Medis mamae
-
Upload
operator-warnet-vast-raha -
Category
Documents
-
view
355 -
download
4
Embed Size (px)
Transcript of Medis mamae

BAB I
KONSEP MEDIS
1. PENGERTIAN
Kanker payudara merupakan penyakit keganasan wanita yang stroma
yang disertai pembentukan jaringan ikat padat, mulai dari duktus laktiverus
kemudian menjalan ke jaringan klasifikasi dan reaksi radang.
Kanker baru ditemukan pada tumor – tumor payudara sesuai dengan
namanya, merupakan pertumbuhan yang meliputi kelenjar stroma jaringan
ikat, tetapi sering pula ditemukan massa produksi paling sering ditemukan
wanita usia lebih dari 40 tahun.
2. ETIOLOGI
Etiologi kanker payudara tidak diketahui dengan pasti. Namun
beberapa faktor resiko pada pasien diduga berhubungan dengan kejadian
kanker payudara, yaitu :
a. Umur > 30 tahun
b. Tinggi melebihi 170 cm
Wanita yang tingginya 170 cm mempunyai resiko terkena kanker
payudara karena pertumbuhan lebih cepat saat usia anak dan remaja
membuat adanya perubahan struktur genetik (DNA) pada sel tubuh yang
diantaranya berubah ke arah sel ganas.
c. Melahirkan anak pertama pada usia > 30 tahun
Wanita yang belum mempunyai anak lebih lama terpapar dengan
hormon estrogen relatif lebih lama dibandingkan wanita yang sudah
punya anak.

d. Usia menarche < 12 tahun
e. Pernah mengalami infeksi, trauma, atau operasi tumor jinak payudara.
f. Therapi hormonal lama
g. Mempunyai kanker payudara kontralateral
h. Pernah mengalami radiasi di daerah dada.
i. Pernah menjalani operasi ginekologi misalnya tumor ovarium
j. Ada riwayat keluarga dengan kanker payudara pada ibu, saudara
perempuan ibu, saudara perempuan, adik atau kakak.
Kemungkinan untuk menderita kanker payudara 2 – 3 x lebih besar
pada wanita yang ibunya atau saudara kandungnya menderita kanker
payudara. (Erik T, 2005, hal : 43-46)
k. Kontrasepsi oral pada pasien tumor payudara jinak seperti kelainan fibro
kistik yang ganas
3. ANATOMI DAN FISIOLOGI
Anatomi
Secara fisiologis anatomi payudara terdiri dari : alveolus, ductulus,
ductus, lactiverus, s. lativerus, ampulla, pori papilla dan tepi alveolar.
Gambar 2.1. Gambar payudara (potongan melintang).

Fisiologi payudara
Payudara mengalami tiga macam perubahan yang di pengaruhi
hormon. Perubahan pertama ialah mulai dari masa hidup anak melalui
pubertas, masa fertilitas, sampai ke klimakterium dan menopuse. Sejak
pubertas pengaruh estrogen dan progesteron yang diproduksi ovarium dan
juga hormon hipofise, telah menyebabkan ductus berkembang dan timbulnya
asinus. Perubahan kedua adalah perubahan sesuai dengan daur menstruasi.
Sekitar hari ke delapan menstruasi, payudara jadi lebih besar dan pada
beberapa hari sebelum menstruasi berikutnya terjadi pembesaran maksimal.
Kadang-kadang timbul benjolan yang nyeri dan tidak rata. Selama beberapa
hari menjelang menstruasi payudara menjadi tegang dan nyeri. Sehingga
pemeriksaan fisik, terutama palpasi, tidak mungkin dilakukan. Pada waktu itu
pemeriksaan foto mammogram tidak berguna karena kontras kelenjar terlalu
besar. Begitu menstruasi mulai, semuanya berkurang. Perubahan ketiga terjadi
waktu hamil dan menyusui. Pada kehamilan, payudara menjadi besar karena
epitel ductus lobul dan ductus alveolus berproliferasi, dan tumbuh ductus
baru.
Sekresi hormon prolaktin dari hipofisis anterior memicu (trigger)
laktasi. Air susu diproduksi oleh sel-sel alveolus, mengisi asinus, kemudian
dikeluarkan melalui ductus ke puting susu.
4. PATOFISIOLOGI
Kanker payudara bukan satu-satunya penyakit tapi banyak tergantung
pada jaringan-jaringan payudara yang terkena. Ketergantungan estrogennya
dan usia permulaannya. Beberapa tumor yang dikenal sebagai “estrogen
defendant” mengandung reseptor yang mengikat ekstradikal, suatu tipe
estrogen. Pertumbuhannya dirangsang oleh estrogen. Reseptor ini tidak
muncul pada jaringan payudara normal atau dalam jaringan dengan dysplasia.

Kehadiran tumor estrogen defendant diindentifikasikan dengan suatu uji
“estrogen reseptor assay (ERA) pada jaringan lebih tinggi dari pada kanker ini
memberikan respon terhadap hormon treatment (endokrin Chemoterapi,
oophorectomy, adrenalectomy).
5. MANIFESTASI KLINIK
Pasien biasanya datang dengan keluhan benjolan, rasa sakit, keluar
cairan dari puting susu, timbulnya kelainan kulit. Pembesaran kelenjar getah
bening, atau tanda metastase jauh. Setiap kelainan payudara harus dipikirkan
ganas sebelum dibuktikan tidak. Pengeluaran cairan dari puting adanya nyeri
lebih mengarah ke kelainan fibriokistik.
Gejala-gejala kanker payudara antara lain, terdapat benjolan di
payudara yang nyeri maupun tidak nyeri, keluar cairan dari puting, ada
perlengketan dan lekukan pada kulit dan terjadinya luka yang tidak sembuh
dalam waktu yang lama, rasa tidak enak dan tegang, retraksi putting,
pembengkakan lokal. (http//www.pikiran-rakyat.com.jam 10.00, Minggu
Tanggal 29-8-2005, Harianto, dkk)
Gejala lain yang ditemukan yaitu konsistensi payudara yang keras dan
padat, benjolan tersebut berbatas tegas dengan ukuran kurang dari 5 cm,
biasanya dalam stadium ini belum ada penyebaran sel-sel kanker di luar
payudara. (Erik T, 2005, hal : 42)
6. DIAGNOSIS KANKER PAYUDARA
Diagnosis pasti hanya ditegakkan dengan pemeriksaan histophatologis
yang dilakukan dengan :
a. Biopsi eksisi, dengan mengangkat seluruh jaringan tumor serta sedikit
jaringan sehat sekitarnya bila tumor < 5 cm.

b. Biopsi insisi, dengan mengangkat sebagian jaringan tumor dan sedikit
jaringan sehat dilakukan untuk tumor-tumor yang inoperabel atau > 5 cm.
7. PEMERIKSAAN PENUNJANG
Dapat dilakukan pemeriksaan mamografi untuk menemukan benjolan
yang kecil sekalipun. Tanda berupa mikro kalsifikasi tidak khas untuk kanker.
Bila secara klinis dicurigai ada tumor dan pada mamografi tidak ditemukan
apa-apa, maka pemeriksaan harus dilanjutkan dengan biopsi. Mamografi pada
masa pramenopause kurang bermanfaat karena gambaran kanker diantara
jaringan kelenjar kurang tampak.
Ultrasonografi berguna terutama untuk menentukan adanya kista,
kadang tampak kista sebesar 1- 2 cm.
Pemeriksaan sitologi pada sediaan yang diperoleh dari fungsi dengan jarum
halus dapat dipakai untuk menetukan apakah akan segera di siapkan
pembedahan dengan sediaan beku atau akan dilanjutkan dengan pemeriksaan
lain atau langsung akan dilakukan eksterpasi. Hasil positif pada pemeriksaan
sitologi bukan indikasi untuk bedah radikal, sebab hasil negatif palsu sering
terjadi, sedangkan hasil pemeriksaan positif palsu selalu dapat terjadi.
8. KLASIFIKASI KANKER PAYUDARA
Klasifikasi TNM kanker payudara (AJCC 1992)
a. Tumor primer (T)
1) Tx : Tumor primer tidak dapat ditentukan.
2) T0 : Tidak terbukti adanya tumor primer
3) Tis : - Kanker in situ.
- Kanker intraduktul atau lobular in situ.
- Penyakit paget pada papila tanpa teraba tumor.

4) T1 : Tumor < 2 cm.
T1a : Tumor < 0,5 cm
T1b : Tumor 0,5 – 1 cm
T1c : Tumor 1 – 2 cm
5) T2 : Tumor 2 – 5 cm
6) T3 : Tumor di atas 5 cm
7) T4 : Berapapun ukuran tumor, dengan penyebaran langsung ke
dinding dada atau kulit. Dinding dada termasuk kosta, otot
interkostal, otot serratus anterior. Tidak termasuk otot
pektoralis.
T4a : Melekat pada dinding dada
T4b : Edema peau d’ orange, ulserasi kulit, nodul satelit pada
daerah payudra yang sama.
T4c : T4a dan T4b
T4d : Karcinoma inflamatoir = mastitis karsinomatosis
b. Nodus limfe regional (N)
1) Nx : Pembesaran kelenjar regional tidak dapat ditentukan.
2) N0 : Tidak teraba kelenjar axila.
3) N1 : Teraba pembesaran kelenjar axila homolateral yang tidak
melekat.
N2 : Teraba pembesaran kelenjar axila homolateral yang melekat
satu sama lain atau melekat pada jaringan sekitarnya.
N3 : Terdapat pembedaran kelenjar mamaria interna homolateral.
c. Metastase jauh (M)
1) Mx : Metastase jauh tidak dapat ditemukan
2) M0 : Tidak ada metastase jauh.
M1 : Terdapat metastase jauh, termasuk kelenjar subklavikula.
Stadium kanker payudara

a) Stadium I : tumor kurang dari 2 cm, tidak ada limfonodus terkena
(LN) atau penyebaran luas.
b) Stadium II a : tumor kurang dari 5 cm, tanpa keterlibatan LN, tidak
ada penyebaran jauh. Tumor kurang dari 2 cm dengan keterlibatan LN.
c) Stadium II b : tumor kurang dari 5 cm, dengan keterlibatan LN. Tumor
lebih besar dari 5 cm tanpa keterlibatan LN.
d) Stadium IIIa : tumor lebih besar dari 5 cm, dengan keterlibatan LN.
Semua tumor dengan LN terkena, tidak ada penyebaran jauh.
e) Stadium IIIb : Semua tumor dengan penyebaran langsung ke dinding
dada atau kulit. Semua tumor dengan edema pada tangan atau
keterlibatan LN supraklavikular.
f) Stadium IV : Semua tumor dengan metastasis jauh.
9. PENATALAKSANAAN
Bantuan stadium yang masih operabel/kurabel adalah stadium IIIa.
Sedangkan terapi pada stadium IIIb dan IV tidak lagi mastektomi, melainkan
pengobatan paliatif.
Tindakan operatif tergantung pada stadium kanker yaitu :
a. Pada stadium I dan II dilakukan mastektomi radikal atau modifikasi
mastektomi radikal. Setelah itu periksa KGB, bila ada metastase
dilanjutkan dengan radiasi regional dan kemotherapi adjuvan. Dapat pula
dilakukan mastektomi simpleks yang harus diikuti radiasi tumor bed dan
daerah KGB regional. Pada T2 N1 dilakukan mastektomi radikal dan
radiasi lokal di daerah tumor bed dan KGB regional. Untuk setiap tumor
yang terletak pada kuadran sentral atau medial payudara harus dilakukan
radiasi pada rantai KGB regional.

b. Pada stadium IIIa dilakukan mastektomi radikal ditambah kemotherapi
adjuvan, atau mastektomi simpleks ditambah radioterapi pada tumor
bedah dan KGB regional.
Pada stadium yang lebih lanjut, dilakukan tindakan palliatif dengan
tujuan :
a. Mempertahankan kualitas hidup pasien agar tetap baik/tinggi dan
menganggap bahwa kematian adalah proses yang normal.
b. Tidak mempercepat atau menunda kematian.
c. Menghilangkan rasa nyeri dan keluhan lain yang mengganggu.
10. PENCEGAHAN
Mencegah kanker mammae dapat dimulai dari menghindari faktor
penyebab, kemungkinan juga menemukan kasus ini sehingga dapat dilakukan
pengobatan kuratif.
Pemeriksaan payudara sendiri oleh seorang wanita sebulan sekali pada
hari kedelapan menstruasi dapat dianjurkan. Pemeriksaan oleh dokter, bila ada
yang dicurigai, dan bila seseorang tergolong dalam resiko tinggi, diperlukan
pada waktu tertentu, terutama bila usianya diatas 35 tahun. bila perlu dapat
dibuata mamogram. Apakah mamogram dapat dilakukan secara rutin, masih
dipertanyakan, mengingat bahaya radiasi sendiri, kecuali dengan alat rontgen
penyaring yang mutakhir.
Cara pemeriksaan adalah sebagai berikut :
Berdirilah di depan cermin dan perhatikan apakah ada kelainan pada
payudara. Biasanya kedua payudara tidak sama, putingnya juga tidak
terletak pada ketinggian yang sama. Perhatikan apakah terdapat keriput,
lekukan, atau puting susu tertarik ke dalam. Bila terdapat kelainan itu
atau keluar cairan atau darah dari puting susu, segeralah pergi ke dokter.

Letakkan kedua lengan di atas kepala dan perhatikan kembali kedua
payudara.
Bungkukkan badan hingga payudara tergantung ke bawah, dan periksa
lagi.
Berbaringlah di tempat tidur dan letakkan tangan kiri di belakang
kepala, dan sebuah bantal di bawah bahu kiri. Rabalah payudara kiri
dengan telapak jari-jari kanan. Periksalah apakah ada benjolan pada
payudara. Kemudian periksa juga apakah ada benjolan atau
pembengkakan pada ketiak kiri.
Periksa dan rabalah puting susu dan sekitarnya. Pada umumnya kelenjar
susu bila diraba dengan telapak jari-jari tangan akan terasa kenyal dan
mudah digerakkan. Bila ada tumor, maka akan terasa keras dan tidak
dapat digerakkan (tidak dapat dipindahkan dari tempatnya). Bila terasa
ada sebuah benjolan sebesar 1 cm atau lebih, segeralah pergi ke dokter.
Makin dini penanganan, semakin besar kemungkinan untuk sembuh
secara sempurna.
Lakukan hal yang sama untuk payudara dan ketiak kanan
(www.vision.com jam 10.00, Minggu Tanggal 29-8-2005, sumber :
Ramadhan)

BAB II
KONSEP KEPERAWATAN
A. PENGKAJIAN

B. ANALISA DATA
Symptomp Etiologi Problem
DS :
- Klien mengeluh
nyeri pada sekitar
payudara sebelah
kiri menjalar ke
kanan.
DO :
- Klien nampak
meringis
kesakitan
Nyeri
DS :
- Klien mengeluh
sakit jika lengan
digerakkan.
- Klien mengeluh
badan terasa
lemah.
- Klien tidak mau
banyak bergerak.
DO :
- Klien tampak
takut bergerak.
- Klien nampak
Gangguan Mobilitas
Fisik

lemah dan lesu
DS :
- Klien mengatakan
khawatir akan
kondisinya
DO :
- Ekspresi wajah
tampak murung.
- Klien nampak
gelisah dan
khawatir
Ansietas
DS :
- Klien mengatakan
tidak mau melihat
tubuhnya
- Klien mengatakan
merasa malu akan
keadannya
DO :
- Klien nampak
malu dengan
kondisi tubuhnya
- Tampak
pembesaran pada
payudara
Gangguan Citra Tubuh
DS :
- Klien mengeluh
Ketidakseimbangan
Nutrisi Kurang dari

nafsu makan
menurun
DO :
- Porsi makan tidak
dihabiskan
- Klien nampak
kurus
- Terjadi penurunan
berat badan
Kebutuhan Tubuh
C. DIAGNOSA KEPERAWATAN
1. Nyeri berhubungan dengan adanya penekanan massa tumor ditandai dengan
nampak meringis kesakitan dan mengeluh nyeri disebelah kiri yng menjalar ke
kanan.
DS :
- Klien mengeluh nyeri pada sekitar payudara sebelah kiri menjalar ke
kanan.
DO :
- Klien nampak meringis kesakitan
2. Gangguan mobilitas fisik berhubungan dengan imobilisasi lengan/bahu ditandai
dengan :
DS :
- Klien mengeluh sakit jika lengan digerakkan.
- Klien mengeluh badan terasa lemah.
- Klien tidak mau banyak bergerak.
DO :

- Klien tampak takut bergerak.
- Klien nampak lemah dan lesu
3. Kecemasan berhubungan dengan perubahan status kesehatan (kondisi penyakit)
ditandai dengan :
DS :
- Klien mengatakan khawatir akan kondisinya
DO :
- Ekspresi wajah tampak murung.
- Klien nampak gelisah dan khawatir
4. Gangguan citra tubuh berhubungan dengan perubahan gambaran tubuh ditandai
dengan :
DS :
- Klien mengatakan tidak mau melihat tubuhnya
- Klien mengatakan merasa malu akan keadannya
DO :
- Klien nampak malu dengan kondisi tubuhnya
- Tampak pembesaran pada payudara
5. Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan
pertumbuhan sel-sel kanker ditandai dengan :
DS :
- Klien mengeluh nafsu makan menurun
DO :
- Porsi makan tidak dihabiskan
- Klien nampak kurus
- Terjadi penurunan berat badan
