PRODUKTIVITAS LAHAN SAWAH DALAM PEMENUHAN ...

150
PRODUKTIVITAS LAHAN SAWAH DALAM PEMENUHAN KEBUTUHAN BERAS PENDUDUK DI KECAMATAN BOJONG KABUPATEN TEGAL Skripsi Diajukan Kepada Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Mencapai Gelar Sarjana Pendidikan (S.Pd) Oleh Aniszul Fuad NIM :1112015000047 PROGRAM STUDI PENDIDIKAN ILMU PENGETAHUAN SOSIAL FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA 2016

Transcript of PRODUKTIVITAS LAHAN SAWAH DALAM PEMENUHAN ...

PRODUKTIVITAS LAHAN SAWAH DALAM PEMENUHANKEBUTUHAN BERAS PENDUDUK DI KECAMATAN

BOJONG KABUPATEN TEGAL

SkripsiDiajukan Kepada Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan

untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Mencapai Gelar Sarjana Pendidikan (S.Pd)

Oleh

Aniszul FuadNIM :1112015000047

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN ILMU PENGETAHUAN SOSIALFAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAHJAKARTA

2016

i

ABSTRAK

Aniszul Fuad (1112015000047). Jurusan Pendidikan Ilmu PengetahuanSosial. Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan. Judul Skripsi“Produktivitas Lahan Sawah dalam Pemenuhan Kebutuhan BerasPenduduk di Kecamatan Bojong Kabupaten Tegal”.

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui seberapa besar produksiberas di Kecamatan Bojong tahun 2011-2014 , dan untuk mengetahuibagaimana tingkat produktivitas lahan sawah. Ide awal penelitian ini karenameningkatnya jumlah penduduk di Kecamatan Bojong dari tahun 2011-2014yang menyebabkan terjadinya konversi lahan sawah ke permukiman, hal iniakan mengurangi sumber daya lahan pertanian untuk produksi beras.Penelitian ini menggunakan metode deskriptif dengan pendekatan kuantitatif,adapun data yang dibutuhkan dalam penelitian ini adalah data sekunder yangdidapat dari BPS Kebupaten Tegal dan di analisis menggunakan microsoftexcel dengam membandingkan sisi permintaan (demand) dan sisi ketersediaan(supply). Untuk mengetahui tingkat produktivitas lahan sawah digunakanrumus daya dukung lahan pertanian. Berdasarkan hasil analisa yang dilakukandidapat bahwa laju pertumbuhan penduduk Kecamatan Bojong dari tahun2011-2014 sebsar 0,89%, Sedangkan untuk Produksi padi dikonversi sebesar0,65 menjadi beras, sehingga dapat diketahui produksi beras masing-masinguntuk Tahun 2011 sebesar 8.415,68 ton, tahun 2012 sebesar 8.403,39 ton,tahun 2013 sebesar 8,388,05 ton, dan untuk tahun 2014 berproduksi sebesar8.398,32 ton. Sedangkan untuk Produktivitas lahan dilihat berdasarkanperbandingan antara supply dan demand dan dengan menghitung daya dukunglahan pertanian, dapat ditarik kesimpulan bahwa ketersediaan berada dibawahangka konsumsi beras minimum, sehingga dapat dikatakan defisit,Produktivitas lahan berdasarkan daya dukung lahan pertanian berdasarkanhasil analisa bahwa Daya dukung lahan pertanian tahun 2011-2014 nilai αmenunjukan 0,91 dan 0,89 atau kurang dari 1 yang berarti Kecamatan Bojongsudah tidak mampu swasembada pangan.

Kata Kunci: Produktivitas, Lahan Sawah, Produksi Beras, Kebutuhan Beras

ii

ABSTRACT

Aniszul Fuad (1112015000047). Department of Social Education. Faculty ofTarbiya and Teachers' Training. The title of Skripsi “Productuvity ofWetland in Meeting The Needs Rice of Residents in The District of BojongTegal”

This research purposes to determine how much rice production in theDistrick of Bojong 2011 until 2014 and also to determine how the level ofproductivity of paddy fields, The initial idea of this study because of theincreasing population in the District of Bojong in 2011-2014 which will causewetland conversion to settlements, it can lower the carrying capacity ofagricultural land for rice production. This research uses deskriptive methodwith quantitative approach, while the data required in this research issecondary data obtained and the Central Statistics Agency (BPS) Tegal andanalyzed using microsoft excel to compare and the two sides, the request orrequirement (demand) and the availability (supply) and to determine the levelof productivity of wetland used formula of agricultural land capacity based onthe analysis conducted and found that the rate of population growth, and in2011 the Distict of Bojong 2014 at 0,89%, while for rice production onconverted by 0,65 into the rice, so that can know each rice production for2011 amounted to 8.415,68 tons, in 2012 amounted to 8.403,39 tons, in 2013amounted to8.388,05 tons, and for 2014 production amunted to 8.398,32 tonsand for land productivity seen by the interplay between supply and demand tocalculate the carrying cacacity of agricultural land, and it can be deducedthat the availability is lower than the figures of rice consumption minimum, sowe can say the deficit, the productivity of land based on the carrying capacityof agricultural land based on the results of the analysis that the carryingcapacity of agricultural land in 2011-2014 showed α value of 0,91 and 0,89 orless than 1, which means the District of Bojong is not able to self-sufficiency

Keywords: Productivity, Wetland, Rice Production, Rice Needs

iii

KATA PENGANTAR

Bismillahirrahmanirrahim

Alhamdulillah, segala puji dan syukur penulis panjatkan ke hadirat

Allah SWT, yang telah memberikan rahmat dan hidayah-Nya, sehingga

dengan ridho-Nya penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul

“Produktivitas Lahan Sawah dalam Pemenuhan Kebutuhan Beras

Penduduk di Kecamatan Bojong Kabupaten Tegal” untuk memenuhi salah

satu persyaratan guna memperoleh gelar kesarjanaan pada Fakultas Ilmu

Tarbiyah dan Keguruan, Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.

Tak lupa shalawat beserta salam semoga selalu tercurahkan pada sang baginda

alam, Nabi besar Muhammad SAW, Beserta keluarga, sahabat, beserta

umatnya.

Sebagai mahluk sosial pada umumnya, penulis menyadari bahwa

pengetahuan, pemahaman, pengalaman, kemampuan dan kekuatan penulis

dalam menyelesaikan skripsi ini masih jauh dari kesempurnaan. Oleh karena

itu, dalam proses penyelesaian skripsi ini banyak mendapatkan bantuan,

bimbingan dan dukungan dari berbagai pihak, baik moril maupun materil,

sehingga penyusunan skripsi berjalan lancar.

Maka dengan selesainya skripsi ini, penulis ingin menyampaikan terima

kasih yang tak bisa terhitung jumlahnya kepada:

1. Prof. Dr. Ahmad Thib Raya, MA., selaku Dekan Fakultas Ilmu Tarbiyah

dan Keguruan.

2. Bapak Dr. Iwan Purwanto, M.Pd., selaku Ketua Jurusan Pendidikan Ilmu

Pengetahuan Sosial. Yang senantisa memberikan banyak perhatian dan

motivasi kepada mahasiswa tingkat akhir, disela-sela kesibukanya.

3. Bapak Drs. Syaripulloh M.Si., selaku Sekretaris Jurusan Pendidikan Ilmu

Pengetahuan Sosial. Yang juga senantisa memberikan banyak perhatian

dan motivasi kepada mahasiswa tingkat akhir, disela-sela kesibukanya.

4. Bapak Prof, Dr. Rusmin Tumanggor, MA., selaku Dosen Penasehat

Akademik.

iv

5. Bapak Andri Noor Ardiansyah, S.Pd, M,Si, dan Ibu Neng Sri Nuraeni,

M.Pd. selaku Dosen Pembimbing yang telah bersedia meluangkan waktu

serta selalu sabar dalam membimbing, memberi petunjuk dan nasehat

kepada penulis dengan ikhlas demi keberhasilan penulis.

6. Bapak Sodikin S.Pd, M,Si, yang banyak telah banyak memberikan

kepercayaan kepada saya dalam hal penelitian semasa perkuliahan, dan

juga banyak memberikan masukan-masukan yang sangat berguna dalam

penyusunan skripsi

7. Seluruh Dosen Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial yang telah memberikan

ilmu kepada penulis, yang tidak bisa saya sebutkan namanya satu persatu,

namun tidak mengurangi rasa hormat saya.

8. Alm Bapak Sayat dan Almh Ibu Sukinah Kedua orangtua kandung yang

selalu memberikan semangat dari jauh kepada penulis untuk terus berjuang

meraih cita-cita, Terimakasih atas cinta kasih dan do’a yang telah kalian

semogakan di Surga Allah untuk penulis.

9. Bapak Pahluri dan Umi Nur Qomariyah kedua orang tua yang telah

membesarkan dan mengajarkan penulis dengan penuh kasih sayang.

Terima kasih atas setiap cinta yang terpancar serta doa dan restu yang

selalu mengiringi setiap derap langkah penulis. Terima kasih juga atas

dukungan berupa moril maupun materil yang luar biasa selalu kalian

berikan dan nomer satukan untuk penulis.

10. Bapak Muktarom, S.Ip selaku kepala camat di Kecamatan Bojong yang

telah mengizinkan penulis melakukan penelitian di Kecamatan Bojong.

11. Bapak Joko selaku Ketua UPTD Tanbunhut Kecamatan Bojong yang telah

memberikan banyak data kepada punulis sehingga penulis dapat mengolah

data hingga selesai.

12. Badan Pusat Statistik (BPS) Kabupaten Tegal yang telah berjasa dalam

jalannya penelitian ini karena telah memberikan fasilitas berupa data-data

sekunder yang penulis butuhkan dalam penelitian ini.

13. Sahabatku tercinta yang selalu setia menemani dengan penuh kesabaran dan

mendukung penulis, yaitu: Hendra Arighi, Khairil Anam, Rizky Maulana,

M.Rahmat Nur Sofyan, Abdurrohman, Fakhrur Al-Izza dan An Rian

Setianto, yang dengan kerelaan hati meluangkan waktunya, membantu dan

menemani penulis.

v

14. Sahabat-sahabat waudku Almuni MAN 1 Tegal 2010, yaitu: Firman

Fatahillah, Mujalisin, Ihda Fatahillah,. Khairuman Azam, Daslim,

Nadharudin Fatah, Ikhfan Susanto, Amar Mualimin, Azhar Farih,

Saripudin, Fajar As’adil Muzayyin, yang telah memberi banyak motovasi

dan dukungan dalam penyelesaian Penelitian ini.

15. Teman-teman Jurusan Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial angkatan 2012

terkhusus kelas C (Geografi) atas kekompakannya selama ini, baik di dalam

kelas maupun saat praktikum.

16. Temen-temen terbaik di Geografi yaitu Fildzah Octaviani, Ana Mariana,

Noviana Anggraini, Winda Septi Kusuma, Fakhrur Al-Izza, An Rian

Setianto, Feby Famela Iffah, M. Ikrom, Nurlela, Maulyda Wulandari, yang

senantiasa memberikan banyak masukan dan dukungan dalam penelitian

ini.

17. Teman-teman Ikatan Mahasiswa Tegal (IMT) Ciputat yang telah

memberikan banyak motivasi dan banyak dukungan dalam penyelesaian

Penelitian ini.

18. Teman-teman Pergerakan Mahasiswa Islam Indonesia (PMII) Ciputat yang

telah memberikan banyak Do’a sehingga penelitian ini berjalan dengan

lancar.

19. Dan semua pihak yang penulis sadari atau tidak sadari telah membantu

secara langsung maupun tidak langsung dalam penyusunan skripsi ini yang

tidak dapat disebutkan satu persatu.

Penulis berharap semoga segala kebaikan yang diberikan mendapatkan

pahala yang berlipat ganda oleh Allah SWT dan senantiasa selalu dilindungi

oleh Allah SWT.

Akhir kata, penulis menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari kata

sempurnaan. Oleh karena itu penulis mengharapkan kritik dan saran yang akan

digunakan demi perbaikan dimasa yang akan datang. Penulis berharap semoga

skripsi ini dapat bermanfaat, khususnya bagi penulis dan umumnya bagi

pembaca.

Jakarta, September 2016

Penulis

Aniszul Fuad

vi

DAFTAR ISI

Halaman

LEMBAR HALAMAN

LEMBAR PENGESAHAN SKRIPSI

LEMBAR PENGESAHAN PEMBIMBING SKRIPSI

LEMBAR PENGESAHAN PANITIA UJIAN

LEMBAR PERNYATAAN UJI REFERENSI

LEMBAR PERNYATAAN KARYA ILMIAH

ABSTRAK........................................................................................... i

KATA PENGANTAR ........................................................................ iii

DAFTAR ISI....................................................................................... vi

DAFTAR GAMBAR .......................................................................... ix

DAFTAR TABEL............................................................................... x

DAFTAR LAMPIRAN ...................................................................... xi

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah ........................................................ 1B. Identifikasi Masalah............................................................... 7C. Batasan Masalah .................................................................... 7D. Rumusan Masalah.................................................................. 7E. Tujuan Penelitian ................................................................... 7F. Manfaat Penelitian

1. Manfaat Teoritis............................................................... 72. Manfaat Praktis ................................................................ 8

BAB II KAJIAN TEORI

A. Produktivitas .......................................................................... 9B. Lahan Pertanian ..................................................................... 12C. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Produktivitas Lahan Sawah

1. Luas Lahan....................................................................... 152. Jenis Tanah....................................................................... 173. Kondisi Irigasi.................................................................. 184. Iklim................................................................................. 20

vii

5. Unsur Hara ....................................................................... 23D. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Produksi Padi Sawah

1. Varietas Padi .................................................................... 242. Penggunaan Pupuk........................................................... 263. Penggunaan Pestisida....................................................... 274. Modal ............................................................................... 295. Tenaga Kerja .................................................................... 32

E. Beras ...................................................................................... 33F. Pemenuhan Pangan Bagi Masyarakat

1. Konsep Umum Ketahanan Pangan .................................. 342. Arah Kebijakan ................................................................ 36

G. Hasil Penelitian yang Relevan ............................................... 37H. Kerangka Berfikir .................................................................. 39

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

A. Tempat dan Waktu Penelitian................................................ 41B. Metodologi Penelitian............................................................ 43C. Variabel Penelitian................................................................. 44D. Populasi Data ......................................................................... 46E. Teknik Pengumpulan Data..................................................... 47F. Teknik Pengolahan dan Analisa Data .................................... 48

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A. Gambaran Umum Daerah Penelitian1. Kondisi Geografis

a. Karakteristik Lokasi dan Wilayah1.) Batas Wilayah Administrasi ........................................ 532.) Luas Wilayah ............................................................... 543.) Topografi...................................................................... 574.) Iklim............................................................................. 575.) Jenis Tanah................................................................... 596.) Penggunaan Lahan ....................................................... 59

b. Keadaan Sosial Budaya di Kecamatan Bojong1.) Kependudukan ............................................................. 622.) Agama.......................................................................... 663.) Pendidikan.................................................................... 664.) Kesehatan..................................................................... 66

c. Sumber Daya Alam1.) Pertanian ...................................................................... 662.) Peternakan.................................................................... 673.) Perkebunan................................................................... 674.) Kehutanan .................................................................... 68

2. Kondisi Ekonomi

viii

a. Sektor Industri.................................................................. 68b. Energi ............................................................................... 68c. Perdagangan..................................................................... 68

B. Deskripsi Data1. Data Produksi Padi Tahun 2011-2014 ................................... 692. Data Jumlah Penduduk Kecamatan Bojong 2011-2014 ....... 703. Data Rata-rata Luas Panen Pertanian Padi 2011-2014 ......... 71

C. Temuan Hasil Analisis1. Proyeksi Ketersediaan Berasa. Dari Sisi Permintaan (demand).............................................. 72b. Dari Sisi Ketersediaan (Supply) ............................................. 762. Menunjukan Tingkat Produktivitas Lahan Sawah................. 77

D. Pembahasan Produktivitas Lahan Sawah..................................... 79

BAB V KESIMPULAN, IMPLIKASI DAN SARAN

A. Kesimpulan .................................................................................. 83B. Implikasi ...................................................................................... 84C. Saran ............................................................................................ 84

DAFTAR PUSTAKA

UJI REFERENSI

LAMPIRAN

BIOGRAFI PENULIS

ix

DAFTAR GAMBAR

Halaman

Gambar 2.1 Kerangka Berfikir............................................................. 40

Gambar 3.1 Peta Kabupaten Tegal....................................................... 41

Gambar 4.1 Peta Kabupaten Tegal....................................................... 53

Gambar 4.2 Peta Penggunaan Lahan di Kecamatan Bojong................ 60

Gambar 4.3 Peta Penggunaan Lahan di Kabupaten Tegal ................... 61

Gambar 4.4 Laju Pertumbuhan Penduduk Tahun 2011-2014.............. 73

x

DAFTAR TABEL

Halaman

Tabel 1.1 Perbandingan Jumlah Penduduk Tahun 2011-2014............ 2

Tabel 1.2 Perbandingan Penggunaan Lahan Tahun 2008-2014.......... 3

Tabel 1.3 Luas Tanam, Panen dan Rata-rata Produksi Padi ............... 5

Tabel 3.1 Jadwal Kegiatan Penelitian ................................................. 43

Tabel 3.2 Monografi Kecamatan Bojong............................................ 47

Tabel 4.1 Luas Penggunaan Lahan Menurut Desa Tahun 2014 ........ 55

Tabel 4.2 Luas Penggunaan Lahan Sawah Menurut Desa 2014 ........ 56

Tabel 4.3 Hari Hujan, Curah Hujan dan Kelembapan Udara.............. 58

Tabel 4.4 Penduduk Menutut Desa dan Jenis Kelamin Tahun 2014 .. 63

Tabel 4.5 Kepadatan Penduduk Menurut Desa Tahun 2014............... 64

Tabel 4.6 Banyaknya Tenaga Kerja Menurut Lapangan Usaha 2014. 65

Tabel 4.7 Produksi Padi di Kecamatan Bojong Tahun 2011-2014 ..... 69

Tabel 4.8 Jumlah Penduduk Kecamatan Bojong Tahun 2011-2014... 70

Tabel 4.9 Luas Panen Padi di Kecamatan Bojong Tahun 2011-2014. 71

Tabel 4.10 Laju Pertumbuhan Penduduk Tahun 2011-2014................ 73

Tabel 4.11 Jumlah Penduduk Tahun 2011-2014.................................. 74

Tabel 4.12 Kebutuhan Beras Kecamatan Bojong Tahun 2011-2014... 75

Tabel 4.13 Produksi BerasTahun 2011-2014....................................... 76

Tabel 4.14 Produktivitas Lahan Sawah................................................ 78

Tabel 4.15 Daya Dukung Lahan Sawah Tahun 2011-2014 ................ 79

xi

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1 Jumlah Penduduk di Kecamatan Bojong Tahun 2011-2014

Lampiran 2 Luas Panen Padi di Kecamatan Bojong Tahun 2011-2014

Lampiran 3 Laju Pertumbuhan Penduduk Kecamatan Bojong Tahun 2011-2014 (Diolah)

Lampiran 4 Data Produktivitas Rata-rata padi (Ton/ha) Tahun 2011-2014

Lampiran 5 Data Indeks Penanaman Padi (IP) Kecamatan Bojong (Diolah)

Lampiran 6 Produktivitas Lahan Sawah Berdasarkan Hasil Analisa

Lampiran 7 Data Kebutuhan Beras di Kecamatan Bojong Tahun 2011-2014(Diolah)

Lampiran 8 Data Produksi Beras, Luas Lahan yang Tersedia untukBudidaya Padi, Luas Lahan yang diperlukan untuk SwasembadaPangan. Dan Daya Dukung Lahan Pertanian

Lampiran 9 Foto Dokumentasi

Lampiran 10 Peta

Lampiran Data BPS

Lampiran surat-surat

1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Masyarakat Indonesia dalam kenyataanya lebih akrab dengan

lingkungan alamnya daripada dengan lingkungan teknologinya,

Perkembangan teknologi yang mengelola sumberdaya alam harus

memberikan manfaat yang sebesar-besarnya bagi kesejahteraan rakyat,

dengan tetap memperhatikan keseimbangan dan kelestariannya, sehingga

akan tetap bermanfaat bagi generasi mendatang.

Menurut Mubyarto, “Indonesia merupakan negara yang mayoritas

penduduknya bermata pencaharian di bidang pertanian di mana pertanian

memegang peranan penting dari keseluruhan perekonomian nasional.” Hal

ini dapat ditunjukkan dari banyaknya penduduk atau tenaga kerja yang

hidup atau bekerja pada sektor pertanian dan produk nasional yang berasal

dari pertanian.1

Pembangunan sektor pertanian masih menjadi perhatian utama

pemerintah Indonesia saat ini dan beberapa waktu yang akan datang. Salah

satu penyebabnya dikarenakan sebagain besar penduduk Indonesia terus

bertambah relatif pesat, dengan konsekuensi ada penyediaan bahan pangan

baik dari segi kuantitas, kualitas maupun jenisnya dalam jumlah yang

memadai.

Manusia sejak lahir sampai akhir hayatnya tidak dapat terlepas dari

lingkungan alam. Hal ini dapat dilihat dari ketergantungan manusia yang

selalu bergantung pada lingkungan alam dalam memenuhi kebutuhan

1 Ida Nurul Hidayati dan Suryanto, Pengaruh Perubahan Iklim terhadap ProduksiPertanian dan Strategi Adaptasi pada Lahan Rawan Kekeringan, jurnal FEB, Universitas SebelasMaret, 2015 hal.43

2

hidupnya, selalu terjadi hubungan antara manusia dengan lingkungan

alamnya, sementara itu laju pertumbuhan penduduk yang bertumbuh

dengan pesat disertai meningkatnya kebutuhan pangan baik secara kualitas

maupun kuantitas. Hal tersebut menimbulkan permasalahan besar yang

menyangkut manusia maupun lingkungan. Salah satu masalah yang

Penduduk di Kecamatan Bojong sebagaian besar masih merupakan

petani, buruh tani dan orang yang sebagain besar pendapatannya berasal

dari bercocok tanam, karena itu kebutuhan akan lahan pertanian lebih

besar.

Tabel 1.1Perbandingan Jumlah Penduduk di Kecamatan Bojong Tahun 2011-

2014Desa/Kelurahan Jumlah

Penduduk2011

Jumlah Penduduk2014

01. Rembul 8.586 9.10702. Dukuhtengah 2.725 2.78503. Kedawung 2.817 2.90604. Suniarsih 2.121 2.18805. Karangmulya 5.509 6.49606. Tuwel 8.886 9.29807. Bojong 8.705 8.87008. Buniwah 3.354 3.36109. Lengkong 4.835 5.01010. Batunanya 1.743 1.78811. Sangkanayu 1.184 1.25912. Gunungjati 2.313 2.36013. Pucangluwuk 4.229 4.37714. Kajenengan 4.548 4.70115. Kalijambu 2.387 2.43116. Danasari 4.530 4.62517. Cikura 4.301 4.394

Jumlah 72.773 75.908Sumber : BPS Kabupaten tegal tahun 2011 – 2014 (diolah)

Dalam tabel 1.1 perbandingan jumlah penduduk, terlihat adanya

peningkatan jumlah penduduk pada masing-masing desa di Kecamatan

Bojong walaupun tidak begitu signifikan, tetapi hal ini akan

mempengaruhi kebutuhan pangan pada masing-masing desa tersebut.

260000027000002800000290000030000003100000

Lahan SawahLahan Bukan

Sawah

Lua

s L

ahan

(ha)

Lahan Sawah Lahan Bukan SawahTahun 2008 2851555 3041305Tahun 2014 2808425 3080628

Grafik Penggunaan LahanKecamatan Bojong, Kabupaten Tegal

Tahun 2008 - 2014

4

luas lahan dipermukaan bumi sifatnya tetap dan terbatas. Oleh karena itu,

di perlukan suatu perencanaan dan penataan pemanfaatan lahan agar lahan

dimanfaatkan secara efisien dan lestari, sehingga kesuburan tanah dan

produktivitasnya tetap terjaga. Lahan yang menjadi faktor utama penghasil

tanaman harus dimanfaatkan dengan baik.

Lahan merupakan salah satu faktor produksi pertanian yang selama

ini menjadi pembatas kedaulatan pangan di Indonesia karena sebagian

besar masyarakat Indonesia membutuhkan hasil pertanian seperti padi,

sayuran dll untuk memenuhi kebutuhan pangannya. Permasalahan lahan

yang dihadapi selama ini adalah ketersediaan lahan pertanian yang tidak

mecukupi, penyusutan lahan pertanian yang sudah tersedia, dan kesulitan

pengembangan lahan pertanian baru karena berbagai kendala. Jika lahan

pertanian yang digarap untuk produksi padi berkurang, maka akan

berdampak pula terhadap hasil pertanian, lahan harus kita lestarikan

dengan baik sebagaimana mestinya agar kemampuan dalam

memperoduksi hasil pertanian dapat enghasilkan secara optimal

Menurut data Badan Pertanian Nasional (BPN) dalam Tribowo,berdasarkan Zona Ekonomi Eklusif, Indonesia memiliki wilayahteritorial seluas 800 juta ha. Dari luas tersebut sebagian besar yaitu609 juta ha (76%) merupakan perairan dan sisanya 191 juta ha(24%) merupakan daratan. Dari 191 daratan, 67 juta ha (35%)harus digunakan sebagai kawasan lindung dan sisanya seluas 123juta ha (65%) dapat digunakan untuk areal budidaya. Sesuaidengan fingsinya dan kepatutan penggunaannya, maka kawasanlindung mestilah berupa hutan, dan kawasan budidaya dapatdigunakan penggunaan non hutan, yaitu untuk pertanian dan nonpertanian.2

Produksi hasil peranian akan bergantung pada luas areal lahan

yang digunakan untuk swasembada pangan, jika luas lahan pertanian

menyusut maka produktivitas lahannya akan rendah, dan sebaliknya jika

luas areal yang digunakan untuk swasembada pangan diperluas maka

2 Triwibowo Yuwono, Pembangunan Pertanian, (Yogyakrta, Gadjah Mada UniversityPress, 2011). Hlm. 168

5

produktivitas lahan pun akan meningkat, hal ini seperti disajikan pada

tabel 1.3

Tabel : 1.3Luas Tanam, Panen, Produksi dan Rata-rata Produksi Padi Sawah

Menurut Desa di Kecamatan Bojong Tahun 2014Desa/Kelurahan Luas

Tanam (ha)Luas

Panen (ha)Produksi

(ku)Rata-rataProduksi(ku/ha)

01. Rembul 78 78 3684 47,2402. Dukuhtengah - - - -03. Kedawung - - - -04. Suniarsih 163 164 7452 45,4405. Karangmulya 150 151 1006 6,6606. Tuwel 89 89 4180 46,9707. Bojong 211 212 10402 49,0708. Buniwah 183 184 928 50,4509. Lengkong 187 188 25070 133,3510. Batunyana 144 245 1266 8,7311. Sangkanayu 117 118 5684 48,1712. Gunungjati 53 63 2600 41,2713. Pucangluwuk 333 334 19028 56,9714. Kajenengan 292 293 16707 57,0215. Kalijambu 183 184 4432 24,0916. Danasari 171 172 9350 54,3617. Cikura 160 161 8904 55,30

Jumlah 2514 2536 129047 725,089Sumber: UPTD Tanbunhut Kecamatan Bojong

Menurut tabel 1.3 terlihat rata-rata produksi padi di Kecamatan

Bojong sejumlah 725,089 kw/ha. Desa yang memiliki produksi terbanyak

terdapat pada 5 Desa, yaitu Desa Lengkong, Desa Kajenengan, Desa

Pucangluwuk, Desa Cikura dan Danasari.3

Indonesia yang merupakan salah satu Negara yang sedang

berkembang, sektor pertanian merupakan mata pencaharian utama bagi

sebagaian besar penduduknya, yang merupakan sasaran tujuan

pembangunan di pedesaan. Hal ini sependapat dengan ungkapan

Soehartono dalam Triwibowo Yuwono yang menyatakan bahwa,

“Prioritas pembangunan masyarakat dipedesaan dijatuhkan pada sektor

3 Badan Pusat Statistik (BPS) Kabupaten Tegal “Kecamatan Bojong dalam Angka 2015”hal.97

6

ekonomi pertanian”.4 Hal ini disebabkan karena masyarakat desa di

Indonesia rata-rata sumber penghasil utamanya berasal dari sektor

pertanian. Sebagai negara agraris Indonesia mampu menghasilkan bahan

pangan pokok dalam jumlah yang besar, namun karena jumlah penduduk

yang terus mengalami peningkatan kebutuhan pangan pokok dalam hal ini

adalah beras bagi masyarakat Indonesia masih harus di impor.

Indonesia mampu memproduksi gabah dalam jumlah yang sangatbesar lebih dari 60 juta ton per tahun, namun untuk mencukupikebutuhan penduduk yang mencapai hampir 250 juta jiwa, padatahun 2008 Indonesia masih melakukan impor beras. Secarapresentase sangat kecil kurang dari 0,5% produksi dalam negeri,namun jumlah mutlaknya cukup besar hampir mecapai 300 ributon untuk tahun 2008. Jumlah tersebut dapat membengkak padakurun waktu yang lain sehingga dapat mencapai lebih dari 2 jutaton per tahun.5

Menurut pandangan Triwibowo “Produksi atau hasil pertanian

dalam arti luas tergantung dari faktor genetik dan varietas yang di tanam,

lingkungan termasuk anatara lain tanah, iklim dan teknologi yang dipakai.

Sedangkan dalam arti sempit terdiri dari varietas tanaman” 6

Menurut Badan Litbang Pertanian dalam Azwir dan Ridwankebutuhan beras sebagai salah satu sumber pangan pokok utamapenduduk Indonesia terus meningkat karena selain jumlahpenduduk yang terus bertambah dengan laju peningkatan 2% pertahun, juga karena adanya perubahan pola konsumsi pendudukdari non-beras ke beras. Di lain pihak terjadinya penyempitanlahan sawah subur akibat terjadinya konversi lahan sawah untukkepentingan selain pertanian yaitu permukiman dan fasilitas-fasilitas lain, juga karena terjadinya fenomena produktivitas padisawah irigasi cenderung turun.7

Berdasarkan uraian tersebut di atas, Penulis tertarik untuk Meneliti

tentang ”Produktivitas Lahan Sawah dalam Pemenuhan Kebutuhan

Beras Penduduk di Kecamatan Bojong, Kabupaten Tegal”

4 Triwibowo Yuwono, op. cit5 Ibid hlm. 1696Tati Nur Mala, dkk, Pengantar Ilmu Pertanian, Graha ilmu, Yogyakarta, 2012, hal. 197Azwir dan Ridwan, Peningkatan Produktivitas Padi Sawah dengan Perbaikan Teknologi

Budidaya, (Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Sumatera Barat, 2009) hal.213

7

B. Identifikasi Masalah

1. Luas Lahan pertanian di Kecamatan Bojong Menurun

2. Kurangnya stok beras di Kecamatan Bojong

3. Pertumbuhan Penduduk di Kecamatan Bojong Semakin Meningkat

C. Batasan Masalah

1. Produksi beras (Kg) pada Lahan Pertanian di Kecamatan Bojong

Kabupaten Tegal pada rentan waktu 2011-2014.

2. Tingkat Produktivitas Lahan Sawah dalam Pemenuhan kebutuhan

beras bagi penduduk Kecamatan Bojong, Kabupaten Tegal tahun 2011

– 2014.

D. Rumusan Masalah

Berdasarkan batasan masalah diatas dirumuskan permasalahan

penelitian sebagai berikut:

1. Berapa Jumlah Produksi beras (Kg) pada Lahan Pertanian di

Kecamatan Bojong, Kabupaten Tegal pada tahun 2011 – 2014?

2. Bagaimana Tingkat Produktivitas Lahan Sawah dalam Pemenuhan

kebutuhan beras bagi penduduk Kecamatan Bojong, Kabupaten Tegal

pada tahun 2011-2014?

E. Tujuan penelitian

Adapun Tujuan dalam penelitian ini adalah:

1. Untuk Mengetahui Jumlah produksi beras (Kg) pada Lahan Pertanian

di Kecamatan Bojong dalam Rentan Waktu 2011-2014

2. Untuk Mengetahui Tingkat Produktivitas Lahan Sawah dalam

Pemenuhan Kebutuhan Beras bagi Penduduk Kecamatan Bojong

Kabupaten Tegal.

F. Manfaat Penelitian

1. Manfaat teoritis

Hasil penelitian ini diharapkan menjadi salah satu rujukan atau

panduan dalam penelitian selanjutnya khususnya terkait masalah

tentang produktivitas lahan sawah dan faktor-faktor yang

8

mempengaruhi produktivitas lahan sawah dalam kaitannya dengan

pemenuhan kebutuhan beras.

2. Manfaat Praktis

a. Bagi Peneliti

1) Sebagai sarana untuk menambah ilmu pengetahuan

2) Sebagai sarana untuk mengimplikasikan teori-teori yang telah

dipelajari dibangku kuliah

3) Sebagai syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Pendidikan

(S.Pd)

b. Bagi Petani

1) Memberikan rekomendasi kepada petani tentang penggunaan

dan pemanfaatan lahan sawah yang tepat untuk digunakan

pada lahan sawah yang ada di Kecamatan Bojong.

2) Meningkatkan pendapatan petani dengan memanfaatkan

sumberdaya yang tersedia.

3) Dapat mengetahui faktor-faktor apa saja yang mempengaruhi

produktivitas lahan sawah di Kecamatan Bojong.

c. Bagi instansi terkait

1) Dapat memberikan rekomendasi kepada pemerintah setempat

tentang penggunaan dan pemanfaatan lahan sawah yang tepat

untuk digunakan pada lahan sawah yang ada di kecamatan

bojong.

2) Meningkatkan pendapatan petani dengan memanfaatkan

sumberdaya yang tersedia dan meningkatkan kepedulian

masyarakat terhadap upaya peningkatan kesejahteraan

keluarga di lingkungan guna pemantapan ketahanan pangan

masyarakat di Kecamatan Bojong.

9

BAB II

KAJIAN TEORI

A. Pengertian Produktivitas

Pertanian merupakan suatu proses produksi khusus yang di

dasarkan atas proses pertumbuhan tanaman1. Produksi hasil pertanian

dalam arti luas bergantung pada faktor-faktor fisik dan genetik yang

ditanam seperti kondisi lungkungan dan jenis tanahnya. Sedangkan dalam

arti sempit terdiri dari faktor-faktor non teknis seperti keterampilan petani

dalam mengolah lahan dan biaya atau sarana produksi.

Produktivitas dan kesuburan tanah menunjukan kemampuan tanahuntuk memproduksi tanaman yang tumbuh di atas tanah tersebut.Produktivitas merupakan kemampuan atau daya dukung lahanpertanian dalam memperoduksi tanaman. Produktivitas dalamPandangan Tati Nurmala merupakan kemampuan tanah untukmenghasilkan produksi tanaman tertentu. Tanah yang produktifialah tanah yang dapat menghasilkan produksi tanaman denganbaik dan menguntungkan bagi petani yang mengolahnya. Jika hasilpertanian tidak sesuai dengan apa yang diinginkann berarti lahantersebut tidak produktif dan perlu pengolahan yang lebih optimumlagi.2

Produktivtas merupakan perwujudan dari seluruh faktor-faktor

(tanah dan non-tanah) yang akan berpengaruh terhadap hasil tanaman yang

lebih berdasarkan pada pertimbangan ekonomi. Karena itu Tati Nurmala

mengemukakan bahwa faktor-faktor yang mempengaruhi produktivitas

tanah ialah masukan (sistem pengelolaan); keluaran (hasil tanaman);

tanah (jenis dan luasnya). Jadi tanah produktif harus subur dan

menguntungkan. Tanah subur akan produktif jika dikelola dengan baik,

menggunakan teknik pengelolaan dan jenis tanah yang sesuai.

Menurut Tisdale, Nelson, dan Beaton dalam Tati Nur Mala,

Kesuburan tanah ialah kemampuan tanah dalam menyediakan unsur hara

yang cukup yang dibutuhkan oleh tanaman dan

1 Tati Nur Mala, dkk, Pengantar Ilmu Pertanian, (Yogyakarta; Graha ilmu, 2012), h 192 Ibid., h. 24-25.

10

perbandingan yang sesuai untuk pertumbuhannya, sehingga dapat

meghasilkan produksi yang tinggi.3

Menurut Foth dan Ellis dalam Aji Munawar, Produktivitas tanah

adalah kapasitas tanah untuk memproduksi hasil (yield) tertentu dengan

pengelolaan yang optimum4. Produktivitas tanah bukan hanya dipengaruhi

oleh jenis tanah maupun luas lahan saja, tetapi diperlukan juga

keterampilan petani dalam mengolah lahan tersebut. Istilah ini memiliki

arti yang lebih luas jika dibandingkan dengan kesuburan tanah, karena

telah mecakup dua aspek sekaligus, yaitu aspek kesuburan tanah dan juga

aspek keterampilan dalam mengolah lahan tersebut.

Tanah dapat saja mengandung unsur hara dalam jumlah yang

cukup dan seimbang serta mempunyai sifat-sifat baik lainnya. Tetapi jika

tanah tersebut dibiarkan tidak dikelola atau tidak digarap ia tidak akan

mampu menghasilkan tanaman sesuai dengan yang di inginkan

(produktif). Tanah harus di kelola dengan baik agar hasil pertanian bisa

diperoleh dengan baik atau dengan jumlah yang memadai, jika tanah tidak

dikelola dengan baik atau tidak digunakan sebagaimana mestinya maka

akan berdampak pada produksi tanaman. Sebagai contoh, pada saat musim

kemarau sebaik apapun sifat-sifat fisik tanah, kimia, dan biologi tanah

serta ketersediaan haranya tanah tidak akan menghasilkan apa apa jika

tidak mendapatkan pasokan air atau irigasi yang cukup. Pada musim

kering atau kemarau pasokan air sangat dibutuhkan agar tanah mampu

berproduksi tanaman dengan baik.

Dengan demikian, dapat dikatakan bahwa semua tanah yang

produktif itu subur, karena tanah yang subur akan menghasilkan hasil

pertanian yang baik dan berkualitas jika dibarengi dengan pengolahan

yang baik pula, sebaliknya banyak tanah subur yang tidak produktif akibat

kekeringan atau karena tidak dikelola dengan cara yang tepat. Maka

dibutuhkan keterampilan petani agar tanah dapat dikelola dengan baik.

3 Ibid., h. 254 Ali Munawar, Kesuburan Tanaman dan Nutrisi Tanaman, (Bogor : IPB Press, 2011).

h. 5.

11

Untuk membuat tanah yang subur dan produktif perlu diketahui faktor-

faktor lain yang mendukung atau menghambat produktivitas dan cara

mengubahnya untuk menjamin tanah tersebut produktif.5

Jadi produktivitas merupakan pembagian nilai dari output produksi

terhadap biaya input produksi.6 Rendahnya output atau hasil pertanian karena banyaknya produk

yang tidak sesuai dengan hasil yang diinginkan mengakibatkan

produktivitas pertanian menjadi rendah. Namun produktivitas masih dapat

ditingkatkan dengan cara menurunkan input dan meningkatkan output.

Menurut Soetriono, “usaha tani tidak pernah terlepas dari hasil

produksi pertanian. Produksi pertanian secara teknis mempergunakan

input berupa masukan-masukan dalam kegiatan pertanian dan output

berupa hasil pertanian.” Dalam usaha tani dibutuhkan lahan, modal, tenaga

kerja ataupun manajemen yang baik supaya hasil pertanian dapat sesuai

dengan apa yang di inginkan. Jika tidak ada modal ataupun tenaga kerja

maka kegiatan pertanian tidak akan sesuai dengan apa yang diinginkan.

Input adalah semua yang dimasukan kedalam proses produksi

pertanian seperti tanah, pupuk, pestisida dan obat-obatan lain yang

dipergunakan dalam kegiatan pertanian, tenaga kerja petani dan

keluarganya serta setiap pekerja yang diberi upah atau bayaran dalam

pengolahan lahan. Input dalam kegiatan pertanian sangatlah penting dalam

menunjang kegiatan pertanian maka dari itu dibutuhkan pengolahan yang

baik agar output dapat dihasilkan dengan sempurna, sedangkan output

adalah hasil tanaman yang dihasilkan oleh usahatani tersebut yaitu berupa

5 Ibid, h.66 Sutra Mandasari, “Hubungan Peran Kelompok Tani Dengan Produktivitas Usahatani

Benih Padi”, Skripsi Fakultas Sains dan Teknologi, Uin Jakarta, 2014 hal,11.

12

bahan makanan. Bahan makanan yang berkualitas dihasilkan dari kegiatan

input yang baik.7

INPUT : Biaya OUTPUT : Penerimaan

1. Tanah 1. Bahan Makanan

2. Modal

3. Tenaga Kerja

4. Manajemen

B. Lahan Pertanian

I Made Mahadi berpendapat bahwa “Lahan merupakan salah satu

faktor produksi yang menghasilkan bahan makanan yang menjadi tempat

proses produksi dan hasil produksi yang diperoleh”.8 Lahan menjadi faktor

utama dalam produksi pertanian, karena jika jenis tanah pada lahan yang

dikelola untuk budidaya tanamam baik begitupun dengan pengolahan

lahan yang baik maka produksi pertanian akan baik pula. Dalam pertanian

terutama di negara berkembang seperti Indonesia, faktor produksi lahan

mempunyai kedudukan yang sangat penting. Hal ini terbukti dari besarnya

balas jasa yang diterima dari lahan dibandingkan dengan faktor-faktor

produksi lainnya. Lahan sangat berperan penting dalam kehidupan

manusia, selain sebagai sarana untuk bertempat tinggal lahan juga

dijadikan sebagai tempat kegiatan ekonomi.

Lahan bagi petani mempunyai arti yang sangat penting karena darilahan mereka dan keluarganya dapat mempertahankan hidupnyamelalui kegiatan pertanian, perkebunan dan berternak karena lahanmerupakan faktor produksi utama dalam berusaha tani, maka statuskepemilikan dan penguasaan lahan sangat penting untukmenentukan jenis komoditas apa yang akan ditanam pada lahan

7 Soetriono, dkk, Pengantar Ilmu Pertanian, (Malang,: Banyu Media Publishing, 2003 ,hal.62

8 I Made Mahadi, “Faktor-faktor yang mempengaruhi konversi lahan pertanian sertadampaknya terhadap kesejahteraan petani ( studi kasus di subak jadi, kecamatan kediri, tabanan),” Tesis Universitas Udayana, Bali, 2014. Hal.25

Usahatani (Perusahaan)

13

tersebut dan berapa besaran bagian yang diperoleh dalam usahatani yang dikelola.9

Dari pernyataan diatas dapat disimpulkan bahwa lahan merupakan

suatu ruang atau spasial yang digunakan sebagai sarana untuk

dimanfaatkan oleh manusia, hewan, maupun tumbuhan dan benda benda

yang lainnya untuk membantu dalam kelangsungan hidup manusia dan

makhluk hidup yang lainnya seperti digunakan sebagai tempat tinggal atau

habitat dan juga sebagai kegiatan untuk mencari bahan makanan.

Manurut Tati Nurmala, dkk “Lahan pertanian jika dilihat dari

aspek ekosistemnya dapat dibedakan menjadi dua kelompok besar yaitu:

(1) lahan pertanian basah dan (2) lahan pertanian kering.” Lahan pertanian

basah adalah lahan pertanian yang selalu digenangi air, sehingga petani

tidak perlu mengandalkan air hujan sebagai pasokan utama irigasi

pertanian, dan sebaliknya lahan kering adalah lahan yang mengandalkan

air hujan sebagai pasokan irigasi, pada lahan kering jika musim kemarau

panjang biasanya digunakan untuk tanaman jagung. Antara kedua

kelompok lahan pertanian tersebut mempunyai karakteristik yang berbeda

sehingga pengolahan dalam lahan tersebut harus berbeda pula agar

memberikan hasil pertanian yang tinggi. Pada lahan pertanian basah

kondisi irigasi sudah terjamin sehingga petani tidak perlu memperbaiki

tekstur tanah untuk kegiatan pertanian, sebaliknya pada lahan kering

kondisi irigasi susah diperoleh, maka dari itu perlu ada pengolahan tanah

terlebih dahulu sebelum melakukan kegiatan pertanian, tujuannya agar

tanah memiliki tekstur yang lumat atau halus.10

Arti pertanian menurut Anwas Adiwilaga dalam Tati Nur Mala

yang mendefinisikan pertanian sebagai suatu kegiatan untuk memelihara

suatu tanaman tertentu pada sebidang lahan tanpa menyebabkan kerusakan

lahan tersebut untuk berproduksi lagi dimasa yang akan datang. Lahan

9 Ibid.,10 Tati Nur Mala, op.cit., hal. 101

14

harus digunakan secara optimal agar kegiatan pertanian dapat dilakukan

secara berkelanjutan sehingga produksi pertanian terus berjalan.

Bishop dan Toussaint dalam Tati Nur Mala mendefinisikanpertanian sebagai suatu perusahaan yang khusus mengombinasikansumber-sumber alam dan sumberdaya manusia dalam prosesmenghasilkan produksi pertanian, dalam pertanian bukan hanyakualitas lahannya saja tetapi membutuhkan keterampilan yang baikdari sumberdaya manusia untuk mengolah lahan tersebut. Darikedua definisi tersebut diatas dapat disimpulkan atau dikatakanbahwa pertanian adalah: kegiatan produksi biologis yangberlangsung diatas sebidang tanah (lahan) dengan tujuanmenghasilkan tanaman dan hewan untuk memenuh kebutuhanhidup manusia tanpa merusak lahan tersebut yang digunakan untukproduksi dimasa yang akan datang atau berkelanjutan.11

Menurut Hasan Basri untuk kehidupan tanaman lahan atau tanah

mempunyai fungsi, yaitu12:

1. Tempat berdiri tegak dan bertumpunya tanaman, lahan sebagai habitat

atau tempat hidup tanaman, jika luas lahan untuk budidaya tanaman

semakin sempit maka produksi tanamanpun akan rendah, dan

sebaliknya.

2. Sebagai medium tumbuh yang menyediakan hara dan pertukaran hara

antara tanaman dengan tanah, tanah menyediakan unsur hara esensial

yang baik bagi tanaman dan sebaliknya, jadi antara tanah dan

tanamann saling berkontribusi terhadap kelangsungan hidup masing-

masing

3. Sebagai penyedia dan gudangan air dalam tanah. Tanaman mampu

menyerap air yang berlebihan didalam tanah sehingga dapat

mengurangi bencana longsor, tanaman membutuhkan air untuk proses

fotosintesis.

11 Ibid., hal. 1412 Hasan Basri Jumin, Dasar-Dasar Agronomi, (Jakarta : Rajawali Pers,, 2012), hal.27

15

C. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Produktivitas Lahan Sawah

1. Luas Lahan

Lahan dalam pandangan Towenshend dalam Kristovel Prok

merupakan bagian dari permukaan bumi yang dicirikan oleh adanya

suatu susunan sifat-sifat khusus dan proses-proses didalamnya yang

saling berkaitan dalam ruang dan waktu dalam tanah, atmosfer dan air,

bentuk lahan, vegetasi dan populasi fauna, sebagai hasil dari aktivitas

manusia atau tidak. Lahan merupakan bagian dari alam yang

dimanfaatkan oleh makhluk hidup yang digunakan untuk memenuhi

keperluan hidupnya, saling terjadi keterkaitan antara makhluk hidup

dan alam.13

Kemudian Hadjowigeno dalam Krostovel Prok juga

menjelaskan bahwa lahan adalah lingkungan fisik bumi yang meliputi

tanah, iklim, relief, hidrologi, dan vegetasi, dimana faktor-faktor

tersebut mempengaruhi potensi penggunaan lahan yang sesuai dengan

karakteristik lahan tersebut termasuk didalamnya adalah akibat dari

kegiatan-kegiatan manusia, seperti reklamasi daerah pantai,

penebangan hutan dan akibat-akibat yang merugikan seperti erosi,

abrasi, sedimentasi, longsor dan akumulasi garam. Lahan merupkan

kondisi fisik bumi baik lautan, dataran, maupun pegunungan yang

hasilnya merupakan kegiatan-kegiatan dari aktivitas manusia maupun

makhluk hidup lainnya14

Vink dalam Kristovel Prok, mengemukakan bahwa lahanadalah suatu konsep yang dinamis, konsep yang berkaitandengan alam atau spasial, artinya lahan merupakan tempat dariberbagai ekosistem yang ada di bumi juga merupakan bagiandari ekosistem-ekosistem tersebut. Lahan juga merupakankonsep geografis karena dalam pemanfaatannya selalu terkaitdengan ruang atau lokasi tertentu, sehingga karakteristiknyaberbeda-beda tergantung dari lokasinya. Selain konsep lokasi,

13 Kristovel Prok, “Faktor-faktor yang Mempengaruhi Pertumbuhan Ekonomi SulawesiUtara Selama Periode Otonomi Daerah 2001-2013”, jurnal FEB, Universitas Sam Ratulangi,2015 hal.5

14 Ibid,.

16

lahan juga berkaitan dengan konsep-konsep geografi yang lainseperti morfologi, keterkaitan ruang, jarak.15

Luas lahan pertanian akan mempengaruhi skala usaha dalam

kegiatan pertanian. Skala usaha tersebut pada akhirnya akan

mempengaruhi efisien atau tidaknya suatu usaha pertanian. Sering

dijumpai semakin luasnya lahan yang dipakai untuk usaha pertanian,

akan semakin tidak efisien lahan tersebut, dikarenakan penggunaan

obat-obatan seperti penggunaan pestisida dan insektisida yang

berlebihan pula. Hal itu didasarkan pemikiran bahwa luasnya lahan

mengakibatkan upaya melakukan tindakan yang mengarah pada segi

efisiensi akan berkurang karena sebab-sebab sebagai berikut16:

1. Lemahnya pengawasan terhadap penggunaan faktor produksi

seperti bibit, pupuk, obat-obatan dan tenaga kerja, penggunaan

pupuk dan pestisida harus dilakukan secara efisien dan tidak

berlebihan agar kemampuan lahan untuk berproduksi tetap

terjaga.

2. Terbatasnya persediaan tenaga kerja disekitar daerah itu yang

pada akhirnya akan mempengaruhi efisiensi usaha pertanian

tersebut. Semakin majunya zaman banyak masyarakat yang

beralih profesi dari petani ke non-petani seperti kegiatan

berdagang maupun dibidang jasa yang kemudian akan

berdampak pada kegiatan pertanian karena tenaga kerja dalam

bidang pertanian semakin berkurang.

3. Terbatasnya persediaan modal untuk membiayai usaha

pertanian dalam skala luas tersebut, dalam kegiatan pertanian

diperlukan adanya modal untuk keperluan benih, obat-obatan

dan juga upah untuk tenaga kerja, jika modal sedikit maka akan

mempengaruhi luasan kegiatan pertanian, begitupun

sebaliknya.

15 Ibid, hal.616 Soetriono, dkk, op.cit., hal.64-65

17

Pada lahan yang sempit. Upaya pengawasan terhadap

penggunaan faktor produksi semakin baik, penggunaan tenaga kerja

tercukupi dan tersedianya modal yang tidak terlalu besar sehingga

usaha pertanian seperti itu akan lebih efisien. Meskipun demikian

lahan yang terlalu kecil cenderung menghasilkan usaha yang tidak

efisien. Namun jika luas lahan untuk budidaya pertanian semakin

sempit ini akan berdampak pada hasil pertanian yang akan menurun,

hal ini dapat menyebabkan terjadinya bencana kelaparan pada

keluarga jika hanya mengandalkan pangan dari hasil pertanian yang

dikelolanya.

Selanjutnya penggunaan lahan pertanian berdasarkan kondisi

saluran irigasi yang ada disekitar lahan juga dapat mencerminkan

macam tanaman yang akan diusahakan pada lahan tersebut dan

sekaligus juga menggambarkan pola tanam. Misalnya di lahan irigasi

orang cepat membayangkan bahwa sawah tersebut cocok untuk

ditanami padi. Kalau dalam waktu setahun di usahakan hanya tanaman

padi, maka dapat di katakan bahwa pola tanamannya adalah padi-padi-

padi; akan terjadi usahatani padi selama tiga kali dalam setahunnya.

Begitu pula sebaliknya pada lahan kering yang hanya memanfaatkan

air hujan sebagai pasokan irigasi biasanya lebih dimanfaatkan untuk

tegalan atau kebun.

Selain itu, dalam pandangan Soetriono kesuburan lahanpertanian juga menentukan produktivitas tanaman. Lahan yangsubur akan menghasilkan tanaman yang baik dan produktivitasyang tinggi jika dibandingkan dengan tanah yang kurangsubur. Kesuburan lahan pertanian biasanya berkaitan denganstruktur dan tekstur tanah yang ada. Struktur dan tekstur tanahdapat menentukan macam-macam jenis tanah pada lahantersebut sehingga dapat pula ditentukan jenis komoditas yangcocok untuk ditanam.17

2. Jenis Tanah

Menurut Sumartono, “Padi dapat diusahakan di tanah kering

dan tanah sawah namun dalam kondisi irigasi yang baik.” Padi dalam

17 Ibid., hal.66-67

18

pertumbuhannya membutuhkan kondisi irigasi yang baik, karena padi

akan tumbuh pada lahan yang memiliki tekstur yang halus, pada tanah

sawah yang terpenting adalah tanah harus merupakan bubur yang

lumat, yaitu struktur butir yang basah dan homogen yang kuat

menahan air atau disebut tanah lumpur yang subur dengan ketebalan

18-22 cm.

Padi sawah cocok ditanam di tanah berlempung yang berat dantanah yang memiliki lapisan keras 30 cm di bawah permukaantanah karena mengalami penggenangan. Tanah sawahmemiliki lapisan reduksi yang tidak mengandung oksigen danpH tanah sawah biasanya mendekati netral yaitu mendekati7,0. Keasaman yang sesuai bagi pertumbuhan tanaman padiantara pH 4,0 – 7,0. Untuk mendapatkan tanah sawah yangmemenuhi syarat untuk pertumbuhan padi maka diperlukanpengolahan tanah yang khusus, agar padi dapat tumbuh denganbaik dan dapat meningkatkan produktivitas lahan.18

3. Kondisi Irigasi

Pertumbuhan tanaman menurut Hasan Basri sangat dibatasi

oleh kondisi irigasi yang tersedia didalam tanah, karena air sangatlah

mempunyai peran penting dalam proses kehidupan tanaman. Tanaman

membutuhkan air untuk proses fotosintesis, Jika tanah kekurangan air

akan mengganggu aktivitas fisiologis maupun morfologi sehingga

mengakibatkan terhentinya petumbuhan tanaman dan menyebabkan

gagal panen. Untuk menghidari hal tersebut maka diperlukan kondisi

irigasi yang baik pada lahan pertanian.19

Air tanah memiliki peran penting dalam kehidupan danpenghidupan rakyat karena fungsinya sebagai salah satukebutuhan pokok yang digunakan untuk keperluan sehari-hari,seperti untuk minum, mandi, irigasi pertanian dan keperluanlainnya. Oleh karena itu dalam pengelolaannya perlu diaturmelalui perangkat-perangkat hukum atau regulasi untukmewujudkan keseimbangan antara konservasi danpendayagunaan air. Dalam melakukan pengelolaan air tanahkhususnya pendayagunaan dan pengembangannya untukirigasi pertanian, berikut diuraikan berdasarkan Undang-

18 I Made Mega,dkk, Klasifikasi Tanah dan Kesesuaian Lahan, (Denpasar : UniversitasUdayana, thn.2010). hal.

19 Hasan Basri Jumin, op. cit. hal.17

19

undang Sumber Daya Air No. 7 Tahun 2004, PeraturanPemerintah No. 43 Tahun 2008 tentang air tanah dan peraturandaerah lainnya.20

Saluran air atau irigasi berfungsi untuk mengairi lahan sawah

agar di saat musim kemarau kebutuhan akan air akan tetap terpenuhi

dan tidak akan kekeringan, Sehingga tanaman padi tetap dapat tumbuh

dan berkembang dengan baik. Apabila air berkurang maka tanaman

padi tidak akan tumbuh dan akan menyebabkan gagal panen.

Air merupakan bahan yang sangat vital bagi kehidupan

tanaman, karena air merupakan salah satu kebutuhan pokok tanaman

seperti halnya makluk hidup lain. Kekurangan air akan mengakibatkan

terganggunya perkembangan morfologi dan proses fisiologi tanaman.

Masalah kekurangan air timbul akibat siklus hidrologi di alam tidak

merata. Banyaknya evaporasi dan transpirasi yang tidak seimbang

dengan turunnya hujan (presipitasi) sehingga menyebabkan

kekeringan, Sebagai tindak lanjutnya lahir pemikiran untuk memenuhi

kekurangan air yang sering terjadi. Salah satu ilmu yang mengkaji dan

membahas tentang masalah air bagi pertanian adalah ilmu irigasi.

Menurut Hasan Basri Irigasi berarti pemberian air padatanaman untuk memenuhi kebutuhan bagi kelangsunganhidupnya, pemberian air bisa dilakukan oleh petani maupunsecara alami didapat dari alam, kebutuhan air tanaman samadengan kehilangan air per satuan luas yang diakibatkan olehkanopi tanaman di tambah dengan hilangnya air melaluipenguapan evaporasi dan transpirasi permukaan tanah padalahan tertentu. Dalam menentukan banyaknya kebutuhan air,ada beberapa faktor yang perlu diperhatikan, salah satunyaadalah faktor meteorologi, klimatologi dan hidrologi.21

PLA Deptan dalam Rosaline memandang Pemanfaatan air

tanah untuk irigasi dapat dikelompokkan menjadi dua bagian yaitu

sebagai suplesi atau cadangan air pada saat terjadi kekurangan air dan

20 Herliana Roseline dkk, “Kajian Pemanfaatan Irigasi Air Tanah pada Sawah TadahHujan Tanaman Padi Metode SRI di Desa Girimukti, Kabupaten Bandung Barat, Provinsi JawaBarat”, Jurnal ITB, 2009, Hal.2

21 Hasan Basri Jumin, op. cit., hal.81-82

20

sebagai sumber air utama untuk kebutuhan pokok tanaman. Pada

umumnya pemanfaatan air irigasi sebagai suplesi dilakukan pada

musim hujan dan musim kemarau pada saat terjadi kekurangan air.22

Kegiatan-kegiatan irigasi menyangkut penampungan air,

penyaluran air ke lahan pertanian, dan pembuangan kelebihan air serta

usaha menjaga keseimbangan air dalam tanah. Pada prinsipnya air

irigasi yang ditambahkan adalah untuk menangani kekurangan air

tanah karena kekeringan yang diakibatkan oleh musim kemarau yang

telah ada pada saat yang diperlukan dalam jumlah yang cukup. Oleh

karena itu, untuk merancang irigasi selain diperlukan data hidrologis,

meteorologi yang berhubungan dengan curah hujan dan juga

diperlukan pengelolaan air yang baik.23

4. Iklim

Menurut Nurdin dalam Ida Nurul Hidayati, “Sektor pertanian

sangat rentan terhadap perubahan iklim karena berpengaruh terhadap

pola tanam, waktu tanam, produksi, dan kualitas hasil pertanian”.24

kondisi iklim yang tidak stabil membuat dampak yang sangat buruk

terhadap pertanian, pola tanam dan waktu tanam yang tidak teratur

membuat produksi tidak menentu.

Selanjutnya Suberjo dalam Ida Nurul Hidayati memandang

bahwa, “Iklim sangat erat kaitannya dengan perubahan cuaca dan

pemanasan global disuatu wilayah yang dapat menyebabkan

menurunnya produksi hasil pertanian antara 5-20 persen yamg

disebabkan oleh kekeringan”.25

Menurut Kementrian Lingkungan Hidup dalam Ida NurulHidayati dan Suryanto Perubahan iklim merupakan suatukondisi yang ditandai dengan berubahnya pola iklim dunia yangmengakibatkan fenomena cuaca yang tidak menentu akibat

22 Rosaline, op. cit., hal.2-323 Hasan Basri Jumin, op. cit., hal.8224 Ida Nurul Hidayati dan Suryanto, “Pengaruh Perubahan Iklim terhadap Produksi

Pertanian dan Strategi Adaptasi pada Lahan Rawan Kekeringan”. jurnal FEB, UniversitasSebelas Maret, 2015 hal.43

25 Ibid.,

21

pemanasan global. Perubahan iklim tersebut terjadi karenaadanya perubahan unsur-unsur iklim seperti suhu udara dancurah hujan yang terjadi secara terus menerus dalam jangkawaktu yang panjang antara 50 sampai 100 tahun.26

Ratnaningayu dalam Ida Nurul Hidayati Memandang Perubahan

iklim sangat dipengaruhi oleh kondisi cuaca yang tidak stabil sebagai

contoh curah hujan yang tidak menentu, sering terjadi badai, suhu udara

yang ekstrim, serta arah mata angin yang berubah drastis yang

menyebabkan tanaman tidak dapat tumbuh karena tidak kuat untuk

menopang angin dan air yang berlebihan.27

Menurut pandangan Angles, dkk dalam Ida Nurul Hidayati

“Berkurangnya intensitas hujan merupakan faktor penyebab utama

penurunan hasil panen”.28 Variasi iklim seperti kejadian masa kemarau

panjang memiliki dampak yang tinggi pada hasil tanaman di lahan yang

kering. Pasokan air pada lahan kering sangat mengandalkan iklim. Pada

musim penghujan lahan kering akan digenangi air sehingga lahan akan

produktif, dan sebaliknya pada musim kemarau lahan kering kurang

produktif karena tidak digenangi air.

Perubahan iklim menurut Utami, dkk dalam Ida Nurul Hidayati

memiliki pengaruh negatif terhadap hasil pertanian, hal ini dikarenakan

terjadinya penurunan luas lahan panen akibat dari dampak perubahan

iklim global. Kondisi iklim yang tidak menentu membuat masyarakat

kesulitan untuk menentukan jenis komoditas yang akan ditanam,

terlebih jika pada lahan kering yang hanya dapat mengandalkan musim

penghujan, jika terjadi musim kemarau yang secara terus menerus maka

akan menghambat produksi pertanian karena lahan kering.29

Padi dapat tumbuh baik di daerah-daerah yang berhawa panas

dan udaranya mengandung uap air. Padi dapat ditanam di dataran

26 Ibid.,27 Ibid.,28 Ibid.,29 Ibid.,

22

rendah sampai ketinggian 1300 mdpl. Jika terlalu tinggi, pertumbuhan

akan lambat dan hasilnya akan rendah.

Curah hujan yang baik rata-rata 200 mm perbulan atau lebih

dengan distribusi selama 4 bulan atau sekitar 1500-2000 mm per tahun.

Padi menghendaki tempat dan lingkungan yang terbuka, agar intensitas

cahaya matahari dapat diserap oleh tumbuhan padi yang akan

digukanan untuk proses fotosintesis, Intensitas sinar matahari besar

pengaruhnya terhadap hasil gabah, terutama saat padi berbunga (45-30

hari sebelum panen), karena 75-80% kandungan tepung dari gabah

adalah hasil fotosintesis pada masa berbunga.

Suhu juga merupakan faktor lingkungan yang besar

pengaruhnya terhadap pertumbuhan padi. Suhu yang tinggi pada vase

pertumbuhan padi dapat mengganggu peningkatan jumlah anakan padi

karena meningkatnya aktivitas tanaman dalam mengambil zat makanan.

Sebaliknya suhu yang rendah pada masa pertumbuhan padi menjadi

bunga atau malai berpengaruh baik pada pertumbuhan dan hasil akan

lebih tinggi. Suhu yang tinggi pada masa ini dapat menyebabkan gabah

hampa atau kurang efektif karena proses fotosintesis akan terganggu.

Suhu yang untuk pertumbuhan tanaman padi adalah 230C. hal ini dapat

disimpulkan bahwa semakin tinggi suhu pada suatu tempat yang

dijadikan sebagai areal pertanian padi, maka akan semakin menurun

produksi padi pada lahan tersebut, dan sebaliknya.

Menurut Badan Pusat Statistik (BPS) Kabupaten Tegal, “Curah

hujan di Kecamatan Bojong pada tahun 2013 sebesar 2.103 mm dengan

hari hujan 215 atau lebih kering dari tahun 2013, (dengan 4103 mm dan

240 hari hujan), sedangkan kelembaban udara tahun 2012 sekitar

0,85%.” 30

Selain itu, dampak dari perubahan iklim terhadap produktivitaspertanian menurut Andri Noor Ardiansyah, diperkirakanproduktivitas pertanian di daerah tropis sperti Indonesia akanmengalami penurunan jika terjadi kenaikan suhu global antara

30 Badan Pusat Statistik (BPS) Kab.Tegal ”Bojong Dalam Angka 2014” hal 4

23

1-20C sehingga dapat meningkatkan resiko bencana kelaparankarena produktivitas lahan menurun akibat cuaca ektrem.Meningkatnya frekuensi kekeringan dan banjir diperkirakanakan memberikan dampak negatif pada produksi lokal terutamapada sektor penyediaan dan ketahanan pangan di daerahsubtropis dan tropis. Pengaruh iklim global menjadi pemicuterjadinya perubahan musim dunia dimana musim kemaraumenjadi lebih panjang sehingga menyebabkan gagal panen padalahan kering, selain itu musim kemarau yang berkepanjanganjuga dapat memicu terjadinya krisis air bersih dan kebakaranhutan, terjadinya pergeseran musim dan perubahan pola hujanmengakibatkan produktivitas pertanian dalam negeri menurun,akibatnya Indonesia harus mengimpor beras.31

5. Unsur Hara

Sebagai makhluk hidup yang sedang tumbuh dan berkembang,

tanaman membutuhkan makanan, makanan yang dibutuhkan tanaman

berupa unsur hara, tanaman membutuhkan unsur-unsur hara dengan

susunan dan perbandingan tertentu dalam proses pertumbuhan dan

produksinya. Unsur hara merupakan suatu zat yang dapat memberikan

pengaruh terhadap pertumbuhan tanman, untuk itu unsur hara sangat

penting dalam proses pertanian, unsur hara tidak bisa digantikan

dengan unsur-unsur yang lain karena unsur hara termasuk unsur

esensial yang harus ada pada tanaman dalam jumlah yang pas sesuai

dengan takaran.

Menurut Bachrun tanaman membutuhkan berbagai macamunsur hara untuk melakukan produksinya, yaitu unsur haramakro yang berupa unsur-unsur (N, P, K, Ca, S dan Mg) danunsur hara mikro yaitu (Fe, Mn, Cu, Zn, dan B). Unsur-unsurtersebut akan memberikan banyak manfaat terhadap tumbuhansalah satunya adalah dalam membantu proses fotosintesis dandapat mempercepat proses pertumbuhan tanaman. Bila terjadikekurangan salah satu unsur hara tersebut, maka pertumbuhantanaman tidak akan sempurna. Semua unsur hara yangdibutuhkan tanaman disebut dengan unsur hara esensial,karena tidak dapat diganti dengan unsur hara yang lainnya.32

31 Andri Noor Ardiansyah, Klimatologi Umum, (Jakarta : Uin Jakarta Press, 2014),hal.116

32 Bachrun, Tim Karya Nyata, Pertanian Terpadu dan Agribisnis, (Ciputat :ntelektifaPustaka, 2007). hal.14

24

Ali Munawar dalam pandangannya menyatakan bahwa

“Pasokan hara bagi tanaman juga dapat berasal dari atmosfer seperti

deposisi dan fiksasi. Deposisi unsur hara dari atmosfer hanya penting

dalam jangka panjang, misalnya bagi tanaman tahunan atau hutan

vegetasi.” Unsur hara yang didapat dari atmosfer melalui siklus

biogeokimia dimana pada siklus biogeokimia unsur-unsur penting

mengalami sirkulasi dari komponen abiotik ke dalam komponen

biotik.33

D. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Produksi Padi Sawah

1. Varietas Padi (Oryza sativa)

Menurut Febry Indriyani dalam Penelitianya “Padi

diklasifikasikan sebagai family Gramineae (Poaceae). Berdasarkan

klasifikasi Gould padi termasuk kedalam sub family Oryzeideae, suku

Oryzeae. Spesies yang paling sering dibudidayakan di Asia adalah

Oryzae sativa.”34

Menurut Kartasapoetra dalam Rika Meiliza tanaman padi

merupakan tanaman semusim, yang hanya dapat ditanam pada musim

tertentu saja, padi termasuk golongan rumput-rumputan dengan

klasifikasi sebagai berikut:35

Kingdom : Plantae

Divisi : Spermatophyta

Sub divisi : Angiospermae

Kelas : Monocotyledoenae

Ord : Grameniales

Keluarga : Gramineae (Poaceae)

Genus : Oryza

33 Ali Munawar, op. cit., hal.2134 Febry Indriyani, “Hubungan Partisipasi Petani dalam Kelompok Tani dengan

Produktivitas Usaha Tani Padi Sawah (Studi Kasus di Kelompok Tani Saluyu, Desa Ciasihan,Kecamatan Pamijahan, Kabupaten Bogor)”, Skripsi FMIPA UIN Jakarta, Jakarta, 2014. Hal.40(tidak diterbitkan)

35Rika Meiliza, “Pengaruh Pupuk terhadap Optimasi Produksi Padi Sawah di KabupatenDeli Serdang,” Skripsi Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara, 2006, hal.13

25

Spesies : Oryza spp.

Menurut Suparyono dalam Rika Meiliza, Padi (oryza sativa)tumbuh baik di daerah tropis maupun sub-tropis. Untuk padisawah ketersediaan irigasi yang mampu menggenangi lahantempat penanaman sangatlah penting karena padi dalampertumbuhanya sangatlan mengandalkan air. Oleh karena itu,tanaman yang digenangi air secara terus-menerus kemampuantanah dalam menahan air harus tinggi seperti tanah lempungagar air tidak cepat habis. Untuk kebutuhan air tersebutdiperlukan sumber mata air yang besar kemudian ditampungdalam bentuk waduk (danau), dari waduk inilah sewaktu-waktu air dapat dialirkan selama periode pertumbuhan padisawah, selain mengandalkan waduk buatan air juga dapatdiperoleh dari sungai.36

Menurut Tim Pusat Penelitian Tanah dan Agroklimat dalam

Setijati D.Sastrapradja Padi sawah dibudidayakan pada kondisi tanah

tergenang air, tanah yang tergenang air akan berubah menjadi halus dan

lumat. Penggenangan tersebut akan membuat perubahan unsur kimia

dalam tanah yang akan mempengaruhi kondisi pertumbuhan tanaman.

Perubahan-perubahan kimia tanah sawah yang terjadi setelah

penggenangan antara lain : kadar oksigen yang ada didalam tanah

menuru yang juga dapat menurunkan reaksi reduksi-oksidasi (redoks),

perubahan pH tanah, reduksi besi (Fe) dan mangan (Mn), peningkatan

suplai dan ketersediaan nitrogen dalam tanah, serta peningkatan

ketersediaan fosfor.37

Menurut Setijati D.Sastrapradja “Tanaman padi dapat tumbuhdi daerah beriklim panas yang lembab. Tanaman padimemerlukan curah hujan rata-rata 200 mm/bulan dengandistribusi selama 4 bulan, sedangkan pertahun sekitar 1500-2000 mm.” Suhu yang panas merupakan temperatur yangsesuai bagi tanaman padi yaitu pada suhu 23°C dimanapengaruhnya adalah kosongnya buah pada gabah. Daerah yangcocok untuk budidaya padi adalah daerah dengan denganketinggian 0-1500 mdpl.38

36 Ibid., hal 1437 Setijati D.Sastrapradja, Perjalanan Panjang Tanaman Indonesia, (Jakarta : Yayasan

pustaka obot indonesia, 2012). hal.3638 Ibid.,

26

Menurut Setijati D.Sastrapradja, “Jenis padi pada umumnya

ditanam disawah yang pada mulanya di genangi air. Tetapi ada pula

kelompok padi yang di tanam di lahan kering”.39 Kalau buah padi sudah

menghuning, buah-buah tersebut akan dipanen dan dirontokan dari

malainya, kemudian di jemur beberapa hari dan digiling sehingga dapat

dihasilkan beras yang kemudian diolah menjadi nasi sebagai pangan

pokok masyarakat.

2. Penggunaan Pupuk

Pupuk adalah material yang di tambahkan pada tanaman untuk

mencukupi kebutuhan hara yang diperlukan tanaman dalam

kelangsungan hidupnya, pupuk bisa berupa bahan organik maupun

non-organik.

Menurut Hasan Basri, “Pupuk adalah senyawa yang

mengandung unsur hara yang terdapat pada tanaman.” Unsur hara

yang dibutuhkan tanaman dapat diperoleh melalui pupuk, Suatu pupuk

umumnya terdiri atas komponen-komponen yang mengandung unsur

hara, pengatur konsistensi, kotoran makhluk hidup dan lain-lain.

Bagian yang tidak mengandung unsur hara tersebut akan menurunkan

kadar hara dalam pupuk tersebut. 40

Pengelompokan pupuk dapat dilakukan dengan tiga cara, yaitu41:

a. Pupuk alam dan pupuk buatan, pupuk alam adalah puuk yang

dihasilkan secara alami tanpa campur tangan dengan manusia,

pupuk alam disebut juga sebagai pupuk organik, karena

kebanyakan pupuk alam berasal dari bahan organik, sebaliknya

pupuk buatan adalah pupuk yang dihasilkan oleh pabrik-pabrik

dengan kandungan hara tertentu, pupuk ini mudah larut dalam air

dan cepat iserap oleh akar tumbuhan.

b. Pupuk menurut unsur-unsur yang dikandungnya, unsur-unsur yang

terdapat dalam pupuk merupakan unsur K, P Mg, KCl dan TSP.

39 Ibid., hal 3740 Hasan Basri Jumin, op. cit., hal 98-10041 Ibid.,

27

c. Pupuk organik dan pupun non-organik

Pupuk yang digolongkan kedalam kelompok pupuk alam antara lain

adalah, night soil (kotoran manusia), pupuk kandang (kotoran ternak),

pupuk hijau dan kompos.

Menurut Poole dalam Ali Munawar, Pupuk hijau adalah jenis-

jenis tanaman yang ditanam karena kemampuannya memperbaiki

tanah dan tanaman yang akan ditanam berikutnya. Pupuk hijau adalah

pupuk yang paling mudah untuk dicari karena langsung dihasilkan

dari alam seperti tanaman penutup, pupuk hijau mampu menahan erosi

ataupun sedimentasi, membantu mengikat hara dalam tanah, menekan

gulma, mendaur hara dan juga menyediakan hara.42

Selanjutnya kompos menurut Girma dalam Ali Munawar

merupakan semua jenis bahan organik yang telah mengalami

dekomposisi atau pengurai pada kondisi lingkungan yang terkendali.

Dalam siklus biogeokimia tumbuhan yang telah mati menjadi

dekomposer yang kemudian akan kembali diserap oleh tumbuhan

sebagai pupuk. Semua bahan organik dapat dirubah menjadi kompos,

tetapi ada ketentuan bahan yang dapat atau yang tidak dapat di

konversi.43

Pupuk kandang menurut Tati Nurmala merupakan sumber

penting bahan organik, peternakan menjadi bisnis yang sedang

berkembang di Indonesia, oleh karena itu pupuk kandang relatif

mudah di dapatkan dari peternak, selain mudah didapatkan pupuk

kandang juga lebih kaya akan unsur hara jika dibandingkan dengan

pupuk lain.44

3. Penggunaan pestisida

Menurut Martin dan Woodcock dalam Triharso, pestisida

adalah substansi kimia yang digunakan untuk membunuh atau

mengendalikan berbagai hama tanaman atau jazat pengganggu. Jadi

42 Ali Munawar, op. cit., hal 17543 Ibid hal, 17644 ibid

28

dapat disimpulkan bahwa pestisida merupakan zat kimia yang

digunakan petani untuk melindungi tanaman dari hama yang kerap

mengganggu pertanian. Kata pestisida bersasal dari kata pest yang

berarti hama (jazat pengganggu) dan cida yang artinya pembunuh, jadi

pestisida artinya pembunuh hama dengan cara meracuni.45

Menurut peraturan pemerintah Republik Indonesia No.7tahnun 1973 dalam Triharso, definisi pestisida adalah semuazat kimia dan bahan lain serta jazad renik dan virus yangdipergunakan untuk.46:a. Memberantas atau mencegah hama danpenyakit yang

merusak tanaman, bagian tanaman atau hasil pertanian.hama penyakit pada tanaman dapat merusak strukturtanaman yang menyebabkan menurunnya tingkatproduktivitas tanaman.

b. Membrantas rerumputan, rerumputan yang mengganggupertumbuhan padi akan menjadi penghalang tanamanuntuk memproduksi buah.

c. Mengatur atau merangsang tumbuhan yang tidakdiinginkan. Tumbuhan-tumbuhan yang tidak diinginkanyang tumbuh pada lahan pertanian seperti rerumputandibunuh menggunakan pestisida karena akan membuatketidakseimbangan unsur hara dalam tanah akibattumbuhan yang tidak diinginkan..

d. Membrantas atau mencegah hama luar pada hewanpeliaharaan dan ternak.

e. Membrantas atau mencegah hama air.f. Membrantas atau mencegah binatang dan jazad renik

dalam bangunan rumah tangga, alat angkutan, dan alatpertanian. buhan hanya pada pertanian saja dalam rumahtangga yang dimaksud hama adalah kecoa, nyamuk danlalat ataupun tumbuhan pengganggu yang menempel padadinding rumah.

g. Membrantas atau mencegah binatang yang dapatmenyebabkan penyakit pada manusia atau binatang yangperlu dilindungi dengan penggunaan pada tanaman tanahdan air.

MG Catur Yuamatri berpendapat bahwa Pestisida merupakan

zat, senyawa kimia (zat pengatur tumbuh dan perangsang tumbuh),

organisme renik, virus dan zat lain-lain yang digunakan untuk

45 Triharso, Dasar-Dasar Perlindungan Tanaman, (Yogyakarta : Gajah Mada UniversityPress, 2010). hal,244

46 Ibid.,

29

melakukan perlindungan tanaman atau bagian tanaman. Pemikiran

petani menggunakan pestisida karena jika hama dibiarkan tumbuh

atau menyerang tanaman hal ini akan menurunkan produksi tanaman

pada lahan, Penggunaan pestisida yang dilakukan oleh para petani

bertujuan untuk membunuh zat pengganggu berupa hama dan gulma

dengan tujuan untuk meningkatkan produksi tanaman.47 Disamping

dapat meningkatkan hasil produk pertanian, penggunaan pestisida juga

memberikan dampak negatif apabila digunakan secara berlebihan,

karena dapat membunuh makhluk hidup yang lainnya yang tidak

merugikan tanaman seperti cacing, serangga penyerbuk dan serangga

bangkai.

Penggunaan pestisida juga akan berdampak pada kualitas hasilpertanian, jika penggunaan pestisida dilakukan secara terus menerustanpa memperhatikan aspek lingkungan maka hal tersebut akanberdampak pencemaran lingkungan akibat bahan kimia yang secaraberlebihan, bahan-bahan kimia tersebut akan mencemari hasilpertanian dan juga kondisi irigasi disekitar lahan, sehingga hal inidapat membahayakan kelangsungan hidup manusia karena bahankimia.

Menurut definisi dari The United States FederalEnvironmental Pesticide Control Act dalam MG CaturYuamatri pestisida adalah semua zat yang digunakan petanikhusus untuk memberantas, mencegah dan membunuh zatpenganggu seperti serangga, binatang pengerat, nematoda,jamur, gilma, virus, bakteri, dan jazad renik yang dianggaphama, kecuali virus, bakteri dan jazad renik yang terdapat padamanusia dan binatang lainnya.48

4. Modal

Menurut Tati Nurmala dkk, selain tanah dan tenaga kerja maka

modal (uang) termasuk faktor produksi pertanian, karena apabila

petani tidak mempunyai modal uang maka petani tidak dapat

mengolah lahan pertaniannya karena ia tidak akan dapat membeli

pupuk, membayar tenaga kerja buruh tani yang ia pergunakan dalam

47 MG Catur Yuamtari, dkk. “Tingkat Pengetahuan Petani dalam Menggunakan Pestisida(Studi Kasus di Desa Curut Kecamatan Penawangan Kabupaten Grobogan) , Knowledge level offarmers in the Use of Pesticides (Case Study in Village Curut Penawangan District, Grobogan),”Jurnal, 2013 hal.1-2

48 Ibid.,

30

usaha taninya. Modal dalam pertanian erat kaitannya dengan

keputusan terhadap besaran luasan yang akan ditanami padi. Modal

yang digunakan dalamp pertanian anatara lain untuk mendapatkan

bibit unggul, membayar upah tenaga kerja, membeli pupuk, pestisida

maupun obat-obatan lain yang digunakan untuk meningkatkan

produktivitas pertanian.49

Modal merupakan unsur produksi yang paling penting sebab

tanpa modal segalanya tidak berjalan. Modal di bedakan menjadi dua,

yaitu modal tetap, dan modal berjalan. Modal tetap adalah modal yang

tidak akan habis dalam satu kali pakai, dalam hal ini yang termasuk

modal tetap adalah tanah karena tanah dapat digunakan sepanjang

masa, sedangkan modal berjalan adalah modal yang habis dipakai

pada satukali masa tanam, dalam hal ini yang termasuk modal berjalan

adalah uang tunai, pupuk dan tanaman.50

Heady dan Dillon dalam Soekartiwi mengklasifikasikanbeberapa variabel yang dapat digolongkan sebagai modaladalah:51

a. Modal untuk perbaikan usahatani, terdiri dari biayapenyusutan bangunan dan dam, kekayaan-kekayaan yangmudah di uangkan serta biaya yang digunakan untukpemeliharaan. Modal ini diperlukan untuk semua prosesmulai dari persiapan benih sampai pada masa panen,dalam pengolahan dan pemeliharaan tanaman termasukpemberian pupuk dan pestisida.

b. Modal yang terdiri dari mesin dan peralatan pertanian, jikapengolahan lahan menggunakan tenaga manusiapenggunaan modal ini digunakan untuk membayar tenagakerja atau membayar sewa.

c. Modal yang terdiri dari penyusutan mesin-mesinpertanian, pupuk, dll.

Berbagai penggolongan modal yang disebutkan di atas padaprinsipnya dapat dibagi menjadi dua macam, yaitu :a. Modal tetap, yaitu barang-barang yang tidak akan habis

dalam satu kali masa produksi seperti tanah dan mesinpertanian.

49 Tati Nur Mala, op. cit., h.12850 Ibid,51 Seokartiwi, Ilmu Usahatani, (Jakarta : UI Press, 1986). hal 229

31

b. Modal berjalan yaitu barang-barang yang akan habisdalam satukali masa produksi yaitu uang tunai, pestisidamaupun insektisida.

Sementara itu Tati Nurmala dkk memandang modal ditinjau

dari sifatnya dapat dibedakan menjadi dua macam, yaitu52:

a. Modal tetap, yaitu modal yang digunakan untuk beberapa proses

produksi. Seperti tanah, mesin pertanian, dll.

b. Modal tidak tetap adalah nilai sarana produksi yang hanya dapat

dipakai satu kali panen. Contohnya adalah pupuk, pestisida, tenaga

kerja dan benih tanaman.

Modal dapat berasal dari jerih payah sendiri maupun berasal

dari warisan, modal yang didapat dari jerih payah sendiri maupun dari

warisan dapat digunakan sesuka hati, sedangkan modal yang berasal

dari pinjaman bank harus dapat di pertanggung jawabkan oleh si

peminjam terhadap pemilik modal yang meminjamkan.

Menurut Soekartiwi “Modal dalam usaha tani dapat

diklasifikasikan dalam bentuk kekayaan, baik berupa uang maupun

barang yang digunakan untuk menghasilkan sesuatu baik secara

langsung maupun tidak langsung dalam suatu proses produksi.” Jadi

dapat disimpulkan bahwa modal itu bermacam-macam bentuknya, ada

modal yang berupa kekayaan, melalui kekayaan petani bisa mengolah

lahan sesuai dengan kemauannya, modal ada juga dalam bentuk

tenaga kerja, modal dalam bentuk tenaga kerja diandalkan dalam

proses pengolahan lahan mulai dari penyebaran benih sampai pada

tahap pemanenan, sehingga tidak perlu banyak mencari tenaga kerja

dalam proses proses produksi dan dapat mengirit upah, tetapi hal ini

kurang efektif karena pengolahan yang tidak optimal. Dengan

demikian pembentukan modal dalam usahatani mempunyai tujuan,

yaitu53:

52 Tati Nur Mala, op. cit., hal. 12853 Soekartiwi, op. cit hal.229

32

a. Untuk menunjang pembentukan modal lebih lanjut.

b. Untuk meningkatkan produksi dan pendapatan usahatani.

Menurut Soetriono Bagi petani dipedesaan, pembentukanmodal sering dilakukan dengan cara menabung, yaitumenyisihkan sebagian pendapatannya untuk keperluanbercocok tanam. Petani yang tergolong dalam keluarga tidakmampu atau petani kecil maka modalnya juga kecil dalampengolahan sawah, Sebaliknya petani besar modalnya jugaakan relatif besar sehingga kemampuan menabungnya jugaakan lebih besar. Hal ini dapat dilihat karena biasanya dipedesaan ukuran kekayaan seseorang dapat dilihat dariseberapa luasan lahan yang dimilikinya.54

5. Tenaga kerja

Dalam usaha tani penggunaan tenaga kerja dibutuhka dalam

proses pengolahan dari mulai tanam hingga pada saat panen, tenaga

kerja digunakan untuk membantu petani dalam mengolah lahannya

karena jika tidak ada tenaga kerja maka pengolahan akan lahan

tersebut tidak akan efektif.

Menurut Soetriono skala usaha akan mempengaruhi besar

kecilnya tenaga kerja yang dibutuhkan dan menentukan pula tenaga

kerja bagaimana yang diperlukan. Pada sekala yang besar para petani

menggunakan tenaga kerja yang sudah terampil dengan cara sewa,

sedangkan untuk pertanian dengan sekala kecil biasanya petani

hanya mengandalkan anggota keluarganya yang dilibatkan dalam

proses pertanian hal ini akan mengurangi biaya modal untuk

membayar upah tenaga kerja karena yang digunakan adalah anggota

keluarganya.55

Menurut Tati Nurmala dkk. “Tenaga kerja merupakan faktor

produksi pertanian yang bersifat unik baik jumlah yang

digunakannya, kualitas maupun penawaran dan permintaannya.”

Karena tenaga kerja pada tiap wilayah memiliki upah yang berbeda-

54 Soetriono, op. cit., hal.68-7055 Soetriono, dkk, op. cit., h.70

33

beda, hal ini disesuaikan dengan skill yang dimiliki oleh tenaga kerja

tersebut.56

Tati Nurmala membagi jenis tenaga kerja pertanianmenjadi tiga, yaitu57:a. Tenaga Kerja Manusia

Tenaga kerja manusia merupakan tenaga kerja yangpertama sebelum tenaga ternak digunakan untukmembentuk petani mengolah lahan atau mengangkut hasilpertanian.

b. Tenaga TernakTenaga ternak yang dipergunakan oleh petani adalah sapidan kerbau, tenaga tersebut dibutuhkan dalam prosespembajakan sawah yang tujuannya agar tekstur tanahberubah menjadi lembut. Selain itu tenaga ternak juga dapatdigunakan petani dalam mengolah tanah antara lain untukmengangkut hasil pertanian, jika pekerjaan-pekerjaan dalamusaha pertanian tersebut terlalu berat.

c. Tenaga MesinMunculnya teknologi seiring berkembangnya zaman,membuat masyarakat lebih memilih cara instan untukmembutuhkan sesuatu, salah satunya adalah dalampertanian, Tenaga mesin dalam pertanian sama dengantenaga ternak yang pemakaiannya terbatas. Tenaga mesindigunakan untuk penggerak mesin pengolah tanah,mengangkut hasil yang jauh.

E. Beras

Menurut Soetriono, “Beras merupakan makanan pokok di 26

negara padat penduduk (China, India, Indonesia, Pakistan, Bangladesh,

Malaysia, Thailand, Vietnam), atau lebih separuh penduduk dunia.” Di

Indonesia beras menjadi panganan pokok penduduknya karena

kebanyakan masyarakatnya bermata pencaharian sebagai petani. Mereka

mengandalkan beras sebagai bahan pangan pokok untuk menghemat biaya

dalam rumah tangga, Masalah beras di negeri ini sangat erat kaitannya

dengan masalah budaya, sosial dan ekonomi bangsa. Salah satu bentuk

keeratan antara beras dan manusia yaitu adanya hikayat Dewi Sri. Dalam

menentukan indeks kesetabilan ekonomi nasional pemerintah

56 Tati Nur Mala, dkk, op. cit., hal. 11857 Ibid., hal 118-119

34

menggunakan beras sebagai angka penentu yang sering digunakan karena

mayoritas penduduk mengkonsumsi nasi yang berasal dari beras.58

Soetriono juga memandang bahwa beras merupakan panganutama rakyat Indonesia. Pada umumnya setelah prosespenggilingan padi beras berwarna putih, meskipun ada juga berasyang berwarna merah yang dinakaman beras merah, bahkan hitamkelam sekalipun. Jika dilihat dari kondisi tanamannya kita dapatmenebak bahwa tanaman padi termasuk kelompok rerumputan,seperti rumput pada umumnya, perbungaan padi berbentuk malaidengan jumlah buah yang banyak pada setiap malainya. Buah-buah tersebut berukuran kecil dan terdapat pada setiap malai yangtumbuh, buah tersebut termasuk dalam kelompok buah keringyang tidak dapat merekah dengan sendirinya, untuk mengeluarkanbiji buahnya (beras) dari padi tidaklah mudah dan diperlukanproses pengglingan untuk memisahkan buah dari kulitnya.59

F. Pemenuhan Pangan Bagi Masyarakat

1. Konsep Umum Ketahanan Pangan

Ketahanan pangan terwujud jika ada dua aspek yang telah

terpenuhi sekaligus, yaitu pertama telah tersedianya kebutuhan pangan

yang tekah mencukupi dan merata bagi seluruh jumlah penduduk.

Kedua, setiap penduduk telah memiliki aspek fisik untuk memenuhi

kebutuhan pangan dan kecukupan gizi guna menjalani kehidupan yang

sehat dan produktif dari hari ke hari.

Ketahanan pangan dalam Tulus Tambunan menurut UU No 7

tahun 1996 tentang pangan, Pasal 1 Ayat 17 yang menyebutkan bahwa

Ketahanan pangan adalah kondisi terpenuhinya pangan rumah tangga

(RT) yang tercermin dari tersedianya pangan yang cukup, baik jumlah

maupun mutunya, aman, merata dan terjangkau.60

Menurut Purwanto dkk, “ketahanan pangan selalu menjadi isu

strategis dalam setiap konsep pembangunan pertanian. Ini tidak

58 Soetrisno Koeswara, Teknologi Pengolahan Beras Teori dan Praktik, (E-bookpangan.com, 2009) h.2

59 Ibid.,60 Tulus Tambunan, “Pembangunan Pertanian dan Ketahanan Pangan” (Jakarta, UI

Press, 2010) h.65

35

mengherankan karena merupakan bagian yang tidak dapat dipisahkan

dari sektor pertanian.” 61

Menurut Suryana dalam Purwanto, menyebutkan bahwa

“aspek yang dapat dijadikan indikator ketahanan pangan adalah

kemampuan untuk menjaga stok pangan”.62

Menurut Purwanto pada sisi permintaan secara teoritis denganadanya kebijakan stabilitas harga pangan yang dilakukan olehpemerintah dan akan berdampak pada harga pangan utamayang berada pada tingkat yang wajar.63, sedangkan pada sisiketersediaan kebijakan ketahanan pangan di arahkan untuk:64

a. Meningkatkan kualitas lingkungan dan kualitas sumberdaya alam dan air, yaitu dengan memanfaatkan lahansawah dengan sebaik-baiknya secara efisisen dengan tetapmemperhatikan aspek lingkungan seperti kondisi irigasiyang harus tetap mengalir dan tidak tercemar oleh zatkimia sehingga dapat meningkatkan produktivitas pangan.

b. Nenjamin produksi pangan utama dari produksi dalamnegeri. Produksi dalam negeri harus dijaga stoknya agardapat mengurangi kegiatan impor.

c. Mengembangkan kemampuan pengelolaan cadanganpangan pemerintah dan masyarakat. Pemerintah perlupandai-pandai dalam menjaga stok pangan, jika pada tahuntertentu produktivitas pertanian menurun, masih tersediastok pangan yang telah tersedia.

d. Meningkatkan kapasitas produksi Nasional denganmenetapkan lahan abadi untuk produksi pangan.Pengolahan lahan harus digunakan sebagaimana mestinya,dalam meningkatkan produksi dalam negeri diperlukanlahan yang tetap untuk swasembada pangan.

Tati Nurmala memandang ketahanan pangan pada tingkat

rumah tangga merupakan landasan bagi ketahanan pangan

masyarakat, yang selanjutnya akan menjadi pilar bagi ketahanan

pangan daerah dan nasional. Berdasarkan pernyataan tersebut maka

yang menjadi perioritas utama ketahanan pangan dalam negeri adalah

memberdayakan masyarakat agar mampu menjaga stok pangan dan

61 Purwanto “Peran pembangunan ketahanan pangan” (Jakarta, Lembaga ilmupengetahuan Indonesia LIPI, Pusat Penelitian Ekonomi, 2010) hal. 50

62 Ibid,63 Ibid.,, hal 964 Ibid., hal 49

36

mampu menanggulangi masalah pangannya secara mandiri, serta

dapat mewujudkan ketahanan pangan dalam keluarga secara

berkelanjutan.65

Menurut Soekartawi “pada prinsipnya aspek gizi dalam

perencanaan kebutuhan pangan keluarga dapat dinyatakan dalam

satuan fisik seperti sekian ton beras, liter susu dan sebagainya.” 66

2. Arah Kebijakan

Menurut Tati Nurmala “Permintaan pangan meningkat sejalan

dengan laju pertumbuhan penduduk, pertumbuhan ekonomi dan daya

beli masyarakat, serta perkembangan selera makan yang terjadi pada

masyarakat.”67 Dinamika sisi permintaan ini menyebabkan kebutuhan

secara nasional meningkat dengan cepat, baik dalam jumlah, mutu dan

keragamannya.

Dalam hal konsumsi, kebijakan ketahanan pangan diarahkan

untuk68:

a. Menjamin pemenuhan pangan bagi setiap rumah tangga dalam

jumlah dan mutu yang memadai, aman dikonsumsi dan bergizi

seimbang. Tercukupinya kebutuhan pangan rumah tangga yang

memiliki gizi baik yang dihasilkan dari tanaman yang bebas dari

bahan kimia.

b. Mendorong, mengembangkan, dan membangun serta

memfasilitasi peran serta masyarakat dalam pemenuhan pangan

sebagai implementasi pemenuhan hak atas pangan. Hal ini perlu

dilakukannya kegiatan penyuluhan dan pelatihan terhadap

kegiatan pertanian dengan tujuan untuk meningkatkan

produktivitas.

c. Mengembangkan jaringan antar lembaga masyarakat untuk

pemenuhan hak atas pangan.

65 Tati Nur Mala, op. cit., hal.6366 Seokartiwi, op. cit., hal 11467 Tati Nur Mala, loc.cit., h. 6568 Ibid., 66-67

37

G. Hasil Penelitian yang Relevan

Penelitian ini mengacu kepada beberapa penelitian terdahulu yang

berkaitan dengan peroduktivitas lahan sawah dalam pemenuhannya

terhadap kebutuhan beras penduduk, yaitu sebagai berikut:

1. Penelitian yang dilakukan oleh Eddy Makruf, Yulie Oktavia dan

Wawan Eka Putra (2011) dalam jurnal Balai Pengkajian Teknologi

Pertanian (BPTP) Bengkulu, tentang faktor-faktor yang

mempengaruhi produksi padi sawah di kabupaten seluma (Studi

Kasus: Produktivitas Padi Sawah di Desa Bukit Peninjauan II

Kecamatan Sukaraja) dan dari hasil penelitian diperoleh hasil bahwa

secara individual variabel jumlah pupuk SP-36 (X3) berpengaruh

sangat nyata terhadap produktivitas padi sawah, variabel jumlah

pupuk Urea (X2) berpengaruh nyata terhadap produktivitas padi

sawah, sedangkan variabel luas lahan (X1), jumlah pupuk KCl (X4),

jumlah tenaga keja (X5), jumlah benih (X6) dan jumlah pestisida (X7)

berpengaruh tidak nyata terhadap produktivitas padi sawah. (Jurnal)

2. Penelitian yang dilakukan oleh Fanny Anugerah K (2005) Skripsi

Fakultas Pertanian, Universitas Pertanian Bogor, tentang Analisis

faktor-faktor yang mempengaruhi konversi lahan sawah ke

penggunaan Non-pertanian di kabupaten Tangerang, dengan

menggunakan metode linear Berganda. Dari hasil penelitian di peroleh

hasil bahwa berdasarkan analisis, hasil pendugaan menunjukan

koefesien determinasi (R2-adj) sebesar 92,5%. Faktor-faktor yang

berpengaruh positif terhadap penurunan luas lahan sawah di tingkat

wilayah adalah laju pertumbuhan penduduk, presentase luas lahan

sawah irigasi dan pertambaha panjang jalan aspal. Adapun peubah

yang berpengaruh negatif yaitu produktivitas padi sawah, kontribusi

sektor non-pertanian dan peubah dummy (kebijakan pemerintah).

Hasil uji-t di peroleh bahwa faktor-faktor yang berpengaruh nyata

terhadap konversi lahan sawah pada selang kepercayaan 90% adalah

38

produktivitas padi sawah, presentase luas lahan sawah irigasi,

montribuso sektor non-pertanian terhadap PDRD dan dummy

(kebijakan pemerintah) sedangkan laju pertumbuhan penduduk dan

pertambahan panjang jalan aspal tidak berpengaruh nyata. Selain itu

nilai dari probabilitas-F menunjukan bahwa secara bersama-sama

seluruh variabel enjelas berpengaruh nyata pada tingkat kepercayaan

90%. (Skripsi)

3. Penelitian yang dilakukan oleh Bambang Irawah dan Friyatno (2002)

dalam jurnal Pusat Penelitian dan Pengembangan Sosal Ekonomi

Pertanian, Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian R.I, tentang

dampak konversi lahan sawah jawa terhadap produksi beras dan

kebijakan pengendaliannya. Dari hasil penelitian di peroleh bahwa

akibat konversi lahan sawah di jawa selama kurun waktu 18 tahun

(1981-1998) di perhitungkan secara akumulasi telah hilang sebesar

50,9 juta ton gabah atau sekitar 2,82 juta ton gabah per tahun. (Jurnal)

4. Penelitian yang dilakukan oleh Maswirahmah dalam jurnal fasilitator

PPSP Kabupaten Soppeng, dengan judul “Arahan perencanaan

ketahanan pangan di Kabupaten Soppeng” hasil penelitian diperoleh

bahwa kabupaten soppeng sampai dengan tahun 2042 (30 tahun

kedepan) dengan sekenario I mengalami surplus beras begitu juga

dengan luasan sawahnya. Hanya saja untuk mewujudkan kondisi

seperti itu sulit diwujudkan karena laju pertumbuhan penduduk dan

konversi lahan semakin meningkat. Begitupun dengan skenario II

Kabupaten Soppeng masih mengalami surplus meskipun

penurunannya terjadi drastis ini mengindikasikan jika tidak ditangani

dengan baik akan terjadi krisis pangan kedepannya (Jurnal)

5. Penelitian yang dilakukan oleh Mohammad Wahed dalam jurnal sosio

elektronika Universitas Negeri Malang, dengan judul “Pengaruh luas

lahan, produksi, ketahanan pangan dan harga gabah terhadap

kesejahteraan petani padi di Kabupaten Pasuruan” hasil penelitian ini

adalah luas lahan berpengaruh signifikan terhadap kesejahteraan

39

petani padi dan menunjukan hubungan yang positif, temuan ini sejalan

dengan teori yang digunakan bahwa luas lahan merupakan salah satu

faktor utama dalam peningkatan produksi padi yang juga dapat

meningkatkan kesejahteraan petani, namun saat ini peranannya

semakin berkurang disebabkan karena penyusutan lahan pertanian

yang akan berdampak pula pada penurunan kesejahteraan petani.

Selain luas lahan produksi juga berpengaruh signifikan terhadap

kesejahteraan petani, temuan dalam penelitian ini sejalan dengan teori

vadinicum yang disebutkan bahwa produksi padi pada dasarnya

bergantung pada dua variabel yaitu luas lahan dan hasil per hektar,

jika luas panen atau produktivitas persatuan luas mengalami

peningkatan yang pada gilirannya secara otomatis akan meningkatkan

kesejahteraan petani padi. (jurnal)

H. Kerangka Berpikir

Pembangunan pertanian tidak terlepas dari peran serta masyarakat

tani dalam mengolah sumberdaya pangan, untuk memproduksi pangan

memerlukan sumberdaya berupa tanah (lahan), air, udara, sinar matahari

dan petani. Lahan menjadi faktor penting dalam kegiatan pertanian,

sementara jumlah penduduk di Kecamatan Bojong setiap tahun semakin

meningkat, hal ini akan berdampak pada berkurangnya lahan untuk

pertanian yang telah di alih fungsikan untuk lahan permukiman. Selain itu

meningkatnya jumlah penduduk juga akan berdampak pada meningkatnya

kebutuhan beras perkapita di Kecamatan Bojong.

Kecamatan Bojong merupakan salah satu kecamatan yang terletak

di Kabupaten Tegal, yang sebagian besar penduduknya bermata

pencaharian sebagai petani. Hal ini akan berdampak pada produktivitas

hasil pertanian pada lahan yang ada di Kecamatan Bojong. Dari

pernyataan diatas bisa diketahui seberapa besar produksi beras pada lahan

pertanian di Kecamatan Bojong.

Meningkatnya jumlah penduduk di Kecamatan Bojong, akan

menyebabkan terjadinya konversi atau alih fungsi lahan pertanian menjadi

40

lahan permukiman sehingga akan berdampak pada berkurannya luas lahan

pertanian yang akan berdampak pula pada produksi pertanian.

Berdasarkan konsep ini, dengan demikian akan ada dampak dari

berkurangnya produktivitas lahan sawah akibat meningkatnya jumlah

penduduk sehingga dapat berdampak pada ketahanan pangan masyarakat

sekitar.

Di huni Oleh

Gambar 2.1Kerangka Berpikir

LAHAN PENDUNDUK

Luas LahanPertanian

Hasil Pertanian

Produktivitas LahanSawah

Pemenuhan Kebutuhan BerasJumlah Penduduk di Kecamatan

Bojong

Penduduk Petani Penduduk BukanPetani

Petani yangPunya Lahan

Sawah

Petani yang tidakpunya Lahan sawah

/ Buruh

Pertambahan Penduduksurplus Defisit

42

Luas Kecamatan Bojong adalah 4.308.050 hektar terdiri

dari 52,12% merupakan lahan sawah yaitu seluas 2.245,422 hektar,

sementara bukan lahan sawah terdiri dari 2.062.628 hektar atau

47,82%. Dari Luas lahan sawah tersebut 675.000 hektar

diantaranya merupakan lahan sawah beririgasi teknis sedangkan

87.000 hektar merupakan sawah berpengairan setengah teknis dan

1.048.731 hektar sawah berpengairan sederhana serta 431.691

hektar sawah yang tadah hujan. 2

Luas lahan di Kecamatan Bojong digunakan untuk

budidaya sayuran dan komoditi pertanian lain, seperti padi, jagung,

ubu jalar, singkong dan sisanya digunakan untuk lahan tegalan dan

hutan lindung. Kecamatan Bojong yang letaknya di lereng gunung

slamet membuat masyarakat memilih sayuran sebagai komoditi

utama dbandingkan dengan padi, namun untuk daerah-daerah yang

memiliki kemiringan lereng dengan kategori sedang, lebih meilih

untuk membudidayakan padi sebagai tanaman pangan.

Lahan sawah yang ditanami padi sebanyak satu kali dalam

setahun seluas 1.104,5 hektar, sedangkan 805 hektar lainnya

ditanami padi sebanyak dua kali setahun. Wilayah Kecamatan

Bojong berada ± 20 km di sebelah selatan Ibukota Kabupaten

Tegal dengan batas – batas Kecamatan Bojong sebagai berikut3:

1. Sebelah utara : Kec. Jatinegara

2. Sebelah Timur : Kab. Pemalang

3. Sebelah Selatan :Kec. Bumijawa

4. Sebelah Barat : Kec. Balapulang, Bumijawa

Adapun waktu penelitian selama 11 bulan yang dimulai

bulan November 2015 sampai Bulan September 2016, berikut

rencana penelitian:

2 Ibid.,3 Ibid.,

43

Tabel 3.1Jadwal Kegiatan Penelitian

No

Kegiatan

Bulan

Nov2015

Mar2016

Jul2016

Agu2016

Sept2016

1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 41 Pengajua

nProposal

2 Seminarproposal

3 Penyusunan BabI,II.III

4 Pengumpulan Data

5 Pengolahan Data

6 AnalisisData

7 Pemeriksaan dan

Keabsahan Data

8 Penyerahan Hasil

Penelitian

B. Metodologi penelitian

Penelitian pasti memerlukan suatu Metode untuk membantu

proses pengumpulan dan pengolahan Hasil penelitian yang dilakukan.

Metodologi penelitian adalah mengungkapkan bagaimana suatu proses

penelitian dilakukan yaitu meliputi dengan alat apa dan bagaimana

suatu penelitian dilaksanakan. Untuk melakukan suatu penelitian

seorang peneliti seharusnya sudah menetapkan metode penelitiannya

44

terlebih dahulu sehingga memudahkan peneliti dalam melaksanakan

penelitian.

Metode menurut Bungin dalam Mulyadi adalah sebuah

pedoman yang dijadikan acuan dalam sebuah proses penelitian,

menurut Bungin “metode atau desain penelitian dibuat sebagai

rancangan, pedoman, atauran main atau acuan penelitian yang akan

dikerjakan”4

Sesuai dengan masalah yang akan diteliti. Dalam penelitian ini

diterapkan metode deskriptif dengan pendekatan Kuantitatif.

“Penelitian kuantitatif merupakan metode untuk menguji teori-teori

tertentu dengan cara meneliti hubungan antara variabel”5

Penelitian ini dimaksudkan untuk mengukur dengan cermat

kondisi potensi geografis tertentu. Melalui metode ini diharapkan

dapat memecahkan masalah yang diajukan dengan tujuan mendapat

gambaran yang objektif yang jelas dan aktual yang ada dan tersedia

dilapangan, baik berupa data primer maupun data sekunder.

C. Variabel Penelitian.

Variabel menurut Bungin dalam Mulyadi berasal dari kata

variabel yang artinya faktor yang berubah-ubah atau segala sesuatu

yang berbentuk apa saja yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari

sehingga diperoleh informasi tentang hal tersebut, kemudian ditarik

kesimpulannya.6

Dari pengertian tersebut dapat dipahami bahwa variabel

penelitian merupakan sifat yang orang atau obyek penelitian yang

mempunyai variasi dan yang sudah ditetapkan oleh peneliti dan akan

dipelajari oleh peneliti, kemudian ditarik kesimpulannya.

4 Mulyadi, Pengaruh Kondisi Sosial Ekonomi terhadap Pengetahuan MasyarakatTentang Dampak konversi Lahan di Desa Babakan Kecamatan Ciseeng, Kabupaten Bogor,Skripsi UIN Jakarta, hal 39.

5 Ibid, hal. 38.6 Ibid, hal. 39

Variabel Bebas Variabel Terikat

Produktivitas LahanSawah

Pemenuhan KebutuhanBeras di KecamatanBojong, Kabupaten

Tegal.

46

sedangkan yang terpengaruhnya adalah kesehatan, pendidikan,

perumahan dan lain sebagainya.

D. Populasi Data

1. Populasi

Menurut kuzma dalam Sulistyaningsih yang dimaksud

dengan populsi adalah “sekelompok orang atau objek dengan satu

karakteristik umum yang dapat di observasi”.

Menurut Notoatmojo dalam Sulistyaningsih populasidiartiken sebuah keseluruhan objek penelitian atau yangditeliti. Populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiridari objek (benda) / subjek (orang) yang mempunyaikualitas dan karakteristik tertentu yang ditetapkan olehpeneliti untuk diteliti dan kemudian ditarik kesimpulannya.7

Juliansyah Noor dalam Mulyadi Populasi digunakan untuk

menyebutkan seluruh elemen/anggota dari suatu wilayah yang

menjadi sasaran penelitian atau merupakan keseluruhan

(universum) dari objek penelitian. Sampel sejumlah anggota yang

dipilih dari populasi.8

Menurut Burhan Bungin dalam Mulyadi populasi penelitian

merupakan keseluruhan (universum) dari objek penelitian yang

dapat berupa manusia, hewan, tumbuh-tumbuhan, udara, gejala,

nilai, peristiwa, sikap hidup, dan sebagainya, sehingga objek-objek

ini dapat menjadi sumber data penelitian.9

Dalam hal ini yang menjadi populasi adalah seluruh

wilayah dan penduduk di Kecamatan Bojong sebagai subjek

penelitian, yaitu semua elemen masyarakat yang ada di 17

Kelurahan di Kecamatan Bojong. Hal ini seperti disajikan pada

tabel 3.2

7 Sulistyaningsih, Metodologi Penelitian Kuantitatif-Kualitatif, (Yogyakarta, Graha Ilmu,2011) hal. 64

8 Mulyadi op.cit h. 41.9 Ibid,

47

Tabel 3.2Monografi Kecamatan Bojong Tahun 2014

No Kelurahan JumlahPenduduk

Jumlah KK LuasLahan(Ha)KK

PetaniKK

Keseluruhan1 Rembul 9.107 1.654 1.800 434.6782 Dk.Tengah 2.785 618 779 184.7883 Kedawung 2.906 131 634 245.8584 Suniarsih 2.188 344 457 155.3605 Karangmulya 6.496 870 1.217 342.9506 Tuwel 9.298 1.326 2.062 557.6007 Bojong 8.870 125 2.017 258.0658 Buniwah 3.361 474 851 166.1509 Lengkokng 5.010 899 950 227.41210 Batunyana 1.788 210 735 158.39011 Sangkanayu 1.259 569 593 143.49012 Gunungjati 2.360 425 580 158.55013 Pucangluwuk 4.377 585 919 245.02014 Kajenengan 4.701 950 1.100 200.26515 Kalijambu 2.431 451 527 175.36516 Danasari 4.625 700 883 449.82317 Cikura 4.394 663 823 208.747

Jumlah 75.908 10.994 16.929 4.308.050Sumber: Monografi Kabupaten Tegal.”BPS Kecamatan Bojong dalam

angka 2015”

Adapun yang menjadi populasi dalam penelitian ini adalah:

a. Populasi penduduk meliputi seluruh penduduk yang ada di

Kecamatan Bojong, yaitu sebanyak 75.908 jiwa.

b. Populasi wilayah meliputi lahan pertanian basah (sawah) yang

ada di Kecamatan Bojong, Kabupaten Tegal.

E. Teknik Pengumpulan Data

Data yang diperlukan dalam penelitian ini menggunakan data

sekunder.

Data Sekunder

Sumber data sekunder merupakan data yang diperoleh secara

tidak langsung. Data sekunder adalah data yang diperoleh dari

catatan/arsip yang ada dikantor atau instansi yang dapat dipertanggung

jawabkan dan ada hubungannya dengan tujuan penelitian.

48

Studi Dokumentasi

Studi Dokumentasi merupakan suatu teknik pengumpulan

data dengan menghimpun dan menganalisis dokumen-dokumen,

baik dokumen tertulis, gambar maupun elektronik.10

Data sekunder yang dikumpulkan adalah:

1. Peta Administrasi Kabupaten Tegal

2. Data produksi padi Kecamatan Bojong, Kabupaten

Tegal tahun 2011-2014

3. Data jumlah penduduk Kecamatan Bojong, Kabupaten

Tegal tahun 2011-2014

4. Data rata-rata luas panen pertanian bahan makanan

pokok padi tahun 2011-2014

5. Data penggunaan lahan sawah dan bukan sawah,

Kecamatan bojong, Kabupaten Tegal tahun 2014

F. Teknik Pengolahan dan analisa data

Setelah data terkumpul, langkah yang dilakukan peneliti

adalah pengolahan data, sehingga dapat dianalisis dan diambil

kesimpulannya.11

Tujuan pengolahan data adalah menyiapkan data agar mudah

ditangani dalam analisanya. Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam

proses pengolahan data adalah data relevan dengan tujuan penelitian,

kualitas data dapat dipercaya, gunakan metode yang tepat dan mudah,

ungkapkan batasan kelemahannya bila ada, hasil olahan data harus

sesuai standar, data mudah dimengerti, menghasilkan presepsi sama

dan dapat diperbandingkan menurut waktu, geografis, dan sebagainya.

Sedangkan Analisis adalah kegiatan, mengubah hasil penelitian

menjadi informsi yang dapat digunakan untuk mengambil kesimpulan

10 Nana Syaodih Sukmadinata, Metodelogi Penelitian (Bandung, RemajaRosdakarya,2006) hal 221

11 Sulistyaningsih, op.cit hal. 149

49

penelitian.12 Dalam hal ini pengolahan data di gunakan dengan

menggunakan microsoft excel 2010.

Adapun tahap pengolahan data sebagai berikut:

1. Dari sisi permintaan (Demand)

a. Menghitung laju pertumbuhan penduduk Kecamatan

Bojong per tahun berdasarkan data jumlah penduduk

Kecamatan Bojong tahun 2011-2014

b. Menentukan indeks konsumsi beras penduduk pertahun.

Dalam hal ini, indeks konsumsi beras per tahun di tentukan

dengan mengacu kepada Peraturan Kementrian Pertanian

Peraturan Menteri Pertanian Republik Indonesia, Nomor

16/Permentan/HK.140/4/2014 tentang Pedoman Penguatan

Lembaga Distribusi Pangan Masyarakat Tahun 2015 dan

kepada Direktorat Pangan dan Pertanian, Kementerian

Perencanaan Pebangunan Nasional / Badan Perencanaan

Pembangunan Naional Sebesar 124,89 kg/kap/tahun.13

c. Menghitung kebutuhan beras di Kecamatan Bojong

berdasarkan jumlah penduduk dan indeks konsumsi beras

penduduk per tahun dengan cara:14

2. Dari sisi ketersediaan (Supply)

a. Menghitung produksi padi di Kecamatan Bojong dengan

pendekatan:15

12 Ibid, hal 15013 Nano Rusono, dkk, “Studi Pendahuluan Rencana Pembangunan Jangka Menengah

Nasional Bidang Pangan dan Pertanian 2015-2019” (Jakarta, Direktorat Pangan dan Pertanian,Bappenas, 2013) hal.109

14 Maswirahmah, Op. Cit15 Ibid.,

Kebutuhan beras total = penduduk hasil proyeksi xindeks konsumsi beras

Total produksi padi (ton) = Luas lahan padi sawah(Ha) x IP x produktivitas padi (ton/ha)

50

Catatatan: untuk menghitung IP (Indeks penanaman

padi) di gunakan rumus:16

IP =

Keterangan:

IP (Indeks Penanaman) : Rata-rata masa tanam

dalam setahun

Luas tanam : Luas Tanam Padi pada lahan dalam 1

Tahun

Luas Baku Tanam : Luas lahan yang ditanam

(nilainya tetap)

Produktivitas padi Berdasarkan data BPS (2011-

2014), Produktivitas padi rata-rata 5,08 (ton/ha).17 Indeks

penanaman (IP) Padi di Kecamatan Bojong adalah 1,42.18

b. Menghitung produksi beras di Kecamatan Bojong dengan

pendekatan:19

Catatan: Indeks Konversi padi ke beras ( 1 Kg GKG =

0,65 Kg Beras)

3. Menunjukan Tingkat Produktivitas Lahan Sawah dalam

Pemenuhan Kebutuhan beras Penduduk di Kecamatan

Bojong, Kabupaten Tegal

a. Jika total Supply < 342 gr/org/hari atau 0,124

ton/orang/tahun, maka dapat dikatakan Kecamatan Bojong

16 Ibid, hal.7317 BPS Kabupaten Tegal “Bojong dalam Angka 2015”18 Loc.cit hal.7319 Maswirahmah, Loc. Cit hal.73

Total produksi beras (Ton) = Total Produksi Padi / GKG(Ton) x Indeks konversi padi ke Beras

51

mengalami defisit dalam pemenuhan kebutuhan pangan

(beras) penduduk.

b. Jika total Supply = 342 gr/org/hari atau 0,124

ton/orang/tahun, maka dapat dikatakan Kecamatan Bojong

mengalami optimal dalam pemenuhan kebutuhan pangan

(beras) penduduk.

c. Jika tota Supply > 342 gr/org/hari atau 0,124

ton/orang/tahun, maka dapat dikatakan Kecamatan Bojong

mengalami surplus dalam pemenuhan kebutuhan pangan

(beras) penduduk.

4. Menghitung daya dukung lahan pertanian padi di

Kecamatan Bojong

Untuk menghitung daya dukung lahan dihitung dengan

formula sebagai berikut:20

α =

Keterangan :

α = daya dukung lahan

X = luas lahan yang tersedia untuk budidaya tanaman

pangan/padi (X dicari dengan menggunakan rumus)

X =

k = luas lahan yang diperlukan untuk swasembada pangan.

(k dicari dengan rumus)

k = /

20 Arie Agustina Fitriani, Analisa Daya Dukung Lahan Pertanian dan Tekanan Penduduk(Studi Kasus Kabupaten Provinsi Jawa Timur, Tahun 2013), Surakarta, Skripsi, UniversitasSebelas Maret, 2005 hal. 47 (diterbitkan)

52

Konsumsi Fisik Minimal (KFM) dihitung dari kebutuhan

beras sebesar 342 gr/orang/hari atau setara dengan 124,89

kg/org/tahun.21

Produksi beras rata-rata/ha dikonversikan dari padi ke beras

Sebesar 0,65 Nilai α, dipergunakan sebagai indikator

kemampuan lahan tanaman padi terhadap jumlah penduduk di

satu wilayah.

Kriteria nilai α, dimasukkan dalam standar evaluasi sebagai

berikut:

α > 1, berarti wilayah tersebut mampu swasembada pangan

dalam arti jumlah penduduknya di bawah jumlah penduduk

optimal.

α < 1, berarti wilayah tersebut tidak mampu swasembada

pangan dalam arti jumlah penduduknya telah melampaui jumlah

penduduk optimal.

α = 1, berarti wilayah tersebut memiliki daya dukung yang

optimal.

21 Nano Rusono, dkk, “Studi Pendahuluan Rencana Pembangunan Jangka MenengahNasional Bidang Pangan dan Pertanian 2015-2019” (Jakarta, Direktorat Pangan dan Pertanian,Bappenas, 2013) hal.109

54

Wilayah Kecamatan Bojong berada 20 km disebelah

selatan Ibu Kota Kabupaten Tegal. Dari peta di atas lokasi

penelitian yaitu Kecamatan Bojong ditunjukan dengan warna

hijau, dengan batas-batas wilayah sebagai berikut2:

1. Sebelah utara : Kec. Jatinegara

2. Sebelah Timur : Kab. Pemalang

3. Sebelah Selatan : Kec. Bumijawa

4. Sebelah Barat : Kec. Balapulang, Bumijawa

2.) Luas Wilayah

Secara Geografis luas wilayah Kecamatan Bojong

terdiri dari daratan seluas 4.308.050 hektar yang terdiri atas

52,12% merupakan lahan sawah yaitu seluas 2.245.422 hektar,

sementara bukan lahan sawah terdiri dari 2.062.628 hektar

atau 47,82%. Dari luas lahan sawah tersebut 675.000 hektar di

antaranya merupakan lahan sawah beririgas teknis sedangkan

87.000 hektar merupakan sawah berpengairan setengah teknis

dan 1.048.731 hektar sawah berpengairan sederhana serta

431.691 hektar merupakan sawah tadah hujan.3

Kecamaatan Bojong dengan ketinggian antara 500 –

1103 mdpl. Tipologi geografis tanah di Kecamatan Bojong

adalah berbukit-bukti (curam hingga 15-40%), karena letaknya

di bawah lereng perbukitan Gunung Slamet.4

Wilayah di Kecamatan Bojong sebagian besar

digunakan untuk budidaya tanaman sayuran dan padi, sehingga

sayuran menjadi komoditi utama di Kecamatan Bojong jika

dibandingkan dengan padi ataupun hasil perkebunan atau

tegalan. Hal ini seperti disajikan pada tabel 4.1

2 Ibid,3 Sistem Informasi Profil Daerah Kecamatan Bojong, Kabupaten Tegal Tahun 2010,

hal.14 Ibid,

55

Tabel 4.1Luas Penggunaan Lahan menurut Desa / Kelurahan di

Kecamatan Bojong Tahun 2014No Desa/Kelurahan Lahan

Sawah(ha)

BukanLahan

Sawah (ha)

Jumlah

1 Rembul 257.800 176.878 434.678

2 Dukuhtengah 5.176 179.612 184.788

3 Kedawung 32.580 213.278 245.858

4 Suniarsih 72.000 83.360 155.360

5 Karangmulya 210.653 132.300 342.950

6 Tuwel 333.930 223.670 557.600

7 Bojong 185.000 73.065 258.065

8 Buniwah 119.900 46.20 166.150

9 Lengkong 187.900 39.512 227.412

10 Batunyana 99.930 59.000 158.930

11 Sangkanayu 59.655 83.835 143.490

12 Gunungjati 62.520 96.030 158.550

13 Pucangluwuk 160.500 84.520 245.020

14 Kajenengan 119.400 80.865 200.265

15 Kalijambu 89.200 86.165 175.365

16 Danasari 149.062 300.805 449.822

17 Cikura 100.265 103.482 302.747

Jumlah 2.245.422 2.072.628 4.308.050

Sumber: Statistik Kecamatan Bojong

Dari tabel 4.1, terlihat bahwa daerah yang memiliki arel

lahan sawah paling luas adalah Desa/Kelurahan Rembul dengan

luas wilayah mencapai 257.800 ha dari luas Keseluruhan lahan

di Desa/Kelurahan Rembul seluas 434.678 ha.

Hal ini menunjukan bahwa hasil produksi di Desa

Rembul lebih meningkat di bandingkan dengan Desa/Kelurahan

lain yang ada di Kecamatan Bojong. Sementara untuk luas

penggunaan lahan sawah di Kecamatan Bojong dapat dilihat

pada tabel 4.2 berikut

56

Tabel 4.2Luas Penggunaan Lahan Sawah menurut Desa /

Kelurahan di Kecamatan Bojong Tahun 2014No Desa/Kelurahan Pengairan

TekhnisPengairan½ Tekhnis

PengairanSederhana

1 Rembul 233.000 - 24.800

2 Dukuhtengah - - -

3 Kedawung - - -

4 Suniarsih - - 70.000

5 Karangmulya 35.100 - 170.500

6 Tuwel 272.900 - 61.030

7 Bojong 25.000 - 160.000

8 Buniwah 76.000 - 13.000

9 Lengkong 33.000 - 154.900

10 Batunyana - - 40.030

11 Sangkanayu - - 54.055

12 Gunungjati - - 42.500

13 Pucangluwuk - - 158.500

14 Kajenengan - 87.000 32.400

15 Kalijambu - - 50.600

16 Danasari - - 16.416

17 Cikura - - -

Jumlah 675.000 87.000 1.048.731

Sumber: UPTD Tanbunhut Kecamatan Bojong dalam Statisik

Kecamatan Bojong dalam angka 2014.

Dari tabel 4.2, terlihat bahwa sebagian besar

Desa/Kelurahan di Kecamatan Bojong menggunakan Irigasi

dengan pengairan sederhana. Irigasi pengairan sederhana

merupakan jaringan irigasi yang biasanya di usahakan secara

mandiri oleh suatu kelompok petani pemakai air, sehingga

kelengkapan maupun kemampuan dalam mengukur dan

mengatur masih terbatas. Sedangkan daerah yang menggunakan

irigasi dengan sistem semi tekhnis atau ½ tekhnis hanya terdapat

pada Desa Kajenengan.

57

3.) Topografi

Ditinjau dari segi toporgafi wilayah Kecamatan Bojong

jika dilihat dari ketinggiannya dari permukaan laut dengan

ketinggian antara 500 – 1103 mdpl. Tipologi geografis tanah di

Kecamatan Bojong adalah berbukit-bukti (curam hingga 15-

40%), karena letaknya di bawah lereng perbukitan Gunung

Slamet.5

4.) Iklim

Kecamatan Bojong beriklim tropis, dengan rata-rata

curah hujan sepanjang tahun 2014 sebesar 148,00 mm,

banyaknya curah hujan bergantung pada kelembapan udara

yang tingggi, tetapi tekanan udara rendah dengan kecepatan

angin, suhu udara dan lama penyinaran matahari serta

penguapan sedang-sedang saja. Curah hujan tertinggi terjadi

pada bulan januari sebanyak 650 mm dengan kelembapan 85%,

tekanan udara 1.011,3 mb, kecepatan angin 6 knots, suhu udara

rata-rata 29,6◦C dan lama penyinaran matahari 85,0 jam serta

penguapan air sebesar 4,4 mm.6

Kondisi iklim tersebut akan mempengaruhi vegetasi

yang ada di Kecamatan Bojong. Berkurangnya intensitas hujan

merupakan faktor penyebab utama penurunan hasil panen,

Perubahan iklim akan berdampak terhadap Hasil Pertanian

karena dapat menurunkan luas lahan panen. Selain itu kondisi

iklim yang tidak menentu juga menjadi faktor utama terhadap

menurunnya produktivitas lahan sawah. Jika sedang musim

kemarau para petani di Kecamatan Bojong menggunakan lahan

untuk budidaya jagung, sedangkan pada musim penghujan

masyarakat memanfaatkan lahan untuk budidaya padi atau

5 Badan Pusat Statistik (BPS) Kabupaten Tegal, Kecamatan Bojong dalam Angka 2015,hal.1

6Ibid, hal.4

58

sayuran, banyaknya hari hujan, curah hujan dan kelembapan

udara di Kecamatan Bojong dapat dilihat pada tabel 4.3

Tabel 4.3Banyaknya Hari Hujan, Curah Hujan dan KelembapanUdara menurut Desa/Kelurahan di Kecamatan Bojong

Tahun 2014No Desa/Kelurahan Hari

Hujan(Hari)

CurahHujan(mm)

KelembapanUdara (%)

1 Rembul - - -

2 Dukuhtengah - - -

3 Kedawung - - -

4 Suniarsih - - -

5 Karangmulya - - -

6 Tuwel 215 2.103 0,85

7 Bojong - - -

8 Buniwah - - -

9 Lengkong - - -

10 Batunyana - - -

11 Sangkanayu - - -

12 Gunungjati - - -

13 Pucangluwuk - - -

14 Kajenengan - - -

15 Kalijambu - - -

16 Danasari - - -

17 Cikura - - -

Jumlah 215 2.103 0,85

Sumber: Statisik Kecamatan ”Bojong dalam angka 2014”

Pada tabel 4.3 , kondisi iklim di Kecamatan Bojong pada

tahun 2014 terlihat dari banyaknya hari hujan sebanyak 215

hari, dengan curah hujan sebesar 2.103 mm/tahun dan

kelembapan udara sebesar 0,85%. Ini menunjukan bahwa

Kecamatan Bojong beriklim basah.

59

5.) Jenis Tanah

Kecamatan Bojong memiliki jenis tanah yang

bervariasi, yang terdiri atas tanah alivial, litosol, regosol dan

grumosol, tanah-tanah tersebut dimanfaatkan oleh para petani

untuk bercocok tanam, baik padi maupun sayuran.7

6.) Penggunaan Lahan

Penggunaan lahan di Kecamatan Bojong di dominasi

oleh lahan pertanian basah seperti sayuran dan padi, selain itu

juga di dominasi oleh hutan mengingat lokasinya yang berada

di lereng Gunung Slamet. Dua jalur regional utama (jalur

Guci-Tegal dan jalur alternatif Tegal-Pemalang) menjadi

generator utama pertumbuhan wilayah. kawasan terbangun

mulai bertumbuhan pada kedua jaringan jalan tersebut.8

Luasan lahan sawah terus mengalami penurunan,

sedangkan luasan permukiman mengalami kenaikan. Hal ini

perlu menjadi perhatian, mengingat kecenderungan yang

terjadi adalah maraknya konversi dari lahan pertanian subur

beririgasi teknis menjadi lahan permukiman dengan adanya

kebijakan lahan sawah berkelanjutan dan prioritas untuk

meningkatkan ketahanan pangan, konversi lahan pertanian ini

sepatutnya menjadi hal yang diperioritaskan penanganannya.

Penggunaan lahan di Kecamatan Bojong sebagian besar

digunakan untuk sayuran dan padi karena letaknya yang

berada di lereng gunung slamet, sedangkan sisanya jadikan

sebagai kawasan permukiman dan hutan lindung. Kecamatan

bojong memiliki objek wisata yang sangan terkenal yaitu objek

wisata pemandian air panas guci sehingga banyak masyarakat

sekitas wisata yang memanfaatkan lahan untuk fasilitas-

fasilitas penginapan seperti hotel, villa dll.

7 www.tegalkab.go.id “ Gambaran Umum Kondisi Daerah, hal 38 Ibid,

62

b. Keadaan Sosial Budaya Kecamatan Bojong

1.) Kependudukan

Penduduk di Kecamatan Bojong pada tahun 2014

tercatat sebanyak 75.908 jiwa. Berdasarkan komposisi

penduduk menurut jenis kelamin, jumlah penduduk di

Kecamatan Bojong terdiri dari38.679 laki-laki dan 37.229

penduduk perempuan.9

Kepadatan penduduk di Kecamatan Bojong terdapat

1277 jiwa per km . Desa Bojong merupakan Desa dengan

kepadatan penduduk paling tinggi di Kecamatan Bojong

dengan 3473 jiwa per km Sedangkan Desa Kedawung

memiliki jumlah penduduk yang paling sedikit dengan

penduduk sebanyak 349 jiwa per km .

Kecamatan Bojong mayoritas penduduknya beragama

islam, dan termasuk masyarakat yang kental dengan agama

islam. Ini bisa dilihat dari adanya beberapa pondok pesantren

yang tersebar di berbagai desa. Salah satunya yang terkenal di

daerah Tegal adalah ponpes At-Tauhidiyyah Cikura yang

merupakan cabang dari ponpes At-Tauhidiyyah Giren Talang.

Setiap tahunnya diadakan Khaul Akbar yang dihadiri banyak

masyarakat Tegal dan sekitarnya serta para pejabat terkait.

Mata pencaharian masyarakat bojong sebagian besar sebagai

petani dan berkebun, terutama perkebunan kol, sawi dan

stroberi.

Sebagian besar penduduk di Kecamatan Bojong

bermata pencaharian sebagai petani, maka diperlukan adanya

penyuluhan tentang pertanian agar dapat meningkatkan

ketrampilan masyarakat dalam mengolah lahannya sehingga

produktivitas lahan tetap terjaga.

9 BPS Kabupaten Tegal “ Kecamatan Bojong dalam Angka 2015” hal.25

63

Tabel 4.4Penduduk Menurut Desa/Kelurahan dan jenis kelamin di

Kecamatan Bojong Tahun 2014No Desa/Kelurahan Laki-laki Perempuan Ratio Jenis

Kelamin

1 Rembul 4629 4478 0,97

2 Dukuhtengah 1375 1410 1,02

3 Kedawung 1468 1438 0,98

4 Suniarsih 1129 1059 0,93

5 Karangmulya 3244 3254 1,00

6 Tuwel 4803 4495 0,93

7 Bojong 4496 4374 0.97

8 Buniwah 1694 1667 0,98

9 Lengkong 2598 2412 0,92

10 Batunyana 889 899 1,01

11 Sangkanayu 629 580 0,92

12 Gunungjati 1176 1184 1,00

13 Pucangluwuk 2240 2137 0,95

14 Kajenengan 2390 2311 0,96

15 Kalijambu 1210 1221 1,00

16 Danasari 2380 2245 0,94

17 Cikura 2329 2065 0,88

Jumlah 38679 37299 16,36

Sumber:BPS Kab.Tegal ”Bojong dalam angka 2014”.

Dari tabel 4.4 diatas, terlihat bahwa jumlah penduduk

menurut Desa/Kelurahan di Kecamatan Bojong berdasarkan sex

ratio, jumlah penduduk laki-laki yang paling banyak terdapat

pada desa Desa Tuwel sebanyak 4803 jiwa penduduk.

Sedangkan untuk komposisi penduduk perempuan paling

banyak juga terdapat pada Daerah yang sama dengan komposisi

penduduk laki-laki yaitu pada Desa Tuwel sebanyak 4495 jiwa

penduduk, sedangkan untuk ratio jenis kelamin (sex ratio)

paling besar terdapat pada Desa Dukuhtengah sebesar 1,02 dan

64

Batunyana, sementara sex ratio untuk Desa Karangmulya,

Gunungjati dan Kalijambu diperoleh dengan angkayang sama

yaitu 1,00. Kepadatan penduduk di Kecamatan Bojong dapat

dilihat pada tabel 4.5

Tabel 4.5Kepadatan penduduk menurut Desa/Kelurahan di

Kecamatan Bojong Tahun 2014

Sumber: BPS Kab.Tegal “Bojong dalam Angka 2015”

Dari tabel 4.5, terlihat bahwa Desa yang memiliki luas

daerah paling luas di Kecamatan Bojong yaitu Desa/ Kelurahan

Kedawung, Rembul dan Danasari sedangkan untuk jumlah

penduduk paling banyak terdapat pada Desa Rembul, Tuwel dan

Bojong, masing-masing sejumlah 9298, 9107 dan 8870

penduduk, sementara untuk kepadatan penduduk paling tinggi

terdapat pada Desa/Kelurahan Bojong, Kajenengan dan

Lengkong masing-masing sebesar 3437, 2350 dan 2207 jiwa

No Desa / Kelurahan LuasDaerah(Km2)

JumlahPenduduk

KepadatanPendudukper-Km2

1 Rembul 5,89 9107 15462 Dukuhtengah 5,36 2785 5193 Kedawung 8,31 2906 3494 Suniarsih 3,30 2188 6635 Karangmulya 3,43 6498 18946 Tuwel 5,58 9298 16667 Bojong 2,58 8870 34378 Buniwah 1,66 3361 20249 Lengkong 2,27 5010 220710 Batunyana 1,66 1788 107711 Sangkanayu 2.03 1209 59512 Gunungjati 1,59 2360 148413 Pucangluwuk 2,45 4377 178614 Kajenengan 2,00 4701 235015 Kalijambu 1,82 2431 135716 Danasari 5,75 4625 80417 Cikura 2,84 4394 1547

Jumlah 58,52 75908 253051.

65

penduduk. Dari jumlah penduduk tersebut sebagian besar

bekerja pada sektor pertanian. hal ini seperti disajikan pada tabel

4.6

Tabel 4.6Banyaknya tenaga kerja menurut lapangan usaha di

Kecamatan Bojong Tahun 2014

No

Desa/Kelurahan

Lapangan UsahaPertani

anPertamb

anganIndustri

pengolahan

Konstruks

i1 Rembul 1208 14 9 -2 Dukuhtengah 1776 6 37 -3 Kedawung 1367 8 119 -4 Suniarsih 765 4 15 -5 Karangmulya 1056 2 122 -6 Tuwel 2422 89 53 17 Bojong 1575 - 38 18 Buniwah 1078 - 5 -9 Lengkong 1669 9 6 210 Batunyana 484 18 2 -11 Sangkanayu 483 7 7 -12 Gunungjati 1062 3 9 -13 Pucangluwuk 1548 - 21 -14 Kajenengan 544 5 55 -15 Kalijambu 789 - 21 -16 Danasari 2812 - 26 -17 Cikura 1126 - 4 -

Jumlah 21764 165 549 4Sumber: BPS Kab.Tegal “Bojong dalam angka 2016”

Pada tabel 4.6, banyaknya tenaga kerja penduduk di Kecamatan

Bojong di dominasi pada sektor pertanian, jumlah penduduk

yang bekerja pada sektor pertanian jauh lebih banyak jika

dibandingkan dengan sektor-sektor lain seperti pertambangan,

industri pengolahan dan bidang konstruksi. Hal ini menunjukan

bahwa sebagian besar penduduk di Kecamatan Bojong ber

matapencaharian sebagai petani.

66

2.) Agama

Dari sisi sosial keagamaan tercatat mayoritas penduduk di

Kecamatan Bojong beragama islam (99,19%). Adapun sarana

peribadatan tedapat 47 unit mesjid, dan 257 mushala.10

3.) Pendidikan

Fasilitas pendidikan di Kecamatan Bojong relatif lengkap.

Sejumlah sekolah atau madrasah tersebar di seluruh wilayah di

Kecamatan Bojong, Selain Sekolah Negeri ada beberapa

sekolah yang di kelola juga oleh pihak swasta.

Secara ringkas dapat disebutkan bahwa jumlah sekolah

taman kanak-kanak ada 12 unit, sedangkan Sekolah Dasar

terdapat 31 unit sekolah negeri dan 14 unit madrasah ibtidaiyah

yang tersebar di Kecamatan Bojong. Sedangkan untuk sekolah

tingkat menengah masing-masing SMP sebanyak 2 unit, Mts

sebanyak 4 unit, SMA sebanyak 1 unit dan SMK Swasta

sebanyak 2 unit.11

Siswa TK tercatat 595 siswa, siswa SD sebanyak 6.596

siswa, adapus siswa SMP sebanyak 1.473 dan tingkat

SMA/SMK sebanyak 1497 siswa.

4.) Kesehatan

Pelayanan Kesehatan di Kecamamatan Bojong juga di

dukung dengan terdapatnya 2 puskesmas biasa, 2 puskesmas

pembantu dan 6 PKD atau Poliklinik Desa. Jumlah dokter di

Kecamatan Bojong sebanyak 3 orang sehingga rata-rata dokter

pada tiap puskesmas hanya terdapat 1 orang.12

c. Sumber Daya Alam

1.) Pertanian

Sektor pertanian di Kecamatan Bojong merupakan potensi

yang dominan karena pada sektor ini merupakan lapangan

10 BPS Kabupaten Tegal “ Kecamatan Bojong dalam Angka 2015” hal.3611 Ibid, hal 3512 BPS Kabupaten Tegal “ Kecamatan Bojong dalam Angka 2015” hal.35

67

pekerjaan mayoritas penduduk di Kecamatan Bojong. Jenis

pertanian tanaman pangan yang di tanam di Kecamatan Bojong

meliputi padi, jagung, kacang tanah, ubi kayu, ubi jalar,

bawang merah, bawang putih, kentang, wortel dll.

Sebagian besar usaha pertanian padi yang masih bertahan

umumnya karena hasil pertanian tersebut di manfaatkan untuk

keperluan sendiri.

Pada tahun 2014 tercatat luas tanam padi sebesar 2.520 ha

dan luas panen sebesar 2.545 ha dengan produksi 129205 kw

GKG dan tingkat produktivitas mencapai 725 kw/ha.

Sedangkan tanaman jagung dengan luas tanam sebesar 1.623

ha dan luas panen sebesar 1.623 ha dengan produksi 144.217

kw serta produktivitas 1.428 kkw/ha.13

2.) Peternakan

Populasi ternak di Kecamatan Bojong terhitung pada

tahun 2014 untuk kuda sebanyak 20 ekor, sapi dengan jenis

sapi potong sejumlah 969 ekor, kerbau sejumlah 595 ekor,

kambing sejumlah 11.890 ekor. Rata-rata peternak berasal dari

masyarakat ekonomi menengah kebawah sehingga peternakan

di Kecamatan Bojong belum terkelola dengan baik. Sedangkan

untuk ayam kampung yang dikelola oleh rumah tangga

seluruhnya berjumlah 35.117 ekor.14

3.) Perkebunan

Wilayah Kecamatan Bojong yang berada pada ketinggian

700 mdpl (perbukitan) sangat mendukung pada sub sektor

perkebunan, terbukti komoditi teh, kopi, tembakau, lada, tebu

mendominasi hasil perkebunan di Kecamatan Bojong.15

13 Ibid, hal 9514 Ibid, hal 9515 Sistem Informasi Profil Daerah Kecamatan Bojong, Kabupaten Tegal Tahun 2010,

hal.9

68

4.) Kehutanan

Di sub sektor komoditas produksi kehutanan di luar

kawasan hutan produksi kayu sengon dari tahun 2008-2010

cenderung statis yaitu 1.500 m3, begitupun kayu pinus pada

tahun 2008-2010 produksinya mencapai 500 m3.16

2. Kondisi Ekonomi

Kegiatan ekonomi di Kecamatan Bojong merupakan salah satu

pilar pertumbuhan ekonomi di Kabupaten Tegal. Apalagi tempat

wisata pemandian guci yang terkenal dengan air panasnya yang

terletak di Desa Rembul Kecamatan Bojong.

a. Sektor industri

Banyaknya usaha kecil dan menengah kelompok industri

makanan yaitu tahu dan tempe berjumlah 29 buah pengusaha, luas

areal produksi tercatat 41 hektar dengan produksi 177131 m2 dan

tenaga kerja bahan galian golongan C sebanyak 187 orang.17

b. Energi

Banyaknya pedukuhan yang berlistrik PLN sebanyak 83

dukuh dengan jumlah pelanggan 9.659. desa terbanyak dengan

pelanggan sebanyak 1.294 adalah Desa Bojong dan Desa

Sangkanayu, sedangkan Desa terkecil dengan jumlah

pelanggannya sebanyak 229 pelanggan.18

b. Perdagangan

Sebagai daerah yang cukup jauh dari pusat Ibukota

Kabupaten Tegal, sektor perdagangan di Kecamatan Bojong

memiliki fasilitas yang cukup memadai. Pergerakan ekonomi

yang terkonsentrasi di Desa Bojong, mengundang cukup banyak

lembaga keuangan seperti bank, sarana perdagangan seperti toko,

16 Ibid.,17 BPS Kabupaten Tegal “ Kecamatan Bojong dalam Angka 2015” hal.10918 BPS Kabupaten Tegal “ Kecamatan Bojong dalam Angka 2015” hal.110

69

swalayan sedangkan untuk pasar tradisional terdapat 2 buah pasar

umum dan dua buah pasar hewan.19

B. Deskripsi Data

Dalam penelitian yang berjudul “Produktivitas Lahan Sawah dalam

Pemenuhan Kebutuhan Beras Penduduk di Kecamatan Bojong Kabupaten

Tegal” ini, dilakukan di Kecamatan Bojong, Kabupaten Tegal. Adapun

teknik pengumpulan data yang penulis gunakan berupa data Sekunder

yang diperoleh dari Badan Pusat Statistik Kabupaten Tegal.

1. Data Produksi Padi Tahun 2011-2014

Data produksi padi digunakan untuk mengetahui seberapa

besar produksi beras pada lahan pertanian di Kecamatan Bojong pada

tiap tahunnya. Data ini kemudian di konversikan dari padi atau GKG

terhadap beras sebesar 0,65. Data produksi padi ini diperoleh dari BPS

Kabupaten Tegal, data produksi tersebut daat disajikan pada tabel 4.7

Tabel 4.7Produksi Padi di Kecamatan Bojong tahun 2011-2014Tahun Produksi (Ku) Produksi (Ton)

2011 129.472 12.947,2

2012 129.283 12.928,3

2013 129.047 12.904,7

2014 129.205 12.920,5

Sumber: BPS Kabupaten Tegal ”Kecamatan Bojong dalam angka

2012-2015”

Dari tabel 4.7, pada tahun 2011 produksi padi di Kecamatan

Bojong sebesar 12.947,2 ton, pada tahun 2012 sebesar 12.928,3 ton,

pada tahun 2013 sebesar 12.904,7 ton, sedangkan pada tahun 2014

sebesar 12.920,5 ton.

Hal ini menunjukan bahwa Kecamatan Bojong mengalami

penurunan produksi beras, terlihat dari hasil produksi pada tahun 2011

– 2013 walaupun tidak terlalu signifikan sedangkan pada tahun 2014

19 Ibid., hal.117

70

produksi padi di Kecamatan Bojong mengalami peningkatan hasil

produksi sebesar 15,8 ton.

2. Data Jumlah Penduduk Kecamatan Bojong, Tahun 2011 – 2014

Data jumlah penduduk yang diperoleh dari BPS Kabupaten

Tegal digunakan untuk menghitung seberapa besar kebutuhan beras

keseluruhan penduduk di Kecamatan Bojong pada tahun 2011 hingga

tahun 2014, data tersebut kemudian dikalikan dengan kebutuhan beras

per-orang/hr sebesar 342 gr mengacu kepada peraturan menteri

pertanian. Data jumlah penduduk dapat disajikan pada tabel 4.8

Tabel 4.8Jumlah Penduduk di Kecamatan Bojong Tahun 2011-2014

No Desa / Kelurahan Jumlah Penduduk (jiwa)

2011 2012 2013 2014

1 Rembul 8.586 8.972 9.017 9.1072 Dukuhtengah 2.725 2.743 2.757 2.7853 Kedawung 2.817 2.863 2.877 2.9064 Suniarsih 2.121 2.156 2.167 2.1885 Karangmulya 5.509 6.230 6.434 6.4986 Tuwel 8.886 9.156 9.205 9.2987 Bojong 8.705 8.738 8.782 8.8708 Buniwah 3.354 3.425 3.431 3.3619 Lengkong 4.835 4.935 4.960 5.01010 Batunyana 1.743 1.762 1.770 1.78811 Sangkanayu 1.184 1.206 1.212 1.20912 Gunungjati 2.313 2.324 2.336 2.36013 Pucangluwuk 4.229 4.312 4.334 4.37714 Kajenengan 4.548 4.631 4.654 4.70115 Kalijambu 2.387 2.395 2.407 2.43116 Danasari 4.530 4.571 4.579 4.62517 Cikura 4.301 4.358 4.365 4.394

Jumlah 72.773 74.780 75.287 75.908Sumber: BPS Kabupaten Tegal“Kecamatan Bojong dalam angka

2012-2015

Dari tabel 4.8, Jumlah penduduk di Kecamatan Bojong pada

tahun 2011-2014 selalu mengalami peningkatan hal ini akan

berdampak pada berkurangnya lahan pertanian (konversi) menjadi

71

lahan permukiman warga akibatnya akan berdampak pada hasil

komoditi pertanian yang semakin menurun.

3. Data Rata-rata Luas Panen Padi di Kecamatan Bojong Tahun

2011 - 2014

Data rata-rata luas panen padi di Kecamatan Bojong digunakan

untuk menentukan produktivitas rata-rata (ton/ha) padi yang

dihasilkan dari lahan sawah di Kecamatan Bojong. Data rata-rata luas

panen dapat disajikan pada tabel 4.9

Tabel 4.9Luas Panen Padi di Kecamatan Bojong Tahun 2011-2014

No Desa / Kelurahan Luas Panen Padi (ha)2011 2012 2013 2014

1 Rembul 82 80 78 79

2 Dukuhtengah - - - -

3 Kedawung - - - -4 Suniarsih 164 164 164 164

5 Karangmulya 151 151 151 152

6 Tuwel 94 92 89 91

7 Bojong 212 212 212 212

8 Buniwah 184 184 184 184

9 Lengkong 188 188 188 188

10 Batunyana 145 145 145 145

11 Sangkanayu 118 118 118 118

12 Gunungjati 63 63 63 63

13 Pucangluwuk 334 334 334 339

14 Kajenengan 293 295 295 29515 Kalijambu 184 184 184 184

16 Danasari 172 172 172 172

17 Cikura 161 161 161 161

Jumlah 2545 2541 2536 2545Rata-rata 149,7 149,4 149,1 149,7

Sumber: BPS Kab.Tegal” Kecamatan Bojong dalam angka 2012-2015”

Berdasarkan tabel 4.9, terlihat bahwa luas panen padi dari

tahun 2011 hingga tahun 2014 mengalami kondisi yang tidak stabil

dalam artian luas tanamnya tidak tetap, sedangkan luas panen padi

72

dari tahun 2011 hingga 2013 mengalami penurunan sementara pada

tahun 2014 meningkat sebesar 9 ha.

Luas panen padi tersebut dipengaruhi oleh indeks penanaman

padi di Kecamatan Bojong, penanaman padi di Kecamatan Bojong

sangat beragam, ada lahan yang ditanam padi hanya sekali dalam

setahun, adapula lahan yang digunakan 2 kali dalam setahun untuk

budidaya tanaman padi, indeks penanaman ini akan berdampak pada

luas panen pada tiap Desa/Kelurahan yang ada di Kecamatan Bojong.

C. Temuan Hasil Analisis

1. Proyeksi Ketersediaan Beras

Dalam penulisan ini peneliti menggunakan data pertumbuhan

penduduk dan data produksi padi yang di peroleh dari BPS Kabupaten

Tegal, kemudian data-data tersebut diolah dari dua sisi, yaitu sisi

permintaan dan sisi ketersediaan

a. Dari sisi permintaan (demand)

Menghitung Laju pertumbuhan penduduk Kecamatan

Bojong Tahun 2011-2014 berdasarkan jumlah penduduk

Kecamatan Bojong Kabupaten Tegal Tahun 2011-2014. Untuk

menghitung laju pertumbuhan ini digunakan rumus laju

pertumbuhan penduduk secara Geometris:

r = )1/n -1}x100

Dimana Pt : Penduduk Tahun t

Po : Penduduk Tahun Dasar

n : Selisih Tahun dasar dan tahun t

Berdasarkan rumus tersebut, maka dapat dihitung laju pertumbuhan

penduduk seperti pada tabel 4.10 sebagai berikut.

73

Tabel 4.10Perhitungan Laju Pertumbuhan Penduduk Kecamatan Bojong

Tahun 2011-2014

Desa/Kelurahan PendudukTahun 2010

PendudukTahun 2014

LajuPertumbuhan

PendudukRembul 8.586 9.107 1,48Dukuhtengan 2.725 2.785 0,54Kedawung 2.817 2.906 0,78Suniarsih 2.121 2.188 0,78Karangmulya 5.509 6.498 4,21Tuwel 8.886 9.289 1,13Bojong 8.705 8.870 0,47Buniwah 3.354 3.361 0,05Lengkong 4.835 5.010 0,89Batunyana 1.743 1.788 0,63Sangkanayu 1.184 1.209 0,52Gunungjati 2.313 2.360 0,50Pucangluwuk 4.229 4.377 0,86Kajenengan 4.548 4.701 0,83Kalijambu 2.387 2.431 0,45Danasari 4.530 4.625 0,52Cikura 4.301 4.394 0,53

Jumlah 72.773 75.908 15,23rata-rata 4.280,76 4.465,17 0,89

Sumber: Hasil Analisa 2016

Gambar 4.4

Laju Pertumbuhan Penduduk Tahun 2011-2014

Sumber: Hasil Analisa 2016

-50000

0

50000

100000

150000

200000

LajuPertumbuhanPenduduk

Penduduktahun2014

74

` Berdasarkan data tabel 4.10, rata-rata laju pertumbuhan

penduduk Kecamatan Bojong tahun 2011 hingga tahun 2014

sebesar 0,89% atau 0,0089, hal ini menunjukan bahwa terjadi

peningkatan jumlah penduduk dari tahun 2011 hingga 2014, laju

pertumbuhan paling tinggi terdapat pada Desa Karangmulya yaitu

sebesar 4,21% sedangkan Desa yang mengalami laju pertumbuhan

paling sedikit yaitu Desa Buniwah sebesar 0,05%.

Tabel 4.11Jumlah Penduduk Kecamatan Bojong Tahun 2011-2014

Tahun Jumlah Penduduk Keterangan2011 72.773

BerdasarkanData BPS

2012 74.7802013 75.2872014 75.908

Sumber: Hasil Analisa 2016

Berdasarkan jumlah penduduk di Kecamatan Bojong

dengan melihat jumlah penduduk empat tahun terakhir terlihat

bahwa pada tahun 2014 jumlah penduduk di Kecamatan Bojong

mencapai 75.908 jiwa. Dimana mengalami kenaikan walaupun

tidak begitu signifikan dari pengamatan tahun terakhir yaitu tahun

2011 yang hanya mencapai 72.773 jiwa. Kondisi pertumbuhan

jumlah penduduk pada tabel 4.11 tersebut akan membutuhkan

jumlah dan besaran komoditas pertanian sebagai bahan makanan

utama. Seiring dengan pertambahan jumlah penduduk maka

konsekuensi logis yang akan terjadi adalah bertambahnya areal

permukiman yang pada akhirnya akan berdampak pada konversi

lahan yang akan terjadi di Kecamatan Bojong.

Berdasarkan data diatas dapat dilihat prediksi permintaan

atau kebutuhan beras di Kecamatan Bojong sampai dengan tahun

2014. Dalam hal ini, indeks konsumsi beras per tahun di tentukan

dengan mengacu kepada peraturan menteri pertanian sebesar 342

75

gr/orang/hari atau setara dengan 124,89 Kg/Kap/Tahun20 Sehingga

diperoleh hasil yang disajikan pada tabel 4.12 berikut:

Rumus:

Kebutuhan beras total = penduduk hasil proyeksi x indeks

konsumsi beras

Kebutuhan Padi =,

Kebutuhan Luas Panen =,

Tabel 4.12Kebutuhan Beras hingga Tahun 2014

TahunJumlah

Penduduk

IndeksKonsumsi

Beras(Kg/Kap/Thn)

KebutuhanBeras(Ton)

KebutuhanPadi/ GKG

(Ton)

KebutuhanLuas Panen

(Ha)

2011 72.773 124,89 9.088,61 13.982,49 2.752,45

2012 74.780 124,89 9.339,27 14.368,11 2.828,36

2013 75.287 124,89 9.402,59 14.465,52 2.847,54

2014 75.908 124,89 9.480,15 14.584,84 2.871,03Sumber: Hasil Analisis 2016.

Catatan : tingkat konsumsi beras penduduk Kecamatan Bojong adalah

342 gr/kapita setara dengan 124,89 Kg/Kapita, produktivitas rata-rata

padi tahun 2001-2014 sebesar 5,08 ton/ha. Sedangkan indeks konversi

GKG menjadi beras (1kg GKG = 0,65 Kg beras)

Jumlah lahan sawah di Kecamatan Bojong hingga tahun 2014

selama 4 tahun terakhir luas lahan sawah semakin menurun

sehingga produktivitas pertanian juga mengalami penurunan.

Hingga tahun 2014 kebutuhan beras di Kecamatan Bojong

mencapai 9.480,15 ton dengan kebutuhan luas lahan yang harus

tersedia untuk emenuhi kebutuhan penduduk adalah 2.871,03 ha.

20 Ir. Nano Rusono, dkk, “Studi Pendahuluan Rencana Pembangunan Jangka MenengahNasional Bidang Pangan dan Pertanian 2015-2019” (Jakarta, Direktorat Pangan dan Pertanian,Bappenas, 2013) hal.109

76

Sedangkan prediksi jumlah produksi sawah GKG dalam ton di

Kecamatan Bojong tahun 2014 sebesar 14.584,84 ton.

b. Dari sisi Ketersediaan (supply)

1.) Untuk menghitung produksi padi dan produksi beras

digunakan rumus sebagai berikut:

Total produksi padi (ton) = Luas lahan padi sawah (Ha)

x IP x produktivitas padi (ton/ha).

Total produksi beras (Ton) = Total Produksi Padi / GKG

(Ton) x Indeks konversi padi ke Beras.

Tabel 4.13Produksi Beras di Kecamatan Bojong Tahun 2011-2014

Sumber: Hasil analisa 2016

Produksi padi di Kecamatan Bojong pada tahun 2014

dalam mencapai 12.920,50 ton, sedangkan produksi berasnya

akan mencapai 8.398,32 ton, dimana faktor konversi lahan

dihitung 0,65 persen dengan luas lahan dianggap tetap yaitu

2.244,00 ha.

Pertambahan penduduk merupakam suatu hal yang sulit

untuk dihindari. Jumlah penduduk yang semakin meningkat

telah berakibat pada peningkatan kebutuhan sehari-hari

termasuk kebutuhan pangan, begitupun dengan perubahan

penggunaan lahan pertanian ke non-pertanian dapat

menyebabkan berkurangnya ketersediaan lahan pertanian

pangan. Ini terlihat jelas pada kedua tabel 4.13

Tahun

LuasLahanSawah(Ha)

ProduksiPadi/ GKG

(Ton)

FaktorKonversi

Beras(Kg)

ProduksiBeras(Ton)

Keterangan

2011 2.246,00 12.947,20 0,65 8.415,68Berdasarkan Data BPSTahun 2011-

2014

2012 2.244,00 12.928,30 0,65 8.403,39

2013 2.244,00 12.904,70 0,65 8.388,05

2014 2.244,00 12.920,50 0,65 8.398,32

77

Perbandingan supply dan demand beras Kecamatan

Bojong dari tahun 2011 sampai 2014 dimana laju pertumbuhan

penduduk dari tahun 2011-2014 yaitu 0,89% dan luas lahan

sawah mengalami perubahan atau terjadi konversi lahan sawah

begitu juga dengan tingkat konsumsi beras per kapita yang tetap

yaitu 342 gr/org/perhari atau setara dengan 124,89 kg/tahun

diketahui bahwa Kecamatan Bojong sampai dengan tahun 2014,

ketersediaan pangan dalam hal ini beras megalami defisit

sebanyak 1.081,83 ton, hal ini berarti Kecamatan Bojong belum

bisa memenuhi kebutuhan beras penduduknya.

Kecenderungan selisih supply dan demand beras di

Kecamatan Bojong yang semakin mengecil yang diperlihatkan

oleh tabel 4.12 dan 4.13 kebutuhan pangan dalam hal ini beras

yang mengindikasikan bahwa Kecamatan Bojong memiliki

kerentanan terhadap ketahanan pangannya, untuk mengatasi hal

tersebut maka diperlukan strategi untuk menjaga dan mengatasi

masalah ketahanan pangan yang ada di Kecamatan Bojong.

2. Menunjukan tingkat produktivitas lahan sawah dalam pemenuhan

kebutuhan beras penduduk.

Untuk menghitung produktivitas lahan sawah digunakan rumus:

Supply Beras = Dengan asumsi bahwa:

a. Jika total supply < 0,124 ton/org/tahun atau setara dengan 342

gr/org/hari, maka dapat dikatakan Kecamatan Bojong mengalami

defisit dalam pemenuhan kebutuhan pangan (beras) penduduk.

b. Jika total supply = 0,124 ton/org/tahun atau setara dengan 342

gr/org/hari, maka dapat dikatakan Kecamatan Bojong mengalami

optimal dalam pemenuhan kebutuhan pangan (beras) penduduk.

c. Jika total supply > 0,124 ton/org/tahun atau setara dengan 342

gr/org/hari, maka dapat dikatakan Kecamatan Bojong mengalami

surplus dalam pemenuhan kebutuhan pangan (beras) penduduk.

78

Tabel 4.14Produktivitas Lahan Sawah

TahunX Y Y/X

KeteranganJumlahPenduduk

ProduksiBeras/supply(Ton)

Konsumsifisik berasminimun /

tahun (Ton)

Supplyberas(Ton)

2011 72.773 8.415,68 0,124 0,115 Defisit2012 74.780 8.403,39 0,124 0,112 Defisit2013 75.287 8.388,05 0,124 0,111 Defisit2014 75.908 8.398,32 0,124 0,110 Defisit

Sumber: Hasil Analisa 2016

Berdasarkan tabel 4.15, terlihat bahwa ketersediaan beras di

Kecamata Bojong berada dibawah angka konsumsi beras

minimum, sehingga dapat dikatakan Kecamatan Bojong

mengalami defisit dalam Pemenuhan Kebutuhan Beras

Pendudukya, hal ini terjadi karena meningkatnya jumlah penduduk

yang berdampak pada konversi lahan pertanian, selain itu

perubahan lahan sawah padi menjadi lahan budidaya sayuran juga

berdampak pada produktivitas lahan sawah. Selain data diatas

produktivitas lahan sawah juga dapat dilihat berdasarkan daya

dukung lahan pertanian, dengan rumus sebagai berikut:

α =

Keterangan :

α = daya dukung lahan

X = luas lahan yang tersedia untuk budidaya tanaman

pangan/padi (X dicari dengan menggunakan rumus)

X =

k = luas lahan yang diperlukan untuk swasembada pangan.

(k dicari dengan rumus)

k = /

79

Konsumsi Fisik Minimal sebesar 342 gr/orang/hari atau setara

dengan 124,89 kg/orang/tahun.

Dengan asumsi sebagai berikut:

a. α > 1, berarti wilayah tersebut mampu swasembada pangan

dalam arti jumlah penduduknya di bawah jumlah penduduk

optimal.

b. α < 1, berarti wilayah tersebut tidak mampu swasembada

pangan dalam arti jumlah penduduknya telah melampaui

jumlah penduduk optimal.

c. α = 1, berarti wilayah tersebut memiliki daya dukung yangoptimal.

Tabel 4.15Daya Dukung Lahan Sawah Kecamatan Bojong Tahun

2011-2014Tahun Luas

Lahanyangtersedia(X)

Luas Lahanyangdiperlukan(k)

DayaDukungLahan(α)

Keterangan

2011 0,034 0,037 0,91 α < 12012 0,033 0,037 0,89 α < 12013 0,033 0,037 0,89 α < 12014 0,033 0,037 0,89 α < 1

Sumber: Sumber Analisis 2016

Pada tabel 4.16, terlihat bahwa daya dukung lahan pertanian

di Kecamatan Bojong tahun 2011-2014 nilai α menunjukan kurang

dari 1 (α < 1) yang berarti Kecamatan Bojong sudah tidak mampu

swasembada pangan, yang artinya jumlah penduduknya telah

melampaui jumlah penduduk Optimal. Hal tersebut juga akan

berdampak pada Produktivitas lahan sawah yang telah dinilai

defisit

D. Pembahasan Produktivitas Lahan Sawah dalam Pemenuhan

Kebutuhan Beras Penduduk di Kecamatan Bojong Kabupaten Tegal

Produktivitas ialah kemampuan tanah untuk menghasilkan

produksi tanaman tertentu dalam keadaan pengolahan tanah tertentu, tanah

80

yang produktif ialah tanah yang dapat menghasilkan tanaman dengan baik

dan menguntungkan. Produktivitas lahan dapat dipengaruhi oleh banyak

faktor yang dapat menurunkan hasil produksi pertanian antara lain luas

lahan, kondisi irigasi, iklim, jenis tanah dan unsur hara yang ada didalam

tanah. Sedangkan pengertian kebutuhan menurut KBBI adalah sesuatu hal

yang dibutuhkan.21

Beras merupakan suatu hal yang dibutuhkan oleh masyarakat

sebagai bahan pangan utama dalam kehidupan sehari-hari. Beras adalah

pangan utama masyarakat Indonesia, pada umumnya beras berwarna putih

namun adapula beras yang berwarna merah, tanaman yang menghasilkan

beras ialah tanaman padi yang termasuk dalam kelompok rerumputan.

Kebutuhan beras akan terus bertambah seiring dengan meningkatnya laju

pertumbuhan penduduk.

Pada penelitian produktivitas lahan sawah dalam pemenuhan

kebutuhan beras penduduk di Kecamatan Bojong, Kabupaten Tegal yang

dilaksanakan pada bulan november 2015 sampai dengan september 2016

dengan menggunakan teknik pengambilan data melalui data sekunder

yaitu data-data yang diperoleh dari Badan Pusat Statistik Kabupaten Tegal.

Pada pengamatan yang dilakukan penulis berdasarkan data yang

telah diperoleh dari BPS Kabupaten Tegal, pada studi pendahuluan penulis

mendapatkan fakta bahwa jumlah penduduk di Kecamatan Bojong dari

tahun 2011-2014 telah mengalami peningkatan, ini akan berdampak pada

meningkatnya pula kebutuhan pangan dalam hal ini beras yang menjadi

pangan pokok penduduk di Kecamatan Bojong

Setelah data diperoleh penulis melakukan analisis untuk mengetahui

berapa produksi beras di Kecamatan Bojong dari tahun 2011 hingga tahun

2014 dan bagaimana tingkat produktivitas lahan sawah yang ada di

Kecamatan Bojong.

21 Tim Penyusun Kamus Pusat Pembinaan dan Pengembangan Bahasa, “Kamus BesarBahasa Indonesia” Departemen Pendidikan dan Kebudayaan : Balai Pustaka, Edisi kedua, hal.161

81

Dari hasil perhitungan yang penulis lakukan, dihasilkan bahwa

penduduk di Kecamatan Bojong dari tahun 2011-2014 memiliki laju

pertumbuhan sebesar 0,89% yang artinya telah terjadi peningkatam jumlah

penduduk. Sementara itu angka konsumsi fisik penduduk menurut

Direktorat Pangan dan Pertanian sebesar 342 gr/orang/hari.

Dari sisi permintaan atau kebutuhan beras tahun 2011-2014, dapat

dihitung berdasarkan jumlah penduduk dan angka konsumsi fisik masing-

masing sebesar 9.088,61 ton, 9.339,27 ton, 9.402,59 ton dan 9.480,15 ton.

Sementara hasil perhitungan dari sisi ketersediaan atau produksi beras di

Kecamatan Bojong pada tahun 2011-2014 masing-masing sebesar

8.415,68 ton, 8.403,39 ton, 8.388,05 ton dan 8.398,32 ton.

Dari perhitungan diatas jika kita bandingkan antara kebutuhan

dengan ketersediaan, Kecamatan Bojong mengalami defisit yang artinya

bahwa angka kebutuhan beras di Kecamatan Bojong tahun 2011-2014

berada dibawah angka kebutuhan atau permintaan.

Selanjutnya jika dilihat dari tingkat produktivitas lahan sawah

tahun 2011-2014 berdasarkan produksi beras atau ketersediaan

menunjukan bahwa Kecamatan Bojong mengalami defisit dengan

ketersediaan masing-masing sebesar 0,115 ton, 0,112 ton, 0,111 ton dan

0,110 ton, angka tersebut berada di bawah angka konsumsi fisik minimum

penduduk Kecamatan Bojong sebesar 0,124 atau setara dengan 342

gr/orang/hari.

Produktivitas berdasarkan daya dukung lahan pertanian juga

mengalami defisit, nilai α menunjukan kurang dari 1 (α < 1) yang berarti

Kecamatan Bojong sudah tidak mampu swasembada pangan, yang artinya

jumlah penduduknya telah melampaui jumlah penduduk Optimal.

Dan yang terakhir, dari hasil perhitungan secara manual dapat

dilihat dari hasil pengurangan antara produksi atau ketersediaan dengan

konsumsi atau kebutuhan beras, dan dihasilkan bahwa

ketersediaan/produksi < Kebutuhan atau Konsumsi, dengan demikian

Kecamatan Bojong dalam tentan waktu tahun 2011-2014 mengalami

82

defisit beras, hal ini sejalan dengan teori vadinicum dalam Muhammad

Wahed yang disebutkan bahwa produksi padi pada dasarnya bergantung

pada dua variabel yaitu luas lahan dan hasil per hektar, jika luas panen

atau produktivitas persatuan luas mengalami peningkatan yang pada

gilirannya secara otomatis akan meningkatkan Kesejahteraan Penduduk

dalam hal ini kebutuhan berasnya akan terpenuhi.

Produktivitas lahan sawah dalam pemenuhan kebutuhan beras

penduduk di Kecamatan Bojong masih mengalami defisit, hal ini perlu

ditingkatkan karena jika hal ini terus dibiarkan maka Kecamatan Bojong

akan mengalami bencana kelaparan dan akan terus menerus mengandalkan

impor beras dari wilayah atau Kecamatan lain di Kabupaten Tegal, peran

pemerintah juga sangat diandalkan dalam memberikan penyuluhan kepada

petani-petani di Kecamatan Bojong terkait dampak rendahnya

produktivitas lahan dalam upaya pemenuhan kebutuhan pangan dalam hal

ini adalah beras.

Rendahnya produktivitas mengakibatkan banyak warga di

Kecamatan Bojong dalam pemenuhan kebutuhan berasnya yang masih

mengandalkan beras raskin dari luar daerah terlihat dari Data BPS

Kecamatan Bojong, hal ini diperlukan upaya dari pemerintah setempat

untuk meingkatkan kualitas lahan sawah dengan melalui program

intensifikasi dan penyuluhan kepada masyarakat agar dapat meningkatkan

produksi padi sehingga masyarakat tidak mengandalkan impor beras dari

luar daerah.

83

83

BAB V

KESIMPULAN, IMPLIKASI DAN SARAN

A. Kesimpulan

Berdasarkan pembahasan pada Bab sebelumnya, maka dapat

ditarik kesimpulan bahwa:

1. Kecamatan Bojong dalam rentan waktu Tahun 2011-2014 mempunyai laju

pertumbuhan penduduk sebesar 0,89% atau 0,0089 , hal ini menunjukan

bahwa telah terjadi peningkatan jumlah penduduk dari Tahun 2011 hingga

Tahun 2014, sedangkan untuk Produksi beras berdasarkan perhitungan Hasil

Analisa data produksi padi yang berasal dari Data BPS yang kemudian

dikonversi sebesar 0,65 menjadi beras, sehingga dapat diketahui produksi

beras masing-masing untuk Tahun 2011 sebesar 8.415,68 ton atau setara

dengan 8.415.680 kg, pada tahun 2012 sebesar 8.403,39 ton atau 8.403.390

kg, pada tahun 2013 sebesar 8,388,05 ton atau 8.388.050 kg, dan untuk tahun

2014 berproduksi sebesar 8.398,32 ton atau 8.398.320 kg.

2. Tingkat produktivitas lahan sawah di Kecamatan Bojong berdasarkan hasil

analisa terlihat bahwa kebutuhan beras per-orang/tahun berada dibawah angka

konsumsi fiksik minimum beras sebesar 124,89 kg/orang/tahun yang berarti

bahwa produktivitas lahan sawah di Kecamatan Bojong mengalami defisit,

sementara produktivitas lahan sawah jika dilihat dari daya dukung lahan

pertanian juga mengalami defisit, terlihat dari hasil analisa daya dukung lahan

sawah bahwa Daya dukung lahan pertanian di Kecamatan Bojong tahun 2011-

2014 nilai α masing-masing menunjukan angka 0,91 pada tahun 2011, angka

0,89 pada tahun 2012, angka 0,89 pada tahun 2013 dan angka 0,89 pada tahun

2014 yaitu menunjukan angka kurang dari 1 (α < 1) yang berarti Kecamatan

Bojong sudah tidak mampu swasembada pangan, yang artinya jumlah

penduduknya telah melampaui jumlah penduduk Optimal. Hal tersebut juga

akan berdampak pada Produktivitas lahan sawah yang telah dinilai Defisit.

84

B. Implikasi

Rendahnya Produksi beras di Kecamatan Bojong memberikan

implikasi terhadap pengelolaan sumber daya alam, lahan sawah harus di

optimalkan dengan baik sebab jika tidak maka akan banyak warga di

Kecamatan Bojong yang akan kehilangan mata pencaharian sebagai

petani, kemudian memberikan evaluasi terhadap pemerintah setempat

untuk mengadakan penyuluhan pertanian kepada masyarakat, selain itu

memberikan kesadaran kepada masyarakat agar lahan sawah harus

dimanfaatkan dengan baik guna meningkatkan produktivitasnya.

C. SaranKetahanan pangan adalah kondisi dimana terpenuhinya kebutuhan

pangan bagi rumah tannga yang tercermin dari produktivitas, ada

beberapa strategi ketahanan pangan yang bisa ditempuh oleh pemerintah

Kecamatan Bojong Kabupaten Tegal untuk mengatasi masalah pangan,

dalam hal ini maka produktivitas pertanian akan meningkat, antara lain:

1. Meningkatkan program intensifikasi pada lahan pertanian yang telah

dilakukan dengan tujuan agar produktivitas lahan pertanian dapat

meningkat.

2. Meningkatkan pengetahuan dan keterampilan petani dalam sistem

penyuluhan agar kondisi ini mampu meningkatkan produksi hasil

pertanian.

3. Persoalan meningkatnya laju pertumbuhan penduduk menyebabkan

antara kebutuhan konsumsi padi dan produksi padi semakin berkurang,

maka perlu penanganan terhadap konversi lahan pertanian.

4. Penyediaan dan pemeliharaan kondisi irigasi dan sarana produksi di

beberapa Desa di Kecamatan Bojong akan meningkatkan frekuensi

tanam dan produktivitas lahan.

5. Mengoptimalkan pemanfaatan sumber daya lahan agar lebih produktif

dan lestari baik secara kualitas maupun kuantitas

DAFTAR PUSTAKA

Buku:

Bachrun, Tim Karya Nyata : Pertanian Terpadu dan Agribisnis, Ciputat : Intelektifa Pustaka,2007.

Basri Jumin, Hasan. Dasar-Dasar Agronomi. Jakarta : Rajawali Pers, 2012.

D.Sastrapradja, Setijati, Perjalanan Panjang Tanaman Indonesia, Jakarta : Yayasan pustakaobor indonesia, 2012.

Koeswara, Soetrisno. Teknologi Pengolahan Beras Teori dan Praktik, E-bookpangan.com,2009.

Mega, I Made. Klasifikasi Tanah dan Kesesuaian Lahan, Denpasar : Universitas Udayana,2010.

Munawar, Ali. Kesuburan Tanaman dan Nutrisi Tanaman, Bogor : IPB Press, 2011.

Noor Ardiansyah, Andri. Klimatologi Umum, Jakarta : Uin Jakarta Press, 2014.

Nur Mala, Tati. Pengantar Ilmu Pertanian.Yogyakarta: Graha Ilmu, 2014.

Purwanto Peran pembangunan ketahanan pangan (Jakarta, Lembaga ilmu pengetahuanIndonesia LIPI, Pusat Penelitian Ekonomi, 2010

Seokartiwi, Ilmu Usahatani, Jakarta : UI Press, 1986

Soetriono. Pengantar Ilmu Pertanian. Malang,: Banyu Media Publishing

Sulistyaningsih, Metodologi Penelitian Kuantitatif-Kualitatif, Yogyakarta, Graha Ilmu, 2011

Tambunan, Tulus. Pembangunan Pertanian dan Ketahanan Pangan., Jakarta, UI Press, 2010

Tim Penyusun Kamus Pusat Pembinaan dan Pengembangan Bahasa, “Kamus Besar BahasaIndonesia” Departemen Pendidikan dan Kebudayaan : Balai Pustaka, Edisi kedua

Triharso, Dasar-Dasar Perlindungan Tanaman, Yogyakarta : Gajah Mada University Press,2010.

Yuwono, Tribowo. Pembangunan Pertanian. Yogyakrta: Gadjah Mada University Press,2011

Jurnal:

Maswirahmah, Jurnal Fasilitator: Arahan Perencanaan Ketahanan Pangan di KabupatenSoppeng, PPSP Kabupaten Soppeng, 2012.

Prok, Kristovel. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Pertumbuhan Ekonomi Sulawesi UtaraSelama Periode Otonomi D2001-2013, jurnal FEB: Universitas Sam Ratulangi,2015

Ridwan, Azwir. Peningkatan Produktivitas Padi Sawah dengan Perbaikan TeknologiBudidaya, (Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Sumatera Barat, 2009)

Roseline, Herliana, Kajian Pemanfaatan Irigasi Air Tanah pada Sawah Tadah HujanTanaman Padi Metode SRI di Desa Girimukti, Kabupaten Bandung Barat, ProvinsiJawa Barat, Bogor: Jurnal ITB, 2009.

Rusono, Nano, dkk, “Studi Pendahuluan Rencana Pembangunan Jangka Menengah NasionalBidang Pangan dan Pertanian 2015-2019” (Jakarta, Direktorat Pangan danPertanian, Bappenas, 2013)

Yuamtari, MG Catur, Tingkat Pengetahuan Petani dalam Menggunakan Pestisida (StudiKasus di Desa Curut Kecamatan Penawangan Kabupaten Grobogan , Knowledgelevel of farmers in the Use of Pesticides (Case Study in Village Curut PenawanganDistrict, Grobogan), Jurnal, 2013.

Skripsi/Tesis:

Agustina Fitriani, Arie. Analisa Daya Dukung Lahan Pertanian dan Tekanan Penduduk(Studi Kasus Kabupaten Provinsi Jawa Timur, Tahun 2013), Surakarta, Skripsi,Universitas Sebelas Maret, 2005 (dipublisasikan)

Hassie, Retna “Analisis Produksi dan Konsumsi Beras dalam Negeri serta Implikasinyaterhadap Swasembada Beras di Indonesia” Skripsi Fakultas Ekonomi danManajement, IPB 2009

Indriyani, Febri. “Hubungan Partisipasi Petani dalam Kelompok Tani dengan ProduktivitasUsaha Tani Padi Sawah (Studi Kasus di Kelompok Tani Saluyu, Desa Ciasihan,Kecamatan Pamijahan, Kabupaten Bogor)”, Skripsi FMIPA UIN Jakarta, Jakarta,2014. (tidak dipublisasikan)

Mahadi, I Made, Faktor-faktor yang mempengaruhi konversi lahan pertanian sertadampaknya terhadap kesejahteraan petani ( studi kasus di subak jadi, kecamatankediri, tabanan ),” Tesis

Mandasari, Sutra, Hubungan Peran Kelompok Tani Dengan Produktivitas Usahatani BenihPadi, Jakarta: Skripsi Fakultas Sains dan Teknologi, Uin Jakarta, 2014. Tidakdipublikasikan

Meiliza, Rika, “Pengaruh Pupuk terhadap Optimasi Produksi Padi Sawah di Kabupaten DeliSerdang,” Skripsi Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara, 2006,

Mulyadi, Pengaruh Kondisi Sosial Ekonomi terhadap Pengetahuan Masyarakat TentangDampak konversi Lahan di Desa Babakan Kecamatan Ciseeng, Kabupaten Bogor,Skripsi UIN Jakarta, 2016

Instansi:

Badan Pusat Statistik (BPS) “Kecamatan Bojong dalam Angka 2012” Tegal :2012.

Badan Pusat Statistik (BPS) “Kecamatan Bojong dalam Angka 2013” Tegal :2013.

Badan Pusat Statistik (BPS) “Kecamatan Bojong dalam Angka 2014” Tegal :2014.

Badan Pusat Statistik (BPS) “Kecamatan Bojong dalam Angka 2015” Tegal :2015.

Sistem Informasi Profil Daerah Kecamatan Bojong, Kabupaten Tegal Tahun 2010,

Internet:

www.tegalkab.go.id “ Gambaran Umum Kondisi Daerah

.

LAMPIRAN-LAMPIRAN

Lampiran 1

Jumlah Penduduk Kecamatan Bojong Tahun 2011-2014

No Desa /Kelurahan

Jumlah Penduduk (jiwa)

2011 2012 2013 2014

1 Rembul 8586 8972 9017 91072 Dukuhtengah 2725 2743 2757 27853 Kedawung 2817 2863 2877 29064 Suniarsih 2121 2156 2167 21885 Karangmulya 5509 6230 6434 64986 Tuwel 8886 9156 9205 92987 Bojong 8705 8738 8782 88708 Buniwah 3354 3425 3431 33619 Lengkong 4835 4935 4960 501010 Batunyana 1743 1762 1770 178811 Sangkanayu 1184 1206 1212 120912 Gunungjati 2313 2324 2336 236013 Pucangluwuk 4229 4312 4334 437714 Kajenengan 4548 4631 4654 470115 Kalijambu 2387 2395 2407 243116 Danasari 4530 4571 4579 462517 Cikura 4301 4358 4365 4394

Jumlah 72773 74780 75287 75908Sumber: BPS Kabupaten Tegal“Kecamatan Bojong dalam angka 2012-2015”

Lampiran 2

Luas Panen Padi di Kecamatan Bojong Tahun 2011-2014

Tabel 4.9

Luas Panen Padi di Kecamatan Bojong Tahun 2011-2014

No Desa /

Kelurahan

Luas Panen Padi (ha)

2011 2012 2013 2014

1 Rembul 82 80 78 79

2 Dukuhtengah - - - -

3 Kedawung - - - -

4 Suniarsih 164 164 164 164

5 Karangmulya 151 151 151 152

6 Tuwel 94 92 89 91

7 Bojong 212 212 212 212

8 Buniwah 184 184 184 184

9 Lengkong 188 188 188 188

10 Batunyana 145 145 145 145

11 Sangkanayu 118 118 118 118

12 Gunungjati 63 63 63 63

13 Pucangluwuk 334 334 334 339

14 Kajenengan 293 295 295 295

15 Kalijambu 184 184 184 184

16 Danasari 172 172 172 172

17 Cikura 161 161 161 161

Jumlah 2545 2541 2536 2545

Rata-rata 149,7 149,4 149,1 149,7

Sumber: BPS Kabupaten Tegal” Kecamatan Bojong dalam angka

2012-2015”

Lampiran 3

Laju Pertumbuhan Penduduk Kecamatan Bojong Tahun 2011-2014

Desa/Kelurahan PendudukTahun 2010

PendudukTahun 2014

LajuPertumbuhan

PendudukRembul 8.586 9.107 1,48Dukuhtengan 2.725 2.785 0,54Kedawung 2.817 2.906 0,78Suniarsih 2.121 2.188 0,78Karangmulya 5.509 6.498 4,21Tuwel 8.886 9.289 1,13Bojong 8.705 8.870 0,47Buniwah 3.354 3.361 0,05Lengkong 4.835 5.010 0,89Batunyana 1.743 1.788 0,63Sangkanayu 1.184 1.209 0,52Gunungjati 2.313 2.360 0,50Pucangluwuk 4.229 4.377 0,86Kajenengan 4.548 4.701 0,83Kalijambu 2.387 2.431 0,45Danasari 4.530 4.625 0,52Cikura 4.301 4.394 0,53

Jumlah 72.773 75.908 15,23rata-rata 4.280,76 4.465,17 0,89

Sumber: Hasil Analisa 2016

Grafik Laju Pertumbuhan Penduduk Kecamatan Bojong Tahuan 211-2014

-20000

0

20000

40000

60000

80000

100000

120000

140000

160000

LajuPertumbuhanPenduduk

Penduduktahun2014

Penduduktahun2010

Lampiran 4

Data Produktivitas Rata-rata padi (Ton/Ha) Tahun 2011-2014

Tahun Luas Panen(Ha)

Produksi(Ton)

Produktivitas (Ton/Ha)

2011 2545 12947,2 5,0873084482012 2541 12928,3 5,0878787882013 2536 12904,7 5,0886041012014 2545 12920,5 5,076817289

Rata-Rata 5,085152156Keterangan: Data Produktivitas Rata-rata dihasilkan dari Total Produksi (Ton)pada tiap tahun dibagi dengan Luas panen (Ha)

Lampiran 5

Data Indeks Penanaman Padi (IP)

Desa/KelurahanSatu kali /

tahunDua kali/

tahunJumlah Luas Tanam

(Tetap)Luas Tanam 1

TahunIndeks

PenanamanRembul 128 13 141 154 1,092198582Dukuh Tengah 0 0 0 0 0Kedawung 2 0 2 2 1Suniarsih 2,5 68 70,5 138,5 1,964539007Karangmulya 74 135 209 344 1,645933014Tuwel 163 17 180 197 1,094444444Bojong 140 25 165 190 1,151515152Buniwah 76 43 119 162 1,361344538Lengkong 67 120 187 307 1,64171123Batunyana 25 74 99 173 1,747474747Sangkanayu 15 44 59 103 1,745762712Gunungjati 22 40 62 102 1,64516129Pucangluwuk 52 108 160 268 1,675Kajenengan 39 80 119 199 1,672268908Kalijambu 79 10 89 99 1,112359551Danasari 132 16 148 164 1,108108108Cikura 88 12 100 112 1,12

Jumlah 1104,5 805 1909,5 2714,5 1,421576329

Lampiran 6

Tabel Produktivitas Lahan Sawah berdasarkan Hasil Analisa 2016

Produktivitas Lahan Sawah

TahunX Y Y/X

KeteranganJumlahPenduduk

ProduksiBeras/supply(Ton)

Konsumsifisik berasminimun /

tahun (Ton)

Supplyberas(Ton)

2011 72.773 8.415,68 0,124 0,115 Defisit2012 74.780 8.403,39 0,124 0,112 Defisit2013 75.287 8.388,05 0,124 0,111 Defisit2014 75.908 8.398,32 0,124 0,110 Defisit

Sumber: Hasil Analisa 2016

Lampiran 7

Data Kebutuhan Beras dari tahun 2011-2045

TahunJumlah

PendudukIndeks Konsumsi

Beras(Kg/Kap/Thn)

KebutuhanBeras (Ton)

KebutuhanPadi/ GKG

(Ton)

Kebutuhan LuasPanen (Ha)

2011 72773 124,89 9088,61997 13982,49226 2752,4591072012 74780 124,89 9339,2742 14368,11415 2828,3689282013 75287 124,89 9402,59343 14465,52835 2847,5449522014 75908 124,89 9480,15012 14584,84634 2871,032744

Catatan: Data Kebutuhan Beras ini diperoleh berdasarkan hasil proyeksi Jumlah Penduduk yang dikalikan dengan angkakonsumsi fisik sebesar 124,89 Kg/Kap/Thn, yang kemudian dari hasil tersebut dapat juga diketahui Kebutuhan padinyaberdasarkan nilai penyusutan padi ke beras sebesar 0,65, dan juga dapat diketahui Kebutuhan luas panennya berdasarkanProduksi rata-rata tahun 2011-2014 sebesar 5,08 Ton/Ha.

Lampiran 8

Data Produksi Beras (Diolah)

Tahun LuasPanen

Produksi Beras(Ton)

Produksi Beras(Ton/ha)

2011 2.545 8.415,68 3,306750491

2012 2.541 8.403,39 3,307119244

2013 2.536 8.388,05 3,307590694

2014 2.545 8.398,32 3,299929273

Rata-rata 2.542 8.401 3

Luas Lahan yang Tersedia untuk Budidaya Tanaman Padi

Tahun Luas Panen(Ha)

JumlahPenduduk

Luas Lahan yangTersedia untukBudidaya Padi

2011 2.545 72.773 0,034971762

2012 2.541 74.780 0,033979674

2013 2.536 75.287 0,033684434

2014 2.545 75.908 0,033527428

Rata-rata 2.542 74.687 0,03

Luas Lahan yang diperlukan untuk Swasembada Pangan

TahunKonsumsi

FisikMinimum

(Ton)

Produksi BerasRata-rata(Ton/Ha)

Luas Lahan yangdiperlukan Untuk

Swasembada Pangan(Ha)

2011 0,124 3,3 0,037575758

2012 0,124 3,3 0,037575758

2013 0,124 3,3 0,037575758

2014 0,124 3,29 0,03768997

Rata-rata 0,124 3,2975 0,037604311

Daya Dukung Lahan Pertanian Padi

Daya Dukung Lahan Sawah Kecamatan Bojong tahun 2011-2014

Tahun Luas Lahanyang tersedia(X)

Luas Lahanyangdiperlukan(k)

DayaDukungLahan(α)

Keterangan

2011 0,034 0,037 0,91 α < 12012 0,033 0,037 0,89 α < 12013 0,033 0,037 0,89 α < 12014 0,033 0,037 0,89 α < 1

Sumber: Sumber Analisis 2016

Lampiran 9

Surplus/Defisit = PBt - KBt

Dimana: PBt = Produksi Beras pada tahun ke t

KBt = Kebutuhan atau Konsumsi Beras pada tahun ke t

Dengan demikian maka didapat hasil sebagai berikut:

Tahun

Kebutuhan Beras(Ton)

Ketersediaan Beras(Ton) PBt - KBt

KBt PBt2011 9.088,61 8.415,68 -672,932012 9.339,27 8.403,39 -935,882013 9.402,59 8.338,05 -1.064,542014 9.480,15 8.398,32 -1.081,83

Hasil Analisa 2016

DOKUMENTASI

Lahan sawah Lahan sawah

Lahan sawah yang dijadikanpemukiman

Lahan sawah yang dijadikan sebagaipemukiman, dan lahan sawah di

Kecamatan Bojong juga didominasi olehsayuran

Padi hampir panen Padi baru tanam

Lahan sawah Lahan sawah pada topografibergelombang

Lahan sawah untuk budidaya sayuran Lahan sawah

Lahan sawah untuk budidaya padi Lahan sawah untuk budidaya padi

BIOGRAFI PENULIS

Aniszul Fuad, lahir di Tegal, pada tanggal 07 juli 1993. Bertempat

tinggal di Ds. Cikura, Kecamatan Bojong, Kabupaten Tegal, Merupakan Anak ke

lima dari Alm Bpk Sayat dan Almh Ibu Sukinah dan dibesarkan oleh Bpk Pahluri

dan Ibu Nur Qomariyah.

Pendidikan formal yang ditempuh ialah mulai dari sekolah dasar di SD

Negeri Cikura 02, melanjutkan ke sekolah menengah pertama di MTs Al-Azhar

Tuwel, melanjutkan sekolah menengah atas di MAN Babakan Lebaksiu (MAN 1

Tegal), dan melanjutkan Perguruan Tinggi di Universitas Islam Negeri (UIN)

Syarif Hidayatullah Jakarta, pada Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan, Jurusan

Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial/Konsentrasi Geografi..

Penulis juga memiliki pegalaman di berbagai organisasi seperti pada HMJ

Pendidikan IPS periode 2012-2013, Ikatan Mahasiswa Tegal (IMT) Ciputat tahun

2012 hingga sekarang, dan Pergerakan Mahasiswa Islam Indonesia (PMII).

Penulis juga begabung ke dalam Ikatan Mahasiswa Geografi Indonesia (Imahagi)

Region 2 (Jakarta, Banten, Jawa Barat) dan Imahagi Komisariat UIN Jakarta,

Penulis juga pernah menjadi tutor dan tenaga pengajar di beberapa instansi.