Keratitis Jamur

16
REFERAT KERATITIS JAMUR NAMA PEMBIMBING : dr. Agah Gadjali, Sp.M dr. Gartati Ismail, Sp.M dr. Henry A.W, Sp.M dr. Hermansyah, Sp.M dr. Mustafa, Sp.M DISUSUN OLEH: ISNAN WAHYUDI (1102009145) NABILA (1102010197) BAGIAN ILMU MATA 0

description

ghvghf

Transcript of Keratitis Jamur

REFERATKERATITIS JAMUR

NAMA PEMBIMBING :dr. Agah Gadjali, Sp.Mdr. Gartati Ismail, Sp.Mdr. Henry A.W, Sp.Mdr. Hermansyah, Sp.Mdr. Mustafa, Sp.M

DISUSUN OLEH:ISNAN WAHYUDI (1102009145)NABILA (1102010197)

BAGIAN ILMU MATA RS POLRI SAID SUKANTOPERIODE OKTOBER NOVEMBER2014KATA PENGANTAR

Puji dan syukur kami ucapkan kepada Allah swt atas selesainya referat yang berjudul Keratitis Jamur. Juga kepada dr. agah Gdjali, Sp.M, dr. Hermansyah, Sp.M, dr. Gartati Ismail, Sp.M, dr. Mustafa, Sp.M, dr. Henry A.W, Sp.M, selaku dosen pembimbing, kami ucapkan terimakasih banyak atas bimbingannya selama kepaniteraan kami di Bagian Ilmu Penyakit Mata RS Bhayangkara Tingkat I Raden Said Sukanto.

Dalam referat ini kami akan mencoba membahas mengenai keratitis jamur. Semoga pembahasan kami ini dapat membantu membuka wawasan dan pengetahuan bagi mahasiswa klinik atupun dokter umum mengenai keratitis jamur.

Penulis,

Jakarta, 20 November 2014

BAB IPENDAHULUAN1.1 Latar BelakangKornea merupakan bagian anterior dari mata yang harus dilalui cahaya, dalam perjalanan pembentukan bayangan di retina. Karena itu kornea harus tetap jernih dan permukaannya rata agar tidak menghalangi proses pembiasan sinar. Kelainan yang bisa merusak bentuk dan kejernihan kornea dapat menimbulkan gangguan penglihatan yang hebat, terutama bila letaknya di sentral (daerah pupil), bila kelainan ini tidak diobati maka dapat terjadi kebutaan.1,2Kelainan kornea yang paling sering ditemukan adalah keratitis. Keratitis merupakan suatu proses peradangan kornea yang dapat bersifat akut maupun kronis yang disebabkan oleh berbagai faktor antara lain bakteri, jamur, virus atau karena alergi. keratitis dapat dibagi menjadi beberapa golongan berdasarkan kedalaman lesi pada kornea (tempatnya), penyebab dan bentuk klinisnya.3Berdasarkan tempatnya keratitis secara garis besar dapat dibagi menjadi keratitis pungtata superfisialis, keratitis marginal dan keratitis interstitial. Berdasarkan penyebabnya keratitis digolongkan menjadi keratitis bakterialis, keratitis fungal, keratitis viral, keratitis akibat alergi. Kemudian berdasarkan bentuk klinisnya dapat dibagi menjadi keratitis sika, keratitis flikten, keratitis nurmularis dan keratitis neuroparalitik.3 Gejala umum keratitis adalah visus turun perlahan, mata merah, rasa silau, dan merasa ada benda asing di matanya. Gejala khususnya tergantung dari jenis-jenis keratitis yang diderita oleh pasien. Gambaran klinik masing-masing keratitis pun berbeda-beda tergantung dari jenis penyebab dan tingkat kedalaman yang terjadi di kornea, jika keratitis tidak ditangani dengan benar maka penyakit ini akan berkembang menjadi suatu ulkus yang dapat merusak kornea secara permanen sehingga akan menyebabkan gangguan penglihatan bahkan dapat sampai menyebabkan kebutaan sehingga pengobatan keratitis haruslah cepat dan tepat agar tidak menimbulkan komplikasi yang merugikan di masa yang akan datang terutama pada pasien yang masih muda.1,2,3

1.2 TujuanTujuan telaah ilmiah ini adalah untuk mengetahui bagaimana diagnosis keratitis yang disertai definisi, epidemiologi, etiologi, patofisiologi, klasifikasi, komplikasi serta prognosis dari keratitis.

BAB IIISI2. 1. Anatomi Kornea2,3,4Kornea adalah jaringan transparan, yang ukurannya sebanding dengan kristal sebuah jam tangan kecil. Kornea ini disisipkan ke sklera di limbus, lengkung melingkar pada persambungan ini disebut sulkus skelaris. Kornea dewasa rata-rata mempunyai tebal 0,54 mm di tengah, sekitar 0,65 di tepi, dan diameternya sekitar 11,5 mm dari anterior ke posterior, kornea mempunyai lima lapisan yang berbeda-beda: lapisan epitel (yang bersambung dengan epitel konjungtiva bulbaris), lapisan Bowman, stroma, membran Descement, dan lapisan endotel. Batas antara sclera dan kornea disebut limbus kornea. Kornea merupakan lensa cembung dengan kekuatan refraksi sebesar + 43 dioptri. Kalau kornea udem karena suatu sebab, maka kornea juga bertindak sebagai prisma yang dapat menguraikan sinar sehingga penderita akan melihat halo.

Gambar 1. Anatomi Kornea

Kornea terdiri dari 5 lapisan dari luar kedalam:

Gambar 2. Lapisan Kornea1. Lapisan epitel Tebalnya 50 m , terdiri atas 5 lapis sel epitel tidak bertanduk yang saling tumpang tindih; satu lapis sel basal, sel polygonal dan sel gepeng. Pada sel basal sering terlihat mitosis sel, dan sel muda ini terdorong kedepan menjadi lapis sel sayap dan semakin maju kedepan menjadi sel gepeng, sel basal berikatan erat dengan sel basal disampingnya dan sel polygonal didepannya melalui desmosom dan macula okluden; ikatan ini menghambat pengaliran air, elektrolit dan glukosa yang merupakan barrier. Sel basal menghasilkan membrane basal yang melekat erat kepadanya. Bila terjadi gangguan akan menghasilkan erosi rekuren. Epitel berasal dari ectoderm permukaan.

2. Membran Bowman Terletak dibawah membrana basal epitel kornea yang merupakan kolagen yang tersusun tidak teratur seperti stroma dan berasal dari bagian depan stroma. Lapis ini tidak mempunyai daya regenerasi.

3. Jaringan Stroma Terdiri atas lamel yang merupakan sususnan kolagen yang sejajar satu dengan yang lainnya, Pada permukaan terlihat anyaman yang teratur sedang dibagian perifer serat kolagen ini bercabang; terbentuknya kembali serat kolagen memakan waktu lama yang kadang-kadang sampai 15 bulan.Keratosit merupakan sel stroma kornea yang merupakan fibroblast terletak diantara serat kolagen stroma. Diduga keratosit membentuk bahan dasar dan serat kolagen dalam perkembangan embrio atau sesudah trauma. 4. Membran Descement Merupakan membrana aselular dan merupakan batas belakang stroma kornea dihasilkan sel endotel dan merupakan membrane basalnya. Bersifat sangat elastis dan berkembang terus seumur hidup, mempunyai tebal 40 m.

5. EndotelBerasal dari mesotelium, berlapis satu, bentuk heksagonal, besar 20-40 m. Endotel melekat pada membran descement melalui hemidosom dan zonula okluden.

Kornea dipersarafi oleh banyak saraf sensorik terutama berasal dari saraf siliar longus, saraf nasosiliar, saraf ke V, saraf siliar longus berjalan supra koroid, masuk ke dalam stroma kornea, menembus membran Bowman melepaskan selubung Schwannya. Bulbus Krause untuk sensasi dingin ditemukan diantara. Daya regenerasi saraf sesudah dipotong di daerah limbus terjadi dalam waktu 3 bulan.Sumber nutrisi kornea adalah pembuluh-pembuluh darah limbus, humour aquous, dan air mata. Kornea superfisial juga mendapat oksigen sebagian besar dari atmosfir. Transparansi kornea dipertahankan oleh strukturnya seragam, avaskularitasnya dan deturgensinya.2.2.KeratitisDefinisiKeratitis adalah radang pada kornea atau infiltrasi sel radang pada kornea yang akan mengakibatkan kornea menjadi keruh sehingga tajam penglihatan menurun. Infeksi pada kornea bisa mengenai lapisan superficial yaitu pada lapisan epitel atau membran bowman dan lapisan profunda jika sudah mengenai lapisan stroma.2EpidemiologiMenurut Murillo Lopez (2006), Sekitar 25.000 orang Amerika terkena keratitis bakteri per tahun. Kejadian keratitis bakteri bervariasi, dengan lebih sedikit pada negara-negara industri yang secara signifikan lebih sedikit memiliki jumlah pengguna lensa kontak. Insiden keratitis jamur bervariasi sesuai dengan lokasi geografis dan berkisar dari 2% dari kasus keratitis di New York untuk 35% di Florida. Spesies Fusarium merupakan penyebab paling umum infeksi jamur kornea di Amerika Serikat bagian selatan (45-76% dari keratitis jamur), sedangkan spesies Candida dan Aspergillus lebih umum di negara-negara utara. secara signifikan lebih sedikit yang berkaitan dengan infeksi lensa kontak.Keratitis Jamur (Fungi)Etiologi5Keratitis jamur dapat disebabkan oleh:a. Mould (filamentous fungi)Bersifat multiseluler dengan cabang-cabang hifa, terdiri dari: Jamur bersepta: Furasium sp, Acremonium sp, Aspergillus sp, Cladosporium sp, Penicillium sp, Paecilomyces sp, Phialophora sp, Curvularia sp, Altenaria sp Jamur tidak bersepta: Mucor sp, Rhizopus sp, Absidia spb. Jamur ragi (yeast) yaitu jamur uniseluler dengan pseudohifa dan tunas: Candida albicans, Cryptococcus sp, Rodotolura spPatofisiologi7Kornea yang mengalami trauma seperti tertusuk batang daun dapat menyebabkan defek pada epitel kornea. Defek tersebut dapat menjadi akses bagi jamur untuk masuk dan berkembang di dalam stroma kornea. Jamur yang masuk mendapatkan nutrisi dari aqueous humor yang masuk dari pompa aktif endotel. Oleh sebab itu, jamur berkembang secara aktif pada stroma dan menyebabkan kekeruhan lensa.Reaksi peradangan yang berat pada kornea karena infeksi jamur dapat timbul dalam bentuk mikotoksin dan enzim-enzim proteolitik. Agen-agen ini dapat menyebabkan nekrosis pada lamella kornea yang dapat menyebabkan peradangan akut.Reaksi inflamasi yang menyertai kurang terlihat daripada keratitis bakterialis. Hifa dari jamur berpotensi masuk ke membrane descemet yang intak dan menyebar ke kamera okuli anterior.Manifestasi Klinis Mata sakit, gatal, silau Gangguan penglihatan (visus menurun) Mata merah dan bengkak Hiperemi konjungtiva Merasa kelilipan Gangguan kornea (sensibilitas kornea yang hipestesia) Fotofobi Lakrimasi Pada kelopak terlihat vesikel dan infiltrat filamen pada korneaDiagnosis6Untuk menegakkan diagnosis klinik dapat dipakai pedoman berikut:a. Pada pemeriksaan slit lamp ditemukan gambaran feathery borders pada kornea. b. Riwayat trauma pada mata terutama oleh tumbuhanc. Lesi satelitd. Tepi ulkus sedikit menonjol dan kering, tepi yang ireguler dan tonjolan seperti hifa di bawah endotel utuhe. Plak endotelf. Hypopion

Gambar 3. Gambaran feathery borders pada keratitis jamur

Gambar 4. HipopionPemeriksaan Penunjanga. Pemeriksaan yang dapat dilakukan yaitu pemeriksaan kerokan kornea (sebaiknya dengan spatula Kimura) yaitu dari dasar dan tepi ulkus dengan biomikroskop. Dapat dilakukan pewarnaan KOH atau Gram.b. Jika kultur negative pada 48 sampai 72 jam dan pemberian obat tidak menghasilkan efek yang memuaskan, maka dilakukan biopsi jaringan kornea.

Tatalaksana51. Terapi topikal Pada 24 sampai 48 jam pertama pasien harus diberikan tetes mata Econazole 1% setiap jam pagi dan malam. Jika setelah 48 jam Econazole 1% tidak memberikan efek. Siklopegik tetes atropine 1% 2 kali sehari.2. Terapi sistemik Infeksi jamur ragi (yeast)Flukonazol oral 50-100 mg selama 7-14 hari setelah diketahui penyebabnya. Jika terdapat endoftalmitis diberikan 200-400 mg. Saat pemakaian obat ini harus diperhatikan fungsi liver pasien Infeksi mouldPada lini pertama, pasien diberikan Voriconazole. Pada pasien dengan berat badan > 40 kg, voriconazole diberikan secara oral 400 mg 2 kali/hari. Pada hari berikutnya diberikan 200 mg 2 kali/hari dan pada hari berikutnya, dilihat perubahan pada mata pasien. Jika sudah cukup membaik, dosis tetap dilanjutkan sama seperti hari sebelumnya. Apabila tidak terlihat adanya perubahan, maka dosis dapat dinaikan 300 mg 2 kali/hari.

Gambar 5. Alur penatalaksanaan keratitis jamur

DAFTAR PUSTAKA

1. American Academy of Ophthalmology. External Eye Disease and Cornea. San Fransisco 2008-2009. p. 179-902. Roderick B. Kornea. In: Vaughan & Asbury. Oftalmologi Umum Edisi 17. Jakarta : EGC. 2009. p. 125-49.3. Ilyas S. Ilmu Penyakit Mata edisi2. Jakarta: Balai Penerbit FKUI. 2002. p.1131164. Mansjoer, Arif M. 2001. Kapita Selekta edisi-3 jilid-1. Jakarta: Media Aesculapius FKUI. Hal: 565. Guidelines for the management of fungal keratitis. Sandwell and West Birmingham Hospitals. 2011.6. Tuli, Sonal S. 2011. Fungal keratitis. University of Florida. USA : Dovepress.7. http://emedicine.medscape.com/article/1194167-overview#a0104 (diakses pada 19 November 2014)

1