Skenario 1 Mata Merah

27
Finda Safitri 1102011106 1. ANATOMI MATA 1.1. Makroanatomi Mata ORBITA Adalah sepasang rongga bilateral, berbentuk piramida, berisi bolamata dan struktur extraokuler lainnya. Orbita tersusun atas enam tulang tengkorak. a. Os frontalis (fossa orbitalis) di superior. b. Os sphenoidalis di posterior. c. Os ethmoidalis di posterior. d. Os lacrimalis di medial. e. Os maxillaris (fossa orbitalis) di inferomedial. f. Os zygomaticus di inferior. Letak: Atap : Lamina orbitalis ossis frontalis Ala minor ossis sphenoidalis. Dinding medial: Crista anterior lacrimalis ossis maxillaris (di anterior) Os lacrimale Lamina orbitalis ossis ethmoidalis Corpus ossis sphenoidalis (di posterior) Dinding lateral : Os zygomaticus Ala magna ossis sphenoidalis Lantai : Lamina orbitalis ossis maxillaris (di anterior) Os zygomaticu Processus orbitalis ossis palatini (di posterior)

description

pbl

Transcript of Skenario 1 Mata Merah

Page 1: Skenario 1 Mata Merah

Finda Safitri 1102011106

1. ANATOMI MATA1.1. Makroanatomi Mata

ORBITAAdalah sepasang rongga bilateral, berbentuk piramida, berisi bolamata dan struktur extraokuler lainnya.

Orbita tersusun atas enam tulang tengkorak.a. Os frontalis (fossa orbitalis) di superior.b. Os sphenoidalis di posterior.c. Os ethmoidalis di posterior.d. Os lacrimalis di medial.e. Os maxillaris (fossa orbitalis) di inferomedial.f. Os zygomaticus di inferior.

Letak:Atap :Lamina orbitalis ossis frontalisAla minor ossis sphenoidalis.Dinding medial:Crista anterior lacrimalis ossis maxillaris (di anterior)Os lacrimaleLamina orbitalis ossis ethmoidalisCorpus ossis sphenoidalis (di posterior)

Dinding lateral :Os zygomaticusAla magna ossis sphenoidalis

Lantai :Lamina orbitalis ossis maxillaris (di anterior)Os zygomaticuProcessus orbitalis ossis palatini (di posterior)

Page 2: Skenario 1 Mata Merah

OTOT, SARAF & PEMBULUH DARAHOtot Penggerak Bola MataOtot ini menggerakan mata dengan fungsi ganda dan untuk pergerakan mata tergantung pada letak dan sumbu penglihatan sewaktu aksi otot. Otot penggerak bola mata terdiri enam otot yaitu:

1. Muskulus oblik inferior memiliki aksi primer eksotorsi dalam abduksi, dan memiliki aksi sekunder elevasi dalam adduksi, abduksi dalam elevasi.

2. Muskulus oblik superior memiliki aksi primer intorsi dalam aduksi, dan aksi sekunder berupa depresi dalam aduksi, dan abduksi dalam depresi.

3. Muskulus rektus inferior memiliki aksi primer berupa gerakan depresi pada abduksi, dan memiliki aksi sekunder berupa gerakan ekstorsi pada abduksi, dan aduksi dalam depresi.

4. Muskulus rektus lateral memiliki aksi gerakan abduksi.5. Muskulus rektus medius memiliki aksi gerakan aduksi6. Muskulus rektus superior memiliki aksi primer yaitu elevasi dalam abduksi dan aksi sekunder

berupa intorsi dalam aduksi serta aduksi dalam elevasi.Beberapa otot bekerja sama menggerakkan mata. Setiap otot dirangsang oleh saraf kranial tertentu. Tulang orbita yang melindungi mata juga mengandung berbagai saraf lainnya.

Saraf optikus membawa gelombang saraf yang dihasilkan di dalam retina ke otak Saraf lakrimalis merangsang pembentukan air mata oleh kelenjar air mata Saraf lainnya menghantarkan sensasi ke bagian mata yang lain dan merangsang otot pada tulang

orbita.

Arteri oftalmika dan arteri retinalis menyalurkan darah ke mata kiri dan mata kanan, sedangkan darah dari mata dibawa oleh vena oftalmika dan vena retinalis.Pembuluh darah ini masuk dan keluar melalui mata bagian belakang.

STRUKTUR EXTRA-OKULER - Kelopak mata dan bulu mata

Dibentuk oleh, Kulit yang longgar (di lapisan anterior) - m. orbicularis oculi

Bagian dari otot muka yang melingkari orbita. Persyarafan dari r. zygomaticus n. facialis - Glandula lacrimalis

Terletak pada tepi supero-lateral orbita. Saluran-salurannya bermuara ke dalam bagian lateral fornix superior di conjunctiva

Page 3: Skenario 1 Mata Merah

- Conjunctiva (di lapisan posterior) Selaput yang transparan. Epitel berlapis pipih (sebagian berlapis silindris). Melapisi cornea dan permukaan dalam kelopak mata.

- mm. extra-oculares - Arteria, vena, nervus - Lamina tarsalis (di lapisan tengah) - Pars palpebralis m. orbicularis oculi

Vaskularisasi: r. palpebralis a. ophthalmica Persarafan: serabut-serabut sekretomotorik dari nucleus salivatorius superior melalui ganglion geniculi, n. petrosus superficialis major, ganglion pterygopalatinum, r. zygomaticotemporalis n. maxillaris, selanjutnya melalui nn. lacrimales. Sirkulasi air mata: glandula lacrimalis → lacus lacrimalis → meluas di atas cornea punctum lacrimalis di tepi medial → canalis lacrimalis → saccus lacrimalis → ductus nasolacrimalis → meatus nasi inferior di dinding lateral cavum nasi.

Mm. extra-oculares : - m. levator palpebra superior (diinervasi n. III) - m. rectus superior - m. rectus medialis - m. rectus inferior - m. obliquus inferior - m. rectus lateralis (diinervasi n. VI) - m. obliquus superior (diinervasi n. IV) Banyak otot berorigo dari cincin fibrosa yang melingkari foramen opticum dan bagian dari fissura orbitalis superior.

Vasa dan nervi masuk dan keluar dari orbita melalui 3 jalan: 1. Fissura orbitalis superior - n. lacrimalis - n. frontalis - n. trochlearis- r. superior n. oculomotorius (n. III) - n. nasociliaris - r. inferior n. III - n. abducens - v. ophthalmica superior

2. Foramen opticum - n. opticus (n. II) - a. ophthalmica

3. Fissura orbitalis inferior - v. ophthalmica inferior - n. infra-orbitalis - n. zygomaticus Saluran limfatik dari orbita menuju ke lnn. pre-auriculares dan lnn. parotidei.

Page 4: Skenario 1 Mata Merah

STRUKTUR-STRUKTUR INTRA-OKULER BolamataDibungkus oleh fascia bulbi (capsula Tenon), yang melekat pada perbatasan sklerokornea dan di belakang membungkus n. opticus (n. II). 1. Lapisan terluar : Sclera paling external, berguna untuk memberi bentuk pada bola mata dan memberikan tempat perlekatan untuk otot ekstrinsik. Cornea berupa jaringan transfaran lanjutan sclera anterior, berfungsi untuk mentranmisi cahaya dan mengfokuskan berkas cahaya. Mempunyai 5 lapis: epithelium, membrana Bawman , stroma, membrana Descemet dan endothelium. Endothelium mudah cedera terutama pada usia lanjut Diperdarahi dari limbus dan disyarafi oleh N. Ophhalmica

2. Lapisan vaskuler di tengah: - choroidea - corpus ciliare (dengan m. ciliaris) - Iris untuk mengendalikan diameter pupil - Di anterior dari lensa, melekat pada corpus ciliare; membentuk lubang pupil dan mengandung - - m. dilator pupillae & m. sphincter pupillae. - Membagi segmen anterior bolamata menjadi bilik anterior dan posterior

3. Lensa Dihubungkan ke corpus ciliare oleh lig. suspensorium. Kontraksi m. ciliaris, merelaksasi lensa, menyebabkan akomodasi Memisahkan segmen anterior bolamata (humor aquosus) dari segmen posterior (humor vitreus)

4. Rongga mata lensa memisah kan interior mata menjadi dua rongga - Rongga anterior : 1. Ruang anterior dan posterior 2. Berisi aqueous humor yang diproduksi oleh prosesus ciliaris untuk mencukupi kebutuhan nutrisi kornea dan lensa. Aqueous humor mengalir ke canalis Schlemm dan masuk ke sirkulasi darah vena. 3. Tekanan intraokular pada aqueous humor penting untuk mempertahankan bentuk bola mata. Jika alirannya terhambat, tekanan akan meningkat mengakibatkan glaukoma. -Rongga posterior : Terletak antara lensa dan retina serta berisi vitreus humor, semacam gel transparan yang juga berperan untuk mempertahankan bentuk bola mata dan mempertahankan posisi retina terhadap kornea.

5. Retina, lapisan terdalam mata. Lapisan pigmen: langsung dekat humor vitreus Lapisan saraf: terdiri atas sel-sel batang dan kerucut, dengan hubungannya ke saraf pusat Discus opticus (Bintik buta): jalan masuk n. opticus Macula lutea: pada ujung posterior sumbu retina Fovea centralis: pusat dari macula lutea

Vaskularisasi : A. ophthalmica:, r. ciliaris anterior, a. centralis retinae, r. ciliaris posterior cabang yang mengikuti saraf: n. lacrimalis, n. frontalis, n. nasociliaris Persarafan : Somatik: n. nasociliaris; sensorik dari cornea

Page 5: Skenario 1 Mata Merah

Parasimpatik: r. inferior n. oculomotorius Ke m. sphincter pupillae (untuk mengecilkan pupil) Ke m. ciliaris (untuk akomodasi lensamata) Simpatik: serabut plexus cavernosus ke n. nasociliaris Ke m. dilator pupillae (untuk melebarkan pupil). Vasokonstriktor vasa bolamata.

Mata tertanam di dalam korpus adiposum orbital, tetapi dipisahkan dari korpus adiposum ini oleh selubung fascial bola mata. Bola mata terdiri atas tiga lapisan, dari luar ke dalam: tunika fibrosa, tunika vaskulosa (uvea) yang berpigmen, dan tunika nervosa. Isi bola mata adalah media refraksi: humor aquosus, korpus vitreum, dan lensa.

Gambar 1.1 Anatomi bola mata, potongan horizontal

Page 6: Skenario 1 Mata Merah

a. Humor aquosus adalah cairan bening yang mengisi kamera anterior dan kamera posterior bulbi. Diduga cairan ini merupakan sekret dari prosesus siliaris, dari sini mengalir ke dalam kamera anterior melalui pupil dan mengalir keluar melalui celah yang ada di angulus iridokornealis masul ke dalam kanalis Schlemmi. Hambatan aliran keluar humor aquosus mengakibatkan peningkatan tekanan intraokular, yang disebut glaukoma. Keadaan ini dapat menimbulkan kerusakan degeneratif pada retina, yang berakibat kebutaan.

Fungsi humor aquosus ini adalah untuk menyokong dinding bola mata dengan memberi tekanan dari dalam, sehingga menjaga bentuk bola matanya. Cairan ini juga memberi makanan pada kornea dan lensa dan mengangkut hasil-hasil metabolisme. Fungsi ini penting karena kornea dan lensa tidak mempunyai pembuluh darah.

b. Korpus vitreum mengisi bola mata di belakang lensa dan merupakan gel yang transparan. Kanalis hyaloideus adalah saluran sempit yang berjalan melalui korpus vitreum dari diskus nervi optici ke permukaan posterior lensa. Pada janin, saluran ini berisi arteri hyaloidea, yang menghilang beberapa saat sebelum lahir.

Fungsi korpus vitreum adalah sedikit menambah daya pembesaran mata, juga menyokong permukaan posterior lensa dan membantu meletakkan pars nervosa retina ke pars pigmentosa retina.

c. Lensa adalah struktur bikonveks yang transparan, yang dibungkus oleh kapsula transparan. Lensa terletak di belakang iris dan di depan korpus vitreum, serta dikelilingi prosesus siliaris.

Lensa terdiri atas (1) kapsula elastis, yang membungkus struktur; (2) epitel kuboid, yang terbatas pada permukaan anterior lensa; dan (3) fibrae lentis, yang dibetuk oleh epitel kuboid pada equator lentis. Fibrae lentis menyusun bagian terbesar lensa.

Untuk mengakomodasikan mata pada objek yang dekat, m. siliaris berkontraksi dan menarik korpus siliaris ke depan dan dalam, sehingga serabut-serabut radial ligamentum suspensorium menjadi relaksasi. Keadaan ini memungkinkan lensa yang elastis menjadi lebih bulat.

1.2. Mikroanatomi mata

Kornea Kornea jernih dan tembus cahaya dengan permukaan yang licin tetapi tidak melengkung secara

uniform/seragam. Bagian tengah (zona optikal) mempunyai radius kelengkungan yang lebih kecil dibandingkan bagian tepi, dan permukaan posterior lebih melengkung daripada anterior, karenanya kornea lebih tipis di bagian tengah daripada tepinya.

Daya refraksi kornea, yang merupakan hasil indeks refraksi radius lengkung kornea lebih besar daripada daya refraksi lensa. Secara anatomis kornea mempunyai dua bagian:

Kornea asli Secara histologi, terdiri dari lima lapisan1. Epitel

Pada permukaan luar terdapat epitel, yaitu suatu epitel berlapis gepeng tanpa lapisan tanduk, dengan 5 hingga 6 lapisan sel. Lapisan basal silindris rendah, kemudian 3 atau 4 lapisan sel polihedral dan 1 atau 2 lapisan sel permukaan yang gepeng. Epitel ini sangat sensitif dengan banyak akhir saraf bebas, dan mempunyai daya regenerasi istimewa/sangat baik, mitosis hanya terjadi dalam lapisan basal.

2. Membran BowmanDibawah epitel, tak berbentuk dan tak mengandung sel, dibentuk oleh perpadatan antar sel dengan serabut kolagen halus yang tersebar tak beraturan. Membran ini berakhir dengan tegas/ mendadak pada limbus.

Page 7: Skenario 1 Mata Merah

3. Substansia propriaMembentuk massa kornea (90% ketebalannya), bersifat tembus cahaya, dan terdiri dari lamel kolagen dengan sel. Lamel merupakan serat lebar, seperti pita, serabut dalam setiap lamel sejajar, dengan lamel pada sudut-sudut yang berbeda. Lamel saling melekat karena adanya pertukaran serabut antara lamel yang berdampingan. Diameter serabut seragam menunjukkan periodisitas yang khas, dan terbenam dalam substansia antarsel yang kaya akan polisakarida bersulfat. Fibroblas berbentuk bintang, gepeng dengan cabang yang ramping, terletak antar lamel.

4. Membran descementTampak homogen, terletak sebelah dalam substansia propria. Merupakan membrana basalis dari endotel. Secara kimiawi materinya adalah kolagen.

5. Endotel Merupakan satu lapis sel kuboid yang melapisi permukaan dalam kornea. Sel menunjukkan kompleks tautan, permukaan antar sel yang tak teratur, dan sejumlah besar vesikula pinositotik. Vesikula ini mentransportasikan cairan dan larutan.Kornea bersifat avaskular, mendapatkan nutrisi dari difusi pembuluh perifer dalam limbus dan dari humor akueus di bagian tengah.

Limbus kornea Merupakan zona peralihan atau zona pertemuan antara kornea dengan sklera. Disini epitel kornea

menebal smapai 10 lapisan dan melanjutkan diri dengan konjungtiva, membrana bowman berhenti dengan tiba-tiba, membran descement menipis dan memecah dan melanjutkan diri menjadi trabekula ligamneti pektinata, dan stroma kornea menjadi kurang teratur dan secara bertahap susunannya berubah dari susunan lamelar yang khas menjadi kurang teratur seperti yang ditemukan pada sklera. Limbus memiliki vaskularisasi yang baik.

Camera occuli anterior dan camera occuli posteriorCamera occuli anterior (COA)

Merupakan suatu ruangan yang dibatasi oleh:– Anterior oleh permukaan posterior kornea– Posterior oleh lensa, iris, dan permukaan anterior badan siliaris– Lateral oleh sudut iris atau limbus yang ditempati oleh jaringan-jaringan trabekular yang merupakan

tempat penyaliran humor akueus schlemm.

Camera occuli posterior (COP)

Page 8: Skenario 1 Mata Merah

Merupakan suatu ruangan yang dibatasi oleh:– Anterior oleh iris– Posterior oleh permukaan anterior lensa dan zonula– Perifer oleh prosesus silia.

Kedua ruangan mengandung humor akueus, suatu cairan encer yang disekresi sebagian oleh epitel siliar dan oleh difusi dari kapiler dalam prosesus siliaris. Humor akueus mengandung materi yang dapat berdifusi dari plasma darah, tetapi mengandung kadar protein yang rendah dibandingkan serum. Cairan ini disekresi secara kontinyu ke dalam COP, mengalir keruang anterior melalui pupil, dan disalurkan melalui jaringan trabekular ke dalam kanal schlemm.

LensaLensa kristalina bentuknya bikonveks, permukaan posterior lebih melengkung daripada anterior. Di

bagian tengah pada kedua permukaannya terdapat kutup anterior dan kutup posterior. Garis yang menghubungkan keduanya adalah aksis dan batas kelilingnya adalah ekuator.

Secara struktural, terdapat 3 komponen: 1. Kapsul lensa

Kapsul lensa meliputi lensa. Kapsul ini homogen, agaknya merupakan membran yang tak berbentuk, bersifat elastik, dan mengandung glikoprotein dan kolagen tipe IV. Padanya melekat serat zonula, yang berjalan ke badan siliar sebagai ligamentum suspensorium/penyokong.

2. Endotel subkapsularisHanya pada permukaan anterior, di bawah kapsula, terdapat epitel subkapsular, merupakan satu

lapisan sel kuboid. Bagian dasar sel ini terletak di luar dalam hubungan dengan kapsula. Apeksnya terletak di dalam dan membentuk kompleks jungsional dengan serat lensa. Ke arah ekuator sel ini bertambah tinggi dan beralih menjadi serat lensa.

3. Substansia lensaTerdiri dari serat lensa, yang masing-masing berbentuk prisma heksagonal. Sebagian besar serat

tersusun secara konsentris dan sejajar permukaan lensa. Di permukaan, pada korteks serat yang lebih muda mengandung inti dan beberapa organel. Di bagian tengah, dalma ini lensa, serat yang lebih tua telah kehilangan inti dan tampak homogen.

Lensa sama sekali tanpa pembuluh darah, karenanya mendapat nutrisi dari humor akueus dan badan vitreus. Lensa bersifat tembus cahaya, dan membran plasma serat lensanya sangat tidak permeabel.

Lensa dipertahankan pada tempatnya oleh ligamen suspensorium, disebut zonula yang terdiri dari lembaran terdiri dari materi fibrilar yang berjalan dari badan siliar ke ekuator lensa, sehingga meliputi lensa.

Page 9: Skenario 1 Mata Merah

Badan vitreus

Merupakan suatu agar-agar yang jernih dan tembus cahaya yang memenuhi ruang antara retina dan lensa. Oleh karenanya bentuknya sferoid/bundar dengan lekukan pada bagian anterior untuk menyesuaikan dengan lensa. Badan vitreus juga memlihara bentuk dan kekenyalan bola mata.

RETINA

Merupakan lapisan paling dalam bola mata dan terdiri dari bagian anterior yang tak peka dan bagian posterior yaitu bagian yang fungsional, yang merupakan organ fotoreseptor atau alat penerima cahaya.

Retina berkembang sebagai penonjolan ke luar otak depan yang disebut vesikel optik. Vesikel optik mempertahankan hubungannya dengan otak mellaui tangkai optik. Vesikel optik akan berubah menjadi cangkir optik yang berlapis dua. Lapisan luar membentuk epitel pigmen, dan lapisan dalam menjadi retina saraf atau retina yang sebenarnya.

Suatu ruang potensial menetap antara kedua lapisan tersebut dan hanya dilalui oleh penonjolan sel pigmen. Lapisan luar, lapisan pigmen melekat erat pada koroid, tetapi lapisan dalam mudah terlepas pada proses pembuatan sajian histologi juga dalam kehidupan sesudah terjadi trauma.

Retina optikal atau neural melapisis koroid mulai dari papila saraf optik di bagian posterior hingga ora serrata di anterior, dan menunjukkan suatu cekungan yang dangkal yang disebut fovea sentralis. Sekeliling fovea terdapat suatu daerah yang dikenal sebagai bintik kuning, atau makula lutea. Fovea merupakan daerah untuk penglihatan terjelas. Tak terdapat fotoreseptor di atas papila optik, sehingga daerah ini disebut juga bintik buta.

Terdapat empat kelompok sel:

1. Fotoreseptor (batang dan kerucut)Baik batang maupun kerucut merupakan bentuk modifikasi neuron. Sel ini menunjukkan segmen

dalam dan luar yang terletak di luar membran limitans eksterna.Batang merupakan sel khusus yang ramping dengan segmen luar berbentuk silindris mengandung

fotopigmen rhodopsin (ungu visual) dan suatu segmen dalma yang sedikit lebih panjang.Kerucut menunjukkan segmen luar yang mengecil dan membesar ke arah segmen dalam, sehingga

berbentuk seperti botol.

2. Neuron konduksi langsung (sel bipolar dan sel ganglion)Sel bipolar badan sel bipolar sebagian besar terletak pada bagian sentral aerah inti dalam. Terbagi

dalam suatu kelompok utama:– Bipolar difusa berhubungan dengan beberapa fotoreseptor– Bipolar monosinaptik/kerdil yang berhubungan dengan satu sel.

Page 10: Skenario 1 Mata Merah

Sel ganglion terletak dalam retina dalam dengan dendritnya dalam lapisan pleksiform dalma dan aksonnya membentuk serat saraf optik. Aksonnta tak pernah bercabang.

3. Neuron asosiasi dan lainnya (sel horisontal, makrin, dan sel bipolar sentrifugal)4. Unsur penyokong (serat Muller dan neuroglia).

(Roland, buku ajar histologi)

Lapisan retina terdiri dari:1. Epitel pigmen2. Lapisan batang dan kerucut3. Membran limitans eksterna4. Lapisan inti luar5. Lapisan pleksiform luar6. Lapisan inti dalam7. Lapisan pleksiform dalam8. Lapisan sel ganglion9. Lapisan serat saraf10. Membran limitans interna

2. Memahami dan menjelaskan fisiologi penglihatan

A. Memahami dan Menjelaskan Proses Melihat

Proses melihat diawali ketika cahaya masuk, kemudian melalui kornea → lalu ke iris → lensa → bayangan jatuh di retina (tepatnya di fovea centralis), lalu impuls saraf berjalan ke belakang melalui nervus opticus → chiasma opticum → tractus opticus → serabut- serabut di tractus opticus bersinaps di nucleus geniculatum laterale dorsalis → tractus geniculo calcarina → korteks penglihatan primer di calcarina lobus oksipitalis.

Dari tractus opticus → berjalan ke nucleus suprachiasmatik di hipothalamus ( untuk pengaturan irama sirkadian) → nervus pretektalus ( untuk mendatangkan gerakan refleks mata agar mata dapat difokuskan kearah objek yang penting dan untuk mengaktifkan refleks pupil terhadap cahaya) → colliculus superior

Page 11: Skenario 1 Mata Merah

untuk pengaturan arah gerakan cepat kedua mata → menuju nucleus geniculatum lateral ventralis pada thalamus dan kemudian kedaerah basal otak sekitarnya diduhga untuk membantu mengendalikan beberapa fungsi sikap tubuh.

Korteks penglihatan di Lobus occipitalis di otak dibagi menjadi korteks penglihatan primer dan korteks penglihatan sekunder :

-Korteks penglihatan primer : Korteks penglihatan primer terletak pada fissura calcarina meluas bersama dengan area kortikal 17 Broadman ( area penglihatan 1)

- Area penglihatan sekunder pada korteks/ area asosiasi penglihatan, terletak di sebelah lateral, anterior, superior dan inferior terhadap korteks penglihatan primer.

B. Memahami dan Menjelaskan Proses Lakrimasi

Proses lakrimasi merupakan mekanisme fisiologis yang berguna untuk membantu melindungi mata kita dari cedera. Kedipan kelopak mata secara spontan berulang-ulang membantu menyebarkan air mata yang melumasi, membersihkan, dan bersifat bakterisidal ( membunuh kuman-kuman). Air mata diproduksi secara terus-menerus oleh kelenjar lakrimalis di sudut lateral atas dibawah kelopak mata. Cairan pembasuh mata ini mengalir melalui permukaan kornea dan bermuara ke dalam saluran halus disudut kedua mata, dan akhirnya dikosongkan kebelakang saluran hidung. Sistem drainase ini tidak dapat menangani produkai air mata yang berlebihan sewaktu menangis, sehingga air mata membanjiri mata.

Glandula lacrimalis terdiri atas pars orbitalis yang besar dan pars palpebralis yang kecil. Keduanaya saling berhubungan pada ujung lateral M. Levator palpebrae superioris. Glandula ini terletak diatas bola mata , dibagian anterior dan superior orbita, posterior terhadap septum orbitale. Kira-kira 12 ductus keluar dari permukaan bawah kelenjar dan bermuara pada bagian lateral fornix superior konjungtiva.

Page 12: Skenario 1 Mata Merah

c. Persarafan Glandula lacrimalis:

Saraf sekremotorik parasimpatis berasal dari nucleus lacrimalis n. facialis. Serabut-serabut preganglionik mencapai ganglion pterygopalatinum ( sphenopalatinum) melalui n.intermedius dan ramus petrosus magnus serta n.canalis pterygoidei. Serabut-serabut postganglionik meninggalkan ganglion dan bergabung dengan n.maxillaris.

Kemudian serabut ini berjalan didalam ramus zygomaticum serta n.zygomaticotemporalis, dan mencapai glandula lacrimalis melalui n.lacrimalis.

Serabut postganglionik simpatis berjalan didalam plexus carotis internus, n.petrosus profundus, n.canalis pterygoidei, n.maxillaris, n.zygomaticus, n.zygomaticotemporalis, dan akhirnya n.lacrimalis.

Air mata membasahi cornea dan berkumpul didalam lacus lacrimalis. Dari sini, air mata masuk ke canaliculi lacrimales melalui puncta lacrimalia. Canaliculi lacrimales berjalan kemedial dan bermuara ke dalam saccus lacrimalis, yang terletak didalam alur lacrimalis dibelakang ligamentum palpebra mediale dan merupakan ujung atas yang buntu dari ductus nasolacrimalis. Ductus nasolacrimalis panjangnya lebih kurang 0,5 inchi ( 1,3 cm) dan keluar dari ujung bawah saccus lacrimalis. Ductus berjalan kebawah, belakang dan lateral didalam canalis osseosa dan bermuara kedalam meatus nasi inferior. Muara ini dilindungi oleh lipatan membrana mucosa yang dikenal sebagai plica lacrimalis. Lipatan ini mancegah udara masuk melalui ductus kedalam saccus lacrimalis pada waktu membuang sekret hidung ( ingus).

2. MATA MERAH2.1. Mata Merah dengan Visus Normal

Mata Merah dengan Penglihatan Normal dan Tidak Kotor/Beleka. Pterigium merupakan suatu pertumbuhan fibrovaskular konjungtiva yang bersifat degeneratif

dan invasif. Pteregium berbentuk segitiga dengan puncak di bagian sentral atau di daerah kornea. Pterigium mudah meradang, dan bila terjadi iritasi, maka bagian pterigium akan berwarna merah. Pterigium dapat mengenai kedua mata. Pterigium diduga disebabkan oleh iritasi kronis akibat debu, cahaya sinar matahari, dan udara yang panas. Etiologinya tidak diketahui dengan jelas dan diduga merupakan suatu neoplasma, radang, dan degenerasi.

b. Pinguekula merupakan benjolan pada konjungtiva bulbi yang ditemukan pada orang tua, terutama yang matanya sering mendapat rangsangan sinar matahari, debu, dan angin panas. Letak bercak ini pada celah kelopak mata terutama di bagian nasal. Pinguekula merupakan degenerasi hialin jaringan submukosa konjungtiva.

c. Hematoma subkonjungtiva dapat terjadi pada keadaan dimana pembuluh darah rapuh (umur, hipertensi, arteriosklerosis, konjungtivitis hemoragik, anemia, pemakaian antikoagulan, dan batuk rejan). Dapat juga terjadi akibat trauma langsung atau tidak langsung, yang kadang-kadang menutup perforasi jaringan bola mata yang terjadi.

d. Episkleritis merupakan reaksi radang jaringan ikat vaskular yang terletak antara konjungtiva dan permukaan sklera. Radang episklera dan sklera mungkin disebabkan oleh reaksi hipersensitivitas terhadap penyakit sistemik, seperti tuberkulosis, reumatoid artritis, lues, SLE, dan lainnya. Merupakan suatu reaksi toksik, alergik, atau bagian dari infeksi. Dapat saja kelainan ini terjadi secara spontan dan idiopatik. Episkleritis umumnya mengenai satu mata dan terutama perempuan usia pertengahan dengan bawaan penyakit reumatik.

e. Skleritis biasanya disebabkan oleh kelainan atau penyakit sistemik. Lebih sering disebabkan oleh penyakit jaringan ikat, pasca herpes, sifilis, dan gout. Kadang-kadang disebabkan oleh tuberkulosis, bakteri (pseudomonas), sarkoidosis, hipertensi, benda asing, dan pasca bedah. Skleritis biasanya terlihat bilateral dan juga sering terdapat pada perempuan.

Mata Merah dengan Penglihatan Normal dan Kotor atau Belek

Page 13: Skenario 1 Mata Merah

Gejala khusus pada kelainan konjungtiva adalah terbentuknya sekret. Sekret merupakan produk kelenjar, yang pada konjungtiva bulbi dikeluarkan oleh sel goblet. Sekret konjungtivitis dapat bersifat: Air, kemungkinan disebabkan oleh infeksi virus atau alergi Purulen, oleh bakteria atau klamidia Hiperpurulen, disebabkan oleh gonokok atau meningokok Lengket, oleh alergi atau vernal Seros, oleh adenovirus

Bila pada sekret konjungtiva bulbi dilakukan pemeriksaan sitologik dengan pewarnaan Giemsa, maka akan didapat dugaan kemungkinan penyebab sekret seperti terdapatnya: Limfosit—monosit—sel berisi nukleus sedikit plasma, maka infeksi mungkin disebabkan oleh

virus Neutrofil oleh bakteri Eosinofil oleh alergi Sel epitel dengan badan inklusi basofil sitoplasma oleh klamidia Sel raksasa multinuklear oleh herpes Sel Leber—makrofag raksasa oleh trakoma Keratinisasi dengan filamen oleh pemfigus atau dry eye Badan Guarneri eosinofilik oleh vaksinia

2.2. Mata Merah dengan Visus Menuruna. Keratitis. Radang kornea biasanya diklasifikasikan dalam lapis kornea yang terkena, seperti

keratitis superfisial dan interstisial/profunda. Keratitis dapat disebabkan oleh berbagai hal, seperti kurangnya air mata, keracunan obat, reaksi alergi terhadap yang diberi topikal, dan reaksi terhadap konjungtivitis menahun. Keratitis akan memberikan gejala mata merah, rasa silau, dan merasa kelilipan.

b. Keratokonjungtivitis sika adalah suatu keadaan keringnya permukaan kornea dan konjungtiva. Kelainan ini dapat terjadi pada penyakit yang mengakibatkan defisiensi komponen lemak air mata, defisiensi kelenjar air mata, defisiensi komponen musin, akibat penguapan yang berlebihan, atau karena parut pada kornea atau menghilangnya mikrovil kornea. Pasien akan mengeluh mata gatal, seperti berpasir, silau, penglihatan kabur. Pada mata didapatkan sekresi mukus yang berlebihan. Sukar menggerakkan kelopak mata. Mata kering karena dengan erosi kornea.

c. Tukak (ulkus) kornea merupakan hilangnya sebagian permukaan kornea akibat kematian jaringan kornea. Terbentuknya ulkus pada kornea mungkin banyak ditemukan oleh adanya kolagenase yang dibentuk oleh sel epitel baru dan sel radang. Tukak kornea perifer dapat disebabkan oleh reaksi toksik, alergi, autoimun, dan infeksi. Infeksi pada kornea perifer biasanya oleh kuman Staphylococcus aureus, H. influenzae, dan M. lacunata.

d. Ulkus Mooren adalah suatu ulkus menahun superfisial yang dimulai dari tepi kornea dengan bagian tepinya tergaung dan berjalan progresif tanpa kecenderungan perforasi. Lambat laun ulkus ini mengenai seluruh kornea. Penyebab ulkus Mooren sampai sekarang belum diketahui. Banyak teori yang diajukan dan diduga penyebabnya hipersensitivitas terhadap protein tuberkulosis, virus, autoimun, dan alergi terhadap toksin ankilostoma. Penyakit ini lebih sering terdapat pada wanita usia pertengahan.

e. Glaukoma akut. Mata merah dengan penglihatan turun mendadak biasanya merupakan glaukoma sudut tertutup. Pada glaukoma sudut tertutup akut, tekanan intraokular meningkat mendadak. Terjadi pada pasien dengan sudut bilik mata sempit. Cairan mata yang berada di belakang iris tidak dapat mengalir melalui pupil, sehingga mendorong iris ke depan, mencegah keluarnya cairan mata melalui sudut bilik mata (mekanisme blokade pupil). Biasanya terjadi pada usia lebih daripada 40 tahun. Pada glaukoma primer sudut tertutup akut, terdapat anamnesa yang khas sekali berupa nyeri pada mata yang mendapat serangan yang berlangsung beberapa jam dan hilang setelah tidur sebentar. Melihat palangi (halo) sekitar lampu dan keadaan ini merupakan stadium prodromal. Terdapat gejala gastrointestinal berupa enek dan muntah yang kadang-kadang mengaburkan gejala daripada serangan glaukoma akut.

Page 14: Skenario 1 Mata Merah

Tabel 3.1 Mata merah dengan visus normal ataupun turunGejala Konjungtivitis akut Iritis akut Glaukoma akutSakitPegalFotofobiaVisus

Sakit

SeranganTanda

konstitusional muntah

SekretKotoran

Purulen konjungtiva

Injeksi

Kornea

Bilik depan

Suar/flerIris

Pupil

Visus

Tensi

Penyulit sistemik

NihilTidakRinganTak dipengaruhi, kecuali

bentuk sekresi pada permukaan kornea (N)

Membakar & gatal; tak sakit sungguh-sungguh; rasa benda asing

PerlahanAbsen

(+)Jernih, mukous, atau

mukopurulenPembesaran umum

Kongesti superfisial konjungtiva merah pucat

Superfisial berkurang ke arah kornea

Jernih; tapi dapat berwarna dengan fluoresin bila epitel kornea di-

Tak terlibat

-Tak dikenal

Normal

Baik, kecuali tertutup kotoran (belek)

NormalTidak terkenaNihil

SedangMencolokHebatBerkurang sedikit (<N)

Cukup hebat pada mata & cabang pertama n. V

Biasanya perlahanRingan

(-)Berair

Merah di sekeliling korneaKongesti siliar

sirkumkorneal dalam transparan

Siliar dalam mengitari kornea berkurang ke arah fornik

Deposit pada endotel kornea (keratik presipitat) dapat hadir

Dapat terisi sel-sel, kekeruhan yang melayang, eksudat

-/+Gambaran iris tak tegas

atau muddy; mungkin terdapat sinekia posterior bengkak, suram warna berubah

Mengecil; iregular sinekia posterior

Sedang, kabur

Biasanya normal atau renda (pegal), normal sedikit

Sedikit

Sangat hebatMencolokSedangBerkurang mencolok (<<

N)

Hebat pada mata & sepanjang seluruh n. V

MendadakMual dan muntah

(-)Refleks air

Menebal di sekeliling kornea

Kongesti siliar, episkleral, dan konjungtival kemotik

Siliar – dalam

Suram & tak sensitifEdema epitel

Dangkal

++ -/+Kongesti, terdorong ke

depan, abu-abu-hijau warna berubah

Dilatasi; kadang lonjong, sinekia imobil

BurukTinggi sangat keras (sangat

pegal)

Lemah dan muntah

Page 15: Skenario 1 Mata Merah

Tabel 3.2 Perbandingan keadaan umum pada tiap-tiap kondisi mata merahKondisi Sakit Fotofobia Visus Injeksi

1

2

3

4

5

6

7

8

Konjungtivitis

Episkleritis

a. Ulkus kornea karena bakteri/jamur

b. Ulkus kornea karena virus

Luka bakar kornea non-alkali (UV atau lain-lain)

Uveitis

Glaukoma akut

Selulitis orbita

Endoftalmitis

Ringan/sedang

Sedang

Tak ada sampai hebat

Rasa benda asing

Sedang

Ringan-sedang

Hebat atau ringan

Tak ada hebat

Hebat

Tak ada; ringan

Tak ada

Bervariasi

Sedang

Hebat

Ringan-sedang

Hebat atau ringan

Tak ada hebat

Sedang-mencolok

Suram ringan karna kotoran

Normal

Biasanya menurun sering

Menurun ringan

Menurun

Normal atau menurun sedang

Menurun karena edema kornea

Normal atau menurun

Menurun secara mendadak

Kelopak dan mata

Pembuluh-pembuluh dalam sklera, sering lokal

Difus

Ringan-sedang

Sedang

Dekat limbus

Difus

Difus dengan kemosis

Hebat

Tabel 3.3 Diagnosis banding mata merahGejala subyektif

Glaukoma akut

Uveitis akut KeratitisKonjungtivitis

Bakteri Virus Alergi1. * Visus2. * Rasa nyeri3. * Fotofobia4. * Halo5. Eksudat6. Gatal7. Demam

+++++/+++

+++---

+/++++

+++----

+++++

+++--

-/+++--

----

+++--

----

++-

-/++

----+

++-

* Gejala subyektif berat dan harut diobati oleh dokter ahli mata.

Berikut ini adalah jenis keratitis dan bentuknya:No. Jenis keratitis Bentuk keratitis1. Keratitis stafilokok Erosi kecil-kecil terputus fluorescin; terutama sepertiga

bawah kornea2. Keratitis herpetik Khas dendritik (kadang-kadang bulat atau lonjong) dengan

edema dan degenerasi3. Keratitis varicella-zoster Lebih difus dari lesi HSK; kadang-kadang linear

(pseudosendrit)4. Keratitis adenovirus Erosi kecil-kecil terpulas fluorecein; difus namun paling

mencolok di daerah pupil5. Keratitis sindrom Sjorgen Epitel rusak dan erosi kecil-kecil, pleomorfik, terpulas

fluorescein; filament epithelial dan mukosa khas; terutama belahan bawah kornea

6. Keratitis terpapar akibat lagoftalmus atau eksoftalmus

Erosi kecil-kecil tidak teratur, terpulas fluorescein; terutama di belahan bawah kornea

7. Keratokonjungtuvitis vernal Lesi mirip-sinsisium, yang keruh dan berbercak-bercak kelabu, paling mencolok di daerah pupil atas. Kadang-kadang membentuk bercak epithelium opak

8. Keratitis trofik-sekuele HS, HZ Edema epitel berbercak-bercak; difus namun terutama di

Page 16: Skenario 1 Mata Merah

dan destruksi ganglion gaseri fissure palpebrae, pukul 9-39. Keratitis karena obat-terutama

antibiotika spectrum luasErosi kecil-kecil terpulas fluorescein dengan edema seluler berbintik-bintik; lingkaran epitel

10. Keratitis superficial punctata (SPK)

Focus sel-sel epithelial sembab, bulat atau lonjong; menimbul bila penyakit aktif

11. Keratokonjungtivitis limbic superior

Erosi kecil-kecil terpulas fluorescein di sepertiga atas kornea; filament selama eksaserbasi; hiperemi bulbar, limbus berkeratin menebal, mikropanus

12. Keratitis rubeola, rubella dan parotitis epidemika

Lesi tipe virus seperti pada SPK; di daerah pupil

13. Trachoma Erosi epitel kecil-kecil terpulas fluorescein pada sepertiga atas kornea

14. Keratitis defisiensi vitamin A Kekeruhan berbintik kelabu sel-sel epitel akibat keratinisasi partial; ber

KONJUNGTIVITIS

Konjungtivitis adalah peradangan pada konjungtiva, biasanya terdiri dari hyperemia konjungtiva disertai dengan pengeluaran secret. Konjunctivitis dapat disebabkan oleh virus, misalnya Morbili, atau bahan kimia seperti bahan kimia basa(keratokonjungtivitis) atau bahan kimia yang lain dapat pula menyebabkan tanda-tanda konjungtivitis kataral. HerpesZosterOftalmik dapat pula disertai konjungtivitis.

Gambaran Klinis Injeksi konjungtiva, hiperemi konjungtiva tarsal, tanpa folikel, tanpa cobble-stone, tanpa flikten, terdapat sekret baik serous, mukus, mukopurulen(tergantung penyebabnya). Dapat disertai blefaritis atau obstruksi duktus lakrimal.

Konjungtivitis PurulenMukopurulen Etiologi Pada orang dewasa disebabkan oleh infeksi gonokok, pada bayi(terutama yang berumur dibawah 2 minggu) bila dijumpai konjungtivitis purulen, perlu dipikirkan dua kemungkinan penyebab, yaitu infeksi golongan Neisseria(gonokok atau meningokok) dan golongan klamidia(klamidia okulogenital)

Gambaran Klinis Gambaran konjungtiva tarsal hiperemi seperti pada konjungtivitis kataral. Konjungtivitis Purulen ditandai sekret purulen seperti nanah, kadang disertai adanya pseudomembran sebagai massa putih di konjungtiva tarsal.

Konjungtivitis Membran Etiologi Konjungtivitis Membran dapat disebabkan oleh infeksi Streptokok hemolitik dan infeksi difteria. Konjungtivitis Pseudomembran disebabkan oleh infeksi yang hiperakut, serta infeksi pneumokok.

Gambaran Klinis Penyakit ini ditandai dengan adanya membran/selaput berupa masa putih pada konjungtiva tarsal dan kadang juga menutupi konjungtiva bulbi. Massa ini ada dua jenis, yaitu membran dan pseudomembran.

Konjungtivitis Folikular Dikenal beberapa jenis konjungtivitis follikular, yaitu konjungtivitis viral, konjungtivitis klamidia, konjungtivitis follikular toksik dan konjungtivitis follikular yang tidak diketahui penyebabnya.

Jenis Konjungtivitis Follikular 1. Kerato-KonjungtivitisEpiemi 2. Demam Faringo-Konjungtiva 3. Konjungtivitis Hemoragik Akut 4. Konjungtivitis NewCastle

Page 17: Skenario 1 Mata Merah

5. Inclusion Konjungtivitis 6. Trachoma

Konjungtivitis Vernal Etiologi Kemungkinan suatu konjungtivitis atopik

Gambaran Klinis Gejala subyektif yang menonjol adalah rasa sangat gatal pada mata, terutama bila berada dilapangan terbuka yang panas terik. Pada pemeriksaan dapat ditemukan konjungtivitis dengan tanda khas adanya cobble- stone di konjungtiva tarsalis superior, yang biasanya terdapat pada kedua mata, tetapi bisa juga pada satu mata. Sekret mata pada dasarnya mukoid dan menjadi mukopurulen apabila terdapat infeksi sekunder.

Konjungtivitis Flikten Etiologi ‡ Disebabkan oleh karena alergi terhadap bakteri atau antigen tertentu(hipersensitivitas tipe IV). ‡ Gizi buruk dan sanitasi yg jelek merupakan faktor predisposisi+ Lebih sering ditemukan pd anak-anak

Gejala Adanya flikten yang umumnya dijumpai di limbus. Selain di limbus, flikten dapat juga dijumpai di konjungtiva bulbi, konjungtiva taarsal dan kornea. Penyakit ini dapat mengenai dua mata dan dapat pula mengenai satu mata. Dan sifatnya sering kambuh

Apabila flikten timbul di kornea dan sering kambuh, dapat berakibat gangguan penglihatan. Apabila peradangannya berat, maka dapat terjadi lakrimasi yang terus menerus sampai berakibat eksema kulit. Keluhan lain adalah rasa seperti berpasir dan silau.

Konjungtivitis Sika Konjungtivitis sika atau konjungtivitis dry eyes adalah suatu keadaan keringnya permukaan konjungtiva akibat berkurangnya sekresi kelenjar lakrimal.

Etiologi Terjadi pada penyakit-penyakit yang menyebabkan defisiensi komponen lemak air mata, kelenjar air mata, musin, akibat penguapan berlebihan atau karena parut kornea atau hilangnya mikrovili kornea. Bila terjadi bersama atritis rheumatoid dan penyakit autoimun lain, disebut sebagai sindrom sjogren.

Manifestasi Klinis Gatal, mata seperti berpasir, silau, dan kadang-kadang penglihatan kabur. Terdapat gejala sekresi mucus yang berlebihan, sukar menggerakkan kelopak mata, mata tampak kering, dan terdapat erosi kornea. Pada pemeriksaan tedapat edema konjungtiva bulbi, hiperemis, menebal dan kusam. Kadang tedapat benang mucus kekuning-kuningan pada forniks konjungtiva bawah. Keluhan berkurang bila mata dipejamkan.

4. Menjaga kesehatan mata

Mata yang sehat adalah mata yang dapat melihat maupun membaca tanpa menggunakan kacamata. Tetapi, mata yang afiat adalah yang dapat melihat dan membaca objek-objek yang bermanfaat serta mengalihkan pandangan dari objek-objek yang terlarang, karena itulah fungsi yang diharapkan dari penciptaan mata.

Dalam kamus bahasa Arab, kata afiat diartikan sebagai perlindungan Allah untuk hamba-Nya dari segala macam bencana dan tipu daya. Perlindungan itu tentunya tidak dapat diperoleh secara sempurna kecuali bagi mereka yang mengindahkan petunjuk-petunjuk-Nya. Maka kata afiat dapat diartikan sebagai berfungsinya anggota tubuh manusia sesuai dengan tujuan penciptaannya.

Perintah menjaga dan menundukkan pandangan dengan sangat jelas terungkap pula dalam Al-Quran. Allah Swt berfirman,

Page 18: Skenario 1 Mata Merah

“Katakanlah kepada orang laki-laki yang beriman, ‘Hendaklah mereka menahan pandanganya, dan memelihara kemaluannya; yang demikian itu adalah lebih suci bagi mereka, sesungguhnya Allah Maha Mengetahui apa yang mereka perbuat. Katakanlah (pula) kepada wanita yang beriman, ‘Hendaklah mereka menahan pandangannya, dan kemaluannya, dan janganlah mereka menampakkan perhiasannya, kecuali yang (biasa) nampak dari padanya …” (QS An-Nûr, 24: 30-31).

Allah Swt memerintahkan menjaga pandangan sebelum perintah memelihara kemaluan. Apa artinya? Menjaga pandangan merupakan tahap pertama dalam menjaga kemaluan sehingga celah beragam kemaksiatan lain yang lebih besar otomatis akan tertutup.

Ibnul Qayyim menyampaikan sebuah pesan tersurat bahwa mata adalah cermin hati. Kebersihan dan kesucian hati seorang hamba sangat dipengaruhi oleh kemampuannya dalam mengendalikan dan menjaga pandangan matanya.

Pandangan itu sendiri digolongkan menjadi tiga : 1. Pandangan wajib : melihat mushaf al Qur’an dan buku-buku yang bermanfaat terkait dengan pelaksanaan

kewajiban. 2. Pandangan haram : memandang wanita dengan syahwat, termasuk kepada mantan istri/suami, tanpa ada

syarat yang dibenarkan syarak. 3. Pandangan sunnah : melihat muka dan telapak tangan calon istri yang diduga kuat lamarannya diterima,

membaca buku-buku yang bermanfaat untuk meningkatkan keimanan dan pengetahuan, dan melihat ulama dan orang tua dengan pandangan menghormati.