Makalah tentang THRESHER mesin perontok padi

17
THRESHER (MESIN PERONTOK PADI) I. Latar Belakang Mekanisasi pertanian pada era modern ini semakin dikembangkan. Mekanisasi pertanian sangat berhubungan dengan peningkatkan produktifitas hasil pertanian. Peningkatan jumlah penduduk mengakibatkan kebutuhan akan bahan pangan semakin menigkat, oleh karena itu mekanisasi pertanian merupakan salah satu langkah strategis untuk meningkatkan produktifitas hasil pangan dan mengurangi nilai losses pada proses pemanenan. Penanganan pasca panen merupakan langkah yang strategis dalam meningkatkan produktifitas pangan. Hal ini salah satunya dikarenakan dapat mengurangi nilai losses pada saat pemanenan. Seperti halnya penanganan pasca panen pada tanaman padi. Pada saat masih menggunakan alat-alat tradisional, masih banyak nilai kehilangan yang terjadi baik pada saat pemanenan sampai perontokaan butir-butir padi. Akan tetapi setelah dikembangkan dengan mekanisasi pertanian, nilai losses dapat ditekan seminimal mungkin, sehingga nilai kerugian pertani dapat berkurang. Pada umumnya permasalahan penanganan pasca penen tersebut dikarenakan kurangnya kesadaran dan pemahaman pertani akan penanganan pasca penen yang baik dan

Transcript of Makalah tentang THRESHER mesin perontok padi

THRESHER (MESIN PERONTOK PADI)

I. Latar Belakang

Mekanisasi pertanian pada era modern ini semakin

dikembangkan. Mekanisasi pertanian sangat berhubungan

dengan peningkatkan produktifitas hasil pertanian.

Peningkatan jumlah penduduk mengakibatkan kebutuhan

akan bahan pangan semakin menigkat, oleh karena itu

mekanisasi pertanian merupakan salah satu langkah

strategis untuk meningkatkan produktifitas hasil pangan

dan mengurangi nilai losses pada proses pemanenan.

Penanganan pasca panen merupakan langkah yang

strategis dalam meningkatkan produktifitas pangan. Hal

ini salah satunya dikarenakan dapat mengurangi nilai

losses pada saat pemanenan. Seperti halnya penanganan

pasca panen pada tanaman padi. Pada saat masih

menggunakan alat-alat tradisional, masih banyak nilai

kehilangan yang terjadi baik pada saat pemanenan sampai

perontokaan butir-butir padi. Akan tetapi setelah

dikembangkan dengan mekanisasi pertanian, nilai losses

dapat ditekan seminimal mungkin, sehingga nilai

kerugian pertani dapat berkurang.

Pada umumnya permasalahan penanganan pasca penen

tersebut dikarenakan kurangnya kesadaran dan pemahaman

pertani akan penanganan pasca penen yang baik dan

benar, sehingga masih tingginya nilai

kehilangan(losses) pada gabah/beras.

Usaha untuk menghilangkan nilai kehilangan pada

saat penanganan pasca panen dengan mekanisasi

pertanian, salah satunya Thresher. Thresher merupakan

alat untuk merontokkan padi. Alat ini membantu petani

untuk memisahkan gabah dengan jeraminya. Alat ini

sangat efektif digunakan karena tenaga yang digunakan

lebih sedikit dan nilai kehilangannya kecil.

II. Kajian Pustaka

II.1 Thresher (Alat Perontok Padi)

Thresher adalah alat perontok benih padi.

Perontokan merupakan bagian integral dari proses

penanganan pasca panen padi, dimana padi yang telah

layak dipanen dirontokkan untuk memisahkan bulir-bulir

padi jeraminya. Prinsip kerja thresher ini adalah

dengan memukul bagian tangkai padi (jerami) sehingga

bulir-bulir terlepas. Alat ini merupakan alat bantu

bagi tenaga kerja untuk memisahkan gabah dengan

jeraminya. Terdapat dua jenis thresher berdasar alat

penggeraknya yaitu :

1. Semi mekanis, dengan menggunakan pedal (pedal

thresher)

2. Mekanis dengan mesin (power threser).

Penggunaan threser untuk merontok padi tidak dapat

dipisahkan dengan perkembangan varietas unggul baru

berumur pendek dan mudah rontok. Mesin perontok padi

dikenal juga dengan Power Thresher adalah jenis mesin

perontok yang telah terbukti handal dan sangat cocok

dengan berbagai jenis lahan persawahan di Indonesia.

Mesin perontok jenis ini telah banyak digunakan oleh

banyak petani karena keunggulannya yang praktis dan

mudah dipindahkan dari lahan satu lainnya. Alat ini

digerakkan dengan mesin bertenaga diesel.

Adapun besarnya daya threser yang di butuhkan

proses perontokan padi dipengaruhi oleh ukuran, bentuk

dan stuktur jaringan pada bulir-bulir yang akan

dirontokkan. Variable-Variable lain yang mempengaruhi

seperti berat gabah, tingkat kemasakan, kadar air dan,

varietas padi. Mekanisme perontokan padi yang

memisahkan gabah dengan tangkainya terutama terdiri

atas selinder yang berputar dan cekungan-cekungan.

Suatu penyalur pemukul biasanya ditempatkan di depan

silinder dan ujung atas. Dari penyalur pengangkat untuk

membantu penyaluran dalam pemasakan bulir-bulir ke

mekanisme perontokan. Gabah akan dipisahkan dari

batangnya atau jerami melalui blower yang menghasilkan

angin. Angin ini bisa menjadikan suatu daya untuk dapat

memisahkan antara butir padi dan jerami. Butir padi

yang penuh isinya akan dikeluarkan dibawah thresher,

sedangkan jerami dan gabah yang kosong akan dipisah

dari gabah yang diisi. Alat pengatur untuk pengubah

kecepatan (Rpm) yang disesuaikan dengan jenis padi.

II.1 Fungsi Thresher

Funsi thresher adalah untuk merontokkan padi atau

memisahkan biji padi dari malainya. Baik pedal thresher

maupun power thresher memiliki fungsi yang sama.

Perbedaannya adalah power thresher merupakan alat

perontok padi dengan tenaga penggerak menggunakan engine

sedangkan pedal thresher menggunakan tenaga manusia.

Kelebihan dari power thresher dibandingkan dengan alat

perontok lainnya adalah kapasitas kerja dan

efisiensinya lebih besar.

II.2 Proses Perontokan

Perontokan merupakan tahap penanganan pasca panen

setelah pemotongan dan penumpukan. Pada tahap

perontokan biasanya para petani akan kehilangan hasil

akibat ketidaktepatan dalam melakukan perontokan,

dimana hasil perontokan yang kurang efektif dapat

mencapai lebih dari 5%. Oleh sebab itu cara perontokan

padi telah mengalami perkembangan dari zaman ke zaman.

Dalam hal memudahkan dan memaksimalkan hasil perontokan

padi dengan menggunakan mesin Power Thresher, telah

memberikan suatu inovasi terbaru yang dapat menekan

proses kehilangan hasil padi sekitar 3%.

II.3 Konstruksi Alat Thresher

II.3.1 Konstruksi Power Thresher

Gambar 1. Power Thresher Model TK PTH 1000

II.3.1.1 Spesisikasi Alat :

Kapasitas Input Minimum : 1100 – 1300 Kg/Jam

Kapasitas Perontokan Minimum : 600 – 800 Kg/Jam

Dimensi Keseluruhan : 1900 x 1100 x 1400

Dimensi Silinder Perontok : 565 x Ø 265

mm

Jumlah Gigi Perontok Minimum : 60 Buah

Konstruksi Rangka : Besi Siku minimum

40x40x4 mm

Bobot Kosong : 130 Kg

Bobot Motor penggerak : 16 Kg

Jenis Motor Penggerak : Motor Bensin Honda

GX 200 - 6.5 HP

Bahan Bakar : Bensin

Tingkat Kebersihan Minimum : 97%

Efisiensi Perontokan Minimum : 100%

Kehilangan Hasil Maksimum : 6.1 %

Peningkatan Gabah Rusak : Maksimum 2%

II.3.1.2 Bagian-Bagian Alat Power Thresher

Gambar 2. Kerangka Power Thresher

Bagian-bagian dari Power Thresher terdiri dari :

a. Kerangka utama terbuat dari besi siku, ukuran 40

mm x 40 mm x 4 mm dan plat lembaran baja lunak

tebal 1 – 3 mm, berfungsi sebagai dudukan komponen

lainnya.

b. Silinder perontok terbuat dari besi strip dengan

diameter berjajar berkeliling membentuk silinder

dengan diameter 30 – 40 cm dan lebar 40 – 60 cm.

Di sisi kiri dan kanan ditutup dengan lembaran

bulat tebal 2 – 3 mm. Pada besi strip yang

melintang tersebut terpasang gigi perontok yang

terbuat dari besi as baja 10 mm, panjang 50 – 60

a bc

d

e

f

g

h

i

mm diperkuat dengan mur. Jumlah gigi perontok

minimum 60 buah. Diameter poros perontok 25 mm,

pada kedua ujung poros diberi bantalan ball

bearing yang posisinya duduk pada kerangka utama.

Putaran silinder perontok untuk merontokan padi

adalah 600 – 800 RPM. Selinder perontok berfungsi

sebagai pemisah antara gabah dengan jerami.

c. Dalam ruang silinder terdapat sirip pembawa,

saringan perontok dan pelat pendorong jerami.

Sirip pembawa terletak di bagian atas silinder

perontok, terletak menempel pada tutup atas

perontok. Sirip ini berfungsi untuk mengarahkan

jerami ke pintu pengeluaran jerami di sebelah

belakang mesin perontok. Sirip pembawa terbuat

dari plat lembaran dengan tebal 1 – 2 mm. Jaringan

perontok terletak di sebelah bawah silinder

perontok, terbuat dari kawat baja atau besi baja

0,6 – 8 mm bersusun menjajar, membentuk setengah

lingkaran, jarak antar besi baja adalah 18 – 20 mm

dan jarak antara ujung gigi perontok dan jaringan

minimal 15 mm. Pelat pendorong jerami terpasang

pada silinder perontok yang tak terpasang gigi

perontok. Bagian ini terbuat dari besi plat tebal

2 – 3 mm dengan ukuran 15 – 15 mm. Pelat pendorong

jerami berfungsi sebagai pendorong jerami agar

bisa keluar silinder perontok.

d. Ayakan terletak di sebelah bawah saringan

perontok, ukuran ayakan 45 mm x 390 mm, terbuat

dari plat lembaran tebal 1,5 – 2 mm. Ayakan

terdiri dari 2 tingkat. Bagian atas berlubang-

lubang dengan ukuran 13 mm x 13 mm dan bagian

bawah rata. Ayakan ini bergerak maju mundur dan

naik turun melalui sitem as nocken. Ayakan ini

berfungsi sebagai pemisah antara gabah dengan

jerami. Gabah akan jatuh ke bawah sedangkan jerami

akan keluar lewat atas.

e. Kipas angin terbuat dari plastik dengan jumlah

daun kipas 5 – 7 buah. Kipas berfungsi sebagai

pemisah atara gabah isi dan gabah kosong.

f. Unit transmisi tenaga, melalui puller dan V belt

untuk meneruskan putaran dari motor penggerak ke

silinder perontok, kipas angin dan gerakan ayakan.

Tipe V belt yang digunakan adalah tipe B.

g. Roda, berjumlah dua buah yang berfungsi sebagai

mobilitas alat ke tempat yang dituju.

h. Penutup Silinder, berfungsi sebagai penahan

perontokan jerami dan gabah.

i. Mesin penggerak, berfungsi sebagai motor penggerak

alat.

II.3.2 Konstruksi Pedal Thresher

Gambar 3. Pedal Thresher Model Lipat

II.3.2.1 Spesifikasi Alat :

Kapasitas kerja perontokan : 90 –120 kg/jam

(GKP)

Tingkat kebersihan : 95-96 %

Prosentase gabah tidak terontok : 0,66 %

Berat total alat : 18 kg

Sistim pengumpanan : dipegang (hold on) dan ideal

untuk dioperasikan oleh satu orang operator.

II.3.2.2 Bagian utama thresher padi pedal model lipat

(pedal thresher lipat) terdiri dari:

Gambar 4. Komponen Rakitan Silinder Perontok

1) Rangka utama, terdiri dari dua rakitan kerangka

dari bahan konstruksi dengan sebagian besar dari

pipa besi yang dikaitkan pada posisi tertentu

Silinderperontok

RodaSilinderperontok

sebagai titik putar antara kedua rakitan kerangka

tersebut;

2) Silinder perontok, terbuat dari bahan papan kayu di

sisi kiri dan kanan serta kisi-kisi kayu tebal 30

mm lebar 50 mm sebagai tempat kedudukan gigi

perontok berbahan besi beton Ø 5 mm berbentuk huruf

"V" terbalik;

3) Sistim penyalur daya putaran, yang terdiri dari as

bagian belakang roda sepeda lengkap dengan gir

(free-wheel sprocket).  As dipotong pada bagian

tengah dan as dalam disambung dengan besi beton Ø

10 mm sepanjang lebar silinder perontok, sedangkan

potongan as bagian luar yang tanpa gir dipasang

pada titik pusat bagian luar papan silinder

perontok sebelah kiri dan potongan as bagian luar

yang dilengkapi dengan gir dipasangkan di sebelah

kanan;

4) Tuas pedal, terbuat dari pipa besi dilengkapi

dengan papan pedal di salah satu ujung pipa dan

ujung pipa yang lain dikaitkan pada salah satu

ujung rantai sepeda yang dilingkarkan pada bagian

atas gir, sedangkan ujung rantai yang lain

disambung dengan karet bekas ban dalam sepeda yang

selanjutnya bagian ujung lain dari karet ban

diikatkan pada kerangka di dekat papan pedal;

5) Papan penyalur gabah, terbuat dari kayu lapis tebal

9 mm dengan kerangka terbuat dari besi beton Ø 8 mm

dan papan ini juga berfungsi sebagai penahan kedua

kerangka utama pada saat alat dibuka atau

diberdirikan;

6) Penutup dan tatakan, bisa dilepas dari rangka utama

dan dilipat seperti kipas atau kanvas penutup atas

becak.  Penutup terbuat dari bahan plastik sak

pupuk yang dijahitkan pada bilah bilah plat strip;

7) Roda, bisa dipasang atau dilepas dari rangka utama

terbuat dari kayu silinder Ø 120 mm panjang 200 mm

dengan as dari besi beton yang dikaitkan ke garpu

dan rangka pipa besi. Untuk mempercepat pembuatan

dan pemasangan gigi perontok dengan tetap

mempertahankan keseragaman bentuk "V" dan dengan

ketinggian yang sama pada saat di pasang pada

silinder perontok, maka diperlukan alat bantu (jig

and fixture).  Sedangkan cara membuat komponen

rakitan silinder perontok lihat gambar 4.

II.4 Cara Kerja Alat

II.4.1 Power Thresher

Prosedur sebelum pemakaian

1) Taruhlah mesin ditempast yang rata, dekat dengan

tumpukan hasil yang akan dirontok, bila perlu

taruhlah alas terpal atau lembaran plastik di bawah

mesin, untuk mengurangi susut karena tercecer.

2) Taruhlah dan posisikan mesin sedemikian rupa

sehingga kotoran akan keluar searah dengan

arah angin.

3) Untuk mengurangi susut tercecer posisikan mesin

menghadap dinding atau buatlah dinding buatan

berupa lembaran plastic atau anyaman bambu didepan

mesin sedemikian rupa sehingga butiran bijian yang

terlempar dapat dikumpulkan.

4) Bukalah penutup mesin dan periksalah : drum, semua

gigi perontok, konkaf, bersihkan bagian dalam mesin

dari kotoran dan benda asing yang sekiranya akan

mengganggu dan merusak mesin dan juga berbahaya

bagi operator. Putarlah drum perontok dengan tangan

sehingga yakin tidak ada yang lepas atau

bersentuhan atau bergesekan.

5) Periksalah ketegangan dan garis lini sabuk pulley,

bila sabuk tidak dalam satu garis lini dan

ketegangan tidak tepat maka sabuk pulley akan cepat

rusak sebelum waktunya. Untuk permukaan pulley yang

kasar sebaiknya diamplas dan bila pulley retak,

sebaiknya segera diganti.

6) Lumasilah semua bantalan dengan minyak pelumas atau

pasta pelumas, periksa juga secara menyeluruh

terhadap kemungkinan adanya mur, baut yang kendor.

Periksalah mesin apakah sudah cukup oli dan bahan

bakarnya.

Cara Kerja Mesin Perontok Padi

1) Setelah semuanya siap, star atau hidupkan mesin,

biarkan sebentar mesin tanpa muatan. Periksalah

posisi unit keseluruhan mesin, jangan sampai

bergeser akibat getaran atau berpindah tempat.

2) Setelah mesin dihidupkan, atur putaran rpm

(silinder perontok) sesuai dengan yang diinginkan

untuk merontok padi.

3) Letakan bahan yang akan dirontokan

(padi,Jagung,kedelai) diwadah penampung didekat

Pintu input (pemasukan).

4) Putaran silinder perontok akan menghisap jerami

padi / jagung / kedelai yang dimasukan dari pintu

input (pemasukan).

5) Jerami akan berputar-putar didalam ruang perontok,

tergesek terpukul dan terbawa oleh gigi perontok

dan sirip pembawa menuju pintu pengeluaran jerami.

6) Butiran padi yang rontok dari jerami akan jatuh

melalui saringan perontok.

7) Jerami hasil perontokan padi akan terdorong menuju

pintu pengeluaran jerami.

8) Butiran padi, potongan jerami dan kotoran yang

lolos dari saringan perontok akan jatuh ke bagian

penampung kotoran dan akan bergerak kearah depan

dengan menggunakan tenaga getaran yang ditimbulkan

oleh motor penggerak, kemudian kotoran yang jatuh

akan dihembuskan keluar oleh kipas penghembus angin

yang terdapat dibagian bawah power thresher.

9) Apabila proses perontokan telah selesai, mesin

harus segera dibersihkan (terutama bagian dalamnya)

untuk disimpan ditempat yang bersih dan kering,

bila perlu diberi selimut agar tidak berkarat.

Menyimpan mesin dalam keadaan kotor akan

menjadikannya mesin sebagai sarang hama dan

penyakit.

II.4.2 Pedal Thresher

Proses melipat (asumsi arah menghadap seperti pada

diagram)

1) Lepas penutup dengan mencabut dari dudukannya dan

kemudian dilipat seperti menutup kipas tangan (1);

2) Pasangkan roda yang semula tempat penutup

terpasang;

3) Injak pipa dudukan kerangka utama depan (titik P)

dengan kaki kanan sebagai titik putar, kemudian

pegang ujung pipa kerangka utama bagian atas dan

angkat/putar ke arah seperti tanda panah ke kanan

(2) dan rebahkan ke tanah (3). Pada saat pipa

kerangka utama diputar ke kanan, dengan sendirinya

papan peluncur gabah yang terkait pada pipa

kerangka belakang akan terlepas dan akan terdorong

ke kiri (4).  Pada posisi thresher rebah di tanah,

papan peluncur gabah dan pipa kerangka utama

belakang akan tertumpang di atas pipa kerangka

utama depan dan keseluruhan alat yang telah

terlipat bertumpu pada roda dan ujung lainnya untuk

stang pengendali;

4) Tumpangkan penutup di atas thresher yang telah

dilipat;

5) Angkat pipa kerangka utama bagian depan (5) sebagai

stang kendali, sehingga alat bertumpu pada roda di

bagian ujung lainnya.

Cara membuka, adalah kebalikan dari cara melipat :

1) Sisi roda angkat ke atas dan sisi stang kendali di

bawah;

2) Pada kondisi berdiri, tumpukan alat pada stang

kendali kemudian geser kerangka belakang

menggunakan kaki kiri sampai papan peluncur gabah

mengkait pada kerangka belakang;

3) Lepas roda dan pasang penutup.

DAFTAR PUSTAKA

Daniel Suryoputro. 2009. PENGGUNAAN THRESHER PADI PEDALMODEL LIPAT SEBAGAI SALAH SATU UPAYA MENGURANGI SUSUTPANEN PADI. Dalam : Diakses padahttp://mawanpurbasidadolog.blogspot.com/2012/06/laporan-praktikum-mekanisasi.html. Diaksespada Senin, 24 Maret 2014 pukul 10.00 WIB.

Purba dermawan. 2012. Pemanenan dan Perontokan Gabah.Dalam :http://mawanpurbasidadolog.blogspot.com/2012/06/laporan-praktikum-mekanisasi. html. Diakses padaSenin, 24 Maret 2014 pukul 20.00 WIB.