CSS Mata Merah
-
Upload
adhein-ayu -
Category
Documents
-
view
100 -
download
3
description
Transcript of CSS Mata Merah
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Mata merah merupakan hal yang paling sering dikeluhkan penderita dan menjadi
salah satu alasan untuk memeriksakan diri ke dokter. Mata merah sering timbul
dan biasanya disebabkan oleh bakteria-bakteria, virus-virus, agen-agen yang
menyebabkan kepada alergi, pengganggu-pengganggu (irritants) dan agen-agen
racun, begitu juga pada penyakit yang mendasarinya dalam tubuh. Bentuk-bentuk
virus dan bakteria dari mata merah adalah umum pada masa kanak-kanak, namun
ia juga boleh berlaku kepada setiap peringkat umur. Bagaimanapun Secara
keseluruhannya, ada banyak penyebab-penyebab mata merah. Ini boleh
dikatogerikan sebagai yang terkena infeksi atau tidak terkena infeksi.
Bentuk-bentuk mata merah yang infeksi (menular) adalah sangat menular dan
disebarkan melalui kontak langsung dengan orang yang terinfeksi. Jika anda atau
anak anda mempunyai mata merah yang diinfeksi, hindari menyentuh bahagian-
bahagian mata dan cuci tangan-tangan anda seringkali, terutama setelah memakai
ubat-ubat pada kawasan mata. Jangan amalkan berkongsi tuala atau saputangan
dan buang kertas tisu setelah setiap penggunaan.
B. Tujuan
Tujuan pembuatan referat ini adalah :
1. Mengetahui pengertian, etiologi, klasifikasi, tanda dan gejala, serta
penatalaksanaan penyakit-penyakit yang mengalami kemerahan pada mata.
2. Memenuhi persyaratan untuk dapat mengikuti ujian pada akhir kepaniteraan
klinik di bagian ilmu kesehatan mata.
1
BAB II
ISI
Mata merah merupakan keluhan penderita yang sering kita dengar. Keluhan ini
timbul akibat terjadinya perubahan warna bola mata yang sebelumnya berwarna
putih menjadi merah.
Pada mata normal sclera terlihat berwarna putih karena sclera dapat terlihat
melalui bagian konjungtiva terjadi akibat bertambahnya asupan pembuluh darah
ataupun berkurangnya pengeluaran darah seperti pada pembendungan pembuluh
darah. Bila terjadi pelebaran pembuluh darah konjungtiva atau episklera atau
perdarahan antara konjungtiva dan sclera maka akan terlihat warna merah pada
mata yang sebelumnya berwarna putih.
Definisi
Mata merah akibat melebarnya pembuluh darah konjungtiva yang terjadi pada
peradangan mata akut, misalnya: konjungtivitis, keratitis, atau iridosiklitis. Pada
keratitis, pleksus arteri konjungtiva permukaan melebar, sedang pembuluh darah
arteri perikornea yang letak lebih dalam akan melebar pada iritis dan glaucoma
akut kongestif. Pada konjungtivitis di mana pembuluh darah superficial yang
melebar, maka bila diberi epinefrin topical akan terjadi vasokonstriksi sehingga
mata akan kembali putih.
Pada konjungtiva terdapat pembuluh darah:
1. Arteri konjungtiva posterior yang memperdarahi konjungtiva bulbi
2. Arteri siliar anterior atau episklera yang memberikan cabang:
2
a. Arteri episklera masuk ke dalam bola mata dan dengan arteri siliar
posterior longus bergabung membentuk arteri sirkular mayor atau
pleksus siliar, yang akan memperdarahi iris dan badan siliar.
b. Arteri perikornea, yang memperdarahi kornea.
c. Arteri episklera yang terletak di atas sclera, merupakan bagian
arteri siliar anterior yang memberikan perdarahan ke dalam bola
mata.
Bila terjadi pelebaran pembuluh-pembuluh darah di atas maka akan terjadi mata
merah.
Selain melebarnya pembuluh darah, mata merah dapat juga terjadi akibat
pecahnya salah satu dari kedua pembuluh darah di atas dan daraha tertimbun di
bawah jaringan konjungtiva. Keadaan ini disebut sebagai perdarahan
subkonjungtiva.
Pelebaran pada pembuluh darah dibagi menjadi dua yaitu:
1. Injeksi konjungtival
Melebarnya pembuluh darah arteri konjungtiva posterior atau injeksi
konjungtiva ini dapat terjadi akibat pengaruh mekanis, alergi, ataupun
infeksi pada jaringan konjungtiva.
Injeksi konjungtival mempunyai sifat:
- Mudah digerakan dari dasarnya. Hal ini disebabkan arteri konjungtiva
posterior melekat secara longgar pada konjungtiva bulbi yang mudah
dilepas dari dasarnya sclera,
- Pada radang konjungtiva pembuluh darah ini terutama didapatkan di
daerah forniks.
- Ukuran pembuluh darah makin besar pada bagian perifer, karena
asalnya dari bagian perifer atau arteri siliar anterior
- Warna pembuluh darah merah segar.
- Dengan tetes adrenalin 1:1000 injeksi akan lenyap sementara
- Gatal
3
- Fotofobia tidak ada
- Pupil ukuran normal dengan reaksi normal
2. Injeksi siliar
Melebarnya pembuluh darah perikornea (a. siliar anterior) atau injeksi
siliar atau injeksi perikornea terjadi akibat radang kornea, tukak kornea,
benda asing pada kornea, radang jaringan uvea, glaucoma, endoftalmitis
ataupun penoftalmitis.
Injeksi siliar ini mempunya sifat:
- Berwarna lebih ungu disbanding dengan pelebaran pembuluh darah
konjungtiva.
- Pembuluh darah tidak tampak.
- Tidak ikut serta dengan pergerakan konjungtiva bila digerakkan,
karena menempel erat dengan jaringan perikornea.
- Ukuran sangat halus terletak di sekitar kornea, paling padat sekitar
kornea dan berkurang kea rah forniks.
- Pembuluh darah perikornea tidak menciut bila diberi epinefrin atau
adrenalin 1:1000
- Hanya lakrimasi
- Fotofobia
- Sakit yang dalam sekitar kornea
- Pupil irregular kecil (iritis) dan lebar (glaucoma)
Injeksi
konjungtival
Injeksi siliar/
perikorneal
Injeksi episkleral
Asal
Memperdarahi
Lokalisasi
Warna
Arah aliran/lebar
a. konjungtiva
posterior
konjungtiva bulbi
konjungtiva
merah
ke perifer
a. siliar
kornea segmen
anterior
dasar konjungtiva
ungu
ke sentral
a. siliar longus
intraocular
episklera
merah gelap
ke sentral
4
Konjungtiva
digerakkan
Dengan epinefrin
1:1000
Penyakit
Sekret
Penglihatan
ikut bergerak
menciut
konjungtiva
+
Normal
tidak bergerak
tidak menciut
kornea, iris,
glaucoma
-
Menurun
tidak ikut bergerak
tidak menciut
glaucoma,
endoftalmitis,
panoftalmitis
-
Sangat turun
Mata merah yang disebabkan injeksi siliar atau injeksi konjungtival dapat
memberikan gejala bersama-sama dengan keluhan dan gejala tambahan lain
berikut:
1. Penglihatan menurun
2. Terdapat atau tidak terdapatnya sekret
3. Terdapat peningkatan tekanan bola mata pada keadaan mata merah
tertentu sehingga diperlukan pemeriksaan tekanan bola mata.
Umumnya pada mata merah terdapat beberapa kemungkinan penyebab seperti
konjungtivitis akut, iritis akut, keratitis, tukak kornea, skleritis, episkleritis,
glaucoma akut, endoftalmitis, panoftalmitis.
Mata merah dikategorikan menjadi dua yaitu, mata merah dengan penglihatan
normal, dan mata merah dengan penglihatan menurun akibat keruhnya media
penglihatan bersama-sama mata yang merah.
2.1 Mata Merah dengan Penglihatan Normal dan Tidak Kotor atau Belek
Pterigium
Pterigium adalah pertumbuhan jaringan fibrovaskuler konjungtiva dan
subkonjungtiva bulbi yang meluas ke kornea. Kelainan ini banyak ditemukan pada
penduduk yang hidup di daerah tropis, seperti Indonesia yang udaranya dominan
panas.
5
Penyebab pterigium sendiri belum diketahui secara pasti tapi diduga karena factor
iritasi dari luar seperti : sinar matahari, panas, debu dan angina. Karena itu untuk
mencegah timbulnya pterigium dapat dilakukan dengan cara menghindari paparan
sinar matahari (ultraviolet) dengan memakai kacamata hitam, topi atau payung.
Pterigium berdasarkan pertumbuhannya dibagi menjadi 4 stadium, yaitu:
Stadium 1 = puncak pterigium pada limbus
Stadium 2 = puncak pterigium mengenai kornea antara limbus dan
pertengahan jarak limbus ke tepi pupil.
Stadium 3 = puncak pterigium mengenal kornea antara pertengahan jarak
limbus ke tepi pupil dan tepi pupil.
Stadium 4 = puncak pterigium telah melewati tepi pupil
Pterigium jarang sampai menyebabkan kebutaan, kecuali selaput "daging tumbuh"
di mata meluas hingga menutupi seluruh area mata. Namun biasanya keluhan
iritasi dan mata menjadi terlihat menjijikkan sering menjadi alasan pasien untuk
datang berobat.
Keluhan yang sering terjadi pada penderita pterigium adalah mata sering merah,
penglihatan menjadi kabur dan sangat terasa sakit saat kena debu. Secara medis,
untuk mengatasi pterigium umumnya menggunakan obat tetes mata atau obat
minum yang mengandung antiinflamasi. Namun bila pterigium tersebut cukup
besar dan sangat mengganggu penglihatan, dapat dilakukan operasi.
Pseudopterygium
Pseudopterygium terjadi akibat pembentukan jaringan parut pada konjungtiva
yang berbeda dengan pterygium, dimana pada pseudopterygium terdapat adhesi
antara konjungtiva yang sikatrik dengan kornea dan sklera. Penyebabnya
termasuk cedera kornea, cedera kimiawi dan termal. Pseudopterygium
menyebabkan nyeri dan penglihatan ganda. Penanganan pseudopterygium adalah
6
dengan melisiskan adhesi, eksisi jaringan konjungtiva yang sikatrik dan menutupi
defek sklera dengan graft konjungtiva yang berasal dari aspek temporal.
Beda pterigium dan pseudopterigium
Pterigium Pseudopterigium
Sebab Proses degenerative Reaksi tubuh penyembuhan dari luka
bakar, GO, difteri, dll
Sonde Tak dapat dimasukkan di
bawahnya
dapat dimasukkan di bawahnya
kekambuha
n
Residif Tidak
Usia Dewasa Anak
Pinguekula
Pinguekula adalah suatu penonjolan berwarna putih kekuningan yang tumbuh di
dekat kornea. Ukurannya bisa semakin besar. Penyebabnya tidak diketahui tetapi
pertumbuhannya didukung oleh pemaparan sinar matahari dan iritasi mata.
Pinguekula tidak enak dilihat tetapi biasanya tidak menyebabkan masalah yang
serius dan tidak perlu dibuang/diangkat
Hematoma Subkonjungtiva
Hematoma subkonjungtiva dapat terjadi pada keadaan dimana pembuluh darah
rapuh (umur, hipertensi, arteriosklerosis, konjungtivitis hemorhagik, anemia,
pemakaian antikoagulan dan batuk rejan). Perdarahan juga dapat terjadi karena
trauma langsung atau tidak langsung. Biasanya tidak perlu pengobatan.
Episkleritis
Episkleritis adalah reaksi radang jaringan ikat vascular yang terletak antara
konjungtiva dan permukaan sklera. Episcleritis terjadi pada perempuan lebih
banyak daripada laki-laki dan paling sering terjadi antara usia 40 dan 50 tahun.
Ada dua jenis episkleritis.
7
Episcleritis simple. Ini adalah jenis yang paling umum dari episkleritis.
Peradangan biasanya ringan dan terjadi dengan cepat. Hanya berlangsung
selama sekitar tujuh sampai 10 hari dan akan hilang sepenuhnya setelah
dua sampai tiga minggu. Pasien dapat mengalami serangan dari kondisi
tersebut, biasanya setiap satu sampai tiga bulan. Penyebabnya seringkali
tidak diketahui.
Episkleritis nodular. Hal ini sering lebih menyakitkan daripada episkleritis
simple dan berlangsung lebih lama. Peradangan biasanya terbatas pada
satu bagian mata saja dan mungkin terdapat suatu daerah penonjolan atau
benjolan pada permukaan mata. Ini sering berkaitan dengan kondisi
kesehatan, seperti rheumatoid arthritis, colitis dan lupus.
Gejala episkleritis meliputi:
sakit mata dengan rasa nyeri atau sensasi terbakar
Mata merah pada bagian putih mata
Kepekaan terhadap cahaya
Tidak mempengaruhi visus
Episkleritis biasanya akan hilang sendiri dalam waktu sekitar 10 hari dan biasanya
tidak memerlukan pengobatan apapun.
Skleritis
Skleritis adalah radang kronis granulomatosa pada sklera yang ditandai dengan
dekstrusi kolagen, infiltrasi sel dan vaskulitis. Biasanya bilateral dan lebih sering
terjadi pada wanita. Sebagian besar disebabkan reaksi hipersensivitas tipe III dan
IV yang berkaitan dengan penyakit sistemik.
Manifestasi klinis dari skleritis yaitu rasa sakit yang menyebar ke dahi, alis, dan
dagu secara terus menerus, mata merah berair, fotofobia, dan penglihatan
menurun. Terlihat sklera bengkak, konjungtivita kemosis, injeksi sklera profunda,
dan terdapat benjolan berwarna sedikit lebih biru jingga. Sering terjadi bersama
iritis atau siklitis dan koroiditis anterior.
8
2.2 Mata Merah dengan Pengilhatan Normal dan Kotor atau Belek
Konjungtivitis
Konjungtivitis adalah suatu peradangan pada konjungtiva. Berdasarkan
penyebabnya, konjungtivitis dapat diklasifikasikan menjadi:
Infeksi
Bakterial
Virus
Parasit
Jamur
Noninfeksi
Iritasi yang tetap
(mata kering)
Alergi
Toksin
Berdasarkan perjalanan penyakitnya terbagi menjadi:
1. Konjungtivitis akut : biasanya dimulai pada satu mata yang menyebar ke
mata yang sebelahnya, terjadi kurang dari 4 minggu.
2. Konjungtivitis kronik : terjadi lebih dari 4 minggu.
Tanda –tanda konjungtivitis adalah:
Hiperemis konjungtiva bulbi (Injeksi konjungtiva). Kemerahan paling
nyata didaerah forniks dan berkurang ke arah limbus, disebabkan dilatasi
arteri konjungtiva posterior akibat adanya peradangan. Warna merah
terang mengesankan konjungtivitis bakterial, dan warna keputihan mirip
susu mengesankan konjungtivitis alergi.
Mata berair (Epiphora). Sekresi air mata diakibatkan oleh adanya sensasi
benda asing atau karena gatal.
Eksudasi (Sekret), terutama pada pagi hari. Pada konjungtivitis sekret
dapat bersifat:
Serous-mukous, kemungkinan disebabkan infeksi virus akut
Mukous (bening, kental), kemungkinan disebabkan alergi
9
Purulent/ Mukopurulen, kemungkinan disebabkan infeksi bakteri
Pseudoptosis, yaitu turunnya palpebra superior akibat kelopak mata
bengkak. Terdapat pada konjungtivitis berat seperti trachoma dan
keratokonjungtivitis epidemik.
Tanda lainnya adalah hipertrofi papila, kemosis konjungtiva, folikel (khas
terdapat pada konjungtivitis virus), pseudomembran dan membran, flikten, dan
limfadenopati preaurikuler.
Pemeriksaan laboratorium sekret konjungtiva bulbi akan memberikan gambaran
khusus untuk jenis infeksi, yang akan memperlihatkan tanda-tanda infeksi virus,
bakteri,jamur, atau alergi pada pemeriksaan sitologik.
Diagnosis Banding Konjungtivitis
Virus Bakteri Alergi Toksik
Gatal - - ++ -
Mata merah + ++ + +
Hemoragi + + - -
Sekret Serous
mucous
Purulen,
kuning,
krusta
Viscus -
Kemosis ± ++ ++ ±
Lakrimasi ++ + + ±
Folikel + - + ±
Papil - + + -
Pseudomembran ± ± - -
Pembesaran
kelenjar limfe
++ + - -
Panus - - - ±
Bersamaan
dengan keratitis
± ± - ±
10
Demam ± ± - -
Sitologi Granulosit Limposit,
monosit
Eosinofil Sel epitel,
granulosit
Terapi spesifik terhadap konjungtivitis tergantung temuan agen mikrobiologiknya.
Sambil menunggu hasil laboratorium, dapat diberikan terapi empirik dengan
antibiotika spektrum luas secara topikal atau sistemik, misalnya: gentamisin,
kloramfenicol, tobramisin, polimiksin, dll.
Konjungtivitis bakteri
Konjungtivitis bakteri merupakan penyakit infeksi pada konjuntiva mata
disebabkan oleh bakteri. Penyebab tersering oleh bakteri stapilococus,
streptokokus, chlamydia, gonococus. Konjuntivitis ringan merupakan penyakit
yang dapat sembuh sendiri atau dengan terapi antibiotik sudah dapat menekan
infeksinya, namun pada kasus infeksi berat seperti pada infeksi gonococus dapat
menyebabkan kebutaan.
Konjungtivitis bakteri akut
Konjungtivitis bakterial akut merupakan bentuk konjungtivitis murni dan biasanya
disebabkan oleh staphilococcus, streptococuss pnemonie, gonococcus,
haemofiluss influenza, dan pseudomonas
Konjungtivitis gonore
Radang konjungtiva akut yang disertai dengan sekret purulen. Pada neonatus
infeksi ini terjadi pada saat berada dijalan lahir. Pada orang dewasa penyakit ini
didapatkan dari penularan penyakit kelamin pada kontak dengan penderita
uretritis atau gonore
Manifestasi klinis yang muncul pada bayi baru lahir adanya sekret kuning kental,
pada orang dewasa terdapat perasan sakit pada mata yang dapat disertai dengan
tanda – tanda infeksi umum.
11
Konjungtivitis angular
Peradangan konjungtiva yang terutama didapatkan didaerah kantus interpalpebra
disertai ekskoriasi kulit disekitar daerah peradangan, kongjungtivitis ini
disebabkan oleh basil moraxella axenfeld.
Konjungtivitis mukopurulen
Kongjungtivitis ini disebabkan oleh staphylococcus, pneumococus, haemophylus
aegepty. Gejala yang muncul adalah terdapatnya hiperemia konjungtiva dengan
sekret berlendir yang mengakibatkan kedua kelopak mata lengket, pasien merasa
seperti kelilipan, adanya gambaran pelangi ( halo).
Oftalmia Neonatorum
Oftalmia Neonatorum (Konjungtivitis Neonatorum) adalah suatu infeksi mata
pada bayi baru lahir yang didapat ketika bayi melewati jalan lahir. Konjungtivitis
Neonatorum (Oftalmia Neonatorum) adalah suatu infeksi pada konjungtiva
(bagian putih mata) dan selaput yang melapisi kelopak mata.'' Penyebab:
Konjungtivitis neonatorum didapat ketika bayi melewati jalan lahir, dan
organisme penyebabnya adalah bakteri yang biasanya ditemukan di vagina Yang
paling sering menyebabkan konjungtivitis neonatorum adalah Chlamydia. Bakteri
lainnya adalah Streptococcus pneumoniae, Hemophilus influenzae dan Neisseria
gonorrhoeae (bakteri penyebab gonore). Virus juga bisa menyebabkan
konjungtivitis neonatorum, yang paling sering adalah virus herpes simpleks.
Konjungtivitis viral akut
Biasanya disebabkan oleh adenovirus atau suatu infeksi herpes simpleks. Infeksi
ini biasanya terjadi bersama – sama dengan infeksi saluran pernafasan atas.
Infeksi virus bisa sembuh dengan sendirinya setelah 3 minggu.
- Keratokonjungtivitis epidemik
Radang yang berjalan akut, disebabkan oleh adenovirus tipe 3,7,8 dan 19.
konjuntivitis ini bisa timbul sebagai suatu epidemi. Penularan bisa melalui kolam
12
renang selain dari pada wabah. Gejala klinis berupa demam dengan mata seperti
kelilipan, mata berair berat
- Demam faringokonjungtiva
Kongjungtivitis demam faringokonjungtiva disebabkan infeksi virus. Kelainan ini
akan memberikan gejala demam, faringitis, sekret berair dan sedikit, yang
mengenai satu atau kedua mata. Biasanya disebabkan adenovirus tipe 2,4 dan 7
terutama mengenai remaja, yang disebarkan melalui sekret atau kolam renang.
- Konjungtivitis herpetik
Konjungtivitis herpetik biasanya ditemukan pada anak dibawah usia 2 tahun yang
disertai ginggivostomatitis, disebabkan oleh virus herpes simpleks.
- Kongjungtivitis new castle
Konjungtivitis new castle merupakan bentuk konjungtivitis yang ditemukan pada
peternak unggas, yang disebabkan oileh virus new castle. Gejala awal tibul
perasaan adanya benda asing, silau dan berai pada mata, kelopak mata
membengkak
Konjungtivitis jamur
Infeksi jamur jarang terjadi, sedangkan 50% infeksi jamur yang terjadi tidak
memperlihatkan gejala. Jamur yang dapat memberikan infeksi pada konjungtivitis
jamur adalah candida albicans dan actinomyces.
Konjungtivitis Menahun
Konjungtivitis alergi adalah sebuah infeksi pada permukaan bola mata dan di
dalam kelompok mata yang diakibatkan oleh reaksi-reaksi alergi dan reaksi-reaksi
yang dimediasi imun. Konjungtivitis alergi umum terjadi di musim semi atau
musim panas. Jika terjadi pada musim. Jika terjadi pada musim demam karena
alergi jerami (hay fever) maka disebut sebagai konjungtivitis alergi musiman dan
jika terjadi sepanjang tahun disebut sebagai konjungtivitis perennial.
13
Konjungtivitis vernalis
Konjungtivitis vernalis adalah salah satu bentuk dari konjungtivitis yang
disebabkan oleh faktor alergi, disamping juga dipengaruhi oleh faktor, yakni;
iklim, usia, dan jenis kelamin.penyakit ini biasanya mengenai pasien muda antara
3-25 tahun. Pada laki-laki biasanya dimulai pada usia dibawah 10 tahun. Pada
umumnya penderita konjungtivitis vernalis mengeluh gatal, mata merah, dan
mengeluarkan sekret atau kotoran. Konjungtivitis karena virus atau alergi
mengeluarkan kotoran yang jernih.
Konjungtivitis flikten
Merupakan konjungtivitis nodular yang disebabkan alergi terhadap bakteri atau
antigen tertentu. Konjungtivitis flikten disebabkan karena alergi (hipersensitivitas
tipe IV) terhadap tuberkuloprotein, stafilokokus, limfogranuloma venerea,
leismaniasis, infeksi parasit, dan infeksi lain ditubuh. Kelainan ini sering pada
anak-anak yang hidup didaerah padat dengan kurang gizi sering mendapat radang
saluran nafas.
Kadang-kadang konjungtivitis flikten terlihat unilateral dan kadang-kadang
mengenai kedua mata. Pada konjungtiva tampak bintik putih yang dikelilingi
daerah hiperemi. Pada pasien akan terlihat kumpulan pembuluh darah yang
mengelilingi suatu tonjolan bulat dengan warna kuning kelabu seperti suatu
mikroabses yang terletak didekat limbus. Abses ini menjalar kearah sentral atau
kornea dan terdapat tidak hanya satu.
Pengobatan konjungtivitis flikten adalah dengan diberi steroid topikal, midriatik
bila terjadi penyulit pada kornea, pakai kaca mata hitam karena silau sehingga
sakit. Diperhatikan higiene mata dan diberi antibiotik salep mata waktu tidur dan
air mata buatan. Sebaikanya dicari penyebabnya seperti tuberkulosis, blefaritis
stafilokokus kronik dan lainya. Karena sering pada anak yang kurang gizi maka
sebaiknya diberi vitamin dan makanan tambahan.
14
Konjungtivitis iatrogenik
Konjungtivitis akibat pengobatan yang diberikan oleh dokter. Berbagai obat dapat
memberikan efek samping pada tubuh, demikian pula pada mata yang dapat
terjadi dalam bentuk konjungtivitis.
Sindrome Steven Johnson
Suatu penyakit eritem multiform yang berat (mayor). Penyakit ini ditemukan pada
orang muda usia sekitar 35 tahun. Penyebabnya diduga suatu reaksi alergi pada
orang yang mempunyai predisposisi alergi terhadap obat-obat sulfonamid,
barbiturat, salisilat. Ada yang beranggapan penyakit ini idiopatik dan sering
ditemukan sesudah suatu infeksi herpes simplek.
Kelainan ditandai dengan lesi pada kulit dan mukosa. Kelainan pada kulit berupa
lesi eritem yang dapat timbul mendadak dan tersebar secara simetris. Mata merah
dengan demam dan kelemahan umum dan sakit pada sensi merupakan keluhan
penderita dengan sindrom ini. Sindrom ini disertai gejala vesikel pada kulit,
bula,stromatitis ulseratif. Pada mata terdapat vaskularisasi kornea, parut
konjungtiva, konjungtiva kering, simblefaron, tukak dan perforasi kornea dapat
memberikan penyulit endoftalmitis. Kelainan mukosa dapat berupa konjungtivitis
pseudomembran. Pada keadaan lanjut dapat terjadi kelainan, yang sangat
menurunkan penglihatan.
Pengobatan bersifat simtomatik dengan pengobatan umum berupa kortikosteroid
sistemik dan infus cairan antibiotik. Pengobatan lokal pada mata berupa
pembersihan sekret yang timbul, midriatika, steroid topikal tidak banyak
berpengaruh dan penggunaan berkepanjangan akan berakibat perlunakan dan
perforasi kornea. , dan mencegah simbleferon. Pemberian kortikosteroid harus
hati-hati terhadap adanya herpes simplek.
Konjungtivitis atopic
15
Pasien dermatitis atopik (exzema) sering juga menderita keratokonjungtivitis
atopik. Tanda dan gejalanya adalah sensasi terbakar, sekret mata berlendir, merah,
fotofobia. Tepi palpebra eritematosa, dan konjungtiva tampak putih seperti susu.
Terdapat papila halus, namun papila raksasa tidak berkembang seperti
keratokonjungtivitis vernal, dan sering terdapat ditarsus inferior, berbeda dengan
papila raksasa pada keratokonjungtivitis vernal yang terdapat ditarsus superior.
Tanda-tanda kornea yang berat muncul pada perjalanan lanjut penyakit seperti
eksaserbasi konjungtivitis terjadi berulang kali. Timbul keratitis perifer superficial
yang diikuti dengan vaskularisasi. Pada kasus berat seluruh kornea tampak kabur
dan bervaskularisasi dan ketajaman penglihatan menurun, penyakit ini mungkin
sampai keratokonus.
Trakoma
Trakoma adalah suatu bentuk konjungtivitis folikular kronik yang disebabkan
oleh Chlamydia trachomatis. Cara penularan penyakit ini adalah melalui kontak
langsung dengan sekret penderita trakoma atau melalui alat-alat kebutuhan sehari-
hari seperti handuk, alat-alat kecantikan, dan lain-lain. Masa inkubasi rata 7 hari
(berkisar 5-14 hari).
Penyebabnya adalah virus dari golongan P.L.T (psitacosis lymphogranuloma
trachoma) yang disebut klamidozoa trakoma (chlamis = mantel, zoa = binatang).
Jika terjadi invasi kuman, bakteri ataupun virus, maka akan terjadi beberapa reaksi
di dalam jaringan tersebut diantaranya infiltrasi, eksudasi, nekrose, pembentukan
jaringan parut. Reaksi ini didapat juga di konjungtiva dan kornea, jika virus
trakoma memasuki jaringan ini.
Penyakit ini terbagi menjadi 4 stadium:
Stadium I :
Stadium insipien atau permulaan, ditandai dengan adanya folikel di konjungtiva
tarsal superior. Pada kornea di daerah limbus superior ada keratitis pungtata epitel
dan subepitel. Ada titik – titik hijau pada defek kornea yang menandakan ada
kelainan pada kornea kita.
16
Stadium II :
Stadium established atau nyata, ada folikel – folikel di konjungtiva tarsal superior
dan beberapa folikel sudah matur berwarna lebih abu – abu. Selain itu, pada
kornea ada keratitis superficial dan neovaskularisasi, yaitu pembuluh darah baru
yang berjalan dari limbus kearah kornea bagian atas. Susunan keduanya biasa
disebut pannus.
Stadium III :
Stadium parut. Pada stadium ini mulai terbentuk sikatrik pada folikel konjungtiva
tarsal superior yang ditandai dengan garis putih halus. Pannus di kornea lebih
terlihat nyata. Di stadium ini juga akan terlihat trikiasis sebagai penyulit.
Stadium IV :
Stadium trakoma sembuh (healed). Folikel di konjungtiva tarsal superior tidak
ditemukan lagi di stadium ini, yang ada hanya sikatrik. Pannus pun juga tidak
aktif lagi. Dapat dijumpai komplikasi berupa entropion sikatrisial, yaitu tepi
kelopak mata atas melengkung ke dalam yang disebabkan oleh sikatrik pada
tarsus. Pada entropion, deretan bulu mata ikut melengkung ke dalam ( trikiasis)
dan menggosok bola mata.
konjungtivitis dry eyes
Konjungtivitis sika atau konjungtivitis dry eyes adalah suatu keadaan keringnya
permukaan konjungtiva akibat berkurangnya sekresi kelenjar lakrimal. Terjadi
pada penyakit-penyakit yang menyebabkan defisiensi komponen lemak air mata,
kelenjar air mata, musin, akibat penguapan berlebihan, atau karena parut kornea
atau hilangnya mikrovili kornea. Bila terjadi bersama artritis reumatoid dan
penyakit autoimun lain, disebut sebagai sindrom Sjogren.
Pasien akan mengeluh gatal, mata seperti berpasir, silau, dan penglihatan kadang-
kadang kabur. Terdapat gejala sekresi mukus yang berlebihan, sukar
17
menggerakkan kelopak mata, mata tampak kering, dan terdapat erosi kornea. Pada
pemeriksaan terdapat edema konjungtiva bulbi, hiperemis, menebal, dan kusam.
Kadang terdapat benang mukus kekuning-kuningan pada forniks konjungtiva
bawah. Keluhan berkurang bila mata dipejamkan.
Defisiensi vitamin A
Dikenal beberapa klasifikasi defisiensi vitamin A di Indonesia, seperti klasifikasi
Ten Doeschate, yaitu:
- X0 : Hemeralopia
- X1 : Hemeralopia dengan xerosis konjungtiva dan Bitot
- X2 : Xerosis kornea
- X3 : keratomalasia
- X4 : stafiloma, ftisis bulbi
Kelainan X0 sampai X2 masih reversibel sedangkan X3 dan X4 ireversibel.
Klasifikasi The International Vitamin A Consultative Group di Haiti, yang
merupakan klasifikasi WHO, yaitu:
- X1A : xerosis konjungtiva
- X1B : bitot dengan xerosis konjungtiva
- X2 : xerosis kornea
- X3 : xerosis dengan tukak kornea
- X3B : keratomalasia
Catatan: XN : buta senja, night blindness
XF : fundus xeroftalmia
XS : parut (scar xeroftalmia
Toksis konjungtivitis folikular
Konjungtivitis folikular dapat terjadi akut dan kronik dimana dejala utama adalah
terbentuk folikel pada konjungtiva tarsal superior atau inferior.
Hipersensitifitas terhadap obat
18
Gejala dapat terjadi akut setelah beberapa kali sensitisasi, yang akan
memperlihatkan kelainan kulit dan kelopak. Penyebabnya dapat atropine,
fenilefrin, dan antibiotic.
Konjungtivitis kontak
Konjungtivitis kontak biasanya disebabkan miotika dan aminoglikosida. Dengan
gejala hyperemia, folikel, erosi epitel kornea, pannus. Pengobatan sama dengan
pada hopersensitif terhadap obat.
Keratokonjungtivitis limbus superior
Keratokonjungtivitis limbus superior merupakan peradangan konjungtiva bulbi
dan konjungtiva tarsus superior yang tidak diketahui sebabnya, disertai kelainan-
kelainan pada limbus bagian atas.
Penyakit ini biasanya bilateral, simetris terletak pada limbus sekitar jam 12. Dapat
juga unilateral. Lebih sering pada wanita. Kelainan ini bersifat menahun, disertai
remisi dan eksaserbasi dan diduga ada hubungannya dengan hipertiroid. Pada
keadaan yang ringan terdapat rasa tidak enak pada mata, sedangkan pada keadaan
yang berat dapat sampai terjadi blefarospasme dan rasa seperti ada benda asing.
Konjungtivitis membranosa
Konjungtivitis membranosa merupakan konjungtivitis dengan pembentukan
membrane yang menempel erat pada jaringan di bawah konjungtiva.
Pengangkatan membrane ini akan mengakibatkan perdarahan.
2.3 Mata Merah dengan Penglihatan Turun Mendadak
Keratitis Pungtata
Keratitis pungtata didefinisikan sebagai peradangan pada kornea, dimana dengan
slit lamp akan tampak bintik bintik kemerahan. Penyebab keratitis bisa karena
bakteri, virus maupun jamur.
19
Keratitis pungtata dibagi dua yaitu:
1. Keratitis pungtata superfisialis: memberikan gambaran seperti infiltrate
halus bertitik-titik pada permukaan kornea.
2. Keratitis subepitel: keratitis yang terkumpul di daerah membrane bowman.
Biasanya bilateral dan berjalan kronis.
Keratitis marginal
Keratitis marginal merupakan infiltrate yang tertimbun pada tepi kornea sejajar
dengan limbus. Pada mata akan terlihat blefarospasme pada satu mata, injeksi
konjungtiva, infiltrate atau ulkus yang memanjang, dangkal unilateral dapat
tunggal atau multiple, sering disertai neovaskularisasi dari arah limbus.
Keratitis interstisial
Keratitis yang ditemukan pada jaringan kornea yang lebih dalam. Biasanya pada
pasien akan mengeluhkan fotofobia, lakrimasi, dan menurunnya visus. Pada
keratitis interstisial maka keluhan bertahan seumur hidup.
Seluruh kornea keruh sehingga iris sukar dilihat. Permukaan kornea seperti
permukaan kaca. Terdapat injeksi siliar disertai dengan serbukan pembuluh ke
dalam sehingga memberikan gambaran merah kusam atau apa yang disebut
“salmon patch” dari Hutchinson. Seluruh kornea dapat berwarna merah cerah.
Keratitis bakterial
Setiap bakteri seperti staphylococcus, pseudomonas, dan Enterobacteriacea dapat
mengakibatkan keratitis bacterial.
Keratitis Jamur
Biasanya dimulai dengan suatu rudapaksa pada kornea oleh ranting pohon, daun,
dan bagian tumbuh-tumbuhan. Keluhan biasanya timbul 5 hari atau 3 minggu
pasca rudapaksa. Pada mata akan terlihat infiltrate yang berhifa dan satelit bila
terletak di dalam stroma.
20
Keratitis virus
Keratitis pungtata superficial memberikan gambaran seperti infiltrate halus
bertitik-titik pada dataran depan kornea yang dapat terjadi pada penyakit seperti
herpes simpleks, herpes zoster, infeksi virus, vaksinia, dan trakoma.
Keratitis yang terkumpul di daerah membrane bowman. Biasanya bersifat bilateral
dan berjalan kronis tanpa terlihat gejala kelainan konjungtiva ataupun tanda akut.
Keratokonjungtivitis epidemi
Keratitis yang terbentuk pada keratokonjungtivitis epidemic adalah akibat reaksi
peradangan kornea dan konjungtiva yang disebabkan oleh reaksi alergi terhadap
adenovirus tipe8. Ditemukan edema kelopak dan folikel konjungtiva,
pseudomembran pada konjungtiva tarsal yang dapat membentuk jaringan parut.
Keratitis Dimmer atau Keratitis Numularis
Bentuk keratitis dengan ditemukannya infiltrat yang bundar berkelompok dan di
tepinya berbatas tegas sehingga memberikan gambaran halo.
Keratitis filamentosa
Keratitis yang disertai adanya filament mukoid dan deskuamasi sel epitel pada
permukaan kornea. Gejalanya berupa rasa kelilipan, sakit, silai, blefarospasme,
dan epifora. Dapat berjalan menahun ataupun akut. Mata merah dan terdapat
defek epitel kornea.
Keratitis Alergi
Keratokonjungtivitis flikten Merupakan radang kornea dan konjungtiva yang
merupakan reaksi imun yang mungkin sel mediated pada jaringan yang sudah
sensitif terhadap antigen.
21
Keratitis Fasikularis
Keratitis dengan pembentukan pita pembuluh darah yang menjalar dari limbus ke
arah kornea.
Keratitis Konjungitivitis vernal
Merupakan penyakit rekuren, dengan peradangan tarsus dan konjungtiva bilateral.
Keratitis Lagoftalmus
Keratitis yang terjadi akibat adanya lagoftalmus di mana kelopak tidak dapat
menutup dengan sempurna sehingga terdapat kekeringan kornea.
Keratitis Neuroparalitik
Merupakan keratitis akibat kelainan saraf trigeminus, sehingga terdapat kekeruhan
kornea yang tidak sensitif disertai kekeringan kornea.
Keratokonjungtivitis Sika
Suatu keadaan keringnya permukaan kornea dan konjungtiva. Pengobatan
tergantung pada penyebabnya:
1. Pemberian air mata tiruan apabila yang kurang adalah komponen air
2. Pemberian lensa kontak apabila komponen mukus yang berkurang
3. Penutupan pungtum lakrima apabila terjadi penguapan yang berlebihan
Keratitis sklerotikan
Keratitis sklerotikan merupakan kekeruhan berbentuk segitiga pada kornea yang
menyertai radang sclera. Penyebab terjadinya proses ini diduga karena terjadi
perubahan susunan serat kolagen yang menetap. Keratitis sklerotikan akan
memberikan gejala berupa kekeruhan kornea yang terlokalisasi dan berbatas tegas
unilateral. Kornea terlihat putih menyerupai sclera
Ulkus Kornea
Ulkus Kornea adalah keadaan patologik kornea yang ditandai oleh adanya infiltrat
supuratif disertai defek kornea bergaung, diskontinuitas jaringan kornea dapat
terjadi dari epitel sampai stroma.
22
Ulkus kornea merupakan hilangnya sebagian permukaan kornea akibat kematian
jaringan kornea. Ulkus kornea yang luas memerlukan penanganan yang tepat dan
cepat uuntuk mencegah perluasan ulkus dan timbulnya komplikasi seperti
desmetokel, perforasi, endoftalmitis.
Bila pertahanan normal pada mata seperti epitel kornea mengalami gangguan,
resiko terjadinya infeksi sangat tinggi. Penyebab yang mungkin seperti trauma
langsung pada kornea, penyakit alis mata yang kronis, abnormalitas tear film yang
mengganggu keseimbangan permukaan bola mata dan trauma hipoksia akibat
pemakaian lensa kontak.
Koloni bakteri patologi pada lapisan kornea bersifat antigen dan akan melepaskan
enzim dan toksin. Hal ini akan mengaktifkan reaksi antigen antibodi yang
mengawali proses inflamasi. Sel-sel PMN pada kornea akan membentuk infiltrat.
PMN berfungsi memfagosit bakteri. Lapisan kolagen stroma dihancurkan oleh
bakteri dan enzim leukosit dan proses degradasi berlanjut meliputi nekrosis dan
penipisan. Karena penipisan lapisan ini, dapat terjadi perforasi menyebabkan
endoftalmitis. Bila kornea telah sembuh, dapat timbul jaringan sikatrik yang
menyebabkan penurunan tajam penglihatan. Bakteri gram positif lebih banyak
menjadi penyebab infeksi bakterialis di dunia bagian selatan. Psaeudomonas
aeruginosa paling banyak ditemukan pada ulkus kornea dan keratitis karena lensa
kontak.
Terbentuknya ulkus pada kornea mungkin banyak ditentukan oleh adanya
kolagenase yang dibentuk oleh sel epitel baru dan sel radang. Dikenal ada 2
bentuk tukak pada kornea, yaitu sentral dan marginal/perifer.
Tukak kornea sentral disebabkan oleh infeksi bakteri, jamur, dan virus.
Sedangkan perifer umumnya disebabkan oleh reaksi toksik, alergi, autoimun, dan
infeksi. Infeksi pada kornea perifer biasanya disebabkan oleh kuman Stafilokok
aureus, H. influenza, dan M. lacunata.
23
Ulkus Dan Infiltrat Marginal
Kebanyakan ulkus kornea marginal bersifat jinak namun sangat sakit. Ulkus ini
timbul akibat konjungtivitis bakteri akut atau menahun khususnya
blefarokonjungtivitis stafilokokus. Ulkus timbul akibat sensitisasi terhadap produk
bakteri, antibodi dari pembuluh limbus bereaksi dengan antigen yang telah
berdifusi melalui epitel kornea. Infiltrat dan ulkus marginal mulai berupa infiltrat
linier atau lonjong terpisah dari limbus oleh interval bening dan hanya pada
akhirnya menjadi ulkus dan mengalami vaskularisasi. Proses ini sembuh sendiri
umumnya setelah 7 sampai 10 hari. Terapi terhadap blefaritis umumnya dapat
mengatasi masalah ini, untuk beberapa kasus diperlukan kortikosteroid topikal
untuk mempersingkat perjalanan penyakit dan mengurangi gejala. Sebelum
mamekai kortikosteroid perlu dibedakan keadaan ini yang dulunya dikenal
sebagai ulserasi kornea catarrhal dari keratitis marginal.
Ulkus Mooren
Penyebab ulkus mooren belum diketahui namun diduga autoimun. Ulkus ini
termasuk ulkus marginal. Pada 60-80 kasus unilateral dan ditandai ekstravasi
limbus dan kornea perifer yang sakit dan progresif dan sering berakibat kerusakan
mata. Ulkus mooren paling sering terdapat pada usia tua namun agaknya tidak
berhubungan dengan penyakit sistemik yang sering diderita orang tua. Ulkus ini
tidak responsif terhadap antibiotik maupun kortikosteroid. Belakangan ini telah
dilakukan eksisi konjungtiva limbus melalui bedah dalam usaha untuk
menghilangkan substansi perangsang. Keratoplasi tektonik lamelar telah dipakai
dengan hasil baik pada kasus tertentu. Terapi imunosupresif sistemik ada
manfaatnya untuk penyakit yang telah lanjut.
Ulkus Kornea Sentral
Ulkus kornea sentral dapat disebabkan oleh pseudomonas, streptococcus,
pneumonia, virus, jamur, dan alergi. Pengobatan ulkus kornea secara umum
24
adalah dengan pemberian antibiotika yang sesuai dan sikloplegik. Pembentukan
parut akibat ulserasi kornea adalah penyebab utama kebutaan dan gangguan
penglihatan di seluruh dunia. Kebanyakan gangguan penglihatan ini dapat
dicegah, namun hanya bila diagnosis penyebabnya ditetapkan secara dini dan
diobati secara memadai. Ulserasi supuratif sentral dahulu hanya disebabkan oleh S
pneumonia. Tetapi akhir-akhir ini sebagai akibat luasnya penggunaan obat-obat
sistemik dan lokal (sekurang-kurangnya di negara-negara maju), bakteri, fungi,
dan virus opurtunistik cenderung lebih banyak menjadi penyebab ulkus kornea
daripada S pneumonia.
Ulkus Neuroparalitik
Ulkus ini terjadi karena adanya gangguan pada nervus V atau ganglion Gaseri.
Pada penyakit ini, kornea atau mata menjadi anestetik, dan reflek kedip mata
hilang, sehingga benda asing pada kornea dapat bertahan lama tanpa memberikan
keluhan dan kuman dapat berkembang biak tanpa dihambat daya tahan tubuh.
Kemudian terjadi pengelupasan epitel dan stroma kornea, dan berkembang
menjadi ulkus kornea.
Pengobatan : melindungi mata dan sering memerlukan tindakan blefarorafi.
Ulkus serpens akut
Tukak serpens atau ulkus serpenginosa akut berbentuk tukak kornea sentral yang
menjalar dengan bentuk khusus seperti binatang melata pada kornea. Penyakit ini
berjalan cepat dan disebabkan oleh kuman pneumokok.
Penyakit ini banyak terdapat pada petani, buruh tambang, orang-orang jompo,
orang dengan kesehatan yang buruk, atau pecandu alkohol dan obat bius.
Biasanya didahului oleh trauma yang merusak epitel kornea sehingga mudah
invasi ke dalam kornea.
Gejala : nyeri pada mata dan kelopak mata, silau, lakrimasi, dan visus menurun.
Kornea terlihat keruh mulai dari sentral, dengan ciri khas ulkus yang berbatas
25
lebih tegas pada sisi-sisi yang paling aktif disertai infiltrat yang berwarna
kekuning-kuningan yang mudah pecah dan menyebabkan pembentukan tukak.
Ulkus menyebar di permukaan kornea kemudian merambat lebih dalam yang
dapat diikuti dengan perforasi kornea. Ulkus ini ditandai dengan gejala khas
berupa adanya hipopion yang steril yang terjadi akibat rangsangan toksin kuman
pada badan siliar. Pada konjungtiva terdapat tanda-tanda peradangan yang berat
berupa injeksi konjungtiva dan injeksi siliar yang berat.
Pengobatan : antibiotik spektrum luas topikal tiap jam/lebih. Dapat ditambahkan
penisillin subkonjungtiva. Pada keadaan yang lanjut, dilakukan keratoplasti.
Penyulit : perforasi kornea yang berlanjut menjadi endoftalmitis dan
panoftalmitis.
Ulkus kornea Pseudomonas aeroginosa
Infeksi Pseudomonas aeroginosa merupakan infeksi yang paling sering terjadi dan
paling berat dari infeksi kuman pathogen gram negatif pada kornea. Kuman ini
mengeluarkan endotoksin dan sejumlah enzim ekstrasellular.
Diduga bahwa virulensi Pseudomonas pada kornea berhubungan erat dengan
produksi intracellular calcium activated protease yang mampu membuat
kerusakan serat pada stroma kornea. Dahulu zat ini diduga kolagenase, akan tetapi
sekarang disebut sebagai enzim proteoglycanolytik. Secara morfologik P.
aeroginosa tidak mungkin dibedakan dengan basil enterik gram negatif.lainnya
pada pemeriksaan hapus.
Pada pembiakan pseudomonas akan terdapat dua bentuk pigmen, piosianin dan
fluorescein yang lebih nyata pada pengocokan tabung cairan media.
Koloni dalam agar darah akan berwarna kelabu gelap agak kehijauan. Bau manis
yang tajam dikeluarkan media ini. Lesi dimulai dari daerah sentral kemudian
menyebar kesamping dan kedalam kornea.
26
Keratomikosis
Keratomikosis adalah suatu infeksi kornea oleh jamur. Biasanya dimulai dengan
suatu rudapaksa pada kornea oleh ranting pohon, daun, dan bagian tumbuh-
tumbuhan. Pada masa sekarang infeksi jamur bertambah pesat dan dianggap
sebagai akibat sampingan pemakaian antibiotik dan kortikosteroid yang kurang
tepat.
Gejala : sakit hebat pada mata dan silau setelah 5 hari -3 minggu post trauma.
Tukak terlihat menonjol di tengah kornea dan bercabang-cabang dengan
endothelium plaque. Pada kornea tedapat lesi gambaran satelit dan lipatan
Descemet disertai hipopion.
Sebaiknya dilakukan pemeriksaan mikroskopik dengan KOH 10%, dan biasanya
ditemukan hifa. Bahkan pada agar Saboraud dilakukan dengan kerokan pada
pinggir tukak kornea sesudah diberikan obat anestetikum, kemudian dibilas bersih
dan dibiakkan pada suhu 37°C.
Pengobatan dengan antimikosis seperti nistatin. Bila tidak terlihat kemajuan dapat
dilakukan keratoplasti. Penyulit : endoftalmitis.
Ulkus Ateromatosis
Ulkus ateromatosa adalah tukak terjadi pada jaringan parut kornea. Jaringan parut
kornea atau sikatriks pada kornea sangat rentan terhadap serangan infeksi. Ulkus
ateromatosis berkembang pesat ke segala arah. Pada ulkus ateromatosis sering
terjadi perforasi dan diikuti panoftalmitis. Keratoplasti merupakan tindakan yang
tepat bila mata dan penglihatan masih dapat diselamatkan.
Glaukoma akut
Glaukoma akut merupakan salah satu glaukoma sudut tertutup primer. Glaukoma
akut adalah suatu kondisi dimana terjadi aposisi iris dengan jalinan trabekular
pada sudut bilik mata. Saat kondisi iris terdorong atau menonjol kedepan maka
outflow humor akuos akan terhambat, keadaan ini dapat menyebabkan
27
peningkatan tekanan intraokular. Jika penutupan sudut terjadi secara mendadak,
maka gejala yang ditimbulkan sangat berat seperti: nyeri pada mata, sakit kepala,
pandangan kabur, halo, mual dan muntah.
Glaukoma akut merupakan suatu keadaan darurat mata yang memerlukan
penanganan segera untuk mencegah kerusakan nervus optikus yang dapat
menyebabkan kebutaan. Pengobatan medikamentosa harus dimulai secepat
mungkin untuk menurunkan tekanan intraokular, sebelum terapi definitif
iridektomi laser atau bedah dilakukan.
Diagnosa pasti ditegakkan berdasarkan gejala klinik dan hasil pemeriksaan
gonioskopi yang dapat memberikan bukti bahwa sudut bilik mata tertutup.
Glaukoma sudut tertutup primer sendiri dapat dibagi dalam 5 tingkatan dengan
perjalanan penyakitnya yang overlaping dan tidak selalu dimulai dari progresifitas
tingkat awal ke tingkat selanjutnya. Kombinasi ini dibagi sesuai dengan tingkatan
klinis, yaitu:
1. Glaukoma sudut tertutup suspek.
2. Glaukoma sudut tertutup intermitten (subakut).
3. Glaukoma sudut tertutup akut: kongesti dan post-kongesti.
4. Glaukoma sudut tertutup khronik: tanpa atau dengan glaukomatous damage
5. Glaukoma sudut tertutup absolut: merupakan tingkat terakhir dari glaukoma
akut, pada tingkatan ini mata sudah mengalami kebutaan total.
Gejala:
- Nyeri, merupakan tanda khas pada serangan akut yang terjadi secara
mendadak dan sangat nyeri pada mata di sekitar daerah inervasi cabang nervus
kranial V,
- Mual, muntah dan lemas, hal ini sering berhubungan dengan nyeri,
- Penurunan visus secara cepat dan progresif, hiperemis, fotofobia yang terjadi
pada semua kasus,
28
- Riwayat penyakit dahulu, kira-kira 5% pasien menyampaikan riwayat khas
serangan intermiten dari glaukoma sudut tertutup sub-akut.
Terapi medikamentosa
- Agen osmotic lebih efektif untuk menurunkan tekanan intra okular,
pemberiannya dianjurkan kepada pasien yang tidak mengalami emesis.
Pemberian anti emetik dapat membantu mencegah muntah akibat emesis.
Agen osmotik oral pada penggunaannya tidak boleh diencerkan dengan cairan
atau es, agar osmolaritas dan efisiensinya tidak menurun.
- Karbonik anhidrase inhibitor digunakan untuk menurunkan tekanan
intraokular yang tinggi, dengan menggunakan dosis maksimal dalam bentuk
intravena, oral atau topikal.
- miotik kuat, Pilokarpin 2% atau 4% setiap 15 menit sampai 4 kali pemberian
sebagai inisial terapi, diindikasikan untuk mencoba menghambat serangan
awal gloukoma akut. Penggunaannya ternyata tidak efektif pada serangan
yang sudah lebih dari 1-2 jam. Hal ini terjadi karena muskulus spingter pupil
sudah iskhemik sehingga tidak dapat merespon terhadap pilokarpin.
Pilokarpin diberikan satu tetes setiap 30 menit selama 1-2 jam. Pada umumnya
respon pupil negatif terhadap serangan yang telah berlangsung lama sehingga
menyebabkan atrofi otot spingter akibat iskhemia.
- Beta bloker merupakan terapi tambahan yang efektif untuk menangani
serangan sudut tertutup. Beta bloker dapat menurunkan tekanan intraokular
dengan cara mengurangi produksi humor akuos. Timolol merupakan beta
bloker nonselektif dengan aktifitas dan konsentrasi tertinggi di bilik mata
belakang yang dicapai dalam waktu 30 – 60 menit setelah pemberian topikal.
Beta bloker tetes mata nonselektif sebagai inisial terapi dapat diberikan 2 kali
dengan interval setiap 20 menit dan dapat diulang dalam 4, 8, dan 12 jam
kemudian.
Uveitis
29
Uveitis didefinisikan sebagai proses inflamasi pada salah satu atau semua bagian
dari uvea (iris, badan siliar/korpus siliar, dan koroid). Uvea merupakan lapisan
vaskular mata yang tersusun atas banyak pembuluh darah yang dapat memberikan
nutrisi kepada mata. Adanya peradangan pada area ini dapat mempengaruhi
elemen mata yang lain seperti kornea, retina, sklera, dan beberapa elemen mata
penting lainnya. Sehingga kadang gejala yang dikeluhkan pasien mirip dengan
penyakit mata yang lain. Adapun gejala yang sering dikeluhkan pasien uveitis
secara umum yaitu mata merah (hiperemis konjungtiva), mata nyeri, fotofobia,
pandangan mata menurun dan kabur, dan epifora.
Uveitis anterior; meliputi iritis, iridosiklitis dan siklitis anterior; yaitu peradangan
intraokular yang paling sering terjadi. Uveitis anterior dapat terjadi apabila terjadi
peradangan pada segmen anterior bola mata.
Gambaran klinis dari uveitis anterior antara lain: fotofobia, epifora, gatal yang
dalam dan tumpul pada daerah sekitar orbit mata dan sekitarnya. Gejala akan
memburuk apabila terpapar cahaya sehingga pasien sering datang ke pasien
dengan mengenakan kacamata. Epifora yang terjadi dihubungkan dengan
peningkatan stimulasi neuron dari kelenjar airmata, dan tidak ada hubungannya
dengan sensasi benda asing yang dirasakan.
30
Tajam penglihatan tidak selalu menurun drastis (20/40 atau kadang masih lebih
baik, walaupun pasien melaporkan pandangannya berkabut). Daya akomodasi
menjadi lebih sulit dan tidak nyaman. Inspeksi difokuskan pada kongesti palpebra
ringan hingga sedang dan menyebabkan pseudoptosis. Kadang dapat ditemukan
injeksi perilimbus dari konjungtiva dan sklera, walaupun konjungtiva palpebra
normal. Kornea dapat terlihat edem pada pemeriksaan slitlamp. Pada beberapa
kondisi yang lebih parah, dapat ditemukan deposit endotel berwarna coklat keabu-
abuan yang disebut keratic precipitates (KP).
Tanda patagonomis dari uveitis anterior adalah ditemukannya sel leukosit
(hipopion); dan flare (protein bebas yang lepas dari iris dan badan siliar yang
meradang; dan dapat ditemukan pada kamera okuli anterior sehingga kamera
okuli anterior tampat kotor dan berkabut). Iris dapat mengalami perlengketan
dengan kapsul lensa (sinekia posterior) atau kadang dapat terjadi perlengketan
dengan kornea perifer (sinekia anterior). Sebagai tambahan kadang terlihat nodul
granulomatosa pada stroma iris.
Tekanan intraokular dapat menurun karena penurunan sekresi dari badan siliar.
Namun saat reaksi berlangsung, produk peradangan dapat perakumulasi pada
trabekulum. Apabila debris ditemukan signifikan, dan apabila badan siliar
menghasilkan sekresi yang normal maka dapat terjadi peningkatan tekanan
intraokular dan menjadi glaukoma uveitis sekunder.
Sindrom vogt koyanagi harada
Sindrom vogt koyanagi harada (VKH) adalah suatu kelainan multisistem idiopatik
yang ditandai dengan panuveitis granulomatosa bilteral berupa iridosiklitis ablasio
retina eksudatif dan disertai manifestasi ektraokular berupa kelainan dermatologi
dan neurologis.
Endoftalmitis
Merupakan peradangan berat bola mata, biasanya akibat infeksi setelah trauma
atau bedah, atau endogen akibat sepsis. Berbentuk radang supuratif di dalam
31
rongga mata dan struktur di dalamnya. Peradangan supuratif di dalam bola mata
akan memberikan abses di dalam badan kaca.
Penyebab endoftalmitis supuratif adalah kuman dan jamur yang masuk bersama
trauma tembus (eksogen) atau sistemik melalui peredaran darah (endogen).
Endoftalmitis eksogen dapat terjadi akibat trauma tembus atau infeksi sekunder
pada tindakan pembedahan yang membuka bola mata. Endoftalmitis endogen
terjadi akibat penyebaran bakteri, jamur, ataupun parasit dari fokus infeksi di
dalam tubuh.
Bakteri yang sering menyebabkan endoftalmitis adalah stafilokok, streptokok,
pneumokok, pseudomonas, dan basil sublitis. Sedang jamur yang sering
menyebabkan endoftalmitis supuratif adalah aktinomises, aspergilus, fitomikosis
sportrikum dan kokidioides.
Peradangan yang disebabkan bakteri akan memberikan gejala klinik rasa sakit
yang sangat, kelopak merah dan bengkak, kelopak sukar dibuka, konjungtiva
kemotik dan merah, kornea keruh, bilik mata depan keruh yang kadang-kadang
disertai dengan hipopion. Kekeruhan ataupun abses di dalam badan kaca, akan
memberikan refleks pupil berwarna putih sehingga gambaran seperti
retinoblastoma atau pseudoretinoblastoma.
Bila hipopion sudah terlihat, maka prognosisnya buruk. Karena itu diagnosa yang
dini dan cepat harus dibuat untuk mencegah kebutaan pada mata.
Endoftalmitis akibat kuman kurang virulen tidak terlihat seminggu atau beberapa
minggu sesudah trauma atau pembedahan. Demikian juga infeksi jamur dapat
tidak terlihat sesudah beberapa hari atau minggu.
Endoftalmitis yang disebabkan jamur masa inkubasi lambat kadang-kadang
sampai 14 hari setelah infeksi dengan gejala mata merah dan sakit. Di dalam
badan kaca ditemukan masa putih abu-abu, hipopion ringan, bentuk abses satelit
di dalam badan kaca, dengan proyeksi sinar yang baik.
32
Endoftalmitis diobati dengan antibiotik melalui periolular atau subkonjungtiva.
Antibiotik topikal dan sistemik Ampisilin 2 gram/hari dan Kloramfenikol 3
gr/hari. Antibiotik yang sesuai untuk kausa bila kuman adalah stafilokok,
basitrasin (topikal), metisilin (subkonjungtiva dan IV). Sedang bila pnemokok,
streptokok dan stafilokok – Penisilin G (top, subkonj dan IV). Neisiria – Penisilin
G (top. Subkonj. dan IV).
Sikloplegik diberikan 3x sehari tetes mata. Kortikosteroid dapat diberikan dengan
hati-hati. Apabila pengobatan gagal dilakukan eviserasi. Enukleasi dilakukan bila
mata telah tenang dan ftisis bulbi. Penyebabnya jamur diberi Amfoterisin B150
mikrogram sub-konjungtiva.
Penyulit endoftalmitis adalah bila proses peradangan mengenai ketiga lapisan
mata (retina koroid dan sklera) dan badan kaca maka akan mengakibatkan
panoftalmitis. Prognosis endoftalmitis dan panoftalmitis sangat buruk terutama
bila disebabkan jamur atau parasit.
Endoftalmitis fakoanalitik
Endoftalmitis fakoanalitik merupakan endoftalmitis unilateral ataupun bilateral
yang merupakan reaksi uvea granulomatosa terhadap lensa yang mengalami
rupture. Merupakan suatu penyakit autoimun terhadap jaringan tubuh tidak
mengenal jaringan lensa yang tidak terletak di dalam kapsul (membrane basalis
lensa).
Protein lensa ini bersifat organ spesifik dan tidak spesies spesifik, pada badan
berbentuk antibody terhadap lensa sehingga terjadi reaksi antigen antibody yang
akan menimbulkan gejala endotalmitis fakoanalitik atau fakoantigenik.
Bila masa lensa keluar dari kapsul lensa pada katarak hipermatur dan lensa yang
keluar ini menimbulkan reaksi makrofag dan mengakibatkan tertutupnya saluran
33
cairan aliran air mata yang akan menimbulkan glaucoma maka akan terjadi
glaucoma fakolitik.
Kadang-kadang penyakit ini berjalan bersama trauma lensa yang menimbulkan
fakoanafilaktik sehingga terjadi uveitis simpatika.
Panoftalmitis
Merupakan peradangan seluruh bola mata termasuk sclera dan kapsul Tenon
sehingga bola mata merupakan rongga abses. Infeksi kedalam bola mata dapat
melalui peredaran darah (endogen) atau perforasi bol;a mata (eksogen) dan akibat
tukak kornea perforasi. Bila panoftalmitis akibat bakteri maka perjalanan penyakit
cepat dan berat, sedang bila akibat jamur perjalanan penyakit perlahan-lahan dan
gejala terlihat beberapa minggu setelah infeksi.
Panoftalmitis akan memberikan gejala kemunduran tajam penglihatan disertai rasa
sakit, mata menonjol, edem kelopak, konjungtiva kemotik, kornea keruh, bilik
mata dengan hipopion dan refleks putih di dalam fundus okuli.
Pengobatan panoftalmitis ialah dengan antibiotic dosis tinggi dan bila gejala
radang sangat berat dilakukan segera eviserasi isi bola mata.
Penyulit panoftalmitis dapat membentuk jaringan granulasi disertai vaskularisasi
dari koroid. Panoftalmitis dapat berakhir dengan terbentuknya jaringan fibrosis
yang akan mengakibatkan ftisis bulbi.
Oftalmika simpatika
Yaitu peradangan granulomatosa yang khas pada jaringan uvea, bersifat bilateral,
dan didahului oleh trauma tembus mata yang biasanya mengenai badan siliar,
bagian uvea lainnya, atau akibat adanya benda asing dalam mata.
34
BAB III
KESIMPULAN
1. Mata merah terbagi menjadi:
Mata Merah dengan Penglihatan Normal dan Tidak Kotor atau Belek
Mata Merah dengan Pengilhatan Normal dan Kotor atau Belek
Mata Merah dengan Penglihatan Turun Mendadak
2. Mata terlihat merah oleh karena melebarnya pembuluh darah atau pecahnya
salah satu dari kedua pembuluh darah di atas dan darah tertimbun di bawah
jaringan konjungtiva
35
DAFTAR PUSTAKA
1. http://dokteraldyfrisco.blogspot.com/2011/10/pterigyum.html diakses pada
Hari Sabtu, tanggal 4 Mei 2013, pukul 23.00
2. http://exdeath-health.blogspot.com/2008/03/ulkus-kornea.html diakses pada
Hari Minggu, tanggal 5 Mei 2013, pukul 23.30
3. http://fadilthegoldenboy.blogspot.com/2011/08/endoftalmitis.html diakses
pada Hari Sabtu, tanggal 4 Mei 2013, pukul 20.15
4. http://repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/25232/4/Chapter%20II.pdf
diakses pada Hari Minggu, tanggal 5 Mei 2013, pukul 23.00
5. http://sanirachman.blogspot.com/2010/09/konjungtivitis-
trakomatousa.html#ixzz2SR13UdSO diakses pada Hari Sabtu, tanggal 4 Mei
2013, pukul 20.00
6. http://sikkahoder.blogspot.com/2012/02/etiologi-klasifikasi-dan-
pembahasan.html#.UYblTEqaLbw diakses pada Hari Minggu, tanggal 5 Mei
2013, pukul 23.00
7. Ilyas, Sidarta, Prof. Dr, Sp M, Ilmu Penyakit Mata, Edisi ketiga, Jakarta :
Balai Penerbit FKUI, 2004.
8. Vaughan, Daniel G, Ashbury, Taylor, Riordan-Eva, Paul. Oftalmologi Umum.
Edisi 14. 1996. Jakarta : Widya Medika
36