perbedaan kapasitas dan kapabilitas petani padi dan bawang ...
dampak adanya varietas padi IR64 terhadap varietas padi lokal
-
Upload
universitasnegerimalang -
Category
Documents
-
view
7 -
download
0
Transcript of dampak adanya varietas padi IR64 terhadap varietas padi lokal
JUDUL:
DAMPAK ADANYA VARIETAS PADI IMPOR IR-64 TERHADAP
KEBERADAAN PADI LOKAL DI INDONESIA
Sulusy Audia Zulkha130721607435
Email: [email protected]
Abstrak:
Indonesia merupakan Negara agraris dengan penghasiltanaman padi terbesar ketiga di dunia. Pertanian sendirimerupakan sektor utama di Indonesia. Dalam pegembangandunia pertanian, Indonesia terus mengembangkan beragamvarietas padi. Varietas padi yang dikembangkan padamulanya adalah varietas padi lokal. Namun seiringberkembangnya zaman, varietas padi baru mulai bermunculansetelah adanya revolusi hijau. Varietas padi ini adalahvarietas hasil persilangan maupun hasil kultur jaringanyang dikeluarkan oleh lembaga penelitian padiinternasional atau IRRI. Salah satu varietas padi unggulyang dikeluarkan oleh lembaga IRRI yaitu varietas padiIR-64 yang memiliki kualitas tahan hama wereng coklat danhijau, serta tahan banjir. Kualitas tahan banjir inisesuai dengan kondisi wilayah Indonesia yang cenderungsering terjadi banjir. Hal inilah yang banyak dilirikpara petani di Indonesia untuk bertanam padi IR-64. Yangnantinya kemudian akan menggeser varietas padi lokal diIndonesia. Sehingga produksi padi varietas lokal diIndonesia semakin menurun. Untuk itu sebaiknya varietaspadi lokal terus dikembangkan dan ditingkatkan mutunyaagar tidak tergeser oleh varietas padi impor. Selain itusebaiknya varietas padi lokal tetap dilestarikan agartidak punah.
Kata Kunci: Pertanian di Indonesia, varietas padi unggulIR-64, dampak varietas padi impor dengan padi lokal
1
Pendahuluan:
Indonesia merupakan Negara agraris dengan luas
wilayah agraris sekitar 25 juta hektar. Indonesia
memiliki tanah yang subur yang banyak 1ditanami tanaman
pangan seperti palawija dan holtikultura. Di Indonesia
sendiri banyak sekali jenis tanaman pertanian, salah
satunya adalah tanaman padi. Padi merupakan tanaman yang
paling penting di negeri kita Indonesia ini, karena
makanan pokok di Indonesia adalah nasi dari beras yang
tentunya dihasilkan oleh tanaman padi. Padi sendiri
adalah salah satu komoditas utama pertanian. Padi (bahasa
latin: Oryza sativa L.) merupakan salah satu tanaman
budidaya terpenting dalam peradaban. Meskipun terutama
mengacu pada jenis tanaman budidaya, padi juga digunakan
untuk mengacu pada beberapa jenis dari marga (genus) yang
sama, yang biasa disebut sebagai padi liar. (Wikipedia
Indonesia, 2014). Tanaman pertanian ini berasal dari dua
benua yaitu Asia dan Afrika Barat tropis dan subtropis.
Padi sendiri di Indonesia mulai dikembangkan sejak dulu.
Padi diduga berasal dari India atau Indocina dan masuk ke
Indonesia dibawa oleh nenek moyang yang migrasi dari
daratan Asia sekitar 1500 SM. Terdapat 25 spesies Oryza,
yang dikenal adalah O. sativa dengan dua subspesies yaitu
Indica (padi bulu) yang ditanam di Indonesia dan Sinica
(padi cere). Padi dibedakan dalam dua tipe yaitu padi
2
kering (gogo) yang ditanam di dataran tinggi dan padi
sawah di dataran rendah yang memerlukan penggenangan.
Menurut Fatchan (2013), faktor-faktor yang
mempengaruhi tumbuh suburnya tanaman padi antara lain;
(1) Iklim: iklim yang cocok untuk pertumbuhan padi ialah
iklim tropis, sub-tropis dan daerah sejuk. Namun
kebanyakan padi dikembangkan di daerah tropis khususnya
daerah setengah basah (sub-humid region) karena pada
dasarnya daerah tropis memiliki curah hujan yang cukup
tinggi disebabkan daerah tropis adalah daerah yang
berdekatan dengan laut, yang menyebabkan penguapan di
daerah tropis cenderung tinggi yang dapat meningkatkan
curah hujan. Curah hujan yang cukup banyak akan
meningkatkan produksi tanaman pertanian. Namun menurut
Balai Besar Pengkajian dan Pengembangan Teknologi
Pertanian Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian
(2008), pada lahan basah (sawah irigasi), curah hujan
bukan merupakan faktor pembatas tanaman padi, tetapi pada
lahan kering tanaman padi membutuhkan curah hujan yang
optimum >1.600 mm/tahun. Selain itu suhu atau temperature
daerah tropis juga cocok untuk tumbuhnya tanaman padi.
Suhu yang optimum untuk pertumbuhan tanaman padi berkisar
antara 24-29C. Ketinggian wilayah juga mempengaruhi
pertumbuhan tanaman padi. Umumnya tanaman padi tumbuh
pada ketinggian antara 0-1500 meter. (2) Ciri dan sifat
3
tanah: tanaman padi tumbuh pada tanah yang agak asam
sampai dengan netral, dengan ph sekitar 5,5-7,5. Pada
dasarnya tanaman pertanian akan lebih baik tumbuh di
tanah yang kondisinya netral (ph = 7). Hal ini disebabkan
tanah yang memiliki ph netral akan memiliki unsur hara
yang banyak, dimana unsur hara ini akan mempengaruhi
tumbuh kembangnya tanaman pertanian (tanaman padi). Untuk
jenis tanah yang sesuai untuk tanaman padi ialah jenis
tanah alluvial, alfisol, terarosa, regosol, latosol,
grumusol, dan mediteran. Namun tanah yang paling cocok
untuk tanaman padi adalah tanah alluvial. Kesuburan tanah
juga mempengaruhi pertumbuhan tanaman padi, pengolahan
tanah yang tepat serta pemupukan yang sesuai dengan unsur
hara yang dibutuhkan tanaman padi akan meningkatkan
produktivitas tanaman. Selain itu kepadatan tanah juga
mempengaruhi pertumbuhan akar tanaman padi. Tanah yang
terlalu padat akan menghambat pertumbuhan akar tanaman
padi sehingga menyebabkan akar tanaman sulit untuk
menembus tanah dan menyerap nutrisi dari tanah.
Di Indonesia banyak sekali jenis-jenis padi yang
ditanam dalam rangka program pertanian, diantaranya; (1)
Padi Gogo: Di beberapa daerah tadah hujan orang
mengembangkan padi gogo, suatu tipe padi lahan kering
yang relatif toleran tanpa penggenangan seperti di sawah.
(2) Padi rawa: Padi rawa atau padi pasang surut tumbuh
4
liar atau dibudidayakan di daerah rawa-rawa. Padi rawa
mampu membentuk batang yang panjang sehingga dapat
mengikuti perubahan kedalaman air yang ekstrem musiman.
(3) Padi Pera: Padi pera adalah padi dengan kadar amilosa
pada pati lebih dari 20% pada berasnya. Butiran nasinya
jika ditanak tidak saling melekat. Lawan dari padi pera
adalah padi pulen. Sebagian besar orang Indonesia
menyukai nasi jenis ini dan berbagai jenis beras yang
dijual di pasar Indonesia tergolong padi pulen. (4) Padi
Ketan: Ketan (sticky rice), baik yang putih maupun
merah/hitam, sudah dikenal sejak dulu. Padi ketan
memiliki kadar amilosa di bawah 1% pada pati berasnya.
(5) Padi Wangi: Padi wangi atau harum (aromatic rice)
dikembangkan orang di beberapa tempat di Asia, yang
terkenal adalah ras Cianjur Pandanwangi (sekarang telah
menjadi kultivar unggul) dan rajalele. Kedua kultivar ini
adalah varietas javanica yang berumur panjang.
Di Indonesia sendiri banyak dikembangkan varietas
padi lokal yang menambah varietas padi. Varietas padi
lokal adalah varietas padi yang sudah lama beradaptasi di
daerah tertentu. Sehingga varietas ini mempunyai
karakteristik spesifik lokasi di daerah tsb. Setiap
varietas mempunyai keunggulan dan kelemahan. Demikian
juga untuk varietas lokal tsb. Di Indonesia sendiri
banyak sekali jenis-jenis atau varietas padi lokal yang
5
di tanam oleh petani di Indonesia. Contohnya saja di
daerah banyumas, varietas padi tersebut antara lain Padi
Hita, Padi Gandamana, Padi Kidangsari, Padi Konyal, Padi
Cere Unggul, Padi Cere Kuning, Padi Sari Wangi, Padi
Pandan Wangi, Padi Mentik Wangi, Padi Mentik, Padi
Mendali, Padi Sri Wulan, Padi Wangi Lokal. Contoh lain
yaitu di daerah Padangpariaman, Sumbar, varietas padi
lokal tersebut di antaranya mundam pulau, mundam putiah,
kuruik kusuik, ciredek, cantik manih, padi merah, sokan
merah, padi payuang, anak daro, arai kuniang, randah
kuniang, batang lembang, kuriak jangguik, kuriak sirah
dan kuriak putiah dan banyak lagi dari beragam daerah
dengan jenis-jenis padi lokal lainnya sesuai dengan
daerah asal padi lokal tersebut ditanam.
Selain padi lokal, pemerintah juga mengembangkan
padi hasil pemuliaan atau pengembangan tingkat lanjut
melalui lembaga-lembaga terkait seperti universitas
terkemuka contohnya IPB maupun lembaga kemasyarakatan
misalnya pusat pertanian masyarakat dan sejenisnya.
Menurut Las (2002), peran peningkatan produktivitas
(teknologi) dalam peningkatan produksi padi mencapai
56,10%, perluasan areal 26,30%, dan 17,60% oleh interaksi
antara keduanya. Sementara itu, peran varietas unggul
bersama pupuk dan air terhadap peningkatan produktivitas
mencapai 75%. Informasi tersebut menunjukkan bahwa
6
varietas unggul terutama padi sawah merupakan kunci
keberhasilan peningkatan produksi padi di Indonesia.
Upaya perakitan varietas padi di Indonesia ditujukan
untuk menciptakan varietas yang memiliki kualitas tinggi
dan sesuai dengan kondisi ekosistem, sosial, budaya,
serta minat masyarakat.
Dalam perkembangannya, teknologi pertanian semakin
berkembang dengan pesat seiring dengan penemuan alat dan
inovasi-inovasi baru dari para ilmuwan. Para ilmuwan akan
terus mengembangkan riset penelitian pertanian sehubungan
dengan keperluan dan sosial ekonomi masyarakat. Kebutuhan
akan tanaman pertanian yang memiliki kualitas unggul
dengan kelebihan-kelebihan yang dimiliki, seperti tahan
hama dan penyakit, berumur pendek dan cepat panen serta
memiliki kualitas beras yang baik. Sejarah munculnya
teknologi pertanian di Indonesia dahulunya diawali
terciptanya revolusi hijau sebagai program perubahan
dalam industri pertanian di dunia. Indonesia sebagai
Negara agraris, mencanangkan program Pelita (pembangunan
lima tahun) yang nantinya diharapkan Indonesia menjadi
Negara produksi padi terbesar (program swasembada beras).
Untuk itu di imporlah benih padi dari luar negeri. Benih
padi ini diharapkan akan memberikan kualitas lebih baik
daripada benih lokal pada umumnya. Pemerintah Indonesia
7
akhirnya mengimpor benih padi dari Negara lain, benih
padi ini berasal dari lembaga IRRI.
Institut Penelitian Padi Internasional (International
Rice Research Institute) disingkat IRRI adalah sebuah
organisasi non-pemerintah internasional yang berpusat di
Los Baños, Laguna, Filipina. Institut ini memiliki kantor
perwakilan di sepuluh negara. Tujuan utama IRRI adalah
untuk mencari cara untuk meningkatkan kesejahteraan
petani beras, konsumen serta lingkungannya. IRRI adalah
salah satu dari 15 pusat penelitian di seluruh dunia
bagian dari Consultative Group on International Agricultural Research
(CGIAR) (Wikipedia Indonesia, 2014). Salah satu fasilitas
yang ada di IRRI adalah Gene Bank. Di Gene Bank inilah
hampir semua jenis padi dari berbagi penjuru dunia
disimpan. Penyimpanannya menggunakan fasilitas ruangan
berpendingin, sehingga benih-benih tersebut ‘tidur’
sebelum digunakan kembali. Pada periode tertentu, koleksi
diperbaharui dengan cara menanamnya kembali, mengolahnya
menjadi benih-benih beras yang disimpan dalam kantong
aluminium dan dibawa ke ruang berpendingin tersebut.
Ribuan persilangan kemudian dirancang untuk menghasilkan
kultivar dengan potensi hasil tinggi dan tahan terhadap
berbagai hama dan penyakit padi. Dimana dalam lembaga ini
terus dikembangkan mengenai varietas-varietas padi baru
hasil persilangan maupun kultur jaringan dan metode
8
pengembangan riset lainnya. Sejak adanya Revolusi hijau,
muncullah berbagai kultivar padi dengan daya hasil tinggi
untuk memenuhi kebutuhan pangan dunia. Dua kultivar padi
modern pertama adalah 'IR5' dan 'IR8' (di Indonesia
diadaptasi menjadi 'PB5' dan 'PB8').
Dengan adanya pusat riset mengenai tanaman padi ini
maka muncullah beragam jenis varietas padi baru di dunia
yang selanjutnya akan menggeser keberadaan padi lokal di
Indonesia. Sejalan dengan berkembangnya kondisi sosial
ekonomi masyarakat, permintaan akan tipe varietas yang
dihasilkan juga berbeda-beda. Daradjat et al. (2001b)
menggolongkan varietas padi sawah ke dalam empat tipe,
yaitu tipe Bengawan, tipe PB5, tipe IRxx, serta tipe IR64
yang tahan hama dan penyakit utama serta bermutu baik.
Perkembangan tipe varietas tersebut berpengaruh terhadap
produktivitas padi sawah nasional seperti dilaporkan
Badan Pusat Statistik (1978; 1981; 1986; 1991; 1996;
2000). Di Indonesia sendiri sebenarnya padi lokal sudah
cukup menjadi primadona pertanian masyarakat, namun
banyaknya benih padi luar negeri hasil persilangan maupun
hasil riset lainnya mulai masuk di Indonesia, maka
keberadaan padi lokal semakin tergeser. Dalam hal ini
keunggulan varietas padi impor seperti padi IR64 cukup
diminati masyarakat, karena kelebihan padi ini adalah
9
dapat tahan terhadap hama penyakit, tahan banjir, umur
pendek, produksi beras cukup baik, dan nasi pulen.
IR-64 dilepas sebagai varietas unggul di Indonesia
pada tahun 1986. Varietas ini digemari baik oleh petani
dan konsumen karena rasa nasi yang enak, umur genjah, dan
hasil yang tinggi. Menurut Aris Hairmansis, Supartopo,
Bambang Kustianto, Suwarno, dan Hamdan Pane (2010) IRRI
berhasil mengembangkan galur-galur toleran rendaman yang
memiliki sifat agronomi unggul dengan memanfaatkan gen
toleran rendaman Sub1. Gen toleran Sub1 diintegrasikan ke
dalam varietas- varietas unggul yang populer di Asia
Selatan dan Asia Tenggara dengan metode silang-balik dan
dengan bantuan penanda molekuler (Mackill et al. 2006;
Neeraja et al. 2007; Septiningsih et al. 2009) (dalam
jurnal Perakitan dan Pengembangan Varietas Unggul Baru
Padi Toleran Rendaman Air INPARA 4 dan INPARA 5 Untuk
Daerah Raan Banjir, 2010). Latar belakang genetic tetua
varietas IR64 lebih luas dibandingkan PB5, tetapi masih
menggunakan varietas-varietas sebelumnya sebagai tetua
sumber gen ketahanan terhadap hama dan penyakit serta
keistimewaan tertentu. Sehingga masyarakat Indonesia
lebih tertarik menanam padi jenis IR-64 dari pada padi
lokal. Padi lokal yang dahulunya menjadi idaman, sekarang
pun mulai tergeser keberadaannya.
10
Dalam penulisan kali ini akan dibahas tentang dampak
keberadaan padi IR64 yang mulai menggeser padi lokal di
indonesia. Padi IR64 di negaranya sendiri bahkan menjadi
primadona karena padi ini mampu bertahan dalam banjir
yang dimana kondisi lingkungan di Negara Filipina
cenderung mudah terjadi banjir. Ini juga sesuai dengan
kondisi kebencanaan di Indonesia yang pada musim hujan
sering terjadi banjir. Hal ini akan berdampak pada
produksi pertanian dimana apabila padi lokal yang tidak
tahan banjir ditanam, hasil panen tentunya akan menurun
akibat banjir tersebut. Namun dengan adanya padi IR64
hasil panen masih dapat terselamatkan karena padi IR64
memiliki kemampuan yang tahan terhadap banjir dalam kurun
waktu sekitar 2 minggu.
Metode Penulisan
Metode penulisan dalam jurnal ini adalah dengan
metode studi kepustakaan, dimana penulis mengumpulkan
bahan penulisan mengambil referensi dalam buku yang
berhubungan dengan judul yang diambil. Selain itu,
mencari referensi dari berbagai macam jurnal online yang
berhubungan dengan judul. Dari berbagai macam sumber yang
berupa buku dan jurnal tersebut maka didapatkan berbagai
macam informasi mengenai perkembangan pertanian di
Indonesia dimana perkembangan teknologi menjadi salah
11
satu munculnya varietas padi baru hasil persilangan yaitu
padi IR64 yang berdampak pada keberadaan padi lokal.
Dalam hal ini padi lokal semakin ditinggalkan para
petani, disebabkan para petani di Indonesia lebih
tertarik dengan kualitas padi IR64 yang cenderung lebih
baik dari pada kualitas padi lokal pada umumnya.
Upaya peningkatan produksi padi nasional tidak
terlepas dari program intensifikasi pertanian yang
didukung oleh inovasi teknologi panca usahatani, terutama
penggunaan benih padi varietas unggul. Kontribusi
varietas unggul dalam peningkatan produktivitas padi
mencapai 75% jika diintegrasikan dengan teknologi
pengairan dan pemupukan. Benih padi varietas unggul
merupakan penyumbang terbesar (16%) terhadap peningkatan
produksi padi nasional, jauh di atas irigasi (5%) dan
pupuk (4%) (Satoto et al. 2006). Varietas-varietas unggul
yang dominan digunakan dalam kurun waktu pengembangannya
adalah varietas PB-36 (1970-an), Cisadane (1980-an), IR-
64 (1990-an), dan Ciherang (2000-an) (Sitorus 2009).
Pembahasan
Indonesia merupakan Negara agraris yang menghasilkan
produksi padi ketiga di dunia. Dewasa ini pertanian di
Indonesia mulai melakukan terobosan-terobosan baru dengan
menciptakan varietas-varietas padi terbaru melalui kultur
12
jaringan maupun dengan metode persilangan antar gen.
Dengan adanya varietas baru ini diharapkan produktivitas
padi meningkat sesuai dengan kebutuhan sosial ekonomi
masyarakat.
Luas pertanaman padi di Indonesia diperkirakan
mencapai 11–12 juta ha, yang tersebar di berbagai
tipologi lahan seperti sawah (5,10 juta ha), lahan tadah
hujan (2,10 juta ha), ladang (1,20 juta ha), dan lahan
pasang surut. Lebih dari 90% produksi beras nasional
dihasilkan dari lahan sawah (Badan Pusat Statistik 2000),
dan lebih dari 80% total areal pertanaman padi sawah
telah ditanami varietas unggul (Badan Pusat Statistik
2000).
Untuk meningkatkan mutu produksi padi di Indonesia,
para petani tentu akan memilih bibit yang berkualitas
baik, yaitu dengan memilih benih padi varietas unggul.
Tentu hal ini akan berdampak pada varietas lokal yang
semakin tergeser keberadaannya. Berikut ini adalah tabel
luas tanam padi varietas unggul versus varietas lokal di
Indonesia (Udin S. Nugraha, 2004):
13
Dalam tabel tersebut disebutkan bahwa varietas
unggul lebih banyak ditanam di Indonesia daripada
varietas lokal. Hal tersebut menunjukkan bahwa minat
petani terhadap varietas unggul cenderung lebih tinggi
daripada minat terhadap varietas lokal. Salah satu
varietas unggul yang menjadi unggulan petani adalah
varietas padi IR-64. Varietas ini dinilai lebih baik dan
memiliki kelebihan-kelebihan daripada varietas lokal pada
umumnya.
IR-64 memiliki keunggulan yang cukup signifikan
dalam produksi beras di Indonesia. Beras IR64 yang banyak
ditanam di seluruh daerah berasal dari benih unggul asal
Indonesia. Varietas IR64 yang ditanam mampu menghasilkan
produksi yang lebih banyak minimal dua kali lipat dari
benih daerah setempat (lokal). Kebanyakan para petani
lebih suka menanam padi IR64 karena lebih tahan terhadap
serangan hama wereng. Mempunyai butiran panjang dengan
rasa pulen. Beras IR64 masih tetap mendominasi pasaran.
Contoh varietas tipe IR64 adalah Way Apo Buru (1988),
14
Widas (1999), Ciherang (2000), Tukad Unda (2000), dan
Konawe (2001).
Berikut ini merupakan deskripsi dari varietas padi IR-64:
DESKRIPSI VARIETAS IR 64
Nama Varietas : IR 64Kelompok : Padi SawahNomor Seleksi : IR18348-36-3-3Asal Persilangan : IR5657/IR2061Golongan : CereUmur Tanaman : 115 hariBentuk Tanaman : TegakTinggi Tanaman : 85 cmAnakan Produktif : 25 batangWarna Kaki : HijauWarna Batang : HijauWarna Daun Telinga : Tidak berwarnaWarna Lidah Daun : -Warna Daun : HijauWarna Muka Daun : KasarPosisi Daun : TegakDaun Bendera : TegakBentuk Gabah : Ramping, panjangWarna Gabah : Kuning bersihKerontokan : TahanKerebahan : TahanTekstur Nasi : PulenKadar Amilosa : 27%Bobot 1000 Butir : 24,1 gRata – Rata Produksi : 5,0 t/haPotensi Hasil : -Tahan wereng coklat biotipe 1, 2 dan wereng hijauKetahanan Terhadap Hama : - Agak tahan bakteri busuk hawar daun (Xanthomonas oryzae) – Tahan kerdil rumputKetahanan Terhadap Penyakit: 1986
15
Anjuran : - Baik ditanam untuk i sawah irigasi dataran rendah di Jawa Timur – Cukup baik untuk padi rawa/pasang surutPemulia : -Peneliti : -Teknisi : -Dilepas Tahun : 1986
Dengan adanya varietas padi IR-64 ini, banyak petani
yang beralih bertanam padi, dari varietas lokal ke
varietas hasil persilangan IR-64 yang kualitasnya lebih
baik daripada varietas lokal. Padi IR-64 memang sudah
sejak lama diperkenalkan sejak tahun 1986. Namun kualitas
padi IR-64 ini memang lebih baik daripada kualitas lokal
pada umumnya. Dapat dijelaskan dari deskripsi di atas
disebutkan bahwa padi IR-64 memiliki ketahanan terhadap
hama wereng coklat dan wereng hijau.
Ada lagi keunggulan dari padi IR-64 ini, yaitu padi
IR-64 lebih tahan terhadap bakteri busuk hawar daun
(Xanthomonas oryzae). Bakteri ini sering kali bila air
irigasi tinggi, tanaman yang layu terkulai kepermukaan
air dan menjadi busuk. Pada tanaman yang peka terhadap
penyakit ini, gejala terus berkembang hingga seluruh
permukaan daun, bahkan kadang-kadang pelepah padi sampai
mengering. Pada pagi hari cuaca lembab, eksudat bakteri
sering keluar ke permukaan daun dan mudah jatuh oleh
hembusan angin, gesekan angin, gesekan daun atau percikan
16
air hujan. Eksudat ini merupakan sumber penularan yang
efektif.
Tentunya penyakit hawar daun ini mudah menular pada
tanaman padi, dimana kondisi lahan pertanian di Indonesia
cenderung mudah terkena banjir yang sering melanda
wilayah Indonesia. Oleh karena itu tentunya varietas padi
IR-64 tetap menjadi unggulan dikarenakan varietas padi
IR-64 ini lebih tahan terhadap banjir yang nantinya akan
mengakibatkan penyakit hawar busuk daun. Padi IR-64 ini
dapat tahan di genangan air (banjir) kurang lebih selama
14 hari (2 minggu).
Disebutkan dalam situs National Geographic
Indonesia, dalam artikel Teknologi pertanian (Craig
Cutler) menjelaskan bahwa Pemanasan global menaikkan
permukaan laut dan merendam pesisir. Galur padi baru IR64
Sub1 dalam akuarium di IRRI di Filipina, bisa bertahan
hidup terendam selama dua minggu, tempat banjir merusak
20 juta hektare sawah setiap tahunnya.
17
Gambar di sampingmenunjukkan bahwa padi IR-64 tahan terhadap banjirdan telah di ujikualitasnya.
Begitu banyak keunggulan dari padi IR-64 sehingga
para petani kemudian beralih bertanam dari varietas padi
lokal, menuju varietas padi unggul salah satunya adalah
padi IR-64. Hal inilah yang kemudian menyebabkan varietas
padi lokal mulai tergeser keberadaannya.
PENUTUP
Kesimpulan
Pertanian merupakan salah satu sektor utama di Indonesia
karena Indonesia merupakan Negara agraris. Komoditas
utama di Indonesia salah satunya adalah padi sebagai
penghasil tanaman pangan. Varietas padi di Indonesia
cukup banyak mulai dari varietas lokal maupun impor.
Varietas impor sendiri sudah mulai merambah di Indonesia
sejak adanya revolusi hijau yang sedang digemparkan di
dunia. Salah satu varietas impor yang bagus ialah
varietas padi IR-64 yang dikeluarkan oleh lembaga IRRI
yaitu lembaga penelitian padi internasional yang
bertempat di Filipina. Varietas padi IR-64 ini memiliki
keunggulan antara lain tahan terhadap hama tanaman,
memiliki kualitas nasi yang enak, beras pulen, hingga
tahan banjir. Tentunya kualitas padi IR-64 ini
mengalahkan kualitas varietas padi lokal yang biasanya
ditanam oleh para petani. Salah satu keunggulan yang
cukup signifikan yaitu kualitas padi IR-64 yang tahan
18
banjir. Tentunya hal ini sesuai dengan kondisi wilayah
alam Indonesia yang cenderung banjir saat musim hujan dan
merugikan petani. Sehingga keberadaan padi IR-6 ini akan
berdampak pada keberadaan padi lokal dan akan selalu
bersaing dengan produk padi lokal. Sehingga varietas padi
lokal cenderung menurun hasil pertaniannya. Sedangkan
untuk varietas padi IR-64 lebih menguasai lahan
pertanian.
Saran
Sebagai saran, seharusnya tetap ada pelestarian untuk
varietas padi lokal sehingga tidak akan menimbulkan
perbedaan yang mendasar antara varietas padi lokal dengan
varietas padi unggul (impor). Dalam hal ini, pihak
peneliti sebaiknya terus mengembangkan varietas lokal
dengan kualitas yang unggul. Sehingga produksi padi di
Indonesia tetap berjalan sebagaimana mestinya.
19
DAFTAR PUSTAKA
Fatchan, Achmad. 2013. Geografi Tumbuhan Hewan. PT. ombak
Balai Besar Pengkajian dan Pengembangan Teknologi
Pertanian Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian.
2008. Teknologi Budidaya Padi. Seri buku inovasi:
TP/01/2008. 31 Hal.
Ikhwani1, Endang Suhartatik2, dan A. Karim Makarim1.
2010. Jurnal Pengaruh Waktu, Lama, dan Kekeruhan Air
Rendaman terhadap Pertumbuhan dan Hasil Padi Sawah IR64-
sub1
Rahayu, Restu. 2013. IDENTIFIKASI DAN KARAKTERISASI GEN
TOLERAN GENANGAN POPULASI PADI BC4F1 CIHERANG-Sub1
Aris Hairmansis, Supartopo, Bambang Kustianto, Suwarno,
dan Hamdan Pane. 2012. PERAKITAN DAN PENGEMBANGAN
VARIETAS UNGGUL BARU PADI TOLERAN RENDAMAN AIR INPARA 4
DAN INPARA 5 UNTUK DAERAH RAWAN BANJIR
U. Susanto, A.A. Daradjat, dan B. Suprihatno. 2003.
PERKEMBANGAN PEMULIAAN PADI SAWAH DI INDONESIA
Akbar, Rus. 2013. 15 Jenis Padi Lokal Teruji 'Ramah
Lingkungan' diakses melalui 15 Jenis Padi Lokal Teruji
20
'Ramah Lingkungan' diakses Okezone Economy.htm. pada 17
november 2014 pukul 15.00 wib
Kusuma, cahya hermawan. 2013. Laporan Praktikum
Agroekologi (Analisis Subsistem Persawahan) diakses
melalui Berbagi Informasi Laporan Praktikum Agroekologi
(Analisis Subsistem Persawahan).htm pada 17 november 2014
pukul 16.00 wib
Admin, 2014. Padi diakses melalui - Wikipedia bahasa
Indonesia, ensiklopedia bebas.htm
Dewangga, Dewo Devu Djavu. 2010. Upaya Peningkatan Hasil
Padi IR 64 di Desa Ngebruk Kecamatan Sumberpucung diakses
melalui Upaya Peningkatan Hasil Padi IR 64 di Desa
Ngebruk Kecamatan Sumberpucung.htm pada 18 november 2014
pukul 15.27
admin, 2012. Pengembangan Teknologi Pertanian di
Indonesia diakses melalui Pengembangan Teknologi
Pertanian di Indonesia _ padiberas.com.htm pada 19
novemnber 2014 pukul 09.37 wib
Inspirasi. 2012. Prospek Benih Padi Hibrida Impor Dan
Permasalahannya diakses melalui Prospek Benih Padi
Hibrida Impor Dan Permasalahannya _ Inspirasi Bangsa.htm
pada 19 november 2014 pukul 11.25 wib
Maulana, ian. 2012. REVOLUSI HIJAU DAN INDUSTRIALISASI
PADA MASA ORDE BARU diakses melalui REVOLUSI HIJAU DAN
21
INDUSTRIALISASI PADA MASA ORDE BARU _ Ian Maulana.htm
pada 23 november 2014 pukul 13.02
Supriyadi Pro. 2014. Revolusi Hijau di negara berkembang
diakses melalui Revolusi Hijau di negara berkembang _
Sejarah Nasional dan Dunia.htm pada 23 november 2014
pukul 14.25 wib
sugiarsomuliasaputra. 2012. Sejarah IRRI (International
Rice Research Institute) diakses melalui Sejarah IRRI
(International Rice Research Institute) _ Age Quad
Agis.htm pada 24 november 2014 pukul 11.35
Wikipedia Indonesia. 2014. Teknologi pertanian diakses
melalui Teknologi Pertanian - Wikipedia bahasa Indonesia,
ensiklopedia bebas.htm pada 26 november 2014 pukul 08.35
wib
Ngorfat. 2012. Sejarah Singkat Perkembangan Teknologi
Pertanian di Indonesia diakses melalui Tempat Ngobrol
Anak FATETA Sejarah Singkat Perkembangan Teknologi
Pertanian di Indonesia.htm pada 27 november 2014 pukul
21.30 wib
Nugraha, S. Udin. 2004. Kelembagaan DAS. Diakses melalui
Udin S, Nugraha _ Kelembagaan DAS.htm pada 27 november
2014 pukul 18.30 wib
Sampit, Ari. 2009. VARIETAS IR-64 diakses melalui
VARIETAS IR-64 Petaniku dan Nasa.html pada tanggal 28
november 2014 pukul 15.45 wib
22
Admin. 2013. Vietnam dan IRRI bekerjasama meneliti
pengembangan cabang perberasan diakses melalui Vietnam
dan IRRI bekerjasama meneliti pengembangan cabang
perberasan._Berita - VOV5.htm pada tanggal 28 november
2014 pukul 16.05 wib
Sugoi, Magnae. 2012. Sepenggal Informasi REVOLUSI HIJAU
DAN INDUSTRIALISASI PADA MASA ORDE BARU diakses melalui
Sepenggal Informasi REVOLUSI HIJAU DAN INDUSTRIALISASI
PADA MASA ORDE BARU.htm pada tanggal 28 november 2014
pukul 16.30 wib
Nurman Ihsan, SP. 2011. JENIS-JENIS PADI YANG BANYAK
DITANAM PETANI OKSIGEN PERTANIAN diakses melalui JENIS-
JENIS PADI YANG BANYAK DITANAM PETANI OKSIGEN PERTANIAN
– Satu Tanaman Tumbuh dari Tangan Kita Kemudian
Mengeluarkan Oksigen. Bila Kita Ikhlas , Berbuah
Pahala.html pada tanggal 29 november 2014 pukul 16.50 wib
23