Bab 2 Tinjauan Pustaka 2.1. Pengertian Tentang Produktivitas
PRODUKTIVITAS LAHAN SAWAH DALAM PEMENUHAN ...
-
Upload
khangminh22 -
Category
Documents
-
view
0 -
download
0
Transcript of PRODUKTIVITAS LAHAN SAWAH DALAM PEMENUHAN ...
PRODUKTIVITAS LAHAN SAWAH DALAM PEMENUHANKEBUTUHAN BERAS PENDUDUK DI KECAMATAN
BOJONG KABUPATEN TEGAL
SkripsiDiajukan Kepada Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan
untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Mencapai Gelar Sarjana Pendidikan (S.Pd)
Oleh
Aniszul FuadNIM :1112015000047
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN ILMU PENGETAHUAN SOSIALFAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAHJAKARTA
2016
i
ABSTRAK
Aniszul Fuad (1112015000047). Jurusan Pendidikan Ilmu PengetahuanSosial. Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan. Judul Skripsi“Produktivitas Lahan Sawah dalam Pemenuhan Kebutuhan BerasPenduduk di Kecamatan Bojong Kabupaten Tegal”.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui seberapa besar produksiberas di Kecamatan Bojong tahun 2011-2014 , dan untuk mengetahuibagaimana tingkat produktivitas lahan sawah. Ide awal penelitian ini karenameningkatnya jumlah penduduk di Kecamatan Bojong dari tahun 2011-2014yang menyebabkan terjadinya konversi lahan sawah ke permukiman, hal iniakan mengurangi sumber daya lahan pertanian untuk produksi beras.Penelitian ini menggunakan metode deskriptif dengan pendekatan kuantitatif,adapun data yang dibutuhkan dalam penelitian ini adalah data sekunder yangdidapat dari BPS Kebupaten Tegal dan di analisis menggunakan microsoftexcel dengam membandingkan sisi permintaan (demand) dan sisi ketersediaan(supply). Untuk mengetahui tingkat produktivitas lahan sawah digunakanrumus daya dukung lahan pertanian. Berdasarkan hasil analisa yang dilakukandidapat bahwa laju pertumbuhan penduduk Kecamatan Bojong dari tahun2011-2014 sebsar 0,89%, Sedangkan untuk Produksi padi dikonversi sebesar0,65 menjadi beras, sehingga dapat diketahui produksi beras masing-masinguntuk Tahun 2011 sebesar 8.415,68 ton, tahun 2012 sebesar 8.403,39 ton,tahun 2013 sebesar 8,388,05 ton, dan untuk tahun 2014 berproduksi sebesar8.398,32 ton. Sedangkan untuk Produktivitas lahan dilihat berdasarkanperbandingan antara supply dan demand dan dengan menghitung daya dukunglahan pertanian, dapat ditarik kesimpulan bahwa ketersediaan berada dibawahangka konsumsi beras minimum, sehingga dapat dikatakan defisit,Produktivitas lahan berdasarkan daya dukung lahan pertanian berdasarkanhasil analisa bahwa Daya dukung lahan pertanian tahun 2011-2014 nilai αmenunjukan 0,91 dan 0,89 atau kurang dari 1 yang berarti Kecamatan Bojongsudah tidak mampu swasembada pangan.
Kata Kunci: Produktivitas, Lahan Sawah, Produksi Beras, Kebutuhan Beras
ii
ABSTRACT
Aniszul Fuad (1112015000047). Department of Social Education. Faculty ofTarbiya and Teachers' Training. The title of Skripsi “Productuvity ofWetland in Meeting The Needs Rice of Residents in The District of BojongTegal”
This research purposes to determine how much rice production in theDistrick of Bojong 2011 until 2014 and also to determine how the level ofproductivity of paddy fields, The initial idea of this study because of theincreasing population in the District of Bojong in 2011-2014 which will causewetland conversion to settlements, it can lower the carrying capacity ofagricultural land for rice production. This research uses deskriptive methodwith quantitative approach, while the data required in this research issecondary data obtained and the Central Statistics Agency (BPS) Tegal andanalyzed using microsoft excel to compare and the two sides, the request orrequirement (demand) and the availability (supply) and to determine the levelof productivity of wetland used formula of agricultural land capacity based onthe analysis conducted and found that the rate of population growth, and in2011 the Distict of Bojong 2014 at 0,89%, while for rice production onconverted by 0,65 into the rice, so that can know each rice production for2011 amounted to 8.415,68 tons, in 2012 amounted to 8.403,39 tons, in 2013amounted to8.388,05 tons, and for 2014 production amunted to 8.398,32 tonsand for land productivity seen by the interplay between supply and demand tocalculate the carrying cacacity of agricultural land, and it can be deducedthat the availability is lower than the figures of rice consumption minimum, sowe can say the deficit, the productivity of land based on the carrying capacityof agricultural land based on the results of the analysis that the carryingcapacity of agricultural land in 2011-2014 showed α value of 0,91 and 0,89 orless than 1, which means the District of Bojong is not able to self-sufficiency
Keywords: Productivity, Wetland, Rice Production, Rice Needs
iii
KATA PENGANTAR
Bismillahirrahmanirrahim
Alhamdulillah, segala puji dan syukur penulis panjatkan ke hadirat
Allah SWT, yang telah memberikan rahmat dan hidayah-Nya, sehingga
dengan ridho-Nya penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul
“Produktivitas Lahan Sawah dalam Pemenuhan Kebutuhan Beras
Penduduk di Kecamatan Bojong Kabupaten Tegal” untuk memenuhi salah
satu persyaratan guna memperoleh gelar kesarjanaan pada Fakultas Ilmu
Tarbiyah dan Keguruan, Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.
Tak lupa shalawat beserta salam semoga selalu tercurahkan pada sang baginda
alam, Nabi besar Muhammad SAW, Beserta keluarga, sahabat, beserta
umatnya.
Sebagai mahluk sosial pada umumnya, penulis menyadari bahwa
pengetahuan, pemahaman, pengalaman, kemampuan dan kekuatan penulis
dalam menyelesaikan skripsi ini masih jauh dari kesempurnaan. Oleh karena
itu, dalam proses penyelesaian skripsi ini banyak mendapatkan bantuan,
bimbingan dan dukungan dari berbagai pihak, baik moril maupun materil,
sehingga penyusunan skripsi berjalan lancar.
Maka dengan selesainya skripsi ini, penulis ingin menyampaikan terima
kasih yang tak bisa terhitung jumlahnya kepada:
1. Prof. Dr. Ahmad Thib Raya, MA., selaku Dekan Fakultas Ilmu Tarbiyah
dan Keguruan.
2. Bapak Dr. Iwan Purwanto, M.Pd., selaku Ketua Jurusan Pendidikan Ilmu
Pengetahuan Sosial. Yang senantisa memberikan banyak perhatian dan
motivasi kepada mahasiswa tingkat akhir, disela-sela kesibukanya.
3. Bapak Drs. Syaripulloh M.Si., selaku Sekretaris Jurusan Pendidikan Ilmu
Pengetahuan Sosial. Yang juga senantisa memberikan banyak perhatian
dan motivasi kepada mahasiswa tingkat akhir, disela-sela kesibukanya.
4. Bapak Prof, Dr. Rusmin Tumanggor, MA., selaku Dosen Penasehat
Akademik.
iv
5. Bapak Andri Noor Ardiansyah, S.Pd, M,Si, dan Ibu Neng Sri Nuraeni,
M.Pd. selaku Dosen Pembimbing yang telah bersedia meluangkan waktu
serta selalu sabar dalam membimbing, memberi petunjuk dan nasehat
kepada penulis dengan ikhlas demi keberhasilan penulis.
6. Bapak Sodikin S.Pd, M,Si, yang banyak telah banyak memberikan
kepercayaan kepada saya dalam hal penelitian semasa perkuliahan, dan
juga banyak memberikan masukan-masukan yang sangat berguna dalam
penyusunan skripsi
7. Seluruh Dosen Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial yang telah memberikan
ilmu kepada penulis, yang tidak bisa saya sebutkan namanya satu persatu,
namun tidak mengurangi rasa hormat saya.
8. Alm Bapak Sayat dan Almh Ibu Sukinah Kedua orangtua kandung yang
selalu memberikan semangat dari jauh kepada penulis untuk terus berjuang
meraih cita-cita, Terimakasih atas cinta kasih dan do’a yang telah kalian
semogakan di Surga Allah untuk penulis.
9. Bapak Pahluri dan Umi Nur Qomariyah kedua orang tua yang telah
membesarkan dan mengajarkan penulis dengan penuh kasih sayang.
Terima kasih atas setiap cinta yang terpancar serta doa dan restu yang
selalu mengiringi setiap derap langkah penulis. Terima kasih juga atas
dukungan berupa moril maupun materil yang luar biasa selalu kalian
berikan dan nomer satukan untuk penulis.
10. Bapak Muktarom, S.Ip selaku kepala camat di Kecamatan Bojong yang
telah mengizinkan penulis melakukan penelitian di Kecamatan Bojong.
11. Bapak Joko selaku Ketua UPTD Tanbunhut Kecamatan Bojong yang telah
memberikan banyak data kepada punulis sehingga penulis dapat mengolah
data hingga selesai.
12. Badan Pusat Statistik (BPS) Kabupaten Tegal yang telah berjasa dalam
jalannya penelitian ini karena telah memberikan fasilitas berupa data-data
sekunder yang penulis butuhkan dalam penelitian ini.
13. Sahabatku tercinta yang selalu setia menemani dengan penuh kesabaran dan
mendukung penulis, yaitu: Hendra Arighi, Khairil Anam, Rizky Maulana,
M.Rahmat Nur Sofyan, Abdurrohman, Fakhrur Al-Izza dan An Rian
Setianto, yang dengan kerelaan hati meluangkan waktunya, membantu dan
menemani penulis.
v
14. Sahabat-sahabat waudku Almuni MAN 1 Tegal 2010, yaitu: Firman
Fatahillah, Mujalisin, Ihda Fatahillah,. Khairuman Azam, Daslim,
Nadharudin Fatah, Ikhfan Susanto, Amar Mualimin, Azhar Farih,
Saripudin, Fajar As’adil Muzayyin, yang telah memberi banyak motovasi
dan dukungan dalam penyelesaian Penelitian ini.
15. Teman-teman Jurusan Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial angkatan 2012
terkhusus kelas C (Geografi) atas kekompakannya selama ini, baik di dalam
kelas maupun saat praktikum.
16. Temen-temen terbaik di Geografi yaitu Fildzah Octaviani, Ana Mariana,
Noviana Anggraini, Winda Septi Kusuma, Fakhrur Al-Izza, An Rian
Setianto, Feby Famela Iffah, M. Ikrom, Nurlela, Maulyda Wulandari, yang
senantiasa memberikan banyak masukan dan dukungan dalam penelitian
ini.
17. Teman-teman Ikatan Mahasiswa Tegal (IMT) Ciputat yang telah
memberikan banyak motivasi dan banyak dukungan dalam penyelesaian
Penelitian ini.
18. Teman-teman Pergerakan Mahasiswa Islam Indonesia (PMII) Ciputat yang
telah memberikan banyak Do’a sehingga penelitian ini berjalan dengan
lancar.
19. Dan semua pihak yang penulis sadari atau tidak sadari telah membantu
secara langsung maupun tidak langsung dalam penyusunan skripsi ini yang
tidak dapat disebutkan satu persatu.
Penulis berharap semoga segala kebaikan yang diberikan mendapatkan
pahala yang berlipat ganda oleh Allah SWT dan senantiasa selalu dilindungi
oleh Allah SWT.
Akhir kata, penulis menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari kata
sempurnaan. Oleh karena itu penulis mengharapkan kritik dan saran yang akan
digunakan demi perbaikan dimasa yang akan datang. Penulis berharap semoga
skripsi ini dapat bermanfaat, khususnya bagi penulis dan umumnya bagi
pembaca.
Jakarta, September 2016
Penulis
Aniszul Fuad
vi
DAFTAR ISI
Halaman
LEMBAR HALAMAN
LEMBAR PENGESAHAN SKRIPSI
LEMBAR PENGESAHAN PEMBIMBING SKRIPSI
LEMBAR PENGESAHAN PANITIA UJIAN
LEMBAR PERNYATAAN UJI REFERENSI
LEMBAR PERNYATAAN KARYA ILMIAH
ABSTRAK........................................................................................... i
KATA PENGANTAR ........................................................................ iii
DAFTAR ISI....................................................................................... vi
DAFTAR GAMBAR .......................................................................... ix
DAFTAR TABEL............................................................................... x
DAFTAR LAMPIRAN ...................................................................... xi
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah ........................................................ 1B. Identifikasi Masalah............................................................... 7C. Batasan Masalah .................................................................... 7D. Rumusan Masalah.................................................................. 7E. Tujuan Penelitian ................................................................... 7F. Manfaat Penelitian
1. Manfaat Teoritis............................................................... 72. Manfaat Praktis ................................................................ 8
BAB II KAJIAN TEORI
A. Produktivitas .......................................................................... 9B. Lahan Pertanian ..................................................................... 12C. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Produktivitas Lahan Sawah
1. Luas Lahan....................................................................... 152. Jenis Tanah....................................................................... 173. Kondisi Irigasi.................................................................. 184. Iklim................................................................................. 20
vii
5. Unsur Hara ....................................................................... 23D. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Produksi Padi Sawah
1. Varietas Padi .................................................................... 242. Penggunaan Pupuk........................................................... 263. Penggunaan Pestisida....................................................... 274. Modal ............................................................................... 295. Tenaga Kerja .................................................................... 32
E. Beras ...................................................................................... 33F. Pemenuhan Pangan Bagi Masyarakat
1. Konsep Umum Ketahanan Pangan .................................. 342. Arah Kebijakan ................................................................ 36
G. Hasil Penelitian yang Relevan ............................................... 37H. Kerangka Berfikir .................................................................. 39
BAB III METODOLOGI PENELITIAN
A. Tempat dan Waktu Penelitian................................................ 41B. Metodologi Penelitian............................................................ 43C. Variabel Penelitian................................................................. 44D. Populasi Data ......................................................................... 46E. Teknik Pengumpulan Data..................................................... 47F. Teknik Pengolahan dan Analisa Data .................................... 48
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A. Gambaran Umum Daerah Penelitian1. Kondisi Geografis
a. Karakteristik Lokasi dan Wilayah1.) Batas Wilayah Administrasi ........................................ 532.) Luas Wilayah ............................................................... 543.) Topografi...................................................................... 574.) Iklim............................................................................. 575.) Jenis Tanah................................................................... 596.) Penggunaan Lahan ....................................................... 59
b. Keadaan Sosial Budaya di Kecamatan Bojong1.) Kependudukan ............................................................. 622.) Agama.......................................................................... 663.) Pendidikan.................................................................... 664.) Kesehatan..................................................................... 66
c. Sumber Daya Alam1.) Pertanian ...................................................................... 662.) Peternakan.................................................................... 673.) Perkebunan................................................................... 674.) Kehutanan .................................................................... 68
2. Kondisi Ekonomi
viii
a. Sektor Industri.................................................................. 68b. Energi ............................................................................... 68c. Perdagangan..................................................................... 68
B. Deskripsi Data1. Data Produksi Padi Tahun 2011-2014 ................................... 692. Data Jumlah Penduduk Kecamatan Bojong 2011-2014 ....... 703. Data Rata-rata Luas Panen Pertanian Padi 2011-2014 ......... 71
C. Temuan Hasil Analisis1. Proyeksi Ketersediaan Berasa. Dari Sisi Permintaan (demand).............................................. 72b. Dari Sisi Ketersediaan (Supply) ............................................. 762. Menunjukan Tingkat Produktivitas Lahan Sawah................. 77
D. Pembahasan Produktivitas Lahan Sawah..................................... 79
BAB V KESIMPULAN, IMPLIKASI DAN SARAN
A. Kesimpulan .................................................................................. 83B. Implikasi ...................................................................................... 84C. Saran ............................................................................................ 84
DAFTAR PUSTAKA
UJI REFERENSI
LAMPIRAN
BIOGRAFI PENULIS
ix
DAFTAR GAMBAR
Halaman
Gambar 2.1 Kerangka Berfikir............................................................. 40
Gambar 3.1 Peta Kabupaten Tegal....................................................... 41
Gambar 4.1 Peta Kabupaten Tegal....................................................... 53
Gambar 4.2 Peta Penggunaan Lahan di Kecamatan Bojong................ 60
Gambar 4.3 Peta Penggunaan Lahan di Kabupaten Tegal ................... 61
Gambar 4.4 Laju Pertumbuhan Penduduk Tahun 2011-2014.............. 73
x
DAFTAR TABEL
Halaman
Tabel 1.1 Perbandingan Jumlah Penduduk Tahun 2011-2014............ 2
Tabel 1.2 Perbandingan Penggunaan Lahan Tahun 2008-2014.......... 3
Tabel 1.3 Luas Tanam, Panen dan Rata-rata Produksi Padi ............... 5
Tabel 3.1 Jadwal Kegiatan Penelitian ................................................. 43
Tabel 3.2 Monografi Kecamatan Bojong............................................ 47
Tabel 4.1 Luas Penggunaan Lahan Menurut Desa Tahun 2014 ........ 55
Tabel 4.2 Luas Penggunaan Lahan Sawah Menurut Desa 2014 ........ 56
Tabel 4.3 Hari Hujan, Curah Hujan dan Kelembapan Udara.............. 58
Tabel 4.4 Penduduk Menutut Desa dan Jenis Kelamin Tahun 2014 .. 63
Tabel 4.5 Kepadatan Penduduk Menurut Desa Tahun 2014............... 64
Tabel 4.6 Banyaknya Tenaga Kerja Menurut Lapangan Usaha 2014. 65
Tabel 4.7 Produksi Padi di Kecamatan Bojong Tahun 2011-2014 ..... 69
Tabel 4.8 Jumlah Penduduk Kecamatan Bojong Tahun 2011-2014... 70
Tabel 4.9 Luas Panen Padi di Kecamatan Bojong Tahun 2011-2014. 71
Tabel 4.10 Laju Pertumbuhan Penduduk Tahun 2011-2014................ 73
Tabel 4.11 Jumlah Penduduk Tahun 2011-2014.................................. 74
Tabel 4.12 Kebutuhan Beras Kecamatan Bojong Tahun 2011-2014... 75
Tabel 4.13 Produksi BerasTahun 2011-2014....................................... 76
Tabel 4.14 Produktivitas Lahan Sawah................................................ 78
Tabel 4.15 Daya Dukung Lahan Sawah Tahun 2011-2014 ................ 79
xi
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1 Jumlah Penduduk di Kecamatan Bojong Tahun 2011-2014
Lampiran 2 Luas Panen Padi di Kecamatan Bojong Tahun 2011-2014
Lampiran 3 Laju Pertumbuhan Penduduk Kecamatan Bojong Tahun 2011-2014 (Diolah)
Lampiran 4 Data Produktivitas Rata-rata padi (Ton/ha) Tahun 2011-2014
Lampiran 5 Data Indeks Penanaman Padi (IP) Kecamatan Bojong (Diolah)
Lampiran 6 Produktivitas Lahan Sawah Berdasarkan Hasil Analisa
Lampiran 7 Data Kebutuhan Beras di Kecamatan Bojong Tahun 2011-2014(Diolah)
Lampiran 8 Data Produksi Beras, Luas Lahan yang Tersedia untukBudidaya Padi, Luas Lahan yang diperlukan untuk SwasembadaPangan. Dan Daya Dukung Lahan Pertanian
Lampiran 9 Foto Dokumentasi
Lampiran 10 Peta
Lampiran Data BPS
Lampiran surat-surat
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Masyarakat Indonesia dalam kenyataanya lebih akrab dengan
lingkungan alamnya daripada dengan lingkungan teknologinya,
Perkembangan teknologi yang mengelola sumberdaya alam harus
memberikan manfaat yang sebesar-besarnya bagi kesejahteraan rakyat,
dengan tetap memperhatikan keseimbangan dan kelestariannya, sehingga
akan tetap bermanfaat bagi generasi mendatang.
Menurut Mubyarto, “Indonesia merupakan negara yang mayoritas
penduduknya bermata pencaharian di bidang pertanian di mana pertanian
memegang peranan penting dari keseluruhan perekonomian nasional.” Hal
ini dapat ditunjukkan dari banyaknya penduduk atau tenaga kerja yang
hidup atau bekerja pada sektor pertanian dan produk nasional yang berasal
dari pertanian.1
Pembangunan sektor pertanian masih menjadi perhatian utama
pemerintah Indonesia saat ini dan beberapa waktu yang akan datang. Salah
satu penyebabnya dikarenakan sebagain besar penduduk Indonesia terus
bertambah relatif pesat, dengan konsekuensi ada penyediaan bahan pangan
baik dari segi kuantitas, kualitas maupun jenisnya dalam jumlah yang
memadai.
Manusia sejak lahir sampai akhir hayatnya tidak dapat terlepas dari
lingkungan alam. Hal ini dapat dilihat dari ketergantungan manusia yang
selalu bergantung pada lingkungan alam dalam memenuhi kebutuhan
1 Ida Nurul Hidayati dan Suryanto, Pengaruh Perubahan Iklim terhadap ProduksiPertanian dan Strategi Adaptasi pada Lahan Rawan Kekeringan, jurnal FEB, Universitas SebelasMaret, 2015 hal.43
2
hidupnya, selalu terjadi hubungan antara manusia dengan lingkungan
alamnya, sementara itu laju pertumbuhan penduduk yang bertumbuh
dengan pesat disertai meningkatnya kebutuhan pangan baik secara kualitas
maupun kuantitas. Hal tersebut menimbulkan permasalahan besar yang
menyangkut manusia maupun lingkungan. Salah satu masalah yang
Penduduk di Kecamatan Bojong sebagaian besar masih merupakan
petani, buruh tani dan orang yang sebagain besar pendapatannya berasal
dari bercocok tanam, karena itu kebutuhan akan lahan pertanian lebih
besar.
Tabel 1.1Perbandingan Jumlah Penduduk di Kecamatan Bojong Tahun 2011-
2014Desa/Kelurahan Jumlah
Penduduk2011
Jumlah Penduduk2014
01. Rembul 8.586 9.10702. Dukuhtengah 2.725 2.78503. Kedawung 2.817 2.90604. Suniarsih 2.121 2.18805. Karangmulya 5.509 6.49606. Tuwel 8.886 9.29807. Bojong 8.705 8.87008. Buniwah 3.354 3.36109. Lengkong 4.835 5.01010. Batunanya 1.743 1.78811. Sangkanayu 1.184 1.25912. Gunungjati 2.313 2.36013. Pucangluwuk 4.229 4.37714. Kajenengan 4.548 4.70115. Kalijambu 2.387 2.43116. Danasari 4.530 4.62517. Cikura 4.301 4.394
Jumlah 72.773 75.908Sumber : BPS Kabupaten tegal tahun 2011 – 2014 (diolah)
Dalam tabel 1.1 perbandingan jumlah penduduk, terlihat adanya
peningkatan jumlah penduduk pada masing-masing desa di Kecamatan
Bojong walaupun tidak begitu signifikan, tetapi hal ini akan
mempengaruhi kebutuhan pangan pada masing-masing desa tersebut.
260000027000002800000290000030000003100000
Lahan SawahLahan Bukan
Sawah
Lua
s L
ahan
(ha)
Lahan Sawah Lahan Bukan SawahTahun 2008 2851555 3041305Tahun 2014 2808425 3080628
Grafik Penggunaan LahanKecamatan Bojong, Kabupaten Tegal
Tahun 2008 - 2014
4
luas lahan dipermukaan bumi sifatnya tetap dan terbatas. Oleh karena itu,
di perlukan suatu perencanaan dan penataan pemanfaatan lahan agar lahan
dimanfaatkan secara efisien dan lestari, sehingga kesuburan tanah dan
produktivitasnya tetap terjaga. Lahan yang menjadi faktor utama penghasil
tanaman harus dimanfaatkan dengan baik.
Lahan merupakan salah satu faktor produksi pertanian yang selama
ini menjadi pembatas kedaulatan pangan di Indonesia karena sebagian
besar masyarakat Indonesia membutuhkan hasil pertanian seperti padi,
sayuran dll untuk memenuhi kebutuhan pangannya. Permasalahan lahan
yang dihadapi selama ini adalah ketersediaan lahan pertanian yang tidak
mecukupi, penyusutan lahan pertanian yang sudah tersedia, dan kesulitan
pengembangan lahan pertanian baru karena berbagai kendala. Jika lahan
pertanian yang digarap untuk produksi padi berkurang, maka akan
berdampak pula terhadap hasil pertanian, lahan harus kita lestarikan
dengan baik sebagaimana mestinya agar kemampuan dalam
memperoduksi hasil pertanian dapat enghasilkan secara optimal
Menurut data Badan Pertanian Nasional (BPN) dalam Tribowo,berdasarkan Zona Ekonomi Eklusif, Indonesia memiliki wilayahteritorial seluas 800 juta ha. Dari luas tersebut sebagian besar yaitu609 juta ha (76%) merupakan perairan dan sisanya 191 juta ha(24%) merupakan daratan. Dari 191 daratan, 67 juta ha (35%)harus digunakan sebagai kawasan lindung dan sisanya seluas 123juta ha (65%) dapat digunakan untuk areal budidaya. Sesuaidengan fingsinya dan kepatutan penggunaannya, maka kawasanlindung mestilah berupa hutan, dan kawasan budidaya dapatdigunakan penggunaan non hutan, yaitu untuk pertanian dan nonpertanian.2
Produksi hasil peranian akan bergantung pada luas areal lahan
yang digunakan untuk swasembada pangan, jika luas lahan pertanian
menyusut maka produktivitas lahannya akan rendah, dan sebaliknya jika
luas areal yang digunakan untuk swasembada pangan diperluas maka
2 Triwibowo Yuwono, Pembangunan Pertanian, (Yogyakrta, Gadjah Mada UniversityPress, 2011). Hlm. 168
5
produktivitas lahan pun akan meningkat, hal ini seperti disajikan pada
tabel 1.3
Tabel : 1.3Luas Tanam, Panen, Produksi dan Rata-rata Produksi Padi Sawah
Menurut Desa di Kecamatan Bojong Tahun 2014Desa/Kelurahan Luas
Tanam (ha)Luas
Panen (ha)Produksi
(ku)Rata-rataProduksi(ku/ha)
01. Rembul 78 78 3684 47,2402. Dukuhtengah - - - -03. Kedawung - - - -04. Suniarsih 163 164 7452 45,4405. Karangmulya 150 151 1006 6,6606. Tuwel 89 89 4180 46,9707. Bojong 211 212 10402 49,0708. Buniwah 183 184 928 50,4509. Lengkong 187 188 25070 133,3510. Batunyana 144 245 1266 8,7311. Sangkanayu 117 118 5684 48,1712. Gunungjati 53 63 2600 41,2713. Pucangluwuk 333 334 19028 56,9714. Kajenengan 292 293 16707 57,0215. Kalijambu 183 184 4432 24,0916. Danasari 171 172 9350 54,3617. Cikura 160 161 8904 55,30
Jumlah 2514 2536 129047 725,089Sumber: UPTD Tanbunhut Kecamatan Bojong
Menurut tabel 1.3 terlihat rata-rata produksi padi di Kecamatan
Bojong sejumlah 725,089 kw/ha. Desa yang memiliki produksi terbanyak
terdapat pada 5 Desa, yaitu Desa Lengkong, Desa Kajenengan, Desa
Pucangluwuk, Desa Cikura dan Danasari.3
Indonesia yang merupakan salah satu Negara yang sedang
berkembang, sektor pertanian merupakan mata pencaharian utama bagi
sebagaian besar penduduknya, yang merupakan sasaran tujuan
pembangunan di pedesaan. Hal ini sependapat dengan ungkapan
Soehartono dalam Triwibowo Yuwono yang menyatakan bahwa,
“Prioritas pembangunan masyarakat dipedesaan dijatuhkan pada sektor
3 Badan Pusat Statistik (BPS) Kabupaten Tegal “Kecamatan Bojong dalam Angka 2015”hal.97
6
ekonomi pertanian”.4 Hal ini disebabkan karena masyarakat desa di
Indonesia rata-rata sumber penghasil utamanya berasal dari sektor
pertanian. Sebagai negara agraris Indonesia mampu menghasilkan bahan
pangan pokok dalam jumlah yang besar, namun karena jumlah penduduk
yang terus mengalami peningkatan kebutuhan pangan pokok dalam hal ini
adalah beras bagi masyarakat Indonesia masih harus di impor.
Indonesia mampu memproduksi gabah dalam jumlah yang sangatbesar lebih dari 60 juta ton per tahun, namun untuk mencukupikebutuhan penduduk yang mencapai hampir 250 juta jiwa, padatahun 2008 Indonesia masih melakukan impor beras. Secarapresentase sangat kecil kurang dari 0,5% produksi dalam negeri,namun jumlah mutlaknya cukup besar hampir mecapai 300 ributon untuk tahun 2008. Jumlah tersebut dapat membengkak padakurun waktu yang lain sehingga dapat mencapai lebih dari 2 jutaton per tahun.5
Menurut pandangan Triwibowo “Produksi atau hasil pertanian
dalam arti luas tergantung dari faktor genetik dan varietas yang di tanam,
lingkungan termasuk anatara lain tanah, iklim dan teknologi yang dipakai.
Sedangkan dalam arti sempit terdiri dari varietas tanaman” 6
Menurut Badan Litbang Pertanian dalam Azwir dan Ridwankebutuhan beras sebagai salah satu sumber pangan pokok utamapenduduk Indonesia terus meningkat karena selain jumlahpenduduk yang terus bertambah dengan laju peningkatan 2% pertahun, juga karena adanya perubahan pola konsumsi pendudukdari non-beras ke beras. Di lain pihak terjadinya penyempitanlahan sawah subur akibat terjadinya konversi lahan sawah untukkepentingan selain pertanian yaitu permukiman dan fasilitas-fasilitas lain, juga karena terjadinya fenomena produktivitas padisawah irigasi cenderung turun.7
Berdasarkan uraian tersebut di atas, Penulis tertarik untuk Meneliti
tentang ”Produktivitas Lahan Sawah dalam Pemenuhan Kebutuhan
Beras Penduduk di Kecamatan Bojong, Kabupaten Tegal”
4 Triwibowo Yuwono, op. cit5 Ibid hlm. 1696Tati Nur Mala, dkk, Pengantar Ilmu Pertanian, Graha ilmu, Yogyakarta, 2012, hal. 197Azwir dan Ridwan, Peningkatan Produktivitas Padi Sawah dengan Perbaikan Teknologi
Budidaya, (Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Sumatera Barat, 2009) hal.213
7
B. Identifikasi Masalah
1. Luas Lahan pertanian di Kecamatan Bojong Menurun
2. Kurangnya stok beras di Kecamatan Bojong
3. Pertumbuhan Penduduk di Kecamatan Bojong Semakin Meningkat
C. Batasan Masalah
1. Produksi beras (Kg) pada Lahan Pertanian di Kecamatan Bojong
Kabupaten Tegal pada rentan waktu 2011-2014.
2. Tingkat Produktivitas Lahan Sawah dalam Pemenuhan kebutuhan
beras bagi penduduk Kecamatan Bojong, Kabupaten Tegal tahun 2011
– 2014.
D. Rumusan Masalah
Berdasarkan batasan masalah diatas dirumuskan permasalahan
penelitian sebagai berikut:
1. Berapa Jumlah Produksi beras (Kg) pada Lahan Pertanian di
Kecamatan Bojong, Kabupaten Tegal pada tahun 2011 – 2014?
2. Bagaimana Tingkat Produktivitas Lahan Sawah dalam Pemenuhan
kebutuhan beras bagi penduduk Kecamatan Bojong, Kabupaten Tegal
pada tahun 2011-2014?
E. Tujuan penelitian
Adapun Tujuan dalam penelitian ini adalah:
1. Untuk Mengetahui Jumlah produksi beras (Kg) pada Lahan Pertanian
di Kecamatan Bojong dalam Rentan Waktu 2011-2014
2. Untuk Mengetahui Tingkat Produktivitas Lahan Sawah dalam
Pemenuhan Kebutuhan Beras bagi Penduduk Kecamatan Bojong
Kabupaten Tegal.
F. Manfaat Penelitian
1. Manfaat teoritis
Hasil penelitian ini diharapkan menjadi salah satu rujukan atau
panduan dalam penelitian selanjutnya khususnya terkait masalah
tentang produktivitas lahan sawah dan faktor-faktor yang
8
mempengaruhi produktivitas lahan sawah dalam kaitannya dengan
pemenuhan kebutuhan beras.
2. Manfaat Praktis
a. Bagi Peneliti
1) Sebagai sarana untuk menambah ilmu pengetahuan
2) Sebagai sarana untuk mengimplikasikan teori-teori yang telah
dipelajari dibangku kuliah
3) Sebagai syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Pendidikan
(S.Pd)
b. Bagi Petani
1) Memberikan rekomendasi kepada petani tentang penggunaan
dan pemanfaatan lahan sawah yang tepat untuk digunakan
pada lahan sawah yang ada di Kecamatan Bojong.
2) Meningkatkan pendapatan petani dengan memanfaatkan
sumberdaya yang tersedia.
3) Dapat mengetahui faktor-faktor apa saja yang mempengaruhi
produktivitas lahan sawah di Kecamatan Bojong.
c. Bagi instansi terkait
1) Dapat memberikan rekomendasi kepada pemerintah setempat
tentang penggunaan dan pemanfaatan lahan sawah yang tepat
untuk digunakan pada lahan sawah yang ada di kecamatan
bojong.
2) Meningkatkan pendapatan petani dengan memanfaatkan
sumberdaya yang tersedia dan meningkatkan kepedulian
masyarakat terhadap upaya peningkatan kesejahteraan
keluarga di lingkungan guna pemantapan ketahanan pangan
masyarakat di Kecamatan Bojong.
9
BAB II
KAJIAN TEORI
A. Pengertian Produktivitas
Pertanian merupakan suatu proses produksi khusus yang di
dasarkan atas proses pertumbuhan tanaman1. Produksi hasil pertanian
dalam arti luas bergantung pada faktor-faktor fisik dan genetik yang
ditanam seperti kondisi lungkungan dan jenis tanahnya. Sedangkan dalam
arti sempit terdiri dari faktor-faktor non teknis seperti keterampilan petani
dalam mengolah lahan dan biaya atau sarana produksi.
Produktivitas dan kesuburan tanah menunjukan kemampuan tanahuntuk memproduksi tanaman yang tumbuh di atas tanah tersebut.Produktivitas merupakan kemampuan atau daya dukung lahanpertanian dalam memperoduksi tanaman. Produktivitas dalamPandangan Tati Nurmala merupakan kemampuan tanah untukmenghasilkan produksi tanaman tertentu. Tanah yang produktifialah tanah yang dapat menghasilkan produksi tanaman denganbaik dan menguntungkan bagi petani yang mengolahnya. Jika hasilpertanian tidak sesuai dengan apa yang diinginkann berarti lahantersebut tidak produktif dan perlu pengolahan yang lebih optimumlagi.2
Produktivtas merupakan perwujudan dari seluruh faktor-faktor
(tanah dan non-tanah) yang akan berpengaruh terhadap hasil tanaman yang
lebih berdasarkan pada pertimbangan ekonomi. Karena itu Tati Nurmala
mengemukakan bahwa faktor-faktor yang mempengaruhi produktivitas
tanah ialah masukan (sistem pengelolaan); keluaran (hasil tanaman);
tanah (jenis dan luasnya). Jadi tanah produktif harus subur dan
menguntungkan. Tanah subur akan produktif jika dikelola dengan baik,
menggunakan teknik pengelolaan dan jenis tanah yang sesuai.
Menurut Tisdale, Nelson, dan Beaton dalam Tati Nur Mala,
Kesuburan tanah ialah kemampuan tanah dalam menyediakan unsur hara
yang cukup yang dibutuhkan oleh tanaman dan
1 Tati Nur Mala, dkk, Pengantar Ilmu Pertanian, (Yogyakarta; Graha ilmu, 2012), h 192 Ibid., h. 24-25.
10
perbandingan yang sesuai untuk pertumbuhannya, sehingga dapat
meghasilkan produksi yang tinggi.3
Menurut Foth dan Ellis dalam Aji Munawar, Produktivitas tanah
adalah kapasitas tanah untuk memproduksi hasil (yield) tertentu dengan
pengelolaan yang optimum4. Produktivitas tanah bukan hanya dipengaruhi
oleh jenis tanah maupun luas lahan saja, tetapi diperlukan juga
keterampilan petani dalam mengolah lahan tersebut. Istilah ini memiliki
arti yang lebih luas jika dibandingkan dengan kesuburan tanah, karena
telah mecakup dua aspek sekaligus, yaitu aspek kesuburan tanah dan juga
aspek keterampilan dalam mengolah lahan tersebut.
Tanah dapat saja mengandung unsur hara dalam jumlah yang
cukup dan seimbang serta mempunyai sifat-sifat baik lainnya. Tetapi jika
tanah tersebut dibiarkan tidak dikelola atau tidak digarap ia tidak akan
mampu menghasilkan tanaman sesuai dengan yang di inginkan
(produktif). Tanah harus di kelola dengan baik agar hasil pertanian bisa
diperoleh dengan baik atau dengan jumlah yang memadai, jika tanah tidak
dikelola dengan baik atau tidak digunakan sebagaimana mestinya maka
akan berdampak pada produksi tanaman. Sebagai contoh, pada saat musim
kemarau sebaik apapun sifat-sifat fisik tanah, kimia, dan biologi tanah
serta ketersediaan haranya tanah tidak akan menghasilkan apa apa jika
tidak mendapatkan pasokan air atau irigasi yang cukup. Pada musim
kering atau kemarau pasokan air sangat dibutuhkan agar tanah mampu
berproduksi tanaman dengan baik.
Dengan demikian, dapat dikatakan bahwa semua tanah yang
produktif itu subur, karena tanah yang subur akan menghasilkan hasil
pertanian yang baik dan berkualitas jika dibarengi dengan pengolahan
yang baik pula, sebaliknya banyak tanah subur yang tidak produktif akibat
kekeringan atau karena tidak dikelola dengan cara yang tepat. Maka
dibutuhkan keterampilan petani agar tanah dapat dikelola dengan baik.
3 Ibid., h. 254 Ali Munawar, Kesuburan Tanaman dan Nutrisi Tanaman, (Bogor : IPB Press, 2011).
h. 5.
11
Untuk membuat tanah yang subur dan produktif perlu diketahui faktor-
faktor lain yang mendukung atau menghambat produktivitas dan cara
mengubahnya untuk menjamin tanah tersebut produktif.5
Jadi produktivitas merupakan pembagian nilai dari output produksi
terhadap biaya input produksi.6 Rendahnya output atau hasil pertanian karena banyaknya produk
yang tidak sesuai dengan hasil yang diinginkan mengakibatkan
produktivitas pertanian menjadi rendah. Namun produktivitas masih dapat
ditingkatkan dengan cara menurunkan input dan meningkatkan output.
Menurut Soetriono, “usaha tani tidak pernah terlepas dari hasil
produksi pertanian. Produksi pertanian secara teknis mempergunakan
input berupa masukan-masukan dalam kegiatan pertanian dan output
berupa hasil pertanian.” Dalam usaha tani dibutuhkan lahan, modal, tenaga
kerja ataupun manajemen yang baik supaya hasil pertanian dapat sesuai
dengan apa yang di inginkan. Jika tidak ada modal ataupun tenaga kerja
maka kegiatan pertanian tidak akan sesuai dengan apa yang diinginkan.
Input adalah semua yang dimasukan kedalam proses produksi
pertanian seperti tanah, pupuk, pestisida dan obat-obatan lain yang
dipergunakan dalam kegiatan pertanian, tenaga kerja petani dan
keluarganya serta setiap pekerja yang diberi upah atau bayaran dalam
pengolahan lahan. Input dalam kegiatan pertanian sangatlah penting dalam
menunjang kegiatan pertanian maka dari itu dibutuhkan pengolahan yang
baik agar output dapat dihasilkan dengan sempurna, sedangkan output
adalah hasil tanaman yang dihasilkan oleh usahatani tersebut yaitu berupa
5 Ibid, h.66 Sutra Mandasari, “Hubungan Peran Kelompok Tani Dengan Produktivitas Usahatani
Benih Padi”, Skripsi Fakultas Sains dan Teknologi, Uin Jakarta, 2014 hal,11.
12
bahan makanan. Bahan makanan yang berkualitas dihasilkan dari kegiatan
input yang baik.7
INPUT : Biaya OUTPUT : Penerimaan
1. Tanah 1. Bahan Makanan
2. Modal
3. Tenaga Kerja
4. Manajemen
B. Lahan Pertanian
I Made Mahadi berpendapat bahwa “Lahan merupakan salah satu
faktor produksi yang menghasilkan bahan makanan yang menjadi tempat
proses produksi dan hasil produksi yang diperoleh”.8 Lahan menjadi faktor
utama dalam produksi pertanian, karena jika jenis tanah pada lahan yang
dikelola untuk budidaya tanamam baik begitupun dengan pengolahan
lahan yang baik maka produksi pertanian akan baik pula. Dalam pertanian
terutama di negara berkembang seperti Indonesia, faktor produksi lahan
mempunyai kedudukan yang sangat penting. Hal ini terbukti dari besarnya
balas jasa yang diterima dari lahan dibandingkan dengan faktor-faktor
produksi lainnya. Lahan sangat berperan penting dalam kehidupan
manusia, selain sebagai sarana untuk bertempat tinggal lahan juga
dijadikan sebagai tempat kegiatan ekonomi.
Lahan bagi petani mempunyai arti yang sangat penting karena darilahan mereka dan keluarganya dapat mempertahankan hidupnyamelalui kegiatan pertanian, perkebunan dan berternak karena lahanmerupakan faktor produksi utama dalam berusaha tani, maka statuskepemilikan dan penguasaan lahan sangat penting untukmenentukan jenis komoditas apa yang akan ditanam pada lahan
7 Soetriono, dkk, Pengantar Ilmu Pertanian, (Malang,: Banyu Media Publishing, 2003 ,hal.62
8 I Made Mahadi, “Faktor-faktor yang mempengaruhi konversi lahan pertanian sertadampaknya terhadap kesejahteraan petani ( studi kasus di subak jadi, kecamatan kediri, tabanan),” Tesis Universitas Udayana, Bali, 2014. Hal.25
Usahatani (Perusahaan)
13
tersebut dan berapa besaran bagian yang diperoleh dalam usahatani yang dikelola.9
Dari pernyataan diatas dapat disimpulkan bahwa lahan merupakan
suatu ruang atau spasial yang digunakan sebagai sarana untuk
dimanfaatkan oleh manusia, hewan, maupun tumbuhan dan benda benda
yang lainnya untuk membantu dalam kelangsungan hidup manusia dan
makhluk hidup yang lainnya seperti digunakan sebagai tempat tinggal atau
habitat dan juga sebagai kegiatan untuk mencari bahan makanan.
Manurut Tati Nurmala, dkk “Lahan pertanian jika dilihat dari
aspek ekosistemnya dapat dibedakan menjadi dua kelompok besar yaitu:
(1) lahan pertanian basah dan (2) lahan pertanian kering.” Lahan pertanian
basah adalah lahan pertanian yang selalu digenangi air, sehingga petani
tidak perlu mengandalkan air hujan sebagai pasokan utama irigasi
pertanian, dan sebaliknya lahan kering adalah lahan yang mengandalkan
air hujan sebagai pasokan irigasi, pada lahan kering jika musim kemarau
panjang biasanya digunakan untuk tanaman jagung. Antara kedua
kelompok lahan pertanian tersebut mempunyai karakteristik yang berbeda
sehingga pengolahan dalam lahan tersebut harus berbeda pula agar
memberikan hasil pertanian yang tinggi. Pada lahan pertanian basah
kondisi irigasi sudah terjamin sehingga petani tidak perlu memperbaiki
tekstur tanah untuk kegiatan pertanian, sebaliknya pada lahan kering
kondisi irigasi susah diperoleh, maka dari itu perlu ada pengolahan tanah
terlebih dahulu sebelum melakukan kegiatan pertanian, tujuannya agar
tanah memiliki tekstur yang lumat atau halus.10
Arti pertanian menurut Anwas Adiwilaga dalam Tati Nur Mala
yang mendefinisikan pertanian sebagai suatu kegiatan untuk memelihara
suatu tanaman tertentu pada sebidang lahan tanpa menyebabkan kerusakan
lahan tersebut untuk berproduksi lagi dimasa yang akan datang. Lahan
9 Ibid.,10 Tati Nur Mala, op.cit., hal. 101
14
harus digunakan secara optimal agar kegiatan pertanian dapat dilakukan
secara berkelanjutan sehingga produksi pertanian terus berjalan.
Bishop dan Toussaint dalam Tati Nur Mala mendefinisikanpertanian sebagai suatu perusahaan yang khusus mengombinasikansumber-sumber alam dan sumberdaya manusia dalam prosesmenghasilkan produksi pertanian, dalam pertanian bukan hanyakualitas lahannya saja tetapi membutuhkan keterampilan yang baikdari sumberdaya manusia untuk mengolah lahan tersebut. Darikedua definisi tersebut diatas dapat disimpulkan atau dikatakanbahwa pertanian adalah: kegiatan produksi biologis yangberlangsung diatas sebidang tanah (lahan) dengan tujuanmenghasilkan tanaman dan hewan untuk memenuh kebutuhanhidup manusia tanpa merusak lahan tersebut yang digunakan untukproduksi dimasa yang akan datang atau berkelanjutan.11
Menurut Hasan Basri untuk kehidupan tanaman lahan atau tanah
mempunyai fungsi, yaitu12:
1. Tempat berdiri tegak dan bertumpunya tanaman, lahan sebagai habitat
atau tempat hidup tanaman, jika luas lahan untuk budidaya tanaman
semakin sempit maka produksi tanamanpun akan rendah, dan
sebaliknya.
2. Sebagai medium tumbuh yang menyediakan hara dan pertukaran hara
antara tanaman dengan tanah, tanah menyediakan unsur hara esensial
yang baik bagi tanaman dan sebaliknya, jadi antara tanah dan
tanamann saling berkontribusi terhadap kelangsungan hidup masing-
masing
3. Sebagai penyedia dan gudangan air dalam tanah. Tanaman mampu
menyerap air yang berlebihan didalam tanah sehingga dapat
mengurangi bencana longsor, tanaman membutuhkan air untuk proses
fotosintesis.
11 Ibid., hal. 1412 Hasan Basri Jumin, Dasar-Dasar Agronomi, (Jakarta : Rajawali Pers,, 2012), hal.27
15
C. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Produktivitas Lahan Sawah
1. Luas Lahan
Lahan dalam pandangan Towenshend dalam Kristovel Prok
merupakan bagian dari permukaan bumi yang dicirikan oleh adanya
suatu susunan sifat-sifat khusus dan proses-proses didalamnya yang
saling berkaitan dalam ruang dan waktu dalam tanah, atmosfer dan air,
bentuk lahan, vegetasi dan populasi fauna, sebagai hasil dari aktivitas
manusia atau tidak. Lahan merupakan bagian dari alam yang
dimanfaatkan oleh makhluk hidup yang digunakan untuk memenuhi
keperluan hidupnya, saling terjadi keterkaitan antara makhluk hidup
dan alam.13
Kemudian Hadjowigeno dalam Krostovel Prok juga
menjelaskan bahwa lahan adalah lingkungan fisik bumi yang meliputi
tanah, iklim, relief, hidrologi, dan vegetasi, dimana faktor-faktor
tersebut mempengaruhi potensi penggunaan lahan yang sesuai dengan
karakteristik lahan tersebut termasuk didalamnya adalah akibat dari
kegiatan-kegiatan manusia, seperti reklamasi daerah pantai,
penebangan hutan dan akibat-akibat yang merugikan seperti erosi,
abrasi, sedimentasi, longsor dan akumulasi garam. Lahan merupkan
kondisi fisik bumi baik lautan, dataran, maupun pegunungan yang
hasilnya merupakan kegiatan-kegiatan dari aktivitas manusia maupun
makhluk hidup lainnya14
Vink dalam Kristovel Prok, mengemukakan bahwa lahanadalah suatu konsep yang dinamis, konsep yang berkaitandengan alam atau spasial, artinya lahan merupakan tempat dariberbagai ekosistem yang ada di bumi juga merupakan bagiandari ekosistem-ekosistem tersebut. Lahan juga merupakankonsep geografis karena dalam pemanfaatannya selalu terkaitdengan ruang atau lokasi tertentu, sehingga karakteristiknyaberbeda-beda tergantung dari lokasinya. Selain konsep lokasi,
13 Kristovel Prok, “Faktor-faktor yang Mempengaruhi Pertumbuhan Ekonomi SulawesiUtara Selama Periode Otonomi Daerah 2001-2013”, jurnal FEB, Universitas Sam Ratulangi,2015 hal.5
14 Ibid,.
16
lahan juga berkaitan dengan konsep-konsep geografi yang lainseperti morfologi, keterkaitan ruang, jarak.15
Luas lahan pertanian akan mempengaruhi skala usaha dalam
kegiatan pertanian. Skala usaha tersebut pada akhirnya akan
mempengaruhi efisien atau tidaknya suatu usaha pertanian. Sering
dijumpai semakin luasnya lahan yang dipakai untuk usaha pertanian,
akan semakin tidak efisien lahan tersebut, dikarenakan penggunaan
obat-obatan seperti penggunaan pestisida dan insektisida yang
berlebihan pula. Hal itu didasarkan pemikiran bahwa luasnya lahan
mengakibatkan upaya melakukan tindakan yang mengarah pada segi
efisiensi akan berkurang karena sebab-sebab sebagai berikut16:
1. Lemahnya pengawasan terhadap penggunaan faktor produksi
seperti bibit, pupuk, obat-obatan dan tenaga kerja, penggunaan
pupuk dan pestisida harus dilakukan secara efisien dan tidak
berlebihan agar kemampuan lahan untuk berproduksi tetap
terjaga.
2. Terbatasnya persediaan tenaga kerja disekitar daerah itu yang
pada akhirnya akan mempengaruhi efisiensi usaha pertanian
tersebut. Semakin majunya zaman banyak masyarakat yang
beralih profesi dari petani ke non-petani seperti kegiatan
berdagang maupun dibidang jasa yang kemudian akan
berdampak pada kegiatan pertanian karena tenaga kerja dalam
bidang pertanian semakin berkurang.
3. Terbatasnya persediaan modal untuk membiayai usaha
pertanian dalam skala luas tersebut, dalam kegiatan pertanian
diperlukan adanya modal untuk keperluan benih, obat-obatan
dan juga upah untuk tenaga kerja, jika modal sedikit maka akan
mempengaruhi luasan kegiatan pertanian, begitupun
sebaliknya.
15 Ibid, hal.616 Soetriono, dkk, op.cit., hal.64-65
17
Pada lahan yang sempit. Upaya pengawasan terhadap
penggunaan faktor produksi semakin baik, penggunaan tenaga kerja
tercukupi dan tersedianya modal yang tidak terlalu besar sehingga
usaha pertanian seperti itu akan lebih efisien. Meskipun demikian
lahan yang terlalu kecil cenderung menghasilkan usaha yang tidak
efisien. Namun jika luas lahan untuk budidaya pertanian semakin
sempit ini akan berdampak pada hasil pertanian yang akan menurun,
hal ini dapat menyebabkan terjadinya bencana kelaparan pada
keluarga jika hanya mengandalkan pangan dari hasil pertanian yang
dikelolanya.
Selanjutnya penggunaan lahan pertanian berdasarkan kondisi
saluran irigasi yang ada disekitar lahan juga dapat mencerminkan
macam tanaman yang akan diusahakan pada lahan tersebut dan
sekaligus juga menggambarkan pola tanam. Misalnya di lahan irigasi
orang cepat membayangkan bahwa sawah tersebut cocok untuk
ditanami padi. Kalau dalam waktu setahun di usahakan hanya tanaman
padi, maka dapat di katakan bahwa pola tanamannya adalah padi-padi-
padi; akan terjadi usahatani padi selama tiga kali dalam setahunnya.
Begitu pula sebaliknya pada lahan kering yang hanya memanfaatkan
air hujan sebagai pasokan irigasi biasanya lebih dimanfaatkan untuk
tegalan atau kebun.
Selain itu, dalam pandangan Soetriono kesuburan lahanpertanian juga menentukan produktivitas tanaman. Lahan yangsubur akan menghasilkan tanaman yang baik dan produktivitasyang tinggi jika dibandingkan dengan tanah yang kurangsubur. Kesuburan lahan pertanian biasanya berkaitan denganstruktur dan tekstur tanah yang ada. Struktur dan tekstur tanahdapat menentukan macam-macam jenis tanah pada lahantersebut sehingga dapat pula ditentukan jenis komoditas yangcocok untuk ditanam.17
2. Jenis Tanah
Menurut Sumartono, “Padi dapat diusahakan di tanah kering
dan tanah sawah namun dalam kondisi irigasi yang baik.” Padi dalam
17 Ibid., hal.66-67
18
pertumbuhannya membutuhkan kondisi irigasi yang baik, karena padi
akan tumbuh pada lahan yang memiliki tekstur yang halus, pada tanah
sawah yang terpenting adalah tanah harus merupakan bubur yang
lumat, yaitu struktur butir yang basah dan homogen yang kuat
menahan air atau disebut tanah lumpur yang subur dengan ketebalan
18-22 cm.
Padi sawah cocok ditanam di tanah berlempung yang berat dantanah yang memiliki lapisan keras 30 cm di bawah permukaantanah karena mengalami penggenangan. Tanah sawahmemiliki lapisan reduksi yang tidak mengandung oksigen danpH tanah sawah biasanya mendekati netral yaitu mendekati7,0. Keasaman yang sesuai bagi pertumbuhan tanaman padiantara pH 4,0 – 7,0. Untuk mendapatkan tanah sawah yangmemenuhi syarat untuk pertumbuhan padi maka diperlukanpengolahan tanah yang khusus, agar padi dapat tumbuh denganbaik dan dapat meningkatkan produktivitas lahan.18
3. Kondisi Irigasi
Pertumbuhan tanaman menurut Hasan Basri sangat dibatasi
oleh kondisi irigasi yang tersedia didalam tanah, karena air sangatlah
mempunyai peran penting dalam proses kehidupan tanaman. Tanaman
membutuhkan air untuk proses fotosintesis, Jika tanah kekurangan air
akan mengganggu aktivitas fisiologis maupun morfologi sehingga
mengakibatkan terhentinya petumbuhan tanaman dan menyebabkan
gagal panen. Untuk menghidari hal tersebut maka diperlukan kondisi
irigasi yang baik pada lahan pertanian.19
Air tanah memiliki peran penting dalam kehidupan danpenghidupan rakyat karena fungsinya sebagai salah satukebutuhan pokok yang digunakan untuk keperluan sehari-hari,seperti untuk minum, mandi, irigasi pertanian dan keperluanlainnya. Oleh karena itu dalam pengelolaannya perlu diaturmelalui perangkat-perangkat hukum atau regulasi untukmewujudkan keseimbangan antara konservasi danpendayagunaan air. Dalam melakukan pengelolaan air tanahkhususnya pendayagunaan dan pengembangannya untukirigasi pertanian, berikut diuraikan berdasarkan Undang-
18 I Made Mega,dkk, Klasifikasi Tanah dan Kesesuaian Lahan, (Denpasar : UniversitasUdayana, thn.2010). hal.
19 Hasan Basri Jumin, op. cit. hal.17
19
undang Sumber Daya Air No. 7 Tahun 2004, PeraturanPemerintah No. 43 Tahun 2008 tentang air tanah dan peraturandaerah lainnya.20
Saluran air atau irigasi berfungsi untuk mengairi lahan sawah
agar di saat musim kemarau kebutuhan akan air akan tetap terpenuhi
dan tidak akan kekeringan, Sehingga tanaman padi tetap dapat tumbuh
dan berkembang dengan baik. Apabila air berkurang maka tanaman
padi tidak akan tumbuh dan akan menyebabkan gagal panen.
Air merupakan bahan yang sangat vital bagi kehidupan
tanaman, karena air merupakan salah satu kebutuhan pokok tanaman
seperti halnya makluk hidup lain. Kekurangan air akan mengakibatkan
terganggunya perkembangan morfologi dan proses fisiologi tanaman.
Masalah kekurangan air timbul akibat siklus hidrologi di alam tidak
merata. Banyaknya evaporasi dan transpirasi yang tidak seimbang
dengan turunnya hujan (presipitasi) sehingga menyebabkan
kekeringan, Sebagai tindak lanjutnya lahir pemikiran untuk memenuhi
kekurangan air yang sering terjadi. Salah satu ilmu yang mengkaji dan
membahas tentang masalah air bagi pertanian adalah ilmu irigasi.
Menurut Hasan Basri Irigasi berarti pemberian air padatanaman untuk memenuhi kebutuhan bagi kelangsunganhidupnya, pemberian air bisa dilakukan oleh petani maupunsecara alami didapat dari alam, kebutuhan air tanaman samadengan kehilangan air per satuan luas yang diakibatkan olehkanopi tanaman di tambah dengan hilangnya air melaluipenguapan evaporasi dan transpirasi permukaan tanah padalahan tertentu. Dalam menentukan banyaknya kebutuhan air,ada beberapa faktor yang perlu diperhatikan, salah satunyaadalah faktor meteorologi, klimatologi dan hidrologi.21
PLA Deptan dalam Rosaline memandang Pemanfaatan air
tanah untuk irigasi dapat dikelompokkan menjadi dua bagian yaitu
sebagai suplesi atau cadangan air pada saat terjadi kekurangan air dan
20 Herliana Roseline dkk, “Kajian Pemanfaatan Irigasi Air Tanah pada Sawah TadahHujan Tanaman Padi Metode SRI di Desa Girimukti, Kabupaten Bandung Barat, Provinsi JawaBarat”, Jurnal ITB, 2009, Hal.2
21 Hasan Basri Jumin, op. cit., hal.81-82
20
sebagai sumber air utama untuk kebutuhan pokok tanaman. Pada
umumnya pemanfaatan air irigasi sebagai suplesi dilakukan pada
musim hujan dan musim kemarau pada saat terjadi kekurangan air.22
Kegiatan-kegiatan irigasi menyangkut penampungan air,
penyaluran air ke lahan pertanian, dan pembuangan kelebihan air serta
usaha menjaga keseimbangan air dalam tanah. Pada prinsipnya air
irigasi yang ditambahkan adalah untuk menangani kekurangan air
tanah karena kekeringan yang diakibatkan oleh musim kemarau yang
telah ada pada saat yang diperlukan dalam jumlah yang cukup. Oleh
karena itu, untuk merancang irigasi selain diperlukan data hidrologis,
meteorologi yang berhubungan dengan curah hujan dan juga
diperlukan pengelolaan air yang baik.23
4. Iklim
Menurut Nurdin dalam Ida Nurul Hidayati, “Sektor pertanian
sangat rentan terhadap perubahan iklim karena berpengaruh terhadap
pola tanam, waktu tanam, produksi, dan kualitas hasil pertanian”.24
kondisi iklim yang tidak stabil membuat dampak yang sangat buruk
terhadap pertanian, pola tanam dan waktu tanam yang tidak teratur
membuat produksi tidak menentu.
Selanjutnya Suberjo dalam Ida Nurul Hidayati memandang
bahwa, “Iklim sangat erat kaitannya dengan perubahan cuaca dan
pemanasan global disuatu wilayah yang dapat menyebabkan
menurunnya produksi hasil pertanian antara 5-20 persen yamg
disebabkan oleh kekeringan”.25
Menurut Kementrian Lingkungan Hidup dalam Ida NurulHidayati dan Suryanto Perubahan iklim merupakan suatukondisi yang ditandai dengan berubahnya pola iklim dunia yangmengakibatkan fenomena cuaca yang tidak menentu akibat
22 Rosaline, op. cit., hal.2-323 Hasan Basri Jumin, op. cit., hal.8224 Ida Nurul Hidayati dan Suryanto, “Pengaruh Perubahan Iklim terhadap Produksi
Pertanian dan Strategi Adaptasi pada Lahan Rawan Kekeringan”. jurnal FEB, UniversitasSebelas Maret, 2015 hal.43
25 Ibid.,
21
pemanasan global. Perubahan iklim tersebut terjadi karenaadanya perubahan unsur-unsur iklim seperti suhu udara dancurah hujan yang terjadi secara terus menerus dalam jangkawaktu yang panjang antara 50 sampai 100 tahun.26
Ratnaningayu dalam Ida Nurul Hidayati Memandang Perubahan
iklim sangat dipengaruhi oleh kondisi cuaca yang tidak stabil sebagai
contoh curah hujan yang tidak menentu, sering terjadi badai, suhu udara
yang ekstrim, serta arah mata angin yang berubah drastis yang
menyebabkan tanaman tidak dapat tumbuh karena tidak kuat untuk
menopang angin dan air yang berlebihan.27
Menurut pandangan Angles, dkk dalam Ida Nurul Hidayati
“Berkurangnya intensitas hujan merupakan faktor penyebab utama
penurunan hasil panen”.28 Variasi iklim seperti kejadian masa kemarau
panjang memiliki dampak yang tinggi pada hasil tanaman di lahan yang
kering. Pasokan air pada lahan kering sangat mengandalkan iklim. Pada
musim penghujan lahan kering akan digenangi air sehingga lahan akan
produktif, dan sebaliknya pada musim kemarau lahan kering kurang
produktif karena tidak digenangi air.
Perubahan iklim menurut Utami, dkk dalam Ida Nurul Hidayati
memiliki pengaruh negatif terhadap hasil pertanian, hal ini dikarenakan
terjadinya penurunan luas lahan panen akibat dari dampak perubahan
iklim global. Kondisi iklim yang tidak menentu membuat masyarakat
kesulitan untuk menentukan jenis komoditas yang akan ditanam,
terlebih jika pada lahan kering yang hanya dapat mengandalkan musim
penghujan, jika terjadi musim kemarau yang secara terus menerus maka
akan menghambat produksi pertanian karena lahan kering.29
Padi dapat tumbuh baik di daerah-daerah yang berhawa panas
dan udaranya mengandung uap air. Padi dapat ditanam di dataran
26 Ibid.,27 Ibid.,28 Ibid.,29 Ibid.,
22
rendah sampai ketinggian 1300 mdpl. Jika terlalu tinggi, pertumbuhan
akan lambat dan hasilnya akan rendah.
Curah hujan yang baik rata-rata 200 mm perbulan atau lebih
dengan distribusi selama 4 bulan atau sekitar 1500-2000 mm per tahun.
Padi menghendaki tempat dan lingkungan yang terbuka, agar intensitas
cahaya matahari dapat diserap oleh tumbuhan padi yang akan
digukanan untuk proses fotosintesis, Intensitas sinar matahari besar
pengaruhnya terhadap hasil gabah, terutama saat padi berbunga (45-30
hari sebelum panen), karena 75-80% kandungan tepung dari gabah
adalah hasil fotosintesis pada masa berbunga.
Suhu juga merupakan faktor lingkungan yang besar
pengaruhnya terhadap pertumbuhan padi. Suhu yang tinggi pada vase
pertumbuhan padi dapat mengganggu peningkatan jumlah anakan padi
karena meningkatnya aktivitas tanaman dalam mengambil zat makanan.
Sebaliknya suhu yang rendah pada masa pertumbuhan padi menjadi
bunga atau malai berpengaruh baik pada pertumbuhan dan hasil akan
lebih tinggi. Suhu yang tinggi pada masa ini dapat menyebabkan gabah
hampa atau kurang efektif karena proses fotosintesis akan terganggu.
Suhu yang untuk pertumbuhan tanaman padi adalah 230C. hal ini dapat
disimpulkan bahwa semakin tinggi suhu pada suatu tempat yang
dijadikan sebagai areal pertanian padi, maka akan semakin menurun
produksi padi pada lahan tersebut, dan sebaliknya.
Menurut Badan Pusat Statistik (BPS) Kabupaten Tegal, “Curah
hujan di Kecamatan Bojong pada tahun 2013 sebesar 2.103 mm dengan
hari hujan 215 atau lebih kering dari tahun 2013, (dengan 4103 mm dan
240 hari hujan), sedangkan kelembaban udara tahun 2012 sekitar
0,85%.” 30
Selain itu, dampak dari perubahan iklim terhadap produktivitaspertanian menurut Andri Noor Ardiansyah, diperkirakanproduktivitas pertanian di daerah tropis sperti Indonesia akanmengalami penurunan jika terjadi kenaikan suhu global antara
30 Badan Pusat Statistik (BPS) Kab.Tegal ”Bojong Dalam Angka 2014” hal 4
23
1-20C sehingga dapat meningkatkan resiko bencana kelaparankarena produktivitas lahan menurun akibat cuaca ektrem.Meningkatnya frekuensi kekeringan dan banjir diperkirakanakan memberikan dampak negatif pada produksi lokal terutamapada sektor penyediaan dan ketahanan pangan di daerahsubtropis dan tropis. Pengaruh iklim global menjadi pemicuterjadinya perubahan musim dunia dimana musim kemaraumenjadi lebih panjang sehingga menyebabkan gagal panen padalahan kering, selain itu musim kemarau yang berkepanjanganjuga dapat memicu terjadinya krisis air bersih dan kebakaranhutan, terjadinya pergeseran musim dan perubahan pola hujanmengakibatkan produktivitas pertanian dalam negeri menurun,akibatnya Indonesia harus mengimpor beras.31
5. Unsur Hara
Sebagai makhluk hidup yang sedang tumbuh dan berkembang,
tanaman membutuhkan makanan, makanan yang dibutuhkan tanaman
berupa unsur hara, tanaman membutuhkan unsur-unsur hara dengan
susunan dan perbandingan tertentu dalam proses pertumbuhan dan
produksinya. Unsur hara merupakan suatu zat yang dapat memberikan
pengaruh terhadap pertumbuhan tanman, untuk itu unsur hara sangat
penting dalam proses pertanian, unsur hara tidak bisa digantikan
dengan unsur-unsur yang lain karena unsur hara termasuk unsur
esensial yang harus ada pada tanaman dalam jumlah yang pas sesuai
dengan takaran.
Menurut Bachrun tanaman membutuhkan berbagai macamunsur hara untuk melakukan produksinya, yaitu unsur haramakro yang berupa unsur-unsur (N, P, K, Ca, S dan Mg) danunsur hara mikro yaitu (Fe, Mn, Cu, Zn, dan B). Unsur-unsurtersebut akan memberikan banyak manfaat terhadap tumbuhansalah satunya adalah dalam membantu proses fotosintesis dandapat mempercepat proses pertumbuhan tanaman. Bila terjadikekurangan salah satu unsur hara tersebut, maka pertumbuhantanaman tidak akan sempurna. Semua unsur hara yangdibutuhkan tanaman disebut dengan unsur hara esensial,karena tidak dapat diganti dengan unsur hara yang lainnya.32
31 Andri Noor Ardiansyah, Klimatologi Umum, (Jakarta : Uin Jakarta Press, 2014),hal.116
32 Bachrun, Tim Karya Nyata, Pertanian Terpadu dan Agribisnis, (Ciputat :ntelektifaPustaka, 2007). hal.14
24
Ali Munawar dalam pandangannya menyatakan bahwa
“Pasokan hara bagi tanaman juga dapat berasal dari atmosfer seperti
deposisi dan fiksasi. Deposisi unsur hara dari atmosfer hanya penting
dalam jangka panjang, misalnya bagi tanaman tahunan atau hutan
vegetasi.” Unsur hara yang didapat dari atmosfer melalui siklus
biogeokimia dimana pada siklus biogeokimia unsur-unsur penting
mengalami sirkulasi dari komponen abiotik ke dalam komponen
biotik.33
D. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Produksi Padi Sawah
1. Varietas Padi (Oryza sativa)
Menurut Febry Indriyani dalam Penelitianya “Padi
diklasifikasikan sebagai family Gramineae (Poaceae). Berdasarkan
klasifikasi Gould padi termasuk kedalam sub family Oryzeideae, suku
Oryzeae. Spesies yang paling sering dibudidayakan di Asia adalah
Oryzae sativa.”34
Menurut Kartasapoetra dalam Rika Meiliza tanaman padi
merupakan tanaman semusim, yang hanya dapat ditanam pada musim
tertentu saja, padi termasuk golongan rumput-rumputan dengan
klasifikasi sebagai berikut:35
Kingdom : Plantae
Divisi : Spermatophyta
Sub divisi : Angiospermae
Kelas : Monocotyledoenae
Ord : Grameniales
Keluarga : Gramineae (Poaceae)
Genus : Oryza
33 Ali Munawar, op. cit., hal.2134 Febry Indriyani, “Hubungan Partisipasi Petani dalam Kelompok Tani dengan
Produktivitas Usaha Tani Padi Sawah (Studi Kasus di Kelompok Tani Saluyu, Desa Ciasihan,Kecamatan Pamijahan, Kabupaten Bogor)”, Skripsi FMIPA UIN Jakarta, Jakarta, 2014. Hal.40(tidak diterbitkan)
35Rika Meiliza, “Pengaruh Pupuk terhadap Optimasi Produksi Padi Sawah di KabupatenDeli Serdang,” Skripsi Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara, 2006, hal.13
25
Spesies : Oryza spp.
Menurut Suparyono dalam Rika Meiliza, Padi (oryza sativa)tumbuh baik di daerah tropis maupun sub-tropis. Untuk padisawah ketersediaan irigasi yang mampu menggenangi lahantempat penanaman sangatlah penting karena padi dalampertumbuhanya sangatlan mengandalkan air. Oleh karena itu,tanaman yang digenangi air secara terus-menerus kemampuantanah dalam menahan air harus tinggi seperti tanah lempungagar air tidak cepat habis. Untuk kebutuhan air tersebutdiperlukan sumber mata air yang besar kemudian ditampungdalam bentuk waduk (danau), dari waduk inilah sewaktu-waktu air dapat dialirkan selama periode pertumbuhan padisawah, selain mengandalkan waduk buatan air juga dapatdiperoleh dari sungai.36
Menurut Tim Pusat Penelitian Tanah dan Agroklimat dalam
Setijati D.Sastrapradja Padi sawah dibudidayakan pada kondisi tanah
tergenang air, tanah yang tergenang air akan berubah menjadi halus dan
lumat. Penggenangan tersebut akan membuat perubahan unsur kimia
dalam tanah yang akan mempengaruhi kondisi pertumbuhan tanaman.
Perubahan-perubahan kimia tanah sawah yang terjadi setelah
penggenangan antara lain : kadar oksigen yang ada didalam tanah
menuru yang juga dapat menurunkan reaksi reduksi-oksidasi (redoks),
perubahan pH tanah, reduksi besi (Fe) dan mangan (Mn), peningkatan
suplai dan ketersediaan nitrogen dalam tanah, serta peningkatan
ketersediaan fosfor.37
Menurut Setijati D.Sastrapradja “Tanaman padi dapat tumbuhdi daerah beriklim panas yang lembab. Tanaman padimemerlukan curah hujan rata-rata 200 mm/bulan dengandistribusi selama 4 bulan, sedangkan pertahun sekitar 1500-2000 mm.” Suhu yang panas merupakan temperatur yangsesuai bagi tanaman padi yaitu pada suhu 23°C dimanapengaruhnya adalah kosongnya buah pada gabah. Daerah yangcocok untuk budidaya padi adalah daerah dengan denganketinggian 0-1500 mdpl.38
36 Ibid., hal 1437 Setijati D.Sastrapradja, Perjalanan Panjang Tanaman Indonesia, (Jakarta : Yayasan
pustaka obot indonesia, 2012). hal.3638 Ibid.,
26
Menurut Setijati D.Sastrapradja, “Jenis padi pada umumnya
ditanam disawah yang pada mulanya di genangi air. Tetapi ada pula
kelompok padi yang di tanam di lahan kering”.39 Kalau buah padi sudah
menghuning, buah-buah tersebut akan dipanen dan dirontokan dari
malainya, kemudian di jemur beberapa hari dan digiling sehingga dapat
dihasilkan beras yang kemudian diolah menjadi nasi sebagai pangan
pokok masyarakat.
2. Penggunaan Pupuk
Pupuk adalah material yang di tambahkan pada tanaman untuk
mencukupi kebutuhan hara yang diperlukan tanaman dalam
kelangsungan hidupnya, pupuk bisa berupa bahan organik maupun
non-organik.
Menurut Hasan Basri, “Pupuk adalah senyawa yang
mengandung unsur hara yang terdapat pada tanaman.” Unsur hara
yang dibutuhkan tanaman dapat diperoleh melalui pupuk, Suatu pupuk
umumnya terdiri atas komponen-komponen yang mengandung unsur
hara, pengatur konsistensi, kotoran makhluk hidup dan lain-lain.
Bagian yang tidak mengandung unsur hara tersebut akan menurunkan
kadar hara dalam pupuk tersebut. 40
Pengelompokan pupuk dapat dilakukan dengan tiga cara, yaitu41:
a. Pupuk alam dan pupuk buatan, pupuk alam adalah puuk yang
dihasilkan secara alami tanpa campur tangan dengan manusia,
pupuk alam disebut juga sebagai pupuk organik, karena
kebanyakan pupuk alam berasal dari bahan organik, sebaliknya
pupuk buatan adalah pupuk yang dihasilkan oleh pabrik-pabrik
dengan kandungan hara tertentu, pupuk ini mudah larut dalam air
dan cepat iserap oleh akar tumbuhan.
b. Pupuk menurut unsur-unsur yang dikandungnya, unsur-unsur yang
terdapat dalam pupuk merupakan unsur K, P Mg, KCl dan TSP.
39 Ibid., hal 3740 Hasan Basri Jumin, op. cit., hal 98-10041 Ibid.,
27
c. Pupuk organik dan pupun non-organik
Pupuk yang digolongkan kedalam kelompok pupuk alam antara lain
adalah, night soil (kotoran manusia), pupuk kandang (kotoran ternak),
pupuk hijau dan kompos.
Menurut Poole dalam Ali Munawar, Pupuk hijau adalah jenis-
jenis tanaman yang ditanam karena kemampuannya memperbaiki
tanah dan tanaman yang akan ditanam berikutnya. Pupuk hijau adalah
pupuk yang paling mudah untuk dicari karena langsung dihasilkan
dari alam seperti tanaman penutup, pupuk hijau mampu menahan erosi
ataupun sedimentasi, membantu mengikat hara dalam tanah, menekan
gulma, mendaur hara dan juga menyediakan hara.42
Selanjutnya kompos menurut Girma dalam Ali Munawar
merupakan semua jenis bahan organik yang telah mengalami
dekomposisi atau pengurai pada kondisi lingkungan yang terkendali.
Dalam siklus biogeokimia tumbuhan yang telah mati menjadi
dekomposer yang kemudian akan kembali diserap oleh tumbuhan
sebagai pupuk. Semua bahan organik dapat dirubah menjadi kompos,
tetapi ada ketentuan bahan yang dapat atau yang tidak dapat di
konversi.43
Pupuk kandang menurut Tati Nurmala merupakan sumber
penting bahan organik, peternakan menjadi bisnis yang sedang
berkembang di Indonesia, oleh karena itu pupuk kandang relatif
mudah di dapatkan dari peternak, selain mudah didapatkan pupuk
kandang juga lebih kaya akan unsur hara jika dibandingkan dengan
pupuk lain.44
3. Penggunaan pestisida
Menurut Martin dan Woodcock dalam Triharso, pestisida
adalah substansi kimia yang digunakan untuk membunuh atau
mengendalikan berbagai hama tanaman atau jazat pengganggu. Jadi
42 Ali Munawar, op. cit., hal 17543 Ibid hal, 17644 ibid
28
dapat disimpulkan bahwa pestisida merupakan zat kimia yang
digunakan petani untuk melindungi tanaman dari hama yang kerap
mengganggu pertanian. Kata pestisida bersasal dari kata pest yang
berarti hama (jazat pengganggu) dan cida yang artinya pembunuh, jadi
pestisida artinya pembunuh hama dengan cara meracuni.45
Menurut peraturan pemerintah Republik Indonesia No.7tahnun 1973 dalam Triharso, definisi pestisida adalah semuazat kimia dan bahan lain serta jazad renik dan virus yangdipergunakan untuk.46:a. Memberantas atau mencegah hama danpenyakit yang
merusak tanaman, bagian tanaman atau hasil pertanian.hama penyakit pada tanaman dapat merusak strukturtanaman yang menyebabkan menurunnya tingkatproduktivitas tanaman.
b. Membrantas rerumputan, rerumputan yang mengganggupertumbuhan padi akan menjadi penghalang tanamanuntuk memproduksi buah.
c. Mengatur atau merangsang tumbuhan yang tidakdiinginkan. Tumbuhan-tumbuhan yang tidak diinginkanyang tumbuh pada lahan pertanian seperti rerumputandibunuh menggunakan pestisida karena akan membuatketidakseimbangan unsur hara dalam tanah akibattumbuhan yang tidak diinginkan..
d. Membrantas atau mencegah hama luar pada hewanpeliaharaan dan ternak.
e. Membrantas atau mencegah hama air.f. Membrantas atau mencegah binatang dan jazad renik
dalam bangunan rumah tangga, alat angkutan, dan alatpertanian. buhan hanya pada pertanian saja dalam rumahtangga yang dimaksud hama adalah kecoa, nyamuk danlalat ataupun tumbuhan pengganggu yang menempel padadinding rumah.
g. Membrantas atau mencegah binatang yang dapatmenyebabkan penyakit pada manusia atau binatang yangperlu dilindungi dengan penggunaan pada tanaman tanahdan air.
MG Catur Yuamatri berpendapat bahwa Pestisida merupakan
zat, senyawa kimia (zat pengatur tumbuh dan perangsang tumbuh),
organisme renik, virus dan zat lain-lain yang digunakan untuk
45 Triharso, Dasar-Dasar Perlindungan Tanaman, (Yogyakarta : Gajah Mada UniversityPress, 2010). hal,244
46 Ibid.,
29
melakukan perlindungan tanaman atau bagian tanaman. Pemikiran
petani menggunakan pestisida karena jika hama dibiarkan tumbuh
atau menyerang tanaman hal ini akan menurunkan produksi tanaman
pada lahan, Penggunaan pestisida yang dilakukan oleh para petani
bertujuan untuk membunuh zat pengganggu berupa hama dan gulma
dengan tujuan untuk meningkatkan produksi tanaman.47 Disamping
dapat meningkatkan hasil produk pertanian, penggunaan pestisida juga
memberikan dampak negatif apabila digunakan secara berlebihan,
karena dapat membunuh makhluk hidup yang lainnya yang tidak
merugikan tanaman seperti cacing, serangga penyerbuk dan serangga
bangkai.
Penggunaan pestisida juga akan berdampak pada kualitas hasilpertanian, jika penggunaan pestisida dilakukan secara terus menerustanpa memperhatikan aspek lingkungan maka hal tersebut akanberdampak pencemaran lingkungan akibat bahan kimia yang secaraberlebihan, bahan-bahan kimia tersebut akan mencemari hasilpertanian dan juga kondisi irigasi disekitar lahan, sehingga hal inidapat membahayakan kelangsungan hidup manusia karena bahankimia.
Menurut definisi dari The United States FederalEnvironmental Pesticide Control Act dalam MG CaturYuamatri pestisida adalah semua zat yang digunakan petanikhusus untuk memberantas, mencegah dan membunuh zatpenganggu seperti serangga, binatang pengerat, nematoda,jamur, gilma, virus, bakteri, dan jazad renik yang dianggaphama, kecuali virus, bakteri dan jazad renik yang terdapat padamanusia dan binatang lainnya.48
4. Modal
Menurut Tati Nurmala dkk, selain tanah dan tenaga kerja maka
modal (uang) termasuk faktor produksi pertanian, karena apabila
petani tidak mempunyai modal uang maka petani tidak dapat
mengolah lahan pertaniannya karena ia tidak akan dapat membeli
pupuk, membayar tenaga kerja buruh tani yang ia pergunakan dalam
47 MG Catur Yuamtari, dkk. “Tingkat Pengetahuan Petani dalam Menggunakan Pestisida(Studi Kasus di Desa Curut Kecamatan Penawangan Kabupaten Grobogan) , Knowledge level offarmers in the Use of Pesticides (Case Study in Village Curut Penawangan District, Grobogan),”Jurnal, 2013 hal.1-2
48 Ibid.,
30
usaha taninya. Modal dalam pertanian erat kaitannya dengan
keputusan terhadap besaran luasan yang akan ditanami padi. Modal
yang digunakan dalamp pertanian anatara lain untuk mendapatkan
bibit unggul, membayar upah tenaga kerja, membeli pupuk, pestisida
maupun obat-obatan lain yang digunakan untuk meningkatkan
produktivitas pertanian.49
Modal merupakan unsur produksi yang paling penting sebab
tanpa modal segalanya tidak berjalan. Modal di bedakan menjadi dua,
yaitu modal tetap, dan modal berjalan. Modal tetap adalah modal yang
tidak akan habis dalam satu kali pakai, dalam hal ini yang termasuk
modal tetap adalah tanah karena tanah dapat digunakan sepanjang
masa, sedangkan modal berjalan adalah modal yang habis dipakai
pada satukali masa tanam, dalam hal ini yang termasuk modal berjalan
adalah uang tunai, pupuk dan tanaman.50
Heady dan Dillon dalam Soekartiwi mengklasifikasikanbeberapa variabel yang dapat digolongkan sebagai modaladalah:51
a. Modal untuk perbaikan usahatani, terdiri dari biayapenyusutan bangunan dan dam, kekayaan-kekayaan yangmudah di uangkan serta biaya yang digunakan untukpemeliharaan. Modal ini diperlukan untuk semua prosesmulai dari persiapan benih sampai pada masa panen,dalam pengolahan dan pemeliharaan tanaman termasukpemberian pupuk dan pestisida.
b. Modal yang terdiri dari mesin dan peralatan pertanian, jikapengolahan lahan menggunakan tenaga manusiapenggunaan modal ini digunakan untuk membayar tenagakerja atau membayar sewa.
c. Modal yang terdiri dari penyusutan mesin-mesinpertanian, pupuk, dll.
Berbagai penggolongan modal yang disebutkan di atas padaprinsipnya dapat dibagi menjadi dua macam, yaitu :a. Modal tetap, yaitu barang-barang yang tidak akan habis
dalam satu kali masa produksi seperti tanah dan mesinpertanian.
49 Tati Nur Mala, op. cit., h.12850 Ibid,51 Seokartiwi, Ilmu Usahatani, (Jakarta : UI Press, 1986). hal 229
31
b. Modal berjalan yaitu barang-barang yang akan habisdalam satukali masa produksi yaitu uang tunai, pestisidamaupun insektisida.
Sementara itu Tati Nurmala dkk memandang modal ditinjau
dari sifatnya dapat dibedakan menjadi dua macam, yaitu52:
a. Modal tetap, yaitu modal yang digunakan untuk beberapa proses
produksi. Seperti tanah, mesin pertanian, dll.
b. Modal tidak tetap adalah nilai sarana produksi yang hanya dapat
dipakai satu kali panen. Contohnya adalah pupuk, pestisida, tenaga
kerja dan benih tanaman.
Modal dapat berasal dari jerih payah sendiri maupun berasal
dari warisan, modal yang didapat dari jerih payah sendiri maupun dari
warisan dapat digunakan sesuka hati, sedangkan modal yang berasal
dari pinjaman bank harus dapat di pertanggung jawabkan oleh si
peminjam terhadap pemilik modal yang meminjamkan.
Menurut Soekartiwi “Modal dalam usaha tani dapat
diklasifikasikan dalam bentuk kekayaan, baik berupa uang maupun
barang yang digunakan untuk menghasilkan sesuatu baik secara
langsung maupun tidak langsung dalam suatu proses produksi.” Jadi
dapat disimpulkan bahwa modal itu bermacam-macam bentuknya, ada
modal yang berupa kekayaan, melalui kekayaan petani bisa mengolah
lahan sesuai dengan kemauannya, modal ada juga dalam bentuk
tenaga kerja, modal dalam bentuk tenaga kerja diandalkan dalam
proses pengolahan lahan mulai dari penyebaran benih sampai pada
tahap pemanenan, sehingga tidak perlu banyak mencari tenaga kerja
dalam proses proses produksi dan dapat mengirit upah, tetapi hal ini
kurang efektif karena pengolahan yang tidak optimal. Dengan
demikian pembentukan modal dalam usahatani mempunyai tujuan,
yaitu53:
52 Tati Nur Mala, op. cit., hal. 12853 Soekartiwi, op. cit hal.229
32
a. Untuk menunjang pembentukan modal lebih lanjut.
b. Untuk meningkatkan produksi dan pendapatan usahatani.
Menurut Soetriono Bagi petani dipedesaan, pembentukanmodal sering dilakukan dengan cara menabung, yaitumenyisihkan sebagian pendapatannya untuk keperluanbercocok tanam. Petani yang tergolong dalam keluarga tidakmampu atau petani kecil maka modalnya juga kecil dalampengolahan sawah, Sebaliknya petani besar modalnya jugaakan relatif besar sehingga kemampuan menabungnya jugaakan lebih besar. Hal ini dapat dilihat karena biasanya dipedesaan ukuran kekayaan seseorang dapat dilihat dariseberapa luasan lahan yang dimilikinya.54
5. Tenaga kerja
Dalam usaha tani penggunaan tenaga kerja dibutuhka dalam
proses pengolahan dari mulai tanam hingga pada saat panen, tenaga
kerja digunakan untuk membantu petani dalam mengolah lahannya
karena jika tidak ada tenaga kerja maka pengolahan akan lahan
tersebut tidak akan efektif.
Menurut Soetriono skala usaha akan mempengaruhi besar
kecilnya tenaga kerja yang dibutuhkan dan menentukan pula tenaga
kerja bagaimana yang diperlukan. Pada sekala yang besar para petani
menggunakan tenaga kerja yang sudah terampil dengan cara sewa,
sedangkan untuk pertanian dengan sekala kecil biasanya petani
hanya mengandalkan anggota keluarganya yang dilibatkan dalam
proses pertanian hal ini akan mengurangi biaya modal untuk
membayar upah tenaga kerja karena yang digunakan adalah anggota
keluarganya.55
Menurut Tati Nurmala dkk. “Tenaga kerja merupakan faktor
produksi pertanian yang bersifat unik baik jumlah yang
digunakannya, kualitas maupun penawaran dan permintaannya.”
Karena tenaga kerja pada tiap wilayah memiliki upah yang berbeda-
54 Soetriono, op. cit., hal.68-7055 Soetriono, dkk, op. cit., h.70
33
beda, hal ini disesuaikan dengan skill yang dimiliki oleh tenaga kerja
tersebut.56
Tati Nurmala membagi jenis tenaga kerja pertanianmenjadi tiga, yaitu57:a. Tenaga Kerja Manusia
Tenaga kerja manusia merupakan tenaga kerja yangpertama sebelum tenaga ternak digunakan untukmembentuk petani mengolah lahan atau mengangkut hasilpertanian.
b. Tenaga TernakTenaga ternak yang dipergunakan oleh petani adalah sapidan kerbau, tenaga tersebut dibutuhkan dalam prosespembajakan sawah yang tujuannya agar tekstur tanahberubah menjadi lembut. Selain itu tenaga ternak juga dapatdigunakan petani dalam mengolah tanah antara lain untukmengangkut hasil pertanian, jika pekerjaan-pekerjaan dalamusaha pertanian tersebut terlalu berat.
c. Tenaga MesinMunculnya teknologi seiring berkembangnya zaman,membuat masyarakat lebih memilih cara instan untukmembutuhkan sesuatu, salah satunya adalah dalampertanian, Tenaga mesin dalam pertanian sama dengantenaga ternak yang pemakaiannya terbatas. Tenaga mesindigunakan untuk penggerak mesin pengolah tanah,mengangkut hasil yang jauh.
E. Beras
Menurut Soetriono, “Beras merupakan makanan pokok di 26
negara padat penduduk (China, India, Indonesia, Pakistan, Bangladesh,
Malaysia, Thailand, Vietnam), atau lebih separuh penduduk dunia.” Di
Indonesia beras menjadi panganan pokok penduduknya karena
kebanyakan masyarakatnya bermata pencaharian sebagai petani. Mereka
mengandalkan beras sebagai bahan pangan pokok untuk menghemat biaya
dalam rumah tangga, Masalah beras di negeri ini sangat erat kaitannya
dengan masalah budaya, sosial dan ekonomi bangsa. Salah satu bentuk
keeratan antara beras dan manusia yaitu adanya hikayat Dewi Sri. Dalam
menentukan indeks kesetabilan ekonomi nasional pemerintah
56 Tati Nur Mala, dkk, op. cit., hal. 11857 Ibid., hal 118-119
34
menggunakan beras sebagai angka penentu yang sering digunakan karena
mayoritas penduduk mengkonsumsi nasi yang berasal dari beras.58
Soetriono juga memandang bahwa beras merupakan panganutama rakyat Indonesia. Pada umumnya setelah prosespenggilingan padi beras berwarna putih, meskipun ada juga berasyang berwarna merah yang dinakaman beras merah, bahkan hitamkelam sekalipun. Jika dilihat dari kondisi tanamannya kita dapatmenebak bahwa tanaman padi termasuk kelompok rerumputan,seperti rumput pada umumnya, perbungaan padi berbentuk malaidengan jumlah buah yang banyak pada setiap malainya. Buah-buah tersebut berukuran kecil dan terdapat pada setiap malai yangtumbuh, buah tersebut termasuk dalam kelompok buah keringyang tidak dapat merekah dengan sendirinya, untuk mengeluarkanbiji buahnya (beras) dari padi tidaklah mudah dan diperlukanproses pengglingan untuk memisahkan buah dari kulitnya.59
F. Pemenuhan Pangan Bagi Masyarakat
1. Konsep Umum Ketahanan Pangan
Ketahanan pangan terwujud jika ada dua aspek yang telah
terpenuhi sekaligus, yaitu pertama telah tersedianya kebutuhan pangan
yang tekah mencukupi dan merata bagi seluruh jumlah penduduk.
Kedua, setiap penduduk telah memiliki aspek fisik untuk memenuhi
kebutuhan pangan dan kecukupan gizi guna menjalani kehidupan yang
sehat dan produktif dari hari ke hari.
Ketahanan pangan dalam Tulus Tambunan menurut UU No 7
tahun 1996 tentang pangan, Pasal 1 Ayat 17 yang menyebutkan bahwa
Ketahanan pangan adalah kondisi terpenuhinya pangan rumah tangga
(RT) yang tercermin dari tersedianya pangan yang cukup, baik jumlah
maupun mutunya, aman, merata dan terjangkau.60
Menurut Purwanto dkk, “ketahanan pangan selalu menjadi isu
strategis dalam setiap konsep pembangunan pertanian. Ini tidak
58 Soetrisno Koeswara, Teknologi Pengolahan Beras Teori dan Praktik, (E-bookpangan.com, 2009) h.2
59 Ibid.,60 Tulus Tambunan, “Pembangunan Pertanian dan Ketahanan Pangan” (Jakarta, UI
Press, 2010) h.65
35
mengherankan karena merupakan bagian yang tidak dapat dipisahkan
dari sektor pertanian.” 61
Menurut Suryana dalam Purwanto, menyebutkan bahwa
“aspek yang dapat dijadikan indikator ketahanan pangan adalah
kemampuan untuk menjaga stok pangan”.62
Menurut Purwanto pada sisi permintaan secara teoritis denganadanya kebijakan stabilitas harga pangan yang dilakukan olehpemerintah dan akan berdampak pada harga pangan utamayang berada pada tingkat yang wajar.63, sedangkan pada sisiketersediaan kebijakan ketahanan pangan di arahkan untuk:64
a. Meningkatkan kualitas lingkungan dan kualitas sumberdaya alam dan air, yaitu dengan memanfaatkan lahansawah dengan sebaik-baiknya secara efisisen dengan tetapmemperhatikan aspek lingkungan seperti kondisi irigasiyang harus tetap mengalir dan tidak tercemar oleh zatkimia sehingga dapat meningkatkan produktivitas pangan.
b. Nenjamin produksi pangan utama dari produksi dalamnegeri. Produksi dalam negeri harus dijaga stoknya agardapat mengurangi kegiatan impor.
c. Mengembangkan kemampuan pengelolaan cadanganpangan pemerintah dan masyarakat. Pemerintah perlupandai-pandai dalam menjaga stok pangan, jika pada tahuntertentu produktivitas pertanian menurun, masih tersediastok pangan yang telah tersedia.
d. Meningkatkan kapasitas produksi Nasional denganmenetapkan lahan abadi untuk produksi pangan.Pengolahan lahan harus digunakan sebagaimana mestinya,dalam meningkatkan produksi dalam negeri diperlukanlahan yang tetap untuk swasembada pangan.
Tati Nurmala memandang ketahanan pangan pada tingkat
rumah tangga merupakan landasan bagi ketahanan pangan
masyarakat, yang selanjutnya akan menjadi pilar bagi ketahanan
pangan daerah dan nasional. Berdasarkan pernyataan tersebut maka
yang menjadi perioritas utama ketahanan pangan dalam negeri adalah
memberdayakan masyarakat agar mampu menjaga stok pangan dan
61 Purwanto “Peran pembangunan ketahanan pangan” (Jakarta, Lembaga ilmupengetahuan Indonesia LIPI, Pusat Penelitian Ekonomi, 2010) hal. 50
62 Ibid,63 Ibid.,, hal 964 Ibid., hal 49
36
mampu menanggulangi masalah pangannya secara mandiri, serta
dapat mewujudkan ketahanan pangan dalam keluarga secara
berkelanjutan.65
Menurut Soekartawi “pada prinsipnya aspek gizi dalam
perencanaan kebutuhan pangan keluarga dapat dinyatakan dalam
satuan fisik seperti sekian ton beras, liter susu dan sebagainya.” 66
2. Arah Kebijakan
Menurut Tati Nurmala “Permintaan pangan meningkat sejalan
dengan laju pertumbuhan penduduk, pertumbuhan ekonomi dan daya
beli masyarakat, serta perkembangan selera makan yang terjadi pada
masyarakat.”67 Dinamika sisi permintaan ini menyebabkan kebutuhan
secara nasional meningkat dengan cepat, baik dalam jumlah, mutu dan
keragamannya.
Dalam hal konsumsi, kebijakan ketahanan pangan diarahkan
untuk68:
a. Menjamin pemenuhan pangan bagi setiap rumah tangga dalam
jumlah dan mutu yang memadai, aman dikonsumsi dan bergizi
seimbang. Tercukupinya kebutuhan pangan rumah tangga yang
memiliki gizi baik yang dihasilkan dari tanaman yang bebas dari
bahan kimia.
b. Mendorong, mengembangkan, dan membangun serta
memfasilitasi peran serta masyarakat dalam pemenuhan pangan
sebagai implementasi pemenuhan hak atas pangan. Hal ini perlu
dilakukannya kegiatan penyuluhan dan pelatihan terhadap
kegiatan pertanian dengan tujuan untuk meningkatkan
produktivitas.
c. Mengembangkan jaringan antar lembaga masyarakat untuk
pemenuhan hak atas pangan.
65 Tati Nur Mala, op. cit., hal.6366 Seokartiwi, op. cit., hal 11467 Tati Nur Mala, loc.cit., h. 6568 Ibid., 66-67
37
G. Hasil Penelitian yang Relevan
Penelitian ini mengacu kepada beberapa penelitian terdahulu yang
berkaitan dengan peroduktivitas lahan sawah dalam pemenuhannya
terhadap kebutuhan beras penduduk, yaitu sebagai berikut:
1. Penelitian yang dilakukan oleh Eddy Makruf, Yulie Oktavia dan
Wawan Eka Putra (2011) dalam jurnal Balai Pengkajian Teknologi
Pertanian (BPTP) Bengkulu, tentang faktor-faktor yang
mempengaruhi produksi padi sawah di kabupaten seluma (Studi
Kasus: Produktivitas Padi Sawah di Desa Bukit Peninjauan II
Kecamatan Sukaraja) dan dari hasil penelitian diperoleh hasil bahwa
secara individual variabel jumlah pupuk SP-36 (X3) berpengaruh
sangat nyata terhadap produktivitas padi sawah, variabel jumlah
pupuk Urea (X2) berpengaruh nyata terhadap produktivitas padi
sawah, sedangkan variabel luas lahan (X1), jumlah pupuk KCl (X4),
jumlah tenaga keja (X5), jumlah benih (X6) dan jumlah pestisida (X7)
berpengaruh tidak nyata terhadap produktivitas padi sawah. (Jurnal)
2. Penelitian yang dilakukan oleh Fanny Anugerah K (2005) Skripsi
Fakultas Pertanian, Universitas Pertanian Bogor, tentang Analisis
faktor-faktor yang mempengaruhi konversi lahan sawah ke
penggunaan Non-pertanian di kabupaten Tangerang, dengan
menggunakan metode linear Berganda. Dari hasil penelitian di peroleh
hasil bahwa berdasarkan analisis, hasil pendugaan menunjukan
koefesien determinasi (R2-adj) sebesar 92,5%. Faktor-faktor yang
berpengaruh positif terhadap penurunan luas lahan sawah di tingkat
wilayah adalah laju pertumbuhan penduduk, presentase luas lahan
sawah irigasi dan pertambaha panjang jalan aspal. Adapun peubah
yang berpengaruh negatif yaitu produktivitas padi sawah, kontribusi
sektor non-pertanian dan peubah dummy (kebijakan pemerintah).
Hasil uji-t di peroleh bahwa faktor-faktor yang berpengaruh nyata
terhadap konversi lahan sawah pada selang kepercayaan 90% adalah
38
produktivitas padi sawah, presentase luas lahan sawah irigasi,
montribuso sektor non-pertanian terhadap PDRD dan dummy
(kebijakan pemerintah) sedangkan laju pertumbuhan penduduk dan
pertambahan panjang jalan aspal tidak berpengaruh nyata. Selain itu
nilai dari probabilitas-F menunjukan bahwa secara bersama-sama
seluruh variabel enjelas berpengaruh nyata pada tingkat kepercayaan
90%. (Skripsi)
3. Penelitian yang dilakukan oleh Bambang Irawah dan Friyatno (2002)
dalam jurnal Pusat Penelitian dan Pengembangan Sosal Ekonomi
Pertanian, Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian R.I, tentang
dampak konversi lahan sawah jawa terhadap produksi beras dan
kebijakan pengendaliannya. Dari hasil penelitian di peroleh bahwa
akibat konversi lahan sawah di jawa selama kurun waktu 18 tahun
(1981-1998) di perhitungkan secara akumulasi telah hilang sebesar
50,9 juta ton gabah atau sekitar 2,82 juta ton gabah per tahun. (Jurnal)
4. Penelitian yang dilakukan oleh Maswirahmah dalam jurnal fasilitator
PPSP Kabupaten Soppeng, dengan judul “Arahan perencanaan
ketahanan pangan di Kabupaten Soppeng” hasil penelitian diperoleh
bahwa kabupaten soppeng sampai dengan tahun 2042 (30 tahun
kedepan) dengan sekenario I mengalami surplus beras begitu juga
dengan luasan sawahnya. Hanya saja untuk mewujudkan kondisi
seperti itu sulit diwujudkan karena laju pertumbuhan penduduk dan
konversi lahan semakin meningkat. Begitupun dengan skenario II
Kabupaten Soppeng masih mengalami surplus meskipun
penurunannya terjadi drastis ini mengindikasikan jika tidak ditangani
dengan baik akan terjadi krisis pangan kedepannya (Jurnal)
5. Penelitian yang dilakukan oleh Mohammad Wahed dalam jurnal sosio
elektronika Universitas Negeri Malang, dengan judul “Pengaruh luas
lahan, produksi, ketahanan pangan dan harga gabah terhadap
kesejahteraan petani padi di Kabupaten Pasuruan” hasil penelitian ini
adalah luas lahan berpengaruh signifikan terhadap kesejahteraan
39
petani padi dan menunjukan hubungan yang positif, temuan ini sejalan
dengan teori yang digunakan bahwa luas lahan merupakan salah satu
faktor utama dalam peningkatan produksi padi yang juga dapat
meningkatkan kesejahteraan petani, namun saat ini peranannya
semakin berkurang disebabkan karena penyusutan lahan pertanian
yang akan berdampak pula pada penurunan kesejahteraan petani.
Selain luas lahan produksi juga berpengaruh signifikan terhadap
kesejahteraan petani, temuan dalam penelitian ini sejalan dengan teori
vadinicum yang disebutkan bahwa produksi padi pada dasarnya
bergantung pada dua variabel yaitu luas lahan dan hasil per hektar,
jika luas panen atau produktivitas persatuan luas mengalami
peningkatan yang pada gilirannya secara otomatis akan meningkatkan
kesejahteraan petani padi. (jurnal)
H. Kerangka Berpikir
Pembangunan pertanian tidak terlepas dari peran serta masyarakat
tani dalam mengolah sumberdaya pangan, untuk memproduksi pangan
memerlukan sumberdaya berupa tanah (lahan), air, udara, sinar matahari
dan petani. Lahan menjadi faktor penting dalam kegiatan pertanian,
sementara jumlah penduduk di Kecamatan Bojong setiap tahun semakin
meningkat, hal ini akan berdampak pada berkurangnya lahan untuk
pertanian yang telah di alih fungsikan untuk lahan permukiman. Selain itu
meningkatnya jumlah penduduk juga akan berdampak pada meningkatnya
kebutuhan beras perkapita di Kecamatan Bojong.
Kecamatan Bojong merupakan salah satu kecamatan yang terletak
di Kabupaten Tegal, yang sebagian besar penduduknya bermata
pencaharian sebagai petani. Hal ini akan berdampak pada produktivitas
hasil pertanian pada lahan yang ada di Kecamatan Bojong. Dari
pernyataan diatas bisa diketahui seberapa besar produksi beras pada lahan
pertanian di Kecamatan Bojong.
Meningkatnya jumlah penduduk di Kecamatan Bojong, akan
menyebabkan terjadinya konversi atau alih fungsi lahan pertanian menjadi
40
lahan permukiman sehingga akan berdampak pada berkurannya luas lahan
pertanian yang akan berdampak pula pada produksi pertanian.
Berdasarkan konsep ini, dengan demikian akan ada dampak dari
berkurangnya produktivitas lahan sawah akibat meningkatnya jumlah
penduduk sehingga dapat berdampak pada ketahanan pangan masyarakat
sekitar.
Di huni Oleh
Gambar 2.1Kerangka Berpikir
LAHAN PENDUNDUK
Luas LahanPertanian
Hasil Pertanian
Produktivitas LahanSawah
Pemenuhan Kebutuhan BerasJumlah Penduduk di Kecamatan
Bojong
Penduduk Petani Penduduk BukanPetani
Petani yangPunya Lahan
Sawah
Petani yang tidakpunya Lahan sawah
/ Buruh
Pertambahan Penduduksurplus Defisit
42
Luas Kecamatan Bojong adalah 4.308.050 hektar terdiri
dari 52,12% merupakan lahan sawah yaitu seluas 2.245,422 hektar,
sementara bukan lahan sawah terdiri dari 2.062.628 hektar atau
47,82%. Dari Luas lahan sawah tersebut 675.000 hektar
diantaranya merupakan lahan sawah beririgasi teknis sedangkan
87.000 hektar merupakan sawah berpengairan setengah teknis dan
1.048.731 hektar sawah berpengairan sederhana serta 431.691
hektar sawah yang tadah hujan. 2
Luas lahan di Kecamatan Bojong digunakan untuk
budidaya sayuran dan komoditi pertanian lain, seperti padi, jagung,
ubu jalar, singkong dan sisanya digunakan untuk lahan tegalan dan
hutan lindung. Kecamatan Bojong yang letaknya di lereng gunung
slamet membuat masyarakat memilih sayuran sebagai komoditi
utama dbandingkan dengan padi, namun untuk daerah-daerah yang
memiliki kemiringan lereng dengan kategori sedang, lebih meilih
untuk membudidayakan padi sebagai tanaman pangan.
Lahan sawah yang ditanami padi sebanyak satu kali dalam
setahun seluas 1.104,5 hektar, sedangkan 805 hektar lainnya
ditanami padi sebanyak dua kali setahun. Wilayah Kecamatan
Bojong berada ± 20 km di sebelah selatan Ibukota Kabupaten
Tegal dengan batas – batas Kecamatan Bojong sebagai berikut3:
1. Sebelah utara : Kec. Jatinegara
2. Sebelah Timur : Kab. Pemalang
3. Sebelah Selatan :Kec. Bumijawa
4. Sebelah Barat : Kec. Balapulang, Bumijawa
Adapun waktu penelitian selama 11 bulan yang dimulai
bulan November 2015 sampai Bulan September 2016, berikut
rencana penelitian:
2 Ibid.,3 Ibid.,
43
Tabel 3.1Jadwal Kegiatan Penelitian
No
Kegiatan
Bulan
Nov2015
Mar2016
Jul2016
Agu2016
Sept2016
1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 41 Pengajua
nProposal
2 Seminarproposal
3 Penyusunan BabI,II.III
4 Pengumpulan Data
5 Pengolahan Data
6 AnalisisData
7 Pemeriksaan dan
Keabsahan Data
8 Penyerahan Hasil
Penelitian
B. Metodologi penelitian
Penelitian pasti memerlukan suatu Metode untuk membantu
proses pengumpulan dan pengolahan Hasil penelitian yang dilakukan.
Metodologi penelitian adalah mengungkapkan bagaimana suatu proses
penelitian dilakukan yaitu meliputi dengan alat apa dan bagaimana
suatu penelitian dilaksanakan. Untuk melakukan suatu penelitian
seorang peneliti seharusnya sudah menetapkan metode penelitiannya
44
terlebih dahulu sehingga memudahkan peneliti dalam melaksanakan
penelitian.
Metode menurut Bungin dalam Mulyadi adalah sebuah
pedoman yang dijadikan acuan dalam sebuah proses penelitian,
menurut Bungin “metode atau desain penelitian dibuat sebagai
rancangan, pedoman, atauran main atau acuan penelitian yang akan
dikerjakan”4
Sesuai dengan masalah yang akan diteliti. Dalam penelitian ini
diterapkan metode deskriptif dengan pendekatan Kuantitatif.
“Penelitian kuantitatif merupakan metode untuk menguji teori-teori
tertentu dengan cara meneliti hubungan antara variabel”5
Penelitian ini dimaksudkan untuk mengukur dengan cermat
kondisi potensi geografis tertentu. Melalui metode ini diharapkan
dapat memecahkan masalah yang diajukan dengan tujuan mendapat
gambaran yang objektif yang jelas dan aktual yang ada dan tersedia
dilapangan, baik berupa data primer maupun data sekunder.
C. Variabel Penelitian.
Variabel menurut Bungin dalam Mulyadi berasal dari kata
variabel yang artinya faktor yang berubah-ubah atau segala sesuatu
yang berbentuk apa saja yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari
sehingga diperoleh informasi tentang hal tersebut, kemudian ditarik
kesimpulannya.6
Dari pengertian tersebut dapat dipahami bahwa variabel
penelitian merupakan sifat yang orang atau obyek penelitian yang
mempunyai variasi dan yang sudah ditetapkan oleh peneliti dan akan
dipelajari oleh peneliti, kemudian ditarik kesimpulannya.
4 Mulyadi, Pengaruh Kondisi Sosial Ekonomi terhadap Pengetahuan MasyarakatTentang Dampak konversi Lahan di Desa Babakan Kecamatan Ciseeng, Kabupaten Bogor,Skripsi UIN Jakarta, hal 39.
5 Ibid, hal. 38.6 Ibid, hal. 39
Variabel Bebas Variabel Terikat
Produktivitas LahanSawah
Pemenuhan KebutuhanBeras di KecamatanBojong, Kabupaten
Tegal.
46
sedangkan yang terpengaruhnya adalah kesehatan, pendidikan,
perumahan dan lain sebagainya.
D. Populasi Data
1. Populasi
Menurut kuzma dalam Sulistyaningsih yang dimaksud
dengan populsi adalah “sekelompok orang atau objek dengan satu
karakteristik umum yang dapat di observasi”.
Menurut Notoatmojo dalam Sulistyaningsih populasidiartiken sebuah keseluruhan objek penelitian atau yangditeliti. Populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiridari objek (benda) / subjek (orang) yang mempunyaikualitas dan karakteristik tertentu yang ditetapkan olehpeneliti untuk diteliti dan kemudian ditarik kesimpulannya.7
Juliansyah Noor dalam Mulyadi Populasi digunakan untuk
menyebutkan seluruh elemen/anggota dari suatu wilayah yang
menjadi sasaran penelitian atau merupakan keseluruhan
(universum) dari objek penelitian. Sampel sejumlah anggota yang
dipilih dari populasi.8
Menurut Burhan Bungin dalam Mulyadi populasi penelitian
merupakan keseluruhan (universum) dari objek penelitian yang
dapat berupa manusia, hewan, tumbuh-tumbuhan, udara, gejala,
nilai, peristiwa, sikap hidup, dan sebagainya, sehingga objek-objek
ini dapat menjadi sumber data penelitian.9
Dalam hal ini yang menjadi populasi adalah seluruh
wilayah dan penduduk di Kecamatan Bojong sebagai subjek
penelitian, yaitu semua elemen masyarakat yang ada di 17
Kelurahan di Kecamatan Bojong. Hal ini seperti disajikan pada
tabel 3.2
7 Sulistyaningsih, Metodologi Penelitian Kuantitatif-Kualitatif, (Yogyakarta, Graha Ilmu,2011) hal. 64
8 Mulyadi op.cit h. 41.9 Ibid,
47
Tabel 3.2Monografi Kecamatan Bojong Tahun 2014
No Kelurahan JumlahPenduduk
Jumlah KK LuasLahan(Ha)KK
PetaniKK
Keseluruhan1 Rembul 9.107 1.654 1.800 434.6782 Dk.Tengah 2.785 618 779 184.7883 Kedawung 2.906 131 634 245.8584 Suniarsih 2.188 344 457 155.3605 Karangmulya 6.496 870 1.217 342.9506 Tuwel 9.298 1.326 2.062 557.6007 Bojong 8.870 125 2.017 258.0658 Buniwah 3.361 474 851 166.1509 Lengkokng 5.010 899 950 227.41210 Batunyana 1.788 210 735 158.39011 Sangkanayu 1.259 569 593 143.49012 Gunungjati 2.360 425 580 158.55013 Pucangluwuk 4.377 585 919 245.02014 Kajenengan 4.701 950 1.100 200.26515 Kalijambu 2.431 451 527 175.36516 Danasari 4.625 700 883 449.82317 Cikura 4.394 663 823 208.747
Jumlah 75.908 10.994 16.929 4.308.050Sumber: Monografi Kabupaten Tegal.”BPS Kecamatan Bojong dalam
angka 2015”
Adapun yang menjadi populasi dalam penelitian ini adalah:
a. Populasi penduduk meliputi seluruh penduduk yang ada di
Kecamatan Bojong, yaitu sebanyak 75.908 jiwa.
b. Populasi wilayah meliputi lahan pertanian basah (sawah) yang
ada di Kecamatan Bojong, Kabupaten Tegal.
E. Teknik Pengumpulan Data
Data yang diperlukan dalam penelitian ini menggunakan data
sekunder.
Data Sekunder
Sumber data sekunder merupakan data yang diperoleh secara
tidak langsung. Data sekunder adalah data yang diperoleh dari
catatan/arsip yang ada dikantor atau instansi yang dapat dipertanggung
jawabkan dan ada hubungannya dengan tujuan penelitian.
48
Studi Dokumentasi
Studi Dokumentasi merupakan suatu teknik pengumpulan
data dengan menghimpun dan menganalisis dokumen-dokumen,
baik dokumen tertulis, gambar maupun elektronik.10
Data sekunder yang dikumpulkan adalah:
1. Peta Administrasi Kabupaten Tegal
2. Data produksi padi Kecamatan Bojong, Kabupaten
Tegal tahun 2011-2014
3. Data jumlah penduduk Kecamatan Bojong, Kabupaten
Tegal tahun 2011-2014
4. Data rata-rata luas panen pertanian bahan makanan
pokok padi tahun 2011-2014
5. Data penggunaan lahan sawah dan bukan sawah,
Kecamatan bojong, Kabupaten Tegal tahun 2014
F. Teknik Pengolahan dan analisa data
Setelah data terkumpul, langkah yang dilakukan peneliti
adalah pengolahan data, sehingga dapat dianalisis dan diambil
kesimpulannya.11
Tujuan pengolahan data adalah menyiapkan data agar mudah
ditangani dalam analisanya. Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam
proses pengolahan data adalah data relevan dengan tujuan penelitian,
kualitas data dapat dipercaya, gunakan metode yang tepat dan mudah,
ungkapkan batasan kelemahannya bila ada, hasil olahan data harus
sesuai standar, data mudah dimengerti, menghasilkan presepsi sama
dan dapat diperbandingkan menurut waktu, geografis, dan sebagainya.
Sedangkan Analisis adalah kegiatan, mengubah hasil penelitian
menjadi informsi yang dapat digunakan untuk mengambil kesimpulan
10 Nana Syaodih Sukmadinata, Metodelogi Penelitian (Bandung, RemajaRosdakarya,2006) hal 221
11 Sulistyaningsih, op.cit hal. 149
49
penelitian.12 Dalam hal ini pengolahan data di gunakan dengan
menggunakan microsoft excel 2010.
Adapun tahap pengolahan data sebagai berikut:
1. Dari sisi permintaan (Demand)
a. Menghitung laju pertumbuhan penduduk Kecamatan
Bojong per tahun berdasarkan data jumlah penduduk
Kecamatan Bojong tahun 2011-2014
b. Menentukan indeks konsumsi beras penduduk pertahun.
Dalam hal ini, indeks konsumsi beras per tahun di tentukan
dengan mengacu kepada Peraturan Kementrian Pertanian
Peraturan Menteri Pertanian Republik Indonesia, Nomor
16/Permentan/HK.140/4/2014 tentang Pedoman Penguatan
Lembaga Distribusi Pangan Masyarakat Tahun 2015 dan
kepada Direktorat Pangan dan Pertanian, Kementerian
Perencanaan Pebangunan Nasional / Badan Perencanaan
Pembangunan Naional Sebesar 124,89 kg/kap/tahun.13
c. Menghitung kebutuhan beras di Kecamatan Bojong
berdasarkan jumlah penduduk dan indeks konsumsi beras
penduduk per tahun dengan cara:14
2. Dari sisi ketersediaan (Supply)
a. Menghitung produksi padi di Kecamatan Bojong dengan
pendekatan:15
12 Ibid, hal 15013 Nano Rusono, dkk, “Studi Pendahuluan Rencana Pembangunan Jangka Menengah
Nasional Bidang Pangan dan Pertanian 2015-2019” (Jakarta, Direktorat Pangan dan Pertanian,Bappenas, 2013) hal.109
14 Maswirahmah, Op. Cit15 Ibid.,
Kebutuhan beras total = penduduk hasil proyeksi xindeks konsumsi beras
Total produksi padi (ton) = Luas lahan padi sawah(Ha) x IP x produktivitas padi (ton/ha)
50
Catatatan: untuk menghitung IP (Indeks penanaman
padi) di gunakan rumus:16
IP =
Keterangan:
IP (Indeks Penanaman) : Rata-rata masa tanam
dalam setahun
Luas tanam : Luas Tanam Padi pada lahan dalam 1
Tahun
Luas Baku Tanam : Luas lahan yang ditanam
(nilainya tetap)
Produktivitas padi Berdasarkan data BPS (2011-
2014), Produktivitas padi rata-rata 5,08 (ton/ha).17 Indeks
penanaman (IP) Padi di Kecamatan Bojong adalah 1,42.18
b. Menghitung produksi beras di Kecamatan Bojong dengan
pendekatan:19
Catatan: Indeks Konversi padi ke beras ( 1 Kg GKG =
0,65 Kg Beras)
3. Menunjukan Tingkat Produktivitas Lahan Sawah dalam
Pemenuhan Kebutuhan beras Penduduk di Kecamatan
Bojong, Kabupaten Tegal
a. Jika total Supply < 342 gr/org/hari atau 0,124
ton/orang/tahun, maka dapat dikatakan Kecamatan Bojong
16 Ibid, hal.7317 BPS Kabupaten Tegal “Bojong dalam Angka 2015”18 Loc.cit hal.7319 Maswirahmah, Loc. Cit hal.73
Total produksi beras (Ton) = Total Produksi Padi / GKG(Ton) x Indeks konversi padi ke Beras
51
mengalami defisit dalam pemenuhan kebutuhan pangan
(beras) penduduk.
b. Jika total Supply = 342 gr/org/hari atau 0,124
ton/orang/tahun, maka dapat dikatakan Kecamatan Bojong
mengalami optimal dalam pemenuhan kebutuhan pangan
(beras) penduduk.
c. Jika tota Supply > 342 gr/org/hari atau 0,124
ton/orang/tahun, maka dapat dikatakan Kecamatan Bojong
mengalami surplus dalam pemenuhan kebutuhan pangan
(beras) penduduk.
4. Menghitung daya dukung lahan pertanian padi di
Kecamatan Bojong
Untuk menghitung daya dukung lahan dihitung dengan
formula sebagai berikut:20
α =
Keterangan :
α = daya dukung lahan
X = luas lahan yang tersedia untuk budidaya tanaman
pangan/padi (X dicari dengan menggunakan rumus)
X =
k = luas lahan yang diperlukan untuk swasembada pangan.
(k dicari dengan rumus)
k = /
20 Arie Agustina Fitriani, Analisa Daya Dukung Lahan Pertanian dan Tekanan Penduduk(Studi Kasus Kabupaten Provinsi Jawa Timur, Tahun 2013), Surakarta, Skripsi, UniversitasSebelas Maret, 2005 hal. 47 (diterbitkan)
52
Konsumsi Fisik Minimal (KFM) dihitung dari kebutuhan
beras sebesar 342 gr/orang/hari atau setara dengan 124,89
kg/org/tahun.21
Produksi beras rata-rata/ha dikonversikan dari padi ke beras
Sebesar 0,65 Nilai α, dipergunakan sebagai indikator
kemampuan lahan tanaman padi terhadap jumlah penduduk di
satu wilayah.
Kriteria nilai α, dimasukkan dalam standar evaluasi sebagai
berikut:
α > 1, berarti wilayah tersebut mampu swasembada pangan
dalam arti jumlah penduduknya di bawah jumlah penduduk
optimal.
α < 1, berarti wilayah tersebut tidak mampu swasembada
pangan dalam arti jumlah penduduknya telah melampaui jumlah
penduduk optimal.
α = 1, berarti wilayah tersebut memiliki daya dukung yang
optimal.
21 Nano Rusono, dkk, “Studi Pendahuluan Rencana Pembangunan Jangka MenengahNasional Bidang Pangan dan Pertanian 2015-2019” (Jakarta, Direktorat Pangan dan Pertanian,Bappenas, 2013) hal.109
54
Wilayah Kecamatan Bojong berada 20 km disebelah
selatan Ibu Kota Kabupaten Tegal. Dari peta di atas lokasi
penelitian yaitu Kecamatan Bojong ditunjukan dengan warna
hijau, dengan batas-batas wilayah sebagai berikut2:
1. Sebelah utara : Kec. Jatinegara
2. Sebelah Timur : Kab. Pemalang
3. Sebelah Selatan : Kec. Bumijawa
4. Sebelah Barat : Kec. Balapulang, Bumijawa
2.) Luas Wilayah
Secara Geografis luas wilayah Kecamatan Bojong
terdiri dari daratan seluas 4.308.050 hektar yang terdiri atas
52,12% merupakan lahan sawah yaitu seluas 2.245.422 hektar,
sementara bukan lahan sawah terdiri dari 2.062.628 hektar
atau 47,82%. Dari luas lahan sawah tersebut 675.000 hektar di
antaranya merupakan lahan sawah beririgas teknis sedangkan
87.000 hektar merupakan sawah berpengairan setengah teknis
dan 1.048.731 hektar sawah berpengairan sederhana serta
431.691 hektar merupakan sawah tadah hujan.3
Kecamaatan Bojong dengan ketinggian antara 500 –
1103 mdpl. Tipologi geografis tanah di Kecamatan Bojong
adalah berbukit-bukti (curam hingga 15-40%), karena letaknya
di bawah lereng perbukitan Gunung Slamet.4
Wilayah di Kecamatan Bojong sebagian besar
digunakan untuk budidaya tanaman sayuran dan padi, sehingga
sayuran menjadi komoditi utama di Kecamatan Bojong jika
dibandingkan dengan padi ataupun hasil perkebunan atau
tegalan. Hal ini seperti disajikan pada tabel 4.1
2 Ibid,3 Sistem Informasi Profil Daerah Kecamatan Bojong, Kabupaten Tegal Tahun 2010,
hal.14 Ibid,
55
Tabel 4.1Luas Penggunaan Lahan menurut Desa / Kelurahan di
Kecamatan Bojong Tahun 2014No Desa/Kelurahan Lahan
Sawah(ha)
BukanLahan
Sawah (ha)
Jumlah
1 Rembul 257.800 176.878 434.678
2 Dukuhtengah 5.176 179.612 184.788
3 Kedawung 32.580 213.278 245.858
4 Suniarsih 72.000 83.360 155.360
5 Karangmulya 210.653 132.300 342.950
6 Tuwel 333.930 223.670 557.600
7 Bojong 185.000 73.065 258.065
8 Buniwah 119.900 46.20 166.150
9 Lengkong 187.900 39.512 227.412
10 Batunyana 99.930 59.000 158.930
11 Sangkanayu 59.655 83.835 143.490
12 Gunungjati 62.520 96.030 158.550
13 Pucangluwuk 160.500 84.520 245.020
14 Kajenengan 119.400 80.865 200.265
15 Kalijambu 89.200 86.165 175.365
16 Danasari 149.062 300.805 449.822
17 Cikura 100.265 103.482 302.747
Jumlah 2.245.422 2.072.628 4.308.050
Sumber: Statistik Kecamatan Bojong
Dari tabel 4.1, terlihat bahwa daerah yang memiliki arel
lahan sawah paling luas adalah Desa/Kelurahan Rembul dengan
luas wilayah mencapai 257.800 ha dari luas Keseluruhan lahan
di Desa/Kelurahan Rembul seluas 434.678 ha.
Hal ini menunjukan bahwa hasil produksi di Desa
Rembul lebih meningkat di bandingkan dengan Desa/Kelurahan
lain yang ada di Kecamatan Bojong. Sementara untuk luas
penggunaan lahan sawah di Kecamatan Bojong dapat dilihat
pada tabel 4.2 berikut
56
Tabel 4.2Luas Penggunaan Lahan Sawah menurut Desa /
Kelurahan di Kecamatan Bojong Tahun 2014No Desa/Kelurahan Pengairan
TekhnisPengairan½ Tekhnis
PengairanSederhana
1 Rembul 233.000 - 24.800
2 Dukuhtengah - - -
3 Kedawung - - -
4 Suniarsih - - 70.000
5 Karangmulya 35.100 - 170.500
6 Tuwel 272.900 - 61.030
7 Bojong 25.000 - 160.000
8 Buniwah 76.000 - 13.000
9 Lengkong 33.000 - 154.900
10 Batunyana - - 40.030
11 Sangkanayu - - 54.055
12 Gunungjati - - 42.500
13 Pucangluwuk - - 158.500
14 Kajenengan - 87.000 32.400
15 Kalijambu - - 50.600
16 Danasari - - 16.416
17 Cikura - - -
Jumlah 675.000 87.000 1.048.731
Sumber: UPTD Tanbunhut Kecamatan Bojong dalam Statisik
Kecamatan Bojong dalam angka 2014.
Dari tabel 4.2, terlihat bahwa sebagian besar
Desa/Kelurahan di Kecamatan Bojong menggunakan Irigasi
dengan pengairan sederhana. Irigasi pengairan sederhana
merupakan jaringan irigasi yang biasanya di usahakan secara
mandiri oleh suatu kelompok petani pemakai air, sehingga
kelengkapan maupun kemampuan dalam mengukur dan
mengatur masih terbatas. Sedangkan daerah yang menggunakan
irigasi dengan sistem semi tekhnis atau ½ tekhnis hanya terdapat
pada Desa Kajenengan.
57
3.) Topografi
Ditinjau dari segi toporgafi wilayah Kecamatan Bojong
jika dilihat dari ketinggiannya dari permukaan laut dengan
ketinggian antara 500 – 1103 mdpl. Tipologi geografis tanah di
Kecamatan Bojong adalah berbukit-bukti (curam hingga 15-
40%), karena letaknya di bawah lereng perbukitan Gunung
Slamet.5
4.) Iklim
Kecamatan Bojong beriklim tropis, dengan rata-rata
curah hujan sepanjang tahun 2014 sebesar 148,00 mm,
banyaknya curah hujan bergantung pada kelembapan udara
yang tingggi, tetapi tekanan udara rendah dengan kecepatan
angin, suhu udara dan lama penyinaran matahari serta
penguapan sedang-sedang saja. Curah hujan tertinggi terjadi
pada bulan januari sebanyak 650 mm dengan kelembapan 85%,
tekanan udara 1.011,3 mb, kecepatan angin 6 knots, suhu udara
rata-rata 29,6◦C dan lama penyinaran matahari 85,0 jam serta
penguapan air sebesar 4,4 mm.6
Kondisi iklim tersebut akan mempengaruhi vegetasi
yang ada di Kecamatan Bojong. Berkurangnya intensitas hujan
merupakan faktor penyebab utama penurunan hasil panen,
Perubahan iklim akan berdampak terhadap Hasil Pertanian
karena dapat menurunkan luas lahan panen. Selain itu kondisi
iklim yang tidak menentu juga menjadi faktor utama terhadap
menurunnya produktivitas lahan sawah. Jika sedang musim
kemarau para petani di Kecamatan Bojong menggunakan lahan
untuk budidaya jagung, sedangkan pada musim penghujan
masyarakat memanfaatkan lahan untuk budidaya padi atau
5 Badan Pusat Statistik (BPS) Kabupaten Tegal, Kecamatan Bojong dalam Angka 2015,hal.1
6Ibid, hal.4
58
sayuran, banyaknya hari hujan, curah hujan dan kelembapan
udara di Kecamatan Bojong dapat dilihat pada tabel 4.3
Tabel 4.3Banyaknya Hari Hujan, Curah Hujan dan KelembapanUdara menurut Desa/Kelurahan di Kecamatan Bojong
Tahun 2014No Desa/Kelurahan Hari
Hujan(Hari)
CurahHujan(mm)
KelembapanUdara (%)
1 Rembul - - -
2 Dukuhtengah - - -
3 Kedawung - - -
4 Suniarsih - - -
5 Karangmulya - - -
6 Tuwel 215 2.103 0,85
7 Bojong - - -
8 Buniwah - - -
9 Lengkong - - -
10 Batunyana - - -
11 Sangkanayu - - -
12 Gunungjati - - -
13 Pucangluwuk - - -
14 Kajenengan - - -
15 Kalijambu - - -
16 Danasari - - -
17 Cikura - - -
Jumlah 215 2.103 0,85
Sumber: Statisik Kecamatan ”Bojong dalam angka 2014”
Pada tabel 4.3 , kondisi iklim di Kecamatan Bojong pada
tahun 2014 terlihat dari banyaknya hari hujan sebanyak 215
hari, dengan curah hujan sebesar 2.103 mm/tahun dan
kelembapan udara sebesar 0,85%. Ini menunjukan bahwa
Kecamatan Bojong beriklim basah.
59
5.) Jenis Tanah
Kecamatan Bojong memiliki jenis tanah yang
bervariasi, yang terdiri atas tanah alivial, litosol, regosol dan
grumosol, tanah-tanah tersebut dimanfaatkan oleh para petani
untuk bercocok tanam, baik padi maupun sayuran.7
6.) Penggunaan Lahan
Penggunaan lahan di Kecamatan Bojong di dominasi
oleh lahan pertanian basah seperti sayuran dan padi, selain itu
juga di dominasi oleh hutan mengingat lokasinya yang berada
di lereng Gunung Slamet. Dua jalur regional utama (jalur
Guci-Tegal dan jalur alternatif Tegal-Pemalang) menjadi
generator utama pertumbuhan wilayah. kawasan terbangun
mulai bertumbuhan pada kedua jaringan jalan tersebut.8
Luasan lahan sawah terus mengalami penurunan,
sedangkan luasan permukiman mengalami kenaikan. Hal ini
perlu menjadi perhatian, mengingat kecenderungan yang
terjadi adalah maraknya konversi dari lahan pertanian subur
beririgasi teknis menjadi lahan permukiman dengan adanya
kebijakan lahan sawah berkelanjutan dan prioritas untuk
meningkatkan ketahanan pangan, konversi lahan pertanian ini
sepatutnya menjadi hal yang diperioritaskan penanganannya.
Penggunaan lahan di Kecamatan Bojong sebagian besar
digunakan untuk sayuran dan padi karena letaknya yang
berada di lereng gunung slamet, sedangkan sisanya jadikan
sebagai kawasan permukiman dan hutan lindung. Kecamatan
bojong memiliki objek wisata yang sangan terkenal yaitu objek
wisata pemandian air panas guci sehingga banyak masyarakat
sekitas wisata yang memanfaatkan lahan untuk fasilitas-
fasilitas penginapan seperti hotel, villa dll.
7 www.tegalkab.go.id “ Gambaran Umum Kondisi Daerah, hal 38 Ibid,
62
b. Keadaan Sosial Budaya Kecamatan Bojong
1.) Kependudukan
Penduduk di Kecamatan Bojong pada tahun 2014
tercatat sebanyak 75.908 jiwa. Berdasarkan komposisi
penduduk menurut jenis kelamin, jumlah penduduk di
Kecamatan Bojong terdiri dari38.679 laki-laki dan 37.229
penduduk perempuan.9
Kepadatan penduduk di Kecamatan Bojong terdapat
1277 jiwa per km . Desa Bojong merupakan Desa dengan
kepadatan penduduk paling tinggi di Kecamatan Bojong
dengan 3473 jiwa per km Sedangkan Desa Kedawung
memiliki jumlah penduduk yang paling sedikit dengan
penduduk sebanyak 349 jiwa per km .
Kecamatan Bojong mayoritas penduduknya beragama
islam, dan termasuk masyarakat yang kental dengan agama
islam. Ini bisa dilihat dari adanya beberapa pondok pesantren
yang tersebar di berbagai desa. Salah satunya yang terkenal di
daerah Tegal adalah ponpes At-Tauhidiyyah Cikura yang
merupakan cabang dari ponpes At-Tauhidiyyah Giren Talang.
Setiap tahunnya diadakan Khaul Akbar yang dihadiri banyak
masyarakat Tegal dan sekitarnya serta para pejabat terkait.
Mata pencaharian masyarakat bojong sebagian besar sebagai
petani dan berkebun, terutama perkebunan kol, sawi dan
stroberi.
Sebagian besar penduduk di Kecamatan Bojong
bermata pencaharian sebagai petani, maka diperlukan adanya
penyuluhan tentang pertanian agar dapat meningkatkan
ketrampilan masyarakat dalam mengolah lahannya sehingga
produktivitas lahan tetap terjaga.
9 BPS Kabupaten Tegal “ Kecamatan Bojong dalam Angka 2015” hal.25
63
Tabel 4.4Penduduk Menurut Desa/Kelurahan dan jenis kelamin di
Kecamatan Bojong Tahun 2014No Desa/Kelurahan Laki-laki Perempuan Ratio Jenis
Kelamin
1 Rembul 4629 4478 0,97
2 Dukuhtengah 1375 1410 1,02
3 Kedawung 1468 1438 0,98
4 Suniarsih 1129 1059 0,93
5 Karangmulya 3244 3254 1,00
6 Tuwel 4803 4495 0,93
7 Bojong 4496 4374 0.97
8 Buniwah 1694 1667 0,98
9 Lengkong 2598 2412 0,92
10 Batunyana 889 899 1,01
11 Sangkanayu 629 580 0,92
12 Gunungjati 1176 1184 1,00
13 Pucangluwuk 2240 2137 0,95
14 Kajenengan 2390 2311 0,96
15 Kalijambu 1210 1221 1,00
16 Danasari 2380 2245 0,94
17 Cikura 2329 2065 0,88
Jumlah 38679 37299 16,36
Sumber:BPS Kab.Tegal ”Bojong dalam angka 2014”.
Dari tabel 4.4 diatas, terlihat bahwa jumlah penduduk
menurut Desa/Kelurahan di Kecamatan Bojong berdasarkan sex
ratio, jumlah penduduk laki-laki yang paling banyak terdapat
pada desa Desa Tuwel sebanyak 4803 jiwa penduduk.
Sedangkan untuk komposisi penduduk perempuan paling
banyak juga terdapat pada Daerah yang sama dengan komposisi
penduduk laki-laki yaitu pada Desa Tuwel sebanyak 4495 jiwa
penduduk, sedangkan untuk ratio jenis kelamin (sex ratio)
paling besar terdapat pada Desa Dukuhtengah sebesar 1,02 dan
64
Batunyana, sementara sex ratio untuk Desa Karangmulya,
Gunungjati dan Kalijambu diperoleh dengan angkayang sama
yaitu 1,00. Kepadatan penduduk di Kecamatan Bojong dapat
dilihat pada tabel 4.5
Tabel 4.5Kepadatan penduduk menurut Desa/Kelurahan di
Kecamatan Bojong Tahun 2014
Sumber: BPS Kab.Tegal “Bojong dalam Angka 2015”
Dari tabel 4.5, terlihat bahwa Desa yang memiliki luas
daerah paling luas di Kecamatan Bojong yaitu Desa/ Kelurahan
Kedawung, Rembul dan Danasari sedangkan untuk jumlah
penduduk paling banyak terdapat pada Desa Rembul, Tuwel dan
Bojong, masing-masing sejumlah 9298, 9107 dan 8870
penduduk, sementara untuk kepadatan penduduk paling tinggi
terdapat pada Desa/Kelurahan Bojong, Kajenengan dan
Lengkong masing-masing sebesar 3437, 2350 dan 2207 jiwa
No Desa / Kelurahan LuasDaerah(Km2)
JumlahPenduduk
KepadatanPendudukper-Km2
1 Rembul 5,89 9107 15462 Dukuhtengah 5,36 2785 5193 Kedawung 8,31 2906 3494 Suniarsih 3,30 2188 6635 Karangmulya 3,43 6498 18946 Tuwel 5,58 9298 16667 Bojong 2,58 8870 34378 Buniwah 1,66 3361 20249 Lengkong 2,27 5010 220710 Batunyana 1,66 1788 107711 Sangkanayu 2.03 1209 59512 Gunungjati 1,59 2360 148413 Pucangluwuk 2,45 4377 178614 Kajenengan 2,00 4701 235015 Kalijambu 1,82 2431 135716 Danasari 5,75 4625 80417 Cikura 2,84 4394 1547
Jumlah 58,52 75908 253051.
65
penduduk. Dari jumlah penduduk tersebut sebagian besar
bekerja pada sektor pertanian. hal ini seperti disajikan pada tabel
4.6
Tabel 4.6Banyaknya tenaga kerja menurut lapangan usaha di
Kecamatan Bojong Tahun 2014
No
Desa/Kelurahan
Lapangan UsahaPertani
anPertamb
anganIndustri
pengolahan
Konstruks
i1 Rembul 1208 14 9 -2 Dukuhtengah 1776 6 37 -3 Kedawung 1367 8 119 -4 Suniarsih 765 4 15 -5 Karangmulya 1056 2 122 -6 Tuwel 2422 89 53 17 Bojong 1575 - 38 18 Buniwah 1078 - 5 -9 Lengkong 1669 9 6 210 Batunyana 484 18 2 -11 Sangkanayu 483 7 7 -12 Gunungjati 1062 3 9 -13 Pucangluwuk 1548 - 21 -14 Kajenengan 544 5 55 -15 Kalijambu 789 - 21 -16 Danasari 2812 - 26 -17 Cikura 1126 - 4 -
Jumlah 21764 165 549 4Sumber: BPS Kab.Tegal “Bojong dalam angka 2016”
Pada tabel 4.6, banyaknya tenaga kerja penduduk di Kecamatan
Bojong di dominasi pada sektor pertanian, jumlah penduduk
yang bekerja pada sektor pertanian jauh lebih banyak jika
dibandingkan dengan sektor-sektor lain seperti pertambangan,
industri pengolahan dan bidang konstruksi. Hal ini menunjukan
bahwa sebagian besar penduduk di Kecamatan Bojong ber
matapencaharian sebagai petani.
66
2.) Agama
Dari sisi sosial keagamaan tercatat mayoritas penduduk di
Kecamatan Bojong beragama islam (99,19%). Adapun sarana
peribadatan tedapat 47 unit mesjid, dan 257 mushala.10
3.) Pendidikan
Fasilitas pendidikan di Kecamatan Bojong relatif lengkap.
Sejumlah sekolah atau madrasah tersebar di seluruh wilayah di
Kecamatan Bojong, Selain Sekolah Negeri ada beberapa
sekolah yang di kelola juga oleh pihak swasta.
Secara ringkas dapat disebutkan bahwa jumlah sekolah
taman kanak-kanak ada 12 unit, sedangkan Sekolah Dasar
terdapat 31 unit sekolah negeri dan 14 unit madrasah ibtidaiyah
yang tersebar di Kecamatan Bojong. Sedangkan untuk sekolah
tingkat menengah masing-masing SMP sebanyak 2 unit, Mts
sebanyak 4 unit, SMA sebanyak 1 unit dan SMK Swasta
sebanyak 2 unit.11
Siswa TK tercatat 595 siswa, siswa SD sebanyak 6.596
siswa, adapus siswa SMP sebanyak 1.473 dan tingkat
SMA/SMK sebanyak 1497 siswa.
4.) Kesehatan
Pelayanan Kesehatan di Kecamamatan Bojong juga di
dukung dengan terdapatnya 2 puskesmas biasa, 2 puskesmas
pembantu dan 6 PKD atau Poliklinik Desa. Jumlah dokter di
Kecamatan Bojong sebanyak 3 orang sehingga rata-rata dokter
pada tiap puskesmas hanya terdapat 1 orang.12
c. Sumber Daya Alam
1.) Pertanian
Sektor pertanian di Kecamatan Bojong merupakan potensi
yang dominan karena pada sektor ini merupakan lapangan
10 BPS Kabupaten Tegal “ Kecamatan Bojong dalam Angka 2015” hal.3611 Ibid, hal 3512 BPS Kabupaten Tegal “ Kecamatan Bojong dalam Angka 2015” hal.35
67
pekerjaan mayoritas penduduk di Kecamatan Bojong. Jenis
pertanian tanaman pangan yang di tanam di Kecamatan Bojong
meliputi padi, jagung, kacang tanah, ubi kayu, ubi jalar,
bawang merah, bawang putih, kentang, wortel dll.
Sebagian besar usaha pertanian padi yang masih bertahan
umumnya karena hasil pertanian tersebut di manfaatkan untuk
keperluan sendiri.
Pada tahun 2014 tercatat luas tanam padi sebesar 2.520 ha
dan luas panen sebesar 2.545 ha dengan produksi 129205 kw
GKG dan tingkat produktivitas mencapai 725 kw/ha.
Sedangkan tanaman jagung dengan luas tanam sebesar 1.623
ha dan luas panen sebesar 1.623 ha dengan produksi 144.217
kw serta produktivitas 1.428 kkw/ha.13
2.) Peternakan
Populasi ternak di Kecamatan Bojong terhitung pada
tahun 2014 untuk kuda sebanyak 20 ekor, sapi dengan jenis
sapi potong sejumlah 969 ekor, kerbau sejumlah 595 ekor,
kambing sejumlah 11.890 ekor. Rata-rata peternak berasal dari
masyarakat ekonomi menengah kebawah sehingga peternakan
di Kecamatan Bojong belum terkelola dengan baik. Sedangkan
untuk ayam kampung yang dikelola oleh rumah tangga
seluruhnya berjumlah 35.117 ekor.14
3.) Perkebunan
Wilayah Kecamatan Bojong yang berada pada ketinggian
700 mdpl (perbukitan) sangat mendukung pada sub sektor
perkebunan, terbukti komoditi teh, kopi, tembakau, lada, tebu
mendominasi hasil perkebunan di Kecamatan Bojong.15
13 Ibid, hal 9514 Ibid, hal 9515 Sistem Informasi Profil Daerah Kecamatan Bojong, Kabupaten Tegal Tahun 2010,
hal.9
68
4.) Kehutanan
Di sub sektor komoditas produksi kehutanan di luar
kawasan hutan produksi kayu sengon dari tahun 2008-2010
cenderung statis yaitu 1.500 m3, begitupun kayu pinus pada
tahun 2008-2010 produksinya mencapai 500 m3.16
2. Kondisi Ekonomi
Kegiatan ekonomi di Kecamatan Bojong merupakan salah satu
pilar pertumbuhan ekonomi di Kabupaten Tegal. Apalagi tempat
wisata pemandian guci yang terkenal dengan air panasnya yang
terletak di Desa Rembul Kecamatan Bojong.
a. Sektor industri
Banyaknya usaha kecil dan menengah kelompok industri
makanan yaitu tahu dan tempe berjumlah 29 buah pengusaha, luas
areal produksi tercatat 41 hektar dengan produksi 177131 m2 dan
tenaga kerja bahan galian golongan C sebanyak 187 orang.17
b. Energi
Banyaknya pedukuhan yang berlistrik PLN sebanyak 83
dukuh dengan jumlah pelanggan 9.659. desa terbanyak dengan
pelanggan sebanyak 1.294 adalah Desa Bojong dan Desa
Sangkanayu, sedangkan Desa terkecil dengan jumlah
pelanggannya sebanyak 229 pelanggan.18
b. Perdagangan
Sebagai daerah yang cukup jauh dari pusat Ibukota
Kabupaten Tegal, sektor perdagangan di Kecamatan Bojong
memiliki fasilitas yang cukup memadai. Pergerakan ekonomi
yang terkonsentrasi di Desa Bojong, mengundang cukup banyak
lembaga keuangan seperti bank, sarana perdagangan seperti toko,
16 Ibid.,17 BPS Kabupaten Tegal “ Kecamatan Bojong dalam Angka 2015” hal.10918 BPS Kabupaten Tegal “ Kecamatan Bojong dalam Angka 2015” hal.110
69
swalayan sedangkan untuk pasar tradisional terdapat 2 buah pasar
umum dan dua buah pasar hewan.19
B. Deskripsi Data
Dalam penelitian yang berjudul “Produktivitas Lahan Sawah dalam
Pemenuhan Kebutuhan Beras Penduduk di Kecamatan Bojong Kabupaten
Tegal” ini, dilakukan di Kecamatan Bojong, Kabupaten Tegal. Adapun
teknik pengumpulan data yang penulis gunakan berupa data Sekunder
yang diperoleh dari Badan Pusat Statistik Kabupaten Tegal.
1. Data Produksi Padi Tahun 2011-2014
Data produksi padi digunakan untuk mengetahui seberapa
besar produksi beras pada lahan pertanian di Kecamatan Bojong pada
tiap tahunnya. Data ini kemudian di konversikan dari padi atau GKG
terhadap beras sebesar 0,65. Data produksi padi ini diperoleh dari BPS
Kabupaten Tegal, data produksi tersebut daat disajikan pada tabel 4.7
Tabel 4.7Produksi Padi di Kecamatan Bojong tahun 2011-2014Tahun Produksi (Ku) Produksi (Ton)
2011 129.472 12.947,2
2012 129.283 12.928,3
2013 129.047 12.904,7
2014 129.205 12.920,5
Sumber: BPS Kabupaten Tegal ”Kecamatan Bojong dalam angka
2012-2015”
Dari tabel 4.7, pada tahun 2011 produksi padi di Kecamatan
Bojong sebesar 12.947,2 ton, pada tahun 2012 sebesar 12.928,3 ton,
pada tahun 2013 sebesar 12.904,7 ton, sedangkan pada tahun 2014
sebesar 12.920,5 ton.
Hal ini menunjukan bahwa Kecamatan Bojong mengalami
penurunan produksi beras, terlihat dari hasil produksi pada tahun 2011
– 2013 walaupun tidak terlalu signifikan sedangkan pada tahun 2014
19 Ibid., hal.117
70
produksi padi di Kecamatan Bojong mengalami peningkatan hasil
produksi sebesar 15,8 ton.
2. Data Jumlah Penduduk Kecamatan Bojong, Tahun 2011 – 2014
Data jumlah penduduk yang diperoleh dari BPS Kabupaten
Tegal digunakan untuk menghitung seberapa besar kebutuhan beras
keseluruhan penduduk di Kecamatan Bojong pada tahun 2011 hingga
tahun 2014, data tersebut kemudian dikalikan dengan kebutuhan beras
per-orang/hr sebesar 342 gr mengacu kepada peraturan menteri
pertanian. Data jumlah penduduk dapat disajikan pada tabel 4.8
Tabel 4.8Jumlah Penduduk di Kecamatan Bojong Tahun 2011-2014
No Desa / Kelurahan Jumlah Penduduk (jiwa)
2011 2012 2013 2014
1 Rembul 8.586 8.972 9.017 9.1072 Dukuhtengah 2.725 2.743 2.757 2.7853 Kedawung 2.817 2.863 2.877 2.9064 Suniarsih 2.121 2.156 2.167 2.1885 Karangmulya 5.509 6.230 6.434 6.4986 Tuwel 8.886 9.156 9.205 9.2987 Bojong 8.705 8.738 8.782 8.8708 Buniwah 3.354 3.425 3.431 3.3619 Lengkong 4.835 4.935 4.960 5.01010 Batunyana 1.743 1.762 1.770 1.78811 Sangkanayu 1.184 1.206 1.212 1.20912 Gunungjati 2.313 2.324 2.336 2.36013 Pucangluwuk 4.229 4.312 4.334 4.37714 Kajenengan 4.548 4.631 4.654 4.70115 Kalijambu 2.387 2.395 2.407 2.43116 Danasari 4.530 4.571 4.579 4.62517 Cikura 4.301 4.358 4.365 4.394
Jumlah 72.773 74.780 75.287 75.908Sumber: BPS Kabupaten Tegal“Kecamatan Bojong dalam angka
2012-2015
Dari tabel 4.8, Jumlah penduduk di Kecamatan Bojong pada
tahun 2011-2014 selalu mengalami peningkatan hal ini akan
berdampak pada berkurangnya lahan pertanian (konversi) menjadi
71
lahan permukiman warga akibatnya akan berdampak pada hasil
komoditi pertanian yang semakin menurun.
3. Data Rata-rata Luas Panen Padi di Kecamatan Bojong Tahun
2011 - 2014
Data rata-rata luas panen padi di Kecamatan Bojong digunakan
untuk menentukan produktivitas rata-rata (ton/ha) padi yang
dihasilkan dari lahan sawah di Kecamatan Bojong. Data rata-rata luas
panen dapat disajikan pada tabel 4.9
Tabel 4.9Luas Panen Padi di Kecamatan Bojong Tahun 2011-2014
No Desa / Kelurahan Luas Panen Padi (ha)2011 2012 2013 2014
1 Rembul 82 80 78 79
2 Dukuhtengah - - - -
3 Kedawung - - - -4 Suniarsih 164 164 164 164
5 Karangmulya 151 151 151 152
6 Tuwel 94 92 89 91
7 Bojong 212 212 212 212
8 Buniwah 184 184 184 184
9 Lengkong 188 188 188 188
10 Batunyana 145 145 145 145
11 Sangkanayu 118 118 118 118
12 Gunungjati 63 63 63 63
13 Pucangluwuk 334 334 334 339
14 Kajenengan 293 295 295 29515 Kalijambu 184 184 184 184
16 Danasari 172 172 172 172
17 Cikura 161 161 161 161
Jumlah 2545 2541 2536 2545Rata-rata 149,7 149,4 149,1 149,7
Sumber: BPS Kab.Tegal” Kecamatan Bojong dalam angka 2012-2015”
Berdasarkan tabel 4.9, terlihat bahwa luas panen padi dari
tahun 2011 hingga tahun 2014 mengalami kondisi yang tidak stabil
dalam artian luas tanamnya tidak tetap, sedangkan luas panen padi
72
dari tahun 2011 hingga 2013 mengalami penurunan sementara pada
tahun 2014 meningkat sebesar 9 ha.
Luas panen padi tersebut dipengaruhi oleh indeks penanaman
padi di Kecamatan Bojong, penanaman padi di Kecamatan Bojong
sangat beragam, ada lahan yang ditanam padi hanya sekali dalam
setahun, adapula lahan yang digunakan 2 kali dalam setahun untuk
budidaya tanaman padi, indeks penanaman ini akan berdampak pada
luas panen pada tiap Desa/Kelurahan yang ada di Kecamatan Bojong.
C. Temuan Hasil Analisis
1. Proyeksi Ketersediaan Beras
Dalam penulisan ini peneliti menggunakan data pertumbuhan
penduduk dan data produksi padi yang di peroleh dari BPS Kabupaten
Tegal, kemudian data-data tersebut diolah dari dua sisi, yaitu sisi
permintaan dan sisi ketersediaan
a. Dari sisi permintaan (demand)
Menghitung Laju pertumbuhan penduduk Kecamatan
Bojong Tahun 2011-2014 berdasarkan jumlah penduduk
Kecamatan Bojong Kabupaten Tegal Tahun 2011-2014. Untuk
menghitung laju pertumbuhan ini digunakan rumus laju
pertumbuhan penduduk secara Geometris:
r = )1/n -1}x100
Dimana Pt : Penduduk Tahun t
Po : Penduduk Tahun Dasar
n : Selisih Tahun dasar dan tahun t
Berdasarkan rumus tersebut, maka dapat dihitung laju pertumbuhan
penduduk seperti pada tabel 4.10 sebagai berikut.
73
Tabel 4.10Perhitungan Laju Pertumbuhan Penduduk Kecamatan Bojong
Tahun 2011-2014
Desa/Kelurahan PendudukTahun 2010
PendudukTahun 2014
LajuPertumbuhan
PendudukRembul 8.586 9.107 1,48Dukuhtengan 2.725 2.785 0,54Kedawung 2.817 2.906 0,78Suniarsih 2.121 2.188 0,78Karangmulya 5.509 6.498 4,21Tuwel 8.886 9.289 1,13Bojong 8.705 8.870 0,47Buniwah 3.354 3.361 0,05Lengkong 4.835 5.010 0,89Batunyana 1.743 1.788 0,63Sangkanayu 1.184 1.209 0,52Gunungjati 2.313 2.360 0,50Pucangluwuk 4.229 4.377 0,86Kajenengan 4.548 4.701 0,83Kalijambu 2.387 2.431 0,45Danasari 4.530 4.625 0,52Cikura 4.301 4.394 0,53
Jumlah 72.773 75.908 15,23rata-rata 4.280,76 4.465,17 0,89
Sumber: Hasil Analisa 2016
Gambar 4.4
Laju Pertumbuhan Penduduk Tahun 2011-2014
Sumber: Hasil Analisa 2016
-50000
0
50000
100000
150000
200000
LajuPertumbuhanPenduduk
Penduduktahun2014
74
` Berdasarkan data tabel 4.10, rata-rata laju pertumbuhan
penduduk Kecamatan Bojong tahun 2011 hingga tahun 2014
sebesar 0,89% atau 0,0089, hal ini menunjukan bahwa terjadi
peningkatan jumlah penduduk dari tahun 2011 hingga 2014, laju
pertumbuhan paling tinggi terdapat pada Desa Karangmulya yaitu
sebesar 4,21% sedangkan Desa yang mengalami laju pertumbuhan
paling sedikit yaitu Desa Buniwah sebesar 0,05%.
Tabel 4.11Jumlah Penduduk Kecamatan Bojong Tahun 2011-2014
Tahun Jumlah Penduduk Keterangan2011 72.773
BerdasarkanData BPS
2012 74.7802013 75.2872014 75.908
Sumber: Hasil Analisa 2016
Berdasarkan jumlah penduduk di Kecamatan Bojong
dengan melihat jumlah penduduk empat tahun terakhir terlihat
bahwa pada tahun 2014 jumlah penduduk di Kecamatan Bojong
mencapai 75.908 jiwa. Dimana mengalami kenaikan walaupun
tidak begitu signifikan dari pengamatan tahun terakhir yaitu tahun
2011 yang hanya mencapai 72.773 jiwa. Kondisi pertumbuhan
jumlah penduduk pada tabel 4.11 tersebut akan membutuhkan
jumlah dan besaran komoditas pertanian sebagai bahan makanan
utama. Seiring dengan pertambahan jumlah penduduk maka
konsekuensi logis yang akan terjadi adalah bertambahnya areal
permukiman yang pada akhirnya akan berdampak pada konversi
lahan yang akan terjadi di Kecamatan Bojong.
Berdasarkan data diatas dapat dilihat prediksi permintaan
atau kebutuhan beras di Kecamatan Bojong sampai dengan tahun
2014. Dalam hal ini, indeks konsumsi beras per tahun di tentukan
dengan mengacu kepada peraturan menteri pertanian sebesar 342
75
gr/orang/hari atau setara dengan 124,89 Kg/Kap/Tahun20 Sehingga
diperoleh hasil yang disajikan pada tabel 4.12 berikut:
Rumus:
Kebutuhan beras total = penduduk hasil proyeksi x indeks
konsumsi beras
Kebutuhan Padi =,
Kebutuhan Luas Panen =,
Tabel 4.12Kebutuhan Beras hingga Tahun 2014
TahunJumlah
Penduduk
IndeksKonsumsi
Beras(Kg/Kap/Thn)
KebutuhanBeras(Ton)
KebutuhanPadi/ GKG
(Ton)
KebutuhanLuas Panen
(Ha)
2011 72.773 124,89 9.088,61 13.982,49 2.752,45
2012 74.780 124,89 9.339,27 14.368,11 2.828,36
2013 75.287 124,89 9.402,59 14.465,52 2.847,54
2014 75.908 124,89 9.480,15 14.584,84 2.871,03Sumber: Hasil Analisis 2016.
Catatan : tingkat konsumsi beras penduduk Kecamatan Bojong adalah
342 gr/kapita setara dengan 124,89 Kg/Kapita, produktivitas rata-rata
padi tahun 2001-2014 sebesar 5,08 ton/ha. Sedangkan indeks konversi
GKG menjadi beras (1kg GKG = 0,65 Kg beras)
Jumlah lahan sawah di Kecamatan Bojong hingga tahun 2014
selama 4 tahun terakhir luas lahan sawah semakin menurun
sehingga produktivitas pertanian juga mengalami penurunan.
Hingga tahun 2014 kebutuhan beras di Kecamatan Bojong
mencapai 9.480,15 ton dengan kebutuhan luas lahan yang harus
tersedia untuk emenuhi kebutuhan penduduk adalah 2.871,03 ha.
20 Ir. Nano Rusono, dkk, “Studi Pendahuluan Rencana Pembangunan Jangka MenengahNasional Bidang Pangan dan Pertanian 2015-2019” (Jakarta, Direktorat Pangan dan Pertanian,Bappenas, 2013) hal.109
76
Sedangkan prediksi jumlah produksi sawah GKG dalam ton di
Kecamatan Bojong tahun 2014 sebesar 14.584,84 ton.
b. Dari sisi Ketersediaan (supply)
1.) Untuk menghitung produksi padi dan produksi beras
digunakan rumus sebagai berikut:
Total produksi padi (ton) = Luas lahan padi sawah (Ha)
x IP x produktivitas padi (ton/ha).
Total produksi beras (Ton) = Total Produksi Padi / GKG
(Ton) x Indeks konversi padi ke Beras.
Tabel 4.13Produksi Beras di Kecamatan Bojong Tahun 2011-2014
Sumber: Hasil analisa 2016
Produksi padi di Kecamatan Bojong pada tahun 2014
dalam mencapai 12.920,50 ton, sedangkan produksi berasnya
akan mencapai 8.398,32 ton, dimana faktor konversi lahan
dihitung 0,65 persen dengan luas lahan dianggap tetap yaitu
2.244,00 ha.
Pertambahan penduduk merupakam suatu hal yang sulit
untuk dihindari. Jumlah penduduk yang semakin meningkat
telah berakibat pada peningkatan kebutuhan sehari-hari
termasuk kebutuhan pangan, begitupun dengan perubahan
penggunaan lahan pertanian ke non-pertanian dapat
menyebabkan berkurangnya ketersediaan lahan pertanian
pangan. Ini terlihat jelas pada kedua tabel 4.13
Tahun
LuasLahanSawah(Ha)
ProduksiPadi/ GKG
(Ton)
FaktorKonversi
Beras(Kg)
ProduksiBeras(Ton)
Keterangan
2011 2.246,00 12.947,20 0,65 8.415,68Berdasarkan Data BPSTahun 2011-
2014
2012 2.244,00 12.928,30 0,65 8.403,39
2013 2.244,00 12.904,70 0,65 8.388,05
2014 2.244,00 12.920,50 0,65 8.398,32
77
Perbandingan supply dan demand beras Kecamatan
Bojong dari tahun 2011 sampai 2014 dimana laju pertumbuhan
penduduk dari tahun 2011-2014 yaitu 0,89% dan luas lahan
sawah mengalami perubahan atau terjadi konversi lahan sawah
begitu juga dengan tingkat konsumsi beras per kapita yang tetap
yaitu 342 gr/org/perhari atau setara dengan 124,89 kg/tahun
diketahui bahwa Kecamatan Bojong sampai dengan tahun 2014,
ketersediaan pangan dalam hal ini beras megalami defisit
sebanyak 1.081,83 ton, hal ini berarti Kecamatan Bojong belum
bisa memenuhi kebutuhan beras penduduknya.
Kecenderungan selisih supply dan demand beras di
Kecamatan Bojong yang semakin mengecil yang diperlihatkan
oleh tabel 4.12 dan 4.13 kebutuhan pangan dalam hal ini beras
yang mengindikasikan bahwa Kecamatan Bojong memiliki
kerentanan terhadap ketahanan pangannya, untuk mengatasi hal
tersebut maka diperlukan strategi untuk menjaga dan mengatasi
masalah ketahanan pangan yang ada di Kecamatan Bojong.
2. Menunjukan tingkat produktivitas lahan sawah dalam pemenuhan
kebutuhan beras penduduk.
Untuk menghitung produktivitas lahan sawah digunakan rumus:
Supply Beras = Dengan asumsi bahwa:
a. Jika total supply < 0,124 ton/org/tahun atau setara dengan 342
gr/org/hari, maka dapat dikatakan Kecamatan Bojong mengalami
defisit dalam pemenuhan kebutuhan pangan (beras) penduduk.
b. Jika total supply = 0,124 ton/org/tahun atau setara dengan 342
gr/org/hari, maka dapat dikatakan Kecamatan Bojong mengalami
optimal dalam pemenuhan kebutuhan pangan (beras) penduduk.
c. Jika total supply > 0,124 ton/org/tahun atau setara dengan 342
gr/org/hari, maka dapat dikatakan Kecamatan Bojong mengalami
surplus dalam pemenuhan kebutuhan pangan (beras) penduduk.
78
Tabel 4.14Produktivitas Lahan Sawah
TahunX Y Y/X
KeteranganJumlahPenduduk
ProduksiBeras/supply(Ton)
Konsumsifisik berasminimun /
tahun (Ton)
Supplyberas(Ton)
2011 72.773 8.415,68 0,124 0,115 Defisit2012 74.780 8.403,39 0,124 0,112 Defisit2013 75.287 8.388,05 0,124 0,111 Defisit2014 75.908 8.398,32 0,124 0,110 Defisit
Sumber: Hasil Analisa 2016
Berdasarkan tabel 4.15, terlihat bahwa ketersediaan beras di
Kecamata Bojong berada dibawah angka konsumsi beras
minimum, sehingga dapat dikatakan Kecamatan Bojong
mengalami defisit dalam Pemenuhan Kebutuhan Beras
Pendudukya, hal ini terjadi karena meningkatnya jumlah penduduk
yang berdampak pada konversi lahan pertanian, selain itu
perubahan lahan sawah padi menjadi lahan budidaya sayuran juga
berdampak pada produktivitas lahan sawah. Selain data diatas
produktivitas lahan sawah juga dapat dilihat berdasarkan daya
dukung lahan pertanian, dengan rumus sebagai berikut:
α =
Keterangan :
α = daya dukung lahan
X = luas lahan yang tersedia untuk budidaya tanaman
pangan/padi (X dicari dengan menggunakan rumus)
X =
k = luas lahan yang diperlukan untuk swasembada pangan.
(k dicari dengan rumus)
k = /
79
Konsumsi Fisik Minimal sebesar 342 gr/orang/hari atau setara
dengan 124,89 kg/orang/tahun.
Dengan asumsi sebagai berikut:
a. α > 1, berarti wilayah tersebut mampu swasembada pangan
dalam arti jumlah penduduknya di bawah jumlah penduduk
optimal.
b. α < 1, berarti wilayah tersebut tidak mampu swasembada
pangan dalam arti jumlah penduduknya telah melampaui
jumlah penduduk optimal.
c. α = 1, berarti wilayah tersebut memiliki daya dukung yangoptimal.
Tabel 4.15Daya Dukung Lahan Sawah Kecamatan Bojong Tahun
2011-2014Tahun Luas
Lahanyangtersedia(X)
Luas Lahanyangdiperlukan(k)
DayaDukungLahan(α)
Keterangan
2011 0,034 0,037 0,91 α < 12012 0,033 0,037 0,89 α < 12013 0,033 0,037 0,89 α < 12014 0,033 0,037 0,89 α < 1
Sumber: Sumber Analisis 2016
Pada tabel 4.16, terlihat bahwa daya dukung lahan pertanian
di Kecamatan Bojong tahun 2011-2014 nilai α menunjukan kurang
dari 1 (α < 1) yang berarti Kecamatan Bojong sudah tidak mampu
swasembada pangan, yang artinya jumlah penduduknya telah
melampaui jumlah penduduk Optimal. Hal tersebut juga akan
berdampak pada Produktivitas lahan sawah yang telah dinilai
defisit
D. Pembahasan Produktivitas Lahan Sawah dalam Pemenuhan
Kebutuhan Beras Penduduk di Kecamatan Bojong Kabupaten Tegal
Produktivitas ialah kemampuan tanah untuk menghasilkan
produksi tanaman tertentu dalam keadaan pengolahan tanah tertentu, tanah
80
yang produktif ialah tanah yang dapat menghasilkan tanaman dengan baik
dan menguntungkan. Produktivitas lahan dapat dipengaruhi oleh banyak
faktor yang dapat menurunkan hasil produksi pertanian antara lain luas
lahan, kondisi irigasi, iklim, jenis tanah dan unsur hara yang ada didalam
tanah. Sedangkan pengertian kebutuhan menurut KBBI adalah sesuatu hal
yang dibutuhkan.21
Beras merupakan suatu hal yang dibutuhkan oleh masyarakat
sebagai bahan pangan utama dalam kehidupan sehari-hari. Beras adalah
pangan utama masyarakat Indonesia, pada umumnya beras berwarna putih
namun adapula beras yang berwarna merah, tanaman yang menghasilkan
beras ialah tanaman padi yang termasuk dalam kelompok rerumputan.
Kebutuhan beras akan terus bertambah seiring dengan meningkatnya laju
pertumbuhan penduduk.
Pada penelitian produktivitas lahan sawah dalam pemenuhan
kebutuhan beras penduduk di Kecamatan Bojong, Kabupaten Tegal yang
dilaksanakan pada bulan november 2015 sampai dengan september 2016
dengan menggunakan teknik pengambilan data melalui data sekunder
yaitu data-data yang diperoleh dari Badan Pusat Statistik Kabupaten Tegal.
Pada pengamatan yang dilakukan penulis berdasarkan data yang
telah diperoleh dari BPS Kabupaten Tegal, pada studi pendahuluan penulis
mendapatkan fakta bahwa jumlah penduduk di Kecamatan Bojong dari
tahun 2011-2014 telah mengalami peningkatan, ini akan berdampak pada
meningkatnya pula kebutuhan pangan dalam hal ini beras yang menjadi
pangan pokok penduduk di Kecamatan Bojong
Setelah data diperoleh penulis melakukan analisis untuk mengetahui
berapa produksi beras di Kecamatan Bojong dari tahun 2011 hingga tahun
2014 dan bagaimana tingkat produktivitas lahan sawah yang ada di
Kecamatan Bojong.
21 Tim Penyusun Kamus Pusat Pembinaan dan Pengembangan Bahasa, “Kamus BesarBahasa Indonesia” Departemen Pendidikan dan Kebudayaan : Balai Pustaka, Edisi kedua, hal.161
81
Dari hasil perhitungan yang penulis lakukan, dihasilkan bahwa
penduduk di Kecamatan Bojong dari tahun 2011-2014 memiliki laju
pertumbuhan sebesar 0,89% yang artinya telah terjadi peningkatam jumlah
penduduk. Sementara itu angka konsumsi fisik penduduk menurut
Direktorat Pangan dan Pertanian sebesar 342 gr/orang/hari.
Dari sisi permintaan atau kebutuhan beras tahun 2011-2014, dapat
dihitung berdasarkan jumlah penduduk dan angka konsumsi fisik masing-
masing sebesar 9.088,61 ton, 9.339,27 ton, 9.402,59 ton dan 9.480,15 ton.
Sementara hasil perhitungan dari sisi ketersediaan atau produksi beras di
Kecamatan Bojong pada tahun 2011-2014 masing-masing sebesar
8.415,68 ton, 8.403,39 ton, 8.388,05 ton dan 8.398,32 ton.
Dari perhitungan diatas jika kita bandingkan antara kebutuhan
dengan ketersediaan, Kecamatan Bojong mengalami defisit yang artinya
bahwa angka kebutuhan beras di Kecamatan Bojong tahun 2011-2014
berada dibawah angka kebutuhan atau permintaan.
Selanjutnya jika dilihat dari tingkat produktivitas lahan sawah
tahun 2011-2014 berdasarkan produksi beras atau ketersediaan
menunjukan bahwa Kecamatan Bojong mengalami defisit dengan
ketersediaan masing-masing sebesar 0,115 ton, 0,112 ton, 0,111 ton dan
0,110 ton, angka tersebut berada di bawah angka konsumsi fisik minimum
penduduk Kecamatan Bojong sebesar 0,124 atau setara dengan 342
gr/orang/hari.
Produktivitas berdasarkan daya dukung lahan pertanian juga
mengalami defisit, nilai α menunjukan kurang dari 1 (α < 1) yang berarti
Kecamatan Bojong sudah tidak mampu swasembada pangan, yang artinya
jumlah penduduknya telah melampaui jumlah penduduk Optimal.
Dan yang terakhir, dari hasil perhitungan secara manual dapat
dilihat dari hasil pengurangan antara produksi atau ketersediaan dengan
konsumsi atau kebutuhan beras, dan dihasilkan bahwa
ketersediaan/produksi < Kebutuhan atau Konsumsi, dengan demikian
Kecamatan Bojong dalam tentan waktu tahun 2011-2014 mengalami
82
defisit beras, hal ini sejalan dengan teori vadinicum dalam Muhammad
Wahed yang disebutkan bahwa produksi padi pada dasarnya bergantung
pada dua variabel yaitu luas lahan dan hasil per hektar, jika luas panen
atau produktivitas persatuan luas mengalami peningkatan yang pada
gilirannya secara otomatis akan meningkatkan Kesejahteraan Penduduk
dalam hal ini kebutuhan berasnya akan terpenuhi.
Produktivitas lahan sawah dalam pemenuhan kebutuhan beras
penduduk di Kecamatan Bojong masih mengalami defisit, hal ini perlu
ditingkatkan karena jika hal ini terus dibiarkan maka Kecamatan Bojong
akan mengalami bencana kelaparan dan akan terus menerus mengandalkan
impor beras dari wilayah atau Kecamatan lain di Kabupaten Tegal, peran
pemerintah juga sangat diandalkan dalam memberikan penyuluhan kepada
petani-petani di Kecamatan Bojong terkait dampak rendahnya
produktivitas lahan dalam upaya pemenuhan kebutuhan pangan dalam hal
ini adalah beras.
Rendahnya produktivitas mengakibatkan banyak warga di
Kecamatan Bojong dalam pemenuhan kebutuhan berasnya yang masih
mengandalkan beras raskin dari luar daerah terlihat dari Data BPS
Kecamatan Bojong, hal ini diperlukan upaya dari pemerintah setempat
untuk meingkatkan kualitas lahan sawah dengan melalui program
intensifikasi dan penyuluhan kepada masyarakat agar dapat meningkatkan
produksi padi sehingga masyarakat tidak mengandalkan impor beras dari
luar daerah.
83
BAB V
KESIMPULAN, IMPLIKASI DAN SARAN
A. Kesimpulan
Berdasarkan pembahasan pada Bab sebelumnya, maka dapat
ditarik kesimpulan bahwa:
1. Kecamatan Bojong dalam rentan waktu Tahun 2011-2014 mempunyai laju
pertumbuhan penduduk sebesar 0,89% atau 0,0089 , hal ini menunjukan
bahwa telah terjadi peningkatan jumlah penduduk dari Tahun 2011 hingga
Tahun 2014, sedangkan untuk Produksi beras berdasarkan perhitungan Hasil
Analisa data produksi padi yang berasal dari Data BPS yang kemudian
dikonversi sebesar 0,65 menjadi beras, sehingga dapat diketahui produksi
beras masing-masing untuk Tahun 2011 sebesar 8.415,68 ton atau setara
dengan 8.415.680 kg, pada tahun 2012 sebesar 8.403,39 ton atau 8.403.390
kg, pada tahun 2013 sebesar 8,388,05 ton atau 8.388.050 kg, dan untuk tahun
2014 berproduksi sebesar 8.398,32 ton atau 8.398.320 kg.
2. Tingkat produktivitas lahan sawah di Kecamatan Bojong berdasarkan hasil
analisa terlihat bahwa kebutuhan beras per-orang/tahun berada dibawah angka
konsumsi fiksik minimum beras sebesar 124,89 kg/orang/tahun yang berarti
bahwa produktivitas lahan sawah di Kecamatan Bojong mengalami defisit,
sementara produktivitas lahan sawah jika dilihat dari daya dukung lahan
pertanian juga mengalami defisit, terlihat dari hasil analisa daya dukung lahan
sawah bahwa Daya dukung lahan pertanian di Kecamatan Bojong tahun 2011-
2014 nilai α masing-masing menunjukan angka 0,91 pada tahun 2011, angka
0,89 pada tahun 2012, angka 0,89 pada tahun 2013 dan angka 0,89 pada tahun
2014 yaitu menunjukan angka kurang dari 1 (α < 1) yang berarti Kecamatan
Bojong sudah tidak mampu swasembada pangan, yang artinya jumlah
penduduknya telah melampaui jumlah penduduk Optimal. Hal tersebut juga
akan berdampak pada Produktivitas lahan sawah yang telah dinilai Defisit.
84
B. Implikasi
Rendahnya Produksi beras di Kecamatan Bojong memberikan
implikasi terhadap pengelolaan sumber daya alam, lahan sawah harus di
optimalkan dengan baik sebab jika tidak maka akan banyak warga di
Kecamatan Bojong yang akan kehilangan mata pencaharian sebagai
petani, kemudian memberikan evaluasi terhadap pemerintah setempat
untuk mengadakan penyuluhan pertanian kepada masyarakat, selain itu
memberikan kesadaran kepada masyarakat agar lahan sawah harus
dimanfaatkan dengan baik guna meningkatkan produktivitasnya.
C. SaranKetahanan pangan adalah kondisi dimana terpenuhinya kebutuhan
pangan bagi rumah tannga yang tercermin dari produktivitas, ada
beberapa strategi ketahanan pangan yang bisa ditempuh oleh pemerintah
Kecamatan Bojong Kabupaten Tegal untuk mengatasi masalah pangan,
dalam hal ini maka produktivitas pertanian akan meningkat, antara lain:
1. Meningkatkan program intensifikasi pada lahan pertanian yang telah
dilakukan dengan tujuan agar produktivitas lahan pertanian dapat
meningkat.
2. Meningkatkan pengetahuan dan keterampilan petani dalam sistem
penyuluhan agar kondisi ini mampu meningkatkan produksi hasil
pertanian.
3. Persoalan meningkatnya laju pertumbuhan penduduk menyebabkan
antara kebutuhan konsumsi padi dan produksi padi semakin berkurang,
maka perlu penanganan terhadap konversi lahan pertanian.
4. Penyediaan dan pemeliharaan kondisi irigasi dan sarana produksi di
beberapa Desa di Kecamatan Bojong akan meningkatkan frekuensi
tanam dan produktivitas lahan.
5. Mengoptimalkan pemanfaatan sumber daya lahan agar lebih produktif
dan lestari baik secara kualitas maupun kuantitas
DAFTAR PUSTAKA
Buku:
Bachrun, Tim Karya Nyata : Pertanian Terpadu dan Agribisnis, Ciputat : Intelektifa Pustaka,2007.
Basri Jumin, Hasan. Dasar-Dasar Agronomi. Jakarta : Rajawali Pers, 2012.
D.Sastrapradja, Setijati, Perjalanan Panjang Tanaman Indonesia, Jakarta : Yayasan pustakaobor indonesia, 2012.
Koeswara, Soetrisno. Teknologi Pengolahan Beras Teori dan Praktik, E-bookpangan.com,2009.
Mega, I Made. Klasifikasi Tanah dan Kesesuaian Lahan, Denpasar : Universitas Udayana,2010.
Munawar, Ali. Kesuburan Tanaman dan Nutrisi Tanaman, Bogor : IPB Press, 2011.
Noor Ardiansyah, Andri. Klimatologi Umum, Jakarta : Uin Jakarta Press, 2014.
Nur Mala, Tati. Pengantar Ilmu Pertanian.Yogyakarta: Graha Ilmu, 2014.
Purwanto Peran pembangunan ketahanan pangan (Jakarta, Lembaga ilmu pengetahuanIndonesia LIPI, Pusat Penelitian Ekonomi, 2010
Seokartiwi, Ilmu Usahatani, Jakarta : UI Press, 1986
Soetriono. Pengantar Ilmu Pertanian. Malang,: Banyu Media Publishing
Sulistyaningsih, Metodologi Penelitian Kuantitatif-Kualitatif, Yogyakarta, Graha Ilmu, 2011
Tambunan, Tulus. Pembangunan Pertanian dan Ketahanan Pangan., Jakarta, UI Press, 2010
Tim Penyusun Kamus Pusat Pembinaan dan Pengembangan Bahasa, “Kamus Besar BahasaIndonesia” Departemen Pendidikan dan Kebudayaan : Balai Pustaka, Edisi kedua
Triharso, Dasar-Dasar Perlindungan Tanaman, Yogyakarta : Gajah Mada University Press,2010.
Yuwono, Tribowo. Pembangunan Pertanian. Yogyakrta: Gadjah Mada University Press,2011
Jurnal:
Maswirahmah, Jurnal Fasilitator: Arahan Perencanaan Ketahanan Pangan di KabupatenSoppeng, PPSP Kabupaten Soppeng, 2012.
Prok, Kristovel. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Pertumbuhan Ekonomi Sulawesi UtaraSelama Periode Otonomi D2001-2013, jurnal FEB: Universitas Sam Ratulangi,2015
Ridwan, Azwir. Peningkatan Produktivitas Padi Sawah dengan Perbaikan TeknologiBudidaya, (Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Sumatera Barat, 2009)
Roseline, Herliana, Kajian Pemanfaatan Irigasi Air Tanah pada Sawah Tadah HujanTanaman Padi Metode SRI di Desa Girimukti, Kabupaten Bandung Barat, ProvinsiJawa Barat, Bogor: Jurnal ITB, 2009.
Rusono, Nano, dkk, “Studi Pendahuluan Rencana Pembangunan Jangka Menengah NasionalBidang Pangan dan Pertanian 2015-2019” (Jakarta, Direktorat Pangan danPertanian, Bappenas, 2013)
Yuamtari, MG Catur, Tingkat Pengetahuan Petani dalam Menggunakan Pestisida (StudiKasus di Desa Curut Kecamatan Penawangan Kabupaten Grobogan , Knowledgelevel of farmers in the Use of Pesticides (Case Study in Village Curut PenawanganDistrict, Grobogan), Jurnal, 2013.
Skripsi/Tesis:
Agustina Fitriani, Arie. Analisa Daya Dukung Lahan Pertanian dan Tekanan Penduduk(Studi Kasus Kabupaten Provinsi Jawa Timur, Tahun 2013), Surakarta, Skripsi,Universitas Sebelas Maret, 2005 (dipublisasikan)
Hassie, Retna “Analisis Produksi dan Konsumsi Beras dalam Negeri serta Implikasinyaterhadap Swasembada Beras di Indonesia” Skripsi Fakultas Ekonomi danManajement, IPB 2009
Indriyani, Febri. “Hubungan Partisipasi Petani dalam Kelompok Tani dengan ProduktivitasUsaha Tani Padi Sawah (Studi Kasus di Kelompok Tani Saluyu, Desa Ciasihan,Kecamatan Pamijahan, Kabupaten Bogor)”, Skripsi FMIPA UIN Jakarta, Jakarta,2014. (tidak dipublisasikan)
Mahadi, I Made, Faktor-faktor yang mempengaruhi konversi lahan pertanian sertadampaknya terhadap kesejahteraan petani ( studi kasus di subak jadi, kecamatankediri, tabanan ),” Tesis
Mandasari, Sutra, Hubungan Peran Kelompok Tani Dengan Produktivitas Usahatani BenihPadi, Jakarta: Skripsi Fakultas Sains dan Teknologi, Uin Jakarta, 2014. Tidakdipublikasikan
Meiliza, Rika, “Pengaruh Pupuk terhadap Optimasi Produksi Padi Sawah di Kabupaten DeliSerdang,” Skripsi Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara, 2006,
Mulyadi, Pengaruh Kondisi Sosial Ekonomi terhadap Pengetahuan Masyarakat TentangDampak konversi Lahan di Desa Babakan Kecamatan Ciseeng, Kabupaten Bogor,Skripsi UIN Jakarta, 2016
Instansi:
Badan Pusat Statistik (BPS) “Kecamatan Bojong dalam Angka 2012” Tegal :2012.
Badan Pusat Statistik (BPS) “Kecamatan Bojong dalam Angka 2013” Tegal :2013.
Badan Pusat Statistik (BPS) “Kecamatan Bojong dalam Angka 2014” Tegal :2014.
Badan Pusat Statistik (BPS) “Kecamatan Bojong dalam Angka 2015” Tegal :2015.
Sistem Informasi Profil Daerah Kecamatan Bojong, Kabupaten Tegal Tahun 2010,
Internet:
www.tegalkab.go.id “ Gambaran Umum Kondisi Daerah
”
.
Lampiran 1
Jumlah Penduduk Kecamatan Bojong Tahun 2011-2014
No Desa /Kelurahan
Jumlah Penduduk (jiwa)
2011 2012 2013 2014
1 Rembul 8586 8972 9017 91072 Dukuhtengah 2725 2743 2757 27853 Kedawung 2817 2863 2877 29064 Suniarsih 2121 2156 2167 21885 Karangmulya 5509 6230 6434 64986 Tuwel 8886 9156 9205 92987 Bojong 8705 8738 8782 88708 Buniwah 3354 3425 3431 33619 Lengkong 4835 4935 4960 501010 Batunyana 1743 1762 1770 178811 Sangkanayu 1184 1206 1212 120912 Gunungjati 2313 2324 2336 236013 Pucangluwuk 4229 4312 4334 437714 Kajenengan 4548 4631 4654 470115 Kalijambu 2387 2395 2407 243116 Danasari 4530 4571 4579 462517 Cikura 4301 4358 4365 4394
Jumlah 72773 74780 75287 75908Sumber: BPS Kabupaten Tegal“Kecamatan Bojong dalam angka 2012-2015”
Lampiran 2
Luas Panen Padi di Kecamatan Bojong Tahun 2011-2014
Tabel 4.9
Luas Panen Padi di Kecamatan Bojong Tahun 2011-2014
No Desa /
Kelurahan
Luas Panen Padi (ha)
2011 2012 2013 2014
1 Rembul 82 80 78 79
2 Dukuhtengah - - - -
3 Kedawung - - - -
4 Suniarsih 164 164 164 164
5 Karangmulya 151 151 151 152
6 Tuwel 94 92 89 91
7 Bojong 212 212 212 212
8 Buniwah 184 184 184 184
9 Lengkong 188 188 188 188
10 Batunyana 145 145 145 145
11 Sangkanayu 118 118 118 118
12 Gunungjati 63 63 63 63
13 Pucangluwuk 334 334 334 339
14 Kajenengan 293 295 295 295
15 Kalijambu 184 184 184 184
16 Danasari 172 172 172 172
17 Cikura 161 161 161 161
Jumlah 2545 2541 2536 2545
Rata-rata 149,7 149,4 149,1 149,7
Sumber: BPS Kabupaten Tegal” Kecamatan Bojong dalam angka
2012-2015”
Lampiran 3
Laju Pertumbuhan Penduduk Kecamatan Bojong Tahun 2011-2014
Desa/Kelurahan PendudukTahun 2010
PendudukTahun 2014
LajuPertumbuhan
PendudukRembul 8.586 9.107 1,48Dukuhtengan 2.725 2.785 0,54Kedawung 2.817 2.906 0,78Suniarsih 2.121 2.188 0,78Karangmulya 5.509 6.498 4,21Tuwel 8.886 9.289 1,13Bojong 8.705 8.870 0,47Buniwah 3.354 3.361 0,05Lengkong 4.835 5.010 0,89Batunyana 1.743 1.788 0,63Sangkanayu 1.184 1.209 0,52Gunungjati 2.313 2.360 0,50Pucangluwuk 4.229 4.377 0,86Kajenengan 4.548 4.701 0,83Kalijambu 2.387 2.431 0,45Danasari 4.530 4.625 0,52Cikura 4.301 4.394 0,53
Jumlah 72.773 75.908 15,23rata-rata 4.280,76 4.465,17 0,89
Sumber: Hasil Analisa 2016
Grafik Laju Pertumbuhan Penduduk Kecamatan Bojong Tahuan 211-2014
-20000
0
20000
40000
60000
80000
100000
120000
140000
160000
LajuPertumbuhanPenduduk
Penduduktahun2014
Penduduktahun2010
Lampiran 4
Data Produktivitas Rata-rata padi (Ton/Ha) Tahun 2011-2014
Tahun Luas Panen(Ha)
Produksi(Ton)
Produktivitas (Ton/Ha)
2011 2545 12947,2 5,0873084482012 2541 12928,3 5,0878787882013 2536 12904,7 5,0886041012014 2545 12920,5 5,076817289
Rata-Rata 5,085152156Keterangan: Data Produktivitas Rata-rata dihasilkan dari Total Produksi (Ton)pada tiap tahun dibagi dengan Luas panen (Ha)
Lampiran 5
Data Indeks Penanaman Padi (IP)
Desa/KelurahanSatu kali /
tahunDua kali/
tahunJumlah Luas Tanam
(Tetap)Luas Tanam 1
TahunIndeks
PenanamanRembul 128 13 141 154 1,092198582Dukuh Tengah 0 0 0 0 0Kedawung 2 0 2 2 1Suniarsih 2,5 68 70,5 138,5 1,964539007Karangmulya 74 135 209 344 1,645933014Tuwel 163 17 180 197 1,094444444Bojong 140 25 165 190 1,151515152Buniwah 76 43 119 162 1,361344538Lengkong 67 120 187 307 1,64171123Batunyana 25 74 99 173 1,747474747Sangkanayu 15 44 59 103 1,745762712Gunungjati 22 40 62 102 1,64516129Pucangluwuk 52 108 160 268 1,675Kajenengan 39 80 119 199 1,672268908Kalijambu 79 10 89 99 1,112359551Danasari 132 16 148 164 1,108108108Cikura 88 12 100 112 1,12
Jumlah 1104,5 805 1909,5 2714,5 1,421576329
Lampiran 6
Tabel Produktivitas Lahan Sawah berdasarkan Hasil Analisa 2016
Produktivitas Lahan Sawah
TahunX Y Y/X
KeteranganJumlahPenduduk
ProduksiBeras/supply(Ton)
Konsumsifisik berasminimun /
tahun (Ton)
Supplyberas(Ton)
2011 72.773 8.415,68 0,124 0,115 Defisit2012 74.780 8.403,39 0,124 0,112 Defisit2013 75.287 8.388,05 0,124 0,111 Defisit2014 75.908 8.398,32 0,124 0,110 Defisit
Sumber: Hasil Analisa 2016
Lampiran 7
Data Kebutuhan Beras dari tahun 2011-2045
TahunJumlah
PendudukIndeks Konsumsi
Beras(Kg/Kap/Thn)
KebutuhanBeras (Ton)
KebutuhanPadi/ GKG
(Ton)
Kebutuhan LuasPanen (Ha)
2011 72773 124,89 9088,61997 13982,49226 2752,4591072012 74780 124,89 9339,2742 14368,11415 2828,3689282013 75287 124,89 9402,59343 14465,52835 2847,5449522014 75908 124,89 9480,15012 14584,84634 2871,032744
Catatan: Data Kebutuhan Beras ini diperoleh berdasarkan hasil proyeksi Jumlah Penduduk yang dikalikan dengan angkakonsumsi fisik sebesar 124,89 Kg/Kap/Thn, yang kemudian dari hasil tersebut dapat juga diketahui Kebutuhan padinyaberdasarkan nilai penyusutan padi ke beras sebesar 0,65, dan juga dapat diketahui Kebutuhan luas panennya berdasarkanProduksi rata-rata tahun 2011-2014 sebesar 5,08 Ton/Ha.
Lampiran 8
Data Produksi Beras (Diolah)
Tahun LuasPanen
Produksi Beras(Ton)
Produksi Beras(Ton/ha)
2011 2.545 8.415,68 3,306750491
2012 2.541 8.403,39 3,307119244
2013 2.536 8.388,05 3,307590694
2014 2.545 8.398,32 3,299929273
Rata-rata 2.542 8.401 3
Luas Lahan yang Tersedia untuk Budidaya Tanaman Padi
Tahun Luas Panen(Ha)
JumlahPenduduk
Luas Lahan yangTersedia untukBudidaya Padi
2011 2.545 72.773 0,034971762
2012 2.541 74.780 0,033979674
2013 2.536 75.287 0,033684434
2014 2.545 75.908 0,033527428
Rata-rata 2.542 74.687 0,03
Luas Lahan yang diperlukan untuk Swasembada Pangan
TahunKonsumsi
FisikMinimum
(Ton)
Produksi BerasRata-rata(Ton/Ha)
Luas Lahan yangdiperlukan Untuk
Swasembada Pangan(Ha)
2011 0,124 3,3 0,037575758
2012 0,124 3,3 0,037575758
2013 0,124 3,3 0,037575758
2014 0,124 3,29 0,03768997
Rata-rata 0,124 3,2975 0,037604311
Daya Dukung Lahan Pertanian Padi
Daya Dukung Lahan Sawah Kecamatan Bojong tahun 2011-2014
Tahun Luas Lahanyang tersedia(X)
Luas Lahanyangdiperlukan(k)
DayaDukungLahan(α)
Keterangan
2011 0,034 0,037 0,91 α < 12012 0,033 0,037 0,89 α < 12013 0,033 0,037 0,89 α < 12014 0,033 0,037 0,89 α < 1
Sumber: Sumber Analisis 2016
Lampiran 9
Surplus/Defisit = PBt - KBt
Dimana: PBt = Produksi Beras pada tahun ke t
KBt = Kebutuhan atau Konsumsi Beras pada tahun ke t
Dengan demikian maka didapat hasil sebagai berikut:
Tahun
Kebutuhan Beras(Ton)
Ketersediaan Beras(Ton) PBt - KBt
KBt PBt2011 9.088,61 8.415,68 -672,932012 9.339,27 8.403,39 -935,882013 9.402,59 8.338,05 -1.064,542014 9.480,15 8.398,32 -1.081,83
Hasil Analisa 2016
DOKUMENTASI
Lahan sawah Lahan sawah
Lahan sawah yang dijadikanpemukiman
Lahan sawah yang dijadikan sebagaipemukiman, dan lahan sawah di
Kecamatan Bojong juga didominasi olehsayuran
Lahan sawah untuk budidaya sayuran Lahan sawah
Lahan sawah untuk budidaya padi Lahan sawah untuk budidaya padi
BIOGRAFI PENULIS
Aniszul Fuad, lahir di Tegal, pada tanggal 07 juli 1993. Bertempat
tinggal di Ds. Cikura, Kecamatan Bojong, Kabupaten Tegal, Merupakan Anak ke
lima dari Alm Bpk Sayat dan Almh Ibu Sukinah dan dibesarkan oleh Bpk Pahluri
dan Ibu Nur Qomariyah.
Pendidikan formal yang ditempuh ialah mulai dari sekolah dasar di SD
Negeri Cikura 02, melanjutkan ke sekolah menengah pertama di MTs Al-Azhar
Tuwel, melanjutkan sekolah menengah atas di MAN Babakan Lebaksiu (MAN 1
Tegal), dan melanjutkan Perguruan Tinggi di Universitas Islam Negeri (UIN)
Syarif Hidayatullah Jakarta, pada Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan, Jurusan
Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial/Konsentrasi Geografi..
Penulis juga memiliki pegalaman di berbagai organisasi seperti pada HMJ
Pendidikan IPS periode 2012-2013, Ikatan Mahasiswa Tegal (IMT) Ciputat tahun
2012 hingga sekarang, dan Pergerakan Mahasiswa Islam Indonesia (PMII).
Penulis juga begabung ke dalam Ikatan Mahasiswa Geografi Indonesia (Imahagi)
Region 2 (Jakarta, Banten, Jawa Barat) dan Imahagi Komisariat UIN Jakarta,
Penulis juga pernah menjadi tutor dan tenaga pengajar di beberapa instansi.