Pleno a6 Blok 23

31
Kalazion Pada Mata Kanan A6 Fakultas Kedokteran Universitas Kristen Krida Wacana Jl. Arjuna Utara No. 6, Jakarta Barat Telp. (021) 5605140 Fax. 021-5631731 Pendahuluan Kelopak mata adalah bagian mata yang sangat penting. Kelopak mata melindungi kornea dan berfungsi dalam pendisribusian dan eliminasi air mata. Penutupan kelopak mata berguna untuk menyalurkan air mata ke seluruh permukaan mata dan memompa air mata melalui punctum lakrimalis. Kelainan yang didapat pada kelopak mata bermacam-macam, mulai dari yang jinak sampai keganasan, proses inflamasi, infeksi maupun masalah struktur seperti ektropion, entropion dan blepharitis. Kalazion merupakan peradangan granulomatosa kelenjar Meibom yang tersumbat. Pada kalazion terjadi penyumbatan kelenjar Meibom dengan infeksi ringan yang mengakibatkan peradangan kronis tersebut. 1 Skenario 6 Seorang laki-laki 25 tahun datang ke poli umum dengan keluhan benjolan pada kelopak mata kanan atas sejak 3 minggu yang lalu, tidak disertai nyeri, dan kotoran mata serta kelopak mata tidak merah. Pada pemeriksaan fisik: compos mentis, tanda vital dalam batas normal. Status oftalmologis: Visus ODS 20/30 PH 1

description

gasdgg

Transcript of Pleno a6 Blok 23

Page 1: Pleno a6 Blok 23

Kalazion Pada Mata Kanan

A6

Fakultas Kedokteran Universitas Kristen Krida Wacana

Jl. Arjuna Utara No. 6, Jakarta Barat

Telp. (021) 5605140 Fax. 021-5631731

Pendahuluan

Kelopak mata adalah bagian mata yang sangat penting. Kelopak mata melindungi kornea

dan berfungsi dalam pendisribusian dan eliminasi air mata. Penutupan kelopak mata berguna

untuk menyalurkan air mata ke seluruh permukaan mata dan memompa air mata melalui

punctum lakrimalis. Kelainan yang didapat pada kelopak mata bermacam-macam, mulai dari

yang jinak sampai keganasan, proses inflamasi, infeksi maupun masalah struktur seperti

ektropion, entropion dan blepharitis. Kalazion merupakan peradangan granulomatosa kelenjar

Meibom yang tersumbat. Pada kalazion terjadi penyumbatan kelenjar Meibom dengan infeksi

ringan yang mengakibatkan peradangan kronis tersebut.1

Skenario 6

Seorang laki-laki 25 tahun datang ke poli umum dengan keluhan benjolan pada kelopak

mata kanan atas sejak 3 minggu yang lalu, tidak disertai nyeri, dan kotoran mata serta kelopak

mata tidak merah. Pada pemeriksaan fisik: compos mentis, tanda vital dalam batas normal. Status

oftalmologis: Visus ODS 20/30 PH 20/20, pada palpebra superior OD teraba massa 10 mm x 5

mm, kenyal, tidak nyeri, OS dalam batas normal.

Identifikasi istilah yang tidak diketahui

- (tidak ada)

Rumusan Masalah

Benjolan pada kelopak mata kanan atas sejak 3 minggu yang lalu sebesar 10 x 5mm.

1

Page 2: Pleno a6 Blok 23

Hipotesis

Laki-laki 25 tahun dgn benjolan pd kelopak mata kanan atas sejak 3 minggu yang lalu sebesar

10x5mm menderita kalazion.

Anatomi palpebra

Kelopak mata atau palpebra di bagian depan memiliki lapisan kulit yang tipis, sedangkan

di bagian belakang terdapat selaput lendir tarsus yang disebut konjungtiva tarsal. Konjungtiva

tarsal yang terletak di belakang kelopak hanya dapat dilihat dengan melakukan eversi kelopak.

Konjungtiva tarsal melalui forniks menutup bulbus okuli. Konjungtiva merupakan membran

mukosa yang mempunyai sel goblet yang menghasilkan musin. Pada kelopak terdapat bagian-

bagian berupa kelenjar-kelenjar dan otot. Kelenjar yang terdapat pada kelopak mata di antaranya

adalah kelenjar Moll atau kelenjar keringat, kelenjar Zeiss pada pangkal rambut, dan kelenjar

Meibom pada tarsus yang bermuara pada margo palpebra.2

Sedangkan otot yang terdapat pada kelopak adalah M. Orbikularis Okuli dan M. Levator

Palpebra. Palpebra diperdarahi oleh Arteri Palpebra. Persarafan sensorik kelopak mata atas

berasal dari ramus frontal n. V, sedangkan kelopak mata bawah dipersarafi oleh cabang ke II n.

V. Pada kelopak terdapat bagian-bagian berupa kelenjar dan otot. Kelenjar yang terdapat pada

kelopak mata di antaranya adalah kelenjar Moll atau kelenjar keringat, kelenjar Zeiss pada

pangkal rambut, dan kelenjar Meibom pada tarsus yang bermuara pada margo palpebra.

Sedangkan otot yang terdapat pada kelopak adalah M.orbikularis okuli dan M.levator palpebra.

Palpebra diperdarahi oleh arteri palpebra. Persarafan sensorik kelopak mata atas berasal dari

ramus frontal N. V, sedangkan kelopak mata bawah dipersarafi oleh cabang ke II N. V.2

Peran kelopak mata adalah sebagai berikut :2

1. Sebagai proteksi dengan adanya refleks menutup kelopak

a. Terhadap rangsangan di kornea

b. Terhadap cahaya yang menyilaukan

c. Terhadap objek yang bergerak ke arah mata

2

Page 3: Pleno a6 Blok 23

2. Saat tidur terdapat kontraksi tonis m. orbikularis, sehingga kelopak menutup dan akan

melindungi kornea dari kekeringan

3. Saat berjagapun terjadi kedipan spontan untuk menjaga kornea tetap licin dan

meratakan air mata.

Pada kelopak terdapat bagian-bagian: 2

1. Kelenjar :

a. Kelenjar Sebasea

b. Kelenjar Moll atau Kelenjar Keringat

c. Kelenjar Zeis pada pangkal rambut, berhubungan dengan folikel rambut dan juga

menghasilkan sebum

d. Kelenjar Meibom (Kelenjar Tarsalis) terdapat di dalam tarsus. Kelenjar ini

menghasilkan sebum (minyak).

2. Otot-otot Palpebra:2

a. M. Orbikularis Okuli

Berjalan melingkar di dalam kelopak atas dan bawah, dan terletak di bawah kulit

kelopak. Pada dekat tepi margo palpebra terdapat otot orbikularis okuli yang disebut

sebagai M. Rioland. M. Orbikularis berfungsi menutup bola mata yang dipersarafi N.

Fasialis.

b. M. Levator Palpebra

Berorigo pada anulus foramen orbita dan berinsersi pada tarsus atas dengan

sebagian menembus M. Orbikularis Okuli menuju kulit kelopak bagian tengah. Otot ini

dipersarafi oleh N. III yang berfungsi untuk mengangkat kelopak mata atau membuka

mata.1

3. Di dalam kelopak mata terdapat: 2

a. Tarsus yang merupakan jaringan ikat dengan kelenjar di dalamnya atau kelenjar Meibom

yang bermuara pada margo palpebra.

b. Septum Orbita yang merupakan jaringan fibrosis berasal dari rima orbita merupakan

pembatas isi orbita dengan kelopak depan.

c. Tarsus ditahan oleh septum orbita yang melekat pada rima orbita pada seluruh lingkaran

pembukaan rongga orbita. Tarsus (tediri atas jaringan ikat yang merupakan jaringan

3

Page 4: Pleno a6 Blok 23

penyokong kelopak dengan kelenjar Meibom (40 buah di kelopak mata atas dan 20 buah

di kelopak bawah).

d. Pembuluh darah yang memperdarahinya adalah a. palpebrae.

e. Persarafan sensorik kelopak mata atas dapat dibedakan dari remus frontal N. V, sedang

kelopak bawah oleh cabang ke II saraf ke V (N. V2).

Gerakan palpebra :2

1. Menutup  Kontraksi M. Orbikularis Okuli (N.VII) dan relaksasi M. Levator Palpebra

superior. M. Riolani menahan bgn belakang palpebra terhadap dorongan bola mata.

2. Membuka  Kontraksi M. Levator Palpebra Superior (N.III). M. Muller

mempertahankan mata agar tetap terbuka.

3. Proses Berkedip (Blink): Refleks (didahului oleh stimuli) dan Spontan (tidak didahului

oleh stimuli)  Kontraksi M. Orbikularis Okuli Pars Palpebra.

Gambar 1. Anatomi kelopak mata

Anamnesis

Anamnesis merupakan bagian yang terpenting untuk mengetahui riwayat pasien yang

lengkap, riwayat medis, riwayat sosial (lingkungan), dan riwayat pemakaian obat. Pada

anamnesis apabila pasien masih dapat memberi respon terhadap lingkungan, kita dapat

melakukan anamnesis secara langsung (autoanamnesis). Sedangkan apabila pasien dalam

keadaan terjadi penurunan kesadaran, kita dapat melakukan anamesis terhadap orang terdekat

pasien (alloamanesis).3

4

Page 5: Pleno a6 Blok 23

Identitas diri harus ditanayakan sebagai alat rekam medis yang berguna untuk keperluan

mendatang. Keluhaan utama pasien adalah hal yang paling penting. Karena dianggap menjadi

alasan pasien datang untuk memeriksa. Pada kasus ini kita mendapatkan pasien dengan keluhan

berupa benjolan pada kelopak mata kanan atas. Hal selanjutnya yang perlu kita tanyakan adalah

riwayat penyakit sekarang pasien, yang berhubungan dengan keluhan pasien tadi. Kita bisa

menanyakan tentang onset timbulnya benjolan tersebut, lokasi, konsistensinya, tanda-tanda

peradangan (bengkak, hangat, nyeri, merah dan penurunan fungsi), pus, rasa gatal, kotoran pada

mata, krusta pada kelopak mata, ada tidaknya lesi. Aktivitas sebelum terjadinya benjolan.

Penanganan sebelumnya. Keluhan tambahan juga perlu ditanyakan, untuk mengetahui ada

penyakit lain yang menyertai atau tidak.3 Pada kasus kita mendapatkan; pasien sakit sejak tiga

minggu yang lalu, benjolan tidak disertai nyeri, kelopak mata tidak merah dan tidak ada kotoran

mata.

Riwayat penyakit dahulu juga perlu ditanyakan, misalnya riwayat benjolan yang

berulang, atau mungkin punya penyakit kronik. Riwayat penyakit keluarga juga perlu ditanyakan

untuk mengetahui kemungkinan penyakit pasien bersifat genetik. Riwayat sosial juga perlu

diketahui, bagaimana lingkungan tempat tinggal, rumah, pola hidup. Riwayat alergi obat-obatan

juga perlu ditanyakan, yang mana hal ini penting dalam pengobatan pasien ke depan.3

Pemeriksaan Fisik

Inspeksi mata sendiri dibedakan menjadi inspeksi mata luar dan dalam dengan

menggunakan funduskopi, namun untuk kasus kalazion yang lebih ditekankan adalah inspeksi

mata luar. Dalam inspeksi mata luar perlu diperhatikan apakah ada lesi kulit, pertumbuhan

jaringan yang salah, tanda-tanda radang seperti pembengkakkan, eritema, panas dan nyeri tekan

dengan palpasi. Pasien melihat lurus ke depan maka pinggir palpebra atas akan menutupi limbus

atas (pinggir kornea) selebar 1 – 2 mm. Pemeriksaan ini adalah pemeriksaan segmen anterior

mata yang meliputi: 4

a) Palpebra

Dilakukan pemeriksaan dengan inspeksi dari segi :

posisi : entropion, ektopion

5

Page 6: Pleno a6 Blok 23

kulit : dermatochalazia, distichiasis

bulu mata : trichiasis, distichiasis

lakrimal : eversi punctum, enophthalmos

b) Konjungtiva

Dilakukan pemeriksaan fornix bawah dan eversi kelopak atas dengan cotton buds. Kelainan yang

bisa ada : pigmentasi, subconjungtiva hemorrhage, foreign body, merah, anemis.

c) Kornea

Normalnya jernih. Dilihat sama ada mempunyai kelainan : edema, sikatrik, foreign body, erosi,

laserasi, arcus senilis.

d) Camera oculi anterior (COA)

Disuluh dengan senter/penlight dari arah oblique untuk mengetahui sama ada COA

pasien dangkal atau dalam. Sekiranya terbentuk bayang : COA dangkal, jika tiada sebarang

bayang, COA dalam.

e) Iris dan pupil

Disinari dengan sinar langsung, dan diamati mata yang disinari. Diperiksa :

ukuran : 2-3 mm, miosis, dilatasi

bentuk : bundar, lonjong, irregular

reaksi cahaya : direk-konsensual (+ +) (+ -) (- -).

f) Lensa mata

Normalnya jernih. Kekeruhan lensa mata disebut katarak, kelainan lensa mata bisa terjadi

luksasio atau subluksasio lensa. Dilakukan Shadow Test yaitu test khas untuk pasien yang diduga

menderita katarak dengan disuluh cahaya ke arah lensa mata. Shadow Test (+) pada immature

cataract dan (-) pada mature cataract.

Palpasi palpebra juga perlu dilakukan bila terjadi pembengkakkan pada palpebra, dimana

kita harus menilai konsistensi, nyeri, ukuran dan apakah benjolan tersebut dapat digerakkan atau

6

Page 7: Pleno a6 Blok 23

tidak. Dari hasil pemeriksaan mata secara inspeksi dan palpasi ditemukan benjolan tersebut

terdapat pada palpebra superior oculo dextra dengan ukuran 10 mm x 5 mm, berkonsistensi

kenyal, tidak nyeri.4

Pemeriksaan Visus

Pemeriksaan tajam penglihatan dilakukan pada mata tanpa atau dengan kacamata. Untuk

mengetahui ketajaman penglihatan seseorang dapat dilakukan dengan kartu Snellen dan bila

penglihatan kurang maka tajam penglihatan diukur dengan menentukan kemampuan melihat

jumlah jari (finger counting), lambaian tangan (hand movement) atau proyeksi sinar. Setiap mata

diperiksa terpisah. Biasakan memeriksa tajam penglihatan kanan terlebih dahulu kemudian kiri

baru mencatatnya. Biasanya pemeriksaan tajam penglihatan ditentukan dengan melihat

kemampuan mata membaca huruf-huruf berbagai ukuran pada jarak baku untuk kartu Snellen.

Hasilnya dinyatakan dengan angka pecahan seperti 20/20 untuk penglihatan normal. Pada

keadaan ini, mata dapat melihat huruf pada jarak 20 kaki yang seharusnya dapat dilihat pada

jarak tersebut.2

Pemeriksaan visus sebaiknya dilakukan pada jarak 6 meter, karena pada jaarak ini mata

akan melihat benda dalam keadaan beristirahat atau tanpa akomodasi. Biasanya pasien akan

diminta duduk dan di hadapannya diberikan papan tulisan huruf (papan Snellen) 6 meter di

depan. Pasien akan diminta untuk membaca tulisan dari atas (terbesar) hingga tulisan terbawah

yang bisa dibaca. Masing-masing tulisan memiliki nilai visus atau ketajaman mata. Misalnya bila

pasien bisa membaca tulisan teratas, maka ketajaman mata adalah 6/60. Pemeriksaan dilanjutkan

hingga tulisan terkecil yang dapat dibaca. Setelah diketahui nilai visus, pasien biasanya akan

diberikan kacamata periksa, dimana lensanya dapat digonta-ganti. Tujuannya adalah agar mata

dapat dengan baik membaca tulisan terbawah dalam papan Snellen dengan visus 6/6. Ketajaman

6/6 adalah ketajaman terbaik.2

Bila seseorang diragukan apakah penglihatannya berkurang akibat kelainan refraksi,

maka dilakukan uji pinhole. Bila dengan pinhole penglihatan lebih baik, maka berarti ada

kelainan refraksi yang masih dapat dikoreksi dengan kacamata. Bila penglihatan berkurang

dengan diletakkannya pinhole di depan mata berarti ada kelainan pada media refraksi yang

mengakibatkan visus menurun.2

7

Page 8: Pleno a6 Blok 23

Gambar 2: Snellen Chart

Finger counting test

Bila pasien tidak dapat mengenal huruf terbesar pada kartu Snellen maka dilakukan uji

hitung jari. Jari dapat dilihat terpisah oleh orang normal pada jarak 60 meter. Bila pasien hanya

dapat melihat atau menentukan jumlah jari yang diperlihatkan pada jarak 3 meter, maka

dinyatakan tajam 3/60. Dengan pengujian ini tajam penglihatan hanya dapat dinilai sampai 1/60,

yang berarti hanya dapat menghitung jari pada jarak 1 meter.5

Hand movement test

Dengan uji lambaian tangan, maka dapat dinyatakan visus pasien yang lebih buruk

daripada 1/60. Orang normal dapat melihat gerakan atau lambaian tangan pada jarak 1 meter,

berarti visus adalah 1/300.5

Light projection test

Kadang-kadang mata hanya dapat mengenal adanya sinar saja dan tidak dapat melihat

lambaian tangan. Keadaan ini disebut sebagai tajam penglihatan 1/~. Orang normal dapat melihat

8

Page 9: Pleno a6 Blok 23

adanya sinar pada jarak tidak berhingga. Bila penglihatan sama sekali tidak mengenal adanya

sinar maka dikatakan penglihatannya adalah 0 (nol) atau buta total. Visus dan penglihatan kurang

dibagi dalam tujuh kategori. 5

Pemeriksaan Segmen Posterior (Funduskopi)

Oftalmoskop merupakan alat untuk melihat bagian dalam mata atau fundus okuli.

Pemeriksaan dengan oftalmoskop dinamakan funduskopi. Funduskopi dibedakan dalam

funduskopi indirek dan direk.2 Funduskopi dilakukan dengan tujuan menentukan adanya miopi,

hipermetropi, atau emetropi; pengamatan retina dan pengamatan papil nervus optik. Perhatikan

posisi atau sikap pasien dan pemeriksa serta kondisi opthalmoskop. Pasien dapat periksa dengan

posisi duduk atau berbaring. Periksa terlebih dahulu lampu dan baterai opthalmoscop baik dan

lensa yang ditempatkan diantara lubang pengintai dan lubang penyorot adalah berdioptri nol bila

pasien emetrop (normal). Sebelum dilakukan pemeriksaan funduskopi kamar periksa digelapkan

terlebih dahulu. 4,6

Pemeriksa memegang optalmoskop dengan tangan dominan. Tangan yang lainnya

diletakkan diatas dahi pasien dengan tujuan sebagai fiksasi terhadap kepala pasien. Kemudian si

pemeriksa menyandarkan dahinya pada tangan yang memegang dahi pasien, sehingga mata

pasien dan mata pemeriksa berhadapan satu sama lain. Selanjutnya pemeriksa menempatkan tepi

atas teropong optalmoskop dengan lubang pengintai diatas alis. Setelah lampu oftalmoskop

dinyalakan, pemeriksa mengarahkan sinar lampu itu ke pupil pasien. Selama funduskopi

dilakukan, pasien diminta untuk mengarahkan pandangan matanya jauh kedepan. Bila pandangan

itu diarahkan ke sinar lampu, sinar lampu akan dipantulkan oleh fovea sentralis ke lubang

teropong dan fundus mata sukar mata sukar terlihat. 4, 6

Pemeriksaan Lapang Pandang (Tes Konfrontasi)

Tes konfrontasi dengan menggunakan tangan pemeriksa dan teknik paling mudah. Dalam

tes ini pasien duduk atau berdiri kurang lebih jarak 1 meter dengan pemeriksa. Jika kita hendak

memeriksa mata kanan maka mata kiri pasien harus ditutup, misalnya dengan tangannya

pemeriksa harus menutup mata kanannya. Kemudian pasien disuruh melihat terus pada mata kiri

pemeriksa dan pemeriksa harus selalu melihat ke mata kanan pasien. Setelah pemeriksa

9

Page 10: Pleno a6 Blok 23

menggerakkan jari tangannya dibidang pertengahan antara pemeriksa dan pasien dan gerakan

dilakukan dari arah luar ke dalam. Jika pasien mulai melihat gerakan jari – jari pemeriksa , ia

harus memberitahu, dan hal ini dibandingkan dengan pemeriksa, apakah iapun telah melihatnya.

Bila sekiranya ada gangguan lapang pandang (visual field) maka pemeriksa akan lebih dahulu

melihat gerakan tersebut. Gerakan jari tangan ini dilakukan dari semua arah dan masing masing

mata harus diperiksa.4, 6

Pemeriksaan Tonometri

Tonometri adalah suatu tindakan untuk melakukan pemeriksaan tekanan intraocular

dengan alat yang disebut tonometer. Tanpa alat dapat juga ditentukan tekanan bola mata dengan

cara tonometri digital atau dengan jari. Dasar pemeriksaannya adalah dengan merasakan reaksi

lenturan bola mata, dilakukan penekanan bergantian dengan kedua jari tangan. Yang dilakukan

adalah menekan sklera dan merasakan daya membulat kembali sklera pada saat jari dilepaskan

tekanannya. Tekanan bola mata dengan cara digital dinyatakan dengan tanda N+1, N+2, N+3

dan sebaliknya N-1 dan seterusnya. Tindakan ini dapat dilakukan oleh dokter umum atau

spesialis mata. Pengukuran tekanan bola mata sebaiknya dilakukan pada setiap orang berusia di

atas 20 tahun pada saat pemeriksaan fisik medik secara rutin maupun umum.2

Pemeriksaan Penunjang

Temuan klinis dan respon terhadap terapi pada pasien kalazion biasanya spesifik. Materi

yang diperoleh dari kalazion menunjukkan campuran sel-sel inflamasi akut dan kronik. Analisis

lipid memberikan hasil asam lemak dengan rantai karbon panjang. Kultur bakteri biasanya

negatif, tapi Staphylococcus aureus, Staphylococcus albus, atau organisme komensal kulit

lainnya bisa ditemukan. Propionibacterium acnes mungkin ada di dalam isi kelenjar Pencitraan

fotografik infra merah dari kelenjar Meibom dapat menunjukkan dilatasi abnormal dan

akumulasi lipid pada permukaan lempeng tarsal palpebra yang dieversi. Kadang saluran kelenjar

Meibom bisa tersumbat oleh suatu kanker kulit, untuk memastikan hal ini maka perlu dilakukan

pemeriksaan biopsy/histopatologis.1

Pemeriksaan histopatologi (biopsi) dilakukan bila kalazion terjadi berulang kali sehingga

dicurigai keganasan karena tampilan karsinoma kelenjar Meibom dapat mirip tampilan kalazion.

10

Page 11: Pleno a6 Blok 23

Pemeriksaan laboratorium jarang diminta, tetapi pemeriksaan histologis menunjukkan proliferasi

endotel asinus dan respons radang granulomatosa yang melibatkan sel-sel kelenjar Langerhans.7

Nodul kalazion terdiri dari berbagai jenis sel imun yang responsif terhadap steroid,

termasuk makrofag jaringan ikat yang dikenal sebagai histiosit, sel-sel raksasa multinuklear, sel

plasma, leukosit PMN, dan eosinofil. Kalazion merupakan agregasi sisa sel-sel inflamasi setelah

infeksi kelopak mata seperti hordeolum dan selulitis preseptal, atau mungkin berkembang dari

retensi sekresi kelenjar Meibom.8

Working Diagnosis

Kalazion

Kalazion merupakan peradangan granulomatosa kelenjar Meibom yang tersumbat. Pada

kalazion terjadi penyumbatan kelenjar Meibom dengan infeksi ringan yang mengakibatkan

peradangan kronis kelenjar tersebut. Kalazion umumnya ditandai oleh pembengkakan setempat

yang tidak terasa sakit dan berkembang dalam beberapa minggu. Awalnya dapat berupa radang

ringan disertai nyeri tekan yang mirip hordeolum, dibedakan dari hordeolum karena tidak ada

tanda-tanda radang akut. Kebanyakan kalazion mengarah ke permukaan konjungtiva, yang

mungkin sedikit memerah atau meninggi Kalazion akan memberikan gejala adanya benjolan

pada kelopak, tidak hiperemi, tidak ada nyeri tekan dan adanya pseudoptosis. Kalazion biasanya

membaik dalam 6 bulan. Kelenjar preurikel tidak membesar. Kadang-kadang mengakibatkan

perubahan bentuk bola mata akibat tekanannya sehingga terjadi kelainan refraksi pada mata

tersebut. Kadang-kadang kalazion sembuh atau hilang dengan sendirinya akibat diabsorpsi. Jika

lesi tetap berlanjut, dapat dilakukan insisi dan kuretase dari permukaan konjungtiva.2

Jika cukup besar, sebuah kalazion dapat menekan bola mata dan menimbulkan

astigmatisme. Jika cukup besar sehingga menganggu penglihatan atau menganggu secara

kosmetik, dianjurkan eksisi lesi. 3 Eksisi bedah dilakukan melalui insisi vertikal ke dalam

kelenjar tarsal dari permukaan konjungtiva, diikuti kuretase materi gelatinosa dan epitel

kelenjarnya dengan hati-hati. Penyuntikan steroid intralesi saja mungkin bermanfaat untuk lesi

kecil, tindakan ini dikombinasikan dengan tindakan bedah pada kasus-kasus yang sulit. 2

Etiologi

11

Page 12: Pleno a6 Blok 23

Kalazion merupakan suatu penyakit idiopatik, dimana penyebabnya tidak diketahui

secara pasti. Kalazion lebih sering timbul pada palpebra superior, dimana jumlah

kelenjar Meibom  lebih banyak daripada di palpebra inferior. Penebalan dari saluran

kelenjar Meibom juga dapat menimbulkan disfungsi dari kelenjar Meibom. 9

Kondisi ini tampak dengan penekanan pada kelopak mata yang akan menyebabkan

keluarnya cairan putih seperti pasta gigi, yang seharusnya hanya sejumlah kecil cairan jernih

berminyak. Kalazion juga disebabkan sebagai lipogranulomatosa kelenjar Meibom. Kalazion

mungkin timbul spontan disebabkan oleh sumbatan pada saluran kelenjar atau sekunder dari

hordeolum internum. Adapun faktor-faktor yang mempermudah terjadinya kalazion adalah

infeksi bakteri yang ringan pada kelenjar meibom, pengaruh hormonal seseorang, dan

berhubungan dengan seborrhea, chronic blepharitis, dan acne rosacea. Higiene yang buruk pada

palpebra dan faktor stress juga sering dikaitkan dengan terjadinya kalazion.9

Epidemiologi

Kalazion bisa terjadi pada semua usia. Kalazion dapat ditemukan hampir diseluruh

bagian bumi, namun tidak ada data studi kalazion lebih jauh sehingga tidak ditemukan data

epidemiologi yang baik. Secara global tidak ada data yang tepat tentang insiden atau prevalensi

kalazion. Hubungan antara insiden kalazion dengan ras juga belum diketahui. Laki-laki dan

perempuan memiliki rasio yang sama untuk menderita kalazion. Kalazion terjadi pada semua

umur, namun lebih sering terjadi pada dewasa dibandingkan dengan anak-anak; sementara pada

umur yang ekstrim (remaja belasan tahun atau wanita usia lebih dari 35 tahun) sangat jarang,

kasus pediatrik mungkin dapat dijumpai. Hal ini disebabkan oleh pengaruh hormon androgen

dapat meningkatkan sekresi sabaseous dan viskositas sehingga dapat menjelaskan terjadinya

penumpukan pada masa pubertas dan selama kehamilan.10

Patofisiologi

Kerusakan lipid yang mengakibatkan tertahannya sekresi kelenjar, kemungkinan karena

enzim dari bakteri, membentuk jaringan granulasi dan mengakibatkan inflamasi. Produk-produk

hasil pemecahan lipid (lemak) mengalami kerusakan yang mengakibatkan tertahannya sekresi

12

Page 13: Pleno a6 Blok 23

kelenjar, mungkin dari enzim-enzim bakteri yang berupa asam lemak bebas, mengalami

kebocoran dari jalur sekresinya memasuki jaringan di sekitarnya dan merangsang terbentuknya

respon inflamasi. Proses granulomatous ini yang membedakan antara chalazion dengan

hordeolum internal atau eksternal (terutama proses piogenik yang menimbulkan pustul),

walaupun kalazion dapat menyebabkan hordeolum, begitupun sebaliknya.5

Hal ini dapat membedakan kalazion dari hordeolum, yang merupakan reaksi radang

akut dengan leukosit PMN dan nekrosis disertai pembentukan pus. Namun demikian,

hordeolum dapat menyebabkan terbentuknya kalazion, dan sebaliknya Secara klinik, nodul

tunggal (jarang multipel) yang agak keras berlokasi jauh di dalam palpebra atau pada tarsal.

Eversi palpebra mungkin menampakkan kelenjar meibom yang berdilatasi.5

Kelenjar meibom yang berjumlah 40 buah pada bagian palpebra atas dan 20 buah pada

palpebra bawah merupakan kelenjar yang menghasilkan minyak yang dikeluarkan bersama air

mata untuk membasahi dan melicinkan mata agar mata terlindungi dari benda asing dan mata

tidak kering yang disebut sebum. Sebum ini dikeluarkan bersama-sama dengan air mata melalui

salurannya yang berukuran kecil yang berada di sekitar bulu mata. Kalazion sendiri merupakan

pembesaran dari kelenjar meibom yang sering terjadi karena adanya sumbatan dari pada saluran

keluar atau bisa juga terjadi karena sebum yang dihasilkan oleh kelenjar Meibom terlalu kental

dan tidak dapat dikeluarkan. Keadaan ini mengakibatkan terjadinya pembesaran dari kelenjar

Meibom yang kemudian terbentuklah kalazion.5

Kalazion juga dapat pecah dan melepaskan sebumnya keluar ke jaringan sekitar yang

kemudian mengakibatkan terjadinya perangsangan sel-sel radang granulomatosa. Peradangan

granulomatousa ini berbeda dengan peradangan yang terjadi pada hordeolum, dimana pada

kalazion peradangannya berlangsung secara perlahan dan tidak menghasilkan pus dalam jumlah

besar, sehingga dari gejala klinis juga tidak didapatkan nyeri tekan pada kalazion.5

Gejala Klinis

Awalnya, pasien datang dengan riwayat singkat adanya keluhan pada palpebra baru-baru

ini, diikuti dengan peradangan akut (misalnya merah, pembengkakan, perlunakan). Setelah

beberapa hari, gejala-gejala awal hilang, tanpa rasa sakit, tumbuh lambat, benjolan tegas dalam

kelopak mata. Kulit di atas benjolan dapat digerakkan secara longgar. Seringkali terdapat riwayat

13

Page 14: Pleno a6 Blok 23

keluhan yang sama pada waktu yang lampau, karena kalazion memiliki kecenderungan kambuh

pada individu-individu tertentu.2

Kalazion lebih sering timbul pada palpebra superior, di mana jumlah kelenjar Meibom

terdapat lebih banyak daripada palpebra inferior. Penebalan dari saluran kelenjar Meibom juga

dapat menimbulkan disfungsi dari kelenjar Meibom. Kondisi ini tampak dengan penekanan pada

kelopak mata yang akan menyebabkan keluarnya cairan putih seperti pasta gigi, yang seharusnya

hanya sejumlah kecil cairan jernih berminyak.2

Benjolan pada kelopak mata yang terjadi dalam beberapa minggu, tidak hiperemis dan

tidak ada nyeri tekan. Biasanya terjadi pseudoptosis, kadang-kadang mengakibatkan perubahan

bentuk bola mata akibat tekanannya sehingga terjadi kelainan refraksi pada mata tersebut. Gejala

lainnya antara lain konjungtiva pada daerah tersebut kemerahan dan meninggi. Awalnya, gejala

kalazion mungkin menyerupai hordeolum. Setelah beberapa hari, gejala-gejala awal hilang,

tanpa rasa sakit, tumbuh lambat, benjolan tegas dalam kelopak mata. Kulit di atas benjolan dapat

digerakkan secara longgar. Biasanya membaik dalam 6 bulan.2

Gambar 3. Kalazion pada palpebra inferior

Diagnosis Banding

Hordeolum

Hordeolum muncul berupa pembengkakan, indurasi, dan drainase purulen pada atau di

dekat kelopak mata. Hordeolum cenderung mengarahkan dan mengalirkan pus ke arah luar.1

Hordeolum merupakan peradangan supuratif kelenjar kelopak mata. Hordeolum yang biasanya

merupakan infeksi Staphylococcus pada kelenjar sebasea kelopak biasanya sembuh sendiri dan

dapat diberi hanya kompres hangat. Dikenal bentuk hordeolum internum dan eksternum.

14

Page 15: Pleno a6 Blok 23

Hordeolum eksternum merupakan infeksi pada kelenjar Zeiss atau Moll. Hordeolum internum

merupakan infeksi kelenjar Meibom yang terletak di dalam tarsus. Hordeolum merupakan suatu

abses di dalam kelenjar tersebut. Gejalanya berupa kelopak yang bengkak dengan rasa sakit dan

mengganjal, merah dan nyeri bila ditekan. Hordeolum eksternum atau radang kelenjar Zeis atau

Moll akan menunjukkan penonjolan terutama ke daerah kulit kelopak. Pada hordeolum

eksternum nanah dapat keluar dari pangkal rambut. Hordeolum internum atau radang kelenjar

Meibom memberikan penonjolan terutama ke daerah konjungtiva tarsal. Hordeolum internum

biasanya berukuran lebih besar dibanding hordeolum eksternum.2

Adanya pseudoptosis atau ptosis terjadi akibat bertambah beratnya kelopak sehingga

sukar diangkat. Pada pasien dengan hordeolum kelenjar preaurikel biasanya turut membesar.

Sering hordeolum ini membentuk abses dan pecah dengan sendirinya. Untuk mempercepat

peradangan kelenjar dapat diberikan kompres hangat, 3 kali sehari selama 10 menit sampai

nanah keluar. Pengangkatan bulu mata dapat memberikan jalan untuk drainase nanah. Diberi

antibiotik lokal terutama bila berbakat untuk rekuren atau terjadinya pembesaran kelenjar

preurikel. Antibiotik sistemik yang diberikan eritromisin 250 mg atau 125-250 mg dikloksasilin

4 kali sehari, dapat juga diberi tetrasiklin.2

Bila terdapat infeksi Staphylococcus di bagian tubuh lain, maka sebaiknya diobati juga

bersama-sama. Pada nanah dari kantung nanah yang tidak dapat keluar dilakukan insisi. Pada

hordeolum internum dan hordeolum eksternum kadang-kadang perlu dilakukan insisi pada

daerah abses dengan fluktuasi terbesar. Penyulit hordeolum dapat berupa selulitis palpebra yang

merupakan radang jaringan ikat palpebra di depan septum orbita dan abses palpebra. Setelah

dilakukan insisi dilakukan ekskohleasi atau kuretase seluruh isi jaringan meradang, di dalam

kantongnya dan diberi salep antibiotik.2

Gambar 4. Hordeolum internum

15

Page 16: Pleno a6 Blok 23

Meibomianitis

Meibomianitis merupakan infeksi pada kelenjar Meibom yang akan mengakibatkan tanda

peradangan lokal pada kelenjar tersebut. Meibomianitis adalah peradangan pada kelenjar

meibom.2 Kelenjar ini memiliki muara yang kecil untuk melepaskan minyak ke tepi palpebra.

Meibomianitis menahun perlu pengobatan kompres hangat, penekanan dan pengeluaran nanah

dari dalamnya berulang kali disertai antibiotik lokal. Etiologi dari meibomianitis adalah kondisi

yang meningkatkan kepekatan sekresi minyak dari kelenjar meibom akan memungkinkan

minyak yang berlebih untuk berkumpul dan meningkatkan pertumbuhan bakteri. Sekresi minyak

berlebih dan menebal dapat disebabkan oleh alergi, perubahan hormon atau kondisi kulit seperti

rosacea. Meibomianitis sering dikaitkan dengan blepharitis, yang dapat menyebabkan akumulasi

krusta pada kelopak mata.11

Gejala meibomianitis : 11

Bengkak pada batas kelopak mata.

Penglihatan sedikit kabur karena minyak berlebih pada air mata, yang akan berkurang

dengan berkedip.

Iritasi dan pengeluaran air mata.

Hordeolum yang terjadi berulang.

Gambar 5. Meibomianitis

Karsinoma Sel Basal

Karsinoma sel basal dan sel skuamosa palpebra adalah tumor ganas mata paling umum.

Tumor-tumor ini paling sering terdapat pada orang berkulit terang yang terpajan sinar matahari

16

Page 17: Pleno a6 Blok 23

secara kronik. 95% karsinoma palpebra berjenis sel basal. Sisa 5% terdiri atas karsinoma sel

skuamosa, karsinoma kelenjar Meibom dan tumor-tumor lain yang jarang seperti karsinoma

kelenjar keringat. Karsinoma sel basal merupakan bentuk tumor ganas tersering. 10% kasus

timbul di kelopak mata dan mencakup 90% dari keganasan kelopak mata. Tumor ini berkembang

lambat, invasif lokal, tidak bermetastasis. Pasien datang dengan lesi tidak nyeri pada kelopak

mata yang dapat nodular, sklerosis dan ulseratif (yang disebut dengan ulkus roden). Lesi ini

memiliki batas khas berwarna putih pucat seperti mutiara.7

Karsinoma sel basal umumnya tumbuh lambat dan tanpa nyeri, berupa nodul yang bisa

berulkus. Karsinoma ini menyusup ke jaringan sekitar secara perlahan, tetapi tidak bermetastasis.

Satu jenis yang jarang, karsinoma sel basal morphea atau bersklerosis cenderung meluas

perlahan-lahan sehingga menjadi lebih sulit untuk diekstirpasi seluruhnya. Tergantung dari

letaknya, karsinoma sel basal dapat menimbulkan ektropion, entropion, retraksi atau lekukan

pada palpebra atau tidak adanya bulu mata.7

Biopsi penting untuk mengkonfirmasi karsinoma sel basal. Biopsi insisi onal dapat

digunakan untuk konfirmasi tumor yang diduga merupakan keganasan. Bagian yang dilakukan

biopsi harus difoto atau digambar karena bagian tersebut dapat sembuh dengan baik sehingga

lokasi asal tumor sulit ditentukan untuk pengangkatan tumor.7

Penatalaksaan

Medikamentosa

Terapi dengan pengobatan jarang diperlukan, kecuali pada rosasea, mungkin dapat

diberikan tertrasiklin dosis rendah selama enam bulan. Dosisnya adalah doksisiklin tablet 100

mg/minggu selama 6 bulan mungkin dapat menimbulkan perubahan biokimiawi, yaitu

pembentukan asam lemak rantai pendek yang dibandingkan dengan produksi asam lemak rantai

panjang lebih jarang menimbulkan sumbatan pada mulut kelenjar. Meskipun nampak bernanah,

antibiotik topikal tidak berguna pada kondisi ini, karena kalazion tidak infeksius. Tetrasiklin

sistemik dapat berguna. Namun pemberian tetes mata lokal malah akan dapat menyebabkan

dermatitis kontak daripada membantu. Steroid topikal dapat sangat membantu untuk mengurangi

peradangan dan mengurangi edema, membantu proses drainase.11

17

Page 18: Pleno a6 Blok 23

Antibiotik, tidak memiliki indikasi untuk pengobatan infeksinya. Efek yang signifikan

dapat diperoleh dengan pemberian jangka panjang tetrasiklin dosis rendah. Kortikosteroid,

memiliki sifat anti inflamasi namun dapat menyebabkan efek sistemik.12

Non Medikamentosa

Kompres air hangat selama 10-15 menit pada bagian palpebra yang terdapat kalazion

dapat mempercepat penyembuhan. Dengan kompres air hangat akan meningkatkan

sirkulasi ke daerah kalazion dan dapat memecahkan sebum yang menggumpal pada

kelenjar meibom. Kompres hangat dilakukan empat kali sehari untuk mengurangi

pembengkakan dan memudahkan drainase kelenjar.

Beberapa ahli menganjurkan pembersihan harian tepi kelopak mata, baik dengan

menggunakan shampoo bayi dan air pada kain basah atau cotton bud pada tepi kelopak

mata pada saat mata tertutup.

Jika pembengkakan tidak berakhir dalam beberapa minggu atau muncul gejala

penglihatan kabur, dokter mata akan menyarankan operasi untuk mengangkat kalazion.

Jika penampilan kalazion mengganggu pasien, operasi juga akan menjadi indikasi.

Eksisi bedah dapat dilakukan untuk kalazion yang tidak sembuh sendiri atau lama

sembuh. Eksisi bedah dapat dilakukan baik melalui sayatan di bagian palpebra luar atau

dari palpebra dalam. Saat ini sayatan pada permukaan konjungtiva tarsal lebih sering

dilakukan untuk menghindari bekas sayatan yang membekas. Sayatan dilakukan secara

vertikal dalam kelenjar tarsal dari permukaan konjungtiva kemudian dilakukan kuretase

materi gelatinosa dan epitel kelenjar dengan hati-hati. Eksisi kelenjar chalazion tidak

akan mengakibatkan gangguan atau pengurangan pada produksi sebum air mata karena

terdapat 30-40 kelenjar meibom pada mata.10

Ekskokleasi Kalazion

Terlebih dahulu mata ditetes dengan anesthesia topikal pantokain. Obat anesthesia

infiltratif disuntikkan di bawah kulit di depan kalazion. Kalazion dijepit dengan klem kalazion

dan kemudian klem dibalik sehingga konjungtiva tarsal dan kalazion terlihat. Dilakukan insisi

tegak lurus margo palpebra dan kemudian isi kalazion dikuret sampai bersih. Klem kalazion

dilepas dan diberi salep mata. Pada abses palpebra pengobatan dilakukan dengan insisi dan

18

Page 19: Pleno a6 Blok 23

pemasangan drain kalau perlu diberi antibiotik lokal dan sistemik. Analgetika dan sedatif

diberikan bila sangat diperlukan untuk rasa sakit.2

Komplikasi

Drainase marginal kalazion dapat menyebabkan terbentuknya tonjolan, trikiasis, dan

hilangnya bulu mata. Pada penderita kalazion dapat terjadi astigmatisma jika massa palpebra

mencapai bagian kornea. Kalazion yang didrainase secara tidak sempurna dapat megakibatkan

timbulnya massa besar terdiri dari jaringan granuloma yang jatuh ke konjungtiva atau kulit.

Kalazion rekuren atau berulang, terutama yang terjadi di tempat yang sama meskipun

telah dilakukan drainase dengan baik sebelumnya, harus dipertimbangkan adanya suatu

keganasan berupa karsinoma sel sebasea. Biopsi langsung dengan potongan beku perlu

dilakukan. Insisi yang kurang baik dapat menyebabkan terbentuknya tonjolan. Sedangkan insisi

yang terlalu dalam dapat menyebabkan timbulnya fistula dan jaringan parut.

Suntikan kortikosteroid intralesi dapat menimbulkan hilangnya pigmentasi pada kulit.

Pada pasien tertentu, pemberian kortikosteroid dapat menimbulkan peningkatan tekanan intra

okular.13

Prognosis

Pasien yang memperoleh perawatan biasanya memperoleh hasil yang baik. Seringkali

timbul lesi baru, dan rekuren dapat terjadi pada lokasi yang sama akibat drainase yang kurang

baik. Kalazion yang tidak diobati dapat mengering dengan sendirinya, namun sering terjadi

peradangan akut intermiten. Terapi biasanya berhasil dengan baik. Jika lesi baru sering terjadi,

drainase yang kurang adekuat mungkin mengikatkan lokal rekurensi ini. Bila terjadi kalazion

berulang beberapa kali sebaiknya dilakukan pemeriksaan histopatologik untuk menghindari

kesalahan diagnosis dengan kemungkinan keganasan.7

Kesimpulan

Laki-laki 25 tahun dengan benjolan pada kelopak mata kanan tersebut menderita kalazion.

19

Page 20: Pleno a6 Blok 23

Daftar Pustaka

1. James B, Chew C, Bron A. Lecture notes oftalmologi. Edisi ke-9. Jakarta:

Erlangga;2007.h.18-22, 46-53.

2. Ilyas HS. Ilmu penyakit mata. Edisi ke-3. Jakarta: Penerbit FKUI;2010.h.16-27, 64-6, 89-

94.

3. Gleadle J. At a glance anamnesis dan pemeriksaan fisik. Jakarta: Erlangga;2007.h.35-7.

4. Bickley LS. Guide to physical examination dan history taking. 8 th ed. New York:

Lippincott;2003.h.332-5.

5. Saptoyo AM, Margrette FP. Ilmu penyakit mata. Jakarta: FK Ukrida;2011.h.13-5.

6. Stephen JM, William FG. Pathophysiology of eye disease: an introduction to clinical

medicine. Edisi ke-5. USA: Slack Incorporated;2008.h.549-66.

7. Vaughan DG, Asbury T, Eva PR. Oftalmologi umum vaughan & asbury . Edisi ke-17.

Jakarta: EGC;2010. h.28-48, 78-88.

8. Khaw PT, Shah P, Elkington AR. Abc of eyes. Edisi ke-4. London: BMJ Publishing

Group;2007.h.21-4.

9. Judith C, Murray L, Ahmad RM. The external eye : oxford handbook of clinical

specialties. Edisi ke-8. London: BMJ Publishing Group;2010.h.416-7.

10. Probst LE, Tsai JH. Ophthalmology clinical and surgical principles. USA: Slack

Incorporated;2011.h.150-2.

11. Lindstrom RL. The chicago eye and emergency manual. New Delhi: Jaypee Brothers

Medical Publishers;2011.h.91-6.

12. Neal MJ. At a glance farmakologis medis. Edisi ke-5. Jakarta: Erlangga;2006.h.26-7.

13. Vinay K, Ramzi SC, Stanley R. Buku ajar patologi robbins. Edisi ke-7. Jakarta:

EGC;2007.h.833-5.

20