makalah pbl blok 23-trauma alkali okuli dekstra.docx

42
Trauma Alkali Okuli Dekstra pada Laki-laki 38 Tahun Karinda Lado 102012434 Kelompok F8 Fakultas Kedokteran Universitas Kristen Krida Wacana Jl. Arjuna Utara No. 6, Kebon Jeruk-Jakarta Barat 11510 No. Telp (021) 5694-2061 PENDAHULUAN Latar Belakang 1 Struktur bola mata terbentuk cukup baik untuk melindungi mata dari trauma. Bola mata terletak pada permukaan yang dikelilingi oleh tulang – tulang yang kuat. Kelopak mata dapat menutup dengan cepat untuk mengadakan perlindungan dari benda asing, dan mata dapat mentoleransi tabrakan kecil tanpa kerusakan. Walau demikian, trauma dapat merusak mata, terkadang sangat parah dimana terjadi kehilangan penglihatan, dan lebih jauh lagi, mata harus di keluarkan . Salah satu jenis trauma pada mata adalah trauma kimia. Trauma kimia pada mata merupakan kegawatdaruratan di bidang penyakit mata, terutama yang melibatkan kornea. Trauma kimia pada mata memerlukan perawatan segera, sebelum dilakukan anamnesis dan pemeriksaan fisik yang lengkap. Trauma kimia dapat disebabkan oleh bahan alkali kuat maupun bahan asam kuat.

Transcript of makalah pbl blok 23-trauma alkali okuli dekstra.docx

Page 1: makalah pbl blok 23-trauma alkali okuli dekstra.docx

Trauma Alkali Okuli Dekstra pada Laki-laki 38 Tahun

Karinda Lado 102012434

Kelompok F8

Fakultas Kedokteran Universitas Kristen Krida Wacana

Jl. Arjuna Utara No. 6, Kebon Jeruk-Jakarta Barat 11510

No. Telp (021) 5694-2061

PENDAHULUAN

Latar Belakang1

Struktur bola mata terbentuk cukup baik untuk melindungi mata dari trauma. Bola mata

terletak pada permukaan yang dikelilingi oleh tulang – tulang yang kuat. Kelopak mata dapat

menutup dengan cepat untuk mengadakan perlindungan dari benda asing, dan mata dapat

mentoleransi tabrakan kecil tanpa kerusakan. Walau demikian, trauma dapat merusak mata,

terkadang sangat parah dimana terjadi kehilangan penglihatan, dan lebih jauh lagi, mata harus di

keluarkan.

Salah satu jenis trauma pada mata adalah trauma kimia. Trauma kimia pada mata merupakan

kegawatdaruratan di bidang penyakit mata, terutama yang melibatkan kornea. Trauma kimia

pada mata memerlukan perawatan segera, sebelum dilakukan anamnesis dan pemeriksaan fisik

yang lengkap. Trauma kimia dapat disebabkan oleh bahan alkali kuat maupun bahan asam kuat.

Pengaruh bahan kimia tersebut sangat tergantung pada pH, kecepatan dan jumlah bahan

kimia. Oleh karena itu trauma karena asam dan basa kuat  lebih berbahaya. Trauma karena bahan

alkali dua kali lebih sering dibandingkan karena bahan asam, karena alkali lebih banyak

digunakan dalam industri dan rumah tangga. Trauma yang disebabkan oleh bahan alkali lebih

cepat merusak dan menembus kornea dibandingkan bahan asam. Trauma asam kuat dapat

menyebabkan pengendapan dan penggumpalan protein, sementara trauma basa dapat

menyebabkan penghancuran jaringan kolagen kornea.  Pada trauma kimia basa dapat menembus

ke dalam bilik mata depan dalam waktu 7 detik, karena sifat bahan basa yaitu koagulasi sel dan

proses penyabunan yang  disertai dengan dehidrasi. 

Page 2: makalah pbl blok 23-trauma alkali okuli dekstra.docx

 Penatalaksanaan yang diberikan terutama melakukan irigasi secepatnya dengan bahan

fisiologis atau air bersih. Irigasi sebaiknya dilakukan sesegera mungkin dan cukup lama, paling

sedikit 15-30 menit. Selain itu perlu juga ditentukan jenis bahan kimia yang mengenai mata, hal

ini bisa didapatkan dari anamnesis serta pemeriksaan dengan kertas lakmus untuk menentukan

sifat bahan, apakah sifat asam kuat atau basa kuat. Hal ini penting dilakukan karena dalam

tatalaksana diperlukan langkah untuk menetralisasi bahan. Trauma kimia yang parah

memerlukan perawatan yang lama dan intensif di rumah sakit  serta kunjungan rawat jalan yang

juga berlangsung lama. Pemulihan dan rehabilitasi membutuhkan  waktu berbulan-bulan.

Sebagai akibat dari kehilangan penglihatan sesisi atau kedua-duanya  maka pasien bisa

kehilangan kemampuan mengemudi, kehilangan pekerjaan dan menjadi tergantung dengan orang

lain. 

Rumusan Masalah

Seorang laki-laki usia 38 tahun datang ke poliklinik diantar oleh temannya dengan keluhan

utama pandangan kedua mata kabur setelah terkena cipratan bahan kimia dipabrik tempat dimana

mereka bekerja.

Tujuan

Makalah ini bertujuan untuk membahas etiologi, diagnosis, gejala serta penatalaksanaan

trauma kimia pada mata.

PEMBAHASAN

Anatomi dan Fisiologi Mata2

Gambar 1.Anatomi mata2

Page 3: makalah pbl blok 23-trauma alkali okuli dekstra.docx

Mata merupakan alat indra yang terdapat pada manusia. Secara konstan mata

menyesuaikan jumlah cahaya yang masuk, memusatkan perhatian pada objek yang dekat dan

jauh serta menghasilkan gambaran yang kontinu yang dengan segera dihantarkan ke otak. Di sini

akan di bahas struktur dan fungsi mata. Mata kita terdiri dari bermacam-macam struktur

sekaligus dengan fungsinya. Struktur dari mata itu sendiri atau bisa di sebut dengan anatomi

mata meliputi sklera, konjungtiva, kornea, pupil, iris, lensa, retina, saraf optikus, humor aqueus,

serta humor vitreus yang masing-masingnya memiliki fungsi atau kerjanya sendiri.

Sklera (bagian putih mata) : merupakan lapisan luar mata yang berwarna putih dan relatif kuat.

Konjungtiva : selaput tipis yang melapisi bagian dalam kelopak mata dan bagian luar sklera.

Kornea : struktur transparan yang menyerupai kubah, merupakan pembungkus dari iris, pupil dan bilik anterior serta membantu memfokuskan cahaya.

Pupil : daerah hitam di tengah-tengah iris.

Iris : jaringan berwarna yang berbentuk cincin, menggantung di belakang kornea dan di depan lensa; berfungsi mengatur jumlah cahaya yang masuk ke mata dengan cara merubah ukuran pupil.

Lensa : struktur cembung ganda yang tergantung diantara humor aqueus dan vitreus; berfungsi membantu memfokuskan cahaya ke retina.

Retina : lapisan jaringan peka cahaya yang terletak di bagian belakang bola mata; berfungsi mengirimkan pesan visuil melalui saraf optikus ke otak.

Saraf optikus : kumpulan jutaan serat saraf yang membawa pesan visuil dari retina ke otak.

Humor aqueus : cairan jernih dan encer yang mengalir diantara lensa dan kornea (mengisi segmen anterior mata), serta merupakan sumber makanan bagi lensa dan kornea; dihasilkan oleh prosesus siliaris.

Humor vitreus : gel transparan yang terdapat di belakang lensa dan di depan retina (mengisi segmen posterior mata).

Bola mata terbagi menjadi 2 bagian, masing-masing terisi oleh cairan:

Page 4: makalah pbl blok 23-trauma alkali okuli dekstra.docx

1. Segmen anterior : mulai dari kornea sampai lensa, berisi humor aqueus yang merupakan

sumber energi bagi struktur mata di dalamnya. Segmen anterior sendiri terbagi menjadi 2

bagian (bilik anterior : mulai dari kornea sampai iris, dan bilik posterior : mulai dari iris

sampai lensa). Dalam keadaan normal, humor aqueus dihasilkan di bilik posterior, lalu

melewati pupil masuk ke bilik anterior kemudian keluar dari bola mata melalui saluran

yang terletak ujung iris.

2. Segmen posterior : mulai dari tepi lensa bagian belakang sampai ke retina, berisi humor

vitreus yang membantu menjaga bentuk bola mata.

Otot Mata, Saraf Mata, dan Pembuluh Darah

Mata mempunyai otot, saraf serta pembuluh darah. Beberapa otot bekerja sama

menggerakkan mata. Setiap otot dirangsang oleh saraf kranial tertentu. Tulang orbita yang

melindungi mata juga mengandung berbagai saraf lainnya, yaitu :

Saraf optikus membawa gelombang saraf yang dihasilkan di dalam retina ke otak

Saraf lakrimalis merangsang pembentukan air mata oleh kelenjar air mata

Saraf lainnya menghantarkan sensasi ke bagian mata yang lain dan merangsang otot pada

tulang orbita.

Arteri oftalmika dan arteri retinalis menyalurkan darah ke mata kiri dan mata kanan,

sedangkan darah dari mata dibawa oleh vena oftalmika dan vena retinalis. Pembuluh darah ini

masuk dan keluar melalui mata bagian belakang.

Fotoreseptor Mata.

Sel-sel fotoreseptor di dalam mata terdiri atas dua jenis, yaitu sel-sel batang dan sel-sel

kerucut. Pada manusia, terdapat sekitar 7 juta sel kerucut dan kurang lebih 125 juta sel batang

untuk setiap mata. Sel-sel batang merupakan sel-sel yang sangat peka terhadap cahaya dengan

intensitas rendah. Sel-sel batang berperan dalam proses penglihatan di malam hari atau tempat-

tempat gelap untuk menghasilkan ketajaman pengelihatan yang rendah. Sayangnya, sel-sel

batang tidak mampu mendeteksi warna. Sel-sel ini tersebar di seluruh retina, kecuali di fovea. Di

Page 5: makalah pbl blok 23-trauma alkali okuli dekstra.docx

dalam sel-sel batang terdapat pigmen fotosensitif rodopsin (warna merah muda atau ungu).

Rodopsin hanya 1 jenis, sehingga hanya ada 1 jenis sel batang. Jika rodopsin terpapar atau

menyerap cahaya, rodopsin akan terurai menjadi opsin dan retinal. Sebaliknya, jika tidak ada

cahaya atau gelap, rodopsin akan terbentuk kembali.

Gambar 2. Fotoreseptor mata2

Perlu diketahui bahwa penguraian rodopsin menjadi opsin dan retinal jauh lebih cepat

ketimbang pembentukannya kembali. Pada saat rodopsin “menghilang”, sel-sel kerucutlah yang

digunakan untuk proses melihat. Dalam keadaan gelap total, butuh sekitar 30 menit untuk

membentuk kembali rodopsin sehingga kita dapat melihat. Itulah sebabnya kita tidak dapat

langsung melihat dengan jelas ketika beralih dari tempat terang ke tempat yang sangat gelap.

Berbeda dengan sel-sel batang, sel-sel kerucut peka terhadap intensitas cahaya yang tinggi dan

perbedaan panjang gelombang sehingga berperan dalam proses penglihatan di siang hari atau di

tempat-tempat terang.

Sel-sel kerucut menghasilka  penglihatan dengan ketajaman yang tinggi. Sel kerucut

hanya terdapat di fovea. Di dalam sel-sel kerucut terdapat pigmen fotosensitif iodopsin.

Berdasarkan bentuknya, iodopsin dibagi 3. Masing-masing peka terhadap panjang gelombang

cahaya yang berbeda. Ketiga jenis iodopsin tersebut peka terhadap warna merah, miru dan hijau.

Karena itu maka sel-sel kerucut mampu mendeteksi warna. Berdasarkan iodopsin yang

dikandungnya, sel-sel kerucut terbagi atas tiga jenis, yaitu sel kerucut biru, sel kerucut hijau, dan

sel kerucut merah. Nama-nama tersebut berdasarkan warna cahaya yang diserap oleh sel-sel

kerucut. Jika ketiga sel kerucut tersebut mendapatkan stimulasi yang sama, maka kita akan

melihat warna putih.

Definisi1

Trauma kimia pada mata merupakan salah satu keadaan kedaruratan oftalmologi karena

dapat menyebabkan cedera pada mata, baik ringan, berat bahkan sampai kehilangan penglihatan.

Page 6: makalah pbl blok 23-trauma alkali okuli dekstra.docx

Trauma kimia pada mata merupakan trauma yang mengenai bola mata akibat terpaparnya bahan

kimia baik yang bersifat asam atau basa yang dapat merusak struktur bola mata tersebut. Trauma

kimia diakibatkan oleh zat asam dengan pH < 7 ataupun zat basa pH > 7 yang dapat

menyebabkan kerusakan struktur bola mata. Tingkat keparahan trauma dikaitkan dengan jenis,

volume, konsentrasi, durasi pajanan, dan derajat penetrasi dari zat kimia tersebut. Mekanisme

cedera antara asam dan basa sedikit berbeda. Trauma bahan kimia dapat terjadi pada kecelakaan

yang terjadi dalam laboratorium, industri, pekerjaan yang memakai bahan kimia, pekerjaan

pertanian, dan peperangan memakai bahan kimia serta paparan bahan kimia dari alat-alat rumah

tangga.

Anamnesis3

Pada anamnesis sering sekali pasien menceritakan telah tersiram cairan atau tersemprot gas

pada mata atau partikel-partikelnya masuk ke dalam mata. Perlu diketahui apa persisnya zat

kimia dan bagaimana terjadinya trauma tersebut (misalnya tersiram sekali atau akibat ledakan

dengan kecepatan tinggi) serta kapan terjadinya trauma tersebut.

Perlu diketahui apakah terjadi penurunan visus setelah cedera atau saat cedera terjadi. Onset

dari penurunan visus apakah terjadi secara progresif atau terjadi secara tiba tiba. Nyeri,

lakrimasi, dan pandangan kabur merupakan gambaran umum trauma. Dan harus dicurigai adanya

benda asing intraokular apabila terdapat riwayat salah satunya apabila trauma terjadi akibat

ledakan.

Trauma kimia yang disebabkan karena asam biasanya didapatkan dari hasil anamnesis

mengenai bahan apa yang mengenai mata penderita. Etiologi tersering dari trauma kimia asam

pada mata adalah cairan penghilang karat, cairan pengkilap alumunium, cairan pembersih yang

keras (biasanya digunakan untuk membersihkan noda yang menempel pada lantai keramik),

bahan pembersih dinding, glass etching, electropolishing, penyamakan kulit, fermentasi pada

pengolahan bir.

Sedangkan trauma kimia mata yang disebabkan basa biasanya disebabkan oleh semen, soda

kuat, ammonia, NaOH, CaOH, cairan pembersih dalam rumah tangga.

Rincian lengkap terjadinya trauma dapat diperoleh lewat pertanyaan-pertanyaan berikut:

tanggal dan waktu terjadinya trauma, tempat kejadian, apakah kecelakaan kerja atau bukan,

apakah ada unsure kesengajaan atau akibat orang lain/kelalaian, bagaimana terjadinya trauma,

Page 7: makalah pbl blok 23-trauma alkali okuli dekstra.docx

apakah memakai kcamata pelindung/ada kerusakan kacamata pengaman, bagaimana keadaan

mata dan visus sebelum trauma, apakah ada korpus alienum intraokuler, pertolongan yang telah

dilakukan sebelumnya, apakah trauma mengenai bagian tubuh lainnya.

Pemeriksaan Fisik3

Pemeriksaan fisik yang cermat harus ditunda  setelah dilakukan irigasi yang banyak pada

mata yang terkena dan pH mata telah netral. Setelah dilakukan irigasi, dilakukan pemeriksaan

dengan seksama terutama melihat kejernihan dan integritas kornea, iskemia limbus dan tekanan

intraokular. Pemeriksaan dapat dilakukan dengan pemberian anestesi topical agar pasien tenang.

Tanda-tanda yang dapat ditemui pada pemeriksaan fisik dan oftalmologi adalah :

Defek epitel kornea, dapat ringan berupa keratitis pungtata sampai kerusakan seluruh

epitel. Kerusakan semua epitel kornea dapat tidak meng-up take  fluoresin secepat abrasi

kornea sehingga dapat tidak teridentifikasi.

Kekeruhan kornea yang dapat bervariasi dari kornea jernih  sampai opasifikasi total

sehingga menutupi gambaran bilik mata depan.

Perforasi kornea. Sangat jarang terjadi, biasa pada trauma berat yang penyembuhannya

tidak baik.

Reaksi inflamasi bilik mata depan, dalam bentuk  flare dan cells. Temuan ini biasa terjadi

pada trauma basa dan berhubungan dengan penetrasi yang lebih dalam.

Peningkatan  tekanan intraocular.

Kerusakan / jaringan parut pada adneksa. Pada kelopak mata hal ini menyebabkan 

kesulitan menutup mata sehingga meng-exsposepermukaan bola yang telah terkena

trauma.

Inflamasi konjungtiva.

Iskemia perilimbus.

Penurunan tajam penglihatan . Terjadi karena  kerusakan epitel, kekeruhan kornea,

banyaknya air mata.

Pada trauma derajat ringan sampai sedang biasanya yang dapat ditemukan berupa kemosis,

edema pada kelopak mata, luka bakar derajat satu pada kulit sekitar, serta adanya sel dan flare

pada bilik mata depan. Pada kornea dapat ditemukan keratitis punktata sampai erosi epitel kornea

Page 8: makalah pbl blok 23-trauma alkali okuli dekstra.docx

dengan kekeruhan pada stroma. Sedangkan pada derajat berat mata tidak merah, melainkan putih

karena terjadinya iskemia pada pembuluh darah konjungtiva. Kemosis lebih jelas, dengan derajat

luka bakar yang lebih berat pada kulit sekitar mata, serta opasitas pada kornea.

Pemeriksaan Penunjang3

Pemeriksaan penunjang dalam kasus trauma kimia mata adalah pemeriksaan pH bola mata

secara berkala dengan kertas lakmus. Irigasi pada mata harus dilakukan sampai tercapai pH

normal. Pemeriksaan bagian anterior mata dengan lup atau slit lamp bertujuan untuk mengetahui

lokasi luka. Pemeriksaan oftalmoskopi direk dan indirek juga dapat dilakukan. Selain itu dapat

pula dilakukan pemeriksaan tonometri untuk mengetahui tekanan intraocular.

Gambar 3. Kertas lakmus untuk pemeriksaan pH3

Pemeriksaan lain3

a. Tes fluoresein

Merupakan tes untuk mengetahui terdapatnya kerusakan epitel kornea. Zat warna

fluoresein akan berubah berwarna hijau pada epitel kornea yang defek. Alat/bahan yang

dibutuhkan yaituzat warna fluoresein 0,5 – 2 % tetes mata atau kertas fluoresein, serta

obat tetes anastetikum pantokain. Teknik pemeriksaan awalnya mata ditetesi pantokain 1

teteslalu zat warna fluoresein diteteskan pada mata atau kertas fluoresein ditaruh pada

forniks inferior selama 20 detik. Zat warna diirigasi dengan larutan garam fisiologik

sampai seluruh air mata tidak berwarna hijau lagi. Cari bagian pada kornea yang

berwarna hijau

Bila terdapat warna hijau pada kornea berarti terdapat defek pada epitel kornea. Defek ini

dapat dalam bentuk erosi kornea atau infiltrat yang mengakibatkan kerusakan epitel. Zat

warna yang menempel pada defek epitel akan menghilang sesudah 30 menit

b. Pemeriksaan memakai lampu senter + loupe, slit lamp

Page 9: makalah pbl blok 23-trauma alkali okuli dekstra.docx

Loupe merupakan alat untuk melihat benda menjadi lebih besar dibanding ukuran

normalnya. Loupe mempunyai kekuatan 4-6 dioptri. Untuk melihat benda dengan loupe

yang berkekuatan 5,0 dioptri maka benda yang diliht harus terletak 20 cm (100/5) atau

pada titik api lensa loupe. Dengan jarak ini mata tanpa akomodasi akan melihat benda

lebih besar. Bila benda yang dilihat disinari sentolop, maka benda yang dilihat akan lebih

tegas. Hal ini dipergunakan sebagai slitlamp, karena cara kerjanya hampir sama.

Pemeriksaan dengan loupe atau slitlamp (lampu celah) akan lebih sempurna bila

dilakukan di dalam kamar yang digelapkan.

c. Lid retractor / desmares untuk membantu membuka kelopak mata

d. Pemeriksaan oftalmoskopi/funduskopi direk dan indirek

e. Foto rontgen dan pemeriksaan menggunakan magnet

Foto rontgen dilakukan terutama untuk benda logam yang radioopak, sehingga lokasinya

dapat ditentukan lebih cermat. Selanjutnya, dapat dilakukan pemeriksaan dengan magnet.

Caranya, magnet didekatka pada mata dan digerak-gerakkan sehingga benda asing di

mata akan ikut bergerak dan mata terasa sakit bila benda tersebut bersifat magnetis.

f. Tonometri

Untuk mengetahui tekanan intraokular

Diagnosis Kerja5

Diagnosis pada trauma mata dapat ditegakkan melalui gejala klinis, anamnesis dan pemeriksaan fisik dan penunjang. Namun hal ini tidaklah mutlak dilakukan dikarenakan trauma kimia pada mata merupakan kasus gawat darurat sehingga hanya diperlukan anamnesa singkat.

Manifestasi Klinis6

Diagnosis trauma kimia pada mata lebih sering didasarkan pada anamnesis dibandingkan atas

dasar tanda dan gejala. Pasien biasanya mengeluhkan nyeri dengan derajat yang bervariasi,

fotofobia, penurunan penglihatan serta adanya halo di sekitar cahaya.

Umumnya pasien datang dengan keluhan adanya riwayat terpajan cairan atau gas kimia pada

mata. Keluhan pasien biasanya nyeri setelah terpajan, rasa mengganjal di mata, pandangan

kabur, fotofobia, mata merah dan rasa terbakar. 

Page 10: makalah pbl blok 23-trauma alkali okuli dekstra.docx

Terdapat gejala klinis utama yang muncul pada trauma kimia yaitu, epifora, blefarospasme,

dan nyeri berat. Trauma akibat bahan yang bersifat asam biasanya dapat segera terjadi penurunan

penglihatan akibat nekrosis superfisial kornea. Sedangkan pada trauma basa, kehilangan

penglihatan sering bermanifestasi beberapa hari sesudah kejadian. Namun sebenarnya kerusakan

yang terjadi pada trauma basa lebih berat dibanding trauma asam.

Jenis bahan sebaiknya digali, misalnya dengan menunjukkan botol bahan kimia, hal ini dapat

membantu menentukan jenis bahan kimia yang mengenai mata.  Waktu dan durasi dari pajanan,

gejala yang timbul segera setelah pajanan,  serta penatalaksanaan yang telah diberikan di tempat

kejadian juga merupakan anamnesis yang dapat membantu dalam diagnosis.

►Trauma alkali1,5,6,7

a.    Pada kornea:

  Trauma bahan kimia dapat terjadi pada kecelakaan yang terjadi di dalam laboratorium,

industri, pekerjaan yang memakai bahan kimia, pekerjaan pertanian, dan peperangan memakai

bahan kimia di abad modren. Setiap trauma kimia pada mata memerlukan tindakan segera.

Irigasi daerah yang terkena trauma kimia merupakan tindakan yang segera harus dilakukan untuk

mencegah memberikan penyulit yang lebih berat. Pembilasan dilakukan dengan memakai garam

fisiologik atau air bersih lainnya selama mungkin dan paling sedikit 15-30 menit.

Membran sel rusak.

Terjadi kerusakan komponen vaskuler iris, badan silier dan epitel lensa.

Tekanan intra okuler meningkat.

Hipotoni akan terjadi bila kerusakan pada badan silier.

Kornea keruh dalam beberapa menit.

b.    Pada kelopak: margo palpebra rusak, kerusakan pada kelenjar air mata, sehingga mata

menjadi kering.

c.    Pada konjungtiva: sekresi musin konjungtiva bulbi berkurang.

d.   Pada lensa mata: lensa mata keruh.

Klasifikasi Trauma Kimia6

Page 11: makalah pbl blok 23-trauma alkali okuli dekstra.docx

Ada 2 jenis klasifikasi derajat trauma kimia yang sering digunakan pada praktek sehari-

hari. Derajat beratnya trauma kimia (menurut Roper-Hall) dibagi atas : 

Grade I     : kornea jernih, tidak terdapat iskemia limbus (prognosis sangat baik)

Grade II    : kornea hazy tetapi detail iris masih tampak, dengan iskemia limbus <

sepertiga

(prognosis baik)

Grade III  :detail iris tidak terlihat, iskemia limbus antara sepertiga sampai setengah

Grade IV : kornea opak, dengan iskemia limbus lebih dari setengah (prognosis sangat

buruk)

Gambar 4. Klasifikasi Trauma Kimia: (a) derajat 1, (b) derajat 2, (c) derajat 3, (d) derajat 4.4

Klasifikasi ini juga bertujuan untuk penatalaksaan yang sesuai dengan kerusakan yang

muncul serta indikasi penentuan prognosis. Klasifikasi ditetapkan berdasarkan tingkat kejernihan

kornea dan keparahan iskemik limbus. Menurut klasifikasi Hughes :

Ringan

Prognosis baik

Terdapat erosi epitel kornea

Kekeruhan yang ringan pada kornea

Tidak terdapat iskemia dan nekrosis kornea ataupun konjungtiva

Page 12: makalah pbl blok 23-trauma alkali okuli dekstra.docx

Sedang

Prognosis baik

Kornea keruh, sehingga sukar melihat iris dan pupil secara terperinci

Terdapat nekrosis dan iskemi ringan pada konjungtiva dan kornea

Berat

Prognosis buruk

Akibat kekeruhan kornea, pupil tidak dapat dilihat

Konjungtiva dan sklera pucat

Tingkat keparahan perlukaan pada trauma kimia mata, tergantung pada:

●pH, volume dan konsentrasi larutan

●lama kontak dan luas permukaan yang terkena

●kemampuan memasuki jaringan mata

Penetrasi alkali dan asam ke dalam stroma menyebabkan kematian keratorit dan hidrasi

yang berakibat hilangnya kejernihan stroma. Waktu yang dibutuhkan untuk penetrasi zat kimia

ke dalam bilik mata terjadi segera setelah trauma. Sedangkan trauma sodium hidroksida butuh

waktu sekitar 3-5 menit untuk masuk ke dalam bilik mata depan. Jika pH permukaan mata telah

kembali normal, maka pH aqueous humour akan kembali normal dalam 30 menit sampai 3 jam

tergantung jenis zat yang masuk ke bilik mata depan.

●derajat perlukaan stem cell limbus; stem sel limbus berperan dalam reepitelisasi dan

penyembuhan luka kornea.

Etiologi1,6,7

Trauma basa biasanya lebih berat daripada trauma asam, karena bahan-bahan basa

memiliki dua sifat yaitu hidrofilik dan lipolifik dimana dapat secara cepat untuk penetrasi sel

membran dan masuk ke bilik mata depan, bahkan sampai retina. Trauma basa akan memberikan

iritasi ringan pada mata apabila dilihat dari luar. Namun, apabila dilihat pada bagian dalam mata,

trauma basa ini mengakibatkan suatu kegawatdaruratan. Basa akan menembus kornea, kamera

okuli anterior sampai retina dengan cepat, sehingga berakhir dengan kebutaan. Pada trauma basa

akan terjadi penghancuran jaringan kolagen kornea. Bahan kimia basa bersifat koagulasi sel dan

Page 13: makalah pbl blok 23-trauma alkali okuli dekstra.docx

terjadi proses safonifikasi, disertai dengan dehidrasi. 5 Gambar Trauma pada Mata Akibat Bahan

Kimia Basa/Alkali 9 Gambar Trauma pada Mata Akibat Bahan Kimia Basa/Alkali 9 Bahan

alkali atau basa akan mengakibatkan pecah atau rusaknya sel jaringan. Pada pH yang tinggi

alkali akan mengakibatkan safonifikasi disertai dengan disosiasi asam lemak membrane sel.

Akibat safonifikasi membran sel akan mempermudah penetrasi lebih lanjut zat alkali.

Mukopolisakarida jaringan oleh basa akan menghilang dan terjadi penggumpalan sel kornea atau

keratosis. Serat kolagen kornea akan bengkak dan stroma kornea akan mati. Akibat edema

kornea akan terdapat serbukan sel polimorfonuklear ke dalam stroma kornea. Serbukan sel ini

cenderung disertai dengan pembentukan pembuluh darah baru atau neovaskularisasi. Akibat

membran sel basal epitel kornea rusak akan memudahkan sel epitel diatasnya lepas. Sel epitel

yang baru terbentuk akan berhubungan langsung dengan stroma dibawahnya melalui

plasminogen aktivator. Bersamaan dengan dilepaskan plasminogen aktivator dilepas juga

kolagenase yang akan merusak kolagen kornea. Akibatnya akan terjadi gangguan penyembuhan

epitel yang berkelanjutan dengan ulkus kornea dan dapat terjadi perforasi kornea. Kolagenase ini

mulai dibentuk 9 jam sesudah trauma dan puncaknya terdapat pada hari ke 12-21. Biasanya

ulkus pada kornea mulai terbentuk 2 minggu setelah trauma kimia. Pembentukan ulkus berhenti

hanya bila terjadi epitelisasi lengkap atau vaskularisasi telah menutup dataran depan kornea. Bila

alkali sudah masuk ke dalam bilik mata depan maka akan terjadi gangguan fungsi badan siliar.

Cairan mata susunannya akan berubah, yaitu terdapat kadar glukosa dan askorbat yang

berkurang. Kedua unsur ini memegang peranan penting dalam pembentukan jaringan kornea.

Bahan alkali yang menyebabkan trauma kimia adalah , Lyme, Potassium hydroxide,

Magnesium hydroxide,Lime. Produk yang mengandung alkali:  Fertilizers, produk pembersih

(ammonia), drain cleaners (lye), Oven cleaners, Potash (potassium

hydroxide), Fireworks (magnesium hydroxide),s Cement (lime)

Page 14: makalah pbl blok 23-trauma alkali okuli dekstra.docx

Gambar 5. Trauma pada mata akibat bahan kimia alkali4

Epidemiologi6

Berdasarkan data CDC tahun 2000 sekitar 1 juta orang di Amerika Serikat mengalami

gangguan penglihatan akibat trauma. 75% dari kelompok tersebut buta pada satu mata, dan

sekitar 50.000 menderita cedera serius yang mengancam penglihatan setiap tahunnya. Setiap hari

lebih dari 2000 pekerja di amerika Serikat menerima pengobatan medis karena trauma mata pada

saat bekerja. Lebih dari 800.000 kasus trauma mata yang berhubungan dengan pekerjaan terjadi

setiap tahunnya. 1,2 Dibandingkan dengan wanita, laki-laki memiliki rasio terkena trauma mata

4 kali lebih besar. Dari data WHO tahun 1998 trauma okular berakibat kebutaan unilateral

sebanyak 19 juta orang, 2,3 juta mengalami penurunan visus bilateral, dan 1,6 juta mengalami

kebutaan bilateral akibat cedera mata. Sebagian besar (84%) merupakan trauma kimia. Rasio

frekuensi bervariasi trauma asam:basa antara 1:1 sampai 1:4. Secara international, 80% dari

trauma kimiawi dikarenakan oleh pajanan karena pekerjaan. Menurut United States Eye Injury

Registry (USEIR), frekuensi di Amerika Serikat mencapai 16 % dan meningkat di lokasi kerja

dibandingkan dengan di rumah. Lebih banyak pada laki-laki (93 %) dengan umur rata-rata 31

tahun.

Patofisiologi4,5,6

Bahan asam dan basa menyebabkan trauma dengan mekanisme yang berbeda. Baik bahan

asam (pH<4 alkali="alkali" dan="dan" ph="ph">10) dapat menyebabkan terjadinya trauma

kimia. Kerusakan jaringan akibat trauma kimia ini secara primer akibat proses denaturasi dan

koagulasi protein selular, dan secara sekunder melalui kerusakan iskemia vaskular. Bahan asam

menyebabkan terjadinya nekrosis koagulasi dengan denaturasi protein pada jaringan yang

berkontak. Hal ini disebabkan karena bahan asam cenderung berikatan dengan protein jaringan

Page 15: makalah pbl blok 23-trauma alkali okuli dekstra.docx

dan menyebabkan koagulasi pada epitel permukaaan. Timbulnya lapisan koagulasi ini nerupakan

barier terjadinya penetrasi lebih dalam dari bahan asam sehingga membatasi kerusakan lebih

lanjut.  Oleh karena itu trauma asam sering terbatas pada jaringan superfisial. 

Terdapat pengecualian yaitu asam hidrofluorik yang dapat menyebabkan nekrosis likuefaksi

yang mirip pada alkali. Bahan asam hidrofluorik ini dapat dengan cepat menembus kulit sampai

ke pembuluh darah sehingga terjadi diseminasi ion fluoride. Ion fluoride ini kemudian

mempresipitasi kalsium sehingga menyebabkan hipokalsemi dan metastasis kalsifikasi yang

dapat mengancam jiwa.

Bahan alkali dapat menyebabkan nekrosis likuefaksi yang potensial lebih berbahaya

dibandingkan bahan asam. Larutan alkali mencairkan jaringan dengan jalan mendenaturasi

protein dan saponifikasi jaringan lemak. Larutan alkali ini dapat terus mempenetrasi lapisan

kornea bahkan lama setelah trauma terjadi. 

Kerusakan jangka panjang pada konjungtiva dan kornea meliputi defek pada epitel kornea,

simblefaron serta pembentukan jaringan sikatriks. Penetrasi yang dalam dapat menyebabkan

pemecahan dan presipitasi glikosaminoglikan dan opasitas lapisan stroma kornea. Jika terjadi

penetrasi pada bilik mata depan, dapat terjadi kerusakan iris dan lensa. Kerusakan epitel silier

dapat menggangu sekresi asam askorbat yang diperlukan untuk produksi kolagen

dan repair kornea. Selain itu dapat terjadi hipotoni dan ptisis bulbi. 

Proses penyembuhan dapat terjadi pada epitel kornea dan stroma melalui proses migrasi sel

epitel dari stem cells pada daerah limbus. Kolagen stroma yang rusak akan difagositosis dan

dibentuk kembali. 

Proses perjalanan penyakit pada trauma kimia ditandai oleh 2 fase, yaitu fase kerusakan yang

timbul setelah terpapar bahan kimia serta fase penyembuhan:

a. Kerusakan yang terjadi pada trauma kimia yang berat dapat diikuti oleh hal-hal sebagai

berikut:

Terjadi nekrosis pada epitel kornea dan konjungtiva disertai gangguan dan oklusi

pembuluh darah pada limbus.

Page 16: makalah pbl blok 23-trauma alkali okuli dekstra.docx

Hilangnya stem cell limbus dapat berdampak pada vaskularisasi dan konjungtivalisasi

permukaan kornea atau menyebabkan kerusakan persisten pada epitel kornea dengan

perforasi dan ulkus kornea bersih.

Penetrasi yang dalam dari suatu zat kimia dapat menyebabkan kerusakan dan

presipitasi glikosaminoglikan dan opasifikasi kornea

Penetrasi zat kimia sampai ke kamera okuli anterior dapat menyebabkan kerusakan

iris dan lensa.

Kerusakan epitel siliar dapat mengganggu sekresi askorbat yang dibutuhkan untuk

memproduksi kolagen dan memperbaiki kornea.

Hipotoni dan phthisis bulbi sangat mungkin terjadi.

b. Penyembuhan epitel kornea dan stroma diikuti oleh proses-proses berikut:

Terjadi penyembuhan jaringan epitelium berupa migrasi atau pergeseran dari sel-sel

epitelial yang berasal dari stem cell limbus.

Kerusakan kolagen stroma akan difagositosis oleh keratosit terjadi sintesis kolagen

yang baru.

Perjalanan penyakit trauma alkali4,6

1. Keadaan akut yang terjadi pada minggu pertama:

●sel membran rusak

●bergantung pada kuatnya alkali akan mengakibatkan hilangnya epitel, keratosit, saraf

kornea dan pembuluh darah

●terjadi kerusakan komponen vascular iris, badan siliar dan epitel lensa, trauma berat

akan merusak sel goblet konjungtiva bulbi

●tekanan intra okuler akan meninggi

●hipotoni akan terjadi bila kerusakan pada badan siliar

●kornea keruh dalam beberapa menit

●terjadi infiltrasi segera sel polimorfonuklear, monosit dan fibroblast

2. Keadaan minggu kedua dan ketiga

●mulai terjadi regenerasi sel epitel konjungtiva dan kornea

●masuknya neovaskularisasi ke dalam kornea disertai dengan sel radang

●kekeruhan pada kornea akan mulai menjernih kembali

●sel penyembuhan berbentuk invasi fibroblast memasuki kornea

Page 17: makalah pbl blok 23-trauma alkali okuli dekstra.docx

Terbentuknya kolagen

●trauma alkali berat akan membentuk jaringan granulasi pada iris dan badan siliar

sehingga terjadi fibrosis.

3. Keadaan pada minggu ketiga dan selanjutnya:

●terjadi vaskularisasi aktif sehingga seluruh kornea tertutup oleh pembuluh darah

●jaringan pembuluh darah akan membawa bahan nutrisi dan bahan penyembuhan

jaringan seperti protein dan fibroblast

●akibat terdapatnya jaringan dengan vaskularisasi ini, tidak akan terjadi perforasi kornea

●mulai terjadi pembentukan pannus pada kornea

●endotel yang tetap sakit akan mengakibatkan edema kornea

●terdapat membran retrokornea, iritis dan membrane siklitik

●dapat terjadi kerusakan permanen saraf kornea dengan gejala-gejala seperti tekanan bola

mata dapat rendah atau tinggi

4. Kelainan pada jaringan lain akibat trauma alkali

●trauma alkali akan membentuk jaringan parut pada kelopak

●margo palpebra rusak sehingga mengakibatkan gangguan ada break up air mata

●lapisan air pada depan kornea atau tear filn menjadi tidak normal

●terjadinya pembentukan jaringan parut pada kelenjar asesoris air mata yang

mengakibatkan mata menjadi kering

Konjungtiva

●terjadi kerusakan pada sel goblet

●sekresi musin konjungtiva bulbi berkurang daya basahnya pada setiap kedipan kelopak.

Dapat terjadi simblefaron pada konjungtiva bulbi yang akan menarik bola mata sehingga

pergerakan mata menjadi terbatas

●akibat terjadinya simblefaron penyebaran air mata menjadi tidak merata

●terjadi pelepasan kronik daripada epitel kornea

●terjadi keratinisasi (pertandukan) epitel kornea akibat berkurangnya mucin

Diagnosis Banding1,6,7

Trauma Asam Pada Mata1,6

Page 18: makalah pbl blok 23-trauma alkali okuli dekstra.docx

Asam dipisahkan dalam dua mekanisme, yaitu ion hidrogen dan anion dalam kornea.

Molekul hidrogen merusak permukaan okular dengan mengubah pH, sementara anion merusak

dengan cara denaturasi protein, presipitasi dan koagulasi. Koagulasi protein umumnya mencegah

penetrasi yang lebih lanjut dari zat asam, dan menyebabkan tampilan ground glass  dari stroma

korneal yang mengikuti trauma akibat asam. Sehingga trauma pada mata yang disebabkan oleh

zat kimia asam cenderung lebih ringan daripada trauma yang diakibatkan oleh zat kimia basa.

Bahan kimia asam yang mengenai jaringan akan mengadakan denaturasi dan presipitasi

dengan jaringan protein disekitarnya, karena adanya daya buffer dari jaringan terhadap bahan

asam serta adanya presipitasi protein maka kerusakannya cenderung terlokalisir. Bahan asam

yang mengenai kornea juga mengadakan presipitasi sehingga terjadi koagulasi, kadang-kadang

seluruh epitel kornea terlepas. Bahan asam tidak menyebabkan hilangnya bahan proteoglikan di

kornea. Bila trauma diakibatkan asam keras maka reaksinya mirip dengan trauma basa.

Bila bahan asam mengenai mata maka akan segera terjadi koagulasi protein epitel kornea

yang mengakibatkan kekeruhan pada kornea, sehingga bila konsentrasi tidak tinggi maka tidak

akan bersifat destruktif seperti trauma alkali. Biasanya kerusakan hanya pada bagian superfisial

saja. Koagulasi protein ini terbatas pada daerah kontak bahan asam dengan jaringan. Koagulasi

protein ini dapat mengenai jaringan yang lebih dalam.

Bahan kimia bersifat asam contohnya asam sulfat, air accu, asam sulfit, asam hidrklorida,

zat pemutih, asam asetat, asam nitrat, asam kromat, asam hidroflorida. Akibat ledakan baterai

mobil, yang menyebabkan luka bakar asam sulfat, mungkin merupakan penyebab tersering dari

luka bakar kimia pada mata. Asam Hidroflorida dapat ditemukan dirumah pada cairan

penghilang karat, pengkilap aluminum, dan cairan pembersih yang kuat. Asam hidroflorida

adalah satu pengecualian. Asam lemah ini secara cepat melewati membran sel, seperti alkali. Ion

fluoride dilepaskan ke dalam sel, dan memungkinkan menghambat enzim glikolitik dan

bergabung dengan kalsium dan magnesium membentuk insoluble complexes. Nyeri local yang

ekstrim bisa terjadi sebagai hasil dari immobilisasi ion kalsium, yang berujung pada stimulasi

saraf dengan pemindahan ion potassium. Fluorinosis akut bisa terjadi ketika ion fluoride

memasuki sistem sirkulasi, dan memberikan gambaran gejala pada jantung, pernafasan,

gastrointestinal, dan neurologik.

Page 19: makalah pbl blok 23-trauma alkali okuli dekstra.docx

Patofisiologi dan Gejala Trauma Asam Pada Mata.

Bahan kimia asam

Asam cenderung berikatan dengan protein

Menyebabkan koagulasi protein plasma

Koagulasi protein ini, sebagai barrier yang membatasi penetrasi dan kerusakan lebih lanjut

Luka hanya terbatas pada permukaan luar saja.

Asam masuk ke bilik mata depan menimbulkan iritis dan katarak.

Gangguan persepsi penglihatan

Gambar 6. Koagulasi protein pada mata akibat trauma asam4

Gambar 8. Konjungtiva bulbi yang hiperemis dan pupil yang melebar

karena peningkatan tekanan intraokular4

Page 20: makalah pbl blok 23-trauma alkali okuli dekstra.docx

Konjungtivitis1

Konjungtivitis merupakan radang konjungtiva atau radang selaput lender yang menutupi

belakang kelopak dan bola mata, dalam bentuk akut maupun kronis.

Penyebab konjungtivitis antara lain bakteri, klamidia, alergi, viral toksik, berkaitan

dengan penyakit sistemik. Gambaran klinis yang terlihat pada konjungtivitis dapat berupa

hiperemi konjungtiva bulbi (injekis konjungtiva), lakrimasi, eksudat dengan secret yang lebih

nyata di pagi hari, pseudoptosis akibat kelopak membengkak, kemosis, hipertrofi papil, folikel,

membrane, pseudomembran, granulasi, mata merasa seperti adanya benda asing, dan adenopati

preaurikular.

Gambar 9. Konjungtivitis1

Penatalaksanaan8

Penatalaksanaan pada trauma mata bergantung pada berat ringannya trauma ataupun jenis

trauma itu sendiri. Namun demikian ada empat tujuan utama dalam mengatasi kasus trauma

okular adalah memperbaiki penglihatan, mencegah terjadinya infeksi, mempertahankan struktur

dan anatomi mata, mencegah sekuele jangka panjang. Trauma kimia merupakan satu-satunya

jenis trauma yang tidak membutuhkan anamnesa dan pemeriksaan secara teliti. Tatalaksana

trauma kimia mencakup:

Penatalaksanaan Emergency9

Irigasi merupakan hal yang krusial untuk meminimalkan durasi kontak mata dengan

bahan kimia dan untuk menormalisasi pH pada saccus konjungtiva yang harus

dilakukan sesegera mungkin. Larutan normal saline (atau yang setara) harus

digunakan untuk mengirigasi mata selama 15-30 menit samapi pH mata menjadi

normal (7,3). Pada trauma basa hendaknya dilakukan irigasi lebih lama, paling sedikit

2000 ml dalam 30 menit. Makin lama makin baik. Jika perlu dapat diberikan anastesi

topikal, larutan natrium bikarbonat 3%, dan antibiotik. Irigasi dalam waktu yang lama

lebih baik menggunakan irigasi dengan kontak lensa (lensa yang terhubung dengan

sebuah kanul untuk mengirigasi mata dengan aliran yang konstan.

Page 21: makalah pbl blok 23-trauma alkali okuli dekstra.docx

Double eversi pada kelopak mata dilakukan untuk memindahkan material yang

terdapat pada bola mata. Selain itu tindakan ini dapat menghindarkan terjadinya

perlengketan antara konjungtiva palpebra, konjungtiva bulbi, dan konjungtiva forniks.

Debridemen pada daerah epitel kornea yang mengalami nekrotik sehingga dapat

terjadi re-epitelisasi pada kornea.

Selanjutnya diberikan bebat (verban) pada mata, lensa kontak lembek dan artificial

tear (air mata buatan).

  

Gambar 10. Irigasi8

Selanjutnya, tatalaksana untuk trauma kimia derajat ringan hingga sedang meliputi: 

1. Fornices diswab dengan menggunakan moistened cotton-tipped applicator atau glass

rod untuk membersihkan partikel, konjungtiva dan kornea yang nekrosis yang

mungkin masih mengandung bahan kimia. Partikel kalsium hidroksida lebih mudah

dibersihkan dengan menambahkan EDTA.

2. Siklopegik (Scopolamin 0,25%; Atropin 1%) dapat diberikan untuk mencegah

spasme silier dan memiliki efek menstabilisasi permeabilitas pembuluh darah dan

mengurangi inflamasi.

3. Antibiotik topikal spektrum luas sebagai profilaksis untuk infeksi. (tobramisin,

gentamisin, ciprofloxacin, norfloxacin, basitrasin, eritromisin)

4. Analgesik oral, seperti acetaminofen dapat diberikan untuk mengatasi nyeri.

5. Jika terjadi peningkatan tekanan intraokular > 30 mmHg dapat diberikan

Acetazolamid (4x250 mg atau 2x500 mg ,oral), betablocker (Timolol 0,5% atau

Levobunolol 0,5%).

6. Dapat diberikan air mata artifisial (jika tidak dilakukan pressure patch).

Tatalaksana untuk trauma kimia derajat berat setelah dilakukan irigasi, meliputi: 

Page 22: makalah pbl blok 23-trauma alkali okuli dekstra.docx

1. Rujuk ke rumah sakit untuk dilakukan monitor secara intensif mengenai tekanan

intraokular dan penyembuhan kornea.

2. Debridement jaringan nekrotik yang mengandung bahan asing.

3. Siklopegik (Scopolamin 0,25%; Atropin 1%) diberikan 3-4 kali sehari.

4. Antibiotik topikal (Trimetoprim/polymixin-Polytrim 4 kali sehari; eritromisin 2-4 kali

sehari).

5. Steroid topikal ( Prednisolon acetate 1%; dexametasone 0,1%  4-9 kali per hari).

Steroid dapat mengurangi inflamasi dan infiltrasi netrofil yang menghambat

reepitelisasi. Hanya boleh digunakan selama 7-10 hari pertama karena jika lebih lama

dapat menghambat sintesis kolagen dan migrasi fibroblas sehingga proses

penyembuhan terhambat, selain itu juga meningkatkan risiko untuk terjadinya lisis

kornea (keratolisis). Dapat diganti dengan non-steroid anti inflammatory agent.

6. Medikasi antiglaukoma jika terjadi peningkatan tekanan intraokular. Peningkatan TIO

bisa terjadi sebagai komplikasi lanjut akibat blokade jaringan trabekulum oleh debris

inflamasi.

7. Diberikan pressure patch di setelah diberikan tetes atau salep mata.

8. Dapat diberikan air mata artifisial.

Selain pengobatan tersebut diatas, pemberian obat-obatan lain juga bermanfaat dalam

menurunkan proses inflamasi, meningkatkan regenerasi epitel dan mencegah ulserasi kornea.

Obat tambahan yang biasa diberikan:

Asam askorbat : berfungsi untuk meningkatkan produksi kolagen, diberikan secara

topikal dan sistemik. Beberapa riset menunjukkan pemberian topikal asam askorbat

10% terbukti dapat menekan perforasi kornea. Akan tetapi, tatalaksana ini baru

digunakan pada tahap eksperimental (asam askorbat topikal 10% , setiap 2 jam dan

sistemik 4x 2 g per hari).

Asam sitrat : merupakan inhibitor kuat terhadap aktivitas neutrofil. Pemberian topikal

10% setiap 2 jam selama 10 hari.

Page 23: makalah pbl blok 23-trauma alkali okuli dekstra.docx

Tetrasiklin : membantu menghambat proses kolagenase,  menghambat neutrofil dan

mengurangi ulserasi. Biasanya pemberian secara topikal dan sistemik (doksisiklin 2 x

100 mg).

Untuk tatalaksana trauma oleh asam hidrofluorat, medikasi yang optimum masih

belum dilakukan. Beberapa studi menggunakan 1% calcium gluconate sebagai media

irigasi atau untuk tetes mata. Bahan – bahan mengandung Magnesium juga digunakan

pada kasus ini. Sayangnya, masih sedikit penelitian yang mendukung efektifitas terapi

– terapi tersebut. Irigasi mengunakan magnesium klorida terbukti tidak bersifat toksik

terhadap mata. Efek positif dari terapi ini dilaporkan masih dapat ditemukan

walaupun pada pemberian 24 jam setelah cedera, dimana medikasi lainnya sudah

tidak berguna. Beberapa penulis merekomendasikan penggunaan sebagai tetes mata

setiap 2 – 3 jam atas pertimbangan irigasi dapat mengiritasi mata dan menimbulkan

ulserasi kornea.

Injeksi subkonjungtival kalsium glukonat dan kalsium klorida tidak

direkomendasikan karena terbukti tidak bermanfaat dalam terapi.

Terapi bedah dini penting untuk revaskularisasi limbus, restorasi populasi sel limbus

dan membentuk fornises. Sedangkan terapi bedah lanjutan meliputi graft konjungtiva

atau membran mukosa, koreksi deformitas kelopak mata, keratoplasti, serta

keratoprostheses.

Tergantung pada 4 fase traumanya yaitu

1. Fase kejadian (immediate)

Tujuan tindakan pada fase ini adalah untuk menghilangkan materi penyebab

sebersih mungkin. Tindakan ini merupakan tindakan yang utama dan harus dilakukan

sesegera mungkin, sebaiknya pasien langsung mencuci matanya di rumah sesaat setelah

kejadian.

Tindakan yang dilakukan adalah irigasi bahan kimia meliputi pembilasan yang

dilakukan segera dengan anestesi topikal terlebih dahulu. Pembilasan dilakukan dengan

larutan steril sampai pH air mata kembali normal. Jika ada benda asing dan jaringan bola

mata yang nekrosis harus dibuang. Bila diduga telah terjadi penetrasi bahan kimia

kedalam bilik mata depan maka dilakukan irigasi bilik mata depan dengan larutan RL.

Page 24: makalah pbl blok 23-trauma alkali okuli dekstra.docx

Teknik irigasi :

1. Jelaskan kepada pasien apa yang akan dilakukan.

2. Gunakan anestesi lokal jika diperlukan

3. Buka kelopak mata secara hati-hati dengan penekanan di tulang, bukan di bola mata

4. Bilas kornea dan forniks secara lembut menggunakan larutan steril 30 cm di atas mata

5. Bersihkan semua partikel dengan menggunakan kapas aplikator atau dengan forceps

6. Lakukan pembilasan juga pada konjungtiva palpebral dengan mengeversi kelopak

mata.

Gambar 11. Pembilasan pada mata setelah mengalami trauma kimia10

2. Fase akut (sampai hari ke 7)

Tujuan tindakan pada fase ini adalah mencegah terjadinya penyulit dengan prinsip

sebagai berikut :

a. Mempercepat proses reepitelisasi kornea

Untuk perbaikan kolagen bisa digunakan asam askorbat. Disamping itu juga

diperlukan pemberian air mata buatan untuk mengatasi pengurangan sekresi air mata

karena hal ini juga berpengaruh pada epitelisasi.

b. Mengontrol tingkat peradangan

1. Mencegah infiltrasi sel-sel radang

2. Mencegah pembentukan enzim kolagenase

Mediator inflamasi dapat menyebabkan nekrosis jaringan dan dapat menghambat

reepitelisasi sehingga perlu diberikan topical steroid. Tapi pemberian

kortikosteroid ini baru diberikan pada fase pemulihan dini.

c. Mencegah infeksi sekuder

Page 25: makalah pbl blok 23-trauma alkali okuli dekstra.docx

Antibiotik profilaks topical sebaiknya diberikan pada fase awal.

d. Mencegah peningkatan TIO

e. Suplemen/antioksidan

f. Tindakan pembedahan

3. Fase pemulihan dini (hari ke 7-21)

Tujuan tindakan pada fase ini adalah membatasi penyulit lanjut setelah fase akut. Yang

menjadi masalah adalah :

a. Hambatan reepitelisasi kornea

b. Gangguan fungsi kelopak mata

c. Hilangnya sel goblet

d. Ulserasi stroma yang dapat menjadi perforasi kornea

4. Fase pemulihan akhir (setelah hari ke21)

Tujuan pada fase ini adalah rehabilitasi fungsi penglihatan dengan prinsip:

a. Optimalisasi fungsi jaringan mata (kornea, lensa dan seterusnya) untuk

penglihatan.

b. Pembedahan

Jika sampai fase pemulihan akhir reepitelisasi tidak juga sukses, maka sangat penting

untuk dilakukan operasi.

Pembedahan10

Pembedahan Segera yang sifatnya segera dibutuhkan untuk revaskularisasi limbus,

mengembalikan populasi sel limbus dan mengembalikan kedudukan forniks. Prosedur

berikut dapat digunakan untuk pembedahan:

Pengembangan kapsul Tenon dan penjahitan limbus bertujuan untuk mengembalikan

vaskularisasi limbus juga mencegah perkembangan ulkus kornea.

Transplantasi stem sel limbus dari mata pasien yang lain (autograft) atau dari donor

(allograft) bertujuan untuk mengembalikan epitel kornea menjadi normal.

Graft membran amnion untuk membantu epitelisasi dan menekan fibrosis

Pembedahan Lanjut pada tahap lanjut dapat menggunakan metode berikut:

Pemisahan bagian-bagian yang menyatu pada kasus conjungtival bands dan

simblefaron.

Page 26: makalah pbl blok 23-trauma alkali okuli dekstra.docx

Pemasangan graft membran mukosa atau konjungtiva.

Koreksi apabila terdapat deformitas pada kelopak mata.

Keratoplasti dapat ditunda sampai 6 bulan. Makin lama makin baik, hal ini untuk

memaksimalkan resolusi dari proses inflamasi.

Keratoprosthesis bisa dilakukan pada kerusakan mata yang sangat berat dikarenakan

hasil dari graft konvensional sangat buruk.

Komplikasi6

Komplikasi dari trauma mata juga bergantung pada berat ringannya trauma, dan jenis trauma yang terjadi. Komplikasi yang dapat terjadi pada kasus trauma basa pada mata antara lain:

1. Simblefaron dengan gejala gerak mata terganggu, diplopia, lagoftalmus, sehingga kornea

dan penglihatan terganggu.

2. Kornea keruh, edema, neovaskuler.

3. Sindroma mata kering.

4. Katarak traumatik, trauma basa pada permukaan mata sering menyebabkan katarak.

Komponen basa yang mengenai mata menyebabkan peningkatan pH cairan akuos dan

menurunkan kadar glukosa dan askorbat. Hal ini dapat terjadi akut ataupun perlahan-

lahan. Trauma kimia asam sukar masuk ke bagian dalam mata maka jarang terjadi

katarak traumatik.

5. Glaukoma sudut tertutup.

6. Entropion dan phthisis bulbi

Gambar 12. Simblefaron4 Gambar 13. Phtisis Bulbi4

Prognosis1

Page 27: makalah pbl blok 23-trauma alkali okuli dekstra.docx

Prognosis trauma kimia pada mata sangat ditentukan oleh bahan penyebab trauma tersebut.

Derajat iskemik pada pembuluh darah limbus dan konjungtiva merupakan salah satu indikator

keparahan trauma dan prognosis penyembuhan. Iskemik yang paling luas pada pembuluh darah

limbus dan konjungtiva memberikan prognosa yang buruk. Bentuk paling berat pada trauma

kimia ditunjukkan dengan gambaran “cooked fish eye” dimana prognosisnya adalah yang paling

buruk, dapat terjadi kebutaan.

Trauma kimia sedang sampai berat pada konjungtiva bulbi dan palpebra dapat menyebabkan

simblefaron (adhesi anatara palpebra dan konjungtiva bulbi). Reaksi inflamasi pada kamera okuli

anterior dapat menyebabkan terjadinya glaucoma sekunder.

Gambar 14. Cooked fish eye appearance4

PENUTUP

Kesimpulan

Trauma kimia pada mata dapat berasal dari bahan yang bersifat asam dengan pH < 7 dan

bahan yang bersifat basa dengan pH > 7. Trauma basa biasanya memberikan dampak yang lebih

berat daripada trauma asam, karena bahan-bahan basa memiliki dua sifat yaitu hidrofilik dan

lipolifik dimana dapat masuk secara cepat untuk penetrasi sel membran dan masuk ke sudut mata

depan, bahkan sampai retina. Gejala utama yang muncul pada trauma mata adalah epifora,

blefarospasme dan nyaei yang hebat. Trauma kimia merupakan satu-satunya jenis trauma yang

tidak memerlukan anamnesa dan pemeriksaan yang lengkap.

Penatalaksanaan yang terpenting pada trauma kimia adalah irigasi mata dengan segera

samapai pH mata kembali normal dan diikuti dengan pemberian obat terutama antibiotik,

multivitamin, antiglaukoma, Selain itu dilakukan juga upaya promotif dan preventif kepada

pasien. Menurut data statistik 90% kasus trauma dapat dicegah apabila dalam menjalankan suatu

pekerjaan menggunakan pelindung yang tepat.

Page 28: makalah pbl blok 23-trauma alkali okuli dekstra.docx

DAFTAR PUSTAKA

1. Ilya S. Penuntun ilmu penyakit mata edisi ketiga.Jakarrta: Fakultas Kedokteran

Universitas Indonesia; 2008.

2. Arthur L, Ian J. Color atlas of ophthalmology 3rd edition. Washington; 2005.

3. Radjamin R, Akmam S, Marsetio M, et al. Penyakit lensa: Ilmu penyakit   mata untuk    

dokter umum dan mahasiswa kedokteran. Surabaya: Airlangga University Press ; 2004 .

4. Trudo, Edward W, William R. Chemical injuries of the eye. Washington; 2008.

5. Tanto C, Liwang F, Hanifati S, Pradipta EA, Ed. Kapita selekta kedokteran edisi ke-4.

Jakarta: Media Aesculapius; 2014.

6. Kanski, JJ. Chemical injuries; clinical opthalmology edisi keenam. Philadelphia: Elseiver

Limited; 2000.

7. Vaughan DG, Taylor A, Paul RE. Oftalmologi umum. Jakarta: Widya Medika; 2000.

8. Elkington A.R, Khaw P.T, Petunjuk penting: kelainan mata (ABC of Eyes). Jakarta:

EGC; 2000.

9. Roper M.J, Hall. Kedaruratan mata (Eye Emergencies). Jakarta: Hipokrates; 2002.

10. Smeltzer S.C, Bare B.G. Buku ajar keperawatan medikal bedah: Brunner & Suddarth

Edisi 8. Jakarta: EGC; 2002.