Laporan Kasus Trauma Okuli
-
Upload
andy-shariff -
Category
Documents
-
view
555 -
download
28
Transcript of Laporan Kasus Trauma Okuli
-
8/17/2019 Laporan Kasus Trauma Okuli
1/28
BAB 1
PENDAHULUAN
Trauma okuli merupakan trauma atau cedera yang terjadi pada mata yang
dapat mengakibatkan kerusakan pada bola mata, kelopak mata, saraf mata dan rongga
orbita, kerusakan ini akan memberikan penyulit sehingga mengganggu fungsi mata
sebagai indra penglihat. Trauma okuli merupakan salah satu penyebab yang sering
menyebabkan kebutaan unilateral pada anak dan dewasa muda, karena kelompok usia
inilah yang sering mengalami trauma okuli yang parah. Dewasa muda (terutama laki-
laki) merupakan kelompok yang paling sering mengalami trauma okuli. Penyebabnya
dapat bermacam-macam, diantaranya kecelakaan di rumah, kekerasan, ledakan,
cedera olahraga, dan kecelakaan lalu lintas.
Pre!alensi kebutaaan akibat trauma okuli secara nasional belum diketahui
dengan pasti, namun pada "ur!ey #esehatan $ndra Penglihatan dan Pendengaran pada
tahun %%&-%%' didapatkan bahwa trauma okuli dimasukkan ke dalam penyebab
kebutaan lain-lain sebesar ,* dari jumlah total kebutaan nasional yang berkisar
,*. Trauma okuli juga bukan merupakan besar penyakit mata yang
menyebabkan kebutaan.+
"ecara umum trauma okuli dibagi menjadi dua yaitu trauma okuli perforans
dan trauma okuli non perforans. "edangkan klasifikasi trauma okuli berdasarkan
mekanisme trauma terbagi atas trauma mekanik (trauma tumpul dan trauma tajam),
trauma radiasi (sinar inframerah, sinar ultra!iolet, dan sinar ) dan trauma kimia
(bahan asam dan basa).
-
8/17/2019 Laporan Kasus Trauma Okuli
2/28
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Definisi Trauma Okuli Tumpul
Trauma tumpul merupakan trauma pada mata yang diakibatkan benda yang
keras dengan ujung tumpul, dimana benda tersebut dapat mengenai mata dengan
kencang atau lambat sehingga terjadi kerusakan pada jaringan bola mata atau daerah
sekitarnya.&, Trauma tumpul biasanya terjadi karena kecelakaan di rumah, kekerasan,
ledakan, cedera olahraga, dan kecelakaan lalu lintas. Trauma tumpul dapat bersifat
oupe maupun ounter oupe, yaitu terjadinya tekanan akibat trauma diteruskan
pada arah horisontal di sisi yang berseberangan sehingga jika tekanan benda
mengenai bola mata akan diteruskan sampai dengan makula.&,
/ambar +.. /ambar anatomi bola mata
+
-
8/17/2019 Laporan Kasus Trauma Okuli
3/28
2.1.1 Klasifikasi Trauma Okuli
0enurut 12TT klasifikasi trauma okuli dapat digambarkan menurut bagan
berikut3
1agan +.. #lasifikasi Trauma 4kuli 0enurut 12TT
0enurut klasifikasi 12TT trauma okuli dibedakan menjadi closed globe dan
open globe. Closed globe adalah trauma yang hanya menembus sebagian kornea,
sedangkan open globe adalah trauma yang menembus seluruh kornea hingga masuk
lebih dalam lagi. "elanjutnya closed globe injury dibedakan menjadi contusio dan
lamellar laceration. "edangkan open globe injury dibedakan menjadi rupture dan
laceration yang dibedakan lagi menjadi penetrating, IOFB, dan perforating .
#lasifikasi trauma okuli dapat dijabarkan dalam skema sebagai berikut3
&
-
8/17/2019 Laporan Kasus Trauma Okuli
4/28
1agan +.+ "kema diagram alur trauma okuli
0enurut skema diatas, secara garis besar trauma okuli dibagi menjadi dua
yaitu trauma okuli non perforans dan perforans, yang keduanya memiliki potensi
menimbulkan ruptur pada perlukaan kornea, iris dan pupil. Trauma tumpul mampu
menimbulkan trauma okuli non perforans yang dapat menimbulkan komplikasi
sepanjang bagian mata yang terkena (bisa meliputi mulai dari bagian kornea hingga
retina).
"elain berdasarkan efek perforasi yang ditimbulkan trauma okuli juga juga
bisa diklasifikasikan berdasarkan penyebabnya yaitu3
− Trauma tumpul (contusio okuli) (non perforans)
− Trauma tajam (perforans)
−Trauma 5adiasi
- Trauma radiasi sinar inframerah, Trauma radiasi sinar ultra!iolet,
Trauma radiasi sinar dan sinart terionisasi
− Trauma #imia
- Trauma asam, Trauma basa
Trauma okuli non perforans akibat benda tumpul dimana benda tersebut dapat
mengenai mata dengan keras (kencang) ataupun lambat, mampu menimbulkan efek
atau komplikasi jaringan seperti pada kelopak mata, konjungti!a, kornea, u!ea, lensa,
retina, papil saraf optik dan orbita secara terpisah atau menjadi gabungan satu
kejadian trauma jaringan mata.
2.1.2 PATOISIOLO!I
Terdapat empat mekanisme yang menyebabkan terjadi trauma okuli yaitu coup,
countercoup,equatorial , global reposititioning 3
Coup adalah kekuatan yang disebabkan langsung oleh trauma. Countercoup
merupakan gelombang getaran yang diberikan oleh cuop, dan diteruskan melalui
okuler dan struktur orbita. 6kibat dari trauma ini, bagian equator dari bola mata
cenderung mengambang dan merubah arsitektur dari okuli normal. Pada akhirnya,
bola mata akan kembali ke bentuk normalnya, akan tetapi hal ini tidak selalu seperti
yang diharapkan.
-
8/17/2019 Laporan Kasus Trauma Okuli
5/28
Trauma mata yang sering adalah yang mengenai kornea dan permukaan luar
bola mata (konjungti!a) yang disebabkan oleh benda asing. 0eskipun demikian
kebanyakan trauma ini adalah kecil, seperti penetrasi pada kornea dan pembetukan
infeksi yang berasal dari terputusnya atau perlengketan pada kornea yang mana hal
ini dapat menjadi serius. 1enda asing dan aberasi di kornea menyebabkan nyeri dan
iritasi yang dapat dirasakan sewaktu mata dan kelopak mata digerakkan. Defek epitel
kornea dapat menimbulkan keruhan serupa. 7luoresens akan mewarnai membran
basal epitel yang terpajan dan dapat memperjelas kebocoran cairan akibat luka
tembus (uji "eidel positif)+
/ambar +.+ Patofisiologi pada trauma tumpul dikutip dari kepustakaan '
2.1." #anifes$asi Trauma Okuli
/ejala klinis yang dapat terjadi pada trauma mata antara lain perdarahan atau
keluar cairan dari mata, memar pada sekitar mata, penurunan !isus dalam waktu yang
mendadak, penglihatan ganda, mata bewarna merah, nyeri dan rasa menyengat pada
mata, sakit kepala, mata terasa /atal, terasa ada yang mengganjal pada mata, dan
fotopobia.',8,9
1erikut ini dijelaskan lebih lanjut tentang beberapa manifestasi klinis yang
dapat muncul akibat trauma benda tumpul pada okuli diantaranya antara lain3
1. Trauma Tumpul Kel%pak #a$a
5ebound
compression wa!e
ompressio
n wa!e5eflected
compressionDirect
-
8/17/2019 Laporan Kasus Trauma Okuli
6/28
Hema$%ma palpe&ra
:ematoma palpebra merupakan pembengkakan atau penimbunan darah di
bawah kulit kelopak akibat pecahnya pembuluh darah palpebra. :ematoma palpebra
merupakan kelainan yang sering terlihat pada trauma tumpul okuli. 1ila perdarahan
terletak lebih dalam dan mengenai kedua kelopak dan berbentuk seperti kacamata
hitam (racoon eye) yang sedang dipakai, terjadi akibat pecahnya arteri oftalmika
yang merupakan tanda fraktur basis kranii. Pada pecahnya arteri oftalmika maka
darah masuk kedalam kedua rongga orbita melalui fisura orbita. Penanganan pertama
dapat diberikan kompres dingin untuk menghentikan perdarahan. "elanjutnya untuk
memudahkan absorpsi darah dapat dilakukan kompres hangat pada palpebra. +,',8
/ambar +.& 2dema palpebra
2. Trauma $umpul K%n'un($i)a
E*ema k%n'un($i)a
;aringan konjungti!a yang bersifat selaput lendir dapat menjadi kemotik (edema)
pada setiap kelainan termasuk akibat trauma tumpul. 1ila palpebra terbuka dan
konjungti!a secara langsung terekspose dengan dunia luar tanpa dapat mengedip
maka keadaan ini telah dapat mengakibatkan edema pada konjungti!a. 2dema
konjungti!a yang berat dapat mengakibatkan palpebra tidak menutup sehingga
bertambah rangsangan terhadap konjungti!a. +,',8
'
-
8/17/2019 Laporan Kasus Trauma Okuli
7/28
/ambar +. 2dema konjungti!a
Hema$%ma su&k%n'un($i)a
:ematoma subkonjungti!a terjadi akibat pecahnya pembuluh darah yang
terdapat dibawah konjungti!a, seperti arteri konjungti!a dan arteri episklera.
Pecahnya pembuluh darah ini bisa akibat dari batuk rejan, trauma tumpul atau pada
keadaan pembuluh darah yang mudah pecah. 1ila tekanan bola mata rendah dengan
pupil lonjong disertai tajam penglihatan menurun dan hematoma subkonjungti!a
maka sebaiknya dilakukan eksplorasi bola mata untuk mencari kemungkinan adanya
ruptur bulbus okuli. +,',8
/ambar +. :ematoma subkonjungti!a
". Trauma Tumpul pa*a K%rnea
E*ema k%rnea
Trauma tumpul dapat mengenai membran descement yang mengakibatkan
edema kornea. 2dema kornea dapat meberikan keluhan berupa penglihatan kabur dan
terlihatnya pelangi sekitar bola lampu atau sumber cahaya yang dilihat. #ornea dapat
terlihat keruh. 2dema kornea yang berat dapat mengakibatkan masuknya serbukan sel
radang dan neo!askularisasi ke dalam jaringan stroma kornea.
+,',8
Er%si k%rnea
2rosi kornea merupakan keadaan terkelupasnya epitel kornea yang dapat diakibatkan
oleh gesekan keras pada epitel kornea. 2rosi dapat terjadi tanpa cedera pada membran
basal. Dalam waktu singkat epitel sekitar dapat bermigrasi dengan cepat dan
8
-
8/17/2019 Laporan Kasus Trauma Okuli
8/28
menutupi defek epitel tersebut. 2rosi di kornea menyebabkan nyeri dan iritasi yang
dapat dirasakan sewatu mata dan kelopak mata digerakkan. Pola tanda goresan
!ertikal di kornea mengisyaratkan adanya benda asing tertanam di permukaan
konjungti!a tarsalis di kelopak mata atas. Pemakaian berlebihan lensa kontak
menimbulkan edema kornea.Pada erosi pasien akan merasa sakit sekali akibat erosi
merusak kornea yang mempunyai serat sensibel yang banyak, mata berair, fotofobia
dan penglihatan akan terganggu oleh media yang keruh. Pada kornea akan terlihat
adanya defek epitel kornea yang bila diberi fuorosein akan berwarna hijau . +,&,',8
+. Trauma Tumpul pa*a U)ea
Iri*%ple(ia
#elumpuhan otot sfingter pupil yang bisa diakibatkan karena trauma tumpul
pada u!ea sehingga menyebabkan pupil menjadi lebar atau midriasis. Pasien akan
sukar melihat dekat karena gangguan akomodasi dan merasakan silau karena
gangguan pengaturan masuknya cahaya ke pupil. Pupil terlihat tidak sama besar atau
anisokoria dan bentuk pupil dapat menjadi ireguler. Pupil biasanya tidak bereaksi
terhadap sinar. &,',8
Iri*%*ialisis
$ridodialisis adalah keadaan dimana iris terlepas dari pangkalnya sehingga
bentuk pupil tidak bulat dan pada pangkal iris terdapat lubang. "aat mata kita
berkontak dengan benda asing, maka mata akan bereaksi dengan menutup kelopak
mata dan mata memutar ke atas. $ni alasannya mengapa titik cedera yang paling
sering terjadi adalah pada temporal bawah pada mata. Pada daerah inilah iris sering
terlihat seperti peripheral iris tears (iridodialisis). "aat mata tertekan maka iris perifer
akan robek pada akarnya dan meninggalkan crescentic gap yang berwarna hitam
tetapi reflek fundus masih dapat diobser!asi. :al ini mudah terjadi karena bagian
iris yang berdekatan dengan badan silier gampang robek.
-
8/17/2019 Laporan Kasus Trauma Okuli
9/28
Pasien akan melihat ganda dengan satu matanya. Pada iridodialisis akan terlihat pupil
lonjong. 1iasanya iridodialisis terjadi bersama-sama dengan terbentuknya hifema.
1ila keluhan demikian maka pada pasien sebaiknya dilakukan pembedahan dengan
melakukan reposisi pangkal iris yang terlepas. ,&,
Hifema
:ifema adalah darah di dalam bilik mata depan (camera okuli anterior=46)
yang dapat terjadi akibat trauma tumpul sehingga merobek pembuluh darah iris atau
badan siliar. Trauma tumpul sering merobek pembuluh-pembuluh darah iris atau
badan siliar dan merusak sudut kamera okuli anterior. Darah di dalam cairan dapat
membentuk suatu lapisan yang dapat terlihat (hifema). /laukoma akut terjadi apabila
jaringan trabekular tersumbat oleh fibrin dan sel atau apabila pembentukan bekuan
darah menyebabkan sumbatan pupil. ,&,
:ifema dibagi dalam grade berdasarkan tampilan klinisnya 3
. grade $3 menutupi > =& 46 (amera 4kuli 6nterior)
+. grade $$3 menutupi =&-=+ 46
&. grade $$$3 menutupi =+-&= 46
. grade $?3 menutupi &=-seluruh 46
Pasien akan mengeluh sakit disertai dengan epifora dan blefarospasme.
Penglihatan pasien akan sangat menurun dan bila pasien duduk hifema akan terlihat
terkumpul dibagian bawah bilik mata depan dan dapat memenuhi seluruh ruang bilik
mata depan. #adang-kadang terlihat iridoplegia dan iridodialisis. Tanda-tanda klinis
lain berupa tekanan intraokuli (T$4) normal=meningkat=menurun, bentuk pupil
normal=midriasis=lonjong, pelebaran pembuluh darah perikornea, kadang diikuti erosi
kornea. ',8,
Iri*%sikli$is
@aitu radang pada u!ea anterior yang terjadi akibat reaksi jaringan u!ea pada
post trauma. Pada mata akan terlihat mata merah, akbat adanya darah yang berada di
dalam bilik mata depan maka akan terdapat suar dan pupil mata yang mengecil yang
mengakibatkan !isus menurun. "ebaiknya pada mata diukur tekanan bola mata untuk
persiapan memeriksa fundus dengan midriatika. &
,. Trauma $umpul pa*a Lensa
%
-
8/17/2019 Laporan Kasus Trauma Okuli
10/28
Su&luksasi Lensa
"ubluksasi
-
8/17/2019 Laporan Kasus Trauma Okuli
11/28
dapat juga penglihatan berkurang akibat tertimbunya daerah makula oleh sel pigmen
epitel.&,
E*ema makular
2dema makular (edema berlin) adalah suatu kondisi dimana terjadi
pembengkakan atau penebalan dari pusat retina yaitu makula dan biasanya
berhubungan dengan penglihatan sentral yang kabur atau distorsi.&,8 2dema makula
terjadi ketika deposit cairan dan protein terkumpul didalam makula, menyebabkan
penebalan dan pembengkakan sehingga mengakibatkan distorsi penglihatan sentral.
0akula adalah bagian retina yang bertanggung jawab untuk ketajaman penglihatan
sentral karena kaya akan sel fotoreseptor kerucut. 6kumulasi cairan makula
mengubah fungsi sel di retina serta mempro!okasi respon inflamasi.,'
A&lasi e$ina
@aitu terlepasnya retina dari koroid yang bisa disebabkan karena trauma.
1iasanya pasien telah mempunyai bakat untuk terjadinya ablasi retina. Pada pasien
akan terdapat keluhan ketajaman penglihatan menurun, terlihat adanya selaput yang
seperti tabir pada pandangannya. Pada pemeriksaan fundus kopi akan terlihat retina
berwarna abu-abu dengan pembuluh darah yang terangkat dan berkelok-kelok.
up$ur K%r%i*
5uptur biasanya terletak pada polus posterior bola mata dan melingkar
konsentris di sekitar papil saraf optik, biasanya terjadi perdarahan subretina akibat
dari ruptur koroid. 1ila ruptur koroid terletak atau mengenai daerah makula lutea
maka akan terjadi penurunan ketajaman penglihatan.
A)ulsi papil saraf %p$ik
"araf optik terlepas dari pangkalnya di dalam bola mata yang bisa diakibatkan
karena trauma tumpul. Penderita akan mengalami penurunan tajam penglihatan yang
sangat drastis dan dapat terjadi kebutaan. Penderita perlu dirujuk untuk menilai
kelainan fungsi retina dan saraf optiknya ($lyas, +&B ;ack ;, +).
2.1.+ Dia(n%sis Trauma Okuli
-
8/17/2019 Laporan Kasus Trauma Okuli
12/28
Cntuk menegakkan diagnosis trauma okuli sama dengan penegakan diagnosis
pada umumnya, yaitu dimulai dari anamnesis, pemeriksaan fisik, dan pemeriksaan
penunjang. 6namnesis harus mencakup perkiraan ketajaman penglihatan sebelum dan
segera sesudah cedera. :arus dicatat apakah gangguan penglihatan bersifat progresif
lambat atau timbul mendadak. :arus dicurigai adanya benda asing intraokular apabila
terdapat riwayat memalu, mengasah, atau ledakan.
Pada anamnesis kasus trauma mata ditanyakan mengenai proses terjadi trauma,
benda apa yang mengenai mata tersebut, bagaimana arah datangnya benda yang
mengenai mata tersebut apakah dari depan, samping atas, bawah dan bagaimana
kecepatannya waktu mengenai mata. Perlu ditanyakan pula berapa besar benda yang
mengenai mata dan bahan benda tersebut apakah terbuat dari kayu, besi atau bahan
lain. 6pabila terjadi penurunan penglihatan, ditanyakan apakah penurunan
penglihatan itu terjadi sebelum atau sesudah kecelakaan. Ditanyakan juga kapan
terjadinya trauma. 6pakah trauma disertai dengan keluarnya darah dan rasa sakit dan
apakah sudah dapat pertolongan sebelumnya. +
Pada pemeriksaan fisik, keadaan umum terlebih dahulu diperiksa, karena =&
hingga kejadian trauma mata bersamaan dengan cedera lain selain mata. Cntuk itu
perlu pemeriksaan neurologis dan sistemik mencakup tanda-tanda !ital, status mental,
fungsi, jantung dan paru serta ekstremitas. "elanjutnya pemeriksaan mata dapat
dimulai dengan +3
. 0enilai tajam penglihatan, bila parah3 diperiksa proyeksi cahaya, diskriminasi
dua titik dan defek pupil aferen.
+. Pemeriksan motilitas mata dan sensasi kulit periorbita.
-
8/17/2019 Laporan Kasus Trauma Okuli
13/28
Pemeriksaan penunjang yang dapat dilakukan antara lain C"/ mata, T scan,
hingga 05$. Pemeriksaan darah lengkap, status kardiologi, radiologi dapat
ditambahkan jika akan dilakukan tindakan tertentu yang membutuhkan pemeriksaan
penunjang tersebut.
2.1., Pena$alaksanaan Trauma Okuli
Penatalaksanaan pada trauma mata bergantung pada berat ringannya trauma
ataupun jenis trauma itu sendiri. Eamun demikian ada empat tujuan utama dalam
mengatasi kasus trauma okular adalah 3
- 0emperbaiki penglihatan.
- 0encegah terjadinya infeksi.
- 0empertahankan arsitektur mata.
- 0encegah sekuele jangka panjang.
Penanganan Trauma 4culus Eon Perforans 3
"etiap pasien trauma mata seharusnya mendapatkan pengobatan antitetanus
toksoid untuk mencegah terjadinya infeksi tetanus dikemudian hari terutama trauma
yang menyebabkan luka penetrasi. 6pabila jelas tampak ruptur bola mata, maka
manipulasi lebih lanjut harus dihindari sampai pasien mendapat anastesi umum.
"ebelum pembedahan jangan diberi obat siklopegik ataupun antibiotic topical karenakemungkinan toksisitas pada jaringan intraocular yang terpajan.
1erikan antibiotik sistemik spectrum luas dan upayakan memakai pelindung
mata(bebat mata). 6nalgetik dan antiemetik diberikan sesuai kebutuhan, dengan
retriksi makanan dan minum. $nduksi anastesi umum dengan menggunakan obat-obat
penghambat depolarisasi neuron muscular, karena dapat meningkatkan secara
transient tekanan di dalam bola mata sehingga meningkatkan kecendrungan herniasi
isi intraocular. 6nak juga lebih baik diperiksa awal dengan bantuan anstetik umum
yang bersifat singkat untuk memudahkan pemeriksaan. Pada trauma yang berat,
seorang dokter harus selalu mengingat kemungkinan timbulnya kerusakan lebih lanjut
akibat manipulasi yang tidak perlu sewaktu berusaha melakukan pemeriksaan bola
mata lengkap. @ang tak kalah pentingnya yaitu kesterilan bahan atau Aat seperti
&
-
8/17/2019 Laporan Kasus Trauma Okuli
14/28
anastetik topical, Aat warna, dan obat lain maupun alat pemeriksaan yang diberikan ke
mata.
1enda berbentuk partikel kecil harus dikeluarkan dari abrasi kelopak untuk
mengurangi resiko pembentukan tato kulit.
-
8/17/2019 Laporan Kasus Trauma Okuli
15/28
%. +. 7raktur sepertiga tengah muka.
. a. 7raktur hidung (os nasale).
. b. 7raktur maksila (os maFilla).
+. c. 7raktur Aigomatikum (os Aygomaticum dan arcus Aygomaticus).
&. d. 7raktur orbital (os orbita).
. &. 7raktur sepertiga bawah muka.
. a. fraktur mandibula (os mandibula).
'. b. /igi (dens).
8. c. Tulang al!eolus (os al!eolaris).
9. 2.2." rak$ur %r&i$al 0%s %r&i$a
%. 4rbita terbagi dalam empat bagian3 atap, dinding medial, dinding
lateral dan lantai (dinding inferior). 6tap orbita hampir seluruhnya terdiri dari
dataran orbital dari tulang frontal, dan pada posteriornya terdiri dari greater
wing of sphenoid. Dinding medial, yaitu dinding yang paling tipis terbentuk
dari prosesus frontal maksila dan tulang lakrimal yang sama-sama membentuk
lekuk lakrimal. Di belakang crest lakrimal posterior adalah lamina papyracea
tulang ethmoid yang sangat tipis dan lesser wing of sphenoid dan foramen
optik. Dinding inferior yang berbentuk segitiga terdiri dari tulang Aigomatik,
prosesus orbita dari tulang palatinal dan sebagian besar dari dataran orbita
maksila yang terletak di anterior pada fisur orbita inferior.
+. 1agian dari maksila ini merupakan bagian yang paling sering terlibat
di fraktur blow-out pada dinding inferior orbita. Dinding lateral orbita pula terdiri
dari prosesus frontal dari Aigoma dan tulang frontal pada anterior, serta greater wing
of sphenoid pada posterior.
-
8/17/2019 Laporan Kasus Trauma Okuli
16/28
+. /ambar '. 6tap dari orbita (5obert,%9)
++.
+&.
+. /ambar 8. Dinding 0edial 4rbita (5obert, %9)
+.
+'. /ambar 9. Dinding $nferior dari 4rbita (5obert, %9)
+8.
'
-
8/17/2019 Laporan Kasus Trauma Okuli
17/28
+9. /ambar %. Dinding
-
8/17/2019 Laporan Kasus Trauma Okuli
18/28
&'. (T4E) merupakan suatu cedera akut pada saraf optik oleh karena
trauma. 6kson-akson saraf optik dapat rusak secara langsung maupun tidak langsung
dan kehilangan penglihatan dapat parsial hingga komplit. edera tidak langsung pada
saraf optik terjadi akibat adanya transmisi tekanan ke kanal optik pada saat trauma
tumpul. "ebaliknya, cedera langsung yang mengakibatkan kerusakan anatomis saraf
optik terjadi pada luka tusuk orbital, adanya fragmen tulang dalam kanal optik, atau
hematoma pada pembungkus saraf. '
"/. 2.".2E$i%l%(i
&9. T4E dikaitkan dengan kecelakaan dengan momentum tinggi dan
trauma wajah. #ecelakaan sepeda motor, kekerasan, luka tumpul, luka tusuk,
luka tembak, dan pembedahan endoskopi sinus merupakan penyebab T4E.
-
8/17/2019 Laporan Kasus Trauma Okuli
19/28
. Tidak seperti cedera tidak langsung, cedera langsung menyebabkan
perubahan segera pada fundus yang merangsang oklusi arteri retina sentralis, oklusi
!ena retina sentralis atau iskemia anterior neuropati optik.9
+-. 2.".+ Pa$%fisi%l%(i
8. T4E terjadi secara multifaktorial, beberapa penelitian menyimpulkan
adanya mekanisme primer dan sekunder dari cedera yang terjadi. edera
langsung terjadi pada trauma tajam, fraktur orbita dengan fraktur midfasial.
edera tidak langsung umumnya disebabkan oleh adanya gaya tekanan pada
cedera kepala yang ditransmisikan hingga ke saraf optik.
9. 1aik cedera langsung maupun tidak langsung menyebabkan kerusakan
mekanis ataupun iskemia pada saraf optik. Terkadang cedera okuli sangat kecil
hingga tidak terlihat adanya penyebab eksternal. 2dema pada rongga tertutup,
nekrosis akibat kontusio, robekan serabut saraf, dan infark oleh karena thrombus dan
spasme berpotensial menyebabkan cedera saraf optik.8
a. Primer
%. 0ekanisme primer menyebabkan kerusakan permanen pada akson saraf optik
pada saat terjadinya cedera. #ontusio pada akson saraf optik menyebabkan iskemia
dan edema lokal saraf optik, selanjutnya menyebabkan kompresi neural dalam rongga
kanal optik. 6bnormalitas aFon fokal terangsang, dengan karakteristik gangguan
transpor aksonal, hingga terjadi apoptosis sel. 5obekan pada mikro!askular dan
cedera akson menyebabkan terjadinya perdarahan dalam saraf optik dan
pembungkusnya.,+
b. "ekunder
50. 0ekanisme sekunder menyebabkan pembengkakan saraf optik setelah terjadi
cedera akut. /angguan homeostasis selular disekitar area kerusakan saraf optik yang
ire!ersibel, melalui mekanisme yang berbeda namun saling berhubungan yang
menyebabkan kerusakan akson. 0eskipun nantinya pembengkakan atau kontusio
pada saraf dapat membaik, kerusakan pada akson merupakan kerusakan permanen.8
. 0ekanisme ini antara lain 3
. $skemia dan cedera reperfusi - iskemia parsial oleh karena berkurangnya
aliran darah. Tetapi reperfusi pada area iskemik transien menyebabkan
%
-
8/17/2019 Laporan Kasus Trauma Okuli
20/28
peroksidasi lipid membran sel dan pelepasan radikal bebas yang menyebabkan
kerusakan jaringan.
+. 1radikinin 3 diakti!asi setelah terjadinya trauma, dan menyebabkan pelepasan
asam arakhidonat dari neuron. Prostaglandin yang dihasilkan dari
metabolisme asam arakhidonat, radikal bebas dan lipid peroksidasemenyebabkan edema pada kanal optik.
&. $on kalsium 3 setelah terjadinya iskemia saraf optik, ion kalsium masuk ke
intraselular. 0eningkatnya konsentrasi kalsium intrasel berperan menjadi
toksin metabolik dan menyebabkan kematian sel.
. Proses inflamasi 3 sel polimorfonuklear (P0E) banyak pada + hari pertama
setelah trauma, kemudian digantikan oleh makrofag dalam -8 hari. P0E
menyebabkan kerusakan yang cepat, sementara makrofag menunda kerusakan
jaringan, demielinasi dan gliosis. 8
+.
,". 2."., !am&aran Klinis
,+. T4E posterior terkadang sulit dinilai terutama pada pasien dengan
cedera multipel, terutama pada pasien tidak sadarkan diri. Pemeriksaan teliti
harus dilakukan secepat mungkin, kemungkinan hanya diperoleh defek aferen
pupil pada pemeriksaan. Defisit penglihatan ber!ariasi dari penglihatan
normal dengan defek lapangan pandang hingga kehilangan total terhadap
persepsi cahaya. 9
. 2.".- Dia(n%sis
'. Diagnosis T4E berdasarkan klinis, dengan adanya trauma kepala dan
wajah yang menyebabkan gangguan penglihatan. Pasien mengalami
kehilangan penglihatan yang mendadak, berat, dan unilateral. #ondisi ini
dapat bermanifestasi segera atau dalam hitungan jam hingga hari setelah
trauma. 5iwayat penyakit perlu ditanyakan apakah adanya defisit penglihatan
sebelum trauma, riwayat penyakit sebelumnya, obat-obatan dan alergi obat.
,/. Pemeriksaan Klinis
9. Pada situasi akut, dimana pasien dalam keadaan tidak sadar dan
penilaian ketajaman penglihatan tidak dapat dilakukan, penegakan diagnosis T4E
+
-
8/17/2019 Laporan Kasus Trauma Okuli
21/28
dapat terhambat. Pada pasien sadar, dapat dilakukan berbagai tes untuk membantu
penegakan diagnosis , antara lain3 '
. #etajaman penglihatan. Diperiksa dengan menggunakan Snellens chart atau
kartu baca jarak dekat. 6ngka kejadian tidak respon cahaya ber!ariasi
tergantung pada kejadian trauma. :arus diingat bahwa kurang dari * kasus
terjadi penurunan penglihatan akibat cedera saraf optik sekunder.
1agaimanapun tajam penglihatan harus dinilai kembali setelah + jam.
%.
+. !elati"e afferent pupillary defect #!$%&' ( dinilai dengan s)inging flashlight
test . ahaya yang masuk ke mata normal akan merangsang pupil konstriksi
dan juga merangsang pupil mata lain ikut berkonstriksi. Terjadi penurunan
stimulasi pupilomotor yang mencapai batang otak ketika cahaya masuk ke
mata pada cedera saraf optik dibandingkan pada bagian yang tidak cedera,
sehingga respon pupil menurun. 56PD tidak ada pada T4E bilateral.
'.
&. Penglihatan warna. Pasien diminta untuk melihat objek berwarna merah
dengan sebelah mata. 4bjek akan dipersepsikan berwarna hitam, coklat, atau
merah buram pada mata yang cedera.
'.
.
-
8/17/2019 Laporan Kasus Trauma Okuli
22/28
sudah ada sebelum trauma. #erusakan pada saraf optik distal pada orbita,
kanal optik, atau rongga intrakranial tidak menunjukkan perubahan tampilan
selama &- minggu.
63.
64.
65.
66.
'8.
'9.
'%.
8.
8.
8+.
8&.
8.
8.
*+ /ambar +.&. &isc pallor from trauma
**
*-
*.
-/
-0
-1
-2
9.
9.
9'.98.
-- /ambar +. 3eft optic ner"e has a pin4ish rim surrounding a )hite center
The right optic ner"e loo4s much paler in comparison
-.
++
-
8/17/2019 Laporan Kasus Trauma Okuli
23/28
./
.0
.1
.2
.5
.6
%'. /ambar +. 6trofi Papil
'. 6dneksa okuli. Pemeriksaan dapat menunjukkan fraktur tepi atau dinding
orbita, edema orbita, proptosis atau enopthalmus, atau disfungsi otot ekstra
okuli.
8. Tekanan intraokuli. Tonometri harus dilakukan pada orbita yang intak.
Peningkatan tekanan intraokuli dapat bersamaan pada hematom orbital,
perdarahan orbital, emfisema orbital, atau edema jaringan lunak.',8
/.
3. Pemeriksaan Penun'an(
. 7isual e"o4ed potential #78%'
%%. #arena sulitnya penilaian neuro-oftalmologi pada fungsi jaras
!isual pada pasien cedera berat atau selama rekonstruksi kraniomaksilofasial,
?2P dan elektroretinogram (25/) diyakini sebagai metode elektrofisiologis
untuk mengumpulkan informasi apakah fungsi penglihatan intak ataupun
patologis. ?2P juga digunakan sebagai alat diagnostik pada pasien yang
diduga cedera saraf optik bilateral. 8
100. 2!aluasi elektrofisiologi dengan multiplanar T penting pada
identifikasi segera pada trauma saraf optik. :asil e!aluasi memberikan
informasi apakah dibutuhkan inter!ensi bedah dan=atau terapi konser!atif
untuk mencegah kerusakan sekunder saraf optik. 8
+. Imaging
141. Pada pasien politrauma dengan penurunan kesadaran, CT9scan
dengan eksplorasi klinis merupakan metode penting untuk menilai T4E pada
keadaan darurat yang akut. :asil pemeriksaan dapat menunjukkan tanda
patologi saraf optik, berupa hematoma pembungkus saraf optik, fraktur pada
+&
-
8/17/2019 Laporan Kasus Trauma Okuli
24/28
greater atau lesser )ing sphenoid, hematoma superiosteal, perdarahan hingga
apeks orbital, sinus ethmoid dam sphenoid, dan pneumoencep halus. ',8
142. 2."./ Pena$alaksanaan
&. "ebagian besar penanganan pada T4E meliputi obser!asi, steroid dan
dekompresi bedah.',8
.
.
'. . 0edikamentosa.
8. Pada kasus T4E dimana tidak terdapat kontraindikasi pemberian
kortikosteroid, dosis awal metilprednisolone diberikan sebanyak &mg=kg=$?,
dilanjutkan mg=kg11 pada + jam kemudian, dan mg=kg11 setiap ' jam. ;ika
terdapat perbaikan !isual, dosis steroid dilanjutkan hingga hari ke-, kemudian
diturunkan secara cepat. ;ika tidak terdapat perbaikan dalam 9-8+ jam, pemberian
steroid langsung dihentikan tanpa penurunan dosis sebelumnya.
9. Pemberian kortikosteroid mega dosis dalam 9 jam pertama setelah
cedera kemungkinan dapat memperbaiki pembengkakan saraf optik. Eamun,
0etilprednisolon belum terbukti efektif dibandingkan obser!asi pada terapi T4E, dan
keterlambatan penanganan terapi dan derajat kehilangan penglihatan belum jelas
terbukti mempengaruhi prognosis.',8
%. +. Pembedahan
114. Dekompresi bedah optik kanal dan pembungkus saraf optik digunakan
sebagai terapi T4E indirek. Tetapi tidak terdapat konsensus waktu optimum untuk
inter!ensi optimum. Peningkatan tekanan intrakanalikuli dapat menyebabkan
gangguan !askular dengan iskemia hingga kebutaan, dan dekompresi saraf optik
secara teori membebaskan strangulasi dan mengembalikan fungsi saraf. Prosedur ini
ditambah dengan pemberian steroid untuk mengurangi inflamasi dan edema.
1erbagai metode bedah yang digunakan berupa kraniotomi trans nasalis, eFtra-nasal
trans-ethmoidalis, trans-nasal trans-ethmoidalis, lateral fasial, sublabial, dan
endoskopi.9
+
-
8/17/2019 Laporan Kasus Trauma Okuli
25/28
. Pada hematoma pembungkus saraf optik dapat die!akuasi dengan
orbiotomi medial atau lateral tergantung pada letak hematoma. #riteria inter!ensi
bedah pada pasien dengan T4E antara lain 3
. #ontraindikasi absolut pembedahan
a. 6danya a!ulsi saraf optik pada pemeriksaan T.
+. #ontraindikasi relati!e pembedahan
a. Pasien dalam keadaan tidak sadarkan diri.
b. :ilang total fungsi penglihatan dan respon pupil.
&. $ndikasi relati!e pembedahan
a. ;ika penurunan fungsi penglihatan meskipun dengan terapi steroid.
b. ;ika terjadi penurunan fungsi penglihatan pada pengurangan dosis
steroid.
c. ;ika terdapat fraktur kanal optik disertai dengan adanya penekanan
oleh fragmen tulang.d. ;ika terdapat hematoma pada pembungkus saraf.
e. ;ika respon "isual e"o4ed potential #78%' memburuk seiring waktu.
+. Pada dasarnya, pencapaian penanganan T4E dapat diurutkan sebagai
berikut 3
. Pada keadaan tidak terdapat kontraindikasi, pasien dapat diberikan
kortikosteroid sistemik, metilprednisolone &mg=kg sebagai loading dose,
,mg=kg=jam sebagai maintanance selama 9 jam.+. #egagalan perbaikan keadaan.
&. Pasien yang membaik dapat dilakukan pengurangan dosis yang bertahap.
. ;ika keadaan pasien relaps ketika kortiosteroid dihentikan, pertimbangkan
bedah dekompresi.
. Pada umunya, pasien dengan ketajaman penglihatan += atau lebih buruk
membutuhkan dekompresi bedah.'. Pasien tidak sadar tidak seharusnya dilakukan bedah dekompresi kecuali
bersangkutan dengan prosedur operasi lain.
8. #ombinasi steroid inter!ensi awal bedah dapat dipertimbangkan pada anak-
anak. ,'
&. Perbaikan fungsi !isual setelah T4E dapat dinilai dengan penilaian
berkesinambungan fungsi !isual. 7ollow up harian harus dilakukan selama fase akut
setelah trauma, segera setelah terapi bedahm dan selama periode pemberian terapi
+
-
8/17/2019 Laporan Kasus Trauma Okuli
26/28
kortikosteroid mega-dosis. 4bser!asi jangka panjang dilakukan & bulan atau lebih
sejak terjadinya cedera untuk menilai keadaan final fungsi !isual.
.
11,. 2.".3 Pr%(n%sis
'. "ecara umum cedera langsung memiliki prognosis yang lebih buruk
dibandingkan dengan cedera tidak langsung saraf optik. 1erdasarkan studi, ada
!ariabel yang dianggap sebagai faktor prognosis yang buruk untuk perbaikan fungsi
!isual, antara lain 3
8. . 6danya darah dalam rongga ethmoid posterior
9. +. Csia diatas tahun
%. &. #ehilangan kesadaran diikuti dengan T4E
+. . Tidak adanya perbaikan setelah 9 jam pemberian terapi steroid.,%
+. "elain itu, fraktur orbita posterior menyebabkan penglihatan yang
lebih buruk dibandingkan dengan fraktur anterior. Pasien dengan tidak adanya
persepsi terhadap cahaya kemungkinan besar tidak akan terjadi perbaikan dalam
kemampuan melihat. :ingga saat ini, terdapat berbagai konsensus menyatakan
pilihan terapi terbaik T4E adalah cukup obser!asi tanpa terapi saja. Perbaikan
penglihatan dapat terjadi meskipun dengan perbaikan yang minimal, dan rata-rata
perbaikan secara spontan berkisar antara +-8* pada berbagai studi.8,%
+'
-
8/17/2019 Laporan Kasus Trauma Okuli
27/28
++.
+&.
+.
+.
+'.
+8.+9.
+%.
&.
&.
&+.
&&.
&.
&.
&'.
&8.
&9.&%.
.
.
+.
&.
.
.
'.
8.
9.
%.
.
-
8/17/2019 Laporan Kasus Trauma Okuli
28/28