Asuhan Keperawatan Pada Pemenuhan Eliminasi Urine

40
Page MAKALAH APLIKASI ASUHAN KEPERAWATAN PADA GANGGUAN PEMENUHAN KEBUTUHAN ELIMINASI URINE Makalah ini disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah Kebutuhan Dasar Manusia II Dosen Pengampu: Zainab,S.SiT.,M.Kes Disusun oleh: Kelompok 5 Irlindawati (P07120214056) M.Ichwan Rijani (P07120214064) Muhammad Azhar Rifa’i (P07120214065) Nahla Hayyatu Syifa (P07120214067) Rini Sohartinah (P07120214072) Rizky Audina (P07120214073)

Transcript of Asuhan Keperawatan Pada Pemenuhan Eliminasi Urine

Page

MAKALAHAPLIKASI ASUHAN KEPERAWATAN PADA GANGGUAN

PEMENUHAN KEBUTUHAN ELIMINASI URINE

Makalah ini disusun untuk memenuhi tugas matakuliah Kebutuhan Dasar Manusia II

Dosen Pengampu: Zainab,S.SiT.,M.Kes

Disusun oleh:

Kelompok 5Irlindawati (P07120214056)

M.Ichwan Rijani (P07120214064)

Muhammad Azhar Rifa’i (P07120214065)

Nahla Hayyatu Syifa (P07120214067)

Rini Sohartinah (P07120214072)

Rizky Audina (P07120214073)

Page

KEMENTERIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIAPOLITEKNIK KESEHATAN BANJARMASIN

PROGRAM STUDI D4 KEPERAWATAN2015/2016

Page

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Urin atau air seni atau air kencing adalah cairan sisa

yang diekskresikan oleh ginjal yang kemudian akan dikeluarkan

dari dalam tubuh melalui proses urinasi. Eksreksi urin

diperlukan untuk membuang molekul-molekul sisa dalam darah

yang disaring oleh ginjal dan untuk menjaga homeostasis cairan

tubuh. Namun, ada juga beberapa spesies yang menggunakan urin

sebagai sarana komunikasi olfaktori. Urin disaring di dalam

ginjal, dibawa melalui ureter menuju kandung kemih, akhirnya

dibuang keluar tubuh melalui uretra.

Urin terdiri dari air dengan bahan terlarut berupa sisa

metabolisme (seperti urea), garam terlarut, dan materi

organik. Cairan dan materi pembentuk urin berasal dari darah

Page

atau cairan interstisial. Komposisi urin berubah sepanjang

proses reabsorpsi ketika molekul yang penting bagi tubuh,

misal glukosa, diserap kembali ke dalam tubuh melalui molekul

pembawa. Cairan yang tersisa mengandung urea dalam kadar yang

tinggi dan berbagai senyawa yang berlebih atau berpotensi

racun yang akan dibuang keluar tubuh. Materi yang terkandung

di dalam urin dapat diketahui melalui urinalisis. Urea yang

dikandung oleh urin dapat menjadi sumber nitrogen yang baik

untuk tumbuhan dan dapat digunakan untuk mempercepat

pembentukan kompos. Diabetes adalah suatu penyakit yang dapat

dideteksi melalui urin. Urin seorang penderita diabetes akan

mengandung gula yang tidak akan ditemukan dalam urin orang

yang sehat.

Fungsi utama urin adalah untuk membuang zat sisa seperti

racun atau obat-obatan dari dalam tubuh. Anggapan umum

menganggap urin sebagai zat yang "kotor". Hal ini berkaitan

dengan kemungkinan urin tersebut berasal dari ginjal atau

saluran kencing yang terinfeksi, sehingga urinnya pun akan

mengandung bakteri. Namun jika urin berasal dari ginjal dan

saluran kencing yang sehat, secara medis urin sebenarnya cukup

steril dan hampir bau yang dihasilkan berasal dari urea.

Sehingga bisa diakatakan bahwa urin itu merupakan zat yang

steril .Urin dapat menjadi penunjuk dehidrasi. Orang yang

tidak menderita dehidrasi akan mengeluarkan urin yang bening

seperti air. Penderita dehidrasi akan mengeluarkan urin

berwarna kuning pekat atau cokelat.

Page

Eliminasi urin secara normal bergantung pada satu pemasukan

cairan dan sirkulasi volume darah, jika salah satunya menurun,

pengeluaran urin akan menurun. Pengeluaran urin juga berubah

pada seseorang dengan penyakit ginjal, yang mempengaruhi

kuantitas, urin dan kandungan produk sampah didalam urin.

1.2 Rumusan Masalah

1. Menjelaskan konsep kebutuhan eliminasi urine

2. Menjelaskan hal yang dikaji pada pasien dengan gangguan

kebutuhan eliminasi urine

3. Menjelaskan masalah-masalah yang dialami pada pasien

dengan gangguan pemenuhan eliminasi urine .

4. Menuliskan diagnosa keperawatan yang muncul pada pasien

dengan gangguan pemenuhana eliminasi urime

5. Menjelaskan intervensi dan evaluasi keperawatan pada

pasien dengan gangguan eliminasi urine.

1.3 Tujuan Umum

Untuk mempelajari eliminasi urin

Tujuan Khusus

1. Menjelaskan anatomi fisiologi sistem perkemihan

2. Menjelaskan konsep pemenuhan kebutuhan eliminasi urine

3. Menjelaskan proses perkemihan

4. Menjelaskan masalah eliminasi urin

5. Menjelaskan faktor apa saja yang mempengaruhi eliminasi

urine

6.  Menjelaskan asuhan keperawatan dengan pemenuhan

kebutuhan urin

Page

1.4  Manfaat

Mengetahui dan dapat memahami konsep kebutuhan eliminasi

urin beserta anatomi fisiologi sistem perkemihan dan proses

perkemihan tersebut.

BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Definisi

Eliminasi merupakan proses pembuangan sisa-sisa metabolisme

tubuh. Pembuangan dapat melalui urine ataupun bowel.

Eliminasi urine normalnya adalah pengeluaran cairan. Proses

pengeluaran ini sangat bergantung pada fungsi-fungsi organ

eliminasi urine seperti ginjal, ureter, bladder, dan

uretra. Ginjal memindahkan air dari darah dalam bentuk

urine. Ureter mengalirkan urine ke bladder. Dalam bladder

urine ditampung sampai mencapai batas tertentu yang

kemudian dikeluarkan melalui uretra.

2.2 Anatomi-Fisiologi Saluran Perkemihan

Saluran perkemihan terdiri atas ginjal,ureter, kandung

kemih,dan uretra.

1. Ginjal

Page

Bentuknya seperti biji kacang,ju,lahnya ada dua di kiri

dan kanan.Ginjal terletak di kedua sisi medula

spinalis,di balik rongga peritoneum.Ginjal kiri lebih

besar dari ginjal kanan,dan pada umumnya ginjal laki –

laki lebih panjang dari pada ginjal perempuan

( Syaifuddin,1994).Ginjal terdiri atas satu juta unit

fungsional nefron yang bertugas menyaring darah dan

membuang limbah metabolik.Selain itu,ginjal juga bertugas

mempertahankan homeostatis cairan tubuh melalui beberapa

cara,yakni :

a. Pengaturan volume cairan.jumlah cairan dan elektrolit

dalam tubuh berfluktuasi.Proses ekskresi ini diatur

oleh ginjal.Jika seseorang minum banyak,urinenya akan

encer dan volumenya akan bertambah.sebaliknya,jika

orang tersebut minum sedikit,urinenya akan pekat dan

volumenya berkurang.

b. Pengaturan jumlah elektrolit tubuh.Kandungan elektrolit dalam

tubuh cenderung konstan.Kondisi ini dipertahankan

melalui dua proses,yaitu laju filtrasi glomerulus

( GFR ) dan proses reabsorbsi yang selektif di

tubulus ginjal akibat pengaruh hormon.Saat jumlah ion

Na+ meningkatkan laju filtrasi glomerulus ( GFR) dan

menghambat sekresi hormon aldosteron sehingga

reabsorsi Na+ berkurang ,demikian pula sebaliknya.

c. Pengaturan keseimbangan asam – basa tubuh.Ginjal merupakan

mekanisme ppengaturan keseimbangan asam – basa yang

paling kuat.Dalam menjalankan fungsinya,ginjsl tidak

hanya mengubah – ubah peengeluaran H+,tetapi juga

Page

menahan atau membuang HCO3- sesuai dengan status asam

– basa tubuh.

d. Ekskresi sisa – sisa metabolisme.Ginjal mengekskresikan zat –

zat racun ( misal ureum,asam

urat,kreatinin,sulfat,fosfat ) dan obat – obatan dari

tubuh.

e. Reabsorpsi bahan yang bersifat vital untuk tubuh.Normalnya,bahan

– bahan darah,dan biasanya tidak diekskresikan ke

dalam urine.upaya ini mencegah hilangnya nutrien –

nutrien penting dari tubuh.

f. Fungsi hormonal dan metabolisme. Ginjal menyekresikan

hormon renin untuk mempertahankan keseimbangan cairan

– elektrolit dan tekanan darah ( sistem renin –

angiotensin – aldosteron ).Selain itu,ginjal juga

berperan dalam proses metabolisme zat – zat tertentu

( misalnya obat )

Fungsi utama ginjal ialah mengeluarkan sisa nitrogen,

toksin, ion, dan obat-obatan,. Mengatur jumlah dan zat-

zat kimia dalam tubuh. Mempertahankan keseimbangan antara

air dan garam-garam serta asam dan basa. Menghasilkan

renin, enzim untuk membantu pengaturan tekanan darah.

Menghasilkan hormon eritropoitin yang menstimulasi

pembentukan sel-sel darahmerah di sumsum tulang. Membantu

dalam pembenrtukan vitamin D.

2. Ureter

Ureter adalah tabung yang berasal dari ginjal dan

bermuara di kandung kemih. Panjangnya sekitar 25 cm dan

diameternya 1,25 cm.Bagian atas ureter berdilatasi dan

Page

melekat pada hilus ginjal,sedangkan bagian bawahnya

memasuki kandung kemih pada sudut posterior dasar kandung

kemih.Urine didorong melewati ureter dengan gelombang

peristalsis yang terjadi sekitar 1 – 4 kali per

menit.Pada pertemuan antara ureter dan kandung

kemih,terdapat lipatan membran mukosa yang bertindak

sebagai katup guna mencegah refluks urine kembali ke

ureter sehingga mencegah penyebaran infeksi dari kandung

kemih ke atas.

3. Kandung kemih

Kandung kemih ( vesika urinaria ) adalah kantung muskular

tempat urine bermuara dari ureter.Ketika kosong atau

seetengah terisi,kandung kemih terletak di belakang

simfisis pubis.Pada pria,kandung kemih terletak di antara

kelenjar prostat dan rektum ; pada wanita,kanddung kemih

terletak di antara uterus dan vagina.Dinding kandung

kemih sangat elastis sehingga mampu menahan regangan yang

sangat besar.Saat penuh,kandung kemih bisa melebihi

simfisis pubis,bahkan bisa setinggi umbilikus.

4. Uretra

Uretra membentang dari kandung kemih sampai meatus

uretra.Panjang uretra pada pria sekitar 20 cm dan

membentang dari kandung kemih sampai ujung penis.Uretra

pria terdiri atas tiga bagian,yaitu uretra pars

prostatika,uretra pars membranosa,dan uretra pars

spongiosa.Pada wanita,pamjamg uretra ssekitar 3 cm dan

membentang dari kandung kemih sampai lubang di antara

Page

labia minora 2,5 cm di belakang klitoris.Karen uretranya

yang pendek,wanita lebih rentan mengalami infeksi saluran

kemih.

2.3 Refleks Miksi

Kandung kemih dipersyarafi oleh saraf sakral 2 (S-2) dan

sakral 3 (S-3). Saraf sensorik dari kendung kemih

dikirimkan kemedula spinalis bagian sakral 2 sampai dengan

sakral 4 kemudian diteruskan ke pusat miksi pada susunan

saraf pusat. Pusat miksi mengirimkan sinyal kepada otot

kandung kemih (destrusor) untuk berkontraksi. Pada saat

destrusor berkontraksi spinter interna relaksasi dan

spinter eksterna yang dibawah kontrol kesadaran akan

berperan. Apakah mau miksi atau ditahan/ditunda. Pada saat

miksiotot abdominal berkontraksi bersama meningkatnya otot

kandung kemih. Biasanya tidak lebih dari 10 ml urine

tersisa dalam kandung kemih yang disebut dengan urine

residu.

2.4 Urine

1. Ciri-ciri urine normal

a. Jumlah dalam 24 jam ± 1.500 cc,bergantung pada

banyaknya asupan cairan

b. Berwarna oranye bening,pucat,tanpa endapan

c. Berbau tajam

d. Sedikit asam ( pH rata – rata 6 )

2. Proses pembentukan urine

Page

Ada tiga proses dasar yang berperan dalam pembentukan

urine : filtrasi glomerulus, reabsorpsi tubulus, dan

sekresi tubulus.

a. Filtrasi glomerulus. Proses ini terjadi karena

permukaan aferen lebih besar dari permukaan eferen

sehingga terjadi penyerapan darah. Saat darah melalui

glomerulus, terjadi filtrasi plasma bebas – protein

menembus membran kapiler glomerulus ke dalam kapsul

Bowman. Filtrasi yang lolos tersebut terdiri atas air,

glukosa, natrium, klorida, sulfat, dan bikarbonat yang

kemudian diteruskan ke tubulus ginjal.

b. Reabsorpsi tubulus. Pada tubulus bagian atas, terjadi

penyerapan kembali sebagian besar zat – zat penting,

seperti glukosa, natrium, klorida, sulfat, dan ion

bikarbonat. Proses tersebut berlangsung secara pasif

yang dikenal dengan istilah reabsorpsi obligator.

Apabila diperlukan, tubulus bawah akan menyerap

kembali natrium dan ion bikarbonat melalui proses

aktif yang dikenal dengan istilah reabsorpsi

fakultatif. Zat – zat yang direabsorpsi tersebut

diangkut oleh kapiler peritubulus ke vena dan kemudian

ke jantung untuk kembali diedarkan.

c. Sekresi tubulus. Mekanisme ini merupakan cara kedua

bagi darah untuk masuk ke dalam tubulus di samping

melalui filtrasi glomerulus. Melalui sekresi tubulus,

zat – zata tertentu pada plasma yang tidak berhasil

disaring di kapiler tubus dapat lebih cepat

dieliminasi.

Page

2.5Fisiologi Berkemih

Fisiologi berkemih secara umum menurut Gibson (2003)

Faktor yang memengaruhi eleminasi urine

Faktor – faktor yang memengaruhi eliminasi urine meliputi :

1. Pertumbuhan dan perkembangan. Jumlah urine yang

diekskresikan dapat dipengaruhi oleh usia dan berat

badan seseorang. Normalnya, bayi dan anak – anak

mengekskresikan 400 – 500 ml urine setiap harinya.

Sedangkan orang dewasa mengekskresikan 1500 – 1600 ml

urine per hari. Dengan kata lain, bayi yang beratnya 10%

orang dewasa mampu mengekskresikan urine 33% lebih

banyak dari orang dewasa. Seiring penuaan, lansia juga

mengalami perubahan pda fungsi ginjal dan kandung

kemihnya sehinggga mengakibatkan perubahan pada pola

eliminasi urine ( misal : nokturia, sering berkemih,

residu urine). Sedangkan ibu hamil dapat mengalami

peningkatan keinginan miksi akibat adanya penekanan

pada kandung kemih.

2. Asupan cairan dan makanan. Kebiasaan mengkonsumsi jenis

makanan atau minuman tertentu (misal : teh, kopi,

coklat, alkohol) dapat menyebabkan peningkatan ekskresi

urine karena dapat menghambat hormon antidiuretik (ADH).

3. Kebiasaan/gaya hidup. Gaya hidup ada kaitanya dengan

kebiasaan seseorang ketika berkemih. Sebagai contoh,

seseorang yang terbiasa buang air kecil di sungai atau

di alam bebas akan mengalami kesulitan ketika harus

Page

berkemih di toilet atau menggunakan pispot pada saat

sakit.

4. Faktor psikolgis. Kondisi stres dan kecemasan dapat

menyebabkan peningkatan stimulus berkemih, di samping

stimulus buang air besar (diare) sebagai upaya

kompensasi.

5. Aktiitas dan tonus otot. Eliminasi urine membutuhkan

kerja ( kontaksi ) otot – otot kandung kemih, abdomen,

dan pelvis. Jika terjadi gangguan pada kemampuan tonus

otot, dorongan untuk berkemih juga akan berkurang.

Aktivitas dapat meningkatkan kemampuan metabolisme dan

produksi urine secara optimal.

6. Kondisi patologis. Kondisi sakit seperti demam dapat

menyebabkan penurunan produksi urine akibat banyaknya

cairan yang dikeluarkan melalui penguapan kulit. Kondisi

inflamasi dan iritasi organ kemih dapat menyebabkan

retensi urine.

7. Medikasi. Penggunaan obat – obat tertentu ( misal :

diuretik) dapat meningkatkan haluaran urine, sedangkan

penggunaan antikolinerrgik dapat menyebabkan retensi

urine.

8. Proses pembedahan. Tindakan pembedahan menyebabkan stres

yang akan memicu sindrom adaptasi umum. Kelenjar

hipofisi anterior akan melepaskan hormon ADH sehingga

meningkatkan reabsorpsi air dan menurunkan haluaran

urine. Selain itu, respons stres juga meningkatkan kadar

aldosteron yang mengakibatkan penurunan haluaran urine.

Page

9. Pemeriksaan diagnostik. Prosedur pemeriksaan saluran

perkemihan, seperti pielogram intravena dan

urogram,tidak membolehkan pasian mengkonsumsi cairan

per oral sehingga akan memengaruhi haluaran urine.

Selain itu, pemeriksaan diagnostik yang bertujuan

melihat langsung struktur perkemihan (misal : sitoskopi)

dapat menyebabkan edema pada outlet uretra dan spasme

pada sfingter kandung kemih. Ini menyebabkan kien sering

mengalami retensi urine dan mengeluarkan urine berwarna

merah muda akibat adanya perdarahan.

2.6Masalah Pada Pola Berkemih

1. Perubahan eliminasi urine

Meskipun produksi urine normal,ada sejumlah faktor atau

kondisi yang dapat memengaruhi eliminasi urine. Beberapa

perubahan yang terjadi pada pola eliminasi urine akibat

kondisi tersebut antara lain inkontinensia, retensi,

enuresis, frekuensi, urgensi, dan disuria.

a. Inkontinensia urine. Inkontinensia urine adalah

kondisi ketika dorongan berkemih tidak mampu dikontrol

oleh sfingter eksternal. Sifatmya bisa menyeluruh

(inkontinensia parsial).

Page

Ada dua jenis inkontinensia, yakni inkontinensia stres

dan inkontinensia urgensi.

a) Inkontinensia stres. Inkontinensia stres terjadi saat

tekanan intraabdomen meningkat dan menyebabkan

kompresi kandung kemih. Kondisi ini biasanya

terjadi ketika seseorang batuk atau tertawa.

Penyebabnya antara lain peningkatan tekanan

intraabdomen, perubahan degeneratif terkait usia,

dan lain – lain.

b) Inkontinensia urgensi. Inkontinensia urgensi terjadi

saat klien mengalami pengeluaran urine involunter

karena desakan yang kuat dan tiba – tiba untuk

berkemih. Penyebabnya antara lain infeksi saluran

kemih bagian bawah, spasme kandung kemih,

overdistensi, penurunan kapasitas kandung kemih,

peningkatan konsumsi kafein atau alkohol, serta

peningkatkan konsentrasi urine (Taylor,1989).

b. Retensi urine. Retensi urine adalah kondisi

tertahannya urine di kandung kemih akibat terganggunya

proses pengosongan kandung kemih sehingga kandung

kemih menjadi regang. Kondisi ini antara lain

disebabkan oleh obstuksi (Misal : hipertrofi prostat),

pembedahan, otot sfingter yang kuat, peningkatan

tekanan uretra akibat otot detrusor yang lemah.

c. Enuresis (mengompol). Enuresis adalah peristiwa

berkemih yang tidak disadari pada anak yang usianya

melampaui batas usia normal kontrol kandung kemih

seharusnya tercapai. Enuresis lebih banyak terjadi

Page

pada anak – anak di malam hari (enuresis nokturnal ).

Faktor penyebabnya antara lain kapasitas kandung kemih

yang kurang dari normal, infeksi saluran kemih,

konsumsi makanan yang banyak mengandung garam dan

mineral, takut keluar malam, dan gangguan pola miksi.

d. Sering berkemih (frekuensi). Sering berkemih

(frekuensi) adalaah meningkatnya frekuensi berkemih

tanpa disertai peningkatan asupan cairan. Kondisi ini

biasanya terjadi pada wanita hamil (tekanan rahim pada

kandung kemih), kondisi stres, dan infeksi saluran

kemih.

e. Urgensi. Urgensi adalah perasaan yang sangat kuat

untuk berkemih. Ini biasa terjadi pada anak – anak

karena kemampuan kontrol sfingter mereka yang lemah.

Gangguan ini biasanya muncul pada kondisi stres

psikologis dan iritasi uretra.

f. Disuria. Disuria adalah rasa nyeri dan kesulitan saat

berkemih. Ini biasanya terjadi pada kasus infeksi

uretra, infeksi saluran kemih, trauma kandung kemih.

2. Perubahan produksi urine

Selain perubahan eliminasi urine, masalah lain yang kerap

dijumpai pada pola berkemih adalah perubahan produksi

urine. Perubahan tersebut meliputi poliuria, oliguria,

dan anuria.

a. Poliuria. Poliuria adalah produksi urine yang melebihi

batas normal tanpa disertai peningkatan asupan cairan.

Kondisi ini dapat terjadi pada penderita diabetes,

ketidakseimbangan hormonal (misal : ADH), dan nefritis

Page

kronik. Poliuria dapat menyebabkan kehilangan cairan

yang berlebihan yang mengarah pada dehidrasi.

b. Oliguria dan anuria. Oliguria adalah produksi urine

yang rendah, yakni 100 – 500 ml/24 jam. Kondisi ini

bisa disebabkan oleh asupan cairan yang sedikit atau

pengeluaran cairan yang abnormal, dan terkadang ini

mengindikasikan gangguan pada aliran darah menuju

ginjal. Sedangkan anuria adalah produksi urine kurang

dari 100 ml/24 jam.

2.7 Asuhan Keperawatan

1. Pengkajian

a. Riwayat Keperawatan

a) Pola berkemih

b) Gejala dari perubahan berkemih

c) Faktor yang mempengaruhi berkemih.

b. Pemeriksaan Fisik

a) Abdomen

Pembesaran, pelebaran pembuluh darah vena, distensi

bladder, pembesaran ginjal, nyeri tekan, tenderness,

bising usus.

b) Genetalia Wanita

Inflamasi, nodul, lesi, adanya sekret dari meatus,

keadaan atropi jaringan vagina.

c) Genetalia laki-laki

d) Kebersihan, adanya lesi, tenderness, adanya pembesaran

skrotum.

c. Intake dan output cairan

Page

a) Kaji intake dan output cairan dalam sehari (24 jam).

b) Kebiasaan minum di rumah.

c) Intake : cairan infus, oral, makanan, NGT.

d) Kaji perubahan volume urine untuk mengetahui

ketidakseimbangan cairan.

e) Output urine dari urinal, cateter bag,drainage ureterostomy,

sistostomi.

f) Karakteristik urine : warna, kejernihan, bau,

kepekatan.

d. Pemeriksaan diagnostik

a) Pemeriksaan urine (urinalisis) :

Warna (N: jernih kekuningan)

Penampilan (N: jernih)

Bau (N: beraroma)

pH (H: 4,5-8,0)

Berat jenis (N; 1,005-1,030)

Glukosa (n: negatif)

Keton (N: negatif)

b) Kultur urine (N: kuman patogen negatif).

2. Diagnosa Keperawatan dan Intervensi

a. Gangguan pola eliminasi urine : inkontinensia

Definisi: Kondisi di mana seseorang tidak mampu

mengendalikan pengeluaran urine.

Kemungkinan berhubungan dengan :

a) Gangguan neuromuskuler.

b) Spasme bladder.

c) Trauma pelvice.

d) Infeksi saluran kemih.

Page

e) Trauma medulla spinalis.

Kemungkinan data yang ditemukan:

a) Inkontinensia.

b) Keinginan berkemih yang segar.

c) Sering ke toilet.

d) Menghindari minum.

e) Spasme bladder.

f) Setiap berkemih kurang dari 100 ml atau lebih dari

550 ml.

Tujuan yang diharapkan:

a) Klien dapat mengontrol pengeluaran urine setiap 4

jam.

b) Tidak ada tanda-tanda retensi dan inkontinensia

urine.

c) Klien berkemih dalam keadaan rileks.

b. Retensi urine

Definisi: Kondisi di mana seseorang tidak mampu

mengosongkan bladder secara tuntas.

Kemungkinan data yang ditentukan:

a) Tidak tuntasnya pengeluaran urine.

b) Distensi bladder.

c) Hipertropi prostat.

d) Kanker.

e) Infeksi saluran kemih.

f) Pembedahan besar abdomen.

Tujuan yang diharapkan:

a) Pasien dapat mengontrol pengeluaran bladder setiap 4

jam.

Page

b) Tanda dan gejala retensi urine tidak ada.

Proses Keperawatan

1. Pengkajian

Dalam pengkajian harus melakukan harus menggerakkan semua

indera dan tenaga untuk melakukan pengkajian secara

cermat baik melalui wawancara , observasi, pemeriksaan

fisik untuk menggali data yang akurat .

a. Tanyakan riwayat keperawatan klien tentang pola

berkemih, gejala berkemih,gejala dari perubahan

berkemih, faktor yang mempengaruhi berkemih .

b. Pemeriksaan fisik klien meliputi :

Abdomen ,pembesaran , pelebaran pembuluh darah

vena distensi bledder , pembesaran ginjal, nyeri

tekan, tandamess , bising usus.

Genetalia : wanita , inflamasi, nodul, lessi,

adanya secret dari meatus, kesadaran, antropi

jaringan vagina dan genitalia laki-laki kebersihan

Page

, adanya lesi ,tenderness, adanya pembesaran

scrotum .

c. Identifikasi intake dan output cairan dalam (24 jam )

meliputi pemasukan minum dan infus, NGT, dan

pengeluaran perubahan urine dari urinal, cateter bag,

ainage , ureternomy, kateter urine, warna kejernihan ,

bau kepekatan .

d. Pemeriksaan diagnostik :

Pemeriksaan urine (urinalisis)

Warna (jernih kekuningan )

Penampilan (N : jernih )

Bau (N : beraroma)

pH (N : 4,5-8,0)

Berat Jenis (N : 1,005- 1,030)

Glukosa (N: Negatif )

Keton (N; negatif )

Kultur urine (N : kuman petogen negatif)

2. Diagnosa Keperawatan dan Intervensi

Gangguan pola eliminasi urine : inkontinesia

Definisi : Kondisi di mana seseorang tidak mampu

mengedalikan pengeluaran urine, kemungkinan penyebab

(berhubungan dengan) gangguan neuromuskuler, spasme baldder,

trauma pelvic, infeksi saluran kemih, trauma medulla

spinalis , kemungkinan klien mengalami ( data yang ditemukan )

: inkontinesia, keinginan berkemih yang segera, sering ke

toilet , menghindari minum , spasme bladder , setiap berkemih

kurang dari 100 ml atau lebih dari 550ml.

Page

Tujuan yang diharapkan :

a. Klien dapat mengontrol pengeluaran urine tiap 4 jam.

b. Tidak ada tanda- tanda retensi dan inkontinensia urine .

c. Klien berkemih dalam keadaan berkemih .

3. Intervensi

INTERVENSI RASIONAL1. Monitor keadaan

bladder setiap 2 jam

dan kolaborasi dalam

bladder training

2. Hindari faktor

pencentus

inkontenensia urine

seperti cemas

3. Kolabarasi dengan

dokter dalam

pengobatan dan

kateterisasi

4. Berikan penjelasan

tentang pengobatan ,

kateter , penyebab dan

tindakan lainnya

1. Tingkatkan kekuatan

otot bladder

2. Mengurangi atau

menghindari

inkontinensia

3. Menghindari faktor

penyebab

4. Meningkatkan

pengetahuan dan pasien

lebih kooperatif

5. Kriteria Evaluasi

Page

Setelah membantu klien untuk melakukan evaluasi . klien

mampu mengontrol pengeluaran bladder setiap 4 jam, tanda

dan gejala retensi urine tidak ada

6. Retensi Urine

Definisi : Kondisi dimana seseorang tidak mampu

mengosongkan bladder secara tuntas , kemungkinan penyebab

(berhubungan dengan ): Obstruksi mekanik pembesaran

prostat , trauma, pembedahan kehamilan, kemungkinan klien

mengalami (data yang ditemukan) : tidak tuntasnya

penyeluaran urine distensi bledder, hypertropi prostat ,

kanker, infeksi saluran kemih , pembesaran besar abdomen.

INTERVENSI RASIONAL 1. Memonitor keadaan

bledder setiap 2 jam

2. Ukur intake dan output

cairan steiap 4 jam

3. Berikan cairan

2000ml / hari dengan

kolaborasi

4. Kurangi minum setelah

jam 6 malam

5. Kaji dan monitor

analisis urine

elektrolit dan berat

badan

6. Lakukan latihan

1. Menentukan masalah

2. Memontior keseimbangan

cairan

3. Menjaga defisit cairan

4. Mencegah nocturia

5. Membantu monitor

keseimbangan cairan

6. Meningkatkan fungsi

ginjal dan bledder

7. Relaksasi pikiran dapat

meningkatkan kemampuan

Page

prgerakan dan lakukan

relaksasi ketika duduk

berkemih

7. Ajarkan teknik latihan

dengan kolaborasi

dokter/ fisioterapi

8. Kolaborasi dalam

pemasangan kateter

berkemih

8. Mengoatkan otot pelvis

9. Mengeluarkan urien

ASUHAN KEPERAWATAN PADA KLIEN

DENGAN GANGGUAN SISTEM PERKEMIHAN

INKONTINENSIA URIN

A. KONSEP PENYAKIT

1. Pengertian

Page

Inkontinensia urine adalah pelepasan urine secara

tidak terkontrol dalam jumlah yang cukup banyak, sehingga

dapat dianggap merupakan masalah bagi seseorang

2. Klasifikasi

Inkontinensia urin dibagi atas 3, yaitu :

a. Inkontinensia urgensi

Adalah pelepasan urine yang tidak terkontrol sebentar

setelah ada peringatan ingin melakukan urinasi.

Disebabkan oleh aktivitas otot destrusor yang

berlebihan atau kontraksi kandung kemih yang tidak

terkontrol

b. Inkontinensia tekanan

Adalah pelepasan urine yang tidak terkontrol selama

aktivitas yang meningkatkan tekanan dalam lubang intra

abdominal. Batuk, bersih, tertawa dan mengangkat beban

berat adalah aktivitas yang dapat menyebabkan

inkontinensia urin

c. Inkontinensia aliran yang berlebihan (over flow

inkontinensia)

Terjadi jika retensi menyebab kandung kemih terlalu

penuh dan sebagian terlepas secara tidak terkontrol,

hal ini pada umumnya disebabkan oleh neurogenik bladder

atau obstruksi bagian luar kandung kemih.

3. Etiologi

Faktor faktor penyebab inkontenensia yaitu :

Cidera pada sfingter urinarius eksterna

Page

Kelainan neurogenik

Urgensi hebat akibat infeksi

Kelemahan mekanisme sfingter

Cerebral clouding

stress

4. Patofisiologi

Pengendalian kandung kencing dan sfinkter diperlukan

agar terjadi pengeluaran urin secara kontinen.

Pengendalian memerlukan kegiatan otot normal diluar

kesadaran dan yang didalam kesadaran yang dikonrdinasi

oleh refleks urethrovsien urinaris. Bila terjadi

pengisian kandung kencing tekanan didalam kandung kemih

meningkat. Otot detrusor (lapisan yang tiga dari dinding

kencing) memberikan respon dengan relaksasi agar

memperbesar volume daya tampung. Bila sampai 200 ml urin

daya rentang reseptor yang terletak pada dinding kandung

kemih mendapat rangsangan. Stimulus ditransmisikan lewat

serabut reflek eferen ke lengkungan pusat refleks untuk

meksitrurisasi. Impuls kemudian disalurkan melalui

serabut eferen dari lengkungan refleks ke kandung kemih,

menyebabkan kontraksi otot detrusor. Sfinkter interna

yang dalam keadaan normal menutup, serentak bersama sama

membuka dan urin masuk ke uretra posterior. Relaksasi

sfinkter eksterna dan otot pariental mengkuti dan isi

kandung kemih keluar. Pelaksanaaan kegiatan refleks bisa

mengalami interupsi dan berkemih ditangguhkan melalui

dikeluarkannya impuls inhibitor dari pusat kortek yang

berdampak kontraksi diluar kesadaran dan sfinkter

Page

eksterna. Bila disalah satu bagian mengalami kerusakan

maka akan dapat mengakibatkan inkontenensia

5. Manifestasi Klinis

Kulit ruam

Dekubitus

Iritasi kandung kemih

Ketidakmampuan mengontrol BAK

6. Pemeriksaan Diagnostik

Pengkajian fungsi otot destrusor

Radiologi dan pemeriksaan fisik ( mengetahui tingkat

keparahan/ kelainan dasar panggul)

Cystometrogram dan elektroyogram

7. Penatalaksanan Medik

Urgensi

Cream estrogen vaginal, anticolenergik, imipramine

(tofranile). Diberikan pada malam hari dan klien

diajurkan untuk sering berkemih

Over flow inkotinensia

Farmakologis prazocine (miniprise) dan cloridabetanecol

(urechloine) diberikan untuk menurunkan resistensi

bagian luar dan meningkatkan kontraksi kandung kemih

Page

B. ASUHAN KEPERAWATAN

1. Pengkajian

a. pengumpulan data

aktivitas / Istrahat

Tand

a

: Klien nampak lemah

Makanan dan Cairan

Geja

la

: Klien mengatakan nafsu makannya berkurang

Tand

a

: Porsi makan tidak dihabiskan

Eliminasi

Geja

la

: Klien mengeluh tidak dapat mengontrol

buang air kecil, klien mengatakan

kencingnya keluar sendiri

Tand

a

: Haluaran urin tidak terkontrol, haluaran

urin terus-menerus.

Integritas Ego

Geja

la

: Klien mengatakan stress pada penyakitnya

Tand

a

: Klien nampak ketakutan

Keamanan

Tand

a

: Dekubitus.

Page

Nyeri/Kenyamanan

Geja

la

: Klien mengeluh nyeri pada daerah abdomen

bagian bawah

Tand

a

: Nyeri tekan pada abdomen

Penyuluhan dan Pembelajaran

Geja

la

: Klien mengatakan kurang pengetahuan dan

informasi tentang penyakitnya

Tand

a

: Pasien tampak bertanya kepada perawat dan

dokter akan penyakitnya

b. Pengelompokan Data

Data Subjektif

Klien mengatakan nafsu makannya berkurang

Klien mengeluh tidak dapat mengontrol buang air kecil

Klien mengatakan kencingnya keluar sendiri

Klien mengatakan stress pada penyakitnya

Klien mengeluh nyeri pada daerah abdomen bagian bawah

Klien mengatakan kurang pengetahuan dan informasi

tentang penyakitnya

Data Objektif

Klien nampak lemah

Porsi makan tidak dihabiskan

Haluaran urin tidak terkontrol

Page

Haluaran urin terus-menerus.

Klien nampak ketakutan

Nyeri tekan pada abdomen

Pasien tampak bertanya kepada perawat dan dokter akan

penyakitnya

c. Analisa data

Data Penyebab Masalah

Ds :

Klien mengeluh

nyeri pada

daerah abdomen

bagian bawah

Do :

Nyeri tekan pada

abdomen

Adanya infeksi pada

dinding kandung kemih

iritasi lapisan mukosa

kandung kemih

sakit pada saat BAK

Gangguan rasa nyaman

nyeri

Nyeri

Ds :

Klien mengeluh

nafsu makan

Inkontinensia urin

Resiko tinggi

kekurangan

nutrisi

Page

kurang

Do :

Porsi makan

tidak dihabiskan

Bau pesing

Anoreksi

Intake nutrisi yang

kurang adekuat

Resiko tinggi perubahan

nutrisi

Do :

Haluaran urin

tidak dapat

terkontrol

Haluaran urin

terus menerus

Inkontenensia urin

Haluaran urin yang

terus menerus

Pembatasan intake

cairan

Ketidakseimbangan

intake output cairan

dan elektrolit

Resiko tinggi defisit

Resiko tinggi

deficit volume

cairan

Page

volume cairan

Ds :

Klien mengeluh

tidak dapat

mengontrol buang

air kecil

Klien mengatakan

kencingnya

keluar sendiri

Do :

Haluaran urin

tidak terkontrol

Haluaran urin

terus-menerus.

Adanya faktor penyebab

inkontinensia urin

Kelemahan pada sfingter

externa

Inkontenensia

Gangguan pola eliminasi

Perubahan pola

eliminasi

Ds :

Klien mengatakan

stress pada

penyakitnya

Klien mengatakan

kurang

pengetahuan dan

informasi

tentang

penyakitnya

Kurang pengetahuan

tentang penyakitnya

Ketidakmampuan pasien

menggunakan mekanisme

koping

Berdampak pada

Kecemasan

Page

Do :

Pasien tampak

bertanya kepada

perawat dan

dokter akan

penyakitnya

Klien nampak

ketakutan

kesehatan fisiknya

Pasien merasa terancam

cemas

d. Prioritas Masalah

1) Nyeri

2) Perubahan pola eliminasi

3) Kecemasan

4) Resiko tinggi deficit volume cairan

5) Resiko tinggi kekurangan nutrisi

2. Diagnosa Keperawatan

a. Nyeri berhubungan dengan iritasi pada mukosa dinding

kandung kemih yang ditandai dengan :

Ds : Klien mengeluh nyeri pada daerah abdomen

bagian bawahDo : Nyeri tekan pada abdomen

b. Perubahan pola eliminasi berhubungan dengan kelemahan

pada sfingter externa yang ditadai dengan :

Ds : Klien mengeluh tidak dapat mengontrol buang

air kecil

Klien mengatakan kencingnya keluar sendiri

Page

Do : Haluaran urin tidak terkontrol

Haluaran urin terus-menerus.c. Gangguan rasa aman cemas berhubungan dengan kurang

pengetahuan tentang penyakitnya yang ditandai dengan :

Ds : Klien mengatakan stress pada penyakitnya

Klien mengatakan kurang pengetahuan dan

informasi tentang penyakitnyaDo : Pasien tampak bertanya kepada perawat dan

dokter akan penyakitnya

Klien nampak ketakutand. Resiko tinggi kekurangan nutrisi kurang dari kebutuhan

tubuh berhubungan dengan intake nutrisi yang kurang

adekuat yang ditadai dengan :

Do : Haluaran urin tidak dapat terkontrol

Haluaran urin terus meneruse. Resiko tinggi defisit volume cairan berhubungan dengan

ketidakseimbangan intake output cairan yang ditandai

dengan :

Ds : Klien mengeluh nafsu makan kurang

Do : Porsi makan tidak dihabiskan

3. Perencanaan

a. Nyeri berhubungan dengan iritasi pada mukosa dinding

kandung kemih

Tupan :

Setelah dilakukan tindakan keperawatan masalah nyeri

teratasi

Page

Tupen :

Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama beberapa

hari nyeri beransur-ansur hilang dengan kriteria :

Tidak nyeri saat berkemih

Ekspresi wajah tenang

Tidak nyeri tekan pada daerah abdomen

Intervensi

1) Kaji tingkat nyeri, perhatikan lokasi, intensitas,

dan lamanya nyeri

® Memberikan informasi untuk membantu dalam

menentukan pilihan/tindakan selanjutnya yang akan

diberikan

2) Pertahankan tirah baring bila diindikasikan

® Tirah baring mungkin diperlukan pada awal selama

fase inkontinensia. Namun, ambulasi dini dapat

memperbaiki pola berkemih normal dan menghilangkan

nyeri kolik

3) Ajarkan klien tehnik relaksasi dan tehnik distraksi

® Tehnik relaksasi dan tehnik distraksi membantu

mengurangi rasa nyeri

4) Kolaborasi dengan dokter dalam pemberian anti

analgetik sesuai indikasi

® Membantu menghilangkan rasa nyeri dengan menekan

pusat nyeri

Page

b. Perubahan pola eliminasi berhubungan dengan kelemahan

pada sfingter externa

Tupan :

Setelah diberikan tindakan keperawatan masalah

kebiasaan berkemih teratasi

Tupen :

Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama beberapa

hari kebiasaan berkemih beransur-ansur normal kembali

dengan kriteria :

Klien dapat mengontrok kencingnya

Klien dapat berkemih dengan normal

Intervensi

1) Pantau kebiasaan klien berkemih

® Untuk membantu dalam penentuan tindakan

selanjutnya

2) Latih pengosongan bladdcer pada jam jam tertentu

® Pengosongan kandung kemih dapat menghindari residu

urin

3) Buat jadwal berkemih

® Melatih kembali bereaksi yang tepat untuk berkemih

4) Kolaborasi dengan dokter untuk pemasangan drainase

urin

® Sebagai drainase pengobatan serta untuk meraih

kontinen

Page

c. Gangguan rasa aman cemas berhubungan dengan kurang

pengetahuan tentang penyakitnya

Tupan :

Setelah diberikan tindakan keperawatan kecemasan hilang

Tupen :

Setelah diberikan tindakan keperawatan selama beberapa

hari rasa cemas klien beransur-ansur hilang dengan

kriteria :

Klien tidak takut akan penyakitnya

Klien mau menerima kondisinya saat ini

Intervensi

1) Pantau rasa cemas klien dan depresi dan penyempitan

perhatian

® Membentu untuk memperkirakan kebutuhan intervensi

yang tepat

2) Jelaskan kepada klien tentang proses penyakitnya

serta cara penganganannya

® Rasa cemas dan ketidaktahuan diperkecil dengan

informasi atau pengetahuan dan dapat meningkatkan

penerimaan inkontenensia urin.

3) Motivasi dan berikan kesempatan pada klien untuk

mengajukan pertanyaan dan menyatakan masalah

® Membuat perasaan terbuka dan bekerja sama dan

memberikan informasi yang akan membantu dalam

identifikasi atau mengatasi masalah

Page

4) Tunjukan indikator positif pengobatan

® Meningkatkan perasaan berhasil atau maju

d. Resiko tinggi defisit volume cairan berhubungan dengan

ketidakseimbangan intake output cairan

Tupan :

Setelah dilakukan tindakan keperawatan kekurangan

volume cairan tidak terjadi

Tupen :

Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama beberapa

hari tanda-tanda kekurangan cairan tidak ada dengan

kriteria :

Tugor kulit baik

Intake dan out put cairan seimbang

Intervensi

1) Ukur pemasukan dan haluaran cairan yang akurat

® Membantu unntuk memperkitakan kebutuhan penggunaan

cairan

2) Anjurkan klien untuk minum yang banyak

® Mengganti cairan yang keluar terus menerus

3) Perhatikan perubahan kulit seperti kulit kering,

tugor kulit

® Tanda kulit kering serta tugor kulit merupakan

tanda dari dehidrasi

Page

4) Kolaborasi dengan dokter dalam pemberian cairan

melalui intravena

® Menggantikan kehilangan cairan dan natrium untuk

mencegah/ memperbaiki hipovolemia

e. Resiko tinggi kekurangan nutrisi kurang dari kebutuhan

tubuh berhubungan dengan intake nutrisi yang kurang

adekuat

Tupan :

Setelah diberikan tindakan keperawatan kekurangan

nutrisi tidak terjadi

Tupen :

Setelah dilakukan tindakan keperawatan tanda-tanda

kekurangan nutrisi tidak terjadi dengan kriteria :

Nafsu makan meningkat

Porsi makan dihabiskan

Berat badan dalam batas normal

Intervensi

1) Pantau pemasukan diet

® membantu dalam mengidentifikasi defisiensi dan

kebutuhan diet, kondisi fisik umum, gejala uremik

anoreksia membantu pemasukan nutrisi

2) Berikan mananan sedikit dan sering

® Meminimalkan anoreksia dan mual

3) Timbang berat badan tiap hari

Page

® Pasien yang tidak nafsu makan dapat mengalami

penurunan berat badan

4) Berikan pasien atau orang terdekat daftar makanan

atau cairan yang diizinkan dan libat kan pasien

dalam pemilihan menu

® Memberikan pasien tindakan kotrol dalam pembatasan

diet. Makanan diari rumah dapat meningkatkan nafsu

makan

5) Kolaborasi dengan ahli gizi dan tim pendukung

nutrisi

® Menentukan kalori individu dan kebutuhan nutrisi

dalam pembatasan dan mengidentifikasi rute paling

efektif