Skenario 1 Mata Merah

19
LI. 1.Mampu Memahami dan Menjelaskan anatomi mata LO 1.1 Memahami dan menjelaskan anatomi Makroskopis mata Saraf Saraf Orbita 1. N.optikus N. optikus masuk ke orbita melalui canalis optikus dari fossa cranii media , disertai oleh arteri opthalmica, yang terletak di sisi lateral bawahnya. Saraf ini dikelilingi oleh selubung piameter, aracnoideamater, dan duramater. Berjalan ke depandan lateral di dalam kerucut mm.recti dan menembus sklera pada suatu titik di medial polus posterior bola mata. 2. Nervus Lakrimalis N. lakrimalis dipercabangkan dari divisi ophthalmica n.trigeminus pada dinding lateral sinus cavernosus. Saraf ini halus dan masuk ke orbita melaluibagian atas fisura orbitalis superior. Berjalan ke depan sepanjang pinggir atas m.rectus lateralis. Saraf ini bergabung dengan cabang n. zigomaticotemporalis. N. lacrimalis berakhir dengan mempersarafi kulit bagian lateral palpebra superior. 3. Nervus Frontalis N. frontalis dipercabangkan dari divisi opthalmica n.trigeminus pada dinding lateral sinus cavernosus. Masuk ke orbita melalui bagian atas fisura orbitalis superior dan berjalan ke depan pada permukaan superior m.levator palpebrae superior, diantara otot ini dan atap orbita. Saraf ini bercabang menjadi n.suprathoclearis dan n.supraorbitalis. N.supratroclearis berjalan diatas trochlea untuk m.obliquus superior dan melingkari pinggir atas orbita untuk mempersarafi kulit dahi. 4. Nervus Trochlearis

description

Blok Panca Indera

Transcript of Skenario 1 Mata Merah

LI. 1.Mampu Memahami dan Menjelaskan anatomi mata

LO 1.1 Memahami dan menjelaskan anatomi Makroskopis mata

Saraf Saraf Orbita

1. N.optikus

N. optikus masuk ke orbita melalui canalis optikus dari fossa cranii media , disertai oleh arteri opthalmica,

yang terletak di sisi lateral bawahnya. Saraf ini dikelilingi oleh selubung piameter, aracnoideamater, dan

duramater. Berjalan ke depandan lateral di dalam kerucut mm.recti dan menembus sklera pada suatu titik di medial

polus posterior bola mata.

2. Nervus Lakrimalis

N. lakrimalis dipercabangkan dari divisi ophthalmica n.trigeminus pada dinding lateral sinus cavernosus. Saraf

ini halus dan masuk ke orbita melaluibagian atas fisura orbitalis superior. Berjalan ke depan sepanjang pinggir

atas m.rectus lateralis. Saraf ini bergabung dengan cabang n. zigomaticotemporalis. N. lacrimalis berakhir dengan

mempersarafi kulit bagian lateral palpebra superior.

3. Nervus Frontalis

N. frontalis dipercabangkan dari divisi opthalmica n.trigeminus pada dinding lateral sinus cavernosus. Masuk

ke orbita melalui bagian atas fisura orbitalis superior dan berjalan ke depan pada permukaan superior m.levator

palpebrae superior, diantara otot ini dan atap orbita. Saraf ini bercabang menjadi n.suprathoclearis dan

n.supraorbitalis. N.supratroclearis berjalan diatas trochlea untuk m.obliquus superior dan melingkari pinggir atas

orbita untuk mempersarafi kulit dahi.

4. Nervus Trochlearis

N.trochlearis meninggalkan dinding lateral meninggalkan dinding lateral sinus caveronsus daan masuk ke

orbita melalui bagian atas fissura orbitalis superior. Saraf tersebut berjalan ke depan dan ke medial, melintasi

origo m.levator palpebrae superior dan mempersarafi m. Obliquus superior.

5. N.occulomotorius

Terdiri dari :

a) Ramus superior

N.occulomotorius meninggalkan dinding lateral sinus cavernosus dan masuk ke orbita melalui bagian bawah

fissura orbitalis superior, di dalam annulus tendineus. Cabang ini mempersarafi m.rectus superior, kemudian

menembus otot ini, dan memperdarafi m.levator palpebrae superior yang ada di atasnya.

b) Ramus posterior

N.occulomotorius masuk ke orbita dengan cara yang sama dan memberikan cabang-cabang ke m.rectud

inferior. Saraf ke m.obliquus inferior memberikan sebuah cabang yang berjalan ke gangglion ciliaris dan

membawa serabut-serabut parasimpatis ke m.sphincter puppilae dan m.cilliaris.

6. Nervus abducens

N.abdusens meninggalkan sinus cavernosus dan masuk ke orbita melalui bagian bawah fissura orbitalis

superior, di dalam anulus tendineus. Saraf ini berjalan ke depan dan mempersarafi m.rectus lateralis.

7. Nervus Nasociliaris

N. Nasociliaris dipercabangkan dari divisi ophthalmica n. Trigeminus pada dinding lateral sinus cavernosus.

Nervus ini masuk ke orbita melalui bagian bawah fissura orbitalis, di dalam annulus tendineus. Saraf ini melimtas

di atas n. Optikus bersama a. Ophthalmica mencapai dinding orbita. Kemudian n. Nasociliaris berjalan ke depa.

Sepanjang punggir atas m. Rektus medialis dan berakhir dengan bercabang dua menjadi n. Ethomoidalis anterior

dan n. Infratrochlearis.

Cabang-cabang

a) Ramus communicans ke ganglion ciliaris

b) Nn. Ciliares

c) N. Ethmoidalis

d) N. Infratrochlearis

e) N. Ethmoidalis anterior.

Otot penggerak bola mata

Otot ini menggerakan mata dengan fungsi ganda dan untuk pergerakan mata tergantung pada letak dan sumbu

penglihatan sewaktu aksi otot . otot pengerakan bola mata terdiri atas enam otot, yaitu:

1. Musculus oblique inferior

Muscilus ini mempunyai origo pada fosa lakrimal tulang lakrimal. Berinsersi pada sklera posterior 2 mm dari

kedudukan makula , dipersarafi oleh saraf okulomotor , bekerja untuk menggerakan mata ke arah abduksi dan

eksiklotorsi.

2. Musculus oblique inferior

Musculus ini berorigo pada naulus zinn dan ala parva tulang sfenoid di atas formaen optikus. Musculus ini

dipersarafi oleh N.IV atau saraf troklear yang keluar dari bagian dorsal susunan saraf pusat. Musculus ini

mempunyai aksi pergerakan miring dari troklea pada bola mata dengan kerja utama terjadi bila sumbu aksi dan

sumbu penglihatan searah atau mata melihat ke arah nasal. Berfungsi menggerakan bola mata untuk depresi

terutama bila mata melihat ke nasal.

3. Musculus Rektus inferior

Mempunyai origo pada anulus Zinn, berjalan antara oblik inferior dan bola mata atau sklera dan insersi 6 mm

di belakang limbus yang pada persil dengan oblik inferior diikat kuat oleh ligamen lockwood. Rektus inferior

dipersarafi oleh n. III. Rektus inferior membentuk sudut 23 derajat dengan sumbu penglihatan.

Fungsi menggerakkan mata : Depresi (gerak primer), Eksoklotorsi (gerak sekunder), Aduksi (gerakvsekunder)

4. Musculus Rektus lateral

Rektus lateralmempunyai origo pada anulus Zinn di atas dan di bawah foramen optik. Rekyus lateral

dipersarafi oleh N. VI. Dengan pekerjaan menggerakan mata terutama abduksi.

5. Musculus Rektus Medius

Mempunyai origo pasa anuluz Zinn dan pembungkus dura saraf optik yng sering memberikan dan rasa sakit

pada pergerKan mata bila terdapat neuritis rettobulbar, dan berinsersi 5 mm dibelakang limbus. Rektus medius

merupakan otot mata yang paling tebal dengan tendon terpendek. Menggerakan mata untuk aduksi ( gerak primer).

Vaskularisasi

1. Arteri ophthalmica

Arteri ophthalmica adalah cabang dari a.carotis interna setelah pembuluh ini keluar dari sinus cavernosus.

Arteri ini berjalan ke depan melalui canalis optikus bersama nervus optikus. Pumbuluh ini berjalan di depan dan

laterak dari n.optikus, kemudian menyilang di atasnya untuk sampai ke dinding medial orbita. Kemudian arteri

ini memberikan banyak cabang dan sebagian cabang-cabang megikuti saraf-saraf di dalam orbita.

Cabang-cabangnya :

a) A.centralis retinae

b) Rami muscularis

c) Aa.ciliaris

d) A.lacrimalis

e) A.supratrochlearis dan a.supraorbitalis

2. Vena-vena ophthalmica

V.ophthalmica Superior berhubungan di depan dengan v.facialis. v. Ophthalmica inferior berhubungan melalui

fissura orbitalis inferior dengan plexus venosus pterygoideus. Kedua vena ini berjalan ke belakang melalui fissura

orbitalis dan bermuara ke dalam sinus cavernosus.

LO 1.2 Memahami dan menjelaskan anatomi Mikroskopis mata

1. Lapisan Luar = Tunika Fibrosa

A. Sklera

1. 5/6 posterior lapisan luar mata.

2. Opak dan putih. Pada manusia garis tengah lebih kurang 22 mm.

3. Struktur terdiri atas: jaringan ikat padat yang liat terutama jaringan kolagen gepeng berselang-seling tetap

paralel dengan permukaan mata; substansi dasar dan beberapa fibroblas, relative avaskular, mendapat

metabolit melalui difusi dari pembuluh berdekatan dan dari cairan kamera okuli anterior.

B. Kornea

1. 1/6 bagian anterior mata.

2. Kornea tidak berwarna dan transparan.

3. Irisan melintang, terlihat lima lapisan.

C. Limbus (batas kornea dan sclera)

1. Merupakan peralihan dari berkas kolagen bening dari kornea menjadi serat-serat sklera yang berwarna opak

keputihan.

2. Sangat vaskular, yang sangat berparan pada radang kornea.

D. Kanal Schlemm

1. Merupakan didaerah limbus, dalam lapisan stroma, saluran tidak teratur.

2. Berlapis andotel, jalinan trabekula yang menyatu.

3. Membawa pergi cairan dari kamera okuli anterior.

4. Berhubungan keluar dengan sistem vena.

2. Lapisan Tengah = Tunika Vaskular (Uvea)

A. Koroid

1. Sangat vascular (banyak pembuluh darah).

2. Jaringan ikat longgar, banyak firoblas, makrofag, limfosit, sel mast, sel plasma, serat kolagen, dan serat

elastin.

3. Terdapat banyak melanosit yang memberi warna hitam khas.

Pada Koroid ditemui 4 lapisan :

a. Lapisan koriokapiler

terletak di bagian dalam.

banyak mengandung pembuluh darah kecil.

berfungsi penting untuk nutrisi retina.

b. Membrana Bruch

membrane amorf tipis (3-4 mikrometer).

memisahkan lapisan koriokapiler ini dari retina.

dari papila optikus sampai ora serrata.

dibentuk oleh 5 lapisan.

lapisan tengah serat elastin.

dilapisi serat kolagen pada kedua permukaan.

ditutupi lapisan lamina basal dari kapiler lapisan koriokapiler satu sisi.

lamina basal epitel pigmen sisi lain.

c. Diskus optikus = papila optikus

tempat nervus optikus memasuki bola mata.

d. Lamina suprakoroidal

lapisan jaringan ikat longgar.

banyak melanosit.

perikatan koroid dengan sklera.

B. Korpus siliaris

1. sebuah perluasan koroid ke anterior setinggi lensa.

2. merupakan cincin tebal utuh pada permukaan dalam

anterior sklera.

3. pada potongan melintang berbentuk segitiga, satu permukaan berkontak dengan korpus vitreus, satu dengan

sclera, dengan lensa dan kamera okuli posterior.

Struktur histologik:

dasarnya jaringan ikat longgar, banyak serat elastin pembuluh darah dan melanosit.

muskulus siliaris dikelilingi struktur dasar, terdiri dari: dua berkas otot polos: insersi dianterior pada sclera

dan insersi posterior pada berbagai derah korpus siliaris berkas ini berfungsi meregangkan koroid dan

mengendurkan ketegangan lensa.

permukaan korpus siliaris yang menghadap korpus vitreus, bilik posterior dan lensa ditutupi oleh perluasan

retina ke anterior.

C. Prosesus siliaris

1. merupakan juluran mirip rabung dari korpus siliaris.

2. pusatnya jaringan ikat longgar dan banyak kapiler bertingkap.

3. ditutupi dua lapisan epitel.

4. zonula (serat-serat oksitalan) dari prosesus siliaris, berinsersi dalam capsula lentis dan tertanam disini,

berorigo di membrana basal sel-sel dalam.

5. membrana basal sel-sel berpigmen luar, bersebelahan dengan massa utama korpus siliaris.

6. sel ini secara aktif mentransport unsur plasma kedalam bilik posterior dengan demikian membentuk

“humor akueus”, cairan yang komposisi serupa plasma kadar protein kurang dari 0,1 % (plasma 7%).

D. Iris

1. Bagian anterior dari uvea.

2. Merupakan perluasan koroid yang sebagian menutup lensa.

3. Pupil lubang bulat dipusat, sisa bentukan iris.

4. Permukaan anterior iris tidak teratur dan kasar dengan rabung dan alur, dibentuk oleh sel pigmen tidak utuh

dan fibroblast.

5. Di bawah lapisan ini ditemui jaringan ikat, sedikit pembuluh darah, serat, fibroblast dan melanosit.

6. Lapisan berikutnya, jaringan ikat longgar yang sangat vaskular permukaan posterior, rata, juga badan siliar

dan prosesusnya, dilapisi dua lapisan epitel: epitel dalam berhubungan dengan bilik posterior, penuh granul

melanin; epitel luar, memiliki juluran mirip lidah, bagian basal radier, dipenuhi miofilamen yang

overlapping membentuk “muskulus dilator pupil” dari iris. Banyaknya pigmen mencegah masuknya

cahaya. Melanosit stroma iris menentukan warna mata.

7. Iris mengandung berkas otot polos yang tersusun melingkari pupil dan membentuk “muskulus konstriktor

pupil” di iris.

LI. 2.Mampu Memahami dan Menjelaskan fisiologi penglihatan

Lapisan terluar yang keras pada bola mata adalah tunika fibrosa. Bagian posterior tunika fibrosa adalah sklera

opaque yang berisi jaringan ikat fibrosa putih.

Sklera memberi bentuk pada bola mata dan memberikan tempat perlekatan untuk otot ekstrinsik.

Kornea adalah perpanjangan anterior yang transparan pada sklera di bagian depan mata. Bagian ini

mentransmisi cahaya dan memfokuskan berkas cahaya.

Lapisan tengah bola mata disebut tunika vaskular (uvea), dan tersusun atas koroid, badan siliaris, dan iris.

Lapisan koroid adalah bagian yang sangat terpigmentasi untuk mencegah refleksi internal berkas cahaya.

Bagian ini juga sangat tervaskularisasi untuk memberikan nutrisi pada mata, dan elastik sehingga dapat

menarik ligamentum suspensori.

Badan siliaris, suatu penebalan di bagian anterior lapisan koroid, mengandung pembuluh darah dan otot

siliaris. Otot melekat pada ligamentum suspensori, tempat perlekatan lensa. Otot ini penting dalam

akomodasi penglihatan, atau kemampuan untuk mengubah fokus dari objek berjarak jauh ke objek berjarak

dekat di depan mata.

Iris, perpanjangan dari sisi anterior koroid, merupakan bagian mata yang berwarna bening. Bagian ini terdiri

dari jaringan ikat dan otot radialis serta sirkularis, yang berfungsi untuk mengendalikan diameter pupil.

Pupil adalah ruang terbuka yang bulat pada iris yang harus dilalui cahaya untuk dapat masuk ke interior

mata.

Lensa adalah struktur bikonveks yang bening tepat di belakang pupil. Elastisitasnya sangat tinggi, suatu sifat

yang akan menurun seiring proses penuaan.

Rongga mata. Lensa memisahkan interior mata menjadi dua rongga: rongga anterior dan rongga posterior.

Rongga anterior terbagi menjadi dua ruang.

- Ruang anterior terletak di belakang kornea dan di depan iris; ruang posterior terletak di depan lensa dan

di belakang iris.

- Ruang tersebut berisi aqueous humor, suatu cairan bening yang diproduksi oleh prosesus siliaris untuk

mencukupi kebutuhan nutrisi lensa dan kornea. Aqueous humor mengalir ke saluran Schlemm dan masuk

ke sirkulasi darah vena.

- Tekanan intraokular pada aqueous humor penting untuk mempertahankan bentuk bola mata. Jika aliran

aqueous humor terhambat, tekanan akan meningkat dan mengakibatkan kerusakan penglihatan, suatu kondisi

yang disebut glaukoma.

Rongga posterior terletak di antara lensa dan retina dan berisi vitreus humor, semacam gel transparan yang

juga berperan untuk mempertahankan bentuk bola mata dan mempertahankan posisi retina terhadap kornea.

Retina, lapisan terdalam mata, adalah lapisan tipis dan transparan. Lapisan ini terdiri dari lapisan terpigmentasi

luar, dan lapisan jaringan saraf dalam.

Lapisan terpigmentasi luar pada retina melekat pada lapisan koroid. Lapisan ini adalah lapisan tunggal sel

epitel kuboid yang mengandung pigmen melanin dan berfungsi untuk menyerap cahaya berlebih dan

mencegah refleksi internal berkas cahaya yang melalui bola mata. Lapisan ini juga menyimpan vitamin A.

Lapisan jaringan saraf dalam (optikal), yang terletak bersebelahan dengan lapisan terpigmentasi, adalah

struktur kompleks yang terdiri dari berbagai jenis neuron yang tersusun dalam sedikitnya sepuluh lapisan

terpisah.

- Sel batang dan kerucut adalah reseptor fotosensitif yang terletak berdekatan dengan lapisan terpigmentasi.

- Neuron bipolar membentuk lapisan tengah dan menghubungkan sel batang dan sel kerucut ke sel-sel

ganglion.

- Sel ganglion mengandung akson yang bergabung pada regia khusus dalam retina untuk membentuk saraf

optik.

- Sel horizontal dan sel amakrin merupakan sel lain yang ditemukan dalam retina, sel ini berperan

menghubungkan sinaps-sinaps lateral.

- Cahaya masuk melalui lapisan ganglion, lapisan bipolar, dan badan sel batang dan kerucut untuk

menstimulasi prosesus dendrit dan memicu impuls saraf. Kemudian impuls saraf menjalar dengan arah

terbalik melalui kedua lapisan sel saraf.

Bintik buta (diskus optik) adalah titik keluar saraf optik. Karena tidak ada fotoreseptor pada area ini, maka

tidak ada sensasi penglihatan yang terjadi pada saat cahaya jatuh ke area ini.

Lutea makula adalah area kekuningan yang terletak agak lateral terhadap pusat.

Fovea adalah pelekukan sentral makula lutea yang tidak memiliki sel batang dan hanya mengandung sel

kerucut. Bagian ini adalah pusat visual mata; bayangan yang terfokus di sini akan diinterpretasikan dengan

jelas dan tajam oleh otak. (Sherwood, 1996)

Mekanisme penglihatan

Cahaya masuk ke bagian mata yg bernama pupil. Ukuran pupil disesuakan dengan kontraksi dari iris yaitu

m.konstriktor pupilae yg menyebabkan pupil mengecil dan dipengaruhi oleh saraf parasimpatis dan m.dilator

pupilae yg menyebabkan pupil membesar dan dipersarafi oleh simpatis.

Lalu cahaya dibiaskan melalu media refraksi yang terdiri dari kornea dan lensa, bentuk kornea itu sendiri

berbentuk konveks (cembung) berfungsi agar cahaya dapat di belokkan pada titik focus, setelah melewati kornea

cahaya lalu diteruskan oleh lensa. Yg juga berbentuk konveks sehingga cahaya dapat jatuh pada titik focus di

retina. Lensa sendiri diatur oleh m.ciliaris yg disambungkan oleh zonula zinii. Bila m.ciliaris berkontraksi maka

pupil maka zonula zinii melemas sehingga membuat lensa semakin cembung dan berfungsi untuk melihat dari

jarak dekat (akomodasi). Sebaliknya bila m.ciliaris melemas maka zonula zinii akan menarik lensa sehingga lensa

menjadi semakin pipih dan berfungsi untuk melihat jarak jauh. Semua otot tersebut masing masing dipersarafi

oleh parasimpatis dan simpatis.

Setelah cahaya di refraksikan maka cahaya akan mencapai retina yg terdapat sel sel fotoreseptor yaitu sel

batang dan sel kerucut.

Sifat dari sel sel ini ialah bila sel batang maka sel ini peka terhadap gelap, kepekaan tinggi dan ketajaman

rendah. Bila sel kerucut peka terhadap sinar dan warna , ketajaman penglihatan tinggi, digunakan pada saat siang

hari.

Terjadi beberapa proses pada saat otak mengekspresikan gelap atau terang yaitu

Fisiologi Lakrimasi

Glandula lacrimalis terletak pada tepi supero-lateral orbita. Saluran-salurannya bermuara ke dalam bagian

lateral fornix superior di conjunctiva. Persarafan: serabut-serabut sekremotorik dari nukleus

salivatorius superior melalui ganglion geniculi, n. petr osus superficialis major, ganglion

pterygopalatinum, ramus zygomatico-temporalis, n. maxillaris, selanjutnya melalui nn. lacrimales.

Sirkulasi air mata:

1. glandula lacrimalis.

2. lacus lacrimalis.

3. meluas di atas cornea.

4. punctum lacrimalis di tepi medial.

5. canalis lacrimalis.

6. saccus lacrimalis.

7. ductus nasolacrimalis.

8. meatus nasi inferior di dinding lateral cavum nasi.

Proses lakrimasi merupakan mekanisme fisiologis yang berguna untuk membantu melindungimata kita dari

cedera. Kedipan kelopak mata secara spontan berulang-ulang membantu menyebarkan air mata yang melumasi,

membersihkan, dan bersifat bakterisidal (membunuh kuman-kuman). Air mata diproduksi secara terus-menerus

oleh kelenjar lakrimalis di sudut lateral atas di bawah kelopak mata. Cairan Pembasuh mata ini mengalir melalui

permukaan kornea dan bermuara ke dalam saluran halus di sudut kedua mata, dan akhirnya dikosongkan ke

belakang saluran hidung. Sistem drainase ini tidak dapat menangani produksi air mata yang berlebihan sewaktu

menangis, sehingga air mata membanjiri mata.

Glandula lacrimalis terdiri atas pars orbitalis yang besar dan pars palpebralis yang kecil. Keduanya saling

berhubungan pada ujung lateral m. levator palpebrae superioris. Glandula ini terletak diatas bola mata, di

bagian anterior dan superior orbita, posterior terhadap septumorbitale. Kira-kira 12 duktus keluar dari permukaan

bawah kelenjar dan bermuara pada bagianlateral fornix superior konjungtiva. Persarafan Glandula lacrimalis;

saraf sekremotorik parasimpatis berasal dari nucleus lacrimalis n. facialis. Serabut-serabut preganglionik

mencapai ganglion pterygopalatinum (sphenopalatinum) melalui n.intermediusdan ramus petrosus magnus serta

n.canalis pterygoidei. Serabut-serabut postganglionik meninggalkan ganglion dan bergabung dengan n.maxillaris.

Kemudian serabut ini berjalan didalam ramus zygomaticum serta n.zygomaticotemporalis, dan mencapai glandula

lacrimalis melalui n.lacrimalis.

tidak ada ekspresi melihat

tidak adanya eksitasi ke korteks penglihatan di otak

neuron bipolar dihambat

pengeluaran zat inhibitor

depolarisasi membrane

kosentrasi Na tinggi

konsentrasi GMP-siklik tinggi

gelap

adanya ekspresi melihat

perambatan potensial aksi ke korteks penglihatan di otak

terjadi eksitasi neuron bipolar

pengeluaran zat inhibitorik dihambat

menutupnya canal Ca

penutupan canal Na

penurunan GMP-siklik

kosentrasi Na tinggi

fotopigmen terjadi disosiasi dari retinen dan opsin

cahaya/terang

Serabut postganglionik simpatis berjalan didalam plexus carotis internus, n.petrosus profundus,n.canalis

pterygoidei, n.maxillaris, n.zygomaticus, n.zygomaticotemporalis, dan akhirnyan.lakrimalis. Air mata membasahi

cornea dan berkumpul didalam lacus lacrimalis. Dari sini, air mata masuk ke canaliculi lacrimales melalui puncta

lacrimalia. Canaliculi lacrimales berjalan ke medial dan bermuara ke dalam saccus lacrimalis, yang terletak

didalam alur lacrimalis di belakang ligamentum palpebra mediale dan merupakan ujung atas yang buntu dari

ductus nasolacrimalis. Ductus nasolacrimalis panjangnya lebih kurang 0,5 inchi/1,3 cm dan keluar dari ujung

bawah saccus lacrimalis. Ductus berjalan kebawah, belakang dan lateral di dalam canalis osseosa dan bermuara

kedalam meatus nasi inferior. Muara ini dilindungi oleh lipatan membrana mucosa yang dikenal sebagai plica

lacrimalis. Lipatan ini mancegah udara masuk melalui ductus ke dalam saccus lacrimalis pada waktu membuang

sekret hidung (ingus). (Sherwood, 1996)

LI. 3.Mampu Memahami dan menjelaskan Mata Merah

LO 3.1 Memahami dan menjelaskan mata merah dengan visus Normal

1. PTERIGIUM

Pterigium merupakan penebalan lipatan konjungtiva bulbi yang berbentuk segitiga dengan banyak pembuluh

darah. Puncaknya terletak dikornea dan dasarnya dibagian perifer. Biasanya terletak di celah kelopak dan sering

meluas ke daerah pupil.

Penyebab pasti dari pterygium tidak diketahui. Tetapi, faktor penyebab yang paling umum adalah :

1. Terkena paparan sinar matahari yang berlebihan

2. Bekerja di luar rumah

3. Paparan berlebihan pada lingkungan yang keras seperti debu, kotoran, panas,angin, kekeringan dan asap.

4. Paparan berlebihan pada alergen seperti bahan kimia dan solvent

Epidemiologi

Umum terjadi pada usia 20-30 tahun dan di daerah yang beriklim tropis

Klasifikasi Pterygium

Tipe 1

Meluas kurang dari 2 mm di atas kornea. Timbunan besi (ditunjukkan dengan Stocker line) dapat terlihat di

epitel kornea bagian anterior/depan pterygium. Lesi/jejas ini asimtomatis, meskipun sebentar-sebentar dapat

meradang (intermittently inflamed). Jika memakai soft contact lense, gejala dapat timbul lebih awal karena

diameter lensa yang luas bersandar pada ujung kepala pterygium yang sedikit naik/terangkat dan ini dapat

menyebabkan iritasi.

Tipe 2

Melebar hingga 4 mm dari kornea, dapat kambuh (recurrent) sehingga perlu tindakan pembedahan. Dapat

mengganggu precorneal tear film dan menyebabkan astigmatisme

Tipe 3

Meluas hingga lebih dari 4 mm dan melibatkan daerah penglihatan (visual axis). Lesi/jejas yang luas (extensive),

jika kambuh, dapat berhubungan dengan fibrosis subkonjungtiva dan meluas hingga ke fornix yang terkadang

dapat menyebabkan keterbatasan pergerakan mata

Gejala pterygium bervariasi dari orang ke orang. Pada beberapa orang, pterigyum akan tetap kecil dan tidak

mempengaruhi penglihatan. Pterygium ini diperhatikan karena alasan kosmetik. Pada orang yang lain, pterygium

akan tumbuh cepat dan dapat meyebabkan kaburnya penglihatan. Pterygium tidak menimbulkan rasa sakit.

Gejalanya termasuk :

1. Mata merah

2. Mata kering

3. Iritasi

4. Keluar air mata (berair)

5. Sensasi seperti ada sesuatu dimata6.Penglihatan yang kabur

Diagnosis

Diagnosis pterigium dapat ditegakkan berdasarkan pemeriksaan berikut:

1. Pemeriksaan Visus

2. Slit lamp

Penatalaksanaan

Tujuan utama penatalaksanaan pterygium adalah untuk :

1. Mengevaluasi ukuran

2. Mencegah inflamasi

3. Mencegah infeksi

4. Aid dalam proses penyembuhan, apabila operasi dilakukan

Observasi:

Pemeriksaan mata secara berkala, biasanya ketika pterygium tidak menimbulkan atau menimbulkan gejala

yang minimal.

Apabila gejala bertambah berat, dapat ditambahkan :

1. Medikamentosa

Dapat diberikan antibiotik untuk mencegah infeksi, kortikosteroid untuk mengurangi inflamasi, lubrikasi

okular seperti airmata buatan

2. Therapy radiasi

Apabila penglihatan menjadi kabur, maka pterygium harus dioperasi. Akan tetapi pterigium dapat muncul

kembali. Pemberian mytomycin C to aid inhealing dan mencegah rekurensi, seusai pengangkatan pterygium

dengan operasi, selain itu menunda operasi sampai usia dekade 4 dapat mencegahrekurensi.

Pencegahan

Secara umum, lindungi mata dari paparan langsung sinar matahari, debu, danangin, misalnya dengan memakai

kacamata hitam.

2. PSEUDOPTERIGIUM

Pseudopterigium merupakan perlekatan konjungtiva dengan kornea yang cacat. Sering pseudopterigium ini

terjadi pada proses penyembuhan tukak kornea, sehingga konjungtiva menutupi kornea. Letak pseudopterygium

ini pada daerahkonjungtiva yang terdekat dengan proses kornea sebelumnya

PTERIGIUM PSEUDOPTERIGIUM

1. Lokasi Selalu di fisura palpebra Sembarang lokasi

2.Progresifitas Bisa progresif ataustasioner Selalu stasioner

3.Riwayat peny Ulkus kornea (-) Ulkus kornea (+)

4.Tes sondase

NegatifPositi

Negatif Positif

3. PINGUEKULA

Pinguekula merupaka benjolan pada konjungtiva bulbi yang merupakan degenerasi hialin jaringan submukosa

konjungtiva. Pinguekula sangat umum terjadi, tidak berbahaya, biasanya bilateral (mengenai kedua mata).

Pinguecula biasanya tampak pada konjungtiva bulbar berdekatan dengan limbus nasal (di tepi/pinggir hidung)

atau limbus temporal. Terdapat lapisan berwarna kuning-putih (yellow-white deposits), tak

berbentuk (amorphous)

Patogenesis belum jelas, tetapi umumnya diterima, bahwa rangsangan luar mempunyai peranan pada

timbulnya pinguekula. Sebagai rangsangan luar antara lain adalah panas, debu, sinar matahari, udara kering

Pengobatan biasanya tidak diperlukan,jika terjadi inflamasi/ radang akut yang disebut pinguekulitis, maka

diberikan steroid lemah.

Mencegah rangsangan luar sangat dianjurkan.

4. HEMATOMA SUBKONJUNGTIVA

Hematoma subkonjungtiva dapat terjadi pada keadaan dimana pembuluh darah rapuh (umur, hipertensi,

arteiosklerosis, konjungtivitis hemorraghik, pemakaian antikoagulan, batuk rejan). Perdarahan subkonjungtiva

dapat juga terjadi akibat trauma langsung atau tidak langsung, yang kadang menutupi perforasi jaringan bola mata

yang terjadi.Biasanya tidak perlu pengobatan karena akan diserap dengan spontan dalamwaktu 1-3 minggu.

5. EPISKLERITIS – SKLERITIS

Episkleritis

Merupakan reaksi radang jaringan ikat vaskular yang terletak anatara konjungtiva dan permukaan

sklera.Episkleritis umumnya mengenai satu mata dan terutama perempuan usia pertengahan dengan bawaan

penyakit rematik.Keluhannya dapat berupa :

1. mata terasa kering

2. rasa sakit yang ringan

3. mengganjal

4. konjungtiva yang kemotik.

Pengobatan yang diberikan adalah vasokonstriktor, pada keadaan yang beratdiberi kortikosteroid tetes mata atau

sistemik atau salisilat. Pada episkleritis penglihatan normal, dapat sembuh sempurna atau bersifat residif.

Skleritis

Adalah reaksi radang yang mempengaruhi bagian luar berwarna putih yang melapisi mata. Penyakit ini

biasanya disebabkan kelainan atau penyakit sistemik. Skleritis dibedakan menjadi :

1. Skleritis anterior diffus

Radang sklera disertai kongesti pembuluh darah episklera dan sklera, umumnya mengenai sebagian sklera

anterior, peradangan sklera lebih luas, tanpa nodul.

2. Skleritis nodular

Nodul pada skleritis noduler tidak dapat digerakkan dari dasarnya, berwarna merah, berbeda dengan nodul pada

episkleritis yang dapat digerakkan.

3. Skleritis nekrotik

Jenis skleritis yang menyebabkan kerusakan sklera yang berat.

Gejala

- Kemerahan pada sklera dan konjungtiva

- Terdapat perasaan sakit yang berat yang dapat menyebar ke dahi, alis dan dagu yang kadang membangunkan

sewaktu tidur akibat sakitnya yang sering kambuh.

- Fotofobia

- Mata berair

- Penglihatan menurun

Pengobatan

Pada skleritis dapat diberikan suatu steroid atau salisilat. Apabila ada penyakityang mendasari, maka penyakit

tersebut perlu diobati.

6. KONJUNGTIVITIS

Konjungtivitis adalah peradangan pada konjungtiva, biasanya terdiri dari hyperemia konjungtiva disertai

dengan pengeluaran secret.Konjunctivitis dapat disebabkan bakteri, virus, klamidia, alergi toksik, dan molluscum

contagiosum.

Gambaran klinis yang terlihat pada konjungtivitis dapat berupa hiperemikonjungtiva bulbi (injeksi

konjungtiva), lakrimasi, eksudat dengan sekret yanglebih nyata di pagi hari, pseodoptosis akibat kelopak

membengkak, kemosis, hipertrofi papil, folikel, membrane, pseudo membran, granulasi, flikten, mata merasa

seperti ada benda asing, dan adenopati preaurikular. Biasanya sebagai reaksi konjungtivitis akibat virus berupa

terbentuknya folikel pada konjungtiva.

Jenis Konjungtivitis dapat ditinjau dari penyebabnya dan dapat pula ditinjau dari gambaran klinisnya yaitu :

1. Konjungtivitis Kataral

2. Konjungtivitis Purulen, Mukopurulen

3. Konjuntivitis Membran

4. Konjungtivitis Folikular

5. Konjungtivitis Vernal

6. Konjungtivitis Flikten

LO 3.2 Memahami dan menjelaskan mata merah dengan visus Menurun

A. Keratitis

Radang kornea biasanya diklasifikasikan dalam lapis kornea yangterkena, seperti keratitis superfisial dan

interstisial/profunda. Keratitis dapatdisebabkan oleh berbagai hal, seperti kurangnya air mata, keracunan obat,

reaksialergi terhadap yang diberi topikal, dan reaksi terhadap konjungtivitis menahun.Keratitis akan memberikan

gejala mata merah, rasa silau, dan merasa kelilipan.

B. Keratokonjungtivitis sika

Adalah suatu keadaan keringnya permukaan kornea dankonjungtiva. Kelainan ini dapat terjadi pada penyakit

yang mengakibatkandefisiensi komponen lemak air mata, defisiensi kelenjar air mata, defisiensikomponen musin,

akibat penguapan yang berlebihan, atau karena parut pada korneaatau menghilangnya mikrovil kornea. Pasien

akan mengeluh mata gatal, seperti berpasir, silau, penglihatan kabur. Pada mata didapatkan sekresi mukus

yang berlebihan. Sukar menggerakkan kelopak mata. Mata kering karena dengan erosikornea.

C. Tukak (ulkus) kornea

Merupakan hilangnya sebagian permukaan kornea akibatkematian jaringan kornea. Terbentuknya ulkus pada

kornea mungkin banyak ditemukan oleh adanya kolagenase yang dibentuk oleh sel epitel baru dan selradang.

Tukak kornea perifer dapat disebabkan oleh reaksi toksik, alergi, autoimun,dan infeksi. Infeksi pada kornea perifer

biasanya oleh kuman Staphylococcusaureus , H. influenzae , dan M. lacunata.

D. Ulkus Mooren

Adalah suatu ulkus menahun superfisial yang dimulai dari tepikornea dengan bagian tepinya tergaung dan

berjalan progresif tanpa kecenderungan perforasi. Lambat laun ulkus ini mengenai seluruh kornea. Penyebab

ulkus Moorensampai sekarang belum diketahui. Banyak teori yang diajukan dan diduga penyebabnya

hipersensitivitas terhadap protein tuberkulosis, virus, autoimun, danalergi terhadap toksin ankilostoma. Penyakit

ini lebih sering terdapat pada wanitausia pertengahan.

E. Glaukoma akut

Mata merah dengan penglihatan turun mendadak biasanya merupakan glaukoma sudut tertutup. Pada

glaukoma sudut tertutup akut, tekanan intraokular meningkat mendadak. Terjadi pada pasien dengan sudut bilik

matasempit. Cairan mata yang berada di belakang iris tidak dapat mengalir melalui pupil, sehingga mendorong

iris ke depan, mencegah keluarnya cairan mata melalui sudut bilik mata (mekanisme blokade pupil). Biasanya

terjadi pada usia lebih daripada 40 tahun.

Pada glaukoma primer sudut tertutup akut, terdapat anamnesa yang khas sekali berupa nyeri pada mata yang

mendapat serangan yang berlangsung beberapa jam dan hilang setelah tidur sebentar. Melihat palangi (halo)

sekitar lampu dan keadaan ini merupakan stadium prodromal. Terdapat gejala gastrointestinal berupa enek dan

muntah yang kadang-kadang mengaburkan gejala daripadaserangan glaukoma akut.

LI. 4.Mampu Memahami dan Menjelaskan konjungtivitis

LO 4.1 Memahami dan menjelaskan definisi konjungtivitis

Konjungtivitis merupakan peradangan pada konjungtiva (lapisan luar mata dan lapisan dalam kelopak mata)

yang disebabkan oleh mikro-organisme (virus, bakteri, jamur, chlamidia), alergi, iritasi bahan-bahan kimia

Konjungtivitis lebih dikenal sebagai pink eye, yaitu adanya inflamasi pada konjungtiva atau peradangan pada

konjungtiva, selaput bening yang menutupi bagian berwarna putih pada mata dan permukaan bagian dalam

kelopak mata. Konjungtivitis terkadang dapat ditandai dengan mata berwarna sangat merah dan menyebar begitu

cepat dan biasanya menyebabkan mata rusak. Beberapa jenis konjungtivitis dapat hilang dengan sendiri, tetapi

ada juga yang memerlukan pengobatan. (Effendi, 2008).

Konjungtivitis biasanya tidak ganas dan bisa sembuh sendiri. Dapat juga menjadi kronik dan hal ini

mengindikasikan perubahan degeneratif atau kerusakan akibat serangan akut yang berulang. Klien sering datang

dengan keluhan mata merah. Pada konjungtivitis didapatkan hiperemia dan injeksi konjungtiva, sedangkan pada

iritasi konjungtiva hanya injeksi konjungtiva dan biasanya terjadi karena mata lelah, kurang tidur,asap, debu dan

lain-lain.

LO 4.2 Memahami dan menjelaskan epidemiologi konjungtivitis

Konjungtivitis adalah penyakit yang terjadi di seluruh dunia dan dapat diderita oleh seluruh masyarakat tanpa

dipengaruhi usia. Walaupun tidak ada dokumen yang secara rinci menjelaskan tentang prevalensi konjungtivitis,

tetapi keadaan ini sudah ditetapkan sebagai penyakit yang sering terjadi pada masyarakat (Chiang YP, dkk, 1995

dalam Rapuano et al, 2005).

Pada anak, sering terjadi keratokonjungtivitis vernal, sedangkan keratokonjungtivitis atopik dan alergika

sering terjadi pada dewasa muda. Sekitar 1-3% pengguna kontak lensa terkena konjungtivitis papiler raksasa dan

10% neonatus mengalami konjungtivitis dengan berbagai penyebab. Konjungtivitis infeksius mengenai

perempuan dan laki-laki dengan insidens yang sama. Namun, konjungtivitis sicca lebih sering terjadi pada

perempuan. Sebaliknya, keratokonjungtivitis vernal dan konjungtivitis akibat kimia dan mekanik lebih sering

terjadi pada pria.

Di Indonesia penyakit ini masih banyak terdapat dan paling sering dihubungkan dengan kondisi lingkungan

yang tidak Hygiene.

LO 4.3 Memahami dan menjelaskan klasifikasi konjungtivitis

A. Konjungtivitis Bakteri

Pasien datang dengan keluhan mata merah, sekret mata, dan iritasi mata. Organisme penyebab tersering adalah

Staphylococcus, Streptococcus, Pneumococcus, danHaemophilus. Kondisi ini biasanya sembuh sendiri meski

obat tetes mata antibiotik spektrum luas akan mempercepat kesembuhan. Apusan konjungtiva untuk kultur

diindikasikan bila keadaan ini tidak menyembuh.Oftalmia neonatorum, yaitu konjungtivitis yang terjadi pada 28

hari pertamakehidupan neonatus, merupakan penyakit yang mudah dikenali. Apusan untuk kultur harus dilakukan.

Selain itu, penting untuk memeriksa kornea untuk menyingkirkan ulserasi.

Organisme penyebab tersering adalah:

Konjungtivitis bakteri (biasanya Gram positif).

Neisseria gonorrhoea

Pada kasus berat dapat menyebabkan perforasi kornea.Penisilin topikal dan sistemik masing-masing diberikan

untuk mengobati penyakitlokal dan sistemik.

Herpes simpleks

yang dapat menyebabkan parut kornea. Antivirus topikaldigunakan untuk mengobati keadaan ini.

Klamidia

Penyakit ini dapat menyebabkan konjungtivitis kronis dan parut korneayang dapat mengancam penglihatan. Salep

tetrasiklin topikal dan eritromisinsistemik masing-masing digunakan untuk mengobati penyakit lokal dan

sistemik.

1. Konjungtivitis blenore

Blenore neonaturum merupakan konjungtivitis pada bayi yang baru lahir. Penyebabnya adalah gonococ,

clamidia dan stapilococcus.

2. Konjungtivitis gonore

Radang konjungtiva akut yang disertai dengan sekret purulen. Pada neonatus infeksi ini terjadi pada saat berada

dijalan lahir. Pada orang dewasa penyakit ini didapatkan dari penularan penyakit kelamin pada kontak dengan

penderita uretritis atau gonore. Manifestasi klinis yang muncul pada bayi baru lahir adanya sekret kuning kental,

pada orang dewasa terdapat perasan sakit pada mata yang dapat disertai dengan tanda – tanda infeksi umum.

3. Konjungtivitis difteri

Radang konjungtiva yang disebabkan oleh bakteri difteri memberikan gambaran khusus berupa terbentuknya

membran pada konjungtiva

4. Konjungtivitis folikuler

5. Konjungtivitis angular

Peradangan konjungtiva yang terutama didapatkan didaerah kantus interpalpebra disertai ekskoriasi kulit

disekitar daerah peradangan, kongjungtivitis ini disebabkan oleh basil moraxella axenfeld.

6. Konjungtivitis mukopurulen

Kongjungtivitis ini disebabkan oleh staphylococcus, pneumococus, haemophylus aegepty. Gejala yang muncul

adalah terdapatnya hiperemia konjungtiva dengan sekret berlendir yang mengakibatkan kedua kelopak mata

lengket, pasien merasa seperti kelilipan, adanya gambaran pelangi ( halo).

7. Blefarokonjungivitis

Radang kelopak dan konjungtiva ini disebabkan oleh staphilococcus dengan keluhan utama gatal pada mata

disertai terbentuknya krusta pada tepi kelopak

B. Konjungtivitis Virus

Konjungtivitis ini dibedakan dari konjungtivitis bakteri berdasarkan:

Sekret berair dan purulen terbatas;

Adanya folikel konjungtiva dan pembesaran kelenjar getah bening preaurikular;

Selain itu mungkin juga terdapat edema kelopak dan lakrimasi berlebih.

Konjungtivitis ini merupakan penyakit yang sembuh sendiri namun sangat menular.

Organisme penyebab tersering adalah adenovirus dan yang lebih jarang,Coxsackie dan pikornavirus.

Adenovirus juga dapat menyebabkan konjungtivitis yang berhubungan dengan pembentukan pseudomembran

pada konjungtiva. Serotipeadenovirus tertentu juga menyebabkan keratitis pungtata yang menyulitkan.

Terapi untuk konjungtivitis ini tidak diperlukan, kecuali terdapat infeksi bakteri sekunder.

Pasien harus diberikan instruksi higiene untuk meminimalkan penyebaran infeksi (misal menggunakan handuk

yang berbeda). Terapi keratitis masih kontroversial.

Penggunaan steroid mengurangi gejala dan menyebabkan hilangnya opasitas kornea, namun inflamasi ulangan

(rebound inflammation) sering terjadi ketika steroid dihentikan.

1. Keratokonjungtivitis epidemika

Radang yang berjalan akut, disebabkan oleh adenovirus tipe 3,7,8 dan 19. Konjuntivitis ini bisa timbul sebagai

suatu epidemi. Penularan bisa melalui kolam renang selain dari pada wabah. Gejala klinis berupa demam dengan

mata seperti kelilipan, mata berair berat

2. Demam faringokonjungtiva

Kongjungtivitis demam faringokonjungtiva disebabkan infeksi virus. Kelainan ini akan memberikan gejala

demam, faringitis, sekret berair dan sedikit, yang mengenai satu atau kedua mata. Biasanya disebabkan adenovirus

tipe 2,4 dan 7 terutama mengenai remaja, yang disebarkan melalui sekret atau kolam renang.

3. Keratokonjungtivitis herpetik

Konjungtivitis herpetik biasanya ditemukan pada anak dibawah usia 2 tahun yang disertai ginggivostomatitis,

disebabkan oleh virus herpes simpleks.

4. Keratokonjungtivitis New Castle

Konjungtivitis new castle merupakan bentuk konjungtivitis yang ditemukan pada peternak unggas, yang

disebabkan oileh virus new castle. Gejala awal timbul perasaan adanya benda asing, silau dan berai pada mata,

kelopak mata membengkak

5. Konjungtivitis hemoragik akut

C. Konjungtivitis jamur

Infeksi jamur jarang terjadi, sedangkan 50% infeksi jamur yang terjadi tidak memperlihatkan gejala. Jamur

yang dapat memberikan infeksi pada konjungtivitis jamur adalah candida albicans dan actinomyces.

Infeksi Klamidia

Berbagai serotype Chlamydia trachomatis yang merupakan organisme intraselular obligat menyebabkan dua

bentuk infeksi mata.

a.Keratokonjungtivitis inklusi

Penyakit ini merupakan penyakit yang ditularkan secara seksual dan dapat berlangsung kronis (hingga 18

bulan), kecuali diterapidengan adekuat. Pasien datang dengan konjungtivitis folikular mukopurulen danterjadi

mikropanus (vaskularisasi dan parut kornea superfisial perifer) yang berhubungan dengan parut subepitel.

Uretritis dan servisitis sering terjadi.Diagnosis dikonfirmasi dengan deteksi antigen klamidia,

menggunakanimmunofluoresensi atau dengan identifikasi badan inklusi khas dari apusankonjungtiva atau

spesimen kerokan dengan pewarnaan Giemsa. Konjungtivitis inklusi diobati dengan tetrasiklin topikal dan

sistemik. Pasien harus dirujuk keklinik penyakit menular seksual.

b. Trakoma

Merupakan penyebab infektif kebutaan tersering di dunia, meski tidak sering terjadi di negara maju. Lalat

rumah merupakan vektor penyakit ini dan penyakit mudah berkembang dengan higiene yang buruk dan penduduk

yang padatdi iklim kering dan panas. Tanda penting penyakit ini adalah fibrosissubkonjungtiva yang disebabkan

oleh reinfeksi yang sering terjadi pada kondisitidak higienis. Kebutaan dapat terjadi karena parut kornea akibat

keratitis dantrikiasis berulang. Trakoma diobati dengan tetrasiklin atau eritromisin oral atautopikal. Azitromisin,

sebagai alternatif, hanya memerlukan sekali pemakaian.Entropion dan trikiasis membutuhkan koreksi bedah.

Konjungtivitis Alergi

Konjungtivitis alergi dapat dibagi menjadi akut dan kronis:

Akut (konjungtivitis demam hay).

Merupakan suatu bentuk reaksi akut yang diperantarai IgE terhadap alergen yang tersebar di udara (biasanya

serbuk sari).

Gejala dan tanda antara lain: rasa gatal, injeksi dan pembengkakan konjungtiva (kemosis), serta lakrimasi.

Konjungtivitis vernal (kataral musim semi)

juga diperantarai oleh IgE. Seringmengenai anak laki-laki dengan riwayat atopi. Dapat timbul sepanjang

tahun.Gejala dan tanda antara lain: rasa gatal, fotofobia, lakrimasi, konjungtivitis papilar pada lempeng tarsal

atas (papila dapat bersatu untuk membentuk cobblestone raksasa), folikel dan bintik putih pada limbus, lesi

pungtata pada epitel kornea, plak oval opak yang pada penyakit parah plak ini menggantikan zona bagian atas

epitelkornea.

Konjungtivitis flikten

Bakteri patogen yang paling umum pada konjungtivitis infeksi meliputi Pneumococcus, Staphylococcus

aureus, Moraxella catarrhalis, dan Haemophilus influenzae. Sedangkan yang jarang adalah Neisseria gonorrhoeae

menyebabkan konjungtivitis hiperakut purulenta, organismenya ditularkan dari genitalia ke tangan lalu ke mata.

Chlamydia adalah penyebab tersering dari konjungtivitis persisten.

Konjungtivitis viral dapat disebabkan oleh adenovirus, herpes simplex, Epstein-Barr, varicella zoster,

molluscum contagiosum, coxsackie, dan enterovirus. Adenoviral konjungtivitis biasanya menyebabkan epidemik

keratokonjungtivitis, follikular konjungtivitis, dan nonspesifik konjungtivitis. Virus picorna, atau enterovirus 70

menyebabkan konjungtivitis hemoragik epidemik akut. Konjungtivitis viral sangat menular dan menyebar

melalui kontak langsung dengan orang atau permukaan yang terkontaminasi oleh sekret.

Konjungtivitis alergi merupakan konjungtivitis noninfeksi, dapat berupa reaksi cepat seperti alergi biasa dan

reaksi terlambat sesudah beberapa hari kontak seperti pada reaksi terhadap obat, bakteri dan toksik. Umumnya

disebabkan oleh bahan kimia dan mudah diobati dengan antihistamin atau bahan vasokonstriktor. Dikenal

beberapa macam bentuk konjungtivitis alergi seperti konjungtivitis flikten, konjungtivitis vernal, konjungtivitis

atopi, konjungtivitis alergi bakteri, konjungtivitis alergi akut, konjungtivitis alergi kronik, sindrom Stevens

Johnson, pemfigoid okuli, dan sindrom Sjogren.

LO 4.4 Memahami dan menjelaskan etiologi Konjungtivitis

Patogen umum yang dapat menyebabkan konjungtivitis adalah Streptococcus pneumonia, Haemophilus

influenza, Staphylococcus aureus, Neisseria meningitides, sebagian besar strain adenovirus manusia, virus herpes

simpleks tipe1 dan 2, dan dua picornavirus. Dua agen yang ditularkan secara seksual dapat menimbulkan

konjungtivitis adalah Chlamydia trachomatis dan Neisseria gonorrhoeae (Vaughan, 2008).

Konjungtivitis dapat disebabkan oleh berbagai macam hal, seperti:

a. Konjungtivitis bakteri.

b. Konjungtivitis klamidia.

c. Konjungtivitis viral.

d. Konjungtivitis ricketsia.

e. Konjungtivitis jamur.

f. Konjungtivitis parasit.

g. Konjungtivitis alergi.

h. Konjungtivitis kimia atau iritatif (Vaughan, 2008).

LO 4.5 Memahami dan menjelaskan patofisiologi konjungtivitis

Konjungtiva mengandung epitel skuamosa yang tidak berkeratin dan substansia propria yang tipis, kaya

pembuluh darah. Konjungtiva juga memiliki kelenjar lakrimal aksesori dan sel goblet.

Konjungtivitis alergika disebabkan oleh respon imun tipe 1 terhadap alergen. Alergen terikat dengan sel mast

dan reaksi silang terhadap IgE terjadi, menyebabkan degranulasi dari sel mast dan permulaan dari reaksi

bertingkat dari peradangan. Hal ini menyebabkan pelepasan histamin dari sel mast, juga mediator lain termasuk

triptase, kimase, heparin, kondroitin sulfat, prostaglandin, tromboksan, dan leukotrien. histamin dan bradikinin

dengan segera menstimulasi nosiseptor, menyebabkan rasa gatal, peningkatan permeabilitas vaskuler,

vasodilatasi, kemerahan, dan injeksi konjungtiva.

Konjuntivitis infeksi timbul sebagai akibat penurunan daya imun penjamu dan kontaminasi eksternal. Patogen

yang infeksius dapat menginvasi dari tempat yang berdekatan atau dari jalur aliran darah dan bereplikasi di dalam

sel mukosa konjungtiva. Kedua infeksi bakterial dan viral memulai reaksi bertingkat dari peradangan leukosit

atau limfositik meyebabkan penarikan sel darah merah atau putih ke area tersebut. Sel darah putih ini mencapai

permukaan konjungtiva dan berakumulasi di sana dengan berpindah secara mudahnya melewati kapiler yang

berdilatasi dan tinggi permeabilitas.

Pertahanan tubuh primer terhadap infeksi adalah lapisan epitel yang menutupi konjungtiva. Rusaknya lapisan

ini memudahkan untuk terjadinya infeksi. Pertahanan sekunder adalah sistem imunologi (tear-film

immunoglobulin dan lisozyme) yang merangsang lakrimasi.

Konjungtiva karena lokasinya terpapar pada banyak mikroorganisme dan faktor lingkungan lain yang

menganggu. Beberapa mekanisme melindungi permukaan mata dari substansi luar. Pada film air mata, unsur

berairnya mengencerkan materi infeksi, mukus menangkap debris dan kerja memompa dari palpebra secara tetap

menghanyutkan air mata ke duktus air mata dan air mata mengandung substansi antimikroba termasuk lisozim.

Adanya agens perusak, menyebabkan cedera pada epitel konjungtiva yang diikuti edema epitel, kematian sel dan

eksfoliasi, hipertrofi epitel atau granuloma. Mungkin pula terdapat edema pada stroma konjungtiva ( kemosis )

dan hipertrofi lapis limfoid stroma ( pembentukan folikel ). Sel –sel radang bermigrasi dari stroma konjungtiva

melalui epitel ke permukaan. Sel – sel ini kemudian bergabung dengan fibrin dan mukus dari sel goblet,

membentuk eksudat konjungtiva yang menyebabkan perlengketan tepian palpebra saat bangun tidur.

Adanya peradangan pada konjungtiva ini menyebabkan dilatasi pembuluh – pembuluh konjungtiva posterior,

menyebabkan hiperemi yang tampak paling nyata pada forniks dan mengurang ke arah limbus. Pada hiperemia

konjungtiva ini biasanya didapatkan pembengkakan dan hipertrofi papila yang sering disertai sensasi benda asing

dan sensasi tergores, panas, atau gatal. Sensasi ini merangsang sekresi air mata. Transudasi ringan juga timbul

dari pembuluh darah yang hiperemia dan menambah jumlah air mata. Jika klien mengeluh sakit pada iris atau

badan silier berarti kornea terkena.

LO 4.6 Memahami dan menjelaskan manifestasi klinis konjungtivitis

Tanda-tanda konjungtivitis, yakni:

1. Kemerahan di forniks dan makin berkurang ke arah limbus karena dilatasi pembuluh-pembuluh konjungtiva

posterior (Hiperemia).

2. Produksi air mata berlebihan (epifora).

3. Eksudat yang berlapis-lapis dan amorf pada konjungtivitis bakteri dan berserabut pada konkungtivitis alergika

(eksudasi).

4. Terkulainya palpebra superior karena infiltrasi di otot Muller (pseudoptosis)

5. Penumpukan Limfosit di pembuluh darah (fliktenula)

6. Pengentalan (koagulum) di atas permukaan epitel (pseudomembran).

7. Edema dari konjungtiva mata (Chemosis) (Kanski, 2000).

Adapun smanifestasi sesuai klasifikasinya adalah sebagai berikut:

1. Konjungtivitis Alergi

- Edea berat sampai ringan pada konjungtivitas

- Rasa seperti terbakar

- Injekstion vaskuler pada konjungtivitas

- Air mata sering keluar sendiri

- Gatal-gatal adalah bentuk konjungtivitas yang paling berat

2. Konjungtivitis Bakteri

- Pelebaran pembuluh darah

- Edema konjungtiva sedang

- Air mata keluar terus

- Adanya secret atau kotoran pada mata

- Kerusakan kecil pada epitel kornea mungkin ditemukan

3. Konjungtivitis Viral

- Fotofobia

- Rasa seperti ada benda asing didalam mata

- Keluar air mata banyak

- Nyeri prorbital

- Apabila kornea terinfeksi bisa timbul kekeruhan pada kornea

- Kemerahan konjungtiva

- Ditemukan sedikit eksudat

4. Konjungtivitis Bakteri hiperakut

- Infeksi mata menunjukkan secret purulen yang massif

- Mata merah

- Iritasi

- Nyeri palpasi

- Biasanya terdapat kemosis

- Mata bengkak dan adenopati preaurikuler yang nyeri

5. Konjungtivitis Blenore

Tanda-tanda blenore adalah sebagai berikut:

- Ditularkan dari ibu yang menderita penyakit GO

- Menyebabkan penyebab utama oftalmia neinatorm

- Memberikan secret purulen padat secret yang kental

- Terlihat setelah lahir atau masa inkubasi antara 12 jam hingga 5 hari

- Perdarahan subkonjungtita dan kemotik

LO 4.7 Memahami dan menjelaskan diagnosis dan diagnosis banding konjungtivitis

Diagnosis Konjungtivitis

1. Sign & Simptom

Gejala penting konjungtivitis adalah sensasi benda asing, yaitu tergores atau panas, sensasi penuh di sekitar

mata, gatal dan fotofobia. Sensasi benda asing dan tergores atau terbakar sering berhubungan dengan edema dan

hipertrofi papiler yang biasanya menyertai hiperemi konjungtiva. Sakit pada iris atau corpus siliaris mengesankan

terkenanya kornea.

Tanda penting konjungtivitis adalah hiperemia, berair mata, eksudasi, pseudoptosis, hipertrofi papiler, kemosis

(edem stroma konjungtiva), folikel (hipertrofi lapis limfoid stroma), pseudomembranosa dan membran,

granuloma, dan adenopati pre-aurikuler

2. Pemeriksaan

Pemeriksaan mata awal termasuk pengukuran ketajaman visus, pemeriksaan eksternal dan slit-lamp

biomikroskopi.Pemeriksaan eksternal harus mencakup elemen berikut ini:

o Limfadenopati regional, terutama sekali preaurikuler

o Kulit: tanda-tanda rosacea, eksema, seborrhea

o Kelainan kelopak mata dan adneksa: pembengkakan, perubahan warna, malposisi, kelemahan, ulserasi,

nodul, ekimosis, keganasan

o Konjungtiva: bentuk injeksi, perdarahan subkonjungtiva, kemosis, perubahan sikatrikal, simblepharon,

massa, sekret

Slit-lamp biomikroskopi harus mencakup pemeriksaan yang hati-hati terhadap:

• Margo palpebra: inflamasi, ulserasi, sekret, nodul atau vesikel, nodul atau vesikel, sisa kulit berwarna darah,

keratinisasi

• Bulu mata: kerontokan bulu mata, kerak kulit, ketombe, telur kutu dan kutu

• Punctum lacrimal dan canaliculi: penonjolan, sekret

• Konjungtiva tarsal dan forniks

a. Adanya papila, folikel dan ukurannya

b. Perubahan sikatrikal, termasuk penonjolan ke dalam dan simblepharon

c. Membran dan psudomembran

d. Ulserasi

b. Perdarahan

c. Benda asing

d. Massa

e. Kelemahan palpebra

• Konjungtiva bulbar/limbus: folikel, edema, nodul, kemosis, kelemahan, papila, ulserasi, luka, flikten,

perdarahan, benda asing, keratinisasi

• Kornea

1. Defek epitelial

2. Keratopati punctata dan keratitis dendritik

3. Filamen

4. Ulserasi

5. Infiltrasi, termasuk infiltrat subepitelial dan flikten

6. Vaskularisasi

7. Keratik presipitat

• Bilik mata depan: rekasi inflamasi, sinekia, defek transiluminasi

• Corak pewarnaan: konjungtiva dan kornea

3. Pemeriksaan Penunjang

Kebanyakan kasus konjungtivitis dapat didiagnosa berdasarkan anamnesa dan pemeriksaan. Meskipun

demikian, pada beberapa kasus penambahan tes diagnostik membantu.

Pemeriksaan secara langsung dari kerokan atau getah mata setelah bahan tersebut dibuat sediaan yang dicat

dengan pengecatan gram atau giemsa dapat dijumpai sel-sel radang polimorfonuklear. Pada konjungtivitis yang

disebabkan alergi pada pengecatan dengan giemsa akan didapatkan sel-sel eosinofil. Pada pemeriksaan klinik

didapat adanya hiperemia konjungtiva, sekret atau getah mata dan edema konjungtiva.

1. Kultur

Kultur konjungtiva diindikasikan pada semua kasus yang dicurigai merupakan konjungtivitis infeksi neonatal.

Kultur bakteri juga dapat membantu untuk konjungtivitis purulen berat atau berulang pada semua grup usia dan

pada kasus dimana konjungtivitis tidak berespon terhadap pengobatan.

2. Kultur virus

Bukan merupakan pemeriksaan rutin untuk menetapkan diagnosa. Tes imunodiagnostik yang cepat dan

dilakukan dalam ruangan menggunakan antigen sudah tersedia untuk konjungtivitis adenovirus. Tes ini

mempunyai sensitifitas 88% sampai 89% dan spesifikasi 91% sampai 94%. Tes imunodiagnostik mungkin

tersedia untuk virus lain, tapi tidak diakui untuk spesimen dari okuler. PCR dapat digunakan untuk mendeteksi

DNA virus. Ketersediannya akan beragam tergantung dari kebijakan laboratorium.

3. Tes diagnostik klamidial

Kasus yang dicurigai konjungtivitis klamidial pada dewasa dan neonatus dapat dipastikan dengan pemeriksaan

laboratorium. Tes diagnostik yang berdasarkan imunologikal telah tersedia, meliputi tes antibodi imunofloresens

langsung dan enzyme-linked imunosorbent assay. Tes ini telah secara luas digantikan oleh PCR untuk spesimen

genital, dan, karena itu, ketersediaannya untuk spesimen konjungtival lebih terbatas. Ketersedian PCR untuk

mengetes sampel okuler beragam. Meskipun spesimen dari mata telah digunakan dengan performa yang

memuaskan, penggunaannya belum diperjelas oleh FDA.

4. Smear/sitologi

Smear untuk sitologi dan pewarnaan khusus (mis.,gram, giemsa) direkomendasikan pada kasus dicurigai

konjungtivitis infeksi pada neonatus, konjungtivitis kronik atau berulang, dan pada kasus dicurigai konjungtivitis

gonoccocal pada semua grup usia.

5. Biopsi

Biopsi konjungtiva dapat membantu pada kasus konjungtivitis yang tidak berespon pada terapi. Oleh karena

mata tersebut mungkin mengandung keganasan, biopsi langsung dapat menyelamatkan penglihatan dan juga

menyelamatkan hidup. Biopsi konjungtival dan tes diagnostik pewarnaan imunofloresens dapat membantu

menetapkan diagnosis dari penyakit seperti OMMP dan paraneoplastik sindrom. Biopsi dari konjungtiva bulbar

harus dilakukan dan sampel harus diambil dari area yang tidak terkena yang berdekatan dengan limbus dari mata

dengan peradangan aktif saat dicurigai sebagai OMMP. Pada kasus dicurigai karsinoma glandula sebasea, biopsi

palpebra seluruh ketebalan diindikasikan. Saat merencanakan biopsi, konsultasi preoperatif dengan ahli patologi

dianjurkan untuk meyakinkan penanganan dan pewarnaan spesimen yang tepat.

6. Tes darah

Tes fungsi tiroid diindikasikan untuk pasien dengan SLK yang tidak mengetahui menderita penyakit tiroid.

Konjungtivitis non-infeksius biasanya dapat didiagnosa berdasarkan riwayat pasien. Paparan bahan kimiawi

langsung terhadapa mata dapat mengindikasikan konjungtivitis toksik/kimiawi. Pada kasus yang dicurigai luka

percikan bahan kimia, pH okuler harus dites dan irigasi mata terus dilakukan hingga pH mencapai 7.

Konjungtivitis juga dapat disebabkan penggunaan lensa kontak atau iritasi mekanikal dari kelopak mata.

Diagnosis Banding

LO 4.8 Memahami dan menjelaskan penatalaksanaan konjungtivitis

Secara umum pengobatan dapat dilakukan dengan menggunakan sulfonamide (sulfacetamide 15%) atau

antibiotic (gentamycin 0,3%), chloramphenicol 0,5%. Konjungtivitis akibat alergi dapat diobati dengan

antihistamin (antazoline 0,5%, naphazoline 0,05%) atau dengan kortikosteroid (dexamentosone 0,1%). Umumnya

konjungtivitis dapat sembuhmtanpa pengobatan dalam waktu 10-14 hari, dan dengan pengobatan, sembuh dalam

waktu 1-3 hari.

Adapun penatalaksanaan konjungtivitis sesuai dengan klasifikasinya adalah sebagai berikut:

1. Konjungtivitis Bakteri

Sebelum terdapat hasil pemeriksaan mikrobiologi, dapat diberikan antibiotic tunggal, seperti gentamisin,

kloramfenikol, folimiksin selama 3-5 hari. kemudian bila tidak memberikan hasil yang baik, dihentikan dan

menunggu hasil pemeriksaan. Bila tidak ditemukan kuman dalam sediaan langsung, diberikan tetes mata disertai

antibiotic spectrum obat salep luas tiap jam mata untuk tidur atau salep mata 4-5 kali sehari.

2. Konjungtivitis Bakteri Hiperakut

• Pasien biasanya memerlukan perawatan di rumah sakit untuk terapi topical dan sistemik. Secret dibersihkan

dengan kapas yang dibasahi air bersih atau dengan garam fisiologik setiap ¼ jam.

• Kemudian diberi salep penisilin setiap ¼ jam.

Pengobatan biasanya dengan perawatan di rumah sakit dan terisolasi, medika menstosa :

• Penisilin tetes mata dapat diberikan dalam bentuk larutan penisilin G 10.000-20.000/ml setiap 1 menit sampai

30 menit.

• Kemudian salep diberikan setiap 5 menit selama 30 menit. Disusul pemberiansalep penisilin setiap 1 jam selama

3 hari.

• Antibiotika sistemik diberikan sesuai dengan pengobatan gonokokus.

• Pengobatan diberhentikan bila pada pemeriksaan mikroskopik yang dibuat setiap hari menghasilkan 3 kali

berturut-turut negative

3. Konjungtivitis Alergi

Penatalaksanaan keperawatan berupa kompres dingin dan menghindarkan penyebab pencetus penyakit. Dokter

biasanya memberikan obat antihistamin atau bahan vasokonstkiktor dan pemberian astringen, sodium kromolin,

steroid topical dosis rendah. Rasa sakit dapat dikurangi dengan membuang kerak-kerak dikelopak mata dengan

mengusap pelan-pelan dengan salin (gram fisiologi). Pemakaian pelindung seluloid pada mata yang sakit tidak

dianjurkan karena akan memberikan lingkungan yang baik bagi mikroorganisme.

4. Konjungtivitis Viral

Beberapa pasien mengalami perbaikan gejala setelah pemberian antihistamin/dekongestan topical. Kompres

hangat atau dingin dapat membantu memperbaiki gejala.

5. Penatalaksanaan pada konjungtivitis blenore berupa pemberian penisilin topical mata dibersihkan dari secret.

Pencegahan merupakan cara yang lebih aman yaitu dengan membersihkan mata bayi segera setelah lahir dengan

memberikan salep kloramfenikol. Pengobatan dokter biasnay disesuaikan dengan diagnosis. Pengobatan

konjungtivitis blenore :

• Penisilin topical tetes atau salep sesering mungkin. Tetes ini dapat diberikan setiap setengah jam pada

6 jam pertama disusul dengan setiap jam sampai terlihat tanda-tanda perbaikan.

• Suntikan pada bayi diberikan 50.000 U/KgBB selama 7 hari, karena bila tidak maka pemberian obat tidak akan

efektif.

• Kadang-kadang perlu diberikan bersama-sama dengan tetrasiklin infeksi chlamdya yang banyak terjadi.

LO 4.9 Memahami dan menjelaskan pencegahan konjungtivitis

a. Konjungtivitis mudah menular, karena itu sebelum dan sesudah membersihkan atau mengoleskan obat,

penderita harus mencuci tangannya bersih-bersih.

b. Usahakan untuk tidak menyentuh mata yang sehat sesudah menangani mata yang sakit

c. Jangan menggunakan handuk atau lap bersama dengan penghuni rumah lain

d. Gunakan lensa kontak sesuai dengan petunjuk dari dokter dan pabrik pembuatnya.

e. Mengganti sarung bantal dan handuk dengan yang bersih setiap hari.

f. Hindari berbagi bantal, handuk dan saputangan dengan orang lain.

g. Usahakan tangan tidak megang-megang wajah (kecuali untuk keperluan tertentu), dan hindari mengucek-

ngucek mata.

h. Bagi penderita konjungtivitis, hendaknya segera membuang tissue atau sejenisnya setelah membersihkan

kotoran mata.

LO 4.10 Memahami dan menjelaskan komplikasi konjungtivitis

Penyakit radang mata yang tidak segera ditangani/diobati bisa menyebabkan kerusakan pada mata/gangguan

pada mata dan menimbulkan komplikasi. Beberapa komplikasi dari konjungtivitis yang tidak tertangani

diantaranya:

1. glaukoma

2. katarak

3. ablasi retina

4. komplikasi pada konjungtivitis kataral teronik merupakan segala penyulit dari blefaritis seperti ekstropin,

trikiasis

5. komplikasi pada konjungtivitis purulenta seringnya berupa ulkus kornea

2. komplikasi pada konjungtivitis membranasea dan pseudomembranasea adalah bila sembuh akan

meninggalkan jaringan perut yang tebal di kornea yang dapat mengganggu penglihatan, lama- kelamaan

orang bisa menjadi buta

3. komplikasi konjungtivitis vernal adalah pembentukan jaringan sikratik dapat mengganggu penglihatan

LO 4.11 Memahami dan menjelaskan Prognosis konjungtivitis

Konjungtivitis pada umumnya merupakan self limited disease artinya dapat sembuh dengan sendirinya. Tanpa

pengobatan biasanya sembuh dalam 10-14 hari. Bila diobati sembuh dalam waktu 1-3 hari. Konjungtivitis karena

stafilokokus sering kali menjadi kronis.

LI. 5.Mampu Memahami dan Menjelaskan tentang menjaga dan memelihara kesehatan mata dalam islam

Mata sesungguhnya adalah gerbang maksiat, apabila tidak digunakan dengan baik sesuai tuntunan islam. Barang

siapa yang tidak dapat menahan pandangan mata sangat mungkin akan menjerumuskan nya pada zina dan maksiat.

Rasulullah adalah orang yang sangat menjaga pandangannya, beliau sangat berhati-hati dalam memandang yang

dilarang Islam. Diantarannya dari melihat wanita yang bukan mahramnya.

“katakanlah kepada orang laki-laki beriman, hendaklah mereka menahan pandangannya dan pelihara

kemaluannya. Yang demikian itu adalah lebih suci bagi mereka dan sesungguhnya Allah maha mengetahui apa

yang mereka perbuat.’ Dan katakanlah kepada wanita yang beriman, hendaklah mereka menahan pandangannya

dan memelihara kemaluannya.” (QS.An-Nuur [24]: 30-31).

Pandangan yg sesat adalah panah2 setan, sedangkan setan itu tidak menginginkan apapun dari manusia selain

keburukan dan kebinasaan. Oleh karena itu, penjagaan kita terhadapnya adalah salah satu kunci pokok jalan

keselamatan, Jalan menuju kebahagiaan yang sesunguhnya.

Pandangan liar yang kita lakukan diluar dari ajaran islam sesungguhnya dapat mengikis dan mengurangi iman

kita. Iman tidak runtuh secara langsung, namun perlahan-lahan tapi pasti. Itu merupakan jurus setan yang paling

efektif agar iman manusia menjadi rontok dan hilang.

Marilah kita mencontoh rasulullah untuk tidak memandang yang diharamkan Allah, ingatlah sewaktu rasulullah

memalingkan/menggerakkan wajah sahabat (Al-Fadl) yang memandang seorang wanita asing dengan sengaja

ketika ihram. Marilah kita ingat sabda-sabdanya yang menyuruh kita bersungguh-sungguh menahan pandangan

dengan lawan jenis, kecuali pada hal-hal tertentu yaitu pengajaran, jual beli, kesaksian, kedokteran, dsb yang

diperbolehkan Islam.

Ayo kita bersama-sama taburi hati kita dengan firman-firman Allah yang menjanjikan bahwa barang siapa yang

menjaga dirinya dari perbuatan yang Allah haramkan, maka Allah akan mengaruniai kecintaan kepada hamba-Nya

itu. Ayo jagalah pandangan kita agar terjaga dengan baik dan akan membuat kita merasakan manisnya iman dan

lezatnya beribadah. Subhanallah.

“ sesungguhnya terdapat dalam diri Rasulullah saw suri teladan yang baik bagi kamu (yaitu) bagi siapa yang

mengharap (rahmat) Allah dan (kebahagiaan) hari akhir dan banyak menyebut nama Allah.” (QS.Al-Ahzab [33]:

21)

Perintah menjaga pandangan

” katakanlah kepada orang- orang beriman ( laki-laki) hendaknya menjaga pandangan mereka dan memelihara

kemaluan mereka, karena yang demikian itu membersihkan jiwa mereka dan sesungguhnya Allah Maha

Mengetahui dengan apa yang mereka lakukan. Dan katakanlah kepada wanita hendaknya mereka menjaga

pandangan mereka dan memelihara kemaluan mereka” (Qs. An-Nur (24): 30-31)

Firman Allah tentang mata

“Bukanakah kami telah memberikan kepadanya dua buah mata” (Qs. Al-Balad (90): 8)

Sang imam gojali di dalam kitabnya ihya ulmuddin menyabutkan, bahwa mata adalah panglima hati hamper semua

perasaan dan perilaku awalnya picu oleh pandangan mata. Bila mata di biarkan memandang itu di benci dan di

larang maka pemiliknya berada di tepi jurang bahaya meskipun dia tidak sungguh- sungguh jatuh kedalam jurang

Daftar Pustaka

Corwin, Elisabeth J. 2000. Patofisiologi. Jakarta: EGC

Gunawan SG, Setiabudy R, Nafrialdi (2007) Farmakologi dan Terapi edisi 5, Jakarta, Balai Penerbit FKUI

http://edwea.multiply.com/journal/item/245/10_Faedah_Menjaga_Pandangan

http://repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/31458/4/Chapter%20II.pdf

http://repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/32585/4/Chapter%20II.pdf

Ilyas, Sidarta.2006. Ilmu Penyakit Mata Edisi kelima. Jakarta : Balai Penerbit FKUI

Mansjoer A., Triyanti K, dkk. (2001). Kapita Selekta Kedokteran Edisi ke-3 jilid 1. Jakarta : Media

Aesculapius

Sherwood, Lauralee.2001. Fisiologi Manusia dari Sel ke Sistem Edisi 2. Jakarta : EGC

Sloane, Ethel. 2003. Anatomi dan Fisiologi. Jakarta : EGC

Snell, Richard.S. 2006. Anatomi Klinik untuk Mahasiswa Kedokteran Edisi 6. Jakarta. EGC

Sudoyo,Aru W,dkk.2006.Ilmu Penyakit Dalam edisi 4 jilid 2.jakarta:balai pustaka FKUI