AKUTANSI SEKTOR PUBLIK
-
Upload
universitashaluoleo -
Category
Documents
-
view
0 -
download
0
Transcript of AKUTANSI SEKTOR PUBLIK
Akuntansi Sektor Publik
AKUNTANSI SEKTOR PUBLIK
SAP
1. Karak teristik dan lingkungan sektor publik
2. Akuntansi manajemen sektor publik
3. Sistem pengendalian manajemen sektor publik
4. Penganggaran sektor publik
5. Teknik akuntansi keuangan
6. Laporan keuangan sektor publik
7. Sistem akuntansi pemerintah pusat
8. Otonomi daerah dan perimbangan keuangan pusat dan daerah
9. Akuntansi keuangan daerah sebagai bagian dari manajemen
keuangan daerah
10. Akuntansi keuangan daerah
11. Akuntansi dalam rekening-rekening APBD dan laporan
keuangan daerah
12. Akuntansi untuk BUMD
13. Akuntansi keuangan nirlaba (Yayasan)
Literatur :
Abdul Halim : Akuntansi sektor publik : Akuntansi keuangan
daerah
Mardiasmo : Akuntansi sektor publik
Indra Bastian : Sistem Akuntansi sektor publik
1
Akuntansi Sektor Publik
I. KARAKTERISTIK DAN LINGKUNGAN SEKTOR PUBLIK
A. Pengertian dan ruang lingkup akuntansi sektor publik
Istilah sektor publik memiliki pengertian yang
bermacam-macam, hal ini merupakan konsekuensi dari luasnya
wilayah publik, sehingga setiap disiplin ilmu (politik,
ekonomi hukum dan sosial) memiliki cara pandang dan
definisi yang berbeda-beda. Dari sudut pandang ekonomi
sektor publik dapat dipahami sebagai suatu entitas
(kesatuan) yang aktivitasnya berhubungan dengan usaha untuk
menghasilkan barang dan pelayanan publik dalam rangka
memenuhi kebutuhan dan hak publik.
Sejalan dengan perkembangan maka di negara kita
Akuntansi Sektor Publik didefinisikan sebagai mekanisme
teknik dan analisis akuntansi yang diterapkan pengelolaan
dana masyarakat di lembaga–lembaga tinggi negara dan
departemen dibawahnya, pemerintah daerah, BUMN,BUMD, LSM
dan yayasan sosial, maupun pada proyek-proyek kerjasama
sektor publik dan suasta.
2
Akuntansi Sektor Publik
Beberapa tugas dan fungsi sektor publik sebenarnya
dapat juga dilakukan oleh sektor suasta misalnya untuk
menghasilkan beberapa jenis pelayanan publik seperti
layanan komunikasi, penarikan pajak, pendidikan,
transportasi publik dll, akan tetapi untuk tugastertentu
tugas sekotr publik tidak dapat digantikan oleh sektor
suasta, misalnya fungsi birokrasi pemerintahan. Sebagai
konsekuensinya akuntansi sektor publik dalam beberapa hal
bebeda dengan akuntansi padasektor suasta.
B. Tujuan Akuntansi Sektor Publik
Memberikan informasi yang diperlukan untuk mengelola
secara tepat, efisien dan ekonomis atas alokasi suatu
sumber daya yang dipercayakan kepada organisasi. Tujuan
ini terkait dengan pengendalian manajemen
Memberikan informasi yang memungkinkan bagi manajer untuk
melaporkan pelaksanaan tanggungjawab secara tepat dan
efektif program dan penggunaan sumberdaya yang menjadi
wewenangnya dan memungkinkan bagi pegawai pemerintah
untuk melaporkan kepada publik atas hasil operasi
pemerintah dan penggunaan dana publik. Tujuan ini terkait
dengan akuntabilitas.
C. Akuntabilitas Publik
Fenomena yang dapat diamati dalam perkembangan sektor
publik adalah semakin meningkatnya tuntutan pelaksanaan
akuntabilitas publik oleh organisasi sektor publik seperti:
3
Akuntansi Sektor Publik
pemerintah pusat dan daerah, unit-unit kerja pemerintah,
departemen dan lembaga negara) Tuntutan akuntabilitas ini
terkait dengan perlunya transparansi dan pemberian
informasi kepada publik dalam rangka memenuhi hak-hak
publik.
Pengertian Akuntabilitas publik adalah kewajiaban pemegang
amanah (agent) untuk memberikan pertanggungjawaban,
menyajikan, melaporkan dan mengungkapkan segala aktivitas
dan kegiatan yang menjadi tanggungjawab kepada pihak
pemberi amanah (principal) yang memiliki hak dan kewajiban
untuk meminta pertanggungjawaban tersebut.
Akuntabilitas terdiri dari 2 macam yaitu :
akuntabilitas vertikal dan akuntabilitas horizontal.
Akuntabilitas vertikal adalah pertanggungjawaban atas
pengelolaan dana kepada otoritas yang lebih tinggi,
misalnya pertanggungjawaban unit-unit kerja dinas kepada
pemerintah daerah, pertanggungjawaban pemerintah daerah
kepada pemerintah pusat, pemerintah pusat kepada MPR.
Sedangkan akuntabilitas horizontal adalah
pertanggungjawaban kepada masyarakat luas.
Akuntabilitas publik yang harus dilakukan oleh
organisasi sektor publik terdiri atas beberapa dimensi :
1. Akuntabilitas kejujuran dan akuntabilitas hukum
Akuntabilitas kejujuran terkait dengan penghindaran
penyalahgunaan jabatan, sedangkan akuntabilitas hukum
terkait dengan jaminan adanya kepatuhan terhadap hukum
4
Akuntansi Sektor Publik
dan peraturan lain yang disyaratkan dalam penggunaan
sumber dana publik.
2. Akuntabilitas proses
Akuntabilitas proses terkait dengan apakah prosedur yang
digunakan dalam melaksanakan tugas sudah cukup baik
dalam hal kecukupan informasi informasi akuntansi,
sistem informasi manajemen dan prosedur administrasi.
Akuntabilitas proses termanifestasi melalui pemberian
pelayanan publik yang cepat, responsif dan biaya murah.
Pengawasan dan pemeriksaan terhadap akuntabilitas proses
dapat dilakukan dengan ada tidaknya mark up dan pungutan
yang lain diluar yang ditetapkan dan pemborosan yang
menyebabkan pemborosan sehingga menjadikan mahalnya
biaya pelayanan publik dan kelambanan pelayanan. Serta
pengawasan dan pemeriksaan terhadap proyek-proyek tender
untuk melaksanakan proyek-proyek publik.
3. Akuntabilitas program
Akuntabilitas program terkait dengan pertimbangan apakah
tujuan yang ditetapkan dapat dicapai atau tidak dan
apakah telah mempertimbangkan alternatif program yanng
memberikan hasil yang optimal dengan biaya yang minimal.
4. Akuntabilitas kebijakan
Akuntabilitas kebijakan terkait dengan
pertanggungjawaban pemerintah, baik pusat maupun daerah
atas kebijakan-kebijakan yang diambil pemerintah
terhadap DPR/DPRD dan masyarakat luas.
5
Akuntansi Sektor Publik
Akuntansi sektor publik tidak bisa melepaskan diri dari
pengaruh kecenderungan menguatnya tuntutan akuntabilitas
sektor publik tersebut. Akuntansi sektor publik dituntut
dapat menjadi alat perencanaan dan pengendalian organisasi
sektor publik secara efektif dan efisien serta
memfasilitasi tercapainya akuntabilitas publik.
D. Privatisasi
Di Indonesia masih banyak BUMN dan BUMD yang dijalankan
tidak secara efisien. Inefisiensi yang dialami tersebut
disebabkan adanya intervensi politik, sentralisasi dan
manajemen yang buruk.
Di era globalisasi BUMN dan BUMD menghadapi beberapa
tekanan dan tuntutan antara lain :
Regulation & Political Pressure
Social Pressure
Rent Seeking Behaviaour
Economic & Efficiency
Privatisasi merupakan salah satu upaya mereformasi
perusahaan publik untuk meningkatkan efisiensi dan
efektifitas perusahaan-perusahaan publik. Privatisasi
berarti pelibatan modal swasta dalam struktur modal
perusahaan publik sehingga kinerja finansial dapat
dipengaruhi secara langsung oleh investor melalui mekanisme
pasar uang.
6
Akuntansi Sektor Publik
E. Otonomi daerah
Perkembangan akuntansi sektor publik khususnya di
Indonesia semakin pesat seiring dengan adanya era baru
dalam pelaksanaan otonomi daerah dan desentaralisasi
fiskal. Desentarlisasi tidak hanya berarti pelimpahan
wewenang dari pemerintah pusat ke daerah tetapi pelimpahan
beberapa wewenang pemerintah ke pihak swasta dalam bentuk
privatisasi
7
Akuntansi Sektor Publik
II. AKUNTANSI MANAJEMEN SEKTOR PUBLIK
A. Akuntansi Sebagai Alat Perencanaan Organisasi dan
Pengendalian Organisasi
1. Akuntansi Sebagai Alat Perencanaan Organisasi
Perencanaan merupakan cara organisasi menertapkan
tujuan dan sasaran organisasi. Perencanaan meliputi
aktivitas yang sifatnya stategik, taktis dan melibatkan
aspek operasional. Dalam hal perencanaan oprganisasi
akuntansi menejemen berperan dalam pemberian informasi
historis dan prospektif untuk menfasilitasi perencanaan.
Dalam organisasi sektor publik, lingkungan yang
mempengaruhi sangat heterogen. Faktor politik dan ekonomi
sangat dominan dalam mempengaruhi tangkat kestabilan
organisasi. Informasi akuntansi diperlukan untuk membuat
prediksi-prediksi dan estimasi mengenai kejadian ekonomi
yang akan datang diakitkan dengan keadaan ekonomi dan
politik saat ini.
Informasi sebagai alat perencanaan pada dasarnya dapat
dibedakan menjadi 3 kelompok yaitu :
8
Akuntansi Sektor Publik
Informasi yang sifatnya rutin ataukah ad hoc
Informasi kuantitatif ataukah kualitatif
Informasi disampaiakan melalui saluran formal ataukah
informal
Informasi yang sifatnya rutin diperlukan untuk perencanaan
yang reguler, misalnya laporan keuangan bulanan,
triwulanan, semesteran atau bulanan. Sementara itu
organisasi sektor publik seringkali menghadapi masalah yang
sifatnya temporer dan membutuhkan informasi yang sifatnya
segera. Untuk melakukan perencanaan temporer diperlukan
informasi yang sifatnya temporer.
Informasi akuntansi utntuk perencanmaan dapat juga
dibedakan berdasarkan cara penyampaiannya. Apakah
disampaiakn secara formal atau informal. Mekanisme
formalnya misalanya melaului rapat-rapat dinas, rapat
komisis dsb. Pada organisasi sektor publik, saluran
informasi lebih banyak bersifat formal, sedangkan informal
relatif jarang dilakukan. Hal tsb disebabkan karena adanya
batasan transparansi dan akunbtabilitas publik yang harus
dilakukan oleh lembaga-lembaga publik, sehingga perencanaan
tidak dapat dilakukan secara personal atau hanya melibatkan
beberapa orang saja.
2. Akuntansi Sebagai Alat Pengendali Organisasi
Untuk menjamin bahwa strategi untuk mencapai tujuan
organisasi dijalankan secara ekonomis, efisien dan efektif,
maka diperlukan suatu sistem pengendalian yang efektif.
9
Akuntansi Sektor Publik
Pola pengendalian tiap organisasi berbeda-beda tyergantung
pada jenis dan karakteristik organisasi. Pada organisasi
bisnis yang sifatnya berorientasi pada laba, amak alat
pengendalinya lebih banyak bertumpu pada mekanisme
negoisasi (negotiated bargain), meskipun hal tersebut
bervariasai untuk setiap organisasi dan tingkat manajemen.
Pengendalian untuk menajemen level bawah lebih bersifat
tegas dan memaksa, sedangkan untuk manajmen level atas
bersifat normatif.
Untuk organisasi sektor publik karena sifatnya tidak
mengejar laba serta adanya pengaruh politik yang besar,
amak alat pengendalinya lebih banyak berupa peraturan
birokrasi. Terkait dengan pengukuran kinerja terutama
pengukuran ekonomi, efisiensi dan efektivitas (value for
money), akuntansi manajemen memiliki peran utama dalam
pengendalian organisasi yaitu mengkuantifikasi keseluruhan
kinerja terutama dalam ukuran moneter.
Fungsi utama informasi akuntansi pada dasarnya adalah
pengendalian. Informasi akuntansi merupakan pengendalian
yang vital bagi organisasi karena akuntansi memberikan
informasi yang bersifat kuantitatif. Informasi akunatnsi
umumnya disampaiakan dalam bentuk ukuran finansial,
sehingga memungkinkan untuk dilakukan pengintgrasian
informasi dari tiap-tiap unit organisasi yang pada akhirnya
membentuk gambaran kinerja organisasi secara keseluruhan.
Lebih lanjut informasi akuntansi memungkinkan bagi
organisasi untuk mengintegrasikan aktivitas organisasi.
10
Akuntansi Sektor Publik
Dalam memahami organisasi sebagai alat pengendalian
perlu dibedakan penggunaan informasi akuntansi sebagai alat
pengendalian keuangan (financial control) dengan akuntansi
sebagai alat pengendali organisasi (organization control).
Pengendalian keuangan terkait dengan peraturan atau sistem
aliran uang dalam organisasi, khususnya memastikan bahwa
organisasi memiliki likuiditas dan solvabilitas yang baik.
Pengendalian organisasi diperlukan untuk menjamin bahwa
organisasi tidak menyimpang dari tujuan dan strategi
organisasi yang telah ditetapkan. Pengendalian organisasi
memerlukan informasi yang lebih luas diandingkan
pengendalian keuangan. Informasi yang dibutuhkan lebih
komplek tidak sekedar informasi keuangan saja. Sebagai
contoh dalam sebuah usulan investasi publik, informasi yang
dibutuhkan untuk pengendalian keuangan adalah berupa
prediksi aliran kas dan profitabilitas dari investasi
tersebut. Sementara itu untuk tujuan pengendalian
organisasi dibutuhkan informasi yang lebih luas meliputi
asapek ekonomi, sosial dan politik dari investasi yang
diajukan.
B. Proses Perencanaan dan pengendalian Manajerial Sektor Publik
Perencanaan dan pengendalian pada dasarnya merupakan
dua sisi mata uang yang sama, sehingga keduanya harus
dipertimbangkan secara bersama-sama. Tanpa pengendalian
perencanaan tidak akan berarti karena tidak adanya tindak
lanjut (follow up) untuk menidentifikasi apakah rencana
11
Akuntansi Sektor Publik
organisasi telah tercapoai. Sebaliknya tanpa pengendalian
perencanaan tidak akan berarti karena tidak adanya target
atau rencana yang digunakan sebagai pembanfding.
Perencanaan dan pengendalian merupalkan suatu proses yang
membentuk suatu siklus, sehingga satu tahap aklan terkait
dengan tahap yang lainnya dan terintegrasi dalam satu
organisasi. Jones dan Pendlebury membagi p[roses
perencanaan dan pengendalian manajerial pada organisasi
sektor publik menjadi lima tahap yaitu :
1. Perencanaan tujuan dan sasaran dasar
2. Perencanaan operasional
3. Penganggaran
4. Pengendalian dan pengukuran
5. Pelaporan, analisis dan umpan balik
Gambar Proses Perencanaan dan Pengendalian
Manajerial Organisasi Sektor Publik
C. Peran Akuntansi Manajemen Sektor Publik
12
Perencanaan Tujuan dan
Susunan dan Dasar
2. Perencanaan Operasional
4. Pengendalian dan Pengukuran
3. Pengangguran5. Pelaporan Analisis dan
Umpan BalikRevisi Anggaran
Revisi Perencanaan Operasional
Aksi
Revisi/modifikasi Tujuan dan Sasaran Dasar
Akuntansi Sektor Publik
Peran utama akuntansi manajemen dalam organisasi
sektor publik adalah memberikan informasi akuntansi yang
relevan dan handal kepada manajer untuk melaksanakan fungsi
perencanaan dan pengendalian organisasi. Inti akuntansi
manajemen adalah perencanaan dan pengendalian. Peran
akuntansi manajemen dalam organisasi sektor publik meliputi
:
1. Perencanaan strategik
2. Pemberian informasi biaya
3. Penilaian investasi
4. Penganggaran
5. Penentuan biaya pelayanan (cost of service) dan penentuan
tarif pelayanan (charging for service)
6. Penilaian kinerja
Perencanaan Strategik
Akuntansi majamen dibutuhkan sejak tahap perencanaan
strategik. Pada tahap perencanaan strategik, manajemen
organisasi membuat alternatif-alternatif program yang dapat
mendukung strategi organisasi. Program-program tsb
diseleksi dan dipilih sesuai dengan skala prioritas sumber
daya yang dimiliki. Peran akuntansi manajmen adalah
memberikan informasi untuk mementukan berapa biaya program
dan berapa biaya suatu aktivitas, sehingga berdasarkan
informasi akuntansi tsb manajer dapat menentukan anggaran
yang dibutuhkan dikaitkan dengan sumber daya yang dimiliki.
13
Akuntansi Sektor Publik
Untuk memberikan jaminan dialokasikannya sumber daya
secara ekonomis, efisien dan efektif maka diperlukan
informasi akuntansi manajemen yang handal dan akurat,
relevan untuk menghitung berapa besarnya biaya program,
aktivitas atau proyek. Sistem informasi akunatsni manajemen
yang baik dapat mengurangi peluang terjadinya
pembororsan,kebocoran dana dan mendeteksi program-pprogram
yang tidak layak secara ekonomi. Akunatsni manajemen pada
sektor publik dihadapkan pada tiga permasalahan yaitu :
efisiensi biaya, kualitas produk dan pelayanan ( cash, quality
and service).
Untuk dapat menghasilkan kualitas pelayanan publik
yang tinggi dengan biaya yang murah pemerintah harus
mengadopsi sistem informasi akantansi manajemen yang
modern, yaitu dengan menerapkan teknis akunatnsi manajemen
yang diterapkan di sektor suasta. Terdapat perbedaan antara
sektor suasta dan sektor publik dalam hal penentuan biaya
produk atau pelayanan, hal ini disebabkan bahwa sebagain
besar biaya pelayanan pada sektor suasta cenderung
merupakan engineered cost yang memiliki hubungan secara
langsung dengan output yang dihasilkan, sementara biaya
pada sektor publik sebagaian besar merupakan discretionary
cost yang ditetapkan di awal periode anggaran dan sering
tidak memiliki hubungan langsunmg dengan aktivitas yang
dilakukan dengan output yang dihasilkan. Kebanyakan output
yang dihasilkan sektor publik merupakan intangible output yang
14
Akuntansi Sektor Publik
sulit diukur, maka peran manajer publik sangat penting
dalam pengendalian biaya
Pemberian Informasi Biaya
Biaya (cost) dalam konteks organisasi sektor publik
dapat dikategorikan menjadi tiga kelompok :
Biaya input, adalah sumber daya yang dikorbankan untuk
memberikan pelayanan. Biaya input bisa berupabiaya tenaga
kerja dan biaya bahan baku
Biaya output, adalah biaya yang dikeluarkan untuk
mengantarkan produk hingga samapai ke tangan pelanggan.
Pada organisasi sektor publik output dapat diukur dengan
berbagai cara tergantung pada pelayanan yang dihasilkan.
Contoh pada perusahaan transportasi massa, biaya mungkin
diukur berdasarkan biaya per penumpang
Biaya proses, biaya ini dapat dipisahkan berdasarkan
fungsi organisasi, biaya dapat diukur dengan
mempertimbangkan fungsi organisasi, misalnya biaya
departemen produksi, dep personalia, biaya dinas-dinas
dsb.
Proses penentuan biaya meliputi lima aktivitas, yaitu
cost finding, cost recording, cost analizing, strategic cost reduction dan cost
reporting.
Cost finding,
Pada tahap ini pemerintah mengakumulasi data mengenai biaya
yang dibutuhkan untuk menghasilkan produk/ jasa layanan
Cost recording,
15
Akuntansi Sektor Publik
Pada tahap ini yang dilakukan adalah kegiatan pencatatan
data ke dalam sistem akuntansi organisasi
Cost analizing,
Pada tahap ini dilakukan analisis biaya yaitu
mengindentifikasi jenis dan perikalku biaya, perubahan
biaya dan volume kegiatan. Manajamen organisasi harus dapat
menentukan pemicu biaya (cost driver) agar dapat doilakukan
strategi efisiensi biaya.
Strategic cost reduction
Tahap ini adalah menentukan strategi penghematan biaya agar
tercapai value for money. Pendekatan strategik dalam
pengurangan biaya memiliki karakteristik sbb :
1. Berjangka panjang. Manajemen biaya strategik merupakan
usaha jangka paanjang yang membentuk kultur organisasi
agar penurunan biaya menjadi budaya yang mampu bertahan
lama
2. Berdasarkan kultur perbaiakan berkelanjutan dan berfokus
pada pelayanan kepada masyarakat
3. Manajemen harus bersifat proaktif dalam melakukan
penghematan biaya
4. Keseriusan manajemen puncak (top manager) merupakan
penentu efektifitas program pengurangan biaya karena pada
dasarnya manajemen biaya strategik merupakan tone form the
top
Cost reporting.
16
Akuntansi Sektor Publik
Tahap terakhir adalah memeberikan informasi baiay secara
lengkap kepada pimpinan dalam bentuk internal report yang
kemudian diintegrasikan ke dalam suatu laporan yang akan
disampaikan kepada pihak eksternal. Informasi manajemen
hendaknya dapat mendeteksi adanya pemborosan yanbg masih
berpotensi untuk diefisiensikan serta mencari metode atau
teknik untuk penghematan biaya. Akuntansi manajemen
hendaknya dapat mendukung dan memperkuat pelaksanaan
prinsip value for money dan public accountability organisasi sektor
publik
Penilaian Investasi
Akuntansi manajemen dibutuhkan pada saat organisasi
sektor publik handak melakukan investasi, yaitu untuk
menilai kelayakan investasi secara ekonomi dan finansial.
Akuntansi manajemen diperlukan dalam penilaian investasi
karena untuk dapat menilai investasi diperlukan
identifikasi baiya, resiko dan manfaat atau keuntungan dari
suatu investasi. Dalam penilaian suatu investasi, faktor
yang harus fdiperhatikan oleh akuntansi manajemen adalah
tingkat diskonto, tingkat inflasi, tingkat resiko dan
ketidakpastian serta sumber pendanaan untuk investasi yang
akan dilakukan.
Penilaian invesatasi pada organisasi sektor publik
dilakukan dengan menggunakan analisis biaya – manfaat (cost
benefit analysis). Dalam praktek ini sulit dilakukan
karena biaya yang diukur tidak hanya dari sisi finansial
17
Akuntansi Sektor Publik
tetapi juga dari sisi biaya sosial dan manfaat sosial yang
akan diperoleh dari investasi yang diajukan. Menentukan
biaya dan manfaat sosial dalam satuan moneter sanbgat silut
dilakukan. Kemudian untuk memudahkan digunakan analisis
efektifitas biaya (cost effectiveness analysis), yaitu menekankan
seberapa besar dampak yang dicapai dari suatu proyek atau
investasi dengan biaya tertentu
Penganggaran
Akuntansi menajemen berperan untuk memfasilitasi
terciptanya anggaran publik yang efektif. Terkait dengan 3
fungsi anggaran, yaitu sebagai alat alokasi sumber daya
publik, alat distribusi dan stabilisasi maka akuntansi
manajemen merupakan alat yang vital untuk proses
mengalokasikan an mendistribusikan sumber adana publik
secara ekonomis, efisien dan efektif adil dan merata. Untuk
mencapai hal tersebut dibutuhkan sumber daya manusia yang
handal, jika tidak akuntansi manajemen tidak akan banyak
bermanfaat karena hanya akan berfungsi sebagai alat
perencanaan dan pengendalian.
Penentuan Cost of Service dan Charging for Service
Tuntutan agar pemerintah meningkatkan mutu pelayanan
dan keluhan masyarakat akan besarnya biaya pelayanan
merupakan suatu indikasi perlunya perbaikan sistem
akuntansi manajemen di sektor publik. Masyarakat
menghendaki pemerintah memberikan pelayanan secara cepat,
18
Akuntansi Sektor Publik
berkualitas dan murah. Pemerintah yang berorientasi pada
pelayanan publik harus merespon keluhan, tuntutan dan
keinginan masyarakat tersebut agar kualitas hidup
masyarakat menjadi semakin meningkat dan kesejahteraan
akan semakin meningkat pula.
Penentuan biaya pelayanan (Cost of Service) dan penentuan
tarif (Charging for Service) merupakan satu rangakaian dimana
keduanya membutuhkan informasi akuntansi. Sebagai contoh
pemerintah harus dapat menentukan berapa biaya untuk
membangaun terminal bus atau stasiun kereta api yang tertib
aman dan nyaman serta biaya operasioalnya. Bedasarkan
informasi ini pemerintah dapat menentukan berapa besarnya
biaya tarif pelayanan yang akan dibebankan kepada para
pemakai jasa pelayanan terminal atau stasiun tsb, demikian
juga untuk PDAM dsb.
Penilaian Kinerja
Penilaian kinerja merupakan bagian dari sistem
pengendalian, ini untuk mengetahui tingkat efisiensi dan
efektifitas organisasi dalam mencapai tujuan yang
ditetapkan. Disini peran akuntansi manajemen adalah dalam
pembuatan indikator kinerja kunci dan satuan ukur untuk
masing-masing aktifitas.
19
Akuntansi Sektor Publik
III. SISTEM PENGENDALIAN MANAJEMEN SEKTOR PUBLIK
A. Sistem Pengendalian Manajemen Sektor Publik
Organisasi memerlukan sistem pengendalian manajemen
untuk memberikan jaminan dilaksanakannnya strategi
organisasi secara efektif dan efisien sehingga tujuan
organisasi dapat dicapai. Pengendalian manajemen meliputi
beberapa aktivitas yaitu : (1) perencanaan (2) koordinasi
antar berbagai bagian dalam organisasi (3) Komunikasi
20
Akuntansi Sektor Publik
informasi (4) pengambilan keputusan (5) motivasi orang-
orang dalam organisasi agar berperilaku sesuai dengan
tujuan organisasi (6) pengendalian dan (7) penilaian
kinerja
Kegagalan dalam organiasai mencapai tujuan yang telah
ditetapkan dapat terjadi karena adanya kelemahan atau
kegagalan pada salah satu atau beberapa tahap dalam proses
pengendalian manajenen. Sistem pengendalian sektor publik
berfokus pada bagaimana melaksanakan strategi organisasi
secara efektif dan efisien sehingga tujuan organisasi dapat
dicapai. Sistem pengendalian manajmenen tersebut harus
didukung dengan adanya perangkat lain berupa struktur
organisasi yang sesuai dengan tipe pengendalian manajemen
yang digunakan, MSDM dan lingkungan yang mendukung.
Struktur organisasi harus sesuai dengan desain sistem
pengendalian manajemen karena sistem pengendalian menajemen
berfokus pada unit-unit organisasi sebagai pusat
pertanggungjawaban. Pusat-pusat petanggungjawaban tersebut
merupakan basis perencanaan pengendalian, penilaian
kinerja. MSDM harus dilalakukan sejak proses seleksi dan
rekruitmen, training, pengembangan dan promosi hingga
pemberhentian karyawan. Faktor lingkungan meliputi
kestabilan politik, ekonomi, sosial, keamanan dsb. Dimana
semua unsur tsb harus dapat mendukung pelaksanaan strategi
organisasi.
21
Akuntansi Sektor Publik
B. Tipe Pengendalian Manajemen
Tipe pengendalian manajemen dapat dikategorikan dalam
3 kelompok :
1. Pengendalian preventif (preventive control). Dalam tahap ini
pengendalian manajemen terkait dengan perumusan strategi
dan perencanaan stretegik yang dijabarkan dalam bentuk
program-program.
2. Pengendalian operasional (operasional control). Dalam tahap
ini pengendalian manajemen terkait dengan pelaksanaan
pengawasan program yang telah ditetapkan melalui alat
berupa anggaran. Anggaran ini menghubungkan perencanaan
dan pengendalian
3. Pengendalian kinerja. Pada tahap ini pengendalian
manajemen berupa analisis evaluasi kinerja berasarkan
tolak ukur kinerja yang telah ditetapkan.
C. Struktur Pengendalian Manajemen
Sistem pengendalian manajemen harus didukung dengan
struktur pengendalian yang baik . Struktur organisasi
termanifestasi dalam bentuk pusat pertanggungjawaban
(responsibility centers). Pusaat pertanggungjawaban adalah unit
organisasi yang dipimpin oleh manajer yang bertangungjawab
terhadap aktivitas pusat pertanggungjawaban yang
dipimpinnya. Suatu organisasi merupakan kumpulan dari suatu
pusat pertanggungjawaban. Tujuan dibuatnya pusat
pertanggungjawaban tersebut adalah:
22
Akuntansi Sektor Publik
1. Sebagai basis perencanaan, pengendalian dan penilaian
kinerja manajer dan unit organisai yang dipimpinnya
2. Untuk meudahklan mencapai tujuan organisasi
3. Memfasilitasi terbentuknya goal congruence
4. Mendelegasikan wewenang dan tugas ke unit-unit yang
memiliki kompetensi sehingga mengurangi beban tugas
manajer pusat
5. Mendorong kreativitas dan daya inovasi bawahan
6. Sebagai alat untuk melaksanakan strategi organisasi
secara efektif dan efisien
7. Sebagai alat pengendali anggaran
Tugas manajer pusat pertanggungjawaban adalah untuk
menciptakan hubungan yang optimal antara suberdaya input
yang digunakan dan output yang dihasilkan dikaitkan
sdentgan target kinerja. Input diukur dengan jumlah
sumberdaya yang digunakan sedangkan output diukur dengan
jumlah produk atau output yang dihasilkan.
Pusat-Pusat Pertanggungjawaban
Pada dasarnya terdapat 4 pusat pertanggungjawaban yaitu :
Pusat biaya (expense center)
Pusat biaya adalah pusat pertanggungjawaban yang
prestasi manajernya dinilai berdasarkan biaya yang telah
dikeluarkan. Suatu unit organisasi disebut sebagai pusat
biaya apabila ukuran kinerja dinilai berdasarkan biaya
yang telah digunakan (bulan nilai output yang
dihasilkan). Pusat biaya banyak dijumpai pada sektor
publik karena output yang dihasilkan seringkali ada akan
23
Akuntansi Sektor Publik
tetapi tidak dapat diukur atau hanya dapat diukur secara
fisik tidak dalam nilai rupiahnya. Contoh pusat biaya
adalah dep. produksi, Dinas Sosial dan DPU
Pusat pendapatan (revenue center)
Pusat pendapatan adalah pusat petanggungjawaban yang
prestasi manjernya dinilai berdasarkan pendapatan yang
dihasilkan. Contahnya Dinas Pendapatan Daerah dan dep.
pemanasaran
Pusat laba ( profit center)
Pusat laba adalah pusat pertanggungjawaban yang
menandingkan input (expenses) dan output ( revenue)
dalam satuan moneter. Kinerja manajernya dinilai
berdasarkan laba yang dihasilkan. Contah : BUMD dan
BUMN, obyek pariwisata milik PEMDA, bandara dan
pelabuhan.
Pusat incestasi (investment center)
Pusat investasi adalah pusat pertanggungjawaban yang
prestasi manajernya dinilai berdasarkan laba yang
dihasilkan dikaitkan dengan investasi yang ditanamkan
pada pusat pertanggungjawaban yang dipimpinnya. Contah :
Dep Riset dan Pengembangan dan Balitbang
Suatu organisasi besar seperti pemerintah daerah dapat
dianggap sebagai suatu pusat pertanggungjawaban. Pusat
pertanggungjawaban yang besar tersebut dapat dipeca-pecah
lagi menjadi pusat pertanggungjawaban yang lebih kecil
hingga pada level pelayanan atau program, misalnya dinas-
dinas atau subdinas-subdinas. Pusat pertanggungjawan
24
Akuntansi Sektor Publik
tersebut selanjutnya menjadi dasar untuk perencanaan dan
pengendalain anggaran serta penilaian kinerja pada unit
ybs. Manajer pusat pertanggungjawaban sebagai budget holder
memiliki tanggung jawab untuk melaksanakan anggaran. Pusat
pertanggung jawaban memperoleh sumberdaya input berupa
tenaga kerja, material dsbnya yang dengan input tsb
diharapkan dapat menghasilkan output dalam bentuk barang
atau pelayanan pada kualitas dan kuantitas tertentu.
Anggaran mencerminkan nilai rupiah dari input yang
dialokasikan ke pusat-pusat pertanggungjawaban dan output
yang diharapkan atau level aktivitas yang dihasilkan.
Pengendalian anggran meliputi pengukuran terhadap output
dan belanja riil yang dilakukan dibandingkan dengan
anggaran. Adanya perbedaan antara hasil yang dicapai dan
jumlah anggaran kemudaian dianalisis untuk diketahui
penyebabnya dan dicari siapa yang bertanggungjawab atas
terjadinya perbedaan tersebut, sehiungga dapat segera
dilakukan tindakan korektif. Tindakan tsb biasa dilakukan
pada perusahaan-perusahaan swasta. Pada organisasi publik,
mekanisme tsb perlu dilakukan sebagai salah satu cara
pengendalian anggaran.
Idealnya, struktur pusat pertanggungjawaban sebagai
alat pengendalian anggaran sejalan dengan program atau
struktur aktivitas organisasi. Dengan kata lain tiap-tiap
pusat pertanggungjawaban bertugas untuk melaksanakan
program atau aktivitas tertentu dan penggabungan proram-
program dari tiap-tiap pusat pertanggungjawaban tsb
25
Akuntansi Sektor Publik
seharusnya mendukung program pusat pertanggungjawaban pada
level yang leih tinggi, sehingga pada akhirnya tujuan umum
organisasi dapat tercapai.
Setiap jenis pusat pertanggungjawaban membutuhkan data
mengenai berlanja (pengeluaran) yang telah dilakukan dan
output yang dihasilkan selama masa anggaran. Laporan
kinerja disiapkan dan dikirim ke setiap level manajemen
untuk dievaluasi kinerjanya, yaitu dibandingkan antara
hasil yang telah dicapai dengan anggaran. Jika sistem
pengendalian anggaran berjalan dengan baik maka informasi
yang dikirimkan kepada manajer harus relevan dan tepat
waktu. Informasi yang relevan harus up to date (terbaru) dan
biaya yang dikendalikan secara langsung (controllable) dengan
biaya-biaya yang tidak dikendalikan (uncontrollable) oleh
manajer pusat pertanggungjawaban.
Pusat pertanggungjawaban berfunmgsi sebagai pengemban
budget holder, maka proses penyiapan dan pengendalian anggaran
harus menjadi fokus perhatian manajer pusat
pertanggungjawaban. Keberadaan depatemen anggaran dan
komite anggaran pada pusat pertanggungjawaban sangat perlu
untuk membentu terciptanya anggaran yang efektif.
Informasi yang terkait dengan sistem pengendalian
anggaran biasanya banyak diketahui oleh bagian departemen
anggaran. Depatemen anggaran memiliki fungsi sebagai
berikut :
1. Menetapkan prosedur dan formulir untuk persiapan anggran
26
Akuntansi Sektor Publik
2. Mengkoordinasi dan membuat asumsi sebagai dasar anggaran
(misal: asumsi tingkat inflasi, nilai tukar, harga migas)
3. Membantu mengkomunikasdikan anggaran ke seluruh bagian
dalam organisasi
4. Menganalisis anggaran yang diajukan dan membuat
rekomendasi kepada budgeter dan manajer pusat
pertanggungjawaban
5. Menganalisis kinerja anggaran yang dilaporkan,
menginterprestasikan hasil dan menyiapkan ikhtisar
laporan untuk manajer pusat pertanggungjawaban
6. Menyiapkan revisi anggaran jika diperlukan.
Komite anggran biasanya teddiri dari para pimpinan
puncak seperti kepala depatemen, kepala dinas, kepala biro
dsb. Komite anggaran ujuga memiliki peran yang vital.
Komite anggran bertugas menuyusun anggran untuk tiap-tiap
unitoperasi. Depaemen anggran dan komite anggran merupakan
perangkat yanmg berad pada pusat pertanggungjawaban.,
Karenanya pusat pertanggungjawaban merupakan alat yang
sangat vital untuk pelaksanaan dan pengendalian anggaran
selain itu juga merupakan basis pengukuran kinerja yaitu
membendingkan apa yang telah dicapai oleh pusat
pertanggungjawaban dibandingkan dengan anggaran yang telah
ditetapkan.
D. Proses Pengendalian Manajemen Sektor Publik
Proses pengendalian manajemen pada organisasi sektor
publik dapat dilakukan dengan cara komunikasi formal dan
27
Akuntansi Sektor Publik
informal. Saluran komunikasi formal terdiri dari aktivitas
formal dalam organisasi yang terdiri dari : (1) perumusan
strategi (2) perencanaan strategi (3) penganggran (4)
opersional (5) evaluasi kinerja. Saluran informasi informal
dapat dilakukan dengan komunikasi langsung yaitu pertemuan
informal, diskusi dll.
Sistem pengendalian manajemen suatu organisasi
dirancang untuk mempengaruhi orang-orang di dalam
organisasi tersebut agar berperilaku sesuai dengan tujuan
organisasi. Prengendalian organisasi dapat berupa aturan
dan prosedur birokrasi atau melalui sistem pengendalian dan
manajemen informasi yang dirancang secara formal.
Dalam suatu organisasi setiap individu pasti
mempunyai tujuan person. Untuk menyingkapi ini perlu adanya
jembatan yang mampu menghantarkan organisasi mencapai
tujuannya, yaitu tercapainya keselarasan antara tujuan
individu dan tuuan oraganisasi.Dalam hal ini hendaknya
pengendalian manajemen dapat digunakan sebagai jembatan
untuk mewujudkan goal congruence yaitu keselaran antara
tujuan individu dan tujuan organisasi.
Faktir yang mempengaruhi goal congrunce dapat
dikategorikan dalam 2 kelompok yaitu faktor pengendalian
formal dan informal. Faktor pengendalian formal misalnya :
sistem pengendalian manajemen dan sistem aturan. Sedangkan
faktor informal terdiri dari ekstrenal dan internal. Yang
bersifat eksternal contohnya etos kerja dan loyalitas
karyawan ( dalam pemerintahan kita kenal sebagi abdi negara
28
Akuntansi Sektor Publik
dan abdi masyarakat), sedangkan yang bersifat internal :
kulktur organisasi, gaya manajemen dan gaya komunikasi.
Perumusan Strategi (strategy formulation)
Perumusan strategi merupakan proses pehnentuan visis,
misi, tujuan, sasran, target,arah dan kebijakan serta
strategi organisasi. Perumusan strategi merupakan tugas dan
tanggungjawab manajemen puncak. Dalam organisasi
pemerintahan perumusan strategi dilakukan oleh dewan
legislatif yang hasilnya berupa GBHN yang akhirnya
merupakan acuan bagi eksektutif dalam berindak.
Hasil perumusan strategi bersifat permanen dan jangka
panjang bisa berjangka 4,5, 10 bahkan 20 tahun. Perubahan
visi, misi dan tujuan oragnisasi sangat jarang dilakukuan
oleh organisasi baik itu pemerintahan atau swasta. Yang
berubah hanyalah strategi untuk mewujudkan visi, misi dan
tujuan yang telah ditetapkan. Pertimbangan untuk revisi
strategi biasanya kalau muncul perubahan lingkunan yang
berupa ancaman atau peluang baru. Perubahan lingkungan
dalam organisasi sektor publik sanat mungkin karena karena
organisasi sektor publik dipengaruhi oleh faktor politik,
ekoomi, sosial dan budaya. Ketidakstabilan ekonomi dan
politik yang terjadi secara terus menerus dapat mendorong
pemerintah untuk sewaktu-waktu mengeluarkan kebijakan dan
strategi baru. Ancaman dan peluang baru dapat muncul setiap
saat. Karenanya perumusan strategi bersifat tidak
sistematis dan tidak harus kaku.
29
Akuntansi Sektor Publik
Strategi organisasi ditetapkan untuk memberikan
kemudahan dalam mencapai tujuan organisasi. Salah satu
metode penentuan strategi adalah dengan menggunakan
analisis SWOT. Analsisi ini dikembangkan dengan
menganalisis faktor internal yang menjadi kekuatan dan
kelemahan dalam suatu organisasi dan faktor eksternal yang
merupakan ancaman dan peluang. Berdasarkan analisis SWOT
oganisasi dapat menentukan startegi terbaik untuk mencapai
tujuan organisasi. Strategi perusahaann dapat berubah atau
mengalami revisi jika terdapat lingkungan yang berubah yang
dipengaruhi adanya ancaman dan kesempatan, misalnya adanya
inovasi teknologi baru, peraturan pemerintah baru atau
perubahan lingkungan politik dan ekonomi lokal dan global.
Gambar: Proses Perumusan Strategi
30
Analisis Eksternal:Ekonomi,soial,pilitik, peraturan (regulasi) trend globalTeknologi baru
Analisis Internal:Teknologi yang dimilikiSumber dayaSumber daya alamSumber daya manusiaInfrastruktur dsbnya
Opportunity & Threat:Identifikasi peluang & ancaman
Strength & Weaknes :Identifikasi kekuatan & kelemahanPenyesuaian
kompetensidengan peluang dan
ancamanStrategi
Akuntansi Sektor Publik
Proses perumusan pada organisasi sektor publik banyak
dipengaruhi perkembangan disektor swasta. Sama halnya
dengan sektor swasta tahap awal dari manajemen strategi
adalah perencnaan. Perencanaan dimulai dari perumusan
strategi. Menurut Olsen dan Eadi (1982) proses perumusan
strategi terdiri dari 5 komponen dasar yaitu :
1. Pernyataan misi dan tujuan umum organisasi yang
dirumuskan oleh manajemen eksekutif organisasi dan
memberikan rerangka pengembangan strategi serta target
yang akan dicapai
2. Analisis atau scanning lingkungan, terdiri dari
pengidentifikasian dan pengukuran faktor-faktor eksternal
yang sedang dan akan terjadi dan kondisi yang harus
dipertimangkan pada saat merumuskan strategi organisasi
3. Profil internal dan audit sumber daya, yang
mengidentifikasi dan mengevaluasi kekuatan dan kelemahan
organisasi dalam hal berbagai faktor yang perlu
dipertimbangkan dalam perencanaan strategik
4. Perumusan, evaluasi dan pemilihan strategi
5. Implementasi dan pengendalian rencana strategik.
Model Perumusan Strategi pada Organisasi Sektor Publik
31
Innitiate and agree process
Stakeholder
Missin and
mandate
Strength &
weakneses
Strategic issues
Opportunity and threats
PEST ANALYSISPoliticalEconomicSociologicalTechnical
InternalEnvironmentalAnalysis
EkternalEnvironmentalAnalysis
Strategics
Vision for the future
Actions
Outcomes
Akuntansi Sektor Publik
Sumber : Bryson JM (1995)
Menurut Bryson Jm model 8 langkah untuk memfasilitasi
proses perumusan strategi yaitu:
1. Memulai dan menyetujui proses perencanaan strategi
2. Identifikasi apa yang menjadi mandat organisasi
3. Klarifikasi misi dan nilai-nilai organisasi
4. Menilai lingkungan eksternal
5. Menilai lingkungan internal
6. Identifikasi isu strategi yang sedang dihadapi organisasi
7. Perumusan strategi untuk me- manage isu-isu
8. Menetapkan visi organisasi untuk masa ke depan.
32
Akuntansi Sektor Publik
Perencanaan Strategi (strategic planning)
Sistem pengendalian manajemen diawali dari perencanaan
strategik. Perencanaan strategik adalah proses pemantauan
program-program, aktivitas atau proyek yang akan
dilaksdankan suatu organisasidan penentuan jumlah alokasi
sumber daya yang akan dibutuhkan
Perbedaan dengan perumusan strategi adalah bahwa
perumusan strategi merupakan proses untuk menentukan
strategi, sedangkan perencanaan strategik adalah proses
menentukan bagaimana mengimplementasikan strategi tersebut.
Hasil perencanaan strategik berupa rencana-rencana
strategik. Dalam proses perumusan strategi , manajemen
memutuskan visi,misi dan tujuan oganisasi. Perencanaan
strategik merupakan proses menurunkan strategi dalam bentuk
program-program.
Proses Perencanaan Strategik
33
Strategi AStrategi BStrategi CStrategi Ddst
Perencanaan strategi
Program A1,A2 &A3Program A1,A2 &A3Program A1,A2 &A3Program A1,A2 &A3dst
Seleksi program dikaitkan dengan prioritas dan sumber daya yang tersedia
Review strategi,program,prioritas dan anggaran
Anggaran yang dibutuhkan
Program yang lolos seleksi
Akuntansi Sektor Publik
Gambar Sistem Manajemen Strategik pada Pemerintah Daerah
34
LPJKepala Daerah
Perencanaan
Strategik
Perencanaan
kinerja
Anggaran
kinerja
Pelaporan
kinerja
Visi,misi,filosofi unit
kerja
Tujuan unit kerja
Saran & Target kinerja
Strategi & Action plan
Ukuran efektifi
tas
Target kinerja
Ukuran ekonomi
Ukuran efisiens
i
Ukuran penjelas
Target kinerja
Target kinerja & analisis biaya
Justifikasi
Laporan Keu
Pemda
Sub Sisem
pengumpulan data
Akuntansi Sektor Publik
Perencanaan strategik merupakan proses yang sistematis
yang memilikiu prosedru dan skedul yang jelas. Organisasi
yang tidak memiliki atau tidak melakukan perencanaan
strategik akan mengalaami masalah da;lam penganggaran,
misalnya terjadinya beban kerja anggaran yang terlalu
berat, alokasi sumberdaya yang tidak tepat sasaran dab
dilakukannya pilihan startyegi yang salah. Orientasi
dilakukannya manajemen strategik pada organisasi manajemen
organisasi publik menuntut adanya strategic vision, strategic
thinking, strategic leadership dan strategic organization.
Manfaat Perencanaan Strategik
Sebagai sarana untuk memfasilitasi terciptanya anggaran
yang efektif
Sebagai sarana untuk memfokuskan manajer pada pelaksanaan
strategi yang telah ditetapkan
Sebagai sarana untuk memfasilitasi dilakukannya alokasi
sumber daya yang optimal
Sebagai rerangka pelaksanaan tindakan jangka pendek
Sebagai sarana manajemen untuk memahami strategi
organisasi secara lebih jelas
Sebagai alat untuk memperkecil rentang alternatif
strategi
35
Akuntansi Sektor Publik
Tujuan utama perencanaan strategik adalah untuk
meningkatkan komunikasi antara manajer puncak dengan
manajer dibawahnya, sehingga memungkinkan terjadi
persetujuan antara manajer puncak dengan manajer level
dibawahnya mengenai strategi terbaik untuk mencapai tujuan
organisasi yang ditetapkan, yang nantinya akan mendorong
goal congruence.
Mengubah perencanaan Strategik Menjadi Tindakan Nyata
Perencanaan strategi dapat digunakan untuk membantu
mengantisipasi dan memberikan arah perubahan, tetapi
perubahan belum dapat berjalan dengan mulus meskipun sudah
ada perencanaan strategik. Perencanaan strategik bukan
merupakan hasil akhir, tapi masih perlu ditranslasikan
dalam bentuk tindakan-tindakan konkrit. Untuk itu harus
didukung oleh :
Struktur pendukung, baik secra manajerial maupun secara
politik
Proses dan praktek implementasi di lapangan
Kultur organisasi
Struktur organisasi hendaknya dapat mendukung
pelaksanaan strategi. Desain sistem pengendalian manajemen
harus didukung oleh struktur organisasi yang sesuai. Visi,
misi, tujuan dan strategi yang telah ditetapkan secara biak
dapat gagal bila struktur organisasi tiudak mendukung
strategi, karenanya perlu adanya restrukturisasi dan
reorganisasi agar selaras dengan startegi dan sistem
36
Akuntansi Sektor Publik
pengendalian manajemen. Restrukturisasi dapat didasarkan
pada prinsip
1. Perubahan strktur organisasi hendaknya dapat meningktakan
kapasitas untuk mencapai strategi yang efektif
2. Pimpinan eksekutif bertanggung jawab untuk melaksanakan
strategi dan arahan kebijakan hingga level bawah. Visi,
misi dan tujuan organisasi harus selalu dikomunikasiokan
kepada seluruh anggota organisasi
3. Dewan bertanggung jawab secara kolektif untuk
merencanakan strategi, kebijakan dan otorisasi alokasi
sumber daya dan menilai kinerja manajemen.
Proses dan praktik di lapangan terkait dengan prosedur
dan sistem pengendalian. Prencanaan strategik tidak akan
efektif jika prosedur dan sistem pengendalian tidak sesuai
dengan strategi. Arus ada kejelasan wewenang dan tanggung
jawab, pendelegasian wewenang dan tugas. Selain itu harus
didukung oleh regulasi keuangan, pengendalian personel dan
manajemen kompensasi yang jelas dan fair.
Kultur organisasi terkait dengan lingkungan kerja dan
kesediaan anggota untuk melakukan perubahan. Perencanaan
srtategik harus didukung adanya budaya organisasi yang
kuat, dan harus didukung oleh perubahan perilaku dan sikap
anggota organisasi untuk melaksanakan program-program
secara efektif dan efisien. Program akan gagal bila
personel di lapangan bertindak tidak sesuai dengan arah dan
strategi organisasi.
Penganggaran
37
Akuntansi Sektor Publik
Tahap penganggaran dalam proses pengendalian manajemen
sektor publik merupakan tahap yang pang dominan, karena
memiliki karakteristik yang agak berbeda dengan
penganggraan pada sektor swasta. Perbedaan tersebut
terletak pada pengaruh politik dalam proses penganggaran.
Pengukuran Kinerja
Penilaian kinerja merupakan bagian akhir dari proses
pengendalian manajemen yang dapat digunakan sebagai alat
penegndalian. Pengendalian manajemen melalui sistem
penilaian kinerja dapat dilakukan dengana menciptakan
mekanisme reward dan punishment. Sistem pemberian penghargaan
dan hukuman dapat digunakan sebagai pendorong untuk
pencapaian suatu strategi. Sistem reward dan punishment harus
didukung oleh manajemen kompensasi yang memadai. Manajemen
kompensasi merupakan mekanisme penting untuk mendorong
motivasi manajer untuk mencapai tujuan organisasi. Intensif
positif pada manajer disebut sebagai reward dan intensif
negatinya disebut sebagai punishment. Peran peting adanya
penghargaan dalam suatu organisasi akan mendorong
tercapainya tujuan oragnisasi dan untuk menciptakan
kepuasan setiap individu.
Pemberian reward dapat berupa financial atau non financial,
yang bersifat financial misalnya kenaikan gaji, bonus dan
pemberian tunjangan, sedangkan non financial dapat berupa
promosi jabatan, penambahan tanggung jawab, otonomi yang
lebih besar, penempatan kerja di lokasi yang lebih baik dan
pengakuan. Mekanisme pemberian sanksi dan hukuman pada
38
Akuntansi Sektor Publik
kondisi tetentu diperlukan, tetapi orientasi penilaian
harus selalu pada pemberian penghargaan.
39
Akuntansi Sektor Publik
IV. PENGANGGARAN SEKTOR PUBLIK
A. Konsep Anggaran Sektor Publik
Anggaran merupakan pernyataan mengenai setimasi
kinerja yang hendak dicapai selama periode tertentu yang
dinyatakan dalam ukuran finansial, sedangkan penganggaran
adalah proses atau metode untuk menyiapkan anggaran.
Penganggaran dalam organisasi sektor publik merupakan
tahapan yang cukup rumit dan mengandung nuansa politik yang
tinggi. Dalam organisasi sektor publik penganggaran
merupakan suatu proses politik. Hal tersebut berbeda dengan
sektor swasta yang relatif lebih kecil nuansa politiknya.
Pada sektor swasta anggaran merupakan bagian dari rahasia
perusahaan yang tertutup bagi publik, namun pada sektor
publik anggran merupakan hal yang harus diinformasikan
kepada publik untuk dikritik, didiskusikan dan diberi
masukan. Anggaran pada sektor publik merupakan instrumen
akuntabilitas dan pengelolaan dana publik dan pelaksanaan
program-program yang dibiayai dengan uang publik.
Penganggaran pada sektor publik terkait dengan proses
penentanjumlah alokasi dana untuk tiap-tiap program dan
aktivitas dalam satuan moneter. Proses penganggaran sektor
publik dimulai ketika perumusan staretgi dan perencanaan
strategik selesai dilakukan. Anggaranmerupakan artikulasi
dari perumusan dan perencanaan strategi yang dibuat. Aspek-
aspek yang harus dicakup dalam anggaran sektor publik :
Aspek perencanaan
40
Akuntansi Sektor Publik
Aspek pengendalian
Aspek akuntabilitas
B. Pengertian Anggaran Sektor Publik
Anggaran publik berisi rencana kegiatan yang
direpresentasikan dalam bentuk rencana perolehan pendapatan
dan belanja dalam satuan moneter. Dalam bentuk yang
sederhana anggaran sektor publik merupakan suatu dokumen
yang menggambarkan kodisi keuangan dari suatu organisasi
yang meliputi informasi mengenai pendapatan, belanja dan
aktivitas. Anggaran berisi estimasi mengenai apa yang akan
dilakukan organisasi di masa yang akan datang.
Secara singkat anggaran publik merupakan suatau
rencana finansial yang menyatakan :
1. Berapa biaya-biaya atas rencana yang telah dibuat
2. Berapa banyak dan bagaimana cara memperoleh uang untuk
mendanai rencana-rencana tersebut
C. Pentingnya Anggaran Sektor Publik
Anggaran sektor publik dibuat untuk membantu
menentukan tingkat kebutuhan masyarakat seperti listrik,
air bersih, kualitas kesehatan, pendidikan dsbnya agar
terjamin secara layak. Tingkat kesejahteraan masyarakat
dipengaruhi oleh keputusan yang dibuat pemerintah melalui
anggran yang dibuat.
Dalam sebuah negara demokrasi, pemerintah mewakili
kepentingan rakyat, uang yang dimiliki oleh pemerintah
41
Akuntansi Sektor Publik
adalah uang rakyat dan anggaran menunjukkkan rencana
pemerintah untuk membelanjakan uang rakyat. Anggaran
merupakan blue print keberadaan sebuah negra dan merupakan
arahan di masa yang akan datang.
Anggaran dan Kebijakan Fiskal Pemerintah
Kebijakan fiskal adalah usaha yang dilakukan
pemerintah untuk mempengaruhi keadaan ekoomi melalui sistem
pengeluaran atau sistem perpajakan untuk mencapai tujuan
tertentu. Alat utama kebijakan fiskal adalah anggaran.
Anggaran merupakan alat ekonomi terpenting yang dimiliki
pemerintah untuk mengarahkan perkembangan sosial dan
ekonomi, menjamin kesinambungan dan kualitas hidup
masyarakat. Anggaran sektor publik harsu dapat memenuhi
kriteria sbb :
Merefleksikan perubahan prioritas kebutuhan dan keinginan
masyarakat
Menetukan penerimaan dan pengeluaran departemen-depatemen
pemerintah, baik propinsi maupun daerah
Aliran uang yang terkait dengan aktivitas pemerintahan
akan mempengaruhi harga, lapangan kerja, distribusi
pendapatan, pertumbuhan ekonomi dan beban pajak yang harus
dibayar atas pelayanan yang diberikan pemerintah. Keputusan
anggaran yang dibuat pemerintah daerah dan propinsi
seharusnya dapat merefleksikan prioritas pemerintah daerah
dan propinsi dengan baik.
Anggaran sektor publik penting karena :
42
Akuntansi Sektor Publik
1. Anggaran merupakan alat bagi pemerintah untuk mengarahkan
pembangunan sosial, ekonomi, menjamin kesinambungan dan
meningkatkan kualitas hidup masyarakat.
2. Anggaran dibuat karena adanya kebutuhan dan keinginan
masyarakat yang terus berkembang, sedangkan sumber daya
jumlahnya terbatas.
3. Anggaran diperlukan untuk meyakinkan bahwa pemerintah
bertanggung jawab terhadap rakyat. Dalam hal ini anggaran
publik merupakan instrumen pelaksanaan akuntabilitas
publik oleh lembaga-lembaga publik yang ada.
D. Fungsi Anggaran Sektor Publik
Anggaran sektor publik mempunyai beberapa fungsi utama
yaitu
1. Sebagai alat perencanaan
2. Alat pengendalian
3. Alat kebijakan fiskal
4. Alat politik
5. Alat koordinasi dan komunikasi
6. Alat penilaian kinerja
7. Alat motivasi
8. Alat menciptakan ruang publik.
Anggaran Sebagai Alat Perencanaan (Planning tool)
Anggaran meupakan alat pengendalian manajemen untuk
mencapai tujuan organisasi. Anggaran sektor publik dibuat
untuk merencanakan tindakan apa yang akan dilakukan
43
Akuntansi Sektor Publik
pemerintah, berapa biaya yang dibutuhkan dan berapa hasil
yang diperoleh dari belanja pemerinta tersebut. Anggaran
sebagai alat perencanaan digunakan untuk :
Merumuskan tujuan serta sasarn kebijakan agar sesuai
dengan visi,misi dan sasaran yang telah ditetapkan
Merencanakan berbagai program dan kegiatan untuk mencapai
tuuan organisasi serta merencanakan alternatif sumber
pembiayaannya
Mengalokasikan dana pada berbagai program dan kegiatan
yang telah disusun
Menetukan indikator kinerja dan tingkat pencapaian
strategi
Anggaran Sebagai Alat Pengendalian (Control tool)
Sebagai alat pengendalian anggaran memberikan rencana
detail atas pendapatan dan pengeluaran pemerintah agar
pembelanjaan yang dilakukan dapat dipertanggungjawabkan
kepada publik. Tanpa anggaran pemerintah tidak dapat
mengendalikan pemborosan pengeluaran. Tidak berlebihan
kalau dikatakan bahwa presiden, menteri, gubernur, bupati
dan manajer publik lainnya dapat dikendalikan lewat
anggaran. Anggaran sektor publik dapat digunakan untuk
mengendalikan kekuasaan eksekutif.
Sebagai alat penengendali manajerial, anggaran sektor
publik digunakan untuk meyakinkan bahwa pemerintah masih
mempunyai cukup uang untuk memenuhi kewajibannya, selain
itu juga digunakan sebagai pemberi informasi dan meyakinkan
44
Akuntansi Sektor Publik
legislatif bahwa pemerintah bekrja secara efisien tanpa ada
korupsi dan pemborosan.
Pengendalian anggaran publik dapat dilakukan melalui 4
cara :
1. Membandingkan kinerja aktual dengan kinerja yang
dianggarkan
2. Menghitung selisih anggaran
3. Menemukan penyebab yang dapat dikendalikan dan tidak
dapat dikendalikan
4. Merivisi standar biaya atau target anggaran untuk tahun
berikutnya
Anggaran Sebagai Alat Kebijakan Fiskal (Fiscal tool)
Anggaran sebagai alat kebijakan fiskal digunakan untuk
alat menstabilkan ekonomi dan mendorong pertumbuhan
ekonomi. Melalui anggaran publik dapat diketahui arah
kebijakan fiskal pemerintah, sehingga dapat dilakukan
prediksi dan estimasi ekonomi. Anggaran dapat digunakan
unrtuk mendorong, memfasilitasi dan mengkoordinasikan
kegiatan ekonomi masyarakat sehingga dapat mempercepat
pertumbuhan ekonomi.
Anggaran Sebagai Alat Politik (Political tool)
Anggaran dapat digunakan untuk memutuskan prioritas
dan kebutuhan keuangan terhadap prioritas tersebut. Pada
sektor publik anggaran merupakan dokumen politik sebagai
bentuk komitmen eksekutif dan kesepakatan legislatif atas
45
Akuntansi Sektor Publik
penggunaan dana publik untuk kepentingan tertentu. Anggaran
bukan sekedar masalah teknis tetapi lebih merupakan alat
politik, karenanya pembuatan anggaran publik membutuhkan
political skill, coalition holding, keahlian negoisasi, pemahaman
tentang prinsip manajemen keuangan publik oleh para manajer
publik. Manajer publik harus sadar sepenuhnya bahwa
kegagalan dalam melaksanakan anggaran yang telah disetujui
akan menjatuhkan kepemimpinannya, atau paling tidak
menurunkan kredibilitas pemerintah.
Anggaran Sebagai Alat Koordinasi dan Komunikasi
(Coordination and Communication tool)
Setiap unit kerja pemerintah terlibat dalam penyusunan
anggaran. Anggaran publik merupakan alat koordinasi antar
bagian dalam pemerintahan. Anggaran publik yang disusun
dengan baik akan mampu mendeteksi terjadinya inkonsistensi
suatu unit kerja di dalam pencapaian tujuan organisasi.
Disamping itu anggaran publik juga berfungsi sebagai alat
komunikasi antar unit kerja dalam lingkungan eksekutif.
Anggaran harus dikomunikasikan ke seluruh bagian organisasi
untuk dilaksanakan.
Anggaran Sebagai Alat Pinilaian Kinerja (Performance
measurement tool)
Anggaran merupakan wujud komitmen dari publik holer
(eksekutif) kepada pemberi wewenang (legislatif). Kinerja
eksekutif akan dinilai berdasarkan pencapaian target
46
Akuntansi Sektor Publik
anggaran adan pelaksanaan efisiensi anggaran. Anggaran
merupakan alat yang efektif untuk pengendalian dan
penilaian kinerja.
Anggaran Sebagai Alat Motivasi (Motivation tool)
Anggaran dapat digunakan sebagai alat untuk memotivasi
manajer dan stafnya agar bekerja secara ekonomis, efektif
dan efisien dalam mencapai target dan tujuan organisasi
yang telah ditetapkan. Agar dapat memotivasi pegawai target
anggaran hendaknya jangan terlalu tinggi sehingga tidak
dapat dipenuhi,namun juga jangan terlalu rendah sehingga
terlalu mudah untuk dicapai.
Anggaran Sebagai Alat untuk Menciptakan Ruang Publik
(Public Sphere)
Anggaran publik tidak boleh diabaikan oleh kabinet,
birokrat dan DPR/MPR. Masyarakat, LSM, perguruan tinggi dan
berbagai organisasi kemasyarakatan harus terlibat dalam
penganggaran publik. Kelompok masyarakat yang teroganisir
akan mencoba mempengaruhi anggaran publik utnk kepentingan
mereka., Kelompok lain dari kemasyarakat yang kurang
terorganisasi akan mnyampaikan aspirasinya melaui proses
politik yang ada. Pengangguran dan tuna wisma dan kelompok
lain yang kurang terorganisasi akan mudah dan tidak berdaya
mengikuti tindakan pemerintah. Jika tidak ada alat untuk
menyampaikan suara mereka, mereka kan mengambil tindakan
47
Akuntansi Sektor Publik
dengan jalan lain seperti dengan tindakan massa, melakukan
boikot dsbnya
E. Jenis-Jenis Anggaran Sektor Publik
Anggaran sektor publik dibagi menjadi menjadi 2
yaitu :
1. Anggaran operasional
2. Anggaran Modal
Anggaran Operasional
Anggaran digunakan untuk merencanakan kebutuhan
sehari-hari dalam menjalankan pemerintahan. Pengeluaran
pemerintah yang dapat dikatagorikan dalam anggaran
operasional adalah belanja rutin yaitu belanja yang
manfaatnya hanya untuk satu tahun anggaran saja dan tidak
dapat menambah aset atau kekayaan bagi pemerintah. Disebut
rutin karena pengeluaran tersebut berulang-ulang ada setiap
tahun.
Secara umum pengeluaran yang masuk kategori anggaran
operasional antara lain belanja administrasi umum dan
belanja operasional dan pemeliharaan.
Anggaran Modal
Anggran modal menunjukkan rencana jangka penjang dan
pembelanjaan atas aktiva tetap seperti gedung, peralatan,
kendaraann, perabot dsbnya. Pengeluaran modal yang besar
biasanya dilakukan dengan mengunakan pinjaman. Belanja
48
Akuntansi Sektor Publik
modal adalah pengeluaran yang masa manfaatnmya lebih dari
satu tahun anggran dan akan menambah aset atau kekayaan
pemerintah dan selanjutnya akan menambah anggaran rutin
untuk biaya operasional dan pemeliharaannya.
Pada dasarnya pemerintah tidak memiliki uang yang
dimiliki sendiri, sebab selutrhnya adalah milik publik.
Dalam sebuah msyarakat yang demokratis rakyat memberi
mandat kepada pemerintah melalui pemilihan umum. Politisi
mentranslasikan mandat melalui tersebut melalui kebijakan
dan program yang memberi mamfaat lebih kepada pemilih yang
direfleksikan dalam anggaran. Pemerintah tidak mungkin
memebuhi semua permintaan stake holdernya secara simultan,
tetapi pemerintah akan memilih program yang menjadi
prioritas. Disinilah fingsi anggaran yang akan digunakan
sebagai alat politis dalam memutuskan prioritas dan
kebutuhan keuangan pada sektor tersebut.
F. Prinsip-Prinsip Anggaran Sektor Publik
Prinsip-prinsip anggaran sektor publik meliputi :
1. Otorisasi oleh legislatif
Anggaran publik harus mendapat otorisasi dari legislatif
terlebih dahulu sebelum dibelanjakan oleh eksekutif
2. Komprehensif
Anggaran harus menunjukkan semua penerimaan dan
pengeluaran pemerintah. Karenanya adana anggaran non
budgetair menyalahi prinsip anggran yang bersifat
komprehensif
49
Akuntansi Sektor Publik
3. Keutuhan anggaran
Semua penerimaan dan pengeluaran pemerintah harus
terhimpun dalam dana umum
4. Nondiscretionary Appropriation
Jumlah yang disetujui oleh legislatif harus termanfaat
secaara ekonomis, efisien dan efektif
5. Periodik
Anggran bersifat periodik yang bersifat tahunan atau
multi tahunan
6. Akurat
Estimasi anggaran hendaknya tidak memasukkan cadangan
yang tersembunyi yang dijadikan sebagi kantong-kantong
pemborosan
7. Jelas
Anggaran hendaknya sederhanan dan mudah dipahami oleh
masyarakat dan tidak membingungkan
8. Diketahui publik
Anggaran harus diinformasikan kepada masyarakat luas.
G. Proses Penyusunan Anggaran Sektor Publik
APBD/APBN yang dipresentasikan setiap akhir tahun
dihadapan DPRD/DPR memberikan informasi kepada masyarakat
luas tentang program yang direncanakan oleh pemerintah
50
Akuntansi Sektor Publik
untuk meningkatkan kualitas hidup masyarakat dan darimana
program tersebut dibiayai. Proses penyusunan anggaran
mempunyai 4 tujuan :
Membantu pemerintah mencapai tujuan dan meningkatkan
koordinasi antar bagian dalam lingkungan pemerintah
Membantu menciptakan efisiensi dan keadilan dalam
menyediakan barang dan jasa publik melalui proses
pemrioritasan
Memungkinkan pemerintah untuk memenuhi prioritas belanja
Meningkatkan transparansi dan pertanggungjawaban
pemerintah kepada DPRD/DPR dan masyarakat luas.
Faktor-faktor dominan yang terdapat dalam proses
penganggaran adalah :
Tujuan dan target yang hendak dicapai
Ketersediaan sumber daya (faktor produksi yang dimiliki
pemnerintah)
Waktu yang dibutuhkan untuk mencapai tujuan atau target
Faktor lain yang mmpengaruhi anggaran seperti : munculnya
peraturan pemerintah yang baru, fluktuasi pasar,
perubahan sosial politik, bencana alam dsbnya.
H. Prinsip-Prinsip Pokok dalam Siklus Anggaran
Pokok-pokok prinsip siklus anggaran harus diketahui
oleh penyelengara pemerintahan. Siklus anggaran tersebut
ada 4 tahap :
Tahap persiapan anggaran
Tahap ratifikasi
51
Akuntansi Sektor Publik
Tahap implementasi
Tahap pelaporan dan evaluasi
Tahap persiapan anggaran
Pada tahap ini dilakukan taksiran pengeluaran atas
dasar talsiran pendapatan yang tersedia, yang perlu
diperhatikan adalah sebelum menyetujui taksiran pengeluaran
terlebih dulu hendaknya dilakukan taksiran pendapatan
secara lebih akurat. Harus disadari adanya masalah yang
cukup berbahaya jika anggaran pendapatan diestimasi pada
saat bersamaan dengan pembuatan keputusan tentang anggaran
pengeluaran.
Dalam persoalan estimasai yang perlu diperhatikan
adalah terdapatnya faktor ketidakpastian yang cukup tinggi.
Karenanya manajer keuangan publik harus memahami betul
dalam menentukan besarnya suatau mata anggaran. Besarnya
mata anggaran tergantung pada sistem anggaran yang
digunakan.
Di Indonesia arahan kebijakan pembangunan pemerintah
pusat tertuang dalam dokummen perencanaan berupa GBHN,
Program Pembangunan Nasional (PROPERNAS), Rencana Strategis
(RENSTRA) dan Rencana Pembangunan Tahunan (RAPETA).
Sinkronisasi perencanaan pembangunan yang digariskan
oleh pemerintah pusat dan perencanaan pembangunan daerah
secara spesifik diatur dalam Peraturan Pemerintah No. 105
dan 108 tahun 2000. Pada pemerintah pusat penyusunan
perencanaan pembangunan dimulai dari penyusunan PROPERNAS
52
Akuntansi Sektor Publik
yang merupakan operasinalisasi GBHN. PROPERNAS tersebut
kemudian dijabarkan dalam bentuk RENSTRA. Berdasarkan
POPERNAS dan RENSTRA serta analisis fiskal dan makro
ekonomi kemudian mulai dibuat persiapan APBN dan RAPETA.
Sementara itu ditingkat daerah (propinsi dan kab/kota)
berdasarkan PP No. 108 pemerintah daerah diisyaratkan untuk
membuat dokumen perencanaan daerah yang terdiri atas
PROPERDA (RENSTRADA). Dokumen tersebut diupayakan tidak
meyimpang dari PROPERNAS dan RENSTRA yang dibuat oleh
pemerintah pusat. Dalam PROPERDA di mungkinkan adanya
penekanan prioritas pembanguann yang berbeda antara daerah
yang satu dengan yang lain. Sesuai dengan kebutuhan masing-
masing daerah. PROPERDA (RENSTRADA) yang dibuat oleh
pemerintah daerah bersama-sama dengan DPRD dalam kerangka
waktu 5 tahun yang kemudian dijabarkan dalam pelaksanaannya
dalam kerangka tahunan. Rincian RENSTRADA setiap tahunnya
akan digunakan sebagai masukan dalam penyusunan REPETADA
dan APBD.
Berdasarkan RENSTRADA yang telah dibuat dan analisis
kebijakan fiskal dan ekonomi daerah, menurut ketentuan PP
No. 105 tahun 2000 pemerintah daerah bersama-sama DPRD
menetapkan arah kebijakan umum APBD, setelah itu pemerintah
daerah menetapkan Strategi dan Prioritas APBD. REPETADA
memuat program pembanguan daerah secara menyeluruh dalam
satu tahun, juga memuat indikator kinerja yang terukur
dalam jangka waktu satu tahun. Pendekatan ini diharapkan
akan lebih memperjelas program kerja tahuan pemerintah
53
Akuntansi Sektor Publik
daerah, termasuk sasaran yang ingin dicapai dan kebijakan
yang ditempuh untuk mencapai sasaran tersebut.
Penjabaran rencana strategis jangka panjang dalam
REPETADA tersebut dilengkapi dengan :
Perimbangan-perimbangan yang barasal dari evaluasi
kinerja pemerintah daerah pada periode sebelumnya
Masukan dan aspirasi masyrakat
Pengkajian kondisi yang saat ini terjadi,sehingga bisa
diketahui kekuatan, kelemahan, peluang dan tantangan yang
sedang dan akan dihadapi
Proses pertencanaan arah dan kebijakan pembangunan
daerah tahunan (REPETADA) dan anggaran tahuan (APBD) pada
hakekatnya merupakan perencanaan instrumnen kebijakan
publik sebagai upaya peningktan pelayanan kepada
masyarakat. APBD menunjukkan implikasi dari anggaran
REPETADA yang dibuat. Dengan demikian REPETADA merupakan
kerangka kebijakan dalam penyediaan dana bagi APBD.
Tahap ratifikasi
Tahap ini melibatkan proses plotik yang cukup rumit dan
cukup berat. Pimpinan eksekutif dituntut untuk memiliki
manejerial skill dan political skill, salesmanship dan coalition holdimg yang
memadai. Integritas dan kesiapan mental yang tinggi dari
eksekutif sangat penting dalam tahap ini, karena eksekutif
harus mempunyai kemampuan untuk memberikan argumen yang
rasional atas segala pertanyaan dan bantahan yang
disampaikan oleh legislatif.
54
Akuntansi Sektor Publik
Tahap implementasi/pelaksanaan anggaran
Setelah disetujui oleh legislatif, tahap selanjutnya adalah
pelaksanaan anggaran, hal terpenting yang harus dimiliki
oleh manajer keuangan publik adalah dimilikinya sistem
informasi akuntansi dan sistem pengendalian manajemen.
Manajer keuangan publik dalam hal ini bertanggung jawab
menciptakan sistem akuntansi keuangan yang memadai dan
handal untuk perencanaan dan pengendalian anggaran yang
telah disepakati, bahkan dapat diandalkan untuk penyusunan
periode anggaran tahun berikutnya.
Tahap pelaporan dan evaluasi
Tahap persiapan, ratifikasi dan implementasi terkait dengan
aspek operasional anggaran, sedangkan tahap pelaporan dan
evaluasi terkait dengan aspek akuntabilitas. Jika tahap
implementasi telah didukung dengan sistem akuntansi dan
sistem pengendalian manajemen yang baik, maka pada tahap
pelaporan diharapkan tidak memiliki masalah.
55
Akuntansi Sektor Publik
V. TEKNIK AKUNTANSI KEUANGAN SEKTOR PUBLIK
A. Teori Akuntansi Sektor Publik
Pada dasarnya ada tiga tujuan perlunya mempelajari teori
akuntansi : 91) untuk memahami praktek akuntansi yang ada saat
ini (2) mempelajari kelemahan dan kekurangan dari praktek
akuntansi yang ada saat ini dilakukan (3) memperbaiki praktek
akuntansi di masa yang akan datang.
56
Akuntansi Sektor Publik
Pengembangan akuntansi sektor publik dilakukan untuk
memperbaiki praktik yang saat ini dilakukan. Hal ini terkait
dengan upaya meningkatkan kualitas laporan keuangan sektor
publik, yaitu laporan yang menyajikan informasi yang relevan
dan dapat diandalkan (reliabel)
Untuk menghasilkan laporan keuangan sektor publik yang
relevan dan dapat diandalkan, terdapat beberapa kendala yang
dihadapi akuntansi sektor publik. Hambatan tersebut adalah :
1. Objektifitas
2. Konsistensi
3. Daya banding
4. Tepat waktu
5. Ekonomis dalam penyajian laporan
6. Materialitas
B. Perlunya Sistem Akuntansi Keuangan Daerah
Untuk dapat menghasilkan laporan keuangan yang relevan,
handal, dan dapat dipercaya, pemerintah daerah harus memiliki
sistem akuntansi yang handal. Sistem akuntansi yang lemah
menyebabkan pengendalian intern lemah dan pada akhirnya
laporan keuangan yang dihasilkan juga kurang handal dan kurang
relevan untuk pembuatan keputusan. Saat ini sistem akuntansi
yang dimiliki pemerintah daerah rata-rata masih lemah.
Selain sistem akuntansi yang handal, dalam rangka
pelaksanaan otonomi daerah dan desentralisasi, maka diperlukan
Standar Akuntansi Keuangan Pemerintah Daerah atau secara lebih
luas Standar Akuntansi Keuangan Sektor Publik. Saat ini sedang
57
Akuntansi Sektor Publik
disiapkan standar akuntansi keuangan untuk pemerintah daerah
dalam rangka mendukung pelaksanaan otonomi daerah dan
desentralisasi fiskal.
Untuk dapat menghasilkan laporan keuangan yang relevan,
handal, dan dapat dipercaya, pemerintah daerah harus memiliki
sistem akuntansi yang handal. Sistem akuntansi yang lemah
menyebabkan pengendalian intern lemah dan pada akhirnya
laporan keuangan yang dihasilkan juga kurang handal dan kurang
relevan untuk pembuatan keputusan. Saat ini sistem akuntansi
yang dimiliki pemerintah daerah rata-rata masih lemah.
Jika dilihat dari perspektif historis, usaha pengembangan
sistem akuntansi keuangan pemerintah telah dirintis sejak dua
puluh tahun silam, akan tetapi sampai saat ini sistem yang ada
belum berjalan secara efektif dan efisien. Sejak tahun 1980-an
Departemen Dalam Negeri telah berupaya mengembangkan sistem
akuntansi yang dipandang cocok dengan corak pemerintah daerah,
dan untuk itu telah dihasilkan konsep Sistem Akuntansi dan
Pengendalian Anggaran/SAPA (Triharta, 1999).
Pada tahun 1985 Sistem Administrasi Keuangan Pemerintah
Daerah sendiri telah mengalami perubahan yang cukup mendasar.
Hal ini terlihat dengan mulai diperkenalkannya sistem double
entry (pembukuan berpasangan) dan akuntansi berbasis akrual yang
diformulasikan oleh "Studi Penyempurnaan Sistem Akuntansi dan
Manajemen Keuangan Daerah" yaitu tim yang dibentuk oleh Pusat
Analisa Keuangan Daerah (PAKD), Badan Analisa Keuangan Negara
Perkreditan dan Neraca Pembayaran (BAKNPNP) - Departemen
Keuangan (Yasin, 1999). SAPA merupakan penyempurnaan dari
58
Akuntansi Sektor Publik
proposal “Sistem Perencanaan dan Manajemen Keuangan Daerah
(SPMKD)” yang dibuat oleh PT Redecon, yaitu konsultan yang
ditunjuk oleh Tim Studi Penyempurnaan Sistem Akuntansi dan
Manajemen Keuangan Daerah dengan bantuan World Bank.
SAPA adalah sistem akuntansi untuk pemerintah daerah,
sedangkan sistem akuntansi untuk pemerintah pusat upaya
pengembangannya telah dilakukan oleh Departemen Keuangan sejak
tahun 1982 melalui Proyek Penyempurnaan Sistem Akuntansi dan
Pengembangan Akuntansi, dan mulai aktif bekerja tahun 1991.
Untuk pelaksanaan proyek tersebut, dibentuk secara khusus Sub
Tim Penyempurnaan Akuntansi Pemerintah (PSAP) yang hasilnya
antara lain menerapkan sistem pembukuan berpasangan dalam
akuntansi pemerintah pusat (Triharta, 1999).
Selain sistem akuntansi yang handal, dalam rangka
pelaksanaan otonomi daerah dan desentralisasi, maka diperlukan
Standar Akuntansi Keuangan Pemerintah Daerah (Standar
Akuntansi Keuangan Sektor Publik). Standar yang saat ini ada
belum mencukupi untuk mendukung pelaksanaan otonomi daerah dan
desentralisasi.
Sementara itu di Indonesia belum ada Standar Akuntansi
Keuangan Sektor Publik yang baku yang dapat digunakan sebagai
pedoman bagi pemerintah daerah dalam penyusunan laporan
keuangan dan bagi auditor dalam mengaudit laporan tersebut.
Tidak adanya standar akuntansi yang memadai akan menimbulkan
implikasi negatif berupa rendahnya reliabilitas informasi
keuangan serta menyulitkan dalam pengauditan. Usaha untuk
membuat standar akuntansi keuangan pemerintah sudah pernah
59
Akuntansi Sektor Publik
dilakukan oleh Badan Akuntansi Keuangan Negara (BAKUN). BAKUN
merupakan lembaga yang dibentuk oleh Departemen Keuangan tahun
1992, yang ditugasi untuk menyelenggarakan akuntansi dan
mempersiapkan laporan pertanggungjawaban konstitusional
pemerintah pusat. Selain itu BAKUN juga diserahi tugas untuk
membantu melakukan pengembangan akuntansi untuk instansi
(agency accounting). Pada tahun 1995 BPK telah mengirim surat
kepada Menteri Keuangan untuk mempersiapkan Standar Akuntansi
Keuangan Pemerintah, dan BAKUN sebagai Central Accounting Office
ditugasi untuk mempersiapkan draftnya. Namun sampai saat ini,
draft tersebut masih perlu dilakukan pembahasan dan public hearing
dengan user agar dapat dijadikan standar (Sugijanto, 1999).
Upaya untuk menghasilkan standar akuntansi keuangan yang
baku terus dilakukan. Pada tahun 1999 yang lalu Ikatan Akuntan
Indonesia telah membentuk kompartemen baru yaitu Kompartemen
Akuntan Sektor Publik. Salah satu tugas kompartemen baru ini
adalah menyusun standar akuntansi keuangan sektor publik. Saat
ini baru dihasilkan exposure draft mengenai Pernyataan Standar
Akuntansi Keuangan Sektor Publik yang diterbitkan November
2000. Exposure draft tersebut terdiri atas lima bagian, yaitu
Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan Sektor Publik tentang
Penyajian Laporan Keuangan; Laporan Arus Kas; Laporan Keuangan
Konsolidasi dan Akuntansi untuk Entitas Kendalian; Kos
Pinjaman; dan Surplus atau Defisit Neto untuk Periode
Berjalan, Kesalahan Mendasar dan Perubahan Kebijakan
Akuntansi.
60
Akuntansi Sektor Publik
Dengan telah dihasilkannya exposure draft tersebut
diharapkan dalam waktu yang tidak terlalu lama lagi sudah
dapat disahkan menjadi standar yang baku. Sebenarnya Indonesia
dalam hal ini sudah cukup ketinggalan, karena baru sekarang
mempunyai rancangan standar akuntansi keuangan sektor publik.
Tidak adanya standar akuntansi sektor publik di Indonesia saat
ini menyebabkan kesulitan dalam mengaudit laporan keuangan
pemerintah. Standar Auditing Pemerintah (SAP) sudah ada dan
saat ini sedang kita tunggu Standar Akuntansi Keuangan Sektor
Publik (SAKSP). Pada perkembangan selanjutnya perlu juga
dipersiapkan alat ukur kinerja (performance measurement) untuk
mengukur kinerja lembaga-lembaga pemerintahan di Indonesia.
Perlunya Informasi Akuntansi Untuk Mewujudkan Akuntabilitas
Publik
Salah satu alat untuk memfasilitasi terciptanya
transparansi dan akuntabilitas publik adalah melalui penyajian
Laporan Keuangan Pemerintah Daerah yang komprehensif. Dalam
era otonomi daerah dan desentralisasi, pemerintah daerah
diharapkan dapat menyajikan laporan keuangan yang terdiri atas
Laporan Surplus/Defisit, Laporan Realisasi Anggaran
(Perhitungan APBD), Laporan Aliran Kas, dan Neraca. Laporan
keuangan tersebut merupakan komponen penting untuk menciptakan
akuntabilitas sektor publik dan merupakan salah satu alat ukur
kinerja finansial pemerintah daerah. Bagi pihak eksternal,
Laporan Keuangan Pemerintah Daerah yang berisi informasi
keuangan daerah akan digunakan sebagai dasar pertimbangan
untuk pengambilan keputusan ekonomi, sosial, dan politik.
61
Akuntansi Sektor Publik
Sedangkan bagi pihak intern pemerintah daerah, laporan
keuangan tersebut dapat digunakan sebagai alat untuk penilaian
kinerja.
Sejalan dengan pelaksanaan otonomi daerah dan
desentralisasi fiskal, tantangan yang dihadapi akuntansi
sektor publik adalah menyediakan informasi yang dapat
digunakan untuk memonitor akuntabilitas pemerintah daerah yang
meliputi akuntabilitas finansial (financial accountability),
akuntabilitas manajerial (managerial accountability), akuntabilitas
hukum (legal accountability), akuntabilitas politik (political
accountability), dan akuntabilitas kebijakan (policy accountability).
Akuntansi sektor publik memiliki peran utama untuk menyiapkan
laporan keuangan sebagai salah satu bentuk pelaksanaan
akuntabilitas publik.
Terdapat beberapa alasan mengapa pemerintah daerah perlu
membuat laporan keuangan. Dilihat dari sisi internal, laporan
keuangan merupakan alat pengendalian dan evaluasi kinerja
pemerintah dan unit kerja pemerintah daerah. Sedangkan dari
sisi pemakai eksternal, laporan keuangan pemerintah daerah
merupakan salah satu bentuk mekanisme pertanggungjawaban dan
sebagai dasar untuk pengambilan keputusan. Karena laporan
tersebut akan digunakan untuk pembuatan keputusan, maka
laporan keuangan pemerintah daerah perlu dilengkapi dengan
pengungkapan yang memadai (disclosure) mengenai informasi-
informasi yang dapat mempengaruhi keputusan.
62
Akuntansi Sektor Publik
E. TUJUAN PENYAJIAN LAPORAN KEUANGAN PEMERINTAH DAERAH
Secara garis besar, tujuan umum penyajian laporan keuangan
oleh pemerintah daerah adalah:
1. Untuk memberikan informasi yang digunakan dalam pembuatan
keputusan ekonomi, sosial, dan politik serta sebagai bukti
pertanggungjawaban (accountability) dan pengelolaan
(stewardship);
2. Untuk memberikan informasi yang digunakan untuk mengevaluasi
kinerja manajerial dan organisasional.
Secara khusus, tujuan penyajian laporan keuangan oleh
pemerintah daerah adalah:
1. Memberikan informasi keuangan untuk menentukan dan
memprediksi aliran kas, saldo neraca, dan kebutuhan sumber
daya finansial jangka pendek unit pemerintah;
2. Memberikan informasi keuangan untuk menentukan dan
memprediksi kondisi ekonomi suatu unit pemerintahan dan
perubahan-perubahan yang terjadi di dalamnya;
3. Memberikan informasi keuangan untuk memonitor kinerja,
kesesuaiannya dengan peraturan perundang-undangan, kontrak
yang telah disepakati, dan ketentuan lain yang disyaratkan;
4. Memberikan informasi untuk perencanaan dan penganggaran,
serta untuk memprediksi pengaruh pemilikan dan pembelanjaan
sumber daya ekonomi terhadap pencapaian tujuan operasional;
5. Memberikan informasi untuk mengevaluasi kinerja manajerial
dan organisasional:
(a) untuk menentukan biaya program, fungsi, dan
63
Akuntansi Sektor Publik
aktivitas sehingga memudahkan analisis dan melakukan
perbandingan dengan kriteria yang telah ditetapkan,
membandingkan dengan kinerja periode-periode sebelumnya,
dan dengan kinerja unit pemerintah lain;
(b) untuk mengevaluasi tingkat ekonomi dan efisiensi
operasi, program, aktivitas, dan fungsi tertentu di unit
pemerintah;
(c) untuk mengevaluasi hasil suatu program, aktivitas,
dan fungsi serta efektivitas terhadap pencapaian tujuan
dan target;
(d) untuk mengevaluasi tingkat pemerataan (equity).
64
Akuntansi Sektor Publik
VI. SISTEM AKUNTANSI PEMERINTAH PUSAT
A. Dasar Hukum
1. Keputusan Presiden RI No. 42 Tahun 2002 tentang
Pelaksanaan APBN
Menteri/Pimpinan Lembaga wajib menyelenggarakan
pertanggungjawaban penggunaan dana yang dikuasainya
berupa laporan realisasi anggaran dan neraca
departemen/lembaga bersangkutan kepada Presiden
melalui Menteri Keuangan.
Menteri/pimpinan
lembaga/gubernur/bupati/walikota/kepala satuan kerja
yang menggunakan dana bagian anggaran yang dikuasai
Menteri Keuangan wajib menyampaikan pertanggungjawaban
penggunaan dana kepada Menteri Keuangan c.q. Kepala
BAKUN.
2. Keputusan Menteri Keuangan No. 337/KMK.012/2003
Tanggal 18 Juli 2003 tentang Sistem Akuntansi dan
Laporan Keuangan Pemerintah Pusat
3. Keputusan Kepala Badan Akuntansi Keuangan Negara No.
KEP-16/AK/2004 tanggal 24 Juni 2004 tentang Pelaksanaan
Penyusunan Laporan Keuangan Kementerian Negara /Lembaga
Tahun Anggaran 2004
65
Akuntansi Sektor Publik
B. Tanggung Jawab Fungsi Akuntansi Departemen/Lembaga
1. Kakanwil mempunyai wewenang/tanggungjawab terhadap
akuntansi dan pelaporan keuangan yang meliputi seluruh
kantor dan proyek di wilayahnya
2. Sekjen, Dirjen dan Unit Eselon I lainnya mempunyai
wewenang/ tanggungjawab terhadap seluruh kantor dan
proyek dibawah kendalinya. Juga mempunyai tanggungjawab
untuk penyusunan laporan konsolidasi atas seluruh kantor
dan proyek yang di bawah kendali masing-masing Eselon I
dimaksud
3. Sekjen bertanggung jawab untuk menyiapkan laporan
keuangan konsolidasi untuk tingkat departemen/lembaga
C. Keluaran Sistem Akuntansi Menurut Pusat PertanggungJawaban
1. Pusat Pertanggungjawaban
* Seluruh Pemerintah Pusat
* Departemen/Lembaga
* Eselon I
* Propinsi
* Satuan Kerja
* Proyek
2. Penanggung Jawab
* Presiden
* Menteri/Ketua Lembaga
* Sekjen/Irjen/Dirjen/Kepala
* Kepala Kantor Wilayah
66
Akuntansi Sektor Publik
D. Unit Pelaksana SAPP
1. Departemen Keuangan
* BAKUN Pusat
* Kantor Akuntansi Regional
* Kantor Akuntansi Khusus
2. Departemen/Lembaga
* Unit Akuntansi Kantor Pusat Instansi (UAKPI)
* Unit Akuntansi Eselon I (UAE I)
* Unit Akuntansi Wilayah (UAW)
E. Laporan Departemen/Lembaga
1. Laporan Realisasi Anggaran
* Laporan Realisasi Anggaran bertujuan untuk
melaporkan Pelaksanaan anggaran selama periode
tertentu
* Laporan ini memperlihatkan perbandingan
realisasi belanja dengan allotment yang dirinci
menurut tujuan dan klasifikasi belanja atau
perbandingan realisasi pendapatan denganestimasi
pendapatan
2. Neraca
* Neraca bertujuan untuk melaporkan posisi
keuangan pada suatu tanggal tertentu
* Neraca menginformasikan saldo perkiraan
aset, hutang dan ekuitas dana pada akhir periode
pelaporan
67
Akuntansi Sektor Publik
F. Pemrosesan Data SAPP
1. Buku Besar
* Penerimaan/pengeluaran Anggaran
* Aktiva tetap
* Hutang Jangka Panjang
* Investasi Permanen
2. Laporan
* Laporan Realisasi Anggaran
* Laporan Bulanan Inventaris, Laporan Mutasi
Barang Triwulanan, Laporan Tahunan
* Laporan Hutang Jangka Panjang
* Laporan Investasi Permanen
3. Pelaksanaan Penyusunan Neraca Departemen/Lembaga
G. Waktu Penyampaian Laporan
1. Laporan Realisasi Anggaran dan Neraca , selambat-
lambatnya disampaikan ke BAKUN pada akhir bulan bulan
Maret tahun berikutnya.
68
Akuntansi Sektor Publik
VII. OTONOMI DAERAH dan PERIMBANGAN KEUANGAN PUSAT DAN DERAH
Pengantar
Diperkirakan penerapan kewenangan otonomi daerah baru
akan terlaksana pada tahun 2002 atau bahkan tahun berikutnya.
Perubahan ini sekaligus ditandai dengan pergantian
pemerintahan pada pemilu mendatang. Sudah menajdi persoalan
publik, perihal akan berlakunya pelaksanaan otonomi yang luas.
Berbagai tulisan mengenai tinjauan terhadap otonomi
daerah pernah dimuat pada edisi 17 dan 18 pada Buletin
Pengawasan ini. Namun yang patut disayangkan, tinjauan tentang
otonomi daerah tersebut masih mengacu pada UU yang lama, yakni
UU No. 5 tahun 1974 dan PP No. 45 tahun 1992. Padahal UU
tersebut kurang menyiratkan asas demokrasi dan jauh dari
rumusan mengenai kewenangan penyelenggaraan urusan
pemerintahan secara luas. Belum bersinggungan terhadap proses
perubahan urusan daerah masing-masing secara penuh dan
bertanggung jawab serta adanya proses reformasi yang tengah
berlangsung dalam rangka penyerahan urusan pemerintahan dan
pembangunan ke daerah masing-masing.
Oleh karena itu melalui tulisan ini, saya mencoba
mengetengahkan UU yang baru (No. 22/99 dan No. 25/99) tentang
Otonomi Daerah dan Perimbangan keuangan antara Pemerintah
Pusat dan Daerah sebagai tinjauan umum tentang otonomi daerah
yang dikehendaki oleh masyarakat dan pemerintah daerah, juga
mencoba mencari solusi dan visi kewenangan otonomi daerah
sebagai upaya membangun paradigma baru otonomi yang luas.
69
Akuntansi Sektor Publik
Sebagaimana dimaksud dalam Undang-Undang Nomr 22/1999,
otonomi daerah akan diimplementasikan ke daerah. Bahkan dengan
adanya perubahan tahun anggaran yang akan dimulai 1 Januari
2001 mendatang, sangat mungkin implementasi tersebut juga
dipercepat, karena idealnya tahun anggaran 2001 harus sudah
ditopang oleh kewenangan-kewenangan serta struktur
organisasi/kelembagaan baru yang harus disesuaikan dengan
paradigma baru otonomi.
Pada pasal 11 UU no. 22/1999 yang mengatur tentang (1)
Kewenangan daerah kabupaten/kotamadya mencakup semua
kewenangan yang dikecualikan pasal 7 ayat (2). Substansi
kewenangan daerah khususnya kabupaten/ kotamadya yang selama
ini diketahui, keculai kewenangan dalam bidang politik luar
negeri, Pertahanan dan keamanan, peradilan, moneter, fiskal
serta agama sebagai diatur pada Peraturan Pemerintah (PP) yang
menjabarkan pasal 7 ayat (2) dan pasal 9 yang saat ini sedang
dimantapkan di pusat (disosialisasikan ke daerah).
Pada pasal 11 ayat (2) bidang pemerintahan yang wajib
dilaksanakan oleh daerah kabupaten/kotamadya meliputi
pekerjaan umum (sekarang kimbangwil), kesehatan, pendidikan
dan kebudayaan, pertanian, perhubungan, industri dan
perdagangan, penanaman modal, lingkungan hidup, pertanahan,
koperasi dan tenaga kerja.
Sedangkan Undang-Undang Nomor 25/1999 tentang perimbangan
keuangan antara pemerintah pusat dan daerah sampai saat ini
belum jelas seperti apa penjabarannya ke dalam PP. Yang jelas,
saat ini pemerintah daerah sangat berharap agar pendelegasian
70
Akuntansi Sektor Publik
kewenangan dalam bidang keuangan yang juga sedang dirumuskan
di Pusat, harus memberi kesempatan pada daerah untuk secara
aktif dan kreatif serta bertanggung jawab mengembangkan
potensi daerahnya. Memang, pada saat ini untuk sementara masih
berlaku UU no. 18 tahun 1997 tentang Pajak dan Restribusi
Daerah yang justru sangat membatasi kewenangan daerah.
Pendelegasian Kewenangan
Uraian mengenai pengertian dan visi dari pendelegasian
kewenangan dalam otonomi daerah sebagai perwujudan dalam upaya
membangun paradigma baru otonomi dapat dijelaskan sebagai
berikut :
Pertama
Pendelegasian kewenangan pengelolaan keuangan.
Pendelegasian kewenangan ini menyangkut khususnya pada
pembagian keuangan pusat-daerah berdasarkan UU no. 25/1999
menurut pandangan daerah. Bagi kabupaten/kotamadya yang
memiliki sumber minyak bumi, gas, kehutanan, pertambangan umum
maupun perikanan yang berdasarkan formula baru akan menerima
lebih banyak dari pusat, serta harus segera menyiapkan program
belanja yang benar-benar berorientasi pada peningkatan
kesejahteraan rakyat daerah sesuai tuntutan otonomi. Di lain
pihak, pemerintah pusat/propinsi harus mampu menyediakan dana
alokasi khusus untuk menghindari ketimpangan penerimaan antar
kabupaten/kotamadya di satu propinsi antara lain karena tidak
meratanya ketersediaan sumber-sumber alam atau potensi
lainnya. Sebaliknya, bagi daerah yang tidak memiliki sumber
71
Akuntansi Sektor Publik
alam sebagaimana dimaksud UU No. 25/1999, maka untuk menjaga
tingkat kesejahteraan yang sudah dicapai sampai saat ini,
sebaiknya menerima alokasi bantuan/subsidi yang minimal sama
dengan sebelum diberlakukannya sistem alokasi baru nanti. Di
sisi lain, kewenangan mengatur yang berkaitan dengan kebijakan
atas perencanaan dan pelaksanaan program/proyek/kegiatan yang
bersumber dana dari bantuan pusat/propinsi harus didelegasikan
sepenuhnya kepada kabupaten/kotamadya. Artinya tidak perlu ada
lagi mekanisme semacam rapat teknis yang hanya menambah tenaga
hierarki dan pendanaan.
Kedua
Pendelegasian kewenangan politik. Mekanisme Pendelegasian
kewenangan politik yang berlaku efektif pada saat dan setelah
pelaksanaan Pemilu 1999 yang lalu, telah mencapai suatu
perkembangan yang sangat signifikan dibanding bidang-bidang
lainnya. Pelimpahan kekuasaan politik kepada daerah, di
samping telah memberdayakan peran DPRDnya, juga secara pasti
sedang mengarah pada terwujudnya sistem check and balance
dalam sistem kekuasaan di daerah. Bahkan dalam hal-hal
tertentu, implementasi kewenangan politik sudah berkembang
jauh melampaui batas-batas etika dan bahkan terkadang
berbenturan dengan fungsi birokrasi. Kondisi ini terjadi
dimungkinkan karena :
1. Terputusnya hierarki kewenangan pusat dan propinsi atas
sistem politik di kab/kota. Dengan demikian perlu diimbangi
dengan tumbuhnya peran kontrol masyarakat (internal
72
Akuntansi Sektor Publik
control) kepada DPRDnya, agar dalam menjalankan fungsi
kontrolnya yang ketat kepada eksekutif dan perlu diimbangi
pula adanya kontrol masyarakat atas perilaku politiknya.
Dengan kedudukan yang sejajar bahwa DPRD merupakan mitra
bagi pemerintah daerah, maka fungsi kontrol dapat
dilaksanakan secara efektif.
Pemilu tahun 1999 yang menghasilkan DPRD yang
representatif telah mewakili politik rakyat daerah,
sehingga memiliki kewenangan politik yang sangat otonom.
Dalam konteks otonomi daerah, kekuasaan politik yang
dimiliki DPRD tersebut didukung oleh kedudukan dan fungsi
legislatif yang terpisah dari eksekutif. DPRD sebagai badan
legislatif daerah berkedudukan sejajar dan menjadi mitra
dari pemerintah daerah (pasal 16 ayat 2 UU no. 22/99).
Kewenangan dalam politik yang demikian independen di
daerah, nampaknya tidak memungkinkan lagi terbukanya
peluang intervensi kepentingan pusat atau propinsi dalam
proses maupun keputusan politik di daerah, termasuk dalam
proses
2. pemilihan kepala daerah (Gubernur/ Walikota/Bupati). Dengan
demikian, dengan melalui pendelegasian kewenangan politik
ini sebagai upaya membangun paradigma baru otonomi,
diharapkan masalah calon titipan atau pendamping dari pusat
yang selama ini selalu menyertai dalam pemilihan Kepala
daerah hanya tinggal cerita.
3. Adanya kewajiban bagi Gubernur, Walikota dan Bupati untuk
menyampaikan pertanggungjawaban pada setiap akhir tahun
73
Akuntansi Sektor Publik
anggaran akan memperkuat posisi politik DPRD dalam
melaksanakan fungsi kontrolnya. Sehingga, pihak eksekutif
akan bekerja keras untuk tidak melakukan kesalahan sekecil
apapun dalam melaksanakan tugasnya.
4. Dalam rangka menuju bangsa yang demokratis seperti yang
tersirat dalam UU no. 22/99 ini, kadangkala sering muncul
berbagai kasus yang terkesan keluar dari nilai-nilai
demokrasi yang universal seperti isu politik uang atau
sejenisnya di daerah. Mudah-mudahan itu hanya merupakan
dampak dari keterkejutan sesaat atas terjadinya perubahan
yang drastis dan global dalam sistem politik. Pada saatnya
akuntabilitas publik dari para aktor politik maupun para
birokrat akan menjadi syarat utama yang dituntut masyarakat.
Ketiga
Pendelegasian kewenangan urusan daerah. Dalam konteks UU
No. 22/99 pada prinsipnya bukan merupakan sesuatu yang
didelegasikan dari atas seperti pada pemerintahan orde lalu,
melainkan lebih sebagai tuntutan dari bawah sesuai dengan
kebutuhan masyarakat daerah. Yang menjadi pertanyaan, apakah
benar akan demikian kenyataannya pada saat nanti? Hal ini
perlu dibuktikan dan sangat tergantung pada substansi
peraturan pemerintah yang mengatur kewenangan pemerintah dan
propinsi yang rencananya akan dikeluarkan pada bulan (Juli
2000).
Seperti yang telah kita ketahui, berdasarkan rancangan PP
yang sedang disosialisasikan ke daerah, yang pada dasarnya
merupakan penjabaran lebih lanjut dari pasal 7 dan 9 UU
74
Akuntansi Sektor Publik
No.22/99 di dalamnya mengatur 26 bidang kewenangan pusat dan
propinsi yang mencakup 426 urusan yang masih menjadi
kewenangan pusat dari 203 urusan yang menjadi kewenangan
propinsi. Oleh karena itu, diharapkan urusan-urusan yang dalam
PP dirancang masih menjadi kewenangan pusat atau propinsi
tersebut diharapkan tidak menyimpang (meskipun) melalui
berbagai cara apapun) dari maksud otonomi luas dari UU no.
22/99 ini. Sedangkan di luar kewenangan pusat sebagaimana
ditetapkan dalam pasal 7 ayat 1 maupun kewenangan propinsi
sebagaimana ditetapkan dalam pasal 9 ayat 1 adalah merupakan
kewenangan kab/kota sebagai daerah otonom untuk mengatur
(legislasi) dan kewenangan untuk mengurusi (eksekusi). Sebagai
upaya mengaktualisasikan mengatur (fungsi legislatif),
khususnya dalam menyusun, menetapkan dan mensahkan peraturan
daerah sejak diberlakukan UU no. 22/99, kewenangan mulai ada
pada daerah. Banyak kebijakan bisa diputuskan dengan cepat dan
memungkinkan pelayanan berjalan dengan lebih baik, jika
dimilikinya kewenangan mengatur oleh daerah khususnya
kabupaten/kotamadya. Sedangkan upaya untuk mengaktualisasikan
kewenangan mengurus, tentu akan terkait langsung dengan urusan
yang benar-benar dibutuhkan oleh daerah dan tidak termasuk ke
dalam urusan propinsi atau pusat berdasarkan PP. Sehingga
diharapkan dengan paradigma baru bahwa urusan daerah merupakan
sesuatu yang harus lahir dari bawah, maka daerah akan menata
ulang kelembagaan maupun SDMnya segera setelah PP tersebut
ditetapkan. Seperti Badan/Dinas/Bagian yang ada saat ini akan
disesuaikan dengan urusan yang wajib dilaksanakan berdasarkan
75
Akuntansi Sektor Publik
UU No. 22/99 (pasal 11) maupun urusan yang harus dilakukan
sesuai dengan tuntutan nyata daerah. Dengan demikian, akan
lebih bijaksana apabila makna otonomi luas dapat diartikan
sebagai kebebasan yang bertanggung jawab untuk memilih dan
menentukan urusan sesuai kebutuhan daerah dan dalam batas-
batas kemampuan anggaran yang tersedia untuk membiayainya.
Selanjutnya, otonomi yang luas tidak diartikan bebas semaunya
dan dengan begitu maka daerah akan selalu mempertimbangkan
bukan hanya soal banyak atau sedikitnya urusan yang ditangani,
tetapi lebih kepada manfaat (benefit) yang diperoleh bagi
masyarakat daerah tersebut. Diharapkan dari sini akan lahir
dan terbangun akuntabilitas publik dalam penyelenggaraan
pemerintahan daerah.
Kesiapan Daerah untuk Otonomi
Kesiapan daerah untuk melaksanakan otonomi di samping karena
memadainya kewenangan otonom yang dimiliki, juga harus
didasarkan pada suatu keyakinan bahwa pelayanan yang dilakukan
oleh lembaga yang terdesentralisasi adalah lebih baik daripada
yang tersentralisasi. Pada akhirnya, untuk melaksanakan
otonomi, perlu ada sikap konsistensi dari substansi peraturan
pemerintah yang mengatur pelaksanaan lebih lanjut UU No. 22/99
dan UU No.25/99. Di pihak lain, segi materi (keuangan) memang
sangat penting, tetapi bukan segalanya dalam mengatur
pemerintahan. Karena yang lebih penting lagi adalah
diberikannya kebebasan kewenangan untuk mengatur dan mengurus
fungsi-fungsi pemerintahannya yang sebenarnya sudah menjadi
76
Akuntansi Sektor Publik
hak atau milik daerah sejak lama. Yang terpenting lagi,
masyarakat daerah harus mampu bersikap kritis dan berani
menyatakan hal yang benar bila para politikus (DPRD) dan
birokrat menyimpang dari rel yang benar. Karena tanpa dukungan
dari masyarakat daerah tersebut, membangun visi otonomi daerah
yang diinginkan oleh bangsa ini sulit akan diwujudkan.
77
Akuntansi Sektor Publik
VIII. PRAKTEK AKUNTANSI KEUANGAN DAERAH DALAM PRESPEKTIF
PARADIGMA BARU PENGELOLAAN KEUANGAN SEKTOR PUBLIK
A. PENDAHULUANDokumen Akumtansi merupakan sumber utama untuk pencatatan
ke dalam jurnal dan buku pembantu. Karena akuntansi hanya
mencatat objek yang timbul akibat transaksi yang sah maka
tidak ada transaksi tanpa bukti transaksi. Adanya bukti
transasksi inilah yang memicu pencatatan akuntansi. Setiap
transaksi merupakan sumber utama untuk pencatatan ke dalam
jurnal dan buku pembantu. Setiap transaksi harus disertai
dengan dokumen atau bukti transaksi yang sah.
Dokumen transaksi terdiri atas:
1. Bukti Penerimaan Kas
Bukti Penerimaan Kas merupakan semua dokumen yang menjadi
bukti adanya penerimaan kas oleh daerah dan menjadi
sumber bagi pencatatan ke dalam jurnal penerimnaan kas.
Bukti penerimaan kas dapat berupa:
a. Surat Tanda Setoran
b. Tanda Bukti Penerimaan
c. Rekap Penerimaan Hariian
d. Dst sesuai dengan kebijakan yang ada di daerah
2. Bukti Pengeluaran Kas
Bukti Pengeluaran Kas merupakan semua dokumen yang
menjadi bukti adanya pengeluaran kas oleh daerah dan
menjadi sumber bagi pencatatan ke dalam jurnal
pengeluaran kas. Bukti pengeluaran kas dapat berupa:
78
Akuntansi Sektor Publik
a. Surat Permintaan Pembayaran (SPP)
b. Surat Perintah Membayar (SPM)
c. Surat Pertanggungjawaban (SPJ)
d. Tanda Bukti Pengeluaran
e. Dst sesuai dengan kebijakan yang ada di daerah
3. Bukti Memorial
Bukti Memorial merupakan bukti pencatatan pada Jurnal
Umum
B. CATATAN AKUNTANSICatatan akuntansi merupakan bagian dari siklus akuntansi
keuangan daerah. Catatan akuntansi tersebut digunakan untuk
mencatat segala macam transaksi yang terjadi di lingkungan
Pemerintah Daerah. Pencatatan dilakukan dengan sistem double
entry berdasarkan basis Kas Modifikasian. Sistem double entry
menggantikan sistem single entry.
Sistem singe entry ditinggalkan karena
1. Single entry tidak dapat memberikan informasi yang
komprehensif
2. Tidak dapat mencerminkan kinerja yang sesungguhnya
3. Single entry telah ditinggalkan oleh banyak negar-negara
maju.
Sistem double entry merupakan sistem pembukuan berpasangan,
dimana dalam setiap pencatatan transaksi maka kita akan
mencatat dua hal yang terpengaruh dengan adanya transaksi
tersebut. Pencatatan ini dikenal dengan sistem debit-kredit.
79
Akuntansi Sektor Publik
Sistem double entry digunakan sebab memiliki keuntungan
1. Sistem double entry dapat menghasilkan laporan keuangan yang
lebih mudah diaudit dan penelusuran antara bukti transaksi,
catatan, dan keberadaan kekayaan, utang, dan ekuitas
organisasi
2. Pengukuran kinerja dapat dilakukan secara lebih
komprehensif.
Sedangkan basis kas modifikasian berarti pencatatan hanya
dilakukan hanya terhadap transaksi yang melibatkan kas,
sedangkan transaksi yang tidak ada penerimaan atau pengeluaran
kas dicatat diakhir periode dalam jurnal penyesuaian. Dengan
basis kas modifikasian, pencatatan anggaran menggunakan basis
kas, sedangkan untuk menghasilkan laporan neraca di akhir
periode akuntansi digunakan basis akrual.
C. ATURAN DEBIT-KREDIT
Dalam sistem pembukuan berpasangan dikenal aturan debit-
kredit. Aturan tersebut adalah sebagai berikut:
80
Akuntansi Sektor Publik
Jenis Rekening Bertambah BerkurangAktiva D KUtang K DModal K DPendapatan K DBiaya D K
Klasifikasi rekening diatas adalah untuk rekening umum
yang terdapat dalam neraca. Sedangkan untuk aturan debit-
kredit dalam struktur APBD yang baru adalah sebagai berikut:
Struktur APBD Bertambah BerkurangPendapatan K DBelanja D KPembiayaan
Penerimaan Derah
Pengeluaran Daerah
K
K
D
D
D
K
Berikut ini adalah langkah-langkah yang harus dilakukan utnuk
melakukan pencatatan:
a. Analisis transaksi
b. Pencatatan dalam Jurnal
c. Peringkasan (posting ke Buku Besar)
d. Perincian ke dalam buku pembantu
e. Laporan Keuangan
Data yang terdapat dalam buku besar dan buku pembantu menjadi
sumber untuk membuat laporan keuangan.
Dengan adanya pencatatan dengan sistem double entry
tersebut, maka sangat tidak efisien untuk mencatat transaksi
81
Akuntansi Sektor Publik
yang berulang kali. Sehingga dibuat jurnal khusus yang
digunakan untuk mencatat transaksi yang terjadi berulang-ulang
dengan tujuan mengurangi pekerjaan dalam membuat jurnal dan
akan memudahkan pembukuan ke rekening-rekening.
Catatan akuntansi terdiri dari beberapa macam jurnal, yaitu:
a. Jurnal Penerimaan Kas
Buku Jurnal Penerimaan Kas merupakan buku yang digunakan
untuk mencatat dan mengolongkan transaksi atau kejadian
yang mengakibatkan terjadinya penerimaan kas. Contohnya
adalah penerimaan kas dari pinjaman.
Data yang dicatat dan digolongkan dalam buku jurnal
ini adalah:
1. Tanggal transaksi atau kejadian keuangan, dicatat
secara urut tanggal (kronologis)
2. Jurnal Kas yang diterima, dalam bentuk uang, bukan
barang
3. Obyek Penerimaan kas, yaitu obyek yang menyebabkan
terjadinya penerimaan kas
Jurnal Standar
Transaksi atau kejadian yang mengakibatkan penerimaan kas
umumnya berupa:
1. Penerimaan Kas dari pendapatan asli daerah
2. Penerimaan Kas dari penerimaan dana perimbangan
3. Penerimaan Kas dari lain-lain pendapatan yang sah
4. Penerimaan Kas dari pinjaman
82
Akuntansi Sektor Publik
5. Penerimaan Kas dari tagihan piutang
Untuk mencatat dan menggolongkan transaksi kejadian
tersebut, jurnal standar penerimaan kas adalah:
Debit : Kas
Kredit : Pendapatan Asli Daerah (ditulis nama
obyek)
Pendapatan Dana Perimbangan (ditulis nama
obyek)
Lain-lain Pendapatan yang Sah (ditulis nama
obyek)
Pembiayaan – Penerimaan Pinjaman (ditulis
nama obyek)
Pembiayaan – Penerimaan Piutang (ditulis nama
obyek)
b. Jurnal Pengeluaran Kas
Jurnal Pengeluaran Kas memberikan makna bahwa kas
dikredit dan rekening yang terdapat dalam jurnal
pengeluaran kas pada tanggal terjadinya transaksi. Buku
Jurnal Pengeluaran Kas merupakan buku yang digunakan
untuk mencatat dan menggolongkan transaksi atau kejadian
yang mengakibatkan terjadinya pengeluaran kas, misalnya
adalah pengeluaran kas untuk belanja.
Seperti halnya Jurnal Penerimaan Kas, transaksi
pengeluaran kas juga terjadi berulangkali. Data yang
dicatat dan digolongkan dalam buku jurnal ini minimal
adalah:
1) Tanggal Transaksi atau Kejadian Keuangan
83
Akuntansi Sektor Publik
2) Jumlah Kas yang Diterima
3) Obyek Pengeluaran Kas
Jurnal Standar
Transaksi atau kejadian yang mengakibatkan pengeluaran
kas antara lain:
1. Pengeluaran Kas untuk belanja adminstrasi umum
2. Pengeluaran Kas untuk belanja operasi
3. Pengeluaran Kas untuk belanja modal aparatur
4. Pengeluaran Kas untuk belanja modal publik
5. Pengeluaran Kas untuk belanja transfer
6. Pengeluaran Kas untuk belanja tidak tersangka
7. Pengeluaran Kas untuk pembayaran hutang pokok
8. Pengeluaran Kas untuk penyertaan modal
Untuk mencatat dan menggolongkan transaksi atau kejadian
tersebut, Jurnal Standar Pengeluaran Kas adalah:
Debit : Belanja Administrasi Umum ( ditulis nama
obyek)
Belanja Operasi dan Pemeliharaan ( ditulis nama
obyek)
Belanja Modal aparatur ( ditulis nama obyek)
Belanja modal Publik ( ditulis nama obyek)
Belanja Transfer ( ditulis nama obyek)
Belanja Tdak Tersangka ( ditulis nama obyek)
Pembiayaan – Pembayaran Hutang ( ditulis nama
obyek)
Pembiayaan – Penyertaan Modal ( ditulis nama
obyek)
84
Akuntansi Sektor Publik
Kredit : Kas
c. Jurnal Umum
Kedua jurnal diatas merupakan jurnal yang digunakan
hanya untuk transaksi yang melibatkan Kas Daearah. Untuk
transaksi yang tidak melibatkan Kas Daerah, dicatat dalam
satu buku jurnal yang lain yaitu Buku Jurnal Umum.
Buku Jurnal Umum merupakan buku yang digunakan untuk
mencatat dan menggolongkan transaksi atau kejadian yang
tidak mengakibatkan terjadinya penerimaan dan pengeluaran
kas. Misalnya adalah donasi berupa aktiva tetap, dan
pembelian barang secara kredit.
Data yang dicatat dan digolongkan dalam buku jurnal
ini minimal adalah:
Tanggal Transaksi atau Kejadian Keuangan
Kode Rekening
Uraian
Jumlah Debit
Jumlah Kredit
Disamping itu, buku jurnal umum dapat dirancang utnuk
menampung data lain sesuai dengan kebutuhan.
Sedangkan untuk penggolangan dan perincian transaki
digunakan 2 buku, yaitu:
A. Buku Besar
Transaksi yang telah dicatat dalam buku jurnal
kemudian akan diringkas dalam buku besar. Proses
85
Akuntansi Sektor Publik
peringkasan atau pemindahan akun/ rekening ke buku besar
disebut dengan posting.
Buku besar pada dasarnya terdiri dari sekumpulan
rekening yang digunakan untuk menmpung nama rekening yang
telah dicatat dan digolongkan dalam Buku Jurnal. Jenis
dan macam buku besar menyesuaikan dengan kelompok
rekening dalam struktur APBD yang baru, yaitu:
1. Buku Besar Pendapatan
Buku Besar Pendapatan memuat rekening-rekening
pendapatan. Selanjutnya dirinci lagi sesuai dengan
komponen yang menyusun rekening pendapatan yaitu:
a. Pendapatan Asli Daerah
Termasuk dalam buku besar kelompok Pendapatan Asli
daerah adalah:
1) buku besar Pajak Hotel
2) buku besar Pajak Restoran
3) buku besar Retribusi Pelayanan Kesahatan
4) buku besar Pelayanan Parkir
b. Dana Perimbangan
1) buku besar bagi Hasil Pajak
2) buku besar Bagi Hasil Bukan Pajak
c. Lain-lain Pendapatan yang Sah
a. buku besar Bantuan Dana Kontinjensi
b. buku besar Dana Darurat
2. Buku Besar Belanja
Buku besar ini mencakup rekening-rekening belanja
daerah, yaitu:
86
Akuntansi Sektor Publik
a. Buku Besar Belanja Administrasi Umum, contoh Gaji
dan Tunjangan
b. Buku Besar Belanja Operasi dan Pemeliharaan, contoh
Honorarium/ Upah
c. Buku Besar Belanja Modal/Pembangunan, contohnya
Belanja Modal Gedung, Belanja Modal Kendaraan
d. Buku Besar Belanja Bagi Hasil dan Bantuan
e. Buku Besar Belanja Tidak Tersangka
3. Buku Besar Pembiayaan
Buku besar pembiayaan memuat ringkasan rekening-
rekening pembiayaan yang dilakukan oleh daerah, baik
pembiayaan dari penerimaan maupun pengeluaran daerah.
Jenisnya antara lain: Buku Besar Pembiayaan-
Penerimaan Piutang dan Buku Besar Pembiayaan-Pembayaran
Utang Pokok yang Jatuh Tempo
4. Buku Besar Aktiva
Termasuk jenis buku besar aktiva adalah:
a. Buku Besar Aktiva Lancar, terdiri dari BB Kas, BB
Piutang Pajak, BB Piutang Retribusi
b. Buku Besar Investasi Jangka Panjang, terdiri atas BB
Invesatasi dalam Saham
c. Buku Besar Aktiva Tetap, terdiri atas: BB Tanah, BB
Jalan dan Jembatan
d. Buku Besar Dana Cadangan
e. Buku Besar Aktiva Lain-lain
5. Buku Besar Utang
87
Akuntansi Sektor Publik
Jenis dan Klasifikasi buku besar utang sesuai dengan
jenis utang dan kondisi daerah masing-masing.
Contohnya adalah Buku Besar Utang Lancar (BB Utang
Belanja, BB Utang Pajak) dan Buku Besar Utang Jangka
Panjang (BB Utang Dalam Negeri)
6. Buku Besar Ekuitas Dana
Jenis dan klasifiasi buku besar tersebut disesuaikan
dengan daerah masing-masing, misalnya:
a. buku besar Ekuitas dana Umum
b. buku besar Dana Donasi
Berikut adalah Langkah-langkah yang harus dilakukan sewaktu
pemindahbukuan jurnal (posting) dari buku jurnal ke buku
besar.
1. Masukkan tanggal setiap transaksi pada kolom tanggal
2. Masukkan jumlah setiap transaksi pada kolom yang sesuai,
debit atau kredit dan masukkan saldo baru pada kolom
saldo, secar kumulatif
3. Kolom Ref pada Jurnal Penerimaan dan Pengeluaran serta
jurnal umum diberikan tanda (V) atau check sebagai tanda
bahwa transaksi atau jurnal tersebut telah diposting ke
buku besar.
7. Buku Besar Pembantu
Rekening –rekening yang terdapat dalam buku besar
dapat dibedakan atas rekening yang tidak membutuhkan
88
Akuntansi Sektor Publik
perincian dan rekening yang membutuhkan perincian. Untuk
rekening yang memerlukan perincian lebih lanjut dan
dicatat dalam buku pembantu.
Buku besar pembantu merupakan catatan akuntansi yang
fungsinya memberikan informasi rinci dari suatu rekening
yang diringkas dalam Buku Besar. Sumber pencatatan ke
buku buku pembantu adalah dokumen atau bukti transaksi.
Contoh rekening-rekening dalam buku besar yang memerlukan
Buku Besar Pembantu adalah: Piutang, persediaan,
Investasi Jangka Panjang, Aktiva Tetap, dan Hutang.
8. Contoh Pencatatan Akuantansi Keuangan Daerah
Berikut ini adalah neraca awal (neraca Saldo) dan APBDsuatu Kabupaten:
PEMERINTAH KABUPATEN/KOTA XN E R A C A1 Januari Tahun 20x4
URAIAN DEBET KREDITAKTIVA LANCAR
Kas1.250.000,0
0 Piutang Pajak 125.000,00 Piutang Retribusi 75.000,00 Piutang Lain-Lain 35.000,00
89
Akuntansi Sektor Publik
Persediaan Bahan Habis Pakai/Material 100.000,00 Persediaan Obat-Obatan 110.500,00 Belanja Dibayar Dimuka INVESTASI JANGKA PANJANG Investasi Jangka Panjang 500.000,00 AKTIVA TETAP
Tanah4.250.000,0
0
Jalan dan Jembatan1.975.000,0
0 Bangunan Air 800.500,00
Gedung3.750.000,0
0 Mesin dan Peralatan 550.000,00
Kendaraan2.600.000,0
0 Meubelair dan Perlengkapan 975.000,00 Buku Perpustakaan 490.500,00 HUTANG JANGKA PENDEK Bagian Lancar Utang Jangka Panjang 200.000,00Utang Perhitungan Pihak Ketiga 750.000,00UTANG JANGKA PANJANG Utang Dalam Negeri Utang Luar Negeri 2.800.000,00EKUITAS DANA Ekuitas Dana Umum 13.836.500,00
Jumlah 17.586.500,
00 17.586.500,00
90
Akuntansi Sektor Publik
Berikut ini adalah transaksi-transaksi yang terjadi di PemKabX selama tahun 2004:
1. Diterbitkan SKPD atas Pajak Hotel sebesar Rp1.600.000,00, tetapi baru diterima sebesar Rp1.475.000,00 dengan rincian sebagai berikut:
Nama Hotel SKPD RealisasiHotel BintangLima
1.000.000 900.000
Hotel BintangTiga
500.000 475.000
Hotel Melati 100.000 100.000Jumlah 1.600.000 1.475.000
2. Retribusi Pasar yang diterima sebesar Rp 825.500,00dengan rincian sebagai berikut:
Nama Pasar Penerimaan RetribusiPasar APasar BPasar C
400.000200.000225.500
3. DAU yang diterima realisasinya sebesar Rp 850.000,000,,
4. Bagi Hasil Pajak yang direalisasikan sebesar Rp440.000,00 yang terdiri atas PBB sebesar Rp 200.000,-,PPh psl 21 sebesar Rp 150.000,- dan BPHTB sebesar Rp90.000,-.
5. Laba BUMD yang diterima sebesar Rp 300.000,- terdiriatas PDAM sebesar Rp 200.000,- dan BPD sebesar Rp100.000,-.
6. Membayar biaya perjalanan dinas bupati sebesar Rp280.500,-. Dari dana tersebut telah dipertanggungjawabkansebesar Rp 270.500,-.
7. Bagi Hasil pajak Propinsi yang diterima adalahRp.700.000,-
8. Belanja Pegawai (BAU) Aparatur Daerah Rp 445.500,- danPelayanan Publik Rp 260.000,- Rincian dari jumlah diatas yaitu sebagai berikut:
92
Akuntansi Sektor Publik
a. Membayar Gaji dan Tunjangan PegawaiSetda sejumlah Rp 445.500,- dengan rincian sebagaiberikut:Gaji Pokok Rp 300.000Tunjangan Jabatan Rp 100.000Tunjangan Fungsional Rp 45.500
b. Membayar Gaji dan Tunjangan Pegawaiuntuk Kampaye Anti Narkoba sejumlah Rp 260.000,-dengan rincian sebagai berikut:Uang representasi Rp 100.000Tunjangan Komisi Rp 100.000Tunjangan Panitia Rp 60.000
9. Membeli BHP kantor Setda sebesar Rp 200.000,- darikontrak sebesar Rp 295.000,-.
10. Belanja Pemeliharaan gedung kantor Setda sebesar Rp125.000,- dengan perincian sebagai berikut:
Biaya pemeliharaan bangunan gedung tempat kerja Rp75.000,-
Biaya pemeliharaan bangunan gedung tempat tinggal Rp50.000,-
11. Membayar Belanja Modal untuk kendaraan roda empatsebagai berikut:
A. Bagian Aparatur DaerahBidang/sektor
Kontrak Anggaran SPJ/Dibayarkan
Pertanian 200.000 200.000 185.000Industri&Perdag
180.000 175.000 162.000
PekerjaanUmum
120.000 125.000 120.000
Jumlah 500.000 500.000 467.000
B. Bagian Pelayanan PublikBidang/sektor
Kontrak Anggaran SPJ/Dibayarkan
Pariwisata 99.000 100.000 80.000
93
Akuntansi Sektor Publik
Kesehatan 250.000 250.000 247.500Tata Ruang 145.000 150.000 145.000Jumlah 494.500 500.000 472.500
12. Membayar Biaya Operasional dan Pemeliharaan (BOP)yang terjadi di Setda sebagai berikut;a. Honorarium/upah Rp 200.000,-b. Biaya Cetak/Penggandaan Rp 149.000.-c. Biaya Perjalanan Dinas dalam Kota Rp 120.500,-d. Biaya Pemeliharaan alat-alat angkutan Rp 174.500,-
13. Membayar biaya bahan habis pakai untuk pelayananpublik sebesar Rp 100.000,- dari nilai kontrak sebesar Rp125.000,-
14. Biaya perjalanan dinas luar kota untuk pelayananpublik sebesar Rp 155.000,-
15. Belanja Operasional dan Pemeliharaan (BOP) untukpelayanan publik adalah sebagai berikut:a. Gaji dan Tunjangan Rp 199.000,-b. Biaya makan dan minum Rp 150.000,-c. Biaya Perjalanan dinas Rp 125.000,-d. Biaya Pemeliharaan Instalasi Rp 74.000,-
16. Biaya bantuan korban banjir dan kebakaran Rp200.000,-
17. Diterima dari Pemerintah Pusat Rp 250.000,- dari IHHyang tidak dianggarkan.
18. Bayar Utang jangka panjang yang telah jatuh temposebesar Rp 200.000,-
19. Pinjaman diperoleh dari BPD sebesar Rp 150.000,-20. Menerima Dana dari Penjualan Obligasi PemKab X Rp
124.500,-21. Dibayarkan biaya sosialisasi akuntansi keuangan
daerah untuk pelaksanaan Kepmendagri No. 29/2002 (tidakdianggarkan) sebesar Rp 50.000,-
Diminta:Diasumsikan bahwa Anda bekerja di bagian Sub. Bag Pembukuan.Bagaimanakah pencatatan transaksi-transaksi di atas denganmenggunakan sistem double entry dengan sistem pencatatan kasmodifikasian dengan mengerjakan tahapan pekerjaan sebagaiberikut:
94
Akuntansi Sektor Publik
a. Analisislah transaksi di atas dan bukukanlah ke dalambuku Jurnal Penerimaan Kas, Jurnal Pengeluaran Kas, danJurnal Umum.
b. Postinglah ke Buku Besar sesuai dengan akunnya masing-masing.
c. Buatlah Neraca Saldo.d. Buatlah Laporan Keuangan Daerah yang terdiri dari:
1. Laporan Perhitungan APBD2. Laporan Aliran Kas.3. Neraca Daerah.
Data Tambahan Untuk Jurnal Penyesuaian1. Persediaan Obat-obatan yang terpakai sebesar Rp 50.500,-
(BOP PP).2. Persediaan Bahan Habis Pakai yang tersisa Rp 25.000 (BAU
AD).
Informasi Untuk Penutupan Buku Akhir Tahun Anggaran1. Penutupan saldo seluruh rekening Pendapatan dan saldo
seluruh rekening Belanja (Kecuali Belanja Modal) ke rekening Surplus/Defisit
2. Penutupan rekening Surplus/Defisit ke rekening Ekuitas Dana Umum
3. Penutupan elemen Pembiayaan yang digunakan untuk mengalokasikan surplus atau menutup defisit dalam Perhitungan APBD ke rekening Ekuitas Dana Umum (Kecuali elemen Pembiayaan berupa Tranfer dari Dana Cadangan dan Transfer ke Dana Cadangan ditutup ke rekening Ekuitas Dana Dicadangkan).
Berdasarkan Soal tersebut, maka pencatatan transaksi adalahsbb:
JURNAL PENERIMAAN KAS( Dalam Jutaan Rupiah )
Tanggal Kode.Rek Uraian Re
fJumlah Akumulasi( Rp) ( Rp)
Transaksi
11.XX.XXXX.1.1.01 Pendapatan Pajak Hotel V
1.475.000,00
1.475.000,00
2 1.XX.XXXX.1.2. Pendapatan Retribusi V 825.500,0 2.300.500,0
95
Akuntansi Sektor Publik
08 Pelayanan Pasar 0 0
31.XX.XXXX.2.2.01
Pendapatan Dana Alokasi Umum V
850.000,00
3.150.500,00
41.XX.XXXX.2.1.01 Pendapatan Bagi Hasil Pajak V
440.000,00
3.590.500,00
51.XX.XXXX.1.3.01 Bagian Laba Perusda V
300.000,00
3.890.500,00
71.XX.XXXX. 2.4.01 Bagi Hasil Pajak Propinsi V
700.000,00
4.590.500,00
171.XX.XXXX. 2.1.02
Bagi Hasil Bukan Pajak/Sumber Daya Alam V
250.000,00
4.840.500,00
19 3.XX.XXXX.1.3Pembiayaan - Penerimaan Pinjaman V
150.000,00
4.990.500,00
20 3.XX.XXXX.1.3Pembiayaan - Penerimaan Pinjaman V
124.500,00
5.115.000,00
PEMERINTAH KABUPATEN/KOTA XJURNAL PENGELUARAN KAS
( Dalam jutaan )
Tanggal Kode.Rek Uraian Re
f JumlahAkumula
si( Rp) ( Rp)
Transaksi
96
Akuntansi Sektor Publik
62.XX.XXXX.1.3.011 Biaya Perjalanan Dinas V
280.500,00
280.500,00
82.XX.XXXX.1.1.03. 1 Gaji dan Tunjangan Pegawai V
445.500,00
726.000,00
2.XX.XXXX.1.1.03. 2 Gaji dan Tunjangan Pegawai V
260.000,00
986.000,00
92.XX.XXXX.1.2.01. 1
Biaya Bahan Habis Pakai Kantor V
200.000,00
1.186.000,00
102.XX.XXXX.1.4.011
Biaya Pemeliharaan Bangunan Gedung V
125.000,00
1.311.000,00
112.XX.XXXX.3.9.011
Belanja Modal Kendaraan Roda4 V
467.000,00
1.778.000,00
2.XX.XXXX.3.9.012
Belanja Modal Kendaraan Roda4 V
472.500,00
2.250.500,00
122.XX.XXXX.2.1.011 Honorarium/Upah V
200.000,00
2.450.500,00
2.XX.XXXX.2.2.031 Biaya Cetak dan Penggandaan V
149.000,00
2.599.500,00
2.XX.XXXX.2.3.011 Biaya Perjalanan Dinas V
120.500,00
2.720.000,00
2.XX.XXXX.2.4.021
Biaya Pemeliharaan Alat-AlatAngkutan V
174.500,00
2.894.500,00
132.XX.XXXX.1.2.012
Biaya Bahan Habis Pakai Kantor V
100.000,00
2.994.500,00
142.XX.XXXX.1.3.012 Biaya Perjalanan Dinas V
155.000,00
3.149.500,00
152.XX.XXXX.1.1.032
Gaji dan Tunjangan Pegawai Daerah V
199.000,00
3.348.500,00
2.XX.XXXX.1.2.052
Biaya Makanan dan Minuman Kantor V
150.000,00
3.498.500,00
2.XX.XXXX.1.3.012 Biaya Perjalanan Dinas V
125.000,00
3.623.500,00
2.XX.XXXX.1.4.032 Biaya Pemeliharaan Instalasi V
74.000,00
3.697.500,00
162.XX.XXXX.5.1 2 Belanja Tidak Tersangka V
200.000,00
3.897.500,00
18 3.XX.XXXX.2.4Pembiayaan - Pembayaran Utang Pokok V
200.000,00
4.097.500,00
97
Akuntansi Sektor Publik
212.XX.XXXX.5.1 2 Belanja Tidak Tersangka V
50.000,00
4.147.500,00
PEMERINTAH KABUPATEN/KOTA XJURNAL UMUM
Tanggal
Kode Rekening Uraian Ref
Debet Kredit(Ayat/Pasal) (Rp) (Rp)
1 2 3 4 5 6Penyesuaian APBD
1 4.XX.XXXX.1.04 Piutang Pajak V125.000,
00
1.XX.XXXX.1.1.01 Pendapatan Pajak Hotel V 125.000,0
0
2 4.XX.XXXX.1.10 Belanja Dibayar Dimuka V10.000,0
0
2.XX.XXXX.1.3.01 1 Biaya Perjalanan Dinas V 10.000,00
32.XX.XXXX.1.2.01.1
Biaya Bahan Habis Pakai Kantor V
95.000,00
5.XX.XXXX.1.2 Utang Kepada Pihak Ketiga 95.000,00
42.XX.XXXX.3.6.01 1
Belanja Modal Kendaraan Roda4 V
33.000,00
2.XX.XXXX.3.6.01 2
Belanja Modal Kendaraan Roda4 V
22.000,00
5.XX.XXXX.1.2 Utang Kepada Pihak Ketiga V 55.000,00
52.XX.XXXX.1.2.01 2
Biaya Bahan Habis Pakai Kantor V
25.000,00
5.XX.XXXX.1.2 Utang Kepada Pihak Ketiga V 25.000,00
98
Akuntansi Sektor Publik
62.XX.XXXX.2.2.01 2 Biaya Bahan/Material V
50.500,00
Persediaan Obat-Obatan V 50.500,00
72.XX.XXXX.1.2.01 1
Biaya Bahan Habis Pakai Kantor V
75.000,00
Persediaan Bahan Habis Pakai V 75.000,00
3.XX.XXXX.2.4Pembiayaan Sisa Lebih PerhitTh Berjalan V
802.500,00
6.XX.XXXX.1 Ekuitas Dana Umum V 802.500,0
0Penyesuaian Neraca
4.XX.XXXX.3.9 Kendaraan V994.500,
00
2.XX.XXXX.3.9.01 Belanja Modal Kendaraan Roda 4 V
994.500,00
5.XX.XXXX.1.1 Hutang 200.000,
00
3.XX.XXXX.2.3 Pembiyaan-Pembayaran Hutang Pokok
200.000,00
3.XX.XXXX.1.3Pembiyaan-Penerimaan Pinjaman
274.500,00
5.XX.XXXX.2.1 Hutang Jk Panjang-Dalam Negeri
274.500,00
Jurnal Penutup
1.XX.XXXX.1.1.01 Pendapatan Pajak Hotel 1.600.000,00
1.XX.XXXX.1.2.08Pendapatan Retribusi Pelayanan Pasar
825.500,00
1.XX.XXXX.2.2.01 Pendapatan Dana Alokasi Umum 850.000,
00
1.XX.XXXX.2.1.01 Pendapatan Bagi Hasil Pajak 440.000,
00
1.XX.XXXX.1.3.01 Bagian Laba Perusda 300.000,
00
1.XX.XXXX. 2.4.01 Bagi Hasil Pajak Propinsi 700.000,
00
1.XX.XXXX. 2.1.02 Bagi Hasil Bukan Pajak/SDA 250.000,
00 2.XX.XXXX.1.1.03. Gaji dan Tunjangan 445.500,00
99
Akuntansi Sektor Publik
1 Pegawai
2.XX.XXXX.1.3.01 1 Biaya Perjalanan Dinas 390.500,00
2.XX.XXXX.1.2.01.1
Biaya Bahan Habis Pakai Kantor 370.000,00
2.XX.XXXX.1.4.01 1
Biaya Pem. Bangunan Gedung 125.000,00
2.XX.XXXX.2.1.01 1 Honorarium/Upah 200.000,00
2.XX.XXXX.2.2.03 1
Biaya Cetak dan Penggandaan 149.000,00
2.XX.XXXX.2.4.02 1
Biaya Pem. Alat-Alat Angkutan 174.500,00
2.XX.XXXX.1.1.03.2
Gaji dan Tunjangan Pegawai 459.000,00
2.XX.XXXX.1.2.01 2
Biaya Bahan Habis Pakai Kantor 125.000,00
2.XX.XXXX.1.3.01 2 Biaya Perjalanan Dinas 280.000,00
2.XX.XXXX.1.2.05 2
Biaya Makanan dan Minuman Kantor 150.000,00
2.XX.XXXX.1.4.03 2
Biaya Pemeliharaan Instalasi 74.000,00
2.XX.XXXX.5.1 2
Belanja Tidak Tersangka 250.000,00
Ikhtisar Surplus/Defisit
1.773.000,00
Ikhtisar Surplus/Defisit 1.773.000
,00
6.XX.XXXX.1 Ekuitas Dana Umum 1.773.000,
00
6.XX.XXXX.1 Ekuitas Dana Umum 802.500,
00
3.XX.XXXX.2.4 Pembiayaan sisa Lebih Tahun Berjalan 802.500,00
Jurnal di atas, maka buku besar masing-masing adalah sbb:
LOGO PEMERINTAH KABUPATEN/KOTA X BUKU BESAR
100
Akuntansi Sektor Publik
Nama : KAS Hal…………Kode. Rek. : 4.XX.XXXX.1.1
Tanggal Uraian Ref
Debet Kredit SaldoRp Rp Rp
Transaksi SALDO AWAL 1.250.000
,00
1 Pendapatan Pajak Hotel 1.475.00
0,00 2.725.000
,00
2Pendapatan Retribusi Pelayanan Psr
825.500,00
3.550.500,00
3 Pendapatan DAU 850.000,
00 4.400.500
,00
4Pendapatan Bagi Hasil Pajak
440.000,00
4.840.500,00
5 Bagian Laba Perusda 300.000,
00 5.140.500
,00
6 Biaya Perjalanan Dinas 280.500,
004.860.000
,00
7Bagi Hasil Pajak Propinsi
700.000,00
5.560.000,00
8Gaji dan Tunjangan Pegawai - 1
445.500,00
5.114.500,00
8Gaji dan Tunjangan Pegawai - 2
260.000,00
4.854.500,00
9Biaya Bahan Habis Pakai Kantor
200.000,00
4.654.500,00
10Biaya Pemeliharaan Bangunan Ged.
125.000,00
4.529.500,00
11Belanja Modal Angkt. Darat Bermotor1
467.000,00
4.062.500,00
11Belanja Modal Angkt. Darat Bermotor1
472.500,00
3.590.000,00
12 Honorarium/Upah 200.000,
003.390.000
,00
12Biaya Cetak dan Penggadaan
149.000,00
3.241.000,00
12 Biaya Perjalanan Dinas 120.500,
003.120.500
,00
12Biaya Pemeliharaan Alat Angkt.
174.500,00
2.946.000,00
13Biaya Bahan Habis Pakai Kantor
100.000,00
2.846.000,00
14 Biaya Perjalanan Dinas 155.000,
002.691.000
,0015 Gaji dan Tunjangan 199.000, 2.492.000
101
Akuntansi Sektor Publik
Pegawai Daerah 00 ,00
15Biaya Makanan dan Minuman Kantor
150.000,00
2.342.000,00
15 Biaya Perjalanan Dinas 125.000,
002.217.000
,00
15Biaya Pemeliharaan Instalasi
74.000,00
2.143.000,00
16Belanja Tidak Tersangka
200.000,00
1.943.000,00
17Bagi Hasil Bukan Pajak/SDA
250.000,00
2.193.000,00
18Pembiyaan - Pemby. Utang Pokok
200.000,00
1.993.000,00
19Pembiyaan - PenerimaanPinjaman
150.000,00
2.143.000,00
20Pembiyaan - PenerimaanPinjaman
124.500,00
2.267.500,00
21Belanja Tidak Tersangka
50.000,00
2.217.500,00
LOGO PEMERINTAH KABUPATEN/KOTA X
BUKU BESAR Nama : PIUTANG PAJAK Hal…………Kode. Rek. : 4.XX.XXXX.1.4
Tanggal Uraian Ref
Debet Kredit SaldoRp Rp Rp
SALDO AWAL 125.000,0
0
1 penyesuaian 125.000,
00 250.000,0
0
LOGO PEMERINTAH KABUPATEN/KOTA X
BUKU BESAR
102
Akuntansi Sektor Publik
Nama : PIUTANG RETRIBUSI Hal…………Kode. Rek. : 4.XX.XXXX.1.5
Tanggal Uraian Ref
Debet Kredit SaldoRp Rp Rp
SALDO AWAL 75.000,00
LOGO PEMERINTAH KABUPATEN/KOTA X
BUKU BESAR Nama : PIUTANG LAIN-LAIN Hal…………Kode. Rek. : 4.XX.XXXX.1.8
Tanggal Uraian Ref
Debet Kredit SaldoRp Rp Rp
SALDO AWAL 35.000,00
LOGO PEMERINTAH KABUPATEN/KOTA X
BUKU BESAR Nama : PERSEDIAAN BAHAN HABIS PAKAI KANTOR Hal…………Kode. Rek. : 4.XX.XXXX.1.9
Tanggal Uraian Ref
Debet Kredit SaldoRp Rp Rp
Saldo Awal 100.000,0
0
7 Penyesuaian 75.000,0
0 25.000,00
103
Akuntansi Sektor Publik
LOGO PEMERINTAH KABUPATEN/KOTA X
BUKU BESAR Nama : PERSEDIAAN OBAT-OBATAN Hal…………Kode. Rek. : 4.XX.XXXX.1.9.1
Tanggal Uraian Ref
Debet Kredit SaldoRp Rp Rp
Saldo Awal 110.500,0
0
7 Penyesuaian 50.500,0
0 60.000,00
LOGO PEMERINTAH KABUPATEN/KOTA X
BUKU BESAR Nama : BELANJA DIBAYAR DIMUKA Hal…………Kode. Rek. : 4.XX.XXXX.1.10
Tanggal Uraian Ref
Debet Kredit SaldoRp Rp Rp
Penyesuaian Neraca 10.000,0
0 10.000,00
LOGO PEMERINTAH KABUPATEN/KOTA X
BUKU BESAR Nama INVESTASI JANGKA Hal…………
104
Akuntansi Sektor Publik
: PANJANGKode. Rek. : 4.XX.XXXX.2
Tanggal Uraian Ref
Debet Kredit SaldoRp Rp Rp
SALDO AWAL 500.000,0
0
LOGO PEMERINTAH KABUPATEN/KOTA X
BUKU BESAR Nama : TANAH Hal…………Kode. Rek. : 4.XX.XXXX.3.1
Tanggal Uraian Ref
Debet Kredit SaldoRp Rp Rp
SALDO AWAL 4.250.000
,00
LOGO PEMERINTAH KABUPATEN/KOTA X
BUKU BESAR Nama : JALAN DAN JEMBATAN Hal…………Kode. Rek. : 4.XX.XXXX.3.2
Tanggal Uraian Ref
Debet Kredit SaldoRp Rp Rp
SALDO AWAL 1.975.000
,00
105
Akuntansi Sektor Publik
LOGO PEMERINTAH KABUPATEN/KOTA X
BUKU BESAR Nama : BANGUNAN AIR Hal…………Kode. Rek. : 4.XX.XXXX.3.3
Tanggal Uraian Ref
Debet Kredit SaldoRp Rp Rp
SALDO AWAL 800.500,0
0
LOGO PEMERINTAH KABUPATEN/KOTA X
BUKU BESAR Nama : GEDUNG Hal…………Kode. Rek. : 4.XX.XXXX.3.5
Tanggal Uraian Ref
Debet Kredit SaldoRp Rp Rp
SALDO AWAL 3.750.000
,00
LOGO PEMERINTAH KABUPATEN/KOTA X
BUKU BESAR Nama :
MESIN & PERALATANHal…………
106
Akuntansi Sektor Publik
Kode. Rek. : 4.XX.XXXX.3.8
Tanggal Uraian Ref
Debet Kredit SaldoRp Rp Rp
SALDO AWAL 550.000,0
0
LOGO PEMERINTAH KABUPATEN/KOTA X
BUKU BESAR Nama : KENDARAAN Hal…………Kode. Rek. : 4.XX.XXXX.3.9
Tanggal Uraian Ref
Debet Kredit SaldoRp Rp Rp
SALDO AWAL 2.600.000
,00
11 Penyesuaian Neraca 994.500,
00 3.594.500
,00
LOGO PEMERINTAH KABUPATEN/KOTA X
BUKU BESAR Nama : MEUBELAIR DAN PERLENGKAPAN Hal…………Kode. Rek. : 4.XX.XXXX.3.12
Tanggal Uraian Ref
Debet Kredit SaldoRp Rp Rp
SALDO AWAL 975.000,0
0
107
Akuntansi Sektor Publik
LOGO PEMERINTAH KABUPATEN/KOTA X
BUKU BESAR Nama : BUKU PERPUSTAKAAN Hal…………Kode. Rek. : 4.XX.XXXX.3.16
Tanggal Uraian Ref
Debet Kredit SaldoRp Rp Rp
SALDO AWAL 490.500,0
0
LOGO PEMERINTAH KABUPATEN/KOTA X
BUKU BESAR Nama : BAGIAN LANCAR UTANG JK. PANJANG Hal…………Kode. Rek. : 5.XX.XXXX.1.1
Tanggal Uraian Ref
Debet Kredit SaldoRp Rp Rp
SALDO AWAL 200.000,0
0
Penyesuaian Neraca 200.000,
00 0,00
LOGO PEMERINTAH KABUPATEN/KOTA X
BUKU BESAR
108
Akuntansi Sektor Publik
Nama : UTANG PERHITUNGAN PIHAK KE-3 Hal…………Kode. Rek. : 5.XX.XXXX.1.2
Tanggal Uraian Ref
Debet Kredit SaldoRp Rp Rp
SALDO AWAL 750.000,0
0
Penyesuaian APBD 95.000,0
0845.000,0
0
Penyesuaian APBD 55.000,0
0900.000,0
0
Penyesuaian APBD 25.000,0
0925.000,0
0
LOGO PEMERINTAH KABUPATEN/KOTA X BUKU BESAR Nama : UTANG DALAM NEGERI Hal…………Kode. Rek. : 5.XX.XXXX.2.1
Tanggal Uraian Ref
Debet Kredit SaldoRp Rp Rp
SALDO AWAL 0,00
Penyesuaian Neraca 274.500,
00274.500,0
0
LOGO PEMERINTAH KABUPATEN/KOTA X
BUKU BESAR Nama : UTANG LUAR NEGERI Hal…………Kode. Rek. : 5.XX.XXXX.2.2
109
Akuntansi Sektor Publik
Tanggal Uraian Ref
Debet Kredit SaldoRp Rp Rp
SALDO AWAL 2.800.000
,00
LOGO PEMERINTAH KABUPATEN/KOTA X
BUKU BESAR Nama : EKUITAS DANA UMUM Hal…………Kode. Rek. : 6.XX.XXXX.1
Tanggal Uraian Ref
Debet Kredit SaldoRp Rp Rp
SALDO AWAL 13.836.50
0,00
LOGO PEMERINTAH KABUPATEN/KOTA X
BUKU BESAR Nama : PAJAK HOTEL Hal…………Kode. Rek. : 1.XX.XXXX.1.1.01
Tanggal Uraian Ref
Debet Kredit SaldoRp Rp Rp
1 Kas 1.475.00
0,001.475.000
,00
Penyesuaian 125.000,
001.600.000
,00
Penutupan 1.600.00
0,00 0,00
110
Akuntansi Sektor Publik
LOGO PEMERINTAH KABUPATEN/KOTA X
BUKU BESAR Nama :
RETRIBUSI PELAYANAN PASAR Hal…………
Kode. Rek. : 1.XX.XXXX.1.2.08
Tanggal Uraian Ref
Debet Kredit SaldoRp Rp Rp
2 Kas 825.500,
00825.500,0
0
Penutupan 825.500,
00 0,00
LOGO PEMERINTAH KABUPATEN/KOTA X
BUKU BESAR Nama :
BAGIAN LABA PERUSDA Hal…………
Kode. Rek. : 1.XX.XXXX.1.3.01
Tanggal Uraian Ref
Debet Kredit SaldoRp Rp Rp
5 Kas 300.000,
00300.000,0
0
Penutupan 300.000,
00 0,00
LOGO PEMERINTAH KABUPATEN/KOTA X BUKU BESAR Nama : BAGI HASIL PAJAK Hal…………
111
Akuntansi Sektor Publik
Kode. Rek. : 1.XX.XXXX.2.1.01
Tanggal Uraian Ref
Debet Kredit SaldoRp Rp Rp
4 Kas 440.000,
00440.000,0
0
Penutupan 440.000,
00 0,00
LOGO PEMERINTAH KABUPATEN/KOTA X
BUKU BESAR Nama : DANA ALOKASI UMUM Hal…………Kode. Rek. : 1.XX.XXXX.2.2.01
Tanggal Uraian Ref
Debet Kredit SaldoRp Rp Rp
3 Kas 850.000,
00850.000,0
0
Penutupan 850.000,
00 0,00
LOGO PEMERINTAH KABUPATEN/KOTA X
BUKU BESAR Nama :
BAGI HASIL PAJAK PROPINSI Hal…………
Kode. Rek. : 1.XX.XXXX.2.4.01
Tanggal Uraian Ref
Debet Kredit SaldoRp Rp Rp
7 Kas 700.000,
00700.000,0
0 Penutupan 700.000, 0,00
112
Akuntansi Sektor Publik
00
LOGO PEMERINTAH KABUPATEN/KOTA X
BUKU BESAR Nama :
BG.HASIL BUKAN PJKHal…………
Kode. Rek. : 1.XX.XXXX.2.1.02
Tanggal Uraian Ref
Debet Kredit SaldoRp Rp Rp
17 Kas 250.000,
00250.000,0
0
Penutupan 250.000,
00 0,00
LOGO PEMERINTAH KABUPATEN/KOTA X
BUKU BESAR Nama : GAJI DAN TUNJANGAN PEGAWAI Hal…………Kode. Rek. :
2.XX.XXXX.1.1.03 1
Tanggal Uraian Ref
Debet Kredit SaldoRp Rp Rp
8 Kas 445.500,
00 445.500,0
0
Penutupan 445.500,
00 0,00
LOGO PEMERINTAH KABUPATEN/KOTA X
113
Akuntansi Sektor Publik
BUKU BESAR Nama : HONORARIUM Hal…………Kode. Rek. :
2.XX.XXXX.2.1.01 1
Tanggal Uraian Ref
Debet Kredit SaldoRp Rp Rp
12 Kas 200.000,
00 200.000,0
0
Penutupan 200.000,
00 0,00
LOGO PEMERINTAH KABUPATEN/KOTA X
BUKU BESAR Nama : BIAYA BAHAN HABIS PAKAI KANTOR Hal…………Kode. Rek. :
2.XX.XXXX.1.2.01 1
Tanggal Uraian Ref
Debet Kredit SaldoRp Rp Rp
9 Kas 200.000,
00 200.000,0
0
Penyesuaian APBD 95.000,0
0 295.000,0
0
Penyesuaian APBD 75.000,0
0 370.000,0
0
Penutupan 370.000,
00 0,00
LOGO PEMERINTAH KABUPATEN/KOTA X
BUKU BESAR Nama : BIAYA CETAK DAN PENGGANDAAN Hal…………
114
Akuntansi Sektor Publik
Kode. Rek. :
2.XX.XXXX.2.2.03 1
Tanggal Uraian Ref
Debet Kredit SaldoRp Rp Rp
12 Kas 149.000,
00 149.000,0
0
Penutupan 149.000,
00 0,00
LOGO PEMERINTAH KABUPATEN/KOTA X
BUKU BESAR Nama : BIAYA PEMELIHARAAN GEDUNG Hal…………Kode. Rek. :
2.XX.XXXX.1.4.01 1
Tanggal Uraian Ref
Debet Kredit SaldoRp Rp Rp
10 Kas 125.000,
00 125.000,0
0
Penutupan 125.000,
00 0,00
LOGO PEMERINTAH KABUPATEN/KOTA X
BUKU BESAR Nama : BIAYA PERJALANAN DINAS Hal…………Kode. Rek. :
2.XX.XXXX.1.3.01 1
Tanggal Uraian Ref
Debet Kredit SaldoRp Rp Rp
6 Kas 280.000,
00 280.000,0
012 Kas 120.500, 400.500,0
115
Akuntansi Sektor Publik
00 0
Penyesuaian Neraca 10.000,0
0390.500,0
0
Penutupan 390.500,
00 0,00
LOGO PEMERINTAH KABUPATEN/KOTA X
BUKU BESAR Nama : BIAYA PEMELIHARAAN BANGUNAN GEDUNG Hal…………Kode. Rek. :
2.XX.XXXX.2.4.02 1
Tanggal Uraian Ref
Debet Kredit SaldoRp Rp Rp
12 Kas 174.500,
00 174.500,0
0
Pentupan 174.500,
00 0,00
LOGO PEMERINTAH KABUPATEN/KOTA X
BUKU BESAR Nama : BELANJA MODAL KEND. RODA 2 Hal…………Kode. Rek. :
2.XX.XXXX.3.06 1
Tanggal Uraian Ref
Debet Kredit SaldoRp Rp Rp
Penyesuaian APBD 33.000,0
0 33.000,00
LOGO PEMERINTAH KABUPATEN/KOTA X
116
Akuntansi Sektor Publik
BUKU BESAR Nama : BELANJA MODAL ANGK. DARAT BERMOTOR Hal…………Kode. Rek. :
2.XX.XXXX.3.09 1
Tanggal Uraian Ref
Debet Kredit SaldoRp Rp Rp
Penyesuaian APBD 467.000,
00 467.000,0
0
LOGO PEMERINTAH KABUPATEN/KOTA X
BUKU BESAR Nama : GAJI DAN TUNJANGAN PEGAWAI Hal…………Kode. Rek. :
2.XX.XXXX.1.1.03 2
Tanggal Uraian Ref
Debet Kredit SaldoRp Rp Rp
8 Kas 260.000,
00 260.000,0
0
15 Kas 199.000,
00 459.000,0
0
Penutupan 459.000,
00
LOGO PEMERINTAH KABUPATEN/KOTA X
BUKU BESAR Nama :
BIAYA BAHAN HABIS PAKAI Hal…………
Kode. Rek. :
2.XX.XXXX.1.2.01 2
117
Akuntansi Sektor Publik
Tanggal Uraian Ref
Debet Kredit SaldoRp Rp Rp
13 Kas 100.000,
00 100.000,0
0
Penyesuaian APBD 25.000,0
0 125.000,0
0
Penutupan 125.000,
00
LOGO PEMERINTAH KABUPATEN/KOTA X
BUKU BESAR Nama : BIAYA PERJALANAN DINAS Hal…………Kode. Rek. :
2.XX.XXXX.1.3.01 2
Tanggal Uraian Ref
Debet Kredit SaldoRp Rp Rp
14 Kas 155.000,
00 155.000,0
0
15 Kas 125.000,
00 280.000,0
0
Penutupan 280.000,
00
LOGO PEMERINTAH KABUPATEN/KOTA X
BUKU BESAR Nama :
Biaya Makanan dan MinumanKantor Hal…………
Kode. Rek. :
2.XX.XXXX.1.2.05 2
Tanggal Uraian Ref
Debet Kredit SaldoRp Rp Rp
15 Kas 150.000, 150.000,0
118
Akuntansi Sektor Publik
00 0
Penutupan 150.000,
00
LOGO PEMERINTAH KABUPATEN/KOTA X
BUKU BESAR Nama :
Biaya Pemeliharaan Instalasi Hal…………
Kode. Rek. :
2.XX.XXXX.1.4.03 2
Tanggal Uraian Ref
Debet Kredit SaldoRp Rp Rp
15 Kas 74.000,0
0 74.000,00
Penutupan 74.000,0
0 0,00
LOGO PEMERINTAH KABUPATEN/KOTA X
BUKU BESAR Nama : BELANJA MODAL KENDARAAN RODA 2 Hal…………Kode. Rek. :
2.XX.XXXX.3.6.01 2
Tanggal Uraian Ref
Debet Kredit SaldoRp Rp Rp
11 Kas 27.500,0
0 27.500,00
LOGO PEMERINTAH KABUPATEN/KOTA X
119
Akuntansi Sektor Publik
BUKU BESAR Nama : BELANJA MODAL ANGKT. DARAT BERMOTOR Hal…………Kode. Rek. :
2.XX.XXXX.3.9.01 2
Tanggal Uraian Ref
Debet Kredit SaldoRp Rp Rp
11 Kas 472.500,
00 472.500,0
0
LOGO PEMERINTAH KABUPATEN/KOTA X
BUKU BESAR Nama : BELANJA TAK TERSANGKA Hal…………Kode. Rek. :
2.XX.XXXX.5.1 2
Tanggal Uraian Ref
Debet Kredit SaldoRp Rp Rp
16 Kas 200.000,
00 200.000,0
0
21 Kas 50.000,0
0 250.000,0
0
Penutup 250.000,
00 0,00
LOGO PEMERINTAH KABUPATEN/KOTA X
BUKU BESAR Nama :
PEMBIAYAAN - PENERIMAAN PINJAMAN DAN OBLIGASI Hal…………
Kode. Rek. : 3.XX.XXXX.1.3
120
Akuntansi Sektor Publik
Tanggal Uraian Ref
Debet Kredit SaldoRp Rp Rp
19 Kas 150.000,
00150.000,0
0
20 Kas 124.500,
00274.500,0
0
Penyesuaian 274.500,
00 0,00
LOGO PEMERINTAH KABUPATEN/KOTA X
BUKU BESAR Hal…………Nama : PEMBIAYAAN - PEMBAYARAN UTANG POKOK YG JATUH TEMPOKode. Rek. : 3.XX.XXXX.2.3
Tanggal Uraian Ref
Debet Kredit SaldoRp Rp Rp
18 Kas 200.000,
00 200.000,0
0
Penyesuaian Neraca 200.000,
00 0,00
LOGO PEMERINTAH KABUPATEN/KOTA X
BUKU BESAR Hal…………Nama : PEMBIAYAAN- SISA LEBIH ANGGARAN TAHUN BERJALANKode. Rek. : 3.XX.XXXX.2.4
Tanggal Uraian Ref
Debet Kredit SaldoRp Rp Rp
121
Akuntansi Sektor Publik
LOGO PEMERINTAH KABUPATEN/KOTA X
BUKU BESAR Nama : IKHTISAR SURPLUS/DEFISIT NETTO Hal…………
Tanggal Uraian Ref
Debet Kredit SaldoRp Rp Rp
122
Akuntansi Sektor Publik
31 Desember 20x4 Arus Kas dari Aktivitas Operasi Kenaikan Aktiva Lancar Non Kas dan Bank (135.000,00)Penurunan Aktiva Lancar Non Kas dan Bank 125.500,00 Kenaikan Hutang Lancar 175.000,00 Penurunan Hutang Lancar (200.000,00)Jumlah Arus Kas Dari Aktivitas Operasi (34.500,00) Arus Kas Dari Aktivitas Penyertaan Kenaikan Penyertaan Modal Jangka Panjang Penurunan Penyertaan Modal Jangka Panjang Kenaikan Aktiva Tetap (994.500,00)Penurunan Aktiva Tetap Jumlah Arus Kas dari Aktivitas Penyertaan (994.500,00) Arus Kas dari Aktivitas Pendanaan Kenaikan Hutang Jangka Panjang 274.500,00 Penurunan Hutang Jangka Panjang Kenaikan Dana Cadangan Penurunan Dana Cadangan Kenaikan Ekuitas 1.722.000,00 Penurunan Ekuitas Jumlah Arus Kas dari Aktivitas Pendanaan 1.996.500,00 Total Arus Kas 967.500,00 Sisa Kas Awal Tahun Anggaran 1.250.000,00 Sisa Kas Akhir Tahun Anggaran 2.217.500,00
PEMERINTAH PROPINSI/KABUPATEN/KOTA XNERACA
124
Akuntansi Sektor Publik
31 Desember Tahun 20x4
AKTIVA PASIVA AKTIVA LANCAR HUTANG JANGKA PENDEK
Kas 2.217.500Bagian Lancar Utang Jangka Panjang
-
Piutang Pajak 250.000Utang Perhitungan Pihak Ketiga
925.000
Piutang Retribusi 75.000 Piutang Lain-Lain 35.000 UTANG JANGKA PANJANG Persediaan Bahan Habis Pakai/Material 25.000 Utang Dalam Negeri
274.500
Persediaan Obat-Obatan 60.000Utang Luar Negeri
2.800.000
Belanja Dibayar Dimuka 10.000 EKUITAS DANA
INVESTASI JANGKA PANJANG Ekuitas Dana Umum
15.558.500
Investasi Jangka Panjang 500.000 AKTIVA TETAP Tanah 4.250.000
Jalan dan Jembatan 1.975.000 Bangunan Air 800.500 Gedung 3.750.000
Mesin dan Peralatan 550.000
Kendaraan 3.594.500
Meubelair dan Perlengkapan 975.000
Buku Perpustakaan 490.500
JUMLAH AKTIVA19.557.50
0 JUMLAH PASIVA
19.557.500
125