Makalah MTHT - Pterygium

download Makalah MTHT - Pterygium

of 39

Transcript of Makalah MTHT - Pterygium

  • 8/18/2019 Makalah MTHT - Pterygium

    1/39

    BAB I

    PENDAHULUAN

    Pterygium berasal dari bahasa Yunani yaitu “ Pteron” yang artinya sayap (wing ).

    Pterygium didefinisikan sebagai pertumbuhan jaringan fibrovaskuler pada subkonjungtiva dan

    tumbuh menginfiltrasi permukaan kornea, umumnya bilateral di sisi nasal, biasanya berbentuk 

    segitiga dengan kepala/ape menghadap ke sentral kornea dan basis menghadap lipatan

    semilunar pada !antus.

    Pterygium merupakan suatu pertumbuhan fibrovaskular konjungtiva yang bersifat

    degeneratif dan invasif. Pertumbuhan ini biasanya terletak pada bagian nasal ataupun temporal

    konjungtiva yang meluas ke daerah kornea. Pterygium berbentuk segitiga dengan pun!ak di

     bagian sentral atau di daerah kornea.

      Pterygium tersebar di seluruh dunia, tetapi lebih banyak di daerah iklim panas dan kering.

    Prevalensi juga tinggi di daerah berdebu dan kering. "aktor yang sering mempengaruhi adalah

    daerah dekat dengan garis e#uator dan khatulisti$a, sebuah hubungan antara peningkatan

     prevalensi dan daerah yang terkena paparan ultraviolet lebih tinggi

    Pasien di ba$ah umur %& tahun jarang terjadi pterygium. Prevalensi pterygium meningkat

    dengan umur, terutama dekade ke ' dan kehidupan. nsiden tinggi pada umur antara '*+-

    tahun. Pterygium rekuren sering terjadi pada umur muda dibandingkan dengan umur tua. aki+

    laki kali lebih berisiko daripada perempuan dan berhubungan dengan merokok, pendidikan

    rendah dan ri$ayat paparan lingkungan di luar rumah.%

    BAB II

    1

  • 8/18/2019 Makalah MTHT - Pterygium

    2/39

    LAPORAN KASUS

    eorang pria bernama 0uan 1bi berumur & tahun bekerja sebagai tukang ojek datang ke

     poli mata dengan keluhan mata merah. 2edua mata merah sejak % hari yang lalu. 3erah tampak 

    hanya sebagian. 4isertai rasa mengganjal dan mata berair. Penglihatan buram disangkal, nyeri

    disangkal, fototobia disangkal. ebelumnya mata pasien sering merah terutama jika terkena

    debu, hilang timbul selama tahun. 5i$ayat operasi mata disangkal. 5i$ayat trauma mata

    disangkal.

    2

  • 8/18/2019 Makalah MTHT - Pterygium

    3/39

    BAB III

    PEMBAHASAN KASUS

    3.1. Status Pasien

    3.1.1. Identitas Pasien

     6ama7 0n. 1bi

    8mur 7 & tahun

    9enis kelamin7 Pria

    1lamat7 +

    Pekerjaan7 0ukang ojek 

    3.1.2. Autoanamnesis

    %. 2eluhan 8tama7 3ata merah

    8ntuk membantu menegakkan diagnosis maka diperlukan informasi lebih lanjut dengan

    melakukan anamnesis tambahan, yaitu 7

    '. 5i$ayat penyakit sekarang 7

    + ejak kapan keluhan mata merah: (untuk mengetahui perjalanan penyakit akut/kronik)

    + 4imana letak mata merahnya: 3ata kanan/kiri atau keduanya:

    + 1pakah ada penurunan tajam penglihatan (buram):

    + 1pakah mata merah sebagian atau menyeluruh:

    + 1pakah ada keluhan lain selain mata merah: eperti rasa gatal (kemungkinan konjungtivitis

    alergi)

    + 1pakah ada rasa perih: (konjungtivitis akut)

    + 1pakah terasa seperti ada benda asing (rasa menggajal):

    3

  • 8/18/2019 Makalah MTHT - Pterygium

    4/39

    + 1pakah mata berair (hiperlakrimasi):

    + 1pakah disertai rasa silau:

    + 1pakah ada demam atau infeksi tenggorokan: (untuk kemungkinan adanya konjungtivitis viral)

    + 1pakah ada penyakit infeksi selain di mata: (;onore)

    . 5i$ayat penyakit dahulu 7

    + 1pakah sebelumnya pernah mengalami penyakit mata yang sama: (kemungkinan penyakit

    yang !enderung rekuren) atau pernah mengalami penyakit mata yang lain:

    + 1pakah sebelumnya pernah menjalani operasi mata:

    + 1pakah pernah mengalami trauma mata:

    + 1pakah pasien memiliki ri$ayat penyakit sistemik: (43, hipertensi, untuk mengetahui faktor 

    resiko)

    + 1pakah ada ri$ayat alergi:

    . 5i$ayat penyakit keluarga 7

    + 1pakah ada anggota keluarga memiliki keluhan yang sama:

    + 1pakah ada penyakit keturunan: (glau!oma)

    &. 5i$ayat kebiasaan 7

    + 1pakah pasien memakai alat pelindung saat bekerja seperti helm dan ka!a mata pelindung :

    (kemungkinan faktor resiko terpapar debu, sinar matahari)

    + 5i$ayat pemakaian ka!amata: (kemungkinan glau!oma)

    + 1pakah pasien menggunakan kontak lens:

  • 8/18/2019 Makalah MTHT - Pterygium

    5/39

    3.1.3. Masala dan Hi!otesis

    4aftar 

    3asalah4asar masalah 2eterangan =ipotesis

    3ata merah

    + sebagian

    >ertambahnya asupan

     pembuluh darah atau

     berkurangnya pengeluaran

    darah oleh karena

     pembendungan pembuluh

    darah

    0imbul jika terkena debu

    =ilang timbul sejak

    tahun

    nfeksi dan inflamasi7

    - ?piskleritis

    - kleritis

    - Pinguekulitis

    - 2onjungitvitis

    flikten

    0rauma7

    - Perdarahan

    subkonjuntiva- Pseudopterigium

    @askuler7

    - Pterigium

    5asamengganjal

    9aringan fibrovaskular yangtumbuh menutupi kornea

    yang terkikis oleh debu

    Pterigium

    Pseudopterigium

    Pinguekula

    3ata berair 5espon yang terjadi bila

    terdapat benda asing pada

    mata dan merupakan salah

    satu upaya untuk  

    mengeluarkan benda asing

    tersebut

    nfeksi7

    - kleritis

    - 2onjungtivitis

    flikten

    0rauma7

    - Pseudopterigium

    5

  • 8/18/2019 Makalah MTHT - Pterygium

    6/39

    - Perdarahan

    subkonjungtiva

    @askuler7

    - Pterigium

    Penurunan

    ketajaman

    visus

    9aringan fibrovaskular yang

    tumbuh menarik kornea ke

    arah nasal yang membuat

    ke!embungan kornea

     berubah

    A4

  • 8/18/2019 Makalah MTHT - Pterygium

    7/39

    mata merah sebagian. Penyakit mata merah sebagian dan pasien mengaku penglihatan tidak 

     buram maka hipotesis yang dapat ditegakkan adalah skleritis, episkleritis, pterigium,

     pseudopterigium, pinguekulitis, hematoma subkonjungtiva dan konjungtivitis flikten.

    4ianalisa dari jenis kelamin pasien laki+laki dan didapatkan juga pekerjaan pasien

    sebagai tukang ojek maka pasien beresiko banyak terpapar debu, sinar matahari, dan udara panas

    yang !ukup lama yang mana hal ini dapat menimbulkan respon di mata.

    2emungkinan respon akibat terpajan terlalu lama pada keadaan ini adalah ini adalah

     pterigium dan pinguekulitis. 2edua penyakit ini dapat dibedakan dari pemeriksaan fisik. 4i

    dukung usia pasien & tahun, pada usia produktif ini dengan pasien sering bekerja di luar 

    ruangan sehingga sering terpapar debu, udara panas dan sinar matahari yang dapat menjadi

     penyebab mata merah pada pasien. 2arena usia pasien & tahun maka ini dapat menyingkarkan

    hipotesis konjungtivitis flikten yang terjadi biasanya pada anak+anak.

    Pada anamnesis selanjutnya pasien mengaku mata disertai rasa mengganjal, mata berair,

    tidak nyeri dan penglihatan tidak buram maupun fotofobia. Pada pterigium juga dapat disertai

    rasa mengganjal, karena pterigium didapatkan pertumbuhan jaringan fibrovaskular yang

     berbentuk segitiga di konjungtiva mata hingga kornea. 3ata berair pada pasien kemungkinan di

    akibatkan oleh terjadinya peradangan pada mata maka sekresi musin dari kelenjar meibom

    menurun sehingga air !epat menguap dan sebagai respon kelenjar air mata mengeluarkan !airan

    mata lebih banyak lagi.

    4ari ri$ayat sebelumnya juga didapatkan mata merah terutama jika terkena debu dan

    hilang timbul selama tahun. ni menunjukkan keadaan eksaserbasi akut dan mendukung

    hipotesis ptergium maupun pinguekula yang perjalanan penyakitnya sama dengan pasien yaitu

    karena mata yang sering iritasi akibat terpajan debu, udara panas dan sinar matahari yang lama

    dan berulang+ulang.

    =ipotesis pseudopterigium dapat disingkirkan dengan pemeriksaan fisik atau

     pemeriksaan sonde jika tidak dapat masuk ke!elah antara konjungtiva dan jaringan tersebut.

    5i$ayat trauma pada pasien disangkal maka dapat menyingkirkan hipotesis hematoma

    subkonjungtiva dan pseudopteregium. =ipotesis skleritis dan episkleritis dapat diperiksa dengan

     pemeriksaan fisik 

    7

  • 8/18/2019 Makalah MTHT - Pterygium

    8/39

    3.1.". Peme#i$saan %isi$ 

    8ntuk menunjang diagnosis, selain anamnesis yang lengkap juga menyeluruh, pemeriksaan fisik 

     juga dibutuhkan untuk mendukung diagnosis.

    0108 ;?6?51 7 4alam batas normal

    0108 A"013AA; 7

    A4 A nterpretasi

    @isus

  • 8/18/2019 Makalah MTHT - Pterygium

    9/39

    (normal/palpasi) (normal/palpasi) menderita glaukoma

    Palpebra 6ormal 6ormal 0idak terdapat kelainan pada

     palpebra

    2onjungtiva bulbi

    3assa/9aringanfibrovaskular 

    (bagian nasal)

     berbentuk 

    segitiga dengan

     pun!ak di kornea,

    hiperemis

    3assa/9aringanfibrovaskular 

    (bagian nasal)

     berbentuk 

    segitiga dengan

     pun!ak di

    limbus kornea,

    hiperemis

    0anda patognomonik pada penderita pterigium

    2ornea 9ernih 9ernih 2ornea yang normal ber$arna

     jernih sempurna dan transparan.

    Pada pasien ini 6A531

    BA1 4alam 4alam 0idak terdapat kelainan pada BA1

    ris / Pupil 6ormal 6ormal ris normal, pelebaran dan

     penyempitan pupil juga normal

    ensa 9ernih 9ernih 6ormal

    @itreus 9ernih 9ernih 6ormal

    "undus 6ormal 6ormal 6ormal

    0108 A21

      A4 A

    9

  • 8/18/2019 Makalah MTHT - Pterygium

    10/39

    A4 7 terdapat kelainan pada subepitel konjungtiva bulbi, terdapat jaringan fibrovaskuler 

    yang berbentuk segitiga. >atas pterigium sudah mele$ati limbus kornea, mendekati

     pupil.

    A 7 terdapat kelainan pada subepitel konjungtiva bulbi, terdapat jaringan fibrovaskuler 

    yang berbentuk segitiga. Pun!ak pterigium berbatas pada limbus.

    3.2. DIA&NOSIS KER'A

    Pte#i(ium o)uli de*t#a stadium III den(an Asti(matisme dan Pte#i(ium o)uli sinist#a

    stadium I

    4asar 4iagnosis

    %. 1namnesis7

    4ari anamnesis diketahui pasien berjenis kelamin laki+laki dan bekerja sebagai tukang ojek yang

    sangat beresiko tinggi untuk terpajan debu ataupun sinar matahari yang dapat memi!u terjadinya

     pterigium, dan sebagai tambahannya se!ara epidemiologi pterigium lebih sering terjadi pada

    laki+laki. 4ari anamnesis juga diketahui keluhan pasien berupa mata merah, terasa mengganjal,

    tidak buram, tidak nyeri, tidak fotofobia dan ri$ayat operasi mata serta trauma disangkal, dari

    keluhan tersebut kita dapat menyingkirkan kemungkinan lain seperti episkleritis, skleritis,

    konjungtivitis, pseudopteregium dan perdarahan subkonjungtiva.

    '. Pemeriksaan "isik 

    >erdasarkan pemeriksaan mata terlihat adanya jaringan fibrovaskular berbentuk segitiga pada

     bagian nasal, ini merupakan tanda khas “patognomonik” dari pterigium. Pasien juga terkena

    astigmatisma pada mata kanan, kemungkinan disebabkan pterigum sudah mengenai kornea

    10

  • 8/18/2019 Makalah MTHT - Pterygium

    11/39

    sehingga kornea tertarik. 8ntuk mata kiri termasuk stadium pterygium hanya terbatas pada

    limbus kornea. edangkan untuk mata kanan termasuk stadium karena pterygium sudah

    melebihi stadium tetapi tidak melebihi pinggiran pupil mata dalam keadaan !ahaya normal

    (diameter pupil sekitar + mm).

    3.3. DIA&NOSIS BANDIN&

    %. Pinguekula

    Pinguekula tampak seperti ber!ak putih+kekuningan di bagian nasal dari

    kornea. Pinguekula disebabkan oleh degenarasi hyalin oleh karena

    rangsangan yang lama oleh debu atau sinar yang sering terjadi pada orang

    lanjut usia.

    3.". PA+O%ISIOLO&I

    0erjadinya pterygium sangat berhubungan erat dengan paparan sinar matahari, $alaupun

    dapat pula disebabkan oleh udara yang kering, inflamasi, dan paparan terhadap angin dan debu

    atau iritan yang lain.

    Pterigium ini biasanya bilateral, karena kedua mata mempunyai kemungkinan yang sama

    untuk kontak dengan sinar ultraviolet, debu dan kekeringan. emua kotoran pada konjungtiva

    akan menuju ke bagian nasal, kemudian melalui pungtum lakrimalis dialirkan ke meatus nasi

    inferior.

    4aerah nasal konjungtiva relatif mendapat sinar ultraviolet yang lebih banyak 

    dibandingkan dengan bagian konjungtiva yang lain, karena di samping kontak langsung, bagian

    nasal konjungtiva juga mendapat sinar ultraviolet se!ara tidak langsung akibat pantulan dari

    hidung, karena itu pada bagian nasal konjungtiva lebih sering didapatkan pterigium

    dibandingkan dengan bagian temporal.

    11

  • 8/18/2019 Makalah MTHT - Pterygium

    12/39

    8@+> merupakan faktor mutagenik bagi tumor supressor gene p& yang terdapat pada

    stem sel basal di limbus. ?kspresi berlebihan sitokin seperti 0;"+G dan @?;" (vascular 

    endothelial growth factor ) menyebabkan regulasi kolagenase, migrasi sel, dan angiogenesis. '

    1kibatnya terjadi perubahan degenerasi kolagen dan terlihat jaringan subepitelial

    fibrovaskular. 9aringan subkonjungtiva mengalami degenerasi elastoid (degenerasi basofilik) dan

     proliferasi jaringan granulasi fibrovaskular di ba$ah epitel yaitu substansia propia yang akhirnya

    menembus kornea. 2erusakan kornea terdapat pada lapisan membran >o$man yang disebabkan

    oleh pertumbuhan jaringan fibrovaskular dan sering disertai dengan inflamasi ringan. 2erusakan

    membran >o$man ini akan mengeluarkan substrat yang diperlukan untuk pertumbuhan

     pterygium. ?pitel dapat normal, tebal atau tipis dan kadang terjadi displasia.

     Limbal stem cell  adalah sumber regenerasi epitel kornea. Pada keadaan defisiensi limbal 

     stem cell , terjadi konjungtivalisasi pada permukaan kornea. ;ejala dari defisiensi limbal adalah

     pertumbuhan konjungtiva ke kornea, vaskularisasi, inflamasi kronis, kerusakan membran

    basement  dan pertumbuhan jaringan fibrotik. 0anda ini juga ditemukan pada pterygium dan oleh

    karena itu banyak penelitian yang menunjukkan bah$a pterygium merupakan manifestasi dari

    defisiensi atau disfungsi localized interpalpebral limbal stem cell. Pterygium ditandai dengan

    degenerasi elastotik dari kolagen serta proliferasi fibrovaskuler yang ditutupi oleh epitel. Pada

     pemeriksaan histopatologi daerah kolagen abnormal yang mengalami degenerasi elastolik 

    tersebut ditemukan basofilia dengan menggunakan pe$arnaan hematoylin dan eosin,

    Pemusnahan lapisan >o$man oleh jaringan fibrovas!ular sangat khas. ?pitel diatasnya biasanya

    normal, tetapi mungkin a!anthoti!, hiperkeratotik, atau bahkan displastik dan sering

    menunjukkan area hiperplasia dari sel goblet %,

    Pterygium menimbulkan gangguan dari fungsi kornea dengan menyebabkan kornea

    tertarik dan timbul kegagalan dalam meneruskan !ahaya sehingga bayangan akan difokuskan di

    depan retina (penurunan visus) dan difokuskan pada beberapa titik (astigmatisme). 9aringan

    "ibrovaskuler tersebut juga dapat menyebabkan reaksi peradangan, konjungtiva akan

    melepaskan mediator mediator seperti histamin , leukotrien , prostaglandin sehingga

    menyebabkan gejala seperti mata merah atau hiperemis, gatal , dan mata berair.

    12

  • 8/18/2019 Makalah MTHT - Pterygium

    13/39

    e!ara histologis pterigium dianggap lesi degeneratif, di!ontohkan oleh degradasi lapisan

    >o$man dan elastosis. aat ini, bagaimanapun, pterygia digambarkan sebagai gangguan

     proliferatif menyerupai respon penyembuhan luka menyimpang. histopatologis, pterygia ditandai

    oleh pertumbuhan, hiperplastik !entripetally diarahkan diubah sel epitel limbal disertai dengan

     pembubaran lapisan >o$man, epitel+mesen!hymal transisi, dan diaktifkan stroma fibroblastik 

    dengan peradangan, neovaskularisasi, dan remodeling matriks, dimediasi melalui tindakan

     bersama dari sitokin, faktor pertumbuhan, dan metaloproteinase matriks.

    =istopatologi dari kolagen abnormal pada area degenerasi elastik menunjukkan basofilia

    dengan pe$arnaan hematoksilin dan eosin.2ornea menunjukkan destruksi pada lapisan

    membrana >o$man akibat pertumbuhan fibrovaskular, disertai dengan peradangan ringan.

    ?pitelnya dapat normal, tipis atau menebal kadang disertai displasia.

    3.,. PENA+ALAKSANAN

    a. Medi$a Mentosa

    4apat diberikan steroid topikal untuk mengatasi peradangan pada jaringan okular dengan

    Prednisolone opthalmi! %H, tetes '% hari selama &+D hari.

    elama tidak mengenai kornea, belum diperlukan tindakan operasi.

    ndikasi operasi antara lain7

    a. Pterigium yang menjalar ke kornea sampai lebih dari mm dari limbus

     b. Pterigium men!apai jarak lebih dari separuh antara limbus dan tepi pupil

    !. Pterigium yang sering memberikan keluhan mata merah, berair, dan silau karena astigmatisme

    d. 2osmetik 

    1dapun teknik operasi yang dilakukan adalah7

    13

  • 8/18/2019 Makalah MTHT - Pterygium

    14/39

    • >are !lera7 tidak ada jahitan atau menggunakan benang absorbable untuk melekatkan

    konjungtiva pada sklera superfisial di depan insersi tendon rektus, meninggalkan area

    sklera yang terbuka. (teknik ini menghasilkan tingkat rekurensi *H C &*H).

    • imple Blosure 7 tepi bebas dari konjungtiva dilindungi (efektif jika defek konjungtiva

    sangat ke!il)

    • liding flap 7 insisi +shaped dilakukan pada luka sehingga flap konjungtiva langsung

    menutup luka tersebut.

    • 5otational flap 7 insisi 8+shaped dibuat membuat ujung konjungtiva berotasi pada luka.

    • Bonjun!tival graft7 graft bebas, biasanya dari konjungtiva bulbar superior dieksisi sesuai

    ukuran luka dan dipindahkan kemudian dijahit.

    -. Non Medi$a Mentosa

    4iberikan edukasi kepada pasien untuk menggunakan ka!amata pelindung dan helm tertutup

    ketika mengendarai motornya supaya terhindar dari pajanan debu dan sinar 8@.

    14

  • 8/18/2019 Makalah MTHT - Pterygium

    15/39

    3.. KOMPLIKASI

    2omplikasi pterigium dapat berupa7

    - Iritasi dan mata merah

    Pterigium mudah meradang dan akan ber$arna merah bila terjadi iritasi.

    - Gangguan penglihatan sentral

    2arena pertumbuhan jaringan fibrovaskular pada pterigium bersifat invasif dan

    degeneratif, bila jaringan tersebut telah mele$ati limbus maka dapat menutupi media

     penglihatan. elain itu, jaringan fibrovaskular tersebut dapat menarik kornea sehingga

    timbul astigmatisma. 2omplikasi gangguan penglihatan merupakan salah satu indikasi

    dilakukannya pembedahan.

    - Jaringan parut kronis pada konjungtiva dan kornea

    Pada kornea, dapat terjadi pergantian lapisan membrana >o$man oleh hialin dan

     jaringan elastin. 4engan demikian pterigium dapat menimbulkan kerusakan sampai

    membrana >o$man yang kemungkinan bila kerusakannya luas dan besar 

     penyembuhannya dapat meninggalkan jaringan parut pada kornea.

    - erbatasn!a gerakan bola mata dan diplopia

    4apat timbul akibat keterlibatan yang luas otot ekstraokular . 4iplopia terutama

    disebabkan karena s!arring pada 3. 5e!tus media. Pada pasien dengan pterigium yang

    sudah diangkat, dapat terjadi pengeringan fo!al kornea mata akan tetapi hal ini sangat

     jarang terjadi.

    1dapun komplikasi yang timbul pas!a operasi pterigium antara lain7

    I nfeksi dan reaksi bahan jahitan

    I 4iplopia

    I 9aringan parut pada kornea

    15

  • 8/18/2019 Makalah MTHT - Pterygium

    16/39

    I ?!tasia pada kornea dan atau sklera

    2omplikasi berupa penipisan sklera dan atau kornea tersebut dapat terjadi beberapa

    tahun atau dekade setelah dilakukan operasi pengangkatan pterigium.

    I 5ekurensi pas!a operasi

    3erupakan komplikasi tersering pas!a operasi, terutama pada pembedahan dengan

    teknik eksisi sederhana dimana tingkat rekurensi dapat men!apai &*+J*H. 1ngka

    rekurensi tersebut rata+rata berkurang &+%&H dengan penggunaan konjungtival/limbal

    autografts atau transplantasi membran amniotik pada saat eksisi. %%

    3./. PRO&NOSIS

      Ad 0isam Du-ia ad Bonam

    Pada o!uli detra memang terdapat gangguan penglihatan berupa astigmatisma tetapi

    dengan koreksi lensa B+*,D& masih dapat di!apai visus normal sehingga tidak ada penurunan

    visus. Pada o!uli sinistra tidak ditemukan kelainan visus, gerakan kedua mata tidak terhambat ke

    segala arah dan hasil pemeriksaan media penglihatan masih dalam batas normal.

    Ad 0itam ad Bonam

    2ami menentukan prognosis ad vitam bonam karena pterigium yang diderita pasien

     bersifat lokal (bukan sistemis). =al ini juga ditunjang oleh hasil pemeriksaan status generalis

    yang dalam batas normal, menunjukkan tidak adanya penyakit sistemik yang mengan!am ji$a

     pasien.

      Ad Sanationam Du-ia ad Malam

    3eskipun telah dilakukan operasi, kemungkinan rekurensi pterigium pada pasien ini

    masih ada. ebab, pekerjaan pasien merupakan faktor resiko untuk terpapar debu, sinar 8@ dan

    udara panas yang merupakan penyebab dari pterigium tersebut.

    16

  • 8/18/2019 Makalah MTHT - Pterygium

    17/39

      Ad Kosmeti$um du-ia ad -onam

    Pterigium pada mata kanan yang diderita pasien apabila dilakukan tindakan operasi akan

    menghilangkan jaringan fibrovaskular dan memperbaiki kosmetikumnya . Pada mata kiri pasien

    ini belum mengenai kornea namun dapat pula segera menginvasi korneanya dengan !epat bila

    mata masih sering terpajan debu ataupun sinar matahari kembali.

    17

  • 8/18/2019 Makalah MTHT - Pterygium

    18/39

    BAB I0

    +IN'AUAN PUS+AKA

    ".1. ANA+OMI

    Anatomi Kelo!a$ Mata

    ". #elenjar $

    2elenjar ebasea

    2elenjar 3oll atau 2elenjar 2eringat

    2elenjar Keis pada pangkal rambut, berhubungan dengan folikel rambut dan juga menghasilkan

    sebum

    2elenjar 3eibom (2elenjar 0arsalis) terdapat di dalam tarsus. 2elenjar ini menghasilkan sebum

    (minyak).

    %. &tot-otot Palpebra$ 

    3. Arbikularis Akuli

    3. evator Palpebra

     '. (i dalam kelopak mata terdapat $

    0arsus yang merupakan jaringan ikat dengan kelenjar di dalamnya atau kelenjar 3eibom yang

     bermuara pada margo palpebra

    eptum Arbita yang merupakan jaringan fibrosis berasal dari rima orbita merupakan pembatas isi

    orbita dengan kelopak depan

    0arsus ditahan oleh septum orbita yang melekat pada rima orbita pada seluruh lingkaran

     pembukaan rongga orbita. 0arsus (tediri atas jaringan ikat yang merupakan jaringan penyokong

    kelopak dengan kelenjar 3eibom (* buah di kelopak mata atas dan '* buah di kelopak ba$ah)

    18

  • 8/18/2019 Makalah MTHT - Pterygium

    19/39

    Pembuluh darah yang memperdarahinya adalah 1. Palpebrae

    Persarafan sensorik kelopak mata atas dapat dibedakan dari remus frontal 6. @, sedang kelopak 

     ba$ah oleh !abang ke saraf ke @ (6. @')D

    Anatomi $onun(tia

    2onjungtiva merupakan membran yang menutupi sklera dan kelopak bagian belakang.

    >erma!am+ma!am obat mata dapat diserap melalui konjungtiva ini. 2onjungtiva mengandung

    kelenjar musin yang dihasilkan oleh sel ;oblet. 3usin bersifat membasahi bola mata terutama

    kornea.D

    19

  • 8/18/2019 Makalah MTHT - Pterygium

    20/39

    2onjungtiva terdiri atas tiga bagian, yaitu 7

    %.2onjungtiva tarsal yang menutupi tarsus, konjungtiva tarsal sukar digerakkan dari tarsus.

    '.2onjungtiva bulbi menutupi sklera dan mudah digerakkan dari sklera di ba$ahnya.

    .2onjungtiva forniks yang merupakan tempat peralihan konjungtiva tarsal dengan konjungtiva

     bulbi.

    2onjungtiva bulbi dan konjungtiva forniks berhubungan sangat longgar dengan jaringan di

     ba$ahnya, sehingga bola mata mudah bergerak.

    2onjungtiva di vaskularisasi oleh arteri !iliaris anterior dan arteri palpebralis. 2edua arteri ini

     beranastomosis dengan bebas dan bersama banyak vena konjungtiva yang umumnya mengikuti

     pola arterinya membentuk jaring+jaring vaskuler konjungtiva yang sangat banyak. Pembuluh

    limfe konjungtiva tersusun didalam lapisan superfisial dan profundus dan bergabung dengan

     pembuluh limfe palpebra membentuk pleksus limfatikus. 2onjungtiva menerima persarafan dari

     per!abangan nervus trigeminus yaitu nervus oftalmikus. araf ini memiliki serabut nyeri yang

    relatif sedikit.D

    e!ara histologis konjungtiva terdiri atas epitel dan stroma. apisan epitel konjungtiva

    terdir atas '+& lapisan sel epitel silindris bertingkat, superfisial dan basal. apisan epitel

    konjungtiva di dekat limbus, diatas !arun!ula, dan di dekat persambungan mukokutan pada tepi

    kelopak mata terdiri atas sel+sel epitel skuamous bertingkat. el+sel superfisial mengandung sel+

    sel goblet bulat dan oval yang mensekresi mukus. 3ukus yang terbentuk mendorong inti sel

    goblet ke tepi dan diperlukan untuk dispersi lapisan air mata prakornea se!ara merata. D

    el+sel epitel basal ber$arna lebih pekat dibandingkan sel+sel superfisial dan di dekat

    limbus dapat mengandung pigmen. apisan stroma di bagi menjadi ' lapisan yaitu lapisan

    adenoid dan lapisan fibrosa. apisan adenoid mengandung jaringan limfoid dan di beberapa

    tempat dapat mengandung struktur sema!am folikel tanpa sentrum germinativum. apisan

    adenoid tidak berkembang sampai setelah bayi berumur '+ bulan. =al ini menjelaskan

    konjungtivitis inklusi pada nenonatus bersifat papilar bukan folikular dan mengapa kemudian

    menjadi folikular. apisan fibrosa tersusun dari jaringan penyambung yang melekat pada

    20

  • 8/18/2019 Makalah MTHT - Pterygium

    21/39

    lempeng tarsus. =al ini menjelaskan gambaran reaksi papilar pada radang konjungtiva. apisan

    fibrosa tersusun longgar pada bola mata. 2elenjar lakrimal aksesorius (kelenjar krause dan

    $olfring), yang struktur fungsinya mirip kelenjar lakrimal terletak di dalam stroma. ebagian

     besar kelenjar krause berada di forniks atas, sisanya di forniks ba$ah. 2elenjar $olfring terletak 

    di tepi tarsus atas

    Anatomi Ko#nea

    2ornea merupakan jaringan transparan dan avaskuler yang ukuran dan strukturnya sebanding

    dengan kristal sebuah jam tangan ke!il. Permukaannya mempunyai lengkung teratur, mengkilap

    li!in oleh air mata. 2ornea de$asa rata+rata mempunyai tebal *,& mm di tengah dan sekitar *,

  • 8/18/2019 Makalah MTHT - Pterygium

    22/39

    %. apisan epitel

    3erupakan lanjutan dari epitel konjungtiva bulbi. 0ebalnya &* Lm, terdiri atas &+< lapis sel epitel

    tidak bertanduk yang saling tumpang tindihM satu lapis sel basal, sel poligonal dan sel gepeng.

    Pada sel basal sering terlihat mitosis sel, dan sel muda ini terdorong ke depan menjadi lapis sel

    sayap dan semakin maju ke depan menjadi sel gepeng, sel basal berikatan erat dengan sel basal

    di sampingnya dan sel poligonal di depannya melalui desmosom dan ma!ula okludenM ikatan ini

    menghambat pengaliran air, elektrolit, dan glukosa yang merupakan barier. el basal

    menghasilkan membran basal yang melekat erat kepadanya. >ila terjadi gangguan akan

    mengakibatkan erosi rekuren. ?pitel berasal dari ektoderm permukaan.

    '. 3embrana bo$man

    0erletak di ba$ah membran basal epitel kornea yang merupakan kolagen yang tersusun tidak 

    teratur seperti stroma dan berasal dari bagian depan stroma. apisan ini tidak mempunyai daya

    regenerasi.

    . troma (substansia propria)

    apisan ini berkontribusi -*H terhadap ketebalan kornea. 0erdiri atas lamella yang merupakan

    susunan kolagen yang sejajar satu dengan yang lainnya. Pada permukaan terlihat anyaman yang

    teratur sedangkan di bagian perifer serat kolagen ini ber!abang. 0erbentuknya kembali serat

    kolagen memakan $aktu yang lama terkadang sampai %& bulan. 2eratosit merupakan sel stroma

    kornea yang merupakan fibroblas terletak di antara serat kolagen stroma. 4iduga keratosit

    membentuk bahan dasar dan serat kolagen dalam perkembangan embrio atau sesudah trauma.

    . 3embrana des!emet

    3erupakan membran aseluler dan merupakan suatu membran elastik tipis yang jernih tersusun

     padat dari serabut fibril. >ersifat sangat elastik dan berkembang terus seumur hidup, mempunyai

    tebal * Lm.

    &. ?ndothelium

    22

  • 8/18/2019 Makalah MTHT - Pterygium

    23/39

    3erupakan selapis sel kuboid yang melapisi bagian dalam dari kornea menghadap ke bilik mata

    depan. >erasal dari mesotelium, berlapis satu, bentuk heksagonal, besar '*+* Lm. ?ndotel

    melekat pada membran des!emet melalui hemidesmosom dan Nonula okluden.

    umber+sumber nutrisi untuk kornea adalah pembuluh+pembuluh darah limbus, humor akuos,

    dan air mata. 2ornea superfisial juga mendapatkan oksigen sebagian besar dari atmosfer yang

    larut ke dalam air mata.

    yaraf+syaraf sensorik kornea didapat dari per!abangan pertama (oftalmika) dari nervus kranialis

    @ (trigeminus). 4i epitel kornea tersebar akhiran syaraf sensibel yang telanjang. >ila kena

     paparan maka akan menghasilkan rasa sakit. 9umlah yang banyak dari akhiran syaraf dan

    lokasinya yang tersebar akan peka $alaupun dengan sentuhan/abrasi yang halus pada epitel

    kornea. 2ejernihan dari kornea terjadi karena keseragaman struktur, avaskuler, dan deturgens.

    Anatomi Bola Mata

    4indingnya terdiri dari lapisan7

    %. 0unika "ibrosa7

    2ornea dan s!lera

    '. 0unika vaskulosa ( Ouvea)

    Bhoroid, Borpus !iliaris dan ris

    . 0unika sensoris (retina)

    5etina

    @askularisasi

    23

  • 8/18/2019 Makalah MTHT - Pterygium

    24/39

    %. Palpebra

    0erdiri dari7

    upratro!hlearis, supraorbitalis, la!rimalis dan 1. nasalis dorsalis (!abang dari a. ophtalmi!a)

    1. angularis (!abang a. fa!ialis)

    1. fa!ialis transverses (!abang a. temporalis superfi!ialis)

    1. temporalis superfi!ialis

    4rainage vena sesuai arteinya, kemudian v. ophtalmi!a

    '. >ola mata

    1rteri yang menyuplai struktur dalam orbita termasuk bola mata adalah dari a. ophtalmi!a yang

    merupakan !abang dari a. !arotis interna. 1. ophthalmi!a berjalan ke dalam !avum orbita melalui

    !analis opti!us bersama+sama dengan n. opti!us

    1da ' vena utama pada orbita yaitu7

    v. ophtalmi!a superior 

    v. ophtalmi!a inferior 

    nervasi

    %. Palpebra

    +2omponen sensoris semua !abang 6.@

    +komponen motoris

     +6. @ menginervasi bag. Palpebra m. orbi!ularis o!uli

    +6. menginervasi m. levator palpebra superior 

    erabut simpatis menginervasi m. tarsalis superior 

    '. >ola mata

    24

  • 8/18/2019 Makalah MTHT - Pterygium

    25/39

    araf yang berjalan ke dalam !avum orbita7 6. , 6., 6.@, 6 @ saraf otonom

    araf yang berjalan keluar dari !avum orbita7 6. @%

    ".2. KLASI%IKASI MA+A MERAH

    %) 3ata merah visus normal

    3erah sebagian7+ ?piskleritis

    3erupakan reaksi radang jaringan ikat vaskular yang terletak anatara konjungtivadan

     permukaan sklera.?piskleritis umumnya mengenai satu mata dan terutama perempuan

    usia pertengahan dengan ba$aan penyakit rematik. 2eluhannya dapat berupa 7

    • mata terasa kering.

    • rasa sakit yang ringan.

    • 3engganjal.

    • konjungtiva yang kemotik.

    + kleritis

    kleritis adalah reaksi radang yang mempengaruhi bagian luar ber$arna putih yang

    melapisimata.Penyakit ini biasanya disebabkan kelainan atau penyakit sistemik.

    ;ejala7

    %. 2emerahan pada sklera dan konjungtiva.

    '. 0erdapat perasaan sakit yang berat yang dapat menyebar ke dahi, alis dan dagu

    yang kadang membangunkan se$aktu tidur akibat sakitnya yang sering kambuh.

    . "otofobia.

    . 3ata berair.

    25

  • 8/18/2019 Makalah MTHT - Pterygium

    26/39

    &. Penglihatan menurun

    + Perdarahan subkonjungtiva

    =ematoma subkonjungtiva dapat terjadi pada keadaan dimana pembuluh darah rapuh

    (hipertensi, arteriosklerosis, konjungtivitis hemoragik, anemia, pemakaian

    antikoagulan dan batuk rejan). 0anda dari hematoma subkonjungtiva adalah mata

    merah bisa ke!il atau luas di seluruh konjungtiva pasien, $arna merah lama+lama

     berubah jadi hitam seperti hematoma umumnya, dan tidak sakit.

    + Pterigium

    Pterigium merupakan suatu pertumbuhan fibrovaskular konjungtiva yang bersifat

    degeneratif dan invasif. Pertumbuhan ini biasanya terletak pada !elak kelopak bagiannasal ataupun temporal konjungtiva yang meluas ke kornea. Pteregium berbentuk 

    segitiga dengan pun!ak di bagian sentral atau di daerah kornea. Pterigium mudah

    mengalami peradangan dan bila terjadi iritasi, maka bagian pterigium akan ber$arna

    merah. pterigium dapat mengenai kedua mata. Pterigium disebabkan iritasi kronis

    akibat debu, !ahaya sinar matahari (8@), dan udara yang panas. Pterigium akan

    memberikan keluhan mata iritatif dan merah dan berair.

    + Pinguekulitis

    Pinguekulitis merupakan benjolan pada konjungtiva bulbi yang ditemukan pada orang

    tua, terutama yang matanya sering mendapat rangsangan sinar matahari, debu, dan

    angin panas. etak ber!ak ini pada !elah kelopak mta terutama di bagian nasal.

    Pinguekula iritans ini merupakan degenerasi hialin jaringan submukosa

    konjungtiva.Pembuluh darah tidak masuk ke dalam pinguekula, tetapi bila meradang

    atau terjadi iritasi maka sekitar ber!ak degenerasi ini akan terlihat pembuluh darah

    yang melebar.+ 2onjungtivitis flikten

    2onjungtivitis flikten merupakan konjungtivitis nodular yang disebabkan alergi

    terhadap bakteri atau antigen tertentu. 2onjungtivitis flikten disebabkan oleh karena

    alergi (hipersensitivitas tipe @) terhadap tuberkuloprotein, stafilokok,

    limfogranuloma venerea, leismaniasis, infeksi parasit, dan infeksi di tempat lain

    dalam tubuh. ;ejala konjungtivitis flikten adalah mata berair, iritasi dengan rasa

    26

  • 8/18/2019 Makalah MTHT - Pterygium

    27/39

    sakit, fotofobia dapat ringan hingga berat. >ila kornea ikut terkena selain dari pada

    rasa sakit, pasien juga akan merasa silau disertai blefarospasme.

    3erah menyeluruh7

    + 2onjungtivitis

    2onjungtivitis adalah peradangan pada konjungtiva, biasanya terdiri dari hyperemia

    konjungtiva disertai dengan pengeluaran se!ret. 2onjun!tivitis dapat disebabkan

     bakteri, virus, klamidia, alergi toksik, dan mollus!um !ontagiosum.

    ') 3ata merah visus turun

    + 2eratitis

    2eratitis adalah radang kornea yang biasanya diklasifikasikan dalam lapis kornea

    yang terkena, seperti keratitis superfisialis dalam interstisial atau profunda. 2eratitis

    dapat disebabkan oleh berbagai hal seperti kurangnya air mata, kera!unan obat, reaksi

    alergi terhadap yang diberi topikal, dan reaksi terhadap konjungtivitis menahun.

    2eratitis akan memberikan gejala mata merah, rasa silau, dan merasa kelilipan.

    + 8lkus 2ornea

    8lserasi kornea dapat meluas ke dua arah yaitu melebar dan mendalam. 8lkus yang

    ke!il dan superfisial akan lebih !epat sembuh, kornea dapat jernih kembali.Pada ulkus

    yang menghan!urkan membran >o$man dan stroma, akan menimbulkan sikatriks

    kornea.;ejala subjektif sama seperti gejala keratitis. ;ejala objektif berupa injeksi

    siliar, hilangnya sebagaian jaringan kornea, dan adanya infiltrat. Pada kasus yang

    lebih beratdapat terjadi iritis disertai hipopion.

    + 8veitis

    5adang uvea dpat mengenai hanya bagian depan jaringan uvea atau iris dan keadaan

    ini disebut iritis. >ila mengenai bagian tengah uvea maka keadaan ini disebut siklitis.

    >iasanya iritis akan disertai dengan siklitis yang disebut sebagai uveitis anterior/

    iridosiklitis. 8veitis anterior akut ada yg granulomatosa dan nongranulomatosa.

    8veitis anterior akut granulomatosa terjadi akibat sarkoiditis, sifilis, tuberkulosos,

    virus, jamur (histoplasmosis), atau parasit (tooplasmosis). 8veitis anterior akut

    nongranulomatosa disebabkan karena trauma, diare kronis, penyakit 5eiter, herpes

    27

  • 8/18/2019 Makalah MTHT - Pterygium

    28/39

    simple, sindrom >e!het, sindrom Posner !hlosman, pas!abedah, infeksi

    adenovirus, parotitis, influenNa, dan klamidia. 2eluhan pasien dengan uveitis akut

    adalah mata sakit, merah, fotofobia, penglihatan turun ringan dengan mata berair, dan

    mata merah. 2eluhan sukar melihat dekat karena ikut meradangnya otot+otot

    akomodasi.

    + ;laukoma 1kut

    eseorang yang datang dalam fase serangan akut glaukoma memberi kesan

    sepertiorang yang sakit berat dan kelihatan payahM mereka diantar oleh orang lain atau

    dipapah. Penderita sendiri memegang kepalanya karena sakit, kadang+kadang pakai

    selimut. =al inilah yang mengelabui dokter umumM sering dikiranya seorang

     penderitadengan suatu penyakit sistemik.

    4alam anamnesis, keluarganya akan men!eritakan bah$a sudah sekian hari

     penderitatidak bisa bangun, sakit kepala dan terus muntah+muntah, nyeri dirasakan di

    dalam dan di sekitar mata. Penglihantannya kabur sekali dan dilihatnya $arna pelangi

    disekitar lampu.Pada pemeriksaan, ditemukan kelopak mata bengkak, konjungtiva

     bulbi yang sangathiperemik (kongestif), injeksi siliar dan kornea yang suram. >ilik 

    mata depan dangkaldapat dibuktikan dengan memperhatikan bilik mata depan dari

    samping. Pupil tampak melebar, lonjong miring agak vertikal atau midriasis yang

    hampir total.

    + Panoftalmitis

    Panoftalmitis adalah peradangan seluruh bola mata termasuk sklera dan kapsul 0enon

    sehingga bola mata merupakan rongga abses. Panoftalmitis memberikan gejala

    kemunduran tajam penglihatan disertai rasa sakit, mata menonjol, edema kelopak,

    konjungtiva kemotik, kornea keruh, bilik mata dengan hipopion dan refle di dalam

    fundus dan okuli

    + ?ndoftalmitis

    28

  • 8/18/2019 Makalah MTHT - Pterygium

    29/39

    ?ndoftalmitis adalah peradangan berat yang terjadi pada seluruh jaringan intrao!ular,

    yang mengenai dua dinding bola mata, yaitu retina dan koroid tanpamelibatkan

    sklera dan kapsula tenon, yang biasanya terjadi akibat adanya infeksi.

    + Aftalmina simpatika

    3erupakan peradangan bilateral dengan penglihatan menurun dengan mata merah.

    >iasanya akibat trauma tembus atau bedah mata intraokular. 0anda dini adalah

    gangguan binokular akomodasi atau tanda radang ringan uvea anterior dan posterior.

    0anda yang terlihat pada oftalmina simpatika adalah mata sakit dan fotofobia pada

    kedua mata.J

    ".3. P+ER4&IUM

    De5inisi

    Pterygium merupakan suatu pertumbuhan fibrovaskular konjungtiva yang bersifat

    degeneratif dan invasif. Pertumbuhan ini biasanya terletak pada !elah kelopak bagian nasal

    ataupun temporal konjungtiva yang meluas ke daerah kornea. Pterygium berbentuk segitiga

    dengan pun!ak di bagian sentral atau di daerah kornea. Pterigium mudah meradang dan bila

    terjadi iritasi, maka bagian pterygium akan ber$arna merah%*

    Etiolo(i dan %a$to# Risi$o

    =ingga saat ini etiologi pasti pterygium masih belum diketahui se!ara pasti. >eberapa

    faktor resiko pterygium antara lain adalah paparan ultraviolet, mikro trauma kronis pada mata,

    infeksi mikroba atau virus. elain itu beberapa kondisi kekurangan fungsi lakrimal film baik 

    se!ara kuantitas maupun kualitas, konjungtivitis kronis dan defisiensi vitamin 1 juga berpotensi

    menimbulkan pterygium. elain itu ada juga yang mengatakan bah$a etiologi pterygium

    merupakan suatu fenomena iritatif akibat pengeringan dan lingkungan dengan banyak angin

    karena sering terdapat pada orang yang sebagian besar hidupnya berada di lingkungan yang

     berangin, penuh sinar matahari, berdebu dan berpasir. >eberapa kasus dilaporkan sekelompok 

    29

  • 8/18/2019 Makalah MTHT - Pterygium

    30/39

    anggota keluarga dengan pterygium dan berdasarkan penelitian menunjukkan ri$ayat keluarga

    dengan pterygium, kemungkinan diturunkan autosom dominan.

    0erdapat banyak perdebatan mengenai etiologi atau penyebab pterygium. 4isebutkan

     bah$a radiasi sinar 8ltra violet > sebagai salah satu penyebabnya. inar 8@+> merupakan sinar 

    yang dapat menyebabkan mutasi pada gen suppressor tumor p& pada sel+sel benih embrional di

     basal limbus kornea. 0anpa adanya apoptosis (program kematian sel), perubahan pertumbuhan

    faktor >eta akan menjadi berlebihan dan menyebabkan pengaturan berlebihan pula pada sistem

    kolagenase, migrasi seluler dan angiogenesis. Perubahan patologis tersebut termasuk juga

    degenerasi elastoid kolagen dan timbulnya jaringan fibrovesikular, seringkali disertai dengan

    inflamasi. apisan epitel dapat saja normal, menebal atau menipis dan biasanya menunjukkan

    dysplasia. '

    0erdapat teori bah$a mikrotrauma oleh pasir, debu, angin, inflamasi, bahan iritan lainnya

    atau kekeringan juga berfungsi sebagai faktor resiko pterygium. Arang yang banyak 

    menghabiskan $aktunya dengan melakukan aktivitas di luar ruangan lebih sering mengalami

     pterygium dan pinguekula dibandingkan dengan orang yang melakukan aktivitas di dalam

    ruangan. 2elompok masyarakat yang sering terkena pterygium adalah petani, nelayan atau

    olahraga$an (golf) dan tukang kebun. 2ebanyakan timbulnya pterygium memang multifaktorial

    dan termasuk kemungkinan adanya keturunan (faktor herediter).

    Pterygium banyak terdapat di nasal daripada temporal. Penyebab dominannya pterygium

    terdapat di bagian nasal juga belum jelas diketahui namun kemungkinan disebabkan

    meningkatnya kerusakan akibat sinar ultra violet di area tersebut. ebuah penelitian

    menyebutkan bah$a kornea sendiri dapat bekerja seperti lensa menyamping (side+on) yang dapat

    memfokuskan sinar ultra violet ke area nasal tersebut.

    0eori lainnya menyebutkan bah$a pterygium memiliki bentuk yang menyerupai tumor.

    2arakteristik ini disebabkan karena adanya kekambuhan setelah dilakukannya reseksi dan jenis

    terapi yang diikuti selanjutnya (radiasi, antimetabolit). ;en p& yang merupakan penanda

    neoplasia dan apoptosis ditemukan pada pterygium. Peningkatan ini merupakan kelainan

     pertumbuhan yang menga!u pada proliferasi sel yang tidak terkontrol daripada kelainan

    degeneratif. -

    30

  • 8/18/2019 Makalah MTHT - Pterygium

    31/39

    %. Paparan sinar matahari (8@)

    Paparan sinar matahari merupakan faktor yang penting dalam perkembangan terjadinya

     pterigium. =al ini menjelaskan mengapa insidennya sangat tinggi pada populasi yang berada

     pada daerah dekat e#uator dan pada orang Corang yang menghabiskan banyak $aktu di

    lapangan.

    '. ritasi kronik dari lingkungan (udara, angin, debu)

    "aktor lainnya yang berperan dalam terbentuknya pterigium adalah alergen, bahan kimia

     berbahaya, dan bahan iritan (angin, debu, polutan). 8@+> merupakan mutagenik untuk p&

    tumor supressor gen pada stem sel limbal. 0anpa apoptosis, transforming gro$th fa!tor+beta over 

     produksi dan memi!u terjadinya peningkatan kolagenasi, migrasi seluler, dan angiogenesis.

    elanjutnya perubahan patologis yang terjadi adalah degenerasi elastoid kolagen dan timbulnya

     jaringan fibrovaskuler subepitelial. 2ornea menunjukkan destruksi membran >o$man akibat

     pertumbuhan jaringan fibrovaskuler.

    %a$to# #isi$o 6an( mem!en(a#ui anta#a lain

    ". )sia

    Prevalensi pterygium meningkat dengan pertambahan usia banyak ditemui pada usia de$asa

    tetapi dapat juga ditemui pada usia anak+anak. 0an berpendapat pterygium terbanyak pada usia

    dekade dua dan tiga.

    %.  Pekerjaan

    Pertumbuhan pterygium berhubungan dengan paparan yang sering dengan sinar 8@.

    '. empat tinggal 

    ;ambaran yang paling men!olok dari pterygium adalah distribusi geografisnya. 4istribusi ini

    meliputi seluruh dunia tapi banyak survei yang dilakukan setengah abad terakhir menunjukkan

     bah$a negara di khatulisti$a memiliki angka kejadian pterygium yang lebih tinggi. urvei lain

     juga menyatakan orang yang menghabiskan & tahun pertama kehidupannya pada garis lintang

    31

  • 8/18/2019 Makalah MTHT - Pterygium

    32/39

    kurang dari ** memiliki risiko penderita pterygium < kali lebih besar dibandingkan daerah

    yang lebih selatan.

    *. Jenis kelamin

    0idak terdapat perbedaan risiko antara laki+laki dan perempuan.

    +. ,erediter 

    Pterygium diperengaruhi faktor herediter yang diturunkan se!ara autosomal dominan.

    . Infeksi

    =uman Papiloma @irus (=P@) dinyatakan sebagai faktor penyebab pterygium.

    . /aktor risiko lainn!a

    2elembaban yang rendah dan mikrotrauma karena partikel+partikel tertentu seperti asap rokok,

     pasir merupakan salah satu faktor risiko terjadinya pterygium

    &eala

    Pterygium dapat ditemukan dalam berbagai bentuk. Pterygium dapat hanya terdiri atas sedikit

    vaskular dan tidak ada tanda+tanda pertumbuhan. Pterygium dapat aktif dengan tanda+tanda

    hiperemia serta dapat tumbuh dengan !epat.

    Pasien yang mengalami pterygium dapat tidak menunjukkan gejala apapun (asimptomatik).

    2ebanyakan gejala ditemukan saat pemeriksaan berupa iritasi, perubahan tajam penglihatan,

    sensasi adanya benda asing atau fotofobia. Penurunan tajam penglihatan dapat timbul bila

     pterygium menyeberang ais visual atau menyebabkan meningkatnya astigmatisme. ?fek 

    lanjutnya yang disebabkan membesarnya ukuran lesi menyebabkan terjadinya diplopia yang

     biasanya timbul pada sisi lateral. ?fek ini akan timbul lebih sering pada lesi+lesi rekuren

    (kambuhan) dengan pembentukan jaringan parut.

    32

  • 8/18/2019 Makalah MTHT - Pterygium

    33/39

     

    Pterygium memiliki tiga bagian 7

    a. >agian kepala atau !ap, biasanya datar, terdiri atas Nona abu+abu pada kornea yang

    kebanyakan terdiri atas fibroblast. 1rea ini menginvasi dan menghan!urkan lapisan >o$man

     pada kornea. ;aris Nat besi (iron line/to!kerQs line) dapat dilihat pada bagian anterior kepala.

    1rea ini juga merupakan area kornea yang kering.

     b. >again $hitish. 0erletak langsung setelah !ap. 3erupakan sebuah lapisan vesikuler tipis yang

    menginvasi kornea seperti halnya kepala.

    !. >agian badan atau ekor. 3erupakan bagian yang mobile (dapat bergerak), lembut, merupakan

    area vesikuler pada konjungtiva bulbi dan merupakan area paling ujung. >adan ini menjadi tanda

    khas yang paling penting untuk dilakukannya koreksi pembedahan'

    Klasi5i$asi Pte#6(ium

    Pterygium dapat dibagi ke dalam beberapa klasifikasi berdasarkan tipe, stadium, progresifitasnya

    dan berdasarkan terlihatnya pembuluh darah episklera , yaitu7

    %. >erdasarkan 0ipenya pterygium dibagi atas 7

    + 0ipe 7 Pterygium ke!il, dimana lesi hanya terbatas pada limbus atau menginvasi kornea pada

    tepinya saja. esi meluas R ' mm dari kornea. 0tocker1s line atau deposit besi dapat dijumpai

    33

  • 8/18/2019 Makalah MTHT - Pterygium

    34/39

     pada epitel kornea dan kepala pterygium. esi sering asimptomatis, meskipun sering mengalami

    inflamasi ringan. Pasien yang memakai lensa kontak dapat mengalami keluhan lebih !epat.+  0ipe 7 di sebut juga pterygium tipe primer advan!ed atau ptrerigium rekuren tanpa

    keterlibatan Nona optik. Pada tubuh pterygium sering nampak kapiler+kapiler yang membesar.

    esi menutupi kornea sampai mm, dapat primer atau rekuren setelah operasi, berpengaruh

    dengan tear film dan menimbulkan astigmat.

    +  0ipe 7 Pterygium primer atau rekuren dengan keterlibatan Nona optik. 3erupakan bentuk 

     pterygium yang paling berat. 2eterlibatan Nona optik membedakan tipe ini dengan yang lain.

    esi mengenai kornea I mm dan mengganggu aksis visual. esi yang luas khususnya pada

    kasus rekuren dapat berhubungan dengan fibrosis subkonjungtiva yang meluas ke forniks dan

     biasanya menyebabkan gangguan pergerakan bola mata serta kebutaan

    '. >erdasarkan stadium pterygium dibagi ke dalam stadium yaitu7tadium 7 jika pterygium hanya terbatas pada limbus kornea

    tadium 7 jika pterygium sudah mele$ati limbus dan belum men!apai pupil, tidak lebih

    dari ' mm mele$ati kornea.tadium 7 jika pterygium sudah melebihi stadium tetapi tidak melebihi pinggiran pupil

    mata dalam keadaan !ahaya normal (diameter pupil sekitar +

    mm).

    tadium @ 7 jika pertumbuhan pterygium sudah mele$ati pupil sehingga mengganggu

     penglihatan.

    . >erdasarkan lokasi pterygium dapat dibagi menjadi7

    + Pterygium impleks, jika terjadi hanya di nasal/ temporal saja.

    + Pterygium 4upleks, jika terjadi di nasal dan temporal.

    . >erdasarkan perjalanan penyakitnya, pterygium dibagi menjadi ' yaitu7

    + Pterygium progresif 7 tebal dan vaskular dengan beberapa infiltrat di kornea di depan kepala

     pterygium (disebut cap dari pterygium)

    + Pterygium regresif 7 tipis, atrofi, sedikit vaskular. 1khirnya menjadi bentuk membran, tetapi

    tidak pernah hilang.34

  • 8/18/2019 Makalah MTHT - Pterygium

    35/39

    &. >erdasarkan terlihatnya pembuluh darah episklera di pterygium dan harus diperiksa dengan

     slit lamp pterygium dibagi yaitu7

    + 0% (atrofi) 7 pembuluh darah episkleral jelas terlihat

    + 0' (intermediet) 7 pembuluh darah episkleral sebagian terlihat

    + 0 ( flesh!2 opa3ue) 7 pembuluh darah tidak jelas'

    Peme#i$saan Dalam Pene(a$an Dia(nosis

    1. Anamnesis

    Pasien dengan pterigium datang dengan keluhan yang berma!am, mulai dari tak ada. ;ejala

    hingga keluhan seperti mata kemerahan, membengkak, gatal, iritasi, pandangan kabur yang

     berhubungan dengan lesi yang meninggi pada satu atau kedua mata

    2. Peme#i$saan %isi$ 

    Pterigium mun!ul dengan perubahan fibrovaskular yang beragam pada permukaan konjungtiva

    dan kornea. ebih sering mun!ul dari daerah konjungtiva nasal dan meluas hingga ke kornea

    nasal, $alaupun bisa juga bisa dari lokasi lain misal temporal. 0ampilan klinis bisa dibedakan

    menjadi dua kategori umum, yaitu7

    + Pasien dengan proliferasi minimal dan tampilan atrofik. Pterigia pada grup ini tampak lebih

    datar dan tumbuh lambat dan memiliki insidensi kekambuhan yang lebih rendah setelah dieksisi.

    + ;rup kedua datang dengan ri$ayat pertumbuhan !epat dan komponen fibrovaskular yang

    meninggi se!ara signifikan. Pterigium pada grup ini memiliki tingkat kekambuhan yang tinggi

    setelah dieksisi.

    %

    +e#a!i

    Pterygium sering bersifat rekuren, terutama pada pasien yang masih muda. >ila pterygium

    meradang dapat diberikan steroid atau suatu tetes mata dekongestan. Pengobatan pterygium

    35

  • 8/18/2019 Makalah MTHT - Pterygium

    36/39

    adalah dengan sikap konservatif atau dilakukan pembedahan bila terjadi gangguan penglihatan

    akibat terjadinya astigmatisme ireguler atau pterygium yang telah menutupi media penglihatan.

    indungi mata dengan pterygium dari sinar matahari, debu dan udara kering dengan ka!amata

     pelindung. >ila terdapat tanda radang berikan air mata buatan dan bila perlu dapat diberi steroid.

    >ila terdapat delen (lekukan kornea) beri air mata buatan dalam bentuk salep. >ila diberi

    vasokontriktor maka perlu kontrol ' minggu dan bila terdapat perbaikkan maka pengobatan

    dihentikan.

    +inda$an O!e#ati5 

    0indakan pembedahan adalah suatu tindak bedah plastik yang dilakukan bila pterygium telah

    mengganggu penglihatan. Pterygium dapat tumbuh menutupi seluruh permukaan kornea atau

     bola mata.

    0indakan operasi, biasanya bedah kosmetik, akan dilakukan untuk mengangkat pterygium yang

    membesar ini apabila mengganggu fungsi penglihatan atau se!ara tetap meradang dan teriritasi.

    Paska operasi biasanya akan diberikan terapi lanjut seperti penggunaan sinar radiasi > atau terapi

    lainnya.

    ndikasi Aperasi 3!5eynold

    %. Pterigium telah memasuki kornea lebih dari mm.

    '. Pertumbuhan yang progresif, terutama pterigium jenis

    vas!ular.

    . 3ata terasa mengganjal.

    . @isus menurun, terus berair.

    &. 3ata merah sekali.

  • 8/18/2019 Makalah MTHT - Pterygium

    37/39

    9enis Aperasi pada Pterygium antara lain 7

    • >are !lera7 tidak ada jahitan atau menggunakan benang absorbable untuk melekatkan

    konjungtiva pada sklera superfisial di depan insersi tendon rektus, meninggalkan area

    sklera yang terbuka. (teknik ini menghasilkan tingkat rekurensi *H C &*H).

    • imple Blosure 7 tepi bebas dari konjungtiva dilindungi (efektif jika defek konjungtiva

    sangat ke!il)

    • liding flap 7 insisi +shaped dilakukan pada luka sehingga flap konjungtiva langsung

    menutup luka tersebut.

    • 5otational flap 7 insisi 8+shaped dibuat membuat ujung konjungtiva berotasi pada luka.

    • Bonjun!tival graft7 graft bebas, biasanya dari konjungtiva bulbar superior dieksisi sesuai

    ukuran luka dan dipindahkan kemudian dijahit.

    BAB 0

    KESIMPULAN

    37

  • 8/18/2019 Makalah MTHT - Pterygium

    38/39

    >erdasarkan anamnesis, pemeriksaan fisik, pemeriksaan opthalmologi, dan status lokalis dapat

    disimpulkan bah$a 0n. 1bi menderita pterigium derajat okuli detra dengan astigmatisme dan

     pterigium derajat % okuli sinistra. Pterigium pada mata kanan 0n 1bi sudah memenuhi indikasi

    operasi sebab telah terjadi gangguan penglihatan berupa astigmatisma akibat penarikan kornea

    oleh pterigium. 1kan tetapi karena pterigium memiliki tingkat rekurensi yang !ukup tinggi

    terutama pada pasien dengan fa!tor resiko seperti 0n. 1bi, maka apabila 0n. 1bi menolak 

    melakukan tindakan operasi bisa diberikan alternatif lain seperti, pemberian ka!amata koreksi

    dan air mata buatan, serta dilakukan follo$ up agar dapat diambil tindakan segera apabila terjadi

     peningkatan progresivitas terhadap fungsi penglihatan 0n. 1bi dan yang terpenting adalah

    mengurangi fa!tor resiko dengan !ara melindungi mata dari paparan sinar 8@, debu, angin, dll

    dengan menggunakan helm dan ka!amata pelindung terutama saat bekerja.BAB 0I

    DA%+AR PUS+AKA

    %. asNuarni. Prevalensi Pterygium di 2abupaten angkat. 0esis 4okter pesialis 3ata.

    4epartemen lmu 2esehatan 3ata "akultas 2edokteran 8niversitas umatera 8taraM '**-.

    '. 1nonim. Pedoman 4iagnosis dan 0erapi. >ag/3" lmu Penyakit 3ata. ?disi . urabaya7

    Penerbit 1irlanggaM '**

  • 8/18/2019 Makalah MTHT - Pterygium

    39/39

    J. Sidyasari 9. 2lasifikasi 3ata 3erah. 1vailable at7

    http7//$$$.s!ribd.!om/jessie$idyasari/d/adan Penerbit "28M '*%%. p %J*+%

    http://www.eyewiki.aao.org/Pterygiumhttp://www.eyewiki.aao.org/Pterygium