WORD Mata Merah Visus Normal

40
REFRESHING MATA MERAH VISUS NORMAL Dokter Pembimbing : dr. Hj. Hasri Darni, Sp. M Disusun Oleh : Annurianisa. L 2010730013 KEPANITERAAN KLINIK STASE MATA RUMAH SAKIT ISLAM JAKARTA CEMPAKA PUTIH 2014- 2015 1

description

tugas

Transcript of WORD Mata Merah Visus Normal

REFRESHINGMATA MERAH VISUS NORMAL

Dokter Pembimbing :dr. Hj. Hasri Darni, Sp. M

Disusun Oleh :Annurianisa. L2010730013

KEPANITERAAN KLINIK STASE MATARUMAH SAKIT ISLAM JAKARTA CEMPAKA PUTIH2014- 2015

KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT karena berkat rahmat dan hidayah-Nya lah penulis dapat menyelesaikan pembuatan tugas yang berjudul Mata Merah Visus Normal. Ucapan terima kasih tak lupa penulis ucapkan kepada dr. Hj. Hasri Darni, Sp. M selaku pembimbing dibagian stase Mata dan dokter-dokter pembimbing di bagian Psikiatri yang memberi banyak masukan serta rekan-rekan yang telah membantu penulis dalam pembuatan laporan tugas ini.Penulis menyadari bahwa dalam pembuatan laporan ini masih banyak terdapat kesalahan. Untuk itu, kritik dan saran yang bersifat membangun sangat penulis harapkan guna perbaikan dalam pembuatan tugas selanjutnya.Semoga laporan ini dapat berguna bagi kita semua, khususnya bagi para pembaca dan rekan-rekan sejawat.

Jakarta, Februari 2015 Penulis

BAB IPENDAHULUAN

Mata akan terlihat merah bila bagian putih mata atau sklera yang ditutup konjungtiva menjadi merah. Pada mata normal, sklera berwarna putih karena dapat terlihat melalui bagian konjungtiva dan kapsul Tenon yang tipis dan tembus sinar. Hiperemia konjungtiva terajadi akibat bertambahnya asupan pembuluh darah ataupun berkurangnya pengeluaran darah seperti pada pembendungan pembuluh darah.Mata merah akibat melebarnya pembuluh darah konjungtiva yang terjadi pada peradangan mata akut, misalnya konjungtivitis, keratitis, atau iridosiklitis. Pada keratitis, pleksus arteri perikornea yang lebih dalam akan melebar pada iritis dan glaukoma akut kongestif. Pada konjungtivitis dimana pembuluh darah superfisial yang melebar, maka bila diberi efinefrin topikal terjadi vasokonstriksi sehingga mata akan menjadi putih.

A. Anatomi Mata

Gambar 1. Anatomi Bola Mata

Bola mata dibungkus oleh tiga lapis jaringan, yaitu :1. SkleraMerupakan jaringan ikat yang kenyal dan memberikan bentuk pada mata, merupakan bagian terluar yang melindungi bola mata. Bagian terdepan sklera disebut kornea yang bersifat transparan yang memudahkan sinar masuk kedalam bola mata.

2. UveaJaringan uvea merupakan jaringan vaskular. Jaringan uvea terdiri atas iris, badan siliar dan koroid. Pada iris didapatkan pupil dan badan siliar yang terletak di belakang iris menghasilkan cairan bilik mata (aquous humor).3. RetinaRetina terletak paling dalam dan mempunyai susunan lapis sebanyak 10 lapisan yang merupakan lapisan neurosensoris yang akan merubah sinar menjadi rangsangan pada saraf optik dan diteruskan ke otak.Lapisan ini peka terhadap sinar. Pada seluruh bagian retina berhubungan dengan badan sel-sel saraf yang serabutnya membentuk urat saraf optik yang memanjang sampai ke otak. Bagian yang dilewati urat saraf optik tidak peka terhadap sinar dan daerah ini disebut bintik buta. Adanya lensa dan ligamentum pengikatnya menyebabkan rongga bola mata terbagi dua, yaitu bagian depan terletak di depan lensa berisi carian yang disebut aqueous humor dan bagian belakang terletak di belakang lensa berisi vitreous humor. Kedua cairan tersebut berfungsi menjaga lensa agar selalu dalam bentuk yang benar. Kotak mata pada tengkorak berfungsi melindungi bola mata dari kerusakan. Selaput transparan yang melapisi kornea dan bagian dalam kelopak mata disebut konjungtiva. Selaput ini peka terhadap iritasi. Konjungtiva penuh dengan pembuluh darah dan serabut saraf. Radang konjungtiva disebut konjungtivitis.Untuk mencegah kekeringan, konjungtiva dibasahi dengan cairan yang keluar dari kelenjar air mata (kelenjar lakrimal) yang terdapat di bawah alis.Air mata mengandung lendir, garam, dan antiseptik dalam jumlah kecil. Air mata berfungsi sebagai alat pelumas dan pencegah masuknya mikroorganisme ke dalam mata. Konjungtiva merupakan membran yang menutupi sklera dan kelopak bagian belakang. Konjungtiva terdiri atas tiga bagian :1. Konjungtiva tarsal, yang menutupi tarsus2. Konjungtiva bulbi, yang menutupi sklera3. Konjungtiva fornix, adalah tempat peralihan konjungtiva tarsal dan konjungtiva bulbi

Mata diperdarahi oleh arteri oftalmika, cabang dari arteri karotis interna, arteri infraorbital, dan arteri karotis eksternayang memperdarahi struktur disekitar mataArteri retina sentral, cabang dari arteri oftalmika terletak inferior dari nervus optikus, arteri retina sentral berjalan didalam selubung durameter bersama dengan nervus optikus hingga mencapai bagian belakang bola mata, pada diskus optikus.Cabang lain dari arteri oftalmikus yaitu arteri siliari posterior memperdarah koroid, yaitu bagian dari lapisan mata non-vascular. Arteri siliari posterior akan beranastomosis dengan arteri siliari anterior membentuk suatu pleksus siliari. Konjungtiva diperdarahi oleh arteri konjungtiva posterior yang memperdarahi konjungtiva bulbi dan arteri siliari anterior yang bercabang menjadi arteri episklera (pleksus siliar) yang memperdarahi iris dan badan siliar, dan arteri perikornea yang memperdarahi kornea.

Gambar 2. Vaskularisasi Mata

Injeksi KonjungtivalMelebarnya pembuluh darah arteri konjungtiva posterior atau injeksi konjungtival dapat terjadi akibat pengaruh mekanis, alergi, ataupun infeksi pada jaringan konjungtiva.Injeksi konjungtival ini mempunyai tanda-tanda: Mudah digerakkan dari dasarnya. Hal ini disebabkan arteri konjungtiva posterior melekat secara longgar pada konjungtiva bulbbi yang mudah dilepas dari sclera. Pembuluh darah didapatkan terutama di daerah forniks Ukuraan pembuluh darah makin besar ke bagian perifer Dengan tetes adrenalin 1:1000 injeksi akan lenyap sementara Berwarna merah yang segar Gatal Tidak ada fotofobia Pupil ukuran normal

Gambar 3 Injeksi Konjungtiva

Injeksi siliarMelebarnya pembuluh darah peri kornea (a. siliar anterior) atau injeksi siliar atau injeksi perikornea terjadi akibat radang kornea, tukang kornea, benda asing pada kornea, radang jaringan uvea, glaucoma, endoftalmitis ataupun panoftalmitisInjeksi siliar ini mempunyai tanda-tanda Berwarna lebih ungu, dibanding dengan injeksi konjungtival Pembuluh darah tidak tampak Tidak ikut serta dengan pergerakan konjungtiva bila digerakkan, karena menempel erat dengan jaringan perikornea. Kemerahan paling pada disekitar kornea, dan berkurang kea rah forniks Dengan tetes adrenalin 1:1000 tidak menciut. Hanya lakrimasi Terdapat fotofobia Sakit tekan di sekitar kornea Pada penyakit tertentu dapat menyebabkan pupil ireguler

Gambar 4 Injeksi Siliar

Mata merah yang disebabkan injeksi siliar atau injeksi konjungtival dapat memberikan gejala bersama-sama dengan keluhan tambahan seperti: Penglihatan menurun Terdapat atau tidak terdapatnya secret Terdapat peningkatan tekanan bola mata pada keadaan tertentu,Mata merah dapat dibagi menjadi mata merah dengan visus normal ataupun mata merah dengan visus terganggu akibat keruhnya media penglihatan bersama-sama mata yang merah.

B. Fisiologi

Sinar yang masuk ke mata sebelum sampai di retina mengalami pembiasan lima kali yaitu waktu melalui konjungtiva, kornea, aqueus humor, lensa, dan vitreous humor. Pembiasan terbesar terjadi di kornea. Bagi mata normal, bayang-bayang benda akan jatuh pada bintik kuning, yaitu bagian yang paling peka terhadap sinar.

Gambar 5. Fisiologi Masuknya Cahaya

Ada dua macam sel reseptor pada retina, yaitu sel kerucut (sel konus) dan sel batang (sel basilus). Sel konus berisi pigmen lembayung dan sel batang berisi pigmen ungu. Kedua macam pigmen akan terurai bila terkena sinar, terutama pigmen ungu yang terdapat pada sel batang. Oleh karena itu, pigmen pada sel basilus berfungsi untuk situasi kurang terang, sedangkan pigmen dari sel konus berfungsi lebih pada suasana terang yaitu untuk membedakan warna, makin ke tengah maka jumlah sel batang makin berkurang sehingga di daerah bintik kuning hanya ada sel konus saja.Pigmen ungu yang terdapat pada sel basilus disebut rodopsin, yaitu suatu senyawa protein dan vitamin A. Apabila terkena sinar, misalnya sinar matahari, maka rodopsin akan terurai menjadi protein dan vitamin A. Pembentukan kembali pigmen terjadi dalam keadaan gelap. Untuk pembentukan kembali memerlukan waktu yang disebut adaptasi gelap (disebut juga adaptasi rodopsin). Pada waktu adaptasi, mata sulit untuk melihat.Pigmen lembayung dari sel konus merupakan senyawa iodopsin yang merupakan gabungan antara retinin dan opsin. Ada tiga macam sel konus, yaitu sel yang peka terhadap warna merah, hijau, dan biru. Dengan ketiga macam sel konus tersebut mata dapat menangkap spektrum warna. Kerusakan salah satu sel konus akan menyebabkan buta warna.

BAB IIPEMBAHASAN

A. PterigiumPterigium merupakan suatu pertumbuhan fibrovaskular konjungtiva yang bersifat degeneratif dan invasif. Tumbuhan ini biasanya terletak pada celah kelopak bagian nasal ataupun temporal konjungtiva. Pterigium berbentuk segitiga dengan puncak di bagian sentral atau di daerah kornea. Pterigium ini mudah meradang dan bila terjadi iritasi, maka bagian pterigium ini akan berwarna merah. Pterigium dapat mengenai kedua mata.

Gambar 6. PterigiumPterigium diduga disebabkan iritasi lama akibat debu, cahaya sinar matahari, dan udara yang panas. Etiologinya tidak diketahui dengan jelas dan diduga merupakan suatu neoplasma, radang, dan degenerasi.Pengobatan tidak diperlukan karena bila dibedah sering bersifat rekuren, terutama pada pasien yang masih muda. Bila pterigium meradang dapat diberikan steroid atau suatu dekongestan tetes mata.Pterigium dapat tumbuh menutupi seluruh permukaan kornea atau bola mata. Pengobatan pterigium adalah dengan sikap konseravatif atau dilakukan pembedahan bila terjadi gangguan penglihatan akibat pterigium menimbulkan astigmatisme iregular atau akibat bagian pterigium yang telah menutupi media penglihatan. Tindakan pembedahan adalah suatu tindak bedah plastik.

B. Pseudopterigium

Pseudopterigium merupakan perlekatan konjungtiva dengan kornea yang cacat. Sering pseudopterigium ini terjadi pada proses penyembuhan tukak kornea, sehingga konjungtiva menutupi kornea. Letak pseudopterigium ini pada daerah konjungtiva yang terdekat dengan proses kornea sebelumnya. Beda dengan pterigium adalah selain dari pada letaknya tidak harus pada celah kelopak atau fisura palbebra juga pada pseudoptergium ini dapat diselipkan sonde di bawahnya. Pada pseudopterigium selamanya terdapat anamnesis adanya kelainan kornea sebelumnya, seperti tukak kornea.

C. Pinguekula Iritans

Pinguekula iritans merupakan benjolan pada konjungtiva bulbi yang umum ditemukan pada orang tua, terutama yang matanya sering mendapat rangsangan sinar matahari, debu, dan angin panas. Letak bercak ini pada celah kelopak mata terutama di bagian nasal.

Gambar 7. PinguekulaPinguekula merupakan degenerasi hialin jaringan submukosa konjungtiva. Pembuluh darah tidak masuk ke dalam pinguekula akan tetapi bila meradang atau terjadi iritasi, maka sekitar bercak degenerasi ini akan terlihat pembuluh darah yang melebar.Pinguekula tidak perlu diberikan pengobatan, akan tetapi bila terlihat adanya tanda peradangan, maka dapat diberika obat-obat anti-radang.

D. Perdarahan Subkonjungtiva

Perdarahan subkonjungtiva disebabkan pecahnya pembuluh darah kecil konjungtiva. Perdarahan atau pecahnya pembuluh darah ini dapat terjadi akibat radang konjungtiva berat, batuk keras pada anak-anak atau tusis quinta, kelainan pembuluh darah atau darah, dan kekurangan vitamin C.

Gambar 8. Perdarahan SubkonjungtivaBesarnya perdarahan subkonjungtiva ini dapat kecil atau luas di seluruh subkonjungtiva. Warna merah pada konjungtiva pasien merasa khawatir sehingga akan segera minta pertolongan pada dokter. Warna merah akan berubah menjadi hitam setelah beberapa lama, seperti pada hematoma umumnya.Biasanya tidak perlu pengobatan karena akan diserap dengan spontan dalam waktu 1-3 minggu.

E. Episkleritis dan SkleritisEpiskleritis merupakan reaksi radang jaringan konjungtiva sebelah dalam yang terletak di permukaan sklera. Sklera merupakan dinding bola mata yang terdiri atas jaringan ikat kuat yang tidak bening dan tidak kenyal dengan tebal kira-kira 1 mm. Sklera dibagian belakang ditembus oleh saraf optik pada bagian yang disebut sebagai lamina kribrosa sklera. Pada sklera terdapat insersi 6 otot penggerak mata.

Gambar 9. EpiskleritisRadang episklera dan sklera disebabkan reaksi hipersensitivitas terhadap penyakit sistemik seperti tuberkulosis, reumatoid artritis, lues, sel, dan lainnya.Bentuk radang yang terjadi pada episkleritis mempunyai gambaran khusus, yaitu berupa benjolan setempat dengan batas tegas dan warna merah ungu di bawah konjungtiva. Bila benjolan ini ditekan dengan kapas atau ditekan pada kelopak diatas benjolan, akan memberikan rasa sakit, rasa sakit akan menjalar ke sekitar mata. Pada episkleritis bila dilakukan pengangkatan konjungtiva di atasnya, maka akan mudah terangkat atau dilepas dari pembuluh darah yang meradang. Perjalanan penyakit dapat berminggu-minggu atau beberapa bulan. Kadang-kadang merupakan kelainan berulang yang ringan. Pada episkleritis jarang terlibat kornea dan uvea.Keluhan pasien dengan episkleritis adalah yang mata terasa kering, dengan rasa sakit yang ringan, mengganjal, dengan konjungtiva yang kemotik.Pasien episkleritis umumnya pasien dengan bawaan penyakit reumatik. Penyebabnya mungkin suatu reaksi toksik, alergik atau merupakan bagian daripada infeksi. Dapat saja kelainan ini terjadi secara spontan. Kadang-kadang penyebabnya adalah penyakit alergi terhadap endotoksin, seperti pada tuberkulosis dan streptococ. Perempuan lebih sering terkena dibanding dengan laki-laki.Pengobatan yang diberikan pada episkleritis adalah kortikosteroid tetes mata atau sistemik atau dapat diberi salisilat.Episkleritis bersif residif yang dapat menyerang tempat yang sama ataupun berbeda-beda dengan lama sakit umumnya berlangsung 4-5 minggu.Penyulit yang dapat timbul adalah terjadinya peradangan lebih dalam sklera yang disebut sebagai skleritis.

F. SkleritisSkleritis biasanya disertai dengan peradangan di daerah sekitarnya seperti uveitis dan keratitis sklerotikan. Pada skleritis akibat terjadinya nekrosis sklera atau skleromalasia maka dapat terjadi perforasi pada sklera. Terlihat konjungtiva kemotik dan sakit sehingga sering diduga adanya selulitis orbita. Skleritis biasanya terlihat bilateral dan juga sering terdapat pada perempuan. Skleritis terjadinya tidak lebih sering dibanding episkleritis, akan tetapi penyebabnya hampir sama.Pada sekleritis terlihat benjolan berwarna sedikit lebih biru jingga. Kadang-kadang mengenai seluruh lingkaran kornea, sehingga terlihat sebagai skleritis anular.Skleritis sering berjalan bersama-sama dengan iritis atau siklitis dan koroiditis anterior. Bila terjadi penyembuhan, maka akan terjadi penipisan sklera yang tidak tahan terhadap tekanan bola mata sehingga terjadi stafiloma sklera yang berwama biru.Penyulit pada kornea dapat dalam bentuk keratitis sklerotikan, dimana terjadi kekeruhan kornea akibat peradangan sklera terdekat. Bentuk keratitis sklerotikan adalah keratitis dengan bentuk segitiga yang terletak dekat skleritis yang sedang meradang. Hal ini terjadi akibat terjadi gangguan susunan serat kolagen stroma komea. Pada keadaan ini tidak pernah terjadi neovaskularisasi ke dalam stroma komea. Proses penyembuhan kornea yaitu berupa menjadi jernihnya kornea yang dimulai dan bagian sentral. Sering bagjan sentral kornea tidak terlihat pada keratitis sklerotikan.

G. Konjungtivitis

Konjungtivitis merupakan peradangan pada konjungtiva ( lapisan luar mata dan lapisan dalam kelopak mata ) yang disebabkan oleh mikro-organisme (virus, bakteri, jamur, chlamidia), alergi, iritasi bahan-bahan kimia.Konjungtiva bisa mengalami peradangan akibat: Infeksi olah virus atau bakteri Reaksi alergi terhadap debu, serbuk sari, bulu binatang Iritasi oleh angin, debu, asap dan polusi udara lainnya; sinar ultraviolet dari las listrik atau sinar matahari.Klasifikasi Konjungtivitis berdasarkan etiologi, terdiri dari:1. Infeksi ( bakteri , jamur , parasit, virus )2. Imunologis (alergi)3. Iritatif ( bahan kimia, suhu listrik, radiasi sinar UV)4. Berhubungan dengan penyakit sistemik

Namun yang akan dibahas pada tulisan ini adalah yang berkaitan dengan gejala mata merah visus normal, diantaranya :

Konjungtivitis akut Konjungtivitis bakterial Hiperakut (N gonnorhoeae, Neisseria kochii dan N meningitidis.) Akut (Streptococcus pneumonia dan Haemophilus aegyptyus.) Subakut( H influenza dan Escherichia coli) Kronik (konjungtivitis sekunder atau pada pasien dengan obstruksi duktus nasolakrimalis .)

Konjungtivitis akut viral keratokonjungtivitis epidemic demam faringokonjungtiva keratokonjungtivitis herpetic keratokonjungtivitis New Castle konjungtivitis hemoragik akut Konjungtivitis jamur Konjungtivitis alergi konjungtivitis vernal konjungtivitis flikten Konjungtivitis Kronis Trachoma

Secara garis besar, gambaran klinik yang ditemukan pada konjungtivitis diantaranya:a. SubjekstifSeperti ada benda asing, berpasir, pedih, panas,, gatal, kadang kabur, lengket waktu pagi.b. Objektif1. Injeksi KonjungtivaPelebaran pembuluh a. konjungtiva posterior, yang memberi gambaran berkelok-kelok, merah dari bagian perifer konjungtiva bulbi menuju kornea dan ikut bergerak apabila konjungtiva bulbi digerakkan.2. FolikelKelainan berupa tonjolan pada jaringan konjungtiva, besarnya kira-kira 1mm. tonjolan ini mirip vesikel. Gambaran permukaan folikel landai, licin abu-abu kemerehan karena adanya pembuluh darah dari pinggir folikel yang naik kearah puncak folikel.3. Papil raksasa (Coble-stone)Cobble-stone berbentuk polygonal tersusun berdekatan dengan permukaan datar. Pada coble-stone pembuluh darah berasal dari bawah sentral.4. FliktenTonjolan berupa sebukan sel-sel radang kronik di bawah epitel konjungtiva atau kornea, berupa suatu mikro-abses, dimana permukaan epitel mengalami nekrosis.5. MembranMassa putih padat yang menutupi sebagian kecil, sebagian besar, atau seluruh konjungtiva. Paling sering menutupi konjungtiva tarsal. Massa puth ini dapat berupa endapan secret, sehingga mudah diangkat, dan disebut pseudomembran. Selain massa putih yang menutupi konjungtiva dapat berupa koagulasi dan nekrosis konjungtiva, sehingga sukar diangkat, disebut membran.Gejala lainnya adalah: - Mata berair - Mata terasa nyeri - Mata terasa gatal - Pandangan kabur - Peka terhadap cahaya - Terbentuk keropeng pada kelopak mata ketika bangun pada pagi hari.

1. Konjungtivitis Bakteri

a. Konjungtivitis KataralEtiologiBiasanya disebabkan oleh infeksi bakteri, antara lain stafilokok aureus, Pneumokok, Diplobasil Morax Axenfeld dan basil Koch Weeks. Bisa juga disebabkan oleh virus, misalnya Morbili, atau bahan kimia seperti bahan kimia basa (keratokonjungtivitis) atau bahan kimia yang lain dapat pula menyebabkan tanda-tanda konjungtivitis kataral. Herpes Zoster Oftalmik dapat pula disertai konjungtivitis.

Gambaran KlinisInjeksi konjungtiva, hiperemi konjungtiva tarsal, tanpa folikel, tanpa cobble-stone, tanpa flikten, terdapat sekret baik serous, mukus, mukopurulen (tergantung penyebabnya). Dapat disertai blefaritis atau obstruksi duktus lakrimal.

PengobatanPengobatan Konjungtivitis Kataral tergantung kepada penyebabnya. Apabila penyebabnya karena inf. bakteri maka dapat diberikan antibiotik, seperti : tetrasiklin, kloromisetin, dan lain-lain. Pada infeksi virus dianjurkan pemakaia sulfasetamid atau obat anti-virus seperti IDU untuk infeksi Herpes Simplek.

b. Konjungtivitis Purulen, Mukopurulen

EtiologiPada orang dewasa disebabkan oleh infeksi gonokok, pada bayi (terutama yang berumur di bawah 2 minggu) bila dijumpai konjungtivitis purulen, perlu dipikirkan dua kemungkinan penyebab, yaitu infeksi golongan Neisseria (gonokok atau meningokok) dan golongan klamidia (klamidia okulogenital)

Gambaran KlinisGambaran konjungtiva tarsal hiperemi seperti pada konjungtivitis kataral. Konjungtivitis Purulen ditandai sekret purulen seperti nanah, kadang disertai adanya pseudomembran sebagai massa putih di konjungtiva tarsal.

PengobatanPengobatan konjungtivitis purulen harus intensif. Penderita harus dirawat diruang isolasi. Mata harus selalu dibersihkan dari sekret sebelum pengobatan.Antibiotik lokal dan sistemik1. AB sistemik pd dewasa : Cefriaxone IM 1 g/hr selama 5 hr + irigasi saline atau Penisilin G 10 juta IU/IV/hr selama 5 hr + irigasi 1. AB sistemik pd neonatus : Cefotaxime 25 mg/kgBB tiap 8-12 jam selama 7 hr atau Penisilin G 100.000 IU/kgBB/hr dibagi dl 4 dosis selama 7 hr + irigasi saline

c. Konjungtivitis Membran

EtiologiKonjungtivitis Membran dapat disebabkan oleh infeksi Streptokok hemolitik dan infeksi difteria. Konjungtivitis Pseudomembran disebabkan oleh infeksi yang hiperakut, serta infeksi pneumokok.

Gambaran KlinisPenyakit ini ditandai dengan adanya membran/selaput berupa masa putih pada konjungtiva tarsal dan kadang juga menutupi konjungtiva bulbi. Massa ini ada dua jenis, yaitu membran dan pseudomembran.

Pengobatan

Tergantung pada penyebabnya. Apabila penyebabnya infeksi Streptokok B hemolitik, diberikan antibiotik yang sensitif. Pada infeksi difteria, diberi salep mata penisillin tiap jam dan injeksi penisillin sesuai umur, pada anak-anak diberikan penisillin dengan dosis 50.000 unit/KgBB, pada orang dewasa diberi injeksi penisillin 2 hari masing-masing 1.2 juta unit. Untuk mencegah gangguan jantung oleh toksin difteria, perlu diberikan antitoksin difteria 20.000 unit 2 hari berturut-turut.

2. Konjungtivitis Virusa). Demam Faringokonjungtival

- Tanda dan gejalaDemam Faringokonjungtival ditandai oleh demam 38,3-40 C, sakit tenggorokan, dan konjungtivitis folikuler pada satu atau dua mata. Folikuler sering sangat mencolok pada kedua konjungtiva dan pada mukosa faring. Mata merah dan berair mata sering terjadi, dan kadang-kadang sedikit kekeruhan daerah subepitel. Yang khas adalah limfadenopati preaurikuler (tidak nyeri tekan).

Laboratorium Demam faringokonjungtival umumnya disebabkan oleh adenovirus tipe 3 dan kadang kadang oleh tipe 4 dan 7. Virus itu dapat dibiakkan dalam sel HeLa dan ditetapkan oleh tes netralisasi. Dengan berkembangnya penyakit, virus ini dapat juga didiagnosis secara serologic dengan meningkatnya titer antibody penetral virus. Diagnosis klinis adalah hal mudah dan jelas lebih praktis.Kerokan konjungtiva terutama mengandung sel mononuclear, dan tak ada bakteri yang tumbuh pada biakan. Keadaan ini lebih sering pada anak-anak daripada orang dewasa dan sukar menular di kolam renang berchlor.

Terapi Tidak ada pengobatan spesifik. Konjungtivitisnya sembuh sendiri, umumnya dalam sekitar 10 hari. b). Keratokonjungtivitis Epidemika- Tanda dan gejalaKeratokonjungtivitis epidemika umumnya bilateral. Awalnya sering pada satu mata saja, dan biasanya mata pertama lebih parah. Pada awalnya pasien merasa ada infeksi dengan nyeri sedang dan berair mata, kemudian diikuti dalam 5-14 hari oleh fotofobia, keratitis epitel, dan kekeruhan subepitel bulat. Sensai kornea normal. Nodus preaurikuler yang nyeri tekan adalah khas. Edema palpebra, kemosis, dan hyperemia konjungtiva menandai fase akut. Folikel dan perdarahan konjungtiva sering muncul dalam 48 jam. Dapat membentuk pseudomembran dan mungkin diikuti parut datar atau pembentukan symblepharon. Konjungtivitis berlangsung paling lama 3-4 minggu. Kekeruhan subepitel terutama terdapat di pusat kornea, bukan di tepian, dan menetap berbulan-bulan namun menyembuh tanpa meninggalkan parut. Keratokonjungtiva epidemika pada orang dewasa terbatas pada bagian luar mata. Namun, pada anak-anak mungkin terdapat gejala sistemik infeksi virus seperti demam, sakit tenggorokan, otitis media, dan diare. Laboratorium Keratokonjungtiva epidemika disebabkan oleh adenovirus tipe 8, 19, 29, dan 37 (subgroub D dari adenovirus manusia). Virus-virus ini dapat diisolasi dalam biakan sel dan diidentifikasi dengan tes netralisasi. Kerokan konjungtiva menampakkan reaksi radang mononuclear primer; bila terbentuk pseudomembran, juga terdapat banyak neutrofil. Penyebaran Transmisi nosokomial selama pemeriksaan mata sangat sering terjadi melalui jari-jari tangan dokter, alat-alat pemeriksaan mata yang kurang steril, atau pemakaian larutan yang terkontaminasi. Larutan mata, terutama anestetika topical, mungkin terkontaminasi saat ujung penetes obat menyedot materi terinfeksi dari konjungtiva atau silia. Virus itu dapat bertahan dalam larutan itu, yang menjadi sumber penyebaran. Pencegahan Bahaya kontaminasi botol larutan dapat dihindari dengan dengan memakai penetes steril pribadi atau memakai tetes mata dengan kemasan unit-dose. Cuci tangan secara teratur di antara pemeriksaan dan pembersihan serta sterilisasi alat-alat yang menyentuh mata khususnya tonometer juga suatu keharusan. Tonometer aplanasi harus dibersihkan dengan alcohol atau hipoklorit, kemudian dibilas dengan air steril dan dikeringkan dengan hati-hati. Terapi Sekarang ini belum ada terapi spesifik, namun kompres dingin akan mengurangi beberapa gejala. kortikosteroid selama konjungtivitis akut dapat memperpanjang keterlibatan kornea sehingga harus dihindari. Agen antibakteri harus diberikan jika terjadi superinfeksi bacterial. c). Konjungtivitis Virus Herpes Simpleks- Tanda dan gejalaKonjungtivitis virus herpes simplex biasanya merupakan penyakit anak kecil, adalah keadaan yang luar biasa yang ditandai pelebaran pembuluh darah unilateral, iritasi, bertahi mata mukoid, sakit, dan fotofobia ringan. Pada kornea tampak lesi-lesi epithelial tersendiri yang umumnya menyatu membentuk satu ulkus atau ulkus-ulkus epithelial yang bercabang banyak (dendritik). Konjungtivitisnya folikuler. Vesikel herpes kadang-kadang muncul di palpebra dan tepian palpebra, disertai edema hebat pada palpebra. Khas terdapat sebuah nodus preaurikuler yang terasa nyeri jika ditekan. LaboratoriumTidak ditemukan bakteri di dalam kerokan atau dalam biakan. Jika konjungtivitisnya folikuler, reaksi radangnya terutama mononuclear, namun jika pseudomembran, reaksinya terutama polimorfonuklear akibat kemotaksis dari tempat nekrosis. Inklusi intranuklear tampak dalam sel konjungtiva dan kornea, jika dipakai fiksasi Bouin dan pulasan Papanicolaou, tetapi tidak terlihat dengan pulasan Giemsa. Ditemukannya sel sel epithelial raksasa multinuclear mempunyai nilai diagnostic.Virus mudah diisolasi dengan mengusapkan sebuah aplikator berujung kain kering di atas konjungtiva dan memindahkan sel-sel terinfeksi ke jaringan biakan. Terapi Jika konjungtivitis terdapat pada anak di atas 1 tahun atau pada orang dewasa, umunya sembuh sendiri dan mungkin tidak perlu terapi. Namun, antivirus local maupun sistemik harus diberikan untuk mencegah terkenanya kornea. Untuk ulkus kornea mungkin diperlukan debridemen kornea dengan hati-hati yakni dengan mengusap ulkus dengan kain kering, meneteskan obat antivirus, dan menutupkan mata selama 24 jam. Antivirus topical sendiri harus diberikan 7 10 hari: trifluridine setiap 2 jam sewaktu bangun atau salep vida rabine lima kali sehari, atau idoxuridine 0,1 %, 1 tetes setiap jam sewaktu bangun dan 1 tetes setiap 2 jam di waktu malam. Keratitis herpes dapat pula diobati dengan salep acyclovir 3% lima kali sehari selama 10 hari atau dengan acyclovir oral, 400 mg lima kali sehari selama 7 hari.Untuk ulkus kornea, debridmen kornea dapat dilakukan. Lebih jarang adalah pemakaian vidarabine atau idoxuridine. Antivirus topical harus dipakai 7-10 hari. Penggunaan kortikosteroid dikontraindikasikan, karena makin memperburuk infeksi herpes simplex dan mengkonversi penyakit dari proses sembuh sendiri yang singkat menjadi infeksi yang sangat panjang dan berat. d). Konjungtivitis Hemoragika Akut Epidemiologi Semua benua dan kebanyakan pulau di dunia pernah mengalami epidemic besar konjungtivitis konjungtivitis hemoregika akut ini. Pertama kali diketahui di Ghana dalam tahun 1969. Konjungtivitis ini disebabkan oleh coxackie virus A24. Masa inkubasi virus ini pendek (8-48 jam) dan berlangsung singkat (5-7 hari). Tanda dan Gejala Mata terasa sakit, fotofobia, sensasi benda asing, banyak mengeluarkan air mata, merah, edema palpebra, dan hemoragi subkonjungtival. Kadang-kadang terjadi kemosis. Hemoragi subkonjungtiva umumnya difus, namun dapat berupa bintik-bintik pada awalnya, dimulai di konjungtiva bulbi superior dan menyebar ke bawah. Kebanyaka pasien mengalami limfadenopati preaurikuler, folikel konjungtiva, dan keratitis epithelial. Uveitis anterior pernah dilaporkan, demam, malaise, mialgia, umum pada 25% kasus. Penyebaran Virus ini ditularkan melalui kontak erat dari orang ke orang dan oleh fomite seperti sprei, alat-alat optic yang terkontaminasi, dan air. Penyembuhan terjadi dalam 5-7 hari Terapi Tidak ada pengobatan yang pasti. E) Konjungtivitis New CastleEtiologiVirus New Castle, masa inkubasi 1-2 hariKonjungtivitis ini biasanya mengenai orang-orang yang berhubungan dengan unggas, penyakit ini jarang dijumpai.

Gambaran KlinisGambaran Klinik : kelopak mata bengkak, konjungtiva tarsal hiperemi dan hiperplasi, tampak folikel-folikel kecil yang terdapat lebih banyak pada konjungtiva tarsal inferior. Pada konjungtiva tarsal dapat ditemukan perdarahan dan pada konjungtiviis ini biasanya disertai pembesaran kelenjar pre-aurikular, nyeri tekan. Sering unilateralGejala subjektif : seperti perasaan ada benda asing, berair, silau dan rasa sakit.

PengobatanTidak ada pengobatan yang efektif, tetapi dapat diberi antibiotik untuk mencegah infeksi sekunder.

3. Konjungtivitis menahuna) Konjungtivitis Vernal

EtiologiKemungkinan suatu konjungtivitis atopik

Gambaran KlinisGejala subyektif yang menonjol adalah rasa sangat gatal pada mata, terutama bila berada dilapangan terbuka yang panas terik.Pada pemeriksaan dapat ditemukan konjungtivitis dengan tanda khas adanya cobble-stone di konjungtiva tarsalis superior, yang biasanya terdapat pada kedua mata, tetapi bisa juga pada satu mata. Sekret mata pada dasarnya mukoid dan menjadi mukopurulen apabila terdapat infeksi sekunder.

PengobatanKortikosteroid tetes atau salep mata. Pemakaian steroid jangka panjang dapat sangat merugikan. Kelainan kornea dapat diobati dengan natrium cromolyn topikal. Bila terdapat tukak maka diberi antibiotik dan sikloplegik.

b) Konjungtivitis Flikten

Etiologi1. Disebabkan oleh karena alergi terhadap bakteri atau antigen tertentu (hipersensitivitas tipe IV). 1. Gizi buruk dan sanitasi yg jelek merupakan faktor predisposisi1. Lebih sering ditemukan pd anak-anak

GejalaAdanya flikten yang umumnya dijumpai di limbus. Selain di limbus, flikten dapat juga dijumpai di konjungtiva bulbi, konjungtiva tarsal dan kornea. Penyakit ini dapat mengenai dua mata dan dapat pula mengenai satu mata. Dan sifatnya sering kambuh. Apabila flikten timbul di kornea dan sering kambuh, dapat berakibat gangguan penglihatan. Apabila peradangannya berat, maka dapat terjadi lakrimasi yang terus menerus sampai berakibat eksema kulit. Keluhan lain adalah rasa seperti berpasir dan silau.

Pengobatan1. Usahakan mencari penyebab primernya1. Diberikan Kortikosteroid tetes mata/salepKombinasi antibiotik + kortikosteroid dianjurkan mengingat kemunginan terdapat infeksi bakteri sekunder.c) Konjungtivitis alergiKonjungtivitis alergi adalah radang konjungtiva akibat reaksi alergi terhadap noninfeksi.

Etiologi Reaksi hipersensitivitas tipe cepat (tipe I) atau lambat (tipe IV), atau reaksi antibodi humoral terhadap alergen. Pada keadaan yang berat merupakan bagian dari sindrom Steven Johnson, suatu penyakit eritema multiforme berat akibat reaksi alergi pada orang dengan predisposisi alergi obatobatan. Pada pemakaian mata palsu atau lensa kontakjuga dapat terjadi reaksi alergi.

Manifestasi Klinis Mata merah, sakit, bengkak, panas, berair, gatal, dan silau. Sering berulang dan menahun bersamaan dengan rinitis alergi. Biasanya terdapat riwayat atopi sendiri atau dalam keluarga. Pada pemeriksaan ditemukan injeksi ringan pada konjungtiva palpebra dan bulbi serta papil besar pada konjungtiva tarsal yang dapat menimbulkan komplikasi pada konjungtiva. Pada keadaan akut dapat terjadi kemosis berat.

Gambar 6. Konjungtivitis Alergi

Pemeriksaan Penunjang Pada pemeriksaan sekret ditemukan sel-sel eosinofil. Pada pemeriksaan darah ditemukan eosinofilia dan peningkatan kadar serum IgE.Penatalaksanaan Biasanya penyakit akan sembuh sendiri. Pengobatan ditujukan untuk menghindarkan penyebab dan menghilangkan gejala. Terapi yang dapat diberikan misalnya vasokonstriktor lokal pada keadaan akut (epinefrin 1: 1.000), astringen, steroid topikal dosis rendah dan kompres dingin untuk menghilangkan edemanya. Untuk pencegahan diberikan natrium kromoglikat 2% topikal 4 kali sehari untuk mencegah degranulasi sel mast. Pada kasus yang berat dapat diberikan antihistamin dan steroid sistemik. Penggunaan steroid berkepanjangan harus dihindari karena bisa terjadi infeksi virus, katarak, hingga ulkus kornea oportunistik. Antihistamin sistemik hanya sedikit bermanfaat.- Pada sindrom Steven Johnson, pengobatan bersifat simtomatik dengan pengobatan umum. Pada mata dilakukan pembersihan sekret, midriatik, steroid topikal, dan pencegahan simblefaron.

d) Konjungtivitis sikaKonjungtivitis sika atau konjungtivitis dry eyes adalah suatu keadaan keringnya permukaan konjungtiva akibat berkurangnya sekresi kelenjar lakrimal.

EtiologiTerjadi pada penyakit-penyakit yang menyebabkan defisiensi komponen lemak air mata, kelenjar air mata, musin, akibat penguapan berlebihan atau karena parut kornea atau hilangnya mikrovili kornea. Bila terjadi bersama atritis rheumatoid dan penyakit autoimun lain, disebut sebagai sindrom sjogren.

Manifestasi KlinisGatal, mata seperti berpasir, silau, dan kadang-kadang penglihatan kabur. Terdapat gejala sekresi mucus yang berlebihan, sukar menggerakkan kelopak mata, mata tampak kering, dan terdapat erosi kornea. Pada pemeriksaan tedapat edema konjungtiva bulbi, hiperemis, menebal dan kusam. Kadang tedapat benang mucus kekuning-kuningan pada forniks konjungtiva bawah. Keluhan berkurang bila mata dipejamkan.

KomplikasiUlkus kornea, infeksi sekunder oleh bakteri, parut kornea, dan noevaskularisasi kornea.

PenatalaksanaanDiberikan air mata buatan seumur hidup dan diobati penyakit yang mendasarinya. Sebaiknya diberikan air mata buatan tanpa zat pengawet kerena bersifat toksik bagi kornea dan dapat menyebabkan reaksi idiosinkrasi. Dapat dilakukan terapi bedah untuk mengurangi drainase air mata melalui oklusi pungtum dengan plug silicon atau plug kolagen.4. Konjungtivitis kimia atau iritasia. Konjungtivitis iatrogenik pemberian obat topikal Konjungtivitis folikular toksik atau konjungtivitis non-spesifik infiltrate, yang diikuti pembentukan parut, sering kali terjadi akibat pemberian lama dipivefrin, miotika, idoxuridine, neomycin, dan obat-obat lain yang disiapkan dalam bahanpengawet atau vehikel toksik atau yang menimbulakan iritasi. Perak nitrat yang diteteskan ke dalam saccus conjingtiva saat lahir sering menjadi penyebab konjungtivitis kimia ringan. Jika produksi air mata berkurang akibat iritasi yang kontinyu, konjungtiva kemudian akan cedera karena tidak ada pengenceran terhadap agen yang merusak saat diteteskan kedalam saccus conjungtivae. Kerokan konjungtiva sering mengandung sel-sel epitel berkeratin, beberapa neutrofil polimorfonuklear, dan sesekali ada sel berbentuk aneh. Pengobatan terdiri atas menghentikan agen penyebab dan memakai tetesan yang lembut atau lunak, atau sama sekali tanpa tetesan. Sering reaksi konjungtiva menetap sampai berminggu-minggu atau berbulan-bulan lamanya setelah penyebabnya dihilangkan.

b. Konjungtivitis Pekerjaan oleh Bahan Kimia dan Iritans Asam, alkali, asap, angin, dan hamper setiap substansi iritan yang masuk ke saccus conjungtiva dapat menimbulkan konjungtivitis. Beberapa iritan umum adalah pupuk, sabun, deodorant, spray rambut, tembakau, bahan-bahan make-up, dan berbagai asam dan alkali. Di daerah tertentu,asbut (campuran asap dan kabut) menjadi penyebab utama konjungtivitis kimia ringan. Iritan spesifik dalam asbut belum dapat ditetapkan secara positif, dan pengobatannya non-spesifik. Tidak ada efek pada mata yang permanen, namun mata yang terkena seringkali merah dan terasa mengganggu secara menahun. 1 Pada luka karena asam, asam itu mengubah sifat protein jaringan dan efek langsung. Alkali tidak mengubah sifat protein dan cenderung cepat menyusup kedalam jaringan dan menetap di dalam jaringan konjungtiva. Disini mereka terus menerus merusak selama berjam-jam atau berhari-hari lamanya, tergantung konsentrasi molar alkali tersebut dan jumlah yang masuk. Perlekatan antara konjungtiva bulbi dan palpebra dan leokoma kornea lebih besar kemungkinan terjadi jika agen penyebabnya adalah alkali. Pada kejadian manapun, gejala utama luka bahan kimia adalah sakit, pelebaran pembuluh darah, fotofobia, dan blefarospasme. Riwayat kejadian pemicu biasanya dapat diungkapkan. Pembilasan segera dan menyeluruh saccus conjungtivae dengan air atau larutan garam sangat penting, dan setiap materi padat harus disingkirkan secara mekanik. Jangan memakai antidotum kimiawi. Tindakan simtomatik umum adalah kompres dingin selama 20 menit setiap jam, teteskan atropine 1% dua kali sehari, dan beri analgetika sistemik bila perlu. Konjungtivitis bacterial dapat diobati dengan agen antibakteri yang cocok. Parut kornea mungkin memerlukan transplantasi kornea, dan symblepharon mungkin memerlukan bedah plastic terhadap konjungtiva. Luka bakar berat pada kojungtiva dan kornea prognosisnya buruk meskipun dibedah. Namun jika pengobatan memadai dimulai segera, parut yang terbentuk akan minim dan prognosisnya lebih baik.

DAFTAR PUSTAKA

1. Ilyas S, dkk. Sari Ilmu Penyakit Mata. Jakarta: Balai Penerbit Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2003.2. Vaughan, Daniel G et all, Oftalmologi Umum.Edisi 14, Jakarta: Widya Medika,2000.3. Ilyas S. Ilmu Penyakit Mata. Jakarta: Balai Penerbit Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2006.4. Perhimpunan Dokter Spesialis Mata Indonesia, Ilmu Penyakit Mata Untuk Dokter Umum dan Mahasiswa Kedokteran, Jakarta : Sagung Seto, 20025. PERDAMI,. Ilmu Penyakit Mata Untuk dokter umum dan mahasiswa kedokteran. Jakarta. 20026. www.eyepathologisyt.com/disease7. www.aafp.org/afp//AFPprinter/980215ap/morrow.html

28