PENGUATAN KAPASITAS ORGANISASI PUBLIK

23
PENGUATAN KAPASITAS ORGANISASI PUBLIK Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Penguatan Kapasitas Organisasi Publik ( Kantor Pos Daerah Sleman dan Kota Yogyakarta) Dita Tentyarini 11/312043/SP/24480

Transcript of PENGUATAN KAPASITAS ORGANISASI PUBLIK

PENGUATAN KAPASITAS ORGANISASI PUBLIK

Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Penguatan Kapasitas Organisasi

Publik

( Kantor Pos Daerah Sleman dan Kota Yogyakarta)

Dita Tentyarini 11/312043/SP/24480

FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK

JURUSAN ILMU POLITIK DAN PEMERINTAHAN

2013

DAFTAR ISI

Halaman Sampul …………………………………………………………..

Daftar Isi …………………………………………………………..

Bab I : Pendahuluan

A. Latar Belakang

B. Rumusan Masalah

C. Tujuan Penelitian

D. Metode Penelitian

E. Teknik Pengumpulan Data

Bab II : Kerangka Teori

A. Definisi Penguatan Kapasitas

Organisasi Publik

Bab III : Kegiatan Penelitian

A. Sejarah Pos Indonesia

B. Visi dan Misi Pos Indonesia

C. Struktur Organisasi Pos Indonesia

Bab IV : Laporan Penelitian

A. Program Penguatan Kapasitas Organisasi

Publik Kantor Pos Wilayah Sleman dan

Kota Yogyakarta

B. Kendala dalam Penguatan Kapasitas

Organisasi Publik Kantor Pos Wilayah

Sleman dan Kota Yogyakarta

C. Strategi Penguatan Kapasitas Organisasi

Publik Kantor Pos Wilayah Sleman dan

Kota Yogyakarta di Level Individu,

Organisasi dan Sistem

Bab V : Kesimpulan

Daftar Pustaka

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Indonesia merupakan negara dengan berbagai pulau

didalamnya, untuk itu diperlukan sarana dan prasarana yang

memadai guna menjebatani informasi dan kebutuhan antar

pulau. Pada tahun 1602 saat VOC menguasai Indonesia,

Gubernur Jenderal Daendels membuat sebuah kemajuan yang

cukup berarti dalam pelayanan pos di Indonesia. Kemajuan

tersebut berupa pembuatan jalan yang terbentang dari Anyer

sampai Panarukan. Jalan sepanjang 1.000 km ini sangat

membantu dalam mempercepat pengantaran surat-surat dan

paket-paket antarkota di Pulau Jawa. Jalan yang dibuat

dengan metode rodi (kerja paksa) ini dikenal dengan nama

Groote Postweg (Jalan Raya Pos).

Arus perkembangan modernitas dan teknologi membuat

pelayanan pos di Indonesia mengalami perkembangan, dari yang

semula tahun 1906 bernama Posts Telegraafend Telefoon Dienst

atau Jawatan Pos, Telegraf, dan Telepon (PTT), kini setelah

berganti nama berkali-kali pelayanan pos di Indonesia

berubah menjadi PT. Pos Indonesia (Persero) bersamaaan

dengan dikeluarkannya Peraturan Pemerintah Nomor 5 Tahun

1995. PT. Pos Indonesia (Persero) merupakan sebuah badan

usaha milik negara (BUMN) Indonesia yang bergerak di bidang

layanan pos.

Meningkatnya kebutuhan masyarakat Indonesia dalam

pemenuhan akses pelayanan pos, berdampak pada hadirnya jasa

pelayanan pos milik swasta seperti yang cukup ternama saat

ini yaitu JNE – Express Across Nations dan TIKI (Titipan Kilat).

Dewasa ini, dua jasa pelayanan pos tersebut mampu menggesar

posisi PT. Pos Indonesia sebagai pelayanan pos utama dan

pertama di Indonesa. Agar tidak semakin tertinggal, PT Pos

Indonesia (Persero) harus terus meningkat kinerjanya seiring

dengan perkembangan perusahaan dan terus memaksimalkan

bisnis yang tengah dijalani, untuk itu penguatan kapasitas

baik individu, organisasi, maupun sistem perlu ditingkatkan.

Hal inilah yang menjadi menarik untuk dipelajari lebih

lanjut mengenai bagaimana cari PT. Pos Indonesia (Persero)

mencoba terus mempertahankan eksistensinya ditengah kemajuan

global. Alasan inilah yang menjadi alasan mengapa kajian

dengan fokus PT. Pos Indonesia menarik untuk di pelajari.

B. Rumusan Masalah

Di dalam penelitian ini, peneliti merumuskan masalah yaitu :

1. Apa program penguatan kapasitas organisasi publik di

Kantor Pos Wilayah Sleman dan Kota Yogyakarta?

2. Apa kendala dalam penguatan kapasitas organisasi publik

di Kantor Pos Wilayah Sleman dan Kota Yogyakarta?

3. Apa strategi pimpinan organisasi publik di Kantor Pos

Wilayah Sleman dan Kota Yogyakarta dalam mengatasi kendala

tersebut (strategi penguatan kapasitas di level individu,

organisasi dan sistem) ?

C. Tujuan Penelitian

1. Untuk mengetahui program penguatan kapasitas organisasi

publik di Kantor Pos Wilayah Sleman dan Kota Yogyakarta

2. Untuk mengetahui kendala dalam penguatan kapasitas

organisasi publik di Kantor Pos Wilayah Sleman dan KotaYogyakarta

3. Untuk mengetahui strategi pimpinan organisasi publik di

Kantor Pos Wilayah Sleman dan Kota Yogyakarta dalam mengatasi

kendala tersebut (strategi penguatan kapasitas di level

individu, organisasi dan sistem)

D. Metode Penelitian

Metode penelitian yang digunakan peneliti yaitu metode

penelitian kualitatif deskriptif dengan cara menggambarkan

fenomena yang terjadi di lapangan dengan penjabaran melalui

kata-kata.

E. Teknik Pengumpulan Data

Dalam penelitian ini, teknik pengumpulan data menggunakan

metode wawancara dengan Bapak Agung Yuliawan selaku Manajer

SDM untuk Kantor Pos Wilayah Sleman dan Kota Yogyakarta sebagai

narasumber utama. Selain itu, peneliti juga menggunakan studi

literatur yang didapat dari media online, buku dan tesis dalam

pengumpulan data terkait penguatan kapasitas organisasi publik

yang dilakukan Kantor Pos Wilayah Sleman dan Kota Yogyakarta.

BAB II

KERANGKA TEORI

A. Definisi Penguatan Kapasitas Organisasi Publik

Dalam ilmu sosial, organisasi dipelajari oleh berbagai

bidang ilmu, terutama ilmu sosiologi, ilmu ekonomi, ilmu politik,

ilmu psikologi, dan ilmu manajemen. Kajian mengenai organisasi

biasanya disebut studi organisasi (organizational studies), perilaku

organisasi (organizational behaviour), atau analisis organisasi

(organization analysis). Untuk memahami mengenai organisasi publik,

perlu dipahami terlebih dahulu definis dari organisasi dan

definisi dari publik.

Organisasi (Yunani: ὄργανον, organon – alat) adalah

suatu kelompok orang dalam suatu wadah untuk tujuan bersama.

Menurut D. Millet, organisasi sebagai kerangka struktur dimana

pekerjaan dari beberapa orang diselenggarakan untuk mewujudkan

suatu tujuan bersama. Berbeda dengan D. Millet, Herbert A. Simon

berpendapat bahwa organisasi adalah sebagai pola komunikasi yang

lengkap dan hubungan lain di dalam suatu kelompok orang-orang.

Prajudi Atmosudirdjo menggambarkan bahwa organisasi memiliki

sifat yang abstrak, sulit dilihat namun bisa dirasakan

eksistensinya. Secara teoritis, organisasi memang dapat dipahami

dari berbagai macam sudut pandang atau perspektif. Lebih lanjut,

Miftah Thoha memaknai organisasi sebagai kesatuan rasional dalam

upaya untuk mengejar tujuan, sebagai koalisi pendukung yang kuat,

di mana organisasi merupakan instrumen untuk mengejar kepentingan

masing-masing, sebagai suatu sistem terbuka di mana kelangsungan

hidup organisasi sangat tergantung input dari lingkungan, sebagai

alat dominasi dan banyak lagi perspektif yang dapat dipakai untuk

memaknai organisasi. Berdasarkan pemikiran-pemikiran di atas maka

pada dasarnya terdapat kesamaan pengertian dari keseluruhan

definisi tentang organisasi yaitu menyatakan bahwa organisasi

sebagai satu kesatuan sosial dari kelompok manusia, yang saling

berinteraksi menurut suatu pola tertentu sehingga setiap anggota

organisasi memiliki fungsi dan tugasnya masing-masing.

Setelah dijabarkan mengenai definisi organisi, perlu juga di

jabarkan mengenai definisi publik. Publik berasal dari bahasa

latin “Public” yang berarti “of people” berkenaan dengan

masyarakat. Menurut KBBI (Kamus Besar Bahasa Indonesia), publik

diartikan sebagai orang banyak (umum). Inu Kencana Syafiie dkk

(1999) mencoba memberikan pengertian publik sebagai berikut:

“Sejumlah manusia yang memiliki kebersamaan berpikir, perasaan, harapan, sikap

dan tindakan yang benar dan baik berdasarkan nilai-nilai norma yang mereka miliki”.

Itulah sebabnya, Inu Kencana Syfiie dkk., mengatakan bahwa publik

tidak langsung diartikan sebagai penduduk, masyarakat, warga

negara ataupun rakyat, karena kata-kata tersebut berbeda.

Organisasi publik sering dilihat sebagai bentuk organisasi

pemerintah yang dikenal sebagai birokrasi pemerintah (organisasi

pemerintahan). Menurut Prof. Dr. Taliziduhu Ndraha, organisasi

publik adalah organisasi yang didirikan untuk memenuhi kebutuhan

masyarakat akan jasa publik dan layanan civil. Organisasi publik

merupakan organisasi terbesar yang mewadahi seluruh lapisan

masyarakat. Ruang lingkup organisasi publik yakni negara, dan

mempunyai kewenangan yang absah (terlegitimasi) di bidang

politik, administrasi pemerintahan, dan hukum secara

lembaga, sehingga mempunyai kewajiban melindungi warga negaranya

dan melayani keperluannya, sebaliknya, berhak pula memungut pajak

untuk pendanaan, serta menjatuhkan hukuman sebagai sanksi

penegakan peraturan.

Dewasa ini upaya pengembangan kapasitas merupakan bagian

yang penting di dalam berbagai aspek kehidupan. Hal ini tidak

luput dilakukan juga oleh organisasi publik. Dalam kehidupan

sehari-hari pengembangan kapasitas misalnya dilaksanakan dengan

pendidikan, baik secara formal maupun informal. Di dalam

perusahaan misalnya melalui pelatihan-pelatihan sumberdaya

manusia, pengembangan sistem manajerial. Di dalam pemerintahan

pengembangan kapasitas aparatur pemerintahan juga penting untuk

meningkatkan performa aparatur dalam menjadalankan tugasnya

sebagai abdi negara, dan juga regulasi dan deregulasi kebijakan

pemerintahan. Dalam konteks pembangunan secara keseluruhan pun

upaya pengembangan kapasitas menjadi bagian yang tidak

terpisahkan. Dengan kata lain tidak mungkin terjadi suatu proses

pembangunan atau pengembangan dalam hal apapapun tanpa upaya

pengembangan kapasitas bagi pelaku, organisasi, maupun juga

sistem yang mengaturnya.

Secara terminologi, kapasitas berasal dari bahasa Belanda;

capacitiet yang berarti tiga hal, pertama yakni daya tampung atau

daya serap, kedua ruang atau fasilitas yang tersedia, dan

terakhir kemampuan maksimal. Pengertian pengembangan kapasitas

secara terminologi masih mengalami perbedaan pendapat, ada

beberapa yang merujuk pada pengertian dalam konteks kemampuan

(pengetahuan, keterampilan, dll), dan sebagian lain mengartikan

dalam konteks yang lebih luas, termasuk didalamnya terdapat sikap

dan prilaku. Sebagian ilmuwan juga melihat pengembangan kapasitas

sebagai capacity development atau capacity strengthening, mengisyaratkan

suatu prakarsa pada pengembangan kemampuan yang sudah ada (existing

capacity). Sementara yang lain lebih merujuk pada constructing

capacity sebagai proses kreatif membangun kapasitas yang belum

nampak (Prof. Dr. H.R. Riyadi Soeprapto, MS: 2010)

Morison mengatakan bahwa capacity building sebagai suatu

proses untuk melakukan sesuatu, atau serangkaian gerakan,

perubahan multi level di dalam individu, kelompok-kelompok,

organisasi-organisasi dan sistem-sistem dalam rangka untuk

memperkuat kemampuan penyesuaian individu dan organisasi sehingga

dapat tanggap terhadap perubahan lingkungan yang ada. Lain lagi

dalam buku African Capacity Building Foundation (ACBF),

peningkatan kapasitas dapat didefinisikan sebagai sebuah proses

untuk meningkatkan kemampuan individu, kelompok, organisasi,

komunitas atau masyarakat untuk menganalisa lingkungannya;

mengidentifikasikan masalah, kebutuhan, isu dan peluang-peluang;

memformulasikan strategi untuk mengatasi masalah, isu dan

kebtuhan tersebut, dan memanfaatkan pelaung yang relevan.

Merancang sebuah rencana aksi, serta mengumpulkan dan menggunakan

secara efektif, dan atas dasar sumber daya yang berkesinambungan

untuk mengimplementasikan, memonitor, dan mengevaluasi rencana

aksi tersebut, serta memanfaatkan umpan balik sebagai pelajaran.

BAB III

KEGIATAN PENELITIAN

A. Sejarah Pos Indonesia

Sejarah mencatat keberadaan Pos Indonesia begitu panjang,

kantor pos pertama didirikan di Batavia (sekarang Jakarta) oleh

Gubernur Jendral G.W Baron van Imhoff pada tanggal 26 Agustus

1746 dengan tujuan untuk lebih menjamin keamanan surat-surat

penduduk, terutama bagi mereka yang berdagang dari kantor-kantor

di luar Jawa dan bagi mereka yang datang dari dan pergi ke Negeri

Belanda. Sejak itulah pelayanan pos telah lahir mengemban peran

dan fungsi pelayanan kepada publik. Setelah kantor pos Batavia

didirikan, maka empat tahun kemudian didirikan kantor pos

Semarang untuk mengadakan perhubungan pos yang teratur antara

kedua tempat itu dan untuk mempercepat pengirimannya. Rute

perjalanan pos kala itu ialah melalui Karawang, Cirebon dan

Pekalongan.

Pos Indonesia telah beberapa kali mengalami perubahan status

mulai dari Jawatan PTT (Post, Telegraph dan Telephone). Badan

usaha yang dipimpin oleh seorang Kepala Jawatan ini operasinya

tidak bersifat komersial dan fungsinya lebih diarahkan untuk

mengadakan pelayanan publik. Perkembangan terus terjadi hingga

statusnya menjadi Perusahaan Negara Pos dan Telekomunikasi (PN

Postel). Mengamati perkembangan zaman dimana sektor pos dan

telekomunikasi berkembang sangat pesat, maka pada tahun 1965

berganti menjadi Perusahaan Negara Pos dan Giro (PN Pos dan

Giro), dan pada tahun 1978 berubah menjadi Perum Pos dan Giro

yang sejak ini ditegaskan sebagai badan usaha tunggal dalam

menyelenggarakan dinas pos dan giropos baik untuk hubungan dalam

maupun luar negeri. Selama 17 tahun berstatus Perum, maka pada

Juni 1995 berubah menjadi Perseroan Terbatas dengan nama PT Pos

Indonesia (Persero).

Dengan berjalannya waktu, Pos Indonesia kini telah mampu

menunjukkan kreatifitasnya dalam pengembangan bidang perposan

Indonesia dengan memanfaatkan insfrastruktur jejaring yang

dimilikinya yang mencapai sekitar 24 ribu titik layanan yang

menjangkau 100 persen kota/kabupaten, hampir 100 persen kecamatan

dan 42 persen kelurahan/desa, dan 940 lokasi transmigrasi

terpencil di Indonesia. Seiring dengan perkembangan informasi,

komunikasi dan teknologi, jejaring Pos Indonesia sudah memiliki

3.700 Kantorpos online, serta dilengkapi elektronic mobile pos di

beberapa kota besar. Semua titik merupakan rantai yang terhubung

satu sama lain secara solid & terintegrasi. Sistem Kode Pos

diciptakan untuk mempermudah processing kiriman pos dimana tiap

jengkal daerah di Indonesia mampu diidentifikasi dengan akurat.

B. Visi dan Misi Pos Indonesia

Visi

Pos Indonesi ingin menjadikan perusahaan pos terpercaya

Misi

Berkomitmen kepada pelanggan untuk menyediakan layanan yangselalu tepat waktu dan nilai terbaik

Berkomitmen kepada karyawan untuk memberikan iklim kerja yangaman, nyaman dan menghargai kontribusi

Berkomitmen kepada pemegang saham untuk memberikan hasil usahayang menguntungkan dan terus bertumbuh

Berkomitmen untuk berkontribusi positif kepada masyarakat Berkomitmen untuk berperilaku transparan dan terpercaya kepada

seluruh pemangku kepentingan

C. Struktur Organisasi Pos Indonesia

BAB IV

LAPORAN PENELITIAN

A. Program Penguatan Kapasitas Organisasi Publik Kantor Pos

Wilayah Sleman dan Yogyakarta

Tidak jauh berbeda dengan organisasi lain, Kantor Pos

Wilayah Sleman dan Kota Yogyakarta juga memiliki program

penguatan kapasitas. Pada umumnya program penguatan kapasitas

terbagi dalam beberapa tingkatan, yakni pada level individu,

organisasi, dan sistem, namun untuk Kantor Pos Wilayah Sleman dan

Kota Yogyakarta tidak seperti pada umumnya. Secara garis besar

memang sama, tapi teknisnya berbeda. Kantor Pos Wilayah Sleman

dan Kota Yogyakarta ini membagi sistem penguatan kapasitasnya

sesuai tingkatan jabatan, yakni di level staff, manajerial, dan

kepala kantor. Pada setiap level tingkat sudah mencakup seluruh

level organisasi. Semisal pada penguatan level staff, ada

pelatihan SOP, pelatihan teknis, dll. Pada level staff ini sudah

terdapat penguatan sistem individu, organisasi, dan sistem

termasuk didalamnya, sehingga sudah menjadi satu paket. Hal

serupa terjadi juga pada tingkat manajerial dan kepala kantor.

Dalam tingkatan penguatan kapasitasnya sudah termasuk penguatan

individu, organisasi, dan sistem didalamnya. Metode seperti ini

dirasa lebih efektif dan efisien dalam penerapannya, yang

membedakan antara level per level adalah materi penguatan yang

diberikan. Jika pada level staff membahas mengenai masalah

teknis, selanjutnya pada level menejerial tidak dibahas masalah

teknis, namun lebih kepada teknis pengawasan lapangan, dan pada

level kepala kantor fokus kepada pelatihan leadership.

B. Kendala dalam Penguatan Kapasitas Organisasi Publik Kantor

Pos Wilayah Sleman dan Kota Yogyakarta

Sumber daya manusia (SDM) merupakan aset utama dalam

organisasi. Selain itu, SDM juga memainkan peran penting.

Manajemen sumber daya manusia penting dilakukan guna memanfaatkan

para individu untuk mencapai tujuan dari sebuah organisasi

(Mondy, 2008). Pemanfaatan SMD yang belum optimal ini terjadi di

Kantor Pos Wilayah Sleman dan Kota Yogyakarta. Rata-rata SDM

Kantor Pos Wilayah Sleman dan Kota Yogyakarta adalah lulusan SD,

SMP, dan SMA, sehingga kurang optimal dalam bekerja. Hal inilah

yang menjadi kendala utama dalam kemajuan Pos Indonesia.

Menyiasati kendala yang terjadi, dalam perekrutan karyawan saat

ini Kantor Pos Wilayah Sleman dan Kota Yogyakarta menyaring

karyawan dengan kualifikasi lulusan D3 atau pun S1.

Selanjutnya, selain permasalahan SDM yang hanya lulusan SD,

SMP, atau pun SMA, permasalahan lain yaitu adanya karyawan-

karyawan “nakal” di Kantor Pos Wilayah Sleman dan Kota

Yogyakarta. Kategori karyawan “nakal” ini menurut narasumber

yaitu karyawan yang lalai dalam bekerja, atau dengan kalimat

sederhana merupakan karyawan yang malas. Penurunan jabatan sering

terjadi pada karyawan “nakal” ini sebagai sanksi. Selanjutnya,

untuk bisa naik jabatan, karyawan “nakal” ini harus kerja lebih

keras agar setara dengan teman angkatannya yang tidak mengalami

penurunan jabatan. Naiknya jabatan terjadi selama 4 tahun sekali.

C. Strategi Penguatan Kapasitas Organisasi Publik di Kantor

Pos Wilayah Sleman dan Kota Yogyakarta

Dewasa ini seperti yang diketahui hadirnya jasa pelayanan

pos milik swasta seperti yang cukup ternama saat ini yaitu JNE –

Express Across Nations dan TIKI (Titipan Kilat) menjadi saingan berat

untuk Pos Indonesia, untuk itu diperlukan strategi yang matang

guna menyikapi permasalahan ini. Hal utama yang dilakukan oleh

Pos Indonesia dalam menyikapi permasalahan tersebut yaitu

mengingkatakan teknologi dari Pos Indonesia. Seperti yang

dicontohkan di Kantor Pos Wilayah Sleman dan Kota Yogyakarta

yaitu dengan pengiriman wessel secara online. Prosesnya sangat

sederhana dan menfaatkan teknologi. Sebelum adanya wessel online

ini, pengiriman wessel memakan waktu berhari-hari, namun setelah

adanya wessel online ini pengiriman wessel hanya bisa dalam

hitungan jam saja, dan bisa dilakukan lebih efisein. Jika dulu

mengirim wessel dengan tujuan Papua hanya bisa diterima jika

posisi penerima wessel ada di Papua, lain hal nya dengan wessel

online saat ini. Penerima bisa menerima wessel dimanapun dia

berada, tidak mesti harus di Papua. Wessel online ini menggunakan

kode transaksi yang dapat diakses dimana saja dan kapan saja.

Pemanfaatan teknologi seperti ini merupakan salah satu strategi

yang dilakukan. Selain memanfaatkan teknologi pada penguatan

level sistem, pada level organisasi melakukan kerjasama dengan

pihak swasta. Bentuk kerjasama seperti apa dan dengan siapa tidak

dijelaskan dengan rinci oleh narasumber, karena ini termasuk

wewenang dari pusat.

Struktur organisasi dari Pos Indonesia ini dibagi menjadi

beberapa tingkatan, yaitu pusat yang letaknya berada di Jakarta

dan menaungi Pos Indonesia secara keseluruhan (se-Indonesia).

Dibawahnya ada arena yang menaungi provinsi, untuk region Jawa

Tengah dan DIY, kantor arena terletak di Semarang. Terakhir,

posisi paling bawah yakni UPT atau kantor pos yang menangani

masalah pelayanan. Di Yogyakarta sendiri untuk UPT di bagi

menjadi 4 sesuai dengan kabupaten yang ada. Untuk wilayah Sleman

dan Kota Yogyakarta UPT-nya menjadi satu, yaitu Kantor Pos

Wilayah Sleman dan Kota Yogyakarta yang terletak di daerah

Malioboro. Kantor Pos Wilayah Sleman dan Kota Yogyakarta

menaungi 45 cabang yang tersebar di wilayah Kota Yogyakarta dan

Sleman, serta 134 pegawai.

BAB V

KESIMPULAN

Kantor Pos Wilayah Sleman dan Kota Yogyakarta memiliki

program penguatan kapasitas organisasi yang dibagi berdasarkan

jabatan, yakni pada level staff, menejerial, dan kepala kantor.

Dalam penguatan pada setiap levelnya sudah mencakup dari kategori

penguatan kapasitas. Pada level staff, penguatan kapasitas

mencakup penguatan individu, penguatan organisasi, dan penguatan

sistem, begitu juga pada level menejerian dan kepala kantor.

Dalam menjalankan menjalankan penguatan kapasitas, Kantor

Pos Wilayah Sleman dan Kota Yogyakarta mengalami beberapa

kendala, salah satunya SDM yang tidak memenuhi kualifikasi,

selain itu hadinya karyawan “nakal” juga merupakan kendala lain.

Untuk menghadapi kendala tersebut, Kantor Pos Wilayah Sleman dan

Kota Yogyakarta memeliki beberapa strategi. Strategi utama dari

Kantor Pos Wilayah Sleman dan Kota Yogyakarta ialah dengan

meningkatkan teknologi dalam pemasaran jasa, selain itu lebih

menjaring karyawan dengan kualifikasi yang sesuai juga di lakukan

Kantor Pos Wilayah Sleman dan Kota Yogyakarta untuk mendapatkan

SDM yang berkualitas.

LEMBAR COVER TUGAS 2014Nama NoMahasiswa

Dita TentyariniNo. Mahasiswa 11/312043/SP/24480

Nama Matakuliah

Penguatan Kapasitas Organisasi PublikDosen Bambang Purwoko dan AmirudinJudul Tugas Penguatan Kapasitas Kantor Pos Wilayah Sleman

dan YogyakartaJumlah Kata

CHECKLIST Saya telah:

Mengikuti gaya referensi tertentu secara konsisten...........Memberikan soft copy tugas...................................

DeklarasiPertama, saya menyatakan dengan sebenar-benarnya bahwa:

Karya ini merupakan hasil karya saya pribadi. Karya ini sebagian besar mengekspresikan ide dan pemikiransaya yang disusun menggunakan kata dan gaya bahasa sayasendiri.

Apabila terdapat karya atau pemikiran orang lain atausekelompok orang, karya, ide dan pemikiran tersebut dikutipdengan benar, mencantumkan sumbernya serta disusun sesuaidengan kaidah yang berlaku.

Tidak ada bagian dari tugas ini yang pernah dikirimkan untukdinilai, dipublikasikan dan/atau digunakan untuk memenuhitugas mata kuliah lain sebelumnya.

Kedua, saya menyatakan bahwa apabila satu atau lebih ketentuan diatas tidak ditepati, saya sadar akan menerima sanksi minimalberupa kehilangan hak untuk menerima nilai untuk mata kuliah ini.

28 Oktober 2013 Tanda Tangan Tanggal

DAFTAR PUSTAKA :

Acu, Martino. 2013. Organisasi Publik. Diakses pada tanggal 21

Oktober melalui http://reformasi-birokrasi-

indonesia.blogspot.com/2013/03/organisasi-publik.html

African Capacity Building Foundation (ACBF), 2001, Capacity Needs

Assessment : A Conceptual Framework, in ACBF Newsletter Vol.

2, p. 9-12

Anonim. 2010. Pengertian Organisasi. Diakses pada tanggal 21

Oktober melalui

http://thekicker96.wordpress.com/2010/10/01/pengertian-

organisasi/

Herdiana, Didik. 2012. Konsep Umum Pengembangan Kapasitas.

Diakses pada tanggal 21 Oktober melalui http://pengembangan-

kapasitas.blogspot.com/2012/08/konsep-umum-pengembangan-

kapasitas.html

Prof. Dr. H.R. Riyadi Soeprapto, MS,  2010, The Capacity Building

For Local Government Toward Good Governance, Word bank

http://www.posindonesia.co.id/index.php/profil-perusahaan/organisasi/

satuan-pengawasan-intern-spi diakses pada tanggal 8 Januari

2014