Pemfis Neuro Lengkap

32
CARA MELAKUKAN ANAMNESIS . ANAMNESIS yang baik membawa kita menempuh setengah jalan kearah diagnosis yang tepat . Biasanya pengambilan anamnesis mengikuti 2 pola umum yaitu: -Pasien dibiarkan secara bebas mengemukakan semua keluhan serta kelainan yang dideritanya. -Pemeriksa ( dokter ) membimbing pasien mengemukakan keluhannya atau kelainannya dengan jalan mengajukan pertanyaan tertuju. CARA MELAKUKAN ANAMNESIS • “ Keluhan utamanya “ yaitu keluhan yang mendorong pasien datang berobat ke dokter. • Kemudian ditelusuri tiap keluhan dengan mencari “Riwayat penyakit yang sedang dideritanya.” • Mulai timbulnya • Krononologi timbulnya gejala gejala. • Perjalanan penyakitnya dimana perlu ditanyakan. – Lokalisasi keluhan atau kelainan. – Bagaimana sifat keluhan atau kelainan? – Seberapa kerasnya keluhan atau seberapa besarnya kelainan itu? – Kapan timbulnya dan bagaimana perjalanan selanjutnya. – Bagaimana mula timbulnya? – Faktor-faktor apakah yang meringankan atau memperberat keluhan, gejala atau kelainan? – Gejala – gejala atau tanda – tanda patologik apakah yang menyertai /mengiringinya? CARA MELAKUKAN ANAMNESIS • Terapi dan segala pemeriksaan yang telah dilakukan sebelumnya. • Diagnosa penyakit penyakit sewaktu di rawat sebelumnya. • Uraian mengenai perjalanan penyakit selama masa diantara perawatan terakhir dan saat pasien diwawancarai ini. • Bagaimana dengan nafsu makan, pola tidur, pekerjaan dan kehidupan sosial keluarga selama ini.

Transcript of Pemfis Neuro Lengkap

Page 1: Pemfis Neuro Lengkap

CARA MELAKUKAN ANAMNESIS .ANAMNESIS yang baik membawa kita menempuh setengah jalan kearah diagnosisyang tepat .Biasanya pengambilan anamnesis mengikuti 2 pola umum yaitu:-Pasien dibiarkan secara bebas mengemukakan semua keluhan sertakelainan yang dideritanya.

-Pemeriksa ( dokter ) membimbing pasien mengemukakan keluhannya ataukelainannya dengan jalan mengajukan pertanyaan tertuju.

CARA MELAKUKAN ANAMNESIS• “ Keluhan utamanya “ yaitu keluhan yang mendorong pasien datang berobat ke dokter.• Kemudian ditelusuri tiap keluhan dengan mencari “Riwayat penyakit yang sedang dideritanya.”• Mulai timbulnya• Krononologi timbulnya gejala gejala.• Perjalanan penyakitnya dimana perlu ditanyakan.– Lokalisasi keluhan atau kelainan.– Bagaimana sifat keluhan atau kelainan?– Seberapa kerasnya keluhan atau seberapa besarnya kelainan itu?– Kapan timbulnya dan bagaimana perjalanan selanjutnya.– Bagaimana mula timbulnya?– Faktor-faktor apakah yang meringankan atau memperberat keluhan, gejala atau kelainan?– Gejala – gejala atau tanda – tanda patologik apakah yang menyertai /mengiringinya?

CARA MELAKUKAN ANAMNESIS

• Terapi dan segala pemeriksaan yang telah dilakukan sebelumnya.• Diagnosa penyakit penyakit sewaktu di rawat sebelumnya.• Uraian mengenai perjalanan penyakit selama masa diantara perawatan terakhir dan saat pasien diwawancarai ini.• Bagaimana dengan nafsu makan, pola tidur, pekerjaan dan kehidupan sosial keluarga selama ini.• Bagaimana efek psikologi terhadap penyakitnya yang diderita nya.

CARA PEMERIKSAAN KESADARAN .• PEMERIKSAAN KESADARAN dapat dinyatakan secara kwantitatif maupun kwalitatif. Cara kwantitatif dengan menggunakan Glasgow Coma Scale dipandang lebih baik karena beberapa hal.

– Dapat dipercaya.– Sangat teliti dan dapat membedakan kelainannya hingga tidak terdapat banyak perbedaan antara dua penilai ( obyektif ).– Dengan sedikit latihan dapat juga digunakan oleh perawat sehingga observasi mereka lebih cermat.

Page 2: Pemfis Neuro Lengkap

CARA PEMERIKSAAN KESADARAN .

• CARA PEMERIKSAAN KWANTITATIF(GLASGOW COMA SCALE )– MEMBUKA MATA.– RESPONS VERBAL ( BICARA ).– RESPONS MOTORIK ( GERAKAN ).

PENILAIAN GLASSGOW COMA SCALE (GCS)EYE

EYE OPENING SPONTAN 4DIPANGGIL 3RANGSANG NYERI 2TIDAK ADA RESPONSE (DIAM) 1

PENILAIAN GLASSGOW COMA SCALE (GCS)VERBAL RESPONSE

ORIENTASI BAIK 5JAWABAN KACAU 4KATA-KATA TIDAK PATUT (INAPPROPRIATE) 3BUNYI TAK BERARTI INCOMPREHENSIBLE 2TIDAK BERSUARA 1

PENILAIAN GLASSGOW COMA SCALE (GCS)MOTOR RESPONSE

SESUAI PERINTAH 6LOKALISASI NYERI 5REAKSI PADA NYERI 4FLEKSI (DEKORTIKASI) 3EKSTENSI (DESEREBRASI) 2TIDAK ADA RESPONSE (DIAM) 1

Page 3: Pemfis Neuro Lengkap

CARA PEMERIKSAAN KESADARAN .

• PITTSBURGH BRAIN STEM SCORE.• Cara ini dapat digunakan untuk menilai refleks brainstem pada pasien koma.

• Brainstem reflex• 1. Refleks bulu mata positif kedua sisi 2• negatif 1• 2. Refleks kornea positif kedua sisi 2• negatif 1• 3. Doll’s eye movement/ice water calories positif kedua sisi 2• negatif 1• 4. Reaksi pupil kanan terhadap cahaya positif 2• negatif 1• 5. Reaksi pupil kiri terhadap cahaya positif 2• negatif 1• 6. Refleks muntah atau batuk positif 2• negatif 1• Interpretasi: Nilai minimum : 6• Nilai maksimum : 12 ( nilai /skor makin tinggi makin baik )

• CARA PEMERIKSAAN KWALITATIF.• Tingkat kesadaran dibagi menjadi beberapa yaitu:• Normal : kompos mentis.• Somnolen.• Sopor• Koma – ringan.• Koma.

• SOMNOLEN : Keadaan mengantuk . Kesadaran dapat pulih penuh bila dirangsang . Somnolen disebut juga sebagai: letargi. Tingkat kesadaran ini ditandai oleh mudahnya pasien dibangungkan, mampu memberi jawaban verbal dan menangkis rangsang nyeri.

• SOPOR ( STUPOR ): Kantuk yang dalam. Pasien masih dapat dibangunkan dengan rangsang yang kuat , namun kesadarannya segera menurun lagi. Ia masih dapat mengikuti suruhan yang singkat dan masih terlihat gerakan spontan. Dengan rangsangnyeri pasien tidak dapat dibangunkan sempurna. Reaksi terhadap perintah tidak konsisten dan samar. Tidak dapat diperoleh jawaban verbal dari pasien..Gerak motorik untuk menangkis rangsang nyeri masih baik.

• KOMA-RINGAN ( SEMI – KOMA ) . Pada keadaan ini tidak ada respons terhadap rangsang verbal. Refleks ( kornea, pupil dsb) masih baik. Gerakan terutama timbul sebagai respons terhadap rangsang nyeri. Pasien tidak dapat dibangunkan.

• KOMA ( DALAM ATAU KOMPLIT). Tidak ada gerakan spontan. Tidak ada jawaban sama sekali terhadap rangsang nyeri yang bagaimanapun kuatnya

CARA PEMERIKSAAN RANGSANG MENINGEAL .

• . KAKU KUDUK.

Untuk memeriksa kaku kuduk dapat dilakukan sbb:Tangan pemeriksa ditempatkan dibawah kepala pasien yang sedang berbaring, kemudian kepala ditekukan ( fleksi) dan diusahakan agar dagu mencapai dada. Selama penekukan diperhatikan

Page 4: Pemfis Neuro Lengkap

adanya tahanan. Bila terdapat kaku kuduk kita dapatkan tahanan dan dagu tidak dapat mencapai dada. Kaku kuduk dapat bersifat ringan atau berat

• KERNIG SIGN.

Pada pemeriksaan ini , pasien yang sedang berbaring difleksikan pahanya pada persendian panggul sampai membuat sudut 90 derajat. Setelah itu tungkai bawah diekstensikan pada persendian lutut sampai membentuk sudut lebih dari 135 derajat terhadap paha. Bila teradapat tahanan dan rasa nyeri sebelum atau kurang dari sudut 135 derajat , maka dikatakan kernig sign positif.

• BRUDZINSKI SIGN.

Ini meliputi : Tanda leher menurut Brudzinski, Tanda tungkai kontralateral menurut Brudzinski, Tanda pipi menurut Brudzinski, Tanda simfisis pubis menurutBrudzinski dan istilah ini sering disalahpahamkan dengan Tanda Brudzinski 1 ( Brudzinski’s neck sign),Tanda Brudzinski 2 ( Brudzinski’s contralateral leg sign) dstnya.

• Tanda Leher menurut Brudzinski

Pasien berbaring dalam sikap terlentang, dengan tangan yang ditempatkan dibawah kepala pasien yang sedang berbaring , tangan pemeriksa yang satu lagi sebaiknya ditempatkan didada pasien untuk mencegah diangkatnya badan kemudian kepala pasien difleksikan sehingga dagu menyentuh dada.Test ini adalah positif bila gerakan fleksi kepala disusul dengan gerakan fleksi di sendi lutut dan panggul kedua tungkai secara reflektorik.

• Tanda tungkai kontra lateral menurut Brudzinski.

Pasien berbaring terlentang. Tungkai yang akan dirangsang difleksikan pada sendi lutut, kemudian tungkai atas diekstensikan pada sendi panggul. Bila timbul gerakan secara reflektorik berupa fleksi tungkai kontralateral pada sendi lutut dan panggul ini menandakan test ini postif.

Page 5: Pemfis Neuro Lengkap

• Tanda pipi menurut Brudzinski.Penekanan pada pipi kedua sisi tepat dibawah os zygomaticus akan disusul oleh gerakan fleksi secara reflektorik dikedua siku dengan gerakan reflektorik keatas sejenak dari kedua lengan.

• Tanda simfisis pubis menurut Brudzinski.

Penekanan pada simfisis pubis akan disusul oleh timbulnya gerakan fleksi secara reflektorik pada kedua tungkai disendi lutut dan panggul.

• Tanda Lasegue.

Untuk pemeriksaan ini dilakukan pada pasien yang berbaring lalu kedua tungkai diluruskan ( diekstensikan ) , kemudian satu tungkai diangkat lurus, dibengkokkan ( fleksi ) persendian panggulnya. Tungkai yang satu lagi harus selalu berada dalam keadaan ekstensi ( lurus ) . Pada keadaan normal dapat dicapai sudut 70 derajat sebelum timbul rasa sakit dan tahanan. Bila sudah timbul rasa sakit dan tahanan sebelum mencapai 70 derajat maka disebut tanda Laseguepositif. Namun pada pasien yang sudah lanjut usianya diambil patokan 60 derajat.

CARA PEMERIKSAAN SARAF KRANIALIS.

• SARAF OTAK I ( NERVUS OLFAKTORIUS ).

• Tujuan pemeriksaan : untuk mendeteksi adanya gangguan menghidu, selain itu untuk mengetahui apakah gangguan tersebut disebabkan oleh gangguan saraf atau penyakit hidung lokal.

• Cara pemeriksaan.Salah satu hidung pasien ditutup, dan pasien diminta untuk mencium bau-bauan tertentu yang tidak merangsang .Tiap lubang hidung diperiksa satu persatu dengan jalan menutup lubang hidung yang lainnya dengan tangan. Sebelumnya periksa lubang hidung apakah ada sumbatan atau kelainan setempat, misalnya ingus atau polip. Contoh bahan yang sebaiknya dipakai adalah : teh, kopi,tembakau,sabun, jeruk.

• SARAF OTAK I ( NERVUS OLFAKTORIUS ).

• Anosmia adalah hilangnya daya penghiduan.• Hiposmia adalah bila daya ini kurang tajam• Hiperosmia adalah daya penghiduan yang terlalu peka.• Parosmia adalah gangguan penghiduan bilamana tercium bau yang tidak sesuai misalnya minyak kayu putih tercium sebagai bau bawang goreng.• Jika parosmia dicirikan oleh modalitas olfaktorik yang tidak menyenangkan atau yang memuakan seperti bacin , pesing dsb, maka digunakan istilah lain yaitu kakosmia.

Page 6: Pemfis Neuro Lengkap

• Baik dalam hal parosmia maupun kakosmia adanya perangsangan olfaktorik merupakan suatu kenyataan, hanya pengenalan nya saja tidak sesuai, tetapi bila tercium suatu modalitas olfaktorik tanpa adanya perangsangan maka kesadaran akan suatu jenis bau ini adalah halusinasi, yaitu halusinasi olfaktorik.

• SARAF OTAK II ( NERVUS OPTIKUS ).

• Tujuan pemeriksaan : Untuk mengukur ketajaman penglihatan ( visus) dan menentukan apakah kelainan pada penglihatan disebabkan oleh kelainan okuler lokal atau oleh kelainan saraf.

Untuk mempelajari lapang pandang.

• Cara pemeriksaan.1. pemeriksaan penglihatan ( visus ) Ketajaman penglihatan diperiksa dengan :• membandingkan ketajaman penglihatan pemeriksa dengan jalan pasien disuruh melihat benda yang letaknya jauh misal jam didinding, membaca huruf di buku atau koran.• melakukan pemeriksaan dengan menggunakan kartu Snellen. Pasien diminta untuk melihat huruf huruf sehingga tiap huruf dilihat pada jarak tertentu, kartu snellen ialah huruf huruf yang disusun makin kebawah makin kecil , barisan paling bawah mempunyai huruf huruf paling kecil yang oleh mata normal dapat dibaca dari jarak 6 meter.. menggunakan jari jari yang digerakkan harus dapat dilihat dalam jarak 60 meter. contoh visus = 2/60 pasien hanya dapat melihat pergerakan jari pada jarak 2 meter Untuk gerakan tangan harus tampak pada jarak 300 meter. Jika kemampuannya hanya sampai membedakan adanya gerakan , maka visusnya ialah 1/300. Contoh Visus = 3/300 pasien hanya dapat melihat pergerakan tangan pada jarak 3 meter. Namun jika hanya dapat membedakan antara gelap dan terang maka visus nya 1/~, bila dengan sinar lampu masih belum dapat melihat maka dikatakan visus pasien tersebut adalah nol. Bila hendak melakukan pemeriksaan pada mata kanan maka mata kiri harus ditutup dengan telapak tangan kanan dan sebaliknya.

• Bila terdapat gangguan ketajaman penglihatan apakah gangguan ketajaman penglihatan yang disebabkan oleh kelainan oftalmologik ( bukan saraf ) misalnya kornea, uveitis, katarak dan kelainan refraksi maka dengan menggunakan kertas yang berlubang kecil dapat memberikan kesan adanya faktor refraksi dalam penurunan visus, bila dengan melihat melalui lubang kecil huruf bertambah jela maka faktor yang berperan mungkin gangguan refraksi.

• pemeriksaan lapang pandang.Yang paling mudah adalah dengan munggunakan metode Konfrontasi dari Donder.Dalam hal ini pasien duduk atau berdiri kurang lebih jarak 1 meter dengan pemeriksa, Jika kita hendak memeriksa mata kanan maka mata kiri pasien harus ditutup, misalnya dengan tangannya pemeriksa harus menutup mata kanannya. Kemudian pasien disuruh melihat terus pada mata kiri pemeriksa dan pemeriksa harus selalu melihat ke mata kanan pasien. Setelah pemeriksa menggerakkan jari tangannya dibidang pertengahan antara pemeriksa dan pasien dan gerakan dilakukan dari arah luar ke dalam. Jika pasien mulai melihat gerakan jari – jari pemeriksa , ia harus memberitahu, dan hal ini dibandingkan dengan pemeriksa, apakah iapun telah melihatnya. Bila sekiranya ada gangguan kampus penglihatan ( visual field ) maka pemeriksa akan lebih dahulu melihat gerakan tersebut.Gerakan jari tangan ini dilakukan dari semua jurusan dan masing masing mata harus diperiksa.

• Ada bagian bagian visual field yang buta dimana pasien tidak dapat melihatnya, ini disebut dengan SKOTOMA.• Skotoma positif : tanpa diperiksa pasien sudah merasa adanya skotoma.• Skotoma negatif: dengan diperiksa pasien baru merasa adanya skotoma.• Macam macam gangguan ”visual field” antara lain.• - hemianopsia ( temporal; nasal ; bitemporalis ; binasal ).• - homonymous hemianopsia.• - homonymous quadrantanopsia.• - total blindness dsb

Page 7: Pemfis Neuro Lengkap

SARAF OTAK III,IV,VI (NERVUS OKULOMOTORIUS,TROKLEARIS,ABDUSENS)

Fungsi N III,IV,VI saling berkaitan dan diperiksa bersama sama . Fungsinya ialah menggerakkan otot mata ekstraokuler dan mengangkat kelopak mata. Serabutotonom N III mengatur otot pupil.

Cara pemeriksaan.Terdiri dari:– pemeriksaan gerakan bola mata.– pemeriksaan kelopak mata.– pemeriksaan pupil.

SARAF OTAK III,IV,VI (NERVUS OKULOMOTORIUS,TROKLEARIS,ABDUSENS)1.Pemeriksaan gerakan bola mata.• Lihat ada/tidaknya nystagmus ( gerakan bola mata diluar kemauan pasien).• Pasien diminta untuk mengikuti gerakan tangan pemeriksa yang digerakkan kesegala jurusan. Lihat apakah ada hambatan pada pergerakan matanya. Hambatan yang terjadi dapat pada satu atau dua bola mata.• Pasien diminta untuk menggerakan sendiri bola matanya.2.Pemeriksaan kelopak mata:• Membandingkan celah mata/fissura palpebralis kiri dan kanan . Ptosis adalah kelopak mata yang menutup.

3.Pemeriksaan pupil• Lihat diameter pupil, normal besarnya 3 mm.• Bandingkan kiri dengan kanan ( isokor atau anisokor ).• Lihat bentuk bulatan pupil teratur atau tidak.

Pemeriksaan refleks pupil:refleks cahaya.• Direk/langsung : cahaya ditujukan seluruhnya kearah pupil.• Normal , akibat adanya cahaya maka pupil akan mengecil ( miosis ).• Perhatikan juga apakah pupil segera miosis, dan apakah ada pelebaran kembali yang tidak terjadi dengan segera.• Indirek/tidak langsung: refleks cahaya konsensuil. Cahaya ditujukan pada satu pupil, dan perhatikan pupil sisi yang lain.

refleks akomodasi.• caranya , pasien diminta untuk melihat telunjuk pemeriksa pada jarak yang cukup jauh, kemudian dengan tiba – tiba dekatkanlah pada pasien lalu perhatikan reflek konvergensipasien dimana dalam keadaan normal kedua bola mata akan berputar kedalam atau nasal.• Reflek akomodasi yang positif pada orang normal tampak dengan miosis pupil.refleks ciliospinal.• rangsangan nyeri pada kulit kuduk akan memberi midriasis ( melebar ) dari pupil homolateral.• keadaan ini disebut normal.

Page 8: Pemfis Neuro Lengkap

refleks okulosensorik.• rangsangan nyeri pada bola mata/daerah sekitarnya, normal akan memberikan miosis atau midriasis yang segera disusul miosis.• refleks terhadap obat-obatan.• Atropine dan skopolamine akan memberikan pelebaran pupil/midriasis.• Pilocarpine dan acetylcholine akan memberikan miosis.

SARAF OTAK V ( NERVUS TRIGEMINUS ).

Cara pemeriksaan.• Pemeriksaan motorik.• pasien diminta merapatkan gigi sekuatnya, kemudian meraba m . masseter dan m. Temporalis. Normalnya kiri dan kanan kekuatan, besar dan tonus nya sama .• pasien diminta membuka mulut dan memperhatikan apakah ada deviasi rahang bawah, jika ada kelumpuhan maka dagu akan terdorong kesisi lesi. Sebagai pegangan diambil gigi seriatas dan bawah yang harus simetris.Bila terdapat parese disebelah kanan , rahang bawah tidak dapat digerakkan kesamping kiri. Cara lain pasien diminta mempertahankan rahang bawahnya kesamping dan kita beri tekanan untuk mengembalikan rahang bawah keposisi tengah.

Cara pemeriksaan.• Pemeriksaan sensorik.– Dengan kapas dan jarum dapat diperiksa rasa nyeri dan suhu, kemudian lakukan pemeriksaan pada dahi, pipi dan rahang bawah.

Pemeriksaan refleks.a. Refleks kornea ( berasal dari sensorik Nervus V).\• - Kornea disentuh dengan kapas, bila normal pasien akan menutup matanya atau• menanyakan apakah pasien dapat merasakan.

b. Refleks masseter / Jaw reflex ( berasal dari motorik Nervus V).• Dengan menempatkan satu jari pemeriksa melintang pada bagian tengah dagu, lalu• pasien dalam keadaan mulut setengah membuka dipukul dengan ”hammer refleks”• normalnya didapatkan sedikit saja gerakan, malah kadang kadang tidak ada. Bila• ada gerakan nya hebat yaitu kontraksi m.masseter, m. temporalis, m pterygoideus• medialis yang menyebabkan mulut menutup ini disebut reflex meninggi.

c. Refleks supraorbital.

• Dengan mengetuk jari pada daerah supraorbital, normalnya akan menyebabkan mata• menutup homolateral ( tetapi sering diikuti dengan menutupnya mata yang lain ).

Page 9: Pemfis Neuro Lengkap

SARAF OTAK VII ( NERVUS FASIALIS ).

Pemeriksaan fungsi motorik.• Pasien diperiksa dalam keadaan istirahat. Perhatikan wajah pasien kiri dan kanan apakah simetris atau tidak. Perhatikan juga lipatan dahi, tinggi alis, lebarnya celah mata, lipatan kulit nasolabial dan sudut mulut.Kemudian pasien diminta untuk menggerakan wajahnya antara lain:– Mengerutkan dahi, dibagian yang lumpuh lipatannya tidak dalam.– Mengangkat alis– Menutup mata dengan rapat dan coba buka dengan tangan pemeriksa.– Moncongkan bibir atau menyengir.– Suruh pasien bersiul, dalam keadaan pipi mengembung tekan kiri dan kanan apakah sama kuat . Bila ada kelumpuhan maka angin akan keluar kebagian sisi yang lumpuh.

SARAF OTAK VII ( NERVUS FASIALIS ).

Pemeriksaan fungsi sensorik.• Dilakukan pada 2/3 bagian lidah depan. Pasien disuruh untuk menjulurkan lidah , kemudian pada sisi kanan dan kiri diletakkan gula, asam,garam atau sesuatu yang pahit. Pasien cukup menuliskan apa yang terasa diatas secarik kertas.• Bahannya adalah:Glukosa 5 %, Nacl 2,5 %, Asam sitrat 1 %, Kinine 0,075 %.

• Sekresi air mata.• Dengan menggunakan Schirmer test ( lakmus merah )• Ukuran : 0,5 cm x 1,5 cm• Warna berubah menjadi Biru : Normal: 10 – 15 mm ( lama 5 menit ).

SARAF OTAK VIII ( NERVUS KOKHLEARIS, NERVUS VESTIBULARIS

Pemeriksaan N. Kokhlearis.

Fungsi N. Kokhlearis adalah untuk pendengaran.

a. Pemeriksaan Weber.• Maksud nya membandingkan transportasi melalui tulang ditelinga kanan dan kiri pasien.Garpu tala ditempatkan didahi pasien, pada keadaan normal kiri dan kanan sama keras ( pasien tidak dapat menentukan dimana yang lebih keras ).• Pendengaran tulang mengeras bila pendengaran udara terganggu, misal: otitis media kiri , pada test weber terdengar kiri lebih keras. Bila terdapat ” nerve deafness ” disebelah kiri , pada test weber dikanan terdengar lebih keras .

b. Pemeriksaan Rinne.• Maksudnya membandingakn pendengaran melalui tulang dan udara dari pasien.• Pada telinga yang sehat, pendengaran melalui udara didengar lebih lama dari pada melalui tulang.• Garpu tala ditempatkan pada planum mastoid sampai pasien tidak dapat mendengarnya lagi. Kemudian garpu tala dipindahkan kedepan meatus eksternus. Jika pada posisi yang kedua ini masih terdengar dikatakan test positip. Pada orang normal test Rinne ini positif. Pada ” Conduction deafness ” test Rinne negatif.

c. Pemesiksaan Schwabach.Pada test ini pendengaran pasien dibandingkan dengan pendengaran pemeriksa yang dianggap normal. Garpu tala dibunyikan dan kemudian ditempatkan didekat telinga pasien. Setelah pasien tidak mendengarkan bunyi lagi, garpu tala ditempatkan didekat telinga pemeriksa. Bila masih terdengar bunyi oleh pemeriksa, maka dikatakan bahwa Schwabach lebih pendek ( untuk konduksi udara ). Kemudian garpu tala dibunyikan lagi dan pangkalnya ditekankan pada tulang mastoid pasien. Dirusuh ia mendengarkan bunyinya. Bila sudah tidak

Page 10: Pemfis Neuro Lengkap

mendengar lagi maka garpu tala diletakkan ditulang mastoid pemeriksa. Bila pemeriksa masih mendengarkan bunyinya maka dikatakan Schwabach ( untuk konduksi tulang ) lebih pendek.

Pemeriksaan N. Vestibularis.a. Pemeriksaan dengan test kalori.– Bila telinga kiri didinginkan ( diberi air dingin ) timbulnystagmus kekanan. Bila telinga kiri dipanaskan ( diberiair panas ) timbul nystagmus kekiri. Nystagmus inidisebut sesuai dengan fasenya yaitu : fase cepat dan fasepelan, misalnya nystagmus kekiri berarti fase cepatkekiri.– Bila ada gangguan keseimbangan maka perubahantemperatur dingin dan panas memberikan reaksi.b. Pemeriksaan “past pointing test”.– Pasien diminta menyentuh ujung jari pemeriksa denganjari telunjuknya, kemudian dengan mata tertutup pasiendiminta untuk mengulangi. Normalnya pasien harusdapat melakukannya.10/27/200824Pemeriksaan N. Vestibularis.• .c. Test Romberg .• Pada pemeriksaan ini pasien berdiri dengan kaki yang satu didepankaki yang lainnya. Tumit kaki yang satu berada didepan jari kaki yanglainnya, lengan dilipat pada dada dan mata kemudian ditutup. Orangyang normal mampu berdiri dalam sikap Romberg yang dipertajamselama 30 detik atau lebih.d. Test melangkah ditempat ( Stepping test ).• Pasien disuruh berjalan ditempat, dengan mata tertutup , sebanyak 50langkah dengan kecepatan seperti jalan biasa.Selama test ini pasiendiminta untuk berusaha agar tetap ditempat dan tidak beranjak daritempatnya selama test berlangsung.• Dikatakan abnormal bila kedudukan akhir pasien beranjak lebih dari 1meter dari tempatnya semula, atau badan terputar lebih dari 30derajat.SARAF OTAK IX & X( NERVUS GLOSOFARINGEUS & NERVUSVAGUS)• Cara pemeriksaan:– Pasien diminta untuk membuka mulut dan mengatakanhuruf “ a” . Jika ada gangguan maka otot stylopharyngeustak dapat terangkat dan menyempit dan akibatnya ronggahidung dan rongga mulut masih berhubungan sehinggabocor. Jadi pada saat mengucapkan huruf ” a” dindingpharynx terangkat sedang yang lumpuh tertinggal, dantampak uvula tidak simetris tetapi tampak miring tertarikkesisi yang sehat.

Page 11: Pemfis Neuro Lengkap

– Pemeriksa menggoreskan atau meraba pada dindingpharynx kanan dan kiri dan bila ada gangguan sensibilitasmaka tidak terjadi refleks muntah.10/27/200825

SARAF OTAK XI ( NERVUS AKSESORIUS).• Cara pemeriksaan.• Memeriksa tonus dari m. Trapezius. Denganmenekan pundak pasien dan pasien diminta untukmengangkat pundaknya.• Memeriksa m. Sternocleidomastoideus. Pasiendiminta untuk menoleh kekanan dan kekiri danditahan oleh pemeriksa , kemudian dilihat dan dirabatonus dari m. Sternocleidomastoideus.

SARAF OTAK XII ( NERVUSHIPOGLOSUS ).Cara pemeriksaan.• Dengan adanya gangguan pergerakan lidah, maka perkataanperkataan tidak dapat diucapkan dengan baik hal demikiandisebut: dysarthri.• Dalam keadaan diam lidah tidak simetris, biasanya tergeserkedaerah lumpuh karena tonus disini menurun.• Bila lidah dijulurkan maka lidah akan membelok kesisi yangsakit.• Melihat apakah ada atrofi atau fasikulasi pada otot lidah .• Kekuatan otot lidah dapat diperiksa dengan menekan lidahkesamping pada pipi dan dibandingkan kekuatannya padakedua sisi pipi.10/27/200826

CARA PEMERIKSAAN SISTIM MOTORIK.• Pemeriksaan sistim motorik sebaiknyadilakukan dengan urutan urutan tertentuuntuk menjamin kelengkapan dan ketelitianpemeriksaan.CARA PEMERIKSAAN SISTIM MOTORIK.1. Pengamatan.

Page 12: Pemfis Neuro Lengkap

• Gaya berjalan dan tingkah laku.• Simetri tubuh dan ektremitas.• Kelumpuhan badan dan anggota gerak. dll.2. Gerakan Volunter.• Yang diperiksa adalah gerakan pasien atas permintaan pemeriksa,misalnya:– Mengangkat kedua tangan pada sendi bahu.– Fleksi dan ekstensi artikulus kubiti.– Mengepal dan membuka jari-jari tangan.– Mengangkat kedua tungkai pada sendi panggul.– Fleksi dan ekstensi artikulus genu.– Plantar fleksi dan dorso fleksi kaki.– Gerakan jari- jari kaki.

10/27/200827CARA PEMERIKSAAN SISTIM MOTORIK.3. Palpasi otot.• Pengukuran besar otot.• Nyeri tekan.• Kontraktur.• Konsistensi ( kekenyalan ).• Konsistensi otot yang meningkat terdapat pada.– Spasmus otot akibat iritasi radix saraf spinalis, misal: meningitis, HNP.– Kelumpuhan jenis UMN ( spastisitas ).– Gangguan UMN ekstrapiramidal ( rigiditas ).– Kontraktur otot.• Konsistensi otot yang menurun terdapat pada.– Kelumpuhan jenis LMN akibat denervasi otot.– Kelumpuhan jenis LMN akibat lesi di ”motor end plate”.

CARA PEMERIKSAAN SISTIM MOTORIK.4. Perkusi otot.• Normal : otot yang diperkusi akan berkontraksi yangbersifat setempat dan berlangsung hanya 1 atau 2detik saja.• Miodema : penimbunan sejenak tempat yang telahdiperkusi ( biasanya terdapat pada pasien mixedema,pasien dengan gizi buruk ).• Miotonik : tempat yang diperkusi menjadi cekunguntuk beberapa detik oleh karena kontraksi ototyang bersangkutan lebih lama dari pada biasa.10/27/200828CARA PEMERIKSAAN SISTIM MOTORIK.5. Tonus otot.• Pasien diminta melemaskan ekstremitas yang hendakdiperiksa kemudian ekstremitas tersebut kita gerak-gerakkanfleksi dan ekstensi pada sendi siku dan lutut . Pada orang

Page 13: Pemfis Neuro Lengkap

normal terdapat tahanan yang wajar.• Flaccid : tidak ada tahanan sama sekali ( dijumpai padakelumpuhan LMN).• Hipotoni : tahanan berkurang.• Spastik : tahanan meningkat dan terdapat pada awalgerakan , ini dijumpai pada kelumpuhan UMN.• Rigid : tahanan kuat terus menerus selama gerakanmisalnya pada Parkinson.CARA PEMERIKSAAN SISTIM MOTORIK.

6. Kekuatan otot.• Pemeriksaan ini menilai kekuatan otot, untukmemeriksa kekuatan otot ada dua cara:– Pasien disuruh menggerakkan bagian ekstremitasatau badannya dan pemeriksa menahan gerakanini.– Pemeriksa menggerakkan bagian ekstremitas ataubadan pasien dan ia disuruh menahan.10/27/200829CARA PEMERIKSAAN SISTIM MOTORIK.Cara menilai kekuatan otot :• Dengan menggunakan angka dari 0-5.– 0 : Tidak didapatkan sedikitpun kontraksi otot, lumpuh total.– 1 : Terdapat sedikit kontraksi otot, namun tidak didapatkangerakan pada persendiaan yang harus digerakkan olehotot tersebut.– 2 : Didapatkan gerakan,tetapi gerakan ini tidak mampumelawan gaya berat ( gravitasi ).– 3 : Dapat mengadakan gerakan melawan gaya berat.– 4 : Disamping dapat melawan gaya berat ia dapat pulamengatasi sedikit tahanan yang diberikan.– 5 : Tidak ada kelumpuhan ( normal ).CARA PEMERIKSAAN SISTIM MOTORIK.Cara menilai kekuatan otot ada dua cara.Dengan menggunakan angka dari 0 – minus 4– Nilai 0 -1 -2 -3 -4– Gerakan bebas + + + + -– Melawan gravitasi + + + - -– Melawan pemeriksa + + - - -Nilai O berarti normal, -1 = parese ringan, -2 = paresemoderat, -3= parese hebat, -4 paralisis.10/27/200830

Page 14: Pemfis Neuro Lengkap

CARA PEMERIKSAAN SISTIM MOTORIK.Anggota gerak atas.• Pemeriksaan otot oponens digiti kuinti ( C7,C8,T1,saraf ulnaris)• Pemeriksaan otot aduktor policis ( C8,T1 , saraf ulnaris ).• Pemeriksaan otot interosei palmaris ( C8,T1,saraf ulnaris ).• Pemeriksaan otot interosei dorsalis ( C8,T1, saraf ulnaris ).• Pemeriksaan abduksi ibu jari.• Pemeriksaan otot ekstensor digitorum (C7,8,saraf radialis ).• Pemeriksaan otot pektoralis mayor bagian atas ( C5-C8).• Pemeriksaan otot pektoralis mayor bagian bawah ( C5-C8).• Pemeriksaan otot latisimus dorsi ( C5-C8, saraf subskapularis).• Pemeriksaan otot seratus aterior ( C5-C7,saraf torakalis ).• Pemeriksaan otot deltoid ( C5,C5, saraf aksilaris ).• Pemeriksaan otot biseps ( C5,C6, saraf muskulokutaneus ).• Pemeriksaan otot triseps ( C6-C8, saraf radialis ).CARA PEMERIKSAAN SISTIM MOTORIK.Anggota gerak bawah.• Pemeriksaan otot kuadriseps femoris ( L2-L4,saraffemoralis ).• Pemeriksaan otot aduktor ( L2-L4, saraf obturatorius).• Pemeriksaan otot kelompok ” hamstring ” (L4,L5,S1,S2,saraf siatika ).• Pemeriksaan otot gastroknemius ( L5,S1, S2,saraftibialis ).• Pemeriksaan otot fleksor digitorum longus ( S1, S2,saraf tibialis10/27/200831CARA PEMERIKSAAN SISTIM MOTORIK.7. Gerakan involunter.• Gerakan involunter ditimbulkan oleh gejalapelepasan yang bersifat positif, yaitu dikeluarkanaktivitas oleh suatu nukleus tertentu dalam susunanekstrapiramidalis yang kehilangan kontrol akibat lesipada nukleus pengontrolnya. Susunanekstrapiramidal ini mencakup kortexekstrapiramidalis, nuklues kaudatus, globus pallidus,putamen, corpus luysi, substansia nigra, nukleusruber, nukleus ventrolateralis thalami substansiaretikularis dan serebelum.CARA PEMERIKSAAN SISTIM MOTORIK.

Page 15: Pemfis Neuro Lengkap

• Tremor saat istirahat : disebut juga tremol striatal,disebabkan lesi pada corpus striatum ( nukleuskaudatus, putamen, globus pallidus dan lintasanlintasan penghubungnya ) misalnya kerusakansubstansia nigra pada sindroma Parkinson.• Tremor saat bergerak ( intensional ) : disebut jugatremor serebellar, disebabkan gangguan mekanisme“feedback” oleh serebellum terhadap aktivitas kortespiramidalis dan ekstrapiramidal hingga timbulkekacauan gerakan volunter.10/27/200832

CARA PEMERIKSAAN SISTIMMOTORIK.• Khorea : gerakan involunter pada ekstremitas, biasanyalengan atau tangan, eksplosif, cepat berganti sifat dan arahgerakan secara tidak teratur, yang hanya terhenti pada waktutidur. Khorea disebabkan oleh lesi di corpus striataum,substansia nigra dan corpus subthalamicus.• Athetose : gerakan involenter pada ektremitas, terutamalengan atau tangan atau tangan yang agak lambat danmenunjukkan pada gerakan melilit lilit , torsi ekstensi atautorsi fleksi pada sendi bahu, siku dan pergelangan tangan.Gerakan ini dianggap sebagai manifestasi lesi di nukleuskaudatus.

CARA PEMERIKSAAN SISTIMMOTORIK.• Ballismus: gerakan involunter otot proksimalekstremitas dan paravertebra, hingga menyerupaigerakan seorang yang melemparkan cakram.Gerkaan ini dihubungkan dengan lesi di corpussubthalamicus, corpus luysi, area prerubral danberkas porel.• Fasikulasi: kontrasi abnormal yang halus dan spontanpada sisa serabut otot yang masih sehat pada ototyang mengalami kerusakan motor neuron. Kontraksinampak sebagai keduten keduten dibawah kulit.10/27/2008

Page 16: Pemfis Neuro Lengkap

33

CARA PEMERIKSAAN SISTIMMOTORIK.• Myokimia: fasikulasi benigna. Frekwensikeduten tidak secepat fasikulasi danberlangsung lebih lama dari fasikulasi.• Myokloni : gerakan involunter yang bangkittiba tiba cepat, berlangsung sejenak, aritmik,dapat timbul sekali saja atau berkali kali ditiapbagian otot skelet dan pada setiap waktu,waktu bergerak maupun waktu istirahat.CARA PEMERIKSAAN SISTIMMOTORIK.8. Fungsi koordinasi.• Tujuan pemeriksaan ini untuk menilai aktivitasserebelum. Serebelum adalah pusat yang palingpenting untuk mengintegrasikan aktivitas motorikdari kortex, basal ganglia, vertibular apparatus dankorda spinalis. Lesi organ akhir sensorik dan lintasan– lintasan yang mengirimkan informasi ke serebelumserta lesi pada serebelum dapat mengakibatkangangguan fungsi koordinasi atau sering disebut “Cerebellar sign “10/27/200834

CARA PEMERIKSAAN SISTIMMOTORIK.• Macam-macam pemeriksaan “ Cerebellar sign”– Test telunjuk hidung.– Test jari – jari tangan.– Test tumit – lutut.– Test diadokinesia berupa: pronasi – supinasi, tapping jaritangan.– Test fenomena rebound.– Test mempertahankan sikap.

Page 17: Pemfis Neuro Lengkap

– Test nistagmus.– Test disgrafia.– Test romberg.

CARA PEMERIKSAAN SISTIMMOTORIK.• Test romberg positif: baik dengan mata terbukamaupun dengan mata tertutup , pasien akan jatuhkesisi lesi setelah beberapa saat kehilangankestabilan ( bergoyang – goyang ).• Pasien sulit berjalan pada garis lurus pada tandemwalking, dan menunjukkan gejala jalan yang khasyang disebut “ celebellar gait “• Pasien tidak dapat melakukan gerakan volunterdengan tangan,lengan atau tungkai dengan halus.Gerakan nya kaku dan terpatah-patah.10/27/200835

CARA PEMERIKSAAN SISTIMMOTORIK.Gait dan Station.• Pemeriksaan ini hanya dilakukan bila keadaan pasein memungkinkanuntuk itu. Harus diperhitungkan adanya kemungkinan kesalahaninterpretasi hasil pemeriksaan pada orang orang tua atau penyandangcacat non neurologis. Pada saat pasien berdiri dan berjalan perhatikanposture, keseimbangan , ayunan tangan dan gerakan kaki danmintalah pasien untuk melakukan.• Jalan diatas tumit.• Jalan diatas jari kaki.• Tandem walking.• Jalan lurus lalu putar.• Jalan mundur.• Hopping.• Berdiri dengan satu kaki.

CARA PEMERIKSAAN SISTIMMOTORIK.• Macam macam Gait:• Hemiplegik gait: gaya jalan dengan kaki yang lumpuh digerakkan secarasirkumduksi.• Spastik ( scissors gait ): gaya jalan dengan sirkumduksi kedua tungkai,misalnya spastik paraparese.• Tabetic gait: gaya jalan pada pasien tabes dorsalis.• Steppage gait: gaya jalan seperti ayam jago, pada paraparese flaccid atau

Page 18: Pemfis Neuro Lengkap

paralisis n. Peroneus.• Waddling gait: gaya berjalan dengan pantat dan pinggang bergoyangberlebihan, khas untuk kelemahan otot tungkai proksimal, misalnya ototgluteus.• Parkinsonian gait: gaya berjalan dengan sikap tubuh agak membungkuk,kedua tungkai berfleksi sedikit pada sendi lutut dan panggul. Langkahdilakukan setengah diseret dengan jangkauan yang pendek-pendek.10/27/200836

CARA PEMERIKSAAN SISTIMSENSORIK.Jenis-Jenis pemeriksaan sensorik yang sering digunakan.1. Sensibilitas eksteroseptif atau protopatik.Terdiri dari:– Rasa nyeri.– Rasa suhu– Rasa raba.2.Sensibilitas proprioseptif.rasa raba dalam.3.Sensibilitas diskriminatif– daya untuk mengenal bentuk/ukuran.– daya untuk mengenal /mengetahui berat sesuatu benda dsb.

CARA PEMERIKSAAN SISTIMSENSORIK.Tujuan pemeriksaan sensorik– Menetapkan adanya gangguan sensorik.– Mengetahui modalitasnya.– Menetapkan polanya.– Menyimpulkan jenis dan lokasi lesi yangmendasari gangguan sensorik yang akhirnya dinilaibersama sama dengan pemeriksaan motorik ,kesadaran dll.10/27/200837

CARA PEMERIKSAAN SISTIMSENSORIK.Tahap Pemeriksaan.Test untuk rasa raba halus.Alat pemeriksa : kapas.Cara pemeriksaan:

Page 19: Pemfis Neuro Lengkap

• permukaan diraba dengan ujung – ujung kapas tersebut.• dari atas ke bawah/ sebaliknya.• Dibandingkan kanan dan kiri.Yang perlu diingat:• Daerah lateral kurang peka dari medial.• Ada daerah-daerah erotogenik : leher, sekitar mammae,genetalia.CARA PEMERIKSAAN SISTIM SENSORIK.Tahap Pemeriksaan.Test untuk rasa nyeri superficial.Alat pemeriksa : jarum bundelCara pemeriksaan : jarum diletakkan tegak lurus dan cara sama sptdiatas.Test untuk rasa suhu.Alat pemeriksa :– Botol/tabung berisi air panas : suhu 40-45 derajat celcius.– Botol/tabung berisi air dingin : suhu 10-15 derajat celcius.Cara pemeriksaan :– Botol botol tersebut harus kering betul.– Bagian tubuh yang tertutup pakaian lebih sensitif dari bagian tubuhyang terbuka.– Pada orang tua sering dijumpai hipestesia yang fisiologik.10/27/200838CARA PEMERIKSAAN SISTIM SENSORIK.Tahap Pemeriksaan.

Test untuk rasa sikap.Alat pemeriksa : bagian tubuh pasien sendiri.Cara pemeriksaan :• Tempatkan salah satu lengan/tungkai pasien padasuatu posisi tertentu, kemudian suruh pasien untukmenghalangi pada lengan dan tungkai.• Perintahkan untuk menyentuh dengan ujung ujungtelunjuk kanan, ujung jari kelingking kiri dsb.CARA PEMERIKSAAN SISTIM SENSORIK. TahapPemeriksaan.• Test untuk rasa gerak/posisi sendi.• Alat pemeriksan : sendi sendi/jari jari tangan kakipasien• Cara pemeriksaan: pegang ujung jari jempol kakipasien dengan jari telunjuk dan jempol jari tanganpemeriksa dan gerakkan keatas kebawah maupunkesamping kanan dan kiri, kemudian pasien dimintauntuk menjawab posisi ibu jari jempol nya berada

Page 20: Pemfis Neuro Lengkap

diatas atau dibawah atau disamping kanan /kiri.10/27/200839CARA PEMERIKSAAN SISTIM SENSORIK. TahapPemeriksaan.

Test untuk rasa getar.Alat pemeriksa : garpu talaCara pemeriksaan:Garpu tala digetarkan dulu/diketuk pada mejaatau benda keras lalu letakkan diatas ujungibu jari kaki pasien dan mintalah pasienmenjawab untuk merasakan ada getaran atautidak dari garputala tersebut.CARA PEMERIKSAAN SISTIM SENSORIK. TahapPemeriksaan.Test untuk diskriminatif.Alat pemeriksa : kunci, mata uang logam, kancing , jarum bundel.Cara pemeriksaan :• Rasa stereognosis.Dengan mata tertutup pasien diminta untuk mengenal benda – benda yangdisodorkan kepadanya.• Rasa diskriminasi 2 titik.– Lidah : 1 mm.– Ujung jari tangan : 2 – 7 mm.– Telapak tangan : 8 – 12 mm– Dorsum manus : 20-30 mm– Dada : 40 mm– Paha : 70 – 75 mm.– Jari kaki : 3 – 8 mm.

10/27/200840CARA PEMERIKSAAN SISTIM SENSORIK. TahapPemeriksaan.Test untuk diskriminatif.Rasa Gramestesia.Untuk mengenal angka, aksara, bentuk yang digoreskan diataskulit pasien,misalnya ditelapak tangan pasien.Rasa Barognosia.Untuk mengenal berat suatu benda.Rasa topognosia.Untuk mengenal tempat pada tubuhnya yang disentuhpasien.CARA PEMERIKSAAN SISTIM SENSORIK. TahapPemeriksaan.

Page 21: Pemfis Neuro Lengkap

Test untuk mengetahui lokalisasi rasa nyeri.• Tindakan untuk mengetahui adanya kelainan di daerah tulangbelakang servikal.– distraksi servikal.– kompresi servikal : tindakan Lhermitte.– tindakan valsava.– test menelan.• Tindakan dari Tinel: untuk mengetahui ” tanda kesemutenakibat lesi susunan saraf perifer.Dengan melakukanpenekanan pada saraf perifer:– Bila hasil ya: timbul rasa nyeri ini berarti terjadi lesi irritatif.– Bila hasil nya timbul kesemuten ini berarti adanya regenerasi sarafperifer.10/27/200841Modifikasi test Laseque yaitu:– Test dari Bragard :Straight Leg Raising Test kemudiandiikuti dengan dorsofleksi kaki .Tanda laseque test akan positif pada derajat yanglebih kecil.Test dari O’CONNEL = test laseque silang.Nyeri timbul pada pangkal N. Ishiadikus yang sehatpada waktu dilakukan SLRS test.Bowtring Sign.Penekanan pada fossa Poplitea diatas N.ishiadikusmenimbulkan rasa sakit dipunggung atau kaki.• Test untuk membangkitkan rasa nyeri di sendipanggul/sakroiliaka.– Test dari Patrick = F-AB-BR-E Sign.• Tumit / maleolus tungkai yang sakit diletakkan pada tungkaiyang lain kemudian diadakan penekanan pada lutut yangdifleksikan itu kemudian timbul gerakan fleksi, abduksi, eksorotasi dan ekstensi dan ini akan menimbulkan rasa nyeri disendi panggul yang ada kelainannya.– Test dari contra Patrick.• Dilakukan tindakan kebalikan dari test Patrick lalu timbulpula rasa nyeri di sendi sakroiliaka.10/27/200842Test Homan• Pasien dibaringkan terlentang dan tungkai diluruskan lalukaki didorsofleksikan pada sendi pergelangan kaki lalutimbul rasa nyeri dibetis.• Pasien berbaring terlentang, tungkai diluruskan lalu lakukan

Page 22: Pemfis Neuro Lengkap

palpasi pada betis dan sekitarnya kemudian timbul rasanyeri.Test dari NAFSIGER - VIETS.Pasien terlentang /berdiri kemudian dilakukan penekananpada kedua v. Jugularis sampai pasien merasa kepalanyapenuh sekitar 1,5- 2,5 menit , bila tekanan intrakranialmeningkat timbul rasa nyeri radikuler yang makinbertambah.Nomenklatur untuk pemeriksaan sensorik.• Rasa eksteroseptif.– Hilangnya rasa raba : ANESTESIA.– Berkurangnya rasa raba : HIPESTESIA.– Berlebihnya rasa raba : HIPERTESIA.• Rasa Nyeri.– Hilangnya rasa nyeri : ANALGESIA.– Berkurangnya rasa nyeri : HIPALGESIA.– Berlebihnya rasa nyeri : HIPERGESIA.10/27/200843

Nomenklatur untuk pemeriksaan sensorik.• Rasa suhu.– Hilangnya rasa suhu : THERMOANESTHESIA.– Berkurangnya rasa suhu : THERMOHIPESTHESIA.– Berlebihnya rasa suhu : THERMOHIPERESTHESIA.

• Rasa abnormal dipermukaan tubuh.– kesemuten : PARESTHESIA.– nyeri panas dingin yang tidak keruan : DISESTHESIA

Rasa PROPIOSEPTIF = RASA RABA DALAM.• a. rasa gerak : KINESTHESIA.• b. rasa sikap : STATESTESIA.• c. rasa getar : PALESTHESIA.• d. rasa tekan : BARESTHESIA.• Rasa DISKRIMINATIF.– Mengenal bentuk dan ukuran sesuatu dengan jalan perabaan:STEREOGNOSIS.– Mengenal dan mengetahui berat sesuatu : BAROGNOSIS.– Mengenal tempat yang diraba : TOPESTESIA, TOPOGNOSIS.– Mengenal angka, aksara,bentuk yang digoreskan di atas kulit :GRAMESTESIA.– Mengenal diskriminasi 2 titik : DISKRIMINASI SPASIAL.– Mengenal setiap titik dan daerah tubuh sendiri : AUTOTOPOGNOSIS.10/27/200844

Page 23: Pemfis Neuro Lengkap

PEMERIKSAAN REFLEKS.• Hasil pemeriksaan refleks merupakan informasi penting yangsangat menentukan. Penilaian refleks selalu berarti penilaiansecara banding antara sisi kiri dan sisi kanan. Respon terhadapsuatu perangsangan tentu tergantung pada intensitas. Olehkarena itu refleks kedua belah tubuh yang dapat dibandingkanharus merupakan hasil perangsangan yang berintensitassama.• Refleks fisiologis yang dibangkitkan untuk pemeriksaan klinismeliputi refleks superficial dan refleks tendon atauperiosteum. Pada penderita penyakit syaraf tertentu dapatdibandingkan refleks patologis atau juga refleks primitif. Daripenilaian terhadap refleks fisiologis dan patologis ini kitadapat memperkirakan letak / jenis lesi.

Refleks superficial• Refleks dinding perut :Stimulus : Goresan dinding perut daerah,epigastrik, supraumbilical, infra Umbilical dari lateral kemedial.Respons : kontraksi dinding perutAfferent : n. intercostal T 5 – 7 ( epigastrik )n. intercostal T 7 – 9 ( supra umbilical )n. intercostal T 9 – 11 ( umbilica )n. intercostal T 11 – L 1 ( infra umbilical )n. iliohypogastricusn. ilioinguinalisEfferent : idem10/27/200845

Refleks superficialRefleks cremaster :Stimulus : goresan pada kulit paha sebelahmedial dari atas ke bawah• Respons : elevasi testis Ipsilateral• Afferent : n. ilioinguinal ( L 1-2 )• Efferent : n. genitofemoralisRefleks fisiologis ( tendon / periosteum )Refleks biseps ( B P R ) :Stimulus : ketokan pada jari pemeriksa yang ditempatkan padatendonm. biseps brachii, posisi lengan setengahditekuk pada sendi siku.Respons : fleksi lengan pada sendi siku

Page 24: Pemfis Neuro Lengkap

Afferent : n. musculucutaneus ( c 5-6 )Efferenst : idem

Refleks triceps ( T P R ) :Stimulus : ketukan pada tendon otot triseps brachii, posisi lenganfleksi pada sendi siku dan sedikit pronasiRespons : extensi lengan bawah disendi sikuAfferent : n. radialis ( C 6-7-8 )Efferenst : idem10/27/200846Refleks fisiologis ( tendon / periosteum )Refleks periosto radialis :Stimulus : ketukan pada periosteum ujung distal os radii, posisilengan setengah fleksi dan sedikit pronasiRespons : fleksi lengan bawah di sendi siku dan supinasikarena kontraksi m. brachioradialisAfferent : n. radialis ( C 5-6 )Efferenst : idemRefleks periosto ulnaris :Stimulus : ketukan pada periosteum procesus styloigeus ulnea,posisi lengan setengah fleksi dan antara pronasi – supinasi.Respons : pronasi tangan akibat kontraksi m. pronatorquadratusAfferent: n. ulnaris ( C B-T1 )Efferent : idemRefleks fisiologis ( tendon / periosteum )Refleks patella ( K P R ) :Stimulus : ketukan pada tendon patellaRespons : ekstensi tungkai bawah karena kontraksi m.quadriceps Femoris.Efferent : n. femoralis ( L 2-3-4 )Afferent : idemRefleks achilles ( A P R )Stimulus : ketukan pada tendon achillesRespons : plantar fleksi kaki karena kontraksi m.gastrocnemiusEfferent : n. tibialis ( L. 5-S, 1-2 )Afferent : idem10/27/200847Refleks fisiologis ( tendon / periosteum )- Klonus lutut :Stimulus : pegang dan dorong os patella ke arahdistalRespons : kontraksi reflektorik m. quadricepsfemoris selama stimulus berlangsung.

Page 25: Pemfis Neuro Lengkap

- Klonus kaki :Stimulus : dorsofleksikan kaki secara maksimal,posisi tungkai fleksi di sendi lutut.Respons : kontraksi reflektorik otot betis selamastimulus berlangsung.Refleks patologis- BabinskiStimulus : penggoresan telapak kaki bagian lateral dariposterior ke anterior.Respons : ekstensi ibu jari kaki dan pengembangan(fanning) jari – jari kaki.- ChaddockStimulus : penggoresan kulit dorsum pedis bagian lateral,sekitar malleolus lateralis dari posterior ke anterior.Respons : seperti babinski10/27/200848

Refleks patologis- OppenheimStimulus : pengurutan crista anterior tibiaedari proksimal ke distalRespons : seperti babinski- GordonStimulus : penekanan betis secara kerasRespons : seperti babinskiRefleks patologis- SchafferStimulus : memencet tendon achilles secara kerasRespons: seperti babinski

-GondaStimulus : penekukan ( planta fleksi) maksimal jari kaki keempatRespons: seperti babinski

- StranskyStimulus : penekukan ( lateral ) maksimal jari kaki kelimaRespons: seperti babinski

- RossolimoStimulus : pengetukan pada telapak kakiRespons: fleksi jari – jari kaki pada sendi interphalangealnya

10/27/200849

Refleks patologis

Page 26: Pemfis Neuro Lengkap

-Mendel - BechterewStimulus : pengetukan dorsum pedis pada daerah oscuboideumRespons : seperti rossolimo- HoffmanStimulus : goresan pada kuku jari tengah pasienRespons : ibu jari, telunjuk dan jari – jari lainnyaberefleksiRefleks patologis- TromnerStimulus : colekan pada ujung jari tengah pasienRespons : seperti Hoffman- LeriStimulus : fleksi maksimal tangan pada pergelangan tangan sikaplengan diluruskan dengan bagian ventral menghadap keatasrespons : tidak terjadi fleksi di sendi siku-MayerStimulus : fleksi maksimal jari tengah pasien kearah telapak tangan.Respons : tidak terjadi oposisi ibu jari.10/27/200850Refleks Primitif- Sucking refleksStimulus : sentuhan pada bibirRespons : gerakan bibir, lidah dan rahang bawah seolah –olah menyusu- Snout refleksStimulus : ketukan pada bibir atasRespons : kontraksi otot – otot disekitar bibir / dibawahhidung (menyusu)

Refleks Primitif- Graps refleksStimulus : penekanan / penempatan jari sipemeriksa pada telapak tangan pasien.Respons : tangan pasien mengepal- Palmo – mental refleksStimulus : goresan ujung pena terhadap kulittelapak tangan bagian Thenar.Respons : kontraksi otot mentalis dan orbicularisoris ipsilateral.