Translate Herpangina Dkk

19
Herpangina Herpangina, suatu penyakit anak yang tersebar luas, disebabkan oleh berbagai tipe coxsackie virus (yang paling sering A8, A10 dan A16), echovirus dan enterovirus 71. Pada wabah yang besar di Taiwan, 10% kasus yang berat mengalami herpangina. Dimulai dengan demam onset akut, nyeri kepala, serak, disfagia, anoreksia dan terkadang kaku leher. Temuan yang paling signifikan, yang muncul pada setiap kasus, adalah ditemukan-nya satu atau lebih vesikel pada tenggorokan berwarna putih kekuningan, berukuran sekitar 2 mm, biasanya dikelilingi areola yang cukup padat. Lesi ditemukan paling sering di anterior pilar faucial, tonsil, uvula dan palatum mole. Hanya satu atau dua lesi yang mungkin muncul selama perjalanan penyakit atau keseluruhan faring yang terlihat dipenuhi oleh lesi-lesi. Lesi sering muncul dalam kelompok- kelompok kecil dan kemudian menyatu. Biasanya, vesikel individual atau vesikel yang berkumpul memiliki ulkus, meninggalkan suatu kawah yang dangkal, menonjol keluar, berwarna kuning keabu-abuan dengan diameter 2-4 mm. Lesi menghilang dalam 5-10 hari. Pengobatannya bersifat suportif, yang terdiri atas anestesi topikal. Herpangina dibedakan dari aphtosis dan gingivostomatitis herpetik primer dari lokasi lesinya pada posterior orofaring dan dari isolasi enterovirus. Coxsackievirus A10 menyebabkan limfonodular faringitis akut, suatu varian herpangina, yang

Transcript of Translate Herpangina Dkk

Page 1: Translate Herpangina Dkk

Herpangina

Herpangina, suatu penyakit anak yang tersebar luas, disebabkan oleh berbagai tipe

coxsackie virus (yang paling sering A8, A10 dan A16), echovirus dan enterovirus 71. Pada

wabah yang besar di Taiwan, 10% kasus yang berat mengalami herpangina. Dimulai

dengan demam onset akut, nyeri kepala, serak, disfagia, anoreksia dan terkadang kaku

leher. Temuan yang paling signifikan, yang muncul pada setiap kasus, adalah ditemukan-

nya satu atau lebih vesikel pada tenggorokan berwarna putih kekuningan, berukuran sekitar

2 mm, biasanya dikelilingi areola yang cukup padat. Lesi ditemukan paling sering di

anterior pilar faucial, tonsil, uvula dan palatum mole. Hanya satu atau dua lesi yang

mungkin muncul selama perjalanan penyakit atau keseluruhan faring yang terlihat dipenuhi

oleh lesi-lesi. Lesi sering muncul dalam kelompok-kelompok kecil dan kemudian menyatu.

Biasanya, vesikel individual atau vesikel yang berkumpul memiliki ulkus, meninggalkan

suatu kawah yang dangkal, menonjol keluar, berwarna kuning keabu-abuan dengan

diameter 2-4 mm. Lesi menghilang dalam 5-10 hari. Pengobatannya bersifat suportif, yang

terdiri atas anestesi topikal.

Herpangina dibedakan dari aphtosis dan gingivostomatitis herpetik primer dari lokasi

lesinya pada posterior orofaring dan dari isolasi enterovirus. Coxsackievirus A10

menyebabkan limfonodular faringitis akut, suatu varian herpangina, yang ditandai dengan

diskret papul putih kekuningan dalam distribusi yang sama denga herpangina.

Penyakit Kaki, Tangan dan Mulut

Penyakit kaki, tangan dan mulut (HFMD) biasanya adalah suatu penyakit ringan. Utamanya

menyerang anak berusia 2 hingga 10 tahun, namun juga bisa mengenai dewasa. Infeksi

dimulai dengan demam dan mulut nyeri. Pada 90% kasus muncul lesi oral; yang terdiri dari

vesikel kecil (4-8 mm), cepat berulkus, dan dikelilingi dengan areola merah pada mukosa

bukal, lidah, palatum mole dan gingiva. Lesi pada tangan dan kaki adalah papula merah

simptomatik yang dengan cepat mengecil, berwarna abu-abu, vesikel berukuran 3-7 mm

yang dikelilingi dengan halo merah. Papul-papul tersebut seringnya berbentuk oval, linear

atau kresentrik, dan berjalan paralel pada garis kulit pada jari tangan dan jari kaki. Papul-

papul terdistribusi jarang pada bagian dorsa dari jari tangan dan jari kaki, dan lebih sering

Page 2: Translate Herpangina Dkk

pada telapak tangan dan telapak kaki. Terutama pada anak-anak yang menggunakan

popok/pampers, vesikel dan eritematous, papula edema sering dijumpai di pantat.

Infeksinya biasanya ringan dan terkadang bertahan hingga lebih dari satu minggu.

Pengobatannya bersifat suportif dengan menggunakan anestesi oral atau topikal.

Onychomadesis dapat mengikuti infeksi enterovirus dan HFMD, sekitar 1 bulan setelah

sindrom viral akut.

HFMD lebih sering disebabkan oleh coxsackie virus A16 dan jarang disebabkan oleh

coxsackie virus lainnya (A5, A7, A9, A10, B1, B3 dan B5), sebagaimana juga enterovirus

71. Pada wabah eneterovirus 71 Taiwan, 80% kasus dengan penyakit CNS disertai HFMD.

Tidak ada kasus HFMD yang berhubungan dengan penyakit CNS yang disebabkan karena

coxsackie A16, jadi pengenalan cepat tipe virus menjadi sangat vital pada wabah HFMD.

Virus dapat ditemukan pada vesikel kulit. Temuan histopatologis menunjukkan bentuk

intraepidermal yang melepuh oleh degenerasi vakuolar dan retikular dari keratinosit mirip

dengan bentuk lepuh karena virus lainnya. Benda inklusi dan sel raksasa multinukleus tidak

ditemukan. HFMD dibedakan dari herpangina dari distribusi lesi oral dan keberadaan lesi

kulit. Penyakit ini dibedakan dari eritema multiforme minor dari lesi kulit, yang oval dan

berwarna abu-abu, dibandingkan dengan bentuk targetoid pada eritema multiforme. HFMD

biasanya tidak memerlukan pengobatan. Walaupun coxsackie virus tidak memiliki

thymidine kinase, acyclovir secara aneh dilaporkan mempercepat resolusi dari erupsi pada

dua laporan.

Penyakit Boston eksantem

Penyakit yang dikenal dengan Boston eksantem muncul sebagai penyakit epidemik di

Boston dan disebabkan oleh echovirus 16, suatu penyebab yang tidak umum dari

eksantema viral. Erupsinya terdiri papula dan makula jarang menyebar dan berwarna merah

pucat. Pada kasus yang berat, lesinya berbentuk morbiliform dan bahkan vesikuler.

Erupsinya terutama pada wajah, dada dan punggung, dan beberapa kasus pada ekstremitas.

Pada palatum mole dan tonsil, didapatkan ulkus kecil seperti pada herpangina. Didapatkan

adenopati yang kecil atau bahkan tidak ada. Masa inkubasinya 3-8 hari.

Page 3: Translate Herpangina Dkk

Pseudoangiomatosis Eruptif

Pseudoangiomatosis Eruptif ditemukan dua klaster – daerah Mediteranian dan Korea

Selatan. Penyakit ini lebih sering muncul pada musim panas pada kedua daerah. Kelainan

ini ditandai dengan kemunculan tiba-tiba papula merah pucat yang mirip angioma. Pada

anak-anak, biasanya dihubungkan dengan sindrom viral, tapi sebagian besar orang dewasa

yang terserang tidak menunjukkan gejala-gejala viral. Pada dewasa, perbandingan wanita

dan pria 2:1. Papula merah pucat dan sering dikeliling halo berukuran 1-2 mm berwarna

pucat. Lesinya sering berjumlah 10, namun terkadang muncul lebih banyak. Sebagian besar

lesi muncul pada permukaan yang terekspos dari wajah dan ekstremitas, namun terkadang

badan juga bisa terkena. Pada anak-anak, lesinya bersifat sementara/jangka pendek,

biasanya sembuh dalam 10 hari. Lesi ditemukan lebih lama pada dewasa. Kekambuhan

tahunan dapat juga terjadi. Epidemik telah dijelaskan pada dewasa, dan bahkan pada

petugas medis yang merawat pasien dengan pseudoangiomatosis eruptif dapat terkena.

Secara histologis, pembuluh darah bagian atas dermis berdilatasi namun tidak ditemukan

penambahan jumlah pembuluh darah, dengan sel endotel yang menonjol yang dapat

diamati. Echovirus 25 dan 32 dikaitkan dengan laporan awal. Kejadian pada anak-anak

yang masih kecil dan adanya wabah miniepidemik meng-indikasikan adanya suatu pencetus

yang infeksius. Penyakit ini sangat mirip “erythema punctatum Higuchi”, yang sangat

umum di Jepang dan diketahui disebabkan oleh gigitan Culex pipiens pallen. Muncul

pendapat bahwa gigitan nyamuk, infeksi virus atau reaksi gigitan serangga yang meningkat

adalah penyebab patogen yang mungkin menjadi penyebab pseudoangiomatosis eruptif.

Grup Paramyxovirus

Paramyxovirus adalah virus-virus RNA yang berukuran antara 100 hingga 300 nm. Pada

grup ini, penyakit virus pada kulit yang menarik adalah campak (rubeola) dan campak

Jerman (rubella). Virus lain dalam adalah virus gondong, virus parainfluenza, virus

penyakit Newcastle dan virus respiratorik sinsitial.

Campak

Page 4: Translate Herpangina Dkk

Campak sangatlah infeksius dan adalah infeksi virus yang potensial menjadi fatal. Dua

dosis vaksin yang sangat efektif tersedia dan saat suatu negara mencapai angka vaksinasi

95%, eliminasi campak dapat tercapai. Namun, campak masih masalah kesehatan yang

besar pada banyak negara, termasuk negara-negara maju yang menyediakan imunisasi bagi

rakyatnya. Lebih dari 12.000 kasus campak terjadi di Eropa pada 2 tahun periode 2006-

2007. Epidemi ini masih terus berkembang memicu program eliminasi. Banyak jumlah

pasien rawat inap bahkan kematian karena campak juga masih terjadi pada negara-negara

maju tersebut. Mayoritas kasus terjadi pada orang-orang yang belum divaksin, yang

menguatkan konsep bahwa vaksinasi (terutama dua dosis) bersifat protektif dan bahwa

epidemi campak dan kematian dapat dicegah. Level vaksinasi yang rendah pada negara-

negara tersebut terjadi karena berbagai alasan, beberapa filosofis dan beberapa

sosioekonomis. Sejak anak-anak yang termasuk dalam kelompok belum divaksinasi

berinteraksi di sekolah, berkemah dan hubungan sosial, mereka adalah ladang utama

berkembangnya epidemi. Beberapa negara maju di Eropa dan Asian (terutama Jepang,

dengan 200.000 kasus setiap tahunnya) tidak bisa mencapai level imunisasi yang tinggi,

yang menandakan bahwa populasi di sana masih beresiko. Kurangnya imunitas

massal/serempak pada negara-negara tersebut meninggalkan resiko terutama pada bayi dan

anak-anak rentan yang tidak bisa diimunisasi karena kondisi medis lainnya. Selain itu, satu

kasus campak dapat menimbulkan suatu wabah karena banyaknya anak-anak yang tak

terlindung dapat memudahkan penyebaran virus. Walaupun kasus-kasus campak berlanjut

masuk ke AS, tingginya tingkat imunisasi mencegah wabah tersebut. Negara-negara dengan

tingkat imunisasi yang rendah juga berperan sebagai sumber kasus-kasus nonendemik pada

negara-negara dengan tingkat imunisasi tinggi. Di Afrika dan Asia Tenggara, faktor

sosioekonomik yang beragam menjadi penyebab kurangnya imunisasi. Dokter kulit dan

dokter anak di Amerika harus memberikan perhatian khusus pada kasus-kasus campak saat

melihat orang-orang pada negara-negara tersebut atau orang-orang yang belum divaksin

dari Amerika yang bepergian ke negara-negara yang diketahui memiliki wabah campak.

Juga dikenal dengan sebutan rubeola dan morbili, campak adalah suatu penyakit yang

tersebar luas di belahan dunia dan sebagian besar menyerang anak-anak di bawah 15 bulan.

Pada daerah epidemik, anak-anak yang lebih besar dan terkadang dewasa juga dapat

Page 5: Translate Herpangina Dkk

terserang. Campak menular melalui droplet pernapasan dan memiliki masa inkubasi 9-12

hari.

Masa prodromal terdiri atas gejala demam, malaise, konjungtivitis dan simptom saluran

napas atas yang menonjol (hidung tersumbat, bersin-bersin, coryza dan batuk). Setelah 1-7

hari, eksanthem akan muncul, biasanya sebagai lesi makular atau morbiliform pada anterior

garis kulit kepala dan belakang telinga. Lesi mulai dengan paplua eritematous diskret yang

secara bertahap akan menyatu. Kemerahan (rash) menyebar dengan cepat meliputi seluruh

wajah, lalu pada hari kedua atau ketiga (tidak seperti rubella yang penyebarannya lebih

cepat) meluas turun ke badan dan ke ekstremitas. Pada hari ketiga, seluruh bagian tubuh

sudah terkena. Lesi lebih menonjol pada area yang pertama kali terkena dan lebih diskret

pada ekstremitas. Purpura dapat juga ada, terutama pada ekstremitas dan tidak perlu rancu

dengan “black measles/campak hitam”, suatu komplikasi dari campak yang menyerupai

DIC (disseminated intravascular coagulation). Bercak Koplik, suatu tanda patognomonis,

muncul saat masa prodromal. Bercak tersebut muncul pertama pada mukosa bukal dekat

dengan molar bawah sebagai papula putih berukuran 1 mm2 dengan dasar eritematous.

Bercak tersebut dapat menyebar ke area lain pada mukosa bukal dan faring. Setelah 6-7

hari, eksanthem menghilang bersamaan dengan meredanya demam.

Komplikasinnya antara lain otitis media, pneumonia, ensefalitis dan trombositopenia

purpura. Ensefalitis, walaupun jarang terjadi (kurang dari 1% kasus), dapat berakibat fatal.

Infeksi pada ibu hamil dihubungkan dengan kematian fetus. Komplikasi dan akibat-akibat

fatal sering terjadi pada anak-anak dengan malnutrisi atau memiliki defisiensi sel T. Pada

anak yang terinfeksi HIV, eksanthemnya kurang menonjol.

Modifikasi campak terjadi pada imun host yang terganggu sebagai akibat dari infeksi

sebelumnya, antibodi maternal persisten atau imunisasi, manifestasinya lebih ringan. Pasien

mungkin hanya mengalami demam, atau demam dengan ruam. Lamanya penyakit lebih

pendek, eksanthemnya kurang konfluen/padat dan bercak Koplik mungkin tidak ditemukan.

Pada kasus ini sulit untuk membedakan dengan infeksi virus lainnya.

Diagnosis campak ditegakkan dengan adanya demam tinggi, bercak Koplik, karakteristik

konjungtivitis, gejala saluran pernapasan atas dan eksanthem yang tipikal. Limfopenia juga

sering terjadi, dengan penurunan jumlah sel darah putih. Biopsi dari lesi kulit menunjukkan

Page 6: Translate Herpangina Dkk

adanya sel raksasa keratinosit sinsitial, yang mirip pada sekresi pernapasan. Konfirmasi

laborat dapat dilakukan dengan tes serologis pada saat akut dan saat sembuh. Identifikasi

IgM spesifik virus (5 hari setelah ruam muncul) sangat sugestif terhadap infeksi pada

orang-orang yang belum diimunisasi. Uji IgM serum yang terlalu dini dapat menimbulkan

positif palsu dan uji harus diulang. Isolasi virus juga memungkinkan, namun sangat mahal

dan prosedurnya cukup rumit. Kombinasi tes serologis IgM dan isolasi virus adalah gold

standar yang dipakai sekarang. Teknik imunofluoresen dapat mengidentifikasi virus dari

material klinis. Teknologi baru berdasar PCR dapat dengan cepat mendeteksi gen virus

campak dalam urin, sekret orofaring dan darah, dan sangat berguna pada pasien modifikasi

dan telah diimunisasi sebelumnya. Rubella, demam Scarlet, sifilis sekunder, infeksi

enterovirus and erupsi obat adalah differential diagnosisnya. Pemberian vitamin A dosis

tinggi akan mengurangi morbiditas dan mortalitas pada pasien anak yang dirawat inap

dengancampak. Dua dosis retinil palmitat, 200.000 IU terbagi dalam 24 jam , direkomen-

dasikan untuk anak berusia 6-24 tahun, anak dengan imunodefisiensi, anak dengan

malnutrisi atau defisiensi vitamin A dan baru datang dari daerah dengan angka mortalitas

campak yang tinggi. Selain itu, penatalaksanaan tambahan adalah obat simptomatik,

dengan tirah baring, analgesik dan antipiretik.

Vaksinasi dengan virus hidup direkomendasikan untuk anak 12 bulan, dengan booster

sebelumnya saat memasuki sekolah 4-5 tahun. Eksanthema makulopapular yang lemah

dapat muncul pada 7-10 hari setelah imunisasi. Profilaksi seharusnya diberikan pada

individu yang rentan terhadap pajanan. Profilaksi diberikan pada beberapa hari pertama

setelah pajanan, jadi identifikasi individu yang rentan sangatlah penting. Vaksinasi efektif

apabila diberikan selama 3 hari pajanan dan globulin imun normal pada dosis 0.25 mL/kg

hingga 6 hari setelah kontak. Pada wabah di Australia, strategi ini mencegah 80%

kemungkinan kasus sekunder

Rubella

Rubella, biasa dikenal dengan campak Jerman, disebabkan oleh togavirus dan kemungkinan

disebarkan melalui sekret pernapasan. Masa inkubasinya 12-23 hari (biasanya 15-21).

Vaksinasi virus hidup sangatlah efektif, memberikan imunitas seumur hidup.

Page 7: Translate Herpangina Dkk

Masa prodromal selama 1-5 hari dengan gejala seperti demam, malaise, serak, nyeri mata,

nyeri kepala, hidung meler dan adenopati. Nyeri pada gerakan lateral dan ke atas adalah

suatu karakteristik. Eksanthem mulai pada wajah dan berlangsung caudad, menutupi

seluruh tubuh dalam 24 jam dan sembuh dalam 3 hari. Lesinya berciri pink pucat, makula

morbiliform, lebih kecil daripada rubeola. Erupsinya menyerupai roseola atau eritema

infeksiosum. Eksanthem dari makula merah berukuran peniti atau petekia pada palatum

mole dan uvula (Forchheimer’s sign) dapat ditemukan. Limfadenitis cervicalis posterior,

suboksipital dan postaurikula muncul pada lebih dari setengah kasus. Rubella secara umum

adalah penyakit yang lebih ringan daripada rubeola. Artritis dan artralgia adalah komplikasi

yang sering terjadi, terutama pada wanita dewasa. Hal ini berlangsung selama sebulan atau

lebih. Diagnosis ditegakkan dengan menemukan IgM spesifik rubella pada cairan mulut

dan serum. IgM ini berkembang dengan cepat, namun 50% serum yang diperiksa pada hari

pertama ruam menunjukkan hasil negatif. Virus ini segera bersih dari darah, menghilang

setelah hari kedua ruam. Namun, virus ditemukan pada sekresi mulut selama 5-7 hari

setelah ruam muncul. Teknik berbasis PCR untuk mengidentifikasi virus pada sekresi mulut

dapat mendeteksi infeksi lebih efektif pada sampel yang lebih awal. Kombinasi dari deteksi

virus berbasis PCR dan identifikasi IgM spesifik virus rubella akan tampak pada konfirmasi

segera pada sebagian besar kasus rubella dalam beberapa hari pertama kemunculan gejala-

gejala dari penyakit.

Sindroma Rubella Kongenital

Bayi yang lahir dari ibu yang terinfeksi rubella saat trimester pertama kehamilan dapat

menderita katarak kongenital, defek jantung dan ketulian. Manifestasi lainnya seperti

glaukoma, mikrosefal dan berbagai abnormalitas viseral dapat juga muncul. Ekspresi

kutaneus antara lain trombositopenia purpura; hiperpigmentasi pusar, dahi dan pipi; lesi

merah kebiruan, infiltratif, berukuran 2-8 mm (tipe “blueberry muffin”), yang merepre-

sentasikan eritropoiesis dermal, urtikaria kronik dan eritema retikulatum pada wajah dan

ekstremitas.

Page 8: Translate Herpangina Dkk

Eksanthem Perifleksural Asimetris pada Anak/Asymmtric Periflexural Exanthem of

Childhood (APEC)

Sindrom klinis ini, juga dikenal sebagai eksanthem laterothoracic unilateral, terjadi

utamanya akhir musim dingin dan awal musim semi, sangat umum terjadi di Eropa.

Penyakit ini menyerang lebih banyak menyerang wanita daripada laki-laki (1.2-2:1). Biasa

terjadi pada anak usia 8 bulan hingga 10 tahun, namun sebagian besar kasus terjadi pada

anak berusia 2-3 tahun. Beberapa kasus dilaporkan tejadi pada orang dewasa di Eropa dan

China. Penyebabnya tidak diketahui, namun diduga disebabkan oleh virus, karena penyakit

ini terjadi pada anak-anak yang lebih kecil dan musiman, dan kasus sekunder pada keluarga

telah dilaporkan. Tidak ada etiologi virus lain yang terlibat, namun setidaknya ada tiga

kasus dikaitkan dengan parvovirus B19 telah dilaporkan. Secara klinis, dua pertiga hingga

tiga perempat dari anak yang teinfeksi mengalami gejala infeksi saluran pernapasan atas

yang ringan atau infeksi gastrointestinal, biasanya mendahului erupsi. Lesinya biasa papula

eritematous yang menyatu dengan plak morbiliform yang berbatas tidak tegas. Pruritus

biasanya muncul namun hanya ringan. Lesi dimulai unilateral pada area fleksural, biasanya

ketiak (75% kasus). Penyebarannya sentrifugal, dengan lesi baru yang muncul pada daerah

badan yang bersebelahan dan ekstemitas proksimal. Kulit normal dapat ikut terkena

diantara lesi. Sisi kontralateral terlibat pada 70% kasus setelah 5-15 hari, namun sifat

asimetris dipertahankan selama penyakit berlangsung. Limfadenopati pada sisi yang

pertama kali terkena terjadi pada 70% kasus. Gejala-gejala menetap selama 2-6 minggu,

namun juga bisa bertahan hingga 2 bulan dan akan mereda secara spontan. Steroid topikal

dan antibiotik oral tidak memberikan keuntungan, namun antihistamin oral dapat berguna

terhadap pruritus yang terkait. Secara histologis, infiltrat limfositik ringan hingga moderat

(sel T CD8+) mengelilingi dan melibatkan duktus ekrin namun tidak dengan sel sekretorik.

Mungkin terjadi interaksi dermatitis duktus ekrin bagian atas dan epidermis yang

berbatasan.

Grup Parvovirus

Parvovirus B19 adalah agen yang paling umum pada genus eritrovirus yang menyebabkan

penyakit pada manusia. Infeksinya tersebar luas di seluruh dunia, terjadi pada 50% orang

Page 9: Translate Herpangina Dkk

pada usia 15 tahun. Sejumlah besar mayoritas dari orang tua adalah seropositif. Infeksi

biasa terjadi pada musim semi pada iklim yang hangat. Epidemi pada suatu komunitas

terjadi sekitar 6 tahun. Virus tersebar melalui rute respirasi dan tingkat infeksinya sangat

tinggi pada rumah tangga. Sebagian besar infeksi bersifat asimptomatik. Kecenderungan

parvovirus B19 menyerang sumsum tulang tercermin dari adanya trombositopenia atau

leukopenia selama infeksi akut. Parvovirus B19 adalah prototipe untuk konsep, “satu virus,

banyak eksanthem”. Eritema infeksiosum dan sindrom gloves and socks papular purpura

sangat berkaitan dengan infeksi parvovirus B19. Parvovirus B19 juga memegang peranan

dalam kasus sindrom Gianotti-Crosti dan APEC. Komplikasi lain yang diketahui dari

infeksi virus ini diantaranya arthropati (terutama pada wanita paruh baya), krisis aplastik

pada sferositosis herediter dan penyakit sel sabit, dan anemia kronik pada pasien

imunosupresan. Infeksi pada wanita hamil menyebabkan infeksi transplasental pada 30%

kasus dan tingkat kematian fetal 5-9%. Myokarditis viral akut dan perikarditis sering

menjadi infeksi sekunder dari infeksi parvovirus B19.

Eritema Infeksiosum (Penyakit Kelima)

Eritema infeksiosum adalah eksanthem infeksius yang jinak dan tersebar luas di seluruh

dunia yang muncul pada daerah epidemik pada akhir musim dingin dan awal musim semi.

Pada host normal (tidak imuno-kompromise atau pasien anemia sel sabit), pelepasan virus

berhenti saat eksanthem muncul, yang membuat isolasi tidak diperlukan. Masa inkubasinya

antara 4-14 hari (rata-rata 7 hari). Jarang ditemui, gejala prodromal ringan seperti nyeri

kepala, hidung meler dan demam derajat rendah mendahului munculnya ruam dalam 1 atau

2 hari.

Eritema infeksiosum memiliki tiga fase. Dimulai secara mendadak dengan munculnya

eritema asimptomatik pada pipi, yang menyerupai pipi yang ditampar. Eritema biasanya

difus dan makular, namun papula kecil yang transparan dapat juga muncul. Paling sering

muncul di bawah mata dan dapat meluas ke pipi membentuk pola sayap kupu-kupu. Area

perioral, kelopak dan dagu biasanya tidak terkena. Setelah 1-4 hari fase kedua dimulai,

terdiri dari munculnya makula eritematous diskret dan papula pada proksimal ekstremitas

dan terakhir pada badan. Kemudian akan berkembang menjadi pola retikulatus atau

Page 10: Translate Herpangina Dkk

berenda. Kedua fase ini umumnya bertahan 5-9 hari. Karakteristik dari fase ketiga adalah

tahap perulangan. Erupsi menjadi tak terlihat atau berkurang secara nyata, hanya kemudian

muncul kembali saat pasien tepapar panas (terutama saat mandi) atau cahaya matahari, atau

pada respon menangis atau berolahraga. Sekitar 7% dari anak-anak dengan eritema

infeksiosum mengalami artralgia, dimana 80% orang dewasa mengalami keterlibatan sendi.

Necrotizing limfadenitis juga terjadi pada kelenjar limfe cervical, epitroklear,

supraklavikular dan intraabdominal. Anak dengan krisis aplastik karena parvovirus B19

biasanya tidak mengalami ruam. Namun, bahkan pada anak yang sehat dapat berkembang

komplikasi sumsum tulang, meskipun hanya sementara dan dapat sembuh sendiri/self-

limited.

Sindroma Gloves and Socks Papular Purpuric

Sindrom ini, yang kurang umum dibandingkan eritema infeksiosum, terjadi utamanya pada

remaja dan dewasa muda. Pruritus, edema dan eritema pada tangan dan kaki muncul

beserta dengan demam. Lesinya secara tegas berhenti pada pergelangan tangan dan

pergelangan kaki. Selama beberapa hari daerah tersebut menjadi purpura. Terdapat eritema

ringan pada pipi, lutut, siku, dan lipatan paha. Lesi pada lipat paha juga menjadi purpura.

Erosi oral, ulkus dangkal, ulkus aphtous pada mukosa labial, eritema pada faring, bercak

Koplik atau lesi petekial dapat terlihat pada mukosa bukal atau labial. Bibir terkadang

menjadi merah dan membengkak. Edema dan eritema vulva yang menyertai disuria juga

dapat diamati. Varian yang jarang terjadi adalah petekia unilateral dan erupsi eritematous

pada ketiak. Eritema akral jarang bergerak menuju ke arah proksimal sepanjang limfatik,

yang menstimulasi limfangitis. Limfositopenia sementara, penurunan jumlah platelet dan

meningkatnya tes fungsi hepar dapat ditemukan. Gejala-gejala ini mereda dalam 2 minggu.

Bukti dari serokonversi dari parvovirus B19 telah ditemukan pada sebagian besar pasien

yang telah dilaporkan. Secara histologis, terdapat infiltrat dermal limofit T CD30+ yang

mengelilingi pembuluh darah kulit bagian atas. Terdapat komponen yang saling

berinteraksi dan ekstravasasi eritrosit yang menonjol pada lesi petekial. Antigen parvovirus

ditemukan dalam sel endotelial, kelenjar keringat dan duktusnya, dan epidermis pada tiga

Page 11: Translate Herpangina Dkk

pasien. Pada pasien terinfeksi HIV dapat terserang PPGSS, erupsinya lebih persisten

(bertahan selama 3-4 bulan) dan tidak berhubungan anemia.

Tidak semua kasus PPGSS disebabkan oleh parvovirus B19. Pada dewasa, sering

dihubungkan dengan infeksi HBV. Pada anak-anak, sindrom terjadi pada usia rata-rata 23

bulan. Erupsi bertahan sekitar 5 minggu. Pada anak, CMV dan EBV adalah kasus yang

paling banyak ditemukan di Taiwan, dimana sindrom ini menjadi sangat populer pada sisa

seperempat tahun ini.

Temuan Kulit Lain yang Berkaitan dengan Parvovirus B19

Pada beberapa kasus eksanthem karena parvovirus B19 mengenai utamanya pada area

fleksural, terutama pada lipat paha. Beberapa hal ini dapat timbul pada APEC (lihat di

bawah), petekia pada lipat paha atau eritema yang penuh dengan pustul pada lipat paha dan

pada derajat yang lebih rendah di ketiak, menyerupai sindrom babon. Erupsi petekia dari

PPGSS dapat melibakan area perioral dan dinamai “sindrom akropetekial”. Pada wabah di

Kerala, India, terdapat 50 anak-anak yang sebagian besar berusia di bawah 2 tahun, dengan

demam tinggi dan erupsi kulit yang difus, sangat eritrematous. Anak-anak tersebut sangat

iritatif dan menangis bila disentuh. Kulitnya membengkak dengan jelas. Terdapat edema

pada seluruh tubuh. Eksanthem akut diikuti oleh deskuamasi difus. Tidak didapatkan kasus

sekunder. IgM parvovirus B19 dideteksi pada 15 dari 24 kasus yang diuji. Hal ini dinamai

“red baby syndrome” oleh penelitinya. Infeksi parvovirus B19 dapat memicu sindrom

hematofagositik (atau aktivasi makrofag). Disertai juga dengan sitopenia progresif,

disfungsi hepar, koagulopati, kadar feritin tinggi dan hematofagositosis. Banyak kasus

erupsi nonspesifik disertai dengan sindrom hemofagositik, termasuk nodul, ulkus, purpura

dan panikulitis. Diagnosis sel hemofagositik dapat diketahui dari biopsi kulit. Infeksi

parvovirus B19 dapat memicu nekrosis kulit pada seseorang dengan stadium hiperkoagulasi

seperti pada paroksismal nokturnal hemoglobinuria.