LAporan Keluarga Binaan

37
TUGAS KEPANITERAAN KLINIK ILMU KESEHATAN MASYARAKAT LAPORAN KELUARGA BINAAN DIABETES MILITUS OLEH FRISTIWI ARYANINGSIH H1A006051 DALAM RANGKA MENGIKUTI KEPANITRAAN KLINIK MADYA

description

LAporan Keluarga Binaan

Transcript of LAporan Keluarga Binaan

Page 1: LAporan Keluarga Binaan

TUGAS KEPANITERAAN KLINIK ILMU KESEHATAN MASYARAKAT

LAPORAN KELUARGA BINAAN

DIABETES MILITUS

OLEH

FRISTIWI ARYANINGSIH

H1A006051

DALAM RANGKA MENGIKUTI KEPANITRAAN KLINIK MADYAILMU KESEHATAN MASYARAKAT

FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS MATARAMPUSKESMAS NARMADA KABUPATEN LOMBOK BARAT

2013

Page 2: LAporan Keluarga Binaan

KASUS PASIEN DALAM KELUARGA BINAANData Kasus Pasien dalam Keluarga Binaan

Tanggal 9-02-2013 diisi oleh Nama: Frstiwi Aryaningsih NIM : H1A 006051

Nama Fasilitas Pelayanan Kesehatan: Puskesmas Narmada

Pasien Keterangan

Nama Tn Mahnun

Umur / tgl. Lahir 58 tahun

Alamat Tanak Beak, Kecamatan

Narmada, Lombok Barat

Jenis kelamin Laki-laki

Agama Islam

Pendidikan SD

Pekerjaan -

Status perkawinan Menikah

Kedatangan yang ke 1

Telah diobati

sebelumnya

: Sudah diobati -

Alergi obat -

Sistem pembayaran : Jamkesmas

Page 3: LAporan Keluarga Binaan

Terwujudnya keadaan sehat merupakan kehendak semua pihak, tidak hanya oleh orang-oran-

perorang atau keluarga, tetapi juga oleh kelompok dan bahkan oleh seluruh anggota

masyarakat. Untuk dapat mewujudkan keadaan sehat tersebut banyak hal yang harus

diupayakan, salah satu diantaranya yang dipandang mempunyai peranan yang cukup penting

adalah penyelengggaraan pelayanan kesehatan

Secara umum dapat dibedakan dua macam pelayanan kesehatan yaitu pelayanan kesehatan

personal ( personal health service ) atau sering disebut pula sebagai pelayanan kedokteran (

medical service) dan pelayanan kesehatan lingkungan ( environment health services). Sasaran

utama pelayanan kedokteran adalah personal dan keluarga sedangkan sasaran utama

pelayanan kesehatan masyarakat adalah kelompok/ masyarakat. Pelayanan yang sasaran

utamannya keluarga dengan nama pelayanan kesehatan keluarga (family practice)

Beberapa pengertian dokter keluarga adalah :

Dokter keluarga adalah dokter yang memberikan pelayanan kesehatan yang berorientasi

komunitas dengan titik berat kepada keluarga, ia tidak hanya memandang penderita sebagai

individu yang sakit tetapi sebagai bagian dari unit keluarga dan tidak hanya menanti secara

pasif, tetapi bila perlu aktif mengunjungi penderita atau keluarganya (Ikatan Dokter

Indonesia, 1982)

1. Dokter keluarga adalah dokter yang memiliki tanggung jawab menyelenggarakan

pelayanan kesehatan tingkat pertama serta pelayanan kesehatan yang menyeluruh

yang dibutuhkan oleh semua anggota yang terdapat dalam satu keluarga dan

apabila kebetulan berhadapan dengan suatu masalah kesehatan khusus yang tidak

mampu ditanggulangi, meminta bantuan konsultasi dari dokter ahli yang sesuai (

The American Board of family Practice, 1969)

2. Dokter keluarga adalah dokter yang melayani masyarakat sebagai kontak pertama

yang merupakan pintu masuk ke sistem pelayanan kesehatan,menilai kebutuhan

kesehatan total pasien dan penyelenggaraan pelayanan kedokteran perseorangan

dalam satu atau beberapa cabang ilmu kedokteran serta merujuk pasien ketempat

pelayanan lain yang tersedia sementara tetap menjaga kesinambungan pelayanan,

mengembangkan tanggunga jawab untuk pelayanan kesehatan menyeluruh dan

berkesinambungan serta bertindak sebagai koordinator pelayanan kesehatan.,

menerima tanggung jawab untuk perawatan total pasien sebagai konsultasi sesuai

dengan keadaan lingkungan pasien yakni keluarga atau unit sosial sebanding serta

masyarakat (The American Academic of General practice)

Page 4: LAporan Keluarga Binaan

3. Dokter keluarga adalah dokter yang menyelenggarakan pelayanan kesehatan

personal, tingkat pertama, menyeluruh dan berkesinambungan kepada

pasiennyayang terkaid dengan keluarga, komunitas serta lingkungan dimana

pasien tersebut berada (Singapura colege of general Practioners)

Terdapat hubungan antara family medicine ( kedokteran keluarga) dan kedokteran

komunitas. Kedokteran keluarga merupakan cabang dari kedokteran komunitas karena

keluarga merupakan bagian unit terkecil dari sebuah masyarakat, apabila nilai-nilai yang

terdapat pada kedokteran keluarga tersebut terlaksana maka secara otomatis masyarakat

juga akan terbina

Kedokteran keluarga (family medicine) adalah disiplin ilmu yang menekankan

pentingnya pemberian pelayanan kesehatan yang personal, primer, komprehensif, dan

berkelanjutan (continuing) kepada individu dalam hubungannnya dengan keluarga,

komunitas, dan terdapat beberapa nilai-nilai utama yang dianut dalam kedokteran

keluarga (National University of Singapore, 2004, Wikipedia, 2010):

1. Pelayanan berpusat pada pasien (patient-centered care) dan perhatian khsus kepada

hubungan dokter-pasien

2. Pendekatan holistik kepada pasien dan masalahnya. Masalah penyakit pasien tidak

hanya disebabkan oleh dimensi fisik tetapi juga sosial dan psikologi (model bio-pskio-

sosial penyakit) dari pasien, keluarga, dan komunitasnya. Memberikan perhtaian

kepada aspek sosial dan psikologi pasien sering kali efektif dalam memecahkan

masalah fisik pasien. Pendekatan holistik pada pasien sangat penting pada zaman

sekarang ketika teknologi tinggi kedokteran telah menyebabkan dehumanisasi pasien

dan fragmentasi pelayanan kesehatan.

3. Kedokteran pencegahan yaitu dokter keluarga lebih menitik beratkan kepada

pencegahan penyakit dan promatif kesehatan tanpa mengabaikan kurative dan

rehabilitatif. Pencegahan memberikan dampak kepada status kesehatan yang lebih

panjangdaripada kedokteran kuratif.

4. Dokter keluarga melayani orang dari segala usia, sehingga dokter keluarga disebut

sebagai “specialist in breadth”, berbeda dengan spesialis di rumah sakit yang

“specialist indepth”.

5. Dokter keluarga bersedia memberikan pelayanan tidak hanya di ruang konsultasi

klinik tetapi juga di rumah dan setting pelayanan lainnya.

Page 5: LAporan Keluarga Binaan

II. IDENTITAS KELUARGA BINAAN

Keluarga yang akan dibina dalam kasus ini adalah keluarga Tn Mahnun. Tn M

merupakan kepala keluarnga dalam rumah yang dihuninya. Keluarga inti terdiri dari

Tn. M, Istri dan anak ke lima. Berikut ini adalah identitas anggota keluarga yang

diperoleh pada saat kunjungan pertama:

Data Anggota Keluarga:

Anggota Keluarga Keterangan

Nama Rohimah Istri Pasien

Umur 45 tahun

Alamat Tanak beak

Agama Islam

Pendidikan SMP

Pekerjaan IRT

Status Menikah

Anggota Keluarga Keterangan

Nama Muhajirin Anshari Anak ke 5 pasien

Umur 19 tahun

Alamat Tanak beak

Agama Islam

Pendidikan SMA

Pekerjaan Swasta

Page 6: LAporan Keluarga Binaan

Status Belum menikah

Kelurga Tn. M secara skematis dapat digambarkan dalam pohon keluarga / ikhtisar

keluarga sebagai berikut:

Ikhtisar Keluarga Tn. Mahnun:

Keterangan:

: laki-laki

: perempuan

: pasien

:meninggal

: anggota keluarga yang mengalami keluhan yang sama dengan pasien

: anggota keluarga yang diintervensi

: keluarga tinggal dalam satu rumah

2 3 4 51

Page 7: LAporan Keluarga Binaan

III. DATA STATUS KESEHATAN KELUARGA

Data kesehatan awal, diambil saat kunjungan pertama ke rumah keluarga binaan.

Aspek Pemeriksaan

Tn. M Istri (Ny.R)

Anak (Tn M)

BB 54 kg 60 kg 55 kg

TB/PB 170 cm 153 cm 160 cm

TD 130/80 120/80 120/70

N 76x/mnt 80x/mnt 80x/mnt

RR 16x/mnt 16x/mnt 18x/mnt

T 36,6 36,7 36,7

IV. DATA PELAYANAN PASIEN DALAM KELUARGA BINAAN

Anamnesis

Keluhan Utama:

Cepat lapar dan haus walaupun sering makan dan minum, sering kencing

Riwayat Penyakit Sekarang

Pasien mengaku dalam 1 bulan terakhir pasien mengatakan sering makan dan minum.

Namun walaupun seperti itu os mudah sekali lapar dan haus. Pasien juga mengaku sering

kencing. Pasien mengaku berat badan pasien menurun walaupun pasien sering makan

Riwayat penyakit dahulu

Pasien tidak pernah mengalami keluhan yang sama sebelumnya. Riwayat panas (-),

muntah (-). sesak (-), kebiruan (-), kejang (-), trauma (-), riwayat badan kuning (-).

Riwayat penyakit keluarga

Terdapat anggota keluarga os yang mengalami penyakit DM yaitu adik pasien dan kakak

namun sekarang adik pasien tersebut telah meningggal yang menurut pasien meninggal

karena penyakit DM

Page 8: LAporan Keluarga Binaan

b. Pemeriksaan Fisik

Keadaan umum & tanda-tanda vital :

Kesan Umum : Baik

Kesadaran : Compos Mentis

Fungsi vital:

Tekanan Darah : 130/80 mmHg

Nadi : 76 x/mnt

RR : 14 x/menit

Tax : 36,90 C

Status gizi:

Berat Badan : 54 kg

Tinggi : 170 kg

Status Generalis

Kepala : kesan normal, bentuk dan ukuran normal, deformitas (-),

Mata : pupil : reflek cahaya +/+. isokor (+), myosis (-), midriasis (-)

sekret mata : -/-

Konjungtiva : anemis (-/-), edema palpebra: (-)

Telinga : kesan normal, bentuk dan fungsi normal,serumen (-)

Hidung : kesan normal, bentuk dan fungsi normal, pernafasan cuping hidung

(-)

Leher : pembesaran KGB (-)

Page 9: LAporan Keluarga Binaan

Thoraks

Inspeksi : kelainan bentuk (-), pergerakan dinding dada simetris, retraksi

dinding dada (-)

Auskultasi : Pulmo: vesikuler (+/+), wheezing (-/-), rhonkii(-/-)

Cor: S1, S2 tunggal, regular, murmur (-), gallop (-)

Abdomen

Inspeksi : Bentuk : distensi (-), scar (-), keloid (-),

Auskultasi :Peristaltik usus : + normal

Palpasi : Turgor : normal

Tonus : normal

Hepar : tidak teraba

Lien : tidak teraba

Ginjal : tidak teraba

Perkusi : suara timpani

Anggota Gerak :

Kelainan bentuk : (-)

Edema : (-)

Akral hangat : + +

+ +

Uro-genital

Kelainan bawaan : (-)

Vertebrae :

Kelainan yang ada : (-)

Tanda-tanda fraktur : (-)

PEMERIKSAAN PENUNJANG :

GDS : 326

Reduksi : 4

Page 10: LAporan Keluarga Binaan

DIAGNOSIS KERJA

DM

TERAPI :

Glibenclamid

VBC

PROGNOSIS PASIEN

Dubia ad Bonam

KONSELING

Mengurangi makanan yang mengandung karbohidrat tinggi. Yaitu mengurangi porsi makan

Mengurangi Makanan dan minuman yang mengandung gula Rutin berolah raga 3-5 x seminggu selama 30 menit Rutin melakukan kontrol terhadap gula darah di pelayanan kesehatan terdekat Mengkonsumsi obat-obatan anti diabetes secara teratur.

V. KONDISI FAKTOR RESIKO LINGKUNGAN, SOSIAL, EKONOMI, DAN BUDAYA

KELUARGA

V.1 Keadaan Lingkungan

Keluarga Tn. M tinggal di Tanak Beak Timur, Narmada. Tempat tinggalnya

tersebut merupakan tempat tinggal sendiri yang dibangun dan ditempati sejak tahun

1980. Luas rumah Tn.M kira-kira 100 m2, dimana panjangnya ±10 m dan lebarnya ±

10 m, dan menghadap ke timur. Rumah Tn.M berlantai semen, beratap genteng dan

sebagian menggunakan seng, dari kios, kamar tidur, dapur dan kamar mandi dan

tempat shalat. Dapur terletak di tengah, berdekatan dengan kamar mandi. Terdapat

beberapa kamar tidur yang kosong tidak dihuni karena masih dalam renovasi dan diisi

oleh perabot rumah yang lain. Hanya dua kamar tidur yang digunakan.

Page 11: LAporan Keluarga Binaan

Rumah Tn.M tidak memiliki halaman. Depan rumah pasien langsung

menghadap ke jalan depan gang rumah pasien. Batas sebelah timur, selatan dan utara

rumahnya adalah rumah tetangga dengan jarak ± 2 m.

Perabotan rumah tangga tertata tidak rapi, hanya di bagian dapur penataannya

masih sedikit berantakan. Pencahayaan kurannag karena jumlah jendela hanya sedikit

dan jendela yang ada tidak pernah dibuka. Keluarga Tn. M membuang sampah di

kebun yang berjarak 30 meter dari rumah, dan sampah – sampah tersebut biasanya

dibakar.

Tn. M mengatakan untuk kebutuhan air bersih sehari-hari, ia dan keluarga

menggunakan air PDAM. Air tersebut digunakan sebagai air minum, air untuk

memasak dan kebutuhan sehari-hari lainnya. Menurut Tn.M, air yang digunakan

untuk minum tersebut dimasak terlebih dahulu.

Page 12: LAporan Keluarga Binaan

Denah Rumah Tn.M

Keterangan:

: Pintu

: Jendela

Page 13: LAporan Keluarga Binaan

Dokumentasi Lingkungan Tempat Tinggal Tn. M

Page 14: LAporan Keluarga Binaan

V.2. Sosial Ekonomi

Tn. M adalah seorang kepala keluarga sekaligus sebagai tulang punggung

keluarga. Tn. M sudah tidak bekerja lagi sejak menderita DM. Sebelumnya Tn. M

bekerja sebagai buruh bangunan namun sejak menderita DM Tn. M hanya diam di

rumah. Untuk mmenuhi kebutuhan sehari-hari, keluarga hanya mengandalkan hasil

berdagang yang dilakukan oleh anak Tn.M di rumah.penghasilan yang diperoleh dari

berdagang sekitar Rp. 500.000- Rp.600.000 per bulan.

V.3. Budaya

Budaya dan adat istiadat setempat masih mengikuti daerah-daerah di Lombok

pada umumnya. Biasanya kalau makan, nasinya lebih banyak dari pada lauknya,

belum menganggap makan kalau belum makan nas, dan terkadang kalau makan nasi,

lauknya dimakan berupa mie.

Page 15: LAporan Keluarga Binaan

V. MASALAH KESEHATAN KELUARGA BINAAN

VI.1.Identifikasi Masalah Kesehatan Keluarga

Berdasarkan data dan informasi yang diperoleh dari kunjungan pertama dan

kedua terhadap keluarga binaan yang akan dibina, maka dapat dirumuskan beberapa

masalah kesehatan dalam keluarga Tn.M tersebut beserta dengan kemungkinan

penyebab masalah kesehatannya yang disajikan dalam tabel sebagai berikut:

No. Anggota

Keluarga

Masalah

Kesehatan

Kemungkinan Penyebab

Masalah Kesehatan

Keterangan

1. Tn. M Diabetes Melitus

Kebiasaan mengkonsumsi makan-makanan berlemak tinggi dan dengan penyedap rasa serta makanan berpengawet.

Diet tidak teratur dan tidak seimbang

Riwayat DM dalam keluarga

Masalah

diketahui

saat

kunjungan

pasien ke

Puskesmas.

No. Anggota

Keluarga

Masalah

Kesehatan

Kemungkinan Penyebab

Masalah Kesehatan

Keterangan

2 Istri (Ny. R) - - Saat

kunjungan

rumah tidak

ada masalah

kesehatan

No Anggota

Keluarga

Masalah

Kesehatan

Kemungkinan Penyebab

Masalah Kesehatan

Keterangan

3 Anak (Tn.M) - - Saat

kunjungan

rumah tidak

ada masalah

kesehatan

Page 16: LAporan Keluarga Binaan

Dari tabel di atas, diperoleh data bahwa saat kunjungan rumah pertama

masalah kesehatan dialami oleh Tn. M, istri dan anak. Dengan demikian 1 orang dari

3 orang anggota keluarga masih memilki masalah kesehatan. Melalui wawancara,

dapat diketahui beberapa penyebab masalah yang dianggap menjadi kemungkinan

penyebab masalah dalam keluarga tersebut.

Jika dilihat dari aspek kesehatan masyarakat, maka masalah-masalah

kesehatan yang dialami oleh Tn.M tersebut di atas terkait dengan determinan

kesehatan yang ada yaitu aspek biologis/genetik, aspek lingkungan, aspek

perilaku/gaya hidup, dan aspek pelayanan kesehatan, dapat diuraikan sebagai

berikut:

Bapak (Tn.M) à Diabetes Melitus

Dari 4 determinan kesehatan, Ny.R memiliki masalah kesehatan yang

terkait utama pada perilaku atau gaya hidup, pada aspek biologis

(karena penyakit DM adalah penyakit metabolik yg berkaitan dengan

genetik) serta sedikit dari aspek pelayanan kesehatan.

Masalah kesehatan yang pertama kali diidentifikasi adalah berasal dari

Tn. M dalam hal ini yang merupakan kepala keluarga dalam keluarga inti dengan

keluhan sering kencing, cepat haus, cepat lapar namun BB terus menurun dan sering

kesemutan . Tn.M kemudian memeriksakan keluhannya di puskesmas Narmada

pada tanggal 9 februari 2013 dan didiagnosis sebagai DM. Pada kunjungan pertama

diperikaran rencana upaya intervensi terhadap masalah kesehatan Ny.R. Rencana

upaya interfensi tersebut antara lain seperti di bawah ini:

VI.2. Rencana Upaya Intervensi yang Akan Dilakukan

Anggota

Keluarga

Masalah Kesehatan

Anggota Keluarga

Rencana Upaya

Intervensi

Ket

Bapak (Tn.M) Diabetes Melitus Penyuluhan mengenai

penyakit DM, faktor resiko

Page 17: LAporan Keluarga Binaan

dan komplikasinya.

Penyuluhan mengenai pola

diet pasien DM, pentingnya

aktivitas fisik, dan mengurangi

kebiasaan makan-makanan

dengan penyedap rasa atau

yang berpengawet terlalu

banyak.

Konsultasi dengan ahli gizi.

Pengawasan minum obat

secara teratur serta kontrol

teratur.

Pengukuran kadar gula darah

secara berkala.

VI.3. Upaya Kesehatan yang Telah Dilakukan Keluarga

Upaya kesehatan yang telah dilakukan oleh keluarga Tn. M bila terdapat

anggota keluarga yang sakit adalah mencari pengobatan. Pengobatan yang dilakukan

adalah berobat ke Pustu atau ke perawat. Untuk penyakit yang lebih serius pasien dan

keluarga mencari pengobatan ke Puskesmas.

Page 18: LAporan Keluarga Binaan

VII. PENGKAJIAN MASALAH KESEHATAN PASIEN

VII.1. Kerangka Konsep Masalah Pasien

USIA

Usia 58 tahun termasuk usia dengan resiko penyakit degenerative dan metabolic. Selain itu kegagalan organ pancreas memproduksi

insulin karena faktor usia

BIOLOGIS/PERSONAL

PERILAKU

Kebiasaan mengkonsumsi makanan- makanan dengan penyedap rasa dan makanan instant (berpengawet) serta

berlemak terlalu banyak

PELAYANAN

KESEHATAN

LINGKUNGAN

GENETIK

Faktor keturunan memiliki peran dalam penyakit

degenerative dan metabolik. pasien memiliki riwayat DM

Kebiasaan pola makan yang tidak teratur

DIABETES

MELITUSSosio Ekonomi

Pengetahuan Keluarga yang Kurang Mengenai

Penyakit Metabolik

Penyuluhan tentang penyakit metabolic jarang dilakukan

Page 19: LAporan Keluarga Binaan

VII.2. Diagnostik Holistik

Aspek Personal

pasien mengatakan sering makan dan minum. Namun walaupun seperti itu os mudah sekali lapar dan haus. Pasien juga mengaku sering kencing. Pasien mengaku berat badan pasien menurun walaupun pasien sering makan. Keluhan yang dirasakan berlangsung sejak 1 bulan yang lalu. Saat ini pasien telah mengaku selalu kontrol ke Puskesmas karena ingin sembuh dari penyakitnya. Harapan pasien saat ini adalah ia sangat ingin sembuh dan dapat beraktivitas seperti biasa lagi.

Aspek Klinik

Diabetes Melitus

Aspek Risiko Internal

Pasien merupakan wanita yang berumur 58 tahun dimana pada usia ini rentan terkena

penyakit degeneratif dan metabolik seperti Diabetes Melitus, di samping terdapat

riwayat penyakit yang sama dalam keluarga, yaitu adik dan kakak pasien. Selain itu

gaya hidup yang dijalani oleh pasien menjadi aspek resiko bagi penyakit yang

dialaminya saat ini.

Aspek Psikososial keluarga

Kurangnya pengetahuan keluarga mengenai penyakit degeneratif dan metabolik seperti

Diabetes Melitus. Kurangnya pengetahuan keluarga mengenai bahaya kebiasaan pola

makan yang tidak teratur dan sering mengkonsumsi makan-makanan dengan penyedap

rasa, berlemak serta berpengawet terlalu banyak,kurangnya latihan fisik serta anggapan

yang masih salah mengenai hidup sehat.

Derajat fungsional : 1 , 2 , 3, 4, 5

Page 20: LAporan Keluarga Binaan

VII.3. Rencana Penatalaksanaan Pasien

No.

Kegiatan Rencana intervensi Sasaran Waktu Hasil yang diharapkan

1. Aspek personal Evaluasi:- Keluhan, harapan, dan

kekhawatiran pasienIntervensi:- Edukasi kepada pasien

mengenai penyakit Diabetes Melitus dan tatalaksananya, serta hal yang perlu diperhatikan menyangkut komplikasinya.

Pasien 1 minggu

- Kekhawatiran pasien mengenai kondisi pasien akan berkurang

2. Aspek klinik

Diabetes Melitus

Evaluasi:- Pemantauan perbaikan kondisi

klinis pasien, kepatuhan terhadap diet, keteraturan untuk melakukan aktivitas fisik,termasuk perbaikan gejala DM

- Kontrol pengobatan DM setiap habis obat

- Keteraturan meminum obat- Pemantauan kadar gula darah

pasien, pemeriksaan proteinurin.

- Pencegahan terhadap komplikasi yang terjadi.

Terapi:- Non Farmakologis:

1. Mempertahankan kadar glukosa darah yang mendekati normal

2. Menjaga tekanan darah <130/80 mmHg

3. Menjaga berat badan senormal mungkin

Pasien dan keluarga pasien

1 minggu

- Perbaikan gejala klinis

- Dilakukan kontrol kesehatan teratur setiap habis obat

- Pasien teratur dan selalu disiplin meminum obat

- Pasien mulai menjaga diet dan aktif melakukan aktivitas fisik

- Terjadinya Komplikasi dapat dicegah

Page 21: LAporan Keluarga Binaan

4. Menjaga diet: Karbohidrat tidak

boleh lebih dari 55-65 % dari total kebutuhan energi sehari

Protein: jumlah kebutuhan protein sekitar 10-15 % dari total kalori perhari.

Lemak:lemak jenuh maksimal 10 % dari total kebutuhan kalori per hari

5. Latihan jasmani Frekuensi: olahraga

perminggu, 3-5 x perminggu

Intensitas: ringan dan sedang

Durasi: 30-60 menit Jenis: jalan, jogging

- Farmakologis : Oral Anti Diabetikum;

Golongan Sulfonilurea:

Glibenklamid 2,5 mg/hari 1x1

Vitamin B complex tablet: 2x1 perhari

Edukasi:- Menjelaskan tentang DM,

faktor resiko, serta tatalaksana pengobatannya termasuk pentingnya keteraturan berobat, serta menjaga gaya hidup sehat

- Pentingnya dilakukan kontrol gula darah dan proteinurin.

- Pentingnya terapi non farmakologis

Page 22: LAporan Keluarga Binaan

Kegiatan Rencana Intervensi Sasaran Waktu Hasil yang Diharapkan

3. Aspek Resiko Internal

Genetika

Edukasi:- Mengenai keadaan kesehatan

pada usia tersebut- Gaya hidup memiliki peranan

penting terhadap terjadinya DM

Edukasi:Mengenai faktor resiko penyakit DM dari aspek keturunan/faktor genetic

Pasien

Pasien

1 minggu

1 minggu

- Pasien mengerti bahwa usia pasien merupakan usia rentan terkena penyakit degeratif dan penyakit metabolik

- Persepsi pasien lebih tepat mengenai hidup sehat (tidak dari indikator gemuk atau kurusnya seseorang)

- Pasien mengerti bahwa penyakit DM juga merupakan penyakit keturunan. Kakak dan adik pasien juga menderita DM

Page 23: LAporan Keluarga Binaan

No.

Kegiatan Rencana Intervensi Sasaran Waktu Hasil yang diharapkan

4. Aspek psikososial

Kurangnya pengetahuan mengenai penyakit metabolik seperti DM

Edukasi:- Mengenai penyakit DM,

termasuk bahaya dan komplikasinya

Pasien dan keluarga pasien

1 minggu

- pasien mengerti dan mampu memahami mengenai penyakit DM

Kurangnya pengetahuan mengenai bahaya mengkonsumsi makan-makanan instant (berpengawet), yang menggunakan penyedap rasa dan yang berlemak terlalu banyak.

Edukasi:- Pentingnya mengusahakan

memasak makanan sehat sendiri tanpa penyedap rasa.

Pasien dan keluarga pasien

1 minggu

- Pasien dan keluarga pasien dapat mengurangi mengkonsumsi makan-makanan dengan penyedap rasa

Kecenderungan penyakit metabolik pada keluarga pasien.

Edukasi:- Mengenai kemungkinan

timbulnya diabetes melitus pada pasien dan keluarga pasien karena adanya faktor genetik.

- Pentingnya pengaturan gaya hidup sehat;mengurangi makanan berlemak, perbanyak konsumsi sayur dan buah, olahraga teratur.

- Anjuran untuk melakukan skrining tekanan darahgula darah secara teratur.

Keluarga pasien

1 minggu

- Keluarga pasien mengerti mengenai kemungkinan diturunkannya penyakit metabolik (DM).

- Perubahan gaya hidup ke arah yang lebih sehat.

Page 24: LAporan Keluarga Binaan

- Awasi munculnya gejala dan tanda DM secara dini pada anggota keluarga yang lain

VII.4. Tindak Lanjut Dan Hasil Intervensi Pasien

Tanggal Intervensi Yang Dilakukan, Diagnosis Holistik & Rencana Selanjutnya

Kedatangan pertama

(9 Februari 2013)

Evaluasi:

- Pada kedatangan pertama ini, dievaluasi apakah terdapat perbaikan gejala klinis dari pasien, keteraturan meminum obat OAD (Obat Anti Diabetik), dan mengenai pola makan pasien.

Hasil :- Pasien minum obat yang telah diberikan secara teratur, dan didapatkan perbaikan gejala klinis. Pola

makan pasien yang kurang baik yaitu lebih suka makan-makanan yang berpengawet dan mengandung banyak lemak teramati pada evaluasi pertama ini.

- Pembina menambahkan data-data yang belum lengkap.Intervensi:

- Pada kedatangan pertama, intervensi yang dilakukan adalah edukasi mengenai penyakit DM (penyebab, faktor resiko, patofisiologi, pengobatan dan pentingnya pengobatan secara teratur dan disiplin serta pencegahannya) yang dilakukan terhadap pasien serta keluarga, serta anjuran untuk melakukan pemeriksaan kadar gula darah secara berkala.

- Menjelaskan bahwa penyakit DM adalah penyakit yang tidak lepas dari obat sehingga pasien harus selalu dan disiplin mengkonsumsi obat.

- Juga dilakukan edukasi untuk menjaga pola makan dan menerapkan hidup sehat.- Edukasi untuk memperbaiki pola makan pada pasien dan mengurangi makan-makanan berpengawet,

berlemak dan menggunakan penyedap rasa terlalu banyak. Menyarankan untuk lebih banyak makan sayur dan buah.

- Edukasi kepada pasien untuk menjaga agar tidak terjadi komplikasi lebih lanjut dari penyakitnya tersebut(misalnya dengan cara menyarankan agar terbiasa menggunakan sandal jepit agar tidak terjadi luka pada kaki)

TINDAK LANJUT I

(14Februari 2013)

Evaluasi:

- Evaluasi dari intervensi sebelumnya Hasil:- Pasien minum obat secara teratur dan mulai dapat melakukan aktivitas sehari-hari. Pemahaman

pasien mengenai penyakit DM serta faktor resikonya sudah lebih baik, namun pasien masih belum memeriksakan kadar gula darahnya.

- Frekuensi mengkonsumsi makan-makanan berlemak sudah berkurang, namun masih mengalami kesulitan makan karena masih belum terbiasa dengan makanan tanpa penyedap rasa. Pasien mulai mengurangi penggunaan penyedap rasa dalam masakannya.

Intervensi:Edukasi:- Aspek personal: Edukasi kepada pasien mengenai penyakit DM dan tatalaksananya, serta hal yang

perlu diperhatikan menyangkut komplikasinya.- Aspek klinik:

o Menjelaskan tentang DM, faktor resiko, penyebab, serta tatalaksana pengobatannya

Page 25: LAporan Keluarga Binaan

termasuk pentingnya keteraturan berobat dan pengobatan yang akan dilakukan serta rajin mengontrol kadar gula darah serta menjaga hidup sehat.

o Pentingnya gizi seimbang dan variasi makanan untuk memenuhi kebutuhan tubuh dan

meningkatkan daya tahan tubuh, serta pentingnya mengurangi jumlah cemilan, makan-makanan berlemak serta yang menggunakan penyedap rasa agar berat badan tetap terjaga.

- Aspek risiko internal: o Edukasi mengenai keadaan pasien dengan penyakit DM tersebut memiliki faktor resiko

genetika dan usia dari pasien itu sendiri.- Menjelaskan pentingnya gizi seimbang, kegiatan aktivitas fisik, dan mengontrol makanan-makanan

yang berlemak dan dengan penyedap rasa. - Aspek sosial:

o Edukasi mengenai pengolahan dan penyusunan menu makanan untuk pasien dengan

DM(konsultasi dengan klinik gizi Puskesmas Narmada)o Edukasi mengenai adanya kecederungan genetik penyakit degeneratif dalam keluarga dan

anjuran untuk meningkatkan gaya hidup sehat (makanan, olahraga/aktivitas fisik), serta anjuran deteksi dini pada anggota keluarga lainnya dengan mempelajari gejala-gejala pada penyakit DM.

TINDAK LANJUT II

(21Februari 2013)

Evaluasi:

- Obat OAD diminum secara teratur oleh pasien- Pola makan pasien sudah agak membaik, frekuensi dan jumlah makannya mulai

disesuaikan dengan diet pasien DM.- Kebiasaan makan makanan berlemak serta penggunaan penyedap rasa oleh pasien sudah

mulai dikurangi.- Pasien sering melakukan olahraga teratur seperti jalan-jalan setiap selesai shalat subuh

Edukasi:

- Agar meneruskan keteraturan meminum obat dan kontrol rutin ke puskesmas.- Menyarankan agar pasien mengecek gula darahnya di puskesmas secara teratur.- Promosi pentingnya gaya hidup sehat berupa makan makanan seimbang, rendah lemak,

tinggi serat, kaya buah dan sayuran serta berolahraga secara teratur minimal 3x/minggu selama 30 menit.

TINDAK LANJUT III (28 Februari 2013)

Evaluasi:

- Obat OAD diminum secara teratur oleh pasien, pasien rajin kontrol ke puskesmas- Pasien sudah mengecek kadar gula darahnya.- Pola makan pasien telah membaik, frekuensi dan jumlah makannya diatur sesuai dengan

diet pasien DM (konsultasi dengan klinik gizi Puskesmas Narmada).- Kebiasaan makan makanan berlemak serta penggunaan penyedap rasa oleh pasien sudah

dikurangi.- Pasien sudah mulai melakukan olahraga lebih sering (2x seminggu) dan melakukan

aktivitas fisik.

Edukasi:

- Agar meneruskan keteraturan meminum obat dan kontrol ke puskesmas- Menyarankan agar mengecek ulang gula darahnya di puskesmas secara teratur.- Promosi pentingnya gaya hidup sehat berupa makan makanan seimbang, rendah lemak,

Page 26: LAporan Keluarga Binaan

tinggi serat, kaya buah dan sayuran.- Menyarankan agar mengurangi penggunaan penyedap rasa dalam masakannya.- Menyarankan untuk berolahraga secara teratur minimal 3x/minggu selama 30 menit.- Kebiasaan positif yang sudah dilakukan disarankan untuk terus dilakukan.- Meneruskan semua pola hidup sehat yang telah dianjurkan

VII.5. Kesimpulan Penatalaksanaan Pasien Dalam Binaan Pertama

Diagnosis Holistik pada saat berakhirnya pembinaan pertama

- Aspek personal

pasien mengatakan sering makan dan minum. Namun walaupun seperti itu os mudah sekali lapar dan haus. Pasien juga mengaku sering kencing. Pasien mengaku berat badan pasien menurun walaupun pasien sering makan. Keluhan yang dirasakan berlangsung sejak 1 bulan yang lalu. Saat ini pasien telah mengaku selalu kontrol ke Puskesmas karena ingin sembuh dari penyakitnya. Harapan pasien saat ini adalah ia sangat ingin sembuh dan dapat beraktivitas seperti biasa lagi.

- Aspek klinik Diabetes Melitus

- Aspek risiko internal Pasien merupakan Laki-laki yang berumur 58 tahun dimana pada usia ini rentan terkena penyakit metabolic seperti Diabetes Melitus, di samping terdapat riwayat penyakit yang sama dalam keluarga, yaitu adik dan kakak pasien yang menderita DM. Di samping itu gaya hidup yang dialami oleh pasien menjadi aspek resiko bagi penyakit yang dialaminya saat ini.

- Aspek psikososial keluarga

àKurangnya pengetahuan keluarga mengenai penyakit degeneratif dan metabolic seperti Diabetes Melitus.

à Kurangnya pengetahuan keluarga mengenai bahaya kebiasaan pola makan yang tidak teratur dan sering

mengkonsumsi makan-makanan dengan penyedap rasa, berlemak serta berpengawet, serta anggapan yang

masih salah mengenai hidup sehat.

Kurangnya anggota keluarga yang bisa mengingatkan pasien untuk lebih bisa menaati pola hidup sehat

- Derajat fungsional : 1 , 2 , 3, 4, 5

Faktor pendukung terselesaikannya masalah kesehatan pasien

- Pasien dan keluarga terbuka terhadap edukasi dan motivasi yang diberikan Pembina.- Keadaan social ekonomi yang cukup, membantu pasien untuk mampu menerapkan pola makan yang sesuai

untuk pasien DM, serta untuk menerapkan pola hidup yang sehat.- Keinginan yang kuat dari pasien untuk bisa sembuh dari penyakitnya.

Page 27: LAporan Keluarga Binaan

Faktor penghambat terselesaikannya masalah pasien:

- Kesulitan merubah pola makan pasien yang kurang baik karena telah menjadi suatu kebiasaan sejak dulu.- Pasien merupakan seorang kepala keluarga yang yang sejak menderita penyakit DM sudah tidak bisa bekerja

lagi, sehingga aktifitas fisik akan menjadi berkurang. - Pasien hanya tinggal dengan istri dan anaknya sehingga tidak banyak orang yang bisa membantu pasien untuk

menerapkan segala hal berkaitan dengan kesehatannya. Terlebih istri pasien lebih sering tinggal di rumah anaknya dari pagi hingga sore. Sehingga pasien hanya tinggal berdua di rumah pada saat pagi sampai sore hari.

Rencana penatalaksanaan pasien selanjutnya:

- Edukasi untuk selalu meminum OAD (Obat Anti Diabetes) secara teratur dan terkontrol samapai dengan mencapai kadar gula darah yang diharapkan/kadar gula darah yang terkontrol.

- Terus menganjurkan pemeriksaan kadar gula darah pada laboratorium pemerikssaan di pusat pelayanan kesehatan masyarakat terdekat.

- Mengajak keluarga pasien untuk terus bergaya hidup sehat dengan memperhatikan pola makan, menambah kegiatan/aktivitas fisik, serta menjalani hidup sehat agar anggota keluarga lainnya tidak memiliki kecenderungan penyakit ini (mencegah terjadinya penyakit DM dengan mengurangi faktor resiko yang ada)