Translate Neurosurgery

16
C5, C6, C7 nervus thoracis longus. Pasien menekan lengan melawan tembok Perhatikan pergerakan scapula, misal meninggi dari dinding dada PEMERIKSAAN – EKSTREMITAS ATAS Pemeriksaan untuk M. serratus anterior Fleksi siku Bicep: C5, C6 nervus musculocutaneus Lengan difleksikan melawan tahanan dengan tangan supinasi penuh Brachioradialis: C5, C6. Nervus radialis Fleksi lengan melawan tahan dengan tangan dalam posisi setengan pronasi dan supinasi Abduksi bahu Deltoid: C5, C6. Nervus axilaris Abduksi lengan (dengan sudut lebih dai 15 0 dari sumbu vertikal) melawan tahanan

Transcript of Translate Neurosurgery

Page 1: Translate Neurosurgery

C5, C6, C7 nervus thoracis longus.Pasien menekan lengan melawan tembokPerhatikan pergerakan scapula, misal meninggi dari dinding dada

PEMERIKSAAN – EKSTREMITAS ATAS

Pemeriksaan untuk M. serratus anterior

Fleksi siku

Bicep: C5, C6 nervus musculocutaneus

Lengan difleksikan melawan tahanan dengan tangan supinasi

penuh

Brachioradialis: C5, C6. Nervus radialis

Fleksi lengan melawan tahan dengan tangan dalam posisi

setengan pronasi dan supinasi

Abduksi bahu

Deltoid: C5, C6. Nervus axilaris

Abduksi lengan (dengan sudut lebih dai 150 dari sumbu

vertikal) melawan tahanan

Page 2: Translate Neurosurgery

Ekstensi Siku

Triceps: C6, C7, C8. Nervus radialis

Pasien mengekstensikan lengan melawan tahanan

Ekstensi Jari

Extensor digitorum: C7, C8. Nervus interosseus posterior

Pasien mengekstensikan jari-jari melawan tahanan.

Ekstensi Ibu jari – phalang distal

M. ekstensor pollicis longus dan breves: C7, C8.

Nervus interosseus posterior

Ibu jari diekstensikan melawan tahanan

Fleksi jari – phalang distal

M. fleksor digitorum profundus I dan II: C7, C8. Nervus

medianus

M. fleksor digitorum profundus III dan IV: C7, C8. Nervus

Ulnaris

Pemeriksa mencoba mengekstensikan ujung jari pasien yang

fleksi

Page 3: Translate Neurosurgery

Oposisi ibu jari

M. opponens pollicis: C8, T1. Nervus medianus

Pasien mencoba untuk menyentuk basis jari kelingking dengan

ibu jarinya dan melawan tahanan

Abduksi jari

M. interosseus dorsalis digiti I: C8, T1. Nervus ulnaris

M. abductor digiti minimi: C8, T1. Nervus ulnaris

Jari diabduksikan melawan tahanan.

[Catatan: tidak semua otot tersebut termasuk dalam otot yang didahulukan, tetapi karena

dibutuhkan untuk mengidentifikasi dan membedakan lesi syaraf dan segmennya]

SENSASI

Nyeri

Menusuk dengan menggunakan jarum yang steril

merupakan metode yang sederhana untuk menguji

kemampuan yang penting ini. Pertama, pastikan bahwa

pasien mendeteksi jarum sebagai sesuatu yang tajam,

misal nyeri, sehingga mampu menguji tiap dermatom

secara cepat.

Mengingat distribusi dermaton disederhanakan dengan

memperhatikan bahwa C7 membentang turun hingga ke

jari tengah.

Bila kemampuan sensasi tajam terganggu, kemudian

lakukan pemeriksaan yang lebih hati-hati untuk

menentukan luasnya abnormalitas, beranjak dari daerah

abnormal menuju yang normal.

Page 4: Translate Neurosurgery

Sentuhan halus

Pemeriksaan ini dilakukan dengan cara yang sama, dengan menggunakan sehelai kapas

Sensasi Suhu

Pemeriksaan suhu jarang memberikan banyak informasi tambahan. Jika diperlukan, gunakan

sesuatu yang dingin atau panas dan uji tabung dingin.

Sensasi gerak dan posisi

Pegang salah satu sisi jari pasien atau ibu jari dan lakukan gerakan ‘naik dan turun’.

Ulangi dengan keadaan mata pasien tertutup.

Minta pasien untuk menentukan arah pergerakan.

Minta pasien, dengan mata tertutup, untuk menyentuh

hidungnya dengan jari telunjuknya atau untuk

mempertemukan kedua jari telunjuknya dengan posisi

lengan yang diulurkan.

Sensasi getar

Letakkan garpu tala (biasanya 128 c/s) pada penonjolan tulang, misal radius. Minta pasien

untuk menunjukkan getaran, bila terasam hentikan. Bila terganggu, pindahkan posisi garpu

tala lebih proksimal dan ulangi. Uji getaran ini penting dalam deteksi awal penyakit

demielinisasi dan neuropati perifer, tetapi sebaliknya manfaatnya terbatas.

Jika keseluruhan fungsi sensoris di atas hasilnya normal dan diduga terdapat suatu lesi

kortikal, akan sangat berguna bila melakukan beberapa tes

berikut:

Uji diskriminasi dua titik: kemampuan untuk membedakan dua

titik tekan yang diberikan secara bersamaan pada jari, dengan

jarak 5 mm (4 cm di kaki).

Sensory inattention (persaingan persepsi): kemampuan untuk mendeteksi rangsang (tajam

atau sentuh) di kedua ekstremitas yang dilakukan secara bersamaan.

Stereognosis: kemampuan untuk mengenali benda yang diletakkan di tangan.

Page 5: Translate Neurosurgery

Graphaestesia: kemampuan untuk mengenali angka atau huruf yang dituliskan di telapak

tangan.

REFLEKS

Refleks Biceps C5, C6. Nervus musculocutaneus

Pastikan lengan pasien dalam posisi relaks dan fleksi sebagian. Palpasi

tendo m. biceps dengan ibu jari dan pukul dengan tendon hammer.

Perhatikan fleksi siku dan kontraksi m. biceps.

Refleks Supinator C6, C7. Nervus radialis.

Pukul bagian bawah radius dengan hammer dan perhatikan fleksi siku

dan jari.

Refleks Triceps C6,C7,C8. Nervus radialis

Pukul siku pasien beberapa inchi di atas processus olecranon. Perhatikan adanya ekstensi siku

dan kontraksi m. triceps.

Refleks Hoffman C7, C8.

Petik/jentikkan phalang distal jari pasien, secara tiba-tiba akan terjadi peregangan tendo

fleksor saat dilepaskan. Fleksi ibu jari menunjukkan hiperrefleks. (Dapat muncul pada subyek

normal dengan reflex tendo yang cepat)

Peningkatan refleks

Bila refleks sulit diperoleh, peningkatan refleks akan muncul bila pasien diminta untuk

‘mencengkeramkan giginya’.

FUNGSI KOORDINASI

Gangguan koordinasi (ataksia) sering muncul sebagai gambaran klinis yang menonjol pada

penyakit cerebellum. Sebelum melakukan pemeriksaan, pastikan bahwa kekuatan dan

propioseptik masih normal.

Page 6: Translate Neurosurgery

Gangguan koordinasi

Tes telunjuk-hidung

Minta pasien untuk menyentuh hidungnya dengan jari (mata

terbuka). Perhatikan adanya gerakan tersentak – dismetria atau

intensio tremor (tremor yang hanya muncul pada gerakan

volunter).

Minta pasien untuk menyentuh hidungnya lalu menyentuh jari

pemeriksa secara berulang dan secepat mungkin. Hal ini akan

memperjelas intensio tremor dan dapat menunjukkan

disdisdokinesis – ketidakmampuan untuk melakukan gerakan

berulang secara cepat. Hal ini juga dapat dilakukan dengan

meminta pasien untuk melakukan gerakan supinasi dan pronasi

secara cepat pada lengannya atau untuk melakukan gerakan

mengetuk secara berulang dan cepat.

Pemantulan lengan

Penekanan ke bawah dan pelepasan secara tiba-tiba

lengan pasien yang diulurkan akan menyebabkan ayunan

lengan yang berlebihan.

Rebound phenomenon

Minta pasien untuk memfleksikan siku melawan tahanan.

Pelepasan tangan secara tiba-tiba akan mengakibatkan tangan

memukul wajah karena kontraksi triceps yang tertunda.

PEMERIKSAAN BATANG TUBUH

SENSASI

Tes tajam dan sentuhan halus pada distribusi dermatom seperti

pada pemeriksaan ekstremitas atas.

Page 7: Translate Neurosurgery

Seperti pada ekstremitas atas

Segmen yang harus diingat: T5 – di putting/nipple

T10 – di umbilicus

T12 – di ligamentus inguinal

Refleks abdomen: segmen T7-T12. Pukul atau goreskan secara halus

pada kulit ke arah umbilicus pada masing-masing kuadran secara

bergantian. Perhatikan kontraksi otot perut dan catat jika refleks tidak

muncul atau ada gangguan. (N.B. refleks mungkin tidak muncul pada

pasien obesitas, pasca kehamilan, atau setelah operasi abdomen).

Refleks cremaster: segmen L1. Goreskan di paha bagian dalam.

Amati kontraksi musculus cremaster yang menimbulkan elevasi testis.

SPINGTER

Periksa abdomen terhadap adanya buli-buli yang distensi.

Catat adanya inkontinensia urin dan alvi.

Catat tonus spingter anus selama pemeriksaan rectal toucher.

Refleks Anal: segmen S4, S5. Lakukan goresan pada kulit di samping anus yang

mengakibatkan refleks kontraksi spingter anus.

PEMERIKSAAN EKSTREMITAS BAWAH

SISTEM MOTORIK

Penampilan: Catat - asimetris atau deformitas

- Muscle wasting

- Hipertrofi otot

- Fasikulasi otot

Tonus

Coba untuk merilekskan pasien dan secara

bergantian lakukan fleksi dan ekstensi sendi lutut.

Catat adanya tahanan.

Gerakkan kaki pasien dari satu sisi ke sisi lain.

Lalu secara tiba-tiba angkat paha pasien dan catat

adanya respon pada tungkai bawah pasien. Bila

terdapat tonus yang meningkat, kaki dapat

menendang ke atas.

Page 8: Translate Neurosurgery

Klonus.

Pastikan pasien dalam keadaan rileks. Lakukan fleksi sendi pergelangan kaki secara tiba-tiba

dan pertahankan terus menerus. Sedikit irama goyangan dapat muncul pada pasien normal,

tetapi bila hal itu berlangsung lama, menunjukkan tonus yang meningkat.

Kekuatan motorik

Saat memeriksa setiap kelompok otot, ingat perjalanan syaraf dan segmennya.

Fleksi pinggul

M. iliopsoas: L1, L2, L3. Nervus femoralis

Fleksi pinggul melawan tahanan.

Ekstensi pinggul

M. gluteus maximus: L5, S1, S2. Nervus gluteus inferius.

Pasien mencoba mempertahankan tumit pada kasur periksa

melawan tahanan.

Abduksi pinggul

M. gluteus medius dan minimus, m. tensor fascia lata: L4, L5, S1.

Nervus gluteus superius.

Pasien berbaring dan mencoba melakukan abduksi tungkai melawan

tahanan.

Adduksi pinggul

M. adductor: L2, L3, L4. Nervus obturatorius.

Pasien berbaring mencoba menarik lutut secara bersamaan dan

melawan tahanan.

Fleksi lutut

M. hamstring: L5, S1, S2. Nervus sciatic.

Pasien menarik tumit ke arah bokong dan mencoba

mempertahankan posisi ini melawan tahanan.

Page 9: Translate Neurosurgery

Ekstensi lutut

M. quadriceps femoris: L2, L3, L4. Nervus femoralis.

Pasien mencoba melakukan ekstensi lutut melawan tahanan.

Dorsofleksi

M. tibialis anterior: L4, L5. Nervus peroneus profundus.

Pasien melakukan dorsofleksi pergelangan kaki melawan tahanan.

Dapat muncul kesulitan pada pergerakan tumit.

Plantarfleksi

M. gastroknemius, m. soleus: S1, S2. Nervus tibialis.

Pasien melakukan plantarfleksi pergelangan kaki melawan tahanan.

Dapat muncul kesulitan pada pergerakan ibu jari sebelum

kelemahan dapat terdeteksi secara langsung

Ekstensi ibu jari kaki

M. ekstensor halluci longus, m. ekstensor digitorum longus: L5, S1.

Nervus peroneus profundus.

Pasien melakukan dorsofleksi ibu jari kakimelawan tahanan.

Inversi

M. tibialis posterior: L4, L5. Nervus tibialis.

Pasien melakukan inversi kaki melawan tahanan.

Eversi

M. peroneus longus dan breves: L5, S1.

Nervus peroneus superfisialis.

Pasien melakukan eversi kaki melawan tahanan.

SENSASI

Tes: Nyeri

Sentuhan halusMengikuti distribusi dermatom seperti pada ekstremitas atas

Page 10: Translate Neurosurgery

(Suhu)

Sensasi gerak dan posisi

Pertama, lakukan gerakan fleksi dan ekstensi ibu

jari kaki. Kemudian minta pasien untuk

menunjukkan arah gerakan dengan mata tertutup.

Jika terdapat kelainan, lakukan tes sensasi gerak

dan posisi pada pergelangan kaki dengan cara yang

sama.

Sensasi getar

Tes persepsi getar dilakukan dengan menempatkan garpu tala pada

maleolus. Jika hasilnya kurang baik, lakukan hal serupa pada caput

fibula atau spina iliaca superior anterior.

REFLEKS

Refleks lutut (patella): L2, L3, L4.

Pastikan tungkai pasien dalam posisi rileks dengan

meletakkannya di atas lengan pemeriksa atau dengan

menggantungkannya di pinggir tempat tidur. Ketuk tendo

patella dengan hammer dan amati kontraksi m. quadriceps

femoris. Catat adanya gangguan atau refleks yang berlebihan.

Refleks pergelangan kaki (Achilles): S1, S2.

Lakukan rotasi eksternal pada tungkai pasien. Pegang

kaki pasien dengan posisi setengah dorsofleksi. Pastikan

kaki dalam posisi rileks dengan melakukan palpasi tendo

m. tibialis anterior. Apabila teraba tegang, maka tidak

akan ada refleks Achilles yang muncul.

Ketuk tendo Achilles dan perhatikan adanya kontraksi otot betis dan plantarfleksi.

Peningkatan refleks.

Bila refleks sulit diperoleh, peningkatan refleks akan muncul bila pasien diminta untuk

mencengkeramkan giginya atau dengan cara menarik genggaman kedua tangan (maneuver

Jendressik).

Respon plantar

Page 11: Translate Neurosurgery

Catat adanya goyangan tubuh yang berlebihan atau hilangnya keseimbanganMuncul saat mata terbuka dan tertutup

Muncul hanya saat tertutup (Tes Romberg positif)

= Deficit cerebellum (ataksia cerebellum)

= Deficit propoioseptik (ataksia sensoris)

Pastikan bahwa ibu jari kaki dalam keadaan rileks. Goreskan bagian lateral telapak kaki dan

menyusuri lengkungan kaki. Catat gerakan pertama dari ibu jari kaki. Fleksi ibu jari kaku

seharusnya muncul. Ekstensi karena adanya kontraksi m. ekstensor hallucis longus (refleks

Babinski) menunjukkan lesi upper motr neuron (UMN). Hal ini biasanya disertai dengan

kontraksi m. fleksor lutut dan m. tensor fascia lata yang sinkron.

Refleks Chaddock dapat muncul dengan cara merangsang bagian lateral dari punggung kaki.

Ibu jari kaki menunjukkan adanya lesi UMN.

Untuk menghindari kerancuan, jangan menyentuh bagian yang dalam telapak kaki atau ibu

jari kaki itu sendiri,

KOORDINASI

Minta pasien untuk menggerakkan tumitnya menyusuri

lutut kontralateralnya ke bawah menuju ibu jari kaki secara

berulang. Perhatikan adanya ataksia (gangguan koordinasi).

Minta pasien untuk mengetuk lantai dengan kakinya secara

berulang. Catat adanya disdiadokinesis (kesulitan melakukan gerakan berulang secara cepat).

Tes Romberg

berdiri dengan Minta pasien untuk tumit yang saling bertemu, pertama

dengan mata terbuka, kemudian dengan mata tertutup.

GAIT

Catat:

- Ukuran panjang langkah lebar jarak diantaranya

- Gerakan kaki abnormal (misal langkah tinggi yang

berlebihan)

- Ketidakstabilan (gait ataksia)

- Gerakan postural yang berkaitan (misal pelvic swinging)

Bila normal, ulangi dengan berjalan tandem, misal tumit ke ibu jari kaki. Hal ini akan

memperjelas ketidakstabilan berjalan.