Paper Keratitis Jamur

23
Keratitis jamur KERATITIS JAMUR Pendahuluan Keratitis jamur sampai saat ini masih merupakan suatu tantangan besar bagi para ahli mata dalam diagnosa dan bagaimana cara menanganinya dengan baik. Kesulitan ini berhubungan erat dengan penegakkan diagnosa klinis dan pemberian dosis anti jamur yang efektif pada penyakit keratitis jamur ini. Dalam 30 tahun belakangan ini angka kejadian keratitis jamur meningkat dengan drastis. Peningkatan ini terjadi seiring dengan maraknya pemakaian obat kortikosteroid topikal dan antibiotik dalam pengobatan pasien dengan penyakit keratitis. Di Indonesia keratitis jamur menduduki urutan kedua dalam penyebab utama kebutaan. Indonesia yang memiliki iklim tropis sangat tepat bagi perkembangbiakan jamur ini didukung dengan kelembaban yang tinggi. Hal yang menjadi kendala di Indonesia adalah keterbatasan obat-obatan senantiasa menjadi hambatan untuk pengobatan keratitis jamur ini disamping itu, penegakkan diagnosis masih menjadi masalah utamanya. ELDA IRENE M.SIMATUPANG SMF ILMU PENYAKIT MATA RSU.Dr.PIRNGADI 1

description

kulit kelamin

Transcript of Paper Keratitis Jamur

Page 1: Paper Keratitis Jamur

Keratitis jamur

KERATITIS JAMUR

Pendahuluan

Keratitis jamur sampai saat ini masih merupakan suatu tantangan besar bagi para

ahli mata dalam diagnosa dan bagaimana cara menanganinya dengan baik. Kesulitan ini

berhubungan erat dengan penegakkan diagnosa klinis dan pemberian dosis anti jamur

yang efektif pada penyakit keratitis jamur ini. Dalam 30 tahun belakangan ini angka

kejadian keratitis jamur meningkat dengan drastis. Peningkatan ini terjadi seiring dengan

maraknya pemakaian obat kortikosteroid topikal dan antibiotik dalam pengobatan pasien

dengan penyakit keratitis.

Di Indonesia keratitis jamur menduduki urutan kedua dalam penyebab utama

kebutaan. Indonesia yang memiliki iklim tropis sangat tepat bagi perkembangbiakan

jamur ini didukung dengan kelembaban yang tinggi. Hal yang menjadi kendala di

Indonesia adalah keterbatasan obat-obatan senantiasa menjadi hambatan untuk

pengobatan keratitis jamur ini disamping itu, penegakkan diagnosis masih menjadi

masalah utamanya.

Ada baiknya jika kita melihat lagi anatomi mata yang berhubungan erat dengan

penyakit keratitis ini :

Anatomi Mata

Anatomi konjungtiva.

Konjungtiva merupakan membran yang menutupi skelra dan kelopak bagian

belakang. Bermacam-macam obat mata dapat diserap melalui konjungtiva ini.

ELDA IRENE M.SIMATUPANGSMF ILMU PENYAKIT MATA RSU.Dr.PIRNGADI 1

Page 2: Paper Keratitis Jamur

Keratitis jamur

Konjungtiva terdiri atas tiga bagian yaitu :

Konjungtiva tarsal yang menutupi tarsus, konjungtiva tarsal sukar digerakkan

dari tarsus.

Konjungtiva bulbi menutupi sklera dan mudah digerakkan dari sklera

dibawahnya.

Konjungtiva fornises atau forniks konjungtiva yang merupakan tempat

peralihan konjungtiva tarsal dengan konjungtiva bulbi.

Konjungtiva bulbi dan forniks berhubungan sangat longgar dengan jaringan

dibawahnya sehingga bola mata mudah bergerak.

Gambar 1. Anatomi mata secara umum(3)

ELDA IRENE M.SIMATUPANGSMF ILMU PENYAKIT MATA RSU.Dr.PIRNGADI 2

Page 3: Paper Keratitis Jamur

Keratitis jamur

Anatomi bola mata

Bola mata dibagian depan (kornea). Bola mata dibungkus oleh 3 lapis jaringan ,

yaitu :

1. Sklera merupakan bagian tertular yang melindungi bola mata. Bagian terdepan

sklera disebut kornea yang bersifat transparan yang memudahkan sinar masuk

kedalam bola mata. Kelengkungan kornea lebih besar dibanding sklera.

2. Jaringan uvea merupakan jaringan vascular. Jaringan uvea ini terdiri atas iris,

badan siliar, dan koroid. Pada iris didapatkan pupil yang oleh 3 susunan otot dapat

mengatur jumlah sinar masuk kedalam bola mata. Otot dilator dipersarafi oleh

saraf simpatis.

Badan siliar yang terletak dibelakang iris menghasilkan cairan bilik mata (akuos

humor), yang dikeluarkan melalui trabekulum yang terletak pada pangkal iris

dibatas kornea dan sklera.

3. Lapis ketiga bola mata adalah retina yang terletak paling dalam dan memounyai

susunan lapis sebanyak 10 lapis yang merupakan lapis membran neurosensoris

yang akan merubah sinar menjadi rangsangan saraf optik dan diteruskan keotak.

Terdapat rongga yang potensial antara retina dan koroid sehingga retina dapat

terlepas dari koroid yang disebut ablasi retina.

Badan kaca mengisi rongga gelatin yang hanya menempel pada papil saraf optik,

macula dan pars plana.

Lensa terletak dibelakang pupil yang dipegang didaerah ekuatornya pada badan

silisr melalui zona Zinn. Lensa mata mempunyai peranan pada akomodasi atau

melihat dekat sehingga sinar dapat difokuskan didaerah macula lutea.

Kornea.

Kornea adalah selaput bening mata, bagian selaput mata yang tembus cahaya,

merupakan lapis jaringan yang menutup bola mata sebelah depan dan terdiri atas

lapis :

1. Epitel : epitel berasal dari ectoderm permukaan.

2. Membran Bowman.

ELDA IRENE M.SIMATUPANGSMF ILMU PENYAKIT MATA RSU.Dr.PIRNGADI 3

Page 4: Paper Keratitis Jamur

Keratitis jamur

Terletak dibawah membran basal epitel kornea yang merupakan

kolagen yang tersusun tidak teratur seperti stroma dan berasal dari

bagian depan stroma.

Lapis ini tidak mempunyai daya regenerasi.

3. Stroma.

Terdiri atas lamel yang merupakan susunan kolagen yang sejajar satu

dengan lainnya. Pada permukaan terlihat anyaman yang teratur sedang

dibagian perifer serat kolagen ini bercabang. Ketatosit merupakan sel

stroma kornea yang merupakan fibroblas terletak diantara serat kolagen

dalam perkembangan embrio atau sesudah trauma.

4. Membran Descemet

Merupakan membran aselular dan merupakan batas belakang

stroma kornea yang dihasilkan sel endotel dan merupakan

membran basalnya.

Bersifat sangat elastik dan berkembang terus seumur hidup,

mempunyai tebal 40 m.

5. Endotel.

Berasal dari mesotelium, berlapis satu, bentuk heksagonal, besar 20-40

m. endotel melekat pada membran descemet melalui hemidesmosom dan

zonula okluden.

Uvea

Lapis vascular didalam bola mata yang terdiri atas iris, badan siliar dan koroid.

Perdarahan uvea dibedakan antara bagian anterior yang diperdarahai oleh 2 buah

arteri siliar posterior longus yang masuk menembus sklera ditemporal dan nasal.

Arteri siliar anterior dan posterior ini bergabung menjadi satu membentuk arteri

sirkularis mayor pada badan siliar. Uvea posterior mendapat perdarahan dari 15-

20 buah arteri siliar posterior brevis.

Iris mempunyai kemampuan mengatur secara otomatis masuknya sinar kedalam

bola mata. Reaksi pupil ini merupakan juga indicator untuk fungsi simpatis

(midriasis) dan parasimpatis (miosis). Badan siliar merupakan susunan otot

melingkar dan mempunyai sistem ekskresi di belakang limbus.

ELDA IRENE M.SIMATUPANGSMF ILMU PENYAKIT MATA RSU.Dr.PIRNGADI 4

Page 5: Paper Keratitis Jamur

Keratitis jamur

Pupil

Pupil anak-anak berukuran kecil akibat belum berkembangnya saraf simpatis.

Orang dewasa ukuran pupil adalah sedang, dan orang tua pupil mengecil akibat

rasa silau yang dibangkitkan oleh lensa yang sclerosis.

Sudut bilik mata depan.

Sudut bilik mata yang dibentuk jaringan korneosklera dengan pangkal iris. Pada

bagian ini terjadi pengaliran keluar cairan bilik mata. Bila terdapat hambatan

pengaliran keluar cairan mata maka akan terjadi penimbunan cairan bilik mata

didalam bola mata sehingga tekanan bola mata meninggi atau glaukoma.

Berdekatan dengan sudut ini didapatkan jaringan trabekulum, kanal Schlemm,

sklera.

Lensa mata.

Jaringan ini berasal dari ectoderm permukaan yang berbentuk lensa didalam mata

dan bersifat bening. Lensa berbentuk lempeng cakram bikonveks dan terletak

didalam bilik mata belakang.

Secara fisiologik lensa mempunyai sifat tertentu, yaitu :

Kenyal atau lentur karena memegang peranan terpenting dalam akomodasi

untuk menjadi cembung.

Jernih atau transparan karena diperlukan sebagai media penglihatan.

Terletak ditempatnya.

Badan kaca.

Badan kaca merupakan suatu jaringan seperti kaca bening yang terletak antara

lensa dengan retina. Badan kaca bersifat semi cair didalam bola mata.

Mengandung air sebanyak 90% sehingga tidak dapat lagi menyerap air.

Sesungguhnya fungsi badan kaca sama dengan peranannya mengisi ruang untuk

meneruskan sinar dari lensa keretina.

Retina.

Retina atau selaput jala, merupakan bagian matayang mengandung reseptor yang

menerima rangsangan cahaya.

Retina berbatas dengan koroid dengan sel pigmen epitel retina, dan terdiri atas

ELDA IRENE M.SIMATUPANGSMF ILMU PENYAKIT MATA RSU.Dr.PIRNGADI 5

Page 6: Paper Keratitis Jamur

Keratitis jamur

lapisan :

1. Lapis fotoreseptor.

2. Membran limitan

3. Lapis nukleus luar

4. Lapis pleksiform luar.

5. lapis nukleus dalam.

6. Lapis pleksiform dalam.

7. Lapis sel ganglion

8. lapis serabut saraf.

9. Membrana limitan interna.

Warna retina biasanya jingga dan kadang-kadang pucat pada anemia dan

iskemia dan merah pada hyperemia.

Pembuluh darah didalam retina merupakan cabang arteri oftalmika, arteri

retina central masuk retina melalui papil saraf optik yang akan memberikan

nutrisi pada retina dalam. Lapisan luar retina atau sel kerucut dan batang

mendapat nutrisi dari koroid.

Sklera.

Bagian putih bola mata yang bersama-sama dengan kornea merupakan

pembungkus dan pelindung isi bola mata. Sklera berjalan dari papil saraf optik

sampai kornea.

Rongga orbita.

Rongga orbita adalah yang berisi bola mata dan terdapat 7 tulang yang

membentuk dinding orbita yaitu : lakrimal, etmoid, sphenoid, fronyal, dan dasar

orbita yang terutama terdiri atas tulang maksila, bersama-sama tulang palatinum

dan zigomatikum.

Foramen optik terletak pada apeks rongga orbita, dilalui oleh saraf optik, arteri,

vena dan saraf simpatik yang berasal dari pleksus karotid.

Fisura orbita superior disudut orbita atas temporal dilalui oleh saraf lakrimal (V),

saraf frontal (V), saraf troklear (IV), saraf okulomotor (III), saraf nasosiliar (V),

abdusen (VI), dan arteri oftalmik.

ELDA IRENE M.SIMATUPANGSMF ILMU PENYAKIT MATA RSU.Dr.PIRNGADI 6

Page 7: Paper Keratitis Jamur

Keratitis jamur

Fisura orbita inferior terletak didasar tengah temporal orbita dilalui oleh saraf

infra-orbita dan zigomatik dan arteri intra orbita.(1)

Patofisiologi

Berbagai macam jamur berhubungan erat dengan berbagai macam infeksi pada

mata yang berada dimana-mana. Organisme saprofit ini sudah dilaporkan terkait dengan

beberaa penyakit pada mata. Jamur ini sudah diisolasi menjadi beberapa kelompok,

antara lain :

1. Moniliaceae ( jamur berfilamen tak berpigmen )

- Fusarium

- Species Aspergillus

2. Dematiaceae ( jamur berfilamen berpigmen )

- Curvularia

- Spesies Lasiodiplodia

3. Jamur ragi ( spesies Candida )

Jamur mencapai kornea melalui lapisan epitel yang sudah rusak sebellumnya,

keudian berkembang biak dan menyebabkan nekrosis jaringan dan reaksi inflamasi.

Kerusakan epitel biasanya merupakan akibat dari trauma ( pemakaian lensa kontak,

benda asing, operasi kornea ). Organisme ini dapat masuk ke membran descement dan

bulbi anterior kemudian menuju segmen posterior. Mikotoksin dan enzim proteolitik

menambah kerusakan jaringan pada daerah disekitar kornea. Keratitis jamur juga

digambarkan sebagai penyebab terjadinya endoftalmitis sekunder karena jamur. Pada

ELDA IRENE M.SIMATUPANGSMF ILMU PENYAKIT MATA RSU.Dr.PIRNGADI 7

Page 8: Paper Keratitis Jamur

Keratitis jamur

kasus ini, jamur menyebar dari segmen posterior melalui membran descement dan

kemudian masuk ke kornea.

Frekuensi

Di Amerika Serikat, angka keratitis jamur bervariasi menurut lokasi geografis dari

2 % kasus keratitis jamur di New York hingga sampai 35 % di negara bagian Florida.

Spesies Fusarium adalah penyebab tersering infeksi jamur pada kornea mata di Amerika

Selatan (45-76 %) , sementara itu spesies Candida dan Aspergillus paling sering terdapat

di Amerika bagian utara.

(Keratitis Jamur Fusarium)

Baru-baru ini dilaporkan juga bahwa keratitis jamur di Florida Selatan ditemukan

penyebab baru yang tersering yaitu jamur Fusarium Oxyporium sekitar 37% diikuti

dengan penurunan frekuensi Florida selatan menjadi 24% dari spesies Candida,

Curvularia, dan Aspergillus.

Spesies Aspergillus merupakan jamur yang paling banyak ditemukan didunia. Di

India dilaporkan bahwa spesies Aspergillus adalah yang paling banyak menjadi penyebab

keratitis sekitar 27-64 % dan diikuti oleh Fusarium 6-32 % dan Penicillium 2-29 %.

ELDA IRENE M.SIMATUPANGSMF ILMU PENYAKIT MATA RSU.Dr.PIRNGADI 8

Page 9: Paper Keratitis Jamur

Keratitis jamur

Di Asia sendiri dilaporkan sebanyak 112 kasus ulkus kornea, 22 diantaranya

adalah penyakit keratitis jamur. Di Rs. Cicendo Bandung ditemukan 3 kasus dari 50

kasus ulkus kornea, Banglades mendapatkan 46 kasus keratitis jamur dalam 80 kasus

ulkus kornea yang merupakan kasus terbanyak di Asia.

Mortalitas dan Morbiditas

Organisme jamur dapat menyebar dari kornea hingga sampai ke struktur disekitar

bola mata. Jamur dapat menyebabkan infeksi berat pada mata seperti skleritis,

endoftalmitis, ataupun panoftalmitis. Infeksi ini biasanya sangat sulit untuk diobati dan

dapat menimbulkan kehilangan peglihatan atau bahkan kehilangan bola mata seluruhnya.

Riwayat penyakit

Lebih banyak ditemukan kasusnya pada pria

Riwayat trauma pada mata bagian luar

Pasien datang dengan gejala awal keratitis

Gejala klinis

Keluhan baru timbul setelah 5 hari terkena infeksi jamur atau 3 minggu kemudian pasien

akan mengeluh sakit mata yang hebat, berair, dan silau. Gejala lainnya adalah :

Terasa seperti ada benda asing didalam bola mata

Rasa nyeri atau tak nyaman pada mata

Penglihatan menurun

Hipersensitivitas terhadap cahaya

ELDA IRENE M.SIMATUPANGSMF ILMU PENYAKIT MATA RSU.Dr.PIRNGADI 9

Page 10: Paper Keratitis Jamur

Keratitis jamur

Pemeriksaan fisik

Gejala klinis yang muncul spesifik terhadap keratitis jamur yaitu adanya infiltrasi

pada kulit bagian luar mata, permukaan kasar, terlihat adanya garis-garis

berwarna coklat, penumpukan epitel, dan adanya lesi.

Pada infiltrasi stroma yang dalam dengan epitel yang masih utuh mungkin muncul

jamur tersebut karena jamur ini dapat menginfeksi mata tanpa menimbulkan

gejala ataupun tanda dan ini merupakan hal yang sangat sulit jika dibedakan

dengan keratitis karena bakteri.

(keratitis jamur)

Faktor resiko

Trauma (karena lensa kontak, benda asing)

Penggunaan kortikosteroid topikal

Operasi kornea (keratoplasty, operasi katarak, LASIK)

Keratitis kornea karena Herpes simplek, Herpes zooster atau keratokonjungtivits

ELDA IRENE M.SIMATUPANGSMF ILMU PENYAKIT MATA RSU.Dr.PIRNGADI 10

Page 11: Paper Keratitis Jamur

Keratitis jamur

Diagnosis

1. Riwayat trauma terutama tumbuhan, pemakaian steroid topikal lama

2. Lesi satelit

3. Tepi ukus sedikit menonjol dan kering, tapi yang ireguler dan tonjolan seperti

hifa dibawah endotel endotel yang utuh.

4. Plak endotel

5. Hipopion, kadang-kadang rekuren

6. Formasi cincin disekeliling ulkus

7. Lesi kornea yang indolen

Diagnosis Banding

1. keratitis bakterial

2. keratitis herpes simplek

3. keratitis interstisial

4. keratopati neurotropik

komplikasi

keratitis jamur dapat menimbulkan infeksi pada mata terkait dengan struktur

intraokuleer dan dapat menimbulkan hilangnya visus atau kehilangan bola mata.

Endoftalmitis sekunder

Perforasi kornea jarang terjadi

ELDA IRENE M.SIMATUPANGSMF ILMU PENYAKIT MATA RSU.Dr.PIRNGADI 11

Page 12: Paper Keratitis Jamur

Keratitis jamur

Pengobatan

Diagnosis terhadap keratitis jamur dimulai ketika ditemui gekala klinis dengan kepastian

dari kultus mikrobiologis atau biopsi dari kornea. Diagnosis sering tidak tepat karena

gejala mirip dengan keratitis bakteria.

Perawatan keratitis sulit karena kebanyakan jamur bersifat fungistatik dan membutuhkan

sistem imunologis yang baik dari pasien dan dengan terapi yang berkelanjutan. Obat

terkecuali untuk natamycin 5 %, semua anti jamur harus diadaptasikan dari obat sistemik

menjadi obat mata agar dapat menghindari dari efek toksisitasnya pada mata.

Jenis obat :

Polyene (nistatin, amfoterisin B, natamycin)

Pyrimidin (flucitosin)

Imidazole (clortrimazole, miconazole, ketokonazole)

Triazole (fluconazole, itraconazole)

Zulfadiazine perak

Jenis obat steroid harus dihindari karena merupakan kontraindikasi terhadap

jamur karena dapat mengembangbiakan jamur dengan sangat cepat.

Natamycin merupakan obat pilihan pertama untuk infeksi jamur berfilamen termasuk

amfoterisin B 0,15 % dan Flucitosin 1 % 150 mg/kgBB.

Pengobatan lain untuk jamur ragi adalah flukonazole 0,5 % 200 mg dan miconazole 1 %.

Pengobatan terutama berbentuk tetesan anti jamur diberikan tiap jam selama siang hari

dan tiap seling 2 jam pada malam hari pada mata yang sakit.

ELDA IRENE M.SIMATUPANGSMF ILMU PENYAKIT MATA RSU.Dr.PIRNGADI 12

Page 13: Paper Keratitis Jamur

Keratitis jamur

Terapi dengan pembedahan mungkin dibutuhkan bukan saja dalam mengatasi

komplikasinya saja tetapi juga berguna untuk membantu medikamentosanya.

Debridemen dan keratoplasti superficialis walaupun sangat menguntungkan dalam segi

diagnosis, namun dapat mengurangi keefektifan pengobatan.

Lamelar keratoplasti mungkin kurang berguna dalam perawatan keratitis jamur karena

tidak dapat memindahkan secara total penyebab infeksinya.

Prognosis

Prognosis tergantung dari beberapa terapi, apakah jamur sudah menyebar ke kornera atau

belum, waktu gejala pertama yang dirasakan pasien ikut berperan dalam menegakkan

prognosis yang baik dan didukung dengan pemeriksaan labolatorium yang mendukung

diagnosa tadi.

1. Pasien yang terinfeksi tingkat sedang mempunyai prognosis yang baik, namun

untuk mengontrol infeksi agar tidak menyebar ke sklera sangat sulit untuk

dilakukan.

2. Dari 1/3 infeksi jamur, muncul dari pengobtan yang tidak adequat atau sudah

terjadi perforasi pada kornea.

ELDA IRENE M.SIMATUPANGSMF ILMU PENYAKIT MATA RSU.Dr.PIRNGADI 13

Page 14: Paper Keratitis Jamur

Keratitis jamur

DAFTAR PUSTAKA

1. Alexandrakis G, Jalali S, Gloor P: Diagnosis of Fusarium keratitis in an animal

model using the polymerase chain reaction. Br J Ophthalmol 1998 Mar; 82(3):

306-11[Medline].

2. Handbook of Ocular Disease Management - Fungal Keratitis.

Http://www.emedical.com/eyes/keratitis_fungal/

3. Susetio B. Penatalaksanaan infeksi jamur pada mata. Fakultas Kedokteran

Universitas Padjajaran. Bandung.

4. O’day DM. in External Disease and cornea. Section 8. American Academy Of

Ophtalmology. LEO. 173-175

5. Vaughan D., Oftalmologi Umum, Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia,

Jakarta, 2000. 135-136

6. Ilyas, Sidarta, Ilmu Penyakit Mata, Edisi ketiga Fakultas Kedokteran Universitas

Indonesia, Jakarta, 1998. halaman 155-156

7. Pavon-Langston. Manual of Ocular Diagnosis and Therapy. Fifth edition.

Lippincott Williams & Wilkins.98-101.

ELDA IRENE M.SIMATUPANGSMF ILMU PENYAKIT MATA RSU.Dr.PIRNGADI 14

Page 15: Paper Keratitis Jamur

Keratitis jamur

KATA PENGANTAR

Dengan mengucapkan puji dan syukur penulis telah menyusun paper ini guna

memenuhi persyaratan Kepaniteraan Klinik Senior di Bagian Ilmu Penyakit Mata

RSU. Dr. Pirngadi Medan, dengan judul “ Keratitis Jamur ”.

Pada kesempatan ini penulis mengucapkan banyak terima kasih kepada

Dr. Jenny Rahmalita, Sp.M. Atas bimbingan dan arahannya selama mengikuti

Kepaniteraan Klinik Senior di Bagian Ilmu Penyakit Mata RSU. Dr. Pirngadi Medan

dan serta dalam penyusunan paper ini.

Bahwasanya hasil usaha penyusunan paper ini masih banyak kekurangannya,

tidaklah mengherankan karena keterbatasan pengetahuan yang ada pada penulis.

Kritik dan saran yang sifatnya membangun sangat penulis harapkan guna perbaikan

penyusunan paper lain dikemudian hari.

Harapan penulis semoga paper ini dapat bermanfaat dalam menambah

pengetahuan kita semua.

Medan, Mei 2006

Penulis

ELDA IRENE M.SIMATUPANGSMF ILMU PENYAKIT MATA RSU.Dr.PIRNGADI 15

Page 16: Paper Keratitis Jamur

Keratitis jamur

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ..................................................................................... i

DAFTAR ISI.................................................................................................... ii

PENDAHULUAN............................................................................................ 1

ANATOMI MATA .......................................................................................... 1

PATOFISIOLOGI............................................................................................ 7

FREKUENSI.................................................................................................... 8

MORTALITAS DAN MORBIDITAS............................................................. 9

RIWAYAT PENYAKIT.................................................................................. 9

GEJALA KLINIS............................................................................................. 9

PEMERIKSAAN FISIK................................................................................... 10

FAKTOR RESIKO........................................................................................... 10

DIAGNOSIS..................................................................................................... 11

DIAGNOSIS BANDING................................................................................. 11

KOMPLIKASI.................................................................................................. 11

PENGOBATAN............................................................................................... 12

PROGNOSIS.................................................................................................... 13

DAFTAR PUSTAKA....................................................................................... 14

ELDA IRENE M.SIMATUPANGSMF ILMU PENYAKIT MATA RSU.Dr.PIRNGADI 16