asuhan keperawatan pada ny.t dengan fraktur antebrachii ...

90
ASUHAN KEPERAWATAN PADA NY.T DENGAN FRAKTUR ANTEBRACHII DIRUANG BAITUSSALAM 2 RUMAH SAKIT ISLAM SULTAN AGUNG SEMARANG Karya Tulis Ilmiah Diajukan Sebagai Salah Satu Persyaratan Memperoleh Gelar Ahli Madya Keperawatan Disusun Oleh : Haliza Aula Ramadhani Sulistia NIM. 40901800037 PROGRAM STUDI DIII KEPERAWATAN FAKULTAS ILMU KEPERAWATAN UNIVERSITAS ISLAM SULTAN AGUNG SEMARANG 2021

Transcript of asuhan keperawatan pada ny.t dengan fraktur antebrachii ...

ASUHAN KEPERAWATAN PADA NY.T

DENGAN FRAKTUR ANTEBRACHII DIRUANG

BAITUSSALAM 2 RUMAH SAKIT ISLAM

SULTAN AGUNG SEMARANG

Karya Tulis Ilmiah

Diajukan Sebagai Salah Satu Persyaratan Memperoleh

Gelar Ahli Madya Keperawatan

Disusun Oleh :

Haliza Aula Ramadhani Sulistia

NIM. 40901800037

PROGRAM STUDI DIII KEPERAWATAN

FAKULTAS ILMU KEPERAWATAN

UNIVERSITAS ISLAM SULTAN AGUNG

SEMARANG

2021

i

ASUHAN KEPERAWATAN PADA NY.T DENGAN FRAKTUR

ANTEBRACHII DIRUANG BAITUSSALAM 2 RUMAH SAKIT

ISLAM SULTAN AGUNG SEMARANG

Karya Tulis Ilmiah

Disusun oleh :

Haliza Aula Ramadhani Sulistia

NIM. 40901800037

PROGRAM STUDI DIII KEPERAWATAN

FAKULTAS ILMU KEPERAWATAN

UNIVERSITAS ISLAM SULTAN AGUNG

SEMARANG

2021

ii

iii

HALAMAN PERSETUJUAN

Karya Tulis Ilmiah berjudul :

ASUHAN KEPERAWATAN PADA NY.T DENGAN FRAKTUR

ANTEBRACHII DIRUANG BAITUSSALAM 2 RUMAH SAKIT ISLAM

SULTAN AGUNG SEMARANG

Dipersiapkan dan disusun oleh :

Nama : Haliza Aula Ramadhani Sulistia

NIM : 40901800037

Telah disetujui untuk dipertahankan dihadapan Tim Penguji Karya

Tulis Ilmiah Prodi DIII Keperawatan Fakultas Ilmu Keperawatan

Unissula Semarang pada :

Hari : Kamis

Tanggal : 04 Februari 2021

Pembimbing

Ns. Dwi Retno Sulistyaningsih, M.Kep, Sp.KMB

NIDN. 0602037603

iv

HALAMAN PENGESAHAN

Karya Tulis Ilmiah ini telah dipertahankan dihadapan Tim Penguji Karya Tulis

Ilmiah Prodi DIII Keperawatan FIK Unissula Semarang pada hari Rabu tanggal

02 Juni 2020 dan telah diperbaiki sesuai dengan masukan Tim Penguji.

Semarang, 02 Juni 2020

Penguji I

Ns. Fitria Endah Janitra, M.Kep

NIDN. 0613028605

Penguji II

Ns. Indah Sri Wahyuningsih, M.Kep

NIDN. 0615098802

Penguji III

Ns. Dwi Retno Sulistyaningsih, M.Kep, Sp.KMB

NIDN. 0602037603

Mengetahui,

Dekan Fakultas Ilmu Keperawatan

Iwan Ardian, SKM., M.Kep.

NIDN. 0622087403

v

HALAMAN PERSEMBAHAN

Puji Syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT yang telah memberikan

kesehatan, rahmat dan hidayah, sehingga penulis masih diberikan kesempatan

untuk menyelesaikan Karya Tulis Ilmiah ini. Walaupun jauh dari kata sempurna,

namun penulis bangga telah mencapai pada titik ini yang akhirnya Karya Tulis

Ilmiah ini bisa selesai diwaktu yang tepat.

Terkait penyusunan Karya Tulis Ilmiah ini, penulis memperoleh saran serta

bimbingan yang bermanfaat dari banyak pihak, sehingga penyusun dapat

menyelesaikan sesuai dengan perencanaan. Oleh sebab itu, pada kesempatan ini

penulis ingin mengucapkan terima kasih kepada:

1. Kepada seluruh keluarga terutama ibu dan bapak saya yaitu Ibu Suciati

dan Bapak Sutiono yang tidak pernah putus asa mencari biaya kuliah agar

cita – cita saya dapat tercapai dan tidak pernah berhenti memberi do’a

yang terbaik. Adik saya Umi Zahro Sulistia yang selalu memberikan

dukungan serta kasih sayang yang tulus, sehingga penulis dapat

menyelesaikan Karya Tulis Ilmiah ini, penulis sangat bangga dan

bersyukur memiliki orang tua dan adik seperti beliau.

2. Sahabat sahabatku tercinta yaitu Ayu Sri lestari, Ayu Meilia Saputri, Hilda

Rizqi Azkia, Lutfiyatul Aska, Reza Milenia Nur Fadhila, Anis Widiana,

Uswatun Khoirunnisa, Lailia Nur Iqlima yang saling mendukung serta

berbagi suka duka sehingga penulis mempunyai kekuatan dan tekad untuk

menyelesaikan Karya Tulis Ilmiah ini.

3. Teman – teman saya satu bimbingan Gita Nurul Sifa dan dimas Aji

Prasetya yang menemani serta memberi semangat dalam menyusun karya

tulis ilmiah

vi

4. Tak lupa juga teman - teman seperjuangan seluruh prodi DIII Keperawatan

Angkatan 2018 yang saya cintai dan saya banggakan yang telah berjuang

bersama meraih cita – cita dan menggapai masa depan yang cerah.

vii

MOTTO

“Hai orang-orang yang beriman, jadikanlah sabar dan sholatmu sebagai

penolongmu, sesungguhnya Allah beserta orang-orang yang sabar”

Terkadang kita diuji bukan untuk menunjukkan kelemahan kita,

tetapi untuk menemukan kekuatan kita

Menyesali nasib tidak akan mengubah keadaan. Terus berkarya dan

bekerjalah yang membuat kita berharga

Ubahlah segala ketakutan menjadi kekuatan untuk menyambut

perubahan

Buang pikiran yang menghalangi, lanjutkan langkah untuk meraih

mimpi

viii

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur kehadirat Allah SWT, yang telah melimpahkan rahmat,

taufiq serta hidayah- nya, sehingga penulis diberikan kesempatan untuk

menyelesaikan Karya Tulis Ilmiah yang berjudul Asuhan Keperawatan Pada

Pasien Fraktur Antebrachii Di Ruang Baitussalam 2 Rumah Sakit Sultan Agung

Semarang.

Terkait penyusunan Karya Tulis Ilmiah ini, penulis memperoleh saran serta

bimbingan yang bermanfaat dari banyak pihak, sehingga penyusun dapat

menyelesaikan sesuai dengan perencanaan. Oleh sebab itu, pada kesempatan ini

penulis ingin mengucapkan terima kasih kepada:

1. Drs. H. Bedjo Santoso, Ph D Selaku Rektor Universitas Islam Sultan

Agung Semarang.

2. Iwan Ardian. SKM., M.Kep Selaku Dekan Fakultas Ilmu Keperawatan

Universitas Islam Sultan Agung Semarang.

3. Ns. Muh. Abdurrouf, M. Kep Selaku Kaprodi D3 Keperawatan Universitas

Islam Sultan Agung Semarang.

4. Ns. Dwi Retno Sulistyaningsih, M.Kep, Sp.KMB Selaku Pembimbing

Karya Tulis Ilmiah saya yang telah sabar dan selalu meluangkan waktu

serta tenaganya dalam memberikan bimbingan dan memberikan ilmu serta

nasehat yang bermanfaat dalam penyusunan Karya Tulis Ilmiah ini.

5. Segenap Dosen Pengajar dan Staff Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas

Islam Sultan Agung Semarang yang sudah memberikan ilmu pengetahuan

dan pertolongan dengan sabar dan tulus selama proses studi.

6. Kepada seluruh keluarga terutama ibu dan bapak saya yaitu Ibu Suciati

Ismi dan Bapak Sutiono yang tidak pernah putus asa mencari biaya kuliah

agar cita – cita saya dapat tercapai dan tidak pernah berhenti memberi do’a

ix

yang terbaik. Adik saya Umi Zahro Sulistia yang selalu memberikan

dukungan serta kasih sayang yang tulus, sehingga penulis dapat

menyelesaikan Karya Tulis Ilmiah ini, penulis sangat bangga dan bersyukur

memiliki orang tua dan adik seperti beliau.

7. Sahabat sahabatku tercinta yaitu Ayu Sri lestari, Ayu Meilia Saputri, Hilda

Rizqi Azkia, Lutfiyatul Aska, Reza Milenia Nur Fadhila, Anis Widiana,

Uswatun Khoirunnisa, Lailia Nur Iqlima yang saling mendukung serta

berbagi suka duka sehingga penulis mempunyai kekuatan dan tekad untuk

menyelesaikan Karya Tulis Ilmiah ini.

8. Teman – teman satu bimbingan dan tidak lupa juga teman - teman

seperjuangan seluruh prodi DIII Keperawatan Angkatan 2018 yang saya

cintai dan saya banggakan yang telah berjuang bersama meraih cita – cita

dan menggapai masa depan yang cerah.

x

DAFTAR ISI

ASUHAN KEPERAWATAN PADA NY.T DENGAN FRAKTUR

ANTEBRACHII DIRUANG BAITUSSALAM 2 RUMAH SAKIT ISLAM

SULTAN AGUNG SEMARANG ........................................................................... i

SURAT PERNYATAAN BEBAS PLAGIARISME ........... Error! Bookmark not

defined.

HALAMAN PERSETUJUAN ............................................................................... iii

HALAMAN PENGESAHAN ................................................................................ iv

HALAMAN PERSEMBAHAN ............................................................................. v

MOTTO ................................................................................................................ vii

KATA PENGANTAR ......................................................................................... viii

DAFTAR ISI ........................................................................................................... x

BAB I PENDAHULUAN ...................................................................................... 1

A. Latar Belakang Masalah ............................................................................... 1

B. Tujuan Penulisan .......................................................................................... 3

C. Manfaat Penulisan ........................................................................................ 4

BAB II TINJAUAN TEORI .................................................................................. 6

A. Konsep Dasar Penyakit ................................................................................ 6

1. Pengertian ................................................................................................. 6

2. Etiologi ..................................................................................................... 6

3. Klasifikasi ................................................................................................. 7

4. Patofisiologi .............................................................................................. 8

5. Manifestasi Klinis ..................................................................................... 9

6. Pemeriksaan Diagnostik ......................................................................... 10

xi

7. Komplikasi ............................................................................................. 10

8. Penatalaksanaan Medis ........................................................................... 11

B. Konsep Dasar Asuhan Keperawatan .......................................................... 12

1. Pengkajian Keperawatan ........................................................................ 12

2. Diagnosa Keperawatan dan Fokus Intervensi ........................................ 15

C. Pathways .................................................................................................... 17

BAB III LAPORAN ASUHAN KEPERAWATAN ........................................... 18

A. Pengkajian .................................................................................................. 18

B. Analisa Data dan Diagnosa Keperawatan .................................................. 25

C. Intervensi Keperawatan .............................................................................. 26

D. Implementasi Keperawatan ........................................................................ 27

E. Evaluasi Keperawatan ................................................................................ 30

BAB IV PEMBAHASAN .................................................................................... 34

A. Pengkajian Keperawatan ............................................................................ 34

B. Diagnosa Keperawatan............................................................................... 36

BAB V PENUTUP ............................................................................................... 42

A. Kesimpulan ................................................................................................ 42

B. Saran ........................................................................................................... 44

DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................... 45

LAMPIRAN .......................................................................................................... 49

1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Fraktur ialah berakhirnya kesinambungan tulang seperti tulang rawan

epifisis, tulang rawan sendi baik yang bersifat menyeluruh walaupun

sebagian (Emmanuel 2019). Fraktur ialah remuknya atau berhentinya

kesinambungan dari bentuk tulang semacam tulang rawan dan tulang

lempeng (Lubis 2019). Patah tulang merupakan istilah berakhirnya

kesinambungan tulang, baik yang bersifat menyeluruh maupun sebagian

yang ditetapkan berdasarkan beragam dan luasnya (Suriya 2019). Fraktur

merupakan terbukanya kesinambungan selaput tulang atau tulang rawan

yg biasanya dimunculkan oleh ruda paksa (Insani 2014).

Menurut (WHO) World Health Organization di dunia pada tahun

2015 terjadi kasus patah tulang kurang lebih 13 juta orang dengan angka

kejadian sejumlah 2,7%. Pada tahun 2010 kasus patah tulang mendapati

penambahan, yaitu sejumlah 28 juta orang mengalami patah tulang dengan

angka kejadian sejumlah 4,2%. Kedaan fraktur tersebut termasuk peristiwa

kecelakaan, cedera olahraga, bencana alam dan lain - lain. Pada tahun

2011-2013 terdapat lebih dari 5,6 juta orang meninggal disebabkan

peristiwa kecelakaan dan sekitar 1,3 juta orang mendapati patah tulang.

Pada tahun 2014 terdapat lebih dari 46,2% peristiwa terjadinya patah

tulang. Menurut hasil Riset Kesehatan Dasar oleh Badan Penelitian dan

Pengembangan Kesehatan tahun 2018 di Indonesia tercatat angka kejadian

patah tulang sebanyak 5,5%. Kejadian cedera di Indonesia disebabkan

karena jatuh (40,9%), kecelakaan sepeda motor (40,6%), terkena benda

tajam atau tumpul (7,3%), kendaraan darat lainnya (7,1%). Tidak hanya

pada kejadian fraktur di Indonesia yang mengalami kenaikan, jawa tengah

juga mengalami kenaikan angka kejadiannya, hal ini dibuktikan dengan

2

hasil menurut RISKESDAS 2013 sebesar 6,2% insiden terjadinya patah

tulang.

Fraktur dapat mengakibatkan beberapa gaya seperti puntiran,

lengkungan, tekanan yang dapat diketahui mekanisme utama melalui x –

ray atau sinar rontgen (Anestessia 2017). Fraktur dapat mengakibatkan

terjadinya trauma, stress yang berulang – ulang dan akibat kelainan

patologis pada tulang. Fraktur dapat mengakibatkan kesusahan bahkan

kematian dan pasien mendapati patah tulang yang pertama kalinya sangat

berbahaya mendapat peristiwa yang sama di masa yang mendatang

(Zuhrotul 2016).

Menurut (Siregar 2020) mengatakan bahwa penatalaksanaan fraktur

dapat dibedakan menjadi dua metode yaitu manajemen farmakologis dan

manajemen non – farmakologis. Manajemen farmakologis dikelompokkan

menjadi : pada tahap reduksi mengacu pada pemulihan tulang yang sejajar

pada posisi anatomis, tahap imobilisasi dilakukan pada saat setelah tahap

reduksi selesai. Insiden fragmen tulang harus segera diperbaiki bahkan

dipertahankan pada posisi yang sejajar sampai pada tahap penyatuan. Dan

pada tahap rehabilitasi berperan untuk mengembalikan fungsi dan

kekuatan tulang dengan cara latihan gerak sehingga proses pemulihan

fragmen tulang dapat dipertahankan dengan baik. Kondisi neurovaskular

seperti sirkulasi, gerakan, harus dipantau secara terus menerus. Kecemasan

dan ketidaknyamanan secepatnya diberikan tindakan seperti mengubah

posisi, memberi pereda nyeri termasuk penggunaan analgesik. Selain

penatalaksanaan secara farmakolgis cara lain ialah dengan menggunakan

metode manajemen nyeri non-farmakologi yaitu dengan memenuhi

metode relaksasi yang artinya perilaku eksternal yang dapat mencapai

respon internal pribadi terhadap nyeri. Manajemen nyeri dengan

menggunakan teknik nafas dalam, meditasi, massase atau pijat dan

relaksasi otot (Rahmasari Ikrima 2015).

Perawat mempunyai karakter sebagai pemberi asuhan keperawatan,

penasehat, pendidik, koordinator, kolaborator, konsultan dan peneliti.

3

Untuk menghindari kecacatan fisik pasien pasca patah tulang, pasien

tersebut harus segera ditangani, dengan salah satunya mobilisasi dini

secara bertahap (Nopianti, Setyorini, and Pebrianti 2019). Sebagai

tenaga medis perawat banyak mempunyai peran dalam mengendalikan

tugasnya sesuai dengan hak dan kekuasaan yang berlaku. Salah satu peran

perawat ialah sebagai care provider atau pemberi asuhan keperawatan.

Perawat sebagai pemberi asuhan keperawatan harus sepenuhnya atau

mencakup, tidak hanya berfokus pada tindakan menyediakan akan tetapi

juga berfokus pada tindakan pencegahan terhadap pasien (Sulistyowati and

Handayani 2012).

B. Tujuan Penulisan

1. Tujuan Umum

Memberikan gambaran asuhan keperawatan pada pasien dengan

masalah fraktur antebrachii

2. Tujuan Khusus

a. Mampu menjelaskan dan memahami konsep dasar medis

fraktur antebrachii yang meliputi : pengertian, etiologi,

patofisiologi, manifestasi klinis, pemeriksaan diagnostik,

komplikasi, penatalaksanaan medis

b. Mampu menjelaskan dan memahami konsep dasar

keperawatan fraktur antebrachii yang meliputi pengkajian,

diagnose, dan focus intervensi

c. Mampu menggambarkan dan menganalisis asuhan

keperawatan pada Ny.T dengan fraktur antebrachii,

meliputi pengkajian, analisis data, diagnose keperawatan,

intervensi keperawatan, implementasi dan evaluasi

keperawatan.

4

C. Manfaat Penulisan

1. Bagi Institusi Pendidikan

Terbentuknya persatuan dengan institusi tempat praktek peminatan

dalam upaya mengembangkan keterlibatan dan kesepadaan antara

akademik dengan pengetahuan dan keterampilan sumber daya

manusia yang diperlukan dalam pembangunan Kesehatan

Masyarakat.

2. Bagi Profesi Keperawatan

Pandangan dari studi kasus ini diharapkan dapat

merekomendasikan pemberitauhuan selanjutnya bagi profesi

keperawatan dan sebagai acuan untuk mengembangkan

pengetahuan dan pemahaman mengenai Asuhan Keperawatan

Medikal Bedah pada pasien fraktur antebrachii.

3. Bagi Lahan Praktik

Pandangan dari studi kasus ini diharapkan dapat

merekomendasikan manfaat khususnya menambah referensi

perpustakaan sebagai acuan penelitian yang akan datang.

4. Bagi Masyarakat

Merekomendasikan informasi tentang Asuhan Keperawatan pada

Ny.T dengan Fraktur Antebrachii di ruang Baitussalam 2 Rumah

Sakit Islam Sultan Agung Semarang.

5

6

BAB II

TINJAUAN TEORI

A. Konsep Dasar Penyakit

1. Pengertian

Fraktur ialah berakhirnya kesinambungan tulang seperti tulang

rawan epifisis, tulang rawan sendi baik yang bersifat menyeluruh

maupun sebagian (Emmanuel 2019). Fraktur ialah remuknya atau

berhentinya kesinambungan dari bentuk semacam tulang rawan

dan tulang lempeng (Lubis 2019). Patah tulang merupakan istilah

berakhirnya kesinambungan tulang, baik yang bersifat menyeluruh

maupun sebagian yang ditetapkan berdasarkan jenis dan luasnya.

(Suriya 2019). Patah tulang atau fraktur merupakan terbukanya

kesinambungan selaput tulang atau tulang rawan yang biasanya

dimunculkan oleh ruda paksa (Insani 2014).

2. Etiologi

Menurut (Zuhrotul 2016) menuturkan bahwa patah tulang terjadi

akibat gaya meremuk, trauma langsung, aksi memutar tiba – tiba

dan kontraksi otot yang berlebih.

Adapun penyebab patah tulang menurut (Lubis 2019) yaitu :

a. Kekerasan langsung

Kekerasan langsung dapat menimbulkan patah tulang pada

lokasi terjadinya kekerasan. Fraktur ini bersifat fraktur

terbuka dengan garis patah tulang yang miring atau

melintang.

b. Kekerasan tidak langsung

Kekerasan tidak langsung ialah fraktur yang terjadi tidak

pada tempat kejadian kekerasan. Fraktur ini lebih mudah

diperkirakan dibandingkan fraktur kekerasan langsung.

7

c. Kekerasan akibat tarikan pada otot

Fraktur sebab tarikan pada otot sangat langka terjadi.

Kekuatan dapat berupa penekukan. penekanan, dan

pemutiran campuran dari ketiganya.

3. Klasifikasi

(Lubis 2019) mengemukakan klasifikasi patah tulang dapat terbagi

menjadi beberapa unsur, diantaranya :

a. Klasifikasi etiologis

1) fraktur traumatis

2) fraktur patologis, ialah fraktur yang dapat terjadi

dimana tulang menjadi lemah dikarenakan adanya

tumor atau proses patologis yang lain (seperti infeksi

atau kelainan kongenital).

3) fraktur beban dapat terjadi dikarenakan kelelahan

dan peningkatan pada aktivitas manusia dan

berakibat tulang tidak mampu menyangga berat

badan.

b. Klasifikasi klinis

1) fraktur tertutup yaitu patah tulang dimana kulit tak

berdekatan dengan fragmen, sehingga letak

terjadinya fraktur tidak tercampur oleh daerah luar.

2) fraktur terbuka yaitu fraktur dengan kulit

ekstremitas yang terbuka kemudian fragmen tulang

bisa terkontaminasi oleh daerah luar yang

dikarenakan adanya perlukaan pada kulit. Fraktur

terbuka yaitu fraktur yang mengalami rasa nyeri

yang sangat hebat. Patah tulang terbuka terbagi atas

tiga tingkatan, yaitu tingkat (1) : keadaan nyeri dan

dapat terjadi keremukan kecil pada kulit dengan luka

8

< 1 cm. Tingkat (II) : patah tulang serta luka lebih

luas tanpa adanya kerusakan jaringan lunak yang

ekstensif. Tingkat (III) : patah tulang yang tercemar

dan mengalami kerusakan pada jaringan lunak.

Klasifikasi fraktur menurut (Zuhrotul 2016) terbagi dari beberapa

unsur diantaranya :

a. Berdasarkan etiologi:

1) fraktur traumatik

2) fraktur patologis

3) fraktur stress dapat terjadi karena adanya trauma

yang terus menerus di suatu tempat

b. Berdasarkan klinis :

1) fraktur terbuka

2) fraktur tertutup

3) fraktur dengan komplikasi

c. Berdasarkan radiologis :

1) lokalisasi

2) konfigurasi

3) ekstensi

4) fragmen

4. Patofisiologi

Fraktur disebabkan oleh cedera yang lebih kuat dari kekuatan

tulang. Terdapat dua faktor yang mempengaruhi perkembangan

patah tulang yaitu faktor ekstrinsik (laju, durasi, arah, kekuatan

dll) dan faktor intrinsik (tulang) yang meliputi kemampuan

menyerap energi traumatis dari tulang. Kemungkinan penyebab

terjadinya fraktur termasuk pukulan langsung dan pukulan tidak

langusng. Pukulan langsung memberi penekanan langsung pada

tulang yang membawa dampak patah tulang ditempat kejadian

kekerasan. Pukulan tidak langsung terjadi ketika kerusakan jauh

9

dari lokasi fraktur dan biasanya tidak melukai jaringan lunak.

Tekanan pada tulang bisa berputar, menekan atau bahkan menarik.

Efek dari cedera tulang tergantung pada kekuatan, jenis dan arah

cedera (Susanto 2019).

5. Manifestasi Klinis

Tanda dan gejala dari fraktur menurut (Purwanto 2016) ialah :

a. Nyeri berulang kali dan menumpuk beratnya sampai

fragmen tulang diimobilisasi, edema dan hematoma.

b. Deformitas atau perubahan bentuk dikarenakan keadaan

pertukaran fragmen pada tulang yang patah

c. Terjadinya pemendekan tulang dikarenakan peregaangan

otot yang merekat diatas dan dibawah letak fraktur tersebut

d. Krepitasi akibat tekanan antara fragmen satu dengan

fragmen yang lain.

e. Pembengkakan dan transformasi warna kedaerahan pada

kulit

Menurut (Wahyuni 2021) manifestasi klinis dari fraktur antara

lain:

a. Riwayat trauma

b. Nyeri yang terus menerus

c. Deformitas atau perubahan bentuk

d. Hilangnya fungsi anggota tubuh

e. Gerakan – gerakan abnormal

f. Krepitasi

10

6. Pemeriksaan Diagnostik

Menurut (Emmanuel 2019) pemeriksaan diagnostic ada beberapa

cara.

a. X-ray atau sinar rontgen digunakan untuk mengidentifikasi

garis pergeseran pada fraktur.

b. CT-scan dimanfaatkan untuk mengidentifikasi kerusakan

jaringan lunak dan memperlihatkan fraktur lebih jelas.

c. MRI (magnetic resonance imaging) dapat dimanfaatkan

untuk mengevaluasi pukulan ataupun sebagai substitusi

dari CT-scan. MRI dapat mengevaluasi tulang dan unsur

jaringan lunak dari lokasi terjadinya pukulan.

(Suriya 2019) membagi pemeriksaan diagnostik dengan beberapa

bagian antara lain :

a. Pemeriksaan radiologi : untuk mengetahui lokasi dan luas

pada fraktur.

b. Pemeriksaan darah lengkap

c. Arteriografi : dilakukan apabila ada remukan pada vaskuler.

d. Scan tulang : menunjukkan fraktur lebih jelas dan

mengidentifikasi keremukan jaringan yang lunak.

7. Komplikasi

Komplikasi fraktur menurut (Suriya 2019) dan (Siregar 2020)

antara lain :

a. Komplikasi awal

Komplikasi awal sesudah patah tulang ialah syok yang

mengakibatkan terlambat dalam beberapa jam setelah

kejadian, kemudian emboli lemak yang dapat terjadi

dalam 48 jam dan sindroom kompartmen yang

mengakibatkan ketiadaan fungsi anggota tubuh secara

menetap apabila tidak segera ditangani.

11

b. Komplikasi lambat

Komplikasi lambat terjadi pada beberapa bulan sesudah

kejadian fraktur seperti :

1) Komplikasi pada sendi yaitu tahap kekejangan pada

sendi yang bisa permanen.

2) Komplikasi tulang merupakan proses tahap

penyembuhan yang tidak biasa seperti delayed

union, mal union, dan osteoporosis.

3) Komplikasi otot seperti atropi pada otot, dan ruptur

pada tendon.

4) Komplikasi pada saraf seperti kelumpuhan saraf

merupakan saraf yang menebal disebabkan adanya

fibrosis intraneural.

Komplikasi fraktur menurut (Purwanto 2016) sebagai berikut :

a. Komplikasi awal meliputi kehilangan darah, infeksi,

emboli paru, gagal ginjal , sindrom kompartement.

b. Komplikasi lanjut meliputi patah tulang yang tidak dapat

sembuh dalam waktu 6-8 bulan, delayed union, keadaan

tulang yang mengalami penyatuan fragmen yang tidak

sesuai keberadaanya, artritis, distrofi simpatik (refleks)

setelah trauma.

8. Penatalaksanaan Medis

Sangat penting dalam menegakkan perawatan pada patah tulang

untuk mengetahui dimana tulang yang patah dan juga jenis dari

fraktur itu sendiri, (Zuhrotul 2016) menguraikan penatalaksanaan

fraktur yang awal yaitu reduksi untuk mengembalikan posisi

fragmen tulang pada kesetaraannya dan rotasi anatomis. Reduksi

tertutup memakai traksi dan reduksi terbuka memakai tindakan

operatif. Langkah kedua yaitu imobilisasi untuk menegakkan

12

fragmen tulang dalam kedudukan dan kesetaraan yang benar

sampai terjadi penyatuan. Imobilisasi dapat dilaksanakan dengan

metode fiksasi interna (plate, screw, nails) dan eksternal. Metode

kompleks eksterna yang meliputi pembalutan, gips, bidai. Langkah

ketiga yaitu rehabilitasi untuk menegakkan dan membalikkan

fungsi tulang. Masalah dilakukan melalui upaya latihan fisioterapi.

Menurut (Dr.Jeff 2017) penatalaksanaan fraktur yaitu 4R antara

lain :

a. Recognition untuk menentukan dan mengevaluasi status

fraktur melalui anamnesa, pemeriksaan klinis dan

pemeriksaan radiologi. Pada awal perawatan yang harus

diamati adalah letak fraktur, gambaran fraktur untuk

memastikan teknik perawatan yang cocok dan komplikasi

yang barang kali terjadi selama dan setelah perawatan.

b. Reduction, untuk membalikkan panjang dan kesetaraan

garis tulang yang dapat dicapai dan untuk membalikkan

fungsi yang normal dan menangkal komplikasi seperti

kekakuan, deformitas atau perubahan bentuk dan perubahan

pada osteoartritis.

c. Retention, imobilisasi fraktur berfungsi untuk menangkal

perputaran tulang dan menangkal perpindahan yang dapat

mengancam penyatuan tulang.

d. Rehabilitation yaitu membalikkan aktivitas fungsional

dengan semaksimal mungkin.

B. Konsep Dasar Asuhan Keperawatan

1. Pengkajian Keperawatan

Pengkajian ialah langkah utama dalam asuhan keperawatan.

Langkah ini ialah langkah yang pantas diperlukan karena tercapainya

perawat dalam mendokumentasikan asuhan keperawatan yang dapat

ditetapkan dari seberapa mendalamnya perawat bisa mempelajari

13

masalah yang dialami oleh pasien sehingga dapat ditetapkan langkah

langkah berikutnya untuk melampaui atau mengatur masalah pada

pasien. Langkah pengkajian ini memakai dua tahapan yaitu :

anamnesa dan pemeriksaan fisik (head to toe) (Purwanto 2016).

a. Identitas

Meliputi data pasien serta data orang yang bertanggung

jawab seperti nama, usia, jenis kelamin, agama, alamat

tempat tinggal, bahasa lisan, status perkawinan, tingkat

pendidikan, pekerjaan, tanggal saat masuk rumah sakit dan

diagnosis. Fraktur pada pria lebih rentan dibandingkan

pada wanita. Prevalensi patah tulang sebagian besar terjadi

pada pria berusia antara 20 dan 39 tahun.

b. Keluhan Utama

Biasanya keluhan utama patah tulang adalah nyeri. Nyeri

tersebut dapat menjadi akut ataupun kronis tergantung dari

lamanya serangan. Untuk mencapai pengkajian yang

lengkap pada nyeri bisa menggunakan penilaian yang biasa

diagunakan yaitu PQRST (provoking incident, quality of

pain, region, severity and time).

c. Riwayat penyakit sekarang

Mengkaji urutan kejadian pukulan yang disebabkan patah

tulang, bantuan apa yang sudah didapatkan dan apakah

sudah berobat kedukun. Cara mengetahui prosedur

terjadinya kecelakaan, perawat dapat mengetahui cedera

kecelakaan yang lain.

d. Riwayat penyakit dahulu

Pada pengkajian ini dapat diketahui barang kali terjadinya

dampak fraktur dan menegakkan arahan seberapa lama

tulang tersebut akan berambungan. Penyakit – penyakit

14

spesifik yang dapat menyebabkan patah tulang patologis

sukar untuk disambungkan seperti penyakit kanker.

e. Riwayat penyakit keluarga

Riwayat penyakit keluarga memiliki tautan dengan

penyakit tulang yang merupakan salah satu unsur

predisposisi kejadian fraktur seperti osteoporosis, diabetes

yang bisa diturunkan (Zahrawaani 2014).

Menurut (Purwanto 2016) pengkajian ada dua yaitu pengkajian

primer dan sekunder.

a. Pengkajian primer

1) Airway ialah terdapat hambatan atau obstruksi pada

jalan napas dan dapat menyebabkan pengumpulam

sekret penyebab kelemahan reflek batuk.

2) Breathing, kesenjangan menelan, menaungi jalan

napas, munculnya pernapasan yang sulit atau tidak

teratur, suara nafas terdengar ronchi atau aspirasi.

3) Circulation, tekanan nadi dapat normal atau

meningkat, tekanan darah terdapat insiden pada tahap

lanjut, takikardi, bunyi jantung normal pada tahap

dini, disritmia, kulit dan membran lapisan pucat,

dingin, sianosis pada tahap segera.

b. Pengkajian sekunder

1) Aktivitas - latihan, kekurangan fungsi pada segmen

fraktur dan depedensi mobilitas.

2) Sirkulasi

Tekanan darah terkadang terlihat sebagai respon nyeri

dan ansietas, hipotensi respon akan kehilangan darah,

takikardi, pengurangan nadi pada bagian distal yang

cedera, capillary refill timeRT) melambat, pucat pada

bagian yang terkena, hematoma pada sisi cedera.

15

3) Neurosensori

Kesemutan, deformitas atau perubahan bentuk,

krepitasi, pemotongan dan kesenjangan.

4) Kenyamanan

Nyeri tiba-tiba saat cedera, spasme atau kram otot.

5) Keamanan

6) Laserasi kulit, perdarahan, transformasi warna,

pembengkakan lokal.

2. Diagnosa Keperawatan dan Fokus Intervensi

Menurut (Tim Pokja SDKI DPP PPNI 2017) dan (Tim Pokja SIKI

DPP PPNI 2018).

1. Nyeri akut berhubungan dengan agen pencedera fisik

Intervensi :

- Identifikasi letak, karakteristik, frekuensi, kualitas dan

intensitas nyeri

- Identifikasi skala nyeri

- Berikan metode non- farmakologi untuk menurunkan

rasa nyeri

- Kolaborasi pemberian analgetik

2. Gangguan mobilitas fisik berhubungan dengan gangguan

musculoskeletal

Intervensi :

- Identifikasi nyeri atau keluahn fisik yang lainnya.

- Pantau kondisi umum selama melakukan ambulasi

- Fasilitasi kegiatan ambulasi dengan alat bantu (mis.

tongkat, kruk )

- Sarankan melakukan ambulasi dini

16

- Latih ambulasi sederhana yang dapat dilakukan (mis.

berjalan dari tempat tidur ke kamar mandi )

3. Gangguan integritas kulit/ jaringan berhubungan dengan

perubahan sirkulasi

Intervensi :

- Identifikasi akibat gangguan integritas kulit

- Alihkan posisi tiap 2 jam sekali

- Lakukan pemijatan pada area penonjolan

- Anjurkan menggunakan pelembab ( mis. lotion,

serum)

17

C. Pathways

(Purwanto 2016), (Wahyuni 2021), (Suriya 2019)

Pukulan tidak langsung Pukulan langsung Kondisi patologis

FRAKTUR

Kerusakan tulang dan Ketidaksinambungan jaringan tulang

jaringan sekitar

Pergeseran fragmen tulang Modifikasi jaringan sekitar

Spasme otot

Deformitas Laserasi kulit

Tindakan orif Nyeri Akut

Gangguan

Mobilitas Fisik

Gangguan

Integritas Kulit

18

BAB III

LAPORAN ASUHAN KEPERAWATAN

A. Pengkajian

1. Data Umum

Pengkajian yang dilakukan pada pasien Ny. T pada tanggal 04

februari 2021 pukul 21.30 WIB, dengan melakukan wawancara secara

langsung terhadap pasien dan keluarganya, kemudian melakukan

observasi secara langsung pada pasien saat pemeriksaan fisik dan

dengan cara melihat data rekam medic seperti hasil laboratorium dan

radiologi. Berdasarkan pengkajian yang sudah dilakukan penulis di

ruang baitussalam 2 Rumah Sakit Islam Sultan Agung Semarang

didapatkan data sebagai berikut : pasien bernama Ny.T dengan umur

30 tahun berjenis kelamin perempuan menganut agama islam

pendidikan terakhir smp seorang pekerja swasta berasal dari genuk

semarang diagnose medis fraktur antebrachii tanggal/jam masuk 02

februari 2021 penulis mengkaji pada tanggal 04 februari 2021.

Status kesehatan saat ini penulis menemukan data keluhan utama

pasien mengungkapkan nyeri pada tangan kiri dan tidak bisa

digerakkan, alasan masuk rumah sakit pasien mengungkapkan

kecelakaan sepeda motor pada jam 22.00 wib dan pasien mengeluh

tangan kirinya tidak bisa digerakkan dan mengeluh nyeri kemudian

keluarga membawa pasien ke rumah sakit islam sultan agung (RSIA)

semarang. Faktor pencetus nyeri adalah saat bergerak, lamanya

keluhan setelah kecelakaan, timbulnya keluhan setelah kecelakaan,

upaya yang dilakukan untuk mengatasi nyeri langsung dibawa ke

rumah sakit, faktor yang memperberat nyeri saat bergerak.

Riwayat kesehatan lalu penulis menemukan data penyakit yang

pernah diderita pasien mengemukakan tidak pernah menderita penyakit

19

yang diderita sebelumnya, pasien pada awalnya tidak pernah

kecelakaan dan baru pertama kali pasien mengalami kecelakaan,

pasien tidak pernah dirawat dirumah sakir pada awalnya, pasien tidak

memiliki alergi makanan, obat – obatan atau lainnya, pasien lupa

dengan imunisasinya yang lengkap atau tidaknya.

Riwayat kesehatan keluarga penulis menemukan data Ny.T adalah

anak ke tiga dari 3 bersaudara sedangkan suami pasien anak ke dua

dari empat bersaudara, Ny.T dan suaminya memiliki 2 anak 1

perempuan dan 1 laki – laki. Keluarga pasien tidak ada yang memiliki

penyakit seperti yang diderita pasien saat ini dan keluarga pasien juga

tidak sedang menderita penyakit yang sedang diderita oleh pasien.

Riwayat kesehatan lingkungan kondisi rumah dan lingkungan pasien

bersih, rumah pasien dekat dengan jalan. Pasien mengatakan

kemungkinan tidak ada terjadinya bahaya dilingkungannya.

2. Pola Kesehatan Fungsional ( Data Fokus )

a. Pola persepsi dan pemeliharaan fungsional

Ny.T mengungkapkan bahwa kesehatannya itu sangat penting,

tetapi pasien belum bisa menerapkan pola hidup sehat dan pasien

berusaha untuk menjaga kesehatannya. Selama sakit pasien

percaya akan kesembuhannya, pasien menganggap penyakit yang

diderita merugikan keluarganya dan pasien sangat berharap semoga

penyakitnya bisa segera sembuh dengan normal.

b. Pola nutrisi dan mentabolik

Ny.T mengatakan sebelum sakit pola makan dan minum baik,

makan 3x sehari dengan porsi sedang, pasien tidak ada makanan

pantangan yang menyebabkan alergi. Selama sakit pola makan

pasien menurun, nafsu makan menurun, makan dengan porsi

sedang tetapi tidak habis.

20

c. Pola eliminasi

Ny.T mengatakan sebelum sakit feses lunak, warna feses kuning

pekat, BAK lancar, warna BAK jernih. Selama sakit feses pasien

sedikit cair, warna kuning, BAK tidak tentu, warna BAK kuning

pekat.

d. Pola aktivitas dan latihan

Ny.T mengungkapkan sebelum sakit aktivitas pasien sehari-hari

sebagai seorang ibu dan istri yang mengurus keluarga sekaligus

seorang pekerja. Selama sakit aktivitas pasien hanya terbaring

diatas tempat tidur, pasien sulit beraktivitas, aktivitas pasien

dibantu oleh keluarga sepenuhnya mulai dari bathing, dressing,

toileting, transferring, continence dan feeding.

e. Pola istirahat dan tidur

Ny.T mengatakan sebelum sakit tidurya 6-7 jam dalam sehari,

pasien tidak sulit untuk memulai tidur. Selama sakit pola tidur

pasien menjadi terganggu, pasien hanya tiudr 2-3 jam dalam sehari,

kualitas tidur pasien memburuk sehingga sulit untuk memulai

tidur.

f. Pola kognitif – perseptual sensori

Ny.T mengatakan tidak memiliki masalah pada pendengaran,

penglihatan, daya ingat pasien baik, pasien tidak sering pusing.

Selama sakit pasien mengatakan nyeri setelah di operasi pada

tangan kirinya P : nyeri cekot-cekot pada tangan Q : ditusuk-tusuk,

R : tangan bagian kiri, S : 4, T : nyeri selama bergerak.

g. Pola persepsi dan konsep diri

Ny.T mengatakan sebelum sakit berperan sebagai istri dan ibu,

pasien berharap dirinya tetap sehat agar bisa melindungi anak dan

suami, pasien aktif dalam bersosialisasi. Selama sakit pasien focus

pada pengobatan penyakitnya dan pasien aktif dalam bersosialisasi,

pasien berharap agar penyakitnya segera sembuh dan pulih.

21

h. Pola mekanisme dan koping

Ny.T mengatakan dalam mengambil keputusan dengan cara

berdiskusi kepada suami, jika ada masalah pasien meminta bantuan

kepada suami dan keluarganya, pasien tidak ada kesulitan

hubungan dalam keluarga. Selama sakit jika ada masalah pasien

meminta bantuan kepada suami dan tenaga medis.

i. Pola seksual – reproduksi

Ny.T menganggap fungsi seksual itu penting, tetapi paisen lebih

mengutamakan kesehatannya saat ini agar cepat sembuh,

menstruasi pasien teratur dalam 1 bulan sekali.

j. Pola peran – berhubungan dengan orang lain

Ny.T mengungkapkan dalam berkomunikasi dengan sopan, orang

berpengaruh pada pasien adalah anak, suami dan tenaga medis.

k. Pola nilai dan kepercayaan

Ny.T mengatakan sebelum sakit konsisten menjalankan ibadah 5

waktu, tidak ada pertentangan pengobatan dalam kesehatan pasien.

Selama sakit pasien tidak pernah menjalankan ibadah, tetapi pasien

selalu berdoa dan pasien percaya bahwa penyakit yang diderita saat

ini bisa sembuh dengan total.

3. Pemeriksaan Fisik ( Head to Toe )

Hasil pengkajian pemeriksaan fisik pada Ny.T post op orif fraktur

antebrachii hari pertama didapatkan kesadaran : composmentis,

penampilan : lemas, pucat, gelisah, meringis, vital sign ( Suhu : 36,7°c,

tekanan darah : 117/87 mmHg, respirasi 20x/menit, nadi : 90x/menit

), kepala : bentuk kepala mesocephal, bersih, rambut tidak rontok,

tidak ada ketombe, warna rambut klien hitam . Mata : penglihatan

normal, bentuk selaras, konjungtiva merah muda, sclera mata berwarna

putih, klien tidak memakai alat bantu.. Hidung : bentuk simetris, tidak

ada secret, tidak ada epistaksis, tidak ada polip, tidak ada nafas cuping

hidung, tidak memakai oksigen. Telinga : bentuk simetris, telinga

22

bersih tidak ada serumen, tidak terdapat benjolan, tidak, tidak memakai

alat bantu pendengaran. Mulut dan tenggorokan : tidak kesulitan

berbicara, tidak ada gigi ompong, warna gigi sedikit kuning, tidak

kesusahan menelan, tidak ada benjolan di leher, tidak ada pembesaran

tonsil. Dada : ( jantung) : inspeksi : normal, ictus cordis tidak tampak,

palpasi : detak jantung normal, ictus cordis pada ics 5, perkusi : normal

auskultasi : suara ireguler ( paru ) : inspeksi : bentuk dada simetris,

palpasi : tidak ada nyeri tekan, perkusi : suara sonor, auskultasi : suara

vesikuler. Abdomen ( inspeksi : simestris, palpasi : tidak ada bising

usus, perkusi : suara timpani, auskultasi : normal, terdengar tiap 10-30

detik. Genetalia : daerah genital sedikit kotor, tidak ada luka, tidak

ada tanda-tanda infeksi, tidak terpasang kateter. Ekstremitas atas dan

bawah : inspeksi kuku, kulit : kulit dan kuku bersih tidak ada turgor,

tidak ada edema, kulit dan kuku utuh. Capillary refill : kurang dari 3

detik. Kemampuan befungsi : kemampuan otot menurun, ekstremitas

atas susah di gerakkan, klien takut menggerakkan tangannya karena

nyeri. Bila terpasang infus : daerah tusukan infus dibagian tangan

kanan, tak ada gejala infeksi pada infus, ada nyeri tekan ringan pada

daerah tusukan infus. Kulit : kulit bersih, warna kulit coklat tua,

lembab, tidak ada turgor, ada edema pada tangan kiri, ada luka pada

tangan kiri, ada perdarahan pada tangan kiri klien.

4. Data Penunjang

a. Hasil pemeriksaan penunjang

Pemeriksaan Laboratorium

Pemeriksaan Hasil Nilai

Rujukan

Satuan Ket

HEMATOLOGI

Darah Rutin 1

Hemoglobin

Hematokrit

15.0

H 45.8

11.7 – 15.5

33.0 – 45.0

g/dl

%

23

Leukosit

Trombosit

PPT

PT

PT ( control)

APTT

APTT

ATT ( kontrrol )

KIMIA KLINIK

Glukosa Darah

Sewaktu

Ureum

Creatinin

Elektrolit ( Na, K, Cl)

Natrium ( Na )

Kalium ( K )

Klorida ( Cl )

H 12.69

279

10.6

11.5

24.1

27.1

100

20

0.67

136.0

3.90

H 108.0

3.00 – 11.00

150 – 440

9.3 – 11.4

9.1 – 12.3

21.8 – 28.4

21.0 – 26.4

75 – 100

10 – 50

0.60 – 1.10

135 – 147

3.5 – 5.0

95 – 105

ribu / µL

ribu / µL

detik

detik

detik

detik

mg/ dl

mg/dl

mg/dl

mmol/dl

mmol/dl

mmol/dl

Pemeriksaan instalasi radiologi

1. Ekstremitas Atas Besar ( Non Kontras )

Yth. TS

X FOTO ANTEBRACHII SINISTRA AP LAT

Struktur tulang baik

Tampak diskontinuitas komplit, arah transversal pada distal OS radius,

disertai angulasi dorsal, alignment dan aposisi tidak baik

Caput os ulna tampak lebih ke dorsal

24

Soft tissue swelling di region wrist join sinistra

Tak tampak lusensi soft tissue

KESAN :

Fraktur komplit, arah transversal pada distal os radius, disertai angulasi

dorsal, alignment dan aposisi tidak baik

2. Ekstremitas Bawah Kecil ( Non Kontras )

X FOTO PEDIS DEKSTRA AP/ LATERAL

Struktur tulang baik

Tak tampak diskontinuitas pada tulang

Sendi talocruralis, talocalcaneal, intertarsalia, tarsotarsalia,

metatarsophalangeal dan

interphalages baik

Tak tampak soft tissue swelling maupun lusensi soft tissue

KESAN :

Tak tampak kelainan pada tulang dan sendi pedis dekstra

3. Thorax Besar ( Non Kontras )

X FOTO THORAKS

Skoliosis Vertebra torakalis dengan konveksitas ke kanan

Cor : Apeks ke lateracaudal

Pulmo : Corakan vaskuler meningkat

Tampak bercak di lapangan tenah paru kanan dan kiri

Tak tampak lusensi avascular ma upun plureal viscelar line kedua

hemitoraks

Diafragma dan sinus costofrenicus kanan kiri baik

Tak tampak diskontinuitas pada tulang

b. Diit yang diperoleh

25

Ny. T memperoleh diit nasi

c. Therapy

- RL 20 tpm

- L - alanin extra 1 flabot

- Ketorolax 2x30 mg

B. Analisa Data dan Diagnosa Keperawatan

Berdasarkan hasil pengkajian pada tanggal 04 februari 2021 penulis

mendapatkan hasil analisa data dari pasien dengan data subjektif pertama :

P : pasien mengatakan nyeri cekot- cekot pada tangannya, Q : seperti

ditusuk – tusuk , R : tangan kir i, S : 4, T : nyeri selama bergerak. Data

obyektif didapatkan pasien terlihat meringis, terlihat gelisah, dan terlihat

menahan nyeri, TD : 117/87 mmHg, N : 90x/mnt, S : 36.7 °c, RR :

20x/mnt. Dari data tersebut maka dapat ditegakkan diagnose keperawatan

nyeri akut berhubungan dengan agen pencedera fisik dibuktikan dengan

pasien mengatakan nyeri cekot – cekot pada tangan kirinya.

Analisis data yang kedua, memperoleh data subjektif : pasien

mengemukakan nyeri saat digerakkan, pasien mengeluh sulit beraktvitas ,

aktivitas pasien dibantu oleh keluarga, pasien mengatakan tangan kiri sulit

digerakkan. Data objektif : pasien tampak terbaring ditempat tidur, pasien

tampak takut menggerakkan tangannya karena nyeri. Dari data tersebut

maka dapat ditegakkan diagnose keperawatan gangguan mobilitas fisik

berhubungan dengan gangguan musculoskeletal dibuktikan dengan nyeri

saat bergerak, pasien mengeluh sulit beraktivitas.

Analisa data yang ketiga, memperoleh data subjektif : pasien

mengemukakan nyeri pada bekas luka operasi saat bergerak. Data objektif

: terdapat luka operasi orif, tangan pasien tampak bengkak, tangan pasien

tampak berdarah. Dari data tersebut maka dapat ditegakkan diagnose

keperawatan gangguan integritas kulit/ jaringan berhubungan dengan

perubahan sirkulasi dibuktikan dengan tangan pasien tampak bengkak dan

berdarah.

26

C. Intervensi Keperawatan

Tahap ini merupakan tahapan keperawatan yang digunakan untuk

menetapkan intervensi keperawatan yang akan dilaksanakan.

Nyeri akut berhubungan dengan agen pencedera fisik dibuktikan

dengan pasien mengatakan nyeri cekot – cekot pada tangan kirinya.

Sesudah dilakukan tindakan keperawatan selama 3x8 jam diharapkan

tingkat nyeri menurun dengan kriteria hasil : melaporkan keluhan nyeri

menurun dari skala 4 menjadi skala 2, meringis berkurang, frekuensi nadi

membaik. Intervensi yang akan dilakukan antara lain : identifikasi letak,

karakteristik, frekuensi, kualitas dan intensitas nyeri , identifikasi skala

nyeri, berikan metode non- farmakologi untuk menurunkan rasa nyeri

(tarik nafas dalam ), kolaborasi pemberian analgetik.

Gangguan mobilitas fisik berhubungan dengan gangguan

musculoskeletal dibuktikan dengan nyeri saat bergerak, mengeluh sulit

beraktivitas. Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3x8 jam

diharapakan mobilitas fisik meningkat dengan kriteria hasil : kekuatan otot

meningkat, saat menggerakkan ekstremitas tidak nyeri, rentang gerak

(ROM) meningkat. Intervensi yang akan dilakukan antara lain :

identifikasi nyeri atau keluahn fisik lainnya, pantau kondisi umum selama

melakukan ambulasi, fasilitasi aktivitas ambulasi dengan alat bantu (mis.

tongkat, kruk ), sarankan melakukan ambulasi dini, latih ambulasi

sederhana yang harus dilakukan (mis. berjalan dari tempat tidur ke kamar

mandi ).

Gangguan integritas kulit/ jaringan berhubungan dengan perubahan

sirkulasi dibuktikan dengan tangan pasien tampak bengkak dan berdarah.

Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3x8 jam diharapkan

integritas kulit/ jaringan meningkat dengan kriteria hasil : kerusakan

jaringan menurun, perdarahan menurun, kerusakan lapisan menurun.

Adapun intervensi yang akan dilakukan antara lain : identifikasi penyebab

gangguan integritas kulit, alih posisi tiap 2 jam sekali, lakukan pemijatan

27

pada area penonjolan, anjurkan menggunakan pelembab ( mis. lotion,

serum ).

D. Implementasi Keperawatan

Intervensi telah disusun berdasarkan masalah yang sudah ada, kemudian

melakukan implementasi sebagai tindakan lanjut dari proses asuhan

keperawatan pada Ny.T. Implementasi dilaksanakan untuk melampaui

masalah yang dirasakan pasien.

Implementasi hari pertama pada tanggal 04 februari 2021

Nyeri akut berhubungan dengan agen pencedera fisik dibuktikan

dengan pasien mengungkapkan nyeri cekot – cekot pada tangan kirinya.

Pukul 08.20 wib mengidentifikasi letak, karakteristik, jangka, frekuensi,

kelebihan dan kekuatan nyeri didapatkan data pasien mengungkapkan

nyeri selama bergerak, pasien tampak meringis, pasien tampak menahan

nyeri. Pukul 08.30 wib mengidentifikasi skala nyeri didapatkan data

pasien mengatakan nyeri cekot – cekot dengan skala 4, pasien tampak

gelisah. Pukul 08.40 wib memberikan metode non farmakologi untuk

mengurangi rasa nyeri (tarik nafas dalam) didapatkan data bahwa pasien

melakukan tarik napas dalam dengan baik. Pukul 09.00 mengkolaborasi

pemberian analgetik.

Gangguan mobilitas fisik berhubungan dengan gangguan

musculoskeletal dibuktikan dengan nyeri saat bergerak, merintih sulit

beraktivitas . Pukul 11.15 wib mengidentifikasi nyeri atau keluhan fisik

lainnya didapatkan data pasien mengatakan nyeri saat bergerak. Pukul

11.22 wib memonitor kondisi umum selama melakukan ambulasi

didapatkan data pasien tampak kesulitan menggerakkan tangannya. Pukul

11.25 wib memfasilitasi kegiatan ambulasi dengan alat bantu (mis.

tongkat, kruk) didapatkan data pasien belum menggunakan kruk, pasien

masih terbaring. Pukul 11.30 wib mengajarkan melakukan ambulasi dini

didapatkan data pasien belum melakukan ambulasi mandiri. Pukul 11.35

mengajarkan ambulasi sederhana yang harus dikerjakan (mis. berjalan dari

28

tempat tidur ke kamar mandi) didapatkan data pasien mengatakan belum

berani untuk melakukan ambulasi karena kakinya sakit dan pasien tampak

tegang.

Gangguan integritas kulit/jaringan berhubungan dengan perubahan

sirkulasi dibuktikan dengan tangan pasien tampak bengkak dan berdarah.

Pukul 11.40 wib mengidentifikaasi gangguan integritas kulit didapatkan

data pasien mengaemukakan nyeri pada bekas operasi dan pasien tampak

gelisah. Pukul 11.45 wib mengubah posisi tiap 2 jam sekali didapatkan

data pasien mengatakan gatal pada punggungnya, kulit pasien tampak

kemerahan. Pukul 11.50 wib melakukan pemijatan pada area penonjolan

didapatkan data pasien mengatakan jika bekas operasinya disentuh terasa

nyeri, pasien tampak menahan nyeri. Pukul 12.00 wib menganjurkan

menggunakan pelembab (mis. serum, lotion) didapatkan data pasien sudah

mengerti cara menggunakannya.

Implementasi hari kedua pada tanggal 05 februari 2021

Nyeri akut berhubungan dengan agen pencedera fisik dibutktikan

dengan pasien mengemukakan nyeri cekot - cekot pada tangan kirinya.

Pukul 15.10 wib mengidentifikasi skala nyeri didapatkan data pasien

mengatakan nyeri cekot – cekot dengan skala 4, pasien tampak gelisah.

Pukul 15.15 wib memberikan metode non farmakologi untuk mengurangi

rasa nyeri (tarik nafas dalam) didapatkan data bahwa pasien melakukan

tarik napas dalam dengan baik. Pukul 15.20 mengkolaborasi pemberian

analgetik.

Gangguan mobilitas fisik berhubungan dengan gangguan

musculoskeletal dibuktikan dengan nyeri saat bergerak, merintih sulit

beraktivitas. Pukul 15.22 wib memonitor kondisi umum selama melakukan

ambulasi didapatkan data pasien tampak kesulitan menggerakkan

tangannya. Pukul 15.25 wib memfasilitasi kegiatan ambulasi dengan alat

bantu (mis. tongkat, kruk) didapatkan data pasien belum menggunakan

kruk, pasien masih terbaring. Pukul 15.35 mengajarkan ambulasi

sederhana yang harus dilakukan (mis. berjalan dari tempat tidur ke kamar

29

mandi) didapatkan data pasien mengatakan belum berani untuk melakukan

ambulasi karena kakinya sakit dan pasien tampak tegang.

Gangguan integritas kulit/jaringan berhubungan dengan perubahan

sirkulasi dibuktikan dengan tangan pasien tampak bengkak dan berdarah.

Pukul 15.40 wib mengidentifikaasi gangguan integritas kulit didapatkan

data pasien mengatakan nyeri pada bekas operasi dan pasien tampak

gelisah. Pukul 15.45 wib mengubah posisi tiap 2 jam sekali didapatkan

data pasien mengatakan gatal pada punggungnya, kulit pasien tampak

kemerahan. Pukul 16.00 wib menganjurkan menggunakan pelembab ( mis.

serum, lotion ) didapatkan data pasien sudah mengerti cara

menggunakannya.

Implementasi hari ketiga pada tanggal 06 februari 2021

Nyeri akut berhubungan dengan agen pencedera fisik dibutktikan

dengan pasien mengemukakan nyeri cekot - cekot pada tangan kirinya.

Pukul 09.00 wib mengidentifikasi skala nyeri didapatkan data pasien

mengatakan nyeri cekot – cekot dengan skala 3, pasien terlihat gelisah.

Pukul 09.05 wib memberikan metode non farmakologis untuk mengurangi

rasa nyeri (tarik nafas dalam) didapatkan data bahwa pasien melakukan

tarik napas dalam dengan baik. Pukul 09.10 mengkolaborasi pemberian

analgetik.

Gangguan mobilitas fisik berhubungan dengan gangguan

musculoskeletal dibuktikan dengan nyeri saat bergerak, merintih sulit

beraktivitas. Pukul 09.15 wib memonitor kondisi umum selama melakukan

ambulasi didapatkan data pasien tampak kesulitan menggerakkan

tangannya. Pukul 09.20 wib memfasilitasi kegiatan ambulasi dengan alat

bantu (mis. tongkat, kruk) didapatkan data pasien belum menggunakan

kruk, pasien masih terbaring. Pukul 09.25 mengajarkan ambulasi

sederhana yang dapat dilakukan (mis. berjalan dari tempat tidur ke kamar

mandi) didapatkan data pasien mengatakan belum berani untuk melakukan

ambulasi karena kakinya sakit dan pasien tampak tegang.

30

Gangguan integritas kulit/jaringan berhubungan dengan perubahan

sirkulasi dibuktikan dengan tangan pasien tampak bengkak dan berdarah.

Pukul 09.30 wib mengidentifikaasi gangguan integritas kulit didapatkan

data pasien mengatakan nyeri pada bekas operasi dan pasien tampak

gelisah. Pukul 09.35 wib mengubah posisi tiap 2 jam sekali didapatkan

data pasien mengatakan gatal pada punggungnya, kulit pasien tampak

kemerahan. Pukul 09.40 wib menganjurkan menggunakan pelembab ( mis.

serum, lotion ) didapatkan data pasien sudah mengerti cara

menggunakannya.

E. Evaluasi Keperawatan

Evaluasi merupakan tindakan untuk menakar respon pasien atas

implementasi keperawatan yang sudah diberikan.

Evaluasi hari pertama pada tanggal 04 februari 2021

Nyeri akut berhubungan dengan agen pencedera fisik didapatkan

data S : klien mengungkapkan tangannya masih terasa nyeri dengan skala

4 P : klien mengemukakan nyeri cekot – cekot Q : ditusuk – tusuk R :

tangan bagian kiri S : 4, T : nyeri selama digerakkan, pasien tampak

menahan nyeri, tampak meringis. Maka dapat disimpulkan bahwa

diagnose nyeri berhubungan dengan agen pencedera fisik belum teratasi

dan penulis merencanakan untuk melanjutkan intervensi pada hari

berikutnya yaitu yang pertama identifikasi skala nyeri, berikan metode

non- farmakologis untuk menurunkan rasa nyeri dan kolaborasi

pemberian analgetik.

Gangguan mobilitas fisik berhubungan dengan gangguan

musculoskeletal didapatkan data S : pasien mengungkapkan nyeri saat

bergerak, pasien mengeluh sulit menggerakkan tangannya karena nyeri, O

: pasien tampak terbaring ditempat tidur, pasien tampak takut

mengerakkan tangannya. Maka dapat disimpulkan bahwa masalah dengan

gangguan mobilitas fisik berhubungan dengan gangguan muskulokeletal

belum teratasi dan penulis merencakan untuk melanjutkan intervensi pada

31

hari berikutnya yaitu yang pertama fasilitasi kegiatan ambulasi dengan alat

bantu (mis. tongkat, kruk ),sarankan ambulasi sederhana yang dapat

dilakukan (mis. berjalan dari tempat tidur ke kamar mandi ).

Gangguan integritas kulit/jaringan berhubungan dengan perubahan

sirkulasi didapatkan data S : pasien mengemukakan nyeri pada bekas

operasi, O : terdapat cedera operasi orif, tangan pasien tampak bengkak

dan berdarah. Maka dapat disimpulkan bahwa masalah gangguan integritas

kulit/jaringan belum teratasi dan penulis merencanakan melanjutkan

intervensi pada hari berikutnya yaitu yang pertama identifikasi penyebab

pada gangguan integritas kulit, alih posisi tiap 2 jam sekali, lakukan

pemijatan pada daerah penonjolan, anjurkan menggunakan pelembab (

mis. lotion, serum ).

Evaluasi hari kedua pada tanggal 05 februari 2021

Nyeri akut berhubungan dengan agen pencedera fisik didapatkan

data S : klien mengungkapkan tangannya masih terasa nyeri dengan skala

4 P : klien mengemukakan nyeri cekot – cekot Q : ditusuk – tusuk R :

tangan bagian kiri S : 4, T : nyeri selama digerakkan, O : pasien tampak

menahan nyeri, tampak meringis. Maka dapat disimpulkan bahwa

diagnose nyeri berhubungan dengan agen pencedera fisik belum

tertanggulangi dan penulis merencanakan untuk melanjutkan intervensi

pada hari berikutnya yaitu yang pertama identifikasi skala nyeri, berikan

metode non- farmakologi untuk menurunkan rasa nyeri dan kolaborasi

pemberian analgetik.

Gangguan mobilitas fisik berhubungan dengan gangguan

musculoskeletal didapatkan data S : pasien mengungkapkan nyeri saat

bergerak, pasien mengeluh sulit menggerakkan tangannya karena nyeri, O

: pasien tampak terbaring ditempat tidur, pasien tampak takut

mengerakkan tangannya. Maka dapat disimpulkan bahwa masalah dengan

gangguan mobilitas fisik berhubungan dengan gangguan muskulokeletal

belum teratasi dan penulis merencakan untuk melanjutkan intervensi pada

hari berikutnya yaitu yang pertama fasilitasi kegiatan ambulasi dengan alat

32

bantu (mis. tongkat, kruk ), sarankan ambulasi sederhana yang dapat

dilakukan (mis. berjalan dari tempat tidur ke kamar mandi ).

Gangguan integritas kulit/jaringan berhubungan dengan perubahan

sirkulasi didapatkan data S : pasien mengemukakan nyeri pada bekas

operasi, O : terdapat cedera operasi orif, tangan pasien tampak bengkak

dan berdarah. Maka dapat disimpulkan bahwa masalah gangguan integritas

kulit/jaringan beum teratasi dan penulis merencanakan melkanjutkan

intervensi pada hari berikutnya yaitu yang pertama identifikasi penyebab

gangguan integritas kulit, alih posisi tiap 2 jam sekali, lakukan pemijatan

pada area penonjolan, anjurkan menggunakan pelembab ( mis. lotion,

serum ).

Evaluasi hari ketiga pada tanggal 06 februari 2021

Nyeri akut berhubungan dengan agen pencedera fisik didapatkan

data S : pasien mengemukakan tangannya masih terasa nyeri tetapi sudah

sedikit berkurang P : klien mengatakan nyeri cekot – cekot Q : ditusuk –

tusuk R : tangan kiri S : 3, T : nyeri selama digerakkan, pasien tampak

menahan nyeri, tampak meringis. Maka dapat disimpulkan bahwa

diagnose nyeri berhubungan dengan agen pencedera fisik belum

tertanggulangi dan penulis merencanakan untuk melanjutkan intervensi

pada hari berikutnya yaitu kolaborasi pemberian analgetik.

Gangguan mobilitas fisik berhubungan dengan gangguan

musculoskeletal didapatkan data S : pasien mengemukakan nyeri saat

bergerak, pasien mengeluh sulit menggerakkan tangannya karena nyeri, O

: pasien tampak terbaring ditempat tidur, pasien tampak takut

mengerakkan tangannya. Maka dapat disimpulkan bahwa masalah dengan

gangguan mobilitas fisik berhubungan dengan gangguan muskulokeletal

belum tertanggulangi dan penulis merencakan untuk melanjutkan

intervensi pada hari berikutnya yaitu latih ambulasi sederhana yang hdapat

dilakukan (mis. berjalan dari tempat tidur ke kamar mandi ).

Gangguan integritas kulit/jaringan berhubungan dengan perubahan

sirkulasi didapatkan data S : pasien mengemukakan nyeri pada bekas

33

operasi, O : terdapat cedera operasi orif, tangan pasien tampak bengkak

dan berdarah. Maka dapat disimpulkan bahwa masalah gangguan integritas

kulit/jaringan beum teratasi dan penulis merencanakan melkanjutkan

intervensi pada hari berikutnya yaitu anjurkan menggunakan pelembab (

mis. lotion, serum ).

34

BAB IV

PEMBAHASAN

Pada bab IV ini penulis hendak mengulas kasus yang diambil oleh penulis

mengenai asuhan keperawatan pada Ny.T dengan masalah fraktur antebrachii di

ruang baitussalam 2 Rumah Sakit Islam Sultan Agung Semarang yang dilakukan

mulai tanggal 04 februari 2021 sampai tanggal 06 februari 2021. Penulis akan

membahas terkait dengan kekurangan dan hambatan yang didapatkan penulis

selama pemberian asuhan keperawatan pada Ny.T dengan diagnose fraktur

antebrachii dengan tetap memberikan aspek tentang proses asuhan keperawatan

yang melingkupi dari pengkajian, diagnose keperawatan, rencana keperawatan,

implementasi keperawatan dan evaluasi keperawatan.

A. Pengkajian Keperawatan

Pengkajian ialah data yang dirangkai harus integral melingkupi

aspek bio-psiko-sosial dan spiritual, dengan memakai beragam sumber

yang ada persinggungan dengan masalah klien dan memakai metode

akumulasi data yang berbanding dengan kebutuhan klien, dilakukan

secara teratur dan tanpa henti, diklasifikasikan berdasarkan kebutuhan

bio-psiko-sosial dan spiritual dan dianalisis dengan bantuan pengetahuan

yang signifikan (Supratti and Ashriady 2018).

Pada BAB IV ini penulis akan mengulas hasil pengkajian yang

dilakukan oleh penulis. Di dalam pengkajian seharusnya penulis

mendokumentasikan tanggal pengkajian pada 04 februari 2020. Pada

lamanya keluhan, timbulnya keluhan, upaya yang dilakukan untuk

mengatasi, penulis kurang tepat dalam mendokumentasikannya,

seharusnya penulis mendokumentasikan sesuai dengan kondisi pasien.

Pada riwayat kesehatan lalu penyakit yang pernah di derita pasien penulis

kurang tepat dalam mendokumentasikan, seharusnya penulis

mendokumentasikan pasien tidak mempunyai penyakit menular atau

penyakit bawaan. Pada riwayat kesehatan keluarga penyakit yang pernah

35

di alami anggota keluarga dan penyakit yang sedang di derita keluarga

penulis kurang tepat dalam mendokumentasikan, seharusnya penulis

mendokumentasikan penyakit yang pernah dialami anggota keluarga

adalah tidak ada anggota keluarga yang dirawat karena kecelakaan dan

penyakit yang sedang diderita anggota keluarga adalah anggota keluarga

pasien saat ini tidak mempunyai penyakit menular atau penyakit bawaan.

Pola persepsi dan pemeliharaan kesehatan penulis kurang tepat

dalam mendokumentasikan, seharusnya penulis mendokumentasikan

pasien sangat berharap penyakitnya segera sembuh total. Pada pola

nutrisi dan metabolic penulis kurang lengkap dalam mendokumentasikan

berat badan dalam 6 bulan terakhir, seharusnya pada pengkajian nutrisi

dan metabolic penulis mencantumkan berat badan 6 bulan terakhir agar

penulis mengetahui berat badan ideal pada pasien. Pada pola eliminasi

penulis kurang lengkap dalam mendokumentasikan frekuensi BAB dan

BAK, seharusnya penulis mecantumkan frekuensi BAB dan BAK pasien

agar penulis mengetahui frekuensi BAB dan BAK dalam sehari. Pada

pola aktivitas dan latihan penulis kurang tepat dalam

mendokumentasikan pengkajian indeks katz, seharusnya penulis tidak

perlu mendokumentasikan pengkajian indeks katz karena pasien dengan

mobilitas fisik tidak perlu pengkajian tersebut.

Pada pola persepsi dan konsep diri penulis kurang lengkap dalam

mencantumkan beberapa komponen, seharusnya penulis melengkapi

komponen dari pola persepsi dan konsep diri agar penulis mengetahui

bagaimana pasien memandang dirinya. Pada pola seksual dan reproduksi

penulis kurang lengkap dalam mendokumentasikan usia anak pasien,

seharusnya penulis melengkapi dengan data anak pasien berusia 8 tahun

dan 3 tahun.

Pada pemeriksaan fisik kepala penulis kurang tepat dalam penulisan

mesocaple, seharusnya penulis mendokumentasikan penulisan

mesochepal. Dan pada pemeriksaan hidung penulis kurang tepat dalam

penulisan tidak memakai oksigen, seharusnya penulis

36

mendokumentasikan penulisan tidak memakai oksigen menjadi tidak

menggunakan alat bantu pernafasan. Pada pemeriksaan jantung penulis

kurang tepat dalam mendokumentasikan inspeksi normal dan perkusi

normal, seharusnya penulis mendokumentasikan inspeksi simetris kanan

kiri dan perkusi redup. Pada pemeriksaan jantung inspeksi dada untuk

melihat kesimetrisan bentuk dada dan perkusi berguna untuk menetapkan

batas jantung (Purwaningtyas 2019). Pada pemeriksaan abdomen penulis

kurang tepat dalam mendokumentasikan urutannya, secara literature

pemeriksaan abdomen dilakukan secara IAPP (inspeksi, auskultasi,

perkusi, palpasi) karena jika dilakukan perkusi dan palpasi terlebih

dahulu sebelum di auskultasi pada bagian abdomen, maka dikhawatirkan

akan berubah frekuensi bising usus saat dievaluasi (Sutaryo 2016). Pada

analisa data penulis kurang lengkap dalam mendokumentasikan data

pemeriksaan psikologis, seharusnya penulis melengkapi data tersebut

agar penulis mengetahui perasaan yang dirasakan pasien saat ini.

B. Diagnosa Keperawatan

Diagnosa keperawatan ialah estimasi klinis dari aksi pasien terhadap

masalah kesehatan aktual dan potensial atau proses kehidupan. Diagnosa

keperawatan memiliki tujuan untuk memahami respon pribadi, keluarga

serta masyarakat terhadap kondisi yang berkenaan dengan kesehatan

(Tim Pokja SDKI DPP PPNI 2017).

Berdasarkan hasil pengkajian yang dilakukan oleh penulis pada

pasien Ny. T ditemukan 3 diagnose keperawatan yaitu petama nyeri

akut, kedua gangguan mobilitas fisik dan ketiga gangguan integritas

kulit. Pada menegakkan diagnose penulis kurang lengkap dalam

menegakkan diagnose, seharusnya penulis menambahkan diagnose resiko

infeksi sebagai diagnose tambahan karena pada data penunjang diketahui

leukosit pasien sedikit tinggi sehingga bisa menyebabkan resiko infeksi

37

pada pasien. Dari hasil pengkajian penulis menegakkan 3 diagnose antara

lain :

1. Nyeri akut kulit berhubungan dengan agen pencedera fisik. Nyeri

akut adalah pengalaman sensitive atau sentimental dengan

intensitas ringan sampai sedang yang berkembang secara tiba – tiba

atau lambat berlangsung kurang dari 3 bulan dan berhubungan

dengan kerusakan jaringan actual atau fungsional (Tim Pokja

SDKI DPP PPNI 2017). Alasan penulis mengangkat diagnose

nyeri akut sebagai diagnosa prioritas dikarenakan pada waktu

pengkajian diperoleh data subjektif : P : pasien mengemukakan

nyeri cekot- cekot pada tangannya, Q : ditusuk – tusuk , R : tangan

bagian kiri, S : 4, T : nyeri selama digerakkan. Data objektif

didapatkan pasien terlihat meringis, tampak gelisah, dan tampak

menahan nyeri, TD : 117/87 mmHg, N : 90x/mnt, S : 36.7 °c, RR :

20x/mnt.

Dalam merumuskan rencana keperawatan penulis kurang tepat

dalam mendokumentasikan pada tujuan dan kriteria hasil,

seharusnya penulis mengacu pada smart (specific, measurable,

achievable, realistic, time) agar penulis mengatahui target yang

akan dicapai. Pada intervensi kolaborasi pemberian analgesik

penulis kurang tepat dalam mendokumentasikan, seharusnya

penulis mendokumentasikan berikan ketorolac karena pasien sudah

mendapat obat dari dokter. Adapun intervensi keperawatan penulis

menggunakan teknik manajemen nyeri. Manajemen nyeri ialah

mengidentifikasi dan mengendalikan pengalaman sensitif atau

sentimental yang berkenaan dengan kerusakan atau hilangnya

jaringan atau fungsional dengan onset mendadak atau lambat dan

berintensitas ringan sampai berat dan konstan (Tim Pokja SIKI

DPP PPNI 2018). Manajemen nyeri non farmakologi adalah cara

yang dilakukan untuk menanggulangi atau menghilangkan nyeri

dengan pendekatan non farmakologi (Mayasari 2016).

38

Selama penulis melakukan implementasi selama 3 hari mulai

tanggal 04 februari sampai 06 februari 2020 penulis tidak

mendapatkan hambatan, penulis melakukan tindakan tarik nafas

dalam untuk mengatasi rasa nyeri. Metode relaksasi nafas dalam

adalah suatu cara asuhan keperawatan yang pada masalah ini

seorang perawat melatih pada klien prosedur teknik melaksanakan

nafas dalam, nafas lambat (menunda ide secara maksimal) &

bagaimana menghembuskan nafas secara perlahan. Selain bisa

menurunkan kedalaman nyeri, metode relaksasi nafas dalam juga

bisa menaikkan aliran udara paru & menaikkan oksigenasi darah

(Utami 2016). Relaksasi merupakan cara pengendalian nyeri non

farmakologik yang menggunakam pendidikan & pelatihan bernafas

dengan prinsip bisa menanggulangi nyeri dan mengontrol intensitas

terhadap nyeri (Mayasari 2016).

Hasil evaluasi yang penulis dapatkan setelah melakukan

implementasi selama 3 hari penulis mendapatkan data pasien masih

merasakan nyeri tetapi sudah sedikit berkurang dengan scale 3 dan

pasien terlihat menahan nyeri, tampak meringis. Maka dapat

disimpulkan bahwa diagnose nyeri berhubungan dengan agen

pencedera fisik belum tertanggulangi dan penulis merencanakan

untuk melanjutkan intervensi pada hari berikutnya yaitu

memberikan obat ketorolac 2x30 mg melaui injeksi vena.

Ketorolac tertera dalam golongan obat non steroidal anti-

inflammatory drug (NSAID) yang dapat memberikan analgesia

dengan cara menghambat sintesis prostaglandin. Ketotolac cocok

untuk manajemen nyeri jangka pendek (<5 hari). Ketorolac tidak

menyebabkan depresi pernafasan, sedasi, atau mual dan muntah

karena tidak melewati sawar darah otak (Hanindito et al 2019)

2. Gangguan mobilitas fisik berhubungan dengan gangguan

musculoskeletal. Gangguan mobilitas fisik ialah keterikatan dalam

gerak fisik dari satu atau lebih ekstremitas secara mandiri (Tim

39

Pokja SDKI DPP PPNI 2017). Alasan penulis mengangkat

diagnose gangguan mobilitas fisik dikarenakan pada saat

pengkajian diperoleh data subjektif : pasien mengemukakan nyeri

saat digerakkan, pasien mengeluh sulit beraktvitas , aktivitas

pasien dibantu oleh keluarga, pasien mengatakan tangan kiri sulit

digerakkan. Data objektif : pasien tampak terbaring ditempat tidur,

pasien tampak takut menggerakkan tangannya karena nyeri..

Dalam merumuskan rencana keperawatan penulis kurang tepat

dalam mendokumentasikan pada tujuan dan kriteria hasil,

seharusnya penulis mengacu pada smart (specific, measurable,

achievable, realistic, time) agar penulis mengatahui target yang

akan dicapai. Pada intervensi fasilitasi aktivitas ambulasi dan

ajarkan ambulasi sederhana penulis kurang tepat dalam

merumuskan intervensi, karena kondisi pasien tidak ada gangguan

pada ekstremitas bawah. Adapun intervensi keperawatan penulis

menggunakan teknik dukungan mobilisasi. Dukungan mobilisasi

ialah memudahkan pasien untuk mengembangkan kegiatan pada

pergerakan fisik (Tim Pokja SIKI DPP PPNI 2018). Selama penulis

melakukan implementasi selama 3 hari dari tanggal 04 februari

sampai 06 februari 2020 penulis mendapatkan hambatan pada

tindakan ambulasi dini karena pasien kurang kooperatif. Ambulasi

dini ialah langkah kegiatan yang dilaksanakan pada pasien setelah

operasi (S. Wahyuni 2014). Dukungan ambulasi adalah

memfasilitasi pasien untuk berpindah, sedangkan dukungan

mobilisasi yaitu memfasilitasi

pasien untuk meningkatkan kegiatan pergerakan fisik (Nursyiham,

Ardi, and Basri 2019).

Hasil evaluasi yang penulis dapatkan setelah melakukan

implementasi selama 3 hari penulis mendapatkan data S : pasien

mengatakan nyeri saat bergerak, pasien mengeluh sulit

menggerakkan tangannya karena nyeri, O : pasien tampak terbaring

40

ditempat tidur, pasien tampak takut mengerakkan tangannya. Maka

dapat disimpulkan bahwa masalah dengan gangguan mobilitas fisik

berhubungan dengan gangguan muskuloskeletal belum

tertanggulangi dan penulis merencakan untuk melanjutkan

intervensi pada hari berikutnya yaitu identifikasi nyeri dan keluhan

fisik lainnya.

3. Gangguan integritas kulit berhubungan dengan perubahan

sirkulasi. Kerusakan integritas kulit ialah kerusakan pada kulit

(dermis atau epidermis) atau jaringan (mukosa, fasia, otot, tendon,

kornea, tulang, tulang rawan, sendi atau ligamen) (Tim Pokja

SDKI DPP PPNI 2017). Alasan penulis mengangkat diagnose

gangguan integritas kulit dikarenakan pada swaktu pengkajian

diperoleh data subjektif : pasien mengungkapkan nyeri pada bekas

operasi saat bergerak. Data objektif : terdapat cedera operasi orif,

tangan pasien tampak bengkak, tangan pasien tampak berdarah.

Dalam merumuskan rencana keperawatan penulis kurang tepat

dalam mendokumentasikan pada tujuan dan kriteria hasil,

seharusnya penulis mengacu pada smart (specific, measurable,

achievable, realistic, time) agar penulis mengatahui target yang

akan dicapai, adapun intervensi keperawatan penulis menggunakan

teknik perawatan integritas kulit. Perawatan integritas kulit adalah

identifikasi dan perawatan kulit untuk menjaga integritas,

kelembaban dan mencegah perkembangan mikroorganisme (Tim

Pokja SIKI DPP PPNI 2018). Semasa penulis melakukan

implementasi selama 3 hari mulai tanggal 04 februari sampai 06

februari 2020 penulis tidak mendapatkan hambatan.

Hasil evaluasi yang penulis dapatkan setelah melakukan

implementasi selama 3 hari penulis mendapatkan data S : pasien

mengemukakan nyeri pada bekas operasi, O : terdapat cedera

operasi orif, tangan pasien tampak bengkak dan berdarah. Maka

dapat disimpulkan bahwa masalah gangguan integritas kulit belum

41

teratasi dan penulis merencanakan mengobservasi menggunakan

pelembab ( mis. lotion, serum ).

42

BAB V

PENUTUP

Sesudah penulis melaksanakan pengkajian selama tiga hari diruang baitussalam 2

Rumah Sakit Islam Sultan Agung Semarang mulai tanggal 04 februari sampai

dengan 06 februari 2021 dan melakukan asuhan keperawatan pada Ny.T dengan

diagnosa fraktur antebrachii. Maka penulis menarik kesimpulan dan saran sebagai

berikut :

A. Kesimpulan

1) Konsep Dasar

Patah tulang merupakan istilah berakhirnya kesinambungan tulang,

baik yang bersifat menyeluruh maupun sebagian yang ditetapkan

berdasarkan beragam dan luasnya. Patah tulang atau fraktur

merupakan terbukanya kesinambungan selaput tulang atau tulang

rawan yang biasanya dimunculkan oleh ruda paksa.

2) Pengkajian

Pada saat mengkaji penulis mendapatkan data pasien berupa data

subjektif dan objektif. Data subjektif pasien mengemukan nyeri

cekot- cekot pada tangan kirinya, nyeri seperti ditusuk – tusuk

dengan skala 4, pasien mengatakan nyeri saat bergerak, pasien

mengeluh sulit beraktvitas , aktivitas pasien dibantu oleh keluarga.

Data obyektif didapatkan pasien terlihat meringis, terlihat gelisah,

terlihat menahan nyeri, pasien terlihat terbaring ditempat tidur,

pasien terlihat takut menggerakkan tangannya karena nyeri,

terdapat luka operasi orif, tangan pasien tampak bengkak, tampak

berdarah, TD : 117/87 mmHg, N : 90x/mnt, S : 36.7 °c, RR :

20x/mnt.

3) Diagnosa

43

Diagnosa yang ditemukan ada 3 yaitu : nyeri akut berhubungan

dengan agen pencedera fisik dibuktikan dengan pasien

mengemukakan nyeri cekot – cekot pada tangan kiri, gangguan

mobilitas fisik berhubungan dengan gangguan musculoskeletal

dibuktikan dengan nyeri saat bergerak, merintih sulit beraktivitas

dan gangguan integritas kulit/jaringan berhubungan dengan

perubahan sirkulasi dibuktikan dengan tangan pasien tampak

bengkak dan berdarah.

4) Intervensi

Penyusunan perencanaan yang akan dilakukan pasa pasien Ny.T

yaitu : identifikasi letak, karakteristik, frekuensi, kelebihan dan

kedalaman nyeri, identifikasi skala nyeri, berikan metode non –

farmakologi nyeri (nafas dalam), kolaborasi pemberian analgetik.

Identifikasi nyeri atau keluhan fisik lainnya, pantau kondisi umum

selama melaksanakan ambulasi, fasilitasi kegiatan ambulasi dengan

alat bantu, sarankan ambulasi dini. Identifikasi penyebab gangguan

integirtas kulit, alih posisi tiap 2 jam sekali, menganjurkan

menyarankan menggunakan pelembab.

5) Implementasi

Implementasi dilakukan sesuai dengan perencanaan yang telah

dirangkai berdasarkan kondisi mulai hari pertama sampai hari

terakhir. Tindakan yang dilakukan selama 3 hari yaitu :

mengidentifikasi letak, karakteristik, frekuensi, kelebihan dan

kedalaman nyeri, mengidentifikasi skala nyeri, memberikan

tmetode non – farmakologis nyeri (nafas dalam), berkolaborasi

pemberian analgetik. Mengidentifikasi nyeri atau keluhan fisik

lainnya, memantau kondisi umum selama melaksanakan ambulasi,

memfasilitasi kegiatan ambulasi dengan alat bantu, mengajarkan

ambulasi dini. Mengidentifikasi penyebab gangguan integirtas

kulit, mengalihkan posisi tiap 2 jam sekali, menganjurkan

menggunakann pelembab.

44

6) Evaluasi

Evaluasi atau catatan perkembangan pada klien dengan asuhan

keperawatan pada pasien fraktur antebrachii di ruang baitussalam

2 Rumah Sakit Islam Sultan Agung Semarang, 3 diagnosa

keperawatan belum teratasi yaitu : nyeri akut berhubungan dengan

agen pencedera fisik, gangguan mobilitas fisik berhubungan

dengan gangguan musculoskeletal, gangguan integritas kulit

berhubungan dengan perubahan sirkulasi.

B. Saran

a. Bagi Institusi

Bagi institusi agar dapat mengembangkan daya tampung dan

keunggulan pendidikan agar informasi hasil penyelidikan ini dapat

dimanfaatkan sebagai acuan tambahan untuk memperbanyak

wawasan dan keperluan tumpuan ilmu keperawatan medical bedah

mengenai pengetahuan pada fraktur.

b. Bagi Rumah Sakit

Dalam hal meningkatkan mutu asuhan keperawatan, maka

diharapkan bagi rumah sakit utnuk dapat melengkapi segala fasilitas

kesehatan yang dibutuhkan agar dapat dilaksanakan tanpa adanya

hambatan.

c. Bagi Perawat

Bagi perawat hendaknya meningkatkan kerjasama yang harmonis

terhadap seluruh tim kesehatan, meningkatkan ilmu pengetahuan dan

skill tindakan sehingga asuhan keperawatan dapat dilaksanakan

dengan baik.

45

DAFTAR PUSTAKA

Anestessia, dr. Ira Juliet. 2017. “Konfigurasi Fraktur Dan Implan Yang Digunkan

Pada Kasus Fraktur Femur Aakibat Trauma Di Rumah Sakit Umum Pusat

Haji Adam Malik Medan Periode Januari 2015 – Desember 2016.”

FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS SUMATERA UTARA.

http://repositori.usu.ac.id/bitstream/handle/123456789/19729/127041111.pdf

?sequence=1.

Dr.Jeff, Loren. 2017. “Karakteristik Pasien Cedera Muskuloskeletal Yang

Menolak Tindakan Dari Orthopaedi.” Universitas Sumatera Utara.

http://repositori.usu.ac.id/bitstream/handle/123456789/5049/137041159.pdf?

sequence=1&isAllowed=y.

Emmanuel, dr. Dea. 2019. “LAPORAN KASUS FRAKTUR TIBIA PLATEU.”

http://erepo.unud.ac.id/id/eprint/29196/1/01190409e2bebb50661cc21743bec

b44.pdf.

Hanindito, Elizeus et.al. 2019. Anastesiologi Dan Terapi Intensif. Edisi ke-.

Jakarta: PT. Gramedia Pustaka Utama.

Insani, Risnanto dan Uswatun. 2014. Buku Ajar Asuhan Keperawatan Medikal

Bedah : Sistem Muskuloskeletal. Ed 1. Yogyakarta: deepublish.

Lubis, Citra Amelia. 2019. “Efektivitas Kompres Dingin Terhadap Intensitas

Nyeri Pada Pasien Fraktur Di RSUP H. Adam Malik Medan.” Universitas

Sumatera Utara.

http://repositori.usu.ac.id/bitstream/handle/123456789/30859/177046036.pdf

?sequence=1&isAllowed=y.

Mayasari, Cristiani Dewi. 2016. “Pentingnya Pemahaman Manajemen Nyeri Non

Farmakologi Bagi Seorang Perawat.” Jurnal Wawasan Kesehatan 1(1): 35–

42.

Nopianti, Wikeu, Diyah Setyorini, and Sandra Pebrianti. 2019. “Gambaran

46

Implementasi Perawat Dalam Melakukan Mobilisisasi Dini Pada Pasien Post

Operasi ORIF Fraktur Ekstremitas Bawah Di Ruang Orthopedi RSUD Dr.

Slamet Garut.” Manuju: Malahayati Nursing Journal 1(2): 196–204.

Nursyiham, Muhammad Ardi, and Muhammad Basri. 2019. “Asuhan

Keperawatan Pemennuhan Kebutuhan Mobilitas Fisik Pada Pasien Stroke

Non Hemoragik Di RSKD DADI Makssar.” Jurnal Media Keperawatan

10(01): 59–66. http://journal.poltekkes-

mks.ac.id/ojs2/index.php/mediakeperawatan/article/download/1555/pdf.

PPNI, Tim Pokja SDKI DPP. 2017. Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia :

Definisi Dan Indikator Diagnostik. Edisi 1. Jakarta: DPP PPNI.

PPNI, Tim Pokja SIKI DPP. 2018. Standar Intervensi Keperawatan Indonesia :

Definisi Dan Tindakan Keperawatan. Edisi 1. Jakarta: DPP PPNI.

Purwaningtyas, Niniek et al. 2019. Breast and Advanced Cardiovascular

Examination : Pemeriksaan Kardiovaskular Lanjut. Surakarta: Fakultas

Kedokteran Universitas Sebelas Maret.

Purwanto, Hadi. 2016. KEPERAWATAN MEDIKAL BEDAH II. ke-1. Jakarta:

KEMENTERIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA.

Rahmasari Ikrima. 2015. “Progressive Muscle Relaxatiom Can Reduce

Headache.” Jurnal kesehatan 2(2).

http://ejournal.ijmsbm.org/index.php/ijms/article/download/54/58.

Siregar, Henrianto Karolus. 2020. “Pengaruh Program Intervensi Keperawatan

Berbasis Model Konseptual Levine Terhadap Pemulihan Pasien Fraktur Di

RSUP H. ADAM MALIK MEDAN.” UNIVERSITAS SUMATERA

UTARA. https://www.researchgate.net/profile/Henrianto-Siregar-

2/publication/342467832_TESIS_HENRIANTO_KAROLUS_SIREGAR_M

Kep/links/5ef5e34c92851c52d6fde2b1/TESIS-HENRIANTO-KAROLUS-

SIREGAR-MKep.pdf.

47

Sulistyowati, Dina, and Fitria Handayani. 2012. “Peran Perawat Dalam

Pelaksanaan Personal Hygiene Menurut Persepsi Pasien Imobilisasi Fisik.”

Diponegoro Journal of Nursing 1(1): 169–74.

Supratti, Supratti, and Ashriady Ashriady. 2018. “Pendokumentasian Standar

Asuhan Keperawatan Di Rumah Sakit Umum Daerah Mamuju.” Jurnal

Kesehatan Manarang 2(1): 44.

Suriya, Melti & Zuriati. 2019. Asuhan Keperawatan Medikal Bedah Gangguan

Pada Sistem Muskuloskeletal Aplikasi NANDA NIC & NOC. Padang:

Pustaka Galeri Mandiri.

Susanto, Randy. 2019. “C - Reactive Protein Sebagai Deteksi Awal Terhadap

Infeksi Pada Operasi Fraktur Tertutup DI Rumah Sakit Umum Pusat Haji

ADAM MALIK MEDAN.” Universitas Sumatera Utara.

http://repositori.usu.ac.id/bitstream/handle/123456789/15226/137041161.pdf

?sequence=1&isAllowed=y.

Sutaryo. 2016. “Universitas Sebelas Maret - Fakultas Teknik Universitas Sebelas

Maret - Fakultas Teknik.” 7(36): 1–3.

Utami, Sri. 2016. “Efektifitas Relaksasi Napas Dalam Dan Distraksi Dengan

Latihan 5 Jari Terhadap Nyeri Post Laparatomi.” Universitas Riau 4(1): 64–

67.

Wahyuni, Tavip Dwi. 2021. Asuhan Keperawatan Gangguan Sistem

Muskuloskeletal. Cetakan 1. Jawa Tengah: PT. Nasya Expanding

Management.

Zahrawaani, Munqidz. 2014. “Analisi Kasus Fraktur Patologis Post Tiroidektomi

Pada NY.M Di Lantai Bedah RSPAD Gatot Soebroto.” Universitas

Indonesia. http://lib.ui.ac.id/file?file=digital/2016-5/20391042-PR-Munqidz

Zahrawaani.pdf.

Zuhrotul, Umaroh. 2016. “Efektifitas Psikoedukasi Terhadap Adaptasi Pasien

48

Fraktur Di RSUD Jombang.” Universitas Muhammadiyah Yogyakarta.

http://ejournal.poltekkes-

smg.ac.id/ojs/index.php/jrk/article/downloadSuppFile/3539/5090.

49

LAMPIRAN

Lembar Konsultasi Bimbingan

LEMBAR KONSULTASI BIMBINGAN KARYA TULIS ILMIAH

MAHASISWA PRODI DIII KEPERAWATAN

FIK UNISSULA

2020

NAMA MAHASISWA : Haliza Aula Ramadhani Sulistia

JUDUL KTI : Asuhan Keperawatan Pada Ny.T Dengan Fraktur

Antebrachii Di Ruang Baitussalam 2 Rumah Sakit Islam Sultan Agung Semarang

PEMBIMBING : Ns. Dwi Retno Sulistyaningsih, M.Kep, Sp.KMB

Hari /

Tanggal

Materi

Konsultasi

Saran Pembimbing TTD

Pembimbing

25 Januari

2021

Judul KTI - Cari pasien dengan diagnose

yang jelas

27 Januari

2021

Judul KTI - Cari pasie dengan diagnose

yang lebih jelas

4 Februari

2021

Judul KTI - Judul KTI sesuai dengan

kasus

- Melanjtkan pengkajian pada

pasien

24 Maret

2021

BAB I (Latar

belakang dan

- Gunakan referensi expert

- Satu paragraph terdiri kurang

50

Tujuan) lebih setengah halaman

- Satu paragraph membahas 1

ide atau tema

- Latar belakang berisi :

definisi, data – data atau

angka kejadian, dampak atau

akibat yang ditimbulkan dan

peran perawat

26 Maret

2021

BAB I

(Penjelasan

melalui

google

meeting)

- Tambahkan beberapa

referensi sesuai bidangnya

- Menjelaskan isi dari BAB I

sampai BAB V

14 April

2021

Revisi BAB I - Perhatikan alur berfikir :

definisi – angka kejadian –

akibat atau dampak –

penatalaksanaan – peran

perawat

05 April

2021

Mengirimkan

berkas foto

copy ASKEP

- Sesuaikan dengan kondisi

pasien

- Lengkapi data – data yang

kurang

23 April

2021

Revisi BAB I - Cari referensi expert

- Penambahan

penatalaksanaan sesuai

dengan kasus yang akan

dibahas

- Gambarkan data – data

fraktur dari tingkat global ke

lingkup yg lebih kecil

51

03 Mei

2021

BAB II - Cari referensi expert

20 Mei

2021

BAB III dan

IV (

penjelasan

melalui wa

call )

- Bab III disesuaikan dengan

askep yang asli

- Bab IV berisi pembernaran

askep

26 Mei

2021

BAB IV (

penjelasan

melalui wa

call )

- BAB IV pembenaran

dibahas di awal

29 Mei

2021

Revisi BAB

I, II, III, IV,

V

- Bab II cari referensi yang

expert

- Penatalaksanaan fraktur pada

BAB I sesuaikan dengan

kasus yang dibahas

52

BERITA ACARA

ASUHAN KEPERAWATAN PADA NY.T DENGAN

FRAKTUR ANTEBRACHII DI RUANG BAITUSSALAM 2

RUMAH SAKIT ISLAM SULTAN AGUNG SEMARANG

Nama : Haliza Aula Ramadhani Sulistia

Nim : 40901800037

No. Nama Penguji Direvisi bagian Halaman Ya Tidak Tanda Tangan

1. Ns. Fitria

Endah Janitra,

M.Kep

1. Paragraph bab IV

terlalu panjang

2. Masukan diagnose

resiko infeksi sebagai

diagnose tambahan

pada bab IV

3. Masukan

pemeriksaan

psikologis pada

pengkajian di bab IV

1. 33 –

35

2. 35 &

36

3. 35

Ya

Ya

Ya

-

-

-

2. Ns. Indah Sri

Wahyuningsih,

M.Kep

1. Tambahkanreferensi

manajemen nyeri

jangan hanya dari

PPNI

2. Alasan penulis

mengangkat

diagnose

3. Tambahkan definisi

dan indikasi dari

obat ketorolac

4. Pembahasan terkait

pengkajian belum

1. 36

2. 36 -

39

3. 36

4. 33 -

35

Ya

Ya

Ya

Ya

-

-

-

-

53

dikaitkan dengan

teori

5. Lihat cara menulis

referensi PPNI pada

mendeley

5. 33 -

39

Ya

-

3. Ns. Dwi Retno

Sulistyaningsih,

M.Kep,

Sp.KMB

1. Cari

referensiexpert

pada definisi dan

manifestasi klinik

2. Penatalaksanaan

dikaitkan dengan

salah satu

intervensi

3. Pada bab IV lebih

dipertajam lagi

1. 6 & 9

2. 2

3. 33 -

39

Ya

Ya

Ya

54

55

56

57

58

59

60

61

62

63

64

65

66

67

68

69

70

71

72

73

74

75

76

77

78