Laporan Pendahuluan CA. Colon

25
LAPORAN PENDAHULUAN CA. COLON I. KONSEP DASAR A. DEFINISI Tumor adalah suatu benjolan atau struktur yang menempati area tertentu pada tubuh, dan merupakan neoplasma yang dapat bersifat jinak atau ganas (FKUI,2008 : 268). Sedangkan Kanker adalah suatu penyakit yang di tandai dengan pembagian sel yang tidak teratur dan kemampuan sel- sel ini untuk menyerang jaringan biologis lainnya, baik dengan pertumbuhan langsung di jaringan yang bersebelahan (invasi) atau dengan migrasi sel ke tempat yang jauh (metastasis). Pertumbuhan yang tidak teratur ini menyebabkan kerusakan DNA, menyebabkan mutasi di gen vital yang mengontrol pembagian sel dan fungsi lainnya (Gale, 2000 : 177). Kanker kolon adalah suatu bentuk keganasan dari masa abnormal / neoplasma yang muncul dari jaringan epithelial dari kolon. Kanker kolon/usus besar adalah tumbuhnya sel kanker yang ganas di dalam permukaan usus besar atau rektum. Kanker kolon adalah pertumbuhan sel yang bersifat ganas yang tumbuh pada kolon dan menginvasi jaringan sekitarnya( Brunner and Suddarth ,2001: 810 ) Dari beberapa pengertian di atas dapat di tarik kesimpulan bahwa kanker kolon adalah suatu pertumbuhan tumor yang bersifat ganas dan merusak sel DNA dan jaringan sehat di sekitar kolon (usus besar). B. ETIOLOGI

Transcript of Laporan Pendahuluan CA. Colon

Page 1: Laporan Pendahuluan CA. Colon

LAPORAN PENDAHULUAN

CA. COLON

I. KONSEP DASAR

A. DEFINISI

Tumor adalah suatu benjolan atau struktur yang menempati area tertentu pada tubuh,

dan merupakan neoplasma yang dapat bersifat jinak atau ganas (FKUI,2008 : 268).

Sedangkan Kanker adalah suatu penyakit yang di tandai dengan pembagian sel yang

tidak teratur dan kemampuan sel-sel ini untuk menyerang jaringan biologis lainnya, baik

dengan pertumbuhan langsung di jaringan yang bersebelahan (invasi) atau dengan migrasi

sel ke tempat yang jauh (metastasis). Pertumbuhan yang tidak teratur ini menyebabkan

kerusakan DNA, menyebabkan mutasi di gen vital yang mengontrol pembagian sel dan

fungsi lainnya (Gale, 2000 : 177).

Kanker kolon adalah suatu bentuk keganasan dari masa abnormal / neoplasma yang

muncul dari jaringan epithelial dari kolon. Kanker kolon/usus besar adalah tumbuhnya sel

kanker yang ganas di dalam permukaan usus besar atau rektum. Kanker kolon adalah

pertumbuhan sel yang bersifat ganas yang tumbuh pada kolon dan menginvasi jaringan

sekitarnya( Brunner and Suddarth ,2001: 810 )

Dari beberapa pengertian di atas dapat di tarik kesimpulan bahwa kanker kolon

adalah suatu pertumbuhan tumor yang bersifat ganas dan merusak sel DNA dan jaringan

sehat di sekitar kolon (usus besar).

B. ETIOLOGI

Penyebab dari kanker kolon antara lainnya :

1) Diet

Makanan yang mengandung zat kimia menyebabkan kanker pada usus besar.

Makanan tersebut juga mengurangi waktu peredaran pada perut, yang mempercepat

usus besar menyebabkan terjadinya kanker. Makanan yang tinggi lemak trutama lemak

hewan dari daging merah, menyebabkan sekresi asam dan bakteri anaerob,

menyebabkan timbulnya kanker di dalam usus besar.  Diet dengan karbohidrat murni

yang mengandung serat dalam jumlah yang banyak dapat mengurangi waktu peredaran

dlam usus besar. Beberapa kelommpok menyarankan diet yang mengandung sedikit

lemak hewan dan tinggi sayuran & buah-buahan (e.g Mormons, seventh Day

Adventists).

Makanan yang harus di hindari :

Page 2: Laporan Pendahuluan CA. Colon

Daging merah, lemak hewan, makanan berlemak, daging atau ikan goreng

panggang, karbohidrat yang di saring (example: sari yang di saring).

Makanan yang harus di konsumsi

Buah-buahan dan sayur-sayuran khususnya Craciferous Vegetables dari golongan

kubis (seperti brokoli, brussels sprouts), butir padi yang utuh, cairan cukup terutama

air.

2) Kelainan kolon

Adenoma di kolon : degenerasi maligna menjadi adenokarsinoma.

Familial poliposis : polip di usus mengalami degenerasi maligna karsinoma.

Kondisi ulserative : penderita colitis ulserativa menahun mempunyai risiko

terkena karsinoma kolon.

3)   Genetik

Anak yang berasal dari orangtua yang menderita karsinoma kolon mempunyai

frekuensi 3 ½ kali lebih banyak dari pada anak-anak yang orang tuanya sehat.

C.  PATOFISIOLOGI

1) Anatomi fisiologi kolon

Usus besar atau kolon adalah bagian usus antara usus buntu dan rektum. Fungsi

utama organ ini adalah menyerap air dari feses. Pada mamalia, kolon tediri dari

kolon menanjak (ascending), kolon melintang  transverse), kolon menurun

(descending), sigmoid, dan rektum.  Bagian kolon dari usus buntu hingga

pertengahan kolon melintng sering di sebut dengan “kolon kanan”, sedangkan

bagian sisanya serng di sebut dengan “kolon kiri” .

2) Perubhan patologi

Karsinoma kolon sebagian besar menghasilkan adenomatus polip. Biasanya tumor

ini tumbuh tidak terdeteksi sampai gejala-gejala muncul secara perlahan dan tampak

membahayakan.  Penyakit ini menyebar dalam beberapa metode. Tumor  mungkin

menyebar dalam tempat tertentu pada lapisan dalam di perut, mencapai serosa dan

mesenterikfat, kemudian umor ini mulai mendekat pada organ yang ada di

sekitarnya, kemudian meluas ke dalam lumen pada usus besar atau menyebar ke

limfa atau pada sistem sirkulasi. Sistem sirkulasi ini langsumg masuk dari tumor

utama melewati pembuluh darah pada usus besar melalui limfa, setelah sel tumor

masuk pada sistem sirkulasi, biasanya sel bergerak menuju liver. Tempat yang kedua

adalah tampat yang jauh kemudian metastase ke paru-paru.

Tempat metastase yang lain di antaranya :

Page 3: Laporan Pendahuluan CA. Colon

Kelenjar Adrenalin, Ginjal, Kulit, Tulang, Otak.

Penambahan untuk infeksi secara langsung dan menyebar melalui limfa dan

sistem sirkulasi, tumor kolon juga dapat menyebar pada bagian peritonial

sebelum pembedahan tumor di lakukan. Penyebaran terjadi ketika tumor di

hilangkan dan sel kanker dari tumor pecah menuju ke rongga peritonial.

D.    KLASIFIKASI

Klasifikasi kanker kolon menurut modifikasi DUKES adalah sebagai berikut:

A: Kanker hanya terbatas pada mukosa dan belum ada metastasis.

B1: kanker telah meinfiltrasi lapisan muskularis mukosa.

B2: kanker telah menembus lapisan muskularis sampai lapisan propria.

C1 : kanker telah mengadakan metastasis ke kelenjar getah bening sebanyak satu

sampai empat buah

C2 : kanker telah mengadakan metastasis ke kelenjar getah bening lebih dari lima

buah.

D : kanker telah mengadakan metastasis regional tahap lanjut dan penyebaran yang

luas dan tidak dapat di operasi lagi.

E.   KOMPLIKASI

Komplikasi terjadi sehubungan dengan bertambahnya pertumbuhan pada

lokasi tumor atau melalui penyebaran metastase yang termasuk :

·                Perforasi usus besar yang di sebabkan peritonitis

·                Pembentukn abses

Biasanya tumor menyerang pembuluh darah dan sekitarnya yang

menyebabkan perdarahan. Tumor tumbuh kedalam usus besar secara berangsur-angsur

membantu usus besar dan pada akhirnya tidak bisa sama sekali. Perluasan tumor

melebihi perut dan mungkin menekan pada organ yang berada di sekitarnya (uterus,

urinary bladder, dan ureter) dan penyebab gejala-gejala tersebut tertutupi oleh kanker.

F.   MANIFESTASI KLINIS KANKER KOLON

Gejala sangat di tentukan oleh lokasi kanker, tahap penyakit, dan fungsi segmen usus

tempat kanker berlokasi. Adanya perubahan dalam defekasi, darah pada feses, konstipasi,

perubahan dalam penampilan feses, tenesmus, anemia dan perdarahan rectal merupakan

keluhan yang umum terjadi.

1.   Kanker kolon kanan

Isi kolon berupa cairan, cenderung teteap tersamar hingga stadium lanjut.

Sedikit kecenderungan menimbulkan obstruksi, karena lumen usus besar dan feses

Page 4: Laporan Pendahuluan CA. Colon

masih encer. Anemia akibat perdarahan sering terjadi, dan darah bersifat samar dan

hanya dapat dideteksi dengan tes Guaiak (suatu tes sederhana yang dapat di lakukan

di klinik). Mucus jarang terlihat, karena tercampur dalam feses. Pada orang yang

kurus, tumor kolon kanan mungkin dapat teraba, tetapi jarang pada stadium awal.

Penderita mungkin mengalami perasaan tidak enak pada abdomen, dan kadang-

kadang pada epigatrium.

2.   Kanker kolon kiri dan rectum

Cenderung menyebabkan perubahan defekasi sebagai akibat iritasi

dan respon refleks. Diare, nyeri kejang, dan kembung sering terjadi. Karena lesi

kolon kiri cenderung melingkar, sering timbul gangguan obstruksi. Feses bisa kecil

dan berbentuk pita. Baik mucus maupun darah segar sering terihat pada feses. Dapat

terjadi anemia karena kehilangan darah kronik. Pertumbuhan pada sigmoid atau

rectum dapat mengenairadiks saraf, pembuluh limfe atau vena, menimbulkan gejala-

gejala pada tungkai atau perineum. Hemoroid, nyeri pinggang bawah, keinginan

defekasi atau sering berkemih dapat timbul sebagai akibat tekanan pada alat-alat

tersebut. Gejala yang mungkin dapat timbul pada lesi rectal adalah evakuasi feses

yang tidak lengkapsetelah defekasi, konstipasi dan diare bergantian, serta feses

berdarah.

G.  STADIUM KLINIS

Tabel : stadium pada ca. Kolon yang di temukan dengan system TMN

STADIUM TINGKAT PENYEBARAN

TIS Carsinoma in situ

T1 Belum mengenai otot dinding, polipoid/papiler

T2 Sudah mengenai otot dinding

T3 Semua lapis dinding terkena, penyebaran ke sekitar

T4 Sama dengan T3 dengan fistula

N Limfonodus terkena

M Ada metastasis

H.  PEMERIKSAAN PENUNJANG

1) Endoskopi

Pemeriksaan endoskopi perlu di lakukan baik sigmoidoskopi maupun kolonoskopi.

Page 5: Laporan Pendahuluan CA. Colon

 2)   Radiologis

Pemeriksaan radiologis yang dapat di lakukan antara lain adalah foto dada dan

foto kolon ( barium enema). Pemeriksaan dengan enema barium mungkin dapat

memperjelas keadaan tumor dan mengidentifikasikan  letaknya. Tes ini

menggambarkan adanya kebuntuan pada isi perut, dimana terjadi pengurangan

ukuran tumor pada lumen. Luka yang kecil kemungkinan tidak teridentifikasi

dengan tes ini. Enema barium  secara umum di lakukan setelah sigmoidoscopy dan

colonoscopy.

3) Computer Tomografi (CT)

Membantu memperjelas adanya massa dan luas penyakit. Chest X-ray dan liver

scan mungkin dapat menemukan tempat yang jauh yang sudah metastasis.

 4) Histopatologi

Biopsy di gunakan untuk menegakkan diagnosis. Gambar histopatologis

karsinoma kolon adalah adenokarsinoma dan perlu ditentukan diferensiansi sel.

·5) Laboratorium

Pemeriksaan Hb penting untuk memeriksa kemungkinan pasien mengalami

perdarahan. Nilai hemoglobin dan hematocrit biasanya turun dengan indikasi

anemia. Hasil tes Gualac positif untuk accult blood pada feces memperkuat

perdarahan pada GI Tract. Pasien harus menghindari daging, makanan yang

mengandung peroksidase (tanaman lobak dan gula bit) aspirin dan vitamin C

untuk 48 jam sebelum diberikan feces spesimen.

·6) Ultrasonografi (USG)

Sulit dilakukan untuk memeriksa kanker pada kolon, tetapi digunakan untuk

melihat ada tidaknya metastasis kanker ke kelenjar getah bening  di abdomen dan

hati.

I.  PENATALAKSANAAN MEDIS

Bila sudah pasti karsinoma kolon, maka kemungkinan pengobatan adalah sebagai

berikut ;

a.  Pembedahan (operasi)

Operasi adalah penanganan yang paling efektif dan cepat untuk tumor yang

diketahui lebih awal dan masih belum metastasis , tetapi  tidak menjamin semua sel

kanker telah terbuang. Oleh sebab itu dokter bedah biasanya juga menghilangkan

sebagian besar jaringan sehat yang mengelilingi sekitar kanker.

b.   Penyinaran (Radioterapi)

Terapi radiasi memakai sinar gelombang partikel berenergi tinggi misalnya sinar

X, atau sinar gamma, di fokuskan untuk merusak daerah yang di tumbuhi tumor,

Page 6: Laporan Pendahuluan CA. Colon

merusak genetik sehingga membunuh kanker. Terapi radiasi merusak se-sel yang

pembelahan dirinya cepat, antara lain sel kanker, sel kulit, sel dinding lambung dan

usus, sel darah.. Kerusakan sel tubuh menyebabkan lemas, perubahan kulit dan

kehilangan nafsu makan.

c.  Kemotherapy

Chemotherapy memakai obat anikanker  yang kuat, dapat masuk ke dalam

sirkulasi darah, sehingga sangat bagus untuk kanker yang telah menyebar. Obat

chemotherapy ini ada kira-kira 50 jenis. Biasanya di injeksi atau di makan, pada

umumnya lebih dari satu macam obat, karena digabungkan akan memberikan efek

yang lebih bagus.

d.  Kolostomi

Kolostomi merupakan tindakan pembuatan lubang (stoma) yang dibentuk dari

pengeluaran sebagian bentuk kolon (usus besar) ke dinding abdomen (perut), stoma

ini dapat bersifat sementara atau permanen.

Tujuan Pembuatan Kolostomi adalah.

Untuk tindakan dekompresi usus pada kasus sumbatan / obstruksi usus. Sebagai

anus setelah tindakan operasi yang membuang rektum karena adanya tumor atau

penyakit lain. Untuk membuang isi usus besar sebelum dilakukan tindakan operasi

berikutnya untuk penyambungan kembali usus (sebagai stoma sementara).

Jenis-Jenis Kolostomi.

1.   Jenis kolostomi berdasarkan sifatnya:

a.  Sementara

Indikasi untuk kolostomi sementara :

1).  Hirschprung disease

2).  Luka tusuk atau luka tembak

3).  Atresia ani letak tinggi

4). Untuk mempertahankan kelangsungan anastomosis distal usus setelah

tindakan operasi (mengistirahatkan usus).

5). Untuk memperbaiki fungsi usus dan kondisi umum sebelum dilakukan

tindakan operasi anastomosis.

b.  Permanen

Indikasi untuk kolostomi permanen :

Penyakit tumor ganas pada kolon yang tidak memungkinkan tindakan operasi

reseksi-anastomosis usus.

Page 7: Laporan Pendahuluan CA. Colon

2.   Jenis kolostomi berdasarkan letaknya :

Colostoy Asendens Colostomy

Transversal

Colostomi

Desendens

Lokasi Colon Asendens Colon

Tansversum

Colon Desendens

Konsistensi

feses

Cair atau lunak Lunak Padat

Iritasi kulit Mudah terjadi,

karena kontak

dengan enzim

pencernaan

Mungkin terjadi

karena lembab

terus menerus

Kadang terjadi

Komplikasi Striktur atau retraksi

stoma

3.   Jenis kolostomi berdasarkan tekhnik pembuatan :

a.   Single Barreled Colostomy

b.   Double Barreled Colostomy

c.    Loop Colostomy

Page 8: Laporan Pendahuluan CA. Colon

II. KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN

1. Pengkajian

a) Pengkajian yang dilakukan pada pola persepsi kesehatan dan pemeliharaan

kesehatan adalah kebiasaan olahraga pada pasien, kemudian diit rendah serat,

selain itu juga perlu dikaji mengenai kebiasaan klien tentang minum kurang

dari 1.000 cc/hari minimal.

b) Pengkajian mengenai pola nutrisi metabolik pada klien adalah mengenai berat

badan klien apakah mengalami obesitas atau tidak. Selain itu juga perlu dikaji

apakah klien mengalami anemia atau tidak. Pengkajian mengenai diit rendah

serat (kurang makan sayur dan buah) juga penting untuk dikaji.

c) Pengkajian pola eliminasi pada klien adalah mengenai kondisi klien apakah

sering mengalami konstipasi atau tidak. Keluhan mengenai nyeri waktu

defekasi, duduk, dan saat berjalan. Keluhan lain mengenai keluar darah segar

dari anus. Tanyakan pula mengenai jumlah dan warna darah yang keluar.

Kebiasaan mengejan hebat waktu defekasi, konsistensi feces, ada

darah/nanah.

d)  Pengkajian pola aktivitas dan latihan pada klien mengenai kurangnya aktivitas

dan kurangnya olahraga pada klien. Pekerjaan dengan kondisi banyak duduk

atau berdiri, selain itu juga perlu dikaji mengenai kebiasaan mengangkat

barang-barang berat.

e)  Pengkajian pola persepsi kognitif yang perlu dikaji adalah keluhan nyeri

pada anus. 

f)  Pengkajian pola tidur dan istirahat adalah apakah klien mengalami gangguan

pola tidur karena nyeri atau tidak.

g) Pola mekanisme koping dan toleransi terhadap penyakit. Koping yang

digunakan dan alternatif pemecahan masalah

2. Diagnosa Keperawatan

a.  Perubahan proses pikir berhubungan dengan perubahan kimia misalnya

penggunaan obat-obat farmasi, hipoksia, lingkungan terapeutik yang terbatas

misalnya stimulus sensori yang berlebihan ; stress fisiologis.

b.  Kekurangan volume cairan berhubungan dengan pembatasan pemasukan

cairan tubuh secara oral, pengeluaran integritas pembuluh darah

c.  Nyeri berhubungan dengan insisi pembedahan, trauma muskuloskletal,

kehancuran yang terus-menerus (misalnya lokalisasi)

d.  Kerusakan integritas kulit berhubungan dengan luka pembedahan.

Page 9: Laporan Pendahuluan CA. Colon

e.  Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan mual /

muntah

f.  Konstipasi berhubungan dengan penurunan asupan cairan dan serat, kelemahan

otot abdomen sekunder akibat mekanisme kanker kolon.

g. Ansietas berhubungan dengan ancaman terhadap konsep diri, ancaman

terhadap perubahan status kesehatan, ancaman terhadap pola interaksi dengan

orang yang berarti, krisis stuasi atau krisis maturasi.

3. Intervensi Keperawatan

       

No Diagnosa

keperawatan

Tujuan dari

kriteria hasil

Rencana

Tindakan

Rasional

1. Perubahan proses

piker

berhubungan

dengan gangguan

aktivitas dan

kerja kognitif

(misalnya, pikiran

sadar, orientasi

realita,

pemecahan

masalah, dan

penilaian yang

terjadi pada

individu)

Tujuan :

meningkatkan

tingkat kesadarn.

Criteria hasil:

pasien mampu

mengenali

keterbatasan diri

dan mencari

sumber bantuan

sesuai kebutuhan.

     Orientasikan

kembali pasien

secara terus-

menerus setelah

keluar dari

pengaruh

anastesi ;

nyatakan bahwa

operasi telah

selesai dilakukan

     Bicara dengan

pasien dengan

suara yang jelas

dan normal tanpa

membentak, sadar

penuh akan apa

yang di ucapkan

     Gunakan

bantalan pada tepi

tempat tidur,

lakukan

pengikatan jika

R : karena pasien telah

meningkat kesadarannya,

maka dukungan dan

jaminan akan membantu

menghilangkan ansietas.

R : tidak dapat di

tentukan kapan pasien

akan sadar penuh, namun

sensori pendengaran

merupakan kemampuan

yang pertama kali akan

pulih

R : berikan keamanan

bagi pasien selama tahap

darurat, mencegah

terjadinya cedera pada

kepala dan ekstermits

bila pasien melakukan

Page 10: Laporan Pendahuluan CA. Colon

diperlukan perlawanan selama masa

disorientasi

2. Kekurangan

volume cairan

berhubungan

dengan

pembatasan

pemasukan cairan

tubuh secara oral

Tujuan :

keseimbangan

cairan tubuh

adekuat

Criteria hasil :

tidak ada tanda-

tanda dehidrasi

(tanda-tanda vital

stabil, kualitas

denyut nadi baik,

turgor kulit

normal, membrane

mukosa lembab

dan pengeluaran

urine yang sesuai)

-   Ukur dan catat

pemasukan dan

pengeluaran.

Tinjau ulang

catatan intra

operasi.

-   Kaji pengeluaran

urinarius,

terutama untuk

tipe prosedur

operasi yang di

lakukan

     Pantau tanda-

tanda vital

-   Pantau suhu kulit,

palpasi denyut

perifer.

R : dokumentasi yang

akurat akan membantu

dalam mengidentifikasi

pengeluaran

cairan/kebutuhan

penggantian dan pilihan

yang mempengaruhi

intervensi

R : mungkin akan terjadi

penurunan ataupun

penghilangan setelah

prosedur pada sistem

genitourinarius dan

struktur yang berdekatan

mengindikasikan

malfungsi ataupun

obstruksi sistem

urinarius

R : hipotensi, takikardi,

peningkatan pernapasan

mengindikasikan

kekurangan cairan

R : kulit yang

dingin/lembab, denyut

yang lemah

mengindikasikan

penurunan sirkulasi

perifer dan di butuhkan

untuk penggantian cairan

tumbuhan.

3. Nyeri

berhubungan

Tujuan : pasien

mengatakan bahwa

-   Evaluasi rasa sakit

secara reguler,

R : sediakan informasi

mengenai

Page 11: Laporan Pendahuluan CA. Colon

dengan insisi

pembedahan,

trauma

musculoskeletal

rasa nyeri telah

terkontrol atau

hilang.

Criteria hasil :

pasien tampak

rileks, dapat

beristirahat / tidur

dan melakukan

pergerakan yang

berarti sesuai

toleransi.

catat karakteristik,

lokasi dan

intensiltas (0-10)

-   Kaji tanda-tanda

vital, perhatikan

takikardi,

hipertensi dan

peningkatan

pernapasan,

bahkan jika

pasien

menyangkal

adanya rasa sakit.

    Berikan

iinformasikan

mengenai sifat

ketidaknyamanan,

sesuai kebutuhan

    Observasi efek

analgetik

kebutuhan/efektivitas

intervensi

R : dapat

mengindikasikan rasa

sakit akut dan

keidaknyamanan

R : pahami penyebab

ketidaknyamanan ,

sedangkan jaminan

emosional

R : respirasi mungkin

menurun pada pemberian

narkotik, dan mungkin

menimbulkan efek-efek

sinergestik dengan zat-

zat anastesi.

4. Kerusakan

integritas kulit

berhubungan

dengan

perubahan

keadaan kulit

yang tidak di

inginkan

Tujuan : mencapai

penyembuhan luka

pada waktu yang

sesuai.

Criteria hasil :

          tidak ada tanda-

tanda infeksi

seperti pus

          luka bersih

tidak lembab dan

    Kaji kulit dan

identifikasi pada

tahap

perkembangan

luka

    Kaji lokasi,

ukuran, warna,

bau, serta jumlah

dan tipe cairan

R : mengetahui sejauh

mana perkembangan

luka mempermudah

dalam melakukan

tindakan yang tepat.

R : mengindentifikasi

tingkat keparahan luka

akan mempermudah

intervensi.

Page 12: Laporan Pendahuluan CA. Colon

tidak kotor

          tanda-tanda

vital dalam batas

normal atau dapat

di toleransi.

luka

     Pantau

peningkatan suhu

tubuh

    Jika pemulihan

tidak terjadi

kolaborasi

tindakan lanjutan,

misalnya

debridement.

     Setelah

debridement,

ganti balutan

sesuai dengan

kebutuhan.

    Kolaborasi

pemberian

antibiotik sesuai

indikasi

R : suhu tubuh yang

meningkat dapat

diidentifikasikan sebagai

adanya proses

peradangan

R : agar benda asing atau

jaringan terinfeksi tidak

menyebar luas pada area

kulit normal lainnya.

R : balutan dapat di ganti

satu atau dua kali sehari

tergantung kondisi

parah/tidaknya luka, agar

tidak terjadi infeksi

R : antibiotik berguna

untuk mematikan

mikroorganisme patogen

pada daerah yang

beresiko terjadi infeksi

5. Perubahan nutrisi

kurang dari

kebutuhan tubuh

berhubungan

dengan mual /

muntah

Tujuan : klien

mampu

mempertahankan

& meningkatkan

intake nutrisi.

Criteria hasil :

          klien akan

memperlihatkan

perilaku

mempertahankan

atau meningkatkan

berat badan

     Kaji sejauh mana

ketidakadekuatan

nutrisi pasien

    Timbang berat

badan sesuai

indikasi

     Anjurkan makan

sedikit tapi sering

R : menganalisa

penyebab melaksanakan

intervensi.

R : mengawasi

kefektifan secara diet

R : tidak memberi rasa

bosan dan pemasukan

nutrisi dapat di

tingkatkan

Page 13: Laporan Pendahuluan CA. Colon

dengan nilai

laboratorium

normal.

          Klien mengrti

dan mengikuti

anjuran diet

          Tidak ada mual

/ muntah.

     Tawarkan minum

saat makan bila

toleran

      Kolaborasi

dengan ahli gizi

pemberian

makanan yang

bervariasi

R : dapat mengurangi

mual dan menghilangkan

gas.

R : Menstimulasi nafsu

makan dan

mempertahankan intake

nutrisi yang adekuat.

6. Konstipasi

berhubungan

dengan

penurunan

frekuensi

defekasi yang

normal pada

seseorang di

sertai dengan

kesulitan

keluarnya feses

yang tidak

lengkap atau

keluarnya feses

yang keras dan

kering

Tujuan : pola

eliminasi dalam

rentang yang di

harapkan : feses

lembut dan

berbentuk.

Criteria hasil

     klien akan

menunjukkan

pengetahuan akan

program defekasi

yang di butuhkan

     melaporkan

keluarnya feses

dengan

berkurangnya

nyeri dan

mengejan

     kaji warna dan

konsistensi feses,

frekuensi,

keluarnya flatus,

bising usus dan

nyeri tekan

abdomen

     pantau tanda

gejala rupture

usus.

     Kaji faktor

penyebab

konstipasi

R : penting untuk

menilai keefektifan

intervensi, dan

memudahkan rencana

selanjutnya.

R : keadaan ini dapat

menjadi penyebab

kelemahan otot abdomen

dan penurunan peristaltik

usus, yang dapat

menebabkan konstipasi.

R : mengetahui dengan

jelas faktor penyebab

memudahkan pilihan

intervensi yang tepat

7. Ansietas

berhubungan

dengan perasaan

ketidaknyamanan

yang tidak mudah

atau dread yang

di sertai dengan

respons

autonomis

Tujuan : ansietas

berkurang atau

terkontrol.

Criteria hasil :

     klien mampu

merencanakan

stategi koping

untuk situasi yang

membuat stress.

    Klien mampu

mempertahankan

      Kaji dan

dokumentasikan

tingkat

kecemasan

pasien.

     Kaji mekanisme

koping yang di

gunakan pasien

untuk mengatasi

ansietas di masa

R : memudahkan

intervensi

R : mempertahankan

mekanisme koping

adaftif, meningkatkan

kemampuan mengontrol

ansietas

Page 14: Laporan Pendahuluan CA. Colon

penampilan peran

    Klien melaporkan

tidak ada

gangguan persepsi

sensori

     Klien melaporkan

tidak ada

manisfestasi

kecemasan secara

fisik.

lalu

     Lakukan

pendekatan dan

berikan motivasi

kepada pasien

untuk

mengungkapkan

pikiran dan

perasaan.

R : pendekatan dan

motivasi membantu

pasien untuk

mengeksternalisasikan

Page 15: Laporan Pendahuluan CA. Colon

DAFTAR PUSTAKA

Carpenito, Lynda Juall. (1999). Rencana Asuhan & Dokumentasi Keperawatan. Edisi 2. (terjemahan). Penerbit buku Kedokteran EGC. Jakarata.

Carpenito, Lynda Juall. (2000.). Buku Saku Diagnosa Keperawatan. Edisi 8. (terjemahan). Penerbit buku Kedokteran EGC. Jakarta.

Doenges, Marilynn E. (1999). Rencana Asuhan Keperawatan. Edisi 3. (terjemahan). Penerbit buku Kedokteran EGC. Jakarta.

Engram, Barbara. (1998). Rencana Asuhan Keperawatan Medikal Bedah. Volume 2, (terjemahan). Penerbit Buku Kedokteran EGC. Jakarta.

Junadi, Purnawan. (1982). Kapita Selekta Kedokteran, Jakarta: Media Aesculapius Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia

Page 16: Laporan Pendahuluan CA. Colon

FESES TETAP

KONSTIPASI

KOLOSTOMI

DIIT SERAT,KONSUMSI PENCAHAR, MINUM

RESIKO INFEKSI

KERUSAKAN INTEGRITAS

KULIT

GAS

KEMBUNG

PECAH

BAB BERCAMPUR

RESIKO DEFISIT VOLUME

Page 17: Laporan Pendahuluan CA. Colon

PATHWAY

FAKTOR

JINAK

KURANG PENGETUHAN DIIT TINGGI LEMAK-ALKOHOLIK-<AKTIVITAS

GANAS

PENUMPUKAN

OBSTRUKSI

NEOPLASMA

CEMAS

STADIUM I

STADIUM II

STADIUM III

STADIUM IV

TERAPI

DISTENSIVASODILATASI

ALIRAN BALIK KE VENA

SIGMOID DAN RECTUM

(FESES LENDIR,DARAH,NYERI

BAWAH PINGGUL)

KOLONOSKOPI,BEDAH,KHEMOTERAPI

RAWAT LUKA, PENKES

KHEMOTERAPI

DESCENDEN

(KONSTIPASI)

ASCENDEN

(DIARE)

TEKANAN

HEMOROID

MERANGSANG SYARAF

KOMPENSASI PERUT

NYERI