Icu Translate

23
PANDUAN UNTUK IZIN MASUK ICU, PEMULANGAN DAN TRIAGE American College of Critical Care Medicine of the Society of Critical Care Medicine ABSTRAK Penggunaan tepat pada sumber daya yang ada di Intensive Care Unit (ICU) adalah hal yang penting. Dimana negara kesulitan untuk mengendalikan pengeluaran dalam perawatan kesehatan. panduan ini bertujuan menyediakan model dimana sumber daya pada ICU dapat digunakan dalam merumuskan kriteria izin masuk, pemulangan dan triage. Hal ini juga mencakup tinjauan yang baik dan prosedur dari sebuah proses untuk implementasi, monitoring, dan kinerja kerja. PENGENALAN Konsep ICU yang umum saat ini dibentuk pada tahun 60-an (1-3). Pada pertemuan persetujuan pertama tentang perawatan pengobatan kritis yang dipimpin oleh institusi kesehatan nasional (NIH) pada tahun 1983 mengeluarkan poin bahwa pelaksanaan klinis dapat menuntun pengembangan indikasi agar dapat masuk ke ICU (4). Kebanyakan para dokter berpendapat bahwa kegunaan dari perawatan ICU bukan merupakan tolak ukur, melainkan merupakan ketidak pastian (5). Karena penggunaan sumber daya yang mahal, dan juga, pada umumnya mutlak digunakan pada pasien dengan kondisi tidak menentu dimana terdapat “prospek yang jelas dengan kemungkinan penyembuhan yang besar” (4-6). Dengan beberapa perubahan pada ruang

description

Diare Akut Dehidrasi Ringan Sedang'Antonius Bagus

Transcript of Icu Translate

PANDUAN UNTUK IZIN MASUK ICU, PEMULANGAN DAN TRIAGEAmerican College of Critical Care Medicineof the Society of Critical Care Medicine

ABSTRAKPenggunaan tepat pada sumber daya yang ada di Intensive Care Unit (ICU) adalah hal yang penting. Dimana negara kesulitan untuk mengendalikan pengeluaran dalam perawatan kesehatan. panduan ini bertujuan menyediakan model dimana sumber daya pada ICU dapat digunakan dalam merumuskan kriteria izin masuk, pemulangan dan triage. Hal ini juga mencakup tinjauan yang baik dan prosedur dari sebuah proses untuk implementasi, monitoring, dan kinerja kerja.PENGENALANKonsep ICU yang umum saat ini dibentuk pada tahun 60-an (1-3). Pada pertemuan persetujuan pertama tentang perawatan pengobatan kritis yang dipimpin oleh institusi kesehatan nasional (NIH) pada tahun 1983 mengeluarkan poin bahwa pelaksanaan klinis dapat menuntun pengembangan indikasi agar dapat masuk ke ICU (4). Kebanyakan para dokter berpendapat bahwa kegunaan dari perawatan ICU bukan merupakan tolak ukur, melainkan merupakan ketidak pastian (5). Karena penggunaan sumber daya yang mahal, dan juga, pada umumnya mutlak digunakan pada pasien dengan kondisi tidak menentu dimana terdapat prospek yang jelas dengan kemungkinan penyembuhan yang besar (4-6). Dengan beberapa perubahan pada ruang lingkup perawatan kesehatan, penggunaan yang efisien pada sumber daya ICU merupakan hal yang diprioritaskan. Sayangnya, beberapa studi telah meneliti indikasi dan hasil dari perawatan ICU (7-10). Penelitian tersebut menunjukan bahwa kami belum dapat mengkategorisasikan pasien secara akurat. Sebagai contoh, kraiss, et al. Mengevaluasi 196 pasien yang berada dalam pelaksanaan carotid endarterectomy selama periode 2 tahun dan menunjukan tidak terdapat perbedaan pada hasil ataupun komplikasi diantara kelompok yang menggunakan perawatan intensif dan kelompok yang menggunakan perawatan umum (8).

The Ethics Committee of the Society of Critical Care Medicine telah menerbitkan pernyataan persetujuan tentang triage (11). Panduan dalam pengembangan kriteria izin masuk dan pemulangan pun juga diusulkan (12). Dokumen yang ada merupakan kompilasi dan revisi dari panduan yang telah ada sebelumnya.Sumber daya individual ICU, dengan menggunakan panduan yang telah dijelaskan diatas, dapat membuat keputusan spesifik yang baik kepada unit mereka. Kriteria izin masuk dan pemulangan pada ICU dapat dengan tegas dijelaskan. Pada tambahannya, setiap ICU harus dapat menetapkan jangkauan pelayanan yang dapat disediakan dan pelayanan beberapa pasien tersebut, juga disetujui oleh beberapa staff profesional. Beberapa situasi spesifik dalam menerima pasien pun harus dapat ditetapkan (12-14). Panduan dan implementasi keputusan harus dapat ditulis oleh tim yang multiprofesional. Karena susunan komite ICU dapat berbeda-beda, hal yang harus dipastikan adalah suara yang seimbang secara tetap menyediakan pelayanan ICU pada pasien, termasuk pelaksanaan perawatan sistem respirasi, para perawat, dokter dan pekerja sosial. Komite ICU harus dapat mereview peraturan dari penanganan unit intensive dan tingkat menengah (intermediate). Komite juga harus dapat menolong untuk mengedukasikan para staff baik dalam kriteria izin masuk/ pemulangan/ triage dan sumber daya yang dapat digunakan secara efisien.Keputusan yang ditulis untuk izin masuk, pemulangan, dan triage harus dapat direview dengan dasar yang tetap dan ditinjau kembali jika diperlukan. Revisi harus berdasarkan data yang objektif. Keputusan yang dipenuhi harus dapat dimonitori oleh forum yang tepat, dimana kebanyakan institusi dimonitori oleh komite ICU. Putusan harus dapat ditempatkan untuk akomodasi izin masuk saat mencapai kapasitas unit. Pemilihan terdiri dari pembatasan pilihan pembedahan atau re-routing dari izin masuk perawatan kritis pada departemen emergency. meningkatkan kapasitas fungsional dari ICU pada pasien dibeberapa area perawatan lanjutan (dengan menerima personel dan teknologi sumber daya yang tepat jika tersedia) dapat merupakan alternatif dari pelayanan yang terbatas.Kriteria izin masuk, pemulangan dan triage harus dapat diperkenalkan pada autonomy pasien, termasuk pengarahan lanjutan, harapan untuk hidup, atau kekuatan untuk bertahan lama dalam pertimbangan untuk penentuan penanganan kesehatan. Hal tersebut juga termasuk penerimaan pasien untuk ICU. Prosedur spesifik yang dipercaya juga dapat ditempatkan.Tingkat rekomendasi untuk ICUICU merupakan tempat untuk monitoring dan perawatan pasien dimana secara potensial mempunyai ketidakstabilan fisiologi yang berat dan memerlukan bantuan hidup secara teknikal/artificial. Tingkat penanganan ICU lebih besar dibandingkan yang tersedia pada intermediate care unit ( penanganan tingkat menengah).Sistem penilaianLevel 1: memastikan dengan tepat pada bukti ilmiah dengan sendirinyaLevel 2: alasan yang memuaskan yang dapat dibenarkan pada bukti ilmiah yang ada dan dengan kuat didukung oleh pendapat yang berpengalaman dalam penanganan kritis.Level 3: kurangnya bukti ilmiah yang seimbang tetapi secara luas didukung oleh data yang tersedia dan pendapat yang berpengalaman dalam penanganan kritis.1. (level 3) ICU harus mempunyai pengobatan yang dapat ditentukan dan mempunyai kepala perawat yang bertanggung jawab dalam memastikan triage pasien yang tepat dalam pelaksaan dari kriteria izin masuk dan pemulangan pada pasien.2. (level 3) dokter dan kepala perawat harus dapat menentukan batas perawatan, telemetri, ventilasi mekanik dan jenis medikasi dari intravena.3. (level 3) komite ICU, merupakan komite yang multi profesional yang terlibat dalam pengembangan dan implementasi dari kriteria izin masuk dan pemulangan.4. (level 2) ketetapan dari penanganan intensif dapat meningkatkan hasil dari pasien dengan penyakit kritis5. (level 2) sebuah tim ahli dalam pengarahan intensif multiprofesional dapat meningkatkan hasil dari penyakit pasien yang kritis dimana diukur dengan mortalitas, lama tinggal, dan penggunaan sumber daya.

KRITERIA IZIN MASUKKriteria izin masuk pasien ICU adalah harus memilih pasien yang mempunyai keuntungan dalam penanganan ICU (2). Griner mengidentifikasi 2 kondisi dimana penanganan ICU tidak mempunyai keuntungan yang besar dibandingkan penanganan pada umumnya (10). Situasi tersebut melibatkan pasien yang mengalami 2 spektrum resiko kematian yang hebat; secara relatif rendah akan resiko kematian dan tingginya resiko kematian yang berlebihan. Kelompok tersebut dapat ditunjuk sebagai sangat baik untuk bermanfaat dan sangat lemah untuk bermanfaat dalam pelayanan perawatan kritis. Perawatan ICU telah menunjukan peningkatan pada beberapa penyakit yang meluas, pada populasi pasien yang tidak stabil (17-18). Penentuan dari populasi sangat baik untuk bermanfaat dan sangat lemah untuk bermanfaat merupakan hal tersendiri yang sulit dalam dasar diagnosis (7, 19-24). Sebagai contoh, overdosis obat pada pasien seringkali ditujukan pada ICU. Bagaimanapun juga, brett et al. (19); menunjukan bahwa pasien tanpa penentuan kriteria resiko tinggi secara klinis tidak pernah memerlukan intervensi ICU. Meskipun demikian, 70% dari pasien yang beresiko rendah menerima ICU untuk observasi.Dalam tambahan pada kesulitan dari penentuan populasi pasien dimana yang sangat baik maupun sangat lemah untuk bermanfaat, kriteria spesifik dalam menentukan manfaat yang besar merupakan subjek dari interpretasi. Sebagai contoh, Paz, et al, memeriksa izin masuk pada pengobatan ICU sehubungan dengan transplantasi sumsum tulang. Transplantasi sumsum tulang dengan mendapat ventilasi mekanik mempunyai tingkat pemulangan dari ICU berkisar hanya 3.8%, dibandingkan 81.3% pada pasien yang tidak memerlukan terapi (21). Laporan yang diterbitkan sebelumnya menunjukan nilai survival yang sama rendahnya untuk pasien yang mengalami transplantasi sumsum tulang dan memerlukan ventilator (2.5% sampai 7.0%) (22-24). Baik 2.5 sampai 7% tingkat pemulangan pada pasien yang mengalami transplantasi sumsum tulang dan memerlukan ventilasi mekanik adalah besar ataupun tidak, shal tersebut bergantung pada institusi. Interpretasi tersebut dapat mengarah pada kriteria izin masuk yang berbeda antara institusi dan dokter.Dengan demikian, hal tersebut merekomendasikan para pelaksana ICU untuk memahami alat-alat untuk menilai beberapa penyakit luas dan prognosis dari penyakit pasien yang kritis. Instrumen tersebut dikonjungsikan dengan penentuan klinik dalam menghadirkan alat terbaik yang tersedia untuk menentukan prognosis (11, 25-27). Hal yang harus dicatat, bagaimanapun juga, pada umumnya, instrumen prediktif tersebut hanya dapat digunakan pada pasien yang telah menerima ICU dan belum dites pada alat screening sebelum izin masuk.

Penentuan izin masuk ICU dapat berdasarkan beberapa model penggunaan prioritas, diagnosis dan parameter objektif model. Kami ingin menegaskan bahwa model tersebut dihadirkan sebagai panduan dan institusi individual harus dapat membuat kriteria spesifik agar menemukan keperluan khusus yang mereka butuhkan.

Model prioritasSistem ini menentukan beberapa hal yang dapat berguna pada kebanyakan ICU (prioritas 1) sampai pada beberapa hal yang tidak berguna sama sekali (prioritas 4) pada izin masuk ICU.Prioritas 1: adalah pasien yang mengalami penyakit kritis, pasien tidak stabil yang memerlukan perawatan intensif dan monitoring tidak dapat disediakan diluar ICU. Biasanya, penanganan tersebut terdiri dari bantuan ventilator, obat vasoaktif yang berlanjut, infusi, dll. Pasien prioritas 1 secara umum tidak mempunyai batas penempatan dalam terapi luas yang mereka terima. Contoh pasien tersebut temasuk dalam post-operatif dan pasien yang mengalami kegagalan sistem respirasi akut yang memerlukan bantuan ventilasi mekanik dan pasien yang tidak stabil karena shock dan secara hemodinamis mendapatkan monitoring invasif dan atau obat vasoaktif.Prioritas 2: adalah pasien yang memerlukan monitoring invasif dan secara potensial memerlukan intervensi segera, maka tidak ada batas terapiutik secara umumnya ditetapkan pada pasien tersebut. Contoh pasien yang termasuk dalam kondisi comorbid kronik yang mendapat pengembangan pengobatan akut meluas atau pembedahan penyakit.Prioritas 3: adalah pasien yang mengalami penyakit kritis tetapi mempunyai kemungkinan penyembuhan yang sedikit karena penyakit akut yang diderita. Pasien dengan prioritas 3 mendapatkan penanganan intensif untuk meringankan penyakit akut yang diderita tetapi terbatas pada penanganan terapiutik seperti tidak terdapat intubasi atau CPR. Sebagai contoh termasuk juga pasien dengan komplikasi penyakit metastatik karena infeksi, temponade cardial, dan obstruksi jalur napas.Prioritas 4: adalah pasien yang tidak diperkenankan masuk dalam ICU. Izin masuk pasien tersebut harus berdasarkan dasar individual, dibawah situasi yang tidak biasa dan kebikasanaan dari kepala ICU. Pasien tersebut dapa ditempatkan sesuai dengan kategori dibawah ini: A. Manfaat yang sedikit atau yang bukan mengantisipasi perawatan ICU yang berdasarkan pada rendahnya resiko dari intervensi aktif dimana dapat secara tidak aman digunakan pada pengaturan non ICU ( sangat baik untuk manfaat dari perawatan ICU). Contoh termasuk pasien dengan pembedahan daerah vascular, ketoasidosis stabil secara hemodinamis, gagal jantung kongestif ringan, over dosis obat secara sadar, dll.B. Pasien dengan penyakit terminal dan ireversibel menghadapi kematian yang sangat dekat (sangat lemah untuk manfaat dalam perawatan ICU). Sebagai contoh: beberapa kerusakan otak yang ireversibel, kegagalan multi-organ yang ireversibel, kanker metastatik yang tidak berespn pada kemoterapi dan terapi radiasi (kecuali pasien berada pada penanganan protokol spesifik), pasien dengan penentuan membuat kapasitas yang dapat membatalkan perawatan intensif atau monitoring invasif dan yang hanya mendapat perawatan kenyamanan, pendonor organ dari pasien yang mengalami kematian otak, pasien dengan persisten vegetatif, pasien yang secara permanen tidak sadarkan diri, dll.Model DiagnosisModel ini menggunakan kondisi spesifik atau penyakit untuk menentukan izin masuk ICU yang tepat.

A. Cardiac system1. Infark myocard akut dengan komplikasi2. Shock cardiogenik3. Aritmia kompleks yang memerlukan monitoring dan intervensi dekat4. Gagal jantung kongestif akut dengan kegagalan sistem pernapasan dan memerlukan bantuan hemodinamik5. Hipertensi emergency6. Angin yang tidak stabil, secara partikular dengan disritmia, hemodinamis yang tidak stabil, yang nyeri dada yang bersifat terus menerus7. Gagal jantung S/P8. Ccardiac temponade atau konstriksi dengan hemodinamis yang tidak stabil9. Pembedahan aneurysma aortik10. Blokade jantung keseluruhan

B. Pulmonary system1. Kegagalan sistem respirasi akut yang memerlukan bantuan ventilasi 2. Emboli pulmonar dengan hemodinamis yang tidak stabil3. Pasien dengan penanganan unti tingkat menengah yang menunjukan deterioriasi sistem respirasi4. Tidak tersedianya kebutuhab perawatan sistem respirasi pada beberapa area perawatan seperti pada unit perawatan tingkat menengah5. Massive hemoptysis6. Kegagalan sistem respirasi dengan pendekatan intubasi

C. Neurologic disorder1. Stroke akut dengan perubahan status mental2. Koma: metabolik, toxic, atau anoxic3. Pendarahan intracranial dengan potensi untuk hemiasi4. Pendarahan subarachnoid akut5. Meningitis dengan perubahan status mental atau bahaya pada sistem respirasi6. Penyakit neuromuscular atau pusat sistem nervus dengan deteriorasi neurologik atau fungsi pulmonar7. Status epileptikus8. Mati otak atau secara potensial merupakan pasien mati otak dengan penanganan secara agresif saat menentukan status donasi organ9. Pasien dengan cedera kepala hebat

D. Pencernaan obat dan overdosis obat1. Pencernaan obat dengan ketidak stabilan hemodinamis2. Pencernaan obat yang secara signifikan mengubah status mental dengan proteksi jalur napas yang seimbang3. Adanya efek dari pencernaan obat yang digunakan

E. Gastrointestinal disorder1. Penanganan hidup pada pendarahan gastrointestinal termasuk hypotensi, angina, pendarahan berlanjut, atau dengan kondisi comorbid2. Kegagalan hepatik yang hebat3. Pancreatitis yang meluas4. Perforasi oesophageal dengan atau tanpa mediastinitis

F. Endokrin1. Komplikasi ketoasidosis diabetik dengan hemodinamis tidak stabil, perubahan status mental, ketidak mampuan sistem respirasi, atau asidosis yang meluas.2. Thyroid storm atau koma myxedema dengan hemodinamis yang tidak stabil3. Keadaan hyperosmolar dengan koma atau ketidakstabilan hemodinamis4. Masalah endokrin yang lain seperti krisis adrenal dengan ketidakstabilan hemodinamis5. Hypercalcemia yang meluas dengan perubahan status mental, dan memerlukan monitoring hemodinamis6. Hypo atau hypermatremia dengan pembesaran, dan perubahan status mental7. Hypo atau hypermagnesemia dengan bahaya pada hemodinamis atau disritmia8. Hypo atau hyperkalemia dengan disritmia atau lemah otot9. Hypophosphatemia dengan lemah otot

G. Pembedahan1. Pasien post-operatif yang memerlukan monitoring hemodinamis/bantuan ventilasi atau perawatan secara luas

H. Yang lainnya1. Septic shock dengan hemodinamis yang tidak stabil2. Monitoring hemodinamik3. Kondisi klinis yang memerlukan tingkat penanganan ICU4. Cedera akibat lingkungan (petir, hampir tenggelam, hypo/hyperthermia)5. Terapi eksperimental baru dengan potensi untuk komplikasiModel parameter objektifKriteria objektif tersebut telah diminta, diharapkan dan telah ditinjau pada beberapa indivuidu rumah sakit sebagai bagian dari komisi bersama pada organisasi akreditasi penanganan kesehatan dimana prosesnya ditinjau oleh unit perawatan khusus dimasa lalu. Saat beberapa peninjauan proses berubah (13), hal tersebut dapat dimengerti rumah sakit dan akan dilanjutkan dengan menggabungkan parameter objektif sebagai bagian dari kriteria yang dimuat. Kriteria yang telah terdaftar, dan datang dengan persetujuan, merupakan keperluan yang dapat berubah-ubah, mereka dapat dimodifikasi sesuai dengan situasi yang ada. Data menunjukan peningkatan hasil dengan menggunakan tingkatan spesifik yang tidak tersedia.

Tanda vital Pulsasi 150 detakan/menit Tekanan arterial sistolik 35 napas/menit

Hasil laboratorium (baru saja ditemukan) Serum sodium170mEq/L Serum potasium 7.0 mEq/L PaO2 800mg/dl Serum kalsium >15mg/dl Tingkat toksik dari obat dan subtansi kimiawi lain pada pasien yang berbahaya secara hemodinamis atau neurologikal

Radiography/ Ultrasonography/ Tomography (baru saja ditemukan) Pendarahan vascular cerebral, luka memar atau pendarahan subarachnoid dengan perubahan status mental atau tanda focal neurologikal Ruptur visceral, kandung kemih, liver, varises oesophageal atau uterus dengan hemodinamis yang tidak stabil Pembedahan aneurysma aortik

Penemuan fisik (onset akut) Pupil yang tidak seimbang pada pasien yang tidak sadarkan diri Penyembuhan luka bakar >10% BSA Anuria Obstruksi saluran napas Koma Penyerangan berlanjut Sianosis Cardiac temponade

KRITERIA PEMULANGANStatus pasien yang diterima pada ICU harus ditinjau secara berlanjut untuk mengidentifikasi pasien yang tidak perlu lagi mendapat perawatan ICU.A. Saat status fisiologi pasien telah stabil dan perlunya monitoring ICU dan perawatannya tidak lagi diperlukanB. Saat status fisiologi pasien memburuk dan intervensi aktif tidak lagi direncanakan, maka pemulangan ke perawatan tingkat rendah adalah pilihan yang tepatKriteria pemulangan dari unit perawatan kritis sama dengan penerimaan kriteria ke tingkatan perawatan selanjutnya seperti perawatan tingkat menengah yang tersedia. Bagaimanapun juga, tidak semua pasien memerlukan pengananan tingkat menengah setelah pemulangan dari ICU.

TRIAGEDibawah beberapa kondisi ideal pasien akan diterima atau dipulangkan sesuai dengan potensi bermanfaat dari perawatan ICU. Sayangnya, pada kebanyakan hal dari beberapa pasien yang berpotensi ICU, melebihi dari tempat tidur yang tersedia. Oleh karena itu metode memprioritaskan atau triaging sangat diperlukan (11, 29). Awal triage pasien mengikuti panduan yang diberikan dalam model izin masuk yang diprioritaskan. Pada lingkungan dimana ICU sulit untuk memberikan manfaat, dan pemulangan berlanjut, maka kebutuhan dari triage perlu diminimalisirkan.Saat ICU dan semua unit telah terisi, direktur mendapatkan akses pada semua unit dan mempunyai tanggung jawab dan kekuasaaan untuk menerima/ memulangkan pasien dari unit tsb. Kebijakan triage untuk sebuah institusi harus dapat ditulis lebih lanjut. Penentuan triage harus dapat dibuat dengan tegas, tanpa adanya kesalahan. Etnik, ras, sex, status sosial, atau status finansial tidak bisa dipertimbangkan pada penentuan triage. Penentuan triage dibuat tanpa adanya persetujuan dari pasien ataupun wakilnya dan dapat juga dibuat tanpa mengantisipasi hasil yang buruk. Religius ataupun kepercayaan moral merupakan dasar untuk menyediakan penanganan jika hasil yang dibayar tidak dibebani oleh publik dan penentuan penanganan tersebut tidak menghambat penanganan dari pasien lain yang akan bermanfaat pada perawatan kritis (30). Topik triage pada pasien kritis telah berkali-kali ditinjau oleh the Society of Critical Care Medicine Ethics Committee (11). Pembaca dapat diarahkan kepada dokumen tersebut untuk mendiskusikan topik lebih mendalam.

TINJAUAN KINERJAEvaluasi kinerja dan tinjauan dari ICU harus terdiri darikebijakan izin masuk/pemulangan/triage. Tim multiprofesional harus dapat meninjau setidaknya setiap tahun. Dalam tujuan untuk meninjau kinerja yang seimbang, hal tersebut berhubungan dengan izin masuk, hasil, dan proses dalam membuat keputusan, sebuah database dapat dengan mudah mencari hal tersebut dan variabel lainnya yang dapat berguna dengan sangat baik. Pengarahan hasil yang meluas harus dapat digunakan dalam kemungkinan kapanpun yang bertujuan untuk mengurangi perluasan penyakit pada data mortalitas yang buruk. Kebijakan independen atau standar penanganan merupakan panduan untuk membatasi jenis dari izin masuk yang telah diinstitusikan , perawatan harus digunakan untuk dapat melacak pasien yang dikirim ke area lain untuk memastikan hasil yang seimbang, lama tinggal, dll. Mekanisme untuk meninjau izin masuk yang diminta lalu telah dibatalkan harus mendapat penempatan untuk memastikan ketepatan baik dalam proses membuat keputusan dan kebijaksanaan. Konflik tentang pemulangan harus dapat ditinjau agar memungkinkan peningkatan dari kebijaksanaan pemulangan yang dapat diidentifikasi dan digabungkan. Izin masuk ulang pada ICU merupakan masalah yang sama dan harus dimonitoring secara dekat agar dapat mengarah pada peningkatan selama proses tersebut. Pembelajaran dari pemeriksaan kriteria objektif untuk izin masuk dan mannfaat izin masuk pada ICU harus dapat dianjurkan untuk dapat menentukan penggunaan yang lebih baik dari sumber daya yang penting dan mahal tersebut.Rekomendasi administratrif yang tepat dalam memudahkan izin masuk, pemulangan dan pengantaran dari ICU

A. Personil

1. Seorang kepala dokter harus dapat menentukan siapa, berdasarkan pelatihan, minat, dan jenis pelaksanaan, dan ketersediaan yang dapat memberi pengarahan klinik, administrasi dan edukasi pada ICU. Kepala dokter harus bertemu panduan untuk menentukan ahli intensif dan pelaksana dalam pengobatan perawatan kritis yang diterbitkan oleh the Society of Critical Care Medicine (34). Kolaborasi dengan perawat dan staff tambahan harus juga ditegaskan. Direktur harus dapat mengasumsikan tanggung jawab untuk memastikan kualitas, keamanan, dan pearawatan ICU yang tepat. Direktur harus bekerja secara kolaboratif dengan direktur dari daerah lain pada institusi tersebut agar perawatan pasien, triage, dan alur pasien dapat efektif dan efisien.2. Kepala ICU mempunyai tanggung jawab untuk memastikan bahwa pasien mendapat kriteria izin masuk dan pemulangan dari ICU. Pengenalan formal dari peran direktur ICU harus dilaksanakan selama berjalannya rumah sakit. Pengetahuan terhadap beberapa macam model prognostik diperlukan direktur ICU (11). Prosedur tertulis yang jelas untuk resolusi konflik sebagaimana berhubungan dengan izin masuk dan pemulangan pasien harus juga ditempatkan.3. Tim multiprofesional harus dapat bertemu pada basis regular untuk mengidentifikasi dan menyelesaikan masalah melalui asuransi berkualitas dan pengembangan aktivitas kualitas.RINGKASANICU menyediakan perawatan yang efektif dan efisien pada pasien dengan penyakit kritis dengan mengimplementasikan izin masuk, pemulangan, kebijakan triage dan prosedur.

REFERENSIKategori kitasi(a) prospektif acak, investigasi yang dikendalikan(b) tidak acak, investigasi cohort simultan atau tentang sejarah(c) peninjauan artikel, survey, editorial atau beberapa seri kasus substansial(d) tidak meninjau pendapat yang diterbitkan seperti pernyataan pada textbook atau publikasi organisasi official

1. (c) Oliver MF, Julian DG, Donald KW. Problems in Evaluating Coronary Care Units: Their Responsibilities and Their Relation to the Community. Am J Cardiol 1967;20:465-4742. (c) Bone RC, McElwee NE, Eubanks DH, et al. Analysis of Indications for Intensive Care Unit Admission -Clinical Efficacy Project - American College of Physicians. Chest 1993;104:1806-18113. (c) Kalb PE, Miller DH. Utilization Strategies for Intensive Care Units. JAMA 1989;261:2389-23954. (c) NIH Consensus Conference - Critical Care Medicine. JAMA 1983;2506:798-804

5. (d) Mulley AG. The Allocation of Resources for Medical Intensive Care. In: Presidents Commission for the Study of Ethical Problems in Medicine and Biomedical Research: Securing Access to Health Care. Washington, DC: Government Printing Office 1983;3:285-3116. (c) Kollef MH, Shuster DP. Predicting ICU Outcomes with Scoring Systems: Underlying Concepts andPrinciples. Crit Car Clin 1994;101-187. (b) Kollef MH, Canfield DA, Zuckerman GR. Triage Considerations for Patients with Acute Gastrointestinal Hemorrhage Admitted to a Medical Intensive Care Unit. Crit Care Med 1995;23:1048-10548. (b) Kraiss LW, Kilberg L, Critch S, et al. Short-Stay Carotid Endarterectomy is Safe and Cost-Effective. Amer J Surg 1995;169:512-5159. (b) Willmitch B, Egol A, Prager R. Outcome Equivalency for Femoral Bypass Patients Admitted to Step Down Units. Crit Care Med 1997;25A4310. (b) Griner PF. Treatment of Acute Pulmonary Edema: Conventional or Intensive Care? Ann Intern Med 1972;77:501-50611. (c) Consensus Statement of the Triage of Critically Ill Patients. Society of Critical Care Medicine Ethics Committee. JAMA 1994;271:1200-120312. (c) Task Force on Guidelines - Society of Critical Care Medicine. Recommendations for Intensive Care Unit Admission and Discharge Criteria. Crit Care Med 1988;16;8:807-80813. (d) Accreditation Manual for Hospitals. Continuum of Care 1996;155-16014. (c) Dawson JA. Admission, Discharge, and Triage in Critical Care. Crit Care Clin 1993;9;3:555-57415. (b) Manthous CA, Amoateng-Adjepong Y, Al-Kharrat T. Effects of a Medical Intensivist on Patient Care in a Community Teaching Hospital. Mayo Clin Proc 1997;72:391-39916. (b) Multz AS, Chalfin DB, Samson IM. A "Closed" Medical Intensive Care Unit (MICU) Improves Resource Utilization when Compared with an "Open" MICU. Am J Respir Crit Care Med 1998;157:1468-147317. (b) Charlson ME, Sax FL. The Therapeutic Efficacy of Critical Care Units from Two Perspectives: A Traditional Cohort Approach vs a New Case-Control Methodology. J Chronic Dis 1987;40:31-3918. (a) Ron A, Aronne LJ, Kalb PE, et al. The Therapeutic Efficacy of Critical Care Units: Identifying Subgroups of Patients Who Benefit. Arch Int Med 1989;149:338-34119. (b) Brett AS, Rothschild N, Gray-Rerry M. Predicting the Clinical Course in Intentional Drug Overdose: Implications for the Use of the Intensive Care Unit. Arch Int Med 1987;147:133-13720. (b) Callaham M, Kassel D. Epidemiology of Fatal Tricyclic Antidepressant Ingestion: Implications for Management. Ann Emerg Med 1985;14(1):1-921. (b) Paz HL, Crilley PC, Weiner M, et al. Outcome of Patients Requiring Medical ICU Admission Following Bone Marrow Transplantation. Chest 1993;104:527-53122. (b) Denardo SJ, Oye RK, Bellamy PE. Efficacy of Intensive Care for Bone Marrow Transplant Patients with Respiratory Failure. Crit Care Med 1989;17:4-623. (b) Afessa B, Tefferi A, Hoagland HC, et al. Outcome of Recipients of Bone Marrow Transplants Who Require Intensive Care Unit Support. Mayo Clin Proc 1992;67:117-12224. (b) Crawford SW, Petersen FB. Long-Term Survival from Respiratory Failure After Bone Marrow Transplantation for Malignancy. Am Rev Resp Dis 1992;148:510-51425. (c) Stenson MD. Scarcity in the Intensive Care Unit: Principles of Justice for Rationing ICU Beds. Amer J Med 1992;92:552-55526. (b) Zimmerman JE, Wagner DP, Knaus WA, et al. The Use of Risk Predictions to Identify Candidates for Intermediate Care Units - Implications for Intensive Care Utilization and Cost. Chest 1995;108:490-49927. (c) Adelman M. An Intensivist's View: Who Should be Admitted to the Intensive Care Unit? New Jersey Medicine 1993;90;8:617-61828. (c) Nasraway SA, et al. Guidelines on Admission and Discharge for Adult Intermediate Care Units. Crit Care Med 1998;26(3):607-61029. (b) Wagner DP, Knaus WA, Harrell FE, et al. Daily Prognostic Estimates for Critically Ill Adults in Intensive Care Units: Results from a Prospective, Multicenter, Inception Cohort Analysis. Crit Care Med1994;22(9):1359-137230. (c) Olick RS. Brain Death, Religious Freedom, and Public Policy: New Jersey's Landmark Legislative Initiative. Kennedy Inst Ethics J 1991;1:275-28831. (b) Durbin CG, Kopel RF. A Case-Control Study of Patients Readmitted to the Intensive Care Unit. Crit Care Med 1993;21:1547-155332. (b) Snow N, Bergin KT, Horrigan TP. Readmission of Patients to the Surgical Intensive Care Unit: Patient Profiles and Possibilities for Prevention. Crit Care Med 1985;13:961-98533. (b) Egol A, Willmitch B, Prager R. The Overtriage Rate as an Index of the Quality of Critical Care Triage. Crit Care Med 1996;24:A4434. (d) Guidelines Committee, Society of Critical Care Medicine. Guidelines for the definition of an intensivist and the practice of critical care medicine. Crit Care Med 1992;20:540-542