Makalah Mata Merah
-
Upload
axbar-arieph -
Category
Documents
-
view
381 -
download
3
description
Transcript of Makalah Mata Merah
Mata Merah
Mata Merah = Mata Yang Berwarna Merah
Visus = Tajam Penglihatan
Jadi, Mata merah menandakan suatu peradangan atau inflamasi mata yang secara
klinis penampakan ini yang disebabkan oleh pelebaran pembuluh darah di konjungtiva
yang disebut injeksi konjungtiva.
Keluhan mata merah dapat dibagi menjadi mata merah dengan visus normal dan
mata merah dengan visus menurun. Dengan terminologi semacam ini, akan lebih mudah
mengarah kepada suatu diagnosis.
MACAM MATA MERAH VISUS NORMAL
Blefaritis yaitu radang pada kelopak atau tepi kelopak mata
http://medicinestuffs.blogspot.com/2008/01/blefaritis.html
Etiologi
Blefaritis adalah radang pada kelopak mata. Radang yang sering terjadi pada
kelopak merupakan radang kelopak dan tepi kelopak. Radang bertukak atau tidak pada
tepi kelopak bisanya melibatkan folikel dan kelenjar rambut. Blefaritis ditandai dengan
pembentukan minyak berlebihan di dalam kelenjar di dekat kelopak mata yang
merupakan lingkungan yang disukai oleh bakteri yang dalam keadaan normal ditemukan
di kulit. Blefaritis dapat disebabkan infeksi bakteri Stafilokok, Streptococus alpha, Beta
hemolyticus, Pneumoko, Pseudomonas, dan bisa juga karena alergi yang biasanya
berjalan kronis atau menahun. Blefaritis alergi dapat terjadi akibat debu, asap, bahan
kimia, iritatif, dan bahan kosmetik. Infeksi kelopak dapat disebabkan kuman
streptococcus alfa atau beta, pneumococcus, dan pseudomonas. Di kenal bentuk blefaritis
skuamosa, blefaritis ulseratif, dan blefaritis angularis.
Gejala
Gejala umum pada blefaritis adalah kelopak mata merah, bengkak, sakit, eksudat
lengket dan epiforia. Blefaritis sering disertai dengan konjungtivitis dan keratitis.
Biasanya blefaritis sebelum diobati dibersihkan dengan garam fisiologik hangat, dan
kemudian diberikan antibiotik yang sesuia. Penyulit blefaritis yang dapat timbul adalah
konjungtivitis, keratitis, hordeolum, kalazoin, dan madarosis.
Menurut pengklasifikasian blefaritis dibagi 6 macam, yaitu :
1. Blefaritis superficial
Bila infeksi kelopak superfisial disebabkan oleh staphylococcus maka
pengobatan yang terbaik adalah dengan salep antibiotik seperti sulfasetamid
dan sulfisolksazol. Sebelum pemberian antibiotik krusta diangkat dengan kapas
basah. Bila terjadi blefaritis menahun maka dilakukan penekanan manual
kelenjar Meibom untuk mengeluarkan nanah dari kelenjar Meibom
(Meibormianitis), yang biasanya menyertai.1
2. Blefaritis Seboroik
Blefaritis sebore biasanya terjadi pada laki-laki usia lanjut (50 Tahun),
dengan keluhan mata kotor, panas dan rasa kelilipan. Gejalanya adalah sekret
yang keluar dari kelenjar Meiborn, air mata berbusa pada kantus lateral,
hiperemia dan hipertropi papil pada konjungtiva. Pada kelopak dapat terbentuk
kalazion, hordeolum, madarosis, poliosis dan jaringan keropeng.
Blefaritis seboroik merupakan peradangan menahun yang sukar
penanganannya. Pengobatannya adalah dengan memperbaiki kebersihan dan
membersihkan kelopak dari kotoran. Dilakukan pembersihan dengan kapas lidi
hangat. Kompres hangat selama 5-10 menit. Kelenjar Meibom ditekan dan
dibersihkan dengan shampoo bayi. Penyulit yang dapat timbul berupa flikten,
keratitis marginal, tukak kornea, vaskularisasi, hordeolum dan madarosis.
3. Blefaritis Skuamosa
Blefaritis skuamosa adalah blefaritis disertai terdapatnya skuama atau
krusta pada pangkal bulu mata yang bila dikupas tidak mengakibatkan
terjadinya luka kulit. Merupakan peradangan tepi kelopak terutama yang
mengenai kulit di daerah akar bulu mata dan sering terdapat pada orang yang
berambut minyak. Blefaritis ini berjalan bersama dermatitik seboroik.
Penyebab blefaritis skuamosa adalah kelainan metabolik ataupun oleh
jamur. Pasien dengan blefaritis skuamosa akan terasa panas dan gatal. Pada
blefaritis skuamosa terdapat sisik berwarna halus-halus dan penebalan margo
palpebra disertai madarosis. Sisik ini mudah dikupas dari dasarnya
mengakibatkan perdarahan. Pengobatan blefaritis skuamosa ialah dengan
membersihkan tepi kelopak dengan shampoo bayi, salep mata, dan steroid
setempat disertai dengan memperbaiki metabolisme pasien. Penyulit yang
dapat terjadi pada blefaritis skuamosa adalah keratitis, konjungtivitis.
4. Blefaritis Ulseratif
Merupakan peradangan tepi kelopak atau blefaritis dengan tukak akibat
infeksi staphylococcus. Pada blefaritis ulseratif terdapat keropeng berwarna
kekunung-kuningan yang bila diangkat akan terlihat ulkus yang yang kecil dan
mengeluarkan dfarah di sekitar bulu mata. Pada blewfaritis ulseratif skuama
yang terbentuk bersifat kering dan keras, yang bila diangkat akan luka dengan
disertai perdarahan. Penyakit bersifat sangat infeksius. Ulserasi berjalan lebih
lanjut dan lebih dalam dan merusak folikel rambut sehingga mengakibatkan
rontok (madarosis).
Pengobatan dengan antibiotik dan higiene yang baik. Pengobatan pada
blefaritis ulseratif dapat dengan sulfasetamid, gentamisin atau basitrasin.
Biasanya disebabkan stafilokok maka diberi obat staphylococcus. Apabila
ulseratif luas pengobatan harus ditambah antibiotik sistemik dan diberi
roboransia.
Penyulit adalah madarosis akibat ulserasi berjalan lanjut yang merusak
folikel rambut, trikiasis, keratitis superfisial, keratitis pungtata, hordeolum dan
kalazion. Bila ulkus kelopak ini sembuh maka akan terjadi tarikan jaringan
parut yang juga dapat berakibat trikiasis.
5. Blefaritis angularis
Blefaritis angularis merupakan infeksi staphylococcus pada tepi
kelopak di sudut kelopak atau kantus. Blefaritis angularis yang mengenai sudut
kelopak mata (kantus eksternus dan internus) sehingga dapat mengakibatkan
gangguan pada fungsi puntum lakrimal. Blefariris angularis disebabkan
Staphylococcus aureus. Biasanya kelainan ini bersifat rekuren.
Blefaritis angularis diobati dengan sulfa, tetrasiklin dan Sengsulfat.
Penyulit pada pungtum lakrimal bagian medial sudut mata yang akan menyumbat
duktus lakrimal.
6. Meibomianitis
Merupakan infeksi pada kelenjar Meibom yang akan mengakibatkan
tanda peradangan lokal pada kelenjar tersebut. Meibomianitis menahun perlu
pengobatan kompres hangat, penekanan dan pengeluaran nanah dari dalam
berulang kali disertai antibiotik lokal.
Pengobatan utama adalah membersihkan pinggiran kelopak mata untuk
mengangkat minyak yang merupakan makanan bagi bakteri. Bisa digunakan
sampo bayi atau pembersih khusus. Untuk membantu membasmi bakteri kadang
diberikan salep antibiotik (misalnya erythromycin atau sulfacetamide) atau
antibiotik per-oral (misalnya tetracycline). Jika terdapat dermatitis seboroik, harus
diobati. Jika terdapat kutu, bisa dihilangkan dengan mengoleskan jeli petroleum
pada dasar bulu mata
PENATALAKSANAAN
Pengobatan utama adalah membersihkan pinggiran kelopak mata untuk
mengangkat minyak yang merupakan makanan bagi bakteri. Bisa digunakan
sampo bayi atau pembersih khusus. Untuk membantu membasmi bakteri kadang
diberikan salep antibiotik (misalnya erythromycin atau sulfacetamide) atau
antibiotik per-oral (misalnya tetracycline). Jika terdapat dermatitis seboroik, harus
diobati. Jika terdapat kutu, bisa dihilangkan dengan mengoleskan jeli petroleum
pada dasar bulu mata
Skleritis
Yaitu radang kronis granulamotosa pada sklera yang ditandai dengan
destruksi kolagen, infiltrasi sel, dan vaskulitis. Biasanya bilateral sering terjadi
pada wanita. yang ditandai olehdestruksi kolagen, sebukan sel dan kelainan vaskular yang
mengisyaratkan adanya vaskulitis.2.
http://www.scribd.com/doc/81592931/SKLERITIS
http://cipoohaku.blogspot.com/2012/06/skreritis.html
ETIOLOGI
Pada banyak kasus, kelainan-kelainan skelritis murni diperantarai oleh
prosesimunologi yakni terjadi reaksi tipe IV (hipersensitifitas tipe lambat) dan
tipe III (kompleksimun) dan disertai penyakit sistemik. Pada beberapa kasus,
mungkin terjadi invasi mikrobalangsung, dan pada sejumlah kasus proses imunologisnya
tampaknya dicetuskan oleh proses- proses lokal, misalnya bedah katarak.Berikut ini adalah
beberapa penyebab skleritis, yaitu:Penyakit Autoimun Spondilitis ankylosing,
Artritis rheumatoid, Poliartritis nodosa,Polikondritis berulang, Granulomatosis
Wegener, Lupus eritematosus sistemik, Piodermagangrenosum, Kolitis
ulserativa,Nefropati IgA, Artritis psoriatik Penyakit GranulomatosaTuberkulosis,
Sifilis, Sarkoidosis, Lepra, Sindrom Vogt-Koyanagi-Harada (jarang)
Gangguanmetabolik Gout, Tirotoksikosis, Penyakit jantung rematik aktif Infeksi
Onkoserkiasis,Toksoplasmosis, Herpes Zoster, Herpes Simpleks, Infeksi oleh
Pseudomonas,Aspergillus,Streptococcus, Staphylococcus Lain-lain Fisik (radiasi,
luka bakar termal), Kimia (luka bakar asam atau basa), Mekanis (cedera tembus),
Limfoma, Rosasea, Pasca ekstraksi katarak Tidak diketahui4.
Skleritis diklasifikasikan menjadi 3 antara lain:
1. Episkleritis
a. Simple
Biasanya jinak, sering bilateral, reaksi inflamasi terjadi pada usia muda yang
berpotensi mengalami rekurensi3.Gejala klinis yang muncul berupa rasa tidak nyaman
pada mata, disertai berbagai derajat inflamasi dan fotofobia. Terdapat pelebaran pembuluh
darah baik difus maupunsegmental. Wanita lebih banyak terkena daripada pria dan sering
mengenai usia decade 40 an.
b. Nodular
Baik bentuk maupun insidensinya hampir sama dengan bentuk simple
scleritis. Sekitar30% penyebab skleritis nodular dihubungkan dengan dengan penyakit
sistemik, 5% dihubungkan dengan penyakit kolagen vaskular seperti artritis rematoid, 7%
dihubungkan dengan herpeszoster oftalmikus dan 3% dihubungkan dengan gout.
2. Skleritis Anterior
Skleritis dapat diklasifikasikan menjadi anterior atau posterior.
Empat tipe dari skleritis anterior adalah:
a) Diffuse anterior scleritis.
Ditandai dengan peradangan yang meluas pada seluruh permukaan sklera.
Merupakan skleritis yang paling umum terjadi.
b) Nodular anterior scleritis.Ditandai dengan adanya satu atau lebih
nodulradang yang eritem, tidak dapat digerakkan, dan nyeri pada sklera
anterior.Sekitar 20% kasus berkembang menjadi skleritis nekrosis.
c) Necrotizing anterior scleritis with inflammation. Biasa mengikuti penyakit
sistemik seperti rheumatoid arthtitis. Nyeri sangat berat dan
d) kerusakan padasklera terlihat jelas. Apabila disertai dengan inflamasi
kornea, dikenal sebagai sklerokeratitis.
e) Necrotizing anterior scleritis without inflammation. Biasa terjadi pada
pasien yang sudah lama menderita rheumatoid arthritis. Diakibatkan oleh
pembentukan nodul rematoid dan absennya gejala. Juga dikenal sebagai
3. Skleritis Posterior
Sebanyak 43% kasus skleritis posterior didiagnosis bersama dengan skleritis
anterior.Biasanya skleritis posterior ditandai dengan rasa nyeri dan penurunan
kemampuan melihat. Dari pemeriksaan objektif didapatkan adanya perubahan
fundus7, adanya perlengketan massa eksudat di sebagian retina, perlengketan cincin
koroid, massa di retina, udem nervus optikus dan udem makular. Inflamasi skleritis
posterior yang lanjut dapat menyebabkan ruang okuli anteriordangkal, proptosis,
pergerakan ekstra ocular yang terbatas dan retraksi kelopak mata bawah.
a) Dapat ditemukan tahanan gerakan mata, sensitivitas pada palpasi
danproptosis.
b) Dilatasi fundus dapat berguna dalam mengenali skleritis
posterior.Skleritis posterior dapat menimbulkan amelanotik koroidal.
c) Pemeriksaan funduskopi dapat menunjukan papiledema, lipatankoroid,
dan perdarahan atau ablasio retina.
PENATALAKSANAAN
Terapi skleritis disesuaikan dengan penyebabnya. Terapi awal skleritis adalah obat
antiinflamasi non-steroid sistemik. Obat pilihan adalah indometasin 100 mg perhari atau
ibuprofen300 mg perhari. Pada sebagian besar kasus, nyeri cepat mereda diikuti oleh
penguranganperadangan. Apabila tidak timbul respon dalam 1-2 minggu atau segera
setelah tampak penyumbatan vaskular harus segera dimulai terapi steroid sistemik dosis
tinggi. Steroid ini biasanya diberikan peroral yaitu prednison 80 mg perhari yang
ditirunkan dengan cepat dalam 2minggu sampai dosis pemeliharaan sekitar 10 mg
perhari. Kadangkala, penyakit yang beratmengharuskan terapi intravena berdenyut
dengan metil prednisolon 1 g setiap minggu. Obat-obat imunosupresif lain juga dapat
digunakan. 2 Siklofosfamid sangat bermanfaatapabila terdapat banyak kompleks imun
dalam darah. Tetapi steroid topikal saja tidak bermanfaattetapi dapat dapat menjadi terapi
tambahan untuk terapi sistemik. Apabila dapat diidentifikasiadanya infeksi, harus
diberikan terapi spesifik. Peran terapi steroid sistemik kemudian akanditentukan oleh sifat
proses penyakitnya, yakni apakah penyakitnya merupakan suatu responhipersensitif atau
efek dari invasi langsung mikroba.Tindakan bedah jarang dilakukan kecuali untuk
memperbaiki perforasi sklera ataukornea. Tindakan ini kemungkinan besar diperlukan
apabila terjadi kerusakan hebat akibat invasilangsung mikroba, atau pada granulomatosis
Wegener atau poliarteritis nodosa yang disertai penyulit perforasi kornea.Penipisan sklera
pada skleritis yang semata-mata akibat peradangan jarang menimbulkan perforasi kecuali
apabila juga terdapat galukoma atau terjadi trauma langsung terutama pada usaha
mengambil sediaan biopsy.
Tandur sklera pernah digunakan sebagai tindakan profilaktik dalam terapi
skleritis, tetapi tandur semacam itu tidak jarang mencair kecuali apabila juga disertai
pemberian kemoterapi. Skleromalasia perforans[ tidak terpengaruh oleh terapi kecuali
apabila terapi diberikanpada stadium paling dini penyakit. Karena pada stadium inijarang
timbul gejala, sebagian besarkasus tidak diobati sampai timbul penyulit.
.
Entropion
Yaitu suatu keadaan melipatnya margo palbebra ke arah dalam sehingga
silia akan tumbuh mengarah kedalam (trikiasis) yang menyebabkan komplikasi ke
konjungtiva dan kornea.
Etiologi
Spasme : Spasme adalah ketegangan otot meningkat akibat adanya rasa
nyeri. Hal ini terjadi sebagai bagian dari proteksi agar bagian tubuh
yang nyeri tidak bergerak sehingga tidak menimbulkan kerusakan
jaringan lebih parah. Spasme bersifat sementara dan dapat kembali
normal.
Sikatriks : Penonjolan kulit akibat penumpukan jaringan fibrosa sebagai
pengganti jaringan kolagen normal.
Penyebab paling umum adalah penuaan usia – jaringan yang menopang
kelopak mata bagian bawah menjadi lemah. Ini mengakibatkan pinggiran kelopak
mata menggulung kedalam. Kadang kala, kondisi ini juga disebabkan oleh luka
pada permukaan kelopak mata bagian dalam, karena peradangan, infeksi kronis
atau cidera.
Entropion yang berlangsung lama dan tidak dikoreksi dapat menyebabkan
luka secara bertahap pada kornea, juga meningkatkan resiko infeksi kornea.
Karena itu sangatlah penting untuk memperbaiki kondisi ini sebelum komplikasi
memperburuk penglihatan secara permanen. Jika entropion terjadi pada mata
katarak, disarankan untuk mengkoreksi ketidaknormalan kelopak mata terlebih
dahulu, sebelum operasi katarak.
Gejala
Bulu mata yang terus menerus bergesekan dengan kornea dan konjungtiva
dapat mengakibatkan gejala berikut:
1. Air mata berlebihan
2. Pengerakan kelopak mata dan keluarnya kotoran mata
3. Kesat atau terasa seperti berpasir
4. Nyeri ketika terpapar cahaya terang
5. Penglihatan buram
Patofisiologi
Terbentuknya jaringan parut akibat trauma atau radang kronis, seperti
trakoma. Juga bisa akibat spasme otot orbikularis okuli.
Penatalaksanaan
Harus diatasi segera dengan tarsotomi atau operasi plastik. Untuk
sementara dapat dilakukan epilasi silianya atau palpebra inferior ditarik dengan
plester ke arah temporal bawah dan ditempelkan di pipi.
Ektropion
Yaitu kelainan posisi kelopak mata, dimana tepi kelopak mata mengarah
keluar sehingga bagian dalam kelopak atau konjungtiva tarsal berhubungan
langsung dengan dunia luar.
Etiologi
Kebanyakan kasus ektropion terjadi akibat pengenduran jaringan
kelopak mata akibat penuaan. Beberapa kasus terjadi karena adanya jaringan
parut pada kelopak mata akibat luka bakar kimia maupun panas, truma, kanker
kulit atau pembedahan kelopak mata. Kadang ektropion merupakan bawaan lahir
akibat pembentukan kelopak mata yang tidak sempurna, disebabkan juga karena
kelainan kongenital, paralisis nervus, fasialis, senil, spastik, dan sikatrik.
Gejala
Epifora, dapat terjadi konjungtivitis, keratitis, lagoftalmos
Penanggulangan : Bedah Plastik bila di sebabkan konungtivitis menahun
blevaritis. Obati penyakitnya
Konjungtivitis Bakteri :
yaitu radang konjungtiva yangdisebabkan oleh bakteri dan mudah menular
Konjungtivitis Viral :
yaitu radang konjungtiva yang disebabkan virus
Konjungitivitis Viral biasanya disebabkan oleh Adenovirus. Penyakit ini sangat
tinggi tingkat penyebarannya, melalui respirasi atau sekresi air mata, baik secara
langsung maupun melalui bahan pengantar seperti handuk, sapu tangan yang
digunakan bersama.
Penyebab
Infeksi ini disebabkan Adenovirus.
Gambaran Klinis
− Timbul secara akut
− Mata merah dan berair
− Biasanya mengenai dua mata
− Dapat terjadi edema kelopak mata
− Pada konjungtiva akan terlihat folikel dan sekret serosa
− Pada kasus yang berat dapat terjadi subkonjungtiva, kemosis dan
pseudomembran
− Apabila terjadi keratitis, maka akan terlihat lesi putih di kornea dengan bentuk
pungtata di epitel atau sub-epitel dan dalam keadaan berat dapat terjadi di stroma
kornea.
Penatalaksanaan
− Pada umumnya penyakit ini dapat sembuh sendiri
− Pemberian steroid topikal (dapat dikombinasi dengan antibiotika) hanya
diberikan bila mata dirasakan sangat tidak nyaman, untuk mengurangi peradangan
atau terjadi gangguan penglihatan pada keratitis stromal.
Konjungtivitis Alergi :
yaitu radang konjungtiva akibat reaksi alergi terhadap noninfeksi
Etiologi dan Patogenesis Konjungtivitis Alergi
Etiologi dan Patogenesis Konjungtivitis Alergi:
Alergi merupakan suatu reaksi dari tubuh terhadap molekul yang dikenal
sebagai benda asing. Sebagai contoh, reaksi alergi adalah suatu bagian penting
dari sistem imun pertahanan tubuh. Ketika seseorang alergi terhadap sesuatu,
pertahanan tubuh akan bereaksi dan memproduksi zat kimia poten seperti
histamin. Histamin sangat berperan tehadapa gejala seperti lakrimasi, mata gatal,
dan beberapa gejala lainnya.
Reaksi alergi merupakan sebuah reaksi hipersensivitas dari sistem imun
tubuh terhadap benda asing yang dikenal sebagai alergen, di mana tubuh salah
mempersepsikan sebagai suatu pertahanan yang poten. Respon tersebut dapat
merupakan bawaan atau didapat. Adanya alergen pada konjungtiva memicu dua
respon imun secara stimultan, satu disebabkan oleh lepasnya mediator inflamasi
seperti histamin, dan yang kedua dari produksi asam arakhidonat dan konversinya
seperti prostaglandin.
Alergen terikat pada antibodi yang dikenal sebagai Imunoglobulin E (IgE),
kemudian menempel pada sel mast sehingga terjadi degranulasi. Dari degranulasi
tersebut keluarlah mediator-mediator yang sifatnya dapat bersifat langsung, tak
langsung, atau kombinasi keduanya. Dua mediator penting yang dilepaskan dari
sel mast yaitu histamin dan bradikinin, yang secara cepat menstimulasi nosiseptor,
menimbulkan sensasi rasa gatal. Selain itu, mediator tersebut juga meningkatkan
permeabilitas pembuluh darah (vasodilatasi). Hal ini sebagai penyebab timbulnya
merah dan injeksi konjungtiva pada mata.
Sementara itu, mediator lain yang dilepaskan dari sel mast mengirimkan
sinyal kimia yang memanggil eritrosit dan leukosit. Ketika sel-sel darah sampai,
dengan mudahnya mencapai permukaan konjungtiva melalui pembuluh darah
yang dilatasi dan tingginya permeabilitas kapiler. Seperti halnya histamin dan
bradikinin, prostaglandin secara langsung merangsang saraf tepi untuk
menghasilkan sensasi rasa gatal dan sakit, dan juga meningkatkan permeabilitas
vaskular dan vasodilatasi. Leukotrin khususnya sebagai pemanggil makrofag.
Masih belum jelas mengapa beberapa orang mempunyai alergi. Sekitar 10-
20% dari populasi mempunyai alergi. Gejala-gejala mulai muncul pada semua
umur, tetapi anak-anak dan dewasa muda lebih rentan terhadap alergi.
Beberapa penyebab timbulnya reaksi alergi di antaranya :
a. Alergen
b. Alergen adalah substansi yang menyebabkan rekasi alergi. Beberapa alergen
banyak ditemukan di sekitar kita. Kedua mata sering mengalami reaksi alergi
akibat terpapar pada lingkungan sekitar. Gejala-gejala pada mata dapat timbul
akibat dari kontak langsung zat alergen tersebut dengan konjungtiva atau
dapat juga akibat dari reaksi alergi yang lebih hebat.
c. Alergi kontak. Dapat timbul setelah penggunaan obat tetes mata atau kontak
lensa.
d. Alergen aerosol yang dapat menimbulkan gejala tersebut di antaranya :
- serbuk pohon, rumput, dan ilalang
- debu rumah
- spora jamur
- bulu dan kulit hewan
- parfum
Konjungtivitis Sika : yaitu suatu keadaan keringnya permukaan
konjungtiva akibat berkurangnya sekresi kelenjar lakrimal
MATA MERAH VISUS MENURUN
Mata Merah Visus Menurun merupakan keluhan utama mata merah dengan
visus menurun didapatkan pada keadaan :
1. peradangan kornea
2. peradangan uvea
3. glaukoma akut kongestif
4. dan endofialmitis
Dan Keadaan ini bersifat kedaruratan medik oleh sebab itu pengobatan harus
segera dilakukan. Pengobatan bersifat topikal, sistemik dari operatif.
KERATITIS Tempat terjadi di Peradangan pada kornea
Penyebab bakteri, virus, dan proses peradangan
Gejala = Mata merah, silau, Merasa Kelilipan, gangguan Kornea
Penanganan = Pemberian antibiotik, air mata buatan, dan sikloplegik
ULKUS KORNEA Yaitu hilangnya sebagian permukaan kornea akibat kematian
jaringan kornea.
Penyebab : Bakteri, jamur, Ancanthamoeba, harpes simpleks
Gejala : Mata Merah, Sakit ringan hingga berat, Fotofobia, penglihatan menurun,
kadang kotor.
Cara Mengetahui : Pemeriksaan sediaan langsung dan pemeriksaan jamur dengan
sediaan hapus KOH.
Penanganan : Pemberian sikloplegik serta antibiotik topikal dan subkonjungtiva
yang sesuai
Endoftelmitis Yaitu peradangan supuratif dalam bola mata
Penyebabnya : infeksi kuman atau jamr setelah trauma atau bedah ,atau secara
endogen akibat sepsis
Gejala : rasa sakit berat, kelopak merah, bengkak, dan sukar dibuka, terdapat pus,
konjungtiva kemosis dan merah, kornea keruh, bilik mata depan keruh kadang
disertai hipopion.
Penanganan : Menggunakan antibiotik topikal melalui periokular.
Uveitis Anterior Yaitu peradangan jaringan uvea anterior, terdiri dari iritis atau
irisidoklitis terjadi mendadak (6-8 minggu)
Penyebab : Trauma uvea atau invasi mikroorganisme atau agen lain dari luar
Gejala : Fotofobia, mata merah, sakit, menurunan penglihatan, sukar melihat
dekat, dan lakrimasi pada keadaan akut
Penanganan : Diberikan steroid tetes mata pada siang hari.
Glaukoma Akut Yaitu penyakit mata yang disebabkan oleh tekanan intra okuler
yang mendadak meningkat tinggi
Gejala : 1. Primer (timbul pada mata bakat bawaanberupa sudut
bilik mata depan yang sempit pada kedua mata)
2. Sekunder (akibat penyakit mata lain)
Penanganan : Tekanan Intraokuler diturunkan dengan memberikan asetazolamid
500 mg dilanjutkan 4x250 mg, solusi gliserin 50% 4x 100-150 ml dalam air jeruk,
penghambat beta adrenergik 0,25%-0,5% 2x1 dan KCI 3x0,5 gr, dan tetes air
mata kortikostiroid dan antibiotik untuk mengurangi reaksi inflamasi.