sederhana namun mampu menjadi salah satu alat

analisis yang ampuh dalam melihat hubungan anta rsektor dalam suatu perekonomian.

Hubungan antarsektor ini mulai menjadi penting di pertengahan abad ini, sejak

analisis pembangunan ekonomi tidak lagi hanya mementingkan pertumbuhan

ekonomi semata, tetapi juga melihat pembagian pertumbuhan antar faktor -faktor

produksi, dan jug sumber-sumber pertumbuhan itu sendiri (Nazara, 2005)

Boumal (1972) dalam Nazara (2005) menyatakan analisis input -output

sebagai usaha memasukan fenomena keseimbangan umum dalam analisis empiris

sisi produksi. Analisis input -ouput merupakan suatu peralatan analisis keseimbangan

umum. Analisis ini didasarkan pada suatu situasi perekonomian. Keseimbangan

dalam analisis input-output didasarkan arus transaksi antarpelaku perekonomian.

Penekanan utama dalam analisis input -output ini adalah pada sisi produksi. Teknologi

produksi digunakan oleh perekonomian tersebut memegang peranan penting dalam

analisis ini. Lebih spesifik lagi, teknologi yang memegang peranan besar adalah

teknologi dalam kaitannya dengan penggunaan input antara. Sampai ta hap tertentu,

input primer dianggap sebagai variabel eksogen, seperti halnya sisi permintaan akhir

juga kerap dijadikan sebagai variabel endogen.

Analisis Input-Ouput (analisis masukan-keluaran) adalah suatu analisis atas

perekonomian wilayah secara kompr ehensif karena melihat keterkaitan antarsektor

ekonomi di wilayah tersebut secara keseluruhan. Dengan demikian, apabila terjadi

perubahan tingkat produksi atas sektor tertentu, dampaknya terhadap sektor lain dapat

dilihat. Selain itu, analisis ini juga ter kait dengan tingkat kemakmuran masyarakat

melalui input primer (nilai tambah). Artinya, akibat perubahan tingkat produksi

sektor-sektor tersebut, dapat dilihat seberapa besar kemakmuran masyarakat

bertambah/berkurang. Setiap produk pasti membutuhkan input agar produk itu dapat

dihasilkan. Hasil produk dapat langsung dikonsumsi atau sebagai input untuk

menghasilkan produk lain atau input untuk produk yang sama pada putaran

berikutnya,misalnya bibit. Input dapat berupa output dari sektor lain yang sering

disebut dengan input antara berupa bahan baku dan input primer berupa tenaga kerja,

keahlian, peralatan, dan modal. Keikutsertaan fakto r-faktor produksi akan mendapat

imbalan yang menjadi pendapatan masyarakat sesuai dengan peran/keterlibatannya.

Hal ini menggambarkan bahwa sektor-sektor dalam perekonomian suatu wilayah

saling terkait antara satu dengan yang lainnya (Tarigan, 2006).

2.4.1. Manfaat/Kegunaan Analisis Input Output

Analisis input-output memiliki beberapa manfaat/ kegunaan yaitu :

a. Menggambarkan kaitan antarsektor sehingga memperluas wawasan

terhadap perekonomian wilayah. Dapat dilihat bahwa perekonomian

suatu wilayah bukan lagi sekedar kumpulan sektor -sektor, melainkan

merupakan satu sistem yang saling berhubungan. Perubahan pada

salah satu sektor akan secara langsung mempengaruhi keseluruhan

sektor.

b. Dapat digunakan untuk mengetahui daya tarik (backward linkage) dan

daya pendorong (forward linkage) dari setiap sektor sehingga mudah

menetapkan sektor mana yang dijadikan sektor strategis dalam

perencanaan pembangunan perekonomian suatu wilayah.

c. Dapat meramalkan pertumbuhan ekonomi dan kenaikan tingkat

kemakmuran, seandainya permintaan akhir dari beberapa sektor

diketahui akan meningkat. Hal ini dapat dianalisis melalui kenaikan

input antara dan kenaikan input primer yang merupakan nilai tambah

(kemakmuran)

d. Sebagai salah satu alat analisis yang penting dalam perencanaan

pembangunan ekonomi suatu wilayah karena bisa melihat

permasalahan secara komprehensif.

e. Dapat digunakan sebagai bahan menghitung kebut uhan tenaga kerja

dan modal dalam perencanaan pembangunan ekonomi suatu wilayah,

seandainya inputnya dinyatakan dalam bentuk tenaga kerja dan modal.

2.4.2. Tabel Dasar Transaksi Dalam Metode Input -Output

Tabel dasar transaksi input -output terdiri atas 4 kuadran yaitu kuadran-

kuadran yang berisi transaksi -transaksi dalam perekonomian meliputi transaksi sektor

Permintaan Antara Permintaan Akhir Jumlah O utputSumber Input Sektor Produk C I G E

Kuadran I Kuadran IIa. Input Antara Sektor 1 X11 X12 X13 C1 I1 G1 E1 X1 Sektor 2 X21 X22 X23 C2 I2 G2 E2 X2 … … … … Sektor n Xn1 Xn

Kuadran IIIb. Input Prim er W 1 W 2 W 3

T1 T2 T3S1 S2 S3

Jum lah Input X1 X2 X3

Alokasi O utput

Kuadran IV

produksi, permintaan akhir, input primer, dan balas jasa. Secara lebih sistematis

penjelasan terhadap 4 kuadran tersebut dapat dilihat pada Tabel 2.1. dibawah ini.

Tabel 2.1. Format Dasar Tabel Transaksi Input -Output

Sumber : Tarigan (2006)

Kuadran I terdiri atas transaksi antar sektor/ kegiatan, yaitu arus barang/jasa

yang dihasilkan oleh suatu sektor untuk digunakan oleh sektor lain (termasuk sektor

itu sendiri), baik bahan baku maupun sebagai bahan penolong. Artinya barang dan

jasa itu dibeli untuk kebutuhan proses produksi yang hasil akhirnya akan dijual

kembali pada putaran berikutnya. Matriks yang ada dalam kuadran I merupakan

sistem produksi dan bersifat endogen, sedangkan matriks yang berada di luar kuadran

I (II, III, IV) bersifat eksogen. Endogen artinya tidak mampu berubah karena

pengaruh dari dalam diri sendiri, perubahan hanya terjadi karena pengaruh dari luar.

Kuadran II terdiri atas permintaan akhir, yaitu barang dan jasa yang dibeli

oleh masyarakat untuk dikonsumsi (habis terpakai) dan untuk investasi. Termasuk

permintaan akhir ini adalah barang dan jasa yang dibeli oleh masyarakat umum,

dibeli oleh pemerintah, digunakan untuk investasi, diekspor ke luar negeri/ke luar

wilayah, dan tidak lagi berada di dalam negeri/wilayah karena habis terpakai.

Kuadran III berisikan input primer, yaitu semua daya dan dana yang

diperlukan untuk menghasilkan suatu produk tetapi diluar kat egori input antara.

Termasuk dalam kategori ini adalah tenaga kerja, keahlian, modal, peralatan,

bangunan dan tanah. Sumbangan masing-masing pihak dihitung sesuai dengan balas

jasa yang diterimanya karena keikutsertaannya dalam proses produksi. Apa yang

tertera dalam kuadran III adalah balas jasa bagi faktor -faktor produksi dan karenanya

merupakan pendapatan yang menggambarkan kemakmuran masyarakat di suatu

wilayah seandainya seluruh faktor produksi dimiliki oleh masyarakt setempat. Jumlah

keseluruhan balas jasa tersebut adalah sama dengan nilai tambah bruto wilayah

tersebut.

Kuadran IV menggambarkan bagaimana balas jasa yang diterima input primer

didistribusikan ke dalam permintaan akhir. Karena tidak dibutuhkan dalam analaisis

input-output, kuadran ini sering diabaikan di dalam tabel input -output.

2.5. Penelitian Terdahulu

Kalangi,L.S (2006) dalam penelitiannya yang ”Dampak Investasi di Sektor

Pertanian dan Agroindustri dalam Penyerapan Tenaga Kerja dan Distribusi

Pendapatan” dengan menggunakan pendeka tan SAM (Social Accounting Matrix)

menyatakan bahwa investasi untuk peningkatan output sektor pertanian memiliki

dampak yang lebih besar terhadap faktor produksi tenaga kerja dan peningkatan

pendapatan rumah tangga, Persentase penyerapan tenaga kerja terbe sar untuk sektor

pertanian terdapat pada sektor tanaman pangan. Semua sektor pertanian dan

agroindustri memberikan pengaruh ke rumah tangga akan melewati tenaga kerja non

pertanian serta modal swasta dan pemerintah. Berdasarkan skenario yang dilakukan

Kalangi, injeksi penanaman modal pada sektor pertanian, agroindustri, dan sektor

produksi lainnya baik yang berasal dari dalam negeri maupun asing memberikan

dampak yang positif bagi peningkatan faktorial, rumah tangga, sektor produksi itu

sendiri maupun sektor produksi lainnya.

Lena (2004) menyimpulkan bahwa dampak pembangunan di sektor pertanian

terjadi secara langsung (direct impact) dan tidak langsung (indirect impact). Dampak

tidak langsung menunjukkan bahwa pembangunan di sektor pertanian akan memiliki

pengaruh terhadap kenaikan gross output, value added, kegiatan produksi di sektor -

sektor lainnya, dan pendapatan masyarakat, jika pembangunan di sektor ini berjalan

melalui proses dan kegiatan yang sinergis dengan sektor -sektor lainnya.

Susanti (2003) dalam penelitiannya menyatakan bahwa pengaruh peningkatan

investasi sektor perikanan terhadap kinerja perekonomian Indonesia secara umum

berpengaruh positif, dimana telah menimbulkan peningkatan output sektoral.

Sedangkan pengaruh dari perubahan produktivitas juga memberikan hasil yang sama,

dimana perubahan produktivitas baik produktivitas total, kapital, maupun tenaga kerja

memberikan pengaruh meningkatkan output sektor perekonomian di Indonesia.

Apabila investasi dan produktivitas dirubah sescara bersama -sama maka perubahan

output yang terjadi di sektor perikanan relatif lebih besar dibandingkan bila dirubah

secara parsial. Konsumsi rumah tangga sektoral mengalami peningkatan akibat

peningkatan investasi dan produktivitas.

Nurlaela (2003) dengn judul pene litian “Dampak Investasi Sektor Pertanian

dalam Perekonomian Jawa Barat “ dengan menggunakan data Input-output 2000

provinsi Jawa Barat, terlihat bahwa total investasi yang terbentuk sebesar Rp 394.657

milyar akan menciptakan output tambahan sebesar Rp 428 .508 milyar, nilai tambah

sebesar bruto sebesar Rp371.931 milyar, peningkatan pendapatan sebesar Rp 537.80

milyar dan menciptakan lapangan pekerjaan sebanyak 54.799 orang. Selain itu,

subsektor perikanan memiliki nilai multiplier (pengganda) terbesar terha dap output,

pendapatan dan tenaga kerja dibanding subsektor lainnya dalam sektor pertanian.

Supriana, T (1995) dalam hasil penelitian yang di daerah Kota Pinang,

Kabupaten Labuhan Batu terlihat bahwa keterkaitan antar sektor pertanian,

khususnya sektor tanaman perkebunan kelapa sawit memiliki keterkaitan ke depan

baik secara langsung maupun tidak langsung yang tinggi. Sehingga sektor pertanian

khususnya sektor tanaman perkebunan kelapa sawit memiliki peranan yang strategis

dalam pembangunan ekonomi daerah kota pinang, kabupaten Labuhan Batu. Selain

itu, berdasarkan hasil penelitian tersebut terlihat bahwa sektor pertanian efektif dalam

mempercepat perkembangan sektor -sektor ekonomi lain dalam wilayah dan

perkembangan wilayah secara umum.

2.6. Kerangka Pemikiran

Dampak kegiatan dalam suatu perekonomian secara komprehensif dapat

diketahui melalui sebuah pendekatan analisis yang komprehensif pula. Dalam suatu

perekenomian suatu wilayah, keterkaitan antara satu sektor dengan sektor lainnya

saling berkaitan dan memiliki pengaruh satu dengan yang lainnya. Begitu dengan

perekonomian yang ada di Sumatera Utara.

Sumatera Utara secara umum tetap memprioritas dan menjadikan sektor

pertanian sebagai sektor unggulan dalam perekonomian wilayahnya. Sektor pertanian

masih memberikan kontribusi (share) yang relatif tinggi terhadap PDRB. Hal ini

sektor pertanian juga harus mendapat perhatian yang serius oleh pemerintah daerah

sehingga diharapkan sektor pertanian mampu menjadi sektor yang memiliki daya

saing yang tinggi. Selain itu, setiap sektor, begitupun dengan sektor pertanian pasti

akan memiliki hubungan atau keterkaitan dengan sektor lainnya. Setiap transaksi atau

kegiatan yang dilakukan dalam sektor pertanian pasati memiliki pengaruh baik

langsung ataupun tidak langsung dengan sektor lain diluar sektor pertanian.

Peningkatan daya saing sektor pertanian tidak dapat dicapai tanpa adanya

kegiatan investasi dalam sektor tersebut. Dengan adanya kegiatan investasi, sektor

pertanian akan lebih mampu memanfaat resources (sumberdaya) yang dimiliki secara

optimal. Akan tetapi mengingat masih rendahnya nilai investasi yang terjadi di

Sumatera utara secara umum, dan investasi sektor pertanian secara khusus serta

masih pentingnya sektor pertanian bagi perekonomian Sumatera Utara maka dengan

menggunakan pendekatan analisis Input -Output diharapkan akan mampu melihat

bagaimana peranan sektor pertanian bagi perekonomian di Sumatera Utara secara

lebih mendalam, keterkaitan dengan sektor lain, nil ai multiplier yang dihasilkan

karena adanya investasi, serta menunjukkan pentingnya suatu kegiatan investasi bagi

sektor pertanian di Sumatera Utara.

Gambar 2.3. Kerangka Pemikiran

Peran Investasi

Sektor Pertanian

PenentuanSektor Kunci

AnalisisKeterkaitan

& Indeks

Penyebaran

Analisis Kontribusidalam pembentukan:- Permintaan &

Penawaran- Konsumsi- Ekspor-Impor- Investasi- Nilai Tambah- Output Sektoral

Analisis DampakInvestasi:

- Tenaga Kerja- Output- Pendapatan

Analisis DampakPerubahanInvestasi

Perekonomian Sumatera Utara

2.7. Hipotesis Penelitian

Berdasarkan landasan teori yang telah dirumuskan diatas, maka hipotesis yang

akan dirumuskan dalam penelitian ini adalah :

1. Sektor pertanian memiliki keterkaitan Langsung dan Tidak Langsung ke

Depan lebih besar dibandingkan nilai keterkaitan Langsung dan Tidak

Langusng Ke Belakang

2. Sektor Perkebunan merupakan sektor ungggulan dalam sektor Pertanian

3. Dampak Investasi terhadap Pembentukan Tenaga Kerja di Sektor Pertanian

mendapat kontribusi tertinggi dibandingkan terdapat pembentukan output dan

pendapatan

BAB III

METODE PENELITIAN

3.1. Tempat Penelitian

Penelitian ini dilakukan dengan ruang lingkup propinsi Sumate ra Utara.

Pemilihan tempat penelitian disebabkan bahwa masih pentingnya investasi serta

sektor pertanian merupakan sektor yang diandalkan bagi perekonomian Sumatera

Utara.

3.2. Jenis dan Sumber Data

Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah jenis data sekunder.

Data sekunder merupakan data yang dikumpulkan oleh pihak lain atau oleh lembaga

pengumpul data dan dipublikasikan kepada masyarakat pengguna data

(Kuncoro,2003). Data yang digunakan adalah data Input -Output Sumatera Utara

Tahun 2007 atas dasar harga produsen serta didukung oleh data Pendapatan Domestik

Regional Bruto (PDRB), data ketenagakerjaan, serta data lainnya yang mendukung .

Data tersebut bersumber dari Badan Pusat Statistik (BPS), Bainpromsu, BKPM,

maupun instansi lain yang diperlukan.

3.3. Metode Analisa Data

Metode analisa data yang digunakan dalam penelitian ini ada lah analisa input-

output dengan menggunakan data I nput-Output Sumatera Utara Tahun 2007 atas

dasar harga produsen yang telah diagregasi menjadi 25 sektor ekonomi. Untuk

menjawab permasalahan penelitian, maka ada beberapa metode yang lebih spesifik

untuk menyelesaikan dengan menggunakan bantuan program Microsoft Excel.

3.3.1. Metode RAS

Metode RAS (Ricked A Stone) merupakan salah satu metode untuk

memproyeksikan suatu tabel input -output yang baru dengan menggunakan koefisien -

koefisien tabel input-output yang lama (tabel input-output dasar) (Nazara, 2005).

Tabel input-output dasar yang digunakan dalam penelitian ini adalah Tabel Input -

Output Sumatera Utara Tahun 2003. Proses penggunaan metode RAS sebagai

berikut:

1. Penetapan tabel Input-Output Dasar. Dalam hal ini Tabel Input-Output Sumatera

Utara Tahun 2003.

2. Menyusun Tabel Input -Output yang baru atau tabel I -O 2007 maka diperlukan

data baru Tahun 2007, yaitu :

a. Total Permintaan antara dan Input Antara

b. Total Permintaan Akhir

c. Total Nilai Tambah

d. Total Output

3. Tabel Input-Output pada tahun dasar dihitung nilai koefisien input -output

4. Dengan mengasumsikan tidak terjadi perubahan teknologi dari t ahun dasar yaitu

Tahun 2003 ke Tahun 2007. Maka diperoleh tingkat permintaan akhir, nilai

tambah, serta output yang baru dengan mengalikan koefisien input -output

terhadap tingkat permintaan akhir,nilai tambah, serta output yang baru.

3.3.2.Analisa Kontribusi

a) Analisa Kontribusi sebagai Output ( Output Share)

XiOutput Share sektor ke-i = …………………………………….(3.1)

∑ Xi

dimana : Xi = jumlah ouput sektor i

∑ Xi = jumlah total output di seluruh sek tor

b) Analisa Kontribusi sebagai permintaan Antara ( Intermediate Demand)

IDiIntermediate Demand Share sektor ke-i = …...…………….(3.2.)

Xidimana :

IDi = jumlah permintaan antara sektor ke -i

Xi = jumlah output sektor ke-i

c) Analisa Kontribusi sebagai permintaan Akhir (Final Demand Share)

FDiFinal Demand Share sektor ke-i = ………...…………….(3.3.)

Xidimana :

FDi = jumlah permintaan akhir sektor ke -i

Xi = jumlah output sektor ke-i

d) Analisa Kontribusi sebagai Input Antara ( Intermediate Input Share)

IAiIntermediate Input Share sektor ke-i = .................................(3.4.)

Xidimana :

IAi = jumlah input antara sektor ke -i

Xi = jumlah output sektor ke-i

e) Analisa Kontribusi sebagai Input Primer/Nilai Tambah (Primary Input)

PIiPrimary Input Share sektor ke-i = .................................(3.5.)

Xidimana :

PI i = jumlah nilai Tambah antara sektor ke-i

Xi = jumlah output sektor ke-i

3.3.3. Indeks Keterkaitan

Indeks total keterkaitan digunakan sebagai dasar perumusan strategi

pembangunan ekonomi dengan melihat keterkaitan antar sektor dalam suatu sistem

perekonomian. Menurut Rasmussen dalam Nazara (2005) indeks total keterkaitan

meliputi indeks total keterkaitan ke belakang dan indeks total keterkaitan ke depan.

Indeks total keterkaitan ke belakang suatu industri/ sektor menunjukkan hubungan

keterkaitan tentang pengaruh yang ditimbulkan oleh satu unit permintaan akhir pada

sektor tersebut terhadap total pe mbelian input semua sektor di dalam suatu

perekonomian. Indeks total keterkaitan ke depan menunjukkan hubungan keterkaitan

tentang pengaruh yang ditimbulkan oleh satu unit permintaan akhir suatu sektor

terhadap total penjualan output semua sektor di dalam suatu perekonomian.

a) Indeks Total Keterkaitan ke Belakang

Konsep ini diartikan sebagai kemampuan suatu sektor untuk meningkatkan

pertumbuhan industri hulunya. sektor j dikatakan mempunyai kaitan ke belakang

yang tinggi apabila BLj mempunyai nilai leb ih besar dari satu. Rumus yang

digunakan untuk mencari nilai indeks total keterkaitan ke belakang adalah :

n BLj = ∑ aij ..................................................................(3.6) I =n

dimana

BLj = indeks total keterkaitan ke belakang sektor j

aij = unsur matriks kebalikan Leontief

n = jumlah sektor

b) Indeks Total Keterkaitan ke Depan

Konsep ini diartikan sebagai kemampuan suatu sektor untuk mendorong

pertumbuhan produksi sektor - sektor lain yang memakai input dari sektor ini. sektor i

dikatakan mempunyai indeks total keterkaitan kedepan yang tinggi apabila nilai FLi

lebih besar dari satu. Rumus yang digunakan untuk mencari nilai indeks total

keterkaitan ke depan adalah:

n FLi = ∑ aij

j =1 ................................... ...............................(3.7)dimana FLi = indeks total keterkaitan ke depan sektor j

aij = unsur matriks kebalikan Leontief

n = jumlah sektor

3.3.4. Analisis Penentuan Sektor/subsektor Kunci (Prioritas)

Penentuan sektor/subsektor yang dijadikan sektor/subsektor kunci dalam

perekonomian Sumatera Utara didasarkan pada peringkat nilai daya penyebaran dan

derajat kepekaan seperti yang terlihat pada tabel 5.

Tabel 3.1. Kriteria Penentuan Peringkat Sektor Kunci/Prioritas

Derajat Kepekaan Daya Penyebaran PrioritanTinggiTinggiRendahRendah

TinggiRendahTinggiRendah

IIIIIIIV

Sumber : BPS,2004

Daya penyebaran menunjukkan besarnya sumbangan relatif sektor tertentu

dalam memenuhi permintaan keseluruhan sektor perekonomian. Sedangkan derajat

kepekaan merupakan kemampuan suatu sektor untuk mendorong pertumbuhan

hilirnya. Jika nilai derajat kepekaan lebih dar i satu artinya sektor tersebut mempunyai

kemampuan kuat untuk mendorong pertumbuhan hilirnya dan sebaliknya.

a. Indeks Daya Penyebaran (Pd)

Konsep daya penyebaran (power of dispersion) ini digunakan untuk

mengetahui distribusi manfaat dari perkembangan sektor -sektor lainnya melalui

mekanisme transaksi pasar input. Selain itu, konsep ini juga digunakan untuk melihat

kemampuan suatu sektor dalam meningkatkan industri hulunya. Jika Pd ≥ 1, artinya

sektor tersebut mempunyai kemamp uan kuat untuk menarik pertumbuhan sektor

hulu. Namun jika Pd < 1, artinya kurang memiliki kemampuan kuat untuk menarik

pertumbuhan hulunya. Berdasarkan matriks kebalikan Leontif (I -A)-1, rumus

matematis untuk mencari nilai daya penyebarannya adalah :

n∑ αij

Pdj = i =1 ....................................................(3.8)n n

n-1 ∑ ∑αiji=1j=1

dimana Pdj : Indeks Daya Penyebaran

αij : Unsur Matriks Kebalikan

b. Indeks Derajat Kepekaan (ds)

Konsep derajat kepekaan (degree of Sensitivity) ini mempunyai keuntungan

yaitu dapat mengetahui kepekaan suatu sektor terhadap sektor -sektor lainnya melalui

mekanisme pasar output. Konsep ini diartikan sebagai kemampuan suatu sektor untuk

mendorong pertumbuhan hilirnya. Jika ds ≥ 1 artinya sektor tersebut mempunyai

kemampuan kuat untuk mendorong sektor hilirnya. Jika ds < 1, maka sektor tersebut

kurang mampu mendorong pertumbuhan hilirnya. Berdasarkan matriks kebalikan

Leontif (I-A)-1, rumus untuk mencari nilai indeks derajat kepekaannya adalah :

n∑ αij

dsj = i =1 ....................................................(3. 9)n n

n-1 ∑ ∑αiji=1j=1

dimana Pdj : Indeks derajat kepekaan

αij : Unsur Matriks Kebalikan

3.3.5. Dampak Investasi

Untuk melihat dampak investasi sektor pertanian terhadap perekonomian

Sumatera Utara digunakan dua pendekatan yakni pendekatan berdasarkan data input -

output yang terbentuk dan pendekatan dengan menggunakan proses simulasi terhadap

kegiatan investasi sektor pertanian.

a. Dampak terhadap pembentukan Output (X fid)

Xfid = (1 – A )-1 (fid) .................................................................................(3.10)

b. Dampak terhadap Tenaga Kerja (L ik)

Lik = e (1 – A )-1 (fid) ................................................................................. (3. 11)

c. Dampak terhadap pendapatan (l)

l = ∑ Pxi

X Vfid .............................................. ................................(3.12)∑ Vxi

dimana :

(1 – A )-1 = matriks kebalikan Leontif

E = matriks koefisien tenaga kerja

V = matriks koefisien nilai tambah

Fid = Nilai investasi sektor pertanian

Pxi = Nilai upah dan gaji sektor i pada matriks transaksi domestik

Vxi = Nilai tambah bruto sektor i pada matriks transaksi domestik

3.3.6. Analisis Simulasi

Suatu analisis dampak dapat menangkap efek variabel eksogen dalam

pengertian relatif. Untuk mengetahui dampak perubahan variabel eksogen terhadap

output, pendapatan, dan kesempatan kerja maka dilakukan analisis simulasi. Dalam

hal ini maka akan dilakukan skenario inje ksi tertentu dan realokasi terhadap variabel

eksogen yaitu investasi. Skenario simulasi dapat dilakukan sebagai berikut :

A.Simulasi Realokasi Dana Investasi

1. Realokasi investasi sektor industri sebesar 10 persen yang dialihkan ke

sektor pertanian.

2. Realokasi investasi sektor Bangunan sebesar 10 persen yang dialihkan ke

sektor pertanian.

B. Simulasi Peningkatan Dana Investasi

3. Injeksi investasi sebesar 10 persen yang dialokasikan ke sektor pertanian.

4. Injeksi investasi sebesar 10 persen terhadap sektor tanama n pangan

5. Injeksi investasi sebesar 10 persen terhadap sektor perkebunan

6. Injeksi investasi sebesar 10 persen terhadap sektor peternakan

7. Injeksi investasi sebesar 10 persen terhadap sektor kehutanan

8. Injeksi investasi sebesar 10 persen terhadap sektor perikan an

9. Injeksi investasi sebesar 50 persen terhadap sektor pertanian

3.4. Definisi Variabel Operasional Penelitian

a. Output adalah seluruh hasil yang dihasilkan dari suatu proses produksi/

operasi (Juta Rp)

b. Permintaan Antara adalah sesuatu permintaan akan barang dan jasa yang

membutuhkan proses pengolahan selanjutnya sebelum dikonsumsi oleh

konsumen akhir (Juta Rp)

c. Permintaan Akhir adalah sesuatu yang dihasilkan dari suatu proses produksi/

operasi yang dimanfaatkan atau dibeli untuk dikonsumsi oleh masyarakat ,

pemerintah atau luar negeri (Juta Rp)

d. Input Antara adalah sesuatu yang dihasilkan dari suatu proses produksi/

operasi oleh suatu sektor ekonomi yang kemudian dimanfaatkan atau dibeli

oleh sektor lain untuk digunakan sebagai input dalam proses produksi/ o perasi

sektor lain tersebut (Juta Rp)

e. Input Primer (Nilai Tambah) adalah balas jasa yang diciptakan/diberikan

kepada faktor-faktor produksi yang berperan dalam proses produksi yang

mencakup upah dan gaji, surplus usaha, penyusutan dan pajak tak langsung

(Juta Rp)

f. Investasi adalah pembentukan modal tetap bruto meliputi pengadaan,

pembuatan atau pembelian barang -barang modal baru ditambah dengan

perubahan stok (Juta Rp)

g. Kontribusi adalah besaran transaksi yang terjadi pada suatu sektor yang

dibandingkan terhadap total transaksi yang terjadi pada semua sektor (%)

h. Pendapatan adalah upah/ gaji yang merupakan balas jasa yang diberikan

kepada buruh/ karyawan (Juta Rp)

i. Pembentukan tenaga kerja adalah kemampuan suatu sektor ekonomi dalam

menyediakan lapangan kerja ba gi tenaga kerja (orang)

BAB IV

DESKRIPSI DAERAH PENELITIAN

4.1. Gambaran Umum Wilayah Sumatera Utara

Provinsi Sumatera Utara berada di bagian barat Indonesia, terletak pada garis

10 - 40 Lintang Utara dan 980 -1000 Bujur Timur. Sebelah Utar a berbatasan dengan

Provinsi Nanggroe Aceh Darussalam, sebelah Timur dengan Negara Malaysia di

Selat Malaka, sebelah Selatan berbatasan dengan Provinsi Riau dan Sumatera Barat

dan disebelah Barat berbatasan dengan Samudera Hindia. Luas daratan Provinsi

Sumatera Utara adalah 71.680,68 km2, sebagian besar berada di daratan Pulau

Sumatera, dan sebagian kecil berada di Pulau Nias, Pulau -pulau Batu serta beberapa

pulau kecil, baik di bagian barat maupun bagian timur pantai Pulau Sumatera.

Berdasarkan luas daerah menurut kabupaten/kota di Sumatera Utara, luas daerah

terbesar adalah Kabupaten Tapanuli Selatan dengan luas 12.163,65 km2 atau 16,97%

diikuti Kabupaten Labuhan Batu dengan luas 9.223,18 km2 atau 12,87% kemudian

diikuti Kabupaten Mandailing Natal dengan l uas 6.620,70 km2 atau sekitar 9,23%.

Sedangkan luas daerah terkecil adalah Kota Sibolga dengan luas 10,77 km2 atau

sekitar 0,02% dari total luas wilayah Sumatera Utara. Berdasarkan kondisi letak dan

kondisi alam, Sumatera Utara dibagi dalam 3 kelompok wila yah yaitu Pantai Barat,

Dataran Tinggi dan Pantai Timur.

4.2. Penduduk dan Tenaga Kerja Propinsi Sumatera Utara

Sumatera Utara merupakan Provinsi keempat yang terbesar jumlah

penduduknya di Indonesia setelah Jawa Timur, Jawa Barat dan Jawa Tengah.

Menurut hasil pencacahan lengkap Sensus Penduduk (SP) 1990 penduduk Sumatera

Utara keadaan tanggal 31 Oktober 1990 (hari sensus) berjumlah 10,26 juta jiwa, dan

dari hasil SP 2000, jumlah penduduk Sumatera Utara sebesar 11,51 juta jiwa. Pada

bulan April tahun 2003 dilakukan Pendaftaran Pemilih dan Pendataan Penduduk

Berkelanjutan (P4B). Dari hasil pendaftaran tersebut diperoleh jumlah penduduk

sebesar 11.890.399 jiwa. Selanjutnya dari hasil estimasi jumlah penduduk keadaan

Juni 2006 diperkirakan sebesar 12.643.494 jiwa. Kepadatan penduduk Sumatera

Utara tahun 1990 adalah 143 jiwa per km 2 dan tahun 2006 meningkat menjadi 176

jiwa per km2. Laju pertumbuhan penduduk Sumatera Utara selama kurun waktu tahun

1990-2000 adalah 1,20 % pertahun, dan pada tahun 2000 -2005 menjadi 1,37% per

tahun. Dan laju pertumbuhan penduduk 2005 – 2006 mencapai 1.57 %

Penduduk laki-laki di Sumatera Utara sedikit lebih banyak dari perempuan.

Pada tahun 2006 Penduduk Sumatera Utara yang berjenis kelamin perempuan

berjumlah sekitar 6.318.990 jiwa dan penduduk laki-laki sebesar 6.324.504 jiwa.

Dengan demikian sex ratio penduduk Sumatera Utara sebesar 100,09%. Penduduk

Sumatera Utara masih lebih banyak tinggal di daerah pedesaan dari pada daerah

perkotaan. Jumlah penduduk Sumatera Utara yang tinggal di pedesaan adalah 6,94

juta jiwa (54,89%) dan yang tinggal di daerah perkotaan sebesar 5,70 juta jiwa

(45,11%).

Sumber : Sumatera Utara dalam Angka Tahun 2007

Gambar 4.1. Perkembangan Jumlah Penduduk Sumatera Utar a Tahun 2006

Tingkat Partisipasi Angkatan Kerja (TPAK) Sumatera Utara setiap tahunnya

tampak berfluktuasi. Pada tahun 2000, TPAK di daerah ini sebesar 57,34%, tahun

2005 naik menjadi 71,94%, dan tahun 2006 menjadi 66,90%. Angkatan kerja di

Sumatera Utara sebagian besar masih berpendidikan SD ke bawah. Persentase

angkatan kerja golongan ini mencapai 37,89%, angkatan kerja yang berpendidikan

setingkat SMTP dan SMTA masing-masing sekitar 23,80% dan 32,90% sedangkan

sisanya 5,4% berpendidikan diatas SMTA. Dengan masih rendahnya pendidikan

angkatan kerja memungkinkan produktivitasnya juga masih belum optimal. Jika

dilihat dari status pekerjaannya, sepertiga (31,57% ) penduduk yang bekerja di

Sumatera Utara adalah buruh atau karyawan. Penduduk yang berusaha dengan

dibantu anggota keluarga mencapai sekitar 15,92 %, sedangkan penduduk yang

bekerja sebagai pekerja keluarga mencapai 19,48%. Hanya 3,43% penduduk

Sumatera Utara yang menjadi pengusaha yang mempekerjakan buruh tetap/bukan

anggota keluarganya. Jumlah penduduk Sumatera Utara yang merupakan angkatan

kerja pada Agustus 2006 adalah sebanyak 5,49 juta jiwa yang terdiri dari 4,86 juta

jiwa terkategori bekerja dan sebesar 632 ribu jiwa terkategori mencari kerja dan tidak

bekerja (pengangguran terbuka). Penduduk Sumatera Utara yang bekerja ini sebagian

besar bekerja pada sektor pertanian yaitu 49,64 %. Sektor kedua terbesar dalam

menyerap tenaga kerja di Sumatera Utara adalah sektor perdagangan, hotel dan

restoran yaitu sebesar 19,21%. Sektor lain yang cukup besar peranannya dalam

menyerap tenaga kerja adalah sektor jasa -jasa, baik jasa perorangan, jasa perusahaan,

dan jasa pemerintahan yaitu sebesar 11,81%, sementara penduduk yang bekerja

disektor industri hanya sekitar 7,08 % saja.

4.3. Kondisi Sektor Pertanian Propinsi Sumatera Utara

Produksi padi Sumatera Utara selama periode 1998 -2006 rata-rata mengalami

penurunan sebesar minus 23% per tahun. Penurunan ini disebabkan turunnya

produksi padi sawah dengan rata -rata pertumbuhan pertahun sebesar minus 1,13%,

sedangkan produksi padi ladang mengalami penurunan rata-rata sebesar minus 3,14%

pusat perkebunan di Indonesia. Perkebunan di Sumatera Utara telah dibuka sejak

penjajahan Belanda.

Komoditi hasil perkebunan yang paling penting dari Sumatera Utara saat ini

antara lain kelapa sawit, karet, kopi,coklat dan tembakau. Bahkan di kota Bremen

Jerman Tembakau Deli sangat terkenal. Luas tanaman karet rakyat di Sumatera Utara

selama periode 2005-2006 naik sebesar 1,58 %, dimana luas tanaman karet rakyat

pada tahun 2005 yakni sebesar 343.068,85 Ha naik menjadi 348.485,80 Ha pada

tahun 2006. Kabupaten Labuhan Batu, Mandailing Natal, dan Tapanuli Selatan

merupakan pusat perkebunan karet rakyat di Sumatera Utara. Di ketiga daerah

tersebut terbentang seluas 197.704,70 Ha kebun karet, atau sama dengan 55,87% dari

total luaskebun karet rakyat Sumatera Utara. Sedangkan luas tanam kebun kelapa

sawit rakyat di Sumatera Utara pada tahun 2006 sebesar 337.121,71 Ha dengan

produksi 4.137.020,39 ton Tandan Buah Segar (TBS) kelapa sawit. Kabupaten

Labuhan Batu merupakan pusat perkebunan kelapa sawit rakyat di Sumatera Utara.

Di daerah ini terdapat sebesar 130.227 Ha kebun sawit rakyat atau 38,63% dari

seluruh perkebunan kelapa sawit rakyat Sumatera Utara.

Produksi kopi Sumatera Utara tahun 2006 adalah sebesar 46.484,07

tondengan luas lahan 87.692,42 Ha. Kabupaten Dairi dan Tapanuli Utara merupakan

penghasil kopi dari Sumatera Utara. Bahkan kopi Sidikalang sudah dikenal di Pulau

Jawa dan Eropa. Di Sumatera Utara terdapat 3 Perkebunan Besar BUMN dan ratusan

perkebunan besar swasta. Sama seperti pada perkebunan rakyat, jenis tanaman

perkebunan besar yang ada di Sumatera Utara diantaranya kelapa sawit, karet, coklat,

teh, tembakau, dan tebu. Produksi hasil hutan Sumatera Utara menurut jenis yaitu

kayu log, kayu gergajian, kayu lapis, PULP dan hasil ikutan lainnya seperti rotan,

arang dan getah tusam. Produksi hasil hutan terbesar tahun 2006 adalah kayu log

pinus yakni sebesar 1.172.316,74 M 3.

Populasi ternak besar yang terdiri dari kuda, sapi potong, kerbau dan sapi

perah. Pada tahun 2006 populasi sapi potong ternak sebanyak 251.488 ekor, kuda

sebanyak 4.053 ekor, kerbau sebanyak 261.794 ekor dan sapi perah sebanyak 6.526

ekor. Populasi ternak kecil kambing/domba dan babi pada 2006 terjadi sedikit

kenaikan sebesar 0,87% dan 1,62% dibandingkan pada tahun 2005 , tahun 2006

tercatat 421.296,74 ton, yang terdiri atas 362.082,53 ton ikan laut dan 37.375,78 ton

perairan darat serta 21.283,99 ton ikan budidaya air payau dan budi daya laut sebesar

554,44. Jumlah nelayan di Sumatera Utara tahun 2006 adalah 138.687 nelayan yang

terdiri dari 95.738 nelayan penuh, 37.103 nelayan sambilan utama dan 6.847 nelayan

sambilan tambahan. Jumlah rumah tangga budidaya perikanan tahun 2006 seban yak

33.494 rumah tangga yang terdiri dari 1.775 rumah tangga petambak, 14.539 rumah

tangga pemelihara ikan di kolam, 18.905 rumah tangga pemelihara ikan di sawah, 83

rumah tangga di kolam air deras dan 1.075 rumah tangga yang memelihara ikan

dengan cara jaring apung, 390 rumah tangga memelihara ikan dikeramba dan 487

rumah tangga yang memelihara ikan dengan budi daya laut .

BAB V

HASIL DAN PEMBAHASAN

5.1. Peranan Sektor Pertanian terhadap pembentukan Struktur PerekonomianPropinsi Sumatera Utara

5.1.1. Struktur Permintaan dan Penawaran

Struktur permintaan terhadap barang dan jasa di Propinsi Sumatera Utara

meliputi permintaan antara, permintaan akhir domestik, serta permintaan terhadap

barang dan jasa untuk di ekspor baik ke propinsi lain maupun ke lua r negeri. Struktur

permintaan propinsi Sumatera Utara memperlihatkan bahwa pada Tahun 2007 total

permintaan adalah sebesar Rp 357.570.242 juta . Total permintaan tersebut terdiri

dari permintaan antara sebesar Rp 126.540.878 juta, permintaan akhir domestik

sebesar Rp 153.749.678 juta serta permintaan ekspor yang berasal dari propinsi lain

maupun dari luar negeri sebesar Rp 77.279.685 juta. Angka ini menunjukkan bahwa

sebanyak 43% dari total permintaan merupakan konsumsi yang dilakukan oleh

konsumen akhir. Kemudian sekitar 35,39% dari total permintaan merupakan

konsumsi dari konsumen yang melakukan proses produksi lanjutan dan sisanya

sebesar 21,61% merupakan besaran dari total permintaan dalam perekonomian

Sumatera Utara yang dikonsumsi oleh pihak luar yang berada di propinsi lain maupun

luar negeri.

Secara umum proporsi permintaan terbesar adalah pada sektor agroindustri

dengan total permintaan sebesar Rp 116.603.290 juta (32,61%), diikuti sektor

pertanian Rp 57.734.600 juta (16,15%), serta sektor perdagan gan, hotel dan restoran

sebesar Rp 45.991.661 juta (12,86%). Secara khusus, dilihat dari proporsi permintaan

yang diberikan oleh sektor pertanian, terlihat bahwa peranan sektor pertanian sebesar

16,15% terhadap total permintaan dalam perekonomian Sumatera Utara dikontribusi

oleh sektor kelapa sawit (3,78%), padi (1,99%), karet (1,90%), unggas dan

peternakan lainnya (1,72%), dan perikanan (1,59%).

Berdasarkan angka tersebut dapat terlihat bahwa sektor kelapa sawit

merupakan sektor dalam sektor pertanian ya ng memberikan peranan terbesar dalam

struktur permintaan dalam perekonomian Sumatera Utara. Nilai sektor kelapa sawit

tersebut mencapai Rp 13.522.902 juta. Proporsi permintaan sektor kelapa sawit

tersebut sebagian besar dimanfaatkan atau digunakan oleh kon sumen yang akan

melakukan pengolaha lebih lanjut atau proses produksi lanjutan (permintaan antara)

yang mencapai nilai permintaan antara sebesar Rp 13.381.065 juta atau 98,95% dari

total permintaan sektor kelapa sawit merupakan permintaan antara. Sisanya s ebesar

Rp 141.837 juta (1,05%) merupakan permintaan akhir dan tidak memiliki nilai

ekspor. Hal ini berarti bahwa hasil dari sektor kelapa sawit sepenuhnya dimanfaatkan

oleh konsumen yang masih berada dalam propinsi Sumatera Utara yang sebagian

besar digunakan oleh industri lanjutan dari pengolahan kelapa sawit tersebut

contohnya industri CPO.

Sektor selanjutnya yang memiliki kontribusi terbesar kedua dalam sektor

pertanian yang memiliki kontribusi terbesar dalam struktur permintaan di Sumatera

Utara adalah sektor padi. Sektor ini memiliki peranan sebesar 1,99% terhadap total

permintaan dalam perekonomian Sumatera Utara atau mencapai nilai Rp 7.119.659

juta yang terdiri dari permintaan antara (Rp 7.116.193 juta) dan permintaan akhir (Rp

3.466.000.000,-) dengan tidak ada nilai ekspor. Hal yang sama juga terjadi pada

sektor karet yang mencapai nilai Rp 6.794.560 juta dengan permintaan antara sebesar

Rp 6.716.376 juta dan permintaan akhir sebesar Rp 78.183 juta.

Jika dilihat dari struktur permintaan antara, ma ka dalam sektor pertanian

terlihat bahwa sektor kelapa sawit, padi, karet, kehutanan, serta unggas dan

peternakan lainnya merupakan 5 sektor yang memiliki peranan terbesar dalam

pembentuk permintaan antara. Sedangkan jika dilihat berdasarkan struktur

permintaan akhir dapat terlihat bahwa sektor dalam sektor pertanian yang memiliki

peranan terbesar meliputi sektor unggas dan peternakan lainnya, sayur -sayuran,

perikanan, buah-buahan dan sektor umbi-umbian dan pati. Struktur permintaan dalam

perekonomian Sumatera Utara tidak terlepas dari adanya permintaan yang berasal

dari propinsi lain maupun luar negeri (ekspor). Nilai ekspor dalam sektor pertanian

terbesar dikontribusi oleh nilai ekspor pada sektor perikanan. Kemudian diikuti oleh

sektor buah-buahan, sayur-sayuran, coklat, dan sektor kopi. Nilai ekpor sektor

perikanan menunjukkan nilai yang relatif besar yang mencapai Rp 2.081.656 juta atau

sebesar 36.61% dari total permintaan pada sektor ini. Strutkur permintaan dan

peranannya dalam perekonomian Sumatera Ut ara secara lengkap disajikan pada Tabel

5.1.

Kode

Akhir

Domestik

1 Padi 7.116.193 3.466 - 7.119.659 1,992 Jagung 886.764 511.681 94.883 1.493.328 0,42

3 Umbi-umbian dan Pati 101.583 598.123 - 699.707 0,20

4 Sayur-sayuran 516.794 4.201.445 424.975 5.143.215 1,44

5 Buah-buahan 570.826 2.323.707 546.804 3.441.338 0,96

6 Tanaman Bahan makanan Lainnya 228.291 214.317 5 442.614 0,12

7 Karet 6.716.376 78.183 - 6.794.560 1,90

8 Coklat 214.010 32 413.843 627.885 0,18

9 Kelapa 256.676 385.992 - 642.668 0,18

10 Kelapa sawit 13.381.065 141.837 - 13.522.902 3,78

11 Kopi 325.419 57.437 179.055 561.910 0,16

12 Tanaman Perkebunan lainnya 504.655 320.254 - 824.909 0,23

13 Ternak dan Hasilnya 1.446.390 372.889 6.723 1.826.002 0,51

14 Unggas dan Peternakan lainnya 1.615.320 4.526.773 145 6.142.238 1,72

15 Kehutanan 2.592.868 106.889 65.812 2.765.569 0,77

16 Perikanan 891.134 2.713.306 2.081.656 5.686.097 1,59

17 Pertambangan (2.099.299) 7.561 - (2.091.739) -0,58

18 Agroindustri 27.268.990 37.553.565 51.780.735 116.603.290 32,61

19 Non Agroindustri 23.244.564 12.744.268 7.931.938 43.920.771 12,28

20 Listrik, Gas dan Air Minum 3.543.847 3.689.112 - 7.232.959 2,02

21 Bangunan 2.455.066 19.880.929 - 22.335.996 6,25

22 Perdagangan, Hotel, dan Restoran 14.587.678 17.650.873 13.753.110 45.991.661 12,86

23 Pengangkutan & Komunikasi 9.612.808 17.171.493 - 26.784.301 7,49

24 Keuangan, Persewaan 6.240.634 8.212.594 - 14.453.228 4,04

25 Jasa-jasa 4.322.225 20.282.949 - 24.605.175 6,88

126.540.878 153.749.678 77.279.685 357.570.242 100

Sektor

Total

I-O

Permintaan

JumlahAntara Ekspor

Peranan

Tabel 5.1. Struktur Permintaan dalam Perekonomian Propinsi Sumatera Utara Tahun 2007 (Juta Rp)

Sumber : Tabel Input-Output Tahun 2007 (diolah )

Dari sisi penawaran, maka jumlah penawaran ini akan sama dengan jumlah

permintaan dalam perekonomian proponsi Sumatera Utara. Hal ini terkait dengan

keseimbangan umum yang dianut dalam proses analisis Input -Output. Jumlah

penawaran yang terdiri dari impor dan produks i domestik. Jumlah penawaran dalam

perekonomian Sumatera Utara mencapai Rp 357.570.342 juta yang terdiri atas

18,21% impor dengan nilai mencapai Rp 65.125.098 juta dan 81,79% atau Rp

292.445.143 juta adalah produksi lokal/domestik. Hal ini menunjukkan bahw a hampir

seperlima dari seluruh nilai produk yang beredar di Propinsi Sumatera Utara

merupakan nilai barang impor.

Produksi produk Sumatera Utara pada tahun 2007 didominasi oleh produk -

produk yang dihasilkan pada sektor agroindustri yakni sebesar (32,16% ). Kemudian

disusul oleh produk yang berasal dari sektor pertanian (16,15%), perdagangan,hotel

dan restoran (12,86%), non-agroindustri (12,28%), serta sektor pengangkutan dan

komunikasi (7,49%). Kelima sektor inilah yang mampu memberikan sebagian besar

pembentuk utama dari produksi dalam perekonomian di Sumatera Utara. Kelima

sektor ini dapat dikatakan sebagai roda penggerak bagi berjalannya sektor riil,

khususnya sektor agroindustri. Jika dilihat berdasarkan nilai produksi domestik/lokal

dari setiap sektor, 50% dari produksi domestik merupakan produk yang berasal dari

sektor agroindustri dan sektor pertanian dimana sektor agroindustri mencapai 31,71%

dari total produksi dan 19,27% dikontribusi dari sektor pertanian.

Jumlah impor yang terjadi di Sumatera Ut ara yang mencapai Rp 65.126.098

juta atau 18,21% dari total produksi propinsi, terlihat bahwa s ektor yang memiliki

nilai impor terbesar adalah sektor Non -Agroindustri yang mencapai nilai Rp

38.018.964 juta,- (58,38%) dan diikuti oleh sektor agroindustri se besar Rp

23.876.118 juta (36,66%). Hal ini menunjukkan bahwa sebagian besar nilai impor di

Sumatera Utara diserap oleh sektor industri baik itu yang bersifat non -agroindustri

atau agroindustri.

Sektor pertanian secara umum memiliki peranan yang cukup besa r dalam

menghasilkan produk. Hal ini terlihat bahwa sektor pertanian memiliki peranan

sebesar 16,15% dari total produksi di Sumatera Utara. Nilai produksi tersebut

dikontribusi terbesar dari kelapa sawit, padi, karet, unggas dan peternakan lainnya,

serta perikanan. Kalau kita lihat dari nilai impor terlihat bahwa sektor pertanian

memiliki nilai impor yang sangat kecil dibandingkan sektor non -agroindustri dan

agroindustri yang ditunjukan dengan nilai impor sebesar 2,11% dari total impor

Sumatera Utara. Hal ini menunjukkan bahwa sektor pertanian memiliki ketahanan

ekonomi yang lebih baik dibandingkan sektor lainnya. Sektor pertanian di Sumatera

Utara tidak begitu memiliki ketergantungan terhadap komponen impor sehingga

dapat dikatakan bahwa produksi sektor per tanian secara langsung tidak terpengaruh

dengan kondisi internasional. Nilai impor terbesar pada sektor pertanian terdapai pada

komoditi jagung dan buah-buahan. Sedangkan untuk komoditi tanaman perkebunan,

hanya kopi lah yang memiliki nilai impor yang menc apai nilai Rp 5.370 juta pada

KodeProduksi

Domestik

1 Padi - 7.119.659 7.119.659 1,99

2 Jagung 595.748 897.580 1.493.328 0,42

3 Umbi-umbian dan Pati 71.814 627.892 699.707 0,20

4 Sayur-sayuran 68.817 5.074.398 5.143.215 1,44

5 Buah-buahan 467.663 2.973.675 3.441.338 0,96

6 Tanaman Bahan makanan Lainnya 46.775 395.838 442.614 0,12

7 Karet - 6.794.560 6.794.560 1,90

8 Coklat - 627.885 627.885 0,18

9 Kelapa - 642.668 642.668 0,18

10 Kelapa sawit - 13.522.902 13.522.902 3,78

11 Kopi 5.370 556.540 561.910 0,16

12 Tanaman Perkebunan lainnya - 824.909 824.909 0,23

13 Ternak dan Hasilnya 57.699 1.768.303 1.826.002 0,51

14 Unggas dan Peternakan lainnya 14.403 6.127.835 6.142.238 1,72

15 Kehutanan 847 2.764.722 2.765.569 0,77

16 Perikanan 44.357 5.641.740 5.686.097 1,59

17 Pertambangan 1.856.522 (3.948.261) (2.091.739) -0,58

18 Agroindustri 23.876.118 92.727.171 116.603.290 32,61

19 Non Agroindustri 38.018.964 5.901.807 43.920.771 12,28

20 Listrik, Gas dan Air Minum - 7.232.959 7.232.959 2,02

21 Bangunan - 22.335.996 22.335.996 6,25

22 Perdagangan, Hotel, dan Restoran - 45.991.661 45.991.661 12,86

23 Pengangkutan & Komunikasi - 26.784.301 26.784.301 7,49

24 Keuangan, Persewaan - 14.453.228 14.453.228 4,04

25 Jasa-jasa - 24.605.175 24.605.175 6,88

65.125.098 292.445.143 357.570.242 100

Peranan

Total

Penawaran

JumlahImporI-O

Sektor

Tahun 2007. Secara lebih sistematis, struktur penawaran dalam prekonomian

Sumatera Utara Tahun 2007 ditunjukkan pada Tabel 5.2.

Tabel 5.2. Struktur Penawaran dalam Perekonomian Propinsi Sumatera UtaraTahun 2007 (Juta Rp)

Sumber : Tabel Input-Output Tahun 2007 (diolah)

5.1.2. Struktur Konsumsi

Struktur konsumsi dalam suatu perekonomian merupakan salah satu unsur

dari permintaan akhir khususnya permintaan akhir domestik y ang terdiri dari

konsumsi/permintaan yang dilakukan oleh perseorangan/rumah tangga dan

pemerintah. Secara umum, nilai konsumsi Sumatera Utara mencapai nilai Rp

122.880.632 juta yang terdri dari Rp 106.284.836 juta konsumsi rumah tangga (C)

dan Rp 16.595.796 juta konsumsi pemerintah (G). Nilai konsumsi ini memberikan

peranan sebesar 74,1% terhadap PDRB Sumatera Utara dengan 64,01% dari PDRB

merupakan konsumsi RT dan 10,09% adalah konsumsi yang dilakukan pemerintah.

Konsumsi Rumah Tangga (RT) terbesar berasa l dari sektor Agroindustri

yakni mencapai 33,85% atau Rp 35.973.644 juta. Kemudian diikuti konsumsi RT dari

sektor pertanian (15,32%), sektor pengangkutan dan komunikasi (15,18%), dan

sebanyak 13,56% konsumsi RT berasal dari sektor perdagangan, hotel dan r estoran.

Sedangkan konsumsi terendah terdapat berasal dari sektor pertambangan yakni

sebesar Rp 7.528 juta atau hanya sebesar 0,01% dari total konsumsi rumah tangga.

Dari sisi konsumsi pemerintah terlihat bahwa sebesar 81,28% atau mencapai nilai Rp

13.489.646 juta merupakan konsumsi pemerintah di sektor jasa -jasa dan sisanya

sebesar 18,72% tersebar di sektor pengangkutan dan komunikasi (6,25%), sektor

perdagangan, hotel dan restoran (3,06%), sektor Non -Agroindustri (2,77%), sektor

listrik, gas, dan air minum (2,30%), sektor pertambangan (1,73%), sektor keuangan,

persewaan dan jasa perusahaan (1,60%) serta sektor bangunan (1,00%). Sedangkan

konsumsi RT di sektor pertanian tidak mempunyai nilai pada struktur konsumsi

dalam perekonomian Sumatera Utara.

Struktur konsumsi sektor pertanian dalam perekonomian Sumatera Utara

Tahun 2007 terlihat bahwa konsumsi sektor pertanian sepenuhnya berasal dari

konsumsi rumah tangga yakni sebesar 15,32% dari total konsumsi rumah tangga.

Nilai konsumsi rumah tangga terbesar pad a sektor pertanian terjadi pada sektor

unggas dan peternakan lainnya yang mencapai Rp 4.526.279 juta atau 4,26% dari

total konsumsi rumah tangga. Kemudian diikuti oleh sektor sayur -sayuran sebesar Rp

4.201.445 juta, sektor perikanan (Rp 2.712.964 juta ), sektor buah-buahan (Rp

2.323.707 juta), dan sektor umbi -umbian (Rp 598.124 juta). Sedangkan untuk sektor

padi, karet, coklat, dan kelapa sawit tidak memiliki nilai konsumsi rumah tangga. Hal

ini berarti bahwa tidak ada permintaan akhir terhadap keempat sekto r tersebut.

Kondisi ini disebabkan bahwa keempat sektor tersebut tidak dapat dikonsumsi

langsung sebagai permintaan akhir, khususnya dalam struktur konsumsi melainkan

memerlukan pengolahan lebih lanjut untuk dijadikan produk olahan yang merupakan

produk derivatif dari komoditi tersebut. Pada sektor pertanian, terlihat bahwa

pemerintah tidak memiliki konsumsi pada sektor pertanian secara umum. Struktur

konsumsi dalam perekonomian Sumatera Utara yang tertuang pada Tabel Input -

Output atas dasar harga konsumen tahun 2007 terlihat pada Tabel 5.3.

Rumah Tangga Peranan (%) PemerintahPeranan(%)1 Padi 0 0,00 0 0,002 Jagung 511.298 0,48 0 0,003 Umbi-umbian dan Pati 598.124 0,56 0 0,004 Sayur-sayuran 4.201.445 3,95 0 0,005 Buah-buahan 2.323.707 2,19 0 0,006 Tanaman Bahan makanan Lainnya 214.305 0,20 0 0,007 Karet 0 0,00 0 0,008 Coklat 0 0,00 0 0,009 Kelapa 385.954 0,36 0 0,0010 Kelapa sawit 0 0,00 0 0,0011 Kopi 57.338 0,05 0 0,0012 Tanaman Perkebunan lainnya 320.244 0,30 0 0,0013 Ternak dan Hasilnya 307.303 0,29 0 0,0014 Unggas dan Peternakan lainnya 4.526.279 4,26 0 0,0015 Kehutanan 121.479 0,11 0 0,0016 Perikanan 2.712.964 2,55 0 0,0017 Pertambangan 7.528 0,01 0 0,0018 Agroindustri 35.973.644 33,85 287.444 1,7319 Non Agroindustri 5.403.015 5,08 460.029 2,7720 Listrik, Gas dan Air Minum 3.307.016 3,11 382.096 2,3021 Bangunan 127.408 0,12 165.130 1,0022 Perdagangan, Hotel, dan Restoran 14.416.663 13,56 508.659 3,0623 Pengangkutan & Komunikasi 16.134.455 15,18 1.037.039 6,2524 Keuangan, Persewaan & Jasa Perusahaan 7.946.841 7,48 265.753 1,6025 Jasa-jasa 6.687.827 6,29 13.489.646 81,28

106.284.836 100,00 16.595.796 100,00Total

KonsumsiSektorNo

Tabel 5.3. Struktur Konsumsi dalam Perekonomian Propinsi Sumatera UtaraTahun 2007 (Juta Rp)

Sumber : Tabel Input-Output Tahun 2007 (diolah)

5.1.3. Struktur Ekspor-Impor

Kegiatan perdagangan dapat ditembuh dengan upaya ekspor maupun impor.

Ekspor dimaksudkan untuk mengisi peluang pasar luar negeri dan luar propinsi dalam

satu negara, sedangkan impor dimaksudkan dimaksudkan untuk memenuhi

kebutuhan dalam negeri atau dalam daerah suatu perekonomian daerah. Secara

umum, struktur ekspor-impor yang terjadi dalam perekonomian Sumatera Utara

terlihat mencapai nilai sebesar Rp 77.279.685 juta untuk ekspor dan Rp 65.125.098

juta untuk impor. Angka ini menunjukkan bah wa dalam perekonomian Sumatera

Utara pada Tahun 2007 terlihat bahwa ekspor lebih besar daripada impor. Hal ini

berarti bahwa Sumatera Utara mengalami surplus ekonomi dimana kondisi ini

merupakan kondisi yang memang diharapkan dalam suatu perekonomian daera h.

Surplus ekonomi atau yang sering disebut net -ekspor positif mencapai nilai sebesar

Rp 12.154.587 juta atau 7.,33% dari nilai PDRB propinsi Sumatera Utara pada Tahun

2007.

Bila dilhat berdasarkan struktur ekspor, terlihat bahwa ekspor terbesar pada

perekonomian Sumatera Utara berasal dari produk agroindustri yang mencapai nilai

Rp 51.780.735 juta atau 67% dari total ekspor. Angka ini menunjukkan bahwa

produk turunan atau produk olahan dari sektor pertanian seperti produk turunan

kelapa sawit, karet, dan lainnya dapat dikatakan sebagai komoditi andalan bagi

ekspor di Sumatera Utara. Posisi kedua ekspor Sumatera Utara pada Tahun 2007

berasal dari sektor perdagangan, hotel, dan restoran yang mencapai nilai Rp

13.753.110 juta atau sebesar 17,80% dari total ek spor. Sedangkan produk Non-

Agroindustri terdapat pada posisi ketiga dengan nilai sebesar Rp 7.931.938 juta

(10,26%).

Struktur impor yang terjadi pada perekonomian Sumatera Utara tahun 2007

hanya dikontribusi dari 4 sektor ekonomi utama yakni sektor Non -Agroindustri,

kemudian diikuti oleh sektor agroindustri, pertambangan, dan pertanian. Impor

terbesar Sumatera Utara dilakukan oleh sektor Non -Agroindustri yang mencapai nilai

Rp 38.018.964 juta atau sebesar 58,38% dari total impor. Sedangkan sektor

agroindustri mencapai persentase 36,66%, pertambangan (2,85%), dan pertanian

(2,11%). Jika dilihat berdasarkan selisih antara ekspor dan impor, dapat disimpulkan

bahwa sektor pertanian, perdagangan, dan sektor agroindustri mengalami surplus atau

net-ekspot yang positif. Sedangkan sektor yang mengalami defisit atau net -ekspor

negatif terjadi pada sektor pertambangan dan non -agroindustri.

Struktur ekspor-impor pada sektor pertanian secara umum terdiri dari 4,94%

dari total ekspor dan 2,11% dan total impor. Kondisi m enunjukkan bahwa net-ekspor

sektor pertanian berada pada kondisi surplus. Ekspor utama pada sektor pertanian

terjadi pada sektor perikanan yang mencapai nilai Rp 2.081.656.000, -. Nilai ekspor

perikanan ini mencapai 50% dari nilai ekspor yang terjadi dalam sektor ekonomi.

Perikanan menjadi komoditi unggulan bagi ekspor pertanian propinsi Sumatera utara.

Kemudian diikuti oleh sektor buah -buahan, sayur-sayuran, coklat, dan jagung.

Berdasarkan nilai impor, terlihat bahwa sektor pertanian secara umum hanya

memberikan kontribusi impor sebesar 2,11% dari total impor yang terjadi di

Sumatera utata. Nilai impor terbesar terjadi pada sektor jagung yang mencapai Rp

Ekspor Peranan (%) Impor Peranan(%)

1 Padi 0 0,00 0 0,002 Jagung 94.883 0,12 595.748 0,913 Umbi-umbian dan Pati 0 0,00 71.814 0,114 Sayur-sayuran 424.975 0,55 68.817 0,115 Buah-buahan 546.804 0,71 467.663 0,726 Tanaman Bahan makanan Lainnya 5 0,00 46.775 0,077 Karet 0 0,00 0 0,008 Coklat 413.843 0,54 0 0,009 Kelapa 0 0,00 0 0,0010 Kelapa sawit 0 0,00 0 0,0011 Kopi 179.055 0,23 5.370 0,0112 Tanaman Perkebunan lainnya 0 0,00 0 0,0013 Ternak dan Hasilnya 6.723 0,01 57.699 0,0914 Unggas dan Peternakan lainnya 145 0,00 14.403 0,0215 Kehutanan 65.812 0,09 847 0,0016 Perikanan 2.081.656 2,69 44.357 0,0717 Pertambangan 0 0,00 1.856.522 2,8518 Agroindustri 51.780.735 67,00 23.876.118 36,6619 Non Agroindustri 7.931.938 10,26 38.018.964 58,3820 Listrik, Gas dan Air Minum 0 0,00 0 0,0021 Bangunan 0 0,00 0 0,0022 Perdagangan, Hotel, dan Restoran 13.753.110 17,80 0 0,0023 Pengangkutan & Komunikasi 0 0,00 0 0,0024 Keuangan, Persewaan & Jasa Perusahaan 0 0,00 0 0,0025 Jasa-jasa 0 0,00 0 0,00

77.279.685 100,00 65.125.098 100,00Total

No SektorEkspor & Impor

595.748juta, dilanjutkan oleh kontribusi impor sektor buah -buahan (Rp 467.663 juta),

jagung (Rp 71.814 juta), sayur-sayuran (Rp 68.817 juta), serta ternak dan hasilnya

(Rp 57.699 juta). Secara lebih detail mengenai struktur ekspor -impor ditunjukkan

pada Tabel 5.4. dibawah ini.

Tabel 5.4. Struktur Ekspor-Impor dalam Perekonomian Propinsi SumateraUtara Tahun 2007 (Juta Rp)

Sumber : Tabel Input-Output Tahun 2007 (diolah)

5.1.4. Struktur Investasi

Investasi dalam permintaan akhir pada Tabel Input -Output merupakan

gabungan antara Pementukan Modal Tetap Bruto (PMTB) dan p erubahan stok yang

terjadi pada suatu perekonomian. Secara umum, investasi terbesar yang terjadi dalam

perekonomian Sumatera Utara pada Tahun 2007 terj adi pada sektor bangunan yang

mencapai persentase sebesar 63,46% dari total investasi atau mencapai nilai Rp

19.588.392 juta. Posisi investasi kedua terjadi pada sektor Non -Agroindustri sebesar

22,29% (Rp 6.881.224 juta) diikuti oleh investasi di sektor perdagangan, hotel dan

restoran (8,83%), dan sektor agroindsutri (4,19%). Pembentukan Modal Tetap Bruto,

memperlihatkan bahwa sektor Bangunan sebesar 67,25% (Rp 19.588.392 juta) diikuti

sektor Non-Agroindustri sebesar 22,95% (Rp 6.685.951 juta), dan perdagangan,

hotel, dan restoran sebesar 8,64% (Rp 2.517.869juta). Sedangkan sisanya dikontribusi

dari sektor Agroindustri (0,57%), jasa-jasa (0,36%), dan sektor pertanian khususnya

ternak dan hasilnya (0,22%). Jika dilihat dari sisi perubahan stok maka peranan

tebesar terhadap pembetukan perubahan stok total ditunjukkan oleh sektor

Agroindustri sebesar 64,67% (Rp 1. 126.434 juta), kemudian diikuti oleh sektor non -

agroindustri sebesar 11,21% (Rp195.273 juta).

Struktur investasi yang terjadi pada sektor pertanian secara umum terlihat

bahwa total investasi yang terjadi pada sektor ini mencapai 0,89% dari total investasi

yang terjadi pada tahun 2007. Hal ini menunjukkan bahwa pada Tahun 2007, nilai

investasi yang terjadi pada sektor pertanian masih sangat rendah dibandingkan sektor -

Nilai (%) Nilai (%) Nilai (%)

1 Padi 0 0,00 3.466 0,20 3.466 0,012 Jagung 0 0,00 383 0,02 383 0,003 Umbi-umbian dan Pati 0 0,00 0 0,00 0 0,004 Sayur-sayuran 0 0,00 0 0,00 0 0,005 Buah-buahan 0 0,00 0 0,00 0 0,006 Tanaman Bahan makanan Lainnya 0 0,00 12 0,00 12 0,007 Karet 0 0,00 78.183 4,49 78.183 0,258 Coklat 0 0,00 32 0,00 32 0,009 Kelapa 0 0,00 38 0,00 38 0,0010 Kelapa sawit 0 0,00 141.837 8,14 141.837 0,4611 Kopi 0 0,00 99 0,01 99 0,0012 Tanaman Perkebunan lainnya 0 0,00 10 0,00 10 0,0013 Ternak dan Hasilnya 63.608 0,22 1.977 0,11 65.586 0,2114 Unggas dan Peternakan lainnya 0 0,00 495 0,03 495 0,0015 Kehutanan 0 0,00 -14.590 -0,84 -14.590 -0,0516 Perikanan 0 0,00 343 0,02 343 0,0017 Pertambangan 0 0,00 33 0,00 33 0,0018 Agroindustri 166.043 0,57 1.126.434 64,67 1.292.477 4,1919 Non Agroindustri 6.685.951 22,95 195.273 11,21 6.881.224 22,2920 Listrik, Gas dan Air Minum 0 0,00 0 0,00 0 0,0021 Bangunan 19.588.392 67,25 0 0,00 19.588.392 63,4622 Perdagangan, Hotel, dan Restoran 2.517.869 8,64 207.682 11,92 2.725.551 8,8323 Pengangkutan & Komunikasi 0 0,00 0 0,00 0 0,0024 Keuangan, Persewaan & Jasa Perusahaan 0 0,00 0 0,00 0 0,0025 Jasa-jasa 105.476 0,36 0 0,00 105.476 0,34

29.127.340 100,00 1.741.707 100,00 30.869.047 100,00Total

Pembentukan Modal Tetap Perubahan Stok Total InvestasiNo Sektor

sektor lainnya. Pembentukan Modal Tetap Bruto yang terjadi pada sektor pertanian

hanya terjadi pada sektor peternakan dan hasilnya dengan nilai PMTB mencapai Rp

63.608 juta. Struktur perubahan stok terbesar terjadi pada sektor kelapa sawit sebesar

Rp 141.837 juta diikuti oleh sektor karet, ternak dan hasilnya dan padi. (Tabel 5.5.)

Tabel 5.5. Struktur Investasi dalam Perekonomian Propinsi Sumatera Utara Tahun 2007 (Juta Rp)

Sumber : Tabel Input-Output Tahun 2007 (diolah)

5.1.5. Struktur Nilai Tambah

Nilai Tambah Bruto adalah balas jasa terhadap faktor produksi yang tercipta

karena adanya kegiatan produksi. Faktor produksi antara lain terdiri dari tenaga kerja,

tanah, modal, dan kewirausahaan (manajemen). Wujud dari nilai tambah adalah upah

dan gaji, surplus usaha, penyusutan barang modal, serta p ajak tidak langsung netto.

Nilai Tambah Bruto disebut juga sebagai balas jasa faktor produksi atau input primer.

Nilai tambah dari suatu sektor akan sama dengan output domestik dkurangi input

antara pada sektor tersebut. Sehingga besarnya nilai tambah seti ap sektor ditentukan

oleh besarnya output domest ik yang dihasilkan serta nilai b iaya yang dikeluarkan

dalam proses produksi. Oleh sebab itu, suatu sektor yang dimiliki output yang besar

belum tentu memiliki nilai tambah yang besar karena terdapatnya hubung an negatif

antara nilai tambah dengan biaya yang digunakan dalam proses produksi. Total Nilai

Tambah Bruto dalam perekonomian suatu daerah juga merupakan nilai PDRB daerah

tersebut berdasarkan pendekatan nilai tambah. Nilai total Nilai Tambah Bruto/ imput

primer ini akan sama dengan nilai permintaan akhir domestik atau yang disebut nilai

PDRB berdasarkan penggunaannnya.

No Sektor Nilai (Juta Rp) Peranan (%)1 Padi 6.031.200 3,642 Jagung 748.763 0,453 Umbi-umbian dan Pati 518.708 0,314 Sayur-sayuran 4.288.403 2,585 Buah-buahan 2.536.626 1,536 Tanaman Bahan makanan Lainnya 326.837 0,207 Karet 5.245.850 3,168 Coklat 524.986 0,329 Kelapa 540.612 0,3310 Kelapa sawit 10.894.171 6,5711 Kopi 423.229 0,2612 Tanaman Perkebunan lainnya 675.013 0,4113 Ternak dan Hasilnya 1.279.102 0,7714 Unggas dan Peternakan lainnya 3.677.702 2,2215 Kehutanan 2.326.785 1,4016 Perikanan 4.248.237 2,5617 Pertambangan (3.622.945) -2,1818 Agroindustri 24.148.637 14,5619 Non Agroindustri 11.639.160 7,0220 Listrik, Gas dan Air Minum 2.039.672 1,2321 Bangunan 8.256.901 4,9822 Perdagangan, Hotel, dan Restoran 31.435.265 18,9523 Pengangkutan & Komunikasi 15.726.093 9,4824 Keuangan, Persewaan & Jasa Perusahaan 11.650.419 7,0225 Jasa-jasa 20.344.838 12,26

165.904.265 100,00Total

Tabel 5.6. Struktur Nilai Tambah dalam Perekonomian Propinsi SumateraUtara Tahun 2007 (Juta Rp)

Sumber : Tabel Input-Output Tahun 2007 (diolah )

Berdasarkan Tabel 5.6. terlihat bahwa sektor pertanian memiliki nilai tambah

terbesar bagi perekonomian Sumatera Utara pad a Tahun 2007 yaitu sebesar Rp

44.286.226 juta atau sebesar 26,69% dari total nilai tambah. Nilai ini disebabkan

bahwa sektor pertanian merupakan sektor yang menyerap jumlah tenaga kerja yang

lebih banyak dibandingkan sektor lainnya mengingat bahwa karakteristik pertanian di

Indonesia umumnya, Sumatera Utara khususnya, masih bersifa t padat karya.

Selanjutnya sektor perdagangan, hotel dan restoran dan sektor Agroindustri berada

pada proporsi setelah sektor pertanian dengan nilai tambah masing -masing sebesar

Rp 31.435.265 juta (18,95%) dan Rp 24.148.637 juta (14,56%).

Besaran struktur nilai tambah yang tercipta pada sektor pertanian sebagian

besar dikontribusi oleh sektor kelapa sawit yang mencapai nilai Rp 10.894.171 juta

atau seesar 24,60% dari total nilai tambah sektor pertanian. Selanjutnya diikuti oleh

besaran nilai tambah dari sektor padi, karet, perikanan, dan sayur -sayur. Kelima

sektor diatas membentuk nilai tambah sebesar 69,34% dari total nilai tambah yang

terbentuk pada sektor pertanian.

5.1.6. Struktur Output

Besarnya pertumbuhan ekonomi suatu daerah didasarkan pada per tumbuhan

output yang mampu diciptakan daerah tersebut. Dengan demikian peran output sangat

penting dalam menilai pertumbuhan ekonomi. Output merupakan nilai produksi baik

barang maupun jasa yang dihasilkan oleh sektor -sektor ekonomi yang terdapat dalam

suatu perekonomian daerah baik yang termasuk output domestik dan impor. Output

juga dapat dikatakan penjumlah dari total permintaan antara ditambah dengan total

permintaan akhir. Dengan mengkaji besarnya masing -masing output yang diciptakan

oleh masing-masing sektor, berarti akan diketahui pula sektor -sektor yang mampu

memberikan sumbangan yang besar dalam pembetukan output secara keseluruhan.

Struktur output propinsi Sumatera Utara didominasi oleh sektor agroindustri

sebesar Rp 116.603.290 juta (32,61%). Per ingkat kedua adalah sektor pertanian yang

mencapai nilai output sebesar Rp 57.734.600 juta (16,15%). Nilai output ini

kemudian diikuti oleh sektor perdagangan, hotel, dan restoran (12,86%), dan sektor

non-agroindustri (12,28%), sektor pengangkutan dan komu nikasi (7,49%). Khusus,

sektor pertanian yang menjadi penyumbang kedua bagi pembentukan output

domestik, terlihat bahwa sektor kelapa sawit merupakan sektor pemberi kontrbusi

output terbesar pada dalam sektor pertanian yang mencapai nilai output sebesar Rp

13.522.902 juta atau 23,4% dari total output pertanian. Kemudian disusul oleh output

sektor padi sesar Rp 7.119.659 juta, sektor karet sebesar Rp 6.794.560 juta, sektor

unggas dan peternakan lainnya sebesar Rp 6.142.238juta serta sektor perikanan

sebesar Rp 5.686.097 juta. Kontribusi output terendah dalam sektor pertanian berasal

dari sektor tanaman bahan makan lainnya sebesar Rp 442.614 juta atau sebesar 0,77%

dari total output pertanian. (Tabel 5.7.)

No Sektor Nilai (Juta Rp) Peranan (%)1 Padi 7.119.659 1,992 Jagung 1.493.328 0,423 Umbi-umbian dan Pati 699.707 0,204 Sayur-sayuran 5.143.215 1,445 Buah-buahan 3.441.338 0,966 Tanaman Bahan makanan Lainnya 442.614 0,127 Karet 6.794.560 1,908 Coklat 627.885 0,189 Kelapa 642.668 0,1810 Kelapa sawit 13.522.902 3,7811 Kopi 561.910 0,1612 Tanaman Perkebunan lainnya 824.909 0,2313 Ternak dan Hasilnya 1.826.002 0,5114 Unggas dan Peternakan lainnya 6.142.238 1,7215 Kehutanan 2.765.569 0,7716 Perikanan 5.686.097 1,5917 Pertambangan (2.091.739) -0,5818 Agroindustri 116.603.290 32,6119 Non Agroindustri 43.920.771 12,2820 Listrik, Gas dan Air Minum 7.232.959 2,0221 Bangunan 22.335.996 6,2522 Perdagangan, Hotel, dan Restoran 45.991.661 12,8623 Pengangkutan & Komunikasi 26.784.301 7,4924 Keuangan, Persewaan & Jasa Perusahaan 14.453.228 4,0425 Jasa-jasa 24.605.175 6,88

357.570.242 100,00Total

Tabel 5.7. Struktur Output dalam Perekonomian Pro pinsi Sumatera Utara Tahun 2007 (Juta Rp)

Sumber : Tabel Input-Output Tahun 2007 (diolah)

5.2. Keterkaitan Sektor Pertanian dengan Sektor -Sektor Ekonomi Lainnya

Keberadaan sektor pertanian dalam suatu perekonomian daerah akan

mempengaruhi segenap sektor ekonomi dalam perekonomian daerah tersebut.

Besarnya pengaruh sektor pertanian dapat dilihat berdasarkan besarnya keterkaitan

yang terjadi antara sektor pertanian dengan sektor -sektor ekonomi lainnya.

Keterkaitan ini dapat berupa penyediaan input bagi sektor lain atau sebagai penerima

input dari sektor ekonomi lain. Sehingga sesungguhnya dalam pembentukan suatu

perekonomian akan terkait antara satu sektor dengan sektor lainnya baik pada sektor

hulu maupun sektor hilir. Hal ini menyebabkan keterkaitan ini dapat berupa

ketergantungan pada sektor lain mupun pemacu sektor lain.

Analisis keterkaitan ini menunjukkan sejauh mana suatu sektor dapat

menyediakan output bagi sektor lain atau keterkaitan ke de pan maupun kebutuhan

suatu sektor dari sektor lain untuk menciptakan suatu output tertentu. Keterkaitan ini

dapat berupa keterkaitan langsung maupun keterkaitan langsung dan tidak langsung.

Nilai keterkaitan langsung baik ke depan maupun ke belakang dipero leh dengan

perhitungan koefisien input, sedangkan keterkaitan langsung dan tidak langsung

dengan memperhitungkan matriks kebalikan Leontif.

Selain adanya keterkaitan antar sektor terdapat pula daya penyebaran suatu

sektor pada sektor lain baik sebagai pen yedia maupun sebagai sektor yang

membutuhkan sektor lain. Daya sebar ini akan memperlihatkan posisi suatu sektor

pada kegiatan perekonomian daerah Semakin tinggi nilainya, menunjukkan bahwa

sektor tersebut semakin strategis dalam kegiatan perekonomian.

5.2.1. Analisis Keterkaitan Ke Depan

Indeks keterkaitan ke depan sektor pertanian menunjukkan dampak yang

terjadi sebagai akibat perubahan output sektor pertanian terhadap input sektor

pertanian itu sendiri maupun sektor ekonomi lainnya yang berperan sebag ai industri

hilir dari sektor pertanian.

a. Analisis Keterkaitan Langsung Ke Depan

Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan dengan pengklasifikasian

atas 25 sektor terlihat bahwa sektor non -agroindustri memiliki keterkaitan output

langsung terbesar dibandingkan dengan sektor -sektor lainnya sebesar 1,3652. Kondisi

ini diiikuti oleh sektor agroindustri dan sektor listrik, gas dan air bersih pada

peringkat ketiga dan keempat dengan nilai keterkaitan langsung ke depan masing -

masing sebesar 1,0824 dan 0,8562. Nilai keterkaitan langsung setiap sektor tersebut

berarti bahwa jika terjadi peningkatan permintaan akhir pada suatu sektor sebesar 1

unit, maka kenaikan output dari sektor tersebut yang dialokasikan kepada sektor

lainnya sebesar nilai keterkaitan langsung ke depannya. Berdasarkan nilai keterkaitan

yang diperoleh maka dapat disimpulkan bahwa sektor industri secara umum yang

terdiri dari agroindustri dan non -agroindustri merupakan sektor yang memiliki

keterkaitan langsung terbesar dibandingkan sektor lainnya. Sektor non-agroindustri

merupakan sektor yang memiliki keterkaitan ke depan yang terbesar dibandingkan

K e te r k a ita n K e D e p a n

1 P ad i 0 ,1 5 1 6 1 32 J ag u n g 0 ,0 4 4 3 2 13 U m b i-u m b ian d an P a ti 0 ,0 2 8 3 2 54 S ayu r-sayu ran 0 ,0 7 0 7 1 95 B u ah -b u ah an 0 ,0 3 6 8 2 36 T an am an B ah an m ak an an L a in n ya 0 ,1 0 2 1 1 57 K are t 0 ,2 7 9 3 88 C o k la t 0 ,3 3 4 3 79 K e lap a 0 ,0 4 2 7 2 2

1 0 K e lap a saw it 0 ,2 4 9 1 91 1 K o p i 0 ,0 7 2 9 1 81 2 T an am an P e rk eb u n an la in n ya 0 ,1 1 4 6 1 41 3 T ern ak d an H as iln ya 0 ,0 3 5 5 2 41 4 U n g g as d an P e te rn ak an la in n ya 0 ,0 4 7 9 2 01 5 K eh u tan an 0 ,0 8 3 9 1 71 6 P e rik an an 0 ,0 8 7 2 1 61 7 P e rtam b an g an 0 ,1 5 1 8 1 21 8 A g ro in d u s tri 1 ,0 8 2 4 21 9 N o n A g ro in d u s tri 1 ,3 6 5 2 12 0 L is tr ik , G as d an A ir M in u m 0 ,8 5 6 2 32 1 B an g u n an 0 ,2 4 6 6 1 02 2 P e rd ag an g an , H o te l, d an R es to ran 0 ,5 9 5 9 42 3 P en g an g k u tan & K o m u n ik as i 0 ,3 8 9 3 62 4 K eu an g an , P e rsew aan & J a sa P e ru sah aan 0 ,3 9 8 9 52 5 J asa -ja sa 0 ,2 0 5 9 1 1

5 ,2 9 2 2T o ta l

P e r in g k a tL a n g su n gS ek to rN o

sektor lainnya. Akan tetapi jika pengklasifikasian sektoral berdasar atas 9 sektor

ekonomi maka akan didapat bahwa sektor yang memiliki keterka itan langsung

terbesar adalah sektor pertanian dengan nilai keterkaitan langsung sektor pertanian

sebesar 1,7811.

Tabel 5.8. Nilai Keterkaitan Langsung Ke Depan Klasifikasi 25 Sektor

Sumber : Tabel Input-Output Tahun 2007 (diolah)

b. Analisis Keterkaitan Langsung dan Tidak langsung Ke Depan

Berdasarkan Tabel 5.10 terlihat bahwa seluruh nilai keterkaitan langsung dan

tidak langsung ke depan adalah lebih besar dari 1. Hal ini disebabkan bahwa nilai ini

sudah memperhitungkan perubahan ou tput sektor yang bersangkutan sebesar satu

satuan. Pada perekonomian Sumatera Utara pada Tahun 2007 dengan cara melihat

matriks kebalikan dari Tabel Input -Output Sumatera Utara Tahun 2007 ( Updating)

terlihat bahwa sektor yang memiliki nilai keterkaitan lan gsung dan tidak langsung ke

depan terbesar adalah sektor Non -Agroindustri dengan nilai keterkaitan sebesar

3,7694. Nilai ini berarti bahwa jika terjadi peningkatan permintaan akhir sebesar 1

unit, maka kenaikan output dari sektor Non -Agroindustri tersebut yang dialokasikan

kepada sektor lainnya dan sektor Non -Agroindustri itu sendiri secara total (langsung

dan tidak langsung) sebesar 3,7694 unit.

Nilai keterkaitan langsung dan tidak langsung ini kemudian diikuti oleh sektor

agroindustri, listrik, gas, dan air minum, padi, serta sektor perdagangan, hotel, dan

restoran. Akan tetapi, jika keterkaitan langsung dan tidak langsung ini dilihat

berdasarkan klasifikasi 9 sektor ekonomi, dimana sektor pertanian diagregasi

keseluruhannya, maka dapat disimpulkan bahwa yang memiliki keterkaitan langsung

dan tidak langsung tertinggi adalah sektor pertanian dengan nilai keterkaitan langsung

dan tidak langsung ke depan sebesar 19,9127. Hal ini disebabkan bahwa secara

umum, karakteristik produk yang berasal dari sektor pert anian merupakan produk

yang memerlukan penanganan lebih lanjut melalui pengolahan maupun perdagangan

produk segar pertanian. Sehingga dalam hal ini sektor pertanian dapat dikatakan

Langsung danTidak Langsung

1 Padi 1,3498 122 Jagung 1,0692 223 Umbi-umbian dan Pati 1,0313 254 Sayur-sayuran 1,0815 205 Buah-buahan 1,0507 246 Tanaman Bahan makanan Lainnya 1,1173 177 Karet 1,8877 68 Coklat 1,9999 49 Kelapa 1,0508 2310 Kelapa sawit 1,6132 911 Kopi 1,0866 1912 Tanaman Perkebunan lainnya 1,1384 1513 Ternak dan Hasilnya 1,0750 2114 Unggas dan Peternakan lainnya 1,0873 1815 Kehutanan 1,1520 1416 Perikanan 1,1220 1617 Pertambangan 1,3417 1318 Agroindustri 2,7898 219 Non Agroindustri 3,7694 120 Listrik, Gas dan Air Minum 2,6839 321 Bangunan 1,4303 1022 Perdagangan, Hotel, dan Restoran 1,9802 523 Pengangkutan & Komunikasi 1,7707 824 Keuangan, Persewaan & Jasa Perusahaan 1,7887 725 Jasa-jasa 1,3667 11

38,8340Total

No SektorKeterkaitan

Peringkat

sebagai Leading Sector bagi perekonomian Sumatera Utara pada Tahun 2007 seb gai

penyedia input produksi bagi sektor ekonomi lainnya.

Tabel 5.9. Nilai Keterkaitan Langsung dan Tidak langsung Ke Depan Klasifikasi25 Sektor Tahun 2007

Sumber : Tabel Input-Output Tahun 2007 (diolah)

Grafik 5.1. Nilai Keterkaitan Langsung dan Tidak Langsung ke Depan

0,0000

0,5000

1,0000

1,5000

2,0000

2,5000

3,0000

3,5000

4,0000

Padi

Jagung

Umbi-u

mbian dan

Pati

Sayur-s

ayuran

Buah-b

uahan

Tanaman B

ahan m

akanan

Lainny

a Karet

Coklat

Kelapa

Kelapa

sawit Kop

i

Tanaman P

erkebu

nan lain

nya

Ternak

dan Ha

silnya

Unggas

dan Pe

ternaka

n lainny

aKeh

utanan

Perikan

an

Pertam

bangan

Agroind

ustri

Non Ag

roindus

tri

Listrik,

Gas dan A

ir MinumBan

gunan

Perdag

angan,

Hotel,

dan Resto

ran

Pengan

gkutan

& Komunik

asi

Keuang

an, Per

sewaan

& Jasa

Perusa

haanJas

a-jasa

SektorNilai Keterkaitan Langsung dan Tidak Langsung ke Depam

Gambar 5.1. Nilai Keterkaitan langsung dan Tidak Langsung Ke Depan

5.2.2. Analisis Keterkaitan Ke Belakang

Keterkaitan ke belakang suatu sektor tertentu (j) dengan sektor lainnya (sektor

i) merupakan indikator keterkaitan dimana sekt or j mampu menarik pertumbuhan

sektor i melalui pemanfaatan output dari sektor i yang digunakan sebagian bahan

masukan (input) oleh sektor j dalam proses produksinya.

1 Padi 0,0594 242 Jagung 0,1658 163 Umbi-umbian dan Pati 0,0728 234 Sayur-sayuran 0,1549 185 Buah-buahan 0,0945 226 Tanaman Bahan makanan Lainnya 0,1743 157 Karet 0,2800 88 Coklat 0,1639 179 Kelapa 0,1366 19

10 Kelapa sawit 0,1944 1111 Kopi 0,1901 1312 Tanaman Perkebunan lainnya 0,1817 1413 Ternak dan Hasilnya 0,0516 2514 Unggas dan Peternakan lainnya 0,3998 615 Kehutanan 0,2115 1016 Perikanan 0,2470 917 Pertambangan 0,1130 2018 Agroindustri 0,6379 419 Non Agroindustri 0,8483 120 Listrik, Gas dan Air M inum 0,7180 321 Bangunan 0,8317 222 Perdagangan, Hotel, dan Restoran 0,3165 723 Pengangkutan & Komunikasi 0,5308 524 Keuangan, Persewaan & Jasa Perusahaan 0,1939 1225 Jasa-jasa 0,1048 21

7,0733

Langsung

Total

No SektorKeterkaitan

Peringkat

a. Analisis Keterkaitan Langsung Ke Belakang

Nilai keterkaitan langusng Ke Belakang dap at ditunjukkan dengan Tabel 5.10

dibawah ini.

Tabel 5.10. Nilai Keterkaitan Langsung Ke Belakang Klasifikasi 25 SektorTahun 2007

Sumber : Tabel Input-Output Tahun 2007 (diolah)

Sektor Non-Agroindustri merupakan sektor yang memiliki nilai keterkaitan

langsung ke belakang terbesar dibandingkan sektor lainnya dengan nilai keterkaitan

langsung ke belakang sebesar 0,8483. Kemudian dilanjutkan oleh sektor listrik, gas,

dan air minum, non-agroindustri, sektor agroindustri, serta sektor pengangkutan dan

komunikasi. Hal ini dapat dipahami mengingat bahwa kelima sektor ini merupakan

sektor yang melakukan proses produksi terhadap input dari sektor lainnya, sehingga

ketergantungan akan input dari sektor lainnya cukup besar. Nilai keterkaitan langsung

ke belakang terkecil terdapat pada sektor ternak dan hasilnya dengan nilai keterkaitan

langsung ke belakang sebesar 0,0516. Keterkaitan langsung ke belakang secara lebih

sistematis disajikan pada Tabel 5.10.

b. Analisis Keterkaitan Langsung dan Tidak langsung Ke Belakang

Berdasarkan Tabel 5.11. di bawah , maka diketahui bahwa sektor yang

memiliki keterkaitan langsung dan tidak langsung ke belakang terbesar adalah sektor

Bangunan dengan nilai keterkaitan langs ung dan tidak langsung ke belakang sebesar

2,9961. Hal ini berarti bahwa setiap terjadi peningkatan pada permintaan akhir sektor

bangunan sebesar 1 unit, maka sektor bangunan membutuhkan input tambahan untuk

produksinya dari sektor bangunan itu sendiri mau pun sektor lainnya secara langsung

dan tidak langsung sebesar 2,9961 unit. Selanjutnya, keterkaitan langsung dan tidak

langsung ke belakang terbesar setelah sektor bangunan adalah listrik, gas, dan air

minum, non-agroindustri, pengangkutan dan komunikasi, dan agroindustri. Nilai-nilai

tersebut menunjukkan bahwa setiap peningkatan permintaan akhir sebesar 1 unit,

L a n g s u n g d a nT i d a k l a n g s u n g

1 P a d i 1 , 0 7 8 7 2 52 J a g u n g 1 , 3 0 5 2 1 43 U m b i - u m b i a n d a n P a t i 1 , 1 0 7 5 2 34 S a y u r - s a y u r a n 1 , 2 8 1 8 1 85 B u a h - b u a h a n 1 , 1 5 4 2 2 26 T a n a m a n B a h a n m a k a n a n L a i n n y a 1 , 2 9 5 7 1 67 K a r e t 1 , 4 7 2 2 98 C o k l a t 1 , 2 8 8 5 1 79 K e l a p a 1 , 2 4 0 7 1 9

1 0 K e l a p a s a w i t 1 , 4 0 7 1 1 11 1 K o p i 1 , 3 0 3 9 1 51 2 T a n a m a n P e r k e b u n a n l a i n n y a 1 , 3 4 6 1 1 31 3 T e r n a k d a n H a s i l n y a 1 , 1 0 3 8 2 41 4 U n g g a s d a n P e t e r n a k a n l a i n n y a 1 , 7 7 3 3 61 5 K e h u t a n a n 1 , 4 6 8 7 1 01 6 P e r i k a n a n 1 , 5 1 4 0 81 7 P e r t a m b a n g a n 1 , 1 8 5 4 2 11 8 A g r o i n d u s t r i 2 , 0 4 3 2 51 9 N o n A g r o i n d u s t r i 2 , 5 6 6 9 32 0 L i s t r i k , G a s d a n A i r M i n u m 2 , 6 0 8 4 22 1 B a n g u n a n 2 , 9 9 6 1 12 2 P e r d a g a n g a n , H o t e l , d a n R e s t o r a n 1 , 6 2 3 6 72 3 P e n g a n g k u t a n & K o m u n i k a s i 2 , 0 5 2 4 42 4 K e u a n g a n , P e r s e w a a n & J a s a P e r u s a h a a n 1 , 3 9 2 6 1 22 5 J a s a - j a s a 1 , 2 2 4 3 2 0

3 8 , 8 3 4 3

N o S e k t o rK e t e r k a i t a n

P e r i n g k a t

T o t a l

maka sektor tersebut secara langsung dan tidak langsung membutuhkan input dari

sektor lainnya maupun dari sektor itu sendiri sebesar nilai keterkai tannya. Nilai

keterkaitan langsung dan tidak langsung ke belakang yang paling rendah adalah

sektor padi dan sektor ternak dan hasilnya yang ditunjukkan dengan nilai keterkaitan

masing-masing sebesar 1,0787 dan 1,1038.

Tabel 5.11.Nilai Keterkaitan Langsung dan Tidak langsung Ke BelakangKlasifikasi 25 Sektor Tahun 2007

Sumber : Tabel Input-Output Tahun 2007 (diolah)

Grafik 5.2. Nilai Keterkaitan Langsung dan Tidak Langsung ke Belakang

0,0000

0,5000

1,0000

1,5000

2,0000

2,5000

3,0000

3,5000

Padi

Jagung

Umbi-umbia

n dan

Pati

Sayur-s

ayuran

Buah-b

uahan

Tanam

an Bah

an maka

nan La

innya

Karet

Coklat

Kelapa

Kelapa

sawit Kop

i

Tanam

an Per

kebuna

n lainn

ya

Ternak

dan H

asilnya

Unggas

dan Pe

ternaka

n lainn

yaKeh

utanan

Perikan

an

Pertam

bangan

Agroin

dustri

Non Agro

indust

ri

Listrik,

Gas dan

Air Minu

mBan

gunan

Perdag

angan,

Hotel, d

an Rest

oran

Pengan

gkutan

& Komuni

kasi

Keuang

an, Pe

rsewaan

& Jasa

Perusa

haan Jas

a-jasa

SektorNilai Keterkaitan Langsung dan Tidak Langsung ke Belakang

Gambar 5.2. Nilai Keterkaitan Langsung dan Tidak Langsung Ke Belakang

5.3. Analisis Indeks Daya Penyebaran (Pd) dan Indeks Derajat Kepekaan (Ds)

Salah satu keunggulan analisis dengan menggunakan model Input -Output

adalah dapat digunakan untuk mengetahui berapa jauh tingkat hubungan atau

keterkaitan antara sektor produksi. Besarnya tingkat ket erkaitan ke depan (forward

linkage) atau dalam hal ini disebut dengan derajat kepekaan. Sedangkan keterkaitan

ke belakang (backward linkage) disebut sebagai daya penyebaran. Kemudian dari

derajat kepekaan dan daya penyebaran ini dapat diturunkan pula yang dinamakan

indeks daya penyebaran dan indeks derajat kepekaan. Indeks daya penyebaran dan

indeks derjat kepekaan ini oleh banyak ahli digunakan untuk menganalisis dan

menentukan sektor – sektor kunci (key sectors) dalam perekonomian suatu daerah.

5.3.1. Indeks Daya Penyebaran (Pd)

Indeks daya penyebaran merupakan keterkaitan langsung dan tidak langsung

ke belakang suatu sektor produksi yang telah dibobot yang kemudian dibagi dengan

rata-rata keterkaitan langsung dan tidak langsung yang terjadi pada suatu

perekonomian. Sektor yang mempunyai daya penyebaran yang tinggi merupakan

indikasi bahwa sektor tersebut mempunyai ketergantungan yang tinggi terhadap

sektor lain. Jika Indeks Daya penyebaran sektoral yang tejadi lebih besar dari 1,

artinya sektor tersebut memiliki kemampuan yang kuat untuk menarik pertumbuhan

sektor hulunya atau dengan kata lain daya penyebaran sektor tersebut diatas rata -rata

daya penyebaran secara keseluruhan.

Berdasarkan Tabel 5.12 diatas diketahui bahwa sektor bangunan memiliki

nilai indeks daya penyebaran terbesar dengan nilai indeks sebesar 1,9288. Hal ini

berarti bahwa sektor bangunan adalah sektor yang paling mampu menarik

pertumbuhan yang terjadi pada sektor dibelakangnya atau sektor hulunya. Nilai

indesk daya penyebaran sektor b angunan tersebut menunjukkan bahwa setiap

kenaikan 1 unit output sektor bangunan akan menyebabkan naiknya output sektor -

sektor lainnya termasuk sektor itu sendiri sebesar 1,9288 unit. Peringkat kedua yaitu

sektor Listrik, gas, dan air bersih dengan indeks daya penyebaran sebesar 1,6792.

Sektor berikutnya yang merupakan yang termasuk kedalam 10 sektor yang memiliki

indeks daya

Penyebaran

1 Padi 0,6944 25

2 Jagung 0,8402 14

3 Umbi-umbian dan Pati 0,7130 23

4 Sayur-sayuran 0,8252 18

5 Buah-buahan 0,7431 22

6 Tanaman Bahan makanan Lainnya 0,8341 16

7 Karet 0,9478 9

8 Coklat 0,8295 17

9 Kelapa 0,7987 19

10 Kelapa sawit 0,9058 11

11 Kopi 0,8394 15

12 Tanaman Perkebunan lainnya 0,8666 13

13 Ternak dan Hasilnya 0,7106 24

14 Unggas dan Peternakan lainnya 1,1416 6

15 Kehutanan 0,9455 10

16 Perikanan 0,9747 8

17 Pertambangan 0,7631 21

18 Agroindustri 1,3153 5

19 Non Agroindustri 1,6525 3

20 Listrik, Gas dan Air M inum 1,6792 2

21 Bangunan 1,9288 1

22 Perdagangan, Hotel, dan Restoran 1,0452 7

23 Pengangkutan & Komunikasi 1,3213 424 Keuangan, Persewaan & Jasa Perusahaan 0,8965 1225 Jasa-jasa 0,7881 20

PeringkatNo Sektor

indeks daya penyebaran terbesar adalah sektor Non -Agroindustri, pengangkutan dan

komunikasi, agroindustri, unggas dan peternakan lainnya, perdaga ngan, hotel dan

restoran, perikanan, karet, serta sektor kehutanan.

Tabel 5.12. Indeks Daya Penyebaran dalam Perekonomian Sumatera UtaraTahun 2007

Sumber : Tabel Input-Output Tahun 2007 (diolah)

5.3.1. Indeks Derajat Kepekaan (Ds)

Indeks derajat kepekaan merupakan keterkaitan langsung dan tidak langsung

ke depan suatu sektor produksi yang telah dibobot yang kemudian dibagi dengan rata -

rata keterkaitan langsung dan tidak langsung ke depan yang terjadi pad a suatu

perekonomian. Sektor yang mempunyai indeks derajat kepekaan yang tinggi

merupakan indikasi bahwa sektor tersebut mempunyai kemampuan untuk mendorong

sektor lain yang menggunakan output dari sektor tersebut. Atau dengan kata lain,

indeks derajat kepekaan diartikan sebagai kemampuan suatu sektor untuk mendorong

pertumbuhan sektor hilirnya. Hasil analisis Indeks Derajat Kepekaan (Ds)

ditunjukkan pada Tabel 5.13.

Sektor Non-Agroindustri dalam perekonomian propinsi Sumatera Utara

Tahun 2007 merupakan sektor yang memiliki nilai indeks derajat kepekaan tertinggi

dengan nilai indeks sebesar 2,4266. Nilai ini berarti bahwa setiap terjadi peningkatan

1 unit output sektor agroindsutri akan menyebabkan naiknya output sektor -sektor lain

yang ada di depannya termasuk sektor itu sendiri secara keseluruhan sebesar 2,4266

unit. Indeks derajat kepekaan sektor n on- agroindustri merupakan nilai yang sangat

tinggi dbandingkan sektor lainnya karena hanya sektor non -agroindustri yang

memiliki nilai indeks diatas 2. Hal in i berarti bahwa sektor non-agroindustri

merupakan sektor yang paling mampu memdorong pertumbuhan output sektor

hilirnya ( ke depan). Urutan selanjutnya yang memiliki indeks derajat kepekaan

terbesar setelah sektor non-agroindustri dalam perekonomian Sumate ra Utara Tahun

2007 adalah sektor Agroindustri, Listrik, gas dan air minum, coklat, serta

i n d e k s D e r a j a t

K e p e k a a n1 P a d i 0 , 8 6 8 9 1 2

2 J a g u n g 0 , 6 8 8 3 2 2

3 U m b i - u m b i a n d a n P a t i 0 , 6 6 3 9 2 5

4 S a y u r - s a y u r a n 0 , 6 9 6 2 2 0

5 B u a h - b u a h a n 0 , 6 7 6 4 2 4

6 T a n a m a n B a h a n m a k a n a n L a i n n y a 0 , 7 1 9 3 1 7

7 K a r e t 1 , 2 1 5 2 6

8 C o k l a t 1 , 2 8 7 5 4

9 K e l a p a 0 , 6 7 6 5 2 3

1 0 K e l a p a s a w i t 1 , 0 3 8 5 9

1 1 K o p i 0 , 6 9 9 5 1 9

1 2 T a n a m a n P e r k e b u n a n l a i n n y a 0 , 7 3 2 9 1 5

1 3 T e r n a k d a n H a s i l n y a 0 , 6 9 2 1 2 1

1 4 U n g g a s d a n P e t e r n a k a n l a i n n y a 0 , 6 9 9 9 1 8

1 5 K e h u t a n a n 0 , 7 4 1 6 1 4

1 6 P e r i k a n a n 0 , 7 2 2 3 1 6

1 7 P e r t a m b a n g a n 0 , 8 6 3 7 1 3

1 8 A g r o i n d u s t r i 1 , 7 9 6 0 2

1 9 N o n A g r o i n d u s t r i 2 , 4 2 6 6 1

2 0 L i s t r i k , G a s d a n A i r M i n u m 1 , 7 2 7 8 3

2 1 B a n g u n a n 0 , 9 2 0 8 1 0

2 2 P e r d a g a n g a n , H o t e l , d a n R e s t o r a n 1 , 2 7 4 8 5

2 3 P e n g a n g k u t a n & K o m u n i k a s i 1 , 1 3 9 9 82 4 K e u a n g a n , P e r s e w a a n & J a s a P e r u s a h a a n 1 , 1 5 1 5 72 5 J a s a - j a s a 0 , 8 7 9 8 1 1

P e r i n g k a tN o S e k t o r

perdagangan, hotel, dan restoran. Kondisi ini berarti bahwa industri pengolahan baik

non-agroindustri maupun agroindusri, ketersediaan listrik, gas dan air minum, ser ta

perdagangan, hotel dan restoran merupakan sektor -sektor yang memiliki kemampuan

untuk mendorong pertumbuhan ekonomi bagi sektor yang menggunakan output.

Berdasarkan Tabel 5.13. diatas juga dapat diketahui pula sektor yang paling

kurang mampu memberikan dorongan bagi pertumbuhan sektor hilirnya adalah sektor

buah-buahan dan sektor umbi-umbian dan pati.

Tabel 5.13.Indeks Derajat Kepekaan dalam Perekonomian Sumatera UtaraTahun 2007

Sumber : Tabel Input-Output Tahun 2007 (diolah)

5.4. Penentuan Sektor Kunci (key Sector) pada Perekonomian Sumatera Utara

Berdasarkan Indeks Daya Penyebaran (Pd) dan Indeks Derajat Kepekaan

(Ds), sektor-sektor produksi pada perekonomian Sumatera Utara Tahun 2007 dapat

diidentifikasi (dikelompokkan) menjadi 4 (empat) kelompok. Urutan dari 4 (empat)

kelompok ini juga menunjukkan bagaimana sektor tersebut dapat dikatakan sebagai

sektor kunci atau sektor yang harus mendapat prioritas.

Tabel 5.14 menunjukkan bahwa sektor -sektor yang telah diagregasi menjadi

25 sektor dalam perekonomian Propinsi Sumatera Utara Tahun 2007 dapat

dikelompok berdasarkan 4 (empat) kelompok berdasarkan prioritas dalam

pengambilan keputusan pembangunan Sumatera Utara. Hal ini meliputi :

a. Prioritas I, yakni sektor-sektor yang memiliki Indeks Daya Penyebaran dan

Indeks Derajat Kepekaan yang tinggi daengan nilai indeks lebih besar dari

satu. Sektor yang termasuk ke dalam prioritas I menunjukkan bahwa sektor -

sektor tersebut merupakan sektor -sektor kunci dalam pembangunan ek onomi

yang memilik kemampuan tinggi menarik dan mendorong sektor lain. Sektor -

sektor yang termasuk ke dalam prioritas I dalam perekonomian Sumatera

Utara Tahun 2007 meliputi sektor non -Agroindustri, Agroindustri, listrik,gas

dan air minum, perdagangan,hote l dan restoran, serta sektor pengangkutan

dan komunikasi.

b. Prioritas II, yakni sektor-sektor yang memiliki Indeks Derajat Kepekaan yang

tinggi (lebih besar dari satu) dan Indeks Daya Penyebaran rendah (lebih kecil

dari satu). Hal ini berarti bahwa sektor -sektor ekonomi yang termasuk ke

dalam prioritas kedua merupakan sektor yang peringkat prioritas perhatian

dibawah dari prioritas I. Sektor -sektor tersebut meliputi sektor karet, coklat,

kelapa sawit, serta sektor keuangan, persewaan dan jasa perusahaan

c. Prioritas III, merupakan sektor-sektor yang memiliki Indeks Derajat Kepekaan

yang rendah dan Indeks Daya penyebaran Tinggi. Sektor tersebut meliputi

sektor unggas dan peternakan lainnya sektor bangunan.

d. Prioritas IV, merupakan sektor -sektor yang memiliki Indeks Derajat kepekaan

yang rendah dan Indeks Daya Penyebaran yang rendah. Hal ini berarti bahwa

sektor yang termasuk ke dalam sektor prioritas IV dapat dikatakan sebagai

sektor yang bukan sektor kunci yang mendapatkan prioritas terendah dalam

pembangunan suatu daerah. Sektor-sektor yang termasuk ke dalam prioritas

IV adalah sektor padi ,jagung, umbi -umbian dan pati, sayur-dayuran, buah-

buahan, tanaman bahan makanan lainnya, kelapa, tanaman perkebunan

lainnya, ternak dan hasilnya, kehutanan, perikanan, pertamban gan, dan jasa-

jasa

indeks Derajat indeks daya

Kepekaan Penyebaran

1 Padi Rendah Rendah IV2 Jagung Rendah Rendah IV3 Umbi-umbian dan Pati Rendah Rendah IV4 Sayur-sayuran Rendah Rendah IV5 Buah-buahan Rendah Rendah IV6 Tanaman Bahan makanan Lainnya Rendah Rendah IV7 Karet Tinggi Rendah II8 Coklat Tinggi Rendah II9 Kelapa Rendah Rendah IV10 Kelapa sawit Tinggi Rendah II11 Kopi Rendah Rendah IV12 Tanaman Perkebunan lainnya Rendah Rendah IV13 Ternak dan Hasilnya Rendah Rendah IV14 Unggas dan Peternakan lainnya Rendah Tinggi III15 Kehutanan Rendah Rendah IV16 Perikanan Rendah Rendah IV17 Pertambangan Rendah Rendah IV18 Agroindustri Tinggi Tinggi I19 Non Agroindustri Tinggi Tinggi I20 Listrik, Gas dan Air Minum Tinggi Tinggi I21 Bangunan Rendah Tinggi III22 Perdagangan, Hotel, dan Restoran Tinggi Tinggi I23 Pengangkutan & Komunikasi Tinggi Tinggi I24 Keuangan, Persewaan & Jasa Perusahaan Tinggi Rendah II25 Jasa-jasa Rendah Rendah IV

No Sektor Prioritas

Tabel 5.14. Peringkat Prioritas Sektor Kunci dalam Perekonomian SumateraUtara Tahun 2007

Sumber : Tabel Input-Output Tahun 2007 (diolah)

Berdasarkan tingkatan prior itas dari setiap sektor ekonomi, maka dapat

disimpulkan bahwa sektor industri baik itu non -agroindustri dan agroindustri

merupakan sektor yang merupakan sektor kunci (prioritas paling tinggi) dalam

perekonomian Sumatera Utara. Selain kedua sektor tersebut terdapat 3 sektor lainnya

yang dapat dikatakan sebagai sektor kunci yakni sektor listrik, gas, dan air bersih,

sektor perdagangan, hotel, dan restoran, serta sektor pengangkutan dan komunikasi.

Oleh karena itu, pembangunan sektoral pada masa yang akan data ng dengan

berdasarkan hasil analisis sektor kunci pada Tahun 2007 diharapkan menitikberatkan

pada kelima sektor kunci tersebut. Hal ini juga berarti bahwa tidak ada satu sektor

yang termasuk ke dalam sektor pertanian yang dapat dikatakan sebagai sektor kun ci

dalam perekonomian Sumatera Utara. Kondisi ini memberikan arti bahwa telah

terjadi transformasi stuktur dari perekonomian Sumatera Utara yang bergerak dari

pertanian ke bidang industri pengolahan. Sehingga pertanian merupakan sektor

sebagai pendorong bagi kemajuan industri pengolahan sebagai penyedia input

produksi.

Posisi 25 sektor ekonomi dalam perekonomian Propinsi Sumatera Utara

Tahun 2005 berdasarkan empat (4) kelompok prioritas dalam digambarkan pada

Grafik 5.3. dibawah ini.

Sumber : Tabel Input-Output Tahun 2007 (olahan)

Gambar 5.3. Posisi Masing- Masing Sektor

Keterangan : 1 .Sektor Padi 14. Sektor Unggas dan Peternakan lainnya

2. Sektor Jagung 15. Sektor Kehutanan 3. Sektor Umbi-umbian dan Pati 16. Sektor Perikanan 4. Sektor Sayur-sayuran 17. Sektor Pertambangan 5. Sektor Buah-buahan 18. Sektor Agroindustri 6. Sektor Tanaman Bahan Makanan 19. Sektor Non-Agroindustri 7. Sektor Karet 20. Sektor Listrik, gas dan air bersih 8. Sektor Coklat 21. Sektor Bangunan

9. Sektor Kelapa 22. Sektor Perdagangan, Hotel,restoran 10. Sektor Kelapa Sawit 23. Sektor Pengangkutan dan Komunikasi 11.Sektor Kopi 24. Sektor Keuangan, Persewaan

12.Sektor Tanaman Perkebunan 25. Sektor Jasa-jasa 13.Sektor Ternak dan Hasilnya

1

43

256

78

12

9

10

11 1514

1316

18

17

19

20

21

222324

25

Indek

s Day

a Pen

yeba

ran

Prioritas I

Prioritas IV

Prioritas II

Prioritas III

5.5. Dampak Investasi Sektor Pertanian Terhadap Pembentukan Output,Pendapatan, dan Tenaga Kerja

Untuk melihat dampak investasi sektor pertanian terhadap pembentukan

output, pendapatan, dan tenaga kerja yang terjadi terhadap perekonomian Sumatera

Utara maka dapat dihitung dengan mengalikan nilai total investasi dengan matrik

kebalikan leontif.

5.5.1. Dampak Investasi Sektor Padi

Nilai investasi sektor padi sebesar Rp 3.466 juta pada tahun 2007 dapat

menghasilkan output di seluruh sektor perekonom ian sebesar Rp 3.739 juta atau

sekitar 1,08 kali lipat dari nilai investasi yang terjadi. Nilai investasi sektor padi

tersebut mampu menciptakan output sektor itu sendiri yang merupakan dampak

langsung sebesar 97,28% dan sisanya 2,72% dapat menciptakan output di sektor lain

dalam perekonomian. Selain hal itu, dampak investasi sektor padi ini m ampu

menciptakan pendapatan rumah tangga sebesar Rp 699.810.000, - yang terdiri dari

pendapatan sektor padi itu sendiri sebesar 98,06% dan sisanya pendapatan di sektor

ekonomi lainnya. Investasi di sektor padi dapat menciptakan lapangan kerja atau

mampu menyerap tenaga kerja sebanyak 86 orang. Distribusi tenaga kerja yang

mampu terserap meliputi 95,58% pada sektor padi itu sendiri dan 1,88% (sektor

coklat), dan 1,22% (sektor non-agroindustri).

Nilai Persen Nilai Persen Nilai Persen1 Padi 3.636,75 97,28 686,25 98,06 82,43 95,582 Jagung 0,08 0,00 0,01 0,00 0,01 0,013 Umbi-umbian dan Pati 0,01 0,00 0,00 0,00 0,00 0,004 Sayur-sayuran 0,04 0,00 0,01 0,00 0,00 0,005 Buah-buahan 0,04 0,00 0,01 0,00 0,00 0,006 Tanaman Bahan makanan Lainnya 0,02 0,00 0,00 0,00 0,00 0,017 Karet 5,45 0,15 1,50 0,21 0,19 0,228 Coklat 5,76 0,15 1,19 0,17 1,62 1,889 Kelapa 0,02 0,00 0,01 0,00 0,01 0,0110 Kelapa sawit 0,98 0,03 0,22 0,03 0,01 0,0211 Kopi 0,02 0,00 0,00 0,00 0,01 0,0112 Tanaman Perkebunan lainnya 0,04 0,00 0,01 0,00 0,01 0,0113 Ternak dan Hasilnya 3,68 0,10 0,65 0,09 0,31 0,3614 Unggas dan Peternakan lainnya 3,79 0,10 0,66 0,09 0,09 0,1115 Kehutanan 0,70 0,02 0,09 0,01 0,03 0,0416 Perikanan 0,64 0,02 0,12 0,02 0,02 0,0317 Pertambangan 3,18 0,09 0,15 0,02 -0,02 -0,0218 Agroindustri 4,87 0,13 0,22 0,03 0,01 0,0119 Non Agroindustri 25,94 0,69 1,45 0,21 1,05 1,2220 Listrik, Gas dan Air Minum 19,90 0,53 2,21 0,32 0,03 0,0421 Bangunan 6,80 0,18 1,33 0,19 0,08 0,1022 Perdagangan, Hotel, dan Restoran 8,13 0,22 1,22 0,18 0,19 0,2223 Pengangkutan & Komunikasi 5,09 0,14 0,84 0,12 0,07 0,0824 Keuangan, Persewaan & Jasa Perusahaan5,37 0,14 0,90 0,13 0,03 0,0325 Jasa-jasa 1,23 0,03 0,76 0,11 0,04 0,04

3.738,53 100,00 699,81 100 86,23 100

No Sektor

Total

Output Pendapatan Tenaga Kerja

Tabel 5.15. Dampak Investasi Sektor Padi Sebesar Rp 3.466 juta terhadapPembentukan Output, Pendapatan, dan Tenaga Kerja Tahun 2007

Sumber : Tabel Input-Output Tahun 2007 (diolah)

5.5.2. Dampak Investasi Sektor Jagung

Investasi yang terjadi pada sektor Jagung yakni sebesar Rp 383 juta dampak

menciptakan output total sebesar Rp 499.400.000, - atau sebesar 1,30 kali lipat

dibandingkan nilai investasi yang terjadi pada Tahun 2007. Nilai investasi sektor

jagung itu mampu menciptakan output bagi sektor itu sendiri sebesar 78,95% dari

total output (Rp 394.280.000,-). Selain sektor jagung itu sendiri, investasi sektor

jagung juga mampu menciptakan output bagi sektor lain terutama sektor agroindustri

sebesar 8,38% (Rp 41.860.000, -), kemudian peningkatan output bagi sektor

perdagangan, hotel, dan restoran (3,91% atau sebesar Rp 19.500.000, -).

Jika dikaitkan dengan peningkatan pendapatan yang ditimbulkan oleh adanya

investasi yang terjadi, maka investasi sektor Jagung akan mempunyai dampak

langsung terhadap peningkatan pendapatan sebesar Rp 62.650.000, - (83,02%) dan

dampak tidak langsung sebesar Rp 12.820.000, - (16,98%). Efek total peningkatan

pendapatan akibat investasi di sektor jagung adalah sebesarr Rp 75.470.000, -. Selain

itu, investasi di sektor Jagung mampu menyerap tenaga kerja sebanyak 62 orang.

Nilai Persen Nilai Persen Nilai Persen1 Padi 4,46 0,89 0,84 1,11 0,10 0,162 Jagung 394,28 78,95 62,65 83,02 59,69 96,123 Umbi-umbian dan Pati 0,05 0,01 0,01 0,01 0,01 0,014 Sayur-sayuran 0,16 0,03 0,03 0,03 0,00 0,015 Buah-buahan 0,29 0,06 0,05 0,07 0,02 0,036 Tanaman Bahan makanan Lainnya 0,14 0,03 0,02 0,02 0,04 0,067 Karet 1,76 0,35 0,49 0,64 0,06 0,108 Coklat 1,97 0,40 0,41 0,54 0,55 0,899 Kelapa 0,15 0,03 0,05 0,07 0,07 0,1210 Kelapa sawit 8,40 1,68 1,88 2,50 0,12 0,1911 Kopi 0,19 0,04 0,03 0,04 0,04 0,0712 Tanaman Perkebunan lainnya 0,32 0,06 0,08 0,10 0,08 0,1313 Ternak dan Hasilnya 1,94 0,39 0,34 0,45 0,16 0,2714 Unggas dan Peternakan lainnya 0,85 0,17 0,15 0,20 0,02 0,0315 Kehutanan 1,42 0,28 0,19 0,25 0,07 0,1116 Perikanan 0,54 0,11 0,10 0,13 0,02 0,0317 Pertambangan -2,32 -0,47 -0,11 -0,15 0,01 0,0218 Agroindustri 41,86 8,38 1,86 2,46 0,09 0,1419 Non Agroindustri 8,37 1,68 0,47 0,62 0,34 0,5520 Listrik, Gas dan Air Minum 3,72 0,75 0,41 0,55 0,01 0,0121 Bangunan 3,06 0,61 0,60 0,79 0,04 0,0622 Perdagangan, Hotel, dan Restoran 19,50 3,91 2,94 3,89 0,45 0,7323 Pengangkutan & Komunikasi 3,57 0,71 0,59 0,78 0,05 0,0824 Keuangan, Persewaan & Jasa Perusahaan 3,36 0,67 0,56 0,75 0,02 0,0325 Jasa-jasa 1,37 0,27 0,85 1,12 0,04 0,07

499,40 100,00 75,47 100,00 62,10 100,00Total

No SektorOutput Pendapatan Tenaga Kerja

Tabel 5.16. Dampak Investasi Sektor Jagung Sebesar Rp 383 juta terhadapPembentukan Output, Pendapatan, dan Tenaga Kerja Tahun 2007

Sumber : Tabel Input-Output Tahun 2007 (olahan)

5.5.3. Dampak Investasi Sektor Tanaman Bahan Ma kanan Lainnya

Berdasarkan Tabel 5.17. terlihat bahwa dampak investasi sektor Tanaman

Bahan Makanan lainnya pada tahun 2007 dengan nilai investasi sebesar Rp 12

jutadapat menghasilkan output secara keseluruhan sebesar Rp 15.550.000, - atau

sebesar 1,30 kali lipat dari nilai investasi. Nilai investasi ini secara langsung

Nilai Persen Nilai Persen Nilai Persen1 Padi 0,06 0,36 0,01 0,55 0,00 0,042 Jagung 0,01 0,04 0,00 0,06 0,00 0,033 Umbi-umbian dan Pati 0,00 0,01 0,00 0,00 0,00 0,004 Sayur-sayuran 0,00 0,02 0,00 0,03 0,00 0,005 Buah-buahan 0,00 0,03 0,00 0,04 0,00 0,016 Tanaman Bahan makanan Lainnya 12,91 83,02 1,57 82,18 3,40 97,487 Karet 0,11 0,70 0,03 1,56 0,00 0,118 Coklat 0,12 0,75 0,02 1,25 0,03 0,939 Kelapa 0,00 0,01 0,00 0,04 0,00 0,03

10 Kelapa sawit 0,11 0,68 0,02 1,23 0,00 0,0411 Kopi 0,00 0,02 0,00 0,02 0,00 0,0212 Tanaman Perkebunan lainnya 0,00 0,03 0,00 0,05 0,00 0,0313 Ternak dan Hasilnya 0,02 0,15 0,00 0,22 0,00 0,0614 Unggas dan Peternakan lainnya 0,02 0,10 0,00 0,14 0,00 0,0115 Kehutanan 0,02 0,11 0,00 0,12 0,00 0,0316 Perikanan 0,01 0,05 0,00 0,08 0,00 0,0117 Pertambangan 0,00 -0,01 0,00 0,00 0,00 0,0018 Agroindustri 0,52 3,37 0,02 1,21 0,00 0,0319 Non Agroindustri 0,52 3,32 0,03 1,51 0,02 0,6020 Listrik, Gas dan Air Minum 0,13 0,86 0,01 0,77 0,00 0,0121 Bangunan 0,04 0,25 0,01 0,40 0,00 0,0122 Perdagangan, Hotel, dan Restoran 0,65 4,21 0,10 5,15 0,02 0,4323 Pengangkutan & Komunikasi 0,13 0,87 0,02 1,16 0,00 0,0524 Keuangan, Persewaan & Jasa Perusahaan 0,13 0,84 0,02 1,14 0,00 0,0225 Jasa-jasa 0,03 0,22 0,02 1,08 0,00 0,03

15,55 100,00 1,91 100,00 3,49 100,00

Pendapatan Tenaga Kerja

Total

No SektorOutput

berdampak pada penciptaan output sektor itu sendiri sebesar 82,18% dan dampak

tidak langsung sebesar 17,82% terutama pada output sektor perdagangan, hotel, dan

restoran. Di sisi lain, nilai investasi sektor Tanaman Bahan Makanan Lainnya ini

mampu menciptakan pendapatan sebesar Rp 1.910.000, - yang terdiri dari dampak

langsung sebesar Rp 1.570.000, - (82,18%). Sedangkan tenaga kerja yang mampu

terserap sebanyak 3 orang.

Tabel 5.17. Dampak Investasi Sektor Tanaman Bahan Makanan Sebesar Rp 12juta terhadap Pembentukan Output, Pendapatan, dan TenagaKerja 2007

Sumber : Tabel Input-Output Tahun 2007 (olahan)

5.5.4. Dampak Investasi Sektor Karet

Nilai investasi sektor karet pada Tahun 2007 yakni sebesar Rp 78.183

jutaakan memiliki dampak positif terhadap peningkatan output sektor itu sendiri

maupun output sektor lainnya. Penciptaan output yang terjadi secara keseluruhan

mencapai 1,47 kali lipat dari nilai investasi yang terjadi (Rp 115. 102.310.000,-). Nilai

output tersebut terdiri dari output yang terjadi sebagai akibat dampak langsung

maupun tidak langsung. Dampak langsung yang terjadi adalah sebesar Rp

86.742.940.000,- atau sebesar 75,36% dari output total yang tercipta. Sedangkan

output yang terjadi sebagai akibat dampak tidak langsung dari investasi yang terbesar

terjadi pada sektor coklat sebesar 7,85%, sektor non -agorindusitri sebesar 4,33% dari

total output, dan sektor listrik, gas, dan air minum sebesar 3,27%.

Dampak investasi sektor Karet ini juga akan bedampak pada penciptaan

pendapatan rumah tangga sebesar Rp 28.437.230.000, - Nilai output tersebut

terkontribusi terhadap 5 sektor terbesar yakni pendapatan sektor karet itu sendiri

sebesar 84,22%, coklat (6,55%), jasa -jasa (1,74%), listrik, gas, dan air minum

(1,47%) dan sektor keuangan, persewaan, dan jasa perusahaan (1,30%). Selain itu,

investasi sebesar Rp 78.183 juta yang terjadi di sektor karet ternyata mampu

menyerap tenaga kerja sebanyak 5.904 orang yang terdistribusi di s ektor karet itu

sendiri (51,05%), sektor coklat (42,98%), dan sektor non -Agroindustri (3,42%).

Berdasarkan hal tersebut dapat disimpulkan bahwa dengan adanya investasi di sektor

Karet tidak hanya mampu menyerap lapangan kerja di sektor itu sendiri, akan te tapi

Nilai Persen Nilai Persen Nilai Persen1 Padi 135,89 0,12 25,64 0,09 3,08 0,052 Jagung 17,03 0,01 2,71 0,01 2,58 0,043 Umbi-umbian dan Pati 2,07 0,00 0,22 0,00 0,31 0,014 Sayur-sayuran 7,67 0,01 1,26 0,00 0,21 0,005 Buah-buahan 10,92 0,01 2,03 0,01 0,58 0,016 Tanaman Bahan makanan Lainnya 5,12 0,00 0,62 0,00 1,35 0,027 Karet 86.742,94 75,36 23.949,73 84,22 3.014,21 51,058 Coklat 9.035,75 7,85 1.863,17 6,55 2.537,51 42,989 Kelapa 4,83 0,00 1,79 0,01 2,39 0,0410 Kelapa sawit 256,23 0,22 57,42 0,20 3,63 0,0611 Kopi 5,90 0,01 0,89 0,00 1,37 0,0212 Tanaman Perkebunan lainnya 10,02 0,01 2,38 0,01 2,46 0,0413 Ternak dan Hasilnya 36,38 0,03 6,38 0,02 3,08 0,0514 Unggas dan Peternakan lainnya 47,07 0,04 8,18 0,03 1,14 0,0215 Kehutanan 71,46 0,06 9,41 0,03 3,50 0,0616 Perikanan 48,59 0,04 8,99 0,03 1,82 0,0317 Pertambangan 578,08 0,50 27,75 0,10 -3,31 -0,0618 Agroindustri 1.275,72 1,11 56,64 0,20 2,62 0,0419 Non Agroindustri 4.981,25 4,33 278,45 0,98 202,14 3,4220 Listrik, Gas dan Air Minum 3.758,98 3,27 417,25 1,47 5,88 0,1021 Bangunan 1.288,19 1,12 251,84 0,89 15,65 0,2722 Perdagangan, Hotel, dan Restoran 1.676,86 1,46 252,70 0,89 38,76 0,6623 Pengangkutan & Komunikasi 2.098,07 1,82 346,81 1,22 28,35 0,4824 Keuangan, Persewaan & Jasa Perusahaan 2.204,56 1,92 369,04 1,30 11,21 0,1925 Jasa-jasa 802,71 0,70 495,91 1,74 23,80 0,40

115.102,31 100,00 28.437,23 100,00 5.904,30 100,00

Output Pendapatan Tenaga KerjaNo

Total

Sektor

juga mampu menyerap tenaga kerja di sektor coklat dalam jumlah yang hampir sama

dengan penyerapan tenaga kerja di sektor karet itu sendiri.

Tabel 5.18. Dampak Investasi Sektor Karet Sebesar Rp 78.183 juta terhadapPembentukan Output, Pendapatan, dan Tenaga Kerja Tahun 2007

Sumber : Tabel Input-Output Tahun 2007 (diolah)

5.5.5. Dampak Investasi Sektor Coklat

Investasi sektor coklat sebesar Rp 32 juta) pada Tahun 2007 mampu

menciptakan output dalam prekonomian Sumatera Utara menca pi 1,30 kali lipat dari

nilai investasi yakni sebesar Rp 41.590.000, -. Sebesar 82,34% secara langsung

merupakan output sektor itu sendiri, sedangkan dampak tidak langsung dari

penciptaan output terjadi pada penciptaaan output di sektor agroindustri, kemudi an

diikuti oleh sektor perdagangan, hotel, dan restoran dan sektor non -

agroindustri.Peningkatan output terendah terdapat pada sektor umbi -umbian dan pati.

Sedangkan akibat adanya investasi tersebut akan menguarangi output dari sektor

pertambangan.

Di sisi lain, investasi di sektor coklat tersebut dapat menciptakan pendapatan

(upah/gaji) sebesar Rp 7.980.000, - Nilai tersebut meliputi pendapatan sektor coklat

sendiri (88,53%), sektor perdagangan, hotel, dan restoran (2,59%), sektor kelapa

sawit (1,45%), sektor agroindustri (1,43%), dan sektor jasa -jasa (1,01%).

Nilai Persen Nilai Persen Nilai Persen1 Padi 0,27 0,66 0,05 0,65 0,01 0,062 Jagung 0,03 0,08 0,01 0,07 0,01 0,053 Umbi-umbian dan Pati 0,00 0,01 0,00 0,00 0,00 0,004 Sayur-sayuran 0,01 0,02 0,00 0,02 0,00 0,005 Buah-buahan 0,02 0,04 0,00 0,04 0,00 0,016 Tanaman Bahan makanan Lainnya 0,01 0,02 0,00 0,01 0,00 0,027 Karet 0,17 0,41 0,05 0,58 0,01 0,068 Coklat 34,25 82,34 7,06 88,53 9,62 98,609 Kelapa 0,01 0,02 0,00 0,04 0,00 0,0510 Kelapa sawit 0,52 1,24 0,12 1,45 0,01 0,0711 Kopi 0,01 0,03 0,00 0,02 0,00 0,0312 Tanaman Perkebunan lainnya 0,02 0,05 0,00 0,06 0,00 0,0513 Ternak dan Hasilnya 0,05 0,13 0,01 0,12 0,00 0,0514 Unggas dan Peternakan lainnya 0,05 0,13 0,01 0,12 0,00 0,0115 Kehutanan 0,09 0,23 0,01 0,16 0,00 0,0516 Perikanan 0,04 0,09 0,01 0,08 0,00 0,0117 Pertambangan -0,11 -0,27 -0,01 -0,07 0,00 0,0018 Agroindustri 2,57 6,18 0,11 1,43 0,01 0,0519 Non Agroindustri 0,80 1,93 0,04 0,56 0,03 0,3320 Listrik, Gas dan Air Minum 0,34 0,81 0,04 0,47 0,00 0,0121 Bangunan 0,29 0,71 0,06 0,72 0,00 0,0422 Perdagangan, Hotel, dan Restoran 1,37 3,30 0,21 2,59 0,03 0,3323 Pengangkutan & Komunikasi 0,29 0,69 0,05 0,60 0,00 0,0424 Keuangan, Persewaan & Jasa Perusahaan0,35 0,84 0,06 0,74 0,00 0,0225 Jasa-jasa 0,13 0,31 0,08 1,01 0,00 0,04

41,59 100,00 7,98 100,00 9,75 100,00Total

No SektorOutput Pendapatan Tenaga Kerja

Tabel 5.19. Dampak Investasi Sektor Coklat sebesar Rp 32 juta terhadapPembentukan Output, Pendapatan, dan Tenaga Kerja Tahun 2007

Sumber : Tabel Input-Output Tahun 2007 (diolah)

5.5.6. Dampak Investasi Sektor Kelapa

Dampak investasi sektor kelapa sebesar Rp 38 juta ternyata mampu

menciptakan output sebesar 1,23 kali lipat dari investasi yang terjadi yakni sebesar

Rp 46.930.000,- Investasi di sektor ini memberikan kontri busi penciptaan output

sebesar 83,88% bagi output sektor kelapa itu sendiri. Bagi sektor lain, dampak

investasi dirasakan pada penciptaan output di sektor kelapa sawit (3,46%), sektor

non-agroindustri (3,12%), sektor listrik, gas, dan air bersih (2,31%), d an sektor

perdagangan, hotel dan restoran (1,45%). Dampak investasi sektor kelapa ini terhadap

penciptaan output tidak dirasakan atau berarti tidak berpengaruh terhadap perubahan

output pad sektor umbi-umbian, tanaman bahan makanan lainnya, dan sektor kopi .

Dampak investasi sektor kelapa terhadap pembentukan pendapatan (upah/gaji)

mencapai nilai pendapatan sebesar Rp 15.780.000, - Nilai ini meliputi pembentukan

pendapatan di sektor itu sendiri sebesar 92,53%. Kemudian peningkatan pendapatan

sektor kelapa sawit sebesar 2,30% dari total pendapatan yang terbentuk. Selain itu,

investasi di sektor kelapa mampu menyerap tenaga kerja sebanyak 20 orang.

Nilai Persen Nilai Persen Nilai Persen1 Padi 0,03 0,07 0,01 0,04 0,00 0,002 Jagung 0,00 0,01 0,00 0,00 0,00 0,003 Umbi-umbian dan Pati 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,004 Sayur-sayuran 0,00 0,01 0,00 0,00 0,00 0,005 Buah-buahan 0,00 0,01 0,00 0,00 0,00 0,006 Tanaman Bahan makanan Lainnya 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,007 Karet 0,31 0,66 0,08 0,54 0,01 0,058 Coklat 0,33 0,69 0,07 0,43 0,09 0,479 Kelapa 39,36 83,88 14,60 92,53 19,43 98,8410 Kelapa sawit 1,62 3,46 0,36 2,30 0,02 0,1211 Kopi 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,0012 Tanaman Perkebunan lainnya 0,00 0,01 0,00 0,00 0,00 0,0013 Ternak dan Hasilnya 0,01 0,03 0,00 0,01 0,00 0,0114 Unggas dan Peternakan lainnya 0,01 0,03 0,00 0,02 0,00 0,0015 Kehutanan 0,07 0,14 0,01 0,06 0,00 0,0216 Perikanan 0,06 0,13 0,01 0,07 0,00 0,0117 Pertambangan 0,18 0,39 0,01 0,06 0,00 0,0018 Agroindustri 0,33 0,70 0,01 0,09 0,00 0,0019 Non Agroindustri 1,47 3,12 0,08 0,52 0,06 0,3020 Listrik, Gas dan Air Minum 1,08 2,31 0,12 0,76 0,00 0,0121 Bangunan 0,64 1,37 0,13 0,79 0,01 0,0422 Perdagangan, Hotel, dan Restoran 0,68 1,45 0,10 0,65 0,02 0,0823 Pengangkutan & Komunikasi 0,31 0,66 0,05 0,32 0,00 0,0224 Keuangan, Persewaan & Jasa Perusahaan0,29 0,62 0,05 0,31 0,00 0,0125 Jasa-jasa 0,12 0,26 0,08 0,49 0,00 0,02

46,93 100,00 15,78 100,00 19,66 100,00

Output Pendapatan Tenaga Kerja

Total

No Sektor

Tabel 5.20.Dampak Investasi Sektor Kelapa sebesar Rp 38 juta terhadapPembentukan Output, Pendapatan, dan T enaga Kerja Tahun 2007

Sumber : Tabel Input-Output Tahun 2007 (diolah)

5.5.7. Dampak Investasi Sektor Kelapa Sawit

Pada Tahun 2007, investasi yang terdiri dari pembentukan modal tetap dan

stok yang terjadi pada sektor kelapa saw it telah berdampak yang baik terhadap

pembentuk output, pendapatan, maupun penyerapan lapangan kerja. Investasi yang

terjadi pada sektor kelapa sawit sebesar Rp 141.837 juta telah menciptakan

pembentukan output sebesar 1,41 kali lipat dibandingkan nilai i nvestasi yang terjadi

yang mencapai nilai output sebesar Rp 199.575.390.000, - Pembentukan output yang

terjadi tidak hanya dirasakn oleh adanya perubahan output pad a sektor itu sendiri

melainkan juga berdampak secara tidak langsung pada pembentukan output d i sektor

laini dalam perekonomian. Investasi yang terjadi pada sektor kelapa sawit secara

langsung berdampak terhadap sektor itu sendiri sebesar 72,85% dari total output

yang terbentuk. Sektor lain yang mengalami perubahan output terbesar meliputi

sektor non-agroindustri (5,42%), sektor agroindustri (4,68%), sektor pengangkutan

dan komunikasi (3,00%), sektor bangunan (2,51%), serta sektor listrik, gas, dan air

bersih (2,44%). Dampak investasi sektor kelapa sawit terhadap pembentukan output

yang memiliki nilai terendah terjadi pada sektor umbi -umbian dan pati (0,01%).

Nilai Persen Nilai Persen Nilai Persen1 Padi 994,70 0,50 187,70 0,46 22,54 0,592 Jagung 122,45 0,06 19,46 0,05 18,54 0,483 Umbi-umbian dan Pati 10,99 0,01 1,19 0,00 1,62 0,044 Sayur-sayuran 33,38 0,02 5,47 0,01 0,92 0,025 Buah-buahan 66,02 0,03 12,27 0,03 3,53 0,096 Tanaman Bahan makanan Lainnya 33,90 0,02 4,13 0,01 8,93 0,237 Karet 2.271,37 1,14 627,12 1,52 78,93 2,068 Coklat 2.423,54 1,21 499,73 1,21 680,60 17,779 Kelapa 33,09 0,02 12,28 0,03 16,34 0,4310 Kelapa sawit 145.383,51 72,85 32.580,44 79,12 2.060,26 53,7911 Kopi 43,21 0,02 6,51 0,02 10,01 0,2612 Tanaman Perkebunan lainnya 70,78 0,04 16,79 0,04 17,40 0,4513 Ternak dan Hasilnya 623,02 0,31 109,21 0,27 52,82 1,3814 Unggas dan Peternakan lainnya 183,18 0,09 31,84 0,08 4,44 0,1215 Kehutanan 619,16 0,31 81,54 0,20 30,34 0,7916 Perikanan 225,49 0,11 41,74 0,10 8,44 0,2217 Pertambangan 488,80 0,24 23,46 0,06 -2,80 -0,0718 Agroindustri 9.343,40 4,68 414,85 1,01 19,17 0,5019 Non Agroindustri 10.815,50 5,42 604,59 1,47 438,89 11,4620 Listrik, Gas dan Air Minum 4.877,25 2,44 541,37 1,31 7,63 0,2021 Bangunan 5.006,21 2,51 978,71 2,38 60,83 1,5922 Perdagangan, Hotel, dan Restoran 3.460,76 1,73 521,54 1,27 79,99 2,0923 Pengangkutan & Komunikasi 5.989,36 3,00 990,04 2,40 80,92 2,1124 Keuangan, Persewaan & Jasa Perusahaan 2.492,01 1,25 417,16 1,01 12,67 0,3325 Jasa-jasa 3.964,30 1,99 2.449,15 5,95 117,52 3,07

199.575,39 100,00 41.178,30 100,00 3.830,45 100,00

Tenaga Kerja

Total

No SektorOutput Pendapatan

Tabel 5.21. Dampak Investasi Sektor Kelapa Sawit sebesar Rp 141.837 jutaterhadap Pembentukan Output, Pendapatan, dan Tenaga KerjaTahun 2007

Sumber : Tabel Input-Output Tahun 2007 (diolah)

Investasi yang terjadi pada sektor kelapa sawit berdampak secara langsung

terhadap pembentukan pendapatan sebesar 79,12%. Pendapatan yang terbentuk akibat

adanya investasi yang terjadi mencapai nilai Rp 41.178.300.000, - Selain berdampak

langsung, investaasi tersebut memiliki dampak tidak langsung terhadap pembentuk

output di sektor lain dengan nilai pendapatan yang terbentuk terbesar meliputi sektor

jasa-jasa (5,95%), sektor pengangkutan dan komunikasi (2,40%), sektor bangu nan

(2,38%) ,sektor non-agroindustri (1,47%) serta sektor listrik, gas, dan air minum

(1,31%). Dampak investasi pada sektor kelapa sawit tidak hanya terjadi terhadap

pembentukan output, dan pendapatan saja, tetapi juga mampu membentuk

penyerapan tenaga kerja yakni sebesar 3.830 orang yang terdistribusi pada seluruh

sektor ekonomi kecuali sektor pertambangan. Penyerapan tenaga kerja terbesar

terdapat pada sektor kelapa sawit itu sendiri, kemudian sektor coklat, non -

agroindustri, jasa-jasa, serta pengangkutan dan komunikasi.

5.5.8. Dampak Investasi Sektor Kopi

Nilai investasi sektor kopi sebesar Rp 99 juta pada tahun 2007 dapat

menghasilkan output di seluruh sektor perekonomian sebesar Rp 128.700.000, - atau

sekitar 1,30 kali lipat dari nilai investasi yang t erjadi. Nilai investasi sektor kopi

tersebut mampu menciptakan output sektor itu sendiri yang merupakan dampak

langsung sebesar 82,35% dan sisanya merupakan dampak tidak langsung terhadap

pembentukan output di sektor lain dalam perekonomian. Selain hal itu , dampak

investasi sektor padi ini mampu menciptakan pendapatan sebesar Rp 19.870.000, -

Nilai Persen Nilai Persen Nilai Persen1 Padi 0,13 0,10 0,02 0,13 0,00 0,01

2 Jagung 0,02 0,01 0,00 0,01 0,00 0,01

3 Umbi-umbian dan Pati 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00

4 Sayur-sayuran 0,01 0,01 0,00 0,01 0,00 0,00

5 Buah-buahan 0,01 0,01 0,00 0,01 0,00 0,00

6 Tanaman Bahan makanan Lainnya 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00

7 Karet 0,74 0,57 0,20 1,03 0,03 0,10

8 Coklat 0,78 0,61 0,16 0,81 0,22 0,82

9 Kelapa 0,00 0,00 0,00 0,01 0,00 0,01

10 Kelapa sawit 0,25 0,19 0,06 0,28 0,00 0,01

11 Kopi 105,98 82,35 15,97 80,40 24,54 91,19

12 Tanaman Perkebunan lainnya 7,58 5,89 1,80 9,05 1,86 6,92

13 Ternak dan Hasilnya 0,10 0,08 0,02 0,09 0,01 0,03

14 Unggas dan Peternakan lainnya 0,10 0,08 0,02 0,09 0,00 0,01

15 Kehutanan 0,11 0,09 0,01 0,07 0,01 0,02

16 Perikanan 0,09 0,07 0,02 0,08 0,00 0,01

17 Pertambangan 0,39 0,31 0,02 0,10 0,00 0,00

18 Agroindustri 1,24 0,96 0,06 0,28 0,00 0,01

19 Non Agroindustri 3,51 2,73 0,20 0,99 0,14 0,53

20 Listrik, Gas dan Air Minum 2,60 2,02 0,29 1,45 0,00 0,02

21 Bangunan 1,36 1,06 0,27 1,34 0,02 0,06

22 Perdagangan, Hotel, dan Restoran 1,69 1,31 0,25 1,28 0,04 0,15

23 Pengangkutan & Komunikasi 0,81 0,63 0,13 0,67 0,01 0,04

24 Keuangan, Persewaan & Jasa Perusahaan 0,82 0,63 0,14 0,69 0,00 0,02

25 Jasa-jasa 0,37 0,29 0,23 1,14 0,01 0,04

128,70 100,00 19,87 100,00 26,91 100,00Total

No SektorOutput Pendapatan Tenaga Kerja

yang terdiri dari pendapatan sektor kopi itu sendiri sebesar 80,40% dan sisanya

pendapatan di sektor ekonomi lainnya dimana pembentukan pendapatan terbesar di

sektor lain terjadi pada sektor tanaman perkebunan lainnya (9,05%). Selain itu,

investasi di sektor Kopi telah menyerap tenaga kerja sebanyak 27 orang.

Tabel 5.22. Dampak Investasi Sektor Kopi sebesar Rp 99 juta terhadapPembentukan Output, Pendapatan, dan Tenaga Kerja Tahun 2007

Sumber : Tabel Input-Output Tahun 2007 (diolah)

5.5.9. Dampak Investasi Sektor Tanaman Perkebunan Lainnya

Nilai inventasi sektor Tanaman Perkebunan lainnya yang terjadi pada Tahun

2007 sebesar Rp 10.000.000, - menciptakan output dalam perekonomian Sumatera

Utara sebesar Rp 14.130.000, - atau sekitar 1,41 kali lipat dari total investasi yang

terjadi. Dampak investasi tersebut terdiri dari dampak langsung sebesar 77,34% atau

mencapai nilai Rp 10.920.000, -. Sedangkan sebesar 22,66% merupakan dampak tidak

langsung investasi terhadap pembentukan output dengan penciptaan output terbesar

pada sektor agroindustri (7,21%). Selain pembentukan output, dampak investasi juga

dapat membentuk pendapatan (gaji/upah) sebesar Rp 3.000.00 0,- Sebesar 86,39%

merupakan pembentukan pendapatan terhadap sektor itu sendiri. Sedangkan

pendapatan sektor lain yang terbesar adalah sektor perdagangan, hotel, dan restoran.

Invetasi di sektor Tanaman Perkebunan lainnya hanya mampu menyerap tenaga kerja

sebanyak 3 orang.

Nilai Persen Nilai Persen Nilai Persen1 Padi 0,11 0,77 0,02 0,68 0,00 0,092 Jagung 0,01 0,09 0,00 0,07 0,00 0,073 Umbi-umbian dan Pati 0,00 0,01 0,00 0,00 0,00 0,014 Sayur-sayuran 0,00 0,03 0,00 0,02 0,00 0,005 Buah-buahan 0,01 0,05 0,00 0,04 0,00 0,016 Tanaman Bahan makanan Lainnya 0,00 0,02 0,00 0,01 0,00 0,037 Karet 0,08 0,59 0,02 0,77 0,00 0,108 Coklat 0,09 0,65 0,02 0,63 0,03 0,929 Kelapa 0,00 0,03 0,00 0,04 0,00 0,06

10 Kelapa sawit 0,20 1,45 0,05 1,53 0,00 0,1011 Kopi 0,00 0,03 0,00 0,02 0,00 0,0412 Tanaman Perkebunan lainnya 10,92 77,34 2,59 86,39 2,69 97,0213 Ternak dan Hasilnya 0,04 0,25 0,01 0,20 0,00 0,1114 Unggas dan Peternakan lainnya 0,02 0,15 0,00 0,12 0,00 0,0215 Kehutanan 0,04 0,26 0,00 0,16 0,00 0,0616 Perikanan 0,02 0,11 0,00 0,10 0,00 0,0217 Pertambangan -0,03 -0,24 0,00 -0,06 0,00 0,0118 Agroindustri 1,02 7,21 0,05 1,51 0,00 0,0819 Non Agroindustri 0,40 2,82 0,02 0,74 0,02 0,5820 Listrik, Gas dan Air Minum 0,18 1,24 0,02 0,65 0,00 0,0121 Bangunan 0,18 1,30 0,04 1,19 0,00 0,0822 Perdagangan, Hotel, dan Restoran 0,47 3,32 0,07 2,36 0,01 0,3923 Pengangkutan & Komunikasi 0,18 1,26 0,03 0,98 0,00 0,0924 Keuangan, Persewaan & Jasa Perusahaan0,12 0,88 0,02 0,69 0,00 0,0225 Jasa-jasa 0,06 0,39 0,03 1,13 0,00 0,06

14,13 100,00 3,00 100,00 2,77 100,00

No SektorOutput Pendapatan Tenaga Kerja

Total

Tabel 5.23. Dampak Investasi Sektor Tanaman Perkebunan Lainnya sebesar Rp10 juta terhadap Pembentukan Output, Pendapatan, dan TenagaKerja Tahun 2007

Sumber : Tabel Input-Output Tahun 2007 (diolah)

5.5.10. Dampak Investasi Sektor Ternak dan Hasilnya

Dampak investasi sektor Ternak dan Hasilnya sebesar Rp 65.586 juta ternyata

mampu menciptakan output sebesar 1,1 kali lipat dari investasi yang terjadi yakni

sebesar Rp 72.394.110.000, - Investasi di sektor ini memberikan kontribusi penciptaan

output sebesar 90,91% bagi output sektor ternak dan hasilnya itu sendiri. Bagi sektor

lain, dampak investasi dirasakan pada penciptaan output di sektor non -agroindustri

(1,91%), sektor listrik, gas, dan air bersih (1,43%) , sektor perdagangan, hotel, dan

restoran (0,88%), dan sektor bangunan (0,73%). Dampak investasi sektor Ternak

dan Hasilnya terhadap pembentukan pendapatan (upah/gaji) mencapai nilai

pendapatan sebesar Rp 12.499.880.000, - Nilai ini meliputi pembentukan pen dapatan

di sektor itu sendiri sebesar 92,30%. Di sisi lain, investasi di sektor Ternak dan

hasilnya sebesar Rp 65.586 juta telah mampu menciptakan lapangan pekerjaan yang

lebih besar dari dampak investasi terhadap penyerapan tenaga kerja di sektor kelapa

sawit yakni sebesar .5.826 orang.

Nilai Persen Nilai Persen Nilai Persen1 Padi 36,67 0,05 6,92 0,06 0,83 0,012 Jagung 85,14 0,12 13,53 0,11 12,89 0,223 Umbi-umbian dan Pati 22,13 0,03 2,40 0,02 3,27 0,064 Sayur-sayuran 25,03 0,03 4,10 0,03 0,69 0,015 Buah-buahan 3,24 0,00 0,60 0,00 0,17 0,006 Tanaman Bahan makanan Lainnya 1,38 0,00 0,17 0,00 0,36 0,017 Karet 290,10 0,40 80,10 0,64 10,08 0,178 Coklat 307,08 0,42 63,32 0,51 86,24 1,469 Kelapa 1,32 0,00 0,49 0,00 0,65 0,0110 Kelapa sawit 67,66 0,09 15,16 0,12 0,96 0,0211 Kopi 1,56 0,00 0,23 0,00 0,36 0,0112 Tanaman Perkebunan lainnya 2,70 0,00 0,64 0,01 0,66 0,0113 Ternak dan Hasilnya 65.814,14 90,91 11.537,22 92,30 5.579,29 94,2014 Unggas dan Peternakan lainnya 236,64 0,33 41,13 0,33 5,74 0,1015 Kehutanan 367,43 0,51 48,39 0,39 18,00 0,3016 Perikanan 370,84 0,51 68,64 0,55 13,88 0,2317 Pertambangan 167,65 0,23 8,05 0,06 -0,96 -0,0218 Agroindustri 336,85 0,47 14,96 0,12 0,69 0,0119 Non Agroindustri 1.381,35 1,91 77,22 0,62 56,05 0,9520 Listrik, Gas dan Air Minum 1.032,58 1,43 114,62 0,92 1,61 0,0321 Bangunan 531,75 0,73 103,96 0,83 6,46 0,1122 Perdagangan, Hotel, dan Restoran 633,67 0,88 95,49 0,76 14,65 0,2523 Pengangkutan & Komunikasi 231,03 0,32 38,19 0,31 3,12 0,0524 Keuangan, Persewaan & Jasa Perusahaan 247,11 0,34 41,37 0,33 1,26 0,0225 Jasa-jasa 199,09 0,28 123,00 0,98 5,90 0,10

72.394,11 100,00 12.499,88 100,00 5.922,87 98,31

NoPendapatan Tenaga Kerja

Total

SektorOutput

Tabel 5.24.Dampak Investasi Sektor Ternak dan Hasilnya sebesar Rp 65.586juta terhadap Pembentukan Output, Pendapatan, dan TenagaKerja Tahun 2007

Sumber : Tabel Input-Output Tahun 2007 (olahan)

5.5.11. Dampak Investasi Sektor Unggas dan Petenakan Lainnya

Investasi yang terjadi pada Tahun 2007 yang terdiri atas Pembentukan Modal

Tetap Bruto (PMTB) dan stok pada sektor Unggas dan Peternakan lainnya sebesar Rp

495 juta telah mampu membentukan output se besar 1,77 kali lipatnya dibandingkan

nilai investasi yang ada. Total output yang terbentuk mencapai Rp 876.930.000, -

Sebanyak 57,64% merupakan dampak langsung yakni pembentukan output pada

sektor itu sendiri. Sedangkan dampak tidak langsung yang terciptak an terjadi pada

sektor agroindustri (20,06%), sektor perdagangan, hotel, dan restoran (6,80%), kelapa

sawit (4,03%), serta sektor non-agroindustri (2,33%).

Disisi lain, dampak investasi terhadap pembentukan pendapatan secara

langsung berdampak sebesar 66,97% terhadap pembentukan pendapatan pada sektor

itu sendiri. Sedangkan sisanya merupakan dampak tidak langsung yang terjadi

terhadap sektor lain meliputi sektor perdagangan, hotel, dan restoran (6,85%), sektor

kelapa sawit (6,04%), sektor agroindustri (5,9 6%), serta sektor padi (2,95%).

Investasi sektor Unggas dan Peternakan Lainnya sebesar Rp 495 juta yang dilakukan

dapat menyerap tenaga kerja sebanyak 20 orang dengan 12 orang di sektor itu sendiri,

1 oran di sektor coklat, 1 orang di sekto non -agroindustri, serta sisanya diserapkan

oleh sektor perdagangan, hotel, dan restoran.

N ila i P e r s e n N ila i P e r s e n N ila i P e r s e n1 P a d i 2 0 ,4 9 2 ,3 4 3 ,8 7 2 ,9 5 0 ,4 6 2 ,3 12 J a g u n g 3 ,4 1 0 ,3 9 0 ,5 4 0 ,4 1 0 ,5 2 2 ,5 73 U m b i-u m b ia n d a n P a ti 0 ,2 5 0 ,0 3 0 ,0 3 0 ,0 2 0 ,0 4 0 ,1 84 S a y u r-s a y u ra n 1 ,0 4 0 ,1 2 0 ,1 7 0 ,1 3 0 ,0 3 0 ,1 45 B u a h -b u a h a n 1 ,4 3 0 ,1 6 0 ,2 7 0 ,2 0 0 ,0 8 0 ,3 86 T a n a m a n B a h a n m a k a n a n L a in n y a 0 ,6 0 0 ,0 7 0 ,0 7 0 ,0 6 0 ,1 6 0 ,7 87 K a re t 4 ,2 9 0 ,4 9 1 ,1 8 0 ,9 0 0 ,1 5 0 ,7 48 C o k la t 5 ,0 3 0 ,5 7 1 ,0 4 0 ,7 9 1 ,4 1 7 ,0 29 K e la p a 0 ,6 1 0 ,0 7 0 ,2 3 0 ,1 7 0 ,3 0 1 ,5 1

1 0 K e la p a s a w it 3 5 ,3 3 4 ,0 3 7 ,9 2 6 ,0 4 0 ,5 0 2 ,4 91 1 K o p i 0 ,8 1 0 ,0 9 0 ,1 2 0 ,0 9 0 ,1 9 0 ,9 41 2 T a n a m a n P e rk e b u n a n la in n y a 1 ,3 3 0 ,1 5 0 ,3 2 0 ,2 4 0 ,3 3 1 ,6 31 3 T e rn a k d a n H a s i ln y a 3 ,6 8 0 ,4 2 0 ,6 4 0 ,4 9 0 ,3 1 1 ,5 51 4 U n g g a s d a n P e te rn a k a n la in n y a 5 0 5 ,4 9 5 7 ,6 4 8 7 ,8 5 6 6 ,9 7 1 2 ,2 6 6 0 ,9 11 5 K e h u ta n a n 5 ,5 4 0 ,6 3 0 ,7 3 0 ,5 6 0 ,2 7 1 ,3 51 6 P e r ik a n a n 1 ,9 6 0 ,2 2 0 ,3 6 0 ,2 8 0 ,0 7 0 ,3 71 7 P e r ta m b a n g a n -1 1 ,3 4 -1 ,2 9 -0 ,5 4 -0 ,4 1 0 ,0 6 0 ,3 21 8 A g ro in d u s tr i 1 7 5 ,9 5 2 0 ,0 6 7 ,8 1 5 ,9 6 0 ,3 6 1 ,7 91 9 N o n A g ro in d u s tr i 2 0 ,4 3 2 ,3 3 1 ,1 4 0 ,8 7 0 ,8 3 4 ,1 22 0 L is tr ik , G a s d a n A ir M in u m 1 0 ,2 6 1 ,1 7 1 ,1 4 0 ,8 7 0 ,0 2 0 ,0 82 1 B a n g u n a n 4 ,6 1 0 ,5 3 0 ,9 0 0 ,6 9 0 ,0 6 0 ,2 82 2 P e rd a g a n g a n , H o te l , d a n R e s to ra n 5 9 ,6 6 6 ,8 0 8 ,9 9 6 ,8 5 1 ,3 8 6 ,8 52 3 P e n g a n g k u ta n & K o m u n ik a s i 1 1 ,4 8 1 ,3 1 1 ,9 0 1 ,4 5 0 ,1 6 0 ,7 72 4 K e u a n g a n , P e rs e w a a n & J a s a P e ru s a h a a n1 0 ,0 0 1 ,1 4 1 ,6 7 1 ,2 8 0 ,0 5 0 ,2 52 5 J a s a - ja s a 4 ,5 7 0 ,5 2 2 ,8 2 2 ,1 5 0 ,1 4 0 ,6 7

8 7 6 ,9 3 1 0 0 ,0 0 1 3 1 ,1 8 1 0 0 ,0 0 2 0 ,1 3 1 0 0 ,0 0

N o S e k to rO u tp u t P e n d a p a ta n T e n a g a K e r ja

T o ta l

Tabel 5.25. Dampak Investasi Sektor Unggas dan Peternakan Lainnya sebesarRp 495 juta terhadap Pembentukan Output, Pendapatan, danTenaga Kerja Tahun 2007

Sumber : Tabel Input-Output Tahun 2007 (diolah)

5.5.12. Dampak Investasi Sektor Perikanan

Dampak investasi sektor perikanan sebesar Rp 343 juta yang terjadi pada

Tahun 2007 telah membentuk perubahan output sebesar 1,51 kali lipatnya

dibandingkan nilai investasi yang terjadi. Pembentukan output yang terjadi terdiri

dari dampak langsung sebesar 67,82%. Total output yang terbentuk mencapai nilai

Rp 518.610.000,-.Dampak tidak langsung terhadap pembentukan output terbesar

dirasakan oleh sektor non-agroindustri (8,46%). Kemudian diikuti oleh pembentukan

Nilai Persen Nilai Persen Nilai Persen1 Padi 3,95 0,76 0,75 0,87 0,09 0,462 Jagung 0,49 0,09 0,08 0,09 0,07 0,383 Umbi-umbian dan Pati 0,05 0,01 0,01 0,01 0,01 0,044 Sayur-sayuran 0,15 0,03 0,03 0,03 0,00 0,025 Buah-buahan 0,27 0,05 0,05 0,06 0,01 0,076 Tanaman Bahan makanan Lainnya 0,13 0,02 0,02 0,02 0,03 0,177 Karet 9,22 1,78 2,55 2,97 0,32 1,648 Coklat 9,83 1,90 2,03 2,37 2,76 14,159 Kelapa 0,13 0,03 0,05 0,06 0,07 0,3310 Kelapa sawit 7,45 1,44 1,67 1,95 0,11 0,5411 Kopi 0,17 0,03 0,03 0,03 0,04 0,2012 Tanaman Perkebunan lainnya 0,28 0,05 0,07 0,08 0,07 0,3613 Ternak dan Hasilnya 0,79 0,15 0,14 0,16 0,07 0,3414 Unggas dan Peternakan lainnya 0,81 0,16 0,14 0,16 0,02 0,1015 Kehutanan 1,71 0,33 0,22 0,26 0,08 0,4316 Perikanan 351,70 67,82 65,10 76,06 13,17 67,4517 Pertambangan 0,35 0,07 0,02 0,02 0,00 0,0018 Agroindustri 37,09 7,15 1,65 1,92 0,08 0,3919 Non Agroindustri 43,90 8,46 2,45 2,87 1,78 9,1320 Listrik, Gas dan Air Minum 10,65 2,05 1,18 1,38 0,02 0,0921 Bangunan 2,63 0,51 0,51 0,60 0,03 0,1622 Perdagangan, Hotel, dan Restoran 22,23 4,29 3,35 3,91 0,51 2,6323 Pengangkutan & Komunikasi 5,66 1,09 0,94 1,09 0,08 0,3924 Keuangan, Persewaan & Jasa Perusahaan 6,58 1,27 1,10 1,29 0,03 0,1725 Jasa-jasa 2,40 0,46 1,48 1,73 0,07 0,36

518,61 100,00 85,59 100,00 19,52 100,00Total

No SektorOutput Pendapatan Tenaga Kerja

output sektor agroindustri (7,15%), sektor perdagangan, hotel, dan restoran (4,29%),

serta sektor listrik, gas, dan air minum (2,05%).

Pembentukan pendapatan sebagai akibat adanya investasi yang terjadi adalah

sebesar Rp 85.590.000,- Dampak terhadap pembentukan pendapatan ini sebesar

76,06% merupakan pendapatan bagi sektor perikanan itu sendiri. Pembentukan

pendapatan di sekto lain meliputi sektor perdagangan, hotel, dan restoran (3,91%),

sektor karet (2,97%), serta sektor non-agroindustri (2,87%). Selain itu, investasi

sektor perikanan dapat menyerap tenaga kerja sebanyak 20 orang.

Tabel 5.26. Dampak Investasi Sektor Perikanan sebesar Rp 343 juta terhadapPembentukan Output, Pendapatan, dan Tenaga Kerja Tahun 2 007

Sumber : Tabel Input –Output 2007 (Diolah)

Investasi Pembentukan Output output/investasi(Juta Rp) (Juta Rp)

1 Padi 3.466 3.738,53 1,082 Jagung 383 499,40 1,313 Umbi-umbian dan Pati - 0 0,004 Sayur-sayuran - 0 0,005 Buah-buahan - 0 0,006 Tanaman Bahan makanan Lainnya 12 15,55 1,347 Karet 78.183 115.102,31 1,478 Coklat 32 41,59 1,299 Kelapa 38 46,93 1,2410 Kelapa sawit 141.837 199.575,39 1,4111 Kopi 99 128,70 1,3012 Tanaman Perkebunan lainnya 10 14,13 1,3513 Ternak dan Hasilnya 65.586 72.394,11 1,1014 Unggas dan Peternakan lainnya 495 876,93 1,7715 Kehutanan (14.590) (21.428,01) 1,4716 Perikanan 343 518,61 1,51

275.893 371.524,15 1,35Total

SektorNo

Berdasarkan uraian diatas, maka dapat disimpulkan mengenai dampak

investasi sektor pertanian yang terjadi terhadap pembentukan output, pendapatan, dan

pembentukan, lapangan kerja yang terjadi pada tahun 2007. Investasi yang terjadi

pada sektor pertanian menciptakan pembentukan output terbesar yang dilihat

berdasarkan rasio investasi yang ada terhadap pembentukan output adalah sektor

Unggas dan peternakana lainnya yakni sebesar 1,77. Hal ini berarti bahwa output

yang tercipta karena adanya investasi di sektor Unggas dan peternakan lainnya

sebesar 1,77 kali lipat dari investasi yang terjadi. Kondisi ini kemudian diikuti oleh

sektor perikanan, dan karet.

Tabel 5.27. Dampak Investasi Sektor Pertanian terhadap Pembentukan Output

Sumber : Tabel Input-Output Tahun 2007 (Diolah)

Grafik 5.4. Dampak Investasi Sektor Pertanian terhadap Pembentukan Output

1,08

1,31

0,00 0,00 0,00

1,341,47

1,29 1,24

1,411,30 1,35

1,10

1,77

1,47 1,51

0,00

0,20

0,40

0,60

0,80

1,00

1,20

1,40

1,60

1,80

2,00

Padi

Jagung

Umbi-umbia

n dan

Pati

Sayur-sa

yuran

Buah-bu

ahan

Tanaman

Bahan m

akanan

Lainn

ya Karet

Coklat

Kelapa

Kelapa

sawit

Kopi

Tanaman

Perkebu

nan lai

nnya

Ternak

dan Hasi

lnya

Unggas

dan Pete

rnakan

lainny

a

Kehutan

an

Perikana

n

Rasio Output terhadap Investasi

Dampak investasi sektor pertanian terhadap pembentukan output yang terjadi

secara lebih jelas dapat ditunjukkan pada Grafik 5.4. dibawah ini.

Gambar 5.4. Dampak Investasi Sektor Pertanian terhadap Pembentukan Output

Investasi yang terjadi di sektor pertanian juga memberikan dampak pada

pembentukan pendapatan yang merupakan upah/ gaji bagi tenaga kerja yang terserap.

Secara umum, terlihat bahwa investasi yang terjadi mampu menci ptakan pendapatan

sebesar 21,62 % dari pembentukan output yang terjadi. Bila dilihat secara sektoral,

terlihat bahwa sektor kelapa mampu membentuk pendapatan sebesar 33,63% dari

output sektor kelapa. Kemudian diikuti oleh sektor karet, kelapa sawit, dan ta naman

perkebunana lainnya (Tabel 5.28.)

Output Pembentukan Pendapatan Pendapatan/Output(Juta Rp) (Juta Rp) (Persen)

1 Padi 3.738,53 699,81 18,722 Jagung 499,40 75,47 15,113 Umbi-umbian dan Pati - 0 0,004 Sayur-sayuran - 0 0,005 Buah-buahan - 0 0,006 Tanaman Bahan makanan Lainnya 15,55 1,91 12,287 Karet 115.102,31 28.437,23 24,718 Coklat 41,59 7,98 19,199 Kelapa 46,93 15,78 33,6310 Kelapa sawit 199.575,39 41.178,30 20,6311 Kopi 128,70 19,87 15,4412 Tanaman Perkebunan lainnya 14,13 3,00 21,2413 Ternak dan Hasilnya 72.394,11 12.499,88 17,2714 Unggas dan Peternakan lainnya 876,93 131,18 14,9615 Kehutanan (21.428,01) (2.830,25) 13,2116 Perikanan 518,61 85,59 16,50

371.524,15 80.325,75 21,62

No Sektor

Total

Grafik 5.5. Dam pak Investasi Sektor Pertanian terhadap Pem bentukan Pendapatan

18,72

15,11

0,00 0,00 0,00

12,28

24,71

19,19

33,63

20,63

15,44

21,24

17,2714,96

13,21

16,50

0,00

5,00

10,00

15,00

20,00

25,00

30,00

35,00

40,00

Padi

Jagun

g

Umb i-umbia

n dan Pa ti

Sayur-s

ayuran

Buah-b

uaha

n

Tanaman

Bahan m

akana

n Lain

nya

Karet

Coklat

Kelapa

Kelapa

sawit

Kopi

Tanaman

Pe rkebun

an lai

nnya

Te rnak d

an Hasi

lnya

Unggas

dan P

eterna

kan lai

nnya

Kehuta

nan

Perikana

n

P endapatan per O utput (% )

Tabel 5.28. Dampak Investasi Sektor Pertanian terhadap PembentukanPendapatan

Sumber : Tabel Input-Output Tahun 2007 (diolah)

Gambar 5.5. Dampak Investasi Sektor Pertanian terh adap PembentukanPendapatan

Output Tenaga Kerja Output/Tenaga Kerja(Juta Rp) (Orang) (Juta Rp / Orang)

1 Padi 3.738,53 86,23 43,362 Jagung 499,40 62,10 8,043 Umbi-umbian dan Pati - 0 0,004 Sayur-sayuran - 0 0,005 Buah-buahan - 0 0,006 Tanaman Bahan makanan Lainnya 15,55 3,49 4,467 Karet 115.102,31 5.907,79 19,488 Coklat 41,59 9,76 4,269 Kelapa 46,93 19,66 2,39

10 Kelapa sawit 199.575,39 3.830,45 52,1011 Kopi 128,70 26,91 4,7812 Tanaman Perkebunan lainnya 14,13 2,77 5,1013 Ternak dan Hasilnya 72.394,11 5.825,64 12,4314 Unggas dan Peternakan lainnya 876,93 20,13 43,5615 Kehutanan (21.428,01) (976,50) 21,9416 Perikanan 518,61 19,52 26,57

371.524,15 14.837,95 25,04

Sektor

Total

No

Pembentukan tenaga kerja yang terjadi sebagai akibat adanya investasi di

sektor pertanian terbesar terjadi pada sektor karet yakni sebanyak 5.908 orang.

Kemudian disusul oleh pembentukan tenaga kerja terbesar selanjutnya p ada sektor

ternak dan hasilnya, dan sektor kelapa sawit. Bila dilihat berdasarkan kemampuan

produktivitas yang terjadi setiap satuan tenaga kerja, terlihat bahwa tenaga kerja di

sektor kelapa sawit memiliki produktivitas tertinggi dibandingkan dengan yang

lainnya dengan nilai produktivitas sebesar 52,10 juta rupiah per ternaga kerja.

Kemudian pada sektor unggas dan peternakan lainnya sebesar 43,56 juta rupiah per

tenaga kerja dana pada sektor padi sebesar 43,36 juta rupiah per tenaga kerja.

Tabel 5.29. Dampak Investasi Sektor Pertanian terhadap Pembentukan TenagaKerja

Sumber : Tabel Input-Output Tahun 2007 (diolah)

Grafik 5.6. Dampak Investasi Sektor Pertanian terhadap Pembentukan Tenaga Kerja

43,36

8,04

0,00 0,00 0,00

4,46

19,48

4,262,39

52,10

4,78 5,10

12,43

43,56

21,94

26,57

0,00

10,00

20,00

30,00

40,00

50,00

60,00

PadiJag

ung

Umbi-umbia

n dan

Pati

Sayur-sa

yuran

Buah-bu

ahan

Tanaman

Bahan m

akanan

Lainn

ya Karet

Coklat

Kelapa

Kelapa

sawit Kopi

Tanaman

Perkebu

nan lai

nnya

Ternak

dan Hasil

nya

Unggas

dan Pete

rnakan

lainny

aKehu

tanan

Perikana

n

Produktivita (Output/Tenaga Kerja)

Gambar 5.6. Dampak Investasi Sektor Pertan ian terhadap PembentukanTenaga Kerja

5.6. Dampak Perubahan Investasi Sektor Pertanian Terhadap PembentukanOutput, Pendapatan, dan Tenaga Kerja

5.6.1. Dampak Perubahan Investasi Sektor Pertanian terhadap PembentukanOutput Sektoral

Investasi yang terjadi sepanjang tahun 2007 dengan mengguna kan Tabel

Input-Output Tahun 2007 terlihat bahwa nilai investasi sebesar Rp 30.869.047 juta

yang terdiri investasi di sektor pertanian sebesar Rp 275.893 juta atau sebesar 0,89%

dari total investasi yang terjadi dan sisanya merupakan investasi non -pertanian telah

mampu menciptakan total output dalam perekonomian Sumatera Utara Tahun 2007

sebesar Rp 83.918.376,69 juta atau sebesar 2,72 kali lipat dari investasi yang terjadi.

Sebesar 15,40% dari total output yang terjadi merupakan total output yang tercipta

pada sektor pertanian dengan output terbesar terjadi pada sektor coklat (5,80%),

kemudian disusul oleh sektor karet (5,58%), dan sektor kelapa sawit (1,36%).

Penelitian ini juga melakukan beberapa simulasi kebijakan investasi yang

dilakukan meliputi :

1. Realokasi investasi sebesar 10% dari sektor Industri Pengolahan yang

kemudian dialihkan ke Sektor Pertanian

2. Realokasi investasi sebesar 10% dari sektor Bangunan yang kemudian

dialihkan ke sektor Pertanian

3. Injeksi investasi sebesar 10% terhadap sektor pertani an

4. Injeksi investasi sebesar 10% terhadap sektor Tanaman Pangan

5. Injeksi investasi sebesar 10% terhadap sektor perkebunan

6. Injeksi investasi sebesar 10% terhadap sektor Peternakan

7. Injeksi investasi sebesar 10% terhadap sektor Kehutanan

8. Injeksi investasi sebesar 10% terhadap sektor Perikanan

9. Injeksi investasi sebesar 50% terhadap sektor Pertanian

Berdasarkan hasil yang diperoleh dari simulasi -simulasi yang dilakukan

terlihat bahwa simulasi 2 atau realokasi investasi sebesar 10% dari sektor Bangunan

mampu menciptakan persentase tertinggi dalam pembentukan output sektor pertanian

bila dibandingkan dengan total output seluruh sektor yakni sebesar 17,80%.

Kemudian pada simulasi 1 sebesar 16.08%. Sedangkan pembentukan output terendah

Tahun Dasar Sim 1 Sim 2 Sim 3 Sim 4 Sim 5 Sim 6 Sim 7 Sim 8 Sim 91 0,64 0,68 0,81 0,64 0,64 0,63 0,63 0,64 0,64 0,64

2 0,08 0,14 0,24 0,08 0,08 0,08 0,08 0,08 0,08 0,08

3 0,01 0,07 0,16 0,01 0,01 0,01 0,01 0,01 0,01 0,01

4 0,03 0,09 0,19 0,03 0,03 0,03 0,03 0,03 0,03 0,03

5 0,05 0,11 0,20 0,05 0,05 0,05 0,05 0,05 0,05 0,05

6 0,02 0,09 0,19 0,02 0,02 0,02 0,02 0,02 0,02 0,02

7 5,58 5,49 5,67 5,58 5,58 5,58 5,58 5,58 5,58 5,62

8 5,80 5,71 5,89 5,80 5,80 5,80 5,80 5,80 5,80 5,80

9 0,02 0,09 0,18 0,02 0,02 0,02 0,02 0,02 0,02 0,02

10 1,36 1,40 1,55 1,38 1,36 1,38 1,36 1,36 1,36 1,44

11 0,03 0,09 0,19 0,03 0,03 0,03 0,03 0,03 0,03 0,03

12 0,05 0,11 0,22 0,05 0,05 0,05 0,05 0,05 0,05 0,05

13 0,21 0,27 0,37 0,21 0,21 0,21 0,21 0,21 0,21 0,25

14 0,15 0,21 0,31 0,15 0,15 0,15 0,15 0,15 0,15 0,15

15 0,73 0,80 0,86 0,74 0,73 0,73 0,73 0,74 0,73 0,74

16 0,66 0,73 0,78 0,65 0,66 0,65 0,66 0,66 0,66 0,65

Pertanian 15,40 16,08 17,80 15,43 15,40 15,42 15,41 15,40 15,40 15,56

17 3,16 3,15 3,01 3,16 3,16 3,16 3,16 3,16 3,16 3,15

18 5,92 5,77 6,03 5,92 5,92 5,92 5,92 5,92 5,92 5,92

19 26,07 25,32 25,68 26,06 26,07 26,06 26,06 26,07 26,07 26,01

20 13,65 13,64 13,07 13,65 13,65 13,65 13,65 13,65 13,65 13,62

21 24,47 24,74 22,97 24,46 24,47 24,46 24,46 24,47 24,47 24,41

22 5,33 5,37 5,48 5,33 5,33 5,33 5,33 5,33 5,33 5,32

23 2,42 2,39 2,41 2,42 2,42 2,42 2,42 2,42 2,42 2,42

24 2,52 2,49 2,50 2,52 2,52 2,52 2,52 2,52 2,52 2,52

25 1,06 1,05 1,05 1,06 1,06 1,06 1,06 1,06 1,06 1,06Non-Pertanian 84,60 83,92 82,20 84,57 84,60 84,58 84,59 84,60 84,60 84,44

Dampak Investasi Terhadap Pembentukan Output Sektoral ( % )Sektor

terjadi pada simulasi 4 dan simulasi 7 dengan persentase pembentukan output

pertanian sama dengan persentase pembentukan output dengan hasil data awal yakni

sebesar 15.40%. Secara lebih rinci ditunjukkan pada Tabel 5.30. dibawah ini.

Tabel 5.30. Dampak perubahan Investasi Sektor Pert anian terhadapPembentukan Output Sektoral (%)

Sumber : Tabel Input-Output Tahun 2007 (Diolah)

5.6.2. Dampak Perubahan Investasi Sektor Pertanian terhadap PembentukanPendapatan Sektoral

Investasi yang terjadi sepanjang tahun 2007 dengan menggunakan Tabel

Input-Output Tahun 2007 terlihat telah mampu menciptakan total pendapatan dalam

perekonomian Sumatera Utara Tahun 2007 sebesar Rp 11.701.021,33 juta atau

sebesar 13,94% dari total ouput yang tercipta. Pendapatan sektor per tanian yang

tercipta sebesar 25,05% dari total pendapatan dengan pembentukan pendapatan

terbesar terjadi pada sektor karet (11,04%), sektor kelapa (8,585 %) dan sektor kelapa

sawit (2,19%).

Berdasarkan hasil simulasi yang dilakukan pembentukan pendapatan s ektor

Pertanian terbesar terjadi dari hasil simulasi 2 (realokasi investasi 10% dari sektor

Bangunan) yang mampu menciptakan sebesar 28,15% dari total pendapatan yang

terjadi. Sedangkan pembentukan pendapatan terendah terjadi pada simulasi 7 (injeksi

10% terhadap sektor Perikanan) yang mencapai persentase pembentukan pendapatan

sebesar 25,05%.

Tahun Dasar Sim 1 Sim 2 Sim 3 Sim 4 Sim 5 Sim 6 Sim 7 Sim 8 Sim 91 0,86 0,92 1,08 0,86 0,86 0,86 0,86 0,86 0,86 0,86

2 0,09 0,16 0,27 0,09 0,09 0,09 0,09 0,09 0,09 0,09

3 0,01 0,06 0,13 0,01 0,01 0,01 0,01 0,01 0,01 0,01

4 0,03 0,11 0,22 0,03 0,03 0,03 0,03 0,03 0,03 0,03

5 0,06 0,14 0,27 0,06 0,06 0,06 0,06 0,06 0,06 0,06

6 0,02 0,08 0,16 0,02 0,02 0,02 0,02 0,02 0,02 0,02

7 11,04 10,78 11,15 11,05 11,04 11,06 11,04 11,04 11,04 11,11

8 8,58 8,38 8,66 8,58 8,58 8,58 8,58 8,58 8,58 8,56

9 0,06 0,22 0,48 0,06 0,06 0,06 0,06 0,06 0,06 0,06

10 2,19 2,23 2,47 2,21 2,19 2,21 2,19 2,19 2,19 2,32

11 0,03 0,10 0,21 0,03 0,03 0,03 0,03 0,03 0,03 0,03

12 0,08 0,19 0,37 0,08 0,08 0,08 0,08 0,08 0,08 0,08

13 0,26 0,33 0,46 0,27 0,26 0,26 0,27 0,26 0,26 0,31

14 0,19 0,26 0,38 0,19 0,19 0,19 0,19 0,19 0,19 0,19

15 0,69 0,75 0,81 0,69 0,69 0,69 0,69 0,69 0,69 0,70

16 0,87 0,96 1,03 0,87 0,87 0,87 0,87 0,87 0,87 0,87

Pertanian 25,05 25,67 28,15 25,10 25,06 25,09 25,06 25,06 25,05 25,28

17 1,09 1,07 1,03 1,09 1,09 1,09 1,09 1,09 1,09 1,08

18 1,89 1,82 1,91 1,89 1,89 1,89 1,89 1,89 1,89 1,88

19 10,45 10,07 10,24 10,44 10,45 10,44 10,45 10,45 10,45 10,42

20 10,87 10,77 10,34 10,86 10,87 10,86 10,87 10,87 10,87 10,83

21 34,30 34,41 32,01 34,28 34,30 34,29 34,30 34,30 34,30 34,18

22 5,76 5,76 5,89 5,76 5,76 5,76 5,76 5,76 5,76 5,74

23 2,87 2,81 2,84 2,87 2,87 2,87 2,87 2,87 2,87 2,87

24 3,03 2,97 2,98 3,03 3,03 3,03 3,03 3,03 3,03 3,02

25 4,68 4,64 4,61 4,68 4,68 4,68 4,68 4,68 4,68 4,68Non-Pertanian 74,95 74,33 71,85 74,90 74,94 74,91 74,94 74,94 74,95 74,72

SektorDampak Investasi Terhadap Pembentukan Pendapatan Sektoral ( % )

Tabel 5.31. Dampak perubahan Investasi Sektor Pertanian terhadapPembentukan Pendapatan Sektoral (%)

Sumber : Tabel Input-Output Tahun 2007 (diolah)

5.6.3. Dampak Perubahan Investasi Sektor Pertanian terhadap PembentukanTenaga Kerja Sektoral

Investasi yang terjadi sepanjang tahun 2007 telah mampu menyerap tenaga

kerja dalam perekonomian Sumatera Utara Tahun 2007 sebanyak 2.987.046,29

tenaga kerja. Penyerapan tenaga kerja sektor pertanian yang tercipta sebesar 55,88%

dari total tenaga kerja yang terbentuk.

Berdasarkan hasil simulasi yang dilakukan pembentukan tenaga kerja sektor

Pertanian terbesar terjadi dari hasil simulasi 2 (rea lokasi investasi 10% dari sektor

Bangunan) yang mampu menciptakan sebesar 60,05 % dari total tenaga kerja yang

terjadi. Sedangkan pembentukan pendapatan terendah terjadi pada simulasi 4 dan

simulasi 7 yakni sebesar 55,88% dati total tenaga kerja yang terser ap.

Gambar 5.7. Dampak Investasi terhadap Pembentukan Output, Pendapatan,dan Tenaga Kerja Sektor Pertanian

G r a f ik 5 .7 . D a m p a k In v e s ta s i t e r h a d a p P e m b e n tu k a n O u tp u t , P e n d a p a ta n , d a n T e n a g a K e r ja S e k to rP e r ta n ia n

1 5 ,4 0 1 6 ,0 8 1 7 ,8 01 5 ,4 3 1 5 ,4 0 1 5 ,4 2 1 5 ,4 1 1 5 ,4 0 1 5 ,4 0 1 5 ,5 6

2 5 ,0 5 2 5 ,6 72 8 ,1 5

2 5 ,1 0 2 5 ,0 6 2 5 ,0 9 2 5 ,0 6 2 5 ,0 6 2 5 ,0 5 2 5 ,2 8

5 5 ,8 8 5 7 ,3 86 0 ,0 5

5 5 ,9 0 5 5 ,8 8 5 5 ,8 9 5 5 ,8 9 5 5 ,8 8 5 5 ,8 8 5 5 ,9 8

0 ,0 0

1 0 ,0 0

2 0 ,0 0

3 0 ,0 0

4 0 ,0 0

5 0 ,0 0

6 0 ,0 0

7 0 ,0 0

T a h u nD a s a r

S im 1 S im 2 S im 3 S im 4 S im 5 S im 6 S im 7 S im 8 S im 9

Pers

en (%

)

D a m p a k In v e s ta s i T e rh a d a p P e m b e n tu k a n O u tp u t S e k to ra l ( % )D a m p a k In v e s ta s i T e rh a d a p P e m b e n tu k a n P e n d a p a ta n S e k to ra l ( % )D a m p a k In v e s ta s i T e rh a d a p P e m b e n tu k a n T e n a g a K e r ja S e k to ra l ( % )

Tahun Dasar Sim 1 Sim 2 Sim 3 Sim 4 Sim 5 Sim 6 Sim 7 Sim 8 Sim 91 0,40 0,43 0,47 0,40 0,40 0,40 0,40 0,40 0,40 0,41

2 0,33 0,59 0,93 0,33 0,33 0,33 0,33 0,33 0,33 0,33

3 0,03 0,29 0,63 0,03 0,03 0,03 0,03 0,03 0,03 0,03

4 0,02 0,07 0,14 0,02 0,02 0,02 0,02 0,02 0,02 0,02

5 0,07 0,16 0,28 0,07 0,07 0,07 0,07 0,07 0,07 0,07

6 0,16 0,65 1,30 0,16 0,16 0,16 0,16 0,16 0,16 0,16

7 5,44 5,27 5,11 5,45 5,44 5,45 5,44 5,44 5,44 5,48

8 45,78 44,26 42,94 45,77 45,78 45,78 45,77 45,78 45,78 45,71

9 0,30 1,16 2,30 0,30 0,30 0,30 0,30 0,30 0,30 0,30

10 0,54 0,55 0,57 0,55 0,54 0,55 0,54 0,54 0,54 0,57

11 0,18 0,59 1,15 0,18 0,18 0,18 0,18 0,18 0,18 0,18

12 0,32 0,77 1,38 0,32 0,32 0,32 0,32 0,32 0,32 0,32

13 0,49 0,63 0,81 0,51 0,49 0,49 0,51 0,49 0,49 0,59

14 0,10 0,14 0,20 0,10 0,10 0,10 0,10 0,10 0,10 0,10

15 1,01 1,08 1,09 1,01 1,01 1,01 1,01 1,01 1,01 1,02

16 0,69 0,75 0,76 0,69 0,69 0,69 0,69 0,69 0,69 0,69

Pertanian 55,88 57,38 60,05 55,90 55,88 55,89 55,89 55,88 55,88 55,98

17 -0,51 -0,50 -0,45 -0,51 -0,51 -0,51 -0,51 -0,51 -0,51 -0,51

18 0,34 0,33 0,32 0,34 0,34 0,34 0,34 0,34 0,34 0,34

19 29,72 28,37 27,04 29,70 29,72 29,71 29,71 29,72 29,72 29,65

20 0,60 0,59 0,53 0,60 0,60 0,60 0,60 0,60 0,60 0,60

21 8,35 8,30 7,24 8,35 8,35 8,35 8,35 8,35 8,35 8,33

22 3,46 3,43 3,29 3,46 3,46 3,46 3,46 3,46 3,46 3,45

23 0,92 0,89 0,84 0,92 0,92 0,92 0,92 0,92 0,92 0,92

24 0,36 0,35 0,33 0,36 0,36 0,36 0,36 0,36 0,36 0,36

25 0,88 0,86 0,80 0,88 0,88 0,88 0,88 0,88 0,88 0,88Non-Pertanian 44,12 42,62 39,95 44,10 44,12 44,11 44,11 44,12 44,12 44,02

SektorDampak Investasi Terhadap Pembentukan Tenaga Kerja Sektoral ( % )

Tabel 5.32. Dampak perubahan Investasi Sektor Pertanian terhadapPembentukan Tenaga Kerja Sektoral (%)

Sumber : Tabel Input-Output Tahun 2007 (diolah)

BAB VI

KESIMPULAN DAN SARAN

6.1. Kesimpulan

Berdasarkan hasil analisis terhadap Tabel Input -Output Propinsi Sumatera

Utara Berdasarkan Atas Harga Produsen pada Tahun 2007 tentang dampak investa si

sektor pertanian terhadap perekonomian Sumatera Utara, maka dapat disimpulkan

sebagai berikut :

1) Peranan sektor pertanian dalam perekonomian Sumatera utara dalam

pembentukan struktur perekonomian meliputi pembentukan struktur permintaan

dan penawaran (16,15%), struktur konsumsi Rumah Tangga (15,32%), struktur

ekspor (4.94%), struktur Impor (2,11%), struktur Penanaman Modal Tetap Bruto

(0,22%), struktur Perubahan Stok (12,19%) atau struktur Investasi (0.89%),

struktur Nilai Tambah (26,69%), dan struktur Ou tput ( 16,15%).

2) a. Sektor Coklat, Karet, dan Kelapa Sawit merupakan sektor yang memiliki

Keterkaitan Langsung Ke Depan dan Keterkaitan Langsung dan tidak

Langsung Ke Depan terbesar diantara sektor lainnya dalam pertanian.

b. Sektor Unggas, Karet, dan sektor Perikanan merupakan sektor yang

memiliki keterkaitan langsung Ke Belakang dan keterkaitan langsung dan

tidak langsung Ke Belakang terbesar diantara sektor lainnya dalam

pertanian.

3) Berdasarkan klasifikasi Tabel Input -Output Sumatera Utara Tahun 2007 dengan

agregasi 25 sektor dapat terlihat bahwa seluruh sektor yang terdapat dalam bidang

pertanian tidak termasuk ke dalam sektor kunci (Sektor dengan Prioritas I)

melainkan masuk dalam Prioritas II yakni sektor Karet, Coklat dan Kelapa Sawit.

4) Dampak Investasi Sektor Pertanian mampu membentuk 1,35 kali lipat dari

investasi yang ada dengan pembentukan output terbesar dialami oleh sektor

unggas dan peternakan lainnya. Investasi sektor pertanian mampu membentuk

pendapatan sebesar Rp 80.325.750.000, - dan membentuk lapangan pekerjaan

sebanyak 14.838 orang.

5) Berdasarkan hasil simulasi, pembentukan output terbaik yang dilihat berdasarkan

persentase yang terjadi di sektor pertanian terhadap keseluruhan sektor ekonomi

terjadi pada hasil simulasi 2 yakni adanya ta mbahan 10% untuk sektor pertanian

dari sektor bangunan. Begitupun dalam hal pembentukan pendapatan dan tenaga

kerja.

6.2. Saran

1) Kepada para pengambil kebijakan bidang pertanian di Propinsi Sumatera Utara

diharapkan memfokuskan terhadap pembangunan di Sek tor Pertanian yang harus

bersinergi dengan industri pengolahan hasil pertanian sehingga mampu

menciptakan keterkaitan yang lebih baik.

2) Sektor Kelapa Sawit, Karet, dan Sektor Coklat p erlu mendapat perhatian serius

terhadap keterkaitan sektor lainnya mengingat sektor ini memiliki keterkaitan

langsung dan tidak langsung ke Depan tertinggi, sehingga jika sektor ini

ditingkatkan maka akan meningkatkan output di sektor hilirnya.

3) Sektor Unggas, Karet, dan sektor Perikanan memiliki keterkaitan Langsung dan

Tidak Langsung Ke Belakang yang tinggi terhadap sektor yang menjadi in putnya

sehingga dengan pengembangan di sektor tersebut mampu meningkatkan

menggunakan input produksi pada sektor hulunya.

4) Sektor Unggas dan Peternakan Lainnya menjadi penyumbang terbesar

pembentukan output terhadap investasi jika dibandingkan sektor lainnya sehingga

investasi sektor tersebut diharapkan dapat ditingkatkan .

5) Kepada pemerintah daerah di Propinsi Sumatera Utara, perlu peningkatan

investasi di sektor pertanian karena dapat menciptakan kesempatan kerja yang

semakin meningkat ketika terjadi investasi di sektor pertanian.

6) Keterbatasan penelitian dalam kontruksi model yang sederhana sehingga bagi

penelitian selanjutnya dapat melakukan penelitian serupa de ngan memperbesar

matrik agregasi sektoral.

DAFTAR PUSTAKA

BPS Propinsi Sumatera Utara. 2004. Tabel Input-Output tahun 2003 Sumatera Utara.BPS Sumatera Utara

_______________________. 2004. Pendapatan Regional (PDRB) Propinsi SumateraUtara 1998-2003. BPS Sumatera Utara

_______________________. 2004. Dampak Pengeluran Pemerintah terhadapPerekonomian Sumatera Utara. BPS Sumatera Utara

_______________________. 2007. Produk domestik Regional Bruto (PDRB)Propinsi Sumatera Utara 2002 -2006. BPS Sumatera Utara.

_______________________. 2007. Sumatera Utara dalam Angka 2006. BPSSumatera Utara.

_______________________. 2008. Sumatera Utara dalam Angka 2007. BPSSumatera Utara.

BPS Indonesia. 2000. Kerangka Teori & Analisis Input Output. BPS Pusat. Jakarta

BPS _________ 2000. Teknik Penyusunan Tabel Input-Output. BPS Pusat. Jakarta

BPS _________. 2007. Laporan Perekonomian Indonesia 2006. BPS Pusat. Jakarta.

Dillon, H.S. 2004. Pertanian Mandiri. Penebar Swadaya. Jakarta.

Dornbusch, Rudiger.dkk. 2004. Makroekonomi. Edisi delapan. PT Media GlobalEdukasi. Jakarta.

Ediawan, Agus. 2003. Derivasi Model Input-Output : Suatu Eksperimen UntukMemahami Pereknomian Kota Batam. Tesis. Sekolah Pasca Sarjana InstitutPertanian Bogor. Bogor

Herliana, Lena. 2004. Peranan Sektor Pertanian dalam Pe rekonomian Indonesia :Analisis Dekomposisi Sistem Neraca Sosial Ekonomi. Tesis. SekolahPascasarjana Institut Pertanian Bogor. Bogor

Indra. 2008. Pentingnya Memacu Investasi Pertanian : Hasil FGD "Challenge toCurrent Agriculture Development in Indonesi a: Competition BetweenBioFuel and Food Security”. www. Ekonomizone.com. didownload

Kalangi, L.S. 2006. Dampak Investasi Di Sektor Pertanian dan Agroindustri DalamPenyerapan Tenaga Kerja dan Distribusi Pendapatan. Tesis. Sekolahpascasarjana Institut Pertanian Bogor. Bogor

Kuncoro, Mudrajad. 2003. Metode Riset Untuk Bisnis & Ekonomi . Erlangga. Jakarta.

_________________. 2006. Ekonomika Pembangunan: Teori, Masalah, danKebijakan. Yogyakarta : UPP STIM YKPN.

Mankiw, Gregory. 1999. Teori Makroekonomi. Edisi Keempat. Erlangga. Jakarta.

Nanga, Muana. 2005. MakroEkonomi. Edisi Kedua. PT Raja Grafindo Persada.Jakarta.

Nazara, Suahasil. 2005. Analisis Input-Output. Jakarta : Lembaga Penerbit FE UI.

_____________. 2004. Handout : Analisis Input -Output. Didownload pada bulanOktober tahun 2008.

Nurlaela, Fitria. 2003. Dampak Investasi Sektor Pertanian Terhadap PerekonomianProvinsi Jawa Barat (Analisis Input -Output). Skripsi. Fakultas Pertanian.Institut Pertanian Bogor. Bogor

Pardede, Ratlan. 2004. Dampak Desentralisasi Fiskal Terhadap PembangunanEkonomi Kabupaten Tapanuli Utara dan Kota Medan : Aplikasi ModelInput-Output. Disertasi. Sekolah Pascasarjana Institut Pertanian Bogor.

Rahmanta .2007. Hand Out Perkuliahan : Ekonomi Regional. Medan : MagisterEkonomi Pembangunan USU. Medan

Saragih, Bungaran. 2001. Agribisnis : Paradigma Baru Pembangunan EkonomiBerbasis Pertanian . Bogor : PT Loji Grafika Griya Sarana

______________.2001. Kumpulan Pemikiran Agribisnis : paradigma BaruPembangunan Ekonomi Berbasis Pertanian. PT Loji Grafika Griya Sarana.Bogor.

Sinaga, Murbanto. 2003. Pentingnya Peningkatan Investasi Terhadap PercepatanPembangunan Ekonomi Sumatera Utara. Departemen EkonomiPembangunan. Fakultas ekonomi. Universitas Sumatera Utara. Medan

Sukirno, Sadono. 1999. Pengantar Teori Makroekonomi. PT Raja Grafindo Persada.Jakarta.

Supriana, Tavi. 1995. Keterkaitan Sektor Pertanian, Agroindustri, dan SektorEkonomi Lain dalam pengembangan Wilayah Pedesaan (Studi Kasus :Kecamatan Kota Pinang, K abupaten Labuhan Batu) . Tesis. ProgramPascasarjana Universitas Sumatera Utara. Medan

Susanti, Ervin Nora. 2003. Dampak Perubahan Investasi dan Produktivitas SektorPerikanan Terhadap Kinerja Ekonomi Makro dan Sektoral di Indonesia.(Aplikasi Model Ekonomi Keseimbangan Umum). Tesis ProgramPascasarjana. Institut Pertanian Bogor. Bogor

Tambunan, Tulus.T.H. 2003. Perkembangan Sektor Pertanian Di Indonesia :Beberapa Isu Penting . Jakarta : Ghalia Indonesia

Tarigan, Robinson. 2006. Ekonomi Regional : Teor i dan Aplikasi. PT BumiAksara.Jakarta

Todaro,Michael & Stephen C.Smith. 2003. Pembangunan Ekonomi di Dunia Ketiga.Edisi Kedelapan. Erlangga. Jakarta.

Widiastuti, Mailia. 2003. Peranan Agroindustri Dalam Perekonomian ProvinsiKalimantan Tengah. Tesis. Program Pascasarjana Institut Pertanian Bogor.