Paper Keratitis Jamur
-
Upload
andre-sitepu -
Category
Documents
-
view
12 -
download
0
description
Transcript of Paper Keratitis Jamur
Keratitis jamur
KERATITIS JAMUR
Pendahuluan
Keratitis jamur sampai saat ini masih merupakan suatu tantangan besar bagi para
ahli mata dalam diagnosa dan bagaimana cara menanganinya dengan baik. Kesulitan ini
berhubungan erat dengan penegakkan diagnosa klinis dan pemberian dosis anti jamur
yang efektif pada penyakit keratitis jamur ini. Dalam 30 tahun belakangan ini angka
kejadian keratitis jamur meningkat dengan drastis. Peningkatan ini terjadi seiring dengan
maraknya pemakaian obat kortikosteroid topikal dan antibiotik dalam pengobatan pasien
dengan penyakit keratitis.
Di Indonesia keratitis jamur menduduki urutan kedua dalam penyebab utama
kebutaan. Indonesia yang memiliki iklim tropis sangat tepat bagi perkembangbiakan
jamur ini didukung dengan kelembaban yang tinggi. Hal yang menjadi kendala di
Indonesia adalah keterbatasan obat-obatan senantiasa menjadi hambatan untuk
pengobatan keratitis jamur ini disamping itu, penegakkan diagnosis masih menjadi
masalah utamanya.
Ada baiknya jika kita melihat lagi anatomi mata yang berhubungan erat dengan
penyakit keratitis ini :
Anatomi Mata
Anatomi konjungtiva.
Konjungtiva merupakan membran yang menutupi skelra dan kelopak bagian
belakang. Bermacam-macam obat mata dapat diserap melalui konjungtiva ini.
ELDA IRENE M.SIMATUPANGSMF ILMU PENYAKIT MATA RSU.Dr.PIRNGADI 1
Keratitis jamur
Konjungtiva terdiri atas tiga bagian yaitu :
Konjungtiva tarsal yang menutupi tarsus, konjungtiva tarsal sukar digerakkan
dari tarsus.
Konjungtiva bulbi menutupi sklera dan mudah digerakkan dari sklera
dibawahnya.
Konjungtiva fornises atau forniks konjungtiva yang merupakan tempat
peralihan konjungtiva tarsal dengan konjungtiva bulbi.
Konjungtiva bulbi dan forniks berhubungan sangat longgar dengan jaringan
dibawahnya sehingga bola mata mudah bergerak.
Gambar 1. Anatomi mata secara umum(3)
ELDA IRENE M.SIMATUPANGSMF ILMU PENYAKIT MATA RSU.Dr.PIRNGADI 2
Keratitis jamur
Anatomi bola mata
Bola mata dibagian depan (kornea). Bola mata dibungkus oleh 3 lapis jaringan ,
yaitu :
1. Sklera merupakan bagian tertular yang melindungi bola mata. Bagian terdepan
sklera disebut kornea yang bersifat transparan yang memudahkan sinar masuk
kedalam bola mata. Kelengkungan kornea lebih besar dibanding sklera.
2. Jaringan uvea merupakan jaringan vascular. Jaringan uvea ini terdiri atas iris,
badan siliar, dan koroid. Pada iris didapatkan pupil yang oleh 3 susunan otot dapat
mengatur jumlah sinar masuk kedalam bola mata. Otot dilator dipersarafi oleh
saraf simpatis.
Badan siliar yang terletak dibelakang iris menghasilkan cairan bilik mata (akuos
humor), yang dikeluarkan melalui trabekulum yang terletak pada pangkal iris
dibatas kornea dan sklera.
3. Lapis ketiga bola mata adalah retina yang terletak paling dalam dan memounyai
susunan lapis sebanyak 10 lapis yang merupakan lapis membran neurosensoris
yang akan merubah sinar menjadi rangsangan saraf optik dan diteruskan keotak.
Terdapat rongga yang potensial antara retina dan koroid sehingga retina dapat
terlepas dari koroid yang disebut ablasi retina.
Badan kaca mengisi rongga gelatin yang hanya menempel pada papil saraf optik,
macula dan pars plana.
Lensa terletak dibelakang pupil yang dipegang didaerah ekuatornya pada badan
silisr melalui zona Zinn. Lensa mata mempunyai peranan pada akomodasi atau
melihat dekat sehingga sinar dapat difokuskan didaerah macula lutea.
Kornea.
Kornea adalah selaput bening mata, bagian selaput mata yang tembus cahaya,
merupakan lapis jaringan yang menutup bola mata sebelah depan dan terdiri atas
lapis :
1. Epitel : epitel berasal dari ectoderm permukaan.
2. Membran Bowman.
ELDA IRENE M.SIMATUPANGSMF ILMU PENYAKIT MATA RSU.Dr.PIRNGADI 3
Keratitis jamur
Terletak dibawah membran basal epitel kornea yang merupakan
kolagen yang tersusun tidak teratur seperti stroma dan berasal dari
bagian depan stroma.
Lapis ini tidak mempunyai daya regenerasi.
3. Stroma.
Terdiri atas lamel yang merupakan susunan kolagen yang sejajar satu
dengan lainnya. Pada permukaan terlihat anyaman yang teratur sedang
dibagian perifer serat kolagen ini bercabang. Ketatosit merupakan sel
stroma kornea yang merupakan fibroblas terletak diantara serat kolagen
dalam perkembangan embrio atau sesudah trauma.
4. Membran Descemet
Merupakan membran aselular dan merupakan batas belakang
stroma kornea yang dihasilkan sel endotel dan merupakan
membran basalnya.
Bersifat sangat elastik dan berkembang terus seumur hidup,
mempunyai tebal 40 m.
5. Endotel.
Berasal dari mesotelium, berlapis satu, bentuk heksagonal, besar 20-40
m. endotel melekat pada membran descemet melalui hemidesmosom dan
zonula okluden.
Uvea
Lapis vascular didalam bola mata yang terdiri atas iris, badan siliar dan koroid.
Perdarahan uvea dibedakan antara bagian anterior yang diperdarahai oleh 2 buah
arteri siliar posterior longus yang masuk menembus sklera ditemporal dan nasal.
Arteri siliar anterior dan posterior ini bergabung menjadi satu membentuk arteri
sirkularis mayor pada badan siliar. Uvea posterior mendapat perdarahan dari 15-
20 buah arteri siliar posterior brevis.
Iris mempunyai kemampuan mengatur secara otomatis masuknya sinar kedalam
bola mata. Reaksi pupil ini merupakan juga indicator untuk fungsi simpatis
(midriasis) dan parasimpatis (miosis). Badan siliar merupakan susunan otot
melingkar dan mempunyai sistem ekskresi di belakang limbus.
ELDA IRENE M.SIMATUPANGSMF ILMU PENYAKIT MATA RSU.Dr.PIRNGADI 4
Keratitis jamur
Pupil
Pupil anak-anak berukuran kecil akibat belum berkembangnya saraf simpatis.
Orang dewasa ukuran pupil adalah sedang, dan orang tua pupil mengecil akibat
rasa silau yang dibangkitkan oleh lensa yang sclerosis.
Sudut bilik mata depan.
Sudut bilik mata yang dibentuk jaringan korneosklera dengan pangkal iris. Pada
bagian ini terjadi pengaliran keluar cairan bilik mata. Bila terdapat hambatan
pengaliran keluar cairan mata maka akan terjadi penimbunan cairan bilik mata
didalam bola mata sehingga tekanan bola mata meninggi atau glaukoma.
Berdekatan dengan sudut ini didapatkan jaringan trabekulum, kanal Schlemm,
sklera.
Lensa mata.
Jaringan ini berasal dari ectoderm permukaan yang berbentuk lensa didalam mata
dan bersifat bening. Lensa berbentuk lempeng cakram bikonveks dan terletak
didalam bilik mata belakang.
Secara fisiologik lensa mempunyai sifat tertentu, yaitu :
Kenyal atau lentur karena memegang peranan terpenting dalam akomodasi
untuk menjadi cembung.
Jernih atau transparan karena diperlukan sebagai media penglihatan.
Terletak ditempatnya.
Badan kaca.
Badan kaca merupakan suatu jaringan seperti kaca bening yang terletak antara
lensa dengan retina. Badan kaca bersifat semi cair didalam bola mata.
Mengandung air sebanyak 90% sehingga tidak dapat lagi menyerap air.
Sesungguhnya fungsi badan kaca sama dengan peranannya mengisi ruang untuk
meneruskan sinar dari lensa keretina.
Retina.
Retina atau selaput jala, merupakan bagian matayang mengandung reseptor yang
menerima rangsangan cahaya.
Retina berbatas dengan koroid dengan sel pigmen epitel retina, dan terdiri atas
ELDA IRENE M.SIMATUPANGSMF ILMU PENYAKIT MATA RSU.Dr.PIRNGADI 5
Keratitis jamur
lapisan :
1. Lapis fotoreseptor.
2. Membran limitan
3. Lapis nukleus luar
4. Lapis pleksiform luar.
5. lapis nukleus dalam.
6. Lapis pleksiform dalam.
7. Lapis sel ganglion
8. lapis serabut saraf.
9. Membrana limitan interna.
Warna retina biasanya jingga dan kadang-kadang pucat pada anemia dan
iskemia dan merah pada hyperemia.
Pembuluh darah didalam retina merupakan cabang arteri oftalmika, arteri
retina central masuk retina melalui papil saraf optik yang akan memberikan
nutrisi pada retina dalam. Lapisan luar retina atau sel kerucut dan batang
mendapat nutrisi dari koroid.
Sklera.
Bagian putih bola mata yang bersama-sama dengan kornea merupakan
pembungkus dan pelindung isi bola mata. Sklera berjalan dari papil saraf optik
sampai kornea.
Rongga orbita.
Rongga orbita adalah yang berisi bola mata dan terdapat 7 tulang yang
membentuk dinding orbita yaitu : lakrimal, etmoid, sphenoid, fronyal, dan dasar
orbita yang terutama terdiri atas tulang maksila, bersama-sama tulang palatinum
dan zigomatikum.
Foramen optik terletak pada apeks rongga orbita, dilalui oleh saraf optik, arteri,
vena dan saraf simpatik yang berasal dari pleksus karotid.
Fisura orbita superior disudut orbita atas temporal dilalui oleh saraf lakrimal (V),
saraf frontal (V), saraf troklear (IV), saraf okulomotor (III), saraf nasosiliar (V),
abdusen (VI), dan arteri oftalmik.
ELDA IRENE M.SIMATUPANGSMF ILMU PENYAKIT MATA RSU.Dr.PIRNGADI 6
Keratitis jamur
Fisura orbita inferior terletak didasar tengah temporal orbita dilalui oleh saraf
infra-orbita dan zigomatik dan arteri intra orbita.(1)
Patofisiologi
Berbagai macam jamur berhubungan erat dengan berbagai macam infeksi pada
mata yang berada dimana-mana. Organisme saprofit ini sudah dilaporkan terkait dengan
beberaa penyakit pada mata. Jamur ini sudah diisolasi menjadi beberapa kelompok,
antara lain :
1. Moniliaceae ( jamur berfilamen tak berpigmen )
- Fusarium
- Species Aspergillus
2. Dematiaceae ( jamur berfilamen berpigmen )
- Curvularia
- Spesies Lasiodiplodia
3. Jamur ragi ( spesies Candida )
Jamur mencapai kornea melalui lapisan epitel yang sudah rusak sebellumnya,
keudian berkembang biak dan menyebabkan nekrosis jaringan dan reaksi inflamasi.
Kerusakan epitel biasanya merupakan akibat dari trauma ( pemakaian lensa kontak,
benda asing, operasi kornea ). Organisme ini dapat masuk ke membran descement dan
bulbi anterior kemudian menuju segmen posterior. Mikotoksin dan enzim proteolitik
menambah kerusakan jaringan pada daerah disekitar kornea. Keratitis jamur juga
digambarkan sebagai penyebab terjadinya endoftalmitis sekunder karena jamur. Pada
ELDA IRENE M.SIMATUPANGSMF ILMU PENYAKIT MATA RSU.Dr.PIRNGADI 7
Keratitis jamur
kasus ini, jamur menyebar dari segmen posterior melalui membran descement dan
kemudian masuk ke kornea.
Frekuensi
Di Amerika Serikat, angka keratitis jamur bervariasi menurut lokasi geografis dari
2 % kasus keratitis jamur di New York hingga sampai 35 % di negara bagian Florida.
Spesies Fusarium adalah penyebab tersering infeksi jamur pada kornea mata di Amerika
Selatan (45-76 %) , sementara itu spesies Candida dan Aspergillus paling sering terdapat
di Amerika bagian utara.
(Keratitis Jamur Fusarium)
Baru-baru ini dilaporkan juga bahwa keratitis jamur di Florida Selatan ditemukan
penyebab baru yang tersering yaitu jamur Fusarium Oxyporium sekitar 37% diikuti
dengan penurunan frekuensi Florida selatan menjadi 24% dari spesies Candida,
Curvularia, dan Aspergillus.
Spesies Aspergillus merupakan jamur yang paling banyak ditemukan didunia. Di
India dilaporkan bahwa spesies Aspergillus adalah yang paling banyak menjadi penyebab
keratitis sekitar 27-64 % dan diikuti oleh Fusarium 6-32 % dan Penicillium 2-29 %.
ELDA IRENE M.SIMATUPANGSMF ILMU PENYAKIT MATA RSU.Dr.PIRNGADI 8
Keratitis jamur
Di Asia sendiri dilaporkan sebanyak 112 kasus ulkus kornea, 22 diantaranya
adalah penyakit keratitis jamur. Di Rs. Cicendo Bandung ditemukan 3 kasus dari 50
kasus ulkus kornea, Banglades mendapatkan 46 kasus keratitis jamur dalam 80 kasus
ulkus kornea yang merupakan kasus terbanyak di Asia.
Mortalitas dan Morbiditas
Organisme jamur dapat menyebar dari kornea hingga sampai ke struktur disekitar
bola mata. Jamur dapat menyebabkan infeksi berat pada mata seperti skleritis,
endoftalmitis, ataupun panoftalmitis. Infeksi ini biasanya sangat sulit untuk diobati dan
dapat menimbulkan kehilangan peglihatan atau bahkan kehilangan bola mata seluruhnya.
Riwayat penyakit
Lebih banyak ditemukan kasusnya pada pria
Riwayat trauma pada mata bagian luar
Pasien datang dengan gejala awal keratitis
Gejala klinis
Keluhan baru timbul setelah 5 hari terkena infeksi jamur atau 3 minggu kemudian pasien
akan mengeluh sakit mata yang hebat, berair, dan silau. Gejala lainnya adalah :
Terasa seperti ada benda asing didalam bola mata
Rasa nyeri atau tak nyaman pada mata
Penglihatan menurun
Hipersensitivitas terhadap cahaya
ELDA IRENE M.SIMATUPANGSMF ILMU PENYAKIT MATA RSU.Dr.PIRNGADI 9
Keratitis jamur
Pemeriksaan fisik
Gejala klinis yang muncul spesifik terhadap keratitis jamur yaitu adanya infiltrasi
pada kulit bagian luar mata, permukaan kasar, terlihat adanya garis-garis
berwarna coklat, penumpukan epitel, dan adanya lesi.
Pada infiltrasi stroma yang dalam dengan epitel yang masih utuh mungkin muncul
jamur tersebut karena jamur ini dapat menginfeksi mata tanpa menimbulkan
gejala ataupun tanda dan ini merupakan hal yang sangat sulit jika dibedakan
dengan keratitis karena bakteri.
(keratitis jamur)
Faktor resiko
Trauma (karena lensa kontak, benda asing)
Penggunaan kortikosteroid topikal
Operasi kornea (keratoplasty, operasi katarak, LASIK)
Keratitis kornea karena Herpes simplek, Herpes zooster atau keratokonjungtivits
ELDA IRENE M.SIMATUPANGSMF ILMU PENYAKIT MATA RSU.Dr.PIRNGADI 10
Keratitis jamur
Diagnosis
1. Riwayat trauma terutama tumbuhan, pemakaian steroid topikal lama
2. Lesi satelit
3. Tepi ukus sedikit menonjol dan kering, tapi yang ireguler dan tonjolan seperti
hifa dibawah endotel endotel yang utuh.
4. Plak endotel
5. Hipopion, kadang-kadang rekuren
6. Formasi cincin disekeliling ulkus
7. Lesi kornea yang indolen
Diagnosis Banding
1. keratitis bakterial
2. keratitis herpes simplek
3. keratitis interstisial
4. keratopati neurotropik
komplikasi
keratitis jamur dapat menimbulkan infeksi pada mata terkait dengan struktur
intraokuleer dan dapat menimbulkan hilangnya visus atau kehilangan bola mata.
Endoftalmitis sekunder
Perforasi kornea jarang terjadi
ELDA IRENE M.SIMATUPANGSMF ILMU PENYAKIT MATA RSU.Dr.PIRNGADI 11
Keratitis jamur
Pengobatan
Diagnosis terhadap keratitis jamur dimulai ketika ditemui gekala klinis dengan kepastian
dari kultus mikrobiologis atau biopsi dari kornea. Diagnosis sering tidak tepat karena
gejala mirip dengan keratitis bakteria.
Perawatan keratitis sulit karena kebanyakan jamur bersifat fungistatik dan membutuhkan
sistem imunologis yang baik dari pasien dan dengan terapi yang berkelanjutan. Obat
terkecuali untuk natamycin 5 %, semua anti jamur harus diadaptasikan dari obat sistemik
menjadi obat mata agar dapat menghindari dari efek toksisitasnya pada mata.
Jenis obat :
Polyene (nistatin, amfoterisin B, natamycin)
Pyrimidin (flucitosin)
Imidazole (clortrimazole, miconazole, ketokonazole)
Triazole (fluconazole, itraconazole)
Zulfadiazine perak
Jenis obat steroid harus dihindari karena merupakan kontraindikasi terhadap
jamur karena dapat mengembangbiakan jamur dengan sangat cepat.
Natamycin merupakan obat pilihan pertama untuk infeksi jamur berfilamen termasuk
amfoterisin B 0,15 % dan Flucitosin 1 % 150 mg/kgBB.
Pengobatan lain untuk jamur ragi adalah flukonazole 0,5 % 200 mg dan miconazole 1 %.
Pengobatan terutama berbentuk tetesan anti jamur diberikan tiap jam selama siang hari
dan tiap seling 2 jam pada malam hari pada mata yang sakit.
ELDA IRENE M.SIMATUPANGSMF ILMU PENYAKIT MATA RSU.Dr.PIRNGADI 12
Keratitis jamur
Terapi dengan pembedahan mungkin dibutuhkan bukan saja dalam mengatasi
komplikasinya saja tetapi juga berguna untuk membantu medikamentosanya.
Debridemen dan keratoplasti superficialis walaupun sangat menguntungkan dalam segi
diagnosis, namun dapat mengurangi keefektifan pengobatan.
Lamelar keratoplasti mungkin kurang berguna dalam perawatan keratitis jamur karena
tidak dapat memindahkan secara total penyebab infeksinya.
Prognosis
Prognosis tergantung dari beberapa terapi, apakah jamur sudah menyebar ke kornera atau
belum, waktu gejala pertama yang dirasakan pasien ikut berperan dalam menegakkan
prognosis yang baik dan didukung dengan pemeriksaan labolatorium yang mendukung
diagnosa tadi.
1. Pasien yang terinfeksi tingkat sedang mempunyai prognosis yang baik, namun
untuk mengontrol infeksi agar tidak menyebar ke sklera sangat sulit untuk
dilakukan.
2. Dari 1/3 infeksi jamur, muncul dari pengobtan yang tidak adequat atau sudah
terjadi perforasi pada kornea.
ELDA IRENE M.SIMATUPANGSMF ILMU PENYAKIT MATA RSU.Dr.PIRNGADI 13
Keratitis jamur
DAFTAR PUSTAKA
1. Alexandrakis G, Jalali S, Gloor P: Diagnosis of Fusarium keratitis in an animal
model using the polymerase chain reaction. Br J Ophthalmol 1998 Mar; 82(3):
306-11[Medline].
2. Handbook of Ocular Disease Management - Fungal Keratitis.
Http://www.emedical.com/eyes/keratitis_fungal/
3. Susetio B. Penatalaksanaan infeksi jamur pada mata. Fakultas Kedokteran
Universitas Padjajaran. Bandung.
4. O’day DM. in External Disease and cornea. Section 8. American Academy Of
Ophtalmology. LEO. 173-175
5. Vaughan D., Oftalmologi Umum, Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia,
Jakarta, 2000. 135-136
6. Ilyas, Sidarta, Ilmu Penyakit Mata, Edisi ketiga Fakultas Kedokteran Universitas
Indonesia, Jakarta, 1998. halaman 155-156
7. Pavon-Langston. Manual of Ocular Diagnosis and Therapy. Fifth edition.
Lippincott Williams & Wilkins.98-101.
ELDA IRENE M.SIMATUPANGSMF ILMU PENYAKIT MATA RSU.Dr.PIRNGADI 14
Keratitis jamur
KATA PENGANTAR
Dengan mengucapkan puji dan syukur penulis telah menyusun paper ini guna
memenuhi persyaratan Kepaniteraan Klinik Senior di Bagian Ilmu Penyakit Mata
RSU. Dr. Pirngadi Medan, dengan judul “ Keratitis Jamur ”.
Pada kesempatan ini penulis mengucapkan banyak terima kasih kepada
Dr. Jenny Rahmalita, Sp.M. Atas bimbingan dan arahannya selama mengikuti
Kepaniteraan Klinik Senior di Bagian Ilmu Penyakit Mata RSU. Dr. Pirngadi Medan
dan serta dalam penyusunan paper ini.
Bahwasanya hasil usaha penyusunan paper ini masih banyak kekurangannya,
tidaklah mengherankan karena keterbatasan pengetahuan yang ada pada penulis.
Kritik dan saran yang sifatnya membangun sangat penulis harapkan guna perbaikan
penyusunan paper lain dikemudian hari.
Harapan penulis semoga paper ini dapat bermanfaat dalam menambah
pengetahuan kita semua.
Medan, Mei 2006
Penulis
ELDA IRENE M.SIMATUPANGSMF ILMU PENYAKIT MATA RSU.Dr.PIRNGADI 15
Keratitis jamur
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR ..................................................................................... i
DAFTAR ISI.................................................................................................... ii
PENDAHULUAN............................................................................................ 1
ANATOMI MATA .......................................................................................... 1
PATOFISIOLOGI............................................................................................ 7
FREKUENSI.................................................................................................... 8
MORTALITAS DAN MORBIDITAS............................................................. 9
RIWAYAT PENYAKIT.................................................................................. 9
GEJALA KLINIS............................................................................................. 9
PEMERIKSAAN FISIK................................................................................... 10
FAKTOR RESIKO........................................................................................... 10
DIAGNOSIS..................................................................................................... 11
DIAGNOSIS BANDING................................................................................. 11
KOMPLIKASI.................................................................................................. 11
PENGOBATAN............................................................................................... 12
PROGNOSIS.................................................................................................... 13
DAFTAR PUSTAKA....................................................................................... 14
ELDA IRENE M.SIMATUPANGSMF ILMU PENYAKIT MATA RSU.Dr.PIRNGADI 16