makalah pleno s1 blok 10.doc

22
Inkontinesia Urin pada Ibu yang Sering Melahirkan Kelompok : E7 Beatrice Elian Thongantoro 102012160 Reinhar Rusli 102013027 Elisabet Meyzi Nurani 102013070 Katarina Dewi Sartika 102013157 Magdalena 102013248 Estmar Valentino Pardosi 102013323 Wiranti Fani Putri 102013391 Fatimatuzzahara Othman 102013515 Hariz Ikhwan bin abdul rahman 102013505 Mahasiswi Fakultas Kedokteran Universitas Kristen Krida Wacana Jalan Arjuna Utara No. 6 Jakarta Barat 11510 Pendahuluan Setelah urine melewati proses filtrasi pada glomerulus, reabsorpsi pada tubulus proximal, ansa Henle pars descendens, pars ascendens, tubulus distal, dan duktus koligens juga mengalami sekresi zat berupa H+ pada tubulus proximal, tubulus distal, dan duktus koligens, urine akan melalui calix minor, calix mayor, pelvis renalis, ureter, dan menuju ke distal dan disimpan terlebih dahulu di vesica urinaria sebelum dikeluarkan melalui urethra. Urine terakumulasi di vesica urinaria dan menyebabkan vesica urinaria mengembang dari yang kosong berbentuk limas menjadi bentuk bulat karena terisi urin. Pada mekanisme miksi, ada otot yang berperan secara 1

Transcript of makalah pleno s1 blok 10.doc

Inkontinesia Urin pada Ibu yang Sering Melahirkan

Kelompok : E7Beatrice Elian Thongantoro

102012160Reinhar Rusli

102013027Elisabet Meyzi Nurani

102013070Katarina Dewi Sartika

102013157Magdalena

102013248Estmar Valentino Pardosi

102013323Wiranti Fani Putri

102013391Fatimatuzzahara Othman

102013515Hariz Ikhwan bin abdul rahman102013505Mahasiswi Fakultas Kedokteran Universitas Kristen Krida Wacana

Jalan Arjuna Utara No. 6 Jakarta Barat 11510Pendahuluan

Setelah urine melewati proses filtrasi pada glomerulus, reabsorpsi pada tubulus proximal, ansa Henle pars descendens, pars ascendens, tubulus distal, dan duktus koligens juga mengalami sekresi zat berupa H+ pada tubulus proximal, tubulus distal, dan duktus koligens, urine akan melalui calix minor, calix mayor, pelvis renalis, ureter, dan menuju ke distal dan disimpan terlebih dahulu di vesica urinaria sebelum dikeluarkan melalui urethra. Urine terakumulasi di vesica urinaria dan menyebabkan vesica urinaria mengembang dari yang kosong berbentuk limas menjadi bentuk bulat karena terisi urin. Pada mekanisme miksi, ada otot yang berperan secara volunter maupun involunter dan berhubungan dengan diafragma pelvis guna membantu menahan miksi secara volunter. Genitalia Interna

Ovarium

Ovarium memiliki panjang 3 sampai 5 cm, lebar 2 sampai 3 cm, dan tebal 1 cm. berbentuk seperti kacang kenari. Masing masing ocarium terletak pada samping rongga pelvis posterior dalam sebuah ceruk dangkal, yaitu fossa ovarian, dan ditahan dalam posisi tersebut oleh mesenterium pelvis (lipatan peritoneum visceral dan peritoneum parietal). Ovarium adalah satu-satunya organ dalam rongga pelvis yang retroperitoneal (terletak di belakang peritoneum). 1

Tuba Uterina

Tuba uterine menerima dan mentranspor oosit ke uterus setelah operasi. Setiap tuba uterine dengan panjang 10 cm dan diameter 0,7 cm ditopang oleh ligament besar uterus. Salah satu ujungnya melekar pada uterus dan ujung lainnya membuka ke dalam rongga pelvis. Infundinulum adalah ujung terbuka menyerupai corong (ostium) pada tuba uterin. Bagian ini memiliki prosesus motil menyerupai jarring (fimbria) yang merentang di atas permukaan ovarium untuk membantu menyapu oosit terovulasi ke dalam tuba. Ampula adalah bagian tengah segmen tuba. Ismus adalah segmen terdekat dari uterus.1

Dinding tuba uterin terdiri dari serabut otot polos, jaringan ikat dan sebuah laoisab epitel bersilia yang sirkular, tersusun secara longitudinal. Oosit bergerak di sepanjang tuba menuju uterus karena getaran silia dan kontraksi peristaltic otot polos. Oosit memerlukan waktu 4 sampai 5 hari untuk sampai ke uterus. Fertilisasi biasanya terjadi di 1/3 bagian atas tuba fallopii.1Uterus

Uterus adalah organ tunggal muscular dan berongga. Oosit yang telah dibuahi akan tertanam dalam lapisan endometrium uterus dan dipenuhi kebutuhan nutrisinya untuk tumbuh dan berkembang sampai lahir. Uterus berbentukk seperti buah pir terbalik dan dalam keadaan tidak hamil memiliki panjang 7 cm. lebar 5 cm, dan diameter 2,3 cm (3 inci x 2 inci x 1 inci). Organ ini terletak dalam rongga pelvis di antara rectum dan kandung kemih. Umumnya, uterus terefleksi ke depan (terantefleksi) dan teranteversi sehingga letaknya hampir horizontal di atas kandung kemih. Pada beberapa perempuan, uterus secara normal dapat teretrofleksi dan teretroversi sehingga menindih rectum.1

Uterus pada dasarnya ditopang oleh lipatan peritoneal, ligament besar yang melekatkan uterus pada dinding pelvis. Ligament bundar merentang dari sudut lateral uterus, melewati kanal inguinal menuju labia mayora. Uterus juga diikat oleh ligament cardinal dan uterosakral. 1

Dinding uterus terdiri dari bagian terluar serosa (perimentrium); bagian tengah meometrium (lapisan otot polos); dan bagian terdalam lapisan endometrium. Endometrium menjalani perubahan siklus selama mentruasi dan membentuk lokasi implamantasi untuk ovum yang dibuahi. Endometrium tersusun dari 2 lapisan. Lapisan superfisial (stratum fungsionale) endometrium berukuran lebih tebal. Lapisan ini mengandung kelenjar yang merespons hormone steroid, dan biasanya hampir secara keseluruhan runtuh saat mentruasi. Lapisan basal (stratum basalis) tidak berubah selama siklus berlangsung. Fundus uterus adalah bagian bundar yang letaknya superior terhadap mulut tuba uterin. Badan uterus adalah bagian luas berdinding tebal yang membungkus rongga uterus. Serviks adalah bagian leher bawah uterus yang terkonstriksi. Os eksternal adalah mulut serviks ke dalam vagina, os internal adalah mulut uterus dalam rongga uterus. Kanal endoservikal melapisi jalur antara dua mulut. Porto vaginalis adalah bagian serviks yang menonjol ke dalam bagian atas vagina. Resesus sirkular yang terbentuk pada area pertemuan adalah forniks anterior, posterior, dan lateral (forniks singular).1Genitalia Eksterna

Vagina Gambar 1. Genitalia Wanita Eksternal

Vagina adalah tuba fibromuskular yang dapat berdistensi. Organ ini merupakan jalan bayi dan aliran menstruasi, fungsinya adalah sebagai organ kopulasi perempuan. Vagina panjangnya sekitar 8 cm sampai 10 cm. organ ini menghadap uterus pada sudit sekitar 45 derajat dari vestibula genitalia eksternal dan terletak antara kandung kemih dan uretra di sisi anterior dan rectum di sisi posterior.1

Labia mayora (bibir besar kemaluan) berada pada bagian kanan dan kiridan berbentuk lonjong, pada wanita menjelang dewasa ditumbuhi juga oleh pubis lanjutan dari mons veneris. Di bagian bawah perineum, labia mayora menyatu pada commisura posterior.2 Labia minora (bibir minor) adalah dua lipatan kulit di antara labia mayora. Lipatan ini tidak berambut, tetapi mengandung kelenjar sebasea dan beberapa kelenjar keringat. Prepusium klitoris homolog dengan penis pada laki laki, tetapi lebih kecil dan tidak memiliki mulut uretra. Klotoris terdiri dari dua krura (akar), satu batang (badan), dan satu glans klitoris bundar yang banyak mengandung ujung saraf dan sangat sensitive. Batang klitoris mengandung dua korpora kavernosum yang tersusun dari jaringan erektil. Saat menggembung dengan darah selama eksitasi seksual. Bagian ini bertanggung jawab untuk ereksi klitoris.1Diaphragma Pelvis

Otot-otot pada diaphragma pelvis atau dasar panggul memiliki fungsi sebagai sphincter termasuk pada rektum dan juga pada vagina. Rektum, uretra dan vagina melewati dasar panggul untuk akhirnya menuju ke luar. Diaphragma pelvis terbagi menjadi dua bagian yaitu pars muskularis dan pars membranasea.1

Pars muskularis terbagi menjadi m. levator ani dan m. coccygeus. M. levator ani yang berfungsi sebagai menahan dan memfiksasi alat-alat di dalam rongga panggul, menahan tekanan intraabdominal yang tinggi serta sebagai sphincter pada wanita terbagi lagi menjadi 3 dengan masing-masing memiliki fungsi yang berbeda yaitu :1

M. pubbococcygeus : terletak dibekalang vesika urinaria dengan fungsinya untuk mengontrol miksi atau buang air kecil, pada perempuan disebut juga M. Pubovaginae.

M. puborectalis : letaknya dorsal terhadap m. pubbococcygeus dengan fungsi untuk membantu proses defekasi.

M. iliococcygeus: otot yang letaknya paling caudal dengan fungsi nya untuk membantu fungsi dari m. Pubbococcygeus.

Sementara itu m. coccygeus terletak lebih dorsal terhadap m. levator ani diselubungi oleh diaphragma pelvis superior dan inferior serta dipersarafi oleh n. sacralis dan cabang perineal n. pudendus.

Gambar 2. Otot-otot Diafragma Pelvis

Gambar 3. Penampang Fasial PelvisMakroskopik Vesika UrinariaGambar 4. Vesika Urinaria

Letak, bentuk dan ukuran vesika urinaria bervariasi bergantung pada banyaknya urin yang tekandung di dalamnnya. Vesika urinaria yang kosong terletak di dalam cavitas pelvis dengan dasar (basis) berada pada separo bagian atas vagina dan puncaknya (apex) menghadap kearah symphisis pubis. Bila vesica urinaria terisi urin, maka vesica urinaria akan meninggi dan lebih tinggi daripada cavitas pelvis dan akan menjadi organ abdomen dan apabila penuh dapat diraba (dipalpasi) di atas symphisis pubis. Bila besica urinaria ini meninggi, maka akan menggeser letak corpus uteri. Apabila kosong, vesica urinaria berbentuk pyramid (kerucut) dan apabila terisi urine bentuknya menjadi globuler. Vesica urinaria dapat menampung kira 0 kira 300 ml urine sebelum terasa ingin miksi (berkemih). Vesica urinaria dapat menampung urin yang lebih besar lagi jumlahnya. 5Permukaan superior (fundus) berbentuk segitiga (triangular) dan hampir seluruhnya tertutup oleh peritoneum. Di sebelah belakang (posterior) peritoneum melipat ke atas dan berada di atas corpus uteri, peritoneum tersebut melekat secara longgar dan melipat lipat. Susunan peritoneum yang demikian ini memungkinkan gerakan yang penting bagi vesika urinaria dan uterus. Kantong peritoneum digambarkan sebagai excavation vesicouterina.5Otot merupakan otot nonstriata (kadang kadang secara sinonim disebut otot polos atau halus atau involunter). Otot ini juga merupakan jenis otot yang dijumpai pada berbagai organ dalam tubuh yang memerluka jawaban lambat, terus menerus, dan automatic. Otot ini tesusun dalam tiga lapisan yaitu lamina media, terdiri atas serabut sirkuler yang terletak antara lamina interna dan lamina externa serabut longitudinal. Walaupun demikian, terdapat saling menyilang antara serabut pada setiap lapisan, dan lapisan lapisan tersebut tidak dapat dibedakan secara tegas. Otot pada corpus vesicae urinariae disebut musculus detrusor. 5Trigonum ini disebut juga dasar (basis) vesica urinaria, dan berbentuk segitiga (triangular), masing masing sisi segitiga tersebut ukuran panjangnya 2,5 cm pada saat vesika urinaria berkontraksi. Pada vesica urinaria yang meregang (distensi) ukuran tersebut dapat meningkat sampai 5 cm. Kedua ureter memasuki vesica urinaria pada sudut lateral secara miring yang menyusuri dinding vesica urinaria sejauh 2 cm. kedua ureter saat memasuki vesica urinaria menyebabkan lapisan epitel pada vesica urinaria tersebut menonjol. Penonjolan lapisan epitel ini membantu mencegah aliran balik (regularitasi) urine ke ureter pada saat vesica urinaria penuh, karena terdapat tekanan pada jaringan yang menonjol tersebut. 5Lembaran Mercier atau lembaran interureterica adalah otot yang terletak antara kedua ostium ureter. Apabila lembaran otot tersebut berkontraksi saat berkemih, maka otot ini menekan (kompresi) lebih lanjut jaringan yang menonjol pada kedua ostium ureter, dan menutup tonjolan tersebut sehingga urine tidak mengalir balik ke ureter. Otot mercier ini merupakan otot non-striata (polos). Otot Bell, juga merupakan otot non-striata, meluas antara masing masing ostium urethrae. Otot ini melanjutkan diri ke dinding otot urethrae separo panjangnya. Otot ini ikut berperan dalam membuka ostium urethrae apabila sudut urethrovesical berubah pada saat mulainya berkemih dan otot otot ini mengarahkan aliran urine ke dalam lumen urethrae. 5Sirkulasi darah (vaskularisasi) melalui arteria vesicalis superior dan inferior yang berasal dari arteria iliaca interna. Drainase vena oleh vena vena yang sesuai. Fungsi vesica urinary adalah menampung urine sampai kemudian dapat dikosongkan. 5Mikroskopik Reproduksi WanitaGambar 5. Ovarium

Ovarium dilapisi oleh satu lapisan sel kuboid rendah atau gepeng yaitu epitel germinal, yang bersambungan dengan mesotelium pertonium viscerale. Di bawah epitel germinal adalah lapisan jaringan ikat padat yang disebut tunika albugenia. Ovarium memiliki korteks di tepi dan medulla di tengah, tempat ditemukannya banyak pembuluh darah, saraf dan pembuluh limfe. Selain folikel, korteks mengandung fibrosit dengan serat kolagen dan reticular. Medula adalah jaringan ikat padat tidak teratur yang bersambungan dengan ligamentim mesobarium yang menggantungkan ovarium. Pembuluh darah besar di medulla membentuk pembuluh darah yang lebih kecil yang menyebar di seluruh korteks ovarium. Mesovarium dilapisi oleh epitel germinal dan mesotelium peritoneum. 6Vesika Urinaria

Gambar 6. Vesika Urinaria

Epitel transisional melapisi trigonum, tetapi epitel ini terletak antara rata dan halus tanpa rugae, karena daerah ini tidak dapat diregangkan, tidak seperti vesika urinaria. 5

Gambar 7. Vesika Urinaria saat Berkontraksi

Fungsi Vesica Urinaria

Vesica urinaria dapat menampung fluktuasi volume urin yang besar. Vesica urinaria terdiri dari otot polos yang bagian dalamnya dilapisi oleh suatu jenis epitel khusus, yaitu epitel transisional. Baik epitel maupun otot polos secara aktif berperan dalam kemampuan vesica urinaria dalam mengatur perubahan besar volume urin. Luas permukaan epitel yang melapisi bagian dalam dapat bertambah dan berkurang oleh proses teratur daur ulang membran saat vesica urinaria terisi dan saat pengosongan. Sewaktu kandung kemih terisi, vesikel-vesikel sitoplasma terbungkus membran disispkan melalui proses eksositosis ke permukaan sel, kemudian vesikel-vesikel ini ditarik ke dalam oleh endositosis untuk memperkecil luas permukaan ketika terjadi pengosongan vesica urinaria.7Otot vesica urinaria dapat teregang sedemikian besar tanpa menyebabkan peningkatan tegangan dinding kandung kemih. Selain itu, dinding kandung kemih yang sangat berlipat-lipat menjadi rata saat terjadi pengisian vesica urinaria untuk meningkatkan kapasitasnya. Karena ginjal terus menghasilkan urin maka vesica urinaria harus memiliki kapasitas penyimpanan yang cukup untuk meniadakan keharusan terus-menerus membuang urin.7Otot polos vesica urinaria banyak mengandung serat parasimpatis, yang stimulasinya menyebabkan kontraksi vesica urinaria. Jika saluran melalui uretra ke luar terbuka maka kontraksi vesica urinaria akan mengosongkan urin dari vesica urinaria. Tapi ada dua sfingter, yaitu sfingter uretra internus dan sfingter uretra eksternus yang menjaga pintu keluar vesica urinaria.8Peran Sfingter UretraSfingter adalah cincin otot yang saat berkontraksi menutup saluran melalui suatu lubang. Sfingter uretra internus terdiri dari otot polos dan karenanya tidak berada di bawah kontrol volunter. Otot sfingter ini merupakan bagian terakhir dari vesica urinaria. Meskipun bukan sfingter sejati namun otot ini melakukan fungsi yang sama sepertu sfingter pada umumnya. Ketika vesica urinaria melemas, susunan anatomik regio sfingter uretra internus menutup pintu keluar vesica urinaria.7,8Pada bagian lebih bawah saluran keluar, urethra dikelilingi oleh suatu lapisan otot rangka, sfingter urethra eksternus. Sfingter ini diperkuat oleh diafragma pelvis, suatu lembaran otot rangka yang membentuk dasar panggul dan membantu menunjang organ-organ panggul. Neuron-neuron motorik yang menyarafi sfingter eksternus dan diafragma pelvis terus-menerus mengeluarkan sinyal dengan tingkat sedang kecuali jika mereka dihambat sehingga otot-otot ini terus berkontraksi secara tonik untuk mencegah keluarnya urin dari urethra. Dalam keadaan normal, saat vesica urinaria melemas dan terisi, baik sfingter internus maupun eksternus menutup untuk menjaga agar urin tidak menetes. Selain itu, karena sfingter eksternus dan diafragma pelvis adalah otot rangka dan karenanya berada di bawah kontrol sadar maka orang dapat secara sengaja mengontraksikan keduanya untuk mencegah pengeluaran urin meskipun vesica urinaria berkontraksi dan sfingter internus terbuka.7,8

Gambar 8. Struktur Vesica Urinaria dan Urethra.9Refleks Miksi

Miksi atau berkemih merupakan proses pengosongan vesica urinaria, diatur oleh dua mekanisme. Pertama adalah refleks berkemih dan yang kedua adalah kontrol volunter. Refleks berkemih terpicu saat vesica urinaria yang mengembang akhirnya menstimulasi reseptor regang dinding vesica urinaria. (Gambar 2) 7-9

Gambar 9. Perjalanan Saraf yang Mengontrol Kontinensia dan Mikturia.9Vesica urinaria pada orang dewasa dapat menampung hingga 250 400 ml urin sebelum tegangan di dindingnya mulai cukup meningkat untuk mengaktifkan reseptor regang.

Gambar 10. Hubungan Tekanan-Volume pada Vesica Urinaria Normal.10Semakin besar tegangan melebihi ukuran ini, semakin besar tingkat pengaktifan reseptor. Serat-serat aferen dari reseptor regang membawa impuls ke medula spinalis dan akhrinya, melalui antarneuron, merangsang saraf parasimpatis untuk vesica urinaria dan menghambat neuron motorik menuju sfingter eksternus. Stimulasi saraf parasimpatis vesica urinaria menyebabkan organ ini berkontraksi. Tidak ada mekanisme khusus yang dibutuhkan untuk membuka sfingter internus, perubahan bentuk vesica urinaria selama kontraksi akan secara mekanis menarik terbukanya sfingter internus. Secara bersamaan, sfingter eksternus melemas karena neuron-neuron motoriknya dihambat. Kini kedua sfingter terbuka dan urin terdorong melalui urethra oleh gaya yang ditimbulkan oleh kontraksi vesica urinaria. Refleks berkemih ini, yang semuanya adalah refleks spinal, mengatur pengosongan vesica urinaria pada bayi. Segera setelah vesica urinaria terisi cukup untuk memicu refleks, bayi secara otomatis akan berkemih.7,8Kontrol Volunter Miksi

Selain memicu refleks berkemih, pengisian vesica urinaria juga menyadarkan yang bersangkutan akan keinginan untuk berkemih. Persepsi penuhnya vesica urinaria muncul sebelum sfingter eksternus secara refleks melemas, memberi peringatan bahwa miksi akan segera terjadi. Akibatnya, kontrol volunter berkemih, yang dipelajari selama toilet traningpada masa anak-anak dini, dapat mengalahkan refleks berkemih sehingga pengosongan vesica urinaria dapat diatur sesuai dengan keinginan yang bersangkutan dan bukan ketika pengisian pertama kali mengaktifkan reseptor regang. Jika waktu refleks miksi tersebut dimulai kurang sesuai untuk berkemih, maka yang bersangkutan dapat dengan sengaja mencegah pengosongan vesica urinaria dengan mengencangkan sfingter eksternus dan diafragma pelvis. Impuls eksitatorik volunter dari korteks serebri mengalahkan sinyal inhibitorik refleks dari reseptor regang ke neuron-neuron motorik yang terlibat (keseimbangan relatif PPE dan PPI) sehingga otot-otot ini tetap berkontraksi dan tidak ada urin yang keluar.7,8Berkemih tidak dapat ditahan selamanya karena vesica urinaria terus terisi urin maka sinyal refleks dari reseptor regang akan meningkat seiring waktu. Akhirnya, sinyal inhibitorik refleks ke neuron motorik sfingter eksternus menjadi sedemikian kuat sehingga tidak lagi diatasi oleh sinyal eksitatorik volunter sehingga sfingter melemas dan vesica urinaria secara tak terkontrol mengosongkan isinya.7,8 Berkemih juga dapat secara sengaja dimulai, meskipun vesica urinaria tidak teregang, dengan secara sengaja melemaskan sfingter eksternus dan diafragma pelvis. Turunnya dasar panggul memungkinkan vesica urinaria turun, yang secara stimulan menarik terbuka sfingter uretra internus dan meregangkan dinding vesica urinaria. Pengaktifan reseptor regang yang kemudian terjadi akan menyebabkan kontraksi vesica urinaria melalui refleks berkemih. Pengosongan vesica urinaria secara sengaja dapat dibantu oleh kontraksi dinding abdomen dan diafragma pernapasan. Peningkatan tekanan intrabdomen yang ditimbulkannya menekan kandung kemih ke bawah untuk mempermudah pengosongan.7,8Volume Urine

Volume urine yang dihasilkan setiap hari bervariasi dari 600 ml dampai 2.500 ml lebih. Jika volume urine tinggi, zat buangan diekskresi dalam larutan encer, hipotonik (hipoosmotik) terhadap plasma. Jika tubuh perlu menahan air, maka urine yang dihasilkan kental sehingga volume urine yang sedikit tetap mengandung jumlah zat buangan yang sama yang harus dikeluarkan. Konsentrasi zat terlarut lebih besar, urine hipertonik (hiperosmotik) terhadap plasma. Beberapa faktor yang dapat mempengaruhi volume urine :7

Aldosteron: meningkatkan reabsorbsi air ( volume urine menurun

ADH

: meningkatkan reabsorsbsi air (volume urine menurun

Alkohol : menurunkan sekresi ADH ( volume urine meningkat

Stress operasi dan obat anestesi : meningkatkan sekresi ADH ( volume urine menurun

Bahan-bahan diuresis : manitol dan glukosa, zat-zat tidak diserap oleh tubuh ( peningkatan tekanan osmotik dalam cairan tubuli ( menghalangi air keluar dari tubuli sewaktu sampai di lengkung henle hingga ductus coligentes ( volume urine meningkat.

Jumlah intake air.7Komposisi Urine

Di dalam komposisi urine yang normal biasanya terdapat urochrom, urobilin, dan hematoporfitrin yakni zat-zat yang berperan dalam memberikan warna pada urine. Selain itu di dalam urine normal juga terdapat urea yakni hasil metabolisme akhir dari protein, apabila intake protein meningkat maka urea di dalam urine pun juga akan meningkat begitu juga sebaliknya. Kreatinin juga biasa dijumpai sebagai salah satu komposisi urine yang normal. Kreatinin ini dihasilkan dalam otot sehingga pada seseorang yang memiliki massa otot yang lebih dibandingkan yang lainnya akan memiliki kadar kreatinin yang lebih tinggi. Amonia juga terdapat dalam urine, apabila dalam keadaan asidosis maka ammonia akan meningkat di dalam urine. Asam urat yang merupakan hasil akhir dari metabolisme purin juga lazim ditemukan pada urine, asam urat dalam larutan yang asam akan mudah mengendap namun asam urat dalam larutan basa akan mudah larut. Asam amino juga dapat ditemukan di dalam urine dengan jumlah yang sangat kecil karena asam amino merupakan salah satu substance high treshold.8

Inkontinensia Urin

Incontinensia urin, atau ketidakmampuan mencegah keluarnya urin. Hal ini terjadi ketika jalur-jalur descendens di medula spinalis yang memerantarai kontrol volunter sfingter eksternus dan diafragma pelvis terganggu, contoh seperti cedera medula spinalis. Karena komponen-komponen lengkung refleks berkemih masih utuh di medula spinalis bawah maka pengosongan kandung kemih diatur oleh refleks spinal yang tidak dapat dikendalikan, seperti pada bayi. 7,8

Derajat inkontinensia yang lebih ringan yang ditandai dengan keluarnya urin ketika tekanan kandung kemih mendadak meningkat secara transien, seperti saat batuk atau bersin, dapat terjadi akibat gangguan fungsi dari sfingter. Hal ini sering terjadi pada wanita subur usia 40 tahun ke atas (40 female fertile) yang sering melahirkan sehingga otot-otot panggul berkurang kekuatannya dan mempengaruhi m. Sfingter urethra externus. Juga terjadi pada pria yang sfingternya mengalami cedera sewaktu pembedahan prostat. 7,9

Kesimpulan

Secara normal, untuk mencegah miksi/berkemih yaitu dengan kontraksi dari sfingter urethra eksternus dan diafragma pelvis yang mana kedua ini diatur oleh kontrol volunter. Pada kasus yang terjadi ibu tersebut sudah sering melahirkan anak sehingga menyebabkan diafragma pelvis berkurang kekuatannya/mengendur sehingga sfingter urethra eksternus tidak mampu menahan urin. Daftar Pustaka1. Sloane E. Anatomi dan fisiologi untuk pemula. Jakarta: EGC, 2003, h.353-8.2. Yulaikhah L. Seri asuhan kebidanan : kehamilan. Jakarta : Penerbit Buku Kedokteran EGC; 2006.h.1.

3. Benson RC, Pernoll ML.Buku saku obstetric & ginekologi. Jakarta : Penerbit Buku Kedokteran EGC; 2009.h.40-2.

4. Manuaba, Manuaba C, Manuaba F. Pengantar kuliah obstetri. Jakarta Penerbit Buku Kedokteran EGC; 2007.h.66.

5. Verrals S. Anatomi dan fisiologi terepan dalam kebidanan. Jakarta : Penerbit Buku Kedokteran EGC; 2003.h.81-5

6. Manuaba IBG, Manuaba IAC, Manuaba IBGF. Pengantar kuliah obstetri. Jakarta: EGC, 2007,h.78-82.7. Sherwood L. Fisiologi manusia dari sel ke sistem. Edisi ke-6. Jakarta: EGC; 2011. p.144-96

8. Barrett KE, Barman SM, Boitano S, Brooks HL. Ganongs review of medical physiology. 23th edition. USA: The McGraw-Hill Companies, Inc.; 2010. p.93-104

9. Horne M, Swearingen P. Keseimbangan cairan dan elektrolit asam basa. Jakarta:EGC;2005.h.36-40.

13