Lapsus Trauma Okuli

31
BAB I PENDAHULUAN Trauma Mata, terutama yang berat dan mengakibatkan penurunan penglihatan bahkan kehilangan penglihatan. Trauma mata adalah tindakan sengaja maupun tidak yang menimbulkan perlukaan mata. Trauma mata merupakan kasus gawat darurat mata. Trauma adalah penyebab kebutaan yang cukup signifikan, terutama pada golongan sosioekonomi rendah dan di negara-negara berkembang. Meskipun termasuk kasus yang masih dapat dicegah, trauma mata i menjadi salah satu penyebab mortilitas, morbiditas dan disability. Dalam kenyataannya, trauma mata menjadi kasus tertinggi penyebab kebutaan unilateral di seluruh dunia terutama pada anak dan dewasa muda. Dewasa muda terutama laki-laki merupakan kelompok yang kemungkinan besar mengalami trauma mata. Tetapi, lebih banyak usaha dan rujukan dilakukan secara klinis atau penanganan bedah suatu trauma mata dibandingkan dengan usaha pencegahannya sehingga penyebab trauma okuli dianggap sebagai suatu kecelakaan diluar kawalan pasien dan bukan suatu masalah masyarakat . Berdasarkan Nation 1

description

Laporan Kasus

Transcript of Lapsus Trauma Okuli

BAB I

PENDAHULUAN

Trauma Mata, terutama yang berat dan mengakibatkan penurunan

penglihatan bahkan kehilangan penglihatan. Trauma mata adalah tindakan sengaja

maupun tidak yang menimbulkan perlukaan mata. Trauma mata merupakan kasus

gawat darurat mata. Trauma adalah penyebab kebutaan yang cukup signifikan,

terutama pada golongan sosioekonomi rendah dan di negara-negara berkembang.

Meskipun termasuk kasus yang masih dapat dicegah, trauma mata i menjadi salah

satu penyebab mortilitas, morbiditas dan disability. Dalam kenyataannya, trauma

mata menjadi kasus tertinggi penyebab kebutaan unilateral di seluruh dunia

terutama pada anak dan dewasa muda. Dewasa muda terutama laki-laki

merupakan kelompok yang kemungkinan besar mengalami trauma mata. Tetapi,

lebih banyak usaha dan rujukan dilakukan secara klinis atau penanganan bedah

suatu trauma mata dibandingkan dengan usaha pencegahannya sehingga penyebab

trauma okuli dianggap sebagai suatu kecelakaan diluar kawalan pasien dan bukan

suatu masalah masyarakat. Berdasarkan Nation of the prevention of Blindness

(WHO) memperkirakan bahwa 55 juta trauma mata terjadi di seluruh dunia tiap

tahunnya, 750.000 dirawat dirumah sakit, dan kurang lebih 200.000 adalah trauma

terbuka bola mata. Prevalensi buta ( < 3/60 atau 2/400 ) yang dihasilkan trauma

adalah 1,6juta, 19juta dengan gangguan penglihatan.

Walaupun mata mempunyai sistem pelindung yang cukup baik seperti

rongga orbita, kelopak, dan jaringan lemak retrobulbar selain terdapatnya refleks

memejam atau mengedip, mata masih sering mendapat trauma dari sunia luar.

Trauma dapat mengakibatkan kerusakan pada bola mata dan kelopak, saraf mata

1

dan rongga orbita. Kerusakan mata akan dapat mengakibatkan atau memberi

penyulit sehingga mengganggu fungsi penglihatan.

Trauma pada mata memerlukan perawatan yang tepat untuk mencegah

terjadinya penyulit yang lebih berat yang akan mengakibatkan kebutaan.

2

BAB II

PEMBAHASAN

I. Definisi

Trauma mata adalah tindakan sengaja maupun tidak disengaja yang

menimbulkan perlukaan mata.

II. Klasifikasi

Macam-macam bentuk trauma:

Fisik atau Mekanik

1. Trauma Tumpul, misalnya terpukul, kena bola tenis,

atau shutlecock, membuka tutup botol tidak dengan

alat, ketapel.

3

2. Trauma Tajam, misalnya pisau dapur, gunting,

garpu, dan peralatan pertukangan.

3. Trauma Peluru, merupakan kombinasi antara trauma

tumpul dan trauma tajam, terkadang peluru masih

tertinggal didalam bola mata. Misalnya peluru

senapan angin, dan peluru karet.

Kimia

1. Trauma Kimia basa, misalnya sabun cuci, sampo,

bahan pembersih lantai, kapur, lem.

2. Trauma asam, misalnya cuka, bahan asam-asam di

laboratorium.

Fisik

1. Trauma termal, misalnya panas api, listrik, sinar las,

sinar matahari.

2. Trauma bahan radioaktif, misalnya sinar radiasi.

II.1 Mekanis

II.1.1Tajam

Trauma tajam selain menimbulkan perlukaan dapat juga disertai

tertinggalnya benda asing didalam mata. Benda asing yang tertinggal dapat

bersifat tidak beracun dan beracun. Benda beracun contohnya logam besi,

tembaga serta bahan dari tumbuhan misalnya potongan kayu. Bahan tidak

beracun seperti pasir, kaca. Bahan tidak beracun dapat pula menimbulkan

infeksi jika tercemar oleh kuman.

II.1.2Tumpul

Trauma tumpul dapat menimbulkan perlukaan ringan yaitu penurunan

penglihatan sementara sampai berat, yaitu perdarahan didalam bola mata,

terlepasnya selaput jala (retina) atau sampai terputusnya saraf penglihatan

sehingga menimbulkan kebutaan menetap.

4

Trauma tumpul, meskipun dari luar tidak tampak adanya kerusakan yang

berat, tetapi transfer energi yang dihasilkan dapat memberi konsekuensi

cedera yang fatal. Kerusakan yang terjadi bergantung kekuatan dan arah

gaya, sehingga memberikan dampak bagi setiap jaringan sesuai sumbu arah

trauma.

Trauma Mekanik

1. Gangguan molekuler. Dengan adanya perubahan patologi akan

menyebabkan kromatolisis sel.

2. Reaksi Pembuluh darah. Reaksi pembuluh darah ini berupa

vasoparalisa sehingga aliran darah menjadi lambat, sel endotel rusak,

cairan keluar dari pembuluh darah maka terjadi edema.

3. Reaksi Jaringan. Reaksi Jaringan ini biasanya berupa robekan pada

kornea, sklera dan sebagainya.

Trauma pada mata dapat mengenai jaringan per jaringan di dalam organ

mata, seperti kelopak, konjungtiva, kornea, uvea, lensa, retina, papil saraf

optik dan orbita, secara terpisah atau menjadi gabungan trauma jaringan

mata. Trauma tembus merupakan trauma mata yang menyebabkan

kerusakan pada keseluruhan ketebalan dinding bola mata (full-thickness

wound of the eyewall). Trauma tembus termasuk dalam golongan trauma

mata terbuka (open globe injury), yang merupakan  trauma laserasi tunggal

akibat benda tajam.

5

a. Trauma mata tertutup (Closed globe injury)

Trauma mata tertutup adalah trauma mata tanpa kerusakan seluruh dinding

mata (kornea dan sklera) /No full-thickness wound of eyewall. Trauma ini

dapat dibedakan menjadi 2 jenis, yaitu:

1.Kontusio: tidak terdapat luka pada dinding mata, tetapi dapat terjadi

kerusakan intraokular seperti ruptur koroid atau perubahan bentuk

bola mata.

2.Laserasi lamellar: Trauma yang menyebabkan kerusakan parsial dinding

mata.

b. Trauma mata terbuka (Open globe injury)

Trauma mata terbuka adalah trauma yang menyebabkan kerusakan pada

seluruh ketebalan dinding mata (kornea dan/atau sklera) /Full-thickness

wound of the eyewall. Trauma ini dapat dibedakan menjadi :

1. Ruptur: kerusakan seluruh ketebalan dinding mata akibat benda

tumpul.

2. Laserasi: kerusakan seluruh ketebalan dinding mata akibat

benda tajam.

Lebih jauh, trauma laserasi dapat diklasifikan lagi menjadi:

Penetrasi/luka tembus: trauma laserasi tunggal yang disebabkan benda

tajam.

6

Perforasi: ditandai oleh adanya luka masuk dan luka keluar yang

disebabkan oleh benda yang sama.

Benda asing intraokular: terdapat benda asing yang tertinggal dalam bola

mata.

2.2 Kimia

Trauma kimia diakibatkan oleh zat asam dengan pH < 7 ataupun zat basa

pH > 7 yang dapat menyebabkan kerusakan struktur bola mata. Tingkat

keparahan trauma dikaitkan dengan jenis, volume, konsentrasi, durasi pajanan,

dan derajat penetrasi dari zat kimia tersebut. Mekanisme cedera antara asam

dan basa sedikit berbeda.

Trauma bahan kimia dapat terjadi pada kecelakaan yang terjadi dalam

laboratorium, industri, pekerjaan yang memakai bahan kimia, pekerjaan

pertanian, dan peperangan memakai bahan kimia serta paparan bahan kimia

dari alat-alat rumah tangga. Setiap trauma kimia pada mata memerlukan

tindakan segera. Irigasi daerah yang terkena trauma kimia merupakan tindakan

yang harus segera dilakukan

2.2.1 Asam

Asam dipisahkan dalam dua mekanisme, yaitu ion hidrogen dan anion

dalam kornea. Molekul hidrogen merusak permukaan okular dengan

mengubah pH, sementara anion merusak dengan cara denaturasi protein,

presipitasi dan koagulasi. Koagulasi protein umumnya mencegah penetrasi

yang lebih lanjut dari zat asam, dan menyebabkan tampilan ground

glass  dari stroma korneal yang mengikuti trauma akibat asam. Sehingga

trauma pada mata yang disebabkan oleh zat kimia asam cenderung lebih

ringan daripada trauma yang diakibatkan oleh zat kimia basa.

Bahan kimia asam yang mengenai jaringan akan mengadakan

denaturasi dan presipitasi dengan jaringan protein disekitarnya, karena

adanya daya buffer dari jaringan terhadap bahan asam serta adanya

presipitasi protein maka kerusakannya cenderung terlokalisir. Bahan asam

yang mengenai kornea juga mengadakan presipitasi sehingga terjadi

7

koagulasi, kadang-kadang seluruh epitel kornea terlepas. Bila trauma

diakibatkan asam keras maka reaksinya mirip dengan trauma basa.

Bahan kimia bersifat asam : asam sulfat, air accu, asam sulfit,

asam hidrklorida, zat pemutih, asam asetat, asam nitrat, asam kromat, asam

hidroflorida. Akibat ledakan baterai mobil, yang menyebabkan luka bakar

asam sulfat, mungkin merupakan penyebab tersering dari luka bakar kimia

pada mata. Asam Hidroflorida dapat ditemukan dirumah pada cairan

penghilang karat, pengkilap aluminum, dan cairan pembersih yang kuat.

2.2.2 Basa

 Trauma basa biasanya lebih berat daripada trauma asam, karena

bahan-bahan basa memiliki dua sifat yaitu hidrofilik dan lipolifik dimana

dapat secara cepat untuk penetrasi sel membran dan masuk ke bilik mata

depan, bahkan sampai retina.Trauma basa akan memberikan iritasi ringan

pada mata apabila dilihat dari luar. Namun, apabila dilihat pada bagian

dalam mata, trauma basa ini mengakibatkan suatu kegawatdaruratan. Basa

akan menembus kornea, kamera okuli anterior sampai retina dengan cepat,

sehingga berakhir dengan kebutaan. Pada trauma basa akan terjadi

penghancuran jaringan kolagen kornea. Bahan kimia basa bersifat

koagulasi sel dan terjadi proses safonifikasi, disertai dengan dehidrasi.

Akibatnya akan terjadi gangguan penyembuhan epitel yang berkelanjutan

dengan ulkus kornea dan dapat terjadi perforasi kornea. Kolagenase ini

mulai dibentuk 9 jam sesudah trauma dan puncaknya terdapat pada hari ke

12-21. Biasanya ulkus pada kornea mulai terbentuk 2 minggu setelah

trauma kimia. Pembentukan ulkus berhenti hanya bila terjadi epitelisasi

lengkap atau vaskularisasi telah menutup dataran depan kornea. penting

dalam pembentukan jaringan kornea.

Bahan kimia bersifat basa: NaOH, CaOH, amoniak, Freon/bahan

pendingin lemari es, sabun, shampo, kapur gamping, semen, tiner, lem,

cairan pembersih dalam rumah tangga, soda kuat.

8

III. Gambaran klinis

 Trauma Tumpul

1) Rongga Orbita : suatu rongga yang terdiri dari bola mata dan 7

ruas tulang yang membentuk dinding orbita (lakrimal, ethmoid,

sfenoid, frontal, maksila, platinum dan zigomatikus. Jika pada

trauma mengenai rongga orbita maka akan terjadi fraktur

orbita, kebutaan (jika mengenai saraf), perdarahan didalam

rongga orbita, gangguan gerakan bola mata.

2)  Palpebra :  Jika pada palpebra terjadi trauma tumpul maka

akan terjadi hematom, edema palpebra yang dapat

menyebabkan kelopak mata tidak dapat membuka dengan

sempurna (ptosis), kelumpuhan kelopak mata

(lagoftalmos/tidak dapat menutup secara sempurna).

3)  Konjungtiva : Konjungtiva merupakan membran yang

menutupi sklera dan kelopak bagian belakang. Konjungtiva

mengandung kelenjar musin yang dihasilkan oleh sel Goblet.

9

Musin bersifat membasahi bola mata terutama kornea. edema,

robekan pembuluh darah konjungtiva (perdarahan

subkonjungtiva) adalah tanda dan gejala yang dapat terjadi jika

konjungtiva terkena trauma.

4) Kornea : Kornea (Latin cornum = seperti tanduk) adalah

selaput bening mata, bagian selaput mata yang tembus cahaya,

merupakan lapis jaringan yang menutup bola mata sebelah

depan dan terdiri dari beberapa lapisan. Dipersarafi oleh

banyak saraf. Edema kornea, penglihatan kabur, kornea keruh,

erosi/abrasi, laserasi kornea tanpa disertai tembusnya kornea

dengan keluhan nyeri yang sangat, mata berair, fotofobi adalah

tanda dan gejala yang dapat muncul akibat trauma pada kornea.

5) Iris atau badan silier : merupakan bagian dari uvea.  Hifema

(perdarahan bilik mata depan), iridodialisis (iris terlepas dari

insersinya) merupakan tanda patologik jika trauma mengenai

iris.

6) Lensa : Lensa merupakan badan yang bening karena diperlukan

sebagai media penglihatan, terletak di tempatnya. Secara

patologik jika lensa terkena trauma akan terjadi subluksasi

lensa mata (perpindahan tempat).

7) Korpus vitreus : perdarahan korpus vitreus.

8) Retina : Retina adalah suatu membran yang tipis dan bening,

terdiri atas penyebaran daripada serabut-serabut saraf optik.

Letaknya antara badan kaca dan koroid.Letaknya antara badan

kaca dan koroid.  Bagian anterior berakhir pada ora serata.

Dibagian retina yang letaknya sesuai dengan sumbu

penglihatan terdapat makula lutea (bintik kuning) kira-kira ber

diameter 1 – 2 mm yang berperan penting untuk tajam

penglihatan. Ditengah makula lutea terdapat bercak mengkilat

yang merupakan reflek fovea. Secara patologik jika retina

terkena trauma akan terjadi edema makula retina, ablasio

10

retina, fotopsia, lapang pandang terganggu dan penurunan

tekanan bola mata.

9) Nervus optikus : N.II terlepas atau putus (avulsio) sehingga

menimbulkan kebutaan

Trauma Tajam :

1)   Palpebra

Mengenai sebagian atau seluruhnya, jika mengenai levator apaneurosis

dapat menyebabkan suatu ptosis yang permanen

2)   Saluran Lakrimalis

Dapat merusak sistem pengaliran air mata dari pungtum lakrimalis

sampai ke rongga hidung. Hal ini dapat menyebabkan kekurangan air

mata.

3)   Konjungtiva

Dapat merusak dan ruptur pembuluh darah menyebabkan perdarahan sub

konjungtiva

4)   Sklera

Bila ada luka tembus pada sklera dapat menyebabkan penurunan tekanan

bola mata dan bilik mata menjadi dangkal (obliteni), luka sklera yang

lebar dapat disertai prolaps jaringan bola mata.

5)   Kornea

Bila ada tembus kornea dapat mengganggu fungsi penglihatan karena

fungsi kornea sebagai media refraksi. Bisa juga trauma tembus kornea

menyebabkan iris prolaps, korpus vitreum dan korpus siliaris prolaps, hal

ini dapat menurunkan visus

6)   Lensa

Bila ada trauma akan mengganggu daya fokus sinar pada retina sehingga

menurunkan daya refraksi sehingga penglihatan menurun karena daya

akomodasi tidak adekuat. Subluksasio lentis- luksasio lentis , Luksasio

lentis yang terjadi bisa ke depan atau ke belakang. Jika ke depan akan

menimbulkan glaukoma dan jika ke belakang akan menimbulkan afakia.

11

Bila terjadi glaukoma maka perlu operasi untuk ekstraksi lensa dan jika

terjadi afakia pengobatan di lakukan secara konservatif.

7)   Iris

Bila ada trauma akan terjadi robekan pada akar iris (iridodialisis),

sehingga pupil agak kepinggir letaknya, pada pemeriksaan terdapat warna

gelap selain pada pupil, juga pada dasar iris tempat iridodialisis. Atau

terjadi irideremia yitu iri terlepas secara keseluruhan.

8)   Pupil

Bila ada trauma akan menyebabkan melemahnya otot-otot sfingter pupil

sehingga pupil menjadi midriasis.

9)   Hemoragia pada korpus vitreum

Perdarahan yang terjadi berasal dari korpus siliare, karena banyak

terdapat eritrosit pada korpus siliare, visus akan sangat menurun.

10) Glaukoma

Disebabkan oleh karena robekan trabekulum pada sudut bilik mata depan,

yang di sebut “traumatic angle” yang menyebabkan gangguan aliran

aquous humour.

11) Ruptur sklera

Menimbulkan penurunan tekanan intraokuler. Perlu adanya tindakan

operatif segera.

12) Ruptura retina

Menyebabkan timbulnya ablasio retina sehingga menyebabkan kebutaan,

harus di lakukan operasi.

Trauma Kimia

Asam

Kekeruhan pada kornea akibat terjadi koagulasi protein epitel

kornea

Basa/Alkali

a. Kebutaan

b. Penggumpalan sel kornea atau keratosis

c. Edema kornea

12

d. Ulkus kornea

e. Tekanan intra ocular akan meninggi

f. Hipotoni akan terjadi bila terjadi kerusakan pada badan siliar

g. Membentuk jaringan parut pada kelopak

h. Mata menjadi kering karena terjadinya pembentukan jaringan parut

pada kelenjar asesoris air mata

i. Pergerakan mata menjadi terbatas akibat terjadi simblefaron pada

konjungtiva bulbi yang akan menarik bola mata

j. Lensa keruh diakibatkan kerusakan kapsul lensa

IV. Cara pemeriksaan

1. Pemeriksaan Fisik : dimulai dengan pengukuran dan pencatatan ketajaman

penglihatan.

2.  Slit lamp : untuk melihat kedalaman cedera di segmen anterior bola mata.

3. Tes fluoresin : digunakan untuk mewarnai kornea, sehingga cedera

kelihatan jelas.

4.  Tonometri : untuk mengetahui tekakan bola mata. nilai normal tekanan

bola mata (normal 12-25 mmHg).

5. Pemeriksaan fundus yang di dilatasikan dengan oftalmoskop indirek :

untuk mengetahui adanya benda asing intraokuler.

6. Tes Seidel : untuk mengetahui adanya cairan yang keluar dari mata. Tes

ini dilakukan dengan cara memberi anastesi pada mata yaang akan

diperiksa, kemudian diuji pada strip fluorescein steril. Penguji

menggunakan slit lamp dengan filter kobalt biru, sehingga akan terlihat

perubahan warna strip akibat perubahan pH bila ada pengeluaran cairan

mata.

7. Pemeriksaan ct-scan dan USG B-scan : digunakan untuk mengetahui

posisi benda asing.

8. Electroretinography (ERG) : untuk mengetahui ada tidaknya degenerasi

pada retina.

13

9. Kartu snellen: pemeriksaan penglihatan dan penglihatan sentral mungkin

mengalami penurunan akibat dari kerusakan kornea, vitreous atau

kerusakan pada sistem suplai untuk retina.

10. Kalau perlu pemeriksaan tonometri Schiotz, perimetri, gonioskopi, dan

tonografi, maupun funduskopi

11. Pemeriksaan dengan menggunakan optalmoskop: mengkaji struktur

internal dari okuler, papiledema, retina hemoragi.

12. Pemeriksaan Radiologi : Pemeriksaan radiology pada trauma mata sangat

membantu dalam menegakkan diagnosa, terutama bila ada benda

asing .Pemeriksaan ultra sonographi untuk menentukan letaknya, dengan

pemeriksaan ini dapat diketahui benda tersebut pada bilik mata depan,

lensa, retina.pemeriksaan radiologi pada trauma mata sangat membantu

dalam menegakkan diagnosa, terutama bila ada benda asing.

13. Kertas Lakmus : pada pemeriksaan ini sangat membantu dalam

menegakkan diagnosa trauma asam atau basa.

14. Pemeriksaan Laboratorium, seperti :. SDP, leukosit, kultur, kemungkinan

adanya infeksi sekunder.

Pemeriksaan paska-cedera bertujuan menilai ketajaman visus dan sebagai

prosedur diagnostik, antara lain:

1. Kartu mata snellen (tes ketajaman pengelihatan) : mungkin terganggu

akibat kerusakan kornea, aqueus humor, iris dan retina.

2. Lapang penglihatan : penurunan mungkin disebabkan oleh patologi

vaskuler okuler, glukoma.

3. Pengukuran tonografi : mengkaji tekanan intra okuler ( TIO ) normal 12-

25 mmHg.

4. Tes provokatif : digunakan untuk menentukan adanya glukoma bila TIO

normal atau meningkat ringan.

5. Pemerikasaan oftalmoskopi dan teknik imaging lainnya (USG, CT-scan,

x-ray): mengkaji struktur internal okuler, edema retine, bentuk pupil dan

kornea.

14

6. Darah lengkap, laju sedimentasi LED : menunjukkan anemia

sistemik/infeksi.

7. Tes toleransi glokosa : menentukan adanya /kontrol diabetes

V. Penatalaksaan

1.      Trauma tumpul

a. Tirah baring sempurna dalam posisi fowler untuk menimbulkan

gravitasi guna membantu keluarnya hifema dari mata.

b. Berikan kompres es.

c. Pemnatauan tajam penglihatan.

d. Batasi pergerakan mata selama 3-5 hari untuk menurunkan

kemungkinan perdarahan ulang.

e. Tetes mata siklopegik seperti atropin untuk mengistirahatkan mata.

f. Mata dilindungi dengan kasa jika terdapat luka.

g. Laporkan peningkatan nyeri mata secara mendadak, ini mungkin

indikasi perdarahan ulang.

h. Persiapan parasentesis (pengeluaran hifema).

·           Indikasi Parasentesis

a. Hifema penuh (sampai pupil) dan berwarna hitam

b. Hifema yang tidak bisa sembuh/berkurang dengan perawatan

konvensional selama 5 hari.

c. Hifema dengan peningkatan TIO (glaukoma sekunder) yang

tidak dapat diatasi/diturunkan dengan obat-obatan glaucoma

2.      Trauma tajam

Penatalaksanaan sebelum tiba di RS

a.    Mata tidak boleh dibebat dan diberikan perlindungan tanpa kontak.

b.    Tidak boleh dilakukan manipulasi yang berlebihan dan penekanan bola mata.

c.    Benda asing tidak boleh dikeluarkan tanpa pemeriksaan lanjutan.

d.   Sebaiknya pasien dipuasakan untuk mengantisipasi tindakan operasi.

15

Penatalaksanaan setelah tiba di RS

a.    Pemberian antibiotik spektrum luas.

b.    Pemberian obat sedasi, antimimetik dan analgetik sesuai indikasi.

c.    Pemberian toksoid tetanus sesuai indikasi.

d.   Pengangkatan benda asing di kornea, konjungtiva atau intraokuler (bila mata

intak).

e.    Tindakan pembedahan/penjahitan sesuai dengan kausa dan jenis cedera.

3.      Trauma kimia

a. Irigasi 30 menit jika asam dan 60 menit jika basa, periksa pH

dengan kertas lakmus.

b. Diberi pembilas : idealnya dengan larutan steril dengn osmolaritas

tinggi seperti larutan amphoter (Diphoterine) atau larutan buffer

(BSS atau Ringer Laktat). Larutan garam isotonis.

c.  Irigasi sampai pH normal.

d. Pemeriksaan oftalmologi menyeluruh.

e. Cedera ringan : Pasien dapat dipulangkan dengan diberikan

antibiotik tetes mata, analgesic oral dan perban mata.

f.  Luka sedang diberi siklopegi.

g.  Steroid topikal untuk mencegah infiltrasi sel radang.

h.  Vitamin C oral : untuk membentuk jaringan kolagen.

Trauma kimia pada mata dapat menyebabkan gangguan penglihatan berat jangka

panjang dan rasa tidak enak pada mata. Prognosisnya ditentukan oleh bahan alkali

penyebab trauma tersebut. Terdapat 2 klasifikasi trauma basa pada mata untuk

menganalisis kerusakan dan beratnya kerusakan.

16

Klasifikasi Huges

Ringan Sedang Berat

Prognosis baikTerdapat erosi epitel kornea.

Pada kornea terdapat kekeruhan yang ringan.

Tidak terdapat iskemia dan nekrosis kornea ataupun konjungtiva.

 Prognosis baik

Terdapat kekeruhan kornea sehingga sulit melihat iris dan pupil secara terperinci

Terdapat iskemia dan nekrosis enteng pada kornea dan konjungtiva

Prognosis buruk

Akibat kekeruhan kornea upil tidak dapat dilihat

Konjungtiva dan sklera pucat

BAB III

17

RESPONSI KASUS

3.1 IDENTITAS PENDERITA

NAMA : An. A

UMUR : 5 th

JENIS KELAMIN : Laki-laki

AGAMA : Islam

ALAMAT : Gresik

TANGGAL PEMERIKSAAN : 20 Desember 2014

3.2 ANAMNESE

a. Keluhan Utama :

Kontrol pasca operasi

b. Riwayat Penyakit Sekarang :

Pasien kontrol post operasi, mengatakan saat ini tidak ada

keluhan. Mula mula pada saat bermain dengan pistol-pistolan

dari kayu dengan temannya (Minggu 07/12/14) mata pasien

terkena peluru yang terbuat dari kayu. Ibu pasien mengatakan

terdapat luka robek, pasien mengeluh nyeri, perih, bengkak,

dan pandangan kabur. Lalu pasien langsung dibawa ke bidan

dan diberi tetes tetapi ibu pasien lupa namanya. Keluhan pasien

tidak mereda. Satu minggu kemudian pasien dibawa ke poli

mata RSUD Ibnu Sina (Rabu 17/12/2014) dan dilakukan

operasi.

c. Riwayat Penyakit dahulu :

Pasien mengaku sebelumnya tidak pernah menderita sakit

seperti ini

Riwayat penggunaan kacamata (-)

Riwayat trauma terutama di daerah orbital disangkal

18

Riwayat penyakit sistemik (-)

Riwayat alergi (-)

d. Riwayat Penyakit keluarga :

Penderita mengaku tidak ada yang menderita penyakit seperti

ini.

e. Riwayat kebiasaan :

Pasien sering bermain dengan teman-temannya tanpa

perlindungan pada mata dan tidak di bawah pengawasan orang

tua

3.3 PEMERIKSAAN FISIK

A. Status generalis

Keadaan Umum : Baik

Kesadaran : Compos Mentis

Vital sign : Dalam batas normal

B. Status opthalmologis

1. Oculi dextra

Visus : 6/6

Kedudukan bola mata : Normal

Palpebra : Hiperemi (-)

Oedem (-)

Konjungtiva : Hiperemi (-)

Sekret (-)

Sklera : Hiperemi (-)

Kornea : Jernih

Pupil : Reflek cahaya (+)/ Normal

Iris : Reguler, warna coklat

Lensa : Keruh (-)

Fundus reflex : (+)

2. Oculi sinistra

19

Visus : 6/40

Kedudukan bola mata : Normal

Palpebra : Hiperemi (+)

Oedem (+)

Konjungtiva : Hiperemi (+)

Sekret (-) Bleeding (-)

Sklera : Hiperemi (+)

Kornea : laserasi post hecting (+)

Pupil : reflek cahaya (+)/ Normal

Iris : Iridodialisis (-)

Lensa : Keruh (-)

Fundus reflex : (+)

3.4 RESUME

Penderita laki-laki datang kepoli mata kontrol post hecting kornea ec OS

laserasi kornea dan prolaps iris

Pada pemeriksaan didapatkan :

Visus

OD : 6/6

OS : 6/40

OS:

Palpebra : Hiperemi (+) Oedema (+)

20

Konjungtiva : Hiperemi (+)

Sklera : Hiperemi (+)

Kornea : post hecting (+)

Pupil : reflek cahaya (+)/ Normal

3.5 DIAGNOSA

OS Post Hecting Kornea Trauma Tajam

3.6 PENATALAKSANAAN

Levofloxacin ed 6 dd gtt I OS

Amoxicillin syrup 3 dd cth I

Bebat mata kiri

21

DAFTAR PUSTAKA

Sidarta, Ilyas. Penuntun Ilmu Penyakit Mata. Cet. 5. Jakarta : Balai Penerbit

FKUI:1998

Ilyas S, dkk. Ilmu Penyakit Mata Untuk Dokter Umum dan Mahasiswa

Kedokteran, Edisi Kedua. Jakarta: CV. Sagung Seto. 2002.

American Academy of Ophthalmology in Prevalence and Common Cause of

Vision Impairment in Adults, International Ophthalmology, Section 13, 2005–

2006, page 139 – 151. KUI ; 1998

Asbury T, Sanitato JJ. Trauma dalam Oftalmologi Umum edisi 14. Editor

Vaughan DG, Asbury T, Riordan-Eva P. Alih Bahasa: Tambajong J, Pendit

BU. Jakarta: Widyamedika, 2000.

Anatomi Mata [online] [cited 2014 Dec 20th] Available from URL

http://www.medicine.ukm.my/wiki/index.php/Anatomi_mata

Randleman, J.B. Bansal, A. S. Burns Chemical. eMedicine Journal. 2009

Vaughan DG, Taylor A, and Paul RE. Oftalmologi Umum.Widya medika.

Jakarta. 2000.

22