Tuberculosis

8
Penyakit Batu Saluran Kemih Dauri Prayogo 102011085 [email protected] Fakultas Kedokteran Universitas Krida wacana Jl. Arjuna No.6 Kebon Jeruk- Jakarta Barat Telp: 021-569422061 Definisi Tuberkulosis paru-paru merupakan penyakit infeksi yang menyerang parenkim paru-paru yang disebabkan oleh Mycobacterium tuberculosis. Penyakit ini dapat juga menyebar ke bagian tubuh lain seperti meningen, ginjal, tulang, dan nodus limfe. 1 Etiologi Mycobacterium tuberculosis merupakan jenis kuman berbentuk batang dengan ukuran panjang 1-4mm dengan tebal 0,3-0,6 mm. Sebagian besar komponen mycobacterium tuberculosis adalah berupa lemak/lipid sehingga kuman mampu tahan terhadap asam serta sangat tahan terhadap zat kimia dan faktor fisik. Mikroorganisme ini adalah bersifat aerob yakni menyukai daerah yang banyak oksigen. Oleh karena itu, Mycobacterium tuberculosis senang tinggal di daerah apeks paru – paru yang kandungan oksigennya tinggi. Daerah tersebut menjadi tempat yang kondusif untuk penyakit tuberkulosis. 1

description

Penyakit Tuberculosis

Transcript of Tuberculosis

Penyakit Batu Saluran KemihDauri [email protected] KedokteranUniversitas Krida wacanaJl. Arjuna No.6 Kebon Jeruk- Jakarta BaratTelp: 021-569422061

DefinisiTuberkulosis paru-paru merupakan penyakit infeksi yang menyerang parenkim paru-paru yang disebabkan oleh Mycobacterium tuberculosis. Penyakit ini dapat juga menyebar ke bagian tubuh lain seperti meningen, ginjal, tulang, dan nodus limfe.1EtiologiMycobacterium tuberculosis merupakan jenis kuman berbentuk batang dengan ukuran panjang 1-4mm dengan tebal 0,3-0,6 mm. Sebagian besar komponen mycobacterium tuberculosis adalah berupa lemak/lipid sehingga kuman mampu tahan terhadap asam serta sangat tahan terhadap zat kimia dan faktor fisik. Mikroorganisme ini adalah bersifat aerob yakni menyukai daerah yang banyak oksigen. Oleh karena itu, Mycobacterium tuberculosis senang tinggal di daerah apeks paru paru yang kandungan oksigennya tinggi. Daerah tersebut menjadi tempat yang kondusif untuk penyakit tuberkulosis. 1Begitu kecilnya mereka sehingga ribuan dari bakteri ini dapat hidup bersama di tempat yang hanya seluas ujung jarum.Bakteri-bakteri kecil dan ulet ini dilindungi oleh selaput lilin yang melindunginya dari sistem pertahanan tubuh manusia yang mau membinasakannya.2

Gejala-gejala Penyakit TBCGejala penyakit TBC dapat dibagi menjadi gejala umum dan gejala khusus yang timbul sesuai dengan organ yang terlibat. Secara klinis tidak terlalu khas terutama pada kasus baru, sehingga cukup sulit untuk menegakkan diagnosa secara klinis. Beberapa gejala umum pada penyakit TBC adalah terjadinya demam yang tidak terlalu tinggi yang berlangusng dalam jangka waktu yang lama biasanya terjadi ketika pada malam hari yang disertai keringat malam. Terkadang serangan demam seperti influenza dapat bersifat hilang timbul, serta mudah lelah. Terjadinya penurunan pada nafsu makan dan diikuti dengan penurunan berat badan.Batuk-batuk selama lebih dari 3 minggu, bahkan jika parah batuk dapat disertai dengan darah.3Sedangkan gejala khusus yang dirasakan oleh penderita diantaranya adalah gejala khusus bergantung dari organ tubuh mana yang terkena, bila terjadi sumbatan sebagian bronkus (saluran yang menuju ke paru-paru) akibat penekanan kelenjar getah bening yang membesar, akanmenimbulkan suara nafas melemah yang disertai sesak. Jika ada cairan di rongga pleura (pembungkus paru-paru), dapat disertai dengan keluhan sakit dada.Jika mengenai tulang, akan terjadi gejala seperti infeksi tulang yang pada suatu saat dapat membentuk saluran dan bermuara pada kulit di atasnya, pada muara ini akan keluar cairan nanah.Pada anak-anak dapat mengenai otak (lapisan pembungkus otak) dan disebut sebagai meningitis (radang selaput otak), gejalanya adalah demam tinggi, adanya penurunan kesadaran, dan kejang-kejang.4,5

Pemeriksaan Untuk Memastikan TBCUntuk memastikan bahwa seseorang menderita penyakit TBC atau tidak, dapat dilakukan pemeriksaan sebagai berikut:21. Untuk mengetahui secara pasti seseorang menderita penyakit TBC, dilakukakan pemeriksaan pada dahak/riaknya, dan bukan ludahnya.

2. Pemeriksaan dahak dilakukan sebanyak 3 kali selama 2 hari yang di kenal dengan istilah SPS( Sewaktu,Pagi, Sewaktu).

Sewaktu (haripertama)Dahak penderita diperiksa di laboratorium sewaktu penderita dating pertama kali. Pagi (hari kedua)Sehabis bangun tidur keesokan harinya, dahak penederita ditampung dalam pot kecil yang diberi petugas laboratorium,ditutup rapat, dan dibawa ke laboratotium untuk diperiksa. Sewaktu (hari ketiga)Dahak penderita dikeluarkan lagi di laboratorium,untuk diperiksa.

Cara Penularan Penyakit TBCPenyakit TBC biasanya menular melalui udara yang tercemar dengan bakteri Mikobakterium tuberculosis yang dilepaskan pada saat penderita TBC batuk, dan pada anak-anak sumber infeksi umumnya berasal dari penderita TBC dewasa. Bakteri ini bila sering masuk dan terkumpul di dalam paru-paru akan berkembang biak menjadi banyak (terutama pada orang dengan daya tahan tubuh yang rendah), dan dapat menyebar melalui pembuluh darah atau kelenjar getah bening. Oleh sebab itulah infeksi TBC dapat menginfeksi hampir seluruh organ tubuh seperti: paru-paru, otak, ginjal, saluran pencernaan, tulang, kelenjar getah bening, dan lain-lain, meskipun demikian organ tubuh yang paling sering terkena yaitu paru-paru.3SaatMikobakterium tuberculosisberhasil menginfeksi paru-paru, maka dengan segera akan tumbuh koloni bakteri yang berbentukglobular(bulat). Biasanya melalui serangkaian reaksiimunologis bakteri TBC ini akan berusaha dihambat melalui pembentukan dinding di sekeliling bakteri itu oleh sel-sel paru. Mekanisme pembentukan dinding itu membuat jaringan di sekitarnya menjadi jaringan parut dan bakteri TBC akan menjadidormant(istirahat). Bentuk-bentukdormantinilah yang sebenarnya terlihat sebagai tuberkel pada pemeriksaan foto rontgen.3Pada sebagian orang dengan sistem imun yang baik, bentuk ini akan tetap dormant sepanjang hidupnya. Sedangkan pada orang-orang dengan sistem kekebalan tubuh yang kurang, bakteri ini akan mengalami perkembangbiakan sehingga tuberkel bertambah banyak. Tuberkel yang banyak ini membentuk sebuah ruang di dalam paru-paru. Ruang inilah yang nantinya menjadi sumber produksisputum(dahak). Seseorang yang telah memproduksisputumdapat diperkirakan sedang mengalami pertumbuhan tuberkel berlebih dan positif terinfeksi TBC.3Meningkatnya penularan infeksi yang telah dilaporkan saat ini, banyak dihubungkan dengan beberapa keadaan, antara lain memburuknya kondisi sosial ekonomi, belum optimalnya fasilitas pelayanan kesehatan masyarakat, meningkatnya jumlah penduduk yang tidak mempunyai tempat tinggal dan adanya epidemi dari infeksi HIV. Disamping itu daya tahan tubuh yang lemah/menurun, virulensi dan jumlah kuman merupakan faktor yang memegang peranan penting dalam terjadinya infeksi TBC.3

Pengobatan Penyakit TBCTujuan pengobatan TBC ialah memusnahkan basil tuberkulosis dengan cepat dan mencegah kambuhnya kembali penyakit ini.Obat yang digunakan untuk TBC digolongkan atas dua kelompok yaitu Obat primer yang terdiri dari INH (isoniazid), Rifampisin, Etambutol, Streptomisin, Pirazinamid.Juga obat sekunder yang terdiri dari Exionamid, Paraaminosalisilat, Sikloserin, Amikasin, Kapreomisin dan Kanamisin.Meskipun demikian, pengobatan TBC paru-paru hampir selalu menggunakan tiga obat yaitu INH, Rifampisin dan Pirazinamid pada bulan pertama selama tidak ada resistensi terhadap satu atau lebih obat TBC primer ini.Pengobatan bagi penderita penyakit TBC mempunyai proses yang cukup panjang, yaitu berkisar dari 6 sampai 9 bulan bahkan lebih. Penyakit TBC dapat disembuhkan secara total, dengan syarat penderita harus secara rutin mengonsumsi obat-obatan yang telah diberikan dan memperbaiki daya tahan tubuhnya dengan asupan gizi yang memadai bagi tubuh.

Cara Pencegahan Penyakit TBC1. Pemeriksaan kontak, yaitu pemeriksaan terhadap individu yang bergaul erat dengan penderita tuberkulosis BTA positif. Pemeriksaan meliputi tes tuberkulin, klinis dan radioliogis. Bila tes tuberkulin positif, maka pemerikasaan radiologis foto thoraks diuang pada 6 dan 12 bulan mendatang. Bila masih negatif, diberikan BCG vaksinasi. Bila positif, berarti terjadi konfersi hasil tuberkulin dan diberikan kemoprofilaksis.2. Mass cheest X-ray, yaitu pemeriksaan massal terhadap kelompok kelompok populasi tertentu misalnya: 6 Karyawan rumah sakit atau puskesmas atau balai pengobatan Penghuni runah tahanan Siswa siswi pesantren 3. Vaksinasi BCG 4. Kemoprofilaksis dengan menggunakan INH 5 MG/KGBB selama 6 samapi 12 bulan dengan tunjuan menghancurkan atau mengurangi populasi bakteri yang masih sedikit. Indikasi komoprofilaksis primer atau utama ialah bayi yang menyusu pada ibu dengan BTA positif, sedangkan kemoprofilaksis sekunder diperlukan bagi kelompok berikut: Bayi di bawah lima tahun dengan hasil tes tuberkalin positif kaena risiko tiCara pencegahan penyakit TBC agar tidak menulari orang lain yaitumenutubulnya Tuberkulosis miler dan meningitis tuberkulosis, Anak dan remaja di bawah 20 tahun dengan hasil tes tuberkulin positif yang bergaul erat dengan penderita tuberkulosisi yang menular, Individu yang menunjukkan konversi hasil tes tuberkulin dari negatif menjadi positif, Penderita yang menerima pengobatan streoid atau obat imunosupresif jangkaPanjang, Penderita diabetes melitus.5. Komunikasi,informasi,dan edukasi (KIE) tentang penyakit tuberkulosispada masyarakat di tingkat Puskesman maupun di tingkat rumah sakit oleh petugas pemerintah maupun petugas LSM (misalnya Perkumpulan Pemberantasan Tuberkulosis Paru Indonesia PTTI).

Daftar Pustaka1. Somantri I. Asuhan Keperawatan pada Pasien dengan Gangguan Sistem Pernapasan. Jakarta : Salemba Medika;2007.h.592. Laban Y Y. TBC, Penyakit dan Cara Pencegahannya. Yogyakarta: Kanisius; 2008.h.123. Diunduh dari: http://medicastore.com/tbc/penyakit_tbc.htm pada tanggal 1 november 2013 pukul 06.304. Diunduh dari: http://ilmuadadidalambuku.blogspot.com/2013/06/penyakit-endemik-di-indonesia.html pada tanggal 1 november 2013 pukul 07.055. Diunduh dari: http://ilmuadadidalambuku.blogspot.com/2013/06/penyakit-endemik-di-indonesia.html pada tanggal 1 november 2013 pukul 07.206. Muttaqin A. Buku Ajar Asuhan Keperawatan dengan Gangguan Sistem Pernapasan. Jakarta: Salemba Medika; 2008.h.79