Seminar 4 MTHT (Kel 1)

30
TELINGA BUDI BERAIR Kelompok 1

Transcript of Seminar 4 MTHT (Kel 1)

Page 1: Seminar 4 MTHT (Kel 1)

TELINGA BUDI BERAIRKelompok 1

Page 2: Seminar 4 MTHT (Kel 1)

Anggota

Adrianus S DIndira WulandariSalvia MeiraniAnggara Aprinata WSoraya OlyfiaAudria M. WirantiCitra Arum Rezky OFadli ArdiansyahHarry JuliansKumala Anastasya WKurnia Popy Rahmawati

03020080270302009120030200922003020100300302010258030201105003020110610302011093030201112303020111600302011161

Page 3: Seminar 4 MTHT (Kel 1)

Laporan Kasus

Budi kelas 6 SD mengeluh kedua telinganya sering keluar cairan sehabis berenang atau saat batuk pilek. Menurut orang tuanya akhir-akhir ini kalau diajak bicara sering minta diulangi perkataanya

Page 4: Seminar 4 MTHT (Kel 1)

Mind Map

BudiKelas 6 SD

Sering Batuk Pilek

Sering Berenang

Otore dan gang.

pendengaran

OMSKOMA

Page 5: Seminar 4 MTHT (Kel 1)

Terminologi

Otore (otorrhea)Keluarnya cairan dari liang telingaGangguan pendengaran

Ketidakmampuan seseorang untuk mendengar suara atau kurang mendengar suara.

Page 6: Seminar 4 MTHT (Kel 1)

Anatomi, histologi, dan fisiologi

Page 7: Seminar 4 MTHT (Kel 1)

Anatomi Telinga

Page 8: Seminar 4 MTHT (Kel 1)

Proses Pendengaran

Page 9: Seminar 4 MTHT (Kel 1)

Anamnesis

Berapa lama telinga budi mengeluarkan cairan?

Sudah berapa lama sering minta mengulangi perkataan?

Berapa kali dalam sebulan mengalami batuk pilek?

Seberapa sering budi berenang? Apakah ada rasa nyeri? Obat atau penanganan apa yang telah

diberikan?

Page 10: Seminar 4 MTHT (Kel 1)

Pemeriksaan Fisik

Tanda Vital1. Umur2. Tinggi dan berat badan3. Tekanan darah dan nadi4. Suhu tubuh

Page 11: Seminar 4 MTHT (Kel 1)

Telinga1. Inspeksi

Melihat keadaan dan bentuk daun telinga, daerah belakang daun telinga (retro-aurikuler) untuk mencari tanda radang ataupun kelainan kongenital2. Palpasi

Menarik daun telinga ke atas dan ke belakang,liang telinga menjadi lurus dan akan untuk melihat keadaan liang telinga dan membran timpani3. Otoskopi

Menggunakan alat bernama otoskop, dan digunakan untuk melihat ke dalam liang telinga serta melihat kondisi membran timpani. Membran timpani normal berbentuk cekung dan mengkilat

Page 12: Seminar 4 MTHT (Kel 1)

4. Fungsi Telinga

Pemeriksaan

Normal Konduktif Sensorineural

Rinne AC > BC(+)

BC > AC(-)

AC>BC(+)

Webber Lateralisasi (-)

Lateralisasi ke telinga yang sakit

Lateralisasi ke telinga yang sehat

Schwabach Sama dengan pemeriksa

memanjang memendek

Page 13: Seminar 4 MTHT (Kel 1)

Pemeriksaan Penunjang1. Audiometri

Pemeriksaan untuk menentukan jenis dan derajat ketulian (gangguan dengar).Dengan pemeriksaan ini dapat ditentukan jenis ketulian apakah :•Tuli Konduktif•Tuli Saraf (Sensorineural)Penulisan audiometri •NormalAC dan BC berimpit < 25 db•Tuli konduktifBC < 25 db , AC > 25 db antara AC dan BC ada gap•Tuli sensorineuralAC dan BC > 25 db, AC dan BC berimpit•Tuli campur BC > 25 db, AC > 25 db antara AC dan BC ada gap

Page 14: Seminar 4 MTHT (Kel 1)

Hipotesis

Page 15: Seminar 4 MTHT (Kel 1)

Hipotesis Otitis Media Akut Otitis Media Surpuratif Kronik

Definisi Peradangan telinga tengah dengan gejala dan tanda-tanda yang bersifat cepat dan singkat.

Stadium lanjut dari penyakit telinga tengah dimana terjadi peradangan kronis dari telinga tengah dan mastoid

Gejala •Nyeri pada telinga•Demam•Riwayat sering batuk pilek

•Membrana timpani tidak intak (perforasi)•Adanya otore yang terkadang bersifat purulen dan hilang timbul

Etiologi •BakteriPiogenik, Streptococcus pneumoniae (40%), Haemophilus influenzae (25-30%), dan Moraxella catarhalis (10-15%)•Virusrespiratory syncytial virus (RSV), influenza virus, atau adenovirus.

•Otitis media sebelumnya •Infeksi •Infeksi saluran napas atas•Gangguan fungsi tuba eustachius

Page 16: Seminar 4 MTHT (Kel 1)

Hubungan OMA dan OMSK

OMA dengan perforasi membran timpani menjadi OMSK apabila prosesnya sudah lebih dari 2 bulan. Bila proses infeksi kurang dari 2 bulan, disebut otitis media subakut.Beberapa faktor yang menyebabkan OMA

menjadi OMSK ialah terapi yang terlambat diberikan, terapi yang tidak adekuat, virulensi tinggi, daya tahan tubuh pasien rendah, atau higiene buruk.

Page 17: Seminar 4 MTHT (Kel 1)
Page 18: Seminar 4 MTHT (Kel 1)

Patogenesis OMA-OME-OMSK

Gangagun pada tuba

Etiologi :•Perubahan tekanan udara tiba-tiba•Alergi•Infeksi•Sumbatan

Tekanan negatif telinga tengah

Efusi

OMA

OMSKSembuh OME

Page 19: Seminar 4 MTHT (Kel 1)

Otitis media akut

Page 20: Seminar 4 MTHT (Kel 1)

Klasifikasi OMASTADIUM OKLUSI TUBA EUSTACHIUSTERDAPAT GAMBARAN RETRAKSI MEMBRAN TIMPANI, WARNA MEMBRAN TIMPANI SURAM DENGAN REFLEX CAHAYA TIDAK TERLIHAT

STADIUM HIPEREMIS MEMBRAN TIMPANI TAMPAK HIPEREMIS SERTA EDEMA.

Page 21: Seminar 4 MTHT (Kel 1)

STADIUM SUPURASIMEMBRAN TIMPANI MENONJOL KE ARAH LUAR (BULGING) BERWARNA KEKUNINGAN.

STADIUM PERFORASI TERJADI RUPTUR MEMBRAN TIMPANI DAN NANAH KELUAR MENGALIR DARI TELINGA TENGAH KE LIANG TELINGA LUAR

Page 22: Seminar 4 MTHT (Kel 1)

Stadium ResolusiStadium resolusi ditandai oleh membran timpani berangsur normal hingga perforasi membran timpani menutup kembali dan sekret purulen tidak ada lagi. Stadium ini berlangsung jika membran timpani masih utuh, daya tahan tubuh baik, dan virulensi kuman rendah.Stadium ini didahului oleh sekret yang berkurang sampai mengering.

Page 23: Seminar 4 MTHT (Kel 1)

Otitis media supuratif kronis

Page 24: Seminar 4 MTHT (Kel 1)

Klasifikasi OMSK

TIPE TUBOTIMPANI (TIPE JINAK/TIPE AMAN/TIPE RINOGEN)

TIPE ATIKOANTRAL (TIPE GANAS/TIPE TIDAK AMAN/TIPE TULANG)

Proses peradangan pada OMSK tipe tubotimpani hanya terbatas pada mukosa saja dan biasanya tidak mengenai tulang. Tipe tubotimpani ditandai oleh adanya perforasi sentral atau pars tensa dan gejala klinik yang bervariasi dari luas dan keparahan penyakit. Beberapa faktor lain yang mempengaruhi keadaan ini terutama patensi tuba eustakhius, infeksi saluran nafas atas, pertahanan mukosa terhadap infeksi yang gagal pada pasien dengan daya tahan tubuh yang rendah. Disamping itu campuran bakteri aerob dan anaerob, luas dan derajat perubahan mukosa, serta migrasi sekunder dari epitel skuamosa juga berperan dalam perkembangan tipe ini. Sekret mukoid kronik berhubungan dengan hiperplasia goblet sel, metaplasia dari mukosa telinga tengah pada tipe respirasi dan mukosiliar yang jelek.

Pada tipe ini ditemukan adanya kolesteatom dan berbahaya. Perforasi tipe ini letaknya marginal atau di atik yang lebih sering mengenai pars flaksida. Karakteristik utama dari tipe ini adalah terbentuknya kantong retraksi yang berisi tumpukan keratin sampai menghasilkan kolesteatom.

Kolesteatom adalah suatu massa amorf, konsistensi seperti mentega, berwarna putih, terdiri dari lapisan epitel bertatah yang telah mengalami nekrotik. Kolesteatom merupakan media yang baik untuk pertumbuhan kuman, yang paling sering adalah proteus dan pseudomonas. Hal ini akan memicu respon imun lokal sehingga akan mencetuskan pelepasan mediator inflamasi dan sitokin. Sitokin yang dapat ditemui dalam matrik kolesteatom adalah interleukin-1, interleukin-6, tumor necrosis factor-α, dan transforming growth factor. Zat-zat ini dapat menstimulasi sel-sel keratinosit matriks kolesteatom yang bersifat hiperproliferatif, destruktif, dan mampu berangiogenesis. Massa kolesteatom ini dapat menekan dan mendesak organ sekitarnya serta menimbulkan nekrosis terhadap tulang. Terjadinya proses nekrosis terhadap tulang diperhebat oleh reaksi asam oleh pembusukan bakteri

Page 25: Seminar 4 MTHT (Kel 1)

Penatalaksanaan

Non-Medikamentosa1. Jangan biarkan anak memasukan apapun

ke dalam telinganya2. Jika ingin berenang, gunakan earplug3. Ajari ibu untuk membersihkan cairan

yang keluar dengan tissue kering yang dilancipkan ujungnya dan jangan menggunakan cotton bud

Page 26: Seminar 4 MTHT (Kel 1)

Medikamentosa1. Stadium oklusi tuba

Berikan antibiotik selama 7 hari; Ampisilin 25 mg/KgBB 4x/hari atau Amoksisilin 10 mg/KgBB 3x/hariatau Eritromisin 10 mg/KgBB 4x/hari

Obat tetes hidung nasal dekongestan Antipiretik

Page 27: Seminar 4 MTHT (Kel 1)

2. Stadium hiperemisa. Berikan antibiotik selama 10 – 14 hari;

Ampisilin 25 mg/KgBB 4x/hari atau Amoksisilin 10 mg/KgBB 3x/hari atau Eritromisin 10 mg/KgBB 4x/hari

b. Obat tetes hidung nasal dekongestan max. 5 hari

c. Antipiretik, analgetik dan pengobatan simtomatis lainnya

Page 28: Seminar 4 MTHT (Kel 1)

3. Stadium supurasi Rawat Inap Berikan antibiotika ampisilin atau amoksisilin

dosis tinggi parenteral selama 3 hari. Apabila ada perbaikan dilanjutkan dengan pemberian antibiotik peroral selama 14 hari.

Bila tidak ada fasilitas perawatan segera rujuk ke dokter spesialis THT untuk dilakukan miringotomi.

4. Stadium perforasi Berikan antibiotik selama 14 hari Cairan telinga dibersihkan dengan obat cuci

telinga Solutio H2O2 3% dengan frekuensi 2 – 3 kali

Page 29: Seminar 4 MTHT (Kel 1)

Komplikasi

Intraktranial : Abses otak Abses subdural Abses epidural Meningitis

Ekstra kranial : Labirinitis

Page 30: Seminar 4 MTHT (Kel 1)

Prognosis

Vitam : ad bonamFungsionam : dubia ad bonam Sanationam : dubia ad bonam