KECAP cinthya 11.70.0093
date post
05-Nov-2015Category
Documents
view
9download
0
Embed Size (px)
description
Transcript of KECAP cinthya 11.70.0093
1
1. HASIL PENGAMATAN
Hasil pengamatan fermentasi kecap dengan menggunakan kedelai hitam dan kedelai
hitam dapat dilihat pada Tabel 1.
Tabel 1. Hasil Pengamatan Fermentasi Kecap
Kelompok Bahan dan Perlakuan Aroma Warna Rasa Kekentalan
B1
B2
B3
B4
B5
Kedelai hitam 0,5% inokulum
Kedelai hitam 0,75% inokulum
Kedelai hitam 0,75% inokulum
Kedelai hitam 1% inokulum
Kedelai hitam 1% inokulum
+
-
+++
-
++
+
-
++
-
+++
+++
-
+
-
++
+++
-
+
-
++ Keterangan:
Aroma : Warna : Rasa : Kekentalan :
+++ = sangat kuat +++ = sangat hitam +++ = sangat kuat +++ = sangat kental
++ = kuat ++ = hitam ++ = kuat ++ = kental
+ = kurang kuat + = kurang hitam + = kurang kuat + = kurang kental
Pada tabel 1 dapat dilihat hasil pengamatan pembuatan kecap manis oleh kloter B. Pada
kelompok B1 dengan bahan kedelai hitam yang diberi inoculum sebanyak 0,5%
menghasilkan aroma yang kurang kuat, warna kurang hitam, rasa yang sangat kuat dan
sangat kental. Pada kelompok B2 dan B4 tidak ada data karena hasil yang diperoleh gagal.
Pada kelompok B3 dengan bahan kedelai hitam yang diberi inokulum sebanyak 0,75%
menghasilkan aroma yang sangat kuat, berwarna hitam, rasa kurang kuat, dan kurang
kental. Pada kelompok B5 dengan bahan kedelai hitam yang diberi inokulum sebanyak
1% menghasilkan aroma yang kuat, berwarna sangat hitam, rasa sangat kuat, dan kental.
2
2. PEMBAHASAN
Pada praktikum, dilakukan pembuatan kecap. Menurut teori Winarno (1986), kecap adalah
semacam saus yang terbuat dari kedelai dengan konsistensi cair, berwarna coklat kehitaman
dan mempunyai aroma daging. Biasanya kecap digunakan untuk bumbu masakan guna
memperkuat rasa dan sebagai penambah flavor. Mutu kualitas suatu produk kecap biasanya
dipengaruhi oleh jenis kedelai, lama fermentasi di dalam larutan garam, kemurnian biakan
kapang yang digunakan, jenis mikrobia yang digunakan dan proses pengolahan yang
dilakukan (Astawan & Astawan, 1991). Fermentasi kecap merupakan proses yang rumit dan
berkaitan dengan sakarifikasi pati, degradasi gula, fermentasi alkohol, proteolisis,
pembentukan aroma, reaksi asam pantotenat dan reaksi maillard. Menurut Mao et al., (2013),
enzim dalam proses fermentasi kecap dibutuhkan untuk menghidrolisis protein dan pati,
membentuk sejumlah zat seperti asam amino, gula, untuk menghasilkan rasa yang unik.
Proteolisis merupakan senyawa biokimia yang paling pokok dan kompleks yang terjadi
selama persiapan bumbu kedelai difermentasi. Produk degradasi, asam amino, tidak hanya
memiliki pengaruh yang besar terhadap nilai gizi, tetapi juga berpengaruh secara langsung
terhadap karakteristik rasa, dalam beberapa kasus tidak langsung melayani sebagai prekursor
dari produk aromatik. Karakteristik pembentukan rasa dalam kecap tergantung pada proses
produksi, serta bahan baku, modus fermentasi dan strain. Langkah-langkah utama produksi
kecap yang terlibat dalam pembentukan rasa kecap yaitu perlakuan panas bahan baku, koji
kultur (fermentasi kapang), fermentasi moromi termasuk penuaan, dan pasteurisasi (Yanfang
& Wenyi, 2009).
Langkah awal pembuatan kecap yaitu sebanyak 250 gram kedelai disiapkan. Kelompok B1,
B3, B5 menggunakan kedelai hitam dan kelompok B2, B4 menggunakan kedelai putih.
Perbedaan kedelai hitam dan kedelai putih hanya terletak pada ukuran biji dan warna kulit,
yaitu kedelai hitam berukuran lebih kecil dibanding dengan kedelai putih. Namun, tidak ada
perbedaan komposisi gizi di antara kedua jenis tersebut. Pada jurnal The Development Of
Soy Sauce From Organic Soy Bean membahas tentang pembuatan kecap yang
3
menggunakan kedelai organic dan kedelai non-organik. Pada hasil penelitian tersebut dapat
dilihat bahwa kecap berbahan kedelai organic menghasilkan kandungan isoflavon, dan
kandungan protein yang lebih tinggi dibandingkan dengan kecap dengan kedelai non-
organik. Sedangkan kedelai non organic mengandung kadar abu yang lebih tinggi dibanding
dengan kedelai organic.
Langkah berikutnya adalah kedelai tersebut kemudian direndam di dalam air pada suatu
wadah selama 12 jam. Perendaman ini bertujuan untuk membantu memudahkan kedelai
untuk menyerap air (hidrasi), sehingga akan memudahkan untuk menghilangkan kulit ari dari
kedelai tersebut (Kasmidjo, 1990). Menurut teori Fukushima (2003), selama perendaman
terjadi perubahan-perubahan kimia namun tidak menunjukkan derajat penurunan yang
kompleks dari nutrien, kecuali perbedaan besar pada kandungan karbohidrat. Setelah itu,
kedelai dicuci dan direbus hingga setengah matang kemudian ditiriskan hingga setengah
kering. Menurut teori Judoamidjojo et al. (1989), perebusan kedelai membutuhkan waktu
yang lebih singkat karena saat perendaman biji kedelai telah menyerap air cukup banyak.
Disiapkan tampah bersih yang baru dan daun pisang. Kedelai yang telah kering diletakkan di
atas tampah bersih yang dialasi daun pisang (dapat dilihat pada Gambar 1 dan Gambar 2).
Kemudian ditambahkan sejumlah ragi tempe yang telah ditentukan. Kelompok B1
menambahkan 0,5% ragi tempe dari 250 gram berat kedelai, berarti ragi tempe yang
ditambahkan yakni sebanyak 1,25 gram. Kelompok B2 dan B3 menambahkan 0,75% ragi
tempe dari 250 gram berat kedelai, berarti ragi tempe yang ditambahkan yakni sebanyak
1,875 gram. Kelompok B4 dan B5 menambahkan 1% ragi tempe dari 250 gram berat kedelai,
berarti ragi tempe yang ditambahkan yakni sebanyak 2,5 gram. Kemudian ragi tempe
ditaburkan ke atas permukaan kedelai yang telah kering dan dilakukan pengadukan ragi
tempe hingga merata secara keseluruhan. Semakin banyak konsentrasi ragi yang digunakan,
maka proses fermentasi akan berlangsung lebih cepat. Namun, apabila penambahan
konsentrasi ragi tidak optimal (terlalu sedikit ataupun terlalu banyak), dapat mempengaruhi
produk akhir kecap yang dihasilkan. Konsentrasi ragi yang digunakan dapat mempengaruhi
komponen di dalam kecap yaitu jumlah etanol dan asam laktatnya yang dihasilkan. Semakin
banyak ragi yang digunakan maka akan menghasilkan etanol yang lebih banyak.
4
Gambar 1 Gambar 2
Setelah itu, kedelai yang telah ditaburi ragi tempe kemudian ditutup dengan menggunakan
daun pisang kembali kemudian di atasnya ditutupi lagi dengan tambah bersih yang baru. Lalu
kedelai ini diinkubasi selama 3 hari hingga menjadi tempe. Setelah 3 hari, tempe yang telah
jadi dipotong-potong menjadi bagian yang lebih kecil dan kemudian di dehumidifier selama
2-4 jam. Potongan tempe yang telah kering dimasukkan ke dalam toples plastik bening yang
telah diberi larutan garam (dapat dilihat pada Gambar 3). Setiap harinya selama 60 menit
kecap dijemur dan diaduk sesekali saat penjemuran (dapat dilihat pada Gambar 4).
Pengadukan larutan garam dan tempe ini diaduk secara rutin tiap harinya selama 7 hari.
Gambar 3 Gambar 4
Setelah 7 hari, air kedelai yang diperoleh disaring menggunakan kain saring (Gambar 5) dan
dilakukan pemasakan. Pemasakan ini dibutuhkan air mineral sebanyak 750 ml dan bumbu-
bumbu lain seperti kayu manis, daun ketumbar, gula jawa, ketumbar, bunga pekak, dan laos
(Gambar 6, Gambar 7). Komposisi bumbu yang ditambahkan dalam pembuatan kecap yaitu
gula jawa sebanyak 1 kg, kayu manis 20 gram, ketumbar 3 gram, laos 1 jentik, bunga pekak
5
1 biji. Untuk kelompok B1 ditambahkan cengkeh 1 gram; kelompok B3 ditambahkan daun
sereh 1 batang yang digeprek; kelompok B5 ditambahkan pala 1 buah. Kelompok B2 dan B4
tidak ditambahkan bumbu karena kecap kelompok tersebut tidak jadi. Bila larutan kedelai
yang telah ditambahkan bumbu-bumbu lain sudah mulai mengental dan berubah warna
proses pemasakan dihentikan (Gambar 8). Setelah itu disaring kembali menggunakan kain
saring. Hasil pembuatan kecap oleh kelompok B1,B3,B5 dapat dilihat pada Gambar 9.
Setelah itu, dilakukan uji sensori yang meliputi sensori aroma, rasa, kekentalan, dan warna
dari kecap yang diperoleh.
Menurut teori Koswara (1997), proses fermentasi kecap terdiri dari dua tahap, yaitu
fermentasi kapang (solid stage fermentation) dan fermentasi moromi dalam larutan garam
(brine fermentation). Tahapan berikutnya yaitu fermentasi koji. Menurut teori Huang & Teng
(2004), proses fermentasi koji adalah proses pencampuran kedelai, gandum, dan starter
dalam jumlah tertentu. Kata koji berasal dari singkatan bahasa Jepang, yaitu kabitachi
yang berarti kumpulan jamur (Steinkraus et al., 1983). Inokulum yang ditambahkan pada
Gambar 5 Gambar 6
Gambar 7
Gambar 8 Gambar 9
6
pembuatan kecap ini adalah ragi tempe. Kondisi fermentasi harus tepat untuk mencegah
pertumbuhan mikroorganisme kontaminan seperti Mucor sp. dan bakteri yang bersifat
proteolitik (Kasmidjo, 1990). Menurut teori Rahayu et al. (1993), saat berlangsung
fermentasi kapang (koji), protein dan karbohidrat bahan baku didegradasi oleh protease,
peptidase (termasuk gluminase), amilase turunan dari koji. Ada beberapa hal yang perlu
diperhatikan untuk menyiapkan kualitas koji yang baik menurut teori Steinkraus et al (1983),