Hama Keong Mas di Lahan Padi Sawah

14
PROBLEMATIKA REKAYASA BUDIDAYA TANAMAN Hama Keong Mas di Lahan SawahOleh : Kelompok III Inayatul Lutfi (20110210047) Program Studi Agroteknologi Fakultas Pertanian Universitas Muhammadiyah Yogyakarta 2011

Transcript of Hama Keong Mas di Lahan Padi Sawah

PROBLEMATIKA

REKAYASA BUDIDAYA TANAMAN

“Hama Keong Mas di Lahan Sawah”

Oleh :

Kelompok III

Inayatul Lutfi (20110210047)

Program Studi Agroteknologi

Fakultas Pertanian

Universitas Muhammadiyah Yogyakarta

2011

I. Kasus

Guna meningkatkan produktivitas tanaman padinya, petani di wilayah Kasihan,

Bantul sudah terbiasa menanam padi mencoba mengikuti petunjuk dari Penyuluhan Pertanian

Lapangan (PPL) menggunakan bibit berumur muda dengan penanaman tunggal dan jarak

tanam lebar. Daerah tersebut sebenarnya mempunyai sistem irigasi yang baik namun petani

menjaga kelengasan tanahnya dengan tidak tergenang dan hanya macak-macak atau lembab

saja. Namun kenyataan di lapangan, petani sering mendapatkan masalah karena terjadinya

serangan hama keong yang menyerang bibit padi sehingga tanaman habis dan harus

menyulam. Hal ini menyebabkan petani ragu untuk menerapkan teknologi tersebut karena

takut mengalami kegagalan. Bagaimana mengatasi permasalahan tersebut?

II. Tinjauan Pustaka

A. Padi

1. Karakteristik tanaman padi

Padi termasuk dalam suku padi-padian atau poaceae (graminae atau glumiflorae).

Berakar serabut, daun berbentuk lanset (sempit memanjang), urat daun sejajar, memiliki

pelepah daun, bunga tersusun sebagai bunga majemuk dengan satuan bunga berupa loret,

floret tersusun dalam spikelet, khusus untuk padi satu spikelet hanya memiliki satu floret,

buah dan biji sulit dibedakan karena merupakan bulir atau kariopsis. Daun berbentuk

lanset,warna hijau muda hingga hijau tua,berurat daun sejajar,tertutupi oleh rambut yang

pendek dan jarang (Wikipedia Indonesia, 2012).

Gambar 1. Morfologi tanaman padi

2. Syarat tumbuh tanaman padi

Padi dapat tumbuh pada ketinggian 0-1500 mdpl dengan temperatur 19 - 27ºC,

memerlukan penyinaran matahari penuh tanpa naungan. Angin berpengaruh pada

penyerbukan dan pembuahan. Padi menghendaki tanah lumpur yang subur dengan ketebalan

18-22 cm dan pH tanah 4 – 7 (Prabowo, 2011).

3. Periode pertumbuhan tanaman padi

Pertumbuhan tanaman padi dibagi ke dalam tiga fase (Anonim, 2012) yaitu :

a. Vegetatif (awal pertumbuhan sampai pembentukaan)

Berkecambah sampai muncul kepermukaan

Benih dikecambahkan melalui perendaman dan diinkubasi masing-masing selama 24 jam.

Pada hari ke-2 atau ke-3 setelah benih disebar di persemaian, daun pertama menembus keluar

melalui koleoptil.

Pertunasan

Selama tahap ini, akar seminal dan lima daun terbentuk. Daun berkembang pada

kecepatan satu daun setiap 3 sampai 4 hari selama tahap awal pertumbuhan. Bibit umur 18

hari siap untuk di tanam pindah. Bibit memiliki 5 daun dan sistem perakaranyang

berkembang dengan cepat.

Anakan

Tahap ini berlangsung sejak munculnya anakan pertama sampai pembentukan anakan

maksimum tercapai. Ini terjadi pada 30 hari setelah pindah tanam. Pada tahap ini, anakan

terus bertambah sampai pada titik dimana sukar dipisahkan dari batang utama.

Pemanjangan batang

Tahapan ini terjadi sebelum pembentukan malai atau terjadi pada tahap akhir pembentukan

anakan. Hal ini diikuti oleh memanjangnya batang (internode),dan akhirnya sampai ke tahap

pembentukan malai.

b. Reproduksi (pembentukan malai sampai pembungaaan)

Pembentukan malai sampai bunting

Inisiasi primordia malai pada ujung tunas tumbuh menandai mulainya fase reproduksi.

Malai muda meningkat dalam ukuran dan berkembang ke atas di dalam pelepah daun bendera

menyebabkan pelepah daun menggembung. Penggembungan daun bendera disebut bunting.

Pada tahap bunting, ujung daun layu (menjadi tua dan mati) dan anakan non produktif

terlihat pada bagian dasar tanaman.

Keluar malai

Tahap keluar malai ditandai dengan kemunculan ujung malai dari pelepah daun bendera.

Malai terus berkembang sampai keluar seutuhnya dari pelepah daun.

Pembungaan

Pada pembungaan, kelopak bunga terbuka, antera menyembul keluar dari kelopak bunga

karena pemanjangan stamen dan serbuk sari tumpah. Kelopak bunga kemudian menutup.

Serbuk sari jatuh ke putik, sehingga terjadi pembuahan.

c. Pematangan (pembungaan sampai gabah matang)

Gabah matang susu

Pada tahap ini, gabah mulai terisi dengan cairan serupa susu. Gabah mulai terisi dengan

larutan putih susu, dapat dikeluarkan dengan menekan atau menjepit gabah di antara dua jari.

Gabah setengah matang

Pada tahap ini, isi gabah yang menyerupai susu berubah menjadi gumpalan lunak dan

akhirnya mengeras. Gabah pada malai mulai menguning. Pelayuan (senescense) dari anakan

dan daun di bagian dasar tanaman nampak semakin jelas. Pertanaman kelihatan menguning.

Seiring menguningnya malai, ujung dua daun terakhir pada setiap anakan mulai mengering.

Gabah matang penuh

Setiap gabah matang, berkembang penuh, keras dan berwarna kuning. Daun bagian atas

mengering dengan cepat (daun dari sebagian varietas ada yang tetap hijau). Sejumlah daun

yang mati terakumulasi pada bagian dasar tanaman.

Gambar 2. Stadia tanaman padi

B. Keong Mas (Pomacea canaliculata Lamark)

1. Klasifikasi Ilmiah

Kingdom : Animalia

Phylum : Mollusca

Class : Gastropoda

Ordo : Archetinaenioglossa

Family : Scolioidea

Genus : Pomacea

Spesies : Pomacea canaliculata

2. Morfologi

Karakteristik keong mas (Pomacea canaliculata Lamark) adalah sebagai berikut

:rumah siput bundar dan menara pendek, rumah siput besar, tebal, lima sampai enam putaran

di dekat menara dengan kanal yang dalam, mulut besar dengan bentuk bulat sampai oval,

operkulum tebal rapat menutup mulut, berwarna coklat sampai kuning muda, tergantung pada

tempat berkembangnya, dagingnya lunak berwarna putih krem atau merah jambu keemasan

atau kuning oranye (Suharto dan Kurniawati, 2012).

Gambar 3. Morfologi keong mas (Pomacea canaliculata L.)

3. Habitat

Keong mas merupakan hewan yang dapat hidup di daerah tropik dan subtropik

dengan temperatur terendah 10ºC. Hewan ini bersifat amfibhi karena mempunyai insang dan

paru-paru sebagai organ pernafasannya. Paru-paru ini menutup kembali jika sedang

tenggelam di air dan dalam tanah. Keong mas ini juga dapat bergerak sambil mengambang

dengan menggunakan sifon pernafasan. Apabila habitatnya dalam keadaan kekurangan air

maka keong mas akan berdiapause dengan cara membenamkan diri pada lumpur yang dalam,

hal ini dapat bertahan selama 6 bulan. Keong mas dapat hidup pada lingkungan yang berat

seperti air terpolusi atau kurang kandungan oksigen (Budiyono, 2006).

4. Penyebaran

Habitat asli dari keong mas berasal dari Amerika Serikat yang menyebar ke beberapa

negara hingga Indonesia. Hal tersebut dikarenakan penyebarannya yang sangat cepat. Invasi

keong mas berkaitan dengan daya reproduksi yang tinggi, kemampuan beradaptasi yang

cepat, dan rakus makan pada tanaman inang yang beragam.

5. Siklus Hidup

Siklus hidup keong mas atau siput murbai dibagi ke dalam empat tahap (Sesbany,

2012), yakni:

a. Masa bertelur

Induk betina yang bertelur akan menempatkannya di galengan, di tepi kolam, tonggak

kayu di atas permukaan air, dedaunan atau tempat lainnya. Telur-telurnya berwarna merah

muda dan menggumpal. Satu kelompok telur ukurannya mencapai 1,5 cm x 10 cm. Telur

akan menetas dalam jangka waktu 1 – 2 minggu.

b. Masa pertumbuhan awal (15 – 25 hari)

Wujudnya yang kecil dan sulit ditemukan akan menimbulkan bahaya laten ketika

beranjak dewasa. Keong mas muda ukurannya relatif kecil dan berwarna putih, karena

mempunyai kebiasaan menyebar sehingga sulit terlihat. Kulit cangkang halus dan akan

mengeras dalam waktu 2 hari setelah penetasan.

c. Masa pertumbuhan lanjut (dewasa atau 26 – 59 hari)

Cangkang keong mas berwarna coklat muda, dagingnya berwarna putih susu sampai

merah keemasan atau orange. Ukuran keong sangat tergantung pada ketersediaan makanan.

Stadia yang paling merusak ketika cangkang berukuran 10 mm (kira-kira sebesar biji jagung).

d. Masa berkembang biak (reproduksi)

Dimulai sejak 60 hari sampai 3 tahun, keong mas masih bereproduksi dengan cepat.

Keong mas dapat bertelur 1000 – 1200 butir dalam sebulan. Keong mas melakukan

perkawinan selama 3 – 4 jam pada siang hari pada tumbuhan yang rimbun dan mendapat air

sepanjang tahun.

Gambar 4. Siklus hidup keong mas (Pomacea canaliculata L.)

6. Daya Rusak

Keong mas memiliki mulut yang berada di antara tentakel bibir dan memiliki radula,

yaitu lidah yang dilengkapi beberapa baris duri yang tiap baris terdiri atas tujuh duri. Radula

memarut jaringan tanaman pada perbatasan permukaan air sehingga tanaman patah dan

dimakan. Tingkat kerusakan tanaman padi sangat tergantung pada populasi , ukuran keong,

dan umur tanaman. Tiga ekor per m² tanaman padi akan mengurangi hasil secara nyata.

Semakin besar ukuran diameter keong mas, kerusakan yang ditimbulkan semakin besar

(Suharto dan Kurniawati, 2012).

Gambar 5. Hama keong mas yang menyerang tanaman padi

III. Pembahasan

A. Analisis masalah

Permasalahan yang ada pada kasus tersebut yaitu petani di daerah Kasihan, Bantul

yang akan menerapkan suatu teknologi baru dalam hal budidaya pertanian. Hal-hal yang

diadopsi dalam teknologi tersebut yaitu petani dalam budidaya tanaman padi menggunakan

bibit berumur muda dengan penanaman tunggal dan jarak tanam lebar, serta menjaga

kelengasan tanahnya dengan tidak tergenang dan hanya macak-macak atau lembab saja.

Namun kenyataannya di lapangan, petani sering mendapatkan masalah yaitu munculnya

serangan hama keong mas yang menyerang bibit padi sehingga tanaman padi habis dan harus

menyulam. Penyulaman tanaman tersebut tentunya bukan merupakan alternatif yang tepat

karena beberapa alasan antara lain:

Secara ekonomi, hal tersebut tidak ekonomis karena menambah biaya produksi petani.

Tidak efisien waktu dan tenaga karena harus bekerja dua kali dan mengulur waktu

budidaya.

B. Penyelesaian Masalah

Untuk menangani permasalahan yang ada dalam proses budidaya tanaman diperlukan

beberapa tindakan, baik tindakan preventif maupun tindakan represif. Akan tetapi, tindakan

yang akan dilakukan tersebut harus memperhatikan beberapa aspek yakni aspek kelayakan

ekonomi, teknis dan sosial. Adapaun pengendalian keong mas pada pertanaman padi adalah

sebagai berikut:

1. Sebelum penggaruan terkahir, melakukan pengambilan keong mas secara

langsung yang dapat dilakukan pada pagi dan sore hari ketika keong masih aktif

dan mudah diambil. Hal ini dilakukan pada tahap pengolahan lahan.

2. Selama penggaruan terakhir, pada saat pengolahan lahan dibuat caren yang dalam

dengan lebar 25 cm dan dalamnya 5 cm (Sulistiono, 2007 dalam Gassa, 2011).

Caren berfungsi untuk penjebakan terhadap keong mas, dimana keong mas akan

pindah ke dalam saluran tersebut, jika permukaan air berkurang dan dapat

dilakukan pengumpulan.

3. Menggunakan tanaman atraktan yang diletakkan dalam petakan sawah secara

berjejer, berjarak 1 – 2 meter antar umpan, yang dilakukan sebelum panen hingga

5 minggu setelah tanam. Jumlah atraktan yang diperlukan yaitu ± 40 kg per

hektar. Tanaman atraktan yang dapat digunakan yaitu daun pepaya (Carica

papaya). Pemberian inang alternatif atau umpan berupa potongan batang dan daun

pepaya dapat melokalisir keberadaan keong mas sehingga memudahkan dalam

hal pemungutan (Wiresyamsi dan Haryanto, 2008). Hal ini dapat diaplikasikan

baik pada saat pengolahan lahan (sebelum tanam) maupun saat penanaman

(vegetatif dan reproduktif).

4. Penggunaan pestisida nabati, misalnya dengan buah pinang (Areca catechu). Buah

pinang mengandung zat arecoline sejenis alkaloid yang serupa dengan nikotin

merupakan sebuah ester metal-tetrahidrometil-nikotinat yang berwujud minyak

basa keras bersifat toksik dan menyebabkan kelumpuhan dan terhentinya

pernafasan (Chemnitius, 1926 dalam Gassa, 2011). Dengan menggunakan

konsentrasi 2,5% menyebabkan mortalitas keong mas sebesar 100%. Hal ini

disebabkan senyawa arecoline masuk ke dalam sistem saraf keong mas sehingga

keong menjadi kaku, berlendir, penurunan aktivitas gerak, tubuhnya akan keluar

dari cangkang, tubuhnya terurai dan membusuk (Oto dan Peter, 1968 dalam

Gassa, 2011). Biji pinang toksis pada konsentrasi lebih dari 10⁻¹ppm

(Jitrosoepomo,1994 dalam Gassa, 2011). Penggunaan serbuk biji pinang tidak

boleh lebih dari 4 gram per liter pelarut. Faktor lain yang mendukung terjadinya

mortalitas yaitu kualitas air pada habitatnya. Keong mas menyukai air jernih,

sedangkan setelah aplikasi mengalami perubahan yakni warna air menjadi biru

kehitaman dan sangat pekat sehingga akan mempercepat mortalitas (Asnawi, 1986

dalam Gassa, 2011).

Gambar 6. Buah pinang dapat digunakan sebagai pestisida nabati bagi keong mas

Tumbuhan tuba (Derris elliptica) yakni bagian akarnya dapat juga digunakan

sebagai pestisida nabati bagi keong mas. Akar tuba dapat digunakan sebagai

moluskisida nabati dalam keadaan segar dengan cara menumbuknya lalu diaduk

dengan air. Cara lainnya adalah akar tuba diiris-iris, dikeringkan (dijemur di

bawah sinar matahari), lalu dibuat tepung dengan menumbuknya hingga hancur

dan ditambah air jika akan diaplikasikan. Akar tuba mengandung rotenon,

deguelin, eliptone, dan toxicarol. Kandungan tersebut berfungsi sebagai racun

perut, penghambat metabolisme dan sistem saraf bagi keong mas (Kardinan,

2002). Penggunaan pestisida nabati dapat diaplikasikan pada saat sebelum tanam

dan saat penanaman (vegetatif dan reproduktif).

Gambar 7. Akar tuba dapat digunakan sebagai biopestisida untuk keong mas

5. Pemberian pupuk dasar dengan tambahan pupuk organik sebelum tanam dapat

mengurangi serangan keong mas. Hal tersebut dikarenakan kulit keong mas yang

terkena pupuk akan mengalami iritasi dan mati karena mengeluarkan banyak

lendir.

6. Menancapkan ajir bambu sebagai perangkap telur keong mas pada sela-sela

tanaman padi dan di saluran air untuk menarik keong mas dewasa bertelur.

Dengan cara ini kelompok telur muda dapat terkumpul untuk kemudian diambil

dan dihancurkan.

7. Penggembalaan itik yang sering disebut ISG (Itik Sistem Gembala). Hal ini dapat

dilakukan pada saat pengolahan lahan, saat penanaman, maupun setelah panen.

Penggembalaan itik pada saat masa tanam dilakukan pada 30 – 35 hari setelah

tanam (HST). Itik dilepaskan di daerah areal persawahan dan selanjutnya akan

memangsa baik keong mas yang dapat dilakukan pada pagi dan sore hari.

Pelepasan itik ke lahan sawah memberi manfaat ganda. Pertama, perkembangan

keong mas dan hama lain dapat terkendali. Kedua, dapat memperbaiki aerasi di

sekitar perakaran padi. keadaan tersebut dapat memperbanyak anakan produktif

sehingga produksi tanaman menjadi lebih banyak (Sulistiono,2007 dalam

Sesbany, 2011).

Pengendalian keong mas di atas dapat dikelompokkan menurut stadia tanaman padi

dapat diringkas sebagai berikut.

Sebelum Penanaman Masa Penanaman Setelah Panen

Pengambilan secara

manual

Pembuatan caren

Penggunaan tanaman

atraktan

Penggunaan pestisida

nabati

Pemberian pupuk dasar

ISG (Itik Sistem

Gembala)

Pembuatan ajir bambu

Penggunaan tanaman

atraktan

Penggunaan pestisida

nabati

ISG (Itik Sistem

Gembala)

ISG (Itik Sistem

Gembala)

IV. Kesimpulan

Teknik pengendalian keong mas pada tanaman padi dapat dikelompokkan sesuai

dengan perkembangan tanaman padi antara lain:

1. Sebelum penanaman (pengolahan lahan), dengan cara pengambilan secara manual,

pembuatan caren, penggunaan tanaman atraktan dan pestida nabati, pemberian pupuk,

ISG (Itik Sistem Gembala).

2. Masa penanaman (vegetatif dan reproduktif), dengan cara pembuatan ajir bambu,

penggunaan tanaman atraktan dan pestisida nabat, serta ISG (Itik Sistem

Penggembalaan).

3. Setelah panen dapat ditempuh dengan cara ISG (Itik Sistem Gembala).

DAFTAR PUSTAKA

Anonim. 2012. Fase Pertumbuhan Padi.

http://repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/22086/4/Chapter%20II.pdf. Akses

21 September 2012.

Budiyono, S. 2006. Teknik Mengendalikan Keong Mas Pada Tanaman Padi. Jurnal Ilmu-

ilmu Pertanian. Volume 2, Nomor 2.

http://www.google.co.id/url?sa=t&rct=j&q=jurnal+hama+keong+mas+menyerang+t

anaman+padi.pdf&source=web&cd=1&cad=rja&ved=0CB0QFjAA&url=http%3A

%2F%2Fstppyogyakarta.com%2Fwp-

content%2Fuploads%2F2009%2F11%2FIIP_0202_06_Suharto_Budiyono.pdf&ei=

WqNhUL70C8XjrAfmyIGwAg&usg=AFQjCNF_1ddc_TPg7CECuAe2IHXx5cYO

KA. Akses 20 September 2012.

Gassa, A. 2011. Pengaruh Buah Pinang (Areca catechu) Terhadap Mortalitas keong Mas

(Pomacea canaliculata) Pada Berbagai Stadia. Jurnal Fitomedika.7(3):171-174.

http://www.google.co.id/url?sa=t&rct=j&q=jurnal+hama+keong+mas+menyerang+t

anaman+padi.pdf&source=web&cd=8&cad=rja&ved=0CEQQFjAH&url=http%3A

%2F%2Ffp.unram.ac.id%2Fdata%2FProfil%2520Jurusan%2FJurnal%2520Crop%2

520Agro%2FJurnal%2520Crop%2520Agro%2520Vol%25201%2520No%25202%2

F9.AstamWiresyamsih-137-

143.pdf&ei=WqNhUL70C8XjrAfmyIGwAg&usg=AFQjCNFhVSHjxA4xf2cLAzg4

su4MQnof8g. Akses 20 September 2012.

Kardinan, A. 2002. Pestisida Nabati Ramuan dan Aplikasi. Penebar Swadaya. Jakarta. 88 hal.

Prabowo, A.Y. 2011. Budidaya Padi. http://teknis-budidaya.blogspot.com/2007/10/budidaya-

padi.html. Akses 19 September 2012.

Sesbany. 2012. Pengendalian Terpadu Hama Keong Mas (Pomacea canaliculata Lamarck)

Berdasarkan Stadia Tanaman Padi Sawah.

http://www.google.co.id/search?hl=id&sclient=psy-

ab&q=jurnal+pengendalian+hama+keong+mas+pada+tanaman+padi.pdf&oq=jurnal

+pengendalian+hama+keong+mas+pada+tanaman+padi.pdf&gs_l=hp.3...13970.156

04.5.16490.7.7.0.0.0.0.0.0..0.0...0.0...1c.1.k3-

dT5rGv9o&psj=1&bav=on.2,or.r_gc.r_pw.r_qf.&biw=1024&bih=437&ech=1&psi=

kslZUPKwAYHjrAek9YCACw.1348061711043.33&emsg=NCSR&noj=1&ei=1sp

ZUNWiKMHqrAe-l4GABQ. Akses 20 September 2012.

Suharto, H. Dan N. Kurniawati. 2012. Keong Mas, Dari hewan Peliharaan Menjadi Hama

Utama Padi Sawah. www.litbang.deptan.go.id/special/padi/bbpadi_2009_itp_14.pdf.

Akses 20 September 2012.

Wikipedia Indonesia. 2012. Padi. http://id.wikipedia.org/wiki/Padi. Akses 19 September

2012.

Wiresyamsi, A. Dan H. Haryanto. 2008. Pengendalian Hama Keong Mas (Pomacea

canaliculata L.) Dengan Teknik Perangkap Dan Jebakan. Jurnal Crop Agro. Volume

1. Nomor 2.

http://www.google.co.id/url?sa=t&rct=j&q=jurnal+hama+keong+mas+menyerang+t

anaman

padi.pdf&source=web&cd=8&cad=rja&ved=0CEQQFjAH&url=http%3A%2F%2Ff

p.unram.ac.id%2Fdata%2FProfil%2520Jurusan%2FJurnal%2520Crop%2520Agro%

2FJurnal%2520Crop%2520Agro%2520Vol%25201%2520No%25202%2F9.Astam

Wiresyamsih-137-

143.pdf&ei=WqNhUL70C8XjrAfmyIGwAg&usg=AFQjCNFhVSHjxA4xf2cLAzg4

su4MQnof8g. Akses 20 September 2012.