Penatalaksanaan Sistem Gastrointestinal

25
1 PENATALAKSANAAN SISTEM GASTROINTESTINAL 1. Pemasangan Nasogastric Tube 1.1 Definisi NGT Nasogastric Tubes (NGT) sering digunakan untuk menghisap isi lambung, juga digunakan untuk memasukan obat-obatan dan makananan. NGT ini digunakan hanya dalam waktu yang singkat. (Metheny & Titler, 2001). Tindakan pemasangan Selang Nasogastrik adalah proses medis yaitu memasukkan sebuah selang plastik ( selang nasogastrik, NG tube) melalui hidung, melewatI tenggorokan dan terus sampai ke dalam lambung. (http://en.wikipedia.org/wiki/Nasogastric_intubation) Nasogastrik: Menunjuk kepada jalan dari hidung sampai ke lambung. Selang Nasogastrik adalah suatu selang yang dimasukkan melalui hidung ( melewati nasopharynx dan esophagus ) menuju ke lambung.Singkatan untuk Nasogastrik adalah NG. Selangnya disebut selang Nasogastrik. "Nasogastric" terdiri dari dua kata, dari bahasa Latin dan dari bahasa Yunani, Naso adalah suatu kata yang berhubungan dengan hidung dan berasal dari Latin “nasus”untuk hidung atau moncong hidung.

Transcript of Penatalaksanaan Sistem Gastrointestinal

Page 1: Penatalaksanaan Sistem Gastrointestinal

1

PENATALAKSANAAN SISTEM GASTROINTESTINAL

1. Pemasangan Nasogastric Tube

1.1 Definisi NGT

Nasogastric Tubes (NGT) sering digunakan untuk menghisap isi lambung,

juga digunakan untuk memasukan obat-obatan dan makananan. NGT ini

digunakan hanya dalam waktu yang singkat. (Metheny & Titler, 2001).

Tindakan pemasangan Selang Nasogastrik adalah proses medis yaitu

memasukkan sebuah selang plastik ( selang nasogastrik, NG tube) melalui hidung,

melewatI tenggorokan dan terus sampai ke dalam lambung.

(http://en.wikipedia.org/wiki/Nasogastric_intubation)

Nasogastrik: Menunjuk kepada jalan dari hidung sampai ke lambung.

Selang Nasogastrik adalah suatu selang yang dimasukkan melalui hidung

( melewati nasopharynx dan esophagus ) menuju ke lambung.Singkatan untuk

Nasogastrik adalah NG. Selangnya disebut selang Nasogastrik.

"Nasogastric" terdiri dari dua kata, dari bahasa Latin dan dari bahasa

Yunani, Naso adalah suatu kata yang berhubungan dengan hidung dan berasal dari

Latin “nasus”untuk hidung atau moncong hidung.

Gastik berasal dari bahasa Yunani “gaster” yang artinya the paunch ( perut

gendut ) atau yang berhubungan dengan perut. Istilah “nasogastric” bukanlah

istilah kuno melainkan sudah disebut pada tahun.1942 .

(http://www.medterms.com/script/main/art.asp?articlekey=9348)

Nasogastrik atau NG tube adalah suatu selang yang dimasukkan melalui

hidung sampai ke lambung. Sering digunakan untuk memberikan nutrisi dan obat-

obatan kepada seseorang yang tidak mampu untuk mengkonsumsi makanan,

cairan, dan obat-obatan secara oral.Juga dapat digunakan untuk mengeluarkan isi

dari lambung dengan cara disedot.

(http://dying.about.com/od/glossary/g/NG_tube.htm )

Page 2: Penatalaksanaan Sistem Gastrointestinal

2

NGT  adalah kependekan dari Nasogastric tube. alat ini adalah alat yang

digunakan untuk memasukkan nutsrisi cair dengan selang plasitic yang dipasang

melalui hidung sampai lambung. Ukuran NGT diantaranya di bagi menjadi 3

kategori yaitu:

1. Dewasa ukurannya 16-18 Fr

2. Anak-anak ukurannya 12-14 Fr

3. Bayi ukuran 6 Fr 

1.2. Tujuan Pemasangan NGT

1. Memberikan nutrisi pada pasien yang tidak sadar dan pasien yang

mengalami kesulitan menelan

2. Mencegah terjadinya atropi esophagus/lambung pada pasien tidak sadar

3. Untuk melakukan kumbang lambung pada pasien keracunan

4. Untuk mengeluarkan darah pada pasien yang mengalami muntah darah

atau pendarahan pada lambung

1.3 Indikasi pemasangan NGT

     indikasi pasien yang di pasang NGT adalah diantaranya sebagai berikut:

1. Pasien tidak sadar

2. pasien Karena kesulitan menelan

3. pasien yang keracunan

4. pasien yang muntah darah

5. Pasien Pra atau Post operasi esophagus atau mulut

1.4 Kontraindikasi pemasangan NGT

1.Pada pasien yang memliki tumor di rongga hidung atau esophagus

2.Pasien yang mengalami cidera serebrospinal 

Page 3: Penatalaksanaan Sistem Gastrointestinal

3

1.5 Persiapan Alat

2. Selang NGT ukuran dewasa, anak –anak dan juga bayi. Melihat kondisi

pasiennya

3. Handscun bersih

4. Handuk

5. Perlak

6. Bengkok

7. Jelli atau lubricant

8. Spuit 10 cc

9. Stetoskop

10. Tongue spatel

11. Plaster

12. Pen light

13. Gunting

 

1.6 Langkah Pemasangan NGT

1. Siapkan peralatan di butuhkan seperti yang telah disebutkan diatas

termasuk plester 3 untuk tanda, fiksasi di hidung dan leherdan juga ukuran

selang NGT

2. Setelah peralatan siap minta izin pada pasien untuk memasang NGT dan

jelaskan pada pasien atau keluarganya tujuan pemasangan NGT

3. Setelah minta izin bawa peralatan di sebelah kanan pasien. Secara etika

perawat saat memasang NGT berda di sebelah kanan pasien

4. Pakai handscun kemudian posisikan pasien dengan kepala hiper ekstensi

5. Pasang handuk didada pasien untuk menjaga kebersihan kalau pasien

muntah

6. Letakkan bengkok di dekat pasien

7. Ukur selang NGT mulai dari hidung ke telinga bagian bawah, kemudian

dari telinga tadi ke prosesus xipoidius setelah selesai tandai selang dengan

plaster untuk batas selang yang akan dimasukkan

8. Masukkan selang dengan pelan2, jika sudah sampai epiglottis suruh pasien

untuk menelan dan posisikan kepala pasien fleksi, setelah sampai batas

Page 4: Penatalaksanaan Sistem Gastrointestinal

4

plester cek apakah selang sudah benar2 masuk dengan pen light jika

ternyata masih di mulut tarik kembali selang dan pasang lagi

9. Jika sudah masuk cek lagi apakah selang benar2 masuk lambung atau

trakea dengan memasukkan angin sekitar 5-10 cc dengan spuit. Kemudian

dengarkan dengan stetoskop, bila ada suara angin berarti sudah benar

masuk lambung. Kemuadian aspirasi kembali udara yang di masukkan tadi

10. Jika sudah sampai lambung akan ada cairan lambung yang teraspirasi

11. Kemudian fiksasi dengan plester pada hidung, setelah fiksasi lagi di leher.

Jangan lupa mengklem ujung selang supaya udara tidak masuk

12. Setelah selesai rapikan peralatan dan permisi pada pasien atau keluarga.

13. Selang NGT maksimal dipasang 3 x 24 jam jika sudah mencapai waktu

harus dilepas dan di pasang NGT yang baru.

14. Langkah –langkah pemberian makanan cair lewat NGT

Makanan yang bisa di masukkan lewat NGT adalah makanan cair, caranya adalah

sebagai berikut:

1. Siapakan spuit besar ukuran 50 cc

2. Siapakan makanan cairnnya ( susu, jus)

3. Pasang handuk di dada pasien dan siapkan bengkok

4. Masukkan ujung spuit pada selang NGT dan tetap jaga NGT supata tidak

kemasukan udara dengan mengklem.

5. Masukkan makanan cair pada spuit dan lepaskan klem, posisi spuit harus

diatas supaya makanan cairnya bisa mengalir masuk ke lambung.

6. Jangan mendorong makanan dengan spuit karena bisa menambah tekanan

lambung, biarkan makanan mengalir mengikuti gaya gravitasi

7. Makanan yang di masukkan max 200 cc, jadi jika spuitnya 50 cc maka

bisa dilakukan 4 kali .

8. Apabila akan memasukkan makanan untuk yang kedua, jangan lupa

mencuci dulu spuit. Jika sudah selesai aliri selang NGT dengan air supaya

sisa-sisa makanan tidak mengendap di selang karena bisa mengundang

bakteri.

9. Jika sudah rapikan peralatan

Page 5: Penatalaksanaan Sistem Gastrointestinal

5

1.7 Komplikasi Yang Disebabkan Oleh Ngt

1. Komplikasi mekanis

-Sondenya tersumbat.

-Dislokasi dari sonde, misalnya karena ketidaksempurnaan melekatkatnya sonde

dengan plester di sayap hidung.

2.Komplikasi pulmonal: misalnya aspirasi.

Dikarenakan pemberian NGT feeding yang terlalu cepat

3.Komplikasi yang disebabkan oleh tidak sempurnanya kedudukan sonde

-Yang menyerupai jerat

-Yang menyerupai simpul

-Apabila sonde terus meluncur ke duodenum atau jejunum.Hal ini dapat langsung

menyebabkan diare.

4.Komplikasi yang disebabkan oleh zat nutrisi

Page 6: Penatalaksanaan Sistem Gastrointestinal

6

2. Kumbah Lambung

2.1 Definisi

Kumbah lambung merupakan salah satu tindakan dalam memberikan

pertolongan kepada pasien dengan cara memasukkan air atau cairan tertentu dan

kemudian mengeluarkannya dengan menggunakan alat yaitu NGT (Naso Gastric

Tube) / Stomach Tube yang dimasukkan melalui hidung sampai ke lambung.

2.2 Tujuan Kumbah Lambung

Tujuan Sebagai acuan dan langkah-langkah dalam melakukan tindakan

kumbah lambung pada pasienKebijakan Tindakan kumbah lambung dilakukan

untuk mengeluarkan racun / darah dari lambung.

Kebijakan

1. Adanya permintaan tertulis dari dokter.

2. pastikan NGT masuk kedalam lambung, kemudian difiksasi.

3. Tinggi corong dari pasien + 30 cm.

4. Tersedia peralatan seperti :

- NGT

- Corong

- Cairan yang diperlukan sesuai kebutuhan

- Plester dan gunting

- Ember penampung cairan

- Stetoskop

- Spuit 20 cc

- Tissue / kain kasa

- Sarung tangan

- Klem

- Gliserin

2.3 Prosedur

1. Persiapan Alat dan Obat :

1 NET / Stomach Tube berbagai ukuran.

Page 7: Penatalaksanaan Sistem Gastrointestinal

7

2 Corong NET.

3 Cairan yang diperlukan sesuai keperluan (susu, air putih, air es)

4 Plester yang digunting.

5 Sarung tangan (Hand scoen)

6 Ember penampung cairan.

7 Stetoskop.

8 Spuit 10 cc.

9 Tissue / kain kasa

10 Gliserin / jelly pelicin.

11 Bengkok / nierbeken.

12 Klem.

13 Obat-obatan yang diperlukan (sulfas Atropin, Norit)

14 Gelas Ukuran

2.2.4 Persiapan Pasien :

1. Memberitahukan dan memberikan penjelasan kepada pasien atau

keluarganya tentang tindakan yang akan dilakukan.

2. Mengatur posisi pasien, telentang dengan kepala ekstensi.

2.4 Penatalaksanaan

1. Perawat mencuci tangan.

2. Ember diletakkan dibawah tempat tidur pasien.

3. Memakai sarung tangan.

4. Mengukur NGT, NGT di klem kemudian oleskan gliserin / pelican pada

bagian ujung NGT.

5. Memasukan selang NGT melalui hidung secara perlahan-lahan, jika pasien

sadar anjurkan untuk menelan.

6. Jika terjadi clynosis atau tahanan, NGT segera dicabut.

7. Pastikan NGT masuk ke dalam lambung dengan cara :

Masukkan ujung NGT kedalam air, jika tidak terdapat gelembung

maka NGT masuk ke lambung.

Page 8: Penatalaksanaan Sistem Gastrointestinal

8

Masukkan udara dengan spuit 10 cc dan didengarkan pada daerah

lambung dengan menggunakan stetoskop. Setelah yakin pasang plester

pada hidung untuk memfiksasi NGT.

8. Pasang corong pada pangkal NGT, kemudian dimasukkan + 500 cc,

kemudian

9. dikeluarkan lagi / ditampung pada ember.

10. Lakukan berulang kali sampai cairan yang keluar bersih, jernih dan tidak

berbau.

11. Perhatikan jenis cairan, bau cairan yang keluar.

12. Mengobservasi keadaan umum pasien dan vital sign pada saat dilakukan

tindakan.

13. Mencatat semua tindakan yang telah dilakukan pada status pasien.

14. Setelah selesai, pasien dirapikan dan peralatan dibersihkan.

15. Perawat mencuci tangan.

Page 9: Penatalaksanaan Sistem Gastrointestinal

9

3. Enema

3.1 Definisi

Enema adalah prosedur pemasukan cairan ke dalam kolon melalui anus.

Enema dapat ditujukan untuk merangsang peristaltik kolon supaya dapat buang air

besar, membersihkan kolon untuk persiapan pemeriksaan operasi, serta

memberikan sensasi berbeda dalam teknik berhubungan.

Suatu tindakan memasukkan cairan kedalam rectum dan kolon melalui

anus.

3.2 Tujuan

1.   Mengurangi rasa tidak nyaman akibat distensi abdomen.

2.   Merangsang peristaltik usus untuk kembali normal.

3.   Mengembalikan pola eliminasi yang normal.

4.   Membersihkan dan mengosongkan isi kolon untuk pemeriksaan diagnostik atau

untuk persiapan prosedur pembedahan.

3.3 Pengkajian

1. Mengkaji kembali program/instruksi medic dan tujuan dilakukannya

huknah/enema.

2.  Mengkaji ststus kesehatan klien.

3.  Mengkaji daerah anus, bokong, dan kulit sekitarnya (luka, lecet, hemorrhoid atau

adanya fistula).

4.  Mengkaji kemampuan klien untuk mengontrol sphincter ani eksternal.

5.  Mengkaji adanya indicator konstipasi (nyeri, rasa keras pada abdomen bagian

bawah, lubang anus yang menyempit).

6.  Mengkaji pola defekasi dan terakhir kali klien defekasi.

7.  Mengakji tanda-tanda vital klien sebelum dilakukan prosedur.

8.  Mengkaji adanya kontraindikasi atau kemungkinan adanya komplikasi pemberian

huknah/enema, seperti : pada klien dengan gangguan jantung.

9.  Mengkaji tingkat pengetahuan klien dan keluarga tentang prosedur dan tujuan

tindakan huknah / enema.

Page 10: Penatalaksanaan Sistem Gastrointestinal

10

3.4 Persiapan Alat

1.   Set alat huknah / enema.

2.   Handuk mandi.

3.   Handscoen bersih.

4.   Pot.

5.   Alas / perlak.

6.   Vaseline / jelly.

7.   Kom, air hangat, sabun, dan washlap

8.   Tissue.

9.   Nierbeken / bengkok.

10.   Skort.

11.   Plastik sampah.

3.5 Persiapan Klien

1.   Menjelaskan kepada klien dan keluarga tentang prosedur dan tujuan tindakan

pemberian huknah / enema.

2.   Menjamin lingkungan yang memenuhi privacy klien dengan menutup lingkungan

sekitar tempat tidur dengan sampiran atau pintu kamar klien.

3.   Mengatur posisi tidur klien sesuai dengan tujuan pemberian huknah / enama.

4.   Mengatur ketinggian tempat tidur klien sejajar dengan posisi kerja perawat.

1.   Mencuci tangan.

2.   Memakai skort.

3.   Memakai handscoen bersih.

4.   Mempersiapkan cairan huknah / enema :

a.   Suhu (37° C untuk anak-anak dan 40,5 – 43 ° C untuk dewasa).

b.  Jumlah cairan (150 – 250 ml untuk usia infant, 250 – 350 ml untuk anak usia

toddler, 300 – 500 ml untuk anak usia sekolah, 500 – 750 ml untuk anak usia

adolescent, dan 750 – 1000 untuk usia dewasa).

5.   Memasang perlak / alas dibawah bokong klien.

6.   Menyiapkan pot pada posisi yang mudah dijangkau oleh perawat.

7.   Mengatur posisi tidur klien yang tepat :

a.   Enema Rendah : Posisi tidur miring ke kiri.

Page 11: Penatalaksanaan Sistem Gastrointestinal

11

b.  Enema Tinggi : Posisi miring ke kriri, terlentang, kemudian miring ke kanan (bila

memungkinkan).

8.   Menyambungkan kanul rektal dengan selang irigator (selang masih terklem).

9.   Mengolesi ujung kanul dengan vaseline / jelly sepanjang 3 – 4 inchi atau 7,5 – 10

cm.

10. Mengeluarkan udara yang terdapat dalam selang irigator dengan cara

mengeluarkan cairan sampai selang irigator bebas udara kemudian selang irigator

di klem kembali.

11. Membuka bokong klien sampai lubang anus terlihat jelas, sambil menganjurkan

klien untuk rileks dengan menarik nafas dalam.

12.  Memasukkan kanul ke dalam rektum melalui anus mengarah ke umbilikus secara

hati-hati sepanjang : infant = 2,5 – 4 cm, anak-anak = 5 – 6,5 cm, dewasa = 7,5 –

10 cm.

13.  Mengatur ketinggian irigator :

a.   Enema Rendah : 30 cm dari anus.

b.   Enema Tinggi : 30 – 45 cm dari anus.

14.  Membuka klem dan mengalirkan cairan huknah / enema kedalam kolon dengan

kecepatan 75 – 100 ml/menit, smabil menganjurkan klien untuk menahan hingga

keseluruhan cairan masuk.

15.  Apabila klien mengeluh kram abdomen atau cairan keluar dari anus, rendahkan

ketinggian irigator.

16.  Mengklem selang irigator setelah semua cairan masuk kedalam kolon.

17.  Meletakkan kertas tissue pada kanul kemudian cabut secara perlahan-lahan dan

masukkan kedalam plastik sampah.

18.  Menganjurkan klien untuk menahan cairan tetap didalam kolon selama 5 – 10

menit dengan posisi tetap berbaring di tempat tidur.

19.  Menjelaskan kepada klien bahwa perasaan tidak nyaman adalh hal yang normal.

20.  Bila klien merasa ada keinginan untuk defekasi, menganjurkan klien untuk buang

air besar di kamar mandi, bila tidak memungkinkan bantu klien buang air besar di

tempat tidur dengan menggunakan pot.

21.  Mengobservasi karakteristik cairan yang keluar (jumlah, warna dan konsistensi

feses).

Page 12: Penatalaksanaan Sistem Gastrointestinal

12

22.  Membersihkan daerah anus, bokong dan kulit disekitarnya dengan menggunakan

tissue dan washlap dan sabun, kemudian mengeringkannya dengan handuk.

23.  Mengebakan kembali pakaian dan merpihkan klien.

24.  Memberikan posisi yang yang nyaman menurut klien.

25.  Membereskan alat-alat.

26.  Mencuci tangan.

3.6 Evaluasi

1.   Mengevaluasi respon klien sebelum, selama, dan sesudah pelaksanaan prosedur

huknah / enema.

2.   Mengevaluasi karakteristik cairan yang keluar (jumlah, warna dan konsistensi

feses).

3.   Menjamin smapi cairan yang keluar menjadi bening, jika tujuan pemberian

huknah/enema adalah untuk pemeriksaan diagnostik atau persiapan pembedahan.

3.7 Dokumentasi

1.  Mencatat tanggal dan waktu pemberian huknah / enema.

2.  Mencatat jenis dan jumlah cairan yang diberikan.

3.  Mencatat karakteristik, jumlah, warna cairan dan feses yang keluar.

4.  Mencatat bila ada komplikasi yang terjadi selama dan sesudah pemeberian

huknah / enema.

5.  Mencatat tingkat toleransi klien terhada prosedur yang dilakukan

Page 13: Penatalaksanaan Sistem Gastrointestinal

13

4. Perawatan Kolostomi

4.1 Pengertian

Sebuah lubang buatan yang dibuat oleh dokter ahli bedah pada dinding

abdomen untuk mengeluarkan feses (M. Bouwhuizen, 1991)

Pembuatan lubang sementara atau permanen dari usus besar melalui

dinding perut untuk mengeluarkan feses (Randy, 1987)

Lubang yang dibuat melalui dinding abdomen ke dalam kolon iliaka untuk

mengeluarkan feses (Evelyn, 1991, Pearce, 1993)

4.2 Tujuan

* Menjaga kebersihan pasien

* Mencegah terjadinya infeksi

* Mencegah iritasi kulit sekitar stoma

* Mempertahankan kenyamanan pasien dan lingkungannya

4.3 Jenis – jenis kolostomi

Kolostomi dibuat berdasarkan indikasi dan tujuan tertentu, sehingga

jenisnya ada beberapa macam tergantung dari kebutuhan pasien. Kolostomi dapat

dibuat secara permanen maupun sementara.

* Kolostomi Permanen

Pembuatan kolostomi permanen biasanya dilakukan apabila pasien sudah

tidak memungkinkan untuk defekasi secara normal karena adanya keganasan,

perlengketan, atau pengangkatan kolon sigmoid atau rectum sehingga tidak

memungkinkan feses melalui anus. Kolostomi permanen biasanya berupa

kolostomi single barrel ( dengan satu ujung lubang)

Page 14: Penatalaksanaan Sistem Gastrointestinal

14

* Kolostomi temporer/ sementara

Pembuatan kolostomi biasanya untuk tujuan dekompresi kolon atau untuk

mengalirkan feses sementara dan kemudian kolon akan dikembalikan seperti

semula dan abdomen ditutup kembali. Kolostomi temporer ini mempunyai dua

ujung lubang yang dikeluarkan melalui abdomen yang disebut kolostomi double

barrel.

Lubang kolostomi yang muncul dipermukaan abdomen berupa mukosa

kemerahan yang disebut STOMA. Pada minggu pertama post kolostomi biasanya

masih terjadi pembengkakan sehingga stoma tampak membesar.

Pasien dengan pemasangan kolostomi biasanya disertai dengan tindakan

laparotomi (pembukaan dinding abdomen). Luka laparotomi sangat beresiko

mengalami infeksi karena letaknya bersebelahan dengan lubang stoma yang

kemungkinan banyak mengeluarkan feses yang dapat mengkontaminasi luka

laparotomi, perawat harus selalu memonitor kondisi luka dan segera merawat luka

dan mengganti balutan jika balutan terkontaminasi feses.

Perawat harus segera mengganti kantong kolostomi jika kantong

kolostomi telah terisi feses atau jika kontong kolostomi bocor dan feses cair

mengotori abdomen. Perawat juga harus mempertahankan kulit pasien disekitar

stoma tetap kering, hal ini penting untuk menghindari terjadinya iritasi pada kulit

dan untuk kenyamanan pasien.

Kulit sekitar stoma yang mengalami iritasi harus segera diberi zink salep

atau konsultasi pada dokter ahli jika pasien alergi terhadap perekat kantong

kolostomi. Pada pasien yang alergi tersebut mungkin perlu dipikirkan untuk

memodifikasi kantong kolostomi agar kulit pasien tidak teriritasi.

4.4 Pendidikan pada pasien

Pasien dengan pemasangan kolostomi perlu berbagai penjelasan baik

sebelum maupun setelah operasi, terutama tentang perawatan kolostomi bagi

pasien yang harus menggunakan kolostomi permanen.

Page 15: Penatalaksanaan Sistem Gastrointestinal

15

Berbagai hal yang harus diajarkan pada pasien adalah:

* Teknik penggantian/ pemasangan kantong kolostomi yang baik dan benar

* Teknik perawatan stoma dan kulit sekitar stoma

* Waktu penggantian kantong kolostomi

* Teknik irigasi kolostomi dan manfaatnya bagi pasien

* Jadwal makan atau pola makan yang harus dilakukan untuk menyesuaikan

* Pengeluaran feses agar tidak mengganggu aktifitas pasien

* Berbagai jenis makanan bergizi yang harus dikonsumsi

* Berbagai aktifitas yang boleh dan tidak boleh dilakukan oleh pasien

* Berbagi hal/ keluhan yang harus dilaporkan segera pada dokter ( jika apsien

sudah dirawat dirumah)

* Berobat/ control ke dokter secara teratur

* Makanan yang tinggi serat

4.5 Persiapan Alat

1. Colostomy bag atau cincin tumit, bantalan kapas, kain berlubang, dan kain

persegi empat

2. Kapas sublimate/kapas basah, NaCl

3. Kapas kering atau tissue

4. pasang sarung tangan bersih

5. Kantong untuk balutan kotor

Page 16: Penatalaksanaan Sistem Gastrointestinal

16

6. Baju ruangan / celemek

7. Bethadine (bila perlu) bila mengalami iritasi

8. Zink salep

9. Perlak dan alasnya

10. Plester dan gunting

11. Bila perlu obat desinfektan

12. bengkok

13. Set ganti balut

4.6 Persiapan Klien

1. Memberitahu klien

2. Menyiapkan lingkungan klien

3. Mengatur posisi tidur klien

4.7 Prosedur Kerja

1. Cuci tangan

2. Gunakan sarung tangan

3. Letakkan perlak dan alasnya di bagian kanan atau kiri pasien sesuai letak stoma

4. Meletakkan bengkok di atas perlak dan didekatkan ke tubuh pasien

5. Mengobservasi produk stoma (warna, konsistensi, dll)

6. Membuka kantong kolostomi secara hati-hati dengan menggunakan pinset dan

tangan kiri menekan kulit pasien

Page 17: Penatalaksanaan Sistem Gastrointestinal

17

7. Meletakan colostomy bag kotor dalam bengkok

8. Melakukan observasi terhadap kulit dan stoma

9. Membersihkan colostomy dan kulit disekitar colostomy dengan kapas

sublimat / kapas hangat (air hangat)/ NaCl

10. Mengeringkan kulit sekitar colostomy dengan sangat hati-hati menggunakan

kassa steril

11. Memberikan zink salep (tipis-tipis) jika terdapat iritasi pada kulit sekitar

stoma

12. Menyesuaikan lubang colostomy dengan stoma colostomy

13. Menempelkan kantong kolostomi dengan posisi vertical/horizontal/miring

sesuai kebutuhan pasien

14. Memasukkan stoma melalui lubang kantong kolostomi

15. Merekatkan/memasang kolostomy bag dengan tepat tanpa udara didalamnya

16. Merapikan klien dan lingkungannya

17. Membereskan alat-alat dan membuang kotoran

18. Melepas sarung tangan

19. Mencuci tangan

20. Membuat laporan

4.8 Komplikasi kolostomi

1.Obstruksi/ penyumbatan

Page 18: Penatalaksanaan Sistem Gastrointestinal

18

Penyumbatan dapat disebabkan oleh adanya perlengketan usus atau

adanya pengerasan feses yang sulit dikeluarkan. Untuk menghindari terjadinya

sumbatan, pasien perlu dilakukan irigasi kolostomi secara teratur. Pada pasien

dengan kolostomi permanen tindakan irigasi ini perlu diajarkan agar pasien dapat

melakukannya sendiri di kamar mandi.

2.Infeksi

Kontaminasi feses merupakan factor yang paling sering menjadi penyebab

terjadinya infeksi pada luka sekitar stoma. Oleh karena itu pemantauan yang terus

menerus sangat diperlukan dan tindakan segera mengganti balutan luka dan

mengganti kantong kolstomi sangat bermakna untuk mencegah infeksi.

3.Retraksi stoma/ mengkerut

Stoma mengalami pengikatan karena kantong kolostomi yang terlalu

sempit dan juga karena adanya jaringan scar yang terbentuk disekitar stoma yang

mengalami pengkerutan.

4.Prolaps pada stoma

Terjadi karena kelemahan otot abdomen atau karena fiksasi struktur

penyokong stoma yang kurang adekuat pada saat pembedahan.

5.Stenosis

Penyempitan dari lumen stoma

6.Perdarahan stoma