Charles Kasus Trauma Okuli +Pterigyum

download Charles Kasus Trauma Okuli +Pterigyum

of 26

Transcript of Charles Kasus Trauma Okuli +Pterigyum

  • 7/29/2019 Charles Kasus Trauma Okuli +Pterigyum

    1/26

    KEPANITERAAN KLINIK

    STATUS ILMU PENYAKIT MATA

    FAKULTAS KEDOKTERAN UKRIDA

    SMF ILMU PENYAKIT MATA

    RSUD CIAWI, BOGOR

    SEPTEMBER 2013

    Tanda tangan

    Nama : Charles Julian Boru

    NIM : 11 2011 208 ........................................

    Pembimbing : dr. Saptoyo AM, sp.M

    .........................................

    I. IDENTITAS

    Nama : Ny. Oom

    Umur : 52 tahun

    Agama : Islam

    Pekerjaan : Ibu rumah tangga

    Alamat : Kp. Cibanawa RT/RW : 04/07, Cigombong

    Tanggal pemeriksaan : 10 September 2013

    Pemeriksa : Charles Julian Boru

    II. ANAMNESIS

    Autoanamnesis pada tanggal 10 September 2013 jam 10.30 WIB di Poli Mata RSUD. Ciawi.

    Keluhan utama : Mata kanan luka karena di tendang sejak 4 hari SMRSKeluhan tambahan : Keluar darah dari mata kanan, tampak merah, perih, terasa seperti kelilipan

    dan berair.

    Riwayat Penyakit Sekarang

    1

  • 7/29/2019 Charles Kasus Trauma Okuli +Pterigyum

    2/26

    Pasien datang ke poli mata RSUD Ciawi dengan keluhan ada luka pada mata kanan sejak 4

    hari SMRS. Pasien mengatakan mata kanannya ditendang oleh cucunya, ujung ibu jari kaki cucunya

    mengenai matanya. Satu hari setelah ditendang pasien mengatakan keluar darah dari mata

    kanannya. Sejak saat itu matanya menjadi merah, sedikit perih dan berair. Pandangan kabur, gatal

    dan nyeri hebat di sangkal oleh pasien.

    Pasien mengatakan sebelumnya tampak selaput berwarna merah muda berbentuk segitiga

    pada mata kanan dan kirinya, pasien juga sering merasa seperti ada yang mengganjal di mata. Pasien

    tidak pernah berobat sebelumnya.

    Riwayat Penyakit Dahulu

    Pasien mengaku menderita darah tinggi, riwayat sakit kencing manis dan alergi disangkal.

    Riwayat Penyakit Keluarga

    Tidak ada

    III. PEMERIKSAAN FISIK

    Status Generalis

    Keadaan umum : compos mentis

    Tanda vital : Tekanan darah : 140/90 mmHg Nadi : 92x/menit

    Pernafasan : 24 x/menit Suhu : 36,5C

    Kepala : normocephali, pertumbuhan rambut merata

    Mulut : caries dentis (-), lidah kotor (-)

    THT : deviasi septum nasi (-), faring hiperemis (-), tonsil T1-T1 tenang, sekret (-/-)

    Leher : pembesaran kelenjar getah bening (-), pembesaran tiroid (-)

    Thorax

    Jantung : BJ I II regular, murmur (-), gallop (-)

    Paru : simetris, massa (-/-), suara napas vesikuler, wheezing (-/-), rhonki (-/-)

    Abdomen : supel, bising usus (+) normal, timpani, nyeri tekan (-), massa (-)

    Ekstremitas : edema (-), sianosis (-)

    STATUS OPHTALMOLOGIS

    2

  • 7/29/2019 Charles Kasus Trauma Okuli +Pterigyum

    3/263

    KETERANGAN OD OS

    1. VISUS

    - Acies visus 6/6 6/6 F1

    - Koreksi - -

    - Addisi - -

    - Distansia pupil - -

    - Kaca mata lama - -

    2. KEDUDUKAN BOLA MATA

    - Eksoftalmus Tidak ditemukan Tidak ditemukan

    - Endoftalmus Tidak ditemukan Tidak ditemukan

    - Deviasi Tidak ditemukan Tidak ditemukan- Gerakan bola mata Baik ke segala arah Baik ke segala arah

    3. SUPERSILIA

    - Warna Hitam Hitam

    - Simetris Normal Normal

    4. PALPEBRA SUPERIOR DAN INFERIOR

    - Edema Tidak ditemukan Tidak ditemukan

    - Nyeri tekan Tidak ditemukan Tidak ditemukan

    - Ektropion Tidak ditemukan Tidak ditemukan

    - Entropion Tidak ditemukan Tidak ditemukan

    - Blefarospasme Tidak ditemukan Tidak ditemukan

    - Trikiasis Tidak ditemukan Tidak ditemukan

    - Sikatriks Tidak ditemukan Tidak ditemukan

    - Punctum lacrimal Terbuka Terbuka

    - Fissure palpebra V = 12mm, H = 28mm V = 12mm, H = 28mm

    - Test anel Tidak dilakukan Tidak dilakukan

    5. KONJUNGTIVA TARSAL, SUPERIOR, DAN INFERIOR

    - Hiperemis Positif Negatif

    - Folikel Tidak ditemukan Tidak ditemukan

    - Papil Tidak ditemukan Tidak ditemukan

    - Sikatriks Tidak ditemukan Tidak ditemukan

    - Hordeolum Tidak ditemukan Tidak ditemukan

    - Kalazion Tidak ditemukan Tidak ditemukan

    6. KONJUNGTIVA BULBI

    - Sekret Positif (

  • 7/29/2019 Charles Kasus Trauma Okuli +Pterigyum

    4/26

    IV. RESUME

    Pasien Ny. O, 52 tahun, datang dengan keluhan mata kanan tampak luka sejak 4 hari

    SMRS. Pasien mengatakan ada riwayat trauma (ditendang cucunya) pada mata kanannya, sempat

    keluar darah sehari setelah trauma, tampak kemerahan, perih dan berair. Pandangan kabur, gatal dan

    nyeri hebat disangkal oleh pasien. Pasien juga mengatakan pada mata kanan dan kiri tampak ada

    selaput berbentuk segitiga berwarna merah muda, mata sering terasa seperti kelilipan dan berair.

    Pada pemeriksaan ophtalmologi, didapatkan visus OD: 6/6 OS : 6/6F1. Pada pemeriksan

    OD: hiperemis pada konjungtiva tarsal superior dan inferior, terdapat injeksi konjungtiva, sekret

    berwarna bening, tampak vulnus laceratum pada sklera daerah nasal, tampak pterigium grade II

    Pada pemeriksaan OS: tampak pterigium grade II.

    Pasien mengaku menderita hipertensi namun minum obat teratur.

    V. DIAGNOSIS KERJA

    - Trauma tumpul OD

    - Pterigium grade II ODS

    VI. DIAGNOSIS BANDING

    Konjungtivitis akut

    Pseudoterigium

    VII. PEMERIKSAAN PENUNJANG

    Tidak ada

    VIII. PENATALAKSAAN

    Medika mentosa :

    Oral : Natrium diclofenac tablet 2 x 25mg

    4

  • 7/29/2019 Charles Kasus Trauma Okuli +Pterigyum

    5/26

    Topikal :

    o Antibiotik + kortikosteroid : neomisin sulfat + polimiksin b sulfat+ deksametason:

    ed 4 x OD

    o Astringen : fenilefrin ed 4 x I ODS

    Anjuran :

    Jangan mengucak mata

    Jaga kebersihan mata, hindari debu dan sinar matahari langsung

    IX. PROGNOSIS

    OD OSAd Vitam : bonam bonam

    Ad Fungsionam : bonam bonam

    Ad Sanationam : bonam bonam

    TINJAUAN PUSTAKA

    5

  • 7/29/2019 Charles Kasus Trauma Okuli +Pterigyum

    6/26

    A. Trauma Okuli

    Trauma mata adalah tindakan sengaja maupun tidak yang menimbulkan perlukaan mata.

    Trauma mata merupakan kasus gawat darurat mata, dan dapat juga sebagai kasus polisi. Perlukaan

    yang ditimbulkan dapat ringan sampai berat atau menimbulkan kebutaan bahkan kehilangan mata.

    Alat rumah tangga sering menimbulkan perlukaan atau trauma mata.

    Macam-macam bentuk trauma:

    - Fisik atau Mekanik

    1. Trauma Tumpul

    2. Trauma tembus bola mata

    3. Trauma radiasi

    4. Trauma kimia

    Trauma pada mata dapat mengenai jaringan di bawah ini secara terpisah atau menjadi

    gabungan trauma jaringan mata. Trauma dapat mengenai jaringan mata : kelopak, konjungtiva,

    kornea, uvea, lensa, retina, pappil saraf optik, dan orbita

    1. Trauma Tumpul

    Trauma tumpul pada mata diakibatkan benda yang keras atau benda yang tidak keras .

    dimana benda tersebut dapat mengenai mata dengan keras ataupun lambat

    a. Hematoma kelopakMerupakan pembengkakan atau penimbunan darah di bawah kulit kelopak akibat pecahnya

    pembuluh darah palpebra. Biasanya terjadi pada trauma tumpul kelopak mata. Bila perdarahan

    terletak lebih dalam mengenai kedua kelopak dan berbentuk kaca mata hitam yg sedang

    dipakai,disebut hematom kaca mata. Bisa terjadi akibat pecahnya arteri oftalmika yang merupakan

    tanda fraktur basis kranii.

    Dapat diberikan kompres dingin untuk menghentikan perdarahan dan menghilangkan rasa

    sakit. Bila telah lama, untuk memudahkan absorpsi darah dapat di lakukan kompres hangat pada

    kelopak mata.

    b. Trauma Tumpul Konjungtiva

    - Edema Konjungtiva

    6

  • 7/29/2019 Charles Kasus Trauma Okuli +Pterigyum

    7/26

    Jaringan konjungtiva akan terjadi kemotik. Kemotik konjungtiva yang berat dapat mengakibatkan

    palpebra tidak menutup sehingga bertambah rangsangan terhadap konjungtiva.

    Dapat diberikan dekongestan untuk mencegah pembendungan cairan di dalam selaput lendir

    konjungtiva.

    Hematoma Subkonjungtiva

    Terjadi akibat pecahnya pembuluh darah yang terdapat pada atau dibawah konjungtiva

    ( arteri konjungtiva dan arteri episklera ).

    Pecahnya pembuluh darah ini akibat batuk rejan , trauma tumpul basis kranii atau pada

    keadaan pembuluh darah yang rentan dan mudah pecah misalnya pada usia lanjut , hipertensi ,

    arteriskerosis. Pemeriksaan Funduskopi diperlukan bila tekanan bola mata rendah dengan pupil

    lonjong disertai tajam penglihatan yang menurun dan hematoma subkonjungtiva maka sebaiknya

    dilakukan eksplorasi bola mata untuk mencari kemungkinan adanya ruptur bulbus okuli.

    Pengobatan dini dilakukan kompres hangat , Perdarahan subkonjungtiva akan hilang atau diabsorpsi

    dalam 1 2 minggu tanpa diobati.

    - Trauma tumpul pada kornea

    Edema Kornea

    Trauma tumpul dapat mengenai membran descemet yang mengakibatkan edema

    kornea. Pasien merasa penglihatan kabur dan terlihat pelangi disekitar sumber cahaya yang dilihat.

    Kornea akan terlihat keruh dengan uji plasido yang positif.

    Edema kornea ynag berat akan dapat mengakibatkan masuknya serbukan sel radang

    dan neovaskularisasi kedalam jaringan stroma kornea. Pengobatan diberikan Nacl , glukosa dan

    larutan albumin. Bila terdapat peningkatan tekanan bola mata maka diberikan asetazolamida.

    Erosi Kornea

    Merupakan keadaan terkelupasnya epitel kornea yang dapat diakibatkan oleh gesekan keras.

    Pasien merasa sakit sekali akibat erosi merusak kornea yang mempunyai serat sensibel yang

    banyak , mata berair , blefarospasme , fotofobia dan penglihatan akan terganggu oleh media korneayang keruh. Pada kornea akan terlihat suatu defek epitel kornea yang bila diberi pewarnaan

    fluoresein aan berwarna hijau.

    Anestesi topikal dapat diberikan untuk memeriksa tajam penglihatan dan menghilangkan rasa

    sakit,pemberiannnya harus hati hati karena dapat menambah kerusakan epitel. Epitel yang

    terkelupas atau terlipat sebaiknya dilepas atau dikupas. Untuk mencegah infeksi bakteri diberikan

    7

  • 7/29/2019 Charles Kasus Trauma Okuli +Pterigyum

    8/26

    antibiotika , akibat rangsangan yang mengakibatkan spasme siliar maka diberikan sikloplegik aksi

    pendek seperti tropikamida.

    - Trauma Tumpul Uvea

    Iridodialisis

    Disinsersi akar iris dan badan siliar , biasanya bersamaan dengan terjadinya hifema. Pasien

    akan melihat ganda dengan satu matanya , pupil terlihat menonjol. Sebaiknya dilakukan pembedahan

    dengan melakukan reposisi pangkal iris yang terlepas.

    Iridoplegia

    Kelumpuhan otot sfingter pupil sehingga pupil menjadi lebar atau midriasis, pasien sukar

    melihat dekat karena gangguan akomodasi , silau akibat gangguan pengaturan masuknya sinar pada

    pupil. Pupil terlihat tidak sama besar dan bentuknya ireguler ,disertai lambat atau tidak adanya

    refleks cahaya , dapat permanen atau sementara. Pasien sebaiknya istirahat untuk mencegah

    terjadinya kelelahan sfingter dan pemberian roborantia.

    Iridodialisis

    Dapat mengakibatkan robekan pada iris sehingga bentuk pupil berubah. Pasien akan melihat ganda

    dengan satu matanya.akan terlihat pupil lonjong,biasanya terjadi bersama hifema. Dilakukan

    pembedahan dengan reposisi pangkal iris yang terlepas.

    Hypema

    Adalah terdapatnya darah dalam bilik mata depan , dapat ringan maupun berat terjadi karena

    trauma tumpul yang merobek pembuluh darah iris atau corpus siliar.

    Tanda Klinis :

    Penurunan visus

    Darah dalam BMD

    Segmen posterior tidak terlihat dengan oftalmoskop

    Tekanan Intra Okular meningkat ( Dapat pula menurun karena trauma pada badan siliar

    Produksi Humor aquaeus menurun )

    Pupil irreguler dan refleks cahaya lambat atau negatif

    Terapi :

    Istirahat

    8

  • 7/29/2019 Charles Kasus Trauma Okuli +Pterigyum

    9/26

    Tidur dengan posisi 300

    Berikan obat sedativ dan steroid topikal

    Berikan carbonic anhidrase inhibitor ( Acetazolamide ) dan hiperosmotik agent ( gliserol )

    - Trauma Tumpul pada Lensa.

    Dislokasi Lensa

    Dislokasi lensa terjadi karena putusnya zonula zinii yang akan mengakibatkan kedudukan lensa

    terganggu.

    Subluksasi Lensa

    Terjadi akibat putusnya sebagian zonula zinii sehingga lensa berpindah tempat, subluksasi lensa

    dapat juga terjadi spontan akibat pasien menderita kelainan pada zonula zinii yang rapuh ( SindromMarphan ). Akibat pegangan lensa pada zonula zinii tidak ada maka lensa yang elastis akan menjadi

    cembung , dan mata akan menjadi lebih miopi. Lensa yang menjadi sangat cembung mendorong iris

    kedepan sehingga sudut bilik mata tertutup, bila sudut bilik mata menjadi sempit maka mudah terjadi

    glaukoma sekunder.

    Luksasi lensa anterior

    Bila seluruh zonula zinii disekitar ekuator putus maka lensa dapat masuk kedalam bilik mata depan

    sehingga akan terjadi gangguan pengaliran keluar cairan bilik mata yang dapat mengakibatkan

    glaukoma kongestif akut. Pasien akan mengeluh penglihatan menurun mendadak , disertai rasa sakit

    yang sangat , muntah , mata merah dengan blefarospasme. Pada pemeriksaan fisik terdapat injeksi

    siliar yang berat, edema kornea , lensa didalam bilik mata depan , iris terdorong kebelakang dengan

    pupil yang lebar , tekanan bola mata yang tinggi.

    Luksasi lensa posterior

    Akibat putusnya zonula zinii diseluruh lingkaran ekuator sehingga lensa jatuh kedalam badan kaca

    dan tenggelam dibawah polus posterior fundus okuli. Pasien mengeluh adanya skotoma pada lapang

    pandangannya akibat lensa yang mengganggu kampus.

    Mata akan menunjukkan gejala mata tanpa lensa , pasien akan melihat normal dengan lensa + 12,0

    dioptri untuk jauh , bilik mata depan dalam dan iris tremulans.

    - Kontusio Katarak

    9

  • 7/29/2019 Charles Kasus Trauma Okuli +Pterigyum

    10/26

    Pada trauma tumpul akan terlihat katarak subkapsular anterior maupun posterior. Terjadinya pigmen

    iris berbentuk sirkular pada kapsul anteriorVossius ring. Bila terjadi pada anak, sebaiknya

    dipertimbangkan akan kemungkinan terjadinya ambliopia , untuk mencegahnya dapat dipasang.

    - Trauma tumpul Retina dan Koroid

    o Edema Retina

    Warna retina terlihat lebih abu abu akibat sukarnya melihat jaringan koroid melalui retina yang

    sembab ,terjadi edema makula sehingga tidak terdapat cherry red spot , penglihatan akan sangat

    menurun. Pada trauma tumpul yangpaling di takutkan adalah terjadi edema makula atau edema

    berlin.

    o Ablasi Retina

    Biasanya pasien telah mempunyai bakat untuk terjadi ablasi retina ini seperti retina tipis akibat

    miopia dan proses degenerasi retina lainnya.

    Pada pemeriksaan funduskopi akan terlihat retina yang berwarna abu abu dengan pembuluh darah

    yang terlihat terangkat dan berkelok kelok .

    o Ruptur koroid

    Terjadi perdarahan subretina , biasanya terletak di polus posterior bola mata dan melingkar

    konsentris disekitar papil saraf optik. Bila ruptur koroid ini mengenai daerah makula lutea maka

    tajam penglihatan akan menurun dengan cepat , ruptur bila tertutup oleh perdarahan subretina akan

    sukar dilihat tetapi bila darah tersebut telah diabsorpsi maka akan terlihat bagian ruptur berwarna

    putih karena sklera dapat dilihat langsung tanpa tertutup koroid.

    - Trauma Tembus Bola Mata ( Trauma Tajam )

    10

  • 7/29/2019 Charles Kasus Trauma Okuli +Pterigyum

    11/26

    Abrasi kornea

    Akibat terangkatnya sebagian atau seluruhnya lapisan epitel kornea. Keadaan ini menyebabkan rasa

    nyeri , lakrimasi dan blefarospasme.

    Terapi:

    - Antibiotika tetes mata / salep

    - Mata dibalut

    Laserasi korneosklera

    Mengakibatkan mata menjadi lunak ( TIO menurun ), sebagian isi bola mata dapat keluar melalui

    laserasi.

    Tanda tanda perforasi / laserasi :

    Penurunan visus

    Hipotoni

    Bilik mata depan dangkal Perubahan bentuk , ukuran dan letak pupil

    Prolaps isi bola mata

    Edema / kemosis konjungtiva

    Terapi :

    Antibiotika tetes mata

    Antibiotika sistemik

    Benda asing Intraokular

    - Mudah terlihat

    - Riwayat penyakit &pekerjaan

    11

  • 7/29/2019 Charles Kasus Trauma Okuli +Pterigyum

    12/26

    Terapi

    * anestesi topikal

    * kapas lidi sbg aplikator

    * Benda Asing yg berada di sekitar limbus di keluarkan satu/satu.

    - Trauma Kimia

    Penyebab :

    1. Asam

    2. Basa

    Cara Pemeriksaan :

    Pemeriksaan Oftalmologi , meliputi :

    1. Tajam penglihatan

    2. Pemeriksaan Lampu celah

    3. Tekanan Bola Mata

    Diagnosis dan gradasi klinis , ditentukan berdasarkan kerusakan Stemm Cell Limbus ( Hughes ) ,

    yaitu :

    I. Iskemia Limbus yang minimal atau tidak ada

    II. Iskemia kurang dari 2 kuadran limbus

    III. Iskemia lebih dari 3 kuadran limbus

    IV. Iskemia pada seluruh limbus , seluruh permukaan epitel konjungtiva dan bilik mata depan.

    Tindakan

    Tindakan tergantung dari 4 fase peristiwa ,yaitu :

    12

  • 7/29/2019 Charles Kasus Trauma Okuli +Pterigyum

    13/26

    1. Fase kejadian ( Immediate )

    Tujuan dari tindakan ini adalah menghilangkan materi penyebab sebersih mungkin , yaitu berupa :

    Irigasi benda kimia , meliputi : Pembilasan yang dilakukan segera , dengan anestesi topikal terlebih

    dahulu. Pembilasan dengan larutan non toxic ( Nacl 0,9 % , Ringer Lactat ) sampai pH air mata

    kemvali normal ( dinilai dengan kertas lakmus ). Benda asing yang melekat dan jaringan bola mata

    yang nekrosis harus dibuang ( pada anak anak, jika perlu dilakukan pembiasan umum ) . Bila

    diduga telah terjadi penetrasi bahan kimia kedalam bilik mata dilakukan irigasi BMD dengan larutan

    RL.

    2. Fase Akut ( sampai hari ke 7 )

    Tujuan tindakan adalah mencegah terjadinya penyulit dengan prinsip sebagi berikut :

    a. Mempercepat proses re-epitelisasi kornea

    b. Mengontrol tinkat peradangan :

    i . Mencegah infiltrasi sel sel radang

    ii. Mencegah pembentukan enzim kolagenase

    c. Mencegah Infeksi Sekunder

    d. Mencegah peningkatan tekanan bola mata

    e. Suplemen /anti oksidan

    f. Tindakan Pembedahan

    3. Fase Pemulihan Dini ( early repair : hari ke 7 21 )

    Tujuannya : Membatasi penyulit lanjut setelah fase 2

    Penyulit : Hambatan re-epitelisasi kornea ,gangguan fungsi kelopak mata ,hilangnya sel

    goblet , ulserasi stroma yang dapat menjadi perforasi kornea.

    4. Fase Pemulihan Akhir ( late repair ; setelah hari ke 21 )

    Tujuannya : Rehabilitasi fungsi penglihatan dengan prinsip :

    a. Optimalisasi fungsi jaringan mata untuk penglihatan

    b. Pembedahan

    Penyulit : Disfungsi sel goblet , hambatan re-epitelisasi kornea ,ulserasi stroma ( gradasi III dan

    IV , katarak ) ( buku mata item )

    13

  • 7/29/2019 Charles Kasus Trauma Okuli +Pterigyum

    14/26

    Trauma Radiasi Elektromagnetik

    Trauma radiasi yang sering ditemukan adalah :

    a. Sinar Inframerah

    Akan mengakibatkan keratitis superfisial , katarak kortikal antero posterior dan koagulasi pada

    koroid , bergantung pada beratnya lesi akan terdapat skotoma sementara atau permanen.

    Tidak ada pengobatan terhadap akibat buruk yang sudah terjadi kecuali mencegah terkenanya mata

    oleh sinar infra merah ini. Pengobatannya diberikan steroid sistemik dan lokal untuk mencegah

    terbentuknya jaringan parut pada makula atau untuk mengurangi gejala radang yang timbul.

    b. Sinar Ultraviolet

    Pasien yang terkena sinat ultraviolet akan memberi keluhan 4 10 jam setelah trauma , pasien akan

    merasa matanya sangat sakit , mata seperti kelilipan atau kemasukan pasir , fotofobia ,blefarospasme

    dan konjungtiva kemotik. Kornea akan menunjukkan adanya infiltrat pada permukaannya , yang

    kadang kadang disertai kornea yang keruh dan uji fluoresein positif , keratitis yang terjadi terutama

    terdapat dalam fisura palpebra, pupil akan terlihat miosis dan tajam penglihatan akan terganggu.

    Keratitis ini dapat sembuh tanpa cacat , akan tetapi bila radiasi berjalan lama kerusakan dapat

    permanen sehingga memberikan kekeruhan pada kornea. Pengobatan yang diberikan adalah

    sikloplegik , antibiotika lokal , analgetik dan mata ditutup selama 2 3 hari , biasanya sembuh

    selama 48 jam.

    c. Sinar X dan sinar terionisasi

    Dapat mengakibatkan katarak dan rusaknya retina.

    - Luka Bakar

    Stadium I : Hiperemi kojungtiva , lendir banyak disertai kekeruhan ringan pada

    konjungtiva

    Stadium II : Kemosis konjungtiva ,nekrosis epitel dan lapisan kornea

    Stadium III : Nekrose konjungtiva dan kornea bagian dalam

    14

  • 7/29/2019 Charles Kasus Trauma Okuli +Pterigyum

    15/26

    Corpus aileum dibagi :

    a. Corpus alieum ekstra oculi

    Benda asing di kornea menyebabkan nyeri dan iritasi yang dapat dirasakan sewaktu mata dan

    kelopak digerakan. Defek kornea dapat menimbulkan keluhan serupa. Fluoresense akan mewarnai

    membran basal epitel yang terpajan dan dapat memperjelas kebocoran cairan akibat luka tembus (uji

    seidel positif). Pola tanda goresan vetikal pada kornea mengindikasikan adanya benda asing

    terbenam pada konjungtiva tarsalis atas. Pemakaian berlebihan kontak lensa menimbulkan edema

    kornea.

    Defek epitel kornea yang ringan diterapi dengan salep antibiotik dan tempelan bertekan untuk

    memobilasi kelopak mata. Pada pengeluaran benda asing, dapat diberikan anastetik topikal dan

    digunakan sebuah spud atau jarum kecil sewaktu pemeriksaan slit-lamp. Aplikator berujung kapas

    jangan digunakan karena alat ini menggosok permukaan epitel secara luas sering tanpa

    mengeluarkan benda asingnya. Apabila pengeluaran fragmen yang tertanam perlu dilakukan atau

    apabila terjadi kebocoran cairan yang memerlukan penjahitan atau perekat sianoakriat, maka

    tindakan tersebut harus dilakukan dengan tehnik bedah mikro dalam kamar operasi dan dilakukan

    pembentukan ulang kamera anterior, apabila perlu, dengan atau tanpa viskoelasitk dibawah kondisi

    setril.

    Setelah suatu benda asing dikeluarkan, diberikan salep antibiotik dan mata ditutup. Luka harus

    diperiksa setiap hari untuk mencari tanda-tanda infeksi sampai luka sembuh sempurna.

    Jangan pernah memberi larutan anastesti topikal kepada pasien secara berulang setelah cedera

    kornea karena dapat memperlambat penyembuhan, menutupi kerusakan lebih lanjut dan dapat

    menyebabkan pembentukan jaringan parut kornea yang permanen. Selain itu pemakaian anastetik

    jangka panjang dapat menyebabkan infiltrasi dan ulserasi kornea yang secara klinis mirip ulkus

    infeksi. Steroid harus dihindari selama masi ada defek epitel pada pasien. Karena kornea sering

    menjadi penyulit pada anastesi umum, maka harus dilakukan tindakan-tindakan pencegahan untuk

    menghindari cedera ini selama induksi dan selama tindakan dengan menutup mata atau memberikan

    salep pelumas mata diforniks konjungtiva. Madang-kadang terjadi erosi rekuren setelah cedera

    kornea dan hal ini diatasi dengan penutupan atau bebat lensa kontak

    15

  • 7/29/2019 Charles Kasus Trauma Okuli +Pterigyum

    16/26

    b. Corpus alienum intra oculi

    Corpus alienum intra oculi adalah suatu kasus emergency, keadaan terdapatnya benda asing di dalam

    bola mata yang berasal dari luar. Pada keadaan ini harus secepatnya diberikan pertolongan untuk

    mengeluarkan corpus alienum tersebut. Bila tidak maka dalam beberapa hari saja sudah terjadi

    perobahan perobahan di dalam bola mata, sehingga kebutaan timbul dengan cepat. Penyakit ini

    jarang kita jumpai di Bagian Penyakit Mata FK-USU/RSUPP, Medan. Yang sering kita jumpai

    adalah corpus alienum extra oculi misalnya di cornea dan conjunctiva.

    Apabila suatu corpus alienum masuk kedalam bola mata, maka biasanya terjadi reaksi infeksi yang

    hebat serta timbul kerusakan dari isi bola mata danterjadi iridocyclitis serta panophthalmitis. Karena

    itu perlu cepat mengenali benda asing tersebut dan menentukan lokalisasinya di dalam bola mata

    untuk kemudian mengeluarkannya. Beratnya kerusakan pada organ-organ di dalam bola mata

    tergantung dari besarnya corpus alienum; kecepatannya masuk; ada atau tidaknya proses infeksi dan

    jenis bendanya sendiri. Bila benda ini berada pada segmen depan dari bola mata hal ini kurang

    berbahaya jika dibandingkan dengan bila benda ini terdapat di dalam segmen belakang.

    Jika suatu benda masuk ke dalam bola mata, maka akan terjadi salah satu dari ketiga perobahan

    berikut :

    a. Mechanical effect

    b. Permulaan terjadinya proses infeksi

    c. Terjadinya perobahan-perobahan spesifik pada jaringan mata karena proses kimiawi

    (reaction of ocular tissue).

    a. Mechanical effect.

    Benda yang masuk ke dalam bola mata dapat melalui cornea ataupun sclera. Setelah benda ini

    menembus cornea maka ia masuk kedalam kamera oculi anterior dan mengendap kedasar. Bila kecil

    sekali dapat mengendap di dalam sudut bilik mata. Bila benda ini terus, maka ia akan menembus iris

    dan kalau mengenai lensa mata akan terjadi cataract traumatica. Benda ini bisa juga tinggal di dalam

    corpus vitreus. Bila benda ini melekat di retina, biasanya kelihatan sebagai bagian yang di kelilingi

    oleh eksudat yang berwarna putih serta adanya endapan sel-sel darah merah, akhirnya terjadi

    degenerasi retina.

    b. Infeksi.

    Dengan masuknya benda asing ke dalam bola mata, maka kemungkinan akan timbul infeksi. Corpus

    vitreus dan lensa dapat merupakan media yang baik untuk pertumbuhan kuman sehingga sering

    16

  • 7/29/2019 Charles Kasus Trauma Okuli +Pterigyum

    17/26

    timbul infeksi supuratip. Juga kita tidak boleh melupakan infeksi dengan kuman tetanus dan gas

    gangren.

    c. Reaction of ocular tissue.

    Reaksi bola mata terhadap corpus alienum adalah bermacam-macam dan ini ditentukan oleh sifat

    kimia dari benda tersebut. Non organized material dapat menimbulkan proliferasi dan infeksi dengan

    pembentukan jaringan granulasi.

    Suatu benda yang masuk ke dalam corpus vitreus dapat melalui beberapa jalan :

    (1) Melalui cornea irislensa corpus vitreus.

    (2) Melalui cornea pupillensa corpus vitreus.

    (3) Melalui cornea iris zonula Zinii corpus vitreus

    (4) Melalui scleracorpus vitreus.

    Yang sering dijumpai adalah cara (1) dan (3). Pada kasus ini benda tersebut masuk dengan cara (4).

    Benda asing yang masuk ke dalam corpus vitreus akan mengendap kedasar dan menimbulkan

    perobahan-perobahan degenerasi sehingga corpus vitreus akan menjadi encer. Oleh karena benda ini

    besi, maka akan terjadi dissosiasi elektrolit dengan corpus vitreus, dimana metal akan disebarkan ke

    dalam jaringan dan akan bereaksi dengan protein sel, mematikan sel dan terjadi atrophy. Keadaan ini

    disebut siderosis. Pada pasien ini juga terjadi proses infeksi karena kuman turut masuk dan corpus

    vitreus merupakan media yang baik untuk pertumbuhan kuman. Oleh sebab itu corpus alienum perlu

    dikeluarkan secepatnya. Pengeluaran corpus alienum dari corpus vitreus dapat dilakukan dengan dua

    cara yaitu :

    - Ekstraksi melalui anterior route.

    - Ekstraksi melalui posterior route.

    Corpus alienum harus secepatnya dikenali dan diketahui lokalisasinya untuk secepatnya

    mengeluarkan corpus alienum tersebut.

    Untuk menegakkan diagnosa corpus alienum intra oculi perlu dilakukan :

    o Anamnesa yang baik

    o Pemeriksaan klinis

    o Fundus copi

    o Rontgen foto

    o Pemeriksaan dengan magnan

    17

  • 7/29/2019 Charles Kasus Trauma Okuli +Pterigyum

    18/26

    B. PTERIGIUM

    1. Pengertian

    Pterigium adalah suatu timbunan atau benjolan pada selaput lendir atau konjungtiva yang bentuknya seperti

    segitiga dengan puncak berada di arah kornea. Pterigium (pterygium) adalah kelainan pada konjungtiva bulbi,

    pertumbuhan fibrovaskular konjungtiva yang bersifat degeneratif dan invasif. Pertumbuhan ini biasanya

    terdapat pada celah kelopak bagian nasal ataupun temporal konjungtiva yang meluas ke daerah kornea.

    Pterigium berbentuk segitiga dengan puncak di bagian sentral atau di daerah kornea. Pterigium mudah

    meradang dan bila terjadi iritasi, maka bagian pterigium akan berwarna merah. Pterigium sering mengenai

    kedua mata.

    Timbunan atau benjolan ini membuat penderitanya agak kurang nyaman karena biasanya akan berkembang

    dan semakin membesar dan mengarah ke daerah kornea, sehingga bisa menjadi menutup kornea dari arah

    nasal dan sampai ke pupil, jika sampai menutup pupil maka penglihatan kita akan terganggu. Suatu pterygium

    merupakan massa ocular eksternal superficial yang mengalami elevasi yang sering kali terbentuk diatas

    konjungtiva perilimbal dan akan meluas ke permukaan kornea. Pterygia ini bisa sangat bervariasi, mulai dari

    yang kecil, jejas atrofik yang tidak begitu jelas sampai yang besar sekali, dan juga jejas fibrofaskular yang

    tumbuhnya sangat cepat yang bisa merusakkan topografi kornea dan dalam kasus yang sudah lanjut, jejas ini

    kadangkala bisa menutupi pusat optik dari kornea.

    Kondisi pterygium akan terlihat dengan pembesaran bagian putih mata, menjadi merah dan meradang. Dalam

    beberapa kasus, pertumbuhan bisa mengganggu proses cairan mata atau yang disebut dry eye syndrome.

    Sekalipun jarang terjadi, namun pada kondisi lanjut atau apabila kelainan ini didiamkan lama akan

    menyebabkan hilangnya penglihatan si penderita. Evakuasi medis dari dokter mata akan menentukan tindakan

    medis yang maksimal dari setiap kasus, tergantung dari banyaknya pembesaran pterygium. Dokter juga akan

    memastikan bahwa tidak ada efek samping dari pengobatan dan perawatan yang diberikan.

    2. Klasfikasi

    Pterygium dapat dibagi ke dalam beberapa klasifikasi berdasarkan tipe, stadium, progresifitasnya

    dan berdasarkan terlihatnya pembuluh darah episklera , yaitu:

    Berdasarkan Tipenya pterygium dibagi atas 3 :

    a. Tipe I : Pterygium kecil, dimana lesi hanya terbatas pada limbus atau menginvasi kornea pada

    tepinya saja. Lesi meluas 4 mm dan mengganggu aksis visual. Lesi yang luas khususnya pada kasus

    rekuren dapat berhubungan dengan fibrosis subkonjungtiva yang meluas ke forniks dan biasanya

    menyebabkan gangguan pergerakan bola mata serta kebutaan

    18

  • 7/29/2019 Charles Kasus Trauma Okuli +Pterigyum

    19/26

    Berdasarkan stadium pterygium dibagi ke dalam 4 stadium yaitu:

    Stadium I : jika pterygium hanya terbatas pada limbus kornea

    Stadium II : jika pterygium sudah melewati limbus dan belum mencapai pupil, tidak lebih dari 2 mm

    melewati kornea.

    Stadium III : jika pterygium sudah melebihi stadium II tetapi tidak melebihi pinggiran pupil mata

    dalam keadaan cahaya normal (diameter pupil sekitar 3-4 mm).

    Stadium IV : jika pertumbuhan pterygium sudah melewati pupil sehingga mengganggu penglihatan.

    Berdasarkan perjalanan penyakitnya, pterygium dibagi menjadi 2 yaitu:

    a. Pterygium progresif : tebal dan vaskular dengan beberapa infiltrat di kornea di depan kepala

    pterygium (disebut cap dari pterygium).

    b. Pterygium regresif : tipis, atrofi, sedikit vaskular. Akhirnya menjadi bentuk membran, tetapi tidak

    pernah hilang.

    Berdasarkan terlihatnya pembuluh darah episklera di pterygium dan harus diperiksa dengan slit

    lamp pterygium dibagi 3 yaitu:

    a. T1 (atrofi) : pembuluh darah episkleral jelas terlihat

    b. T2 (intermediet) : pembuluh darah episkleral sebagian terlihat

    c. T3 (fleshy, opaque) : pembuluh darah tidak jelas.

    3. Etiologi

    Etiologi belum diketahui pasti. Namun ada teori yang dikemukakan

    a. Paparan sinar matahari (UV)

    Paparan sinar matahari merupakan faktor yang penting dalam perkembangan terjadinya pterigium.

    Hal ini menjelaskan mengapa insidennya sangat tinggi pada populasi yang berada pada daerah dekat

    equator dan pada orang orang yang menghabiskan banyak waktu di lapangan.

    UV-B merupakan mutagenik untuk p53 tumor supressor gen pada stem sel limbal. Tanpa apoptosis,

    transforming growth factor-beta over produksi dan memicu terjadinya peningkatan kolagenasi,

    migrasi seluler, dan angiogenesis. Selanjutnya perubahan patologis yang terjadi adalah degenerasi

    19

  • 7/29/2019 Charles Kasus Trauma Okuli +Pterigyum

    20/26

    elastoid kolagen dan timbulnya jaringan fibrovaskuler subepitelial. Kornea menunjukkan destruksi

    membran Bowman akibat pertumbuhan jaringan fibrovaskuler.

    c. Iritasi kronik dari lingkungan (udara, angin, debu)

    Faktor lainnya yang berperan dalam terbentuknya pterigium adalah alergen, bahan kimia berbahaya,

    dan bahan iritan (angin, debu, polutan).

    Faktor risiko yang mempengaruhi antara lain :

    1. Usia

    Prevalensi pterygium meningkat dengan pertambahan usia banyak ditemui pada usia dewasa

    tetapi dapat juga ditemui pada usia anak-anak. Tan berpendapat pterygium terbanyak pada

    usia dekade dua dan tiga.

    2. Pekerjaan

    Pertumbuhan pterygium berhubungan dengan paparan yang sering dengan sinar UV.

    3. Tempat tinggal

    Gambaran yang paling mencolok dari pterygium adalah distribusi geografisnya. Distribusi ini

    meliputi seluruh dunia tapi banyak survei yang dilakukan setengah abad terakhir

    menunjukkan bahwa negara di khatulistiwa memiliki angka kejadian pterygium yang lebih

    tinggi. Survei lain juga menyatakan orang yang menghabiskan 5 tahun pertama

    kehidupannya pada garis lintang kurang dari 300 memiliki risiko penderita pterygium 36 kali

    lebih besar dibandingkan daerah yang lebih selatan.

    4. Jenis kelamin

    Tidak terdapat perbedaan risiko antara laki-laki dan perempuan.

    5. Herediter

    Pterygium diperengaruhi faktor herediter yang diturunkan secara autosomal dominan.

    6. Infeksi

    Human Papiloma Virus (HPV) dinyatakan sebagai faktor penyebab pterygium.

    4. Patofisiologi

    Terjadinya pterygium sangat berhubungan erat dengan paparan sinar matahari, walaupun dapat pula

    disebabkan oleh udara yang kering, inflamasi, dan paparan terhadap angin dan debu atau iritan yang

    lain. UV-B merupakan faktor mutagenik bagi tumor supressor gene p53 yang terdapat pada stem sel

    20

  • 7/29/2019 Charles Kasus Trauma Okuli +Pterigyum

    21/26

    basal di limbus. Ekspresi berlebihan sitokin seperti TGF- dan VEGF (vascular endothelial growth

    factor) menyebabkan regulasi kolagenase, migrasi sel, dan angiogenesis.

    Akibatnya terjadi perubahan degenerasi kolagen dan terlihat jaringan subepitelial fibrovaskular.

    Jaringan subkonjungtiva mengalami degenerasi elastoid (degenerasi basofilik) dan proliferasi

    jaringan granulasi fibrovaskular di bawah epitel yaitu substansia propia yang akhirnya menembus

    kornea. Kerusakan kornea terdapat pada lapisan membran Bowman yang disebabkan oleh

    pertumbuhan jaringan fibrovaskular dan sering disertai dengan inflamasi ringan. Kerusakan

    membran Bowman ini akan mengeluarkan substrat yang diperlukan untuk pertumbuhan pterygium.

    Epitel dapat normal, tebal atau tipis dan kadang terjadi displasia.

    Limbal stem cell adalah sumber regenerasi epitel kornea. Pada keadaan defisiensi limbal stem cell,

    terjadi konjungtivalisasi pada permukaan kornea. Gejala dari defisiensi limbal adalah pertumbuhan

    konjungtiva ke kornea, vaskularisasi, inflamasi kronis, kerusakan membran basement dan

    pertumbuhan jaringan fibrotik. Tanda ini juga ditemukan pada pterygium dan oleh karena itu banyak

    penelitian yang menunjukkan bahwa pterygium merupakan manifestasi dari defisiensi atau disfungsi

    localized interpalpebral limbal stem cell. Pterygium ditandai dengan degenerasi elastotik dari

    kolagen serta proliferasi fibrovaskuler yang ditutupi oleh epitel. Pada pemeriksaan histopatologi

    daerah kolagen abnormal yang mengalami degenerasi elastolik tersebut ditemukan basofilia dengan

    menggunakan pewarnaan hematoxylin dan eosin, Pemusnahan lapisan Bowman oleh jaringan

    fibrovascular sangat khas. Epitel diatasnya biasanya normal, tetapi mungkin acanthotic,

    hiperkeratotik, atau bahkan displastik dan sering menunjukkan area hiperplasia dari sel goblet.

    5. Gejala Klinis

    Mata irritatatif, merah gatal dan mungkin menimbulkan astigmatisme

    Kemunduran tajam penglihatan akibat pteregium yang meluas ke kornea (Zone Optic)

    Dapat diserati keratitis Pungtata, delen (Penipisan kornea akibat kering) dan garis besi yang

    terletak di ujung pteregium.

    Gangguan penglihatan

    6. Komplikasi

    Komplikasi dari pterygium meliputi sebagai berikut:

    21

  • 7/29/2019 Charles Kasus Trauma Okuli +Pterigyum

    22/26

    Penyimpangan atau pengurangan pusat penglihatan

    Kemerahan

    Iritasi

    Bekas luka yang kronis pada konjungtiva dan kornea

    Keterlibatan yang luas otot extraocular dapat membatasi penglihatan dan memberi

    kontribusi terjadinya diplopia. Bekas luka yang berada ditengah otot rektus umumnya

    menyebabkan diplopia pada pasien dengan pterygium yang belum dilakukan pembedahan.

    Pada pasien dengan pterygia yang sudah diangkat, terjadi pengeringan focal kornea mata

    akan tetapi sangat jarang terjadi.

    Komplikasi postooperasi pterygium meliputi

    Infeksi

    Reaksi material jahitan

    Diplopia

    Conjungtival graft dehiscence

    Corneal scarring

    Komplikasi yang jarang terjadi meliputi perforasi bola mata perdarahan vitreous, atau retinal

    detachment.

    Komplikasi akibat terlambat dilakukan operasi dengan radiasi beta pada pterygium adalah

    terjadinya pengenceran sclera dan kornea. Sebagian dari kasus ini dapat memiliki tingkat

    kesulitan untuk mengatur.

    7. Penatalaksanaan

    Lindungi mata dengan pterygium dari sinar matahari, debu dan udara kering dengan kacamata

    pelindung anti UV. Bila terdapat tanda radang berikan air mata buatan/topicallubricating drops dan

    bila perlu dapat diberi steroid. Bila terdapat delen (lekukan kornea) beri air mata buatan dalam

    22

  • 7/29/2019 Charles Kasus Trauma Okuli +Pterigyum

    23/26

    bentuk salep. Bila diberi vasokontriktor maka perlu kontrol 2 minggu dan bila terdapat perbaikkan

    maka pengobatan dihentikan.

    Pterigium dengan inflamasi atau iritasi diobati dengan kombinasi dekongestan/antihistamin (seperti

    Naphcon-A) dan/atau kortikosteroid topikal potensi sedang (seperti FML, Vexol) 4 kali sehari pada

    mata yang terkena.

    Indikasi operasi eksisi pterigium yaitu karena masalah kosmetik dan atau adanya gangguan

    penglihatan, pertumbuhan pterigium yang signifikan (> 3-4 mm), pergerakan bola mata yang

    terganggu/terbatas, dan bersifat progresif dari pusat kornea/aksis visual

    Operasi mikro eksisi pterigium bertujuan mencapai keadaan yang anatomis, secara topografi

    membuat permukaan okuler rata. Teknik operasi yang umum dilakukan adalah menghilangkan

    pterigium menggunakan pisau tipis dengan diseksi yang rata menuju limbus. Meskipun teknik ini

    lebih disukai dilakukan diseksi ke bawah bare sclera pada limbus, akan tetapi tidak perlu diseksi

    eksesif jaringan Tenon, karena kadang menimbulkan perdarahan akibat trauma terhadap jaringan

    otot. Setelah eksisi, biasanya dilakukan kauter untuk hemostasis sclera.

    Beberapa teknik operasi

    1. Bare Sclera : tidak ada jahitan atau menggunakan benang absorbable untuk melekatkan

    konjungtiva pada sklera superfisial di depan insersi tendon rektus, meninggalkan area sklera yang

    terbuka. (teknik ini menghasilkan tingkat rekurensi 40% 50%).

    2. Simple Closure : tepi bebas dari konjungtiva dilindungi (efektif jika defek konjungtiva sangat

    kecil)

    3. Sliding flap : insisi L-shaped dilakukan pada luka sehingga flap konjungtiva langsung menutup

    luka tersebut.

    4. Rotational flap : insisi U-shaped dibuat membuat ujung konjungtiva berotasi pada luka.

    5. Conjunctival graft: graft bebas, biasanya dari konjungtiva bulbar superior dieksisi sesuai ukuran

    luka dan dipindahkan kemudian dijahit.

    Kategori Terapi Medikamentosa

    23

  • 7/29/2019 Charles Kasus Trauma Okuli +Pterigyum

    24/26

    a. Pemakaian air mata artifisial (obat tetes topikal untuk membasahi mata) untuk membasahi

    permukaan okular dan untuk mengisi kerusakan pada lapisan air mata.

    Nama obat Merupakan obat tetes mata topikal atau air mata artifisial (air mata penyegar, Gen Teal

    (OTC)air mata artifisial akan memberikan pelumasan pada permukaan mata pada pasien dengan

    permukaan kornea yang tak teratur dan lapisan permukaan air mata yang tak teratur. Keadaan ini

    banyak terjadi pada keadaan pterygium.

    Dosis dewasa 1 gtt empat kali sehari dan prn untuk irritasi

    Dosis anak-anak Berikan seperti pada orang dewasa

    Kontra indikasi Bisa menyebabkan hipersensitivitas

    Interaksi Tak ada (tak pernah dilaporkan ada interaksi )

    b. Salep untuk pelumas topikal suatu pelumas yang lebih kental pada permukaan okular

    Nama obat Salep untuk pelumas mata topikal (hypotears,P.M penyegar (OTC). Suatu pelumas yang

    lebih kental untuk permukaan mata. Sediaan ini cenderung menyebabkan kaburnya penglihatan

    sementara; oleh karena itu bahan ini sering dipergunakan pada malam hari.

    Dosis obatnya Pergunakan pada cul de sac inferior pada mata yang terserang.

    Dosis anak-anak Sama dengan dewasa

    Kontra indikasi Bisa menyebabkan terjadinya hipersensitivitas

    c. Obat tetes mata anti inflamasi untuk mengurangi inflamasi pada permukaan mata dan jaringan

    okular lainnya. Bahan kortikosteroid akan sangat membantu dalam penatalaksanaan pterygium yang

    inflamasi dengan mengurangi pembengkakan jaringan yang inflamasi pada permukaan okular didekat jejasnya.

    Nama obat Prednisolon asetat (Pred Forte 1%) suatu suspensi kortikosteroid topikal yang

    dipergunakan untuk mengu-rangi inflamasi mata. Pemakaian obat ini harus dibatasi untuk mata

    dengan inflamasi yang sudah berat yang tak bisa disembuhkan dengan pelumas topikal lain.

    24

  • 7/29/2019 Charles Kasus Trauma Okuli +Pterigyum

    25/26

    Dosis dewasa 1 gtt empat kali sehari pada mata yang terserang, biasanya hanya 1- 2 minggu dengan

    terapi yang terus menerus.

    Dosis anak-anak Tidak boleh dipergunakan untuk anak-anak oleh karena kasus pterygia sangat

    jarang pada anak-anak

    Kontra indikasi Pasien dengan riwayat kasus herpes simpleks keratitis dentritis atau glaukoma

    steroid yang responsif.

    Perhatian Bisa diserap secara sistemik akan tetapi efek samping sistemik biasanya tak diketemukan

    pada pasien yang mempergunakan obat tetes mataprednisolon asetat topikal , yang bisa diekskresi

    pada ASI yang sedang menyusui.

    Perawatan Lanjut pada Pasien Rawat Jalan

    Sesudah operasi, eksisi pterygium, steroid topikal pemberiannya lebih di tingkatkan secara perlahan-

    lahan. Pasien pada steroid topikal perlu untuk diamati, untuk menghindari permasalahan tekanan

    intraocular dan katarak.

    Pencegahan Kekambuhan Pterygium

    Secara teoritis, memperkecil terpapar radiasi ultraviolet untuk mengurangi resiko berkembangnya

    pterygia pada individu yang mempunyai resiko lebih tinggi. Pasien di sarankan untuk menggunakan

    topi yang memiliki pinggiran, sebagai tambahan terhadap radiasi ultraviolet sebaiknya menggunakan

    kacamata pelindung dari cahaya matahari. Tindakan pencegahan ini bahkan lebih penting untuk

    pasien yang tinggal di daerah subtropis atau tropis, atau pada pasien yang memiliki aktifitas di luar,

    dengan suatu resiko tinggi terhadap cahaya ultraviolet (misalnya, memancing, ski, berkebun, pekerja

    bangunan). Untuk mencegah berulangnya pterigium, sebaiknya para pekerja lapangan menggunakan

    kacamata atau topi pelindung.

    25

  • 7/29/2019 Charles Kasus Trauma Okuli +Pterigyum

    26/26

    DAFTAR PUSTAKA

    1. Ilyas,Sidharta,Ilmu penyakit mata,cetakan III, balai penerbitan FKUI : Jakarta. 2006.

    2. Vaughan, Daniel; Asbury, Taylor; Riordan-Eva, Paul. Oftalmologi Umum. Edisi 14. KDT :

    Jakarta. 2000.

    3. Ilyas,Sidharta dkk.Ilmu Penyakit Mata untuk dokter umum dan mahasiswa kedokteran, edisi

    II,sagung seto: Jakarta, 2002.

    4. www.medicastore.com/mata dan penglihatan

    5. www.medicastore.com / cedera mata

    6. .www.fajaru universe.com/tags/kedokteran

    7. www. Kalbe.co.id/cermin dunia kedokteran/write

    http://www.medicastore.com/matahttp://www.medicastore.com/mata