DAMPAK INVESTASI SEKTOR PERTANIAN
TERHADAP PEREKONOMIAN SUMATERA UTARA
(PENDEKATAN ANALISIS INPUT -OUTPUT)
TESIS
Oleh
DESI NOVITA
077018031/EP
SEKOLAH PASCASARJANA
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
MEDAN
2009
DAMPAK INVESTASI SEKTOR PERTANIAN
TERHADAP PEREKONOMIAN SUMATERA UTARA
(PENDEKATAN ANALISIS INPUT -OUTPUT)
TESIS
Diajukan sebagai salah satu syaratuntuk Memperoleh Gelar Magister Sains
dalam Program Studi Magister Ekonomi Pembangunanpada Sekolah Pascasarjana Universitas Sumatera Utara
DESI NOVITA
077018031/EP
SEKOLAH PASCASARJANA
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
MEDAN
2009
Judul Tesis : DAMPAK INVESTASI SEKTOR PERTANIANTERHADAP PEREKONOMIAN SUMATERAUTARA ( PENDEKATAN ANALISIS INPUT -OUTPUT)
Nama Mahasiswa : Desi NovitaNomor Pokok : 077018031Program Studi : Ekonomi Pembangunan
Menyetujui
Komisi Pembimbing
(Dr. Rahmanta, M.Si.) (Kasyful Mahalli, S.E,M.Si.) Ketua A nggota
Ketua Program Studi Direktur
( Dr.Murni Daulay,M.Si.) (Prof.Dr.Ir. T. Chairun Nisa B, M.Sc. )
Tanggal lulus : 18 Juni 2009
Telah diuji pada
Tanggal : 18 Juni 2009
PANITIA PENGUJI TESIS
Ketua : Dr. Rahmanta, M.Si.Anggota : 1. Kasyful Mahalli, S.E., M.Si.
2. Dr. Murni Daulay, M.Si. 3. Irsyad Lubis, M.Soc.Sc, Ph.D
4. Drs. Rujiman, M.A.
ABSTRAK
Tujuan penelitian ini adalah untuk (1) menganalisis peranan sektor pertanianterhadap perkenomian daerah dalam pembentukan struktur permintaan danpenawaran, konsumsi, ekspor-impor, investasi, nilai tambah, dan output sektoral, (2)menganalisis tingkat keterkaitan ke depan dan ke belakang sektor pertanian dengansektor ekonomi lainnya, (3) menentukan sektor dalam pertanian yang termasuk dalamsektor kunci pada perekonomian Sumatera Utara, (4)menganalisis dampak investasisektor pertanian terhadap pembentukan output, pendapatan, dan tenaga kerja, serta (5)menganalisis dampak perubahan investasi sektor pertanian terhadap pembentukoutput, pendapatan, dan tenaga kerja di Sumatera Utara.
Data dalam penelitian ini adalah data Input -Output Propinsi Sumatera UtaraTahun 2007 Atasa Dasar Harga Produsen yang di Updating dengan Metode RAS.Data tersebut diolah dan diperoleh dari Badan Pusat Statistik (BPS) Sumatera Utara.Data dianalisis dengan menggunakan analisis kontribusi ( share), analisis keterkaitan,analisis indeks daya penyebaran dan derajat kepekaan, serta analisis dampak yangberdasarkan konsep analisis input -output.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa p eranan sektor pertanian dalamperekonomian Sumatera utara dalam pembentukan struktur perekonom ian meliputipembentukan struktur permintaan dan penawaran (16,15%), struktur konsumsiRumaha Tangga (15,32%), struktur eksp or (4,94%), struktur Impor (2,11%), strukturPenanaman Modal Tetap Bruto (0,22%), struktur perbahan Stok (12,19%) ataustruktur investasi (0.89%), struktur Nilai Tambah (26,69%), dan struktur Output (16,15%). Sektor Coklat, Karet, dan kelapa Sawit meru pakan sektor yang memilikiKeterkaitan Langsung Ke Depan dan Keterkaitan Langsung dan tidak Langsung KeDepan terbesar diantara sektor lainnya dalam pertanian. Disisi lain, Sektor Unggas,karet, dan sektor Perikanan merupakan sektor yang memiliki keterkaitan langsung KeBelakang dan keterkaitan langsung dan tidak langsung Ke Belakang terbesar diantarasektor lainnya dalam pertanian . Seluruh sektor yang terdapat dalam bidang pertaniantidak termasuk ke dalam sektor kunci (Sektor dengan Prioritas I) melainkan masukdalam Prioritas II yakni sektor karet, Coklat dan Kelapa Sawit .Dampak investasisektor pertanian terbesar terhadap pembentukan o utput adalah sektor Unggas danPeternakan Lainnya. Dampak investasi sektor pertanian terbesar terhadappembentukan pendapatan adalah sektor Karet, serta terhadap pembentukan tenagakerja terbesar terjadi pada sektor Kelapa Sawit. Dengan melakukan beberapa simulasiterhadap perubahan investasi sektor pertanian terlihat bahwa simulasi realokasiinvestasi sebesar 10% dari sektor bangunan ke sektor pertanian mampu menciptakankontribusi terbesar bagi sektor pertanian terhadap pembentukan output, pendapatan,dan tenaga kerja bagi perekonomian Sumatera Utara.
Keywords : Input-Output, Pertanian, Kontribusi, Keterkaitan,Dampak Investasi
ABSTRACT
This research objective are (1) to analyze the contribution of agriculturesector on regional economy specially in the construction of demand and supply,consumption, export-import, investment, value added, and sectoral output structure,(2) to analyze the forward and backward linkage between agriculture sector ad othereconomy sector, (3) to find the key sector in the ag riculture sector in the NorthSumatera region, (4) to analyze the impact of invesment in agriculture sector on theconstruction of output, income and labor, (5) to analyze the impact of chanceinvestment in the agriculture sector on the construction of the output, income, andlabor in the North Sumatera economy.
Data of this research is Input -Output Data in North Sumatera for 2007, thatbased on the producer price index updated with the RAS Method. The data is takenfrom Badan Pusat Statistik (BPS) fo Nort h Sumatera province.
The result of this research show the contribution of agriculture sectoral in theconstruction of economic structure include the demand and supply (16,15%),household consumption (15,32%), export (4,94%), import (2,11%), PMTB (0,22%),Residual Stock (12,19%), or investment (0,89%), value added (26,69%), and outputstructure (16,15%). Cocoa, rubber and palm sectors are the sector that have thehighest direct forward linkage and total forward linkage among other agriculturesector. In other side, birds, rubber and fishery sectors are the sectors that have thehighest direct backward linkage and total backward linkage among of the agriculturesector.All sector in agriculture sector is not include in first priority sector but includein the second priority sector. The investment of agriculture sector have the greatestimpact on output construction is birds sector. The investment of agriculture sectorhave greatest impact on income construction is rubber sector. And the investment ofagriculture secotr harve greatest impact on labor construction is palm sector. Withmany simulation that have done, it can be concluded the investment realocation fromconstruction sector to agriculture sector can make optimum contribute of agricultuersector on the construction output, income, and labor in the North Sumatera Economy.
Keywords : Input-Output, Agriculture, Contribution , Linkage, Impact of Investment
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur penulis panjatkan ke hadirat Allah S WT yang terlah
melimpahkan rahmat dan hidayah-Nya sehingga penulis berhasil menyelesaikan tesis
yang berjudul ”Dampak Investasi Sektor pertanian terhadap Perekonomian
Sumatera Utara ( Pendekatan Analisis Input -Output)”. Tak lupa pula shalawat
dan salam penulis tujukan kepada Nabi Besar Muhammad SAW yang telah berjuang
membawa umat manusia kepada fitrah yang benar dan jalan yang diridhoi -Nya.
Tesis ini disusun untuk memenuhi salah satu syarat untuk meraih gelas Master
pada Sekolah Pascasarjana Magister Ekonomi Pembangunan Universi tas Sumatera
Utara. Dengan selesainya penulisan tesis ini, penulis mengucapkan terima kasih yang
sebesar-besarnya kepada Ibunda Delisar dan Ayahanda Jasrul Saleh yang telah
mendidik dan membesarkan penulis dengan kasih sayang yang tiada hingga.
Demikian juga kepada suami tercinta, Chairil Nazardi Sitompul, yang telah
memberikan dukungan dan motivasi yang begitu besar, serta ananda Fayza Hilwatu
Naura Sitompul yang menjadi motivator bagi penulis.
Dalam kesempatan ini penulis menyampaikan terimah kasih yang sebesar-
besarnya kepada Bapak Dr. Rahmanta, M.Si, selaku ketua komisi pembimbing yang
telah memberikan begitu banyak sumbangan tenaga, waktu dan pikirin bagi penulis
dalam penyusunan tesis ini. Terima kasih tak terhingga juga penulis sampaikan
kepada Bapak Kasyful Mahalli, S.E, M.Si. selaku anggota komisi pembimbing yang
yang telah memberikan ber ikan berbagai saran dan masukan serta kemudahan
kepada penulis dalam menyelesaikan tesis ini. Demikian pula ucapan terima kasih
kepada semua pihak yang telah memba ntu memberikan berbagai bentuk kontribusi
bagi penulis, khususnya :
1. Bapak Prof. Chairuddin P. Lubis, D.M.T.&H., Sp.A (K). Selaku Rektor
Universitas Sumatera Utara
2. Ibu Prof. Dr. Ir. T. Chairun Nisa B, M.Sc. selaku Direktur Sekolah
Pascasarjana Universitas Sumatera Utara
3. Ibu Dr. Murni Daulay, M.Si. selaku Ketua Program Studi Magister Ekonomi
Pembangunan Universitas Sumatera Utara sekaligus pemband ing/ penguji
bagi tesis peneliti
4. Bapak Irsyad Lubis, M.Soc.Sc.Ph.D. dan Drs. Rujiman,M.A. selaku dosen
pembanding dan dosen penguji bagi tesis peneliti
5. Bapak/Ibu dosen yang telah menyumbangkan ilmunya., semoga berguna bagi
penulis dan amal ibadahnya diterima oleh Allah SWT
6. Bapak /Ibu Mertua, Nasrun Sitompul dan Munizar Malay, yang selalu
mendukung dan mendoakan peneli ti dalam menyelesaikan tesis ini
7. Rekan-rekan Mahasiswa Program Studi Magister Ekonomi Pembangunan
angkatan 13 yang telah memberi warna dan pelajaran dalam kehidupan
penulis selama di kampus
8. Semua pihak yang tidak bisa disebutkan satu persatu, semoga Allah membalas
kebaikan dengan berlipat ganda
Medan, Juni 2009
Penulis
Desi Novita
RIWAYAT HIDUP
Nama : Desi Novita
Tempat/ Tanggal Lahir : Medan / 2 November 1980
Alamat : Jl. Karya Sastra no.45 Psr X Tembung
Pekerjaan : PNS
Status : Menikah, 1 anak
Nama Suami : Chairil Nazardi Sitompul
Nama Anak : Fayza Hilwatu Naura Sitompul
Nama Orang Tua
Ayah : Jasrul saleh
Ibu : Delisar
Nama Mertua
Ayah : Nasrun Sitompul
Ibu : Munizar Malay
Riwayat Pendidikan : 1.SDN 101767 Tembung
2.SMP Negeri 1 Tembung
3.SMU N 1 Medan
4.Program Studi Manajemen Agribisnis, Institut
Pertanian Bogor (IPB)
DAFTAR ISI
Halaman
ABSTRAK ................................ ................................ ................................ . i
ABSTRACT ................................ ................................ ................................ ii
KATA PENGANTAR ................................ ................................ ............... iii
RIWAYAT HIDUP ................................ ................................ ................... v
DAFTAR ISI................................ ................................ .............................. vi
DAFTAR TABEL ................................ ................................ ..................... x
DAFTAR GAMBAR ................................ ................................ ................. xiii
DAFTAR LAMPIRAN ................................ ................................ ............. xiv
BAB I. PENDAHULUAN ................................ ................................ .............. 1
1.1. Latar Belakang ................................ ................................ ..................... 1
1.2. Perumusan Masalah ................................ ................................ ............. 8
1.3. Tujuan Penelitian ................................ ................................ ................. 9
1.4. Manfaat Penelitian ................................ ................................ ............... 10
BAB II. TINJAUAN PUSTAKA................................ ................................ ... 11
2.1. Investasi ................................ ................................ .............................. 11
2.2. Sektor Pertanian ................................ ................................ .................. 17
2.2.1. Keterkaitan dalam Sektor Pertanian ................................ ......... 21
2.3. Investasi di Sektor Pertanian ................................ ............................... 22
2.4. Analisis Input-Output................................ ................................ .......... 25
2.4.1. Manfaat/Kegunaan Analisis Input-Output ............................... 26
2.4.2. Tabel Dasar Transaksi dalam Metode Input -Output ................ 27
2.5. Penelitian Terdahulu ................................ ................................ .......... 29
2.6. Kerangka Pemikiran ................................ ................................ ............ 32
2.7. Hipotesis Penelitian................................ ................................ ............. 34
BAB III. METODE PENELITIAN ................................ .............................. 35
3.1. Tempat Penelitian................................ ................................ .............. 35
3.2. Jenis dan Sumber Data ................................ ................................ ....... 35
3.3. Metode Analisa Data ................................ ................................ .......... 35
3.3.1. Metode RAS ................................ ................................ ............. 36
3.3.2. Analisa Kontribusi ................................ ................................ ... 37
3.3.3. Indeks Keterkaitan ................................ ................................ ... 38
3.3.4. Analisis Penentuan sektor/Subsektor Kunci (Prioritas) ........... 40
3.3.5. Dampak Investasi ................................ ................................ ..... 42
3.3.6. Analisis Simulasi ................................ ................................ ...... 43
3.4. Definisi Variabel Operasional Penelitian................................ ........... 44
BAB IV. DESKRIPSI DAERAH PENELITIAN ................................ ........ 46
4.1. Gambaran Umum Wilayah Sumatera Utara ................................ ....... 46
4.2. Penduduk dan Tenaga Kerja Propinsi Sumatera Utara ....................... 47
4.3. Kondisi Sektor Pertanian Propinsi Sumatera Utara ............................ 49
BAB V. HASIL DAN PEMBAHASAN ................................ ........................ 52
5.1. Peranan Sektor Pertanian terhadap Pembentukan Struktur Perekonomian Sumatera Utara................................ ............................. 52
5.1.1. Struktur Permintaan dan Penawaran ................................ .......... 52
5.1.2. Struktur Konsumsi ................................ ................................ ..... 59
5.1.3. Struktur Ekspor -Impor ................................ ............................... 62
5.1.4. Struktur Investasi ................................ ................................ ....... 65
5.1.5. Struktur Nilai Tambah ................................ ............................... 67
5.1.6. Struktur Output ................................ ................................ .......... 69
5.2. Keterkaitan Sektor Pertanian dengan Sektor -sektor Ekonomi Lainnya 72
5.2.1. Analisis Keterkaitan Ke Depan ................................ .................. 73
5.2.2. Analisis Keterkaitan Ke Belakang ................................ ............. 77
5.3. Analisis Indeks Daya Penyebaran (Pd) dan Indeks DerajatKepekaan(Ps) ................................ ................................ ....................... 81
5.3.1. Indeks Daya Penyebaran (Pd) ................................ .................... 82
5.3.2. Indeks Derajat Kepekaan (Ds) ................................ ................... 84
5.4. Penentuan Sektor Kunci (Key Sector) dalam Perekonomian Sumatera Utara ................................ ................................ ..................... 86
5.5. Dampak Investasi Sektor Pertanian terhadap Pembentukan Output, Pendapatan, dan Tenaga Kerja ................................ ............................. 91
5.5.1. Dampak Investasi Sektor Padi ................................ .................... 91
5.5.2. Dampak Investasi Sektor Jagung ................................ ................ 93
5.5.3. Dampak Investasi Sektor Tanaman Bahan Makanan Lainnya ... 94
5.5.4. Dampak Investasi Sektor Karet ................................ ................... 96
5.5.5. Dampak Investasi Sektor Coklat ................................ ................. 98
5.5.6. Dampak Investasi Sektor Kelapa ................................ ................ 100
5.5.7. Dampak Investasi Sektor Kelapa Sawit ................................ ...... 102
5.5.8. Dampak Investasi Sektor Kopi................................ .................... 104
5.5.9. Dampak Investasi Sektor Tanaman Perkebunan Lainnya ........... 106
5.5.10.Dampak Investasi S ektor Ternak dan Lainnya .......................... 108
5.5.11.Dampak Investasi Sektor Unggas dan Peternakan Lain nya....... 109
5.5.12.Dampak Investasi Sektor Perikanan................................ ........... 111
5.6. Dampak Perubahan Investasi Sektor Pertanian terhadap PembentukanOutput, Pendapatan, dan Tenaga Kerja ................................ ................ 117
5.6.1. Dampak Perubahan Investasi Sektor Pertanian terhadap Pembentukan Output Sektoral ................................ .................. 117
5.6.2. Dampak Perubahan Investasi Sektor Pertanian terhadap Pembentukan Pendapatan Sektoral ................................ ............ 120
5.6.3. Dampak Perubahan Investasi Sektor Pertanian terhadap
Pembentukan Tenaga Kerja Sektoral ................................ ......... 121
BAB VI. KESIMPULAN DAN SARAN................................ ....................... 124
6.1. Kesimpulan ................................ ................................ ......................... 124
6.2. Saran................................ ................................ ................................ .... 125
DAFTAR PUSTAKA ................................ ................................ ..................... 127
DAFTAR TABEL
Nomor Judul Halaman
1.1. Nilai Investasi PMDN Indonesia Menurut Sektor (Milyar Rp) ............. 3
1.2. Nilai Investasi PMA Indonesia Menurut Sektor (000 US $) ................. 4
1.3. Distribusi PDRB Sumatera Utara Atas Dasar harga Konstan ................ 5
1.4. Laju Pertumbuhan PDRB Sumatera Utara Atas Dasar Harga Kosntan . 6
1.5. Alokasi Tenaga Kerja Berdasarkan sektor Ekonomi 2003-2006........... 7
2.1. Format Dasar Tabel Transaksi Input -Output ................................ ......... 28
3.1. Kriteria Penentuan Peringkat Sektor Kunci/Prioritas ............................ 40
5.1. Struktur Permintaan dalam Perekonomian propinsi Sumatera Utara Tahun 2007 (Juta Rp)................................ ................................ ............. 55
5.2. Struktur Penawaran dalam Perekonomian propinsi Sumatera UtaraTahun 2007 (Juta Rp)................................ ................................ ............. 58
5.3. Struktur Konsumsi dalam Perekonomian propinsi Sumatera Utara Tahun 2007 (Juta Rp)................................ ................................ ............. 61
5.4. Struktur ekspor – Impor dalam Perekonomian propinsi SumateraUtara Tahun 2007 (Juta Rp) ................................ ................................ ... 64
5.5. Struktur Investasi dalam Perekonomian propinsi SumateraUtara Tahun 2007 (Juta Rp) ................................ ................................ ... 66
5.6. Struktur Nilai Tambah dalam Perekonomian propinsi SumateraUtara Tahun 2007 (Juta Rp) ................................ ................................ ... 68
5.7. Struktur Output dalam Perekonomian propinsi SumateraUtara Tahun 2007 (Juta Rp) ................................ ................................ ... 71
5.8. Nilai Keterkaitan Langsung Ke Depan Klasifikasi 25 Sektor ............... 74
5.9. Nilai Keterkaitan Langsung dan Tidak Langsung Ke DepanKlasifikasi 25 Sektor Tahun 2007................................ .......................... 76
5.10.Nilai Keterkaitan Langsung Ke Belakang Klasifikasi 25 Sektor Tahun 2007 ................................ ................................ ........................... 78
5.11.Nilai Keterkaitan Langsung dan Ti dak Langsung Ke Belakang Klasifikasi 25 Sektor Tahun 2007 ................................ ......................... 80
5.12. Indeks Daya Penyebaran dalam Perekonomian propinsi SumateraUtara Tahun 2007................................ ................................ ................. 83
5.13. Indeks Derajat Kepekaan dalam Perekonomian propinsi SumateraUtara Tahun 2007................................ ................................ ................. 85
5.14. Peringkat prioritas Sektor Kunci dalam Perekonomian propinsiSumatera Utara Tahun 2007................................ ................................ . 88
5.15. Dampak Investasi Sektor Padi Sebesar Rp 3.466 juta terhadap Pembetukan Output, Pendapatan, dan Tenaga Kerja Tahun 2007 ....... 92
5.16. Dampak Investasi Sektor Jagung Sebesar Rp 383 juta terhadap Pembetukan Output, Pendapatan, dan Tenaga Kerja Tahun 2007 ....... 94
5.17. Dampak Investasi Sektor Tanaman Bahan Makanan SebesarRp 12 juta terhadap Pembetukan Output, Pendapatan, danTenaga Kerja Tahun 2007 ................................ ................................ .... 95
5.18. Dampak Investasi Sektor Karet Sebesar Rp 78.183 juta terhadapPembetukan Output, Pendapatan, dan Tenaga Kerja Tahun 2007 ....... 97
5.19. Dampak Investasi Sektor Coklat Sebesar Rp 32 juta terhadapPembetukan Output, Pendapatan, dan Tenaga Kerja Tahun 2007 ....... 99
5.20. Dampak Investasi Sektor Kelapa Sebesar Rp 38 juta terhadapPembetukan Output, Pendapatan, dan Tenaga Kerja Tahun 2007 ....... 101
5.21. Dampak Investasi Sektor Kelapa Sawit Sebesar Rp 141.837 jutaterhadap Pembetukan Output, Pendapatan, dan Tenaga KerjaTahun 2007 ................................ ................................ .......................... 103
5.22. Dampak Investasi Sektor Kopi Sebesar Rp 99 juta terhadapPembetukan Output, Pendapatan, dan Tenaga Kerja Tahun 2007 ....... 105
5.23. Dampak Investasi Tanaman Perkebunan Lainnya Sebesar Rp 10 juta terhadap Pembetukan Output, Pendapatan, dan Tenaga Kerja
Tahun 2007 ................................ ................................ .......................... 1075.24. Dampak Investasi Sektor Ternak dan Hasilnya Sebesar Rp 65.586
juta terhadap Pembetukan Output, Pendapatan, dan Tenaga KerjaTahun 2007 ................................ ................................ .......................... 109
5.25. Dampak Investasi Sektor Unggas dan Peternakan Lai nnya SebesarRp 495 juta terhadap Pembetukan Output, Pendapatan, danTenaga Kerja Tahun 2007 ................................ ................................ .... 111
5.26. Dampak Investasi Sektor Perikanan Sebesar Rp 343juta terhadapPembetukan Output, Pendapatan, dan Tenaga Kerja Tahun 2007 ....... 112
5.27. Dampak Investasi Sektor Pertanian terhadap Pembentukan Output .... 113
5.28. Dampak Investasi Sektor Pertanian terhadap PembentukanPendapatan ................................ ................................ .......................... 115
5.29. Dampak Investasi Sektor Pertanian terhadap Pembentukan Tenaga Kerja ................................ ................................ ........................ 116
5.30. Dampak Perubahan Investasi terhadap Pembentukan Output Sektoral (%) ................................ ................................ ........................ 119
5.31. Dampak Perubahan Investasi terhadap Pembentukan Pendapatan Sektoral (%) ................................ ................................ ........................ 121
5.32. Dampak Perubahan Investasi terhadap Pembentukan Tenaga Kerja Sektoral (%) ................................ ................................ ........................ 123
DAFTAR GAMBAR
Nomor Judul Halaman
2.1. Kurva Permintaan Investasi ................................ ................................ ... 14
2.2. Keterkaitan Sektor Pertanian dalam Perekonomian Nasional ............... 22
2.3. Kerangka Pemikiran ................................ ................................ ............... 33
4.1. Perkembangan Jumlah Penduduk Sumatera Utara ................................ 48
5.1. Nilai Keterkaitan Langsung dan Tidak Langsung Ke Depan ................ 77
5.2. Nilai Keterkaitan Langsung dan Tidak Langsung Ke Belakang ............ 81
5.3. Posisi Masing-Masing Sektor Berdasarkan Prioritas sektoral ............... 90
5.4. Dampak Investasi Sektor Pertanian t erhadap Pembentukan Output ...... 114
5.5. Dampak Investasi Sektor Pertanian terh adap Pembentukan Pendapatn 115
5.6. Dampak Investasi Sektor Pertanian terhadap Pembentukan Tenaga Kerja ................................ ................................ .......................... 117
5.7. Dampak Perubahan Investasi Sektor Pertanian terhadap Pembentukan Output, Pendapatan, dan Tenaga Kerja ................................ .................. 122
DAFTAR LAMPIRAN
Nomor Judul Halaman
1. Agregasi Klasifikasi Sektoral ................................ ................................ .... 130
2. Tabel Input-Output Propinsi Sumatera Utara Tahun 2007 Atas Dasar Harga Produsen (Updating) ................................ ................................ ...... 132
3. Agregasi Tabel Input-Output Tahun 2007 (25x25) ................................ ... 138
4. Koefisien Input Atas Dasar Harga Produsen (25x25)................................ 144
5. Matriks Koefisien Input (A) Sektor Produksi ................................ ............ 148
6. Matriks I-A Sektor Produksi ................................ ................................ ...... 149
7. Matriks Kebalikan (I – A)`................................ ................................ ......... 150
8. Matriks Koefisien Teknik Tenaga Kerja (Wj=tenaga kerja/input) ............ 151
9. Dampak Investasi Sektor Pertanian terhadap Output Sektoral .................. 152
10. Dampak Investasi terhadap Pembentukan Pendapatan Berdasarkan Tahun Dasar 2007 ................................ ................................ ..................... 153
11. Dampak Investasi sektor Pertanian terh adap Pembentukan Lapangan Kerja Berdasarkan Tahun Dasar 2007 ................................ ...... 154
12. Dampak berdasarkan Nilai Dasar................................ .............................. 155
13. Dampak berdasarkan Simulasi 1 (Realokasi 10% dari sektor Industri) .... 156
14. Dampak berdasarkan Simulasi 2 (Realokasi 10% dari sektor Bangunan ) 157
15. Dampak berdasarkan Simulasi 3 (Injeksi 10% terhadap sektor Pertanian) ................................ ................................ ................................ .. 158
16. Dampak berdasarkan Simulasi 4 (Injeksi 10% terhadap sektor Tanaman Pangan)................................ ................................ ...................... 159
17. Dampak berdasarkan Simulasi 5 (Injeksi 10% terhadap sektor Perkebunan)................................ ................................ ................................ 160
18. Dampak berdasarkan Simulasi 6 (Injeksi 10% terhadap sektor Peternakan)................................ ................................ ................................ . 161
19. Dampak berdasarkan Simulasi 7 (Injeksi 10% terhadap sektorKehutanan) ................................ ................................ ................................ . 162
20. Dampak berdasarkan Simulasi 8 (Injeksi 10% terhadap sektor Perikanan) ................................ ................................ ................................ .. 163
21. Dampak berdasarkan Simulasi 9 (Injeksi 50% terhadap sektorPertanian) ................................ ................................ ................................ ... 164
BAB I
PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Pembentukan dan pengumpulan modal atau investasi dipandang sebagai salah
satu faktor dan sekaligus faktor utama di dalam pembangunan ekonomi. Hal ini
disebabkan pembentukan modal akan membawa kepada pemanfaatan penu h sumber-
sumber yang ada. Sehingga dengan pembentukan modal akan menghasilkan kenaikan
besarnya output nasional. Investasi tidak saja hanya meningkatkan output nasional
tetapi juga kesempatan kerja. Pembentukan modal akan menghasilkan kemajuan
teknik yang menunjang tercapainya ekonomi produksi skala luas dan meningkatkan
spesialisasi. Pembentukan modal memberikan mesin, alat, dan perlengkapan bagi
tenaga kerja yang semakin meningkat. Selain itu, pembentukan modal juga akan
mempengaruhi kesejahteraan ekonomi suatu bangsa. Ia akan membantu memenuhi
segala sesuatu yang dibutuhkan oleh penduduk yang jumlahnya semakin meningkat.
Dengan demikian investasi menyebabkan penggunaan sumber daya alam secara tepat,
pendirian berbagai macam jenis industri, maka memberikan kesempatan kerja,
standar hidup meningkat yang akhirnya berdampak pada kesejahteraan ekonomi.
Indonesia, sebagai salah satu negara berkembang dengan sektor pertanian
sebagai sumber mata pencaharian utama dari penduduknya. Kenyataan yang terjadi
bahwa sebagian besar lahan di wilayah Indonesia diperuntukkan sebagai lahan
pertanian dan hampir 50% dari total angkatan kerja masih menggantungkan nasibnya
bekerja di sektor pertanian (Dillon, 2004). Selain itu, sektor pertanian merupakan
salah satu sektor yang menghasilkan input atau bahan baku bagi proses
industrialisasi. Keadaan seperti ini menuntut bahwa pembangunan ekonomi di
Indonesia harus dilandaskan pada pembangunan pertanian yang berkelanjutan.
Selama ini, investasi di sektor pertanian dianggap kurang me mberikan
keuntungan baik serta merupakan suatu kegiatan yang dianggap masih dan terus akan
bersifat tradisional. Oleh sebagian pihak, pembangunan di sektor pertanian dianggap
kurang dapat mempercepat kemajuan suatu negara. Sektor industrilah yang dianggap
sebagai sektor yang paling potensial dalam menghasilkan keuntungan serta
mempercepat pertumbuhan ekonomi dan kemajuan suatu negara. Padahal, sektor
industri akan berjalan dengan baik, ketika sektor pertanian sebagai sektor dasar bagi
perekonomian Indonesia tumbuh dan berkembang dengan tangguh. Hal ini
disebabkan bahwa sektor pertanian memiliki keterkaitan yang sangat luas dengan
sektor-sektor lain dalam perekonomian Indonesia.
Berdasarkan Tabel 1.1. dan 1.2., terlihat bahwa nilai investasi dalam sektor
pertanian selama kurun waktu 2003-2006 mendapatkan proporsi yang sangat kecil
dari total investasi baik yang berasal dari dalam negeri maupun luar negeri, yaitu
hanya sekitar 1-9%. Padahal seperti yang diketahui, bahwa sektor pertanian pada
masa krisis, tahun 1998, merupakan sektor yang tetap eksis dan penyelamat bagi
perekonomian Indonesia. Sehingga seharusnya semua pihak, khususnya pemerintah
sebagai pihak yang berkewajiban memberikan sosialisasi dan promosi investasi bagi
investor di Indonesia serta sebagai pihak yang memberikan persetujuan terhadap
Nilai % Nilai % Nilai % Nilai %
Pertanian 2.057,9 4,11 1.847,9 4,98 4.493,6 8,88 8.767,8 5,39
Pertambangan 988,0 1,97 662,4 1,78 982,3 1,94 437,4 0,27
Industri Pengolahan 40.927,4 81,71 20.644,5 55,59 26.807,5 53,00 131.753,3 80,95
Listrik, gas & Air Bersih 608,4 1,21 8.798,1 23,69 6.276,1 12,41 7.232,4 4,44
Konstruksi 2.061,9 4,12 1.473,0 3,97 1.537,9 3,04 3.028,4 1,86
Perdagangan,hotel,restoran 1.301,8 2,60 764,1 2,06 4.652,9 9,20 9.413,2 5,78
Transportasi 2.023,4 4,04 1.887,1 5,08 2.375,1 4,70 1.930,3 1,19
Lembaga Keuangan & jasa Perusahaan 0,0 0,00 0,0 0,00 0,0 0,00 1,0 0,00
Jasa masyarakat,sosial,perorangan 122,4 0,24 1.063,3 2,86 3.451,0 6,82 203,4 0,12
TOTAL PMDN 50.091,2 100,0 37.140,4 100,0 50.576,4 100,0 162.767,2 100
SEKTOR2003 2004 20062005
Tahun
investasi baik PMDN maupun PMA harus memberikan perhatian khusus terhadap
pembangunan pertanian ke arah pertanian yang lebih maju. Salah satunya dengan
meningkatkan investasi di sektor pertanian.
Tabel 1.1. Nilai Investasi PMDN Indonesia Menurut Sektor (Milyar Rp)
Sumber : BKPM dalam Laporan Perekonomian Indonesia (2007)
Nilai % Nilai % Nilai % Nilai %
Pertanian 179,2 1,32 329,7 3,21 606,0 4,47 963,5 6,17
Pertambangan 17,9 0,13 66,3 0,64 775,9 5,73 325,7 2,08
Industri Pengolahan 6.574,1 48,35 6.336,4 61,64 6.028,0 44,51 8.307,4 53,17
Listrik, gas & Air Bersih 362,9 2,67 275,5 2,68 22,5 0,17 1.180,1 7,55
Konstruksi 857,6 6,31 954,0 9,28 1.772,2 13,08 2.561,3 16,39
Perdagangan,hotel,restoran 971,9 7,15 1.179,0 11,47 884,6 6,53 1.427,7 9,14
Transportasi 4.340,5 31,92 586,5 5,71 3.097,0 22,87 294,0 1,88
Lembaga Keuangan & jasa Perusahaan 10,4 0,08 339,6 3,30 124,8 0,92 57,2 0,37
Jasa masyarakat,sosial,perorangan 281,9 2,07 212,8 2,07 233,0 1,72 507,1 3,25
TOTAL PMA 13.596,4 100,0 10.279,8 100,0 13.544,0 100,0 15.624,0 100,0
SEKTOR 20062005
Tahun
2003 2004
Tabel 1.2. Nilai Investasi PMA Indonesia Menurut Sektor (000 US $)
Sumber : BKPM dalam Laporan Perekonomian Indonesia (2007)
Investasi pada sektor pertanian memegang peranan yang sangat penting dalam
pencapaian target-target perekonomian Indonesia. Hal ini mengingat bahwa sektor
pertanian merupakan sektor andalan bagi perekonomian Indonesi a yang memiliki
fungsi yang sangat fundamental bagi pembangunan di Indonesia yaitu (1) mencukupi
pangan dalam negeri dengan jumlah penduduk yang sangat besar, (2) penyediaan
lapangan kerja dan berusaha bagi penduduknya, (3) penyedia bahan baku industri,
serta (4) sebagai salah satu penghasil devisa bagi negara. Seperti yang dinyatakan
oleh Rostow (1960) dalam Kalangi (2006), bahwa sektor pertanian yang handal
Persen (%)
2002 2003 2004 2004 20061. Pertanian 26,84 26,25 25,76 25,25 24,332. Pertambangan & Penggalian 1,52 1,43 1,21 1,22 1,203. Industri Pengolahan 24,61 24,49 24,41 24,24 24,084. Listrik, gas dan Air Brsih 0,83 0,84 0,82 0,81 0,795. Bangunan 5,69 5,76 5,86 6,28 6,526. perdagangan, Hotel & restoran 18,55 18,21 18,28 18,19 18,327. Pengangkutan & Komunikasi 7,11 7,49 8,04 8,40 8,858.Keuangan, Persewaan, & Jasa Perusahaan 5,91 6,03 6,09 6,19 6,409. Jasa-jasa 8,92 9,49 9,53 9,43 9,51
TOTAL PDRB 100,00 100,00 100,00 100,00 100,00
SEKTORTAHUN
merupakan prasyarat bagi pembangunan sektor industri dan jasa. Pengamatan empiris
menunjukkan bahwa sebagian besar negara hanya dapat mencapai tahapan tinggal
landas menuju pembangunan ekonomi berkelanjutan yang digerakkan oleh sektor
industri dan jasa setelah didahului oleh kemajuan di sektor pertanian.
Struktur perekonomian Sumatera Utara diketahui d idominasi oleh sektor
pertanian dan sektor industri. Kontribusi sektor pertanian terhadap pembentukan
PDRB masih lebih besar dibandingkan dengan sektor industri. Pada Tabel 1.3.
terlihat bahwa lebih dari 25% dari total PDRB Sumatera Utara berasal dari sekt or
pertanian. Hal ini berarti bahwa sektor pertanian merupakan salah satu sektor andalan
yang tetap harus diperhatikan bagi perekonomian Sumatera Utara.
Tabel 1.3. Distribusi PDRB Sumatera Utara Atas Dasar Harga Konstan
Sumber : BPS (2007)
2002 2003 2004 2005 20061. Pertanian 2,53 2,51 3,75 3,38 2,322. Pertambangan & Penggalian -0,50 -1,35 -10,68 6,42 4,173. Industri Pengolahan 5,03 4,29 5,38 4,76 5,474. Listrik, gas dan Air Brsih 7,03 5,42 3,09 5,15 3,085. Bangunan 4,64 6,01 7,65 12,96 10,336. perdagangan, Hotel & restoran 4,95 2,88 6,11 4,95 6,957. Pengangkutan & Komunikasi 12,14 10,45 13,49 10,11 11,918.Keuangan, Persewaan 5,59 6,84 6,90 7,15 9,879. Jasa-jasa 3,04 11,55 6,16 4,36 7,09
Pertumbuhan PDRB 4,56 4,81 5,74 5,48 6,18
TAHUNSEKTOR
Bila dilihat berdasarkan tingkat pertumbuhan sektoral terhadap PDRB
Sumatera Utara dalam kurun waktu tahun 2002 -2006 (Tabel 1.4.), terlihat bahwa laju
pertumbuhan rata-rata yang terjadi pada sektor pertanian adalah 2,90%. Angka ini
masih dibawah laju pertumbuhan rata-rata PDRB Sumatera Utara yaitu 5,35%. Laju
pertumbuhan sektor pertanian di Sumatera Utara berada pada level terendah selain
sektor pertambangan. Hal ini menunjukkan bahwa sektor pertanian berjalan lambat
dibandingkan sektor-sektor lainnya. Kondisi ini tidak boleh terus terjadi mengingat
bahwa sektor pertanian masih menjadi sektor andalan bagi pembangunan
perekonomian Sumatera Utara. Hal ini berarti masih perlu dilakukan pembenahan -
pembenahan strategi dalam sektor pertanian. Salah satu aspek y ang perlu diperhatikan
adalah investasi.
Tabel 1.4.Laju Pertumbuhan PDRB Sumatera Utara Atas Dasar Harga Konstan
Sumber : BPS (2007)
Tabel 1.5. Alokasi Tenaga Kerja Berdasarkan Sektor Ekonomi 2003-2006Persen (%)
Sektor 2003 2004 2005 2006Pertanian 56,03 51,60 55,73 49,64
Pertambangan 0,33 0,62 0,02 0,24
Industri Pengolahan 6,00 8,07 6,87 7,08
Listrik, Gas,dan Air Bersih 0,30 0,25 0,37 0,33
Bangunan 3,56 4,11 4,92 3,75
Perdagangan,hotel & Restoran 16,69 17,18 14,86 19,25
Pengangkutan & Komunikasi 5,77 6,28 6,47 6,60
Keuangan, Persewaan 0,98 1,00 0,78 1,35
Jasa-Jasa 10,24 10,78 9,97 11,81
Lainnya 0,09 0,11 0,00 0,00
Sumber : Sumut dalam Angka (BPS), berbagai Terbitan
Investasi dilakukan untuk membentuk faktor produksi kapital, dimana sebagian
digunakan untuk pengadaan barang yang menunjang kegiatan usaha. Melalui
investasi, kapasitas produksi dapat ditingkatkan yang kemudian akan mampu
meningkatkan output, dan akhirnya juga akan meningkatkan pendapatan daerah serta
percepatan pertumbuhan perekonomian daerah. Selain itu , investasi dapat
menciptakan lapangan kerja baru, yang berarti bahwa tingkat pengangguran
berkurang.
Investasi di sektor pertanian dalam perekonomian Sumatera Utara merupakan
suatu hal yang penting yang harus dilakukan. Hal ini disebabkan bahwa sektor
termasuk salah satu program prioritas pembangunan daerah yang telah ditetapkan
oleh pemerintahan daerah Sumatera Utara. Selain itu, mengingat bahwa sektor
pertanian telah menyediakan lapangan kerja yang besar bagi angkatan kerja yang
tersedia di Sumatera Utara. Seperti yang ditunjukkan pada Tabel 1.5.
Investasi di sektor pertanian akan memberikan kontribusi yang besar terhadap
perekonomian daerah baik dalam hal PDRB, kesempatan kerja maupun pemerataan
pendapatan. Menurut Sinaga (2003), meskipun Sumatera Utara memiliki kekayaan
potensi sumber daya alam dan sumber daya manusia maupun letak geografis yang
strategis, namun tanpa adanya sumber daya fisik (penanaman modal) maka
pembangunan Sumatera Utara akan tetap lambat. Penanaman modal (investasi) a kan
mendorong kenaikan daya beli masyarakat Sumatera Utara sebab bertambahnya
penciptaan kesempatan kerja.
1.2. Perumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang, maka dirumuskan beberapa permasalahan yang
akan diteliti yaitu :
1. Bagaimana peranan sektor perta nian di Sumatera Utara terhadap
perekonomian daerah dalam pembentukan struktur permintaan dan
penawaran, konsumsi, ekspor-impor, investasi, nilai tambah dan output
sektoral ?
2. Bagaimana keterkaitan kebelakang dan ke depan (Backward and forward
linkage) sektor pertanian dengan sektor ekonom i lainnya ?
3. Apakah seluruh subsektor dalam sektor pertanian termasuk sektor kunci
dalam perekonomian Sumatera Utara ?
4. Bagaimana dampak investasi sektor pertanian terhadap pembentukan output ,
pendapatan dan tenaga kerja ?
5. Bagaimana dampak perubahan investasi sektor pertanian terhadap
pembentukan output, pendapatan, dan tenaga kerja ?
1.3. Tujuan Penelitian
Sesuai dengan latar belakang dan perumusan masalah, maka tujuan penelitian
adalah :
1. Menganalisis peranan sektor pertani an di Sumatera Utara terhadap
perekonomian daerah dalam pembentukan struktur permintaan dan
penawaran, konsumsi, ekspor -impor, investasi, nilai tambah dan output
sektoral
2. Menganalisis tingkat keterkaitan kebelakang dan ke depan ( Backward and
forward linkage) sektor pertanian dengan sektor ekonomi lainnya di Sumatera
Utara.
3. Menentukan sektor dalam sektor pertanian yang termasuk dalam sektor kunci
pada perekonomian Sumatera Utara.
4. Menganalisis dampak investasi sektor pertanian terhadap pembentukan
output, pendapatan, dan tenaga kerja.
5. Menganalisis dampak perubahan investasi sektor pertanian terhadap
pembentukan output, pendapatan, dan tenaga kerja.
1.4. Manfaat Penelitian
Manfaat penelitian ini adalah :
1. sebagai sebuah proses pembelajaran bagi peneliti men genai disiplin ilmu yang
diteliti.
2. Sebagai bahan masukan bagi para pembuat kebijakan dan pengambil
keputusan dalam merumuskan dan merencanakan arah kegiatan pembangunan
daerah umumnya dan pertanian khususnya di Sumatera Utara serta sebagai
bahan pertimbangan untuk kegiatan penanaman modal di sektor pertanian.
3. Sebagai bahan referensi bagi penelitian selanjutnya
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Investasi
Teori Investasi adalah teori permintaan modal. Investasi adalah arus
pengeluaran yang menambah stok modal fisik atau dengan kata lain investasi adalah
jumlah yang dibelanjakan sektor usaha untuk menambah stok modal dalam periode
tertentu. Investasi biasanya menempati proporsi yang relatif sedikit dari permintaan
agregat, akan tetapi fluktuasi inves tasi menempati sebagian besar pergerakan siklus
bisnis dalam PDB. Salah satu alasan mengapa negara -negara dengan pertumbuhan
tinggi merupakan negara-negara dengan pertumbuhan tinggi ialah karena mereka
mencurahkan bagian substansial dari output mereka ke d alam investasi (dornbush,
2004). Bank Indonesia dan Badat Pusat Statistik mengartikan investasi sebagai suatu
kegiatan penanaman modal pada berbagai kegiatan ekonomi dengan harapan untuk
memperoleh keuntungan (benefit) pada masa-masa yang akan datang.
Investasi merupakan unsur PDB yang paling sering berubah. Ada tiga bentuk
pengeluaran investasi yaitu investasi tetap bisnis, investasi tetap residensial, dan
investasi persediaan. Investasi tetap bisnis adalah pembelian pabrik dan peralatan
baru oleh perusahaan, investasi residensial adalah pembelian rumah baru oleh rumah
tangga dan tuan tanah. Investasi persediaan adalah peningkatan dalam persediaan
barang perusahaan (Mankiw, 2003). Selain ini, investasi dapat dibedakan atas
investasi finansial dan investasi non-finansial. Investasi finansial lebih ditujukan
kepada investasi dalam bentuk pemilikan instrumen finansial seperti penyertaan,
pemilikan saham, obligasi, dan sejenisnya. Sedangkan investasi non -finansial dalam
bentuk investasi fisik (kapital dan baran g modal), termasuk pula inventori
(persediaan).
Menurut Sukirno, S (1999) mengartikan bahwa investasi adalah sebagai
pengeluaran atau pembelanjaan penanam -penanam modal atau perusahaan untuk
membeli barang-barang modal dan perlengkapan -perlengkapan produksi untuk
menambah kemampuan memproduksi barang -barang dan jasa – jasa yang tersedia
dalam perekonomian. Pertambahan jumlah barang modal ini menunjukkan
perekonomian tersebut menghasilkan lebih banyak barang dan jasa di masa yang akan
datang. Adakalanya penanaman modal dilakukan untuk menggantikan barang -barang
modal yang lama yang telah haus dan perlu di depresiasikan.
Nanga, M (2005), investasi (investment) dapat didefenisikan sebagai
tambahan bersih terhadap stok kapital yang ada ( net addition to existing capital
stock). Istilah lain dari investasi adalah pemupukan modal ( capital formation) atau
akumulasi modal (capital accumulation). Dengan demikian di dalam makroekonomi
pengertian investasi tidak sama dengan modal ( capital). Dalam Makroekonomi,
investasi memiliki arti yang lebih sempit, yang secara teknis berarti arus pengeluaran
yang menambah stok modal fisik. Investasi merupakan jumlah yang dibelanjakan
sektor bisnis untuk menambah stok modal dalam periode tertentu.
a. Teori Investasi dari Keynes
John Maynard Keynes mendasarkan teori tentang permintaan investasi atas
konsep efisiensi marjinal kapital (Marginal Efficiency of Capital atau MEC ). Sebagai
suatu defenisi kerja, MEC dapat didefenisikan sebagai tingkat perolehan bersih yang
diharapkan (Expected net rate of return ) atau pengeluaran kapital
tambahan.Tepatnya, MEC adalah tingkat diskonto yang menyamakan aliran
perolehan yang diharapkan dimasa yang akan datang dengan biaya sekarang dari
kapital tambahan. Secara matematis, MEC dapat dinyatakan dala m bentuk formula
sebagai berikut :
R1 + R2 + ... + Rn
Ck = ………………(2.1) (1 + MEC)1 (1 + MEC)2 (1 + MEC)3
Dimana R adalah perolehan yang diharapkan (expected return) dari suatu proyek, dan
Ck adalah biaya sekarang (current cost) dari modal tambahan.
Apakah suatu investasi itu dilakukan atau tidak, sangat bergantung pada
perbandingan antara present value (PV) di satu pihak dan Current Cost of Additional
Capital (Ck) di lain pihak. Kalau PV > Ck, maka diputuskan investasi dilakukan,
sebaliknya kalau PV < Ck diputuskan investasi tidak dilakukan. Sedangkan hubungan
permintaan investasi dan tingkat bunga (r) dengan MEC tertentu , oleh keynes
dinyatakan dalam bentuk fungsi sebagai berikut :
I = f (i) (given MEC) .......................................................... (2.2)
Secara grafik, hubungan antara investasi dan tingkat bunga dapat digambarkan
sebagai berikut :
Tingkat bunga (i)
i1
i2
0 I = I (i)
Investasi (I)
Sumber : Nanga, M (2005)
Gambar 2.1. Kurva Permintaan Investasi
b. Teori Akselerator
Teori akselerator ini memusatkan perhatiannya pada hubungan antara
permintaan akan barang modal (capital goods) dan permintaan akan produk akhir
(final product), dimana permintaan akan barang modal dilihat sebagai permintaan
turunan (derived demand) dari permintaan akan barang atau produk akhir. Teori ini
mulai dengan mengasumsikan adanya capital-output ratio (COR) tertentu, yang
ditentukan oleh kondisi teknis produksi. Hubungan antara kapital dan output ( COR)
tersebut secara matematis dapat dinyatakan sebagai berikut :
K= k ............................................................. ................ (2.3)
Y
Dimana K adalah jumlah kapital yang digunakan, Y adalah tingkat output
agregat, k adalah rasio kapital -output yang tetap (fixed capital output ratio ). Hal
diatas menjelaskan bahwa untuk me ngahsilkan tingkat output Yt pada periode waktu
t, membutuhkan jumlah kapital sebesar Kt yang besarnya sama dengan k.Yt. Dari hal
diatas, persamaan tersebut dapat ditulis kembali menjadi :
Kt = k . Yt ......................... ..................................................( 2.4)
Kt-1 = k . Yt-1 ...........................................................................( 2.5)
Karena investasi bersih (net investment ) pada kurun waktu t, It :
It = Kt - Kt-1
= k (Yt – Yt-1)
= k. Δ Yt ....................................................................( 2.6)
Persamaan diatas menunjukkan bahwa investasi netto ( It) adalah sama dengan
koefisien akselerator (k) dikali dengan perubahan dalam output agregat selama kurun
waktu t (Yt). Oleh karena k diasumsikan konstan, maka investasi netto dengan
sendirinya menjadi fungsi dari perubahan di dalam output agregat. Kalau output
agregat meningkat, maka investasi netto akan positif. Jika output agregat meningkat
dengan jumlah yang semakin besar, maka investasi netto akan meningkat dengan
jumlah yang lebih besar lagi.
c. Teori Dana Internal
Teori dana internal tentang invest asi (internal funds theory of investment )
mengatakan bahwa stok kapital dan investasi yang diinginkan, bergantung pada
tingkat keuntungan. Teori ini salah satunya didukung oleh Jan Tinbergen yang
mengatakan bahwa keuntungan yang terjadi secara akurat meref leksikan keuntungan
yang diharapkan. Karena investasi bergantung pada keuntungan yang diharapkan,
maka investasi memiliki hubungan positif dengan keuntungan yang terjadi.
d. Teori Neoklasik
Teori Neoklasik tentang investasi merupakan teori tentang akumul asi kapital
optimal. Stok kapital yang diinginkan ditentukan oleh output dan harga dari jasa
kapital relatif terhadap harga output. Harga jasa kapital pada gilirannya bergantung
pada harga barang-barang modal, tingkat bunga, dan perlakuan pajak atas pendap atan
perusahaan. Menurut teori ini, perubahan di dalam output atau harga dari jasa kapital
relatif terhadap harga output akan mengubah atau mempengaruhi, baik stok kapital
maupun investasi yang diinginkan.
e. Teori q dari Tobin
Teori ini menyatakan bahwa stok kapital dan investasi yang diingikan
berhubungan positif dengan q, yaitu rasio antara nilai pasar (market value) dari modal
terpasang perusahaan dengan biaya penggantian (replacement cost) modal terpasang
perusahaan. Teori investasi q Tobin dapat diny atakan :
I = I (q) ........................................... .......................................(2.7)
Dimana kalau q meningkat, maka I akan meningkat pula. Selanjutnya hubungan q
dengan nilai pasar dari perusahaan dan biaya p enggantian dari aset
perusahaan,dinyatakan :
Nilai Pasar dari modal terpasang q = ....................(2.8)
Biaya Penggantian dari modal terpasang
2.2. Sektor Pertanian
Mengutip pernyataan Gunnar Mirdal dalam Todaro (2004) yang menyatakan
bahwa dalam sektor pertanianlah ditentukan berhasil atau tidaknya upaya -upaya
pembangunan ekonomi jangka panjang. Jika s uatu negara menghendaki
pembangunan yang lancar dan berkesinambungan maka negara itu harus memulainya
dari sektor pertanian khususnya. Intisari yang terkandung dalam masalah kemiskinan
yang terus meluas, ketimpangan distribusi pendapatan yang semakin parah , laju
pertumbuhan penduduk yang semakin cepat, serta terus melonjaknya tingkat
pengangguran pada awalnya tercipta dari stagnasi serta terlalu seringnya kemunduran
kehidupan perekonomian di sektor pertanian.
Secara tradisional, peranan sektor pertanian da lam pembangunan ekonomi
hanya dipandang pasif dan sebagai unsur penunjang semata. Berdasarkan pengalaman
historis dari negara-negara barat, apa yang disebut sebagai pembangu nan ekonomi
identik dengan transformasi struktural yang cepat terhadap perekonomian , yakni
perekonomian yang bertumpu pada kegiatan pertanian menjadi industri modern dan
pelayanan masyarakat yang lebih kompleks. Dengan demikian, peran utama pertanian
hanya dianggap sebagai sumber tenaga kerja dan bahan -bahan pangan yang murah
demi berkembangnya sektor-sektor industri yang dinobatkan sebagai “sektor
unggulan” dinamis dalam strategi pembangunan ekonomi secara keseluruhan
Dewasa ini, nampak jelas bahwa para pakar ilmu ekonomi pembangunan
mulai kurang berminat untuk memberikan perhatian yan g besar pada upaya
industrialisasi secara cepat. Nampaknya mereka mulai menyadari bahwa daerah
pedesaan umumnya, dan sektor pertanian khususnya, ternyata tidak bersifat pasif,
tetapi jauh lebih penting dari sekedar penunjang dalam proses pembangunan ekonom i
secara keseluruhan. Keduanya harus ditempatkan pada kedudukan sebenarnya, yakni
sebagai unsur atau elemen unggulan yang sangat penting, dinamis, dan bahkan sangat
menentukan dalam strategi-strategi pembangunan secara keseluruhan.
Suatu strategi pembangunan ekonomi yang dilandaskan pada prioritas
pertanian dan ketenagakerjaan paling tidak memerlukan tiga unsur pelengkap dasar,
yakni : (1) percepatan pertumbuhan output melalui serangkaian penyesuaian
teknologi, institusional, dan insentif harga yang khusu s dirancang untuk
meningkatkan produktivitas para petani kecil, (2) peningkatan permintaan domestik
terhadap output pertanian yang dihasilkan dari strategi pembangunan perkotaan yang
beroirentasi pada upaya pembinaan ketenagakerjaan, (3)diversifikasi kegia tan
pembangunan daerah yang bersifat padat karya, yaitu nonpertanian, yang secara
langsung dan tidak langsung akan menunjang dan ditunjang oleh masyarakat
pertanian. Karena itu, pada skala yang lebih luas, pembangunan sektor pertanian kini
diyakini sebagai intisari pembangunan nasional secara keseluruhan oleh banyak
pihak. Harus diingat bahwa tanpa pembangunan daerah pedesaan/pertanian yang
integratif, pertumbuhan industri tidak akan berjalan dengan lancar, dan kalaupun bisa
berjalan, pertumbuhan industri t ersebut akan menciptakan berbagai ketimpangan
internal yang sangat parah dalam perekonomian yang bersangkutan Pada gilirannya,
segenap ketimpangan tersebut akan memperparah masalah -masalah kemiskinan,
ketimpangan pendapatan, dan pengangguran. (Todaro, 2004 ).
Menurut Analis klasik dari Kuznets (1964) dalam Tambunan.T (2003),
pertanian di Negara-negara sedang berkembang (NSB) merupakan suatu sektor
ekonomi yang sangat potensial dalam empat bentuk kontribusinya terhadap
pertumbuhan dan pembangunan ekonomi na sional, yaitu sebagai berikut :
1) Ekspansi dari sektor-sektor ekonomi nonpertanian sangat bergantung pada
produk-produk dari sektor pertanian, bukan saja untuk kelangsungan
pertumbuhan suplai makanan, tetapi juga untuk penyediaan bahan -bahan baku
untuk keperluan kegiatan produksi di sektor -sektor nonpertanian tersebut,
terutama industri pengolahan, seperti industri -industri makanan dan minuman,
tekstil dan pakaian jadi, barang-barang dari kulit, dan farmasi. Hal ini
kemudian disebut sebagai kontribusi produk.
2) Karena kuatnya bias agraris dari ekonomi selama bertahap -tahap awal
pembangunan, maka populasi di sektor pertanian (daerah pedesaan)
membentuk suatu bagian yang sangat besar dari pasar (permintaan) domestik
terhadap produk-produk dari industri dan sektor lain di dalam negeri, baik
untuk barang-barang produsen maupun barang -barang konsumen. Yang
kemudian disebut sebagai kontribusi Pasar
3) Karena relatif pentingnya pertanian (dilihat dari sumbangan output -nya
terhadap pembentukan PDB dan andilnya terhadap peny erapan ternaga kerja)
tanpa bisa dihindari menurun dengan pertumbuhan atau semakin tingginya
tingkat pembangunan ekonomi, sektor ini dilihat sebagai suatu sumber modal
untuk investasi di dalam ekonomi. Jadi pembangunan ekonomi melibatkan
transfer surplus modal dari sektor pertanian ke sektor -sektor nonpertanian.
Hal ini disebut sebagai kontribusi faktor-faktor produksi.
4) Sektor pertanian mampu berperan sebagai salah satu sumber penting bagi
surplus neraca perdagangan atau neraca pembayaran (sumber devisa), b aik
lewat ekspor hasil-hasil pertanian atau peningkatan produksi komoditi -
komoditi pertanian menggantikan impor (substitusi impor). Hal ini disebut
sebagai kontribusi devisa. Menurut Tambunan. T (2003), kontribusi sektor
pertanian di suatu negara terhadap pendapatan devisa adalah lewat
pertumbuhan ekspor dan/atau pengurangan impor negara tersebut atas
komoditi-komoditi pertanian. Tentu, kontribusi sektor pertanian terhadap
ekspor juga bisa bersifat tidak langsung, misalnya lewat peningkatan ekspor
atau pengurangan impor produk-produk berbasis pertanian, seperti makanan
dan minuman, tekstil, dan produk -profuknya
2.2.1. Keterkaitan dalam Sektor Pertanian
Kemampuan sektor pertanian sebagai lokomotif penarif pertumbuhan output
di sektor-sektor ekonomi lainnya tidak hanya melalui keterkaitan produksi seperti
dalam pandangan Hirschman, tetapi juga melalui keterkaitan konsumsi atau
pendapatan dan pada banyak kasus juga melalui keterkaitan investasi. Dalam bentuk -
bentuk keterkaitan ekonomi tersebut, sektor pertania n mempunyai tiga fungsi utama.
Pertama, sebagai sumber investasi di sektor -sektor non-pertanian : surplus uang (MS)
di sektor pertanian menjadi sumber dana investasi di sektor -sektor lain, kedua,
sebagai sumber bahan baku atau input bagi sektor -sektor lainnya, khususnya
agroindustri dan sektor perdagangan, ketiga, melalui peningkatan permintaan di pasar
output, sebagai sumber diversifikasi produksi di sektor -sektor ekonomi lainnya.
(Tambunan. T, 2003)
Menurut Tambunan. T (2003), keterkaitan produksi menunj ukkan
ketergantungan dalam proses produk si antara satu sektor dengan sek tor-sektor
lain.Gambaran keterkaitan sektor pertanian dengan sektor -sektor ekonomi lain terlihat
pada Gambar 2.2.
Keterkaitan Ke Belakang : Industri/Sektor
Tidak langsung
Langsung
Pusat Pertumbuhan
Keterkaitan Ke Depan:
Langsung
Tidak Langsung
Sumber : Tambunan, T (2003)
Gambar 2.2. Keterkaitan Sektor Pertanian dalam Perekonomi an Nasional
Keterangan :1-3 : sektor yang outputnya merupakan input bagi sektor pertanian contohnya bibit, pupuk, alsintan4-9 : sektor hulu yang outputnya merupakan input bagi sektor 1 -310-12 : sektor yang inputnya berasal dari sektor pertania n,contohnya Pabrik kelapa sawit, industri pembuatan kopi,dan lainnya13-18 : sektor yang inputnya berasal dari sektor 10 -12,contohnya industri minyak goreng,keuangan,dan lainnya
2.3. Investasi di Sektor Pertanian
Sektor pertanian masih memegang peranan penting bagi perekonomian
nasional. Setidaknya ada empat hal yang dapat dijadikan alasan. Pertama, Indonesia
merupakan negara berkembang yang masih relatif tertinggal dalam penguasaan Iptek
Sektor Pertanian
1 2 3
4 5 6 7 8 9
10
181413
1211
171615
muktahir serta masih menghadapi kendala keterbatasan modal, jelas belum memiliki
keunggulan komparatif (comparative advantage) pada sektor ekonomi yang berbasis
Iptek dan padat modal. Oleh karena itu pembangunan ekonomi Indonesia sudah
selayaknya dititikberatkan pada pembangunan sekto r-sektor ekonomi yang berbasis
pada sumberdaya alam, padat tenaga kerja, dan berorientasi pada pasar domestik.
Dalam hal ini, sektor pertanianlah yang paling memenuhi persyaratan.
Kedua, menurut proyeksi penduduk yang dilakukan oleh BPS penduduk
Indonesia diperkirakan sekitar 228-248 juta jiwa pada tahun 2008-2015. Kondisi ini
merupakan tantangan berat sekaligus potensi yang sangat besar, baik dilihat dari sisi
penawaran produk (produksi) maupun dari sisi permintaan produk (pasar) khususnya
yang terkait dengan kebutuhan pangan. Selain itu ketersedian sumber daya alam
berupa lahan dengan kondisi agroklimat yang cukup potensial untuk dieksplorasi dan
dikembangkan sebagai usaha pertanian produktif merupakan daya tarik tersendiri
bagi para investor untuk menanamkan modalnya.
Ketiga, sektor pertanian tetap merupakan salah satu sumber pertumbuhan
output nasional yang penting. Keempat, sektor pertanian memiliki karakteristik yang
unik khususnya dalam hal ketahanan sektor ini terhadap guncangan stru ktural dari
perekonomian makro. Mengingat pentingnya peranan sektor pertanian dalam
perekonomian nasional tersebut sudah seharusnya kebijakan -kebijakan negara berupa
kebijakan fiskal, kebijakan moneter, serta kebijakan perdagangan tidak mengabaikan
potensi sektor pertanian. Bahkan dalam beberapa kesempatan Presiden Susilo
Bambang Yudhoyono menyampaikan pentingnya sektor pertanian dengan
menempatkan revitalisasi pertanian sebagai satu dari strategi tiga jalur (triple track
strategy) untuk memulihkan dan membangun kembali ekonomi Indonesia. Salah satu
tantangan utama dalam menggerakan kinerja dan memanfaatkan sektor pertanian ini
adalah modal atau investasi. Pengembangan investasi di sektor pertanian diperlukan
untuk dapat memacu pertumbuhan ekonomi, meningkatkan kesempatan kerja dan
pendapatan petani, serta pengembangan wilayah khususnya wilayah perdesaan.(Indra,
2008)
Menurut Soetrisno dan Kalangi (2006) menyatakan bahwa sektor pertanian
hanya akan mampu mengangkat kesejahteraan petani kalau produktivitas pertanian
ditingkatkan. Produktivitas bukan semata pada output fisik/ satuan input, akan tetapi
pada nilai tambah. Untuk itu diperluakan beberapa hal, yaitu : (1) peningkatan
kepadatan investasi per satuan luas atau unit usaha pertanian, (2) mengadakan
restrukturisasi usaha pertanian menuju skala yang kompetitif dan mendukung
kemandirian ekonomi dan dapat dijalankan dalam skala individual dan
kelompok/koperasi/ perusahaan, (3) kembalikan pola pertanian dengan model
kesatuan yang terkait dengan industri pengolahan dan ekspo r, dan (4) perlu adanya
reorientasi kebijakan bahwa tujuan pembangunan pertanian adalah kesejahteraan
petani.
Indonesia yang dikenal sebagai negara agraris. Oleh karena itu, mayoritas
penduduknya bergantung pada sektor pertanian. Sehingga untuk pengembang an
pertanian secara menyeluruh tentu dibutuhkan jumlah investasi yang besar. Tanpa
adanya investasi yang besar dalam pengembangan infrastruktur penunjang serta
peningkatan kualitas produk pertanian maka akan sulit bagi Indonesia untuk bersaing
dengan negara lain di sektor ini.
2.4. Analisis Input-Output
Alat analisis Input-Output pertama kali dikembangkan oleh Wassily Leontief
pada tahun 1930-an. Idenya sangat sederhana namun mampu menjadi salah satu alat
analisis yang ampuh dalam melihat hubungan anta rsektor dalam suatu perekonomian.
Hubungan antarsektor ini mulai menjadi penting di pertengahan abad ini, sejak
analisis pembangunan ekonomi tidak lagi hanya mementingkan pertumbuhan
ekonomi semata, tetapi juga melihat pembagian pertumbuhan antar faktor -faktor
produksi, dan jug sumber-sumber pertumbuhan itu sendiri (Nazara, 2005)
Boumal (1972) dalam Nazara (2005) menyatakan analisis input -output
sebagai usaha memasukan fenomena keseimbangan umum dalam analisis empiris
sisi produksi. Analisis input -ouput merupakan suatu peralatan analisis keseimbangan
umum. Analisis ini didasarkan pada suatu situasi perekonomian. Keseimbangan
dalam analisis input-output didasarkan arus transaksi antarpelaku perekonomian.
Penekanan utama dalam analisis input -output ini adalah pada sisi produksi. Teknologi
produksi digunakan oleh perekonomian tersebut memegang peranan penting dalam
analisis ini. Lebih spesifik lagi, teknologi yang memegang peranan besar adalah
teknologi dalam kaitannya dengan penggunaan input antara. Sampai ta hap tertentu,
input primer dianggap sebagai variabel eksogen, seperti halnya sisi permintaan akhir
juga kerap dijadikan sebagai variabel endogen.
Analisis Input-Ouput (analisis masukan-keluaran) adalah suatu analisis atas
perekonomian wilayah secara kompr ehensif karena melihat keterkaitan antarsektor
ekonomi di wilayah tersebut secara keseluruhan. Dengan demikian, apabila terjadi
perubahan tingkat produksi atas sektor tertentu, dampaknya terhadap sektor lain dapat
dilihat. Selain itu, analisis ini juga ter kait dengan tingkat kemakmuran masyarakat
melalui input primer (nilai tambah). Artinya, akibat perubahan tingkat produksi
sektor-sektor tersebut, dapat dilihat seberapa besar kemakmuran masyarakat
bertambah/berkurang. Setiap produk pasti membutuhkan input agar produk itu dapat
dihasilkan. Hasil produk dapat langsung dikonsumsi atau sebagai input untuk
menghasilkan produk lain atau input untuk produk yang sama pada putaran
berikutnya,misalnya bibit. Input dapat berupa output dari sektor lain yang sering
disebut dengan input antara berupa bahan baku dan input primer berupa tenaga kerja,
keahlian, peralatan, dan modal. Keikutsertaan fakto r-faktor produksi akan mendapat
imbalan yang menjadi pendapatan masyarakat sesuai dengan peran/keterlibatannya.
Hal ini menggambarkan bahwa sektor-sektor dalam perekonomian suatu wilayah
saling terkait antara satu dengan yang lainnya (Tarigan, 2006).
2.4.1. Manfaat/Kegunaan Analisis Input Output
Analisis input-output memiliki beberapa manfaat/ kegunaan yaitu :
a. Menggambarkan kaitan antarsektor sehingga memperluas wawasan
terhadap perekonomian wilayah. Dapat dilihat bahwa perekonomian
suatu wilayah bukan lagi sekedar kumpulan sektor -sektor, melainkan
merupakan satu sistem yang saling berhubungan. Perubahan pada
salah satu sektor akan secara langsung mempengaruhi keseluruhan
sektor.
b. Dapat digunakan untuk mengetahui daya tarik (backward linkage) dan
daya pendorong (forward linkage) dari setiap sektor sehingga mudah
menetapkan sektor mana yang dijadikan sektor strategis dalam
perencanaan pembangunan perekonomian suatu wilayah.
c. Dapat meramalkan pertumbuhan ekonomi dan kenaikan tingkat
kemakmuran, seandainya permintaan akhir dari beberapa sektor
diketahui akan meningkat. Hal ini dapat dianalisis melalui kenaikan
input antara dan kenaikan input primer yang merupakan nilai tambah
(kemakmuran)
d. Sebagai salah satu alat analisis yang penting dalam perencanaan
pembangunan ekonomi suatu wilayah karena bisa melihat
permasalahan secara komprehensif.
e. Dapat digunakan sebagai bahan menghitung kebut uhan tenaga kerja
dan modal dalam perencanaan pembangunan ekonomi suatu wilayah,
seandainya inputnya dinyatakan dalam bentuk tenaga kerja dan modal.
2.4.2. Tabel Dasar Transaksi Dalam Metode Input -Output
Tabel dasar transaksi input -output terdiri atas 4 kuadran yaitu kuadran-
kuadran yang berisi transaksi -transaksi dalam perekonomian meliputi transaksi sektor
Permintaan Antara Permintaan Akhir Jumlah O utputSumber Input Sektor Produk C I G E
Kuadran I Kuadran IIa. Input Antara Sektor 1 X11 X12 X13 C1 I1 G1 E1 X1 Sektor 2 X21 X22 X23 C2 I2 G2 E2 X2 … … … … Sektor n Xn1 Xn
Kuadran IIIb. Input Prim er W 1 W 2 W 3
T1 T2 T3S1 S2 S3
Jum lah Input X1 X2 X3
Alokasi O utput
Kuadran IV
produksi, permintaan akhir, input primer, dan balas jasa. Secara lebih sistematis
penjelasan terhadap 4 kuadran tersebut dapat dilihat pada Tabel 2.1. dibawah ini.
Tabel 2.1. Format Dasar Tabel Transaksi Input -Output
Sumber : Tarigan (2006)
Kuadran I terdiri atas transaksi antar sektor/ kegiatan, yaitu arus barang/jasa
yang dihasilkan oleh suatu sektor untuk digunakan oleh sektor lain (termasuk sektor
itu sendiri), baik bahan baku maupun sebagai bahan penolong. Artinya barang dan
jasa itu dibeli untuk kebutuhan proses produksi yang hasil akhirnya akan dijual
kembali pada putaran berikutnya. Matriks yang ada dalam kuadran I merupakan
sistem produksi dan bersifat endogen, sedangkan matriks yang berada di luar kuadran
I (II, III, IV) bersifat eksogen. Endogen artinya tidak mampu berubah karena
pengaruh dari dalam diri sendiri, perubahan hanya terjadi karena pengaruh dari luar.
Kuadran II terdiri atas permintaan akhir, yaitu barang dan jasa yang dibeli
oleh masyarakat untuk dikonsumsi (habis terpakai) dan untuk investasi. Termasuk
permintaan akhir ini adalah barang dan jasa yang dibeli oleh masyarakat umum,
dibeli oleh pemerintah, digunakan untuk investasi, diekspor ke luar negeri/ke luar
wilayah, dan tidak lagi berada di dalam negeri/wilayah karena habis terpakai.
Kuadran III berisikan input primer, yaitu semua daya dan dana yang
diperlukan untuk menghasilkan suatu produk tetapi diluar kat egori input antara.
Termasuk dalam kategori ini adalah tenaga kerja, keahlian, modal, peralatan,
bangunan dan tanah. Sumbangan masing-masing pihak dihitung sesuai dengan balas
jasa yang diterimanya karena keikutsertaannya dalam proses produksi. Apa yang
tertera dalam kuadran III adalah balas jasa bagi faktor -faktor produksi dan karenanya
merupakan pendapatan yang menggambarkan kemakmuran masyarakat di suatu
wilayah seandainya seluruh faktor produksi dimiliki oleh masyarakt setempat. Jumlah
keseluruhan balas jasa tersebut adalah sama dengan nilai tambah bruto wilayah
tersebut.
Kuadran IV menggambarkan bagaimana balas jasa yang diterima input primer
didistribusikan ke dalam permintaan akhir. Karena tidak dibutuhkan dalam analaisis
input-output, kuadran ini sering diabaikan di dalam tabel input -output.
2.5. Penelitian Terdahulu
Kalangi,L.S (2006) dalam penelitiannya yang ”Dampak Investasi di Sektor
Pertanian dan Agroindustri dalam Penyerapan Tenaga Kerja dan Distribusi
Pendapatan” dengan menggunakan pendeka tan SAM (Social Accounting Matrix)
menyatakan bahwa investasi untuk peningkatan output sektor pertanian memiliki
dampak yang lebih besar terhadap faktor produksi tenaga kerja dan peningkatan
pendapatan rumah tangga, Persentase penyerapan tenaga kerja terbe sar untuk sektor
pertanian terdapat pada sektor tanaman pangan. Semua sektor pertanian dan
agroindustri memberikan pengaruh ke rumah tangga akan melewati tenaga kerja non
pertanian serta modal swasta dan pemerintah. Berdasarkan skenario yang dilakukan
Kalangi, injeksi penanaman modal pada sektor pertanian, agroindustri, dan sektor
produksi lainnya baik yang berasal dari dalam negeri maupun asing memberikan
dampak yang positif bagi peningkatan faktorial, rumah tangga, sektor produksi itu
sendiri maupun sektor produksi lainnya.
Lena (2004) menyimpulkan bahwa dampak pembangunan di sektor pertanian
terjadi secara langsung (direct impact) dan tidak langsung (indirect impact). Dampak
tidak langsung menunjukkan bahwa pembangunan di sektor pertanian akan memiliki
pengaruh terhadap kenaikan gross output, value added, kegiatan produksi di sektor -
sektor lainnya, dan pendapatan masyarakat, jika pembangunan di sektor ini berjalan
melalui proses dan kegiatan yang sinergis dengan sektor -sektor lainnya.
Susanti (2003) dalam penelitiannya menyatakan bahwa pengaruh peningkatan
investasi sektor perikanan terhadap kinerja perekonomian Indonesia secara umum
berpengaruh positif, dimana telah menimbulkan peningkatan output sektoral.
Sedangkan pengaruh dari perubahan produktivitas juga memberikan hasil yang sama,
dimana perubahan produktivitas baik produktivitas total, kapital, maupun tenaga kerja
memberikan pengaruh meningkatkan output sektor perekonomian di Indonesia.
Apabila investasi dan produktivitas dirubah sescara bersama -sama maka perubahan
output yang terjadi di sektor perikanan relatif lebih besar dibandingkan bila dirubah
secara parsial. Konsumsi rumah tangga sektoral mengalami peningkatan akibat
peningkatan investasi dan produktivitas.
Nurlaela (2003) dengn judul pene litian “Dampak Investasi Sektor Pertanian
dalam Perekonomian Jawa Barat “ dengan menggunakan data Input-output 2000
provinsi Jawa Barat, terlihat bahwa total investasi yang terbentuk sebesar Rp 394.657
milyar akan menciptakan output tambahan sebesar Rp 428 .508 milyar, nilai tambah
sebesar bruto sebesar Rp371.931 milyar, peningkatan pendapatan sebesar Rp 537.80
milyar dan menciptakan lapangan pekerjaan sebanyak 54.799 orang. Selain itu,
subsektor perikanan memiliki nilai multiplier (pengganda) terbesar terha dap output,
pendapatan dan tenaga kerja dibanding subsektor lainnya dalam sektor pertanian.
Supriana, T (1995) dalam hasil penelitian yang di daerah Kota Pinang,
Kabupaten Labuhan Batu terlihat bahwa keterkaitan antar sektor pertanian,
khususnya sektor tanaman perkebunan kelapa sawit memiliki keterkaitan ke depan
baik secara langsung maupun tidak langsung yang tinggi. Sehingga sektor pertanian
khususnya sektor tanaman perkebunan kelapa sawit memiliki peranan yang strategis
dalam pembangunan ekonomi daerah kota pinang, kabupaten Labuhan Batu. Selain
itu, berdasarkan hasil penelitian tersebut terlihat bahwa sektor pertanian efektif dalam
mempercepat perkembangan sektor -sektor ekonomi lain dalam wilayah dan
perkembangan wilayah secara umum.
2.6. Kerangka Pemikiran
Dampak kegiatan dalam suatu perekonomian secara komprehensif dapat
diketahui melalui sebuah pendekatan analisis yang komprehensif pula. Dalam suatu
perekenomian suatu wilayah, keterkaitan antara satu sektor dengan sektor lainnya
saling berkaitan dan memiliki pengaruh satu dengan yang lainnya. Begitu dengan
perekonomian yang ada di Sumatera Utara.
Sumatera Utara secara umum tetap memprioritas dan menjadikan sektor
pertanian sebagai sektor unggulan dalam perekonomian wilayahnya. Sektor pertanian
masih memberikan kontribusi (share) yang relatif tinggi terhadap PDRB. Hal ini
sektor pertanian juga harus mendapat perhatian yang serius oleh pemerintah daerah
sehingga diharapkan sektor pertanian mampu menjadi sektor yang memiliki daya
saing yang tinggi. Selain itu, setiap sektor, begitupun dengan sektor pertanian pasti
akan memiliki hubungan atau keterkaitan dengan sektor lainnya. Setiap transaksi atau
kegiatan yang dilakukan dalam sektor pertanian pasati memiliki pengaruh baik
langsung ataupun tidak langsung dengan sektor lain diluar sektor pertanian.
Peningkatan daya saing sektor pertanian tidak dapat dicapai tanpa adanya
kegiatan investasi dalam sektor tersebut. Dengan adanya kegiatan investasi, sektor
pertanian akan lebih mampu memanfaat resources (sumberdaya) yang dimiliki secara
optimal. Akan tetapi mengingat masih rendahnya nilai investasi yang terjadi di
Sumatera utara secara umum, dan investasi sektor pertanian secara khusus serta
masih pentingnya sektor pertanian bagi perekonomian Sumatera Utara maka dengan
menggunakan pendekatan analisis Input -Output diharapkan akan mampu melihat
bagaimana peranan sektor pertanian bagi perekonomian di Sumatera Utara secara
lebih mendalam, keterkaitan dengan sektor lain, nil ai multiplier yang dihasilkan
karena adanya investasi, serta menunjukkan pentingnya suatu kegiatan investasi bagi
sektor pertanian di Sumatera Utara.
Gambar 2.3. Kerangka Pemikiran
Peran Investasi
Sektor Pertanian
PenentuanSektor Kunci
AnalisisKeterkaitan
& Indeks
Penyebaran
Analisis Kontribusidalam pembentukan:- Permintaan &
Penawaran- Konsumsi- Ekspor-Impor- Investasi- Nilai Tambah- Output Sektoral
Analisis DampakInvestasi:
- Tenaga Kerja- Output- Pendapatan
Analisis DampakPerubahanInvestasi
Perekonomian Sumatera Utara
2.7. Hipotesis Penelitian
Berdasarkan landasan teori yang telah dirumuskan diatas, maka hipotesis yang
akan dirumuskan dalam penelitian ini adalah :
1. Sektor pertanian memiliki keterkaitan Langsung dan Tidak Langsung ke
Depan lebih besar dibandingkan nilai keterkaitan Langsung dan Tidak
Langusng Ke Belakang
2. Sektor Perkebunan merupakan sektor ungggulan dalam sektor Pertanian
3. Dampak Investasi terhadap Pembentukan Tenaga Kerja di Sektor Pertanian
mendapat kontribusi tertinggi dibandingkan terdapat pembentukan output dan
pendapatan
BAB III
METODE PENELITIAN
3.1. Tempat Penelitian
Penelitian ini dilakukan dengan ruang lingkup propinsi Sumate ra Utara.
Pemilihan tempat penelitian disebabkan bahwa masih pentingnya investasi serta
sektor pertanian merupakan sektor yang diandalkan bagi perekonomian Sumatera
Utara.
3.2. Jenis dan Sumber Data
Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah jenis data sekunder.
Data sekunder merupakan data yang dikumpulkan oleh pihak lain atau oleh lembaga
pengumpul data dan dipublikasikan kepada masyarakat pengguna data
(Kuncoro,2003). Data yang digunakan adalah data Input -Output Sumatera Utara
Tahun 2007 atas dasar harga produsen serta didukung oleh data Pendapatan Domestik
Regional Bruto (PDRB), data ketenagakerjaan, serta data lainnya yang mendukung .
Data tersebut bersumber dari Badan Pusat Statistik (BPS), Bainpromsu, BKPM,
maupun instansi lain yang diperlukan.
3.3. Metode Analisa Data
Metode analisa data yang digunakan dalam penelitian ini ada lah analisa input-
output dengan menggunakan data I nput-Output Sumatera Utara Tahun 2007 atas
dasar harga produsen yang telah diagregasi menjadi 25 sektor ekonomi. Untuk
menjawab permasalahan penelitian, maka ada beberapa metode yang lebih spesifik
untuk menyelesaikan dengan menggunakan bantuan program Microsoft Excel.
3.3.1. Metode RAS
Metode RAS (Ricked A Stone) merupakan salah satu metode untuk
memproyeksikan suatu tabel input -output yang baru dengan menggunakan koefisien -
koefisien tabel input-output yang lama (tabel input-output dasar) (Nazara, 2005).
Tabel input-output dasar yang digunakan dalam penelitian ini adalah Tabel Input -
Output Sumatera Utara Tahun 2003. Proses penggunaan metode RAS sebagai
berikut:
1. Penetapan tabel Input-Output Dasar. Dalam hal ini Tabel Input-Output Sumatera
Utara Tahun 2003.
2. Menyusun Tabel Input -Output yang baru atau tabel I -O 2007 maka diperlukan
data baru Tahun 2007, yaitu :
a. Total Permintaan antara dan Input Antara
b. Total Permintaan Akhir
c. Total Nilai Tambah
d. Total Output
3. Tabel Input-Output pada tahun dasar dihitung nilai koefisien input -output
4. Dengan mengasumsikan tidak terjadi perubahan teknologi dari t ahun dasar yaitu
Tahun 2003 ke Tahun 2007. Maka diperoleh tingkat permintaan akhir, nilai
tambah, serta output yang baru dengan mengalikan koefisien input -output
terhadap tingkat permintaan akhir,nilai tambah, serta output yang baru.
3.3.2.Analisa Kontribusi
a) Analisa Kontribusi sebagai Output ( Output Share)
XiOutput Share sektor ke-i = …………………………………….(3.1)
∑ Xi
dimana : Xi = jumlah ouput sektor i
∑ Xi = jumlah total output di seluruh sek tor
b) Analisa Kontribusi sebagai permintaan Antara ( Intermediate Demand)
IDiIntermediate Demand Share sektor ke-i = …...…………….(3.2.)
Xidimana :
IDi = jumlah permintaan antara sektor ke -i
Xi = jumlah output sektor ke-i
c) Analisa Kontribusi sebagai permintaan Akhir (Final Demand Share)
FDiFinal Demand Share sektor ke-i = ………...…………….(3.3.)
Xidimana :
FDi = jumlah permintaan akhir sektor ke -i
Xi = jumlah output sektor ke-i
d) Analisa Kontribusi sebagai Input Antara ( Intermediate Input Share)
IAiIntermediate Input Share sektor ke-i = .................................(3.4.)
Xidimana :
IAi = jumlah input antara sektor ke -i
Xi = jumlah output sektor ke-i
e) Analisa Kontribusi sebagai Input Primer/Nilai Tambah (Primary Input)
PIiPrimary Input Share sektor ke-i = .................................(3.5.)
Xidimana :
PI i = jumlah nilai Tambah antara sektor ke-i
Xi = jumlah output sektor ke-i
3.3.3. Indeks Keterkaitan
Indeks total keterkaitan digunakan sebagai dasar perumusan strategi
pembangunan ekonomi dengan melihat keterkaitan antar sektor dalam suatu sistem
perekonomian. Menurut Rasmussen dalam Nazara (2005) indeks total keterkaitan
meliputi indeks total keterkaitan ke belakang dan indeks total keterkaitan ke depan.
Indeks total keterkaitan ke belakang suatu industri/ sektor menunjukkan hubungan
keterkaitan tentang pengaruh yang ditimbulkan oleh satu unit permintaan akhir pada
sektor tersebut terhadap total pe mbelian input semua sektor di dalam suatu
perekonomian. Indeks total keterkaitan ke depan menunjukkan hubungan keterkaitan
tentang pengaruh yang ditimbulkan oleh satu unit permintaan akhir suatu sektor
terhadap total penjualan output semua sektor di dalam suatu perekonomian.
a) Indeks Total Keterkaitan ke Belakang
Konsep ini diartikan sebagai kemampuan suatu sektor untuk meningkatkan
pertumbuhan industri hulunya. sektor j dikatakan mempunyai kaitan ke belakang
yang tinggi apabila BLj mempunyai nilai leb ih besar dari satu. Rumus yang
digunakan untuk mencari nilai indeks total keterkaitan ke belakang adalah :
n BLj = ∑ aij ..................................................................(3.6) I =n
dimana
BLj = indeks total keterkaitan ke belakang sektor j
aij = unsur matriks kebalikan Leontief
n = jumlah sektor
b) Indeks Total Keterkaitan ke Depan
Konsep ini diartikan sebagai kemampuan suatu sektor untuk mendorong
pertumbuhan produksi sektor - sektor lain yang memakai input dari sektor ini. sektor i
dikatakan mempunyai indeks total keterkaitan kedepan yang tinggi apabila nilai FLi
lebih besar dari satu. Rumus yang digunakan untuk mencari nilai indeks total
keterkaitan ke depan adalah:
n FLi = ∑ aij
j =1 ................................... ...............................(3.7)dimana FLi = indeks total keterkaitan ke depan sektor j
aij = unsur matriks kebalikan Leontief
n = jumlah sektor
3.3.4. Analisis Penentuan Sektor/subsektor Kunci (Prioritas)
Penentuan sektor/subsektor yang dijadikan sektor/subsektor kunci dalam
perekonomian Sumatera Utara didasarkan pada peringkat nilai daya penyebaran dan
derajat kepekaan seperti yang terlihat pada tabel 5.
Tabel 3.1. Kriteria Penentuan Peringkat Sektor Kunci/Prioritas
Derajat Kepekaan Daya Penyebaran PrioritanTinggiTinggiRendahRendah
TinggiRendahTinggiRendah
IIIIIIIV
Sumber : BPS,2004
Daya penyebaran menunjukkan besarnya sumbangan relatif sektor tertentu
dalam memenuhi permintaan keseluruhan sektor perekonomian. Sedangkan derajat
kepekaan merupakan kemampuan suatu sektor untuk mendorong pertumbuhan
hilirnya. Jika nilai derajat kepekaan lebih dar i satu artinya sektor tersebut mempunyai
kemampuan kuat untuk mendorong pertumbuhan hilirnya dan sebaliknya.
a. Indeks Daya Penyebaran (Pd)
Konsep daya penyebaran (power of dispersion) ini digunakan untuk
mengetahui distribusi manfaat dari perkembangan sektor -sektor lainnya melalui
mekanisme transaksi pasar input. Selain itu, konsep ini juga digunakan untuk melihat
kemampuan suatu sektor dalam meningkatkan industri hulunya. Jika Pd ≥ 1, artinya
sektor tersebut mempunyai kemamp uan kuat untuk menarik pertumbuhan sektor
hulu. Namun jika Pd < 1, artinya kurang memiliki kemampuan kuat untuk menarik
pertumbuhan hulunya. Berdasarkan matriks kebalikan Leontif (I -A)-1, rumus
matematis untuk mencari nilai daya penyebarannya adalah :
n∑ αij
Pdj = i =1 ....................................................(3.8)n n
n-1 ∑ ∑αiji=1j=1
dimana Pdj : Indeks Daya Penyebaran
αij : Unsur Matriks Kebalikan
b. Indeks Derajat Kepekaan (ds)
Konsep derajat kepekaan (degree of Sensitivity) ini mempunyai keuntungan
yaitu dapat mengetahui kepekaan suatu sektor terhadap sektor -sektor lainnya melalui
mekanisme pasar output. Konsep ini diartikan sebagai kemampuan suatu sektor untuk
mendorong pertumbuhan hilirnya. Jika ds ≥ 1 artinya sektor tersebut mempunyai
kemampuan kuat untuk mendorong sektor hilirnya. Jika ds < 1, maka sektor tersebut
kurang mampu mendorong pertumbuhan hilirnya. Berdasarkan matriks kebalikan
Leontif (I-A)-1, rumus untuk mencari nilai indeks derajat kepekaannya adalah :
n∑ αij
dsj = i =1 ....................................................(3. 9)n n
n-1 ∑ ∑αiji=1j=1
dimana Pdj : Indeks derajat kepekaan
αij : Unsur Matriks Kebalikan
3.3.5. Dampak Investasi
Untuk melihat dampak investasi sektor pertanian terhadap perekonomian
Sumatera Utara digunakan dua pendekatan yakni pendekatan berdasarkan data input -
output yang terbentuk dan pendekatan dengan menggunakan proses simulasi terhadap
kegiatan investasi sektor pertanian.
a. Dampak terhadap pembentukan Output (X fid)
Xfid = (1 – A )-1 (fid) .................................................................................(3.10)
b. Dampak terhadap Tenaga Kerja (L ik)
Lik = e (1 – A )-1 (fid) ................................................................................. (3. 11)
c. Dampak terhadap pendapatan (l)
l = ∑ Pxi
X Vfid .............................................. ................................(3.12)∑ Vxi
dimana :
(1 – A )-1 = matriks kebalikan Leontif
E = matriks koefisien tenaga kerja
V = matriks koefisien nilai tambah
Fid = Nilai investasi sektor pertanian
Pxi = Nilai upah dan gaji sektor i pada matriks transaksi domestik
Vxi = Nilai tambah bruto sektor i pada matriks transaksi domestik
3.3.6. Analisis Simulasi
Suatu analisis dampak dapat menangkap efek variabel eksogen dalam
pengertian relatif. Untuk mengetahui dampak perubahan variabel eksogen terhadap
output, pendapatan, dan kesempatan kerja maka dilakukan analisis simulasi. Dalam
hal ini maka akan dilakukan skenario inje ksi tertentu dan realokasi terhadap variabel
eksogen yaitu investasi. Skenario simulasi dapat dilakukan sebagai berikut :
A.Simulasi Realokasi Dana Investasi
1. Realokasi investasi sektor industri sebesar 10 persen yang dialihkan ke
sektor pertanian.
2. Realokasi investasi sektor Bangunan sebesar 10 persen yang dialihkan ke
sektor pertanian.
B. Simulasi Peningkatan Dana Investasi
3. Injeksi investasi sebesar 10 persen yang dialokasikan ke sektor pertanian.
4. Injeksi investasi sebesar 10 persen terhadap sektor tanama n pangan
5. Injeksi investasi sebesar 10 persen terhadap sektor perkebunan
6. Injeksi investasi sebesar 10 persen terhadap sektor peternakan
7. Injeksi investasi sebesar 10 persen terhadap sektor kehutanan
8. Injeksi investasi sebesar 10 persen terhadap sektor perikan an
9. Injeksi investasi sebesar 50 persen terhadap sektor pertanian
3.4. Definisi Variabel Operasional Penelitian
a. Output adalah seluruh hasil yang dihasilkan dari suatu proses produksi/
operasi (Juta Rp)
b. Permintaan Antara adalah sesuatu permintaan akan barang dan jasa yang
membutuhkan proses pengolahan selanjutnya sebelum dikonsumsi oleh
konsumen akhir (Juta Rp)
c. Permintaan Akhir adalah sesuatu yang dihasilkan dari suatu proses produksi/
operasi yang dimanfaatkan atau dibeli untuk dikonsumsi oleh masyarakat ,
pemerintah atau luar negeri (Juta Rp)
d. Input Antara adalah sesuatu yang dihasilkan dari suatu proses produksi/
operasi oleh suatu sektor ekonomi yang kemudian dimanfaatkan atau dibeli
oleh sektor lain untuk digunakan sebagai input dalam proses produksi/ o perasi
sektor lain tersebut (Juta Rp)
e. Input Primer (Nilai Tambah) adalah balas jasa yang diciptakan/diberikan
kepada faktor-faktor produksi yang berperan dalam proses produksi yang
mencakup upah dan gaji, surplus usaha, penyusutan dan pajak tak langsung
(Juta Rp)
f. Investasi adalah pembentukan modal tetap bruto meliputi pengadaan,
pembuatan atau pembelian barang -barang modal baru ditambah dengan
perubahan stok (Juta Rp)
g. Kontribusi adalah besaran transaksi yang terjadi pada suatu sektor yang
dibandingkan terhadap total transaksi yang terjadi pada semua sektor (%)
h. Pendapatan adalah upah/ gaji yang merupakan balas jasa yang diberikan
kepada buruh/ karyawan (Juta Rp)
i. Pembentukan tenaga kerja adalah kemampuan suatu sektor ekonomi dalam
menyediakan lapangan kerja ba gi tenaga kerja (orang)
BAB IV
DESKRIPSI DAERAH PENELITIAN
4.1. Gambaran Umum Wilayah Sumatera Utara
Provinsi Sumatera Utara berada di bagian barat Indonesia, terletak pada garis
10 - 40 Lintang Utara dan 980 -1000 Bujur Timur. Sebelah Utar a berbatasan dengan
Provinsi Nanggroe Aceh Darussalam, sebelah Timur dengan Negara Malaysia di
Selat Malaka, sebelah Selatan berbatasan dengan Provinsi Riau dan Sumatera Barat
dan disebelah Barat berbatasan dengan Samudera Hindia. Luas daratan Provinsi
Sumatera Utara adalah 71.680,68 km2, sebagian besar berada di daratan Pulau
Sumatera, dan sebagian kecil berada di Pulau Nias, Pulau -pulau Batu serta beberapa
pulau kecil, baik di bagian barat maupun bagian timur pantai Pulau Sumatera.
Berdasarkan luas daerah menurut kabupaten/kota di Sumatera Utara, luas daerah
terbesar adalah Kabupaten Tapanuli Selatan dengan luas 12.163,65 km2 atau 16,97%
diikuti Kabupaten Labuhan Batu dengan luas 9.223,18 km2 atau 12,87% kemudian
diikuti Kabupaten Mandailing Natal dengan l uas 6.620,70 km2 atau sekitar 9,23%.
Sedangkan luas daerah terkecil adalah Kota Sibolga dengan luas 10,77 km2 atau
sekitar 0,02% dari total luas wilayah Sumatera Utara. Berdasarkan kondisi letak dan
kondisi alam, Sumatera Utara dibagi dalam 3 kelompok wila yah yaitu Pantai Barat,
Dataran Tinggi dan Pantai Timur.
4.2. Penduduk dan Tenaga Kerja Propinsi Sumatera Utara
Sumatera Utara merupakan Provinsi keempat yang terbesar jumlah
penduduknya di Indonesia setelah Jawa Timur, Jawa Barat dan Jawa Tengah.
Menurut hasil pencacahan lengkap Sensus Penduduk (SP) 1990 penduduk Sumatera
Utara keadaan tanggal 31 Oktober 1990 (hari sensus) berjumlah 10,26 juta jiwa, dan
dari hasil SP 2000, jumlah penduduk Sumatera Utara sebesar 11,51 juta jiwa. Pada
bulan April tahun 2003 dilakukan Pendaftaran Pemilih dan Pendataan Penduduk
Berkelanjutan (P4B). Dari hasil pendaftaran tersebut diperoleh jumlah penduduk
sebesar 11.890.399 jiwa. Selanjutnya dari hasil estimasi jumlah penduduk keadaan
Juni 2006 diperkirakan sebesar 12.643.494 jiwa. Kepadatan penduduk Sumatera
Utara tahun 1990 adalah 143 jiwa per km 2 dan tahun 2006 meningkat menjadi 176
jiwa per km2. Laju pertumbuhan penduduk Sumatera Utara selama kurun waktu tahun
1990-2000 adalah 1,20 % pertahun, dan pada tahun 2000 -2005 menjadi 1,37% per
tahun. Dan laju pertumbuhan penduduk 2005 – 2006 mencapai 1.57 %
Penduduk laki-laki di Sumatera Utara sedikit lebih banyak dari perempuan.
Pada tahun 2006 Penduduk Sumatera Utara yang berjenis kelamin perempuan
berjumlah sekitar 6.318.990 jiwa dan penduduk laki-laki sebesar 6.324.504 jiwa.
Dengan demikian sex ratio penduduk Sumatera Utara sebesar 100,09%. Penduduk
Sumatera Utara masih lebih banyak tinggal di daerah pedesaan dari pada daerah
perkotaan. Jumlah penduduk Sumatera Utara yang tinggal di pedesaan adalah 6,94
juta jiwa (54,89%) dan yang tinggal di daerah perkotaan sebesar 5,70 juta jiwa
(45,11%).
Sumber : Sumatera Utara dalam Angka Tahun 2007
Gambar 4.1. Perkembangan Jumlah Penduduk Sumatera Utar a Tahun 2006
Tingkat Partisipasi Angkatan Kerja (TPAK) Sumatera Utara setiap tahunnya
tampak berfluktuasi. Pada tahun 2000, TPAK di daerah ini sebesar 57,34%, tahun
2005 naik menjadi 71,94%, dan tahun 2006 menjadi 66,90%. Angkatan kerja di
Sumatera Utara sebagian besar masih berpendidikan SD ke bawah. Persentase
angkatan kerja golongan ini mencapai 37,89%, angkatan kerja yang berpendidikan
setingkat SMTP dan SMTA masing-masing sekitar 23,80% dan 32,90% sedangkan
sisanya 5,4% berpendidikan diatas SMTA. Dengan masih rendahnya pendidikan
angkatan kerja memungkinkan produktivitasnya juga masih belum optimal. Jika
dilihat dari status pekerjaannya, sepertiga (31,57% ) penduduk yang bekerja di
Sumatera Utara adalah buruh atau karyawan. Penduduk yang berusaha dengan
dibantu anggota keluarga mencapai sekitar 15,92 %, sedangkan penduduk yang
bekerja sebagai pekerja keluarga mencapai 19,48%. Hanya 3,43% penduduk
Sumatera Utara yang menjadi pengusaha yang mempekerjakan buruh tetap/bukan
anggota keluarganya. Jumlah penduduk Sumatera Utara yang merupakan angkatan
kerja pada Agustus 2006 adalah sebanyak 5,49 juta jiwa yang terdiri dari 4,86 juta
jiwa terkategori bekerja dan sebesar 632 ribu jiwa terkategori mencari kerja dan tidak
bekerja (pengangguran terbuka). Penduduk Sumatera Utara yang bekerja ini sebagian
besar bekerja pada sektor pertanian yaitu 49,64 %. Sektor kedua terbesar dalam
menyerap tenaga kerja di Sumatera Utara adalah sektor perdagangan, hotel dan
restoran yaitu sebesar 19,21%. Sektor lain yang cukup besar peranannya dalam
menyerap tenaga kerja adalah sektor jasa -jasa, baik jasa perorangan, jasa perusahaan,
dan jasa pemerintahan yaitu sebesar 11,81%, sementara penduduk yang bekerja
disektor industri hanya sekitar 7,08 % saja.
4.3. Kondisi Sektor Pertanian Propinsi Sumatera Utara
Produksi padi Sumatera Utara selama periode 1998 -2006 rata-rata mengalami
penurunan sebesar minus 23% per tahun. Penurunan ini disebabkan turunnya
produksi padi sawah dengan rata -rata pertumbuhan pertahun sebesar minus 1,13%,
sedangkan produksi padi ladang mengalami penurunan rata-rata sebesar minus 3,14%
pusat perkebunan di Indonesia. Perkebunan di Sumatera Utara telah dibuka sejak
penjajahan Belanda.
Komoditi hasil perkebunan yang paling penting dari Sumatera Utara saat ini
antara lain kelapa sawit, karet, kopi,coklat dan tembakau. Bahkan di kota Bremen
Jerman Tembakau Deli sangat terkenal. Luas tanaman karet rakyat di Sumatera Utara
selama periode 2005-2006 naik sebesar 1,58 %, dimana luas tanaman karet rakyat
pada tahun 2005 yakni sebesar 343.068,85 Ha naik menjadi 348.485,80 Ha pada
tahun 2006. Kabupaten Labuhan Batu, Mandailing Natal, dan Tapanuli Selatan
merupakan pusat perkebunan karet rakyat di Sumatera Utara. Di ketiga daerah
tersebut terbentang seluas 197.704,70 Ha kebun karet, atau sama dengan 55,87% dari
total luaskebun karet rakyat Sumatera Utara. Sedangkan luas tanam kebun kelapa
sawit rakyat di Sumatera Utara pada tahun 2006 sebesar 337.121,71 Ha dengan
produksi 4.137.020,39 ton Tandan Buah Segar (TBS) kelapa sawit. Kabupaten
Labuhan Batu merupakan pusat perkebunan kelapa sawit rakyat di Sumatera Utara.
Di daerah ini terdapat sebesar 130.227 Ha kebun sawit rakyat atau 38,63% dari
seluruh perkebunan kelapa sawit rakyat Sumatera Utara.
Produksi kopi Sumatera Utara tahun 2006 adalah sebesar 46.484,07
tondengan luas lahan 87.692,42 Ha. Kabupaten Dairi dan Tapanuli Utara merupakan
penghasil kopi dari Sumatera Utara. Bahkan kopi Sidikalang sudah dikenal di Pulau
Jawa dan Eropa. Di Sumatera Utara terdapat 3 Perkebunan Besar BUMN dan ratusan
perkebunan besar swasta. Sama seperti pada perkebunan rakyat, jenis tanaman
perkebunan besar yang ada di Sumatera Utara diantaranya kelapa sawit, karet, coklat,
teh, tembakau, dan tebu. Produksi hasil hutan Sumatera Utara menurut jenis yaitu
kayu log, kayu gergajian, kayu lapis, PULP dan hasil ikutan lainnya seperti rotan,
arang dan getah tusam. Produksi hasil hutan terbesar tahun 2006 adalah kayu log
pinus yakni sebesar 1.172.316,74 M 3.
Populasi ternak besar yang terdiri dari kuda, sapi potong, kerbau dan sapi
perah. Pada tahun 2006 populasi sapi potong ternak sebanyak 251.488 ekor, kuda
sebanyak 4.053 ekor, kerbau sebanyak 261.794 ekor dan sapi perah sebanyak 6.526
ekor. Populasi ternak kecil kambing/domba dan babi pada 2006 terjadi sedikit
kenaikan sebesar 0,87% dan 1,62% dibandingkan pada tahun 2005 , tahun 2006
tercatat 421.296,74 ton, yang terdiri atas 362.082,53 ton ikan laut dan 37.375,78 ton
perairan darat serta 21.283,99 ton ikan budidaya air payau dan budi daya laut sebesar
554,44. Jumlah nelayan di Sumatera Utara tahun 2006 adalah 138.687 nelayan yang
terdiri dari 95.738 nelayan penuh, 37.103 nelayan sambilan utama dan 6.847 nelayan
sambilan tambahan. Jumlah rumah tangga budidaya perikanan tahun 2006 seban yak
33.494 rumah tangga yang terdiri dari 1.775 rumah tangga petambak, 14.539 rumah
tangga pemelihara ikan di kolam, 18.905 rumah tangga pemelihara ikan di sawah, 83
rumah tangga di kolam air deras dan 1.075 rumah tangga yang memelihara ikan
dengan cara jaring apung, 390 rumah tangga memelihara ikan dikeramba dan 487
rumah tangga yang memelihara ikan dengan budi daya laut .
BAB V
HASIL DAN PEMBAHASAN
5.1. Peranan Sektor Pertanian terhadap pembentukan Struktur PerekonomianPropinsi Sumatera Utara
5.1.1. Struktur Permintaan dan Penawaran
Struktur permintaan terhadap barang dan jasa di Propinsi Sumatera Utara
meliputi permintaan antara, permintaan akhir domestik, serta permintaan terhadap
barang dan jasa untuk di ekspor baik ke propinsi lain maupun ke lua r negeri. Struktur
permintaan propinsi Sumatera Utara memperlihatkan bahwa pada Tahun 2007 total
permintaan adalah sebesar Rp 357.570.242 juta . Total permintaan tersebut terdiri
dari permintaan antara sebesar Rp 126.540.878 juta, permintaan akhir domestik
sebesar Rp 153.749.678 juta serta permintaan ekspor yang berasal dari propinsi lain
maupun dari luar negeri sebesar Rp 77.279.685 juta. Angka ini menunjukkan bahwa
sebanyak 43% dari total permintaan merupakan konsumsi yang dilakukan oleh
konsumen akhir. Kemudian sekitar 35,39% dari total permintaan merupakan
konsumsi dari konsumen yang melakukan proses produksi lanjutan dan sisanya
sebesar 21,61% merupakan besaran dari total permintaan dalam perekonomian
Sumatera Utara yang dikonsumsi oleh pihak luar yang berada di propinsi lain maupun
luar negeri.
Secara umum proporsi permintaan terbesar adalah pada sektor agroindustri
dengan total permintaan sebesar Rp 116.603.290 juta (32,61%), diikuti sektor
pertanian Rp 57.734.600 juta (16,15%), serta sektor perdagan gan, hotel dan restoran
sebesar Rp 45.991.661 juta (12,86%). Secara khusus, dilihat dari proporsi permintaan
yang diberikan oleh sektor pertanian, terlihat bahwa peranan sektor pertanian sebesar
16,15% terhadap total permintaan dalam perekonomian Sumatera Utara dikontribusi
oleh sektor kelapa sawit (3,78%), padi (1,99%), karet (1,90%), unggas dan
peternakan lainnya (1,72%), dan perikanan (1,59%).
Berdasarkan angka tersebut dapat terlihat bahwa sektor kelapa sawit
merupakan sektor dalam sektor pertanian ya ng memberikan peranan terbesar dalam
struktur permintaan dalam perekonomian Sumatera Utara. Nilai sektor kelapa sawit
tersebut mencapai Rp 13.522.902 juta. Proporsi permintaan sektor kelapa sawit
tersebut sebagian besar dimanfaatkan atau digunakan oleh kon sumen yang akan
melakukan pengolaha lebih lanjut atau proses produksi lanjutan (permintaan antara)
yang mencapai nilai permintaan antara sebesar Rp 13.381.065 juta atau 98,95% dari
total permintaan sektor kelapa sawit merupakan permintaan antara. Sisanya s ebesar
Rp 141.837 juta (1,05%) merupakan permintaan akhir dan tidak memiliki nilai
ekspor. Hal ini berarti bahwa hasil dari sektor kelapa sawit sepenuhnya dimanfaatkan
oleh konsumen yang masih berada dalam propinsi Sumatera Utara yang sebagian
besar digunakan oleh industri lanjutan dari pengolahan kelapa sawit tersebut
contohnya industri CPO.
Sektor selanjutnya yang memiliki kontribusi terbesar kedua dalam sektor
pertanian yang memiliki kontribusi terbesar dalam struktur permintaan di Sumatera
Utara adalah sektor padi. Sektor ini memiliki peranan sebesar 1,99% terhadap total
permintaan dalam perekonomian Sumatera Utara atau mencapai nilai Rp 7.119.659
juta yang terdiri dari permintaan antara (Rp 7.116.193 juta) dan permintaan akhir (Rp
3.466.000.000,-) dengan tidak ada nilai ekspor. Hal yang sama juga terjadi pada
sektor karet yang mencapai nilai Rp 6.794.560 juta dengan permintaan antara sebesar
Rp 6.716.376 juta dan permintaan akhir sebesar Rp 78.183 juta.
Jika dilihat dari struktur permintaan antara, ma ka dalam sektor pertanian
terlihat bahwa sektor kelapa sawit, padi, karet, kehutanan, serta unggas dan
peternakan lainnya merupakan 5 sektor yang memiliki peranan terbesar dalam
pembentuk permintaan antara. Sedangkan jika dilihat berdasarkan struktur
permintaan akhir dapat terlihat bahwa sektor dalam sektor pertanian yang memiliki
peranan terbesar meliputi sektor unggas dan peternakan lainnya, sayur -sayuran,
perikanan, buah-buahan dan sektor umbi-umbian dan pati. Struktur permintaan dalam
perekonomian Sumatera Utara tidak terlepas dari adanya permintaan yang berasal
dari propinsi lain maupun luar negeri (ekspor). Nilai ekspor dalam sektor pertanian
terbesar dikontribusi oleh nilai ekspor pada sektor perikanan. Kemudian diikuti oleh
sektor buah-buahan, sayur-sayuran, coklat, dan sektor kopi. Nilai ekpor sektor
perikanan menunjukkan nilai yang relatif besar yang mencapai Rp 2.081.656 juta atau
sebesar 36.61% dari total permintaan pada sektor ini. Strutkur permintaan dan
peranannya dalam perekonomian Sumatera Ut ara secara lengkap disajikan pada Tabel
5.1.
Kode
Akhir
Domestik
1 Padi 7.116.193 3.466 - 7.119.659 1,992 Jagung 886.764 511.681 94.883 1.493.328 0,42
3 Umbi-umbian dan Pati 101.583 598.123 - 699.707 0,20
4 Sayur-sayuran 516.794 4.201.445 424.975 5.143.215 1,44
5 Buah-buahan 570.826 2.323.707 546.804 3.441.338 0,96
6 Tanaman Bahan makanan Lainnya 228.291 214.317 5 442.614 0,12
7 Karet 6.716.376 78.183 - 6.794.560 1,90
8 Coklat 214.010 32 413.843 627.885 0,18
9 Kelapa 256.676 385.992 - 642.668 0,18
10 Kelapa sawit 13.381.065 141.837 - 13.522.902 3,78
11 Kopi 325.419 57.437 179.055 561.910 0,16
12 Tanaman Perkebunan lainnya 504.655 320.254 - 824.909 0,23
13 Ternak dan Hasilnya 1.446.390 372.889 6.723 1.826.002 0,51
14 Unggas dan Peternakan lainnya 1.615.320 4.526.773 145 6.142.238 1,72
15 Kehutanan 2.592.868 106.889 65.812 2.765.569 0,77
16 Perikanan 891.134 2.713.306 2.081.656 5.686.097 1,59
17 Pertambangan (2.099.299) 7.561 - (2.091.739) -0,58
18 Agroindustri 27.268.990 37.553.565 51.780.735 116.603.290 32,61
19 Non Agroindustri 23.244.564 12.744.268 7.931.938 43.920.771 12,28
20 Listrik, Gas dan Air Minum 3.543.847 3.689.112 - 7.232.959 2,02
21 Bangunan 2.455.066 19.880.929 - 22.335.996 6,25
22 Perdagangan, Hotel, dan Restoran 14.587.678 17.650.873 13.753.110 45.991.661 12,86
23 Pengangkutan & Komunikasi 9.612.808 17.171.493 - 26.784.301 7,49
24 Keuangan, Persewaan 6.240.634 8.212.594 - 14.453.228 4,04
25 Jasa-jasa 4.322.225 20.282.949 - 24.605.175 6,88
126.540.878 153.749.678 77.279.685 357.570.242 100
Sektor
Total
I-O
Permintaan
JumlahAntara Ekspor
Peranan
Tabel 5.1. Struktur Permintaan dalam Perekonomian Propinsi Sumatera Utara Tahun 2007 (Juta Rp)
Sumber : Tabel Input-Output Tahun 2007 (diolah )
Dari sisi penawaran, maka jumlah penawaran ini akan sama dengan jumlah
permintaan dalam perekonomian proponsi Sumatera Utara. Hal ini terkait dengan
keseimbangan umum yang dianut dalam proses analisis Input -Output. Jumlah
penawaran yang terdiri dari impor dan produks i domestik. Jumlah penawaran dalam
perekonomian Sumatera Utara mencapai Rp 357.570.342 juta yang terdiri atas
18,21% impor dengan nilai mencapai Rp 65.125.098 juta dan 81,79% atau Rp
292.445.143 juta adalah produksi lokal/domestik. Hal ini menunjukkan bahw a hampir
seperlima dari seluruh nilai produk yang beredar di Propinsi Sumatera Utara
merupakan nilai barang impor.
Produksi produk Sumatera Utara pada tahun 2007 didominasi oleh produk -
produk yang dihasilkan pada sektor agroindustri yakni sebesar (32,16% ). Kemudian
disusul oleh produk yang berasal dari sektor pertanian (16,15%), perdagangan,hotel
dan restoran (12,86%), non-agroindustri (12,28%), serta sektor pengangkutan dan
komunikasi (7,49%). Kelima sektor inilah yang mampu memberikan sebagian besar
pembentuk utama dari produksi dalam perekonomian di Sumatera Utara. Kelima
sektor ini dapat dikatakan sebagai roda penggerak bagi berjalannya sektor riil,
khususnya sektor agroindustri. Jika dilihat berdasarkan nilai produksi domestik/lokal
dari setiap sektor, 50% dari produksi domestik merupakan produk yang berasal dari
sektor agroindustri dan sektor pertanian dimana sektor agroindustri mencapai 31,71%
dari total produksi dan 19,27% dikontribusi dari sektor pertanian.
Jumlah impor yang terjadi di Sumatera Ut ara yang mencapai Rp 65.126.098
juta atau 18,21% dari total produksi propinsi, terlihat bahwa s ektor yang memiliki
nilai impor terbesar adalah sektor Non -Agroindustri yang mencapai nilai Rp
38.018.964 juta,- (58,38%) dan diikuti oleh sektor agroindustri se besar Rp
23.876.118 juta (36,66%). Hal ini menunjukkan bahwa sebagian besar nilai impor di
Sumatera Utara diserap oleh sektor industri baik itu yang bersifat non -agroindustri
atau agroindustri.
Sektor pertanian secara umum memiliki peranan yang cukup besa r dalam
menghasilkan produk. Hal ini terlihat bahwa sektor pertanian memiliki peranan
sebesar 16,15% dari total produksi di Sumatera Utara. Nilai produksi tersebut
dikontribusi terbesar dari kelapa sawit, padi, karet, unggas dan peternakan lainnya,
serta perikanan. Kalau kita lihat dari nilai impor terlihat bahwa sektor pertanian
memiliki nilai impor yang sangat kecil dibandingkan sektor non -agroindustri dan
agroindustri yang ditunjukan dengan nilai impor sebesar 2,11% dari total impor
Sumatera Utara. Hal ini menunjukkan bahwa sektor pertanian memiliki ketahanan
ekonomi yang lebih baik dibandingkan sektor lainnya. Sektor pertanian di Sumatera
Utara tidak begitu memiliki ketergantungan terhadap komponen impor sehingga
dapat dikatakan bahwa produksi sektor per tanian secara langsung tidak terpengaruh
dengan kondisi internasional. Nilai impor terbesar pada sektor pertanian terdapai pada
komoditi jagung dan buah-buahan. Sedangkan untuk komoditi tanaman perkebunan,
hanya kopi lah yang memiliki nilai impor yang menc apai nilai Rp 5.370 juta pada
KodeProduksi
Domestik
1 Padi - 7.119.659 7.119.659 1,99
2 Jagung 595.748 897.580 1.493.328 0,42
3 Umbi-umbian dan Pati 71.814 627.892 699.707 0,20
4 Sayur-sayuran 68.817 5.074.398 5.143.215 1,44
5 Buah-buahan 467.663 2.973.675 3.441.338 0,96
6 Tanaman Bahan makanan Lainnya 46.775 395.838 442.614 0,12
7 Karet - 6.794.560 6.794.560 1,90
8 Coklat - 627.885 627.885 0,18
9 Kelapa - 642.668 642.668 0,18
10 Kelapa sawit - 13.522.902 13.522.902 3,78
11 Kopi 5.370 556.540 561.910 0,16
12 Tanaman Perkebunan lainnya - 824.909 824.909 0,23
13 Ternak dan Hasilnya 57.699 1.768.303 1.826.002 0,51
14 Unggas dan Peternakan lainnya 14.403 6.127.835 6.142.238 1,72
15 Kehutanan 847 2.764.722 2.765.569 0,77
16 Perikanan 44.357 5.641.740 5.686.097 1,59
17 Pertambangan 1.856.522 (3.948.261) (2.091.739) -0,58
18 Agroindustri 23.876.118 92.727.171 116.603.290 32,61
19 Non Agroindustri 38.018.964 5.901.807 43.920.771 12,28
20 Listrik, Gas dan Air Minum - 7.232.959 7.232.959 2,02
21 Bangunan - 22.335.996 22.335.996 6,25
22 Perdagangan, Hotel, dan Restoran - 45.991.661 45.991.661 12,86
23 Pengangkutan & Komunikasi - 26.784.301 26.784.301 7,49
24 Keuangan, Persewaan - 14.453.228 14.453.228 4,04
25 Jasa-jasa - 24.605.175 24.605.175 6,88
65.125.098 292.445.143 357.570.242 100
Peranan
Total
Penawaran
JumlahImporI-O
Sektor
Tahun 2007. Secara lebih sistematis, struktur penawaran dalam prekonomian
Sumatera Utara Tahun 2007 ditunjukkan pada Tabel 5.2.
Tabel 5.2. Struktur Penawaran dalam Perekonomian Propinsi Sumatera UtaraTahun 2007 (Juta Rp)
Sumber : Tabel Input-Output Tahun 2007 (diolah)
5.1.2. Struktur Konsumsi
Struktur konsumsi dalam suatu perekonomian merupakan salah satu unsur
dari permintaan akhir khususnya permintaan akhir domestik y ang terdiri dari
konsumsi/permintaan yang dilakukan oleh perseorangan/rumah tangga dan
pemerintah. Secara umum, nilai konsumsi Sumatera Utara mencapai nilai Rp
122.880.632 juta yang terdri dari Rp 106.284.836 juta konsumsi rumah tangga (C)
dan Rp 16.595.796 juta konsumsi pemerintah (G). Nilai konsumsi ini memberikan
peranan sebesar 74,1% terhadap PDRB Sumatera Utara dengan 64,01% dari PDRB
merupakan konsumsi RT dan 10,09% adalah konsumsi yang dilakukan pemerintah.
Konsumsi Rumah Tangga (RT) terbesar berasa l dari sektor Agroindustri
yakni mencapai 33,85% atau Rp 35.973.644 juta. Kemudian diikuti konsumsi RT dari
sektor pertanian (15,32%), sektor pengangkutan dan komunikasi (15,18%), dan
sebanyak 13,56% konsumsi RT berasal dari sektor perdagangan, hotel dan r estoran.
Sedangkan konsumsi terendah terdapat berasal dari sektor pertambangan yakni
sebesar Rp 7.528 juta atau hanya sebesar 0,01% dari total konsumsi rumah tangga.
Dari sisi konsumsi pemerintah terlihat bahwa sebesar 81,28% atau mencapai nilai Rp
13.489.646 juta merupakan konsumsi pemerintah di sektor jasa -jasa dan sisanya
sebesar 18,72% tersebar di sektor pengangkutan dan komunikasi (6,25%), sektor
perdagangan, hotel dan restoran (3,06%), sektor Non -Agroindustri (2,77%), sektor
listrik, gas, dan air minum (2,30%), sektor pertambangan (1,73%), sektor keuangan,
persewaan dan jasa perusahaan (1,60%) serta sektor bangunan (1,00%). Sedangkan
konsumsi RT di sektor pertanian tidak mempunyai nilai pada struktur konsumsi
dalam perekonomian Sumatera Utara.
Struktur konsumsi sektor pertanian dalam perekonomian Sumatera Utara
Tahun 2007 terlihat bahwa konsumsi sektor pertanian sepenuhnya berasal dari
konsumsi rumah tangga yakni sebesar 15,32% dari total konsumsi rumah tangga.
Nilai konsumsi rumah tangga terbesar pad a sektor pertanian terjadi pada sektor
unggas dan peternakan lainnya yang mencapai Rp 4.526.279 juta atau 4,26% dari
total konsumsi rumah tangga. Kemudian diikuti oleh sektor sayur -sayuran sebesar Rp
4.201.445 juta, sektor perikanan (Rp 2.712.964 juta ), sektor buah-buahan (Rp
2.323.707 juta), dan sektor umbi -umbian (Rp 598.124 juta). Sedangkan untuk sektor
padi, karet, coklat, dan kelapa sawit tidak memiliki nilai konsumsi rumah tangga. Hal
ini berarti bahwa tidak ada permintaan akhir terhadap keempat sekto r tersebut.
Kondisi ini disebabkan bahwa keempat sektor tersebut tidak dapat dikonsumsi
langsung sebagai permintaan akhir, khususnya dalam struktur konsumsi melainkan
memerlukan pengolahan lebih lanjut untuk dijadikan produk olahan yang merupakan
produk derivatif dari komoditi tersebut. Pada sektor pertanian, terlihat bahwa
pemerintah tidak memiliki konsumsi pada sektor pertanian secara umum. Struktur
konsumsi dalam perekonomian Sumatera Utara yang tertuang pada Tabel Input -
Output atas dasar harga konsumen tahun 2007 terlihat pada Tabel 5.3.
Rumah Tangga Peranan (%) PemerintahPeranan(%)1 Padi 0 0,00 0 0,002 Jagung 511.298 0,48 0 0,003 Umbi-umbian dan Pati 598.124 0,56 0 0,004 Sayur-sayuran 4.201.445 3,95 0 0,005 Buah-buahan 2.323.707 2,19 0 0,006 Tanaman Bahan makanan Lainnya 214.305 0,20 0 0,007 Karet 0 0,00 0 0,008 Coklat 0 0,00 0 0,009 Kelapa 385.954 0,36 0 0,0010 Kelapa sawit 0 0,00 0 0,0011 Kopi 57.338 0,05 0 0,0012 Tanaman Perkebunan lainnya 320.244 0,30 0 0,0013 Ternak dan Hasilnya 307.303 0,29 0 0,0014 Unggas dan Peternakan lainnya 4.526.279 4,26 0 0,0015 Kehutanan 121.479 0,11 0 0,0016 Perikanan 2.712.964 2,55 0 0,0017 Pertambangan 7.528 0,01 0 0,0018 Agroindustri 35.973.644 33,85 287.444 1,7319 Non Agroindustri 5.403.015 5,08 460.029 2,7720 Listrik, Gas dan Air Minum 3.307.016 3,11 382.096 2,3021 Bangunan 127.408 0,12 165.130 1,0022 Perdagangan, Hotel, dan Restoran 14.416.663 13,56 508.659 3,0623 Pengangkutan & Komunikasi 16.134.455 15,18 1.037.039 6,2524 Keuangan, Persewaan & Jasa Perusahaan 7.946.841 7,48 265.753 1,6025 Jasa-jasa 6.687.827 6,29 13.489.646 81,28
106.284.836 100,00 16.595.796 100,00Total
KonsumsiSektorNo
Tabel 5.3. Struktur Konsumsi dalam Perekonomian Propinsi Sumatera UtaraTahun 2007 (Juta Rp)
Sumber : Tabel Input-Output Tahun 2007 (diolah)
5.1.3. Struktur Ekspor-Impor
Kegiatan perdagangan dapat ditembuh dengan upaya ekspor maupun impor.
Ekspor dimaksudkan untuk mengisi peluang pasar luar negeri dan luar propinsi dalam
satu negara, sedangkan impor dimaksudkan dimaksudkan untuk memenuhi
kebutuhan dalam negeri atau dalam daerah suatu perekonomian daerah. Secara
umum, struktur ekspor-impor yang terjadi dalam perekonomian Sumatera Utara
terlihat mencapai nilai sebesar Rp 77.279.685 juta untuk ekspor dan Rp 65.125.098
juta untuk impor. Angka ini menunjukkan bah wa dalam perekonomian Sumatera
Utara pada Tahun 2007 terlihat bahwa ekspor lebih besar daripada impor. Hal ini
berarti bahwa Sumatera Utara mengalami surplus ekonomi dimana kondisi ini
merupakan kondisi yang memang diharapkan dalam suatu perekonomian daera h.
Surplus ekonomi atau yang sering disebut net -ekspor positif mencapai nilai sebesar
Rp 12.154.587 juta atau 7.,33% dari nilai PDRB propinsi Sumatera Utara pada Tahun
2007.
Bila dilhat berdasarkan struktur ekspor, terlihat bahwa ekspor terbesar pada
perekonomian Sumatera Utara berasal dari produk agroindustri yang mencapai nilai
Rp 51.780.735 juta atau 67% dari total ekspor. Angka ini menunjukkan bahwa
produk turunan atau produk olahan dari sektor pertanian seperti produk turunan
kelapa sawit, karet, dan lainnya dapat dikatakan sebagai komoditi andalan bagi
ekspor di Sumatera Utara. Posisi kedua ekspor Sumatera Utara pada Tahun 2007
berasal dari sektor perdagangan, hotel, dan restoran yang mencapai nilai Rp
13.753.110 juta atau sebesar 17,80% dari total ek spor. Sedangkan produk Non-
Agroindustri terdapat pada posisi ketiga dengan nilai sebesar Rp 7.931.938 juta
(10,26%).
Struktur impor yang terjadi pada perekonomian Sumatera Utara tahun 2007
hanya dikontribusi dari 4 sektor ekonomi utama yakni sektor Non -Agroindustri,
kemudian diikuti oleh sektor agroindustri, pertambangan, dan pertanian. Impor
terbesar Sumatera Utara dilakukan oleh sektor Non -Agroindustri yang mencapai nilai
Rp 38.018.964 juta atau sebesar 58,38% dari total impor. Sedangkan sektor
agroindustri mencapai persentase 36,66%, pertambangan (2,85%), dan pertanian
(2,11%). Jika dilihat berdasarkan selisih antara ekspor dan impor, dapat disimpulkan
bahwa sektor pertanian, perdagangan, dan sektor agroindustri mengalami surplus atau
net-ekspot yang positif. Sedangkan sektor yang mengalami defisit atau net -ekspor
negatif terjadi pada sektor pertambangan dan non -agroindustri.
Struktur ekspor-impor pada sektor pertanian secara umum terdiri dari 4,94%
dari total ekspor dan 2,11% dan total impor. Kondisi m enunjukkan bahwa net-ekspor
sektor pertanian berada pada kondisi surplus. Ekspor utama pada sektor pertanian
terjadi pada sektor perikanan yang mencapai nilai Rp 2.081.656.000, -. Nilai ekspor
perikanan ini mencapai 50% dari nilai ekspor yang terjadi dalam sektor ekonomi.
Perikanan menjadi komoditi unggulan bagi ekspor pertanian propinsi Sumatera utara.
Kemudian diikuti oleh sektor buah -buahan, sayur-sayuran, coklat, dan jagung.
Berdasarkan nilai impor, terlihat bahwa sektor pertanian secara umum hanya
memberikan kontribusi impor sebesar 2,11% dari total impor yang terjadi di
Sumatera utata. Nilai impor terbesar terjadi pada sektor jagung yang mencapai Rp
Ekspor Peranan (%) Impor Peranan(%)
1 Padi 0 0,00 0 0,002 Jagung 94.883 0,12 595.748 0,913 Umbi-umbian dan Pati 0 0,00 71.814 0,114 Sayur-sayuran 424.975 0,55 68.817 0,115 Buah-buahan 546.804 0,71 467.663 0,726 Tanaman Bahan makanan Lainnya 5 0,00 46.775 0,077 Karet 0 0,00 0 0,008 Coklat 413.843 0,54 0 0,009 Kelapa 0 0,00 0 0,0010 Kelapa sawit 0 0,00 0 0,0011 Kopi 179.055 0,23 5.370 0,0112 Tanaman Perkebunan lainnya 0 0,00 0 0,0013 Ternak dan Hasilnya 6.723 0,01 57.699 0,0914 Unggas dan Peternakan lainnya 145 0,00 14.403 0,0215 Kehutanan 65.812 0,09 847 0,0016 Perikanan 2.081.656 2,69 44.357 0,0717 Pertambangan 0 0,00 1.856.522 2,8518 Agroindustri 51.780.735 67,00 23.876.118 36,6619 Non Agroindustri 7.931.938 10,26 38.018.964 58,3820 Listrik, Gas dan Air Minum 0 0,00 0 0,0021 Bangunan 0 0,00 0 0,0022 Perdagangan, Hotel, dan Restoran 13.753.110 17,80 0 0,0023 Pengangkutan & Komunikasi 0 0,00 0 0,0024 Keuangan, Persewaan & Jasa Perusahaan 0 0,00 0 0,0025 Jasa-jasa 0 0,00 0 0,00
77.279.685 100,00 65.125.098 100,00Total
No SektorEkspor & Impor
595.748juta, dilanjutkan oleh kontribusi impor sektor buah -buahan (Rp 467.663 juta),
jagung (Rp 71.814 juta), sayur-sayuran (Rp 68.817 juta), serta ternak dan hasilnya
(Rp 57.699 juta). Secara lebih detail mengenai struktur ekspor -impor ditunjukkan
pada Tabel 5.4. dibawah ini.
Tabel 5.4. Struktur Ekspor-Impor dalam Perekonomian Propinsi SumateraUtara Tahun 2007 (Juta Rp)
Sumber : Tabel Input-Output Tahun 2007 (diolah)
5.1.4. Struktur Investasi
Investasi dalam permintaan akhir pada Tabel Input -Output merupakan
gabungan antara Pementukan Modal Tetap Bruto (PMTB) dan p erubahan stok yang
terjadi pada suatu perekonomian. Secara umum, investasi terbesar yang terjadi dalam
perekonomian Sumatera Utara pada Tahun 2007 terj adi pada sektor bangunan yang
mencapai persentase sebesar 63,46% dari total investasi atau mencapai nilai Rp
19.588.392 juta. Posisi investasi kedua terjadi pada sektor Non -Agroindustri sebesar
22,29% (Rp 6.881.224 juta) diikuti oleh investasi di sektor perdagangan, hotel dan
restoran (8,83%), dan sektor agroindsutri (4,19%). Pembentukan Modal Tetap Bruto,
memperlihatkan bahwa sektor Bangunan sebesar 67,25% (Rp 19.588.392 juta) diikuti
sektor Non-Agroindustri sebesar 22,95% (Rp 6.685.951 juta), dan perdagangan,
hotel, dan restoran sebesar 8,64% (Rp 2.517.869juta). Sedangkan sisanya dikontribusi
dari sektor Agroindustri (0,57%), jasa-jasa (0,36%), dan sektor pertanian khususnya
ternak dan hasilnya (0,22%). Jika dilihat dari sisi perubahan stok maka peranan
tebesar terhadap pembetukan perubahan stok total ditunjukkan oleh sektor
Agroindustri sebesar 64,67% (Rp 1. 126.434 juta), kemudian diikuti oleh sektor non -
agroindustri sebesar 11,21% (Rp195.273 juta).
Struktur investasi yang terjadi pada sektor pertanian secara umum terlihat
bahwa total investasi yang terjadi pada sektor ini mencapai 0,89% dari total investasi
yang terjadi pada tahun 2007. Hal ini menunjukkan bahwa pada Tahun 2007, nilai
investasi yang terjadi pada sektor pertanian masih sangat rendah dibandingkan sektor -
Nilai (%) Nilai (%) Nilai (%)
1 Padi 0 0,00 3.466 0,20 3.466 0,012 Jagung 0 0,00 383 0,02 383 0,003 Umbi-umbian dan Pati 0 0,00 0 0,00 0 0,004 Sayur-sayuran 0 0,00 0 0,00 0 0,005 Buah-buahan 0 0,00 0 0,00 0 0,006 Tanaman Bahan makanan Lainnya 0 0,00 12 0,00 12 0,007 Karet 0 0,00 78.183 4,49 78.183 0,258 Coklat 0 0,00 32 0,00 32 0,009 Kelapa 0 0,00 38 0,00 38 0,0010 Kelapa sawit 0 0,00 141.837 8,14 141.837 0,4611 Kopi 0 0,00 99 0,01 99 0,0012 Tanaman Perkebunan lainnya 0 0,00 10 0,00 10 0,0013 Ternak dan Hasilnya 63.608 0,22 1.977 0,11 65.586 0,2114 Unggas dan Peternakan lainnya 0 0,00 495 0,03 495 0,0015 Kehutanan 0 0,00 -14.590 -0,84 -14.590 -0,0516 Perikanan 0 0,00 343 0,02 343 0,0017 Pertambangan 0 0,00 33 0,00 33 0,0018 Agroindustri 166.043 0,57 1.126.434 64,67 1.292.477 4,1919 Non Agroindustri 6.685.951 22,95 195.273 11,21 6.881.224 22,2920 Listrik, Gas dan Air Minum 0 0,00 0 0,00 0 0,0021 Bangunan 19.588.392 67,25 0 0,00 19.588.392 63,4622 Perdagangan, Hotel, dan Restoran 2.517.869 8,64 207.682 11,92 2.725.551 8,8323 Pengangkutan & Komunikasi 0 0,00 0 0,00 0 0,0024 Keuangan, Persewaan & Jasa Perusahaan 0 0,00 0 0,00 0 0,0025 Jasa-jasa 105.476 0,36 0 0,00 105.476 0,34
29.127.340 100,00 1.741.707 100,00 30.869.047 100,00Total
Pembentukan Modal Tetap Perubahan Stok Total InvestasiNo Sektor
sektor lainnya. Pembentukan Modal Tetap Bruto yang terjadi pada sektor pertanian
hanya terjadi pada sektor peternakan dan hasilnya dengan nilai PMTB mencapai Rp
63.608 juta. Struktur perubahan stok terbesar terjadi pada sektor kelapa sawit sebesar
Rp 141.837 juta diikuti oleh sektor karet, ternak dan hasilnya dan padi. (Tabel 5.5.)
Tabel 5.5. Struktur Investasi dalam Perekonomian Propinsi Sumatera Utara Tahun 2007 (Juta Rp)
Sumber : Tabel Input-Output Tahun 2007 (diolah)
5.1.5. Struktur Nilai Tambah
Nilai Tambah Bruto adalah balas jasa terhadap faktor produksi yang tercipta
karena adanya kegiatan produksi. Faktor produksi antara lain terdiri dari tenaga kerja,
tanah, modal, dan kewirausahaan (manajemen). Wujud dari nilai tambah adalah upah
dan gaji, surplus usaha, penyusutan barang modal, serta p ajak tidak langsung netto.
Nilai Tambah Bruto disebut juga sebagai balas jasa faktor produksi atau input primer.
Nilai tambah dari suatu sektor akan sama dengan output domestik dkurangi input
antara pada sektor tersebut. Sehingga besarnya nilai tambah seti ap sektor ditentukan
oleh besarnya output domest ik yang dihasilkan serta nilai b iaya yang dikeluarkan
dalam proses produksi. Oleh sebab itu, suatu sektor yang dimiliki output yang besar
belum tentu memiliki nilai tambah yang besar karena terdapatnya hubung an negatif
antara nilai tambah dengan biaya yang digunakan dalam proses produksi. Total Nilai
Tambah Bruto dalam perekonomian suatu daerah juga merupakan nilai PDRB daerah
tersebut berdasarkan pendekatan nilai tambah. Nilai total Nilai Tambah Bruto/ imput
primer ini akan sama dengan nilai permintaan akhir domestik atau yang disebut nilai
PDRB berdasarkan penggunaannnya.
No Sektor Nilai (Juta Rp) Peranan (%)1 Padi 6.031.200 3,642 Jagung 748.763 0,453 Umbi-umbian dan Pati 518.708 0,314 Sayur-sayuran 4.288.403 2,585 Buah-buahan 2.536.626 1,536 Tanaman Bahan makanan Lainnya 326.837 0,207 Karet 5.245.850 3,168 Coklat 524.986 0,329 Kelapa 540.612 0,3310 Kelapa sawit 10.894.171 6,5711 Kopi 423.229 0,2612 Tanaman Perkebunan lainnya 675.013 0,4113 Ternak dan Hasilnya 1.279.102 0,7714 Unggas dan Peternakan lainnya 3.677.702 2,2215 Kehutanan 2.326.785 1,4016 Perikanan 4.248.237 2,5617 Pertambangan (3.622.945) -2,1818 Agroindustri 24.148.637 14,5619 Non Agroindustri 11.639.160 7,0220 Listrik, Gas dan Air Minum 2.039.672 1,2321 Bangunan 8.256.901 4,9822 Perdagangan, Hotel, dan Restoran 31.435.265 18,9523 Pengangkutan & Komunikasi 15.726.093 9,4824 Keuangan, Persewaan & Jasa Perusahaan 11.650.419 7,0225 Jasa-jasa 20.344.838 12,26
165.904.265 100,00Total
Tabel 5.6. Struktur Nilai Tambah dalam Perekonomian Propinsi SumateraUtara Tahun 2007 (Juta Rp)
Sumber : Tabel Input-Output Tahun 2007 (diolah )
Berdasarkan Tabel 5.6. terlihat bahwa sektor pertanian memiliki nilai tambah
terbesar bagi perekonomian Sumatera Utara pad a Tahun 2007 yaitu sebesar Rp
44.286.226 juta atau sebesar 26,69% dari total nilai tambah. Nilai ini disebabkan
bahwa sektor pertanian merupakan sektor yang menyerap jumlah tenaga kerja yang
lebih banyak dibandingkan sektor lainnya mengingat bahwa karakteristik pertanian di
Indonesia umumnya, Sumatera Utara khususnya, masih bersifa t padat karya.
Selanjutnya sektor perdagangan, hotel dan restoran dan sektor Agroindustri berada
pada proporsi setelah sektor pertanian dengan nilai tambah masing -masing sebesar
Rp 31.435.265 juta (18,95%) dan Rp 24.148.637 juta (14,56%).
Besaran struktur nilai tambah yang tercipta pada sektor pertanian sebagian
besar dikontribusi oleh sektor kelapa sawit yang mencapai nilai Rp 10.894.171 juta
atau seesar 24,60% dari total nilai tambah sektor pertanian. Selanjutnya diikuti oleh
besaran nilai tambah dari sektor padi, karet, perikanan, dan sayur -sayur. Kelima
sektor diatas membentuk nilai tambah sebesar 69,34% dari total nilai tambah yang
terbentuk pada sektor pertanian.
5.1.6. Struktur Output
Besarnya pertumbuhan ekonomi suatu daerah didasarkan pada per tumbuhan
output yang mampu diciptakan daerah tersebut. Dengan demikian peran output sangat
penting dalam menilai pertumbuhan ekonomi. Output merupakan nilai produksi baik
barang maupun jasa yang dihasilkan oleh sektor -sektor ekonomi yang terdapat dalam
suatu perekonomian daerah baik yang termasuk output domestik dan impor. Output
juga dapat dikatakan penjumlah dari total permintaan antara ditambah dengan total
permintaan akhir. Dengan mengkaji besarnya masing -masing output yang diciptakan
oleh masing-masing sektor, berarti akan diketahui pula sektor -sektor yang mampu
memberikan sumbangan yang besar dalam pembetukan output secara keseluruhan.
Struktur output propinsi Sumatera Utara didominasi oleh sektor agroindustri
sebesar Rp 116.603.290 juta (32,61%). Per ingkat kedua adalah sektor pertanian yang
mencapai nilai output sebesar Rp 57.734.600 juta (16,15%). Nilai output ini
kemudian diikuti oleh sektor perdagangan, hotel, dan restoran (12,86%), dan sektor
non-agroindustri (12,28%), sektor pengangkutan dan komu nikasi (7,49%). Khusus,
sektor pertanian yang menjadi penyumbang kedua bagi pembentukan output
domestik, terlihat bahwa sektor kelapa sawit merupakan sektor pemberi kontrbusi
output terbesar pada dalam sektor pertanian yang mencapai nilai output sebesar Rp
13.522.902 juta atau 23,4% dari total output pertanian. Kemudian disusul oleh output
sektor padi sesar Rp 7.119.659 juta, sektor karet sebesar Rp 6.794.560 juta, sektor
unggas dan peternakan lainnya sebesar Rp 6.142.238juta serta sektor perikanan
sebesar Rp 5.686.097 juta. Kontribusi output terendah dalam sektor pertanian berasal
dari sektor tanaman bahan makan lainnya sebesar Rp 442.614 juta atau sebesar 0,77%
dari total output pertanian. (Tabel 5.7.)
No Sektor Nilai (Juta Rp) Peranan (%)1 Padi 7.119.659 1,992 Jagung 1.493.328 0,423 Umbi-umbian dan Pati 699.707 0,204 Sayur-sayuran 5.143.215 1,445 Buah-buahan 3.441.338 0,966 Tanaman Bahan makanan Lainnya 442.614 0,127 Karet 6.794.560 1,908 Coklat 627.885 0,189 Kelapa 642.668 0,1810 Kelapa sawit 13.522.902 3,7811 Kopi 561.910 0,1612 Tanaman Perkebunan lainnya 824.909 0,2313 Ternak dan Hasilnya 1.826.002 0,5114 Unggas dan Peternakan lainnya 6.142.238 1,7215 Kehutanan 2.765.569 0,7716 Perikanan 5.686.097 1,5917 Pertambangan (2.091.739) -0,5818 Agroindustri 116.603.290 32,6119 Non Agroindustri 43.920.771 12,2820 Listrik, Gas dan Air Minum 7.232.959 2,0221 Bangunan 22.335.996 6,2522 Perdagangan, Hotel, dan Restoran 45.991.661 12,8623 Pengangkutan & Komunikasi 26.784.301 7,4924 Keuangan, Persewaan & Jasa Perusahaan 14.453.228 4,0425 Jasa-jasa 24.605.175 6,88
357.570.242 100,00Total
Tabel 5.7. Struktur Output dalam Perekonomian Pro pinsi Sumatera Utara Tahun 2007 (Juta Rp)
Sumber : Tabel Input-Output Tahun 2007 (diolah)
5.2. Keterkaitan Sektor Pertanian dengan Sektor -Sektor Ekonomi Lainnya
Keberadaan sektor pertanian dalam suatu perekonomian daerah akan
mempengaruhi segenap sektor ekonomi dalam perekonomian daerah tersebut.
Besarnya pengaruh sektor pertanian dapat dilihat berdasarkan besarnya keterkaitan
yang terjadi antara sektor pertanian dengan sektor -sektor ekonomi lainnya.
Keterkaitan ini dapat berupa penyediaan input bagi sektor lain atau sebagai penerima
input dari sektor ekonomi lain. Sehingga sesungguhnya dalam pembentukan suatu
perekonomian akan terkait antara satu sektor dengan sektor lainnya baik pada sektor
hulu maupun sektor hilir. Hal ini menyebabkan keterkaitan ini dapat berupa
ketergantungan pada sektor lain mupun pemacu sektor lain.
Analisis keterkaitan ini menunjukkan sejauh mana suatu sektor dapat
menyediakan output bagi sektor lain atau keterkaitan ke de pan maupun kebutuhan
suatu sektor dari sektor lain untuk menciptakan suatu output tertentu. Keterkaitan ini
dapat berupa keterkaitan langsung maupun keterkaitan langsung dan tidak langsung.
Nilai keterkaitan langsung baik ke depan maupun ke belakang dipero leh dengan
perhitungan koefisien input, sedangkan keterkaitan langsung dan tidak langsung
dengan memperhitungkan matriks kebalikan Leontif.
Selain adanya keterkaitan antar sektor terdapat pula daya penyebaran suatu
sektor pada sektor lain baik sebagai pen yedia maupun sebagai sektor yang
membutuhkan sektor lain. Daya sebar ini akan memperlihatkan posisi suatu sektor
pada kegiatan perekonomian daerah Semakin tinggi nilainya, menunjukkan bahwa
sektor tersebut semakin strategis dalam kegiatan perekonomian.
5.2.1. Analisis Keterkaitan Ke Depan
Indeks keterkaitan ke depan sektor pertanian menunjukkan dampak yang
terjadi sebagai akibat perubahan output sektor pertanian terhadap input sektor
pertanian itu sendiri maupun sektor ekonomi lainnya yang berperan sebag ai industri
hilir dari sektor pertanian.
a. Analisis Keterkaitan Langsung Ke Depan
Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan dengan pengklasifikasian
atas 25 sektor terlihat bahwa sektor non -agroindustri memiliki keterkaitan output
langsung terbesar dibandingkan dengan sektor -sektor lainnya sebesar 1,3652. Kondisi
ini diiikuti oleh sektor agroindustri dan sektor listrik, gas dan air bersih pada
peringkat ketiga dan keempat dengan nilai keterkaitan langsung ke depan masing -
masing sebesar 1,0824 dan 0,8562. Nilai keterkaitan langsung setiap sektor tersebut
berarti bahwa jika terjadi peningkatan permintaan akhir pada suatu sektor sebesar 1
unit, maka kenaikan output dari sektor tersebut yang dialokasikan kepada sektor
lainnya sebesar nilai keterkaitan langsung ke depannya. Berdasarkan nilai keterkaitan
yang diperoleh maka dapat disimpulkan bahwa sektor industri secara umum yang
terdiri dari agroindustri dan non -agroindustri merupakan sektor yang memiliki
keterkaitan langsung terbesar dibandingkan sektor lainnya. Sektor non-agroindustri
merupakan sektor yang memiliki keterkaitan ke depan yang terbesar dibandingkan
K e te r k a ita n K e D e p a n
1 P ad i 0 ,1 5 1 6 1 32 J ag u n g 0 ,0 4 4 3 2 13 U m b i-u m b ian d an P a ti 0 ,0 2 8 3 2 54 S ayu r-sayu ran 0 ,0 7 0 7 1 95 B u ah -b u ah an 0 ,0 3 6 8 2 36 T an am an B ah an m ak an an L a in n ya 0 ,1 0 2 1 1 57 K are t 0 ,2 7 9 3 88 C o k la t 0 ,3 3 4 3 79 K e lap a 0 ,0 4 2 7 2 2
1 0 K e lap a saw it 0 ,2 4 9 1 91 1 K o p i 0 ,0 7 2 9 1 81 2 T an am an P e rk eb u n an la in n ya 0 ,1 1 4 6 1 41 3 T ern ak d an H as iln ya 0 ,0 3 5 5 2 41 4 U n g g as d an P e te rn ak an la in n ya 0 ,0 4 7 9 2 01 5 K eh u tan an 0 ,0 8 3 9 1 71 6 P e rik an an 0 ,0 8 7 2 1 61 7 P e rtam b an g an 0 ,1 5 1 8 1 21 8 A g ro in d u s tri 1 ,0 8 2 4 21 9 N o n A g ro in d u s tri 1 ,3 6 5 2 12 0 L is tr ik , G as d an A ir M in u m 0 ,8 5 6 2 32 1 B an g u n an 0 ,2 4 6 6 1 02 2 P e rd ag an g an , H o te l, d an R es to ran 0 ,5 9 5 9 42 3 P en g an g k u tan & K o m u n ik as i 0 ,3 8 9 3 62 4 K eu an g an , P e rsew aan & J a sa P e ru sah aan 0 ,3 9 8 9 52 5 J asa -ja sa 0 ,2 0 5 9 1 1
5 ,2 9 2 2T o ta l
P e r in g k a tL a n g su n gS ek to rN o
sektor lainnya. Akan tetapi jika pengklasifikasian sektoral berdasar atas 9 sektor
ekonomi maka akan didapat bahwa sektor yang memiliki keterka itan langsung
terbesar adalah sektor pertanian dengan nilai keterkaitan langsung sektor pertanian
sebesar 1,7811.
Tabel 5.8. Nilai Keterkaitan Langsung Ke Depan Klasifikasi 25 Sektor
Sumber : Tabel Input-Output Tahun 2007 (diolah)
b. Analisis Keterkaitan Langsung dan Tidak langsung Ke Depan
Berdasarkan Tabel 5.10 terlihat bahwa seluruh nilai keterkaitan langsung dan
tidak langsung ke depan adalah lebih besar dari 1. Hal ini disebabkan bahwa nilai ini
sudah memperhitungkan perubahan ou tput sektor yang bersangkutan sebesar satu
satuan. Pada perekonomian Sumatera Utara pada Tahun 2007 dengan cara melihat
matriks kebalikan dari Tabel Input -Output Sumatera Utara Tahun 2007 ( Updating)
terlihat bahwa sektor yang memiliki nilai keterkaitan lan gsung dan tidak langsung ke
depan terbesar adalah sektor Non -Agroindustri dengan nilai keterkaitan sebesar
3,7694. Nilai ini berarti bahwa jika terjadi peningkatan permintaan akhir sebesar 1
unit, maka kenaikan output dari sektor Non -Agroindustri tersebut yang dialokasikan
kepada sektor lainnya dan sektor Non -Agroindustri itu sendiri secara total (langsung
dan tidak langsung) sebesar 3,7694 unit.
Nilai keterkaitan langsung dan tidak langsung ini kemudian diikuti oleh sektor
agroindustri, listrik, gas, dan air minum, padi, serta sektor perdagangan, hotel, dan
restoran. Akan tetapi, jika keterkaitan langsung dan tidak langsung ini dilihat
berdasarkan klasifikasi 9 sektor ekonomi, dimana sektor pertanian diagregasi
keseluruhannya, maka dapat disimpulkan bahwa yang memiliki keterkaitan langsung
dan tidak langsung tertinggi adalah sektor pertanian dengan nilai keterkaitan langsung
dan tidak langsung ke depan sebesar 19,9127. Hal ini disebabkan bahwa secara
umum, karakteristik produk yang berasal dari sektor pert anian merupakan produk
yang memerlukan penanganan lebih lanjut melalui pengolahan maupun perdagangan
produk segar pertanian. Sehingga dalam hal ini sektor pertanian dapat dikatakan
Langsung danTidak Langsung
1 Padi 1,3498 122 Jagung 1,0692 223 Umbi-umbian dan Pati 1,0313 254 Sayur-sayuran 1,0815 205 Buah-buahan 1,0507 246 Tanaman Bahan makanan Lainnya 1,1173 177 Karet 1,8877 68 Coklat 1,9999 49 Kelapa 1,0508 2310 Kelapa sawit 1,6132 911 Kopi 1,0866 1912 Tanaman Perkebunan lainnya 1,1384 1513 Ternak dan Hasilnya 1,0750 2114 Unggas dan Peternakan lainnya 1,0873 1815 Kehutanan 1,1520 1416 Perikanan 1,1220 1617 Pertambangan 1,3417 1318 Agroindustri 2,7898 219 Non Agroindustri 3,7694 120 Listrik, Gas dan Air Minum 2,6839 321 Bangunan 1,4303 1022 Perdagangan, Hotel, dan Restoran 1,9802 523 Pengangkutan & Komunikasi 1,7707 824 Keuangan, Persewaan & Jasa Perusahaan 1,7887 725 Jasa-jasa 1,3667 11
38,8340Total
No SektorKeterkaitan
Peringkat
sebagai Leading Sector bagi perekonomian Sumatera Utara pada Tahun 2007 seb gai
penyedia input produksi bagi sektor ekonomi lainnya.
Tabel 5.9. Nilai Keterkaitan Langsung dan Tidak langsung Ke Depan Klasifikasi25 Sektor Tahun 2007
Sumber : Tabel Input-Output Tahun 2007 (diolah)
Grafik 5.1. Nilai Keterkaitan Langsung dan Tidak Langsung ke Depan
0,0000
0,5000
1,0000
1,5000
2,0000
2,5000
3,0000
3,5000
4,0000
Padi
Jagung
Umbi-u
mbian dan
Pati
Sayur-s
ayuran
Buah-b
uahan
Tanaman B
ahan m
akanan
Lainny
a Karet
Coklat
Kelapa
Kelapa
sawit Kop
i
Tanaman P
erkebu
nan lain
nya
Ternak
dan Ha
silnya
Unggas
dan Pe
ternaka
n lainny
aKeh
utanan
Perikan
an
Pertam
bangan
Agroind
ustri
Non Ag
roindus
tri
Listrik,
Gas dan A
ir MinumBan
gunan
Perdag
angan,
Hotel,
dan Resto
ran
Pengan
gkutan
& Komunik
asi
Keuang
an, Per
sewaan
& Jasa
Perusa
haanJas
a-jasa
SektorNilai Keterkaitan Langsung dan Tidak Langsung ke Depam
Gambar 5.1. Nilai Keterkaitan langsung dan Tidak Langsung Ke Depan
5.2.2. Analisis Keterkaitan Ke Belakang
Keterkaitan ke belakang suatu sektor tertentu (j) dengan sektor lainnya (sektor
i) merupakan indikator keterkaitan dimana sekt or j mampu menarik pertumbuhan
sektor i melalui pemanfaatan output dari sektor i yang digunakan sebagian bahan
masukan (input) oleh sektor j dalam proses produksinya.
1 Padi 0,0594 242 Jagung 0,1658 163 Umbi-umbian dan Pati 0,0728 234 Sayur-sayuran 0,1549 185 Buah-buahan 0,0945 226 Tanaman Bahan makanan Lainnya 0,1743 157 Karet 0,2800 88 Coklat 0,1639 179 Kelapa 0,1366 19
10 Kelapa sawit 0,1944 1111 Kopi 0,1901 1312 Tanaman Perkebunan lainnya 0,1817 1413 Ternak dan Hasilnya 0,0516 2514 Unggas dan Peternakan lainnya 0,3998 615 Kehutanan 0,2115 1016 Perikanan 0,2470 917 Pertambangan 0,1130 2018 Agroindustri 0,6379 419 Non Agroindustri 0,8483 120 Listrik, Gas dan Air M inum 0,7180 321 Bangunan 0,8317 222 Perdagangan, Hotel, dan Restoran 0,3165 723 Pengangkutan & Komunikasi 0,5308 524 Keuangan, Persewaan & Jasa Perusahaan 0,1939 1225 Jasa-jasa 0,1048 21
7,0733
Langsung
Total
No SektorKeterkaitan
Peringkat
a. Analisis Keterkaitan Langsung Ke Belakang
Nilai keterkaitan langusng Ke Belakang dap at ditunjukkan dengan Tabel 5.10
dibawah ini.
Tabel 5.10. Nilai Keterkaitan Langsung Ke Belakang Klasifikasi 25 SektorTahun 2007
Sumber : Tabel Input-Output Tahun 2007 (diolah)
Sektor Non-Agroindustri merupakan sektor yang memiliki nilai keterkaitan
langsung ke belakang terbesar dibandingkan sektor lainnya dengan nilai keterkaitan
langsung ke belakang sebesar 0,8483. Kemudian dilanjutkan oleh sektor listrik, gas,
dan air minum, non-agroindustri, sektor agroindustri, serta sektor pengangkutan dan
komunikasi. Hal ini dapat dipahami mengingat bahwa kelima sektor ini merupakan
sektor yang melakukan proses produksi terhadap input dari sektor lainnya, sehingga
ketergantungan akan input dari sektor lainnya cukup besar. Nilai keterkaitan langsung
ke belakang terkecil terdapat pada sektor ternak dan hasilnya dengan nilai keterkaitan
langsung ke belakang sebesar 0,0516. Keterkaitan langsung ke belakang secara lebih
sistematis disajikan pada Tabel 5.10.
b. Analisis Keterkaitan Langsung dan Tidak langsung Ke Belakang
Berdasarkan Tabel 5.11. di bawah , maka diketahui bahwa sektor yang
memiliki keterkaitan langsung dan tidak langsung ke belakang terbesar adalah sektor
Bangunan dengan nilai keterkaitan langs ung dan tidak langsung ke belakang sebesar
2,9961. Hal ini berarti bahwa setiap terjadi peningkatan pada permintaan akhir sektor
bangunan sebesar 1 unit, maka sektor bangunan membutuhkan input tambahan untuk
produksinya dari sektor bangunan itu sendiri mau pun sektor lainnya secara langsung
dan tidak langsung sebesar 2,9961 unit. Selanjutnya, keterkaitan langsung dan tidak
langsung ke belakang terbesar setelah sektor bangunan adalah listrik, gas, dan air
minum, non-agroindustri, pengangkutan dan komunikasi, dan agroindustri. Nilai-nilai
tersebut menunjukkan bahwa setiap peningkatan permintaan akhir sebesar 1 unit,
L a n g s u n g d a nT i d a k l a n g s u n g
1 P a d i 1 , 0 7 8 7 2 52 J a g u n g 1 , 3 0 5 2 1 43 U m b i - u m b i a n d a n P a t i 1 , 1 0 7 5 2 34 S a y u r - s a y u r a n 1 , 2 8 1 8 1 85 B u a h - b u a h a n 1 , 1 5 4 2 2 26 T a n a m a n B a h a n m a k a n a n L a i n n y a 1 , 2 9 5 7 1 67 K a r e t 1 , 4 7 2 2 98 C o k l a t 1 , 2 8 8 5 1 79 K e l a p a 1 , 2 4 0 7 1 9
1 0 K e l a p a s a w i t 1 , 4 0 7 1 1 11 1 K o p i 1 , 3 0 3 9 1 51 2 T a n a m a n P e r k e b u n a n l a i n n y a 1 , 3 4 6 1 1 31 3 T e r n a k d a n H a s i l n y a 1 , 1 0 3 8 2 41 4 U n g g a s d a n P e t e r n a k a n l a i n n y a 1 , 7 7 3 3 61 5 K e h u t a n a n 1 , 4 6 8 7 1 01 6 P e r i k a n a n 1 , 5 1 4 0 81 7 P e r t a m b a n g a n 1 , 1 8 5 4 2 11 8 A g r o i n d u s t r i 2 , 0 4 3 2 51 9 N o n A g r o i n d u s t r i 2 , 5 6 6 9 32 0 L i s t r i k , G a s d a n A i r M i n u m 2 , 6 0 8 4 22 1 B a n g u n a n 2 , 9 9 6 1 12 2 P e r d a g a n g a n , H o t e l , d a n R e s t o r a n 1 , 6 2 3 6 72 3 P e n g a n g k u t a n & K o m u n i k a s i 2 , 0 5 2 4 42 4 K e u a n g a n , P e r s e w a a n & J a s a P e r u s a h a a n 1 , 3 9 2 6 1 22 5 J a s a - j a s a 1 , 2 2 4 3 2 0
3 8 , 8 3 4 3
N o S e k t o rK e t e r k a i t a n
P e r i n g k a t
T o t a l
maka sektor tersebut secara langsung dan tidak langsung membutuhkan input dari
sektor lainnya maupun dari sektor itu sendiri sebesar nilai keterkai tannya. Nilai
keterkaitan langsung dan tidak langsung ke belakang yang paling rendah adalah
sektor padi dan sektor ternak dan hasilnya yang ditunjukkan dengan nilai keterkaitan
masing-masing sebesar 1,0787 dan 1,1038.
Tabel 5.11.Nilai Keterkaitan Langsung dan Tidak langsung Ke BelakangKlasifikasi 25 Sektor Tahun 2007
Sumber : Tabel Input-Output Tahun 2007 (diolah)
Grafik 5.2. Nilai Keterkaitan Langsung dan Tidak Langsung ke Belakang
0,0000
0,5000
1,0000
1,5000
2,0000
2,5000
3,0000
3,5000
Padi
Jagung
Umbi-umbia
n dan
Pati
Sayur-s
ayuran
Buah-b
uahan
Tanam
an Bah
an maka
nan La
innya
Karet
Coklat
Kelapa
Kelapa
sawit Kop
i
Tanam
an Per
kebuna
n lainn
ya
Ternak
dan H
asilnya
Unggas
dan Pe
ternaka
n lainn
yaKeh
utanan
Perikan
an
Pertam
bangan
Agroin
dustri
Non Agro
indust
ri
Listrik,
Gas dan
Air Minu
mBan
gunan
Perdag
angan,
Hotel, d
an Rest
oran
Pengan
gkutan
& Komuni
kasi
Keuang
an, Pe
rsewaan
& Jasa
Perusa
haan Jas
a-jasa
SektorNilai Keterkaitan Langsung dan Tidak Langsung ke Belakang
Gambar 5.2. Nilai Keterkaitan Langsung dan Tidak Langsung Ke Belakang
5.3. Analisis Indeks Daya Penyebaran (Pd) dan Indeks Derajat Kepekaan (Ds)
Salah satu keunggulan analisis dengan menggunakan model Input -Output
adalah dapat digunakan untuk mengetahui berapa jauh tingkat hubungan atau
keterkaitan antara sektor produksi. Besarnya tingkat ket erkaitan ke depan (forward
linkage) atau dalam hal ini disebut dengan derajat kepekaan. Sedangkan keterkaitan
ke belakang (backward linkage) disebut sebagai daya penyebaran. Kemudian dari
derajat kepekaan dan daya penyebaran ini dapat diturunkan pula yang dinamakan
indeks daya penyebaran dan indeks derajat kepekaan. Indeks daya penyebaran dan
indeks derjat kepekaan ini oleh banyak ahli digunakan untuk menganalisis dan
menentukan sektor – sektor kunci (key sectors) dalam perekonomian suatu daerah.
5.3.1. Indeks Daya Penyebaran (Pd)
Indeks daya penyebaran merupakan keterkaitan langsung dan tidak langsung
ke belakang suatu sektor produksi yang telah dibobot yang kemudian dibagi dengan
rata-rata keterkaitan langsung dan tidak langsung yang terjadi pada suatu
perekonomian. Sektor yang mempunyai daya penyebaran yang tinggi merupakan
indikasi bahwa sektor tersebut mempunyai ketergantungan yang tinggi terhadap
sektor lain. Jika Indeks Daya penyebaran sektoral yang tejadi lebih besar dari 1,
artinya sektor tersebut memiliki kemampuan yang kuat untuk menarik pertumbuhan
sektor hulunya atau dengan kata lain daya penyebaran sektor tersebut diatas rata -rata
daya penyebaran secara keseluruhan.
Berdasarkan Tabel 5.12 diatas diketahui bahwa sektor bangunan memiliki
nilai indeks daya penyebaran terbesar dengan nilai indeks sebesar 1,9288. Hal ini
berarti bahwa sektor bangunan adalah sektor yang paling mampu menarik
pertumbuhan yang terjadi pada sektor dibelakangnya atau sektor hulunya. Nilai
indesk daya penyebaran sektor b angunan tersebut menunjukkan bahwa setiap
kenaikan 1 unit output sektor bangunan akan menyebabkan naiknya output sektor -
sektor lainnya termasuk sektor itu sendiri sebesar 1,9288 unit. Peringkat kedua yaitu
sektor Listrik, gas, dan air bersih dengan indeks daya penyebaran sebesar 1,6792.
Sektor berikutnya yang merupakan yang termasuk kedalam 10 sektor yang memiliki
indeks daya
Penyebaran
1 Padi 0,6944 25
2 Jagung 0,8402 14
3 Umbi-umbian dan Pati 0,7130 23
4 Sayur-sayuran 0,8252 18
5 Buah-buahan 0,7431 22
6 Tanaman Bahan makanan Lainnya 0,8341 16
7 Karet 0,9478 9
8 Coklat 0,8295 17
9 Kelapa 0,7987 19
10 Kelapa sawit 0,9058 11
11 Kopi 0,8394 15
12 Tanaman Perkebunan lainnya 0,8666 13
13 Ternak dan Hasilnya 0,7106 24
14 Unggas dan Peternakan lainnya 1,1416 6
15 Kehutanan 0,9455 10
16 Perikanan 0,9747 8
17 Pertambangan 0,7631 21
18 Agroindustri 1,3153 5
19 Non Agroindustri 1,6525 3
20 Listrik, Gas dan Air M inum 1,6792 2
21 Bangunan 1,9288 1
22 Perdagangan, Hotel, dan Restoran 1,0452 7
23 Pengangkutan & Komunikasi 1,3213 424 Keuangan, Persewaan & Jasa Perusahaan 0,8965 1225 Jasa-jasa 0,7881 20
PeringkatNo Sektor
indeks daya penyebaran terbesar adalah sektor Non -Agroindustri, pengangkutan dan
komunikasi, agroindustri, unggas dan peternakan lainnya, perdaga ngan, hotel dan
restoran, perikanan, karet, serta sektor kehutanan.
Tabel 5.12. Indeks Daya Penyebaran dalam Perekonomian Sumatera UtaraTahun 2007
Sumber : Tabel Input-Output Tahun 2007 (diolah)
5.3.1. Indeks Derajat Kepekaan (Ds)
Indeks derajat kepekaan merupakan keterkaitan langsung dan tidak langsung
ke depan suatu sektor produksi yang telah dibobot yang kemudian dibagi dengan rata -
rata keterkaitan langsung dan tidak langsung ke depan yang terjadi pad a suatu
perekonomian. Sektor yang mempunyai indeks derajat kepekaan yang tinggi
merupakan indikasi bahwa sektor tersebut mempunyai kemampuan untuk mendorong
sektor lain yang menggunakan output dari sektor tersebut. Atau dengan kata lain,
indeks derajat kepekaan diartikan sebagai kemampuan suatu sektor untuk mendorong
pertumbuhan sektor hilirnya. Hasil analisis Indeks Derajat Kepekaan (Ds)
ditunjukkan pada Tabel 5.13.
Sektor Non-Agroindustri dalam perekonomian propinsi Sumatera Utara
Tahun 2007 merupakan sektor yang memiliki nilai indeks derajat kepekaan tertinggi
dengan nilai indeks sebesar 2,4266. Nilai ini berarti bahwa setiap terjadi peningkatan
1 unit output sektor agroindsutri akan menyebabkan naiknya output sektor -sektor lain
yang ada di depannya termasuk sektor itu sendiri secara keseluruhan sebesar 2,4266
unit. Indeks derajat kepekaan sektor n on- agroindustri merupakan nilai yang sangat
tinggi dbandingkan sektor lainnya karena hanya sektor non -agroindustri yang
memiliki nilai indeks diatas 2. Hal in i berarti bahwa sektor non-agroindustri
merupakan sektor yang paling mampu memdorong pertumbuhan output sektor
hilirnya ( ke depan). Urutan selanjutnya yang memiliki indeks derajat kepekaan
terbesar setelah sektor non-agroindustri dalam perekonomian Sumate ra Utara Tahun
2007 adalah sektor Agroindustri, Listrik, gas dan air minum, coklat, serta
i n d e k s D e r a j a t
K e p e k a a n1 P a d i 0 , 8 6 8 9 1 2
2 J a g u n g 0 , 6 8 8 3 2 2
3 U m b i - u m b i a n d a n P a t i 0 , 6 6 3 9 2 5
4 S a y u r - s a y u r a n 0 , 6 9 6 2 2 0
5 B u a h - b u a h a n 0 , 6 7 6 4 2 4
6 T a n a m a n B a h a n m a k a n a n L a i n n y a 0 , 7 1 9 3 1 7
7 K a r e t 1 , 2 1 5 2 6
8 C o k l a t 1 , 2 8 7 5 4
9 K e l a p a 0 , 6 7 6 5 2 3
1 0 K e l a p a s a w i t 1 , 0 3 8 5 9
1 1 K o p i 0 , 6 9 9 5 1 9
1 2 T a n a m a n P e r k e b u n a n l a i n n y a 0 , 7 3 2 9 1 5
1 3 T e r n a k d a n H a s i l n y a 0 , 6 9 2 1 2 1
1 4 U n g g a s d a n P e t e r n a k a n l a i n n y a 0 , 6 9 9 9 1 8
1 5 K e h u t a n a n 0 , 7 4 1 6 1 4
1 6 P e r i k a n a n 0 , 7 2 2 3 1 6
1 7 P e r t a m b a n g a n 0 , 8 6 3 7 1 3
1 8 A g r o i n d u s t r i 1 , 7 9 6 0 2
1 9 N o n A g r o i n d u s t r i 2 , 4 2 6 6 1
2 0 L i s t r i k , G a s d a n A i r M i n u m 1 , 7 2 7 8 3
2 1 B a n g u n a n 0 , 9 2 0 8 1 0
2 2 P e r d a g a n g a n , H o t e l , d a n R e s t o r a n 1 , 2 7 4 8 5
2 3 P e n g a n g k u t a n & K o m u n i k a s i 1 , 1 3 9 9 82 4 K e u a n g a n , P e r s e w a a n & J a s a P e r u s a h a a n 1 , 1 5 1 5 72 5 J a s a - j a s a 0 , 8 7 9 8 1 1
P e r i n g k a tN o S e k t o r
perdagangan, hotel, dan restoran. Kondisi ini berarti bahwa industri pengolahan baik
non-agroindustri maupun agroindusri, ketersediaan listrik, gas dan air minum, ser ta
perdagangan, hotel dan restoran merupakan sektor -sektor yang memiliki kemampuan
untuk mendorong pertumbuhan ekonomi bagi sektor yang menggunakan output.
Berdasarkan Tabel 5.13. diatas juga dapat diketahui pula sektor yang paling
kurang mampu memberikan dorongan bagi pertumbuhan sektor hilirnya adalah sektor
buah-buahan dan sektor umbi-umbian dan pati.
Tabel 5.13.Indeks Derajat Kepekaan dalam Perekonomian Sumatera UtaraTahun 2007
Sumber : Tabel Input-Output Tahun 2007 (diolah)
5.4. Penentuan Sektor Kunci (key Sector) pada Perekonomian Sumatera Utara
Berdasarkan Indeks Daya Penyebaran (Pd) dan Indeks Derajat Kepekaan
(Ds), sektor-sektor produksi pada perekonomian Sumatera Utara Tahun 2007 dapat
diidentifikasi (dikelompokkan) menjadi 4 (empat) kelompok. Urutan dari 4 (empat)
kelompok ini juga menunjukkan bagaimana sektor tersebut dapat dikatakan sebagai
sektor kunci atau sektor yang harus mendapat prioritas.
Tabel 5.14 menunjukkan bahwa sektor -sektor yang telah diagregasi menjadi
25 sektor dalam perekonomian Propinsi Sumatera Utara Tahun 2007 dapat
dikelompok berdasarkan 4 (empat) kelompok berdasarkan prioritas dalam
pengambilan keputusan pembangunan Sumatera Utara. Hal ini meliputi :
a. Prioritas I, yakni sektor-sektor yang memiliki Indeks Daya Penyebaran dan
Indeks Derajat Kepekaan yang tinggi daengan nilai indeks lebih besar dari
satu. Sektor yang termasuk ke dalam prioritas I menunjukkan bahwa sektor -
sektor tersebut merupakan sektor -sektor kunci dalam pembangunan ek onomi
yang memilik kemampuan tinggi menarik dan mendorong sektor lain. Sektor -
sektor yang termasuk ke dalam prioritas I dalam perekonomian Sumatera
Utara Tahun 2007 meliputi sektor non -Agroindustri, Agroindustri, listrik,gas
dan air minum, perdagangan,hote l dan restoran, serta sektor pengangkutan
dan komunikasi.
b. Prioritas II, yakni sektor-sektor yang memiliki Indeks Derajat Kepekaan yang
tinggi (lebih besar dari satu) dan Indeks Daya Penyebaran rendah (lebih kecil
dari satu). Hal ini berarti bahwa sektor -sektor ekonomi yang termasuk ke
dalam prioritas kedua merupakan sektor yang peringkat prioritas perhatian
dibawah dari prioritas I. Sektor -sektor tersebut meliputi sektor karet, coklat,
kelapa sawit, serta sektor keuangan, persewaan dan jasa perusahaan
c. Prioritas III, merupakan sektor-sektor yang memiliki Indeks Derajat Kepekaan
yang rendah dan Indeks Daya penyebaran Tinggi. Sektor tersebut meliputi
sektor unggas dan peternakan lainnya sektor bangunan.
d. Prioritas IV, merupakan sektor -sektor yang memiliki Indeks Derajat kepekaan
yang rendah dan Indeks Daya Penyebaran yang rendah. Hal ini berarti bahwa
sektor yang termasuk ke dalam sektor prioritas IV dapat dikatakan sebagai
sektor yang bukan sektor kunci yang mendapatkan prioritas terendah dalam
pembangunan suatu daerah. Sektor-sektor yang termasuk ke dalam prioritas
IV adalah sektor padi ,jagung, umbi -umbian dan pati, sayur-dayuran, buah-
buahan, tanaman bahan makanan lainnya, kelapa, tanaman perkebunan
lainnya, ternak dan hasilnya, kehutanan, perikanan, pertamban gan, dan jasa-
jasa
indeks Derajat indeks daya
Kepekaan Penyebaran
1 Padi Rendah Rendah IV2 Jagung Rendah Rendah IV3 Umbi-umbian dan Pati Rendah Rendah IV4 Sayur-sayuran Rendah Rendah IV5 Buah-buahan Rendah Rendah IV6 Tanaman Bahan makanan Lainnya Rendah Rendah IV7 Karet Tinggi Rendah II8 Coklat Tinggi Rendah II9 Kelapa Rendah Rendah IV10 Kelapa sawit Tinggi Rendah II11 Kopi Rendah Rendah IV12 Tanaman Perkebunan lainnya Rendah Rendah IV13 Ternak dan Hasilnya Rendah Rendah IV14 Unggas dan Peternakan lainnya Rendah Tinggi III15 Kehutanan Rendah Rendah IV16 Perikanan Rendah Rendah IV17 Pertambangan Rendah Rendah IV18 Agroindustri Tinggi Tinggi I19 Non Agroindustri Tinggi Tinggi I20 Listrik, Gas dan Air Minum Tinggi Tinggi I21 Bangunan Rendah Tinggi III22 Perdagangan, Hotel, dan Restoran Tinggi Tinggi I23 Pengangkutan & Komunikasi Tinggi Tinggi I24 Keuangan, Persewaan & Jasa Perusahaan Tinggi Rendah II25 Jasa-jasa Rendah Rendah IV
No Sektor Prioritas
Tabel 5.14. Peringkat Prioritas Sektor Kunci dalam Perekonomian SumateraUtara Tahun 2007
Sumber : Tabel Input-Output Tahun 2007 (diolah)
Berdasarkan tingkatan prior itas dari setiap sektor ekonomi, maka dapat
disimpulkan bahwa sektor industri baik itu non -agroindustri dan agroindustri
merupakan sektor yang merupakan sektor kunci (prioritas paling tinggi) dalam
perekonomian Sumatera Utara. Selain kedua sektor tersebut terdapat 3 sektor lainnya
yang dapat dikatakan sebagai sektor kunci yakni sektor listrik, gas, dan air bersih,
sektor perdagangan, hotel, dan restoran, serta sektor pengangkutan dan komunikasi.
Oleh karena itu, pembangunan sektoral pada masa yang akan data ng dengan
berdasarkan hasil analisis sektor kunci pada Tahun 2007 diharapkan menitikberatkan
pada kelima sektor kunci tersebut. Hal ini juga berarti bahwa tidak ada satu sektor
yang termasuk ke dalam sektor pertanian yang dapat dikatakan sebagai sektor kun ci
dalam perekonomian Sumatera Utara. Kondisi ini memberikan arti bahwa telah
terjadi transformasi stuktur dari perekonomian Sumatera Utara yang bergerak dari
pertanian ke bidang industri pengolahan. Sehingga pertanian merupakan sektor
sebagai pendorong bagi kemajuan industri pengolahan sebagai penyedia input
produksi.
Posisi 25 sektor ekonomi dalam perekonomian Propinsi Sumatera Utara
Tahun 2005 berdasarkan empat (4) kelompok prioritas dalam digambarkan pada
Grafik 5.3. dibawah ini.
Sumber : Tabel Input-Output Tahun 2007 (olahan)
Gambar 5.3. Posisi Masing- Masing Sektor
Keterangan : 1 .Sektor Padi 14. Sektor Unggas dan Peternakan lainnya
2. Sektor Jagung 15. Sektor Kehutanan 3. Sektor Umbi-umbian dan Pati 16. Sektor Perikanan 4. Sektor Sayur-sayuran 17. Sektor Pertambangan 5. Sektor Buah-buahan 18. Sektor Agroindustri 6. Sektor Tanaman Bahan Makanan 19. Sektor Non-Agroindustri 7. Sektor Karet 20. Sektor Listrik, gas dan air bersih 8. Sektor Coklat 21. Sektor Bangunan
9. Sektor Kelapa 22. Sektor Perdagangan, Hotel,restoran 10. Sektor Kelapa Sawit 23. Sektor Pengangkutan dan Komunikasi 11.Sektor Kopi 24. Sektor Keuangan, Persewaan
12.Sektor Tanaman Perkebunan 25. Sektor Jasa-jasa 13.Sektor Ternak dan Hasilnya
1
43
256
78
12
9
10
11 1514
1316
18
17
19
20
21
222324
25
Indek
s Day
a Pen
yeba
ran
Prioritas I
Prioritas IV
Prioritas II
Prioritas III
5.5. Dampak Investasi Sektor Pertanian Terhadap Pembentukan Output,Pendapatan, dan Tenaga Kerja
Untuk melihat dampak investasi sektor pertanian terhadap pembentukan
output, pendapatan, dan tenaga kerja yang terjadi terhadap perekonomian Sumatera
Utara maka dapat dihitung dengan mengalikan nilai total investasi dengan matrik
kebalikan leontif.
5.5.1. Dampak Investasi Sektor Padi
Nilai investasi sektor padi sebesar Rp 3.466 juta pada tahun 2007 dapat
menghasilkan output di seluruh sektor perekonom ian sebesar Rp 3.739 juta atau
sekitar 1,08 kali lipat dari nilai investasi yang terjadi. Nilai investasi sektor padi
tersebut mampu menciptakan output sektor itu sendiri yang merupakan dampak
langsung sebesar 97,28% dan sisanya 2,72% dapat menciptakan output di sektor lain
dalam perekonomian. Selain hal itu, dampak investasi sektor padi ini m ampu
menciptakan pendapatan rumah tangga sebesar Rp 699.810.000, - yang terdiri dari
pendapatan sektor padi itu sendiri sebesar 98,06% dan sisanya pendapatan di sektor
ekonomi lainnya. Investasi di sektor padi dapat menciptakan lapangan kerja atau
mampu menyerap tenaga kerja sebanyak 86 orang. Distribusi tenaga kerja yang
mampu terserap meliputi 95,58% pada sektor padi itu sendiri dan 1,88% (sektor
coklat), dan 1,22% (sektor non-agroindustri).
Nilai Persen Nilai Persen Nilai Persen1 Padi 3.636,75 97,28 686,25 98,06 82,43 95,582 Jagung 0,08 0,00 0,01 0,00 0,01 0,013 Umbi-umbian dan Pati 0,01 0,00 0,00 0,00 0,00 0,004 Sayur-sayuran 0,04 0,00 0,01 0,00 0,00 0,005 Buah-buahan 0,04 0,00 0,01 0,00 0,00 0,006 Tanaman Bahan makanan Lainnya 0,02 0,00 0,00 0,00 0,00 0,017 Karet 5,45 0,15 1,50 0,21 0,19 0,228 Coklat 5,76 0,15 1,19 0,17 1,62 1,889 Kelapa 0,02 0,00 0,01 0,00 0,01 0,0110 Kelapa sawit 0,98 0,03 0,22 0,03 0,01 0,0211 Kopi 0,02 0,00 0,00 0,00 0,01 0,0112 Tanaman Perkebunan lainnya 0,04 0,00 0,01 0,00 0,01 0,0113 Ternak dan Hasilnya 3,68 0,10 0,65 0,09 0,31 0,3614 Unggas dan Peternakan lainnya 3,79 0,10 0,66 0,09 0,09 0,1115 Kehutanan 0,70 0,02 0,09 0,01 0,03 0,0416 Perikanan 0,64 0,02 0,12 0,02 0,02 0,0317 Pertambangan 3,18 0,09 0,15 0,02 -0,02 -0,0218 Agroindustri 4,87 0,13 0,22 0,03 0,01 0,0119 Non Agroindustri 25,94 0,69 1,45 0,21 1,05 1,2220 Listrik, Gas dan Air Minum 19,90 0,53 2,21 0,32 0,03 0,0421 Bangunan 6,80 0,18 1,33 0,19 0,08 0,1022 Perdagangan, Hotel, dan Restoran 8,13 0,22 1,22 0,18 0,19 0,2223 Pengangkutan & Komunikasi 5,09 0,14 0,84 0,12 0,07 0,0824 Keuangan, Persewaan & Jasa Perusahaan5,37 0,14 0,90 0,13 0,03 0,0325 Jasa-jasa 1,23 0,03 0,76 0,11 0,04 0,04
3.738,53 100,00 699,81 100 86,23 100
No Sektor
Total
Output Pendapatan Tenaga Kerja
Tabel 5.15. Dampak Investasi Sektor Padi Sebesar Rp 3.466 juta terhadapPembentukan Output, Pendapatan, dan Tenaga Kerja Tahun 2007
Sumber : Tabel Input-Output Tahun 2007 (diolah)
5.5.2. Dampak Investasi Sektor Jagung
Investasi yang terjadi pada sektor Jagung yakni sebesar Rp 383 juta dampak
menciptakan output total sebesar Rp 499.400.000, - atau sebesar 1,30 kali lipat
dibandingkan nilai investasi yang terjadi pada Tahun 2007. Nilai investasi sektor
jagung itu mampu menciptakan output bagi sektor itu sendiri sebesar 78,95% dari
total output (Rp 394.280.000,-). Selain sektor jagung itu sendiri, investasi sektor
jagung juga mampu menciptakan output bagi sektor lain terutama sektor agroindustri
sebesar 8,38% (Rp 41.860.000, -), kemudian peningkatan output bagi sektor
perdagangan, hotel, dan restoran (3,91% atau sebesar Rp 19.500.000, -).
Jika dikaitkan dengan peningkatan pendapatan yang ditimbulkan oleh adanya
investasi yang terjadi, maka investasi sektor Jagung akan mempunyai dampak
langsung terhadap peningkatan pendapatan sebesar Rp 62.650.000, - (83,02%) dan
dampak tidak langsung sebesar Rp 12.820.000, - (16,98%). Efek total peningkatan
pendapatan akibat investasi di sektor jagung adalah sebesarr Rp 75.470.000, -. Selain
itu, investasi di sektor Jagung mampu menyerap tenaga kerja sebanyak 62 orang.
Nilai Persen Nilai Persen Nilai Persen1 Padi 4,46 0,89 0,84 1,11 0,10 0,162 Jagung 394,28 78,95 62,65 83,02 59,69 96,123 Umbi-umbian dan Pati 0,05 0,01 0,01 0,01 0,01 0,014 Sayur-sayuran 0,16 0,03 0,03 0,03 0,00 0,015 Buah-buahan 0,29 0,06 0,05 0,07 0,02 0,036 Tanaman Bahan makanan Lainnya 0,14 0,03 0,02 0,02 0,04 0,067 Karet 1,76 0,35 0,49 0,64 0,06 0,108 Coklat 1,97 0,40 0,41 0,54 0,55 0,899 Kelapa 0,15 0,03 0,05 0,07 0,07 0,1210 Kelapa sawit 8,40 1,68 1,88 2,50 0,12 0,1911 Kopi 0,19 0,04 0,03 0,04 0,04 0,0712 Tanaman Perkebunan lainnya 0,32 0,06 0,08 0,10 0,08 0,1313 Ternak dan Hasilnya 1,94 0,39 0,34 0,45 0,16 0,2714 Unggas dan Peternakan lainnya 0,85 0,17 0,15 0,20 0,02 0,0315 Kehutanan 1,42 0,28 0,19 0,25 0,07 0,1116 Perikanan 0,54 0,11 0,10 0,13 0,02 0,0317 Pertambangan -2,32 -0,47 -0,11 -0,15 0,01 0,0218 Agroindustri 41,86 8,38 1,86 2,46 0,09 0,1419 Non Agroindustri 8,37 1,68 0,47 0,62 0,34 0,5520 Listrik, Gas dan Air Minum 3,72 0,75 0,41 0,55 0,01 0,0121 Bangunan 3,06 0,61 0,60 0,79 0,04 0,0622 Perdagangan, Hotel, dan Restoran 19,50 3,91 2,94 3,89 0,45 0,7323 Pengangkutan & Komunikasi 3,57 0,71 0,59 0,78 0,05 0,0824 Keuangan, Persewaan & Jasa Perusahaan 3,36 0,67 0,56 0,75 0,02 0,0325 Jasa-jasa 1,37 0,27 0,85 1,12 0,04 0,07
499,40 100,00 75,47 100,00 62,10 100,00Total
No SektorOutput Pendapatan Tenaga Kerja
Tabel 5.16. Dampak Investasi Sektor Jagung Sebesar Rp 383 juta terhadapPembentukan Output, Pendapatan, dan Tenaga Kerja Tahun 2007
Sumber : Tabel Input-Output Tahun 2007 (olahan)
5.5.3. Dampak Investasi Sektor Tanaman Bahan Ma kanan Lainnya
Berdasarkan Tabel 5.17. terlihat bahwa dampak investasi sektor Tanaman
Bahan Makanan lainnya pada tahun 2007 dengan nilai investasi sebesar Rp 12
jutadapat menghasilkan output secara keseluruhan sebesar Rp 15.550.000, - atau
sebesar 1,30 kali lipat dari nilai investasi. Nilai investasi ini secara langsung
Nilai Persen Nilai Persen Nilai Persen1 Padi 0,06 0,36 0,01 0,55 0,00 0,042 Jagung 0,01 0,04 0,00 0,06 0,00 0,033 Umbi-umbian dan Pati 0,00 0,01 0,00 0,00 0,00 0,004 Sayur-sayuran 0,00 0,02 0,00 0,03 0,00 0,005 Buah-buahan 0,00 0,03 0,00 0,04 0,00 0,016 Tanaman Bahan makanan Lainnya 12,91 83,02 1,57 82,18 3,40 97,487 Karet 0,11 0,70 0,03 1,56 0,00 0,118 Coklat 0,12 0,75 0,02 1,25 0,03 0,939 Kelapa 0,00 0,01 0,00 0,04 0,00 0,03
10 Kelapa sawit 0,11 0,68 0,02 1,23 0,00 0,0411 Kopi 0,00 0,02 0,00 0,02 0,00 0,0212 Tanaman Perkebunan lainnya 0,00 0,03 0,00 0,05 0,00 0,0313 Ternak dan Hasilnya 0,02 0,15 0,00 0,22 0,00 0,0614 Unggas dan Peternakan lainnya 0,02 0,10 0,00 0,14 0,00 0,0115 Kehutanan 0,02 0,11 0,00 0,12 0,00 0,0316 Perikanan 0,01 0,05 0,00 0,08 0,00 0,0117 Pertambangan 0,00 -0,01 0,00 0,00 0,00 0,0018 Agroindustri 0,52 3,37 0,02 1,21 0,00 0,0319 Non Agroindustri 0,52 3,32 0,03 1,51 0,02 0,6020 Listrik, Gas dan Air Minum 0,13 0,86 0,01 0,77 0,00 0,0121 Bangunan 0,04 0,25 0,01 0,40 0,00 0,0122 Perdagangan, Hotel, dan Restoran 0,65 4,21 0,10 5,15 0,02 0,4323 Pengangkutan & Komunikasi 0,13 0,87 0,02 1,16 0,00 0,0524 Keuangan, Persewaan & Jasa Perusahaan 0,13 0,84 0,02 1,14 0,00 0,0225 Jasa-jasa 0,03 0,22 0,02 1,08 0,00 0,03
15,55 100,00 1,91 100,00 3,49 100,00
Pendapatan Tenaga Kerja
Total
No SektorOutput
berdampak pada penciptaan output sektor itu sendiri sebesar 82,18% dan dampak
tidak langsung sebesar 17,82% terutama pada output sektor perdagangan, hotel, dan
restoran. Di sisi lain, nilai investasi sektor Tanaman Bahan Makanan Lainnya ini
mampu menciptakan pendapatan sebesar Rp 1.910.000, - yang terdiri dari dampak
langsung sebesar Rp 1.570.000, - (82,18%). Sedangkan tenaga kerja yang mampu
terserap sebanyak 3 orang.
Tabel 5.17. Dampak Investasi Sektor Tanaman Bahan Makanan Sebesar Rp 12juta terhadap Pembentukan Output, Pendapatan, dan TenagaKerja 2007
Sumber : Tabel Input-Output Tahun 2007 (olahan)
5.5.4. Dampak Investasi Sektor Karet
Nilai investasi sektor karet pada Tahun 2007 yakni sebesar Rp 78.183
jutaakan memiliki dampak positif terhadap peningkatan output sektor itu sendiri
maupun output sektor lainnya. Penciptaan output yang terjadi secara keseluruhan
mencapai 1,47 kali lipat dari nilai investasi yang terjadi (Rp 115. 102.310.000,-). Nilai
output tersebut terdiri dari output yang terjadi sebagai akibat dampak langsung
maupun tidak langsung. Dampak langsung yang terjadi adalah sebesar Rp
86.742.940.000,- atau sebesar 75,36% dari output total yang tercipta. Sedangkan
output yang terjadi sebagai akibat dampak tidak langsung dari investasi yang terbesar
terjadi pada sektor coklat sebesar 7,85%, sektor non -agorindusitri sebesar 4,33% dari
total output, dan sektor listrik, gas, dan air minum sebesar 3,27%.
Dampak investasi sektor Karet ini juga akan bedampak pada penciptaan
pendapatan rumah tangga sebesar Rp 28.437.230.000, - Nilai output tersebut
terkontribusi terhadap 5 sektor terbesar yakni pendapatan sektor karet itu sendiri
sebesar 84,22%, coklat (6,55%), jasa -jasa (1,74%), listrik, gas, dan air minum
(1,47%) dan sektor keuangan, persewaan, dan jasa perusahaan (1,30%). Selain itu,
investasi sebesar Rp 78.183 juta yang terjadi di sektor karet ternyata mampu
menyerap tenaga kerja sebanyak 5.904 orang yang terdistribusi di s ektor karet itu
sendiri (51,05%), sektor coklat (42,98%), dan sektor non -Agroindustri (3,42%).
Berdasarkan hal tersebut dapat disimpulkan bahwa dengan adanya investasi di sektor
Karet tidak hanya mampu menyerap lapangan kerja di sektor itu sendiri, akan te tapi
Nilai Persen Nilai Persen Nilai Persen1 Padi 135,89 0,12 25,64 0,09 3,08 0,052 Jagung 17,03 0,01 2,71 0,01 2,58 0,043 Umbi-umbian dan Pati 2,07 0,00 0,22 0,00 0,31 0,014 Sayur-sayuran 7,67 0,01 1,26 0,00 0,21 0,005 Buah-buahan 10,92 0,01 2,03 0,01 0,58 0,016 Tanaman Bahan makanan Lainnya 5,12 0,00 0,62 0,00 1,35 0,027 Karet 86.742,94 75,36 23.949,73 84,22 3.014,21 51,058 Coklat 9.035,75 7,85 1.863,17 6,55 2.537,51 42,989 Kelapa 4,83 0,00 1,79 0,01 2,39 0,0410 Kelapa sawit 256,23 0,22 57,42 0,20 3,63 0,0611 Kopi 5,90 0,01 0,89 0,00 1,37 0,0212 Tanaman Perkebunan lainnya 10,02 0,01 2,38 0,01 2,46 0,0413 Ternak dan Hasilnya 36,38 0,03 6,38 0,02 3,08 0,0514 Unggas dan Peternakan lainnya 47,07 0,04 8,18 0,03 1,14 0,0215 Kehutanan 71,46 0,06 9,41 0,03 3,50 0,0616 Perikanan 48,59 0,04 8,99 0,03 1,82 0,0317 Pertambangan 578,08 0,50 27,75 0,10 -3,31 -0,0618 Agroindustri 1.275,72 1,11 56,64 0,20 2,62 0,0419 Non Agroindustri 4.981,25 4,33 278,45 0,98 202,14 3,4220 Listrik, Gas dan Air Minum 3.758,98 3,27 417,25 1,47 5,88 0,1021 Bangunan 1.288,19 1,12 251,84 0,89 15,65 0,2722 Perdagangan, Hotel, dan Restoran 1.676,86 1,46 252,70 0,89 38,76 0,6623 Pengangkutan & Komunikasi 2.098,07 1,82 346,81 1,22 28,35 0,4824 Keuangan, Persewaan & Jasa Perusahaan 2.204,56 1,92 369,04 1,30 11,21 0,1925 Jasa-jasa 802,71 0,70 495,91 1,74 23,80 0,40
115.102,31 100,00 28.437,23 100,00 5.904,30 100,00
Output Pendapatan Tenaga KerjaNo
Total
Sektor
juga mampu menyerap tenaga kerja di sektor coklat dalam jumlah yang hampir sama
dengan penyerapan tenaga kerja di sektor karet itu sendiri.
Tabel 5.18. Dampak Investasi Sektor Karet Sebesar Rp 78.183 juta terhadapPembentukan Output, Pendapatan, dan Tenaga Kerja Tahun 2007
Sumber : Tabel Input-Output Tahun 2007 (diolah)
5.5.5. Dampak Investasi Sektor Coklat
Investasi sektor coklat sebesar Rp 32 juta) pada Tahun 2007 mampu
menciptakan output dalam prekonomian Sumatera Utara menca pi 1,30 kali lipat dari
nilai investasi yakni sebesar Rp 41.590.000, -. Sebesar 82,34% secara langsung
merupakan output sektor itu sendiri, sedangkan dampak tidak langsung dari
penciptaan output terjadi pada penciptaaan output di sektor agroindustri, kemudi an
diikuti oleh sektor perdagangan, hotel, dan restoran dan sektor non -
agroindustri.Peningkatan output terendah terdapat pada sektor umbi -umbian dan pati.
Sedangkan akibat adanya investasi tersebut akan menguarangi output dari sektor
pertambangan.
Di sisi lain, investasi di sektor coklat tersebut dapat menciptakan pendapatan
(upah/gaji) sebesar Rp 7.980.000, - Nilai tersebut meliputi pendapatan sektor coklat
sendiri (88,53%), sektor perdagangan, hotel, dan restoran (2,59%), sektor kelapa
sawit (1,45%), sektor agroindustri (1,43%), dan sektor jasa -jasa (1,01%).
Nilai Persen Nilai Persen Nilai Persen1 Padi 0,27 0,66 0,05 0,65 0,01 0,062 Jagung 0,03 0,08 0,01 0,07 0,01 0,053 Umbi-umbian dan Pati 0,00 0,01 0,00 0,00 0,00 0,004 Sayur-sayuran 0,01 0,02 0,00 0,02 0,00 0,005 Buah-buahan 0,02 0,04 0,00 0,04 0,00 0,016 Tanaman Bahan makanan Lainnya 0,01 0,02 0,00 0,01 0,00 0,027 Karet 0,17 0,41 0,05 0,58 0,01 0,068 Coklat 34,25 82,34 7,06 88,53 9,62 98,609 Kelapa 0,01 0,02 0,00 0,04 0,00 0,0510 Kelapa sawit 0,52 1,24 0,12 1,45 0,01 0,0711 Kopi 0,01 0,03 0,00 0,02 0,00 0,0312 Tanaman Perkebunan lainnya 0,02 0,05 0,00 0,06 0,00 0,0513 Ternak dan Hasilnya 0,05 0,13 0,01 0,12 0,00 0,0514 Unggas dan Peternakan lainnya 0,05 0,13 0,01 0,12 0,00 0,0115 Kehutanan 0,09 0,23 0,01 0,16 0,00 0,0516 Perikanan 0,04 0,09 0,01 0,08 0,00 0,0117 Pertambangan -0,11 -0,27 -0,01 -0,07 0,00 0,0018 Agroindustri 2,57 6,18 0,11 1,43 0,01 0,0519 Non Agroindustri 0,80 1,93 0,04 0,56 0,03 0,3320 Listrik, Gas dan Air Minum 0,34 0,81 0,04 0,47 0,00 0,0121 Bangunan 0,29 0,71 0,06 0,72 0,00 0,0422 Perdagangan, Hotel, dan Restoran 1,37 3,30 0,21 2,59 0,03 0,3323 Pengangkutan & Komunikasi 0,29 0,69 0,05 0,60 0,00 0,0424 Keuangan, Persewaan & Jasa Perusahaan0,35 0,84 0,06 0,74 0,00 0,0225 Jasa-jasa 0,13 0,31 0,08 1,01 0,00 0,04
41,59 100,00 7,98 100,00 9,75 100,00Total
No SektorOutput Pendapatan Tenaga Kerja
Tabel 5.19. Dampak Investasi Sektor Coklat sebesar Rp 32 juta terhadapPembentukan Output, Pendapatan, dan Tenaga Kerja Tahun 2007
Sumber : Tabel Input-Output Tahun 2007 (diolah)
5.5.6. Dampak Investasi Sektor Kelapa
Dampak investasi sektor kelapa sebesar Rp 38 juta ternyata mampu
menciptakan output sebesar 1,23 kali lipat dari investasi yang terjadi yakni sebesar
Rp 46.930.000,- Investasi di sektor ini memberikan kontri busi penciptaan output
sebesar 83,88% bagi output sektor kelapa itu sendiri. Bagi sektor lain, dampak
investasi dirasakan pada penciptaan output di sektor kelapa sawit (3,46%), sektor
non-agroindustri (3,12%), sektor listrik, gas, dan air bersih (2,31%), d an sektor
perdagangan, hotel dan restoran (1,45%). Dampak investasi sektor kelapa ini terhadap
penciptaan output tidak dirasakan atau berarti tidak berpengaruh terhadap perubahan
output pad sektor umbi-umbian, tanaman bahan makanan lainnya, dan sektor kopi .
Dampak investasi sektor kelapa terhadap pembentukan pendapatan (upah/gaji)
mencapai nilai pendapatan sebesar Rp 15.780.000, - Nilai ini meliputi pembentukan
pendapatan di sektor itu sendiri sebesar 92,53%. Kemudian peningkatan pendapatan
sektor kelapa sawit sebesar 2,30% dari total pendapatan yang terbentuk. Selain itu,
investasi di sektor kelapa mampu menyerap tenaga kerja sebanyak 20 orang.
Nilai Persen Nilai Persen Nilai Persen1 Padi 0,03 0,07 0,01 0,04 0,00 0,002 Jagung 0,00 0,01 0,00 0,00 0,00 0,003 Umbi-umbian dan Pati 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,004 Sayur-sayuran 0,00 0,01 0,00 0,00 0,00 0,005 Buah-buahan 0,00 0,01 0,00 0,00 0,00 0,006 Tanaman Bahan makanan Lainnya 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,007 Karet 0,31 0,66 0,08 0,54 0,01 0,058 Coklat 0,33 0,69 0,07 0,43 0,09 0,479 Kelapa 39,36 83,88 14,60 92,53 19,43 98,8410 Kelapa sawit 1,62 3,46 0,36 2,30 0,02 0,1211 Kopi 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,0012 Tanaman Perkebunan lainnya 0,00 0,01 0,00 0,00 0,00 0,0013 Ternak dan Hasilnya 0,01 0,03 0,00 0,01 0,00 0,0114 Unggas dan Peternakan lainnya 0,01 0,03 0,00 0,02 0,00 0,0015 Kehutanan 0,07 0,14 0,01 0,06 0,00 0,0216 Perikanan 0,06 0,13 0,01 0,07 0,00 0,0117 Pertambangan 0,18 0,39 0,01 0,06 0,00 0,0018 Agroindustri 0,33 0,70 0,01 0,09 0,00 0,0019 Non Agroindustri 1,47 3,12 0,08 0,52 0,06 0,3020 Listrik, Gas dan Air Minum 1,08 2,31 0,12 0,76 0,00 0,0121 Bangunan 0,64 1,37 0,13 0,79 0,01 0,0422 Perdagangan, Hotel, dan Restoran 0,68 1,45 0,10 0,65 0,02 0,0823 Pengangkutan & Komunikasi 0,31 0,66 0,05 0,32 0,00 0,0224 Keuangan, Persewaan & Jasa Perusahaan0,29 0,62 0,05 0,31 0,00 0,0125 Jasa-jasa 0,12 0,26 0,08 0,49 0,00 0,02
46,93 100,00 15,78 100,00 19,66 100,00
Output Pendapatan Tenaga Kerja
Total
No Sektor
Tabel 5.20.Dampak Investasi Sektor Kelapa sebesar Rp 38 juta terhadapPembentukan Output, Pendapatan, dan T enaga Kerja Tahun 2007
Sumber : Tabel Input-Output Tahun 2007 (diolah)
5.5.7. Dampak Investasi Sektor Kelapa Sawit
Pada Tahun 2007, investasi yang terdiri dari pembentukan modal tetap dan
stok yang terjadi pada sektor kelapa saw it telah berdampak yang baik terhadap
pembentuk output, pendapatan, maupun penyerapan lapangan kerja. Investasi yang
terjadi pada sektor kelapa sawit sebesar Rp 141.837 juta telah menciptakan
pembentukan output sebesar 1,41 kali lipat dibandingkan nilai i nvestasi yang terjadi
yang mencapai nilai output sebesar Rp 199.575.390.000, - Pembentukan output yang
terjadi tidak hanya dirasakn oleh adanya perubahan output pad a sektor itu sendiri
melainkan juga berdampak secara tidak langsung pada pembentukan output d i sektor
laini dalam perekonomian. Investasi yang terjadi pada sektor kelapa sawit secara
langsung berdampak terhadap sektor itu sendiri sebesar 72,85% dari total output
yang terbentuk. Sektor lain yang mengalami perubahan output terbesar meliputi
sektor non-agroindustri (5,42%), sektor agroindustri (4,68%), sektor pengangkutan
dan komunikasi (3,00%), sektor bangunan (2,51%), serta sektor listrik, gas, dan air
bersih (2,44%). Dampak investasi sektor kelapa sawit terhadap pembentukan output
yang memiliki nilai terendah terjadi pada sektor umbi -umbian dan pati (0,01%).
Nilai Persen Nilai Persen Nilai Persen1 Padi 994,70 0,50 187,70 0,46 22,54 0,592 Jagung 122,45 0,06 19,46 0,05 18,54 0,483 Umbi-umbian dan Pati 10,99 0,01 1,19 0,00 1,62 0,044 Sayur-sayuran 33,38 0,02 5,47 0,01 0,92 0,025 Buah-buahan 66,02 0,03 12,27 0,03 3,53 0,096 Tanaman Bahan makanan Lainnya 33,90 0,02 4,13 0,01 8,93 0,237 Karet 2.271,37 1,14 627,12 1,52 78,93 2,068 Coklat 2.423,54 1,21 499,73 1,21 680,60 17,779 Kelapa 33,09 0,02 12,28 0,03 16,34 0,4310 Kelapa sawit 145.383,51 72,85 32.580,44 79,12 2.060,26 53,7911 Kopi 43,21 0,02 6,51 0,02 10,01 0,2612 Tanaman Perkebunan lainnya 70,78 0,04 16,79 0,04 17,40 0,4513 Ternak dan Hasilnya 623,02 0,31 109,21 0,27 52,82 1,3814 Unggas dan Peternakan lainnya 183,18 0,09 31,84 0,08 4,44 0,1215 Kehutanan 619,16 0,31 81,54 0,20 30,34 0,7916 Perikanan 225,49 0,11 41,74 0,10 8,44 0,2217 Pertambangan 488,80 0,24 23,46 0,06 -2,80 -0,0718 Agroindustri 9.343,40 4,68 414,85 1,01 19,17 0,5019 Non Agroindustri 10.815,50 5,42 604,59 1,47 438,89 11,4620 Listrik, Gas dan Air Minum 4.877,25 2,44 541,37 1,31 7,63 0,2021 Bangunan 5.006,21 2,51 978,71 2,38 60,83 1,5922 Perdagangan, Hotel, dan Restoran 3.460,76 1,73 521,54 1,27 79,99 2,0923 Pengangkutan & Komunikasi 5.989,36 3,00 990,04 2,40 80,92 2,1124 Keuangan, Persewaan & Jasa Perusahaan 2.492,01 1,25 417,16 1,01 12,67 0,3325 Jasa-jasa 3.964,30 1,99 2.449,15 5,95 117,52 3,07
199.575,39 100,00 41.178,30 100,00 3.830,45 100,00
Tenaga Kerja
Total
No SektorOutput Pendapatan
Tabel 5.21. Dampak Investasi Sektor Kelapa Sawit sebesar Rp 141.837 jutaterhadap Pembentukan Output, Pendapatan, dan Tenaga KerjaTahun 2007
Sumber : Tabel Input-Output Tahun 2007 (diolah)
Investasi yang terjadi pada sektor kelapa sawit berdampak secara langsung
terhadap pembentukan pendapatan sebesar 79,12%. Pendapatan yang terbentuk akibat
adanya investasi yang terjadi mencapai nilai Rp 41.178.300.000, - Selain berdampak
langsung, investaasi tersebut memiliki dampak tidak langsung terhadap pembentuk
output di sektor lain dengan nilai pendapatan yang terbentuk terbesar meliputi sektor
jasa-jasa (5,95%), sektor pengangkutan dan komunikasi (2,40%), sektor bangu nan
(2,38%) ,sektor non-agroindustri (1,47%) serta sektor listrik, gas, dan air minum
(1,31%). Dampak investasi pada sektor kelapa sawit tidak hanya terjadi terhadap
pembentukan output, dan pendapatan saja, tetapi juga mampu membentuk
penyerapan tenaga kerja yakni sebesar 3.830 orang yang terdistribusi pada seluruh
sektor ekonomi kecuali sektor pertambangan. Penyerapan tenaga kerja terbesar
terdapat pada sektor kelapa sawit itu sendiri, kemudian sektor coklat, non -
agroindustri, jasa-jasa, serta pengangkutan dan komunikasi.
5.5.8. Dampak Investasi Sektor Kopi
Nilai investasi sektor kopi sebesar Rp 99 juta pada tahun 2007 dapat
menghasilkan output di seluruh sektor perekonomian sebesar Rp 128.700.000, - atau
sekitar 1,30 kali lipat dari nilai investasi yang t erjadi. Nilai investasi sektor kopi
tersebut mampu menciptakan output sektor itu sendiri yang merupakan dampak
langsung sebesar 82,35% dan sisanya merupakan dampak tidak langsung terhadap
pembentukan output di sektor lain dalam perekonomian. Selain hal itu , dampak
investasi sektor padi ini mampu menciptakan pendapatan sebesar Rp 19.870.000, -
Nilai Persen Nilai Persen Nilai Persen1 Padi 0,13 0,10 0,02 0,13 0,00 0,01
2 Jagung 0,02 0,01 0,00 0,01 0,00 0,01
3 Umbi-umbian dan Pati 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00
4 Sayur-sayuran 0,01 0,01 0,00 0,01 0,00 0,00
5 Buah-buahan 0,01 0,01 0,00 0,01 0,00 0,00
6 Tanaman Bahan makanan Lainnya 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00
7 Karet 0,74 0,57 0,20 1,03 0,03 0,10
8 Coklat 0,78 0,61 0,16 0,81 0,22 0,82
9 Kelapa 0,00 0,00 0,00 0,01 0,00 0,01
10 Kelapa sawit 0,25 0,19 0,06 0,28 0,00 0,01
11 Kopi 105,98 82,35 15,97 80,40 24,54 91,19
12 Tanaman Perkebunan lainnya 7,58 5,89 1,80 9,05 1,86 6,92
13 Ternak dan Hasilnya 0,10 0,08 0,02 0,09 0,01 0,03
14 Unggas dan Peternakan lainnya 0,10 0,08 0,02 0,09 0,00 0,01
15 Kehutanan 0,11 0,09 0,01 0,07 0,01 0,02
16 Perikanan 0,09 0,07 0,02 0,08 0,00 0,01
17 Pertambangan 0,39 0,31 0,02 0,10 0,00 0,00
18 Agroindustri 1,24 0,96 0,06 0,28 0,00 0,01
19 Non Agroindustri 3,51 2,73 0,20 0,99 0,14 0,53
20 Listrik, Gas dan Air Minum 2,60 2,02 0,29 1,45 0,00 0,02
21 Bangunan 1,36 1,06 0,27 1,34 0,02 0,06
22 Perdagangan, Hotel, dan Restoran 1,69 1,31 0,25 1,28 0,04 0,15
23 Pengangkutan & Komunikasi 0,81 0,63 0,13 0,67 0,01 0,04
24 Keuangan, Persewaan & Jasa Perusahaan 0,82 0,63 0,14 0,69 0,00 0,02
25 Jasa-jasa 0,37 0,29 0,23 1,14 0,01 0,04
128,70 100,00 19,87 100,00 26,91 100,00Total
No SektorOutput Pendapatan Tenaga Kerja
yang terdiri dari pendapatan sektor kopi itu sendiri sebesar 80,40% dan sisanya
pendapatan di sektor ekonomi lainnya dimana pembentukan pendapatan terbesar di
sektor lain terjadi pada sektor tanaman perkebunan lainnya (9,05%). Selain itu,
investasi di sektor Kopi telah menyerap tenaga kerja sebanyak 27 orang.
Tabel 5.22. Dampak Investasi Sektor Kopi sebesar Rp 99 juta terhadapPembentukan Output, Pendapatan, dan Tenaga Kerja Tahun 2007
Sumber : Tabel Input-Output Tahun 2007 (diolah)
5.5.9. Dampak Investasi Sektor Tanaman Perkebunan Lainnya
Nilai inventasi sektor Tanaman Perkebunan lainnya yang terjadi pada Tahun
2007 sebesar Rp 10.000.000, - menciptakan output dalam perekonomian Sumatera
Utara sebesar Rp 14.130.000, - atau sekitar 1,41 kali lipat dari total investasi yang
terjadi. Dampak investasi tersebut terdiri dari dampak langsung sebesar 77,34% atau
mencapai nilai Rp 10.920.000, -. Sedangkan sebesar 22,66% merupakan dampak tidak
langsung investasi terhadap pembentukan output dengan penciptaan output terbesar
pada sektor agroindustri (7,21%). Selain pembentukan output, dampak investasi juga
dapat membentuk pendapatan (gaji/upah) sebesar Rp 3.000.00 0,- Sebesar 86,39%
merupakan pembentukan pendapatan terhadap sektor itu sendiri. Sedangkan
pendapatan sektor lain yang terbesar adalah sektor perdagangan, hotel, dan restoran.
Invetasi di sektor Tanaman Perkebunan lainnya hanya mampu menyerap tenaga kerja
sebanyak 3 orang.
Nilai Persen Nilai Persen Nilai Persen1 Padi 0,11 0,77 0,02 0,68 0,00 0,092 Jagung 0,01 0,09 0,00 0,07 0,00 0,073 Umbi-umbian dan Pati 0,00 0,01 0,00 0,00 0,00 0,014 Sayur-sayuran 0,00 0,03 0,00 0,02 0,00 0,005 Buah-buahan 0,01 0,05 0,00 0,04 0,00 0,016 Tanaman Bahan makanan Lainnya 0,00 0,02 0,00 0,01 0,00 0,037 Karet 0,08 0,59 0,02 0,77 0,00 0,108 Coklat 0,09 0,65 0,02 0,63 0,03 0,929 Kelapa 0,00 0,03 0,00 0,04 0,00 0,06
10 Kelapa sawit 0,20 1,45 0,05 1,53 0,00 0,1011 Kopi 0,00 0,03 0,00 0,02 0,00 0,0412 Tanaman Perkebunan lainnya 10,92 77,34 2,59 86,39 2,69 97,0213 Ternak dan Hasilnya 0,04 0,25 0,01 0,20 0,00 0,1114 Unggas dan Peternakan lainnya 0,02 0,15 0,00 0,12 0,00 0,0215 Kehutanan 0,04 0,26 0,00 0,16 0,00 0,0616 Perikanan 0,02 0,11 0,00 0,10 0,00 0,0217 Pertambangan -0,03 -0,24 0,00 -0,06 0,00 0,0118 Agroindustri 1,02 7,21 0,05 1,51 0,00 0,0819 Non Agroindustri 0,40 2,82 0,02 0,74 0,02 0,5820 Listrik, Gas dan Air Minum 0,18 1,24 0,02 0,65 0,00 0,0121 Bangunan 0,18 1,30 0,04 1,19 0,00 0,0822 Perdagangan, Hotel, dan Restoran 0,47 3,32 0,07 2,36 0,01 0,3923 Pengangkutan & Komunikasi 0,18 1,26 0,03 0,98 0,00 0,0924 Keuangan, Persewaan & Jasa Perusahaan0,12 0,88 0,02 0,69 0,00 0,0225 Jasa-jasa 0,06 0,39 0,03 1,13 0,00 0,06
14,13 100,00 3,00 100,00 2,77 100,00
No SektorOutput Pendapatan Tenaga Kerja
Total
Tabel 5.23. Dampak Investasi Sektor Tanaman Perkebunan Lainnya sebesar Rp10 juta terhadap Pembentukan Output, Pendapatan, dan TenagaKerja Tahun 2007
Sumber : Tabel Input-Output Tahun 2007 (diolah)
5.5.10. Dampak Investasi Sektor Ternak dan Hasilnya
Dampak investasi sektor Ternak dan Hasilnya sebesar Rp 65.586 juta ternyata
mampu menciptakan output sebesar 1,1 kali lipat dari investasi yang terjadi yakni
sebesar Rp 72.394.110.000, - Investasi di sektor ini memberikan kontribusi penciptaan
output sebesar 90,91% bagi output sektor ternak dan hasilnya itu sendiri. Bagi sektor
lain, dampak investasi dirasakan pada penciptaan output di sektor non -agroindustri
(1,91%), sektor listrik, gas, dan air bersih (1,43%) , sektor perdagangan, hotel, dan
restoran (0,88%), dan sektor bangunan (0,73%). Dampak investasi sektor Ternak
dan Hasilnya terhadap pembentukan pendapatan (upah/gaji) mencapai nilai
pendapatan sebesar Rp 12.499.880.000, - Nilai ini meliputi pembentukan pen dapatan
di sektor itu sendiri sebesar 92,30%. Di sisi lain, investasi di sektor Ternak dan
hasilnya sebesar Rp 65.586 juta telah mampu menciptakan lapangan pekerjaan yang
lebih besar dari dampak investasi terhadap penyerapan tenaga kerja di sektor kelapa
sawit yakni sebesar .5.826 orang.
Nilai Persen Nilai Persen Nilai Persen1 Padi 36,67 0,05 6,92 0,06 0,83 0,012 Jagung 85,14 0,12 13,53 0,11 12,89 0,223 Umbi-umbian dan Pati 22,13 0,03 2,40 0,02 3,27 0,064 Sayur-sayuran 25,03 0,03 4,10 0,03 0,69 0,015 Buah-buahan 3,24 0,00 0,60 0,00 0,17 0,006 Tanaman Bahan makanan Lainnya 1,38 0,00 0,17 0,00 0,36 0,017 Karet 290,10 0,40 80,10 0,64 10,08 0,178 Coklat 307,08 0,42 63,32 0,51 86,24 1,469 Kelapa 1,32 0,00 0,49 0,00 0,65 0,0110 Kelapa sawit 67,66 0,09 15,16 0,12 0,96 0,0211 Kopi 1,56 0,00 0,23 0,00 0,36 0,0112 Tanaman Perkebunan lainnya 2,70 0,00 0,64 0,01 0,66 0,0113 Ternak dan Hasilnya 65.814,14 90,91 11.537,22 92,30 5.579,29 94,2014 Unggas dan Peternakan lainnya 236,64 0,33 41,13 0,33 5,74 0,1015 Kehutanan 367,43 0,51 48,39 0,39 18,00 0,3016 Perikanan 370,84 0,51 68,64 0,55 13,88 0,2317 Pertambangan 167,65 0,23 8,05 0,06 -0,96 -0,0218 Agroindustri 336,85 0,47 14,96 0,12 0,69 0,0119 Non Agroindustri 1.381,35 1,91 77,22 0,62 56,05 0,9520 Listrik, Gas dan Air Minum 1.032,58 1,43 114,62 0,92 1,61 0,0321 Bangunan 531,75 0,73 103,96 0,83 6,46 0,1122 Perdagangan, Hotel, dan Restoran 633,67 0,88 95,49 0,76 14,65 0,2523 Pengangkutan & Komunikasi 231,03 0,32 38,19 0,31 3,12 0,0524 Keuangan, Persewaan & Jasa Perusahaan 247,11 0,34 41,37 0,33 1,26 0,0225 Jasa-jasa 199,09 0,28 123,00 0,98 5,90 0,10
72.394,11 100,00 12.499,88 100,00 5.922,87 98,31
NoPendapatan Tenaga Kerja
Total
SektorOutput
Tabel 5.24.Dampak Investasi Sektor Ternak dan Hasilnya sebesar Rp 65.586juta terhadap Pembentukan Output, Pendapatan, dan TenagaKerja Tahun 2007
Sumber : Tabel Input-Output Tahun 2007 (olahan)
5.5.11. Dampak Investasi Sektor Unggas dan Petenakan Lainnya
Investasi yang terjadi pada Tahun 2007 yang terdiri atas Pembentukan Modal
Tetap Bruto (PMTB) dan stok pada sektor Unggas dan Peternakan lainnya sebesar Rp
495 juta telah mampu membentukan output se besar 1,77 kali lipatnya dibandingkan
nilai investasi yang ada. Total output yang terbentuk mencapai Rp 876.930.000, -
Sebanyak 57,64% merupakan dampak langsung yakni pembentukan output pada
sektor itu sendiri. Sedangkan dampak tidak langsung yang terciptak an terjadi pada
sektor agroindustri (20,06%), sektor perdagangan, hotel, dan restoran (6,80%), kelapa
sawit (4,03%), serta sektor non-agroindustri (2,33%).
Disisi lain, dampak investasi terhadap pembentukan pendapatan secara
langsung berdampak sebesar 66,97% terhadap pembentukan pendapatan pada sektor
itu sendiri. Sedangkan sisanya merupakan dampak tidak langsung yang terjadi
terhadap sektor lain meliputi sektor perdagangan, hotel, dan restoran (6,85%), sektor
kelapa sawit (6,04%), sektor agroindustri (5,9 6%), serta sektor padi (2,95%).
Investasi sektor Unggas dan Peternakan Lainnya sebesar Rp 495 juta yang dilakukan
dapat menyerap tenaga kerja sebanyak 20 orang dengan 12 orang di sektor itu sendiri,
1 oran di sektor coklat, 1 orang di sekto non -agroindustri, serta sisanya diserapkan
oleh sektor perdagangan, hotel, dan restoran.
N ila i P e r s e n N ila i P e r s e n N ila i P e r s e n1 P a d i 2 0 ,4 9 2 ,3 4 3 ,8 7 2 ,9 5 0 ,4 6 2 ,3 12 J a g u n g 3 ,4 1 0 ,3 9 0 ,5 4 0 ,4 1 0 ,5 2 2 ,5 73 U m b i-u m b ia n d a n P a ti 0 ,2 5 0 ,0 3 0 ,0 3 0 ,0 2 0 ,0 4 0 ,1 84 S a y u r-s a y u ra n 1 ,0 4 0 ,1 2 0 ,1 7 0 ,1 3 0 ,0 3 0 ,1 45 B u a h -b u a h a n 1 ,4 3 0 ,1 6 0 ,2 7 0 ,2 0 0 ,0 8 0 ,3 86 T a n a m a n B a h a n m a k a n a n L a in n y a 0 ,6 0 0 ,0 7 0 ,0 7 0 ,0 6 0 ,1 6 0 ,7 87 K a re t 4 ,2 9 0 ,4 9 1 ,1 8 0 ,9 0 0 ,1 5 0 ,7 48 C o k la t 5 ,0 3 0 ,5 7 1 ,0 4 0 ,7 9 1 ,4 1 7 ,0 29 K e la p a 0 ,6 1 0 ,0 7 0 ,2 3 0 ,1 7 0 ,3 0 1 ,5 1
1 0 K e la p a s a w it 3 5 ,3 3 4 ,0 3 7 ,9 2 6 ,0 4 0 ,5 0 2 ,4 91 1 K o p i 0 ,8 1 0 ,0 9 0 ,1 2 0 ,0 9 0 ,1 9 0 ,9 41 2 T a n a m a n P e rk e b u n a n la in n y a 1 ,3 3 0 ,1 5 0 ,3 2 0 ,2 4 0 ,3 3 1 ,6 31 3 T e rn a k d a n H a s i ln y a 3 ,6 8 0 ,4 2 0 ,6 4 0 ,4 9 0 ,3 1 1 ,5 51 4 U n g g a s d a n P e te rn a k a n la in n y a 5 0 5 ,4 9 5 7 ,6 4 8 7 ,8 5 6 6 ,9 7 1 2 ,2 6 6 0 ,9 11 5 K e h u ta n a n 5 ,5 4 0 ,6 3 0 ,7 3 0 ,5 6 0 ,2 7 1 ,3 51 6 P e r ik a n a n 1 ,9 6 0 ,2 2 0 ,3 6 0 ,2 8 0 ,0 7 0 ,3 71 7 P e r ta m b a n g a n -1 1 ,3 4 -1 ,2 9 -0 ,5 4 -0 ,4 1 0 ,0 6 0 ,3 21 8 A g ro in d u s tr i 1 7 5 ,9 5 2 0 ,0 6 7 ,8 1 5 ,9 6 0 ,3 6 1 ,7 91 9 N o n A g ro in d u s tr i 2 0 ,4 3 2 ,3 3 1 ,1 4 0 ,8 7 0 ,8 3 4 ,1 22 0 L is tr ik , G a s d a n A ir M in u m 1 0 ,2 6 1 ,1 7 1 ,1 4 0 ,8 7 0 ,0 2 0 ,0 82 1 B a n g u n a n 4 ,6 1 0 ,5 3 0 ,9 0 0 ,6 9 0 ,0 6 0 ,2 82 2 P e rd a g a n g a n , H o te l , d a n R e s to ra n 5 9 ,6 6 6 ,8 0 8 ,9 9 6 ,8 5 1 ,3 8 6 ,8 52 3 P e n g a n g k u ta n & K o m u n ik a s i 1 1 ,4 8 1 ,3 1 1 ,9 0 1 ,4 5 0 ,1 6 0 ,7 72 4 K e u a n g a n , P e rs e w a a n & J a s a P e ru s a h a a n1 0 ,0 0 1 ,1 4 1 ,6 7 1 ,2 8 0 ,0 5 0 ,2 52 5 J a s a - ja s a 4 ,5 7 0 ,5 2 2 ,8 2 2 ,1 5 0 ,1 4 0 ,6 7
8 7 6 ,9 3 1 0 0 ,0 0 1 3 1 ,1 8 1 0 0 ,0 0 2 0 ,1 3 1 0 0 ,0 0
N o S e k to rO u tp u t P e n d a p a ta n T e n a g a K e r ja
T o ta l
Tabel 5.25. Dampak Investasi Sektor Unggas dan Peternakan Lainnya sebesarRp 495 juta terhadap Pembentukan Output, Pendapatan, danTenaga Kerja Tahun 2007
Sumber : Tabel Input-Output Tahun 2007 (diolah)
5.5.12. Dampak Investasi Sektor Perikanan
Dampak investasi sektor perikanan sebesar Rp 343 juta yang terjadi pada
Tahun 2007 telah membentuk perubahan output sebesar 1,51 kali lipatnya
dibandingkan nilai investasi yang terjadi. Pembentukan output yang terjadi terdiri
dari dampak langsung sebesar 67,82%. Total output yang terbentuk mencapai nilai
Rp 518.610.000,-.Dampak tidak langsung terhadap pembentukan output terbesar
dirasakan oleh sektor non-agroindustri (8,46%). Kemudian diikuti oleh pembentukan
Nilai Persen Nilai Persen Nilai Persen1 Padi 3,95 0,76 0,75 0,87 0,09 0,462 Jagung 0,49 0,09 0,08 0,09 0,07 0,383 Umbi-umbian dan Pati 0,05 0,01 0,01 0,01 0,01 0,044 Sayur-sayuran 0,15 0,03 0,03 0,03 0,00 0,025 Buah-buahan 0,27 0,05 0,05 0,06 0,01 0,076 Tanaman Bahan makanan Lainnya 0,13 0,02 0,02 0,02 0,03 0,177 Karet 9,22 1,78 2,55 2,97 0,32 1,648 Coklat 9,83 1,90 2,03 2,37 2,76 14,159 Kelapa 0,13 0,03 0,05 0,06 0,07 0,3310 Kelapa sawit 7,45 1,44 1,67 1,95 0,11 0,5411 Kopi 0,17 0,03 0,03 0,03 0,04 0,2012 Tanaman Perkebunan lainnya 0,28 0,05 0,07 0,08 0,07 0,3613 Ternak dan Hasilnya 0,79 0,15 0,14 0,16 0,07 0,3414 Unggas dan Peternakan lainnya 0,81 0,16 0,14 0,16 0,02 0,1015 Kehutanan 1,71 0,33 0,22 0,26 0,08 0,4316 Perikanan 351,70 67,82 65,10 76,06 13,17 67,4517 Pertambangan 0,35 0,07 0,02 0,02 0,00 0,0018 Agroindustri 37,09 7,15 1,65 1,92 0,08 0,3919 Non Agroindustri 43,90 8,46 2,45 2,87 1,78 9,1320 Listrik, Gas dan Air Minum 10,65 2,05 1,18 1,38 0,02 0,0921 Bangunan 2,63 0,51 0,51 0,60 0,03 0,1622 Perdagangan, Hotel, dan Restoran 22,23 4,29 3,35 3,91 0,51 2,6323 Pengangkutan & Komunikasi 5,66 1,09 0,94 1,09 0,08 0,3924 Keuangan, Persewaan & Jasa Perusahaan 6,58 1,27 1,10 1,29 0,03 0,1725 Jasa-jasa 2,40 0,46 1,48 1,73 0,07 0,36
518,61 100,00 85,59 100,00 19,52 100,00Total
No SektorOutput Pendapatan Tenaga Kerja
output sektor agroindustri (7,15%), sektor perdagangan, hotel, dan restoran (4,29%),
serta sektor listrik, gas, dan air minum (2,05%).
Pembentukan pendapatan sebagai akibat adanya investasi yang terjadi adalah
sebesar Rp 85.590.000,- Dampak terhadap pembentukan pendapatan ini sebesar
76,06% merupakan pendapatan bagi sektor perikanan itu sendiri. Pembentukan
pendapatan di sekto lain meliputi sektor perdagangan, hotel, dan restoran (3,91%),
sektor karet (2,97%), serta sektor non-agroindustri (2,87%). Selain itu, investasi
sektor perikanan dapat menyerap tenaga kerja sebanyak 20 orang.
Tabel 5.26. Dampak Investasi Sektor Perikanan sebesar Rp 343 juta terhadapPembentukan Output, Pendapatan, dan Tenaga Kerja Tahun 2 007
Sumber : Tabel Input –Output 2007 (Diolah)
Investasi Pembentukan Output output/investasi(Juta Rp) (Juta Rp)
1 Padi 3.466 3.738,53 1,082 Jagung 383 499,40 1,313 Umbi-umbian dan Pati - 0 0,004 Sayur-sayuran - 0 0,005 Buah-buahan - 0 0,006 Tanaman Bahan makanan Lainnya 12 15,55 1,347 Karet 78.183 115.102,31 1,478 Coklat 32 41,59 1,299 Kelapa 38 46,93 1,2410 Kelapa sawit 141.837 199.575,39 1,4111 Kopi 99 128,70 1,3012 Tanaman Perkebunan lainnya 10 14,13 1,3513 Ternak dan Hasilnya 65.586 72.394,11 1,1014 Unggas dan Peternakan lainnya 495 876,93 1,7715 Kehutanan (14.590) (21.428,01) 1,4716 Perikanan 343 518,61 1,51
275.893 371.524,15 1,35Total
SektorNo
Berdasarkan uraian diatas, maka dapat disimpulkan mengenai dampak
investasi sektor pertanian yang terjadi terhadap pembentukan output, pendapatan, dan
pembentukan, lapangan kerja yang terjadi pada tahun 2007. Investasi yang terjadi
pada sektor pertanian menciptakan pembentukan output terbesar yang dilihat
berdasarkan rasio investasi yang ada terhadap pembentukan output adalah sektor
Unggas dan peternakana lainnya yakni sebesar 1,77. Hal ini berarti bahwa output
yang tercipta karena adanya investasi di sektor Unggas dan peternakan lainnya
sebesar 1,77 kali lipat dari investasi yang terjadi. Kondisi ini kemudian diikuti oleh
sektor perikanan, dan karet.
Tabel 5.27. Dampak Investasi Sektor Pertanian terhadap Pembentukan Output
Sumber : Tabel Input-Output Tahun 2007 (Diolah)
Grafik 5.4. Dampak Investasi Sektor Pertanian terhadap Pembentukan Output
1,08
1,31
0,00 0,00 0,00
1,341,47
1,29 1,24
1,411,30 1,35
1,10
1,77
1,47 1,51
0,00
0,20
0,40
0,60
0,80
1,00
1,20
1,40
1,60
1,80
2,00
Padi
Jagung
Umbi-umbia
n dan
Pati
Sayur-sa
yuran
Buah-bu
ahan
Tanaman
Bahan m
akanan
Lainn
ya Karet
Coklat
Kelapa
Kelapa
sawit
Kopi
Tanaman
Perkebu
nan lai
nnya
Ternak
dan Hasi
lnya
Unggas
dan Pete
rnakan
lainny
a
Kehutan
an
Perikana
n
Rasio Output terhadap Investasi
Dampak investasi sektor pertanian terhadap pembentukan output yang terjadi
secara lebih jelas dapat ditunjukkan pada Grafik 5.4. dibawah ini.
Gambar 5.4. Dampak Investasi Sektor Pertanian terhadap Pembentukan Output
Investasi yang terjadi di sektor pertanian juga memberikan dampak pada
pembentukan pendapatan yang merupakan upah/ gaji bagi tenaga kerja yang terserap.
Secara umum, terlihat bahwa investasi yang terjadi mampu menci ptakan pendapatan
sebesar 21,62 % dari pembentukan output yang terjadi. Bila dilihat secara sektoral,
terlihat bahwa sektor kelapa mampu membentuk pendapatan sebesar 33,63% dari
output sektor kelapa. Kemudian diikuti oleh sektor karet, kelapa sawit, dan ta naman
perkebunana lainnya (Tabel 5.28.)
Output Pembentukan Pendapatan Pendapatan/Output(Juta Rp) (Juta Rp) (Persen)
1 Padi 3.738,53 699,81 18,722 Jagung 499,40 75,47 15,113 Umbi-umbian dan Pati - 0 0,004 Sayur-sayuran - 0 0,005 Buah-buahan - 0 0,006 Tanaman Bahan makanan Lainnya 15,55 1,91 12,287 Karet 115.102,31 28.437,23 24,718 Coklat 41,59 7,98 19,199 Kelapa 46,93 15,78 33,6310 Kelapa sawit 199.575,39 41.178,30 20,6311 Kopi 128,70 19,87 15,4412 Tanaman Perkebunan lainnya 14,13 3,00 21,2413 Ternak dan Hasilnya 72.394,11 12.499,88 17,2714 Unggas dan Peternakan lainnya 876,93 131,18 14,9615 Kehutanan (21.428,01) (2.830,25) 13,2116 Perikanan 518,61 85,59 16,50
371.524,15 80.325,75 21,62
No Sektor
Total
Grafik 5.5. Dam pak Investasi Sektor Pertanian terhadap Pem bentukan Pendapatan
18,72
15,11
0,00 0,00 0,00
12,28
24,71
19,19
33,63
20,63
15,44
21,24
17,2714,96
13,21
16,50
0,00
5,00
10,00
15,00
20,00
25,00
30,00
35,00
40,00
Padi
Jagun
g
Umb i-umbia
n dan Pa ti
Sayur-s
ayuran
Buah-b
uaha
n
Tanaman
Bahan m
akana
n Lain
nya
Karet
Coklat
Kelapa
Kelapa
sawit
Kopi
Tanaman
Pe rkebun
an lai
nnya
Te rnak d
an Hasi
lnya
Unggas
dan P
eterna
kan lai
nnya
Kehuta
nan
Perikana
n
P endapatan per O utput (% )
Tabel 5.28. Dampak Investasi Sektor Pertanian terhadap PembentukanPendapatan
Sumber : Tabel Input-Output Tahun 2007 (diolah)
Gambar 5.5. Dampak Investasi Sektor Pertanian terh adap PembentukanPendapatan
Output Tenaga Kerja Output/Tenaga Kerja(Juta Rp) (Orang) (Juta Rp / Orang)
1 Padi 3.738,53 86,23 43,362 Jagung 499,40 62,10 8,043 Umbi-umbian dan Pati - 0 0,004 Sayur-sayuran - 0 0,005 Buah-buahan - 0 0,006 Tanaman Bahan makanan Lainnya 15,55 3,49 4,467 Karet 115.102,31 5.907,79 19,488 Coklat 41,59 9,76 4,269 Kelapa 46,93 19,66 2,39
10 Kelapa sawit 199.575,39 3.830,45 52,1011 Kopi 128,70 26,91 4,7812 Tanaman Perkebunan lainnya 14,13 2,77 5,1013 Ternak dan Hasilnya 72.394,11 5.825,64 12,4314 Unggas dan Peternakan lainnya 876,93 20,13 43,5615 Kehutanan (21.428,01) (976,50) 21,9416 Perikanan 518,61 19,52 26,57
371.524,15 14.837,95 25,04
Sektor
Total
No
Pembentukan tenaga kerja yang terjadi sebagai akibat adanya investasi di
sektor pertanian terbesar terjadi pada sektor karet yakni sebanyak 5.908 orang.
Kemudian disusul oleh pembentukan tenaga kerja terbesar selanjutnya p ada sektor
ternak dan hasilnya, dan sektor kelapa sawit. Bila dilihat berdasarkan kemampuan
produktivitas yang terjadi setiap satuan tenaga kerja, terlihat bahwa tenaga kerja di
sektor kelapa sawit memiliki produktivitas tertinggi dibandingkan dengan yang
lainnya dengan nilai produktivitas sebesar 52,10 juta rupiah per ternaga kerja.
Kemudian pada sektor unggas dan peternakan lainnya sebesar 43,56 juta rupiah per
tenaga kerja dana pada sektor padi sebesar 43,36 juta rupiah per tenaga kerja.
Tabel 5.29. Dampak Investasi Sektor Pertanian terhadap Pembentukan TenagaKerja
Sumber : Tabel Input-Output Tahun 2007 (diolah)
Grafik 5.6. Dampak Investasi Sektor Pertanian terhadap Pembentukan Tenaga Kerja
43,36
8,04
0,00 0,00 0,00
4,46
19,48
4,262,39
52,10
4,78 5,10
12,43
43,56
21,94
26,57
0,00
10,00
20,00
30,00
40,00
50,00
60,00
PadiJag
ung
Umbi-umbia
n dan
Pati
Sayur-sa
yuran
Buah-bu
ahan
Tanaman
Bahan m
akanan
Lainn
ya Karet
Coklat
Kelapa
Kelapa
sawit Kopi
Tanaman
Perkebu
nan lai
nnya
Ternak
dan Hasil
nya
Unggas
dan Pete
rnakan
lainny
aKehu
tanan
Perikana
n
Produktivita (Output/Tenaga Kerja)
Gambar 5.6. Dampak Investasi Sektor Pertan ian terhadap PembentukanTenaga Kerja
5.6. Dampak Perubahan Investasi Sektor Pertanian Terhadap PembentukanOutput, Pendapatan, dan Tenaga Kerja
5.6.1. Dampak Perubahan Investasi Sektor Pertanian terhadap PembentukanOutput Sektoral
Investasi yang terjadi sepanjang tahun 2007 dengan mengguna kan Tabel
Input-Output Tahun 2007 terlihat bahwa nilai investasi sebesar Rp 30.869.047 juta
yang terdiri investasi di sektor pertanian sebesar Rp 275.893 juta atau sebesar 0,89%
dari total investasi yang terjadi dan sisanya merupakan investasi non -pertanian telah
mampu menciptakan total output dalam perekonomian Sumatera Utara Tahun 2007
sebesar Rp 83.918.376,69 juta atau sebesar 2,72 kali lipat dari investasi yang terjadi.
Sebesar 15,40% dari total output yang terjadi merupakan total output yang tercipta
pada sektor pertanian dengan output terbesar terjadi pada sektor coklat (5,80%),
kemudian disusul oleh sektor karet (5,58%), dan sektor kelapa sawit (1,36%).
Penelitian ini juga melakukan beberapa simulasi kebijakan investasi yang
dilakukan meliputi :
1. Realokasi investasi sebesar 10% dari sektor Industri Pengolahan yang
kemudian dialihkan ke Sektor Pertanian
2. Realokasi investasi sebesar 10% dari sektor Bangunan yang kemudian
dialihkan ke sektor Pertanian
3. Injeksi investasi sebesar 10% terhadap sektor pertani an
4. Injeksi investasi sebesar 10% terhadap sektor Tanaman Pangan
5. Injeksi investasi sebesar 10% terhadap sektor perkebunan
6. Injeksi investasi sebesar 10% terhadap sektor Peternakan
7. Injeksi investasi sebesar 10% terhadap sektor Kehutanan
8. Injeksi investasi sebesar 10% terhadap sektor Perikanan
9. Injeksi investasi sebesar 50% terhadap sektor Pertanian
Berdasarkan hasil yang diperoleh dari simulasi -simulasi yang dilakukan
terlihat bahwa simulasi 2 atau realokasi investasi sebesar 10% dari sektor Bangunan
mampu menciptakan persentase tertinggi dalam pembentukan output sektor pertanian
bila dibandingkan dengan total output seluruh sektor yakni sebesar 17,80%.
Kemudian pada simulasi 1 sebesar 16.08%. Sedangkan pembentukan output terendah
Tahun Dasar Sim 1 Sim 2 Sim 3 Sim 4 Sim 5 Sim 6 Sim 7 Sim 8 Sim 91 0,64 0,68 0,81 0,64 0,64 0,63 0,63 0,64 0,64 0,64
2 0,08 0,14 0,24 0,08 0,08 0,08 0,08 0,08 0,08 0,08
3 0,01 0,07 0,16 0,01 0,01 0,01 0,01 0,01 0,01 0,01
4 0,03 0,09 0,19 0,03 0,03 0,03 0,03 0,03 0,03 0,03
5 0,05 0,11 0,20 0,05 0,05 0,05 0,05 0,05 0,05 0,05
6 0,02 0,09 0,19 0,02 0,02 0,02 0,02 0,02 0,02 0,02
7 5,58 5,49 5,67 5,58 5,58 5,58 5,58 5,58 5,58 5,62
8 5,80 5,71 5,89 5,80 5,80 5,80 5,80 5,80 5,80 5,80
9 0,02 0,09 0,18 0,02 0,02 0,02 0,02 0,02 0,02 0,02
10 1,36 1,40 1,55 1,38 1,36 1,38 1,36 1,36 1,36 1,44
11 0,03 0,09 0,19 0,03 0,03 0,03 0,03 0,03 0,03 0,03
12 0,05 0,11 0,22 0,05 0,05 0,05 0,05 0,05 0,05 0,05
13 0,21 0,27 0,37 0,21 0,21 0,21 0,21 0,21 0,21 0,25
14 0,15 0,21 0,31 0,15 0,15 0,15 0,15 0,15 0,15 0,15
15 0,73 0,80 0,86 0,74 0,73 0,73 0,73 0,74 0,73 0,74
16 0,66 0,73 0,78 0,65 0,66 0,65 0,66 0,66 0,66 0,65
Pertanian 15,40 16,08 17,80 15,43 15,40 15,42 15,41 15,40 15,40 15,56
17 3,16 3,15 3,01 3,16 3,16 3,16 3,16 3,16 3,16 3,15
18 5,92 5,77 6,03 5,92 5,92 5,92 5,92 5,92 5,92 5,92
19 26,07 25,32 25,68 26,06 26,07 26,06 26,06 26,07 26,07 26,01
20 13,65 13,64 13,07 13,65 13,65 13,65 13,65 13,65 13,65 13,62
21 24,47 24,74 22,97 24,46 24,47 24,46 24,46 24,47 24,47 24,41
22 5,33 5,37 5,48 5,33 5,33 5,33 5,33 5,33 5,33 5,32
23 2,42 2,39 2,41 2,42 2,42 2,42 2,42 2,42 2,42 2,42
24 2,52 2,49 2,50 2,52 2,52 2,52 2,52 2,52 2,52 2,52
25 1,06 1,05 1,05 1,06 1,06 1,06 1,06 1,06 1,06 1,06Non-Pertanian 84,60 83,92 82,20 84,57 84,60 84,58 84,59 84,60 84,60 84,44
Dampak Investasi Terhadap Pembentukan Output Sektoral ( % )Sektor
terjadi pada simulasi 4 dan simulasi 7 dengan persentase pembentukan output
pertanian sama dengan persentase pembentukan output dengan hasil data awal yakni
sebesar 15.40%. Secara lebih rinci ditunjukkan pada Tabel 5.30. dibawah ini.
Tabel 5.30. Dampak perubahan Investasi Sektor Pert anian terhadapPembentukan Output Sektoral (%)
Sumber : Tabel Input-Output Tahun 2007 (Diolah)
5.6.2. Dampak Perubahan Investasi Sektor Pertanian terhadap PembentukanPendapatan Sektoral
Investasi yang terjadi sepanjang tahun 2007 dengan menggunakan Tabel
Input-Output Tahun 2007 terlihat telah mampu menciptakan total pendapatan dalam
perekonomian Sumatera Utara Tahun 2007 sebesar Rp 11.701.021,33 juta atau
sebesar 13,94% dari total ouput yang tercipta. Pendapatan sektor per tanian yang
tercipta sebesar 25,05% dari total pendapatan dengan pembentukan pendapatan
terbesar terjadi pada sektor karet (11,04%), sektor kelapa (8,585 %) dan sektor kelapa
sawit (2,19%).
Berdasarkan hasil simulasi yang dilakukan pembentukan pendapatan s ektor
Pertanian terbesar terjadi dari hasil simulasi 2 (realokasi investasi 10% dari sektor
Bangunan) yang mampu menciptakan sebesar 28,15% dari total pendapatan yang
terjadi. Sedangkan pembentukan pendapatan terendah terjadi pada simulasi 7 (injeksi
10% terhadap sektor Perikanan) yang mencapai persentase pembentukan pendapatan
sebesar 25,05%.
Tahun Dasar Sim 1 Sim 2 Sim 3 Sim 4 Sim 5 Sim 6 Sim 7 Sim 8 Sim 91 0,86 0,92 1,08 0,86 0,86 0,86 0,86 0,86 0,86 0,86
2 0,09 0,16 0,27 0,09 0,09 0,09 0,09 0,09 0,09 0,09
3 0,01 0,06 0,13 0,01 0,01 0,01 0,01 0,01 0,01 0,01
4 0,03 0,11 0,22 0,03 0,03 0,03 0,03 0,03 0,03 0,03
5 0,06 0,14 0,27 0,06 0,06 0,06 0,06 0,06 0,06 0,06
6 0,02 0,08 0,16 0,02 0,02 0,02 0,02 0,02 0,02 0,02
7 11,04 10,78 11,15 11,05 11,04 11,06 11,04 11,04 11,04 11,11
8 8,58 8,38 8,66 8,58 8,58 8,58 8,58 8,58 8,58 8,56
9 0,06 0,22 0,48 0,06 0,06 0,06 0,06 0,06 0,06 0,06
10 2,19 2,23 2,47 2,21 2,19 2,21 2,19 2,19 2,19 2,32
11 0,03 0,10 0,21 0,03 0,03 0,03 0,03 0,03 0,03 0,03
12 0,08 0,19 0,37 0,08 0,08 0,08 0,08 0,08 0,08 0,08
13 0,26 0,33 0,46 0,27 0,26 0,26 0,27 0,26 0,26 0,31
14 0,19 0,26 0,38 0,19 0,19 0,19 0,19 0,19 0,19 0,19
15 0,69 0,75 0,81 0,69 0,69 0,69 0,69 0,69 0,69 0,70
16 0,87 0,96 1,03 0,87 0,87 0,87 0,87 0,87 0,87 0,87
Pertanian 25,05 25,67 28,15 25,10 25,06 25,09 25,06 25,06 25,05 25,28
17 1,09 1,07 1,03 1,09 1,09 1,09 1,09 1,09 1,09 1,08
18 1,89 1,82 1,91 1,89 1,89 1,89 1,89 1,89 1,89 1,88
19 10,45 10,07 10,24 10,44 10,45 10,44 10,45 10,45 10,45 10,42
20 10,87 10,77 10,34 10,86 10,87 10,86 10,87 10,87 10,87 10,83
21 34,30 34,41 32,01 34,28 34,30 34,29 34,30 34,30 34,30 34,18
22 5,76 5,76 5,89 5,76 5,76 5,76 5,76 5,76 5,76 5,74
23 2,87 2,81 2,84 2,87 2,87 2,87 2,87 2,87 2,87 2,87
24 3,03 2,97 2,98 3,03 3,03 3,03 3,03 3,03 3,03 3,02
25 4,68 4,64 4,61 4,68 4,68 4,68 4,68 4,68 4,68 4,68Non-Pertanian 74,95 74,33 71,85 74,90 74,94 74,91 74,94 74,94 74,95 74,72
SektorDampak Investasi Terhadap Pembentukan Pendapatan Sektoral ( % )
Tabel 5.31. Dampak perubahan Investasi Sektor Pertanian terhadapPembentukan Pendapatan Sektoral (%)
Sumber : Tabel Input-Output Tahun 2007 (diolah)
5.6.3. Dampak Perubahan Investasi Sektor Pertanian terhadap PembentukanTenaga Kerja Sektoral
Investasi yang terjadi sepanjang tahun 2007 telah mampu menyerap tenaga
kerja dalam perekonomian Sumatera Utara Tahun 2007 sebanyak 2.987.046,29
tenaga kerja. Penyerapan tenaga kerja sektor pertanian yang tercipta sebesar 55,88%
dari total tenaga kerja yang terbentuk.
Berdasarkan hasil simulasi yang dilakukan pembentukan tenaga kerja sektor
Pertanian terbesar terjadi dari hasil simulasi 2 (rea lokasi investasi 10% dari sektor
Bangunan) yang mampu menciptakan sebesar 60,05 % dari total tenaga kerja yang
terjadi. Sedangkan pembentukan pendapatan terendah terjadi pada simulasi 4 dan
simulasi 7 yakni sebesar 55,88% dati total tenaga kerja yang terser ap.
Gambar 5.7. Dampak Investasi terhadap Pembentukan Output, Pendapatan,dan Tenaga Kerja Sektor Pertanian
G r a f ik 5 .7 . D a m p a k In v e s ta s i t e r h a d a p P e m b e n tu k a n O u tp u t , P e n d a p a ta n , d a n T e n a g a K e r ja S e k to rP e r ta n ia n
1 5 ,4 0 1 6 ,0 8 1 7 ,8 01 5 ,4 3 1 5 ,4 0 1 5 ,4 2 1 5 ,4 1 1 5 ,4 0 1 5 ,4 0 1 5 ,5 6
2 5 ,0 5 2 5 ,6 72 8 ,1 5
2 5 ,1 0 2 5 ,0 6 2 5 ,0 9 2 5 ,0 6 2 5 ,0 6 2 5 ,0 5 2 5 ,2 8
5 5 ,8 8 5 7 ,3 86 0 ,0 5
5 5 ,9 0 5 5 ,8 8 5 5 ,8 9 5 5 ,8 9 5 5 ,8 8 5 5 ,8 8 5 5 ,9 8
0 ,0 0
1 0 ,0 0
2 0 ,0 0
3 0 ,0 0
4 0 ,0 0
5 0 ,0 0
6 0 ,0 0
7 0 ,0 0
T a h u nD a s a r
S im 1 S im 2 S im 3 S im 4 S im 5 S im 6 S im 7 S im 8 S im 9
Pers
en (%
)
D a m p a k In v e s ta s i T e rh a d a p P e m b e n tu k a n O u tp u t S e k to ra l ( % )D a m p a k In v e s ta s i T e rh a d a p P e m b e n tu k a n P e n d a p a ta n S e k to ra l ( % )D a m p a k In v e s ta s i T e rh a d a p P e m b e n tu k a n T e n a g a K e r ja S e k to ra l ( % )
Tahun Dasar Sim 1 Sim 2 Sim 3 Sim 4 Sim 5 Sim 6 Sim 7 Sim 8 Sim 91 0,40 0,43 0,47 0,40 0,40 0,40 0,40 0,40 0,40 0,41
2 0,33 0,59 0,93 0,33 0,33 0,33 0,33 0,33 0,33 0,33
3 0,03 0,29 0,63 0,03 0,03 0,03 0,03 0,03 0,03 0,03
4 0,02 0,07 0,14 0,02 0,02 0,02 0,02 0,02 0,02 0,02
5 0,07 0,16 0,28 0,07 0,07 0,07 0,07 0,07 0,07 0,07
6 0,16 0,65 1,30 0,16 0,16 0,16 0,16 0,16 0,16 0,16
7 5,44 5,27 5,11 5,45 5,44 5,45 5,44 5,44 5,44 5,48
8 45,78 44,26 42,94 45,77 45,78 45,78 45,77 45,78 45,78 45,71
9 0,30 1,16 2,30 0,30 0,30 0,30 0,30 0,30 0,30 0,30
10 0,54 0,55 0,57 0,55 0,54 0,55 0,54 0,54 0,54 0,57
11 0,18 0,59 1,15 0,18 0,18 0,18 0,18 0,18 0,18 0,18
12 0,32 0,77 1,38 0,32 0,32 0,32 0,32 0,32 0,32 0,32
13 0,49 0,63 0,81 0,51 0,49 0,49 0,51 0,49 0,49 0,59
14 0,10 0,14 0,20 0,10 0,10 0,10 0,10 0,10 0,10 0,10
15 1,01 1,08 1,09 1,01 1,01 1,01 1,01 1,01 1,01 1,02
16 0,69 0,75 0,76 0,69 0,69 0,69 0,69 0,69 0,69 0,69
Pertanian 55,88 57,38 60,05 55,90 55,88 55,89 55,89 55,88 55,88 55,98
17 -0,51 -0,50 -0,45 -0,51 -0,51 -0,51 -0,51 -0,51 -0,51 -0,51
18 0,34 0,33 0,32 0,34 0,34 0,34 0,34 0,34 0,34 0,34
19 29,72 28,37 27,04 29,70 29,72 29,71 29,71 29,72 29,72 29,65
20 0,60 0,59 0,53 0,60 0,60 0,60 0,60 0,60 0,60 0,60
21 8,35 8,30 7,24 8,35 8,35 8,35 8,35 8,35 8,35 8,33
22 3,46 3,43 3,29 3,46 3,46 3,46 3,46 3,46 3,46 3,45
23 0,92 0,89 0,84 0,92 0,92 0,92 0,92 0,92 0,92 0,92
24 0,36 0,35 0,33 0,36 0,36 0,36 0,36 0,36 0,36 0,36
25 0,88 0,86 0,80 0,88 0,88 0,88 0,88 0,88 0,88 0,88Non-Pertanian 44,12 42,62 39,95 44,10 44,12 44,11 44,11 44,12 44,12 44,02
SektorDampak Investasi Terhadap Pembentukan Tenaga Kerja Sektoral ( % )
Tabel 5.32. Dampak perubahan Investasi Sektor Pertanian terhadapPembentukan Tenaga Kerja Sektoral (%)
Sumber : Tabel Input-Output Tahun 2007 (diolah)
BAB VI
KESIMPULAN DAN SARAN
6.1. Kesimpulan
Berdasarkan hasil analisis terhadap Tabel Input -Output Propinsi Sumatera
Utara Berdasarkan Atas Harga Produsen pada Tahun 2007 tentang dampak investa si
sektor pertanian terhadap perekonomian Sumatera Utara, maka dapat disimpulkan
sebagai berikut :
1) Peranan sektor pertanian dalam perekonomian Sumatera utara dalam
pembentukan struktur perekonomian meliputi pembentukan struktur permintaan
dan penawaran (16,15%), struktur konsumsi Rumah Tangga (15,32%), struktur
ekspor (4.94%), struktur Impor (2,11%), struktur Penanaman Modal Tetap Bruto
(0,22%), struktur Perubahan Stok (12,19%) atau struktur Investasi (0.89%),
struktur Nilai Tambah (26,69%), dan struktur Ou tput ( 16,15%).
2) a. Sektor Coklat, Karet, dan Kelapa Sawit merupakan sektor yang memiliki
Keterkaitan Langsung Ke Depan dan Keterkaitan Langsung dan tidak
Langsung Ke Depan terbesar diantara sektor lainnya dalam pertanian.
b. Sektor Unggas, Karet, dan sektor Perikanan merupakan sektor yang
memiliki keterkaitan langsung Ke Belakang dan keterkaitan langsung dan
tidak langsung Ke Belakang terbesar diantara sektor lainnya dalam
pertanian.
3) Berdasarkan klasifikasi Tabel Input -Output Sumatera Utara Tahun 2007 dengan
agregasi 25 sektor dapat terlihat bahwa seluruh sektor yang terdapat dalam bidang
pertanian tidak termasuk ke dalam sektor kunci (Sektor dengan Prioritas I)
melainkan masuk dalam Prioritas II yakni sektor Karet, Coklat dan Kelapa Sawit.
4) Dampak Investasi Sektor Pertanian mampu membentuk 1,35 kali lipat dari
investasi yang ada dengan pembentukan output terbesar dialami oleh sektor
unggas dan peternakan lainnya. Investasi sektor pertanian mampu membentuk
pendapatan sebesar Rp 80.325.750.000, - dan membentuk lapangan pekerjaan
sebanyak 14.838 orang.
5) Berdasarkan hasil simulasi, pembentukan output terbaik yang dilihat berdasarkan
persentase yang terjadi di sektor pertanian terhadap keseluruhan sektor ekonomi
terjadi pada hasil simulasi 2 yakni adanya ta mbahan 10% untuk sektor pertanian
dari sektor bangunan. Begitupun dalam hal pembentukan pendapatan dan tenaga
kerja.
6.2. Saran
1) Kepada para pengambil kebijakan bidang pertanian di Propinsi Sumatera Utara
diharapkan memfokuskan terhadap pembangunan di Sek tor Pertanian yang harus
bersinergi dengan industri pengolahan hasil pertanian sehingga mampu
menciptakan keterkaitan yang lebih baik.
2) Sektor Kelapa Sawit, Karet, dan Sektor Coklat p erlu mendapat perhatian serius
terhadap keterkaitan sektor lainnya mengingat sektor ini memiliki keterkaitan
langsung dan tidak langsung ke Depan tertinggi, sehingga jika sektor ini
ditingkatkan maka akan meningkatkan output di sektor hilirnya.
3) Sektor Unggas, Karet, dan sektor Perikanan memiliki keterkaitan Langsung dan
Tidak Langsung Ke Belakang yang tinggi terhadap sektor yang menjadi in putnya
sehingga dengan pengembangan di sektor tersebut mampu meningkatkan
menggunakan input produksi pada sektor hulunya.
4) Sektor Unggas dan Peternakan Lainnya menjadi penyumbang terbesar
pembentukan output terhadap investasi jika dibandingkan sektor lainnya sehingga
investasi sektor tersebut diharapkan dapat ditingkatkan .
5) Kepada pemerintah daerah di Propinsi Sumatera Utara, perlu peningkatan
investasi di sektor pertanian karena dapat menciptakan kesempatan kerja yang
semakin meningkat ketika terjadi investasi di sektor pertanian.
6) Keterbatasan penelitian dalam kontruksi model yang sederhana sehingga bagi
penelitian selanjutnya dapat melakukan penelitian serupa de ngan memperbesar
matrik agregasi sektoral.
DAFTAR PUSTAKA
BPS Propinsi Sumatera Utara. 2004. Tabel Input-Output tahun 2003 Sumatera Utara.BPS Sumatera Utara
_______________________. 2004. Pendapatan Regional (PDRB) Propinsi SumateraUtara 1998-2003. BPS Sumatera Utara
_______________________. 2004. Dampak Pengeluran Pemerintah terhadapPerekonomian Sumatera Utara. BPS Sumatera Utara
_______________________. 2007. Produk domestik Regional Bruto (PDRB)Propinsi Sumatera Utara 2002 -2006. BPS Sumatera Utara.
_______________________. 2007. Sumatera Utara dalam Angka 2006. BPSSumatera Utara.
_______________________. 2008. Sumatera Utara dalam Angka 2007. BPSSumatera Utara.
BPS Indonesia. 2000. Kerangka Teori & Analisis Input Output. BPS Pusat. Jakarta
BPS _________ 2000. Teknik Penyusunan Tabel Input-Output. BPS Pusat. Jakarta
BPS _________. 2007. Laporan Perekonomian Indonesia 2006. BPS Pusat. Jakarta.
Dillon, H.S. 2004. Pertanian Mandiri. Penebar Swadaya. Jakarta.
Dornbusch, Rudiger.dkk. 2004. Makroekonomi. Edisi delapan. PT Media GlobalEdukasi. Jakarta.
Ediawan, Agus. 2003. Derivasi Model Input-Output : Suatu Eksperimen UntukMemahami Pereknomian Kota Batam. Tesis. Sekolah Pasca Sarjana InstitutPertanian Bogor. Bogor
Herliana, Lena. 2004. Peranan Sektor Pertanian dalam Pe rekonomian Indonesia :Analisis Dekomposisi Sistem Neraca Sosial Ekonomi. Tesis. SekolahPascasarjana Institut Pertanian Bogor. Bogor
Indra. 2008. Pentingnya Memacu Investasi Pertanian : Hasil FGD "Challenge toCurrent Agriculture Development in Indonesi a: Competition BetweenBioFuel and Food Security”. www. Ekonomizone.com. didownload
Kalangi, L.S. 2006. Dampak Investasi Di Sektor Pertanian dan Agroindustri DalamPenyerapan Tenaga Kerja dan Distribusi Pendapatan. Tesis. Sekolahpascasarjana Institut Pertanian Bogor. Bogor
Kuncoro, Mudrajad. 2003. Metode Riset Untuk Bisnis & Ekonomi . Erlangga. Jakarta.
_________________. 2006. Ekonomika Pembangunan: Teori, Masalah, danKebijakan. Yogyakarta : UPP STIM YKPN.
Mankiw, Gregory. 1999. Teori Makroekonomi. Edisi Keempat. Erlangga. Jakarta.
Nanga, Muana. 2005. MakroEkonomi. Edisi Kedua. PT Raja Grafindo Persada.Jakarta.
Nazara, Suahasil. 2005. Analisis Input-Output. Jakarta : Lembaga Penerbit FE UI.
_____________. 2004. Handout : Analisis Input -Output. Didownload pada bulanOktober tahun 2008.
Nurlaela, Fitria. 2003. Dampak Investasi Sektor Pertanian Terhadap PerekonomianProvinsi Jawa Barat (Analisis Input -Output). Skripsi. Fakultas Pertanian.Institut Pertanian Bogor. Bogor
Pardede, Ratlan. 2004. Dampak Desentralisasi Fiskal Terhadap PembangunanEkonomi Kabupaten Tapanuli Utara dan Kota Medan : Aplikasi ModelInput-Output. Disertasi. Sekolah Pascasarjana Institut Pertanian Bogor.
Rahmanta .2007. Hand Out Perkuliahan : Ekonomi Regional. Medan : MagisterEkonomi Pembangunan USU. Medan
Saragih, Bungaran. 2001. Agribisnis : Paradigma Baru Pembangunan EkonomiBerbasis Pertanian . Bogor : PT Loji Grafika Griya Sarana
______________.2001. Kumpulan Pemikiran Agribisnis : paradigma BaruPembangunan Ekonomi Berbasis Pertanian. PT Loji Grafika Griya Sarana.Bogor.
Sinaga, Murbanto. 2003. Pentingnya Peningkatan Investasi Terhadap PercepatanPembangunan Ekonomi Sumatera Utara. Departemen EkonomiPembangunan. Fakultas ekonomi. Universitas Sumatera Utara. Medan
Sukirno, Sadono. 1999. Pengantar Teori Makroekonomi. PT Raja Grafindo Persada.Jakarta.
Supriana, Tavi. 1995. Keterkaitan Sektor Pertanian, Agroindustri, dan SektorEkonomi Lain dalam pengembangan Wilayah Pedesaan (Studi Kasus :Kecamatan Kota Pinang, K abupaten Labuhan Batu) . Tesis. ProgramPascasarjana Universitas Sumatera Utara. Medan
Susanti, Ervin Nora. 2003. Dampak Perubahan Investasi dan Produktivitas SektorPerikanan Terhadap Kinerja Ekonomi Makro dan Sektoral di Indonesia.(Aplikasi Model Ekonomi Keseimbangan Umum). Tesis ProgramPascasarjana. Institut Pertanian Bogor. Bogor
Tambunan, Tulus.T.H. 2003. Perkembangan Sektor Pertanian Di Indonesia :Beberapa Isu Penting . Jakarta : Ghalia Indonesia
Tarigan, Robinson. 2006. Ekonomi Regional : Teor i dan Aplikasi. PT BumiAksara.Jakarta
Todaro,Michael & Stephen C.Smith. 2003. Pembangunan Ekonomi di Dunia Ketiga.Edisi Kedelapan. Erlangga. Jakarta.
Widiastuti, Mailia. 2003. Peranan Agroindustri Dalam Perekonomian ProvinsiKalimantan Tengah. Tesis. Program Pascasarjana Institut Pertanian Bogor.
Top Related