pemfis abdomen

38
BAB II PEMBAHASAN A. ABDOMEN Abdomen (perut) merupakan suatu bagian tubuh yang menyerupai rongga tempat beberapa organ tubuh yang penting, yaitu lambung, usus, hati, limpa, dan ginjal. Bentuk abdomen yang normal adalah simetris, baik pada orang gemuk maupun kurus. Abdomen menjadi besar dan tidak simetris pada beberapa keadaan, misalnya kehamilan, tumor dalam rongga abdomen, tumor ovarium, atau tumor kandung kemih. Abdomen dapat membesar setempat, misalnya pembengkakan hati, ginjal, limpa, atau kandung empedu. Permukaan abdomen normal tampak halus, lembut dengan kontur datar, melingkar, atau cekung. Apabila ada pembesaran, kulit abdomen menjadi tegang, licin, dan tipis. Untuk mempermudah pemeriksaan, secara anatomis abdomen dibagi menjadi empat kuadran dan sembilan bagian. Pembagian abdomen ke dalam kuadran-kuadran dilakukan dengan cara membuat garis vertikal bayangan/imajiner yang ditarik dari prosesus xifoideus ke simfisis pubis dan membuat garis horisontal bayangan yang melintang pada umbilikus. Dari dua garis bayangan tersebut , akan timbul empat daerah abdomen, yaitu: 1. Pada kuadran kanan atas terdapat organ hati, empedu, duodenum, pankreas, ginjal kanan, dan fleksura hepatika. 2. Pada kuadran kiri atas terdapat organ lambung, lien, pankreas, ginjal kiri dan fleksura lienalis.

description

pemeriksaan fisik

Transcript of pemfis abdomen

Page 1: pemfis abdomen

BAB II

PEMBAHASAN

A. ABDOMEN

Abdomen (perut) merupakan suatu bagian tubuh yang menyerupai rongga tempat

beberapa organ tubuh yang penting, yaitu lambung, usus, hati, limpa, dan ginjal. Bentuk

abdomen yang normal adalah simetris, baik pada orang gemuk maupun kurus. Abdomen

menjadi besar dan tidak simetris pada beberapa keadaan, misalnya kehamilan, tumor

dalam rongga abdomen, tumor ovarium, atau tumor kandung kemih. Abdomen dapat

membesar setempat, misalnya pembengkakan hati, ginjal, limpa, atau kandung empedu.

Permukaan abdomen normal tampak halus, lembut dengan kontur datar, melingkar, atau

cekung. Apabila ada pembesaran, kulit abdomen menjadi tegang, licin, dan tipis.

Untuk mempermudah pemeriksaan, secara anatomis abdomen dibagi menjadi

empat kuadran dan sembilan bagian. Pembagian abdomen ke dalam kuadran-kuadran

dilakukan dengan cara membuat garis vertikal bayangan/imajiner yang ditarik dari

prosesus xifoideus ke simfisis pubis dan membuat garis horisontal bayangan yang

melintang pada umbilikus. Dari dua garis bayangan tersebut , akan timbul empat daerah

abdomen, yaitu:

1. Pada kuadran kanan atas terdapat organ hati, empedu, duodenum, pankreas, ginjal

kanan, dan fleksura hepatika.

2. Pada kuadran kiri atas terdapat organ lambung, lien, pankreas, ginjal kiri dan fleksura

lienalis.

3. Pada kuadran kanan bawah terdapat organ caecum, apendix, ovarium dan tuba falopi

kanan.

4. Pada kuadran kiri bawah terdapat organ sigmoid, ovarium dan tuba falopi kiri.

Pembagian abdomen menjadi sembilan daerah dilakukan dengan cara membuat

dua garis vertikal bayangan yang lurus dari titik tengah ligamentum inguinale ke arah

superior dan dua garis horisontal bayangan, yaitu satu garis setinggi batas bawah tulang

rusuk dan satu garis yang lain setinggi krista iliaka.

Teknik yang digunakan dalam melakukan pengkajian abdomen adalah inspeksi,

auskultasi, perkusi, dan palpasi. Sebelum melakukan pengkajian, perawat

mempersiapkan pasien sehingga hasil pengkajian yang diperoleh akan lebih akurat.

Perawat menganjurkan pasien membuka baju untuk memajankan daerah abdomen.

Pasien diminta berbaring di tempat dengan permukaan datar. Kepala pasien diatur sedikit

ke atas bantal. Pasien dianjurkan relaks dengan kedua tangan diletakkan disamping tubuh

Page 2: pemfis abdomen

serta dianjurkan bernapas secara bebas. Perawat dapat berdiri atau duduk di sebelah

kanan pasien. Sebelum mulai melakukan pengkajian, perawat perlu memastikan bahwa

ruangan, peralatan, dan pemeriksaan telah dipersiapkan serta pasien sudah diberi tahu.

1. INSPEKSI

Perawat dapat mengobservasi klien selama aktivitas layanan rutin. Perawat

mencatat postur klien dan mencari adanya bukti-bukti pembelatan abdomen,

berbaring dengan lutut ditarik, atau bergerak gelisah di tempat tidur. Klien yang bebas

dari nyeri abdomen tidak akan membungkuk atau membelat abdomen. Untuk

menginspeksi gerakan atau bayangan abnormal pada abdomen, perawat berdiri di sisi

kanan klien dan melakukan inspeksi dari atas abdomen. Dengan posisi duduk untuk

melihat tegak lurus pada abdomen.

Cara Kerja Inspeksi :

a. Atur posisi yang tepat

b. Lakukan pengamatan bentuk abdomen secara umum, kontur permukaan

abdomen, dan adanya retraksi, penonjolan, serta ketidaksimetrisan.

c. Amati gerakan kulit abdomen saat inspirasi dan ekspirasi.

d. Amati pertumbhan rambut dan pigmentasi pada kulit secara lebih teliti.

KULIT

Perawat menginspeksi kulit abdomen untuk warna, adanya jaringan parut, pola

vena, lesi, dan striae ( tanda guratan-guratan ). Kulit tersebut memiliki warna yang

sama dengan bagian tubuh lainnya. Pola vena normalnya samar, kecuali pada klien

yang kurus. Striae terjadi akibat peregangan jaringan karena obesitas atau kehamilan.

Jaringan parut menunjukkan trauma atau pembedahan di masa lampau yang

menimbulkan perubahan permanen pada anatomi organ di bawahnya. Memar dapat

mengindikasikan cedera kecelakaan, penganiayaan fisik, atau jenis gangguan

pendarahan.

UMBILIKUS

Posisi, bentuk, warna, atau massa yang menonjol harus diperhatikan. Normalnya

umbilikus datar atau cekung hemisfer di tengah antara prosesus sifoideus dan simfisis

pubis. Warnanya sama dengan kulit sekitarnya.

Page 3: pemfis abdomen

KONTUR DAN SIMETRISITAS

Perawat menginspeksi kontur, kesimetrisan, dan gerakan permukaan abdomen,

memperhatikan adanya massa, penonjolan atau distensi. Abdomen datar membentuk

bidang horisontal dari prosesus sifoideus sampai simfisis pubis. Gas intestinal, tumor,

atau cairan dalam rongga abdomen dapat menyebabkan distensi ( pembengkakan ).

Jika disensi bersifat menyeluruh, maka keseluruhan abdomen akan menonjol. Kulit

sering tampak tegang, seperti diregangkan diatas abdomen. Jika gas menyebabkan

distensi, panggul tidak menonjol. Klien diminta miring ke satu sisi,. Tonjolan akan

terbentuk pada sisi yang menggantung jika cairan meruapakan penyebab distensi.

Pada obesitas, abdomen besar, gulungan jaringan adiposa terdapat di sepanjang

panggul, dan klien tidak mengeluh sesak pada abdomen.

PEMBESARAN ORGAN ATAU MASSA

Sambil mengobservasi kontur abdomen, perawat meminta klien menari nafas

dalam dan menahannya. Kontur tersebut harus tetap halus dan simetris. Manuver ini

mendorong diafragma ke bawah dan mengurangi ukuran rongga abdomen. Organ-

organ yang membesar di rongga abdomen bagian atas (misalnya hati atau limpa) dapt

menurun ke bawah rongga iga sehingga menyebabkan tonjolan

GERAKAN ATAU PULSASI

Jika klien mengalami nyeri yang hebat, gerakan pernapasan tersebut akan hilang,

dan klien mengencangkan otot-otot abdomennya untuk mengatasi nyeri ini. Pada

inspeksi yang lebih cermat perawat dapat melihat gerakan peristaltik dan pulsasi

aortik dengan melihat ke arah abdomen dari samping untuk mendeteksi gerakan.

2. AUSKULTASI

Perawat melakukan auskultasi untuk mendengarkan dua suara abdomen, yaitu

bising usus (peristaltik) yang disebabkan oleh perpindahan gas atau makanan

sepanjang intestinum dan suara pembuluh darah.

Cara kerja auskultasi :

a. Siapkan stetoskop, hangatkan tangan dan bagian diafragma stetoskop bila

ruang pemeriksaan dingin.

b. Tanya pasien tentang waktu terakhir makan. Bising usus dapat meningkat

setelah makan.

Page 4: pemfis abdomen

c. Tentukan bagian stetoskop yang akan digunakan. Bagian diafragma digunakan

untuk mendengarkan bising usus, sedangkan bagian bel (sungkup) untuk

mendengarkan suara pembuluh darah.

d. Letakkan diafragma stetoskop dengan tekanan ringan pada setiap area empat

kuadran abdomen dan dengarkan suara peristaltik aktif dan suara deguk yang

secara normal terdengar 5 sampai 20 detik dengan durasi kurang atau lebih

dari satu detik.

e. Letakkan bagian bel (sungkup) stetoskop diatas aorta, arteri renalis, dan arteri

iliaka. Dengarkan suara-suara arteri. Auskultasi aorta dilakukan dari arah

superior ke umbilikus. Auskultasi arteri renalis dilakukan dengan cara

meletakkan stetoskop pada garis tengah abdomen atau ke arah kanan kiri garis

abdomen bagian atas mendekati panggul. Auskultasi arteri iliaka dilakukan

dengan cara meletakkan stetoskop pada area bawah umbilikus di sebelah

kanan dan kiri garis tengah abdomen.

f. Letakkan bagian bel stetoskop di atas area preumbilikal 9sekeliling umbilikus)

untuk mendengarkan bising vena(jarang terdengar).

3. PERKUSI

Perkusi dilakukan untuk mendengarkan/mendeteksi adanya gas, cairan, atau massa

di dalam abdomen. Perkusi juga dilakukan untuk mengetahui posisi limpa dan hepar.

Bunyiperkusi pada abdomen yang normal adalah timpani, namun bunyi ini dapat

berubah pada keadaan-keadaan tertentu.

Cara perkusi abdomen :

a. Perkusi dimulai dari kuadran kanan atas kemudian bergerak searah jarum jam

b. Perhatikan reaksi pasien dan catat bila pasien merasa nyeri atau nyeri tekan

c. Lakukan perkusi pada daerah timpani dan redup. Suara timpani mempunyai

nada lebih tinggi daripada resonan. Suara timpani dapat didengarkan pada

rongga atau organ yang berisi udara. Suara redup mempunyai ciri nada lebih

rendah atau lebih datar daripada resonan. Suara ini dapat didengarkan pada

massa yang padat, misalnya keadaan asites, keadaan distensi kandung kemih,

serta pembesaran atau tumor hepar dan limpa.

Page 5: pemfis abdomen

4. PALPASI

Palpasi ringan: Untuk mengetahui adanya massa dan respon nyeri tekan letakkan telapak tangan pada abdomen secara berhimpitan dan tekan secara merata sesuai kuadran. Palpasi dalam: Untuk mengetahui posisi organ dalam seperti hepar, ginjal, limpa dengan metode bimanual/2 tangan. Palpasi merupakan metode yang dilakukan paling akhir pada pengkajian abdomen. Sebelum melakukan palpasi, perawat dapat menghangatkan tangannya terlebih dahulu. Palpasi abdomen pasien dengan tangan yang dingin akan membuat pasien secara refleks mengencangkan otot-otot abdomennya sehingga akan menyulitkan pengkajian. Untuk melakukan palpasi ringan, perawat meletakkan telapak tangan pada abdomen pasien dengan jari-jari paralel terhadap abdomen. Jari-jar digerakkan dengan agak melingkar dan ditekankan ke bawah kira-kira sedalam 1 cm atau sedalam jaringan subkutan. Selama melakukan palpasi ringan, perawat tetap memperhatikan ekspresi wajah pasien dan menganjurkan pasien untuk memberi tahu area-area yang mengalami nyeri tekan. Cara Palpasi Hepar :

a. Berdiri di samping kanan pasien

b. Letakkan tangan kiri anda pada dinding toraks posterior kira-kira pada tulang

rusuk ke-11 atau 12

c. Tekan tangan kiri anda ke atas sehingga sedikit mengangkat dinding dada

d. Letakkan tangan kanan pada batas bawah tulang rusuk sisi kanan dengan

membentuk sudut kira-kira 45⁰ dari otot rektus abdominis atau paralel

terhadap otot rektus abdominis dengan jari-jari ke arah tulang rusuk

e. Sementara pasien ekshalasi, lakukan penekanan sedalam 4-5 cm ke arah

bawah pada batas bawah tulang rusuk

f. Sementara pasien inhalasi, rasakan batas hepar bergerak menentang tangan

anda yang secara noral terasa dengan kontur reguler.

g. Bila hepar membesar, lakukan palpasi di batas bawah tulang rusuk kanan.

Cara Palpasi Limpa :

a. Anjurkan pasien untuk miring ke sisi kanan sehingga limpa lebih dekat dengan

dinding abdomen

b. Lakukan palpasi pada batas bawah tulang rusuk kiri dengan menggunakan pola

seperti pada palpasi hepar.

Cara Palpasi Ginjal :

a. Dalam melakukan palpasi ginjal kanan, letakkan tangan kiri anda di bawah

panggul, dan elevasikan ginjal ke arah anterior.

b. Letakkan tangan kanan anda pada dinding abdomen anterior di garis

midklavikula pada tepi bawah batas kosta

Page 6: pemfis abdomen

c. Tekan tangan anda secara langsung ke atas sementara pasien menarik napas

panjang.

d. Bila ginjal teraba, rasakan kontur (bentuk), ukuran, dan amati adanya nyeri

tekan

e. Untuk melakukan palpasi ginjal kiri, lakukan di sisi kiri tubuh pasien, dan

letakkan tangan kiri anda dibawah panggul dan kemudian lakukan seperti

tindakan pada palpasi ginjal kanan.

B. Rektum dan anus

Waktu terbaik untuk melakukan pemeriksaan rektal adalah setelah pemeriksaan

genital.Biasanya pemeriksaan ini tidak dilakukan pada anak-anak kecil atau

remaja.Pemeriksaan ini dapat mendeteksi kanker kolorektal pada tahap awal.Pada pria

pemeriksaan rektal juga dapat mendeteksi tumor prostat.

Pemeriksaan rektal dapat terasa tidak nyaman dan memalukan, sehingga perawat

harus menggunakan pendekatan yang tenang, perlahan dan hati-hati.Penjelasan langkah-

langkah prosedur membantu klien rileks dan mengurangi ketidaknyamanan selama

pemeriksaan digital.Pada wanita pemeriksaan dapat dilakukan setelah pemeriksaan

genetalia masih dalam posisi doso rekumben dan posisi miring kiri (Sim). Sedangkan

laki-laki paling baik diperiksa dengan memintanya membungkuk ke depan dengan

pinggul fleksi dan tubuh atas bersandar pada meja pemeriksaan. Klien yang tidak

berambulasi dapat diperiksa dengan posisi sim.Klien diselimuti pada bagian anal saja

yang terpajan.Perawat menggunakan sarung tangan sekali pakai pada pemeriksaan ini.

1. INSPEKSI

Perawat memulainya dengan menginspeksi area perianal dan

sakrokoksigeus.Kulit harus halus dan tidak ada kerutan.Perawat mencari adanya

benjolan, ruam, inflamasi, ekskoriasi, dan eskar.Infeksi jamur dapat menyebabkan

iritasi perianal.Dengan menggunakan tangan nondominan, perawat meretraksi bokong

secara perlahan untuk menginspeksi anus.Jaringan anal normalnya lembap dan tanpa

rambut dibandingkan dengan kulit perianal.Jaringan tersebut lebih kasar dan lebih

berpigmen gelap.Anus ditahan oleh sfingter otot eksternal secara volunter.Perawat

menginspeksi jaringan anal untuk adanya lesi, hemoroid eksternal (dilatasi vena yang

tampak seperti penonjolan kemerahan), fisura dan fistula, inflamasi, ruam, atau

perubahan warna.Kemudian, perawat meminta klien untuk mengejan seperti ketika

Page 7: pemfis abdomen

defekasi. Adanya hemoroid internal, fistula, fisura, atau polips akan muncul pada saat

ini. Umumnya lapisan anal dalam keadaan utuh.

2. PALPASI MANUAL

Beberapa institusi tidak mengizinkan perawat melakukan pemeriksaan dengan

tangan.Jika kebijakan mengizinkan, peserta didik perawat harus didampingi

pemeriksa yang berpengalaman saat melakukan pemeriksaan pertama.

Perawat melumasi jari telunjuk tangan dominan yang bersarung

tangan.Jelaskan prosedur tersebut, dan kemudian klien diminta untuk mengejan secara

perlahan seperti ketika defekasi.Pada saat sfingter anal rileks, ujung jari perawat

dimasukkan secara hati-hati ke dalam kanal anal ke arah umbilikus.Normalnya klien

merasa seperti ketika feses sedang keluar.Perawat tidak boleh menggunakan inseri

digital, agar jaringan mukosa tidak cedera.

Kanal anal berada pada bagian distal saluran gastrointestinal.Kanal tersebut

meluas lurus kea rah umbilikus sebelum membelok masuk ke rektum yang berlapis

mukus.Anus mengandung banyak serat saraf sensorik.Sehingga penggunaan

manipulasi digital dapat sangat menyakitkan.Pada persambungan kana anal dan

rectum, balon rektum keluar dan berputar secara posterior ke dalam lubang koksik

dan sakrum.

Di awal perawat mencatat tonus sfingter anal pada saat otot menutup rapat jari

perawat.Setelah meminta klien mengencangkan sfingter disekitar jari, perawat

mencatat tonus singter.Sfingter tersebut harus mengencang secara merata tanpa

adanya rasa tidak nyaman.Sfingter yang lemah dapat mengindikasi masalah

neurologis.Nyeri rektal akut merupakan hal yang tidak normal.Iritasi, fisura,

hemoroid yang teronflamasi atau konstipasi keras dapat menjadi sumber

ketidaknyamanan.Di atas kanal perawat mempalpasi setiap sisi dinding rektal untuk

adanya nyeri tekan, ketidakteraturan, polip, massa, atau nodul. Didimg tersebut harus

terasa rata dan halus.Setelah jari masuk sepenuhnya klien diminta untuk mengejan

kembali.

Pada pria, perawat memutar tangannya sehinggar jari mempalpasi dinding

rektal anterior. Kelenjar prostat dapat dipalpasi secara anterior sebagai struktur

berbentuk bulat, berbentuk hati berdiameter kira-kira 2,5 sampai 4cm dengan benjolan

kurang dari 1cm ke dalam rektum. Alur medial kecil memisahkan kelenjar tersebut

menjadi dua lobus lateral. Perawat mempalpasi ukuran, bentuk, dan konsistensi

Page 8: pemfis abdomen

prostat.Kelenjar tersebut normalnya keras, tanpa bogginess, nyeri tekan, atau

nodul.Pengerasan atau nodul dapat mengindikasikan adanya lesi kanker. Pembesaran

prostat diklasifikasikan berdasarkan jumlah penonjolan ke dalam rectum tahap I

adalah penonjolan 1-2cm, tahap II, 2-3cm, tahap III 3-4cm, tahap IV lebih dari 4cm

(Seidel et al, 1995).

Pada wanita, palpasi serviks melalui dinding rektal anterior bisa saja

dilakukan. Sering tersamar serviks atau tampon yang dipasang dengan tumor rektal

Setelah palpasi selesai perawat menarik jarinya secara perlahan dan

mengobservasi adanya feses.Feses normalnya berwarna coklat.Adanya mukus, darah,

atau feses berwarna hitam, seperti ter harus diaporkan. Untuk wanita yang dicurigai

menderita penyakit menular seksual, kultur rektal harus diambil untuk

mengesampingkan infeksi silang dari rabas vagina. Perawat membersihkan area

perianal sebelum melanjutkan pemeriksaan selanjutnya.

C. GENETALIA

1. GENETALIA WANITA DAN SALURAN REPRODUKSI

Pemeriksaan genetalia wanita dilakukan dengan baik jika perawat

menggunakan pendekatan yang tenang dan rileks.Pemeriksaan ginekologis

merupakan pengalaman yang paling sulit untuk orang dewasa.Latar belakang budaya

dapat menambah rasa malu.Kenyamanan diciptakan dengan posisi dan penyelimutan

yang tepat.Setiap pemeriksaan harus dijelaskan terlebih dahulu sehingga klien dapat

mengantisipasi tindakan perawat.Remaja dapat meminta kehadiran orangtua di kamar

pemeriksaan.

Klien dapat memerlukan pemeriksaan yang lengkap terhadap organ reproduksi

wanita, yang mencakup pengkajian genetalia eksternal dan pemeriksaan vagina.

Penting bagi perawat untuk memahami prosedur pemeriksaan tersebut karena dokter

akan membutuhkan bantuan perawat. Pemeriksaan harus menjadi bagian dari setiap

layanan kesehatan preventif karena kanker uterus memiliki angka insiden yang tinggi

dan kanker ovarium menyebabkan lebih banyak kematian daripada kanker sistem

reproduksi wanita lainnya (ACS, 1995)

Persiapan klien

Alat-alat khusus untuk pemeriksaan lengkap:

a. Meja pemeriksaan dengan sanggurdi

b. Spekulum vagina dengan ukuran yang tepat

Page 9: pemfis abdomen

c. Sumber cahaya yang dapat diukur

d. Baskom

e. Sarung tangan bersih sekali pakai

f. Slide mikroskopik dari kaca dan coverslip

g. Spatula plastik/cytobrush

h. Hairspray

Peralatan harus sudah siap sebelum pemeriksaan dimulai.Klien diminta untuk

berkemih sehingga urine tidak keluar secara tidak sengaja selama pemeriksaan dan

untuk melakukan tes skrining urine. Bantu klien untuk melakukan posisi litotomi, di

tempat tidur atau di meja periksa untuk pengkajian genetalia eksternal. Bantu klien

untuk naik ke sanggurdi ketika akan menjalani pemeriksaan speculum. Minta klien

menstabilkan setiap kaki pada sanggurdi dan kemudian minta ia menggeser

bokongnya ke bawah ke tepi meja periksa. Perawat menempatkan tangan di tepi meja

dan menginstruksikan klien untuk bergeser sampai menyentuh tangan tersebut.Lengan

klien harus berada di samping otot-otot abdomen.

Seorang wanita yang mengalami nyeri atau deformitas sendi mungkin tidak

biasa melakukan posisi litotomi.Pada situasi ini klien perlu meminta bantuan perawat

untuk meregangkan paha klien.Posisi miring juga dapat digunakan dengan klien

miring ke kiri dan paha serta lutut kanan ditarik ke arah dada.Selimut segiempat

diberikan pada klien.Ia memegang salah satu ujung untuk menutupi sternumnya, dua

sudut lainnya di setiap lutut, dan sudut keempat menutupi perineum.

GENETALIA EKSTERNAL

Area perineal harus disinari dengan baik.Perawat menggunakan sarung tangan

pada kedua tangan untuk mencegah kontak dengan organisme infeksius.Perineum

sangat sensitif dan lunak.Cara yang terbaik adalah menyentuh paha yang berdekatan

terlebih dahulu sebelum berlanjut ke perineum.

Untuk mengkaji maturitas seksual, kuantitas dan distribusi pertumbuhan

rambut harus diperhatikan.Rambut tidak boleh menyebar sampai ke abdomen.Rambut

harus bebas dari telur kutu dank utu.Kulit yang berada di bawahnya harus bebas dari

inflamasi, iritasi, dan lesi.

Perawat menginspeksi karakteristik permukaan labia mayora.Kulit perineum

halus, bersih, dan sedikit lebih gelap dari kulit yang lain.membran mukosa tampak

merah muda dan lembap.Labia tersebut biasanya simetris.Setelah melahirkan labia

Page 10: pemfis abdomen

mayora terpisah, menyebabkan labia minora lebih menonjol. Pada saat seorang wanita

mencapai menopause, labia mayora menipis dan sejalan dengan usia, menjadi atrofi.

Labia mayora normlanya tanpa inflamasi, edema, lesi atau laserasi.

Untuk menginspeksi struktur eksternal lainnya, perawat meletakkan ibu jari

dan jari telunjuk tangan nondominan di dalam labia minora dan meretraksi jaringan

tersebut ke luar.Perawat harus menahannya dengan baik untuk menghindari retraksi

berulang terhadap jaringan yang sensitif tersebut.Perawat menggunakan tangan lain

untuk mempalpasi labia minora di antara ibu jari dan jari kedua. Pada saat inspeksi

labi minora normalnya lebh tipis daripada labia mayora dan satu sisinya akan lebih

besar. Jarinan tersebut harus terasa lunak pada saat palpasi dan tanpa nyeri

tekan.Ukuran klitoris bervariasi.Normalnya sekitar berukuran panjang 2cm atau

berukuran lebar 0,5cm. Perawat mencari adanya atrofi, inflamasi, atau adesi. Jika

terinflamasi, klitoris akan tampak merah ceri terang. Pada wanita muda klitoris

merupakan tempat yang umum untuk lesi sifilis atau kanker, yang tampak seperti

ulkus terbuka kecil yang mengeluarkan materi serosa.Wanita lansia dapat mengalami

perubahan malignan yang menyebabkan lesi kering, bersisik, noduler.

Orifisium uretra diobservasi dengan cermat warna dan posisinya.Normalnya

orifisium uretra harus utuh tanpa inflamasi.Perawat mencatat adanya rabas, polip, atau

fistula. Pada saat menginspeksi orifisium vagina(introitus), perawat menginspeksi

inflamasi, edema, perubahan warna, rabas, dan lesi. Normlnya introitus adalah celah

vertikal tipis atau orifisium yang besar, bersifat lembap.Himen tepat berada di dalam

introitus.

Dengan labia masih teretraksi, perawat memeriksa kelenjar Skene dan

Bartholin. Dengan telapak tangan menghadap ke atas, perawat memasukkan jari

telunjuk dari tangan yang akan diperiksa ke dalam vagina sejauh sendi kedua. Beri

tekanan keatas, perawat memeras kelenjar Skene dengan menggerakkan jari ke

luar.Rabas dan nyeri tekan merupakan hal yang abnormal.Pemeriksaan dilakukan

pada kedua sisi uretra dan kemudian langsung pada uretra.Teknik ini dapat

menyebabkan keluarnya rabas.Jika demikian, perawat harus mencatat warna, bau, dan

kosistensi serta ambil kulturnya.

Jika inflamasi dan edema ditemukan di dekat ujung posterior dan introitus,

kelenjar Bartholin dapat terinfeksi, normalnya tidak dapat dipalpasi.Untuk melakukan

palpasi, perawat meletakkan ibu jari dan jari telunjuk di antara labia mayora dan

introitus dan mempalpasi setiap sisi satu per satu.

Page 11: pemfis abdomen

Dengan jari telunjuk dan jari tengah yang bersarung tangan di dalam orifisium

vagina, perawat meminta klien untuk mendorong ke bawah seperti ketika ia berkemih.

Jika klien kekurangan penyokong otot yang adekuat, maka dinding vagina akan

menonjol, menghambat introitus. Bagian dinding vagina dan kandung kemih dapat

mengalami prolapse atau masuk ke dalam orifisium pada bagian anterior, hal ini

disebut sistokel. Penonjolan dinding posterior dapat menyebabkan prolapse rectum

(rektokel).Normalnya pada saat klien diminta berkontraksi, perawat mempalpasi

adanya ketegangan otot.Perawat juga mengonspeksi anus pada saat ini, mencari

adanya lesi dan hemoroid.

Klien yang beresiko mengalami penyakit menular seksual (PMS) harus

mempelajari cara melakukan pemeriksaan genital sendiri. Tujuannya untuk

mendeteksi adanya tanda atau gejala PMS, karena banyak orang yang tidak sadar

bahwa mereka menderita PMS.

PEMERIKSAAN SPEKULUM PADA GENETALIA INTERNAL

Pemeriksaan ini memerlukan keterampilan dan latihan.Sehingga peserta didik

pemula cenderung hanya mengobservasi prosedur atau membantu

memeriksa.Pemeriksaan tersebut melibatkan penggunaan spekulum plastik atau

logam.Terdiri dari dua bilah dan satu skrup ibu jari, spekulum tersebut dimasukkan ke

dalam vagina untuk mengkaji genitalia internal untuk adanya lesi kanker dan

abnormalitas lainnya. Selama pemeriksaan, Papanicolau (Pap) smear diambil untuk

menguji adanya kanker serviks.

Untuk membantu pemeriksa, perawat memastikan bahwa klien di posisi yang

nyaman di atas sanggurdi.Berbagai ukuran spekulum (kecil, sedang, besar) harus

tersedia.Sarung tangan, slide spesimen, dan spatula atau cytobrush. Lubrikan larut air

hanya boleh digunakan jika spesimen tidak akan diambil. Kebanyakan pemeriksa

membasahi spekulum dengan air hangat.

SERVIKS

Bagian pertama dari pemeriksaan melibatkan insersi speculum yang cermat

sampai pemeriksa dapat melihat serviks secara keseluruhan.Pemeriksa duduk di

bangku menghadap perineum klien.Lampu yang dapat diatur diletakkan di atas bahu

pemeriksa, diarahkan ke tempat pemeriksaan.Pemeriksa memegang spekulum dengan

tangan dominan dan menjelaskan prosedur tersebut kepada klien.Jika wanita tersebut

Page 12: pemfis abdomen

belum pernah diperiksa sebelumnya, masukkan dua jari ke dalam vagina untuk

mengeksplorasi abnormalitas.Kemudian dengan dua jari pemeriksa menekan badan

perineal tepat di dalam introitus.Setelah pemeriksaan untuk memastikan bahwa bilah

spekulum sudah tertutup, pemeriksa memasukkan speculum yang tertutup secara

miring (diputar 50 derajat berlawanan dengan arah jarum jam dari posisi vertikal)

melewati jari-jari tersebut. Speculum tersebut dimasukkan ke bawah pada sudut 45

derajat kea rah meja pemeriksaan untuk menghindari trauma pada uretra (manuver ini

berhubungan dengan lereng ke bawah abnormal dari kanal vagina).Kewaspadaan

dilakukan agar tidak menarik rambut pubis / menjepit labia.

Setelah bagian yang lebar dari bilah tersebut melewati introitus, speculum

dirotasi sehingga bilah tersebut berada pada posisi horizontal.Bilah tersebut dibuka

secara perlahan setelah insersi lengkap dan speculum digerakkan untuk

memvisualisasikan serviks.Setelah serviks terlihat sepenuhnya, bilah tersebut dikunci

pada posisi terbuka.Pemeriksa menginspeksi serviks untuk warna, tampilan tulang

atau lubang, posisi, ukuran, karakteristik permukaan, dan rabas.Serviks normal

berwarna merah muda mengkilat, halus dan bulat. Diameternya kira-kira 2,5-3cm

pada wanita muda dan lebih kecil lagi pada lansia. Serviks harus berada di garis

tengah dan tanpa lesi.

PAPANICOLAOU SMEAR

Permukaan serviks pada lubang kanal servikal dilapisi oleh lapisan-lapisan sel

skuamosa vagina.Sel tersebut bertemu dengan kelompok sel yang berbeda.Sel

kolumnar mengeluarkan mucus dan melapisi jalur yang mengarah ke dalam kavitas

sentral dari uterus.Sel skuamosa memiliki peran protektif terhadap serviks, dan sel

kolumnar memiliki peran reproduktif.Pap smear merupakan tes skrining tanpa nyeri

untuk kanker serviks.Spesiemn diambil dari endoserviks dan ektoserviks.Tes ini

sederhana dan tidak berefek samping.Tes ini harus dilakukan setiap tahun bersama

pemeriksaan pelvik pada wanita yang aktif secara seksual dan pada wanita yang telah

berusia 18 tahun.Setelah tiga atau lebih pemeriksaan tahunan berturut turut dengan

hasil normal, tes Pap dapat dilakukan lebih jarang.Wanita wanita yang beresiko tinggi

menderita kanker serviks dan yang sudah berusia diatas 40 tahun harus menjalani

pemeriksaan setiap tahun.

Pemeriksaan harus mengambil sampel terlebih dahulu dari bagian ;iar serviks

atau ektoserviks. Spatula plastic diputar 360 derajat dari permukaan serviks. Setelah

Page 13: pemfis abdomen

spatula ditarik, pemeriksa meratakan specimen tersebut secara tipis di atas slide kaca.

Perawat membantu menyemprot specimen dengan fiksatif sitologik dan memberi

label pada slide. Kemudian pemeriksa menggunakan cytobrush untuk mengambil sel

endoserviks.Cytobrush dimasukkan ke dalam os servikal dan dirotasi satu putaran

penuh. Specimen tersebut kemudian dioleskan secara merata pada slide dengan

memutar sikat tersebut dengan tekanan sedang. Sekali lagi specimen tersebut di

semprot dan diberi label.Di akhir prosedur, perawat memberi tahu klien bahwa bercak

darah merupkan hal yang normal selama beberapa jam. Terdapat juga alat paintbrush

(cervex-brush)yang dapat digunakan untuk mengambil kedua specimen pada saat

yang bersamaan. Alat tersebut menggunakan bulu-bulu plastic yang fleksibel, yang

sudah dilaporkan hanya sedikit menimbulkan bercak darah (Seidel et al, 1995).

VAGINA

Setelah spesimen diambil, pemeriksa melihat dinding vagina pada saat

speculum ditarik secara perlahan.Pada saat speculum dikeluarkan dari serviks, skrup

dilonggarkan, tetapi bilah dijaga agar tetap terbuka dengan ibu juri.Pada saat

penarikan tersebut, pemeriksa mencatat warna, karakteristik permukaan, dan

sekresi.Dinding vagina normalnya berwarna merah muda dan bebas dari rabas dan

lesi.Permukaan harus lembap dan halus.Sektresi normal bersifat encer, jernih atau

keruh, dan tidak berbau.Wanita yang menderita infeksi jamur, memiliki rabas yang

kental, putih, berbau aneh, dan seperti dadih.

Setelah speculum ditarik perawat membantu klien ke posisi duduk dan

membiarkan klien berpakaian dan melakukan hygiene.Pada lingkungan rumah sakit

klien mungkin memerlukan bantuan dalam hygiene perineal.Perawat memastikan

bahwa sarung tangan, speculum, dan peralatan sekali pakai lainnya telah dibuang

dengan tepat di wadahnya. Klien diberi tahu bahwa hasil Pap smear akan diperoleh

dalam 3-4 hari (periksa kebijakan institusi).

2. GENETALIA PRIA

Pemeriksaan genitalia pria mencakup pengkajian genitalia eksternal dan cincin

serta kanal inguinal. Karena tingginya insiden penyakit menular seksual pada remaja

dan dewasa muda, pengkajian genitalia harus menjadi bagian yang rutin dari

pemeriksaan pemeliharaan kesehatan untuk kelompok usia ini. Pemeriksaan dimulai

dengan klien berbaring telentang, dengan dada, abdomen, dan tungkai bawah

Page 14: pemfis abdomen

diselimuti.Digunakan teknik inspeksi dan palpasi.Perawat menggunakan sarung

tangan sekali pakai untuk mencegah infeksi silang dari rabas uretra.

Perawat harus belajar rileks dan membantu klien rileks selama pemeriksaan untuk

menghindari rasa malu atau cemas pada klien.Seringkali remaja atau pria merasa takut

mengalami ereksi pada saat pemeriksaan.Anak lelaki dan remaja merasa khawatir

tentang “kenormalan” genital mereka (Seide et al, 1995).Perawat harus membatasi

diskusi tentang aktivitas seksual klien selama pemeriksaan karena klien dapat

menganggap hal tersebut sebagai tindakan yang menghakimi.Klien harus

diperlakukan secara sopan.Genitalia dimanipulasi secara hati-hati agar tidak

menyebabkan ereksi atau ketidaknyamanan.

MATURITAS SEKSUAL

Perawat memulainya dengan mengkaji kematangan seksual klien, mencatat

ukuran dan bentuk penis dan testis, warna dan tekstur kulit skrotum, dan karakter

serta distribusi rambut pubis. Tanda-tanda awal dari pubertas, peningkatan

pertumbuhan genital dan rambut pubis bervariasi tetapi umumnya tidak dimulai

sebelum usia 9,5 tahun. selama tahap praremaja tidak ada rambut pubis kecuali

rambut halus yang ditemukan di abdomen. Pada usia remaja, rambut pubis meluas

dari dasar penis di atas sampai ke simfisis pubis dan menjadi kasar dan keriting.

Testis dan penis berkembang dengan semakin gelapnya kulit skrotum dan teksturnya

menjadi lebih tipis dan keriput.Penis memanjang secara perlahan, akhirnya mencapai

bagian dasar skrotum.Perawat menginspeksi kulit yang menutupi genitalia untuk

adanya kutu, ruam, ekskoriasi, atau lesi.

PENIS

Perawat menginspeksi struktur penis, termasuk batang, korona, prepusium,

glans, dan meatus uretra.Vena dorsalis harus terlihat pada saat inspeksi.Pada pria yang

tidak disirkumsisi, prepusium harus diretraks untuk melihat glans dan meatus

uretral.Prepusium harus mudah diretraksi.Sejumlah kecil cairan kental, putih di antara

glans dan prepusium merupakan hal yang normal. Jika terdapat bukti-bukti rabas

abnormal, biasanya diambil kultur. Meatus uretra seperti celah dan harus terdapat di

permukaan ventral hanya beberapa millimeter dari ujung glans.Pada beberapa kondisi

kongenital meatus terletak di sepanjang batang penis.Kompresi ringan glans dengan

ibu jari dan jari telunjuk membuka meatus uretra memungkinkan dilakukannya

Page 15: pemfis abdomen

inspeksi untuk adanya rabas.Meatus juga diinspeksi untuk adanya lesi, edema, dan

inflamasi.

Glans diperiksa dengan cermat di sekeliling lingkarannya untuk adanya

lesi.Area di antara prepusium dan glans merupakan tempat umum terjadinya penyakit

kelamin.Lesi dipalpasi secara perlahan untuk adanya nyeri tekan, ukuran, konsistensi,

dan bentuk.

Perawat harus menginspeksi keseluruhan batang penis, termasuk permukaan

di bawahnya, mencari adanya lesi, eskar, dan edema.Batang dipalpasi di antara ibu

jari dan dua jari pertama untuk mendeteksi adanya area-area pengerasan atau nyeri

tekan lokal.Jika inspeksi dan palpasi sudah selesai, prepusium ditarik ke bawah

kembali ke tempat asalnya.Penting bagi klien pria untuk belajar melakukan

pemeriksaan genital sendiri untuk mendeteksi tanda atau gejala penyakit menular

seksual.

SKROTUM

Perawat harus waspada pada saat menginspeksi dan mempalpasi skrotum

karena struktur yang berada di dalam sakus skrotum sangat sensitive.Skrotum

merupakan struktur seperti kantung yang dibagi secara internal menjadi

dua.Normalnya testis kiri lebih rendah dari testis kanan.Perawat menginspeksi ukuran

skrotum, bentuk dan kesimetrisannya sambil mengobservasi adanya lesi dan

edema.Skrotum biasanya berpigmen lebih gelap daripada kulit tubuh dan

permukaanya kasar.Diangkat secara perlahan untuk melihat permukaan

posterior.Kantung skrotum biasanya mudah diangkat.Ukuran skrotum normalnya

bertubuh berdasarkan variasi suhu otot dartos, berkonstraksi pada suhu dingin dan

rileks pada suhu hangat.

Kanker testis merupakan tumor padat yang banyak terjadi pada pria yang

berusia antara 18-34 tahun.Deteksi dini merupakan hal yang sangat penting, dan oleh

karena itu klien harus belajar melakukan pemeriksaan testis sendiri.Testis normalnya

ovoid dan kira-kira berukuran 2-4cm. Testis dan epididimis dipalpasi secara perlahan

dengan ibu jari dan dua jari pertama.Keduanya harus sensitif terhadap kompresi

ringan tetapi tidak nyeri tekan, dan terasa lembut dan kenyal serta bebas dari nodul.

Gejala paling umum dari kanker testis adalah pembesaran satu testis yang tidak nyeri

dan adanya benjolan keras, kecil yang dapat dipalpasi, seukuran kacang polong, di

bagian depan atau samping testis.Ukuran, bentuk, dan konsistensi organ harus

Page 16: pemfis abdomen

dicatat.Pada lansia, ukuran testis menurun dan kurang keras pada saat palpasi.Klien

harus ditanyakan tentang adanya nyeri tekan yang tidak wajar.Perawat melanjutkan

mempalpasi vas deferens secara terpisah karena membentuk korda spermatik ke arah

cincin inguinal, catat adanya nodul/pembengkakan.

CINCIN DAN KANAL INGUINALIS

Cincin inguinal eksternal adalah lubang pada korda spermatik untuk masuk ke

dalam kanal inguinal.Kanal tersebut membentuk jalan ke dinding abdomen, daerah

potensial untuk pembentkan hernia.Gulungan usus dapat memasuki skrotum.Klien

berdiri selama bagian pemeriksaan ini.

Kedua area inguinal tersebut diinspeksi untuk adanya tanda-tanda nyata

penonjolan.Selama inspeksi klien diminta untuk mengejan. Maneuver ini membantu

agar hernia lebih mudah dilihat. Perawat menyelesaikan pemeriksaan dengan

mempalpasi nodus limfe inguinalis.Nodus yang kecil, tidak nyeri tekan, dan bergerak

secara horizontal merupakan nodus yang normal.Normalnya nodus tersebut tidak

dapat dipalpasi.Adanya abnormalitas dapat mengindikasikan infeksi local atau

sistemik atau penyakit metastatik.

D. EKSTREMITAS

1. Bentuk Ektremitas

a. Ektremitas Atas :

Evaluasi Range or Motion (ROM) Bergerak bebas tanpa nyeri /

spasme otot / sendi bengkak / kontraktur. Bergerak terbatas bias karena

nyeri, spasme otot

1) Rentang gerak penuh dengan melawan gaya gravitasi

2) Kekuatan otot secara bilateral simetris terhadap tahanan tanaga

dorongan

3) Tidak ada gerakan tubuh

4) Tidak ada kontraksi otot

5) Tidak dapat melawan gaya gravitasi

6) Refleks otot bisep. Gerakan respon singkat (tidak berlebihan /

sangat lambat )

Page 17: pemfis abdomen

a) Refleks berupa fleksi

b) Tidak ada respon reflex

c) Gerakan hypoaktif( minim activity) atau hiperaktif ( sangat

cepat)

d) Palpasi brachialis dan radial pulpasi irama teratur

7) Kekuatan denyut sama setiap denyutan

8) Denyutan terasa penuh dan mudah di palpasi

9) Frekuensi dalam batas normal (dewasa 100x/menit)

10) Irama regular

11) Kekuatan setiap denyutan tidak sama

12) Denyutan lemah

13) Frekuensi melebihi atau kurang dari batas normal

b. Ektremitas Bawah :

Evaluasi Range or Motion (ROM) Bergerak bebas tanpa

nyeri/spasme otot/ sendi bengkak/ kontraktur. Bergerak terbatas bias

karena nyeri, spasme otot

1) Kekuatan otot terhadap kontraksi otot

2) Rentang gerak penuh dengan melawan gaya gravitasi

3) Kekuatan otot secara bilateral simetris terhadap tahanan tanaga

dorongan

4) Tidak ada gerakan tubuh

5) Tidak ada kontraksi otot

6) Tidak dapat melawan gaya gravitasi

Test refleks patella dan plantar gerakan respon singkat (tidak

berlebihan / sangat lambat)

1) Refleks berupa ekstensi dari tungkai bawah (refleks patella)

2) Refleks berupa penekukan ibu jari kaki ke bawah (refleks plantar)

3) Tidak ada respon refleks

Page 18: pemfis abdomen

4) Gerakan hypoaktif( minim activity) atau hiperaktif ( sangat cepat)

5) Dada (depan dan belakang)

2. Kemampuan Gerak Ektremitas

a. Kekuatan ( Strenght ) adalah kemampuan otot untuk menahan

beban dalam waktu yang relatif singkat sampai pada kemampuan

untuk menerima beban maksimal.

b. Kecepatan ( Rapidty ) adalah kemampuan untuk melakukan

gerakan dalam satu satuan waktu dan jarak yang ditempuh.

Kecepatan dapat dihitung dari hasil bagi antara jarak yang

ditempuh dengan waktu yang dibutuhkan untuk menempuh jarak

tersebut. Kecepatan meliputi :

1). Kecepatan reaksi ( rapidty reaction ) adalah kecepatan indera

tubuh untuk menerima rangsang dan melakukan response.

2) Kecepatan waktu ( rapidty time ) adalah kecepatan yang diukur

dari mulai awal gerakan pertama terjadi sampai dengan gerakan

yang dilakukan paling akhir.

c. Power adalah kemampuan otot untuk melakukan gerakan –

gerakan dengan cepat dan menggunakan beban yang maksimal.

d. Keseimbangan ( balance ) adalah kemampuan tubuh untuk

melawan gravitasi dengan cara melihat tumpuannya. Karena

semakin kecil tumpuannya maka keseimbangannya semakin baik.

e. Kelentukan ( Pliability ) adalah kemampuan otot untuk melakukan

keluasan gerak otot persendian.

f. Kelincahan ( agility ) adalah kemampuan tubuh untuk bergerak

dengan cara mengubah arah dengan cepat, tepat, dan seimbang.

g. Daya tahan ( kardiovaskuler respirasi ) adalah kemampuan otot

untuk menahan beban dalam jangka waktu yang relative lama.

Page 19: pemfis abdomen

h. Koordinasi ( coordination ) adalah kerja sama antara bagian tubuh

yang satu dengan bagian tubuh yang lainnya. Misalnya koordinasi

antara mata dan tangan atau koordinasi antara mata dan kaki.

Sehingga dalam pergerakannya akan seimbang.

i. Ketepatan ( accuracy ) adalah kemampuan tubuh atau indera untuk

melakukan aktivitas fisik untuk mencapai target atau tujuan tertent

j. Kekebalan ( invulnerability ) adalah kemampuan otot untuk

melakukan adaptasi terhadap rangsangan yang dilakukan.

3. Perfusi Perifer

Keadaan dimana individu mengalami atau berisiko mengalami

suatu penurunan dalam nutrisi dan pernapasan pada tingkat seluler perifer

suatu penurunan dalam suplai darah kapiler.

a. Batasan Karakteristik :

1) Denyut nadi lemah/tidak terasa

2) Perubahan fungsi motorik

3) Perubahan karakteristik kulit (warna, elastisitas, bulu,

kelembaban, kuku, perasaan, suhu).

4) Tekanan darah berubah dalam ektremitas

5) Pincang/ timpang

6) Warna yang tidak kembali semula pada kaki saat menurunkannya

7) Terlambatnya penyembuhan luka perifer

8) Denyut nadi diminished

9) Udem

10) Nyeri ekstremitas

11) Kesemutan

12) Warna kulit pucat pada elevasi

Page 20: pemfis abdomen

b. Faktor yang Berhubungan:

1) Kurangnya pengetahuan tentang faktor-faktor  yang memberatkan

seperti : merokok, gaya hidup yang monoton/santai, trauma (luka

berat), kegemukan, pemasukan garam,  kurang bergerak.

2).Kurangnya pengetahuan tentang proses penyakit seperti : diabetes,

kadar lemak yang tinggi dalam darah.

3).Diabetes mellitus

4).Tekanan darah tinggi

5).Gaya hidup santai/ monoton

6).Merokok

4. Pemeriksaan Tulang

Kurvatura normal tulang belakang biasanya konveks pada bagian

dada, dan konkaf sepanjang leher dan pinggang. Deformitas tulang

belakang yang sering terjadi yang perlu diperhatikan meliputi : 

a.Skoliosis (deviasi kulvatura lateral tulang belakang)

b.Kifosis (kenaikan kulvatura tulang belakang bagian dada) 

c.Lordosis (membebek, kulvatura tulang belakang bagian pinggang

Pada saat inspeksi tulang belakang, buka baju pasien untuk

menampakkan seluruh punggung, bokong dan tungkai. Pemeriksa

memeriksa kulvatura tulang belakang dan simetri batang tubuh dari

pandangan anterior posterior dan lateral. Berdiri dibelakang pasien,

pemeriksa dapat memperhatikan setiap perbedaan tinggi bahu dan krista

iliaka. Lipatan bokong normalnya simetris, simetris bahu dan pinggul,

begitu pula kelurusan tulang belakang, diperiksa dengan pasien berdiri

tegak dan membungkuk ke depan. Skoliosis ditandai dengan kulvatura

lateral abnormal tulang belakang, bahu yang tidak sama

a. Tujuan :

1). Memperoleh data dasar tentang , tulang

Page 21: pemfis abdomen

2).Mengetahui adanya mobilitas, kekuatan atau adanya gangguan

pada bagian bagian tertentu

b. Persiapan alat :

1).Meteran

c. Prosedur pelaksanaan :

1). Amati kenormalan susunan tulang dan adanya deformitas

2). Palpasi untuk mengetahui adanya edema atau nyeri tekan

3). Amati keadaan tulang untuk mengetahui adanya pembengkakan

5. Pemeriksaan Sendi

Sistem persendian dievaluasi dengan memeriksa luas gerakan,

deformitas, stabilitas, dan adanya benjolan. Luas gerakan yang terbatas

bias disebabkan karena deformiatas skeletal, patologis sendi, atau

kontraktur otot dan tendon disekitarnya. Pada lansia, keterbatasan

gerakan yang berhubungan denga patologi sendi degenerative dapat

menurunkan kemampuan meraka melakukan aktivitas hidup sehari hari.

Jika gerkan sendi mengalami gangguan atau sendi terasa nyeri, maka

harus diperiksa adanya kelabihan cairan dalam kapsulnya (efusi),

pembengkakan, dan peningkatan suhu yang mencerminkan adanya

inflamsi aktif  Deformitas sendi bisa disebabkan kontraktur (pemendekan

struktur sekitar sendi) dislokasi (lepasnya permukaan sendi), subluksasi

(lepasnya sebagian permukaan sendi), atau disrupsi struktur sekitar sendi.

Palpasi sendi sementara sendi digerakkan secara pasif akan memberiikan

informasi mengenai integritas sendi. Normalnya, sendi bergerak secara

halus. Suara gemletuk dapat menunjukkan adanya ligament yang

tergelincir di antara tonjolan tulang. Permukaan yang kurang rata, seprti

pada keadaan arthritis, mengakibatkan adanya krepitus karena permukaan

yang tidak rata tersebut yang saling bergeseran satu sama lain.

Jaringan sekitar sendi diperiksa adanya benjolan. Rheumatoid arthritis,

Page 22: pemfis abdomen

gout, dan osteoarthritis menimbulkan benjolan yang khas. Benjolan

dibawah kulit pada rheumatoid arthritis lunak dan terdapat di dalam dan

sepanjang tendon yang memberikan fungsi ekstensi pada sendi biasanya,

keterlibatan sendi mempunya pola yang simetris. Benjolan pada GOUT

keras dan terletak dalam dan tepat disebelah kapsul sendi itu sendiri.

Kadang mengalami rupture, mengeluarkan Kristal asam urat putih

kepermukaan kulit. Benjolan osteoatritis keras.

a. Tujuan :

1). Memperoleh data dasar tentang persendian

2). Mengetahui adanya mobilitas, kekuatan atau adanya gangguan

pada bagian bagian tertentu

b. Prosedur pelaksaan :

1). Inspeksi persendian untuk mengetahui adanya kelainan

persendian

2).Palpasi persendian untuk mengetahui adanya nyeri tekan,

gerakan, bengkak, nodul, dan lain-lain

3). Kaji tentang gerak persendian

4). Catat hasil pemeriksaan

6. Gangguan Persendian

Manusia- Apabila kita mengalami gangguan persendian, gerakan

tulang menjadi tidak leluasa atau maksimal. Selain itu, gangguan ini juga

menimbulkan rasa nyeri. Macam dan Jenis Gangguan yang dimaksud

meliputi : (Baca : Kelainan pada Tulang)

a. Ankilosis

Ankilosis adalah persendian yang tidak dapat digerakkan karena

seolah-olah kedua tulang menyatu.

b. Dislokasi

Dislokasi adalah sendi bergeser dari kedudukan semula.

c. Terkilir atau keseleo

Page 23: pemfis abdomen

Terkilir atau keseleo adalah tertariknya ligamen akibat gerak yang

mendadak.

d. Artritis

e. Artritis adalah peradangan pada satu atau beberapa sendi dan

kadang-kadang posisi tulang mengalami perubahan.Artritis

dibedakan sebagai berikut.

1) Gout artritis

Gout artritis adalah gangguan persendian akibat kegagalan

metabolisme asam urat. Asam urat yang tinggi dalam darah

diangkut dan ditimbun dalam sendi yang kecil, biasanya pada

jari-jari tangan. Akibatnya ujung-ujung ruas jari tangan

membesar.

2) Osteoartritis

Osteoartritis adalah suatu penyakit kemunduran, sendi tulang

rawan menipis dan mengalami degenerasi. Biasa terjadi karena

usia tua.

3) Reumathoid

Reumathoid adalah suatu penyakit kronis yang terjadi pada

jaringan penghubung sendi. Sendi membengkak dan terjadi

kekejangan pada otot penggeraknya.