PERTUMBUHAN DAN HASIL DUA VARIETAS BAWANG ...
-
Upload
khangminh22 -
Category
Documents
-
view
0 -
download
0
Transcript of PERTUMBUHAN DAN HASIL DUA VARIETAS BAWANG ...
SKRIPSI
PERTUMBUHAN DAN HASIL DUA VARIETAS BAWANG
MERAH (Allium ascalonicum L.) DENGAN PEMBERIAN
PUPUK ORGANIK CAIR URIN SAPI PADA
KONSENTRASI YANG BERBEDA
Oleh:
M. FAUZAN RIZAL HANDANI
11682102740
PROGRAM STUDI AGROTEKNOLOGI
FAKULTAS PERTANIAN DAN PETERNAKAN
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SULTAN SYARIF KASIM RIAU
PEKANBARU
2021
SKRIPSI
PERTUMBUHAN DAN HASIL DUA VARIETAS BAWANG
MERAH (Allium ascalonicum L.) DENGAN PEMBERIAN
PUPUK ORGANIK CAIR URIN SAPI PADA
KONSENTRASI YANG BERBEDA
Oleh:
M. FAUZAN RIZAL HANDANI
11682102740
Diajukan sebagai salah satu syarat
Untuk memperoleh gelar Sarjana Pertanian
PROGRAM STUDI AGROTEKNOLOGI
FAKULTAS PERTANIAN DAN PETERNAKAN
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SULTAN SYARIF KASIM RIAU
PEKANBARU
2021
HALAMAN PENGESAHAN
Judul : Pertumbuhan dan Hasil Dua Varietas Bawang Merah (Allium
ascalonicum L.) dengan Pemberian Pupuk Organik Cair Urin
Sapi pada Konsentrasi yang Berbeda
Nama : M. Fauzan Rizal Handani
NIM : 11682102740
Program Studi : Agroteknologi
Menyetujui:
Setelah diuji pada tanggal 5 Januari 2021
Pembimbing I Pembimbing II
Rita Elfianis, S.P., M.Sc. Yusmar Mahmud, S.P., M.Si.
NIK. 130 817 066 NIK. 130 817 065
Mengetahui:
Dekan, Ketua,
Fakultas Pertanian dan Peternakan Program Studi Agroteknologi
Edi Erwan, S.Pt., M.Sc., Ph.D. Dr., Syukria Ikhsan Zam, M.Si.
NIP.19730904 199903 1 003 NIP. 19810107 200901 1 008
HALAMAN PERSETUJUAN
Skripsi ini telah diuji dan dipertahankan di depan tim penguji ujian
Sarjana Pertanian pada Fakultas Pertanian dan Peternakan
Universitas Islam Negeri Sultan Syarif Kasim Riau
dan dinyatakan lulus pada tanggal 5 Januari 2021
No Nama Jabatan Tanda Tangan
1.
2.
3.
4.
5.
Dr. Ahmad Taufiq Arminudin, S.P., M.Sc.
Rita Elfianis, S.P., M.Sc.
Yusmar Mahmud, S.P., M.Si.
Novita Hera, S.P., M.P.
Nida Wafiqah Nabila M. Solin, M.Si.
KETUA
SEKRETARIS
ANGGOTA
ANGGOTA
ANGGOTA
1. _________
2. _________
3. _________
4. _________
5. _________
PERNYATAAN
Dengan ini saya menyatakan bahwa:
1. Karya tulis saya berupa skripsi ini adalah asli dan belum pernah diajukan
untuk mendapatkan gelar akademik apapun (sarjana, tesis, disertasi dan
sebagainya), baik di Universitas Islam Negeri Sultan Syarif Kasim Riau
maupun di perguruan tinggi lainnya.
2. Karya tulis ini murni penelitian saya sendiri, tanpa bantuan pihak lain, kecuali
arahan tim dosen pembimbing dan hak publikasi karya tulis ilmiah ini ada
pada penulis, pembimbing 1 dan pembimbing 2.
3. Dalam karya tulis ini tidak terdapat karya atau pendapat yang telah ditulis
atau dipublikasikan orang lain, kecuali secara tertulis dengan jelas
dicantumkan sebagai acuan dalam naskah dengan disebutkan nama
pengarangnya dan dicantumkan pula di dalam daftar pustaka.
4. Pernyataan ini saya buat dengan sesungguhnya dan apabila dikemudian hari
terdapat penyimpangan dan ketidakbenaran dalam pernyataan saya ini, maka
saya bersedia menerima sanksi akademik berupa pencabutan gelar yang telah
diperoleh karena karya tulis ini, serta sanksi lainnya sesuai dengan norma
hukum yang berlaku di perguruan tinggi dan negara Republik Indonesia.
Pekanbaru, Januari 2021
Yang membuat pernyataan,
M. Fauzan Rizal Handani
NIM. 11682102740
Persembahan Alhamdulillah.. Alhamdulillah.. Alhamdulillahirobbil’alamin...
Segala puji dan syukur aku ucapkan kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala yang
mana Kau berikan aku akal yang mampu untuk berpikir untuk menuntut
ilmu dan segala kenikmatan yang Kau berikan kepada ku sehingga aku
bersyukur atas nikmat yang Kau berikan kepada ku.
Serta beriring salam aku hadiahkan kepada baginda kita yaitu Rasullaah
Muhammada Shallallahu ‘Alahi Wa Sallam yang mana telah membawa kita
dari zaman kegelapan menjadi zaman terang benderang serta dari zaman
kebodohan menjadi zaman yang berilmu.
Apa saja di antara rahmat Allah yang dianugrahkan kepada manusia, maka
tidak ada yang dapat menahannya; dan apa saja yang ditahan-Nya maka tidak
ada yang sanggup untuk melepaskannya setelah itu. Dan Dialah Yang Maha
Perkasa, Maha Bijaksana.
(QS : Fatir 2)
Wahai manusia! Ingat lah akan nikmat Allah kepadamu. Adakah pencipta
selain Allah yang dapat memberikan rezeki kepadamu dari langit dan bumi ?
Tidak ada Tuhan selain Dia; maka mengapa kamu berpaling (dari ketauhidan) ?
(QS : Fatir 3)
Maka nikmat Tuhanmu yang manakah yang kamu dustakan ?
(QS : Ar-Rahman 13)
Sebuah langkah awal dari cita-cita yang aku lewati ini
Semua hanya untuk Ayah dah Ibu ku tersayang
Dan...
Penantian yang selama ini Ayah dan Ibu tunggu
Akhirnya telah tersampai juga pada waktunya
Tetapi semua ini belum akhir dari segalanya
Melainkan awal dari satu perjuangan untuk masa depan
Ku persembahkan karya tulis ini hanyalah untuk Ayah dan Ibu
yang tak henti mendoakan anaknya dan kepada kakak dan
adikku yang selalu memberikan motivasi kepada ku.
Ibu...
Ibu adalah sebagai penguat hati ini yang selalu berdoa di setiap sujudnya
untuk keberhasilan dan kesuksesan anaknya.
Ibu tidak pernah ingin melihat anaknya dalam keadaan susah
Ia selalu berkorban untuk kebahagian anaknya
Tanpa mengenal pamri
Ayah...
Orang yang selalu memberi nasehat kepada anaknya untuk selalu berusaha
dan bekerja keras dan jangan pantang menyerah.
Keringat yang bercucuran deras yang mengalir dari tubuh mu
Merupakan perjuangan untuk kebahagiaan anak-anak mu
Tidak mengenal lelah dan letih di pikiran mu yang terpikir hanyalah
kebahagian keluarga dan anak-anak mu.
-MOTTO-
“Bukan Awal, Tapi Akhir”
UCAPAN TERIMA KASIH
Assalamu’alaikum warahmatullahi wabarakatuh
Alhamdulillahi rabbil’alamin, segala puji bagi Allah Subhanahu Wa
Ta’ala yang telah memberikan rahmat dan hidayah-Nya sehingga penulis dapat
menyelesaikan tugas akhir ini dengan baik. Shalawat dan salam diucapkan untuk
junjungan kita Rasulullah Muhammad Shallallahu ‘Alahi Wa Sallam, karena
beliau telah membawa umat manusia dari zaman jahiliyah ke zaman yang penuh
dengan ilmu pengetahuan seperti sekarang ini.
Skripsi yang berjudul “Pertumbuhan dan Hasil Dua Varietas Bawang
Merah (Allium ascalonicum L.) dengan Pemberian Pupuk Organik Cair Urin Sapi
pada Konsentrasi yang Berbeda”. merupakan salah satu syarat untuk memperoleh
gelar Sarjana Pertanian pada Program Studi Agroteknologi Fakultas Pertanian dan
Peternakan Universitas Islam Negeri Sultan Syarif Kasim Riau.
Dalam pelaksanaan dan penyusunan skripsi ini penulis menyampaikan
terimakasih yang tidak terhingga kepada:
1. Kedua orang tuaku tercinta Ayahanda Hanif. T dan Ibunda Riza Efni yang
senantiasa memberikan semangat, motivasi dan telah membesarkan dengan
penuh kasih sayang dan cinta yang tulus. serta do’a dalam setiap sujudnya
adalah kekuatan terhebatku, sehingga penulis dapat memperoleh gelar
sarjana. Semoga apa yang telah diperoleh ini menjadi manfaat dan berguna
untuk anak mu di dunia maupun akhirat.
2. Kakak dan adikku tersayang Muhammad Yahya dan Muhammad Ikhsan yang
senantiasa memberikan motivasi, mendoakan, dukungan dan bantuan spiritual
maupun materil yang sangat luar biasa dan memberikan semangat selalu
kepada penulis.
3. Bapak Edi Erwan, S.Pt., M.Sc, Ph.D. selaku dekan Fakultas Pertanian dan
Peternakan Universitas Islam Negri Sultan Syarif Kasim Riau.
4. Bapak Dr. Irwan Taslapratama, M.Sc. selaku Wakil Dekan I, Ibu Dr. Triani
Adelina, S.Pt., M.P., selaku Wakil Dekan II dan Bapak Dr. Arsyadi Ali, S.Pt.,
M.Agr.,Sc. selaku Wakil Dekan III Fakultas Pertanian dan Peternakan
Universitas Islam Negeri Sultan Syarif Kasim Riau.
5. Bapak Dr. Syukria Ikhsan Zam, M.Si. selaku ketua Program Studi
Agroteknologi Fakultas Pertanian dan Peternakan Universitas Islam Negri
Sultan Syarif Kasim Riau.
6. Bapak Dr. Ahmad Taufiq Arminudin, S.P., M.Sc. selaku sekretaris Program
Studi Agroteknologi Fakultas Pertanian dan Peternakan Universitas Islam
Negri Sultan Syarif Kasim Riau.
7. Bapak Dr. Ahmad Taufiq Arminudin, S.P., M.Sc. selaku ketua munaqasah.
8. Ibu Rita Elfianis, S.P., M.Sc. Sebagai pembimbing I dan Bapak Yusmar
Mahmud, S.P., M.Si. sebagai pembimbing II dan pembimbing akademik
penulis yang telah banyak memberi arahan, masukan, nasihat serta motivasi,
sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini dengan baik.
9. Ibu Novita Hera, S.P., M.P. sebagai penguji I dan Ibu Nida Wafiqah Nabila
M. Solin, M.Si. sebagai penguji II yang telah memberikan masukan berupa
kritik dan saran kepada penulis dengan tujuan terselesaikannya skripsi ini
dengan baik.
10. Bapak Yusmar Mahmud, S.P., M.Si selaku pembimbing akademik atas
bimbingan dan motivasinya selama masa studi.
11. Bapak dan Ibu dosen Program Studi Agroteknologi dan seluruh staf Fakultas
Pertanian dan Peternakan Universitas Islam Negeri Sultan Syarif Kasim Riau
yang telah mengajarkan banyak ilmu dan pengalaman yang berguna selama
penulis kuliah.
12. My Candidate Nova Hardianti dan Adik - adikku tersayang : Muhammad
Ikhsan, Muhammad Raihan, Alfarizi, Silvia Putri dan Syauqi Aulia yang
selalu memberikan semangat dan membantu penulis dalam terlaksananya
penelitian maupun penyusunan skripsi.
13. Sahabat seperjuangan yang sudah bekerja sama dan membantu penulis dalam
terlaksananya penelitian maupun penyususan skripsi : Alex Andriadi. H,
Dicky Ramadhani, Muhammad Iqbal, Suci Amalia Pertiwi.
14. Teman-teman dan adik kelas yang sudah membantu penulis dalam
terlaksananya penelitian ini: Deni Asmita, Nurhayati Alam, Fitriana, Rizky
Anggie Aruchi, M. Iqbal Nasution.
15. Keluarga Besar Lokal D Agroteknologi 2016: Adli Fitri, Alex Andriadi. H,
Chaerul Ulum Badrudin, Dasha Lististio, S.P., Deni Asmita, Dia Ramadhanti,
Eko Fidarto, Fathur Rabbani Daulay, Fitriana, Holong M. Pasaribu, Insanul
Azmi, Kinanjar Asmara Dewi, Masnuriawan, Muhammad Iqbal, Novia Indri
Lestari, S.P., Rahmadi Syakban, Riandi Devialdy, Rizki Anggie Aruchi,
Sesha Larasati Sutrisno, Suci Amalia Pertiwi, Taufik Riyadi, Velly Akhriani,
Yogi Sarju Krismon.
16. Teman-teman Agroteknologi Angkatan 2016: Agus Zulfadli, Abdul
Muhaimin, Alma Ramadhani, Annur Janna, Chaerul Azman, Cici Irawati,
Dicky Ramadhani, Dewi Sagita, S.P., Dody Pratama, Elnya Suhana, Fauzi
Fernando, Febri Mursanto, Gevi Acri Saputra, Hilda Kusdiyanti, Hardiansyah
Putra, Ilham Ryan Hikmawan, Ilham Zuhdyawan Marpaung, Lisna Enda
Yani, Insanul Rahman, M. Helmi, Melinda Agustina, Nurhayati Alam, Putri
Manjasari, Rendi Setiawan, Ridho Teguh Kurniawan, Sri Pujiati, Suhelmi
Julandri, Trisno, Wahyudi Rizky, Yasril Hadi, Yena Indira Dewi dan semua
teman-teman yang belum sempat penulis tulis yang telah memberikan
semangat dan motivasi kepada penulis baik pada saat perkuliahan maupun
pada saat penyusunan skripsi ini.
17. Senior yang telah membantu dan memberi masukan kepada penulis dalam
terlaksananya penelitian maupun penyusunan skripsi: Abdul Majid, S.P.,
Apriadi Sanjaya, S.P., Endra Cahyono, S.P., Resi Pratiwi Amalya S.P., Zainal
Pulungan, S.P.
Penulis berharap dan mendoakan semoga semua yang telah kita lakukan
dengan ikhlas dihitung amal ibadah oleh Allah Subbahanahu Wata’ala, Amin
yarobbal’alamin.
Wassalamu’alaikum warahmatullahi wabarakatuh
Pekanbaru, Januari 2021
Penulis
RIWAYAT HIDUP
M. Fauzan Rizal Handani dilahirkan di Payakumbuh,
Kecamatan Guguak, Kabupaten Lima Puluh Kota, Provinsi
Sumatera Barat, pada tanggal 10 September 1998. Lahir dari
pasangan Hanif. T dan Riza Efni, yang merupakan anak
kedua dari tiga bersaudara. Masuk sekolah dasar di SDN 012
Sukaramai, Kecamatan Tapung Hulu, Kabupaten Kampar,
Provinsi Riau dan tamat pada tahun 2010.
Pada tahun 2010 melanjutkan pendidikan ke Sekolah Menengah Pertama (SMP)
di SMPN 1 Tapung Hulu, Kecamatan Tapung Hulu, Kabupaten Kampar dan
tamat pada tahun 2013. Pada tahun 2013 melanjutkan pendidikan ke SMA Negeri
3 Tapung, Kecamatan Tapung, Kabupaten Kampar, Provinsi Riau dan tamat pada
tahun 2016.
Pada tahun 2016 melalui jalur seleksi penerimaan Ujian Masuk Jalur Mandiri
(UMJM) penulis di terima menjadi mahasiswa pada Program Studi Agroteknologi
Fakultas Pertanian dan Peternakan Universitas Islam Negeri Sultan Syarif Kasim
Riau. Pada bulan Juli sampai Agustus 2018 penulis melaksanakan Praktek Kerja
Lapang (PKL) di PTPN V Sei Tapung, Kecamatan Tandun, Kabupaten Rokan
Hulu, Provinsi Riau. Bulan Juli sampai Agustus 2019 penulis melaksanakan
Kuliah Kerja Nyata (KKN) di Desa Rimba Beringin, Kecamatan Tapung Hulu,
Kabupaten Kampar, Provinsi Riau.
Penulis melaksanakan penelitian pada bulan Mei sampai Juli 2020 dengan judul
“Pertumbuhan dan Hasil Dua Varietas Bawang Merah (Allium ascalonicum L.)
dengan Pemberian Pupuk Organik Cair Urin Sapi pada Konsentrasi yang
Berbeda” di bawah bimbingan Ibu Rita Elfianis, S.P., M.Sc. dan Bapak Yusmar
Mahmud, S.P., M.Si.
Pada tanggal 5 Januari 2021 dinyatakan lulus dan berhak menyandang gelar
Sarjana Pertanian melalui sidang tertutup Program Studi Agroteknologi Fakultas
Pertanian dan Peternakan Universitas Islam Negeri Sultan Syarif Kasim Riau.
i
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis ucapkan kehadirat Allah Subhanahu wata'ala, yang
telah memberikan petunjuk dan hidayah-Nya, sehingga penulis dapat
menyelesaikan skripsi ini dengan judul “Pertumbuhan dan Hasil Dua Varietas
Bawang Merah (Allium ascalonicum L.) dengan Pemberian Pupuk Organik
Cair Urin Sapi pada Konsentrasi yang Berbeda”. Skripsi ini dibuat sebagai
salah satu syarat untuk memperoleh gelar sarjana pertanian.
Shalawat beserta salam semoga senantiasa dilimpahkan kepada Nabi besar
Muhammad Shallallahu 'alaihi wasallam yang membawa umatnya dari masa yang
kelam menuju masa yang cerah dengan cahaya iman dan ilmu pengetahuan.
Penulis mengucapkan terima kasih kepada Ibu Rita Elfianis, S.P., M.Sc. selaku
pembimbing I dan Bapak Yusmar Mahmud, S.P., M.Si. sebagai pembimbing II
yang telah banyak memberikan bimbingan, petunjuk, arahan dan motivasi
sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini. Terima kasih kepada kedua
orang tua dan keluarga tercinta yang tanpa henti mengalirkan do’a untuk
keselamatan dan keberhasilan penulis, serta selalu memberikan dukungan moral
maupun materi sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini. Terima kasih
juga kepada teman-teman atas doa dan dukungannya, semoga mendapatkan
balasan dari Allah Shubhanallah wa taala.
Penulis sangat mengharapkan saran dan kritik yang bersifat membangun
untuk perbaikan skripsi ini. Semoga skripsi ini bermanfaat bagi kita semua baik
untuk masa kini maupun untuk masa yang akan datang.
Pekanbaru, Januari 2021
Penulis
ii
PERTUMBUHAN DAN HASIL DUA VARIETAS BAWANG
MERAH (Allium ascalonicum L.) DENGAN PEMBERIAN
PUPUK ORGANIK CAIR URIN SAPI PADA
KONSENTRASI YANG BERBEDA
M. Fauzan Rizal Handani (11682102740)
Di bawah bimbingan Rita Elfianis dan Yusmar Mahmud
INTISARI
Bawang merah (Allium ascalonicum L.) merupakan salah satu komoditas
hortikultura yang mempunyai arti penting bagi masyarakat, baik dilihat dari nilai
ekonomi maupun kandungan gizinya. Upaya untuk meningkatkan pertumbuhan
dan hasil bawang merah dapat dilakukan dengan cara pemupukan yaitu dengan
pemberian pupuk organik cair urin sapi dan penggunaan varietas bawang merah.
Tujuan penelitian ini yaitu untuk mendapatkan konsentrasi urin sapi dan varietas
bawang merah serta interaksi terbaik antara keduanya terhadap petumbuhan dan
hasil tanaman bawang merah. Penelitian ini dilaksanakan di Lahan Percobaan
Desa Rimba Beringin dan Laboratorium Agronomi dan Agrostologi Fakultas
Pertanian dan Peternakan Universitas Islam Negeri Sultan Syarif Kasim Riau serta
di Laboratorium PT. Central Alam Resource Lestari pada Bulan Mei sampai Juli
2020. Metode penelitian ini menggunakan Rancangan Acak Lengkap (RAL)
faktorial yang terdiri dari 2 faktor yang diulang sebanyak 5 kali. Faktor pertama
yaitu konsentrasi urin sapi (Kontrol, 20%, 40%, 60%, 80% dan 100%), dan faktor
kedua yaitu varietas bawang merah (Bauji dan Bima Brebes). Parameter
pengamatan yaitu tinggi tanaman, jumlah daun, jumlah umbi per tanaman,
diameter umbi, berat segar umbi per tanaman, berat segar tajuk dan berat kering
tajuk. Hasil penelitian menunjukkan bahwa pemberian pupuk organik cair urin
sapi konsentrasi 20% lebih efisien dalam meningkatkan jumlah umbi per tanaman
bawang merah. Penggunaan bawang merah varietas Bima Brebes mampu
meningkatkan tinggi tanaman dan diameter umbi. Interaksi antara pemberian
pupuk organik cair urin sapi dengan konsentrasi 20% dan penggunaan varietas
Bima Brebes memberikan hasil terbaik dalam meningkatkan berat segar umbi per
tanaman, berat segar tajuk dan berat kering tajuk pada tanaman bawang merah.
Kata Kunci : Bawang merah, Hasil, Pertumbuhan, Urin Sapi, Varietas.
iii
GROWTH AND YIELD OF TWO VARIETIES OF SHALLOTS (Allium
ascalonicum L.) WITH GIVING COW URIN LIQUID ORGANIC
FERTILIZER AT DIFFERENT CONCENTRATIONS
M. Fauzan Rizal Handani (11682102740)
Supervised by Rita Elfianis and Yusmar Mahmud
ABSTRACT
Shallot (Allium ascalonicum L.) are one of the horticultural commodities
that have an important meaning for the community, both in terms of their
economic value and nutritional content. Efforts to increase the growth and yield
of shallots can be done by fertilizing, namely by providing liquid organic fertilizer
for cow urine and using shallot varieties. The purpose of this study was to obtain
the concentration of cow urin and shallot varieties and the best interaction
between the two on the growth and yield of shallot plants. This research was
conducted at the Experimental Field of Rimba Beringin Village and the
Laboratory of Agronomy and Agrostology, Faculty of Agriculture and Animal
Science, State Islamic University of Sultan Syarif Kasim Riau and at the
Laboratory of PT. Central Alam Resource Lestari from May to July 2020. This
research method uses a factorial completely randomized design (CRD) consisting
of 2 factors repeated 5 times. The first factor is the concentration of cow urin
(Control, 20%, 40%, 60%, 80% and 100%), and the second factor is shallot
varieties (Bauji and Bima Brebes). Observation parameters were plant height,
number of leaves, number of tubers per plant, tuber diameter, tuber fresh weight
per plant, shoot fresh weight and shoot dry weight. The results showed that the
application of liquid organic fertilizer for cow urin with a concentration of 20%
was more efficient in increasing the number of tubers per shallot plant. The use of
Bima Brebes variety of shallots was able to increase plant height and tuber
diameter. The interaction between the application of liquid organic fertilizer for
cow urin with a concentration of 20% and the use of the Bima Brebes variety gave
the best results in increasing tuber fresh weight per plant, shoot fresh weight and
shoot dry weight in shallot plants.
Keywords: Shallot, Yield, Growth, Cow Urin, Varieties.
iv
DAFTAR ISI
Halaman
KATA PENGANTAR i
INTISARI ................................................................................................ ii
ABSTRACT ............................................................................................ iii
DAFTAR ISI iv
DAFTAR TABEL vi
DAFTAR SINGKATAN vii
DAFTAR LAMPIRAN viii
I. PENDAHULUAN 1
1.1. Latar Belakang 1
1.2. Tujuan Penelitian 4
1.3. Manfaat Penelitian 4
1.4. Hipotesis 4
II. TINJAUAN PUSTAKA 5
2.1. Tinjauan Umum Tanaman Bawang Merah 5
2.2. Klasifikasi dan Morfologi Bawang Merah ................................ 5
2.3. Syarat Tumbuh Bawang Merah ................................................ 8
2.4. Varietas Bawang Merah 9
2.5. Pupuk Organik Cair Urin Sapi 11
III. MATERI DAN METODE 14
3.1. Tempat dan Waktu 14
3.2. Bahan dan Alat 14
3.3. Metode Penelitian 14
3.4. Pelaksanaan Penelitian 15
3.5. Parameter Pengamatan 19
3.6. Analisis Data 20
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN .......................................................... 22
4.1. Kandungan Unsur Hara Urin Sapi ............................................... 22
4.2. Tinggi Tanaman .......................................................................... 23
4.3. Jumlah Daun ............................................................................... 25
4.4. Jumlah Umbi per Tanaman .......................................................... 27
4.5. Diameter Umbi ........................................................................... 30
4.6. Berat Segar Umbi per Tanaman ................................................... 32
4.7. Berat Segar Tajuk........................................................................ 34
4.8. Berat Kering Tajuk ...................................................................... 35
v
V. PENUTUP ........................................................................................ 38
5.1. Kesimpulan ................................................................................. 38
5.2. Saran .. ........................................................................................ 38
DAFTAR PUSTAKA 39
LAMPIRAN ............................................................................................ 46
vi
DAFTAR TABEL
Tabel Halaman
2.1. Beberapa Sifat Urin Sapi Sebelum dan Sesudah Difermentasi ........... 13
3.1. Kombinasi Perlakuan 15
3.2. Sidik Ragam 21
4.1. Analisis Unsur Hara Urin Sapi dan Pupuk Organik Menurut SNI
Tahun 2004 ....................................................................................... 22
4.2. Rerata Tinggi Tanaman Dua Varietas Bawang Merah dengan
Pemberian Pupuk Organik Cair Urin Sapi ......................................... 23
4.3. Rerata Jumlah Daun Dua Varietas Bawang Merah dengan Pemberian
Pupuk Organik Cair Urin Sapi ........................................................... 25
4.4. Rerata Jumlah Umbi Dua Varietas Bawang Merah dengan
Pemberian Pupuk Organik Cair Urin Sapi ......................................... 28
4.5. Rerata Diameter Umbi Dua Varietas Bawang Merah dengan
Pemberian Pupuk Organik Cair Urin Sapi ......................................... 30
4.6. Rerata Berat Segar Umbi Dua Varietas Bawang Merah dengan
Pemberian Pupuk Organik Cair Urin Sapi ......................................... 32
4.7. Rerata Berat Segar Tajuk Dua Varietas Bawang Merah dengan
Pemberian Pupuk Organik Cair Urin Sapi ......................................... 34
4.8. Rerata Berat Kering Tajuk Dua Varietas Bawang Merah dengan
Pemberian Pupuk Organik Cair Urin Sapi ......................................... 36
vii
DAFTAR SINGKATAN
BPS : Badan Pusat Statistik
POC : Pupuk Organik Cair
MST : Minggu Setelah Tanam
HST : Hari Setelah Tanam
EM4 : Effective Microorganism 4
N : Nitrogen
P : Fosfor
K : Kalium
RAL : Rancangan Acak Lengkap
cm : centimeter
mL : mililiter
viii
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran Halaman
1. Deskripsi Tanaman Bawang Merah Varietas Bauji. ............................ 46
2. Deskripsi Tanaman Bawang Merah Varietas Bima Brebes .................. 47
3. Bagan Alur Penelitian ......................................................................... 48
4. Bagan Percobaan Menurut Rancangan Acak Lengkap (RAL)
Faktorial ............................................................................................. 49
5. Perhitungan Kebutuhan Dosis Pupuk 50
6. Hasil Analisis Urin Sapi ..................................................................... 51
7. Standar Kualitas Pupuk Organik menurut SNI .................................... 52
8. Ringkasan Hasil Analisis Sidik Ragam ............................................... 53
9. Hasil Analisis Sidik Ragam Tinggi Tanaman Bawang Merah ............. 54
10. Hasil Analisis Sidik Ragam Jumlah Daun Bawang Merah .................. 55
11. Hasil Analisis Sidik Ragam Jumlah Umbi Bawang Merah .................. 56
12. Hasil Analisis Sidik Ragam Diameter Umbi Bawang Merah ............... 58
13. Hasil Analisis Sidik Ragam Berat Segar Umbi Bawang Merah ........... 59
14. Hasil Analisis Sidik Ragam Berat Segar Tajuk Bawang Merah ........... 60
15. Hasil Analisis Sidik Ragam Berat Kering Tajuk Bawang Merah ......... 61
16. Dokumentasi Penelitian ...................................................................... 62
1
I. PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Bawang merah (Allium ascalonicum L.) merupakan tanaman sayuran yang
memiliki arti penting bagi masyarakat Indonesia baik dilihat dari nilai
ekonomisnya yang tinggi maupun dari kandungan gizinya. Bawang merah salah
satu komoditas sayuran yang digunakan sebagai bumbu penyedap makanan dan
bahan obat tradisional. Bawang merah memiliki kandungan karbohidrat, gula,
protein, asam lemak, dan mineral lainnya yang dibutuhkan oleh manusia (Waluyo
dan Sinaga, 2015). Menurut Samadi dan Cahyono (2005), bawang merah
dimanfaatkan untuk menyembuhkan penyakit maag, masuk angin, menurunkan
kadar gula dalam darah, kolesterol, obat penyakit kencing manis, menghilangkan
lendir dalam tenggorokan, memperlancar peredaran darah, menghambat
penimbunan trombosit, dan meningkatkan aktivitas fibrinolitik karena bawang
merah mengandung gizi cukup tinggi.
Menurut Santoso (2018) permintaan bawang merah di kota Pekanbaru
mencapai 1.746 ton. Hanya saja kota Pekanbaru baru mampu memenuhi 30%
permintaan bawang merah di kota Pekanbaru. Pemenuhan bawang merah di
Pekanbaru masih tergantung pada Provinsi Sumatera Barat dan Sumatera Utara.
Produksi bawang merah di Provinsi Riau pada tahun 2016 sebanyak 303 ton/ha,
pada tahun 2017 sebanyak 262 ton/ha dan pada tahun 2018 sebanyak 186 ton/ha
(BPS, 2019).
Produksi bawang merah di Provinsi Riau mengalami penurunan dari tahun
ke tahun sehingga belum mampu memenuhi kebutuhan lokal dan masih
bergantung dari daerah lain yaitu berasal dari Provinsi Sumatera Barat, Sumatera
Utara, dan Jawa. Untuk mengurangi ketergantungan Kota Pekanbaru dari daerah
lain serta banyaknya kebutuhan bawang merah perlu adanya teknik budidaya yang
optimal agar pertumbuhan dan produksi dapat diharapkan (Irfan, 2013). Perbaikan
sistem budidaya sangat penting dilakukan untuk meningkatkan produktivitas
lahan sekaligus menekan angka impor bawang merah. Untuk mengurangi volume
impor, peningkatan produksi dan mutu hasil bawang merah harus senantiasa
ditingkatkan melalui pemilihan varietas unggul, pemeliharaan seperti penyiraman,
pemupukan, penyiangan, pengendalian hama dan penyakit, kemudian lingkungan
2
yang sesuai. Namun varietas sangat mempengaruhi terhadap pertumbuhan dan
hasil tanaman bawang merah (Mehran dkk., 2016).
Upaya untuk meningkatkan produktivitas bawang merah di Pekanbaru
dengan menggunakan varietas lokal yang sesuai untuk dataran rendah, sehingga
diperlukan pengujian varietas lokal. Menurut Firmansyah dkk. (2014) beberapa
varietas Bauji, Super Philip dan Thailand yang didatangkan dari Kabupaten
Nganjuk ke Palangkaraya tersebut berhasil membentuk umbi yang dilakukan di
tanah marjinal yaitu gambut dan pasir kuarsa yang ditanam diluar musim,
memiliki daya tumbuh paling tinggi.
Ramadhan dan Maghfoer (2018) menyatakan bahwa varietas Bauji
memiliki daya tumbuhnya lebih cepat dan paling tinggi, serta pertumbuhan
jumlah daun, tinggi tanaman dan jumlah anakan yang lebih baik dibandingkan
varietas lain. Sedangkan keunggulan dari varietas Bima Brebes adalah mampu
menghasilkan produksi lebih dari 10 ton/ha, umur panen genjah 55 – 60 HST,
tahan ditanam di musim hujan, ukuran umbi sedang sampai besar, warna umbi
merah muda-merah tua dan disukai pasar (Basuki dkk., 2017). Selain penggunaan
varietas, pemupukan juga memiliki peran penting sebagai penyuplai unsur hara
bagi tanaman. Oleh karena itu perlu dilakukan budidaya bawang merah agar dapat
meningkatkan produksi bawang merah melalui pemupukan (Wati dkk., 2014).
Penggunaan pupuk organik mampu menjadi solusi dalam mengurangi
pemakaian pupuk anorganik yang berlebihan. Pupuk organik dapat berbentuk
padat maupun cair. Penggunaan pupuk organik mampu menjaga keseimbangan
lahan dan meningkatkan produktivitas lahan serta mengurangi dampak lingkungan
tanah. Kelebihan pupuk organik cair adalah unsur hara yang dikandungnya lebih
cepat tersedia dan mudah diserap akar tanaman (Zulia dkk., 2017). Salah satu
pupuk organik dalam bentuk cair adalah pupuk organik cair urin sapi
terfermentasi.
Limbah dari peternakan sapi di Indonesia belum banyak dimanfaatkan.
Sebagian peternak memanfaatkan limbah ini sebagai bahan biogas dan sebagian
membuangnya langsung ke sungai, sehingga menjadi salah satu penyebab polusi
lingkungan. Dalam sehari satu ekor sapi dapat menghasilkan urin sebanyak ± 20
liter (Nawawi dkk., 2016). Urin sapi dapat dimanfaatkan sebagai pupuk organik
3
cair sehingga dapat menjadi produk pertanian yang lebih bermanfaat (Rohani dkk,
2016).
Urin sapi merupakan salah satu alternatif untuk meningkatkan
ketersediaan, kecukupan, dan efisiensi serapan usur hara bagi tanaman yang
mengandung mikroorganisme sehingga dapat mengurangi penggunaan pupuk
anorganik dan meningkatkan hasil tanaman secara maksimal. Adanya bahan
organik dalam urin sapi mampu memperbaiki sifat fisik, kimia, dan biologi tanah.
Pemberian pupuk organik cair seperti urin sapi merupakan salah satu cara untuk
mendapatkan tanaman yang sehat dengan kandungan hara yang cukup tanpa
penambahan pupuk anorganik (Dharmayanti dkk., 2013).
Peningkatan kandungan hara pada urin sapi dapat ditingkatkan dengan
dilakukan fermentasi. Pupuk organik cair urin sapi yang telah terfermentasi
kandungan N, P, dan K meningkat dari sebelum difermentasi dan cukup besar
untuk memenuhi kebutuhan unsur hara bagi tanaman. Pupuk organik cair urin sapi
menjadi solusi sebagai pupuk yang baik bagi pertumbuhan dan perkembangan
tanaman untuk mengurangi penggunaan pupuk anorganik (Kurniawan, 2017).
Urin sapi memiliki kandungan N, P, K, dan juga terdapat hormon auksin
yang sangat penting bagi pertumbuhan dan perkembangan tanaman (Wati dkk.,
2014). Kandungan hara makro pada urin sapi yaitu Nitrogen 1%, Fospor 0,5%,
Kalium 1,5%, Karbon 1,1%, Air 92%, dan fitohormon. Auksin yaitu zat
perangsang tubuh yang bisa digunakan sebagai zat pengatur tumbuh. Setelah
pupuk cair urin sapi difermentasi unsur-unsur hara makro tersebut meningkat
yaitu Nitrogen menjadi 2,7%, Fosfor menjadi 2,4%, Kalium menjadi 3,8% dan
Karbon menjadi 3,8%. Warna yang semula kuning berubah menjadi kehitam-
hitaman, dan bau yang semula menyengat jauh berkurang (Alfarisi dan Manurung,
2015).
Hasil penelitian Tandi dkk. (2015) menyatakan bahwa pemberian urin
sapi terfermentasi dengan konsentrasi 10%, 20%, 30%, 40%, dan 50% dapat
meningkatkan tinggi tanaman, jumlah daun, jumlah umbi, berat segar umbi pada
tanaman bawang merah. Konsentrasi urin sapi 40% menghasilkan rata-rata
diameter umbi tertinggi pada tanaman bawang merah. Hasil penelitian Agustina
(2018), pemberian konsentrasi urin sapi terfermentasi 15% dapat meningkatkan
4
parameter bobot basah umbi perumpun dan per polybag, berat kering angin umbi
perumpun dan per polybag. Menurut penelitian Dwi (2016) pemberian urin sapi
konsentrasi 30% pada tanaman bawang merah menunjukkan hasil terbaik terhadap
pertumbuhan dan hasil bawang merah varietas Biru Lancor.
Berdasarkan uraian di atas maka penulis telah melakukan penelitian
dengan judul “Pertumbuhan dan Hasil Dua Varietas Bawang Merah (Allium
ascalonicum L.) dengan Pemberian Pupuk Organik Cair Urin Sapi pada
Konsentrasi yang Berbeda”.
1.2. Tujuan Penelitian
Tujuan penelitian ini adalah untuk :
1. Mendapatkan varietas bawang merah dengan hasil yang terbaik di dataran
rendah.
2. Mendapatkan konsentrasi pupuk organik cair urin sapi terbaik terhadap
pertumbuhan dan hasil bawang merah.
3. Mendapatkan interaksi antara konsentrasi pupuk organik cair urin sapi dengan
varietas bawang merah.
1.3. Manfaat Penelitian
Penelitian ini bermanfaat untuk memberikan informasi tentang pemanfaatan
pupuk organik cair urin sapi terhadap pertumbuhan dan hasil dua varietas bawang
merah.
1.4. Hipotesis
1. Bawang merah varietas Bauji dan Bima Brebes mampu tumbuh baik di dataran
rendah.
2. Pemberian pupuk organik cair urin sapi dengan konsentrasi 20% dapat
meningkatkan pertumbuhan dan hasil bawang merah.
3. Interaksi antara pemberian pupuk organik cair urin sapi dengan konsentrasi
20% dapat meningkatkan pertumbuhan dan hasil bawang merah varietas Bima
Brebes.
5
II. TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Tinjauan Umum Tanaman Bawang Merah
Tanaman bawang merah diduga berasal dari Asia Tengah, terutama
Palestina dan India, tetapi sebagian lagi memperkirakan asalnya dari Asia
Tenggara dan Mediteranian. Pendapat lain menyatakan bawang merah berasal dari
Iran dan pegunungan sebelah Utara Pakistan, namun ada juga yang menyebutkan
bahwa tanaman ini berasal dari Asia Barat, yang kemudian berkembang ke Mesir
dan Turki (Wibowo, 2005).
Bawang merah merupakan salah satu komoditi hortikultura yang termasuk
ke dalam sayuran rempah yang digunakan sebagai pelengkap bumbu masakan
guna menambah citarasa dan kenikmatan masakan. Di samping itu, tanaman ini
juga berkhasiat sebagai obat tradisional, misalnya obat demam, masuk angin,
diabetes melitus, disentri dan akibat gigitan serangga (Samadi dan Cahyono,
2005). Wibowo (2005) menyatakan bahwa bawang merah mengandung protein
1,5 g, lemak 0,3 g, kalsium 36 mg, fosfor 40 mg vitamin C 2 g, kalori 39 kkal, dan
air 88 g serta bahan yang dapat dimakan sebanyak 90%. Komponen lain berupa
minyak atsiri yang dapat menimbulkan aroma khas dan memberikan citarasa gurih
pada makanan.
2.2. Klasifikasi dan Morfologi Bawang Merah
Menurut Zulkarnain (2013), klasifikasi tanaman bawang merah adalah
sebagai berikut: Kingdom : Plantae, Divisio : Spermatophyta, Subdivisio :
Angiospermae, Class : Monocotyledonae, Ordo : Asparagales, Family : Liliaceae
Genus : Allium, Species : Allium ascalonicum L. Bawang merah merupakan
tanaman rendah yang tumbuh tegak dengan tinggi dapat mencapai 15 – 50 cm,
membentuk rumpun dan termasuk tanaman semusim.
Secara morfologi, bagian tanaman bawang merah dibedakan atas akar,
batang, daun, bunga, dan buah. Tanaman bawang merah mempunyai akar serabut
dengan daun berbentuk silinder berongga. Umbi terbentuk dari pangkal daun yang
bersatu dan membentuk batang yang berubah bentuk dan fungsi, membesar dan
membentuk umbi berlapis (Hervani dkk, 2008).
6
Batang tanaman bawang merah merupakan bagian kecil dari keseluruhan
kuncup-kuncup. Bagian bawah cakram merupakan tempat tumbuh akar. Bagian
atas batang sejati merupakan umbi semu, berupa umbi lapis (bulbus) yang berasal
dari modifikasi pangkal daun bawang merah. Pangkal dan sebagian tangkai daun
menebal, lunak dan berdaging, berfungsi sebagai tempat cadangan makanan.
Apabila dalam pertumbuhan tanaman tumbuh tunas atau anakan, maka akan
terbentuk beberapa umbi yang berhimpitan yang dikenal dengan istilah “siung”.
Pertumbuhan siung biasanya terjadi pada perbanyakan bawang merah dari benih
umbi dan kurang biasa terjadi pada perbanyakan bawang merah dari biji. Warna
kulit umbi beragam, ada yang merah muda, merah tua, atau kekuningan,
tergantung spesiesnya. Umbi bawang merah mengeluarkan bau yang menyengat
(Wibowo, 2005).
Daun bawang merah mempunyai satu permukaan yang berbentuk bulat
kecil memanjang, berlobang seperti pipa, bagian ujung daun meruncing dan
bagian bawahnya melebar dan membengkak. Daun berwarna hijau (Wibowo,
2009). Kelopak daun sebelah luar selalu melingkar menutup kelopak daun bagian
dalam. Beberapa helai kelopak daun terluar (2 – 3 helai) tipis dan mengering
tetapi cukup liat. Pembengkakan kelopak daun pada bagian dasar akan terlihat
mengembung, membentuk umbi yang merupakan umbi lapis. Bagian yang
membengkak ini berisi cadangan makanan bagi tunas yang akan menjadi tanaman
baru (Wibowo, 2001).
Bunga bawang merah merupakan bunga majemuk yang berbentuk tandan.
Pada ujung dan pangkal tangkai mengecil dan bagian tengah mengembung,
tangkai tandan bunga panjang bisa mencapai 30 – 50 cm (Suhaeni, 2007). Bunga
bawang merah termasuk bunga sempurna, terdiri dari 5 – 6 benang sari dan
sebuah putik. Daun bunga berwarna agak hijau bergaris keputih-putihan atau
putih. Bakal buah duduk di atas membentuk bangunan segitiga hingga tampak
jelas seperti kubah. Bakal buah terbentuk dari 3 daun buah (karpel) yang
membentuk 3 buah ruang dengan setiap ruang mengandung 2 bakal biji. Biji
bawang merah yang masih muda berwarna putih. Setelah tua, biji akan berwarna
hitam (Estu dkk., 2007).
7
Buah berbentuk bulat dengan ujungnya tumpul membungkus biji
berjumlah 2 – 3 butir. Bentuk biji pipih, sewaktu masih muda berwarna bening
atau putih, tetapi setelah tua menjadi hitam. Biji-biji berwarna merah dapat
dipergunakan sebagai bahan perbanyakan tanaman secara generatif (Sudirja,
2007).
Bawang merah adalah tanaman semusim dan memiliki umbi yang berlapis.
Umbi terbentuk dari pangkal daun yang bersatu dan membentuk batang yang
berubah bentuk dan fungsi, membesar dan membentuk umbi berlapis. Umbi
bawang merah terbentuk dari lapisan-lapisan daun yang membesar dan bersatu.
Umbi bawang merah bukan merupakan umbi sejati seperti kentang atau talas
(Hervani dkk, 2008).
Tanaman bawang merah dapat diperbanyak dengan biji dan umbi, tetapi
saat ini di Indonesia umumnya diperbanyak dengan menggunakan umbi. Umbi
yang baik untuk bibit adalah yang berasal dari tanaman yang sehat dan dipanen
cukup tua, tidak terserang hama penyakit, umbi padat berisi, warna cerah,
sebaiknya untuk bibit umbi yang disimpan 6 – 8 bulan karena saat ini telah mulai
tumbuh tunasnya (Rahayu dan Berlian, 2004).
Umbi bawang merah terus berkembang dan baru dapat dipanen setelah
tanaman berumur 70 hari setelah tanam pada dataran rendah dan 80 – 90 hari
setelah tanam untuk bawang merah pada dataran tinggi. Menurut Samadi dan
Cahyono (2005), tanda bawang merah dapat dipanen adalah terjadi perubahan
pada ujung daun, 70% dari seluruh tanaman sudah menampakkan daun yang
kuning. Pengeringan umbi bawang merah biasanya dilakukan dengan cara
menjemur di bawah sinar matahari selama 8 hari, selama penjemuran sebaiknya
tidak terlalu lama terkena sinar matahari agar tidak rusak, oleh sebab itu umbi
harus selalu tertutup oleh daun-daunnya (Suhaeni, 2007). Berikut adalah gambar
morfologi tanaman bawang merah yang dapat di lihat pada gambar 2.1.
8
(a). Akar (b). Batang
(c). Daun (d). Bunga
(e). Buah
Gambar 2.1 Morfologi tanaman bawang merah, (a). Akar, (b). Batang, (c). Daun,
(d). Bunga, (e). Buah (Sumber : Dokumentasi penelitian)
2.3. Syarat Tumbuh Bawang Merah
Wibowo (2009) menyatakan bahwa bawang merah lebih menyukai daerah
yang beriklim kering dengan suhu yang agak panas sekitar 25 – 320C dan
cuacanya cerah terutama yang mendapatkan sinar matahari lebih dari 12 jam,
tempatnya terbuka tidak berkabut dan angin yang sepoi-sepoi. Bawang merah
dapat tumbuh mulai dari dataran rendah hingga dataran tinggi yaitu 10 - 900 m
dpl, dan sangat cocok ditanam pada musim kemarau dengan sinar matahari
sebanyak-banyaknya, tidak ternaungi, tanah yang diingini adalah tanah gembur,
subur dan banyak mengandung bahan organik, dengan keasaman tanah 5,5 – 7,0
dengan tanah yang bervariasi mulai dari tanah alluvial, latosol dan andosol.
9
Menurut Basrawati (2009), bawang merah dapat tumbuh baik pada ketinggian
900 m dpl, dengan curah hujan 300 – 2500 mm/thn namun juga dapat tumbuh
pada ketinggian 300 m dpl, namun umbi yang dihasilkan kurang baik.
Bawang merah dapat tumbuh dan berproduksi dengan baik di dataran
rendah sampai dataran tinggi ± 1.100 m (ideal 0 – 800 m) di atas permukaan laut,
tetapi produksi terbaik dihasilkan dari dataran rendah yang didukung keadaan
iklim meliputi suhu udara antara 25 – 320C dan iklim kering, tempat terbuka
dengan pencahayaan ± 70%, karena bawang merah termasuk tanaman yang
memerlukan sinar matahari cukup panjang, tiupan angin sepoi-sepoi berpengaruh
baik bagi tanaman terhadap laju fotosintesis dan pembentukan umbinya akan
tinggi (BPPT, 2007). Sebelumnya, Wibowo (2009) berpendapat tanaman bawang
merah akan dapat tumbuh baik dengan ketinggian sampai 30 m dpl, untuk dataran
rendah. Sementara suhu yang cocok rata-rata tahunannya 300C. Kelembaban
udara (nisbi) untuk dapat tumbuh dan berkembang dengan baik serta hasil
produksi 80 – 90%. Intensitas sinar matahari penuh lebih dari 12 jam/hari, oleh
sebab itu tanaman ini tidak perlu naungan (Deptan, 2007).
Tanaman bawang merah menyukai tanah yang subur, gembur dan banyak
mengandung bahan organik. Tanah yang gembur dan subur akan mendorong
perkembangan umbi sehingga hasilnya besar-besar. Selain itu, bawang merah
hendaknya ditanam di tanah yang mudah meneruskan air, aerasenya baik dan
tidak becek. Keasaman tanah (pH) yang paling sesuai untuk bawang merah adalah
yang agak asam sampai normal (6,0 – 6,8) (Rahayu dan Berlian, 2004).
Peningkatan produksi bawang merah di luar masalah budidayanya,
masalah varietas dianggap besar pengaruhnya terhadap kualitas dan kuantitas
produksinya. Tiap varietas memiliki kelebihan dan kekurangan yang berbeda dan
masih tergantung pada kondisi wilayah penanamannya, varietas itu akan
berproduksi tinggi bila ditanam sesuai dengan tuntutan dan kebutuhan tanaman
sendiri (Hidayatullah, 2005).
2.4. Varietas Bawang Merah
2.4.1. Varietas Bauji
Bawang merah varietas Bauji merupakan varietas bawang unggul yang
dilepaskan oleh BBTP dengan nomor SK: No 65/Ktps/TP.240/2/2000, tgl 25-2-
10
2000. Varietas ini mulai berbunga pada umur 45 hari memiliki umur panen 58 –
60 hari setelah tanam dengan ditandai 60% batang melemas saat memasuki masa
panen dengan potensi hasil yang didapat 18 ton/ha, tinggi tanaman 35 – 43 cm,
berat per umbinya 6 – 10 g serta memiliki jumlah umbi perumpun mencapai 8 –
11 atau lebih. Bentuk dan warna umbi yang dimiliki varietas ini yaitu bulat
lonjong dengan warna merah keunguan beraroma sedang tidak menyengat
(Baswarsiati dkk., 2005).
Bentuk daun silindris berlubang, banyak daun mencapai 40 – 45
helai/rumpun dengan warna hijau, bentuk bunga seperti payung berwarna putih,
banyak buah/tangkai 75 – 100, banyak bunga/tangkai 115 – 150, banyak tangkai
bunga/rumpun 2 – 5, bentuk biji bulat, gepeng, berkeriput dengan warna biji
hitam. Daya simpan umbi mencapai 3 sampai 4 bulan dengan susut bobot umbi
mencapai 25% (basah-kering) varietas Bauji toleransi terhadap serangan penyakit
Fusarium sp. dan agak tahan terhadap ulat grayak (Spodoptera litura) serta daya
adaptasinya sesuai untuk musim hujan (Baswarsiati dkk., 2005).
2.4.2. Varietas Bima Brebes
Varietas Bima Brebes berasal dari daerah Brebes dan cocok ditanam di
daerah dataran rendah. Varietas ini memiliki karakteristik sebagai berikut: tinggi
tanaman berkisar antara 25 – 44 cm, jumlah anakan antara 7 – 12, daun tanaman
berbentuk silindris berlubang, warna daun hijau, jumlah daun 14 – 50 helai dan
umur panen lebih kurang 60 hari setelah tanam. Biasanya tanaman bawang merah
varietas Bima Brebes agak sukar berbunga. Pembungaan terjadi pada umur 50
hari. Bunga tanaman berbentuk seperti payung dan berwarna putih, dengan jumlah
bunga per tangkai berkisar antara 120 – 160, dan jumlah tangkai bunga per
rumpun antara 2 – 4 (Pitojo, 2003).
Jumlah buah per tangkai berkisar antara 60 – 100, dengan biji berbentuk
bulat, gepeng, berkeriput dan berwarna hitam. Umbi berbentuk lonjong, bercincin
kecil pada leher cakram dan berwarna merah muda. Produksi umbi mencapai 9,9
ton/ha dengan susut bobot dari umbi basah menjadi umbi kering 21,5%. Umbi
bawang varietas Bima Brebes cukup tahan terhadap penyakit busuk umbi
(Botrytis allii), namun peka terhadap penyakit busuk ujung (Phytophthora porri)
(Pitojo, 2003).
11
2.5. Pupuk Organik Cair Urin Sapi
Pupuk organik merupakan hasil dekomposisi bahan-bahan organik yang
diurai (dirombak) oleh mikroba, yang hasil akhirnya dapat menyediakan unsur
hara yang dibutuhkan tanaman untuk pertumbuhan dan perkembangan tanaman
(Supartha dkk, 2012). Pupuk organik berasal dari organisme hidup yang telah
mati, meliputi kotoran hewan, seresah dan sampah (Samekto, 2006). Bahan
organik ini mengalami pembusukan oleh mikroorganisme sehingga sifat fisik
akan berbeda dari semula. Pupuk organik merupakan salah satu bahan yang
penting untuk menghasilkan produk pertanian yang terbebas dari bahan-bahan
kimia berbahaya bagi kesehatan manusia (Parman, 2007).
Menurut Setiawan (2009), penggunaan pupuk organik dapat menjadi
bahan alternatif untuk mengurangi penggunaan pupuk kimia, dalam upaya
melestarikan dan mengembalikan kesuburan tanah perlu dilakukan upaya-upaya
meningkatkan unsur hara dengan cara pemberian pupuk organik. Manullang dkk.
(2014), menyatakan bahwa penggunaan pupuk organik yang lebih efektif adalah
dalam bentuk cair karena pupuk cair lebih mudah dimanfaatkan oleh tanaman.
Menurut Arinong (2011), pupuk organik cair adalah pupuk yang dapat
memberikan unsur hara sesuai dengan kebutuhan tanaman pada tanah. Lebih
lanjut, Pardosi dkk. (2014) menyatakan bahwa pupuk organik yang berbentuk cair
dalam pemupukan lebih merata, pupuk organik cair mempunyai kelebihan dapat
secara cepat mengatasi defesiensi hara dan mampu menyediakan hara secara
cepat. Tanaman menyerap hara terutama melalui akar, tetapi daun juga punya
kemampuan menyerap hara.
Urin sapi yang biasanya hanya menjadi limbah peternakan akan lebih
berguna bila dimanfaatkan sebagai pupuk cair untuk tanaman (Kurniawan, 2017).
Urin sapi merupakan salah satu alternatif untuk meningkatkan ketersediaan,
kecukupan, dan efisiensi serapan hara bagi tanaman yang mengandung
mikroorganisme sehingga dapat mengurangi penggunaan pupuk anorganik (N, P,
K) dan meningkatkan hasil tanaman secara maksimal (Harahap, 2018).
Urin sapi, yang disebut juga pupuk kandang cair, dapat digunakan bersama
dengan kotoran padat dan pupuk hijau, pemberian pupuk kandang cair paling baik
diberikan pada tanaman yang sedang dalam masa pertumbuhan vegetatif dan
12
generatif. Sebaliknya, pemberian pupuk kandang cair jangan diberikan saat
sebelum penanaman dikarenakan pupuk kandang cair mudah hilang menguap dan
tercuci air hujan (Hadisuwito, 2007).
Kandungan hara makro pada urin sapi yaitu Nitrogen 1%, Fosfor 0,5%,
Kalium 1,5%, Karbon 1,1%, Air 92%, setelah difermentasi hara makro meningkat
yaitu Nitrogen 2,7%, Fosfor 2,4%, Kalium 3,8% dan karbon menjadi 3,8%.
Keunggulan lain dari pupuk cair urin ini adalah dapat mengusir hama tikus,
wereng, walang sangit dan hama penggerek. Sehingga tanaman terhindar dari
serangan hama-hama tersebut (Alfarisi dan Manurung, 2015)
Peningkatan kandungan hara pada urin sapi dapat ditingkatkan dengan
dilakukan fermentasi. Fermentasi adalah proses yang memanfaatkan kemampuan
mikroba untuk menghasilkan unsur hara yang tersedia bagi tanaman dalam suatu
lingkungan yang terkendali. Urin sapi yang difermentasi memiliki kadar nitrogen,
fosfor, dan kalium lebih tinggi dibanding dengan sebelum difermentasi
(Kurniawan, 2017). Pemupukan dengan menggunakan urin sapi yang telah
difermentasi dapat meningkatkan produksi tanaman sayuran. Urin sapi
mengandung unsur N, P, K dan Ca yang cukup tinggi dan dapat meningkatkan
ketahanan tanaman terhadap serangan penyakit (Phrimantoro, 2002).
Urin sapi tidak dianjurkan digunakan secara langsung sebagai pupuk
organik cair karena kadar gas amonia yang terdapat dalam urin dapat
membahayakan tanaman, sehingga urin sapi sebaiknya didiamkan terlebih dahulu
selama 2 minggu tanpa diolah atau lebih bagusnya diolah terlebih dahulu, cara
pengolahan yang sederhana yaitu dengan cara difermentasikan (Tamba, 2018).
Fermentasi merupakan suatu proses perubahan kimia pada suatu substrat
organik melalui aktivitas enzim yang dihasilkan oleh mikroorganisme (Suprihatin,
2010). Fermentasi dapat dilakukan dengan dua cara, yaitu spontan dan tidak
spontan. Fermentasi spontan adalah yang tidak ditambahkan mikroorganisme
dalam bentuk starter atau ragi dalam proses pembuatannya, sedangkan fermentasi
tidak spontan adalah yang ditambahkan starter atau ragi dalam proses
pembuatannya. Mikroorganisme tumbuh dan berkembang secara aktif merubah
bahan yang difermentasi menjadi produk yang diinginkan pada proses fermentasi
(Suprihatin, 2010).
13
Beberapa sifat urin sapi sebelum dan sesudah fermentasi dapat dilihat pada
tabel 2.1.
Tabel 2.1. Beberapa Sifat Urin Sapi Sebelum dan Sesudah Difermentasi
Perbandingan N P K Warna Bau
Sebelum
Sesudah
1,1%
2,7%
0,5%
2,4%
0,9%
3,8%
Kuning
Coklat Kehitaman
Menyengat
Kurang Menyengat
Sumber: (Martinsari dkk., 2010)
Berdasarkan tabel di atas, urin sapi yang belum difermentasi dan urin sapi
yang sudah difermentasi terdapat perbedaan kandungan diantara keduanya.
Kandungan unsur hara urin sapi sebelum difermentasi yaitu N 1,1%, P 0,5% dan
K 0,9% dan sudah difermentasi menjadi N 2,7%, P 2,4% dan K 3,8% dengan
adanya kandungan unsur hara urin sapi yang tidak difermentasi dan yang
difermentasi dapat dijadikan pupuk penyubur untuk tanah. Selain itu, bau urin
yang telah difermentasi menjadi kurang menyengat jika dibandingkan dengan urin
yang belum difermentasi (Martinsari dkk., 2010).
Urin sapi yang difermentasi memiliki kadar nitrogen, fosfor, dan kalium
lebih tinggi dibanding dengan sebelum difermentasi, sedangkan kadar C-organik
pada urin sapi yang telah difermentasi menurun (Kurniawan, 2017). Rinekso, dkk
(2014), menyatakan bahwa urin sapi yang difermentasi selama 15 hari memiliki
kandungan N, P dan K yang lebih tinggi dibanding urin sapi yang difermentasi
selama 3, 6, 9 dan 12 hari maupun urin sapi yang tidak difermentasi.
Beberapa kelebihan cara fermentasi yaitu, mudah diaplikasikan oleh petani
tradisional, teknik yang digunakan sangat sederhana. Proses fermentasi berfungsi
untuk mempercepat proses dekomposisi oleh mikroorganisme yang tentunya akan
memperkaya zat pengurai alami yang sangat berguna dalam proses fermentasi
tersebut dan menghilangkan bau dari bahan sehingga tidak mengganggu kesehatan
manusia (Arsyadana, 2014).
14
III. MATERI DAN METODE
3.1. Tempat dan Waktu
Penelitian ini telah dilaksanakan di Lahan Percobaan Desa Rimba Beringin
Kecamatan Tapung Hulu Kabupaten Kampar dan Laboratorium Agronomi dan
Agrostologi Fakultas Pertanian dan Peternakan Universitas Islam Negeri Sultan
Syarif Kasim Riau. Analisis kandungan hara telah dilakukan di Laboratorium
Central Plantation Services JL. HR. Soebrantas No. 134 Panam Pekanbaru.
Penelitian ini telah dilaksanakan pada bulan Mei sampai Juli 2020.
3.2. Bahan dan Alat
Bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah bibit bawang merah
varietas Bauji dan Bima Brebes Jawa Timur, urin sapi yang telah difermentasi, air,
pupuk kandang ayam, pupuk NPK, tanah topsoil, dan polybag 35 cm x 40 cm.
Alat yang akan digunakan adalah cangkul, parang, pisau, jerigen plastik,
penggaris, jangka sorong, timbangan analitik, gembor, kertas label, kamera, alat
tulis, dan lain sebagainya.
3.3. Metode Penelitian
Penelitian ini menggunakan metode eksperimen dengan menggunakan
Rancangan Acak Lengkap (RAL) faktorial yang terdiri dari 2 faktor. Faktor
pertama yaitu konsentrasi urin sapi (K) dan faktor kedua yaitu varietas bawang
merah (V).
Faktor I: konsentrasi urin sapi (K) terdiri dari 6 taraf perlakuan yaitu:
K0 : Kontrol (NPK sesuai rekomendasi)
K1 : 20%
K2 : 40%
K3 : 60%
K4 : 80%
K5 : 100%
Faktor II: varietas bawang merah (V) terdiri dari 2 taraf perlakuan yaitu:
V1 : varietas Bauji
V2 : varietas Bima Brebes
15
Sehingga terdapat 12 kombinasi perlakuan, Setiap perlakuan diulang
sebanyak 5 kali sehingga didapatkan 60 unit percobaan. Kombinasi perlakuan
dapat dilihat pada Tabel 3.1.
Tabel 3.1. Kombinasi Perlakuan
Konsentrasi
Urin Sapi
Varietas Bawang Merah
V1 V2
K0
K1
K2
K3
K4
K5
K0V1
K1V1
K2V1
K3V1
K4V1
K5V1
K0V2
K1V2
K2V2
K3V2
K4V2
K5V2
3.4. Pelaksanaan Penelitian
3.4.1. Persiapan Lahan
Persiapan lahan dilakukan dengan cara membersihkan lahan dari gulma,
sisa-sisa tanaman, sampah-sampah dan hal-hal lain yang dapat mengganggu
kelancaran selama penelitian berlangsung serta perataan lahan agar topografi
menjadi datar dan mudah dalam peletakan polybag dengan menggunakan
peralatan budidaya seperti cangkul dan parang (Lampiran 16).
3.4.2. Persiapan Pupuk Organik Cair Urin Sapi
Pupuk organik cair urin sapi diambil langsung dari kandang sapi Fakultas
Pertanian dan Peternakan, dengan cara menampung urin sapi menggunakan
ember, kemudian dimasukkan ke dalam jerigen plastik dan ditutup rapat. Urin sapi
difermentasi selama 30 hari. Setelah 30 hari, urin sapi digunakan sebagai pupuk
cair dengan ciri-ciri bau urin sapi sudah berkurang (tidak menyengat) dan warna
urin sapi berubah kuning kehitaman (Aisyah dkk., 2011) (Lampiran 16).
3.4.3. Analisis Unsur Hara Pupuk Organik Cair Urin Sapi
Pelaksanaan analisis kandungan unsur hara ini dilakukan di Laboratorium
Central Plantation Services (Lampiran 6) yang meliputi:
16
1. Nitrogen
Sebanyak 0,5 mL pupuk organik cair urin sapi terfermentasi ditimbang,
setelah itu dimasukkan ke dalam labu kjedhal, selanjutnya ditambahkan 1 g
campuran selen kjedhal dan 5 mL H2SO4 pekat dan didestruksi pada temperatur
3000C. Setelah destruksi sempurna terjadi, kemudian didinginkan dan
ditambahkan 50 mL aquadest. Hasil destruksi diencerkan dengan aquadest hingga
volume 100 mL, setelah itu ditambahkan 20 mL NaOH 40% dan segera dilakukan
destilasi. Hasil destilasi ditampung dengan 20 mL asam borat sampai warna
penampung menjadi hijau dan volumenya sekitar 5 mL, selanjutnya dititrasi
dengan HCl 0,01 N sampai titik akhir titrasi dan catat volume bahan penitrasi, lalu
lakukan diprosedur penetapan yang sama untuk blanko (Agustina, 2018).
2. Fosfor
Sampel ditimbang sebanyak ± 2 mL di dalam cawan porselen, selanjutnya
dibakar dan diabukan dalam tanur pada suhu 400 – 600oC selama 3 jam, lalu abu
dipindahkan ke dalam Erlenmeyer dengan 25 mL HCL 4 N, dipanaskan sampai
volume tunggal ≤ 10 mL, lalu di encerkan sampai volume 100 mL kemudian
disaring, lalu dimasukkan 25 mL larutan ke dalam Erlenmeyer, lalu ditambahkan
2 tetes indicator metil merah, lalu dinetralkan dengan asam nitrat 4 N dan
ditambahkan 50 mL aquadest, 20 mL ammonium nitrat 5% dan 20 mL
ammonium molibdat, lalu diamkan selama ± 5 menit, kemudian disaring, dicuci
dengan 25 –50 mL aquadest. Endapan dipindahkan ke dalam Erlenmeyer semula
dengan cara melubangi kertas saring dan 50 mL larutan NaOH 0,1 N, lalu dititrasi
dengan larutan HCl 0,1 N memakai indikator pp 5 tetes sampai warna merah
hilang dan larutan menjadi tidak berwarna. Untuk pembuatan blanko: 50 mL
NaOH dimasukkan ke dalam Erlenmeyer, ditambahkan 5 tetes indikator pp dan
dititrasi dengan larutan HCl (Agustina, 2018).
3. Kalium
Sampel sebanyak ± 1 mL dimasukkan ke dalam labu kjedhal dan
ditambahkan 10 mL HNO3 pekat lalu dipanaskan dalam lemari asam dengan suhu
100 – 11000C selama 2 jam. Sebanyak 5 tetes H2O2 30% ditambahkan, kemudian
diencerkan dengan aquadest sampai 50 mL dan disaring titrat hasil saringan
17
ditampung dalam botol, kemudian dibaca konsentrasinya dengan menggunakan
AAS (Agustina, 2018).
3.4.4. Persiapan Media Tanam
Tanah yang digunakan menjadi media tanam adalah tanah topsoil yang
diperoleh secara komersial. Tanah tersebut dimasukkan ke dalam polybag
berukuran 35 cm x 40 cm dan ditimbang dengan berat bersih 7 kg/polybag
sebanyak 60 polybag. Kemudian polybag disusun sesuai dengan bagan percobaan
dengan jarak antar polybag 30 cm x 30 cm dan setiap polybag percobaan
diberikan label sesuai dengan perlakuan dan ulangan (Lampiran 4). Pemberian
label bertujuan untuk membedakan perlakuan yang akan diberikan pada masing-
masing tanaman bawang merah. Media tanam ditambahkan pupuk kandang ayam
sebanyak 20 ton/ha (180 gram/tanaman) (Jazilah et al., 2007), yang kemudian
diaduk merata dan didiamkan selama seminggu (Lampiran 16).
3.4.5. Penanaman
Sebelum melakukan penanaman, media tanam disiram menggunakan air
untuk membasahi media tanam. Apabila media tanam sudah siap, maka bibit
bawang merah siap ditanam setelah dilakukan pemotongan bagian ujung bawang
merah menggunakan pisau yang bertujuan untuk mematahkan dormansi sehingga
pertumbuhan dapat seragam. Bibit ditanam dengan cara membenamkan ke dalam
lubang tanam dengan kedalaman 1 cm. Dalam satu polybag ditanam satu bibit
bawang merah. Bibit bawang merah varietas Bauji dan Bima Brebes yang
digunakan dalam penelitian ini yang berukuran sedang (Lampiran 16).
3.4.6. Pemberian Pupuk Organik Cair Urin Sapi
Pemberian pupuk organik cair urin sapi terfermentasi diberikan sesuai
konsentrasi yang telah ditentukan yaitu 0%, 20%, 40%, 60%, 80%, 100%, dan
diaplikasikan 1 minggu setelah tanam dengan interval waktu pemberian urin sapi
setiap satu minggu sekali. Perlakuan pemberian urin sapi terfermentasi dilakukan
sebanyak 6 kali yaitu pada tanaman berumur 7, 14, 21, 28, 35, dan 42 HST.
Perlakuan pemberian pupuk organik cair urin sapi terfermentasi dilakukan pada
sore hari dengan cara disiram ke sekeliling tanaman bawang merah secara merata
menggunakan gelas ukur dengan volume 100 ml/tanaman (Lampiran 16).
18
Sedangkan untuk tanaman kontrol diberi pupuk majemuk NPK sesuai
rekomendasi, yaitu sebanyak 0,58 g/tanaman (Lampiran 5) dengan dua kali
aplikasi pada saat tanaman berumur 7 dan 30 HST (Lampiran 16).
3.4.7. Pemeliharaan
A. Penyiraman
Penyiraman dilakukan setiap pagi dan sore hari menggunakan gembor
dengan volume 450 ml/tanaman. Penyiraman disesuaikan dengan kondisi cuaca.
Jika tanah sudah lembab, tanaman tidak perlu disiram.
B. Penyiangan dan Pembumbunan
Penyiangan dilakukan untuk mengendalikan gulma. Gulma perlu
dikendalikan agar tidak menjadi saingan bagi tanaman utama dalam hal
penyerapan unsur hara serta untuk mencegah serangan hama dan penyakit.
Penyiangan dilakukan secara manual dengan mencabut gulma agar perakaran
tanaman tidak terganggu (Lampiran 16).
Pembumbunan dilakukan setelah penyiangan gulma, yakni dengan
menggemburkan tanah disekitar tanaman untuk ditimbunkan ke bagian pangkal
tanaman. Hal ini dimaksudkan untuk menjaga media tanam tidak terlalu padat dan
drainase serta aerasenya menjadi baik (Lampiran 16).
C. Pengendalian Hama dan Penyakit
Hama yang menyerang tanaman bawang merah pada penelitian ini yaitu
ulat daun dan thrips. Ulat daun dapat menyebabkan daun layu dan memiliki
bercak putih yang panjang, sedangkan thrips dapat menyebabkan daun mengkerut
dan akan berubah warna menjadi kecoklatan. Pengendaliannya menggunakan
insektisida yang berbahan aktif Deltamethrin 25 g/L dengan melakukan
penyemprotan ke bagian tanaman. Penyakit yang menyerang tanaman bawang
merah yaitu penyakit yang disebabkan oleh jamur patogen Fusarium oxysporum
dapat menyebabkan penyakit moler. Pengendaliannya menggunakan fungisida
yang berbahan aktif Propinep 70% dengan melakukan penyemprotan ke bagian
tanaman yang terserang.
19
3.4.8. Panen
Pemanenan bawang merah dilakukan pada saat tanaman berumur 68 HST
dengan ciri-ciri fisik daunnya sudah mulai layu serta menguning sekitar 70 – 80%
dari jumlah tanaman, pangkal batang mengeras, umbi muncul ke atas permukaan
tanah dan berwarna merah. Waktu panen dilakukan pada saat pagi hari.
Pemanenan bawang merah dengan cara mencabut sampai bawang merah tersebut
terangkat dari permukaan tanah (Lampiran 16).
3.5. Parameter Pengamatan
3.5.1. Tinggi Tanaman (cm)
Pengukuran tinggi tanaman dilakukan setelah tanaman berumur 2 MST,
tinggi tanaman diukur mulai dari pangkal batang sampai ke ujung daun terpanjang
dengan menggunakan penggaris. Data yang di analisis pada penelitian ini pada
saat tanaman berumur 7 MST (Lampiran 16).
3.5.2. Jumlah Daun (helai)
Pengamatan Jumlah daun dilakukan setelah tanaman berumur 2 MST
dengan cara jumlah daun dihitung bila telah mencapai minimal 1 cm dari pangkal
batang. Data yang di analisis pada penelitian ini pada saat tanaman berumur 7
MST (Lampiran 16).
3.5.3. Jumlah Umbi per Tanaman (Umbi)
Pengamatan jumlah umbi dilakukan pada saat bawang merah umur 68
HST (panen) dengan cara menghitung semua umbi yang terbentuk pada setiap
tanaman penelitian (Lampiran 16).
3.5.4. Diameter Umbi (cm)
Pengamatan diameter umbi dilakukan setelah umbi bawang merah dipanen
dan dibersihkan dari tanah yang menempel. Diameter umbi diukur dengan
menggunakan jangka sorong pada bagian tengah umbi (Lampiran 16).
3.5.5. Berat Segar Umbi per tanaman (g)
Pengamatan berat segar umbi dilakukan setelah umbi bawang merah
dipanen, kemudian umbi dibersihkan dari kotoran yang menempel, selanjutnya
20
daun dipotong sekitar 1 cm di atas leher umbi kemudian umbi ditimbang dengan
menggunakan timbangan analitik (Lampiran 16).
3.5.6. Berat Segar Tajuk (g)
Pengamatan berat segar tajuk tanaman dilakukan setelah tanaman bawang
merah dipanen dengan cara memisahkan daun dari umbi dan akar, kemudian daun
ditimbang dengan menggunakan timbangan analitik (Lampiran 16).
3.5.7. Berat kering Tajuk (g)
Pengamatan berat kering tajuk dilakukan dengan cara mengeringkan tajuk
tanaman bawang merah dibawah sinar matahari selama 3 hari. Setelah itu
dilakukan penimbangan menggunakan timbangan analitik (Lampiran 16).
3.6. Analisis Data
Data hasil pengamatan dari masing-masing perlakuan diolah secara
statistik dengan menggunakan analisis sidik ragam RAL. Model RAL Faktorial
menurut Mattjik dan Sumertajaya (2013) dianalisis dengan menggunakan sidik
ragam berdasarkan model liniear:
Model RAL Faktorial menurut Mattjik dan Sumertajaya (2013) adalah:
Yijk = µ + αi + βj + (αβ)ij + εijk
Dimana :
i : Perlakuan I
j : Perlakuan II
k : 1,2,3, (ulangan)
Yijk : Pengamatan pada faktor K taraf ke-i faktor V taraf ke-j dan ulangan ke-k
μ : Nilai tengah umum
αi : Pengaruh faktor konsentrasi (K) taraf ke-i
βj : Pengaruh faktor varietas (V) taraf ke-j
(αβ)ij : Pengaruh interaksi faktor K taraf ke-i dan faktor V taraf ke-j
εijk : Pengaruh galat percobaan faktor K pada taraf ke-i faktor V taraf ke-j
dan ulangan ke-k
21
Tabel 3.2. Sidik Ragam
Sumber
Keragaman
(SK)
Derajat
Bebas (DB)
Jumlah
Kuadrat
(JK)
Kuadrat
Tengah
(KT)
F-Hitung F-Tabel
0,05 0,01
K k-1 JKK KTK KTK/KTG - -
V v-1 JKV KTV KTV/KTG - -
K x V (k-1)(v-1) JK (KV) KT (KV) KT(KV)/KTG - -
Galat (kv)(r-1) JKG KTG - - -
Total r kv-1 JKT - - - -
Keterangan:
Faktor Koreksi (FK) =
Jumlah Kuadrat Total (JKT) = ∑
Jumlah Kuadrat Faktor K (JKK) = ∑
Jumlah Kuadrat Faktor V (JKV) = ∑
Jumlah Kuadrat Interaksi Faktor K dan V {JK (KV)} =∑
Jumlah Kuadrat Galat (JKG) =JKT – JKKV – JKV – JKK
Jika hasilnya beda nyata maka dilanjutkan dengan Uji DMRT (Duncan Multiple
Range Test) taraf 5%.
Model Uji Jarak Duncan adalah sebagai berikut :
UJD α = Rα (ρ, DB Galat) x √
Keterangan :
α = Taraf uji nyata
ρ = Banyaknya perlakuan
R = Nilai dari tabel Uji Jarak Duncan
KTG = Kuadrat Tengah Galat
38
V. PENUTUP
5.1. Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilaksanakan maka dapat
disimpulkan bahwa :
1. Pemberian POC urin sapi dengan konsentrasi 20% lebih efisien dalam
meningkatkan jumlah umbi per tanaman bawang merah.
2. Penggunaan bawang merah varietas Bima Brebes mampu meningkatkan
tinggi tanaman dan diameter umbi.
3. Interaksi antara pemberian pupuk organik cair urin sapi dengan konsentrasi
20% dan penggunaan varietas Bima Brebes memberikan hasil terbaik dalam
meningkatkan berat segar umbi, berat segar tajuk dan berat kering tajuk
pada tanaman bawang merah.
5.2. Saran
Disarankan menggunakan pupuk organik cair urin sapi dengan konsentrasi
20% dan menggunakan varietas Bima Brebes untuk budidaya tanaman bawang
merah di daerah Pekanbaru.
39
DAFTAR PUSTAKA
Agustina, M. 2018. Pengaruh Pemberian Urin Sapi Pada Konsentrasi Dan
Frekuensi Yang Berbeda Terhadap Pertumbuhan dan Hasil Bawang
Merah (Allium ascalonicum L.). Skripsi. Program Studi Agroteknologi.
Fakultas Pertanian dan Peternakan. Universitas Islam Negeri Sultan
Syarif Kasim Riau. Pekanbaru.
Aisyah, S., N. Sunarlim, dan B. Solfan. 2011. Pengaruh Urin Sapi Terfermentasi
dengan Dosis dan Interval Pemberian yang Berbeda terhadap
Pertumbuhan Tanaman Sawi (Brassica juncea L.). Jurnal Agroteknologi,
2(1): 1-5
Alfarisi, N. dan T. Manurung. 2015. Pengaruh Pemberian Pupuk Urin Sapi
terhadap Pertumbuhan dan Produksi Jagung Manis (Zea mays
Saccharata) dengan Penggunaan EM4. Jurnal Biosains, 1(3): 93-99.
Alfian, D.F., Nelvia, dan H. Yetti. 2015. Pengaruh Pemberian Pupuk Kalium dan
Campuran Kompos Tandan Kosong Kelapa Sawit dengan Abu Boiler
terhadap Pertumbuhan dan Hasil Tanaman Bawang Merah (Allium
asacalonicum L.). Jurnal Agroteknologi. 5 (2): 1-6.
Ambarwati, E. dan P. Yudono. 2003. Keragaman Stabilitas Hasil Bawang Merah.
Ilmu Pertanian. 10 (2): 1-10.
Arifah, S. H., M. Astiningrum, dan Y. E. Susilowati. 2019. Efektifitas Macam
Pupuk Kandang dan Jarak Tanam pada Hasil Tanaman Okra
(Abelmoschus esculantus, L. Moench). Jurnal Ilmu Pertanian Tropika
dan Subtropika. 4(1): 38-42.
Arinong, R.A dan Chrispen, D. L . 2011. Aplikasi Pupuk Organik Cair Terhadap
Pertumbuhan dan Produksi Tanaman Sawi. Jurnal Agrisistem. Vol. 7,
No.1.
Arsyadana. 2014. Efektifitas Biopestisida Biji Mahkota Dewa (Phaleria
macrocarpa). Dengan Lama Fermentasi yang Berbeda untuk
Mengendalikan Hama Keong Mas (Pomaceae canaliculata) pada
Tanaman Padi (Oryza sativa L.). Skripsi. Fakultas Keguruan dan Ilmu
Pendidikan Universitas Muhamadiyah. Surakarta.
Astari, R.P., Rosmayati, dan Bayu, E,S. 2014. Pengaruh Pematahan Dormansi
Secara Fisik Dan Kimia Terhadap Kemampuan Berkecambah Benih
Mucuna (Mucuna Bracteata D.C). USU. Medan. 2(2) : 803-812.
Ayu, N.G., A.Rauf dan S. Samudin. 2016. Pertumbuhan dan Hasil Dua Varietas
Bawang Merah (Allium ascalonicum L.) pada Berbagai Jarak Tanam. J.
Agrotekbis. 4 (5): 530-536.
40
Azmi, C., I.M. Hidayat, dan G. Wiguna. 2011. Pengaruh Varietas dan Ukuran
Umbi terhadap Produktivitas Bawang Merah. J. Hort. 21 (3): 206-2013.
Badan Pusat Statistik [BPS]. 2019. Produksi Bawang Merah di Indonesia dan
Provinsi Riau. Diakses 28 Juni 2019.
Barryah, K., Sigit, dan Usmadi. 2015. Pengaruh Kombinasi Media Organik dan
Konsentrasi Nutrisi Terhadap Daya Hasil Tanaman Melon (Cucumis melo
L.). Planta Tropika Journal Of Agro Science. Vol. 3 No. 2.
Basuki, R.S., N. Khaririyatun, A. Sembiring, dan I. W. Arsanti. 2017. Studi
Adopsi Varietas Bawang Merah Bima Brebes dari Balitsa di Kabupaten
Brebes. J.Hort. 27 (2): 261-268.
Baswarsiati, T. Sudaryono, K.B. Andri, dan S. Purnomo. 2005. Pengembangan
Varietas Bawang Merah Potensial dari Jawa Timur. Balai Pengkajian
Teknologi Pertanian (BPTP) Jawa Timur.
Buntoro, B.H., R. Rogomulyo, dan S. Trisnowati. 2014. Pengaruh Takaran Pupuk
Kandang dan Intensitas Cahaya terhadap Pertumbuhan dan Hasil Temu
Putih (Curcuma zedoaria L.). Vegetalika. 3 (4): 29-39.
Cahyani, S., A. Sudirman, dan A. Azis. 2016. Respon Pertumbuhan Vegetatif
Tanaman Tebu (Saccharum officinarum L.) Ratoon 1 terhadap Pemberian
Kombinasi Pupuk Organik dan Pupuk Anorganik. Jurnal Agro Industri
Perkebunan. 4 (2): 69-78.
Dewi, P. dan Jumini. Pertumbuhan dan Hasil Dua Varietas Tomat Akibat
Perlakuan Jenis Pupuk. J. Floratek. 7: 76-84.
Dharmayanty, N. K. S., Supadma N., dan Arthagama D. M. 2013 Pengaruh
Pemberian urin sapi dan Dosis Pupuk Anorganik (N,P,K) Terhadap
Beberapa Sifat Kimia Tanah Pegok dan Hasil Tanaman Bayam
(Amarantus sp.) Fakultas Pertanian, Universitas Udayana.
Dwi, R.S. 2016. Pengaruh Urin Sapi terhadap Pertumbuhan dan Hasil Beberapa
Varietas Bawang Merah (Allium ascalonicum L.) pada Lahan Berpasir.
Skripsi. Fakultas Pertanian. Universitas PGRI Yogyakarta.
Fatmawati, Y.E., Susilowati, dan Historiawati. 2018. Peningkatan Kuantitas
Bawang Merah (Allium ascalonicum L. ) dengan Berbagai Sumber
Kalium dan Belerang. Jurnal Ilmu Pertanian Tropika dan Subtropika. 3
(2): 40-42.
Febrianna, M., S. Prijono, dan N. Kusumarini. 2018. Pemanfaatan Pupuk Organik
Cair untuk Meningkatkan Serapan Nitrogen serta Pertumbuhan dan
Produksi Sawi (Brassica juncea L.) pada Tanah Berpasir. Jurnal Tanah
dan Sumber Daya Lahan. 5 (2): 1009-1018.
41
Firmansyah, M.A., D. Musaddad, T. Liana, M.S. Mokhtar, dan M.P. Yufdi. 2014.
Uji Adaptasi Bawang Merah di Lahan Gambut pada Saat Musim Hujan
di Kalimantan Tengah. J. Hort. 24(2): 114-123.
Firmansyah, I. dan N. Sumarni. 2013. Pengaruh Dosis Pupuk N dan Varietas
terhadap pH Tanah, N-Total Tanah, Serapan N, dan Hasil Umbi Bawang
Merah (Alium ascolonicum L.) pada Tanah Entisols-Brebes Jawa
Tengah. Jurnal Hortikultura. 23(4): 358-364.
Firmansyah, M.A. 2018. Pertumbuhan, Produksi dan Kualitas Bawang Merah di
Tanah Pasir Kuarsa Pedalaman Luar Musim. Jurnal Agroekoteknologi. 6
(2): 271-278.
Ginanjar, A., H. Yetti, dan S. Yoseva. 2016. Pemberian Pupuk Trichokompos
Jerami Jagung terhadap Pertumbuhan dan Produksi Bawang Merah
(Allium ascalonicum L.). JOM Faperta. 3 (1): 1-11.
Hadisuwito, S. 2007. Membuat Pupuk Kompos Cair. AgroMedia Pustaka. Jakarta.
Harahap, A. H. 2018. Uji Efektivitas Pupuk Organik Cair (Poc) Dari Kulit Pisang
Kepok Dan Urin Sapi Pada Bibit Kelapa Sawit (Elaeis Guineensis Jacq)
Di Pembibitan Utama. Skripsi. Program Studi Agroteknologi. Fakultas
Pertanian. Universitas Medan Area. Medan.
Hervani, D., S. Lili, S. Etti, dan Erbasrida. 2008. Teknologi Budidaya Bawang
Merah pada Beberapa Media dalam Pot di Kota Padang. Universitas
Andalas. Padang.
Hernosa, S. P., Y. Triyanto, dan E. Wardana. 2015. Pengaruh Pemberian Pupuk
Organik Cair Kulit Pisang Terhadap Pertumbuhan dan Produksi
Tanaman Sawi (Brassica juncea). Jurnal Agroplasma. 2(2):15-21.
Hidayatullah, M. 2005. Respon Dua Varietas Bawang Merah (Allium ascalonicum
L.) terhadap Imbangan Pemberian Pupuk Organik Kascing dan
Anorganik. Skripsi. Universitas Muhammadiyah Jember.
Irfan, M. 2013. Respon Bawang Merah (Allium ascalonicum L.) terhadap Zat
Pengatur Tumbuh dan Unsur Hara. Jurnal Agroteknologi, 3 (2): 35-40.
Jamilah, E. N. 2016. Pengaruh Pupuk Organik Cair Crocober Terhadap Tanaman
Bawang Merah (Allium Ascalonicum L.). Prodi Agroteknologi. Fakultas
Pertanian. Unitas Padang. *Email: [email protected].
Jayanti, S., S. Darman, dan U. Hasanah. 2019. Respon Tanaman Bawang Merah
(Allium ascalonicum L.) dengan Pemberian Beberapa Dosis Kompos
Tandan Kosong Kelapa Sawit (TKKS). JOM Faperta. 4(1): 1-10.
Jazilah, S., Sunarto, dan N. Farid. 2007. Respon Tiga Varietas Bawang Merah
Terhadap Dua Macam Pupuk Kandang dan Empat Dosis Pupuk
Anorganik. J. Agrin 11 (1):43-51.
42
Kurniawan, M. C. 2017. Pengaruh Pupuk Cair Urin Sapi Yang Ditambahkan
Pupuk Urea terhadap Pertumbuhan Dan Produksi Tanaman Jagung
Manis ( Zea Mays L.). Skripsi. Program Studi Agroteknologi. Fakultas
Pertanian. Universitas Lampung. Bandar Lampung.
Lakitan, B. 2011. Dasar-dasar Fisiologi Tumbuhan. Rajawali Pers. Jakarta. 222
hal.
Lingga, P. dan Marsono. 2013. Petunjuk Penggunaan Pupuk. Penebar Swadaya.
Jakarta. 160 hal.
Mandela, C.Y. dan F. Silvina. 2018. Pemberian Trichokompos Tandan Kosong
Kelapa Sawit (TKKS) pada Medium Tanam terhadap Pertumbuhan
Kakao (Theobroma cacao L.). JOM FAPERTA. 5 (1): 1-11.
Manullang, G, S. R. Abdul, dan A. Puji. 2014. Pengaruh Jenis dan Konsentrasi
Pupuk Organik Cair terhadap Pertumbuhan dan Hasil Tanaman Sawi
(Brassica juncea L.) Varietas Tasokan. Jurnal Agrifor, 13(1):33-40.
Martinsari, T., Y. W. Wijayanti, dan E. Purwanti. 2010. Optimalisasi Fermentasi
Urin Sapi dengan Aditif Tetes Tebu (Mollases) Untuk Menghasilkan
Pupuk Organik Cair yang Berkualitas Tinggi. Program Kreativitas
Mahasiswa. Universitas Negeri Malang. Malang.
Mattjik, A.A. dan I.M. Sumertajaya. 2013. Perancangan Percobaan dengan
Aplikasi Sas dan Minitab Jilid 1. PT IPB Press. Bogor. 350 Hal.
Mehran, E. Kesumawati, dan Sufardi. 2016. Pertumbuhan dan Hasil Beberapa
Varietas Bawang Merah (Allium ascalonicum L) pada Tanah Aluvial
Akibat Pemberian Berbagai Dosis Pupuk NPK. J. Floratek. 11 (2): 117-
133.
Nawawi, A. H. S., A. Rahayu, dan Y. Mulyaningsih.2016. Pertumbuhan, Produksi
Dan Kualitas Sawi Manis (Brassica Juncea L.) Pada Berbagai
Konsentrasi Urin Sapi Dan Dosis Pupuk N, P Dan K. Jurnal Agronida,
2(1): 10-19
Novriansyah, W. D., Armaini, dan R. Rustam. 2017. Pengaruh Aplikasi Urin Sapi
Terfermentasi terhadap Pertumbuhan dan Hasil Tanaman Selada (Lactuca
sativa L). Jom Fapert, 4(1): 1-9.
Nurmalita, W., dan R. Sinaga. 2015. Bawang Merah yang di Rilis oleh Balai
Penelitian Sayuran. Iptek Tanaman Sayuran No. 004. Tanggal diunggah
21 Januari 2015.
Olvie G. T., J. Paulus, dan A. Pinaria. 2015. Pertumbuhan Dan Produksi Bawang
Merah (Allium Ascalonicum L.) Berbasis Aplikasi Biourin Sapi. Volume
21 No. 3 Oktober 2015.
43
Pardosi, H. Andri, Irianto, dan Mukhsin. 2014. Respons Tanaman Sawi Terhadap
Pupuk Organik Cair Limbah Sayuran pada Lahan Kering Ultisol.
Prosiding seminar nasional lahan suboptimal. Palembang: 9-1-9-7.
Parman, S. 2007. Pengaruh pemberian pupuk organik cair terhadap pertumbuhan
dan produksi kentang (Solanum tuberosum L.). Buletin Anatomi dan
Fisiologi. 15(2): 21-31.
Pradana, M.R. 2018. Pengaruh Tingkat Kekeringan Tanah terhadap Pertumbuhan
dan Hasil Bawang Merah Varietas Tiron (Allium ascalonicum L.).
Skripsi. Universitas Muhammadiyah Yogyakarta.
Pasaribu. 2012. Pengaruh Penggunaan Pupuk Anorganik dan Organik terhadap
Pertumbuhan dan Produksi Bawang Merah (Allium ascalonicum L.). Jur.
Agrium. 17(2): 108-113.
Phrimantoro. 2002. http://www.Kompas.com/kompas-cetak/020/10/jatim/urin-28-
htm. Diakses pada tanggal 7 Mei 2019.
Pitojo, S. 2003. Benih Bawang Merah. Kanisius. Yogyakarta. 65 Hal.
Rahman, A., J. Hadie, dan C. Nisa. 2016. Kajian Pertumbuhan dan Hasil Tiga
Varietas Bawang Merah Pada Berbagai Kepadatan Populasi yang
Ditanam di Lahan Kering Marginal Kecamatan Sungai Raya Kabupaten
Hulu Sungai Selatan. Jurnal Ziraa’ah 41(3): 332-340.
Rahayu, E. dan N.V.A. Berlian. 2007. Bawang Merah. PT Penebar Swadaya.
Jakarta. 94 Hal.
Ramadhan, M.P. dan M.D. Maghfoer. 2018. Respon Dua Varietas Bawang Merah
(Allium ascalonicum L.) terhadap Plant Growth Promoting
Rhizobacteria (PGPR) dengan Konsentrasi Berbeda. Jurnal Produksi
Tanaman. 6 (5): 700-707.
Rina D., Ningsih, dan A. Noor. 2016. Penampilan Beberapa Varietas Bawang
Merah di Lahan Pasang Surut Kalimantan Selatan. Prosiding Seminar
Nasional Inovasi Teknologi Pertanian. 893-899.
Rina S., Marlina, dan Mariana. 2017. Pertumbuhan Dan Produksi Bawang Merah
(Allium Ascalonicum L.) Akibat Pupuk Kalium Dan Pupuk Organik Cair.
Skripsi.
Rinekso, K. B., E. Sutrisno, dan S. Sumiyati. 2014. Studi Pembuatan Pupuk
Organik Cair dari Fermentasi Urin Sapi (Ferisa) dengan Variasi Lokasi
Peternakan yang Berbeda. Jurnal Program Studi Teknik Lingkungan, 3
(2): 1-11.
Rizki, K., A. Rasyad, dan Murniati. 2014. Pengaruh Pemberian Urin Sapi yang
Difermentasi terhadap Pertumbuhan dan Produksi Tanaman Sawi Hijau
(Brassica rafa). Jom Faperta, 1(2): 1-8.
44
Rosmarkam, A, dan N. W. Yuwono. 2002. Ilmu Kesuburan Tanah. Kanisius.
Yogyakarta. 219 hal.
Rusdi dan M. Asaad. 2016. Uji Adaptasi Empat Varietas Bawang Merah di
Kabupaten Kolaka Timur, Sulawesi Tenggara. Jurnal Pengkajian dan
Pengembangan Teknologi Pertanian. 19 (3): 243-252.
Roeslan, A. 2004. Pengaruh Penggunaan Pupuk Organik Terhadap Pertumbuhan
dan Hasil Bawang (Allium cepa L.). Jurnal Budidaya Pertanian. 10 (2)
hal: 73-78.
Rohani, St., S. N. Sirajuddin, M. I. Said, M. Z. Mide, dan Nurhapsa. 2016. Model
Pemanfaatan Urin Sapi Sebagai Pupuk Organik Cair Kecamatan Liburen
Kabupaten Bone. Jurnal Panrita Abdi. Vol. 1., No. 1.
Samadi, B., dan B. Cahyono. 2005. Seri Budidaya Bawang Merah Intensifikasi
Usahatani. Penerbit Kanisius: Yogyakarta.
Samekto. R. 2006. Pupuk Kandang. PT. Citra Aji Parama. Yogyakarta. 64 hal.
Santoso, F. 2018. Kebutuhan bawang merah 1.746 ton dan Cabai 477 Ton.
http/pekanbaru.go.id/news/kebutuhan-bawang-merah-1-746-tons-dan-
cabai-447-tons. Di akses pada tanggal 7 November 2018.
Setiawan, E. 2009. Pengaruh Empat Macam Pupuk Organik terhadap
Pertumbuhan Tanaman Sawi (Brassica juncea L.). Embryo, 6(1):27-34.
Setiawan, A. I. 2007. Memanfaatkan Kotoran Ternak, Edisi Revisi. Penebar
Swadaya. Jakarta. 120 hal.
Setiyowati., S. Haryanti, dan R.B. Hastuti. 2010. Pengaruh Perbedaan Konsentrasi
Pupuk Organik Cair tehadap Produksi Bawang Merah (Allium
ascalonicum L.). BIOMA. 12 (2): 44-48.
Sitompul, S.M. 2015. Analisa Pertumbuhan Tanaman. Universitas Brawijaya
Press. Malang.
Suhaeni, N. 2007. Petunjuk Praktis Menanam Bawang Merah. Jember. 115 hal
Supartha, I. N. Y., G.Wijaya, dan G. M. Adnyana. 2012. Aplikasi Jenis Pupuk
Organik pada Sistem Pertanian Organik. Jurnal Agroekoteknologi
Tropika, 1 (2):98-106.
Suprihatin. 2010. Teknologi Fermentasi. UNESA Pres. Surabaya. 43 hal.
Sutriana, S. dan M. Nur. 2018. Aplikasi Pupuk Kompos dan Frekuensi
Pemupukan NPK dalam Meningkatkan Produksi Bawang Merah (Allium
ascalonicum L.) pada Tanah Gambut. Jurnal Dinamika Pertanian.
XXXIV (3): 11-20.
45
Syahdiman, D. Anggorowati, dan S. Huda. 2012. Pengaruh Kompos Enceng
Gondok Terhadap Pertumbuhan dan Hasil Terung pada Tanah Aluvial.
Mahasiswa dan Staf Pengajar. Fakultas Pertanian. Universitas
Tanjungpura. Pontianak.
Syamsi, A., Nelvia, dan F. Puspita. 2015. Respon Bawang Merah (Allium
ascalonicum.L) terhadap Pemberian Trichokompos TKKS Terformulasi
dan Pupuk Nitrogen pada Lahan Gambut. Jurnal Photon. 6 (1): 5-13.
Tambak, D.G.P., L.A.M. Siregar, dan Rosmayati. 2013. Respon Pertumbuhan dan
Produksi Beberapa Varietas Bawang Merah (Allium ascalonicum L.)
dengan Pemberian Kompos Limbah Kakao pada Tanah Inseptisol. Jurnal
Online Agroekoteknologi. 2 (1): 96-102.
Tamba, D. S. 2018. Efektivitas Waktu Pemberian Pupuk Hijau Paitan (Tithonia
Diversifolia) Dan Pupuk Organik Cair (POC) Urin Sapi terhadap
Pertumbuhan Dan Produksi Serta Serangan OPT Pada Tanaman Jagung
Manis (Zea Mays Saccharata L.). Skripsi. Program Studi Agroteknologi.
Fakultas Pertanian. Universitas Medan Area. Medan.
Tandi, O.G., J. Paulus, dan A. Pinaria. 2015. Pertumbuhan dan Produksi Bawang
Merah (Allium ascalonicum L.) Berasis Aplikasi Biourin Sapi. Jurnal
Eugenia. 21(3); 142-150.
Tiwery, R. 2014. Pengaruh Penggunaan Air Kelapa Terhadap Perumbuhan
Tanaman Sawi (Brassica juncea L.). Jurnal Biopendix. 1 (1): 1-9.
Wahyu, A. W. 2015. Respon Pertumbuhan dan Produksi Tanaman Kedelai
terhadap Pemberian Pupuk P dan POC Azolla. Skripsi. Agroteknologi
Pertanian. Universitas Muhammadiyah Jember.
Wati, Y.T., E.E. Nurlaelih, dan M. Santosa. 2014. Pengaruh Aplikasi Biourin
Pada Pertumbuhan dan Hasil Tanaman Bawang Merah (Allium
ascalonicum L.) Jurnal Produksi Tanaman. 2 (8): 613-619.
Wibowo, S. 2001. Budidaya Bawang (Bawang Putih, Merah dan Bombay).
Penebar Swadaya. Jakarta.
Wibowo, S. 2005. Budidaya Bawang Putih, Merah, dan Bombay. Jakarta: Penebar
Swadaya. Hal: 17-23.
Wibowo, S. 2009. Budidaya Bawang. Penebar Swadaya. 106 hal.
Zulia, C., D.W. Purba, dan H.D. Hirawan. 2017. Pengaruh Pemberian Pupuk Urea
Dan Pupuk Organik Cair Sampah Kota Terhadap Pertumbuhan Dan
Produksi Tanaman Selada (Lactuca Sativa L.). Jurnal Penelitian
Pertanian BERNAS, 13(3): 1-7.
Zulkarnain. 2013. Budidaya Sayuran Tropis. PT Bumi Aksara. Jakarta. 219 Hal.
46
Lampiran 1. Deskripsi Tanaman Bawang Merah Varietas Bauji
Asal : Lokal Nganjuk
Umur : - Mulai berbunga 45 hari
- Panen (60% batang melemas) 60 hari
Tinggi tanaman : 35 - 43 cm
Kemampuan berbunga : Mudah berbunga
Banyak anakan : 9 - 16 umbi per rumpun
Bentuk daun : Silindris, berlubang
Warna daun : Hijau
Banyak daun : 40 - 45 helai
Bentuk bunga : Seperti payung
Warna bunga : Putih
Banyak buah / tangkai : 75 - 100
Banyak bunga / tangkai : 115 - 150
Banyak tangkai bunga / rumpun : 2 - 5
Bentuk biji : Bulat, gepeng, berkeriput
Warna biji : Hitam
Bentuk umbi : Bulat lonjong
Warna umbi : Merah keunguan
Produksi umbi : 13 - 14 ton/ha umbi kering
Ukuran umbi : Sedang (6 – 10 g)
Susut bobot umbi (basah-kering) : 25%
Kesukaan / cita rasa : Cukup digemari
Aroma : Sedang
Kerenyahan bawang goreng : Sedang
Ketahanan terhadap penyakit : Agak tahan terhadap Fusarium
Ketahanan terhadap hama : Agak tahan terhadap ulat grayak
(Spodoptera exigua)
Keterangan : Baik untuk dataran rendah, sesuai
untuk musim hujan
Sumber : (Baswarsiati dkk., 2005)
47
Lampiran 2. Deskripsi Tanaman Bawang Merah Varietas Bima Brebes
Asal : Lokal Brebes
Umur : - Mulai berbunga 50 hari
- Panen (60% batang melemas) 60 hari
Tinggi tanaman : 25 - 44 cm
Kemampuan berbunga (alami) : Agak sukar
Banyak anakan : 7-12 umbi per rumpun
Bentuk daun : Silindris, berlubang
Warna daun : Hijau
Banyak daun : 14 -50 helai
Bentuk bunga : Seperti payung
Warna bunga : Putih
Banyak buah / tangkai : 60 - 100
Banyak bunga / tangkai : 120 -160
Banyak tangkai bunga / rumpun : 2 - 4
Bentuk biji : Bulat, gepeng, berkeriput
Warna biji : Hitam
Bentuk umbi : Lonjong, bercincin kecil pada leher cakram
Warna umbi : Merah muda
Produksi umbi : 9,9 ton per hektar umbi kering
Susut bobot umbi (basah-kering) : 21,5%
Ketahanan terhadap penyakit : Cukup tahan terhadap penyakit busuk umbi
(Botrytis allii)
Kepekaan terhadap penyakit : Peka terhadap busuk ujung daun
(Phytopthoraporri)
Keterangan : Baik untuk dataran rendah
Sumber : Pitojo (2003).
48
Lampiran 3. Bagan Alur Penelitian
Persiapan Lahan
Persiapan POC Urin Sapi
Analisis Unsur Hara POC Urin Sapi
Persiapan Media Tanam
Penanaman
Pemberian POC Urin Sapi
Pemeliharaan
Pengamatan
Panen
Analisis Data
49
Lampiran 4. Bagan Percobaan Menurut Rancangan Acak Lengkap (RAL)
Faktorial
4 M
U
S
6 M
Keterangan :
K0 : Kontrol (NPK sesuai rekomendasi)
K1 : 20%
K2 : 40%
K3 : 60%
K4 : 80%
K5 : 100%
V1 : varietas bauji
V2 : varietas bima brebes
U1,U2,U3,U4,U5 : Ulangan
Jarak antar polybag : 30 cm x 30 cm
K5V1 (U2) K3V1 (U3) K5V1 (U1) K1V1 (U1) K2V2 (U4)
K3V2 (U2) K1V2 (U3) K1V2 (U4) K2V2 (U1) K2V1 (U5)
K0V1 (U1) K0V2 (U2) K1V2 (U5) K3V2 (U1) K2V2 (U2)
K2V1 (U4) K1V1 (U3) K1V2 (U1) K5V2 (U3) K4V1 (U3)
K1V1 (U5) K0V1 (U3) K4V1 (U2) K4V2 (U2) K2V1 (U3)
K0V2 (U3) K5V1 (U5) K2V1 (U2) K5V2 (U5) K2V2 (U5)
K5V2 (U2) K0V2 (U1) K3V1 (U1) K0V1 (U2) K1V1 (U4)
K0V2 (U5) K4V2 (U1) K3V2 (U4) K4V1 (U1) K4V2 (U4)
K3V2 (U3) K0V1 (U5) K4V1 (U5) K0V1 (U4) K3V2 (U5)
K1V2 (U2) K4V2 (U3) K3V1 (U5) K2V2 (U3) K4V1 (U4)
K4V2 (U5) K2V1 (U1) K5V2 (U4) K5V2 (U1) K1V1 (U2)
K5V1 (U4) K3V1 (U2) K0V2 (U4) K5V1 (U3) K3V1 (U4)
50
Lampiran 5. Perhitungan Kebutuhan Dosis Pupuk
1 ha = 10.000 m2
1 Ton = 1000 Kg
1 Kg = 1000 gr
Jarak Tanam = 30 cm x 30 cm = 0,3 m x 0,3 m
Populasi tanaman per hektar =
=
= 111.111,111 tan/ha
Dosis pupuk kandang ayam 20 ton/ha =
=
= 0,18 kg/tanaman
= 180 g/tanaman
Konsentrasi pupuk urin sapi :
K0 = Kontrol (NPK sesuai rekomendasi)
K1 = 20% : 200 ml urin sapi + 800 ml air
K2 = 40% : 400 ml urin sapi + 600 ml air
K3 = 60% : 600 ml urin sapi + 400 ml air
K4 = 80% : 800 ml urin sapi + 200 ml air
K5 = 100% : 1000 ml urin sapi
NPK = 65,4 kg/ha
Dosis pupuk NPK 65,4 kg/ha =
=
= 0,00058 kg/tanaman
= 0,58 g/tanaman
52
Lampiran 7. Standar Kualitas Pupuk Organik menurut SNI
No Parameter Satuan Minimum Maksimum
1 Kadar Air % - 50
2 Temperatur oC
Suhu Air Tanah
3 Warna
Kehitaman
4 Bau
Berbau Tanah
5 Ukuran Partikel mm 0,55 25
6 Kemampuan Ikat Air % 58 -
7 pH
6,80 7,49
8 Bahan Asing % * 1,5
Unsur Makro %
9 Bahan Organik % 27 58
10 Nitrogen % 0,40 -
11 Karbon % 9,80 32
12 Phosfor (P2O
5) % 0,10 -
13 C/N-Rasio
10 20
14 Kalium (K2O) % 0,20 *
Unsur Mikro
15 Arsen mg/kg * 13
16 Kadmium (Cd) mg/kg * 3
17 Kobal (Co) mg/kg * 34
18 Kromium (Cr) mg/kg * 210
19 Tembaga (Cu) mg/kg * 100
20 Merkuri (Hg) mg/kg * 0,8
21 Nikel (Ni) mg/kg * 62
22 Timbal (Pb) mg/kg * 150
23 Selenium (Se) mg/kg * 2
24 Seng (Zn) mg/kg * 500
Unsur Lain
25 Kalsium % * 25,50
26 Magnesium (Mg) % * 0,60
Keterangan : * nilainya lebih besar dari minimum atau lebih kecil dari maksimum
Sumber; SNI 19-7030-2004
53
Lampiran 8. Ringkasan Hasil Analisis Sidik Ragam
Tabel 8.1. Ringkasan Hasil Analisis Sidik Ragam
N0 Parameter Pengamatan Urin Sapi Varietas Interaksi KK (%)
1 Tinggi Tanaman 1.74tn
8.39**
1.45tn
15.58
2 Jumlah Daun 1.51tn
0.02tn
0.86tn
25.50
3 Jumlah Umbi 2.74*
8.64**
1.48tn
25.20
4 Diameter Umbi 1.93tn
5.63*
0.06tn
19.18
5 Berat Segar Umbi 7.31**
4.82*
2.81*
27.73
6 Berat Segar Tajuk 9.96**
41.80**
7.38**
23.86
7 Berat Kering Tajuk 10.64**
44.31**
8.68**
28.45
Keterangan : tn : Tidak Nyata
* : Berbeda Nyata
** : Sangat Berbeda Nyata
KK : Koefisien Keragaman
54
Lampiran 9. Hasil Analisis Sidik Ragam Tinggi Tanaman Bawang Merah
Tabel Analisis Sidik Ragam Rancangan Acak Lengkap Faktorial
SK DB JK KT F-Hitung F-Tabel
5% 1%
Urin (K) 5 216.26 43.25 1.74tn
2.41 3.43
Varietas (V) 1 207.95 207.95 8.39**
4.04 7.19
KxV 5 179.42 35.88 1.45tn
2.41 3.43
Galat 48 1,190.03 24.79
Total 59 1,793.67
KK (%) = 15.58
Keterangan: tn = Tidak Nyata
* = Berbeda Nyata
** = Sangat Berbeda Nyata
Duncan's Multiple Range Test for Tinggi Tanaman
Alpha 0.05
Error Degrees of Freedom 48
Error Mean Square 24.79233
Number of Means 2
Critical Range 2.585
Means with the same letter are not significantly different.
Duncan Grouping Mean N VARIETAS
A 33.820 30 V2
B 30.097 30 V1
55
Lampiran 10. Hasil Analisis Sidik Ragam Jumlah Daun Bawang Merah
Tabel Analisis Sidik Ragam Rancangan Acak Lengkap Faktorial
SK DB JK KT F-Hitung F-Tabel
5% 1%
Urin (K) 5 347.00 69.40 1.51tn
2.41 3.43
Varietas (V) 1 1.07 1.07 0.02tn
4.04 7.19
KxV 5 196.73 39.35 0.86tn
2.41 3.43
Galat 48 2,207.60 45.99
Total 59 2,752.40
KK (%) = 25.50
Keterangan: tn = Tidak Nyata
* = Berbeda Nyata
** = Sangat Berbeda Nyata
56
Lampiran 11. Hasil Analisis Sidik Ragam Jumlah Umbi Bawang Merah
Tabel Analisis Sidik Ragam Rancangan Acak Lengkap Faktorial
SK DB JK KT F-Hitung F-Tabel
5% 1%
Urin (K) 5 28.75 5.75 2.74**
2.41 3.43
Varietas (V) 1 18.15 18.15 8.64**
4.04 7.19
KxV 5 15.55 3.11 1.48tn
2.41 3.43
Galat 48 100.80 2.10
Total 59 163.25
KK (%) = 25.20
Keterangan: tn = Tidak Nyata
* = Berbeda Nyata
** = Sangat Berbeda Nyata
Duncan's Multiple Range Test for Jumlah Umbi
Alpha 0.05
Error Degrees of Freedom 48
Error Mean Square 2.1
Number of Means 2 3 4 5 6
Critical Range 1.303 1.370 1.415 1.447 1.471
Means with the same letter are not significantly different.
Duncan Grouping Mean N URIN
A 6.4000 10 K4
A
A 6.4000 10 K3
A
A 6.0000 10 K2
A
A 5.9000 10 K1
A
B A 5.4000 10 K0
B
B 4.4000 10 K5
57
Duncan's Multiple Range Test for Jumlah Umbi
Alpha 0.05
Error Degrees of Freedom 48
Error Mean Square 2.1
Number of Means 2
Critical Range 0.7523
Means with the same letter are not significantly different.
Duncan Grouping Mean N VARIETAS
A 6.3000 30 V1
B 5.2000 30 V2
58
Lampiran 12. Hasil Analisis Sidik Ragam Diameter Umbi Bawang Merah
Tabel Analisis Sidik Ragam Rancangan Acak Lengkap Faktorial
SK DB JK KT F-Hitung F-Tabel
5% 1%
Urin (K) 5 2.04 0.41 1.93tn
2.41 3.43
Varietas (V) 1 1.19 1.19 5.63* 4.04 7.19
KxV 5 0.07 0.01 0.06tn
2.41 3.43
Galat 48 10.13 0.21
Total 59 13.43
KK (%) = 19.18
Keterangan: tn = Tidak Nyata
* = Berbeda Nyata
** = Sangat Berbeda Nyata
Duncan's Multiple Range Test for Diameter Umbi
Alpha 0.05
Error Degrees of Freedom 48
Error Mean Square 0.210907
Number of Means 2
Critical Range 0.2384
Means with the same letter are not significantly different.
Duncan Grouping Mean N VARIETAS
A 2.5357 30 V2
B 2.2557 30 V1
59
Lampiran 13. Hasil Analisis Sidik Ragam Berat Segar Umbi Bawang Merah
Tabel Analisis Sidik Ragam Rancangan Acak Lengkap Faktorial
SK DB JK KT F-Hitung F-Tabel
5% 1%
Urin (K) 5 4,804.75 960.95 7.31**
2.41 3.43
Varietas (V) 1 633.75 633.75 4.82* 4.04 7.19
KxV 5 1,850.35 370.07 2.81* 2.41 3.43
Galat 48 6,310.80 131.48
Total 59 13,599.65
KK (%) = 27.73
Keterangan: tn = Tidak Nyata
* = Berbeda Nyata
** = Sangat Berbeda Nyata
Duncan's Multiple Range Test for Berat Segar Umbi
Alpha 0.05
Error Degrees of Freedom 48
Error Mean Square 131.475
Number of Means 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12
Critical Range 14.58 15.34 15.83 16.19 16.46 16.68 16.86 17.01 17.14 17.25 17.34
Means with the same letter are not significantly different.
Duncan Grouping Mean N COMBINASI
A 65.600 5 K1V2
B 51.000 5 KOV2
B
B 47.400 5 K2V1
B
B 46.800 5 K3V2
B
C B 43.000 5 K4V2
C B
C B 41.400 5 K2V2
C B
C B 40.600 5 K1V1
C B
C B 39.400 5 K3V1
C B
C B 37.600 5 KOV1
C B
C B 36.400 5 K4V1
C
C D 27.200 5 K5V1
D
D 19.800 5 K5V2
60
Lampiran 14. Hasil Analisis Sidik Ragam Berat Segar Tajuk Bawang Merah
Tabel Analisis Sidik Ragam Rancangan Acak Lengkap Faktorial
SK DB JK KT F-Hitung F-Tabel
5% 1%
Urin (K) 5 657.53 131.51 9.96**
2.41 3.43
Varietas (V) 1 552.07 552.07 41.80**
4.04 7.19
KxV 5 487.13 97.43 7.38**
2.41 3.43
Galat 48 634.00 13.21
Total 59 2,330.73
KK (%) = 23.86
Keterangan: tn = Tidak Nyata
* = Berbeda Nyata
** = Sangat Berbeda Nyata
Duncan's Multiple Range Test for Berat Segar Tajuk
Alpha 0.05
Error Degrees of Freedom 48
Error Mean Square 13.20833
Number of Means 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12
Critical Range 4.622 4.861 5.018 5.131 5.219 5.288 5.345 5.392 5.432 5.467 5.496
Means with the same letter are not significantly different.
Duncan Grouping Mean N COMBINASI
A 24.400 5 K1V2
A
B A 21.000 5 KOV2
B A
B A C 20.200 5 K4V2
B A C
B A C 19.600 5 K3V1
B C
B C 18.200 5 K3V2
C
D C 15.800 5 K2V2
D C
E D C 15.200 5 K2V1
E D
E D F 11.800 5 KOV1
E F
E G F 10.600 5 K4V1
G F
G F 10.000 5 K5V2
G F
G F 9.400 5 K1V1
G
G 6.600 5 K5V1
61
Lampiran 15. Hasil Analisis Sidik Ragam Berat Kering Tajuk Bawang Merah
Tabel Analisis Sidik Ragam Rancangan Acak Lengkap Faktorial
SK DB JK KT F-Hitung F-Tabel
5% 1%
Urin (K) 5 633.93 126.79 10.64**
2.41 3.43
Varietas (V) 1 528.07 528.07 44.31**
4.04 7.19
KxV 5 516.93 103.39 8.68**
2.41 3.43
Galat 48 572.00 11.92
Total 59 2,250.93
KK (%) = 28.45
Keterangan: tn = Tidak Nyata
* = Berbeda Nyata
** = Sangat Berbeda Nyata
Duncan's Multiple Range Test for Berat Kering Tajuk
Alpha 0.05
Error Degrees of Freedom 48
Error Mean Square 11.91667
Number of Means 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12
Critical Range 4.390 4.617 4.766 4.874 4.957 5.023 5.077 5.122 5.160 5.192 5.221
Means with the same letter are not significantly different.
Duncan Grouping Mean N COMBINASI
A 21.200 5 K1V2
A
B A 17.800 5 K4V2
B A
B A 17.400 5 KOV2
B A
B A C 16.600 5 K3V1
B C
B D C 15.200 5 K3V2
D C
E D C 12.000 5 K2V1
E D
E D 11.600 5 K2V2
E
E F 9.000 5 KOV1
E F
E F 8.200 5 K4V1
E F
E F G 7.400 5 K5V2
F G
F G 5.800 5 K1V1
G
G 3.400 5 K5V1
62
Lampiran 16. Dokumentasi Penelitian
Persiapan Lahan Penelitian Persiapan POC Urin Sapi
Fermentasi Urin Sapi Persiapan Media Tanam
Pemberian Pupuk Kandang Ayam Penanaman Bawang Merah
ke Media Tanam
Aplikasi POC Urin Sapi Aplikasi Pupuk NPK Rekomendasi
pada Tanaman Kontrol
63
Penyiangan Tanaman Bawang Merah Pembumbunan Tanaman Bawang Merah
Tanaman Bawang Merah Umur 2 MST Tanaman Bawang Merah Umur 7 MST
Pemanenan Bawang Merah Pengukuran Tinggi Tanaman
Pengamatan Jumlah Daun Pengamatan Jumlah Umbi
64
Pengamatan Diameter Umbi Pengamatan Berat Segar Umbi
Penimbangan Berat Segar Tajuk Penimbangan Berat Kering Tajuk